Pengaruh_penerapan_good_corporate_govern.pdf

  • Uploaded by: Yoga
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pengaruh_penerapan_good_corporate_govern.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 4,884
  • Pages: 12
Loading documents preview...
PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN KINERJA PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan peserta Corporate Governance Perception Index tahun 2010-2012)

Syahrul mubarok Fakultas Ekonomi, Universitas negeri malang [email protected] ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh penerapan good corporate governance yang diproksikan dengan skor pemeringkatan corporate governance perception index terhadap corporate social responsibility dan kinerja perusahaan. Indikator untuk menilai corporate social responsibility adalah dengan menggunakan teknik checklist berdasarkan indeks GRI. Sementara itu, variabel kinerja perusahaan menggunakan rasio return on asset dan earning per share. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan sampel sebanyak 14 perusahaan yang menjadi peserta corporate governance perception index dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode pengamatan tahun 2010-2012. Melalui pendekatan analisis general linier model multivariate hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penerapan good corporate governance tidak berpengaruh terhadap corporate social responsibility (2) penerapan good corporate governance tidak berpengaruh terhadap return on assets, (3) penerapan good corporate governance berpengaruh positif signifikan terhadap earning per share. Kata kunci : good corporate governance, corporate social responsibility, kinerja perusahaan, CGPI PENDAHULUAN

Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri tetapi juga harus memberikan manfaat bagi seluruh stakeholder-nya yaitu pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat dan lingkungan. Menurut Gray (1994) dalam Erikawa (2013) pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari komunikasi antara perusahaan dengan stakeholder-nya dan pengungkapan sosial perusahaan dapat dilihat dari kegiatan CSR (corporate social responsibility) karena perusahaan membutuhkan dukungan stakeholder-nya untuk kelangsungan hidup perusahaan agar terus berjalan (going concern). Mengingat pentingnya dukungan stakeholder, perusahaan juga harus mampu mengelola perusahaannya dengan baik (good corporate governance) agar tuntutan dan

kontribusi dari stakeholder dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan manajemen. Good Corporate Governance (GCG) merupakan seperangkat peraturan dalam rangka pengendalian perusahaan untuk menghasilkan value added bagi para stakeholders karena dengan adanya GCG akan terbentuk pola kerja manajemen yang transparan, bersih , dan transparan, (Effendi, 2009:2). GCG diharapkan tidak hanya terfokus memberikan manfaat bagi manajemen dan karyawan perusahaan, melainkan juga bagi stakeholders lain, diantaranya konsumen, pemasok, pemerintah dan lingkungan masyarakat terkait dengan perusahaan tersebut. Menurut Surya dan Yustiavandana (2006:107) implementasi prinsip GCG berperan untuk memberikan mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing.

Dalam prakteknya ada beberapa perusahaan yang tidak sepenuhnya memperhatikan kepentingan stakeholders dan dapat dikatakan tidak bertanggungjawab, karena kegiatan perusahaan telah merusak lingkungan sekitar bahkan telah merugikan berbagai pihak yang terkait. Seperti kasus PT Lapindo Brantas tahun 2006 telah menimbulkan kerusakan lahan pertanian dan luapan lumpur menggenangi pemukiman warga sekitar. PT Merbau Pelalawan Lestari di tahun 2013 telah melanggar batas izin penebangan hutan yang menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 4 Triliun. Selain itu, aktivitas tambang Freeport di Papua telah mencemari air laut dan biota laut, sementara itu aktivitas tambang timah di Bangka dan Belitung bahkan telah menyebabkan rusaknya lahan pasca-tambang akibat tidak adanya reklamasi dari eksploitasi pertambangan timah (antaranews, 2006). Praktik pencemaran dan perusakan lingkungan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan di atas merupakan bentuk pelanggaran etika bisnis akibat berkembangnya ekonomi kapitalis yang hanya berorientasi laba material (profit oriented). Perusahaan yang hanya berfokus pada tingginya keuntungan akan sulit untuk berkembang, oleh karena itu perlu memperhatikan aspek sosial dan lingkungan. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bentuk perhatian perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan sebagai bukti tanggungjawab atas aktivitas perusahaan. Corporate social responsibility (CSR) berhubungan erat dengan good corporate governance (GCG) karena CSR merupakan tanggungjawab perusahaan terhadap sosial dan lingkungan perusahaan yang mana tanggungjawab tersebut termasuk dalam prinsip GCG yaitu prinsip responsibility. Tanggungjawab perusahaan adalah kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup dan memelihara lingkungan bisnis

yang kondusif bersama masyarakat. Dengan menerapkan prinsip responsibility ini, diharapkan mampu menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggungjawab selain kepada shareholder juga kepada stakeholders. Corporate governance merupakan proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola urusan-urusan perusahaan dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan. Dengan diterapkannya prinsip dan konsep GCG dalam suatu perusahaan maka pihak-pihak yang terkait di perusahaan memiliki tanggungjawab yang jelas sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga dapat mendorong pengelolaan yang lebih demokratis, akuntabel, transparan serta mampu meningkatkan kepercayaan para investor. Hasilnya adalah kondisi internal perusahaan yang kondusif, manajer mampu menjalankan tugasnya dengan profesional dan hasil akhirnya yaitu laporan keuangan perusahaan yang sesuai dengan keadaan perusahaan tanpa ada tindakan manipulatif yang tidak bertanggungjawab. Menurut Effendi (2009:99) perusahaan yang menerapkan prinsip GCG dengan baik akan mampu memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap segala aktivitas bisnis yang dijalankannya dalam menghadapi persaingan usaha. Tingkat persaingan usaha yang terus meningkat membuat perusahaan harus mematuhi aturan yang berlaku untuk mendapat kepercayaan masyarakat. Dengan komitmen, strategi, dan implementasi konsep GCG yang berkesinambungan diharapkan mampu memenuhi kepentingan para stakeholders perusahaan. Kesejahteraan pemegang saham dan kepentingan stakeholders perusahaan dapat terlihat dari kinerjanya. Dengan kata lain semakin baik kinerja suatu perusahaan, maka semakin baik pula perusahaan memperlakukan seluruh stakeholders-nya. Menurut Hastuti (2005) kinerja perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain terkonsentrasi atau tidak terkonsentrasinya kepemilikan, manipulasi laba, serta

pengungkapan laporan keuangan. Suatu perusahaan dengan manajemen yang menerapkan sistem pengelolaan yang baik akan memberikan perlindungan dan jaminan hak kepada para stakeholders-nya. Oleh karena itu, manajemen berkewajiban memberikan informasi akurat tentang kondisi perusahaan yang sebenarnya. Penelitian empiris mengenai corporate governance dan corporate social responsibility dilakukan oleh Setyarini dan Paramitha (2011), Aini (2010), serta Febriyanti. Penelitian tersebut menemukan bahwa implementasi corporate governance terbukti berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Namun, penelitian Pratama (2013) menunjukkan hasil yang berbeda, variabel mekanisme GCG tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Nuswandari (2009), dalam penelitian mengenai good corporate governan, memberikan saran untuk melakukan pengembangan konsep corporate governance dengan menggunakan stakeholder model of governance yang menekankan pada pengembangan corporate social responsibility (CSR). HIPOTESIS H1 : Penerapan good corporate governance berpengaruh positif terhadap corporate social responsibility?, H2 : Penerapan good corporate governance berpengaruh positif terhadap return on asset?, H3 : Penerapan good corporate governance berpengaruh positif terhadap earning per share? METODE Populasi pada penelitian ini mencakup perusahaan peserta pemeringkatan GCG oleh Corporate Governance Perception Index (CGPI) tahun 2010-2012, dan diketahui populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 52 perusahaan dari 115 perusahaan

yang menjadi peserta CGPI sejak tahun 2001. Sementara itu, sampel yang diambil dengan metode purposive sampling dengan pertimbangan sebagai berikut : 1) Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012 secara berturut-turut. 2). Perusahaan yang mempublikasikan laporan tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) dalam laporan tahunan (annual report) tahun 2010-2012 secara berturut-turut. 3). Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan dari tahun 2010-2012 di dalam website Bursa Efek Indonesia. Jenis data dalam penelitian ini adalah dara sekunder, yatu data mengenai hasil pemeringkatan penerapan good coraporate governance menurut CGPI (data diperoleh dari website www.iicg.org dan www.mitrariset.com). Data mengenai laporan CSR, laporan keunangan dan laporan tahunan auditan (data diperoleh dari website perusahaan dan www.idx.co.id). Good Corporate Governance Good Corporate Governance (GCG) diturunkan dari beberapa sumber, seperti yang diperkenalkan oleh Cadbury Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Cadbury Report (1992) mendefinisikan corporate governance sebagai berikut: “… the system by which organizations are directed and controlled (Suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi.) Forum for Corporate Governance In Indoesia (FCGI, 2001) mendefinisikan corporate governance sebagai : “…seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak, hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan utama corporate

governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder). Variabel independen dalam penelitian ini adalah laporan hasil riset dan pemeringkatan yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) melalui Corporate Governance Perception Index (CGPI). Indeks yang digunakan untuk memberikan skor berupa angka mulai dari 0 sampai 100, jika perusahaan memiliki skor mendekati atau mencapai angka 100 maka perusahaan tersebut semakin baik dalam menerapkan prinsip corporate governance. Berikut ini hasil penilaian CGPI berdasarkan kategorisasi pemeringkatan. Dari hasil penilaian CGPI pada tabel di atas, terdapat tiga (3) kategori yang ditandai dengan predikat “cukup terpercaya”, “terpercaya”, dan “sangat terpercaya”. Dalam penelitian ini digunakan data ordinal yaitu pengukuran GCG menggunakan skor 1 hingga 3. Kriteria dalam peringkat GCG adalah sebagai berikut. Tabel 1 – Penilaian GCG Penilaian > 85 – 100 > 70,00 – 84,99 55,00 – 69,99

Predikat Rating Sangat Terpercaya Terpercaya Cukup Terpercaya

Skor Pengukuran 3 2 1

Corporate Social Responsibility (CSR) Business for Social Responsibility/BSR (2002) dalam Kartini (2009:2) mendefinisikan CSR sebagai suatu praktek bisnis yang memperkuat akuntabilitas, menghormati nilai-nilai etika untuk kepentingan semua pemangku kepentingan. BSR juga menyatakan bahwa pelaku bisnis yang bertanggungjawab menghormati dan memelihara lingkungan hidup serta membantu meningkatkan kualitas dalam masyarakat dimana perusahaan tersebut beroperasi. Menurut Azheri, (2011:5) CSR adalah perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban ekonomis dan legal kepada pemegang saham (shareholders)

tetapi perusahaan juga mempunyai kewajiban terhadap pihak lain yang berkepentingan (stakeholders). Hal tersebut tidak terlepas dari kenyataan bahwa suatu perusahaan tidak bisa hidup, beroperasi, dan bertahan serta memperoleh keuntungan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Sementara itu menurut pengamat praktik CSR, Mallen Baker (2004) mendefinisikan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai berikut : “…Corporate Social Responsibility is about how companies manage the business process to produce an overall positive impact on society” (tentang bagaimana perusahaan mengelola proses bisnis untuk menghasilkan dampak positif pada masyarakat secara keseluruhan pada masyarakat) Baker (2004) menyebutkan bahwa terdapat dua model penerapan Corporate Social Responsibility (CSR). Model tersebut adalah : 1) Model Amerika-Tradisional, dimana model ini bersifat filantropis/karitas artinya perusahaan berusaha mendapat laba sebesar-besarnya untuk memenuhi berbagai kewajiban perpajakan dan menyumbangkan keuntungannya untuk masyarakat. 2). Model Eropa-Modern, dimana model ini lebih integrative dan memfokuskan diri pada bidang usaha utama perusahaan yang dijalankan dengan tanggungjawab secara sosial dan dilengkapi dengan investasi msyarakat untuk membangun bisnis yang kuat. Pengungkapan informasi CSR ini dikelompokkan menjadi 6 kategori dan pada setiap kategori tersebut terdiri atas beberapa item sehingga totalnya menjadi 79 item. Masing-masing item pada tiap kategori pengungkapan diberi skor 1 sehingga jika perusahaan mengungkapkan 1 item saja maka skor yang diperoleh adalah 1. Jadi jumlah skor maksimal jika perusahaan mengungkapkan semua kategori perngungkapan tanggungjawab sosial dan lingkungan adalah sebanyak 79 item. CSRIj

=

∑Xij nj

Keterangan CSRIj Xij nj

:

: Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j : dummy variable : 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item I tidak diungkapkan : jumlah item untuk perusahaan j, nj d”79

Dalam penelitian ini indikator ROA menggunakan laba setelah bunga dan pajak atau Earning After Interest and Tax (EAT) karena laba tersebut merupakan laba riil dari keseluruhan operasional perusahaan setelah dikurangkan dengan beban-beban perusahaan. Rumus ROA adalah sebagai berikut : ROA

Kinerja Perusahaan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:4), informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Salah satu parameter kinerja tersebut adalah laba. Laba bagi perusahaan sangat diperlukan karena merupakan komponen penting untuk kelangsungan hidup perusahaan 1. Kinerja Keuangan Menurut Fahmi (2012:2) analisis kinerja keuangan dengan menggunakan rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan. Dalam praktiknya penggunaan rasio keuangan dipakai oleh berbagai pihak, seperti kalangan akademisi dan investor dengan tujuan yang berbeda. Dari beberapa rasio yang ada, rasio profitabilitas dipilih karena mampu mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan. Rasio profitabilitas juga dapat dinyatakan sebagai rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas manajeman dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi (Fahmi, 2012:54). Untuk merepresentasikan rasio profitabilitas suatu perusahaan, digunakan rasio return on asset (ROA) agar lebih mengetahui efektivitas dan efisiensi pengguanan aktiva dalam mengahasilkan keuntungan perusahaan. ROA merupakan gabungan dari margin laba dikalikan dengan perputaran total asset yang biasa disebut persamaan dasar Du Pont (Brigham dan Houston, 2011:153).

=

Laba Setelah Pajak Total Aset

2. Kinerja Pasar Menurut Brigham dan Houston (2011:150) kinerja pasar berhubungan dengan harga saham perusahaan terhadap laba, arus kas, dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan indikasi bagi manajemen tentang bagaimana pandangan investor terhadap resiko dan prospek perusahaan di masa depan. Dari beberapa rasio untuk menilai kinerja pasar, rasio earning per share (EPS) dipilih sebagai indikator kinerja pasar karena EPS merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham yang beredar selama suatu periode tertentu. Menurut Brigham dan Houston (2001:150) laba per saham atau earning per share (EPS) adalah kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan yang diperoleh kepada pemegang sahamnya. Earning per Share (EPS) merupakan salah satu indikator keberhasilan yang telah dicapai perusahaan dalam menciptakan keuntungan bagi pemegang sahamnya. Rumus untuk menghitung EPS adalah : EPS =

Laba Bersih Rata-rata saham beredar

Metode Pengolahan Data dan Pengujian Hipotesis General Linear Model – Multivariate melakukan analisis regresi dan analisis varian pada beberapa variabel dependen skala dengan satu atau lebih faktor atau kovarian (Trihendradi, 2010:167). Penggunaan uji GLMM karena penelitian ini bermaksud

untuk mengetahui pengaruh good corporate governance (GCG) dengan proksi skor CGPI sebagai varibel independen terhadap tiga variabel dependen, yaitu corporate social responsibility (CSR), return on asset (ROA), dan earning per share (EPS). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah melalui uji signifikansi Tests of Between-Subjects Effects dengan menggunakan SPSS. HASIL Pengujian Normalitas Dari hasil analisis grafik Normal P-P Plot Standaridized Residual dapat dilihat bahwa titik pada grafik menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penyebaran data dalam penelitian ini memenuhi asumsi normaliatas. Pengujian Homogenitas Hasil Uji Homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2 Hasil Uji Levene’s of Equality Error Variances Variabel F df1 df Sig. 2 CSR 4.519 2 39 .106 ROA 3.662 2 39 .138 EPS 1.752 2 39 .145 Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + X

Berdasarkan tabel 4.8 hasil pengujian homogenitas yang tertera pada tabel Uji Levene’s of Equality Error Variances, varibel CSR, ROA, dan EPS memiliki nilai signifikansi (0,106 ; 0,138 dan 0,145) yang ketiganya lebih besar dari nilai signifikansi 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua variabel tersebut mempunyai kesamaan varians dan memenuhi asumsi homogenitas.

Pengujian Hipotesis 1. Dari hasil Uji Tests of Between-Subjects Efects pada tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi CSR sebesar 0,459 > 0,05, maka Hipotesis satu (H1) yang menyatakan bahwa penerapan GCG berpengaruh signifikan positif terhadap CSR ditolak. Dilihat dari nilai R Square (R2) sebesar 0,039 dengan nilai adjusted R2 = -0,010 menunjukkan bahwa variabel CSR tidak dapat dijelaskan oleh variabel penerapan GCG. 2. Dari hasil Uji Tests of Between-Subjects Efects pada tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi ROA sebesar 0,585 > 0,05, maka H2 Hipotesis dua (H2) yang menyatakan bahwa penerapan GCG berpengaruh signifikan positif terhadap ROA ditolak. Dilihat dari nilai R Square (R2) sebesar

0,027 dengan nilai adjusted R2 = -0,013 menunjukkan bahwa variabel ROA tidak dapat dijelaskan oleh variabel penerapan GCG. Dari hasil Uji Tests of Between-Subjects Efects pada tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi EPS sebesar 0,005 < 0,05, maka H3 Hipotesis tiga (H3) yang menyatakan bahwa penerapan GCG berpengaruh signifikan positif terhadap EPS diterima. Dilihat dari nilai R Square (R2) sebesar 0,235 menunjukkan bahwa variabel EPS dapat dijelaskan oleh variabel penerapan GCG sebesar 23,5%, sedangkan siswanya sebesar 76,7% dijelaskan oleh faktorfaktor lain yang diluar model penelitian ini.

3.

Tabel 3 Pengujian Hipotesis Source Corrected Model Intercept

X

Error

Dependent Variable

Type III Sum of Squares

df

Mean Square

CSR

1417.549a

2

708.775

.794

.459

ROA

181.251b

2

90.626

.543

.585

EPS

981905.602

c

2

490952.801

5.977

.005

CSR

67437.490

1

67437.490

75.516

.000

ROA

1385.054

1

1385.054

8.295

.006

EPS

1144433.773

1

1144433.773

13.932

.001

CSR

1417.549

2

708.775

.794

.459

ROA

181.251

2

90.626

.543

.585

5.977

.005

EPS

981905.602

2

490952.801

CSR

34828.070

39

893.027

ROA

6511.820

39

166.970

EPS

3203621.122

39

82144.131

PEMBAHASAN Pengaruh GCG terhadap CSR Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan laporan pertanggungjawaban perusahaan dalam sosial dan lingkungan sebagai bentuk kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku yaitu Undang-undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Jika dilihat

F

Sig.

praktek pengungkapan CSR dengan indikator GRI di perusahaan sampel dari tahun 20102012, rata-rata 50% indikator GRI telah diungkapkan tiap tahunnya dalam laporan tahunan. Bahkan mengalami peningkatan dari tahun 2010 hingga 2012 dengan rata-rata peningkatan sebesar 10% tiap tahunnya, artinya perusahaan sampel telah melaporkan tanggungjawab sosialnya dengan baik.

Dari total 14 perusahaan sampel penelitian, terdapat 7 perusahaan yang termasuk dalam perusahaan BUMN dan perbankan, sementara sisanya adalah perusahaan swasta. Ketujuh perusahaan yang merupakan BUMN dan perbankan sudah wajib menerapkan GCG karena jika tidak melaksanakannya akan mendapat punishment dari kementerian negara BUMN sebagai pengawas pelaksanaan GCG. Tidak berpengaruhnya penerapan GCG di perusahaan BUMN dan perbankan terhadap kegiatan CSR, dimungkinkan karena indeks penilaian GCG dengan menggunakan CGPI tidak sesuai dengan indikator penilaian GCG pada perusahaan BUMN (SK16/S.MBU/2012). Hal tersebut dapat dilihat dari indeks penilaian CGPI yang tidak adanya penilaian terhadap kinerja direksi dan komisaris, sedangkan penilaian terhadap praktek GCG dalam BUMN lebih banyak mengawasi kinerja dari direksi dan komisaris yaitu masing-masing sebesar 35% dari total penilaian secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan CSR pada perusahaan BUMN bukan dikarenakan praktek GCG, melainkan lebih cenderung adanya regulator yang memaksa manajer untuk menjalankan kegiatan CSR dan manajer takut mendapat punishment jika tidak melaksanakan dan melaporkan kegiatan CSRnya. Penilaian GCG dengan indeks CGPI tidak mampu memotivasi manajer untuk meningkatkan luas pengungkapan CSR dimungkinkan juga karena sebagian indikator penilaian CGPI sudah terdapat dalam laporan CSR. Dengan kata lain praktek pengungkapan CSR dapat dijadikan pedoman bahwa perusahaan tersebut telah menerapkan tata kelola yang baik dalam manajemen perusahaannya. Hal ini dapat dilihat dari adanya kesamaan pengukuran, dimana dalam pelaksanaan program CSR dengan indikator GRI telah mensyaratkan adanya komitmen perusahaan dalam perumusan strategi penerapan tata kelola perusahaan yang juga diukur dalam CGPI. Adanya kesamaan pengukuran menyebabkan tidak berpengaruhnya penerapan GCG dengan

ukuran CGPI terhadap pengungkapan CSR dengan indikator GRI. Keikutsertaan perusahaan dalam program penilaian CGPI tidak mendorong manajeemn untuk meningkatkan luas pengungkapan CSR dimungkinkan karena penilaian atas penerapan GCG dengan ukuran CGPI hanya sebagai formalitas perusahaan untuk mendapat pengakuan publik atas sudah terlaksananya tata kelola yang baik dalam manajemen perusahaan. Dengan kata lain tanpa mengikuti program CGPI, perusahaan sudah menerapkan GCG dalam rangka untuk mematuhi aturan yang berlaku (KEP-117/MMBU/2002) bagi perusahaan BUMN dan perbankan. Jadi, motivasi perusahaan mengikuti program CGPI sebagai indikator penilaian praktek GCG adalah untuk mendapat apresiasi dari publik dan investor karena masyarakat luas juga lebih tertarik dengan penghargaan yang diraih perusahaan ketika mengikuti program-program tersebut. Sementara itu, perusahaan sampel yang tidak termasuk dalam perusahaan BUMN dan perbankan menerapkan GCG dengan didasarkan pada pedoman GCG yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). Namun menurut ketua KNKG (Daniri, 2006), pedoman KNKG tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat, hanya sebagai rujukan bagi dunia usaha dalam menerapkan GCG. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penerapan GCG pada perusahaan swasta di Indonesia masih bersifat valuntary (sukarela) karena belum ada undang-undang yang mengatur praktek GCG. Tidak berpengaruhnya penerapan GCG terhadap luas pengungkapan CSR di tujuh perusahaan non-BUMN dan nonperbankan dimungkinkan karena motivasi perusahaan untuk melaksanakan GCG cenderung untuk memperoleh pengakuan publik. Hal tersebut dapat dilihat dari keikutsertaan perusahaan dalam program CGPI, tujuannya adalah untuk mendapat apresiasi dari masyarakat dan investor akan penerapan GCG. Dengan turut sertanya perusahaan dalam program pemeringkatan CGPI, diharapkan mampu mengangkat brand

image perusahaan di mata publik. Hal tersebut merupakan salah satu kebijakan perusahaan untuk meningkatkan kepercayaan investor, masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu, pengukuran GCG dengan menggunakan skor CGPI belum mampu merepresentasikan tanggungjawab perusahaan dalam corporate social responsibility (CSR). Pengaruh GCG terhadap ROA Return on assets (ROA) merupakan tingkat penghasilan bersih perusahaan yang didasarkan pada total penggunaan aktiva perusahaan. Menurut Fahmi (2012), ROA bisa diintepretasikan sebagai hasil efektivitas manajemen dalam memaksimalkan asset dari serangkaian kebijakan perusahaan. Penerapan GCG dengan indeks CGPI tidak mampu memotivasi manajer untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dimungkinkan karena belum ada regulasi yang mengikat mengenai penerapan GCG dalam menajemen perusahaan, sehingga kurang adanya kesadaran dari perusahaan-perusahaan tersebut untuk menerapkan GCG. Masih rendahnya kesadaran emiten dalam menerapkan GCG yang membuat manajemen belum tertatik kepada manfaat jangka panjang penerapan GCG (Wardhani, 2008). Selain itu, menurut Meythi dan Devita (2011), Banyak dari manajemen perusahaan-perusahaan yang go public belum mengerti secara mendalam kelima prinsip dasar dalam GCG sehingga tidak tertarik untuk menerapkan GCG dalam perusahaannya. Akan tetapi faktor tidak berpengaruhnya penerapan GCG terhadap kinerja keuangan dimungkinkan karena indeks penilaian GCG dengan menggunakan CGPI tidak sesuai dengan indikator penilaian GCG pada perusahaan BUMN (SK16/S.MBU/2012). Hal tersebut dapat dilihat dari indeks CGPI yang tidak adanya penilaian terhadap kinerja direksi dan komisaris, sedangkan penilaian terhadap praktek GCG dalam BUMN lebih banyak mengawasi kinerja dari direksi dan komisaris. Ketidaksesuaian aspek penilaian ini menyebabkan indikator CGPI tidak mampu mendorong manajer untuk memaksimalkan

asset perusahaan dengan efektif, efisien dan ekonomis. Salah satu tahapan penilaian CGPI, yaitu self assessment yang hanya dilakukan oleh internal auditor perusahaan dimungkinkan telah menekan peran para manajer perusahaan untuk mengukur penerapan GCG dalam mengatur porporsi dan penggunaan asset. Hal tersebut dapat menyebabkan informasi yang didapat internal auditor dalam penilaiannya terhadap kebijakan pengelolaan asset tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Oleh karena itu, aspek tata kelola yang baik bukan menjadi pengaruh dalam hal kontribusi asset perusahaan pada laba perusahaan. Dilihat dari kondisi asset pada perusahaan sampel yang terus meningkat dari tahun 2010-2012, dimungkinkan pendanaan dari asset tersebut berasal dari utang baik jangka panjang maupun jangka pendek. Hal tersebut menjadikan manajer lebih bebas dalam menggunakan asset perusahaan karena kepentingan manajer untuk menghasilkan laba secara maksimal adalah untuk menyenangkan kreditur yang telah memberikan pinjaman. Adanya kepentingan manajer terhadap kreditur menyebabkan tidak terealisasinya kepentingan pemegang saham dalam tata kelola perusahaan. Sehingga peningkatan laba perusahaan bukan disebabkan adanya praktek GCG dalam perusahaan melainkan adanya kepentingan lain dari manajer kepada kreditur untuk menunjukkan kredibilitasnya dalam hal penggunaan dana yang berasal dari utang. Penerapan GCG tidak selalu memberikan pengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA, namun peningkatan kinerja dengan penerapan GCG juga dapat terjadi melalui terciptanya proses pengambilan keputusan, peningkatan efisiensi operasional perusahaan serta peningkatan pelayanan terhadap stakeholder. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Riandi dan Siregar (2011) yang membuktikan secara empiris bahwa penerapan GCG tidak berpengaruh terhadap ROA. Demikian pula hasil penelitian Eirene

(2010) menunjukkan penerapan GCG dengan proksi CGPI tidak berpengaruh terhadap ROA. Pengaruh GCG terhadap EPS Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu ukuran nilai perusahaan, dimana nilai perusahaan dipengaruhi oleh laba perusahaan. dengan kata lain, EPS merupakan tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. Laba per lembar saham ini diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar. Keuntungan yang diperoleh perusahaan tidak terlepas dari kemampuan perusahaan memaksimalkan seluruh sumber daya dalam menentukan strategi untuk mencapai tujuan perusahaan dengan didukung oleh tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Keberhasilan perusahaan-perusahaan sampel dalam menerapkan GCG ditandai dengan meningkatnya rata-rata nilai CGPI dari tahun 2010-2012. Hal tersebut dimungkinkan penerapan GCG telah dilaksanakan secara konsisten dari tahun ke tahun, sehingga program penerapan tata kelola perusahaan mampu diselaraskan dengan implementasi rencana strategis perusahaan. Kemampuan mengintegrasikan tujuan dengan tata kelola perusahaan dapat meningkatkan usaha perusahaan dalam pengelolaan dan pencarian solusi terbaik atas risiko yang dihadapi saat ini dan dikemudian hari. Aspek strategi perusahaan dalam penilaian CGPI dimungkinkan menjadi faktor atas meningkatnya laba perusahaan dari tahun 2010-2012. Strategi tersebut dapat berupa ekspansi, seperti pada PT Batubara Bukit Asam yang mencanangkan strategic triple roadmap yaitu strategi pengembangan usaha dan memanfaatkan peluang yang terbuka. Dengan strategi tersebut perusahaan mampu mengintergrasikan keunggulan dan kelebihan masing-masing segmen usaha dengan didukung oleh partisipasi dari seluruh jajaran perseroan dan menempatkan faktor integritas

sebagai upaaya penerapan praktek GCG. Penetapan strategi perusahaan juga dilakukan oleh PT Astra Otoparts, dengan program yang dinamakan Plan-Do-Check-Action (PDCA) perusahaan berusaha untuk menfasilitasi jajaran direktur dan anak perusahaan dalam hal perencanaan program jangka panjang. Tujuan utama dari perencanaan strategi dengan didukung budaya good corporate governance adalah untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, yang nantinya mampu mensejahterakan investor dengan indikator EPS. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan Maksum (2005) yang menyatakan bahwa dengan penerapan GCG mampu meningkatkan kinerja, maka dengan sendirinya juga akan menaikkan nilai saham pemegang saham dan juga nilai dividen yang akan diterima. Selain itu, nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai akibat dari meningkatnya kepercayaan pemegang saham kepada pengelolaan perusahaan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, mengenai pengaruh penerapan GCG terhadap CSR dan kinerja perusahaan yang dilakukan pada 14 perusahaan peserta corporate governance perception index (CGPI), maka dapat disimpulkan bahwa : Penerapan good corporate governance (GCG) tidak berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) karena dimungkinkan motivasi perusahaan melaksanakan CSR bukan disebabkan oleh penerapan tata kelola perusahaan yang baik, melainkan adanya regulasi yang memaksa perusahaan melaksanakan CSR. Penerapan good corporate governance (GCG) tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan dengan proksi return on asset (ROA) karena motivasi perusahaan menerapkan GCG dan keikutsertaan dalam CGPI adalah agar mendapat apresiasi dari masyarakat dan investor bukan untuk meningkatkan kinerja keuangan sebagai

bentuk tanngungjawab perusahaan terhadap stakeholder-nya. Penerapan GCG berpengaruh terhadap kinerja pasar dengan proksi Earning Per Share (EPS) karena praktek GCG dengan indeks CGPI mampu mendorong manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan sehingga mampu memberikan laba kepada pemegang saham dalam bentuk EPS. Jadi , teori pemangku kepentingan (stakeholder theory) yang menyatakan bahwa perusahaan sebagai entitas yang diharapkan mampu memberikan nilai tambah (value added) bagi seluruh stakeholders perusahaan tidak hanya para pemagang saham saja tidak dapat dibuktikan dalam penelitian ini. Penerapan GCG sebagai salah satu strategi yang dilakukan perusahaan untuk me-manage stakeholders-nya tidak mampu mempengaruhi praktek tanggungjawab sosial dan lingkungan dalam Corporate Social Responsibility dan kinerja keuangan dengan ukuran return on assets (ROA). Saran

Berdasarkan hasil analisis pembahasan serta beberapa simpulan dan keterbatasan pada penelitian yang telah dilakukan ini, adapun saran- saran yang perlu dipertimbangkan untuk penelitian lebih lanjut. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik dan valid dalam kaitannya dengan kontribusi penerapan GCG pada seluruh stakeholder perusahaan, hendaknya penelitian selanjutnya memperbanyak jumlah sampel dan tahun penelitian, sehingga tidak hanya perusahaan peserta CGPI saja. Menggunakan indikator lain selain skor penerapan GCG yang dipublikasikan IICG dan menggunakan metode penilaian pengungkapan CSR selain checklist. DAFTAR PUSTAKA Aini, Nike Nur. 2011. Pengaruh karakteristik good corporate governance terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Semarang : UNDIP Azheri, Busyra. 2011. Corporate Social Responsibility. Dari Valountary menjadi

Mandatory. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Baker, Mallen. 2004. Corporate Social Responsibility – What does it mean ?, (Online),(http://www.mallenbaker.net/scr /definision.php), diakses 5 Maret 2014. Brigham, Eugene F. dan Houston, Joul F. 2011. Dasar-dasar Manajemen Keuangan : essentials of financial management. Jakarta : Salemba Empat. Cadbury, Adrian. 1992. The Financial Aspects of Corporate Governance Cadbury Report : London Stock Exchange. Daniri, Mas Ahmad. 2005. Good Corporate Governance : Konsep Dan Penerapannya Dalam Konteks Indonesia. Jakarta Pusat Ray Indonesia Effendi, Muh. Arief. 2009. The Power of Good Corporate Governance : Teori dan Implementasi. Jakarta : Salemba Empat. Eirene, Lucia. 2010. Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Jawa Timur : UPN Veteran. Erikawa, Inas Aprilla. 2013. Teori Csr : Sumbangsih Ilmu Komunikasi Dalam Csr. (Online), (inaserikawa.blogspot.com/2013/12/teoricsr.html) diakses 25 Juli 2014 Fahmi, Ilham. 2012. Analisis Kinerja Keuangan : Panduang bagi Akademisi, Manajer, dan Investor untuk Menilai dan Menganalisis Bisnis dari Aspek Keuangan. Bandung : Alfabeta. FCGI. 2001. Corporate Governance : Tata Kelola Perusahaan. Edisi Ketiga, Jakarta. FCGI Febriyanti, Diah. 2010. Good Corporate Governance sebagai pilar implementasi corporate social responsibility. Semarang : Fakultas Ekonomi, UNDIP Freeman, R. Edward. 1984. A Stakeholder Theory of the Modern Corporation, (Online), (academic.udayton.edu/StakeholderTheor y.pdf) diakses 4 April 2014. Global Reporting Initiative (GRI). 2006. Pedoman Laporan Keberlanjutan. Amsterdam : Belanda. (Online),

(http://www.globalreporting.org) diakses 15 Februari 2014. Hakim, Rahman. 2006. “Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode EVA, ROA dan Pengaruhnya terhadap Return Saham pada perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ-45 di Bursa Efek Jakarta” Fakultas Ekonomi UII:Yogyakarta Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2007. Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007. (Online), (http:///natawidnyana.files.wordpress.co m) diakses 4 April 2014. Kartini, Dwi. 2009. Corporate Social Responsibility : Transformasi Konsep Sustainability Management dan Implementasi di Indonesia. Bandung : Refika Aditama Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Maksum, Azhar. 2005. Tinjauan atas Good Corporate Governance di Indonesia. Medan : Universitas Sumatera Utara. Meythi dam Devita, Lusiyana. 2011. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal Hukum dan Bisnis dan Investasi. Vol.3 Nomor 1 November 2011, hal 71-89. Universitas Kristen Maranatha Nurcahyani, Suhadak, dan Hidayat, R. Rustam. 2011 . Pengaruh penerapan Good Corporate Governance dan Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan. Malang : Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis. Universitas Brawijaya Nuswandari, Cahyani. 2009. Pengaruh Corporate Governance Perception Index terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE) ISSN:1412-3126. Semarang : Universitas Stikubank Riandi, Dani dan Siregar, Hasan Sakti. 2011. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap ROA, NPM, dan EPS pada Perusahaan yang terdaftar di

Corporate Governance Perception Index. Medan : FE. USU. Setyarini, Yulia dan Melvie Paramitha. 2011. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Corporate Social Responsibilty. Jurnal Kewirausahaan Vol. 5 No. 2 ISSN. 1978-4724. Solihin, Ismail. 2009. Corporate Social Responsibility from Charity to Sustainability. Jakarta : Salemba Empat. Surya dan Yustiavandana. 2006. Penerapan Good Corporate Governance: Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup. Trihendradi, Cornelius. 2010. Step by Step SPSS 18 : Analisis Data Statistik. Yogyakarta : Andi. Wardani, Diah Kusuma. 2008. Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Indonesia. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta Windi, Yunita dan Indriani, Susi. 2012. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” www.antaranews.com, (diakses 10 April 2014) www.idx.co.id, (diakses Desember 2013 sampai April 2014) www.iicg.org, (diakses Desember 2013 sampai April 2014)

More Documents from "Yoga"

Mmpi_2_varones.xls
January 2021 1
Sni 6989.7.2009 (zn).pdf
January 2021 1
Qcpc Bracket Bumper
January 2021 1
Kk.pdf
January 2021 3