Loading documents preview...
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR FIKSASI : PEMBALUTAN PSIK FK UNSRI JLN. PALEMBANG—PRABUMULIH KM. 32, INDRALAYA I. Pengertian
Membalut adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian tubuh agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.
II. Tujuan
1. Menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser pada tempatnya 2. Mencegah terjadinya pembengkakan 3. Menyokong bagian tubuh yang cidera dan mencegah agar bagian itu tidak bergeser 4. Mencegah terjadinya kontaminasi
III. Indikasi
1. Pada luka terbuka yang memungkinkan terkontaminasi dengan lingkungan luar 2. Ada perdarahan eksternal, sehingga darah mengalir melalui luka yang ada 3. Ada luka tusuk dengan benda yang masih menancap, dengan kemungkinan benda tersebut menembur arteri atau pembuluh darah besar
IV. Kontraindikasi V. Persiapan
Ada
Tidak
Alat dan Bahan a. Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga b. Dasi adalah mitella yang berlipat-lipat sehingga berbentuk seperti dasi c. Pita adalat pembalut gulung d. Plester adalah pembalut berperekat e. Pembalut yang spesifik f. Kassa steril *pada saat pelaksanaan beri tanda ceklist() VI. Cara Kerja
A. Perhatikan tempat atau letak yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini : a. Bagian dari tubuh yang mana? b. Apakah ada luka terbuka atau tidak? c. Bagaimana luas luka tersebut? d. Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? B. Pilih jenis pembalut yang akan dipergunakan dapat salah satu atau kombinasi C. Sebelum dibalut jika luka terbuka perlu diberi desinfeksi atau dibalut dengan pembalut yang mengandung desinfeksi atau dislokasi perlu direposisi D. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan : a. Dapat membatasi pergeseran atau gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi b. Sesedikit mungkin gerak bagian tubuh yang lain
Sudah dilakukan
Tidak dilakukan
c. Usahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita d. Tidak menggangu peredaran darah, misalnya pada balutan berlapis-lapis yang paling bawah letaknya di sebelah distal e. Tidak mudah kendor atau lepas Cara membalut : 1. Dengan mitella a. salah satu sisi mitella dilipat 3-4 cm sebanyak 1-3 kali b. pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan di luar bagian yang akan dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu diikatkan c. salah satu ujung yang bebas lainnya ditarik dan dapat diikatkan pada ikatan atau diikatkan pada tempat lain maupun dapat dibiarkan bebas, hal ini tergantung pada tempat dan kepentingannya. 2. Dengan dasi a. Pembalut mitella dilipat-lipat dari salah satu sisi sehingga berbentuk pita dengan masingmasing ujung lancip b. Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan c. Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor dengan cara sebelum diikat arahnya saling menarik d. Kedua ujungnya diikatkan secukupnya 3. Dengan pita a. berdasar besar bagian tubuh yang akan
dibalut maka dipilih pembalutan pita ukuran lebar yang sesuai b. balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh yang akan dibalut kemudian dari distal ke proksimal dibebatkan dengan arah bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan ynag satu dengan bebatan berikutnya c. kemudian ujung yang dalam tadi diikat dengan ujung yang lain secukupnya 4. Dengan plester a. jika ada luka terbuka • luka diberi obat antiseptic • tutup luka dengan kassa • baru lekatkan pembalut plester b. jika untuk fiksasi • balutan plester dibuat “strapping” dengan membebat berlapis-lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi gerakan tertentu perlu kita yang masing-masing ujungnya difiksasi dengan plester
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR IMMOBILISASI : PEMBIDAIAN PSIK FK UNSRI JLN. PALEMBANG—PRABUMULIH KM. 32, INDRALAYA I. Pengertian
Memasang alat yang bersifat kaku maupun fleksibel untuk immobilisasi (mempertahankan kedudukan tulang).
II. Tujuan
1. Mencegah pergerakan tulang yang patah 2. Mencegah bertambahnya perlukaan pada patah tulang 3. Mengurangi rasa sakit 4. Mengistirahatkan daerah fraktur
III. Indikasi
1. Patah tulang terbuka atau tertutup 2. Diskolasi persendian 3. Multiple trauma
IV. Kontraindikasi
1. Gangguan sirkulasi atau berat pada distal daerah fraktur 2. Luka terinfeksi 3. Resiko memperlambat sampainya penderita ke rumah sakit
V. Persiapan
Ada
Tidak
Alat dan Bahan 1. Alat pelindung diri (masker dan sarung tangan) 2. Bidai dengan ukuran sesuai kebutuhan a. Mitella atau perban b. Gunting *pada saat pelaksanaan beri tanda ceklist() VI. Cara Kerja
1. Menggunakan masker berserta sarung tangan 2. Memeriksa bagian yang akan dibidai (dilihat, diraba, digerakkan) 3. Melakukan pembersihan atau perawatan luka, tutup dengan kassa steril 4. Memilih jenis bidai yang sesuai 5. Pembindaian meliputi dua sendi, sendi yang masuk dalam pembidaian adalah sendi bawah dan siatas patah tulang. Misalnya jika tungkai bawah mengalami fraktur maka bidai harus bisa memobilisasi pergelangan kaki maupun lutut 6. Luruskan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur secara hati-hati dan jangan memaksa gerakan, jika sulit diluruskan maka pembidaian dilakukan seadanya 7. Beri bantalan yang empuk pada anggota gerak yang dibidai 8. Ikatlah bidai diatas atau di bawah daerah fraktur, jangan mengikat tepat di daerah fraktur dan jangan terlalu kencang
Sudah dilakukan
Tidak dilakukan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR IMMOBILISASI : GIPS PSIK FK UNSRI JLN. PALEMBANG—PRABUMULIH KM. 32, INDRALAYA I. Pengertian
Suatu bubuk campuran yang digunakan untuk membungkus secara keras area yang mengalami patah tulang.
II. Tujuan
1. Imobilisasi kasus dislokasi sendi Fiksasi fraktur yang telah direduksi 2. Koreksi cacat tulang Imobilisasi pada kasus penyakit tulang setelah dilakukan operasi 3. Mengoreksi deformitas
III. Indikasi
1. Pasien dislokasi sendi 2. Fraktur 3. Penyakit tulang TBC 4. Pasca operasi 5. Skliosis 6. Spndilitis TBC
IV. Kontraindikasi V. Persiapan
Fraktur terbuka Ada
Tidak
Alat dan Bahan Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips : 1. Baskom berisi air biasa (untuk merendam gips) 2. Baskom berisi air hangat 3. Gunting perban 4. Bengkok 5. Perlak dan alasnya 6. Waslap 7. Pemotongan gips 8. Kasa dalam tempatnya 9. Alat cukur 10. Sabun dalam tempatnya 11. Handuk 12. Krim kulit 13. Spons rubs 14. Padding *pada saat pelaksanaan beri tanda ceklist() VI. Cara Kerja
1. Siapkan klien dan jelaskan prosedur yang akan dikerjakan
Sudah dilakukan
Tidak dilakukan
2. Siapkan alat –alat yang akan digunakan untuk pemasangan gips 3. Daerah yang akan dipasang gips dicukur, dibersihkan, dan dicuci dengan sabun, kemudian dikeringkan dengan handuk dan diberi krim kulit 4. Sokong ekstremiras atau bagian tubuh yang akan digips 5. Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang ditentukan dokter selama prosedur : Pasang spongs rubbs pada bagian tubuh yang akan dipasang gips, pasang dengan cara yang halus dan tidak mengikat. Tambahkan padding di daerah tonjolan tulang dan pada jalur syaraf. 6. Rendam gisp dalam baskom berisi air beberapa saat sampai gelembung – gelembung udara keluar. Peras untuk mengurangi jumlah air dalam gips 7. Pasang gips secara merata pada bagian tubuh. Pembalutan gips secara melingkar mulai dari distal ke proksimal tidak terlalu kendur atau terlalu ketat. Pada waktu membalut, lakukan dengan gerakan bersinambungan agar terjaga ketumpah tindihan lapisan gips. Dianjurkan dalam jarak yang tetap. Lakukan dengan gerakan yang bersinambungan agar terjaga kontak yang constant dengan bagain tubuh 8. Setelah selesai pemasangan, haluskan
tepinya, potong serta bentuk dengan pemotongan gips atau cutter 9. Bersihkan partikel bagian gips dari kulit yang terpasang 10. Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan dengan telapak tangan. Jangan diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan hindari tekanan pada gips 11. Bersihkan partikel bagian gips dari kulit yang terpasang 12. Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan dengan telapak tangan. Jangan diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan hindari tekanan pada gips