Loading documents preview...
REFERAT Yeni Tri Restiana 030.12.285 Pembimbing :
dr. Aji Pramudito, Sp.OG
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)
PENDAHULUAN
BAB I
– Kehamilan ektopik merupakan keadaan emergensi yang menjadi penyebab kematian maternal selama kehamilan trimester pertama – Kehamilan ektopik terganggu (KET) merupakan penyebab 1 dari 200 (5-6%) mortalitas di negara maju , angka kejadian KET di Indonesia diperkirakan tidak jauh berbeda dengan negara maju, menurut WHO. – Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus – Banyak faktor risiko yang berperan terhadap kejadian kehamilan ektopik terganggu. – Di negara berkembang bantuan medis mungkin tidak mudah didapat oleh pasien, sehingga komplikasi kehamilan ektopik menjadi sulit ditangani dan dalam beberapa kasus mengakibatkan kematian
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
– Kehamilan ektopik didefinisikan sebagai kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri – Kehamilan Ektopik terganggu (KET) adalah keadaan di mana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien disertai gejala akut abdomen – TRIAS KET : amenore, nyeri abdomen akut dan perdarahan pervaginam.
– menurut WHO tahun 2007, kehamilan ektopik adalah penyebab hampir 5% kematian ibu hamil di negara maju
– Dengan 60.000 kasus tiap tahun atau 3% dari populasi masyarakat, angka kejadian KET di Indonesia diperkirakan tidak jauh berbeda dengan negara maju, menurut WHO. – Kehamilan ektopik sebagian besar terjadi pada wanita berusia 2040 tahun (rata-rata berusia 30 tahun).
Usia
Paritas Tingkat Pendidikan
Riwayat penyakit dahulu
Ras Riwayat kotrasepsi Sosioekonomi
FAKTOR RISIKO BERDASARKAN DERAJAT BERAT RISIKO TINGGI
RISIKO SEDANG
RISIKO RENDAH
• • • •
riwayat infeksi genitalia • Resiko KET meningkat pada usia maternal antara 35-44 tahun tahun dibandingkan 1524 tahun)
•Riwayat operasi pelvik/abdominal (appedisitis akut, tumor/kista ovarium, aborsi inkomplit/komplit) •Merokok
rekonstruksi tuba, riwayat KET sebelumnya IUD patologi tuba
Faktor Tuba
Kehamilan ektopik terjadi karena adanya hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium, faktorfaktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain
Faktor Abnormalitas zigot
Faktor Ovarium
Faktor Hormonal
Faktor Lainnya
Terdapat beberapa penyebab yang menyebabkan pembuahan tidak dapat mencapai pada tempatnya, yaitu penyempitan saluran tuba sehingga embrio akan tumbuh di saluran tuba dan akan mengalami proses kehamilan pada umumnya. Karena tuba bukan merupakan suatu media yang baik untuk pertumbuhan embrio, maka pertumbuhan dapat mengalami beberapa perubahan dalam bentuk berikut:
1. Tuba
2. 3. 4. 5. 6.
Fallopi (95%) : Pars Ampularis (55%) Pars Isthmus (25%) Pars Infundibullum Fimbriae (17%) Pars intertisialis (2%) Kanalis servikalis Ovarium Intraligamen Abdominal Heterotropik
Temuan yang umum dijumpai sebagai berikut :
Nyeri
Perdarahan abnormal
Perubahan uterus
Amenore
Tandatanda vital
ANAMNESIS PEMERIKSAAN UMUM PEMERIKSAAN LABORATORIUM PEMERIKSAAN GINEKOLOGI Ultrasonografi KULDOSENTESIS Kuretase Laparoskopi
Infeksi Pelvis
Abortus Ruptur Korpus Luteum
Appendisitis
Torsi Kista Ovarium
– Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi eksplorasi. Dalam tindakan demikian beberapa hal perlu diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu : – Kondisi pasien saat itu – Keinginan pasien akan fungsi reproduksinya
– Lokasi kehamilan ektopik
PEMBEDAHAN
Salpingostomi Linier
PEMBEDAHAN
Reseksi Segmental
PEMBEDAHAN
Salpingektomi
PEMBEDAHAN
Salpingoooforektomi
MEDIKAMENTOSA Pada kasus kehamilan ektopik pada pars ampularis tuba yang belum ruptur yang dapat ditangani dengan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan, kriteria kasus yang dapat diobati dengan cara ini antara lain : 1. Kehamilan di pars ampularis tuba dan belum pecah 2. Diameter kantong gestasi < 4 cm
3. Perdarahan dalam rongga perut < 100 ml 4. Tanda vital baik dan stabil Obat yang digunakan adalah metotreksat 1mg/kg I.V dan factor sitrovorum 0,1 mg/kg I.M selangseling setiap hari selama 8 hari.
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Pada umunya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral. Sebagian perempuan menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik berulang sekitar 14,6 %
DAFTAR PUSTAKA – Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2008. Bab 37, Kehamilan ektopik; hal 474-483. – Berek J. Berek & Novak’s Gynecology. Edisi ke-15. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2012.
– Cunningham FG, Macdonald PC, Gant NF. Kehamilan Ektopik. Dalam: Obstetri William (William’s Obstetri). Edisi XVIII. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005; 599-26. – Suryawan A, Gunanegara H, Sastrawinata U. Profil penderita kehamilan ektopik terganggu periode1 Januari 2003 – 31 Desember 2004 di RS Immanuel Bandung. JKM. 2007;6(2):1-3 – Fitriany AN, Sukarya WS, Nuripah G. Hubungan antara usia, paritas dan riwayat medik dengan kehamilan ektopik terganggu. Prosiding pendidikan dokter. Indonesia, Bandung, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung; 2015 – Wiknjosastro,H. Kehamilan Ektopik. Dalam Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo, 2000; 198-204 – Ayu G, Carolia N. Kehamilan Ektopik. J Medula Unila. 2016; 5(1) ; 61-62
– Pai V, D’Cunha D, Nagesh KR.2016. Sudden Death Associated with Rupture Of Ectopic Pregnancy. Case Report of J Punjab Acad Forensic Med Toxicol 2016;16(1)
– Universita Sriwijaya. Kehamilan Ektopik. Diakses dari http:/digilib.unsri.ac.id/download/kehamilanektopik.pdf pada tanggal 15 juni 2017 – Berek J. Berek & Novak’s Gynecologi. Edisi ke-15. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins: 2012 – Suryawan A, Gunanegara H, Sastrawinata U. Profil Penderita Kehamilan Ektopik Terganggu periode 1 januari 2003 – 31 Desember 2004 di RS Immanuel Bandung. JKM. 2007;6(2):1-3 – Fitriany AN, Sukarya WS, Nuripah G. Hubungan antara usia, paritas dan riwayat medik dengan kehamilan ektopik terganggu. Prosiding pendidikan dokter. Indonesia, Bandung, Fakultas Kedokteran Islam Bandung: 2015 – Aling DMR, Kaeng JJ, Wanthania J. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi dengan kehamilan ektopik terganggu di BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kondou Manado Periode 2009-2013. Nurnal e-clinic (eCI). 2014;2(3) – Nama V, Manyonda I. Tubal ectopic pregnancy: diagnosis and management. Arch Gynecol Obstet. 2009 Apr; 279(4):44353.
– Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. editor ketua, Abdul Bari Saifuddin, editor, Trijatmo Rachmhadhi, Gulardi H. Wiknjosastro. Ed. 4. Cet. 4. Jakarta : PT Bina Pustaka 2014 – Chunningham, Leveno, Hauth B, Rouse, Spong. Obstetri Williams. 23th Ed. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 2013 – Bouyer J. Epidemiology of ectopic pregnancy: incidence, risk factors and outcomes. J Gynecol Obstet Biol Reprod. Paris 2003 – Epidemiologi kehamilan ektopik terganggu. Available at http://www.klinikindonesia.com/kehamilanektopik-terganggu/epidemiologi.php Access on June 18 2017 – Fitriany AN, Sukarya WS, Nuripah G. Hubungan antara usia, paritas dan riwayat medik dengan kehamilan ektopik terganggu. Prosiding pendidikan dokter. Indonesia, Bandung, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung; 2015.
– Suryawan A, Gunanegara RF, Hartanto H, Sastrawinata US. Artikel penelitian: profil penderita kehamilan ektopik terganggu Periode 1 Januari 2003 sampai 31 Desember 2004 di RS Immanuel Bandung.JKM. 2007; 6(2):33-6. – Aling DMR, Kaeng JJ, Wanthania J. Hubungan penggunaan kontrasepsi dengan kehamilan ektopik terganggu di BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Periode 2009–2013. Jurnal e-Clinic (eCl). 2014; 2(3). – Prawirohardjo,S.Kehamilan Ektopik dalam Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka.Jakarta: 2009 – Kehamilan Ektopik. Available at http://digilib.unsri.ac.id/download/kehamilanEktopik.pdf Access on June 18 2017. – Priwarohardjo S. Ilmu Bedah Kebidanan. Editor ketua, Wiknjosastro H, Editor Saifudin A, Rachimhadhi T. Ed. 2, Cet.6.ayasan Bina Pustaka.2005 –