Makalah Pencegahan Kecelakaan Pada Anak Usia Sekolah

  • Uploaded by: Isnaini Amaliah
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Pencegahan Kecelakaan Pada Anak Usia Sekolah as PDF for free.

More details

  • Words: 4,708
  • Pages: 25
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Sebagai anak-anak belajar dan mengeksplorasi dunia mereka, kecelakaan akan terjadi Untuk mencegah kecelakaan parah, sangat penting untuk mengajarkan keselamatan anak Anda. Ada enam utama kecelakaan hadapi sebagai anak-anak mereka tumbuh: kecelakaan mobil, jatuh, inhalasi dan sesak napas, keracunan, luka bakar, dan tenggelam. handout ini mengulas bagaimana anak Anda mungkin rentan terhadap bahaya masing-masing dan bagaimana Anda dapat membantu mencegah kecelakaan parah. Anak-anak pada usia ini lebih berani dan mungkin merasa terlalu aman dengan keahlian mereka Mereka juga menghabiskan waktu lebih jauh dari rumah. Anak-anak cenderung lupa peraturan keselamatan, sehingga perlu diingatkan sering.

1.2

Tujuan Tujuan disusunnya makalah ini yaitu: 1)

Untuk mengetahui masalah-masalah yang mungkin terjadi pada anak usia sekolah, khususnya kecelakaan lalu lintas, tenggelam, keracunan, dan luka bakar.

2)

Untuk mengetahui penatalaksanaan atau bimbingan pada orang tua pada masalah kecelakaan lalu lintas, tenggelam, keracunan, dan luka bakar yang terjadi pada anak usia sekolah.

1

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Kecelakaan Lalu Lintas Penyebab kematian paling umum antara 5-12 tahun adalah kecelakaan mobil. Anak-anak tidak cenderung untuk duduk diam di dalam mobil. rumah Mereka mungkin kasar dan mengalihkan perhatian sopir. Mereka juga bosan pada perjalanan panjang, sehingga rencana untuk hal-hal yang tenang selama perjalanan, dan rencana untuk menghentikan sering. Selain itu, anak-anak usia ini masih mengalami kesulitan menilai kecepatan kendaraan bergerak. Bentuk bimbingan Orang tua diantaranya : Selalu memperingati anak Anda mengenakan sabuk pengaman di

o

dalam mobil, bahkan untuk perjalanan cepat. o

Mengunci pintu mobil saat bergerak.

o

Jangan meninggalkan anak-anak muda sendirian di mobil.

o

Review dengan anak Anda bagaimana menyeberang jalan dengan aman. Cross hanya ketika cahaya hijau. Mengajar anak-anak aturan jalan untuk sepeda.

o

Mereka adalah

sama seperti untuk mobil. Selalu memakai helm sepeda. Sepeda anak-anak sulit untuk melihat. Pasang bendera, keamanan

o

tinggi berwarna cerah pada bagian belakang sepeda anak Anda. Sebelum anak Anda masuk sekolah, bawa dia atau dia sepanjang

o

rute ke sekolah. Jelaskan bagaimana menyeberang jalan dengan aman Ingatkan anak. Anda tidak menerima bantuan atau naik dari orang asing. 2.2

Tenggelam 2.2.1

Pengertian Di dalam pengertian tenggelam dikenal 3 istilah, yakni : 1)

“Drowning” : masuknya cairan yangg cukup banyak ke dalam saluran pernapasan / paru.

2)

“Submersion” : kepala masuk ke dalam air.

2

3)

“Immersion” : seluruh tubuh masuk ke dalam air. Titik berat pembicaraan ini adalah tenggelam dalam artian “drowning”, mengingat bahwa kedua keadaan lainnya akan mengakibatkan “drowning” juga. (Purnawan Junadi : 1982)

2.2.2

Etiologi Penyebab tenggelam yang sering terjadi yaitu: 1)

Kurangnya pengawasan orang tua.

2)

Kurangnya pengawasan dari petugas keamanan di kolam renang.

2.2.3

Patofisiologi Di dalam prosees tenggelam ditemukan dua unsur : 1)

Tubuh kontak lama dengan air (terutama bagi immersionn), akan mengakibatkan tanda-tanda : basah, kutis anserina, “women washer’s hand”. Tanpa adanya inhalasi air yang banyak, kematian dapat terjadi melalui asfiksi akibat spasme laring dan kedinginan yang sangat, terutama di daerah nontropis.

2)

Inhalasi air (drowning) : menyebabkan asfiksia yang relatif karena air merupakan sumbatan yang masih bisa bergerak keluar masuk (bila sedikit), kecuali bila ada benda asing padat yang menyumbat total. Kematian dapat terjadi melalui asfiksia atau fibrilasi jantung (pada tenggelam di air tawar) atau edema paru (pada tenggelam di air laut). Hipoksia merupakan masalah utama yang sering diakibatkan oleh trauma saat tenggelam, tetapi dengan adanya spasme glottis mampu menghambat terhirupnya air ke paru-paru. Hal ini terjadi pada kurang lebih 10 % kematian akibat tenggelam. Dalam situasi yang lain, terjadi peningkatan cepat tekanan alveoli-arterial, yang terjadi pada saat air teraspirasi sehingga menyebabkan hipoksia progresif. Korbankorban tenggelam kebanyakan mengalami hipervolemia. Adanya perbedaan tenggelam di air tawar dan di air laut dalam hal upaya

3

untuk bertahan hidup, yang mana tidak begitu penting dibandingkan dengan temuan-temuan klinik. 2.2.4

Pemeriksaan Laboratorium Perbedaan kadar elektrolit jantung kanan dan kiri dapat dideteksi dengan : 1)

Mengukur kadar Na dan Cl secara kimiawi pada masing-masing tempat.

2)

Tetes jatuh CuSO4 darah diteteskan ke dalam larutan CuSO4 yang diketahui berat enisnya (BJ), kemudian dicari ke dalam larutan mana tetesan tersebut melayang yang menimbulkan BJ sama. Normal BJ darah 1,055. Perbedaan sebesar 0,0050 sudah bermakna.

2.2.5

Pencegahan Cara terhindar dari ancaman tenggelam : 1)

Setiap anak yang sedang berenang harus selalu diawasi

2)

Pintu masuk atau akses ke kolam renang harus selalu dalam pengawasan

3)

Peralatan penyelamat seperti pelampung atau ban penyelamat harus selalu dekat dengan kolam renang atau area berenang

4)

Bila punya kolam renang di rumah, letakkan telepon dekat dengan kolam renang. Agar anda bisa mengangkat telepon tanpa meninggalkan pengawasan anak anda saat berenang

5)

Hindari meletakkan meja dan kursi dekat kolam renang agar anak anda tidak dapat memanjatnya

6)

Ikutkan salah seorang anggota keluarga anda di dalam pelatihan RJP agar bila dibutuhkan suatu saat ia dapat menolong.

2.2.6

Komplikasi

4

Komplikasi SSP jarang terjadi pada anak-anak yang selamat. Cerebral irritability sering terjadi pada 18 jam pertama setelah kecelakaan, dengan bentuk high pitched cerebral cry / menjerit. Kerusakan ini bisanya kembali normal dan pada pemeriksaan psikometrik mengenai cara bertahan tidak signifikan berubah.Tetapi kerusakan korteks yang besar bisa terjadi pada beberapa kasus, terjadi karena adanya interval waktu yang lama antara waktu keluar dari air dengan waktu pertama kali menghirup nafas. 2.2.7

Penatalaksanaan Kasus tenggelam merupakan kasus yang sering terjadi pada wilayah perairan seperti di Indonesia, terutama daerah sungai atau pantai. Perlu diketahui adanya perbedaan media air sebagai sumber persoalan antara air asin atau air tawar. Tetapi pada prinsipnya dalam P3K kasus tenggelam adalah sesegera mungkin mengangkat korban tenggelam ke permukaan air atau daratan. Hal ini tentu akan dilakukan oleh orang yang sangat terlatih dalam hal berenang, sehingga penolongpun tidak menjadi korban berikutnya. Setelah korban tenggelam ini dapat di keluarkan dari air maka mengusahakan untuk membebaskan fungsi pernapasan dan mengeluarkan air yang sudah terminum dengan cara merangsang terjadinya refleks muntah (bagi pasien sadar), sedangkan bagi korban tak

sadar/

koma

kita

harus

menghindari

terjadinya

aspirasi( masuknya air dalam saluran napas) serta sesegera mungkin dibawa ke fasilitas kesehatan yang memadai. Kegawatan pada korban tenggelam adalah terjadinya kegagalan fungsi pernapasan akibat masuknya cairan(air tawar/ asin) ke dalam jaringan paru yang dapat menyebabkan gangguan fungsi respirasi. Semakin cepat diketahui/ ditolong korban tenggelam maka semakin lebih baik dan mudah untuk penanganan selanjutnya. Setiap anak yang nyaris tenggelam sebaiknya diperiksa secara medis dengan lengkap, meskipun dia kelihatan baik-baik saja. Jika dia berhenti bernafas, menghirup air, atau kehilangan kesadaran,

5

anak sebaiknya tetap berada dalam pengawasan medis selama paling sedikit 24 jam untuk memastikan tidak terjadi kerusakan pada system pernafasan atau system syarafnya. Sembuhnya anak dari nyaris tenggelam tergantung dari seberapa lama dia kekurangan oksigen. Jika dia berada di dalam air hanya sebentar, anak mungkin sembuh dengan sempurna. Waktu tanpa oksigen yang lama dapat menyebabkan kerusakan paru, jantung dan otak. Seorang anka yang tidak berespon dengan cepat saat dilakukan RJP mungkin mengalami masalah yang serius, tetap penting untuk terus mencoba karena RJP yang terus dilakukan dapat menyadarkan anak yang kelihatannya sudah sekarat atau yang tenggelam dalam air yang sangat dingin untuk waktu yang lama. RJP mungkin diperlukan jika : 1)

Tidak berespons, tanpa adanya bukti pernafasan yang efektif

2)

Kesulitan berat dalaam bernafas (seperti dengan nnyeri dada atau sumbatan karena menghisap benda asing).

3)

Bibir atau kulit biru yang berhubungan dengan kesulitan bernafas

4)

Pernafasan yang cepat atau dipaksakan (pernafasan berat dan berbunyi).

5)

Mengi yang hebat

6)

Mengeluarkan liur atau sulit menelan

7)

Sangat pucat Jika korban menunjukkan tanda-tanda tersebut dan orang tua

bersama orang lain, mintalah orang lain menelepon instalasi gawat darurat sementara orang tua mulai melakukan RJP. Jika orang tua sendirian, lakukan dan ikuti langkah RJP dengan segera setelah berteriak atau mencari pertolongan. Langkah-langkah RJP: 1)

Periksa dengan cepat keadaan korban.

6

Apakah ia sadar? Goyangkan dengan kuat, pukul, atau teriak untuk mrncoba membangunkanya. Anggap ia tidak sadar jika ia tidak berespon setelah anda melakukan hal itu tiga kali. Apakah ia bernafas? Tempatkan telinga anda secara langsung di sekitar mulutnya dan dengarkan pernafasannya. Jika dia sulit bernafas, aturlah untuk membawanya segera ke IGD. Jika anda tidak mendengar suara nafasnya, lihatlah dadanya bergerak ke atas dan ke bawah atau tidak. 2)

Jika korban tidak bernafas, baringkan dia telentang pada permukaan datar yang keras. Jika anda mencurigai bahwa anak mengalami cedera pada leher atau tulang punggung pindahkan dia dengan hati-hati sehingga lehernya tidak tertekuk. Jika anda menemukan korban dengan wajah menghadap ke bawah, topang kepalanya agar lehernya tidak terpelintir saat anda memutar anak telentang.

3)

Buka jalan udara akorban dengan mengangkat kepalanya ke belakang sehingga hidungnya berada di udara. Hati-hati jangan sampai mendorong kepalanya terlalu jauh ke belakang karen dapat menghambat saluran pernafasan bayi atau anak kecil. Untuk membebaskan lidah dari terjatuh ke belakang tenggorok, angkat dagu ke atas dengan lembut menggunakan satu tangan sementara mendorong ke bawah pada dahi dengan tangan yang lainnya. Jika tidak berhasil, lihat ke dalam tenggorok untuk melihat apakah terhalang oleh benda asing atau makanan.

4)

Jika korban masih tidak dapat bernafas dan ia tidak tampak tersedak, berikan resusitasi dari mulut ke mulut. a)

Ambil nafas panjang.

b)

Jika anak masih bayi, tempatkan mulut anda di sekitar hidung dan mulutnya. Buatlah seketat mungkin. Jika anak sudah lebih besar, jepit cuping hidungnya dan tempatkan mulut anda di sekitarnya.

7

c)

Berikan dua bantuan nafas, tiupkan cukup udara pada korban sehingga anda dapat melihat dadanya bergerak naik dengan pelan. Kemudian berhenti, angkat mulut anda darinya sehingga udara dapat keluar, dan ambil nafas panjang lagi. Pada bayi, berhati-hatilah untuk tidak mengeluarkan nafas dengan terlalu keras karena ini akan berbahaya. Jika udara tidak tampak masuk ke dalam dada, saluran udara mungkin masih terhambat dan anda perlu mengulang langkah 3.

d)

Jika dada anak anda jelas mengembang setelah anda meniupkan udara ke mulutnya, teruskan meniupkan denga rerata satu nafas per tiga detik (20 per menit), sampai ia bernafas sendiri.

5)

Periksa

denyut

korban

setelah

dua

bantuan

nafas.

Untuk bayi di baawah satu tahun, cari arteri pada bagian depan siku. Untuk anak yang lebih besar, raba arteri pada leher di bawah telinga dan tepat di bawah tulang rahang. Jika jantung berdenyut, anda akan merasakan denyutan ketika jari tangan anda dengan lembut menyentuh titik-titik ini. Jangan menekan dengan kuat. 6)

Jika anda tidak dapat meraba denyutnya, asumsikan jantungnya berhenti dan mulai lakukan kompresi dada (RJP) untuk menjaga sirkulasi darah pada organ vital.

7)

Minta bantuan gawat darurat. JiKa anda sendirian hubungi segera IGD setelah anak mulai bernafas. Pastikan untuk menyebut lokasi dan nomor telepon yang anda pakai. Paramedis yang tiba di tempat kejadian akan menentkan kondisinya dan memberi penanganan yang sesuai.

2.3

Keracunan 2.3.1

Tanda dan Gejala

8

Kebanyakan anak yang menelan racun tidak terancam bahaya permanen, khususnya jika mereka mendapat penanganan yang segera. Waspadalah terhadap tanda-tanda berikut ini: 1)

Noda yang tidak dapat dijelaskan di pakaiannnya

2)

Luka bakar pada bibir atau mulutnya

3)

Leleran air liur yang tidak biasa atau bau yang aneh dari nafasnya

4)

Mual atau muntah yang tidak jelas sebabnya

5)

Kram perut dan demam

6)

Kesulitan bernafas

7)

Perubahan tingakah laku yang tiba-tiba, seperti misalnya mengantuk yang tidak biasa, peka rangsang, kaget-kagetan.

8)

Kejang-kejang atau tidak sadarkan diri (hanya bila dalam kasus yang sangat serius).

2.3.2

Klasifikasi 1) Racun yang Ditelan Pertama-tama jauhkan bahan beracun dari anak-anak. Jika masih terdapat sisa di dalam mulutnya, buatlah agar dia meludahkannya atau korek dengan jari Anda. Biarkan bahan tersebut bersama dengan bukti lainnya yang akan membantu menentukan apa yang ditelan oleh anak kenudian periksa tandatanda berikut : a)

Nyeri tenggorok berat

b)

Banyak keluar air liur

c)

Sulit bernafas

d)

Kejang-kejang

e)

Mengantuk berat

2) Macam-macam racun yang ditelan : a) Keracunan Bongkrek 1)

Etiologi

9

Bisa dari tempe bungkil atau ampasnya (bahan sisa minyak kelapa), umumnya dari jamur golongan rhizopus (kurang beracun), namun kemudian mengalami super kontaminasi jamur: “pseudomonas cocofenans” yang membentuk racun toksoflafin (dari gliserin) dan asam bongkrek (dari asam lemak) yang tahan terhadap pemanasan. 2)

Gambaran klinik Inkubasi 1-4 jam, sakit kepala, mual, muntah, depresi nafas, anoreksia, merasa lemah,sukar menelan atau berbicara dan koma. Kematian bisa timbul dalam 1-8 hari.

3)

Therapi Atasi gejala yang ada. Sulfas atrofin mungkin berguna karena antidotum spesifik belum ada. Lafase lambung, katarsis, dapat pula diberikan antitoksin yang disertai dengan pemberian glukosa intravena. Pemberian glukosa IV ini sebaiknya disertai dengan laritan garam fisiologik dan plasmo. Cairan ini harus diberikan secepatnya bila ada persangkaan.

b) Keracunan Jengkol 1)

Etiologi Biji jengkol di berapa daerah di Indonesia biasa dimakan. Yang menyebabkan keracunan jengkol ialah asam jengkol, yaitu suatu asam amino yang mengaandung belerang

yang

dapat

diisolasi

dari

biji

jengkol

( Pithecolobium lobatum ) oleh Van Veen dan Hyman pada tahun 1933. 2)

Gejala Gejala yang timbul disebabkan oleh Hablur (kristal) asam jengkol yang menyumbat traktus urinarius.

10

Keluhan pada umumnya timbul dalam waktu 5-12 jam setelah makan jengkol. Keluhan yang tercepat 2 jam dan yangn terlambat 36 jam setelah makan biji jengkol. Umumnya penderita menceritakan bahwa setelah memakan beberapa biji jengkol, ia akan merasa nyeri perut, kadang-kadang disertai muntah, adanya serangan kolik dan perasaan nyeri pada waktu berkemih. Volume air kemih juga berkurang bahkan sampai terjadi anuria. Kadang-kadang terdapat hematuria. Nafas dan urine berbau jengkol. Pada anak gejala yang sering didapat ialah infiltrat urine pada penis, skrotum, yang dapat meluas sampai didaerah suprapubik dan regio inguinal. 3)

Pemeriksaan Laboratorium Pada pemeriksaan urine dengan mikroskop dapat ditemukan Hablur asam jengkol berubah jarum runcing yang kadang-kadang bergumpal menjadi ikatan atau berupa roset. Hablur ini tidak selalu ditenukan pada urine anak dengan keracunan jengkol sebab Hablur ini cepat menghilang apabila urine disimpan. Menurut Djaini ( 1967 ) hablur tersebut terbentuk pada peralihan alkali ke asam atau sebaliknya. Ureum pada keracunan jengkol dapat normal atau sedikit meninggi kecuali pada anak dengan

anuria

kadar

uerum

meninggi.

Diagnosis

keracunan jengkol tidak sukar ditegakan. Umumnya orang tua penderita sendiri menceritakan bahwa setelah beberapa jam makan biji jengkol timbul gejala dan keluhan . 4)

Therapi

11

Jika gejala penyakit ringan (muntah, sakit perut atau pinggang saja) penderita tidak perlu dirawat, cukup dinasehati untuk banyak minum serta memberikan natrium bikarbonat saja. Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria dan tidak dapat minum) penderita perlu dirawat dan diberi infus Natrium Bikarbonat dalam larutan glukosa 5%. Dosis untuk dewasa dan anak 2-5 mEq/kg BB Natrium Bikarbonat diberikan secara infus selama 4-8 jam. Antibiotika diberikan apabila ada infeksi sekunder. 5)

Pencegahan Jangan makan biji jengkol.

c) Keracunan Zat Korosif Zat Korosif ialah zat kimia yang dapat menyebabkan kerusakan kulit atau mukosa. Kerusakan ini bisa ringan ( tidak menyebabkan kerusakan yang berarti) atau berat (sampai timbul ulkus atau perforasi usus). Derajat kerusakan ini bergantung pada macam, jumlah dan konsentrasi zat korosif, serta lamanya kontak zat tersebut dengan mukosa atau kulit. Kematian yang terjadi akibat zat korosif disebabkan oleh komplikasi berupa renjatan, asfiksia karena edema glotis dan laring, perforasi lambung dan ‘intercurent infections’ kerusakan esofaggus akibat asam lebih kecil daripada asam, sebaliknya

dalam

lambung

zat

yang

bersifat

asam

menyebabkan kerusakan lebih hebat daripada oleh basa. Kerusakan oleh basa lebih bersifat nekrosis likuefaksi sehingga mengakibatkan kerusakan lebih hebat pada esofagus daripada oleh asam. Akan tetapi dalam kenyataannya sifat korosif akibat asam atau basa umumnya tidak dapat dibedakan.

12

1)

Gejala Gejala keracunan zat korosif yang diminum ialah sebagai berikut : a)

Disfagia, dapat terjadi langsung atau beberapa saat setelah menelan zat korosif. Mula-mula sukar menelan makanan padat, makanan cair, akhirnya air atau ludah.

b)

Terjadi

korosif

pada

mukosa

mulut,

tenggorokan dan esofagus. Daerah nekrotik biasanya berwarna abu-abu putih tapi segera berubah menjadi hitam. Asam nitrat biasanya menyebabkan warna kuning. c)

Faktor

jumlah

insektisida

yang

beredar.

Dinyatakan adanya hubungan pestisida yang beredar setipa tahun dengan keracunan yang terjadi. d)

Kolaps vaskular, nadi cepat dan lemah, nafas sesak dan produksi urin sedikit.

e)

Edema glotis yang menyebabkan asfiksia dengan segala akibatnya.

f)

Ulserasi semua

membran

jaringan yang

terkena. g)

Striktur dan stenosis esofagus, lambung dan pilorus yang kadang-kadang memerlukan tindakan operatif.

h)

Aspirasi pneumonia, hemoptisis dapat terjadi bila misalnya menghisap uap asam klorida.

2)

Pengobatan a)

Bila terdapat renjatan, perbaikilah dengan memberikan cairan Ringer laktat, albumin atau darah. Usahakan supaya penderita menjadi hangat.

13

b)

Minum

air

sebanyak

mungkin.

Pada

keracunan akut teruttama dengan zat yang bersifat asam penerita merasa sangat nyeri. c)

Berikan demulsan seperti susu, putih telur atau kanji. Jangan memberikan zat untuk menetralkan zat racun

oleh

karena

dapat

menyebabkan

reaksi

eksotermik. d)

Bila nyeri hebat dapat diberikan morfin.

e)

Segera dilakukan operasi bila terjadi obstruksi pernafasan, perforasi dan striktur. Pemberian antibiotik diperlukan bila ada gejala infeksi. Kortikosteroid diberikan pada renjatan persisten atau digunakan untuk mencegah atau mengurangi

timbulnya

striktur.

Antibiotik

dan

kortikosteroid bermanfaat mencegah striktur bila kerusakan belum mencapai lapisan otot. Pemberian triamsinolon intra lesi telah dicobba di Bagian THT FKUI/RSCM Jakarta dengan hasil bervariasi, tetappi penderita yang diobati masih terbatas. Tindakan diilatasi esofagus dikerjakan bila keadaan sudah tenang ( tidak ada tanda-tanda infeksi, peradangan, perdarahan atau suhu badan meninggi). Trakeostomi dikerjakan bila terjadi asfiksia karena edema laring atau glotis. f)

Alimentasi parenteral (pemberian makanan per IV ) dibarikan biasanya 1 minggu sampai diperkirakan mukosa sudah sembuh, kemudian dicoba dengan diet cair, makanan lunak dan akhirnya makanan biasa.

g)

Hindarkan

tindakan

bilas

lambung

atau

tindakan yang menyebabkan penderita muntah.

14

h)

Bila zat korosif mengenai kulit tindakan kita ialah mencuci dengan air atau sabun, sedangkan bila mengenai mata cucilah dengan air bersih selam 5-10 menit bila zat bersifat asm, atau selama 10-15 menit untuk zat yang bersifat basa. S

d) Keracunan insektisida Pestisida atau insektisida yang banyak digunakan di Indonesia termasuk golongan organoklorin dan organofosfat. Kedua golongan bahan organk tersebut merupakan penyebab terpenting keracunan. Pada umumnya keracunan dapat timbul sebagai akibat kesalahan dalam rumah tangga ataupun akibat penyemprotan di daerah pertanian. 1)

Etiologi Hayes (1970) mengemukakan beberapa faktor yang berpengaruh dalam terjadinya keracunan pestisida yaitu: a)

Faktor umur. Anak dan orang tua pada umumnya lebih mudah terkena.

b)

Faktor alkohol. Peminum alkohol dan penderita penyakit jiwa lebih mudah terkena.

c)

Faktor jumlah insektisida yang beredar. Dinyatakan adanya hubungan pestisida yang beredar setiap tahun dengan keracunan yang terjadi.

d)

Faktor keceerobohan. Penyimpanan yang kurang sempurna sehingga mudah dicapai anak, menyebabkan keracunan pada anak. Sering terjadi kesalahan yang menimbulkan keracunan akibat tidak diberikannya

etiket

atau

tanda

pada

tempat

penyimpanan. e)

Faktor musim. Di Amerika Serikat keracunan lebih banyak terjadi pada musim panas daripada

musim

dingin.

Hal

ini

disebabkan

15

penggunaan insektisida lebih banyak di musim panas. Dan penyerapan melalui kulit lebih mudah pada suhu yang lebih tinggi. f)

Faktor toksisitas. Perbedaan toksisitas pada masing-masing insektisida berpengaruh terhadap timbulnya keracunan.

g)

Faktor cara masuknya insektisida ke dalam tubuh. Umumnya timbulnya keracunan yang menyebabkan kematian sebagai akibat masuknya insektisida ke dalam tubuh melalui mulut.

h)

Faktor jenis kelamin. Laki-laki, anak, maupun dewasa lebih banyak terkena daripada perempuan.

2)

Diagnosis Umumnya diagnosis dapat ditegakan setelah anamnesis. Diagnosis pasti ditegakan dengan ditemukan 2,2 bis (Paraklorofenil) asam asetat didalam urine atau didapatkanya DDT didalam darah.

3)

Pengobatan Tindakan cuci lambung dengan NaCl fisiologis atau membuat penderita muntah, bila pelarut organoklorin bukan minyyak tanah tetapi air. Bebaskan jalan nafas terhadap sekret, mukus saluran nafas atau air ludah. Untuk mengatasi kejang dapat diberikan Diazepam. Pengobatan simptomatik dan suportif, misalnya dengan memberikan makanan yang kaya akan karbohidrat dan vitamin B kompleks.

2.4

Luka Bakar 2.4.1

Pengertian Luka bakar ialah cedera jaringan krn kontak dgn api, kimiawi, elektrik, friksi, elektromagnetik, radiasi. Luka bakar (combustio/burn)

16

adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation) . (Hidayat;2009) 2.4.2

Etiologi 1) Terkena air panas, minyak panas dan uap panas 2) Kontak dengan benda panas (setrika, kompor) 3) Terkena bahan kimia (asam sulfat, bahan pemutih) 4) Sengatan listrik 5) Terpapar lama dengan sinar matahari

2.4.3

Patofisiologi Akibat hal yang terlihat pada individu yang mmengalami luka bakar, merupakan hasil dari tiga penyebab : efek panas itu sendiri terhadap kulit, efek dari panas terhadap elemen darah/pembuluh darah, serta kelainan metabolik yang terjadi secara umum. Efek terhadap kulit adalah merusak lapisan kulit sehingga mudah terjadi infeksi, dan menyebabkan panas dan cairan tubuh yang hilanng bertambah banyak. Efek terhadap pembuluh / elemen darah berupa permeabilitas kapiler yang meningkat sehingga cairan dan protein merembes menyebabkan hipovolemi dan syok. Fase syok sering terjadi dalam 24 jam pertama. Harus diperhatikan pula bahwa penyakityang diperoleh bersama luka bakar misalnya Commotio cerebri atau patah tulang, lebih memperberat prognosa. Efek Sistem Renal dan Gastrointestinal yaitu respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya GFR (glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi gastrointestia pada klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %. Efek terhadap sistem imun yaitu fungsi sistem immune mengalami depresi. Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu penurunan dalam produksi

immunoglobulin,

supresi

aktivitas

complement

dan

perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage dapat

17

terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas. Perubahanperubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup klien. Efek terhadap sistem respiratori yaitu dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadar oksigen arteri dan “lung compliance”. 2.4.4

Klasifikasi Luka bakar dibagi menjadi 3 derajat tergantung seberapa hebat kerusakan pada kulit. Semua penyebab tersebut diatas, dapat menyebabkan ketiga derajat luka bakar. Akan tetapi yang menentukan bagaimana luka bakar diobati adalah jenis dan penyebabnya. Semua luka bakar harus segera ditangani untuk mengurangi suhu disekitar lokasi luka bakar serta mengurangi kerusakan kulit maupun jaringan sekitar bila luka bakar luas. Derajat Luka Bakar : 1)

Luka bakar derajat satu : paling ringan, hanya mengenai lapisan kulit terluar (epidermis). Kulit yang terkena terlihat kemerahan, nyeri, sedikit bengkak tapi tidak ada lepuh. Kulit menjadi berwarna putih jika ditekan. Luka bakar jenis ini sembuh dalam waktu 3-6 hari, lapisan kulit superfisial pada daerah yang terkena akan mengelupas dalam waktu 1-2 hari.

2)

Luka bakar derajat dua : lebih berat, mengenai sampai lapisan kulit yang berikutnya. Terbentuk lepuh, nyeri lebih hebat dan kulit kemerahan serta, bisa nampak berwarna putih sampai merah ceri. Waktu sembuh bervariasi, sangat bergantung pada luasnya luka bakar. a)

“Superficial second degree burn”, mengenai seluruh lapisan epidermis kecuali stratum germinativum. Penyembuhan kira-kira 2 minggu jika tanpa infeksi.

b)

Deep dermal burn, mengenai seluruh lapisan epidermis

dengan stratum germinativumnya

dan di

beberapa tempat dapat pula mengenai korium. Epitelisasi

18

dapat terjadi dari epitel kelenjar peluh dan folikel rambut, terjadi kira-kira 25-35 hari tanpa gangguan trauma mekanik atau infeksi. Jika terkena infeksi, deep dermal burn berubah menjadi “full thickness skin loss” hingga perlu skin graft. Ditemukan banyak bulla berisi zat cair yang komposisinya sama dengan plasma. Terasa sangat nyeri. 3)

Luka bakar derajat tiga merupakan jenis yang paling berat dan mengenai seluruh lapisan kulit serta jaringan sekitarnya. Seluruh lapisan kulit mati, permukaan kulit bisa terlihat berlemak, keras dan kasar ataupun hangus, banyak eritrosit hancur, banyak edema di bawah kulit. Karena terjadi kerusakan saraf maka pada awal biasanya tidak terasa nyeri atau sedikit nyeri. “Pin prick test” dapat digunakan untuk menentukan luka baker tingkat tiga, dengan cara menusukkan dengan jarum diberbagai tempat, anestesi menunjukkan luka baker derajat tiga. Waktu untuk penyembuhan sangat tergantung pada luasnya luka. Pada luka bakar derajat dua yang dalam dan derajat tiga (disebut full-thickness) biasanya memerlukanpenanganan dokter spesialis bedah plastik untuk tranplantasi kulit dan dikenal sebagai „skin grafts“.

Klasifikasi luka bakar berdasarkan penyebab : 1)

Luka Bakar Termal. Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.

2)

Luka Bakar Kimia. Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam

19

bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia. 3)

Luka Bakar Elektrik. Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.

4)

Luka Bakar Radiasi. Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

2.4.5

Pemeriksaan Laboratorium 1) Sel darah merah (RBC): dapat terjadi penurunan sel darah merah (Red Blood Cell) karena kerusakan sel darah merah pada saat injuri dan juga disebabkan oleh menurunnya produksi sel darah merah karena depresi sumsum tulang. 2) Sel darah putih (WBC): dapat terjadi leukositosis (peningkatan sel darah putih/White Blood Cell) sebagai respon inflamasi terhadap injuri. 3) Gas darah arteri (ABG): hal yang penting pula diketahui adalah nilai gas darah arteri terutama jika terjadi injuri inhalasi. Penurunan PaO2 atau peningkatan PaCO2. 4) Karboksihemoglobin

(COHbg)

:kadar

COHbg

(karboksihemoglobin) dapat meningkat lebih dari 15 % yang mengindikasikan keracunan karbon monoksida. 5) Serum elektrolit : a)

Potasium pada permulaan akan meningkat karena injuri jaringan atau kerusakan sel darah merah dan menurunnya

20

fungsi renal; hipokalemiadapat terjadi ketika diuresis dimulai; magnesium mungkin mengalami penurunan. b)

Sodium pada tahap permulaan menurun seiring dengan kehilangan air dari tubuh; selanjutnya dapat terjadi hipernatremia.

6) Sodium urine :jika lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan, sedangkan jika kurang dari 10 mEq/L menunjukan tidak adekuatnya resusitasi cairan. 7) Alkaline pospatase : meningkat akibat berpindahnya cairan interstitial/kerusakan pompa sodium. 8) Glukosa serum : meningkat sebagai refleksi respon terhadap stres. 9) BUN/Creatinin : meningkat yang merefleksikan menurunnya perfusi/fungsi

renal,

namun

demikian

creatinin

mungkin

meningkat karena injuri jaringan. 10) Urin : adanya albumin, Hb, dan mioglobin dalam urin mengindikasikan

kerusakan

jaringan

yang

dalam

dan

kehilangan/pengeluaran protein. Warna urine merah kehitaman menunjukan adanya mioglobin 11) Rontgen dada: Untuk mengetahui gambaran paru terutama pada injuri inhalasi. 12) Bronhoskopi: untuk mendiagnosa luasnya injuri inhalasi. Mungkin dapat ditemukan adanya edema, perdarahan dan atau ulserasi pada saluran nafas bagian atas 13) ECG: untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung pada luka bakar karena elektrik. 14) Foto

Luka:

sebagai

dokumentasi

untuk

membandingkan

perkembangan penyembuhan luka bakar. 2.4.6

Pencegahan Cara mencegah agar anak-anak terhindar dari benda-benda penyebab luka bakar :

21

1)

Pasanglah pendeteksi asap pada semua kamar tidur, jalan keluar, di luar kamar tidur, dapur, dan kamar tamu, dengan paling sedikit satu buah tiap lantai. Periksa secara teratur.

2)

Praktikan latihan kebakaran di rumah. Pastikan semua anggota keluarga mengetahui bagaimana keluar dengan selamat dari rumah pada saat kebakaran.

3)

Memiliki beberapa pemadam kebakaran yang berfungsi dan siap sedia.

4)

Ajari anak untuk merangkak ke pintu jika ada asap dalam ruangan (mereka akan terhindar dari menghirup asap tersebut karena posisinya berada di bawah asap tersebut).

5)

Beli tangga pengaman jika rumah bertingkat. Jika tinggal di apartement, ajari anak tentang lokasi seluruh pintu keluar dan pastikan mereka mengerti bahwa lift sebaiknya tidak digunakan saat kebakaran karena dapat macet antartingkat atau terbuka pada lantai di mana api tersebut bberkobar. Juga, tentukan daerah pertemuan di luar rumah atau apartement sehingga dapat memastikan setiap orang telah keluar dari daerah yang terbakar.

6)

Ajari

anak

untuk

berhenti,

menjatuhkan

diri,dan

berguling di tanah atau lanta jika bajju mereka terkena api. 7)

Kunci rapat cairan yang mudah terbakar.

8)

Turunkan suhu dari pemanas air di bawwah 48,8° C.

9)

Jangan gunakan kabel tidak kuat, yang sudah lama dan bekas, perlengkapan listrik yang tidak aman dan meragukan.

10) 2.4.7

Jauhkan korek api dan pemantik dari anak-anak.

Penatalaksanaan Penanganan segera terhadap luka bakar sebaiknya meliputi hal berikut ini : 1)

Secepat mungkin, tuangi luka bakar tersebut dengan air dingin. Jangan sungkan untuk menyiramkan air dingin sepanjang

22

daerah luka bakar untuk mendinginkan serta meredakan nyerinya segera setelah terjadi cedera. Jangan gunakan es. 2)

Angkat pakaian dari daerah yang terkena luka bakar tersebut kecuali jika melekat erat dengan kulit. Dalam hal ini, potong dan buang sebanyak mungkin.

3)

Jika daerah yang terluka ttersebut tidak mengeluarkan rembesan air, tutup luka bakar dengan gulungan kain kasa steril.

4)

Jika luka bakar berair, tutupi secara longgar dengan kasa steril jika tersedia (jika tidak biarkan terbuka) dan segeralah mencari abntuan medis.

5)

Jangan meletakkan mentega, minyak atau bedak pada luka bakar. Semua bahan yang disebut ramuan rumahan ini secara nyata dapat membuat cedera lebih buruk.

BAB III PENUTUP 3.1

Kesimpulan

3.2

Saran 1. Bagi orang tua sebaiknya mengawasi anak-anaknya kapanpun dan dimanapun. 2. Bagi orang tua seharusnya menjauhkan anak-anak dari benda-benda yang berbahaya.

23

DAFTAR PUSTAKA Junadi, Purnawan,dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Edisi kedua. Jakarta: Media Aesculapius Rusepno, Hassan, dkk. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3. Jakarta: Bagian IKA FKUI Setyanegara, Surya, dkk. 2004. Panduan Lengkap Perawatan Untuk Bayi dan Balita. Jakarta: Arcan http://yppassalaam.net/component/option,com_fireboard/Itemid,39/id,386/catid,5 2/func,fb_pdf/

24

http://keluargasehat.wordpress.com/category/kecelakaan-pada-anak/ http://www.freewebs.com/accidental_child/

25

Related Documents


More Documents from "Vicky Nesh"