Loading documents preview...
Skenario 4 An. A (15 Tahun) seorang pengamen jalanan masuk panti rehabilitasi pukul 13.00 WIB setelah karena kedapatan sedang “ngelem” bersama teman-teman ngelemnya klien berasal dari keluarga kurang mampu dan tinggal di lingkungan kumuh. Sehari-hari klien bekerja sebagai pengamen jalanan bersama anak-anak sebayanya yang juga berasal dari keluarga kurang mampu. Klien mengaku dulu pernah sekolah sampai kelas 2 SD kemudian tidak melanjutkan karena tidak ada biaya. Orang tuanya kemudian menuntut klien untuk membantu mencari nafkah dijalanan. Klien sering ngelem dipinggir jalan bersama dengan teman-temannya. Awalnya hanya karena ikutikutan anak jalanan lainnya dan mulai penasaran dengan efek yang ditimbulkan. Kemudian klien mulai ngelem bersama teman-teman pengamennya dan lama kelamaan kebiasaan tersebut menjadi rutinitas klien dan teman-temannya setiap hari, bahkan terkadang dengan ngelem tersebut mereka merasa tidak pernah lelah untuk mencari uang dijalanan I.
Klasifikasi Istilah Penting
Rehabilitasi
: Merupakan salah satu bentuk dari pemidanaan yang bertujuan sebagai pemulihan atau pengobatan, Rehabilitasi dilembaga pemasyarkatan adalah tempat yang diberikan pelatihan keterampilan dan pengetahuan untuk menghindarkan diri dari narkotika
Ngelem
: Adalah bentuk perilaku menghisap lem adalah menghirup uap yang ada didalam kandungan lem tujuannya untuk mendapatkan sensasi tersendiri
II.
Kata/Problem Kunci
Ngelem bersama teman
Merasa tidak tidak pernah lelah
Masuk panti rehabilitasi
III.
MindMap Penyalahgunaan NAPZA
NAPZA Inhaler
NAPZA Suntik
NAPZA Oral
Definisi : Adalah Napza yang digunakan dengan cara dihirup,dihisap , dan masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan
Definisi : Adalah Napza yang digunakan dengan cara memasukan zat narkoba kedalam pembuluh darah dengan cara disuntikkan
Definisi : Adalah Napza yang digunakan dengan cara dimasukan melalui Oral (Mulut) dan masuk ke saluran pencernaan
Jenis : Kokain, Ganja, Ngelem (LSD), Sabu-sabu,
Jenis : Morfin,
Manifestasi Klinis : -
Menimbulkan keriangan, kegembiraan yang berlebihan (ecstasy)
-
Merasa lebih santai, banyak bicara dan bergembira.
-
Timbul rasa yang disebut Tripping yaitu seperti halusinasi tempat, warna dan waktu
IV.
Pertnyaan-pertanyaan Penting 1.
Mengapa pada pasien atau klien ngelem harus di rehabilitasi?
2. Apa pengaruh keluarga kurang mampu dengan penyalahgunaan napza ? 3. Faktor apakah yang mendorong klien untuk ngelem?
4. Jawaban Pertanyaan 1. karena ketika terhirup,uap pelarut(solven) ini hanya membutuhkan waktu yang singkat untuk mencapai kadar toksik atau beracun. System organ yang diserang adalah otak dan saraf ,khususnya yang berhubungan dengan jantung dan pernapasan( kidshealth,2011) efek jangka pendek yang dirasakan saat menghirup uap solven meliputi gejala-gejala sebagai berikut : -
denyut jantung meningkat
-
mual muntah
-
halusinasi
-
mati rasa atau hilang kesadaran
-
susah bicara atau cadel
-
kehilangan kordinasi gerak tubuh
2. Pengaruh keluarga kurang mampu terhadap penyalahgunaan NAPZA pada anak menjadi penyebab anak menggunakan NAPZA. anak yang memiliki keluarga yang kurang mampu berisiko 6,179 kali lebih besar menjadi penyalahguna NAPZA dibandingkan anak yang memiliki keluarga yang mampu. Kondisi keluarga yang kurang mampu biasanya sering terjadi karena kurangnya pengetahuan orang tua tentang bagaimana cara mencari nafkah dengan baik. Hal ini biasanya disebabkan minimnya tingkat pendidikan orang tua, akibatnya orang tua menyuruh anaknya untuk mencari uang dijalanan. Sehingga anaknya salah dalam bergaul dengan temantemanya dijalanan sehingga mereka menggunakan napza seperti ngelem. 3. faktor ekonomi dan pergaulan bebas seperti yang tertera pada kasus di atas bahwa anak tersebut mengamen karena membantu mencari nafkah di jalanan. Dari jalanan tersebut hingga anak itu bertemu dengan anak jalanan yang lainnya dari anak
jalanan itu dia ikut-ikutan dengan anak jalanan yang lainnya dan menghirup lem atau ngelem
5. Tujuan Pembelajaran Selanjutnya Ingin Mengetahui : PENYULUHAN PENYALAHGUNAAN LEM AIBON, MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA SMA 6. Informasi Tambahan Lem Aibon adalah lem serbaguna, untuk merekatkan berbagai alat atau barang. Lem ini berguna untuk merekatkan barang dari bahan kulit binatang (tas, sepatu), plastik, kayu, kertas, aluminium, karet, tembaga, besi dan lain-lain. Jenis lem ini sering disalahgunakan oleh anak-anak jalanan untuk membuat mereka mabuk karena lem ini termasuk kategori zat adiktif yang berbahaya. Zat yang ada dalam lem Aibon adalah zat kimia yang bisa merusak sel-sel otak dan membuat kita menjadi tidak normal, sakit bahkan bisa meninggal. Salah satu zat yang terdapat di dalam lem aibon adalah Lysergic Acid Diethyilamide (LSD). LSD adalah halusinogen yang paling terkenal. Ini adalah narkoba sintetis yang disarikan dari jamur kering (dikenal sebagai ergot) yang tumbuh pada rumput gandum. LSD adalah cairan tawar, yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sering diserap ke dalam zat yang cocok seperti kertas pengisap dan gula blok, atau dapat dipadukan dalam tablet, kapsul atau kadang-kadang gula-gula. Bentuk LSD yang paling popular adalah kertas pengisap yang terbagi menjadi persegi dan dipakai dengan cara ditelan
7. Klarifikasi Informasi (Jurnal terlampir ) 1. Judul : PERAN PENYULUHAN PENYALAHGUNAAN LEM AIBON MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA SMA NEGERI 2 MERAUKE 2. Penulis : Henie Poerwandar Asmaningrum dan Evy Nurvitasari
Pengetahuan kandungan bahan kimia berbahaya dalam Lem Aibon penting diberikan kepada remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Upaya ini perlu dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Mengingat selama ini banyak remaja yang memperoleh pengetahuan dari teman sebaya, lingkungan pergaulan, dan media massa, Tak serupa dengan narkoba lain, pengguna LSD mendapat sedikit gagasan yang dipakai dan efeknya dapat berubah-ubah dari orang ke orang, dari peristiwa ke peristiwa dan dari dosis ke dosis. Efeknya dapat mulai dalam satu jam setelah memakai dosis bertambah antara 2-8 jam dan berangsur hilang secara perlahanlahan setelah kurang lebih 12 jam. Untuk penggunaan LSD efeknya dapat menjadi Tersedia online di http://ejournal.unmus.ac.id/index.php/societas Volume 6 No 02 Tahun 2017, hal 89-97 92 Copyright @ 2017, Societas, p- ISSN: 2252603X, e-ISSN: 2354-7693 nikmat yang luar biasa, sangat tenang dan mendorong perasaan nyaman. Sering kali ada perubahan pada persepsi, pada penglihatan, suara, penciuman, perasaan dan tempat. Efek negatif LSD dapat termasuk hilangnya kendali emosi, disorientasi, depresi, kepeningan, perasaan panik yang akut dan perasaan tak terkalahkan, yang dapat mengakibatkan pengguna menempatkan diri dalam bahaya fisik. Penggunaan jangka panjang dapat mengakibatkan sorot balik pada efek halusinogenik, yang dapat terjadi berharihari, berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan setelah memakai LSD. Tidak ada bukti atau adanya ketergantungan fisik dan tidak ada gejala putus zat yang telah diamati bahkan setelah dipakai secara berkesinambungan. namun, ketergantungan kejiwaan dapat terjadi. Efek LSD normalnya 6-12 jam setelah menggunakan, tergantung pada dosis, toleransi, berat badan dan umur.
Keberadaan LSD tidak lebih lama keberadaannya daripada obat- obat dengan level signifikan di dalam darah (Sasangka, 2003). Penyuluhan merupakan metode yang sering digunakan didalam pendidikan kesehatan. Pemilihan metode yang tepat dalam proses penyampaian materi penyuluhan sangat membantu pencapaian usaha mengubah tingkah laku sasaran (Notoadmodjo, Kesehatan dan Masyarakat Ilmu dan Seni, 2007). Penyuluhan pada umumnya yaitu menggunakan metode ceramah, apabila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah maka pelaksanaan metode ceramah akan berhasil (Arsyad, 2003). Metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam usaha menularkan pengetahuan secara lisan. Cara ceramah dapat dikatakan juga sebagai teknik kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian tentang suatu pokok permasalahan secara lisan (Roetsyah, 2001)
8. Analisa dan Sintesa Pada kasus 4 informasi yang tertera pada kasus merupakan informasi umum Berdasarkan gejala yang dialami maka dapat ditetapkan diagnosa 9. Laporan Diskusi A. Konsep Medis 1. Definisi Pengertian NAPZA NAPZA merupakan akronim dari Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya yang merupakan jenis obat-obatan yang dapat mempengaruhi gangguan kesehatan dan kejiwaan.
NAPZA secara umum adalah zat-zat kimiawi yang apabila
dimasukkan kedalam tubuh baik secara oral (diminum, dihisap, dihirup dan disedot) maupun disuntik, dapat mempengaruhi pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang. Hal ini dapat menimbulkan gangguan keadaan sosial yang ditandai dengan indikasi negatif, waktu pemakaian yang panjang dan pemakaian yang berlebihan (Lumbantobing, 2007).
2. Etiologi Faktor individu yang tampak lebih pada kepribadian individu tersebut; faktor keluarga lebih pada hubungan individu dengan keluarga misalnya kurang perhatian keluarga terhadap individu, kesibukan keluarga dan lainnya; faktor lingkungan lebih pada kurang positifnya sikap masyarakat terhadap masalah tersebut misalnya ketidakpedulian masyarakat tentang NAPZA (Hawari, 2003).
3. Manifestasi Klinis A. Halusinasi B. Depresi C. Pengendalian diri berkurang D. Hilang kesadaran E. Gangguan persepsi F. Jalan sempoyongan
4. Penatalaksanaan
-
Detoksifikasi tanpa subtitusi Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat yang mengalami gejala putus zat tidak diberi obat untuk menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
-
Detoksifikasi dengan substitusi Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali.
5. Pemeriksaan Penunjang
Analisa urin Bertujuan untuk mendeteksi adanya NAPZA dalam tubuh (benzodiazepin, barbiturat, kokain, opioda, kanabis). Pengambilan urin hendaknya tidak lebih dari 24 jam dari saat pemakaian zat terakhir dan pastikan urine tersebut urine pasien
Penunjang lain o Laboratorium rutin darah, urin. o EKG, EEG o Foto toraks o Dan lain-lain sesuai kebutuhan (HbsAg, HIV, Tes fungsi hati, Evaluasi Psikologik, Evaluasi Sosial)
Patofisiologi dan Pathway
6.
Faktor Ekonomi
Faktor Eksternal
7.
8. K
Pendapatan 9. enatalaksanaan
Teman-teman Pengguna Narkoba
Anak berhenti Sekolah
Penyalahgunaan Narkoba (Ngelem)
Anak Mengamen
Lingkungan Pengguna Narkoba
Anak Merasa Penasaran
Defisit Pengetahuan
Penyalahgunaan Narkoba (Ngelem)
KONSUMSI NAPZA
INHALAN
A
BAHAN KIMIA MASUK KE DALAM TUBUH
REAKSI TOLERANSI INHALAN
KETERGANTUNGAN
PEMAKAIAN MEMBUTUHKAN INHALAN,SEMAKIN SERING DAN JUMLAH LEBIH BESAR UNTUK MENCAPAI KEIINGINAN
KECANDUAN
REHABILITASI
Dx HARGA DIRI RENDAH
LSD DI HIRUP
MENGUBAH PIKIRAN DAN SUASANA HATI
HALUSINASI
Dx GANGGUAN
PRESEPSI SENSORI
1. Penatalaksanaan Terapi Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoksifikasi.detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus zat,dengan dua cara yaitu: a. Detoksifikasi tanpa substitusi Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat yang mengalami gejala putus zat tidak diberi obat gejala putus zat tidak diberi obat untuk menghilangkan gejala putus zat tersebut.klien hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri b. Detoksifikasi dengan substitusi Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat misalnya kodein,bufremorfin,dan metadon.substitusi bagi pengguna sedative –hipnotik dan alcohol dapat dari jenis anti ansietas,misalnya diazepam.pemberian subsitusi adalah penurunan dosis secara bertahap sampai sama sekali.selama pemberian substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala simptomatik,misalnya obat penghilang rasa nyeri,rasa mual,dan obat tidur sesuai dengan gejala yang ditmbulkan akibat putus zat tersebut (purba,2008) Pencegahan penyalahgunaan NAPZA menurut BNN (2009)meliputi: 1. Pencegahan Primer Pencegahan
primer
atau
pencegahan
dini
yang
ditunjukan
kepada
mereka,individu,keluarga,kelompok atau komunitas yang memiliki resiko tinggi terhadap penyalahgunaan NAPZA,untuk melakukan intervensi agar individu,kelompok,dan masyarakat waspada serta memiliki ketahanan agar tidak melakukan NAPZA.upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini,agar factor yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik 2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditunjukan pada kelompok atau komunitas yang sudah menyalahgunakan NAPZA.dilakukan pengobatan agar mereka tidak menggunakan NAPZA lagi 3. Pencegahan tersier Pencegahan
tersier
ditunjukan
kepada
mereka
yang
sudah
pernah
menjadi
penyalahgunaan NAPZA dan telah mengikuti program terapi dan rehabilitasi untuk menjaga agar tidak kambuh lagi.sedangkan pencegahan pada penyalahgunaan NAPZA yang kambuh kembali adalah dengan melakukan pendampingan yang dapat membantunya
untuk
mengatasi
perilaku
adiksinya,detoksifikasi,maupun
dengan
melakukan rehabilitasi kembali. https://www.repository.ump.ac.id ZICO ARFIAN PDF 2. Komplikasi Komplikasi yang bisa terjadi pada pengguna NAPZA antara lain : HIV infeksi, Hepatitis B dan C, Gastritis, Penyakit kulit kelamin, Bronchitis dan Chirosis hepatis. Masalah kesehatan yang muncul : depresi system pernafasan, depresi pusat pengatur kesadaran, kecemasan yang sangat berat sampai panic, perilaku agresif, gangguan daya ingat, gangguan ADL, gangguan system musculoskeletal missal nyeri sendi dan otot, serta perilaku mencederai diri.
A. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitasklien Nama
: An.A
Umur
: 15 tahun
Agama
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Jenis Kelamin
: (tidak terdapat dalam kasus)
Status
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Pendidikan
: Pernah sekolah sampai kelas 2 SD
Pekerjaan
: Pengamen
Suku Bangsa
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Alamat
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Tanggal Masuk
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Tanggal Pengkajian : (Tidak Terdapat Dalam Kasus) No. Register
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Diagnosa Medis
: Penyalahgunaan NAPZA melalui inhaler
1. Identitas Penanggung Jawab Nama
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Umur
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Hub. Dengan Klien : (Tidak Terdapat Dalam Kasus) Alamat a.
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Status Kesehatan 1. Status Kesehatan Saat Ini a) Keluhan Utama Tidak mudah lelah b) Riwayat Keluhan Utama Klien sering “ngelem” di pingggir jalan bersama dengan teman-temanya. Awalnya hanya karena ikut-ikutan anak jalanan lain dan mulai penasaran dengan efek yang ditimbulkan. Kemudian klien mulai “ngelem” bersama teman-teman pengamennya dan lam-kelamaan kebiasaan tersebut menjadi rutinitas klien dan teman-temannya setiap
hari, bahkan terkadang dengan “ngelem” tersebut mereka merasa tidak pernah lelah untuk mencari uang dijalanan. 2. Status Kesehatan Masa Lalu a) Penyakit yang pernah dialami (Tidak Terdapat Dalam Kasus) b) Pernah dirawat (Tidak Terdapat Dalam Kasus) c) Alergi (Tidak Terdapat Dalam Kasus) d) Kebiasaan (Merokok/kopi/alcohol/dll) (Tidak Terdapat Dalam Kasus) e) Riwayat Penyakit Keluarga (Tidak Terdapat Dalam Kasus) f) Diagnosa Medis Penyalahgunaan NAPZA melalui Inhaler b. Pola Kebutuhan Dasar (Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual) 1. Pola Persepsi dan Menajemen Kesehatan : (Tidak Terdapat Dalam Kasus) 2. Pola Nutrisi-Metabolik a) Sebelum sakit : (Tidak Terdapat Dalam Kasus) b) Saat sakit
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
3. Pola Eliminasi a) BAB 1) Sebelum sakit : (Tidak Terdapat Dalam Kasus) 2) Saat sakit
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
b) BAK 1) Sebelum sakit : (Tidak Terdapat Dalam Kasus) 2) Saat sakit
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
c) Pola Aktivitas dan Latihan
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
d) Pola Kognitif dan Persepsi
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
e) Pola Persepsi-Konsep Diri
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
f) Pola Tidur dan Istirahat 1) Sebelum sakit : (Tidak Terdapat Dalam Kasus) 2) Saat sakit
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
g) Pola Peran-Hubungan : (Tidak Terdapat Dalam Kasus) h) Pola Seksual-Reproduksi 1) Sebelum sakit : (Tidak Terdapat Dalam Kasus) 2) Saat sakit
(Tidak Terdapat Dalam Kasus)
i) Pola Toleransi Stress-Koping : (Tidak Terdapat Dalam Kasus) j) Pola Nilai-Kepercayaan
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
c. Pengkajian Fisik 1. Keadaan Umum : (Tidak Terdapat Dalam Kasus) 2. GCS a) Verbal
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
b) Psikomotor
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
i. Mata
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
3. Tanda-tanda Vital a) Nadi
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
b) TD c) P
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus) : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
4. Keadaan Fisik a) Kepala dan Leher : 1) Kepala
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
2) Leher
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
b) Dada 1) Paru-paru
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
2) Jantung : (Tidak Terdapat Dalam Kasus) c) Payudara dan Ketiak : (Tidak Terdapat Dalam Kasus) d) Abdomen
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
e) Genitalia
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
f) Integumen
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
g) Ekstremitas
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
h) Neurologis 1) Status mental dan emosi
: tidak mudah lelah
2) Pengkajian saraf cranial : (Tidak Terdapat Dalam Kasus) 3) Pemeriksaan reflex
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
i) Pemeriksaan Penunjang 1) Data Laboratorium yang Berhubungan dengan kasus (Tidak Terdapat Dalam Kasus) 2) Pemeriksaan Radiologi 3) Hasil Konsultasi
: (Tidak Terdapat Dalam Kasus) : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
4) Pemeriksaan Penunjang Diagnostic Lain (Tidak Terdapat Dalam Kasus) b. Analisa data DATA
ETIOLOGI
Data Objektif Klien
ditemukan
sedang
Ngelem bersama teman
ngelem
bersama teman Data Subjektif Terkadang
dengan
ngelem mereka tidak pernah merasa lelah
Zat kimia dari lem masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan
mencari uang
Di dalam alveolus, zat kimia diserap oleh pembuluh kapiler
DIAGNOSA
Zat dibawah bersama o2 melalui jantung dan di sebar keseluruh tubuh
Zat dibawah bersama o2 melalui jantung dan di sebar keseluruh tubuh
Tranmisi neurotransmiter terganggu
Efek zat adiktif (lem)
Fungsi kerja tubuh meningkat
Tidak mudah lelah
Intervensi Keperawatan
No 1
DiagnosaKeperawat
NOC
an Defisit Pengetahuan
NIC
Pengetahuan : Observasi
Rasional Observasi
1. Kajitingkatpe
1. Pengetahuank
nyakitkronik
ngetahuanklie
lienmengenai
Pengetahuan :
nterkaitdenga
penyakit yang
Penyuluhan Dan
Proses
npenyakit
dialaminyada
Pembelajaran
penyakit
yang
patmencegahp
dialaminya
enyakit,
(D.0111)
Manajemenpe
Katagori : Perilaku Subkategori :
Definisi : Ketiadaan
Tujuan :
jadiperludilak
atau kurangnya
Setelah dilakukan
ukanpengkajia
informasi kognitif
tindakan …x24 jam
npengetahuan
yang berkaitan dengan
defisitpengetahuan
agar
topic tertentu.
dapat teratasi.
kitadapatmene ntukanapakah
Gajala Dan Tanda Mayor : Subjektif:
klienmegetah
kriteriahasil :
uipenyakitata
1. Faktor-faktor
utidak.
penyebab dan
1. menanyakan
faktoryang
masalah yang di
berkontribusi,
ahuikondisifis
hadapi
pengetahuansa
ikklien,
ngatbanyak
apabilaklienk
Objektif : 1. Menunjukkan
2. Tanda dan
2. Untukmenget
2. Identifikasiper
urangakanpen
perilaku tidak
gejala penyakit
ubahankondisi
getahuanmeng
sesuai anjuran
pengetahuansa
fisikpasien
enaipenyakit
2. Menunjukkan
ngatbanyak
makakondisin
3. Strategiuntukm
yaakansemaki
persepsi yang keliru terhadap
encegahkompli
masalah
kasipengetahua nsangatbanyak 4. Faktor
nparah. Mandiri 3. Memberikani nformasimeng
Gejala Dan Tanda Minor:
resikoPengetah
enaikondisiny
uan terbatas
aakanmembua
5. Proses
Subjektif :
perjalanan
(Tidak tersedia)
penyakitPenget
Objektif :
ahuan sedang
tklienmematu Mandiri 3. Berikaninfor
hipengobatan yang
masikepadapa
akandilakukan
(Tidak tersedia)
siensesuaiden
.
Kondisi klinis terkait
gankondisinya Health Education 4. Agar
: 1. Kondisi klinis yang
klienmengeta
baru di hadapi oleh
huikondisinya
klien
apabilatidakse
2. Penyakit akut
geramelakuka npengobatana Health Education 4. Jelaskankomp
kanmengakiba tkankeparahan
likasikronik
yang
yang
merunjukpada
mungkinadab
penyakitkroni
erdasarkangej
k
ala
5. Tindakanmen gontrolgejala yang timbuldilakuk an agar kliendapatme ngurangigejal asecaramandir i
5. Edukasipasien mengenaitind
6. Ada beberapagejal
akanuntukme
a yang
ngontrolataum
harusdilakuka
eminimalkang
nolehtenagake
ejala
sehatan, sehinggakelua
6. Edukasipasien
rgaatuklienhar
mengenaitand
usmelaporkan
adangejala
haltersebutbil
yang
aberlangsungt
harusdilapork
erjadi.
ankepadapetu haskesehatan
2
Koping Tidak
Perilaku
Efektif (D.0096)
penghentian
Kategori : Psikologis
penyalahgunaan
Subkategori :
obat terlarang
Integritas Ego
Definisi :
Observasi 1. Monitor tanda tanda vital
Observasi 1. perubahan tanda-tanda vital
Kontrol Risiko:
mengindikasi
Penggunaan Obat
kan adanya
Terlarang
perubahan
Ketidakmampuan
pada beberapa
menilai dan merespon
Tujuan:
organ yang
stressor dan atau
Setelah dilakukan
berhubungan
ketidakmampuan
tindakan keperawatan
status
menggunakan sumber- selama ….x24 jam
kesehatan
sumber yang ada
diharapkan koping
klien.
untuk mengatasi
tidak efektif dapat
masalah.
teratasi.
Gejala dan Tanda
Kriteria Hasil
2. Monitor
2. Menentukan
perubahan
intervensi
tingkat
selanjutnya
kesadaran
untuk
Mayor: Subjektif 1. Mengungkapk
1. Mengekspresikan keyakinan untuk
komplikasi
mampu
lebih lanjut.
an tidak
menghentikan
mampu
penggunaan obat
mengatasi
terlarang
masalah Objektif : 1. Tidak mampu memenuhi
mencegah
3. Monitor intake dan output
3. Keseimbanga n antara intake dan
2. Menyingkirkan
outut akan
penggunaan obat
mengetahui
yang berbahaya
masukan dan
3. Memonitor
berhubungan
peran yang
lingkungan sekitar
dengan fungsi
diharapkan
terkait faktor yang
ginjal dan
(sesuai usia)
mendukung
pilihan
penyalahgunaan
intervensi
obat-obatan
yang tepat.
2. Menggunakan mekanisme koping yang tidak sesuai
4. Memonitor perubahan status kesehatan
Mandiri 4. Berikan nutrisi adekuat
Mandiri 4. Pentingnya nutrisi dapat
Gejala dan Tanda
meningkatkan
Minor
intake yang
Subjektif
adekuat
1. Tidak mampu
5. Berikan
5. partisipasi
memenuhi
dukungan
dalam
kebutuhan
keluarga dan
aktivitas
dasar
SO
meningkatkan
2. Kekhawatiran
sosialisasi,
kronis
orientasi, dan kesenangan
Objektif 1. Penyalahgunaa n zat 2. Memanipulasi
Health Education 6. Orientasikan
Health Education 6. upaya untuk
orang lain
pasien kembali
mengorientasi
untuk
ke realitas
kan keadaan
memenuhi
nyata kepada
3. Perilaku tidak
klien, yaitu
asertif
diri sendiri,
4. Partisipasi
orang lain,
sosial kurang
lingkungan/te mpat, dan waktu. Klien dengan gangguan jiwa Psikotik mengalami penurunan daya nilai realitas Kolaborasi 7. Instruksikan
Kolaborasi 7. penggunaan
pasien dan
dan
keluarga akan
ketergantunga
proses
n zat dapat
penggunaan
menghasilkan
dan
konsekuensi
ketergantungan
yang bisa
zat
merusak secara perilaku moral maupun agama
3
Hargadirirendah
HargaDiri
(D.0087)
ResolusiBersalah
Kategori : Psikologis
Observasi 1. Bantu
Observasi 1.
pasiendalamm
untukdapatmenget
Subkategori :
Tujuan :
engidentifikas
ahuitujuanjangkap
Integritas Ego
Setelah dilakukan
itujuanjangka
endekdanjangkapa
tindakan …x24 jam
pendekdanjan
njang yang tepat
Definisi:
hargadirirendah dapat
gkapanjang
evaluasiatauperasaan
teratasi.
yang tepat
negative terhadapdirisendiriata
2. Bantu kriteriahasil :
ukemampuanklienseb
1. Verbalisasipe
agairesponterhadapsit uasisaatini
pasiendalamm
2.
emeriksasumb
untukdapatmemah
nerimaandirik
er-sumber
amisumber-
onsistenpositif
yang
sumberdalamtujua
2. Gambarandiri
tersediadalam
ntersebut
Gejala Dan Tanda
konsistenposit
memenuhituju
Mayor
if
annya
Subjektif : 1. Menilaidiri negative
3. Menghargai orang lain
Mandiri 3. Instruksikanp
Mandiri
konsistenposit
asienuntukme
3.
if
nggunakantek
mampumengetahuite
4. Menggunakan
nikrelaksasise
knikrelaksasi
strategikoping
suaidenganke
lebihkanpenila
yang
butuhan
ian negative
efektifsecarak
tentangdirisen
onsistenmenu
diri
njukkan
2. Merasamalu/b ersalah 3. Melebih-
4. Menolakpenila
Health education 4. Menjelaskani nformasi
Health education
ianpositiftenta
actual
4. Agar
ngdirisendiri
mengenai
klienmengetahuiinfor
diagnosis,
masi actual mengenai
penangananda
diagnosis,
Objektif : 1. Berbicarap
elandanliri
n prognosis
h
Kolaborasi
penanganandan prognosis
2. Menolakbe
5. Konsultasikan
rinteraksid
dengandokter
engan
mengenaipeng 5.dapat
orang lain
obatan yang
memberikanpengobat
tepat.
an yang
3. Berjalanme nunduk
tepatterhadapklien
4. Posturtubu hmenundu k
Gejala Dan Tanda Minor Subjektif : 1.
Sulitberkon sentrasi
Objektif : 1. kontakmataku rang 2. lesu 3. pasif 4. tidakmaumem buatkeputusan .
Gangguan proses keluarga
(D.0120) Kategori : Relasional
Kolaborasi
Kopingkeluar
Observasi
ga
1.
Tingkat
Identifikasikek
uatandankema
Observasi
Tujuan :
mpuanpasiende
1.Untukmengetahui
Setelah dilakukan
ngananggotake
kekuatandanketidak
Definisi:
tindakan …x24 jam
luarga
mampuankeluarga.
Perubahandalamhubu
gangguan proses
2.Identifikasid
Subkategori : InteraksiSosial
kecemasan
nganataufungsikeluarg keluarga dapat
anhormatimeka
a.
teratasi.
nismekoping
2.Untuk
kriteriahasil :
yang ada.
mengetahuimekanis
Gejala Dan Tanda
1. klientidakdap
Mandiri
Mayor
atberistirahatti
3.Dorongangg
Subjekif:
dakada
otakeluargada
tidaktersedia
2. klienberjalan
mekoping yang ada
npasienuntuk
Mandiri
Objektif :
mondarmandi
membantudal
3.Mampumengetahu
1.keluarga
rtidakada
ammengemba
ikeluargadanpasienu
3. klien distress
ngkanrencana
ntukmembantudala
tidakada
perawatan,ter
mmengembangkanre
masukhasil
canaperawatan.
tidakmampuberadaptsi terhadapsituasi 2.tidak
4. .klienPerasaan
mampuberkomunikasi
gelisahtidakad
yang
secaraterbukadiantara
a
diharapkanda
anggotakeluarga
Gejala Dan Tanda Minor
5. klienotottegan
npelaksanaanr
gtidakada
encanaperawa tan. Health education
Subjektif :
4.Berikaninfor
1.
masipentingke
keluargatidakmampu
padaanggotak
mengungkapkanperas
eluargamenge
aansecaraleluasa
naipasiendeng
Objektif :
ansesuaidenga
4.Untukmengetahuia
1.keluarga
nkeinginanpas
nggotakeluargameng
tidakmampumemenuh
ien.
enaipasiendenganses
Health education
ikebutuhanfisik/emosi
5.Informasika
uaidengankeinginan
onal/spiritual
nfaktorfaktor
pasien.
anggotakeluarga
yang
2.keluarga
dapatmeningk
tidaakmampumencaria
atkankondisip
taumenerimabantuans
asienpadaang
ecaratepat
gotakeluarga. i
5.Untukmengetahuif aktor-faktor yang dapatmeningkatkank ondisipasienpadaang gotakelurga.
1. k o n t a k m a t a k u