Shampoo Aloe Vera

  • Uploaded by: Giardia
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Shampoo Aloe Vera as PDF for free.

More details

  • Words: 3,696
  • Pages: 30
Loading documents preview...
JURNAL AWAL PRAKTIKUM KOSMETIKA FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SHAMPO ® Bidadari Shampo Anti-Ketombe

OLEH : KELOMPOK III I KOMANG SUBAGIA


(1508505036)

NI WAYAN YENI ANTARI

(1508505045)

DEDE JERRY SARTIKA PUTRA

(1508505052)

PROGRAM STUDI FARMASI
 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA


2018 FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SHAMPO I.

TUJUAN

1.1. Untuk mengetahui dan memahami formulasi yang baik pada pembuatan sediaan shampo 1.2. Untuk mengetahui tahapan-tahapan formulasi produk kosmetik shampo dengan menggunakan bahan aktif Aloe vera 1.3. Untuk mengetahui evaluasi pengujian produk shampo.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Lidah Buaya (Aloe vera) Tanaman lidah buaya (Aloe vera) lebih dikenal sebagai tanaman hias.

Namun, disamping itu tanaman ini juga banyak digunakan sebagai bahan dasar obat-obatan dan kosmetika, baik secara langsung dalam keadaan segar atau diolah oleh perusahaan dan dipadukan dengan bahan-bahan yang lain (Suryowidodo, 1988). Klasifikasi lidah buaya: Kingdom

: Plantae

Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledoneae

Bangsa

: Liliales

Suku

: Liliaceae

Marga

: Aloe

Jenis

: Aloe vera (Hutapea, 1993)

Tanaman lidah buaya memiliki daun yang berbentuk pita memanjang dengan duri lemas dibagian pinggir daun. Daun berdaging tebal, tidak bertulang, lunak dan dilapisi lilin. Letak daun berhadap-hadapan mengelilingi batang. Komposisi utama daun berupa air, getah, dan gel yang merupakan bahan baku obat, kosmetik, makanan dan minuman (Sudarto, 1997). Bagian dari tanaman lidah buaya yang paling sering dimanfaatkan yaitu bagian daun. Adapun struktur daun lidah buaya terdiri dari tiga bagian, yaitu:

a. Kulit daun Kulit daun yaitu bagian terluar dari struktur daun lidah buaya yang berwarna hijau. Bagian kulit daun ini telah diteliti dan memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus (Wahjono dan Koesnandar, 2002). b. Eksudat Eksudat adalah getah yang keluar dari daun saat dilakukan penyayatan. Eksudat berbentuk cair, berwarna kekuningan yang mengandung aloin dan cairan bening seperti jeli yang rasanya pahit. Cairan kuning yang mengandung aloin ini berasal dari lateks yang terdapat pada bagian luar kuit lidah buaya dan menimbulkan bau menyengat. Kandungan zat aloin didalam lidah buaya berfungsi untuk mengobati sakit perut, sakit kepala, gatal, kerontokan rambut, untuk perawatan kulit, dan luka bakar (Wahjono dan Koesnandar, 2002). c. Gel Gel adalah bagian daun terdalam yang berlendir. Gel diperoleh dengan menyayat bagian dalam daun setelah eksudat dikeluarkan. Ada beberapa zat terkandung di dalam gel lidah buaya, beberapa diantaranya yaitu karbohidrat, protein, asam amino, serta vitamin B1, B2, B6, dan C (Wahjono dan Koesnandar, 2002). 2.2. Kosmetik Kosmetik telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sejak zaman dahulu, istilah kosmetik sendiri berasal dari kata Yunani yakni “kosmein” yang berarti berhias. Kosmetik merupakan bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Komposisi utama dari kosmetik adalah bahan dasar yang berkhasiat, bahan aktif dan ditambah bahan tambahan lain, seperti bahan pewarna dan bahan pewangi. Pada

pencampuran bahan-bahan tersebut harus memenuhi kaidah pembuatan kosmetik ditinjau dari berbagai segi teknologi pembuatan kosmetik termasuk farmakologi, farmasi, kimia teknik dan lainnya (Wasitaatmadja, 1997). Kosmetika

harus

memenuhi

persyaratan

keamanan

sesuai

dengan

persyaratan keamanan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang kosmetik. Bahan kosmetik adalah bahan yang berasal dari alam atau sintetik yang digunakan untuk memproduksi kosmetik. Bahan-bahan tersebut dapat digunakan dalam sediaan kosmetik dengan batasan dan persyaratan penggunaan sesuai Peraturan Perundang-Undangan di bidang kosmetik (Dirjen POM, 2010). Penggolongan kosmetik berdasarkan kegunaan bagi kulit, antara lain (Wasitaadmadja, 1997): 1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetic) a) Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing cream, cleansing milk dan penyegar kulit (freshner). b) Kosmetik untuk melembabkan kulit (mouisturizer): mouisterizer cream, night cream, anti wrinkle cream. c) Kosmetik pelindung kulit: sunscreen cream, sunscreen foundation,dan sun block cream/lotion. d) Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling):scrubcream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengamplas (abrasive) 2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up) Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik. Dalam kosmetik riasan, peran zat pewarna dan zat pewangi sangat besar (Wasitaadmadja, 1997). Kadang-kadang kosmetik ditambahkan dengan bahan-bahan yang berasal dari obat topikal yang dapat mempengaruhi struktur dan faal sel kulit. Bahan-bahan tersebut misalnya: antijerawat (sulfur, resorsin), antipengeluaran keringat (aluminium klorida), plasenta, atau hormon (estrogen). Bahan-bahan inilah yang kemudian dikenal sebagai kosmedik atau kosmeto-medik (Wasitaadmadja, 1997).

2.3

Shampo Shampo adalah sediaan kosmetik pembersih. Shampo biasanya digunakan

untuk membersihkan rambut dan kulit kepala. Bahan-bahan yang terkandung dalam sediaan shampo terdiri dari zat aktif dan bahan-bahan tambahan lainnya yang bertujuan untuk memperbaiki penampilan sediaan shampo dan menyebabkan suatu sediaan shampo memiliki siri khas tertentu (Tranggano dan Fatma, 2007). Tujuan penggunaan shampo sudah tentu untuk membersihkan rambut dan kulit kepala dari segala macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel-sel yang sudah mati dan sebagainya secara baik dan aman (Tranggano dan Fatma, 2007). Adapun beberapa kriteria shampo yang baik, diantaranya memiliki daya bersih yang baik dalam berbagai kondisi air. Kandungan mineral atau senyawa dalam air antara satu daerah dengan daerah lainnya tidak sama. Beberapa daerah memiliki kondisi air yang dapat menurunkan kemampuan shampo, shampo yang baik adalah dapat menetralisir kelemahan tersebut (Permono, 2002). Selain itu suatu formula shampo juga harus memiliki sifat membasahi (wetting), mengemulsi (emulsifying), dapat membuat busa (foaming), memiliki warna dan aroma yang menarik, mudah dicuci dan dibilas serta tidak meninggalkan sisa pada rambut dan kulit kepala.Adapun bahan penyusun shampo yaitu bahan obat, deterjen, bahan pengental, pahan pelembab, bahan pengawet, dan lain sebagainya (Tranggano dan Fatma, 2007). Sediaan shampo harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya sebagai berikut: a.

Shampo harus dapat membentuk busa.

b.

Shampo harus dapat membersihkan kotoran pada rambut

c.

Tidak mengiritasi kulit kepala dan mata

d.

Shampo harus tetap stabil, tidak menjadi keruh selama penyimpanan, memiliki viskositas dan pH yang konstan serta dapat mempertahankan aroma parfum yang ditambahkan.

e.

Bila diperlukan mengandung bahan obat untuk mengatasi penyakit pada rambut dan kulit kepala (medicated shampo). (Permono, 2002)

Hal

terpenting

yang

perlu

dijadikan

pertimbangan

sebelum

memformulasikan suatu sediaan shampo adalah menentukan siapa yang akan menggunakan produk shampo tersebut dan tujuan dari penggunaan sediaan shampo tersebut. Pertimbangan ini menjadi penting karena berkaitan dengan dampak negatif yang mungkin dapat ditimbulkan pada penggunaan sediaan shampo yang salah (Bombeli, 2004).

III. Monografi Bahan 3.1

Natrium Lauril Sulfat a.

Pemerian Berupa hablur, kecil, berwarna putih atau kuning muda; agak berbau khas.

b.

Kelarutan Mudah larut dalam air; membentuk larutan opalesen

c.

Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik

d.

Fungsi Sebagai anion surfaktan

e.

Presentasi sebagai anion surfaktan: 0,5-2,5 %; sebagai detejen 10 %. (Rowe et al., 2009)

3.2

Cocamidea DEA a.

Pemerian Berupa cairan kental kuning pucat, berbau amine

b.

pH 9-10,5 pada 1berat 1% berat

c.

Kelarutan Terdispersi di dalam air

d.

Titik Pembekuan: <10 C (50 F)

e.

Titik didih: 260 C (500 F) pada 760 mmHg (Colonial Chemical, 2008)

3.3

Natrium Karboksimetilselulosa (Na-CMC) a.

Struktur Kimia

Gambar 1. Struktur Kimia Na-CMC b.

Pemerian Berupa serbuk atau granul, berwarna putih, dan tidak berbau.

c.

Kelarutan Praktis tidak larut dalam aseton, etanol 95%, eter, dan toluena. Mudah terdispersi dalam air dan dalam larutan koloid.

d.

Keasaman Stabil pada pH 2-10 (dalam larutan)

e.

Titik lebur 2270C (Depkes RI, 1979)

f.

Stabilitas dan kondisi penyimpanan CMC Na merupakan senyawa yang stabil, bersifat higroskopis. Pada kondisi dengan kelembaban yang tinggi CMC Na dapat menyerap air > 50%. Pada larutan air CMC Na stabil dalam pH 2-10, dan akan terjadi pengendapan pada pH dibawah 2, serta penurunan viskositas dapat terjadi dengan cepat pada pH diatas 10 (McEvoy, 2002).

g.

Inkompatibilitas Na CMC inkompatibel dengan larutan asam kuat, bentuk garam dari besi dan logam lain (aluminium, seng, merkuri). Pengendapan terjadi pada pH kurang dari 2 dan jika dicampur dengan etanol 95%. NaCMC akan membentuk kompleks dengan gelatin, kolagen, dan pektin.

3.4

Minyak Permen (Oleum menthae) a.

Pemerian Cairan tidak berwarna atau kuning pucat; bau khas kuat menusuk; rasa pedas diikuti rasa dingin jika dihirup melalui mulut.

b.

Kelarutan Satu bagian volume dilarutkan dalam tiga bagian volume etanol 70% tidak terjadi opalesensi.

c.

Bobot Jenis Antara 0,896 dan 0,908.

d.

Wadah Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan hindarkan dari panas berlebih.

e.

Khasiat dan Penggunaan Zat tambahan; karminativum (Depkes RI, 1979; Depkes RI, 1995)

3.5

Natrium Clorida a.

Pemerian Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih; rasa asin.

b.

Struktur Molekul Struktur molekul NaCl.

c.

Berat molekul Berat molekul: 58,44 gram/mol.

d.

Penyimpanan Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. (Depkes RI, 1995).

3.6

Aquadest a.

Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau

b.

Struktur Molekul Struktur molekul H2O

c.

Berat molekul Berat molekul: 18.02 gram/mol

a.

pH Antara 5-7

b.

Penyimpanan Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat

c.

Penggunaan Zat pelarut (Depkes RI, 1995; Rose et al., 2009).

IV. FORMULA 4.1

Formula Acuan : R/

Ekstrak daun A. cathartica

30 %

Natrium Lauril Sulfat

10 %

Cocamide DEA

4%

CMC Na

3%

Metil Paraben

0,15 %

Menthol

0,5 %

Akuades

ad 100 (Sitompul dkk., 2016).

4.2

Formula yang Diajukan : R/

Jus Aloe Vera

15 %

Natrium Lauril Sulfat

10 %

Cocamide DEA

4%

CMC-Na

3%

Menthol

0,5 %

Metil Paraben

0,15 %

NaCl

0,5 %

Aquadest

ad 100

V.

ALAT DAN BAHAN

5.1

Alat

5.2

a) Timbangan elektrik

i) pH meter

b) Batang pengaduk

j) Cawan Porselen

c) Beaker glass

k) Kertas perkamen

d) Termometer

l) Blender

e) Sendok tanduk

m) Botol Timbang

f) Pipet tetes

n) Kain Kasa

g) Gelas Ukur

o) Viskometer

h) Hot Plate

p) pH meter

Bahan a) Jus Aloe vera b) Natrium Lauril Sulfat

c) Cocamide DEA d) CMC-Na e) Menthol f) Metil Paraben g) NaCl h) Aquadest

5.3

Tabel Penimbangan (Formula yang Diajukan) Nama bahan Jus Aloe vera

Rentang Kegunaan

Konsentrasi (Pustaka)

% yang digunakan

Jumlah

Jumlah

bahan

bahan

(100 g)

(300 g)

Bahan Aktif

-

15 %

15

45

Surfaktan

-

10 %

10

30

-

4%

4g

12 g

-

3%

3g

9g

-

0,5 %

0,5 g

1,5 g

Pengawet

0,02-0,3

0,15

0,15 g

0,45 g

Stabilizer

-

0,5 %

0,5 g

1,5 g

Pelarut

-

Ad 100

Ad 100

Ad 300

Sodium Lauril Sulfat Cocamide Surfaktan; DEA Penstabil Busa CMC-Na

Menthol

Peningkat viskositas Penyejuk dan memberikan efek dingin (segar)

Metil Paraben NaCl Aquadest

VI. PROSEDUR KERJA a.

Pembuatan Jus Aloe vera Daun lidah buaya dihilangkan bagian kulitnya, lalu dipotong kecilkecil

Daging lidah buaya dicuci dengan air, lalu diblender

Daging llidah buaya yang sudah diblender disaring dengan kain kasa

Filtrat yang diperoleh ditimbang sebanyak 45 gram b.

Cara Kerja Pembuatan Shampo Bidadari Disiapkan semua alat dan ditimbang bahan-bahan yang dibutuhkan

Aquadest sebanyak 60 mL dipanaskan di atas hot plate hingga suhunya 60-70oC, lalu Carboxy metyl Celulosa didispersikan sedikit demi sedikit dan diaduk dengan batang pengaduk

Setelah CMC mengembang, didinginkan sampai suhu ruang (fase A)

Aquadest sebanyak 100 mL dimasukkan ke dalam gelas beaker, lalu ditambahkan Sodium Lauril Sulfat, diaduk hingga larut

Ditambahkan Metil paraben, jus Aloe vera, dan Cocoamide DEA, diaduk hingga homogen (fase B)

Fase B dimasukkan ke dalam fase A, diaduk hingga homogen

Ditambahkan NaCl, diaduk hingga homogen

Ditambahkan Mentol, diaduk hingga homogen

Ditambahkan Aquadest hingga volumenya 300 mL

Diaduk hingga homogen

Dilakukan evaluasi terhadap sediaan shampo

VII. Evaluasi Sediaan 7.1

Organoleptis Sediaan shampo diamati secara visual meliputi pengamatan warna, bau, dan bentuk

7.2

Uji pH pH meter dikalibrasi dengan menggunakan larutan asam (pH=4) dan netral (pH=7)

Timbang shampo sebanyak 1 gram, kemudian dilarutkan dalam 10 ml aquadest

Elektroda dicelupkan ke dalam larutan shampo

Ditekan “Read” dan ditunggu hingga nilai pH keluar 7.3

Viskositas dan sifat alir Viskositas dan sifat alir sediaan ditentukan dengan vikometer brookfieldcome and plate yang sebelumnya telah dilakukan kalibrasi

Pengukuran viskositas sediaan diamati pada rate of share 0,5 rpm.

Sedangkan sifat alir sediaan didapat dengan mengeplot kurva data viskositas dan rate of shear(rpm) yang dimulai dari rpm terendah. 7.4

Homogenitas Zat yang akan diuji pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok Diamati homogenitas sediaan

7.5

Kemampuan Membusa dan Stabilitas Busa Diambil 5 mL sediaan sabun cair dari formula uji dan kontrol yang dimasukkan ke dalam wadah tabung ukur kemudian ditambahkan air sebanyak 100 mL.

Dilakukan proses pengadukan dengan pengaduk mekanik untuk memperoleh kecepatan pengadukan yang seragam

Ketinggian busa diukur pada menit pertama dan kelima

VIII. Kemasan dan Etiket a.

Kemasan Primer

b.

Etiket

c.

Kemasan Sekunder

IX. HASIL 9.1. Uji Organoleptis Warna : Hijau kekuningan Bau : Khas mentol, Bentuk : Gel 9.2. Uji pH pH dari sediaan shampo Bidadari yaitu 8.36 9.3. Uji Viskositas dan Sifat Alir v (rpm)

% (Persentase)

cP

10

12,6

5040

20

17,2

3440

30

21,6

2880

50

31,7

2536

60

40,5

2287

100

51,9

2076

100

51,6

2089

60

40,8

2263

50

31,4

2512

30

21,9

2920

20

16,9

3380

10

11,5

4600

 Perhitungan tekanan geser Rotasi 10 rpm Diketahui

:  =5040 cP dv = 10 rpm dx

Ditanyakan :

F = …….? A

Jawab



:

F A dv dx

F dv   A dx

F  5040  10 A

= 50400

cm cm det ik

Rotasi 20 rpm :  = 3440 cP

Diketahui

dv = 20 rpm dx

Ditanyakan :

Jawab

F = …….? A

F   A  dv dx

:

F dv   A dx

F  3440  20 A

= 68800

cm cm det ik

Rotasi 30 rpm :  = 2880 cP

Diketahui

dv = 30 rpm dx

Ditanyakan :

F = …….? A

Jawab



:

F A dv dx

F dv   A dx

F  2880  30 A

= 86400

cm cm det ik

Rotasi 50 rpm :  = 2536 cP

Diketahui

dv = 50 rpm dx

Ditanyakan :

F = …….? A

Jawab



:

F A dv dx

F dv   A dx

F  2536  50 A

= 126800

cm cm det ik

Rotasi 60 rpm :  = 2287 cP

Diketahui

dv = 60 rpm dx

Ditanyakan :

Jawab

:

F = …….? A

F   A  dv  dx

F dv   A dx

F  2287  60 A

= 137220

cm cm det ik

Rotasi 100 rpm :  = 2076 cP

Diketahui

dv = 100 rpm dx

Ditanyakan :

Jawab

F = …….? A

F   A  dv  dx

:

F  2076  100 A

= 207600

cm cm det ik

Rotasi 100 rpm :  = 2089 cP

Diketahui

dv = 100 rpm dx

Ditanyakan :

F = …….? A

Jawab



:

F A dv dx

F dv   A dx

F  2089  100 A

= 208900 Rotasi 60 rpm Diketahui

:  = 2263 cP

cm cm det ik

dv = 60 rpm dx

Ditanyakan :

Jawab

F = …….? A

F   A  dv  dx

:

F dv   A dx

F  2263 60 A

= 135780

cm cm det ik

Rotasi 50 rpm :  = 2512 cP

Diketahui

dv = 50 rpm dx

Ditanyakan :

F = …….? A

Jawab



:

F A dv dx

F dv   A dx

F  2512  50 A

= 125600 Rotasi 30 rpm Diketahui

:  = 2920 cP dv = 30 rpm dx

Ditanyakan :

F = …….? A

cm cm det ik

Jawab



:

F A dv dx

F dv   A dx

F  2920  30 A

= 87600

cm cm det ik

Rotasi 20 rpm :  = 3380 cP

Diketahui

dv = 20 rpm dx

Ditanyakan :

Jawab

F = …….? A

F   A  dv dx

:

F dv   A dx

F  3380  20 A

= 67600

cm cm det ik

Rotasi 10 rpm :  = 4600 cP

Diketahui

dv = 10 rpm dx

Ditanyakan :

F = …….? A

Jawab



:

F A dv dx

F dv   A dx

F  4600  10 A

= 46000

cm cm det ik

Tabel 4. Hasil perhitungan shearing stress



Rate of Shear dv

dx



Viskositas ( )

 A

Shearing Stress F

10

5040

50400

20

3440

68800

30

2880

86400

50

2536

126800

60

2287

135780

100

2076

207600

100

2089

208900

60

2263

135780

50

2512

125600

30

2920

87600

20

3380

67600

10

4600

46000

Kurva Hubungan Rate of Shear vs Shearing Stress

120

Rate of Sshear

100 80 60 40 20 0 0

50000

100000 150000 Shearing Stress

200000

250000

Kurva Hubungan Viskositas vs Rate of Shear 120

Rate of Shear

100 80 60 40 20 0 0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Viskositas

9.4. Uji Homogenitas Hasil pengujian homogenitas sediaan menunjukkan hasil yang homogen ditandai dengan 9.5. Uji Kemampuan Membusa dan Stabilitas Busa Menit Kontrol Pertama 0,5 cm Kelima 1,0 cm

X.

PEMBAHASAN Praktikum kali ini

dilakukan

pembuatan

Sampel 1,5 cm 2,5 cm

sediaan

shampo

yang

menggunakan zat aktif berupa jus Aloe vera. Pemilihan Aloe vera ini dikarenakan Aloe vera memiliki kandungan senyawa saponin yang dimanfaatkan sebagai anti ketombe (Kurniato dan Budiastuti, 2008). Shampo yang dibuat yaitu dalam bentuk gel, yaitu sediaan semidolid yang mengandung air dalam jumlah yang lebih banyak. Sehingga diharapkan shampo yang dibuat menghasilkan konsistensi yang baik. Formula shampo yang dibuat terdiri dari : R/

Ekstrak Aloe Vera

15 %

Natrium Lauril Sulfat

10 %

Cocamide DEA

4%

CMC-Na

3%

Menthol

0,5 %

Metil Paraben

0,15 %

NaCl

0,5 %

Aquadest

ad 100

Pada sediaan shampo dilakukan beberapa uji meliputi uji orgaleptis, uji pH, uji homogenitas, uji pembentukan busa, dan uji viskositas. Tujuan dari dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui apakah sediaan shampo yang dibuat telah memenuhi standar sediaan shampo pada umumnya. Hasil pengamatan organoleptis shampo diperoleh shampo dengan warna hijau kekuningan, bau khas mentol, dengan bentuk gel. Warna hijau kekuningan ini disebabkan karena adanya penambahan jus Aloe vera. Bau yang dihasilkan karena penambahan mentol dalam formula dan tidak dilakukan penambahan fragrant oil. Bentuk shampo yang dihasilkan berupa gel karena menggunakan zat aktif jus dari gel Aloe vera dan adanya penambahan gelling agent yaitu CMC Na. Uji pH ini bertujuan untuk mengetahui apakah pH shampo sudah sesuai dengan pH tempat pengaplikasian dari sediaan ini. Perbedaan pH yang terlalu tinggi akan dapat menimbulkan iritasi pada tempat pengaplikasian, sehingga diharapkan pH dari sediaan shampo mendekati pH pada kulit kepala yaitu 4,5-5,5. Uji pH ini dilakukan menggunakan pH meter yang sebelumnya telah dikalibrasi. Hasil pengukuran pH shampo yaitu sebesar 5,4. pH shampo ini telah berada dalam rentang pH kulit kepala pada umumnya. Sehingga shampo ini layak untuk digunakan. Uji homogenitas dari sediaan shampo dilakukan meletakkan 1 gram shampo di atas kaca bening. Hasil pengamatan menunjukkan sediaan homogen yang ditandai dengan menghasilkan susunan yang seragam. Uji pembentukan busa sediaan ini dilakukan dengan membandingkan kemampuan membusa dari shampo yang dibuat dan salah satu shampo yang beredar dipasaran (sebagai standar). Pengujian ini dilakukan dengan melakukan pengadukan secara mekanik dari shampo yang telah dilarutkan dengan aquadest dan dilakukan pengukuran busa yang terbentuk setalah 1 menit dan 5 menit pengadukan. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa kemampuan membusa dari

shampo yang dibuat lebih baik dibandingkan dengan shampo standar. Hal ini ditunjukkan dengan tinggi busa yang dihasilkan. Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Semakin besar resistensi suatu zat cair maka semakin besar pula viskositasnya (Ansel, 2005). Uji viskositas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekentalan sediaan shampo yang dibuat. Alat yang digunakan adalah viskometer brookfield yang menggunakan spindle nomor 05. Pemilihan spindel dilakukan dengan dua cara, yaitu menyesuaikan dengan petunjuk literatur yang tersedia atau dengan cara eksperimental. Pemilihan nomor spindel berbanding lurus dengan viskositas dari sediaan, semakin tinggi viskositas sediaan maka nomor spindle yang digunakan

semakin besar dan ukuran spindel yang kecil. Pengukuran viskositas sediaan dilakukan dengan kecepatan 10, 20, 30, 50, 60, dan 100 rpm. Dari hasil pengukuran diperoleh kurva hubungan antara rate of shear vs Shearing stress :

Kurva Rate of Shear vs Shearing Stress 120

Rate of Sshear

100 80 60 40 20 0 0

50000

100000 150000 Shearing Stress

200000

250000

Dari kurva di atas, sediaan shampo yang dibuat mengikuti tipe aliran psudoplastik yaitu viskositas akan berkurang dengan meningkatnya Rate of Shear.

XI. KESIMPULAN 11.1. Formula yang digunakan dalam pembuatan shampo kali ini adalah : R/

Ekstrak Aloe Vera

15 %

Natrium Lauril Sulfat

10 %

Cocamide DEA

4%

CMC-Na

3%

Menthol

0,5 %

Metil Paraben

0,15 %

NaCl

0,5 %

Aquadest

ad 100

11.2. Tahapan pembuatan shampo pada praktikum kali ini yaitu dilakukan pencampuran hasil pengembangan CMC Na dengan fase B (terdiri dari metal paraben, jus Aloe vera, cocoamide DEA dalam air). Selanjutnya ditambahkan NaCl dan mentol serta penambahan aquadest. 11.3. Evaluasi sediaan shampo yang dilakukan yaitu uji organoleptis, uji pH, uji homogenitas, uji kemampuan membusa, dan uji viskositas.

DAFTAR PUSTAKA Biro Pusat Statistik. 1995. Data impor dan ekspor. Biro Pusat Statistik. Jakarta Indonesia. Biro Pusat Statistik. 1999. Data impor dan ekspor. Biro Pusat Statistik. Jakarta Indonesia. Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Guenther, E. 1955. The essential oil. Volume 5. Robert F. Krieger Publishing Co. Inc. Huntington New York. Hutapea, J. R. 1993. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (II). Departemen Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. Kurnianto, A. dan A. Budiastuti. 2008. Perbandingan Efektivitas Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera) 100%, Zinc Pyrithione 1% dan Ketokonazol 1% Secara In Vitro Terhadap Pertumbuhan Pityorosporum ovale. Artikel Karya Tulis Ilmiah. Semarang: Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. McEvoy, G. K. 2002. AHFS Drug Information. USA: American Society of Health-System Pharmacistsm, Inc. Permono, Ajar. 2002. Membuat Sampo. Yogyakarta: Puspa Swara. Purba, E.S.L. 2000. Wangi melati membawa hoki. Komoditas 17(II):52-53. Rowe, R.C., P. J. Sheskey, and M. E. Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Sixth Edition. Pharmaceutical Press: USA. Sudarto, Y. 1997. Lidah Buaya. Yogyakarta : Kanisius. Suryowidodo, C.W. 1988. Lidah Buaya (Aloe vera) sebagai Bahan Baku Industri. Warta IHP. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian (BBIHP). Bogor. Suyanti, S. Prabawati, dan Sjaifullah. 2003. Karakterisasi sifat fisik dan kimia bunga melati putih (Jasminum sambac). Balai Penelitian Tanaman Hias. Hal: 7. Tranggono, R.L, Farma L. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wahjono, E. dan Koesnandar. 2002. Mengebunkan Lidah Buaya secara Intensif. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

LAMPIRAN

Uji Homogenitas

Uji pH

Uji Kemampuan Membusa dan Stabilitas Busa

Uji Kemampuan Membusa dan Stabilitas Busa Control (Shampo pasaran)

Related Documents

Shampoo Aloe Vera
February 2021 0
Aloe Vera
February 2021 1
Aloe Vera
February 2021 0
Aloe Vera
February 2021 0
Aloe Vera
February 2021 0
Aloe Vera-miracle Plant
February 2021 0

More Documents from "tony6111"

Shampoo Aloe Vera
February 2021 0