Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN Nyeri
merupakan
pengalaman
sensorik
multidimensi
yang
tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Kelompok studi nyeri Perdossi menterjemahkan definisi nyeri yang dibuat IASP (International Association The Study of Pain) sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Epigastrium adalah bagian abdomen tengah atas. Nyeri epigastrium adalah nyeri yang berhubungan dengan rasa tajam dan terlokalisasi yang dirasakan oleh seseorang pada daerah tengah atas perut. Rasa nyeri di perut tengah atas dapat disebabkan oleh kelainan organ dalam rongga abdomen maupun organ dalam rongga thoraks. Organ di dalam rongga abdomen yang sering memberikan keluhan nyeri di perut atas, antara lain traktus gastrointestinal (lambung, duodenum, usus halus, usus besar), hepar, empedu dan pankreas. Sedangkan organ dalam rongga thoraks yang sering memberikan keluhan nyeri di perut atas adalah esofagus dan jantung. Nyeri ulu hati atau nyeri epigastrium merupakan keluhan yang sering sekali ditemukan dalam praktek sehari-hari. Kebanyakan didiagnosis penyakit lambung. Sebetulnya organ-organ di daerah epigastrium tidak spesifik mengakibatkan keluhan nyeri di daerah epigastrik, tapi umumnya perut bagian atas (kanan atas, epigastrik, kiri atas).
Diantara
penyakit-penyakit
organ
itu
ada
yang
merupakan
kasus
kegawatdaruratan (perforasi duodenum, appendisitis, kelainan empedu (batu empedu/radang kandung empedu), pankreatitis, infark miokard) dan ada yang non gawat darurat (gastritis/maag, tukak lambung, kanker lambung, tukak duodenum, hepatitis, abses hepar, kanker hepar, kanker esofagus). Rasa nyeri atau rasa tidak enak di epigastrium merupakan keluhan umum yang sering ditemukan yang disebabkan kelainan organ di dalam rongga perut. Untuk menentukan diagnosa rasa nyeri atau rasa tidak enak di epigastrium. harus dilakukan pengambilan anamnesa yang secermat cermatnya, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1
2.1. Anatomi Daerah epigastrium merupakan sebutan untuk pembagian regio abdomen (perut). Abdomen atau perut sendiri, merupakan daerah trunkus (batang tubuh) yang terletak pada bagian kaudal atau bagian bawah dari thorak (dada) dan diatas dari pelvis atau panggul. Pembagian abdomen sendiri dibagi atas kuadran dan regio. Pada pembagian kuadran, maka abdomen dibagi atas kuadran kanan atas, kuadran kiri atas, kuadran kanan bawah dan kuadran kiri bawah. Pembagian abdomen secara kuadran ini merupakan pembagian yang tidak spesifik dan dibagi berdasarkan dua buah garis yang saling tegak lurus melalui umbilikus (pusat). Pembagian abdomen secara regio, merupakan pembagian yang spesifik. Pada pembagian abdomen secara regio, maka abdomen di bedakan atas 9 regio, yaitu regio hypochondrium dextra, Epigastrium, Hypochondrium sinistra, Lumbaris
dextra,
Umbilicalis,
Lumbaris
sinistra,
Inguinalis
dextra,
Hypogastrium / Suprapubicum, dan regio Inguinalis sinistra. Pembagian 9 regio abdomen ini di bagi berdasarkan 2 garis horizontal dan 2 garis vertikal. Garis horizontal yang pertama yaitu dari arcus atau lengkung iga ke-11 kanan dan kiri di tarik garis sejajar, garis horizontal ke dua yaitu di tarik garis dari SIAS kanan dan kiri atau setara dengan vertebrata lumbal 5. Sedangkan dua garis vertikal yaitu, garis vertikal pertama di tarik dari linea midclavicula sinistra sampai setengah ligamentum inguale sinistra dan garis vertikal yang kedua yaitu dari linea mid clavicula dextra sampai setengah ligamentum inguale dextra.
Gambar Pembagian abdomen 4 kuadran Metode Kwadran
2
2.2. Definisi Nyeri merupakan pengalaman sensorik multidimensi yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Kelompok studi nyeri Perdossi menterjemahkan definisi nyeri yang dibuat IASP (International Association The Study of Pain) sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
3
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Epigastrium adalah bagian abdomen tengah atas. Nyeri epigastrium adalah nyeri yang berhubungan dengan rasa tajam dan terlokalisasi yang dirasakan oleh seseorang pada daerah tengah atas perut. Rasa nyeri di perut tengah atas dapat disebabkan oleh kelainan organ dalam rongga abdomen maupun organ dalam rongga thoraks. Organ di dalam rongga abdomen yang sering memberikan keluhan nyeri di perut atas, antara lain traktus gastrointestinal (lambung, duodenum, usus halus, usus besar), hepar, empedu dan pankreas. Sedangkan organ dalam rongga thoraks yang sering memberikan keluhan nyeri di perut atas adalah esofagus dan jantung. 2.3. Etiologi a. Beberapa organ di dalam rongga perut yang sering memberikan keluhan nyeri epigastrik antara lain : 1. Kelainan di lambung
:
Gastritis akuta dan kronika, ulkus lambung dan kanker lambung. 2. Kelainan di usus halus, yang tersering adalah; duodenum, usus buntu : Kelainan di duodenum yang sering memberikan keluhan nyeri perut atas adalah duodenitis dan ulkus duodeni 3. Kelainan di hati : Hepatitis virus, abses hati, dan kanker hati. 4. Kelainan di kandung empedu dan salurannya : Batu empedu (kholilitiasis), batu disaluran empedu (kholedokholitiasis) dan kholesistitis 5. Kelainan di pancreas : Pankreatitis baik akuta maupun kronika, dan kanker pancreas
b. Organ di dalam rongga dada yang sering memberikan keluhan nyeri atau tidak enak di perut atas, antara lain 1. Kalainan di esophagus 2. Kelainan di jantung 2.4. Patofisiologi
4
Rasa sakit perut, baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu bersumber pada : 1. Visera perut 2. Organ lain di luar perut 3. Lesi pada susunan saraf spinal 4. Gangguan metabolik 5. Psikosomatik Traktus gastrointestinal memiliki sistem persarafan sendiri yang disebut sistem saraf enterik. Sistem ini seluruhnya terletak di dinding usus, mulai dari esophagus sampai ke anus. Sistem saraf enterik terdiri atas dua pleksus (1) pleksus bagian luar yang terletak di antara lapisan otot longitudinal dan sirkular, disebut pleksus mienterikus atau pleksus auerbach, dan (2) satu pleksus bagian dalam, disebut pleksus submukosa atau pleksus meissner, yang terdapat
didalam
submukosa.
Terdapat
serabut-serabut
simpatis
dan
parasimpatis ektrinsik yang berhubungan ke kedua pleksus mienterikus dan submukosa.
Ujung-ujung saraf simpatis
yang
berasal dari
epitelium
gastrointestinal atau dinding usus dan mengirimkan serabut-serabut aferen ke kedua pleksus sistem enterik, dan (1) ke ganglia prevertebra dan sistem saraf simpatis, (2) ke medulla spinalis, (3) ke dalam saraf vagus menuju batang otak. Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistim saraf otonom pada mukosa usus. Jaras saraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa sakit lebih menyebar dan lebih lama dari rasa sakit yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A. Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan muskularis dan serosa dari organ di abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju ke talamus, kemudian ke konteks serebri. Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan ambang batas nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dan visera abdomen atas (lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu) mencapai medula spinalis pada segmen thorakalis 6, 7, 8 serta dirasakan didaerah epigastrium.
5
Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen Th 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genitalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen Th 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah supra publik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen stomatis ke radiks spinals segmentalis. Mekanisme timbulnya sakit perut, ialah : 1. Gangguan vaskuler. Emboli atau trombosis, ruptur, oklusi akibat torsi atau penekanan seperti pada kista ovarium terpuntir dan jepitan usus pada invaginasi. 2. Peradangan. Peradangan organ di dalam rongga peritonium menimbulkan rasa sakit bila proses peradangan telah mengenal peritoneum parietalis. Mekanisme perjalaran nyeri sama seperti peradangan pada umumnya yang disalurkan melalui persyarafan somatik. 3. Gangguan pasase. Nyeri bisa ditimbulkan oleh adanya gangguan pasase atau obtruksi organ yang berbentuk pembuluh, baik yang terdapat di dalam rongga peritoneal atau pun retroperitoneal. Bila pasase dalam saluransaluran tersebut terganggu akan timbul rasa sakit akibat tekanan intra lumen yang meninggi di bagian proksimal sumbatan. Sakit dirasakan hilang timbul atau terus menerus dengan puncak nyeri yang hebat (kolik). 4. Penarikan dan peregangan peritoneum viseralis. Penarikan dan peregangan pada peritoneum viseral dapat merangsang terjadinya nyeri yang bersifat tumpul (dull pain). Dalam prakteknya, keempat mekanisme timbulnya sakit perut jarang ditemukan sendiri-sendiri, tapi umumnya merupakan proses campuran. 2.5. Diagnosis a. Anamnesis
6
Anamnesis
merupakan
salah
satu
metode
yang
digunakan untuk mendiagnosis suatu penyakit, metode ini di lakukan melalui wawancara kepada pasien ataupun lewat orang yang mengantar pasien jika pasien tersebut tidak dapat berkomunikasi. Pada anamnesis akan di dapatkan identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin,dll) juga keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga. Yang harus ditanyakan pada anamnesa: 1) Bagaimana sifat nyeri tersebut: apakah ada rasa pedih, nyeri berdenyut-denyut, atau nyeri hebat, dll. Timbulnya rasa pedih yang berhubungan dengan makanan biasanya disebabkan oleh kelainan lambung dan duodenum. Rasa nyeri, disertai panas badan yang berdenyutdenyut
disebabkan
oleh
proses
inflamasi
dari
pankreas, kandung empedu, hati. Rasa nyeri yang hebat di daerah ulu hati yang menyebabkan
penderita
disebabkan perforasi
gelisah
ulkus
sekali,
peptikum,
dapat
pankreatitis
akuta. 2) Apakah
perasaan
nyeri
tersebut
menyebar
ke
punggung, ke bahu, atau ke dada. Timbulnya rasa nyeri di daerah epigastrium yang menyebar ke punggung biasanya disebabkan oleh kelainan di kandung empedu dan pankreas. Apalagi rasa nyeri kolik disertai penjalaran ke bahu kanan akan memperkuat kemungkinannya disebabkan oleh batu kandung empedu. Lain
halnya
bila
menjalar
ke
dada
yang
dapat
mengakibatkan sesak nafas, hal ini dapat disebabkan oleh kelainan esofagus dan jantung. 7
3) Sejak kapan penderita mengeluh rasa nyeri, pedih atau tidak enak di perut atas? Apakah perasaan tersebut terus menerus,
menetap, hilang timbul, dipengaruhi
oleh
perubahan posisi. Rasa
nyeri
di
dirasakan berkurang
perut
atas
yang
berat,
pada
posisi
membungkuk,
biasanya disebabkan oleh kelainan pankreas. Adanya nyeri yang dirasakan selama atau setelah makan atau jika berbaring terlalu cepat setelah makan.
Ini
merupakan
gejala
umum
penyakit
gastroesophageal reflux (GERD). 4) Di samping keluhan nyeri, pedih tidak enak di perut atas, apakah ada keluhan lain seperti: mual, muntah, rasa panas seperti terbakar di perut, perut kembung, nafsu makan berkurang, sesak nafas. Misalnya pada pankreatitis, nyeri akut yang menyebar ke belakang. Biasanya disertai dengan muntah. Rasa sakit bisa dikurangi dengan duduk ke depan. 5) Apakah penderita dapat melakukan defekasi secara teratur? Misalnya pada penyakit Irritable Bowel Syndrome atau Sindrom Iritabilitas Usus yang berjalan selama 3-6 bulan, penderita biasanya lega dengan defekasi, atau berhubungan dengan frekuensi tinja atau konsistensi. Dengan
melakukan
anamnesa
secermat-cermatnya
akan mudah dapat menentukan kelainan salah satu organ yang memberikan keluhan rasa nyeri, pedih, tidak enak di daerah epigastrium. b. Pemeriksaan Fisik Tanda Vital : Tanda vital kadang sering terlewat, terutama pada kasus darurat. Tekanan darah yang menurun dapat menandakan kasus
8
perforasi, atau infark miokard. Nadi yang teratur, cepat dan lemah menandakan syok seperti pada kasus perforasi/peritonitis, sedangkan jika irreguler menandakan infark miokard. Nafas cepat juga menandakan perforasi/peritonitis, appendicitis. Suhu febris menandakan cholecystitis, cholangitis, atau jika perforasi (tukak duodenum/appendicitis) sudah mengakibatkan peritonitis. Mata : Konjunctiva yang anemis menandakan penyakit kronis, seperti keganasan/kanker. Sklera ikterik terdapat pada hepatitis dan cholangitis. Status lokalis o Inspeksi : cullen’s sign (daerah kebiruan pada periumbilical) dan grey turner’s sign (daerah kebiruan pada bagian flank) merupakan tanda pankreatitis. o Palpasi : Kebanyakan kasus nyeri epigastrik atau nyeri perut atas akan didapatkan nyeri tekan. Ada beberapa teknik palpasi khusus yaitu murphy sign (palpasi dalam di perut bagian kanan atas menyebabkan nyeri hebat dan berhentinya nafas sesaat) untuk cholecystitis, rovsing sign (nyeri di perut kanan bawah saat palpasi di daerah kiri bawah/samping kiri) pada appendicitis. Nyeri lepas di perut kanan bawah pada appendicitis dan nyeri lepas di hampir seluruh bagian perut pada kasus peritonitis. Adanya defans muskular (perut tegang dan adanya tahanan dari otot perut) biasanya menandakan sudah terjadi peritonitis dan pada kasus pankreatitis. Hepatomegaly menandakan hepatitis dan abses hepar jika hebar teraba lunak, atau ca liver jika teraba keras dan berbenjol-benjol. Benjolan di daerah epigastrik dapat berupa kanker lambung atau pankreas. o Perkusi : Pekak hati yang menghilang merupakan tanda khas terjadinya perforasi (tanda pneumoperitoneum, udara menutupi pekak hati) c. Pemeriksaan Penunjang Endoskopi, pencitraan radiologi, biopsi, pemeriksaan darah lengkap, estrofagoduodekopi, test PPI, USG, Angiografi dan lainnya juga dapat menunjang diagnostik.
9
2.6. Klasifikasi a. Klasifikasi Nyeri Epigastrium Akibat Kelainan Organ Rongga Abdomen Gastritis Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Gastritis berarti peradangan mukosa lambung. Peradangan dari gastritis dapat hanya superfisial atau dapat menembus ke dalam mukosa lambung, dan pada kasus-kasus yang berlangsung lama menyebabkan atropi mukosa lambung yang hampir lengkap. Pada beberapa kasus, gastritis dapat menjadi sangat akut dan berat, dengan ekskoriasi ulserativa mukosa lambung oleh sekresi peptik lambung sendiri. Didasarkan pada manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. a. Gastritis Akut -
Peradangan
pada
menyebabkan
erosi
mukosa dan
lambung
perdarahan
yang mukosa
lambung dan setelah terpapar pada zat iritan. Erosi
tidak
mengenai
lapisan
otot
lambung,
umumnya terjadi secara mendadak. -
Keluhan utama dari gastritis akut, yang sering diajukan penderita, adalah; rasa pedih, kadangkadang timbul rasa berdenyut- denyut di perut atas
yang
ada
makanan. Timbulnya
hubungan keluhan
ini
dengan mendadak
segera setelah makan makanan/minum minuman yang
iritatif/korosif.
Keluhan
yang
diajukan
umumnya berat. -
Patogenesis atau proses terjadinya gastritis akut masih
belum
diketahui
10
dengan
jelas
karena
mekanisme normal dari proteksi mukosa lambung tidak diketahui dengan jelas secara menyeluruh. Keadaan
ini
sering
dihubungkan
dengan
penggunaan obat-obatan seperti NSAIDs (Nonsteroidal
Anti-inflammatory
alkohol
yang
kemoterapi,
berlebihan,
uremia,
infeksi
Drugs),
peminum
perokok
berat,
sistemik
(seperti
Salmonellosis), stres berat (trauma,luka bakar, operasi), iskemik dan syok, usaha bunuh diri dengan asam dan basa keras, trauma mekanik (intubasi nasogastrik) serta pada keadaan paska gastrektomi distal dengan refluks cairan empedu. -
Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi.
Pembentukan
jaringan
parut
dapat
terjadi yang mengakibatkan obstruksi pylorus. 1 -
Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis hemoragik. Disebut gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut. Disebut erosi apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis.
-
Pemeriksaan klinis menunjukkan penderita yang kesakitan di daerah epigastrium dan nyeri pada perabaan (palpasi) di bawah prosesus xiphoideus atau perut atas agak ke kiri.
11
-
Penatalaksanaan: sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit, dan diberi infus untuk memberikan istirahat lambung yang sedang sakit. Selama satu dua hari sebaiknya berpuasa, dan hanya diberikan obat
cairan
antasida,
spasmolitik.
Untuk memastikan diagnosa sebaiknya dilakukan endoskopi, karena dapat melihat kelainan mukosa lambung dengan pasti. Pemeriksaan radiologis kurang membantu diagnosa. b. Gastritis Kronik -
Definisi: suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun. Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina propria dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel radang kronik, yaitu limfosit
dan
sel
didefenisikan
plasma.
secara
Gastritis
histologis
kronis sebagai
peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung. -
Keluhan: umumnya bersifat ringan, dan dirasakan sudah berbulan-bulan, bahkan sudah bertahuntahun. Pada umumnya mengeluh, rasa tidak enak di perut atas, lekas kenyang, mual, rasa pedih sebelum atau sesudah makan, kadang-kadang mulut terasa masam.
-
Gejala
klinis:
perabaan
tidak
perut
nampak
bagian
kesakitan,
atas
pada
kadang-kadang
terasa sakit. -
Derajat paling
ringan
gastritis
kronis
adalah
gastritis superfisial kronis, yang mengenai bagian sub epitel di sekitar cekungan lambung. Kasus yang lebih parah juga mengenai kelenjar-kelenjar
12
pada mukosa yang lebih dalam, hal ini biasanya berhubungan dengan atrofi kelenjar (gastritis atrofi kronis) dan metaplasia intestinal. -
Penyebab: yang sering karena kurang teraturnya waktu makan, faktor psikis, infeksi bakteri, terlalu sering minum-minuman keras. Hal ini analog dengan pendapat dari Seward, Gazzard dan Vilardell yang mengemukakan bahwa keluhan nyeri epigastrik bersifat ringan dan diderita sudah berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
-
Diagnosa: untuk menegakkannya perlu dilakukan pemeriksaan endoskopi.
-
Penatalaksanaan: Pengaturan diit sangat penting. Dianjurkan
kepada
penderita
untuk
makan
makanan lembek, makan sedikit berulang kali, pantang pedas, masam. Mengurangi merokok. Bila
diperlukan
memberikan
obat
sebaiknya
diberikan antasida, tranquilizer, spasmolitik. Tukak Lambung -
Ulkus ventrikuli atau tukak lambung, sering juga memberikan keluhan rasa nyeri di perut atas. Di negara kita insidensi tukak lambung agak jarang. Sekitar 55% tukak lambung terjadi pada laki-laki.
-
Secara
umum
mengeluh
pasien
dispepsia.
tukak Dispepsia
gaster
biasanya
adalah
suatu
sindroma klinik/kumpulan keluhan beberapa penyakit saluran cerna seperti mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, dan cepat merasa kenyang. Dispepsia secara klinis dibagi atas : 1. Dispepsia akibat gangguan motilitas keluhan yang paling menonjol adalah perasaan kembung, rasa penuh ulu hati
13
setelah
makan,
cepat
merasa
kenyang
disertai
sendawa. 2. Dispepsia akibat tukak, pasien tukak peptik memberikan ciri-ciri keluhan seperti nyeri ulu hati, rasa tidak nyaman/discomfort disertai muntah. Pada tukak duodeni rasa sakit timbul waktu pasien merasa lapar, rasa pasien bisa membangunkan pasien tengah malam, rasa sakit hilang setelah makan dan minum obat antasida (Hunger Pain Food Relief=HPFR). Rasa sakit tukak gaster timbul setelah makan. 3. Dispepsia akibat refluks keluhan yang menonjol berupa perasaan nyeri ulu hati
dan rasa
seperti nyeri terbakar, harus disingkirkan adanya pasien kardiologis. -
Keluhan: nyeri, pedih di daerah perut atas disekitar garis mediana agak ke kiri, terutama timbul beberapa saat (½ - 1 jam) setelah makan. Di samping itu juga mengeluh rasa panas atau rasa seperti terbakar di ulu hati, mual, timbul rasa masam di mulut dan sering
disusul
dengan
ruktus.
Penderita
dapat
menunjukkan tempat rasa nyeri/pedih yang terberat, yang umumnya di sekitar garis mediana atau agak ke kiri. Bila penderita dapat muntah, maka biasanya perutnya dirasa lebih enak, tetapi bila diisi makanan maka rasa nyeri/pedih dan panas seperti terbakar kambuh
lagi.
Kadang-kadang
disertai
keluhan
timbulnya konstipasi, perut kembung, dan berat badan
penderita
dirasakan
menurun.
Keluhan
semacam ini dirasakan sudah berbulan-bulan. -
Klinis : tampak sakit sedang. Pada perabaan (palpasi) di perut atas agak ke kiri dari garis mediana terasa nyeri tekan dan tidak teraba suatu massa.
-
Penyebab tukak
:
makanan,
lambung
emosi,
dipengaruhi 14
stress. Patogenesis
oleh
banyak
faktor.
Sebagian
besar
peneilitian
menunjukkan
bahwa
resistensi mukosa lambung dan/atau trauma mukosa lambung merupakan faktor yang paling penting. Kadar
gastrin
serum
meningkat
pada
beberapa
penderita ulkus lambung, namun peningkatan ini terbatas pada penderita hiposekresi asam lambung. Juga dijumpai keterlambatan pengosongan lambung. Diperkirakan
bahwa
terutama
yang
regurgitasi
isi
duodenum,
mengandung
empedu,
dapat mencetuskan trauma mukosa lambung dan kemudian berlanjut dengan ulserasi lambung. Diagnosa : pemeriksaan radiologik pada lambung dan
-
endoskopi. Terapi: Bila hasilnya menunjukkan gambaram tukak
-
lambung jinak, sebaiknya diberikan; Diit lunak sedikit dengan frekuensi sering, pantang pedas, masam, alkohol,
dan
dianjurkan
berhenti
merokok
guna
mempercepat kesembuhan. Cimetidin tablet (Nulcer, Ulsikur), 3 kali 1 tablet + 2 tablet tiap malam, atau diberikan antasida 4 kali sehari Spasmolitik kalau perlu sedativa. Kanker Lambung -
Kanker
lambung
di
Indonesia
agak
jarang
ditemukan. Kanker lambung adalah kanker yang berkembang di bagian perut dan dapat menyebar ke organ lainnya; terutama esofagus. -
Keluhan: merasa tidak enak di perut bagian atas, perut lekas kenyang, perut panas, pedih, kadangkadang
nyeri
seperti
dicubit-cubit,
regurgitasi.
Keluhan ini dirasakan sudah berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Kemudian disusul nafsu makan menurun,
berat
15
badan
menurun.
Beberapa
penderita merasakan adanya benjolan di perut atas, yang nyeri tekan. Ada di antaranya yang mengeluh waktu defekasi, bentuk tinjanya lembek hitam
pekat,
yang
menunjukkan
adanya
perdarahan. Badan dirasakan bertambah lemah. -
Klinis : penderita tampak kurus, anemik.
-
Pada perabaan perut atas terasa suatu massa ireguler yang nyeri tekan. Gejala-gejala tersebut adalah sesuai dengan laporan Prolla dkk dan Goldsmith
yang
mengemukakan bahwa
kanker
lambung tingkat lanjut memberikan keluhan yang mencolok. Sedangkan kanker lambung tingkat dini kebanyakan memberikan keluhan mirip dengan keluhan gastritis kronis atau tukak lambung. -
Lokasi
Ca
Gaster
atau
kanker
lambung
di
klasifikasikan berdasarkan hubungannya dengan panjang
lambung.
Sekitar
40
%
dari
kanker
berkembang di bagian bawah, 40% di bagian di bagian tengah dan 15% di bagian atas, 10% melibatkan lebih dari 1 bagian dari organ. -
Penyebab:
multifaktorial,
pengaruh
baik
keturunan
lingkungan
atau yang
menyebabkan perubahan mukosa yang abnormal. Faktor-faktor
lingkungan
yang
terlibat
dalam
perkembangan Ca Gaster meliputi: diet, infeksi Helicobacter Pylori, riwayat operasi lambung, polip adenomatosa, gastritis atrofik kronis dan paparan radiasi. Faktor genetik tampaknya penting, karena kanker lambung lebih sering pada orang dengan golongan darah A.
16
-
Diagnosa: untuk menegakkan perlu dibuat foto Rontgen lambung dengan teknik dobel kontras, endoskopi yang disusul biopsi.
-
Tatalaksana: pembedahan, kemoterapi dan terapi penyinaran bisa meringankan gejala. Untuk terapi kanker lambung penanganan kuratif yang telah terbukti adalah pembedahan, pilihan pembedahan tergantung dari sejauh mana invasi tumor pada dinding gaster dan penyebaran limfatik. Untuk terapi adjuvant dilakukan kemoterapi yang ketika digunakan akan memperbaiki tingkat survival.
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) -
Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesopagheal Reflux
Disease
patologis
(GERD)
sebagai
adalah
akibat
suatu
refluks
keadaan
kandungan
lambung ke dalam esofagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan esofagus, faring, laring dan saluran nafas. -
Pasien dengan GERD dapat menunjukkan berbagai gejala,
baik
khas
dan
atipikal.
Gejala
umum
termasuk rasa panas dalam perut, regurgitasi, dan disfagia.
Gejala
atipikal
termasuk
nyeri
dada
noncardiac, asma, pneumonia, suara serak, dan aspirasi.
Pasien
biasanya
mengalami
episode
refluks harian berbagai gejala, termasuk pyrosis, rasa
asam
pneumonitis,
dalam
batuk,
pneumonia
bronkospasme,
dan
atau radang
tenggorokan dan suara perubahan, termasuk suara serak. -
Etiologi: multifaktor antara lain karena relaksasi dari sfingter
esofagus
memudahkan
aliran
17
yang balik
transient asam
sehingga
lambung
ke
esofagus,
adanya
penurunan
tekanan
lower
esofagus, gangguan pembersihan atau clearance osefagus dan juga akibat masalah pengosongan lambung. Faktor risiko pencetus GERD antara lain obesitas, genetik faktor terkait fungsi dari otot polos sfingter
esofageal, merokok yang dapat
menurunkan tekanan lower esofageal spinter dan juga aktifitas yang berlebihan seperti jogging juga akan meningkatkan relaksasi dari spinter esofageal yang
dapat
memudahkan
aliran
balik
asam
lambung ke esofagus. -
Diagnosis:
anamnesis,
test
PPI,
endoskopi,
esfogogram, esofagogastroduodenoskopi. -
Tatalaksana: pendekatan bertahap. Tujuannya untuk mengendalikan gejala, menyembuhkan esofagitis, dan mencegah esofagitis berulang atau komplikasi lain. Pengobatan ini didasarkan pada modifikasi gaya hidup dan kontrol sekresi asam lambung melalui terapi medis dengan antasida atau PPI atau perawatan bedah dengan operasi antireflux korektif.
Duodenitis -
Duodenitis adalah peradangan pada mukosa usus dua belas jari atau duodenum yang merupakan bagian pertama dari usus kecil.
-
Keluhan: pada umumnya adalah rasa pedih, nyeri, panas di perut atas agak ke kanan. Kadang-kadang mengeluh
mual,
hilangnya
nafsu
makan
dan
ditemukannya darah dalam tinja. -
Etiologi: paling umum adalah adanya infeksi bakteri Helicobacter Pylori. Namun bisa juga disebabkan oleh Gastroesophageal reflux disease, infeksi virus, obat-obatan NSAID. Selain itu juga duodenitis dapat
18
terjadi akibat dari Penyakit Crohn, Kolitis ulseratif, Whipple’s disease, Stres parah yang disebabkan oleh operasi atau infeksi serius (sepsis). -
Pada kasus yang di sebabkan oleh H. pylori, biasanya bakteri ini merangsang produksi asam lambung menjadi meningkat dan menyebabkan peradangan
tingkat
rendah
dari
duodenum
(duodenitis). -
Diagnosa: dapat ditegakkan dengan jaringan biopsi, yang dilakukan dengan menggunakan endoskopi (esophagogastroduodenoscopy).
-
Dalam kasus H pylori-terkait duodenitis, infeksi dapat diobati dengan antibiotik. Untuk duodenitis tidak terkait dengan H pylori, obat-obat yang mengurangi
asam
lambung
dapat
menjadi
pengobatan yang efektif. Ulkus Duodeni atau Tukak Duodeni -
Meskipun dewasa ini telah banyak diketahui faktorfaktor
yang
mempengaruhi
timbulnya
tukak
duodenum, namun patogenesis penyakit ini belum diketahui
seluruhnya.
Sekresi
asam
lambung
berperan atas timbulnya tukak duodenum, namun faktor-faktor terhadap
yang
ulserasi
menyebabkan duodenum
individu masih
peka belum
diketahui. Timbulnya tukak duodenum dianggap sebagai akibat ketidakseimbangan antara sekresi asam lambung-pepsin dengan resistensi mukosa duodenum. -
Yang khas pada penderita tukak duodenum adalah peningkatan asam lambung pada keadaan basal dan meningkatnya asam lambung pada stimulasi atau lamanya peningkatan asam setelah makan.
19
-
Keluhan dari ulkus duodeni pada umumnya timbul rasa nyeri, pedih, rasa terbakar, mual. Keluhan ini terutama dirasakan 3-4 jam setelah makan dan pada tengah malam sedang enak-enaknya tidur, sampai terbangun. Rasa nyeri berpusat di perut atas kanan garis media atau dekat umbilikus. Untuk mengurangi rasa nyeri, pedih, biasanya penderita minum susu, atau makan pisang, roti dan lainlainnya.
Jadi
rasa
nyeri
tersebut
dirasakan,
terutama pada waktu perut kosong. -
Nyeri di daerah epigastrium yang berkurang setelah diberi makanan atau antasida memberi kesan ke arah tukak duodenum. Pada pengamatan jasmani; teraba nyeri tekan atau palpasi di perut kanan atas dekat umbilikus.
-
Pengelolaan:
Untuk
menegakkan
diagnosa
sebaiknya dibuat foto Rontgen dengan teknik dobel kontras,
dan
endoskopi.
Pemberian
diit
dan
pengobatan adalah sama dengan pada penderita tukak lambung. Perforasi Ulkus Peptikum -
Ulkus
peptikum
adalah
ekskavasasi
(area
berlubang) yang terbentuk dalam dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum disebut juga sebagai ulkus lambung, duodenal
atau
esofageal,
tergantung
pada
lokasinya. -
Tukak peptik atau ulkus peptik mempunyai sifat penetrasi, yang dimulai dari mukosa menembus ke lapisan
yang
lebih
dalam.
Bilamana
terjadi
penetrasi ke pembuluh darah terjadi perdarahan
20
masif atau juga penetrasi seluruh dinding lambung maka terjadi perforasi. -
Perforasi usus halus dapat berupa perforasi bebas atau terbatas. Perforasi bebas terjadi ketika isi usus halus
keluar
secara
bebas
kedalam
rongga
abdomen, menyebabkan terjadi peritonitis difuse misalnya perforasi duodenum. Perforasi terbatas terjadi peradangan akut menyebabkan perlekatan dengan organ sekitar sehingga terbentuk abses (penetrasi ulkus duodenum ke pankreas). -
Perforasi dari usus halus ini mengakibatkan secara potensial
untuk
terjadinya
kontaminasi
bakteri
dalam rongga perut (keadaan ini dikenal dengan istilah peritonitis). -
Adanya
ulkus
menyebabkan
duodeni peritonitis
yang akan
kemudian memberikan
keluhan mendadak merasa nyeri perut atas yang hebat menjalar ke punggung dan seluruh perut. Perut menjadi tegang. Kadang-kadang penderita pingsan, karena serangan nyeri perut yang hebat, pada keadaan lanjut disertai demam dan mengigil. -
Klinis: tampak sakit berat. Tensi menurun. Perut tampak kembung dan tegang. Nyeri tekan di daerah tempat perforasi. Gejala-gejala tersebut di atas, sesuai dengan laporan Haubrich, Truelove dan Reyner,
yang
mengemukakan
bahwa
keluhan
tersebut di atas juga ditemukan pada penderita dengan perforasi ulkus ventrikuli. -
Tatalaksana: harus segera dilakukan pembedahan. Intervensi bedah hampir selalu dibutuhkan dalam bentuk
laparotomi
21
eksplorasi
dan
penutupan
perforasi
dengan
pencucian
pada
rongga
peritoneum (evakuasi medis). Irritable Bowel Syndrome / Sindrom Iritabilitas Usus -
Irritable Bowel Syndrome (IBS) dapat diartikan sebagai Sindrom Iritabilitas Usus. IBS merupakan salah satu gangguan pencernaan dari kelompok Functional Gastrointestinal Disorders (Gangguan Fungsional Saluran Pencernaan) atau Functional Motility Disorders (Gangguan Fungsional Pergerakan Usus).
-
Etiologi: tidak disebabkan oleh virus atau bakteri jahat (patogen). Penyebabnya tidak diketahui. IBS disebut ganguan fungsional berarti ada masalah dengan fungsi bagian tubuh, tetapi tidak ada kelainan dalam struktur.
-
Gangguan akibat IBS umum yang mempengaruhi usus besar (kolon) dan biasanya menyebabkan kram,
nyeri
perut,
kembung
gas,
diare
dan
sembelit. Meskipun tanda-tanda dan gejala tidak nyaman,
IBS
tidak
menyebabkan
kerusakan
permanen pada usus. -
Biasanya, rasa tidak nyaman di perut itu disertai dengan tanda-tanda berikut; nyeri akan membaik setelah buang air besar, terjadi perubahan pola buang air besar (menjadi lebih sering atau lebih jarang),
dan
terjadi
perubahan
bentuk
tinja
(menjadi lebih lembek/cair atau lebih keras). Tandatanda lain yang sering menyertai gejala gangguan perut ini adalah rasa tidak nyaman sewaktu buang air besar, seperti mengejang, kebelet, atau rasa tak lega setelah buang air besar. Saat buang air,
22
penderita juga sering mengeluarkan mukus (ingus) saat buang air besar. Kembung atau rasa sebah di sekitar lambung juga dialami oleh penderita. -
Diagnosa: didasarkan pada keluhan klinis dengan berpacuan pada kriteria yang di buat para ahli di Roma, selain itu juga dapat di lakukan pemeriksaan penunjang
lain
seperti
pemeriksaan
endoskopi,
kolonokopi, CT-scan,
test
darah,
intoleransi
laktosa dan Sigmoidoskopi fleksibel. -
Tatalaksana:
Karena
tidak
jelas
apa
yang
menyebabkan sindrom iritasi usus, pengobatan bersifat
simptomatis.
Penanggulangan
biasanya
dilakukan dengan dua cara yaitu terapi non-obat dan terapi obat. Terapi non obat bagi penderita IBS Diare
dilakukan
penyebab
dengan
alergi.
Untuk
mengurangi pasien
IBS
makanan konstipasi,
sangat dianjurkan untuk menambahkan unsur serat di dalam menu makanannya. Apabila terapi nonobat tidak mengurangi gejala IBS, maka terapi dengan
obat
dapat
dipertimbangkan
untuk
mengatasi gejala nyeri perut, kembung, diare, atau sembelit. Apendisitis -
Apendisitis suatu peradangan pada apendiks atau usus buntu yang berbentuk cacing yang berlokasi dekat katup ileocaecal yaitu pertemuan antara usus halus ke usus besar.
-
Apendiks
terinflamasi
sebagai
akibat
dan
terlipat
mengalami atau
edema
tersumbat
kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen
23
atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus. -
Keluhan: sering penderita apendisitis akuta maupun kronika memberikan keluhan pertama timbulnya rasa nyeri, pedih di perut atas atau di sekitar umbilikus. Di samping itu juga mengeluh nafsu makan menurun, mual, bahkan kadang disusul muntah-muntah. Keluhan tersebut untuk apendisitis akuta
hanya
kemudian
dirasakan
disusul
rasa
beberapa nyeri
jam
saja,
berdenyut-denyut
menetap di perut kanan bawah, Bahkan keluhan di perut kanan bawah bertambah mencolok sampai penderita gelisah karena kesakitan. Sedangkan untuk penderita apendisitis kronika keluhan nyeri perut
atas
atau
sekitar
umbilikus
bersamaan
timbulnya nyeri perut kanan bawah yang diderita sudah berbulan-bulan bahkan ada yang sudah bertahun-tahun,
sehingga
tidak
jarang
dibuat
diagnosa gastritis. -
Klinis: pada apendisitis akuta tampak penderita yang kesakitan, jalannya agak membungkuk ke depan. Tampak perut agak tegang. Nyeri tekan di perut atas, tetapi lebih jelas nyeri tekan dan nyeri lepas di perut kanan bawah. Sedangkan untuk apendisitis kronika tidak nampak penderita yang kesakitan. Tetapi pada perabaan perut teraba nyeri tekan di perut atas, dan lebih jelas nyeri tekan dan nyeri lepas di perut kanan bawah.
-
Tatalaksana:
pembedahan
diindikasikan
bila
diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan
cairan
IV
diberikan 24
sampai
pembedahan
dilakukan.
Analgesik
dapat
diberikan
setelah
diagnosa ditegakkan. Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi. Hepatitis Virus -
Hepatitis virus adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan hati yang dapat disebabkan oleh berbagai macam jenis organisme seperti virus. Berbagai jenis virus yang menyebabkan hepatitis yang menyebabkan infeksi sistemik yaitu Virus Hepatitis tipe A sampai dengan E bahkan hingga G, virus CMV, virus Herpes, Rubella, dll.
-
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada hepatosit oleh sel mononukleous.
Proses
ini
menyebabkan
degrenerasi dan nekrosis sel perenkim hati. Respon peradangan menyebabkan pembengkakan dalam memblokir sistem drainase hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu
(biliar)
dan
empedu
tidak
dapat
diekresikan ke dalam kantong empedu bahkan ke dalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice. -
Keluhan: setelah panas 3-5 hari, nafsu makan menurun, mual, tidak enak atau rasa nyeri di perut atas kanan, badan lemah, lekas capai, diketahuinya warna urin kuning tua seperti air teh. Oleh orang sekitar dikatakan tampak kuning pada mata.
-
Klinis: sclera dan kulit tampak ikterik, hati teraba sedikit membesar dan lembek, sedikit nyeri tekan.
25
-
Pengelolaan: Pemeriksaan laboratorium tes faal hati, terutama serum bilirubin, SGOT, SGPT, HBs Ag harus dilakukan. Penderita harus istirahat mutlak sampai kadar serum bilirubin dalam batas normal. Pengaturan diit perlu diperhatikan.
Abses Hati -
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, maupun jamur yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan
sering
timbul
sebagai
komplikasi
dari
peradangan akut saluran empedu. -
Klasifikasi: secara umum dibagi menjadi 2 yaitu abses hati amebik dan abses hati piogenik di mana kasus
abses
hati
amebik
lebih
sering
terjadi
dibanding abses hati piogenik. Abses hati amebik biasanya hystolitica
disebabkan
oleh
sedangkan
disebabkan
oleh
infeksi
abses
infeksi
Entamoeba
hati
piogenik
Enterobacteriaceae,
Streptococci, Klebsiella,Candida, Salmonella, dan golongan lainnya. -
Keluhan: nyeri perut atas yang berdenyut-denyut, demam. Letak nyeri perut tergantung dari letak abses. Letak abses hati yang terbanyak ialah di hati lobus kanan. Jadi rasa nyeri tersebut terletak di perut
kanan
atas.
Kalau
untuk
jalan,
untuk
mengurangi rasa nyeri, penderita memegang perut yang sakit sambil membungkukkan badan ke depan kanan. Lebih kurang 1/7 penderita letak abses hati di lobus kiri. Rasa nyeri berdenyut-denyut terletak di perut atas. Di samping keluhan tersebut, juga
26
timbul mual, kadang-kadang sampai muntah, nafsu makan
berkurang.
mempunyai
Semua
penderita
tersebut
disentri
berbulan-
riwayat penyakit
bulan atau bertahun-tahun yang tidak mendapat pengobatan sempurna. -
Klinis: tampak penderita yang kesakitan. Kalau jalan membungkuk ke depan kanan sambil memegang perut
yang
sakit.
Badan
teraba
panas.
Hati
membesar dan membengkak. Pada tempat abses teraba lembek dan nyeri tekan. -
Diagnosa: untuk membantu menegakkan diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan foto toraks, tampak diafragma kanan meninggi. Di samping itu perlu dilakukan; ultrasonografi dan sintigrafi.
-
Tatalaksana: pemberian obat anti amebika antara lain; emetin, metronidazole, dll. Bila pengobatan medikamentosa tidak berhasil atau absesnya terlalu besar, sebaiknya dilakukan aspirasi.
Kolelitiasis -
Batu empedu adalah timbunan satu atau lebih batu kecil di kandung empedu. Bila batu empedu berada di kandung empedu, kondisinya disebut kolelitiasis.
-
Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor risiko, yaitu: obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik.
-
Etiologi:
batu
empedu
masih
belum
diketahui
dengan baik namun yang paling penting adalah gangguan
metabolisme
yang
disebabkan
oleh
perubahan susunan empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu.
27
-
Patofisiologi: perubahan susunan empedu mungkin merupakan yang paling penting pada pembentukan batu
empedu,
karena
terjadi
pengendapan
kolesterol dalam kandung empedu. Stasis empedu dalam
kandung
empedu
dapat
meningkatkan
supersaturasi progesif, perubahan susunan kimia, dan pengendapan unsur tersebut. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian dalam pembentukan batu, melalui peningkatan dan deskuamasi sel dan pembentukan mukus. Sekresi kolesterol berhubungan dengan pembentukan batu empedu. Pada kondisi yang abnormal, kolesterol dapat
mengendap,
menyebabkan
pembentukan
batu empedu. -
Batu kandung empedu biasanya baru menimbulkan gejala dan keluhan bila batu menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus. Oleh karena itu gambaran klinis penderita batu kandung empedu bervariasi dari yang berat atau jelas sampai yang ringan atau samar bahkan seringkali tanpa gejala (silent stone).
Koledokholitiasis -
Adanya batu di dalam saluran empedu sehingga menyebabkan berbagai manifestasi klinis disebut koledokolitiasis.
-
Keluhan:
timbulnya
rasa nyeri
hebat
seperti
diperas-peras di perut kanan atas, menjalar ke epigastrium, punggung dan bahu kanan. Biasanya timbulnya rasa nyeri pada tengah malam atau pagi hari. Pada umumnya rasa nyeri tersebut terjadi setelah penderita makan banyak, setelah makan makanan
berlemak.
28
Di
samping
rasa
nyeri
juga timbul panas, dan rasa mual. Rasa nyeri kolik merupakan penanda adanya batu pada saluran empedu, sehingga nyerinya hilang timbul. -
Klinis: tampak gelisah, kesakitan kadang-kadang skiera mata ikterik, nyeri tekan di perut kanan atas, tanda Murphy positif.
-
Diagnosa: kandung
untuk
menegakkan
empedu
dan
atau
adanya
batu di
salurannya
perlu
dilakukan pemeriksaan ultrasonografi, radiologik. -
Pengobatan: pada saat serangan, sebaiknya diberi pethidin dan atropin. Untuk infeksi (koolesistitis) diberi antibiotik. Pada serangan sebaiknya diberikan cairan infus, diit lunak dan pantang lemak. Di samping itu, bila sebagai penyebab adalah batu, maka sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan.
Kolesititis -
Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan inflamasi akut pada dinding kandung empedu disertai nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas.
-
Klasifikasi: yaitu akut dan kronis. Kolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya
merupakan
akibat
dari
adanya
batu
empedu di dalam duktus sistikus, yang secara tibatiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa. Gejala-gejala kolesistitis kronik mirip dengan fase akut, tetapi beratnya nyeri dan tanda-tanda fisik kurang
nyata.
Sering
kali
terdapat
riwayat
dispepsia, intoleransi lemak, nyeri ulu hati atau flatulen yang berlangsung lama. -
Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut: stasis cairan empedu, infeksi
29
kuman dan iskemia dinding kandung empedu. Penyebab
utama
kolesistitis
akut
adalah
batu
kandung empedu (90%) sedangkan sebagian kecil kasus (10%) timbul tanpa adanya batu empedu (kolesistitis akuta kalkulus). Kolesistitis kronis terjadi akibat serangan berulang dari kolesistitis akut, yang menyebabkan
terjadinya
penebalan
dinding
kandung empedu dan penciutan kandung empedu. Pada akhirnya kandung empedu tidak mampu menampung empedu. -
Keluhan: serangan kolesistitis akut yang khas: kolik perut di sebelah kanan atas epigastrium dan nyeri tekan,
takikardia
serta
kenaikan
suhu
tubuh.
Keluhan tersebut dapat memburuk secara progresif. Kadang – kadang rasa sakit menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda. Berat ringannya keluhan sangat bervariasi tergantung dari adanya kelainan inflamasi yang ringan sampai dengan gangren atau perforasi
kandung
empedu.
Kolesistitis
kronik
antara lain adanya serangan berulang namun tidak mencolok. Mual, muntah dan tidak tahan makanan berlemak. -
Diagnosis: ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil dari pemeriksaan tertentu. Pemeriksaan USG bisa membantu memperkuat adanya batu empedu, dapat pula dengan CT scan perut dan kolesistogram oral.
-
Tatalaksana:
pada
kondisi
kronis
yang
biasa
dilakukan adalah pembedahan, Kolesistektomi bisa dilakukan melalui
melalui
pembedahan
laparoskopi. Pada
perut
kondisi
maupun
akut
pada
umumnya dirawat di rumah sakit, diberikan cairan 30
dan elektrolit intravena dan tidak diperbolehkan makan maupun minum secara oral (mungkin akan dipasang
pipa
nasogastrik),
dapat
di
berikan
antibiotik, Jika diagnosis sudah pasti dan risikonya kecil,
biasanya
dilakukan
pembedahan
untuk
mengangkat kandung empedu. Pankreatitis -
Pankreatitis adalah radang pada kelenjar pankreas yang terjadi dengan dua bentuk yang sangat berbeda yaitu akut dan kronis. Radang akut terjadi setelah simptoma iskemia dan gangguan sirkulasi mikro pada pankreas. Radang kronis pada pankreas ditandai
dengan
atrofi
grandular,
perubahan
duktular dan fibrosis yang ekstensif. -
Gejala klinis dari pankreatitis akuta: rasa nyeri di epigastrium yang hebat. Sifat nyeri timbulnya mendadak dan terus menerus, seperti ditusuk-tusuk dan rasa terbakar. Karena sangat nyeri di perut, penderita menjadi gelisah. Perasaan nyeri tersebut mulai
di
epigastrium
kemudian
menjalar
ke
punggung. Beberapa jam kemudian perasaan nyeri tersebut
menjalar
keseluruh
perut
dan
perut
menjadi tegang. Timbul rasa mual, kadang-kadang muntah. -
Sedangkan
penderita pankreatitis
kronika:
juga
mengeluh rasa nyeri di perut bagian atas. Rasa nyeri
juga
seperti
ditusuk-tusuk
atau
diperas-
peras, menjalar ke punggung, disertai mual-mual dan muntah. Sering penderita mempunyai keluhan semacam yang sifatnya hilang timbul, sehingga tidak jarang dibuat diagnosa sakit lambung. Pada pankreatitis kronika tidak ada keluhan rasa pedih,
31
melainkan disertai tanda-tanda diabetes millitus atau keluhan steatorrhoe. -
Klinis: tampak penderita gelisah, kesakitan, bahkan ada
yang
menjerit-jerit.
tampak tegang,
nyeri
Di
daerah
palpatoir
di
perut
perut
atas
disekitar umbilikus. -
Faktor presipitasi timbulnya pankreatitis : makan atau
minum
terlalu
banyak
mengandung
alkohol, trauma di perut, infeksi bakteria. -
Diagnosa : untuk membantu menegakkan perlu diperiksa kadar amilase darah dan urine, kadar kalsium. Pemeriksaan radiologik yang dianjurkan adalah foto polos abdomen.
-
Tatalaksana: Cairan infus, selain daripada itu baik pankreatitis suntikan
akuta sulfas
maupun kronika, atropin
atau
diberikan Primperan
dan pethidin, untuk mengurangi spasme sphincter odii.
Obat-obatan lain
antasida,
spasmolitik.
yang
dianjurkan
Untuk pankreatitis
adalah akuta,
menurut Imrie dkk perlu sekali diberi suntikan Trasylol intravena. Kanker Pankreas -
Kanker
pankreas
adalah
neoplasma
ganas
pankreas. Umumnya penyebab pasti kanker hampir semuanya belum di ketahui, namun faktor resiko terjadinya kanker pankreas antara lain merokok, keturunan, kurangnya asupan sayur dan buah, tingginya asupan daging merah, gemuk, diabetes mellitus, pankreatitis kronis, infeksi Helicobacter pylori, gingivitis. -
Keluhan:
rasa
nyeri
dirasakan seperti
32
di
epigastrium,
ditusuk-tusuk
sudah
yang
berbulan-
bulan. Serangan nyeri dapat terus menerus atau dapat intermiten. Tetapi perasaan nyeri tersebut makin
lama
makin
dirasakan bertambah berkurang
bila
sering
berat,
dan
penderita
yang dirasakan
duduk sambil
membungkukkan badan. Nafsu makan berkurang, mual, berat
badan
menurun.
Untuk
karsinoma
pankreas di kaput biasanya disertai keluhan mata dan badan menguning, gatal-gatal. Klinis:
-
tampak
penderita
kakhektis, kesakitan,
kadang-kadang anemik, ikterik. Di perut teraba suatu massa berbenjol-benjol keras, nyeri tekan di perut
atas.
Posisi penderita
tidur
atau
duduk
membungkukkan badan. Gambaran tersebut sesuai dengan pendapat Seward, Spiro, Gazzard, Keynes dan Keith yang mengemukakan bahwa rasa nyeri berdenyut-denyut
menjalar
ke
punggung,
merupakan keluhan terbanyak sekitar 65%. Diagnosa: untuk menegakkan diagnosa sebaiknya
-
dilakukan ultrasonografi,
duodenografi
hipotonik,
ERCP. Pengobatan
-
hanya
bersifat
simptomatik
yaitu
sekedar mengurangi rasa sakit.
b. Klasifikasi Nyeri Epigastrium Akibat Kelainan Organ Rongga Thoraks Karsinoma Esofagus -
Keluhan: makanan dirasasan sukar turun, dan disfagi sudah berbulan-bulan. Di samping itu ada rasa nyeri di
perut
atas
dekat
Pada permulaaannya
prosesus
makanan
xiphoideus.
padat
yang
memberikan keluhan tersebut dan dirasakan seperti 33
tersangkut di dada, lama-lama badan bertambah mengurus, dan makin lemah. Keluhan lain yaitu; timbulnya
rasa
nyeri
di
retrosternal.
Kadang-
kadang timbul muntah darah. -
Klinis:
tampak
penderita
kurus,
anemik, lemah.
Teraba nyeri tekan di perut atas dekat prosesus xiphoideus atau di xiphisternum. -
Kelainan
esofagus
lain
hampir
tidak
pernah
memberikan keluhan nyeri epigastrik. -
Diagnosa: perlu diperiksa radiologik dan endoskopik.
-
Pengobatan
satu-satunya
hanya tindakan
pembedahan. Esofagitis -
Esofagitis adalah suatu peradangan pada lapisan esofagus yang dapat bersifat akut atau kronis. Esofagitis akut dapat catarrhal atau phlegmonous, sedangkan esofagitis kronis mungkin hipertrofik atau atrofi.
-
Etiologi: infeksi atau iritasi di esofagus. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau penyakit yang
melemahkan
Sedangkan
iritasi
di
sistem esofagus
kekebalan
tubuh.
disebabkan
oleh
gastroesophageal reflux disease, cedera kimia oleh basa atau asam, cedera fisik akibat terapi radiasi atau tabung nasogastrik. -
Gejala klinis: heartburn (nyeri di ulu hati / perut dan menjalar mungkin ke leher / rahang), nyeri di perburuk setelah makan, sulit dan / atau sakit saat menelan seperti ada sesuatu di kerongkongan, mual, mulas, dan muntah, dan hilangnya nafsu makan sehingga berakibat pada penurunan berat badan.
34
-
Diagnosis:
dapat
ditegakan
dari
gejala
klinis,
endoskopi, biopsi, maupun dengan pencitraan sinar-x dengan barium.
Kelainan Jantung -
Kelainan
jantung
keluhan nyeri terutama
yang
epigastrik dinding
sering adalah
memberikan
infark
inferior, angina
miokard pektoris,
perikarditis akut, kardiomiopati kongestif, aneurisma, dissecting aorta. -
Keluhan:
rasa
tenggorokan, hebat
nyeri
menjalar
kemudian disusul
seperti
ditekan,
ke
nyeri
dada,
ke
dada
yang
sehingga penderita
sukar
bernafas. Di samping itu juga timbul pegal di lengan kiri dan berkeringat. -
Klinis:
tampak
penderita
gelisah,
sakit berat,
berkeringat dingin kadang-kadang tensi menurun, nadi ireguler. Gambaran pendapat
Seward
mengemukakan lebih
dari
menjalar ke
tersebut
40
dada,
dengan
dan Friedbergl,
bahwa tahun
sejalan
setiap dengan
tidak
yang
penderita berusia nyeri
boleh
perut
atas
mengabaikan
kemungkinan serangan jantung. -
Diagnosa: harus diperiksa EKG
-
Pengelolaan: penderita harus segera dirawat di rumah sakit, diberi infus dengan dextrose 5%, diit lunak sedikit tapi sering, dalam keadaan kesakitan dapat
diberikan
pethidin.
Penderita perlu
cukup
istirahat, oleh karena itu perlu diberi obat penenang.
35
-
Tatalaksana:
tergantung
pada
penyebabnya.
Perawatan mungkin termasuk: Obat yang memblok produksi asam, antibiotik, anti jamur, atau antiviral untuk mengobati infeksi dan juga kortikosteroid untuk mengurangi peradangan. Hiatus Hernia -
Hiatus hernia adalah keluarnya organ dalam rongga perut melalui bagian dinding perut yang lemah yang terjadi ketika bagian perut mendorong ke atas melalui diafragma.
-
Etiologi: secara pasti tidak diketahui. Diperkirakan bahwa sebagian besar terjadi pada orang di atas usia 50 tahun. Ini mungkin terjadi berhubungan dengan usia
dimana
diafragma
menjadi
melemah
dan
memungkinkan bagian perut untuk menonjol melalui lubang
di
diafragma.
Faktor-faktor
yang
meningkatkan tekanan di perut, seperti batuk biasa, angkat berat, atau obesitas, bisa meningkatkan risiko terjadinya hiatus hernia. -
Hernia itu sendiri tidak menimbulkan gejala. Namun, jika ada hernia hiatus, maka faktor-faktor yang biasanya mencegah asam lambung refluks mungkin tidak bekerja dengan baik, akibatnya penderita akan mengeluhkan perasaan terbakar yang naik dari perut bagian atas atau dada bagian bawah ke arah leher, batuk terus-menerus, masalah gusi, bau mulut, sakit tenggorokan, suara serak, dan perasaan benjolan di tenggorokan.
-
Diagnosa:
dapat
dilakukan
endoskopi
maupun
pencitraan dengan sinar-X. Dalam kebanyakan kasus, penderita tidak mengalami ketidaknyamanan dan pengobatan tidak diperlukan. Namun, ketika hiatus
36
hernia
besar,
atau
kemungkinan
jenis
paraesophageal,
menyebabkan
penyempitan
kerongkongan dan ketidaknyamanan, dalam kondisi ini dapat di tanggulangi dengan perubahan pola hidup seperti menurukan berat badan pada obesitas, berhenti merokok, jangan mengkonsumsi alkohol, dan
menghindari
apa
pun
yang
menyebabkan
tekanan pada perut, seperti pakaian ketat dan korset. -
Tatalaksana: obat pompa proton inhibitor dan H 2 reseptor
blocker
mengurangi
juga
sekresi
dapat
asam,
digunakan
selain
itu
prosedur
pembedahan juga dapat dilakukan.
2.7. Differential Diagnosis Tabel Diagnosis Differensial Nyeri Abdomen Berdasarkan Lokasi
37
untuk
Kuadran Atas Kanan
Epigastrik
Kuadran Atas Kiri
Kolesistitis
Ulkus peptikum
Infark Limpa
Kolangitis
Gastritis
Ruptur Limpa
Pankreatitis
GERD
Abses Limpa
Pneumonia/ Empiema
Pankreatitis
Gastritis
Pleurisy/ Pleurodynia
Infark Miokard
Ulkus Gaster
Abses Subdiaphragmatik
Perikarditis
Pankreatitis
Hepatitis
Esofagitis
Abses Subdiaphragmatik
Kuadran Bawah Kanan
Periumbilikus
Kuadran bawah Kiri
Apendisitis
Apendisitis Awal
Divertikulitis
Salpingitis
Gastroenteritis
Salpingitis
Hernia Inguinalis
Bowel obstruction
Hernia Inguinalis
Kehamilan Ektopik
Ruptur Aneurisma Aorta
Kehamilan Ektopik
Budd-Chiari syndrome
Nefrolitiasis
Nefrolitiasis
Inflammatory bowel disease
Irritable bowel syndrome
Mesenteric lymphadenitis
Inflammatory bowel disease
Typhlitis
2.8. Penatalaksanaan Dengan semakin canggihnya pameriksaan baik pemeriksaan radiologi dan endoskopi, tatalaksana pasien dengan nyeri epigastrium juga semakin luas selain terapi farmakologi dan terapi bedah terapi endoskopi dan terapi radiologi intervensi serta terapi melalui laparoskopi. Beberapa keadaan akut abdomen dimana tindakan operasi bukan merupakan pilihan utama adalah pada pankreatitis biliaris akut dimana setelah terapi antibiotik yang kuat drainage
38
bilier melalui endoskopi harus dilakukan. Keadaan dimana pendekatan radiologi menjadi pilihan pertama yaitu pada abses hati dimana aspirasi abses melalui ultrasonografi abdomen harus dilakukan bersamaan dengan terapi antibiotik. Secara umum pada akhirnya penanganan pasien dengan nyeri epigastrium adalah menentukan penyakit apa yang dialami oleh pasien tersebut terapi yang diberikan sesuai dengan keadaan pasien apakah diberiakan terapi farmakologi atau dengan terapi non farmakologi. BAB III KESIMPULAN
Nyeri epigastrium adalah nyeri yang berhubungan dengan rasa tajam dan terlokalisasi yang dirasakan oleh seseorang pada daerah tengah atas perut. Rasa nyeri di perut tengah atas dapat disebabkan oleh kelainan organ dalam rongga abdomen maupun organ dalam rongga thoraks. Beberapa organ di dalam rongga perut yang sering memberikan keluhan nyeri epigastrik antara lain Kelainan di lambung, usus halus, hati, kandung empedu, pancreas. Organ di dalam rongga dada yang sering memberikan keluhan nyeri atau tidak enak di perut atas, antara lain kalainan di esophagus dan jantung. Secara umum pada akhirnya penanganan pasien dengan nyeri epigastrium adalah menentukan penyakit apa yang dialami oleh pasien tersebut terapi yang diberikan sesuai dengan keadaan pasien apakah pengobatan farmakologi atau dengan non farmakologi. DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo WA, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 2006. Crowin Elizabet.J. 2000. Patofisiologi, Jakarta, EGC. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed: Ke6. Jakarta: EGC. Vinay Kumar, Ramzi S. Cotran, Stanley L. 2007. Robbins. Buku Ajar Patologi Robbins. Ed-7 (Vol. 2). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
39
David F. 1998. Obat-Obat yang Digunakan dalam Penyakit Saluran Pencernaan. Dalam : Farmakologi Dasar dan Klinik Katzung. Ed : 6. Jakarta : EGC. Sylvia AP, Lorraine MW. 2002. Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease Processes, 6/E. Elsevier Sciences. Mansjoer, ARIF.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta.
40