Skripsi

  • Uploaded by: Sefry Pelara
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Skripsi as PDF for free.

More details

  • Words: 2,031
  • Pages: 6
Loading documents preview...
KEANEKARAGAMAN JENIS KERANG (Pelecypoda) DI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA KATURAI KECAMATAN SIBERUT BARAT DAYA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

JURNAL

BENNY GREGORIUS SAMALINGGAI NIM. 07010174

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014

HALAMAN PERSETUJUAN E- JURNAL

Keanekaragaman Jenis Kerang (Pelecypoda) Di Kawasan Hutan Mangrove Desa Katurai Kecamatan Siberut Barat Daya Kabupaten Kepulauan Mentawai

Nama : Benny Gregorius Samalinggai NPM : 07010174 Program Studi : Pendidikan Biologi Institusi : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat

Padang, 03 Oktober 2014

Disetujui Oleh,

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Jabang Nurdin, M.Si.

Armein Lusi Z, M.Si.

Diketahui, Ketua Program Studi

Rina Widiana, M.Si.

Keanekaragaman Jenis Kerang (Pelecypoda) Di Kawasan Hutan Mangrove Desa Katurai Kecamatan Siberut Barat Daya Kabupaten Kepulauan Mentawai Oleh: Benny Gregorius Samalinggai1, Jabang Nurdin2), Armein Lusi Z1) 1. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI SUMBAR 2. Jurusan Biologi FMIPA UNAND Padang

Abstract Pelecypoda is a natural source of sea which has important economic value and has high diversity. Because of that, the rate of explotation nowadays keep increasing, so that from ecology site can threat Pelecypoda population. The observation result show that mangrove forest condition which is located in Katurai village,South West Siberut, Mentawai Islands district get degradation because the activity which use mangrove forest as the dam so influence to physic-chemistry and biology of mangrove forest and also make a threat of life from various flora and fauna in mangrove forest. The research about various type of cockle shells (Pelecypoda) in mangrove forest has been done in village waterworks and mangrove waterworks in Katurai village,South West Siberut,Mentawai Island district.The sample collection has been done in March to April 2013 by survey method and sample technique with purposive random sampling. In that area, we stated 2 location that village waterworks and mangrove waterworks. In village area is stated three station of sample taking and in mangrove waterworks is stated three stations sample taking. The result can be gotten that the type which is found in that are are G. pecinarum, C. lazarus, Crassostrea sp,. O. angasi, S. glomerata,P. striatum, P. rhomboides, P. puerpora, P. chemnitzi. The highest population of cockle shells are found in mangrove waterworks (12,72 ind/m2) and the lowest are in village waterworks(1,33ind/m2). In village compactness, the highest population is G. pectinarum (0,66 ind/m2) and (KR 50%) in mangrove waterworks is S. glomerata (4,33 ind/m2) and (KR 34,04%). The attendance of shells (%) which is the highest is in location II in mangrove waterworks that is O. angasi with P. bengalensis and in location I of village waterworks is G. pectinarum. The environment which can be measured is still in category that support the pelecpoda. Keyword: Diversity, clam, pelecypoda

PENDAHULUAN Hutan Mangrove di Mentawai memiliki kisaran variasi faktor fisik dan kimia yang berbeda hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh faktor lingkungan yang berbeda di setiap wilayah dan banyak terdapat beberapa jenis hewan salah satunya Pelecypoda yang hidup sekitaran kawasan hutan mangrove. Hasil observasi menunjukkan bahwa kondisi hutan mangrove yang terdapat di Desa Katurai Kecamatan Siberut Barat Daya mengalami degradasi akibat aktifitas yang memanfaatkan hutan mangrove sebagai tambak, kayunya diambil sebagai bahan bakar dan bangunan sehingga menimbulkan terjadinya perubahan pada ekosistem mangrove. Hal tersebut memberikan pengaruh terhadap perubahan kondisi fisika, kimia dan biologi hutan mangrove dan mengakibatkan terancamnya kehidupan berbagai keanekaragaman flora dan fauna yang mendiami kawasan hutan mangrove, Keadaan ini juga berpengaruh besar pada pengurangan fungsi hutan

mangrove sebagai tempat pemijahan dan pembesaran biota akuatik. Pengurangan fungsi ini pada gilirannya akan berpengaruh pada pengurangan jumlah jenis dan populasi biota penghuni hutan mangrove, diantaranya adalah Pelecypoda. Pelecypoda merupakan sumber hayati laut yang mempunyai nilai ekonomi penting dan memiliki keanekaragaman tinggi. Oleh karena itu tingkat eksploitasi dewasa ini terus meningkat, sehingga dari segi ekologis dapat mengancam kelestarian populasi Pelecypoda. Keanekaragaman Pelecypoda belum banyak diketahui (belum diteliti), namun wilayah penyebarannya sangat luas karenahampir semua perairan laut Indonesia yang ditumbuhi hutan mangrove memiliki beragam jenis Pelecypoda (Dahuri, 2003). Di Desa Katurai Kecamatan Siberut Barat Daya terdapat hutan mangrove dengan Luas ± 200 Ha. Secara tidak langsung telah mengalami penurunan kualitas maupun kuantitas yang disebabkan oleh karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

peranan hutan mangrove baik secara ekologi maupun ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan semakin menurunnya luas dan komunitas hutan mangrove di Desa Katurai yang disebabkan oleh aktifitas masyarakat dengan mengeksploitasi hutan untuk dijadikan lahan pertambakan serta pemanfaatan pohon dari jenis mangrove sebagai bahan bakar atau perabot rumah tangga sehingga terjadi kerusakan terhadap hutan mangrove tersebut. Kerusakan hutan mangrove di Desa Katurai Kecamatan Siberut Barat Daya sangat berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis Pelecypoda yang menghuni hutan mangrove tersebut, hal ini belum banyak diketahui secara pasti. Untuk itu maka perlu diadakan peninjauan atau penelitian secara langsung untuk mendapatkan informasi tentang ekosistem mangrove. METODA PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Kawasan Hutan Mangrove Desa Katurai Kecamatan Siberut Barat Daya Kabupaten Kepulauan Mentawai. Identifikasi sampel telah dilakukan di Laboratorium Ekologi Hewan Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Andalas Padang Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: termometer, meteran, keeping secchi, shive sheker, petak kuadrat, tali rafiah, gunting, baskom, parang, ayakan kawat dengan ukuran lubang 0,5 x 0,5 mm, botol sampel, erlenmeyer, pipet tetes, kertas label, timbangan dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah: kertas pH universal, MnSO4, thiosulfat 0,025 N, KOH/KI, amilum, NaOH 0,022 N, H2SO4 pekat dan formalin 4%. Penetapan lokasi dilakukan dengan metode survei dan teknik pengambilan sampel dengan purposive random sampling. Lokasi penelitian terdiri dari dua kawasan yaitu 1. Kawasan perkampungan dan 2. Kawasan hutan mangrove. Lokasi 1 perkampungan, panjang pantai ± 500 meter. Pada lokasi ini diambil 3 stasiun. Stasiun I arah utara, stasiun II daerah tengah perkampungan, dan stasiun III arah bagian selatan. Pada masing-masing stasiun diambil sampel dengan ukuran 1 x 1 m2 dengan 3 kali ulangan. Analisis Data Data yang didapatkan di analisis sebagai berikut : 1. Kepadatan populasi kerang mangrove Dianalisis dengan menggunakan rumus kepadatan (Michael,1986). Jumlah Individu K= Luas Unit Sampel (m2) 2. Kepadatan Relatif (KR) Jumlah individu KR = x 100 Kepadatan seluruh jenis

3.

Frekuensi Kehadiran (FK) Jumlah plot ditemukannya suatu jenis FK= x 100 % Jumlah seluruh plot 4. Indeks Diversitas (Indeks Keanekaragaman Jenis) Keanekaragaman jenis kerang mangrove dianalisis dengan menggunakan rumus indeks diversitas Shannon-Wiener. H = - Σ pi In pi 5. Indeks Equitabilitas H E= HMaks A. Hasil Faktor Fisika Kimia Air Di daerah perkampungan dan perairan yang ada diwilayah mangrove Tabel 1.

No 1 2 3 4 5 6 7

Faktor Fisika-Kimia Air di Desa Katurai Kecamatan Siberut Barat daya Kabupaten Kepulauan Mentawai

Parameter pH Kecerahan (cm) Salinitas (‰) Suhu Air ( 0C ) DO (ppm) Kadar Organik Substrat (%) Komposis Substrat (%) Pasir kasar Pasir sedang Pasir halus Pasir sangat halus Lumpur

Lokasi I 7 128 2,3

Lokasi II 7 122 2,1

31 1,04 1,732

28 0,96 6,182

13,625 4,881 2,375 2,987 1,303

11,593 4,814 4,808 3,056 2,729

Tabel 2. Kepadatan (ind./m2) dan kepadatan relatif (%) kerang di daerah Katurai Kecamatan Siberut Barat Daya Kabupaten Kepulauan Mentawai Lokasi I No

Jenis

Lokasi II

Stasiun 1 K KR

Stasiun 2 K KR

Stasiun 3 K KR

Stasiun 1 K KR

Stasiun 2 K KR

K

Stasiun 3 KR

FK

1

Chama lazarus

-

-

-

-

-

-

0,66

11,05

0,66

5,84

-

-

33,33

2

Crassostreasp.

-

-

-

-

-

-

-

-

2,0

17,69

0,66

3,14

33,33

3

Gafrarium pectinarum

1,33

80,12

0,66

100

-

-

-

-

-

-

-

-

33,33

4

Modiolus micropterus

0,33

19,87

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

16,66

5

Ostrea angasi

-

-

-

-

-

-

1,0

16,75

0,66

5,84

6,66

31,75

50

6

Periglypta chemnitzi

-

-

-

-

-

-

0,33

5,52

-

-

1,66

7,91

33,33

7

Periglypta puerpora

-

-

-

-

-

-

0,66

11,05

1,33

11,76

-

-

33,33

8

Pharpia rhomboides

-

-

-

-

0,33

19,87

0,66

11,05

0,66

5,84

-

-

50

9

Pitar striatum

-

-

-

-

1,33

80,12

-

-

1,33

11,76

3,66

17,45

33,33

10

Polymesoda bengalensis

-

-

-

-

-

-

1,0

16,75

1,66

14,69

-

-

33,33

11

Saccostrea glomerata

-

-

-

-

-

-

0,33

5,52

-

-

8,33

39,72

33,33

Total

1,66

0,66

1,66

5,97

11,3

20,97

Keterangan: (-) tidak ditemukan B. Pembahasan Hasil pengukuran faktor Fisika-Kimia air di daerah perkampungan dan perairan yang ada diwilayah mangrove, bahwa suhu air pada masingmasing lokasi berbeda. Bila dibandingkan suhu yang ada di perkampungan dengan perairan mangrove, maka suhu di perkampungan lebih tinggi daripada diperairan mangrove. Di perairan mangrove, nampak bahwa kisaran suhu lebih tinggi daripada di daerah perkampungan. Terjadinya perbedaan suhu air ini dipengaruhi oleh perbedaan waktu pengambilan sampel. Pada lokasi yang pengambilan sampelnya pagi hari suhunya lebih rendah dibandingkan pada siang hari yang cerah karena fluktuasi suhu di perairan mengikuti fluktuasi suhu udara. Tingginya suhu udara di perkampungan daripada di mangrove dipengaruhi oleh keadaan perkampungan yang relatif terbuka sehingga penetrasi cahaya langsung ke badan perairan. Cahaya matahari yang berpenetrasi kedalam air dikonversikan menjadi panas di dalam badan perairan. Fluktusi suhu yang relatif besar di perairan estuari mungkin akan membatasi sebaran faunanya (Arinardi, 1978). Suhu perairan pada masing-masing lokasi termasuk dalam kisaran yang cocok untuk organisme akuatik. Menurut Perkins (1974), suhu perairan yang baik untuk kehidupan

dan perkembangbiakan organisme berkisar antara 28-31 0C. Kecerahan air di daerah perkampungan mencapai 128 cm sedangkan di perairan mangrove kecerahan sampai ke dasar 122 cm. Perbedaan kecerahan dari masing-masing lokasi ini disebabkan oleh karena perbedaan kandungan partikel tersuspensi di dalam air seperti lumpur, tanah liat dan fragmen tumbuhan ataupun organisme-organisme kecil. Menurut Nybakken (1988) bahwa kandungan partikel tersuspensi dalam perairan estuaria dapat meningkatkan kekeruhan. Kekeruhan yang tinggi berpengaruh terhadap ketebalan endapan lumpur, detritus dan sedimen lain (Reid dan Wood, 1976). Nilai derajat keasaman (pH) di perairan perkampungan berkisar antara 6-7 sedangkan di perairan mangrove nilai pH adalah 7. Sebagian besar strata memperlihatkan pH normal yaitu 7, hanya beberapa strata yang pHnya berada dibawah dan diatas 7. Derajat keasaman mungkin kurang begitu mempengaruhi yang baik terhadap keadaan asam atau basa yang disebabkan oleh datangnya air tawar dari sungai (Arinardi, 1978). Salinitas di perairan perkampungan lebih rendah dibandingkan dengan salinitas di perairan mangrove.Salinitas di perairan perkampungan berkisar antara 6 % sedangkan di perairan mangrove berkisar 8 %. Hal ini disebabkan oleh

faktor pasang surut air laut. Pada waktu pasang air laut terdorong jauh ke arah hulu dan pada waktu surut akan bergeser ke mulut muara akibat aliran sungai. Tinggi rendahnya salinitas dipengaruhi oleh curah hujan dan jumlah air tawar yang masuk. Rendahnya salinitas di perairan perkampungan disebabkan karena pada waktu pengambilan sampel sedang dalam keadaan pasang surut. Salinitas bervariasi sangat besar seirama dengan pergantian musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan selain itu juga dipengaruhi oleh pasang surut (Arinardi, 1978).

KESIMPULAN Dari hasil penelitian tentang keanekaragaman dan populasi kerang (pelecypoda) di perairan perkampungan dan perairan mangrove di Desa Katurai Kecamatan Siberut Barat Daya Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Jenis yang ditemukan di perkampungan adalah G. pectinarum, M. micropterus, P. striatum. Di lokasi perairan Mangrovea adalah P. bengalensis, C. lazarus, Crassostrea sp., O. angasi, S. glomerata, P. striatum, P. rhomboides, P. puerpora, P .chemnitzi. Indeks Diversitas, Diversitas maksimum dan Equitabilitas kerang. Keaneragaman kerang di lokasi penelitian, yang tertinggi adalah perairan mangrove (1,98) dan yang terendah adalah perairan perkampungan (1,12). 2. Faktor Fisika-Kimia Air di Desa Katurai Kecamatan Siberut Barat daya Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah suhu berkisar 28 -310 C, pH 7, salinitas 2,1 –2,3 ‰, kecerahan 122-128 cm, DO 0,96 – 1,04 ppm, kadar organik substrat 1,732 – 6,182 % dan komposisi substrat terdiri dari pasir kasar 11,593-3,625 %, pasir sedang 4,814-4,881 %, pasir halus 4,808-2,375 %, pasir sangat halus 3,056-2,987 % dan lumpur 1,303-2,729 %.

DAFTAR PUSTAKA Dahuri, Rokhmin, MS. 2003 Keanekaragaman Hayati Laut. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Michael, P. 1986. Ecological Methods for Field and Laboratory Investigation.Tata Mc. Graw-Hill publishing Ltd. New Delhi. Nybakken, 1992.Biologi laut, Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta. PT. Gramedia. Pennak, R. W. 1978. Freshwater Invertebrates of The United States. A Wiley Interscience Publication. Canada. Perkins, E.J. 1974. The Biology Estuaries and Coastal Water. Academik Press. Co. London. Reid, G.K. and R.D Wood. 1976. Ecology of Inland Water and Estuaries. Van Nostrand company. New York.

Related Documents

Cover Skripsi +
February 2021 1
Skripsi
February 2021 4
Skripsi
February 2021 4
Skripsi
March 2021 0
Skripsi
February 2021 3
Skripsi
February 2021 5

More Documents from "Felicia"

Skripsi
February 2021 3