Sifat Dan Karakteristik Hukum Islam

  • Uploaded by: Safarul Afdhal
  • 0
  • 0
  • September 2022
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sifat Dan Karakteristik Hukum Islam as PDF for free.

More details

  • Words: 999
  • Pages: 6
Loading documents preview...
A. SIFAT DAN KARAKTERISTIK HUKUM ISLAM Hukum Islam merupakan seperangkat peraturan yang bersumber pada Al-Quran dan Sunnah yang mengatur segala aspek kehidupan manusia di dunia manupin di akhirat. Hukum Islam memiliki sifat dan karakteristik tersendiri, selain itu hukum Islam juga memiliki prinsip-prinsip dan tujuan. Dalam hal ini, beberapa karakteristik seperti hukum Islam sempurna, universal, toleransi, mengandung agama moral, dan dinamis akan dibahas dalam bagian ini, karena tanpa karakteristik ini akan diakses oleh tujuan dan manfaat dari hukum Islam itu sendiri.1 Pertama, sempurna . Sebuah rtinya syari'at akan selalu sesuai dengan segala situasi dan kondisi manusia, di mana dan kapanpun, baik sendiri atau berkelompok. Hal ini didasarkan pada syariat Islam yang diturunkan dalam bentuk yang umum dan garis besar yang membahas, sehingga hukum-hukumnya tetap dan zaman selalu berubah. Penetapan hukum yang berlaku global oleh al-Qur'an ini mendukung kebabasan bagi umat manusia untuk melakukan ijtihad sesuai dengan situasi dan kondisi ruang dan waktu. Kedua , Universal . Syari'at Islam mencakup seluruh alam tanpa batas wilayah, suku, ras, bangsa, dan bahasa. Universal ini pula tergambar dari sifat hukum Islam yang tidak hanya terpaku pada satu masa saja (abad ke-VII saja, misalnya), tetapi untuk semua zaman. Hukum Islam menghimpun segala sudut dan segi yang berbeda-beda di dalam perbedaan, dan ia akan senantiasa cocok dengan masyarakat yang menghendaki tradisi lama atau pun modern, seperti halnya ia dapat melayani para ahli aql dan ahl naql , ahl al-ra'y atau ahl al-hadits . Ketiga , elastis, dinamis, dan fleksibel, dan tidak kaku. Karena hukum Islam merupakan syariat yang universal dan sempurna, maka tidak dapat dipungkiri pula kesempurnaannya melengkapi fleksibilitas, fleksibel dan dinamis dalam perkembangan zaman, karena jika hukum Islam menjadi sesuatu yang kaku, jutsru akan membuatnya relevan pada masa atau ruang tertentu. Bila syariat mengubah sesuatu yang baku dan tidak pernah berubah, maka fiqih menjembatani antara sesuatu yang baku (syariat) dan sesuatu yang relatif dan terus berubah tersebut (ruang dan 1

Faisar, Filsafat, hal. 85-87

waktu).Syari'at Islam hanya menyediakan kaidah dan patokan dasar yang umum dan global. Perinciannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan manusia, dan dapat diterima dan diterima oleh seluruh manusia. Dengan ini pula dapat dilihat bahwa hukum Islam memiliki daya gerak dan hidup yang dapat membentuk diri sesuai dengan perkembangan dan kemajuan, melalui proses yang disebut ijtihad. Dalam ijitihad - yang menjadi hak bagi setiap muslim untuk dilakukan merupakan prinsip gerak dalam Islam yang akan mengarahkan Islam bagi perkembangan dan aktif, produktif dan konstruktif.

B. TUJUAN HUKUM ISLAM Tujuan Allah swt mensyari’atkan hukumNya adalah untuk memelihara kemaslahatan manusia sekaligus untuk menghindari mafsadah, baik di dunia maupun di akhirat. Tujuan tersebut hendaknya dicapai melalui taklif (pembebanan hukum) yang pelaksanaannya tergantung kepada pemahaman sumber hukum utama, yaitu Al-Quran dan Sunnah. Dalam rangka mewujudkan kemaslahatan di dunia dan akhirat, berdasarkan penelitian para ahli ushul fiqh, ada lima unsur pokok yang harus dipelihara dan diwujudkan. Kelima unsur pokok tersebut adalah agama (hifz al-din), jiwa (hifz al-nafs), akal (hifz al-aql), keturunan (hifz al-nas), dan harta (hifz al-mal).2 1.

Memelihara Agama (Hifz al-Din)

2.

Memelihara Jiwa (Hifzh al-Nafs)

3.

Memelihara Akal (Hifz al-‘Aql)

4.

Memelihara Keturunan (Hifz al-Nas)

5.

Memelihara Harta (Hifz al-Mal)

C. PRINSIP-PRINSIP HUKUM ISLAM Kata prinsip berarti asas, yakni kebenaran yang menjadi kebenaran pokok dasar orang berpikir, bertindak dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan prinsip-prinsip hukum Islam

2

Nasution, Filsafat, hal. 40-41

ialah cita-cita yang menjadi pokok dasar dan landasan ataupun tumpuan hukum Islam. Adapun prinsip-prinsip dalam hukum Islam itu antara lain sebagai berikut.3 1.Meniadakan Kesempitan dan Kesukaran Adapun landasan hukum bagi prinsip ini adalah firman Allah QS. Al-Baqarah.

Artinya: “Allah menghendaki keringanan untukmu dan bukan pula menghendaki kesukaran”

2.Sedikit Pembebanan Prinsip ini dilandasi oleh firman Allah dalam surah Al-Maidah: 101.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu bertanya-tanya tentang sesuatu yang kalau diterangkan kepadamu akan meyusahkanmu, tetapi kalau kamu tanyakan (tentang ayatayat itu) pada waktu turunnya, akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkanmu dan Allah maha pengampun lagi maha penyabar”. 3.Mewujudkan Keadilan Adapun landasan hukun dalam prinsip ini adalah firman Allah yang tertuang dalam QS. Al-Maidah: 8, yaitu:

3

Musnad, Karakteristik, hal. 317

Artinya: “Dan janganlah suatu kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berbuat tidak adil. Berlaku adillah, karena belaku adil itu lebih dekat kepada taqwa”. 4.Bertahap Dalam Menetapkan Hukum Sebagai contoh adalah ditetapkannya hukum keharaman minuman khamr secara total sampai tiga tahap. Tahap pertama diturunkannya QS. Al-Baqarah: 219.

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: ‘Pada keduanya yang terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya’ ”. Dari ayat ini terlihat bahwa Allah mengisyaratkan bahwa khamar dan judi itu ada dosa dan manfaatnya, tapi dosa (bahaya)nya lebih besar dari manfaat yang diharapkan darinya. Ayat ini baru berupa berita dan belum merupakan titah yang harus ditaati. Tapi, isyaratnya sebenarnya menunjukkan bahawa sebaiknya khamar dan judi itu dijauhi.4

4

Busyro, Dasar-Dasar, hal. 99

5.Memperhatikan Kemaslahatan Manusia Penetapan hukum islam atas manusia senantiasa mempertimbangkan kemaslatahan manusia. Hal ini terjadi sesuai dengan situasi dan kondisi suatu masyarakat. Oleh karena itu hukum yang ditetapkan akan dapat diterima dengan lapang dada, dikarenakan kesesuaian akal dengan kenyataan yang ada. Maka dalam penetapan hukum itu selalu didasarkan kepada tiga sendi pokok, yaitu: a. Hukum ditetapkan setelah masyarakat membutuhkan hukum-hukum itu. b. Hukum ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkan hukum dan memudahkan masyarakat ke bawah ketetapannya. c. Hukum-hukum ditetapkan menurut kadar kebutuhan masyarakat. Ibnu Qayyim berkata: “Sesunggunya syariat itu pondasi dan asasnya adalah hikmah dan kemaslatan hamba, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat”. Sebagai contoh, kiblat pada mulanya di Bairul Maqdis, namun setelah 16 bulan lamanya diperintahkan untuk menghadap ke Masjidil Haram. Begitu juga mengenai hukum wasiat. Pada mulanya hukum wasiat adalah wajib. Kemudian dinasakhkan dengan ayat-ayat tentang faraidh yang terdapat dalam surah An-Nisa: 11-12, 176 juga dinasakhkan oleh hadist Nabi SAW. “Tiada wasiat bagi ahli waris.

DAFTAR PUSTAKA Arfa, Faisar Ananda. 2007. Filsafat Hukum Islam. Medan: Citapustaka Media Perintis Busyro. 2016. Dasar-Dasar Filosofis Hukum Islam. Ponorogo: WAGE Nasution, M. Syukri A. 2014. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Rozin, Musnad. 2016. Karakteristik Hukum Islam Dalam Perubahan Sosial. Jurnal Hukum. Vol. 13, No. 2

Related Documents


More Documents from "swaranonmuslim"