Miopia

  • Uploaded by: uumi antari
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Miopia as PDF for free.

More details

  • Words: 3,121
  • Pages: 17
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Miopia adalah suatu kelainan refraksi di mana sinar cahaya paralel yang memasuki mata secara keseluruhan dibawa menuju fokus di depan retina. Miopia, yang umum disebut sebagai kabur jauh / terang dekat (shortsightedness), merupakan salah satu dari lima besar penyebab kebutaan di seluruh dunia. Dikatakan bahwa pada penderita miopia, tekanan intraokular mempunyai keterkaitan yang cenderung meninggi pada tingkat keparahan miopia. Prevalensi miopia bervariasi berdasar negara dan kelompok etnis, hingga mencapai 70-90% di beberapa negara Asia.Di Jepang diperkirakan lebih dari satu juta penduduk mengalami gangguan penglihatan yang terkait dengan miopia tinggi.Berdasar bukti epidemiologis, prevalensi miopia terus meningkat khususnya pada penduduk Asia.Selain pengaruh gangguan penglihatan, juga membebani secara ekonomi.Sebagai contoh di Amerika Serikat, biaya terapi miopia mencapai sekitar $ 250 juta per tahun.Di saat prevalensi miopia simpel meningkat, insidens miopia patologis turut meningkat.Karena tidak ada terapi yang dapat membalikkan perubahan struktural pada miopia patologis, pencegahan miopia telah lama menjadi tujuan dari penelitian para ahli.Pengertian terhadap mekanisme dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mata merupakan prasyarat mengembangkan strategi terapi yang ada.

B. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi, pengkajian ,diagnosa, intervensi dari miopia. 1

C. Manfaat penulisan Manfaat penulisan ini adalah sebagai pengetahuan baru bagi mahasiswa/i, dan sebagai literatur yang dapat digunakan oleh mahasiswa/i.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Miopia Miopia (nearsightedness) adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar masuk ke bola mata tanpa akomodasi akan dibiaskan di depan retina. Sehingga untuk meletakkan bayangan di retina maka titik terjauh harus lebih dekat ke bola mata dibandingkan dengan orang normal. Untuk mengoreksinya dengan lensa sferis negatif terkecil (American Academy of Ophthalmology,20092010 (diakses pada hari sabtu,31-10-2015 di http://repository.usu.ac.id))

B. Etiologi Miopia Pada dasarnya miopia terjadi oleh karena pertambahan panjang aksis bola mata tanpa diikuti oleh perubahan pada komponen refraksi yang lain. Begitu juga

2

perubahan kekuatan refraksi kornea, lensa dan aquos humor akan menimbulkan miopia bila tidak dikompensasi oleh perubahan panjang aksis bola mata. Beberapa hal yang dikaitkan atau diperkirakan sebagai etiologi miopia adalah: 1. Herediter 2. Penyakit sistemik 3. Kelainan endokrin 4. Malnutrisi, defisiensi vitamin mineral tertentu 5. Penyakit mata 6. Gangguan pertumbuhan 7. Lingkungan (iluminasi) 8. Kerja dekat yang berlebihan 9. Pemakaian kaca mata yang tidak sesuai 10. Sikap tubuh yang tidak sesuai. C. Patofisiologi Miopia Kata miopia sendiri sebenarnya baru dikenal pada sekitar abad ke 2, yang mana terbentuk dari dua kata meyn yang berarti menutup, dan ops yang berarti mata. Ini memang menyiratkan salah satu ciri – ciri penderita miopia yang suka menyipitkan matanya ketika melihat sesuatu yang baginya tampak kurang jelas, karena dengan cara ini akan terbentuk debth of focus di dalam bola mata sehingga titik fokus yang tadinya berada di depan retina, akan bergeser ke belakang mendekati retina. Sebenarnya, miopia juga dapat dikatakan merupakan keadaan di mana panjang fokus media refrakta lebih pendek dari sumbu orbita (mudahnya, panjang aksial bola mata jika diukur dari kornea hingga makula lutea di retina). Berdasarkan pengertian ini, maka dikenal dua jenis miopia, yaitu: 1. Miopia aksial Adalah miopia yang disebabkan oleh sumbu orbita yang lebih panjang dibandingkan panjang fokus media refrakta. Dalam hal ini, panjang fokus media refrakta adalah normal (± 22,6 mm) sedangkan panjang sumbu orbita > 22,6 mm. 2. Miopia refraktif Adalah bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. 3

Pada penderita miopia, sinar yang datang menuju mata dbiaskan dengan tidak tepat sehingga menghasilkan bayangan yang tidak tepat pula. Penderita yang memiliki bola mata yang terlalu panjang atau kornea yang terlalu melengkung menyebabkan sinar yang masuk ke mata dibiaskan tidak tepat pada retina (di depan retina) sehingga menyebabkan penglihatan penderita menjadi

kabur. Kadang-kadang keadaan miopia

pada penderita dapat menetap (stasioner) namun dapat pula memburuk seiring bertambahnya usia penderita.

D. Manifestasi klinis Miopia Penderita miopia yang dikatakan sebagai rabun jauh akan mengatakan penglihatannya kabur untuk melihat jauh dan hanya jelas pada jarak tertentu atau dekat. Seseorang dengan miopia selalu ingin melihat dekat dengan mendekatkan benda yang dilihat pada mata. Pasien dengan miopia lebih dari -3.00 dioptri tidak akan melihat baik pada pekerjaannya bila tidak menggunakan kacamata. Pasien dengan ukuran lebih dari -4.00 dioptri akan terganggu dalam pekerjaannya untuk melihat jauh. Pasien dengan miopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit. Seseorang miopia mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya bila ia melihat jauh untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil) sehingga dapat melihat jelas. Apabila terdapat miopia pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata yang lain, dapat terjadi ambliopia pada mata yang miopianya lebih tinggi. Penglihatan yang baik harus jernih dan bayangan terfokus pada kedua mata. Bila bayangan kabur pada satu mata, atau bayangan tersebut tidak sama pada kedua mata, maka jarak penglihatan tidak dapat berkembang dengan baik, bahkan dapat memburuk.

4

Bila hal ini terjadi, otak akan “mematikan” mata yang tidak fokus dan penderita akan bergantung pada satu mata untuk melihat. Beratnya ambliopia berhubungan

dengan

lamanya

mengalami

kurangnya

rangsangan

untuk

perkembangan penglihatan makula.Mata ambliopia yang menggulir ke temporal disebut strabismus divergen (eksotropia). Pasien miopia mempunyai pungtum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling ke dalam atau esoptropia. Penderita miopia menyenangi membaca, apakah hal ini disebabkan kemudahan untuk membaca dekat tidak diketahui dengan pasti. Gejala subyektif : a. Kabur bila melihat jauh. b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat c. Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi), astenovergens. Gejala obyektif : 1. Miopia simpleks a. Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol. b. Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai cresen miopia (myopia crescent) yang ringan di sekitar papil saraf optik. 2. Miopia patologik a. Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks b. Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada: a) Badan kaca: dapat ditemukan kekeruhan berupa perdarahan atau degenerasi yang terlihat sebagai

5

floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia. b) Papil saraf optik: terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh lingkaran papil, sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur. c) Makula: berupa pigmentasi di daerah retina, kadangkadang ditemukan perdarahan subretina pada daerah makula. d) Retina bagian perifer: berupa degenerasi sel retina bagian perifer. e) Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat penipisan retina ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid. E. Penatalaksanaan Miopia Penderita miopia dapat dikoreksi dengan menggunakan kacamata, lensa kontak atau melalui operasi. Terapi terbaik pada miopia adalah dengan penggunaan kacamata atau lensa kontak yang akan mengkompensasi panjangnya bola mata dan akan memfokuskan sinar yang masuk jatuh tepat di retina. 1. Kaca mata Kacamata merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk memperbaiki kelainan refraksi mata.Dalam hal ini fungsi dari kacamata adalah mengatur supaya bayangan benda yang tidak dapat dilihat dengan jelas oleh mata menjadi jatuh tepat di titik jauh mata (pada penderita 6

miopia). Selain itu, penggunaan kacamata memiliki salah satu kelebihan dimana dapat memperbaiki keadaan mata miopi meskipun kedua mata penderita memiliki perbedaan ukuran minus (sebagai contoh mata kanan -5,00 D, mata kiri -3,00 D), dalam hal ini pembuatan lensa negatif dapat disesuaikan sehingga penderita dapat melihat lebih jelas. Terdapat keuntungan dan kerugian memakai kacamata pada mata dengan miopia. a. Keuntungan a) Memberikan perbaikan penglihatan dengan mengoreksi bayangan pada miopia. b) Memundurkan bayangan ke retina. c) Mencegah munculnya pterigium yang biasanya diakibatkan olehpaparan sinar matahari dan iritasi kronik dari lingkungan (udara, angin, debu) yang dapat menimbulkan gangguan penglihatan. b. Kerugian a) Walaupun kacamata memberikan perbaikan penglihatan, berat kacamata akan bertambah bila kekuatan lensa bertambah, selain juga menganggu penampilan. b) Tepi gagang disertai tebalnya lensa akan mengurangi lapang pandang penglihatan tepi. c) Kacamata tidak selalu bersih. d) Pemakaian kacamata dengan lensa positif/negatif yang berat, akan melihat benda menjadi lebih besar/kecil. e) Terasa ada yang mengganjal di dekat hidung dan telinga sehingga tidak nyaman. f) Mengganggu aktivitas. Bila berada dalam lingkungan yang panas, kaca sering berembun atau terkena keringat. 2. Lensa kontak Penggunaan lensa kontak merupakan pilihan kedua pada terapi miopia. Lensa kontak merupakan lengkungan yang sangat tipis terbuat dari plastik yang dipakai langsung di mata di depan kornea. Meski terkadang ada rasa

7

tidak nyaman pada awal pemakaian tetapi kebanyakan orang akan cepat membiasakan diriterhadap pemakaian lensa kontak. Kelebihan dan kekurangan dalam memakai lensa kontak adalah : a. Kelebihan a) Pada kelainan refraksi yang berat, penglihatan melalui lensa kontak praktis tidak berubah (seperti penglihatan mata normal). b) Dengan lensa kontak, luas lapang pandangan tidak berubah. c) Pada anisometropia (perbedaan refraksi, mata kanan dan kiri yang melebihi 2.5 – 3 D), besarnya gambaran penglihatan mata kanan – kiri dengan lensa kontak kurang lebih sama. d) Dapat digunakan untuk tujuan kosmetik yaitu pada miopia tinggi yang memerlukan kaca mata berlensa tebal. b. Kekurangan a) Mata lebih mudah kena infeksi, apabila pemakainya kurang mengindahkan kebersihan atau bila lingkungan sekitarnya kurang bersih. b) Lebih mudah terjadi erosi kornea, terutama bila lensa kontak dipakai terlalu lama, atau dipakai tidak teratur. c) Pemakaian lensa kontak, hendaknya didasarkan atas alasanalasan medik saja. Lengkungan belakang lensa kontak (lengkung dasar, base curve) hendaknya sesuai dengan lengkungan kornea. Oleh karena itu pemeriksaan dengan keratometer untuk memeriksa lengkung kornea adalah penting.

3. Bedah pada miopia

8

Adalah tidak mungkin untuk memendekkan bola mata pada miopia.Pada keadaan tertentu miopia dapat diatasi dengan pembedahan pada kornea. Pada saat ini telah terdapat berbagai cara pembedahan pada miopia seperti keratotomi radial, keratektomi fotorefraktif, dan

laser

asisted in situ interlamelar keratomilieusis (LASIK). a. Keratotomi radial Pada keratotomi radier dilakukan sayatan radier pada permukaan kornea sehingga berbentuk jari-jari roda.Bagian sentral kornea tidak disayat. Bagian kornea yang disayat akan menonjol sehingga bagian tengah kornea menjadi rata. Ratanya kornea bagian tengah akan memberikan suatu pengurangan kekuatan bias kornea sehingga dapat mengganti lensa kaca mata negatif. Keratotomi radial bermanfaat untuk memperbaiki miopia -2.00 hingga -6.00 Dioptri dan astigmat ringan. Efek samping yang terjadi pada RK adalah : a) Penglihatan yang tidak stabil b) Koreksi lebih atau kurang b. Keratotekmi fotorefraktif Merupakan cara yang mempergunakan sinar excimer untuk membentuk permukaan kornea. Sinar pada excimer akan memecah molekul sel kornea. Akibat lamanya sinar akan memberikan suatu pemecahan sejumlah molekul sel permukaan kornea.

Keuntungan dan kerugian sinar excimer antara lain : a) Keuntungan Luka sayatan yang dihasilkan laser

excimer

sangat kecil yaitu 0,54 mm dan proses operasi hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk kedua mata. b) Kerugian 9

Mahalnya alat dan mempunyai efek samping sepert eritema (kemerahan), hiperpigmentasi dan erosi (luka).Dalam kebanyakan kasus hal ini dapat ditoleransi dengan baik dan tidak perlu menghentikan perlakuan. c. Laser asisted in situ interlamelar keratomilieusis (LASIK) LASIK merupakan metode terbaru di dalam operasi mata.LASIK direkomendasikan untuk miopia dengan derajat sedang sampai berat.Pada LASIK digunakan laser dan alat pemotong yang dinamakan mikrokeratome untuk memotong flap secara sirkular pada kornea. Flap yang telah dibuat dibukasehingga terlihat lapisan dalam dari kornea. Kornea diperbaiki dengan sinar laser untuk mengubah bentuk dan fokusnya, setelah itu flap ditutup kembali. Syarat untuk dilakukan LASIK : a) Umur telah lebih dari 18 tahun b) Tidak mempunyai riwayat penyakit auto imun c) Tidak sedang menyusui atau sedang hamil d) Kacamata telah stabil ukurannya d. Miopia diperbaiki tanpa pembedahan Ada beberapa cara yang diduga dapat mengatasi miopia tanpa tindakan pembedahan yang masih perlu mendapatkan pembuktian. Dikenal cara orthokeratology (ortho = pendek, kerato). Dengan meletakkan lensa kontak keras dan gas permiable pada permukaan kornea dapat dirubah atau ditekan permukaan kornea sehingga rata yang akan mengurangkan miopia mata. Orthokeratology efektif untuk miopia ringan sampai 2 dioptri.Untuk mencegah kambuh maka pemakaian dapat dicoba sendiri oleh pasien. F. Komplikasi Miopia Komplikasi yang dapat timbul pada penderita miopia antara lain ablasi retina dan strabismus esotropia. Ablasi retina terjadi karena pada miopia tinggi terbentuk 10

stafiloma sklera posterior yang terletak dipolus posterior, maka retina harus meliputi permukaan yang lebih luas sehingga teregang dan menimbulkan undus tigroid.Akibat regangan mungkin dapat menyebabkan ruptura dari pembuluh darah retina dan mengakibatkan perdarahan yang dapat masuk kedalam badan kaca, mungkin juga terjadi ablasi retina akibat timbulnya robekan karena tarikan. Strabismus esotropia terjadi karena pada pasien miopia memiliki pungtum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau kedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esotropia. Bila terdapat juling keluar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.

G. Pengkajian 1. Pengkajian fisik 1) Ketajaman penglihatan Di lakukan dikamar yang tidak terlalu terang dengan kartu snellen. a. Pasien duduk dengan jarak 6meter dari kartu snellen dengan 1 mata ditutup b. Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu, mulai dari baris paling atas kebawah dan tentukan baris terakhir yang masih dapat dibca seluruhnya dengan benar. Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas atau (terbesar) maka dilakukan uji hitung jari dari jarak 6meter. Jika pasien tidak dapat menghitung jari dari 6meter, maka jarak dapat dikurangi satu meter, sampai maksimal jarak penguji dengan pasien 1meter. Jika pasien tetap tidak bisa melihat, dilakukan uji lambaian tangan , dilakukan uji dengan arah sinar.

11

Jika penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar, maka dikatakan penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta total. Penilaian: Tajam penglihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca seluruh huruf dengan kartu snellen dengan benar. Bila baris yang dapat dibaca seluruhnya bertanda tiga puluh maka dikatakan tajam penglihatan 6/30. Berarti ia hanya dapat melihat dengan jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 30 meter. Bila dalam uji hitung jari pasien, pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada 3 meter, maka dinyatakan tajam penglihatan 3/60. Jari terpisah dapat dilihat orang normal pada jarak 60 meter orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatan 1/300. Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja, tidak dapat melihat lambaian tangan, maka dikatan sebagai 1 per minus. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak terhingga. 2. Pengkajian pergerakan mata a. Uji menutup, salah satu mata pasien ditutup dengan karton atau tangan pemeriksa dan pasien diminta memfokuskan mata yang tidak tertutup pada satu benda diam sementara mata yang ditutup karton atau tangan tetap terbuka. Kemudian karton atau tangan disingkirkan tiba-tiba dan akan nampak gerakan abnormal mata bila mata, saat ditutup bergeser kesisi temporal akan kembali ketitik semula ketika penutup dibuka. Sebaliknya, bila bergeser 12

kesisi nasal fenomena sebaliknya akan terjadi. Kecendrungan mata untuk bergeser, ketika ditutup kesisi temporal dinamakan eksoforia kecendrungan mata untuk bergeser kesisi nasal disebut esoforia. b. Lirikan terkoordinasi, benda digerakkan kelateral kedua sisi sepanjang sumbu horizontal dan kemudian sepanjang sumbu oblik masing-masing membentuk sumbu 60® dengan sumbu horizontal tiap posisi cardinal lirikan menggambarkan fungsi salah satu dari ke enam otot ekstraokuler yang melekat pada tiap mata. Bila terjadi diplopia (pandangan ganda) selama transisi dari salah satu posisi cardinal dilirikan, pemeriksa dapat mengetahui adanya salah satu lebih otot ekstraokuler yang gagal untuk berfungsi dengan benar. Keadaan ini biasanya juga terjadi bila salah satu mata gagal bergerak bersama dengan yang lain. 3. Pengkajian lapang pandang Pemeriksa dan pasien duduk dnegan jarak satu sampai dua kaki saling berhadapan. Pasien diminta menutup salah satu mata dengan karton tanpa menekan sementara ia harus memandang hidung pemeriksa. Sebaliknya pemeriksa juga menutup salah satu matanya sebgai pembanding. Bila pasien menutup mata kirinya misal pemeriksa menutup mata kanannya. Pasien diminta tetap melirik pada hidung pemeriksa dan menghitung jumlah jari yang ada dimedan superior dan inferior lirikan temporal dan nasal. Jari pemeriksa digerakkan dari posisi luar terjauh ketengah dalam bidang vertikal horizontal dan oblik. Medan nasal, temporal,superior, dan inferior dikaji dengan memasukan benda dalam penglihatan dari berbagai titik ferifer. Pada setiap menuver pasien memberi informasi kepada pemeriksa saat ketika benda mulai dapat terlihat sementara arah lirikannya kedepan. a. Pemeriksaan fisik mata 1. Kelopak mata, harus tereletak merata pada permukaan mata 13

2. Buku mata, posisi dan distribusinya 3. Sistem lakrimal, struktur dan fungsi pembentukan dan drainase air mata 4. Pemeriksaan mata anterior, sclera dan konjungtiva bulbaris di inspeksi secara bersama 5. Pemeriksaan kornea, normalnya kornea tampak halus dengan pantulan cahaya seperti cermin, terang, simetris, dan tunggal H. Diagnosa Diagnosa yang akan didapatkan setelah melakukan pengkajian, sebagai berikut: 1. Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/gangguan status organ indera 2. Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan ( nyeripada kepala, kelelahan pada mata) 3. Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi,prognosis dan pengobatan.

I. Intervensi Intervensi yang akan dilakukan sesuai dengan diagnosis yang ada, sebagai berikut: 1. Dx : Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/gangguan status organ indera 1) Kaji derajat dan durasi ganguan visual Rasional: meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien 2) Orientasikan klien pada lingkungan yang baru Rasional: memberikan peningkatan kenyamanan, kekeluargaan serta kepercayaan klien-perawat. 3) Dorong klien mengekspresikan perasaan tentang gangguan penglihatan Rasional: meningkatkan

kepercayaan

klien-perawat

dan

penerimaan diri 4) Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani gangguan penglihatannya

14

Rasional: menurunkan kemungkinan bahaya yang akan terjadi sehubungan dengan gangguan penglihatan 2. Dx: Ansietas/ketakutan

berhubungan dengan

perubahan status

kesehatan ( nyeripada kepala, kelelahan pada mata) 1) Orientasikan klien pada lingkugan yang baru Rasional: membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan 2) Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya Rasional: memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya dan mengurangi asietas 3) Beritahu klien tentang tindakan pengobatan yang akan dilakukan Rasional : mengurangi ansietas klien 3. Dx: Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatan. 1) Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis dan pengobatan Rasional : meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien. 2) Beritahu klien tentang perjalanan penakitnya serta pengobatan yang akan dilakukan Rasional : memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya 3) Anjurkan klien menghindari membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur, menonton tv dengan jarak terlalu dekat. Rasional: membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur, menonton

tv

dengan

jarak

terlalu

dekat

mengakibatkan kelelahan pada mata. J. Evaluasi Evaluasi yang diharapkan seletah melakukan intervensi adalah : 1. Menyatakan penerimaan diri berhubungan dengan perubahan sensori 2. Mampu memakai metode koping untuk menghilang ansietas 3. Menyatakan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan pengobatan.

15

dapat

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Miopia adalah suatu kelainan refraksi di mana sinar cahaya paralel yang memasuki mata secara keseluruhan dibawa menuju fokus di depan retina. Miopia, yang umum disebut sebagai kabur jauh / terang dekat (shortsightedness), merupakan salah satu dari lima besar penyebab kebutaan di seluruh dunia.Pada dasarnya miopia terjadi oleh karena pertambahan panjang aksis bola mata tanpa diikuti oleh perubahan pada komponen refraksi yang lain. Begitu juga perubahan kekuatan refraksi kornea, lensa dan aquos humor akan menimbulkan miopia bila tidak dikompensasi oleh perubahan panjang aksis bola mata.

16

DAFTAR PUSTAKA http://digilib.unimus.ac.id http://repository.usu.ac.id

17

Related Documents

Miopia
January 2021 2

More Documents from "uumi antari"

Asuhan Keperawatan Miopi
January 2021 0
Miopia
January 2021 2
Sap Bph Baru.doc
February 2021 0