Loading documents preview...
APLIKASI METODE TIME DOMAIN INDUCED POLARIZATION (TDIP) UNTUK PENDUGAAN ZONA MINERALISASI EMAS DI DESA JENDI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI Oleh: Ira Lusiana Nababan (03021381722085) Monica Regina Limanto (03021381722095)
Nyayu Shintya Indah (03021381621071) Maulidya Rahmah (03021381621097)
APA ITU METODE POLARISASI TERINDUKSI (IP)? • Metode IP (polarisasi terinduksi) merupakan bentuk pengembangan dari metode geolistrik resistivitas.
• Perbedaannya dengan metode geolistrik resistivitas adalah: Geolistrik resistivitas: Potensial diukur ketika arus diinjeksikan. Metode IP
: Potensial diukur ketika arus dimatikan.
• Prinsip: Mengamati efek polarisasi yang terjadi akibat induksi arus yang melewatinya. • Besaran: Chargeabilitas, PFE (Percent Frequency Effect), dan MF (Metal Factor). • Akurasi cukup baik, terlihat dari kemampuannya untuk mendeteksi sejumlah kecil mineral logam, berkisar 0,5% dari volume batuan dapat dideteksi sebagai anomali.
PENGUKURAN IP DENGAN KAWASAN WAKTU Prinsipnya: • Mengalirkan arus listrik ke dalam tanah. • Pada saat arus listrik dihentikan, potensial antara kedua elektroda pengukur segera turun ke tingkat respon sekunder. • Potensial sekunder ini kemudian meluruh dengan waktu Parameter yang dihitung adalah chargeability.
GAMBARAN UMUM WILAYAH SELOGIRI • Daerah Selogiri tersusun atas tiga formasi batuan berumur tersier, yaitu batu pasir anggota Formasi Kebo-Butak, serta batuan beku anggota Formasi Mandalika, dan anggota Formasi Semilir.
• Kandungan mineral emas di Selogiri berbentuk urat-urat termineralisasi yang bercampur dengan mineral Sulfida Kalkopirit.
METODE PENELITIAN • Metode IP kawasan waktu (Time Domain Induced Polarization). • Konfigurasi Dipole-Dipole Dapat memetakan kondisi bawah tanah secara vertikal dan horizontal. • Alat: 1. Resistivitimeter IRIS Syscal (transmitter dan receiver). 2. 16 elektroda. 3. 2 gulung kabel multichannel. 4. Aki 5. Toolkit
• Pengukuran dilakukan sebanyak 3 lintasan, dengan:
1. Panjang lintasan 150 meter. 2. Spasi titik ukur 10 meter. 3. Spasi antar lintasan 50 meter. • Pengolahan data: 1. Res2DinV: Permodelan chargeabilitas 2 dimensi. 2. RockWork 3. Surfer
HARGA CHARGEABILITAS BATUAN
HASIL CHARGEABILITY 2D
INTERORETASI DALAM TABEL
Lintasan 1
Lintasan 2
Lintasan 3
DUGAAN ZONA MINERALISASI EMAS Ditunjukkan dengan adanya anomali mineral sulfide kalkopirit. • Lintasan 1 Terletak: Meter 45 – 110 Kedalaman: 20 – 25 meter. • Lintasan 2 Terletak: Meter 55 – 95 Kedalaman: 25 – 28 meter. • Lintasan 3 Tidak terdapat anomali mineral kalkopirit.
• Anomali kalkopirit pada lintasan 2 diduga masih merupakan kemenerusan dari anomali lintasan 1. • Anomali kalkopirit ditunjukkan dengan lingkaran kuning pada gambar berikut:
FUNGSI PEMODELAN 3D • Mengetahui keadaan daerah penelitian secara vertikal dan horizontal. • Menghitung total volume tanah dan batuan yang menjadi objek penelitian, dengan mengalikan total panjang X (panjang lintasan), Y (lebar objek penelitian), dan Z (total kedalaman penelitian). • Pada penelitian tersebut didapat total volume batuannya 540.000 m3 (150m x 100m x 36m).
3D SOFTWARE ROCKWORK
Karena kelemahan software RockWork yang tidak bisa melihat bagian dalam dari model karena pemodelan bersifat solid sehingga hanya bisa melihat dari 3 sisi. Digunakanlah software Surfer 10 dengan cara memplotting data sesuai lapisan kedalamannya, lalu diolah satu per satu dari setiap lapisannya.
• Gambar di atas menunjukkan lapisan litologi daerah penelitian. • Dugaan mineralisasi emas pada lintasan 2 masih merupakan kemenerusan lintasan 1. • Jenis batuan dari setiap lapisan kedalaman sampai pada kedalaman tertentu masih bisa dikategorikan dalam satu jenis batuan. • Tampak pada lapisan kedalaman -1,71 hingga -9,25, serta -13,59 hingga -29,4.
HASIL AKHIR • Dugaan zona mineralisasi emas di daerah penelitian berasosiasi dengan mineral kalkopirit dengan harga chargeabilitas 4 – 9 msec.
• Terletak pada kedalaman 20 – 30 meter pada lintasan 1 dan lintasan 2.
TERIMA KASIH