Loading documents preview...
MANAJEMEN PENAMPUNGAN SEMEN SEGAR SAPI FRIESIAN HOLSTEIN DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG BANDUNG, JAWA BARAT
(Oleh : ACHMAD NURFAIZI)
5.1.
Abstrak
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang Jalan Kayu Ambon No. 78 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat dimulai dari tanggal 7 Januari sampai 4 Februari 2019. Praktik kerja lapangan bertujuan untuk mengetahui metode penampungan dan persiapan sebelum dan sesudah penampungan semen. Metode penampungan semen menggunakan vagina buatan (VB) atau artifical vagina (AV). Pembersihan vagina buatan dilakukan dengan pencucian menggunakan sabun dan dilakukan sterilisasi dengan suhu 50 oC selama 3 jam. Penampungan semen sapi dilakukan di area terbuka, dan penyiapan vagina buatan. Setelah semen di tampung, semen di cek makroskopis di pos penampung sebelum dibawa ke laboratorium. Vagina buatan yang sudah digunakan di rendam pada air panas dan di bersihkan menggunakan sabun. Volume sperma Sapi di BIB Lembang yang diperoleh pada 1 kali penampungan yaitu antara 3-7 ml. Kesimpulan yang didapatkan dari hasil Praktik Kerja Lapangan di BIB Lembang adalah manajemen penampungan semen segar menggunakan vagina buatan terdiri dari persiapan, pelaksanaan penampungan, pembersihan alat, serta evaluasi dan penyimpanan semen segar. Kata Kunci: Manajemen penampungan semen,, artifical vagina
5.2
Pendahuluan Penampungan semen merupakan suatu upaya kolektor untuk mendapatkan semen dari
ternak jantan secara sengaja. Untuk mendapatkan semen terebut maka pejantan harus dirangsang agar menghasilkan ejakulasi yang baik. sapi pejantan yang siap di tampung harus di pancing menggunakan sapi betina dan bisa juga menggunakan ternak jantan (teaser) dan boneka sapi (dummy cow). Alat yang digunakan untuk menampung semen menggunakan vagina buatan yang di pegang oleh kolektor yang bertujuan menampung semen ternak pejantan. Faktor penghambat yang menyebabkan rendahnya produktivitas ternak di Indonesia adalah manajemen pemeliharaan yang belum optimal, sistem pemuliaan, dan seleksi yang tidak terarah. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) adalah terobosan penerapan bioteknologi dalam bidang reproduksi ternak untuk mengatasi permasalahan tersebut. Inseminasi Buatan merupakan teknik perkawinan dengan memasukkan semen segar atau semen beku ke dalam saluran kelamin ternak betina yang dilakukan oleh inseminator dengan menggunakan alat inseminasi gun. Bangsa sapi Holstein-Friesian adalah bangsa sapi perah yang paling menonjol di Amerika Serikat, jumlahnya cukup banyak, meliputi antara 80 sampai 90% dari seluruh sapi perah yang ada. Asalnya adalah Negeri Belanda yaitu di provinsi Nort Holand dan West Friesland, kedua daerah yang memiliki padang rumput yang bagus. Bangsa sapi ini pada awalnya juga tidak diseleksi kearah kemampuan atau ketangguhannya merumput. Produksi susunya banyak dan dimanfaatkan untuk pembuatan keju sehingga seleksi kearah jumlah produksi susu sangat dipentingkan (Blakely,1991). Sapi yang berwarna hitam dan putih (ada juga Holstein yang berwarna merah dan putih) sangat menonjol karena banyaknya jumlah produksi susu namun kadar lemaknya rendah. Sifat seperti ini nampaknya lebih cocok dengan kondisi pemasaran pada saat sekarang. Standar bobot badan pejantan 1800 pound dan pada umumnya sapi pejantan tersebut mencapai diatas 1 Ton. Produksi susu bisa mencapai 126874 pound dalam satu masa laktasi, tetapi kadar lemak susunya relatif rendah, yaitu antara 3,5%-3,7%. Warna lemaknya kuning dengan butiran-butiran (globuli) lemaknya kecil, sehingga baik untuk dikonsumsi susu segar (Blakely,1991).
5.3
Tujuan Tujuan dari pembuatan Laporan Praktik Kerja Lapangan, yaitu:
1.
Mengetahui tahapan teknik penampungan.
2.
Mengetahui manajemen penampungan semen segar di BIB Lembang.
5.4
Metode Pengamatan Metode yang dilakukan pada saat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan adalah dengan
diskusi, pengamatan, dan praktik di lapangan. 5.5
Hasil dan Pembahasan
5.5.1 Hasil BIB Lembang mempunya banyak jenis sapi salah satunya Friesian Holstein. Populasi sapi FH di BIB Lembang sebanyak 21 ekor. Setiap ternak diberi identitas dengan nomor bangsa pejantan, bulan lahir, dan nomor urut kedatangan di BIB Lembang. Tabel 1. Data Sapi Friesiea Holstein di BIB Lembang No.
Nama
Kode
Bangsa
1.
ARIS
312110
FH
2.
VALLEY JR
313111
FH
3.
FEDO
314112
FH
4.
PLATE
314113
FH
5.
PLUTO
314114
FH
6.
FLANGGO
314115
FH
7.
FISHOT
314116
FH
8.
FOGAN
314117
FH
9.
FOLEGAN
314118
FH
10.
GAZALI
316119
FH
11.
SLAMET
315120
FH
12.
GUAVA
316121
FH
13.
C.S CHEMIST
316122
FH
14.
C.S LAPAN
316123
FH
15.
CS SUPERSON
316124
FH
16.
M FREED
317125
FH
17.
R STAR
317126
FH
18.
CC SHOOTER
317127
FH
19.
S. GYPSY
308106
FH
20.
C SPARTA
308107
FH
21
C. TOYJET
308108
FH
Sumber: BIB Lembang, 2019 Tabel 7. Data Hasil Penampungan Semen Sapi Friesian Holstein Kode 312110 di BIB Lembang bulan Januari 2019 No.
Hasil Penampungan
Tanggal Volume (ml)
Warna
Konsistensi
Libido
1.
3 Januari 2019
8.75
cream
Sedang
Tinggi
2.
7 Januari 2019
4
Susu
Sedang
Tinggi
3.
10 Januari 2019
3.5
Susu
Sedang
Tinggi
4.
14 Januari 2019
5.5
Susu
Sedang
Tinggi
5
17 Januari 2019
7
Susu
Sedang
Tinggi
6
21 Januari 2019
6.5
Susu
Sedang
Tinggi
7
24 Januari 2019
5.75
Cream
Sedang
Tinggi
Sumber: BIB Lembang, 2019
5.5.2 Pembahasan 5.5.2.1 Definisi dan Deskripsi Sapi Friesian Holstein Salah satu sapi perah yang umum diternakkan di Indonesia adalah sapi Friesian Holstein (FH). Berdasarkan hasil survei yang dilakukan PSPB Cibinong menunjukkan bahwa jenis sapi perah FH merupakan jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia (Nur, 2013). Sapi FH merupakan tipe sapi perah dengan produksi susu yang tinggi mencapai 5982 kg per laktasi dengan kadar lemak susu rata-rata 3,7% dan memiliki kelebihan lain yaitu mampu beradaptasi dengan baik di daerah tropis maupun sub tropis
Sapi Friesian Holstein atau sering di sebut sapi FH adalah salah satu ternak yang menghasilkan susu dengan jumlah yang tinggi di bandingkan dengan ternak lain. Menurut Atabany (2010) mengungkapkan sapi FH merupakan sapi yang memiliki produksi susu yang lebih tinggi di bandingkan bangsa-bangsa lainnya.Sapi Friesien Holstein di BIB Lembang memiliki warna kulit berwarna hitam bercorak putih. Sesuai dengan pernyataan Rustamadji (2004), sapi FH memiliki warna cukup terkenal yaitu belang hitam putih dengan pembatas yang jelas dan tidak ada warna bayangan serta mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga bangsa sapi ini dapat dijumpai hampir diseluruh dunia. 5.5.2.2 Macam Metode Penampungan Inseminasi buatan merupakan proses deposisi semen yang dilakukan dengan inseminasi gun yang dilakukan oleh inseminator. Semen yang digunakan oleh inseminator merupakan semen sapi yang sudah ditampung dan sudah diberi kode ternak tersebut. Penampungan semen memiliki berbagai cara yaitu cara pengurutan, elektrojakulator dan vagina buatan. Penampungan semen yang dilakukan di BIB Lembang yaitu menggunakan vagina buatan (VB) atau artifical vagina (AV) karena metode vagina buatan merupakan simulasi yang sempurna terhadap perkawinan alam dimana semen yang tertampung memiliki kualitas yang jauh lebih baik dibandingkan metode lainnya. Sehubungan dengan itu, Hafez dan Hafez (2000) menyatakan, bahwa penampungan dengan AV menghasilkan semen yang lebih baik karena proses koleksi terjadi secara alamiah, kualitas, dan kuantitas yang dihasilkan lebih baik.
5.5.2.3 Pelaksanaan Penampungan Semen a.
Persiapan Alat dan Bahan Penampungan di BIB Lembang menggunakan vagina buatan atau artifical vagina (AV)
karena metode vagina buatan merupakan simulasi yang sempurna terhadap perkawinan alam dimana semen yang tertampung memiliki kualitas yang jauh lebih baik dibandingkan metode lainnya. Sehubungan dengan itu, Hafez dan Hafez (2000) menyatakan, bahwa penampungan dengan AV menghasilkan semen yang lebih baik karena proses koleksi terjadi secara alamiah,
kualitas, dan kuantitas yang dihasilkan lebih baik. Vagina buatan terdiri dari selongsong, corong karet, pita, tabung semen berukuran 15 ml, protector tabung, plastic hitam dan plastic glove. Vagina buatan yang sudah dirakit diberi vaslin menggunakan stick glass yang berfungsi sebagai pelican saat proses penampungan berlangsung. Sebelum digunakan AV di isi air panas yang bersuhu 42oC – 44oC sesuai dengan vagina aslinya. Jika suhu terlalu rendah atau terlalu tinggi, pejantan yang akan ditampung tidak berejakulasi karena suhu pada AV tidak menyerupai suhu di dalam vagina sesungguhnya. Air panas diisi setengah atau satu pertiga dari AV. Sehubungan dengan itu, Arifiantini (2006) menyatakan air hangat diisi melalui kran dengan suhu antara 42oC - 48 oC sebanyak setengah dari tabung AV. b.
Pelaksanaan Penampungan Semen Sapi FH di BIB Lembang di tampung pada hari senin dan kamis. Menurut Partodihardjo
(1990) menyatakan bahwa penampungan yang dilakukan satu sampai dua kali seminggu akan menjaga kualitas dan kuantitas semen serta kondisi pejantan tetap baik. Sebelum penampungan dilakukan sapi yang akan ditampung atau sebagai pemancing (teaser) dalam performa yang baik dan tidak sakit. Sapi yang akan ditampung sudah di mandikan terlebih dahulu agar bersih. Sapi yang akan di tampung akan memilih teaser yang sudah disediakan oleh Bull Master, dan sapi yang akan di tampung akan menaiki teaser tersebut. Sapi akan dibiarkan menaiki teaser sebanyak dua sampai tiga kali. Hal ini dilakukan agar penis ternak yang ditampung dinilai mencapai ereksi dan dilakukan teasing oleh kolektor. Setelah sapi menaiki teaser kolektor sudah memegang AV yang siap di gunakan. Posisi kolektor berdiri disebelah kanan dari pejantan yang akan ditampung semennya guna keamanan kolektor saat penampungan berlangsung. Kolektor bersiap di sebelah kanan dengan memegang AV di tangan kanan. Pada saat pejantan menaiki teaser dan penis mengalami ereksi maksimal, penis diarahkan masuk ke AV. Setelah semen diperoleh maka kolektor mengidentifikasi seperti nama pejantan, kode pejantan, nama kolektor dan handling, volume, warna, dan konsistensi. Selanjutnya, data tersebut diinput ke dalam komputer dan ditulis di loogsheet yang telah disediakan. Setelah penampungan semen selesai dilakukan, segera semen dikirim ke laboratorium untuk selanjutnya dilakukan
pengamatan makroskopis dan mikroskopis oleh petugas laboratorium yang kemudian dilakukan prosesing menjadi semen beku. c. Pembersihan Vagina Buatan Pembersihan alat penampungan di BIB Lembang dilakukan setelah penampunga dilakukan. Corong karet dilepaskan dari selongsong dan keluarkan air yang ada didalmnya. Selongsong dan corong karet di rendam pada air dingin yang sudah ditambahkan ditergen selama 10-15 menit. Corong dan selongsong AV disikat dengan sikat yang sesuai pada bagian dalam dan luarnya. Setelah bersih bilas menggunakan air hangat temperature 30-40oC, kemudian bilas menggunakan air mengalir. Tiriskan corong dan selongsong AV yang sudah bersih dengan posisi berdiri. Vagina yang sudah kering di sterilisasi dalam sterilitator dengan suhu 50oC selama 3 jam.
5.5.2.4 Evaluasi Semen Segar Evaluasi semen segar dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan makroskopis dilakukan secara organoleptik, diantaranya pemeriksaan Voulme
: volume semen yang dihasilkan rata–rata 7 ml.
Konsistensi
: encer, sedang, kental.
Warna
: susu, cream, kuning. Pemeriksaan volume dapat dilihat pada skala yang ada pada tube collecting, rata-rata
volume semen Sapi FH di BIB Lembang adalah 3-7 ml dan berwarna cream. Menurut Hafez (2008) menyebutkan bahwa volume semen sapi perah per ejakulasi sebesar 5-8 ml. Khairi (2016), bahwa bobot sapi pejantan berbanding lurus dengan besarnya testis. Ukuran testis yang besar mempunyai tubuli seminiferus yang lebih banyak sehingga akan meningkatkan jumlah spermatozoa yang didukung seminal plasma atau cairan plasma yang juga lebih banyak. Rata-rata semen Sapi FH di BIB Lembang memiliki warna susu hingga krem dan konsistensi sedang hingga kental. Khairi (2016), bahwa semen sapi dengan konsistensi kental berwarna krem memiliki konsentrasi 1.0002.000 juta spermatozoa/ ml, konsistensi susu encer memiliki konsentrasi 500-600 juta spermatozoa/ ml, semen yang cair dan sedikit kekeruhan mempunyai konsentrasi sekitar 100 juta spermatozoa/ ml, sedangkan yang jernih seperti air kelapa konsentrasinya lebih dari 50 spermatozoa/ ml.
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dilakukan dengan pengamatan gerakan massa. (+, ++, +++). Semen yang memiliki nilai gerakan massa (+) tidak di produksi. Menurut Romadhoni dkk (2016), motilitas semen segar dapat ditentukan yaitu sangat baik (+++) jika terlihat adanya gelombang besar, banyak, gelap, tebal, dan aktif bergerak cepat berpindah-pindah tempat; baik (++) bila terlihat gelombang-gelombang kecil tipis, jarang, kurang jelas, dan bergerak lamban; lumayan/cukup (+) jika tidak terlihat gelombang melainkan hanya gerakan-gerakan individu aktif progresif; dan buruk/N/0 bila hanya sedikit atau ada gerakan individual. 5.5.2.5 Penyimpanan Semen Segar Setelah melewati tahap uji makroskopis dan mikroskopis dan dinyatakan layak. Semen dapat di proses menjadi semen beku. Proses pembuatan semen beku melewati beberapa tahapan yaitu pengenceran, ekuilibrasi, filling dan sealing, racking, pre freezing, freezing dan Past Thawning Motality. menurut Noakes, dkk (2001) menyatakan, bahwa tahap pengenceran semen dilakukan untuk menyediakan zat-zat makanan sebagai sumber energi bagi spermatozoa, melindungi spermatozoa dari cold shock (kejutan dingin). a.
Pengenceran dan ekuilibrasi Pengenceran semen dilakukan menggunakan pengencer A dan pengencer B. pengencer A
dibuat dengan mencampurkan Buffer Antibiotik dan kuning telur dengan perbandingan 95:5 dan dikocong sampai homogen. Pengencer B dibuat dengan mencampurkan Glicerol 160cc, Buffer Antibiotik 770cc, Kuning Telur 50cc, dan Glukosa 20 g dan di kocok sampai homogen. Proses pengenceran yang dilakukan yaitu semen yang sudah di uji secara mikroskopis dan didaptkan vol.akhir serta volume pengencer di campurkan secara perlahan di gelas ukur dengan pengencer A jadilah part A primer , simpan di water jacket yang berisi air hangat suhu 37 derajat celcius, lalu simpan di dalam cool top untuk proses ekuilibrasi dengan suhu 4-5 derajat celcius selama 35 menit , angkat part A primer dari water jacket, tambahkan ¼ pengencer B sebanyak 4x interval 15 menit. Setelah itu dilakukan test before freezing yaitu dengn mneteskan semen yang sudah diencerkan diatas obyek glass dan ditutp dengan cover glass.
b.
Filling dan sealing Filling dan sealing merupakan proses pengisian semen yang telah diencerkan kedalam
straw sebanyak 0,25 ml, dengan menggunakan alat yang bekerja secara otomatis yaitu Filling and Sealing Machine. Mesin ini dapat memasukan semen ke dalam straw dan menutup ujung straw (sumbat laboratorium) secara otomatis. Pengisisan semen ke dalam straw menggunakan syringe khusus yang menyatu dengan tabung plastik, dimasukkan melalui salah satu ujung straw secara otomatis. Proses pengisisan yang berjalan secara otomatis tersebut mempercepat proses filling. Volume semen yang akan dimasukkanpun telah diatur sesuai dengan dosis yang akan digunakan secara otomatis. Proses ini dilakukan dalam cool top. Toelihere (1985) menyatakan bahwa semen yang telah diencerkan dihisap kedalam straw dengan menggunakan pompa penghisap yang dijalankan oleh tenaga listrik. c.
Racking Racking merupakan tahapan perhitungan jumlah straw di dalam cool top dengan suhu 4
℃. Perhitungan straw menggunakan rak hitung dengan jumlah satu rak dapat menampung 175 straw. Tujuan racking selain untuk perhitungan jumlah straw juga untuk mengecek apakah ada straw yang tidak terisi penuh. Apabila terdapat straw yang tidak terisi penuh maka tidak akan dibekukan, setiap perhitungan dipisahkan dua dosis untuk menjadi sampel dalam pengujian post thawing motility dan test incubator. d.
Pre-freezing dan Freezing Setelah proses filling dan sealing, maka semen dibekukan dalam 2 tahapan yaitu pre-
freezing dan freezing. Proses pre-freezing menggunakan alat digit cool yang suhunya -140℃ hingga -142℃. Proses ini berlangsung selama 7 – 9 menit, kemudia dilanjutkan proses freezing dalam nitrogen cair dengan suhu -196 ℃. Menurut Bearden dan Fuquari (1984), nitrogen cair dengan suhu -196℃ adalah pilihan terbaik untuk proses pembekuan semen. Tujuan proses prefreezing terlebih dahulu lalu dilanjutkan freezing menggunakan nirogen cair adalah untuk
mencegah terjadinya cold shock, sehingga sel spermatozoa dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama. Semen yang telah beku disimpan dalam container dan harus dalam keadaan terendam nitrogen cair. Apabila nitrogen cair dalam container berkurang maka daya tahan fertilitas akan semakin menurun bahkan mati. Oleh karena itu, container harus selalu ditambahkan nitrogen cair stiap harinya kurang lebih 30 liter. e.
Past Thawning Motality Setelah menjadi semen beku dilakukan pemeriksaan kualitas semen dengan Past Thawning
Motality minmal 24 jam setelah pembekuan. Dari hasil pengujian, dihitung presentase spermatozoa dengan standar penilaian motilitas 40% dan gerakan individu 2. Test water incubator merupakan kelanjutan daru post thawing motality. Tujuannya untuk mengetahui jumlah spermatozoa yang dapat bertahan hingga bertemu ovum. Latar belakang test ini adalah waktu kapasitasi spermatozoa di dalam saluran reproduksi ternak betina antara 4 – 7 jam. Semen yang telah memenuhi standar pada post thawing motality dan test water incubator berarti layak untuk didistribusikan. Kemudian diserahkan kepada bagian jasa produksi untuk didistribusikan ke berbagai daerah di Indonesia. 5.6
Kesimpulan Penampungan semen Friesian Holstein di BIB Lembang menggunakan vagina buatan.
Karena metode menggunakan vagina buatan akan menghasilkan semen yang maksimal saat melakukan ejakulasi. Prosedur penampungan di BIB Lembang terdiri dari persiapan alat vagina buatan yang sudah steril dan sudah dirakit, persiapan jantan dan teaser yang di gunakan dalam penampungan semen, dan menyerahkan ke laboratorium untuk di proses menjadi semen beku. 5.7
Daftar Pustaka
Arifiantini, R. I. 2006. Teknik Koleksi, Evaluasi, & Pengolahan Semen Pada Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Atabany, A., Purwanto, B.P., Toharmat, T. dan Anggraeni, A. 2011. Hubungan Masa Kosong dengan Produktivitas pada Sapi Perah Friesian Holstein di Baturraden, Indonesia. Media Peternakan. Jawa Barat. 34 (2): 77-82. Blakely, J and D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan, edisi ke- 4. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta. Hafez. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. Dalam: B. Hafez dan E.S.E. Hafez (Eds). Reproduction In Farm Animals. 7th Ed. Lippincott Williams and Wilkins: Philadelphia, USA Khairi, F. 2016. Evaluasi Produksi dan Kualitas Semen Sapi Simmental terhadap Tingkat Bobot Badan Berbeda. Jurnal Peternakan, Vol 3, No.2: 54-58 Noakes, D.E., Parkinson, T.J., dan England, G.C.W. 2001. Arthur’s Veterinary Reproduction and Obstetrics, 8th Edition. UK: W.B.Saunders Nur A. 2013. Laporan Praktek Lapang: Ilmu Ternak Perah. Universita Hasanuddin,Makassar. Partodiharjo, S. 1990. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara: Jakarta Rustamadji, B. 2004 Dairy Science l. Laboratory of Dairy Animal.Faculty of Animal Science.Gadjah Mada University. Romadhoni, I., Rachmawati, A., dan Suyadi. 2016. Kualitas Semen Sapi Madura Setelah Pengenceran dengan Tris Aminomethane Kuning Telur yang Disuplementasi a-tocopherol pada Penyimpanan Suhu Ruang. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan, Vol 24, No. 1: 39-44 Toelihere MR. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa: Bandung
LAMPIRAN
gambar 1. Seperangkat Alat Vagina Buatan
Gamabar 2. Proses Sterilisasi Alat Vagina Buatan
Gambar 3. Fotometer
Gambar 4. Proses pengenceran bertahap
Gambar 6. Rak Hitung
Gambar 5. Proses Filling dan Sealing
Gambar 7. Persiapan Pre-Freezing
Gambar 8. Proses Freezing