Mini Project Gizi Buruk

  • Uploaded by: dellakusuma
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mini Project Gizi Buruk as PDF for free.

More details

  • Words: 4,357
  • Pages: 22
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi buruk dikenal dengan gizi di bawah garis merah adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, sebanyak 13,9% berstatus gizi kurang dan 5,7% berstatus gizi buruk. Data yang sama menunjukkan 6,8% anak kurus, diantaranya 5,3% anak sangat kurus dan 18% anak memiliki kategori sangat pendek. Keadaan ini berpengaruh kepada masih tingginya angka kematian bayi. Menurut WHO lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk, oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor (RI dan WHO). Kejadian gizi buruk apabila tidak diatasi akan menyebabkan dampak yang buruk bagi balita. Dampak yang terjadi antara lain terganggu pertumbuhannya, biasanya mereka tidak tumbuh seperti seharusnya (kerdil) dengan berat badan di bawah normal, kematian dan infeksi kronis. Deteksi dini anak yang kurang gizi (gizi kurang dan gizi buruk) dapat dilakukan dengan pemeriksaan BB/U untuk memantau berat badan anak. Selain itu pamantauan tumbuh kembang anak dapat juga menggunakan KMS (KartuMenuju Sehat). Salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk adalah dengan menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan. Pada saat ini seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi tatalaksana gizi buruk menunjukkan bahwa kasus ini dapat ditangani dengan dua pendekatan. Gizi buruk dengan komplikasi (anoreksia, pneumonia berat, anemia berat, dehidrasi berat, demam tinggi dan penurunan kesadaran) harus dirawat di rumah sakit, Puskesmas perawatan, Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau Therapeutic Feeding Center (TFC), sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat jalan. Penanganan gizi buruk secara rawat jalan dan rawat inap merupakan jawaban terhadap pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Perbaikan Gizi, yaitu setiap anak gizi buruk yang ditemukan harus mendapatkan perawatan sesuai dengan standar. B. Pernyataan Masalah 1

Berdasarkan data bagian gizi Puskesmas Mulyoharjo 2013, dari semua balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Mulyoharjo, hanya 47% yang ditimbang. Dari jumlah tersebut tercatat balita dengan status gizi kurang sebanyak 0.4% dan balita dengan gizi buruk sebanyak 0.12%. Target

pemantauan pertumbuhan balita untuk

indikator balita yang datang dan ditimbang berdasarkan standar pelayanan minimal adalah sebesar 80%. Dari data ini diperkirakan masih banyak balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk yang tidak terdeteksi dan tidak mendapatkan penanganan. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mendapatkan gambaran status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Mulyoharjo. 2. Tujuan khusus a. Penemuan kasus balita gizi kurang dan gizi buruk secara tepat oleh tenaga kesehatan. b. Memantau perkembangan salah satu kasus balita gizi kurang yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Mulyoharjo. D. Manfaat 1. Mengetahui langkah-langkah penanganan balita gizi kurang dan gizi buruk sesuai pedoman pelayanan anak gizi buruk. 2. Mengetahui penanganan laita gizi kurang dan gizi buruk di Puskesmas Mulyoharjo

BAB II 2

TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Status Gizi Balita di Indonesia Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, sebanyak 13,9% berstatus gizi kurang dan 5,7% berstatus gizi buruk. Data yang sama menunjukkan 6,8% anak kurus, diantaranya 5,3% anak sangat kurus dan 18% anak memiliki kategori sangat pendek. Keadaan ini berpengaruh kepada masih tingginya angka kematian bayi. Menurut WHO lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk. Kejadian gizi buruk ini terjadi di seluruh wilayah Indonesia, dan prevalensinya lebih tinggi di Indonesia bagian timur.

B. Definisi Gizi Buruk

3

Gizi buruk merupakan istilah teknis yang biasanya digunakan oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah kondisi seseorang yang nutrisinya di bawah rata-rata. Hal ini merupakansuatu bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Balita disebut gizi buruk apabilaindeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) < -3 SD. Keadaan balita dengan gizi buruk sering digambarkan dengan adanya busung lapar (Pudjiadi, 2005). C. Faktor Risiko Permasalahan gizi merupakan masalah yang kompleks dan meliputi banyak faktor. Beberapa faktor risiko penting terjadinya gizi buruk antara lain (Novitasari, 2012) : 1. Asupan Makanan Asupan makanan sebagai salah satu faktor risiko gizi buruk bisa disebabkan karena tidak tersedianya makanan secara adekuat, makanan tidak mengandung kadar zat gizi mikro yang cukup, pola makan yang salah, pemberian MP-ASI sebelum usia 6 bulan, pemberian makanan padat terlalu lambat, serta makanan tidak higienis (Atmawkarta, 2007). Sebagian besar balita dengan gizi buruk memiliki pola makan yang kurang beragam sehingga komposisi makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi gizi seimbang. Makanan gizi seimbang adalah makanan yang sesuai dengan kebutuhan zat gizi yang mencakup karbohidrat, protein hewani, kacang-kacangan, buah dan sayur (Soekirman, 2000). 2. ASI ekslusif (UNICEF) dan World Health Oraginization (WHO) telah merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui air susu ibu (ASI) selama paling sedikit 6 bulan. Makan padat seharusnya diberikan setelah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun (WHO, 2005). Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. 3. Pendidikan Ibu Peran ibu terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak sangatlah penting. Rendahnya pendidikan dan kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi menjadi salah satu faktor terjadinya gizi buruk. Tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan dan kualias pengasuhan anak. Pendidikan yang tinggi membuat 4

seseorang mudah untuk menyerap informasi dan mengamalkan dalam perilaku seharihari. Pendidikan yang tinggi juga akan meningkatkan pendapatan dan dapat meningkatkan daya beli makanan. 4. Penyakit Infeksi Terjadi hubungan timbal balik antara kejadian infeksi penyakit dan gizi buruk. Anak yang menderita gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan, sehingga anak rentan terhadap penyakit infeksi. 5. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Penyebab terjadinya BBLR antara lain bayi lahir prematur karena berbagai sebab (<37 minggu), bayi lahir kecil untuk masa kehamilan akibat hambatan pertumbuhan dalam kandungan maupun akibat keadaan gizi ibu yang kurang baik. Bayi BBLR pada umumnya lebih rentan terkena penyakit karena sistem kekebalan tubuh yang belum sempurna dan fungsi organ tubuh yang berfungsi optimal. Penyakit ini akan mempengaruhi asupan gizi yang masuk sehingga dapat menyebabkan gizi buruk. 6. Kelengkapan Imunisasi Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan terhadap suatu antigen. Imunisasi juga dapat mencegah dan mengurangi penderitaan yang disebabkan oleh penyakit. Apabila kekebalan tubuh meningkat, balita tidak rentan terkena penyakit. Hal ini berhubungan tidak langsung dengan kejadian gizi buruk. 7. Status Ekonomi Rendahnya ekonomi keluarga, akan berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga tersebut. Selain itu rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan, merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita. Keadaan sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan masalah kesehatan yang dihadapi karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut. Balita dengan gizi buruk pada umumnya hidup dengan makanan yang kurang bergizi.

5

Permasalahan gizi merupakan masalah yang kompleks dan meliputi banyak sektor. Hal tersebut dapat dilihat pada bagan di bawajh ini :

(Atmawkarta, 2007)

D. Penegakan Diagnosis Gizi buruk ditentukan berdasarkan beberapa pengukuran antara lain: 1. Pengukuran klinis : metode ini penting untuk mengetahui status gizi balita tersebut gizi buruk atau tidak. Metode ini pada dasarnya didasari oleh perubahan-perubahan yang terjadi dan dihubungkan dengan kekurangan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit,rambut,atau mata. Misalnya pada balita marasmus kulit akan menjadi keriput sedangkan pada balita kwashiorkor kulit terbentuk bercak-bercak putih atau merah muda (crazy pavement dermatosis). 2. Pengukuran antropometri : metode ini dilakukan beberapa macam pengukuran antara lain pengukuran tinggi badan,berat badan, dan lingkar lengan atas. Beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas sesuai dengan usia yang paling sering dilakukan dalam survei gizi. Di dalam ilmu gizi, status gizi tidak hanya diketahui denganmengukur BB atau TB sesuai dengan umur secara sendiri-

6

sendiri, tetapi juga dalam bentuk indikator yang dapat merupakankombinasi dari ketiganya. Berdasarkan Berat Badan menurut Umur diperoleh kategori (Kementrian Kesehatan RI, 2011) : a.

Gizi buruk jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.

b.

Gizi kurang jika hasil ukur -3 SD sampai dengan < -2 SD.

c.

Gizi baik jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.

d.

Gizi lebih jika hasil ukur ≥ 2 SD.

Berdasarkan pengukuran Tinggi Badan (24 bulan-60 bulan) atau Panjang badan (0 bulan-24 bulan) menurut Umur diperoleh kategori :3 a. Sangat pendek jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD. b. Pendek jika hasil ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD. c. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD. d. Tinggi jika hasil ukur > 2 SD. Berdasarkan pengukuran Berat Badan menurut Tinggi badan atau Panjang Badan:3 1. Sangat kurus jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD. 12 2. Kurus jika hasil ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD. 3. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD. 4. Gemuk jika hasil ukur > 2 SD. Balita dengan gizi buruk akan diperoleh hasil BB/TB sangat kurus, sedangkan balita dengan gizi baik akan diperoleh hasil normal.

7

Penemuan anak gizi buruk dapat menggunakan data rutin hasil penimbangan anak di posyandu, menggunakan hasil pemeriksaan di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, dan doker/bidan praktek swasta), hasil laporan masyarakat, maupun dari skrining aktif. Kemudian dilakukan pemeriksaan sesuai dengan alur berikut :

(Bagan Tata Laksana Gizi Buruk, 2011) E. Pencegahan Menurut Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk (RAN-PPGB) dari Departemen Kesehatan RI 2005-2009 : 1. Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia, sesuai dengan kewenangan wajib danStandar Pelayanan Minimal (SPM) dengan memperhatikan besaran dan luasnya masalah. 8

2. Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat dan

keluarga

dalam

memantau

tumbuh

kembang

balita,

mengenali

dan

menanggulangi secara dini balita yang mengalami gangguan pertumbuhan melalui revitalisasi Posyandu. 3. Meningkatkan kemampuan petugas, dalam manajemen dan melakukan tatalaksana gizi buruk untuk mendukung fungsi Posyandu yang dikelola oleh masyarakat melalui revitalisasi Puskesmas. 4. Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan melalui pemberian intervensi gizi (suplementasi), seperti kapsul Vitamin A, MP-ASI dan makanan tambahan. 5. Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi gizi, advokasi dan sosialisasi tentang makanan sehat dan bergizi seimbang dan pola hidup bersih dan sehat. 6. Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan swasta/dunia usaha dan masyarakat untuk mobilisasi sumberdaya dalam rangka meningkatkan daya beli keluarga untuk menyediakan makanan sehat dan bergizi seimbang. 7. Mengaktifkan kembali Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) melalui revitalisasi SKPG dan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) Gizi Buruk, yang dievaluasi dengan kajian data SKDN yaitu (S)emua balita mendapat (K)artu menuju sehat, (D)itimbang setiap bulan dan berat badan (N)aik, data penyakit dan data pendukung lainnya.

9

BAB III METODE A.

Identifikasi masalah kesehatan masyarakat Berdasarkan data bagian gizi Puskesmas Mulyoharjo 2013, dari semua balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Mulyoharjo, hanya 47% yang ditimbang. Dari jumlah tersebut tercatat balita dengan status gizi kurang sebanyak 0.4% dan balita dengan gizi buruk sebanyak 0.12%. Target

pemantauan pertumbuhan balita untuk

indikator balita yang datang dan ditimbang berdasarkan standar pelayanan minimal adalah sebesar 80%. Dari data ini diperkirakan masih banyak balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk yang tidak terdeteksi dan tidak mendapatkan penanganan. B. Analisis faktor-faktor penyebab masalah Dari sekian banyak faktor risiko gizi buruk yang telah disebutkan di bab sebelumnya, menurut IDAI terdapat 3 penyebab langsung yang mempengaruhi yaitu : 1. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang karena faktor ketidaktahuan orang tua. Bayi dan balita tidak mendapat makanan yang bergizi, dalam hal ini makanan terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu, dan sesudah usia 6 bulan anak tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya. 2. Faktor keluarga miskin. Hal ini berdampak pada rendahnya daya beli pada keluarga tersebut yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas pangan. 3. Anak menderita penyakit infeksi. Terjadi hubungan timbal balik antara kejadian infeksi penyakit dan gizi buruk. Anak yang menderita gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan, sehingga anak rentan terhadap penyakit infeksi. Disisi lain anak yang menderita sakit infeksi akan cenderung menderita gizi buruk. C. Penentuan faktor penyebab yang paling mungkin Dari beberapa kasus balita gizi kurang maupun gizi buruk yang ditemui baik saat kegiatan Posyandu maupun di Poli KIA Puskesmas Mulyoharjo, faktor penyebab gizi buruk yang paling sering terjadi adalah kurangnya kesadaran dan pengetahuan keluarga khususnya ibu mengenai pertumbuhan dan perkembangan balita serta pola hidup gizi seimbang. D. Perencanaan intervensi masalah Intervensi terhadap masalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran keluarga terhadap masalah gizi buruk pada balita dapat dilakukan dengan penyuluhan secara 10

berkelompok maupun secara individu. Pada kegiatan mini project ini dilakukan penyuluhan secara individu dalam bentuk home visite berkelanjutan kepada salah satu keluarga balita gizi buruk. E. Pelaksanaan intervensi Home visite dilakukan oleh dokter internsip didampingi petugas kesehatan bidang gizi kepada balita gizi buruk an. SM pada tanggal 4 November 2014. Kemudian dilakukan 3 kali follow up setiap bulan sampai dengan bulan Januari 2015. F. Monitoring dan evaluasi Monitoring dan evaluasi dari home visite ini dilakukan saat posyandu. Diharapkan setelah mendapat cukup informasi dan motivasi dari petugas kesehatan, keluarga balita gizi buruk dapat mendukung upaya perbaikan gizi anak sehingga anak dapat tumbuh normal kembali.

BAB IV HASIL

11

A. Profil Komunitas Umum Dalam upaya mewujudkan wilayah kerja Puskesmas Mulyoharjo Sehat 2010, pembangunan kesehatan tidak dapat dilakukan sendiri oleh aparat pemerintah di sektor kesehatan, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama melibatkan peran serta swasta dan masyarakat. Segala upaya kesehatan yang dilakukan baik oleh sektor kesehatan dan non kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan upaya mengatasi masalah kesehatan perlu dicatat dan dikelola dengan baik dalam suatu informasi kesehatan. Hal ini menjadikan peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting dan terasa makin diperlukan dalam manajemen kesehatan yaitu sebagai dasar pengambilan keputusan disemua program, tahapan dan jenjang administrasi. Selain itu juga diperlukan guna mengevaluasi keberhasilan program-program pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan di Puskesmas Mulyoharjo. B. Data Geografis Puskesmas Mulyoharjo terletak di Jalan Veteran No. 277 Mulyoharjo, Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang Telp. (0284) 326033 Kode pos 52313. Batasbatas wilayah kerja Puskesmas Mulyoharjo meliputi : - Sebelah barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Kebondalem Kecamatan -

Pemalang, Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Puskesmas Kabunan Kecamatan Taman, Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Puskesmas Paduraksa Kecamatan

-

Pemalang, Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa Wilayah kerja Puskesmas Mulyoharjo meliputi kelurahan dan satu desa yang

ada di Kecamatan Pemalang, yaitu Kelurahan Mulyoharjo, Kelurahan Pelutan, Kelurahan Sugihwaras, Kelurahan Widuri dan Desa Danasari. C. Data Demografik 1. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan data Statistik Kecamatan Pemalang, Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Mulyoharjo tahun 2013adalah sebanyak 77,520 jiwa dengan18,142 KK. Dengan luas wilayah sebesar 15,9 km², maka rata-rata kepadatan penduduk yang berada diwilayah kerja puskesmas mulyoharjo tahun 2013 tercatat sebesar 4,875 jiwa setiap kilometer persegi, dimana wilayah terpadat adalah kelurahan Pelutan dengan tingkat kepadatan sekitar 5963,8 jiwa setiap kilometer persegi. Sedangkan rata-rata penduduk per- rumah tangga di wilayah kerja puskesmas mulyoharjo tahun 2013 tercatat sebesar 4,27 jiwa. Untuk wilayah dengan penduduk 12

tertinggi ada di wilayah pelutan sebanyak 24,209 jiwa dan terendah dikelurahan widuri sebanyak 3,329 jiwa. 2. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan. Berdasarkan data statistik jumlah penduduk laki-laki dan perempuan relatif seimbang, yaitu sebesar 38,643 jiwa penduduk laki-laki dan 38,877 penduduk perempuan. Sehingga rasio jenis kelamin penduduk wilayah kerja puskesmas mulyoharjo tahun 2013 sebesar 99,39. Dengan demikian di wilayah kerja Puskesmas Mulyoharjo, tiap 100 penduduk perempuan ada sekitar 99 atau 100 penduduk laki-laki. 3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Jumlah penduduk wilayah kerja puskesmas mulyoharjo tahun 2013 menurut kelompok umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki-laki maupun perempuan mempunyai proporsi terbesar pada kelompok umur 5-9 tahun dan 10-14 tahun. D. Sumber Daya Kesehatan Upaya sumber daya yang ada di Puskesmas Mulyoharjo meliputi : 1. Man : Tenaga Kesehatan yang ada berjumlah 25 orang meliputi, dokter umum 3 orang, dokter gigi 1 orang, perawat 7 orang, bidan 8 orang, apoteker 1 orang, nutrisionis 1 orang, penyuluh kesehatan masyarakat 1 orang, sanitarian 1 orang, rekam medis 1 orang, petugas laboratorium 1 orang. 2. Money : Sumber anggaran puskesmas berasal dari pengembalian income, dan askes, dana jamkesmas dan bantuan operasional kesehatan. 3. Material : Berjumlah 73 yang terdiri dari 5 desa siaga, 68 posyandu balita. 4. Method : Lokakarya mini bulanan, lokakarya lintas sektor tribulanan, akreditasi puskesmas dan pelatihan-pelatihan petugas puskesmas. 5. Machine : 1 mobil puskesmas keliling, 3 kendaraan motor, 9 buah komputer. E. Sarana Pelayanan Kesehatan Pusat Kesahatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan sarana pelayanan kesehatan di tingkat dasar yang menyelenggarakan kegiatan Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi, Pemberantasan Penyakit Menular dan Pengobatan. Puskesmas Mulyoharjo merupakan puskesmas non perawatan, dan untuk meningkatkan pelayanannya, Puskesmas Mulyoharjo dilengkapi dengan adanya dua Puskesmas Pembantu, yaitu Puskesmas Pembantu Pelutan dan Puskesmas Pembantu Sugihwaras dan 362 Kader kesehatan. 13

Selain itu saranan pelayanan kesehatan diwilayah kerja puskesmas mulyoharjo yang ikut serta meningkatkan kesehatan masyarakat terdiri dari 4 RS Swasta dan 2 Rumah Bersalin. F. Data Kesehatan Primer Berdasarkan data bagian gizi Puskesmas Mulyoharjo 2013, dari semua balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Mulyoharjo, hanya 47% yang ditimbang. Dari jumlah tersebut tercatat balita dengan status gizi kurang sebanyak 0.4% dan balita dengan gizi buruk sebanyak 0.12%. Target

pemantauan pertumbuhan balita untuk

indikator balita yang datang dan ditimbang berdasarkan standar pelayanan minimal adalah sebesar 80%. Dari data ini diperkirakan masih banyak balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk yang tidak terdeteksi dan tidak mendapatkan penanganan. G. Hasil Kunjungan Rumah Dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 4 November 2014 Identitas Nama

: An. SM.

Jenis kelamin

: perempuan

Umur

: 30 bulan

Tanggal lahir

: 11 April 2012

Alamat

: Mulyoharjo Rt 05/ Rw 03

Orang tua : Ayah Tn. Suyantono 48 tahun, Ib Ny. Siti Azizah 42 tahun Anamnesis Keluhan utama : gizi kurang Riwayat penyakit sekarang : Pasien berumur 2 th 6 bulan dengan keterlambatan tumbuh kembang karena gizi kurang. Berdasarkan allo-anamnesis, ibu pasien merasa pasien mulai mengalami kurang gizi semenjak berumur 11 bulan. Saat umur 10 bulan sampai dengan umur 11 bulan BB pada KMS tidak mengalami kenaikan, dan selain itu sejak umur 10 bulan pasien mulai sering mengalami sakit terutama demam dan diare. Dari kader posyandu didapatkan informasi bahwa ibu pasien kurang aktif membawa anaknya ke posyandu untuk pemantauan BB. Setiap kali jadwal posyandu, kader harus pro-aktif mengingatkan

14

ibu pasien untuk datang. Petugas posyandu melaporkan hal ini kepada pihak Puskesmas bahwa pasien diduga balita dengan gizi kurang. Riwayat penyakit dahulu : - Riwayat kejang demam : disangkal - Riwayat diare : (+) sejak umur 10 bulan - Riwayat batuk lama : disangkal - Riwayat mondok : (+) di RS Santa Maria, tidak didapatkan keterangan mengenai diagnosis pasien saat mondok. Riwayat penyakit keluarga : - Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal - Riwayat kejang demam : disangkal - Riwayat penyakit paru : disangkal - Riwayat penyakit lain : disangkal Riwayat pemeriksaan kehamilan dan prenatal : Ibu pasien berusia 40 tahun saat mengandung an. SM, mengaku sering sakit, nafsu makan berkurang, dan sering lemas. Pemeliharaan kehamilan dilakukan secara teratur ke bidan. Riwayat kelahiran : BBL 2000 gram, BB 49cm, lahir spontan ditolong oleh bidan, langsung menangis kuat, usia kehamilan 40 minggu. Riwayat pemeriksaan post natal : Pemeriksaan bayi setelah lahir dilakukan di posyandu, setiap 1 bulan sekali dan saat imunisasi. Setelah imunisasi lengkap an. SM jarang dibawa ibunya ke posyandu tanpa alasan yang jelas. Riwayat imunisasi : lengkap Riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Berat badan

: 8 kg

Tinggi badan

: 80 cm

Perkembangan an. SM tampak normal hingga usia 10 bulan. Usia 10 bulan pasien sudah bisa merangkak, bicara penggalan kata. Hingga usia 30 bulan pasien masih kesulitan berdiri karena postur tubuh yang kecil dan tampak lemah. Riwayat nutrisi dan kebiasaan :

15

ASI diberikan sejak lahir. MPASI sejak usia 6 bulan. Nasi tim diberikan sejak umur 9 bulan sampai umur 11 bulan. Saat ini pasien sudah makan makanan keluarga. Makan 3x sehari, setiap makan hanya 2-3 sendok. Kesan : kualitas dan kuantitas kurang. Pemeriksaan Fisis KU : lemah, CM, gizi kesan kurang Tanda vital : BB 8 kg, TB 82cm, nadi 100x/menit, pernafasan 25x/menit, suhu 37,2oC (per axiler) Kulit

: warna sawo matang, kulit agak kering, UKK (-)

Kepala

: bentuk mesosefal, rambut jagung (+), ubun-ubun sedikit cekung

Mata

: mata cekung (+/+), sklera ikterik (-/-), conj anemis (-/-)

Hidung

: nafas cuping hidung (-/-)

Mulut

: Bibir sianosis (-), mukosa basah (+/+)

Telinga

: dalam batas normal

Tenggorok : dalam batas normal Leher

: dalam batas normal

Thorax

: cor dan pulmo dalam batas normal

Abdomen : Inspeksi

: dinding perut sejajar dinding dada , spasme (-)

Auskultasi

: peristaltik (+) meningkat

Perkusi

: timpani

Palpasi

: supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kembali lambat.

Ekstremitas : dalam batas normal Status gizi Secara klinis Nafsu makan

: menurun

Kepala

: rambut jagung (+), susah dicabut (+)

Mata

: edema palpebra(-/-), CA(-/-), cekung (+/+)

Mulut

: Mukosa basah (+) & pecah-pecah (-)

Ekstremitas

:

akral dingin -

- oedem

-

-

-

-

-

Status gizi secara klinis : gizi kesan kurang 16

Secara Antropometris BB

: 8 kg

Umur

: 2 tahun 6 bulan

TB

: 80 cm

BB

: 8 x 100% = 61,54% (z score < -3SD)

U TB

13 : 80 x 100% = 87,9 % (-3SD < z score < -2SD)

U BB

91 : 8 x 100% = 72,7 % (-3SD < z score < -2SD)

TB

11

Status gizi secara antropometri : gizi kurang Diagnosis : gizi kurang Manajemen : - Pemberian PMT berupa biskuit yang harus dikonsumsi setiap hari selama 90 hari. - Edukasi : Orang tua pasien diberikan informasi bahwa PMT hanya bersifat sebagai tambahan. Makanan utama tetap harus diberikan. Disarankan untuk memberikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering. Keluarga pasien juga diberikan informasi mengenai prinsip gizi seimbang. Ada 4 pilar gizi seimbang yaitu, makan makanan beraneka ragam sesuai kebutuhan mencakup karbohidrat, protein hewani, kacangkacangan, buah dan sayur. Orang tua pasien juga diberikan motivasi agar rutin membawa anaknya untuk ditimbang di posyandu, dan segera membawa anaknya ke puskesmas apabila ditemukan berat badan tidak naik selama 2 kali penimbangan berturut-turut, bawah garis merah, atau anak sakit. Tabel perkembangan kunjungan berikutnya : Hari/Tanggal 9 Desember

Subjektif Tidak ada

Objektif KU : tampak lemah

2014

keluhan

BB : 8,3kg

BB-TB rutin di

Tidak ada

TB : 80cm KU : baik

posyandu Pemantauan

14 Januari

Assesment Gizi kurang

Gizi kurang

Plan Pemantauan

17

2014

keluhan

BB : 8,6kg

BB-TB rutin di

TB : 80cm

posyandu

BAB V DISKUSI Dari data gizi Puskesmas Mulyoharjo tahun 2013 terdapat 7.363 anak balita di seluruh wilayah kerja Puskesmas. Sedangkan jumlah balita yang ditimbang hanya sebesar 47% yaitu 3.461 anak. Dari 47% balita yang ditimbang, didapatkan balita dengan gizi kurang sebesar 0,4% dan balita dengan gizi buruk sebesar 0,12%. Apabila melihat target pemantauan pertumbuhan balita untuk indikator balita yang datang dan ditimbang berdasarkan standar pelayanan minimal adalah sebesar 80%, maka angka 47% masih sangat jauh dari target. Dari data ini juga dapat diperkirakan masih banyak balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk yang tidak terdeteksi dan tidak mendapatkan penanganan. Dari berbagai faktor penyebab terjadinya gizi buruk di Indonesia, salah satu yang paling penting adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran dari keluarga khususnya 18

ibu tentang tumbuh kembang dan kebutuhan gizi anak. Masih ada keluarga yang tidak pernah membawa balitanya untuk ditimbang di posyandu dengan alasan malas. Perilaku yang seperti yang harus dicari jalan keluarnya agar semua balita bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dan bisa terpantau perkembangan dan pertumbuhannya. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan keluarga adalah dengan memberikan penyuluhan kepada kader dan masyarakat secara berkala, memberikan motivasi kepada setiap ibu yang datang ke posyandu untuk terus rutin menimbang balitanya, dan bila diperlukan dilakukan kegiatan kunjungan rumah kepada balita yang tidak pernah datang ke posyandu untuk skrining aktif. Kunjungan rumah juga bertujuan untuk menggali permasalahan yang dihadapi keluarga termasuk kepatuhan mengonsumsi makan tambahan yang telah diberikan, serta memberikan edukasi sesuai masalah yang dihadapi. Pada kasus balita yang diangkat dalam laporan ini, kunjungan rumah dilakukan sebanyak 3 kali. Kunjungan pertama dilakukan setelah mendapat laporan dari kader bahwa an. SM tidak pernah datang ke posyandu. Pada kunjungan ini dilakukan wawancara dan pemeriksaan fisik singkat, juga pemberian konseling mengenai kondisi anak saat ini, dan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk perbaikan gizi anak dan untuk menstimulasi tumbuh kembangnya. Pada kunjungan berikutnya berat badan anak sudah mengalami peningkatan. Kondisi fisiknya juga tampak lebih sehat, tidak rewel dan sudah mulai kuat berdiri. Dari wawancara ibu mengaku nafsu makan anak mulai membaik. Penanganan balita gizi kurang dan gizi buruk di Puskesmas Mulyoharjo sudah berjalan baik. Akan tetapi karena faktor sumber daya manusia yang terbatas, follow-up dengan kunjungan rumah kepada setiap balita gizi kurang atau gizi buruk tidak dapat rutin dilakukan. Disini peran kader dan bidan desa setempat menjadi sangat penting untuk membantu melakukan skrining dan memberikan motivasi kepada keluarga balita dengan gizi kurang/buruk.

19

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Gizi buruk masih menjadi masalah kesehatan yang utama di dunia. Menurut WHO lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk. Cakupan balita yang ditimbang di Puskesmas Mulyoharjo masih jauh dibawah target. Dengan demikian bisa dipastikan masih banyak balita gizi kurang maupun gizi buruk yang belum terdeteksi dan mendapatkan penanganan. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gizi buruk. Salah satunya adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran keluarga khususnya ibu mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak serta bagaimana langkah-langkah pemenuhan gizi seimbang. B. Saran 20

Untuk meningkatkan kesadaran keluarga mengenai tumbuh kembang dan gizi balita diperlukan peran pro-aktif dari tenaga kesehatan untuk terus memberikan informasi dan motivasi baik secara langsung kepada ibu atau keluarga balita yang bersangkutan, maupun dengan penyuluhan kepada kader desa. Selain itu juga diperlukan tambahan sumber daya manusia agar kegiatan pelacakan maupun follow-up dapat berjalan lancar dan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA Atmawkarta, Arum. 2007. Prevalensi Gizi Kurang Pada Balita sampai Tahun 2025. Pertemuan Pembahasan Dampak Pembangunan Kesehatan. Jakarta. Depkes

RI.

2013.

Riset

Kesehatan

Dasar

Diseminasi

Status

Gizi.

Website:

www.litbang.depkes.go.id Kementerian Kesehatan RI. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Direktorat Bina Gizi. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jakarta: Direktorat Bina Gizi.

21

Novitasari, Dewi. 2012. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk Pada Balita Yang Dirawat Di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang : FK UNDIP. Pudjiadi S. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Gaya Baru. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: EGC

22

Related Documents

Mini Project Gizi Buruk
January 2021 1
Mini Projek Gizi Buruk
January 2021 1
Referat Gizi Buruk
January 2021 1
Referat Gizi Buruk
February 2021 1
Patofisiologi Gizi Buruk
January 2021 1

More Documents from "Syamsiah Anwar"

Mini Project Gizi Buruk
January 2021 1