Materi Ptk

  • Uploaded by: Adib Setyawan
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Materi Ptk as PDF for free.

More details

  • Words: 4,180
  • Pages: 17
Loading documents preview...
PEMAGANGAN ( Depnaker ) Adalah:  Suatu proses pendidikan dan latihan  Secara sistematis dan terorganisir  Dilakukan secara terpadu dan berjenjang  di lembaga pendidikan atau latihan  Dengan cara bekerja langsung dalam proses produksi atau jasa di perusahaan  Agar peserta didik memiliki keterampilan dan kompetensi bagi suatu profesi tertentu sesuai kebutuhan dunia usaha  Peserta pemagangan dan dunia usaha terikatt dengan kontrak pemagangan Prinsip Pemagangan  Pencapaian Kualifikasi jelas  Kriteria pemagangan  Prinsip pemagangan ( sebagian besar waktu di perusahaan atau industri)  Uji ketrampilan dan Sertifikasi  Kontrak pemagangan ( memuat program, tingkat kualiafikasi, jangka waktu, tempat, hak dan kewajiban masing-masing, Sertifikasi) Jenjang Pemagangan 1. Sertifikat Perusahaan untuk Tingkat Dasar 2. Sertifikat Nasional Tingkat III untuk Tingkat Menengah 3. Sertifikat Nasional untuk Tingkat Menengah 4. Sertifikat Uji Keterampilan Tingkat I untuk Tingkat Pengelola MULTI ENTRY MULTY EXIT Menuju Sistem Diklat yang Permeabel Adalah:  Memulai program dari kompetensi yang merupakan kelanjutan dari kompetensi yang telah dimilikinya (multy entry),  Mengakhiri program atau keluar setelah menguasai kompetensi tertentu (multy exit) Keuntungannya? Karakteristik: 1. Program Pendidikan berdasar Competency Based Curriculum & Training terstandar 2. Demand driven (sesuai kebutuhan dunia kerja) 3. Recognition of Prior Learning dan Recognition Of Current Competency 4. Penerimaan peserta diklat sepanjang tahun 5. Ketersediaan fasilitas dan tenaga instruktur 6. Melaksanakan system pengujian dan sertifikasi kompetensi standar 7. Lembaga diklat (provider) terakreditasi

LINK AND MATCH Adalah:  Meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan umumnya den kebutuhan dunia kerja pada khususnya  Berkaitan dengan tiga strategi dasar kebijakan pendidikan nasional lainnya (pemerataan kesempatan, pendidikan dan efisiensi) Latar belakang  Tingkat balikan ( rate of return ) pendidikan pada semua jenjang masih rendah  Tidak terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja dari sisi kualifikasi  Arus peserta didik tidak sesuai kecenderungan pergeseran ke arah teknologi  Terjadi under qualification can mismatch Terjadi mismatch secara horizontal (jumlah) dan vertical (kualifikasi) Link (pertautan) merujuk pada PROSES pendidikan sesuai dengan kebutuhan Match (cocok) menunjuk pada HASIL yang sesuai (jumlah, mutu, jenis, kualifikasi, waktu) PENDIDIKAN SISTEM GANDA Latar    

Belakang: Tuntutan Globalisasi Pentingnya peran SDM Peran pendidikan/sekolah Keahliah professional (ilmu pengetahuan, teknik dan kiat) tidak dapat diajarkan semua di sekolah  Membawa siswa pada situasi nyata (bekerja di industry)

PSG  bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan  memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung di dunia kerja  terarah untuk mencapai tingkat keahlian professional tertentu Industri dan sekolah terlibat mulai dari perencanaan program, penyelenggaraan, penilaian, penentuan dan upaya pemasaran tamatan. Tujuan PSG 1. menghasilkan tenaga kerja professional sesuai tuntutan dunia kerja 2. memperkokoh link and match 3. meningkatkan efisiensi proses diklat

4. member pengakuan pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan Komponen PSG 1. Institusi Pasangan 2. Program Diklat bersama  Standar Profesi (Standar Keahlian Tamatan)  Standar Pendidikan dan Pelatihan a. Materi ( Komponen Pendidikan Umum (Normatif), Komponen Pendidikan Dasar (Adaptif), Komponen Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan yang berisi praktek kejuruan, praktek dasar kejuruan, praktek keahlian produktif) b. Waktu ( 3; 3,5 atau 4 tahun ) c. Pola Pelaksanaan (model 1, 2, 3, 4) d. Sistem Penilaian dan Sertifikasi (Penilaian Hasil Belajar dan penilaian Penguasaan Keahlian (Uji Kompetensi dan Uji Profesi) Kelembagaan    

Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional ( MPKN ) Kelompok Bidang Keahlian ( KBK ) MPKP ( Provinsi ) Majelis Sekolah ( MS )

Nilai Tambah dan insentif  Bagi Industri  Bagi Sekolah  Bagi Siswa PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM SMK Ciri utama Reformasi Pendidikan Kejuruan: Perubahan dalam Philosofi menuju “DEMAND DRIVEN” Dalam pengembangan Kurikulum dari INWARD LOOKING MENUJU OUTWARD LOOKING Competency Based Curriculum adalah Kurikulum yang menitikberatkan kepada penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu serta penerapannya di lapangan kerja. Cirri CBC:  Pengetahuan, Sikap dan Ketrampilan harus dapat didemonstrasikan dengan standar industri yang bukan standar relatif  Pengetesan adalah “Criterion-referenced test” bukan “norm referenced test” BROAD BASED CURRICULUM

 Kritik Tamatan SMK ( tidak luwes beradaptasi, ketrampilan tunggal, spesifik dan cepat using, tidak mudah dilatih ulang, mobilitas karir lamban, tidak mampu mengembangkan diri, dll )  Perubahan cepat dalam dunia kerja ( Butuh SDM yang adaptif dan antisipatif, terbuka terhadap perubahan, mampu belajar seumur hidup, nyaman dengan perubahan, multi skilling, mudah dilatih ulang, memiliki dasar-dasar kemampuan kuat, luas dan mendasar) Struktur BBC 1. Komponen Dasar/ broad academic & basic training (universal, bertahan lama, tidak tergantung perubahan) 2. Komponen Lanjutan (broad academic base and basic training). Lebih spesifik dari a dan memberikan skill development dan related theorynya 3. Komponen keahlian. Lebih spesifik dari b. Menjurus bidang yang spesifik (advanced & industrial upskilling). Bersifat instrumentalistik, relatif dan kondisional 4. Artikulasi (internal dan eksternal) Internal: antar mata diklat harus konvergen dalam membentuk sosok utuh lulusan SMK Eksternal: keterkaitan dengan lembaga lain/industri dan stakeholder. 5. Pendidikan Jiwa Wirausaha MASTERY LEARNING  Setiap siswa dapat menyelesaikan belajarnya secara tuntas asalkan diberi kesempatan sesuai dengan langgam belajarnya ( kecepatan masingmasing )  Siswa tidak boleh mempelajari pelajaran selanjutnya sebelum secara tuntas menguasai apa yang dipelajari saat ini. PENGEMBANGAN KURIKULUM SMK KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI BERORIENTASI LIFE SKILL MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH PENGEMBANGAN KOMPONEN-KOMPONEN PENDUKUNG SMK SMK MENGHADAPI GLOBALISASI

QUALITY CONTROL, QUALITY ASSURANCE, TOTAL QUALITY Konsep Kualitas:  Inisiatif, filosofi dan metodologi yang membantu lembaga untuk mengelola perubahan secara totalitas, sistemik sehingga terjadi perubahan paradigma, perubahan visi, misi dan tujuan  Esensi TQM adalah perubahan budaya, gagasan tentang kualitas harus ada dalam hati dan orang-orang dalam organisasi sekolah (budaya mutu)  Kualitas merupakan konsep yang relatif, tidak mutlak. Kualitas lulusan baru dapat dinilai bila mereka telah memiliki kemampuan sesuai dengan perencanaan dalam kurikulum yang ditetapkan  Kualitas bukan merupakan titik akhir, melainkan sarana agar barang dan jasa selalu di atas standar  Pengukuran ada dua aspek

1. Pengukuran berdasarkan spesifikasi perencanaan (Quality in fact) 2. Pengukuran terhadap pemenuhan kebutuhan dan tuntutan pelanggan (Quality in perceptions)  Standar 1. Quality in fact: Standar proses dan pelayanan, kesesuaian dengan spesifikasi dalam perencanaan, cocok dengan tujuan pendidikan dan dilaksanakan dengan zero defect atau right time and every time. 2. Quality in Perceptions: Standar pelayanan yaitu kepuasan pelanggan yang dapat meningkatkan permintaan dan harapan pelanggan (Ortu, siswa, masyarakat, stakeholders) QUALITY CONTROL Adalah konsep kualitas yang paling tua. Meliputi pendeteksian dan pengukuran komponen atau aspek-aspek dari produk akhir yang tidak sesuai dengan standar, yang dilaksanakan oleh quality controller atau inspectors. Dalam dunia pendidikan inspeksi dilakukan dengan mengukur dan menetapkan apakah hasil pendidikan memenuhi standar yang ditetapkan dalam kurikulum atau tidak. Contoh Ebtanas QUALITY ASSURANCE (Total Quality Assurance – TQA) Quality control dilaksanakan pada saat sebelum proses, dan juga dalam proses. Pengontrolan kualitas dalam proses dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa barang-barang diproduksi sesuai prosedur dan tahap-tahap yang ditetapkan sebelumnya. Jaminan mutu adalah sarana untuk memperoleh hasil tanpa kesalahan (quality assurance is a means of producing defect and fault free product, atau zero defect atau getting things right first time and every time) Hasilnya adalah Standar Kualitas (Quality Standard)

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) Adalah pengembangan dan peningkatan dari quality assurance. TQM is about creating a quality culture where the aim of every member of staf is to delight their customer and where the structure of their organization allow them to do so (Sallis, 1993: 26) TQM terjadi bila sekolah melakukan pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan secara berkasinambungan setelah sekolah melakukan manajemen jaminan mutu (TQA). SEKOLAH SEBAGAI LEMBAGA LAYANAN Prinsip: 1. Perubahan budaya

2. 3. 4. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 . 11 . 12 . 13 . 14 . 15 . 16 . 17 . 18 . 19 .

Mempertahankan hubungan erat dengan pelanggan Internal marketing (inhous training) Profesionalisme dan focus pelanggan SEKOLAH BERKUALITAS SEKOLAH KONVENSIONAL Berfokus Pelanggan Berfokus pada kebutuhan internal Berfokus pada masalah yang Berfokus pada pencegahan masalah terdeteksi Investasi dalam Staf (Staf yang Penataan staf yang tidak sistematis professional) Ada strategi peningkatan kualitas Tidak ada Memperlakukan hambatan dan Kekurangan dan kelemahan dianggap kekurangan sebagai kesempatan sebagai gangguan untuk belajar Telah menetapkan karakteristik Standar kualitas masih samar kualitas untuk semua bagian Telah memiliki rencana dan kebijakan Tidak ada dalam kualitas Manajer senior lebih professional dari Peranan manajemen terlihat sebagai staf pengawas Proses peningkatan mutu melibatkan Hanya melibatkan kelompok semua orang manajemen Fasilitator kualitas membimbing Tidak ada fasilitator kualitas proses peningkatan Orang dalam organisasi terlihat Yang dipentingkan adalah prosedur menciptakan kualitas. Kualitas dan peralatan digalakkan Ada kejelasan dalam aturan dan Kabur tanggung jawab Tidak ada strategi evaluasi yang Ada kejelasan strategi evaluasi sistematik Memandang kualitas sebagai sarana Memandang kualitas sebagai sarana untuk meningkatkan kepuasan untuk mengurangi biaya pelanggan Rencana jangka panjang

Jangka pendek

Kualitas dipandang sebagai bagian dari budaya Pengembangan kualitas sejalan dengan lembaga Memiliki visi, misi dan tujuan yang baik Memperlakukan guru dan staf sebagai pelanggan

Kualitas dipandang sebagai inisiatif lain yang mengganggu Kualitas diujikan untuk memenuhi harapan lembaga eksternal Tidak Memperlakukan staf dan guru sebagai bawahan

Kesimpulan: Manajemen yang berkualitas di sekolah: input proses dan hasil dari penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam kurikulum (quality in fact) yang ditetapkan oleh sekolah dan memenuhi harapan dan kebutuhan siswa, ortu, dan masyarakat ( Quality in perceptions) selanjutnya dilakukan peningkatan standar secara berkesinambungan pada setiap tahun

pelajaran, sehingga sekkolah dapat disebut menyelenggarakan manajemen berbasis sekolah (MBS) dengan pendekatan mutu terpadu (TQM) atau Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).

KURIKULUM Pengertian: Adalah serentetan tujuan belajar yang direncanakan (Maurutz Johnson, 1967) Adalah kesempatan yang diperuntukan bagi siswa untuk belajar di sekolah (Mc. Cutcheon, 1981) Sejumlah aktivitas belajar dan pengalaman yang harus dimiliki oleh siswa (Crunkilton, 1984) Adalah isi pendidikan, daftar mata pelajaran (mata kuliah), pengalaman pendidikan, daftar mata pelajaran (mata kuliah) yang harus dipelajari, bidang studi, dan aktivitas belajar yang direncanakan (Taylor dan Richard, 1985) Kurikulum dapat dikelompokkan menjadi 4:  Kurikulum sebagai produk pendidikan  Kurikulum sebagai program pendidikan  Kurikulum sebagai proses belajar yang direncanakan  Kurikulum sebagai pengalaman peserta didik (Bean, Toepfer dan Alessi, 1986) Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu (UU No. 20 Tahun 2003) KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI Latar Belakang  Peningkatan kualitas pendidikan belum membuahkan hasil (komparasi Internasional)  Mengejar ketertinggalan dengan negara lain  Melaksanakan pendidikan yang dapat mengembangkan manusia secara utuh”; menguasai iptek, bersosial, bermoral, dan mengenal pribadinya  Pemerintah perlu menata pendidikan kejuruan yang mengikuti kecenderungan pasar secara lokal, nasional, regional maupun internasional Pendidikan yang dikehendaki  Mengembangkan kecakapan kejuruan secara professional  Mengembangkan kecakapan berfikir, berolah rasa dan seni, dan memiliki komitmen moral yang mulia  Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah kehidupan nyata  Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kemampuan sebagai agen perubahan sehingga menjamin kesinambungan perkembangan bangsa Kompetensi:

 Adalah perpaduan pengetehuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan dan bertindak.  “…… is knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of this or her being to the exent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective and psychomotor behavior” (Mc Ashan, 1981)  Penguasaan terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan (Finch and Crunkilton, 1979) Ranah yang tekandung dalam Kompetensi (Gordon, 1988: 109) 1. Pengetehuan (knowledge): berfokus pada kognitif 2. Pemahaman (understanding): kedalaman kognitif dan afektif 3. Kemampuan (Skills): kemampuan melaksanakan tugas 4. Nilai (Value): standar perilaku yang diyakini menyatu dalam diri 5. Sikap (attitude): perasaan senang tidak senang. Reaksi terhadap rangsangan yang datang 6. Minat (interest): kecenderungan melakukan perbuatan Spencer and spencer dalam buku Competence of Work (manajemen, Maret-April 2004 hal 4) menyatakan kompetensi meliputi: 1. Knowledge: ilmu yang dimiliki individu dalam area dan pekerjaan tertentu 2. Skill: Kemampuan untuk kerja fisik atau mental 3. Self Concept: Sikap, nilai yang dianut serta citra diri 4. Traits: Karakteristik fisik dan respon yang konsisten atas situasi tertentu 5. Motives: Pemikiran atau niat dasar yang konsisten mendorong bertindak Skill dan Knowladge: HARD COMPETENCE Self Concept, Traits, Motives: SOFT COMPETENCE Self Competence lebih sulit dan lama dikembangkan. Makin diperlukan dijaman yang cepat berubah Pendidikan Abad 19 Membentuk dan melatih seseorang dalam suatu pola tertentu, sesuai standar yang diperlukan sebelumnya Hasil : Tamatan dengan perilaku sesuai tuntutan proses produksi yang rutin, berperilaku sederhana, statis, dapat diduga sebelumnya

Pendidikan Abad 20/21 Dunia kerja dihadapkan pada perubahan dan ketidakpastian. Yang pasti adalah perubahan. Lalu……?

(Sumber: Hari Sudrajat, 2004) KBK: Konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehinggan hasilnya dapat dirasakan peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Kegiatan pembelajaran diarahkan agar membantu peserta didik menguasai sekurangkurangnya tingkat kompetensi minimal.

Peserta didik diberi kesempatan mencapai tujuan sesuai kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing Landasan teoritis KBK: 1. Pergeseran pembelajaran kelompok ke pembelajaran individual. Kecepatan belajar masing-masing individu berbeda 2. Matery learning. Semua peserta didik dapat menguasai bahan dengan baik, dengan menggunakan metode yang baik. 3. Pendefinisian terhadap bakat. Setiap peserta didik dapat mencapai tujuan bila diberi waktu yang cukup Karakteristik KBK (Depdiknas, 2002): 1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa 2. Berorientasi pada hasil(learning outcome) 3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode bervariasi 4. Sumber belajar bukan hanya guru 5. Penialaian pada proses dan hasil dalam mencapai kompetensi Karakteristik: 1. Sistem belajar dengan modul 2. Menggunakan keseluruhan sumber belajar 3. Pengalaman lapangan 4. strategi individual personal 5. Kemudahan belajar 6. Belajar tuntas PENDIDIKAN BERORIENTASI LIFE SKILLS Latar Belakang  Mutu pendidikan rendah  Komparasi dengan negara lain (peringkat HDI) rendah posisi 102 dari 106 negara, satu tingkat di bawah Vietnam  Tingginya angka tidak melanjutkan sekolah (putus sekolah) tanpa bekal keterampilan kerja  Tantangan global (bersaing dengan tenaga kerja asing yang bebas masuk).  Perlu konsolidasi agar pendidikan dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup, yaitu keberanian menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya.  Mensinergikan berbagai mata pelajaran menjadi kecakapan hidup KECAKAPAN HIDUP: Kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasi. Klasifikasi Kecakapan Hidup:

1. Kecakapan mengenal diri sendiri (Self Awarenesss) atau kecakapan personal (personal skill) 2. Kecakapan berfikir rasional (thinking skill) 3. Kecakapan sosial (social skill) 4. Kecakapan akademik (Academic skill) 5. Kecakapan vokasional (vocational skill)

PEMBELAJARAN ERBASISI KOMPETENSI BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP Prinsip:  Reorientasi pembelajaran (classroom reform) dari model teaching ke model learning dengan berpusat pada peserta didik (student centered learning)  Siswa sebagai subyek pembelajaran yang harus aktif mengembangkan dirinya.  Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai sekurangkurangnya tingkat kompetensi minimal agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.  Sesuai dengan prinsip belajar tuntas dan pengembangan bakat maka setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing.

PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK: Pengertian:  Filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) dari kita sendiri yang mengetahui sesuatu.  Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan (realitas yang ada)  Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan yang dilakukan seseorang.  Seseorang yang belajar berarti membentuk pengertian dan tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang diajarkan atau apa yang ia baca (Battencourt, 1987 dalam Suparno, 1997)  Pengetahuan bukanlah tertentu dan deterministic, tetapi suatu proses menjadi tahu. Dalam hal ini kecil kemungkinan transfer pengetahuan dari seseorang pengajar (guru/dosen) yang ingin mentranfer konsep, ide, dan pengertian kepada orang lain atau (maha)siswa. Pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksi sendiri oleh (maha)siswa itu lewat pengetahuannya. Sebagai suatu metode pembelajaran, konstruktivisme atau pembelajaran konstruktivisme mempunyai ciri-ciri antara lain: (1) pengalaman bukan merupakan gambaran dunia kenyataan belaka tetapi konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek, (2) subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu untuk pengetahuan, dan (3) pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang.

Belajar menurut konstruktivisme merupakan proses aktif mahasiswa mengonstruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fisik dan lainnya. Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman dan informasi yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki (maha)siswa sehingga pengetehuan berkembang (Pannen, 2002) Pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari dosen(guru) ke (maha)siswa melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan (maha)siswa membangun sendiri pengetahuannya. Fungsi guru/dosen adalah sebagai mediator dan fasilitator yang menyediakan pengalaman belajar yang merangsang keingin tahuan (maha)siswa dan membantu mereka mengekspresikan gagasan dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka. Guru/dosen bertugas memonitor dan mengevaluasi apakah pemahaman (maha)siswa berjalan atau tidak untuk menghadapi persoalan baru yang berjalan. Untuk membantu mahasiswa mengkontruksi pengetahuan, guru/dosen perlu memiliki beragam strategi pembelajaran sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi mahasiswa. Prinsip lain Baca Suparno, (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta. Kanisius PEMBELAJARAN DALAM KBK (BASIS No. 07 – 08 Juli Agustus, 2003): 1. Siswa sungguh diaktifkan dan dilibatkan dalam proses pembelajaran. 2. Siswa lebih banyak dilatih untuk mencari dan menemukan sendiri pengetahuan yang akan dikuasainya. 3. Tekanan bukan pada hafalan tapi menyeluruh. 4. Guru sungguh sebagai fasilitator agar siswa menekuni dan berlatih. 5. Hubungan guru dengan siswa adalah dialogal, mencari bersama, saling membantu. 6. Evaluasi bersifat menyeluruh, proses dan produk.

Sumber: E. Mulyana (2003) Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya Suparno (1997) Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius UU No.20 Th. 2003 Hari Suderajat. (2004) Implikasi KBK. Bandung: Cekas Majalah BASIS, No. 07 – 08 Tahun ke 52 Juli – Agustus 2003 Majalah Manajemen, Edisi Maret – April 2004 Depdiknas, (2002) Konsep Pendidikan berorientasi life skill melalui pendekatan pendidikan berbasis luas. PENDIDIKAN KEJURUAN ? TEORITIK Pentingnya Tenaga Terampil

     

Tenaga terampil menentukan tingkat mutu dan biaya produksi Sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan industrialisasi suatu Negara Faktor keunggulan dalam era global Berperan dalam perkembangan dan penerapan teknologi Semakin banyak yang terampil semakin produktif dan memperkuat ekonomi Negara Mengurangi pengangguran dan beban Negara

Pendidikan kejuruan penting? 1. Lebih dari 80% tenaga kerja di lapangan kerja adalah tenaga kerja tingkat menengah kebawah dan sisanya 20% bekerja di lapisan atas 2. Hanya sebagian kecil lulusan SMA yang melanjutkan ke perguruan tinggi Pendidikan Kejuruan Adalah dari system pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang pekerjaan lain (Rupert Evans, 1978) Adalah program pendidikan yang secara langsung dikaitkan dengan penyiapan seseorang untuk suatu pekerjaan tertentu untuk mempersiapkan tambahan karir seseorang (United States Congress, 1976) UU No. 20 Th. 2003 ? PP No. 29 Tahun 1990: Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu.

PENDIDIKAN KEJURUAN ADALAH PENDIDIKAN YANG MEMPERSIAPKAN PESERTA DIDIKNYA UNTUK MEMASUKI LAPANGAN KERJA

SELALU DEKAT DENGAN DUNIA KERJA

FUNGSI PENDIDIKAN KEJURUAN  Sosialisasi (ekonomi, solidaritas, religi, seni, jasa dsb)  Kontrol sosial (sesuai nilai/norma: kerjasama, keteraturan, kebersihan, disiplin, kejuruan,….  Seleksi dan alokasi (menempatkan lulusan sesuai dengan pasar kerja Demand Driven  Asimilasi dan konversi budaya  Promosi perubahan dan perbaikan PEND. KEJURUAN BERFUNGSI SEBAGAI AKULTURASI (PENYESUAIAN DIRI) DAN ENKULTURASI (PEMBAWA PERUBAHAN)

ADAPTIF DAN ANTISIPATIF

TUJUAN PENDIDIKAN KEJURUAN Pend. Kejuruan bertujuan untuk: (a) memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga kerja, (b) meningkatkan pilihan pendidikan bagi setiap individu, (c) mendorong motivasi untuk belajar terus) Rupert Evans (1978) PP No. 29 Tahun 1990: Pendidikan Menengah Kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap professional. Kep. Mendikbud No. 1490/U/1990. Tujuan pendidikan Kejuruan:  Mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih dan atau meluaskan pendidikan dasar,  Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan sekitar,  Meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan pengembangan ilmu teknologi dan kesenian,  Menyiapkan siswa memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap professional. MANFAAT PENDIDIKAN KEJURUAN BAGI SISWA:  Peningkatan kualitas diri  Peningkatan Penghasilan  Penyiapan bekal lebih lanjut  Penyiapan agar lebih berguna di masyarakat  Penyesuaian terhadap lingkungan BAGI INDUSTRI  Memperoleh tenaga kerja berkualitas tinggi  Meringankan biaya usaha  Membantu memajukan usaha BAGI MASYARAKAT  Meningkatkan kesejahteraan masyarakat  Meningkatkan produktivitas Nasional  Mengurangi pengangguran KARAKTERISTIK PENDIDIKAN KEJURUAN 1. Diarahkan untuk mempersiapkan peserta didiknya memasuki lapangan kerja 2. Demand driven 3. Fokus pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja 4. Penilaian yang sesungguhnya harus lewat “hands-on” atau performa dalam dunia kerja 5. Hubungan erat dengan dunia kerja merupakan kunci sukses penyelenggaraan pendidikan

6. 7. 8. 9.

Pend. Kejuruan yang baik adalah yang responsive dan antisipatif kemajuan teknologi Penekanan pada “learning by doing” dan “hands-on experience” Memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktek Memerlukan biaya investasi operasional yang lebih daripada pendidikan umum

PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN KEJURUAN (Berdasarkan prinsip Charles Prosser, 1925) ASUMSI PENDIDIKAN KEJURUAN 1. PK dapat mengembangkan tenaga kerja yang marketable dengan mengembangkan kemampuan untuk melakukan keterampilan yang memberikan manfat sebagai alat produksi 2. PK adalah suatu cara untuk menguasai keterampilan dasar yang essensial untuk dapat berkompetisi di pasar kerja 3. Tidak ada dualisme antara pendidikan kejuruan dan pendidikan umum 4. PK adalah pendidikan ekonomi sebab diturunkan dari kebutuhan pasar 5. Pk adalah pendidikan untuk melayani tujuan system ekonomi 6. PK di SMK disiapkan untuk mempersiapkan tenaga kerja pemula 7. PK seharusnya diarahakan terhadap kebutuhan kerja di masyarakat dan lingkungannya 8. Pk seharusnya dievaluasi berdasarkan efisiensi ekonomi. LANDASAN PENDIDIKAN KEJURUAN LANDASAN HUKUM  UU No. 20 Tahun 2003 tenteng SPN  PP No. 29 Tahun 1990  Propenas LANDASAN FILOSOFI (Eksistensialisme dan Esensialisme) LANDASAN KEILMUAN (Ekonomi, Psikologi, Sosiologi)  LANDASAN EKONOMI (efisiensi dan investasi)  LANDASAN PSIKOLOGI (“bagaimana” cara mengerjakan “apa”)  LANDASAN SOSIOLOGI (Keharmonisan antara komponen masyarakat) LINK AND MATCH (Berdasarkan ketiga keilmuan di atas) MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEJURUAN  Model sekolah  Model Sistem Ganda  Model Magang  School Based Enterprise atau Model Unit Produksi  Model lain (apprenticeship program, cooperative education, internship program, clinical experience, work experience. TUJUAN EMPIRIK (Rate of Return) TUJUAN TEORITIK + TUJUAN EMPIRIK

Penyelenggaraaan Pendidikan Berbasis sekolah tidak efisien. Pendidikan kejuruan sebaiknya dilakukan bersama-sama antarasekolah dengan dunia usaha. Di sekolah siswa mempelajari pengetahuan umum dan keterampilan kejuruan dasar. Di Industri siswa mempelajarai keterampilan khusus (specific skills) PERMASALAHAN PENDIDIKAN KEJURUAN DAN PERLUNYA PEMBAHARUAN KONSEP:  Suply Driven  School-based Program  Tidak ada Recognition Prior Learning  Dead End  Guru tidak Berpengalaman Industri  Pendidikan merupakan Tanggung Jawab Depdiknas  Masih Berorientasi Penyiapan Sektor Formal  Pembiayaan Bergantung pada Pemerintah Pusat PROGRAM  Berfokus pada mata pelajaran bukan pada kompetensi  Kurang memberi dasar yang kuat dan bekal fleksibilitas  Muatan program tidak mencakup kemampuan menghadapi masa depan (termasuk kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, menggunakan informasi)  Jumlah jam pelajaran tidak membiasakan siswa di industri

OPERASIONAL  Praktek dasar tidak diajarkan secara mendasar  Siswa dibiarkan bekerja dengan cara yang salah  Membiarkan siswa bekerja “asal jadi”  Tidak mengikuti prinsip belajar tuntas (mastery learning)  Siswa bekerja tanpa bimbingan dan pengawasan guru  Siswa bekerja mengabaikan prinsip keselamatan kerja  Siswa praktek dengan cara yang tidak bertanggungjawab  Siswa bekerja praktek tanpa disertai lembar kerja  Guru hanya ada saat mengajar  Guru mengajar dengan menulis di papan tulis (ditulis siswa)  SMK kurang memiliki wawasan ekonomi  Kurang peduli dalam pembentukan etos kerja TANTANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN 1. Kesenjangan yurisdiksi (kurang integrasi antara kebijakan domestic dengan tuntutan internasional) 2. Pengembangan konsep dan instrument yang diperlukan untuk mengatasi masalah tindakan kolektif (internalisasi eksternalitas) 3. Kesenjangan partisipasi dalam pendidikan secara domestic dan internasional 4. Tuntutan desentralisasi dan otonomi daerah membutuhkan penyesuaian secara mendasar tentang struktur, kultur dan figure. PERKEMBANGAN INTERNASIONAL (PENDIDIKAN KEJURUAN) A. STANDAR “ASEAN” (Rintisannya telah dimulai namun kita lamban) B. STANDAR “APEC” (Inisiasi berasal dari Negara maju)

C. STANDAR “WTO” (Rintisan dari Negara maju) D. GERAKAN “UNESCO” (PENDIDIKAN UNTUK ABAD 21) o LEARNING TO KNOW o LEARNING TO DO o LEARNING TO LIVE TOGETHER o LEARNING TO BE o LEARNING THROUGHOUT LIFE E. STANDAR MASYARAKAT EROPA F. INDIVIDUAL COUNTRY MOVEMENT o GERMANY (DUAL SYSTEM) o AUSTRALIA (COMPETENCY AND WORK-BASED) o USA (TECH-PREP & COMPETENCY BASED) PEMBAHARUAN PENDIDIKAN KEJURUAN 1. Restrukturisasi (Resistemisasi) dari Suply Driven ke Demand Driven 2. Rekulturisasi (pembudayaan kewirausahaan & pedagogi) 3. Refigurisasi DIMENSI-DIMENSI REFORMASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEJURUAN MASA LALU

MASSA DEPAN

System “suply driven” atas kebutuhan sosial di masyarakat System berbasis sekolah dengan pemberian ijasah bagi yang lulus System berbasis sekolah melalui alur yang kaku Tidak mengakui kemampuan yang diperoleh sebelumnya

System dengan studi

berbasis orientasi

sekolah program

Pendidikan dan pelatihan berfokus pada sector formal Pemisahan antara pendidikan dan pelatihan

System pengelolaan terpusat Lembaga/organisasi sepenuhnya dibiayai

yang yang dan

Deman driven yang pasar kerja

dipicu

System pendidikan dan pelatihan yang memberi kompetensi sesuai standar nasional yang baku System pendidikan dan pelatihan yang lentur dengan prinsip multi entry multi exit System yang secara tegas mengekui kompetensi dimanapun dan bagaimanapun cara diperoleh System pendidikan pelatihan yang mengacu pada profesi dan keterampilan kejuruan baku Pendidikan dan pelatihan untuk sector formal dan informal Mengintegrasikan secara terpadu antara pendidikan dan pelatihan yang bersifat kognitif dan berdasarkan ilmu pengetahuan System pengelolaan terdesentralisasi Lembaga/organisasi yang mampu melakukan swakelola

dioperasikan oleh pemerintah

dan swadana dengan subsidi pemerintah pusat

BEBERAPA KEBIJAKAN TERKAIT PENDIDIKAN KEJURUAN 1. Pendidikan Sistem Ganda (Dual System Education) 2. Multy Entry-Multy Exit 3. Link and Mach (Keterkaitan dan Kesepadanan) 4. Broad-based Education (Pendidikan Berbasis Luas) 5. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competency-based Education) 6. Sertifikasi Kompetensi 7. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) 8. Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) 9. Peran serta masyarakat (Komite Sekolah) dalam Pendidikan 10. Optimalisasi Unit Produksi, Business Centre, Teaching Factory 11. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Permendiknas No. 22, 23, 24 Tahun 2006 12. Sertifikasi Guru, Pendidikan Profesi Guru 13. Standar Minimal Pendidikan (Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005) 14. Uji Kompetensi Guru

Related Documents

Materi Ptk
February 2021 1
Footwork Ptk
January 2021 1
Pmc Ptk Manual
January 2021 1
Ptk Biologi Sma
January 2021 1
Ptk Combat Tactics
January 2021 2
Proposal Ptk Biologi Sma
January 2021 1

More Documents from "siti hajar"