Refarat Otitis Media Akut

  • Uploaded by: FiqriFadillah
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Refarat Otitis Media Akut as PDF for free.

More details

  • Words: 3,912
  • Pages: 26
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan non-supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk akut dan kronis. Otitis media akut termasuk kedalam jenis otitis media supuratif. Selain itu, terdapat juga jenis otitis media spesifik, yaitu otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitik, dan otitis media adhesiva.1 Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan sebagian atau seluruh bagian mukosa telinga tengah, tuba Eusthacius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid yang berlangsung mendadak yang disebabkan oleh invasi bakteri maupun virus ke dalam telinga tengah baik secara langsung maupun secara tidak langsung sebagai akibat dari infeksi saluran napas atas yang berulang.1 Prevalensi OMA di tiap- tiap negara bervariasi, berkisar antara 2,3 - 20%. Studi epidemiologi untuk OMA di negara- negara berkembang sangat jarang. Di Thailand, dikutip dari Bermen melaporkan bahwa prevalensi OMA pada anakanak yang berumur kurang dari 16 tahun pada tahun 1986 sampai 1991 sebesar 0,8%. Di Indonesia belum ada data nasional baku yang melaporkan angka kejadian OMA. Penelitian yang dilakukan oleh Sakina dkk, memaparkan angka prevalensi OMA pada anak- anak di Kotamadya Jakarta Timur pada tahun 2012 sebesar 5,3%. Faktor risiko usia dan ISPA merupakan faktor risiko yang paling bermakna dan dominan terhadap kejadian OMA.2

1

Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada saluran pernapasan atas. Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media berusia 1 tahun sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83%. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih.2 Prevalensi kejadian OMA banyak diderita oleh anak-anak maupun bayi dibandingkan pada orang dewasa tua maupun dewasa muda. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba Eustachius lebih pendek, lebar dan letaknya agak horizontal. Pada anak-anak makin sering menderita infeksi saluran napas atas, maka makin besar pula kemungkinan terjadinya OMA disamping oleh karena system imunitas anak yang belum berkembang secara sempurna.1

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Telinga Embriologi dan Anatomi Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian : telinga luar, tengah dan dalam. Telinga tengah dan luar berkembang dari alat brankial. Telinga dalam seluruhnya berasal dari plakoda otika.3

Gambar 1. Anatomi telinga 4 2.1.1 Telinga Luar Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga atau aurikula terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Aurikula dipersarafi oleh cabang aurikulotemporalis dari saraf mandibularis serta saraf aurikularis mayor dan oksipitalis minor yang merupakan cabang pleksus servikalis. Liang telinga berbentuk huruf S dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari

3

tulang. Liang telinga berasal dari celah brankial pertama ektoderm. Panjangnya kira-kira 2,5-3 cm. 4, 5

Gambar 2. Vaskularisasi telinga luar 4 Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. 4, 5 2.1.2 Telinga Tengah Telinga tengah terdiri dari membran timpani, kavum timpani, prosesus mastoideus dan tuba Eustachius. Membran timpani atau gendang telinga merupakan suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah ke medial. Dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Ketebalannya rata-rata 0,1 mm. Letak membran timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar kemuka dalam dan membuat sudut 45 o dari dataran sagital dan horizontal. Dari umbo kemuka bawah tampak refleks cahaya (cone of ligt). 4, 5 Secara anatomis membrana timpani dibagi dalam 2 bagian yaitu pars tensa dan pars flasida atau membran Shrapnell, letaknya dibagian atas muka dan lebih

4

tipis dari pars tensa dan pars flasida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu plika maleolaris anterior (lipatan muka), plika maleolaris posterior (lipatan belakang). 4, 5

Gambar 3. Membran timpani dan skema kuadran telinga kanan.4 Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya bikonkaf. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap, lantai, dinding lateral, dinding medial, dinding anterior, dinding posterior. 4, 5 Atap kavum timpani dibentuk oleh tegmen timpani, memisahkan telinga tengah dari fosa kranial dan lobus temporalis dari otak. bagian ini juga dibentuk oleh pars petrosa tulang temporal dan sebagian lagi oleh skuama dan garis sutura petroskuama. Lantai kavum timpani dibentuk oleh tulang yang tipis memisahkan lantai kavum timpani dari bulbus jugularis, atau tidak ada tulang sama sekali hingga infeksi dari kavum timpani mudah merembet ke bulbus vena jugularis. 4, 5 Dinding medial ini memisahkan kavum timpani dari telinga dalam, ini juga merupakan dinding lateral dari telinga dalam. Dinding posterior dekat keatap, mempunyai satu saluran disebut aditus, yang menghubungkan kavum timpani dengan antrum mastoid melalui epitimpanum. Dibelakang dinding posterior kavum timpani adalah fosa kranii posterior dan sinus sigmoid. Dinding anterior bawah adalah lebih besar dari bagian atas dan terdiri dari lempeng tulang yang

5

tipis menutupi arteri karotis pada saat memasuki tulang tengkorak dan sebelum berbelok ke anterior. Dinding ini ditembus oleh saraf timpani karotis superior dan inferior yang membawa serabut-serabut saraf simpatis kepleksus timpanikus dan oleh satu atau lebih cabang timpani dari arteri karotis interna. Dinding anterior ini terutama berperan sebagai muara tuba Eustachius. 4, 5

Gambar 4. Sendi dan ligament serta tulang- tulang pendengaran.4 Kavum timpani terdiri dari tulang-tulang pendengaran yaitu maleus, inkus dan stapes, dua otot yaitu muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, saraf korda timpani dan saraf pleksus timpanikus. Saraf korda timpani merupakan cabang dari nervus fasialis masuk ke kavum timpani dari analikulus posterior yang menghubungkan dinding lateral dan posterior. Korda timpani juga mengandung jaringan sekresi parasimpatetik yang berhubungan dengan kelenjar ludah sublingual dan submandibula melalui ganglion ubmandibular. Korda timpani memberikan serabut perasa pada 2/3 depan lidah bagian anterior. Saraf pleksus timpanikus berasal dari n. timpani cabang dari nervus glosofaringeus dan dengan nervus karotikotimpani yang berasal dari pleksus simpatetik disekitar arteri karotis interna. 4, 5

6

Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani. Bentuknya seperti huruf S. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring yang berfungsi sebagai ventilasi, drainase sekret dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah. 4, 5 2.1.3 Telinga Dalam Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli. 4, 5

Gambar 5. Persarafan telinga dalam.4 Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan

7

endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ Corti. 4, 5 Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk

organ

Corti. 4, 5 Fisiologi Pendengaran Fisiologi pendengaran dimulai dari pengumpulan suara oleh daun telinga (pinna) kemudian diteruskan melalui liang telinga yang dapat sangat memperbesar suara dalam rentang 2 sampai 4 kHz karena bentuk dan dimensinya, pembesaran pada frekuensi ini adalah sampai 10 hingga 15 dB. Getara suara dihantarkan lewat liang telinga da telinga tengah ke telinga dalam melalui stapes, menimbulkan suatu gelombang berjalan di sepanjang membran basilaris dan organ corti. Hal ini berakibat memngkoknya sterosilia oleh kerja pemberat membrana tektoria, dengan demikian menimbulkan depolarisasi sel rambut dan menciptakan potensial aksi pada serabut-serabut saraf pendengaran yang melekat padanya. Disini gelombang suara diubah menjadi energi elektrokimia agar dapat ditransmisikan melalui saraf kranialis ke-8.

8

2.2 Otitis Media Akut 2.2.1 Definisi Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media akut (OMA) terjadi karena faktor pertahanan tubuh terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor utama penyebab dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu mengakibatkan invasi kuman ke telinga tengah dan terjadi peradangan. 1, 6 2.2.2 Epidemologi Otitis media adalah masalah kesehatan anak hampir diseluruh dunia. Di Amerika Serika, otitis media akut merupakan diagnosa paling umum dibuat pada anak di bawag usia 15 tahun. Insiden tertinggi adalah pada anak- anak, walaupun demikian sekitar 3 sampai 15% dari pasien dengan otitis media yang melakukan pemeriksaan di klinik THT adalah orang dewasa.7 Sebagian besar anak- anak mengalami setidaknya satu episode OMA selama masa kecil. Dalam berbagai penelitian, 19-62%

anak menderita satu

episode OMA pada usia 1 tahun. Serta 50-84% mengalami OMA di usia 3 tahun dan 80-90% mengalami satu kali episode otitis media dengan efusi.7, 8 2.2.3 Etiologi Otitis media akut bisa disebabkan oleh bakteri dan virus. Bakteri yang paling sering ditemukan adalah Streptococcus pneumaniae, diikuti oleh Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis, Streptococcus grup A, dan Staphylococcus aureus. Beberapa mikroorganisme lain yang jarang ditemukan

9

adalah Mycoplasma pneumaniae, Chlamydia pneumaniae, dan Clamydia tracomatis.9, 10 Broides et al menemukan prevalensi bakteri penyebab OMA adalah H.influenza 48%, S.pneumoniae 42,9%, M.catarrhalis 4,8%, Streptococcus grup A 4,3% pada pasien usia dibawah 5 tahun pada tahun 1995-2006 di Negev, Israil. 19 Sedangkan Titisari menemukan bakteri penyebab OMA pada pasien yang berobat di RSCM dan RSAB Harapan Kita Jakarta pada bulan Agustus 2004 – Februari 2005 yaitu S.aureus 78,3%, S.pneumoniae 13%, dan H.influenza 8,7%. Virus terdeteksi pada sekret pernafasan pada 40-90% anak dengan OMA, dan terdeteksi pada 20-48% cairan telinga tengah anak dengan OMA. Virus yang sering sebagai penyebab OMA adalah respiratory syncytial virus. Selain itu bisa disebabkan virus parainfluenza (tipe 1,2, dan 3), influenza A dan B, rinovirus, adenovirus, enterovirus, dan koronavirus. Penyebab yang jarang yaitu sitomegalovirus dan herpes simpleks. Infeksi bisa disebabkan oleh virus sendiri atau kombinasi dengan bakteri lain.11 2.2.4 Patogenesis Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. 1

10

Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga. Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya. 1 OMA dapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan dengan beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak adekuat, dan daya tahan tubuh yang kurang baik.1 2.2.5 Klasifikasi Ada 5 stadium OMA berdasarkan pada perubahan mukosa telinga tengah, yaitu :1, 6 1. Stadium oklusi Pada stadium oklusi tuba Eustachius perdapat gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan negatif di dalam telinga tengah akibat absorpsi udara. Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat dan sukar dibedakan dengan otitis media serosa virus. terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius.1 2. Stadium hiperemis

11

Pada stadium hiperemis, pembuluh darah tampak lebar dan edema pada membran timpani. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.1 3. Stadium supurasi Pada stadium supurasi, edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisila serta terbentuk eksudat purulen di kavum timpani menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga tambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur. Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, agar terjadi drenase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar.1 4. Stadium perforasi Pada stadium perforasi, karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi maka dapat menyebabkan membran timpani ruptur. Keluar nanah dari telinga tengah ke telinga luar. Anak yang tadinya gelisah akan menjadi lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak. sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat sekret keluar secara berdenyut.1

5. Stadium resolusi

12

Pada stadium resolusi, bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering. Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan daya tahan tubuh baik.1

Gambar 6. A. Normal membran timpani (MT), B. MT dengan mid bulging, C. MT dengan moderate bulging, D. MT dengan severe bulging.11 2.2.6 Diagnosis Diagnosa OMA dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat. Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien (Gambar).

13

Gambar 7. Algoritma penanganan Otitis Media Akut12 2.2.6.1 Anamnesis Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, keluhan disamping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang

14

dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,5oC (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang dan terkadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga luar, suhu tubuh turun dan anak mulai tertidur dengan tenang.1, 10, 11 Gejala lain dari infeksi virus pernapasan atas, seperti batuk dan hidung tersumbat, sering mendahului atau menyertai OMA dan tidak spesifik juga. Dengan demikian, sejarah klinis saja tidak bisa untuk menilai adanya OMA, terutama pada anak muda. 1, 10, 11 2.2.6.2 Pemeriksaan Fisik Visualisasi dari membran timpani dengan identifikasi dari perubahan dan inflamasi diperlukan untuk menegakkan diagnosis dengan pasti. Untuk melihat membran timpani dengan baik adalah penting bahwa serumen yang menutupi membran timpani harus dibersihkan dan dengan pencahayaan yang memadai. Temuan pada otoskop menunjukkan adanya peradangan yang terkait dengan OMA telah didefinisikan dengan baik. Penonjolan (bulging) dari membran timpani sering terlihat dan memiliki nilai prediktif tertinggi untuk kehadiran OMA. Penonjolan (bulging) juga merupakan prediktor terbaik dari OMA (Gambar ). 1, 10, 11

15

Gambar 8. Tampak penonjolan (bulging) dari membran timpani Kekeruhan juga merupakan temuan yang konsisten dan disebabkan oleh edema dari membran timpani. Kemerahan dari membran timpani yang disebabkan oleh peradangan mungkin hadir dan harus dibedakan dari eritematosa ditimbulkan oleh demam tinggi. Ketika kehadiran cairan telinga bagian tengah sulit untuk menentukan, penggunaan timpanometri dapat membantu dalam membangun diagnosis. 2.2.6.3 Pemeriksaan Penunjang Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis (penusukan terhadap gendang telinga). Namun pemeriksaan ini tidak dilakukan pada sembarang anak. Indikasi perlunya timpanosentesis antara lain OMA pada bayi berumur di bawah 6 minggu dengan riwayat perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang tidak memberi respon pada beberapa pemberian antibiotik atau dengan gejala sangat berat dan komplikasi. Untuk menilai keadaan adanya cairan di telinga tengah juga diperlukan pemeriksaan timpanometri pada pasien.1, 10, 11

16

2.2.7 Penatalaksanaan Pengobatan OMA tergntung stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi, penggobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius, sehingga tekanan negatif pada telinga tengah hilang, sehingga diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik untuk anak <12 tahun, atau HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologik untuk anak > 12 tahun dan pada orang dewasa. Sumber infeksi harus diobati antibiotik diberikan jika penyebabnya kuman, bukan oleh virus atau alergi Stadium Presupurasi adalah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik yang dianjurkan

ialah dari golongan penisilin atau

ampicilin. Terapi awal diberikan penicillin intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung,. Gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kkekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal 7 hari . Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin. Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50 – 100 mg/kgBB per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau pada anak < 4 tahun diberikan amoksisilin 80 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis selama 5 sampai 10 hari sedangkan anak diatas 4 tahun diberikan amoksilin dosis 40-60 mg/kgBB per hari atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari.8 Pada stadium supurasi disamping diberikan antibiotik, idealnya harus disertai dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala – gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.1

17

Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat keluarnya sekret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3 – 5 hari serta antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7 – 10 hari. 1 Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa teling tengah. Pada keadaan demikian, antibiotika dapat dilajutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setrelah pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis. 1 Tabel 1. Terapi antibiotik OMA pada anak

Terapi bedah Walaupun observasi yang hati-hati dan pemberian obat merupakan pendekatan

pertama

dalam

terapi

OMA,

terapi

pembedahan

perlu

dipertimbangkan pada anak dengan OMA rekuren, otitis media efusi (OME), atau komplikasi supuratif seperti mastoiditis dengan osteitis. Beberapa terapi bedah

18

yang digunakan untuk penatalaksanaan OMA termasuk timpanosintesis, miringotomi, dan adenoidektomi. Timpanosintesis adalah pengambilan cairan dari telinga tengah dengan menggunakan jarum untuk pemeriksaan mikrobiologi. Risiko dari prosedur ini adalah perforasi kronik membran timpani, dislokasi tulang-tulang pendengaran, dan tuli sensorineural traumatik, laserasi nervus fasialis atau korda timpani. Oleh karena itu, timpanosintesis harus dibatasi pada: anak yang menderita toksik atau demam tinggi, neonatus risiko tinggi dengan kemungkinan OMA, anak di unit perawatan intensif, membran timpani yang menggembung (bulging) dengan antisipasi ruptur spontan (indikasi relatif), kemungkinan OMA dengan komplikasi supuratif akut, OMA refrakter yang tidak respon terhadap paket kedua antibiotik. Timpanosintesis dapat mengidentifikasi

patogen pada 70-80% kasus.

Walaupun timpanosintesis dapat memperbaiki kepastian diagnostik untuk OMA, tapi tidak memberikan keuntungan terapi dibanding antibiotik sendiri. Timpanosintesis merupakan prosedur yang invasif, dapat menimbulkan nyeri, dan berpotensi menimbulkan bahaya sebagai penatalaksanaan rutin. Miringotomi adalah tindakan insisi pada membran timpani untuk drainase cairan dari telinga tengah. Pada miringotomi dilakukan pembedahan kecil di kuadran posterior-inferior membran timpani. Untuk tindakan ini diperlukan lampu kepala yang terang, corong telinga yang sesuai, dan pisau khusus (miringotom) dengan ukuran kecil dan steril.3

19

Gambar 9. Miringotomi pada stadium supurasi Miringotomi hanya dilakukan pada kasus-kasus terpilih dan dilakukan oleh ahlinya. Disebabkan insisi biasanya sembuh dengan cepat (dalam 24-48 jam), prosedur ini sering diikuti dengan pemasangan tabung timpanostomi untuk ventilasi ruang telinga tengah. Indikasi untuk miringotomi adalah otitis media serosa kronik yang menetap, terdapatnya komplikasi supuratif,

otalgia berat,

gagal dengan terapi antibiotik, pasien imunokompromis, neonatus, dan pasien yang dirawat di unit perawatan intensif. 3 Vaksin untuk mencegah OMA Vaksin dapat digunakan untuk mencegah anak menderita OMA. Secara teori, vaksin terbaik adalah yang menawarkan imunitas terhadap semua patogen berbeda yang menyebabkan OMA. Walaupun vaksin polisakarida mengandung jumlah serotipe yang relatif besar, preparat poliksakarida tidak menginduksi imunitas seluler yang bertahan lama pada anak dibawah 2 tahun. Oleh karena itu, strategi vaksin terkini untuk mengontrol OMA adalah konjungat polisakarida peneumokokal dengan protein nonpneumokokal imunogenik, pendekatan yang dapat memicu respon imun yang kuat dan lama pada bayi.12

20

Rekomendasi imunisasi universal pada anak

dibawah umur 2 tahun

adalah 4 dosis vaksin intramuskular yang diberikan pada usia 2, 4, 6, dan terakhir pada usia 12-15 bulan. Vaksin dini dapat diberikan bersamaan dengan imunisasi rutin. American Academy of Pediatrics (AAP) dan

Advisory Committee on

Immunization Practices (ACIP) merekomendasikan penggunaan vaksin 23 valen polisakarida pada anak risiko tinggi untuk memperluas cakupan serotipe. 12 Vaksinasi selektif pada anak usia 2-5 tahun yang tidak punya daya tahan dianjurkan pada pasien dengan risiko tinggi menderita penyakit invasif pneumokokus, termasuk penyakit sel sabit, HIV, dan penyakit kronik lainnya. Vaksin

pneumokokus

konjugat

sebaiknya

dimasukkan

dalam

strategi

penatalaksanaan anak usia 2-5 tahun yang menderita OMA rekuren.

Anak

tersebut memperoleh manfaat dari imunisasi dengan vaksin 23-valen polisakarida ini, 8 minggu setelah menyelesaikan paket vaksin konyugat pneumokokal. 12 2.2.8 Komplikasi Komplikasi dari OMA dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, yaitu melalui erosi tulang, invasi langsung dan tromboflebitis. Komplikasi ini dibagi menjadi komplikasi intratemporal dan intrakranial. Komplikasi intratemporal terdiri dari: mastoiditis akut, petrositis, labirintitis, perforasi pars tensa, atelektasis telinga tengah,

paresis fasialis, dan gangguan pendengaran. Komplikasi

intrakranial yang dapat terjadi antara lain yaitu meningitis, encefalitis, hidrosefalus otikus, abses otak, abses epidural, empiema subdural, dan trombosis sinus lateralis.12 Komplikasi tersebut umumnya sering ditemukan sewaktu belum adanya antibiotik, tetapi pada era antibiotik semua jenis komplikasi itu biasanya

21

didapatkan sebagai komplikasi dari otitis media supuratif kronik (OMSK). Penatalaksanaan OMA dengan komplikasi ini yaitu dengan menggunakan antibiotik spektrum luas, dan pembedahan seperti mastoidektomi. 12

22

BAB III KESIMPULAN Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan sebagian atau seluruh bagian mukosa telinga tengah, tuba Eusthacius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid yang berlangsung mendadak yang disebabkan oleh invasi bakteri maupun virus ke dalam telinga tengah baik secara langsung maupun secara tidak langsung sebagai akibat dari infeksi saluran napas atas yang berulang. Diagnosis pasti dari OMA memenuhi semua 3 kriteria: onset cepat, tandatanda efusi telinga tengah yang dibuktikan dengan memperhatikan tanda mengembangnya membran timpani, terbatas/tidak adanya gerakan membran timpani, adanya bayangan cairan di belakang membran timpani, cairan yang keluar dari telinga, tanda-tanda peradangan telinga bagian tengah, kemerahan pada membran timpani dan nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal. Visualisasi dari membran timpani dengan identifikasi dari perubahan dan inflamasi diperlukan, temuan pada otoskopi menunjukkan adanya peradangan yang terkait dengan OMA, penonjolan (bulging) juga merupakan prediktor terbaik dari OMA. Harus dapat membedakan antara OMA dan OME, OME terbatas pada keadaan dimana terdapat efusi dalam kavum timpani dengan membran timpani tanpa radang. Bila efusi tersebut berbentuk pus, membran timpani utuh dan disertai tanda radang disebut OMA. Penatalaksanaan pada OMA terdapat sebuah kriteria untuk antibakteri Perawatan atau Observasi pada Anak Dengan OMA, apabila anak <4 tahun dapat diberi antibiotik walaupun diagnosis belum pasti, usia 6 bulan-2 tahun kalau

23

sudah pasti diagnosisnya OMA dapat diberi antibakteri dan kalau belum pasti bisa diberi antibakteri apabila gejala makin berat dan observasi bila gejala ringan. Untuk usia >2tahun, bisa diberi antibakteri bila gejala makin berat dan observasi jika gejala ringan, dan apabila diagnosis belum pasti bisa di observasi dahulu. Pilihan observasi untuk OMA mengacu untuk menunda pengobatan antibakteri pada anak-anak yang dipilih untuk 48 sampai 72 jam. Keputusan untuk mengamati atau mengobati didasarkan pada usia anak, kepastian diagnostik, dan tingkat keparahan penyakit. Pilihan pertama pemberian antibiotik pada OMA adalah dengan amoxycilin.

24

DAFTAR PUSTAKA

DISIPLIN ILMU KESEHATAN THT-KL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

REFARAT MARET 2020

OTITIS MEDIA AKUT

DISUSUN OLEH : JAYA 110 205 0056

PEMBIMBING : dr. MAHDI UMAR, Sp.THT-KL DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK PADA DISIPLIN ILMU KESEHATAN THT-KL FAKULTAS KEDOKTEARAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2016

25

LEMBAR PENGESAHAN

Yang tersebut namanya di bawah ini : Nama

: Muhammad Fiqri Fadillah

Stambuk

: 111 2018 1015

Adalah benar telah menyelesaikan Refarat dengan judul “Otitis Media Akut” dan telah mendiskusikannya dengan pembimbing.

Makassar,

Maret 2020

Mengetahui : Pembimbing

dr. , Sp.THT-KL

26

Related Documents


More Documents from "Miranti Indriyani Kumesan"

Refarat Otitis Media Akut
February 2021 0