Loading documents preview...
REFERAT
“GIZI BURUK” Oleh : Dwi Akbarini
Pembimbing : Dr. HM. Nazir Hz, Sp. A (K) FAKULTAS KEDOKTERAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2012
GIZI BURUK
TINJAUAN PUSTAKA DEFINISI Marasmus keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus, iga gambang, perut cekung, wajah seperti orang tua dan kulit keriput. Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein berat. Namun, lebih kekurangan kalori daripada protein.
Kwashiorkor
sindrom klinis yang diakibatkan dari defisiensi protein berat dan asupan kalori yang tidak adekuat. Penyebab terjadinya inadekuatnya intake protein yang berlangsung kronis. Anak penderita kwashiorkor secara umum mempunyai ciri-ciri pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites
Marasmik-kwashiorkor Merupakan gabungan dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHONCHS disertai edema yang tidak mencolok.
KLASIFIKASI 1.
Menurut Wellcome Trust (FAO/WHO) Berat badan
Edema
% dari baku
Tidak ada
Ada
>60%
Gizi kurang
Kwashiorkor
<60%
Marasmus
MarasmusKwashiorkor
2. Klasifikasi Depkes RI
BB/TB ( berat menurut tinggi)
TB/U ( tinggi menurut umur)
Mild
80-90%
90-94%
Moderate
70-79%
85-89%
Severe
<70%
<85%
3. Klasifikasi Gomez
Kategori (derajat KEP)
BB/U
0= Normal
≥90%
1= Ringan
89-75%
2= Sedang
74-60%
3= Berat
<60%
4. Klasifikasi Jelliffe
Kategori
BB/U (% baku)
KEP I
90-80
KEP II
80-70
KEP III
70-60
KEP IV
<60
5. Klasifikasi Waterlow
Gangguan derajat
Stunting(tinggi menurut umur)
Wasting(berat terhadap tinggi)
0
>95
>90%
1
%95-90 %
90-80 %
2
89-85%
80-70%
3
< 85%
< 70%
Epidemiologi Dunia (2002-2005)
825 juta
Afrika & Asia Selatan (th 2000) •
27 – 51% •
wanita usia subur (gizi buruk) 130 juta anak (gizi kurang)
Indonesia (2004)
5 juta balita (gizi kurang) 1,4 juta (gizi buruk) 140.000 (Marasmus - kwashiorkor)
Sumatera selatan
5,5 % tahun 2005
Palembang Angka kejadian gizi buruk berjumlah 24 kasus (33,3%) tahun 2010.
ETIOLOGI Faktor sosial
Faktor diet
ETIOLOGI
kepadatan penduduk
Peranan kemiskinan Peranan infeksi
Manifestasi Klinis
Cont...
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
•Manifestasi klinis •Antropometrik •Pemeriksaan penunjang
Penilaian awal pada anak dengan kondisi gizi buruk ANAMNESIS • Asupan terbaru yang masuk • Makanan yang biasanya dimakan • ASI • Durasi dan frekuensi terjadinya diare dan mual • Tipe diare ( cair / ada darah ) • Kehilangan nafsu makan • Kondisi keluarga • Batuk kronik • Kontak dengan penderita TBC • Baru kontak dengan penderita campak • Diketahui / tersangka infeksi HIV
PENGAMATAN • Tanda – tanda dehidrasi / syok • Telapak tangan yang pucat sekali • Tanda – tanda pada mata dengan defisiensi vitamin A : – Konjungtiva / kornea kering – Bercak Bitot – Ulserasi kornea
• • • • • • •
Keratomalasia Melokalisir tanda – tanda infeksi Tanda – tanda infeksi HIV Demam / hipotermia ( suhu rektal < 35,50C ) Ulkus pada mulut Eksudative disertai infeksi sekunder Perubahan kulit pada kwashiorkor : – Hipo atau hiperpigmentasi – Deskuamasi – Ulserasi
Tanda bahaya dan tanda penting
Kondisi I :
Renjatan (syok), letargis, muntah, diare atau dehidrasi. 1. Pasang O2 1-2L/menit, 2. Pasang infuse RLdan D10 % dengan perbandingan 1 : 1 (RLG 5 %) 3. Glukosa 10 % intravena (IV) bolus dengan dosis 5 ml/kgBB bersamaan dengan ReSoMal 5 ml/kgBB melalui NGT.
Kondisi II:
letargi, muntah, diare atau dehidrasi
Bolus glukosa 10% intravena, 5 ml/kgBB, lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT sebanyak 50 ml. Berikan ReSoMal dalam 2 jam pertama secara oral/NGT setiap 30 menit, dengan dosis : 5 ml/kgBB setiap pemberian. Catat frekuensi nadi, nafas dan pemberian ReSoMal.
Kondisi III
ditemukan : muntah dan atau diare atau dehidrasi Berikan 50 ml glukosa atau larutan gula pasir 10 %
(oral/NGT). Berikan ReSoMal dalam 2 jam pertama secara oral/NGT setiap 30 menit, dosis : 5 ml/kgBB setiap pemberian. Catat frekuensi nadi, nafas dan pemberian ReSoMal.
Kondisi IV : ditemukan letargi Bolus glukosa 10% intravena, 5 ml/kgBB, lanjutkan
dengan glukosa atau larutas gula pasir 10 % melalui NGT sebanyak 50 ml. Berikan F 75 dalam 2 jam pertama setiap 30 menit, ¼ dari dosis untuk 2 jam sesuai dengan berat badan(NGT). Catat frekuensi nadi, nafas.
Kondisi V
tidak ditemukan : renjatan (syok), letargi, muntah dan atau diare atau dehidrasi berikan glukosa atau larutan gula pasir 10 % melalui NGT sebanyak 50 ml. Catat nadi, frekuensi nafas dan kesadaran
Tatalaksana rawat inap penderita Marasmus Kwashiokor di Rumah Sakit terdapat 5 aspek penting, yang perlu diperhatikan :
A. Prinsip dasar pengobatan rutin Marasmus Kwashiokor (10 langkah utama).
B. Pengobatan penyakit penyerta Defisiensi vitamin A Dermatosis Parasit/cacing Tuberkulosis C. Kegagalan pengobatan Kegagalan pengobatan tercermin pada angka kematian dan kenaikan berat badan tidak adekuat pada fase rehabilitasi
D. Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas Dirumah harus diberi makanan tinggi energi (150 Kkal/kgBB/hari) dan tinggi protein (4-6 gr/KgBB/hari). Beri anak makanan yang sesuai (energi atau protein) dengan porsi paling sedikit 5 kali sehari Makanan selingan diantara makanan utama Suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit Teruskan ASI.
E. Tindakan pada kegawatan Syok cairan intravena Cairan intravena : Dekstrosa 5 % : NaCl 0,9 % (1:1) atau larutan Ringer dengan kadar dekstrose 5 % sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama. Evaluasi setelah 1 jam.
Komplikasi Pada anak dengan gizi buruk dapat ditemukan penyakit penyerta antara lain : Masalah pada mata Anemia berat Lesi kulit pada kwashiorkor Diare persisten (giardiasis dan kerusakan mukosa usus, intoleransi laktosa, diare osmotik)
Penyakit penyerta yang dapat terjadi pada obesitas adalah antara lain: Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler Diabetes Mellitus tipe-2 Obstruktive sleep apnea Gangguan ortopedik Pseudotumor serebri
Prognosis Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian
sering disebabkan oleh karena infeksi, sering tidak dapat dibedakan antara kematian karena infeksi atau karena malnutrisi sendiri. Prognosis
tergantung
dari
stadium
saat
pengobatan
mulai
dilaksanakan. Dalam
beberapa hal walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila
penyakitnya progesif kematian tidak dapat dihindari, mungkin disebabkan perubahan yang irrever-sibel dari set-sel tubuh akibat under nutrition
THANK YOU