Makalah Perbankan Syariah

  • Uploaded by: Unix Point
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Perbankan Syariah as PDF for free.

More details

  • Words: 6,920
  • Pages: 37
Loading documents preview...
AKAD-AKAD PERBANKAN SYARIAH

Dosen Pembimbing: MUSTAFA KAMAL, SE.Sy, M.SI

Oleh:

VIO SATRIA REVANZHA (1810091510721) FAUZAN AZIZ (1810091510706) MUHAMMAD RASYIDI (0910091510758)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BANGKINANG TA 2019/2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat kami selesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada panutan kita Nabi Muhammad SAW dan para pengikut ajarannya. Dalam kesempatan ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Mustafa Kamal,SE,Sy M.Si selaku dosen Akuntansi Perbankan Syariah yang telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini, 2. Orang tua yang selalu mendoakan dan mendukung kami, dan 3. Teman-teman seperjuangan yang telah memberi dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi perbaikan dan penyempurnaan untuk makalah ini.

Bangkinang,

Maret 2020

Penulis

i.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR ............................................................................ i DAFTAR ISI ........................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1 C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 1 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 2 A. Piutang Murabahah ..................................................................... 2 B. Piutang Salam ............................................................................ 12 C. Piutang Istishna’ .......................................................................... 22 BAB III PENUTUP ............................................................................... 32 Kesimpulan ...................................................................................... 32 DAFTAR PUSTAKA

ii.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Bentuk-bentuk akad jual beli yang telah dibahas para ulama dalam fiqih muamalah islamiah terbilang sangat banyak. Jumlahnya bisa mencapai belasan bahkan sampai puluhan. Sungguhpun demikian, dari sekian banyak itu, ada tiga jenis jual beli yang telah dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah yaitu murabahah, as-salam, dan al-istishna’. Kegiatan yang dilakukan perbankan syariah antara lain adalah penghimpunan dana, penyaluran dana, membeli, menjual dan menjamin atas resiko serta kegiatankegiatan lainnya. Pada perbankan syariah, prinsip jual beli dilakukan melalui perpindahan kepemilikan barang. Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi salah satu bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barang. Pada makalah ini akan dibahas jenis pembiayaan salam dan istishna’ dalam perbankan syari’ah.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana mekanisme putang murabahah? 2. Bagaimana mekanisme piutang salam? 3. Bagaimana mekanisme piutang istishna’? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui mekanisme piutang murabahah. 2. Untuk mengetahui mekanisme piutang salam. 3. Untuk mengetahui mekanisme piutang istishna’

1.

BAB II PEMBAHASAN

A. Piutang Murabahah Dalam artian fiqih, murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimna penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualkan, termasuk harga pembeli barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atas laba/ keuntungan dalam jumlah tertentu.

1. Teknik Perbankan Murabahah adalah akad jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambahkan dengan margin keuntungan yang disepakati. Berdasarkan akad jual bei tersebut bank membeli barang yang dipesan oleh dan menjualnya kepada nasabah. Harga jual bank adalah harga beli dari suplier ditambahkan keuntungan yang disepakati. Bank harus memberitahukan secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembalian barang setelah ada pemesanan dari nasabah. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan.

2. Aspek Syariah a.

Al-Qur’an dan Hadist Murabahah merupakan bagian dari jual beli dan sistem ini mendominasi produk-produk yang ada di semua bank Islam. Dalam Islam, jual beli merupakan salah satu sarana tolong menolong antara sesama umat manusia yang di ridhai oleh Allah Swt.

b.

Musyawarah dan Kesepakatan

2.

Kesepakatan kedua belah pihak antara bank dan nasabah sangat diperlukan dalam menentukan keputusan dan akan memperlancarkan1 urusan. Masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang sama serta bersama menjaga amanah dana masyarakat c.

Jaminan Jaminan diperlukan untuk memperkesil risiko-risiko yang merugikan bank dan untuk melihat kemampuan nasabah dalam menanggung pembayaran kembali atas utang yang diterima dari bank.\

d.

Dokumentasi Merupakan salah satu syarat transaksi peningkatan antara nasabah dengan bank yang dapat dipergunakan sebagai berikut: 

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklan seorang penulis diatara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penuis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur.... “(QS Al-Baqarah (2): 282)



“Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipukulnya) dan janjinya:” QS. Al-Mu’minun 23: 8).

3. Rukun Murabahah

-



Penjual (Ba’i)



Pembeli (Musytari)

1

Drs.MUHAMMAD,M.Ag. manajemen bank syariah (Yogjakarta :unit penerbitan dan percetakan )

3.



Objek jual beli (Maabi)



Harga (Tsaman)



Ijab qabul

4. Ketentuan-Ketentuan Murabahah Ketentuan-ketentuan tentang murabahah: a. Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah 

Bank dan nasabah hars melakukan akad murabahah yang bebas riba. Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah Islam. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.



Bank membeli barang yang diperlukan nasabahnya atas nama bak sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.



Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembeian, misalnya jika pembelian dilakukan secara berutang.



Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesanan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungan. Dalam kaitan ini bank harus memberitahukan secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukannya.



vNasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang di sepakati.



Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah berupa pemikatan jaminan dan atau asuransi.



Jika bank hendak memperwakilkan dengan nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga (akad wakalah), akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.

b. Ketentuan Murabahah Kepada Nasabah 

Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atas aset kepada bank.



Jika bank menerima permohonan tersebut ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.

4.



Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatiinya, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat konttrak jual beli.



Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.



Jika nasabah kemudian menolak memberi barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dengan uang muka tersebut.

Jaminan dalam murabahah a. Jaminan dalam murabahah diperbolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya. b. Bank dapat meminta nasabah untuk menyedikan jaminan yang dapat dipegang. Utang dalam murabahah a. Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam ransaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lainnya yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut, jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan utangnya kepada bank. b. Jika nasabah manjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruhnya. c. Jika penjual barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai dengan kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan. Penundaan pembayaran dalam murabahah a. Nasabah yag memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian utangnya. b. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajiban, maka penyelesaiannya

5.

dilakukan melalui badan arbitrase syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musawarah. Bangkrut dalam murabahah Jika nasabah telah dinyatakan pailid dan gagal menyelesaikan utangnya, bank harus menunda tagihan utang tanpa ia sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan. a. Uang muka murabahah 1) Dalam akad penyaluran dana murabahah, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dibolehkan untuk meminta uang muka apabila kedua belak pihak bersepakat. 2) Besar jumlah uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan. 3) Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus memberikan ganti rugi kepada LKS dari uang muka tersebut. 4) Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS dapat meminta tambahan kepada nasabah. 5) Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian, LKS harus mengembalikan kelebihan kepada nasabah. b. Diskon Murabahah 1) Harga (Tsaman) dalam jual beli adalah suatu jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak, baik sama dengan nilai (qimah) beda yang menjadi objek jual beli, lebih tinggi maupun lebih rendah. 2) Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang diperlukan ditambahkan keuntungan sesuai kesepakatan. 3) Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari suplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon; karena itu diskon adalah hak nasabah. 4) Jika memberi diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan dan ditanda tangai. c. Sanksi atas nasabah maupun yang menunda-nunda pembayaran

6.

Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenalkan LKS kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda pembayaran dengan sengaja. 1) Nasabah yang tidak/ belum mampu membayar disebabkan Force Majeur tidak boleh dikenakan sanksi. 2) Nasabah maupun yang menunda-nunda pembayaran dan/ atau tidak mempunyai kemampuan dan itikad baik untuk membayar utangnya boleh dikenakan sanksi. 3) Sanksi didasarkan atas prinsip Ta’zir yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya. 4) Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditanda tangani. 5) Dana yang berasal dari denda di peruntukkan sebagai dana sosial. d. Potongan pelunasan dalam murabahah 1) Jika nasabah dalam transaksi murabahah melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati, LKS boleh memberikan potongan dari kewajiban tersebut, dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad. 2) Besarnya potongan sebagaimana dimaksud diatas diserahkan kepada kebijakan dan pertimbangan LKS. e. Ketentuan ganti rugi (ta’widh) 1) Bank dapat mengenakan ganti rugi (ta’widh) hanya atas kerugian riil yang dapat diperhitungkan dengan jelas kepada nasabah yang dengan sengaja atau karena kelalaian melakukan sesuatu yang menyimpang dari ketentuan akad dan mengakibatkan kerugian pada bank. 2) Besarnya ganti rugi yang dapat diakui sebagai pendapatan bank adalah sesuai nilai kerugian riil (real loss) yang berkaitan dengan upaya bank untuk memperoleh pembayaran dari nasabah dan bukan kerugian yang diperkirakan akan teerjadi (potential loss) karena adanya peluang yang hilang (opportunity loss/ al-furshah al-dhai’ah).

7.

3) Klausal pengenaan ganti rugi harus ditetapkan secara jelas dalam akad dan dipahami oleh nasabah. 4) Besarnya ganti rugi atas kerugian riil ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan nasabah.

5. Aspek Teknis Implementasi a. Tujuan jual beli Akad murabahah digunakan oleh bank untuk memfasilitasi nasabah melakukan pembelian dalam rangka memenuhi kebutuhan akan: 1) Barang konsumsi seperti rumah, kendaraan/ alat transfortasi, alatalat rumah tanggga dan sejenisnya (tidak termasuk renovasi atau proses membangun). 2) Pengadaan barang dagangan. 3) Bahan baku dan atau bahan pembantu produksi (tidak termasuk proses produksi). 4) Barang modal seperti pabrik, mesin dan sejenisnya. 5) Barang lainnya yang tidak bertentangan dengan syari’ah dan disetujui bank. b. Bank 1) Bank diperbolehkn menentukan supplier atas barang yang dibeli oleh nasabah. 2) Bank menerbitkan Purchase order (PO) dan Delivery Order (DO) sesuai kesepakatan dengan nasabah kepada supplier agar barang tersebut dikirimkan kepada nasabah. 3) Bank akan mentransfer uang pembelian barang langsung kepada penjual/ supplier. 4) Proses pengadaan barang murabahah (aktiva murabahah) harus dilakukan oleh pihak bank. 5) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan

8.

setelah barang secara prinsip, menjadi milik bank maka terlebih dahulu dibuat akad wakalah. c. Nasabah 1) Nasabah harus cakap hukum. 2) Mempunyai mampuan untuk membayar. d. Harga jual bank 1) Ketentuan harga jual bank ditetapkan pada awal perjanjian dan tidak boleh berubah selama jangka waktu pembayaran angsuran, termasuk jika dilakukan perpanjangan. 2) Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 3) Apabila nasabah memberikan uang muka (Urbun), maka uang muka nasabah tersebut diperlakukan sebagai pengurangan Utang Nasabah (Piutang Murabahah). 4) Bank dapat meminta uang muka pembelian kepada nasabah. a) Potongan uang muka bank oleh pemasok. b) Biaya administrasi. c) Biaya yang dikeluarkan dalam proses pengadaan lainnya. e. Jangka waktu Ditentukan oleh kebijakan bank dalam bentuk SK direksi. 1) Denda kepada Nasabah Bank berhak mengenakan denda kepada nasabah yang tidak dapat memenuhi kewajiban piutang murabahah dengan indikasi antara lain: a) Adanya unsur kesengajaan yaitu nasabah mempunyai dana tetapi tidak melakukan pembayaran piutang murabahah; dan b) Adanya unsur penyalahgunaan dana yaitu nasabah mempunyai dana tetapi digunakan terlebih dahulu untuk hal lain. c) Pengenaan dan besarnya denda ditentukan oleh bank dalam bentuk SK Direksi. d) Pengenaan denda harus dituangkan dalam surat penawaran (Offering Letter) dan akad baik ta’zir maupun ta’widh.

9.

e) Pengakuan denda dapat berupa ta’zir dan atau ta’widh. 2) Potongan a) Apabila

setelah

akad

transaksi

murabahah,

pemasok

memberikan potongan barga atas barang yang dibeli oleh bank dan telah dijual kepada nasabah, maka potongan harga tersebut menjadi hak nasabah. b) Bank dapat memberi potongan harga (muqossah), apabila nasabah melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang telah disepakati , dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad dan besarnya potongan ditetapkan oleh komite penyaluran dana. 3) Komisi Dalam hal pemasok memberikan komisi atas pembelian barang pleh bank maka menjadi hak bank. 4) Jaminan Bank dapat meminta nasabah menyediakan jaminan atas piutang murabahah. 5) Lain-lain a) Nasabah dapat dibebani biaya administrasi dan biaya lainnya, seperti biaya notaris, asuransi, dan lain-lain. b) Apabila di kemudian hari nasabah ternyata tidak mempunyai kemampuan

untuk

membayar,

maka

penyelesaiannya

diputuskan oleh komite penyaluran dana.

6. Dokumentasi a. Surat Persetujuan Prinsip (Offering Letter) b. Akad Jual Beli c. Perjanjian Pengikatan Jaminan d. Surat Permohonan Realisasi Murabahah e. Tanda Terima Uang untuk akad Wakalah f. Tanda Terima Barang yang ditandatangani nasabah 7. Aspek Administrasi

10.

a. Realisasi penyaluran dana Transaksi jual beli murabahah akan dicairkan setelah akad perjanjian jual beli murabahah ditanda tangani dan bank telah menerima dokumen bukti transaksi dan penyerahan (barang yang dimaksud dalam akad) dari supplier kepada nasabah selaku wakil bank. b. Kewajiban nasabah 

Bank berhak meminta dan memperoleh surat kuasa dari nasabah untuk mendebit rekening nasabah pada bank guna pembayaran kewajiban (angsuran) pada setiap saat kewajiban jatuh tempo.



Jika nasabah melakukan pembayaran uang muka, maka kewajiban nasabah adalah sebesar harga jual dikurangi dengan uang muka (uang muka sebagai pengurang piutang kepada nasabah, dan tidak diperkenakan sebagai pembayaran angsuran pertama).



Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut, yaitu sebesar harga jual barang.

c. Pendapatan 

Pendapatan murabahah diakui pada saat pembayaran angsuran.



Semua biaya administrasi yang timbul akibat dari perjanjian ini ditanggung oleh nasabah nasabah dan diakui sebagai pendapatan ban.



Apabila

terdapat

uang muka

dalam

transaksi

murabahah

berdasarkan pesanan, maka keuntungan murabahah didasarkan pada porsi harga barang yang dibiayai oleh bank (harga perolehan barang dikurang uang muka). 

Apabila transaksi murabahah pembayarannya dilakukan secara angsuran atau tangguh, maka pengakuan porsi pokok dan keuntungan secara proposional.



Apabila nasabah melakukan pembayaran angsuran lebih kecil dari kewajibannya maka pengakuan pendapatan dilakukan secara proposional antara pokok dan margin

11.

d. Lain-lain Biaya asuransi barang ditanggung oleh nasabah (musytari).

B. PIUTANG SALAM Definisi fiqih Secara etimilogi, salam artinya salaf (pendahuluan). Secara tertimologi (ta’rif) muamalah salam adalah: penjualan suatu barang yang disebutkan sifatsifatnya sebagai persyaratan jual beli dan barang tersebut masih dalam tanggungan penjual, dimna syarat-syarat tesebut diantaranya adalah mendahulukan pembayaran pada waktu dakad majelis (akad disepakati). Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau sebagai penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam parallel.

Teknis Perbankan Salam adalah akad jual beli suatu barang (komoditi) dimana harganya dibayar dengan segera (pada saat akad disepakati), sedang barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka waktu yang disepakati. Salam parallel adalah suatu transaksi dimna bank melakuakan dua akad salam dalam waktu yang sama. Dalam akad salam pertama bank (selaku muslim) melakukan pembelian suatu barang pada pihak penyedia barang (muslam ilaihi) dengan pembayaran dimuka dan pada akad kedua salam kedua bank (selaku muslam ilaihi) menjual lagi kepada pihak lain (muslim) dengan jangka waktu yang disepakati bersama. Pelaksanaan kewajiban bank selaku sebagai mulsam ilaihi (penjual) dalam akad salam kedua tidak tergantung pada salam yang pertama.

Tujuan Penggunaan Produk salam ini diutamakan untuk pembelian dan penjualan hasil produksi pertanian atau peternakan atau perkebunan. Menurut Ibn Qudamah, “Karena orangorang mempunyai kebutuhan akan salam dank arena petani,pekebun,dan peternak

12.

memerlukan uang untuk biaya-biaya hidup mereka dan melakukan pengeluaran atas ysaha mereka agar mendatangkan hasil, sehingga mereka menghadapi kebutuhan keuangan”. Salam sebagai salah satu car bagi mereka sehingga mereka bisa mengambil manfaat. Aspek Syari’ah 1. Al-qurqn dan Hadis Dalam islam jual beli sebagai saran tolong menolong antara sesame umat manusia yang diridhai oleh Allah SWT. “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS. Al Baqarah (2):275) “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesama dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantatra kamu…”(HR. Al Baihaqi, Ibnu Majah, dan Shahih menurut Ibnu Hiban)

Rasullah SAW bersabda: “Barang siapa ,melakukan akad salam, maka hendaknya bersalam dalam takaran yang ditentukan dan timbangan yang ditentukan hingga batas waktu yang ditentukan.”

Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mensalafkan (megambil panjar)sesuatu maka tidak boleh mengipernya kepada orang lain.” (HR.Ad Daruquthni) 2. Musyawarah dan Kesepakatan 2 Kesepakatan kedua belah pihak antara bank dan nasabah sangat diperlukan dalam menentukan keputusan dan akan memperlancar keputusan dan akan memperlancar urusan. Masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang sama, serta bersama menjaga amanah dana masyarakat. “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan tuhannya dan mendirikan shlat, sedang urusan mereka (diputuskan) denhan musyawarah 2

Muhammad, manajemen dana bank syariah (yogyakarta : cv.adipura) 13.

antar mereka dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka” (QS As Syura(42):38)

Jaminan Jaminan diperlukan untuk memperkecil risiko-risiko yang merugikan bank. “jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai), sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggunagan yang dipegang oleh yang berhutang. Akan tetapi jika sebagai kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menurut amanatnya (utangnya), dan hendaklah dia bertaqwa kepada Allah,Tuhanya…(QS. Al Baqarah(2):283). Dari Aisyah bahwasanya “Nabi SAW bersabda: “ Siapapun yang bangkrut (mufis), lalu kreditornya mendapatkan barangnya sendiri pada si bangkrut, maka krditur itu lebih berhak untuk menarik kembali barang nya itu pada dirinya.” (HR. Bukhari,Muslim,Tirmizi,Nasa’i,)

Dokumentasi Dokumentasi adalah salah satu syarat transaksi/pengikatan antara nasabah dengan bank yang dapat dipergunakan sebagi berikut: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah idak secar tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskan nya. Dan hendak lah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskan nya sebagaimana allah telah mengajarkan nya, maka hendaklah ia menulis,dan hendak lah orang yang berhutang mengimlakkan nya (apa yang akan ditulis itu), dan hendak lah dia bertaqwa kepada Allah Tuhanya, dan jangan lah dia mengurangi sedikitpun dari pada utangnya. Jika yang berutanglebih akal nnya atau lemah (keadaanya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur…” (QS. Al Baqarah(2):282)

Saksi

14.

Persaksian merupakan alat bukti bagi hakim untuk memutuskan perkara. Saksi harus prang yang bijaksana dan adil, tidak cacat mata, bisa bicara (bukan bisu), dan juga tidak cacat hukum.

Wanprestasi Wanprestasi diberlakukan bila nasabah melakukan cidera janji, yaitu tidak menepati kewajbannya terhadap bank dalam suatu perjanjian. Dalam hukum islam, seseorang iwajibkan untuk menghormati dan mematuhi setiap perjanjian atau amanah yang dipercayakan kepadanya. “Dan orang-orang beriman yang memeliharaamanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya.” (QS. Al Mu’minun(23):8) Bersumber dari Amir bin Syuraid dari ayah nya dari nabi SAW, beliau bersabda: “Memperpanjang (menunda-nunda) pembayaran (utang) atas orang yang mampu adalah kezhaliman yang menghalal kan kehormatannya dan saksinya.” (HR. Imam yang lima kecuali Tirmidzi).

Ketentuan-ketentuan Salam 1. Ketentuan-ketentuan pembayaran a. Alat bayar harus diketahuai jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau manfaat. b. Pembayaran harus dilakukan pada saat kontral disepakati. c. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang. 2. Ketentuan tentang barang a. Harus jelas cirri-cirinya dan dapat diakui sebagai utang.3 b. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya. c. Penyerahan dilakukan kemudian. d. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.

-

3

Prof.dr. sutan remy sjahdeine, S.H. , Perbankan Islam (Jakarta : PT pustaka utama grafiti)

15.

e. Pembeli tidak boleh menjual barang-barang sebelum menerimanya. f. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang serupa atau sejenis sesuai kesepakatan. 3. Ketentuan-ketentuan Salam Paralel Dibolehkan melakukan salam parallel dengan syarat: a. Akad kedua terpisah dari akad yang pertama, dan b. Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah. 4. Penyeraha barang sebelum atau sesuai waktu yang ditetapkan a. Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah yang telah kita sepakati. b. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi, penjual tidak boleh meminta tambahan harga. c. Jika penjual memberikan kualitas barang yang lebih rendah, dan pembeli rela menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut pengurangan harga (diskon). d. Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang dosepakati dengan syarat: kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan ia tidak boleh menuntut pemanbahan harga. e. Jika semua atau sebagia barang tida tersedia pada waktu penyerahan, atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela meneriman nya, maka ia memiliki dua pilihan: 1) Membatalkan kontrak dan meminta kembali uang nya. 2) Menunggu sampai bara tersedia. 5. Pembatal kontrak Pada dasarnya pembatalan salam boleh dilakukan, selama tidak merugikan kedua belah pihak. 6. Aspek Teknis 1. Implementasi Salam a. Akad salam dipakai oleh bank untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan per,odalan atau penyaluran dana dengan cara melakukan pemesanan pembelian dengan pembayaran sekaligus dimuka. b. Hasil produk atau barang

16.

1. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya. 2. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pmbeli an penjual diawal akad. 3. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. 4. Dalam hak bank bertindak sebagi pembeli, bank dapat meminta jaminan (anggunan) kepada penjual (suplayer) untuk menghindari risiko yang merugikan bank. 5. Jika barang pesana sudah diterima bank salah satu ada cacat maka penjual (suplayer) harus bertanggung jawab. c. Nasah 1. Nasabah sebagai Mualam ilaihi menjal barng pesanan kepada bank dengan pembayarn dimuka dan penyerahan kemudian. 2. Jika nasabah sebagi mulsam ilaihi ingkar janji, misalnya gagal menyediakan barang pesanan atau menjual kepada pihak lain maka ia bertanggung jawab atas seluruh perjanjian yaitu mengganti seluruh biaya-biaya yang timbul berkaitan dengan barang pesanan d. Harga 1. Ketentuan harga jual ditetapkan diwal perjanjian dan tidak boleh berubah selama waktu perjanjian. 2. Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati. 3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasa utang. e. Jangka Waktu Jangka waktu salam sesuai kesepakatan pada waktu akad. f. Penyerahan barang 1. Dalam hal seluruh atau sebagian barang tidak tersedia sesuai waktu penyerahan, kualitas atau jumlah nya sebagaimana kesepakatan maka bank memiliki pilihan untuk : a) Membatalkan akad dan meminta pengembalian dana hak bank. b) Menunggu penyerahan barang tersedia.

17.

c) Meminta kepada nasabah untuk mengganti dengan barang lain nya yang sejenis atau tidak sejenis sepanjang nilai pasarnya sama dengan barang pesanan semula. 2. Dalam hal nasabah menyerahkan barang kepada bank dengan kualitas yang lebih tinggi maka nasabah tidak

oleh meminta

tambahan harga kecuali terdapat kesepakatan atntar bank dengan nasabah. 3. Dalam hal nasabah menyerahkan barang kepada bank dengan kualitas yang lebih rendah dan bank dengan suka rela menerimam nya, maka tidak boleh menuntut pengurangan harga.

g. Lain-lain Nasabah dapat dibebani biaya administrasi sehubungan dengan pengelolaan fasilitas, seperti biaya notaries dan lain-lain.

Dokumentasi 1. Surat persetujuan prinsip (offering letter) 2. Akad salam 3. Perjanjian pengikatan jaminan 4. Surat permohonan realisasi salam 5. Kuitansi tanda terima uang 6. Tanda terima barang

Aspek Administrasi 1. Pembayaran modal usaha salam adalah modal kerja baik berupa kas atau nonkas yang diberikan kepada penjual untuk membiayaai peruses peroduksi atau pengadaan aktiva salam. 2. Kwajiban nasabah sebagai Muslam Ilaihi a. Memenuhi kewajiban berupa penyerahan barang yang dipesan oleh bank kepada bank atau pihak lain yang ditunjuk oleh bank. b. Jika mengalami wanprestasi, maka cara penyelesaianya:

18.

1) Membatalkan (mem-fasakh-kan) akad dan meminta pengembalian dana hak bank. 2) Menunggu penyerahan barang tersedia,atau 3) Meminta kepada nasabah untuk mengganti dengan barang lainya yang sejenis atau tidak sejenis sepanjangb nilai pasarnya sama dengan pesanan barang semula. c. Piutang salam (kewajiban nasabah) merupakan tagihan bank kepada penjual yang barang diselesaikan dalam brntuk penyerahan barang bukan penerimaan dalam bentuk uang tunai. 3. Pendapatan bank a. Pendapatan bank diakui bila kewajiban nasaba (pembeli) sudah dibayar tunai. b. Jika selisih antara jumlah yang dibayar oleh nasabah dan biaya barang pesanan (muslam fiih) harus diakui sebagi keuntungan atau kerugian bank. 4. Biaya Administrasi Semua biaya administrasi yang timbul akibat perjanjian ini dibebankan kepada nasabah.

Implementasi Salam Paralel Akad salam dipakai oleh bank untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan barang dengan cara menerima pesanan pembelian dengan pembayaran sekaligus dimuka. Dalam hal ini pembayaran harga oleh nasabah dengan angsuran kepada bank maka wajib dilakukan dengan akad salam. 1. Hasil produksi/barang a. Barang pesanan harus diketahu karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesipikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya. b. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual (bank) diawal akad. c. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu tertentu pada akad.

19.

d. Dalam hal bank bertindak sebagi penjual, nasabah dapat meminta jaminan (anggunan) kepad pihak lain untuk menghindari risiko yang merugikan nasabah. e. Jika barang pesanan yang diterima nasabah salah atau cacat maka penjual (bank) harus bertanggung jawab. 2. Nasaba a. Nasabah sebagi pembeli (muslim) membeli barang pesanan kepada bank dengan persyyratan dimuka dan penyerahan kemudian. b. Jika bank sebagi muslam ilaihi gagal menyediakan barang pesanan atau menjual kepada pihak lain, ,aka ia bertanggung jawab. 3. Harga a. Ketentuan harga jual ditetapkan diawal perjanjian dan tidak boleh berubah selama waktu perjanjian. b. Pembayarn harus dilakukan pada saat kontrak disepakati. c. Pembayran tidak boleh dalam bentuk pembebasann utang 4. Jangka waktu Jangka waktu salam sesuai kesepakatan pada waktu akad. 5. Pemyerahan Barang a. Dalam hal seluruh atau sebagian barang tidak tersedia sesuai waktu penyerahan, kualitas atau sejumlah sebagimana kesepakatan maka bank memiliki pilihan untuk: 1. Membatalkan (mem-fesakh-kan) akad dan meminta pengebalian dana hak bank. 2. Menunggu penyerahan barang tersedia atau 3. Meminta kepada nasabah untuk mengganti dengan barang lainya yang sejenis atau tidak sejenis sepanjang nilai pasaran nya sama dengan barang pesanan semula, b. Dalam hal nasabah menyerahkan barang kepada bnai dengan kualitas yang lebih tinggi maka nasabah tidak boleh emminta tambahan harga, kecuali terhadap kesepakatan antara bank dengan nasabah.

20.

c. Dalam hal nasabah menyrahkan barang kepada bank dengan kualitas yang lebih rendah dan bank dengan suka rela menerimanya, maka tidak boleh menuntut pengurangan harga (discon). 6. Lain-lain Nasabah dapat dibebani biaya administrasi sehubungan dengan pengelolaan fasilitas, seperti biaya notasris dan lain-lain.

Dokumentasi 1. Surat permohonan pemesanan barang. 2. Surat persetujuan perinsip (offering latter) 3. Akad salam parallel 4. Tanda terima barang.

Aspek Administrasi 1. Pembiayaan modal usaha salam Modal usaha salam adalah modal kerja berupa kas yang diberikan kepada bank untuk membiayai proses produksi/pengadaan aktiva salam. 2. Kwajiban bank sebagai muslam ilaihi a. Memenuhi kewajiban berupa kewajiban barang yang dipesan oleh nasabah. b. Jika pengalami wanprestai, makan penyelasaiannya 1. Membatalkan (mem-fasakh-kan) akad dan meminta pengembalian dana hak bank. 2. Menggunakan penyerahan barang tersedia atau 3. Meminta kedapa nasabah untuk mengganti dengan barang lainya yang sejenis atau tidak sejeis sepanjang nilai pasarannya sama dengan barang pesanan semula c. Utang salam (kewajiba bank) merupakan kewajiban bank kepada nasabah untuk menyediakan barang atas pembayaran yang diterima dimuka. 3. Pendapatan bank

21.

a. Pendapatan bank yang diakui pada saat bank menyerahkan barang pesanan. b. Jika selisih antara jumlah yang dibayar oleh nasabab dan biaya barng pesanan (muslam fiih) harus diakui sebagai keuntunga atau kerugian bank. 4. Biaya Adminustrasi Semua biaya administrasi yang timbuk akibat dari perjanjian ini dibebankan kepada nasaba. 5. Asuransi Biaya asusransi barang dibebankan kepada nasabah.

C. PIUTANG ISTISHNA Definisi fikih Istishna` berarti minta dibuatkan. Secara terminologi muamalah (ta`rif) berarti akad jual beli dimana Shanni` (produsen) ditugaskan untuk membuat sesuatu barang (pesanan) oleh Mustashni` (pemesan). Menurut Jumhur ulama, Istishna sama dengan salam yaitu dari segi objek pesanannya yaitu harus dibuat atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbedaannya hanya pada sistem pembayarannya, salam pembayarannya dilakukan sebelum barang di terima dari istishna dan istishna bisa di awal, di tengah atau di akhir pesanan. Teknis Perbankan Istishna adalah jual beli dalam bentuk pembuatan barang tertetntu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pesanan (pembeli, mustashni`) dan (penjual shani`). Jika pembeli dalam akad istishna tidak mewajibkan bank untuk membuat sendiri barang pesanan, maka memenuhi kewajiban pada akad pertama, bank dapat mengadakan akad istishna kedua dengan pihak ketiga (subkontraktor). Akad istishna` kedua ini disebut istishna paralel. Akad istishna dapat dihentikan jika kedua belah pihak telah memenuhi kewajibannya. Aspek Syariah

22.

1. Al-Qur`an dan Hadist Menurut beberapa jumhur ulama istishna` merupakan salah satu bentuk jual beli dalam fiqh muamalah, sehingga memandang akad ini sama dengan salam (jual beli pesanan) Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (QS. AlBaqarah (2):275) “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalanyang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu....” (QS. An-Misa (4) ;(29) ‘Pendapatan yang paling afdhal adalah hasil karya seseorang dan jual beli yang mabrur.” (HR. Ahmad, Al Bazzar, Ath Thabrani) 2. Musyawarah dan Kesepakatan Kesepakatan kedua belah pihak antara bank dan nasabah sangat diperlukan dalam menentukan keputusan dan akan memperlancar urusan. Masingmasing mempunyai hak dan kewajiban yang sama, serta bersama menjaga amanah dana masyarakat. “dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan tuhannya dan mendirikan

shalat,

sedang

urusan

mereka

(dipuruskan)

dengan

musyawarah antar mereka dan mereka menafkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka.” (QS Asy Syuura (42);38) Dari Abu Said Al Hudri bahwa Rasulullah SAW bersabda : ‘sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan secara suka sama suka .” (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan Shahih menurut ibnu Hiban). Dari Abdullah inu Harits dari hakim ibnu hizam berkata : Rasulullah Saw bersabda : “penjual dan pembeli sama-sama bebas menentukan jual belinya selagi keduanya belum berpisah; jika keduanya jujur dan berterus terang, mka jual beli mereka akan diberkati Allah, tetapi jika saling mendustai dan curang maka berkah dalam jual beli mereka itu akan terhapus.” Rasulullah SAW bersabda :”umatku tidak akan sepakat terhadap suatu kesesatan.” (HR Ahmad bin Hanbal, ibnu Majah, dan Ath Thabrani).

23.

3. Jaminan Jaminan yang diperlukan untuk memperkecil adanya resiko-resiko yang merugikan bank serta juga melihat kemampuan nasabah dalam menanggung pembayaran kembali atas utang yang di terima dari bank. “jika kamu dalam perjalanan dan bemu`amallah tidak secara tunai, sdengan kamu tidak memperoleh seorang oenulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. Kan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya), dan hendaklah dia bertqwa kepada Allah tuhannya...” (QS Al-Baqarah (2);283) Dari Aisyah bahwasannya Nabi SAW pernah membeli bahan mkanan dari seorang yahudi dengan utang dan beliau memberikan baju besinya sebagai jaminan (HR Bukhari, Muslim dan Nasa`i)

4. Dokumentasi Dokumentasi adalah salah satu syarat transaksi/pengikatan antara nasabah dengan bank yang dapat dipergunakan sebagai bukti. “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secra tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah irang yang berhutang itu mengimlakkan (apa) yang akan di tulis itu, dan hendaklah dia bertaqwa kepada Allah tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikitpun daripada utangnya. Jika yang berhutang itu lemah akalnya atau lemah (keadaanya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur... (QS. Al Baqarah (2); 282)

5. Saksi Persaksian merupakan bukti bagi hakim untuk memutuskan perkara. Saksi harus orang yang adil bijaksana, tidak cacat mata, bisa bicara (bukan bisu), dan juga tidak cacat hukum.

24.

“.... Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki diantara kamu. Jika tidak ada dua ornag lelaki, maka (boleh) seorang lelaki, maka boleh seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seseorang lupa maka seseorang lagi mengingatnya. Janganlah saksi-saksi enggan memberikan keterangan apabila di panggil, dan janganlah engkau jemu menuliskan itu, baik kecil maupun besar, sampai batas waktu pembayarannya . yanag demikian itu, lebih adil di sisi allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak menimbulkan keraguanmu, (tulislah mu`amalah itu) kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, dan janganlah penulis dan saksi itu saling mempersulit. Jika kamu melakukan hal yang demikian itu, maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertaqwalah kepada allah, allah mengajarmu, dan allah maha mengetahui segala sesuatu . (QS. Al Baqarah (2); 282)

6. Wanprestasi Wanprestasi diberlakukan bila nasabah melakukan cidera janji, yaitu tidak menepati kewajibannya terhadap bank dalam suatu perjanjian. Dalam suatu perjanjian. Dalam hukum islam, seseorang diwajibkan untuk mneghormati dan mematuhi setiap perjanjian atau amanah yang dipercayakan kepadanya. “Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah ( yang dipikulnya) dan janjinya” (QS Al-Mu`minun (23):8) 7. Rukun Istishna’ a. Produsen/pembuat (Shanni`) b. Pemesan/pembeli (mustashni`) c. Barang/jasa yang dipesan (Mashnu’) d. Harga (tsaman) e. Ijab Qabul

Ketentuan Istishna` dan Istisha Paralel 1. Ketentuan Istishna

25.

a. Pembayaran 1) Alat pembayaran diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang atau manfaat. 2) Pembayaran dilakukan sesuai dengan manfaat 3) Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang b. Barang 1) Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai utang 2) Harus dapat dijelaskan spesifikasinya 3) Penyerahannya dilakukan kemudian’ 4) Waktu dan tempat penyerahanbarang harus di tetapkan berdasarkan kesepakatan 5) Pembeli (mustashni`) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya 6) Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai dengan kesepakatan 7) Dalam hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad c. Ketentuan lain Dalam hal pesanan sudah dikerjakan seuai dengan kesepakatan, hukumnya mengikat. 2. Ketentuan istishna paralel a. Jika LKS melakukan transaksi istishna untuk memenuhi kewajibannya kepada nasabah ia dapat melakukan istishna lagi dengan pihak lain pada objek yang sama, dengan syarat istishna pertama tidak bergantung (mu`allaq) pada istishna kedua. b. Semua rukun dan syarat berlaku dalam akad istishna berlaku pula dalam istishna paralel. Aspek Teknis 1. Implementasi Istishna a. Tujuan

26.

Akad istishna` dipakai oleh bank untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan nasabah terhadap barang yang masih dalam proses pembuatan. b. Kriteria barang pesanan (masnu`/objek pesanan) 1) Kriteria atau spesifikasi barang pesanan harus jelas diketahui jenis, jangka, tempat, waktu, kualitas, kuantitas, dan harga yang disepakati. 2) Jika barang pesanan yang dikirimkan salah satu cacat maka penjual harus bertanggung jawab 3) Perpindahan kepemilikan barang pesanan dari penjual ke pembeli harus dilakukan pada saat penyerahan sesuai dengan kriteria yang disepakati, 2. Harga a. Harga jual bank adalah harga yang disepakati bersamam antara nasabah (pemesan/mustasni`) dan bank b. Selisih antara harga jual bank dan harga pokok barang merupakan keuntungan bank c. Harga jual tidak bisa berubah selama masa perjanjian. 3. Nasabah pemesan (mustashni`) a. Pemesan dapat mengikuti/mengawasi tahap-tahap proses pembuatan barang untuk memastikan kesesuaian barang yang di buat. b. Pesanan yang sudah selesai wajib di beli oleh pemesan c. Jika ada perubahan kriteria pesanan dari pihak pemesan, maka harus segera dilaporkan ke bank dan bank akan menyampaikan kepada pembuat. Perubahan bisa dilakukan apabila pihak pembuat dan bank mnyetujui. d. Jika perubahan kriteria pemesanan mengakibatkan perubahan harga setelah di tanda tangani maka seluruh biaya tambahan menjadi beban pemesan. 4. Jangka waktu Jangka waktu istishna sesuai kesepakatan. 5. Jaminan

27.

a. Pembeli mempunyai hak untuk memperoh jaminan dari penjual dan atau sebagian. b. Penerimanan uang muka tersebut diperlakukan sebagai pembayaran termin. 6. Pembayaran a. Penjual mempunyai hak untuk mendapatkan jaminan bahwa harga yang disepakati akan di bayar tepat waktu b. Sistem pembayaran sesuai dengan kesepakatan bersama c. Pembayaran nasabah kepada bank tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang pemesan kepada bank. d. Dalam hal pembayaran secara angsuan, harus dilakukan secara proposional. e. Mekanisme pembayaran istishna` harus disepakati dalam akd dan dapat dilakukan dengan cara : 1) Pembayaran di muka 2) Pembayaran saat penyerahan barang 3) Pembayaran di tangguhkan f. Bank dapat meminta dan memperoleh kuasa untuk mendebit rekening nasabah pada bank guna melakukan pembayaran kewajiban nasabah. 7. Pendapatan a. Pengakuan pendapatan pada piutang istishna harus diakui bila seluruh kondisi: 1) Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli. 2) Perusahaan tidak lagi mengelola atau mengendalikan secara efektif atas barang yang di jual 3) Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur secara andal 4) Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut. 5) Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur secara andal.

28.

b. Metode pengakuan pendapatan yang digunakan jika bank menggunakan mekanisme 1) Pembayran di muka adlah pengakuan pendapatan sebagaimana transaksi salam 2) Pembayaran dimuka dan saat penyerahan adalah metode presentasi penyelesaian dan metode akad selesai 3) Pembayaran

ditangguhkan

adalah

pengakuan

pendapatan

sebagaimanadalam transaksi murabahah. 8. Lain-lain a. Nasabah dapt dibebani biaya administrasi sehubungan dengan pengelolaan fasilitas. b. Dalam hal seluruh atau sebagian barang yang tidak tersedia sesuai dengan waktu penyerahan, kualitas dan jumlahnya sebagaimana kesepakatan maka nasabah memiliki pilihan untuk : 1) Membatalkan akad dan meminta pengembalian dana kepada bank 2) Menunggu penyerahan barang tersedia 3) Meminta kepada bank untuk mengganti dengan barang lainnnya yang sejenis atau tidak sejenis sepanjang nilai pasarnya sama dengan barang pesanan semula c. Biaya pra akad yang dikeluarkan oleh bank terkait dengan transaksi istishna menjadi beban pemesan.

Implementasi Istishna` Paralel 1. Tujuan Akad istishna` paralel dipakai oleh bank untuk pengadaan barang pesanan dengan kriteria dan syarat tertentu. 2. Kriteria barang pesanan (Mashnu`/Objek pesanan) a. Kriteria atau spesifikasi barang pesanan harus jelas diketahui jenis, jangka waktu, tempat, kualitas, kuantitas, dan harga yang disepakati. b. Jika barang pesanan yang di kirmkan salah atau cacat maka penjual harus bertanggung jawab.

29.

c. Perpindahan kepemilikan barang pesanan dari penjual ke pembeli dilakukan pada saat penyerahan sesuai dengan kriteria yang disepakati. 3. Harga a. Harga beli bank adalah harga yang disepakati bersama natara nasabah pembuat dan bank b. Selisih antara harga jual dan harga pokok barang merupakan keuntungan bank. 4. Nasabah pembuat (shani`) a. Pembuat adalah orang atau baan hukum yang ahli didalam bidangnya dan bertanggung jawab penuh terhadap hasil produksinya. b. Pembuat dapat ditunjuk oleh bank atau nasabah pemesan c. Pembuat bekewajiban untuk myerahkan barang pesanan dan atau melaporkan kemajuan pekerjaan (progress report) kepada bank sesuai dengan tahap tahap yang telah disepakati dalam akad. 5. Jangka waktu Jangka waktu Istishna` sesuai kesepakatan 6. Jaminan Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjualan tas ; a. Jumlah yang telah dibayarkan; b. Pennyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu. 7. Pembayaran a. Sistem pembayaran sesuai dengan kesepakatan bersama b. Dalam hal pembayaran secara angsuran, harus dilakukan secara proposional. c. Pembayaran nasabah kepada bank tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang pemesan kepada bank. d. Dalam hal nasabah menyerahkan barnag kepada bank dengan kualitas yang lebih tinggi maka nasabah tidak boleh meminta tambahan harga. 8. Lain –lain a. Nasabah dapat dibebani biaya administrasi sehubungan dengan pengelolaan fasilitas.

30.

b. Dalam hal seluruh atau sebagian barang yang tersedia sesuai dengan waktu penyerahan, kualitas dan jumlahnya sebagaimana kesepakatan maka nasabah memiliki pilihan untuk : 1) Membatalkan akad dan meminta pengembakian dana kepada bank 2) Menunggu penyerahan barnag tersedia 3) Meminta kepada bank untuk mengganti dengan barang lainnya yang sejenis atau tidak sejenis sepanjang apabila nilai pasarnya sama dengan barang pesanan semula. c. Biaya pra-akad yang dikeluarkan oleh bank terkait dengan transksi istishna` menjadi beban pemesan. 9. Dokumentasi a. Surat permohonan realisai istishna` b. Surat persetujuan prinsip c. Akad istishna` d. Perjanjian pengikatan jaminan e. Kuitansi tanda terima uang oleh pembuat f. Tanda terima barang oleh pemesan 10. Pendapatan a. Semua biaya adminidtrasi yang timbul akibat dari perjanjian ini di tanggung oleh nasabah (produsen dan pembeli) dan diakui sehingga pendapatan bank. b. Pengakuan pendapatan pada piutang istishna` harus diakui bila seluruh kondisi berikut terpenuhi : 1) Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli 2) Perusahaan tidak lagi mengelola atau mengenalikan secara efektif atas barang yang di jual 3) Jumlah pendapatan tersebut dapat di ukur secara andal 4) Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut 5) Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transksi penjualan dpat diukur secara andal.

31.

c. Metode pengakuan pendapatan yang digunakan jika bank menggunakan mekanisme. 1) Pembayaran di muka adalah pengakuan pendapatan sebagaimana dalam transaksi salam 2) Pembayaran dimmuka dan saat penyerahan adalah metode presentase penyelesaian dan metode akad selesai 3) Pembayaran di tangguhkan adalah pengaakuan pendapatan sebagaimana dalam transaksi murabahah 11. Asuransi Biaya asuransi barangj yang di tangguang nasabah

32.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan Dalam artian fiqih, murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimna penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualkan, termasuk harga pembeli barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atas laba/ keuntungan dalam jumlah tertentu. Secara etimilogi, salam artinya salaf (pendahuluan). Secara tertimologi (ta’rif) muamalah salam adalah: penjualan suatu barang yang disebutkan sifatsifatnya sebagai persyaratan jual beli dan barang tersebut masih dalam tanggungan penjual, dimna syarat-syarat tesebut diantaranya adalah mendahulukan pembayaran pada waktu dakad majelis (akad disepakati). Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau sebagai penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam parallel. Istishna` berarti minta dibuatkan. Secara terminologi muamalah (ta`rif) berarti akad jual beli dimana Shanni` (produsen) ditugaskan untuk membuat sesuatu barang (pesanan) oleh Mustashni` (pemesan). Menurut Jumhur ulama, Istishna sama dengan salam yaitu dari segi objek pesanannya yaitu harus dibuat atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbedaannya hanya pada sistem pembayarannya, salam pembayarannya dilakukan sebelum barang di terima dari istishna dan istishna bisa di awal, di tengah atau di akhir pesanan.

33.

DAFTAR PUSTAKA

-

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: Rajawali Pres, 2013) Drs.MUHAMMAD,M.Ag. manajemen bank syariah (Yogjakarta :unit penerbitan dan percetakan ) Muhammad, manajemen dana bank syariah (yogyakarta : cv.adipura) Prof.dr. sutan remy sjahdeine, S.H. , Perbankan Islam (Jakarta : PT pustaka utama grafiti)

34.

Related Documents


More Documents from "Riza Alisha"