Referat Cbt

  • Uploaded by: annisarachma
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Referat Cbt as PDF for free.

More details

  • Words: 3,640
  • Pages: 24
Loading documents preview...
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN

REFERAT 25 AGUSTUS 2017

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY

OLEH : ANNISA RACHMA MULYANI 111 2016 2068

PEMBIMBING dr. HAM F. SUSANTO, M.Kes, Sp.KJ.

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2017 1

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa: Nama

: Annisa Rachma Mulyani

Stambuk

: 111 2016 2068

Judul Referat

: Cognitive Behavior Therapy

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Agustus 2017 Pembimbing

dr. Ham F. Susanto, M.Kes, Sp.KJ

2

BAB I PENDAHULUAN Berfikir merupakan ciri khas dari manusia yang membedakannya dengan makhluk

lain.

Ciri

intelectiva, berbeda

inilah

membuat

dengan anima

manusia

disebut

sensitive dan anima

sebagai anima

vegetativa.

Melalui

berfikir, manusia memutuskan tindakannya, karena berfikir merupakan fungsi kognitif manusia. Manusia tidak hanya menerima rangsangan dari apa yang dilihatnya melalui pengindraanya, mengingat peristiwa, serta menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya dengan landasan hukum asosiatif, namun mengolah informasi yang diperolehnya melalui pengalaman hidup serta fungsi kognitifnya. Hal ini membuat berbagai asumsi mengenai informasi yang diterima manusia di dalam benaknya dengan mempertimbangkan berbagai hal melalui proses berfikir dan mengambil keputusan atas dasar pertimbangan yang dipikirkan secara matang. Inilah ciri yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.1,2 Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan salah satu pendekatan psikoterapi yang paling banyak diterapkan dan telah terbukti efektif dalam mengatasi berbagai gangguan, termasuk kecemasan dan depresi. Asumsi yang mendasari Cognitive Behavioral Therapy CBT, terutama untuk kasus depresi yaitu bahwa gangguan emosional berasal dari distorsi (penyimpangan) dalam berpikir. Perbaikan dalam keadaan emosi hanya dapat berlangsung lama kalau dicapai perubahan pola-pola berpikir selama proses terapi. Demikian pula pada pasien pola berpikir yang maladaptive (disfungsi kognitif) dan gangguan perilaku. Dengan memahami dan merubah pola tersebut, pasien diharapkan mampu

3

melakukan perubahan cara berpikirnya dan mampu mengendalikan gejala gejala dari gangguan yang dialami.1,2 Monty P. Satiadarma mengatakan bahwa penyimpangan prilaku manusia terjadi karena adanya penyimpangan fungsi kognitif. Untuk memberbaiki perilaku manusia yang mengalami penyimpangan tersebut terlebih dahulu harus dilakukan perbaikan terhadap fungsi kognitif manusia. Pernyataan ini menunjukan pentingnya pengaruh aspek kognitif terhadap perilaku manusia. Peran kognitif dalam mempertimbangkan keputusan untuk malakukan tindakan tertentu menjadi fokus perhatian dalam pendekatan cognitive-behavior therapy.3 CBT merupakan sebuah pendekatan yang memiliki pengaruh dari pendekatan cognitive therapy dan behavior therapy. Oleh sebab itu, Matson & Ollendick mengungkapkan bahwasanya CBT merupakan perpaduan pendekatan dalam psikoterapi yaitu cognitive therapy dan behavior therapy. Sehingga langkah-langkah yang dilakukan oleh cognitive therapy dan behavior therapy ada dalam konseling yang dilakukan oleh CBT. Karakteristik CBT yang tidak hanya menekankan pada perubahan pemahaman konseling dari sisi kognitif namun memberikan konseling pada perilaku ke arah yang lebih baik dianggap sebagai pendekatan konseling yang tepat untuk diterapkan di Indonesia.

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Cognitive Behavior Therapy (CBT) Cognitive behavior therapy adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan intervensi psikoterapeutik yang bertujuan untuk mengurangi distres psikologis dan perilaku maladaptif dengan mengubah proses kognitif. CBT memiliki asumsi dasar bahwa afek dan perilaku sebagian besar merupakan produk kognisi, oleh karena itu intervensi kognitif dan perilaku dapat membawa perubahan pada pemikiran, perasaan, dan perilaku.4 Aaron T. Beck (1964) mendefinisikan CBT sebagai pendekatan konseling yang dirancang untuk menyelesaikan permasalahan konseli pada saat ini dengan cara melakukan restrukturisasi kognitif dan perilaku yang menyimpang. Pendekatan CBT didasarkan pada formulasi kognitif, keyakinan dan strategi perilaku yang mengganggu. Proses konseling didasarkan pada konseptualisasi atau pemahaman konseli atas keyakinan khusus dan pola perilaku konseli. Harapan dari CBT yaitu munculnya restrukturisasi kognitif yang menyimpang dan sistem kepercayaan untuk membawa perubahan emosi dan perilaku ke arah yang lebih baik.2,5 Matson & Ollendick (1988: 44) mengungkapkan definisi cognitive-behavior therapy yaitu pendekatan dengan sejumlah prosedur yang secara spesifik menggunakan kognisi sebagai bagian utama konseling. Fokus konseling yaitu persepsi, kepercayaan dan pikiran.6

5

Para ahli yang tergabung dalam National Association of CognitiveBehavioral Therapists (NACBT), mengungkapkan bahwa definisi dari cognitivebehavior therapy yaitu suatu pendekatan psikoterapi yang menekankan peran yang penting berpikir bagaimana kita merasakan dan apa yang kita lakukan.3 Bush (2003) mengungkapkan bahwa CBT merupakan perpaduan dari dua pendekatan

dalam

psikoterapi

yaitu

cognitive

therapy dan behavior

therapy. Terapi kognitif memfokuskan pada pikiran, asumsi dan kepercayaan. Terapi kognitif memfasilitasi individu belajar mengenali dan mengubah kesalahan. Terapi kognitif tidak hanya berkaitan dengan positive thinking, tetapi berkaitan pula dengan happy thinking. Sedangkan Terapi tingkah laku membantu membangun hubungan antara situasi permasalahan dengan kebiasaan mereaksi permasalahan. Individu belajar mengubah perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, berpikir lebih jelas dan membantu membuat keputusan yang tepat.6,7 Pikiran negatif, perilaku negatif, dan perasaan tidak nyaman dapat membawa individu pada permasalahan psikologis yang lebih serius, seperti depresi, trauma, dan gangguan kecemasan. Perasaan tidak nyaman atau negatif pada dasarnya diciptakan oleh pikiran dan perilaku yang disfungsional. Oleh sebab itu dalam konseling, pikiran dan perilaku yang disfungsional harus direkonstruksi sehingga dapat kembali berfungsi secara normal.

6

B. Karakteristik Cognitive Behavior Therapy Terdapat beberapa karakteristik dasar dalam CBT, yaitu: 1. Memiliki panduan teoritis CBT didasarkan pada model yang telah terbukti secara empiris dan memberikan dasar untuk rasional, fokus, dan sifat dari intervensi ini. Oleh karena itu, CBT bersifat kohesif dan rasional, bukan sekedar kumpulan teknik-teknik yang terpisah.4 2. Melibatkan kolaborasi antara terapis dan klien CBT pada dasarnya merupakan sebuah proyek kolaborasi antara terapis dan klien. Kedua pihak memiliki peran aktif dengan keahlian yang berbeda. Terapis dianggap sebagai pihak yang memiliki keahlian untuk menemukan cara yang efektif guna menyelesaikan masalah, sedangkan klien merupakan pihak yang ahli dalam mengenali masalah berdasarkan pengalamannya selama ini. Klien juga memiliki peran aktif dalam mengidentifikasi tujuan, menetapkan target, bereksperimen, berlatih, dan memonitor performa mereka.4,5 Pembagian peran ini menuntut terapis dan klien untuk saling terbuka dan jujur selama proses terapi berlangsung. Terapis harus menjelaskan proses yang sedang berlangsung dan kenapa proses ini terjadi, selain itu terapis juga dapat meminta klien untuk memberikan masukan mengenai apa yang dirasa membantu dan tidak bagi klien. Pada dasarnya, pendekatan CBT memang dirancang untuk memfasilitasi kontrol diri yang lebih besar dan efektif

7

dengan adanya terapis yang memberikan framework dimana kontrol diri tersebut dapat terjadi.4,5 3. Memiliki struktur dan berorientasi pada masalah CBT merupakan terapi yang terstruktur dan berfokus pada penyelesaian masalah. Awalnya terapis dan klien harus mengidentifikasi masalah dan mendeskripsikan masalah dengan spesifik untuk kemudian fokus dalam memecahkan atau mengurangi masalah tersebut. Setelah itu terapis dan klien harus membuat tujuan untuk setiap masalah dan tujuan ini merupakan fokus dari treatment yang diberikan. Tujuan ini dibuat dengan berdasarkan harapan klien akan akhir dan hasil dari treatment. 5,7 4. Singkat Lamanya terapi relative singkat dan berlangsung kira-kira 25 minggu. Lamanya terapi dapat berubah tergantung kemajuan yang dicapai klien. Jika terapis menilai bahwa treatment yang diberikan tidak membantu atau tidak ada lagi kemajuan yang didapat, terapis dapat mengakhiri treatment yang sedang berlangsung. Sedangkan apabila klien dianggap membuat kemajuan namun masalah residual masih ada, terapis dapat melanjutkan treatment yang sedang berlangsung. Terapis juga patut mempertimbangkan keuntungan bagi klien untuk menangani masalah residual yang muncul secara mandiri.

8

C. Prinsip Dasar Cognitive Behavior Therapy Cognitive Behavior Therapy (CBT) mengandung beberapa prinsip dasar seperti:2,5,7 1.

Prinsip kognitif Ide utama dari prinsip kognitif ini adalah bahwa reaksi emosional dan perilaku individu dipengaruhi dengan kuat oleh kognisi mereka, yaitu pemikiran, kepercayaan, dan interpretasi mereka mengenai diri mereka atau situasi yang mereka hadapi atau dengan kata lain arti yang mereka berikan terhadap kejadian yang terjadi dalam hidup mereka. Kejadian yang ada tidak serta merta menghasilkan suatu reaksi tertentu, karena terdapat reaksi yang berbeda-beda dari tiap individu yang menghadapi kejadian yang sama. Jadi ada hal lain yang menentukan reaksi individu terhadap suatu kejadian yaitu kognisi mereka. Saat terdapat dua orang yang bereaksi secara berbeda terhadap suatu

kejadian

yang sama, hal

ini

dikarenakan mereka

menginterpretasi kejadian itu dengan cara yang berbeda. Kognisi yang berbeda menghasilkan reaksi emosi yang berbeda pula. 2. Prinsip perilaku Perilaku juga merupakan bagian yang penting dalam mempertahankan atau merubah keadaan psikologis seseorang. CBT percaya bahwa perilaku memiliki dampak yang kuat terhadap pemikiran dan emosi seseorang, merubah perilaku klien merupakan suatu cara yang dapat diusahakan untuk mengubah pemikiran dan emosi seseorang.

9

3. Prinsip ‘continuum’ CBT melihat masalah kesehatan mental sebagai versi ekstrim dari proses yang biasa terjadi bukan merupakan sebuah keadaan yang secara kualitatif berbeda dari keadaan maupun proses normal. Atau dengan kata lain, masalah psikologis berada di ujung lain dari sebuah kontinuum bukan sebuah dimensi yang benar-benar berbeda. Oleh karena itu, masalah psikologis ini dapat terjadi pada siapa saja dan teori CBT dapat diaplikasikan kepada klien dan terapis. 4. Prinsip ‘here and now’ Fokus utama dari terapi ini adalah apa yang terjadi saat ini dan proses apa yang sampai saat ini terjadi sehingga masalah yang ada tetap bertahan. Tidak seperti psikoanalisa, CBT tidak melihat proses yang membentuk masalah tersebut terjadi. 5. Prinsip ‘interacting systems’ CBT melihat bahwa masalah seharusnya dianalisa sebagai interaksi yang terjadi antara individu dan lingkungan. Dalam CBT dikenal empat sistem, yaitu kognisi, afek/emosi, perilaku, dan fisiologi. Keempat sistem tersebut saling berinteraksi dalam proses feedback yang kompleks dan juga berinteraksi dengan lingkungan. Lingkungan yang dimaksud bukan hanya lingkungan fisik, tetapi juga lingkungan sosial, keluarga, budaya, dan ekonomi.

10

D. Tujuan Cognitive Behavior Therapy Tujuan utama dari CBT adalah untuk meningkatkan self awareness, memfasilitasi pemahaman diri yang lebih baik, dan meningkatkan kontrol diri dengan mengembangkan kemampuan kognitif dan perilaku yang lebih tepat. Pengembangan kemampuan kognitif dapat dilakukan dengan mengubah pemikiran dan keyakinan disfungsional yang bersifat negatif, bias, dan self critical. Terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan kognitif ini, antara lain dengan edukasi, identifikasi keyakinan disfungsional, thought monitoring, thought evaluation, dan development of alternative cognitive processes. Sedangkan pengembangan perilaku yang lebih adaptif dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain target setting, activity rescheduling, dan behavioral experiment. Adanya keterampilan kognitif dan perilaku yang baru membuat individu menghadapi situasi sulit dengan cara yang lebih tepat.2,3,4 E. Teknik Cognitive Behavior Therapy Gagasan dasar CBT dapat disimpulkan dalam ungkapan ‘Apa yang kita pikirkan menentukan apa yang kita rasakan’. CBT adalah model teoretis yang menghubungkan pikiran dengan emosi dan perilaku kita. Jika seseorang memiliki pikiran negatif, maka perasaannya pun akan menjadi negatif dan tubuh juga akan berdampak negatif oleh karenanya. Dengan kata lain, perasaan tentang suatu peristiwa tergantung pada pikiran terhadap peristiwa tersebut, bukan karena peristiwa itu sendiri.

11

Pikiran negatif adalah pikiran yang terbatas, dimana seseorang mengurung dirinya, menciptakan percakapan dalam diri yang kemudian melemahkan diri sendiri. CBT menunjukan bagaimana cara untuk mengembangkan kemampuan melihat semua hal dari berbagai sudut. Kognitif/Pikiran

Situasi

Aksi

Perasaan (fisik dan emosional)

Gambar 1. Model CBT Bagan sederhana yang bisa digunakan untuk melukiskan hal tersebut dapat dilihat pada gambar 1. Gambar ini adalah bentuk model CBT yang paling sederhana. Pada titik ini penting artinya untuk menyadari bahwa pikiran tidak hanya bertindak sebagai alat untuk memprediksi hasil, namun pikiran juga memainkan peran penting dalam membentuk perasaan kita. Sebenarnya pikiran itu sendiri kecil sekali pengaruhnya terhadap manusia. Seseorang bisa memikirkan apa saja yang mereka mau, namun emosi yang ditimbulkan oleh pikiran adalah yang sebenarnya membuat seseorang senang atau terganggu. Perpaduan pikiran-emosi inilah yang sangat kuat pengaruhnya, yang menentukan reaksi dan respons seseorang, dan selanjutnya juga menentukan hasil

12

yang akan didapatkan. Berikut beberapa teknik yang digunakan dalam CBT antara lain: 1. Cognitive Restructuring Methods Konsep dasar Cognitive Restructuring Methods yaitu untuk membantu pasien mengidentifikasi pikiran-pikiran buruknya, kemudian menggantinya dengan pikiran-pikiran yang lebih rasional dan realistis. Ada dua jenis Cognitive Restructuring Methods : a. Ellis‘s Rational-Emotive (Behavior ) Therapy -

Masalah emosi berasal dari pernyataan irrasional ketika menghadapi kejadian yang tidak sesuai dengan harapannya.

-

Mengajarkan pasien mengubah pikiran irrasional menjadi pikiran rasional yang lebih positif dan realistis.

-

Menantang pikiran irasional dengan memberikan interpretasi rasional terhadap kejadian buruk yang menimpa klien.

-

Memberikan tugas rumah.

b. Beck’s Cognitive Therapy -

Gangguan emosi karena adanya disfungsi berpikir (dichotomous thinking, overgeneralization, magnification).

-

Mengidentifikasi disfungsi berpikir dan asumsi maladaptif yang menjelaskan emosi yang tidak menyenagkan.

-

Menetralisir disfungsi berpikir→ testing realitas

-

Memberikan tugas rumah

13

2. Self Instructional Coping Methods (Meichenbaum) Konsep Self Instructional Coping Methods yaitu mengganti pikiran negatif menjadi positif. Self instruction → untuk mengubah perilaku Langkah-langkah dalam Self Instructional Coping Methods : a. Mengidentifikasi stimulus yang menyebabkan stress → negative self statement. b. Melalui modelling atau behaviour rehearsal → pasien belajar self talk untuk menetralisir negatif self statement ketika situasi yang menimbulkan stress muncul. c. Mengajarkan pasien self instruction (misalnya menarik napas panjang). d. Mengajarkan pasien self reinforcing setelah berhasil menguasai situasi. 3. Problem – Solving Methods (Dzurilla & Golfried) Asumsi dasar yaitu problem solving mengandung proses perilakuan, baik overt (tampak), atau kognitif yang menyediakan berbagai alternatif respon efektif untuk menyelesaikan situasi problematis, dan meningkatkan kemungkinan memilih respon-respon yang paling efektif dari berbagai alternatif tersebut. Tujuan Pelatihan bukan untuk memberikan solusi tetapi memberikan ketrampilan umum supaya individu memiliki kemampuan menyelesaikan berbagai problem secara efektif.

14

Tahap Problem Solving: a. Orientasi Umum -

Menjelaskan dasar pikiran

-

Mengarahkan pemahaman yang merupakan bagian hidupnya.

-

Menekankan pada pasien bahwa ia harus belajar mengenali situasi yang terjadi dan responnya yang seharusnya tidak dimunculkan secara otomatis

-

Pasien dapat bertanya

-

Pasien menceritakan situasi problematis yang dialami dan reaksi yang berhubungan dengan pemikiran dan perasaannya.

b. Definisi & Formulasi Problem -

Pada mulanya pasien menceritakan problem secara samar dan abstrak (gambaran umum)

-

Klien harus belajar menceritakan problem secara spesifik dan mendetail.

-

Tidak hanya menceritakan kejadian yang eksternal, tetapi juga pikiran dan perasaan yang terlibat di dalamnya.

-

Pasien belajar memisahkan informasi yang tidak relevan dan memfokuskan

pada

informasi

yang

berhubungan

dengan

problemnya.

15

c. Membuat Alternatif -

Setelah mendefinisikan masalah dengan tepat, klien diinstruksikan melakukan brainstorming tentang solusi-solusi yang mungkin dilakukan.

-

Setelah klien mengidentifikasi beberapa alternatif respon penting, ia siap membuat keputusan berkaitan dengan strategi berikutnya.

d. Mengambil Keputusan -

Membuat estimasi dari beberapa alternatif yang muncul

-

Memperkirakan kemungkinan efektivitas dan konsekuensi jangka pendek dan panjang.

-

Membuat evaluasi.

e. Verifikasi -

Setelah ditemukan pemecahan masalah, dibuat pelatihan dan diwujudkan dalam kehidupan nyata dalam tingkah lakunya.

-

Terapis perlu memotivasi dan membimbing pasien untuk menerapkan tingkah laku yang dipilih.

-

Mengevaluasi apa yang telah dilakukan.

F. Tahap Pelaksanaan Cognitive Behavior Therapy Sesi inisial dalam CBT biasanya ditujukan untuk membangun relasi dengan klien, menggali informasi penting, dan mengidentifikasi keluhan yang muncul. Dalam membangun relasi dengan klien, terapis dapat mengawali dengan menanyakan perasaan dan pemikiran klien mengenai harapan klien dari terapi.

16

Selain itu, terapis juga dapat menjelaskan mengenai hubungan antara kognisi dan afek dari sudut pandang CBT. Terapis juga mulai dapat membiasakan klien terhadap CBT dan membangun hubungan yang kolaboratif serta meluruskan konsepsi yang salah mengenai terapi. Pada awal sesi, klien sudah harus dijelaskan bahwa tujuan utama terapi adalah untuk membuat klien belajar menjadi terapis bagi dirinya sendiri.2,6 Informasi yang seharusnya dapat digali oleh terapis pada sesi-sesi awal adalah diagnosis, pengalaman masa lalu, situasi hidup saat ini, masalah psikologis yang ada, sikap terhadap treatment, dan motivasi untuk mengikuti treatment. Pada sesi pertama, terapis juga dapat mulai mendefinisikan masalah dan membantu klien melakukan symptom relief. Identifikasi masalah dan pengumpulan informasi mengenai latar belakang munculnya masalah dapat dilakukan dalam beberapa sesi. Walaupun demikian, pada sesi pertama terapis harus dapat fokus dalam mengidentifikasi masalah secara spesifik dan menyediakan kelegaan yang cepat bagi klien.2,9 Dalam identifikasi masalah, terapis menganalisa dari dua aspek yaitu aspek fungsional

dan

aspek

kognitif.

Analisa

fungsional

bertujuan

untuk

mengidentifikasi elemen masalah seperti manifestasi dari masalah, situasi dimana masalah itu biasanya muncul, frekuensi, intensitas, dan durasi kemunculan masalah, serta konsekuensi dari masalah. Analisa kognitif sendiri bertujuan untuk mengidentifikasi pemikiran dan visualisasi yang muncul saat adanya pencetus emosional. Hal in juga mencakup identifikasi sejauh apa seseorang merasa dapat mengontrol pemikiran dan visualisasi tersebut, visualisasi mengenai apa yang

17

akan terjadi saat berada dalam situasi yang menimbulkan distres, dan kemungkinan munculnya hal yang divisualisasikan tersebut dalam kejadian nyata.2,9 Pada sesi awal, terapis juga membuat problem list yang mencakup simptom spesifik, perilaku, dan masalah yang menetap. Daftar ini kemudian dibuat prioritasnya sebagai target intervensi. Problem list dibuat secara eksplisit untuk melihat apa yang ingin dicapai dalam treatment. Penentuan prioritas didasarkan pada besarnya distres yang dialami, kemungkinan kemajuan yang terjadi, keparahan simptom, dan topik ataupun tema yang terus menerus muncul. Selain hal di atas, pada sesi pertama terapis juga sudah mulai dapat memberikan tugas rumah kepada klien. Tugas rumah pada sesi awal biasanya diarahkan untuk mengenali hubungan antara pemikiran, perasaan, dan perilaku.2,8 Pada sesi pertengahan, penekanan terapi bergeser dari simptom yang dialami pasien kepada pola berpikir pasien. Koneksi antara pemikiran, emosi, dan perilaku didemonstrasikan melalui pemeriksaan automatic thoughts. Saat klien dapat menantang pemikiran maladaptif, klien mulai dapat mempertimbangkan asumsi dasar yang memunculkan pemikiran tersebut. Seringkali asumsi dasar tersebut tidak disadari oleh klien dan didapat setelah klien melihat tema dari automatic thoughts yang dimilikinya. Setelah asumsi dasar ini dikenali, terapi bertujuan untuk memodifikasi asumsi tersebut dengan mempertimbangkan validitas, sifat adaptif, dan fungsinya bagi klien. Pada sesi-sesi selanjutnya, klien diberikan tanggung jawab lebih untuk mengidentifikasi masalah serta solusi dan menciptakan tugas rumah. Peran terapis berubah menjadi penasihat dan bukan

18

guru saat klien sudah mulai dapat menggunakan teknikteknik yang ada untuk menyelesaikan maslaah. Frekuensi pertemuan dapat dikurangi apabila klien menjadi lebih mampu dalam menyelesaikan masalah.2,5 Terapi diterminasi saat tujuan sudah dicapai dan klien merasa dapat mempraktikkan perspektif dan kemampuan baru mereka secara mandiri. Saat mendekati terminasi, klien dapat diingatkan bahwa kemunduran itu sesuatu yang normal dan seharusnya dapat diatasi karena kemunduran sebelumnya juga dapat diatasi. Terapis dapat meminta kepada klien untuk mendeksripsikan bagimana masalah sebelumnya diatasi selama treatment. Terapis juga dapat menggunakan cognitive rehearsal untuk memabntu klien memperkirakan kesulitan yang mungkin akan ditemuinya dan bagaimana mereka akan mengatasi kesulitan tersebut. Alur Kerja CBT: 1. Melibatkan pasien Langkah pertama adalah membangun hubungan dengan pasien. Dapat dicapai dengan menerapkan empati, menciptakan suasana yang hangat dan menghormati pasien. 2. Menilai masalah, orang dan situasi -

Mulai dengan penilaian pasien tentang benar dan salah menurutnya

-

Tentukan adanya kelainan klinis yang berhubungan

-

Ketahui riwayat personal dan sosialnya

-

Nilai tingkat keparahan masalah

-

Catat faktor personal yang relevan

19

-

Periksa setiap gangguan sekunder: bagaimana perasaan pasien ketika mengalami masalahnya sekarang.

-

Periksa setiap faktor penyebab non-psikologik: kondisi fisik, pengobatan, penyalahgunaan obat, faktor lingkungan/gaya hidup.

3. Siapkan pasien untuk terapi -

Perjelas tujuan pengobatan

-

Nilai motivasi pasien untuk berubah

-

Perkenalkan dasar CBT, termasuk model ‘biopsikososial’ sebagai penyebab

-

Diskusikan pendekatan yang digunakan dan implikasi pengobatan

-

Develope a contract

4. Melaksanakan program perawatan -

Analisis spesific episode terjadinya masalah, memastikan keyakinan perasan klien terlibat, mengubahnya, mengembangkan pekerjaan rumah yang relevan (dikenal sebagai ‘rekam fikir’ atau ‘analisis rasional’)

-

Developing behavioral assignment untuk mengurangi perilaku takut atau memodifikasai cara-cara berperilaku.

-

Strategi tambahan dan teknik yang sesuai, contohnya relaxation training, interpersonal skill training.

5. Mengevaluasi progres. Menjelang akhir intervensi, nilai perbaikan yang tampak pada perubahan cara pikir pasien, dan seberapa besar perubahan itu.

20

6. Persiapkan pasien untuk mengakhiri hubungan terapetik. Hal ini biasanya sangat penting untuk mempersiapkan pasien untuk mengatasi kemunduran. Banyak orang, setelah periode perbaikan, mereka berpikir bahwa mereka telah ‘sembuh’. Kemudian ketika mereka kembali lagi dan mendapati bahwa masalah lama mereka masih ada, mereka cenderung putus asa dan tegoda untuk menyerah begitu saja. Peringatkan bahwa relaps sangat mungkin terjadi pada banyak masalah kesehatan mental dan pastikan pasien tau apa yang harus mereka lakukan bila gejalanya kembali. Diskusikan pandangan mereka tentang mencari bantuan apabila suatu saat dimasa datang mereka membutuhkan bantuan kembali. Ingat bahwa masalah gangguan emosi atau kejiwaan timbul karena persepsi kita terhadap sesuatu kejadian. Dr Burns, seorang profesor psychiatri dari Medical Center, Universitas Pennsylvania menerangkan tentang emosi ABC. A: merupakan singkatan dari actual events (kejadian sesungguhnya). B: merupakan singkatan dari belief (kepercayaan), yaitu apa yang anda percayai dari kejadian tersebut. C: merupakan singkatan dari consequence (konsekuensi) yang anda alami sebagai akibat dari apa yang anda percayai. Cognitive therapy mencoba mengubah “B”, yaitu apa yang anda percayai dari kejadian tersebut agar anda tidak perlu mengalami “C” yaitu konsekuensi negatif dari B yang anda punyai. Bila anda bisa menghindari munculnya B

21

negatif (kepercayaan negatif) dari suatu kejadian yang sebenarnya (actual event), maka berarti anda sudah berhasil mencegah timbulnya konsekuensi negatif (marah, sedih, frustasi, dll).

22

BAB III KESIMPULAN Cognitive behavior therapy adalah suatu intervensi psikoterapeutik yang bertujuan untuk mengurangi distres psikologis dan perilaku maladaptif dengan mengubah proses kognitif. CBT memiliki asumsi dasar bahwa afek dan perilaku sebagian besar merupakan produk kognisi, oleh karena itu intervensi kognitif dan perilaku dapat membawa perubahan pada pemikiran, perasaan, dan perilaku. Diharapkan dengan CBT pasien dapat meningkatkan self awareness, memfasilitasi pemahaman diri yang lebih baik, dan meningkatkan kontrol diri dengan mengembangkan kemampuan kognitif dan perilaku yang lebih tepat. Pengembangan kemampuan kognitif dapat dilakukan dengan mengubah pemikiran dan keyakinan disfungsional yang bersifat negatif, bias, dan self critical. Terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan kognitif ini, antara lain dengan edukasi, identifikasi keyakinan disfungsional, thought monitoring, thought evaluation, dan development of alternative cognitive processes. Sedangkan pengembangan perilaku yang lebih adaptif dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain target setting, activity rescheduling, dan behavioral experiment. Adanya keterampilan kognitif dan perilaku yang baru membuat individu menghadapi situasi sulit dengan cara yang lebih tepat.

23

DAFTAR PUSTAKA 1. Ifdil. 2012 Cognitive-Behavior Therapy (CBT). (online) diakses juni 2014 site: http://konselingindonesia.com/ 2. Kaplan, Harold, et all. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri: Ilmu pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid Dua. Tangerang: Aksara Publiser, 2010 3. NACBT.

(2007). Cognitive-Behavioral

Therapy. [Online].

Tersedia: http://www.nacbt.org/whatiscbt.htm [5 Januari 2007]. 4. Stallard, P. (2004). Think Good – Feel Good: A Cognitive Behavior Therapy Workbook for Children and Young People. West Sussex: john Wiley & Sons. 5. Beck,

Judith

S.

(2011). Cognitive-Behavior

Therapy:

Basic

and

Beyond (2nd ed). New York: The Guilford Press. 6. Bush, John Winston. (2003). Cognitive Behavioral Therapy: The Basics. [Online]. Tersedia: http://cognitivetherapy.com/basics.html 7. Westbrook, D., Kennerly, & Kirk, J. (2007). An Introduction to Cognitive Behavior Therapy: Skills and Applications. Los Angeles: Sage Punlications. 8. Nevid, JS., Rathus, SA., Greene, B., Psikologi Abnormal. Edisi kelima, jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga 9. 9 Oemarjoedi, A. Kasandra. (2003). Pendekatan Cognitive Behavior dalam Psikoterapi. Jakarta: Kreativ Media. 10. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. 2 ed. Surabaya: Airlangga University Press; 2009.

24

Related Documents

Referat Cbt
January 2021 1
Referat Cbt
January 2021 1
Ppt Referat Cbt
January 2021 1
Ppt Referat Psikiatri Cbt
January 2021 1
Referat Keswa Cbt
February 2021 3
Cbt 13 [+ulasan]-2
January 2021 0

More Documents from "Dhiya Ul Haqqi"

Referat Cbt
January 2021 1
Referat Cbt
January 2021 1