Makalah Syok Hemoragik Fix

  • Uploaded by: Mayfatul Firda
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Syok Hemoragik Fix as PDF for free.

More details

  • Words: 2,813
  • Pages: 19
Loading documents preview...
MAKALAH SYOK HEMORAGIK Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II Dosen Pembimbing : Ely Isnaeni S.Kep., Ns., M.Kes

Oleh kelompok 3: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Elma Yustika Anggraeni Elvita Ratna K.D Erlangga Alviza F Etik Dwi Rohmita Eva Purnama Sari Fanesa Kusumastini D.S Fariza Abadi Febri Diah Siswanti Firman Teguh W

(10217019) (10217020) (10217021) (10217022) (10217023) (10217024) (10217025) (10217026) (10217027

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI 2018/2019

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, inayah, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II dengan tepat waktu, makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pembelajaran materi perkuliahan keperawatan tentang “SYOK HEMORAGIK” Serta makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat menjadi yang lebih baik.

Kediri, 01 Maret 2019

Penulis

i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR ......................................................................................... i DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ....................................................................................... 1 1.2. Rumusan masalah .................................................................................. 1 1.3. Tujuan penulisan .................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Definisi syok hemoragik ........................................................................ 1 2.2. Etiologi ................................................................................................... 4 2.3. Manifestasi ............................................................................................. 4 2.4. Penatalaksanaan syok hipovolemik ....................................................... 5 2.5. Pemeriksaan Penunjang ......................................................................... 5 2.6. Patofisiologi ........................................................................................... 7 2.7. WOC ...................................................................................................... 9 2.8. Asuhan keperawatan secara umum ...................................................... 11 BAB III PENUTUP 3.1.Kesimpulan ........................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 16

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Syok hipovolemik merupakan keadaan berkurangnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan yang disebabkan gangguan kehilangan akut dari darah (syok hemorragic) atau cairan tubuh yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan. Penyebab terjadinya syok hipovolemik diantaranya adalah diare, luka bakar, muntah, dan trauma maupun perdarahan karena obsetri. Syok hipovolemik merupakan salah satu syok dengan angka kejadian yang paling banyak dibandingkan syok lainnya. Syok hipovolemik kebanyakan akibat dari kehilangan darah akut sekitar 20% dari volume total. Tanpa darah yang cukup atau penggantian cairan, syok hipovolemik dapat menyebabkan kerusakan irreversible pada organ dan system. (Bawantika & Putra, 2016) Syok hipovolemik pada umumnya terjadi pada negara dengan mobilitas penduduk yang tinggi karena salah satu penyebabnya adalah kehilangan darah karena kecelakaan kendaraan. Sebanyak 500.000 pasien syok hipovolemik pada wanita karena kasus perdarahan obsetri meninggal pertahunnya dan 99% terjadi pada negara berkembang. Sebagian besar penderita meninggal setelah beberapa jam terjadi perdarahan karena tidak mendapat perlakuan yang tepat dan adekuat. (Bawantika & Putra, 2016) Kebanyakan trauma berbahaya ketika terjadinya perang sekitar tahun 1900an telah memberi kesan yang sangat signifikan pada perkembangan prinsip penanganan resusitasi syok hemoragik. (Rahayu, n.d.)

1.2

Rumusan Masalah 1. Apakah definisi dari Syok Hemoragik ? 2. Apakah etiologi dari Syok Hemoragik ? 3. Apakah manifestasi dari Syok Hemoragik ? 4. Bagaimana penatalaksanaan dari Syok Hemoragik ? 5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Syok Hemragik ?

1

6. Bagaimana patofisiologi dari Syok Hemoragik ? 7. Bagaimana Patway dari Syok Hemoragik ? 8. Bagaimana asuhan keperawatan secara umum tentang Syok Hemoragik ?

1.3

Tujuan 2. Untuk mengetahui definisi dari Syok Hemoragik 3. Untuk mengetahui etiologi dari Syok Hemoragik 4. Untuk mengetahui manifestasi Syok Hemoragik 5. Untuk menegetahui penatalaksanaan dari Syok Hemoragik 6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Syok Hemoragik 7. Untuk mengetahui bagaimana patofisologi dari Syok Hemoragik 8. Untuk mengetahui bagaimana patway dari Syok Hemoragik 9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan secara umum tentang Syok Hemoragik

2

BAB II PEMBAHASAN 2.1

DEFINISI hipovolemik Syok merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik). (Rahayu, n.d.) Hypovolemic shock atau syok hipovolemik dapat didefinisikan sebagai berkurangnya volume sirkulasi darah dibandingkan dengan kapasitas pembuluh darah total. Hypovolemic shock merupakan syok yang disebabkan oleh kehilangan cairan intravascular yang umumnya berupa darah atau plasma. Kehilangan darah oleh luka yang terbuka merupakan salah satu penyebab yang umum, namun kehilangan darah yang tidak terlihat dapat ditemukan di abdominal, jaringan retroperitoneal, atau jaringan di sekitar retakan tulang. Sedangkan kehilangan plasma protein dapat diasosiasikan dengan penyakit seperti pankreasitis, peritonitis, luka bakar dan anafilaksis.(Bawantika & Putra, 2016) Syok hipovolemik dapat disebabkan oleh kehilangan volume massive yang disebabkan oleh: perdarahan gastro intestinal, internal dan eksternal hemoragi, atau kondisi yang menurunkan volume sirkulasi intravascular atau cairan tubuh lain, intestinal obstruction, peritonitis, acute pancreatitis, ascites, dehidrasi dari excessive perspiration, diare berat atau muntah, diabetes insipidus, diuresis, atau intake cairan yang tidak adekuat. (Rahayu, n.d.). Kemungkinan besar yang dapat mengancam nyawa pada syok hipovolemik berasal dari penurunan volume darah intravascular, yang menyebabkan

penurunan

cardiac

output

jaringan.(Rahayu, n.d.)

3

dan

tidak

adekuatnya

perfusi

2.2

ETIOLOGI Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat berkurangnya volume plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik), trauma yang menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat. Kasus-kasus syok hipovolemik yang paling sering ditemukan disebabkan oleh perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik. Perdarahan hebat dapat disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada organ-organ tubuh atau fraktur yang yang disertai dengan luka.ataupun luka langsung pada pembuluh arteri utama. (Bawantika & Putra, 2016)

2.3

MANIFESTASI Klasifikasi perdarahan berdasarkan persentase volume darah yang hilang: a. Perdarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%) • Tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi minimal. • Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan frekuensi pernapasan. • Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk kehilangan darah sekitar 10% b. Perdarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%) • Gejala klinisnya, takikardi (frekuensi nadi>100 kali permenit), takipnea, penurunan tekanan nadi, kulit teraba dingin, perlambatan pengisian kapiler, dan anxietas ringan . • Penurunan tekanan nadi adalah akibat peningkatan kadar katekolamin, yang menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan selanjutnya meningkatkan tekanan darah diastolik. c. Perdarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%) • Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi, penurunan tekanan darah sistolik, oligouria, dan perubahan status mental yang signifikan, seperti kebingungan atau agitasi. • Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan cairan, 30-40% adalah jumlah kehilangan darah yang paling kecil yang menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik. • Sebagian besar

4

pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi keputusan untuk pemberian darah seharusnya berdasarkan pada respon awal terhadap cairan. d. Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%) • Gejala-gejalanya berupa takikardi, penurunan tekanan darah sistolik, tekanan nadi menyempit (atau tekanan diastolik tidak terukur), berkurangnya (tidak ada) urine yang keluar, penurunan status mental (kehilangan kesadaran), dan kulit dingin dan pucat.

• Jumlah perdarahan ini akan

mengancam kehidupan secara cepat. (Bawantika & Putra, 2016)

2.4

PENATALAKSANAAN SYOK HIPOVOLEMIK Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah (1) memulihkan volume intravascular untuk membalik urutan peristiwa sehingga tidak mengarah pada perfusi jaringan yang tidak adekuat. (2) meredistribusi volume cairan, dan (3) memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan secepat mungkin. (Bawantika & Putra, 2016) Jika pasien sedang mengalami hemoragi, upaya dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Mencakup pemasangan tekanan pada tempat perdarahan atau mungkin diperlukan pembedahan untuk menghentikan perdarahan internal. (Bawantika & Putra, 2016) Pemasangan dua jalur intra vena dengan kjarum besar dipasang untuk membuat akses intra vena guna pemberian cairan. Maksudnya memungkinkan pemberian secara simultan terapi cairan dan komponen darah jika diperlukan. Contohnya : Ringer Laktat dan Natrium clorida 0,9 %, Koloid (albumin dan dekstran 6 %). (Bawantika & Putra, 2016) Pemberian posisi trendelenberg yang dimodifikasi dengan meninggikan tungkai pasien, sekitar 20 derajat, lutut diluruskan, trunchus horizontal dan kepala agak dinaikan. Tujuannya, untuk meningkatkan arus balik vena yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi. (Bawantika & Putra, 2016) Medikasi akan diresepkan untuk mengatasi dehidarasi jika penyebab yang mendasari adalah dehidrasi. Contohnya, insulin akan diberikan pada pasien dengan dehidrasi sekunder terhadap hiperglikemia, desmopresin (DDVP) untuk

5

diabetes insipidus, preparat anti diare untuk diare dan anti emetic untuk muntahmuntah. (Bawantika & Putra, 2016) Penatalaksanaan pra rumah sakit pada pasien dengan syok hipovolemik sering dimulai pada tempat kejadian atau di rumah. Tim yang menangani pasien sebelum ke rumah sakit sebaiknya bekerja mencegah cedera lebih lanjut, membawa pasien ke rumah sakit sesegera mungkin, dan memulai penanganan yang sesuai. Intervensi sebelum ke rumah sakit terdiri dari immobilisasi (pada pasien trauma), menjamin jalan napas yang adekuat, menjamin ventilasi, dan memaksimalkan sirkulasi. Dalam penanganan syok hipovolemik, ventilasi tekanan positif dapat mengurangi aliran balik vena, mengurangi cardiac output, dan memperburuk status/keadaan syok. Walaupun oksigenasi dan ventilasi penting, kelebihan ventilasi tekanan positif dapat merusak pada pasien dengan syok hipovolemik. (Bawantika & Putra, 2016) Penanganan yang sesuai biasanya dapat dimulai tanpa keterlambatan transportasi. Beberapa prosedur, seperti memulai pemberian infus atau fiksasi ekstremitas, dapat dilakukan ketika pasien sudah dibebaskan. Namun, tindakan yang memperlambat pemindahan pasien sebaiknya ditunda. Keuntungan pemberian cairan intravena segera pada tempat kejadian tidak jelas. Namun, infus intravena dan resusitasi cairan harus dimulai dan dilanjutkan dalam perjalanan ke tempat pelayanan kesehatan.(Bawantika & Putra, 2016)

2.5

PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Hemoglobin dan hematokritpada fase awal syok karna pendarahan kadar HB dan hematokrit masih tidak berubah, kadar HB dan hematokrit akan menurun sesudah pendarahan berlangsung lama karena autotransfusi. Hal ini tergantung dari kecepatan hilangnya darah yang terjadi pada syok karena kehilangan plasma atau cairan tubuh. b. Urin Produksi urin menurun, lebih gelap dan pekat. Adanya proteinurea dan toraks. c. pemeriksaan gas darah Ph, paO2 dan HCO3 darah menurun. Bila proses berlangsung terus maka peroses kompensasi tidak mampu lagi dan akan mulai tampak tanda-tanda

6

kegagalan dengan makin menurunnya ph dan pao2 dan meningkatnya paco2 dan hco3. Terdapat perbedaan yang lebih jelas antara po2 dan pco2 arterial dan vena. d. Pemeriksaan elektrolit serum Adanya gangguan keseimbangan elektrolit seperti hiponatremia, hiperkalemia, dan hipokalsemia pada penderita aksidosis. e. Pemeriksaan fungsi ginjal Pemeriksaan BUN dan kreatinin serum penting pada syok terutama bila ada tanda gagal ginjal f. Pemeriksaan mikrobiologi Pembiakan kuman yang dilakukan pada penderita-penderita yang di curigai g. Pemeriksaan faal hemostatis Pemeriksaan untuk menentukan penyakit primer penyebab. (Bawantika & Putra, 2016)

2.6

PATOFISIOLOGI Perdarahan akut menyebabkan penurunan curah jantung dan tekanan nadi. Perubahan ini dikenali oleh baroreseptor pada arkus aorta dan atrium. Dengan berkurangnya volume darah yang beredar, terjadi peningkatan rangsang simpatis. Reaksi ini menimbulkan peningkatan frekuensi nadi, vasokontriksi, dan penurunan distribusi aliran darah pada organ-organ nonvital, seperti kulit, saluran pencernaan, dan ginjal. Pada

pendarahan,

terjadi

respon-responhormonal.

Corticotropin-

releasinghormone terstimulasi secara langsung. Hal ini menyebabkan pelepasan glukokortikoid dan betaendorphin. Kelenjar pituitari posterior akan melepas vasopressin, menyebabkan retensi air pada tuybulus distal. Renin dilepaskan oleh kompleks juxtamedularis sebagai respon dari penurunan MAP (Mean Arerial Pressure), sehingga meningkatan aldosteron dan berujung resoprsi natrium dan air. Hiperglikemia sering didapatkan pada perdarahan akut karena glukagon dan grothhotmone meningkat pada gluconeogenesis dqan glikogenesis. Peredaran katekolamin menghambat peklepasan dan aktivitas insulin secara relative sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah.

7

Semakin memburuknya hipovolemia dan hipoksia jaringan, terjadi peningkatan ventilasi sebagai usaha kompensasi dan dapat menjadi asidosis metabolik dari karbon dioksida yang produksi. Secara keseluruhan bagian tubuh yang lain juga akan melakukan perubahan spesifik mengikuti kondisi tersebut. Terjadi proses autoregulasi yang luar biasa di otak dimana pasokan aloran darah akan dipertahankan secara konstan melalui MAP. Ginjal juga mentolereansi penurunan aliran darah sampai 90% dalam waktu yang cepat dan pasokan al;iran darah pada saluran cerna akan turun karena mekanisme vasokontriksi dari splanknik. Pada kondisi tubuh seperti ini pemberian resusitasi awal dan tepat waktu bisa mencegah kerusakan organ tubuh tertentu akibat kompensasinya dalam pertahanan tubuh. (Price, A, Sylvia & Lorraine M. Willson, 1995)

8

2.7 WOC Etiologi

Atonio Atoniouteri uteri

Persalinan dg tindakan (episiotomi),

Retensio plasenta

Inversion uteri

robekan servik Kegagalan miometrium untuk

Plasenta tdk dpt terlepas, masih ada sisa plasenta dlm uterus

Terputusnya kontiniutas pembuluh Uterus dlm keadaan relaksasi,

Mengganggu kontraksi

Pembuluh darah tdk mampu berkontraksi

Pembuluh darah tdk dpt menutup

Fundus uteri terbaik sebagian/seluruh nya masuk kedalam cavum

Lingkaran jontraksi uterus akan mengecil

Uterus akan terisi dg darah Pembuluh darah tetap terbuka

Pendarahan post partum

9

Penurunan jumlah cairan intra

Berlangsung secara menerus

Terbentuknya pote de entre (pintu masuknya virus & bakteri

Volume darah Jumlah HB darah menurun

Virus & bakteri dpt dengan mudah masuk ke dalam tubuh sehingga menyebabkan

MK : kekurangan volume Suplai O2 ke jaringan menurun

MK : resiko infeksi

Hipoksia jaringan

5L, mukosa pucat, akral dingin, konjungtiva anemis,

MK : gangguan perfusi jaringan

(Saifuddin AB, Sarwono Prawirohardjo. 2014)

10

Persalinan dg tindakan (episiotomi), robekan servik, robekan pernium

Prosedur intensif

Terputusnya kontinuitas

nyeri

ASUHAN KEPERAWATAN SYOK HEMORAGIK

A. Pengkajian a. Gelisah, ansietas, tekanan darah menurun b. Tekanan darah sistolik < 90 mmHg (hipotensi) c. Distress pernafasan takipnea, hipoksia d. Perubahan tingkat kesadaran apatis e. Perubahan kulit pucat, dingin, lembab, sianosis f.

Sangat kehausan

g. Kenyamanan nyeri dada, nyeri abdominal B. Diagnosa - Kekurangan volume cairan b.d perdarahan - Gangguan perfusi jaringan b.d suplai O2 ke jaringan menurun - Resiko infeksi b.d terbentuknya porte de entre (pintu masuknya virus dan bakteri) C. Intervensi Dx : Kekurangan volume cairan b.d perdarahan NOC 1. Keseimbangan cairan 2. Hidrasi 3. Status nutrisi dan cairan NIC a. Manajemen cairan : meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal/diluar harapan. b. Pemantauan cairan : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseimbangan cairan c. Manajemen hipovolemia : mengembangkan volume cairan intravaskular pada pasien yang mengalami penurunan volume cairan d. Terapi intravena (IV) : memberikan dan meamantau cairan dan obat intravena Pencegahan syok : mendeteksi dan menangani pasien yang beresiko mengalami syok.

11

KRITERIA HASIL 1. Kekurangan volume cairan akan teratasi dibuktikan oleh keseimbangan cairan, hidrasi yang adekuat, dan status nutrisi ; asupan makanan dan cairan yang adekuat 2. Keseimbangan cairan akan dicapai, dibuktikan oleh indikador gangguan berikut (1-5 :gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gagguan): Tekanan darah Denyut nadi radial Nadi perifer Elektrolit asam berat badan stabil (Judith M,Wilkinson.2017) Intervensi Dx : Gangguan perfusi jaringan b.d suplai O2 ke jaringan menurun NOC : Status sirkulasi Keparahan kelebihan beban cairan Integritas jaringan Perfusi jaringan : perifer KRITERIA HASIL - Menunjukkan status sirkulasi, yang dibuktikan pada indikator (sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada penyimpangan)suara napas tambahan distensi vena leher(pulmonal) edema. - Menunjukkan integritas jaringan kulit dan membran mukosa, yang dibuktikan dari suhu, sensasi, elastisitas, ketebalan kulit. - Menunjukkan perfusi jaringan : perifer yang dibuktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1-5 gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan) pengisian ruang kapiler (jari tangan dan jari kaki) Warna kulitSensasi Integritas kulit

12

NIC 1.

Promosi Latihan Fisik : Memfasilitasi aktivitas fisik teratur untuk mempertahankan atau mencapai tingkat kebugaran dan kesehatan yang lebih tinggi.

2.

Manajemen Cairan / Elektrolit : Mengatur dan mencegah komplikasi akibat perubahan kadar cairan atau elektrolit.

3.

Manajemen Cairan : Meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal atau tidak diharapkan.

4.

Pemantauan Ekstermitas Bawah : Mengumpulkan, menganalisis, dan menggunakan data pasien untuk mengkategorikan resiko dan mencegah cedera pada ekstermitas bawah.

5.

Manajemen Sensasi Perifer : Meminimalkan tekanan ke bagian tubuh.

6.

Surveilans Kulit : Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mempertahankan integritas kulit dan membran mukosa.

7.

Bantuan Menghentikan Kebiasaan Merokok : Orang lain untuk berhenti merokok.

8.

Penyuluhan : Prosedur / Pengobatan : Mempersiapkan pasien untuk memahami dan mempersiapkan secara mental untuk prosedur atau pengobatan yang diprogramkan. (Judith M,Wilkinson.2017)

Intervensi : Dx : Resiko infeksi b.d terbentuknya porte de entre (pintu masuknya virus dan bakteri) NOC: Hipermia teratasi skala (3) Mengajarkan pasien dan keluarga bagaimana menghindari infeksi KRITERIA HASIL: 1. Mengetahui tanda infeksi dan perubahan suhu, nyeri, pendarahan serta mengetahui hasil abnormal yang terjadi pada pasien 2. Mengetahui tanda dan gejala infeksi pada pasien 3. Memulihkan kondisi pasien

13

NIC :  Untuk mengetahui tanda infeksi dan perubahan suhu, nyeri, pendarahan serta mengetahui hasil abnormal yang terjadi pada pasien  Mengetahui tanda dan gejala infeksi pada pasien  Memulihkan kondisi pasien  Memberi antibiotik yang sesuai (Judith M,Wilkinson.2017)

14

BAB III PENUTUP 3.1

KESIMPULAN Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, dapat disebabkan oleh kehilangan volume massive yang disebabkan oleh: perdarahan gastro intestinal, internal dan eksternal hemoragi, atau kondisi yang menurunkan volume sirkulasi intravascular atau cairan tubuh lain, intestinal obstruction, peritonitis, acute pancreatitis, ascites, dehidrasi dari excessive perspiration, diare berat atau muntah, diabetes insipidus, diuresis, atau intake cairan yang tidak adekuat.

15

DAFTAR PUSTAKA

Bawantika, I. K., & Putra, A. (2016). Hypovolemic shock, 2016(1602511171). Judith M,Wilkinson.2017.Diagnosis Keperawatan:NANDA-Intervensi NIC,Hasil NOC.Edisi 10; Jakarta, EGC Price, A, Sylvia & Lorraine M. Willson. 1995.

Patofisiologi

Konsep

Klinis

Proses-proses Penyakit. (Edisi 4). Jakarta: EGC Rahayu, S. (n.d.). Enita Dewi * Sri Rahayu ** Abstract Key word : emergency , management , hypovolemic shock Enita Dewi Dosen Keperawatan FIK UMS . Jl . A . Yani Tromol Post 1 Kartasura Dosen Keperawatan FIK UMS . Jl . A . Yani Tromol Post 1 Kartasura, 93–96. Saifuddin AB, Sarwono Prawirohardjo. 2014. Editor Ilmu Kebidanan 4thed. Jakarta: PT Bina Pustaka Price, A, Sylvia & Lorraine M. Willson. 1995. Patofisiologi

Konsep

Klinis Proses-proses Penyakit. (Edisi 4). Jakarta:

EGC

16

Related Documents


More Documents from "Widya InggitP"