Referat Disaster Victim Identification

  • Uploaded by: Kurnia Saras
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Referat Disaster Victim Identification as PDF for free.

More details

  • Words: 1,087
  • Pages: 22
Loading documents preview...
DISASTER VICTIM IDENTIFICATION

DISUSUN OLEH : A N D I K A N U R S A R I P U T R I N 111 1 7 0 9 7 G I N A P U S P I TA A G U S N 111 1 7 0 2 8 D E W I K U R N I A S A R A S WAT I N 111 1 6 11 7

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 13.000 lebih pulau, mempunyai 100 lebih gunung berapi, dan secara geologis terletak di pertemuan 3 lempeng tektonik utama (Eurasia, Indo-Australia dan Mediterania) Dimana keadaan tersebut memberikan petunjuk bahwa Indonesia berisiko tinggi timbulnya gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir, kecelakaan (darat, laut, udara), dan sebagainya, sehingga sering disebut “Supermarket Disaster”. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang.

Identifikasi korban yang tidak diketahui identitasnya wajib dilakukan sebagaimana yang telah diamanatkan di dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 . Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak , membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuhmanusia atau kerangka.

DEFINISI DVI (DISASTER VICTIM IDENTIFICATION)

Disaster Victim Identification (DVI) adalah suatu prosedur untuk mengidentifikasi korban mati akibat bencana yang dapat di pertanggung jawabkan secara sah oleh hukum dan ilmiah serta mengacu pada INTERPOL DVI GUIDELINE. DVI diperlukan untuk menegakkan Hak Asasi Manusia, sebagai bagian dari proses penyidikan dan penunjang kepentingan hukum (asuransi, warisan, status perkawinan) serta dapat dipertanggung jawabkan.

Proses DVI menggunakan bermacam-macam metode dan teknik. Interpol telah menentukan adanya Primary Identifier yang terdiri dari fingerprint (FP), dental records DR) dan DNA serta Secondary Identifiers yang terdiri dari medical (M), property (P) dan photography (PG),dengan prinsip identifikasi adalah membandingkan data antemortem dan postmortem.Primary identifiers mempunyai nilai yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan secondary identifiers.

TUGAS DVI (DISASTER VICTIM IDENTIFICATION)

Pada dasarnya, prinsip identifikasi adalah membandingkan data yang ada pada orang yang tidak dikenal dengan data yang diduga sebagai orang hilang. Identifikasi pada korban bencana massal mutlak diperlukan, terutama pada korban mati karena menyangkut masalah

• Pengendalian kekacauan pada masyarakat akibat bencana massal tersebut, terutama pada kondisi psikologis keluarga korban. • Perwujudan penegakan hak asasi manusia untuk hak teridentifikasi. • Aspek hukum terhadap ahli waris korban, terutama masalah asuransi jiwa, dll. • Pencarian pelaku tindak criminal pada peristiwa tertentu, misalnya kasus peledakan bom, terorisme, dll.

DVI diterapkan pada bencana yang menyebabkan korban massal, seperti kecelakaan bus dan pesawat, gedung yang runtuh atau terbakar, kecelakaan kapal laut dan aksi terorisme. Selain itu juga dapat diterapkan pada bencana alam, seperti gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus. Rujukan Hukum : (1) • • • •

UU No.2 tahun 2002 tentang Polri UU No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan Resolusi Interpol No.AGN/65/RES/13 tahun 1996 tentang Disaster Victim Identification • PP No.21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana • MoU Depkes Polri tahun 2003 • MoU Depkes Polri tahun 2004

Tugas utama DVI secara umum adalah sebagai berikut : • Melakukan koordinasi dengan tim medis dan aparat keamanan untuk melakukan evakuasi korban meninggal dan tempat kejadian • Malakukan koordinasi dengan rumah sakit setempat atau rumah sakit tempat rujukan korban meninggal • Melakukan identifikasi terhadap korban meninggal dengan sumber daya yang ada • Membuat kesimpulan sementara terhadap hasil pemeriksaan • Melaporkan hasil identifikasi kepada badan pemerintahan terkait.

Tahap – tahap DVI (Disaster Victim Identification) • Tahap DVI • Proses DVI tersebut mempunyai lima fase, dimana setiap fasenya mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainnya. Fase-fase tersebut yaitu :

• Fase I – TKP (The Scene) Merupakan tindakan awal yang dilakukan di tempat kejadian peristiwa (TKP) bencana. • Fase II – Kamar Mayat/Post Mortem (The Mortuary) Pengumpulan data post-mortem atau data yang diperoleh paska kematian dilakukan oleh post-mortem unit yang diberi wewenang oleh organisasi yang memimpin komando DVI.

• Fase III – Ante Mortem Pada fase ini dilakukan pengumpulan data mengenai jenazah sebelum kematian. • Fase IV – Rekonsiliasi Pada fase ini dilakukan pembandingan data post mortem dengan data ante mortem. • Fase V – Debriefing Korban yang telah diidentifikasi direkonstruksi hingga didapatkan kondisi kosmetik terbaik kemudian dikembalikan pada keluarganya untuk dimakamkan.

• Metodologi Identifikasi Metode identifikasi forensik dibagi menjadi metode identifikasi primer dan sekunder.Identifikasi primer (DNA, sidik jari dan odontologi) adalah metode identifikasi ilmiah yang mampu bertahan secara global dan telah terbukti sebagai metode identifikasi yang efektif.

Untuk metode ilmiah biasa disebut dengan identifikasi primer yaitu : • Pemeriksaan DNA Pemeriksaan identifikasi forensik merupakan pemeriksaan yang pertama kali dilakukan, terutama pada kasus tindak kejahatan yang korbannya tidak dikenal walaupun identifikasi juga bisa dilakukan pada kasus non kriminal seperti kecelakaan, korban bencana alam dan perang, serta kasus paternitas (menentukan orang tua).

• Pemeriksaan Odontologi Gigi merupakan suatu cara identifikasi yang dapat dipercaya, khususnya bila rekam dan foto gigi pada waktu masih hidup yang pernah dibuat masih tersimpan dengan baik. Pemeriksaan gigi ini menjadi amat penting apabila mayat sudah membusuk atau rusak.

• Pemeriksaan Sidik jari Mengidentifikasi pada pola-pola garis sidik jari seseorang (garis papiler) yang secara genetik permanen melekat pada seseorang. Pada jenasah yang baru • Pada jenazah dengan jari-jari yang bisa digerakkan : • Telungkupkan mayat • Jari seperti biasa

• Pada jenazah dengan jari-jari yang sulit digerakkan. • Mayat telah kaku dan mulai membusuk • Ujung-ujung jari mayat sudah lembek (belum rusak tetapi sudah mengkerut) • Mayat mulai membusuk/awal dekomposisi (kulit ari mulai terlepas):

Setelah dilakukan pengambilan sidik jari, maka dilakukan perbandingan antara sidik jari yang dicurigai dan sidik jari yang diketahui dengan melihat pola sidik jari dan galton detail yang ada.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan • Metode identifikasi terus berkembang, berbagai ilmu pengetahuan baik yang bersifat ilmiah, komputerized atau yang sederhana lebih meningkatkan akurasi indentifikasi korban mati atau hidup. Tantangan yang dihadapi para pelaksana identifikasi di kemudian hari adalah apabila ada bencana massal, karena kuantitas korban makin meningkat. • Penanganan identifikasi korban bencana massal berdasarkan standar yang berlaku merupakan suatu proses yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara ilmiah dan secara hukum. Diperlukan kerjasama dan pengertian yang baik di antara semua pihak yang terlibat dalam penerapannya, sehingga proses identifikasi mencapai ketepatan dalam identifikasi dan bukan hanya kecepatan dalam prosesnya.

Tes DNA dalam identifikasi forensik terbukti sangat efektif karena menunjukkan sensitifitas dan akurasi yang luar biasa sehingga dapat memberikan sumbangan berharga bagi kepentingan penyidikan kasus-kasus kriminal maupun musibah masal, namun pelaksanaannya memerlukan keahlian, keterampilan dan pengalaman. Hal ini berkaitan dengan prosedur pemeriksaannya yang harus bersih dari kontaminasi karena dapat menurunkan tingkat kepercayaan apabila dipakai sebagai barang bukti forensik pada persidangan.  

Related Documents


More Documents from "Vardian Mahardika"