Pengantar Perjanjian Lama

  • Uploaded by: Lily Tasim
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pengantar Perjanjian Lama as PDF for free.

More details

  • Words: 8,823
  • Pages: 42
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Menjadi sebuah hal yang menarik adalah ketika muncul pertanyaan seberapa pentingkah sejarah Perjanjian Lama (PL) dalam ruang lingkup kehidupan orang Kristen? Mungkin akan muncul berbagai macam pendapat, ada yang mengatakan penting ada juga yang menganggap sudah berlalu. Jika kita pelajari dengan baik Yesus Kristus menggunakan PL dalam mengajar di pelayanan-Nya. Para murid Yesus juga menggunakan PL dalam memberitakan injil atau dalam pelayanannya. Hal itu membuat PL menjadi hal yang sangat penting dalam membangun dan membentuk konsep dalam pelaksanaan pelayanan dalam kehidupan orang Kristen. Pemahaman tersebut tentunya dilandasi oleh bagaimana sejarah kehidupan orang Kristen dalam PL. Berdasarkan hal tersebut dapat kita katakan bahwa sejarah PL memiliki peranan penting untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pelayanan Agama Kristen pada masa dulu (pada kehidupan bangsa Israel).

1.2. Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan diktat ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat mengetahui bagaimana sejarah PL, khususnya pada masa sejarah bangsa Israel. 2. Dapat mengerti maksud dan rencana Allah yang turut campur tangan dalam sejarah manusia. 3. Mengetahui kejadian-kejadian dalam Alkitab untuk melihat bagaimana Allah berkarya, menyatakan Diri-Nya dan bagaimana Ia bertindak dan berhubungan dengan manusia.

1

1.3. Definisi Theologia 1. Apakah itu Theologia? Theologia dibagi dalam dua definisi : a. Definisi Umum artinya Theologia adalah pengetahuan tentang Allah yang diterangkan secara sistematis. b. Definisi Khusus artinya Theologia berdasarkan Alkitab 2. Theologia terdiri dari tiga kata : a. Theos : Tuhan, Allah, God b. Logos : Firman, Perkataan, Hikmat, Wahyu. c. Logi : Ilmu/Science 3. Theos : Wibawa Allah, Otoritas, Anugerah 4. Istilah Theologia, etimologi kata dari bahasa Yunani : THEOS : Allah/Tuhan LOGOS : Perkataan, Percakapan, Ekspresi Rasional, Uraian, Atau Buah Pikiran. 5. Istilah Theologia : uraian rasional tentang Allah. 6. Istilah Sistematika Bahasa Yunani : Sunistano 7. Sistem atau Systema : menggambarkan tentang anggota-anggota dari satu persekutuan.

Artinya:

berdiri

bersama

atau

mengorganisasikan.

Kesimpulan adalah mengumpulkan/mengorganisasikan menjadi kesatuan yang utuh. 8. Dogmatika : Bahasa Yunani, Dogma artinya: Perintah, Ketetapan, Keputusan, Resolusi, Doktrin, Opini dan Asaz. 9. Kata Kerjanya : Dogmatizo artinya : Menetapkan, atau Menitahkan (Kis. 16:4). Dogma dalam bentuk jamak menujuk “Keputusan-Keputusan”. 10. Dogma : Asaz, Ajaran : sifatnya permanen, sudah diakui diUndangundang Gereja. 11. Prakteknya : Ajaran tentang Allah yang menjadi ciri kelompok Gereja tertentu. 12. Doktrin : Asaz, Ajaran : Sifatnya temporer karena dapat berkembang, sifatnya tafsiran. Isinya : Ajaran Alkitab tentang salah satu pokok iman.

2

1.4. Dogma Tentang Manusia a. Asal Usul Manusia (Antropos) + on : perlu pertolongan 1. Adamah : Tanah liat 2. Jari-jari Tuhan 3. Nefes/Nafas Tuhan Manusia : Gambar/Rupa Allah 1. Wajah Allah/Teladan 2. Sifat-sifat Allah 3. Hadirat Allah b. Tujuan Manusia diciptakan : 1. Menyembah Allah dan memuji Tuhan 2. Menguasai bumi 3. Menaklukkan bumi ( binatang-binatang buas dan tanah) c. Akhir Hidup Manusia 1. Firdaus : Pintu Sorga 2. Hadesh : Pintu Neraka 3. Yerusalem Baru

1.5. Dogma Tentang Dosa a. Asal usul dosa 1. Sorga (ada pemberontakan) 2. Taman Eden (waktu melanggar perintah Tuhan) 3. Bisikan iblis (tawaran) b. Bentuk dosa 1. Dosa yang membawa maut (tidak dapat diampuni) Dosa yang tidak mengampuni Dosa menghujat Allah Murtad : mengkhianati Tuhan, menolak Tuhan, putus kontrak dengan Tuhan

3

2. Dosa yang tidak membawa maut (perbuatan/daging)

c. Jenis dosa 1. Dosa warisan ( Ef. 2:3) Kematian rohani 2. Dosa perbuatan sehari-hari 3. Dosa perencanaan Harus ada pelepasan Ada roh yang mengikat d. Akibat dosa 1. Maut/siksaan 2. Kematian 3. Penghukuman Dalam PL dosa dimengerti sebagai ‘ketidaktaatan’ = PESYA : pemberontakan,

KHATA : pelanggaran, AWON : perbuatan yang tidak

senonoh. Dalam PB dosa diartikan sebagai ‘ketidaktaatan’ (Rom. 5:19), artinya : melanggar hak dan hukum Taurat Allah (I Yoh. 3:4) dan melawan Allah sendiri. Menurut Paulus dosa: ‘musuh’ dan ‘pembenci’ Allah (Kol. 1:21; Rm. 1:30). Istilah Paulus : ‘PARAKOE’ = Ketidakpatuhan (Rm. 5:19), dan ‘EPITHUMIA’ : keinginan yang tidak benar (Rm. 7:7). Pengertian Paulus, dosa adalah sesuatu yang dilakukan manusia dengan tanggung jawab sendiri dan juga suatu keadaan yang didalamnya manusia sudah berada sejak semula.

4

BAB II SEJARAH PERJANJIAN LAMA

2.1. Sejarah Singkat Perjanjian Lama Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa sebagian besar Kitabkitab dalam PL berisi cerita sejarah, khususnya tentang sejarah bangsa Israel. Cerita-cerita tersebut bukanlah cerita yang sekedar kita dengar lalu kita lupakan, karena ada makna teologis yang dapat ditarik kalau kita mempelajari dengan teliti dan dengan tujuan yang benar. Mempelajari sejarah PL harus dimulai dengan kerinduan untuk mengerti maksud dan rencana Allah berintervensi (turut campur tangan) dalam sejarah manusia. Hal inilah juga yang mendorong para ahli Alkitab untuk meneliti dan menyusun urutan kejadian-kejadian dalam Alkitab untuk melihat kembali bagaimana Allah berkarya, menyatakan Diri-Nya dan bagaimana Ia bertindak dan berhubungan dengan manusia. Tindakan Allah dalam sejarah ciptaan-Nya ini membuktikan akan penyertaan dan pemeliharaan Allah terhadap ciptaan-Nya. Apa yang Allah kerjakan dan tunjukkan di masa lampau dalam sejarah Perjanjian Lama, memberikan dampak dan pengharapan bagi kita yang hidup pada masa kini. Untuk lebih jelasnya di bawah ini adalah hal-hal penting yang perlu diketahui dalam mempelajari sejarah PL ini. Hal-hal penting yang perlu diketahui dalam mempelajari sejarah PL: 1. Sejarah PL adalah Sejarah KEHIDUPAN MANUSIA YANG NYATA Sejarah PL bukanlah cerita-cerita usang belaka dari suatu bangsa yang hanya rekaan manusia. Sejarah PL adalah kisah dari sebuah bangsa yang betul-betul ada di dunia, yang telah dipilih Allah untuk menjadi saluran kasih-Nya. Setiap kejadian yang ada dalam sejarah PL merupakan sebuah mata rantai sejarah Keselamatan Allah yang panjang yang saling menyambung, karena kisah yang ada dalam PL tersebut satu dengan yang lain memiliki hubungan/kaitan yang sangat erat, baik hubungan sebagai

5

kelanjutan cerita, tapi juga hubungan akan penggenapan atas nubuat yang telah diberikan sebelumnya. 2. Sejarah PL adalah PEKERJAAN ALLAH Alkitab PL bukan saja meliputi cerita kronologis bangsa Israel dari permulaan pemilihan sampai jaman Yesus Kristus, tapi adalah sejarah pekerjaan Allah yang terus menerus dinyatakan di dalam kehidupan orangorang Israel agar mereka mengerti tujuan pekerjaan dan rencana karya Allah untuk keselamatan mereka serta menjadikan mereka rekan kerja Allah. 3. Sejarah PL adalah SEJARAH KESELAMATAN Dari peristiwa-peristiwa yang disusun secara kronologis maka terlihatlah suatu benang merah berita inti dalam seluruh sejarah umat manusia, yaitu Sejarah Keselamatan yang Allah anugerahkan kepada manusia. Manusia yang telah jatuh dalam dosa dan terputus hubungan dengan Allah diberikan pengharapan baru dan pada setiap generasi, sejarah mencatat, Allah selalu mengulangi panggilan-Nya agar manusia berbalik dan menerima keselamatan yang datangnya dari Allah. Dari tiga hal di atas jelaslah bahwa untuk mempelajari sejarah PL kita harus melihat keseluruhan beritanya dalam konteks yang tepat. Sejarah PL bukan berisi perintah-perintah yang harus kita ikuti atau cerita yang bisa kita ambil dan mengerti secara terpisah- pisah, karena masing-masing peristiwa memiliki latar belakang historis yang menuju ke satu berita utama, yaitu berita Keselamatan. Oleh karena itu mempelajari sejarah PL akan menolong kita secara langsung untuk mempelajari konteks dalam menafsirkan berita PL secara benar.

2.2. Kronologis Sejarah PL Sebelum memberikan garis besar sejarah seluruh PL, perlu terlebih dahulu kita mengerti bagaimana para ahli Alkitab dan sejarah menentukan waktu terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut secara kronologis. Penentuan waktu kronologis sejarah PL (dari masa penciptaan, Adam dan seterusnya)

6

tidak begitu mudah untuk dipastikan, karena Alkitab sendiri tidak ditulis untuk maksud memberikan catatan kronologis yang urut dan lengkap. Tujuan Alkitab mencatat peristiwa-peristiwa penting adalah untuk memberikan gambaran sehubungan dengan bagaimana Allah bertindak terhadap manusia pada tempat dan waktu saat itu. Salah satu cara menentukan waktu kejadian penciptaan Adam adalah dengan teori Ussher (sekalipun sekarang teori ini tidak populer), yaitu dengan cara menjumlahkan kebelakang genealogi-genealogi (silsilah) dan data-data kronologis lain yang terdapat dalam PL (dengan asumsi bahwa silsilahsilsilah PL semua lengkap dan berurutan). Dengan cara ini ditentukan bahwa waktu penciptaan Adam adalah tahun 4004 SM (Sebelum Masehi). Banyak orang masih memakai pedoman pentarikhan waktu Ussher ini sebagai pedoman pengurutan kronologisnya saja, sedangkan penentuan tahunnya tidak diikuti.

Berikut ini adalah garis besar pembagian sejarah PL secara kronologis: 2.2.1. Jaman Adam sampai Abraham (kira-kira 5000-4000 SM) Jaman ini oleh beberapa sarjana ditempatkan dalam ruang waktu antara 5000-4000 SM, walaupun ada banyak pandangan yang berbeda-beda tentang penetapan waktu ini. Dalam jaman ini dicatat dua peristiwa besar: 1. Air bah (Kej. 6:13; 9:17): 3000 SM, tahun ini ditentukan dengan memperhatikan kesamaan antara Air Bah di dalam Alkitab dengan sebuah kisah air bah yang berasal dari Babel. 2. Menara Babel (Kej. 11:1-9): 3000-2000 SM, karena kejadiannya ini tidak lama sesudah air bah (dimana semua manusia masih tinggal di satu daerah). 2.2.2. Jaman Patriakh-Patriakh (kira-kira 2000-1400 SM) Kisah pengembaraan Abraham dalam Kejadian Psl. 12-50 dapat diyakinkan dari berbagai keterangan yang cocok sekali dengan lingkungan kebudayaan periode tahun 2000-1600 SM, dimana cara

7

hidup orang-orang jaman itu adalah mengembara (nomandik). Tanah Palestina saat itu masih jarang penduduknya sehingga pengembaraan masih dapat dilakukan dengan bebas di daerah-daerah yang subur, bahkan dari daerah Mesopotamia (tempat asal Abraham) ke Palestina. 2.2.3. Jaman Keluaran/Eksodus dari Mesir (kira-kira 2000-1400 SM) Ada dua periode besar pada jaman ini yang berjalan kira-kira 430 tahun (Kel. 12:40-41), yaitu: 1. Masa Abraham dipanggil Tuhan sampai Yakub masuk ke Mesir (Kej. 12:4; 2:15; 25:26; 47:9). 2. Masa bangsa Israel di Mesir sampai keluar dari Mesir. Tahun 1290 SM diperkirakan sebagai tahun keluarnya (Eksodus) bangsa Israel dari Mesir. Saat itu diperkirakan umur Musa adalah 80 tahun. 2.2.4. Jaman Hakim-Hakim (kira-kira 1400-1050 SM) Jaman ini adalah masa sesudah kematian Yosua. Dalam periode ini ada 13 hakim yang ditunjuk Tuhan untuk memimpin bangsa Israel hidup di Tanah Perjanjian. (Daftar Hakim-hakim lihat di bahan Referensi). Masa Hakim-hakim ini dianggap sebagai masa gelap bangsa Israel, diungkapkan sebagai masa dimana "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri." (Hak. 17:6). Pada masa ini sepertinya Tuhan tidak bekerja, baik melalui mujizat maupun tandatanda lain yang menyertai. Kehidupan bangsa Israel sangat mundur bukan hanya secara rohani tapi juga dalam hal keamanan dan kesejahteraan jasmani. Mereka sering dikalahkan, dirampok dan diperlakukan sangat buruk oleh bangsa-bangsa lain yang lebih kuat. Kunci dari masalah ini adalah karena dosa-dosa yang diperbuat oleh bangsa Israel, sehingga Tuhan meninggalkan mereka. 2.2.5. Jaman Kerajaan Bersatu (kira-kira 1050 - 931 SM) Dalam rangkaian sejarah bangsa Israel, periode jaman ini dapat dikatakan sebagai jaman yang paling gemilang dan makmur. Israel menjadi bangsa yang memiliki derajat tinggi diantara bangsa- bangsa di sekitarnya. Hal ini ditandai dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai

8

dalam

berbagai

bidang

(ilmu

pengetahuan,

kesusasteraan,

pembangunan dll). Tapi pada pihak yang lain sistem pemerintahan "Teokrasi",

yaitu kepemimpinan langsung oleh Tuhan, mulai

ditinggalkan oleh bangsa Israel. Tuhan mengijinkan mereka memiliki raja sendiri untuk memerintah karena kedegilan hati bangsa ini. Tetapi Tuhan memberikan peringatan yang jelas (I Sam. 8) bahwa mereka akan menyesal dikemudian hari. (Daftar Raja-raja Israel dapat dilihat di bahan Referensi). 2.2.6. Jaman Kerajaan Terpecah (kira-kira 930-586 SM) Kejayaan kerajaan Israel berakhir setelah pemerintahan raja Salomo, karena kemudian kerajaan ini mulai pecah dan runtuh sedikit demi sedikit dan akhirnya hancur karena kejahatan mereka di mata Tuhan dan penyembahan-penyembahan mereka kepada patung-patung berhala. Karena janji dan kesetiaan Tuhan pada bangsa ini maka tak hentihentinya Tuhan berbicara dengan mengirimkan utusan-utusan-Nya. Pada

jaman

ini

beberapa

nabi

dibangkitkan

Tuhan

untuk

menyampaikan Firman-Nya kepada raja dan rakyat dari kedua kerajaan yang pecah ini. (Daftar nabi-nabi dapat dilihat di bahan Referensi). 2.2.7. Jaman pembuangan di Babel dan kembali ke tanah Israel (kira-kira 587 B.C) Periode pertama jaman ini adalah masa yang sulit bagi bangsa Israel. Mereka berkali-kali jatuh ke tangan bangsa lain, dijajah dan ditindas, bahkan mereka sempat dibuang ke tanah asing untuk menjadi bangsa tawanan. Hal ini Tuhan ijinkan terjadi karena Tuhan sedang menghukum bangsa Israel atas dosa dan kejahatan mereka dengan harapan supaya mereka mengoreksi diri lalu berbalik kepada Tuhan. Pada saat yang sama Tuhan juga mengirimkan nabi-nabi-Nya untuk berbicara tentang janji kesetiaan Tuhan bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan mereka asal mereka mau berbalik dan mentaati perintah Tuhan. (Daftar nabi-nabi dapat dilihat di bahan Referensi).

9

Di tanah pembuangan inilah bangsa Yahudi dan Yudaisme dilahirkan. Orang-orang yang Tuhan pakai, seperti Ezra dan Nehemia, berhasil memimpin bangsa ini untuk kembali menegakkan "monotheisme" dan menghargai Firman Tuhan yang diajarkan oleh nenek moyang dari generasi-generasi sebelumnya, termasuk di dalamnya adalah Hukum Taurat sebagai pusat pengajaran mereka. Periode kedua dari jaman ini adalah kembalinya bangsa Yahudi ke tanah Palestina yaitu setelah tahun 539 SM, ketika Raja Koresy dari Persia menaklukkan Babel dan bangsa Israel pulang ke tempat asal dan membangun bangsa dan tempat ibadah mereka kembali. Rombongan pertama dipimpin oleh seorang yang bernama Sesbazar (Ezra 1:11; 5:14) 538 SM dimana fondasi Bait Suci diletakkan. Rombongan kedua dipimpin oleh Hagai dan Zakharia 520 SM berjumlah 42.360 orang (Ezra 2:64). Bait Suci selesai dibangun. Tahun 458 SM ada pengutusan dilakukan oleh Ezra beserta serombongan besar orang Yahudi (Ezra 7:1-7) dan tahun 445 SM Nehemia datang ke Yerusalem menyelesaikan pembangunannya. Pada akhir sejarah PL, kita ketahui bahwa orang-orang Yahudi yang pulang ke tanah air mereka memiliki komitmen untuk menjunjung tinggi Hukum Taurat dan tempat ibadah Bait Suci karena mereka memiliki keyakinan yang teguh bahwa merekalah umat pilihan Allah. Sampai pada permulaan sejarah Perjanjian Baru kita masih melihat bahwa bangsa dan agama Yahudi berkembang terus dengan subur.

2.3. Tinjauan Sejarah Masa Perjanjian Lama Kronologi Sepatah kata tentang kronologi perlu untuk suatu tinjauan sejarah masa PL. Para pembaca

barangkali bertanya-tanya bagaimana tanggal-tanggal

dapat ditetapkan untuk semua peristiwa dan tokoh dari sejarah dahulu kala bilamana catatan-catatan, paling banter, hanya mengetengahkan sebuah

10

ungkapan seperti "Dalam tahun ketiga pemerintahan raja X." Ada banyak sumber dari Israel dan Timur Dekat Kuno yang memberikan kronologi yang relatif (tahun ketiga seorang raja A adalah tahun pertama raja B), dan dari data tersebut maka suatu kerangka yang berkenaan dengan berbagai orang dan peristiwa dapat disusun. Untuk menetapkan suatu kronologi yang pasti (raja mulai pemerintahannya pada tahun 465 SM), suatu waktu yang pasti harus ditentukan yang dapat dikaitkan dengan jaringan kronologi yang relatif itu. Untuk Timur Dekat Kuno, waktu yang pasti ini disediakan oleh daftar Eponim dari Asyur. Daftar Eponim setiap tahunnya mencatat pejabat tertentu yang mendapatkan penghargaan dengan menamai tahun itu menurut nama pejabat tersebut. Dalam daftar tersebut namanya dicatat bersama- sama dengan satu atau dua peristiwa yang paling penting dari tahun"nya", biasanya aksi militer. Secara kebetulan, dalam tahun Ishdi-Sagale, gubernur Guzana, daftarnya melaporkan terjadinya gerhana matahari. Para ahli astronomi dapat menghitung kapan gerhana matahari terjadi, oleh karena itu tahun IshdiSagale dapat ditentukan dengan pasti sebagai tahun 763 SM. Ini merupakan tautan utama untuk kronologi yang pasti dari Timur Dekat Kuno, dan hal itu tidak ditentang. Sebagai akibatnya, dapat dipastikan bahwa daftar Eponim meliputi tahun 893-666 SM. Karena setiap raja Asyur selama masa ini (sudah dapat diketahui termasuk diantara orang-orang yang dihormati, maka tanggal-tanggal kerajaan Asyur dapat ditetapkan untuk masa yang lebih dari dua abad itu. Ini adalah zaman Kerajaan Neo-Asyur, jadi semua peristiwa dari kebanyakan bangsa Timur Dekat Kuno disinkronisasikan dengan Asyur pada waktu itu. Dengan demikian Asyur sudah menjadi dasar untuk kronologi Timur Dekat Kuno. Akan tetapi, kita tidak boleh menganggap bahwa dengan demikian semua persoalan kronologis terpecahkan. Seringkali data yang bertentangan dengan skema kronologi relatif yang memperkenalkan ketidakpastian untuk penentuan tanggal yang pasti. Dalam kesempatan lain berbagai peristiwa atau

11

tokoh tidak berhubungan dalam materi naskah dengan jaringan kronologi relatif: misalnya kelalaian kitab Keluaran untuk menyebutkan nama firaun yang memerintah waktu itu. Persoalan-persoalan lain lagi terjadi manakala sumber-sumber kuno tidak mencatat secara memadai kerumitan dari suatu keadaan: misalnya berbagai kesenjangan dalam kronologi, pemerintahan oleh seorang wali dinasti atau penguasa yang memerintah dalam waktu yang bersamaan dengan dinasti atau penguasa lain dalam negara yang sama. Yang terakhir, beberapa sumber menyediakan informasi mengenai jangka waktu yang lebih panjang. Misalnya, dalam catatan Tiglat-Pileser I dari Asyur dinyatakan bahwa bait suci yang dibangun oleh Shamshi-Adad I sudah mau runtuh dalam waktu lebih dari 641 tahun; dalam doa Salomo yang tercatat di I Raja-raja 6:1 dinyatakan bahwa 480 tahun sudah berlalu antara peristiwa Keluaran dan Penahbisan bait Allah oleh Salomo. Fakta-fakta ini dapat menimbulkan berbagai masalah jika tidak bertautan dengan informasi yang disediakan oleh jaringan kronologi relatif. Akibatnya ialah bahwa masih ada banyak ketidakpastian tentang kronologi yang tepat. Dalam hal raja-raja Israel dan Yehuda, ketidakpastian itu biasanya hanya sekitar satu atau paling banyak dua tahun, walaupun kadang-kadang sebanyak dua belas tahun membedakan teori yang satu dari yang lain. Semakin jauh seseorang kembali ke dalam sejarah, semakin banyaklah ketidakpastian yang terjadi. Peristiwa paling awal dari PL yang dapat disinkronkan dengan seseorang yang dikenal dari catatan Timur Dekat Kuno adalah serangan yang dilakukan oleh Sisak (Sheshonk I), raja Mesir terhadap Yerusalem pada tahun kelima masa pemerintahan Rehabeam (925 SM, I Raja-raja 14:25-26). Dengan demikian, maka masa hakim-hakim dan oleh karena itu masa para bapa leluhur, tetap terselubung dalam misteri kronologis dan karenanya dijadikan sasaran dari banyak penetapan yang spekulatif. Beberapa orang percaya bahwa Alkitab menyediakan kunci untuk menguak misteri-misteri kronologis. Teks yang kami kutip dalam I Raja-raja 6:1 tampaknya menentukan tanggal terjadinya peristiwa Keluaran pada tahun

12

1446 SM, sedangkan Keluaran 12:40 menunjukkan bahwa Israel tinggal di Mesir selama 430 tahun. Berdasarkan data ini, Yakub dan keluarganya pindah ke Mesir pada tahun 1876 SM, dan dengan demikian usia yang diberikan untuk para patriarkh akan menghasilkan suatu tabel kronologis yang mundur sampai Abraham. Akan tetapi, ahli-ahli yang lain tidak dapat menerima sistem ini, karena mereka berpendapat bahwa hal itu bertentangan dengan informasi arkheologis yang sudah tersedia selama satu abad yang terakhir. Jadi, angka-angka dalam I Raja-raja dan Keluaran kadang-kadang dianggap sebagai perkiraan atau diartikan dalam cara-cara yang tidak harfiah, dan kronologi

masih

tetap

menimbulkan

pertentangan.

2.4. Sejarah Perjanjian Lama dan Bangsa Israel Pada bagian ini, kita akan melihat mengenai tradisi-tradisi sejarah dalam PL. Apakah maksud tradisi-tradisi ini, bagaimanakah apabila kita membandingkannya dengan rekonsturuksi ilmiah para ahli terhadap sejarah Israel kuno, dan apa yang terjadi apabila sang ahli modern itu merasa perlu “memperbaiki” laporan yang disajikan dalam PL? Inilah pertanyaanpertanyaan yang utama di sini. Telah banyak diketahui bahwa PL mengandung banyak kitab yang mengisahkan sejarah bangsa Israel kuno. Memang PL kadang-kadang dikritik karena terlalu banyak berisi sejarah. Dari keenam belas kitab PL yang pertama dalam urutannya dalam kitab-kitab (Kejadian sampai Nehemiaurutan dalam Alkitab Ibrani berbeda) hanya Imamat, Ulangan dan Rut tidak begitu banyak memberi sumbangan bagi sejarah bangsa Ibrani dan masa Abraham (sekitar 1750) sampai akhir abad ke-5 SM. Dalam kitab PL lainnya, khususnya kitab nabi-nabi kadang-kadang ada acuan pada peristiwa-peristiwa sejarah. Misalnya, latar belakang Yesaya 7 adalah usaha raja-raja Damsyik dan Samaria pada tahun 733 SM untuk memaksa Raja Ahaz dari Yehuda mengadakan persekutuan dengan mereka melawan Asyur. Mengingat kenyataan bahwa antara sepertiga sampai setengah bagian PL berkaitan langsung dengan sejarah Israel tidaklah mengherankan bahwa

13

banyak silabus universitas dan sekolah tinggi memuat mata-mata kuliah yang membahas tradisi-tradisi sejarah PL dalam satu atau lain cara. Mata-mata kuliah demikian bermanfaat dalam memberikan kerangka sejarah guna mempelajari sejarah dan teologi PL. Tradisi sejarah PL ini biasanya dipelajari dengan pertolongan buku-buku teks modern yang diberi judul Sejarah Israel. Tetapi buku-buku teks demikian bukanlah pengisahan cerita Alkitab dalam kata-kata para sarjana modern. Mereka menyajikan fakta-fakta sejarah PL dalam suatu cara, sehingga sebagian pokoknya berbeda sama sekali dengan laporan Alkitab. Dan tidak diragukan lagi bahwa hal ini menciptakan banyak kesulitan bagi para mahasiswa. Bahkan dalam sebuah buku yang relatif konservatif seperti A History of Israel karangan John Bright, seorang pemula akan menemukan penyimpangan seperti berikut, dari apa yang tampaknya merupakan sajian Alkitab: Sanherib dikabarkan dua kali memerangi Hizkiah, pada tahun 701 SM dan pada tahun 689 SM, sementara apabila kita membaca langsung II Raj. 18:13-19:37 hanya disebutkan satu peperangan. Malah Bright berkeras bahwa II Raj. 18:13-19:37 “meneropong” dua peperangan yang terpisah. Ketika membahas periode sejarah PL yang belakangan, Bright menegaskan bahwa Nehemia aktif di Yehuda pada bagian kedua dari abad ke-5 SM, beberapa tahun lebih awal dari Ezra, sementara pandangan Alkitab jelas bahwa Ezra datang lebih dulu (bandingkan Ez. 7:7 dengan Neh. 2:1). Sebuah pendekatan yang lebih radikal dapat ditemukan dalam buku Martin Nort, The History of Israel, khususnya dalam pembahasan tentang periode awal. Noth tidak mulai dari mana PL mulai dengan sejarah Ibrani – dengan Abraham (Kej. 1-11 membahas umat manusia sebelum ada orang-orang dan bangsa-bangsa yang terpisah, bandingkan Kej. 10-10). Noth mulai dengan pemukiman bangsa Israel di Kanaan pada periode setelah 1200 SM, ia mempunyai alasan yang kuat untuk itu. Ia menulis sejarah Israel dan ia percaya bahwa nama “Israel” pertama-tama

14

dilahirkan oleh suatu konfederasi suku-suku Kanaan pada abad ke-12 SM. Tetapi Noth juga percaya bahwa kerangka dasar kisah bangsa Ibrani sebelum pemukimanitu tidak historis. Ia tidak menyangkal bahwa sebagian orang Ibrani melarikan diri dari Mesir, atau bahwa sebagian dari mereka tinggal beberapa waktu di padang gurun di selatan Yehuda. Tetapi ia percaya bahwa kerangka dasarnya: Para leluhur-Penindasan di Mesir-Keluaran- Pengembaraan di padang gurun-Penaklukan, sebagai kisah yang terjadi terhadap bangsa Ibrani secara keseluruhan, adalah suatu kerangka yang artifisial (tidak historis), yang membeku pada suatu proses pembentukan konfederasi suku di Kanaan. Pandangan Noth mengenai asal usul tradisi-tradisi PL yang paling awal, yang ditemukan dalam Kejadian 12-50 dan Keluaran 1-19, dan rekonstruksi histori yang didasarkan pada tradisi-tradisi ini, adalah sangat berbeda dengan laporan-laporan PL sehingga bagian dari historis-nya kemungkinan besar akan melahirkan reaksi kuat bahkan dari para mahasiswa yang sama sekali tidak menentang pembahasan PL yang hatihati dan kritis. Kemungkinan besar mereka akan bertanya apakah memang mungkin, berdasarkan bukti satu-satunya yang kita miliki (teks PL), merekonstruksi dengan penuh kepastian sebuah laporan sejarah yang sangat berbeda dengan bukti tersebut. Reaksi negatif dari pihakpihak lain agaknya didasarkan pada satu atau lebih pertimbangan berikut ini: Pertama, kita barangkali merasa ingin membela PL bukan karena alasan doktriner tertentu apapun, melainkan karena kesetiaan kepada sebuah lembaga yang tua hingga kita tidak ingin melihatnya diperkosa. Mungkin kita memiliki kisah-kisah dari PL ketika kita masih kecil, dan kita tidak mau dengan mudah berpisah dengan apa yang pernah memberikan kepada kita kesenangan dan pesona. Kalau ini alasan utama kita untuk bereaksi negatif terhadap keilmuan historis, maka saya harap saya dapat menunjukkan bahwa kita dapat menerima hasil-hasil penelitian sejarah, dan bahwa hasil-hasil itu akan membawa kita pada penghargaan yang lebih baik terhadap kisah-kisah PL sebagaimana

15

adanya. Kedua, keberatan kita barangkali mempunyai dasar-dasar moral atau teologis. Apabila kita berdebat bahwa kenyataan-kenyataan berbeda dengan apa yang dikatakan oleh para penulis Alkitab (misalnya: apabila kita berdebat bahwa Nehemia muncul sebelum Ezra, sementara PL mengatakan yang sebaliknya) tidaklah kita menuduh bahwa para penulis Alkitab tidak kompeten atau jujur, dan ini tidak adil karena mereka tidak mampu membela diri? Keberatan-keberatan teologis mengambil nada yang bahkan lebih serius. Apabila Alkitab dianggap sebagai karya Allah, maka Allah sendirilah pengarang yang dituduh tidak kompeten atau tidak jujur. Apabila kita mengakui bahwa Alkitab mengandung kesalahankesalahan dalam pembeberan sejarahnya, bagaimana kita dapat yakin akan ketepatannya, ketika ia melukiskan pekerjaan dan perkataanperkataan Allah.

2.5. Kisah Sejarah Sebagai Sejarah Istilah sejarah sekurang-kurangnya memiliki tiga pengertian yang umum dipakai dalam bahasa Inggris, yaitu: Pertama, ia bisa berarti “rangkaian fakta”, yaitu peristiwa-peristiwa, kejadian-kejadian dalam sejarah. Kedua, ia bisa berarti catatan atau laporan tentang rangkaian fakta. Ketiga, ia bisa berarti suatu studi tentang fakta atau, lebih tepat studi mengenai catatancatatan berisi fakta. Dalam pembahasan dibawah ini, kita akan membahas ketiganya, namun terutama akan mengarah pada kategori kedua (catatan tentang rangkaian fakta), dan kita akan menyoroti bagaimana menurut pengertian ini kitab-kitab sejarah cocok untuk dimasukkan ke dalam pembahasan umum tentang “sejarah”. Sejarawan menawarkan bermacam-macam definisi tentang sejarah seperti telah mereka perlihatkan dalam tugas keprofesiannya. Memang, banyak yang tidak memberikan definisi, atau memberikan definisi yang kurang akurat atau tidak jelas. Berikut adalah empat definisi representatif yang menetapkan arti kedua dari sejarah:

16

1. Sejarah ialah ilmu yang tugas utamanya menyelidiki kemudian mencatat aktivitas-aktivitas manusia pada masa lalu berdasarkan perkembangan dan hubungan sebab akibat, sebagaimana mereka adanya pada waktu dan tempat tertentu, kaitannya dengan kemasyarakatan dan arti pentingnya bagi masyarakat. 2. Sejarah ialah cerita tentang pengalaman orang-orang hidup dalam masyarakat beradab. 3. Sejarah ialah jenis ilmu pengetahuan dimana satu peradaban memberikan laporan tentang keadaan sendiri di masa lalu. 4. Sejarah adalah pekerjaan memberikan laporan mengenai peristiwaperistiwa penting tertentu dimasa lalu, peristiwa mana terjadi secara khusus dan saling berkaitan satu dengan yang lain serta mempengaruhi kehidupan manusia.

2.6. Sejarah Sebagai Rangkaian Fakta Definisi pertama dari sejarah berarti peristiwa-peristiwa, kejadiankejadian sejarah. Ini adalah sesuatu yang pernah dilakukan dan dialami manusia, yaitu proses sejarah atau realitas yang telah lewat. Kita pasti ingat beberapa hal mengenai peristiwa-peristiwa sejarah seperti itu: Pertama, kejadian-kejadian itu selalu di luar jangkauan, kecuali tepat pada saat kejadian itu berlangsung. Kita mengetahui kejadian-kejadian itu melalui catatan-catatan ataupun laporan tentangnya. Kedua, bukti mengenai peristiwa seperti itu selalu terbatas, bukan tidak terbatas. Tidak adanya bukti bukan berarti peristiwa tersebut tidak pernah terjadi, maksudnya bahwa tidak ada catatan atau bukti yang siap digunakan. Ketiga, jika bukti seperti itu ada maka harus ditafsirkan agar dapat dipahami. Mengenai tulisan sejarah sebagai suatu catatan atau cerminan dari peristiwa-peristiwa, bukan peristiwa-peristwa itu sendiri dapat diilustrasikan dengan gambar sebuah apel.

Betapapun realistisnya gambar

yang

menunjukkan apel tersebut, namun ia bukanlah apel dan tidak dapat dimakan. Sebaliknya, ia mewakili sebuah apel. Demikian juga dengan peristiwa-

17

peristiwa sejarah dan penulisan sejarah. Apa yang kita pelajari adalah catatancatatan tentang peristiwa-peristiwa. Saat membicarakan pengertian sejarah seperti ini kita harus ingat tidak sembarang catatan tentang masa lalu disebut “sejarah.” Kumpulan buku pengecek berisi catatan-catatan tentang masa lalu, namun tidak ditulis dengan maksud membuat peristiwa-peristiwa masa lalu yang penting artinya bagi masyarakat.

2.7. Otoritas Perjanjian Lama Pola otoritas dan prinsip-prinsip penafsiran yang diperbincangkan dapat diterapkan dengan mudah pada tulisan-tulisan Perjanjian Baru (PB) lainnya, seperti surat Ibrani, Yakobus, dan Kitab Wahyu. Kitab-kitab itu banyak memakai kiasan dan kutipan PL dan masing-masing dengan caranya sendiri. Yakobus, misalnya amat bergantung pada tulisan-tulisan hikmat Israel, khususnya pada teknik pengajaran dan pemikiran Kristus, sumber hikmat itu. Pengarang Surat Ibrani mempergunakan ayat-ayat dan macam-macam bukti dari PL untuk memperlihatkan keunggulan Kristus yang nyata dan perjanjianNya yang baru. Yohanes dalam Kitab Wahyu, yakin bahwa Kristus adalah Alfa dan Omega. Ia melukiskan puncak sejarah alam semesta dengan katakata yang diambil dari gambaran PL tentang karya Allah dalam anugerah dan penghakiman. Dengan demikian, kitab itu menyatakan bahwa puncak sejarah itu adalah apa yang diberitakan dan dirindukan oleh nabi, yakni kemenangan Kerajaan Allah. Dengan mengikuti teladan Yesus dalam mematuhi otoritas Kitab Suci, para penulis PB menemukan bahwa di dalam Kitab suci tidak terdapat huruf yang mematikan tetapi kesaksian yang diilhami Allah mengenai karya keselamatan-Nya yang hanya membawa kehidupan. Mereka membaca Kitab Suci bukan sebagai kumpulan beku dari hukum-hukum yang memperbudak hidup mereka, tetapi sebagai adegan awal dalam drama penyelamatan yang pemeran utamanya adalah Yesus Kristus. Pembaca modern juga amat membutuhkan pengetahuan tentang awal adegan-adegan awal itu, karena didalamnya terlihat karya Allah dan berbagai respons yang ditimbulkan oleh

18

karya-Nya itu berupa penyerahan diri ataupun pemberontakan. Apa yang penting dan mengandung otoritas bagi Tuhan Yesus dan jemaat Kristen mulamula, tidak kurang pentingnya pada masa kini (I Kor. 10:11). Dalam penelitian kita, seperti halnya dalam peribadatan, kita juga memerlukan seluruh penyataan Allah, yaitu Alkitab. PL bukan miliki bangsa Yahudi saja, tetapi miliki semua orang. Kitab tersebut menceritakan bagaimana Allah bekerja. Di dalamnya tampak ringkasan tuntutan-Nya, persiapan-Nya akan kedatangan Kristus, hubungannya dengan umat manusia dari abad kea bad. Singkatnya, PL adalah dasar yang tidak dapat diabaikan dan di atasnya di bangun PB. Untuk memahami PL sebagai Kitab Suci orang Kristen, kita harus melihatnya dari sudut pandang Yesus dan rasul-rasul-Nya. Merekalah yang diilhami secara khusus oleh Roh Allah untuk memahami arti serta tujuan firman dan karya-Nya. Meskipun demikian, kita juga harus mencoba melihat nats-nats PL menurut maksudnya semula. Kita harus bertanya, “Apakah yang dikatakan oleh penulis PL kepada orang-orang sezamannya?” Kita harus duduk dengan para pendengar di pasar, gerbang kota, Rumah Allah, atau rumah-rumah ibadat dan berusaha memahami kata-kata para penulis itu sebagaimana para pendengarnya mengertinya. Kita harus melihat Allah melalui sudut pandang mereka dan memperhatikan rencana-Nya dalam hidup mereka. Dengan kata lain, kita harus peka terhadap konteks asli dari Perjanjian Lama. Mengapa

hal itu harus ditulis dan kapan? Masalah apa yang

menimbulkan tulisan tersebut? Pertanyaan apa yang semula hendak dijawab? Hal baru apa yang dikatakannya kepada orang mengenai kehendak dan caracara Allah atau tentang tanggung jawab mereka? Hanya jika kita memahami maksud suatu bacaan dalam zaman penulisnya, barulah kita dapat menangkap arti sepenuhnya dari bacaan tersebut bagi iman dan kehidupan Kristen. Konteks PL tidak menjelaskan segala sesuatu yang perlu kita ketahui tentang arti suatu bacaan. Namun kalau tidak mulai dari situ, akan mudah sekali bagi kita untuk memutarbalikkan Kitab Suci demi kepentingan kita sendiri. Maksud masing-masing pengarangnya haruslah dipahami untuk menangkap

19

arti yang ditempatkan dalam PL oleh Pengarangnya yang utama, yaitu Roh Allah yang berfirman melalui seluruh Kitab Suci serta membuatnya berotoritas bagi umat-Nya.

20

BAB III PENGANTAR PERJANJIAN LAMA

3.1. KEJADIAN 1. Latar Belakang Bereshith : Pada Mulanya, Asal Mula, Sumber, Penciptaan, Awal Dari Sesuatu, Permulaan Sejarah Manusia, Kitab Permulaan Dari Semua Kitab, Asal Mula Umat Ibrani, Perjanjian Allah Dengan Manusia, Nuh Dan Abraham. 2. Penulis : Musa 3. Tema : Permulaan Penciptaan 4. Tahun Penulisan : 1445-1405 5. Tujuan : Bagaimana Tuhan Mengadakan Perjanjian (Covenant) Anak Perjanjian Dan Tanah Perjanjian Manusia Adalah Serupa Dengan Gambar Tuhan

3.2. KELUARAN 1. Exodus : Keluar Atau Keberangkatan 2. Bahasa Ibrani : We Eleh Syemot : Dan Inilah Nama 3. Pembebasan Bangsa Israel 4. Perhambaan Di Mesir 5. Penyelesaian Dan Pentahbisan Kemah Suci 6. Tema : Pelepas a. YHWH b. 10 Tulah c. Paskah (10 Hukum) 7. Tema : Penebusan 8. Penulis : Musa 9. Tahun Penulisan : 1445-1405 10. Tujuan : Mendokumentasikan kisah-kisah bagaimana umat Israel diperbudak di Mesir

21

11. Tujuan Teologis: Penyataan Allah sebagai YHWH. 12. Tujuan Dedaktis (pendidikan) : Memelihara hubungan perjanjian, memelihara Israel

sebagai umat, Israel menjadi Kerajaan Imam bagi

Tuhan. 13. Geografis : a. Israel Di Mesir (Psl. 1-12) 1. Persiapan untuk pembebasan, Psl. 1-4 2. Sembilan tulah pertama, Psl. 5-10 3. Tulah terakhir dan keluaran, Psl. 11-12 : tiap-tiap anak sulung di Mesir harus di bunuh. Pada saat itulah orang Israel merayakan Paskah. Keesokan harinya, orang Israel diizinkan berangkat keluar dari Mesir, Psl. 12:29-51. b. Israel Di Padang Gurun (Psl. 13-18) 1. Penyeberangan Laut Teberau, Psl.13-15:21 2. Pemeliharaan Tuhan dari Laut Teberau ke Rafidim, Psl.15:22-17:6 3. Nasihat dari Yitro, Psl. 18 c. Israel Di Sinai (Psl. 19-40) 1. Perjanjian Tuhan dengan Israel, Psl. 19:1-25 2. Kesepuluh Firman, Psl.20:1-21 3. Kitab Perjanjian, Psl.20:22, 23:33 : tentang ibadah, peraturanperaturan sipil tentang budak, jaminan nyawa dan harta sesama manusia, kewajiban sosial, keagamaan, keadilan dan hak-hak manusia, peraturan tentang Hari Raya. 4. Pengesahan Perjanjian, Psl. 24 5. Kemah Suci dan Imamat, Psl. 25-40 : untuk menjadi tempat dimana Tuhan hadir/diam. Imam yang menyucikan diri, boleh masuk dengan persembahan korban. Agama orang Israel berpusat pada Tuhan, untuk Tuhan berdiam (Bdg. I Kor 3:16). Allah harus di sembah menurut kehendak-Nya (Bdg. Mrk 7:6-13).

22

Allah memilih dan menetapkan orang-orang tertentu untuk menjadi perantara, supaya manusia dapat memperoleh pengampunan dosa. Imam besar Harun dan keturunannya. 14. Ciri Utama Keluaran : 1. Sejarah kelahiran Israel 2. Hukum moral dan tuntunan kebenaran Allah 3. Kuasa penebusan Allah sebagai Adi Kodrati pembebasan umat Tuhan 4. Allah : Yang Mulia, Murah Hati, Kudus, Mahakuasa, Tuhan Atas Sejarah Dan Raja-Raja, Penebusan Yang Mengikat Perjanjian, Adil Dan Benar, Penyembahan Yang Benar Dan Allah Berdiam Kepada Manusia, Ibadah Yang Sejati Dan Benar Setelah Di Tebus.

3.3. IMAMAT 1. Judul : Imamat: dari terjemahan bahasa Yunani dan Latin, bukan Ibrani 2. Bahasa Inggris : Leviticus : yang berhubungan dengan Lewi dan kitab orang Lewi 3. Bahasa Ibrani : Wayyigra : dan Tuhan memanggil, artinya Tuhan memanggil Musa 4. Thema : Kekudusan 5. Tahun penulisan : 1400 SM 6. Latar Belakang : Bagaimana Israel keluar dari Mesir, menerima hukuman Allah dan membangun Kemah Suci, keberangkatan Israel dari gunung Sinai, Peraturan dan Tugas-tugas Ke imaman, kehidupan kudus, Israel

sebagai

pembasuhan,

komunitas pengurapan,

perjanjian, pengudusan

upacara

korban

sebelum

binatang,

ibadah

dan

menyelenggarakan korban perdamaian dan korban bakaran. 7. Tujuan penulisan : penyembahan yang kudus, kehidupan yang kudus, menikmati hadirat Tuhan. 8. Hukum dan peraturan : mengubah mantan budak untuk menjadi Kerajaan Imam dan bangsa yang kudus. Keluaran diakhiri dengan

23

kebaktian dan Pentahbisan Kemah Suci. Imamat diawali dengan Kemah Pertemuan untuk penyembahan dan pelayanan. 9. Susunan : 1. Peraturan-peraturan tentang persembahan korban, Psl.1-7 korban bakaran, korban sajian, korban keselamatan/pendamaian, korban penghapus dosa dan korban penebus salah. 2. Pelantikan Imamat, Psl. 8-10 Tugas pelayanan suku Lewi, Musa dan Harun dari suku Lewi. Suku Lewi terdiri atas dua golongan : Para Imam dan orang-orang Lewi. Tugas Imam : Menyelenggarakan upacara, mempersembahkan korban, pelayanan rohani Kemah Suci. Tugas Orang Lewi : mengurus alat-alat Kemah suci. Harun Imam besar pertama, Musa mentahbiskan Harun dan anakanaknya menjadi Imam, dan pelayan Tuhan. 3. Undang-undang, Psl.11-22 a. Peraturan-peraturan haram dan halal, Psl.11-15 b. Hari raya pendamaian, Psl.16 c. Peraturan-peraturan penyembelihan korban, Psl. 17 d. Peraturan-peraturan hidup moral, Psl.18-20 e. Peraturan-peraturan Imamat, Psl.21-22 4. Hari-hari Raya, Psl. 23 Hari Sabat hari ke 7 orang Israel tidak boleh bekerja Hari Raya Paskah Hari Raya Roti Tidak Beragi (Maret-April) Hari Raya Hasil Pertama (April) Hari Raya Pentakosta (Juni) tujuh minggu setelah hari raya hasil pertama dan 50 hari sesudah Paskah. Inti : untuk persembahan hasil panen kepada Tuhan. Hari Raya Peniupan Serunai (September-Oktober) hari raya 1 diantara 3 hari raya diadakan pada bulan ke 7.

24

Hari Raya Pondok Daun, (September) akhir masa panen, Israel tinggal di perkemahan. 5. Peraturan lain-lain, Psl. 24-27 Hukuman mati, peraturan tahun Sabat, Tahun Yobel (tiap 50 tahun). 10. Ajaran : a. Allah yang maha kuasa, Allah yang maha hadir, Allah yang maha Kudus b. Ibadah c. Persembahan korban d. Undang-undang umum

3.4. BILANGAN 1. Bahasa Yunani : Arithmoi 2. Bahasa Ibrani : Bam Midbar : Di Padang Gurun 3. Bahasa Inggris : Number 4. Peristiwa Penting : Di Padang Gurun 5. Penulis : Musa 6. Tujuan : Ketidaksetiaan Israel menjadi peringatan kepada umat Tuhan. 7. Susunan : a. Persiapan untuk berangkat dari Sinai, Psl.1;1- 10;10 1. Pencacahan/sensus yang pertama, Psl. 1-4 2. Bermacam-macam peraturan, Psl. 5-9:14 3. Pimpinan Tuhan, Psl. 9:15-10;10 b. Dari Sinai ke Kadesy-Barnea, Psl. 10:10- 14:45 1. Mulai berjalan , Psl. 10:11-35 2. Mulai bersungut-sungut, Psl. 11 3. Miryam dan Harun memberontak, Psl. 12 4. Kegagalan di Kadesy-Barnea, Psl. 13-14 c. Pengembaraan di Padang Gurun, Psl. 15-21 1. Janji tentang Kanaan diperbaharui, Psl. 15 2. Pemberontakan Korah, Psl.16

25

3. Para Imam dan orang Lewi, Psl. 17-19 4. Dosa Musa, Psl. 20:1-13 5. Sampai ke Moab, Psl. 21 d. Kejadian-kejadian di Dataran Moab, Psl. 22-36 1. Balak dan Bileam , Psl. 22-25 2. Pencacahan/sensus yang kedua, Psl. 26 3. Bermacam-macam peraturan, Psl. 27-30 4. Pembagian tanah, Psl. 31-36 8. Ajaran : a. ALLAH, mengatur umat-Nya supaya tidak terjadi kacau balau, Tuhan menetapkan tempat perkemahan tiap suku di sebelah utara, timur, selatan dan barat Kemah Suci di tengah-tengahnya. b. Allah Suci c. Allah memimpin umat-Nya d. Allah bersifat adil e. Allah maha setia f. Dosa, ada dua macam dosa : mencobai Tuhan (Bil. 14:2,36) dan tidak percaya kepada Tuhan (Bil. 14:1-35). g. Pengujian, Tuhan membiarkan umat-Nya menghadapi krisis. h. Mesias, menunjukan kepada Kristus yang akan datang, sebagai Imam Besar, Harun melambangkan Kristus. i. Kehidupan Kristen, mereka telah ditebus dari perbudakan dosa (Mesir).

3.5. ULANGAN 1. Judul : salinan hukum 2. Bahasa Inggris : Deuteronomy 3. Bahasa Ibrani : Debharim : inilah perkataan-perkataan 4. Tujuan : a. Mencapai tujuan utama yaitu tanah Kanaan b. Pimpinan baru (Yosua)

26

c. Musa mengingatkan mereka kembali akan perbuatan tangan Tuhan selama perjalanan keluar dari Mesir. 5. Susunan : a. Khotbah yang pertama : apa yang telah diperbuat oleh Tuhan (Psl.1:1-4:43) 1. Perbuatan-perbuatan Tuhan dalam sejarah Israel selama 40 tahun, Psl.1:1-3:29 2. Panggilan kepada ketaatan, Psl. 4:1-40 3. Kota-kota perlindungan, Psl. 4:41-43 b. Khotbah ke 2 : hukum Allah (Psl. 9, 4:44-26:19) 1. Latar belakang historis, Psl. 4:44-49 2. Undang-undang Dasar, Psl. 5-11 3. Ketentuan-ketentuan perjanjian, Psl. 12-26 c. Khotbah Ke 3 : pembaharuan perjanjian dengan Tuhan (Psl. 27-30) d. Kejadian-kejadian akhir (Psl. 31-34) 1. Amanat Musa kepada Yosua dan orang-orang Lewi 2. Nyanyian Musa, Psl. 32 3. Musa memberkati seluruh bangsa Israel, Psl. 33 4. Musa meninggal, Psl. 34 6. Ajaran: 1. Allah sebagai YHWH membuat perjanjian dengan umat-Nya, Tuhan yang Maha Besar dan Maha Kuasa 2. Umat Allah, umat ‘Kesayangan Tuhan’ (Psl. 7:6, 14:2) dipilih karena janji-Nya kepada nenek moyang (Psl. 7:6-8), umat yang ‘Kudus’ (Psl. 7:6) arti : dikhususkan/diasingkan bagi Tuhan 3. Penyembahan : penyembahan yang berkenan kepada Tuhan.

27

BAB IV TENTANG ALLAH

4.1. Definisi Allah Siapakah Allah? Beberapa teolog memberikan definisi sesuai pemahaman mereka masing-masing yang bersumber dari Alkitab, antara lain: (a) A.H. Strong, “Allah adalah Roh yang tak terbatas dan sempurna; di dalam Dia segala sesuatu bersumber, terpelihara, dan berakhir.” (b) Herman Hoeksema, “Allah adalah Pribadi yang esa, tak terbagi, mutlak, rohani semata-mata, memiliki kesempurnaan yang tak terbatas, sepenuhnya imanen dalam seluruh dunia, namun pada hakikatnya transenden terhadap segala yang ada. (c) J.0. Buswell, “Allah adalah roh, tidak terbatas, kekal, tidak berubah dalam

diri-Nya,

kebijaksanaan-Nya,

kuasa-Nya,

kekudusan-Nya,

keadilan-Nya, kemurahan-Nya, dan kebenaran-Nya.” (d) Louis Berkhof, “Allah itu esa, sempurna, tidak berubah, dan tak terbatas dalam pengetahuan dan kebijaksanaan-Nya, kebaikan dan kasih-Nya, kasih karunia dan kemurahan-Nya, kebenaran dan kekudusan-Nya.”

4.2. Penyataan Allah Alkitab menyatakan bagaimana manusia dapat mengenal Allah. Dari dirinya sendiri manusia yang berdosa mustahil mengenal Allah secara benar. Di dalam diri manusia ada kerinduan akan Allah yang sejati, namun karena keberdosaannya, manusia tidak dapat memahami segala sesuatu tentang Allah (Pengkh. 3:11). Satu-satunya jalan agar manusia mengenal Allah adalah menerima penyataan diri Allah sendiri (revelation) tentang Diri-Nya. Istilah “penyataan” berasal dari istilah Yunani αποκαλυyι (apokalupsi, Ingris: revelation) yang berarti “membuka selubung sehingga hal yang tersembunyi menjadi terbuka dan terlihat dengan jelas.” Jadi manusia hanya dapat mengenal Allah sejauh Allah menyatakan diri-Nya dan sejauh manusia mau menerima dan percaya kepada penyataan Allah sendiri.

28

Allah menyatakan Diri-Nya melalui pelbagai sarana dengan berulang kali dan dalam pelbagai cara (Ibr. 1:1). Ada dua penyataan Allah: penyataan umum (general revelation) dan penyataan khusus (specific revelation). 4.2.1. Penyataan Umum Secara umum Allah menyatakan Diri-Nya melalui tiga sarana: (a) Alam semesta (Ayub 12:7-9; Maz. 8:2-4; 19:1-7; Yes. 40:12-14) – Dengan mengamati alam ciptaan-Nya, manusia dapat mengenal kemahakuasa-an-Nya,

kemuliaan-Nya,

kedashyatan-Nya,

dan

kebaikan-Nya. Penyataan ini tidak dapat menuntun manusia kepada keselamatan. Penyataan ini berisi suatu panggilan umum dari Allah kepada manusia agar kembali kepada-Nya, namun telah dikaburkan oleh keberadaan dosa di dalam dunia (Rm. 1:18-23). Namun penyimpangan terjadi, ketika manusia kemudian mempercayai mitos-mitos. (b) Sejarah umat manusia (Maz. 75:7-8; Roma 13:1) - dimana nasib para raja dan kerajaan-kerajaan berada di tangan Allah. Terutama sekali Allah menyatakan diri-Nya melalui sejarah bangsa Israel. Melalui sejarah, manusia dapat mengenal kuasa, pemeliharaan, keadilan, dan kasih Allah. Namun penyimpangan terjadi, ketika manusia kemudian mempercayai penyembahan berhala. (c) Hati nurani (Pengkh. 3:11) - di dalam hati nurani terdapat kesadaran tentang benar dan salah, yang membedakan antara yang baik dan yang benar serta mendorong kita melakukan yang benar. Namun ternyata hati nurani manusia telah tercemar, baik oleh budaya, pendidikan, lingkungan, maupun pemahaman keagamaan yang keliru, maka hanya dengan hati nurani pun manusia tidak dapat

mengenal

Allah

secara

benar,

sehingga

kemudian

menyimpang dan menimbulkan politeisme.

29

4.2.2. Penyataan Khusus Allah menyatakan Diri-Nya secara khusus melalui hal-hal berikut ini: (a) Alkitab (Yoh. 6:68) - dimana Allah menyatakan diri dan kehendak-Nya. Alkitab menuntun manusia kepada keselamatan (II Tim. 3:15). Ada mukjizat, nubuat, dan pengalaman pribadi tokoh-tokoh iman dalam Alkitab yang menyatakan pribadi dan karya Allah kepada manusia. (b) Yesus Kristus (Yoh. 1:18; Ibr. 1:2-3; Kol. 1:15; 2:9) - dimana melalui pribadi dan karya-Nya manusia dapat memahami keberadaan, sifat, dan kehendak Allah. Yesus Kristus adalah pusat penyataan Allah dan sejarah umat manusia.

4.3. Keberadaan Allah Kepercayaan akan adanya Allah didukung oleh beberapa alasan. Namun dalam mempelajari pelbagai alasan tersebut, perlu dipahami bahwa: (a) Alasan-alasan tersebut bukan merupakan bukti-bukti terpisah akan adanya Allah; lebih tepat dikatakan bahwa itu merupakan dukungan dan penafsiran akan keyakinan adanya Allah yang sudah ada di dalam diri kita. (b) Karena Allah adalah Roh, kita tidak boleh menuntut bukti-bukti yang sama sebagaimana kita membuktikan benda-benda fisik, tetapi hanya bukti-bukti yang cocok untuk objek yang akan dibuktikan. (c) Bukti-bukti itu harus merupakan hasil pengumpulan data, karena satu alasan saja untuk membuktikan adanya Allah tidak cukup, tetapi beberapa alasan nampaknya cukup memadai untuk mengikat suara hati dan mendorong kepercayaan. 4.3.1. Argumentasi Kosmologis (Ibr. 3:4) -“Segala sesuatu yang dimulai haruslah mempunyai sebab yang memadai. Alam semesta sudah dimulai; oleh karena itu alam semesta haruslah memiliki suatu sebab yang memadai untuk menerangkan keberadaannya.” Alasan ini menunjuk akan adanya Sebab Pertama

30

(Causa Prima) yang berada di luar alam semesta dan berakal-budi tinggi. 4.3.2. Argumentasi Teleologis (Maz. 8:4 dst., 19:2 dst., 94:9) - “Tatanan yang teratur dan berdaya-guna di dalam suatu sistem menyiratkan adanya akal budi tinggi dan maksud di dalam sebab pengatur. Alam semesta menunjukkan adanya tatanan yang teratur dan berdaya-guna; oleh karena itu, alam semesta ini memiliki sebab yang berakal-budi tinggi dan bebas.” Alasan ini membuktikan bahwa Penyebab Pertama itu berakal-budi tinggi, bebas, berada di luar alam semesta, serta akbar dalam arti kata yang seluas-luasnya. 4.3.3. Argumentasi Anthropologis -“Ada fitur moral dan filosofis dalam diri manusia yang jika ditarik mundur akan berakhir pada awalnya di dalam Allah. Suatu kuasa yang tak diketahui, tidak akan pernah menghasilkan seorang manusia dengan intelek, perasaan, kehendak, kesadaran, dan kepercayaan kepada seorang Pencipta.” Alasan ini membuktikan bahwa adanya manusia yang memiliki bukan hanya fisik, tetapi juga moral, menunjukkan adanya Pencipta, yaitu Allah. 4.3.4. Argumentasi Ontologis -“Alasan ini memperlihatkan bahwa kita memiliki gagasan tentang Allah. Gagasan ini sangat jauh lebih besar dari pada manusia itu sendiri. Karena itu, gagasan tersebut tidak mungkin berasal dari dalam manusia sendiri, tetapi hanya dapat berasal dari Allah sendiri.” Alasan ini membuktikan bahwa Penyebab Pertama tersebut tidak terbatas dan sempurna, bukan karena sifat-sifat ini jelas sekali dimiliki olehnya, tetapi karena keadaan mental manusia tidak mengijinkan manusia berpikir lain. 4.3.5. Argumentasi Moral (Maz. 32:3; Pengkh. 12:14; Roma 1:19-32; 2:1416) -“Setiap orang memiliki kesadaran serta kewajiban tentang apa yang benar dan apa salah, dan bersamaan dengan itu merasakan

31

tanggung jawab yang tidak dapat dibantah untuk melakukan hal yang benar. Selain itu ia mempunyai perasaan bersalah dan menghakimi diri sendiri bila ia melakukan yang jahat.”

4.4. Teori-Teori Antiteistik Dosa telah begitu menggelapkan pandangan pemikiran manusia dan merusak hati mereka sehingga mereka menolak bukti-bukti yang telah ada. Ada enam golongan besar dari mereka yang tidak mau mengakui penyataan Allah tentang Diri-Nya. 4.4.1. Ateisme – ajaran yang tidak mengakui adanya Allah Dalam ateisme ada tiga pandangan : (1) Ateisme praktis Mengakui bahwa Allah ada entah di mana, tetapi mereka hidup dan bertindak seakan-akan tidak ada Allah yang kepadanya mereka harus bertanggung jawab. (2) Ateisme dogmatis Mengakui secara terang-terangan bahwa mereka tidak mengakui adanya Allah ð Komunisme. (3) Ateisme murni Menganut prinsip yang tidak sesuai dengan kepercayaan akan Allah atau yang mendefinisikan Allah dengan menggunakan istilah-istilah yang melanggar pemakaian bahasa pada umumnya. Misalnya, Allah disebut sebagai “prinsip aktif yang bekerja dalam alam” atau “kesadaran sosial,” atau “yang tidak dapat dikenal,” atau “personifikasi kenyataan,” atau “energi” ð Naturalisme. 4.4.2. Agnostisisme Ajaran yang menyatakan bahwa pengetahuan yang benar tidak mungkin diperoleh dan bahwa semua pengetahuan yang ada bersifat relatif sehingga dengan demikian tidak pasti ð Empirisme, positivisme, pragmatisme.

32

4.4.3. Pantheisme Ajaran yang menyatakan bahwa segala hal yang terbatas merupakan sekadar aspek, modifikasi, atau bagian dari satu pribadi yang kekal dan yang ada dengan sendirinya. Allah itu segalanya dan segalanya itu Allah. (1) Pantheisme materialistis - Zat merupakan penyebab pikiran dan segala sesuatu yang hidup. (2) Hilozoisme -Setiap partikel zat memiliki suatu prinsip hidup di samping sifat-sifat fisiknya; Panpsikisme - akal dan zat itu berbeda, tetapi terpadu secara erat sekali dan tidak terpisahkan ð Stoa. (3) Netralisme -Realitas terakhir bukanlah akal dan bukan pula zat, tetapi suatu bahan netral. Akal dan zat hanya merupakan wujud atau aspek dari bahan netral itu. (4) Idealisme -Realitas terakhir adalah akal dan bahwa dunia ini merupakan hasil akal, baik hasil akal individual maupun hasil akal yang tak terbatas. (5) Mistisisme Filosofis -Realitas terakhir merupakan suatu kesatuan utuh yang tidak dapat dijelaskan; diri manusia bukanlah sekedar mirip realitas terakhir itu, tetapi identik dengannya; dan persekutuan dengan yang absolut ini terjadi melalui usaha moral dan bukan melalui gagasan abstrak yang teoritis. 4.4.4. Politeisme -Ajaran yang menyatakan bahwa terdapat banyak Allah. Paham ini terwujud dalam penyembahan berhala-penyembahan berhala (Roma 1:22-23). Pemujaan berhala berarti pemujaan setan (I Kor. 10:20). 4.4.5. Dualisme

33

-Ajaran yang menyatakan bahwa realitas terakhir terdiri atas dua substansi atau dua prinsip yang berbeda dan tak bisa diuraikan lagi. Ini bisa berbentuk: gagasan dan obyek, pikiran dan zat, baik dan jahat, yang baik (Tuhan) dan yang jahat (Iblis). 4.4.6. Deisme -Ajaran yang menyatakan bahwa Allah hanya hadir dengan kuasa-Nya ketika menciptakan alam semesta. Allah telah membekali ciptaan-Nya dengan hukum-hukum yang tidak mungkin berubah atas mana Allah melakukan pengawasan ala kadarnya. Ia telah memberikan makhluk ciptaan-Nya kemampuan tertentu, menempatkan mereka di bawah hukum-hukum-Nya yang tak mungkin berubah, lalu membiarkan mereka berusaha untuk menentukan nasibnya sendiri.

4.5. Nama-Nama Allah Alkitab menuliskan bahwa Allah menyatakan Diri-Nya kepada manusia melalui beberapa nama. (1) El = Allah, yaitu istilah umum bagi yang ilahi, dan dipakai untuk meliput semua anggota golongan yang ilahi. Istilah Elohim yang jamak biasanya dipakai oleh para penulis di PL dengan memakai kata kerja dan kata sifat tunggal untuk menunjuk satu gagasan tunggal. Nama-nama dengan istilah “El-” misalnya: EI-Elyon = Allah Yang Mahatinggi (Maz. 78:35) EI-Olam = Allah yang kekal (Kej. 21:33) EI-Shaddai = Allah Yang Mahakuasa (Kej. 17:1) (2) YHWH = TUHAN, yaitu nama pribadi yang paling baik dari Allah Israel. Istilah ini dikaitkan dengan kata kerja Ibrani “ada”. Yang berarti “dia yang ada dengan sendirinya,” atau “dia yang menjadikan ada.” (Kel. 6:2, dst.). Nama-nama dengan istilah “YHWH” atau “Yehovah” misalnya: Ÿ Yehovah Jireh - TUHAN yang menyediakan (Kej. 22:8,14) Ÿ Yehovah Nissi - TUHAN-lah panji-panjiku (Kel. 17:15)

34

Ÿ Yehovah Raah - TUHAN-lah gembalaku (Maz. 23: 1) Ÿ Yehovah Rapha -TUHAN yang menyembuhkan (Kel. 15:26) Ÿ Yehovah Roi - TUHAN adalah gembalaku (Maz. 23: 1) Ÿ Yehovah Shalom - TUHAN adalah keselamatanku (Hakim 6:24) Ÿ Yehovah Shamma - TUHAN hadir di situ (Yeh. 48:35) Ÿ Yehovah Tsidkenu - TUHAN keadilan kita (Yer. 23:6) Ÿ Yehovah Zebaoth - TUHAN semesta alam (1 Sam. 1:3) (3) Adonai, berarti “Tuhanku”. Orang Yahudi menggunakan kata ini saat menyebut YHWH. Istilah ini mengungkapkan ketergantungan dan kepatuhan, yaitu sikap seorang hamba terhadap tuannya, atau seorang isteri terhadap suaminya. Istilah ini berkenaan dengan kehadiran Allah bersama bala tentara sorga (Maz. 89:7-9; Yak. 5:4) (4) Dalam PB, digunakan istilah Theos Allah - sebagai padanan kata El : Kurios Tuhan - sebagai padanan kata Adonai

4.6. Sifat-Sifat Allah Alkitab juga menyatakan sifat-sifat Allah kepada kita; semuanya sempurna. Sifat yang satu berkaitan dengan sifat lainnya. Oleh para teolog, sifat-sifat Allah ini dikelompokkan menjadi 2 dua bagian besar: absoult dan relatif, intransitif dan transitif, moral dan non-moral, imanensi dan transendensi. (1) Sifat-sifat yang menyatakan Imanensi Allah, yaitu sifat yang dapat dikomunikasikan dalam batas tertentu, antara lain: Ÿ Maha Bijaksana (Yes. 31:2) Ÿ Maha Baik dan Rahmani (Maz. 145:9) Ÿ Maha Kudus (Amsal 9: 10) Ÿ Maha Benar (Yer. 10:10) Ÿ Maha Adil (Maz. 21:12) Ÿ Maha Murah (Roma 11:22) Ÿ Maha Kasih (Yoh. 3:16)

35

Ÿ Maha Setia (I Kor. 10:13) (2) Sifat-sifat yang menyatakan Transendensi Allah, yaitu sifat yang tidak dapat dikomunikasikan, yang tidak mempunyai kesamaan dalam diri manusia, antara lain: Ÿ tidak diciptakan Ÿ tidak berubah - immutable (Maz. 102:28) Ÿ mahakuasa - omnipotent (Ayub 5:17; Why 19:6) Ÿ mahatahu - omniscient (Roma 11:33) Ÿ mahahadir - omnipresent (I Raja 8:27) Ÿ kekal - eternal (I Tim. 1:17)

4.7. Ketritunggalan Allah Istilah “Tritunggal” (Ing.: Trinity = Three in Unity) berarti “Tiga dalam Satu”. Sekalipun tidak secara eksplisit dituliskan dalam Alkitab, tetapi dari bagian-bagian Alkitab kita tahu bahwa Allah kita adalah Allah Tritunggal, artinya: Allah yang Esa dalam tiga Oknum (fungsi) yang berbeda (Ul. 6:4). 4.7.1. Salah Pengertian tentang Tritunggal Dalam Sejarah Gereja, pernah muncul pengajaran yang salah dalam memahami doktrin Tritunggal ini. (a) Tri-teisme Di era gereja purba, orang-orang seperti John Ascunages dan John Philoponus mengajarkan bahwa ada tiga Allah di mana ketiganya hanya berelasi dalam hubungan yang saling lepas, seperti halnya ketiga murid Yesus: Simon Petrus, Yohanes, dan Yakobus. (b) Sabellianisme (Modalisme) Pengajaran ini disampaikan oleh Sabellius (± 200 AD), yang bertolak-belakang dengan Tri-teisme. Ia mengajarkan tentang Bapa, Anak, dan Roh Kudus, tetapi ketiganya dipandang sebagai cara berada atau tiga wujud dari satu Allah, bukan sebagai Pribadi.

36

(c) Arianisme Arius mengajarkan bahwa hanya ada satu Allah yang tidak diciptakan; karena Kristus berasal dari Bapa, berarti Kristus diciptakan oleh Bapa. Arius menyangkal keilahian Yesus Kristus. Ia menyatakan bahwa ada suatu ketika dimana Kristus tidak ada. Arius dan pengajarannya dihukum pada Konsili di Nicea tahun 325. 4.7.2. Pengertian tentang Tritunggal Yang Benar Berikut ini merupakan sebagian ayat yang merupakan dasar doktrin Tritunggal ini: (a) Kata Ibrani untuk “Allah” adalah “Elohim” yaitu memiliki akhiran“-im” yang menunjukkan kejamakan (Kej. 1:1). (b) Kata ganti “Kita” dalam proses penciptaan menunjukkan kejamakan (Kej. 1:26). (c) Formula penyampaian berkat Allah dalam Perjanjian Lama (Bil. 6:24-26). (d) Penyataan Allah secara menyeluruh dalam pembaptisan Yesus Kristus: Allah Bapa yang berfirman, Yesus Kristus adalah Oknum Kedua yang menjadi manusia, dan Allah Roh Kudus yang turun dalam bentuk merpati (Mat. 3:16-17). (e) Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus menyatakan ketritunggalan Allah (Mat. 28:19-20). (f) Formula berkat rasuli “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian” (2 Kor. 13:13). (g) Ayat-ayat lain - 1 Pet. 1:21; 1 Yoh. 5:7, d1l.

37

Secara singkat, konsep Allah Tritunggal dapat dipahami melalui bagan SEGITIGA, di mana Bapa, Anak, dan Roh Kudus di titik-titik sudutnya. Sisi-sisinya diberi label “bukan”, kemudian di bagian tengahnya diberi label “Allah”, dan dari ketiga sudut ditarik garis ke label tengah tersebut dan garis penghubung itu bisa diberi label “adalah”

4.8. Ketetapan Allah 4.8.1. Hakekat Ketetapan Allah Ketetapan Allah (the decrees of God) telah ditetapkan dalam kekekalan di masa lampau dan mengacu pada kedaulatan Allah untuk mengontrol setiap hal dan semua peristiwa. Ketetapan Allah ini dinyatakan dalam Efesus 1: 11, bahwa Ia “… di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya”. Jadi ketetapan Allah adalah maksud-Nya yang kekal menurut keputusan kehendak-Nya, dimana bagi kemuliaan-Nya Ia telah menetapkan segala sesuatu yang terjadi”. Allah mempunyai kekuasaan dan kontrol mutlak. Namun harus dinyatakan juga bahwa manusia bertanggung-jawab untuk tindakannya yang berdosa. Allah tidak pernah menciptakan dosa atau kedaulatan-Nya menggantikan tanggung jawab manusia 4.8.2. Sifat-sifat Ketetapan Allah Berikut ini adalah sifat-sifat ketetapan Allah: (1) Ketetapan Allah adalah suatu rencana tunggal yang mengarahkan segala sesuatu.

38

(2) Ketetapan Allah meliputi segala sesuatu yang dibentuk dalam kekekalan masa lalu, tetapi dinyatakan saat ini (Efe. 1:4). (3) Ketetapan Allah merupakan suatu rencana yang bijak karena Allah yang bijaksana merencanakan apa yang terbaik (Roma 11:33-36). (4) Ketetapan Allah sesuai dengan kedaulatan kehendak-Nya. Ia melakukan apa yang Ia ingin lakukan. (5) Ketetapan Allah memiliki dua aspek: (a) Kehendak-Nya yang mengarahkan: Ia menciptakan (Yes. 45:18), Ia mengontrol alam semesta (Dan. 4:35), Ia menetapkan raja dan pemerintahan (Dan. 2:21), Ia memilih orang-orang untuk diselamatkan (Efe. 1:4). (b) Kehendak-Nya yang mengijinkan: Ia mengijinkan adanya perbuatan dosa (misalnya saat orang Israel meminta seorang raja - I Sam. 8:5-9, 19-22), tetapi sebenarnya Ia telah menetapkan adanya raja-raja dari silsilah Abraham (Kej. 17:6; 35:11), yang berpuncak pada Mesias. Orang-orang berdosa, tetapi rencana Allah tetap tergenapi. (6) Tujuan ketetapan Allah adalah kemuliaan-Nya. (7) Meskipun segala sesuatu diarahkan oleh ketetapan Allah, manusia tetap bertanggung jawab atas perbuatan dosanya. (8) Beberapa aspek ketetapan Allah dikerjakan oleh manusia. Ini menunjukkan bahwa ketetapan Allah bukan “takdir” dimana manusia sama sekali tidak memiliki tanggung jawab di dalamnya. 4.8.3. Wujud Ketetapan Allah Ketetapan Allah nampak dalam hal-hal berikut: (1) Dalam alam materi Penciptaan, penetapan bangsa dan batas-batas, umur hidup manusia, cara mati manusia. (2) Dalam alam sosial Menetapkan jodoh dan keluarga, pemerintahan.

39

(3) Dalam alam rohani a. Urutan ketetapan Allah Pemilihan, kejatuhan manusia, penerapan anugerah hidup kekal. b. Dosa dan ketetapan Allah Allah mengijinkan manusia melakukan kejahatan, namun Ia bukanlah pencipta kejahatan atau menghendaki orang berbuat dosa; Allah bisa langsung mencegah perbuatan dosa; Allah bisa mengarahkan perbuatan dosa manusia untuk menggenapi rencana-Nya; Allah menentukan batas-batas perbuatan jahat dan mengontrolnya. c. Keselamatan dan ketetapan Allah Allah menetapkan orang percaya untuk diselamatkan; Ia memilih orang Yahudi dan non-Yahudi untuk disatukan dalam satu Tubuh, yaitu Kristus; Allah memilih orang percaya untuk menerima berkat-berkat pribadi.

40

BAB V KESIMPULAN

Seperti yang terlihat dalam pembahasan sejarah perjanjian lama di atas, masalah arti sejarah dan bagaimana para ahli mempunyai berbagai kesimpulan tentang hal itu. Di balik sejarah terdapat fakta-fakta, yaitu peristiwa yang benarbenar terjadi. Tentu mustahil untuk mencatat semua setiap peristiwa. Namun, mencatat peristiwa-peristiwa yang dianggap utama atau yang paling penting saja, segera menempatkan si pencatat serta pendapatnya tentang apa sejarah utama dan penting di antara fakta-fakta tersebut. Ada anggapan bahwa tulisan-tulisan sejarah yang hanya memuat peristiwa-peristiwa utama seperti itu tidak dapat di sebut sejarah, melainkan catatan atau jurnal saja. Dengan demikian, boleh dikatakan bahwa peristiwa tersebut bukanlah sejarah yang ditulis oleh sejarawan modern, melainkan sejarah yang di karang dari sudut pandang sendiri. Walaupun demikian, pandangan tadi tidak meremehkan nilai historis Alkitab. Setiap sejarawan harus memilih fakta-fakta yang diceritakannya dan pasti menulis dengan tujuan tertentu. Seorang sejarawan mempunyai tujuan dalam pemilihan bahannyan dan ia harus memilih sesuai dengan tujuannya tersebut. Pada umumnya kini diakui bahwa Perjanjian Lama berisi lebih banyak bahan historis. Penemuan-penemuan arkeologis berkali-kali telah memperlihatkan ketepatan historisnya. Meskipun demikian, unsur historis dalam sejaraah yang pertama dan juga seluruh sejarah Perajanjian Lama di nomorduakan oleh berita teologisnya.

41

DAFTAR PUSTAKA

(Diktat) Pembimbing & Pengetahuan

Perjanjian Lama, (Palangka Raya :

STAKN.2013). Jhon Rogerson, Studi Perjanjian Lama bagi Pemula, (Jakarta : Gunung Mulia 2011). David

M. Howard, Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama, (Malang :

Gandum Mas 2009). F.W. Bush, D. A. Hubbard & W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama: Taurat & Sejarah, (Jakarta : Gunung Mulia 2012).

42

Related Documents


More Documents from "Suryanti"