Neuromuscular Kel 3 ( Plexus Brachialis Dan Lumbosacral )

  • Uploaded by: Hanif Budiman
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Neuromuscular Kel 3 ( Plexus Brachialis Dan Lumbosacral ) as PDF for free.

More details

  • Words: 1,143
  • Pages: 20
Loading documents preview...
PLEXUS BRACHIALIS DAN LUMBOSACRAL Kelompok 3 Renata Megawati Simatupang Hanif Budiman Fatimah Zahra Miratiani Khofifah Indah Neuromuscular

Fisioterapi Universitas Indonesia

PLEXUS BRACHIALIS  DEFINISI Lesi plexus brachialis adalah cedera jaringan saraf yang berasal dari C5-Th1. plexus brachialis adalah persarafan yang berjalan dari leher ke arah axial yang dibentuk ramus ventral saraf ventral syaraf vertebra C5-Th1 . Lesi pada plexus brachialis dapat mempengaruhi fungsi saraf motorik dan sensorik pada membrum superium (Subagyo, 2013)

 ANATOMI Ner vus plexus brachialis Plexus brachialis dibentuk oleh bagian anterior 4 ner vus cer vicalis yang terakhir dan oleh ner vus thoracalis per tama. Radiks plexus brachialis terdiri atas C5 dan C6 yang bersatu membentuk truncus bagian atas (upper trunk), C7 yang menjadi truncus bagian tengah (middle trunk), C8 ser ta T1 yang bergabung membentuk truncus bagian bawah (lower trunk). Masing-masing truncus terbagi lagi menjadi bagian anterior dan posterior.Bagian anterior truncus atas dan tengah membentuk fasciculuslateralis, bagian anterior truncus bawah bergabung membentuk fasciculus posterior (Chusid, 1993)

 PATOLOGI Patologi Pada kasus ini lesi plexus brachialis terjadi akibat benturan keras sendi bahu yang mengakibatkan terminal plexus robek .Terjadi karena tarikan yang kuat antara leher dengan bahu atau antara ekstremitas atas dengan trunk .Patologi saraf muncul diantara dua titik. Pada titik proksimal di medulla spinalis dan akar saraf (nerve root junction), sedangan pada titik distal ada di neuromuscular junction. Processus coracoideus sebagai pengungkit saat hiper abduksi yang kuat pada bahu. Selain arah gerakan yang kuat pada plexus brachialis , kecepatan tarikan menentukan terjadinya kerusakan saraf. Sehingga terjadilah cedera pada akar saraf C5-Th1 (Songcharoen 1995)

 Etiologi Sebagian besar traction injury akibat dislokasi terjadi pada kecelakaan lalu lintas. Dari data yang terkumpul, 1173 pasien lesi plexus brachialis dewasa, 82 % disebabkan karena kecelakaan saat mengendarai sepeda motor.Korban jatuh saat mengendarai sepeda motor dengan kepala dan bahu membentur tanah. Benturan yang terjadi dengan posisi bahu depresi dan kepala fleksi ke arah yang berlawanan. Gerakan yang sangat tiba – tiba tersebut juga menyebabkan cedera tarikan pada clavicula dan struktur di bawahnya termasuk plexus brachialis dan vena subclavia. Apabila clavicula sebagai penghubung paling kuat antara bahu dengan kepala patah, maka semua gaya tarikan berpindah ke serabut neurovascular. Mekanisme cedera semacam ini menyebabkan kerusakan yang parah pada serabut saraf bagian atas. Hiperabduksi shoulder atau tarikan yang kuat yang menyebabkan melebarnya sudut scapulohumeral kebanyakan mempengaruhi akar saraf C8 dan T1 , cedera traksi dengan kecepatan tinggi bisa menyebabkan avulsi (robek) akar saraf dari medulla spinalis.

 TANDA DAN GEJALA

Ditandai dengan adanya paralisis pada otot deltoid, otot biceps, otot ekstensor karpi radialis brevis dan ekstensor karpi radialis longus, kadang – kandang juga otot supraspinatus dan infraspinatus yang disebabkan Karena tergangguna otot yang terdinerfasi oleh percabangan syaraf plexus brachialis. Kemudian akan menyebabkan hilangnya gerakan abduksi, adduksi, fleksi dan ekstensi shoulder, endorotasi dan eksorotasi shoulder, gerakan fleksi dan ekstensi elbow, gerakan dorso fleksi dan palmar fleksi, serta kadang-kadang adanya hilang rasa sensoris di area dermaton C5-Th1 dan atrofi bahkan kontraktur pada grup otot fleksor dan ekstensor lengan (Kimberly, 2009)

 DIAGNOSIS Untuk membuat diagnosis cidera plexus brachialis, perlu dilakukan anamnesis dan beberapa pemeriksaan, seperti: (1) Anamnesis, (2) pemeriksaan fisik, (3) pemeriksaan penunjang seperti halnya MRI, X-ray, CT scan dan lain-lain.  PROGNOSIS Prognosis sangat berfariasi karena bergantung tidak hanya pada sifat cideranya itu sendiri.Tetapi juga pada umur pasien dan jenis prosedur yang dilakukan. Pada beberapa kasus didapatkan kembalinya fungsi genggaman tangan dan control volunteer bahu dan siku setelah cidera avulsi pada plexus brachialis

 KOMPLIKASI Kontraktur yang berhubungan dengan beberapa jenis insisi kadang terjadi. Komplikasi yang lebih spesifik bernariasi dan tergantung pada tipe pasti dari prosedur yang dilakukan.Nyeri deaferensiasi bisa menjadi masalah yang paling sulit ditangani setelah terjadinya didera plexus brachalis.Syindrom nyeri terjadi setelah perbaikan pembedahan atau dengan perawatan konserfatif.Ketika akar saraf terevulsi pada cidera perganglionik, sel-sel pada kolumna dorsalis kehilangan suplai sarafnya.Beberapa hari atau minggu setelah cidera, sinyal spontan muncul pada selsel ini.Sinyal-sinyal spontan ini menghasilkan nyeri yang tak tertahankan pada pasien.Pasien seringkali mengeluh perasaan terbakar pada ekstremitas dan mendiskripsikan nyerinya sebagai nyeri remuk .Biasanya nyerinya sangat parah dan hilang timbul

 PROBLEMATIKA FISIOTERAPI 1. Impairment (a) Penurunan kekuatan otot-otot penggerak lengan (b) Gangguan sensorik pada lengan bawah dan tangan 2. Fungtional Limitation (a) Tidak dapat mengambil atau mengangkat dengan tangan (b) Tidak dapat melakukan aktivitas merawat diri seperti mencuci rambut, menyisir rambut, membersihkan punggung dengan tangan kiri. 3. Disability Tidak dapat megendarai motor dll

 TEKNOLOGI FISIOTERAPI a. Terapi Latihan Latihan dalam bentuk Assisted active movement, Assisted active movement bahu, Free active movement bahu, Relaxed passive movement exercise bahu, siku dapat meningkatkan kekuatan otot. Mekanisme dari latihan – latihan tersebut adalah akan timbulnya kontraksi suplai darah pada daerah yang dilatih, sehingga jaringan pada daerah tersebut kaya akan oksigen, dengan demikian akan mempercepat pertumbuhan mucle fibre baru yang efeknya akan meningkatkan volume dan masa otot tersebut, sehingga secara langsung kekuatan otot akan bertambah (Mardiman 2001).

b. Electrical Stimulation (ES) Alat yang digunakan untuk menstimulasi otot -otot dan mencegah atrofi otot. Manfaat dari ES: 1). Relaksasi otot yang mengalami ketegangan/kejang 2). Pencegahan atrofi otot karena tidak digunakan/kelumpuhan 3). meningkatkan sirkulasi darah lokal 4). stimulasi pasca operasi untuk mencegah thrombosis vena 6). mempertahankan atau meningkatkan jangkauan gerak.

LUMBOSACRAL  DEFINISI Cedera atau gangguan yang terjadi pada plexus Lumbosacralis karena terjepit atau trauma. Pleksus lumbo-sakral menyalurkan semua saraf ke ekstremitas bagian bawah sama seperti pleksus brakialis menghubungkan medulla spinalis ke ekstremitas bagian atas. Jadi, cedera komplit atau parsial pleksus lumbo-sakral dapat menyebabkan penurunan fungsi dari ekstremitas bagian bawah.

 ANATOMI

 ETIOLOGI

 GEJALA KLINIS • nyeri neuropatik (berat, membakar atau menusuk) • Kesemutan • Mati rasa pada daerah kulit tertentu atau hipersensitif • Kelemahan dan wasting otot tertentu di daerah paha, pantat dan kaki.  • • • • • • •

DIAGNOSIS Anamnesis Pemeriksaan fisik MRI CT-Scan USG panggul Pemeriksaan elektrofisiologi Pemeriksaan darah, KGD

 PROBLEMATIKA FISIOTERAPI 1. Impairment (a) Penurunan kekuatan otot -otot penggerak extremitas bawah (b) Gangguan sensorik pada extremitas bawah 2. Fungtional Limitation (a) Tidak dapat / rasa tidak nyaman berdiri terlalu lama (b) Tidak dapat / rasa tidak nyaman berjalan terlalu lama 3. Disability Tidak dapat megendarai motor, ber rekreasi

 TEKNOLOGI FISIOTERAPI a. Terapi Latihan Latihan dalam bentuk Assisted active movement, Assisted active movement extremitas bawah, Free active movement extremitas bawah, Relaxed passive movement exercise extremitas bawah, siku dapat meningkatkan kekuatan otot. Mekanisme dari latihan – latihan tersebut adalah akan timbulnya kontraksi suplai darah pada daerah yang dilatih, sehingga jaringan pada daerah tersebut kaya akan oksigen, dengan demikian akan mempercepat pertumbuhan mucle fibre baru yang efeknya akan meningkatkan volume dan masa otot tersebut, sehingga secara langsung kekuatan otot akan bertambah (Mardiman 2001).

b. Electrical Stimulation (ES) Alat yang digunakan untuk menstimulasi otot -otot dan mencegah atrofi otot. Manfaat dari ES: 1). Relaksasi otot yang mengalami ketegangan/kejang 2). Pencegahan atrofi otot karena tidak digunakan/kelumpuhan 3). meningkatkan sirkulasi darah lokal 4). stimulasi pasca operasi otot untuk mencegah thrombosis vena 6). mempertahankan atau meningkatkan jangkauan gerak.

TERIMAKASIH

Related Documents


More Documents from "zia kohongia"