Ppt Risalah Taqwim V.2 16052015.ppt

  • Uploaded by: Uswatun Hasanah
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ppt Risalah Taqwim V.2 16052015.ppt as PDF for free.

More details

  • Words: 4,366
  • Pages: 67
Loading documents preview...
RISALAH TAQWIM 1432 H

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL RISALAH TAQWIM 1432 H 1. Mengetahui pengertian taqwim dalam tarbiyah. 2. Memahami landasan syar’i, manhaj amali dan tanzhimi taqwim. 3. Mengetahui tujuan taqwim. 4. Mengetahui berbagai metode dalam pelaksanaan taqwim. 5. Mengetahui berbagai sarana yang dapat digunakan dalam taqwim. 6. Memahami mekanisme taqwim. 7. Mengetahui muwashofat untuk kenaikan marhalah pada setiap marhalah. 8. Mengetahui syarat kenaikan marhalah dalam tarbiyah. 9. Memahami kaidah dalam taqwim. 10.Memahami kebijakan yang berlaku khusus pada kondisi tertentu. 11.Mengetahui lampiran-lampiran yang berkaitan dengan Risalah taqwim.

II. POKOK POKOK MATERI 1.Ruang Lingkup

2.Mukadimah

3.Pengertian

4.Landasan Taqwim

5.Tujuan Taqwim

6.Metode Taqwim

7.Sarana Taqwim

8.Objek Evaluasi Taqwim

9.Syarat Kenaikan Marhalah

10.Mekanisme Taqwim

11.Kaidah Taqwim

12.Kebijakan Khusus

13.Lampiran

III. RUANG LINGKUP •Kader Inti

•Tim Taqwim •Elemen Tarbiyah

IV. MUKADIMAH Status keanggotaan seseorang Al-Akh dalam jamaah dakwah merupakan sebuah amanah yang harus diberikan kepada orang yang memiliki kapabilitas (ahliyyah). Bila tidak memenuhi syarat ini, maka kehancuran akan segera menimpa jamaah. Kita harus menyadari bahwa melaksanakan syarat terpenuhinya kapabilitas, bukan berarti meremehkan kemampuan dan menyakiti hati seorang Al-Akh. kemuliaan seseorang di sisi Allah SWT hanya diukur dari ketaqwaannya dan hal ini hanya Allah SWT yang tahu. Akan tetapi, kita dituntut untuk melihat seorang Al-Akh secara lebih teliti pada sisi lahiriahnya untuk meningkatkan perannya dalam berjamaah, itu terjadi karena kita mengabaikan tahap pembinaan, tarbiyah, dan penguatan.

IV. MUKADIMAH Untuk mengetahui tingkat kapabilitas (ahliyyah) seseorang, diperlukan adanya proses evaluasi dan penyeleksian yang dilakukan secara serius, jujur, obyektif, jauh dari ifrath (terlalu memudahkan) dan tafrith (terlalu menyulitkan), dan memiliki tingkat akurasi yang baik. Karenanya, peran pihak yang lebih dekat dan tahu kepada seseorang yang sedang dievaluasi dan diseleksi harus lebih diutamakan dibandingkan dengan pihak yang jauh darinya. Setiap pemimpin dan naqib hendaknya menyadari bahwa ketika ia mengusulkan seseorang sama dengan persaksian di hadapan Allah. Hendaknya ia bertakwa kepada Allah atas dirinya dan jamaahnya.

IV.MUKADIMAH Dari sisi lain, evaluasi dan seleksi ini adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembinaan, baik pembinaan kepada pihak yang dievaluasi dan diseleksi ataupun kepada pihak yang melakukan seleksi. Karenanya penilaian itu hendaknya dilakukan secara jama’i melalui mekanisme syura, di samping agar tingkat akurasi penilaiannya lebih terjamin. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dirumuskan suatu risalah taqwim yang mampu mendefinisikan berbagai peristilahan yang dipakai dalam pedoman, landasan, tujuan, kaidah, sarana, mekanisme, poin pengevaluasian dan penyeleksian, tata cara penilaian, dan pengesahannya.

V.PENGERTIAN  Taqwim adalah sebuah proses dan mekanisme evaluasi terhadap proses tarbiyah yang meliputi aspek-aspek liqoat, (perkembangan pencapaian) umur marhalah, simat marhalah, ulum marhalah, muwashofat marhalah, capaian akhir marhalah dan seleksi kenaikan marhalah peserta tarbiyah.  Liqoat adalah pertemuan berupa halaqoh, usroh, nadwah, mabit dan dauroh yang diselenggarakan oleh Murobbi atau Elemen Tarbiyah.  Marhalah adalah tahapan pembinaan yang telah ditetapkan dalam manhaj tarbiyah.  Umur marhalah adalah masa tempuh tarbiyah pada setiap marhalah.  Simat marhalah adalah karakter marhalah yang harus ada pada diri peserta tarbiyah.

V.PENGERTIAN  Ulum marhalah adalah bidang studi pada setiap marhalah yang disampaikan kepada peserta tarbiyah.  Muwashofat marhalah adalah kriteria yang harus dimiliki oleh peserta tarbiyah pada marhalahnya.  Capaian akhir marhalah adalah parameter yang harus dimiliki oleh peserta tarbiyah pada akhir setiap marhalah.  Tim Taqwim adalah tim yang dibentuk oleh Usroh atau Elemen Tarbiyah Daerah (ETD) atau Elemen Tarbiyah Wilayah (ETW) untuk melakukan taqwim irreguler.  Muqawwim adalah kader inti yang ditugaskan dalam tim taqwim untuk melaksanakan taqwim irreguler.  Muqowwam adalah peserta tarbiyah yang dievaluasi dan diseleksi untuk dinaikkan marhalah tarbiyahnya.

V.PENGERTIAN  Pelantikan Khusus adalah prosesi mu’ahadah bagi calon muntasib atau prosesi mubaya’ah bagi calon muntazhim.  Pelantikan Umum adalah proses pelantikan keanggotaan secara kehizban.  Amal 'am adalah aktivitas yang diarahkan oleh struktur kepada pada kader.  Robthul 'am adalah hubungan sosial yang dibangun oleh kader kepada tokoh dan anggota masyarakat dengan tujuan untuk mendapatkan simpati, dukungan dan pembelaan.  Khuththah Tarbawiyah adalah rencana kegiatan tarbiyah yang dibuat oleh Murobbi.  Khuththah Kaderisasi adalah rencana kegiatan tarbiyah yang dibuat oleh Elemen Tarbiyah.

V.PENGERTIAN  Kalender Tarbiyah adalah Rencana penyampaian materi dan kegiatan-kegiatan tarbiyah sesuai dengan jadual waktu yang telah disepakati antara Murobbi dan Elemen Tarbiyah.  Majelis Murobbi adalah pertemuan berkala antara Elemen Tarbiyah Cabang (ETC) atau Elemen Tarbiyah Daerah (ETD) dengan kader inti yang menjadi murobbi.  Majelis Nuqoba adalah pertemuan berkala antara Elemen Tarbiyah Daerah (ETD) atau Elemen Tarbiyah Wilayah (ETW) dengan para naqib.  Mulahazhoh adalah catatan tambahan atas hal-hal penting yang terkait dengan peserta tarbiyah.  Taqrir liqo adalah laporan yang berisi mutaba’ah yaumiyah a’dho dan baramij halaqoh atau usroh

VI.LANDASAN TAQWIM 1.LANDASAN SYAR’I AL QUR’ANUL KARIM : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.(Q.S An-Nisa 58)

SUNNAH RASULULLAH SAW : Jika suatu urusan diberikan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya. (H.R Bukhari). Kalian akan dapatkan manusia itu bagaikan seratus ekor unta, tak ditemukan oleh seseorang diantara mereka itu yang rahilah (unta pembawa beban berat). (H.R. Muslim)

VI.LANDASAN TAQWIM 1.LANDASAN SYAR’I MANHAJ SALAFUS SALEH : • Umar bin Al Khaththab r.a. setiap kali mau mengangkat seseorang untuk menempati jabatan tertentu, terlebih dahulu bertanya kepada Hudzaifah r.a. pemegang rahasia Rasulullah saw, jika Hudzaifah r.a. merasa keberatan dengan orang itu, maka Umar r.a. tidak jadi mengangkatnya, jika Hudzaifah tidak keberatan, maka Umar mengangkatnya. • Umar bin Al Khaththab berkata kepada seorang lelaki yang mengaku mengenal seorang lelaki lainnya: “Pernahkah engkau pergi bersamanya? Pernahkah engkau bermuamalah uang dengannya? Orang itu menjawab: “Belum”. Kata Umar r.a. berarti engkau belum mengenalnya.

VI.LANDASAN TAQWIM 1.LANDASAN SYAR’I MANHAJ SALAFUS SALEH : • Ada seorang ulama hadits yang melakukan perjalanan sangat jauh untuk menemui seseorang yang diduga kuat mengetahui suatu hadits. Menjelang sampai di rumah orang yang dituju, dilihatnya orang yang dicarinya itu sedang memanggil binatangnya dengan isyarat akan memberi makan, namun ternyata ia tidak memberi makan, maka ulama hadits itu meninggalkan orang yang telah lama dicarinya itu dengan alasan, kalau dengan binatang dia berani berbohong, maka tidak mustahil dia berbohong atas Nabi Muhammad saw.

VI.LANDASAN TAQWIM 2.LANDASAN MANHAJ ‘AMALI RISALAH TA’ALIM : • “Inilah risalahku untuk para mujahidin dari kalangan Ikhwanul muslimin yang meyakini keluhuran da’wahnya dan kemurnian fikrahnya, serta memiliki tekad tulus untuk hidup bersamanya atau mati karena memperjuangkannya”. • “Untuk selain mereka disediakan kajian-kajian, ceramahceramah, buku-buku, makalah-makalah dan berbagai aktifitas kelembagaan. Masing-masing memiliki arah dan tujuan yang hendak dicapai. Karenanya, berlombalombalah menuju kebaikan, sebab masing-masing diberi janji oleh Allah dengan pahala yang baik”

VI.LANDASAN TAQWIM 2.LANDASAN MANHAJ ‘AMALI RISALAH TA’ALIM : • “Takwin (pembentukan) dengan cara menyeleksi unsur-unsur yang layak untuk mengemban tugas-tugas jihad, lalu menghimpun sebagiannya pada sebagian yang lain“. • “Dakwah pada tahap ini bersifat khusus. Tidak ada yang dapat berinteraksi dengannya kecuali orang yang betul-betul memiliki kesiapan untuk memikul beban jihad yang panjang masanya dan banyak konsekuensinya. Tanda-tanda pertama adanya kesiapan tersebut adalah ketaatan yang sempurna“.

VI.LANDASAN TAQWIM 3.LANDASAN TANZHIMI NIZHAM ASASI BAB III PASAL 6 :

• “Calon anggota jamaah harus dalam pengawasan murobbinya selama tidak kurang satu tahun. Jika terbukti ia telah melaksanakan tugas-tugas keanggotaan dengan baik dan mengetahui tujuan, sarana da’wah serta mau berjanji untuk memperjuangkannya dan menaati peraturannya serta bekerja untuk mencapai tujuannya lalu disetujui oleh lajnah taqwim untuk diterima sebagai anggota jamaah, maka dia dinyatakan sebagai akh muntazhim …” MANHAJ ‘ALAMI 1994 M : • ”Seorang akh tidak berpindah dari satu marhalah kepada marhalah berikutnya sebelum yang menjadi mas’ul darinya merasa tenteram kepadanya bahwa ia telah memenuhi semua muqawwimatnya dan lembaga yang berkompeten telah mensahkannya”.

VI.LANDASAN TAQWIM 3.LANDASAN TANZHIMI MANHAJ 1426 ‘ALAMI MARAHIL BA’DAT-TA’DIL :  Marhalah Tamhidi adalah seseorang yang memiliki sifat-sifat terpuji, perangai Islam asasi, tidak terkotori oleh syirik dan tidak memiliki hubungan dengan instansi yang memusuhi Islam.  Marhalah Muayyid adalah seseorang yang mendukung fikrah, memiliki perhatian untuk menyebarluaskannya, memiliki perhatian terhadap problematika kaum muslimin secara umum, dan mempelajari sebagian dari konsep-konsep asasi dakwah.

VI.LANDASAN TAQWIM 3.LANDASAN TANZHIMI MANHAJ 1426 ‘ALAMI MARAHIL BA’DAT-TA’DIL :

 Marhalah Muntasib adalah adalah seseorang yang memenuhi segala persyaratan marhalah sebelumnya (Muayyid) dan ia terhitung berada di dalam barisan pada tangga pertama keterikatan di mana ia melaksanakan berbagai tugas dari dakwah yang dibebankan kepadanya dan membela dakwah.

VI.LANDASAN TAQWIM 3.LANDASAN TANZHIMI MASYRU’ MUWAJJIHAT LAIHIYYAH WA TAHDID AALIYATITTAQWIM, PADA PASAL KE LIMA RISALAH TAUTSIQ WAT-TASH'ID • Para pemimpin dan naqib hendaknya memahami syarat ini dengan baik dan merealisasikan dengan cermat untuk mentaqwim ikhwah yang sudah berada dalam jamaah atau untuk mengusulkan ikhwan baru yang akan bergabung dalam jamaah. • Seorang akh dengan beban tugas yang lebih besar dari kemampuannya bisa menjadi kendala bagi kerja dakwah dan menyebabkan futurnya para aktivis, juga mengganggu tsiqah ikhwah baru. Demikian pula jika seseorang dengan beban tugas yang lebih ringan dari kemampuannya, jamaah tidak mendapatkan manfaat darinya. Jamaah sangat berkepentingan agar setiap akh mampu berbuat dan memberi kontribusi dalam dakwah.

VII.TUJUAN TAQWIM o Terevaluasinya hasil pencapaian aspek-aspek marhalah sampai pada batas tertentu yang memungkinkan peserta tarbiyah naik ke marhalah berikutnya. Aspekaspek marhalah yang dievaluasi ialah :  Aspek Liqoat Marhalah  Aspek Umur Marhalah

 Aspek Simat Marhalah  Aspek Ulum Marhalah  Aspek Muwashofat Marhalah

 Aspek Capaian Akhir Marhalah o Terwujudnya ketetapan kenaikan marhalah peserta tarbiyah.

VIII.METODE TAQWIM 1. TAQWIM REGULER merupakan aktifitas yang sejalan dengan proses tarbiyah untuk mengevaluasi peserta tarbiyah dalam hal:  Aspek-aspek liqaat : a.1. Tingkat kehadiran. a.2. Ketepatan waktu. a.3. Adab Majelis. a.4. Mas’uliyah. a.5. Ketsiqahan. a.6. Komitmen infaq (kecuali pada marhalah tamhidi).  Perkembangan pencapaian umur marhalah.  Perkembangan pencapaian simat marhalah.  Perkembangan pencapaian ulum marhalah.  Perkembangan pencapaian muwashofat marhalah.  Perkembangan capaian akhir marhalah.

2. TAQWIM IRREGULER merupakan tindak lanjut dari taqwim reguler dan bersifat wajib untuk mengevaluasi serta memverifikasi hasil taqwim reguler.

IX.SARANA TAQWIM IRREGULER Taqwim irreguler dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu atau beberapa sarana berikut ini :  Mu’ayasyah yaumiyyah (pergaulan sehari-hari).  Tarbiah usbu’iyyah (pembinaan pekanan).  Rihlah.  Ziarah tahqiq (kunjungan investigatif).  Mukhayyam.  Diskusi atau bedah buku atau seminar.  Penugasan, di antaranya adalah:  Kepanitiaan.  Menjadi relawan di daerah bencana.  Dakwah di daerah terpencil.  Menjadi pengurus hizb.  Sarana-sarana lain yang dipandang efektif.

X.TAQWIM TAMHIDI KE MUAYYID

ACUAN OBJEK TAQWIM 1.Aspek Liqoat : pertemuan berupa halaqoh, usroh, nadwah, mabit dan dauroh yang diselenggarakan oleh Murobbi atau Elemen Tarbiyah. 2.Umur Marhalah : masa tempuh tarbiyah pada setiap marhalah. 3.Simat Marhalah : karakter marhalah yang harus ada pada diri peserta tarbiyah. 4.Ulum Marhalah : bidang studi pada setiap marhalah yang disampaikan kepada peserta tarbiyah. 5.Muwashofat Marhalah : kriteria yang harus dimiliki oleh peserta tarbiyah pada marhalahnya. 6.Capaian Akhir Marhalah : parameter yang harus dimiliki oleh peserta tarbiyah pada akhir setiap marhalah.

SYARAT KENAIKAN JENJANG 1.Telah mencapai satu tahun umur marhalah. 2.Telah memenuhi syarat persentase aspek liqoat marhalah Tamhidi. 3.Telah mencapai 100% simat marhalah Tamhidi. 4.Mengikuti penyampaian ulum marhalah tidak kurang 60% dari khutthoh tarbawiyah. 5.Telah mencapai syarat kelulusan pencapaian muwashofat, yaitu : a.Setiap point pada muwashofat Salimul Aqidah harus mendapat nilai 4. b.Jika total nilai keseluruhan muwashofat berjumlah 377 atau lebih, maka dinyatakan lulus. c.Jika total nilai keseluruhan muwashofat berjumlah 340 atau kurang, maka dinyatakan tidak lulus. d. Jika total nilai keseluruhan muwashofat berjumlah antara 341 dan 376, maka dapat dipertimbangkan kelulusannya. 6. Telah mencapai 100% capaian akhir marhalah tamhidi.

MEKANISME TAMHIDI KE MUAYYID 1.PROSES TAQWIM REGULER a. Murobbi mengisi form Khuththah Tarbawiyah yang sudah disediakan oleh Elemen Tarbiyah Cabang (ETC/ETD). b. ETC/ETD mengisi form Khuththah Kaderisasi. c. Pertemuan Murobbi dengan ETC/ETD menyepakati kalender tarbiyah dalam Majelis Murobbi. d. ETC/ETD menyusun dan menetapkan kalender tarbiyah yang telah disepakati dalam point 1.3. dan mendistribusikannya kepada : d.1. Murobbi. d.2. Usroh Murobbi. d.3. ETC/ETD (arsip) e. Murobbi melakukan aktifitas Tarbiyah sesuai dengan kalender tarbiyah setiap pekan. f. Murobbi melakukan aktivitas tambahan agar lebih mengenal mutarobbinya secara personal, misal: ziarah, perjalanan bersama dll. g. Murobbi mengisi form Taqrir Liqo dan melaporkannya kepada usroh setiap pekan. h. Murobbi melaporkan realisasi Kalender Tarbiyah kepada ETC/ETD dalam Majelis Murobbi.

MEKANISME TAMHIDI KE MUAYYID 2.PROSES TAQWIM IRREGULER a.Murobbi mempresentasikan bakal calon muqowwam ke usrohnya meliputi: a.1. Aspek liqoat. a.2. Pencapaian umur marhalah. a.3. Pencapaian simat marhalah. a.4. Pencapaian ulum marhalah. a.5. Pencapaian muwashofat. a.6. Capaian akhir marhalah. b.Usroh menetapkan calon muqowwam yang berhak untuk mengikuti taqwim irreguler. c.Murobbi melampirkan data calon muqowwam yang telah ditetapkan usroh, meliputi: c.1. Biodata. c.2. Laporan taqwim reguler sebagaimana point a. d.Usroh menetapkan calon Muqowwam menjadi Muqowwam. e.Usroh menentukan aspek yang akan diverifikasi pada muqowwam. f.Usroh menentukan sarana taqwim irreguler yang sesuai dengan aspek yang akan diverifikasi. g.Taqwim irreguler berlangsung selambat-lambatnya satu bulan. h.Usroh menetapkan kelulusan muqowwam.

MEKANISME TAMHIDI KE MUAYYID 3.PENGELOMPOKAN a.Usroh mengelompokan muayyid baru ke dalam halaqoh. b.Usroh melaporkan muayyid baru dan pengelompokannya kepada ETC/ETD. c.DPC mengajukan surat permohonan kepada DPD agar menerbitkan surat keputusan penetapan kelulusan.

4.PELANTIKAN UMUM a.DPC melakukan Pelantikan umum bagi Muayyid baru. b.Adapun pelaksanaan pelantikan umum mengacu kepada petunjuk pelaksanaan pelantikan anggota Muda.

XI.TAQWIM MUAYYID KE MUNTASIB

ACUAN OBJEK TAQWIM 1.Aspek Liqoat : pertemuan berupa halaqoh, usroh, nadwah, mabit dan dauroh yang diselenggarakan oleh Murobbi atau Elemen Tarbiyah. 2.Umur Marhalah : masa tempuh tarbiyah pada setiap marhalah. 3.Simat Marhalah : karakter marhalah yang harus ada pada diri peserta tarbiyah. 4.Ulum Marhalah : bidang studi pada setiap marhalah yang disampaikan kepada peserta tarbiyah. 5.Muwashofat Marhalah : kriteria yang harus dimiliki oleh peserta tarbiyah pada marhalahnya. 6.Capaian Akhir Marhalah : parameter yang harus dimiliki oleh peserta tarbiyah pada akhir setiap marhalah. 7.Mulahazhoh : catatan tambahan atas hal-hal penting yang terkait dengan peserta tarbiyah.

SYARAT KENAIKAN MUAYYID KE MUNTASIB 1.Telah mencapai dua tahun umur marhalah. 2.Telah mencapai persentase aspek liqoat marhalah Muayyid. 3.Telah mencapai 100% simat marhalah Muayyid. 4.Seorang Muqowwam dikenali secara lebih dekat dan mendalam melalui Daftar Riwayat Hidup Lengkap mencakup segala kondisi dan situasi dirinya serta afiliasinya, terutama hal-hal berikut: a. Menerima kebijakan al hizbu huwal jama’ah wal jama’ah hiyal hizb b.Terlibat dalam aktifitas Hizb. c. Tidak berafiliasi dengan harakah dakwah dan hizb lainnya. d.Tidak ada syubhat pemikiran.

SYARAT KENAIKAN MUAYYID KE MUNTASIB e.Tidak memiliki indikasi yang membahayakan jama’ah. f. Bisa dipercaya untuk menjaga amanah dan kerahasiaan jama’ah. g.Dapat memberikan kontribusi bagi jamaah, baik da’awi, fikri, fani atau maali. h.Memiliki kapasitas untuk diproyeksikan secara tepat pada masa mendatang. i. Tidak mengidap penyakit kronis dan atau kelemahan jasmani yang dapat mengganggu pelaksanaan tugas dan perannya sebagai muntasib. 5.Mengikuti penyampaian ulum marhalah tidak kurang 70% dari khutthoh tarbawiyah.

SYARAT KENAIKAN MUAYYID KE MUNTASIB 6.Telah mencapai syarat kelulusan pencapaian muwashofat, yaitu : a.Setiap point pada muwashofat Salimul Aqidah harus mendapat nilai 4. b.Jika total nilai keseluruhan muwashofat berjumlah 440 atau lebih, maka dinyatakan lulus. c.Jika total nilai keseluruhan muwashofat berjumlah 396 atau kurang, maka dinyatakan tidak lulus. d. Jika total nilai keseluruhan muwashofat berjumlah antara 397 dan 439, maka dapat dipertimbangkan kelulusannya. 7.Telah mencapai 100% capaian akhir marhalah Muayyid. 8.Adanya ungkapan yang jelas tentang keinginannya untuk beramal Islami bersama jamaah.

MEKANISME TAQWIM MUAYYID KE MUNTASIB

1.PROSES TAQWIM REGULER a. Murobbi mengisi form Khuththah Tarbawiyah yang sudah disediakan oleh Elemen Tarbiyah Daerah (ETD). b. ETD mengisi form Khuththah Kaderisasi. c. Pertemuan Murobbi dengan ETD menyepakati kalender tarbiyah dalam Majelis Murobbi. d. ETD menyusun dan menetapkan kalender tarbiyah yang telah disepakati dalam point 1.3. dan mendistribusikannya kepada : d.1. Murobbi. d.2. Usroh Murobbi. d.3. ETD (arsip). e. Murobbi melakukan aktifitas tarbiyah sesuai dengan kalender tarbiyah setiap pekan.

MEKANISME MUAYYID KE MUNTASIB 1.PROSES TAQWIM REGULER

f. Murobbi dan usrohnya melakukan aktivitas tambahan yang memungkinkan lebih mengenal mutarabbinya secara personal, misal: ziarah, perjalanan bersama dll. g. Murobbi mendalami latar belakang mutarabbi dari sisi keorganisasian, jama’ah, dan keluarga untuk memastikan mutarabbinya aman dari aspek amniah. h. Murobbi dengan bantuan usrohnya mencatat point 1.7 sebagai mulahazhoh. i. Murobbi mengisi form taqrir liqo dan melaporkannya kepada usroh setiap pekan. j. Murobbi melaporkan realisasi kalender tarbiyah kepada ETD dalam Majelis Murobbi.

LANJUTAN….. 2. PROSES TAQWIM IRREGULER a. Murobbi mempresentasikan laporan taqwim reguler bakal calon muqowwam ke usrohnya meliputi : a.1. Aspek liqoat. a.2. Pencapaian umur marhalah. a.3. Pencapaian simat marhalah. a.4. Pencapaian ulum marhalah. a.5. Pencapaian muwashofat. a.6. Capaian akhir marhalah. a.7. Mulahazhoh. b. Usroh menetapkan calon muqowwam yang berhak untuk mengikuti taqwim irreguler.

LANJUTAN….. 2.PROSES TAQWIM IRREGULER c. Murobbi melampirkan data calon muqowwam yang telah ditetapkan usroh, meliputi: c.1. Biodata. c.2. Laporan taqwim reguler sebagaimana point 2.a. c. Usroh mengajukan nama calon muqowwam yang telah memenuhi persyaratan taqwim dan kelengkapan administrasinya ke ETD. d. ETD memverifikasi calon muqowwam meliputi: e.1. Status keanggotaan. e.2. Keaktifan calon muqowwam dalam kegiatan struktural. e.3. kelengkapan administrasi sebagaimana dalam poin 2.c.

LANJUTAN….. 2.PROSES TAQWIM IRREGULER e. ETD menetapkan calon Muqowwam menjadi Muqowwam jika tidak diperlukan klarifikasi. f. ETD melakukan konfirmasi jika diperlukan klarifikasi dari Usroh Murobbi. g. Jika hasil konfirmasi dianggap tidak ada masalah maka calon muqowwam dapat ditetapkan sebagai muqowwam. Jika hasil konfirmasi dianggap masih ada masalah maka calon muqowwam dikembalikan kepada Murobbinya.

h. Setelah penetapan muqowwam, selanjutnya ETD membentuk tim taqwim.

LANJUTAN…. 2.PROSES TAQWIM IRREGULER j. Tim taqwim terdiri dari: Ketua tim, yang berasal dari Biro Personalia (ex officio). Anggota, yang dapat berasal dari :  Hanya anggota Usroh murobbi muqowwam, atau  Anggota Usroh murobbi muqowwam dan anggota Usroh lain, atau  Hanya anggota Usroh lain. k.Rasio jumlah muqawwim dengan muqowwam minimal 1 berbanding 3. l. Tim taqwim menentukan aspek yang akan diverifikasi pada muqowwam. m.Tim taqwim menentukan sarana taqwim yang sesuai dengan aspek yang akan diverifikasi. n.Tim taqwim menyelesaikan tugas selambat-lambatnya dua bulan, sejak dibentuk sampai melaporkan hasilnya kepada ETD.

3.PEMBAHASAN LAPORAN TIM TAQWIM a.Tim taqwim melaporkan hasil kerja dengan menyertakan data hasil taqwim dan kelengkapan administrasinya ke ETD. b.ETD mengadakan rapat pembahasan laporan tim taqwim dan penetapan kelulusan yang dihadiri oleh: b.1. Ketua Kaderisasi DPD. b.2. Biro Personalia DPD. b.3. Ketua Tim Taqwim atau yang mewakilinya. b.4. Murobbi muqowwam jika diperlukan. c.Apabila rapat tersebut memutuskan bahwa muqowwam dinyatakan tidak lulus, maka muqowwan tersebut dikembalikan kepada murobbinya. d.Apabila rapat tersebut memutuskan bahwa muqowwam dinyatakan lulus, maka selanjutnya ETD mengirimkan seluruh berkas dan laporan tim taqwim ke ETW.

4. SOSIALISASI a. Apabila dari hasil verifikasi ETW tidak ditemukan masalah, maka muqawwam dapat disosialisasikan.

b.DPD melakukan sosialisasi nama muqowwam yang dinyatakan lulus ke seluruh kader inti di DPD tempat domisili murobbi dan DPD tempat domisili muqowwam. c. Sosialisasi dilakukan selama dua pekan. d.Bagi kader inti yang mempunyai tanggapan atau informasi tentang muqowwam dapat menyampaikan tanggapan tersebut ke DPD melalui usroh.

5.PENETAPAN KELULUSAN a.Apabila selama dua pekan masa sosialisasi ada tanggapan berupa masukan atau catatan yang memberatkan muqowwam, maka ETD mengklarifikasi tanggapan tersebut secepatnya kepada usroh Naqib muqowwam : a.1. Apabila hasil klarifikasi membuktikan kebenaran tanggapan tersebut, maka DPD mengembalikan muqowwam kepada Naqibnya untuk diperbaiki. a.2. Apabila hasil klarifikasi menunjukkan tidak ada hal yang memberatkan atas tanggapan tersebut, maka DPD menetapkan kelulusan muqowwam dalam rapat pleno DPD. b.Apabila selama dua pekan masa sosialisasi tidak ada masukan dan catatan yang memberatkan, maka DPD menetapkan kelulusan muqowwam dalam rapat pleno DPD. c.DPD mengajukan surat permohonan kepada DPW agar menerbitkan surat keputusan penetapan kelulusan.

6. MASA PERBAIKAN a.Murobbi melakukan perbaikan muqowwam selambatlambatnya dua bulan sejak dikembalikan. b.Apabila perbaikan muqowwam telah selesai, maka Murobbi melaporkan hasil perbaikan tersebut ke usrohnya. c.Usroh melaporkan hasil perbaikan muqowwam ke DPD. d.DPD memutuskan kelulusan muqowwam tersebut dalam rapat pleno DPD. e.DPD mengajukan surat permohonan kepada DPW agar menerbitkan surat keputusan penetapan kelulusan. f.Apabila setelah masa perbaikan muqowwam tidak ada perubahan, usroh melaporkan hal tersebut ke DPD. Selanjutnya DPD memutuskan muqowwam tersebut tidak lulus.

7.PELANTIKAN KHUSUS a. DPD mengeluarkan ta’limat nama muqowwam yang sudah dapat di mu’ahadah. b.Setelah menerima ta'limat dari DPD, Murobbi memastikan kesiapan muqowwam untuk menjadi kader inti dengan segala konsekuensi dan tanggung jawabnya. c. Apabila muqawwan menyatakan belum siap, maka Murobbi menunggu kesiapan muqowwam selambatlambatnya selama satu bulan. d.Apabila setelah satu bulan muqowwam belum siap, maka DPD memutuskan bahwa muqowwam tersebut dibatalkan kelulusannya dan muqowwam dikembalikan kepada murobbinya.

7.PELANTIKAN KHUSUS (LANJUTAN) e. Apabila muqowwam telah menyatakan kesiapannya, maka Murobbi melakukan pelantikan khusus. f. Pada pelantikan khusus diberikan taujih sebelum dan sesudah mu’ahadah. g. Taujih disampaikan oleh murobbi muqowwam, namun dapat pula dilakukan oleh muwajjih yang diundang. h. Murobbi membuatkan berita acara mu’ahadah pada form yang telah disediakan. i. Murobbi menyerahkan berita acara mu’ahadah ke usroh, selanjutnya usroh menyampaikan berita acara tersebut ke ETD. j. Pelaksanaan pelantikan khusus mengacu kepada petunjuk pelaksanaan pelantikan khusus muntasib.

8.ORIENTASI a.ETD menyelenggarakan kegiatan orientasi bagi muntasib yang baru dimu’ahadah berupa kegiatan Daurah Tatsbit Tanzhim dan Usroh Mu’ayasyah. b.Pelaksanaan Dauroh Tatsbit tanzhim dan usroh Mu’ayasyah mengacu kepada petunjuk pelaksanaan Dauroh Tatsbit tanzhim dan usroh Mu’ayasyah

9.PENEMPATAN Penempatan Muntasib baru yang sudah dilantik menjadi kewenangan ETD untuk mengelompokkan usrohnya mengacu kepada Panduan Penataan dan Pengelolaan Usroh dan Naqib (P3UN).

10.PELANTIKAN UMUM a. DPD melakukan Pelantikan umum bagi muntasib baru.

b. Pelaksanaan pelantikan umum mengacu kepada petunjuk pelaksanaan pelantikan anggota Madya.

XIII.KAIDAH TAQWIM 1. Taqwim merupakan bagian dari proses tarbiyah. 2. Fungsi taqwim adalah: a. Evaluasi terhadap proses tarbiyah yang meliputi Aspek-aspek liqaat yaitu Tingkat kehadiran, ketepatan waktu, adab Majelis, mas’uliyah, Ketsiqahan, Komitmen infaq (kecuali pada marhalah tamhidi), perkembangan pencapaian umur marhalah, simat marhalah, ulum marhalah, muwashofat dan capaian akhir marhalah. b.Seleksi kelayakan untuk naik ke marhalah berikutnya. c. Perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan dalam pencapaian proses tarbiyah sebagaimana dalam point a.

XIII.KAIDAH TAQWIM 3.Taqwim reguler dan Irreguler merupakan satu kesatuan metode yang saling melengkapi dan harus dilaksanakan secara berurutan. 4.Taqwim dilakukan secara objektif dan mu’tadil (proporsional). 5.Muqowwim Irreguler harus memenuhi persyaratan sebagai Berikut : a.Ditunjuk secara resmi oleh usrah. b.Kader inti dengan marhalah keanggotaan minimal satu marhalah di atas muqowwam. c.Memiliki kemampuan mentaqwim, atau pernah mengikuti pelatihan pelaksanaan taqwim. d.Memahami tata cara pelaksanaan taqwim.

XIII.KAIDAH TAQWIM 6. Tanggapan dan informasi dapat berupa ta’dil (sisi positif) atau tajrih (sisi negatif) yang meliputi aspek i’tiqodi, ta’abbudi, suluki dan tanzhimi. 7. Sumber informasi terkait muqowwam dapat diperoleh dari siapa saja, tidak harus dari peserta tarbiyah. 8. Setiap tanggapan berupa catatan atau masukan yang memberatkan muqowwam, harus disampaikan secara tertulis mencakup : a. Waktu kejadian (maksimal peristiwa tersebut 6 bulan yang lalu). b.Tempat kejadian. c. Nara sumber. d.Bentuk kejadian.

XIII.KAIDAH TAQWIM 9. Tim taqwim harus menjaga amanah kerahasiaan terkait dengan tugasnya. 10.Tidak memperpanjang pembahasan yang tidak perlu terhadap aib orang. 11.Tim taqwim perlu memperhatikan kelebihan al-akh yang ditaqwim sebagai nilai plus dalam pentaqwiman.

XIV.KEBIJAKAN KHUSUS 1. MUWASHOFAT Muwashofat tidak dinilai berdasarkan primer dan sekunder, tetapi dinilai melalui sistem pembobotan. Khusus untuk kenaikan marhalah ke kader inti diharuskan sudah dapat membaca Al Quran dengan baik.

XIV.KEBIJAKAN KHUSUS 2. MUTASI PADA SAAT PROSES TAQWIM IRREGULER BERLANGSUNG a.Muqowwam yang sedang dalam proses taqwim irreguler dan pada saat yang bersamaan pindah domisili dan mutasi halaqoh/usroh maka proses taqwim irreguler tersebut dilanjutkan di tempat domisili yang baru. b.Struktur DPD/DPW asal muqowwam mengirimkan surat mutasi muqowwam dengan melampirkan data proses taqwim irreguler yang telah dilakukan ke DPD/DPW domisili yang baru. c.Apabila muqowwam di domisili asalnya telah dinyatakan lulus namun belum dilakukan pelantikan khusus maka proses pelantikan dilakukan oleh murobbi/struktur di tempat domisili yang baru.

XIV.KEBIJAKAN KHUSUS 3. TAQWIM IRREGULER BILA BELUM MENCAPAI UMUR MARHALAH Taqwim irreguler dapat dilakukan meskipun umur marhalah baru mencapai setengahnya dengan ketentuan memenuhi persyaratan pengajuan taqwim irreguler.

XIV.KEBIJAKAN KHUSUS 4. PROSES TAQWIM DARI TAMHIDI KE MUAYYID APABILA MUROBBI BELUM KADER INTI a. Jika murobbi belum kader inti maka proses taqwim diawali dengan penataan tarbiyah oleh usroh dimana murobbi tersebut berhalaqoh. b.Penataan tarbiyah dilakukan dengan memindahkan peserta tarbiyah tamhidi ke halaqoh yang dibina langsung oleh kader inti. c. Setelah penataan tarbiyah dilakukan, maka proses taqwim dilakukan mengikuti risalah taqwim

XIV.KEBIJAKAN KHUSUS 5. KEGIATAN SETELAH PELANTIKAN KHUSUS UNTUK MUNTASIB BARU a. Kegiatan setelah pelantikan khusus untuk muntasib baru yaitu tatsbitut tandzhim, usroh mu’ayasyah dan pelantikan umum. Kegiatan tersebut saling berkaitan namun dapat dilakukan secara tidak berurutan sebagai pembekalan awal bagi muntasib baru. Pelaksanaannya mengacu pada petunjuk pelaksanaan masing-masing kegiatan. b. Tatsbitut tanzhim dapat diikuti setelah jumlah muntasib baru minimal 10 orang. c. Dalam kondisi jumlah muntasib baru tidak mencapai batas minimal sebagaimana point b, maka usroh mu’ayasyah dapat dilaksanakan dengan jumlah peserta antara 5 sampai 9 orang.

XIV.KEBIJAKAN KHUSUS 5. KEGIATAN SETELAH PELANTIKAN KHUSUS UNTUK MUNTASIB BARU d.Dalam kondisi jumlah muntasib baru kurang dari 5 orang, maka ETD dapat langsung menempatkannya pada salah satu usroh dengan usia tanzhim terdekat dan disampaikan materi usroh mu’ayasyah. e.Dalam kondisi sebagaimana point d., maka tidak perlu lagi mengikuti usroh mu’ayasyah. f. Apabila pengelola usroh adalah ETC maka peran yang dilakukan oleh ETD dilakukan oleh ETC, kecuali penerbitan Surat Keputusan Penetapan Kelulusan tetap menjadi kewenangan DPW.

XIV.KEBIJAKAN KHUSUS 6. KENDALA GEOGRAFIS Bagi muayyid atau muntasib yang tidak dapat melakukan halaqoh atau usroh secara rutin tiap pekan karena kendala geografis, maka untuk memenuhi syarat tercapainya 80 % kehadiran selama enam bulan terakhir dengan melakukan intensifikasi tarbiyah.

XIV.KEBIJAKAN KHUSUS 7. PERMOHONAN AKTIF KEMBALI BAGI KADER INTI YANG TIDAK BERUSROH LEBIH DARI SATU TAHUN Bagi kader inti yang tidak berusroh selama satu tahun lebih, maka : a.Yang bersangkutan mengajukan surat pemohonan untuk kembali berusroh melalui naqib terakhirnya, kemudian surat permohonan diteruskan ke struktur : maka struktur yang membahas perihal surat permohonan tersebut adalah Bidang kaderisasi dan BPH DPD/DPW.

XIV.KEBIJAKAN KHUSUS b. Struktur memanggil yang bersangkutan dan naqibnya untuk melakukan klarifikasi : b.1. Alasan ketidakaktifannya. b.2. Aktifitas selama tidak berusroh untuk memastikan aman secara amni.

b.3. Motivasi untuk kembali berusroh. c. Struktur dapat membuat kegiatan tertentu untuk memantau kesiapan yang bersangkutan kembali berusrah d.Struktur membahas dan memutuskan untuk menerima atau menolak permohonan yang bersangkutan.

XIV.KEBIJAKAN KHUSUS e. Apabila struktur memutuskan untuk menerima permohonan tersebut, maka mengacu kepada ketentuan berikut : e.1. Bagi kader inti yang tidak aktif berusroh selama satu sampai dua tahun, maka diturunkan satu marhalah. e.2. Bagi kader inti yang tidak aktif berusroh selama lebih dari dua tahun, maka ditempatkan di halaqoh muayyid. f. Struktur melakukan pemantauan proses tarbiyah yang bersangkutan secara khusus untuk memastikan perkembangan tarbiyahnya.

XIV.KEBIJAKAN KHUSUS 8. KADER INTI YANG MENGAJUKAN TURUN MARHALAH Bagi Kader inti yang mengajukan turun marhalah maka: a. Yang bersangkutan mengajukan surat permohonan turun marhalah kepada naqibnya. b. Naqib memastikan keseriusan yang bersangkutan, kemudian memberikan arahan agar yang bersangkutan mempertimbangkan kembali surat permohonannya. c. Bila yang bersangkutan tetap pada pendiriannya dan menolak arahan naqib, maka naqib menyampaikan surat permohonan tersebut ke struktur, maka struktur yang membahas perihal surat permohonan tersebut adalah Bidang kaderisasi dan BPH DPW.

XIV.KEBIJAKAN KHUSUS d.Struktur memanggil yang bersangkutan dan naqibnya untuk melakukan klarifikasi mengenai alasan keinginannya turun marhalah. e.Struktur membahas dan memutuskan untuk menerima permohonan yang bersangkutan.

XV.PENUTUP Demikianlah Risalah Taqwim 1432 ini disusun agar menjadi panduan dalam pelaksanaan taqwim peserta tarbiyah. Semoga Allah SWT meridhoi segala amal kebaikan yang kita lakukan, amien.

Related Documents

Risalah Munajat
February 2021 1
Risalah Muroqobah.pdf
January 2021 1
Manusia Ahsani Taqwim
January 2021 2
Risalah Ibnu Fadhlan.pdf
February 2021 1
Tk - V2
March 2021 0

More Documents from "balling049"

Lp Tb Paru
January 2021 1
Diagnosis Of Dementia
February 2021 1
Higiene Industri
February 2021 1
Ikm Kutacane232
January 2021 3