Loading documents preview...
REFERAT KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
Di Susun Oleh: Esterlita Dessy Djuliana 406171056
Pembimbing : dr. Cipta Pramana, Sp.OG (K)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN FK UNTAR RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG 2018
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
1.1 DEFINISI Kehamilan dengan implantasi yang terjadi di luar rongga uterus. Tuba fallopi merupakan tempat tersering terjadinya implantasi kehamilan ektopik.
Gambar 1. Tempat Kejadian Kehamilan Ektopik
1.2 EPIDEMIOLOGI Kejadian kehamilan ektopik tidak sama diantara center pelayanan kesehatan. Di Indonesia kejadian sekitar 5-6 per seribu kehamilan. Patofisiologi terjadinya kehamilan ektopik tersering karena sel telur yang sudah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium tersendat sehingga embrio sudah berkembang sebelum mencapai kavum uteri dan akibatnya akan tumbuh diluar rongga rahim. Bilakemudian tempat nidasi tersebut tidak dapat menyesuaikan diri dengan besarnya buah kehamilan,
akan terjadi ruptur dan menjadi kehamilan ektopik terganggu. Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan dapat dibagi menjadi 5 bagian yaitu:
Kehamilan tuba, meliputi 95% terdiri atas, pars ampularis (55%), pars ismika (25%), pars fimbriae (17%) dan pars interstitialis (2%)
Kehamilan ektopik lainnya (<5%) antara lain terjadi diserviks uterus, ovarium atau abdominal.
Kehamiilan intraligamenter, jumlahnya sangat sedikit
Kehamilan heterotopik, merupakan kehamilan ganda dimana satu janin berada dikavum uteri sedangkan yang lain merupakan kehamilan ektopik. Kejadian sekitar satu per 15.000-40.000 kehamilan.
Kehamilan ektopik bilateral. Kehamilan ini pernah dilaporkan walaupun sagat jarang terjadi.
1.3 FAKTOR PREDISPOSISI a. Riwayat operasi tuba sebelumnya b. Riwayat kehamilan ektopik c. Terpapar obat diethylstilbestrol intrauterin d. Riwayat infeksi panggul e. Pengoatan pada infertilitas f. Merokok g. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
1.4
ETIOLOGI Etiologi sudah banyak disebutkan karena secara patofisiologi mudah
dimengerti sesuai dengan proses awal kehamilan sejak pembuahan sampai nidasi. Bila nidasi terjadi diluar kavum uteri atau diluar endometrium, maka terjadilah kehamilan ektopik. Dengan demikian, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam nidasi
embrio ke endometrium menjadi penyebab kehamilan ektopik ini. Faktorfaktor tersebut adalah:
Faktor tuba Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba menyempit atau buntu. Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan saluran tuba berkelok-kelok panjang dapat menyebabkan fungsi silia tidak berfungsi dengan baik. Faktor tuba lainnya yaitu kelainan endometriosis tuba atau divertikel saluran tuba bersifat kongenital. Adanya tumor disekitar saluran tuba misalnya, mioma uteri, tumor ovarium yang menyebabkan perubahan bentuk dan patensi tuba
Faktor abnormalitas dari zigot Apabila tumbuh terlalu cepat atau dengan ukuran tambah besar,maka zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba,kemudian terhenti di saluran tuba
Faktor Ovarium Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral, dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.
Faktor Hormonal Pil
KB
yang
hanya
mengandung
progesterone
dapat
mengakibatkan gerakan tuba melambat.
Faktor lain Termasuk disisi antara lain adalah pemakai IUD dimana proses peradangan yang dapat timbul pada endometrium dan endosalping dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
1.5 PATOFISIOLOGI KEHAMILAN TUBA Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain : ampula tuba (paling sering), isthmus, pars interstitial, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen,serviks dan ligamentum kardinale. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumner tuba maupun secara interkolumner. Pada keadaan yang pertama zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot endosalping yang relative sedikit mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian diresorbsi. Pada implantasi interkolumner, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Vili khorialis dengan mudah menembus endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah ditempat tersebut. Selanjutnya hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas. Karena tempat implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, maka kemungkinan yang bisa terjadi adalah: a. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya terlambat beberapa hari. b. Abortus dalam lumen tuba Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh vili khorialis pada dinding tuba ditempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding bersama dengan robeknya kapsul pseudokapsularis. Pelepasan dapat terjadi sebagian atau seluruhnya, bergantung pada derajat perdarahan yang timbul.
c. Ruptur dinding tuba Ruptur tuba sering terjadi bila ovarium berimplantasi pada isthmus dan biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada interstitialis terjadi pada kehamilan lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan vili khorilais ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan seperti koitus, dan pemeriksaan vaginal. Dapat terjadi perdarahan sedikit atau banyak bisa menyebabkan kematian dan syok. Bila pseudokapsularis pecah maka akan terjadi perdarahan dalam lumen tuba. Darah dapat mengalir kedalam rongga perut melalui ostium tuba abdominal. Bila pada abortus dalam tuba ostium tersumbat, ruptur sekunder dapat terjadi. Dinding tuba yang telah menipis oleh invasi trofoblas,pecah karena tekanan darah dalam tuba. Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong amnion dan dengan plasenta masih utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut, dan dengan plasenta masih utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut, sehingga akan terjadi
kehamilan
abdominal
sekunder.
Untuk
mencukupi
kebutuuhan makanan bagi janin,plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya kejaringan sekitarnya, misalnya ke sebagian uterus, ligamentum latum,dasar panggul dan usus.
1.6 Tanda dan Gejala Kehamilan Ektopik Kehamilan Ektopik -
Kehamilan Ektopik Terganggu
Gejala kehamilan awal
-
Gelisah
(flek
perdarahan
-
Tanda-tanda syok
mual,
-
Hipotensi
payudara,
-
Abdomen akut dan nyeri
atau
irreguler, pembesaran
pembesaran uterus) -
pelvis
Nyeri abdomen dan pelvis
-
Distensi abdomen
-
Nyeri lepas
-
Pucat
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu
Anamnesis :riwayat terlambat haid, nyeri perut bawah,ada keluhan seperti masuk angin, ada perdarahan atau flek-flek
Pemeriksaan fisik : Keadaan umum : pucat, kesakitan dan anemis Vital sign : hipotensi, nadi cepat dan kecil Terdapat tanda-tanda pre syok atau syok Abdomen : nyeri tekan, nyeri lepas dan distensi abdomen
Pemeriksaan ginekologi VT
:kadang
disertai
fluksus,
ostium
uteri
eksternum
tertutup,uterus membesar, slinger pain (nyeri goyang serviks). Kadang teraba massa
di
adneksa atau kavum
douglasi
(hematokel).
Laboratorium Plano test + dan Hb rendah
USG transvaginal, dimungkinkan adanya kehamilan ektopik apabila: kadar hCG tinggi (>2000 mIU/ml) dan tidak didapatkan adanya kantong kehamilan intrauterine.
Bila ditemukan aktifitas menyerupai denyut jantung janin diadneksa. Adanya massa dituba lebih dari 3,5 cm dengan denyut jantung atau massa dengan ukuran 4 cm tanpa aktifitas denyut jantung. Gambaran USG pada kehamilan ektopik terganggu: tidak ditemukan kantong kehamilan intrauterine, terdapat gambaran kantong kehamilan di luar uterus yang ireguler (tidak teratur), dsertai gambaran cairan bebas retrouterina.
1.7 Diagnosis Banding Diagnosis banding kasus nyeri abdomen pada wanita usia reproduksi adalah : a. Berhubungan dengan kehamilan : kehamilan ektopik, abortus spontan. b. Kasus giinekologi : endometriosis, infeksi panggul, tubo ovarial abses, endometritis, keganasan ovarium, torsio kista ovarium, ruptur kista ovarium dan mioma uteri. c. Non-ginekologi : appendicitis, obstruksi usus, diverticulitis, infeksi saluran kencing, pielonefritis, nefrolitiasis.
1.8 Pengelolaan Kehamilan Ektopik a. Konservatif : bila kadar hCG rendah atau menghilang b. Pemberian metrotexat (MTX) : diameter tuba kecil (<3,5 cm), tidak ada denyut jantung janin, konsentrasi hCG <5000 IU/mL,pemeriksaan hCG serial. c. Operatif:
bila
terjadi
Terganggu/KET),kontraindikasi
ruptur
(Kehamilan
pemberian
MTX,kegagalan
pemberian terapi. d. Operasi: laparoskopi dan laparotomi e. Pilihan laparoskopi atau laparotomi tergantung dari:
Stabil tidaknya hemodinamik pasien
Ektopik
Ukuran dan lokasi dari massa kehamilan
Kompetensi operator
f. Indikasi dilakukan laparatomi jika: -
Keadaan umum pasien tidak stabil
-
Kehamilan
ektopik
di
kornu,
tuba
pars
interstitial,ovarium atau kehamilan intra abdominal. -
Kehamilan ektopik dengan perlengketan luas dipelvis atau abdomen
1.9 Prognosis Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Pada umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral. Sebagian perempuan menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik yangberulang dilaporkan antara 0% sampai 14,6%. Untuk perempuan dengan anak sudah cukup,sebaiknya pada operasi dilakukan salpingektomi bilateral.
DAFTAR PUSTAKA 1. Pramana, Cipta. Serie Praktis Ilmu Kandungan (Ginekologi). CP Production. 2014. 2. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2014