Loading documents preview...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Praktikum Teknologi Dan Formulasi Sediaan Liquid Dan Semi Solid Diah Permata Sari, M.Farm, Apt
DI SUSUN OLEH :
Adelia Putri Hermayanti NIM
: 191040400263
Kelas
: 02 Fare 005
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA PERSADA D3 FARMASI 2020
SEDIAAN MIXTURA
I.
Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa dapat Membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan solutio untuk penggunaan obat luar dan dalam sesuai dengan formula. 2. Mengetahui cara pembuatan solutio yang cocok dan mudah digunakan. 3. Menentukan formula dari basis solution yang cocok untuk pembuatan solution.
II.
Dasar Teori 1. Definisi Mixtura Mixtura adalah larutan yang didalamnya terdapat lebih dari satu macam za t yang dapat berupa campuran cairan dengan zat padat, cairan dengan cair an, ataupun cairan dengan ekstrak kental. Mixtura dapat berupa obat dala m maupun obat luar contoh : OBH, Benadryl sirup dan Kalpanax (obat lua r). Hal yang diperhatikan dalam pembuatan larutan : a.
Kelarutan zat aktif harus jelas dan bisa larut
b.
Kestabilan zat aktif dalam larutan/pelarut maupun kosolven harus baik
c.
Dosis takaran tepat
d.
Penyimpanan yang sesuai
Syarat sediaan mixtura yang baik 1.
Harus homogen
2.
Tidak boleh ada endapan
Keuntungan Sediaan Cair : 1.
Cocok untuk pasien yang sukar menelan tablet.
2.
Absorpsi obat lebih cepat di bandingkan dengan sediaan oral lain. Ur utan kecepatan absorpsinya larutan > emulsi > suspensi.
3.
Homogenitas lebih terjamin.
4.
Dosis/takaran dapat di sesuaikan.
5.
Dosis obat lebih seragam dibandingkan sediaan semi padat. Untuk emulsi
dan suspense keseragaman dosis tergantung pada
pengocokan. 6.
Beberapa obat atau senyawa obat dapat mengiritasi mukosa lambung., ada juga yang di rusak oleh cairan lambung bila diberikan dalam bentuk sediaan padat. Hal ini dapat di kurangi dengan memberikan obat dalam bentuk sediaan cair.
Kerugian Sediaan Cair : 1.
Tidak dapat di buat untuk senyawa obat yang tidak stabil dalam air.
2.
Bagi obat yang rasanya pahit atau baunya tidak enak sukar di tutupi.
3.
Tidak praktis.
4.
Air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
5.
Pemberian obat harus menggunakan alat khusus atau oleh orang khusus (sediaan parenteral).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Larutan 1.
Sifat dari solute dan solvent Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpoar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.
2.
Cosolvensi Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adan ya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya lumin al tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin a tau solutio petit.
3.
Kelarutan Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yan g sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik ya ng digunakan dalam farmasi umumnya adalah :
a. Dapat larut dalam air Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat la rut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4. b.Tidak larut dalam air Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. Semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui secara pasti dapat dinyatakan dengan istilah sebagai berikut: Istilah kelarutan Sangat mudah larut Mudah larut Larut Agak sukar larut Sukar larut Sangat sukar larut Praktis tidak larut
Jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat <1 1- 10 10-30 30-100 100-1000 1000-10000 >10000
4. Temperatur Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas. 5. Salting Out Salting Out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. 6. Salting In Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang
mengandung Nicotinamida.
7. Pembentukan Kompleks Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh. III.
Evaluasi Sediaan 1. Organoleptik Meliputi warna, dan bau 2. Volume terpindahkan Prosedur lihat di FI IV hal 1089 <1261> Gunakan gelas ukur tidak lebih dari 2.5 kali volume larutan yang diuji Siapkan 10 botol sirup dan tuang masing-masing botol ke dalam gelas ukur 10mL secara perlahan-lahan dan diamkan tidak lebih dari 30 men it. Ukur volume masing-masing botol pada saat tidak ada gelembung udar a dan hitung persentase rata-rata volumenya dan masing-masing botol Persyaratan Volume rata-rata tidak kurang dari 100%, dan tidak satupun volume tiap wadah kurang dari 95% Jika tidak memenuhi maka lanjutkan pengujian 20 botol tambahan 3.
Penentuan bobot jenis larutan FI IV hal 1030 <981>, dibutuhkan 10 mL Gunakan piknometer yang bersih dan kering (dicuci terlebih dahulu de ngan etanol lalu aseton). Timbang piknometer kosong (w0) lalu isi den gan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimba ng (w1) Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pemip etan, dan timbang (w2) Hitung bobot jenis cairan dengan rumus :
W 2−WO W 1−WO
Keterangan: w0 = bobot piknometer kosong w1= bobot piknometer + air suling w2 = bobot piknometer + cairan
4.
Penentuan pH larutan dengan pH meter.
Formula No.
Nama Bahan
per 5 ml
per 100 mL
per Bets 1000 L
Jumlah
Satuan
Jumlah
Satuan
Jumlah
Satuan
1
Asam Salisilat
150
mg
3
g
0,03
Kg
2
Camphora
60
mg
1,2
g
0,012
Kg
3
Talkum Venetum
300
mg
6000
mg
0,06
Kg
4
ZnO
300
mg
6000
mg
0,06
Kg
5
Etanol 96%
0.8
mL
16
mL
0,16
L
6
Pewarna Merah
0.1
mg
2
mg
0,02
g
7
Gliserin
1
mL
20
mL
0,2
L
8
Aquadest ad
5
mL
100
mL
1
L
5.00
mL
100
mL
1000
L
Total
Note : volume yang dibuat lebihkan 3% (jadi 103mL)
IV.
Monografi dan Zat Aktif Eksipien Nama zat
: Asam Salisilat
Rumus molekul
: C7H6O3
Bobot molekul
: 138,12
Pemerian
: hablur biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk
halus putih rasa agak manis tajam dan stabil diudara. Bentuk sintesis warrna putih dan tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat
berwarna kekuningan atau ,erah muda dan berbau lemah mirip mentol. Kelarutan
: sukar larut dalam air dan benzene, mudah larut dalam
ethanol dan dalam eter, larut dalam air mendidih , agak sukar larut dalam kloroform. Titik leleh
: 1580 dan 1610
Kegunaan
: digunakan untuk mengatasi masalah kulit yang disebab
kan oleh penebalan dan pengerasan kulit, seperti mata ikan dan kutil di kulit tangan dan kaki. Penyimpanan
: dalam wadah tertutup baik
Nama zat
: Camphora
Rumus molekul
: C10H16O
Bobot molekul
152,23
Pemerian
: Hablur tidak berwarna atau putih, bau khas, tajam, rasa
pedas, aromatik. Kelarutan
: 800/air, 1/etanol, 0,5/CHCl3, 1/eter, m/minyak lem &
minyak menguap. Kegunaan
: Anti iritan, Anti infeksi, Anti pruritic.
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup baik
Nama zat
: Etanol 96 %
Pemerian
: Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap. Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan
dalam eter P. Titik leleh
: 78oC
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup baik
Nama zat
: Talcum venetum
Pemerian
: Berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelab
u. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran debu. Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkalis, pelarut
organic dan air. Kegunaan
: sebagai glidan atau lubricant.
Nama zat
: Zinc oxide
Pemerian
: serbuk amorf, sangat halus , putih atau putih kekuningan ,
tidak berbau , tidak berasa, lambat laun menyerap karbon dioksida dari udara. Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air dan dalam ethanol 96%, larut
dalam asam mineral encer, dan dalam larutan alkali hidroksida. Kegunaan
: antiseptikum local
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup baik.
Nama zat
: Gliserin
Rumus molekul
: C3H8O3
Pemerian
: cairan tidak berwarna hingga kuning, tidak berbau berasa
manis, bertekstur kental , bersifat higroskopis. Berat molekul
: 92,09
Kelarutan
: larut dalam air , alcohol, etil asetat dan eter. Tidak larut
dalam benzene , kloroform , karbon tetraklorida, karbon disulfide dan minyak.
V.
Alat dan Bahan Alat : 1.
Timbangan
2.
Mortar dan stamper
3.
Beker glass
4.
Batang pengaduk
5.
Gelas ukur
6.
Wadah
Bahan
VI.
VII.
1.
Asam salisilat
2.
Camphora
3.
Gliserin
4.
Ethanol 95%
5.
Zinc oxide
6.
Talk
7.
Pewarna merah
8.
Aqua bidest
Prosedur kerja 1.
Timbang bahan sesuai kebutuhan
2.
Asam salisilat dihaluskan dalam mortar dan larutkan dengan sebagian e tanol 96% kemudian keringkan dengan talkum venetum (campuran 1)
3.
Camphora dihaluskan dalam mortar dan larutkan dengan sebagian etan ol 96% kemudian keringkan dengan ZnO (campuran 2)
4.
Tambahkan campuran 2 ke dalam campuran 1 dan aduk sampai homogen y
5.
Tambahkan air sebagian sedikit demi sedikit sambil di aduk
6.
Tambahkan gliserin sedikit demi sedikit sambil di aduk
7.
Tambahkan pewarna yang sebelumnya sudah dilarutkan dengan air
8.
Tambahkan sisa air
9.
Masukkan ke dalam wadah dan kemas
Hasil 1. Organoleptis - Warna : merah muda - Bau
: seperti oleum rosarum
- Rasa
: tidak berasa
2. Kejernihan
Cairan kental Tidak jernih 3. Ph Ph : 4,5 – 6,5 4. Bobot jenis
Keterangan: w0 = bobot piknometer kosong w1= bobot piknometer + air suling w2 = bobot piknometer + cairan bobot pikno = 33 gram bobot pikno + air suling = 33 + 0.99 = 33.99 gram bobot pikno + cairan
= 33 + 10 = 43
gram
BJ air = 1 = 43 - 33 33.99 – 33 = 10.10 gram/ml VIII. Pembahasan Definisi Mixtura Mixturan adalah larutan yang didalamnya terdapat lebih dari satu macam zat y ang dapat berupa campuran cairan dengan zat padat, cairan dengan cairan, atau pun cairan dengan ekstrak kental. Mixtura dapat berupa obat dalam maupun o bat luar contoh : OBH, Benadryl sirup dan Kalpanax (obat luar). Syarat sediaan mixtura yang baik yaitu harus homogen dan tidak boleh ada endapan. Keuntungan Sediaan Cair : 1.
Cocok untuk pasien yang sukar menelan tablet.
2.
Absorpsi obat lebih cepat di bandingkan dengan sediaan oral lain. Urutan kecepatan absorpsinya larutan > emulsi > suspensi.
3.
Homogenitas lebih terjamin.
4.
Dosis/takaran dapat di sesuaikan.
5.
Dosis obat lebih seragam dibandingkan sediaan semi padat. Untuk emulsi dan suspense keseragaman dosis tergantung pada pengocokan.
6.
Beberapa obat atau senyawa obat dapat mengiritasi mukosa lambung., ada juga yang di rusak oleh cairan lambung bila diberikan dalam bentuk sediaan padat. Hal ini dapat di kurangi dengan memberikan obat dalam bentuk sediaan cair.
Kerugian Sediaan Cair : 1.
Tidak dapat di buat untuk senyawa obat yang tidak stabil dalam air.
2.
Bagi obat yang rasanya pahit atau baunya tidak enak sukar di tutupi.
3.
Tidak praktis.
4.
Air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
5.
Pemberian obat harus menggunakan alat khusus atau oleh orang khusus (sediaan parenteral).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Larutan 1.
Sifat dari solute dan solvent Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpoar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.
2.
Cosolvensi Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.
3.
Kelarutan Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah :
a.Dapat larut dalam air Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4. b.Tidak larut dalam air Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. Semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui secara pasti dapat dinyatakan dengan istilah sebagai berikut:
Istilah kelarutan Sangat mudah larut Mudah larut Larut Agak sukar larut Sukar larut Sangat sukar larut Praktis tidak larut
Jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat <1 1- 10 10-30 30-100 100-1000 1000-10000 >10000
4. Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas. 5. Salting Out Salting Out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. 6. Salting In Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung
Nicotinamida. 7. Pembentukan Kompleks Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh. Cara pembuatan larutan 1.
Zat-zat yang mudah larut, dilarutkan dalam botol.
2.
Zat-zat yang sukar larut dilarutkan dengan pemanasan.
3.
Masukkan zat padat yang akan dilarutkan dalam Erlenmeyer, setelah itu dimasukkan zat pelarutnya, dipanasi diatas tangas air atau api bebas dengan digoyang-goyang sampai larut.
4.
Untuk zat yang akan terbentuk hidrat maka air dimasukkan dulu dalam Erlenmeyer agar tidak terbentuk senyawa hidrat yang lebih lambat larutnya. Zat-zat tersebut adalah Glucosum, Borax dan Natrii Bromidum.
5.
Untuk zat yang mudah terurai pada pemanasan tidak boleh dilarutkan dengan pemanasan dan dilarutkan secara dingin. Contohnya Natrii Bicarbonas, Chloralihydras dsb
6.
Zat-zat yang mudah menguap bila dipanasi, dilarutkan dalam botol tertutup dan dipanaskan dengan suhu serendah-rendahnya sambil digoyang-goyangkan.
Cotohnya
Camphora,
Thymolum.
Acidum
Benzoicum dan Asam salisilat. 7.
Obat-obat
keras
harus
dilarutkan
tersendiri
untuk
menyakinkan
terlarutnya semua. 8.
Pemanasan hanya dilakukan untuk mempercepat kelarutan bukannya untuk membantu kelarutan, karena bila suhunya telah dingin maka zat terlarut dapat mengendap.
9.
Cairan yang diserahkan harus jernih sehingga bila terdapat kotoran hendaknya disaring terlebih dahulu. Untuk larutan obat minum penyaringan dilakukan dengan menggunakan kapas hidrofil sedangkan untuk cuci mata atau tetes mata digunakan kertas saring yang cocok
Kesimpulan
Mixtura adalah larutan yang didalamnya terdapat lebih dari satu macam zat ya ng dapat berupa campuran cairan dengan zat padat, cairan dengan cairan, atau pun cairan dengan ekstrak kental. Mixtura dapat berupa obat dalam maupun o bat luar contoh : OBH, Benadryl sirup dan Kalpanax (obat luar). Syarat sediaan mixtura yang baik yaitu harus homogen dan tidak boleh ada endapan.