Presentation1 Sgd Tentang Dvi

  • Uploaded by: Imam Surya
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Presentation1 Sgd Tentang Dvi as PDF for free.

More details

  • Words: 1,247
  • Pages: 23
Loading documents preview...
LEARNING OBJECTIVE • Undang undang dan peraturan yang terkait pelaksanaan DVI • Tahapan – tahapan dalam pelaksanaan DVI • Klasifikasi bencana menurut DVI

DISASSTER VICTIM IDENTIFICATION ( DVI ) • Prosedur untuk mengidentifikasi korban,akibat bencana massal yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan mengacu kepada standar baku ( interpol DVI guidline ). • Prosedur DVI diterapkan jika terjadi bencana yang menyebabkan korban massal,seperti kecelakaan bus,pesawat,gedung yang runtuh atau terbakar,kecelakaan kapal laut dan aksi terorisme.

DASAR HUKUM KEGIATAN DVI • Norma dan Doktrin Kesehatan Universal WHO  “The right to Health Care (1994) dan Declaration Health for all (2000)” • Pasal 53 UU Kesetahan No 23/1992 dan PP No.32/1996 :  “ Jaminan nilai norma yang terkandung dalam aspek keadaan terpaksa (necessity) dan Imunitas Kerelaan/Kebaikan (Caritable Immunity)

• Kep. MenKes RI no.783 / MenKes / SK / X / 2016 : “ Regionalisasi Pusat Bantuan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana “ • Kep. MenKes RI no.679 / MenKes / SK / VI / 2007 :  “ Organisasi Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional “.

PROSEDUR DVI A.STRUKTUR ORGANISASI. 1.Team identifikasi tingkat nasional (badan pelaksana tingkat pusat). • Memberi masukan kepada eselon tentang kebijakan teknis maupun managerial dalam pelaksanaan DVI. • Membina dan mengendalikan operasi,mengevaluasi,menyusun rencana dan program. • Melakukan hubungan dan kerja sama lintas fungsi dan lintas sektoral.

2.Team Identifikasi Regional ( Provinsi-provinsi ). • Merencanakan,membina dan mengendalikan pelaksanaan proses identifikasi massal ditingkat provinsi. • Membina kerjasama dengan unsur-unsur terkait. • Melakukan monitoring dan evaluasi hasil team identifikasi provinsi di wilayah kerjanya. • Melaporkan hasil kerja ke team identifikasi tingkat nasional.

3.Team Identifikasi Tingkat Provinsi (Menyelenggarakan koordinasi kegiatan identifikasi dalam provinsi).

• Melakukan koordinasi dengan team medik dan aparat keamanan untuk melakukan evakuasi korban di TKP. • Melakukan koordinasi dengan RS setempat. • Melakukan identifikasi terhadap korban dengan sumber yang ada. • Membuat kesimpulan sementara terhadap hasil pemeriksaan. • Melaporkan hasil identifikasi kepada kepala dinas kesehatan Provinsi,Kepala Kepolisian Daerah setempat,serta Team Identifikasi tingkat Regional. • Menyalurkan bantuan tenaga teknis dan material dari lembaga asing/negara lain.

PRINSIP DVI Prinsip Kerja DVI : • Mencari dan mencocokkan data ante mortem dengan data post mlortem (pada korban mati).

ALUR KERJA DVI SEBAGAI INFORMASI

UNIT AM

UNIT TKP

UNIT PEMBANDIN G DATA

TIM IDENTIFIKASI

KELUARGA

KORBAN DIKENAL KORBAN TAK DIKENAL

UNIT PM

CARI DATA TAMBAHAN

METODE IDENTIKASI 1.Identifikasi Primer. • Sidik jari ( fingerprint ). • Rekam gigi ( dental records ). • DNA. 2.Identifikasi sekunder. • Medis (medical) • Kepemilikan (property). • Dokumentasi (photography). • Visual ( data tambahan ). ( Didapati minimal 1 data primer atau minimal 2 data sekunder )

PERALATAN • • • • •

Kantong jenazah. Kantong tempat properti korban. Label mayat tahan air. Alat tulis. Formulir antemoertem (yellow form) dan post mortem (pink form). • Kamera digital atau video. • Perlengkapan perorangan : a.sepatu lars karet. b.sarung tangan panjang. c.masker.

TATALAKSANA DVI • Pra kejadian : a.Kesiapsiagaan : mencakup komunikasi,operasi penyelamatan,penatalaksanaan korban hidup,penatalaksanaan korban mati. b.Pelatihan. • Saat kejadian : a.Komunikasi dan koordinasi. b.Operasi penyelamatan. c.Penatalaksanaan korban hidup. d.Penatalaksanaan korban mati dilakukan oleh unit TKP

TAHAPAN (FASE-FASE) PENANGANAN DVI 1.THE SCENE ( FASE I ). 2.POST MORTEM ( FASE II ). 3. ANTE MORTEM (FASE III). 4.RECONCILITIATION ( FASE IV). 5.DEBRIEFING (FASE V ).

Fase I – TKP (The Scene) Merupakan tindakan awal yang dilakukan di tempat kejadian peristiwa (TKP) bencana.Ketika suatu bencana terjadi, prioritas yang paling utama adalah untuk mengetahui seberapa luas jangkauan bencana. Sebuah tim pendahulu (kepala tim DVI, ahli patologi forensik dan petugas polisi) harus sedini mungkin dikirim ke TKP untuk mengevaluasi situasi berikut : • Keluasan TKP : pemetaan jangkauan bencana dan pemberian koordinat untuk area bencana • Perkiraan jumlah korban • Keadaan mayat • Evaluasi durasi yang dibutuhkan untuk melakukan DVI • Institusi medikolegal yang mampu merespon dan membantu proses DVI • Metode untuk menangani mayat • Transportasi mayat • Penyimpanan mayat • Kerusakan properti yang terjadi Makalah DVI (Disaster Victim Identification) Oleh dr.H.Mistar Ritonga Sp.F.ppt

Fase II – Kamar Mayat/Post Mortem (The Mortuary) Pengumpulan data post-mortem atau data yang diperoleh paska kematian dilakukan oleh post-mortem unit yang diberi wewenang oleh organisasi yang memimpin komando DVI. Pemeriksaan dan pencatatan data jenazah yang dilakukan diantaranya meliputi : • Dokumentasi korban dengan mengabadikan foto kondisi jenazah korban • Pemeriksaan fisik, baik pemeriksaan luar maupun pemeriksaan dalam jika diperlukan • Pemeriksaan sidik jari • Pemeriksaan rontgen • Pemeriksaan odontologi forensik : bentuk gigi dan rahang merupakan ciri khusus tiap orang ; tidak ada profil gigi yang identik pada 2 orang yang berbeda • Pemeriksaan DNA • Pemeriksaan antropologi forensik : pemeriksaan fisik secara keseluruhan, dari bentuk tubuh, tinggi badan, berat badan, tatto hingga cacat tubuh dan bekas luka yang ada di tubuh korban.

Data – data hasil pemeriksaan tersebut kemudian digolongkan ke dalam data primer dan data sekunder sebagai berikut : • Primer (sidik jari, profil gigi, DNA) • Sekunder (visual, fotografi, properti jenazah, antropologi medis) Di dalam menentukan identifikasi seseorang secara positif, Badan Identifikasi DVI Indonesia mempunyai aturan-aturan, yaitu minimal apabila salah satu identifikasi primer dan atau didukung dengan minimal dua dari identifikasi sekunder. Makalah DVI (Disaster Victim Identification) Oleh dr.H.Mistar Ritonga Sp.F.ppt

Fase III – Ante Mortem Pada fase ini dilakukan pengumpulan data mengenai jenazah sebelum kematian.Data ini biasanya diperoleh dari keluarga jenazah maupun orang yang terdekat dengan jenazah. Data yang diperoleh dapat berupa foto korban semasa hidup, interpretasi ciri – ciri spesifik jenazah (tattoo, tindikan, bekas luka, dll), rekaman pemeriksaan gigi korban, data sidik jari korban semasa hidup, sampel DNA orang tua maupun kerabat korban, serta informasi – informasi lain yang relevan dan dapat digunakan untuk kepentingan identifikasi, misalnya informasi mengenai pakaian terakhir yang dikenakan korban. Makalah DVI (Disaster Victim Identification) Oleh dr.H.Mistar Ritonga Sp.F.ppt

Fase IV – Rekonsiliasi Pada fase ini dilakukan pembandingan data post mortem dengan data ante mortem. Ahli forensik dan profesional lain yang terkait dalam proses identifikasi menentukan apakah temuan post mortem pada jenazah sesuai dengan data ante mortem milik korban yang dicurigai sebagai jenazah. Apabila data yang dibandingkan terbukti cocok maka dikatakan identifikasi positif atau telah tegak. Apabila data yang dibandingkan ternyata tidak cocok maka identifikasi dianggap negatif dan data post mortem jenazah tetap disimpan sampai ditemukan data ante mortem yang sesuai dengan temuan post mortem jenazah. Makalah DVI (Disaster Victim Identification) Oleh dr.H.Mistar Ritonga Sp.F.ppt

Fase V – Debriefing Korban yang telah diidentifikasi direkonstruksi hingga didapatkan kondisi kosmetik terbaik kemudian dikembalikan pada keluarganya untuk dimakamkan. Apabila korban tidak teridentifikasi maka data post mortem jenazah tetap disimpan sampai ditemukan data ante mortem yang sesuai dengan temuan post mortem jenazah, dan pemakaman jenazah menjadi tanggung jawab organisasi yang memimpin komando DVI. Sertifikasi jenazah dan kepentingan medikolegal serta administrative untuk penguburan menjadi tanggung jawab pihak yang menguburkan jenazah. Makalah DVI (Disaster Victim Identification) Oleh dr.H.Mistar Ritonga Sp.F.ppt

PERAWATAN DAN PENYERAHAN JENAZAH • Perbaikan/rekontruksi tubuh jenazah. • Perawatan dan pengawetan jenazah sesuai dengan agama korban. • Memasukan dalam peti jenazah. • Serah terima jenazah dengan dicatat secara resmi : nomor nama dan waktu registrasi jenazah,data mengenai jenazah diserahkan kepada siapa,alamat (lengkap),hubungan dengan korban,atau akan dimakamkan dimana korban.

MEDIS • PEMERIKSAAN LUAR : - Identifikasi biologis (jenis kelamin,perkiraan usia,tinggi,postur tubuh,warna kulit,ras). - Tanda-tanda spesifik bekas luka,tato,bintik dan tahi lalat dan kelainan anatomi. • PEMERIKSAAN DALAM : - Bila ada proses penyakit baik dibandingkan dengan status rekam medik pada saat korban masih hidup. • RADIOLOGI : - Radigraf pada saat otopsi dengan radiograf pada saat masih hidup. - Sinus frontalis spesifik - Penutupan garis epifisis petunjuk usis korban

Daftar pustaka Makalah DVI (disasster identification) oleh dr.H.Mistar Ritonga Sp.F. Bahan kuliah dr.ISMURIZAL

Related Documents

Referat Dvi
February 2021 0
Presentation1.pptx
February 2021 5
Presentation1 Refrat
February 2021 1
Presentation1.pptx
January 2021 1
Presentation1 Elc
January 2021 1

More Documents from "gladys"