Penatalaksanaan Fisioterapi Dengan Modalitas Infra Red, Massage

  • Uploaded by: Stefany Celine
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Penatalaksanaan Fisioterapi Dengan Modalitas Infra Red, Massage as PDF for free.

More details

  • Words: 1,447
  • Pages: 25
Loading documents preview...
Penatalaksanaan Fisioterapi dengan Modalitas Infra Red, Massage, Mirror Exercise dan Electrical Stimulation pada Bell’s Palsy Sinistra Di RSUD Ambarawa

Jalur 1 Kelompok IV Ferlyn Agesmian Tri Woro 1403022 Cahya Ariningtyas 1403010 Novia Ulvarina 1403048 Prasetya Wika Abditama 1403056 Stefany Celine Wattimury1403072

Defenisi  Bell’s

palsy adalah lesi yang terjadi pada nervus cranialis ke tujuh tepi yang mengakibatkan kelemahan otot-otot wajah yang sifatnya akut dan penyebabnya belum diketahui dengan jelas. Nervus VII ini berfungsi mengatur otot-otot pergerak wajah antara lain gerakan seperti meringgis dan bibir maju ke depan, gerakan memejamkan mata, dan mengatur aliran air mata.

Etiologi  Penyebab

pasti terjadinya bell’s palsy belum diketahui. Tetapi ada beberapa teori yang mengemukakan tentang penyebab Bell’s Palsy antara lain sebagai berikut, ( Trisnowiyanto, 2012 ) a. Teori iskemia vaskuler b. Teori infeksi virus c. Teori herediter d. Pengaruh udara dingin

Patologi  Udara

dingin menyebabkan lapisan endotelium dari pembuluh darah leher atau telinga rusak, sehingga terjadi proses transdusi dan mengakibatkan foramen stilomastoideus bengkak. Nervus facialis yang melewati daerah tersebut terjepit sehingga rangsangan yang dihantarkan terhambat yang menyebabkan otot-otot wajah mengalami kelemahan atau kelumpuhan, (Dachlan, dikutip oleh Samuel, 2014).

Tanda dan Gejala  Gejala

klinis biasanya mendadak, hampir selalu unilateral, seringkali waktu bangun tidur pagi penderita baru mengetahui kelainan pada wajahnya. Seperti mulut moncong pada satu sisi. Kadang disertai rasa nyeri pada telinga dan daerah mastoid. Waktu diam, pada posisi yang terkena kerutan dahi menghilang, alis lebih rendah, celah mata lebih besar, lipatan nasolabial menghilang dan bentuk lubang hidung yang tidak simetris. Waktu bergerak, penderita tidak dapat mengangkat alis dan mengangkat dahi dan ketika pasien menutup mata, meringis, mengembungkan pipi, bersiul dan mencucu akan terjadi deviasi ke arah yang sehat. (Trisnowiyanto, 2012)

Anatomi Otot Wajah

Otot-otot wajah yang disarafi oleh nervus VII ( Paulsen and Waschke, 2013 )  Keterangan Gambar 1. M. Frontalis 2. M. Corrugator supercili 3. M. Procerus 4. M. Orbicularis oculi 5. M. Nasalis 6. M. Depresor anguli oris 7. M. Zygomaticum mayor 8. M. Zygomaticum minor 9. M. Orbicularis oris 10. M. Buccinator 11. M. Mentalis 12. M. Platysma 

Studi Kasus Nama : Sdra. A  Umur : 16 Tahun  Jenis Kelamin : Laki-laki  Agama : Islam  Pekerjaan : Pelajar  Alamat : Kauman RT 01 RW 02 Keondowo, Banyubiru  Keluhan Utama Wajah sebelah kiri terasa berat dan lemas juga wajah merot ke sisi kanan. 

 Riwayat

penyakit sekarang Kurang lebih 1 minggu yang lalu pasien merasakan wajah sebelah kiri berat. Pada saat pasien minum, air keluar dari mulut sebelah kiri. Saat menutup mata, mata kiri tidak bisa menutup dan makanan menggumpal di mulut sebelah kiri. Pasien pernah berobat 2 kali ke tukang pijat dan setelah di pijat keluhan masih dirasakan pasien. Tanggal 8 november 2016 pasien memeriksakan ke dokter saraf RSUD Ambarawa dan di rujuk ke poliklinik rehabilitasi medik untuk diterapi.  Riwayat

peyakit dahulu Tidak ada

Riwayat pribadi Pasien adalah seorang pelajar SMA yang setiap harinya pergi ke sekolah dengan mengendarai motor tetapi tidak memakai helm.  Riwayat penyakit keluarga Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti ini. 

Tanda-tanda Vital  Tekanan Darah : 120/80 mmHg  Denyut Nadi : 78X /menit  Pernafasan : 22X /menit  Temperatur : 36˚ C  Tinggi Badan : 160 cm  Berat Badan : 50 kg

 Inspeksi

Statis:  Wajah pasien sedikit nampak asimetris.  Mulut pasien merot ke kanan  Tidak terlihat lipatan nasolabial Dinamis:  Mata

kiri tidak dapat menutup rapat  Kerutan dahi tidak simetris dan tidak ada kerutan di sisi kiri  Alis kiri tidak bisa di angkat  Asimetris ketika tersenyum

 Palpasi 1. 2.

Suhu wajah sisi lesi (sinistra) sama dengan sisi sehat (dekstra). Tidak ada nyeri tekan pada wajah sisi kiri dan pada area belakang telinga.

.Pemeriksaan

gerak

Gerak Aktif Sisi sinistra (lesi)  Pasien

tidak mampu mengangkat alis sinistra dan tidak ada kerutan  Pasien mampu menutup mata sinistra tetapi belum sempurna.  Pasien tidak mampu bersiul, tersenyum

Sisi dekstra (sehat)  Pasien

mampu mengangkat alis dekstra, dengan sempurna.  Pasien mampu menutup kelopak mata dekstra dengan sempurna.  Pasien mampu menggerakan mulut bagian dekstra

Kemampuan fungsional dasar :  Pasien

belum bisa menutup mata bagian sinistra (sakit) dengan sempurna.  Pasien belum bisa mencucu dengan sempurna bagian sinistra masih membuka.  Pasien belum bisa tersenyum dengan sempurna.  Pasien tidak bisa mengangkat alis bagian sinistra

 Aktifitas

fungsional:

 Ketika

minum dan berkumur air masih bocor pada sisi sinistra.  Ketika makan mengumpul pada sisi sinistra  Lingkungan

aktivitas.

 Pasien

tidur di bad atau ranjang dan tempat tinggal pasien di daerah dingin.

 Kognitif

: Pasien mampu mengingat dan menceritakan kembali awal munculnya penyakit yang di alami, serta mampu mengikuti instruksi terapis.  Intra personal : Pasien mempunyai motivasi untuk sembuh.  Interpersonal : Pasien mampu berkomunikasi kepada fisioterapi dengan baik.

 Pemeriksaan

Spesifik

Tanda bell’s palsy  Tanda bell’s palsy yang terlihat pada pasien yaitu saat mengerutkan dahi, lipatan kulit dahi hanya terlihat pada sisi yang sehat, dan saat memejamkan mata, bola mata hanya terlihat sedikit, saat mencucu dan bersiul pada sisis sakit terbuka. (Sidharta, 2010).

Hasil pemeriksaan ugo ficsh sebagai berikut: Posisi wajah Istirahat

Hasil 30% X 20

Mengerutkan dahi

0% X 10

Menutup mata

0% X 30

Tersenyum

0% x 30

Bersiul

0% x 10

Total

Keterangan : 0% : asimetris komplit 30% : simetris ringan 70% : simetris sedang 100% : simetris komplit (normal)

6 Poin

Hasil pemeriksaan kekuatan otot-otot wajah sebagai berikut: Pemeriksaan MMT

Hasil

M. Frontalis

1

M. Orbicularis Oculi

1

M. Zigomatikus Mayor

1

M. Orbicularis Oris

1

Keteragan: 0 tidak ada kontraksi yang nampak 1 kontraksi minimal 3 kontraksi sampai dengan simetris sisi normal dengan usaha maksimal 5 kontraksi penuh, terkontrol dan simetris

Diagnosis Fisioterapi Impairment  Adanya penurunan fungsional otot-otot wajah sisi sinistra  Adanya kelemahan otot-otot wajah sisi sinistra  Adanya asimetris wajah Fungsional limitation  Gangguan makan : makanan terkumpul pada sisi sinistra  Berkumur / minum bocor pada sisi sinistra  Adanya gangguan ekspresi wajah. Partisipation restriction  a) Pasien merasa kurang percaya diri dalam bersosialisasi dengan teman-temannya juga masyarakat sekitar.

Tujuan Fisioterapi Tujuan jangka pendek  Meningkatkan kemampuan fungsional otot wajah sinistra  Meningkatkan kekuatan otot-otot wajah sisi sinistra  Memelihara sifat fisiologis otot wajah sisi sinistra 

Tujuan jangka panjang  Melanjutkan tujuan jangka pendek  Mengembalikan kemampuan fungsional pasien yang melibatkan otot-otot wajah seperti berkumur, mengangkat alis, menutup mata dan mengunyah.

Edukasi  Pasien disarankan untuk melindungi mata dari terpaan debu dan angina secara langsung untuk menghindari terjadinya iritasi.  Saat mengendarai sepeda motor disarankan memakai helm dan penutup wajah.  Latihan menggerakan oto-otot wajah sebanyak 23 kali sehari dengan lama latihan 10 – 15 menit. Evaluasi  Anamnesis yaitu untuk mengetahui sejauh mana keluhan yang di rasakan oleh pasien.  Pemeriksaan kemampuan fungsional dengan skala ugo fisch  Pemeriksaan kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing

Penatalaksanaan Fisioterapi  Infra

Red  Massage  Mirror Exercise  Electrical Stimulation

Evaluasi  Berikut

hasil evaluasi mulai T1 sampai T9 : Setelah mendapatkan terapi dengan modalitas (T1 – T6 Infra red, Massage, dan Mirrore Exercise) (T7 – T9 Infra red, Massage, Mirrore Exercise dan Elektrical stimulation Arus Faradik) pasien mengalami peningkatan nilai skala ugo fisch dari nilai 6 poin ( wajah pasien simetris ringan, kesembuhan cenderung asimetris, ada gerakan volunter ) menjadi 66 poin (wajah pasien simetris sedang, kesembuhan cenderung normal ).

Hasil evaluasi skala ugo fisch Posisi wajah

Terapi awal

Terapi akhir

30% X 20

70 % X 20

0% X 10

70 % X 10

0% X 30

70 % X 30

Tersenyum

0% x 30

70% X 30

Bersiul

0% x 10

30 % X 10

6 poin

66 poin

Diam Mengerutkan dahi Menutup mata

Total

Hasil evaluasi pemeriksaan kekuatan otot-otot wajah Pemeriksaan MMT M. Frontalis M. Orbicularis Oculi M. Zigomatikus Mayor M. Zigomatikus Minor M. Orbikularis Oris

T1 1

T2 1

T3 1

T4 1

T5 3

T6 3

T7 3

T8 3

T9 5

1

1

3

3

3

3

3

5

5

1

1

1

1

1

3

3

3

3

1

1

1

1

1

3

3

3

3

1

1

1

1

1

1

3

3

3

Hasil Terapi Akhir 

Hasil Terapi Akhir

Pasien dengan inisial nama Sdra. A, usia 16 tahun dengan keluhan saat pertama kali datang adalah wajah sebelah kiri terasa berat dan lemas juga wajah merot ke sisi kanan. Setelah mendapatkan penanganan fisioterapi sebanyak 9 kali terapi, terhitung dari tanggal 9 November 2016 sampai dengan tanggal 22 November 2016 menunjukan perubahan yang baik. Kini rasa berat dan kaku pada wajah sisi kiri sudah berkurang, wajah sudah terlihat simetris. Pasien sudah tidak mengalami gangguan aktifitas fungsional seperti makan, minum dan berkumur.

TERIMA KASIH

Related Documents


More Documents from "Rizki Dianra"