Novel

  • Uploaded by: via
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Novel as PDF for free.

More details

  • Words: 1,364
  • Pages: 6
Loading documents preview...
Analisis Novel

IDENTITAS BUKU Judul Buku : Penulis : Penyunting : Penyunting Akhir : Desainer Cover : Penata Letak : Jenis Novel : Penerbit : Tahun Terbit : Kota Terbit : Tebal Buku : Jumlah Halaman : I.

Konspirasi Alam Semesta Fiersa Besari Juliagar R. N. Agus Wahadyo Budi Setiawan Didit Sasono Novel Fiksi Mediakita 2017 Jakarta 13 x 19 cm vi + 238 halaman

Sinopsis Terlahir dari ayah seorang “ekstapol” membuat Juang harus siap menghadapi setiap celaan dan cemoohan dari orang lain, bahkan tetangganya. Juang Astrajingga seorang yang cukup rupawan, walau kumal dengan brewok tipis menghiasi wajah dan alis tebal menaungi sepasang mata tajam lelaki itu pernah menjadi petualang yang lompat dari stau pelukan ke pelukan lain. Baginya, pelukan adalah pelukan, soal perasaan, lain cerita. Bandung, september 2011 Juang sedang mencari sebuah buku yang dikategorikan langka. Lalu tak sengaja menabrak seorang perempuan, dan tak sengaja pula saat Juang mengembalikan buku-buku yang terjatuh, mereka saling bertatap untuk pertama kalinya, yang seolah membuat jagat raya Juang berhenti. Kita tak peranh tahu apa yang direncanakan alam semsta, saat Juang hendak melak-sanakan tugasnya untuk mewawancarai anak dari sinden Shinta Aksara, seorang yang memiliki sura emas dan membanggakan bangsanya di mancanegara, namun seperti dilupakan oleh bangsanya juga. Ana Tidae anak dari seorang sinden terkenal dan orang yang pernah ditabrak Juang saat berada di toko buku saat itu. Berawal dari tabrakan semesta keduanya dan naik bianglala berdua, sampai berencana untuk mendaki bersama. Senja memang memang membawa kita kepada kegelapan, namun jika kita tahu cara bersyukur, banyak bintang dalam gelap yang menunggu untuk kita nikmati. Senja menjadi awal dari kisah mereka berdua.

Tugas yang diemban sebagai seorang jurnalis membuatnya harus melakukan sebuah perjalanan yang sangat beresiko. Meninggalkan Ana yang baru saja merasa nyaman di-sampingnya. Seketika berpulang dari perjalanan panjangnya selama berbulanbulan, alam kembali mengujinya dengan kabar ibunya yang masuk rumah sakit karena lambungnya yang kini kian bertambah parah. Lagi-lagi Juang harus bertahan dan kuat menerima kenyataan hidup yang sedang dialaminya. Fase keegoisan hampir menguasai seluruh tubuh Juang, yang membuatnya tidak peduli dengan alam dan apa yang di sekitarnya. Lagi-lagi alam tidak pernah berhenti menguji, ketika Juang tahu bahwa Ana menyembunyikan sesuatu yang besar. Juang lagi-lagi harus mnerima kepahitan hidup dan berusaha untuk membuat dirinya dan Ana kembali percaya dengan alam semesta yang indah di luar sana. Seperti apakah warna cinta? Apakah merah muda mewakili rekahannya, ataukah kelabu mewakili pecahannya? II.

Unsur Intrinsik A. Tema : Sebuah kisah perjalanan hidup Juang Astrajingga B. Amanat : Cinta itu harus diperjuangkan, meski jarak dan cobaan yang menghalangi, jika Tuhan sudah berkata jodoh sudah ditentukan, maka halangan apa pun tak akan menjadi penghalang. C. Alur a. Jenis Alur (Campuran): Saat malam itu Juang merenung mengingat almarhum ibundanya dan membayangkan kata-kata ibunya dulu “saat itu Ibu bertemu ayah saat umur 32 tahun, ayah saat itu masih gagah dengan mata tajamnya, tapi dengan berani ibu mendekatinya, sampai hubungan kami sampai ke jalur kuning “. Juang tersenyum sendiri jika membayangkan hal itu akan terjadi pada dirinya nanti dimasa depan. b. Tahapan alur - Pengenalan: Pertemuan Juang Astrajingga dengan Ana Tidae di jalan Dago saat Juang mencari buku sastra. Takdir mempertemukan mereka kembali saat rencana pewawancaraan yang tidak disengaja. Sejak saat itu Juang mulai jatuh hati pada seorang anak penyinden Internasional itu. Walau tahu Ana sudah memiliki seseorang di dalam hatinya, dia tetap keras kepala.

- Aksi menuju konflik: Konflik dimulai saat Juang yang keras kepala bersikeras merebut Ana dari pacarnya, dan pada akhirnya usaha yang terbilang keras kepala itu pun berhasil. Hubungan mereka semakin kuat, meski terbilang ‘tidak resmi’. Hubungan mereka yang baru seumur jagung pun diuji saat Juang ingin membuat film dokumenter tentang Papua. - Konflik: Juang berserta timnya ditangkap oleh pasukan separatis Papua selama beberapa bulan, membuat Ana sangat khawatir. Akhirnya Juang dan kawan-kawannya dibebaskan. Namun, kebahagiaannya tidak bertahan lama, karena saat kepulangannya, Juang disambut dengan kabar duka bahwa Ibunya meninggal dunia. Disusul dengan kabar Ana divonis mengalami tumor otak. Kebimbangan pun terjadi dengan hubungan mereka. - Aksi menuju Penyelesaian: Setelah 1 bulan kematian Ibunda Juang, dia berhasil menenangkan diri dengan berkelana ke Indonesia timur untuk menenangkan diri. Kabar Ana akan dioperasi membuatnya segera pulang ke Bandung, dan memperbaiki masalah diantara mereka. - Penyelesaian: Hubungan mereka pun dipererat dengan tali pernikahan. Namun, alam berkata lain. Disaat Juang membantu keluarga temannya saat bencana gunung Sinabung, dirinya terkena awan panas dan meninggal dunia. Kebetulan pula saat itu Ana tengah mengandung anak mereka, terpaksa Ana melahirkan saat Juang sudah tidak ada lagi. - Macam-macam Konflik: Konflik manusia-batin: Juang ingin segera pulang setelah tahu Ana mengidap penyakit tumor otak. Namun, tugasnya sebagai penanggung jawab dokumenter juga tidak kalah ingin diselesainkannya. Konflik manusia-manusia: “Kamu sudah cukup dewasa untuk melawan orangtua?” Pak David langsung berdiri dari tempat duduknya. “Saya melawan yang menurut saya salah, Pak!” sebuah tamparan keras mendarat di pipi Juang.

D. Setting a. Tempat - Taman. Bianglala itu menjulang tinggi di tenggah-tengah pepohonan rindang, membuat bianglala itu menjadi pusat perhatian di taman itu. - Pantai. Saya bersyukur bisa melihat hamparan air yang begitu biru dan memlihat ikan-ikan menari di terumbu karang. - Rumah Sakit. Dinding putih berserta bau khas menyengat obat-obatan membuat dirinya tersadar sudah ada dimana saat ini. b. Suasana Indekos yang dindingnya sudah berternak jamur itu membuat indekos sepi itu tampak seperti suram. Angin dingin pegunungan dipadukan dengan hangatnya mentari senja, membuat suasana diantara Juang dan Ana semakin tentram. c. Waktu - Sementara matahari semakin tenggelam dalam cakrawala, Juang dan Ana semakin dalam menikmati pemandangan yang ada di hadapan mereka saat ini. - Hari sudah gelap gulita, Juang baru sampai di rumah sakit setelah langsung bertolak dari Bandung selepas kepulangannya dari Papua. E. Gaya Pencitraan/ Gaya Majas Majas personifikasi: - Angin dingin yang berhembus seolah merayu para pendaki agar berhenti untuk menikmatinya. - Batu yang dibawa Juang dan kawan-kawan untuk membuat bendungan seperti menjadi pelatih pribadi mereka selama ada di bawah penahanan. F. Sudut pandang Orang ketiga: Juang bukanlah orang yang cocok disandingkan dengan kata “romantis”. Ia adalah sebuah bentuk dari mesin pengejar mimpi. Ia sampai beradu argumen dengan ayahnya yang sama-sama keras kepala soal pendirian.

G. Tokoh dan penokohan No. Tokoh

Watak

1.

Puitis

Juang Astrajingga

Kutipan

“Senja memang membawa kita kepada kegelapan. Tapi, kalau kita tahu cara dan keras kepala bersyukur, banyak bintang dalam gelap yang menunggu untuk kita nikmati”

“Setidaknya saya enggak menunduknunduk, diam dihina, dan dicap pengkhianat. Saya sudah dewasa Pak, saya sudah tahu mana yang baik dan buruk untuk hidup saya. Saya melawan yang menurut saya salah” 2.

Ana Tidae

Pengertian

“Iya, aku mengerti itu memang impianmu. Aku akan menunggu sampai janjimu untuk kembali kepelukanku disini”

3.

Camar

Pemarah

“Berani-beraninya kau sok merebut pacar orang lain!”

cantik

dan

“Saya tidak suka saat kau dengan dengan wanita lain! 4.

Deri

Penyabar

“Baiklah, lanjutkan perjuangan saya, jaga dia dengan baik”

5.

Pace Johan

Baik hati

“Kau mungkin memang tahanan kami, tapi kau tetap saja 1 bangsa dengan kami, bangsa Indonesia”

6.

Tirto Darmo

Baik

“Iya, bapak percayakan anak saya padamu”

7.

David Gunawan

Pemarah

“Enggak perlu bangga kalau belum ada yang bisa dihasilkan! Kamu sudah cukup dewasa sampai bisa melawan orangtua?”

III.

Unsur Ekstrinsik A. Nilai-nilai: a. Moral: Aku ingin memberimu sepatu untuk melindungi surga di telapak kakimu. Aku ingin bisa melihat betapa cantiknya dirimu. b. Estetika: Aku beruntung bisa datang ke sini dan menyaksikan betapa air mengharu biru dengan ikan-ikan yang menari di atas terumbu. c. Sosial: Meskipun aku kena palak di pelabuhan, aku tahu jika tidak semua orang di Papua itu jahat. Aku tahu itu sejak kami datang di pulau sebelumnya, dimana para warganya menyambut kami dengan baik dan memberi kami syal khas Papua. d. Budaya: Budaya orang-orang disini mungkin cukup aneh untuk orang kota seperti kami. Dimana para warganya yang memasak dengan cara khas papua di atas batu yang ditutupi rumput. B. Latar belakang pengarang Lelaki beruntung kelahiran Bandung tanggal 3 Maret, yang saat ini sedang menjalani kehidupan perguruan tinggi jurusan Sastra Inggris. Dengan panggilan Bung, Fiersa Besari telah membuat 2 album lagu sekaligus telah menerbitkan 2 buku, buku pertama yang berjudul “Garis Waktu” dan yang kedua ini “Konspirasi Alam Semesta”. Meskipun bukubukunya mengandung unsur cinta, Bung juga tidak lupa menyampaikan pesan humanis dan sosialisme di dalamnya. Dan akan segera menerbitkan buku “Catatan Juang” yang berhubungan dengan buku “Konspirasi alam semesta”.

Related Documents

Novel
February 2021 4
Novel
February 2021 4
Skins Novel
February 2021 4
Novel Bahasa Sunda (deng)
February 2021 1
Contoh Resensi Novel
January 2021 2

More Documents from "nileshmsawant"