Rekayasa Organ Target Daun

  • Uploaded by: mella maulida
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rekayasa Organ Target Daun as PDF for free.

More details

  • Words: 4,457
  • Pages: 26
Loading documents preview...
MAKALAH Rekayasa Teknologi Produksi Tanaman Organ Target Daun Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Rekayasa Teknologi Produksi Tanaman

Disusun oleh: Kelompok 3 Rosi Rosidah

150510140026

Fanny Devany

150510140027

Ruth Widya Oktavia Sirait

150510140032

Dwi Harya Yudistira

150510140040

Universitas Padjadjaran Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi 2015

Kata Pengantar Dengan menyebut nama Alah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya. Yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dalam makalah ini dibahas mengenai rekayasa teknologi produksi tanaman pada komoditas tanaman dengan organ target daun. Adapun makalah ini mengambil fokus bahasan pada empat komoditas tanaman yaitu Kayu putih, Pakcoy, Stevia dan Mint. Makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun dari segi lainnya. Makadari itu kami harapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi

pembaca.

Sumedang, 12 November 2015 Penulis,

Kelompok 3

Daftar isi Kata Pengantar........................................................................................................... 2 Daftar isi..................................................................................................................... 3 Daftar Tabel................................................................................................................ 4 Daftar Gambar............................................................................................................ 5 Pendahuluan............................................................................................................... 6 Pembahasan............................................................................................................... 7 1.1

Komoditas Kayu Putih.................................................................................... 7

1.1.1

Pemafaatan Kayu putih............................................................................7

1.1.2

Sifat Tanaman Kayu putih........................................................................7

1.1.3

Kriteria Kualitas yang Baik pada Kayu putih............................................8

1.1.4

Rekayasa Teknologi Produksi Tanaman Kayu putih..................................9

1.2

Komoditas Pakcoy........................................................................................ 12

1.2.1

Pemanfaatan Pakcoy.............................................................................13

1.2.2

Sifat Tanaman Pakcoy............................................................................13

1.2.3

Kriteria pakcoy kualitas tinggi...............................................................14

1.2.4

Rekayasa teknologi budidaya tanaman pakcoy dengan pupuk organik 14

1.2.5

Hasil rekayasa hidroponik NFT...............................................................16

1.3

Komoditas Stevia......................................................................................... 17

1.3.1

Pemanfaatan Stevia............................................................................... 17

1.3.2

Sifat Tanaman Stevia............................................................................. 17

1.3.3

Kriteria Kualitas yang Baik Pada Tanaman Stevia..................................18

1.3.4

Rekayasa Teknologi Produksi Tanaman Stevia.......................................18

1.4

Komoditas Mint........................................................................................... 19

1.4.1

Pemanfaatan Daun Mint........................................................................19

1.4.2

Sifat Komoditas...................................................................................... 19

1.4.3

Rekayasa Tanaman Mint........................................................................20

Penutup.................................................................................................................... 22 Daftar Pustaka.......................................................................................................... 24

Daftar Tabel Table 1.Rekapitulasi hasil pengukuran biomassa tunas kayu putih di BKPHSukun (Summarized result of biomass measurement of kayu putih sprout atBKPHSukun)...........................................10 Table 2. Komponen hasil tanaman mint (Mentha arvensis L.) dengan perlakuan penggunaan Trichoderma harzianum.................................................................................................................21

Daftar Gambar Gambar 1.Tanaman Kayu Putih.......................................................................................................8 Gambar 2.Kurva hubungan antara produksi biomassa dan umur tunas dengan Model MorganMercer-Flodin (Morgan-Mercer-Flodin ) Figure Curve of the correlation between biomass production and sprout age with Model).........................................................................................12 Gambar 3.Pemanenan Kayu Putih.................................................................................................13 Gambar 4.Tanaman Pakcoy...........................................................................................................13 Gambar 5.Design Konstruksi Hidroponik NFT.............................................................................17 Gambar 7.Tanaman Stevia.............................................................................................................18 Gambar 6.Tanaman Mint...............................................................................................................20

Pendahuluan Daun merupakan salah satu organ vegetatif tanaman. Pada umumnya daun berupa lembaran berwarna hijau dengan bentuk bulat, lonjong, atau membentuk pita. Tumbuh melekat pada batang, cabang dan ranting. Arah tumbuh daun adalah fototropisme positif (mengarah kepada arah datang sinar matahari). Bagian dari daun adalah pangkal daun, upih/ pelepah daun, tangkai daun dan helai daun. Berdasarkan bagian-bagian tersebut daun digolongkan menjadi daun lengkap dan daun tidak lengkap. Daun memiliki peran penting dalam proses metabolisme tanaman. Fungsi dari daun adalah sebagai organ pengambilan zat makanan (reabsorpsi), pengolahan zat makanan (asimilasi), penguapan uap air (transpirasi) dan pernafasan (respirasi). Pada daun juga didapati klorofil yang berperan dalam penangkapan cahaya untuk selanjutnya dilakukan proses perubahan energi cahaya menjadi sumber makanan (fotosintesis). Daun tidak hanya berperan dalam berlangsungnya proses metabolisme tanaman. Lebih dari itu, daun merupakan organ target produksi dari beberapa komoditas tanaman budidaya baik dalam lingkup perkebunan, tanaman industri dan hortikultura. Dalam praktik budidaya komoditas organ target daun, didapati berbagai kendala. Salah satunya adalah kendala dalam peningkatan produktifitas hasil. Pada makalah ini dilakukan pembahasan terhadap beberapa komoditas yaitu, tanaman kayu putih, pakcoy, stevia dan mint. Pemanfaatan daun dapat dikarenakan oleh kandungan kimia yang terdapat pada jenis daun tersebut seperti pada kayu putih, stevia dan mint. Atau dapat pula dengan mengkonsumsi langsung seperti pada tanaman pakcoy.

Pembahasan 1.1 Komoditas Kayu Putih

Gambar 1.Tanaman Kayu Putih

1.1.1 Pemafaatan Kayu putih

Kayu putih merupakan salah satu tanaman obat. Kulit dari pohon kayu putih dapat dimanfaatkan sebagai penenang. Daunnya yang terasa pedas, kelat dan hangat dapat dimanfaatkan untuk menghilangkan sakit,peuruh keringat, anti reumatik, dan peluruh kentut. Buah dari kayu putih dapat digunakan untuk meningkatkan nafsu makan, karminatif dan obatobat sakit perut. (Farida yenni, 2012) Sulingan dari daun dan ranting menghaslikan minyak kayu putih. Minyak kayu putih dapat dimanfaatkan untuk obat gosok pada bagian tubuh yang terasa nyeri, sakit gigi, sakit kepala, pegal-pegal dan encok menghilangkan kembung dan gatal akibat gigitan seranggga. 1.1.2 Sifat Tanaman Kayu putih

Klasifikasi tanaman kayu putih adalah sebagai berikut Divisi

: Spermatophyta

Sub Divisi

:Angiospermae

Kelas

:Dicotylodenae

Ordo

:Myrtales

Family

:Myrtaceae

Genus

:Melaleuca

Spesies

: Melaleuca cajuputi subsp. Cajuputi Kayu putih memiliki batang pokok dan tinggi kurang lebih 30 m. Dengan batang

bewarna abu-abu, seperti kertas dengan pucuk pohon berwarna keperakan. Sementara daun memiliki kenampakan yang telab, tidak mengkilat, berwarna hijau, berbentuk lurus atau melengkung dengan panjang pada umumnya 5-10 cm dan lebar 1-4 cm serta berbulu dengan 5-7 tulang daun yang memiliki pajang 3-11 mm dalam setiap helai daun. Kelenjar minyak umumnya kurang jelas. Pucuk daun muda tertutup dengan bulu-bulu yang tebal. Perbungaan berbentuk bulir dan bayak terdapat pada ujung ranting terminal dan ketiak daun. Bunga bersifat biseksual, dengan benutk kapsul dan bertipe dehiscent. (Kartikawati noor, dkk.,2014) 1.1.2.1Syarat tumbuh

Tanah tempat tumbuh dari pohon kayu putih mempunyai persyaratan ringan. Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah yang tandus yang tanaman lain tidak dapat tumbuhdengan baik misalnya dapat tumbuh di daerah bekas hutan jati. Tanaman kayu putih dapat tumbuh di daerah yang mengandung air garam, angin bertiup kencang, kering dan berhawa sejuk. Dengan kondisi seperti di atas maka tanaman ini dapat juga ditanam di daerah pantai dan pegunungan. Karena dapat tumbuh di daerah yang tandus, maka penanaman kayu putih selain untuk mendapatkan minyaknya, juga digunakan untuk mencegah erosi pada tanah yang gundul. Di Indonesia tanaman kayu putih tumbuh di Maluku (pulau Buru, Seram, Nusalaut, Ambon) dan Sumatera Selatan (sepanjang sungai Musi, Palembang), Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya. Di daerah tersebut tanaman kayu putih tumbuh secara alami, sedangkan tanaman yang diusahakan terdapat di Jawa Timur dan Jawa Barat. (dephut,n.d) 1.1.3 Kriteria Kualitas yang Baik pada Kayu putih

Sementara Standart mutu minyak kayu putih menurut EAO adalah sebagai berikut: - Warna : cairan berwarna kuning atau hijau - Berat jenis pada 25o C : 0,908 – 0,925 - Putaran optik : o – (40 ) - Indeks refraksi 200 C : 1,4660 – 1,4720.

- Kandungan sineol : 50% - 65% - Minyak pelikan : Negatif - Minyak lemak :Negatif - Kelarutan dalam alkohol 80% : Larut dalam 1 volume (Rimbawanto anto, dkk.,n.d) Hutan tanaman kayu putih di Jawa cukup besar, diperkirakan Perum Perhutani mengelola sekitar 24.000 ha areal produktif jenis ini dan memiliki 10 Pabrik Pengolahan Minyak Kayu Putih (PMKP). Namun Pengelolaannya belum optimal karena sampai saat ini produksi daun kayu putih masih jauh dari kapasitas terpasang pabrik, yaitu sebesar 53.760 ton daun kayu putih pertahun.(Utomo Pudja, dkk.,2012). 1.1.4 Rekayasa Teknologi Produksi Tanaman Kayu putih

Rekayasa yang dilakukan bertujuan untuk meningkatan rendemen minyak yang dihasikan oleh tanaman kayu putih. Menurut Utomo pudja (2012) Berdasarkan informasi dari model pertumbuhan dan hasil dapat dibuat skenario pemanenan melalui penjadwalan pemangkasan pada umur tunas berapa daun kayu putih mempunyai produktivitas dan kualitas minyak tertinggi atau kombinasi antara produktivitas daun dan kualitas minyak tertinggi dalam satu periode panen. Untuk mencapai hasil yang diharapkan maka perlu dilakukan kajian ilmiah tentang model pertumbuhan dan hasil tunas daun kayu putih yang dapat digunakan sebagai alat dalam pengaturan hasil sebagai dasar menyusun model pengelolaan hutan yang mampu mengatasi masalah produksi daun kayu putih. Salah satu cara untuk menentukan preskripsi pemangkasan (intensitas pangkasan dan lama rotasi) yang optimum adalah dengan memaksimumkan daun kayu putih atau selanjutnya disingkat DKP (merupakan campuran antara ranting dan cabang yang berdiameter < 0,5 cm) melalui model pertumbuhan tunas optimum. Dengan mengetahui model ini akan diperoleh kurva pertumbuhan total tunas maksimum, riap ratarata bulanan tunas dan riap bulan berjalan. Selain itu juga akan diperoleh informasi dimana DKP mempunyai kualitas dan rendemen minyak yang tinggi.

Penelitian tentang model pertumbuhan dan hasil beberapa jenis pada tegakan hutan tanaman sudah banyak dilakukan. Sebaliknya, hingga saat ini belum ada studi di Indonesia yang menggunakan model pertumbuhan dan hasil selanjutnya disebut model produksi daun kayu sistem pemanenan pangkas tunas, padahal informasi seperti itu sangat dibutuhkan oleh pengelola hutan khususnya kelas perusahaan kayu putih. Data biomassa untuk menyusun model produksi daun kayu putih dalam satu rotasi pangkas dibagi dalam 12 umur tunas dan masing-masing umur tunas diubuat petak ukur sebanyak 3 buah. Ukuran petak ukur adalah 25m x 25 m, diperoleh dari hasil kajian penentuan luas optimum petak ukur yang dilakukan sebelum penelitian dilakukan. Penentuan letak plot ukur dan pengumpulan data dilakukan di areal yang mempunyai karakteristik yang sama untuk mengurangi terjadinya keragaman akibat faktor tempat tumbuh, umur tegakan dan varitas tanaman. Rekapitulasi Ratarata Hasil Pengukuran Biomassa pada Petak Ukur Tanaman kayuumurtunas 1 Bulan sampai dengan 12 Bulan, Perhitungan Berat Biomassa Per Pohon dan Per Hektar untuk Penentuan Model Produksi Daun dalam Satu Kali Panen yang dilakukan di Tegakan tanaman kayu putih BKPH Sukun disajikan pada tabel berikut Table 1.Rekapitulasi hasil pengukuran biomassa tunas kayu putih di BKPHSukun (Summarized result of biomass measurement of kayu putih sprout atBKPHSukun)

Gambar 2.Kurva hubungan antara produksi biomassa dan umur tunas dengan Model Morgan- Mercer-Flodin (Morgan-Mercer-Flodin ) Figure Curve of the correlation between biomass production and sprout age with Model)

Dari Tabel 1 di atas dan Gambar 2 dapat diketahui bahwa rata-rata produksi daun segar terus meningkat dari umur tunas 1 bulan sampai dengan umur tunas 11 bulan kemudian menurun pada umur tunas 12 bulan. Pertumbuhan dengan peningkat-an tajam terjadi sampai umur tunas 4 bulan, umur tunas 7 - 11 bulan produksi stabil, yaitu: 7.313 - 10.132 kg/ha dan pada umur tunas 12 bulan menurun. Hal ini dapat

diartikan bahwa umur

tunas 7 bulan dapat dilakukan mulai pemangkasan karena produksi daun mulai stabil. Hubungan antar umur tegakan dan produksi biomassa maupun DKP dapat dimodelkan dengan Beberapa model yang telah digunakan oleh Khamis (2005) (Utomo pudja,2012), dalam tulisannya tentang pemodelan pertumbuhan hasil sawit model pertumbuhan non-linear antara lain yang digunakan adalah model Morgan-Mercer-Flodin. Model ini cocok digunakan untuk menggukur sebuah fenomena

pertumbuhan

yang

menunjukan

sebuah

bentuk

sigmoid

sepanjang waktu. Sedangkan model Gompertz, Logistic, Chapman-Richards dan Log-logistic sering digunakan dalam bidang kehutanan (Fekedulegn, 1999 dalam Utomo pudja, 2012)

Produksi biomassa baik pada tegakan

maupun individu. Pohon meningkat seiring dengan me-ningkatnya Umur tunas. Namun demikian pada umur tunas 12 bulan terjadi penurunan produksi biomassa. Penurunan Pada umur 12 bulan merupakan fenomena alami yang terjadi pada pertumbuhan tunas kayu putih, dimana pada umur tersebut terjadi pemangkasan tunas alami dan perontokan daun tua. Keadaan ini ditunjang pada saat pengambilan data terjadi puncak musim kemarau. Untuk mengetahui berapa besar biomassa yang hilang karena rontok dan saat kapan terjadinya hal tersebut dan apakah setelah tunas berumur 12 bulan atau lebih terjadi penurunan atau justru terjadi kenaikan produksi perlu penelitian lebih lanjut.

Gambar 3.Pemanenan Kayu Putih

1.2 Komoditas Pakcoy

Gambar 4.Tanaman Pakcoy

1.2.1 Pemanfaatan Pakcoy

Tanaman pakcoy biasanya di manfaatkan untuk dijadikan sayur untuk makanan sehari-hari. Selain itu tanaman pakcoy juga memiliki kandungan yang baik untuk tubuh manusia. Kandungan tersebut bisa bermanfaat bagi tubuh seperti: 1. Bermanfaat untuk kesehatan mata Sayuran pakcoy mengandung vitamin A yang banyak. Vitamin A ini sudah diketahui banyak orang bahwa baik untuk mata kita. 2. Membantu proses penyembuhan luka

Vitamin K juga terdapat pada sayuran ini dengan tingkatan yang besar. Manfaat dari vitamin ini adalah membantu pembekuan darah pada luka. Hal ini dapat mencegah kita kehilangan darah yang lebih banyak. 3. Pencegah kanker dalam dosis kecil Terdapat senyawa gluksinolot yang dapat menangani kanker. 4. Kesehatan kulit Vitamin E sangat baik untuk pencegahan penuaan. 5. Baik untuk pencernaan dan mengurangi kolesterol Sayuran ini memiliki serat yang dapat melancarkan proses pencernaan dan mengurangi kolesterol jahat dalam tubuh. Sayuran ini apabila di konsumsi kandungannya akan mengikat asam empedu. 1.2.2 Sifat Tanaman Pakcoy

Pakcoy (Brassica rapa L.) Adalah tipe tanaman sayur-sayuran yang di manfaatkan daunnya dan tergolong kedalam keluarga Brassicaceae. Tanaman pakcoy berasal dari China dan sudah dibudidayakan seusai abad ke-5 dengan cara luas di China selatan, China pusat dan Taiwan. Saat ini pakcoy dikembangkan dengan cara luas di Filipina, Malaysia, Indonesia dan Thailand. Tanaman pakcoy adalah salah satu sayuran penting di Asia, terutama di China. Daun pakcoy bertangkai, berbentuk oval, berwarna hijau tua mengkilat, tak membentuk kepala, tumbuh agak tegak, tersusun dalam spiral rapat dan melekat pada batang yang tertekan. Tangkai daun, berwarna putih agak hijau muda, gemuk dan berdaging, tanaman mencapai tinggi 15-30 cm (Suhardiyanto, 2011).

1.2.2.1Syarat Tumbuh Pakcoy

Pakcoy kurang peka terhadap suhu dibanding sawi putih, sehingga tanaman ini memiliki daya adaptasi lebih tinggi. Pakcoy ditanam dengan kerapatan tinggi yaitu sekitar 20-25 tanaman/meter². Pakchoy memiliki umur panen singkat, tetapi 5 kualitas produk dapat dipertahankan selama 10 hari pada suhu 0 ºC dan RH 95% (Rubatzky dan Yamaguchi,1998 cit. Yogiandre et al., 2011) Budidaya pakcoy, sebaiknya dipilih daerah yang memiliki suhu 15-30 ˚C dan memiliki curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, sehingga tanaman ini cukup tahan untuk dibudidayakan di dataran rendah. Tahapan budidaya pakcoy di dataran rendah dan dataran tinggi juga tidak terlalu

berbeda yaitu meliputi penyiapan benih, pengolahan lahan, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan proses pemeliharaan tanaman. 1.2.3 Kriteria pakcoy kualitas tinggi

Kriteria sayuran pakcoy yang berkualitas tinggi adalah yang memiliki daun yang lebar, berwarna hijau, batangnya pendek, pada satu tanaman terdapat 7 sampai 9 helai daun dan memiliki batag yang tebal. 1.2.4 Rekayasa teknologi budidaya tanaman pakcoy dengan pupuk organik

Hidroponik merupakan salah satu sistem pertanian masa depan karena dapat diusahakan di berbagai tempat, baik di desa, di kota, di lahan terbuka, atau di atas apartemen sekalipun. Luas tanah yang sempit, kondisi tanah kritis, hama dan penyakit yang tak terkendali, keterbatasan jumlah air irigasi, musim yang tidak menentu, dan mutu yang tidak seragam bisa ditanggulangi dengan sistem hidroponik. Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Oleh karena itu, harga jual panennya tidak khawatir akan jatuh. Pemeliharaan tanaman hidroponik pun lebih mudah karena tempat budidayanya relatif bersih, media tanamnya steril, tanaman terlindung dari terpaan hujan, serangan hama dan penyakit relatif kecil, serta tanaman lebih sehat dan produktivitas lebih tinggi (Hartus, 2008). NFT merupakan model budidaya hidroponik dengan meletakkan akar tanaman pada lapisan air yang dangkal. Air tersebut tersirkulasi dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran bisa berkembang di dalam larutan nutrisi. Karena di sekeliling perakaran terdapat selapis larutan nutrisi, maka sistem ini dikenal dengan nama nutrient film technique (NFT) (Lingga, 2011). 1.2.4.1Pembuatan konstruksi hidroponik NFT

a. Bahan disiapkan untuk pembuatan konstruksi hidoponik NFT. b. Konstruksi hidroponik NFT dirancang dengan kemiringan 5% c. Bak larutan nutrisi diletakkan pada posisi sejajar dengan ketinggian minimum dari ujung outlet pipa/talang. d. Pipa talang disusun pada alat hidroponik NFT. e. Pipa lateral yang dilengkapi dengan inlet dipasang pada bak nutrisi. 1.2.4.2 Persemaian tanaman a. Disiapkan tempat persemaian berupa wadah plastik/nampan. b. Wadah diisi dengan media campuran pasir dan arang sekam setinggi 3-4 cm. c. Media dibasahi dengan air sampai lembab.

d. Benih pakcoy ditaburkan di atas media dengan jarak yang tidak terlalu rapat. e. Setelah berumur 1 minggu bibit dipindahkan ke tempat penjarangan tanaman yang berupa polybag dengan media campuran pasir dan arang sekam dengan perbandingan 1:1. 1.2.4.3Pemindahan tanaman ke sistem hidroponik NFT

a. Bak nutrisi diisi dengan larutan nutrisi yang merupakan campuran pupuk A dan B, serta air sesuai dengan takaran yang dicampur merata. b. Larutan nutrisi yang sesuai untuk budidaya tanaman sebaiknya mempunyai EC 11,5 mS/cm untuk pembibitan, 2,7 mS/cm untuk pertumbuhan vegetatif, dan 3,23,5 mS/cm untuk pertumbuhan generatif (Prayitno, 2009). c. Pompa dihidupkan agar nutrisi mengalir di dalam pipa talang. d. Tanaman dipindahkan dari persemaian ke pipa talang setelah berumur 2-3 minggu dan setelah penjarangan bibit tanaman. e. Dilakukan pengamatan yang meliputi pertumbuhan dan produksi tanaman pakcoy Kran

Pipa Talang

Pipa penyangg a

Nutri si

80cm

box 20cm Kemiringan pipa talang 5% Gambar 5.Design Konstruksi Hidroponik NFT

1.2.5 Hasil rekayasa hidroponik NFT

Hasil analisis secara keseluruhan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil pertumbuhan dan produksi tanaman pakcoy dengan menggunakan kemiringan pipa talang NFT

5%. Apabila kemiringan pipa talang yang semakin curam, dapat menyebabkan tanaman akan sulit berdiri tegak dan nutrisi yang diserap sedikit karena alirannya terlalu cepat. Kemiringan pipa talang yang terlalu kecil dapat menyebabkan aliran nutrisi mudah tersumbat karena alirannya terlalu lambat. Kemiringan pipa talang NFT yang berpengaruh paling baik terhadap pertumbuhan tanaman (jumlah daun, tinggi tanaman, dan panjang akar) dan produksi tanaman pakcoy (berat tanaman) terdapat pada kemiringan 5%, dengan hasil rata-rata untuk setiap tanamannya yaitu jumlah daun 9,1 helai, tinggi tanaman 18,4 cm, panjang akar tanaman 41,5 cm, dan berat tanaman 34,49 gr.

1.3

Komoditas Stevia

Gambar 6.Tanaman Stevia

1.3.1 Pemanfaatan Stevia

Salah satu tanaman pemanis selain tebu adalah tanaman stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.). Tanaman berbentuk perdu yang tingginya 1m berasal dari Amambay, yaitu daerah bagian Timur Laut, Paraguay.Daun tanaman ini mengandung pemanis yang disebut steviosida dan rebauosida (Guens,2003). Daun stevia juga dapat dimanfaatkan dalam bidang farmasi yaitu digunakan sebagai terapi dikarenakan daun stevia mengandung antioksidan, anti jamur dan non karsinogenik (Gupta et al.,2013).

1.3.2 Sifat Tanaman Stevia

Stevia ialah tanaman perdu yang memiliki tinggi antara 40-60 cm, berbatang bulat, bebrbulu, beruas, bercabang banyak, dan berwarna hijau. Stevia dapat dikembangbiakkan dengan cara generatif dan vegetatif. Secara vegetatif umumnya diperbanyak dengan stek batang. Perkembangbiakkan secara generatif dilakukan dengan menggunakan biji. Cara ini jarang dilakukan karena untuk mendapatkan biji cukup sulit, waktu pertumbuhan juga lebih lama disamping kandungan stevioside tanaman induk lebih rendah (Lutony, 1993) Daun tunggal berhadapan, berbentuk bulat telur, dengan panjang 2-4 cm, lebar1-5 cm. Bunga majemuk, bentuk malai, di ujung dan ketiak daun, bentuk terompet, kelopak bentu tabung, dan berbulu. Tanaman ini memiliki daya regenerasi yang kuat sehingga tahan terhadap pemangkasan. Tanaman yang dengan batang mudah patah dan mempunyai sistem perakaran yang menyebar. Suhu optimal untuk pertumbuhan pada tanaman stevia yaitu 20°-24°C (Singh and Rao,2005). Berdasarkan taksonomi tanaman, stevia(Stevia rebaudiana Bertoni M.) termasuk dalam: Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Campanulatae Famili : Compositae (Asteraceae) Genus : Stevia Spesies : Stevia rebaudiana Bertoni M. 1.3.3 Kriteria Kualitas yang Baik Pada Tanaman Stevia

Produk utama stevia adalah daun yang digunakan sebagai bahan baku pembuat gula atau pemanis alami. Saat yang tepat untuk panen pertama pada waktu kandungan stevioside maksimal yaitu 40-60 hari dimana tinggi tanaman 40-60 cm, daun rimbun, dan menjelang stadium bebrbunga. Panen dilakukan dengan cara memotong batang tanaman stevia setinggi 10-15 cm dari permukaan tanah dengan menggunakan gunting pangkas yang tajam (Rukmana,2003).

1.3.4 Rekayasa Teknologi Produksi Tanaman Stevia 1.3.4.1Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan pada umur dua minggu guna merangsang pembentukan tunas baru, sebaiknya setiap ujung tanaman dipangkas untuk membentuk percabangan sehingga produksi daun akan lebih banyak ,selain itu ada juga pengendalian hama dan penyakit. Adapun hama dan penyakit pada tanaman stevia diantaranya ulat grayak, kutu daun, dan ulat heliothis. Sedangkan penyakitnya ialah layu sclerotium, busuk batang, dan layu fusarium. 1.3.4.2Pemberian Pupuk Nitrogen Pada Tanaman Stevia

Pupuk adalah bahan yang memberikan zat hara pada tanaman. Pupuk biasanya diberikan pada tanah, tetapi dapat pula diberikan lewat daun atau batang sebagai larutan. Nitrogen merupakan unsur makro yang dibutuhkan banyak ditubuh tanaman bersama C, H, O, P, dan K. Nitrogen merupakan unsur yang terkandung dalam pupuk urea dan pupuk kandang maupun organik dapat menyumbangkan sejumlah hara N guna pertumbuhan tanaman, terutama tajuk tanaman (daun). Pemberian pupuk pada tanaman stevia untuk meningkatkan produksi dengan memberikan pupuk urea dengan dosis 4g/tanaman. Dengan pemberian pupuk urea dengan dosis 4g/tanaman akan mendapatkan hasil pertumbuhan daun yang banyak dibandingkan dengan tanaman stevia tanpa diberi pupuk urea.Umumnya unsur nitrogen didapatkan pada pupuk urea dengan kandungan 46% didalamnya.

1.4 Komoditas Mint

Gambar 7.Tanaman Mint

1.4.1 Pemanfaatan Daun Mint

Tanaman mint (Mentha arvenis) merupakan tanaman daun yang menghasilkan Minyak atsiri yang disebut dalam nama dagang yaitu Cornmint Oil yang digunakan sebagai bahan campuran permen, pasta gigi, minyak angin, balsem dan bermacam-macam obat-obatan. 1.4.2 Sifat Komoditas

Tanaman mint (M. Arvenis) merupakan tanaman subtropis. Tanaman mint masuk kedalam tanaman rempah dan obat atau herba. Jenis tanaman mint yang dapat tumbuh di Indonesia adalah Mentha arvenis karena tidak memerlukan panjang hari tertentu untuk berbunga. M. Arvenis dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 150-900 mdpl.

1.4.2.1Fungsi Bagian Tanaman Mint

Tanaman mint dimanfaatkan bagian daunnya. Panjang daun berkisar 1,3-6,5 cm dengan lebar 1-3,2 cm. Warna daun mint adalah hijau. Daun mint memiliki kandungan minyak yang disebut cornmint oil yang mengandung menthol. 1.4.2.2Panen

Tanaman mint dipanen sekitar ±20 cm diatas permukaan tanah. Umur panen setiap 3-4 bulan dan dapat dipanen higga 2-3 kali dalam setahun. Kriteria tanaman mint yang baik saat dipanen adalah ketika pertumbuhan bunga 50-70 % dari jumlah populasi tanaman. 1.4.3 Rekayasa Tanaman Mint

Trichoderma sp. Merupakan salah satu jamur yang dapat bersimbiosis baik dengan tanaman. Trichoderma sp. Merupakan mikroorganisme yang memiliki habitat ditanah yang menguntungkan sehingga sering dimanfaatkan sebagai biofertilizer dan juga biopestisida. Salah satu jenis Trichoderma yang menguntungkan adalah Trichoderma harzianum. Menurut Suwahyono dan Wahyudi (2004) dalam Nuryanti (2015) bahwa mekanisme kerja Trichoderma harzianum dikelompokan sebagai : 1. Antibiosis, T. Harzianum memiliki senyawa antibiotic yang termasuk kelompok furanon yang dapat menghambat pertumbuhan hifa jamur lain. 2. Sebagai coating benih yang diaplikasikan bersama pupuk cair maupun digabung melalui pupuk dan herbisida yang melalui saluran irigasi

3. Pemberian T. Harzianum dapat meningkatkan jumlah akar dan daun menjadi lebih lebar. Dari sifat tersebut maka penggunaan T. harzianum akan diaplikasikan menjadi pupuk organik (biofertilizer) untuk meningkatkan pertumbuhan dari tanaman mint (M. arvenis) yang merupakan organ target daun. Penggunaan Biofertilizer yang mengandung T. harzianum

sendiri dapat meningkatkan kandungan minyak. Menurut hasil penelitian

Ratnakumari et al (2014) perbandingan penggunaan T. harzianum dapat meningkatkan produksi persentase hasil Cornmint Oil dan juga persentase kandungan menthol dalam minyak tersebut (Cornmint oil) dibandingkan tanpa menggunakan T. harzianum (Tabel 2)

Table 2. Komponen hasil tanaman mint (Mentha arvensis L.) dengan perlakuan penggunaan Trichoderma harzianum.

Perlakuan

T1 T0

Panen 1 Hasil (gr)/ %

%Mentho

Panen 2 Hasil(gr) / %

Pot

Cornmint

l

Pot

Cornmint

144.00 82.00

Oil 0.49 0.40

160.00 104.00

Oil 0.93 0.91

90.60 89.60

%Menthol

94.20 92.50

Penggunaan Biofertilizer dengan T. harzianum juga dapat berperan sebagai mempercepat proses pengomposan, menjaga kesuburan tanah, pengendali patogen, serta sebagai plant growth. T. harzianium dikatakan sebagai plant growth karena dapat mengefesiensikan penggunaan Nitrogen dan dapat membantu melarutkan nutrisi yang sukar larut seperti Mn4+, Fe3+ dan Cu2+, yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Altomare et al., 1999 dalam Ratnakumari et al., 2014). Hubungan dengan mengefisiensikan unsur N terhadap pertanaman adalah dikarenakan dalam pertumbuhan tanaman mint (M. arvenis) adalah pada umumnya tanaman mint ditanam pada tanah yang bertekstur ringan sehingga daya serap N rendah (Rini, 2010 ) sedangkan unsur N berpengaruh terhadap pembentukan biomas tanaman mint (M. arvenis).

Pengaplikasian penggunaan T. harzianuim adalah dicampurkan dengan bahan organik atau bahan kandang. Fungsi T. harzianuim sebagai dekomposer namun saat pengaplikasian kepada tanaman mikroorganisme tidak akan hilang namun dapat bersimbiosis dengan perakaran pertanaman mint (M. arvenis). Penggunaan biofertilizer ini bertujuan untuk meningkatkan produksi minyak pertanaman mint (M. arvenis) bukan mutu dari minyak tersebut karena mutu dipengaruhi oleh varietas/jenis. Panen dilakukan dengan cara memotong batang tanaman stevia setinggi 10-15 cm dari permukaan tanah dengan menggunakan gunting pangkas yang tajam (Rukmana,2003).

Penutup Dalam setiap proses produksi akan selalu didapati teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan produktivitas hasih. Hal ini berlaku juga pada beberapa komoditas dengan organ target daun. Ada beberapa cara dan teknologi yang telah diterapkan atau masih dalam tahap peelitian untuk di aplikasikan. semua teknologi tersebut bertujuan untuk meningkatkan hasil sesuai dengan objek yang di tuju. Untuk teknologi yang dapat diterapkan dalam optimalisasi hasil daun pada tanaman kayu putih dapat dilakukan dengan pengaturan pemangkasan. rotasi pemangkasan tunas adalah 7 bulan dihitung dari saat pemangkasan sebelumnya. Akan tetapi apabila umur tajuk tegakan ditentukan dengan kadar minyak tertinggi, maka rotasi pemangkasan daun kayu putih adalah 12 bulan. Pada Tanaman pakcoy masalah yang hadapi adalah ketersediaan lahanyang semkin menurun dikarenakan degradasi dan alih fungsi lahan. dari masalah tersebut diselesaikan dengan solusi penggunaan sistem pertanaman hidropinik NFT (nutrient film technique ). Kelebihan yang dimiliki hidropinik NFT selain dari penggunaan lahan yang minimal adalah Kemiringan pipa talang yang terlalu kecil dapat menyebabkan aliran nutrisi mudah tersumbat karena alirannya terlalu lambat. Kemiringan pipa talang NFT yang berpengaruh paling baik terhadap pertumbuhan tanaman (jumlah daun, tinggi tanaman, dan panjang akar) dan produksi tanaman pakcoy (berat tanaman) terdapat pada kemiringan 5%, dengan hasil rata-rata untuk setiap tanamannya yaitu

jumlah daun 9,1 helai, tinggi tanaman 18,4 cm, panjang akar tanaman 41,5 cm, dan berat tanaman 34,49 gr. Tanaman stevia diberi perlakuan pemangkasan guna meningkatkan pertumbuhan tunas. serta Dengan pemberian pupuk urea dengan dosis 4g/tanaman akan mendapatkan hasil pertumbuhan daun yang banyak dibandingkan dengan tanaman stevia tanpa diberi pupuk urea.Umumnya unsur nitrogen didapatkan pada pupuk urea dengan kandungan 46% didalamnya. Peningkatan kualitas produk pada tanaman mint dapat melalui penambahan Trichoderma sp. yang merupakan salah satu jamur yang dapat bersimbiosis baik dengan tanaman sebagai biofertilizer dan juga biopestisida. jenis Tricoderma yang ditambahkan adalah Trichoderma harzianum . Pengaplikasian penggunaan T. harzianuim adalah dicampurkan dengan bahan organik atau bahan kandang. Fungsi T. harzianuim sebagai dekomposer namun saat pengaplikasian kepada tanaman mikroorganisme tidak akan hilang namun dapat bersimbiosis dengan perakaran pertanaman mint (M. arvenis). Penggunaan biofertilizer ini bertujuan untuk meningkatkan produksi minyak pertanaman mint (M. arvenis) bukan mutu dari minyak tersebut karena mutu dipengaruhi oleh varietas/jenis.

Daftar Pustaka Djajadi. (2014). Pengembangan Tanaman Pemanis Stevia rebaudiana (Bertoni) di Indonesia. Malang Farida yenni.2012.Ensiklopedi Tanaman Obat Nusantara.Araska:Yogyakarta Hadipoetyanti E. 2012. Pedoman Teknis Mengenal Tanaman Mentha (Mentha arvensis L.) dan Budidayanya. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Haque Manjurul. 2011. Trichoderma-Enriched Biofertilizer: A Prospective Substitute of Inorganic

Fertilizer

for

Mustard

(Brassica

campestris)

Production.

The

Agriculturists 8(2): 66-73 (2010). http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/04/3.-perkebunan_DjajadiPengembangan.pdf Kartikawati noor,dkk.,2014. Budidaya Dan Prospek Pengembangan Kayuputih (Melaleuca cajuputi).IPB Press:Jakarta Lingga, P. 2011. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Cetakan XXXII. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Nuryanti. 2015. PENGARUH Trichoderma sp. DAN KOMPOS TERHADAP KESUBURAN TANAH. Dalam internet

:

http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpsurabaya/tinymcpuk/gambar/file/PENGARUH %20Trichoderma%20Sp.pdf. Diakses tanggal

: 09/11/2015.

Prayitno, S. 2012. Nutrisi Hidroponik, Materi Pelatihan. Goodplant Indonesia. Yogyakarta. Ratnakumari, R, Nagamani A,Sarojini, Adinarayana G. 2014 . Effect of Trichoderma Species on Yield of Mentha arvenis L.. International Journal of Advanced Research (2014), Volume 2, Issue 7, 864-867. Dalam Internet : file:///C:/Users/Fujitsu/Downloads/412_IJAR3738.pdf . Diakses tanggal

09/11/2015.

Rimbawanto anto,dkk.,Buku Seri Iptek V Kehutanan.Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, BPK Manokwari: Yogyakarta Rini Pribadi. 2010. Peluang Pemenuhan Kebutuhan Produk Mentha Spp. di Indonesia. Perspektif Vol. 9 No. 2 / Desember 2010. Hlm 66 – 77. Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia 2 Prinsip, Produksi, dan Gizi. ITB, Bandung. Sapto Wibowo dan Arum Asriyanti S. Aplikasi Hidroponik NFT pada Budidaya Pakcoy (Brassica rapa chinensis). 2013. Suhardianto. Analisis Perubahan Sifat Fisik Dan Organoleptik Caisin Dengan Perlakuan Pengaturan Suhu. FMIPA Universitas Terbuka. 2011. Suwahyono, U. dan P. Wahyudi. 2004. Penggunaan Biofungisida pada Usaha Perkebunan. Dalam internet : http://www.iptek.net.id/ind/terapan/terapan_idx.php?doc=artikel_12. Diakses tanggal : 09/11/2015 Universitas Gadjah Mada. (2013) . Peran Pupuk Nitrogen Dalam Pertumbuhan dan Hasil Stevia. Utomo pudja.2012. Model Produksi Daun Pada Hutan Tanaman Kayu Putih (Melaleuca cajuputi Subsp. cajuputi Powell) Sistem Pemanenan Pangkas Tunas.Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor:Bogor

Related Documents


More Documents from "Agas P Pradipta"

Rekayasa Organ Target Daun
February 2021 0
Sap Tinea Pedis.docx
February 2021 1
Kata Baku
March 2021 0
Sp 1-5 Dpd Keluarga
January 2021 2