Loading documents preview...
Hubungan Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi dengan Kejadian Hipertensi pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Periode September - Desember 2018
Oleh : dr. Maya Diana S dr. Eldora Dia Donella dr. Trissia Adella dr. Chintia Citra dr. Miarosalia dr. Rizki Rahmadani dr. Familia Barpa Agesti
Pembimbing : dr. Efio Lasyera
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Latar Belakang Faktor Risiko hipertensi
Latar Belakang
Rumusan masalah Bagaimana hubungan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam Periode September - Desember 2018?
Tujuan penelitian
Manfaat penelitian
BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
Puskesmas tanah garam
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
hipertensi
Klasifikasi hipertensi
Epidemiologi hipertensi di indonesia
• Kriteria JNC VII hanya berlaku untuk umur ≥18 tahun, maka prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah dihitung hanya pada penduduk umur ≥18 tahun (Riskesdas, 2013).
Faktor risiko hipertensi
Faktor risiko hipertensi
Patofisiologi
Diagnosis
Algoritma penanganan hipertensi berdasarkan JNC VIII
Obat Antihipertensi yang Direkomendasikan JNC-8
Obat Antihipertensi yang Direkomendasikan JNC-8
Komplikasi hipertensi •
Stroke Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non-otak yang terpajan tekanan tinggi.
•
Kardiovaskular Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami arterosklerosis atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah yang melalui pembuluh darah tersebut, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup.
•
Ginjal Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapilerkepiler ginjal dan glomerolus
•
Retinopati Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan
BAB IV KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
KERANGKA KONSEP
Variabel Independen
Variabel Dependen
DEFINISI OPERASIONAL No
Variabel
1.
Hipertensi Hipertensi meningkatnya tekanan darah melebihi nilai normal dimana tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Tekanan darah dihitung berdasarkan pengukuran menggunakan tensimeter dan dikategorikan : - Hipertensi - Tidak Hipertensi
2.
Konsumsi garam Konsumsi garam diketahui melalui kuisioner dengan nilai ukur: - Sering, jika konsumsi garam ≥ 1 sendok teh perhari. - Sedang, jika konsumsi garam < 1 sendok teh perhari. Satu sendok teh garam mengandung 2000 miligram natrium/sodium atau 5 gram garam, sedangkan batas konsumsi garam yang disarankan perorang perhari adalah 2000 miligram natrium.
Unit
Skala Pengukuran
mmHg
Nominal
Rasio
DEFINISI OPERASIONAL No
3.
Variabel
Konsumsi lemak Konsumsi lemak diketahui melalui kuisioner dengan nilai ukur: - Sering, jika setiap hari mengkonsumsi makanan berlemak dan/atau gorengan. - Sedang, jika 1-2 kali dalam seminggu mengkonsumsi makanan berlemak dan/atau gorengan.
Unit
Skala Pengukuran
Rasio
Batas konsumsi lemak yang disarankan perorang perhari adalah 67 gram (5 sendok makan minyak) 4.
Kebiasaan Merokok Kebiasaan merokok diketahui melalui kuisioner dengan nilai ukur: - Perokok : aktif dan pasif - Bukan perokok
Rasio
DEFINISI OPERASIONAL No
Variabel
5.
Obesitas Obesitas diperoleh dari hasil perhitungan berat badan dalam kilogram (kg) dibagi kuadrat dari tinggi badan dalam meter (m). IMT = BB (kg) /TB2 (m2). - Dikategorikan obesitas jika hasil dari perhitungan IMT tersebut ≥25 kg/m2 - Dikategorikan tidak obesitas jika hasil dari perhitungan IMT tersebut <25 kg/m2
6.
Konsumsi garam Berolahraga Aktivitas olahraga responden diukur melalui kuisioner dengan nilai ukur: - Olahraga, jika melakukan olahraga tertentu seminggu 3 kali dengan waktu sekitar 30 menit. - Tidak olahraga
Unit
Skala Pengukuran
kg/m2
Nominal
Rasio
Hipotesis penelitian Hipotesis Mayor Terdapat hubungan faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu konsumsi garam, konsumsi lemak, merokok, obesitas, dan kurangnya olahraga dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam periode September-Desember 2018.
Hipotesis Minor Kebiasaan mengkonsumsi garam merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Kebiasaan mengkonsumsi mengkonsumsi lemak jenuh merupakan faktor risiko terjadinya hiper tensi. Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Kurangnya olahraga merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi.
BAB V METODE PENELITIAN
Populasi
Jenis Penelitian
Lokasi & Waktu
Kriteria Sampel Penelitian
Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumu s besar sampel sebagai berikut :
Keterangan: n : Besar sampel Zα : Tingkat kepercayaan α = 5% (1,96) Zβ : Presisi 80% (0,842)
P1 : Proporsi terpapar pada kelompok kasus P2 : Proporsi terpapar pada kelompok kontrol yang diketahui P = ½ x (P1 + P2) Q1 = 1 - P1 Q2 = 1 - P2 Q =1–P
Contoh perhitungan besar sampel untuk faktor risiko kurangnya olahraga :
• Berdasarkan perhitungan, maka penelitian ini mengambil samp el sebanyak 53 responden sebagai kasus dan 53 responden sebagai k ontrol. Sehingga total sampel yang diperoleh adalah 106 responden.
Data Cakupan Kunjungan Pasien Hipertensi di Puskesmas Tanah Garam Tahun 2018 No.
Bulan
Jumlah (orang)
1.
Januari
50
2.
Februari
3.
Maret
4.
April
5.
Mei
6.
Juni
Jumlah
267
Pengumpulan, Pengolahan, & Analisis Data
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia terbanyak penderita hipertensi yang berobat di Puskesmas Tanah Garam Kota Solok adalah usia < 60 tahun (50,9%). Menurut literatur, insiden hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Hal ini disebabkan karena menurunnya keelastisan pembuluh darah. Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif, dengan bertambahnya umur maka tekanan darah juga akan meningkat yang disebabkan beberapa perubahan fisiologis.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penderita hipertensi pada perempuan lebih banyak dibandingkan pada laki-laki (52,8%) yang berobat ke Puskesmas Tanah Garam. Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan. Namun, setelah memasuki usia menopause prevalensi hipertensi pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang diakibatkan oleh faktor hormonal.
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan pasien hipertensi terbanyak adalah tamat SMA (37,7%).Tingkat pendidikan mempengaruhi cara berpikir dan pemahaman seseorang. Keberhasilan dalam pengobatan pasien hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kepatuhan dalam mengkonsumsi obat antihipertensi.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Hipertensi dalam Keluarga
Sebagian besar penderita hipertensi tidak memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga (52,8%). Adanya faktor genetik pada keluarga akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar natrium intraseluler. Penelitian yang dilakukan Sugiharto (2007), menemukan bahwa risiko hipertensi pada pasien yang mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga lebih tinggi 4,04 kali dibandingkan pasien yang tidak memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga.
Analisis Hubungan Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi dengan Kejadian Hipertensi
1. Kebiasaan Konsumsi Garam Tidak
Konsumsi
Hipertensi
Garam
N (%)
Sering
29 (54.7%)
23 (43.4%)
24 (45.3%)
30 (56.6%)
Sedang
Hipertensi
p
OR
0,331
1,576
95% CI
N (%)
0,732 3,392
Jumlah
53 (100%)
53 (100%)
Kebiasaan konsumsi garam tidak signifikan sebagai faktor risiko yang dapat dimodifikasi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggara dan Nanang (2013), menyatakan bahwa kejadian hipertensi lebih banyak diderita oleh seseorang yang asupan natriumnya sering sebesar 61,3% daripada seseorang yang asupan natriumnya tidak sering sebesar 9,1%. Pengaruh asupan natrium terhadap hipertensi melalui peningkatan volume darah, curah jantung, dan tekanan darah..
2. Kebiasaan konsumsi lemak Tidak Konsumsi
Hipertensi
Lemak
N (%)
Sering
27 (50,9%)
15 (28,3%)
26 (49,1%)
38 (71,7%)
53 (100%)
53 (100%)
Hipertensi
p
N (%)
Sedang
Jumlah
OR
0,029*
95% CI
4,63
2,177-
1
6,881
Faktor risiko konsumsi lemak yang sering terbukti merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiharto (2007), menyatakan bahwa kebiasaan sering mengkonsumsi lemak jenuh yaitu ≥ 3 kali dalam seminggu terbukti sebagai faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian hipertensi sebesar 7,72 kali dibandingkan orang yang tidak biasa mengkonsumsi lemak jenuh. Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.
3. Kebiasaan merokok Status
Meroko
Hipertensi
Tidak Hipertensi
N (%)
N (%)
30 (56,6%)
18 (34,0%)
23 (43,4%)
35 (66,0%)
53 (100%)
53 (100%)
P
OR
95% CI
2,53
1,155-
6
5,568
k Perokok
Bukan Perokok
Jumlah
0,032*
Responden dengan kebiasaan merokok memiliki risiko terkena hipertensi 2,536 kali lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang tidak merokok. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyanda, Delmi, dan Yuniar (2015) didapatkan adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi (p = 0,003) yaitu dipengaruhi oleh lama merokok dan jenis rokok, tapi tidak terdapat hubungan anatara jumlah rokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 35-65 tahun di kota Padang. Merokok dapat menyebabkan hipertensi akibat zat-zat kimia yang terkandung di dalam tembakau yang dapat merusak lapisan dalam dinding arteri, sehingga arteri lebih rentan terjadi penumpukan plak (arterosklerosis). Hal ini terutama disebabkan oleh nikotin yang dapat merangsang sistem saraf simpatis.
4. Kebiasaan olahraga Olahraga
Hipertensi N (%)
Tidak Hipertensi
P
OR
0,346
0,570
95% CI
N (%) Olahraga
9 (17,0%)
14 (26,4%)
Tidak
44 (83,0%)
39 (73,6%)
Olahraga
0,2221,461
Jumlah
53 (100%)
53 (100%)
Kebiasaan olahraga tidak signifikan sebagai faktor risiko yang dapat dimodifikasi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggara dan Nanang (2013), menyatakan bahwa olahraga tidak teratur memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian hipertensi, dengan (p = 0,000; OR = 44,1; 95% CI = 8,85 – 219,74), berarti orang yang tidak teratur berolahraga memiliki risiko terkena hipertensi sebesar 44,1 kali dibandingkan dengan orang yang memiliki kebiasaan olahraga teratur. Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi
5. Status obesitas Tidak Hipertensi IMT
N (%)
Hipertensi
p
N (%)
Obese
12 (22,6%)
16 (30,2%)
Tidak
41 (77,4%)
37 (69,8%) 0,509
Obese Jumlah
53 (100%)
OR
95% CI
0,67
0,283-
7
1,616
53 (100%)
Indeks massa tubuh ( IMT) yang tergolong obesitas yaitu IMT ≥ 25 tidak terbukti merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi pada penelitian ini. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiharto (2007) yang menyatakan individu dengan obesitas (IMT ≥ 25) berisiko terkena hipertensi sebesar 4,02 kali dibandingkan individu yang tidak obesitas. Menurut beberapa pakar makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air (Yogiantoro, 2006).
Hasil uji regresi logistik berganda dengan metode Backward Stepwise (Likehood Ratio) pada variabel yang berhubungan dengan kondisi tekanan darah 95% CI Variabel Step 1
Konsumsi lemak
p
Exp(B) Lower
Upper
0,526
1,728
0,318
9,379
0,687
1,428
0,252
8,082
Konsumsi garam
0,314
1,518
0,674
3,418
Olahraga
0,083
0,490
0,219
1,098
Obesitas
0,253
0,638
0,295
1,379
Konsumsi lemak
0,022
2,365
1,132
4,938
0,273
1,563
0,704
3,472
Olahraga
0,086
0,494
0,221
1,104
Obesitas
0,247
0,634
0,294
1,371
Konsumsi lemak
0,008
2,627
1,291
5,345
0,138
0,562
0,262
1,203
Obesitas
0,405
0,739
0,363
1,506
Konsumsi lemak
0,011
2,384
1,216
4,675
0,014
0,462
0,250
0,856
Kebiasaan merokok
Step 2
Kebiasaan merokok
Step 3
Kebiasaan merokok
Step 4
Kebiasaan merokok
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : • • • • •
Jumlah penderita hipertensi di wilayah Tanah Garam lebih banyak dibandingkan Sinapa Piliang, dan VI Suku yaitu berjumlah 23 orang (43,4%). Usia terbanyak penderita hipertensi yang berobat di Puskesmas Tanah Garam adalah usia <60 tahun (50,9%). Jumlah penderita hipertensi pada perempuan lebih banyak dibandingkan pada laki-laki (52,8%) yang berobat ke Puskesmas Tanah Garam. Tingkat pendidikan pasien hipertensi terbanyak adalah tamat SMA (37,7%). Sebagian besar penderita hipertensi tidak memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga (52,8%).
Kesimpulan Faktor-faktor yang dapat dimodifikasi yang terbukti merupakan faktor risiko hipertensi dalam penelitian ini adalah : • Faktor risiko konsumsi lemak yang sering terbukti merupakan faktor risiko terjadinya hiperte nsi dengan hasil analisis bivariat untuk nilai p = 0,029; OR = 4,631; dan 95% CI = 2,177-6,881. • Faktor risko merokok juga terbukti merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Berdasarka n analisis bivariate dengan uji chi square didapatkan nilai p = 0,032; OR = 2,536; dan 95% CI = 1,155-5,568. Faktor-faktor yang dapat dimodifikasi yang tidak terbukti merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi dalam penelitian ini adalah : • Kebiasaan konsumsi garam yang berlebih. • Kebiasaan tidak berolahraga. • Faktor risiko indeks massa tubuh ( IMT) yang tergolong obesitas yaitu IMT ≥ 25.
saran
Saran bagi masyarakat
dokumentasi
Terima kasih