Pendudukan Jepang Di Indonesia A. Latar Belakang Jepang Menguasai Indonesia

  • Uploaded by: Arvin Arvin Putra
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pendudukan Jepang Di Indonesia A. Latar Belakang Jepang Menguasai Indonesia as PDF for free.

More details

  • Words: 4,220
  • Pages: 17
Loading documents preview...
PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA A. LATAR BELAKANG JEPANG MENGUASAI INDONESIA Bulan Agustus 1940, dalam Perang Dunia II, sebagian wilayah negara Belanda sudah dikuasai Jerman. Sebagai jajahan Belanda, Indonesia dinyatakan berada dalam keadaan perang. Saat itulah GAPI kembali mengeluarkan resolusi yang menuntut diadakannya perubahan ketatanegaraan di Indonesia menggunakan hukum tata negara dalam masa genting (Nood Staatsrecht). Isi resolusi tersebut adalah mengubah Volksraad menjadi parlemen sejati yang anggotanya dipilih dari rakyat dan mengubah fungsi kepala-kepala departemen menjadi menteri-menteri yang bertanggung jawab kepada parlemen. Resolusi tersebut dikirimkan kepada Gubernur Jenderal, Ratu Wilhelmina, dan Kabinet Belanda yang pada saat itu berada di London. Pada saat yang bersamaan, Jepang telah menduduki wilayah beberapa negara di Asia Tenggara. Kedudukan Belanda di Indonesia pun terancam. Dengan kampanye 3A, kedudukan Jepang di Asia makin kuat. Sementara itu, tindakan pemerintah kolonial Belanda yang keras kepala semakin meyakinkan kaum pergerakan nasional bahwa selama Belanda berkuasa, bangsa Indonesia tidak akan pernah memperoleh kemerdekaannya. Akibatnya, kampanye Jepang yang mengumandangkan kemerdekaan bangsa-bangsa Asia mendapat simpati yang besar dari rakyat Indonesia. Dalam rangka menguasai Indonesia, Jepang menyerang markasmarkas Belanda di Tarakan, Sumatra, dan Jawa. Pada tanggal 8 Maret 1942, Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda Letnan Jenderal H. Ter Poorten, atas nama Angkatan Perang Sekutu di Indonesia, menyerah tanpa syarat kepada pimpinan tentara Jepang, Letnan Jenderal Hitoshi Imamura. Penyerahan tanpa syarat tersebut ditandai dengan persetujuan Kalijati yang diadakan di Subang, Jawa Barat. Isi persetujuan tersebut adalah penyerahan hak atas tanah jajahan Belanda di Indonesia kepada pemerintahan pendudukan Jepang. Artinya, bangsa Indonesia memasuki periode penjajahan yang baru. Meski kedatangannya, seperti juga Belanda, adalah untuk tujuan menjajah, Jepang diterima dan disambut lebih baik oleh bangsa Indonesia. Berikut alasan yang melatarbelakangi perbedaan sikap tersebut. 1. Jepang menyatakan bahwa kedatangannya di Indonesia tidak untuk menjajah, bahkan bermaksud untuk membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda. 2. Jepang melakukan propaganda melalui Gerakan 3A (Jepang cahaya Asia, Jepang pelindung Asia, dan Jepang pemimpin Asia). 3. Jepang mengaku sebagai saudara tua bangsa Indonesia yang datang dengan maksud hendak membebaskan rakyat Indonesia.

4. danya semboyan Hakoo Ichiu, yakni dunia dalam satu keluarga dan Jepang adalah pemimpin keluarga tersebut yang berusaha menciptakan kemakmuran bersama B. DAMPAK PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA Pendudukan Jepang di Indonesia dibagi dalam tiga wilayah. 1. Pemerintahan Militer Angkatan Darat ke-25 (Tentara Keduapuluhlima), wilayah kekuasaannya meliputi Sumatra dengan pusat pemerintahan di Bukittinggi. 2. Pemerintahan Militer Angkatan Darat ke-16 (Tentara Keenambelas), wilayah kekuasaannya meliputi Jawa dan Madura dengan pusat pemerintahan di Jakarta. 3. Pemerintahan Militer Angkatan Laut II (Armada Selatan Kedua), wilayah kekuasaannya

meliputi

Sulawesi,

Kalimantan,

dan

Maluku

dengan

pusat

pemerintahan di Makassar. Pemerintahan pendudukan militer di Jawa sifatnya hanya sementara, sesuai dengan Osamu Seirei Nomor 1 Pasal 1 yang dikeluarkan tanggal 7 Maret 1942 oleh Panglima Tentara Keenambelas.

Undang-undang

tersebut

menjadi

pokok

dari

peraturan-peraturan

ketatanegaraan pada masa pendudukan Jepang. Jabatan gubernur jenderal di zaman Hindia Belanda dihapuskan. Segala kekuasaan yang dahulu dipegang gubernur jenderal sekarang dipegang oleh panglima tentara Jepang di Jawa. Undang-undang tersebut juga mengisyaratkan bahwa pemerintahan pendudukan Jepang berkeinginan untuk terus menggunakan aparat pemerintah sipil yang lama beserta para pegawainya. Hal ini dimaksudkan agar pemerintahan dapat terus berjalan dan kekacauan dapat dicegah. Adapun pimpinan pusat tetap dipegang tentara Jepang. Dalam bidang ekonomi, Jepang membuat kebijakan-kebijakan yang pada intinya terpusat pada tujuan mengumpulkan bahan mentah untuk industri perang. Ada dua tahap perencanaan untuk mewujudkan tujuan tersebut, yaitu tahap penguasaan dan tahap menyusun kembali struktur. Pada tahap penguasaan, Jepang mengambil alih pabrik-pabrik gula milik Belanda untuk dikelola oleh pihak swasta Jepang, misalnya, Meiji Seilyo Kaisya dan Okinawa Seilo Kaisya. Adapun dalam tahap restrukturisasi (menyusun kembali struktur), Jepang membuat kebijakankebijakan berikut. 1. Sistem autarki, yakni rakyat dan pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan sendiri untuk menunjang kepentingan perang Jepang. 2. Sistem tonarigumi, yakni dibentuk organisasi rukun tetangga yang terdiri atas 10 – 20 KK untuk mengumpulkan setoran kepada Jepang.

3. Jepang memonopoli hasil perkebunan berdasarkan UU No. 22 Tahun 1942 yang dikeluarkan oleh Gunseikan. 4. Adanya pengerahan tenaga untuk kebutuhan perang. Pengaruh Jepang dalam bidang pendidikan dan kebudayaan di Indonesia sebagai berikut. 1. Bahasa Belanda dilarang digunakan. Sebagai gantinya, bahasa Jepang dan bahasa Indonesia wajib digunakan di sekolah-sekolah dan kantor-kantor. Selain itu, Jepang juga mengajarkan penggunaan aksara Kanji, Hiragana, dan Katakana. 2. Untuk mengembangkan bidang budaya, diterbitkan koran berbahasa Jepang dan dibuka kursus bahasa Jepang. 3. Rakyat diwajibkan mengikuti tradisi menghormat matahari dengan seikeirei atau menghadap ke timur pada setiap pagi ketika matahari terbit. 4. Pada tanggal 1 April 1943 didirikan Pusat Kebudayaan Keiman Bunka Shidosko. Untuk membangun mentalitas, ditanamkan seiskin atau semangat serta bhusido atau jalan ksatria yang berani mati, rela berkorban, siap menghadapi bahaya, dan menjunjung tinggi keperwiraan. Bentuk-bentuk organisasi kemiliteran yang dibentuk Jepang sebagai berikut. 1. Seinendan, yaitu barisan pemuda yang berumur 14 – 22 tahun. 2. Iosyi Seinendan, yaitu barisan cadangan atau seinendan putri. 3. Bakutai, yaitu pasukan berani mati. 4. Keibodan, yaitu barisan bantu polisi yang anggotanya berusia 23 – 35 tahun. Barisan ini di Sumatra disebut Bogodan dan di Kalimantan disebut Borneo Konon Hokokudan. 5. Hisbullah, yaitu barisan semimiliter untuk orang Islam. 6. Heiho, yaitu pembantu prajurit Jepang yang anggotanya berusia 18– 25 tahun. 7. Jawa Sentotai, yaitu barisan benteng perjuangan Jawa. 8. Suisyintai, yaitu barisan pelopor. 9. Peta atau Pembela Tanah Air, yaitu tentara daerah yang dibentuk oleh Kumakichi Harada berdasarkan Osamu Serei No. 44 tanggal 23 Oktober 1943. 10. Gokutokai, yaitu korps pelajar yang dibentuk pada bulan Desember 1944. 11. Fujinkai, yaitu himpunan wanita yang dibentuk pada tanggal 23 Agustus 1943

C. ORGANISASI PPERGERAKAN ZAMAN JEPANG Selama masa pendudukan Jepang, bangsa Indonesia dilarang membentuk organisasi sendiri. Akan tetapi, Jepang sendiri membentuk organisasi-organisasi bagi rakyat Indonesia dengan maksud dipersiapkan untuk membantu Jepang. Organisasi-organisasi ini pada akhirnya berbalik melawan Jepang. 1. Gerakan Tiga A Gerakan Tiga A merupakan organisasi propaganda untuk kepentingan perang Jepang. Organisasi ini berdiri pada bulan April 1942. Pimpinannya adalah Mr. Sjamsuddin. Tujuan berdirinya

Gerakan Tiga A adalah agar rakyat

dengan sukarela

menyumbangkan tenaga bagi perang Jepang. Semboyannya adalah Nippon cahaya Asia, Nippon pemimpin Asia, Nippon pelindung Asia. Untuk menunjang gerakan ini, dibentuk Barisan Pemuda Asia Raya yang dipimpin Sukarjo Wiryopranoto. Adapun untuk menyebarluaskan propaganda, diterbitkan surat kabar Asia Raya. Setelah kedok organisasi ini diketahui, rakyat kehilangan simpati dan meninggalkan organisasi tersebut. Pada tanggal 20 November 1942, organisasi ini dibubarkan. 2. Putera (Pusat Tenaga Rakyat) Pada tanggal 9 Maret 1943, diumumkan lahirnya gerakan baru yang disebut Pusat Tenaga Rakyat atau Putera. Pemimpinnya adalah empat serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan Mas Mansyur. Tujuan Putera menurut versi Ir. Soekarno adalah untuk membangun dan menghidupkan segala sesuatu yang telah dirobohkan oleh imperialisme Belanda. Adapun tujuan bagi Jepang adalah untuk memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia dalam rangka membantu usaha perangnya. Oleh karena itu, telah digariskan sebelas macam kegiatan yang harus dilakukan sebagaimana tercantum dalam peraturan dasarnya. Di antaranya yang terpenting adalah memengaruhi rakyat supaya kuat rasa tanggung jawabnya untuk menghapuskan pengaruh Amerika, Inggris, dan Belanda, mengambil bagian dalam mempertahankan Asia Raya, memperkuat rasa persaudaraan antara Indonesia dan Jepang, serta mengintensifkan pelajaran-pelajaran bahasa Jepang. Di samping itu, Putera juga mempunyai tugas di bidang sosial-ekonomi. Jadi, Putera dibentuk untuk membujuk para kaum nasionalis sekuler dan golongan intelektual agar mengerahkan tenaga dan pikirannya guna membantu Jepang dalam rangka menyukseskan Perang Asia Timur Raya. Organisasi Putera tersusun dari pemimpin pusat dan pemimpin daerah. Pemimpin pusat terdiri dari pejabat bagian usaha budaya dan pejabat bagian

propaganda. Akan tetapi, organisasi Putera di daerah semakin hari semakin mundur. Hal ini disebabkan, antara lain, a. keadaan sosial masyarakat di daerah ternyata masih terbelakang, termasuk dalam bidang pendidikan, sehingga kurang maju dan dinamis; b. keadaan ekonomi masyarakat yang kurang mampu berakibat mereka tidak dapat membiayai gerakan tersebut. Dalam perkembangannya, Putera lebih banyak dimanfaatkan untuk perjuangan dan kepentingan bangsa Indonesia. Mengetahui hal ini, Jepang membubarkan Putera dan mementingkan pembentukan organisasi baru, yaitu Jawa Hokokai. 3. Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa (Jawa Hokokai) Jepang mendirikan Jawa Hokokai pada tanggal 1 Januari 1944. Organisasi ini diperintah langsung oleh kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan). Latar belakang dibentuknya Jawa Hokokai adalah Jepang menyadari bahwa Putera lebih bermanfaat bagi pihak Indonesia daripada bagi pihak Jepang. Oleh karena itu, Jepang merancang pembentukan organisasi baru yang mencakup semua golongan masyarakat, termasuk golongan Cina dan Arab. Berdirinya Jawa Hokokai diumumkan oleh Panglima Tentara Keenambelas, Jenderal Kumakichi Harada. Sebelum mendirikan Jawa Hokokai, pemerintah pendudukan Jepang lebih dahulu meminta pendapat empat serangkai. Alasan yang diajukan adalah semakin hebatnya Perang Asia Timur Raya sehingga Jepang perlu membentuk organisasi baru untuk lebih menggiatkan dan mempersatukan segala kekuatan rakyat. Dasar organisasi ini adalah pengorbanan dalam hokoseiskin (semangat kebaktian) yang meliputi pengorbanan diri, mempertebal rasa persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bakti. Secara tegas, Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah. Jika pucuk pimpinan Putera diserahkan kepada golongan nasionalis Indonesia, kepemimpinan Jawa Hokokai pada tingkat pusat dipegang langsung oleh Gunseikan. Adapun pimpinan daerah diserahkan kepada pejabat setempat mulai dari Shucokan sampai Kuco. Kegiatan-kegiatan Jawa Hokokai sebagaimana digariskan dalam anggaran dasarnya sebagai berikut. a. Melaksanakan segala sesuatu dengan nyata dan ikhlas untuk menyumbangkan segenap tenaga kepada pemerintah Jepang. b. Memimpin rakyat untuk menyumbangkan segenap tenaga berdasarkan semangat persaudaraan antara segenap bangsa.

c. Memperkukuh pembelaan tanah air. Anggota Jawa Hokokai adalah bangsa Indonesia yang berusia minimal 14 tahun, bangsa Jepang yang menjadi pegawai negeri, dan orang-orang dari berbagai kelompok profesi. Jawa Hokokai merupakan pelaksana utama usaha pengerahan barang-barang dan padi. Pada tahun 1945, semua kegiatan pemerintah dalam bidang pergerakan dilaksanakan oleh Jawa Hokokai sehingga organisasi ini harus melaksanakan tugas dengan nyata dan menjadi alat bagi kepentingan Jepang. 4. Cuo Sangi In (Badan Pertimbangan Pusat) Ketika pemerintahan Jepang berada di tangan Perdana Menteri Toyo, Jepang pernahmemberi janji merdeka kepada Filipina dan Burma, namun tidak melakukan hal yang sama. kepada Indonesia. Oleh karena itu, kaum nasionalis Indonesia protes. Menanggapi protes tersebut, PM Toyo lalu membuat kebijakan berikut. a. Pembentukan Dewan Pertimbangan Pusat (Cuo Sangi In). b. Pembentukan Dewan Pertimbangan Karesidenan (Shu Sangi Kai) atau daerah. c. Tokoh-tokoh Indonesia diangkat menjadi penasihat berbagai departemen. d. Pengangkatan orang Indonesia ke dalam pemerintahan dan organisasi resmi lainnya. 5. Majelis Islam A’laa Indonesia (MIAI) MIAI merupakan organisasi yang berdiri pada masa penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun 1937 di Surabaya. Pendirinya adalah K. H. Mas Mansyur dan kawankawan. Organisasi ini tetap diizinkan berdiri pada masa pendudukan Jepang sebab merupakan gerakan anti-Barat dan hanya bergerak dalam bidang amal (sebagai baitulmal) serta penyelenggaraan hari-hari besar Islam saja. Meskipun demikian, pengaruhnya yang besar menyebabkan Jepang merasa perlu untuk membatasi ruang gerak MIAI. D. REAKSI KAUM PERGERAKAN NASIONAL TERHADAP JEPANG Kaum pergerakan dan kaum intelek nasional akhirnya sadar bahwa Jepang ternyata jauh lebih berbahaya bagi bangsa Indonesia karena kekejaman dan penindasannya terhadap rakyat. Sejak awal tahun 1944, rasa simpati terhadap Jepang mulai hilang dan berganti dengan

kebencian. Muncullah gerakan-gerakan perlawanan terhadap Jepang, seperti Gerakan 3A, Putera, dan Peta. Salah satu contoh pemberontakan bangsa Indonesia yang terbesar terhadap Jepang adalah pemberontakan Peta Blitar tanggal 4 Februari 1945. Pemberontakan yang dipimpin Supriyadi ini

sangat mengejutkan

Jepang. Banyak

tentara

Jepang

yang

terbunuh. Untuk

menghadapinya, Jepang mengepung kedudukan Supriyadi. Terjadilah tembak menembak yang membawa banyak korban bagi kedua belah pihak. Dalam pertempuran tersebut, Supriyadi menghilang. Peristiwa ini diabadikan sebagai hari Peta. Setelah perlawanan tersebut, muncul perlawanan-perlawanan lainnya dari berbagai daerah, seperti perlawanan rakyat Aceh dan perlawanan rakyat Sukamanah, Tasikmalaya. Adapun dari kalangan intelektual, muncul organisasi-organisasi bawah tanah yang menyebarluaskan pandangan anti-Jepang. Mereka menanamkan bahwa bagaimanapun, Jepang tetap adalah juga penjajah seperti halnya Belanda. Bangsa Indonesia menurut mereka, hanya akan sejahtera jika telah sepenuhnya merdeka. Tokoh gerakan ini adalah Sjahrir dan Amir Sjarifuddin.

MASA PENDUDUKAN JEPANG Masuknya Jepang ke Indonesia Di Indonesia, tentara Jepang masuk di awali dengan menguasai Tarakan selanjutnya menguasai Balikpapan, Pontianak, Banjarmasin, Palembang, Batavia (Jakarta), Bogor terus ke Subang, dan terakhir Kalijati. Dalam waktu yang singkat Indonesia telah jatuh ke tangan Jepang. Penyerahan tanpa syarat oleh Letjen H. Ter Poorten selaku Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda atas nama Angkatan Perang Sekutu kepada Angkatan Perang Jepang di bawah pimpinan Letjen Hitosyi Imamura pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati menandai berakhirnya kekuasaan pemerintahan Belanda di Indonesia dan digantikan oleh kekuasaan Kemaharajaan Jepang. Pemerintahan militer Jepang di Indonesia terbagi atas tiga wilayah kekuasaan berikut : 1. Tentara XVI (Rikugun/Angkatan Darat) memerintah atas wilayah Jawa dan Madura yang berpusat di Jakarta. 2. Tentara XXV (Rikugun /Angkatan Darat) memerintah atas wilayah Sumatra yang berpusat di Bukittinggi. 3. Armada Selatan II (kaigun/Angkatan Laut) memerintah atas wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua berpusat di Makassar. Pemerintahan pada wilayah masing-masing tersebut dipimpin oleh kepala staf tentara/armada dengan gelar gunseikan (kepala pemerintahan militer) dan staf pemerintahan militer disebut gunseikanbu. Pergerakan Nasional pada Masa Pendudukan Jepang a) Gerakan 3 A Gerakan 3 A yang mempunyai semboyan Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia .Organisasi tersebut dicanangkan pada bulan April 1942. Gerakan 3 A ini dipimpin oleh Hihosyi Syimizu (propagandis Jepang) dan Mr. Samsudin (Indonesia). b) Pusat Tenaga Rakyat (Putera) Pada bulan Maret 1943 pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) yang dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki

Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansur. Tujuannya memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia untuk membantu Jepang dalam Perang Asia Pasifik. c) Himpunan Kebaktian Jawa (Jawa Hokokai) Pada tanggal 1 Januari 1944 Putera diganti dengan organisasi Jawa Hokokai. Tujuannya adalah untuk menghimpun kekuatan rakyat dan digalang kebaktiannya. Di dalam tradisi Jepang, kebaktian ini memiliki tiga dasar, yakni pengorbanan diri, mempertebalpersaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bakti. Tiga hal inilah yang dituntut dari rakyat Indonesia oleh pemerintah Jepang. d) Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI) MIAI adalah organisasi resmi umat Islam yang anti Barat. Kegiatannya terbatas pada pembentukan baitul mal (badan amal) dan menyelenggarakan peringatan hari-hari besar keagamaan. MIAI diganti namanya menjadi Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang disahkan oleh gunseikan pada tanggal 22 Nopember 1943 dengan K.H. Hasyim Asy'ari sebagai ketuanya. Organisasi Militer dan Semimiliter bentukan Jepang Organisasi Semimiliter : 1) Seinendan (Barisan Pemuda) 2) Keibodan (Barisan Pembantu Polisi) 3) Fujinkai (Barisan Wanita) 4) Jibakutai (Barisan Berani Mati) Organisasi Militer : 1) Heiho (Pembantu Prajurit Jepang) 2) Peta ( Pembela Tanah Air) Perjuangan Bawah Tanah Perjuangan bawah tanah pada umumnya dilakukan oleh para pemimpin bangsa kita yang bekerja diinstansi-instansi pemerintah Jepang. Jadi, mereka kelihatannya sebagai pegawai, namun dibalik itu mereka melakukan kegiatan yang bertujuan menghimpun dan mempersatukan rakyat meneruskan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan. Kelompok-Kelompok Perjuangan Bawah Tanah :

A. Kelompok Sukarni Masa pendudukan Jepang, Sukarni bekerja di Sendenbu (Barisan Propaganda Jepang) bersama Moh. Yamin. Kelompok Sukarni mendirikan asrama politik dengan nama Angkatan Baru Indonesia. B. Kelompok Ahmad Subarjo Ahmad Subarjo masa pendudukan Jepang menjabat sebagai Kepala Biro Riset Kaigun Bukanfu (Kantor Perhubungan Angkatan Laut) diJakarta. Ia berhasil mendirikan asrama pemuda dgn nama Asrama Indonesia Merdeka. C. Kelompok Sutan Syahrir Kelompok Sutan Syahrir berjuang secara diam-diam dengan menghimpun mantan teman-teman sekolahnya dan rekan seorganisasi pada zaman Hindia Belanda. Syahrir memberi pelajaran di Asrama Indonesia Merdeka milik Angkatan laut Jepang (Kaigun) bersama dengan Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ahmad Subarjo, dan Iwa Kusuma Sumantri. Perjuangan Bersenjata Latar Belakang Para pemimpin pergerakan nasional semakin tidak tahan menyaksikan penderitaan dan kesengsaraan rakyat yang memilukan. Oleh karena itu, sebagian dari mereka mulai bangkit menentang Jepang dengan cara perlawanan senjata. Macam-macam Perlawanan Bersenjata : 1. Di Aceh, perlawanan meletus di daerah Cot Plieng pada bulan November 1942 di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil. 2. Di Blitar, perlawanan meletus pada tanggal 14 Februari 1945 di bawah pimpinan Supriyadi, seorang Komandan Pasukan Peta di Blitar. Perlawanan ini merupakan perlawanan terbesar pada masa pendudukan Jepang. 3. Di Jawa Barat, perlawanan meletus pada bulan Februari 1944 yakni didaerah Sukamanah di bawah pimpinan K.H. Zainal Mustafa. Ia menolak ajaran Seikeirei(Penghormatan kepada Kaisar Jepang yang dianggap sebagai ketunan Dewa Matahari dengan cara membungkukkan badan dalam-2 menghadap ke timur laut (Tokyo)), hal ini dinilai bertentangan dengan ajaran Islam sehingga ia menghimpun rakyat untuk melawan Jepang.

4. Di Aceh, perlawanan muncul lagi pd bulan Nov 1944 yg dilakukan oleh prajurit Giyugun di pimpinan Teuku Hamid. Ia bersama anak buahnya melarikan diri ke hutan kemudian melakukan perlawanan. Untk menumpas pemberontakan Jepang melakukan siasat yg licik, yakni menyandera seluruh anggota keluarganya, akhirnya Teuku Hamid menyerah. Sistem Autarki yaitu sistem ekonomi dimana tiap daerah harus mencukupi kepentingan daerah sendiri dan menunjang kepentingan perang Jepang PEMBENTUKAN BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) 1. Nama Jepang

: Dokuritsu Junbi Cosakai

2. Latar Belakang

:

 Pada tahun 1944, Jepang banyak mengalami kekalahan oleh sekutu  9 September 1944 Perdana Menteri Koiso memberikan janji kemerdekaan Indonesia dikemudian hari, dengan maksud untuk menarik simpati bangsa Indonesia 3. Tujuan :  Menyelidiki hal-hal penting menyangkut pembentukan negara Indonesia merdeka 4. Waktu

:

 1 Maret 1945 pembentukan BPUPKI oleh Letjen Kumakici Harada 5. Pengurus BPUPKI

:

 Ketua = Radjiman Widyodiningrat, Ketua Muda = Icibagase 6.

Sidang-sidang BPUPKI

A. Sidang pertama BPUPKI (29 Mei- 1 Juni 1945) membahas tentang perumusan dasar negara. Tokoh yang mengusulkan ide tentang dasar negara adalah : 1.

Muh. Yamin (29 Mei 1945)

2.

Mr. Soepomo ( 31 Mei 1945)

3.

Ir. Soekarno ( 1 Juni 1945) yang kemudian ide dasar negaranya diberi nama “Pancasila”

B. Sidang BPUPKI ke II (10-17 Juli 1945) membahas tentang rancangan Undang-Undang Dasar(UUD) & rencana lainnya yang berkaitan dengan persiapan kemerdekaan Indonesia.

PEMBENTUKAN PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) 1. Nama Jepang

: Dokuritsu Junbi Inkai

2. Latar Belakang

:

 Keberhasilan BPUPKI dalam menyusun dan membuat UUD 1945  7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan 3. Waktu

:

 7 Agustus 1945, PPKI dibentuk untuk menggantikan BPUPKI 4. Pengurus PPKI

:

 Ketua = Ir. Soekarno  Wakil Ketua = Drs. Mohammad Hatta  Penasihat = Mr. Ahmad Subardjo 5. Anggota : 21 orang Terdiri dari 12 wakil dari Jawa, 3 wakil dari Sumatra, 2 wakil dari Sulawesi, seorang dari Kalimantan, seorang dari Sunda Kecil, seorang dari Maluku dan seorang keturunan Cina.

Nasrudin Gets a Cow One day, Nasrudin’s wife told him, “Let’s buy a cow so that we can have milk every day. Nasrudin replied, “We don’t have enough space in our yard for my donkey and a new cow.” But despite Nasrudin’s objection, his wife persisted until he finally gave in. So he bought the cow—and just he predicted, it crowded his beloved donkey in the barn. To end this problem, Nasrudin started to pray one night, saying, “Dear God, please kill the cow, so my wife can’t bother me about it anymore, and so my donkey can live in peace.” The next day, Nasrudin went into the barn and was dismayed to discover that his donkey was dead! He looked up and said, “God, I don’t mean to offend you or anything, but let me ask you this—after all these years, do you mean to tell me that you still can’t tell the difference between a cow and a donkey?” Terjemahan Nasrudin Mendapatkan Seekor Sapi Suatu hari, istri mengatakan kepadanya, "Mari kita membeli sapi sehingga kita dapat memiliki susu setiap hari. Nasrudin menjawab, "Kita tidak memiliki cukup ruang di halaman kita untuk keledai saya dan seekor sapi yang baru." Tetapi meskipun Nasrudin keberatan , istrinya bertahan sampai ia akhirnya menyerah Jadi dia membeli sapi-dan seperti yang ia perkirakan, sapi tersebut bertengkar dengan keledai tercintanya di gudang. Untuk mengakhiri masalah ini, Nasrudin mulai berdoa suatu malam, dia berdoa, "Ya Tuhan, mohon bunuhlah sapi tersebut, jadi istri saya tidak bisa mengganggu saya tentang hal itu lagi, sehingga keledai saya bisa hidup dalam damai." Keesokan harinya, Nasrudin pergi ke gudang dan kecewa untuk menemukan bahwa keledainya sudah mati! Dia mendongak dan berkata, "Tuhan, saya tidak bermaksud menyinggung perasaan Anda atau apa, tapi biarkan saya menanyakan ini, jadi setelah bertahun-tahun, apa kah Anda bermaksud memberitahu saya bahwa Anda masih tidak bisa membedakan antara sapi dan keledai? "

"Loving Money Too Much" There was a man who liked money very much. He worked all of his life and wanted to save all of his money for his own future. He was a real miser when it came to his money. He loved money more than just about anything. Even, just before he died, he said to his wife; "Now listen, when I die, I want you to take all my money and place it in the casket with me. I wanna take my money to the afterlife." So he asked his wife to promise him with all her heart that when he died, she would put all the money in the casket with him. Well, one day, he really died. Then he was stretched out in the casket. The wife was sitting there in black clothes next to her closest friend. When they finished the ceremony, just before the undertakers got ready to close the casket, the wife said "Wait just a minute!" She had a box in her hands. She came over with the box and placed it in the casket. After that the undertakers locked the casket down and rolled it away. Not long after that, her friend said, "I hope you were not crazy enough to put all that money in the casket." The wife turned to her friend and replied; "Yes, because I have promised." Then she continued; "I can't lie. I promised him that I was going to put that money in that casket with him." Feeling shocked, her friend said; "You mean that you have put every cent of his money in the casket with him?" Then the wife answered; "Surely I did. I got it all together, put all the money into my account and I just wrote him a check."

"Mencintai Uang Terlalu Banyak" Ada seorang pria yang menyukai uang yang sangat banyak. Ia bekerja sepanjang hidupnya dan ingin menyimpan semua uangnya untuk masa depannya sendiri. Dia adalah seorang kikir yang nyata ketika datang ke uangnya. Dia mencintai uang lebih dari apa saja. Bahkan, sebelum dia meninggal, dia berkata kepada istrinya; "Sekarang dengarkan, ketika aku mati, aku ingin kau mengambil semua uang saya dan menempatkannya di peti mati dengan saya. Saya ingin mengambil uang saya ke alam baka." Jadi dia meminta istrinya untuk berjanji dengan segenap hatinya bahwa ketika dia meninggal, dia akan menaruh semua uang di peti mati dengan dia. Nah, suatu hari, dia benar-benar mati. Lalu ia berbaring di peti mati. Istri duduk di sana dengan pakaian hitam di sebelah sahabat karibnya. Ketika mereka selesai upacara, sebelum pengurus bersiap-siap untuk menutup peti mati, istri berkata "Tunggu sebentar!" Dia memiliki sebuah kotak di tangannya. Dia datang dengan kotak dan meletakkannya di peti mati. Setelah itu para pengurus mengunci peti mati itu dan berguling menjauh. Tidak lama setelah itu, temannya berkata, "Saya harap Anda tidak cukup gila untuk menaruh semua uang itu dalam peti mati." Istri beralih ke temannya dan menjawab; "Ya, karena saya telah berjanji." Kemudian dia melanjutkan; "Saya tidak bisa berbohong. Aku berjanji kepadanya bahwa saya akan memasukkan uang itu di dalam peti mati itu dengan dia." Merasa terkejut, temannya berkata; "Anda berarti bahwa Anda telah menempatkan setiap sen uang di peti mati dengan dia?" Kemudian istri menjawab; "Pasti saya lakukan. Aku punya itu semua bersama-sama, menempatkan semua uang ke rekening saya dan saya baru saja menulis sebuah cek."

“That Phone is Off” Soon after he left college, Dave found one of his uncles who was very rich and had no children of his own died and left him a lot of money, so he decided to set up his own real estate agency. Dave found a nice office. He bought some new furniture and moved in. he had only been there for e few hours when he heard someone coming toward the door of his office. “It must be my first customer” Dave thought. He quickly picked up the telephone and pretended to be very busy answering an important call from someone in New York who wanted to buy a big and expensive house in the country. The man knocked at the door while this was going on. He came in and waited politely for Dave to finish his conversation on the phone. Then the man said to Dave; “I am from the telephone company and I was sent here to connect your telephone”

"Telepon itu adalah Off" Segera setelah ia meninggalkan kuliah, Dave menemukan salah satu pamannya yang sangat kaya dan tidak memiliki anak sendiri meninggal dan meninggalkan dia banyak uang, sehingga ia memutuskan untuk mendirikan agen real estat sendiri. Dave menemukan kantor yang bagus. Dia membeli beberapa perabot baru dan pindah. Ia hanya berada di sana untuk e beberapa jam ketika ia mendengar seseorang datang ke pintu kantornya. "Ini harus menjadi pelanggan pertama saya" pikir Dave. Dia segera mengangkat telepon dan berpura-pura menjadi sangat sibuk menjawab panggilan penting dari seseorang di New York yang ingin membeli rumah besar dan mahal di negara ini. Pria itu mengetuk pintu sementara ini sedang terjadi. Dia datang dan menunggu dengan sopan untuk Dave untuk menyelesaikan percakapannya di telepon. Lalu orang itu berkata kepada Dave; "Saya dari perusahaan telepon dan saya dikirim ke sini untuk menghubungkan telepon Anda"

Masa pendudukan Jepang berbeda dengan masa penjajahan Belanda. Pada penjajahan Belanda pemerintahan dipegang oleh pemerintahan sipil. Sedangkan masa Jepang dipimpin oleh militer. Dalam menjalankan pemerintahannya, Indonesia dibagi dalam tiga wilayah kekuasaan militer. 1. Wilayah I, meliputi Pulau Jawa dan Madura diperintah oleh Tentara keenambelas (Angkatan Darat) dengan pusatnya di Batavia (Jakarta). 2. Wilayah II meliputi daerah Pulau Sumatra, diperintah oleh tentara keduapuluh lima (Angkatan Darat) dengan pusatnya di Bukittinggi. 3. Wilayah III meliputi Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Timor, Maluku diperintah oleh Armada Selatan Kedua (Angkatan Laut) dan berkedudukan di Makassar (Ujungpandang).

Dalam rangka memperkuat kedudukan dalam Perang Pasifik, Jepang melakukan mobilisasi para pemuda untuk dibina dalam latihan militer. Oleh karena itu Jepang membentuk organisasiorganisasi semimiliter dan organisasi militer:

Related Documents


More Documents from "Fadly Alfian"