Salep Mata Kloramfenikol

  • Uploaded by: NitaZahrawati
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Salep Mata Kloramfenikol as PDF for free.

More details

  • Words: 2,574
  • Pages: 18
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril, secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikro organisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas dasar proyeksi kinetis angka kematian mikroba. (Lachman , 1994). Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir (FI IV hal 18). Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. (Howard C Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Hal 502) Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian, empat kelompok dasar salep yang digunakan sebagai pembawa, antara lain : 1. Dasar salep senyawa hidrokarbon 2. Dasar salep serap/absorbs 3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air 4. Dasar salep larut dalam air

1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana cara membuat sediaan salep kloramfenikol yang baik dan benar? 2. Bagaimana cara membuat sediaan salep kloramfenikol secara steril dalam skala industri?

1.3 Tujuan Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1

1. Mengetahui cara membuat sediaan salep kloramfenikol yang baik dan benar. 2. Mengetahui cara membuat sediaan salep kloramfenikol secara steril dalam skala industri.

1.4 Manfaat Adapun manfaat dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1.3 Mampu membuat sediaan salep kloramfenikol yang baik dan benar. 2.3 Memahami cara pembuatan sediaan salep kloramfenikol secara steril dalam skala industri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Salep Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata dengan menggunakan dasar salep yang cocok (FI III : 20). Salep mata berbeda dengan salep dermatologi, salep mata harus steril. Dibuat dari bahan-bahan yang sudah steril dalam keadaan bebas hama sepenuhnya atau disterilkan sesudah pembuatan. Sterilitas merupakan syarat yang paling penting. Larutan mata yang dibuat dapat membawa banyak mikroorganisme, yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat menyebabkan kebutaan, ini khususnya berbahaya untuk penggunaan produk-produk nonsteril pada mata saat kornea terkena. Bahan partikulat dapat mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan pada pasien. Salep mata memberikan arti lain dimana obat dapat mempertahankan kontak dengan mata dan jaringan di sekelilingnya tanpa tercuci oleh cairan air mata. Salep mata memberikan keuntungan dimana waktu kontaknya lebih lama dan bioavaibilitasnya dan letal obat lebih besar meski dengan onset yang lebih lambat dan waktu untuk mencapai absorbsi lebih lama. Satu kekurangan dari penggunaan salep mata adalah salep akan mengganggu pandangan kecuali digunakan selama waktu tidur. 2

Kloramfenikol adalah salah satu antibiotik spektrum luas yang aktif terhadap hampir semua kuman gram positif dan sejumlah kuman negatif. Juga terhadap spirokhaeta, Clamydia trachomatis dan Mycoplasma. Tidak aktif terhadap kebanyakan suku Pseudomonas, Proteus, dan Enterobacter. Kloramfenikol bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Yang dihambat ialah enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator untuk membentuk ikatan peptide pada proses sintesis protein kuman

2.2 Persyaratan Salep Mata Syarat salep mata yang baik yaitu : 1. Steril 2. Bebas hama/bakteri 3. Tidak mengiritasi mata 4. Difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan mata. 5. Dasar salep harus mempunyai titik lebur/titik leleh mendekati suhu tubuh (Ansel,1989 hal 5622)

2.3 Beberapa keuntungan dan kerugian sediaan salep mata Keuntungan dan kelemahan keuntungan utama suatu salep mata terhadap larutan untuk mata adalah penambah waktu hubungan anatara obat dengan obat dengan mata, dua sampai empat kali lebih besar apabila dipakai salep dibandingkan jika dipakai larutan garam. Satu kekurangan bagi pengggunaan salepmata adalah kaburnya pandangan yang terjadi begitu dasar salep meleleh dan menyebar melaluilensa kontak. (Ansel, Penghantar Bentuk Sediaan Farmasi) Sediaan mata umumnya dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada sediaan larutandalam air yang ekuivalen. Hal ini disebabkan karena waktu kontak yang lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi. Salep mata dapat mengganggu penglihatan, kecuali jikadigunakan saat akan tidur (Remington Pharmaceutical Science, hal.1585).

2.4 Penggolongan Salep Mata

2.4.1 Dasar salep hidrokarbon 3

Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak (bebas air) antara lain vaselin putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampur ke dalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar hidrokarbon dipakai terutama untuk efek emolien. Dasar hidrokarbon ini juga sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama. Contoh : petrolatum, paraffin, minyak mineral.

2.4.2 Dasar salep absorpsi Dasar salep absorpsi Dibagi menjadi 2 tipe : a. Yang memungkinkan percampuran larutan berair, hasil dari pembentukan emulsi air dan minyak. Misalnya petrolatum hidrofilik dan lanolin anhidrat. b. Yang sudah menjadi emulsi air minyak (dasar emulsi), memungkinkan bercampur sedikit penambahan jumlah larutan berair. Misalnya lanolin dan cold cream. Dasar salep ini berguna sebagai emolien walaupun tidak menyediakan derajat penutupan seperti yang dihasilkan dasar salep berlemak. Seperti dasar salep berlemak dasar salep scrap tidak mudah dihilangkan dari kulit oleh pencucian air. Dasar-dasar salep ini berguna dalam farrnasi untuk pencampuran larutan berair kedalam larutan berlemak. Contoh : petrolatum hidrofilik, lanolin, dan lanolin anhidrida, cold cream. Dasar salep serap dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat) dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai emolien.

2.4.3 Dasar salep yang dapat dicuci dengan air Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain salep hidofilik yang lebih tepat disebut “krim”. Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai “dapat dicuci dengan air” karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah, sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik. Bahan obat tertentu dapat diserap lebih baik oleh kulit jika dasar salep lainnya. Contoh : salep hidrofilik

4

2.4.4 Dasar salep larut air Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” dan terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut “gel”. Dasar salep ini mengandung komponen yang larut dalam air. Tetapi seperti dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air, basis yang larut dalam air dapat dicuci dengan air. Basis yang larut dalam air biasanya disebut greaseless karena tidak mengandung bahan berlemak. Karena dasar salep ini sangat mudah melunak dengan penambahan air, larutan air tidak efektif dicampurkan dengan bahan tidak berair atau bahan padat. Contohnya salep polietilen glikol. Pemilihan dasar salep yang tepat untuk dipakai dalam formulasi tergantung pada pemikiran yang cermat atas beberapa faktor berikut: 1. Laju pelepasan yang diinginkan bahan obat dari dasar salep 2. Keinginan peningkatan oleh dasar salep absorbsi perkutan dari obat 3. Kelayakan melindungi lembab dari kulit oleh dasar salep 4. Jangka lama dan pendeknya obat stabil dalam dasar salep 5. Pengaruh obat bila ada terhadap kekentalan atau hal lainnya dari dasar salep. Semua faktor ini dan yang lainnya harus ditimbang satu terhadap yang lainnya untuk memperoleh dasar salep yang paling baik. Harus dimengerti bahwa tidak ada dasar salep yang ideal dan juga tidak ada yang memiliki semua sifat yang diinginkan. Sebagai contoh suatu obat yang cepat terhidrolisis, dasar salep hidrolisis akan menyediakan stabilitas yang tinggi. Walaupun dari segi terapeutik dasar salep yang lain dapat lebih disenangi. Pemilihannya adalah untuk mendapatkan dasar salep yang secara umum menyediakan segala sifat yang dianggap paling diharapkan. Cara pembuatan salep harus memenuhi peraturan umum : 1. Zat yang dapat larut dalam salep dilarutkan bila perlu dengan pemanasan rendah. 2. Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep lebih dahulu diserbuk dan diayak dengan derajat ayakan no. 100. 3. Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu mendukung menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang disediakan, setelah itu ditambahkan dasar salep yang lainnya. 4. Bila dasar salep dibuat dengan peleburan maka campuran tersebut harus diaduk sampai dingin 5

2.5 Pembuatan Salep (Howard C Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Hal 506). Pembuatan salep baik dalam ukuran besar maupun kecil, salep dibuat dengan dua metode umum: 1. Pencampuran Meliputi Pencampuran bahan padat dan cairan. 2. Peleburan Dengan metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental.

6

BAB III PREFORMULASI

3.1 Zat Aktif 1. Kloramfenikol Rumus molekul

: C11H12Cl2N2O5.

Berat Molekul

: 323,13.

Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan. Kelarutan propilena glikol.

: Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etenol, dalam

Titik Lebur

: Antara 1490 dan 1530 C.

pH

: Antara 4,5 dan 7,5.

OTT : Endapan segera terbentuk bila Kloramfenikol 500 mg dan Eritromisin 250 mg atau Tetrasiklin HCl 500 mg dan dicampurkan dalam 1 liter larutan Dekstrosa 5%. Stabilitas : Salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui paling stabil dalam segala pemakaian. Stabilitas baik pada suhu kamar dan kisaran pH 27, suhu 25oC dan pH mempunyai waktu paruh hampir 3 tahun. Sangat tidak stabil dalam suasana basa. Kloramfenikol dalam media air adalah pemecahan hidrofilik pada lingkungan amida. Stabil dalam basis minyak dalam air, basis adeps lanae. (Martindale edisi 30 hal 142). Dosis

: Dalam salep 1 % (DI 2010 hal 223-227).

Khasiat : Antibiotik, antibakteri (gram positif, gram negatif, riketsia, klamidin), infeksi meningitis (Martindale edisi 30 hal 141). Indikasi : Infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif terhadap kloramfenikol. Efek Samping

: Kemerahan kulit angioudem, urtikaria dan anafilaksis.

Penyimpanan

: Wadah tertutup rapat.

7

3.2 Zat Tambahan 1. Setil Alkohol Pemerian : seperti lilin, serpihan putih; sedikit bau yang khas; rasa yang lembut. Fungsi : Coating agent; emulsifying agent; stiffening agent. Jarak lebur : 47–53°C Kelarutan : Mudah larut dalam ethanol 95 % dan eter, kelarutan meningkat dengan kenaikan suhu; prktis tidak larut dalam air. Bercampur ketika dilebur dengan lemak, paraffin padat dan liquid, dan isopropyl miristat. OTT : Dengan zat pengoksidasi kuat. 2. Adeps Lanae Pemerian : zat serupa lemak, liat, lekat; kuning muda atau kuning pucat;agak tembus cahaya; bau lemah dan khas. Kelarutan : praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam ethanol 95 % P; mudah larut dalam kjoroform P dan dalam eter P. Jarak lebur

: 36o C - 42o C

Fungsi

: sebagai basis salep

Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik dan terlindungi dari cahaya. 3. Parafin Cair Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi; tidak berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam ethanol (95 %) P; larut dalam kloroform P dan dalam eter P. OTT : Dengan kelompok oksidasi kuat. Fungsi : Pelarut 4. Vaselin Kuning Pemerian : Masa lunak, lengket, bening, kuning muda sampai kuning; sifat ini tetap setelah azat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanda diaduk. Berfluoresensi lemah, juga jika dicairkan; tidak berbau; hamper tidak berasa. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam ethanol (95 %) P; larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P. Jarak lebur : 38o C - 56o C Fungsi

: Basis salep 8

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

3.3 Rancangan Preformulasi Akan dibuat sediaan salep mata kloramfenikol dengan konsentrasi 0,3% dalam 10g. Metode pembuatan yang direncanakan adalah dengan teknik aseptis.

9

BAB IV FORMULASI

4.1 Formulasi Standar Formula standar yang tercantum di Fornas edisi II halaman 67 Tiap gr mengandung : 



Penyimpanan Dosis Catatan

Chloramphenicolum Oculentum Simplex ad

10 mg 1g

: Dalam wadah tertutup rapat atau dalam tube : 2 sampai 3 kali sehari, dioleskan : 1. Oculentum simplex terdiri dari : 2,5 g setil alkohol, 6 g lemak bulu domba, 40 g parafin cair dan Vaselin kuning hingga 100 g. Disterilkan dengan Cara Sterilisasi D. 2. Dibuat dengan cara teknik aseptik. 3. Pada etiket harus juga tertera : Daluarsa

- Perhitungan Bahan • Dibuat sediaan sebanyak 10 gram • Volume total = 10 gram + volume penambahan = 10 gram + (30 % x 10 gram) = 10 gram + 3 gram = 13 gram - Penimbangan bahan : Chloramphenicolum = 13/1 x 10 mg = 13 mg Oculentum simplex = 10 g + (30% dari 10 g) = 13 g Setil alcohol = 2,5 g x 1/100 x 13 = 0,325 g Lemak bulu domba = 6 g x 1/100 x 13 = 0,78 g Paraffin cair = 40 g x 1/100 x 13 = 5,2 g Vasselin kuning = 13 g – (0,325 g + 0,78 g + 5,2 g ) = 13 g – 6,305 = 6,695 g atau 7 g BHT = 0,1 % x 13 gram = 1,3 gram 10

BAB V PROSES PEMBUATAN

1.1 Alat dan Bahan 1.1.1 Alat 1. Autoclave 2. Oven 3. Mortir 4. Stamper 5. 6. 7. 8.

1.1.2 Bahan 1. Kloramfenikol 2. 3.

1.2 Sterilisasi No 1 2 3 4 5 6 7 8

Nama Alat

Cawan Gelas Arloji

Cara Sterilisasi

Flamber 20” Flamber 20” 11

Paraf Pengawas Awal Paraf Akhir Paraf

9 10 11 12 13

Sendok Spatula Pinset Pengaduk Kaca

Stamper dan Mortir

Flamber 20” Flamber 20” Flamber 20” Masukkan alcohol lalu bakar diamkan hingga padam

1.3 Pembuatan 1.Basis salep ditimbang 30% berlebih dari jumlah yang diminta dalam cawan penguap yang dihampar kain kasa rangkap 2 dan telah ditimbang. Tutup cawan penguap dengan kaca arloji besar, sterilkan dalam oven suhu 150º C selama 30 menit 2. Sambil menyiapkan basis salep, maka peralatan yang akan digunakan disterilkan secara aseptis 3. Basis salep yang sudah steril diperas panas-panas (jepit ujung kain kasa dengan dua pinset steril, satukan dalam satu jepitan, pinset lain digunakan menekan bagian bawah jepitan mendesak leburan basis melewati kain kasa), timbang sejumlah yang diperlukan 4. Zat aktif dan zat tambahan ditimbang sejumlah yang diperlukan, digerus halus dalam mortar steril 5. Masukan basis salep steril dingin sedikit demi sedikit kedalam gerusan zat aktif dan zat tambahan dan gerus hingga homogen 6. Timbang sediaan sejumlah yang diperlukan diatas kertas perkamen steril, digulung dengan bantuan pinset steril. Gulungan harus sedemikian rupa agar dapat dimasukkan dalam tube steril yang ujungnya telah ditutup. Kertas perkamen dicabut dari tube jika zat aktif tersatukan dengan logam tube. Jika tidak, maka kertas perkamen dibiarkan tinggal dalam tube sebagai perintang antara zat aktif dengan logam tube 7. Tekuk dasar tube minimal dua kali dengan penekuk logam. 8. Dilakukan evaluasi sediaan

12

13

BAB VI EVALUASI SEDIAAN

14

15

BAB VII KESIMPULAN

16

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI (1979). Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta. Kniazi, Sarfaraz (2009). Volume One Second Edition Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulation Compressed Solid Products. New York: Informa Healthcare USA. Rowe C Raymond., Sheskey J Paul., & Quinn E Marian (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. London : Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association Depkes RI (1978). Formularium Nasional edisi II. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta http://ricky-kurniawan-20-12-1993.blogspot.com/2012/06/salep-kloramfenikol.html (diakses tanggal 8 Desember 2014) http://husnimubarak92.blogspot.com/2012/03/formula-salep-mata.html (diakses tanggal 8 Desember 2014) http://pixyblue-undetection.blogspot.com/2010/07/salep-mata-kloramfenikol.html (diakses tanggal 8 Desember 2014)

17

LAMPIRAN : XALORAPHENICHOL®

Indikasi : Infeksi pada mata seperti takoma, blefartitis, keratitis, konjungtivitis. (ISO 2008 hal 218) Kontra Indikasi: Penderita yang sensitif terhadap kloramfenikol. Efek samping : Kadang timbul reaksi hipersensitifitas seperti rasa terbakar, gatal, kemerahan, ruam kulit, bengkak atau tanda-tanda iritasi lain. Dosis : Salep mata 3 -4 x sehari, oleskan pada mata yang sakit; pengobatan harus diteruskan TIDAK BOLEH TANPA yang RESEPsakit sedikitnya 48 jam DIULANG sesudah bagian DOKTER normal kembali.

NO.REG NO.BATCH EXP DATE

: : : DES 2015 MANUFACTURED BY :

18

Related Documents

Salep Mata Kloramfenikol
January 2021 1
Salep Mata Kloramfenikol
January 2021 1
Salep Mata Kloramfenikol
January 2021 1
Jurnal Salep Mata Dapid
January 2021 1
Laporan Salep Mata
January 2021 4

More Documents from "Putu Martiari"

Salep Mata Kloramfenikol
January 2021 1