Modul Orientasi Karyawan Komite Pmkp

  • Uploaded by: Akhmad Ikhsan Prafita Putra
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Modul Orientasi Karyawan Komite Pmkp as PDF for free.

More details

  • Words: 5,767
  • Pages: 32
Loading documents preview...
MODUL ORIENTASI KARYAWAN KOMITE PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN SUB KOMITE PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

RUMAH SAKIT UMUM WIRADADI HUSADA BANYUMAS 2017

KATA PENGANTAR Rumah Sakit Umum Wiradadi Husada (RSWH) merupakan rumah sakit tipe C, salah satu unit pelayanan publik di bidang kesehatan dengan pelayanan 24 jam. Dalam rangka pemberian pelayanan yang berkualitas, RSWH berupaya terus menerus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, baik dari aspek prosedur/ sistem, sarana prasarana, lingkungan maupun SDM, sejalan dengan konsep pelayanan yang dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yaitu pelayanan prima/ excelence service, pelayanan terbaik, memenuhi standar dan memenuhi ekspektasi masyarakat. Untuk itulah standar akreditasi versi 2017 menegaskan bahwa fokus pelayanan RS adalah keselamatan pasien/ patient safety. Sehingga untuk mencapai target standar tersebut diperlukan kegiatan technical assistannce/ pembekalan kepada karyawan RSWH untuk meningkatkan pengetahuan & keterampilan meliputi 6 (enam) Sasaran Keselamatan Pasien (SKP), Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), Kesehatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (K3), Customer Service dan Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau Basic Life Support (BLS). Besar harapan kami buku ini dapat bermanfaat bagi karyawan rumah sakit dalam upaya meningkatkan pengetahuan & keterampilannya yang bermuara pada keselamatan diri sendiri & pasien serta peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Purwokerto, Desember 2017 SALAM KESELAMATAN PASIEN Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

DAFTAR ISI

BAB I.

Gambaran Umum Rumah Sakit ......................................................................... 1

BAB II.

Gambaran Umum Unit Kerja ............................................................................. 5

BAB III. Technical Assistance Karyawan RSU Wiradadi Husada ................................. 11 1. Keselamatan Pasien (Patient Safety) ................................................................ 11 2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) .................................................... 15 3. Kesehatan Kerja, Kebakaran, dan Kewaspadaan Bencana............................... 17 4. Pelayanan Kepada Pelanggan (Costumer Service) ........................................... 19 5. Bantuan Hidup Dasar (BHD) ........................................................................... 20 BAB III. Penutup .................................................................................................................. 23 Lampiran ................................................................................................................................ 29

1

BAGIAN I GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT Rumah Sakit Umum (RSU) Wiradadi Husada merupakan RSU swasta dibawah naungan Yayasan Amrah Sokaraja. RSU Wiradadi Husada. Area prioritas rumah sakit adalah Instalasi Rawat Inap dengan area pelayanan utama yaitu pelayanan penyakit dalam, anak, kebidanan dan kandungan, dan bedah. RSU Wiradadi Husada juga telah mampu memberikan pelayanan Onkologi Ginekologi yang didukung oleh tenaga ahli yaitu Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Onkologi. Pelayanan medis didukung oleh spesialis yang telah kompeten dan memiliki kewenangan di bidangnya. Pelayanan spesialistik yang dapat ditangani oleh RSU Wiradadi Husada di antaranya: Penyakit Dalam, Anak, Obstetri dan Ginekologi, Bedah Umum, Bedah Ortopaedi dan Traumatologi, Bedah Urologi, Telinga-Hidung-Tenggorok dan Bedah Kepala-Leher, Kedokteran Jiwa, Paru dan Kedokteran Respirasi, Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, Mata, serta Jantung & Pembuluh Darah Pelayanan medis didukung oleh penunjang medis di Instalasi Radiologi (oleh Dokter Spesialis Radiologi) dan Instalasi Laboratorium (oleh Dokter Spesialis Patologi Klinik). Pelayanan Patologi Anatomi bekerja sama dengan Dokter Spesialis Patologi Anatomi. Pelayanan Gigi di RSU Wiradadi Husada dilakukan oleh Dokter Gigi dan Dokter Gigi Spesialis. Pelayanan Dokter Umum diberikan Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Inap. RSU Wiradadi Husada bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional Kabupaten Banyumas dalam penanganan pasien NAPZA. Pelayanan BNN di RSU Wiradadi Husada dilakukan oleh Dokter Umum yang telah mengikuti pelatihan dari BNN. Dari sisi finansial seluruh kegiatan rumah sakit dibedakan menjadi ”profit centre” dan ”cost centre”. Profit centre dibagi menjadi lima instalasi, yaitu: Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Anestesi dan Terapi Intensif, Instalasi Maternal dan Perinatal, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi. Sedangkan cost centre terdiri dari: Instalasi Kesehatan Lingkungan, Instalasi CSSD dan Laundry, Instalasi Pemeliharaan Sarana Medik Rumah Sakit (IPSMRS), Instalasi Gizi, Bagian Kerohanian, Instalasi Rekam Medik, Bagian Administrasi, Bagian Keuangan, Bagian Humas dan Marketing, Bagian PSDI, dan Bagian Rumah Tangga. SEJARAH RUMAH SAKIT RSU Wiradadi Husada Sokaraja semula berawal dari Praktek Dokter Umum yaitu dr. N. Husein Amrah, kemudian berkembang menjadi Klinik Umum dan Spesialis yang diselenggarakan oleh sebuah Yayasan bernama YAYASAN AMRAH yang didirikan berdasarkan Akta Notaris tertanggal 6 Mei 1997 di Purwokerto. Yayasan tersebut diketuai oleh dr. N. Husein Amrah Sp.B. Pada tahun 2001, Klinik Umum dan Spesialis berubah nama menjadi Rumah Bersalin dan Klinik Wiradadi Husada, kemudian pada pada tanggal 17 Maret 2003 berubah menjadi Rumah Sakit Khusus Bedah Wiradadi Husada berdasarkan Surat Ijin SementaraPpendirian Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah No. 503/4025/2009/5.2. Pada tanggal 19 September 2010, Rumah Sakit Khusus Bedah Wiradadi Husada berubah menjadi Rumah Sakit Umum Wiradadi Husada berdasarkan Surat Ijin Sementara penyelenggaraan Sarana Kesehatan yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas nomor 445/34/IX/2010, dan selanjutnya tanggal tersebut ditetapkan menjadi tanggal berdirinya Rumah Sakit Umum Wiradadi Husada. Pada tanggal 21 Juni 2016, Rumah Sakit Umum Wiradadi Husada telah mendapatkan ijin tetap penyelenggaraan Sarana

2

Kesehatan dan Penetapan Kelas C berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Nomor : 440/057/SK/ VI/2016. Dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat di Sokaraja pada khususnya dan Kabupaten Banyumas pada umumnya dalam rangka ikut membantu program pemerintah di bidang kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut, RSU Wiradadi Husada ikut berpartisipasi untuk mewujudkan tujuan berbagai Program Kesehatan Nasional melalui upaya kesehatan seperti penyelenggaraan kerjasama dengan Jaminan Kesehatan Nasional (BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, Jasa Raharja) dan asuransi kesehatan lain, penurunan AKI-AKB melalui Program EMAS, Program Tuberculosis Directly Observe Treatment Shortcourse (TB-DOTS) dan Klinik Voluntary Counseling Test (VCT), Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis), Program Pap Smear dan upaya-upaya kesehatan lain. VISI RUMAH SAKIT Rumah Sakit Umum dengan Pelayanan yang Bermutu dan Terpercaya. MISI RUMAH SAKIT 1. Mengembangkan kualitas kompetensi dan kuantitas SDM kesehatan secara berkesinambungan. 2. Mengembangkan sarana dan prasarana rumah sakit sesuai dengan standar. 3. Mengembangkan sistem pelayanan kesehatan berbasis teknologi dan informasi. 4. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara utuh, islami dan paripurna. 5. Mengembangkan sistem pengelolaan keuangan yang mandiri. 6. Menjalin dan mengembangkan kerjasama yang saling menguntungkan dengan institusi dan organisasi terkait. 7. Memaksimalkan peran dan fungsi organisasi rumah sakit. FALSAFAH RUMAH SAKIT Menjunjung Tinggi Nilai – Nilai Kemanusiaan dalam Pelayanan NILAI RUMAH SAKIT 1. Nilai-nilai Disiplin Operation Excellence dan Customer Intimacy. 2. Filosofi dan Budaya Kerja a. Memberikan pelayanan terbaik bagi customer b. Mengutamakan kerjasama, dan saling menghargai untuk mencapai tujuan bersama c. Berlaku jujur dan peduli, tulus dan rendah hati d. Disiplin, bekerja giat dan bermoral tinggi e. Belajar dari kesalahan untuk meningkatkan kinerja secara berkesinambungan 3. Nilai-nilai Pelayanan a. Profesionalism: memberikan pelayanan sesuai standard sehingga menghasilkan layanan yang berkualitas, aman, akurat, tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. b. Intimacy: wujud perhatian pada pelanggan secara ikhlas, tulus dan berkesan. c. Communicative: proses interaksi dua arah secara efisien, efektif dan informatif dengan sopan dan ramah.

3

TUJUAN RUMAH SAKIT 1. Tujuan Umum a. Terwujudnya penyelenggaraan pelayanaan kesehatan pasien yang utuh dalam arti peduli terhadap pasien dan lingkungannya dan menyeluruh dalam arti preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif dengan mutu yang tinggi, terukur dan memuaskan pengguna. b. Ikut serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah bagian Selatan 2. Tujuan Khusus a. Mengembangkan RSU Wiradadi Husada sebagai rumah sakit yang mempunyai keunikan pelayanan dalam arti pembeda yang bermakna dan dapat melayani Pangsa pasar yang ditetapkan. b. Mengembangkan RSU Wiradadi Husada sebagai rumah sakit unggulan di dalam bidang-bidang medis tersier tertentu yang belum/ tidak dimiliki rumah Sakit lain dan menjadi alamat rujukan bagi yang memerlukan. c. Mengembangkan RSU Wiradadi Husada sebagai komplemen Pemerintah dalam bidang medik tertentu dan berpartisipasi dalam bidang pendidikan d. Mengembangkan RSU Wiradadi Husada sebagai Wealth Creating Institutions yang mampu menjamin kesejahteraan karyawannya. MARS RSU WIRADADI HUSADA BANYUMAS Rumah Sakit Wiradadi Husada Banyumas...tempatku berbakti... Berbakti untuk insani dan negeri dengan hati suci Rumah Sakit Wiradadi Husada Banyumas...tempatku mengabdi... Berbekal ilmu untuk p’layanan kemanusiaan Junjung tinggi etika dan kehormatan Rumah Sakit Wiradadi Husada Banyumas...tempatku berbakti... Tidak pandang suku dan agama s’mua terlayani Jujur setia disiplin tinggi pegangan kami Berbudi luhur dan islami Bersih nyaman dan asri rumah sakit kami Rumah Sakit Wiradadi Husada Banyumas Kan ku junjung s’lalu agar makmur dan jaya S’lamanya...

4

STRUKTUR ORGANISASI TATA KELOLA RUMAH SAKIT

5

BAB II GAMBARAN UMUM UNIT KERJA Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien merupakan unit kerja fungsional yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur RSU Wiradadi Husada. Komite PMKP secara garis besar memiliki sub unit yang disebut sebagai Sub Komite yaitu: a. Sub Komite Peningkatan Mutu b. Sub Komite Pendidikan dan Pelatihan c. Sub Komite Manajemen Risiko dan Keselamatan Pasien.

STRUKTUR ORGANISASI TATA KELOLA KOMITE PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN

Direktur RSU Wiradadi Husada

Ketua Komite PMKP

Sekretaris

Sub Komite Peningkatan Mutu

Sub Komite Pendidikan & Pelatihan

Sub Komite Manajemen Risiko dan Keselamatan Pasien

6

a. Sub Komite Peningkatan Mutu Sub Komite Peningkatan Mutu bertanggung jawab terhadap sosialisasi, apersepsi, implementasi, monitoring, dan evaluasi pencapaian mutu rumah sakit. Secara garis besar, mutu RSU Wiradadi Husada terdiri dari: 1) Standar Mutu Prioritas 2) Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kementerian Kesehatan 3) Standar Mutu Rumah Sakit 4) Standar Mutu lain misalnya: JKN b. Sub Komite Pendidikan dan Pelatihan Sub Komite Pendidikan dan Pelatihan bertugas membantu Direktur RSU Wiradadi Husada dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan personil rumah sakit baik yang diselenggarakan didalam (In house) dan diluar (ex house) rumah sakit. 1) Rincian Kegiatan a) Program diklat didalam (In house) RSU Wiradadi Husada meliputi: 1. Menyelenggarakan Orientasi pegawai baru medis/ paramedis dan non medis secara periodik 2. Menyelenggarakan kegiatan pelatihan-pelatihan, seminar, workshop didalam rumah sakit secara berkesinambungan 3. Menyelenggarakan kegiatan Training of Trainer (ToT) tentang keselamatan pasien rumah sakit/ safety patient di RSU Wiradadi Husada b) Program diluar RSU Wiradadi Husada meliputi: 1. Mengikuti pendidikan dan pelatihan singkat, symposium, seminar, dll yang diselenggarakan

oleh

instansi

pendidikan

pemerintah,

swasta,

atau

penyelenggara program pendidikan lainnya. 2. Pengembangan Diklat berkelanjutan bagi tenaga medis, para medis dan non medis yang diselenggarakan oleh institusi lain. 3. Mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS)/ patient safety yang diselenggarakan oleh institusi luar rumah sakit

7

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TINDAK LANJUT a. Evaluasi Pasca Diklat b. Supervisi

a. b. c. d.

TNA (Training Need Assessment) Dasar, tujuan dan alasan program Diklat Standar Kompetensi Kebutuhan Manager Hasil Supervisi

TRAINING EVALUATION a. Evaluasi Proses (Quesioner) b. Evaluasi Peserta (Nilai)

TRAINING IMPLEMENTATION a. b. c. d. e. f.

Administrasi diklat (daftar hadir Instruktur & Peserta) Kontak pengajar Pembukaan & Penutupan materi Operasional fasilitas (multimedia) Observer (MOT) Alat Peraga

DTP a.

b. c. d.

e.

Kurikulum, silabus, identifikasi dan koordinasi pengajar (Tim) Jadwal Diklat Seleksi Peserta Penyelenggara diklat (sarana prasarana, multimedia, konsumsi) Makalah

c. Sub Komite Manajemen Risiko dan Keselamatan Pasien Rumah sakit yang menerapkan prinsip keselamatan pasien berkewajiban untuk mengidentifikasi dan mengendalikan seluruh risiko strategis dan operasional yang penting. Hal ini mencakup seluruh area baik manajerial maupun fungsional, termasuk area pelayanan, tempat pelayanan, juga area klinis. Rumah sakit perlu menjamin berjalannya sistim untuk mengendalikan dan mengurangi risiko. Manajemen risiko berhubungan erat dengan pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit dan berdampak kepada pencapaian sasaran mutu rumah sakit. Ketiganya berkaitan erat dalam suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini meliputi dua hal: 1. Identifikasi proaktif dan pengelolaan potensi risiko utama yang dapat mengancam pencapaian sasaran mutu pelayanan rumah sakit. 2. Reaktif atau responsif terhadap kerugian akibat dari keluhan, klaim, dan insiden, serta respon terhadap laporan atau audit internal atau eksternal.

8

RISK GRADING MATRIX PROBABILITAS/ FREKUENSI/ LIKELIHOOD LEVEL

FREKUENSI

KEJADIAN AKTUAL

1 2

Sangat Jarang Jarang

Dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun Dapat terjadi dalam 2 – 5 tahun

3

Mungkin

Dapat terjadi tiap 1 – 2 tahun

4

Sering

Dapat terjadi beberapa kali dalam setahun

5

Sangat Sering

Terjadi dalam minggu / bulan

DAMPAK KLINIS/ CONSEQUENCES/ SEVERITY LEVEL

DESKRIPSI

CONTOH DESKRIPSI

1

Insignificant

2

Minor

3

Moderate

Tidak ada cedera 1. Cedera ringan 2. Dapat diatasi dengan pertolongan pertama, 1. Cedera sedang 2. Berkurangnya fungsi motorik/ sensorik/ psikologis atau intelektual secara reversibel dan tidak berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya 3. Setiap kasus yang memperpanjang perawatan

4

Major

1. Cedera luas/ berat 2. Kehilangan fungsi utama permanent (motorik, sensorik, psikologis, intelektual)/ irreversibel, tidak berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya

5

Cathastropic

Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit yang mendasarinya

RISK GRADING MATRIX Potencial Concequences Frekuensi/ Likelihood Sangat Sering Terjadi (Tiap mgg /bln) 5 Sering terjadi (Bebrp x /thn) 4 Mungkin terjadi (1-2 thn/x) 3 Jarang terjadi (2-5 thn/x) 2 Sangat jarang sekali (>5 thn/x) 1

Insignificant 1

Minor 2

Moderate 3

Major 4

Catastropic 5

Moderate

Moderate

High

Extreme

Extreme

Moderate

Moderate

High

Extreme

Extreme

Low

Moderate

High

Extreme

Extreme

Low

Low

Moderate

High

Extreme

Low

Low

Moderate

High

Extreme

TINDAKAN

9

Can be manage by procedure

Clinical Manager / Lead Clinician Detailed review & urgent treatment should assess the consequences againts should be undertaken by senior cost of treating the risk management

Immediate review & action required at Board level. Director must be informed

10

11

BAB III TECHNICAL ASSISTANCE KARYAWAN RSU WIRADADI HUSADA 1. KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY) 1.1 Ketepatan Identifikasi Pasien a. Pemasangan gelang identitas pasien:  Warna BIRU (untuk pasien laki-laki)  Warna PINK (untuk pasien perempuan) b. Pemasangan gelang penanda:  Warna MERAH (untuk pasien dengan alergi)  Warna KUNING (untuk pasien resiko jatuh)  Warna UNGU (untuk pasien dengan kategori Do Not Resucitate/ DNR) c. Pasien diindetifikasi dengan menggunakan 5 identitas pasien yaitu: NAMA, No. RM, TANGGAL LAHIR, IBU KANDUNG, dan ALAMAT (sesuai KTP/ kartu identitas lain yang sah). Identifikasi pasien menggunakan minimal 3 identitas yaitu NAMA PASIEN, TANGGAL LAHIR/ UMUR, dan ALAMAT (sesuai KTP). d. Saat memasang gelang harus dijelaskan manfaat gelang pasien dan bahaya bagi pasien yang menolak, melepas, menutupi gelang tersebut. e. Pasien diidentifikasi:  Sebelum pemberian obat, transfusi atau produk darah  Sebelum diambil sampel darah, urin atau cairan tubuh lain untuk pemeriksaan klinis/ laboratorium  Sebelum dilakukan tindakan/ prosedur f. Meminta pasien untuk mengingatkan petugas bila petugas tidak melihat gelang identitas saat akan melakukan tindakan atau memberi obat. g. Menerapkan labeling identitas pasien pada produk darah, obat, cairan, jaringan, dan makanan pasien h. Proses identifikasi dengan cara:  Pertemuan pertama dengan pasien: - Secara verbal, (tanyakan nama pasien, tanggal lahir dan atau umur, alamat sesuai KTP) - Secara visual (lihat ke gelang pasien, cek 3 dari 5 identitas yang ada, berikutnya croscek dengan dokumen RM pasien)  Pertemuan berikutnya: lihat secara visual ke gelang identitas i. Pengecualian prosedur identifikasi dapat dilakukan pada pasien dengan kondisi gawat darurat/ tidak sadar baik di IGD, ICU, kamar operasi, dan ruang rawat lain dengan tetap memperhatikan data pada gelang identitas pasien dan dokumen RM. j. Pasien dengan NAMA SAMA atau HAMPIR SAMA harus diberi tanda HATIHATI PASIEN DENGAN NAMA SAMA/ HAMPIR SAMA pada RM dan semua formulir permintaan. k. Gelang identitas dipasang pada seluruh pasien rawat inap (Instalasi Rawat Inap, Instalasi Maternal dan Perinatal, Instalasi Anestesi dan Terapi Intensif) dan pasien rawat jalan dengan tindakan Hemodialisa, Radioterapi, dan Kemoterapi. l. Pelepasan gelang identitas dilaksanakan pada saat:  Pasien pulang dengan ijin, dilepas oleh perawat ruang rawat.  Pasien pulang atas permintaan sendiri, dilepas oleh perawat ruang rawat.

12

 

Pasien meninggal dunia, dilepas oleh petugas kamar jenazah. Pasien dirujuk dengan indikasi, dilepas oleh perawat pendamping saat operan dengan perawat rumah sakit yang dituju.

1.2 Peningkatan Komunikasi Efektif a. Selalu menerapkan komunikasi efektif yaitu tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima guna mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. b. Perintah lisan dan atau melalui telepon termasuk hasil pemeriksaan kritis ditulis secara lengkap oleh penerima informasi (isi pesan, tanggal, jam, dan pemberi informasi), diparaf dan ditulis nama terang penerima informasi. Selanjutnya penerima informasi secara lengkap membacakan kembali (READ BACK) atau catat baca kembali (CABAK) atau tulis ulang baca konfirmasi (TUBAK). c. Konfirmasi lisan oleh pemberi perintah dengan mengatakan “YA SUDAH BENAR, ITU SALAH TOLONG DIULANGI”. d. Penerima informasi membutuhkan CAP READ BACK pada sebelah pesan yang telah dicatat dan dibacakan kembali tadi. e. Perintah dan atau laporan hasil pemeriksaan melalui telepon tadi dikonfirmasi/ verivikasi (diparaf) oleh DPJP (dokter penanggung jawab pelayanan) maksimal 1x24 jam, disertai tanggal dan jam verivikasi. Verif READ BACK DPJP ......... f. Informasi yang disampaikan saat melaporkan pasien kepada profesi lain atau pada saat operasi juga menggunakan teknik SOAP yaitu:  SUBYEKTIF adalah data pasien berdasarkan keluhan yang diungkapkan dan atau dirasakan oleh pasien.  OBYEKTIF adalah data pasien yang diperoleh berdasarkan hasil pemeriksaan (TTV, hasil laboratorium, foto rontgen, tingkat kesadaran, dll) dan tindakan yang telah dilaksanakan.  ASSESMENT adalah penilaian kondisi pasien saat ini/ masalah kesehatan pasien saat ini.  PLANNING adalah kegiatan/ tindakan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi hasil assesment. g. Persiapan perawat sebelum lapor kepada dokter:  Visit dan periksa pasien  Cek hasil laboratorium, obat, dll  Ketahui kapan pasien masuk dan diagnosa waktu masuk h. Informasi yang disampaikan pada saat transfer/ memindahkan pasien:  Ringkasan/ resume alasan masuk RS  Ringkasan/ resume temuan yang penting (data obyektif yang penting)  Ringkasan/ resume dignostik  Ringkasan/ resume tindakan yang telah dilakukan  Ringkasan/ resume obat/ terapi yang telah diberikan  Ringkasan/ resume kondisi pasien saat pindah / transfer i. Dalam melaksanakan komunikasi dan saat memberikan pendidikan kesehatan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien dan atau keluarga pasien. 1.3 Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (High Alert Medication)

13

Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan KTD (kejadian tidak diharapkan) dan kejadian sentinel pada pasien. a. Yang termasuk obat high alert yaitu:  Obat dengan kriteria NORUM/LASA (NORUM/ nama obat rupa mirip atau LASA / look alike sound alike/ rupa mirip dan kedengarannya mirip)  Eletrolit Konsentrat / pekat: kalium/ potasium chlorid, kalium/potasium fosfat, natrium/sodium chlorid, magnesium sulfat b. Instruksi lisan/ telepon obat HAM diperbolehkan dalam keadaan darurat dan nama obat harus di-EJA per huruf. c. Pada obat dengan kriteria NORUM/ LASA Labeling menggunakan stiker warna dasar PUTIH tulisan MERAH Contoh obat look alike: tampilan mirip namun sebenarnya kandungan berbeda atau dosis berbeda:  Meloxicam 7.5 mg dengan Meloxicam 15 mg  Ketorolac 10 mg dengan ketorolac 30 mg  Furosemide dengan Diazepam  Tramadol dengan Gentamicin. Contoh obat sound alike adalah azithromycin dan erythromycin serta levofloxacin dan ofloxcacin. d. Pada obat dengan kriteria HIGH ALERT labeling menggunakan stiker warna dasar MERAH tulisan PUTIH. e. Elektrolit konsentrat/pekat yang disimpan di unit pelayanan pasien harus disimpan pada area yang terbatas aksesnya, diberi label/stiker dengan tulisan ELEKTROLIT PEKAT HARUS DIENCERKAN SEBELUM DIBERIKAN. f. Dalam memberikan obat kepada pasien harus mengacu pada 7 BENAR yaitu:  Benar pasien  Benar obat  Benar dosis  Benar cara pemberian (inj IM, IV, SC, IC, Per oral, sub lingual, tetes, dll)  Benar waktu pemberian  Benar dokumentasi  Benar indikasi g. Obat HAM yang dimasukkan dalam infus harus dicek kecepatan dan ketepatan tetesannya serta diberi / ditempel stiker/ form obat.   

STIKER IDENTITAS PASIEN CAIRAN INFUS BOTOL KE RUANG

: ....................................... : ....................................... : .......................................

OBAT YANG DITAMBAHKAN

TGL PEMBERIAN DIBERIKAN OLEH

: ............................ : ............................

HIGH ALERT

JUMLAH

JAM DICEK OLEH

: ................................ : ................................

1.4 Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi a. Memberikan tanda lokasi operasi (“O”) oleh dokter (operator) yang akan melakukan operasi dan harus terlihat sampai pasien disiapkan untuk operasi menggunakan spidol permanen warna hitam. Pada pasien dengan warna kulit

14

b. c. d. e.

f.

gelap boleh menggunakan selain warna hitam misal biru tua atau merah agar penandaan lebih jelas terlihat. Penandaan dilakukan pada kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel level (tulang belakang). Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan tidak perlu dilakukan pada kasus operasi cesar, tindakan gigi, dan pada bayi prematur. Memverivikasi lokasi, prosedur dan pasien yang benar dengan memastikan bahwa semua dokumen termasuk inform consent, foto dan hasil pemeriksaan yang relevan tersedia diberi label dengan baik dan dipampang termasuk peralatan khusus / implant yang diperlukan, pemberian AB propilaksis sesuai program medis, sisi operasi sudah ditandai?, cukur?, dll (beri tanda pada cheklis pra bedah). Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mendokumentasikan prosedur SIGN IN (sebelum pasien dilakukan anestesi), prosedur TIME OUT (sebelum dimulainya prosedur pembedahan/insisi) dan prosedur SIGN OUT (setelah operasi selesai).

1.5 Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan a. Menerapkan hand hygiene (cuci tangan) secara efektif dengan 6 langkah atau dengan teknik gerakan TEPUNG SELACI PUPUT:  Menaruh cairan handrubs sebanyak 3cc atau cairan antiseptik untuk handwash sebanyak 1cc.  Menggosok kedua telapak tangan dengan arah ke ibu jari.  Menggosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya.  Menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.  Menggosok dengan posisi jari-jari dalam saling mengunci.  Menggosok ibu jari kiri berputar ke arah luar dalam genggaman tangan dan sebaliknya.  Menggosok ujung-ujung jari tangan kanan dengan cara berputar ke telapak tangan yang kiri dan sebaliknya.

15

b. Menerapkan 5 momen (FIVE MOMENTS) cuci tangan:  Sebelum kontak dengan pasien  Sebelum melakukan tindakan aseptik  Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien yang terinfeksi  Setelah kontak dengan pasien  Setelah kontak dengan lingkungan pasien c. Bila ngtangan kotor cuci tangan dengan menggunakan sabun / antiseptik dan air mengalir. d. Bila tangan tidak tampak kotor cuci tangan menggunakan alternatif cuci tangan (alcuta) yaitubersihkan dengan gosokcairan/gel berbasis alkohol (HANDRUBS) e. Cuci tangan BEDAH dilakukan untuk tindakan pembedahan sesuai prosedur 1.6 Pengurangan Resiko Cedera Akibat Pasien Jatuh a. Menerapkan asesmen awal pada pasien resiko jatuh dan asesmen ulang pada pasien bila ada perubahan kondisi atau pengobatan. b. Penilaian resiko jatuh pada pasien anak menggunakan skala/scoring HUMPTY DUMPTY, pada pasien dewasa menggunakan scoring MORSE dan pada geriatri menggunakan scoring ONTARIO MODIFIED STRATIFY – SYDNEY. (terlampir) c. Anjurkan pasien meminta bantuan yang diperlukan, tempatkan bel panggil dalam jangkauan pasien. d. Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip. e. Sediakan kursi roda yang terkunci, tongkat penyangga (walkers) sesuai kebutuhan di samping tempat tidur pasien. f. Pastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari hambatan dan cahaya terang. g. Pasang Bedside rel (tempat tidur berpengaman). h. Pasang restaint (tali pengikat) bila diperlukan,jaga keamanannya sehingga tidak terjadi iritasi. i. Pengawasan yang ketat terhadap pasien dengan therapi obat-obat yang beresiko jatuh seperti sedatif, antidepresi, antipsikotik, antiarritmi, antithistamin,diuretik, dll. j. Cek kursi dan tinggi tempat tidur sesuai kondisi pasien. k. Amati lingkungan untuk kondisi berpotensi tidak aman, dan segera laporkan untuk perbaikan. l. Jangan biarkan pasien beresiko jatuh tanpa pengawasan saat di daerah diagnostik atau terapi. m. Pastikan pasien yang dibawa dengan brandcard/tempat tidur, posisi bedside rel dalam keadaan terpasang. n. Edukasi kepada pasien dan atau anggota keluarga mengenai rencana perawatan untuk mencegah jatuh. 2. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) Tujuan pengorganisasian program PPI pada dasarnya adalah untuk mengidentifikasi dan menurunkan resiko infeksi yang didapat dan ditularkan di antara pasien, staf, tenaga profesional kesehatan, dan personal lain seperti mahasiswa praktek, pengunjung, dll. Terkait kegiatan ini dalam implementasi sehari-hari antara lain: a. Melaksanakan hand hygiene dengan 6 langkah dan 5 moment. b. Menempatkan pasien sesuai dengan kasus penyakit, termasuk pasien yang harus dengan isolasi. c. Melakukan surveilance PPI (pencatatan dan pelaporan terkait infeksi nosokomial).

16

d. Melaksanakan kewaspadaan universal bagi karyawan seperti menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai kebutuhan, etika batuk, pengelolaan paska pajanan segera mungkin (maksimal 3x24 jam), dll.

e. Pengelolaan manajemen pencucian linen (laundry), dan sterilisasi alat sesuai prosedur. f. Membuang sampah pada tempatnya dengan benar:  Sampah infeksius (plastik kuning)  Sampah umum (plastik hitam)  Sampah sitotoksik (plastik ungu)  Sampah benda tajam (tempat bertutup, seperti yang telah disediakan/ safety box) g. Melaksanakan edukasi hand hygiene, etika batuk, dll terkait pencegahan infeksi.

17

3. KESEHATAN KERJA, KEBAKARAN, DAN KEWASPADAAN BENCANA (K3) Penerapan K3RS di RSU Wiradadi Husada berkaitan dengan: a. Keselamatan pasien dan pengunjung b. Keselamatan dan kesehatan petugas c. Keselamatan bangunan d. Keselamatan lingkungan Adapun pelaksanaan kegiatan K3 sebagai implementasi sehari-hari antara lain: a. Memasang gambar atau tanda peringatan pada tempat yang beresiko contoh hati-hati jalan licin, awas bahaya radiasi, dll. b. Mengetahui simbol-simbol K3RS contoh gambar tengkorak adalah simbol untuk bahan beracun, gambar kipas simbol bahaya radiasi, dll.

18

c. Menggunakan APD (masker, sarung tangan, kaca mata, apron, dll) sesuai kebutuhan.

19

d. Jangan mengangkat dengan posisi membungkuk tapi posisi jongkok. e. Hindari tertusuk jarum suntik (spuit sekali pakai, tidak menutup jarum tapi langsung dibuang pada tempatnya, tidak bercanda saat memegang alat suntik dan gunakan cahaya yang cukup) f. Mampu menggunakan alat pemadam api ringan (APAR) dengan benar, dengan teknik TATA Teknik TATA

g. Tanggap terhadap adanya deteksi dini kebakaran (bau terbakar, asap, sirine/ alarm kebakaran) h. Mengetahui petunjuk evakuasi bila terjadi bencana.

20

4. PELAYANAN KEPADA PELANGGAN (CUSTOMER SERVICE) CUSTOMER SERVICE adalah suatu kegiatan yang ditunjukan untuk memberikan kepuasan melalui pelayanan yang diberikan seseorang kepada customer baik internal maupun eksternal. Tujuannya untuk memberikan pelayanan dan membina hubungan baik dengan masyarakan di lingkungan RSU Wiradadi Husada. Beberapa hal yang harus dimiliki karyawan: a. Percaya diri b. Enerjik c. Punya rasa humor d. Tidak mudah marah e. Tidak terpancing untuk berbuat dan berkata kasar f. Mampu mengendalikan bahasa tubuh (non verbal yang berkesan negatif) g. Punya jiwa sosial yang baik Etika saat melayani pelanggan: a. Berikan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun). b. Ucapkan maaf untuk memperhalus permintaan c. Bijaksana dalam menanggapi complain d. Responsive setelah mengetahui keluhan pelanggan e. Ucapkan terima kasih Etika saat menerima telepon: a. Segera diangkat maksimal 3x dering b. Berikan salam c. Sebutkan nama dan unit kerja d. Tanyakan dari mana, dengan siapa e. Dengarkan dengan baik f. Berikan jawaban yang efisian g. Buat catatan pembicaraan bila perlu h. Biarkan lawan bicara menutup gagang telepon terlebih dahulu Etika saat menerima komplain: a. Berikan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) b. Mempersilahkan duduk bila memungkinkan c. Mendengarkan keluhan / complain customer d. Mengidentifikasi keluhan / complain customer

21

e. Memberikan solusi bila mampu, atau mengarahkan kemana harus mencari bantuan Hal-hal yang mempengaruhi customer service: a. Sikap perilaku positif dan ekspresi wajah ramah b. Penampilan menarik c. Cara berpakaian rapih dan bersih d. Cara bertanya / berbicara yang santun disertai adanya kontak mata. 5. BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) ATAU BASIC LIFE SUPPORT (BLS) Bantuan Hidup Dasar merupakan bantuan hidup yang dimulai dengan identifikasi cardiac arrest (henti jantung) dan permulaan respon kegawatdaruratan. TEKNIK “LIFE SAVING” pada BHD adalah Teknik DR minta tolong CAB yaitu: D (Dangerous) pastikan situasi aman buat penolong, korban, lingkungan gunakan Teknik verbal/ panggil dan atau dengan respon nyeri (tepukR (Respon) tepuk bahu / tekan di tengah dada/ pangkal kuku MINTA TOLONG (Memintan bantuan orang lain) atau hubungin EMS (Emergency Medical Service) sistem, dengan menelepon pesawat IGD 100 atau Code Blue ___ dengan mengatakan Code Blue 3X (sebutkan posisi/ lokasi kejadian). C A B

CIRCULATION (cek denyut nadi) AIR WAY (buka jalan napas head tilt,_chin lift atau jaw thrust) BREATHING (memberikan nafas buat dari mulut ke mulut, mulut ke hidung, mulut ke bag)

C. (CIRCULATION / SIRKULASI) 1. Palpasi nadi karotis dengan dua jari, (max 10 detik). Bila tidak teraba lakukan kompresi dengan cara: Tentukan letak kompresi yaitu di tengah tulang iga atau 2-3 cm diatas pertemuan tulang iga. 2. Mulai untuk melakukan kompresi: a. Satu telapak tangn di tempelkan di dada, tangna yang satu menumpuk di atasnya. b. Posisi tangan tegak lurus 90 derajat c. Berikan tekanan pada dada korban menggunakan berat badan penolong dengan posisi badan penolong dipertahankan tegak lurus.  Kedalaman tekanan : 4,5-5 cm  Frekuensi tekanan sampai : 100x / menit Biarkan dada mengembang kembali, dengan melepaskan tekanan tanpa melepaskan tangan dari dada korban. d. Rasio kompresi dengan bantuan nafas 30:2 e. Lakukan kompresi 5 siklus f. Lakukan penilaian ualng setelah 5 siklus.  Jika tidak ada nadi, lakukan kembali kompresi dan bantuan nafas.  Jika nafas ada, nadi ada, pertahankan jalan nafas.  Jika nadi ada nafas tidak ada, berikan bantuan nafas 10-12x/ menit, selama 2 menit dan monitor nadi setiap saat. A. AIR WAY ( JALAN NAFAS) 1. Posisi korban (4-10 detik)

22

2. Buka jalan nafas: head tilt & chin lift atau jaw thrust Head tilt : kepala ditengadakan dengan menekan dahi Chin lift : angkata dagu keatas dan depan Jaw thrust: dorong rahang bawah ke atas dan ke depan B. (BREATING / PERNAFASAN) 1. Tentukan apakah ada nafas spontan dengan cara look, listen, and feel (LLF) atau lihat, dengar dan rasakan selama 3-5 detik. 2. Bila tidak ada nafas berikan nafas bantuan 2x (1-1,5 detik/nafas) dengan cara mouth to mouth, mouth to nose, atau bag to mouth 3. Jika ada obstuksi jalan nafas: a. Reposisi kepala korban, coba utnuk berikan bantuan nafas lagi b. Berikan 6-10x sub diafragma abdominal thrust (Heimlich Maneuver) c. Buka mulut dengan cross finger & lakukan Finger sweep (sapuan jari) d. Jika tidak berhasil ulangi tindakan a, b, dan c. EVALUASI 1. Setelah dilakukan RJP selama 5 siklus, lakukan evaluasi / penilaian ulang. Jika nadi ada, periksa pernafasan lagi dengan cara LLF (look listen and feel atau lihat dengar dan rasakan) 2. Jika nadi ada nafas tidak ada, berikan nafas buatan sebanyak 10-12x/ menit selama 2 menit. 3. Jika nadi ada nafas ada pasien di posisikan miring mantap apabila penolong mau menolong korban lain. 4. Untuk selanjutnya diambil alih oleh petugas yang ahli. MANAJEMEN CAB

23

BANTUAN SIRKULASI

24

BAB III PENUTUP Kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seluruh karyawan mutlak diimplementasikan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien di RSU Wiradadi Husada. Dengan harapan menjadi salah satu sumbangsih karyawan dalam upaya menurunkan kejadian yang tidak diarapkan/ KTD maupun kejadian sentinel. AYO MULAI SEKARANG JUGA!!

Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien RSU WIRADADI HUSADA BANYUMAS

25

Lampiran 1 SKALA RESIKO JATUH HUMPTY DUMPTY (UNTUK PEDIATRI) PARAMETER Usia

KRITERIA -

< 3 tahun 3-7 tahun 7-13 tahun > 13 tahun Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Diagnosis Diagnosis neurologi Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik, dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop, pusing,dsb). - Gangguan perilaku/ psikiatri - Diagnosis lainnya Gangguan kognitif - Tidak menyadari keterbatasan dirinya - Lupa akan adanya keterbatasan - Orientasi baik terhadap diri sendiri Faktor lingkungan - Riwayat jatuh/ bayi diletakkan di tempat tidur dewasa - Pasien menggunakan alat bantu/ bayi diletakkan dalam tempat tidur bayi/ perabot rumah - Pasien diletakkan di tempat tidur - Area di luar rumah sakit Respon terhadap : - Dalam 24 jam 1. Pembedahan / - Dalam 48 jam sedasi/ anastesi - 48 jam atau tidak menjalani pembedahan / sedasi/ 2. Penggunaan anastesi penggunaan multiple: sedatif, obat medikamentosa hipnotis, barbitular, fenotiazin, antidepresan, pencahar, diuretik, narkose, penggunaan salah satu obat di atas penggunaan medikasi lainnya / tidak ada medikasi. Skor asesmen resiko jatuh (skor minimum 7, skor maksimum 23)

NILAI SKOR 4 3 2 1 2 1 4 3 2 1 3 2 1 4 3 2 1 3 2 1

26

Lampiran 2 SKALA RESIKO JATUH MORSE (UNTUK DEWASA) FAKTOR RESIKO Riwayat jatuh Diagnosisi sekunder (>2 diagnosis medis) Alat bantu Terpasang infus Gaya berjalan Status mental Keterangan skor: - > 45 : Risiko tinggi - 25-44 : Risiko sedang - 0-24 : Risiko rendah

SKALA

POIN

Ya Tidak Ya Tidak Berpegang pada perabot Tongkat/ alat penopang Tidak ada/ kursi roda/ perawat/ tirah baring Ya Tidak Terganggu Lemah Normal, tirah/ baring/ imbobilisasi Sering lupa akan keterbatasan yang dimiliki Sadar akan kemampuan diri sendiri

25 0 15 0 30 15 0 20 0 20 10 0 15 0

SKOR

27

Lampiran 3 SKALA RESIKO JATUH ONTARIO MODIFIED STRATIFY-SYNDEY (UNTUK GERIATRI) PARAMETER

Riwayat jatuh

Status mental

Penglihatan

Kebiasan berkemih

Trasfer (dari tempat tidur ke kursi dan kembali ke tempat tidur)

Mobilitas

SKRINING Apakah pasien datang ke rumah sakit karena jatuh Jika tidak, apakah pasien mengalami jatuh dalam 2 bulan terakhir? Apakah pasien dilerium? (tidak dapat membuat keputusan, pola pikir tidak terorganisir, gangguan daya ingat) Apakah pasien disorientasi? (salah menyebutkan waktu, tempat atau orang) Apakah pasien mengalami agitasi? (ketakutan, gelisah, dan cemas) Apakah pasien memakaai kacamata? Apakah pasien mengeluh adanya penglihatan buram? Apakah pasien mempunyai glaukoma, katarak, atau degenerasi makula? Apakah terdapat perubahan perilaku berkemih? (ferkuensi, urgensi, inkontinensia, nokturia) Mandiri (boleh menggunakan alat bantu jalan) Memerkukan sedikit bantuan (1orang) / dalam pengawasan Memerlukan bantuan yang nyata (2 orang) Tidak dapat duduk dengan seimbang, perlu bantuan total Mandiri ( boleh menggunakan alat bantu jalan) Berjalan dengan bantuan 1 orang (verbal / fisik) Menggunakan kursi roda Imobilisasi

Keterangan Skor: - 0-5 : Risiko rendah - 6-16 : Risiko sedang - 17-30 : Risiko tinggi

JAWABAN Ya/tidak Ya/tidak Ya/tidak Ya/tidak

KET NILAI Salah satu jawaban Ya = 6 Salah satu jawaban Ya = 14

Ya/tidak Ya/tidak

Ya/tidak

Salah satu jawaban Ya = 1

Ya/tidak

Ya = 2

0

Jumlah nilai transfer dan mobilitas. Jika nilai total 0-3 maka skor = 0, jika nilai total 4-6 maka skor = 7

Ya/tidak

1 2 3 0 1 2 3

SKOR

28

Lampiran 4 GLOSARIUM IKPRS NO

ISTILAH

1

Keselamatan Pasien Rumah Sait

2

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

3

Kejadian Nyaris Cidera (KNC)

4

Kesalahan Medis (medical error)

5

Insiden Keselamatan Pasien (IKP)

6

Kejadian Potensi Cedera (KPC)

7

Kejadian sentinel

DIFINISI / PENJELASAN Suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk: asesmen risiko; identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien; pelaporan dan analisis insiden; kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sisitem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah. Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharisnyan diambil (omission), yang dapat menciderai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena “keberuntungan” (mis, pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), karena “pencegahan” (suatu obat degan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkan sebelum obat dberikan), atau “peringanan” (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatnkan cedera pada pasien. Kesalahan termask gagal melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan tencana yang salah untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat melaksanakan suatu tikdakan. (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusya diambil (omission). Setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan, yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Suatu kejadian atau kesalahan yang terjadi diinternal petugas tetapi belum sampai dilaksanakan ke pasien. Contoh: saat mengoplos obat injeksi petugas keliri mengambil obat, dan saat itu juga petugas menyadari akan kekeliruannya, sehingga tidak terjadi kesalahan pemberian obat pada pasien. Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cidera serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti: operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi. ( mis. Amputasi pada kaki yang salah, dsb) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkakan adana masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

29

DAFTAR HADIR TECHNICAL ASSISTANCE

1

Gambaran Umum Rumah Sakit

Direktur

1

Tanda Tangan Peserta Pembicara 1

2

Keselamatan Pasien

Komite PMKP

2

2

3

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Komite PPIRS

3

3

4

Kesehatan Kerja, Kebakaran, dan Kewaspadaan Bencana

Komite K3RS

4

4

5

Pelayanan Kepada Pelanggan (Costumer Service)

Manajer Pelayanan Umum

5

5

6

Bantuan Hidup Dasar (BHD)

Tim Code Blue

6

6

No.

Materi

Pembicara

Mengetahui Manajer,

Ketua Komite PMKP,

…………………….. NIPRS……………..

……………………… NIPRS………………

Related Documents

Kinerja Karyawan
January 2021 1
Data Karyawan
January 2021 1
Komite Ppra
February 2021 1
Sop Komite Madrasah
January 2021 1

More Documents from "Fatma Risda Hidayanti"