Materi 12

  • Uploaded by: Silvia Telese
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Materi 12 as PDF for free.

More details

  • Words: 8,439
  • Pages: 33
Loading documents preview...
BAB II PEMBAHASAN

A. EUBACTERIA (BAKTERI)

Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar luas dibandingkan dengan organisme lainnya di bumi. Bakteri umumnya merupakan organisme uniseluler (bersel tunggal), prokariota/ prokariot, tidak mengandung klorofil, serta berukuran mikroskopik (sangat kecil). Bakteri berasal dari kata bahasa latin yaitu bacterium. Bakteri memiliki jumlah spesies mencapai ratusan ribu atau bahkan lebih. Mereka ada di mana-mana mulai dari di tanah, di air, di organisme lain, dan lain-lain juga berada di lingkungan yang ramah maupun yang ekstrim. Dalam tumbuh kembang bakteri baik melalui peningkatan jumlah maupun penambahan jumlah sel sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni seperti ph, suhu temperatur, kandungan garam, sumber nutrisi, zat kimia dan zat sisa metabolisme.

a) CIRI-CIRI BAKTERI

Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup lain yaitu : 1. Organisme multiselluler 2. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel ) 3. Umumnya tidak memiliki klorofil 4. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya memiliki ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron. 5. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam 6. Hidup bebas atau parasite 7. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau gambut dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan 8. Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya mengandung peptidoglikan.

b) STRUKTUR BAKTERI

Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu: 1. Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri) Meliputi: dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula penyimpanan 2. Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu) Meliputi kapsul, flagelum, pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan endospora. -

Struktur dasar sel bakteri Struktur dasar bakteri :

1. Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan polisakarida (ketebalan peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri gram positif bila peptidoglikannya tebal dan bakteri gram negatif bila peptidoglikannya tipis). 2. Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan fosfolipid dan protein. 3. Sitoplasma adalah cairan sel. 4. Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas protein dan RNA. 5. Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan. -

Struktur sel bakteri Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada bakteri tertentu yang dapat

berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita. Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel. Bakteri memiliki bentuk sel yang bervariasi, bulat (coccus), batang (bacillus) dan lengkung (vibrio, coma atau spiral). Umumnya sel bakteri yang berbentuk bulat berdiameter sekitar 0,7 - 1,3 mikron. Sedangkan sel bakteri berbentuk batang lebarnya sekitas 0,2 - 2,0 mikron dan panjangnya 0,7 - 3,7 mikron. Bagian tubuh bakteri pada umumnya dapat dibagi atas 3 bagian yaitu dinding sel, protoplasma (di dalamnya terdapat membran sel, mesosom, lisosom, DNA, endospora), dan bagian yang terdapat di luar dinding sel seperti kapsul, flagel, pilus. Di antara bagianbagian tersebut ada yang selalu didapatkan pada sel bakteri, yaitu membran sel, ribosom dan DNA. Bagian-bagian ini disebut sebagai invarian. Sedangkan bagian-bagian yang tidak selalu ada pada setiap sel bakteri, misalnya dinding sel, flagel, pilus, dan kapsul. Bagianbagian ini disebut varian. Susunan bagian-bagian utama sel bakteri, dijelaskan sebagai berikut: a.

Membran sel Membran sel merupakan selaput yang membungkus sitoplasma beserta isinya, terletak di

sebelah dalam dinding sel, tetapi tidak terikat erat dengan dinding sel. Bagi membran sel sangat vital, bagian ini merupakan batas antara bagian dalam sel dengan lingkungannya. Jika membran sel pecah atau rusak, maka sel bakteri akan mati. Membran sel terdiri atas dua lapis molekul

fosfolipid. Pada lapisan fosfo-lipid ini terdapat senyawa protein dan karbohidrat dengan kadar berbeda-beda pada berbagai sel bakteri. b.

Ribosom Ribosom merupakan bagian sel yang berfungsi sebagai tempat sintesa protein. Bentuknya

berupa butir-butir kecil dan tidak diselubungi membran. Ribosom tersusun atas protein dan RNA. c.

DNA (Deoxyribonucleic Acid) DNA merupakan materi genetik, terdapat dalam sitoplasma. DNA bakteri berupa benang

sirkuler (melingkar). DNA bakteri berfungi sebagai pengendali sintesis protein bakteri dan pembawa sifat. DNA bakteri terdapat pada bagian menyerupai inti yang disebut nukleoid. Bagian ini tidak memiliki membran sebagaimana inti sel eukariotik. d. Dinding sel Dinding sel bakteri tersusun atas makromolekul peptidoglikan yang terdiri dari monomermonomer tetrapeptidaglikan (polisakarida dan asam amino). Berdasarkan susunan kimia dinding selnya, bakteri dibedakan atas bakteri gram-positif dan bakteri gramnegatif. Susunan kimia dinding sel bakteri gram-negatif lebih rumit daripada bakteri gram-positif. Dinding sel bakteri grampositif hanya tersusun atas satu lapis peptidoglikan yang relatif tebal, sedangkan dinding sel bakteri gram-negatif terdiri atas dua lapisan. Lapisan luar tersusun atas protein dan polisakarida, lapisan dalamnya tersusun atas peptidoglikan yang lebih tipis dibanding lapisan peptidoglikan pada bakteri gram-positif. Dinding sel bakteri berfungsi untuk memberi bentuk sel, memberi kekuatan, melindungi sel dan menyelenggarakan pertukaran zat antara sel dengan lingkungannya. e.

Flagel Flagel merupakan alat gerak bagi bakteri, meskipun tidak semua gerakan bakteri

disebabkan oleh flagel. Flagel berpangkal pada protoplas, tersusun atas senyawa protein yang disebut flagelin, sedikit karbohidrat dan pada beberapa bakteri mengandung lipid. Jumlah dan letak flagel pada berbagai jenis bakteri bervariasi. Jumlahnya bisa satu, dua, atau lebih, dan letaknya dapat di ujung, sisi, atau pada seluruh permukaan sel. Jumlah dan letak flagel dijadikan salah satu dasar penggolongan bakteri. f.

Pilus Pada permukaan sel bakteri gram-negatif seringkali terdapat banyak bagian seperti benang

pendek yang disebut pilus atau fimbria (jamak dari pilus). Pilus merupakan alat lekat sel bakteri dengan sel bakteri lain atau dengan bahan-bahan padat lain, misalnya makanan sel bakteri.

g.

Kapsul Kapsul merupakan lapisan lendir yang menyelubungi dinding sel bakteri. Pada umumnya

kapsul tersusun atas senyawa polisakarida, polipeptida atau protein-polisakarida (glikoprotein). Kapsul berfungsi untuk perlindungan diri terhadap antibodi yang dihasilkan sel inang. Oleh karenanya kapsul hanya didapatkan pada bakteri pathogen. h.

Endospora Di antara bakteri ada yang membentuk endospora. Pembentukan endospora merupakan

cara bakteri mengatasi keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan antara lain: panas, dingin, kering, tekanan osmosis dan zatkimia tertentu. Jika kondisi lingkungan membaik maka endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri. Endospora bakteri tidak berfungsi sebagai alat perkembangbiakan, tetapi sebagai alat perlindungan diri. Sel-sel bakteri yang membentuk spora tampak sebagai ruangan berisi benda bulat, yang letaknya dapat di salah satu ujung ruang itu, dapat pula di tengah-tengah. Apabila lingkungan hidup bakteri menjadi buruk, maka banyak yang mati, akan tetapi ada juga bakteri-bakteri yang dapat membentuk spora spora yang tahan terhadap lingkungan ynag buruk seperti kekeringan, kekurangan bahan makanan dan lain sebagainya. Jika keadaan menjadi baik kembali, maka spora itu akan tumbuh menjadi bakteri biasa yang disebut bentuk vegetaif. Spora-spora pada bakteri ini dibentuk disebelah dalam dinding sel bakteri sehigga dinamakan endospora. Proses pembentukan endospora yang di dalam sel induk dikenal sebagai sporulasi atau sporogenesis. Pada tahap pertama proses sporulasi ini dapat dilihat terjadinya replikasi kromosom bakteri dan sebagai kecil dari sitoplasma terpisah oleh suatu sekat(septum) spora. Sekat spora ini menjadi membrane yang berlapis dua yang masing-masing mengelilingi kromosom dab sitoplasma. Struktur ini seluruhnya dibungkus idalam sel asal yang disebut fore spore. Lapisan-lapisan peptidoglikan yang tebal terdapat diantara 2 lapisan membran. Kemudian suatu mantel spora yang tebal yang terdiri dari protein terbentuk disebelah luar membran. Mantel ini berfungsi untuk melindungi endospora terhadap zat-zat kimia keras. Kemudian endospora dapat keluar atau bebas dari sel. Letaknya endospora di dalam sel bakteri tergantung dari spesies bakterinya. Apabila endospora telah matang dinding sel vegetatif melebur dan endospora dibebaskan. Inti endospora yang mengalami dehidrasi yang tinggi, hanya mengandung sedikit DNA, RNA, ribosom, enzim dan beberapa molekul yang penting. Endospora itu dapat dianggap sebagai bentuk

laten dari bakteri yang dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama sekali. Endospora yang kembali kepada keadaan vegetatif mengalami suatu proses yang disebut dengan germinasi. Proses germinasi atau perkecambahan ini dipacu adanya kerusakan fisik dan kemis pada mantel endospora. Enzim-enzim yang terdapat dalam endospora akan merusak lapisan-lapisan lain terdapat di sekeliling endospora, kemudian air dapat masuk sehingga metabolism dapat berlangsung. Oleh karena satu sel vegetatif hanya membentuk satu endospora, maka sporogenesis pada bakteri bukan merupakan alat perkembangbiakan, karena tidak ada pertambahan jumlah sel. Dipandang dari segi klinis, endospora ini sangat penting karena tahan terhadap pemanasan, pendinginan, penggunaan zat-zat kimia dan radiasi. Kebanyakan sel vegetatif akan mati pada suhu 700C sedangkan endospora dapat tetap hidup pada air mendidih sampai setengah jam atau lebih.

B. Archaebacteria Arkea atau archaea (bahasa Yunani: αρχαία— "yang tua"), juga disebut arkeobakteri, merupakan satu divisi organisme hidup yang utama. Meskipun filogeni yang tepat masih tidak dapat dipastikan untuk kumpulan-kumpulan ini, Arkea, Eukariota, dan Bakteria merupakan kelas yang termasuk sistem tiga domain. Sama dengan bakteria, Arkea merupakan organisme yang tidak memiliki nukleus, oleh sebab itu, Arkea termasuk Prokariota. Awalnya, termasuk dalam kerajaan Monera. Arkea berhabitat di lingkungan kotor, tetapi ditemukan bahwa arkea terdapat di setiap tempat. Pokok filogenetik berdasarkan data rRNA yang menunjukkan pemisahan bakteria, arkea, dan eukariota. Arkea ditemukan pada tahun 1977 oleh Carl Woese dan George Fox berdasarkan pemisahan dari prokariot yang lain dalam pohon filogentik rRNA 16S. Awalnya, kedua kumpulan ini adalah Arkeabakteria dan Eubakteria, dan dibagi dalam kingdom atau subkingdom yang diistilahkan oleh Woses dan Fox sebagai Urkingdom. Woese berpendapat bahawa Arkea pada dasarnya merupakan satu cabang hidupan yang berlainan. Ia kemudian memberi nama Arkea dan Bakteria untuk memperkuat pendapatnya, dan berpendapat bahwa Arkea merupakan bagian dari tiga domain. Istilah biologi, Arkea, harus tidak dikelirukan dengan frasa geologi, eon Arkean, yang juga dikenal sebagai Era Arkeozoik. Istilah kedua ini merujuk kepada zaman primordium dalam sejarah bumi ketika Arkea dan Bakteria merupakan organisme bersel yang tunggal di bumi. Fosil-fosil ini kemungkinan merupakan fosil mikroba yang berasal dari 3,8 juta tahun yang lalu.

a) Ciri-ciri Archaebacteria Archaebacteria memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1. Sel bersifat prokaryotik. 2. Lipida pada membran sel bercabang. 3. Tidak memiliki mitokondria, retikulum endoplasma, badan golgi, dan lisosom. 4. Habitat di lingkungan bersuhu tinggi, bersalinitas tinggi, dan asam. 5. Berukuran 0,1 um sampai 15 um, dan beberapa ada yang berbentuk filamen dengan panjang 200 m. 6. Dapat diwarnai dengan pewarnaan Gram. Archaebacteria berukuran dari 0,1 um sampai 15 um, dan ada beberapa Archaebacteria yang berbentuk filamen mencapai panjang 200 m. Bentuk Archaebacteria bervariasi, seperti berbentuk bola, batang, spiral, cuping, dan empat persegi panjang. Bentuk-bentuk yang berbeda ini menunjukkan perbedaan tipe metabolismenya. Pada prinsipnya habitat Archaebacteria di lingkungan bersuhu tinggi, bersalinitas tinggi dan asam. Tetapi biasanya Archaebacteria dikelompokkan berdasarkan habitatnya, yaitu: 1) Halophiles, yaitu lingkungan yang berkadar garam tinggi. 2) Methanogens, yaitu lingkungan yang memproduksi methan. Ini dapat ditemukan pada usus binatang. 3) Thermophiles, yaitu lingkungan yang mempunyai suhu tinggi. Dalam contoh konkrit kalian dapat menemukan Archaebacteria di gletser, asap hitam, tanah rawa, kotoran, air laut, tanah dan saluran pencernaan makanan pada binatang seperti ruminansia, dan rayap. Terdapat juga pada saluran pencernaan makanan pada manusia. Walaupun demikian, Archaebacteria biasanya tidak berbahaya bagi organisme lainnya dan tidak satu pun dikenal sebagai penyebab penyakit. b) Klasifikasi Protista

Arkhaebakteria banyak ditemukan hidup di lingkungan ekstrim seperti di sumber air panas, telaga garam, bahkan dalam saluran pencernaan hewan ruminansia (sapi, domba). Berdasarkan lingkungan yang ekstrim Archaebacteria dibedakan menjadi 3 kelompok : 1. Metanogen Kelompok Archaebacteria ini bersifat anaerobik dan kemosintetik. Bakteri ini memperoleh makanan dengan mereduksi CO2 menggunakan H2 menjadi metana (CH4). Hidup di rawa-rawa dan danau yang kekurangan oksigen karena konsumsi mikroorganisme lain. 4H2 + CO2 ―→ CH4 + 2H2O Metanogenik juga berperan dalam pembusukan sampah dan kotoran ternak. Metanogenik merupakan bakteri utama dalam pembentukan biogas atau gas metana. Beberapa bakteri metanogenik bersimbiosis dalam rumen herbivora dan hewan pengonsumsi selulosa lainnya. Contoh : -

Lachnospira multiparus, organisme ini mampu menyederhanakan pectin

-

Ruminococcus albus, organisme ini mampu menghidrolisis selulosa

-

Succumonas amylotica, memiliki kemampuan menguraikan amilum.

-

Methanococcus janashii, penghasil gas methane

2. Halofilik Bakteri Halofilik (halo : garam, philis: suka) ini hidup pada lingkungan dengan kadar garam tinggi dan sebagian memerlukan kadar garam 10 kali lebih tinggi daripada air laut untuk dapat hidup. seperti di danau Great Salt (danau garam), Laut Mati, atau di dalam makanan yang bergaram. Beberapa bakteri halofilik dapat berfotosintesis dan memiliki zat warna yang disebut bacteriorodhopsin 3. Termofilik Sesuai dengan namanya (thermo: panas, philis: suka), Archaebacteria ini hidup di tempat dengan suhu 60°C hingga 80°C. Beberapa bakteri termofilik mampu mengoksidasi sulfur, seperti Sulfolobus yang hidup di mata air sulfur. Bahkan, beberapa spesies mampu dengan suhu 105°C Menurut Woese, Kandler dan Wheelis, 1990, Archaebacteria dibagi menjadi beberapa phylum, yaitu: 1. Phylum Grenarchaeota 2. Phylum Euryarchaeota

3. Halobacteria 4. Methanococci 5. Methanophyri 6. Archaeoglobi 7. Thermococci 8. Thermoplasmata 9. Phylum Korarchaeota 10. Phylum Nanoarchaeota

c) Peranan Protista Arkae juga mempunyai peranan dalam kehidupan, diantaranya: a. Menggunakan reaksi kimia yang digunakan untuk membuat materi organic dan reaksi kimai lainnya (umumnya menghasilkan gas metan dan sulfur dioksida). b. Mengubah karbon dioksida dan hydrogen menjadi metan. c. Gas metan yang dihasilkan dapat digunakan sebagai biogas. d. Mampu mengoksida sulfur. e. Bakteri metanogen yang ada di Ruminansia (pemamah biak) dapat mencegah pectin (lachnospira multipharus), memecah amilum (succinomonas amylolytica), dan memecah selulosa (ruminococcus albus).

C. JAMUR Jamur adalah organisme yang terdapat dimana-mana di bumi, baik di daerah tropik, subtropik, di kutub utara, maupun antarika. Fungi juga ditemukan di darat, di perairaian tawar, di laut, di mangrove, di bawah permukaan tanah, di kedalaman laut, dipengunungan, maupun di udara. Banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan fungi, antara lain kelembapan, suhu, keasaman substrat, pengudaraan, dan kehadiran nutrien-nutrien yang diperlukan. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu

menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi memiliki bermacam-macam bentuk. Awam mengenal sebagian besar anggota Fungi sebagai jamur, kapang, khamir, atau ragi, meskipun seringkali yang dimaksud adalah penampilan luar yang tampak, bukan spesiesnya sendiri. Kesulitan dalam mengenal fungi sedikit banyak disebabkan adanya pergiliran keturunan yang memiliki penampilan yang sama sekali berbeda (ingat metamorfosis pada serangga atau katak). Fungi memperbanyak diri secara seksual dan aseksual. Sedangkan dari sudut lain mengatakan bahwa fungi adalah mikroorganisma eukaryotik yang hidup secara saprofit karena tidak dapat berfotosintesa. Pada dasarnya sel -sel fungi hampir sama dengan sel - sel hewan. Bahkan hal ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa sulit ditemukan strategi yang tepat dalam mengobati infeksi oleh jamur tanpa berefek toksik bagi inang / host nya. Di alam ini fungi dapat bersifat sangat merugikan manusia dengan menimbulkan infeksi (penyakit) dan toksin yang dihasilkan ataupun bersifat menguntungkan dengan menghasilkan produk - produk yang dapat digunakan oleh manusia sebagai contoh antibiotika, vitamin, asam organik dan enzim.

a) Reproduksi Jamur Spora fungi memiliki berbagai bentuk dan ukuran, dan dapat dihasilkan secara seksual maupun aseksual. Pada umumnya spora adalah organisme uniseluler , tetapi ada juga spora multiseluler. Spora dihasilkan di dalam atau dari struktur hifa yang terspesalisasi. Ketika kondisi lingkngan memungkinkan, pertumbuhan yang cepat, fungi mengklon diri mereka sendiri dengan cara menghasilkan banyak sekal spora secara aseksual. Terbawa oleh angin atau air, spora-spora tersebut berkecamabh jika berada pada tempat yang lembab pada permukaan yang sesuai (Campbell 2003). Menurut Pelczar (1986), bahwa spora seksual yang dihasilkan dari peleburan dua nukleus. Ada beberapa spora seksual yaitu: 1) Aksospora: Spora bersel satu ini terbentuk di dalam pundi atau kantung yang dinamakan askus. Biasanya terdapat delapan askospora di dalam setiap askus. 2) Basidiospora: Spora bersel satu ini terbentuk di atas struktur berbentuk gada yang dinamakan basidium.

3) Zigospora: merupakan spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangin, pada beberapa cendawan melebur. 4) Oospora: Spora ini terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut ooginium, pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan yang terbentuk di dalam anteredium mengasilkan oospora.

b) Struktur Tubuh Jamur Jamur termasuk tumbuhan tingkat rendah dan seperti halnya dengan tumbuhan lainnya jamur mempunyai 2 fase dalam siklus hidupnya, yaitu: -

fase vegetatif

-

fase reproduktif/generatif. Struktur vegetatif dari jamur sendiri terdiri dari hifa yang menyerupai benang-

benangpanjang. Hifa secara kolektif membentuk miselium dan panjangnya ada yang sampai beberapa meter. Hifa ada yang beruas dan tak beruas. Pada hifa yang beruas hifanya terbagi dengan sekat-sekat dan setiap ruas mengandung satu nucleus atau banyak nucleus.Pada tipe yang tak beruas terdiri dari hifa yang mempunyai banyak nucleus yang tidak dibatasi oleh sekat. Pada tipe ini dapat pula dijumpai dinding sekat terutama pada hifa yang tua. Jamur parasit mempunyai hifa yang ektofitik atau endofitik. Miselium yang ektofitik berada pada permukaan tanaman inang sedangkan miselium yang endofitik berada didalam jaringan tanaman inang dan dapat tumbuh secara interseluler (diantara sel) atau intraseluler (masuk kedalam sel). Hifa yang ektofitik dan interseluler membentuk haustorium ke dalarn sel untuk memperoleh zat makanan. Bentuk haustorium dapat bulat atau seperti akar.

c) Klasifikasi Jamur

1. Divisi Zygomycota Jamur yang tergolong divisi ini hidup di darat, di atas tanah, atau pada tumbuhan dan hewan yang telah membusuk. Namun, Zygomycota berasal dari Zigospongarium. Zigospora merupakan spora istirahat yang memiliki dinding tebal. Jenis jamur yang tergolong Zygomycota, antara lain: -

Jamur Roti (Rhizopus Nigricans)

Jika roti yang lembab disimpan ditempat yang hangat dan gelap, beberapa hari kemudian akan tampak jamur tumbuh diatasnya. Pada roti akan tumbuh bulatan hitam, yang disebut Sporangium yang dapat menghasilkan sekitar 50.000 spora. -

Jamur Tempe (Rhizopus Stolonifer)

Jamur tempe digunakan dalam pembuatan tempe. Reproduksi rhizopus Stolonifer dapat terjadi secara seksual dan aseksual. -

Pilobolus

Adalah salah satu jamur yang biasa hidup pada kotoran hewan yang telah terdekomposisi. Jamur ini tidak dapat bereproduksi tanpa adanya bantuan cahaya. Jamur ini menunjukkan respon positif terhadap cahaya.

2. Divisi Ascomycota Jamur Ascomycota “jamur kantung” ada yang uniseluler dan multiseluler. Jamur ini ada yang bersifat parasit dan ada juga yang bersifat saprofit. Spesies yang tergolong Ascomycota, diantaranya sebagai berikut: -

Penicillium

Jamur ini berwarna hjjau kebiruan dan tumbuh baik pada buah-buahan yang telah masak, roti, nasi, serta makanan bergula. Penicillium dibagi menjadi dua: Penicillium Camemberti dan Penicilium Requeforti, kedua jamur ini dimanfaatkan dalam industri keju. Beberapa setelah keju tersebut ditanam diatas keju, cabang hifa akan tumbuh diseluruh keju. -

Ragi (Saccharomyces)

Merupakan organisme uniseluler yang dikelompokkan ke dalam Ascomycotakarena reproduksi seksualnya terjadi dengan pembentukan Askus

-

Neurospora

Jamur ini dimanfaatkan untuk pembuatan makanan dari kacang tanah dengan suatu proses fermentasi jamur. Selain dimanfaatkan sebagai pembuatan oncom, jamur juga digunakan sebagi objek penelitian genetika. -

Higrophorus Coccineal dan Morcella Deliciosa

Jamur ini bersifat parasit, banyak menyerang hewan selain itu, dapat membusukkan kayu dna buah-buahan.

3. Divisi Basidiomycota Pada umumnya tubuh buah jamur dari divisi Basidiomycota berukuran besar (Makroskopis), walapun ada juga yang berukuran kecil (Mikroskopis). Jamur dari divisi basidomycota memiliki ciri khas, yang memiliki Basidium. Basidium merupakan alat reproduksi seksual yang terdapat dalam bilah. Seluruh Basidium berkumpul membentuk suatu badan yang disebut Basidiokarp. Spora yang dihasilkan dalam basidium dinamakan Basidiospora. Beberapa contoh spesies dari Divisi Basidiomycota, antara lain: -

Puccinia Graminis

-

Jamur Merang (Volcariella Volvacea)

-

Ustilago maydis

-

Jamur Kuping

-

Amanita Muscaria

4. Divisi Deuteromycota Jamur yang tergolong Deuteromyota adalah jamur yang belum diketahui reproduksi seksualnya. Jamur ini biasa disebut jamur tidak sempurna atau Jamur Imperfecti (Campbell, 1998: 581). Reproduksi aseksualnya terjadi dengan fragmentasi atau dengan Konidium. Berikut contoh jamur dari Divisi Deuteromycota, antara lain: -

Aspergillus

Merupakan jamur yang hidup pada medium dengan derjat keasaman dan kandungan gula tinggi. -

Epidermophyton dan Mycosporium

Kedua jenis jamur ini merupakan parasit pada manusia. Epidermophyton menyebabkan penyakit kaki pada atlit, sedangkan Mycosporium penyebab penyakit kurap.

-

Fusarium, Verticellium, dan Cercos

Ketiga jenis jamur ini merupakan parasit pada tumbuhan. Jamur ini jika tdaik dibasmi dengan fungisida dapat merugikan tumbuhan yang diserangnya.

D. ALGA Alga adalah tumbuhan nonvascular yang memilika benruk thalli yang beragam, uniseluler atau multiseluler, dan berpigmen fotosintetik. Alga bentik (makroalga) dapat hiduup di perairan tawar dan laut (bold & wynne 1978:1; dawea 1981:59). Makroalga adalah tumbuhan tidak berpembuluh yang tumbuh melekat pada subtract didasaran laut. Tumbuhan tersebut tidak memiliki akar, batang daun, bunga, buah, dan biji ssejati (sumich 1979:99; mnConnaughey & zottoli 1983: 114 lerman 1986:39). Makroalga terbesar didaerah litoral dan sublitoral. Daerah tersebut masih dapat memperoleh cahaya matahari yang cukup sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung (dawes 1981:13). Makraoalga menyerap nutrisi berupa fosfor dan nitrogen dari lingkungan sekitar perairan (leviton 2001: 270). Menurut atmaja & sulistijo ( 1988: 5), makroalga dapat diklasifikasikan menjadi tiga divisi berdasarkan kandungan pigmen fotosintetik dan pigmen asesoris, yaitu: cholorophyta, phaeophyta, dan rhodophyta. Dalam dunia tumbuhan alga (ganggang) termasuk kedalam dunia tallopyta (tumbuhan talus), karena belum mempunyai akar, batang dan daun secara jelas. Tumbuhan ganggang ada yang bersel tunggal dan juga ada yang bersel banyak dengan bentuk serupa benang atau lembaran. Tumbuhan ganggang merupakan tumbuhan yang hidup di air,baik air tawar atau air laut,setidaktidaknya selalu menempati habitat yang lembab dan basah.Ada yang bergerak aktif dan ada yang tidak.jenis ganggang yang bergerak aktif mempunyai alat untuk bergerak yang berupa bulu-bulu cambuk atau flagel.Yang berjumlsh satu atau lebih.jenis yang tubuhnya bersel tunggal dan adapat bergerak aktiv merupakan penyusun plankton,tepatnya fikoplankton.Yang melekat pada sesuatu yang ada didalam air seperti batu atau kayu,disebut bentos. Tubuh ganggang terdapat zat warna (pigmen), yaitu :

-

fikosianin : warna biru

-

klorofil : warna hijau

-

fikosantin : warna perang/ coklat

-

fikoeritrin : warna merah karoten : warna keemasan

-

xantofil : warna kuning

Alga (ganggang) bersifat autotrof (dapat menyusun makanannya sendiri). Hampir semua alga bersifat eukaryotik. Habitat hidupnya di air tawar, laut dan tempat-tempat yang lembab. Alga (ganggang) terbagi menjadi beberapa kelas : a. Cyanophyta (ganggang biru), masih prokaryotik. b. Chlorophyta (ganggang hijau) c. Chrysophyta (ganggang keemasan) d. Phaeophyta (ganggang coklat/ perang) e. Rhodophyta (ganggang merah)

a) Habitat Alga Algae dapat hidup di permukaan atau dalam perairan (aquatik) maupun daratan (terestrial) yang terkena sinar matahari, namun kebanyakan hidup di perairan. Algae laut mempunyai peranan yang sangat penting di dalam siklus unsur-unsur di bumi, mengingat jumlah massanya yang sangat banyak yang kemungkinan lebih besar dari jumlah tumbuhan di daratan. Beberapa algae laut bersel satu bersimbiosis dengan hewan invertebrata tertentu yang hidup di laut, misalnya spon, koral, cacing laut. Algae terestrial dapat hidup di permukaan tanah, batang kayu, dan lain-lain. Algae darat dapat bersimbiosis dengan jamur dan membentuk lumut kerak (Lichenes). Pada lichenes algae bertindak sebagai fikobion, sedangkan jamur sebagai mikobion. Algae yang dapat membentuk Lichenes adalah anggota dari Chlorophyta, Xanthophyta, dan algae hijau biru (Cyanobacteria) yang termasuk bakteri. Fikobion memanfaatkan sinar matahari untuk fotosintesa, sehingga dihasilkan bahan organik yang dapat dimanfaatkan oleh mikobion. Mikobion memberikan perlindungan dan berfungsi untuk menyerap mineral bagi fikobion. Pada beberapa kasus mikobion dapat menghasilkan faktor tumbuh yang dapat dimanfaatkan oleh

fikobion. Lichenes sangat lambat pertumbuhannya, tetapi dapat hidup pada tempat ekstrem yang tidak bias digunakan untuk tempat tumbuh jasad hidup lain. Sebagai contoh Lichenes dapat tumbuh pada batuan dengan keadaan yang sangat kering, panas dan miskin unsur hara atau bahan organik. Lichenes menghasilkan asam-asam organik yang dapat melarutkan mineral batuan. Kandungan beberapa pigmen fotosintetik pada algae memberikan warna yang spesifik. Beberapa divisi algae dinamakan berdasarkan warna tersebut, misalnya algae hijau, algae merah dan algae coklat. b) Morfologi Alga (Ganggang) Banyak spesies alga terdapat sebagai sel tunggal yang dapat berbentuk bola, batang, gada atau kumparan. Dapat bergerak atau tidak. Algae hijau uniseluler yang khas. Algae mengandung nucleus yang dibatasi membrane. Setiap sel mengandung satu atau lebih kloroplas, yang dapat berbentuk pita atau seperti cakram-cakram diskrit (satuan-satuan tersendiri) sebagaimana yang terdapat pada tumbuhan hijau. Di dalam matriks kloroplas terdapat membrane tilakoid yang berisikan klorofil dan pigmen-pigmenpelengkap yang merupakan situs reaksi cahaya pada fotosintesis. Algae berkembang biak secara seksual atau aseksual. Reproduksi aseksual berupa pembelahan biner sederhana. Reproduksi seksual dijumpai di antara algae. Dalam proses ini terdapat konyugasi gamet (sel seks) sehingga menghasilkan zigot. c) Fisiologis Alga (Ganggang) Algae adalah mikroorganisme aerobic fotosintetik, dijumpai di mana saja yang tersedia cukup cahaya, kelembapan, dan nutrient sederhana yang memperpanjang hidupnya. Pertumbuhan algae berlangsung cepat di air yang diam dengan bantuan sinar matahari. Phosphat dan Nitrat dalam air dapat mendukung pertumbuhan Algae.Beberapa spesies algae hidup pada salju dan es di daerahdaerah kutub dan puncak-puncak gunung. Beberapa ganggang hidup dalam sumber air panas dan suhu setinggi 70 0C. beberapa algae beradaptasi pada tanah lembab, pepagan pohon, dan bahkan permukaan batuan.

Alga (ganggang) mempunyai tiga macam pigmen fotosintetik yaitu klorofil, karotenoid, dan fikobilin (ketiganya terdapat dalam kloroplas). Sebagai hasil fotosintetiknya, algae menyimpan berbagai produk makanan cadangan sebagai granul atau globul dalam sel-selnya. Ganggang hijau menyimpan pati seperti yang terdapat pada tumbuhan. Algae lain dapat menyimpan macammacam karbohidrat, beberapa algae menyimpan minyak atau lemak. d) Pembagian Kelas Alga (Ganggang) 1. Cyanophyta (Ganggang Hijau Biru) Ganggang hijau biru termasuk kedalam monera, karena struktur selnya sama dengan struktur sel bakteri, yaitu bersifat prokariotik. Ganggang hijau biru berukuran mikroskopis. Ganggang hijau biru tersebar luas, banyak ditemukan di perairan tanah yang lembab, permukaan dinding tembok, pot, batu karang yang lembab. Bahkan ditemukan pula di tempat yang kurang menguntungkan lingkungannya. Beberapa jenis dijumpai pada sumber air panas seperti mata air panas Yellow Stone Park di Amerika. Ciri-ciri dan sifat ganggang hijau biru: 

Tumbuhan bersel satu, benang (filamen) dan hidup berkoloni



Memiliki klorofil, karotenoid serta pigmen fikobilin yang terdiri dari fikosianin dan fikoeritin (sering disebut ganggang hijau biru)



Dinding sel mengandung peptida, hemiselulosa dan selulosa, kadang -kadang berlendir Inti sel tidak memiliki membran (prokarion) Contoh:

1. Bentuk unisel (satu sel): Chroococcus, Gloeocapsa 2. Bentuk koloni: Polycystis 3. Bentuk filamen: Oscilatoria, Nostoc, Anabaena, Rivularia. 2. Chloropyta (ganggang hijau) Mempunyai pigmen klorofil a, klorofil b, karoten dan xantofil. Ganggang ini juga dapat melakukan fotosintesis. 90% hidup di air tawar dan 10% hidup di laut. Yang hidup di air umumnya sebagai plankton atau bentos, juga menempel pada batu dan tanah. Ganggang hijau merupakan kelompok ganggang yang paling banyak jumlahnya diantara gangganga lain.Cara reproduksi dengan fragmentasi dan konjugasi.

Adapun contoh-contohnya yaitu: 1. Chlorella : bersel satu, bentuk bulat, kloroplas menyerupai mangkuk atau lonceng, hidup di air tawar/ laut/ payau/ darat, pembiakan vegetatif dengan pembelahan sel dan tiap sel membentuk 4 sel anakan. Beberapa ahli beranggapan ganggang ini dapat dimanfaatkan kelak untuk memproduksi bahan makanan baru bagi manusia, yakni protein, lemak dan karbohidrat. 2. Ulva : terdapat di dasar pantai berbatu, berupa lembaran yang disebut selada air dan dapat dimakan. 3. Spiroggyra: berbentuk benang (filamen) silindris, hidup di kolam, sawah atau perairan yang airnya tidak deras, reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, generatif dengan konyugasi yaitu dua Spirogyra yang bertonjolan berdekatan, kemudian dua tonjolan bergabung membentuk pembuluh, protoplasma isi sel yang berlaku sebagai gamet, gamet sel yang satu pindah ke gamet sel yang lain dan terjadilah plasmogami dan diikuti kariogami, hasil persatuan ini berupa zigospora diploid, zigospora mengadakan meiosis dan tumbuh menjadi benang baru yang haploid, dan hanya satu sel yang menjadi individu baru. 4. Chlamidomonas: berbentuk bulat telur dengan dua flagelum, satu vakuola dan satu nukleus. Ditemukan butir stigma dan pirenoidyang berfungsi sebagai pusat pembentukan tepung (amilum). Reproduksi dilakukan membelah diri dan konyugasi. 5. Euglena: juga dikelompokan ke dalam protozoa (hewan), karena selain mempunyai klorofil juga dapat berpindah tempat. 6. Hydrodictyon: ditemukan di air tawar dan koloninya berbentuk jala. Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi (pemisahan) sel koloni menghasilkan zoospora, sedang generatif dengan konyugasi sel gamet yang dilepas dari induknya menghasilkan zigospora. 7. Oedogonium: biasanya melekat pada tanaman air, rumaha siput dan lain-lain. 8. Chara : bentuknya seperti tumbuhan tingkat tinggi, terdapat di air tawar. Batang beruasruas dan tiap ruas bercabang kecil.

3. Phaeophyta (ganggang coklat/ perang) Phaeophyceae atau Ganggang coklat adalah salah satu kelas dari dari ganggang berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Pigmen yang lebih dominan adalah pigmen xantofil yang menyebabkan ganggang berwarna coklat. Pigmen lain yang terdapat dalam Phaeophyceae adalah klorofil A dan C serta karoten. Sebagian besar Phaeophyceae terdapat dilaut, hanya ada tiga jenis saja yang hidup di air tawar dan jenis-jenis ini merupakan jenis yang langka. Phaeophyceae banyak terdapat didaerah yang beriklim dingin. Alga ini banyak mendominasi bagian lateral daerah artik dan antartik. Walaupun demikian, ada jenis-jenis lainnya yang hidup didaerah tropic dan subtropik. Sebagian besar dari phaeophyceae hidup melekat pada subtract karang dan lainnya. Beberapa diantaranya hidup sebagai epifit. Paeophyta atau ganggang coklat dibagi menjadi tiga golongan, berdasarkan tipe pergantian keturunan. Ganggang coklat ini hidup pada air laut, hanya beberapa jenis saja yang di temukan di air laut,hanya bebepa saja yang hidup di air tawar, di laut samudra, di daerah iklim sedang dan dingin. Ganggang coklat ini masuk dalam satu kelompok yang sangat besar, Heterokontopyta,suatu eukaryotic kelompok organisma yang di bedakan secara mencolok, ganggang ini lebih banyak di temukan irtidal, terutama pada daerah belahan utara.Anggota phaeophyta di temukan sekitar 500 genus dengan 5600 spesies. Pada daerah tropis, beberapa spesies ini dapat membentuk biomasa penting. Hidup di pantai, warna coklat karena adanya pigmen fikosantin (coklat), klorofil a, klorofil b dan xantofil. Tubuh berbentuk seperti benang atau lembaran yang dapat mencapai puluhan meter.Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi,c sedangkan generatif dengan isogami dan oogami. Contoh-contoh ganggang cokelat : Laminaria, Fucus, Turbinaria, dan Sargasum 4. Rhodophyta (ganggang merah) Umumnya hidup di laut dan beberapa jenis di air tawar, mengandung pigmen kklorofi a, klorofil d,

karoten,

fikoeritrin,

fikosianin.Tubuh

bersel

banyak

menyerupai

benang

atau

lembaran.Reproduksi vegetatif dengan spora. Contoh : Batrachospermum, Gelidium, Eucheuma, Gracililaria, Chondrus, Porphyra, Polysiphonia, Nemalion, dll. 5. Chrysophyta ( ganggang keemasan) Bersel tunggal atau banyak, mempunyai pigmen klorofil a, klorofil c, karoten, xantofil dan fikosantin.Hidup di tempat yang basah, laut, air tawar, dan merupakan fitoplankton. Contoh : -

Vaucheria : hidup di air atau tempat yang basah, berbentuk benang sering bercabang.

-

Ochromonas : sel berbentuk bola, berstigma, flagel dua sama panjang, kloroplas berupa lembaran melengkung warna kekuningan.

-

Diatome (Navicula atau ganggang kersik): hidup di air tawar, laut sebagai epifit dan mayoritas sebagai plankton. Contoh yang terkenal dari Diatome adalah Pinnularia sp. Cangkok Diatome dibuat dari bahan gelas yaitu silica.

E. PROTOZOA Protozoa secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi, Protozoa adalah hewan pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Protozoa termasuk kelompok protista yang mirip hewan. Protozoa dibedakan dari prokariot karena ukurannya yang lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa dibedakan dari algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah. a) Bentuk Tubuh Protozoa Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Ukuran tubuhnya antara 31000 mikron. Tubuh protozoa amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal (unisel). Namun demikian, Protozoa merupakan sistem yang serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih. Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti bola, bulat memanjang, atau seperti sandal bahkan ada yang bentuknya tidak menentu. Juga ada memiliki flagel atau bersilia.

b) Habitat Protozoa Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka umumnya hidup bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae, sampai vertebratayang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa jenis protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton. Protozoa laut yang lain hidup di dasar laut. Spesies yang hidup di air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam, atau genangan air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit atau di dalam rumen hewan ruminansia. Beberapa protozoa berbahaya bagi manusia karena mereka dapat menyebabkan penyakit serius. Protozoa yang lain membantu karena mereka memakan bakteri berbahaya dan menjadi makanan untuk ikan dan hewan lainnya.[2]. Protozoa hidup secara soliter atau bentuk koloni. Didalam ekosistem air protozoa merupakan zooplankton. Permukan tubuh Protozoa dibayangi oleh membran sel yang tipis, elastis, permeable, yang tersusun dari bahan lipoprotein, sehingga bentuknya mudah berubah-ubah. Beberapa jenis protozoa memiliki rangka luar ( cangkok) dari zat kersik dan kapur. Apabila kondisi lingkungan tempat tinggal tiba-tiba menjadi jelek, Protozoa membentuk kista. Dan menjadi aktif lagi. Organel yang terdapat di dalam sel antara lain nucleus, badangolgi, mikrokondria, plastida, dan vakluola. Nutrisi protozoa bermacam-macam. Ada yang holozoik (heterotrof), yaitu makanannya berupa organisme lainnya,. Ada pula yang holofilik (autotrof), yaitu dapat mensintesis makanannya sendiri dari zat organic dengan bantuan klorofit dan cahaya. Selain itu ada yang bersifat saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan organic dari organisme yang telah mati adapula yang bersifat parasitik. Apabila protozoa dibandingkan dengan tumbuhan unisel, terdapat banyak perbedaan tetapi ada persamaannya. Hal ini mungkin protozoa meriupakan bentuk peralihan dari bentuk sel tumbuhan ke bentuk sel hewan dalam perjalanan evolusinya.

c) Ciri-ciri Protozoa Protozoa adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan salah satu filum dari Kingdom Protista. Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan menggunakan organel-organel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan mitokondria. Ciri-ciri umum :



Organisme uniseluler (bersel tunggal)



Eukariotik (memiliki membran nukleus)



Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)



Sifat hidupnya kosmopolit artinya dapat hidup di tempat atau habitat apapun.



Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)



Hidup bebas, saprofit atau parasite



Protozoa merupakan bagian plankton di air tawar atau air laut dan berperan penting sebagai indikator polusi



Sejumlah protozoa dapat menimbulkan penyakit.



Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup



Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagela

Ciri-ciri prozoa sebagai hewan adalah gerakannya yang aktif dengan silia atau . Memiliki membran sel dari zat lipoprotein, dan bentuk tubuhnya ada yang bisa berubah-ubah. Adapun yang bercirikan sebagai tumbuhan adalah ada jenis protozoa yang hidup autotrof. Ada yang bisa berubah-ubah. Adapun yang mencirikan sebagai sebagai tumbuhan adalah ada jenis protozoa yang hidup autotrof. Perkembangbiakan bakteri dan amuba. Perkembangbiakan amuba dan bakteri yang biasa dilakukan adalah dengan membelah diri. Dalam kondisi yang sesuai mereka mengadakan pembelahan secara setiap 15 menit. Peristiwa ini dimulai dengan pembelahan inti sel atau bahan inti menjadi dua. Kemudian diikuti dengan pembelahan sitoplasmanya, menjadi dua yang masingmasing menyelubungi inti selnya. Selanjutnya bagian tengah sitoplasma menggenting diikuti dengan pemisahan sitoplasma. Akhirnya setelah sitoplasma telah benar-benar terpisah, maka terbentuknya dua sel baru yang masing=masing mempunyai inti baru dan sitoplasma yang baru pula. Pada amuba bila keadaan kurang baik, misalnya udara terlalu dingin atau panas atau kurang makan, maka amuba akan membentuk kista. Didalam kista amuba dapat membelah menjadi amuba-amuba baru yang lebih kecil. Bila keadaan lingkungan telah baik kembali, maka dinding kista akan pecah dan amuba-amuba baru tadi dapat keluar. Selanjutnya amuba ini akan tumbuh setelah sampai pada ukuran tertentu, dia akan membelah diri seperti semula.

d) Morfologi Protozoa Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan sebagai pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur tekanan osmosis. Jumlah dan letak

vakuola kontraktil berbeda pada setiap spesies. Protozoa dapat berada dalam bentuk vegetatif (trophozoite), atau bentuk istirahat yang disebut kista. Protozoa pada keadaan yang tidak menguntungkan dapat membentuk kista untuk mempertahankan hidupnya. Saat kista berada pada keadaan yang menguntungkan, maka akan berkecambah menjadi sel vegetatifnya. Protozoa tidak mempunyai dinding sel, dan tidak mengandung selulosa atau khitin seperti pada jamur dan algae. Kebanyakan protozoa mempunyai bentuk spesifik, yang ditandai denganfleksibilitas ektoplasma yang ada dalam membran sel. Beberapa jenis protozoa seperti Foraminifera mempunyai kerangka luar sangat keras yang tersusun dari Si dan Ca. Beberapa protozoa seperti Difflugia, dapat mengikat partikel mineral untuk membentuk kerangka luar yang keras. Radiolarian dan Heliozoan dapat menghasilkan skeleton. Kerangka luar yang keras ini sering ditemukan dalam bentuk fosil. Kerangka luarForaminifera tersusun dari CaO2 sehingga koloninya dalam waktu jutaan tahun dapat membentuk batuan kapur. Protozoa merupakan sel tunggal, yang dapat bergerak secara khas menggunakan pseudopodia (kaki semu), flagela atau silia, namun ada yang tidak dapat bergerak aktif. Berdasarkan alat gerak yang dipunyai dan mekanisme gerakan inilah protozoa dikelompokkan ke dalam 4 kelas.

F. HELMINTH (CACING)

a) Ciri-Ciri Umum Cacing

Helminth berarti cacing, baik yang hidup secara parasie maupun yang hidup bebas. Helminth (cacing) termasuk dalam golongan Metazoa (binatang bersel banyak) yang dilengkapi dengan jaringan ikat dan organ-organ yang berasal dari ektoderm, endodermdan mesoderm. Kulit cacing ata kutikula dapat keras atau kuat dan elastis, relatif lembut. Kebanyakan resisten terhadap pencemaan. Dapat dilengkapai oleh spine (spina), Hooks (kait-kait),cutting plate, stylet, untuk melekat, menembus dan merusak jaringan host (inang). Bentukan-bentukan tersebot biasanya terdapat disekitar mulut. Beberapa spesies dilengkapi dengan kelenjer yang sektesinya masuk kedalam mulut cacing dan berfungsi mencema jaringan host(inang) yang digunakan sebagai makanannya atau dapatjuga menyebabkan cacing bermigrasi dalam jaringan host (inang).

Tanda-tanda umum cacing adalah :

1. Multiseluler 2. Bilateral Simetris 3. mempunyai tiga lapis germ (tripblastik meazoa)

b) Habitat Cacing ( Helminth) -

Usus Habitat cacing (helminth) pada manusia berada pada bagian us if dan somatik. Pada bagian

usus halus terdapat beberapa cacing yang hidup adalah Taenia saginata, Tily menolepisnana, Taenia solium, Ascaris lumbri coides, Necator americanus, Strongilides stercoralis, trichinella spiralis, Capillaria philipinensis. Sedangkan pada bagian Caecum dan Appendine beberapa cacing yang hidup adalah Enterobias Vermicuralis, Trichuris trichiura. Dan di dalam Usus besar terdapat cacing, Enteroius vermicu caris. -

Somatik Didalam kelenjar somatik yaitu pada lyymphatik sistem beberapa cacing yang hidup adalah

Wucheria brancofti, Brugia malayi, Brugia Timoris. Jaringan Subhutan juga hidup beberapa cacing seperti Loa-loa,Onchocerra volvulus, Dianculculus medinensis. Pada Paru-paru cacing Strongyloider stercoralis. Di Mesenterium beberapa cacing yang hidup adalah Acanthocheilonema perstans, Mansonella azzardi, dan di Konjungtifa adalah cacing Loa-loa

c) Klasifikasi Cacing ( Helminth ) Ng Berbahaya Pada Hewan Dan Manusia

Cacing-cacing yang penting untuk menusia dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu terdiri dari 2 phylum yakni Phylum Nemathelminthe dan Platyhelmintees, Phylum Nemathelmintes terdiri dari. 1.

Klass yaitu klass nematoda. Phylum platyhelminthe

2.

Klass yaitu klass cestoda dan klas trematoda. Adapun ciri-ciri cacng phylum nemathelminthes adalah Silindris, panjang, Tidak

bersegmen, Sere: terpisah, Jantan dan betina, Saluran Pencemaan lengkap, Mempunyai rongga tubuh ( body cavity). Sedangkan ciri-ciri cacing phylum pthatyhelminthes adalah Pipih seperti

daun, atau pita/bersegmen, Pada umumnya hemaphrodite, Saluran pencemaan tidak lengkap, Tidak mempunyai rongga tubuh.

d) Jenis-Jenis Cacing (Helminth)

Jenis-jenis cacing yang ada di tubuh manusi yang berasal dari klass nematoda diantaranya adalah Trichinella spiralis, Trihinella Trichuiura, ancylostoma duodenale, necator americanus, ascais lumbricoides, Brugia malaya, loa-loa, mansonella ozzadi, wuchereria bancobri. Sedangkan yang berasal dari klass cestoda banyak diantarana yaitu Diphiyllobothrium latum, diphiyllobathrium mansoni, taenia saginata, taenia solim, " achinococcus granulosus, echinicoccus multilocularis, Hymenolepsis nana, Hymenolepsis diminuta.

Untuk spesis yang hidup dalam tubuh manusia adalah faschiola hepatica, faschiola busci, schistosoma haematobium, schistosoma mansoni, schistosoma japonicum, paragonimus wetermani, metagonimus yokogawai, clonorchis sinensis, ^ opisthorchis felineus, opisthorchis viverini.”5

e) Siklus Hidup Cacing (Helminth)

1. Siklus hidup Ascaris Pumbricoides Manusia adalah satu-satunya hospes defmitif. Tahap-tahap dari siklus hidup cacing ini adalah : Telur yang terdapat pada tinja Merupakan telur yang fertil dan tak bersegmen ( unsegmented ovum ). Tidak infektif. Petumbuhan telur ditanah sampai menjadi telur infektif butuh waktu kurang lebih 3 minggu, dan lebih optimal ditanah yang teduh, berlumpur, dan bersuhu ± 25° C,Unsegmental ovum berkembang menjadi larva, telur merisi larva. Telur yang berisi larva ini infektif. Kemudian Telur tertelan, menetas dalam lumen usus, dan larva keluar, dibagian atas usus halus.Selanjutaya Migrasi larva keparu-paru ( Lung Migration ).Larva yan baru menetes menembus dinding usus halus, sampai ke vena porta, kejantung kanan, keparu dan berhenti serta tumbuh dan mengalami moulting 2 kali dalam alveoni paru. Migrasi ini berlangsung selama 1015 hari. Setelah itu Dari alveoli bermigrasi menuju bronkhus, pharynx, larynx dan akhimya ikut tertelan masuk kedalam lambung dan Di usus halus moulting satu kali lagi, cacing tumbuh menjadi

dewasa dan setelah jantan dan betina kawin, beina sudah dapat menghasilkan telur kurang lebih 2 bulan sejak inveksi pertama. Periode ini disebut dengan periode prepatent.”6

2. Siklus Hidup Cacing Tambang Telur yang keluar bersama faeces tidak infentik, biasanya berisi blastomere. Perkembangan di tan ah. Perkembangan telur di atas tanah dipengaruhi oleh beberapa keadaan yang optimal untuk pertumbuhan telur adalah ditanah yang lembab, gembur, berpasir, teduh dan hangat. Disini telur akan menetas dan keluar larva stadium 1 (rhabditoid larrva) yang panjangnya kurang lebih 0,250,30 milimeter. Stadium yang aktif makan bahan-bahan organik dan bakteri di sekitarnya. Bentuk dari rhabditiform larva inindapat dikenal dari buccal caviti yang terbuka panjang. Dan Oesphagus yang muskular dan berbentuk botol sepanjang 1/3 anterior panjang tubuh, Rectum yang pendek, Genital primordial yang tidak jelas, Pertumbuhan telur menjadi lambat pada faeces yang encer atau bahkan mungkin terhenti bila bercampur dengan urine, selanjutnya Larva terus tumbuh dan dalam waktu 6-8 hari kemudian setelah moulting dua kali tumbuh menjadi larva stadium III (filariform) yang dapat dikenal dari, Bentuknya yang relatif langsing panjang 500-600, Buccal cavity menutup, Oesoghagus yang muscular dan memanjang, Stadium ini menjadi bentuk yang non feeding dimana tubuhnya tertutup oleh selaput/sheath/cuticula mulai dari ujung anterior sampai posterior sebagai bahan protektive. Bentu ini invektif untuk manusia dan dapat bertahan lama di atas tanah sampai beberapa minggu. Pada stadium ini dapat dibedakan karena filariform larva Necator amaericanus sheath yang membungkus tubuh nampak adanya garis-garis / striae tansversal, sedang pada Ancylostoma duodenale tidak. Inokulasi dan Penetrasi melalui kulit kejaringan, Bila sebelum periode infektif (filariform larva ) teijadi kontak dengan kulit manusia, maka filariform larva akan menebus kulit dan masuk ke jaringan secara aktif. Biasanya yang sering adalah kulit inter digiti melalui follicle rambut, atau epidermis yang mengulupas, penetrasi ke lapisan di bawahnya, sampai kelapisan corium dan lapisan subcutan sampai ke venulae biasanya mati dan diphagositisis. Larva yang berhasil mencapai peredaran darah melalui venulae/pembunuh lymphe, dengan mengikuti peredaran darah vena sampai kejantung kanan, paru- paru mengalami lung migration dan kembali tertelan masuk kedalam usus dan kemudian mengadakan moulting lagi yang ke 3.

Tiba dihabitat, setelah sampai di usus halus larva melepaskan kulitnya lalu melekatkan diri pada mucosa / vili usus, tumbuh dan mengadakan deverensiasi sexuil sampai menjadi dewasa dan terbentuk mulut yang sempuma, waktu yang dibutuhkan meulai kulit sampai cacing dewasa betina menghasilkan telur kurangdari 5 mingu atau lebih, Infeksi juga bisa teijdi melalui mulut dimana filariform larva tertelan dan langsung sampai keusus dan tumbuh menjadi dewasa tanpa melalui lung migration.”

3. Siklus Hidup Strongiloides Stercoralis Siklus hidup yang lengkap dapat terdiri satu atau lebih dari fase-fase di bawah ini pada saat yang sama atau tidak. -

Indirect development ( pertumbuhan tak langsung ) Berdasarkan atas pertumbuhan bentuk bebas (free living) di atas tanah dan baru

mengadakan perubahan menjadi bentuk parasitik bila keadaan tak memungknkan lagi untuk hidup bebas ( rhabditoid larva-dewasa-telur- rhsbditoid larva-dewasa dan seterusnya) -

Direct develoment:

Terjadi dalam tubuh manusia, yang dimulai dari masuknya filariform larva kedalam tubuhmanusia yang siklusnya sesuai dengan siklus hidup hidup cacing tambang. Filariform larva yang masuk menembus kulit akan mengiuti aliran darah dan sampai di paru-paru (lung migration) dan seterusnya seperti cacing tambang dan akan menjadi dewasa di dalam usus halus. Baik bentuk parasitik maupun yang free living setalah kawin dan yang betina menghasilkan telur, telur tersebut dengan segera menetas menjadi rhabditiform larva dalam beberapa jam sehingga jarang kita temukan tekumya dalam faeces penderita. Larva akan dikeluarkan bersama faeces ke dunia luar untuk mengikuti kehidupan yang free living atau parasitik lag bila keadaan tersebut tak memungkinkan. a. Auto infection : Dalam keadaan tertentu mungkin teijadi pembentukan filariform larva dalam lumen usus, sehingga teijadi autoinfection secara internal dimana filariform larva menemukan dinding usus atau pun melalui perihal dari penderita yang sama. Pada auto-infectiondapat teijadi reinfeksi yang persistent atau hyper-infeksi.”

G. VIRUS, VIROID DAN PRION a. Pembiakan Virus Virus adalah parasit obligat intrasel, karenanya virus tidak dapat berkembang biak di dalam medium mati. Ada tiga cara mengembangbiakan virus, yaitu: cara perbenihan jaringan (in vitro) dan telur bertunas (in ovo). 1. Cara perbenihan jaringan (in vitro) In vitro pada sel yang ditumbuhkan dalam bentuk potongan organ (biakan organ), potongan kecil jaringan (biakan jaringan), sel-sel yang telah dilepaskan dari pengikatnya (biakan sel). Biakan organ dan biakan jaringan hanya dapat bertahan dalam beberapa hari sampai beberapa minggu saja. Sedangkan biakan sel dapat bertahan beberapa hari sampai beberapa waktu yang tak terbatas, tergantung pada jenis biakan. Biakan sel terbagi atas: a) Biakan sel primer Sel diambil dalam keadaan segar dari binatang. Sel demikian mampu secara terbatas membelah dan selanjutnya mati, misalnya biakan primer berasal dari ginjal monyet, embrio ayam, dll. Proses pembuatan biakan sel dimulai dengan pelepasan sel-sel dari alat-alat tubuh dengan mengocok sepotong jaringan dengan larutan tripsin. Sel-sel yang didapatkan dalam suspensi ini kemudian dibiakan dalam larutan pembenihan tertentu. Sel-sel akan tumbuh melekat pada dinding tabung sampai mebentuk selapis jaringan yang siap digunakan untuk pembiakan virus. Sel-sel ini dapat dipindahbiakan dengan membuat suspensi baru dan disebarkan dalam tabung-tabung lain sehingga didapat biakan sekunder. Tergantung pada asal sel, di dalam biakan jaringan akan didapatkan selsel jenis tertentu. Misalnya biakan sel-sel jaringan yang berasal dari ginjal monyet akan menghasilkan sel-sel jenis epitel. Biakan yang berasal dari embrio ayam akan menghasilkan sel jenis fibroblas. Jenis sel tertentu diperlukan untuk pembiakan virus-virus tertentu. Virus yang dibiakan di dalam sel biakan jaringan dapat menimbulkan ESP (Efek Sitopatogenik), seperti perubahan bentuk sel menjadi lebih bulat, perubahan pada inti sel, kemungkinan pembentukkan jisim atau sel sinsitia dan juga sel-sel akan melepas dari dinding tabung.infeksi selanjutnya akan menyerang sel-sel disekitarnya dan bila pada tepat itu sudah ada banyak sel yang terlepas, maka akan tampak sebagai tempat yang berlubang dan tempat ini disebut plaque. Tiap

virion infektif dalam biakan sel dapat membentuk plaque dan ini dapat dipakai untuk titrasi virus, sama halnya dengan pembentukkan koloni oleh kuman pada permukaan perbenihan padat. b) Biakan sel haploid Sel haploid adalah sel yang terdiri dari hanya satu pasang kromosom, yang merupakan struktur dalam inti sel yang mengandung informasi genetik yang bertanggung jawab untuk transmisi sifat turun-temurun kepada keturunannya. Yaitu kumpulan satu jenis sel yang mampu membelah kirakira 100 kali sebelum mati. c) Biakan sel letusan (continous cell lines culture) Yaitu sel yang mampu membelah tak terbatas. Kromosomnya sudah bersifat poliploid atau aneuploid. Dapat berasal dari sel tumor ganas ataupun sel diploid yang telah mengalami transformasi. Diantaranya adalah sel Hela, Hep-2, KB yang berasal dari manusia, BHK-21 yang berasal dari binatang hamster, sel LLC-MK dari ginjal monyet, J-III dari leukemia manusia dan sebagainya. Cara pembiakan in vitro dapat bermanfaat untuk: 1) Isolasi primer virus dari bahan klinis. Untuk itu, dipilih sel yang mempunyai kepekaan tinggi, mudah dan cepat menimbulkan ESP 2) Pembuatan vaksin. Untuk itu, dipilih sel yang mampu menghasilkan virus dalam jumlah besar 3) Penyelidikan biokimiawi, biasanya dipilih biakan sel terusan dalam bentuk suspense

2. Cara telur bertunas (in ovo) Telur juga merupakan perbenihan virus yang sudah steril dan embrio telur yang tumbuh di dalamnya tidak mebentuk zat anti yang dapat mengganggu pertumbuhan virus. Karena telur merupakan sumber sel hidup yang relatif murah untuk isolasi virus, maka cara in ovo ini sering digunakan dalam laboratorium. Cara pertama: dengan mempergunakan lapisan luar (lapisan ektoderm) selaput korioalantois telur berembrio 10 hari. Cara penanaman ini berguna untuk isolasi virus yang menyebabkan kelainan pada kulit yang dulu digolongkan sebagai virus dermatotrofik seperti virus variola, virus vaccinia,

dan virus herpes. Tiap virion yang infektif akan meyerang sel-sel di sekitarnya dan menibulkan reaksi inflamasi yang dapat dilihat sebagai bercak putih yang disebut pock. Pock ini berlainan ukurannya dan bersifat bergantung pada virus yang menyebabkannya. Cara penanaman pada selaput korioalantois juga berguna untuk titrasi virus dan titrasi antibodi terhadap virus dengan teknik menghitung jumlah pock. Cara kedua: dengan menyuntikkan bahan ke dalam ruang anion terlur berembrio yang berumur 10-15 hari. Cara ini terutama untuk isolasi virus influenza dan virus parotitis karena virus ini tumbuh di dalam sel epitel paru-paru embrio yang sedang berkembang. Adanya perkembangan virus dikenal dengan adanya reaksi hemaglutinasi. b. Viroid Pada tahun 1971, ahli patologi tumbuhan O. T. Diener menemukan partikel RNA infektif yang lebih kecil dari pada virus dan dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan. Ia menamakannya viroid. Viroid merupakan molekul kecil RNA sirkuler telanjang (tanpa kapsid) yang lebih kecil dari virus. Viroid hanya berupa asam nukleat yang terdiri atas beberapa ratus nukleotida dan tidak mengkode protein, tetapi mampu bereplikasi didalam sel inang dengan menggunakan enzim seluler. Viroid menginfeksi tanaman kentang, menyebabkan umbi kentang menggelendong (spindle tuber disease). Selain itu viroid juga dikenal menginfeksi chrysanthemum (sejenis tanaman bunga) dan menghambat pertumbuhan tanaman tersebut. Viroid juga menyebabkan kepucatan pada mentimun. Jutaan dolar hilang setiap tahun di ladang akibat aksi viroid. Viroid mirip dengan virus, yaitu hanya mampu bereproduksi di dalam sel hidup sebagai partikel RNA. Akan tetapi, viroid berbeda dengan virus dimana setiap partikel RNA berisi RNA tunggal yang spesifik. Sebagai tambahan, viroid tidak mempunyai kapsid ataupun dinding luar. c. Prion pada tahun 1997, ilmuan amerika , Stanly Prusiner, mendapatkan Hadiah Nobel atas penelitiannya terhadap protein penginfeksi yang lebih sederhana dari viroid, yaitu prion. Berbeda dengan viroid, prion merupakan protein yang tidak dapat bereplikasi, tetapi mampu mengubah protein inang menjadi protein versi prion. Sebuah hipotesis menjelaskan bahka prion merupakan versi “salah lipat” dari suatu protein yang biasanya terdapat di sel otak. Jika suatu prion melakukan kontak dengan “kembarannya” (protein

yang normal), prion dapat menginduksi proteun normal tersebut menjadi benntuk abnormal. Reaksi berantai dan berlanjut terus hingga prion terakumulasi dalam jumlah yang membahayakan, menyebabkan malfungsi seluler, dan pada akhirya menyebabkan terjadinya degenerasi otak. Penyakit degenerasi sistem saraf pusat (otak) yang disebabkan oleh prion, anatara lain, csrapie pada domaba, mad cow disease (penyakit sapi gila), BSE (bovino spongiform encephalopathy) pada sapi, penyakit CJD (Creuzfeld-jakob disease) pada manusia, penyakit kuru di Papua New Guenia, GSSD (Gerstemann-Straussler-Scheinker disease), serta penyakit FFI (fatal familial insomnia) atau penyakit susah tidur yang mematikan pada manusia. Penyakit BSE pada sapi diduga akibat pemberian pakan ternak MBM (meat born meal) yang terbiat dari jeroan hewan untuk mamacu produksi susu dan daging. Orag yang mengonsumsi jeroan sapi yang terinfeksi dikhawatirkan dapat tertular penyakit ini. Sementara itu, penyakit kuru di Papua New Guinae, sekitar tahun 1950, disebabkan olewh praktik kanibalisme, dengann memakan otak dari musuh yang terbunuh. Namun, sejak ritual kanibalisme tersebut dilarang, penyakit kuru tidak muncul lagi. d. Perbedaan Viroid Dan Prion 1. Viroid 

Lebih sederhana dari virus



Molekul kecil RNA sirkuler telanjang (tanpa kapsid)



Hanya terdiri atas beberapa ratus nukleotida



Tidak mengkode protein



Tidak mampu bereplikasi di dalam sel inang



Biasanya menginfeksi tanaman

2. Prion -

Lebih sederhana dari prion

-

Merupakan protein

-

Tidak dapat bereplikasi

-

Mampu mengubah protein inang menjadi protein versi prion

-

Menyebabkan penyakit degeneratif otak

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk dapat melihatnya seperti mikroskop, lup dan lain-lain. Klasifikasi adalah suatu istilah yang berkaitan dan sering kali digunakan atau dipertukarka dengan taksonomi. Mikroorganisme terbagi menjadi dua kelopok yaitu: 1. Karyota, yaitu kelompok mikroba yang sudah mempunyai inti yang jelas atau sudah terdiferensiasi. 2. Prokaryota, yaitu kelompok mikroba yang tidak mempunyai inti yang jelas atau tidak terdiferensiasi. Ciri-ciri utama suatu mikroorganisme yaitu: a)

Morfologi

b)

Sifat Kimiawi

c)

Sifat Biakan

d)

Sifat Metabilisme

e)

Sifat Antigenik

f)

Sifat Genetik

g)

Patogenitas

h)

Sifat Ekologi

Mikroorganisme memiliki peranan dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan yaitu: Peranan yang Merugikan 

Penyebab penyakit, baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan

Misalnya Strptococcus pneumoniae penyebab pneumonia dan Corynebacterium diphtheriae penyebab dipteri. 

Penyebab kebusukan makanan (spoilage)

Adanya kebusukan pada makanan dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri yang tumbuh dalam makanan tersebut. Beberapa di antara mikroorganisme dapat mengubah rasa beserta aroma dari makanan sehingga dianggap merupakan mikroorganisme pembusuk. Peranan yang Menguntungkan Contoh dalam bidang pertanian mikroorganisme dapat digunakan untuk peningkatan kesuburan tanah melalui fiksasi N2, siklus nutrien, dan peternakan hewan.

DAFTAR PUSTAKA Campbel, Neil. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 2 (diterjemahkan oleh Damaring Tyas Wulandari). Jakarta : Penerbit Erlangga Lehn inger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1 (diterjemahkan oleh Maggy Thenawidjaja). Jakarta : Penerbit Erlangga Starr Ceccie dkk. Biologi Kesatuan dan Keragaman Makhluk Hidup (diterjemahkan oleh Yenny Prasaja). Jakarta : Salemba Teknika Suryani, Yoni.2004. Biologi Sel dan Molekuler. Malang : Universitas Negeri MalangSubandi dan Aditya Marianti. 2007. BIOLOGI SEL. Yogyakarta : Graha Ilmu Yuwono, Triwibowo. 1998. Biologi Molekular. Jakarta : ErlanggaSubowo. 2011. Biologi Sel. Jakarta : CV Sagung Seto16

Related Documents

Materi 12
January 2021 1
Materi Website
January 2021 1
Materi Npf
January 2021 1
Materi Referensi
February 2021 0
Materi Ptk
February 2021 1
Materi Tailoring
February 2021 1

More Documents from "zulkifli syam"

Materi 12
January 2021 1
Dakotas Way 2
January 2021 1
Taller Mecanizacion
February 2021 0