Loading documents preview...
LAPORAN KASUS
SEORANG LAKI-LAKI DENGAN EPIDURAL HEMATOMA
Pembimbing : dr. Ananda Setiabudi, Sp.S
Disusun oleh : Maya Liana 030.09.147
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH PERIODE 17 FEBRUARI - 22 MARET 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA
BAB I PENDAHULUAN
Hematom epidural adalah sebuah proses akumulasi darah di rongga antara duramater dan tulang. Hematoma epidural bisa terjadi di dalam cranium maupun di medulla spinalis. Angka insidensi EDH sekitar 2% dari penderita cedera kepala dan 2-15% pada cedera kepala yang fatal. EDH dianggap sebagai sebuah komplikasi yang cukup serius dari cedera kepala. Diagnosis yang cepat dan tepat dapat mempercepat penatalaksanaan dan memperbaiki prognosis pasien.[2] Di Amerika Serikat, EDH merupakan 2 persen komplikasi dari cedera kepala. Kasus cedera kepala sendiri terdapat 400.000 kasus per tahun. Kejadian ini meningkat seiring dengan terjadinya kecelakaan lalulintas. Banyak terjadi pada usia produktif dan dewasa muda. Hal serupa juga terjadi di Indonesia. EDH terjadi akibat benturan linier pada tulang cranium yang menyebabkan lepasnya lapisan duramater dari tulang kepala dan robeknya pembuluh darah akibat regangan. Terjadi perdarahan dan akumulasi dari darah tersebut menyebabkan tekanan intracranial meningkat. Regio temporoparietal merupakan daerah yang paling sering mengalami EDH dengan presentasi sebanyak 66% dari keseluruhan kasus EDH.[2] Kasus EDH sangat menarik dikarenakan angka kejadian yang cukup tinggi, berbanding lurus dengan angka kejadian kecelakaan lalulintas. Namun trauma selain kecelakaan lalulintas juga kerapkali menyebabkan EDH. Sebagai dokter umum, merupakan sebuah tantangan untuk mendiagnosis dan memberikan terapi secara cepat dan tepat, disamping mengambil keputusan untuk melakukan rujukan ke dokter spesialis neurologi atau bedah saraf.[2]
BAB II LAPORAN KASUS NEUROLOGI RSUD BUDHI ASHI
Nama Mahasiswa
: Maya Liana (030.09.147)
Tanda Tangan:
Dokter Pembimbing : Dr. Ananda Setiabudi, Sp.S
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap
: Tn. B (91-91-38)
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur
: 55 Tahun
Suku bangsa : Indonesia
Status perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
: -
Pendidikan
:-
Alamat
: Jl. Cenghay Ujung RT 01/07 Desa/Kelurahan Rawa Bunga, Jatinegara
Tanggal masuk RS
: 01 Maret 2014
II.
ANAMNESIS Autoanamnesis dan Alloanamnesis (istri dari pasien) (Tgl 7 Maret 2014 Pkl 07.00)
Keluhan utama
:
Jatuh dari pohon dengan ketinggian ± 5 meter 1 jam SMRS Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD RSUD Budhi Asih pada tanggal 1 Maret 2014 pukul 11.30 dengan keluhan pingsan setelah jatuh dari pohon 1 jam SMRS (pukul 10.30 WIB). Pasien jatuh dari pohon dengan ketinggian ± 5 meter. Dengan posisi terjatuh kepala belakang yang terbentur tanah. Sebelum terjatuh, pasien menyangkal adanya kelemahan maupun sakit kepala. Setelah terjatuh, pasien pingsan selama kurang dari 10 menit. Setelah pingsan pasien langsung sadar penuh dan mengaku merasakan sakit kepala yang berdenyut di sisi yang terkena benturan yaitu sebelah kanan. Pasien dan keluarganya mengaku tidak merasa mengantuk atau pingsan lagi setelah sadar. Sesampainya di IGD RSUD Budhi Asih, pasien sempat muntah menyembur 1x. Keluarnya cairan atau darah dari telinga atau hidung disangkal. Pasien menyangkal adanya kejang, pandangan ganda, kelemahan 1 sisi, dan bicara pelo. Riwayat penyakit dahulu :
Pasien menyangkal adanya riwayat tekanan darah tinggi dan penyakit kencing manis. Riwayat keluhan yang sama seperti saat ini disangkal. Riwayat penyakit keluarga : Pasien tidak mengetahui adanya riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga. Riwayat penyakit kencing manis dalam keluarga disangkal. Riwayat pengobatan : Tidak ada obat yang dikonsumsi secara rutin oleh pasien. Riwayat Alergi : Riwayat alergi terhadap debu, cuaca, obat-obatan atau makanan disangkal. Riwayat sosial dan kebiasaan: Pasien adalah seorang yang bekerja sebagai petugas keamanan di perusahaan swasta. Pasien tidak merokok dan tidak minum kopi.
III. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan Umum Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
Tekanan Darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 76 x/menit
Suhu
: 36,3oC
Pernafasaan
: 19 x/menit
Kepala Ekspresi wajah
: tampak simetris
Rambut
: hitam
Bentuk
: normocephali
Mata Konjungtiva
: pucat (-/-)
Sklera
: ikterik (-/-)
Kedudukan bola mata
: ortoforia/ortoforia
Pupil
: bulat isokor diameter 3mm/3mm.
Telinga Selaput pendengaran
: sulit dinilai
Lubang
: lapang
Penyumbatan
: -/-
Serumen
: +/+
Perdarahan
: -/-
Cairan
: -/-
Mulut Bibir
: sianosis (-)
luka (-)
Leher Trakhea terletak di tengah Tidak teraba benjolan/KGB yang membesar Kelenjar Tiroid : tidak teraba membesar Kelenjar Limfe : tidak teraba membesar Thoraks Bentuk
: simetris
Pembuluh darah
: tidak tampak pelebaran pembuluh darah
Paru – Paru Pemeriksaan Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Belakang
Kiri
Simetris saat statis dan dinamis
Simetris saat statis dan dinamis
Kanan
Simetris saat statis dan dinamis
Simetris saat statis dan dinamis
Kiri
- Tidak ada benjolan
- Tidak ada benjolan
- Vocal fremitus simetris
- Vocal fremitus simetris
- Tidak ada benjolan
- Tidak ada benjolan
- Vocal fremitus simetris
- Vocal fremitus simetris
Kiri
Sonor di seluruh lapang paru
Sonor di seluruh lapang paru
Kanan
Sonor di seluruh lapang paru
Sonor di seluruh lapang paru
Kiri
- Suara vesikuler
- Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-)
- Wheezing (-), Ronki (-)
- Suara vesikuler
- Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-)
- Wheezing (-), Ronki (-)
Kanan
Perkusi
Depan
Kanan
Jantung Inspeksi
: Tidak tampak pulsasi iktus cordis
Palpasi
: Teraba ictus cordis sela iga V, 1cm sebelah lateral linea midklavikularis kiri.
Perkusi
:
Batas kanan
: Sela iga III-V linea sternalis kanan.
Batas kiri
: Sela iga V, 1cm sebelah lateral linea midklavikularis kiri.
Batas atas
: Sela iga III linea parasternal kiri.
Auskultasi
: Bunyi jantung I-II murni reguler, Gallop (-), Murmur (-).
Abdomen Inspeksi
: tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, datar, simetris, smiling umbilicus (-), dilatasi vena (-)
Palpasi Dinding perut
: supel, tidak teraba adanya massa / benjolan, defense muscular (-), tidak terdapat nyeri tekan pada epigastrium, tidak terdapat nyeri lepas.
Hati
: tidak teraba
Limpa
: tidak teraba
Ginjal
: ballotement -/-
Perkusi
: timpani di keempat kuadran abdomen
Auskultasi
: bising usus (+) normal
Ekstremitas Akral teraba hangat pada keempat ekstremitas. edema (-). Kelenjar Getah Bening Preaurikuler
: tidak teraba membesar
Postaurikuler
: tidak teraba membesar
Submandibula
: tidak teraba membesar
Supraclavicula
: tidak teraba membesar
Axilla
: tidak teraba membesar
Inguinal
: tidak teraba membesar
STATUS NEUROLOGIS A. GCS
: E4V5M6 Compos Mentis
B. Gerakan Abnormal
: -
C. Leher
: sikap baik, gerak terbatas
D. Tanda Rangsang Meningeal : tidak dilakukan
E. Nervus Kranialis N.I ( Olfaktorius ) Subjektif
N. II ( Optikus )
Tidak Dilakukan
Tajam penglihata (visus bedside)
normal
normal
Lapang penglihatan
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Melihat warna
Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan
Isokor, D 3mm
Isokor, D 3mm
Ukuran Fundus Okuli
Tidak dilakukan
N.III, IV, VI ( Okulomotorik, Trochlearis, Abduscen ) Nistagmus
-
-
Pergerakan bola mata
Baik ke 6 arah
Baik ke 6 arah
Kedudukan bola mata
Ortoforia
Ortoforia
Reflek Cahaya Langsung & Tidak Langsung
+
+
Diplopia
-
-
Membuka mulut
+
+
Menggerakan Rahang
+
+
Oftalmikus
+
+
Maxillaris
+
+
Mandibularis
+
+
N.V (Trigeminus)
N. VII ( Fasialis ) Perasaan lidah ( 2/3 anterior )
Tidak Dilakukan
Motorik Oksipitofrontalis
Baik
Baik
Motorik orbikularis okuli
Baik
Baik
Motorik orbikularis oris
Baik
Baik
N.VIII ( Vestibulokoklearis ) Tes pendengaran
Tidak dilakukan
Tes keseimbangan
Tidak dilakukan
N. IX,X ( Vagus ) Perasaan Lidah ( 1/3 belakang ) Refleks Menelan
Tidak Dilakukan Baik
Refleks Muntah
Tidak Dilakukan
N.XI (Assesorius) Mengangkat bahu
Baik
Menoleh
Baik
N.XII ( Hipoglosus ) Pergerakan Lidah
Baik
Disatria
Tidak
F. Sistem Motorik Tubuh Kanan
Kiri
Baik
Baik
Atrofi Otot
Eutrofik
Eutrofik
Tonus Otot
Normal
Normal
(-)
(-)
5555
5555
Kanan
Kiri
Baik
Baik
Atrofi Otot
Eutrofik
Eutrofik
Tonus Otot
Normal
Normal
(-)
(-)
5555
5555
Kanan
Kiri
Bisep
+
+
Trisep
+
+
Patella
+
+
Ekstremitas Atas Postur Tubuh
Gerak involunter Kekuatan Otot
Ekstremitas Bawah Postur Tubuh
Gerak involunter Kekuatan Otot
G. Refleks Pemeriksaan Refleks Fisiologis
Achiles
+
+
Kanan
Kiri
Babinski
-
-
Chaddok
-
-
Oppenheim
-
-
Gordon
-
-
Klonus
-
-
Hoffman Tromer
-
-
Kanan
Kiri
Tremor
-
-
Chorea
-
-
Pemeriksaan Refleks Patologis
H. Gerakan Involunter
I. Tes Sensorik (sentuhan) Sulit dinilai
J. Fungsi Autonom Miksi
: Baik
Defekasi
: Baik
Sekresi keringat
: Baik
K. Keseimbangan dan koordinasi Hasil Tes disdiadokokinesia
Tidak dilakukan
Tes tunjuk hidung dan jari
Tidak dilakukan
Tes tunjuk jari kanan dan kiri
Tidak dilakukan
Tes romberg
Tidak dilakukan
Tes tandem gait
Tidak dilakukan
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Laboratorium 01 Maret 2014 Jenis Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Leukosit
19,7
ribu/μL
3,8-10,6
Eritrosit
4,8
juta/μL
4,4-5,9
Hemoglobin
14,4
gr/dL
13,2-17,3
Hematokrit
48
%
40-52
Trombosit
261
ribu/μL
150-440
MCV
101,0
fL
80-100
MCH
30,3
pg
26-34
MCHC
30,2
gr/dL
32-36
RDW
13,1
%
<14
161
mg/dL
<110
24
mg/dL
13-43
1,04
mg/dL
<1,2
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Kolesterol Total
155
mg/dL
<200
Trigliserida
70
mg/dL
<150
HDL direk
45
mg/dL
≥40
Kolesterol LDL
96
mg/dL
<100
Asam urat
2,5
mg/dL
<7
Hematologi
Kimia Klinik Metabolisme Karbohidrat Glukosa Darah Sewaktu Ginjal Ureum Kreatinin
02 Maret 2014 Jenis Pemeriksaan Kimia Klinik Lemak
Kesan: Leukositosis, hiperglikemia Saran : Konfirmasi DM pada pasien dengan pemeriksaan GD puasa dan 2 jam PP.
EKG : tidak dilakukan pemeriksaan
Radiologi : Foto Thoraks PA tanggal 01 Maret 2014
Kesan : CTR >50%, corakan normal, tidak tampak proses spesifik, sinus costofrenikus tajam.
CT Scan Kepala Non-Kontras (1 Maret 2014)
CT Scan
CT Scan Kepala dengan Kontras (01 Maret 2014)
Kesan :
Epidural hematoma di temporal dextra (volume ±4,35cc)
Suspek hematom maxillaries bilateral
Fraktur dinding anterior dan lateral sinus maxillaries dextra; fraktur dinding lateral sinus maxillaris sinistra; fraktur os zygomaticus dextra
Saran : Pasien dikonsulkan ke spesialis bedah saraf karena ditemukannya epidural hematom.
CT Scan Kepala dengan Kontras (6 Maret 2014)
Kesan :
Epidural hematom di temporal dextra dengan volume ±5,85cc.
Cerebellum dan pons baik.
V. RESUME Pasien laki-laki, 50 tahun, datang ke IGD RSUD Budhi Asih pada tanggal 1 Maret 2014 pukul 11.30 dengan keluhan pingsan setelah jatuh dari pohon 1 jam SMRS. Pasien jatuh dari pohon dengan ketinggian ± 5 meter. Dengan posisi terjatuh kepala belakang yang terbentur tanah. Setelah terjatuh, pasien pingsan selama kurang dari 10 menit. Setelah pingsan pasien langsung sadar penuh dan mengaku merasakan sakit kepala yang berdenyut di sisi yang terkena benturan yaitu sebelah kanan. Pasien sempat muntah menyembur 1x. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), TD 120/70 mmHg, nadi 76 x/menit, pernapasan 19x/menit, dan suhu 36,3oC. Pada pemeriksaan neurologis tidak ditemukan defisit. Pada pemeriksaan darah ditemukan leukositosis dan hiperglikemia. Pada foto thorax PA didapatkan CTR>50%. Pada pemeriksaan CT-Scan ditemukan adanya epidural hematoma pada temporal dextra dengan volume ±4,35cc. . VI. Diagnosis Diagnosis klinis
: Pingsan, sakit kepala berdenyut, muntah
Diagnosis etiologi
: Trauma kapitis
Diagnosis topis
: Epidural temporal dextra
Diagnosa patologis
: Pecah pembuluh darah meningens
VII. Penatalaksanaan: 1. Non medikamentosa o
Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan pengobatan yang diberikan.
o
Apabila keluarga pasien menemukan pasien mengalami penurunan kesadaran, diharapkan keluarga pasien segera melapor ke petugas medis.
2. Medikamentosa Dari Spesialis Saraf :
IVFD Asering/12 jam
IVFD Manitol
Inj. Ceftriaxone 1x1gr
Inj. Citicholin 2x1gr iv
Inj. Ketorolac 3x1 amp
Mertigo 3x1
Kapsul racikan : Paracetamol 300mg, Diazepam 1mg, Ericaf ½ tab dain caps 2x1
IX. Prognosis Ad vitam
: Dubia ad bonam
Ad fungsionam
: Dubia ad bonam
Ad Sanationam
: Dubia ad bonam
Follow up 3 Maret 2014 (hari ke-3) S
O
A
P
Pusing berputar
KU : Tampak sakit
Sakit kepala
berat
IVFD Manitol
TD 120/70, Nadi
250cc/15 menit
Muntah 1x
88x/menit, RR
Inj. Citicolin
BAK normal
23x/menit, S 36,5°C
2x500mg iv
BAB belum
Status Neurologis
Inj. Ketorolac 3x1
Kesadaran Compos
amp
Mentis
Mertigo 3x1
berdenyut
semenjak di RS Nyeri dada kanan
Epidural Hematoma
IVFD Asering/12 jam
Pupil bulat isokor, RCL +/+, RCTL +/+ N. Kranialis III, IV, VI baik VII baik XII baik Motorik baik RF +/+ RP -/-
Follow up 4 Maret 2014 (hari ke-4) S Sakit kepala berdenyut
O TD 130/70, Nadi 80x/menit, RR
A Epidural Hematoma
P IVFD Asering/12 jam IVFD Manitol
Sulit tidur karena nyeri
20x/menit, S 36,4°C
250cc/15 menit
Status Neurologis
Inj. Ceftriaxone 1x1
Kesadaran Compos
gr
Mentis
Inj. Citicolin
Pupil bulat isokor, RCL
2x500mg iv
+/+, RCTL +/+
Inj. Ketorolac 3x1
N. Kranialis
amp
III, IV, VI baik
Mertigo 3x1
VII baik
Paracetamol 300mg
XII baik
Diazepam 1mg
Motorik baik
Ericaf 1/2tab
RF +/+
mf.pulv dtd 2x1
RP -/-
Lab : GDS 161 Leukosit 19.100
Follow up 5 Maret 2014 (hari ke-5) S Sakit kepala
O TD 120/70, Nadi
A Epidural Hematoma
P IVFD Asering/12 jam
84x/menit, RR
IVFD Manitol
19x/menit, S 36,4°C
250cc/15 menit
Status Neurologis
Inj. Ceftriaxone
Kesadaran Compos
1x1gr
Mentis
Inj. Citicolin
Pupil bulat isokor, RCL
2x500mg iv
+/+, RCTL +/+
Inj. Ketorolac 3x1
N. Kranialis
amp
III, IV, VI baik
Mertigo 3x1
VII baik
Paracetamol 300mg
XII baik
Diazepam 1mg
Motorik baik
Ericaf 1/2tab
RF +/+
mf.pulv dtd 2x1
RP -/-
Follow up 6 Maret 2014 (hari ke-6) S
O
A Epidural Hematoma
P
Nyeri dari bahu
TD 130/70, Nadi
IVFD Asering/12 jam
kanan menjalar ke
80x/menit, RR
IVFD Manitol 3x100
kepala kanan dan
21x/menit, S 36,4°C
Inj. Ceftriaxone
belakang mata
Status Neurologis
1x1gr
Kesadaran Compos
Inj. Citicolin 2x1gr iv
Mentis
Inj. Ketorolac 3x1
Pupil bulat isokor, RCL
amp
+/+, RCTL +/+
Mertigo 3x1
N. Kranialis
Paracetamol 300mg
III, IV, VI baik
Diazepam 1mg
VII baik
Ericaf 1/2tab
XII baik
mf.pulv dtd 2x1
Motorik baik RF +/+
Rencana :
RP -/-
CT Scan kepala ulang
Follow up 7 Maret 2014 (hari ke-7) S
O
A Epidural Hematoma
P
Nyeri sudah
TD 120/70, Nadi
IVFD Asering/12 jam
berkurang
76x/menit, RR
IVFD Manitol 2x100
19x/menit, S 36,3°C
Inj. Ceftriaxone
Status Neurologis
1x1gr
Kesadaran Compos
Inj. Citicolin 2x1gr iv
Mentis
Inj. Ketorolac 3x1
Pupil bulat isokor, RCL
amp
+/+, RCTL +/+
Mertigo 3x1
N. Kranialis
Paracetamol 300mg
III, IV, VI baik
Diazepam 1mg
VII baik
Ericaf 1/2tab
XII baik
mf.pulv dtd 2x1
Motorik baik RF +/+
Rencana :
RP -/-
Konsul bedah saraf
Follow up 8 Maret 2014 (hari ke-8) S Nyeri kepala (-)
O TD 120/70, Nadi
A Epidural Hematoma
P IVFD Asering/12 jam
76x/menit, RR
IVFD Manitol 1x100
19x/menit, S 36,4°C
Inj. Ceftriaxone
Status Neurologis
1x1gr
Kesadaran Compos
Inj. Citicolin 2x1gr iv
Mentis
Inj. Ketorolac 3x1
Pupil bulat isokor, RCL
amp
+/+, RCTL +/+
Mertigo 3x1
N. Kranialis
Paracetamol 300mg
III, IV, VI baik
Diazepam 1mg
VII baik
Ericaf 1/2tab
XII baik
mf.pulv dtd 2x1
Motorik baik RF +/+
Rencana :
RP -/-
Boleh pulang
BAB III ANALISIS KASUS
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat pada gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, yang dapat bersifat temporer ataupun permanent.[1] Penyebab yang paling sering terjadi adalah kecelakaan motor, jatuh, kekerasan, cedera olahraga, dan trauma tembus. Risiko terjadinya cedera kepala lebih sering pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 2:1.[5] Berdasarkan dari identitas pasien, pasien merupakan laki-laki, dimana laki-laki memiliki risiko cedera kepala yang lebih tinggi. Hal ini berhubungan dengan pekerjaan lakilaki yang lebih sering di dunia luar. Epidural hematom (EDH) adalah perdarahan yang terbentuk di ruang potensial antara tabula interna dan duramater dengan cirri berbentuk bikonvek atau menyerupai lensa cembung. Paling sering terletak diregio temporal atau temporoparietal dan sering akibat robeknya pembuluh meningeal media. Perdarahan biasanya dianggap berasal arterial, namun mungkin sekunder dari perdarahan vena pada sepertiga kasus. EDH terjadi pada sekitar 2% pasien dengan cedera kepala dan 5-15% dari pasien dengan cedera kepala yang fatal. Intrakranial hematoma epidural dianggap komplikasi yang paling serius dari cedera kepala, membutuhkan diagnosis segera dan intervensi bedah. Daerah temporoparietal dan arteri meningeal media paling sering (66%) terlibat pada kasus EDH. EDH juga paling sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan ratio 4:1. EDH jarang terjadi pada pasien usia kurang dari 2 tahun dan lebih dari 60 tahun dikarenakan durameter menempel erat pada tabula interna.[2] Pada identitas didapatkan pasien berjenis kelamin laki-laki, dimana laki-laki memiliki perbandingan yang lebih tinggi untuk terjadinya cedera kepala dan epidural hematoma dibandingkan perempuan. Pada anamnesis pasien dikatakan pingsan selama kurang lebih 10 menit akibat jatuh dari pohon dengan ketinggian ± 5 meter. Pasien mengalami gangguan kesadaran akibat cedera kepala. Menurut penelitian cedera kepala di Scottish Hospital, yang digolongkan kedalam kasus cedera kepala adalah[4] : a. Adanya riwayat benturan pada kepala. b. Laserasi kulit kepala atau dahi. c. Penurunan kesadaran walaupun singkat.
Keluhan lain yang ditemukan pada pasien ini adalah pasien sadar setelah pingsan kurang dari 10 menit lalu menurut keluarga pasien dan pasien sendiri pun mengaku tidak merasakan rasa mengantuk atau pingsan kembali. Pasien tidak mengalami adanya lucid interval. Menurut sumber, kurang dari 20% pasien EDH yang menunjukkan adanya lucid interval. Pasien juga merasakan adanya sakit pada kepalanya pada sisi yang terkena benturan. Pasien juga mengalami muntah menyembur. Gejala-gejala yang timbul tersebut sesuai dengan gejala peningkatan tekanan intracranial. Dimana gejala-gejala peningkatan tekanan intracranial adalah sebagai berikut[1] :
Nyeri kepala
Muntah proyektil
Kejang
Papil edema
Penurunan kesadaran
Pandangan ganda
Trias Cushing : Tekanan darah tinggi, penurunan frekuensi nadi, dan pola napas yang abnormal. Pada pemeriksaan neurologi didapatkan GCS E4V5M6 pada saat pasien pertama kali
datang. Dengan GCS ini pasien sadar penuh dan digolongkan mengalami cedera kepala ringan dalam klasifikasi cedera kepala. Glasgow Coma Scale (GCS) digunakan untuk menilai secara kuantitatif penurunan kesadaran dan dipakai secara umum dalam deskripsi beratnya penderita cedera kepala. Berdasarkan skor GCS, beratnya cedera kepala dibagi atas : a. Cedera kepala ringan : GCS 13 – 15 b. Cedera kepala sedang : GCS 9 – 12 c. Cedera kepala berat
: GCS 3 - 8
Pada pasien ini juga tidak ditemukan adanya kelainan neurologis, seperti hemiparesis, hipestesia, paresis nervus kranialis, dan lain-lain. Pada pemeriksaan CT-Scan didapatkan adanya gambaran hiperdens pada daerah epidural. Lesi hiperdens menggambarkan adanya perdarahan. Pada pasien dapat disimpulkan terjadi lesi perdarahan pada epidural (epidural hemorrhage). Perdarahan merupakan salah satu morfologi dari sebuah cedera kepala. Secara morfologi cedera kepala dapat dibagi atas: a. Fraktur kranium. Fraktur kranium dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak. Dibagi atas :
o Fraktur kalvaria : 1. Bisa berbentuk garis atau bintang 2. Depresi atau non depresi 3. Terbuka atau tertutup. o Fraktur dasar tengkorak : 1. Dengan atau tanpa kebocoran cerebrospinal fluid(CSF) 2. Dengan atau tanpa paresis N.VII. b. Lesi intrakranium Lesi intrakranium dapat digolongkan menjadi : o Lesi fokal : 1. Perdarahan epidural 2. Perdarahan subdural 3. Perdarahan intraserebral o Lesi difus : 1. Komosio ringan 2. Komosio klasik 3. Cedera akson difus Morfologi pada pasien ini adalah sebuah lesi fokal intrakranium yaitu berupa perdarahan epidural. Dan secara gambaran klinis pun terdapat gambaran perdarahan epidural. Gejala yang sering tampak :
Penurunan kesadaran, bisa sampai koma dapat terjadi lucid interval (20% pasien EDH)
Nyeri kepala yang hebat
Bingung
Penglihatan kabur
Susah bicara
Keluar cairan darah dari hidung atau telinga
Nampak luka yang adalam atau goresan pada kulit kepala.
Mual
Pusing
Berkeringat
Pucat
Pupil anisokor, yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar.[1]
Dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan neurologi, serta didukung oleh hasil CTscan, dapat ditegakkan diagnosis pada pasien ini. Diagnosis klinis
: Pingsan, sakit kepala berdenyut, muntah
Diagnosis etiologi
: Trauma kapitis
Diagnosis topis
: Epidural temporal dextra
Diagnosa patologis
: Pecah pembuluh darah meningens
Secara teori, prinsip penatalaksanaan pada cedera kepala tergantung dari tingkat GCS pasien. Pasien tersebut memiliki tingkat kesadaran compos mentis dengan GCS E4V5M6. Maka algoritma penatalaksanaan berdasarkan ATLS adalah sebagai berikut : 1. Memastikan Airway, Breathing, dan Circulation dalam keadaan baik. 2. Pasien diposisikan dengan kepala ditinggikan 30 derajat. 3. Melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai seberapa berat cedera kepala, dan apakah ada cedera di bagian lain. Segera lakukan pembersihan luka apabila terdapat luka, hentikan juga bila ada perdarahan. 4. Melakukan pemeriksaan radiologis pada pasien untuk menentukan apakah ada kelainan organik intrakranial. 5. Menilai gejala peningkatan Intrakranial dengan mengobservasi pasien. Didukung dengan hasil pemeriksaan radiologi, segera tentukan apakah perdarahan intrakranial perlu segera di evakuasi oleh spesialis bedah saraf. Indikasi operasi apabila perdarahan dengan volume >30cc atau adanya midline shift. 6. Bila TIK tinggi, untuk menurunkan tekanan intrakranial dapant menggunakan diuretik yaitu manitol. Pemberian manitol dilakukan dengan dosis 0,5-1 gram/kgBB dalam 20 menit pertama dan dilanjutkan dengan 0,25-0,5 gram/kgBB habis dalam 24-48 jam. Osmolaritas harus dijaga agar tidak melebihi 310 mOsm 7. Berikan neuroprotektor jika diperlukan, seperti golongan Asetilkolin (Citicolin) atau Piracetam. 8. Berikan obat-obatan simtomatik untuk mengurangi gejala seperti sakit kepala, pusing berputar, mual, dan lain-lain.[1] Pada pasien, tatalaksana yang telah diberikan adalah : 1. Pada pasien ABC sudah aman, kemudian pasien diposisikan kepala lebih tinggi. 2. Luka pada pasien segera ditangani, luka dijahit dan perdarahan dihentikan. 3. Pemeriksaan radiologi sudah dilakukan dan ditemukan EDH, maka berikutnya pasien diobservasi untuk mencari tanda peningkatan TIK.
4. Dilakukan pemberian manitol. Pada tahap awal, pasien diberikan manitol dengan dosis 250cc/15 menit, dilanjutkan dengan pemberian maintenance yaitu dengan dosis 3x100cc, 2x100, 1x100. Hal ini tidak sesuai dengan teori, namun pada praktik klinis, dosis tersebut diberikan untuk dosis maintenance dan mengurangi gejala peningkatan TIK. 5. Pasien juga diberikan neuroprotektor yaitu injeksi Citicolin 500 mg 6. Obat obatan simptomatik diberikan yaitu Ketorolac, Mertigo, dan kapsul racikan (Diazepam, Paracetamol dan Ericaf)
DAFTAR PUSTAKA
1. Japardi Iskandar. Tekanan Tinggi Intrakranial. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara. 2002. Digitized by USU digital library 2. Medscape
Reference.
Epidural
Hematome.
Available
at
(http://emedicine.medscape.com/article/433855-overview#showall). Accessed on March 11, 2014 3. Medscape Reference. Clinical Presentation of Epidural Hematome. Available at (http://emedicine.medscape.com/article/824029-clinical#a0216)
Accessed
on
Availabe
at
March 11, 2014 4. USU
Digital
Library.
Cedera
Kepala
.
(http://eprints.undip.ac.id/29403/3/Bab_2.pdf) Accessed on March 11, 2014 5. Japardi Iskandar. Penatalaksanaan Cedera Kepala Akut. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara. 2002. Digitized by USU digital library