Rekayasa Ide Kelompok 2

  • Uploaded by: Rita Sitorus
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rekayasa Ide Kelompok 2 as PDF for free.

More details

  • Words: 5,814
  • Pages: 29
Loading documents preview...
Rekayasa Ide DAMPAK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP MATERI HUKUM NEWTON UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIS LOGIS DAN KECERDASAN SPASIAL

OLEH KELOMPOK II

RITA PERMATA SARI SITORUS

(4143121049)

SARI MARINA RUMAHORBO

(4143121052)

TRI YANTI MARBUN

(4142121017)

FISIKA DIK D 2014

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2016 i

KATA PENGANTAR Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya makalah ini dapat peneliti selesaikan dengan tepat waktu. Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Evaluasi Proses dan Hasil Belajar. Makalah ini berisi tentang bagaimana rekayasa ide dari sebuah jurnal mengenai kecerdasan ganda. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, peneliti masih banyak memiliki kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan wawasan pengetahuan yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan agar dapat memperbaiki penulisan laporan ini kedepannya. Sekian dan terima kasih.

Medan, Desember 2016 Peneliti

Kelompok II

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii BAB I ...................................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1 1.1

Latar Belakang ........................................................................................................................ 1

1.2

Rumusan Masalah ................................................................................................................... 2

1.3

Tujuan ..................................................................................................................................... 2

BAB II..................................................................................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................................... 3 2.1 Konsep Kecerdasan Majemuk ...................................................................................................... 3 2.2 Ciri –Ciri dan Karakteristik Kecerdasan Majemuk ...................................................................... 4 2.3 Model Pembelajaran Berbasis Masalah ........................................................................................ 9 2.4 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah ........................................................................... 9 2.5 Implementasi Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran Fisika ............................................... 10 BAB III ................................................................................................................................................. 12 METODE PENELITIAN ...................................................................................................................... 12 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................................................... 12 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................................................. 12 3.3 Instrumen Penelitian ................................................................................................................... 12 3.4 Prosedur Penelitian ..................................................................................................................... 12 BAB IV ................................................................................................................................................. 14 HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................................. 14 BAB V .................................................................................................................................................. 16 PENUTUP ............................................................................................................................................ 16 5.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 16 5.2 Saran ........................................................................................................................................... 16 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 17 LAMPIRAN.......................................................................................................................................... 18

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paradigma baru tentang pembelajaran memandang bahwa mengajar bukan lagi sekedar how to teach, tetapi lebih kepada how to stimulatelearning (Bryan, 2005). Mengajar adalah aktivitas guru dalam mengubah lingkungan belajar dan menyiapkan stimulus, sehingga peserta didik dapat mengembangkan kecerdasannya agar menjadi pembelajar yang mandiri (independent) dan mampu mengatur dirinya sendiri (self-regulated)( Arends, 2008; Gardner, 1993). Yore & Hand (2010) menyatakan bahwa guru yang baik dalah guru yang mampu menginspirasi dan memotivasi peserta didiknya dalam belajar. Pengembangan kecerdasan peserta didik harus menjadi perhatian dalam proses pembelajaran, karena dengan modal kecerdasan yang dimilikinya, peserta didik dapat berpikir dengan baik. Melalui aktivitas pengembangan kecerdasan, pada hakikatnya guru sedang melakukan aktivitas pengembangan kemampuan berpikir peserta didiknya. Dalam proses pembelajaran, membentuk pola berpikir itu merupakan suatu yang sangat penting dan harus dijadikan tujuan utama dari pembelajaran, karena kegiatan berpikir melibatkan aktivitas mental yang tinggi. Berpikir secara umum diasumsikan sebagai proses kognitif dalam memperoleh pengetahuan (Presseisen, 1985) dan berpikir melibatkan aktivitas dan proses mental yang sangat tinggi. Oleh karena itu pembelajaran yang dilakukan guru di kelas harus dapat mengajarkan cara berpikir yang dapat mempersiapkan peserta didiknya untuk terjun ke masyarakat dan dunia kerja dan tentunya menciptakan peserta didik dengan kecerdasan ganda yang maksimal. Menurut Gardner (1993) bahwa kecerdasan pada dasarnya dapat dikembangkan. Temuan yang menarik dari penelitian Gardner bahwa guru dapat mengembangkan kecerdasan peserta didiknya secara lebih lengkap dan mendalam dan juga kecerdasan lain yang tidak menonjol pada diri peserta didiknya. Pada pihak lain guru juga dapat dibantu untuk mengembangkan kecerdasannya, sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran untuk membantu peserta didiknya (Suparno, 2004). Temuan ini berimplikasi bahwa guru dapat mengembangkan kecerdasan matematis logis dan spasial pada peserta didiknya walaupun kecerdasan matematis logis dan spasial ini tidak menonjol pada diri peserta didiknya. Namun karena karakteristik materi subjek yang menuntut peserta didiknya memiliki kecerdasan spasial, maka kecerdasan spasial ini perlu dikembangkan pada peserta didik. Berdasarkan uraian di atas peneliti menyarankan sebuah model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan kecerdasan matematis logis dan kecerdasan spsial yang ia miliki yaitu dengan model pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan metode pengajaran yang berpusat pada siswa yang melibatkan siswa belajar melalui pemecahan masalah. Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah ini akan memberikan suatu strategi atau pendekatan yang dirancang untuk membantu proses belajar sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada pola pemecahan masalah yakni mulai dari analisis, rencana, pemecahan, dan penilaian yang melekat pada setiap tahap. Pembelajaran berbasis masalah ini tidak disusun untuk membantu guru dalam menyampaikan 1

banyak informasi tetapi guru sebagai penyaji masalah, pengaju pertanyaan, dan fasilitator (Savery, 2006). Kemendikbud (2013b) mengatakan bahwa model pembelajaran ini sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena: (1) dengan model pembelajaran berbasis masalah ini akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan; (2) dalam situasi pembelajaran berbasis masalah ini, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung; dan (3) Pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. Pernyataan diatas menunjukkan bahwa model pembelajaran ini akan melibatkan siswa dengan gambaran sebagai berikut: siswa pertama akan dihadapkan dengan masalah-masalah, baik itu masalah ill-structured, open-ended, ambigu dan kontekstual mengenai hal yang ingin dipelajari. Lalu agar dapat memecahkan masalah, siswa harus mempelajari materi terlebih dahulu. Artinya, siswa harus mengkontruksi pengetahuannya sendiri melalui melalui proses penemuan materi yang cocok dengan masalah tersebut. Setelah siswa memahami materi yang terkait dengan masalah, siswa selanjutnya memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam proses pemecahan masalah siswa akan bekerja di dalam kelompok sehingga mereka dapat saling bertukar pikiran mengenai masalah dan ilmu yang mereka miliki, dengan demikian siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan model ini maka peserta didik dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri sehingga mereka dapat menggunakan dan mengembangkan kemampuan kecerdasan majemuk yang mereka miliki di dalam proses pemecahan masalah tersebut. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan kecerdasan majemuk? 2. Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis masalah? 3. Apakah pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan kecerdasan matematis logis dan kecerdasan spasial? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui apa itu kecerdasan majemuk 2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis masalah 3. Untuk mengetahui apakah pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan kecerdasan matematis logi dan kecerdasan spasial.

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecerdasan Majemuk Salah satu konsep psikologi yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan saat ini adalah konsep inteligensi (kecerdasan).

Konsep tersebut telah dikenal sejak Alfred Binet

(1904) mengembangkan alat untuk mendeteksi siswa sekolah dasar yang diperkirakan akan gagal dalam belajar sehingga diperlukan perhatian kepadanya dengan pemberian pengajaran remidi. Alat tersebut dikenal sebagai tes intelegensi. Sejak saat itu pengetesan inteligensi dan pemahaman bahwa intelegensi dapat diukur secara objektif meluas.

Demikian pula

meluaslah pengertian bahwa inteligensi sama dengan skor tunggal IQ (intelligence quotient) sebagai hasil tes inteligensi. Howard Gardner tidak sependapat dengan pemahaman sempit tentang inteligensi di atas. Ia mengemukakan bahwa tes inteligensi tersebut hanya mengukur kemampuan yang berkaitan dengan verbal-linguistik dan logis-matematis sehingga tidak memadai untuk menentukan cerdas tidaknya seseorang dengan menggunakan skor tunggal IQ. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa manusia memiliki sejumlah kecerdasan yang dapat mewujud dalam berbagai keterampilan dan kemampuan, yang bukan hanya berupa kemampuan verballinguistik dan logis-matematis. Pandangan Howard Gardner dituangkan dalam buku Frames of Mind: The theory of multiple intelligences. Dalam buku tersebut Gardner membahas teori multiple intelligences yang mengemukakan tujuh kecerdasan dasar pada diri manusia yang sangat bermanfaat dalam kehidupan. Namun demikian pada tahun 1999, Howard Gardner mengembangkan teorinya dan menambahkan satu kecerdasan lagi yaitu kecerdasan natural yang belum di sebutkan sebelumnya, sehingga teori kecerdasan majemuk menjadi 8 jenis kecerdasan. Ada kemungkinan jumlah jenis kecerdasan ini terus bertambah jumlahnya karena Howard Gardner terus mengeksplorasi kemungkinan adanya tambahan jenis kecerdasan lain. Kecerdasan adalah kemampuan memecahkan masalah dan membuat suatu produk yang bermanfaat bagi kehidupan (Amstrong, 1994; McGrath & Noble, 1996). Kebanyakan orang mengenalnya sebagai prediksi kesuksesan di sekolah—bakat bersekolah. Sementara kecerdasan sejati mencakup berbagai keterampilan yang lebih luas pada semua segi kehidupan—kecerdasan majemuk/ganda. Kecerdasan majemuk adalah teori kecerdasan yang dikembangkan Howard Gardner 18 tahun silam yang mengemukakan bahwa paling tidak ada delapan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal-linguistik, logis-matematis, visual-spasial, 3

kinestetik, musik, intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis sebagaimana tampak pada Tabel 5.1 Tabel 5.1 Aspek-Aspek Kecerdasan Menurut Gardner KECERDASAN 1. Linguistic

KEMAMPUAN INTI Kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata, dan keragaman fungsi bahasa.

2. Logical –Mathematical

Kepekaan dan kemampuan untuk mengamati pola-pola logis dan numerik (bilangan) serta kemampuan untuk berpikir rasional/logis.

3. Musical

Kemampuan untuk menghasilkan dan mengapresiasikan ritme. Nada (warna nada), dan bentuk-bentuk ekspresi musik.

4. Spatial

Kemampuan mempersepsi dunia ruang visual secara akurat dan melakukan transformasi persepsi tersebut.

5. Bodily Kinesthetic

Kemampuan mengontrol gerakan tubuh dan menangani objek secara terampil.

6. Interpersonal

Kemampuan untuk mengamati dan merespon suasana hati, temperamen, dan motivasi orang lain.

7.Intrapersonal

Kemampuan untuk memahami perasaan, kekuatan dan kelemahan serta intelegensi sendiri.

8. Naturalis

Kemampuan menggolongkan benda, tumbuhan

2.2 Ciri –Ciri dan Karakteristik Kecerdasan Majemuk Menurut Gardner (2003) secara garis besar ciri –ciri dan karakteristik kecerdasan majemuk adalah sebagai berikut : 1) Kecerdasan verbal-linguistik Kecerdasan verbal-linguistik adalah kemampuan berfikir dalam bentuk kata-kata secara efektif baik secara lisan maupun tulisan dan menggunakan bahasa untuk 4

mengekspresikan dan mengapresiasikan makna. Mengungkap kalimat dengan menggunakan kata yang tepat.

Dengan demikian ada empat komponen dalam kecerdasan ini yakni:

fonologis (kepekaan bunyi), sintaksis (struktur dan susunan kalimat), semantik (pemahaman tentang makna), dan pragmatika (kemampuan berbahasa untuk mencapai sasaran praktis).

Karakteristik: Senang mendengarkan cerita; senang bercerita; bermain peran; permainan kata, seperti tebak kata (teka teki); peka terhadap suara dan arti kata-kata; mampu dan gemar baca-tulis; kaya perbendaharaan kata; dan menyelesaikan tugas verbal lebih cepat.

Tanda-tanda kesulitan: Sulit dalam ekspresi verbal; sulit dalam menangkap informasi verbal; sulit dalam percakapan; tidak tanggapi pemikiran dengan lengkap (kehilangan kata-kata & ekspresi); tidak efisien menggunakan kalimat perintah; menanggapi dengan pertanyaan yang tidak biasa diajukan; lebih suka tugas yang tidak mengandalkan pendengaran; tidak dapat membedakan ide pokok saat bicara; sulit membedakan bunyi kata yang mirip; tidak dapat cerita ulang atas cerita yang baru didengar; sulit identifikasi & menghasilkan ritme pada kata-kata; mengabaikan awalan & akhiran tertentu; tidak dapat mengulang serangkaian kata atau angka yang disebut secara verbal.

2) Kecerdasan logis-matematis Kemampuan menggunakan angka secara efektif dan penalaran secara baik. Kecerdasan logis-matematis mencakup: perhitungan matematis; berfikir logis; pemecahan masalah; pertimbangan deduktif dan induktif; ketajaman akan pola-pola dan hubungan.

Karakteristik: Gemar

bereksperimen;

pandai

mengkategorikan

sesuatu;

melakukan

pengukuran-

pengukuran; menganalisa; kuantifikasi; menuntut bukti konkrit dan empiris; memberikan penjelasan logis (terkait linguistik); dapat mengkonstruksikan solusi sebelum diartikulasikan;

Tanda-tanda kesulitan: Sulit menguasai konsep yang bersifat kuantitatif dan hubungan sebab-akibat; sulit menangkap simbol dan konsep abstrak; kurang terampil memecahkan masalah secara logis; sulit memahami pola-pola dan hubungan; tidak mampu mengajukan dan menguji hipotesis; tidak 5

tertarik pada bahan informasi angka dan grafik; kurang tertarik pada operasi kompleks yang melibatkan angka dan komputer; tidak tertarik pada bidang-bidang yang akrab dengan operasi angka dan pengembangan wawasan baru. 3) Kecerdasan Visual – Spasial Kemampuan berpikir secara visual, imajinatif dan kreatif, khususnya terhadap objek tiga dimensi. Kecerdasan visual-spasial meliputi: kemampuan mengenali objek dari sudut pandang yang berbeda; kemampuan membayangkan ruang gerak & jarak secara internal pada suatu konfigurasi; kemampuan memahami hubungan spasial antara dirinya dengan benda lain.

Karakteristik: Peka dan cermat dalam mengamati suatu objek; mampu berpikir dalam gambar; menemukan pemecahan masalah tanpa menuliskan sesuatu; mudah membayangkan bentuk-bentuk geometri atau bangun tiga dimensi; mampu memvisualisasikan sesuatu dalam grafik; pandai mengarahkan diri dalam ruang secara tepat;

Kecenderungan lain: Suka bermain puzzle dan maze, menggambar, bermain balok; tampak sering melamun; mengamati lingkungan secara holistik; menyimpan informasi secara nonsekuen; menyukai presentasi visual; suka mencari kesalahan detail yang diabaikan orang lain; kesadaran akan jarak dan orientasi tubuh mereka. kemampuan visual-spasial ini biasa menonjol pada anak tuna rungu

4) Kecerdasan kinestetik Kemampuan menggunakan badan untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan dan menyelesaikan problem (Amstrong, 1994; Gardner, 1993; Lazear, 1991). Kemampuan untuk menggerakkan objek dan mengembangkan keterampilan motorik yang halus. Kecerdasan ini mencakup: keseimbangan; kelenturan; kegesitan; ketangkasan; kontrol; keanggunan; dan ketahanan dalam gerak tubuh.

Karakteristik: Kecenderungan

bertubuh

atletis;

menguasai

banyak

keterampilan

fisik;

memiliki

keterampilan motorik halus dan kasar yang baik; merasakan dan mampu melakukan 6

bagaimana seharusnya tubuh membentuk; menggunakan tubuh untuk ekspresikan ide & perasaan; terampil menghasilkan dan memindahkan sesuatu dengan tangan & gerak kinestetik lain. Kecenderungan lain Senang bergerak; sulit diminta duduk diam; senang menyentuh sesuatu; koordinasi gerak tubuh yang baik; tangkas dan cepat; senang dengan kerajinan tangan; merespon dengan baik komunikasi nonverbal; memecahkan masalah dengan tubuhnya.

5) Kecerdasan musik Kemampuan memahami dan menyusun pola titi nada, irama, dan melodi. Tingkat sensitivitas dan kemampuan mengenali, mengikuti, dan menghasilkan berbagai pola titi nada. Stimulasi kecerdasan ini berpengaruh besar terhadap aspek kecerdasan lainnya, terutama logis, linguistik dan spasial (khusus dari musik klasik).

Karakteristik: Mudah mengenali dan mengingat nada-nada; cakap mentransformasikan kata-kata menjadi lagu; pintar melantunkan beat lagu dengan bagus; suka menggunakan kosa kata musikal; peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara pada sebuah potongan komposisi musik. Kecenderungan lain Suka menyanyi dan memutar lagu-lagu; suka melakukan gerak berirama; suka melakukan kegiatan diiringi musik; menggambar dengan musik; suka memanipulasi komposisi musik; mencoba-coba membuat alat musik.

6) Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Kakteristik: Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain; pandai menjalin hubungan sosial; mampu mengetahui dan menggunakan berbagai cara saat berinteraksi; mampu merasakan perasaan, pikiran dan tingkah laku serta harapan orang lain; mampu bekerjasama dengan orang lain; pandai mempengaruhi orang lain; mau menerima dan memanfaatkan balikan orang lain. 7

Kecenderungan lain Biasanya lebih menonjol dan terpilih menjadi pemimpin kelompok; menikmati suasana kebersamaan; tertarik pada perbedaan budaya dan kegiatan sosial; gemar humor saat berkomunikasi. 7) Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakannya dalam mengarahkan kehidupan sendiri. Karakteristik: Memiliki kepekaan perasaan dan situasi yang tengah berlangsung; memahami diri dan memiliki citra diri yang positif; mampu berinstrospeksi; mampu mengendalikan diri dalam situasi konflik; mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam lingkungan sosial; tahu kepada siapa harus minta bantuan saat memerlukan.

Ciri-ciri lain Umumnya memiliki etika yang baik; terkadang tampak pemalu dan pendiam di lingkungan sosial; mampu menemukan cara untuk mengekspresikan perasaan dan pemikirannya secara tepat; mampu mengungkapkan diri dengan baik; memiliki motivasi untuk mencapai yang diinginkan; kerap penasaran akan makna hidup, relevansi dan tujuan sesuatu; sering membuat catatan dan gambar mengenai perasaannya; mencari dan berusaha memahami pengalaman batinnya; memiliki tanggung jawab kemanusiaan; kadang lebih suka bekerja sendiri (bukan berarti antisosial); merasa bebas untuk berkreasi.

8) Kecerdasan Naturalis Kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali dan mengklasifikasikan tanaman, batu-batuan, berkenaan

binatang, dan artefak atau simbol-simbol budaya. dengan

kemampuan

mengamati

dan

merasakan

Kecerdasan naturalis bentuk-bentuk

dan

menghubungkan elemen-elemen yang ada di alam.

Karakteristik: Memiliki ketertarikan yang besar pada dunia luar, sangat berminat pada lingkungan, bumi, dan spesies; gemar mengumpulkan benda-benda alam; pandai menandai kesamaan dan perbedaan yang ada di sekitar, mengingat dan menandai kekhasan suatu benda, tumbuhan atau binatang; selalu ingin mengetahui detail benda dan makhluk di sekitar.

8

Kecenderungan lain Lebih menyukai bermain di luar rumah; suka menyendiri dan mengamati benda-benda atau makhluk di sekitar; suka memandangi benda-benda angkasa, dan perubahan alam; tidak takut dengan binatang yang umumnya dipandang menjijikkan; menikmati benda, cerita, dan tontonan tentang fenomena alam; serta menikmati dan gemar berkemah, hiking dan sejenisnya. Di samping kedelapan inteligensi di atas, masih terdapat dua kandidat inteligensi yaitu inteligensi eksistensial dan inteligensi spiritual. Namun, Gardner belum begitu yakin bahwa keduanya merupakan inteligensi, sebab masih belum ditemukan bukti-bukti kuat bahwa keduanya memenuhi syarat-syarat sebagai inteligensi.

2.3 Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model PBL merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Menurut Arends (2008), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri.

2.4 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah Sintaks suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Pada pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari lima langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1

Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah Tahap Tahap-1 Orientasi siswa pada masalah

Tingkah Laku Guru Guru

menjelaskan

menjelaskan

logistik

tujuan yang

pembelajaran, dibutuhkan,

mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi

9

Tahap

Tingkah Laku Guru siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

Tahap-2

Guru meminta siswa untuk mendefenisikan dan

Mengorganisasi siswa untuk

mengorganisasikan

belajar

berhubungan dengan masalah tersebut.

tugas

belajar

yang

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan Tahap-3

informasi

yang

sesuai,

melaksanakan

Membimbing penyelidikan

eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan

individual maupun

pemecahan masalah.

kelompok Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Tahap-5

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi

Menganalisis dan

atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan

mengevaluasi proses

proses-proses yang mereka gunakan.

pemecahan masalah (Arends, 2008) Menurut Trianto (2010), di dalam kelas pembelajaran berdasarkan masalah peran guru berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru di dalam kelas pembelajaran berdasarkan masalah antara lain sebagai berikut : 1. Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari. 2. Memfasilitasi/membimbing

penyelidikan

misalnya

melakukan

pengamatan

atau

melakukan eksperimen/percobaan. 3. Memfasilitasi dialog siswa. 4. Mendukung belajar siswa.

2.5 Implementasi Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran Fisika Menurut Sugiharti (2005), model pembelajaran fisika yang kreatif dan aplikatif berdasarkan keragaman kecerdasan peserta didik, dapat memberikan pengalaman belajar

10

yang menyenangkan bagi peserta didik. Penelitian yang dilakukan Muatallah (2008) mengenai hubungan aspek multiple intelligences dengan kinerja siswa pada pembelajaran fisika menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antar berbagai aspek kecerdasan majemuk dengan kinerja siswa pada siswa kelas X MAN Godean tahun ajaran 2007/2008. Penerapan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk untuk meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik di Sekolah Menengah Atas didasarkan pada pemikiran untuk memenuhi tiga visi yaitu: (1) mencocokkan pembelajaran dengan cara belajar peserta didik, (2) mendorong peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dan membangun seluruh potensi kecerdasan yang dimiliki semaksimal mungkin, dan (3) menghargai keragaman. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, tampak bahwa dengan menerapkan teori kecerdasan majemuk dalam pembelajaran Fisika dapat meningkatkan hasil belajar Fisika serta prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran siswa tidak dituntut untuk menghafal konsep, rumus dan lainnya yang membuat siswa merasa bosan dan tidak tertarik dalam belajar fisika. Dalam pembelajaran dengan menerapkan kecerdasan majemuk ini, siswa diharapkan dapat belajar sesuai dengan cara mereka sendiri. Atau sesuai dengan kecerdasan yang mereka miliki.Kenyataannya memang tidak semua kecerdasan majemuk dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika.Namun bukan berarti tidak mungkin, apabila peserta didik yang bersangkutan terus mengasah kecerdasan tersebut. Maka lamakelamaan kecerdasan majemuk yang awalnya kurang menonojol dalam diri peserta didik akan menjadi lebih menonjol.

11

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian Observasi dilakukan di Unimed dengan cara memberikan tes kepada responden yang berjumlah 15 orang.

b. Waktu Penelitian c. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 November 2016 mulai pukul 13.50 – 14.50 WIB.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Unimed Fisika Dik D2014 b. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa Dik D 2014 yang berjumlah 15 orang.

3.3 Instrumen Penelitian Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal pilihan berganda sebanyak 30 soal.

3.4 Prosedur Penelitian Prosedur peneletian yang akan dilakukan terdiri dari beberapa langkah yaitu : Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Tahap Awal a. Menentukan masalah b. Menentukan lokasi dan waktu penelitian c. Menentukan populasi dan sampel d. Menyusun instrument penelitian 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian a. Membuat persetujuan dengan responden 12

b. Memberikan tes awal (pretes) kepada responden c. Meberikan materi hukum Newton sesuai dengan sintaks model pembelajaran berbasis masalah d. Memberikan Postes 3. Tahap Akhir Penelitian a. Menganalisis data dari hasil penelitian b. Menarik kesimpulan dari penelitian

13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian a. Data Pretes Berikut adalah hasil data postes yang dimiliki oleh 15 orang mahasiswa sesudah diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah. Tabel 4.1 Hasil Data Pretes Jumlah Soal Kecerdasan Ganda Nama Responden Matematis Matematis Spasial Spasial Logis Logis 1 11 19 3 5 2 11 19 5 6 3 11 19 3 7 4 11 19 4 3 5 11 19 2 5 6 11 19 5 8 7 11 19 5 10 8 11 19 5 6 9 11 19 4 3 10 11 19 5 5 11 11 19 1 8 12 11 19 5 8 13 11 19 6 9 14 11 19 5 4 15 11 19 4 6 Rata-Rata

Jumlah Score Keseluruhan 26,66666667 36,66666667 33,33333333 23,33333333 23,33333333 43,33333333 50 36,66666667 23,33333333 33,33333333 30 43,33333333 50 30 33,33333333 34,44444444

Kemampuan Menjawab Benar Matematis Spasial Logis 27% 26% 45% 32% 27% 37% 36% 16% 18% 26% 45% 42% 45% 53% 45% 32% 36% 16% 45% 26% 9% 42% 45% 42% 55% 47% 45% 21% 36% 32% 38% 33%

Dari data diatas dapat kita lihat bahwa kemampuan kecerdasan matematis logis dan spasial dari mahasiswa masih tergolong rendah. Dimana rata-rata kemampuan siswa yang dapat menjawab soal matematis logis hanyalah 38 %, dan rata-rata kemampuan siswa yang dapat menjawab soal spasial hanyalah 33% yang ditunjukkan oleh rata-rata keseluruhan nilai yang diperoleh oleh mahasiswa ialah 34,5. Data tersebut dihasilkan sebelum peneliti menerapkan model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan kecerdasan ganda yang dimiliki oleh masing-masing mahasiswa pada materi pokok hukum Newton.

14

b. Data Postes Berikut adalah hasil data postes yang dimiliki oleh 15 orang mahasiswa sesudah diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah. Jumlah Soal Nama Responden Matematis Logis 1 11 2 11 3 11 4 11 5 11 6 11 7 11 8 11 9 11 10 11 11 11 12 11 13 11 14 11 15 11

Spasial 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 Rata-Rata

Kecerdasan Ganda Matematis Logis 6 10 6 7 8 9 9 10 9 7 5 10 10 9 8

Spasial 14 18 16 17 1 15 13 17 10 12 15 15 14 4 15

Jumlah Score Keseluruhan 66,66666667 93,33333333 73,33333333 80 30 80 73,33333333 90 63,33333333 63,33333333 66,66666667 83,33333333 80 43,33333333 76,66666667 70,88888889

Kemampuan Menjawab Benar Matematis Spasial Logis 55% 74% 91% 95% 55% 84% 64% 89% 73% 5% 82% 79% 82% 68% 91% 89% 82% 53% 64% 63% 45% 79% 91% 79% 91% 74% 82% 21% 73% 79% 75% 69%

Dari data tabel diatas dapat kita lihat bahwa setelah dilakukannya atau diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah mahasiswa dapt meningkatkan tingkat kecerdasannya, hal tersebut dapat kita lihat dari hasil postes mahasiswa, dimana mahasiswa rata-rata kemampuan siswa yang dapat menjawab soal matematis logis sudah mencapai hasil 75 %, dan rata-rata kemampuan siswa yang dapat menjawab soal spasial sudah mencapai 69% yang ditunjukkan oleh rata-rata keseluruhan nilai yang diperoleh oleh mahasiswa ialah 70,88. Jadi dari hasil yang diperoleh diatas dapat kita lihat bahwa model pembelajaran berbasis masalah mampu meningkatkan kemampuan kecerdasan ganda mahasiswa.

15

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah yang memperhadapkan siswa kepada masalah yang akan mereka temukan sendiri pemecahan masalahnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan kecerdasan matematis logis dan kecerdasan spasial mahasiswa dapat meningkat secara signifikan, dimana data pretes menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan siswa yang dapat menjawab soal matematis logis hanyalah 38 %, dan rata-rata kemampuan siswa yang dapat menjawab soal spasial hanyalah 33% yang ditunjukkan oleh rata-rata keseluruhan nilai yang diperoleh oleh mahasiswa ialah 34,5 sedangkan data postes menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan siswa yang dapat menjawab soal matematis logis sudah mencapai hasil 75 %, dan rata-rata kemampuan siswa yang dapat menjawab soal spasial sudah mencapai 69% yang ditunjukkan oleh rata-rata keseluruhan nilai yang diperoleh oleh mahasiswa ialah 70,88. 5.2 Saran Diharapkan kepada guru-guru yang mengajar bidang studi fisika dapat menerapkan proses pembelajaran berbasis masalah di dalam sekolah, agar dapat meningkatkan kemampuan kecerdasan ganda yang dimiliki oleh masing-masing mahasiswa.

16

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. 2008. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Bryan, J. 2005. Physics activities for family math and science nights. Journal of Physics Teacher Education Online. 3(2): 19-21 Djamarah, S., dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Gardner, H. 2003. Multiple Intelligences: The Theory in Practice. New York : John Wiley (Terjemahan Alexander Sindoro) Kemendikbud, (2013b), Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum, Kemendikbud, Jakarta. Mudyahardjo, R. 2010. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Presseisen, B.Z. 1985. “Thinking Skills: Meanings and Models”, dalam Developing Minds. A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD Savery, J.R., (2006), Overview of Problem-based Learning: Definitions and Distinctions, The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning 2 (1). Slameto. 2011. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiharti, P. 2005. Penerapan Teori Multiple Intelligence Dalam Pembelajaran Fisika.Jurnal Pendidikan Penabur, Vol.5, Hal. 29-42 Suparno, P. 2004. Teori inteligensi Ganda dan Aplikasinya. Yogyakarta; Kanisius Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inofatif-Progresif. Jakarta: Kencana. Yore, L.D. & Hand, B. 2010. Epilogue: Plotting a Research Agenda for Multiple Representations, Multiple Modality, and Multimodal Representational Competency. Springer Res Sci Educ (40):93–101

17

LAMPIRAN Instrumen Soal Matematis Logis 1. Apabila dimensi panjang, massa, dan waktu berturut-turut adalah L, M, dan T maka dimensi gaya adalah a. ML2 b. MLT-1 c. M-1LT d. MLT-2 e. MLT 2. Sebuah benda bermassa 6 kg bergerak pada bidang datar licin, kecepatan benda berkurang dari 25 m/s menjadi 9 m/s setelah bergerak selama 4 sekon. Gaya mendatar yang berkerja pada benda adalah sebesar a. 8 N b. 12 N c. 24 N d. 32 N e. 48 N 3. Mobil dengan masssa 700 kg mogok di jalan yang datar. Mobil tersebut ditarik oleh truk derek menggunakan kabel dengan posisi horizontal. Kabel truk derek tersebut akan putus jika tegangannya melebihi 1400 newton. Percepatan maksimum yag dapat diterima mobil mogok itu dari truk derek adalah..... a. 2 ms-2 b. 0,2 ms-2 18

c. 0,5 ms-2 d. 5 ms-2 e. 700 ms-2 4. Jika sebuah balok bermassa 20 kg ditarik dengan pegas dengan gaya 450 N, maka percepatan yang dihasilkan benda adalah..... a. 9000 m/s2 b. 22,5 m/s2 c. 470 m/s2 d. 0,04 m/s2 e. 225 m/s2 5. Sebuah benda dian ditarik oleh 3 gaya seperti pada gambar

F1 = 12 N F3 = 36 N

F2 = 24 N

Bedasarkan gambar diatas diketahui 1. Percepatan benda nol 2. Benda bergerak lurus beraturan 3. Benda dalam keadaan diam 4. Benda akan bergerak jika berat benda lebih kecil dari gaya tariknya Pernyataan yang benar adalah..... a. 1 dan 2 b. 1 dan 3 c. 2 dan 3 d. 1, 2 dan 3 e. Semua benar 6. Sebuah mobil bermassa 1500 kg sedang melaju dengan kelajuan 108 km/jam. Maka resultan gaya yang diperlukan untuk menghentikan mobil itu dalam jarak henti 60 m adalah..... a. -11250 N b. -11350 N c. -12250 N d. 12250 N e. 1225 N

19

7. Benda bermassa 50 kg bergerak dengan kecepatan 4 m/s. Besar gaya perlawanan yang diperlukan agar benda tersebut tepat berhenti 10 m dari tempat semula gaya mulai bereaksi adalah ..... a. – 80 N b. – 40 N c. 20 N d. 40 N e. 80 N 8. Balok bermassa 3 kg diletakkan diatas meja kemudian diikat tali yang dihubungkan batu B bermassa 2 kg melalui sebuah katrol. Massa dan gesekan katrol diabaikan, g = 10 m/s2. Tentukan percepatan sistem dan tegangan tali jika meja kasar dengan koefisien gesek kinetik µk = 0,4 ..... a. 16,8 m/s2 b. 1,68 m/s2 c. 0,68 m/s2 d. 0,08 m/s2 e. 0,86 m/s2 9. Budi, Andi, Ali dan Adi mendorong sebuah benda. Budi dan Andi mendorong dari belakang, sedangkan Ali dan Andi mendorong dari arah depan, ternyata benda tersebut tetap diam, jika besar gaya yang diberikan Budi, Andi dan Ali adalah 150 N, 300 N, dan 100 N, maka besar gaya diberikan Adi adalah.... a. 500 N b. 450 N c. 400 N d. 350 N e. 300 N 10. Benda dengan massa 50 kg bergerak dengan kecepatan 4 m/s. Besar gaya perlawanan yang diperlukan agar benda tersebut berhenti 10 m dari tempat semula adalah.... a. 80 N b. 40 N c. 20 N d. 10 N e. 5 N 11. Seseorang yang massanya 80 kg ditimbang dalam sebuah lift, jarum ditimbangan menunjukkan angka 1000 N, percepatan gravitasi bumi (10 m/s2). Dapat disimpulkan bahwa... a. Lift sedang bergerak ke atas dengan kecepatan tetap b. Lift sedang bergerak ke bawah dengan kecepatan tetap 20

c. d. e.

Lift sedang bergerak dengan percepatan tetap Lift sedang bergerak ke bawah dengan percepatan tetap Lift sedang tidak bergerak

Instrumen Soal Kecerdasan Spasial 12. Ketika seekor kuda menarik gerobak maka yang menyebabkan gerobak bergerak maju adalah gaya… a. Yang dilakukan kuda pada gerobak b. Yang dilakukan gerobak pada kuda c. Yang dilakukan kuda pada bumi d. Yang dilakukan bumi pada kuda e. Yang dilakukan oleh gaya gravitasi bumi 13. Pernyataan yang benar tentang konsep gaya, gaya dapat..... 1. Mengubah kecepatan benda 2. Mengubah arah gerak benda 3. Mengubah bentuk benda 4. Mengubah ukuran benda Pernyataan yang benar adalah a. 1, 2 dan 3 b. 1, 2 dan 4 c. 1, 2 , 3 dan 4 d. 1, 3 dan 4 e. 1 dan 4 14. Perhatikan pernyataan berikut! 1. Arahnya berlawanan dengan kecenderungan gerak benda gerak benda relatif terhadap bidang 2. Usaha yang dilakukan dapat bernilai negative 3. Untuk benda yang diam, nilai maksimumnya bergantung pada masa benda dan koefisien gesek statis 4. Menyebabkan tidak berlakunya Hukum Kekekalan Energi Mekanik Dari penyataan diatas, yang merupakan kondisi yang ditimbulkan gaya gesekan adalah a. 1, 2 dan 3 b. 1, 2, 3 dan 4 21

c. 1 dan 3 d. 2 dan 4 e. 3 15. Pernyataan berikut yang sesuai dengan Hukum I Newton adalah a. Bila ∑F=0, beban yang mula- mula bergerak akan terus bergerak dengan kelajuan tetap b. Bila ∑F=0, benda yang mula-mula diam akan bergerak c. Bila ∑F=0, benda yang mula-mula bergerak akan diam d. Bila ∑F=0, benda yang bergerak akan dipercepat e. Bila ∑F=0, benda akan bergerak melingkar beraturan 16. Gaya yang arahnya selalu berlawanan dengan arah gerak benda disebut... a. Gaya gesekan b. Gaya gravitasi c. Gaya negatif d. Gaya nol e. Gaya normal 17. Sebuah benda bergerak pada permukaan bidang yang kasar, maka selama benda bergerak..... a. Gaya normal tetap, gaya gesekan berubah b. Gaya normal berubah, gaya gesekan tetap c. Gaya normal dan gaya gesekan keduanya tetap d. Gaya normal dan gaya gesekan keduanya berubah e. Gaya normal dan gaya gesekan kadang-kadang berubah dan tetap bergantian 18. Hukum I Newton disebut juga dengan kelembaman, karena… a. Sifat benda yang elastic b. Sifat benda yang bergerak c. Sifat benda yang cenderung mempertahankan keadaan geraknya (diam atau bergerak) d. Sifat benda yang tidak mempertahankan keadaan geraknya e. Sifat benda yang tidak mau bergerak 19. Ketika sebuah pesawat terbang menjauh dari permukaan bumi, maka a. Massanya bertambah b. Massanya berkurang c. Beratnya bertambah 22

d. Beratnya berkurang e. Beratnya tetap 20. Ketika bola tennis dijatuhkan ke lantai, kemudian bola akan terpantul kembali ke udara disebabkan adanya..... a. Gaya gesek antara bola dengan udara b. Gaya tarik udara terhadap bola c. Gaya gravitasi dari lantai d. Gaya reaksi dari lantai e. Gaya normal dari lantai 21. Perhatikan gambar dan pernyataan berikut!

1. Kelembaman kelereng tidak dapat menetang gerak cepat kertas sehingga kelereng tidak jatuh terguling. 2. Kelembangan kelereng dapat menetang gerak cepat kertas sehingga kelereng tidak terguling. 3. Kelembangan kelereng dapat menetang gerak pelan kertas sehingga kelereng tidak jatuh terguling 4. Kelembaman kelereng tidak dapat menetang gerak pelan kertas sehingga kelereng jatuh terguling. Ketika kertas ditarik pelan, kelereng jatuh terguling sedangkan kertas ditarik dengan cepat ternyata kelereng tidak jatuh dan tetap diatas meja. Alasan yang sesuai u tuk menjawab pertanyaan tersebut ditunjukkan oleh pernyataan nomor ..... a. 1 dan 3 b. 1 dan 4 c. 2 dan 3 d. 2 dan 4 e. 1, 2, dan 3

23

22. Sebuah bola tenis dilempar ke tembok, maka yang mengalami gaya kontak yang lebih besar sesaat setelah tumpukan adalah..... a. Tembok b. Bola tenis c. Udara d. Si pelempar e. Tidak ada yang benar

23. Dari gambar berikut ini yang merupakan pasangan aksi-reaksi adalah.....

NA

NB FBA

F

A

B

FAB

WA

WB

a. NA dan NB b. NB dan WA c. FAB dan FBA d. NA dan FBA e. NB dan FAB 24. Contoh gaya gesekan: 1. Kita dapat berjalan tanpa terpeleset 2. Kendaraan beroda dapat bergerak 3. Hancurnya benda langit saat jatuh ke bumi 4. Gesekan air saat berenang Pernytaan yang benar tentang contoh dari gaya gesekan adalah...... a. 1, 2 dan 3 b. 1 dan 3 24

c. 2 dan 4 d. Hanya 4 e. 1, 2, 3, dan 4 25. Perhatikan peristiwa sehari-hari berikut ini: 1. Kaki terasa sakit ketika tersandung batu 2. Kita tidak bisa berdiri dengan posisi miring dengan satu kaki 3. Untuk menghindar dari bahaya akibat pengereman mendadak, pengemudi harus menggunakan sabuk pengaman 4. Senapan terdorong ke belakang ketika peluru ditembakkan ke depan pernyataan yang merupakan contoh berlakunya hukum Newton ditunjukkan pada nomor... a. 1 dan 2 b. 2 dan 3 c. 1, 3 dan 4 d. 1, 2, dan 3 e. Semua benar 26. Seorang nelayan berada di dalam perahu, ketika sampai di pelabuhan, nelayan melompat dari perahu terdorong ke belakang. Dari hukum III Newton diketahui bahwa besar gaya aksi reaksi pada dua benda yang berbeda selalu sama besar tetapi berlawanan arah. Hal ini berarti ..... a. Resultan gaya pada benda sama dengan nol b. Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda sebanding c. Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu benda sebanding dengan massa benda d. Untuk gaya aksi reaksi bekerja pada satu garis e. Semua benar 27. Besarnya gaya gesek yang dialami peti yang didorong diatas lantai yang kasar bergantung pada: 1. Massa benda 2. Percepatan gravitasi 3. Koefisien gesekan 4. Luas permukaan bidang gesekan Pernyataan benar adalah.... a. 1, 2 dan 3 b. 1 dan 3 c. 2 dan 4 d. Hanya 4 e. 1, 2, 3, dan 4 28. Budi menendang tembok dengan sepatunya, jari kakinya dibalut karena patah. Pada kejadian tersebut yang menyebabkan jari kaki Budi patah adalah.... a. Karena kaki Budi tidak memiliki gaya b. Karena gaya jari kaki Budi lebih kuat dari gaya tembok 25

c. Karena gaya jari kaki Budi sama dengan gaya tembok d. Karena gaya jari kaki Budi lebih kecil dari gaya tembok e. Karena gaya jari pada tembok 29. Dari hukum II Newton dapat disimpulkan bahwa jika gaya yang bekerja pada sebuah benda berubah, maka. . . . a. Massa dan percepatannya berubah b. Massa dan percepatannya tidak berubah c. Massa berubah dan percepatannya tidak berubah d. Massa tidak berubah dan percepatannya berubah e. Volumenya berubah 30. A naik bus dan bergerak dengan kecepatan 40 km/jam. Tiba-tiba bus di rem secara mendadak, akibatnya A terdorong ke muka. Hal ini disebabkan karena a. Gaya dorong bus b. Gaya dari rem c. Sifat kelembaman dari A d. Sifat kelembaman dari bus e. Gaya berat A

26

Related Documents


More Documents from "mufdi alhusri"

Rekayasa Ide Kelompok 2
February 2021 1
February 2021 2
February 2021 2