Makalah Pengorganisasian Dalam Keperawatan

  • Uploaded by: Henry March
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Pengorganisasian Dalam Keperawatan as PDF for free.

More details

  • Words: 6,897
  • Pages: 35
Loading documents preview...
MAKALAH PENGORGANISASIAN DALAM KEPERAWATAN

Disusun Oleh : Nama: Henry March Nugraha B NIM : 201901137

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN WIDYA NUSANTARA PALU TAHUN 2020/2021

1

KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas pertolongan dan pimpinan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Manajemen Keperawatan yang berjudul “Pengorganisasian dalam Keperawatan”, tepat pada waktunya. Dalam penulisan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan dan saya menerima dengan baik semua saran dan kritikan demi perbaikan penulisan makalah ini. Kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan dibidang pendidikan khususnya di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu.

Palu, 12 Oktober 2020

Henry March Nugraha Baligau

2

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .....................................................................................i KATA PENGANTAR .................................................................................ii DAFTAR ISI ...............................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..................................................................................4 B. Rumusan Masalah.............................................................................5 C. Tujuan...............................................................................................6 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi.............................................................................................7 B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Organisasi .............................14 C. Definisi Metode Fungsional, Keuntungan, Kerugian dan Contoh Penerapan........................................................................................17 D. Definisi Metode Tim, Keuntungan, Kerugian, dan Contoh...........19 E. Definisi Metode Kasus, Keuntungan dan Kerugian.......................28 F. Definisi Metode Primer, Keuntungan dan Kerugian......................30 G. Definisi Metode Modifikasi, Keuntungan, Kerugian, dan Contoh Penerapan........................................................................................32 BAB III Penutup A. Kesimpulan.....................................................................................34 B. Saran ..............................................................................................34 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................35

3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indonesia dimulai sejak diterima dan diakuinya keperawatan sebagai profesi pada Lokakarya Nasional Keperawatan (1983). Sejak saat itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan dan organisasi profesi, diantaranya adalah dengan membuka pendidikan pada

tingkat

sarjana,

mengembangkan

Kurikulum

Diploma

III

keperawatan, mengadakan pelatihan bagi tenaga keperawatan, serta mengembangkan standar praktik keperawatan. Upaya penting lainnya adalah dibentuknya Direktorat Keperawatan di Departemen Kesehatan di Indonesia. Semua upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme keperawatan agar mutu asuhan keperawatan dapat ditingkatkan. Walaupun sudah banyak hal positif yang telah dicapai di bidang pendidikan

keperawatan,

tetapi

gambaran

pengelolaan

layanan

keperawatan belum memuaskan. Layanan keperawatan masih sering mendapat keluhan masyarakat, terutama tentang sikap dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien atau keluarga. Layanan keperawatan yang ada di Rumah Sakit masih bersifat okupasi. Artinya, tindakan keperawatan yang dilakukan hanya pada pelaksanaan prosedur, pelaksanaan tugas berdasarkan instruksi dokter. Pelaksanaan tugas tidak didasarkan pada tanggung jawab moral serta tidak adanya analisis dan sintesis yang mandiri tentang asuhan keperawatan. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan restrakturing, reengineering, dan

redesigning

system

pemberian

asuhan

keperawatan

melalui

pengembangan Model Metode Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yang akan dibahas dalam makalah ini.

4

Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indonesia dimulai sejak diterima dan diakuinya keperawatan sebagai profesi pada Lokakarya Nasional Keperawatan (1983). Sejak saat itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan dan organisasi profesi, diantaranya adalah dengan membuka pendidikan pada

tingkat

sarjana,

mengembangkan

Kurikulum

Diploma

III

keperawatan, mengadakan pelatihan bagi tenaga keperawatan, serta mengembangkan standar praktik keperawatan. Upaya penting lainnya adalah dibentuknya Direktorat Keperawatan di Departemen Kesehatan di Indonesia. Semua upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme keperawatan agar mutu asuhan keperawatan dapat ditingkatkan. Walaupun sudah banyak hal positif yang telah dicapai di bidang pendidikan keperawatan, tetapi gambaran pengelolaan layanan keperawatan belum memuaskan. Layanan keperawatan masih sering mendapat keluhan masyarakat, terutama tentang sikap dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien atau keluarga. Layanan keperawatan yang ada di Rumah Sakit masih bersifat okupasi. Artinya, tindakan keperawatan

yang

dilakukan

hanya

pada

pelaksanaan

prosedur,

pelaksanaan tugas berdasarkan instruksi dokter. Pelaksanaan tugas tidak didasarkan pada tanggung jawab moral serta tidak adanya analisis dan sintesis yang mandiri tentang asuhan keperawatan. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan restrakturing, reengineering, dan redesigning system pemberian asuhan keperawatan melalui pengembangan Model Metode Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yang akan dibahas dalam makalah ini. B. Rumusan Masalah 1. Apa defenisi dari sistem perorganisasian? 2. Apa saja factor – factor yang mempengaruhinya? 3. Apakah defenisi metode fungsional, keuntungan, kerugian dan contoh penerapannya?

5

4. Apakah defenisi dari metode tim, keuntungan, kerugian dan contoh penerapannya? 5. Apakah defenisi metode kasus, keuntungan, kerugian dan contoh penerapannya? 6. Apakah defenisi metode primer, keuntungan, kerugian dan contoh penerapannya? 7. Apakah defenisi metode modifikasi, keuntungan, kerugian dan contoh penerapannya? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui defenisi dari system perorganisasian. 2. Untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. 3. Untuk mengetahui defenisi, keuntungan, kerugian dan contoh penerapan dari metode fungsional. 4. Untuk mengetahui defenisi, keuntungan, kerugian dan contoh penerapan dari metode tim. 5. Untuk mengetahi defenisi, keuntungan, kerugian dan contoh pnerapan dari metode kasus. 6. Untuk mengetahui defenisi, keuntungan, kerugian dan contoh penerapan dari metode primer. 7. Untuk mengetahui defenisi, keuntunga, kerugian dan contoh penerapan dari metode modifikasi.

6

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Perorganisasian merupakan proses penyusunan anggota dalam bentuk struktur organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dengan sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya baik intrn maupun ekstern. Dua aspek utama dalam organisasi yaitu depertemensasi dan pembagian kerja yang merupakan dasar perorganisasian. James D. mooney mengatakan “Organisasi yaitu bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama“ sedang Chester I. Bernard memberikan pangertian organisasi yaitu suatu system aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Organisasi merupakan proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi ugas diantara para anggota untuk mencapai tujuan. 1. Organisasi Dalam Arti Statis Organisasi dalam arti statis berarti melihat organisasi sebagai sesuatu yang tidak bergerak atau diam. Ada berbagai macam pandangan tentang organisasi dalam arti statis, antara lain sebagai berikut : a. Organisasi dipandang sebagai wadah atau sebagai alat yang berarti : a) Organisasi sebagai alat pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya b) Organisasi merupakan wadah daripada sekelompok orang (group Of people) yang mengadakan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. c) Organisasi sebagai wadah atau tempat di mana administrasi dan manajemen dijalankan yang memungkinkan administrasi dan menajemen itu bergerak sehingga memberi bentuk pada administrasi dan manajemen. d) Organisasi dipandang sebagai jaringan dari hubungan kerja yang bersifat formal seperti yang tergambar dalam suatu bagan

7

dengan mempergunakan kotak-kotak yang beraneka ragam. Disetiap kotak-kotak tersebut memberikan gambaran tentang kedudukan atau jabatan yang 1 harus diisi oleh orang-orang yang memenuhi persyaratan sesuai dengan fungsi masingmasing. b. Organisasi dipandang sebagai saluran hirarki kedudukan atau jabatan yang ada yang menggambarkan secara jelas tentang garis wewenang, garis komando dan garis tanggungjawab. Secara singkat dapat dikatakan bahwa organisasi dalam arti statis merupakan wadah

atau

tempat

kegiatan

administrasi

dan

manajemen

berlangsung dengan gambaran yang jelas tentang saluran hirarki daripada kedudukan, jabatan wewenang, garis komando dan tanggungjawab. 2. Organisasi Dalam Arti Dinamis Organisasi dalam arti dinamis berarti memandang organisasi sebagai suatu organ yang hidup, suatu organisme yang dinamis. Memandang organisasi sebagai organisme yang dinamis berarti memandang organisasi tidak hanya dari segi bentuk dan wujudnya, tetapi juga melihat organisasi itu dari segi isinya. Isi daripada organisasi adalah sekelompok orang-orang yang melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi dalam arti dinamis berarti menyoroti aktivitas atau kegiatan yang ada didalam organisasi, serta segala macam aspek yang berhubungan dengan usaha pencapaian tujuan yang hendak dicapai. Banyak terdapat berbagai macam pandangan tentang organisasi dalam arti dinamis, sebagai berikut : 1) Organisasi dalam arti dinamis berarti organisasi itu selalu bergerak mengadakan pembagian tugas atau pekerjaan sesuai dengan system yang telah ditentukan serta sesuai pula dengan lingkup daripada organisasi itu. 2) Organisasi dalam arti dinamis berarti memandang organisasi itu dari segi isinya, yaitu sekelompok orang yang melakukan kerja sama

8

untuk mencapai tujuan bersama. Jadi organisasi dalam arti dinamis menyoroti unsur manusia yang ada di dalamnya. Manusia merupakan unsur terpenting dari seluruh unsur organisasi karena hanya manusialah yang memiliki sifat kedinamisan. Organisasi dalam arti dinamis selalu diharapkan kepada dua macam kemungkinan, yaitu : a. Kemungkinan untuk tumbuh dan berkembang, yaitu berarti organisasi selalu bergerak untuk tumbuh dan berkembang sesuai tuntutan zaman. b. Pertumbuhan dan perkembangan organisasi dapat bersifat kuantitatif

dan

kualitatif.

Yang

lebih

penting

adalah

pertumbuhan dan perkembangan organisasi yang bersifat kualitatif. c. Kemungkinan organisasi itu akan mati. Hal ini merupakan ancaman dan tantangan yang mau tidak mau harus dapat diatasi. Kematian organisasi merupakan tantangan dalam arti bahwa orangorang yang tergabung dalam organisasi itu diharapkan dengan berbagai masalah atau persoalan dalam tingkat atau kadar persoalan yang berbedabeda. Setiap masalah harus dapat diatasi, karena apabila tidak dapat diatasi akan menjadi hambatan atas jalannya organisasi. Kematian organisasi merupakan ancaman, yang berarti segenap aspirasi yang ditampung dalam organisasi akan bubar berantakan. Ancaman kematian suatu organisasi dapat bersumber dari dalam maupun dari luar. Ancaman yang datang dari dalam adalah ancaman yang datangnya dai anggota sendiri, misalnya: para anggota bersifat statis, tidak mau menerima perubahan (metode) baru, tidak ada rasa memiliki dari para anggota dan lain sebagainya. Ancaman yang datangnya dari luar adalah anacaman yang datangnya dari berbagai organisasi lain dalam bentuk persaingan, baik secara wajar (persaingan sehat) maupun secara tidak sehat (tidak wajar), baik persaingan itu dilakukan secara terbuka (terangterangan) maupun secara tertutup (terselubung).

9

Organisasi dalam arti dinamis berarti organisasi selalu bergerak, tumbuh dan berkembang untuk mempertahankan eksistensinya. bergerak, tumbuh dan berkembangnya organisasi pada dasarnya merupakan kenyataan hidup. Dari uraian di atas kita dapat mengatakan bahwa organisasi dalam arti dinamis merupakan proses kerjasama antara orangorang yang tergabung dalam suatu wadah tentu untuk mencapai tujuan bersama seperti yang telah disampaikan secara bersama pula. Proses adalah langkah-langkah yang harus dilalui. Langkahlangkah yang harus dilalui dalam usaha mencapai tujuan bersama dimulai dari proses perencanaan (planning), proses pengorganisasian (organizing), pemberian motivasi (motivating), proses pengawasan (controlling) dan proses pengambilan keputusan (decision making). Proses tersebut sering disebut sebagai fungsi manajemen sehingga organisasi dalam arti dinamis disebut pula organisasi sebagai fungsi, yaitu organisasi yang member kemungkinan manajemen untuk bergerak. Organisasi sebagai proses juga memandang organisasi dari segi interaction antara orang-orang yang ada di dalam organisasi itu. Interaksi yang terjadi di dalam organisasi dapat berlangsung secara formal (hubungan-hubungan formal), dan secara informal (hubungan-hubungan informal). Hubungan formal adalah hubungan-hubungan yang mengikuti pola seperti yang telah diatur dalam dasar hukum pendirian organisasi, sesuai struktur organisasi, seperti yang telah ditetapkan secara resmi oleh pimpinan. Hubungan informal adalah hubungan-hubungan yang terjadi dalam organisasi yang tidak terikat oleh dasar hukum pendirian organisasi, tidak terikat oleh struktur organisasi, tidak terikat oleh hirarki, tidak terikat oleh aturan-aturan yang ditetapkan secara resmi oleh pimpinan organisasi. Oleh karena itu hubungan-hubungan informal tidak tampak dalam struktur organisasi atau tidak tergambar dalam bagan organisasi. Hubungan-hubungan

informal

berdasarkan

kepada

hubunganhubungan pribadi atau personal relations, dan atas dasar

10

kesamaan kepentingan di dalam organisasi. Interaksi yang terjadi didalam organisasi dapat terjadi antara atasan dengan bawahan, antara bawahan dengan atasan, bawahan dengan bawahan, atasan dan atasan. Dengan kata lain interaksi yang terjadi di dalam organisasi dapat terjadi secara vertical, horizontal maupun secara diagonal. Baik buruknya organisasi sangat ditentukan oleh keserasian interaksi, kemampuan dan hubungan kerja yang terjadi didalam organisasi. Oleh karena itu organisasi dalam arti dinamis atau dalam arti proses lebih banyak menyoroti factor manusia dalam organisasi. Kesimpulan yang dapat kita ambil lebih lanjut ialah bahwa organisasi itu tidak hanya sekedar sebagai wadah saja, tetapi juga sebagai system kerja-sama, sebagai sistem tata hubungan kerja dan sebagai proses pembagian tugas. Organisasi sebagai sistem kerja sama dapat diartikan dengan berbagai cara, yaitu sebagai berikut: a. Organisasi sebagai sistem kerjasama, adalah suatu sistem mengenai pekerjaan-pekerjaan yang dirumuskan dengan baik, dan masingmasing pekerjaan itu mengandung wewenang, tugas dan tanggungjawab tertentu yang memungkinkan orang-orang dari suatu organisasi dapat berkerjasama secara efektif dalam usaha mencapai tujuan bersama. b. Organisasi sebagai sistem kerja dalam suatu sistem penugasan pekerjaan kepada orang-orang yang mengadakan kerjasama yang mengkhususkan diri dalam suatu bidang tertentu dari suatu tugas bersama. c. Organisasi

sebagai

kerjasama

adalah

suatu

sistem

daripada

aktivitasaktivitas kerjasama dari sekelompok orang yang mengadakan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. d. Organisasi sebagai sistem kerjasama adalah suatu sistem yang terencana daripada usaha kerjasama dengan memberikan peran kepada setiap orang untuk dijalankan, wewenang, tugas dan tanggungjawab untuk dilaksanakan.

11

Organisasi sebagai sistem tata-hubungan kerja dapat diberi pengertian dengan berbagai cara, yaitu sebagai berikut: 1) Organisasi sebagai sistem tata-hubungan kerja, adalah suatu system tata-hubungan kerja yang sangat rumit tetapi sistematis sehingga dapat menimbulkan suatu bentuk kerjasama yang baik dan serasi di antara para anggota atau antar unit satuan kerja yang ada sebagai usaha untuk mencapai tujuan bersama. 2) Organisasi sebagai proses pembagian tugas dapat diberi pengertian dengan berbagai cara, yaitu sebagai berikut: a) Organisasi sebagai proses pembagian tugas, adalah suatu proses menetapakan dan mengelompokkan jenis pekerjaan yang akan dilakukan serta merumuskan suatu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab yang memungkinkan orang-orang yang diserahi tugas itu dapat bekerjasama secara efisien dan efektif dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan. b) Organisasi sebagai proses pembagian tugas, adalah proses kegiatan menghimpun secara teratur atas bagian-bagian yang saling bergantung satu sama lain sehingga secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang bulat, bersatu padu dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan. c) Organisasi sebagai proses pembagian tugas, adalah suatu proses pembagian tugas atau pekerjaan serta mengatur dan menentukan bagian atau orang-orang yang diserahi untuk memikul tugas dan tanggungjawab dari suatu bentuk usaha. d) Organisasi sebagai proses pembagian tugas, adalah suatu proses kegiatan penyusunan, pengembangan, pemeliharaan daripada pola hubungan kerja dari bagian-bagiab atau orang-orang yang ada dalam suatu bentuk usaha. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa organisasi sebagai proses pembagian tugas mamandang organisasi dari segi sistem distribusi tugas sehingga masing-masing pejabat atau masing-masing unit satuan

12

kerja memegang tugas tertentu. Disamping itu masih banyak definisi organisasi sebagai proses yang dikemukakan oleh para ahli, dengan cara dan bahasa yang berbeda-beda. Dua diantaranya adalah Organization as the process of dividing up work or arranging personal to handle the work of the enterprise. Artinya Organisasi adalah sebagai proses pembagian tugas, mengatur pegawai-pegawai untuk memikul tugas atau pekerjaan dari suatu badan usaha (Yoseph Kingsbury & Robert Wilcox 1961). Organization is the act or process of bringing together or arranging the related groups of the agency into a working whole. Artinya Organisasi merupakan suatu kegiatan atau suatu proses menghimpun atau mengatur kelomok-kelompok yang saling mengadakan hubungan dari unit perwakilan ke dalam suatu pekerjaan yang menyeluruh (Muninjaya Gde, 2004). Definisi organisasi menurut beberapa ahli diantaranya : 1. James D. Mooney : Organization is the form of every human association for the attainment of common purposes. Artinya Organisasi merupakan bentuk dari setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama. 2. John D. Millet : Organization is people working together, and so it takes on characteristics of human relationships which are involved in group

detivity.

Artinya

Organisasi

adalah

orang-orang

yang

bekerjasama dengan mengandung cirri-ciri dari hubungan kemanusiaan yang timbul di dalam kegiatan kelompok. 3. Dwight Waldo : Organization is the structure of authoritative and habitual personal interrelations in an administrative systems. Artinya: Organisasi merupakan struktur daripada hubungan-hubungan ata dasar wewenang dan bersifat tetap dalam suatu sistem administrasi. 4. Chester I. Barnard : Organization is a system of cooperation activities of two or more persons something intangible and impersonal, largely a matter of relationships. Artinya Organisasi merupakan suatu system usaha bersama antara dua orang atau lebih, sesuatu yang tidak

13

berwujud dan tidak bersifat pribadi, yang sebagia besar mengenai hubungan-hubungan kemanusiaan. Terdapat beberpa hal yang mencirikan bahwa sekumpulan orang yang ada dalam organisasi tersebut didasari : a. adanya kerjasama di antara kelompok orang dalam ikatan formal b. adanaya tujuan bersama serta kepentingan yang sama yang akan dicapai c. adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab yang teratur d. adanya hubungan formal dan ikatan tata tertib yang baik e. adanya pekerjaan yang akan dikerjakan, dan adanya hukum organization Wewenang (authority) merupakan bagian dari mata organisasi. Wewenang merupakan alat dan dasar hukum dari organisasi untuk bertindak dan memerintah orang atau pihak lain. Tanpa ada wewenang terhadap suatu pekerjaan/tugas janganlah melakukan pekerjaan/tugas, karenat tidak mempunyai dasar hukum untuk melaksanakannya. Dalam menyelenggarakan organisasi terdapat beberapa sumber dan jenis wewenang masing-masing sumber dan jenis tersebut mempunyai implikasi terhadap hubungan antara pemimpin staf atau anggota dan juga mekanisme kerjanya. Sumber dan jenis-jenis wewenang tersebut adalah seperti berikut yang dikutip dari Buku Manajemen Sumber Daya Manusia ( H. Malayu S.P. Hasibuan,2000 ). B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Organisasi 1. Leadership Kepemimpinan meliputi proses memproses dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi

untuk memperbaiki

kelompok

dan

budayanya.

Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam

14

menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, maupun atasan pimpinan itu sendiri. 2. Budaya Adanya konsep budaya yang dikembangkan oleh pakar oraganisasi menjadi

bagian

pengembangan

yang

erat

organisasi.

kaitannya

Maka

dengan

muncullah

aspek-aspek

istilah

“Budaya

Organisasi”. secara sederhana budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai nilai-nilai dan cara bertindak yang dianut organisasi (beserta para anggotanya) dalam hubungannya dengan pihak luar. Secara umum, perusahaan atau organisasi terdiri dari sejumlah orang dengan latar belakang kepribadian, emosi dan ego yang beragam. Hasil penjumlahan dan interaksi berbagai orang tersebut membentuk budaya organisasi. 3. Iklim Organisasi Iklim organisasi merupakan karakteristik yang membedakan satu organisasi dengan organisasi lainnya dan mempengaruhi orang-orang dalam organisasi tersebut. Beberapa

faktor

yang

dapat

mempengaruhi

motivasi

kelompok

(teamwork) dalam bekerja dapat dikategorikan sebagai berikut : a. Tujuan Visi, misi dan tujuan yang jelas akan membantu team dalam bekerja. Namun hal tersebut belum cukup jika visi, misi dan tujuan yang ditetapkan tidak sejalan dengan kebutuhan dan tujuan para anggota. b. Tantangan Manusia dikarunia mekanisme pertahanan diri yang di sebut “fight atauflight syndrome”. Ketika dihadapkan pada suatu tantangan, secara nalurimanusia akan melakukan suatu tindakan untuk menghadapi tantangan tersebut (fight) atau menghindar (flight). Dalam banyak kasus tantangan yang ada merupakan suatu rangsangan untuk mencapai kesuksesan. Dengan kata lain tantangan tersebut justru merupakan motivator.

15

Namun demikian tidak semua pekerjaan selalu menghadirkan tantangan.Sebuah team tidak selamanya akan menghadapi suatu tantangan. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya memberikan suatu tugas atau pekerjaan yang menantang dalam interval. Salah satu criteria yang dapat dipakai sebagai acuan apakah suatu tugas memiliki tantangan adalah tingkat kesulitan dari tugas tersebut. Jika terlalu sulit, mungkin dapat dianggap sebagai hal yang mustahil dilaksanakan, maka team bisa saja menyerah sebelum mulai mengerjakannya. Sebaliknya, jika terlalu mudah maka team juga akan malas untuk mengerjakannya karena dianggap tidak akan menimbulkan kebanggaan bagi yang melakukannya. c. Keakraban Team yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akraban satu sama lain, setia kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota team saling menyukai dan berusaha keras untuk mengembangankan dan memelihara hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal menjadi sangat penting karena hal ini akan merupakan dasar terciptanya keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan antara sesama anggota team. d. Tanggungjawab Secara umum, setiap orang akan terstimulasi ketika diberi suatu tanggungjawab. Tanggungjawab mengimplikasikan adanya suatu otoritas untuk membuat perubahan atau mengambil suatu keputusan. Team yang diberi tanggungjawab dan otoritas yang proporsional cenderung akan memilikimotivasi kerja yang tinggi. e. Kesempatan Untuk Maju Setiap

orang

akan

melakukan

banyak

cara

untuk

dapat

mengembangkan diri,mempelajari konsep dan ketrampilan baru, serta melangkah menuju kehidupan yang lebih baik. Jika dalam sebuah team setiap anggota merasabahwa team tersebut dapat memberikan peluang bagi mereka untuk melakukanhal-hal tersebut di atas maka akan

16

tercipta motivasi dan komitment yang tinggi. Hal ini penting mengingat bahwa perkembangan pribadi memberikan nilai tambah bagi individu dalam meningkatkan harga diri. f. Kepemimpinan Tidak dapat dipungkiri bahwa leadership merupakan faktor yang berperan penting dalam mendapatkan komitment dari anggota team. Leader berperan dalam menciptakan kondisi kondusif bagi team untuk bekerja dengan tenang dan harmonis. Seorang leader yang baik juga dapat memahami 6 faktor yang dapat menimbulkan motivasi seperti yang disebutkan diatas. C. Definisi Metode Fungsional, Keuntungan, Kerugian, dan Contoh Penerapan 1. Defenisi Metode Fungsional Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat saat itu, maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002). Metode fungsional penugasan asuhan keperawatan terdiri dari pemisahan tugas keperawatan yang terlibat dalam setiap perawatan pasien dan penugasan masing-masing anggota, staf keperawatan untuk melakukan satu atau dua fungsi bagi semua pasien dalam sebuah unit. Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Perawat dengan pendidikan kurang akan melakukan tindakan yang lebih ringan dibandingkan dengan perawatan profesional. Model ini dibutuhkan pembagian tugas (job description), prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas. Metode ini cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan pengendalian. Kelemahan dari metode

17

ini adalah munculnya fragmentasi keperawatan dimana pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga keperawatan. 2. Keuntungan a. Menerapkan manajemen kalasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik. b. Perawat

senir menyibukkan

diri

dengan tuga

manajerial,

sedangakan perawatan pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau perawat yan belum berpengalaman. Sangat cocok untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. c. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana. d. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu. 3. Kerugian a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat. b. Pelayanan keperawatan terpisah – pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan. c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja. d. Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan e. Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan f. Pelayanan terputus-putus g. Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai 4. Contoh Penerapan a. Kepala Ruangan : Tugasnya adalah merencanakan pekerjaan, menentukan kebutuhan perawatan pasien, membuat penugasan, melakukan supervise, menerima instruksi dokter. b. Perawat Staf : Melakukan askep langsung pada pasien, membantu revisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga keperawatan.

18

c. Perawat Pelaksana : Melaksanakan askep langsung pada pasien, melaksanakan askep pasien dalam masa pemulihan kesehatan, melaksanakan askep pada pasien dengan penyakit kronik dan membantu tidakan sederhana (ADL). d. Perawat Pembantu : Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi, membanatu perawat untuk membenahi tempat tidur, membantu membagikan alat tenun pasien. D. Definisi Metode Tim, Keuntungan, Kerugian, dan Contoh Penerapan 1. Definisi Metode Tim Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif & kolaboratif (Douglas, 1992). Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional yang muncul karena kemajuan teknologi, kesehatan dan peralatan. Tim keperawatan terdiri dari perawat profesional (registered nursing), perawat praktis yang mendapat izin serta pembantu perawat. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Metode ini lebih menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk belajar (Nursalam, 2007). Pokok yang harus diketahui adalah konfrensi tim yang dipimpin ketua

tim,

rencana

asuhan

keperawatan

dan

keterampilan

kepemimpinan. Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personil adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat

19

mengidentifikasi

tujuan

asuhan

keperawatan,

mengidentifikasi

kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standar asuhan keperawatan. Pengembangan

metode

tim

ini

didasarkan

pada

falsafah

mengupayakan tujuan dengan menggunakan kecakapan dan mampuan anggota kelompok. Metode ini juga didasari atas yakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh pelayanan baik. Selain itu, setiap staf berhak menerima bantuan melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan yang baik sesuai kemampuannya. Dalam keperawatan, metode diterapkan dengan menggunakan sama tim perawat yang terogen, terdiri dari perawat profesional, non-profesional, dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien. Ketua tim (perawat profesional) memiliki tanggung jawab dalam perencanaan, kelancaran, dan iluasi dan asuhan keperawatan untuk semua pasien yang di lakukan oleh tim di bawah tanggung jawabnya. Di samping itu, ketua tim mempunyai tugas untuk melakukan supervise kepada semua anggota tim dalam implementasi dan tindakan keperwatan, dan melakukan evaluasi hasil dan asuhan keperwatan. Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien sehingga pasien merasa puas. Selain itu, metode tim dapat meningkatkan kerja sama dan koordinasi perawat dalam melaksanakan tugas, memungkinkan adanya transfer of knowledge dan transfer of experiences di antara perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dan motivasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Sesuai dengan tujuan tersebut maka tugas dan tanggung jawab keperawatan harus benar-benar diarahkan dan direncanakan secara matang

untuk

keberhasilan

20

asuhan

ke

perawatan.sebagaimana

diketahui bahwa satu tim keperawatan terdiri dan 2 orang perawat atau lebih yang bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketua tim seharusnya perawat profesional yang sudah berpengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan dan ditunjuk oleh perawat kepala ruang (nurse unit manager). Selanjutnya, ketua tim akan melaksanakan tugas yang didelegasikan oleh perawat kepala ruang bersama-sama dengan anggota tim. Tugas dan tanggung jawab ketua tim menjadi hal yang harus diperhitungkan secara cermat. Tugas dan tanggung jawab tersebut diarahkan untuk melakukan pengkajian dan penyusunan rencana keperawatan untuk setiap pasien yang berada di bawah tanggung jawabnya, membagi tugas kepada semua anggota tim dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki anggota tim dan kebutuhan pasien yang harus dipenuhi mengontrol dan memberikan bimbingan kepada anggota tim dalam melaksanakan tugasnya apabila diperlukan, melakukan evaluasi terhadap hasil kerja anggota tim, menerima laporan tentang perkembangan kondisi pasien dan anggota tim. Tugas dan tanggung jawab lain yang harus diperhatikan oleh ketua tim adalah mengontrol perkembangan kesehatan setiap pasien, mencatat hal-hal yang terjadi pada pasien terutama yang tidak diinginkan, melakukan revisi rencana keperawatan apabila diperlukan, melaporkan perkembangan pasien kepada perawat kepala ruang serta kesulitan yang dihadapi apabila ada. Selain itu, tugas dan tanggung jawab ketua tim, yaitu memimpin pertemuan tim untuk menerima laporan, memberi pengarahan serta membahas masalah yang dihadapi, menjaga komunikasi yang efektif, melakukan pengajaran kepada pasien, keluarga pasien dan anggota tim serta melengkapi catatan yang dibuat anggota tim apabila diperlukan. Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan metode ini, ketua tim harus memiliki kemampuan untuk mengikut sertakan anggota tim dalam memecahkan masalah. Ketua tim juga harus dapat menerapkan

21

pola asuhan keperawatan yang di anggap sesuai dengan kondisi pasien dan minat pemberi asuhan. Oleh karena itu, pembuatan keputusan, otoritas, dan tanggung jawab ada pada tingkat pelaksana. Hal ini akan mendukung pencapaian pengetahuan dan keterampilan profesional. Dalam ruang perawatan mungkin diperlukan beberapa tim keperawatan. pembagian tugas dalam tim keperawatan dapat dilakukan dengan jalan perawat kepala ruang akan menentukan jumlah tim yang diperlukan berdasarkan beberapa factor, antara lain memperhitungkan jumlah tenaga perawat profesional, jumlah tenaga yang ada, dan jumlah pasien. Pembagian tugas dalam tim keperawatan dapat didasarkan pada tempat/kamar pasien tingkat penyakit pasien, jenis penyakit pasien, dan jumlah pasien yang di rawat. Berdasarkan hal-hal tersebut maka ketua tim harus memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan semua kegiatan tim. b. Menjadi konsultan dalam asuhan keperawatan. c. Melakukan peran sebagai model peran. d. Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien. e. Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien. f. Merevisi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan pasien. g. Melaksanakan observasi baik terhadap perkembangan pasien maupun kerja dari anggota tim. h. Menjadi guru pengajar. i. Melaksanakan evaluasi secara baik dan objektif. Bila kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh ketua tim,akan berdampak secara positif dalam pemberian asuhan keperawatan. Dengan demikian, masalah dalam asuhan keperawatan cepat teratasi mutu asuhan keperawatan terpeliharanya perawat terbiasa bekerja secara terorganisasi, terarah, dan memahami tujuan kerja sama antar

22

perawat

meningkat

kepuasan

kerja

meningkat

pengetahuan,

keterampilan, dan pengalaman semua perawat meningkat serta kaderisasi kepemimpinan terjadi. Di bandingkan dengan metode fungsional, metode tim lebih banyak memberikan tanggung jawab, otoritas, dan tanggung gugat kepada anggota tim. Tugas perawat menjadi lebih kompleks, anggota tim lebih terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Apabila kerja dan tim berhasil dan memuaskan, pola ini member pengkayaan pengalaman dan perluasan wawasan kerja bagi pelaksana khususnya anggota tim tingkat yang rendah. 2. Konsep Metode Tim Menurut Kron & Gray (1987) a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin. c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim. d) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik jika didukung oleh kepala ruang. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbedabeda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim / grup yang terdiri dari tenaga profesional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. 3. Kelebihan : a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan. c) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim. Dapat memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat. Pasien merasa di perlakukan lebih manusiawi karena pasien memiliki

23

sekelompok

perawat

yang

lebih

mengenal

dan

memahami

kebutuhannya. Perawat dapat mengenali pasien secara individual karena perawatannya menangani pasien dalam jumlah yang sedikit. Hal ini, sangat memungkinkan merawat pasien secara komprehensif dan melihat pasien secara holistic. Perawat akan memperlihatkan kerja lebih produktif melalui kemampuan dalam bekerja sama dan berkomunikasi dalam tim. Hal ini akan mempermudah dalam mengenal kemampuan anggota tim yang dapat dimanfaatkan secara optimal. 4. Kelemahan : a) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu). b) Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu. c) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur Sebagaimana

metode

fungsional,

metode

tim

juga

tidak

mengandung beberapa kerugian. Selain itu, metode ini di anggap memerlukan biaya yang lebih tinggi karena kotaknya distribusi tenaga, metode ini juga tidak efektif bila pengaturannya tidak baik. Pelaksanaan

asuhan

keperawatan

menggunakan

metode

tim

memerlukan banyak kerja sama dan komunikasi serta kecenderungan banyak kegiatan keperawatan di lakukan oleh perawat non profesional. Ketua tim perlu waktu yang lebih banyak untik melaksanakan tugas manajeria, seperti mengkaji, mendelegasikan, dan mengontrol kerja kelompok. Ketua tim dapat mengalami kebinguangan karena tugas disampaikan melalui beberapa orang anggota, terlebih apabila komposisi anggota tim sering diubah.

24

 Peran perawat kepala ruang Peran perawat kepala ruang dalam aplikasi metode tim diarahkan pada keterampilan dan minat yang dimilikinya di samping itu, perawat kepala ruang harus mampu mengoptimalkan fungsi tim melalui orientasi anggota tim dan pendidikan berkelanjutan, mengkaji kemampuan anggota tim dan membagi tugas sesuai dengan keterampilan anggotanya hal yang tidak kalah pentingnya adalaah perawat kepala ruang harus mampu sebagai model peran. Metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan dapat diterapkan bila ada tenaga profesional yang mampu dan mau memimpin kelompok kecil, dapat bekerja sama dan membimbing tenaga keperawatan yang lebih rendah. Di samping itu, perawat kepala ruang harus mau membagi tanggung jawab dan tugasnya kepada orang lain. Satu tim keperawatan dapat terdiri dan tiga sampai lima perawat untuk bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan kepada 10 sampai 15 pasien.  Tanggungjawab Kepala ruang : a. Menentukan standar pelaksanaan kerja. b. Supervisi dan evaluasi tugas staf c. Memberi pengarahan ketua tim.  Uraian tugas Kepala Ruang : a. Perencanaan 1. Menunjukkan ketua tim akan bertugas di ruangan masingmasing 2. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya. 3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien. 4. Mengidentifikasi

jumlah

perawat

yang

dibutuhkan

berdasarkanaktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan. 5. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan

25

6. Mengikuti

visite

dokter

kondisi,patofisiologi,tindakan

untuk medis

mengetahui

yang

dilakukan,

program pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. 7. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan . 8. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri. 9. Membantu

membimbing

terhadap

peserta

didik

keperawatan. 10. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan RS. b. Pengorganisasian 1. Merumuskan metode penugasan yang digunakan 2. Merumuskan tujuan metode penugasan 3. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas 4. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat. 5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dll. 6. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan 7. Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek 8. Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada ditempat kepada ketua tim 9. Memberikan wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien. 10. Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya 11. Identifikasi masalah dan cara penanganan c. Pengarahan 1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim

26

2. Memberi pujian kepada anggota yang melaksanakan tugas dengan baik 3. Memberi

motivasi

dalam

peningkatan

pengetahuan,

ketrampilan dan sikap 4. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien 5. Melibatkan bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya. 6. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain. d. Pengawasan 1. Melalui komunikas : Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksanan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. 2. Melalui superfisi : Pengawasan langsung dan tidak langsung. 3. Evaluasi

:

Mengevaluasi

upaya

pelaksanaan

dan

membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim serta melakukan Audit keperawatan.  Tanggung jawab ketua tim : 1. Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan. 2. Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang didelegasikan oleh kepala ruangan. 3. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan bersama-sama anggota timnya,. 4. Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik. 5. Membuat

penugasan

kepada

setiap

memberikan bimbingan melalui konferens.

27

anggota

tim

dan

6. Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang diharapkan serta mendokumentasikannya. 7. Memberi

pengarahan

pada

perawat

pelaksana

tentang

pelaksanaan asuhan keperawatan. 8. Menyelenggarakan konferensi . 9. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. 10. Melakukan

audit

asuhan

keperawatan

yang

menjadi

tanggungjawab timnya. 11. Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan.  Tanggung jawab anggota tim 1. Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan. 2. Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan berdasarkan respon klien. 3. Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk meningkatkan asuhan keperawatan 4. Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim. 5. Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim. 6. Memberikan laporan E. Definisi Metode Kasus, Keuntungan dan Kerugian 1. Defenisi Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti: a. Dengan dokter dan pasien tertentu b. Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit – unit 3) Dengan mengadakan diagnose Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan

28

pendidikan tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang tinggi. Metode kasus merupakan metode

yang

berdasarkan

pendekatan

holistik

dari

filosofi

keperawatan. Parawat beratanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu. Rasio pasien perawat adalah 1 : 1. Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus dapat diterapkan satu pasien untuk satu perawat, umumnya dilakukan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus, seperti isolasi atau intensive care ( Nursalam, 2012 ). Model Kasus merupakan model pemberian asuhan yang pertama digunakan. Sampai Perang Dunia kedua model tersebut merupakan model pemberian asuhan keperawatan yang paling banyak digunakan. Pada model ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah pasien yang dirawat oleh satu perawat sangat tergantung kepada kemampuan perawat dan kompleksnya masalah dan pemenuhan kebutuhan pasien. Model Kasus ini diharapkan yaitu, dimana perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang mencakup seluruh aspek keperawatan yang dibutuhkan pasien. Model ini perawat memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara menyeluruh, sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap pasien dengan baik, sehingga pasien merasa puas dan merasakan lebih aman karena mengetahui perawat yang bertanggung jawab atas dirinya. Dengan model ini menuntut seluruh tenaga keperawatan mempunyai kualitas profesional dan membutuhkan jumlah tenaga keperawatan yang banyak. Model ini sangat sesuai digunakan di ruangan rawat khusus

29

seperti ruang perawatan intensif, misalnya ruang ICCU, ICU, HCU, Haemodialisa dan sebagainya ( Zaidin Ali, 2001 ). 1. Keuntungan a. Perawat lebih memahami kasus per kasus b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih muda 2. Kerugian a. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yanga sama c. Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh d. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah pasien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan e. Pendelegasian perawatan pasien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab pasien bertugas. F. Definisi Metode Primer, Keuntungan dan Kerugian 1. Defenisi Menurut Gillies (1986), perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Saat perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).

30

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat. 2. Keuntungan a. Bersifat kontunuitas dan komprehensif b. Perawata primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri c. Mendorong kemandirian perawat d. Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat e. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat f. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan. Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa di manusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi. 3. Kerugian a. Hanya dapat di lakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, menguasai

kemampuan

mengambil

keperawatan

klinis,

keputusan akuntabel,

berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu b. Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat c. Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional d. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.

31

yang serta

tepat, mampu

G. Definisi Metode Modifikasi, Keuntungan, Kerugian dan Contoh Penerapan 1. Defenisi Metode primer modifikasi adalah metode gabungan antara metode penugasan tim dengan metode perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat pasien dari datang sampai pulang. Pada model ini, digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S.Sudarsono (2000), penerapan sistem model ini didasarkan pada beberapa alasan : a. Keperawatan primer tidak di gunakan secara murni, karena perawat primer

harus

mempunyai

latar

belakang

pendidikan

S1

Keperawatan atau setara. b. Keperawatan tim tidak di gunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim c. Melalui kombinasi kedua model tersebut di harapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagain besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ ketua tim tentang asuhan keperawatan. Untuk ruang model ini di perlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat, juga Ners, Perawat Associate(PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi terdiri atas lulusan D3 Keperawatan ( 3orang) dan SPK (18 orang). 2. Keuntungan a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

32

c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehinggah konflik mudah di atasi dan memberikan kepuasaan pada anggota tim d. Saling memberi pengalaman antar sesama tim e. Bersifat kontunuitas dan komprehensif f. Mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri Mendorong kemandirian perawat g. Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat 3. Kerugian a. Kelemahan metode primer modifikasi b. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung jawabnya c. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat d. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim e. Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat f. Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional g. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain. 4. Contoh Penerapan a. Berbeda bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien b. Metode Primer adalah seorang perawat profesional bertanggung jawab member perawatan secara menyeluruh selama 24 jam pada 4-6 pasien dalam satu unit sejak pasien masuk sampai pulang c. Metode Kasus adalah satu perawat merawat satu pasien (total patient care) d. Metode Primer-modifikasi adalah gabungan metode tim dan metode primer.

33

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Fungsi

manajemen

keperawatan

dalam

organisasi

adalah

mengembangkan seseorang. Hal tersebut berjalan bilamana perawat mau belajar dan menggunakan ilmu yang ditunjukkan oleh pengalaman dan penelitian yang dikembangkan agar fungsi organisasi dalam manajemen keperawatan semakin berkembang. Perawat manajer perlu bekerja untuk struktur organisasi ideal. Mereka harus membangun, menguji, mengakui kesalahan, berkompromi, dan menerima. Mereka harus merancang organisasi yang sederhana untuk menyelesaikan pekerjaan. Organisasi adalah produktif jika orang memberikan perhatian yang memenuhi kebutuhan klien dan setiap karyawan merasakan kepuasan. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien tidak dapat bekerja sendiri, tetapi harus bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi klien. Kerja sama antar perawat dengan tim kesehatan tersebut harus ditata sehingga menghasilkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, penataan yang dimaksud adalah pengorganisasian segala sumber yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan. B. Saran Adapun saran penulis terhadap pembaca, yaitu agar memahami mengenai system perorganisasian dalam manajemen keperawatan dan juga mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya system organisasi dan juga mengetahui beberapa metode- metode yang ada dalam manajemen keperawatan. Perbedaan kelima metode praktik keperawatan harus dipahami oleh pembaca dan mampu mengaplikasikannya dengan sebaik mungkin serta tidak menjadikan kelemahan-kelemahan metode untuk memberikan pelayanan yang optimal

34

DAFTAR PUSTAKA Ali, Zaidin. 2001. Dasar – Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika. Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika. Muninjaya Gde. 2004. Manajemen Kesehatan Cetakan I Edisi 2. Jakarta : EGC Sitorus Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di RS. Jakarta : EGC. Gilles, A.G. 1994. Nursing Management: A.System Approach, 3rdedition , Philadelphia: WB Company Saunders.

35

Related Documents


More Documents from "Walter ginola"