Referat Geriatri

  • Uploaded by: Neni Diyanti
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Referat Geriatri as PDF for free.

More details

  • Words: 4,405
  • Pages: 18
Loading documents preview...
REFERAT PROSES PENUAAN DAN PERUBAHAN FISIOLOGI PADA GERIATRI

Disusun oleh : Novita Sari 406148109

Pembimbing : dr. Noer Saelan Tadjudin, SpKJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU GERIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Proses menua, adalah wajar dan terjadi pada semua manusia yang hidup. Tidak ada yang dapat lolos dan menghindarinya. Selama ia tidak sakit ataupun meninggal pada usia muda. Secara wajar proses ini akan berlangsung, tidak ada satupun manusia yang dapat awet muda, ataupun lebih sakral lagi dengan hidup abadi. Menjadi tua, dengan pasti akan diikuti oleh perubahan fisik dan psikis. Faktor lingkungan, personal, kehilangan pasangan, ditinggal anak, tidak sekuat ketika muda dan penyakit menjadi hal yang paling ditakuti lansia. Sehingga, melakukan persiapan ataupun mengetahui hal apa yang akan terjadi di usia tua menjadi suatu yang sangat harus diketahui oleh seorang manusia menjelang usia tuanya. Termasuk perawat, yang memberikan asuhan keperawatan pada semua manusia dan usia. Penyakit, tidak hanya menjadi masalah bagi lansia. Selain karena faktor fisik yang mulai lemah, bahkan kehilangan sel-sel nya yang semakin berkurang setiap hari. Maka pasti waktu-waktu ini akan selalu dekat dengan yang namanya sakit atau penyakit.

BAB II LANDASAN TEORI A. Aging Aging atau penuaan bukan hanya proses menjadi tua. Penuaan adalah apa yang membuat “tua tidak sebaik baru” dan ketika laju kegagalan meningkat bersamaan 1

dengan peningkatan usia, orang menjadi sakit, lemah, dan kadang sekarat (Gavrilov, 2004). Aging atau penuaan secara praktis dapat dilihat sebagai suatu penurunan fungsi biologik dari usia kronologik. Aging tidak dapat dihindarkan dan berjalan dengan kecepatan berbeda, tergantung dari susunan genetik seseorang, lingkungan dan gaya hidup, sehingga aging dapat terjadi lebih dini atau lambat tergantung kesehatan masing-masing individu (Fowler, 2003). B. Definisi Aging Definisi aging menurut A4M (American Academy of Anti-Aging Medicine) adalah kelemahan dan kegagalan fisik-mental yang berhubungan dengan aging normal disebabkan oleh disfungsi fisiologik, dalam banyak kasus dapat diubah dengan intervensi kedokteran yang tepat (Klatz, 2003). Webster’s New World Dictionary mendefinisikan aging sebagai proses menjadi tua atau menunjukkan tanda-tanda menjadi tua. Kenyataannya aging dapat dibagi menjadi dua konsep yang berbeda, yaitu : usia kronologis dan usia biologis. Pada saat merayakan hari ulang tahun (merayakan usia kronologis), kadang benar bahwa penampilan sistem tubuh seseorang, dari fungsi mental hingga penampilan seksual sampai kekuatan fisik, lebih baik atau lebih buruk dari yang diperkirakan jika dibandingkan dengan orang yang seusianya (ini adalah contoh usia biologis) (Goldman dan Klatz, 2007; Pangkahila, 2007). C. Mekanisme Pada Aging Proses penuaan ditandai penurunan energi seluler yang menurunkan kemampuan sel untuk memperbaiki diri. Terjadi dua fenomena, yaitu penurunan fisiologik (kehilangan fungsi tubuh dan sistem organnya) dan peningkatan penyakit (Fowler, 2003). Menurut Fowler (2003), aging adalah suatu penyakit dengan karakteristik yang terbagi menjadi 3 fase yaitu :

1. Fase Subklinik (usia 25-35 tahun) Kebanyakan hormon mulai menurun : testosteron, growth hormone (GH), dan estrogen. Pembentukan radikal bebas, yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh, seperti diet yang buruk, stress, polusi, paparan berlebihan radiasi ultraviolet dari matahari. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar. Individu akan tampak dan merasa “normal” tanpa tanda dan gejala dari aging atau penyakit. Bahkan, pada umumnya rentang usia ini dianggap usia muda dan normal. 2

2. Fase Transisi (usia 35-45 tahun) Selama tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 persen. Kehilangan massa otot yang mengakibatkan kehilangan kekuatan dan energi serta komposisi lemak tubuh yang meninggi. Keadaan ini menyebabkan resistensi insulin, meningkatnya resiko penyakit jantung, pembuluh darah, dan obesitas. Pada tahap ini mulai mncul gejala klinis, seperti penurunan ketajaman penglihatanpendengaran, rambut putih mulai tumbuh, elastisitan dan pigmentasi kulit menurun, dorongan seksual dan bangkitan seksual menurun. Tergantung dari gaya hidup, radikal bebas merusak sel dengan cepat sehingga individu mulai merasa dan tampak tua. Radikal bebas mulai mempengaruhi ekspresi gen, yang menjadi penyebab dari banyak penyakit aging, termasuk kanker, arthritis, kehilangan daya ingat, penyakit arteri koronaria dan diabetes. 3. Fase Klinik (usia 45 tahun keatas) Orang mengalami penurunan hormon yang berlanjut, termasuk DHEA (dehydroepiandrosterone), melatonin, GH, testosteron, estrogen, dan hormon tiroid. Terdapat juga kehilangan kemampuan penyerapan nutrisi, vitamin, dan mineral sehingga terjadi penurunan densitas tulang, kehilangan massa otot sekitar 1 kilogram setiap 3 tahun, peningkatan lemak tubuh dan berat badan. Di antara usia 40 tahun dan 70 tahun, seorang pria kemungkinan dapat kehilangan 20 pon ototnya, yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk membakar 800-1.000 kalori perhari. Penyakit kronis menjadi sangat jelas terlihat, akibat sistem organ yang mengalami kegagalan. Ketidakmampuan menjadi faktor utama untuk menikmati “tahun emas” dan seringkali adanya ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sederhana dalam kehidupan sehari-harinya. Prevalensi penyakit kronis akan meningkat secara dramatic sebagai akibat peningkatan usia (Fowler, 2007). D. Teori-Teori Proses Menua 1. Teori Biologi a. Teori Seluler Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas dari tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit. (Spence & Masson dalam Waton, 1992). Hal ini akan memberikan beberapa pengertian 3

terhadap proses penuaan biologis dan menunjukkan bahwa pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan, sesuai dengan berkurangnya umur. Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri. Ternyata sepanjang kehidupan ini, sel pada sistem ditubuh kita cenderung mangalami kerusakan dan akhirnya sel akan mati, dengan konsekuensi yang buruk karena sistem sel tidak dapat diganti. b. Teori “Genetik Clock” Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk speciesspecies tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuclei (inti selnya) suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal. Konsep genetik clock didukung oleh kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata. (misalnya manusia; 116 tahun, beruang; 47 tahun, kucing 40 tahun, anjing 27 tahun, sapi 20 tahun) Secara teoritis dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya untuk beberapa waktu dengan pangaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit atau tindakan-tindakan tertentu. Usia harapan hidup tertinggi di dunia terdapat dijepang yaitu pria76 tahun dan wanita 82 tahun (WHO, 1995) Pengontrolan genetik umur rupanya dikontrol dalam tingkat seluler, mengenai hal ini Hayflck (1980) melakukan penelitian melalaui kultur sel ini vitro yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kamampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies. Untuk membuktikan apakan yang mengontrol replikasi tersebut nukleus atau sitoplasma, maka dilakukan trasplantasi silang dari nukleus.

4

Dari hasil penelitian tersebut jelas bahwa nukleuslah yang menentukan jumla replikasi, kemudian menua, dan mati, bukan sitoplasmanya (Suhana, 1994) c.

Sintesis Protein (Kolagen Dan Elastin) Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen perotein dalam jaringan tersebut. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktrur yang berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada klulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia. (Tortora & anagnostakos, 1990) hal ini dapat lebih mudah dihubungkan

dengan

perubahan

permukaan

kulit

yang

kehilangan

elastisitasnya dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan pada sistem muskuloskeletal. d. Keracunan Oksigen Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel didalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri tertentu. Ketidak mampuan mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur membran sel mangalami perubahan dari rigid, serta terjadi kesalahan genetik. (Tortora & anagnostakos, 1990) Membran sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitasi sel dalam berkomunikasi dengan lingkungannya yang juga mengontrol proses pengambilan nutrien dengan proses ekskresi zat toksik didalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel yang sangat penting bagi proses diatas, dipengaruhi oleh rigiditas membran tersebut. Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh. e.

Sistem Imun Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kamampuan sistem yang terdiri dari sistem

5

limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan. Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat menyebabkan berkurangnya kamampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang megalami perubahan tersebut sebagi sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun (Goldstein, 1989) Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen antibody yang luas mengenai jaringan-jaringan beraneka ragam, efek menua jadi akan menyebabkan reaksi histoinkomtabilitas pada banyak jaringan. Salah satu bukti yang ditemukan ialah bertambahnya prevalensi auto antibodi bermacam-macam pada orang lanjut usia (Brocklehurst, 1987) Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-belah. Inilah yang menyebabkan kanker yang meningkat sesuai dengan meningkatnya umur (Suhana, 1994) Teori atau kombinasi teori apapun untuk penuaan biologis dan hasil akhir penuaan, dalam pengertian biologis yang murni adalah benar. Terdapat perubahan yang progresif dalam kemampuan tubuh untuk merespons secara adaptif (homeostatis), untuk beradaptasi terhadap stres biologis. Macammacam stres dapat mencakup dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit. (kronik dan akut) 2.

Teori Psikologis a. Teori Pelepasan Teori pelepasan memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lansia merupakan suatu proses yang secara berangsur-angsur sengaja dilakukan oleh mereka, untuk melepaskan diri dari masyarakat. b. Teori Aktivitas Teori aktivitas berpandangan bahwa walaupun lansia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai kompensasi dan penyesuaian.

6

E. Aspek Psikologis Akibat Lanjut Usia Aspek psikologis pada lansia tidak dapat berlangsung tampak. Salah satu pengertian yang umum tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memori dan kecerdasan mental yang kurang. Penelitian tentang kemampuan aspek kognitif dan kemampuan memori pada lansia dalam kelompok dan kemampuan mereka untuk memcahkan masalah, ternyata tidak mendukung gambaran diatas. Adalah benar bahwa banyak lansia mempunyai cara berbeda dalam memecahkan masalah, bahkan mereka dapat melakukannya dengan baik walaupun kondisinya menurun. Akan tetapi, juga terdapat bukti bahwa lansia mengalami kemunduran mental yang substansil atau luas. F. Keperibadian, Intelegensia, Dan Sikap Meskipon sulit untuk mendefenisikan dan mengukur keperibadian, namun upaya ini tetap dilakukan untuk mengubah sedikit pemikiran tentang lansia. Walaupun mengalami kontroversi, tes intelegensia dengan jelas memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada lansia (Cockburn & Smith, 1991). Hal ini tidak diungkapkan secara signifikan dan bahkan mungkin tidak berpengaruh secara nyata terhadap kehidupan lansia. Sikapnya tentu berbeda dengan sering bertentangan dengan sikap generasi yang lebih muda. Semua kelompok lansia sering kali mempertahankan sikap yang kuat, sehingga sikapnya lebih stabil dan sedikit sulit untuk berubah. Satu hal pada lansia yang diketahui sedikit berbeda dari orang yang lebih muda yaitu sikap mereka terhadap kematian. Hal ini menunjukkan bahwa lansia cenderung tidak terlalu takut terhadap konsep dan realitas kematian. Hal ini mungkin merupakan suatu gambaran adaptif pada penuaan. G. Batasan Tua Atau Lanjut Usia Beberapa pendapat mengenai batasan umur lansia. 1.

2.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut usia meliputi: a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun. b. Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun c. Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun d. Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad Membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut: a. 0-1 tahun = masa bayi b. 1-6 tahun = masa prasekolah c. 6-10 tahun = masa sekolah d. 10-20 tahun = masa pubertas 7

3.

4.

5.

e. 40-65 tahun = masa setengah umur (prasenium) f. 65 tahun keatas = masa lanjut usia ( senium) Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog Ui) Lanut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian a. Fase iuventus, antara 25 sampai 40 tahun b. Fase vertilitas, antara 40 sampai 50 tahun c. Fase prasenium, antara 55 sampai 65 tahun d. Fase senium, 65 tahun hingga tutup usia Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro Pengelompokan lanjut usia sebagai berikut; a. Usia dewasa muda (elderly adulhood), 18 atau 29-25 tahun. b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun atau 65 tahun c. Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun  70-75 tahun (yaoung old)  75-80 tahun (old)  Lebih dari 80 (very old) Menurut UU No. 4 Tahun 1965 Dalam pasal 1 dinyatakan sebagai berikut: seorang dapat dikatakan sebagai jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya

6.

7.

sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. (sekarang tidak relevan lagi) Menurut UU No. 13/Th.1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi sebagai berikut; BAB 1 Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi: Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas. Birren and Jenner (1997) membedakan usia menjadi tiga; a. Usia biologis; Yang menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam b.

keadaan hidup dan mati Usia psikologis Yang menunjuk pada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-

c.

penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya. Usia social Yang menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan

masyarakat kepada seseorang sebungan dengan usianya. H. Kondisi Fisiologis Dan Patologis Pada Lanjut Usia Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia 1. Perubahan-Perubahan Fisik a. Sel 1) Lebih sedikit jumlahnya 2) Lebih besar ukurannya 3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler 4) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati. 5) Jumlah sel otak menurun. 8

6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel 7) Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10% b. Sistem persarafan 1) Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel otaknya dalam setiap harinya) 2) Cepatnyan menurun hubungan persarafan 3) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres. 4) Mengecilnya saraf panca indra. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya dengan ketahanan terhadap dingin. 5) Kurang sensitif terhadap sentuhan c. Sistem Pendengaran 1) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nadanada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun 2) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis. 3) Terjadi pengumpulan serumen dapat mengeras karena menginkatnya keratin. 4) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stres. d. Sistem Penglihatan 1) Sfingter pupil timbul skelerosis dan hilangnya tespon terhadap sinar. 2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola) 3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan. 4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap 5) Hilangny daya akomodasi 6) Menurunnya lapangan pandang; berkurang luas pandangannya. 7) Berkurangnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala. e. Sistem Kardiovaskuler 1) Elastisitas dinding aorta menurun 2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku 3) Kemampuan jantung untuk memompa menurun 1% setiap tahun sesudah berumut 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. 4) Kehilangan elatisitas pembuluh darah; kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (menyebabkan pusing mendadak) 9

5) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer; sistolis normal 170 mmHg, diastolis normal 90 f.

mmHg. Sistem Pengtaturan Temperatur Tubuh Pada sistem pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertntu, kemunduran terjadi sebagai faktor yang mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain; 1) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik  35o ini akibat metabolisme yang menurun 2) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang

banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot. g. Sistem Respirasi 1) Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku 2) Menurunnya aktivitas dari silia 3) Paru-paru kehilangan aktivitas; kapasitas residu meningkat, menarik nafas menjadi berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman 4) 5) 6) 7) 8) h.

bernafas menurun Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg. CO2 pada arteri tidak berganti Kemampuan untuk batuk berkurang Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernapasan akan

menurun seiring degan bertambahnya usia. Sistem Gastrointestinal 1) Kehilangan gigi; penyebab utama adalah Periodental disease yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. 2) Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis, dari selaput lendir, atropi indera pengecap (80%), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa tentang rasa asin, asam, dan pahit. 3) Eofagus melebar 4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam labung menurun, waktu mengosongkan menurun. 5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi 6) Fungsi absobsi melemah (daya absobsi terganggu) 7) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,

i.

berkurangnya aliran darah. Sistem Reproduksi 1) Menciutnya ovari dan uterus 2) Atrofi payudara 3) Pada lakI-laki testis masih dapat memproduksi spermatosoa, meskipun adanya penurunan secara beransur-ansur 10

a) Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi keksehatan baik), yaitu;  Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia  Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual Tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami b) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi 

menjadi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi perubahan-perubahan warna. j. Sistem Genito Urinaria 1) Ginjal, merupaan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan unit terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glumerulus, kemudia mengecil dan nefron menjadi atrofi. Aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%. Fungsi tubulus berkurang akibatnya; kurang kemapuan mengkonsentrasi urine, berat jenis urine menurun, proten uria. 2) Vesika urinaria (kandung kemih); otot-ototnya menjadi

lemah,

kapasitasnya menurun sampai 200ml atau menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat. Vesika urinari susah dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine. 3) Pembesaran prostat kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun 4) Atrofi vulva k. Sistem Endokrin 1) Produksi hampir semua hormon menurun 2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah 3) Pituitari; hormon pertumbuhan ada tetapi lebih rendah tetapi rendah dan hanya dalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, LH. 4) Menurunnya aktifitas tiroid, BMR menurun. l. Sistem Kulit 1) Kulit mengerut atau keriput akibat kahilangan jaringan lemak 2) Kulit kasar dan bersisik, 3) Mekanisme proteksi kulit menurun  Produksi serum menurun  Gangguan pigmentasi kulit 4) Kulit kepala dan rambut menipis 5) Kelenjar keringat berkurang jumlahnya m. Sistem Muskuloskeletal 1) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh 2) Kifosis 3) Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek 11

n.

4) Persendian membesar dan menjadi pendek 5) Tendon mengerut dan mengalami skelrosis Perubahan mental Faktor yang mempengaruhi perubahan mental 1) Perubahan fisik, organ perasa 2) Kesehatan umum 3) Tingkat pendidikan 4) Keturunan 5) Lingkungan a) Momory: jangka panjang (berhari-hari yang lalu) mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka pendek (0-10 menit) kenangan buruk b) Intelegency; tidak berubah dengan informasi matematik dan perkataan verbal. c) Berkurangnya keterampilan psikomotor.

I. Terjadinya Penuaan Dini Pada Sebagian Manusia Penuaan dini adalah proses dari penuaan kulit yang lebih cepat dari seharusnya. Banyak orang yang mulai melihat timbulnya kerutan kulit wajah pada usia yang relatif muda, bahkan pada usia awal 20-an. Hal ini biasanya disebabkan berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal ini biasanya disebabkan oleh adanya gangguan dari dalam tubuh. Misalnya sakit yang berkepanjangan, serta kurangnya asupan gizi. Sedangkan faktor eksternal bisa terjadi karena sinar matahari, polusi, asap rokok, makanan yang tidak sehat dan lain sebagainya. J. Fakta Ilmiah Tentang Kulit 1. Pada usia muda, kulit baru akan muncul ke lapisan epidermis setiap 28 – 30 hari. Dengan bertambahnya usia, proses regenerasi berkurang secara cepat. Dan setelah 2.

usia di atas 50 tahun prosesnya menjadi sekitar 37 hari. Lapisan dermis kulit adalah lapisan kulit yang bertanggung jawab terhadap sifat elastisitas, dan kehalusan kulit. Berfungsi mensuplai makanan untuk lapisan

3.

epidermis, dan sebagai fondasi bagi kolagen serta serat elastin. Vitamin C merangsang dan meningkatkan produksi kolagen kulit dengan cara meningkatkan kemampuan perkembangbiakan sel fibroblast tua dermis. Kolagen adalah komponen utama lapisan kulit dermis (bagian bawah

epidermis) yang dibuat oleh sel fibroblast. Pada dasarnya kolagen adalah senyawa 12

protein rantai panjang yang tersusun lagi atas asam amino alanin, arginin, lisin, glisin, prolin, serta hiroksiproline. Sebelum menjadi kolagen, terlebih dahulu terbentuk pro kolagen. Bilamana produksi kolagen menurun seiring dengan bertambahnya usia, dampaknya adalah meningkatnya proses “kulit kering” serta sifat elastisitasnya. Lapisan dermis inilah yang bertanggung jawab akan sifat elastisitas dan kehalusan kulit (skin smoothness) yang merupakan kunci utama untuk disebut “awet muda” serta memiliki kulit indah (beautiful skin). K. Proses Penuaan Kulit Penuaan kulit pada dasarnya terbagi atas 2 proses besar, yaitu penuaan kronologi (chronological aging) dan 'photo aging'. Penuaan kronologi ditunjukkan dari adanya perubahan struktur, dan fungsi serta metabolik kulit seiring berlanjutnya usia. Proses ini termasuk, kulit menjadi kering dan tipis; munculnya kerutan halus, adanya pigmentasi kulit (age spot). Sedangkan proses 'photo aging' adalah proses yang menyangkut berkurangnya kolagen serta serat elastin kulit akibat dari paparan sinar UV matahari. Paparan sinar sinar UV yang berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk. Enzim ini selanjutnya memecahkan kolagen serta jaringan penghubung di bawah kulit dermis. Sehingga dari pengetahuan kita mengenai fakta dan proses penuaan kulit yang merupakan penyebab penuaan dini, kita perlu melakukan tindakan yang tepat untuk menangani penuaan dini. Salah satu tindakan yang tepat untuk menangani penuaan dini adalah memakai produk antiaging yang tepat. Ser–C, serum vitamin C adalah produk perawatan kulit yang tepat, berguna memperlambat proses penuaan dini dan menyamarkan keriput (atau kerutan) kulit wajah. L. Usaha Pencegahan Penuaan Dini Pencegahan proses menua dapat dilakukan untuk proses menua ekstrinsik, pada usia menjelang 40 tahun, dan bila perlu lebih awal, dengan melakukan berbagai cara, antara lain : 1. Mencegah atau menghindari faktor yang menyebabkan kekeringan kulit serta mempertahankan kelembaban kulit. Untuk itu perlu melakukan pemeliharaan dan perawatan kulit dengan kosmetik yang sesuai kondisi kulit dan lingkungan pemakai, seperti : a. Pembersih, pilih pembersih dengan bahan dasar minyak (cleansing cream, cold cream) dan hindari terlalu sering memakai sabun/detergen, 13

b. Pelembab, digunakan siang atau malam hari terutama untuk lingkungan dengan kelembaban rendah, ruangan ber-AC dan sebagainya. c. Pelindung, gunakan krim tabir surya (sunscreen cream) dan foundation cream untuk mencegah kekeringan kulit karena sinar matahari, terutama didaerah tropis d. Kosmetika rias, dipilih yang banyak mengandung unsure lemak/ bentuk krim. 2. Mencegah proses menua karena kekurangan gizi terutama protein dan vitamin. Untuk itu perlu mengatur diit, pemberian vitamin, mineral yang cukup, seperti: a. Diet rendah karbohidrat, rendah lemak jenuh dan menghindari bahan bahan tambahan pada makanan (food additive) yang berbahaya, serta tinggi protein. b. Vitamin dan bahan lain yang bekerja sebagai anti oksidan, bahan yang dapat menghambat toksisitas dari radikal bebas, seperti

vitamin e (tocoferol), vit.c

(ascorbic acid), β carotene dan glutathione. Perlindungan antioksidan paling efektif dalam melawan kerusakan akibat sinar surya adalah dengan kombinasi beberapa antioksidan yang tampaknya menunjukkan efek sinergis (wilkinson, 2001). Tokotrienol merupakan salah satu bentuk vitamin e, bila dibanding tokoferol, yaitu vitamin e lain yang telah lama dikenal, mempunyai aktivitas antioksidan 40-60 kali lebih besar dan efek anti tumor yang luar biasa. Selain itu tokotrienol mempunyai derajat spesifitas yang tinggi untuk kulit, hampir 15 kali atau lebih (wilkinson, 2001). Vitamin lain seperti vitamin a, b1, b2, b5, b6 serta mineral, zat besi, zink, selenium dan lainnya harus diberikan cukup agar dapat menghambat proses ikatan silang yaitu proses yang menyebabkan jaringan kolagen menjadi kaku dan tidal lentur sehingga mencegah terjadinya keriput. Bahan lain yang dapat diguanakan untuk mencegah proses menua, antara lain: c. Ubiquinon atau koenzim Q-10, d. Melatonin, adalah antioksidan yang sangat potensial. e. Procyanadins dan cathecins, ada dalam berbagai macam tanaman seperti biji anggur, teh hijau, apel hijau dan sumber lain, mempunyai substansi anti tumor yang dihubungkan dengan efek antioksidan kuat. Apel hijau mentah telah diteliti sebagai anti mutagen, menghambat pelepasan histamin dan menyerap sinar UVB atau fungsi penyaring. f. Ekstrak jamur, ekstrak polisakarida dari Ganoderma lucidum melindungi DNA dari pengaruh sinar UVR dan mempunyai efek anti tumor serta meningkat sistem kekebalan tubuh g. Asam organik: Alpha hydroxyl acids (AHAs), Beta hydroxyl acids (BHAs) pada konsentrasi 5-10% digunakan untuk mengurangi kerutan, membuat kulit menjadi lebih kesat, memudarkan dan mengurangi hiperpigmentasi 14

h. Tretinoin (trans-asam retinoin), penelitian Fisher dkk menunbjukkan bahwa perawatan kulit dengan tretinoin sebelum terpapar UVR menghambat induksi MMP (matrix metalloproteinase), suatu enzim yang dikenal berperan pada kerusakan kolagen dalam proses photaging. 3. Mencegah proses menua kulit dini akibat paparan sinar surya, dengan cara: a. Menghindari paparan terutama saat matahari mencapai titik kulminasi dimana energi sinar UVB dipermukaan bumi mencapai puncak, antara jam 10.00- 15.00 b. Perlindungan secara fisik seperti memakai topi lebar, payung, pakaian lengan panjang dsb. Perlindungan ini sifatnya terbatas karena SS dapat menghambur. c. Memakai tabir surya (sunscreen) yang mengandung bahan yang mampu menyerap, menghamburkan dan memantulkan energi SS terutama didaerah tubuh yang sering terpapar. Kekuatan suatu tabir surya diukur dari besarnya daya pelindung tabir surya tersebut dengan satuan SPF (sun protective faktor)

15

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teoriteori biologik sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung berbagai definisi mengenai proses menua. Dan pendekatan multi disiplin mengenai teori penuaan, perawat harus memiliki kemampuan untuk mensintesa berbagai teori tersebut dan menerapkannya secara total pada lingkungan perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik, mental/emosional dan aspek-aspek sosial. Dengan demikian pendekatan eklektik akan menghasilkan dasar yang baik saat merencanakan suatu asuhan keperawatan berkualitas pada klien lansia. B. Saran Masa tua adalah sesuatu yang akan dan harus dihadapi oleh setiap manusia, untuk menjalani proses kehidupan mereka. Tidak ada satupun orang yang dapat menghindarinya dan berusaha agar tetap dapat terlihat awet muda. Berbagai proses harus dilewati, namun beberapa orang ada yang dapat melalui prosesnya dengan baik, namun ada pula yang tidak cukup lancar. Ditinjau dari berbagai aspek dan sudut pandang, dari segi fisik dan kejiwaan. Maka, perawat yang melakukan tindakan asuhan keperawatan pada berbagai tingkatan usia harus dan wajib tahu bagaimana konidisi fisiologis pasiennya. Termasuk pada usia lanjut. Semoga makalah ini dapat menjadi salah satu referensinya. Baik sebagai acuan dalam pembelajaran, ataupun sebagai pedoman dalam tindakan asuhan keperawatan pada klien usia lanjut

16

DAFTAR PUSTAKA Pringgoutumo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung Seto. Sutisna Hilawan (1992), Patologi, Jakarta, Bagian Patologi Anatomi FKUI. Gunawan S, Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes R.I.

17

Related Documents

Referat Geriatri
February 2021 0
Geriatri
February 2021 2
Farmakoterapi Geriatri
January 2021 1
Papdi 122-145 Geriatri
February 2021 1
Referat
February 2021 2
Referat
February 2021 2

More Documents from ""