Loading documents preview...
Cognitive Behavior Therapy (CBT) untuk Mengatasi Gangguan Obsesif-Kompulsif Penyaji : Viny Rahma Pratiwi 1610221056 Marlin Feriani Sormin 1610221061 Pembimbing : Letkol CKM dr. Bagus Sulistyo Budhi, SpKJ, Mkes Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Jiwa Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Periode 17 April 2017 – 20 Mei 2017
Abstrak • Angka prevalensi gangguan obsesif kompulsif di masyarakat masih relatif kecil, namun tidak dapat diabaikan • Tujuan referat ini adalah untuk melihat apakah Cognitive Behavior Therapy (CBT) efektif utk mengatasi gangguan obsesif kompulsif • Dengan cara membandingkan tiga jurnal penelitian mengenai efikasi CBT dalam penanganan gg obsesif kompulsif • CBT dapat dilakukan bersamaan dengan farmakologi • Maksud dan tujuan pemberian CBT adalah mengubah pemikiran negatif menjadi positif • Kombinasi CBT dengan ERP (Exposure and Response Prevention) terbukti mencapai angka efikasi yg lebih tinggi
Pendahuluan • Setiap orang pernah memiliki pemikiran dan perilaku yang negatif atau mengganggu ketika mengalami distres • Perbedaannya : – Orang normal mampu menghentikan pemikiran negatif tersebut shg tdk mengganggu dirinya – Penderita gg obsesif kompulsif tidak dapat mencegah pemikiran tersebut, shg mengganggu dirinya
Obsesi
TerapiTujuannya Kognitif ?? Mengapa dengan CBT?
• pikiran, impuls dan ide yang mengganggu dan berulang yang untuk dan melihat apakah muncul dengan sendirinya tidak dapat dikendalikan
Fokusnya dari bagaimana Cognitive Behaviorcaranya Karena akar gangguan ini mengubah atau Therapypemikiran (CBT) efektif bersumber dari adanya keyakinan yang negatif untuk mengatasi kecenderungan membesarkebiasaan Kompulsi gangguan besarkan risikoobsesifatau hal-hal kompulsif buruk yang diyakininya akan • perilaku atau tindakan mental repetitif dimana seseorang merasa terjadi didorong untuk melakukannya dengan tujuan untuk mengurangi ketegangan yang dihasilkan pikiran-pikiran obsesif atau untuk mencegah terjadinya suatu bencana
Gangguan Obsesif Kompulsif • Obsesi dapat menjadi sangat kuat dan persisten sehingga dapat mengganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan distress serta kecemasan yang signifikan • Kompulsi seringkali sebagai jawaban terhadap pikiran obsesif dan muncul dengan cukup sering serta kuat sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan distress yang signifikan juga
cleaning
checking
Kategori kompulsi Tujuan untuk mencegah atau mengurangi kecemasan atau distres atau mencegah ketakutan keluar
• Gejala yg menyebabkan gg obsesif-kompulsif – Banyaknya waktu yg terbuang (>1 jam/hari) – Menyebabkan tekanan pd seseorang atau mengganggu atau mengurangi kualitas sosial, pendidikan atau fungsi okupasi
• Individu dg gg obsesif kompulsif mengalami kesulitan menghentikan pikiran negatif karena: – mengalami depresi atau selalu cemas dalam kesehariannya sehingga mudah memunculkan pikiran-pikiran negatif meski hanya berupa kejadian kecil – memiliki tendensi berpikir moralitas dan kaku, berpandangan bahwa pikiran-pikiran negatif adalah sesuatu yang tidak dapat diterima dan membuat mereka akan merasa cemas dan bersalah bila memiliki pemikiran negatif seperti itu – meyakini bahwa harus mampu mengontrol semua pikiranpikiran dan memiliki kesulitan untuk menerima bahwa setiap orang mempunyai pemikiran yang kadang-kadang memang menimbulkan perasaan takut atau cemas
Diagnosis Gg Obsesif-Kompulsif • Gambaran : Insight specifier • seseorang dengan gangguan obsesi kompulsi memiliki bermacam-macam derajat insight (kemampuan untuk mengenali bahwa apa yang dia yakini jelas dan mungkin tidak benar) • insight lebih buruk (ketika seseorang kebanyakan meyakini apa yang dia percayai dan perilakunya tidak perlu dipermasalahkan, meskipun bukti berkata sebaliknya) telah berhubungan dengan keluaran jangka panjang yang buruk.
Tic-related specifier • ketika seseorang memiliki kelainan tic atau pernah mengalaminya, menggambarkan kemungkinan pola berbeda dari kondisi penyerta, penyebab sakit dan penyebaran di keluarga
DSM-V Gg. Obsesif-Kompulsif
Terapi Farmakologis • Antidepresan trisiklik • Antidepresan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) – fluoxetine, citalopram, escitalopram dan sertalin
• Pilihan pertama sebagai terapi farmakologis SSRI – karena efek samping lebih minimal
• Penggunaan efektif SSRI – selama 4-12 minggu dan dengan dosis lebih besar
• Pengobatan dengan chlorperamine – dilanjutkan hingga 1 hingga 2 tahun, kemudian diturunkan perlahan
• Pilihan terapi kombinasi ditujukan – jika psikoterapi dengan monoterapi gagal atau pasien ingin pengobatan yang relatif singkat.
Cognitive Behavior Therapy (CBT) Dasar terapi kognitif ?? Karena kepercayaan dan isi pikiran yang
Sehingga mulai untuk meluruskan suatu tersebut pemikiran yang salah salah dan dikembangkannya teori memainkan disfungsional yang dipercaya kognitifperan dan perilaku menjadi akar permasalahan penting dalam pada kelainan obsesifterjadinya gangguan kompulsif obsesif-kompulsif.
CBT untuk mengatasi Gg. Obsesif Kompulsif Exposure with response prevention
Modeling
Teknik yg digunakan
Latihan relaksasi
Restrukturisa si kognitif
Pertama
Prosedur CBT
Latihan relaksasi, berupa relaksasi otot progresif untuk belajar menegangkan dan mengendurkan bermacam-macam kelompok otot serta belajar memperhatikan perbedaan antara rasa tegang dan rileks
Kedua Restrukturisasi kognitif, untuk mengurangi tingkat kecemasan subyek yang disebabkan oleh pemikiran negatif dan menggantikannya dengan pemikiran yang lebih positif
Ketiga Exposure with response prevention, untuk mengatasi gangguan obsesifkompulsif dimana ia memiliki keyakinan bahwa ia harus melakukan tingkah laku ritual yang biasa dilakukannya (bila tidak akan menimbulkan “bahaya”) namun mereka dicegah untuk tidak melakukan ritual itu
Penilaian dan Pengukuran Pra Terapi Pasca Terapi
• untuk mengetahui bagaimana pola pemikiran obsesif •dan dilakukan setelah keseluruhan terapi selesai tingkahsegera laku kompulsif subyek yang selama ini diberikan dilakukan
Tahap Tindak Selama Terapi Lanjut • dilakukan dua minggu setelah pasca terapi (tindak lanjut • dilakukan menerus pada setiap sesi(tindak selamalanjut terapi ke-1) dan terus satu bulan setelah pasca terapi berlangsung dimulai setelah teknik relaksasi dan ke-2) restrukturisasi kognitif diberikan • untuk mengetahui apakah perubahan pemikiran obsesif • Dinilai apakah subyek mampu menghasilkan dan tingkah laku kompulsi subyek yang terjadialternatifselama alternatif pemikiranrelatif yang menetap semula negatif terapi berlangsung setelahmenjadi terapi lebih positif dihentikan
Penilaian dan Pengukuran • Penilaian dan pengukuran dilakukan untuk mengetahui apakah teknik-teknik terapi kognitif-tingkah laku yang telah diterapkan efektif untuk mengatasi gangguan obsesif-kompulsif subyek • Evaluasi dengan : – behavioral (melakukan pengukuran) – non behavioral (dengan menanyakan kepada subyek).
Exposure and Response Prevention (ERP) • Merupakan terapi untuk gangguan obsesif-kompulsif yang paling popular dan masih banyak digunakan hingga saat ini.
• Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif akan diberikan stimulus yang dapat merangsang obsesi mereka, dan kemudian membantu mereka untuk tidak bereaksi dengan cara kabur atau dengan melakukan kompulsi mereka sedikit demi sedikit menghilangkan respons ketakutan dari pasien
Hasil Penelitian 1 • Studi kasus pada perempuan usia 20 tahun dg gg obsesif kompulsif selama 5 tahun • Tujuan penelitian untuk menilai efektivitas CBT pada penderita gangguan obsesif-kompulsif • Metode dengan latihan relaksasi, rekonstruksi kognitif, dan yang terakhir dengan ERP.
• Setelah terapi selama 1,5 bulan intensif (9 sesi) delapan hari berturut-turut mulai dari berlatih relaksasi, restrukturisasi kognitif hingga melakukan exposure – Awal exposure ke-1 subyek masih memiliki pemikiran yang obsesif, namun semakin hari pemikiran yang lebih rasional dapat dimunculkan subyek untuk menggantikan pemikiran yang obsesif itu – Hanya saja, pada aktivitas mencuci baju subyek masih membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat memunculkan pemikiran yang lebih rasional. Hal ini dapat dipahami mengingat aktivitas mencuci baju yang kompulsif ini paling lama diderita oleh subyek
setelah exposure selama delapan hari berturut-turut, hasil menunjukkan bahwa perilaku kompulsif subyek cenderung menurun.
Hal ini berarti bahwa terapi yang diterapkan pada subyek dapat mengurangi frekuensi perilaku kompulsifnya dari hari ke hari
Penurunan yang berarti terlihat pada kecemasan saat melakukan aktivitas mengunci pintu dan mencuci tangan dan kaki
Hasil Penelitian 2 • Menguji hasil penatalaksanaan penderita Gg Obsesif Kompulsif dengan menggunakan kombinasi antara golongan SRI (Serotonin Reuptake Inhibitor) dan terapi kognitif perilaku modifikasi 5 sesi.
• Pasien, laki-laki, berusia 18 tahun diantar oleh ibunya ke poliklinik jiwa karena sering mengulang-ulang suatu perbuatan, yang sudah mengganggu pasien dan orang lain
• Pemeriksaan status mental didapatkan adanya pikiran berulang yang mengganggu dan harus dikerjakan agar merasa lega • Setelah dilakukan penatalaksanaan dengan menggunakan kombinasi antara golongan SRI (Serotonin Reuptake Inhibitor) dan terapi kognitif perilaku modifikasi 5 sesi, pasien mengalami perbaikan gejala klinis. • Diawali dengan Fluoxetin 1 x 20 mg pada minggu pertama dan dosis dinaikkan menjadi 1x40 mg pada minggu ke 2 hingga selama masa follow up.
Sesi 1
• assesmen dan diagnosis awal serta kesepakatan untuk melakukan terapi kognitif perilaku sebanyak 5 sesi
Sesi 2
• Emosi negatif, pikiran otomatis dan keyakinan utama yang berhubungan dengan gangguan.
Sesi 3
• Emosi negatif, pikiran otomatis dan keyakinan utama yang berhubungan dengan gangguan.
• Kesimpulan Penelitian 1 – Farmakoterapi bersama dengan terapi kognitif pada penderita gg obsesif kompulsif hasilnya baik
Hasil Penelitian 3 • Perempuan 23 tahun dengan gg obsesif kompulsif • Hasilnya pasien mampu mengubah pemikiran negative nya menjadi pikiran positif. • Metode : – Wawancara – Observasi – SSCT (Sack Sentence Completion Test)
Wawancara • untuk mengungkap berbagai hal terkait dengan masalah subjek, seperti riwayat kehidupan, riwayat masalah.
Observasi • untuk mengetahui berbagai perilaku subjek dalam berbagai situasi, termasuk bagaimana kehidupan sehari-hari subjek dalam berperilaku dan berinteraksi dengan lingkungannya.
SSCT (Sack Sentence Completion Test) • untuk mengungkap dinamika kepribadian subjek dalam hubungan interpersonal
Kesimpulan • Dari hasil terapi cognitive behavior (CBT) diperoleh hasil bahwa subjek mampu mengubah pemikiran negative nya menjadi pikiran positif
• Setelah dilakukannya restrukturisasi kognitif selanjutnya subjek di berikan flooding dimana subjek langsung dihadapkan pada kondisi yang tidak disukai oleh subjek namun subjek sudah memberanikan diri dan menyadari bahwa apa yang dia pikirkan sebelumnya tersebut tidak sesuai dengan kenyataannya
Kesimpulan • Kesalahan persepsi dan pengolahan informasi inilah yang memicu timbulnya automatic thoughts. • Pikiran-pikiran ini muncul secara cepat, spontanitas dan menimbulkan kesalahanan interpretasi Cognitive Behavior Therapy (CBT) atau persepsi terhadap situasisimptom serupa yang dapat mengurangi OCD,dialaminya yang • Tahapan ditunjukkan terapi dengan menurunnya – restrukturisasi kognitif dengan cara menentang distorsitingkatketika kecemasan, pemikiran negatif distorsinya tidak mencuci tangan setelah memegang dan akan perilaku kompulsif. sesuatu itu tidak menimbulkan penyakit yang membuat subjek harus dirawat kerumah sakit. – Eksposur (flooding) subjek langsung dihadapkan pada kecemasan subjek seperti hal-hal yang kotor untuk mengurangi kecemasannya ketika diahidapkan pada situasi yang mengancamnya
Daftar Pustaka • • •
• • •
•
Andan Warih (2009). Cognitive and Behavior Therapy for Compulsive Obsessive Disorder. Mutiara Medika Vol. 9 No. 2:73-79. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Anisa Ary (2016). Terapi Perilaku Kognitif untuk Menangani Gangguan Obsesif Kompulsif : Studi Kasus. Seminar Asean 2nd Psychology and Humanity. Beck, A.T’ (1979). Cognitive therapy and the emotional disorders. Boston: Meridian, Penguin Books, Ltd. Davidson G.C., Neale J. M. dan Kring, 2004, Gangguan Ansietas dalam: Psikologi Abnormal, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kearney, C. A., & Trull, T. J. (2012). Abnormal Psychology and Life A Dimensional Approach. Delmont: Wadsworth, Cengage Learning Knapp, P., & Beck, A. T. (2008). Cognitive therapy: Foundations, conceptual models, applications and research. Journal of Psychiatry, 854-864. March J.S., Frances A., Carpenter D. and Kahn D.A., 2007, The Expert Consensus Guideline Series: Treatment of Obsessive-Compulsive Disorder, ocd guide line.htm
Daftar Pustaka • Nevid, J.S.; Rathus, S.A.. & Green, E.B. (2003). Psikologi abnormal. Edisi kelima. Jilid 1,Terjemahan. Jakarta: Erlangga • Nolen-Hoeksema, S. (2001). Abnormal psychology. Second Edition. New York: McGraw-Hill. • Sadock B.J. and Sadock V.A.(eds), 2000, Kaplan and Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry,7th ed, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia • Soewondo, S. (2003). Modul latihan relaksasi. Jakarta: Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia • Suryaningrum Cahyaning (2013). COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK MENGATASI GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. • Wright J.H., 2006, Cognitive Behavior Therapy: Basic Priciples and Recent Advances, The Journal of Lifelong Learning in Psychiatry