Telkom Annual Report 2010

  • Uploaded by: adikarey
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Telkom Annual Report 2010 as PDF for free.

More details

  • Words: 175,178
  • Pages: 414
Loading documents preview...
PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk.

PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. Investor Relations Grha Citra Caraka Lantai 5 Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52 Jakarta 12710

IDX : TLKM NYSE : TLK LSE : TKIA

www.telkom.co.id

Laporan Tahunan 2010

Tel. : (62-21) 521 5109 Fax. : (62-21) 522 0500 e-mail : [email protected]

Laporan Tahunan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan 2010

PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk.

Masa Depan Anda Dimulai Hari Ini

2010

Daftar Isi IKHTISAR KAMI DI TAHUN 2010

4

Ikhtisar Keuangan

9

Ikhtisar Operasi

6

Data Keuangan

11

Ikhtisar Saham Biasa

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

12

Sambutan Komisaris Utama

18

Sambutan Direktur Utama

16

Profil Dewan Komisaris

24

Profil Direksi

26

Riwayat singkat TELKOM

30

Anak Perusahaan

27

Visi, Misi dan Tujuan

32

Peta Daerah Operasional

28

Struktur Organisasi

32

Produk dan Layanan

40

Konsep

43

Pengembangan SDM TELKOM

JEMBATAN PERUBAHAN)

41

Profil SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

48

Kronologi Aksi Korporasi (corporate Action)

50

Kebijakan Dividen

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM (SDM TELKOM-

50

50

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Kinerja Perdagangan Pasar Modal dan ADS TELKOM 2010 Mekanisme Perdagangan Pasar Modal Indonesia

60

Tinjauan Operasi

60

Strategi Perusahaan

63

Strategi Anak Perusahaan

51

Perdagangan di NYSE, LSE dan Biaya Kustodian

52

Komposisi Pemegang Saham

54

Harga dan Volume Saham

56

Hubungan dengan Pemerintah dan Lembaga Pemerintah

72

Pengembangan Jaringan

75

35

Sejarah TELKOM

36

Peristiwa Penting 2010

37

Penghargaan 2010

56

Pemerintah sebagai Pemegang Saham

57

Pemerintah sebagai Regulator

58

Pemerintah sebagai Pemberi Pinjaman

58

Pemerintah sebagai Pelanggan

58

Lain-lain

78

Tarif Layanan dan Biaya Interkoneksi

Layanan kepada Pelanggan

84

Asuransi

76

Penjualan, Pemasaran dan Distribusi

84

Merek Dagang, Hak Cipta dan Paten

85

Aset Tetap

63

Tinjauan Bisnis

68

Infrastruktur Jaringan

78

Tagihan, Pembayaran dan Penagihan

86

Tujuan Umum

93

Persaingan

87

Regulasi

98

Perizinan

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN (PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN)

INFORMASI TAMBAHAN

(SESUAI KETENTUAN PERATURAN AMERIKA SERIKAT)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

102

Tinjauan dan Prospek Operasi Keuangan

126

Aset Lancar

102

Tinjauan Hasil Usaha

126

Kewajiban Jangka Pendek

111

Hasil Usaha

126

Struktur Modal

121

Hasil Segmen

127

Kewajiban

123

Likuiditas dan Sumber Permodalan

124

Arus Kas Bersih

125

Modal Kerja

134

Informasi Keuangan

134

Faktor-Faktor Risiko

127

Belanja Modal

129

Kebijakan Akuntansi yang Signifikan, Penggunaan Estimasi dan Pertimbangan

147

Pengungkapan Kuantitatif dan Kualitatif Atas Risiko Pasar

150

Rangkuman Perbedaan Signifikan antara Praktek Tata Kelola Perusahaan Indonesia dan Standar Tata kelola Perusahaan Berdasarkan NYSE

132

Riset dan Pengembangan serta Kekayaan Intelektual

132

Informasi Tren

132

Pengaturan Transaksi di Luar Neraca

133

Kewajiban Kontraktual

153

Pengendalian Nilai Tukar

154

Perpajakan

134

Risiko yang Terkait dengan Indonesia

140

Risiko Terkait dengan Bisnis TELKOM

158

Konsep dan Landasan

186

160

Kerangka dan Struktur Tata Kelola Perusahaan

Sistem Pengelolaan Kinerja

187

Pengendalian Internal

187

Budaya Korporasi dan Etika Bisnis

198

Penerapan Whistleblower

188

Kode Etik

199

Pengelolaan Proses Berbasis ISO

188

Kepatuhan

188

Kontrak Material

199

Penerapan Tata Kelola Perencanaan Perusahaan

188

Kasus Hukum Material

201

Penerapan Tata Kelola IT

190

Kejadian Setelah Tanggal Neraca

190

202

Ketersediaan Dokumen

Penerapan e-Procurement

202

Pengembangan Kompetensi SDM

203

Pengelolaan Pengetahuan

203

Perlindungan Konsumen

204

Hubungan Dengan Pemangku Kepentingan

161

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

163

Dewan Komisaris

166

Direksi

170

Komite di bawah Dewan Komisaris

177

Komite di bawah Direksi

179

Investor Relations

182

Tata Kelola Audit

182

Unit Internal Audit

185

Independensi Auditor

185

Biaya dan Jasa Auditor Eksternal

191 193 193

185

Kebijakan dan Prosedur Pre-Approval Komite Audit

193

185

Komunikasi dan Keterbukaan Informasi

195 196

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

132

Ringkasan Kebijakan Akuntansi Yang Signifikan dan Beberapa Keputusan Akuntansi Yang Baru di Indonesia

Perubahan Anggaran Dasar Konsistensi Penerapan GCG Menjamin Tata Kelola Transformasi TIME Penerapan Budaya Perusahaan dan Etika Bisnis The Telkom Way Penerapan Manajemen Risiko

198

Penerapan Pakta Integritas

205

Evaluasi GCG

213

Santri Indigo

214

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

Pengendalian dan Prosedur

207

Bagimu Guru Ku Persembahkan

211

208

KomunitasDigital Indonesia (Indigo)

211

Mudik Asik

DATA PERUSAHAAN

216

Jajaran Manajemen Senior

218

Alamat

LAMPIRAN

220

Daftar Istilah

227

Referensi Silang Peraturan 20-F

229

Referensi Silang Peraturan Bapepam-LK No.X.K.6

Speedy Tour d'Indonesia

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

4

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Tentang Laporan Tahunan Ini Laporan Tahunan ini adalah untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan disajikan sesuai dengan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (“Bapepam-LK”) nomor X.K.6 dan X.K.7. Laporan Tahunan ini memuat informasi yang dipersyaratkan oleh United States Securities and Exchange Commission sebagaimana diatur dalam Form 20-F. Dalam Laporan Tahunan ini, kata “TELKOM”, “Perusahaan”, dan “kami” merujuk kepada Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dan anak perusahaan yang dikonsolidasikan. Sedangkan kata “Indonesia” merujuk kepada Republik Indonesia. “Pemerintah” adalah Pemerintah Indonesia. “Amerika Serikat” atau “AS” adalah Amerika Serikat. “Rupiah” atau “Rp” adalah mata uang resmi Indonesia dan “Dolar AS” atau “US$” adalah mata uang resmi Amerika Serikat. Beberapa angka tertentu (termasuk persentase) telah dibulatkan untuk mempermudah, sehingga angka, perhitungan, persentase dan rasio yang diberikan dengan yang sesungguhnya dapat berbeda. Kecuali jika disebutkan, semua informasi keuangan yang berhubungan dengan kami, disajikan dalam Rupiah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan ini memuat informasi keuangan tertentu dan hasil usaha, yang mungkin berisi proyeksi, rencana, strategi dan tujuan Perusahaan yang bukan merupakan pernyataan data historis, yang dapat dikategorikan sebagai pernyataan yang bersifat pandang kedepan (forward looking statement) sesuai definisi ketentuan yang berlaku. Pernyataan yang bersifat pandang kedepan mengandung risiko dan ketidakpastian atas hasil dan kejadian yang mungkin berbeda secara material dari apa yang diperkirakan dan disebutkan dalam pernyataan tersebut. Tidak ada jaminan bahwa setiap hasil usaha yang diharapkan TELKOM, yang dikategorikan sebagai pernyataan, yang bersifat kedepan ini akan tercapai. Untuk informasi lebih lanjut mengenai TELKOM, silahkan hubungi Investor Relations, Grha Citra Caraka lantai 5, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52, Jakarta 12710, Indonesia. Tel. (62-21) 5215 109, Fax. (62-21) 5220 500 atau E-mail: [email protected]. Anda juga dapat melihat dokumen ini dalam versi online di website kami pada http://www. telkom.co.id.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

1

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Masa Depan Anda Dimulai Hari Ini

2

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Di tahun 2010, kami melakukan penataan-ulang atas berbagai aspek strategi bisnis yang mencakup sistem dan infrastruktur, organisasi dan budaya, serta portofolio bisnis. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan perusahaan dalam menghadapi tantangan dan dinamika industri telekomunikasi baik di dalam maupun luar negeri. Dari sisi produk dan layanan, sejumlah inovasi yang dikembangkan sepanjang tahun 2010 telah menghasilkan solusi perbaikan di berbagai lini produk guna memenuhi beragam kebutuhan pelanggan. Kami juga senantiasa memberdayakan komunitas, menciptakan peluang usaha dengan menawarkan perubahan yang bernilai, mendukung ekonomi di tingkat lokal dan nasional, serta berkontribusi dalam meningkatkan kecerdasan masyarakat. Kami meyakini bahwa upaya pengembangan yang kami lakukan tidak hanya bermanfaat guna mendukung pengembangan bisnis tapi juga membuat kami selangkah lebih maju daripada para kompetitor kami. Dengan berfokus kuat pada layanan TIME (telecommunication, information, media, edutainment), kami berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap pelanggan kami dapat menikmati gaya hidup masa depan - mulai hari ini.

TELECOMMUNICATION

Adalah bisnis inti TELKOM yang juga merupakan bisnis legacy dan telah menjadi ikon TELKOM selama ini. Cakupan layanan telekomunikasi yang ditawarkan TELKOM di antaranya berupa telepon kabel tidak bergerak, telepon nirkabel tidak bergerak, layanan komunikasi data, Plain Ordinary Telephone Service (”POTS”), broadband, satelit, penyewaan jaringan dan interkoneksi, serta telepon seluler yang dikelola oleh anak perusahaan Telkomsel, yang menargetkan segmen pasar yang sangat luas, meliputi individu, usaha kecil dan menengah (UKM) serta korporasi.

INFORMATION

Adalah salah satu New Economy Business (“NEB”) yang dikembangkan TELKOM yang merupakan layanan terintegrasi meliputi Value Added Services (“VAS”) dan Managed Application/ IT Outsourcing (“ITO”), e-Payment dan IT enabler Services (“ITeS”) untuk memberikan kemudahan dalam proses kerja dan transaksi.

MEDIA

Adalah salah satu layanan NEB yang dikembangkan TELKOM meliputi Free To Air (“FTA”) dan PayTV yang menawarkan gaya hidup moderen bagi keluarga Indonesia.

EDUTAINMENT

Adalah salah satu NEB yang dikembangkan TELKOM untuk memperluas segmen pasar, terutama anak muda, dengan cakupan layanan berupa Ring Back Tone (RBT), SMS Content, Portal dan lain-lain.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

3

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN KINERJA USAHA

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Ikhtisar dan Pencapaian Kami Tahun 2010

Ikhtisar Keuangan Neraca Konsolidasian (dalam miliar Rupiah)

Tahun yang berakhir 31 Desember 2006(*)

2007(*)

2008(*)

2009(*)

2010

Total Aset Lancar

13.921

15.978

14.622

16.186

18.73 1

Total Aset Tidak Lancar

61.218

66.078

76.634

81.628

81.028

75.139

82.056

91.256

97.814

99.759

20.943

21.018

27.218

26.893

20.473

TOTAL ASET Total Kewajiban Lancar Total Kewajiban Tidak Lancar

18.583

18.441

20.444

21.336

22.870

TOTAL KEWAJIBAN

39.526

39.459

47.662

48.229

43.343

HAK MINORITAS EKUITAS

8.187

9.305

9.684

10.933

11.996

27.426

33.292

33.910

38.652

44.419

Laporan Laba-Rugi Konsolidasian (dalam miliar Rupiah, kecuali untuk laba bersih per lembar saham dan laba bersih per ADS)

Tahun yang berakhir 31 Desember 2006 *

( )

2008(*)

2009(*)

2010

Jumlah Pendapatan Usaha

54.748

62.683

64.166

67.678

68.629

Jumlah Beban Usaha

32.980

36.093

41.729

44.890

46.138

EBITDA(**)

31.902

37.200

34.770

36.762

37.102

LABA USAHA

21.768

26.590

22.437

22.788

22.491

(Beban) Penghasilan lain-lain bersih

258

(721)

(2.038)

(341)

(1.075)

22.026

25.869

20.399

22.447

21.416

LABA BERSIH

11.029

13.043

10.672

11.399

11.537

Laba bersih per saham dasar

548,3

653,4

540,4

579,5

586,5

21.932,9

26.136,4

21.615,2

23.180,8

23.461,6

LABA SEBELUM PAJAK

Laba Bersih per ADS (40:1 saham biasa: ADS)

4

2007 *

( )

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Rasio Keuangan dan Operasi Konsolidasian 2006(*)

2007(*)

14,7

15,9

11,7

11,7

11,6

Laba Bersih per Ekuitas (ROE) (%)2 

40,2

39,2

31,5

29,5

26,0

Rasio Lancar (%)3 

66,5

76,0

53.7

60,2

91,5

Total Kewajiban per Total Aset (%)4 

52,6

48,1

52,2

49,3

43,4

39,8

42,4

35,0

33,7

32,8

24,8

19,6

20,0

20,4

23,1

Marjin EBITDA (%)7 

58,3

59,3

54,2

54,3

54,1

Marjin Laba Bersih (%)8 

20,1

20,8

16.6

16,8

16,8

Hutang per Ekuitas (%)9

56,1

47,4

58,2

56,6

48,2

Hutang per EBITDA (%)10

48,2

42,4

56,8

59,5

57,7

EBITDA per Beban Bunga (kali)11 

24,8

25,9

21,2

17,5

19,2

457,5

680,2

277,2

268,9

312,4

Laba Bersih per Total Aset (ROA) (%)   1

Marjin Usaha (%)5  Rata-rata Periode Kolektibilitas Piutang (hari)



EBITDA per Hutang Bersih (%)12

2008(*)

2009(*)

2010

RASIO PRODUKTIVITAS: Total Pendapatan Usaha per Karyawan (Rp miliar) LIS per Karyawan (sst)13

1,6

1,9

2,1

2,4

2,6

465,9

593,4

853,7

1.015,6

1.252,0

(1) ROA merupakan laba bersih dibagi total aset pada akhir tahun. (2) ROE merupakan laba bersih dibagi total ekuitas pada akhir tahun. (3) Rasio lancar merupakan aset lancar dibagi kewajiban jangka pendek pada akhir tahun. (4) Total kewajiban per total aset merupakan total kewajiban dibagi total aset pada akhir tahun. (5) Marjin usaha merupakan laba usaha dibagi pendapatan usaha. (6) Rata-rata periode kolektabilitas piutang merupakan jumlah piutang usaha dibagi dengan pendapatan usaha dikali 365 hari. (7) Marjin EBITDA merupakan EBITDA dibagi pendapatan usaha. (8) Marjin laba bersih merupakan laba bersih dibagi pendapatan usaha. (9) Hutang per ekuitas merupakan total hutang dibagi total ekuitas pada akhir tahun. (10) Hutang per EBITDA merupakan hutang dibagi EBITDA. (11) EBITDA per beban bunga merupakan EBITDA dibagi beban bunga. (12) EBITDA per hutang bersih merupakan EBITDA dibagi total kewajiban yang dikurangi kas dan setara kas, penyertaan sementara dan rekening escrow pada akhir tahun. (13) LIS per karyawan merupakan jumlah pelanggan telepon kabel dan nirkabel tidak bergerak dibagi dengan jumlah karyawan TELKOM (tidak termasuk anak perusahaan). *) Sebagaimana disajikan kembali, sesuai dengan implementasi PPSAK 1 (lihat catatan 2.p.i pada Laporan Keuangan Konsolidasian). (i) penyajian pendapatan interkoneksi dari penyajian neto menjadi bruto, yang sebelumnya disajikan secara neto oleh Perusahaan sesuai dengan praktek industri telekomunikasi di Indonesia, ; (ii) reklasifikasi panggilan keluar kepada operator lain dari pendapatan interkoneksi ke pendapatan telepon; (iii) penangguhan pendapatan dari pemasangan dan koneksi; (vi) pencatatan Pola Bagi Hasil (“PBH”) dicatat sama dengan sewa pembiayaan. **) EBITDA merupakan laba usaha sebelum penyusutan dan amortisasi. EBITDA dan rasio-rasio terkait lainnya yang terdapat dalam Laporan Tahunan ini adalah sebagai indikator tambahan atas kinerja dan tingkat likuiditas Perusahaan yang tidak diwajibkan oleh atau disajikan sesuai dengan PSAK Indonesia. EBITDA tidak merupakan indikator dari kinerja atau likuiditas keuangan TELKOM sesuai dengan PSAK Indonesia dan tidak boleh dianggap sebagai pengganti dari laba bersih, laba usaha atau pengukur kinerja lainnya yang didapat sesuai dengan PSAK Indonesia atau sebagai pengganti dari arus kas yang didapat dari kegiatan operasional sebagai indikator dari tingkat likuiditas Perusahaan. TELKOM menganggap bahwa EBITDA adalah indikator yang efektif dalam mengukur kinerja operasional Perusahaan karena mencerminkan biaya kas operasional dengan menghapus penyusutan dan amortisasi. Metode yang digunakan untuk menghitung EBITDA mungkin saja berbeda dengan istilah yang digunakan oleh perusahaan lain untuk EBITDA. Berikut ini adalah rekonsiliasi laba usaha TELKOM terhadap EBITDA.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

5

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Rekonsiliasi Laba Usaha terhadap EBITDA 2006(*) Laba Usaha Tambah (Kurang) : Penyusutan Amortisasi EBITDA disesuaikan

2007(*)

2008(*)

2009(*)

2010

21.768

26.590

22.437

22.788

22.491

9.094 1.040 31.902

9.440 1.170 37.200

11.070 1.263 34.770

12.566 1.409 36.762

13.084 1.527 37.102

(*) Seperti disajikan kembali. Lihat Catatan No. 2.p.i Laporan Keuangan Konsolidasian.

DATA KEUANGAN KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan (sebelum 8 Maret 2010, KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan bernama KAP Haryanto Sahari & Rekan), yang merupakan anggota jaringan global PwC (“PwC”), ditunjuk untuk melakukan audit terhadap Laporan Keuangan Konsolidasian TELKOM untuk tahun fiskal 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010 (secara keseluruhan disebut “Laporan Keuangan Konsolidasian”). Dalam menyusun Laporan Keuangan Konsolidasian TELKOM, kami merujuk pada prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yang dalam beberapa hal berbeda dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Amerika Serikat (U.S. GAAP). Lihat Catatan No.54 dan 55 Laporan Keuangan Konsolidasian TELKOM untuk ikhtisar dari beberapa perbedaan signifikan antara PSAK Indonesia dan U.S. GAAP, serta rekonsiliasi ke U.S. GAAP untuk jumlah laba bersih dan ekuitas pemegang saham TELKOM pada setiap akhir tahun yang disajikan dalam Laporan Keuangan Konsolidasian. Pada tanggal 31 Desember 2010, laporan keuangan dari sembilan anak perusahaan kami telah dikonsolidasi dalam Laporan Keuangan Konsolidasian TELKOM untuk tahun buku 2010. Kesembilan perusahaan tersebut yaitu PT Telekomunikasi Indonesia International (“TII”, sebelumnya PT AriaWest International - “AWI”, 100% dimiliki oleh TELKOM), PT Dayamitra Telekomunikasi (“Dayamitra”, 100% dimiliki oleh TELKOM), PT Pramindo Ikat Nusantara (“Pramindo”, 100% dimiliki oleh TELKOM), PT Telekomunikasi Seluler (“Telkomsel”, 65% dimiliki oleh TELKOM), PT Multimedia Nusantara (“Metra”, 100% dimiliki oleh TELKOM), PT Infomedia Nusantara (“Infomedia”, 100% dimiliki oleh TELKOM, melalui kepemilikan langsung dan 49% saham dimiliki oleh Metra), PT Indonusa Telemedia (“Indonusa”, 100% dimiliki oleh TELKOM, melalui kepemilikan langsung dan 1.25% saham dimiliki oleh Metra), PT Graha Sarana Duta (“GSD”, 99,99% dimiliki oleh TELKOM), dan PT Napsindo Primatel Internasional (“Napsindo”, 60% dimiliki oleh TELKOM). Lihat Catatan 1d dalam Laporan Keuangan Konsolidasian TELKOM. Tabel berikut merupakan rangkuman informasi keuangan TELKOM dalam beberapa tahun terakhir. Informasi ini sebaiknya dibaca bersama dengan “Pembahasan dan Analisis Manajemen - Tinjauan dan Prospek Keuangan” dengan mengacu pada Laporan Keuangan Konsolidasian TELKOM beserta catatan-catatan pendukung yang terdapat dalam Laporan Tahunan ini.

6

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

Data Keuangan

Data Laporan Laba Rugi Konsolidasian PSAK Indonesia PENDAPATAN USAHA Telepon Telepon tidak bergerak Pendapatan pemakaian Pendapatan abonemen bulanan Pendapatan pasang baru Lain-lain Jumlah pendapatan telepon tidak bergerak Seluler Pendapatan pemakaian

Fitur Pendapatan abonemen bulanan Pendapatan jasa penyambungan Jumlah pendapatan seluler Jumlah pendapatan telepon Kerjasama Operasi (KSO) Interkoneksi Data, internet dan jasa teknologi informatika Jaringan Jasa telekomunikasi lainnya Jumlah pendapatan usaha BEBAN USAHA Penyusutan dan amortisasi Karyawan Operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi Umum dan administrasi Interkoneksi Pemasaran Jumlah Beban Usaha Laba Usaha Penghasilan (beban) Lain-lain Pendapatan bunga Bagian laba (rugi) bersih perusahaan asosiasi Beban bunga Keuntungan (kerugian) selisih kurs Lain-lain – bersih (Beban) Penghasilan lain - bersih Laba sebelum pajak Beban pajak Laba sebelum hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan yang dikonsolidasi Hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan yang dikonsolidasi – bersih Laba Bersih Rata-rata tertimbang saham yang beredar (juta) Laba bersih per saham Laba bersih per ADS

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

Tahun yang berakhir 31 Desember 2006(*)  2007(*)  2008(*) 2009(*)  2010  (angka disajikan dalam miliar Rupiah, kecuali data yang terkait dengan jumlah saham, dividen, dan ADS)

LAMPIRAN

2010  (angka disajikan dalam juta US$, kecuali data yang terkait dengan jumlah saham, dividen, dan ADS)1

12.716 3.492 170 89 16.467

15.631 3.698 127 227 19.683

12.605 3.665 198 241 16.709

10.322 3.507 186 271 14.286

9.287 3.251 179 223 12.940

1.031 361 20 25 1.437

19.591 959 297 109 20.956 37.423

22.726 313 372 130 23.541 43.224

25.335 723 186 285 26.529 43.238

27.402 483 424 224 28.533 42.819

28.024 582 488 40 29.134 42.074

3.110 65 54 4 3.233 4.670

489 6.607 9.188 719 322 54.748

3.637 14.785 707 330 62.683

4.363 14.768 1.079 718 64.166

3.867 18.512 1.218 1.263 67.678

3.735 19.801 1.058 1.961 68.629

415 2.198 117 217 7.617

10.134

10.610

12.332

13.975

14.612

1.622

8.514 7.662 2.316 3.112 1.242 32.980 21.768

8.495 9.662 2.502 3.055 1.769 36.093 26.590

9.117 12.301 2.366 3.263 2.350 41.729 22.437

8.533 14.549 2.644 2.929 2.259 44.890 22.788

7.517 16.046 2.352 3.086 2.525 46.138 22.491

834 1.781 261 343 280 5.121 2.496

655

519

672

462

421

47

(7) (1.469) 836 243 258 22.026 (7.049)

7 (1.561) (295) 609 (721) 25.869 (8.015)

20 (1.641) (1.614) 525 (2.038) 20.399 (5.674)

(30) (2.096) 973 350 (341) 22.447 (6.404)

(14) (1.928) 43 403 (1.074) 21.416 (5.546)

(2) (214) 5 45 (119) 2.377 (616)

14.977

17.854

14.725

16.043

15.870

1.761

(3.948)

(4.811)

(4.053)

(4.644)

(4.333)

(481)

11.029 20.115 548

13.043 19.962 653

10.672 19.749 540

11.399 19.669 580

11.537 19.669 587

1.280

21.933

26.136

21.615

23.181

23.462

2,80

0,07

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

7

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

Tahun yang berakhir 31 Desember 2006(*)  2007(*)  2008(*) 2009(*)  2010  (angka disajikan dalam miliar Rupiah, kecuali data yang terkait dengan jumlah saham, dividen, dan ADS)

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

2010  (angka disajikan dalam juta US$, kecuali data yang terkait dengan jumlah saham, dividen, dan ADS)1

U.S. GAAP(3) Laba bersih Pendapatan usaha Laba bersih per saham Laba bersih per ADS Dividen terkait periode (berbasis akrual)(2) Dividen per saham yang diumumkan Dividen per ADS yang diumumkan Dividen dibayarkan pada periode (berbasis kas) Dividen per saham yang diumumkan Dividen per ADS yang diumumkan

12.111 54.748 602,11 24.084,40

11.966 62.683 599,42 23.976,80

10.874 64.166 550,63 22.025,34

12.092 67.677 614,78 24.591,25

11.485 68.629 583,89 23.355,80

1.275 7.617 0,06 2,59

303,21

455,87

296,94

288,06

26,756

12.128,40

18.234,80

11.877,60

12.522,40

1.070.00 6

0,12

267,27 10.692,40

303,25 12.130,00

407,42 16.296,80

323,59 12.943,60

288,16 11.526,40

0,03 1,28

75.139 20.943 8.551 10.032 39.526 8.187 5.040 27.426

82.056 21.018 8.048 10.393 39.459 9.305 5.040 33.292

91.256 27.218 7.541 12.903 47.662 9.684 5.040 33.910

97.814 26.893 6.978 14.358 48.229 10.933 5.040 38.652

99.758 20.473 6.623 16.247 43.343 11.996 5.040 44.419

11.072 2.272 735 1.803 4.810 1.331 559 4.930

14.600 61.498 76.098 19.585 22.038 41.623 8.166 26.309

16.893 66.960 83.853 22.090 22.623 44.713 9.323 29.817

15.482 76.636 92.118 27.524 20.262 47.786 9.605 34.727

18.381 83.100 101.481 26.931 22.522 49.453 11.067 40.961

19.893 83.866 103.759 20.546 24.489 45.035 12.115 46.609

2.208 9.308 11.516 2.280 2.718 4.998 1.345 5.173

76.098

83.853

92.118

101.481

103.759

11.516

Neraca Konsolidasi Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum di Indonesia Total Aset Kewajiban lancar(4) Kewajiban lain-lain Hutang jangka panjang Total kewajiban Hak minoritas Modal saham(5) Total ekuitas U.S. GAAP(3) Aset lancar Aset tidak lancar Total Aset Kewajiban lancar Kewajiban tidak lancar Total kewajiban Hak minoritas atas aset bersih anak perusahaan Ekuitas Total Kewajiban dan Ekuitas

(*) Seperti yang telah disajikan kembali, lihat Laporan Keuangan Konsolidasian, Catatan 2.p.i (1) Nilai tukar Rupiah ke Dolar AS ditujukan hanya untuk kemudahan kepada pembaca dan menggunakan rata-rata atas nilai beli dan jual sebesar Rp9.010 per Dolar AS yang dipublikasikan oleh Reuters pada tanggal 31 Desember 2010. Kemudahan translasi ini tidak untuk diartikan sebagai representasi dari nilai tukar di mana Rupiah telah dapat atau akan, dikonversikan ke dalam Dolar AS. (2) TELKOM pada tahun 2006 membagikan dividen per lembar saham yang terdiri dari dividen tunai tahun 2005 sebesar Rp218,86 per lembar saham dan dividen tunai interim 2006 sebesar Rp48,41 per lembar saham. Dividen yang dibagikan pada tahun 2007 terdiri dari dividen tunai untuk tahun 2006 sebesar Rp254,80 per lembar saham dan dividen tunai interim tahun 2006 sebesar Rp48,45 per lembar saham. Dividen yang dibagikan pada tahun 2008 terdiri dari dividen tunai dan spesial deviden untuk tahun 2007 sebesar Rp455,87 per lembar saham dikurangi dividen tunai interim yang didistribusikan pada bulan Nopember 2007 sebesar Rp48,45 per lembar saham. Dividen yang diumumkan pada tahun 2009 merupakan dividen tunai tahun 2008, sebesar Rp296,94 per lembar saham dan dividen tunai interim 2008 sebesar Rp26,65 per lembar saham. Pada tahun 2010, kami membagikan dividen yang terdiri dari dividen tunai tahun 2009 sebesar Rp261,41 per lembar saham dan dividen tunai interim 2010 sebesar Rp26,75 per lembar saham (sebesar Rp250,08 miliar telah didistribusikan pada 10 Januari 2011. Lihat Catatan No52c Laporan Keuangan Konsolidasian). (3) Jumlah berdasarkan U.S. GAAP menunjukkan penyesuaian atas beberapa perbedaan perlakuan akuntansi dari imbalan pemutusan kontrak kerja secara sukarela, kapitalisasi selisih kurs ke aset dalam konstruksi, kapitalisasi biaya bunga ke aset dalam konstruksi, perjanjian pola bagi hasil (PBH), imbalan kerja, bagian rugi (laba) bersih perusahaan asosiasi, amortisasi hak atas tanah, amortisasi goodwill, sewa pembiayaan, akuisisi Dayamitra, kewajiban yang timbul dari penghentian penggunaan aset, pajak tangguhan, amandemen dan pernyataan kembali KSO di Divre VII, dan kepemilikan non-pengendali. Lihat Catatan No55 dan 56 Laporan Keuangan Konsolidasian. (4) Termasuk porsi hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam satu tahun. (5) Pada tanggal 31 Desember 2010, Modal Saham yang ditempatkan dan disetor penuh terdiri dari satu Saham Seri A Dwiwarna dengan nilai nominal sebesar Rp250 per lembar (saham Dwiwarna) dan 20.159.999.279 saham Seri B dengan nilai nominal sebesar Rp250 per lembar (Saham Biasa) dari modal saham terdiri dari satu Saham Seri A Dwiwarna dan 79.999.999.999 Saham Seri B. (6) Merupakan dividen interim.

Pencapaian Keuangan a. b. c.

8

Pendapatan usaha konsolidasian meningkat 1,4% menjadi Rp68.629,2 miliar. Pendapatan telepon seluler meningkat sebesar 2,1% menjadi Rp29.133,6 miliar. Kontribusi pendapatan dari sektor bisnis data, internet dan jasa teknologi informatika meningkat 1,5% menjadi 28,9% terhadap total pendapatan Perusahaan.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

IKHTISAR OPERASI 2006

2007

2008

2009

2010

TELEPON KABEL TIDAK BERGERAK Jumlah Pelanggan (dalam ribuan) Jumlah Produksi Pulsa (dalam jutaan pulsa)

8.709

8.685

8.630

8.377

8.303

64.012

75.451

62.940

54.186

9.403*

794

828

731

649

546

*dalam juta menit untuk tahun 2010 TELEPON NIRKABEL TIDAK BERGERAK (FLEXI) Jumlah Pelanggan (dalam ribuan): Classy/Pascabayar Trendy/Prabayar Campuran

3.381

5.535

11.994

14.490

17.615

4.176

6.363

12.725

15.139

18.161

ARPU (rata-rata 12 bulan-Rp1.000): 135

115

93

84

82

Trendy/Prabayar

35

42

32

18

13

Campuran

54

53

38

22

15

1.531

1.911

4.054

5.543

5.641

236

238

353

370

370

16.057

20.858

26.872

30.992

36.557

Kapasitas Jaringan (dalam jutaan pelanggan)

38,8

50,5

67,3

85,2

98,6

Jumlah Pelanggan (dalam jutaan)

35,6

47,9

65,3

81,6

94,0

Classy/Pascabayar

Jaringan: Base Transceiver Station / BTS (unit) Jumlah kota yang termasuk dalam layanan SELULER Base Transceiver Station / BTS (unit)

1,7

1,9

1,9

2,0

2,1

33,9

46,0

63,4

79,6

91,9

ARPU – campuran (Rp‘000)

84

80

59

48

42

Pascabayar (kartuHALO)

274

264

216

214

211

74

72

53

43

38

Jumlah Pelanggan (dalam ribuan)

93

241

645

1.145

1.649

Jumlah kota yang termasuk dalam layanan

28

88

375

378

431

680

662

574

448

103

3,7

3,7

2,8

1,5

0,4

42,0

67,2

210,3

178,6

212,9

Pascabayar (kartuHALO) Prabayar (simPATI + kartu As)

Prabayar (simPATI + kartu As) LAIN-LAIN Internet Broadband (Speedy):

Internet Dial-up (TELKOMNet Instan): Rata-rata pengguna (dalam ribuan) Jumlah produksi menit (dalam miliar) Televisi kabel dan berbayar (TELKOM-Vision): Jumlah Pelanggan (dalam ribuan)

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

9

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

PENCAPAIAN OPERASIONAL a.

b.

c.

d.

Sampai dengan tanggal 31 Desember 2010, pelanggan kami meningkat sebesar 14,6% menjadi 120,5 juta pelanggan yang terdiri dari 8,3 juta pelanggan telepon kabel tidak bergerak, 18,2 juta pelanggan telepon nirkabel tidak bergerak, serta 94,0 juta pelanggan telepon seluler. Kami menambah jumlah pelanggan seluler kami sebesar 15,1% atau 12,4 juta pelanggan menjadi 94,0 juta pelanggan di akhir tahun 2010. Proyek kabel bawah laut Jawa-Kalimantan-SulawesiDenpasar-Mataram (“JaKaLaDeMa”) dan serat kabel Out Side Plan (“OSP”)yang menghubungkan Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Denpasar dan Mataram telah berhasil dirampungkan pada bulan April 2010. Proyek Palapa Ring Mataram-Kupang mulai memasuki tahap pembangunan dan ditargetkan selesai pada triwulan II 2011.

Peningkatan jaringan di tahun 2010: Aktivitas

Keterangan

Modernisasi Infrastruktur

Penggantian kabel tembaga menjadi optik dan teknologi Time Division Multiplexing (“TDM”) menjadi teknologi berbasis Multi Service Access Network (“MSAN”)/Gigabyte Passive Optical Network (“GPON”) dan Internet Protocol (”IP”) dengan kapasitas mencapai 245 ribu sst (2011), dan 6,3 juta sst di tahun 2015.

Palapa Ring

Manado-Jayapura, 17 Stasiun Pendaratan (Daratan 450 km, sub-marine 3,749 kms).

Internet Protocol

Melayani 5 kota besar: seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, & Semarang. Produk ini akan diluncurkan pada bulan Mei 2011 mendatang.

Television (“IPTV”)

Speedy-Flash

Program fixed/mobile broadband menargetkan 200.000 pelanggan sampai dengan akhir tahun setelah peluncuran di bulan April 2011.

120,5 juta Jumlah pelanggan kami meningkat 14,6%

10

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

IKHTISAR SAHAM BIASA Grafik Harga dan Volume Perdagangan Saham TELKOM di Bursa Efek Indonesia Volume

Harga

(juta saham)

(Rp)

140

10.400

120

Volume

Harga

9.700

16 /0 8

15 /0 7/

0

15 /0 6/ 1

/0 5/ 1 12

/0 4/ 1 12

/1

/1

04 /0 2

05 /0 1

26 /1

27 /1

14 /0 4/ 09

05 /0 2

05 /0 1

/1 0 23 /0 9/ 10 25 /1 0/ 10 25 /1 1/ 10 29 /1 2/ 10

5.500 10

0 0

6.200

0

20

0

6.900

09 /0 3/ 10

40

0

7.600

1/ 09

60

0/ 09

8.300

14 /0 5/ 09 16 /0 6/ 09 17 /0 7/ 09 20 /0 8/ 09 25 /0 9/ 09

80

/0 9 10 /0 3/ 09

9.000

/0 9

100

Grafik Harga dan Volume Perdagangan ADS TELKOM di New York Stock Exchange Volume

Harga

(ribu ADS)

(US$)

1.400

46,00 Volume

Harga

42,00

1.000

38,00

800

34,00

600

30,00

400

26,00

200

22,0

0

18,00

02 /0 1/ 09 02 /0 2/ 09 03 /0 3/ 09 31 /0 3/ 09 29 /0 4/ 09 28 /0 5/ 09 25 /0 6/ 09 24 /0 7/ 09 21 /0 8/ 09 21 /0 9/ 09 19 /1 0/ 09 16 /1 1/ 09 15 /1 2/ 09 14 /0 1/ 10 12 /0 2/ 10 15 /0 3/ 10 13 /0 4/ 10 11/ 05 /1 0 09 /0 6/ 10 08 /0 7/ 10 05 /0 8/ 10 02 /0 9/ 10 01 /1 0/ 10 29 /1 0/ 10 29 /1 1/ 1 0 28 /1 2/ 10

1.200

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

11

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Sambutan Komisaris Utama

“Tahun 2010 menjadi catatan tersendiri bagi TELKOM karena kami mampu meraih pertumbuhan kinerja yang membanggakan. Ini merupakan prestasi gemilang di tengah situasi bisnis yang menantang. Keberhasilan kami di antaranya adalah pertumbuhan jumlah pelanggan, melambatnya penurunan pada layanan telepon tidak bergerak yang menjadi bisnis legacy kami serta percepatan pertumbuhan bisnis new wave yang merupakan tiga prestasi penting sehingga kami mampu mempertahankan posisi unggul di industri ini”.

12

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

Dengan mengucapkan Syukur A l h a m d u l i l l a h k e p a d a Tu h a n YME, perkenankan kami mewakili Dewan Komisaris menyampaikan Laporan Tahunan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. tahun buku 2010. Pada tahun 2010, TELKOM mampu meraih pertumbuhan kinerja yang patut dibanggakan. Di tengah situasi bisnis yang menantang, pertumbuhan jumlah pelanggan dapat ditingkatkan, laju penurunan layanan telepon tidak bergerak dapat diperlambat serta pertumbuhan bisnis new wave dapat dipercepat. Tiga Prestasi yang menonjol ini telah mampu mengantarkan TELKOM untuk mempertahankan posisi unggulnya di industri telekomunikasi Indonesia. Serangkaian langkah strategis telah dilakukan manajemen s e h i n g g a m a m p u m e n d o ro n g Perusahaan mencapai:

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini







TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Peningkatan pertumbuhan pendapatan konsolidasi T E L KO M s e b e s a r 1 , 4 % mencapai Rp68.629,2 miliar Peningkatan pertumbuhan pendapatan telepon seluler T E L KO M s e b e s a r 2 ,1 % mencapai Rp29.133,6 miliar di tahun 2010. Peningkatan jumlah pelanggan sebesar 14,6% mencapai 120,5 juta pelanggan.

B e b e r a p a t a h u n t e r a k h i r, pertumbuhan bisnis legacy telepon tidak bergerak, terkendala persaingan yang muncul dari bisnis telepon bergerak, seperti telepon nirkabel, telepon seluler, dan layanan broadband. Tantangan bagi TELKOM, tentunya adalah mempertahankan bisnis legacy telepon tidak bergerak dari penurunan pertumbuhan pangsa

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

p a s a r nya . D i p e r l u ka n l a n g ka h reorientasi dan restrukturisasi untuk memperbaiki proses bisnis dan mendorong peningkatan efisiensi guna memenuhi target pengendalian biaya yang telah ditetapkan. Pada saat yang sama, tingkat kepuasan layanan dan loyalitas pelanggan memerlukan perhatian seksama melalui program sistematis berkesinambungan untuk memastikan kualitas dan kehandalan jaringan di samping berinovasi dalam ragam produk dan layanan, terutama bagi pelanggan bisnis dan ritel TELKOM. Penurunan pasar telepon tidak bergerak, kami respon dengan strategi investasi teknologi dan diversifikasi portofolio bisnis. Guna mengantisipasi dinamika pada industri ini, TELKOM telah mengambil langkah strategis yang bertumpu pada peningkatan portofolio bisnis, dan melakukan

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

13

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

transformasi untuk membuka peluang pertumbuhan yang lebih besar pada sektor bisnis layanan informasi, media dan edutainment (IME). Pada tahun 2010, kami berhasil mencatat pertumbuhan pada bisnis layanan broadband, enterprise dan teknologi informasi (TI). Diharapkan di masa mendatang portofolio ini mampu berkontribusi lebih besar terhadap pertumbuhan pendapatan kami dalam tiga tahun mendatang. Kontributor terbesar terhadap pertumbuhan kinerja Perusahaan b e ra s a l d a r i Te l ko m s e l , A n a k P e r u s a h a a n T E L KO M p a d a bisnis seluler. Pada tahun 2010 Telkomsel mampu memperkuat basis pelanggannya mencapai 94 juta pelanggan. Persaingan yang sangat ketat di pasar telepon seluler telah berdampak pada harga dan keuntungan Perusahaan. Telkomsel berhasil mempertahankan posisi unggul terhadap para pesaingnya pada tahun 2010. Keberhasilan untuk melewati tantangan dan dinamika p a s a r s e c a ra e fe kt i f i n i p e r l u diikuti dengan langkah manajemen Telkomsel untuk merestrukturisasi organisasinya, termasuk menambah jumlah anggota Direksinya untuk mempertajam daya saing dan meningkatkan pendapatannya. Langkah transformasi dalam rangka menghadapi tantangan di industri yang kian dinamis

14

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

tetap menjadi fokus utama bagi Perusahaan. Keberhasilan TELKOM melakukan transformasi terhadap p o r t o f o l i o , i n f ra s t r u k t u r d a n organisasi, akan diikuti dengan menumbuhkembangkan budaya Perusahaan yang lebih kompetitif dan lincah serta cepat dalam merespon perubahan lingkungan strategis yang dinamis dan “hypercompetitive” saat ini. Sebagai Dewan Komisaris, kami telah melaksanakan pengawasan terhadap j a l a n n ya P e r u s a h a a n d e n g a n dibantu oleh tiga komite yang ada: Komite Audit, Komite Nominasi dan Remunerasi, serta Komite Evaluasi d a n M o n i t o r i n g P e re n c a n a a n Risiko. Ketiga komite tersebut berperan penting untuk memperkuat p e n g awa s a n d a n m e m a st i ka n akuntabilitas Perusahaan selama tahun ini. Kami merasa bangga dan terhormat dengan tiga penghargaan penting yang kami terima pada tahun 2010 yang mengakui kepemimpinan TELKOM. Pada bulan April 2010, T E L KO M m e n c a p a i p e r i n g k a t tertinggi di antara sepuluh Perusahaan Indonesia lainnya dalam Daftar Forbes Global 2000. TELKOM juga berhasil meraih penghargaan tertinggi pada kategori Best Managed Company, Best Corporate Governance, Best Investor Relations, dan Best CSR pada ajang

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Ditengah situasi bisnis yang menantang, pertumbuhan jumlah pelanggan dapat ditingkatkan, laju penurunan layanan telepon tidak bergerak diperlambat serta pertumbuhan bisnis new wave dapat dipercepat.

penghargaan Finance Asia Awards dan meraih penghargaan ‘Best of the Best State-Owned Enterprises 2010’ dari Majalah BUMN Track. Dewan Komisaris sepakat dengan hasil evaluasi atas prospek bisnis TELKOM yang dilakukan Direksi dan sangat mendukung tujuan strategis yang diagendakan untuk tahun depan. Sejumlah skema aksi korporasi yang telah direncanakan dan beragam inovasi produk serta inovasi layanan terhadap pelanggan tentunya akan memberikan peluang bagi Perusahaan untuk menambah sumber daya dan berinvestasi di sektor-sektor bisnis yang menjanjikan pertumbuhan di masa depan. Kami juga meyakini bahwa langkah restrukturisasi organisasi

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

yang ditempuh Telkomsel dan anak perusahaan lainnya akan semakin memperkuat eksistensi TELKOM di industri telekomunikasi. Selain itu, kami melihat peluang yang signifikan untuk mengembangkan bisnis layanan telepon berbasis Code Division Multiple Acces (“CDMA“)/ telepon nirkabel tidak bergerak melalui rencana konsolidasi dan rangkaian program efisiensi serta peningkatan produktivitas yang d i ya k i n i d a p a t m e n i n g k a t k a n kapasitas dan kualitas layanan. Langkah ini di samping memiliki potensi yang sangat besar pada bisnis new wave, juga menawarkan percepatan pertumbuhan kinerja dalam jangka panjang. Saya bangga terhadap kerja keras dan dedikasi seluruh sumber daya manusia yang ada di jajaran TELKOMGroup serta dukungan dari para pelanggan, mitra maupun pemegang saham. Melalui teamwork yang baik, kami mampu mengelola perusahaan searah dengan tujuan untuk menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan. Bisnis telekomunikasi sangat dinamis dan penuh tantangan, namun demikian terdapat peluang yang menjanjikan. Saya yakin bahwa dengan manajemen yang berdisiplin tinggi dan kapasitas perusahaan yang mampu beradaptasi dan berkembang, kami siap memanfaatkan peluang yang ada dan menjadi pemimpin di industri ini pada tahun mendatang.

Jusman Syafii Djamal Komisaris Utama

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

15

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Profil Dewan Komisaris Jusman Syafii Djamal Jusman Syafii Djamal, 57 tahun, menjabat Komisaris Utama TELKOM sejak tanggal 1 Januari 2011. Beliau merupakan salah satu Ahli Teknologi Perancangan Pesawat Terbang yang ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 20 Mei 2010 sebagai Anggota Komite Inovasi Nasional. Sebelumnya Beliau memangku beberapa jabatan strategis yaitu Menteri Perhubungan Kabinet Indonesia Bersatu I (Mei 2007 - Oktober 2009), Anggota Tim Nasional Evaluasi Keselamatan Dan Keamanan Transportasi (Januari - Mei 2007), Presiden Direktur PT Dirgantara Indonesia (2000-2002), Direktur Helikopter, Sistem Senjata dan Antariksa PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), Chief Project Engineer Pengembangan dan Rancang Bangun Pesawat

Terbang Advanced, N250 (1989-1995). Berpengalaman selama 20 tahun bekerja sebagai Professional Engineer Aerodynamics di IPTN. Penerima Medali Kehormatan Bintang Jasa Nararya RI pada ulang tahun emas Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1995. Penerima Hak Kekayaan Intelektual berupa paten nomor No ID 0 021 669 Flight Control Systems berbasis Elektronik tanggal 15 Agustus 2008. Ketua Yayasan Matsushita Gobel. Komisaris Independen PT Jasa Angkasa Semesta Tbk. Ketua Dewan Pertimbangan Organisasi Pengusaha Angkutan Darat. Wakil Ketua Dewan Pakar Persatuan Insinyur Indonesia. Business Technology Advisor pada unit inkubator teknologi BPPT. Meraih gelar sarjana jurusan Teknik Mesin Aeronautical Engineering dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1983.

Rudiantara Rudiantara, 52 tahun, menjabat Komisaris Independen TELKOM sejak tanggal 1 Januari 2011. Beliau sebelumnya dipercaya memegang berbagai jabatan penting, di antaranya sebagai Direktur dan Komisaris di berbagai perusahaan telekomunikasi seluler seperti Indosat, Telkomsel dan XL, serta pernah menjabat sebagai Wakil Direktur Utama PT PLN Persero dan Wakil Direktur Utama PT Semen Gresik Persero dan menjabat sebagai

CEO Bukitasam Transpacific Railways dan Rajawali Asia Resources. Beliau meraih gelar sarjana bidang Statistika dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran, serta gelar MBA dari IPPM, Universitas Indonesia.

Johnny Swandi Sjam Johnny Swandi Sjam, 51 tahun, menjabat Komisaris Independen TELKOM terhitung sejak tanggal 1 Januari 2011, Beliau di antaranya pernah menjabat berbagai posisi penting di anak perusahaan Indosat, seperti Satelindo, Sisindosat dan Intikom (1997-2002), Presiden Direktur Satelindo (2002-2003), Direktur Indosat (2005-2007) dan Direktur Utama Indosat (2007-2009) dan anggota Dewan Komisaris PT INTI (2010 - 1 Maret 2011). Saat ini Beliau juga merupakan Ketua Komite Tetap Bidang Infrastruktur

16

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

& Jasa Telekomunikasi Kamar Dagang Indonesia. Beberapa gelar pendidikan diraihnya, yaitu gelar Diploma III bidang Ahli Teknik Komputer dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Diploma IV Manajemen Industri dari Sekolah Tinggi Manajemen Industri, Departemen Perdagangan, gelar Sarjana bidang Manajemen Informatika dari Universitas Gunadharma serta gelar Pasca Sarjana bidang Administrasi & Kebijakan Bisnis dari Universitas Indonesia.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Mahmuddin Yasin Mahmuddin Yasin, 57 tahun, menjabat Komisaris TELKOM sejak tanggal 29 Juni 2007. Beliau juga menjabat sebagai Deputi Menteri BUMN Bidang Restrukturisasi dan Privatisasi sampai dengan bulan September 2010 dan pernah menjabat sebagai Deputi Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (“BPPN”). Beliau juga pernah menjabat sebagai Komisaris Utama PT Socfin Indonesia, Komisaris Utama PT Pupuk Sriwijaya dan sebagai

Komisaris PT Indo Farma Tbk. Beliau juga pernah dipercaya sebagai Ketua Dewan Pengawas Rumah Sakit Kanker Dharmais (2001-2003). Meraih gelar Sarjana bidang Ekonomi dari Universitas Krisnadwipayana, Jakarta, dan gelar Master of Business Administration dari Washington University, St. Louis, AS.

Bobby A.A. Nazief Bobby A.A. Nazief, 51 tahun, menjabat Komisaris TELKOM sejak tanggal 19 September 2008. Beliau juga merupakan PenasihatSeniorTIbagiMenteriKeuangan Republik Indonesia dan dosen Fakultas Ilmu komputer Universitas Indonesia, Sebelumnya beliau menjabat sebagai Penasihat Senior TI bagi Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia dan Direktur Pusat Ilmu Komputer di

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Universitas Indonesia. Dosen di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia ini adalah lulusan bidang Ilmu Komputer, Universitas Illinois di Urbana-Champaign, AS, dengan gelar PhD.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

17

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Sambutan Direktur Utama

“Pada tahun 2010 dan tahun-tahun terakhir ini, kami mencatat bahwa tren di industri telekomunikasi saat ini didominasi oleh konvergensi yang mencakup jaringan, layanan, perangkat dan industri itu sendiri. Dalam rangka mengantisipasi dan menjawab tantangan tersebut, sejak empat tahun lalu, TELKOM bangkit mendiversifikasi layanannya

mengikuti

perkembangan

industri

dan

kebutuhan pelanggan guna mempertajam daya saing perusahaan”.

18

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

Pa ra p e m a n g k u ke p e n t i n g a n , pemegang saham dan pelanggan ya n g t e r h o r m a t , t a h u n 2 0 1 0, T E L KO M t e l a h m e l a k s a n a k a n sejumlah agenda strategis, mempersembahkan pertumbuhan yang tetap solid dan pada beberapa sektor strategis pertumbuhannya m e l e b i h i h a ra p a n . K a m i j u g a berhasil mengendalikan biaya. Lebih penting lagi, dengan tetap membawa semangat transformasi TELKOM, kami terus berupaya memperkuat landasan bagi pertumbuhan bisnis kami di masa depan menyusul perubahan paradigma dalam layanan yang kami tawarkan dari jasa telekomunikasi standar menjadi layanan Telecommunication, Information, Media dan Edutainment (TIME). Upaya ini secara umum membuahkan hasil yang baik, dengan peningkatan di sisi pendapatan konsolidasi mencapai 1,4% dibandingkan kinerja tahun lalu. Bisnis telekomunikasi yang kami layani masih memberikan ko n t r i b u s i d o m i n a n te r h a d a p

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

pendapatan Perusahaan meskipun kami mulai menikmati pertumbuhan kontribusi dari bisnis IME (Information, Media dan Edutainment) yang tumbuh tinggi. Kami juga melihat pertumbuhan kinerja yang sangat baik pada layanan TELKOMSpeedy, yang mewakili layanan broadband kami, dengan peningkatan pendapatan sebesar 38% dan 44% dalam jumlah pelanggan, pencapaian ini tercapai karena dukungan investasi yang cermat di sisi infrastruktur serta kegiatan pemasaran yang cukup agresif. Dengan tagline baru Speedy ‘Lead Your Life’, kami berupaya memposisikan layanan broadband ini tidak hanya sebagai platform untuk mengakses maupun berbagi data, namun lebih pada pemenuhan gaya hidup, yang memungkinkan pelanggan dapat saling berinteraksi dengan pengguna lain melalui komputer, laptop, netbook, smartphone dan bahkan perangkat lainnya, kapanpun dan di manapun mereka butuhkan.

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Bisnis telepon kabel tidak bergerak kami pada tahun 2010 mencatat kinerja yang positif dengan melambatnya penurunan tingkat pendapatan bisnis ini menjadi satu digit, setelah sebelumnya mengalami penurunan yang signifikan akibat subtitusi kepada l a y a n a n s e l u l e r. K e m u d i a n , pertumbuhan yang stabil pada kinerja Flexi yang mewakili layanan telepon nirkabel tidak bergerak kami menghasilkan pertambahan jumlah pelanggan sebesar 20,0% menjadi sekitar 18,2 juta. Meskipun ARPU menurun sebesar 30,2% dibandingkan dengan tahun lalu, Flexi mampu memposisikan diri menjadi pemain yang dominan di bisnis ini dengan pangsa pasar sekitar 56,5%. Pasar ini merupakan pasar yang sangat kompetitif dengan enam operator telepon nirkabel tidak bergerak berlisensi yang menggarap bisnis ini sehingga menyisakan peluang pertumbuhan yang sedang, kecuali Perusahaan mampu meningkatkan spektrum bandwidth lebih luas lagi guna

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

19

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

memberikan kesempatan untuk mengkreasikan produk baru yang berkualitas tinggi, termasuk dengan dukungan layanan data yang lebih besar. Atas dasar itulah, kami tengah mengkaji kemungkinan melakukan merger dengan pesaing utama kami di tahun yang akan datang. Dari layanan data internet, TI dan media, kami berhasil mencatatkan kinerja yang memuaskan dengan kontribusi sebesar 28,9% terhadap jumlah pendapatan Perusahaan p a d a t a h u n 2 0 1 0. S e b a l i k nya bisnis telepon seluler yang dilayani Telkomsel, anak Perusahaan kami, walaupun jumlah penggunanya t u m b u h t i n g g i ( 1 5 ,1 % ) n a m u n pertumbuhan pendapatan mencatat kinerja yang lebih rendah dari target yang ingin dicapai. Namun, secara umum dapat kami sampaikan, Telkomsel tetap yang terdepan. Telkomsel mampu memberdayakan inovasi produk yang berkelanjutan, citra Perusahaan yang kuat dan jaringan yang lebih baik terhadap peningkatan 15,1% dalam sisi jumlah pelanggan serta memanfaatkan keunggulan kompetitif kami d a l a m h a l ke m a m p u a n u n t u k memberikan layanan yang lengkap dan berkualitas. Selama tahun 2010 kami juga melanjutkan upaya-upaya penciptaan efisiensi pada struktur biaya Perusahaan. Kontribusi biaya terbesar masih berasal dari sektor bisnis telepon tidak bergerak. Untuk mengkompensasi penurunan pendapatan yang dialami pada sektor ini, kami telah memangkas biaya karyawan melalui penerapan program pensiun dini yang berhasil menekan biaya karyawan sebesar 11,9% selama tahun 2010. Pada tahun yang akan datang, kami berencana meluncurkan program serupa. Kreatifitas untuk menciptakan optimalisasi dalam efisiensi biaya juga dilakukan di pos-pos operasional l a i n nya , d i a n t a ra nya d e n g a n

20

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

pembentukan gugus tugas khusus untuk melaksanakan proses tersebut pada bulan Agustus 2010. Upaya ini menghasilkan efisiensi awal yang berarti, yang ditunjukkan melalui keberhasilan reorganisasi ruang di kantor pusat Jakarta dan Bandung serta pencapaian-pencapaian lainnya yang memuaskan pada tahun ini.

Kondisi Pasar Selama Tahun 2010 Indonesia berhasil lolos dari masa resesi paling buruk yang telah mendominasi perekonomian global pada beberapa tahun terakhir dan pada tahun 2010 berhasil mencapai pertumbuhan yang relatif kuat sekitar 6%. Namun disisi lain, regulasi dan kompetisi telah menekan tarif kami dalam beberapa tahun terakhir sehingga secara otomatis berdampak pada penurunan A R P U wa l a u p u n p e n g g u n a a n layanan telekomunikasi sebaliknya menunjukkan pertumbuhan sehingga menciptakan peluang stabilitas dan penguatan ARPU ditahun-tahun mendatang. Dari sisi peraturan pemerintah terkait dengan bisnis telekomunikasi, kami menilai tidak banyak perubahan yang terjadi selama tahun 2010, namun, kami tidak berhenti membangun h u b u n g a n ya n g b a i k d e n g a n regulator dalam rangka menciptakan iklim bisnis yang adil dan sehat yang akan melindungi kepentingan para operator dan para pelanggan. Persaingan dalam bisnis telepon seluler yang kami hadapi masih menunjukkan tekanan yang kuat terutama dari pesaing terdekat kami. Pada tahun 2010, bisnis telepon seluler Perusahaan menghadapi tantangan yang besar namun masih memberikan ruang bagi kami untuk memperluas pangsa pasar. Tantangan ini masih perlu diantisipasi ke depannya dan kami berkeyakinan bahwa Perusahaan mampu meningkatkan kinerja dan memenuhi targettarget pertumbuhan bisnis yang ditetapkan.

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Investasi Pendukung Pertumbuhan Posisi keuangan TELKOM yang kuat sangat mendukung rencana investasi strategis Perusahaan dalam rangka meningkatkan kapasitas maupun kualitas dari kemampuan dan infrastruktur jaringan inti kami. Kami dapat melaporkan bahwa proyek JaKaLaDeMa akhirnya berhasil dirampungkan pada tahun 2010. Penggelaran kabel bawah laut ini akan menghubungkan Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali (Denpasar) dan Lombok (Mataram) dengan bandwidth berkecepatan tinggi yang memfasilitasi layanan suara, video dan data. Kami juga melanjutkan proyek instalasi kabel serat optik yang menghubungkan Mataram dengan Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang merupakan bagian dari proyek pembangunan Palapa Ring. Kabel Mataram-Kupang ini yang diharapkan dapat mulai beroperasi pada kuartal kedua tahun 2011 akan mengakomodasi kebutuhan akan layanan broadband yang lebih besar dengan dukungan dari jaringan berkapasitas tinggi dan handal yang mampu memfasilitasi berbagai layanan. Kedua kabel yang digelar sepanjang 2.500 km dengan nilai investasi total mencapai US$117,2 juta merupakan backbone yang sangat kuat untuk mendukung volume trafik yang terus meningkat selain merefleksikan komitmen TELKOM u n t u k m e m p e r l u a s j a n g ka u a n jaringan generasi berikutnya ke wilayah timur Indonesia. Kemudian, proyek lain yang juga menelan nilai investasi besar adalah pembangunan satelit komunikasi yang kami namai TELKOM-3. Setelah merampungkan tender pelaksanaannya pada tahun 2010, satelit itu kini tengah dibangun di Rusia dengan biaya mencapai hampir US$178,9 juta. Kami berharap satelit TELKOM-3 yang rencananya mulai beroperasi pada awal tahun 2012 itu dapat meningkatkan kapasitas layanan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

kami secara signifikan serta mampu memberikan dukungan yang besar terhadap perusahaan-perusahaan maupun sistem pertahanan nasional. Dalam rangka menjaga posisi perusahaan sebagai penyelenggara layanan IME serta Telekomunikasi, kami terus memberdayakan infrastruktur yang dibangun dengan mengembangkan dan menawarkan paket solusi maupun aplikasi yang dikemas dalam portofolio bisnis new wave. Peluncuran Plasa.com pada bulan Maret 2010 menandai penetrasi kami ke bisnis pemasaran secara online (e-Commerce), pada akhir t a h u n 2 01 0, s i t u s i n i b e r h a s i l menjadi salah satu situs pemasaran secara online favorit di Indonesia. Lalu, inisiatif bisnis lainnya melalui anak Perusahaan, Metra, untuk menandatangani kerja sama pembentukan sebuah perusahaan gabungan, PT Melon Indonesia, dengan South Korea Telcom. Melon merupakan kependekan dari Melody Online sukses diluncurkan pada bulan November 2010 dengan fokus bisnis sebagai portal penjualan musik digital online terbesar di Indonesia. Kami akan menyediakan lebih dari satu juta lagu lokal maupun internasional sehingga menjadikannya satusatunya portal di Indonesia yang menyediakan layanan sebesar ini. Teknologi telekomunikasi yang terus berkembang menciptakan peluang baru untuk berbisnis dan menjangkau pasar yang lebih luas baik bagi perusahaan multinasional maupun perusahaan skala mikro. Oleh karenanya, permintaan dunia usaha terhadap perangkat komunikasi yang lebih handal, kuat dan cepat serta pengelolaan informasi dengan sendirinya menjadi faktor pendorong inovasi di bidang teknologi. Melalui sebuah program yang mendukung pertumbuhan non-organik, baik di level domestik dan internasional, di manapun terbuka kesempatan, TELKOM semakin memperkuat

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

eksistensinya di pasar layanan TI dan Multimedia, memberikan dukungan bagi dunia usaha baik dalam kapasitasnya sebagai penyedia layanan maupun pengembang konten. Portofolio bisnis kami kini telah berkembang dengan merangkul AdMedika, yang bertindak sebagai penghubung bagi perusahaan asuransi, penyedia layanan kesehatan dan pelanggan jasa kesehatan melalui jaringan layanan kesehatan elektronik. 75% saham AdMedika dimiliki oleh Metra pada Februari 2010. Juga, melalui anak perusahaan, PT TELKOM Indonesia International (TII), kami juga meningkatkan kepemilikan saham kami di Scicom, sebuah perusahaan yang berbasis di Malaysia yang fokus pada jasa alih daya (outsourcing) proses bisnis, menjadi sebesar 30%, sehingga mendudukkan TII sebagai pemegang saham mayoritas di perusahaan tersebut. Kami melihat potensi yang besar bagi pelaksanaan sinergi antara Scicom dengan lini bisnis korporat yang kami layani, terutama Infomedia, yang eksistensinya terus meningkat di pasar call center. Keputusan kami untuk menempatkan dua eksekutif TELKOM di jajaran direksi Scicom mencerminkan pentingnya segmen bisnis ini bagi sustainabilitas pertumbuhan bisnis Perusahaan dalam jangka panjang. Pada bulan Agustus 2010, TELKOM melalui Metra kembali melakukan aksi korporasi strategis dengan mengakuisisi 20% saham lainnya di PT Sigma Cipta Caraka, setelah sebelumnya penguasaan saham di perusahaan ini mencapai 80,0% sejak tahun 2008. Sigma telah terkenal sebagai pemain TI yang terkemuka di Indonesia, terutama untuk layanan perbankan dan keuangan.

Melanjutkan Transformasi Kami mencatat bahwa tren layanan dan gaya hidup pelanggan di industri telekomunikasi saat ini didominasi oleh konvergensi yang mencakup jaringan, layanan, perangkat dan industri itu sendiri. Dampaknya terhadap bisnis

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

telepon tidak bergerak yang tradisional tentunya sangat jelas, yakni bahwa bisnis ini tidak lagi dominan dalam rantai usaha yang memberikan nilai tambah di samping faktanya memang telah terjadi penurunan setiap tahunnya bahkan pada tingkat global. Pada saat yang sama, pertumbuhan yang luar biasa di pasar telepon seluler dalam satu dekade terakhir mulai mendekati kondisi stabil, dengan lebih 200 juta pengguna telepon genggam dari total penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 230 juta jiwa. Oleh karena itu, TELKOM mulai empat tahun lalu bangkit untuk mendiversifikasi sumbersumber pendapatannya dengan tanpa meninggalkan bisnis telekomunikasi yang menjadi legacy-nya guna mempertajam daya saing Perusahaan. Karenanya, kami meluncurkan transformasi secara menyeluruh di tubuh Perseroan untuk memperkokoh eksistensinya di sektor IME yang semakin berkembang agar dapat menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Upaya transformasi ini kami fokuskan pada sisi portofolio, infrastruktur dan sistem, organisasi dan budaya perusahaan. Sejak akhir tahun 2010, transformasi portofolio telah selesai kami lakukan. Hal itu membuat penataan segmen IME kami lebih terstruktur rapi dalam organisasi kami. Meskipun bisnis telepon tidak bergerak masih memiliki kontribusi positif lebih dari 35-40% terhadap pendapatan konsolidasi saat ini, kami berharap bisnis new wave akan menggantikan posisinya mulai tahun 2015 yang diikuti oleh penurunan kontribusi telepon seluler secara proporsional. (Lihat “Faktor-Faktor Risiko” Pernyataan-pernyataan yang bersifat pandangan ke depan yang belum tentu akurat). Kemudian, dalam hal infrastruktur, transformasi kami arahkan agar sejalan dengan master plan INSYNC2014. Upaya ini termasuk penerapan seluruh jaringan next generation berbasis IP, perubahan sisi operasional menjadi

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

21

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

lebih ramping dengan fokus yang kuat pada penanganan pengalaman pelanggan, dengan broadband sebagai faktor pendorong utamanya. Target kami dalam hal ini adalah memberikan layanan akses broadband yang luas bagi pelanggan residensial maupun korporat. Kami juga telah menyelesaikan transformasi organisasi dengan membentuk divisi independen untuk menangani Flexi, sentralisasi Divisi Akses yang dimulai pada awal tahun serta perampingan pada tujuh Divisi Regional menjadi hanya dua divisi yang dirampungkan seluruhnya pada bulan April 2010. B e n t u k o rg a n i s a s i ya n g l e b i h fleksibel dan dinamis memungkinkan te rc i p t a nya a ku n t a b i l i t a s d a n deskripsi tanggung jawab yang lebih jelas, hal ini merupakan kunci sukses bagi peningkatan performa bisnis legacy Perusahaan. Pada tahun 2009, kami melakukan rebranding sebagai upaya untuk memperkenalkan ke publik bagaimana Perusahaan telah bertransformasi. Tahun 2010 merupakan periode kelanjutan upaya transformasi yang kami wujudkan dengan mengambil sejumlah langkah untuk menyelaraskan budaya perusahaan dengan dinamika baru Perusahaan sekaligus memperkuat komitmen grup Perusahaan kepada masa depan bisnis kami. Budaya Perusahaan ‘5C’ yang baru sudah diluncurkan melalui inisiatif yang kami sebut T Lab – sebuah kelompok kecil karyawan yang terfokus yang berasal dari berbagai divisi dan bekerja sama menghasilkan beragam solusi inovatif untuk mengatasi isu-isu yang muncul, dengan tujuan utama penambahan nilai dan peningkatan kualitas. Salah satu wujud konkritnya adalah kelompok ini telah menciptakan kreativitas bersama terhadap pengembangan layanan broadband Speedy di samping mengupayakan peningkatan layanan serta jumlah pelanggan.

22

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

T-Lab merupakan salah satu contoh, namun dalam skala kecil, dari sinergi yang terus dikembangkan dalam jajaran TELKOMGroup. Hal ini telah ditunjukkan terutama pada pendekatan kami kepada pengembangan jaringan dan penguatan integrasi pemasaran produk kami. Mungkin hal yang paling menonjol adalah kami kini tumbuh bersama secara stabil dan berbagi pengetahuan melalui mutasi karyawan antara TELKOM dan anak perusahaan, serta di antara anak perusahaan juga. Mereka juga saling bertukar ide dan saling memperkuat kepercayaan satu sama lain terutama sejak kami meluncurkan program pengembangan eksekutif yang memfasilitasi pengembangan kompetensi karyawan yang punya talenta besar dari berbagai divisi.

Tata Kelola Perusahaan yang baik Sejalan dengan misi kami untuk menjadi panutan dalam pengelolaan perusahaan di Indonesia, kami terus meningkatkan nilai dalam praktik-praktik yang terkait dengan tata kelola perusahaan. TELKOM telah menjadi model pemanfaatan teknologi informasi di negara ini dalam upaya meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik, serta mengaplikasikan TI pada seluruh sistem pengendalian internal, pengadaan, fungsi whistleblower, dan operasional serta transaksi lainnya. Di samping itu kami terus memfokuskan pada upaya perluasan dan pendalaman pemahaman terhadap potensi risiko dan m e n c i p t a k a n ke b i j a k a n ya n g efektif untuk mengelolanya. Kami juga secara proaktif melakukan identifikasi, pengukuran dan upaya mitigasi atas dampak dari aktivitas ya n g k a m i l a k u k a n t e r h a d a p lingkungan dan masyarakat.

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Posisi Keuangan TELKOM yang kuat memfasilitasi pencapaian agenda investasi strategis Perusahaan.

Komitmen kami terhadap pelaksanaan transparansi dan tata kelola yang baik telah mendapat pengakuan dari kalangan investor. Bahkan Laporan Tahunan TELKOM tahun 2009 berhasil meraih peringkat kedua pada Annual Report Awards yang diselenggarakan Bapepam-LK, yang merupakan peningkatan dari posisi ketiga di tahun-tahun sebelumnya. Kami juga meraih penghargaan sebagai ‘Most Trusted Company’ dari institusi Corporate Governance Indonesia serta sejumlah penghargaan lainnya yang tentunya mencerminkan upaya untuk mempertahankan standar tertinggi dalam pelaksanaan integritas usaha. Ini juga merupakan saat yang tepat untuk menyampaikan penghargaan kepada Komisaris Independen kami, almarhum Bapak Arif Arryman, yang telah wafat pada bulan September 2010. Beliau telah mendedikasikan dirinya dengan memberikan kontribusi signifikan yang telah memperkuat pelaksanaan tata kelola perusahaan dan pengawasan di TELKOM, kami sangat kehilangan dengan kepergian beliau.

Tanggung Jawab Sosial Pada tahun 2011, Indonesia akan mengemban tugas sebagai tuan rumah South East Asian Games. Dalam kesempatan ini dengan bangga

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

kami sampaikan bahwa TELKOM turut berpartisipasi mendukung pelaksanaan acara ini sekaligus mengemban kepercayaan pemerintah untuk membina tim olahraga sepeda dan sepak bola nasional guna meningkatkan peluang perolehan medali di ajang kompetisi bergengsi ini. Hal ini menjadi bukti partisipasi jangka panjang TELKOM di bidang olahraga terutama sepeda, mengingat sebelumnya, kami telah beberapa kali terlibat aktif dalam penyelenggaraan kejuaraan tahunan balap sepeda internasional Speedy Tour d’Indonesia. Kami berharap dapat memperkuat keterlibatan kami dalam acara-acara serupa karena hal ini tidak hanya penting untuk menaikkan citra bangsa semata, namun sekaligus untuk mempromosikan kecintaan terhadap olahraga ke seluruh negeri sehingga ikut berkontribusi menciptakan masyarakat Indonesia yang sehat. Bagi kami, hal ini melengkapi kegiatan yang terangkum dalam p r o g r a m Ta n g g u n g J a w a b Sosial perusahaan yang bertema ‘Menciptakan Masyarakat Indonesia yang Cerdas”. Dengan semangat ini, kami terus menciptakan manfaat dari penerapan komunikasi dan teknologi informasi bagi masyarakat di seluruh Indonesia karena kami yakin dengan bangsa yang cerdas, Indonesia akan lebih sejahtera. Kami dalam kesempatan ini juga menyampaikan duka cita yang mendalam atas rangkaian b e n c a n a a l a m ya n g m e n i m p a negeri ini beberapa waktu lalu sehingga menciptakan kerusakan yang besar di wilayah yang terkena bencana. Meskipun prioritas kami dalam hal ini adalah memastikan bahwa infrastruktur telekomunikasi beroperasi dengan baik untuk mendukung kegiatan penyelamatan dan pengamanan korban bencana, kami sebagai entitas bisnis yang beroperasi di

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Indonesia turut memberikan bantuan kemanusiaan dan berkomitmen untuk meningkatkan dukungan ini di masa-masa yang akan datang.

Prospek Usaha Kami optimistis terhadap prospek usaha di masa datang, terutama dalam empat hal. Pertama, transformasi yang TELKOM lakukan telah memasuki tahap akhir, sehingga struktur yang dirancang akan siap memfasilitasi kami untuk memanfaatkan peluang yang muncul di industri yang kian mengarah pada konvergensi. Kedua, sejumlah perjanjian kerja sama usaha yang melibatkan kami akan berakhir, sehingga memacu kami untuk segera menyiapkan sumberdaya untuk ekspansi lebih lanjut. Ketiga, tren bisnis new wave tengah meningkat. Misalnya, kami melihat adanya peluang untuk melakukan ekspansi pada layanan broadband, sedangkan TELKOMVision, bisnis layanan televisi berlangganan kami, juga semakin kokoh di pasar. Sementara bisnis layanan IP-TV kami baru saja akan diluncurkan beberapa bulan kemudian. Pada saat yang bersamaan, kami menghadapi persaingan dari perusahaan teknologi informasi yang kian memperkuat keberadaannya di pasar karena kemampuannya dalam menciptakan operasional yang aman dan efisien dalam hal biaya namun mampu melayani pelanggannya dengan baik. Melalui anak Perusahaan kami, kami menjawab tantangan ini dengan memberikan layanan solusi komunikasi dan data kepada pelanggan layanan keuangan dan kesehatan, sedangkan kami pun berupaya memenuhi minat yang besar terhadap solusi berbasis cloud computing, terutama dari UKM dan perusahaan daerah- sebuah indikasi yang baik yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah di Indonesia. Selain itu, kami masih melihat prospek yang besar pada bisnis seluler kami untuk terus

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

meningkatkan performanya dari kondisi yang kurang baik pada tahun 2010. Akhir kata, kami semakin yakin dapat merealisasikan manfaat dari transformasi yang kami lakukan. Kami yakin bahwa kapasitas yang ada saat ini dapat mendorong pencapaian pertumbuhan yang berkelanjutan dan mampu beradaptasi terhadap dinamika di industri ini. Kami berkomitmen untuk membawa Indonesia memasuki dunia baru telekomunikasi, informasi, media dan edutainment. Sementara itu, kami pun telah siap untuk menjadi model dari pelaksanaan akuntabilitas, pengelolaan yang baik dan fleksibilitas, tidak hanya bagi Badan Usaha Milik Negara lainnya tapi juga organisasi yang dinamis dan selalu ingin maju di Indonesia. Atas nama jajaran Direksi TELKOM, saya menyampaikan penghargaan kepada Dewan Komisaris yang senantiasa memberi pengarahan dan bimbingan, serta apresiasi bagi para pemegang saham atas kepercayaan dan dukungannya sehingga kami berhasil merestrukturisasi Perusahaan ini agar mampu mengantisipasi tantangan di masa depan.

Rinaldi Firmansyah Direktur Utama/CEO

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

23

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Profil Direksi Rinaldi Firmansyah Rinaldi Firmansyah, 51 tahun, menjabat Direktur Utama TELKOM sejak tanggal 28 Februari 2007, karirnya di TELKOM diawali sebagai Direktur Keuangan pada tahun 2004-2007. Beliau sebelumnya menjabat sebagai Presiden Direktur PT Bahana Securities pada tahun 20012003 dan Wakil Komisaris Utama PT Bahana Securities pada tahun 2003-

2004, lalu menjabat Komisaris dan Kepala Komite Audit PT Semen Padang pada tahun 2003. Beliau meraih gelar Sarjana bidang Teknik Elektro dari Institut Teknologi Bandung, Bandung dan MBA dari Institut Pengembangan Manajemen Indonesia, Jakarta. Beliau juga memiliki sertifikasi Chartered Financial Analyst (“CFA”).

Sudiro Asno Sudiro Asno, 54 tahun, menjabat Direktur Keuangan TELKOM sejak tanggal 28 Februari 2007, karirnya di TELKOM dimulai sejak tahun 1985. Pemilik gelar Sarjana Ekonomi bidang Akuntansi dari Universitas Padjadjaran,

Bandung, ini pernah menduduki beberapa posisi penting di Direktorat Keuangan TELKOM hingga akhirnya menduduki jabatan sebagai Senior General Manager di Finance Center.

Ermady Dahlan Ermady Dahlan, 58 tahun, menjabat Direktur Konsumer TELKOM sejak tanggal 28 Februari 2007. Beliau kemudian ditunjuk sebagai Direktur Network & Solution TELKOM berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Maret 2008 sebelumnya menjabat sebagai Direktur Konsumen sejak 28 Februari 2007. Sejak bergabung di TELKOM pada tahun 1973, Beliau

pernah menduduki berbagai posisi termasuk sebagai Executive General Manager Divisi Regional II (Jakarta). Beliau lulusan dari Joint Program Pendidikan Pengatur Muda Teknik dari Akademi Telekomunikasi Bandung (PAMTK – ATN) tahun 1978.

I Nyoman G Wiryanata I Nyoman G Wiryanata, 52 tahun, menjabat sebagai Direktur Konsumen TELKOM sejak tanggal 1 Maret 2008, dan menjabat sebagai Direktur Network & Solution sejak tanggal 28 Februari 2007. Sejak bergabung di TELKOM pada tahun 1983, Beliau pernah menduduki sejumlah posisi penting, di antaranya Executive General Manager

24

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Divisi Regional I (Sumatera). Selain meraih gelar Sarjana bidang Teknik Elektro dari Institut Teknologi Surabaya, Beliau juga meraih gelar Master bidang Business Administration dari Institut Manajemen Prasetya Mulya.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Faisal Syam Faisal Syam, 55 tahun, menjabat Direktur Human Capital & General Affair TELKOM sejak tanggal 28 Februari 2007, beliau sebelumnya menduduki berbagai posisi penting selama bergabung di TELKOM sejak tahun 1983, di antaranya Senior General Manager Human Resource Center. Meraih gelar Sarjana bidang

Matematika dari Universitas Sumatera Utara dan gelar Magister Manajemen dari Sekolah Tinggi Manajemen Bandung (“STMB”).

Prasetio Prasetio, 51 tahun, menjabat Direktur Compliance & Risk Management sejak tanggal 28 Februari 2007, karirnya di TELKOM diawali sebagai Executive Vice President Risk Management, Legal & Compliance pada tahun 2006. Karir profesionalnya diawali di Bank Niaga Tbk pada tahun 1984 dengan jabatan terakhir sebagai Vice President-Credit Policy & Administration Group Head pada tahun 1999. Di tahun yang sama, beliau ditunjuk sebagai Senior Vice President/Chief Credit Officer pada Badan Penyehatan Perbankan Nasional hingga tahun 2001 dan merangkap sebagai Wakil Presiden Komisaris Bank Prima Ekspress. Pada periode tahun 2002-2004, beliau berkarir di Bank Danamon Indonesia

Tbk dengan jabatan terakhir Commercial & SME Banking Director merangkap Chief Financial Officer. Beliau sebelumnya menjabat sebagai Chief Financial Officer PT Merpati Nusantara Airlines hingga tahun 2005 dan Penasihat Direktur Utama PT Bank BNI Tbk pada tahun 2004. Beliau meraih gelar kesarjanaan dibidang Ekonomi jurusan Akuntansi dari Universitas Airlangga, Magister bidang Hukum Bisnis dari Universitas Gadjah Mada serta mengikuti berbagai pendidikan eksekutif di berbagai perguruan tinggi, di antaranya State University of New York di Buffalo, Asian Institute Management, Manila, Kellog University of Chicago, Illinois serta The Wharton School of Management, University of Pennsylvania, , AS.

Arief Yahya Arief Yahya, 50 tahun, menjabat Direktur Enterprise & Wholesale TELKOM sejak tanggal 24 Juni 2005. Beliau sebelumnya telah menduduki berbagai posisi penting sejak mulai bergabung di TELKOM pada tahun 1986, di antaranya menjabat sebagai Kepala Divisi Regional V (Jawa Timur) dan Kepala Divisi Regional VI (Kalimantan).

Beliau meraih gelar Sarjana bidang Teknik Elektro dari Institut Teknologi Bandung dan gelar Master bidang Telecommunications Engineering dari University of Surrey, UK.

Indra Utoyo Indra Utoyo, 49 tahun, menjabat Direktur IT, Solution & Supply TELKOM sejak tanggal 28 Februari 2007. Beliau telah dipercaya memangku berbagai jabatan penting sejak bergabung di TELKOM pada tahun 1986, di antaranya sebagai Senior General Manager Information System Center. Disamping meraih gelar Sarjana bidang Teknik

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Elektro Telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung, Beliau juga meraih gelar Master dalam Communication and Signal Processing dari Imperial College of Science, Technology and Medicine, University of London, Inggris.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

25

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Profil TELKOM

Riwayat Singkat TELkom Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (“TELKOM”, ”Perseroan”, “Perusahaan”, atau “Kami”) merupakan Badan Usaha Milik Negara dan penyedia layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. TELKOM menyediakan layanan InfoComm, telepon kabel tidak bergerak (fixed wireline) dan telepon nirkabel tidak bergerak (fixed wireless), layangan telepon seluler, data dan internet, serta jaringan dan interkoneksi, baik secara langsung maupun melalui anak perusahaan. Sebagai BUMN, Pemerintah Republik Indonesia merupakan pemegang saham mayoritas yang menguasai sebagian besar saham biasa Perusahaan sedangkan sisanya dimiliki oleh publik. Saham Perusahaan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (“BEI”), New York Stock Exchange (“NYSE”), London Stock Exchange (“LSE”) dan Tokyo Stock Exchange (tanpa listing). Untuk menjawab tantangan yang terus berkembang di industri telekomunikasi dalam negeri maupun di tingkat global, kami bertekad melakukan transformasi secara fundamental dan menyeluruh di seluruh lini bisnis

26

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

yang mencakup transformasi bisnis dan portofolio, transformasi infrastruktur dan sistem, transformasi organisasi dan sumber daya manusia serta transformasi budaya. Pelaksanaan transformasi ini dilakukan dalam rangka mendukung upaya diversifikasi bisnis TELKOM dari ketergantungan pada portofolio bisnis Legacy yang terkait dengan telekomunikasi, yakni layanan telepon tidak bergerak (Fixed), layanan telepon seluler (Mobile), dan Multimedia (FMM), menjadi portofolio TIME. Konsistensi kami dalam berinovasi telah berhasil memposisikan Perusahaan sebagai salah satu perusahaan yang berdaya saing tinggi dan unggul dalam bisnis New Wave. Komitmen kami untuk mendukung mobilitas dan konektivitas tanpa batas diyakini akan meningkatkan kepercayaan pelanggan ritel maupun korporasi terhadap kualitas, kecepatan, dan kehandalan layanan serta produk yang kami tawarkan. Hal itu terbukti dengan kontinuitas peningkatan di sisi jumlah pelanggan kami, yakni mencapai 120,5 juta pelanggan per 31 Desember 2010, atau meningkat sebesar 14,6%. Dari jumlah tersebut, sebanyak 8,3 juta pelanggan merupakan pelanggan telepon kabel tidak bergerak, 18,2 juta pelanggan telepon nirkabel tidak bergerak, dan 94,0 juta pelanggan telepon seluler.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

VISI, MISI dan TUJUAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Menjadi perusahaan yang unggul dalam penyelenggaraan Telecommunication, Information, Media dan Edutainment (TIME) di kawasan regional.

2.

Misi • Menyediakan layanan TIME yang berkualitas tinggi

3. 4.

dengan harga yang kompetitif. Menjadi model pengelolaan korporasi terbaik di Indonesia.

5.



Tujuan Menciptakan posisi terdepan dengan memperkokoh bisnis legacy & meningkatkan bisnis new wave untuk memperoleh 60% dari pendapatan industri pada tahun 2015.

6. 7. 8.

9. 10.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

LAMPIRAN

Inisiatif Strategi 1.

Visi

DATA PERUSAHAAN

Mengoptimalkan layanan sambungan telepon kabel tidak bergerak / fixed wireline (“FWL”). Memperkuat dan mengembangkan bisnis sambungan telepon nirkabel tidak bergerak / fixed wireless access (“FWA”) dan mengelola portofolio nirkabel. Melakukan investasi pada jaringan broadband. Mengintegrasikan solusi bagi UKM, Enterprise dan berinvestasi di bisnis wholesale. Mengembangkan layanan Teknologi Informasi termasuk e-payment. Berinvestasi di bisnis media dan edutainment. Berinvestasi pada peluang bisnis internasional yang strategis. Mengintegrasikan Next Generation Network (“NGN”) dan OBCE (Operational support system, Business support system, Customer support system and Enterprise relations management). Menyelaraskan struktur bisnis dan pengelolaan portofolio. Melakukan transformasi budaya perusahaan.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

27

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Struktur Organisasi Searah dengan pelaksanaan visi, misi maupun inisiatif strategis TELKOM dalam rangka perwujudan transformasi bisnis Perusahaan sebagai penyedia layanan TIME, kami melakukan reorganisasi pada sejumlah unit usaha, khususnya pada bisnis telepon kabel tidak bergerak. Perubahan struktur organisasi diarahkan pada persoalan pengelolaan hal-hal sebagai berikut: 1. Penataan pengelolaan pelanggan yang ditandai dengan: a. Pengembangan pengelolaan segmen pelanggan yaitu dengan dibentuknya Divisi Business Service untuk merespon perkembangan pasar segmen UKM; dan b. Penajaman pengelolaan segmen pelanggan yaitu dengan dibentuknya organisasi Divisi Consumer Service yang diarahkan untuk peningkatan pertumbuhan bisnis dari pelanggan telepon kabel tidak bergerak dengan memanfaatkan peluang pertumbuhan pada bisnis konvergensi broadband dan layanan baru lainnya berdasarkan akses high bandwidth. Pembentukan Divisi Consumer Service ini merupakan evolusi dari organisasi Divisi Regional. 2. Penataan pengelolaan jasa yang ditandai dengan: a. Pembentukan unit penyedia produk dan layanan, yaitu dengan diubahnya fokus peran Divisi Multimedia dari unit bisnis yang semula fokus sebagai pengelola bisnis-bisnis baru TELKOM menjadi unit organisasi yang diperankan sebagai service integrator, content agregator dan platform management. b. Pengintegrasian fungsi pengelolaan service planning & strategy dan pengelolaan tarif kepada unit organisasi pengelola IT strategy, yaitu dengan dialihkannya pengelola service

28

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

3.

4.

planning dan tarif dari Direktorat Network & Solution kepada Direktorat IT & Supply dan direktorat tersebut diubah penamaannya menjadi Direktorat IT, Solution & Supply. Penataan pengelolaan infrastruktur yang ditandai dengan implementasi secara penuh pengalihan pengelolaan akses jaringan dari Divisi Regional kepada Divisi Access Network (Divisi Regional fungsinya sudah digantikan secara penuh oleh Divisi Consumer Service dan Divisi Access Network). Penyesuaian fungsi pendukung yang terkait dengan perubahan organisasi Divisi Regional dan terbentuknya unit organisasi lainnya, yang antara lain (telah diimplementasikan di tahun 2010) ditandai dengan perubahan organisasi Direktorat Keuangan dan unit Financial Center. Perubahan organisasi tersebut merupakan penyesuaian pengorganisasian dari aktivitas pengelolaan keuangan yang disesuaikan dengan perubahan unit-unit bisnis yang didukung. Unit Finance Center telah berubah menjadi unit Finance, Billing & Collection Center.

Ekspansi usaha kami untuk mencapai visi perusahaan didukung oleh anak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang usaha.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Bagan Struktur organisasi telkom

Direktur Utama (CEO) Rinaldi Firmansyah

Head of Corporate Communication & Affair EDDY KURNIA

Head of Internal Audit Tjatur Purwadi

• VP Public & Marketing Communication • VP Regulatory Management • VP Corporate Office Support • VP Business Performance Evaluation

Direktur Network & Solution / COO

Direktur Konsumer

Ermady Dahlan

I Nyoman G Wiryanata

• VP Infrastructure & Service Planning • VP Network Operation

• VP Product Management • VP Commerce & Customer Care

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

• VP Product Owner Audit • VP Delivery Channel Audit • VP Corporate Office & Shared Service Audit • VP General Service

Direktur Enterprise & Wholesale

Direktur IT, Solution & Supply / CIO

Direktur Compliance & Risk Management

Direktur Human Capital & GA

Direktur Keuangan / CFO

EVP Strategic Investment & Corporate Planning

Arief Yahya

Indra Utoyo

Prasetio

Faisal Syam

Sudiro Asno

David Burke

• VP Business Development • VP Enterprise • VP Wholesale

• • •

VP IT Strategy & Governance VP Service Strategy & Tarrif VP Supply Planning Control

• • •

OVP Risk Management VP Legal & Compliance VP Business Effectiveness

• • •

VP HR Policy VP Industrial Relation VP Organization Development

• VP Financial & Logistic Policy • VP Management Accounting • VP Treasury Management • VP Financial Accounting • VP Investor Relation • VP Asset Management

• VP Corporate Strategic Planning • VP Strategic Business Development • VP Business Portfolio & Synergy

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

29

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Anak Perusahaan Sementara itu, kami menumbuhkembangkan sinergi di antara jajaran TELKOMGroup dalam upaya mengantisipasi tantangan yang muncul di Indonesia dari meningkatnya dinamika dari industri telekomunikasi baik di tingkat domestik, regional maupun global. Ekspansi usaha kami untuk mencapai visi Perusahaan didukung oleh anak Perusahaan dan Perusahaan asosiasi lainnya yang bergerak di berbagai bidang usaha, sebagai berikut:



Kepemilikan Langsung lebih dari 50% Anak Perusahaan(*)

Tanggal Pendirian/ Akuisisi 26 Mei 1995

Jasa telepon mobile seluler (GSM).

TELKOM (65%)

PT Multimedia Nusantara (“Metra”)

9 Mei 2003

Multimedia, TV berlangganan, Layanan Sistem Informasi

TELKOM (100%)

PT Telekomunikasi Indonesia International (“TII”)

31 Juli 2003

Telepon tidak bergerak (KSO-III Jabar & Banten), telekomunikasi internasional.

TELKOM (100%)

PT Pramindo Ikat Nusantara (“PIN”)

15 Agustus 2002

Jasa pembangunan telekomunikasi.

TELKOM (100%)

Buku petunjuk telepon & layanan informasi, Call Center. Telepon tidak bergerak (KSO-VI Kalimantan), penyediaan sarana – prasarana telekomunikasi & jasa telekomunikasi.

TELKOM (100%)

PT Dayamitra Telekomunikasi (“Mitratel”)

17 Mei 2001

PT Indonusa Telemedia (“Indonusa”)

7 Mei 1997

Multimedia (TV berlangganan, internet).

TELKOM (100%)

PT Graha Sarana Duta (“GSD”)

25 April 2001

Jasa pengelolaan gedung, jasa kontruksi dan pengembangan.

TELKOM (99,99%)

PT Napsindo Primatel Internasional (“Napsindo”)

29 Desember 1998

Network access point.

TELKOM (60%)

Kepemilikan Langsung antara 20% sampai dengan 50%

PT Patra Telekomunikasi Indonesia (“Patrakom”) PT Citra Sari Makmur (“CSM”) PT Pasifik Satelit Nusantara (“PSN”)

Tanggal Pendirian/ Akuisisi

Jenis Usaha

Kepemilkan Saham (%)

28 September 1995

Layanan VSAT

TELKOM (40%)

14 Februari 1986

Layanan VSAT dan jasa konsultasi.

TELKOM (25%)

2 Juli 1991

Transponder satelit komunikasi dan seluler berbasis satelit.

TELKOM (22,38%)

Kepemilikan Langsung kurang dari 20% Anak Perusahaan

PT Batam Bintan Telekomunikasi (“BBT”)

Tanggal Pendirian/ Akuisisi

15 Juni 1996

PT Pembangunan Telekomunikasi 24 Desember 1993 Indonesia (“Bangtelindo”)

30

TELKOM (100%)

(*) Konsolidasian

Anak Perusahaan



Kepemilkan Saham (%)

PT Telekomunikasi Selular (“Telkomsel”)

PT Infomedia Nusantara (“Infomedia”) 22 September 1999



Jenis Usaha

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Jenis Usaha

Kepemilkan Saham(%)

Telepon tidak bergerak (di pulau Batam & Bintan)

TELKOM (5%)

Jasa konstruksi dan pemeliharaan sarana telekomunikasi

TELKOM (2,11%)

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN



INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Kepemilikan Tidak Langsung Anak Perusahaan

Tanggal Pendirian/ Akuisisi

PT Metranet (“Metra-Net”) PT Sigma Cipta Caraka (“Sigma”) PT Telekomunikasi Indonesia International Pte Ltd (“TII Pte Ltd”) PT Administrasi Medika (“AdMedika”) PT Balebat Dedikasi Prima (“Balebat”) Telekomunikasi Seluler Finance Limited (“TSFL”)

Jenis Usaha

Kepemilkan Saham(%)

17 April 2009

Jasa portal multimedia

Metra (100%)

1 Mei 1987

Penyedia IT & Solution

Metra (100%)

6 Desember 2007

Telekomunikasi

TII (100%)

25 Februari 2010

Jasa administrasi asuransi kesehatan

Metra (75%)

1 Oktober 2003

Percetakan

Infomedia (65%)

22 April 2002

Keuangan

Telkomsel (65%)

PT Finnet Indonesia (“Finnet”)

31 Oktober 2005

PT Melon Indonesia (“Melon”)

16 Agustus 2010

Scicom Bhd (“Scicom”)

31 Desember 2007

Penyedia infrastruktur komunikasi data perbankan & e-payment Jasa nilai tambah teleponi & jasa multimedia lainnya Penyedia jasa contact center

Metra (60%) Metra (51%) TII (29,71%)

Struktur Kelompok Usaha TELKOM PEMERINTAH RI

PUBLIK

52.47%

47.53%

TELKOM Kepemilikan langsung lebih dari 50%

TELKOM VISION

INFOMEDIA

65%

100%

100%

100%

100%

100% 100%

60%

99,99% Kepemilikan langsung antara 20%-50%

PATRAKOM 40%

PSN 22.38%

CSM 25%

Kepemilikan langsung kurang dari 20%

BBT 5%

Bangtelindo 2.11% Kepemilikan tidak langsung

TSFL 65%

T II Pte Ltd 100%

MOJOPIA 100%

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

SIGMA 100%

SCICOM 29.71%

BALEBAT 65%

ADMEDIKA 75%

FINNET 60%

MELON 51%

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

31

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Peta Daerah Operasional

Malaysia

Jakarta Surabaya

Divisi Consumer Service Barat (Sumatera, DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat)

Timor Leste Divisi Consumer Service Timur (Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan dan Kawasan Timur Indonesia)

Peta Daerah Operasional Sejalan dengan TELKOM Strategic Roadmap telah ditetapkan inisiatif strategis Optimizing FWL Legacy. Implikasi dari inisiatif tersebut, kami melakukan restrukturisasi pengelolaan segmen usaha retail FWL, yang mempunyai karakteristik pelanggan yang berdasarkan lokasi, alamat dan tempat tinggal. Untuk itu, maka kami membentuk unit bisnis baru di bawah otoritas Direktorat Konsumen, Divisi Consumer Service memfokuskan pada pengelolaan segmen retail khususnya pelanggan rumahan. Dalam menjalankan peran operasionalnya, Divisi Consumer Service dibagi menjadi dua wilayah besar, yaitu: 1. Divisi Consumer Service Barat, yang membawahi wilayah operasional meliputi Sumatera, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Divisi Consumer Service Barat dikepalai oleh seorang Executive General Manager dan berkantor pusat di Jakarta. 2. Divisi Consumer Service Timur, yang membawahi wilayah operasional meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan dan Kawasan Timur Indonesia. Divisi Consumer Service Timur dikepalai oleh seorang Executive General Manager dan berkantor pusat di Surabaya.

Produk dan Layanan TELKOM telah melakukan transformasi bisnis untuk mempertahankan kesinambungannya sebagai pemimpin pasar dalam bisnis telekomunikasi domestik. Pengembangan usaha dilakukan untuk mengakomodasi kebutuhan seluruh

32

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

segmen pelanggan, baik pelanggan biasa, pelanggan korporasi, ataupun operator telekomunikasi berlisensi lainnya. Dalam waktu yang sama, tren permintaan yang dinamis menyediakan peluang usaha yang signifikan. Sebagai operator telekomunikasi terpadu, sesuai dengan strategi usaha TELKOM, pengembangan usaha yang kami lakukan berbasis pada kemampuan inti di bidang telepon kabel tidak bergerak, telepon nirkabel tidak bergerak, seluler, data & internet serta jaringan & interkoneksi, dengan pergeseran paradigma bisnis ke arah TIME sebagai masa depan bisnis telekomunikasi di Indonesia. Kekuatan TELKOM sebagai penyedia solusi total bagi para pelanggan terlihat pada sinergi dari seluruh potensi yang dimiliki untuk meraih posisi pasar yang kuat di tengah persaingan bisnis telekomunikasi yang semakin ketat. Sinergi juga dilakukan bersama dengan TELKOMGroup, khususnya dalam berbagai kegiatan promosi dan pemasaran. Berdasarkan portofolio bisnis, saat ini TELKOM mengelompokkan kegiatan usahanya sebagai berikut: sambungan telepon kabel tidak bergerak, sambungan telepon nirkabel tidak bergerak, seluler, data & internet dan jaringan & interkoneksi. Untuk memenuhi layanan Information Communication Technology (”ICT”) pelanggan enterprise dan SME, kami memberikan solusi yang customized dengan brand TELKOM Solution Business Partner (”TSBP”).

Sambungan Telepon Kabel Tidak Bergerak TELKOMLokal adalah layanan untuk panggilan antar pelanggan, dalam jarak kurang dari 30 km atau di dalam satu wilayah, lokal misalnya area 021 untuk Jakarta dan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

sekitarnya atau area 031 untuk Surabaya. Tarif yang dikenakan adalah tarif telepon lokal, yaitu Rp250 per pulsa (enam detik).

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

FLEXICombo merupakan pengembangan layanan dari FLEXIClassy dan FLEXITrendy yang khusus di rancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang sering menggunakan layanan roaming.

TELKOMSLJJ atau panggilan SLJJ (Sambungan Langsung Jarak Jauh), adalah layanan telepon jarak jauh dalam wilayah Indonesia. Nomor pemanggil dan nomor yang dipanggil berbeda wilayah kode area. Biaya penggunaannya tergantung pada jarak, waktu dan tanggal panggilan itu dilakukan.

Pada tahun 2010 ini terdapat beragam inovasi produk dan layanan yang dapat Kami sediakan seperti FlexiChatting, FlexiNet Unlimited, Flexi Irit Mingguan, Flexi Irit Mingguan Xtra dan Flexi ngROOMpi.

TELKOMSLI-007 adalah layanan jasa komunikasi antar negara dengan menggunakan kode akses 007. Layanan ini juga dilengkapi dengan panggilan melalui bantuan operator dengan memutar nomor akses 107. Sebelumnya, layanan ini dikenal dengan TELKOM International Call (“TIC”) 007, sesuai dengan saat diluncurkan pada bulan Juni 2004. Pada bulan Mei 2006, kami mengubah namanya menjadi TELKOMSLI-007.

Telkomsel merupakan penyedia layanan telekomunikasi seluler dengan teknologi GSM dan 3G. Melalui penawaran serangkaian produknya, seperti kartuHALO, simPATI dan kartu As, Telkomsel menawarkan layanan pascabayar dan layanan prabayar. Para pelanggan dan pengguna Telkomsel mendapatkan beragam fitur, aplikasi dan layanan bernilai tambah (value added service), termasuk SMS, WAP, GPRS, MMS, Wi-Fi, roaming internasional, mobile banking, CSD dan EDGE.

TELKOMSpeedy merupakan layanan internet broadband yang memanfaatkan teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (“ADSL”) dengan kecepatan tinggi hingga 3 Mbps (downstream). Speedy menyediakan layanan data, multimedia dan telepon/fax secara bersamaan (simultan) dengan hanya menggunakan saluran telepon kabel yang sudah ada.

kartuHALO diperkenalkan pertama kali pada tahun 1995 dan merupakan kartu pascabayar yang paling banyak digunakan. Pada akhir tahun 2010 kami memiliki 2,1 juta pelanggan kartuHALO, dengan pangsa pasar sekitar 45,2% dari pelanggan pascabayar, kartuHALO merupakan layanan pasca bayar paling populer di Indonesia yang menyediakan layanan yang disesuaikan bagi pelanggan dengan berbagai kepentingan.

Sambungan Telepon Nirkabel Tidak Bergerak TELKOMFlexi adalah layanan telekomunikasi suara dan data yang berbasis nirkabel dengan teknologi CDMA (Code Division Multiple Access) 2000-IX. Layanan ini terbatas pada satu kode area tertentu (limited mobility) dalam arti pelanggan hanya dapat menggunakannya dalam sebuah kode area tertentu. Biaya pemakaiannya mengacu pada tarif telepon rumah (PSTN TELKOM). TELKOMFlexi menawarkan tiga layanan dasar: suara, SMS dan data dengan kecepatan rendah. Layanan bernilai tambah juga tersedia seperti Ring Back Tone (RBT). Salah satu keunggulan TELKOMFlexi adalah kualitas suara yang jernih dan radiasi yang rendah serta jenis terminal yang bisa digunakan pelanggan beragam mulai dari terminal bergerak maupun terminal tidak bergerak. Pelanggan yang menggunakan perangkat bergerak dapat memilih layanan pascabayar (FLEXIClassy) dan pascabayar (FLEXITrendy), sementara untuk pelanggan yang menggunakan perangkat tidak bergerak dapat menggunakan Fixed Wireless Terminal (FWT) untuk mengakses FLEXIHome yang berbasis sistem ESN (Non Sim Card). Salah satu produk TELKOMFlexi yang paling kompetitif adalah FLEXICombo yang memungkinkan pelanggan memiliki dua sampai tiga nomor dalam satu kartu sehingga memberikan mobilitas antar kota.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Seluler

simPATI merupakan layanan pra bayar isi ulang yang paling komprehensif dan menyediakan harga terbaik pada waktu off-peak. kartu AS adalah produk entry-model paling unggul dan kartu pra bayar pertama yang menyediakan tarif per detik. Produk ini disediakan bagi segmen pasar yang lebih memperhatikan biaya, dengan menyediakan rangkaian layanan yang inovatif dan efektif secara biaya.

Data dan Internet TELKOMGlobal-01017 merupakan layanan premium panggilan VoIP internasional yang memanfaatkan jaringan internet dengan kode akses 01017 untuk panggilan ke lebih dari 232 kode negara tujuan. Tarif layanan ini adalah 25% dari tarif SLI untuk semua negara dan tidak mengenal tarif rata untuk setiap waktu (time band). Layanan TELKOM Global-01017, tidak memerlukan perangkat tambahan untuk mengakses dan hanya dengan metode one stage dialing. TELKOMSave adalah layanan panggilan jarak jauh dan panggilan VoIP internasional yang sejenis dengan TELKOMGlobal-01017, namun menggunakan metode dialing dua tahap. Agar dapat melakukan panggilan internasional atau panggilan jarak jauh, pelanggan terlebih dahulu harus memutar nomor akses, memasukkan nomor PIN,

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

33

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

selanjutnya memutar nomor tujuan. Tarif layanan yang dikenakan adalah 24% dari tarif SLI. Pelanggan pascabayar dan prabayar dapat memanfaatkan layanan ini.

plasa.com (www.plasa.com) merupakan layanan portal web kami yang menyajikan layanan informasi serta komunitas internet berbahasa Indonesia dengan fokus layanan pada komunitas pendidikan nasional. plasa.com memiliki beberapa layanan portal di antaranya: layanan email gratis, online web forum, online classified ads services, online blogging untuk netters, electronic cards services, online webchat services dan IRC-like webchat, online messaging services, RSS news clips dan Komunitas Sekolah Indonesia (“KSI”). Kartu i-VAS. Untuk mendukung para pengguna internet, kami mengeluarkan kartu Internet Value Added Service (“i-VAS”) yang merupakan alat pembayaran (micropayment) prabayar untuk mengakses berbagai konten atau layanan internet. Kartu i-VAS ini ditujukan untuk menjadi alat pembayaran online terpercaya yang dapat memfasilitasi proses pembayaran dengan nilai nominal yang tidak terlalu besar dan tidak bisa menggunakan kartu kredit.

Jaringan dan Interkoneksi TELKOMIntercarrier merupakan layanan interkoneksi dan wholesale untuk penyelenggara jasa dan jaringan lainnya yang dikenal dengan OLO (Other Licensed Operator). TELKOMIntercarrier menyediakan layanan interkoneksi domestik dan internasional, layanan satelit, penyewaan jaringan, penggunaan bersama akan infrastruktur dan fasilitas, layanan data dan layanan akses jaringan.

TELKOM Solution Business Partner (”TSBP”) Kami memberikan solusi yang sesuai dengan pelanggan perusahaan maupun UKM. Layanan TSBP ini mencakup seluruh produk dan layanan TELKOM, TELKOMGroup maupun mitra pendukung. Layanan TSBP dalam bentuk konektivitas yang banyak digunakan oleh pelanggan perusahaan dan UKM terdiri dari jasa jaringan (XPDR, IDR,VSAT, penyewaan jaringan), DATAKOM (VPN IP, VPN Frame Relay, Dinaccess, Infonet, Metro Ethernet, ADSL Link, ISDN), dan akses internet (IP Transit, Astinet, Speedy).

34

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Untuk melengkapi layanan konektivitas tersebut, TELKOM juga menyediakan berbagai solusi pendukung bekerjasama dengan anak perusahaan dan mitra strategis, yaitu:

• TELKOMNet Instan merupakan layanan akses internet dial-up tanpa perlu berlangganan dan khusus dirancang dengan konsep yang mudah dan sederhana untuk memenuhi kebutuhan aksesibilitas. Dalam menggunakan layanan ini, pelanggan cukup mengakses konfigurasi koneksi internet di komputer dan mengisi dial number dengan 0809 8 9999. Pada saat login, pelanggan cukup mengisi user name: telkomnet@instan dan password: TELKOM. Biaya pemakaian dibebankan berdasarkan lama waktu pemakaian dan biaya pemakaian tersebut disatukan dengan tagihan penggunaan telepon.

TINJAUAN KINERJA SAHAM





Solusi aplikasi yang sesuai dengan jenis industri pelanggannya, sebagai contoh aplikasi SATU (Sarana Transaksi Keuangan) merupakan sistem inti perbankan yang dapat dipergunakan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam memberikan pelayanan kepada nasabah, aplikasi Pegadaian, aplikasi Enterprise Resource Planning (ERP) dan aplikasi SIAP Online (Sistem Informasi Administrasi Pendidikan). Layanan aplikasi ini disediakan oleh anak perusahaan (Sigma, Finnet, Metra dan AdMedika) maupun mitra strategis lainnya; Customer Premises Equipment/CPE (router, switch, hub, PABX, video conference terminal, IP phone terminal, video surveillance, automatic meter reading, tracking device) dan Jasa pendukung (konsultansi, project management dan training).

Lain-Lain TELKOMVision. TELKOMVision merupakan nama produk dari PT Indonusa Telemedia, anak perusahaan kami yang bergerak di bidang TV berlangganan. Layanan yang diberikan TELKOMVision terdiri dari TV kabel, akses internet cepat dan TV satelit. TV kabel menggunakan Hybrid Fiber Coaxial (“HFC”), suatu teknologi yang menggabungkan dua physical access yaitu serat optik dan kabel coaxial. Saluran TV premium seperti HBO, Cinemax dan Star Movie juga disediakan dalam satu paket dasar tanpa harus menambah biaya sewa bulanan. Pelanggan TELKOMVision dapat menggunakan layanan internet broadband dengan kecepatan tinggi (30 Mbps downstream dan 512 Kbps upstream), tanpa batas waktu dan tanpa tagihan pulsa tambahan. Dengan menyediakan kabel modem Data Over Cable Service Interface Specification (“DOCSIS”) 1.0, pelanggan sudah dapat tersambung dengan jaringan TELKOMNet melalui Divisi Multimedia kami. Selain melalui jaringan kabel, TELKOMVision juga melayani TV Satelit Direct to Home (“DTH”) yang menggunakan infrastruktur satelit TELKOM, yaitu satelit TELKOM-1 dan TELKOM-2 dengan teknologi perpanjangan C-band dengan tambahan perangkat berupa parabola mini dan dekoder.

Layanan Bernilai Tambah Kami bertujuan untuk menggabungkan sebanyak mungkin layanan bernilai tambah bersama dengan produk inti kami untuk memaksimalkan pendapatan dan meningkatkan posisi pasar. Kami berupaya menempatkan layanan bernilai tambah yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggannya.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

SEJARAH TELKOM

1856-1882

1906-1965

1974

1980

23 Oktober 1856, pemerintah kolonial Belanda melakukan pengoperasian telegrap elektromagnetik pertama di Indonesia yang menghubungkan Batavia (Jakarta) dan Buitenzorg (Bogor).

Pemerintah kolonial Belanda membentuk lembaga pemerintah untuk mengendalikan jasa pos dan telekomunikasi di Tanah Air. Pada tahun 1965 terjadi pemisahan jasa pos dan telekomunikasi sehingga ditangani oleh dua perusahaan negara, yaitu PN Pos dan Giro dan PN Telekomunikasi.

PN Telekomunikasi dibagi menjadi dua divisi, yaitu PT Industri Telekomunikasi Indonesia (”PT INTI”) yang memproduksi perangkat telekomunikasi dan Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) untuk melayani jasa telekomunikasi domestik dan internasional.

Bisnis telekomunikasi internasional diambil alih oleh PT Indonesian Satellite Corporation (“Indosat”).

1991

1995

1999

2001

Status PERUMTEL berubah menjadi PT Telekomunikasi Indonesia atau TELKOM dengan operasi bisnis terbagi atas dua belas wilayah telekomunikasi (witel). Kedua belas witel tersebut kemudian dirombak menjadi tujuh divisi regional, yaitu Divisi I Sumatera, Divisi II Jakarta dan sekitarnya, Divisi III Jawa Barat, Divisi IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, Divisi V Jawa Timur, Divisi VI Kalimantan dan Divisi VII Indonesia Bagian Timur.

TELKOM melaksanakan penawaran saham perdana (Initial Public Offering) pada tanggal 14 November 1995 di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pada Tanggal 26 Mei 1995, TELKOM mendirikan anak perusahaan yang menangani bisnis telepon seluler, Telkomsel.

Penerbitan UndangUndang Telekomunikasi No.36 tahun 1999, yang berlaku efektif pada bulan September 2000 telah memfasilitasi masuknya pemain baru dan menumbuhkan persaingan usaha di Industri telekomunikasi.

TELKOM mengakuisisi 35,0 % saham Indosat di Telkomsel sehingga menjadikannya pemegang saham mayoritas di perusahaan seluler itu dengan kepemilikan 77,7 %. Indosat kemudian mengambil alih 22,5% saham TELKOM di Satelindo dan 37,7% saham TELKOM di PT Lintasarta Aplikanusa. Pada saat yang bersamaan, TELKOM kehilangan hak eksklusifnya sebagai penyelenggara tunggal jasa telepon tidak bergerak di Indonesia.

2002

2004

2005

2009

TELKOM melepaskan kepemilikan sahamnya sebesar 12,7 % di Telkomsel kepada Singapore Telecom Mobile Pte Ltd (“Singtel Mobile”).

TELKOM meluncurkan layanan sambungan telepon langsung internasional tidak bergerak.

Satelit TELKOM-2 diluncurkan untuk menggantikan seluruh layanan transmisi satelit yang sebelumnya dilayani oleh satelit Palapa B-4. Peluncurannya menjadikan total satelit yang telah diluncurkan oleh TELKOM menjadi delapan satelit, termasuk satelit Palapa A-1.

TELKOM bertransformasi dari perusahaan Infocomm menjadi perusahaan penyelenggara TIME. Wajah baru TELKOM diperkenalkan kepada publik dengan menampilkan logo dan tagline baru Perusahaan ‘the world in your hand’’.

2010 Proyek kabel bawah laut JaKaLaDeMa dan serat kabel optik yang menghubungkan Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Denpasar dan Mataram telah berhasil dirampungkan pada bulan April 2010.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

35

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

PERISTIWA PENTING 2010 JANUARI

APRIL

T E L KO M m e l a l u i a n a k perusahaannya PT Multimedia Nusantara atau Metra melakukan penandatanganan Perjanjian Jual Beli Bersyarat atau Conditional Sales and Purchase Agreement (CSPA) untuk mengakuisisi 75% s a h a m P T Ad m i n i s t ra s i Media (AdMedika), sebuah perusahaan PMA yang fokus menggarap bidang electronic health care network pada tanggal 25 Januari 2010.

TELKOM menyelenggarakan acara kick off International Financial Reporting Standard (IFRS) implementation TELKOMGroup 2011 pada tanggal 12 April 2010. Acara ini bertemakan “Transforming The Finance Environment through IFRS Adoption”

FEBRUARI T E L KO M b e r s a m a 1 3 BUMN lainnya membuat kesepakatan kerja sama dalam pengembangan Information and Communication Te c h n o l o g y ( I C T ) d i lingkungan masing-masing perusahaannya. Bertempat di Gedung Kementerian BUMN Jakarta pada tanggal 23 Februari 2010, penandatanganan kontrak sinergi BUMN ini dilakukan oleh masing-masing Direktur Utama dari tiap perusahaan di hadapan Menteri BUMN, Mustafa Abubakar.

36

MARET Pada tanggal 25 Maret 2010 TELKOM meluncurkan portal “Plasa.com” yaitu portal e-commerce dan agregasi konten yang ditandai dengan penandatanganan ‘Program Center’ oleh Dirut TELKOM, Rinaldi Firmansyah bersama CEO Mojopia. P a d a t a n g g a l 2 9 M a re t 2010 TELKOM melakukan p e n i n j a u a n b e ra k h i r nya penggelaran kabel serat optik bawah laut sepanjang 1 . 5 9 2 k m d a l a m P roye k SKKL JaKaLaDeMa (JawaKalimantan, KalimantanSulawesi, Jawa-DenpasarMataram).

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TELKOM pada tanggal 14 April 2010 meluncurkan T-Voucher, yang merupakan layanan recharge atau top-up voucher serbaguna untuk seluruh layanan TELKOMGroup, yakni Flexi, Speedy prepaid, dan prepaid TELKOMVision.

JULI Kami menyelenggarakan paparan publik pada tanggal 6 Juli 2010 dalam rangka penawaran umum Obligasi-II TELKOM tahun 2010 dengan jumlah pokok senilai Rp3 triliun. Obligasi TELKOM yang tersedia dalam dua jenis, yakni Obligasi Seri A yang bertenor 5 tahun dan Obligasi Seri B yang bertenor 10 tahun. Obligasi tersebut meraih peringkat id AAA dengan stable outlook dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

AGUSTUS

OKTOBER

TELKOM pada tanggal 2 Agustus 2010 mendirikan Sebatik Broadband Village di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur. Kehadiran Sebatik Broadband Village (SBV) tersebut selain untuk memberikan kemudahan akses telekomunikasi kepada masyarakat Sebatik, juga untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada tanggal 1 Oktober 2010, Divisi Business Service (DBS) TELKOM mendirikan Creative Center Digital Lounge (DiLo). Hal ini sebagai bentuk kepedulian TELKOM terhadap p e r ke m b a n g a n i n d u s t r i kreatif di tanah air. Di-Lo adalah salah satu cara kami untuk berkontribusi pada p e n g e m b a n g a n i n d u st r i kreatif nasional.

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

NOVEMBER

Pada tanggal 18 Agustus 2 01 0, T E L KO M b e r s a m a dengan Awari cq. Pengurus/ Pengelola Nawala meluncurkan pusat layanan Hotline Internet Sehat dan Aman 0800-1000-147 dalam rangka mendukung penyelenggaraan Program Internet Sehat dan Aman.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TELKOM kembali menggelar acara Speedy Tour d’Indonesia 2010. Kegiatan yang b e r l a n g s u n g p a d a 24 Oktober hingga 3 November 2010 itu menempuh jarak 1.418,5 km, yaitu dari Jakarta hingga Denpasar, dan diikuti oleh 9 tim luar negeri dan 12 tim dalam negeri. Pelepasan peserta dilakukan oleh Menteri Pemuda dan Olah Raga, Andi Mallarangeng, bersama dengan Menteri BUMN, Mustafa Abubakar dan didampingi oleh Dirut TELKOM, Rinaldi Firmansyah. Turut hadir dalam acara tersebut adalah Miss Earth 2009 – 2010, Larissa Ramos, dari Brazil.

Pada tanggal 15 November 2010, bertempat di New York Stock Exchange (NYSE), TELKOM menyelenggarakan Closing Bell Ceremony sehubungan dengan 15 tahun pencatatan saham American Depositary Shares (“ADS”) TELKOM di NYSE. Closing Bell Ceremony di Bursa Wall Street dihadiri oleh Dirut TELKOM Rinaldi Firmansyah, Direktur Keuangan Sudiro Asno, serta Komisaris Utama Tanri Abeng, di samping para pejabat NYSE dan Bank of New York Mellon. Pada tanggal 17 November 2010 TELKOM membagikan tidak kurang dari 10.000

paket daging kurban kepada mustahik yang berada di sekitar Gedung Kantor Pusat TELKOM, Jalan Japati Bandung. Paket tersebut berasal dari 31 ekor sapi yang dihimpun dari perusahaan, direksi dan karyawan di lingkungan Gedung Kantor Pusat TELKOM.

DESEMBER Pada tanggal 17 Desember 2010 TELKOM menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Jakarta, yang mengagendakan dua acara yakni: 1) Perubahan susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan serta 2) Penyesuaian masa jabatan anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

37

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

PENGHARGAAN 2010

JANUARI

MEI

Direktur IT, Solution & Supply, Indra Utoyo, dianugerahi penghargaan “CIO of The Year 2010” versi Majalah SWA pada tanggal 21 Januari 2010. Penghargaan diberikan oleh Head of School Computer Science BiNus International University, Raymond Kosala. Pada saat yang bersamaan TELKOM juga dianugerahi peringkat dua “Best e-Corp 2010” sementara VP Information Technology Policy, Halim Sulasmono, meraih penghargaan “The Future IT Leader 2010”.

Pada tanggal 27 Mei 2010, TELKOM berhasil meraih “Marketers Award” serta dinobatkan sebagai “Greatest Corporate Brands of The Decade in Telco Industry” yang diselenggarakan oleh MarkPlus, Inc bekerja sama dengan komunitas Marketers. Penghargaan diberikan oleh Founder dan President MarkPlus, Inc dalam acara “Greatest Brands of The Decade-Award Presentation” di Jakarta.

APRIL TELKOM kembali berada di jajaran perusahaan terkemuka dunia dalam daftar Forbes Global 2000 yaitu di peringkat ke-684. Peringkat ini merupakan peringkat tertinggi dari sepuluh perusahaan Indonesia yang masuk ke dalam Forbes Global 2000 tersebut dengan kapitalisasi pasar sebesar 17,7 miliar Dolar AS.

Dalam acara “Penyerahan Penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)” pada tanggal 27 Mei 2010, sebanyak 46 unit TELKOM dari 420 perusahaan menerima penghargaan “Zero Accident Award 2010” dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar.

JUNI Pada ajang “Indonesia’s Most Admire Company (IMAC)” yang diselenggarakan atas kerja

38

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

sama Majalah Business Week dan Frontier Consulting, TELKOM berhasil meraih dua penghargaan IMAC untuk ketegori Corporate Telecommunication and Internet Provider Speedy. Penghargaan diberikan oleh Pimpinan Consulting Group, Handi Irawan dan Managing Editor Business Week, David S. Simatupang, kepada COO TELKOM, Ermady Dahlan, pada tanggal 10 Juni 2010. Vice President Public & Marketing Communication TELKOM, Eddy Kurnia, dianugerahi penghargaan “Best of The Best PR People of The Year 2010” untuk kategori Director atau Vice President level dalam acara “Gathering PR of the Year 2010” versi Majalah MIX Marketing Communication pada tanggal 18 Juni 2010. Dalam ajang yang sama, Eddy Kurnia juga dianugerahi penghargaan lain, yaitu: “The Most Accessible”, “The Most Cooperative” dan “The Most Communicative”. TELKOMSpeedy berhasil meraih penghargaan sebagai “Indonesia Top Original Brands” versi Majalah SWA dalam kategori Mobile Internet. Penghargaan disampaikan oleh Wakil Pemimpin Redaksi Majalah SWA, Sujatmaka, dalam acara “Indonesia Top Brand Appreciation” pada tanggal 21 Juni 2010.

JULI TELKOMFlexi pada tanggal 7 Juli 2010 meraih salah satu penghargaan Seluler Award sebagai “Best CDMA Operator” dalam ajang yang diselenggarakan Majalah Seluler. Penghargaan diserahkan Pemimpin Redaksi Majalah Seluler, Iman Aulia Ha, dalam acara “Malam Anugerah Seluler Award ke-7” di Jakarta. Pada ajang “2010 Knowledge Festival” dan “Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) Award” yang diselenggarakan Dunamis Consulting pada tanggal 16 Juli 2010, TELKOM beserta Telkomsel berhasil meraih penghargaan “MAKE Award 2010” karena telah m e n e ra p k a n k n ow l e d g e management di lingkungan Perusahaan. Pada ajang Indonesia Cellular Show 2010, TELKOMFlexi meraih penghargaan “The Best Operator CDMA”. Penghargaan diterima EGM TELKOMFlexi, Triatna Mulyatsa pada tanggal 18 Juli 2010. Majalah Finance Asia pada 21 Juli 2010 memberikan lima penghargaan kepada TELKOM, yaitu dalam kategori

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

“Best Managed Company”, “Best Corporate Governance”, “Best Investor Relation”, “Best Corporate Social Responsibility”, dan “Most Commited to a Strong Dividend Policy”. Penghargaan diterima COO TELKOM, Ermady Dahlan, di Jakarta.

AGUSTUS TELKOM mendapat peringkat ke-2 dalam Fortune Indonesia 100. Metodologi peringkat Fortune Indonesia 100 d i te n t u ka n b e rd a s a r ka n pendapatan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) di sepanjang tahun 2009. Untuk sektor infrastruktur, kami menduduki peringkat ke-1.

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

yaitu simPATI untuk kategori “Simcard Prabayar Seluler”, kartuHalo pada kategori “Simcard Pascabayar Seluler” dan Telkomsel Flash untuk kategori “Internet Service Provider Wireless/Mobile”. Kementerian Pendidikan Nasional memberikan p e n g h a rg a a n A n u g e ra h Peduli Pendidikan atas kiprah dan kepedulian TELKOM dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Penghargaan diserahkan oleh Menteri Pendidikan Nasional, Muhammad Nuh, kepada Direktur Human Capital & General Affair, Faisal Syam, pada tanggal 24 September 2010.

NOVEMBER

OKTOBER Dua produk unggulan TELKOM, Speedy dan Flexi, meraih “Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA) 2010” masing-masing untuk kategori Internet Service Provider Wireline/Fixed dan Simcard Pascabayar Fixed Wireless Access. Penghargaan diserahkan oleh Chairman Frontier Consulting Group, Handi Irawan, kepada Direktur Konsumer TELKOM, I Nyoman G Wiryanata, pada tanggal 4 Oktober 2010. Pada saat yang sama beberapa produk Te l k o m s e l j u g a m e r a i h beberapa penghargaan,

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TELKOM dinobatkan sebagai ”Best of The Best Corporate 2010” dalam ajang ”Anugerah B u s i n e s s R ev i ew 2 0 1 0 ” sementara Direktur Utama TELKOM, Rinaldi Firmansyah terpilih sebagai CEO Terbaik 2010 (“CEO of The Year”). Malam Anugerah Business Review ini dihadiri oleh Menteri BUMN, Mustafa Abubakar serta Komisaris, CEO, Direksi, dan General Manager perusahaan BUMN dan Swasta yang ada di Indonesia. Selain itu, TELKOM juga m e n e r i m a p e n g h a rg a a n diperingkat pertama untuk pengelolaan “Good Corporate Governance” dan pengelolaan “Human Capital”. Anugerah Business Review merupakan bentuk apresiasi dan

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

penghargaan yang disampaikan oleh Majalah Business Review kepada Korporasi Swasta (listed company) dan BUMN yang berprestasi dalam meningkatkan kinerjanya dan telah berperan besar bagi pengembangan bisnis dan pembangunan perekonomian nasional.

DESEMBER Pada tanggal 3 Desember 2010 TELKOM mendapatkan tiga penghargaan untuk kategori “Best CSR For Indonesia”, CSR Bidang Pendidikan dan CSR Bidang Ekonomi Kerakyatan dalam ajang “CSR For Indonesia Award” 2010. Penghargaan diterima oleh SGM CDC, Gatot Rustamadji yang diserahkan oleh anggota Komisi X DPR RI, Dedi (Mi’ing) Gumilar. Acara tersebut turut dihadiri oleh Menteri Perindustrian, MS Hidayat dan Direktur HCGA, Faisal Syam di Hotel Four Seasons Jakarta. Pada tanggal 8 Desember 2010 TELKOM Group kembali menggelar Indigo Award, sebuah acara tahunan yang ditujukan sebagai apresiasi bagi industri musik digital anak negeri yang dinilai berhasil dan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Acara puncak penghargaan Indigo Awards

LAMPIRAN

2010 diselenggarakan pada 8 Desember 2010 di Jakarta Convention Centre dengan tema Indigo Awards tahun 2010 adalah “Ketika Kreasi Bersimfoni”.

Pada tanggal 9 Desember 2010, The Indonesian Institute for Corporate Governance (IIGC) bekerjasama dengan Majalah SWA m e n g a n u g e ra h k a n dua penghargaan kepada TELKOM yakni sebagai The Most Trusted Company 2010 Based On Corporate Governance Perception Index dan Indonesia Most Trusted Company 2010 Based on Survey to Analyst and Investor dalam melaksanakan Tata Kelola Perusahaan yang b a i k . Ac a ra p e nye ra h a n penghargaan diselenggarakan di Hotel Shangri-La, Jakarta. Pada tanggal 21 Desember 2010 TELKOM meraih penghargaan untuk kategori Performance Management pada ajang HR Excellence Award 2010. Acara ini diselenggarakanolehLembaga Management Universitas Indonesia dan majalah Swa Sembada yang mengambil tema “Be the Best: Be the Employer of Choice through Employee Development and Empowerment”.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

39

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

Tinjauan Kinerja Saham

TINJAUAN KINERJA USAHA

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Tinjauan Kinerja SDM (SDM TELKOM Jembatan Perubahan)

KONSEP Tr a n s f o r m a s i T E L K O M m e n u j u b i s n i s T I M E (Telecomunication, Information, Media, and Edutaiment) yang lebih luas diikuti dengan perubahan perhatian pada pengelolaan sumber daya manusia (SDM). Perubahan ini tertuang dalam Human Capital Master Plan 2010-2014, termasuk langkah-langkah untuk: 1. Transformasi organisasi yang sejalan dengan strategi korporasi dan transformasi bisnis; 2. 3. 4.

5.

40

Transformasi nilai korporasi dan pengembangan kepemimpinan yang transformatif; Transformasi kinerja dan manajemen penghargaan; Meningkatkan sinergi human capital TELKOMGroup dan menciptakan sinergi antara sumber daya manusia di seluruh Anak Perusahaan TELKOM; Menyelaraskan komposisi tenaga kerja dan pengembangan kompetensi sesuai dengan perubahan kebutuhan bisnis; dan

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

6.

Menyelaraskan sistem human capital untuk mendukung strategi korporasi dan meningkatkan kesadaran pada pentingnya pengendalian biaya (cost awareness).

Transformasi bisnis membuat kami harus mendesain program-program HR yang ditujukan untuk meningkatkan produktifitas, mengelola human capital kami di seluruh Anak Perusahaan dan melakukan penelaahan berkelanjutan, dalam kerangka bisnis kami yang bertumbuh, klasifikasi pekerjaan dan kompetensi yang kami evaluasi terhadap seluruh karyawan. Kami juga memulai mengkomunikasikan nilai-nilai korporasi kepada karyawan kami dalam hal layanan TIME.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

PROFIL SDM Karyawan TELKOM Pada tanggal 31 Desember 2010, TELKOM memiliki 26.847 karyawan, dimana 21.138 merupakan karyawan TELKOM dan 5.709 merupakan karyawan anak-anak Perusahaan. Jumlah ini menunjukkan penurunan sebesar 6,6% dari 28.750 karyawan pada 31 Desember 2009, dimana 23.154 merupakan karyawan TELKOM dan 5.596 merupakan karyawan anak-anak Perusahaan. Sebagai perbandingan, pada 31 Desember 2008 TELKOM mempekerjakan 30.213 orang, dengan 25.016 merupakan karyawan TELKOM dan 5.197 merupakan karyawan anak-anak Perusahaan. Penurunan jumlah tenaga kerja memperlihatkan hasil dari program multi-exit, terutama program pensiun dini yang diterapkan sejak tahun 2002. Kami mengimplementasikan program ini untuk mengurangi tenaga kerja pada bisnis sambungan telepon tetap kabel sebagai perimbangan dari penurunan pendapatan dari segmen bisnis legacy ini. Tabel dan grafik di bawah ini menguraikan secara rinci jumlah karyawan TELKOM pada tanggal 31 Desember 2010: Jabatan/Posisi

TELKOM

Anak Perusahaan

Manajemen Senior

150

131

Manajemen Madya

2.469

903

Pengawas

9.604

1.777

Lainnya

8.915

2.898

Jumlah

21.138

5.709

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

41

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

Grafik Jumlah Karyawan TELKOM

Tinjauan Kinerja Saham

TINJAUAN KINERJA USAHA

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Tabel Tingkat Pendidikan

281

2009  Jumlah % Karyawan

3.372

2010  Jumlah % Karyawan

Tingkat Pendidikan

11.813

11.381

Pra Kuliah

8.751

37,8

7.635

36,1

Lulusan Diploma

6.086

26,3

5.391

25,5

Lulusan Universitas

6.733

29,1

6.487

30,7

Pasca Sarjana

1.584

6,8

1.625

7,7

23.154

100,0

21.138

100,0

Jumlah

Manajemen Senior Manajemen Madya

Pengawas Lainnya

Profil Karyawan TELKOM (Tidak Termasuk Anak Perusahaan) Pada tahun 2010, selain anak-anak Perusahaan kami menerima 129 karyawan, sementara 2.145 karyawan mengundurkan diri, penurunan bersih sebanyak 2.016 karyawan atau 8,7% dari 23.154 karyawan yang tercatat pada 31 Desember 2009.

Dibandingkan dengan tenaga kerja kami pada 31 Desember 2009, terdapat perubahan positif pada komposisi karyawan kami pada 31 Desember 2010 berdasarkan latar belakang pendidikannya. Jumlah lulusan pra kuliah dan diploma menurun tajam sebesar 12,8% dan 11,4%, jumlah lulusan universitas juga menurun sebesar 3,7%. Hal ini menunjukkan keberhasilan kebijakan penerimaan karyawan kami yang terfokus pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan program pensiun dini yang ditawarkan kepada karyawan yang memiliki tingkat pendidikan rendah.

1.

Tingkat Pendidikan

2.

Usia



Berdasarkan tingkat pendidikan, hingga 31 Desember 2010 komposisi karyawan TELKOM adalah sebagai berikut:



Berdasarkan tingkat usia, hingga 31 Desember 2010, kelompok usia karyawan dengan jumlah terbesar berusia di atas 45 tahun, yaitu sebesar 65,3% dari jumlah karyawan kami, sedangkan untuk usia 31 sampai 45 tahun sebesar 30,1%. Sementara untuk usia 30 tahun dan di bawah 30 tahun tercatat sebesar 4,6% dari seluruh total karyawan. Grafik dan tabel berikut ini menunjukkan rincian karyawan TELKOM berdasarkan usia:

• • • •

36,1% berpendidikan pra kuliah; 25,5% lulusan diploma; 30,7% lulusan universitas; dan 7,7% lulusan pasca sarjana.

Grafik Komposisi Karyawan Berdasarkan Tingkat Pendidikan dari 2009 ke 2010 2009

Grafik Komposisi Karyawan Berdasarkan Usia dari 2009 ke 2010

2010

8.751

Pra Kuliah

2009

2010

7.635 6.086

Lulusan Diploma

< 30 5.391

4,6 % 6.733

Lulusan Universitas Pasca Sarjana

4,2 %

36,6 %

31 - 45

6.487



30,1 %

1.584 1.625

59,2 % > 45 65,3 %

42

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Tabel Kelompok Usia 2010

2009 Jumlah Karyawan

%

Jumlah Karyawan

%

Kelompok Usia <30 31 -45 >45 Jumlah

974

4,2

978

4,6

8.470

36,6

6.360

30,1

13.710

59,2

13.800

65,3

23.154

100,0

21.138

100.0

PENGEMBANGAN SDM TELKOM Pada tahun 2010, pengembangan human capital development (“HCD”), menjadi penting sebagai bagian dari transformasi yang kami lakukan. Transformasi melibatkan tidak hanya perubahan organisasi tetapi lebih jauh lagi menjangkau transformasi portofolio bisnis menjadi TIME sebagai antisipasi perubahan teknologi, kompetisi dan gaya hidup pelanggan. Transformasi fundamental ini membutuhkan HCD yang dapat memastikan bahwa karyawan memiliki kompetensi yang dibutuhkan sebagai dampak dari perubahan. HCD saja, bagaimanapun tidak dapat menjamin kesiapan kompetensi yang dibutuhkan. Diperlukan dukungan sistem terkait yang juga harus segera disejajarkan dengan perubahan, termasuk direktori kompetensi dan manual pekerjaan yang jelas, karena keduanya sangat terkait erat pada pengelolaan pengembangan kompetensi. Hal tersebut sejalan dengan pencapaian nilai-nilai dasar Perusahaan: 1. Komitmen jangka panjang (Commitment to Long Term); 2. Prioritas terhadap Pelanggan (Customer First); 3. Pe r h at i a n te r h a d a p p e n g h a rg a a n (C a r i n g meritocracy); 4. Penciptaan kemitraan yang saling menguntungkan (Co-creation of win-win partnership); dan 5. Kolaborasi inovasi (Collaborative Innovation); atau kemudian disebut dengan TELKOM 5C. Perusahaan kemudian melakukan perubahan direktori kompetensi termasuk kompetensi kemampuan dan jenis pengetahuan sejalan dengan transformasi Perusahaan menuju bisnis TIME. Bagaimana pun, kami masih bergantung pada pendekatan Competency Based Human Resources Management (“CBHRM”) untuk mengelola dan mengembangkan kompetensi SDM. Model kompetensi dari CBHRM terdiri atas Core Competency (values), Generic Competency (Personal Quality), dan Specific Competency (Skill and Knowledge). Khusus bagi karyawan yang dikategorikan sebagai talent, selain mendapatkan pengembangan kompetensi yang sifatnya standar seperti karyawan lainnya,

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

juga mendapatkan pengembangan khusus untuk mempersiapkan mereka menduduki posisi-posisi penting. Program-program pengembangan kompetensi untuk talent dituangkan dalam Individual Development Program (“IDP”) yang disusun bersama antara pelatih atau atasan langsung dengan talent yang bersangkutan. Untuk memastikan karyawan terdorong mendapatkan kompetensi yang diperlukan, maka penilaian kompetensi karyawan menjadi bagian dari sistem kinerja karyawan. Dalam prakteknya, kinerja karyawan dinilai dari dua aspek, yaitu aspek hasil, berdasarkan sasaran kerja individu dan aspek proses, berdasarkan kompetensi-kompetensi yang dipersyaratkan. Penilaian kompetensi dilakukan dengan metode 360 derajat, secara online, terhadap indikator perilaku terkait yang diperlihatkan karyawan pada saat melaksanakan pekerjaan (demonstrated behavior). Hasil penilaian kompetensi selanjutnya dikaitkan dengan prosesproses HR, antara lain untuk kepentingan pengembangan kompetensi, pengembangan karir, bonus/remunerasi, kinerja, bahkan untuk kebijakan pensiun dini.

Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan dan pelatihan karyawan di tahun 2010 difokuskan kepada dua kebutuhan utama dalam pengembangan kompetensi yakni program-program yang bersifat shifting competencies dan developing competencies baik yang berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap strategi bisnis atau operasional. (i) Shifting Competencies dilakukan untuk menyiapkan kompetensi karyawan terhadap kebutuhan kompetensi baru sesuai dengan perubahan portfolio bisnis Perusahaan yang berdampak langsung terhadap strategi bisnis. Shifting competencies adalah perubahan kompetensi Telecommunication (TDM based) menjadi Telecommunication (IP Based) dan kompetensi IME (Information, Media dan Edutainment); (ii) Developing Competencies dilakukan untuk menyiapkan kompetensi-kompetensi pendukung guna mendukung kebutuhan transformasi portfolio bisnis Perusahaan baik yang berdampak langsung maupun tidak langsung kepada strategi bisnis. Pada tahun 2010, kami menyediakan program pengembangan kompetensi yang diikuti oleh 46.312 peserta untuk program Shifting Competencies dan Developing Competencies. Program Shifting Competencies terdiri dari empat program sebagai berikut: Program Telecommunication diikuti oleh 12.337 peserta, program Information diikuti oleh 4.700 peserta, program Media diikuti oleh 275 peserta, serta program Edutainment diikuti oleh 175 peserta, baik di dalam maupun luar negeri.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

43

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

Program pelatihan sepanjang tahun 2010 fokus pada peningkatan kompetensi karyawan di bidang teknologi, pemasaran dan manajemen bisnis telekomunikasi, informasi dan pengembangan new wave sejalan dengan visi kami menjadi pemimpin pasar dalam bidang TIME. Berbagai kerja sama dengan lembaga terkemuka yang terkait dengan industri kami telah dilakukan untuk mendukung program pelatihan baik yang dilaksanakan di dalam maupun di luar negeri. Pada tahun 2010, alokasi dana untuk pelaksanaan pelatihan dan pendidikan sebesar Rp115,9 miliar, atau rata-rata sebesar Rp2,5 juta per peserta, berdasarkan jumlah karyawan yang menjalani pelatihan di tahun 2010, yang mencapai total 46.312 peserta dari total tenaga kerja Perusahaan sebesar 21.138 karyawan. Kami juga mengoptimalkan fasilitas manajemen pengetahuan/knowledge management sebagai upaya lain untuk pengembangan SDM, sehingga setiap karyawan dapat bertukar ide, konsep dan informasi melalui artikel yang dapat diakses oleh semua karyawan. Pada tanggal 15 Juli 2010, TELKOM memperoleh pengakuan dari Dunamis Consulting dalam Penghargaan Most Admired Knowledge Enterprise di Indonesia tahun 2010 untuk implementasi fasilitas belajar. Dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi tantangan bisnis ke depan, kami berupaya mencapai peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui program penerimaan karyawan yang strategis yang terarah sesuai target bisnis Perusahaan. Program ini dikembangkan oleh Assessment Service Center dan Talent Pool. Program perekrutan sendiri dilakukan sesuai dengan asas non diskriminatif dan terbuka.

Pelayanan SDM Berbasis Teknologi Informasi (“TI”) Kami sadar bahwa salah satu upaya memastikan karyawan bekerja dengan baik adalah melalui penyediaan fasilitas yang memudahkan karyawan dalam melakukan pekerjaan. Jalur komunikasi juga harus selalu dijaga untuk memudahkan Perusahaan mengkomunikasikan kebijakan dan arah bisnis Perusahaan untuk menjaga kelangsungan usaha kedepan. Kami menyediakan situs resmi human capital & general affairs untuk memfasilitasi komunikasi antara pembuat kebijakan, pengelola SDM dan karyawan. Situs web ini memberi akses kepada karyawan untuk mencari kebijakankebijakan serta informasi lainnya yang terkait dengan SDM serta melakukan tanya jawab seputar permasalahan yang terkait dengan kebijakan SDM dan pelaksanaannya.

44

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Tinjauan Kinerja Saham

TINJAUAN KINERJA USAHA

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Kami juga mengoptimalkan layanan-layanan SDM berbasis TI yang kami kembangkan sejak tahun 2009, yang meliputi Sasaran Kerja Individu (“SKI”) online, presensi online, Surat Perintah Perjalanan Dinas (“SPPD”) online, cuti online, career online dan Training Need Analisys (“TNA”) online. Untuk memastikan bahwa hal-hal dan masalah terkait dengan karyawan dapat ditangani dan dikomunikasikan secara efektif, media employee relations dan human resources care center (“HRCC”) yang dikembangkan sejak bulan Oktober 2007 senantiasa dikembangkan dan ditingkatkan. TELKOM juga menyediakan berbagai aplikasi TI, untuk optimalisasi komunikasi internal seperti proses otomatisasi bisnis perusahaan baik berupa nota dinas elektronik, virtual meeting, shared files, survei online, dan intranet.

Aktivitas Ekstrakurikuler Karyawan TELKOM percaya bahwa aktivitas ekstrakurikuler dapat mendukung produktivitas dan kepuasan karyawan. Untuk itu TELKOM mendukung aktivitas ekstrakurikuler karyawannya baik dalam bidang keagamaan, budaya dan olahraga. Kegiatan-kegiatan tersebut, antara lain seperti kompetisi pembacaan Al-Quran, paduan suara gereja dan Ustawa Dharma Gita (Hindu) dan kegiatan olah raga seperti balap sepeda dan permainan bola basket.

Kelanjutan Program Pensiun Dini Pada bulan Desember 2009, kami menawarkan program Pensiun Dini (“Pendi”) kepada seluruh karyawan yang ditujukan untuk perampingan tenaga kerja. Program ini ditawarkan secara sukarela bagi karyawan yang memenuhi persyaratan (contoh: pendidikan, usia, jabatan dan kinerja). Mulai tahun 2002 sampai dengan 31 Desember 2010, dana sebesar Rp6,0 triliun telah dibayarkan kepada 12.652 karyawan yang mengikuti program ini. Hingga 31 Desember 2010, TELKOM (tidak termasuk anakAcxnak Perusahaan) memiliki 21.138 karyawan, dibandingkan dengan 23.154 karyawan hingga 31 Desember 2009, dan 25.016 karyawan hingga 31 Desember 2008. Berdasarkan Human Capital Master Plan 2011-2015, Kami akan melanjutkan upaya pengurangan karyawan dengan estimasi sebanyak 2.870 karyawan melalui pelaksanaan program Pendi maupun penempatan ke Anak Perusahaan.

Pengelolaan Hubungan Karyawan Berdasarkan Keputusan Presiden No.83 tahun 1998 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No.87 tahun 1948 mengenai Kebebasan Berserikat dan Perlindungan atas Hak Membentuk Organisasi, sebagian karyawan TELKOM membentuk serikat bernama “Serikat Karyawan TELKOM” atau “SEKAR”. Sesuai dengan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Undang - Undang No.13 tahun 2003 berkaitan dengan ketenagakerjaan, SEKAR berhak mewakili karyawan dalam perundingan Perjanjian Kerja Bersama (“PKB”). Hingga 31 Desember 2010, SEKAR memiliki anggota sebanyak 20.112, atau 95,1% dari seluruh karyawan TELKOM. Pada tanggal 24 Agustus 2010, TELKOM dan SEKAR telah memperbaharui PKB III. Kesepakatan ini dituangkan dalam PKB IV dengan masa berlaku sampai dengan tahun 2012. Manajemen yakin bahwa secara umum TELKOM memiliki hubungan baik dengan para karyawan dan SEKAR.

Remunerasi Yang Kompetitif Karyawan TELKOM menerima gaji pokok dan gaji terkait dengan tunjangan, bonus dan berbagai tunjangan, termasuk program pensiun dan program pelayanan kesehatan pasca kerja, tunjangan kesehatan untuk mereka sendiri dan beberapa anggota keluarga inti, bantuan perumahan dan tunjangan tertentu lainnya, termasuk yang terkait dengan kinerja unit. Bonus dianggarkan terlebih dahulu dan diberikan pada tahun berikutnya ketika bonus tersebut diakui (accrued). Selama lima tahun terakhir, jumlah bonus tahunan berkisar antara Rp235,5 miliar sampai Rp518,0 miliar. Bonus tahun 2010 akan diberikan kepada seluruh karyawan setelah selesainya audit laporan keuangan tahun 2010. Untuk menjaga agar remunerasi tetap kompetitif, TELKOM secara periodik melakukan survei gaji baik untuk tingkat top manajemen ataupun karyawan. TELKOM merupakan anggota tetap kelompok Perusahaan yang mengikuti pergerakan gaji sesuai dengan harga pasar. Usia pensiun untuk seluruh karyawan TELKOM adalah 56 tahun. TELKOM mensponsori dua program pensiun; (i) Program Pensiun Manfaat Pasti (“PPMP ”) diperuntukkan bagi karyawan tetap yang di rekrut sebelum tanggal 1 Juli 2002; dan (ii) Program Pensiun Iuran Pasti (“PPIP”) diperuntukkan bagi semua karyawan tetap lainnya.

Program Pensiun Manfaat Pasti (“PPMP”) Besarnya pensiun untuk PPMP didasarkan atas masa kerja, tingkat gaji pada saat pensiun dan dapat dialihkan kepada tanggungan jika karyawan tersebut meninggal. PPMP dikelola oleh Dana Pensiun TELKOM. Sumber utama Dana Pensiun berasal dari iuran karyawan dan Perusahaan. Karyawan yang berpartisipasi dalam program ini, berkontribusi sebesar 18% dari gaji pokok (sebelum bulan Maret 2003, tingkat kontribusi karyawan adalah sebesar 8,4%) dan Perusahaan memberikan kontribusi sisanya. Penerimaan bulanan minimum untuk karyawan yang pensiun adalah sekitar Rp425,000. Kontribusi Perusahaan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

kepada Dana Pensiun sebesar Rp889,1 miliar, Rp889,1 miliar dan Rp485,2 miliar masing-masing untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2008, 2009 dan 2010.

Program Pensiun Iuran Pasti (“PPIP”) Program Pensiun Iuran Pasti disediakan untuk karyawan tetap yang direkrut sejak tanggal 1 Juli 2002. PPIP dikelola oleh Dana Pensiun Lembaga Keuangan (“DPLK”). Pegawai mempunyai pilihan di antara berbagai DPLK yang menyelenggarakan program ini. Kontribusi tahunan Perusahaan untuk PPIP di tetapkan berdasarkan persentase tertentu dari gaji dasar peserta dengan jumlah sebesar Rp3,0 miliar, Rp3,8 miliar dan Rp4,4 miliar masing-masing untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2008, 2009 dan 2010. Karyawan yang telah memenuhi masa kerja tertentu berhak menerima penghargaan seperti bantuan fasilitas perumahan terakhir, penghargaan Purnabhakti dan biaya perjalanan pensiun dengan tarif yang telah ditetapkan pada saat karyawan yang dimaksud pensiun.

Program Layanan Kesehatan Pasca Kerja TELKOM juga menyediakan jaminan kesehatan pensiun untuk seluruh karyawan yang sudah pensiun, termasuk istri atau suami dan anak. Ada dua jenis program untuk jaminan kesehatan pensiun: (1) untuk karyawan yang diangkat sebagai calon pegawai sebelum tanggal 1 Nopember 1995 dan memiliki masa kerja lebih dari 20 tahun, jaminan layanan kesehatan dikelola oleh Yayasan Kesehatan TELKOM (“Yakes”). Kontribusi TELKOM untuk mendanai program ini sebesar Rp1.100,8 miliar, Rp1.100,5 miliar dan Rp990,7 miliar, masing-masing untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008, 2009 dan 2010. (2) untuk semua karyawan tetap lainnya, layanan kesehatan diberikan dalam bentuk tunjangan asuransi sejak bulan Agustus 2008 yang dikelola juga oleh Yakes. Kontribusi TELKOM untuk program ini berjumlah Rp24,0 miliar, Rp22,7 miliar dan Rp20,1 miliar masing-masing untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008, 2009 dan 2010.

Penghargaan Karyawan Dalam era transformasi, TELKOM tidak hanya memberikan penghargaan kepada karyawan Perusahaan yang berprestasi dalam membantu pencapaian target bisnis Perusahaan saja, tapi diberikan juga kepada pemangku kepentingan diluar Perusahaan yang memberikan kontribusi dalam membesarkan nama TELKOM. Pada tahun 2010, beberapa penghargaan yang telah diberikan oleh TELKOM kepada internal maupun eksternal Perusahaan, yaitu:

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

45

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

No

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

Jenis Penghargaan

TINJAUAN KINERJA SDM

Penerima Penghargaan Jumlah

Satuan

121

Orang

Penghargaan Perorangan Penghargaan Internal 1

Penghargaan Bidang Keagamaan (Haji, Umrah, Ziarah Kristiani dan Tirtayatra)

2

The Healthiest Family

3

Orang

3

Staff Terbaik

12

Orang

4

Inovator Terbaik

14

Orang

5

Apresiasi Khusus Inovasi Bidang CSR

3

Orang

6

Kampiun Award

3

Orang

7

Reward Utama

16

Orang

8.

Purnabhakti

716

Orang

15

Orang

903

Orang

Penghargaan Eksternal Customer Service Award Jumlah Penghargaan Unit Kerja Penghargaan Internal 1

Penghargaan Unit Terbaik

9

Unit

2

Reward Prima

2

Unit

36

Unit

4

Unit

51

Unit

Penghargaan Eksternal 3

Best Channel Award

4

TCSR Award

Jumlah

Program Kepemilikan Saham Karyawan TELKOM Program utama kepemilikan saham karyawan atau employee stock ownership program (“ESOP”) antara lain melayani transaksi jual beli saham ESOP dan penetapan dividen saham ESOP. Pada saat penawaran saham perdana tanggal 14 November 1995, jumlah saham TELKOM sebanyak 116.666. 475 lembar yang dimiliki oleh 43.218 pegawai. Pada tanggal 31 Desember 2010, sebanyak 13.429.622 lembar sahamTELKOM dimiliki oleh 11.353 pegawai dan pensiunan TELKOM.

Pengelolaan Kesehatan Karyawan

Tinjauan Kinerja Saham

TINJAUAN KINERJA USAHA

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Karyawan dan pensiunan TELKOM beserta keluarganya yang menjadi peserta Yakes berjumlah 135.827 orang pada akhir tahun 2010, menurun sejumlah 13.880 orang dibandingkan pada akhir tahun 2009. Penurunan ini terjadi karena telah berakhirnya masa keanggotaan Yakes yang disebabkan karena karyawan yang bersangkutan meninggal atau umur progresif di luar batas usia yang telah ditetapkan.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (“K3”) Sejak 2009 pengelolaan K3 tetap fokus pada penanganan zero accident. Penilaian K3 ini dilakukan setiap tahun. 46 dari 420 unit bisnis kami menerima penghargaan zero accident 2010 pada acara penghargaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada 27 Mei 2010. Secara keseluruhan kami menerima sertifikasi Zero Accident dan Golden Flag pada 2010, dari Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia yang diawasi oleh Dinas Tenaga Kerja setempat. Program K3 ditujukan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja karyawan TELKOM maupun orang lain yang beraktivitas di lingkungan operasi TELKOM dan untuk pengamanan terhadap sumber produksi, proses produksi, alat produksi dan lingkungan kerja. TELKOM menetapkan seluruh kebijakan K3 dengan tujuan untuk mencapai tingkat kecelakaan kerja nihil (zero accident standard). Pengelolaan K3 dilakukan berdasarkan ketentuan ketenagakerjaan dan aturan K3 Dinas Tenaga Kerja setempat melalui Pengawasan oleh Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia. Pada tahun 2010, survei K3 diselenggarakan bersamaan dengan survei pendapat karyawan TELKOM (TELKOM‘s Employee Opinion Survey atau “TEOS”). Survei K3 tersebut merupakan survei pertama yang dilakukan untuk mengetahui apakah lingkungan kerja karyawan sudah memenuhi kriteria yang ditentukan. Hasil survei K3 dalam TEOS tahun 2010 diperoleh tingkat kepuasan (Employee Satisfaction Index atau “ESI”) sebesar 79,1%, dengan demikian ada peningkatan sebesar 1,3%.

T E L KO M m e m b e r i ka n l aya n a n ke s e h at a n b a g i karyawannya melalui Yakes. Aktivitas utama Yakes adalah menyelenggarakan kebutuhan kesehatan karyawan dan pensiunan beserta keluarga intinya.

46

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Keberhasilan kami dalam pengelolaan K3 tercermin dengan di terimanya penghargaan Zero Accident dan Golden Flag Award. Pencapaian Zero Accident dan Golden Flag tahun 2010 tersebut menggambarkan peningkatan kesadaran karyawan dan para pemimpin senior akan pentingnya pencegahan kerugian akibat kondisi dan tindakan yang tidak aman.

PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM TELKOM Pengembangan dan pengelolaan SDM TELKOM dilakukan berdasarkan strategi human capital yang ditetapkan dalam Master Plan Human Capital. Master Plan tersebut diperbaharui setiap tahun sejalan dengan perubahan strategi perusahaan yang dinyatakan dalam Corporate Strategic Scenario. Meskipun Master Plan diperbaharui setiap tahun, dalam hal pengelolaan SDM, Kami masih menggunakan pendekatan CBHRM. Dengan CBHRM, Kami menilai bahwa kompetensi merupakan bagian penting untuk membangun kemampuan perusahaan dalam meng-eksekusi strategi yang telah ditetapkan.

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Arah pengembangan kompetensi karyawan dirancang sejalan dengan competency model TELKOM, sebagai berikut: 1. Culture Development, yaitu pengembangan budaya. Pengembangan kompetensi dititikberatkan pada internalisasi dan penguatan nilai-nilai dasar perusahaan, sebagai basis pembentukan budaya; 2. R o l e D eve l o p m e n t , ya i t u p e n g e m b a n g a n kemampuan peran. Pengembangan kompetensi dititikberatkan pada pengembangan kualitas pribadi yang dibutuhkan oleh setiap kategori peran yang dipilih/didefinisikan; dan 3. Job Related Capability Development, yaitu pengembangan kemampuan sesuai tuntutan pekerjaan Pengembangan kompetensi dititikberatkan pada peningkatan dan atau pemenuhan kebutuhan keahlian dan pengetahuan sesuai yang dipersyaratkan pekerjaan.

Untuk memastikan CBHRM senantiasa sejalan dengan kebutuhan Perusahaan, maka daftar kompetensi yang diperlukan, yang dikelola dalam bentuk competency directory, selalu diperbaharui sejalan dengan dinamika lingkungan Perusahaan. Karena itu, competency directory, secara periodik atau sesuai kebutuhan akan dievaluasi, baik dari jenisnya maupun isinya. Pada tahun 2010, seiring dengan ditetapkannya core values perusahaan, maka core competency pada competency directory pun digantikan dengan nilai-nilai dasar, yang terdiri atas lima nilai-nilai dasar, yaitu : commitment to long term, customer first, caring meritocracy, co-creation of win-win partnership, dan collaborative innovation. Kelima nilai penting ini selanjutnya disebut TELKOM 5C. Perubahan competency directory lainnya adalah perubahan jenis-jenis kompetensi keahlian dan pengetahuan sesuai dengan perubahan bisnis portofolio menjadi TIME.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

47

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Tinjauan Kinerja Saham

Kronologi aksi korporasi (corporate action) Tanggal

Tindakan Korporasi

Komposisi Kepemilikan Saham Pemerintah Republik Indonesia

13/11/1995

Pra-Penawaran Umum Perdana

14/11/1995

IPO Penjualan saham milik Pemerintah

8.400.000.000

%

Publik

%

100

-

-

(933.334.000)

933.334.000 933.333.000

Emisi saham baru TELKOM

11/12/1996

Komposisi kepemilikan saham

7.466.666.000

Block Sale saham milik Pemerintah

(388.000.000)

Komposisi kepemilikan saham

7.078.666.000

15/05/1997

Pemerintah membagikan saham insentif kepada para pemegang saham publik

07/05/1999

Block Sale saham milik Pemerintah

Komposisi kepemilikan saham

Komposisi kepemilikan saham

48

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

80

75,8

2.254.667.000

24,2

2.670.300 75,8

(898.000.000) 6.177.995.700

20

388.000.000

(2.670.300) 7.075.995.700

1.866.667.000

2.257.337.300

24,2

898.000.000 66,2

3.155.337.300

33,8

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

Tanggal

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Tindakan Korporasi

Publik

%

252.426.984 66,2

(1.200.000.000)

Block Sale saham milik Pemerintah

5.472.235.356

Komposisi kepemilikan saham

3.407.764.284

33,8

1.200.000.000 54,3

4.607.764.284

5.160.235.356

51,2

4.919.764.284

48,8

10.320.470.712

51,2

9.839.528.568

48,8

(312.000.000)

Block Sale saham milik Pemerintah Komposisi kepemilikan saham

30/07/2004

494.239.656 6.672.235.356

Komposisi kepemilikan saham

16/07/2002

%

Pembagian bonus saham (emisi) (setiap 50 saham mendapatkan 4 saham)

07/12/2001

LAMPIRAN

Komposisi Kepemilikan Saham Pemerintah Republik Indonesia

02/08/1999

DATA PERUSAHAAN

45,7

312.000.000

Pemecahan nilai nominal saham (1:2) Komposisi kepemilikan saham

21/12/2005

Program pembelian saham kembali (I)

10.320.470.712

51,7

9.628.238.068

48,3

29/06/2007

Program pembelian saham kembali (II)(2)

10.320.470.712

52,3

9.413.238.068

47,7

20/06/2008

Program pembelian saham kembali (III)

10.320.470.712

52,5

9.348.954.068

47,5

(1) 

(3) 

(1) Program pembelian kembali saham tahap pertama dimulai pada tanggal 21 Desember 2005 (bertepatan dengan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (“RUPSLB”) ketika program tersebut disetujui) dan berakhir pada bulan Juni 2007. (2) Program pembelian kembali saham tahap kedua dimulai pada tanggal 29 Juni 2007 (bertepatan dengan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (“RUPSLB“) ketika program tersebut disetujui) dan berakhir pada bulan Juni 2008. (3) Program pembelian kembali saham tahap ketiga dimulai pada tanggal 20 Juni 2008 (bertepatan dengan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (“RUPSLB”) ketika program tersebut disetujui) dan berakhir pada bulan Desember 2009.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

49

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

KEBIJAKAN DIVIDEN Rapat Umum Pemegang Saham memiliki kewenangan untuk menentukan jumlah dividen yang kami bayarkan. Kami membayarkan dividen masing-masing sebesar 55%, 70%, 55% dan 55% dari laba bersih kami pada tahun 2006, 2007, 2008, dan 2009. Pembayaran dividen kami untuk tahun 2010 akan diputuskan pada RUPS tahun 2011, walaupun pada tanggal 1 Desember 2010 kami memutuskan untuk membayarkan dana distribusi interim untuk tahun 2010 sebesar Rp26,75 per lembar saham yang dibayarkan pada tanggal 30 Desember 2010 sejumlah Rp276.072 juta dan pada tanggal 10 Januari 2011 sebesar Rp250.085 juta. Pembayaran dividen untuk waktu sebelumnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Kronologi Pembayaran Dividen Saham TELKOM TELKOM membayar dividen tunai atas Saham seperti yang diputuskan oleh RUPST, sebagai berikut: Tahun Dividen

Tanggal RUPST

Rasio Pembayaran (%)(1) 

Jumlah Dividen (Rp Juta)

Dividen Per Lembar Saham (Rp)

2005 

30 Juni 2006

55

4.400.090

2006 

29 Juni 2007

55

6.053.067

(2)

218,86

2007 

20 Juni 2008

70

8.999.913

(3)

2008 

12 Juni 2009

55

5.840.708

296,94

2009

11 Juni 2010

55

5.666.070 (4)

288,06

303,21 455,87

(1) Rasio pembayaran merupakan persentase laba bersih yang dibayar ke pemegang saham sebagai dividen. (2) Termasuk dividen tunai interim yang dibayarkan pada bulan November 2006 sejumlah Rp971.017 juta. (3) Termasuk dividen tunai interim yang dibayarkan pada bulan Desember 2007 sejumlah Rp965.398 juta. (4) Termasuk dividen tunai interim yang dibayarkan pada bulan Desember 2009 sejumlah Rp524.190 juta.

Berdasarkan RUPST yang diselenggarakan pada bulan Juni 2010, Telkomsel menyetujui, antara lain, dividen tunai sebesar Rp9.212,2 miliar yang merupakan 70% dari laba bersih Telkomsel di tahun 2009. Dari dividen yang diumumkan, sebanyak 35% telah dibayarkan kepada (“SingTel Mobile”). Pada tahun 2008, 2009 dan 2010, dividen tunai dibayarkan kepada SingTel Mobile, pemegang saham minoritas Telkomsel, masing-masing berjumlah Rp3.332,5 miliar, Rp2.518,2 miliar dan Rp3.261,3 miliar.

Kinerja Perdagangan Pasar Modal dan ads telkom 2010 Saham Biasa TELKOM tercatat di BEI. Selain itu, TELKOM juga mencatatkan sahamnya di NYSE dan LSE melalui mekanisme ADS. Satu lembar saham ADS mewakili 40 lembar saham dari Saham Biasa. Saham TELKOM juga terdaftar di Jepang melalui (“POWL”).

Mekanisme Perdagangan Pasar Modal Indonesia Perkembangan pasar modal Indonesia cukup dinamis bahkan sebelumnya terdapat dua bursa efek yang beroperasi di dua lokasi berbeda di Indonesia. Kedua bursa itu adalah Bursa Efek Jakarta (“BEJ”) yang berlokasi di Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (“BES”) yang berlokasi di Surabaya, Jawa Timur. Pada tanggal 1 Desember 2007, kedua bursa efek tersebut mengalami penggabungan menjadi Bursa

50

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Efek Indonesia atau “BEI”. Pada tanggal 31 Desember 2010, volume perdagangan di BEI mencapai 1.330,86 miliar lembar saham, yang membentuk kapitalisasi pasar senilai Rp3.247 triliun. Hingga 31 Desember 2010, sebanyak 420 emiten saham diperdagangkan di lantai BEI yang juga memiliki 119 anggota perusahaan pialang. Mekanisme perdagangan harian di BEI saat ini terdiri dari dua sesi perdagangan untuk pasar reguler dan pasar negosiasi. Dari hari Senin hingga Kamis sesi perdagangan pertama dimulai pukul 09.30 hingga pukul 12.00, sementara sesi kedua berlangsung antara pukul 13.30-16.00. Pada hari Jumat, sesi pertama mulai pukul 09.30-11.30 dan sesi kedua mulai pukul 14.00-16.00. Hanya ada satu sesi perdagangan pasar tunai setiap harinya yang berlangsung dari Senin hingga Kamis mulai pukul 09.30 hingga pukul 12.00, dan pada hari Jumat dari pukul 09.30 hingga pukul 11.30. Perdagangan sekuritas dibagi menjadi tiga segmen yaitu pasar reguler, pasar negosiasi, dan pasar tunai (kecuali untuk rights issue yang hanya dapat diperdagangkan di pasar tunai dan pasar negosiasi). Pasar reguler merupakan mekanisme perdagangan saham dalam lot standar di pasar lelang yang dilakukan secara terus menerus selama jam bursa. Perdagangan pasar reguler dan pasar tunai pada umumnya dilaksanakan dalam unit lot, yaitu satu lot yang terdiri dari 500 lembar saham. Selain itu, BEI juga memberlakukan pembatasan atas pergerakan harga saham.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Aktivitas lelang berlangsung sesuai dengan prioritas harga dan prioritas waktu. Prioritas harga merujuk pada pemberian prioritas berdasarkan pesanan pembelian dengan harga yang lebih tinggi atau pesanan penjualan dengan harga yang lebih rendah. Apabila pesanan pembelian atau penjualan diajukan dengan harga yang sama, maka prioritas diberikan untuk pesanan pembelian atau penjualan yang diajukan lebih awal (prioritas waktu). Perdagangan pasar negosiasi dilaksanakan melalui negosiasi langsung antara (i) anggota BEI atau (ii) antara klien melalui satu anggota BEI (iii) antara klien dan anggota BEI. Transaksi di pasar reguler BEI harus diselesaikan selambatlambatnya pada perdagangan hari ketiga setelah transaksi kecuali untuk perdagangan silang. Transaksi di pasar negosiasi diselesaikan berdasarkan perjanjian antara anggota bursa yang menjual dan anggota bursa yang membeli dan diselesaikan per transaksi. Transaksi di pasar tunai BEI harus diselesaikan pada hari yang sama saat perdagangan dilakukan. Dalam hal anggota bursa gagal melakukan penyelesaian, maka berlaku ketentuan perdagangan pasar tunai tempat perdagangan sekuritas dilakukan dengan negosiasi langsung berdasarkan persyaratan tunai dan langsung (cash and carry). Seluruh transaksi pasar tunai harus dilaporkan ke BEI. Setiap anggota bursa diwajibkan membayar biaya transaksi sebagaimana yang diatur oleh BEI. Selanjutnya keterlambatan atas pembayaran biaya transaksi akan dikenakan denda sebesar 1,0% dari jumlah yang terhutang untuk setiap hari keterlambatan. Untuk setiap pelanggaran terhadap peraturan BEI, maka BEI dapat mengenakan sanksi kepada anggotanya, termasuk denda, peringatan tertulis, skorsing, atau pencabutan izin sebagai anggota bursa. Seluruh transaksi terkait saham yang hanya tercatat di BEI dan menggunakan jasa pialang harus dilaksanakan melalui BEI. Agar perdagangan dapat dilaksanakan di BEI (kecuali block trade), maka baik penyelesaian (settlement) tunai maupun sekuritas harus dilaksanakan melalui fasilitas BEI. Sementara itu, penggunaan modus short selling dilarang berdasarkan peraturan yang berlaku. Selanjutnya, BEI memiliki wewenang untuk membatalkan sebuah transaksi apabila terdapat bukti adanya kecurangan, manipulasi pasar atau penggunaan informasi orang dalam. BEI juga dapat menangguhkan perdagangan apabila terdapat petunjuk adanya transaksi yang berupa penipuan atau penggelembungan harga saham, informasi yang menyesatkan, referensi informasi orang dalam, sekuritas palsu atau sekuritas yang diblokir dari perdagangan, atau peristiwa material lainnya. BEI memiliki wewenang untuk menangguhkan perdagangan sekuritas tertentu atau menskors anggota tertentu dari bursa efek.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Anggota BEI mengenakan biaya pialang untuk jasa mereka berdasarkan perjanjian dengan klien hingga maksimum sebesar 1,0% dari nilai transaksi. Saat melaksanakan transaksi saham di BEI, setiap anggota bursa diwajibkan untuk membayar biaya transaksi sebesar 0,03% dari nilai transaksi (untuk transaksi di pasar reguler dan pasar tunai) dan biaya transaksi sebesar 0,03% dari nilai transaksi di pasar regional, atau besaran lain tergantung kebijakan bursa. Biaya transaksi minimal sebesar Rp2 juta per bulan sebagai kontribusi untuk penyediaan fasilitas bursa efek dan tetap berlaku untuk anggota bursa efek yang sedang diskors. Klien juga bertanggung jawab membayar pajak pertambahan nilai sebesar 10,0% dari jumlah biaya pialang dan biaya transaksi. Selain itu, penjual saham lokal diharuskan membayar wajib pungut pajak penghasilan (with holding tax) sebesar 0,1% atau 0,6% untuk saham pendiri dari total jumlah nilai transaksi. Selain itu, bea meterai sebesar Rp3.000 harus dibayar untuk setiap transaksi dengan nilai antara Rp250.000 dan Rp1.000.000, dan bea meterai sebesar Rp6.000 untuk setiap transaksi dengan nilai lebih dari Rp1.000.000. Para pemegang saham atau pihak yang ditunjuk, dapat meminta emiten atau biro administrasi sekuritas yang ditunjuk oleh emiten saham tersebut untuk mendaftarkan saham mereka ke dalam daftar pemegang saham emiten. Para pemegang saham dengan kepemilikan saham sebesar 5,0% atau lebih dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh, setelah memenuhi tingkat kepemilikan saham tersebut atau setelah terjadinya perubahan kepemilikan tersebut, diwajibkan untuk melaporkan kepemilikan sahamnya kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (“Bapepam-LK”). Guna mengantisipasi fluktuasi harga saham yang tidak normal dalam situasi krisis keuangan global pada kuartal terakhir 2008, maka BEI merasa perlu untuk merubah persyaratan atas auto rejection, yaitu suatu mekanisme ketika saham akan diberhentikan dari perdagangan secara otomatis guna menjaga perdagangan yang teratur, wajar dan efisien. Berdasarkan penyesuaian yang dibuat oleh BEI pada bulan Oktober 2008 dan Januari 2009, tingkat auto rejection berubah menjadi 35% di atas atau di bawah harga acuan untuk saham seharga antara Rp50 – Rp200, 25% untuk saham dengan harga antara Rp200 sampai dengan Rp5.000, dan 20% untuk saham dengan harga di atas Rp5.000.

Perdagangan di NYSE, LSE, dan Biaya Kustodian Bank of New York Mellon (sebelumnya The Bank of New York) bertindak sebagai Kustodian atau lembaga penyimpanan untuk saham ADS yang diperdagangkan di NYSE dan LSE. Pada tanggal 31 Desember 2010, terdapat sebanyak 63.341.066 ADS atau setara 12,6% dari total saham tercatat dengan 128 pemegang ADS terdaftar.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

51

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Dalam pelaksanaannya, investor langsung membayar biaya penyimpanan untuk pengiriman dan penyerahan ADS pada saat melakukan kustodian saham atau ketika menyerahkan ADS untuk keperluan penarikan atau bertindak sebagai penengah bagi mereka. Kustodian juga berhak menerima bayaran ketika melakukan distribusi kepada investor dengan mengurangi upah tersebut dari jumlah yang didistribusikan atau dengan menjual sebagian dari properti yang akan didistribusikan guna membayar upah tersebut. Kustodian dapat mengumpulkan iuran tahunan untuk layanan penyimpanan dengan mengurangi distribusi kas atau secara langsung mengirim tagihan ke investor atau dengan menagih ke rekening dari sistem pembukuan pihak yang mewakili mereka. Secara umum, Kustodian dapat menolak memberikan layanan yang menghasilkan upah sampai tagihan mereka untuk layanan tersebut dibayar.

Biaya Terkait Penerbitan dan Administrasi ADS Pemegang saham yang melakukan deposit atau penarikan dari saham Biasa atau ADS, harus membayar:

52

Untuk :

US$5,00 (atau kurang) per 100 saham ADS (atau sebagian dari 100 saham ADS).

Penerbitan saham ADS, termasuk penerbitan hasil dari pembagian saham atau hak atau kepemilikan lainnya. Pembatalan dari saham ADS untuk keperluan penarikan, termasuk jika perjanjian deposit berakhir.

US$0,02 (atau kurang) per saham ADS.

Setiap pembayaran tunai (cash) kepada pemegang saham ADS yang terdaftar.

Biaya yang setara dengan biaya yang dibebankan apabila surat berharga yang didistribusikan kepada pemegang saham berupa saham dan saham tersebut telah di deposit untuk penerbitan saham ADS.

Penyampaian surat berharga kepada pemegang saham oleh Kustodian kepada pemegang saham tercatat ADS.

US$0,02 (atau kurang) per saham ADS per tahun kalender.

Layanan Penyimpanan.

Biaya registrasi atau pemindahan.

Pemindahan dan pencatatan saham pada daftar saham Perusahaan dari atau kepada atas nama Kustodian atau agennya ketika pemegang saham melakukan deposit atau melakukan penarikan saham biasa.

Biaya Penyimpanan.

Pengiriman melalui telegram, telex dan faksimili (jika disediakan sesuai perjanjian deposit). Menukar mata uang asing ke Dolar AS.

Pajak dan biaya lainnya yang dibebankan oleh pemerintah, Depositary atau kustodian pada saat membayar saham ADS atau saham lain di bawah jaminan ADS, seperti pajak untuk pemindahan saham, meterai atau pajak penghasilan.

Sesuai dengan kebutuhan.

Setiap biaya yang dikenakan oleh Kustodian atau agennya untuk melayani surat berharga yang didepositkan.

Sesuai dengan kebutuhan.

Bank Kustodian menyetujui penggantian biaya sampai dengan US$300.000 per tahunnya sampai tahun 2013 untuk beberapa beban tertentu yang timbul akibat dari kegiatan administrasi dan pemeliharaan fasilitas ADS, termasuk, namun tidak terbatas, untuk beban hubungan investor, baik langsung maupun tidak langsung, serta beban program ADS terkait lainnya. Penggantian ini akan dievaluasi dan disesuaikan jika jumlah saham ADS yang beredar berada di bawah jumlah minimum yang telah ditetapkan sebelumnya atau tidak tercatat lagi dari NYSE. Kami berharap dapat melakukan negosiasi ulang terhadap jumlah penggantian biaya tersebut untuk tahuntahun setelah tahun 2013. Pada tahun 2010, kami telah menerima penggantian biaya sebesar US$209.429.

Komposisi Pemegang Saham

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Modal saham Perseroan terdiri dari 1 lembar saham Seri A Dwiwarna, dan 79.999.999.999 saham Seri B (Saham Biasa) yang ditempatkan dan disetor penuh, 20.159.999 diantaranya beredar di pasar. Satu lembar saham Seri A Dwiwarna tersebut merupakan milik Pemerintah Republik Indonesia (Pemerintah) sehingga Pemerintah memiliki hak suara istimewa dan hak yang berkaitan dengan pengangkatan dan pemberhentian Direksi atau Dewan Komisaris, penerbitan saham baru dan perubahan Anggaran Dasar Perusahaan, termasuk perubahan untuk menggabungkan atau membubarkan Perusahaan sebelum masa berlakunya berakhir, menambah atau mengurangi modal dasar dan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

mengurangi saham yang dipesan (subscribed capital). Hak-hak material dan batasan-batasan yang terdapat pada saham biasa, juga berlaku pada saham Dwiwarna kecuali Pemerintah tidak dapat mengalihkan saham Dwiwarna. Saham Dwiwarna yang dimiliki Pemerintah memberikan hak pengawasan yang efektif pada TELKOM bahkan jika terjadi penurunan pemilikan saham biasa dan hak-hak yang terkait dengan saham Dwiwarna hanya dapat diubah melalui perubahan Anggaran Dasar, yang mungkin akan diveto oleh Pemerintah. Lihat Catatan 1c, 24 dan 26 dalam Laporan Keuangan Konsolidasian.

Tabel Komposisi Pemegang Saham TELKOM sampai dengan 31 Desember 2010 Saham Seri A Dwiwarna

Pemerintah Republik Indonesia

Saham Seri B (Saham Biasa)



10.320.470.711

Publik Sub Total Modal (ditempatkan dan disetor penuh)

52,47

9.348.954.068

47,53



19.669.424.779

100,00

490.574.500





20.159.999.279

100,00

Saham Treasuri (saham yang dibeli kembali) TOTAL

%

Tabel Pemegang Saham TELKOM Dengan Kepemilikan Lebih Dari 5% Dan Jumlah Saham Yang Dimiliki Dewan Komisaris dan Direksi, pada tanggal 31 Desember 2010 Jenis Saham

Identitas Orang atau Kelompok

Seri A

Pemerintah

Seri B

Pemerintah

Seri B

Direksi

Jumlah Saham yang Dimiliki

Persentase Saham (%)



-

10.320.470.711

52,47

23.112

<0,01

Pemegang Saham Biasa Telkom Dengan Kepemilikan Perorangan Kurang Dari 5% Pada tanggal 31 Desember 2010

305.633.874

Perorangan Indonesia

626.160

Koperasi

6.805.880

Yayasan

272.852.040

Perusahaan Asuransi

847.739.430

Perusahaan Terbatas

Danareksa

4.320 27.000 303.742.480

Reksadana Perorangan Asing

Koperasi

0

Yayasan

0,03 0,93

Perusahaan Asuransi

7.408.271.538

Jumlah Saham Biasa Yang Dimiliki

1,39 0

Perusahaan Terbatas

4,31

Badan Usaha Lainnya

0

Danareksa

0

Reksadana

1,54

Perorangan Asing

6.710.900

Badan Usaha Asing

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

0,07

Bank

155.884

Bank

1,55

Dana Pensiun

182.954.940

Dana Pensiun

Badan Usaha Lainnya

Karyawan - Lokal

13.429.622

Karyawan - Lokal

Perorangan Indonesia

0,03

Badan Usaha Asing

37,66

Persentase (%) Kepemilikan Saham Biasa Beredar

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

53

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Harga dan Volume Saham Tabel berikut merupakan harga tertinggi, terendah, penutupan serta volume dari saham biasa untuk periode tertentu, yang tercatat di BEI pada periode yang disajikan. Harga Per Saham Biasa(*) Tahun Kalender

Tertinggi

Terendah

Penutupan

(Dalam Rupiah) 2006 

Volume (lembar saham)

10.550

5.950

9.950

Kuartal Pertama

7.000

5.950

6.800

1.137.965.500

Kuartal Kedua

8.400

6.750

7.250

1.600.342.000

Kuartal Ketiga

8.450

7.100

8.300

921.839.000

Kuartal Keempat 2007 

4.808.851.500

10.550

8.200

9.950

1.148.705.000

12.650

8.900

10.000

5.718.438.000

Kuartal Pertama

10.350

8.900

9.700

1.250.176.000

Kuartal Kedua

10.800

9.400

9.700

1.340.736.500

Kuartal Ketiga

11.450

9.850

10.850

1.230.125.000 1.897.400.500

Kuartal Keempat 2008  Kuartal Pertama

12.650

10.000

10.000

10.250

5.000

6.900

6.162.126.500

10.250

8.400

9.500

1.615.643.500

Kuartal Kedua

9.700

7.189

7.200

1.424.645.500

Kuartal Ketiga

7.878

6.155

7.050

1.663.345.000

Kuartal Keempat

7.250

5.000

6.900

1.458.492.500

10.350

5.750

9.450

4.174.413.500

Kuartal Pertama

7.900

5.750

7.550

677.507.000

Kuartal Kedua

8.100

6.850

7.500

1.405.779.000

2009 

Kuartal Ketiga Kuartal Keempat 2010 

9.450

7.550

8.650

1.232.832.000

10.350

7.850

9.450

858.295.500 5.707.850.000

9.800

6.950

7.950

Kuartal Pertama

9.700

7.950

8.050

1.143.530.500

Kuartal Kedua

8.350

6.950

7.700

1.550.508.500

Kuartal Ketiga

9.450

7.600

9.200

1.186.753.000

Kuartal Keempat

9.800

7.650

7.950

1.827.058.000

September

9.450

7.600

9.200

348.839.000

Oktober

9.800

8.850

9.100

390.760.000

Nopember

9.150

7.750

7.950

1.076.885.000

Desember

8.300

7.650

7.950

359.413.000

2011  Januari

8.000

7.100

7.550

532.155.500

Pebruari

7.850

7.350

7.450

238.037.500

Maret (25)

7.500

6.600

7.150

429.508.500

(*) Perusahaan melaksanakan pemecahan saham (stock split) dengan ratio 1:2 untuk Saham Biasa dengan nilai nominal Rp500 per lembar saham menjadi nilai nominal Rp250 per lembar saham sebagaimana diputuskan dalam RUPST pada tanggal 30 Juli 2004, yang efektif pada tanggal 1 Oktober 2004. Nilai nominal hasil pemecahan pemegang saham telah diperhitungkan pada seluruh periode yang tertera.

Pada tanggal 30 Desember 2010 harga penutupan saham Perseroan pada hari terakhir perdagangan BEI di tahun 2010 adalah Rp7.950 per lembar saham.

54

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Tabel berikut menyajikan harga tertinggi, terendah, penutupan serta volume ADS TELKOM untuk jangka waktu tertentu, yang tercatat di NYSE dan LSE. Perdagangan dalam bentuk ADS tidak dilakukan “di LSE”, akan tetapi diperdagangkan secara “off exchange” (di luar bursa) sesuai aturan LSE. Berdasarkan peraturan LSE, perdagangan off exchange berarti bahwa tidak ada penawaran yang terjadi di LSE, bahwa perusahaan anggota LSE tidak melaksanakan transaksi tersebut di LSE melainkan di bursa lain atau transaksi pribadi dan setelah transaksi tersebut dilaksanakan, perdagangan tersebut dilaporkan ke LSE. Pada tanggal 31 Desember 2010, hari terakhir perdagangan saham di NYSE dan LSE pada tahun 2010, harga penutupan untuk satu lembar ADS TELKOM masing - masing adalah sebesar US$35,65 dan US$34,91.

Tahun Kalender

Harga Per ADS(NYSE) Tertinggi Terendah Penutupan ( Dalam Dolar AS )

2006  Kuartal Pertama

Volume (lembar saham ADS)

Harga Per ADS(LSE) Tertinggi Terendah Penutupan Volume ( Dalam Dolar AS )

(lembar saham ADS)

46,68

24,65

45,12

73.308.200

46,69

23,78

45,49

96.767

31,51

24,65

29,99

16.351.500

31,38

23,78

29,48

50.600 25.000

Kuartal Kedua

38,28

27,95

31,76

27.017.600

38,35

27,90

31,25

Kuartal Ketiga

36,56

30,32

35,78

13.358.000

36,15

30,08

35,78

6.167

Kuartal Keempat

46,68

35,64

45,12

16.581.100

46,69

36,00

45,49

15.000

2007 

56,50

37,74

41,57

83.650.348

56,87

38,29

41,33

43.051

Kuartal Pertama

46,98

37,74

42,69

23.459.831

46,82

39,30

42,91

30.000

Kuartal Kedua

47,02

42,70

42,65

16.844.563

47,15

39,60

43,23

10.137

Kuartal Ketiga

51,61

40,00

48,31

19.900.045

51,60

38,29

48,80

1.729

56,50

41,88

41,57

23.445.909

56,87

41,79

41,33

1.185

45,50

17,31

25,01

98.988.347

45,74

16,89

24,62

38.028 6.808

Kuartal Keempat 2008  Kuartal Pertama

45,50

37,50

41,50

21.441.196

45,74

36,32

41,99

Kuartal Kedua

42,86

31,50

31,91

22.504.983

41,99

32,03

32,40

120

Kuartal Ketiga

34,49

26,47

29,47

23.663.355

35,43

26,46

28,49

20.000

Kuartal Keempat

30,65

17,31

25,01

31.378.813

29,31

16,89

24,62

11.100

41,55

20,19

39,95

67.767.999

40,76

25,67

41,02

3.757

26,45

20,19

25,70

16.518.171

27,92

25,67

25,67

3.000

2009  Kuartal Pertama Kuartal Kedua

31,25

24,93

29,98

20.038.628

36,91

31,76

31,76

429

Kuartal Ketiga

35,93

31,38

35,70

18.490.886

37,43

37,16

37,16

270

Kuartal Keempat

41,55

33,56

39,95

12.720.314

40,76

37,16

41,02

58

43,80

30,33

35,65

69.803.576

42,00

30,76

34,91

19.673

2010  Kuartal Pertama Kuartal Kedua Kuartal Ketiga Kuartal Keempat September

41,18

34,62

35,76

15.338.571

41,20

35,41

35,41

1.030

36,89

30,33

34,23

16.873.723

36,16

30,76

34,89

2.392 15.324

42,31

33,75

41,29

15.732.144

42,00

34,20

42,00

43,80

34,10

35,65

21.859.138

40,60

34,91

34,91

927

42,31

33,75

41,29

4.658.645

42,00

39,86

42,00

2.315

Oktober

43,80

40,02

40,39

4.597.592

40,60

40,59

40,60

256

Nopember

39,57

35,19

35,99

11.865.817

36,52

35,27

35,27

435

Desember

36,84

34,10

35,65

5.395.729

36,33

34,91

34,91

236

2011 

(*)

Januari

36,05

31,68

33,62

7.546.639

35,73

33,39

33,44

521

Pebruari

34,97

33,18

33,90

4.263.701

-

(*)

- (*)

- (*)

- (*)

Maret

34,33

30,51

32,66

4.180.691

-

(*)

- (*)

- (*)

- (*)

Tidak ada traksaksi.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

55

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

HUBUNGAN DENGAN PEMERINTAH DAN LEMBAGA PEMERINTAH Hubungan yang terjalin antara TELKOM dengan Pemerintah sangat menyeluruh. Pemerintah adalah pemegang saham mayoritas dan pengendali, sebagai regulator, Pemerintah menerbitkan lisensi serta membuat, mengawasi dan menegakkan peraturan yang berkaitan dengan pengaturan sektor telekomunikasi dan memutuskan penetapan tarif. Di satu sisi, Pemerintah juga merupakan salah satu pelanggan TELKOM. Dalam bagian ini, Pemerintah diartikan sebagai Pemerintah Republik Indonesia dan kementerian, departemen dan lembaga pemerintah, namun tidak termasuk Kementerian Negara BUMN.

Pemerintah Sebagai Pemegang Saham Sementara itu dalam perannya sebagai Pemegang Saham, Pemerintah hingga tanggal 31 Desember 2010 menguasai 52,47% Saham Biasa dan satu Saham Seri A (Saham Dwiwarna) TELKOM, yang memiliki hak suara khusus (Lihat - Komposisi Pemegang Saham). Menurut peraturan yang berlaku, Departemen Keuangan RI merupakan institusi yang “memiliki” saham biasa dan satu saham Dwiwarna di TELKOM yang kemudian memberikan kewenangan kepada Menteri BUMN untuk menggunakan hak-hak yang diberikan dalam saham ini sebagai pemegang saham

56

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

pengendali TELKOM. Pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas berkepentingan atas kinerja TELKOM, baik terkait dengan manfaat yang diberikannya kepada bangsa maupun kemampuan TELKOM untuk beroperasi secara komersial. Hak dan batasan material yang berlaku untuk Saham Biasa juga berlaku untuk Saham Seri A Dwiwarna, dengan pengecualian Pemerintah tidak boleh mengalihkan Dwiwarna atau Saham Seri A, Pemerintah memiliki hak veto berkenaan dengan: (i) pencalonan, pengangkatan dan pemberhentian Direksi; (ii) pencalonan, pengangkatan dan pemberhentian Komisaris; (iii) penerbitan saham baru; dan (iv) perubahan terhadap Anggaran Dasar Perusahaan, termasuk tindakan untuk menggabungkan atau membubarkan TELKOM, meningkatkan atau mengurangi modal dasarnya, menurunkan modal dasar atau mengurangi modal yang ditempatkan. Terkait dengan hal tersebut, Pemerintah dalam hal ini memiliki kendali efektif atas hal-hal tersebut walaupun memiliki kurang dari mayoritas Saham Biasa yang beredar. Hak-hak Pemerintah berkenaan dengan Saham Seri A Dwiwarna tidak akan berakhir, kecuali ada perubahan sehingga diperlukan amandemen terhadap Anggaran Dasar Perusahaan yang mensyaratkan persetujuan Pemerintah sebagai pemegang Saham Seri A Dwiwarna tersebut. Pemerintah juga merupakan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

salah satu pelanggan. Perusahaan mempunyai kebijakan untuk tidak mengadakan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa apabila tidak lebih menguntungkan dibandingkan dengan yang diperoleh Perusahaan dari transaksi dengan pihak ketiga. Menteri BUMN telah menyampaikan kepada Perusahaan bahwa kementerian tidak mengadakan transaksi dengan entitas lain yang berada di bawah kendalinya, kecuali bila perjanjian bisnisnya konsisten dengan syarat-syarat dan kebijakan Perseroan sebagaimana yang diuraikan dalam kalimat sebelumnya. Karena Perusahaan tercatat di BEI, maka berdasarkan peraturan Bapepam-LK, setiap transaksi yang memiliki benturan kepentingan sebagaimana dijelaskan di bawah ini dengan perusahaan lain yang tercatat di BEI, harus mendapat persetujuan dari mayoritas pemegang saham dari Saham Biasa yang tidak memiliki benturan kepentingan atas transaksi yang diusulkan, kecuali benturan kepentingan tersebut terjadi sebelum Perusahaan tercatat dan diungkapkan sepenuhnya dalam dokumen penawaran. Benturan kepentingan sebagaimana dijelaskan dalam peraturan Bapepam-LK adalah benturan antara kepentingan ekonomi Perusahaan dan para pemegang saham di satu sisi dan di sisi lain kepentingan ekonomi pribadi anggota Dewan Komisaris, Direksi atau pemegang saham utama (pemegang 20% atau lebih saham yang ditempatkan) serta afiliasi mereka, baik secara gabungan atau terpisah. Suatu benturan kepentingan juga terjadi apabila anggota Dewan Komisaris, Direksi atau pemegang saham utama dari Perusahaan atau pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa masing-masing terlibat dalam transaksi, kepentingan pribadi mereka mungkin berbenturan dengan kepentingan Perusahaan. BapepamLK berwenang untuk memberlakukan peraturan ini; pemegang saham Perusahaan juga berhak untuk mengajukan tuntutan atas pemberlakuan peraturan ini. Sesuai dengan peraturan Bapepam-LK, transaksi antara Perusahaan dan BUMN atau lembaga lainnya yang dikendalikan negara dapat mengakibatkan “benturan kepentingan”. Dalam hal ini, persetujuan dari pemegang saham yang tidak memiliki benturan kepentingan wajib diperoleh jika “benturan kepentingan” ini terjadi. Perusahaan meyakini bahwa transaksi-transaksi yang dilaksanakan dengan BUMN atau lembaga yang dikendalikan negara telah dilakukan melalui praktik bisnis yang independen, berbasis komersial dan bukan merupakan transaksi yang mengandung “benturan kepentingan” yang memerlukan suara pemegang saham yang tidak memiliki benturan kepentingan. Transaksi tersebut termasuk penjualan jasa telepon oleh TELKOM kepada BUMN atau yang dikendalikan negara atau pembelian listrik dari perusahaan BUMN. Perusahaan berharap, dalam hubungannya dengan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

TELKOM memperoleh lisensi dari Ditjen Postel untuk setiap layanan yang ditawarkan.

pengembangan dan pertumbuhan bisnisnya, dari waktu ke waktu Perusahaan dapat mengadakan usaha patungan, perjanjian atau transaksi dengan BUMN atau lembaga yang dikendalikan oleh Pemerintah tersebut. Dalam situasi ini, TELKOM dapat berkonsultasi dengan Bapepam-LK dalam menentukan apakah usaha patungan, perjanjian atau transaksi yang diusulkan memerlukan suara dari pemegang saham independen berdasarkan syarat-syarat peraturan Bapepam-LK. Apabila Bapepam-LK berpandangan bahwa usaha patungan, perjanjian atau transaksi yang diusulkan tidak memerlukan suara dari pemegang saham independen sesuai peraturan yang berlaku, maka TELKOM akan melaksanakannya tanpa memerlukan persetujuan dari pemegang saham independen tersebut. Namun, apabila Bapepam-LK mensyaratkan bahwa usulan tersebut memerlukan suara dari pemegang saham independen sesuai peraturan yang berlaku, maka TELKOM harus berupaya mendapatkan persetujuan dari pemegang saham independen sebagaimana yang disyaratkan atau membatalkan usulan tersebut.

Pemerintah sebagai Regulator Pemerintah dalam perannya sebagai Regulator berwenang mengatur sektor telekomunikasi melalui Menteri Komunikasi dan Informasi (“Menkominfo”). Menkominfo berwenang menerbitkan peraturan pelaksanaan atas undang-undang, yang umumnya memiliki lingkup yang luas. Berdasarkan keputusan ini Menkominfo mendefinisikan struktur industri, menentukan formula tarif, menentukan Kewajiban Pelayanan Universal (“KPU”), dan mengendalikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi kompetitif, usaha dan kondisi keuangan TELKOM. Melalui Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi (“Ditjen Postel”), Menkominfo mengatur alokasi frekuensi dan menentukan jumlah sambungan telepon tidak bergerak. TELKOM wajib memperoleh lisensi dari Ditjen Postel untuk setiap jenis layanan yang ditawarkan, termasuk frekuensi yang dipergunakan (sebagaimana dialokasikan oleh Menkominfo). TELKOM dan operator lain diharuskan membayar biaya hak penggunaan frekuensi.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

57

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

Telkomsel memiliki beberapa lisensi yang diterbitkan oleh Menkominfo (yang sebelumnya dikeluarkan oleh Menteri Perhubungan) untuk penyediaan jasa selulernya, dan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia terkait dengan investasi oleh Telkomsel untuk pembangunan jasa sambungan telepon seluler dengan jangkauan nasional, termasuk perluasan jangkauan jaringannya. Pemerintah, melalui Menkominfo sebagai regulator, berwenang untuk memberikan lisensi baru untuk pendirian usaha patungan dan pengaturan baru lainnya, khususnya di bidang telekomunikasi. Kepemilikan lisensi di atas mewajibkan TELKOM membayar biaya hak penyelenggaraan jasa telekomunikasi yang disediakan dan biaya hak penggunaan frekuensi radio kepada Menkominfo. Biaya hak penyelenggaraan adalah sebesar Rp632,5 miliar pada tahun 2008, Rp327,1 miliar pada tahun 2009 dan Rp341,9 miliar (US$38,0 juta) pada tahun 2010. Persentase biaya hak penyelenggaraan tersebut terhadap jumlah beban usaha mencapai 1,5% di tahun 2008, 0,7% di tahun 2009 dan 0,7% di tahun 2010. Biaya hak penggunaan frekuensi radio senilai Rp2.400,3 miliar pada tahun 2008, Rp2.784,6 miliar pada tahun 2009 dan Rp2.892,3 miliar (US$321,0 juta) pada tahun 2010. Persentase biaya hak penggunaan tersebut terhadap jumlah beban usaha mencapai 5,8% di tahun 2008, 6,2% di tahun 2009 dan 6,3% pada tahun 2010. TELKOM membayar biaya KPU kepada Menkominfo sebesar Rp462,6 miliar di tahun 2008, Rp809,6 miliar di tahun 2009 serta Rp834,5 miliar (US$92,5 juta) pada tahun 2010. Persentase biaya KPU terhadap jumlah beban usaha mencapai 1,1% di tahun 2008, 1,8% di tahun 2009 dan 1,8% pada tahun 2010.

Pemerintah Sebagai Pemberi Pinjaman Pada bulan Juli 1994 mengatur sebuah fasilitas dengan sejumlah institusi asing guna menyediakan dana bagi TELKOM (melalui Pemerintah) dalam bentuk “pinjaman penerusan” (sebagai two-step loans) yang digunakan untuk sejumlah pengeluaran tertentu. Pinjaman tersebut dijamin oleh Pemerintah. Sampai dengan 31 Desember 2010, TELKOM mempunyai pinjaman dalam bentuk “two-step loans” sebesar Rp3.136,7 miliar (US$348,1 juta ), termasuk yang jatuh tempo pada tahun berjalan (current maturities). TELKOM diwajibkan membayar bunga kepada Pemerintah dan membayar kembali pokok pinjamannya yang selanjutnya dibayarkan oleh Pemerintah kepada masing-masing pemberi pinjaman. Sampai dengan 31 Desember 2010, 72,7% dari pinjaman penerusan tersebut merupakan pinjaman dalam mata

58

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Biaya KPU tahun 2010 mencapai Rp834,5 miliar atau 1,8% dari beban usaha

uang asing. Sisanya, sebesar 27,3% dari pinjaman tersebut dalam mata uang Rupiah. Pada tahun 2010, tingkat suku bunga tahunan atas pinjaman yang harus dibayar kembali, dalam Rupiah sebesar 7,57%, dalam Dolar Amerika Serikat mulai dari 4,00% sampai 6,67% dan dalam Yen Jepang sebesar 3,10%.

Pemerintah sebagai Pelanggan Sejumlah departemen dan lembaga milik Pemerintah memanfaatkan layanan kami secara langsung dengan menegosiasikan persyaratan secara komersial. Hal ini dikarenakan tidak ada layanan yang diberikan secara cuma-cuma. Kami berurusan dengan departemen dan lembaga tersebut sebagai pelanggan terpisah. Pada tahun 2010, jumlah total pendapatan yang bersumber dari departemen dan lembaga Pemerintah stet termasuk BUMN berkisar Rp1.144 miliar, kurang dari 1,7% terhadap total pendapatan usaha konsolidasian serta bukan merupakan jumlah yang material terhadap pendapatan usaha Perusahaan. Departemen dan lembaga Pemerintah ini diperlakukan sama halnya dengan pelanggan perumahan terkait biaya koneksi dan biaya bulanan dengan tarif yang lebih rendah dari tarif layanan bisnis. Hal ini tidak berlaku terhadap tarif untuk sambungan lokal, jarak jauh, dan SLI.

LAIN-LAIN

Proporsi Saham yang dimiliki di Indonesia dan di luar Indonesia Sampai dengan 31 Desember 2010, sebanyak 42.128 pemegang saham, termasuk Pemerintah, terdaftar sebagai pemegang saham biasa TELKOM, termasuk 7.905.556.938 saham biasa yang dimiliki oleh 1.252 pemegang saham di luar Indonesia. Hingga tanggal 31 Desember 2010, terdapat 128 pemegang saham ADS yang memiliki 63.341.066 ADS.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Perubahan Kendali Hingga kami menyajikan Laporan Tahunan 2010 ini, tidak ada rencana apapun yang dapat mengakibatkan perubahan kendali terhadap TELKOM, termasuk perubahan Anggaran Dasar yang dapat mengubah hak yang dimiliki oleh saham Dwiwarna.

Transaksi dengan Pihak yang mempunyai hubungan istimewa TELKOM terikat dengan beberapa perjanjian tertentu dan terlibat dalam transaksi dengan sejumlah pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan TELKOM, seperti perusahaan patungan, koperasi, yayasan, dan juga Pemerintah serta badan usaha yang terkait atau yang dimiliki atau dikendalikan oleh Pemerintah, seperti BUMN. Untuk penjelasan lebih lanjut, lihat Catatan 43 pada Laporan Keuangan Konsolidasian TELKOM mengenai transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

Pembelian surat saham oleh Emiten dan Pembeli Terafiliasi Sampai dengan 31 Desember 2010, jumlah total saham TELKOM yang telah dibeli kembali sebanyak 490.574.500 lembar Saham Biasa setara dengan 2,43% dari Saham Biasa yang diterbitkan dan beredar dengan harga pembelian kembali senilai Rp4.264.073 juta, termasuk biaya pialang dan kustodian. Berdasarkan program pembelian kembali, TELKOM membeli dengan perincian

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

sebagai berikut: 118.376.500 lembar saham di tahun 2006, 126.364.000 lembar saham di tahun 2007 dan 245.834.000 lembar saham di tahun 2008. Selama tahun 2009 sampai 2010, TELKOM tidak melakukan pembelian kembali Saham Biasa. Lihat Catatan 26 Laporan Keuangan Konsolidasian TELKOM. Kami berencana untuk mempertahankan, menjual atau menggunakan saham yang dibeli kembali untuk keperluan lain sesuai dengan Peraturan BapepamLK No.XI.B.2, UU No.40/2007 mengenai Perusahaan Terbatas dan hasil keputusan RUPS Tahunan tanggal 11 Juni 2010 seperti penyertaan pasar, pembatalan, konversi ekuitas dan pembiayaan. Berdasarkan keputusan RUPST tanggal 11 Juni 2010, Direksi wajib mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Dewan Komisaris untuk pelaksanaan penggunaan/ pengalihan saham yang dibeli kembali dan melaporkan penggunaan/pengalihannya kepada RUPS Tahunan. Dewan Komisaris sebelum memberikan persetujuan, terlebih dahulu melakukan konsultasi dengan pemegang saham seri A Dwiwarna.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

59

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Tinjauan Bisnis TELKOM

TINJAUAN OPERASI TELKOM adalah penyedia layanan dan jaringan telekomunikasi terkemuka di Indonesia. Menyusul penurunan bisnis legacy pada bisnis telepon kabel tidak bergerak dan turunnya pertumbuhan bisnis seluler kami pada tahun sebelumnya, sejak tahun 2009 TELKOM melakukan transformasi dari penyedia telekomunikasi tradisional menjadi penyedia layanan TIME (telecommunications, information, media dan edutainment) yang lebih luas cakupannya. Portofolio produk kami, termasuk produk-produk dari Anak Perusahaan antara lain Telkomsel, Metra, Indonusa, Infomedia, Finnet, Mitratel, Pramindo dan Sigma, digambarkan dalam kategori berikut:

STRATEGI PERUSAHAAN POTS



Portofolio Produk

Telco

FWA

T

Seluler Layanan Internasional

Pelanggan



Portofolio Pelanggan

SME Enterprise Wholesale

Broadband Layanan Jaringan Tower

NEB

Layanan Integritas Layanan TI :

I

-Cloud Computing -Perawatan Jaringan Internet Epayment

Domestik

Geografis

TIME Internasional

ITeS (ITO, BPO, KPO)

ME

60

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Media: Pay TV & FTA Konten/Portal

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Secara umum strategi Perusahaan pada tahun 2010 difokuskan pada implementasi kerangka bisnis TIME dan konsolidasi internal yang ditunjukkan dengan keberhasilan kami meletakkan fundamental yang kuat melalui transformasi yang menyeluruh yang mencakup organisasi, portofolio, infrastruktur dan sistem, serta budaya perusahaan. Kami melihat peluang pengembangan usaha di bidang TIME sangat besar mengingat tren permintaan pasar yang mengarah pada peningkatan layanan data. Sementara itu, kami juga terus menjajaki peluang bisnis ke luar negeri melalui pola kemitraan dengan operator lain diluar negeri dengan menyasar pasar Asia dan Timur Tengah. Kami berharap bisnis IME TELKOM akan memberikan kontribusi terbesar dalam perkembangan di masa yang akan datang. Kami bertujuan bahwa bisnis TIME akan memberikan kontribusi 60% terhadap pendapatan industri pada tahun 2015. (Lihat “Faktor - Faktor Risiko” - Pernyataan-Pernyataan Yang Bersifat Pandangan ke Depan yang belum tentu akurat). Kami mengharapkan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

pertumbuhan yang besar dari bisnis portofolio pelanggan yang mencakup segmen pelanggan (ritel), Small Medium Enterprise (“SME”), Enterprise dan Wholesale dari pangsa pasar dalam dan luar negeri. Dengan adanya pertumbuhan dari bisnis IME, kami mengharapkan proporsi pendapatan dari bisnis telepon kabel tidak bergerak dan bisnis seluler akan turun. Dalam menjalankan bisnis IME, TELKOM memberikan layanan integrasi, layanan TI (cloud computing and managed services), e-payment, ITeS serta layanan TV berlangganan. Akselerasi pengembangan bisnis IME ini didukung oleh keberhasilan TELKOM dalam mempercepat pelaksanaan pengembangan Next Generation Network (“NGN”) berbasis Internet Protocol yang akan menjadi infrastruktur untuk layanan triple play yang dikemas dalam Internet Protocol Television (“IPTV”) yang diluncurkan pada tahun 2010. IPTV merupakan layanan penyediaan TV berlangganan melalui jaringan broadband dengan fiturfitur yang lebih canggih dan beberapa layanan lainnya

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

61

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM



yang tidak dapat dinikmati melalui TV berlangganan biasa. Layanan IPTV ini diharapkan akan menjadi ikon bisnis TELKOM di masa yang akan datang.



TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Mempertahankan usaha kami dengan memperkuat produk andalan saat ini dan meningkatkan loyalitas pelanggan; Menciptakan peluang baru melalui pengembangan ragam produk dan bundling; dan Memperluas bisnis melalui peluncuran layanan premium VAS pada saat yang tepat.

Kami juga mengembangkan layanan konten untuk mengambil keuntungan dari meningkatnya permintaan konten sejalan dengan meningkatnya penggunaan situs web seperti Google dan Facebook dan meningkatnya akses bergerak yang difasilitasi oleh BlackBerry, iPhone dan telepon seluler pintar lainnya.

d.

a.

Mengoptimalkan layanan sambungan telepon kabel tidak bergerak/fixed wireline (“FWL”) Inisiatif strategis ini merupakan inisiatif yang terkait erat dengan strategi untuk memperlambat penurunan pendapatan dari bisnis telepon kabel tidak bergerak dan efisiensi biaya untuk mempertahankan bisnis legacy yang cenderung menunjukkan kinerja yang menurun, di antaranya melalui: • Upaya menaikkan kontribusi margin dan pendapatan FWL; • Penurunan jumlah cabutan (churn) di layanan FWL dengan menggali peluang peningkatan layanan yang masih belum dioptimalkan dan melakukan inovasi layanan; • Penyesuaian organisasi serta pengembangan bisnis-bisnis lainnya; • Peningkatan bisnis proses untuk layanan FWL guna mencapai efisiensi operasional; dan • Perubahan budaya yang akan mendukung tercapainya target-target bisnis yang ditetapkan.



Memperkuat dan mengembangkan bisnis layanan sambungan nirkabel tidak bergerak/fixed wireless access (“FWA”) dan mengelola portofolio nirkabel Inisiatif strategis ini merupakan inisiatif yang terkait dengan strategi bagi penguatan portofolio bisnis layanan telepon nirkabel tidak bergerak maupun layanan telepon seluler, di antaranya adalah dengan: • Membentuk unit usaha yang independen untuk melayani TELKOMFlexi; • Menjaga pertumbuhan usaha layanan sambungan FWA dengan membentuk kemitraan strategis dengan operator lain ; dan • Mengelola keseluruhan portofolio nirkabel untuk memaksimalkan value creation.



Hal ini dilakukan melalui pelayanan TI dan dari akses dan koneksitas hingga layanan berbasis TI, termasuk solusi e-payment.

f.

Berinvestasi di bisnis Media dan Edutainment Dalam mengantisipasi pertumbuhan konvergensi pada industri TIME. TELKOM berkeinginan untuk memasuki bisnis media dan edutainment dengan berperan sebagai content aggregator. Strategi ini dilakukan dengan mempertimbangkan arah tren perkembangan industri telekomunikasi yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat terhadap meningkatnya permintaan konten sejalan dengan meningkatnya penggunaan internet, termasuk layanan jaringan sosial dan peningkatan penggunaan broadband nirkabel.

g.

Berinvestasi pada peluang bisnis internasional yang strategis Kami berkeinginan untuk meningkatkan posisi kepemimpinan posisi domestik untuk melihat peluang yang layak di tingkat internasional. TII mengelola bisnis



b.



c.

62

TINJAUAN BISNIS TELKOM

Melakukan investasi pada jaringan broadband Inisiatif strategis ini merupakan inisiatif yang terkait strategi yang harus dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan layanan broadband, di antaranya adalah:

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010



e.



Mengintegrasikan solusi bagi UKM, Enterprise dan berinvestasi di bisnis Wholesale Inisiatif strategis ini merupakan inisiatif yang terkait dengan strategi yang harus dikembangkan untuk melayani ketiga segmen pelanggan TELKOMGroup tersebut, yaitu UKM, enterprise, dan wholesale, yaitu di antaranya: • Mengembangkan rangkaian produk baru dan paket bundling guna memenuhi kebutuhan khusus para pelanggan; • Memperkuat daya saing TELKOMGroup untuk meningkatkan loyalitas pelanggan UKM, enterprise dan wholesale; dan • Mengembangkan pendekatan bisnis yang tepat yang berfokus pada pengembangan produk dan pelanggan, serta menjaga keseimbangan antara retail dan wholesale. Mengembangkan layanan teknologi informasi termasuk e-payment Inisiatif strategis ini merupakan langkah strategis untuk memasuki industri TI dalam rangka melengkapi kapabilitas TELKOM dalam menyediakan solusi bisnis bagi pelanggan UKM dan enterprise.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

telekomunikasi internasional dan layanan jaringan internasional, sementara METRA mengelola bisnis IME internasional.



h.

Mengintegrasikan NGN & OBCE Kami berkeinginan untuk membangun infrastruktur untuk mendukung produk new wave, seperti Consolidated Data, Consolidated Billing dan Integrated CRM bagi jajaran TELKOMGroup.





OBCE merupakan kependekan dari Operational support system, Business support system, C u sto m e r s u p p o r t syste m d a n E n te r p r i s e relations management.

i.

Menyelaraskan struktur bisnis dan pengelolaan portofolio Kami berkeinginan untuk mengembangkan struktur organisasi untuk menunjang pengembangan penyedia layanan TIME.



j.

Melakukan transformasi budaya perusahaan Sejalan dengan transformasi sebagai penyedia layanan TIME, kami merasa perlu melakukan transformasi pada budaya perusahaan dan mengkomunikasikan nilai-nilai Perusahaan kepada karyawan. Kami telah mendokumentasikan transformasi budaya Perusahaan dari “TELKOM 135” menuju “TELKOM 5C”, untuk lebih jelas mengenai TELKOM 5C dapat dilihat pada pembahasan mengenai Tinjauan SDM.

STRATEGI ANAK PERUSAHAAN Pada tahun 2010, TELKOM telah merampungkan sejumlah strategi korporasi yang melibatkan Anak Perusahaan, yaitu: • Pada bulan Februari 2010, Metra telah berhasil mengakuisisi 75% saham AdMedika. AdMedika bergerak dibidang electronic health care network yang merupakan pemimpin bisnis administrasi pihak ketiga (third party administration - TPA) khususnya menyelenggarakan layanan claim on-line untuk kesehatan yang menghubungkan antara pihak rumah sakit dan perusahaan asuransi kesehatan. • Pada bulan Desember 2010, TII telah beroperasi di Hong Kong untuk melayani lalu lintas internasional kami dari Hong Kong. • “TII”, pada bulan Agustus 2010 telah meningkatkan kepemilikan sahamnya di Scicom, perusahaan call center global yang berlokasi di Malaysia, menjadi sebesar 29,71%. Melalui TII, kami bergabung dengan Konsorsium American Asia Gateway (“AAG“) dan South-East Japan Cable System (“SJC“), dan membangun kabel serat optik bawah laut dengan titik labuh diseluruh Asia dan Amerika Serikat.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini



DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Pada bulan Agustus 2010, Metra meningkatkan kepemilikan sahamnya di Sigma dari 80% menjadi 100%. Akuisisi ini merupakan bagian dari inisiatif strategi kami untuk berinvestasi dalam jasa TI. Metra pada bulan Agustus 2010 membentuk sebuah perusahaan patungan yang disebut PT Melon Indonesia, yang bergerak dalam penyediaan musik digital secara online di mana Metra menguasai 51% sahamnya dan SK Telecom memiliki 49% sisanya. Perusahaan ini bergerak di bisnis layanan musik digital dan konten lain untuk telepon seluler, komputer pribadi, kanal elektronik konsumen dan media digital lainnya. Ekspansi Metra kali ini merealisasikan Inisiatif Strategis yang terkait dengan investasi di bisnis Media dan Edutainment. Melalui Anak Perusahaan yang 100% dimiliki oleh TELKOM yaitu PT Dayamitra Telekomunikasi, kami mampu melakukan ekspansi bisnis penyewaan menara yang dimiliki oleh TELKOM dan Telkomsel. TELKOMGroup saat ini memiliki sekitar 16.000 menara yang dapat disewa di seluruh Indonesia. Selain itu, di akhir tahun 2010, TELKOM menambah 733 hunian baru dengan tingkat hunian kurang dari 1,2 unit. Di tahun 2011, TELKOM berencana untuk menyewakan lebih dari 2.000 menara dan menerapkan biaya frekuensi bandwidth Base 2G. Biaya frekuensi diperkirakan tidak akan mengalami kenaikan di tahun 2011 terkait kenaikan biaya frekuensi gelombang mikro CDMA dan juga peningkatan tahunan pada biaya layanan 3G.

TINJAUAN BISNIS TELKOM menyediakan beragam jasa telekomunikasi sebagai berikut: • Telepon tidak bergerak (yang terdiri dari telepon kabel tidak bergerak dan nirkabel tidak bergerak) serta termasuk sambungan telepon jarak jauh; • Seluler; • Interkoneksi; • Jaringan; • Data, internet dan jasa teknologi informasi; • Perjanjian Pola Bagi Hasil; dan • Jasa lain (termasuk pendapatan dari buku petunjuk telepon dan pengelolaan gedung). Untuk tujuan pelaporan segmen, kami memiliki empat segmen yaitu telepon kabel tidak bergerak, nirkabel tidak bergerak, seluler dan lain-lain. Segmen telepon kabel tidak bergerak menyediakan sambungan telepon lokal, sambungan langsung jarak jauh (“SLJJ”), dan internasional, serta jasa telekomunikasi lain (seperti penyewaan jaringan, teleks, transponder, satelit dan Very Small Aperture Terminal atau VSAT) sebagai jasa pelengkapnya. Segmen telepon nirkabel tidak bergerak

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

63

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

menyediakan sambungan telepon lokal dan SLJJ berbasis CDMA serta jasa telekomunikasi lainnya. Segmen seluler menyediakan jasa telekomunikasi dasar terutama jasa telekomunikasi telepon seluler. Segmen operasi lainnya yang tidak melebihi 10% dari pendapatan, disajikan sebagai segmen lain-lain yang terdiri dari layanan buku petunjuk telepon dan bisnis pengelolaan gedung.

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TELKOM dalam hal ini juga melakukan migrasi teknologi dengan mengadopsi teknologi yang lebih efisien, menurunkan cabutan di FWL, mengoptimalkan peluang di layanan SLI dan mengembangkan inovasi layanan baru, seperti layanan NGN dan FMC. Dalam pengelolaan cabutan pelanggan, TELKOM m e l a n j u t ka n p ro m o s i ” f i xe d b u s i n e ss improvement program”, yang menawarkan paket pembayaran tetap bulanan untuk panggilan lokal dan SLJJ hingga jumlah te r te n t u b e rd a s a r ka n s e j a ra h j u m l a h pemakaian pelanggan terkait.



Selain itu, untuk meningkatkan loyalitas pelanggan telepon kabel tidak bergerak, pelanggan layanan TELKOMSpeedy dan YesTV, TELKOM meluncurkan program point reward ‘TELKOM Poin Rejeki Tumpah’. Poin yang diperoleh pelanggan dapat ditukarkan dengan hadiah langsung dengan jumlah poin tertentu atau dapat digunakan untuk memperoleh manfaat tertentu berupa undian berhadiah.



Dengan penetrasi pasar telepon kabel tidak bergerak di Indonesia sebesar 3,0% per 31 Desember 2010, TELKOM menguasai kurang lebih 99,0% pangsa pasar dengan jumlah 8,3 juta pelanggan. Kami mencatat adanya penurunan sebesar 0,9% dalam jumlah pelanggan telepon kabel tidak bergerak yang dilayani TELKOM per 31 Desember 2010 dibandingkan tahun 2009, yang lebih kecil daripada penurunan sebesar 2,9% pada tahun 2009 dibandingkan pada tahun 2008.

a. Layanan Telepon Tidak Bergerak

64

Meskipun kami telah menekankan untuk mengembangkan bisnis IME TELKOM, kami juga berupaya memaksimalkan pendapatan dari bisnis legacy sambungan telepon kabel tidak bergerak, yang masih menjadi pemimpin pasar. Sebagaimana dijelaskan dibawah, pada tahun 2010 kami berhasil memperlambat penurunan pertumbuhan pada segmen ini.

1.

Sambungan Telepon Kabel Tidak Bergerak



TELKOM mengupayakan penyediaan layanan konektivitas yang handal dan berkualitas baik untuk panggilan lokal, SLJJ maupun panggilan internasional. Selain itu, kualitas layanan pada fitur-fitur lain, seperti pesan-suara (voicemail) dan layanan informasi, tagihan dan buku petujuk, ikut ditingkatkan.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA



Pada tahun 2010, tidak ada satu pelanggan pun, selain pelanggan interkoneksi dan Departemen serta lembaga Pemerintah, yang menyumbangkan lebih dari 1% dari jumlah pendapatan usaha. Bisnis TELKOM tidak memiliki bisnis musiman yang signifikan. Berikut implementasi inisiatif strategis TELKOM pada operasional perusahaan:

TINJAUAN BISNIS TELKOM

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

2. Sambungan Telepon Nirkabel Tidak Bergerak

TELKOM menawarkan telepon nirkabel tidak bergerak berbasis teknologi CDMA dengan mobilitas terbatas dengan nama dagang “TELKOMFlexi” atau ”Flexi”. Kami membentuk unit bisnis terpisah, yaitu TELKOMFlexi Division (“DTF”). Pada Tahun 2010, TELKOM Flexi memperkenalkan beberapa produk layanan baru sebagai berikut : Program Flexi

Inovasi

‘FlexiChatting’

Diluncurkan pada bulan Februari 2010, program terminal penggabungan ini bertujuan memfasilitasi interaksi pertukaran pesan antara pengguna dari program yang berbeda seperti Facebook, Twitter, Flexi Messenger, Yahoo Messenger dan Google Talk.

‘FlexiNet Unlimited’

Program ini diluncurkan pada bulan Agustus 2009. Program ini menawarkan layanan akses internet tidak terbatas dalam periode tetap Rp2.500 per hari, Rp15.000 per minggu dan Rp50.000 per bulan.

‘Flexi Irit Mingguan’

Pada bulan Mei 2010 kami meluncurkan program Flexi Irit Mingguan, dimana dengan Rp5.000 mendapat pulsa gratis Rp500.000, yang dapat digunakan untuk melakukan panggilan Flexi (lokal & SLJJ 01017) selama seminggu (7x24) setelah melakukan registrasi. Apabila bonus tidak mencukupi (habis) maka penggunaan akan langsung beralih ke pulsa utama dan jika melakukan panggilan selain Lokal dan SLJJ 01017 F2F maka yang berkurang adalah pulsa utamanya. Program ini dapat dinikmati ketika sedang COMBO.

‘Flexi Irit Mingguan Xtra’

Flexi Irit Mingguan Extra (FIM Extra) memberikan kemudahan yang semakin lengkap berupa Extra pilihan paket yang disesuaikan dengan kebutuhan. Pada 28 Juli 2010 program ini diluncurkan dimana dengan membayar Rp5.000 mendapat pulsa gratis Rp500.000 (bisa digunakan selama seminggu) dengan perincian sebagai berikut: Rp350.000 untuk panggilan ke sesama Flexi (Lokal & SLJJ01017), yang bisa digunakan sejak menit pertama; Rp50.000 untuk panggilan Flexi ke Telpon Rumah (Lokal & SLJJ) yang bisa digunakan setelah pelanggan melakukan pembicaraan > menit ke-2 (per panggilan); Rp50.000 untuk panggilan Flexi ke GSM Telkomsel (Lokal & SLJJ Telkomsel) yang bisa digunakan setelah pelanggan melakukan pembicaraan > menit ke-2 (per panggilan); Rp50.000 untuk SMS ke sesama Flexi yang bisa digunakan setelah pelanggan melakukan 2 kali pengiriman SMS ke sesama Flexi (per hari-nya). Cara mengikuti program FIM Xtra dengan ketik 5000 kirim ke 123.

‘Flexi ngROOMpi’

FlexiROOMpi, diluncurkan pada bulan Desember 2009, memungkinkan pengguna melakukan conference calls dengan biaya Rp49 per menit tanpa batasan maksimum jumlah pengguna.



Selain inovasi produk dan layanan di atas, kami juga berpartisipasi menyemarakkan penyelenggaraan Piala Dunia 2010 melalui perjanjian kerja sama eksklusif yang dilakukan dengan pemegang hak siar resmi Piala Dunia 2010, yaitu Media Nusantara Citra (“MNC”) Group dan Electronic City Entertainment. TELKOMFlexi dalam hal ini bekerja sama dengan 24 mal di sembilan kota untuk menyelenggarakan program ‘Pesta Bola Mania’ selama berlangsungnya Piala Dunia 2010 pada tanggal 11 Juni hingga 11 Juli 2010.



DTF pada tahun 2010 juga mengembangkan kemitraan strategis dengan Klub Guru Indonesia (“KGI”) sebagai upaya merambah segmen pasar yang lebih luas.



Upaya promosi yang dilakukan melalui berbagai kemitraan strategis berhasil meningkatkan basis pengguna layanan telepon nirkabel tidak bergerak kami, yakni mencakup 18,2 juta pelanggan per 31 Desember 2010. Jumlah ini mewakili sekitar 56,5% pangsa pasar telepon nirkabel tidak bergerak di Indonesia yang mencapai total 32,2 juta pelanggan. Jumlah pelanggan telepon nirkabel tidak bergerak kami mengalami peningkatan sebesar 20,0% dibandingkan jumlah pelanggan per 31 Desember 2009 yang mencapai 15,1 juta pelanggan.



Kami berupaya mengembangkan TELKOMFlexi sebagai pemimpin bisnis sambungan telepon nirkabel tidak bergerak dan meningkatkan kontribusi pendapatan sejalan dengan layanan seluler Telkomsel. Saat ini kami menelaah sejumlah opsi untuk mengambil alih operator sambungan telepon nirkabel tidak bergerak lainnya untuk meningkatkan pangsa pasar.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

65

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

b. Layanan Seluler

Telkomsel mengelola layanan seluler kami yang hingga kini masih merupakan porsi mayoritas jasa telekomunikasi yang disediakan oleh Perusahaan. Kontribusinya terhadap pendapatan Perusahaan secara keseluruhan tercatat sangat stabil dalam lima tahun terakhir.



Pada tahun 2010, Telkomsel memperkenalkan beberapa produk layanan seluler baru sebagai berikut: Program Telkomsel ‘88 Menit’

‘KartuAs Rp2.000’

‘Jagoan Duo’

‘simPATI Freedom’ ‘simPATI all night long call unlimited’

Inovasi Program ini memberikan promosi tambahan panggilan selama 88 menit untuk tiap panggilan selama 8 menit yang dilakukan oleh pelanggan layanan pascabayar kartuHALO. Program promosi yang berlangsung dari bulan April hingga bulan Agustus 2010 ini bertujuan sebagai bentuk penghargaan bagi pelanggan setia layanan kartuHALO. Program ini ditujukan untuk meningkatkan jumlah pelanggan layanan seluler prabayar melalui peluncuran edisi baru dari paket perdana KartuAs pada bulan April 2010. Paket ‘KartuAs Rp2.000’ menawarkan pulsa sebesar Rp2.000 yang telah dimasukkan dalam paket perdana KartuAs. Program ini diluncurkan pada bulan April 2010 guna memberikan nilai tambah bagi layanan seluler prabayar dan menerima respon kuatdari pelanggan. Di dalamnya, termasuk program promosi ‘simPATI Jagoan Nelpon’ yang menawarkan tambahan waktu panggilan selama 300 menit dan 300 SMS setelah penggunaan telepon sebesar Rp4.000. Selain itu, program lain yang termasuk promosi ini adalah ‘KartuAs Jagoan Serbu’ yang menawarkan paket murah 100 menit waktu pangilan dan 1.000 SMS. Program promosi ini ditandai dengan penawaran paket perdana baru simPATI yang dilengkapi penawaran 100 SMS (off-net), gratis penggunaan internet 1 MB, dan gratis wallpaper serta bonus lainnya. Program promosi ini menawarkan paket bebas panggilan 100 menit dan 300 menit panggilan pada malam hari terhitung mulai dari pukul 18.00 hingga 23.59.

c. Layanan Interkoneksi

66



Sebagai operator telekomunikasi terkemuka di Indonesia, TELKOM memperoleh pendapatan d a r i p e r u s a h a a n o p e rato r te l e ko m u n i ka s i lainnya apabila mereka memanfaatkan jaringan TELKOM.



Sebagai hasil dari pelaksanaan pola interkoneksi berbasis biaya, pada bulan Desember 2006 TELKOM memasuki perjanjian interkoneksi baru dengan para operator jaringan domestik lainnya. Perjanjian baru ini mempertegas persyaratan Dokumen Penawaran Interkoneksi (“DPI”) TELKOM.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010



Pada tanggal 5 Februari 2008, Pemerintah menerbitkan regulasi mengenai penyesuaian tarif yang mengacu pada tarif interkoneksi berbasis biaya yang diluncurkan pada tanggal 1 Januari 2007. Regulasi itu mewajibkan TELKOM dan Telkomsel bersama 10 operator telekomunikasi lainnya di Indonesia untuk menyesuaikan tarif interkoneksi sesuai regulasi baru paling lambat 1 April 2008. Pada tanggal 11 April 2008, Pemerintah menyetujui DPI dari operator dominan (operator yang menguasai pangsa pasar lebih dari 25%), termasuk TELKOM dan Telkomsel, untuk mengganti DPI yang sebelumnya. Kami sendiri tidak melakukan penyesuaian tarif interkoneksi sejak tahun 2008.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember, 2007  2008  2009  (juta menit)

2006 

2010 

Interkoneksi Seluler Bergerak(1) Menit masuk berbayar Menit keluar berbayar Interkoneksi Telepon Tidak Bergerak(2) Menit masuk berbayar Menit keluar berbayar

5.162,2 7.704,2

4.970,0 7.251,8

6.626,9 5.879,4

5.748,5 4.622,9

4.924,0 3.973,9

864,9 965,2

923,5 1.437,1

1.362,3 1.988,5

1.547,8 1.910,6

1.414,9 1.502,2

9,3 4,5

5,1 2,3

3,2 1,6

1,8 1,0

1,3 0,8

861,9 177,6

1.208,5 162,9

1.409,8 165,5

1.475,4 160,4

2.046,7 161,2

6.898,3 8.851,5

7.107,2 8.854,1

9.402,1 8.035,0

8.773,6 6.695,0

8.386,8 5.638,2

Interkoneksi Telepon Satelit Menit masuk berbayar Menit keluar berbayar Interkoneksi Internasional(3) Menit masuk berbayar Menit keluar berbayar Total Menit masuk berbayar Menit keluar berbayar (1). Termasuk interkoneksi dengan Telkomsel. (2). Menit interkoneksi telepon tidak bergerak mencerminkan interkoneksi dengan jaringan PT Bakrie Telecom (semula PT Radio Telepon Indonesia atau Ratelindo), PT Batam Bintan Telekomunikasi, Indosat mulai 2004, dan Mobile 8 Phone mulai 2008. (3). Menit interkoneksi internasional didapat dari interkoneksi dengan jaringan internasional Indosat mulai tahun 2004, dan juga didapat dari interkoneksi dengan jaringan Internasional Bakrie TELKOM mulai 2009 (panggilan masuk dan keluar juga menggunakan TIC-007).

Panggilan berbayar Telkomsel untuk tahun 2006 sampai 2010 dijelaskan pada tabel berikut:

2006  Menit masuk berbayar Menit keluar berbayar

2.914,0 4.546,0

Tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember, 2007  2008  2009  (juta menit) 2.663,2 4.188,0

3.637,6 3.270,6

3.379,6 2.611,9

2010  2.857,1 2.184,5

d. Layanan Jaringan



TELKOM mengelola secara langsung penyediaan layanan jaringan bagi pelanggan yang merupakan m i t ra u s a h a , p e l a k u b i s n i s d a n o p e ra t o r telekomunikasi pemegang lisensi lainnya. Kami menyediakan layanan sewa transponder satelit, siaran satelit, VSAT, distribusi audio, sirkit langganan berbasis satelit dan teresterial. Pelanggan layanan jaringan TELKOM dapat membuat perjanjian untuk memperoleh layanan singkat seperti siaran beberapa menit atau perjanjian untuk jangka waktu yang lama untuk periode layanan satu sampai lima tahun. Selain itu, kami juga memiliki usaha pendukung lainnya, yaitu usaha penyediaan menara untuk sarana pemasangan Base Transceiver Station (“BTS”) bagi operator seluler. Kami mengelola usaha ini melalui anak perusahaan, Mitratel.

e. Layanan Data dan Internet

Layanan data TELKOM diwujudkan melalui penyediaan layanan SMS untuk telepon kabel tidak bergerak, telepon nirkabel tidak bergerak dan telepon seluler, dial-up dan akses internet broadband, layanan jaringan data (termasuk VPN

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

frame relay dan IP VPN), VoIP untuk panggilan internasional, sambungan ISDN dan layanan multimedia lainnya.

TELKOM per 31 Desember 2010 mendominasi 64,9% pangsa pasar broadband di Indonesia yang mencapai total 8,4 juta pelanggan. Kami sangat bangga bahwa bisnis layanan data, internet dan TI yang kami layani ini mampu mengkontribusi sebesar 28,9% terhadap total pendapatan Perusahaan per 31 Desember 2010.



Kami menyediakan layanan akses internet pascabayar, yakni TELKOMNet Instan, yang menjangkau semua kota di Indonesia. Pada tahun 2010 kami mencatat sebanyak 398 juta menit telah digunakan oleh sekitar 103 ribu pelanggan TELKOMNet Instan. Jumlah pelanggan tersebut mengalami penurunan sebesar 77,0% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan ini sejalan dengan status pelanggan TELKOMNet Instan yang diposisikan sebagai pelanggan baru layanan akses internet dan ke depannya ditargetkan untuk bermigrasi menjadi pelanggan broadband TELKOMSpeedy.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

67

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010







LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

TELKOM juga mengoperasikan akses internet broadband melalui kabel tembaga yang telah ada dan berbasis teknologi ADSL. Pada tanggal 31 Desember 2010 terdapat sekitar 1,6 juta pelanggan internet broadband, meningkat sebesar 44,0% dari tahun sebelumnya. Kami juga menyediakan produk layanan internet broadband bergerak, Flash. Pada tanggal 31 Desember 2010, kami melayani sekitar 3,8 juta pelanggan layanan broadband bergerak, meningkat sebesar 128,0% dari tahun lalu.

f.

Perjanjian Pola Bagi Hasil (“PBH”)



TELKOM memiliki perjanjian terpisah dengan beberapa penanam modal berdasarkan perjanjian pola bagi hasil dalam rangka mengembangkan jasa telepon tidak bergerak, telepon umum kartu (termasuk pemeliharaannya) dan fasilitas-fasilitas pendukung telekomunikasi terkait. Rincian lebih lanjut tentang skema PBH, lihat Catatan 45 pada Laporan Keuangan Konsolidasian Perusahaan.

L a ya n a n Vo I P p r e m i u m u n t u k p a n g g i l a n internasional dengan harga terjangkau dilayani melalui “TELKOMGlobal-01017”,sedangkan panggilan internasional standar dilayani melalui “TELKOMSave”. Kedua layanan tersebut dapat diakses dengan memutar nomor awalan khusus. TELKOM dalam hal ini telah membuat kesepakatankesepakatan dengan delapan carrier global (empat



carrier untuk panggilan keluar, satu untuk panggilan masuk dan tiga untuk panggilan keluar dan masuk) dalam rangka menyediakan akses komunikasi ke seluruh dunia bagi pelanggan kami. Semua carrier global itu adalah para wholesaler yang memperbolehkan TELKOM mengakses jaringan internasional mereka.

Sejalan dengan transformasi bisnis Perusahaan dan master plan INSYNC 2014, kami meningkatkan infrastruktur jaringan untuk memfasilitasi penyediaan layanan IME. Transformasi ini memiliki beberapa aspek: a. Transformasi layanan, yang lebih mengedepankan dukungan terhadap layanan multiplay dan konvergensi dengan broadband sebagai penggerak utamanya, b. Transformasi jaringan, yang mengarah pada penerapan NGN yang seluruhnya berbasis Internet Protocol (“IP”), c. Transformasi operasional, yang mengarah pada pelaksanaan operasional yang lebih efisien dengan fokus pada penanganan pengalaman pelanggan, d. Transformasi OBCE, yang diwujudkan melalui transformasi teknologi informasi dan sistem.

Selama tahun 2010, kami mencatat sebanyak 311,2 juta menit panggilan keluar (menggunakan TELKOMSave dan TELKOMGlobal-01017) dan panggilan masuk VoIP (dari para mitra global T E L KO M ) . A n g k a t e r s e b u t m e n u n j u k k a n peningkatan sebanyak 33,4 juta menit, atau 12%, panggilan VoIP dibandingkan tahun 2009. Panggilan masuk sebaliknya mengalami penurunan 55% dari 20,5 juta menit pada tahun 2009 menjadi 9,2 juta menit pada tahun 2010. Penurunan ini lebih disebabkan karena trafik panggilan masuk penyalurannya lebih banyak dilakukan melalui sambungan jernih (clear channel).



N a m u n d e m i k i a n , p a n g g i l a n ke l u a r ya n g memanfaatkan layanan VoIP meningkat 17,8% dari 256,3 juta menit pada tahun 2009 menjadi 301,9 juta menit pada tahun 2010.



Informasi tentang layanan-layanan VoIP TELKOM dijelaskan pada tabel berikut: Jenis

68

PROFIL TELKOM

TELKOMGlobal01017

TELKOMSave

Dial

Satu Tahap

Dua Tahap

Kualitas/ Teknologi

VoIP Premium

VoIP Standar

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

g. Layanan Lain TELKOM menyediakan beragam layanan lain seperti layanan buku petunjuk telepon melalui anak perusahaan kami Infomedia, layanan televisi kabel berlangganan melalui anak perusahaan kami Indonusa.

INFRASTRUKTUR JARINGAN

Sambungan Telepon Tidak Bergerak dan Backbone a.

Sambungan Telepon Kabel Tidak Bergerak



Sambungan telepon kabel tidak bergerak TELKOM terdiri dari hirarki sentral telepon lokal sampai sentral jarak jauh. Melalui jaringan ini, lokasi

TELKOM saat ini mendominasi 64,9% pangsa pasar broadband di Indonesia yang mencapai total 8,4 juta pelanggan.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

pelanggan kami terhubung dengan sentral telepon lokal melalui fasilitas yang dinamakan outside plant, yaitu berupa jaringan kabel (serat optik dan tembaga) dan penghubung transmisi lokal nirkabel, serta fasilitas-fasilitas distribusi yang menghubungkan mereka.

Hingga tanggal 31 Desember 2010, TELKOM mengelola 8,3 juta sambungan telepon kabel tidak bergerak yang masih berfungsi di semua divisi. Namun guna merespon master plan, Layanan dan Operasional (INSYNC2014 tahun 2008-2014), kami menargetkan untuk melakukan transisi secara bertahap dari jaringan legacy ke NGN yang mencakup infrastruktur, metode layanan new wave dan operasi jaringan termasuk modernisasi jaringan infrastruktur sampai semua infrastruktur IP. Target kami adalah untuk menjadi penyedia layanan NGN yang lengkap pada tahun 2014.



Tabel berikut menyajikan data terkait dengan sambungan telepon kabel tidak bergerak sejak tahun 2006: Selama dan pada akhir tahun 31 Desember (1) (1) (1) 2007  2008  2009 

2006 

(1)

Statistik Operasi Kapasitas sentral Sambungan terpasang Sambungan terpakai(2) Sambungan berbayar Telepon umum Sambungan sirkit sewa terpakai (3)

(1)

2010 

10.439.658 9.634.910 8.709.211 8.328.179 381.032

10.732.304 9.704.576 8.684.888 8.324.197 360.691

11.038.818 9.838.537 8.629.783 8.302.730 327.053

11.094.063 10.013.565 8.376.793 8.038.294 338.499

11.237.229 10.510.048 8.302.818 7.980.337 322.481

7.476

6.338

6.084

4.273

3.988

64.012

75.451

62.940

54.186

9.403

3,6

3,8

3,5

3,1

2,5

Produksi pulsa telepon kabel tidak bergerak kabel (juta) (4) Tingkat kegagalan (5)

(1) Saat TELKOM mengakuisisi KSO terakhir, KSO VII, TELKOM tidak lagi memiliki divisi KSO (2) Sambungan terpakai terdiri dari sambungan pelanggan dan sambungan telepon umum, juga termasuk sejumlah sambungan yang kami operasikan untuk pola bagi hasil. (3) Tidak termasuk sirkit sewa untuk jaringan dan bisnis multimedia TELKOM. (4) Terdiri dari pulsa panggilan lokal and SLJJ, tidak termasuk telepon umum dan telepon seluler. (5) Kesalahan per 100 kali sambung setiap bulan.

Tabel berikut menyajikan sambungan telepon tidak bergerak di tiap divisi sampai 31 Desember 2010: Divisi I

Divisi II

(Sumatera) (Jakarta)

Kapasitas sentral lokal Total sambungan terpakai Kapasitas penggunaan (%)

(1)

Sambungan terpasang Tingkat utilisasi (%) Populasi (juta)

(1)

(2)

Divisi III

Divisi IV

Divisi V

Divisi VI

Divisi VII

(Jawa Barat dan Banten)

(Jawa Tengah)

(Jawa Timur)

(Kalimantan)

(Wilayah Indonesia Timur)

1.012.874 2.003.072

619.581

Total

1.510.520 3.808.750

1.219.935

1.135.182 2.844.964

786.677

803.805

1.403.712

450.632

1.062.497 11.237.229 877.846

8.302.818

82,6

73,9

75,2

74,7

64,5

79,4

70,1

72,7

v 1.453.554

3.629.761

865.500

1.038.192

1.899.053

563.259

78,1

78,4

90,9

77,4

73,9

80,0

82,8

79,0

50,6

9,0

53,7

36,0

36,3

14,0

35,3

234,9

(3)

Tingkat penetrasi TELKOM (%)

2,2 

31,6 

1,5 

2,2 

3,9 

1.060.729 10.510.048

3,2 

2,5 

3,5 

(1) Kapasitas penggunaan (sambungan terpakai/kapasitas sentral) dan tingkat utilisasi (sambungan terpakai/sambungan terpasang) kabel tidak bergerak. (2) Sumber: jumlah indeks dari Badan Pusat Statistik Indonesia (angka perkiraan). (3) Penetrasi TELKOM berdasarkan perkiraan populasi.

b.

Sambungan Telepon Nirkabel Tidak Bergerak



TELKOM mempunyai infrastruktur sambungan telepon nirkabel tidak bergerak yang terdiri dari Mobile Switching Center (“MSC”) yang terhubung dengan setiap sentral trunk lainnya. Setiap MSC terkait dengan Base Station Sub System (“BSS”) yang terdiri dari Base Station Controller (“BSC”) dan Base Transceiver Station (“BTS”). Semuanya menghubungkan perangkat telepon genggam dan terminal telepon nirkabel tidak bergerak pelanggan ke sambungan telepon nirkabel tidak bergerak TELKOM.



Jumlah sambungan aktif telepon nirkabel tidak bergerak TELKOM meningkat dari 15,1 juta pada tahun 2009 menjadi sekitar 18,2 juta pada tahun 2010.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

69

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010



LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Tabel berikut menyajikan data sambungan telepon nirkabel tidak bergerak sejak tahun 2006: Sampai dengan akhir tahun, 31 Desember 2007 (1) 2008 (1) 2009 (1)

2006 (1) (3)

2010 (1) 

6.655.891

12.831.841

15.885.020

23.393.631

24.048.993

7.698.039

9.383.924

19.861.324

27.653.553

27.344.151

Sambungan terpakai (2)

4.175.853

6.362.844

12.725.425

15.139.057

18.161.278

Sambungan berbayar

4.163.284

6.335.452

12.698.827

15.115.892

18.142.955

12.569

27.392

26.598

23.165

18.323

5.512

9.144

12.304

14.627

11.768

Kapasitas sentral (MSC)

Sambungan terpasang (BTS) (3)

Telepon umum Produksi pulsa telepon nirkabel tidak bergerak/produksi menit (juta) (4)

(1) Sejak bulan Oktober 2006, sat TELKOM mengakuisisi mitra KSO yang terakhir, KSO VII, TELKOM tidak lagi memilih Divisi KSO (2) Sambungan terpakai terdiri dari sambungan pelanggan dan telepon umum, termasuk sambungan yang kami operasikan untuk berdasarkan perjanjian pola bagi hasil. (3) Sebelum tahun 2006, kapasitas BTS dan MSC dihitung berdasarkan asumsi alokasi trafik percakapan per pelanggan sebesar 60 mE (mili Erlang). Namun, rata-rata trafik per pelanggan pada tahun 2005 hanya berkisar antara 18 sampai 30 mE. Karena itu, kapasitas BTS dan MSC pada 2006, 2007 dan 2008 dihitung dengan asumsi trafik percakapan per pelanggan sebesar 30 mE. (4) Berisi menit pemakaian dari panggilan-panggilan lokal dan SLJJ, kecuali panggilan melalui telepon umum koin dan telepon seluler bergerak.



c.

Jaringan Broadband (Backbone)



Backbone jaringan telekomunikasi TELKOM terdiri dari transmisi, switching perjanjian dan core routers yang menghubungkan beberapa akses node. Sambungan-sambungan transmisi antara node dan fasilitas switching mencakup transmisi terestrial yaitu serat optik, gelombang mikro, kabel bawah laut, transmisi satelit, kabel serat optik dan teknologi transmisi lainnya.



Tabel berikut menyajikan kapasitas transmisi backbone TELKOM per 31 Desember 2009 dan 31 Desember 2010: Kapasitas (jumlah sirkit medium transmisi)

2009  E1

STM-1

STM-4

STM-16

STM-64

Jaringan transmisi terestrial Kabel serat optik

24.489

285

30

24

39

Gelombang mikro

4.800

12







Kabel bawah laut

2.508

38

7



9

702









32.499

335

37

24

48

Kabel serat optik

25.467

319

46

26

121

Gelombang mikro

4.566

16







Kabel bawah laut

2.368

37

7



10

Jaringan transmisi satelit Jumlah

2010  Jaringan transmisi terestrial

Jaringan transmisi satelit Jumlah

70

666









33.067

372

53

26

131



Catatan : Satuan transmisi backbone menggunakan satuan E1, STM1 (setara dengan 63 E1), STM4 (setara dengan 4 STM1), STM16 (setara dengan 4 STM4), dan STM64 (setara dengan 4 STM16). STM (Synchronous Transfer Mode) merupakan satuan transmisi yang umum digunakan pada jaringan transmisi backbone.



Untuk memfasilitasi layanan broadband, dibutuhkan jaringan transmisi dengan kapasitas besar dengan satuan nxSTM-1. Satuan E1 digunakan untuk mendukung layanan legacy.



Perusahaan mengoperasikan satelit TELKOM-1 dan TELKOM-2 beserta 190 stasiun bumi, termasuk satu stasiun master kendali satelit. Satelit TELKOM-1 mempunyai kapasitas 36 transponder, termasuk 12 transponder extended C-band dan 24 transponder C-band standar, sedangkan satelit TELKOM-2 mempunyai kapasitas 24 transponder C-band standar. Kami menggunakan kedua satelit itu untuk hal-hal berikut: • Jaringan transmisi Backbone; • Telekomunikasi daerah terpencil; • Kapasitas transmisi cadangan untuk jaringan telekomunikasi nasional;

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

• • • •









INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Pemancaran satelit, VSAT dan layanan-layanan multimedia; Penyewaan kapasitas transponder satelit; Sewa Sirkit berbasis satelit; Teleport (layanan uplinking dan downlinking stasiun bumi ke dan dari satelit-satelit lain).

Sebagai tambahan dari dua satelit yang kini digunakan, TELKOM juga menyewa beberapa transponder dari penyedia layanan satelit lainnya, seperti GE 23 dengan delapan transponder, Apstar-1 dengan dua transponder, Sinosat dengan dua transponder, dan JCSaT5a dengan delapan transponder. TELKOM menyediakan sewa transponder satelit, siaran satelit, VSAT, distribusi audio, sirkit langganan berbasis satelit dan terestrial. Pelanggan untuk layanan jaringan TELKOM mencakup para pelaku bisnis dan operator telekomunikasi lain. Pelanggan dapat mengadakan perjanjian untuk layanan singkat seperti siaran beberapa menit atau perjanjian untuk jangka waktu yang lama untuk periode layanan satu sampai lima tahun. Tarif maksimum tahunan per transponder adalah US$1,20 juta, meskipun dalam beberapa hal TELKOM dapat menawarkan tarif dengan potongan harga untuk komitmen jangka panjang atau untuk pelanggan setia. Kami melanjutkan pembangunan jaringan satelit untuk mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar dan pendapatan dari layanan satelit, memenuhi kebutuhan transmisi satelit dan meningkatkan kapasitas dan kualitas layanan. Pada tanggal 2 Maret 2009, TELKOM menandatangani kontrak untuk pengadaan Sistem Satelit TELKOM-3 dengan Perusahaan Sistem Satelit “Academician M.F. Reshetnev”. Nilai kontrak adalah sebesar US$178,9 juta, nilai tersebut tergantung dari wahana yang akan digunakan untuk meluncurkan satelit. Satelit TELKOM-3 pada saat diluncurkan memerlukan waktu 26 bulan untuk diarahkan ke posisi yang dituju, dan 29 bulan untuk mencapai posisi orbital akhir yang dituju, sejak kontrak tersebut efektif. Satelit TELKOM-3 akan diluncurkan pada akhir tahun 2011 dan akan memiliki 42 transponder aktif yang setara dengan 49 transponder dengan BW 36MHz. Cakupan geografis Satelit TELKOM 3 meliputi Indonesia dan ASEAN (Standar C-Band), Indonesia dan Malaysia (Ext. C-Band) serta Indonesia (KuBand). Dari 42 transponder Satelit TELKOM-3 sebesar 40 - 45% atau sekitar 20 transponder akan dikomersialkan, sedangkan sisanya 55% untuk menambah kapasitas seluruh layanan TELKOM.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Jaringan Seluler Te l ko m s e l , m e m i l i k i c a k u p a n j a r i n g a n te r l u a s dibandingkan operator seluler lainnya di Indonesia. Saat ini Telkomsel mengoperasikan layanan pada jaringan GSM/DCS, GPRS, EDGE serta 3G. Jaringan GSM/DCS terdiri dari bandwidth 7,5 MHz pada frekuensi 900 MHz dan bandwidth 22,5 MHz pada frekuensi 1.800 MHz. Kedua jaringan beroperasi sebagai sebuah jaringan dual band yang terintegrasi. Jaringan 3G Telkomsel menggunakan bandwidth 10 MHz pada frekuensi 2,1 GHz. Sampai dengan 31 Desember 2010, jaringan digital Telkomsel didukung oleh 36.557 BTS, 191 cellular switching center dan 840 BSC, dengan kapasitas keseluruhan jaringan yang mampu memfasilitasi kebutuhan komunikasi bagi 98,6 juta pelanggan.

Jaringan Data dan Internet TELKOM mulai mengoperasikan layanan jaringan data pada tahun 1997 serta terus mengembangkan dan memperluas jaringannya secara progresif. Sampai dengan 31 Desember 2010, jaringan berbasis-IP TELKOM mencakup 644 lokasi dengan 757 node router dalam lingkup nasional. Perusahaan berkomitmen untuk terus meningkatkan kecepatan akses maupun kualitas jaringan berbasisIP. Jaringan berbasis-IP ini berfungsi sebagai jaringan penghubung yang digunakan untuk memfasilitasi layanan VPN berkualitas tinggi, VoIP, dial-up serta layanan internet broadband. TELKOM memiliki server dengan akses jarak jauh (remote access server) di 117 lokasi dengan 167 node dalam lingkup nasional yang digunakan sebagai layanan internet dial-up “TELKOMNet Instan” dan layanan internet dial-up Perseroan. Sejak tahun 2004, TELKOM telah menyediakan layanan akses broadband bergerak berbasis telepon kabel tidak bergerak dengan nama dagang “Speedy” yang berbasis teknologi ADSL. Sampai tanggal 31 Desember 2010, TELKOM melayani 1,6 juta pelanggan Speedy dengan pertumbuhan sebesar 44,0% dibandingkan sampai tanggal 31 Desember 2009 lalu sebesar 1,1 juta pelanggan. Sejak bulan Mei 2008, kecepatan bandwidth Speedy untuk keperluan download telah mencapai 3 Mbps. Selain itu, Telkomsel juga menyediakan layanan broadband dengan nama dagang “Flash”. Per 31 Desember 2010, kami melayani 3,8 juta pelanggan. dengan pertumbuhan sebesar 128,0% dibandingkan 1,7 juta pelanggan per 31 Desember 2009.

Jaringan Internasional Untuk memfasilitasi layanan SLI, yakni “TIC-007”, baik untuk panggilan keluar maupun panggilan masuk, TELKOM mengoperasikan gateway internasionalnya yang berada di Batam, Jakarta dan Surabaya yang tersambung

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

71

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

dengan jaringan domestik yang handal. Sampai saat ini TELKOM belum berencana untuk mengembangkan gateway baru. Kami telah mengembangkan infrastruktur jaringan internasional dan mempersiapkan untuk transformasi infrastruktur berbasis NGN. Dalam pengembangan layanan node, TELKOM akan mengembangkan softswitch untuk mendukung layanan internasionalnya. Jaringan internasional kami didukung oleh Sistem Komunikasi Kabel Laut (“SKKL”), Dumai-Malaka Cable System (“DMCS”), Thailand-Indonesia-Singapore (“TIS”), hak pakai yang tidak dapat di batalkan (Indefeasible Right of Use, “IRU”), radio perbatasan berbasis gelombang mikro dan satelit. Dalam rangka mengembangkan dan memperkokoh jaringan internasional dan memperluas layanan broadband dengan kapasitas bandwidth 40 GB, TII juga bergabung dalam konsorsium kabel AAG untuk menyediakan bandwidth 40Gb dengan porsi investasi awal sebesar US$48 juta pada bulan April 2007. Perusahaan juga memiliki sebuah rencana jangka panjang untuk mengembangkan akses internasional ke wilayah Indonesia Timur di samping bertujuan untuk menciptakan variasi layanan dan meraih peluang bisnis di Asia Selatan, Timur Tengah dan Eropa. Sebagai tambahan, pada tanggal 11 Januari 2010, TII juga ikut serta dalam konsorsium kabel laut South East Asia-Japan Cable System (SJC) dan extended capacity ke Amerika Serikat dengan total investasi sebesar US$45,2 juta. Sampai dengan 31 Desember 2010, belum ada pembayaran yang dilakukan TII kepada konsorsium.

72

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Selain perluasan infrastruktur, Perusahaan telah mengadakan perjanjian layanan telekomunikasi internasional dengan operator di beberapa negara untuk memfasilitasi interkoneksi panggilan internasional. Selain itu, karena Perusahaan tidak memiliki perjanjian dengan operator telekomunikasi di setiap tempat tujuan SLI, Perusahaan pun mengantisipasinya melalui kesepakatan yang dibuat dengan SingTel Mobile, Telekom Malaysia, MCI, dan operator lainnya sehingga para operator telekomunikasi tersebut dapat berfungsi sebagai penghubung untuk mengalihkan panggilan internasional ke tempat tujuan tertentu. Sampai dengan 31 Desember 2010, Perusahaan telah mengadakan perjanjian layanan telekomunikasi internasional dengan 33 operator internasional di 20 negara, dibandingkan dengan 37 operator internasional di 19 negara pada tanggal 31 Desember 2009. Perusahaan berencana mengadakan perjanjian layanan telekomunikasi internasional tambahan dengan operator telekomunikasi lainnya guna melayani interkoneksi secara langsung, terutama operator di 20 tempat tujuan teratas untuk trafik keluar SLI.

PENGEMBANGAN JARINGAN

Pengembangan Sambungan Telepon Tidak Bergerak Pada tahun 2010, TELKOM memperkuat infrastruktur NGN seiring dengan Rencana Induk INSYNC2014 untuk mencapai visi transformasi jaringan yang mendukung layanan Broadband for Digital Home, “Broadband for Enterprise” dan “Broadband Anywhere”. Beberapa poin utama pengembangan sambungan telepon tidak bergerak selama tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

Nama Proyek

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Penjelasan

Konsorsium Asia America Gateway

Sistem kabel internasional yang disediakan oleh konsorsium ini telah beroperasi sejak 10 November 2009 dengan kapasitas awal sebesar 40Gb.

Proyek Jawa-Sumatera-Kalimantan (Jasuka)

Infrastruktur backbone bawah laut Jasuka terus dilakukan ekspansi kapasitasnya untuk mendukung kebutuhan internet domestik dan internasional serta kebutuhan Telkomsel. Selama tahun 2010 kapasitas tambahan yang telah selesai dibangun sebesar 12 lambda (120Gb) untuk Ring 3 bagian kabel bawah laut (Batam Tengah-Pontianak-Tanjung PandanTanjung Pakis); kapasitas tambahan sebesar 9 lambda (300Gb) untuk Ring 3 bagian darat (Dumai-Pekanbaru-Jambi), dan 7 lambda (70Gb) untuk Ring 1A (Medan-PekanbaruPadang-Pematang Siantar). Pada 20 Januari 2011 backbone transport long haul Jasuka ini selesai. Kapasitas tambahan sebesar 7 lambda (70Gb) dengan selesainya proyek backbone sepanjang pesisir barat Sumatera (Ring 1B Medan-Banda Aceh) yang saat ini menyisakan sebagian kecil pembangunan kabel darat Lamno-Lhoknga.

Ekspansi Backbone di pulau Jawa

Peningkatan kapasitas backbone pulau Jawa ditingkatkan sebesar 1 lambda (10Gb) untuk Telkomsel dan 1 lambda (10Gb) untuk Natrindo Telepon Seluler (“NTS”) dan telah dirampungkan pada bulan Maret 2010. Pada tahun 2010 kapasitas backbone pulau Jawa ditambah 3 lambda berbasis 10Gb dan 1 lambda berbasis 40Gb untuk memenuhi trafik IP backbone serta trafik Telkomsel. Peningkatan kapasitas ini membuat kapasitas backbone Pulau Jawa menjadi 19 lambda (220Gb)

Instalasi Transport Backbone

Mulai tahun 2010, kami telah melakukan instalasi transport backbone di pulau Jawa dan wilayah Jasuka dengan menggunakan teknologi baru berbasis 40Gb dan ASON (Automatic Switch Optical Network) untuk memenuhi kebutuhan bandwidth yang cukup besar di wilayah tersebut.

Proyek Kabel Bawah Laut JaKaLaDeMa

Proyek kabel bawah laut JaKaLaDeMa dan serat kabel OSP yang menghubungkan Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Denpasar dan Mataram telah berhasil dirampungkan pada bulan April 2010. Dengan kapasitas awal 2 lambda (20Gb), kabel JaKaLaDeMa memiliki 3 ring yaitu: Ring 4 (Jawa-Kalimantan), Ring 8 (Kalimantan-Sulawesi) dan Ring 9 (Denpasar-Mataram). Untuk memfasilitasi kebutuhan pelanggan Telkomsel, pada segmen Pontianak Pangkalan Bun - Banjarmasin, kapasitas ring-8 ditambah 1 lamda dan ring-4 ditambah 3 lambda.

Proyek Palapa Ring Mataram-Kupang

Sejak kesepakatan untuk pengadaan dan instalasi Palapa Ring sistem kabel laut MataramKupang ditandatangani pada tanggal 24 November 2009, TELKOM terus melakukan pembangunan yang ditargetkan selesai pada kuartal kedua tahun 2011 dengan kapasitas awal 40Gb. Proyek ini akan menghubungkan jaringan antara Mataram dan Kupang yang akan menghubungkan Pulau Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores dan Timor.

Implementasi Softswitch

Sejak pertama kali diimplementasikan dengan cakupan seluruh nusantara pada tahun 2009, proyek softswitch ini mencakup call agents (softswitch) di 12 lokasi, gerbang trunk di 28 lokasi dan kapasitas sebanyak 275.609 Line Unit (LU), guna menambah kapasitas sambungan telepon tidak bergerak, serta keperluan modernisasi sentral dan akses. Dengan menggantikan TDM switch yang sudah melampaui usia teknis. Keseluruhan dari proyek tahun 2009 ini diharapkan telah siap beroperasi pada bulan Desember 2010. Pada tahun 2010, kami menambah 74.141 SS yang ditargetkan selesai pada bulan Maret 2011 serta sebanyak 157.873 SS dengan target penyelesaian pada bulan Juli 2011. Pengembangan selanjutnya akan dilakukan dengan mengimplementasikan IMS (IP Multimedia Subsystem), di mana kami telah menyelesaikan proses uji cobanya pada tahun 2010.

Pembangunan Platform MSAN

Kami membangun platform MSAN untuk sambungan telepon tidak bergerak sebanyak 313.893 sambungan untuk proyek 2009 dan 299.936 sambungan untuk proyek 2010. Saat ini terdapat 3 platform MSAN yang memberikan cakupan nasional. Proyek pembangunan tahun 2009 selesai pada bulan Desember 2010 sedangkan proyek 2010 direncanakan selesai pada bulan April 2011.

Proyek Pembangunan GigabytePassive Optical Network (“GPON”)

Pembangunan GPON yang dimulai pada tahun 2009 terfokus pada solusi bandwidth besar sampai dengan 100 MBps untuk merangsang pasar kelas atas (high-end) serta untuk kebutuhan mobile backhaul Node B pada anak perusahaan, Telkomsel sebagai upaya untuk meningkatkan penetrasi mobile broadband. GPON juga akan mendukung penyediaan layanan broadband berbasis serat optik langsung ke perumahan dan bangunan bertingkat tinggi secara selektif. Pembangunannya tahun 2009 meliputi 140 node OLT, 152 node ONU dan 715 node Optical Network Termination (“ONT”) yang telah rampung seluruhnya pada bulan Desember 2010. Pada bulan November 2010 mulai dilakukan ekspansi GPON sebanyak 1.000 ONT sebagai mobile backhaul Node-B Telkomsel dan melayani kebutuhan pelanggan high rise building.

Perluasan Jaringan Berbasis IP

Keterangan lebih lanjut dapat dilihat di halaman sub judul “Pengembangan Jaringan Data”.

Pembangunan Jaringan Metro Ethernet

Kami melanjutkan pembangunan jaringan Metro Ethernet, baik untuk ekspansi node maupun penambahan port di seluruh area regional. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat di halaman sub judul “Pengembangan Jaringan Data”.

Program Migrasi Kabel tembaga yang telah ada

Pada tahun 2010, TELKOM mulai melakukan program migrasi kabel tembaga yang telah ada dengan mekanisme trade-in/trade-off untuk mengganti kabel tembaga yang telah ada dengan jaringan akses yang bisa mengakomodasi akses layanan data sampai dengan 100 Mbps.

Implementasi Cache Server

Sejak bulan Agustus 2010 TELKOM telah mulai membangun cache server di jaringan internet dalam rangka penghematan penggunaan bandwidth internet internasional. Pembangunannya direncanakan selesai pada bulan April 2011.

Program Sinergi Jaringan IP

Pada tahun 2010, TELKOM mulai melakukan program sinergi jaringan IP dengan Telkomsel menuju single Internet Gateway Platform (“IGP”) sehingga pada akhir tahun 2011 TELKOM dan Telkomsel sudah dapat menggunakan jaringan single IP sebagai wujud dari implementasi konvergensi tidak bergerak dan bergerak.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

73

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

Sebagai upaya lebih lanjut untuk memperkokoh layanan TIME, TELKOM berencana untuk: 1. Terus mengimplementasikan dan mentransformasikan jaringannya sesuai dengan tiga visi implementasi b r o a d b a n d T E L KO M y a i t u H o m e D i g i t a l Environment, Enterprise Broadband, dan Broadband Anywhere; 2. Terus meningkatkan kemampuan jaringan full IP transport melalui program: peningkatan bandwidth internet domestik & international, ekspansi Terra IP backbone, ekspansi IP over Lambda berbasis 10Gb, 40Gb dan kedepan berbasis 100Gb per lambda, melakukan sinergi di TELKOMGroup menuju converged dan single transport, melanjutkan pembangunan Metro Ethernet yang difungsikan sebagai jaringan single transport metro untuk menyediakan layanan-layanan berbasis IP dan multiplay, melanjutkan implementasi Fiber To The Home (“FTTH”) dan GPON, serta melanjutkan migrasi kabel tembaga yang telah ada dengan mekanisme trade-in/trade-off. 3. Mengimplementasikan Smart Core melalui program layanan konvergen platform berdasarkan Integrated Management System (“IMS”), mengimplementasikan database profil pelanggan terpadu, Service Delivery Platform (“SDP”) brokerage & orchestration. 4. Memperluas jangkauan akses broadband sampai dengan pelanggan Enterprise dan Residential melalui rangkaian program Managed Enterprise Services, Managed Smart Customer Premises Equipment (“CPE”), Home Automation, Surveillance, dan Home Interconnect. Untuk rincian komitmen dan kontrak TELKOM lainnya yang signifikan lihat Catatan 47a di Laporan Keuangan Konsolidasian.

Pengembangan Sambungan Telepon Nirkabel Tidak Bergerak Divisi sambungan telepon tidak bergerak Fixed Wireless Network (DFWN) secara resmi menjadi divisi tersendiri pada tahun 2009 yang saat ini, dikenal sebagai Divisi TELKOMFlexi (“DTF”). Pada tahun 2010, DTF membangun 98 BTS baru yang menghasilkan tambahan kapasitas sebanyak 887.770 satuan sambungan Flexi. Secara total, jumlah BTS pada akhir bulan Desember 2010 adalah sebanyak 5.641 dengan total kapasitas 24,0 juta satuan sambungan Flexi. Pada tahun 2010, DTF juga membangun redundansi sistem WIN untuk meningkatkan layanan Flexi berbasis WIN. Disamping itu juga telah dilakukan peralihan penggunaan listrik PLN sebanyak 40 lokasi

74

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

genset, regularisasi 396 lokasi dan penurunan daya 1.530 lokasi agar dicapai efisiensi pada biaya operasi dan pemeliharaan. Perkembangan penting selanjutnya pada tahun 2010 adalah TELKOM memenangkan lisensi BWA (WiMax) 2,3 GHz yang mencakup lima daerah (Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara dan Papua). Lisensi ini melengkapi lisensi-lisensi lainnya yang dimiliki TELKOM untuk BWA 3,3 GHz di tujuh daerah. Pada tahun 2009, BWA 3,3 GHz kami meluncurkan 31 base station dan 460 subscriber station BWA 3,3 GHz dan siap beroperasi pada bulan September 2010. Pada tahun 2010 TELKOM menambah sembilan base station BWA 3,3 GHz menjadi 40 base station, serta mengimplementasikan 5 base station baru untuk BWA 2,3 GHz di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Maluku Utara dan Papua.

Pengembangan Jaringan Seluler Jangkauan layanan telepon seluler berbasis GSM yang diberikan oleh Telkomsel merambah ke semua kota/ kabupaten di Indonesia. Pada tahun 2010, Telkomsel telah menambah perangkat 5.565 BTS (termasuk 2.901 node untuk layanan 3G) serta memperluas j a r i n g a n s e l u l e r nya u n tu k l e b i h m e n i n g kat ka n jangkauan dan kapasitas yang sudah ada. Telkomsel berencana melanjutkan pemasangan BTS tambahan untuk memperluas jangkauannya hingga ke kecamatan di Kalimantan, Sulawesi dan Kawasan Timur Indonesia, meningkatkan kapasitas di wilayah padat penduduk, mengembangkan jaringan 3G, terus mengembangkan backbone transmisi serat optik di kota-kota besar di Jawa, memasang sel-sel mikro tambahan dan sentral-sentral pemancar dan penerima terutama di wilayah provinsi, terus memperbaiki kualitas cakupannya, meningkatkan peralatan switching untuk menambah kapasitas jaringan, dan untuk meluaskan jaringan pintarnya yang dipakai dalam koneksi dengan produk-produknya.

Pengembangan Jaringan Data Pada tahun 2010, Perusahaan terus memperbaiki kualitas jaringan data dengan menambah kapasitas dan cakupannya. Perluasan baru meliputi perluasan cakupan dan kapasitas IP core melalui penerapan IP berbasis Lambda 10 Gbps dan Tera Router. Pada tahun 2009, Tera Router ini dipasang dan sudah beroperasi sejak bulan Maret 2009 di tiga kota dan enam node (Jakarta, Batam, Surabaya) dan tiga tambahan node gateway internet. Pada tahun 2010 pengembangan Terra Router merambah ke delapan kota lainnya di 12 node (Medan, Pekanbaru, Bandung, Cirebon, Solo, Yogyakarta, Banjarmasin dan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Makassar). Pada Tahun 2011 TELKOM akan melakukan ekspansi empat node Tera Router di dua kota, Palembang dan Denpasar.

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Plasa TELKOM. Beragam layanan yang bersifat walk-in customer service tersedia di Plasa TELKOM, mulai dari layanan mengenai informasi produk, penanganan keluhan, aktivasi layanan, penagihan kepada pelanggan, pembayaran, penangguhan akun, fitur layanan dan promosi pemasaran. Pada tanggal 31 Desember 2010, Perusahaan memiliki 723 customer service point, termasuk 18 Plasa TELKOM yang dimanfaatkan juga oleh gerai GraPARI Telkomsel. Saat ini Telkomsel memiliki 4 GraPARI yang digunakan bersama dengan Plasa TELKOM. Sejak bulan Juni 2006, kami terus melengkapi ragam layanan yang tersedia pada tiap-tiap gerai dengan melayani pembayaran elektronik melalui Electronic Data Capture yang digunakan di kurang lebih 150 terminal.



Untuk melayani pelanggan enterprise dan sebagai tempat demonstrasi produk, kami menyediakan lima lokasi TELKOM Solution House (“TSH”), yaitu tiga TSH di Jakarta, satu TSH di Bali dan satu TSH di Surabaya. Sedangkan untuk melayani pelanggan SME, Kami melayani pelanggan SME melalui SMS Center. Sampai dengan 31 Desember 2010 telah berdiri lima SME Center yang berada di Jakarta, Semarang, Surabaya dan Makassar.

2.

Call Centers. Untuk merespon pertanyaan dan keluhan pelanggan, kami menyediakan call center yang beroperasi di Medan, Jakarta dan Surabaya. Pelanggan yang memutar nomor “147” dari pesawat teleponnya dapat mengakses ragam layanan yang tersedia, atau dapat berbicara dengan call center officer kami yang telah terlatih dalam menangani keluhan dan memberikan informasi terkini tentang Perusahaan. Khusus untuk pelanggan enterprise, kami juga menyediakan nomor bebas pulsa “08001TELKOM” (“08001835566”) sedangkan bagi pelanggan SME, kami menyediakan call center “500250”.

3.

Internet. Layanan yang bersifat web-in tersedia di website kami yang beralamatkan di www.telkom. co.id.

4.

Layanan Enterprise dan Wholesale dan Tim Account Manager (“AM”). Pengelolaan pelanggan enterprise yang a. berkontribusi lebih dari Rp100 juta pada pendapatan bulanan kami. dilaksanakan oleh account manager yang berada di Divisi Enterprise. Kami membagi pengelolaan pelanggan enterprise berdasarkan b i d a n g u s a h a nya m e n j a d i 6 s e g m e n ,

Sampai dengan 31 Desember 2010, TELKOM telah berhasil meluncurkan sebanyak 195.840 port akses broadband tambahan dari IP DSLAM dan 225.536 port akses tambahan dari MSAN untuk mendukung layanan TELKOMSpeedy, sehingga total kapasitas menjadi 2.973.444 port yang akan memberikan dukungan penuh atas pesatnya pertumbuhan dari penetrasi fixed broadband TELKOMSpeedy. Sampai dengan 31 Desember 2010, kami telah menambah kapasitas gateway internet sehingga mencapai 81.883 Gbps. Hal ini dilakukan untuk memastikan kecukupan kapasitas gateway internet agar mampu mengantisipasi pertumbuhan trafik broadband yang tinggi baik fixed broadband maupun mobile broadband.

LAYANAN KEPADA PELANGGAN TELKOM memberikan kesempatan kepada para pelanggan untuk mengakses berbagai produk dan layanannya secara nyaman melalui beberapa cara, yaitu:

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

LAMPIRAN

1.

Untuk mendukung program NGN, kami telah meningkatkan jaringan IP Core yang digunakan untuk mendukung bisnis new wave dan mengintegrasikan jaringan NGN Core antara bisnis telepon kabel tidak bergerak dan telepon nirkabel tidak bergerak. IP Core dikembangkan dengan mengimplementasikan platform tunggal tera-byte router dengan arsitektur jaringan yang menggunakan sistem proteksi penuh. IP Core yang sudah beroperasi saat ini terdiri dari 22 node router core, router 601 PE, 157 10GE 719 port GE, 292 STM-1, 143 STM-4, 38 STM-16 dan 1 port STM-64. Jaringan Metro Ethernet kami telah semakin meluas menyusul diselesaikannya pembangunan 147 node baru (yang terletak pada node sentral) sebagai tambahan dari 897 node jaringan Metro yang sudah dibangun pada tahun 2009. Saat ini, total node Metro Ethernet sebanyak 936 dan telah siap untuk mendukung kebutuhan bandwidth layanan broadband kami di seluruh Indonesia. Metro Ethernet juga digunakan sebagai penghubung utama dari IP DSLAM, MSAN untuk broadband Speedy, Softswitch, VPN IP serta GPON baik untuk mobile backhaul, solusi bisnis korporasi dan serta layanan Triple Play bagi pelanggan tertentu. Sejak tahun 2009, TELKOM telah menggunakan Metro Ethernet sebagai mobile backhaul pada hampir 1.000 node Bs milik Telkomsel, guna mendukung penetrasi mobile broadband. Sinergi jaringan ini akan terus dikembangkan untuk menyediakan backhaul sebanyak 1.540 node Bs pada tahun 2010 dengan total menjadi 2.423 node Bs.

DATA PERUSAHAAN

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

75

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

yaitu : (i) Keuangan dan Perbankan, (ii) Pemerintah, TNI dan Polisi, (iii) Manufaktur, (iv) Pertambangan dan Konstruksi, (v) Kawasan Industri dan Perdagangan (vi) Perdagangan dan Pelayanan. Selain itu, pengelompokan pengelolaan pelanggan juga dilakukan berdasarkan kontribusi pendapatannya, yakni: cluster-1 untuk pelanggan dengan pendapatan di atas Rp500 juta dan cluster-2 untuk pelanggan dengan pendapatan di atas Rp100 juta sampai dengan Rp500 juta.

b.

c.

5.

76

TELKOM juga mengelola pelanggan UKM yang berkontribusi kurang dari Rp100 juta pada pendapatan bulanan TELKOM. Pengelolaan pelanggan SME ini dilaksanakan oleh AM dan tele account management yang berada di Divisi Business Service. Kami membagi pengelolaan pelanggan SME berdasarkan bidang usahanya menjadi 3 segmen, yaitu : (i) Public & General Service, (ii) Plantation & Manufacturing Service dan (iii) Trading and Business Service. Selain itu, pengelompokan pengelolaan pelanggan juga dilakukan berdasarkan kontribusi pendapatannya, yakni: cluster-3 untuk pelanggan dengan pendapatan di atas Rp50 juta sampai dengan Rp100 juta dan cluster-4 untuk pelanggan dengan pendapatan di bawah Rp50 juta. TELKOM melalui Divisi Carrier Intercarrier Service (“CIS”) melayani kebutuhan pelanggan dari segmen Wholesale, yaitu operator telekomunikasi berlisensi lainnya atau dikenal dengan Other Licensed Operator (“OLO”). Layanan yang ditawarkan meliputi layanan interkoneksi domestik dan internasional, satelit, penyewaan jaringan, penggunaan bersama akan infrastruktur dan fasilitas, layanan data serta layanan akses jaringan.

Program Jaminan Tingkat Layanan. Program ini ditujukan bagi layanan sambungan telepon tidak bergerak, Flexi maupun Speedy. Program ini memberikan jaminan tingkat layanan pada tingkat minimum tertentu terkait dengan, antara lain, pemasangan sambungan baru, pemulihan sambungan yang terputus, dan keluhan atas tagihan, serta memberikan kompensasi non-tunai, seperti langganan gratis untuk jangka waktu tertentu, yang diberikan kepada pelanggan apabila tingkat layanan minimum tersebut tidak terpenuhi. Khusus untuk segmen Enterprise, SME dan OLO, jaminan tingkat layanan diberikan sesuai dengan kesepakatan dengan pelanggan.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Secara umum layanan bagi pelanggan telepon seluler yang dikelola oleh Telkomsel tersedia melalui:









GraPARI. Pusat kepada pelanggan GraPARI Telkomsel menyediakan akses yang nyaman dan lengkap terkait dengan informasi produk dan layanan, permintaan dan keluhan pelanggan serta umumnya terfokus pada aktivasi layanan, tagihan, pembayaran, penangguhan akun, fitur layanan, jangkauan jaringan, SLI, informasi roaming, dan promosi pemasaran. Hingga tanggal 31 Desember 2010, Telkomsel mengelola 82 Pusat GraPARI; Gerai HALO merupakan gerai layanan Telkomsel yang dioperasikan oleh pihak ketiga. Per 31 Desember 2010, Telkomsel memiliki 333 outlet layanan Gerai HALO; Caroline atau Customer Care on-Line, merupakan layanan telepon bebas-pulsa 24 jam yang memberikan kesempatan bagi pelanggan Telkomsel untuk berbicara langsung dengan operator yang terlatih untuk menangani permintaan dan keluhan pelanggan dan memberikan informasi terkini terkait tagihan, pembayaran, promosi, dan fitur layanan; Anita (Aneka Informasi dan Tagihan) adalah layanan SMS yang hanya dapat diakses oleh pelanggan kartuHALO Telkomsel untuk mendapatkan informasi mengenai tagihan dan informasi mengenai penggunaan melalui SMS.

Dalam rangka mengukur optimalisasi layanan kepada pelanggan, TELKOM bekerja sama dengan perusahaan survei independen melakukan riset untuk mengetahui Indeks Kepuasan Pelanggan atau Customer Satisfaction Index (“CSI”) dan Indeks Loyalitas Pelanggan atau Customer Loyalty Index (“CLI”). Dengan menggunakan metode Top Two Boxes, pada tahun 2010, indeks CSI TELKOM untuk segmen pelanggan korporasi adalah 86,92% sedangkan indeks CLI adalah 82,98%.

PENJUALAN, PEMASARAN DAN DISTRIBUSI Distribusi layanan dan produk utama, termasuk layanan telepon nirkabel tidak bergerak kecuali layanan telepon seluler, kami lakukan melalui beberapa saluran distribusi utama, seperti: • Plasa TELKOM. Sebagai walk-in customer service points, Plasa TELKOM menyediakan akses ke produk dan layanan bagi pelanggan kami; • TELKOM Solution House (“TSH”). TSH merupakan tempat yang dipersembahkan bagi pelanggan enterprise untuk mengenal ragam solusi infocomm, layanan dan produk, serta teknologi terkini. TSH dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas seperti Live Demo for Free (seperti Speedy, Hotspot, PDN, IP-

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN











INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Phone), Live Demo for Commercial usage (seperti Video Conference), Konsultasi Enterprise Business Solution untuk kustomisasi solusi infocomm korporasi, dan demo simulasi (seperti e-Payment & VPN over, GSM dan Flexi); SME Centers. SME Centers memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai communication center dengan fasilitas perkantoran yang modern, community center sebagai tempat pertemuan pelanggan untuk berinteraksi, dan sebagai commerce center dengan lebih menonjolkan layanan solusi e-commerce; Digital Lounge Creative Center (“Di-Lo”) merupakan lounge yang menyediakan akses digital terpadu untuk teknologi, gadget dan entertainment. Di-Lo merupakan tempat yang menggabungkan konsep game center, lounge, creativity center, dan gadget store sehingga seperti one stop digital center. Di-Lo menyediakan semacam digital class bagi pengunjung, untuk mempelajari pembuatan gambar animasi, atau mengetahui lebih dekat serba-serbi pembuatan gambar dengan menggunakan komputer, Java, iPhone, iPad, BlackBerry; Tim AM. Merupakan ujung tombak Perusahaan dalam pengelolaan pelanggan SME, enterprise dan OLO secara proaktif dan bersifat individual. Kami juga memiliki Tele Account Managers yang merupakan ujung tombak kami dalam pengelolaan pelanggan SME dengan cara non-physical contact yaitu dengan menggunakan media telekomunikasi seperti internet /website dan melalui outbound call; Warung TELKOM. Warung TELKOM merupakan outlet layanan pelanggan yang dioperasikan TELKOM di seluruh Indonesia bersama dengan pelaku bisn is skala ke cil. M e lalui War u n g TELKOM, pelanggan dapat mengakses layanan telekomunikasi dasar, termasuk telepon lokal, SLJJ dan internasional, mengirim faksimile, mengakses internet, dan membeli kartu telepon paket perdana dan voucher Flexi. Perusahaan secara umum memberikan potongan harga kepada wartel tersebut sebesar 30% dibandingkan dengan tarif telepon pelanggan. Wartel beroperasi secara non-eksklusif sehingga juga dapat menawarkan produk dan layanan operator telekomunikasi lainnya; Dealer resmi dan gerai retail. TELKOM juga mendistribusikan ragam produk seperti penjualan kartu telepon dan langganan TELKOMFlexi, paket perdana dan voucher melalui dealer tersebut membayar untuk seluruh produk yang mereka terima dengan potongan harga, namun beroperasi secara

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

non-eksklusif sehingga juga dapat menawarkan produk dan layanan operator telekomunikasi lainnya;



• •

Website. Melalui situs online korporat kami www. telkom.co.id dan www.plasa.com yang dikelola secara komersial, pelanggan dapat mengakses informasi mengenai produk dan jasa utama dari TELKOM dan produk multimedia; Telepon Umum. Pelanggan dapat melakukan panggilan lokal melalui telepon umum; Khusus untuk layanan Speedy, kami menyediakan outlet penjualan melalui inbound 147, telemarketing / outbound call, dealer, maupun partnership store.

Program pemasaran TELKOM mencakup pemasangan iklan cetak maupun televisi, layanan kepada pelanggan dan personil distribusi, infrastruktur dan kampanye promosi khusus untuk memperkuat merek dagang, meningkatkan profil kepada masyarakat umum mengenai produk dan layanan TELKOM. Kami terus mengembangkan program komunikasi pemasaran untuk mempromosikan seluruh bisnis utamanya dengan fokus untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Untuk layanan seluler melalui jalur distribusi utama Telkomsel, berikut ini: (i) Pusat GraPARI; (ii) Outlet layanan Gerai HALO; (iii) Jaringan dealer resmi yang terutama menjual kartu SIM prabayar dan voucher; (iv) Gerai bersama dengan Plasa TELKOM dan PT Pos Indonesia; dan (v) Gerai lainnya seperti bank dan toko foto. Pemasaran kartuHALO pada segmen tertentu, terpusat pada pengguna akhir korporasi dan para profesional yang cenderung mempunyai frekuensi penggunaan yang lebih tinggi. Telkomsel dalam hal ini membentuk tim akun korporasi khusus guna menangani pemasaran produk dan layanan bagi pelanggan korporasi berskala besar sekaligus mengelola hubungan yang berkelanjutan dengan para pelanggan. Produk dan layanan prabayar ditargetkan pada basis pelanggan yang jauh lebih luas. Telkomsel juga memanfaatkan jalur iklan pada berbagai media cetak dan elektronik untuk keperluan branding dan promosi strategis di samping menerapkan metode pemasaran seperti sisipan tagihan dan tayangan pointof-sale untuk menargetkan program, event dan promosi pada segmen pasar tertentu.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

77

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TAGIHAN, PEMBAYARAN DAN PENAGIHAN Kami menerapkan sistem tagihan secara terpusat, terstandarisasi, periodik dan menerima pembayaran melalui teller, Anjungan Tunai Mandiri (“ATM”), phone banking, internet banking, mobile banking, anjak piutang dan auto debet.

Pengelolaan Piutang Pelanggan TELKOM menerima deposit dari pelanggan yang dikelola oleh divisi Payment and Collection TELKOM dan dikelompokkan sesuai konsep pengelolaan layanan pelanggan dan segmen produknya. Pembayaran pelanggan atas jasa telekomunikasi yang disediakan TELKOM dikelola dengan menggunakan aplikasi Telkom Revenue Management System (“TREMS”) yang memiliki menu Security Deposit (“SD”). TELKOM akan mengenakan biaya tertentu atas deposit kepada pelanggan yang akan berhenti berlangganan yang jumlahnya dihitung berdasarkan pemakaian yang belum ditagih (warm usage) pada bulan berjalan ditambah dengan abonemen, atau sebesar tagihan jika layanannya terhitung flat dan tidak berdasarkan jumlah pemakaian. Deposit tersebut kemudian dikliringkan saat tagihan bulan berikutnya dikeluarkan. TELKOM akan mengembalikan kelebihan atau menagihkan kekurangan atas deposit yang dibayarkan oleh pelanggan. Kebijakan ini berlaku bagi seluruh produk dan jasa yang dikeluarkan TELKOM. Masing-masing unit bisnis di Direktorat Consumer maupun Direktorat Enterprise dan Wholesale memiliki aturan tersendiri dalam memberikan sanksi terhadap pelanggan yang tidak memenuhi kewajibannya kepada TELKOM sesuai kontrak perjanjian antara pelanggan dan TELKOM. Sanksi yang dikenakan dalam kasus keterlambatan pembayaran berupa pengenaan denda, dan penangguhan jasa yang besarannya sesuai dengan aturan atau kontrak yang ditetapkan. Jenis metode pembayaran yang dapat dipilih pelanggan jasa telekomunikasi TELKOM di antaranya adalah secara tunai dengan datang langsung ke loket-loket pembayaran jasa TELKOM terdekat, melalui auto debit, kartu kredit, transfer ke rekening TELKOM (khusus pelanggan korporasi/OLO), automatic transfer machine (“ATM”), mobile banking, internet banking atau source of fund (Flexicash, Mcash, atau Tcash). Bagi pelanggan yang mengalami keterlambatan pembayaran, jumlah tagihan jasa telekomunikasi yang harus dibayarkan pelanggan sudah harus termasuk dengan dendanya. TELKOM mengirimkan surat tagihan elektronik kepada pelanggan

78

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

melalui e-mail dan media cetak atau tagihan/invoice yang tercetak dan dikirim melalui kurir khusus (terutama pelanggan korporasi/OLO). Sedangkan Telkomsel menyampaikan surat tagihan bagi pelanggan layanan pascabayar KartuHALO setiap bulan dan sesudah pemakaian berdasarkan: (i) jumlah menit penggunaan untuk layanan seluler; (ii) layanan nilaitambah, yang dapat dikenakan biaya selama jangka waktu penggunaan yang bersangkutan, dan (iii) biaya langganan untuk layanan dasar dan layanan lain. Mekanisme pembayaran tagihan untuk pelanggan pascabayar KartuHALO di antaranya, pembayaran tunai, cek, kartu kredit, setoran langsung melalui transfer telepon atau debet otomatis melalui bank maupun perusahaan kartu kredit yang bekerja sama dengan Telkomsel. Pembayaran juga dapat dilakukan di pusat GraPARI Telkomsel, ATM yang telah ditunjuk atau melalui over-thecounter facility (sebagian besar di kantor pos dan bank yang mempunyai perjanjian dengan Telkomsel). Telkomsel mengirimkan surat tagihan kepada pelanggan non-korporasi pada siklus penagihan setiap bulan. Apabila pembayaran tidak diterima hingga tanggal jatuh tempo dari, Telkomsel akan menangguhkan seluruh panggilan keluar. Apabila pembayaran tidak diterima dalam waktu dua bulan sejak tanggal jatuh tempo pembayaran, nomor pelanggan tidak dapat melakukan panggilan atau pun menerima panggilan. Selanjutnya Telkomsel akan terus mengupayakan pembayaran dari pelanggan dan dapat meminta bantuan lembaga penagih hutang. Dengan ditutupnya nomor pelanggan, pelanggan yang masih ingin memperoleh layanan Telkomsel harus menyelesaikan seluruh tunggakan dan mengajukan permohonan layanan seluler baru. Telkomsel tidak membebankan biaya atau bunga atas keterlambatan.

TARIF LAYANAN DAN BIAYA INTERKONEKSI

Pemerintah membagi jenis tarif menjadi dua kategori yaitu tarif untuk penyediaan jasa telekomunikasi dan tarif jaringan telekomunikasi. Operator telekomunikasi dalam hal ini dapat menetapkan besaran tarif dan bersaing secara sehat dengan operator telekomunikasi lainnya, sesuai dengan peraturan MenKominfo berdasarkan formula tarif untuk layanan telekomunikasi yang berlaku di Indonesia. Sementara itu, penetapan tarif layanan dilakukan oleh unit bisnis TELKOM dengan berdasarkan panduan tertentu yang ditetapkan oleh Direksi TELKOM.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

a. Tarif Sambungan Telepon Kabel Tidak Bergerak Daftar tarif adalah sebagai berikut :

Biaya pemasangan dan biaya bulanan Biaya akses

Pasang baru Abonemen

Bisnis

Residensial

Sosial

(Rp)

(Rp)

(Rp)

175.000 - 450.000

75.000 - 295.000

50.000 - 205.000

38.400 - 57.600

20.600 - 32.600

12.500 - 18.500

Biaya penggunaan sambungan lokal Harga per pulsa (Rp)

Durasi pulsa

Sampai 20 km

250

3 menit (di luar jam sibuk) dan 2 menit (jam sibuk)

Lebih dari 20 km

250

2 menit (di luar jam sibuk) dan 1,5 menit (jam sibuk)

Biaya penggunaan sambungan langsung jarak jauh (SLJJ) Harga per menit (Rp) 0-20 km 20-30 km

Pembulatan durasi blok waktu

83 - 122

1 menit

122 - 163

1 menit

30-200 km

320 - 1.100

6 detik

200-500 km

320 - 1.770

6 detik

Lebih dari 500 km

320 - 2.100

6 detik

b. Tarif Sambungan Telepon Nirkabel Tidak Bergerak

Tarif yang dibebankan kepada pelanggan sambungan telepon nirkabel tidak bergerak dilaporkan sebagai pendapatan telepon tidak bergerak. TELKOM menawarkan layanan telepon nirkabel tidak bergerak prabayar dan pascabayar. • Pascabayar (TELKOMFlexi Classy). Pelanggan pascabayar membayar biaya aktivasi satu kali sebesar Rp7.500 dan biaya bulanan sebesar Rp30.000. Biaya penggunaan untuk pelanggan pascabayar (belum termasuk PPN 10%) adalah sebagai berikut:  

Flexi ke Flexi Lokal SLJJ Flexi ke PSTN/ OLO Kabel tidak bergerak Lokal SLJJ Flexi ke Seluler Lokal SLJJ Flexi ke Mobile Satelit (Byru)



Harga per pulsa (Rp)

Durasi pulsa

49 300  

1 menit 30 detik  

150 600   550 625 3,850

1 menit 30 detik   1 menit 30 detik 30 detik

Pelanggan pascabayar dikenakan biaya Rp75 per SMS untuk Flexi ke Flexi (on-net) dan PSTN TELKOM, Rp136 dari Flexi ke operator lainnya dan Rp450 dari Flexi ke luar negeri (internasional).

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

79

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA



Untuk akses internet melalui PDN atau WAP (menggunakan #777), pelanggan pascabayar dikenakan Rp200 per menit atau Rp3 per Kbps. Pelanggan pascabayar yang menggunakan akses internet melalui dial-up nirkabel (layanan TELKOMNet Instan menggunakan 0809 89999) dikenakan biaya sesuai kebijakan tarif TELKOMNet Instan yang berlaku per 30 detik.



Untuk tarif pemakaian layanan data Flexinet Unlimited TELKOMFlexi Classy terdapat 3 paket layanan, yaitu Paket Harian bertarif Rp2.250/hari dengan masa berlaku 24 jam, Paket Mingguan bertarif Rp13.500/ minggu dengan masa berlaku 7 x 24 jam, dan Paket Bulanan bertarif Rp45.000/bulan dengan masa berlaku 30 x 24 jam (tarif belum termasuk PPN 10%).



Prabayar (TELKOMFlexi Trendy). Biaya penggunaan untuk pelanggan prabayar, termasuk PPN sebesar 10%, adalah sebagai berikut:



Harga per pulsa (Rp) Flexi ke Flexi Lokal SLJJ Flexi ke PSTN/ OLO Kabel tidak bergerak Lokal SLJJ Flexi ke Seluler Lokal SLJJ Flexi ke Mobile Satelit (Byru)

Durasi pulsa

53,9 375

1 menit 30 detik

250 750

1 menit 30 detik

780 800 4.235

1 menit 30 detik 30 detik



Untuk SMS, pelanggan prabayar dikenakan Rp100 per pesan dari Flexi ke Flexi (on-net) dan PSTN TELKOM Rp165 per pesan ke operator lainnya dan Rp500 per pesan dari Flexi ke luar negeri (internasional).



Untuk akses internet melalui PDN, pelanggan prabayar dikenakan Rp220 per menit atau Rp5 per Kbps. Pelanggan prabayar yang menggunakan akses internet TELKOM melalui dial-up nirkabel dan WAP akan dikenakan biaya masing-masing Rp300 per menit dan Rp5 per Kbps.



Untuk tarif pemakaian layanan data FlexiNet Unlimited TELKOMFlexi Trendy terdapat tiga paket layanan, yaitu Paket Harian bertarif Rp2.500/hari dengan masa berlaku 24 jam, Paket Mingguan bertarif Rp15.000/minggu dengan masa berlaku 7 x 24 jam, dan Paket Bulanan bertarif Rp50.000/bulan dengan masa berlaku 30 x 24 jam (tarif sudah termasuk PPN 10%).

c. Tarif SLI

Tarif untuk panggilan SLI ditetapkan oleh penyedia layanan dengan ketentuan batas maksimum tertentu yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Tarif terkini SLI TELKOM adalah sebagai berikut: Wilayah

Tarif per menit (Rp) PSTN/CLASSY

80

Pembulatan durasi blok waktu TRENDY  

Group I

Asia Tenggara, Pasifik Selatan

4.550

5.550

6 detik

Group II

Amerika Utara, Amerika Selatan, Afrika, Asia Timur, Asia Barat dan Asia Selatan

5.550

6.550

6 detik

Group III

Eropa

7.570

8.700

6 detik

Group IV

Timur Tengah

8.080

9.290

6 detik

Group V

Tujuan khusus

20.200

23.300

6 detik

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

d. Tarif Dasar Seluler 1.

Tarif Pascabayar (kartuHALO) Untuk informasi tarif pascabayar telepon seluler, lihat Catatan 46 Laporan Keuangan Konsolidasian. Biaya pemakaian yang dibebankan kepada pelanggan adalah sebagai berikut:

Harga per detik (Rp)

Pembulatan durasi blok waktu

217 213

20 detik 15 detik

250 300

20 detik 15 detik

217 300

20 detik 15 detik

On-net Mobile: Lokal SLJJ Off-net Mobile: Lokal SLJJ Off-net PSTN Lokal SLJJ SMS (harga per SMS): On-net Off-net Internasional

2.

125 150 500

Tarif Prabayar Telkomsel membebankan biaya pemakaian kepada pelanggan prabayar (simPATI dan KartuAs) adalah sebagai berikut: Harga Per Detik (Rp) simPATI

Pembulatan Durasi Blok Waktu

Kartu As

simPATI

Kartu As

On-net Mobile: Lokal

750

13

per 30 detik

per detik

SLJJ

750

13

per 30 detik

per detik

800

13

per 30 detik

per detik

1.000

13

per 30 detik

per detik

Off-net Mobile: Lokal SLJJ Off-net PSTN: Lokal

450

13

per 30 detik

per detik

SLJJ

900

13

per 30 detik

per detik

SMS (harga per SMS): On-net On-net (simPATI dan kartuHALO) Off-net Internasional

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

100

99

-

99

150

99

600

1.000

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

81

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

e. Tarif Sewa Sirkit



TINJAUAN BISNIS TELKOM

Layanan Biaya Biaya Pascabayar Speedy aktivasi bulanan   (Rp) (Rp)

Pemerintah mengendalikan bentuk, jenis, struktur harga dan formula tarif untuk sewa jaringan melalui penerbitan berbagai keputusan.

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Kecepatan link

Volume Based II : **

Tabel berikut berisikan tarif sewa sirkit yang berlaku efektif sejak tanggal 21 Januari 2010 sampai dengan sekarang:

Semi Unlimited 1

75.000

195.000

sampai dengan 384 Kbps

Semi Unlimited 2

75.000

295.000

sampai dengan 512 Kbps

Unlimited 1

75.000

645.000

sampai dengan 1 Mbps

Unlimited 2

75.000

995.000

sampai dengan 2 Mbps

Unlimited 3

75.000 1.695.000

sampai dengan 3 Mbps

(**) berlaku bagi pelanggan paket Speedy baru dan pelanggan lama

Tarif (Rp) Aktivasi Akses pelanggan

TINJAUAN KINERJA SAHAM

Layanan Biaya Biaya Kuota Kecepatan Biaya Pascabayar aktivasi bulanan pemakaian link kelebihan Speedy per bulan pemakaian

2.400.000 - 30.000.000 (1)

Biaya langganan bulanan:

 

Point to Point

(Rp)

(Rp)

Time Based

Lokal (sampai dengan 25 km)

Limited 15 Jam/ bulan Limited 50 Jam/ bulan

1.500.000 – 37.200.000 (2)

Inter-lokal (lebih dari 25 km)

4.800.000 – 482.500.000 (2)

End to End

75.000  75.000 

15 jam

75.000  145.000 

50 jam

sampai dengan 1 Mbps sampai dengan 1 Mbps

75/menit 25/menit

Lokal (sampai dengan 25 km)

3.800.000 – 74.400.000 (2)



Tarif untuk pelanggan layanan prabayar Speedy adalah Rp 75/menit.



Untuk red zone area (daerah yang memiliki tingkat kompetisi yang tinggi) terdapat penurunan tarif secara selektif mengikuti harga pasar.

Inter-lokal (lebih dari 25 km) (1) (2)

7.100.000 – 519.700.000 (2)

Tarif berdasarkan kecepatan Tarif berdasarkan kecepatan dan wilayah

f. Tarif VoIP

Para operator VoIP dibebaskan untuk menentukan tarif untuk layanan VoIP. Kami baru saja meluncurkan layanan VoIP yang terdiri dari TELKOM Global-01017 dan TELKOMSave dengan alternatif tarif yang lebih rendah.

g. Tarif Satelit

Tarif maksimum tahunan per transponder adalah US$1,20 juta, meskipun dalam beberapa hal kami dapat menawarkan tarif dengan potongan harga untuk komitmen jangka panjang atau untuk pelanggan setia.

i. Tarif Wartel

Wartel adalah telepon umum yang dioperasikan oleh pihak ketiga. Tarif untuk wartel dapat ditentukan dengan bebas oleh penyedia layanan. TELKOM mendapatkan hingga 70% dari tarif dasar yang dikenakan oleh wartel kepada pelanggannya untuk panggilan domestik dan mendapatkan hingga 92% dari tarif dasar yang dikenakan wartel untuk panggilan internasional.

H. Tarif Akses Broadband

Tabel di bawah ini berisikan tarif tetap layanan akses broadband: Layanan Pascabayar Speedy  

Biaya aktivasi

Biaya bulanan

(Rp)

(Rp)

Kuota pemakaian per bulan

Biaya kelebihan pemakaian (Rp)

Volume Based I* Limited Home Limited Professional Unlimited Office Unlimited Warnet

75.000  200.000 

1,0Gb

175/MB

75.000  400.000 

3,0Gb

175/MB

75.000  750.000 

Unlimited

-

75.000 

Unlimited

-

1.750.000 

Penetapan tarif layanan dilakukan oleh unit bisnis TELKOM dengan berdasarkan panduan yang ditetapkan oleh Direksi TELKOM.

(*) berlaku bagi pelanggan lama sebelum migrasi ke paket speedy multi speed, tidak untuk pelanggan baru.

82

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

j. Tarif Layanan Lainnya

Tarif untuk penyewaan satelit serta layanan telepon dan multimedia lainnya ditentukan oleh penyedia layanan dengan mempertimbangkan tarif dan harga pasar. Pemerintah hanya menentukan formula tarif untuk layanan telepon dasar, sementara tidak ada penetapan untuk tarif layanan lain.

k. Tarif Interkoneksi

Menkominfo menetapkan tarif interkoneksi dan akses, termasuk jumlah biaya interkoneksi yang diterima oleh masing-masing operator terkait dengan panggilan yang lintas jaringan. Operator mengenakan biaya untuk panggilan berdasarkan biaya untuk menyambungkan panggilan tersebut. Untuk rincian mengenai tarif ini, lihat catatan 46c Laporan Keuangan Konsolidasian.



Tarif interkoneksi untuk sambungan telepon tidak bergerak terdiri dari: 1. Tarif layanan terminasi lokal dari sambungan tidak bergerak lokal sebesar Rp73/menit. 2. Tarif layanan terminasi lokal dari sambungan tidak bergerak domestik (panggilan lokal) sebesar Rp73/ menit. 3. Tarif layanan terminasi lokal dari sambungan tidak bergerak domestik (panggilan jarak jauh) sebesar Rp203/menit. 4. Tarif layanan terminasi lokal dari jaringan bergerak seluler sebesar Rp203/menit. 5. Tarif layanan terminasi lokal dari jaringan bergerak satelit sebesar Rp204/menit. 6. Tarif layanan terminasi jarak jauh dari sambungan tidak bergerak lokal sebesar Rp560/menit. 7. Tarif layanan terminasi jarak jauh dari jaringan bergerak seluler sebesar Rp626/menit. 8. Tarif layanan terminasi jarak jauh dari jaringan bergerak satelit sebesar Rp613/menit. 9. Tarif layanan terminasi domestik dari jaringan internasional sebesar Rp612/menit. 10. Tarif layanan originasi internasional dari sambungan tidak bergerak domestik ke penyelenggara jaringan tetap internasional sebesar Rp612/menit. 11. Tarif layanan originasi lokal dari untuk panggilan jarak jauh dari sambungan tidak bergerak domestik ke penyelenggara jasa SLJJ sebesar Rp203/menit. 12. Tarif layanan transit lokal sebesar Rp69/menit. 13. Tarif layanan transit jarak jauh sebesar Rp295/menit. 14. Tarif layanan transit internasional sebesar Rp316/menit. Tarif 1. 2. 3. 4. 5.

interkoneksi untuk sambungan telepon seluler adalah sebagai berikut: Tarif layanan terminasi dan originasi lokal sebesar Rp261/menit. Tarif layanan terminasi dan originasi jarak jauh sebesar Rp380/menit. Tarif layanan terminasi jarak jauh dari jaringan bergerak seluler sebesar Rp493/menit. Tarif layanan terminasi jarak jauh dari jaringan satelit sebesar Rp501/menit. Tarif layanan terminasi dan originasi internasional sebesar Rp498/menit.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

83

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

ASURANSI TELKOM memberikan perlindungan asuransi atas aset tetap yang dimilikinya dan bernilai signifikan. Aset tetap yang diasuransikan tidak termasuk tanah, sedangkan untuk seluruh aset yang meliputi peralatan elektronik, mesin dan gedung diasuransikan dari risiko akibat gempa bumi, tsunami, kebakaran, pencurian, petir, bencana alam dan risiko lainnya. Aset kami dilindungi oleh Property All Risk Insurance Policy dengan skema “sum insured basis” dan “first loss basis”. Kebijakan ini juga mencakup aktivitas bisnis yang berlangsung sementara. Selain itu kami juga memberikan perlindungan asuransi untuk satelit TELKOM-1 dan TELKOM-2 secara terpisah. Manajemen kami meyakini bahwa cakupan asuransi kami konsisten dengan praktek bisnis di Indonesia.

MEREK DAGANG, HAK CIPTA DAN PATEN

TELKOM telah mendaftarkan sejumlah hak kekayaan intelektual yang terdiri dari merek dagang, hak cipta dan paten di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (“Dirjen HAKI”) Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Hak kekayaan intelektual TELKOM meliputi: (i) merek dagang untuk nama Perseroan, logo dan layanan tertentu; (ii) hak cipta program-program komputer dan hasil riset tertentu; dan (iii) paten untuk inovasi produk dan layanan. Berikut daftar paten dan hak cipta yang dimiliki oleh TELKOM: No

No

84

No Registrasi Paten

Nama Paten

Status

1 P00200900009

USSD-Interaktif pada sistem CDMA

Terdaftar di Dirjen HAKI

2 P00201000129

Penyisipan teks pada isi SMS dengan menggunakan Prefiks

Terdaftar di Dirjen HAKI

3 P00201000373

Layanan Otomatisasi Rumah (Home Automation) melalui Internet

Paten Subjektif

4 P00201000430

Sistim penyampaian informasi melalui SCA pada pemancar radio

Terdaftar di Dirjen HAKI

Nama Hak Cipta

Status

No Pendaftaran Hak Cipta 1 C00201002083

Aplikasi Open Source, Kemilau Indonesia

Terdaftar di Dirjen HAKI

2 C00201002084

Kartu Masuk Terminal Online

Terdaftar di Dirjen HAKI

3 C00201003117

i-CHAT

Terdaftar di Dirjen HAKI

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

ASET TETAP Kecuali untuk hak kepemilikan yang diberikan kepada individu di Indonesia, hak kepemilikan atas tanah dimiliki negara Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang No.5/1960, penggunaan tanah diberlakukan melalui hak atas tanah termasuk izin mendirikan bangunan dan Hak Guna. Penunjang hak atas tanah dapat menggunakan tanah dengan sepenuhnya untuk pemindah bukuan, yang harus diperbaharui dan diperpanjang. Umumnya, hak atas tanah dapat diperjualbelikan dan dapat dijaminkan dalam kesepakatan pinjaman tertentu. Sampai 31 Desember 2010, TELKOM, tidak termasuk Anak Perusahaan, memiliki hak atas tanah untuk 2.959 properti. Kami telah memiliki hak legal untuk mendirikan bangunan pada mayoritas properti yang dimiliki. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.40/1996, masa berlaku maksimal dari hak mendirikan bangunan adalah 30 tahun, kemudian dapat diperbaharui untuk jangka waktu 20 tahun. Mayoritas properti TELKOM digunakan untuk menyediakan peralatan yang dibutuhkan dalam kegiatan operasional Perusahaan, seperti switch, stasiun transmisi dan peralatan radio gelombang mikro. Tidak ada satupun properti kami yang dalam hipotek. Perusahaan juga tidak mengkhawatirkan masalah lingkungan hidup yang dapat mempengaruhi penggunaan properti yang dimiliki Perusahaan.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

85

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Tinjauan Industri Telekomunikasi di Indonesia

tinjauan umum Industri telekomunikasi di Indonesia telah memasuki momentumnya seiring dengan semakin tingginya kesadaran serta pengetahuan masyarakat terhadap produk dan layanan berbasis teknologi informasi serta manfaatnya terhadap kehidupan. Populasi Indonesia yang besar serta pertumbuhan ekonominya yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara menawarkan peluang tersendiri bagi kelanjutan pertumbuhan bisnis di industri telekomunikasi dan memperbesar pangsa pasar telekomunikasi itu sendiri. Namun demikian secara geografis, industri telekomunikasi di Tanah Air dihadapkan pada tantangan pengembangan infrastruktur dalam rangka memenuhi kebutuhan atas akses terhadap jasa telekomunikasi yang berkualitas bagi penduduk di daerah terpencil. Sementara itu, masuknya pemain baru baik dari dalam maupun dari luar negeri, yang dimungkinkan oleh reformasi di sisi regulasi awal tahun 2000, mengukuhkan posisi industri ini sebagai salah satu sektor paling dan strategis untuk investasi jangka panjang. Meskipun di satu sisi, situasi

86

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

ini meningkatkan persaingan, terutama di bisnis jaringan telepon seluler (baik berbasis Global System for Mobile Communication (“GSM”) maupun Code Division Multiple Access (“CDMA”)), pemerintah melalui Menkominfo menjamin adanya pertumbuhan bisnis yang sehat di antara para operator telekomunikasi yang ada sehingga masing-masing dapat berkontribusi untuk pertumbuhan ekonomi nasional. Peluang bisnis di industri telekomunikasi Tanah Air semakin terbuka lebar sejalan dengan pertumbuhan bisnis seluler yang terus menciptakan inovasi baru dan memudahkan akses internet secara mobile bagi para pelanggannya sehingga meningkatkan prospek bisnis layanan komunikasi data. Roadmap maupun tren teknologi di bidang telekomunikasi data ke depannya akan mengarah pada penerapan teknologi HSPA+, WiMax dan Long Term Evolution (”LTE”). Arah perkembangan teknologi juga mengonfirmasikan bahwa kebutuhan pelanggan terhadap layanan data terus meningkat, tidak hanya suara (voice) namun juga Short Messaging Service (”SMS”).

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Apabila mengacu pada standar internasional, penetrasi akses internet maupun sambungan telepon tidak bergerak di Indonesia terbilang masih rendah. Namun kami meyakini ada beberapa kecenderungan ke arah pertumbuhan yang signifikan pada industri telekomunikasi di Indonesia yang didukung oleh beberapa faktor, yakni di antaranya: 1. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan akan mendorong peningkatan permintaan akan layanan telekomunikasi, termasuk komunikasi data. 2. Perpindahan ke jaringan telepon nirkabel. Kami meyakini layanan telepon nirkabel akan semakin populer merujuk pada ekspansi cakupan layanan yang disertai peningkatan kualitas jaringan nirkabel, harga telepon seluler yang semakin terjangkau dan pertambahan fitur layanan prabayar yang mempermudah akses data secara bergerak. 3. Pertambahan jumlah operator telekomunikasi. Kami memperkirakan persaingan pasar di sektor telekomunikasi di Indonesia akan semakin terbuka dan ketat ke depannya sebagai akibat dari reformasi peraturan Pemerintah yang menghapuskan sistem monopoli terdahulu.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

REGULASI

Tinjauan Umum Kerangka kebijakan industri telekomunikasi terdiri dari undang-undang tertentu, peraturan pemerintah dan peraturan menteri yang dibuat dan diterbitkan dari waktu ke waktu. Kebijakan yang terkait industri telekomunikasi dan masih berlaku saat ini pertama kali dibuat dan dijabarkan dalam “Cetak Biru Kebijakan Pemerintah Indonesia mengenai Telekomunikasi” yang termaktub dalam Keputusan Menteri Perhubungan No.KM 72 tahun 1999 tertanggal 20 Juli 1999. Kebijakan ini ditujukan untuk: • Meningkatkan kinerja sektor telekomunikasi di era globalisasi; • Meliberalisasi sektor ini dengan menciptakan struktur yang kompetitif dengan menghapuskan monopoli; • Meningkatkan transparansi dan kepastian kerangka peraturan; • M e n c i p t a k a n k e s e m p a t a n b a g i o p e r a t o r telekomunikasi nasional untuk melakukan aliansi strategis dengan mitra asing;

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

87

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

• •

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

Menciptakan peluang usaha bagi sektor usaha skala kecil dan menengah; dan Memfasilitasi penciptaan lapangan kerja baru.

Undang-Undang Telekomunikasi Kebijakan di sektor telekomunikasi mengacu pada UndangUndang No.36/1999 (“Undang-Undang Telekomunikasi”) yang berlaku efektif sejak tanggal 8 September 2000. Undang-Undang Telekomunikasi memuat pedomanpedoman bagi pelaksanaan reformasi industri, termasuk liberalisasi industri, memfasilitasi masuknya pemain baru serta peningkatan transparansi dan kompetisi. Undang-Undang Telekomunikasi meniadakan konsep “badan penyelenggara” yang sekaligus mengakhiri status kami dan Indosat, sebagai badan penyelenggara yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan layanan telekomunikasi domestik maupun internasional. Dalam rangka memfasilitasi persaingan di industri ini, Undang-Undang Telekomunikasi melarang segala praktik monopoli dan persaingan tidak sehat antar sesama operator telekomunikasi. Undang-Undang Telekomunikasi diimplementasikan melalui berbagai Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri, termasuk Peraturan Pemerintah No.52/2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi, KM 20/2001 tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi yang kemudian diubah menjadi No.1/PER/M.KOMINFO/01/2010 tanggal 25 Januari 2010, KM 33/2004 tentang Pengawasan Kompetensi yang Sehat dalam Penyelenggaraan Jaringan Tetap dan Penyelenggaraan Jasa Telepon Dasar, Keputusan Menhub No.KM. 4/2001 tertanggal 16 Januari 2001 mengenai Rencana Teknik Dasar Nasional 2000 untuk Pengembangan Telekomunikasi Nasional (“Rencana Teknis Telekomunikasi Nasional”). Keputusan Menhub No.KM.4/2001 telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir adalah Peraturan Menkominfo No.09/PER/M.KOMINFO/06/2010 tertanggal 9 Juni 2010. Dengan Undang-Undang Telekomunikasi, Keputusan Menhub No.KM.4/2001 menetapkan visi dasar untuk pengembangan regulator telekomunikasi Indonesia.

Regulator Telekomunikasi Pada bulan Februari 2005, kewenangan untuk mengatur industri telekomunikasi yang sebelumnya terletak di tangan Kementerian Komunikasi dialihkan kepada kementerian yang baru terbentuk, yakni Kementerian Komunikasi dan Informatika (”Menkominfo”). Pemerintah melalui Menkominfo memegang peranan sebagai regulator sekaligus pengendali dan pelaku kebijakan yang mengatur

88

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

industri telekomunikasi di Indonesia. Selain itu, Menkominfo juga mengatur pembagian spektrum frekuensi radio bagi seluruh operator telekomunikasi, yang masingmasing harus mendapatkan lisensi dari Dirjen Postel sebelum dapat menggunakan spektrum frekuensi radio tersebut. Sejak 1 Januari 2011, Dirjen Postel dibubarkan dan kewenangan Dirjen Postel untuk memberikan lisensi dan menerbitkan peraturan untuk industri telekomunikasi telah dialihkan kepada dua Direktorat Jenderal baru, yaitu Direktorat Jendral Sumber Daya dan Sarana Pos dan Informasi dan Direktorat Penyelenggaraan Pos dan Informasi berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.17/PER/M.KOMINFO/10/2010 tanggal 28 Oktober 2010. Setelah pemberlakuan Undang-Undang Telekomunikasi, Menhub membentuk badan regulasi independen sebagaimana termaktub dalam Keputusan Menhub No.KM 31 tahun 2003 tertanggal 11 Juli 2003 tentang Penetapan Badan Regulasi Independen Telekomunikasi Indonesia, yang berfungsi untuk meregulasi, mengawasi, dan mengendalikan industri telekomunikasi. Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (”BRTI”) terdiri dari para pejabat Dirjen Postel dan Komite Regulasi Telekomunikasi dan diketuai oleh Direktur Jenderal Layanan Pos dan Telekomunikasi. Pembentukan badan regulasi independen ini bertujuan untuk melengkapi peran Kemenkominfo sebagai pihak yang di antaranya akan menerbitkan lisensi, menentukan standar, biaya interkoneksi, persaingan bisnis, dan penyelesaian konflik. Sebelum tanggal 25 Februari 2009, BRTI juga mengoperasikan Sistem Kliring Trafik Telekomunikasi (“SKTT”), yang memonitor segala hal yang terkait dengan interkoneksi dan menentukan biaya interkoneksi. Melalui SKTT, BRTI memperoleh data mengenai profil trafik interkoneksi di antara para operator untuk memastikan transparansi dalam pengenaan biaya interkoneksi. Merujuk pada Peraturan Menkominfo No.14/PER/M. KOMINFO/02/2009 tertanggal 25 Februari 2009 tentang Kliring Trafik Telekomunikasi, tanggung jawab dalam melaksanakan kliring dan penyelesaian biaya interkoneksi telah dialihkan dari BRTI kepada penyedia jaringan Telekomunikasi, yang diwajibkan untuk melaporkan data trafik interkoneksi kepada BRTI. Peranan BRTI saat ini lebih kepada pengawasan, dari pada penerapan, proses kliring dan penyelesaian interkoneksi.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Klasifikasi dan Lisensi Penyedia Telekomunikasi Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.52/2000, Undang-Undang Telekomunikasi mengklasifikasikan penyedia telekomunikasi ke dalam tiga kategori: • penyedia jaringan telekomunikasi; • penyedia layanan telekomunikasi; dan • penyedia telekomunikasi khusus. Masing-masing kategori penyelenggara telekomunikasi memerlukan lisensi untuk menyelenggarakan tiap jasa telekomunikasinya. Peraturan Menkominfo No.01/PER/M. KOMINFO/01/2010 tanggal 25 Januari 2010 tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi (“Permen No.1/2010”) dan Keputusan Menkom No.KM21/2001 tanggal 31 Mei 2001 tentang Penyelenggaraan Layanan Telekomunikasi (Kepmen 21/2001)(sebagaimana telah diubah oleh Kepmen No.KM30/2004 tanggal 11 Maret 2004, Permen No.07/P/M.KOMINFO/04/2008 tanggal 4 April 2008 dan Permen No.31/PER/M. KOMINFO/09/2008 tanggal 9 September 2008) merupakan peraturan dasar pelaksanaan yang mengatur mengenai pemberian lisensi. Peraturan Menkominfo No.1/2010 dan Keputusan Menkom No.KM21/2001 membedakan layanan telepon dasar dari layanan telepon bernilai tambah dan layanan multimedia yang membutuhkan lisensi berbeda. Penyelenggara jaringan telekomunikasi diizinkan untuk memiliki dan/ atau mengoperasikan jaringan telekomunikasi, sementara penyelenggara layanan telekomunikasi diizinkan untuk dapat beroperasi dengan menyewa kapasitas jaringan dari penyelenggara jaringan. Lisensi telekomunikasi khusus yang diberikan secara terpisah dibutuhkan oleh penyelenggara layanan telekomunikasi swasta terkait dengan kepentingan penyiaran dan kepentingan keamanan nasional.

Munculnya Persaingan dalam Industri Telekomunikasi di Indonesia Pada tahun 1995, TELKOM diberikan hak monopoli untuk melayani telekomunikasi lokal tidak bergerak yang berlaku hingga tanggal 31 Desember 2010, dan layanan SLJJ hingga tanggal 31 Desember 2005. Indosat dan Satelindo (yang kemudian digabungkan dengan Indosat) memperoleh hak duopoli untuk melayani telekomunikasi internasional hingga tahun 2004. Sebagai konsekuensi dari berlakunya Undang-Undang Telekomunikasi, Pemerintah mengakhiri hak eksklusif kami dan hak duopoli Indosat dan Satelindo. Pemerintah sebaliknya menerapkan kebijakan duopoli dengan memberlakukan persaingan antara TELKOM dan Indosat sebagai penyelenggara layanan dan penyelenggara jaringan telekomunikasi yang lengkap. Pasar bagi

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

penyelenggaraan jasa SLI kemudian diliberalisasi pada bulan Agustus 2003 dengan dihapuskan hak eksklusif Indosat dan Satelindo. Indosat mulai mengoperasikan layanan tidak bergerak pada tahun 2002 dan akses layanan tidak bergerak nirkabel serta SLJJ pada tahun 2003 setelah diperolehnya lisensi layanan SLJJ. Kami kemudian menerima sebuah lisensi layanan SLI dan mulai menawarkan layanan SLI pada tahun 2004 sehingga menciptakan persaingan langsung dengan Indosat.

Layanan SLJJ Dalam rangka liberalisasi layanan SLJJ, Pemerintah mengubah Rencana Teknis Telekomunikasi Nasional berdasarkan Peraturan Menkominfo No.6/P/M. KOMINFO/5/2005 tanggal 17 Mei 2005 (“Peraturan Kominfo No.6/2005) yang memberikan kepada setiap penyelenggara layanan SLJJ suatu kode akses tiga angka yang memperbolehkan pelanggan memilih penyedia layanan SLJJ alternatif dengan cara memutar kode akses tiga angka. Keputusan Menkominfo No.6/2005 tidak mewajibkan dilakukan penerapan secara langsung atas sistem kode akses tiga angka untuk panggilan SLJJ, melainkan menentukan bahwa sebagai penyedia layanan SLJJ pertama, kami harus secara bertahap membuka jaringan kami untuk kode akses tiga angka di seluruh wilayah berkode di Indonesia, paling lambat pada 1 April 2010, yang mana hal tersebut tidak berlaku lagi. Kami diberikan kode akses SLJJ “017” sedangkan Indosat diberikan kode akses SLJJ “011”. Pada tanggal 3 Desember 2007, Kementerian Komunikasi dan Informatika mengubah Rencana Telekomunikasi Nasional dengan mengeluarkan peraturan No.43/P/M.KOMINFO/12/2007, yang menunda penerapan kode akses tiga angka untuk panggilan SLJJ hingga tanggal 27 September 2011. Berdasarkan Keputusan Menkominfo No.43 /2007, kami diminta untuk membuka jaringan untuk menerapkan kode akses tiga angka untuk panggilan SLJJ “01X” pada 3 April 2008 di Balikpapan, dan kami mampu menerapkan layanan ini sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan. Sejak 3 April 2008, para pelanggan dapat melakukan panggilan SLJJ dari Balikpapan menggunakan kode Indosat “011” sebagai awalan. Sebagaimana telah disebutkan diatas, Keputusan Menkominfo No.43/2007 juga menuntut kami membuka jaringan ke seluruh Indonesia untuk penerapan kode akses tiga angka untuk panggilan SLJJ tidak bergerak kabel atau nirkabel “01X” bagi Indosat dan operator berlisensi lainnya mulai tanggal 27 September 2011. Sebelum tanggal itu, kami wajib membuka jaringan kami untuk akses SLJJ “01X” bagi operator berlisensi lainnya hanya di kota-kota dimana operator lainnya berada dan mencapai batas basis pelanggan tertentu dibanding pelanggan kami yang hingga kini belum terjadi di satu kota pun di Indonesia. Ketika kami

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

89

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

membuka jaringan kami menjadi kode akses tiga digit ”01X” di seluruh Indonesia, pelanggan kami dimana pun mereka berada di seluruh Indonesia akan mampu untuk memilih penyedia layanan SLJJ lain (jika tersedia untuk area tersebut) dengan menekan kode akses tiga digit area tujuan dan sebaliknya Pada tanggal 16 Desember 2008, Menkominfo menerbitkan izin penyelenggaraan SLJJ kepada Bakrie Telecom sehingga meningkatkan jumlah operator SLJJ menjadi tiga. Tarif yang kami bebankan kepada pelanggan SLJJ sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri No.15/Per/M. KOMINFO/4/2008 tertanggal 30 April 2008 mengenai Tata Cara Penetapan Tarif Telepon Dasar Yang Disalurkan Melalui Jaringan Tetap (Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.15/2008), yang menyatakan bahwa tarif yang akan dibebankan TELKOM untuk layanan ini dibatasi berdasarkan rumusan biaya yang ditentukan oleh Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.15/2008. Ketentuan ini juga menyatakan bahwa struktur tarif terdiri dari biaya sambungan, biaya bulanan, biaya pemakaian dan biaya fasilitas tambahan. Kami juga diwajibkan oleh Peraturan Menkominfo No.15/2008 untuk melaporkan perhitungan biaya sesuai ketentuan tersebut kepada BRTI.

Layanan SLI Kami menerima lisensi penyelenggaraan SLI pada bulan Mei 2004 dan mulai menawarkan kepada para pelanggan kami layanan telepon tidak bergerak untuk SLI pada bulan Juni 2004 dengan menerapkan kode akses ”007”. Kode akses SLI Indosat adalah ”001”. Perjanjian interkoneksi yang ditandatangani pada bulan Desember 2005 dengan Indosat memungkinkan pelanggan jaringan Indosat untuk mengakses layanan SLI kami dengan memutar kode ”007” dan pelanggan jaringan kami dapat mengakses layanan SLI Indosat dengan memutar kode ”001”. Pada bulan September 2007, Menkominfo menerbitkan lisensi SLI kepada Bakrie Telecom, dengan kode akses internasional ”009”. Biaya interkoneksi dari penyedia jaringan internasional bagi penyedia jaringan lokal ditentukan oleh dokumen Penawaran Interkoneksi untuk penyedia jaringan lokal layanan tidak bergerak. Tarif yang kami berlakukan bagi pelanggan SLI diatur berdasarkan Permen Kominfo No.15/2008 sebagaimana halnya layanan SLJJ kami.

Layanan Nirkabel Tidak Bergerak Keputusan Menhub KM.35/2004 tanggal 11 Maret 2004 tentang Penyelengaraan Jaringan Tetap Lokal Tanpa Kabel dengan Mobilitas Terbatas mengatur bahwa izin penyelenggaraan layanan akses nirkabel tidak bergerak hanya diberikan kepada operator jaringan layanan tidak bergerak yang memiliki lisensi dari Menhub dan menggunakan jaringan

90

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

akses frekuensi radio. Keputusan Menhub No.35/2004 juga menegaskan bahwa setiap penyedia akses layanan nirkabel tidak bergerak harus menyediakan layanan telepon dasar. Namun, penyedia akses layanan nirkabel tidak bergerak hanya boleh menyediakan akses nirkabel tidak bergerak untuk nomor-nomor yang tercakup dalam kode area tertentu. Selain itu, layanan akses nirkabel tidak bergerak tidak dapat menerapkan fitur-fitur roaming. Dengan fitur migrasi otomatis, pelanggan diperbolehkan melakukan dan menerima panggilan di perangkat telepon nirkabel tidak bergerak mereka dengan menggunakan nomor dan kode area yang berbeda. Tarif yang kami berlakukan bagi pelanggan layanan nirkabel tidak bergerak diatur berdasarkan Permen Kominfo No.15/2008 sebagaimana halnya layanan tetap SLJJ dan SLI kami.

Seluler Tarif yang kami bebankan untuk pelanggan seluler TELKOM sesuai dengan Peraturan Menkominfo No.09/ PER/M.KOMINFO/04/2008 tanggal 7 April 2008 tentang Tata Cara Penetapan Tarif Pungut Layanan Jasa Telekomunikasi melalui Jaringan Seluler Bergerak (Peraturan Menkominfo No.9/2008) yang menyediakan panduan untuk penetapan tarif seluler berdasarkan biaya elemen jaringan dan aktivitas layanan ritel ditambah marjin biaya. Berdasarkan Peraturan Menkominfo No.9/2008, tarif yang dapat kami bebankan pada pelanggan seluler terstruktur yang terdiri dari tarif layanan dasar, tarif roaming dan tarif multimedia. Tiap bagian tarif dibagi menjadi biaya koneksi, biaya bulanan, biaya pemakaian dan biaya fasilitas tambahan.

Interkoneksi Sejalan dengan adanya larangan dalam Undang-Undang Telekomunikasi mengenai kegiatan yang dapat mengarah pada praktik-praktik monopoli dan persaingan bisnis yang tidak adil, Undang-Undang Telekomunikasi mewajibkan penyedia jaringan untuk mengizinkan pengguna dalam satu jaringan untuk mengakses pengguna atau layanan di jaringan lainnya dengan membayar biaya yang disepakati oleh tiap operator jaringan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.52 tahun 2000 tentang penyelenggaraan Telekomunikasi, pengenaan biaya interkoneksi antara dua operator jaringan atau lebih harus transparan, atas kesepakatan bersama dan adil. Pada tanggal 8 Februari 2006, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menerbitkan Peraturan Menkominfo No.8/Per/M.KOMINFO/02/2006 tentang Interkoneksi (“Peraturan Menkominfo No.8/2006”), yang memandatkan penerapan skema tarif interkoneksi berbasis biaya bagi seluruh operator layanan dan jaringan telekomunikasi sebagai ganti dari skema pembagian pendapatan. Dengan skema baru tersebut, operator jaringan di mana

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

panggilan berakhir akan menentukan biaya interkoneksi berdasarkan formula berbasis biaya inkremen jangka panjang. Peraturan Menkominfo No.8/2006 mencakup metode penentuan biaya inkremen jangka panjang. Sesuai petunjuk Menkominfo, data TELKOM digunakan sebagai model dalam menentukan biaya jaringan tidak bergerak, sedangkan data Telkomsel digunakan untuk menentukan biaya jaringan seluler. Sesuai mandat Peraturan Menkominfo No.8/2006, operator harus memasukkan hasil perhitungan formula pemerintah ini dalam proposal Dokumen Penawaran Interkoneksi (“DPI”) kepada BRTI yang berisi pengajuan tarif interkoneksi untuk tahun selanjutnya. Operator wajib menggunakan metode berbasis biaya dalam mempersiapkan proposal DPI, dan BRTI dan Menkominfo wajib menggunakan metode yang sama dalam mengevaluasi DPI dan m e nye t u j u i t a r i f i n te r ko n e k s i . D P I j u g a h a r u s memasukkan proposal untuk skenario panggilan, routing trafik, titik interkoneksi, prosedur untuk meminta dan menyediakan layanan interkoneksi, serta hal lainnya. Proposal DPI juga harus mengungkapkan jenis dan tarif layanan interkoneksi yang dikenakan bagi tiap layanan yang ditawarkan. Penyedia akses interkoneksi harus menerapkan sistem antrian dengan berdasarkan pada pemberian layanan bagi yang pertama datang (First-in-First-Serve). Selain itu, mekanisme interkoneksi juga harus transparan dan tanpa diskriminasi. Terkait dengan Peraturan Menkominfo No.8.2006 dan Surat Keputusan BRTI No.246/BRTI/VIII/2007 tanggal 6 Agustus 2007, kami mengajukan perubahan terhadap proposal DPI kami kepada BRTI pada bulan Oktober 2007, yang mencakup penyesuaian untuk berbagai penawaran operasional, konfigurasi, teknis dan layanan. Pada bulan Desember 2007, seluruh operator jaringan, termasuk kami sendiri, menandatangani perjanjian interkoneksi baru yang menggantikan seluruh kesepakatan interkoneksi antara operator jaringan termasuk perubahan kesepakatan interkoneksi yang ditandatangani pada bulan Desember 2006. Kesepakatan ini memenuhi persyaratan yang tercantum dalam DPI TELKOM. Pada tanggal 5 Februari 2008, BRTI mewajibkan kami dan operator lainnya untuk mulai menerapkan penyesuaian tarif bagi rezim tarif interkoneksi berbasis biaya. Pada tanggal 11 April 2008, melalui Keputusan Dirjen Postel No.205/2008, Pemerintah menyetujui DPI dari operator dominan (operator yang mengendalikan lebih dari 25% pangsa pasar), termasuk Telkomsel dan TELKOM, untuk menggantikan DPI sebelumnya. DPI kami yang disepakati pada tahun 2008 masih berlaku dan terus mengatur tarif interkoneksi kami.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menkominfo No.8/2006, kami mengkaji tarif interkoneksi yang diterapkan pada 2010 dalam rangka menyesuaikannya untuk kebutuhan 2011. Sesuai dengan Surat BRTI No.227/BRTI/XII/2010 tanggal 31 Desember 2010, tarif interkoneksi untuk tahun 2011 tidak akan ditentukan oleh DPI yang disetujui oleh pemerintah, sebagaimana umumnya, disebabkan hambatan yang diterapkan melalui reformasi peraturan dalam BRTI dan transisi dari Dirjen Postel kepada Dirjen Sumber Daya yang baru, sebagai regulator utama untuk industri telekomunikasi. Sebagaimana diatur dalam Surat BRTI No.227/2010, kami, bersama dengan seluruh operator lainnya, sedang dalam proses penghitungan penyesuaian bagi seluruh tarif interkoneksi yang telah disepakati. Sebagai bagian dari perjanjian, data TELKOM akan digunakan sebagai model dalam menentukan biaya jaringan tidak bergerak, sedangkan data Telkomsel akan digunakan dalam menentukan biaya jaringan seluler, dengan data Indosat digunakan sebagai perbandingan dalam hal perhitungan biaya jaringan seluler.

VoIP Pada bulan Januari 2007, Pemerintah menerapkan peraturan interkoneksi baru serta sistem kode akses lima angka untuk layanan VoIP berdasarkan Peraturan Menkominfo No.06/P/M.Kominfo/5/2005 tertanggal 17 Mei 2005. Dalam Peraturan Menteri tersebut diatur bahwa layanan ITKP/VoIP yang awalnya menggunakan awalan 01X wajib mengganti awalan menjadi 010XY.

IPTV Pa d a b u l a n Ag u st u s 2 0 0 9, M e n ko m i n fo te l a h menerbitkan Keputusan Menteri No.30/PER/M. KOMINFO/8/2009 mengenai Penyelenggaraan Layanan IPTV di Indonesia (“Peraturan Menkominfo No.30/2009”), yang mengatur rencana bisnis IPTV kami, yakni sebuah layanan TV berlangganan yang disiarkan melalui jaringan internet protocol. Menkominfo memperbaharui dan mengganti peraturan ini pada bulan Juli 2010 dengan Peraturan Menkominfo No.11/PER/M. KOMINFO/07/2010. Peraturan Menkominfo No.11/2010 menegaskan IPTV dapat ditayangkan melalui perangkat televisi dan alat telekomunikasi lainnya, sedangkan Peraturan Menkominfo No.30/2009 hanya mencakup perangkat televisi. Peraturan Menkominfo No.11/2010 menyebutkan IPTV merupakan bentuk konvergensi dari telekomunikasi, penyiaran, multimedia dan transaksi elektronik. Peraturan Menkominfo No.11/2010 menjadi dasar hukum bagi pemberian izin dan penyediaan layanan IPTV, dan termasuk di antaranya ketentuan mengenai hak dan kewajiban, standar, kepemilikan asing, serta penggunaan penyedia konten independen dalam negeri.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

91

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

Hanya konsorsium yang terdiri sedikitnya dari dua entitas bisnis Indonesia dapat memperoleh lisensi sebagai penyelenggara IPTV. Tiap anggota konsorsium ini harus memiliki setidaknya satu lisensi sebagai penyedia jaringan tidak bergerak domestik, yang satu berperan sebagai Penyelenggara Layanan Internet (“ISP”), dan yang satu lagi sebagai penyelenggara layanan penyiaran berbayar. Konsorsium itu melayani IPTV hanya di wilayah di mana konsorsium itu memiliki tiga lisensi yang disyaratkan. Peraturan Menkominfo No.11/2010 juga mensyaratkan penyediaan layanan IPTV dengan menggunakan jaringan kabel sebagai media transmisinya (Radio Communication Bureau of the International Telecommunication Union).

Satelit Industri satelit internasional sangat diatur keberadaannya. Selain terkait dengan pemberian izin domestik dan peraturan di Indonesia seperti peraturan penggunaan slot orbit dan frekuensi radio, penempatan dan pengoperasian satelit kami juga dipengaruhi oleh pendaftaran pada Kantor Komunikasi Radio Persatuan Telekomunikasi Internasional.

Perlindungan Konsumen Berdasarkan Undang-Undang Telekomunikasi, tiap operator harus mampu menjamin perlindungan konsumen terkait kualitas layanan, biaya penggunaan atau jasa, jaminan kompensasi dan lainnya. Konsumen yang dirugikan oleh operasi yang ceroboh dapat mengajukan klaim kepada penyedia layanan tersebut. Perlindungan konsumen telekomunikasi memberikan standar layanan bagi operator telekomunikasi.

KPU Seluruh operator jaringan dan penyelenggara layanan telekomunikasi terikat oleh KPU yang mensyaratkan mereka untuk menyediakan fasilitas telekomunikasi dan infrastruktur universal, yang pada umumnya dilakukan melalui kontribusi secara finansial. Peraturan Menkominfo No.32/PER/M.KOMINFO/10/2008 tanggal 10 Oktober 2008 tentang KPU (“Peraturan Menkominfo No.32/2008”) menyebutkan dana KPU yang diterima akan digunakan untuk membiayai layanan telepon, pesan singkat dan akses internet di daerah terpencil di Indonesia dimana tidak ekonomis untuk memberikan layanan ini. Syarat pembayaran KPU dihitung berdasarkan persentase dari pendapatan kotor kami dan pendapatan kotor nonkonsolidasi Telkomsel, dikurangi piutang tidak tertagih dari operasi telekomunikasi (misalnya beban piutang tidak tertagih) dan pembayaran yang diterima untuk biaya interkomunikasi yang dimiliki pihak lain. Peraturan Pemerintah No.7/2009 tanggal 16 Januari 2009 tentang jenis dan tarif atas jenis penerima negara bukan pajak yang berlaku untuk Kementerian Komunikasi dan Informatika (“PP No.7/2009”) menetapkan bahwa, tarif KPU yang

92

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

berlaku saat ini sebesar 1,25%. Kami telah membayar sebesar Rp462,6 miliar di 2008, Rp809,6 miliar di 2009 dan Rp834,5 miliar di 2010. Peraturan Menkominfo No.32/2008 juga memungkinkan untuk melelang hak melayani KPU kepada penyedia jasa berbiaya paling rendah. Misalnya, Peraturan Menkominfo No.48/PER/M.KOMINFO/11/2009, yang diterbitkan pada tanggal 23 November 2009, memfasilitasi pelelangan atas 11 tender di mana dana KPU dapat digunakan untuk membangun Pusat Layanan Internet di ibukota kecamatan yang terjangkau oleh layanan tiap tender.

Pendapatan Telekomunikasi Pemerintah Pada tanggal 16 Januari 2009, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No.7/2009 yang memuat jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku untuk Menkominfo yang bersumber dari berbagai layanan termasuk telekomunikasi. Kami berkewajiban untuk membayar biaya hak penggunaan terkait dengan stasiun radio yang kami gunakan dalam jaringan kami serta spektrum frekuensi radio yang kami kendalikan. Biaya perizinan untuk stasiun radio dibayarkan secara tahunan berdasarkan formula yang memperhitungkan dasar biaya untuk spektrum frekuensi radio dan kapasitas transmisi, disesuaikan oleh indeks biaya yang diatur oleh Menkominfo setelah berkonsultasi dengan Menteri Keuangan. Biaya perizinan broadband kami ditentukan oleh tender dan terdiri dari biaya di muka dan iuran tahunan. P a d a t a n g g a l 1 3 D e s e m b e r 2 0 1 0, P e m e r i n t a h menerbitkan Peraturan Pemerintah No.76/2010 yang mengubah Peraturan Pemerintah No.7/2009. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.76/2010, kami tidak lagi memiliki kewajiban untuk membayar biaya atas hak penggunaan yang dihitung berdasarkan stasiun radio yang kami luncurkan di jaringan kami, kecuali stasiun radio yang diluncurkan di backbone kami, terhitung efektif sejak dari 15 Desember 2010. Akibatnya, biaya atas hak penggunaan kami dihitung berdasarkan bandwith spektrum frekuensi radio yang kami gunakan. Selain biaya atas hak penggunaan spektrum frekuensi radio, PP No.7/2009 mewajibkan seluruh operator telekomunikasi untuk membayar biaya konsesi tahunan, yang dapat disetorkan secara kwartalan, sebesar 0.5% dari pendapatan kotor non-konsolidasi dikurangi piutang tidak tertagih dari operasi telekomunikasi ( m i s a l nya b e b a n p i u t a n g t i d a k te r t a g i h ) d a n pembayaran yang diterima untuk biaya interkoneksi yang dimiliki pihak lain.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Menara Telekomunikasi Pada tanggal 17 Maret 2008, Kementerian Komunikasi dan Informatika menerbitkan Peraturan Menkominfo No.02/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Telekomunikasi Bersama (“Keputusan Menara”). Sesuai Keputusan Menara itu pembangunan menara telekomunikasi membutuhkan izin dari lembaga pemerintah yang terkait, sedangkan pemerintah setempat menentukan penempatan dan lokasi pendirian menara telekomunikasi tersebut. Selain itu, penyedia layanan telekomunikasi yang memiliki menara telekomunikasi dan pemilik menara lainnya harus memberikan izin bagi operator telekomunikasi lainnya untuk menggunakan menara telekomunikasi mereka (namun bukan menara yang dipergunakan sebagai jaringan utamanya), tanpa diskriminasi. Kemudian pada tanggal 30 Maret 2009, beberapa menteri menerbitkan peraturan bersama dalam bentuk Peraturan Menteri Dalam Negeri No.18/2009, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.07/PRT/M/2009, Peraturan Menkominfo No.19/PER/M.KOMINFO/03/2009 dan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.3/P/2009 mengenai pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara bersama Telekomunikasi (“Peraturan Bersama”). Peraturan Bersama itu mengizinkan bupati yang mengepalai pemerintahan lokal di Indonesia, atau gubernur, khususnya Propinsi DKI Jakarta, serta memberi wewenang untuk memberikan izin pembangunan menara telekomunikasi. Peraturan Bersama itu juga memuat standar pembangunan dan mensyaratkan agar menara telekomunikasi dibangun untuk dapat digunakan bersama oleh para penyedia layanan telekomunikasi. Pemilik menara telekomunikasi diizinkan untuk mengenakan biaya tertentu, yang dinegosiasikan dengan merujuk pada biaya terkait dengan biaya investasi dan operasional, pengembalian investasi dan keuntungan. Tidak diperbolehkan adanya praktik monopoli terkait kepemilikan dan pengelolaan menara telekomunikasi.

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

kami menjadi satu antara beberapa penyedia layanan telekomunikasi. Lihat “Regulasi-Tinjauan terhadap Industri Telekomunikasi di Indonesia”.

UU Persaingan Pemerintah saat ini berkampanye mengenai, liberalisasi persaingan dan transparansi di sektor telekomunikasi, walaupun pemerintah tidak berupaya mencegah para operator untuk memperoleh dan meningkatkan dominasinya di pasar. Pemerintah sebaliknya melarang para operator untuk menyalahgunakan posisi dominannya tersebut. Pada bulan Maret 2004. Menteri Perhubungan menerbitkan keputusan No.33/2004, yang berisi larangan untuk melakukan penyalahgunaan oleh para penyedia layanan dan jaringan yang memiliki posisi dominan. Sebuah penyedia dinilai memiliki posisi dominan berdasarkan faktor seperti cakupan bisnis, jangkauan wilayah layanan, dan apakah salah satu penyelenggara mengendalikan pasar tertentu. Secara khusus, keputusan No.33/2004 melarang dumping, penetapan harga yang merugikan, subsidi silang, menggunakan layanan penyelenggara tertentu (kecuali para pesaing) dan menghambat interkoneksi wajib (termasuk diskriminasi terhadap tertentu). Persaingan di sektor telekomunikasi, sebagaimana seluruh sektor usaha di Indonesia, diatur secara lebih umum dalam UU No.5/1999 tanggal 5 Maret 1999 mengenai Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Bisnis Tidak Sehat (“UU Anti Monopoli”). UU Anti Monopoli melarang perjanjian dan kegiatan yang mengarah pada persaingan bisnis tidak sehat, serta penyalahgunaan posisi dominan di pasar. Sebagaimana ditetapkan dalam UU Anti Monopoli, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (“KPPU”) dibentuk dengan fungsi sebagai pengawas anti monopoli di Indonesia yang berwenang untuk menerapkan ketentuan UU Anti Monopoli.

Di samping Peraturan Bersama dan Keputusan Menara, beberapa otoritas daerah telah menerapkan peraturan yang membatasi jumlah dan lokasi menara telekomunikasi serta mewajibkan operator untuk berbagi dalam hal penggunaan menara telekomunikasinya.

UU Anti Monopoli diterapkan bersama peraturan lainnya, termasuk Peraturan Pemerintah No.57/2010 tanggal 20 Juli 2010 mengenai Merger dan Akuisisi yang dapat Mengarah pada Praktik-Praktik Monopoli atau Praktik Bisnis yang Tidak Sehat. Peraturan Pemerintah No.57/2010 membolehkan konsultasi secara sukarela dengan KPPU sebelum dilakukannya sebuah aksi merger atau akuisisi, yang mengakibatkan KPPU mengeluarkan pendapat yang tidak mengikat. Peraturan Pemerintah No.57/2010 juga mewajibkan penyerahan laporan kepada KPPU setelah sebuah merger atau akuisisi diselesaikan jika transaksi melebihi batas nilai aset atau penjualan.

PERSAINGAN

Telepon Kabel Tidak Bergerak, Telepon Nirkabel Tidak Bergerak dan SLJJ

Langkah-langkah yang diambil pasca adopsi UndangUndang Telekomunikasi di tahun 2001 mengubah sektor telekomunikasi Indonesia dari duopoli antara Indosat dan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Hak eksklusif kami untuk menyediakan layanan telekomunikasi kabel tidak bergerak untuk jangkauan domestik di Indonesia berakhir setelah d i te ra p ka n nya U U Te l e ko m u n i ka s i p a d a tahun

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

93

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

2001. Menteri Perhubungan menerbitkan lisensi kepada Indosat untuk melayani telepon kabel tidak bergerak untuk jangkauan domestik pada bulan Agustus 2002 dan untuk SLJJ pada bulan Mei 2004. Kami membuat kesepakatan interkoneksi dengan Indosat pada tanggal 23 September 2005 yang memungkinkan interkoneksi antara layanan telepon kabel tidak bergerak di Jakarta, Surabaya, Batam, Medan, Balikpapan, Denpasar dan wilayah tertentu lainnya. Pada 2006, Indosat dapat melayani SLJJ ke seluruh penjuru Tanah Air melalui jaringan nirkabel tidak bergerak berbasis CDMA, jaringan telepon tidak bergerak dan kesepakatan interkoneksi dengan kami. D a l a m u p aya m e l i b e ra l i s a s i S L JJ, P e m e r i n t a h mewajibkan tiap penyedia SLJJ untuk menerapkan kode akses tiga angka yang dapat diputar oleh pelanggan yang melakukan panggilan SLJJ. Peraturan ini pertama kali diterapkan di Balikpapan pada tahun 2008, di mana penduduk Balikpapan diberi pilihan untuk melakukan panggilan SLJJ secara normal atau untuk memilih kode akses tiga angka yang diberikan kepada Indosat atau kepada kami. Dengan peraturan yang berlaku saat ini, sistem ini akan diterapkan secara nasional mulai tanggal 27 September 2011. Lihat “Regulasi-Sekilas Persaingan di Industri Telekomunikasi Indonesia”. Indosat tetap merupakan pesaing terbesar kami dalam melayani telepon tidak bergerak kabel dan SLJJ dan kami juga bersaing dengan penyedia layanan telepon tidak bergerak kabel lain seperti PT Bakrie Telecom (sebelumnya Ratelindo) dan PT Batam Bintan Telecom. Layanan telepon kabel tidak bergerak yang sudah sejak lama kami layani, akan tetapi mengalami dan terus menghadapi persaingan dari layanan seluler, terutama dengan menurunnya tarif untuk layanan ini, dan dari layanan alternatif lainnya seperti layanan telepon nirkabel tidak bergerak, layanan “SMS”, “VoIP” dan layanan e-mail. TELKOMFlexi, layanan sambungan telepon nirkabel tetap kami, adalah jaringan akses nirkabel terbesar di Indonesia dengan cakupan 370 kota dan menawarkan mobilitas terbatas dan membebankan pelanggan dengan dasar tarif PSTN yang secara umum lebih rendah dari tarif seluler. Sebagai perbandingan Indosat meluncurkan layanan code division multiple a cce ss d e n g a n n a m a “ S t a r O n e ” d i S u ra b aya dan Jakarta pada tahun 2004. Bakrie Telecom menawarkan layanan sambungan telepon nirkabel tidak bergerak di lebih dari 30 kota dan Mobile-8 diberikan lisensi sambungan telepon nirkabel tidak bergerak secara nasional pada tahun 2009, yang meningkatkan persaingan pada sektor sambungan telepon kabel tidak bergerak. Secara umum, teknologi

94

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

yang digunakan oleh CDMA dan operator sambungan telepon nirkabel tidak bergerak lebih murah, dan membuat operator dapat menawarkan harga yang lebih kompetitif dibanding operator GSM. Selain itu, biaya pengguna frekuensi untuk sambungan telepon nirkabel tidak bergerak untuk lisensi stasiun radio lebih rendah dari seluler.

Seluler Kami mengoperasikan bisnis layanan seluler melalui anak perusahaan kami dengan kepemilikan saham mayoritas, Telkomsel. Sejak tanggal 31 Desember 2010, pasar seluler Indonesia didominasi oleh Telkomsel, Indosat dan XL Axiata, yang secara gabungan menguasai 86.6% dari pasar seluler bergerak. Para penyedia layanan lainnya adalah Hutchinson, Natrindo, Smart Telecom dan Bakrie Telecom. Terdapat 206,3 juta pelanggan seluler bergerak di Indonesia pada tanggal 31 Desember 2010, meningkat sebesar 23,6% dari sekitar 166,9 juta yang tercatat pada 31 Desember 2009. Meskipun mencatat pertumbuhan, penetrasi seluler di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, yang mencapai rata-rata 88,0% pada tanggal 31 Desember 2010. Pasar seluler ini menghadapi peningkatan persaingan selama pertumbuhannya dalam beberapa tahun terakhir. Para penyedia layanan seluler di Indonesia secara historis bersaing di sisi harga, merek, jangkauan jaringan, kualitas jaringan, dan layanan bernilai tambah termasuk layanan data. Pada tahun 2007 dan 2008, sebagai akibat perubahan dari pola bagi hasil kepada tarif interkoneksi berbasis biaya, sebagian besar penyedia termasuk kami sendiri terus bersaing di sisi harga dan potongan harga promosi guna menarik jumlah pelanggan yang besar. Berdasarkan riset oleh A.T. Kearney pada tahun 2009, angka pemutusan di Indonesia, rasio pelanggan yang berpindah kepada penyedia layanan seluler lainnya, merupakan salah satu yang tertinggi di dunia yaitu rata-rata 11% per bulan. Baik pelanggan seluler prabayar dan pasca bayar di Indonesia sangat sensitif terhadap harga, dan yang terakhir menikmati biaya perubahan yang lebih rendah terkait dengan penutupan kontrak yang terbatas. Penurunan harga berakibat pada peningkatan jumlah pelanggan dan trafik jaringan, yang berujung pada meningkatnya kepadatan jaringan di antara para operator. Kami menilai Telkomsel bersaing secara efektif di pasar seluler Indonesia di sisi harga, jangkauan, kualitas layanan, dan layanan bernilai tambah. Sejak tanggal 31 Desember 2010, Telkomsel tetap menjadi penyedia layanan seluler terbesar di Indonesia, yang melayani sekitar 94,0 juta pelanggan dan menguasai pangsa pasar 45,6% dari pasar seluler bergerak. Di urutan kedua dan ketiga, terdapat Indosat dan XL Axiata, dengan penguasaan pangsa pasar sebesar

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

21,5% dan 19,6%, berdasarkan perkiraan jumlah pelanggan yang dilayani per 31 Desember 2010. Selain operator GSM yang beroperasi secara nasional, sejumlah penyelenggara GSM dengan cakupan wilayah lebih kecil, layanan analog, dan telepon nirkabel tidak bergerak, juga beroperasi di Indonesia. Tabel berikut memuat rangkuman informasi sampai dengan 31 Desember 2010 mengenai tiga penyedia utama telepon seluler GSM berlisensi nasional: Operator Seluler di Indonesia

Operator Telkomsel

Indosat

XL Axiata

Tanggal Peluncuran

Mei 1995

November 1994(2)

Oktober 1996

Frekuensi berlisensi 2G (GSM 900 dan 1800)

30 MHz

30 MHz

15 MHz

Frekuensi berlisensi 3G (2,1 GHz)

10 MHz

10 MHz

5 MHz

Pangsa pasar (per 31 Desember 2010)(1)

45,6%

21,5%

19,6%

94,0 juta

44,3 juta

40,4 juta

Pelanggan (per 31 Desember 2010)(1) (1) Perkiraan, berdasarkan data statistik yang dihimpun oleh TELKOM.

(2) Pada bulan Nopember 2003, Indosat dan Satelindo dimerger dan Indosat telah mengambil alih operasi seluler Satelindo.

Pada tahun 2008, KPPU memutuskan delapan penyedia layanan seluler, termasuk Telkomsel, terlibat dalam isu pembatasan harga untuk layanan SMS, meskipun mereka mengajukan banding terhadap keputusan itu kepada pengadilan negeri Indonesia. Lihat “Faktor Risiko” – jika kami terbukti melakukan pembatasan harga itu oleh Komisi Anti Monopoli Indonesia dan untuk tuduhan itu, kami dapat dikenai kewajiban yang bersifat substansial yang dapat mengakibatkan penurunan pendapatan dan mempengaruhi bisnis kami, reputasi serta profitabilitas kami.” Pada bulan Maret 2010, Smart Telecom dan Mobile-8 mengumumkan kesepakatan kerja sama mereka dalam penggunaan logo yang sama dan merek “smartfren.” Penyedia layanan seluler lainnya berpeluang melakukan kerjasama serupa di masa mendatang.

Sambungan Langsung Internasional (“SLI”) Kami memperoleh lisensi SLI komersial pada bulan Mei 2004 dan pada bulan Juni 2004 kami mulai melayani SLI secara penuh bagi pelanggan telepon kabel tidak bergerak. Kami memperoleh lisensi tersebut setelah penghapusan hak eksklusif Indosat atas pengoperasian layanan SLI pada bulan Agustus 2001 oleh Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi (“Dirjenpostel”). Kami melakukan persiapan menyeluruh untuk dapat menawarkan layanan SLI sebelum diperolehnya lisensi itu pada tahun 2004. Persiapan awal kami termasuk meningkatkan fasilitas switching untuk membangun kemampuan International Gateway di Batam, Jakarta dan Surabaya. Dua penghubung microwave, yang menghubungkan Batam-Singapura dan Batam-Pangerang (Malaysia), dibangun untuk memfasilitasi koneksi dengan operator luar negeri. Pada tahun 2003, bersama dengan Singtel Mobile dan CAT, kami membangun sistem kabel bawah laut TIS untuk menghubungkan Batam, Singapura dan Thailand. Kami menyelesaikan pengembangan kabel optik bawah laut untuk menghubungkan Dumai (Indonesia) dengan Melaka (Malaysia) pada bulan Desember 2004, merujuk pada perjanjian dengan Telekom Malaysia Berhad. Kabel internasional kami diperpanjang dengan membeli kapasitas bandwidth untuk menghubungkan Hong Kong, Amerika Serikat dan negara lainnya. Pada bulan Desember 2004, kami menyelesaikan bagian dasar untuk menghubungkan dengan Satellite Intelsat. Jaringan BSCS (Batam Singapore Cable System) mulai beroperasi pada bulan Mei 2009, sementara jaringan AAG mulai beroperasi pada bulan Oktober 2009. Pada tanggal 25 Januari 2008, TELKOM mengalihkan kegiatan operasi internasionalnya, termasuk SLI, kepada salah satu anak perusahaan kami, TII. Bisnis layanan SLI menghadapi persaingan ketat dari alat komunikasi jarak jauh alternatif, terutama VoIP.

Voice over Internet Protocol (“VoIP “) Kami secara resmi meluncurkan layanan VoIP pada bulan September 2002. VoIP menggunakan komunikasi data untuk mengalihkan trafik suara ke internet, yang umumnya menawarkan penghematan biaya yang sangat besar kepada pelanggan. XL Axiata, Indosat, Atlasat, Gaharu, PT Satria Widya Prima, Primedia Armoekadata dan Jasnita Telekomindo juga menyediakan layanan VoIP berlisensi di Indonesia. Operator yang tidak berlisensi lainnya juga

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

95

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

melayani VoIP yang dapat diakses melalui situs atau melalui piranti lunak yang memungkinkan komunikasi suara dari satu komputer ke komputer lainnya melalui jalur internet. Operator VoIP bersaing terutama berdasarkan harga dan kualitas layanan. Operator VoIP, termasuk kami, telah mulai menawarkan panggilan anggaran dan produk lainnya yang ditujukan untuk pengguna yang sensitif terhadap harga seperti kartu panggil prabayar, yang diharapkan dapat menghasilkan persaingan lebih besar di antara operator VoIP dan penyedia layanan SLI. Saat ini kami menawarkan layanan utama VoIP TELKOM Global-01017 dan alternatif yang lebih rendah-biaya TELKOMSave. TELKOMSave menawarkan potongan harga untuk negara-negara tertentu yang memiliki trafik dari Indonesia yang terbesar sementara menawarkan tarif reguler VoIP untuk negara-negara lain. Kami menawarkan layanan bersaing yang disebut TELKOM Global 01017.

Satelit Persaingan bisnis satelit di kawasan Asia-Pasifik terus menunjukkan peningkatan, terutama dalam hal jangkauan, produk dan harga. Pemerintah Indonesia tidak mengatur secara ketat industri satelit di Tanah Air sehingga dalam prakteknya, industri ini beroperasi sesuai dengan kebijakan “open-sky” yang membuka peluang persaingan besar antara operator satelit Indonesia dengan operator satelit asing.

96

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Kawasan Asia-Pasifik masih membutuhkan satelit untuk infrastruktur baik telekomunikasi maupun infrastruktur penyiaran (broadcasting). Ini dibuktikan dengan beberapa faktor yaitu :

• • • •

Banyaknya operator regional maupun global yang mengarahkan operasi layanan satelitnya untuk kawasan Asia-Pasifik; Tingginya permintaan pasar untuk trunking GSM; Masih bertumbuhnya pasar DTH (Direct To Home); dan Satelit sebagai solusi pemulihan pada saat bencana alam (disaster recovery).

Saat ini operator satelit baik regional maupun global di kawasan Asia – Pasifik adalah : • Intelsat / PanAmsat (USA) • SES Global (Luxembourg) / SES New Skies (Netherlands) • Telesat (Canada) / Loral Skynet (USA) • RSCC (Russia) • Eutelsat (France) APT Satellite (Hong Kong) • AsiaSat (Hong Kong) • SCC (Japan) • JSAT (Japan) • MEASAT (Malaysia) • Insat (India) • MCI – Media Citra Indostar (Indonesia) • Indosat (Indonesia)

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

• • • • • • • • • •

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

VinaSat (Vietnam) SingTel/Optus (Singapore) PT TELKOM (Indonesia) ChinaSat (China) SinoSat (China) KoreaSat (Korea) Mabuhay (Philippines) Thaicom (Thailand) ABS (Hong Kong) ProtoStar (Singapore)

Dua operator terakhir (ABS dan ProtoStar) adalah operator baru di kawasan Asia. Ini menunjukkan kawasan Asia sebagai kawasan yang menarik untuk bisnis satelit. Sedangkan operator Mobile Satellite Service (MSS) yaitu : • Inmarsat (UK) • Aces – Asia Celluler Satellite (Indonesia) • Thuraya Satellite (UAE) • Iridium (USA) • Globalstar (USA) • MBCO (Japan) • Tu Media (Korea) • CMBSAT (China) Operator satelit global dengan kapasitas yang lebih besar dapat memanfaatkan kelebihan skalanya tersebut untuk ekonomi akan dapat memberikan harga yang lebih murah tanpa mempengaruhi kinerja keuangan operator tersebut. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya subsidi dari pasar premium terhadap pasar yang sangat kompetitif. Namun operator nasional dapat meminta perlindungan entry barrier melalui regulasi seperti hak labuh yang diberlakukan oleh pemerintah terhadap satelit asing. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan baru mengenai penyelenggaraan satelit yaitu Peraturan Menteri No.13 tahun 2005 dimana operator satelit asing harus memiliki ijin hak labuh dengan kriteria: • Operator satelit asing harus melakukan koordinasi dengan operator satelit domestik sehingga tidak mengganggu sistem satelit dan sistem terrestrial milik Indonesia. • Negara yang mengoperasikan satelitnya di Indonesia harus memberikan kesempatan kepada operator satelit Indonesia untuk beroperasi di negaranya. Pada umumnya, biaya jasa penyedia layanan bergantung pada tenaga dan jangkauan. Penyelenggaraan satelit kami pada intinya terdiri dari menyewakan transponder kepada penyiar (broadcaster) dan operator telekomunikasi seperti

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

VSAT, seluler dan layanan SLI, ISP dan menyediakan jasa uplinking dan downlinking satelit stasiun bumi kepada pengguna domestik dan internasional. Kami menghadapi persaingan dari penyedia jasa asing dan domestik dan bersaing ketat di Indonesia dengan Indosat dan Pasifik Satelit Nusantara (“Pasifik Satelit Nusantara”). Satelit yang dioperasikan swasta dan melayani pasar penyiaran di wilayah yang dijangkau satelit TELKOM-1 dan TELKOM-2 termasuk AsiaSat-2, AsiaSat-4, AsiaSat-3S, Apstar-2R, Apstar-5, Apstar-6, ThaiCom 3, Measat-2, Measat-3, Measat-3a, PanAmSat-4 dan PanAmSat-7. Measat Sdn. Bhd, penyelenggara satelit Measat, APT Satellite penyelenggara satelit Apstar, dan Shin Satellite PCL, penyelenggara satelit ThaiCom, juga bersaing secara langsung dengan kami di wilayah Asia. Selain itu, dengan bertambahnya popularitas televisi Direct - To - Home (“DTH“), menyebabkan peningkatan persaingan dalam bisnis satelit karena bertambahnya penyelenggaraan satelit regional baru yang lebih kuat. DTH adalah penerimaan program - program satelit dengan pilihan tersendiri di setiap rumah. Penyiar nasional mulai berusaha mendapatkan lisensi DTH agar dapat menyediakan jasa penyiaran nasional di Indonesia. Televisi DTH akan membuat penyiar dapat menyalurkan program mereka tanpa mempergunakan jaringan telekomunikasi kami, atau dengan kata lain tidak melewati jasa telekomunikasi kami sama sekali. Dengan bertambahnya popularitas DTH, kami berhadapan dengan kemungkinan berkurangnya jumlah pelanggan karena DTH mempergunakan platform satelit yang tidak kami sediakan

Base Transceiver Stations (“BTS”) Kami mengoperasikan 42.198 BTS, menara, di seluruh Indonesia. Operator lain terkadang menempatkan peralatan telekomunikasi mereka pada menara tersebut, dimana kami menerima biaya atas penempatan tersebut. Pesaing utama kami dalam bisnis ini adalah XL Axiata, Indosat dan Bakrie Telecom.

Lain-lain Deregulasi di sektor telekomunikasi Indonesia telah membuka peluang persaingan yang berkenaan dengan bisnis multimedia, internet, dan layanan yang terkait dengan komunikasi data. Ragam bisnis ini mencapai momentumnya saat ini sehingga memunculkan persaingan yang sangat ketat. Persaingan layanan multimedia, internet dan komunikasi data di Indonesia terletak dalam hal harga, rentang layanan yang disediakan, kualitas maupun jangkauan jaringan, serta kualitas layanan kepada pelanggan.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

97

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

PERIZINAN



Dalam menyelenggarakan layanan telekomunikasi secara nasional, TELKOM memiliki sejumlah izin at a s b e b e ra p a p ro d u k d a n l aya n a n nya s e s u a i dengan undang-undang, peraturan atau keputusan yang berlaku.



Pada tahun 2010, TELKOM menyampaikan laporan kepada Menkominfo secara menyeluruh sehubungan dengan penyelenggaraan Jasa Internet Telepon untuk Keperluan Publik (“ITKP”), Jaringan Tetap Lokal, Jaringan Tetap “SLJJ”, Jaringan Tetap Sambungan Internasional (“SI”), Jaringan Tetap Tertutup, dan Akses Internet dalam rangka evaluasi per lima tahun sebagaimana disyaratkan dalam izin operasi utama penyelenggaraan yang diberikan. Evaluasi ini diwujudkan untuk memastikan bahwa TELKOM sebagai operator telah memenuhi seluruh persyaratan yang terdapat dalam lisensinya.

Dengan diterbitkannya Keputusan Menkominfo No.381, 382 dan 383 di atas, izin penyelenggaraan jaringan tetap dan layanan telepon dasar yang sebelumnya dimiliki TELKOM berdasarkan Keputusan Menhub No.KP.162 Tahun 2004 tanggal 13 Mei 2004 dinyatakan tidak berlaku lagi. Masing-masing izin tersebut di atas tidak memiliki batas waktu untuk masa keberlakuannya, namun setiap izin tersebut harus dievaluasi setiap tahunnya dan dievaluasi secara menyeluruh setiap lima tahun.

Setelah dikeluarkanya Peraturan Menkominfo No.01/ PER/M.KOMINFO/01/2010 tertanggal 25 Januari 2010 mengenai Ketentuan Jaringan Telekomunikasi, TELKOM diwajibkan untuk menyesuaikan lisensi yang dimilikinya agar dapat menjalankan layanan te l e ko m u n i k a s i s e s u a i p e ra t u ra n M e n ko m i n f o khususnya yang berhubungan dengan layanan jaringan telekomunikasi. Baru-baru ini TELKOM telah memiliki lisensi baru yang telah disesuaikan dengan yang diisyaratkan sebagai berikut:

Jaringan Tetap dan Layanan Telepon Dasar Berdasarkan penyampaian laporan tersebut di atas oleh TELKOM mengenai pelaksanaan pembangunan penyelenggaraan jaringan tetap dan dalam rangka penyesuaian terhadap Keputusan Menkominfo No.01, TELKOM telah mendapatkan penyesuaian izin di tahun 2010 untuk penyelenggaraan jaringan tetap lokal, SLJJ, SI dan jaringan tetap tertutup, sebagaimana berikut: • K e p u t u s a n M e n k o m i n f o N o . 3 8 1 / K E P/ M . KOMINFO/10/2010 tanggal 28 Oktober 2010 tentang Izin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal dan Jasa Teleponi Dasar PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk; • K e p u t u s a n M e n k o m i n f o N o . 3 8 2 / K E P/ M . KOMINFO/10/2010 tanggal 28 Oktober 2010 tentang Izin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Sambungan Langsung Jarak Jauh dan Jasa Teleponi Dasar PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk;

98

TINJAUAN KINERJA SAHAM

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

K e p u t u s a n M e n k o m i n f o N o . 3 8 3 / K E P/ M . KOMINFO/10/2010 tanggal 28 Oktober 2010 tentang Izin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Sambungan Internasional dan Jasa Telepon Dasar PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk; dan K e p u t u s a n M e n k o m i n f o N o . 3 9 8 / K E P/ M . KOMINFO/11/2010 tanggal 28 Oktober 2010 tentang Izin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Tertutup PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

Seluler Dalam melaksanakan layanan telepon seluler GSM secara nasional, izin yang dimiliki Telkomsel memungkinkan untuk menggunakan frekuensi radio 7,5 MHz dalam band 900 MHz dan frekuensi radio 22,5 MHz dalam band 1800 MHz. Telkomsel juga memiliki izin dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia untuk mengembangkan layanan seluler dengan jangkauan nasional, termasuk memperluas kapasitas jaringannya. Telkomsel juga memiliki ijin dan lisensi serta registrasi pada pemerintah daerah tertentu dan/atau instansi pemerintah, terutama terkait dengan operasinya di wilayah tersebut, properti yang dimiliki oleh pihaknya dan/atau lembaga pembangunan dan penggunaan BTS. Dalam perkembangannya, bisnis layanan telepon seluler semakin meningkat dengan diberikannya izin untuk beroperasi pada Third-Generation Mobile Telecommunications System (“3G”). Pada bulan Februari 2006, Pemerintah melaksanakan tender untuk tiga izin penggunaan spektrum frekuensi radio 2,1 GHz, masing-masing memiliki broadband 5 MHz, yang akan digunakan bersama izin baru untuk pengoperasian jaringan telekomunikasi seluler 3G tingkat nasional. Salah satu izin 3G ini diberikan kepada Telkomsel. Telkomsel mendapatkan izin 3G pada pita frekuensi 2,1 GHz tersebut untuk periode 10 tahun berdasarkan Keputusan Menkominfo No.19/KEP/M. KOMINFO/2/2006 tanggal 14 Februari 2006. Izin tersebut dapat diperpanjang setelah melalui proses evaluasi oleh Menkominfo. Telkomsel mulai menyediakan layanan 3G secara komersial sejak bulan September 2006.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Berdasarkan Keputusan Menkominfo No.101/KEP/M. KOMINFO/10/2006 tanggal 11 Oktober 2006, izin penyelenggaraan Telkomsel diperbaharui dengan memberikan hak kepada Telkomsel untuk menyediakan: (i) layanan telekomunikasi bergerak dengan pita frekuensi radio di 900 MHz dan 1800 MHz; (ii) layanan telekomunikasi bergerak IMT-2000 dengan pita frekuensi radio di 2,1 GHz (3G); dan (iii) layanan telekomunikasi dasar. Izin ini memiliki masa berlaku tidak terbatas yang akan dievaluasi setiap lima tahun.

Sambungan Langsung Internasional “SLI” TELKOM memulai layanan sambungan internasional sejak tahun 2004. Seperti yang disebutkan sebelumnya, izin operasi jaringan tidak bergerak dari layanan sambungan internasional telah melalui beberapa kali mengalami penyesuaian pada tahun 2010 untuk memenuhi ketentuan dalam Keputusan Menkominfo No.01/2010 dengan penerbitan Keputusan Menkominfo No.383/2010. Lisensi tidak memiliki tanggal kadaluwarsa, tetapi akan dievaluasi pada tahun 2015. TELKOM juga memiliki lisensi untuk mengoperasikan jaringan tidak bergerak tertutup berdasarkan Kepmen No 398/2010 yang menyesuaikan lisensi sebelumnya, untuk memenuhi ketentuan dalam Keputusan Menkominfo No.01/2010. Lisensi ini memungkinkan TELKOM untuk

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

menyewakan jaringan terpasang tidak bergerak tertutup, bersama dengan operator kepada operator jaringan dan layanan telekomunikasi lainnya, termasuk menyediakan fasilitas transmisi telekomunikasi internasional melalui Sistem Komunikasi Kabel Laut (“SKKL”) langsung ke Indonesia untuk operator telekomunikasi luar negeri. Menurut Keputusan Menkominfo No.16/PER/M. KOMINFO/9/2005 tanggal 6 Oktober 2005 tentang ketentuan Sarana Transmisi Telekomunikasi Internasional melalui Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL), operator telekomunikasi luar negeri yang akan memberikan fasilitas transmisi telekomunikasi internasional melalui SKKL langsung ke Indonesia diwajibkan untuk membangun kemitraan dengan jasa penyedia layanan jaringan tetap tertutup. Sejalan dengan Keputusan Menkominfo No.16/2005 fasilitas transmisi telekomunikasi internasional yang disediakan melalui SKKL dilayani oleh TELKOM dengan mengacu pada hak labuh, yang melekat pada lisensi TELKOM untuk mengoperasikan jaringan tetap layanan panggilan internasional. TELKOM juga memiliki hak labuh berdasarkan surat hak labuh No.006-OS/DJPT.6/ HLS/3/2010 tanggal 2 Maret 2010 dari Menkominfo. Pada tanggal 2 Maret 2010, Menkominfo mengeluarkan keputusan No.75/KEP/M.KOMINFO/03/2010 yang memberikan kepada TII, anak perusahaan TELKOM, lisensi untuk operasi jaringan tetap tertutup yang memungkinkan

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

99

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TII untuk menyediakan layanan infrastruktur internasional. Secara terpisah, TII mendapat jaminan hak labuh di Indonesia dari Dirjen Postel untuk memberikan fasilitas transmisi telekomunikasi internasional melalui SKKL.

VoIP dan ISP TELKOM memiliki izin penyelenggaraan jasa internet telepon untuk keperluan publik (ITKP) sesuai Keputusan Dirjen Postel No.384/KEP/DJPT/KOMINFO/11/2010 tanggal 29 November 2010 untuk menyediakan layanan VoIP dan izin penyelenggaraan jasa akses internet sesuai dengan Keputusan Dirjen Postel No.02/Dirjen/2004 untuk menyediakan layanan ISP. Masing-masing izin tersebut di atas tidak memiliki batas waktu masa berlaku namun tetap harus dievaluasi setiap lima tahun.

Penyedia Layanan Jaringan TELKOM memiliki izin untuk menyediakan layanan interkoneksi internet sesuai dengan Keputusan Dirjen Postel No.275/Dirjen/2006. Sebagaimana beberapa izin yang lain, izin penyelenggaraan jasa interkoneksi internet ini tidak memiliki batas waktu untuk masa berlakunya, namun akan dievaluasi setiap lima tahun. Izin ini akan dievaluasi pada tahun 2011.

Akses Pita Lebar Nirkabel/Broadband Wireless Access (“BWA”)

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Pada bulan Agustus 2009, Menteri Komunikasi dan Informatika menerbitkan Keputusan Menteri No.237/ KEP/M.KOMINFO/7/2009 tentang Penunjukan Pemenang Lelang untuk Packet Switched Berbasis Akses Jaringan Tetap Lokal Menggunakan Operator 2.3 GHz Frekuensi Radio untuk Layanan Broadband Nirkabel. Menjadi operator broadband wireless access ini sejalan dengan transformasi bisnis kami menuju TIME yang menuntut kami untuk memiliki infrastruktur dengan kemampuan merespon pasar yang semakin kompleks dan permintaan layanan yang semakin konvergen, baik pada segmen consumer, enterprise maupun pada segmen wholesale.

Sistem Komunikasi Data (“SISKOMDAT”) Menyusul penerbitan Keputusan Menteri Perhubungan No.KM. 30/2004 tentang Perubahan Keputusan Menteri Komunikasi No.KM. 21 tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Layanan Telekomunikasi, TELKOM wajib memiliki Izin Penyelenggaraan Layanan SISKOMDAT. Izin Penyelenggaraan Jasa SISKOMDAT tersebut diperlukan untuk menyelenggarakan layanan jasa komunikasi data. Saat ini, TELKOM telah memiliki izin prinsip penyelenggaraan jasa SISKOMDAT, dan sedang mengajukan Uji layak Operasi untuk memperoleh Izin Penyelenggaraan Jasa SISKOMDAT. TELKOM pada saat ini menggunakan izin jaringan tetap tertutup untuk layanan komunikasi data.

Pada bulan Juli 2009 TELKOM mendapatkan lisensi BWA untuk 12 zona, yang terdiri dari 7 zona lisensi 3,3 GHz (Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Sumatra Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Jawa Barat, JABODETABEK dan Banten) dan lima zona berlisensi untuk 2,3 GHz (Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua, Maluku dan Sulawesi bagian Utara).

Menjadi operator broadband wireless access sejalan dengan transformasi bisnis TELKOM menuju TIME.

100

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Izin Penyelenggaraan Penyiaran Berlangganan untuk Indonusa

Metode Pembayaran Menggunakan e-Money

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran dan Peraturan Pemerintah No. 52 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan (kesempatan penyesuaian ijin selama 2 tahun), PT Indonusa Telemedia, mengajukan permohonan izin penyelenggaraan penyiaran lembaga penyiaran berlangganan (“IPP LPB”) kepada Pemerintah pada tahun 2007. Menkominfo telah menerbitkan IPP LPB Jasa Penyiaran Televisi kepada Indonusa Telemedia melalui Keputusan Menkominfo No.392/KEP/M. KOMINFO/11/2010 pada tanggal 11 Nopember 2010.

Dengan diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia No.11/11/ PBI/2009 dan Surat Edaran Bank Indonesia No.11/10/DASP tanggal 13 Mei 2009 tentang pengoperasian APMK dan Peraturan Bank Indonesia No.11/12/PBI/2009 dan Surat Edaran Bank Indonesia No.11/11/DASP tentang e-money, Bank Indonesia telah mengatur kembali definisi dari “Penerbit” dan “Pengakuisisi” dalam kegiatan APMK dan bisnis e-money. Bank Indonesia telah mengkonfirmasikan status TELKOM sebagai penerbit e-money berdasarkan surat Direktorat Akuntansi dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia No.11/13/DASP 25 Mei 2009.

Pada bulan Januari 2010, kami dan PT Indonusa Telemedia menyerahkan laporan uji coba lapangan IPTV kami ke Menkominfo. Didukung dengan sistem yang tersedia dan izin operasi, IPTV akan menjadi ikon dari layanan TELKOM di masa depan.

Kegiatan Transfer Uang Berdasarkan ijin dari Bank Indonesia No.11/23/Bd/8 tanggal 5 Agustus 2009, TELKOM telah mendapatkan ijin dari Bank Indonesia sebagai penyedia layanan transfer uang. TELKOM menyediakan jasa transfer uang dalam produk yang disebut DELIMA.

Kami berencana meluncurkan layanan penyiaran berlangganan secara komersial pada bulan Mei 2011.

DELIMA Jasa transfer uang TELKOM

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

101

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Tinjauan Kinerja Keuangan (Pembahasan dan Analisis Manajemen)

TINJAUAN DAN PROSPEK OPERASI KEUANGAN Pembahasan dan analisis berikut mengacu pada Laporan Keuangan Konsolidasian Perusahaan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008, 2009 dan 2010 yang disajikan dalam Laporan Tahunan ini. Laporan Keuangan Konsolidasian ini disajikan berdasarkan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum di Indonesia yang dalam beberapa hal berbeda dengan U.S. GAAP. Lihat Catatan 54 dan 55 Laporan Keuangan Konsolidasian untuk penyesuaian dengan U.S. GAAP.

TINJAUAN HASIL USAHA TELKOM adalah penyedia utama layanan telekomunikasi lokal, domestik, dan internasional di Indonesia, serta penyedia layanan telepon seluler terkemuka melalui kepemilikan mayoritas Perusahaan pada Anak Perusahaan, Telkomsel. Visi kami adalah menjadi Perusahaan penyelenggara (TIME) terkemuka di kawasan regional melalui penyediaan berbagai layanan komunikasi. Pada tanggal 31 Desember 2010, Perusahaan memiliki kurang lebih 120,5 juta sambungan yang terdiri dari

102

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

8,3 juta sambungan telepon kabel tidak bergerak, 18,2 juta sambungan telepon nirkabel tidak bergerak dan Telkomsel memiliki 94,0 juta pelanggan telepon seluler. Perusahaan juga menyediakan beragam layanan komunikasi lain, termasuk layanan interkoneksi jaringan telepon, multimedia, data dan layanan terkait komunikasi internet, sewa transponder satelit, sirkit langganan, jaringan pintar dan layanan terkait, televisi kabel dan layanan VoIP. Hasil usaha Perusahaan selama tiga tahun untuk periode 2008 sampai 2010 mencerminkan pertumbuhan pada pendapatan usaha. Pada periode 2008 sampai 2010, pertumbuhan pendapatan usaha dikontribusi oleh pendapatan data, internet dan jasa teknologi informatika dan pendapatan seluler. Pertumbuhan pendapatan seluler terutama dicerminkan dari pertumbuhan jumlah pelanggan seluler. Hasil usaha Perusahaan dari tahun 2008 hingga 2010 juga menunjukkan pertumbuhan beban usaha. Pertumbuhan beban usaha dipicu oleh beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi serta beban penyusutan dan amortisasi.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Pembahasan dan Analisis Manajemen

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Pertumbuhan beban penyusutan dan amortisasi serta operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi terutama disebabkan oleh penambahan BTS dan TRX Telkomsel dan peningkatan kapasitas jaringan secara keseluruhan untuk mendukung peningkatan jumlah pelanggan.

Peningkatan Pendapatan Seluler dan Pelanggan dengan Penurunan ARPU Pendapatan telepon seluler mengalami pertumbuhan sebesar 2,1% dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 dan 7,6% dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2009. Pelanggan seluler meningkat sebesar 15,1% dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 dan meningkat sebesar 25% dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2009. Pendapatan Telkomsel dari layanan telepon seluler (biaya pemakaian, biaya abonemen bulanan, biaya aktivasi, dan fitur) mencakup sekitar 42,4% dari total pendapatan usaha konsolidasian Perusahaan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010,

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

dibandingkan dengan 42,1% untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009, dan 41,4% untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008. Pertumbuhan pendapatan dan pelanggan didorong oleh pertumbuhan permintaan layanan seluler di Indonesia, seiring dengan upaya Perusahaan untuk menarik pelanggan baru dan perluasan serta peningkatan kapasitas jaringan. Meskipun perilaku penggunaan oleh pelanggan baru sangat bervariasi tergantung paket harga yang ditawarkan perusahaan dalam periode tertentu serta paket harga yang ditawarkan oleh kompetitor, pendapatan usaha dari layanan seluler tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan pelanggan terutama disebabkan oleh kombinasi dari tarif rata-rata yang lebih rendah karena persaingan dan peningkatan penetrasi kepada pelanggan menengah ke bawah. Faktor ini menyebabkan penurunan ARPU, dengan ARPU campuran bulanan yang menurun dari sekitar Rp59.000 pada tahun 2008 menjadi Rp48.000 pada tahun 2009 dan Rp42.000 pada tahun 2010.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

103

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

Seiring dengan pertumbuhan pasar seluler, persaingan ketat terjadi antar operator seluler, terutama pada segmen prabayar. Para operator seluler juga bersaing dalam tingkat yang lebih rendah, dengan operator sambungan telepon nirkabel tidak bergerak, seiring dengan berkembangnya jumlah layanan tersebut. Lihat “Faktor-Faktor Risiko - Risiko Terkait dengan TELKOM dan Anak Perusahaan - Persaingan di Sektor Telekomunikasi Dapat Mempengaruhi Bisnis TELKOM.”

Penurunan Pendapatan Telepon Kabel Tidak Bergerak Pendapatan telepon kabel tidak bergerak menurun sebesar 14,5% dari Rp16.708,6 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp14.286,3 miliar pada tahun 2009 dan 9,4% dari tahun 2009 menjadi Rp12.940,0 miliar pada tahun 2010. TELKOM meyakini bahwa pendapatan telepon kabel tidak bergerak menurun disebabkan peningkatan pemakaian dan penurunan tarif layanan seluler dan telepon nirkabel tidak bergerak dan juga peningkatan penetrasi dari pelanggan seluler di Indonesia. Layanan seluler dan telepon nirkabel tidak bergerak meningkatkan kenyamanan pengguna bahkan untuk keadaan tertentu, panggilan ke sesama pengguna dalam satu penyedia jaringan dikenakan tarif yang lebih rendah dibandingkan tarif panggilan telepon kabel tidak bergerak ke pengguna dari penyedia jaringan lain. Walaupun TELKOM memperkirakan telepon tidak bergerak termasuk telepon kabel tidak bergerak akan tetap memberikan kontribusi signifikan pada pendapatan usaha TELKOM. Kecenderungan penurunan pendapatan telepon kabel tidak bergerak diperkirakan akan terus terjadi. Sebagai bagian dari strategi perusahaan, TELKOM sedang mencari upaya untuk mengoptimalisasi bisnis telepon tidak bergerak melalui berbagai cara, termasuk meningkatkan efisiensi biaya, mengembangkan layanan sambungan internasional telepon tidak bergerak dan meningkatkan nilai tambah layanan telepon kabel tidak bergerak. Kami juga berupaya mempercepat peningkatan penetrasi telepon tidak bergerak dengan mengurangi belanja modal per satuan sambungan melalui penggunaan teknologi telepon nirkabel tidak bergerak dan meningkatkan jaringan akses telepon kabel tidak bergerak dan infrastruktur yang telah ada menuju infrastruktur NGN dengan kemampuan broadband. Sejak 2009 TELKOM meluncurkan Fixed Business Improvement Program (“FBIP”) atau program peningkatan telepon tidak bergerak yang memberikan promosi pada pelanggan telepon tidak bergerak yang

104

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

telah ada atas berbagai paket tagihan tetap bulanan untuk panggilan lokal dan SLJJ sampai dengan volume panggilan tertentu. Paket tagihan tetap ini ditawarkan pada pelanggan berdasarkan data historis volume pemakaian pelanggan tersebut.

Penurunan Pendapatan Telepon Nirkabel Tidak Bergerak Pendapatan segmen telepon nirkabel tidak bergerak menurun sebesar 1,5% dari Rp3.696,6 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp3.639,6 miliar pada tahun 2009 serta menurun sebesar 14,1% dari tahun 2009 menjadi Rp3.125,6 miliar di tahun 2010. Walaupun terjadi peningkatan jumlah pelanggan yang signifikan selama periode tersebut, penurunan ini terjadi terutama disebabkan oleh tarif rata-rata yang lebih rendah akibat persaingan yang ketat dan penurunan pendapatan pemakaian telepon nirkabel tidak bergerak. Bisnis telepon nirkabel tidak bergerak TELKOM menghadapi persaingan dari peningkatan jumlah operator, termasuk Indosat dan Bakrie Telecom, serta layanan seluler, SMS, VoIP dan e-mail. Persaingan pasar telepon nirkabel tidak bergerak semakin ketat, dengan peluncuran program-program pemasaran yang semakin menarik dan kreatif dari setiap operator. Selain itu aktivitas telepon nirkabel tidak bergerak TELKOM menghadapi keterbatasan frekuensi bandwidth disebabkan tidak disediakannya frekuensi bandwidth baru oleh pemerintah untuk keperluan ekspansi, dan di daerah padat penduduk, telepon nirkabel tidak bergerak telah menggunakan hampir semua frekuensi bandwidth yang telah dialokasikan untuk TELKOM. Akibatnya, kapasitas untuk layanan suara, data dan internet telepon nirkabel tidak bergerak di daerah yang padat penduduknya menjadi sangat terbatas. Hal ini membatasi kemampuan kami untuk bersaing di daerah-daerah tersebut. Walaupun demikian, TELKOM meyakini masih ada peluang-peluang lain di pasar telepon nirkabel tidak bergerak. Untuk itu kami terus berupaya untuk meningkatkan pendapatan data dan internet telepon nirkabel tidak bergerak serta memperluas jaringan untuk melayani area-area baru. TELKOM berencana untuk terus mengembangkan secara selektif jaringan telepon nirkabel tidak bergerak berbasis CDMA. Dibandingkan dengan jaringan telepon kabel tidak bergerak, jaringan berbasis CDMA pada umumnya lebih cepat dan mudah untuk dibangun serta menawarkan fleksibilitas dan mobilitas yang lebih besar bagi pelanggan.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Pembahasan dan Analisis Manajemen

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Penurunan Pendapatan Interkoneksi Pendapatan interkoneksi memberikan kontribusi sekitar 5,4% terhadap jumlah pendapatan usaha konsolidasian Perusahaan untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2010, dibandingkan dengan 5,7% pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2009 dan 6,8% untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008. Pendapatan interkoneksi menurun sebesar 3,4% dari Rp3.866,7 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp3.735,4 miliar pada tahun 2010 dan menurun sebesar 11,4% dari Rp4.362,5 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp3.866,7 miliar pada tahun 2009. Tren penurunan pendapatan interkoneksi terutama disebabkan penerapan ketentuan baru interkoneksi. Mulai 1 Januari 2007, Pemerintah menerapkan ketentuan baru interkoneksi berbasis biaya untuk semua jaringan telekomunikasi dan operator layanan. Berdasarkan skema baru ini, operator jaringan yang menerima panggilan akan dibebani biaya interkoneksi berdasarkan formula yang ditetapkan pemerintah, yang mensyaratkan operator untuk menagih panggilan berdasarkan beban atas panggilan tersebut. Tagihan interkoneksi ini harus dihitung dan dilaporkan kepada Ditjen Postel setiap tahun untuk memperoleh pengesahan dalam bentuk Daftar Penawaran Interkoneksi. Sebagai akibatnya, TELKOM, termasuk Telkomsel, membuat penyesuaian dengan menurunkan tarif. TELKOM memperkirakan penurunan tarif akan terus terjadi. Ketentuan baru interkoneksi berbasis biaya juga menyediakan keterbukaan dalam biaya interkoneksi yang memungkinkan operator untuk mencari rute panggilan yang paling efisien dengan menggunakan perangkat lunak agar beban interkoneksi dapat ditekan. Sebagai tambahan, banyak operator seluler pada tahun-tahun belakangan ini mempromosikan secara gencar tarif yang sangat rendah untuk panggilan yang dilakukan sesama pelanggan dalam satu penyedia jaringan. Selama panggilan ini tidak melalui jaringan TELKOM, maka TELKOM tidak menerima pendapatan interkoneksi dari panggilan semacam ini. Hal ini menyebabkan penurunan pendapatan interkoneksi secara umum pada industri telekomunikasi Indonesia.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Peningkatan pada Pendapatan Data, Internet dan Jasa Teknologi Informatika Pendapatan data, internet dan jasa teknologi informatika memberikan kontribusi sebesar 28,9% terhadap jumlah pendapatan usaha konsolidasian untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2010, dibandingkan 27,4% untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2009 dan 23,0% untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2008. Pendapatan Perusahaan dari layanan data, internet dan jasa teknologi informatika meningkat sebesar 7,0% dari 2009 ke 2010 dan meningkat sebesar 25,3% dari 2008 ke 2009. Peningkatan pendapatan data, internet dan jasa teknologi informatika pada tahun 2010 terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan layanan SMS sebesar 7,5% dan peningkatan pendapatan layanan internet, komunikasi data dan jasa teknologi informatika sebesar 6,5%. Sebagai bagian dari transformasi TELKOM menjadi penyelenggara bisnis TIME dan tujuan perusahaan untuk menumbuhkan bisnis new wave, TELKOM tetap mencari peluang untuk meningkatkan pendapatan dari bisnis tersebut.

Beban Operasi, Pemeliharaan dan Jasa Telekomunikasi Beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi TELKOM meningkat sebesar Rp1.497,0 miliar atau 10,3% dari Rp14.549,4 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp16.046,4 miliar pada tahun 2010 dan meningkat sebesar Rp2.248,1 miliar atau 18,3% dari Rp12.301,3 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp14.549,4 miliar pada tahun 2009. Peningkatan ini terutama terkait dengan pengembangan kapasitas jaringan Telkomsel sejalan dengan pertumbuhan basis pelanggan serta peningkatan aset tetap guna pembangunan telepon tidak bergerak nirkabel. Pelanggan Telkomsel mengalami peningkatan dari 65,3 juta pelanggan pada posisi 31 Desember 2008 menjadi 81,6 juta pelanggan pada posisi 31 Desember 2009, dan 94,0 juta pelanggan pada posisi 31 Desember 2010. Layanan telepon nirkabel tidak bergerak TELKOM tumbuh dari 12,7 juta sambungan pada posisi 31 Desember 2008 menjadi 15,1 juta sambungan pada posisi 31 Desember 2009 dan 18,2 juta sambungan pada posisi 31 Desember 2010.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

105

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Pendapatan Usaha Telkom

Tabel berikut menunjukkan pendapatan usaha TELKOM, yang dikelompokkan sesuai dengan produk dan layanan utama TELKOM selama tiga tahun dari tahun 2008 sampai dengan 2010. Setiap item dinyatakan dalam persentase dari total pendapatan usaha: Tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2008* (Rp miliar)

2009*  %

(Rp miliar)

2010  %

2010 

(Rp miliar)

%

(US$ juta)

Pendapatan Usaha Telepon Tidak bergerak

16.708,6

26,0

14.286,3

21,1

12.940,0

18,9

1.436,2

Seluler

26,529,1

41,4

28.532,5

42,1

29.133,6

42,4

3.233,5

4.362,5

6,8

3.866,7

5,7

3.735,4

5,4

414,6

14.768,2

23,0

18.511,6

27,4

19.801,1

28,9

2.197,7

1.079,5

1,7

1.218,0

1,8

1.058,2

1,5

117,4

718,5

1,1

1.262,5

1,9

1.960,9

2,9

217,6

68.629,2 100,0

7.617,0

Interkoneksi Data, internet dan jasa teknologi informatika Jaringan Layanan telekomunikasi lain Jumlah

64.166,4 100,0

67.677,6 100,0

*) Seperti yang telah disajikan kembali, lihat Laporan Keuangan Konsolidasian, Catatan 2p.i.

Pendapatan Sambungan Telepon Tidak Bergerak Pendapatan telepon tidak bergerak selama tiga tahun dari tahun 2008 sampai dengan 2010 sebagai berikut, untuk setiap item dinyatakan dalam persentase dari pendapatan usaha: Tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2008*  (Rp miliar) Pendapatan Sambungan Telepon Tidak Bergerak Pemakaian Abonemen bulanan Pemasangan sambungan Lain-lain Jumlah

2009*  %

(Rp miliar)

2010  %

2010 

(Rp miliar)

%

(US$ juta)

12.605,4

19,6

10.322,5

15,2

9.286,5

13,5

1.030,7

3.664,8

5,7

3.506,8

5,2

3.251,0

4,8

360,8

197,7

0,3

186,1

0,3

179,3

0,3

19,9

240,7

0,4

270,9

0,4

223,2

0,3

24,8

16.708,6

26,0

14.286,3

21,1

12.940,0

18,9

1.436,2

*) Seperti yang telah disajikan kembali, lihat Laporan Keuangan Konsolidasian, Catatan 2p.i.

Pendapatan Telepon Seluler Pendapatan telepon seluler selama tiga tahun dari tahun 2008 sampai dengan 2010 sebagai berikut, untuk setiap item dinyatakan dalam persentase dari pendapatan usaha: Tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2008*  (Rp miliar)

2009*  %

(Rp miliar)

2010  %

2010 

(Rp miliar)

%

(US$ juta)

Pendapatan Telepon Seluler Pemakaian

28.024,4

40,8

3.110,4

722,9

1,1

483,1

0,7

581,8

0,8

64,6

Abonemen bulanan

186,1

0,3

423,5

0,6

487,7

0,7

54,1

Jasa penyambungan

285,0

0,5

223,8

0,3

39,7

0,1

4,4

26.529,1 41,4

28.532,5

42,1

29.133,6

42,4

3.233,5

Fitur

Jumlah

25.335,1 39,5

27.402,1 40,5

*) Seperti yang telah disajikan kembali, lihat Laporan Keuangan Konsolidasian, Catatan 2p.i.

106

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Pembahasan dan Analisis Manajemen

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Pendapatan Interkoneksi Pendapatan interkoneksi selama tiga tahun dari tahun 2008 sampai dengan 2010 sebagai berikut, untuk setiap item dinyatakan dalam persentase dari pendapatan usaha: Tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2008*  (Rp miliar)

2009*  %

(Rp miliar)

2010  %

2010 

(Rp miliar)

%

(US$ juta)

Pendapatan Interkoneksi Interkoneksi domestik dan transit Interkoneksi internasional Jumlah

2.741,4

4,3

2.338,0

3,4

2.174,0

3,1

241,3

1.621,1

2,5

1.528,7

2,3

1.561,4

2,3

173,3

4.362,5

6,8

3.866,7

5,7

3.735,4

5,4

414,6

*) Seperti yang telah disajikan kembali, lihat Laporan Keuangan Konsolidasian, Catatan 2p.i.

Pendapatan Data, Internet dan Jasa Teknologi Informatika Pendapatan data, internet dan jasa teknologi informatika selama tiga tahun dari tahun 2008 sampai dengan 2010 sebagai berikut untuk setiap item dinyatakan dalam persentase dari pendapatan usaha: Tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2008*  (Rp miliar)

2009*  %

(Rp miliar)

2010  %

2010 

(Rp miliar)

%

(US$ juta)

Pendapatan Data, Internet dan Teknologi Informatika Short Messaging Service (“SMS”)

9.653,6

Internet, komunikasi data dan jasa teknologi informatika VoIP e-Business Jumlah

15,0

10.499,4

15,5

11.288,6

16,5

1.252,9

4.896,6

7,6

7.789,8

11,5

180,5

0,3

185,7

0,3

8.297,5

12,1

920,9

196,5

0,3

21,8

37,5

0,1

36,7

0,1

18,5

-

2,1

14.768,2

23,0

18.511,6

27,4

19.801,1

28,9

2.197,7

*) Seperti yang telah disajikan kembali, lihat Laporan Keuangan Konsolidasian, Catatan 2p.i.

Pendapatan Jaringan Pendapatan jaringan selama tiga tahun dari tahun 2008 sampai dengan 2010 sebagai berikut, untuk setiap item dinyatakan dalam persentase dari pendapatan usaha: Tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2008*  (Rp miliar)

2009*  %

(Rp miliar)

2010  %

(Rp miliar)

2010  %

(US$ juta)

Pendapatan Jaringan Sewa sirkit

691,8

1,1

743,0

1,1

687,6

1,0

76,3

Sewa transponder satelit

387,7

0,6

475,0

0,7

370,6

0,5

41,1

1.079,5

1,7

1.218,0

1,8

1.058,2

1,5

117,4

Jumlah

*) Seperti yang telah disajikan kembali, lihat Laporan Keuangan Konsolidasian, Catatan 2p.i.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

107

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Pendapatan Layanan Telekomunikasi Lainnya Pendapatan layanan telekomunikasi lainnya selama tiga tahun dari tahun 2008 sampai dengan 2010 sebagai berikut, untuk setiap item dinyatakan dalam persentase dari pendapatan usaha: Tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2008* 

2009* 

(Rp miliar)

%

(Rp miliar)

2010  %

(Rp miliar)

2010  %

(US$ juta)

Pendapatan Jasa Telekomunikasi Lainnya CPE dan terminal

380,5

0,6

721,0

1,1

851,2

1,2

94,5

Kompensasi KPU

-

-

47,8

0,1

342,4

0,5

38,0

333,6

0,5

340,1

0,5

322,0

0,5

35,7

Directory Assistance Lain-lain Jumlah

4,4

-

153,6

0,2

445,3

0,7

49,4

718,5

1,1

1.262,5

1,9

1.960,9

2,9

217,6

(*) Seperti yang telah disajikan kembali, lihat Laporan Keuangan Konsolidasian, Catatan 2p.i.

Beban Usaha TELKOM Tabel berikut menampilkan beban usaha TELKOM selama tiga tahun dari tahun 2008 sampai dengan 2010 sebagai berikut, untuk setiap item dinyatakan dalam persentase dari pendapatan usaha: Tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2008 2008*  (Rp miliar)

2009*  %

(Rp miliar)

2010  %

(Rp miliar)

2010  %

(US$ juta)

Beban Usaha Penyusutan dan amortisasi

12.332,1

19,2

13.974,8

20,7

14.611,5

21,3

1.621,7

9.116,6

14,2

8.533,1

12,6

7.516,5

11,0

834,2

Operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi

12.301,3

19,2

14.549,4

21,5

16.046,4

23,3

1.780,9

Umum dan administrasi

2.366,2

3,7

2.643,8

3,9

2.352,1

3,4

261,1

Interkoneksi

3.263,5

5,1

2.929,3

4,3

3.086,4

4,5

342,5

Karyawan

Pemasaran Jumlah

2.349,7

3,6

2.259,5

3,3

2.525,2

3,7

280,3

41.729,4

65,0

44.889,9

66,3

46.138,1

67,2

5.120,7

( *) Seperti yang telah disajikan kembali, lihat Laporan Keuangan Konsolidasian, Catatan 2p.i.

Beban Penyusutan dan Amortisasi Tabel berikut menampilkan beban penyusutan dan amortisasi selama tiga tahun dari tahun 2008 sampai dengan 2010 sebagai berikut, untuk setiap item dinyatakan dalam persentase dari pendapatan usaha: Tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2008 2008*  (Rp miliar)

%

2009*  (Rp miliar)

2010  (Rp miliar)

%

%

2010  (US$ juta)

Beban Penyusutan & Amortisasi Penyusutan

11.069,6

17,2

12.565,9

18,6

13.084,3

19,1

1.452,2

Amortisasi

1.262,5

2,0

1.408,9

2,1

1.527,2

2,2

169.5

Jumlah

12.332,1

19,2

13.974,8

20,7

14.611,5

21,3

1.621,7

(*) Seperti yang telah disajikan kembali, lihat Laporan Keuangan Konsolidasian, Catatan 2p.i.

108

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Pembahasan dan Analisis Manajemen

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Beban Karyawan Beban karyawan selama tiga tahun dari tahun 2008 sampai dengan 2010 sebagai berikut, untuk setiap item dinyatakan dalam persentase dari pendapatan usaha:

2008*  (Rp miliar)

Tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2009*  2010  2010  % (Rp miliar) % (Rp miliar) % US$ (juta)

Beban Karyawan Gaji dan tunjangan Cuti, insentif dan tunjangan lainnya Pajak penghasilan karyawan Beban pensiun berkala - bersih Beban imbalan kesehatan pasca kerja berkala - bersih Perumahan Asuransi Beban LSA Beban imbalan pasca kerja lainnya Imbalan karyawan lainnya Program pensiun dini Lain-lain Jumlah

2.956,4 2.242,0 1.128,4 706,5

4,6 3,5 1,8 1,1

3.056,3 2.335,4 674,4 625,8

4,5 3,5 1,0 0,9

2.775,1 2.714,0 795,6 504,6

4,0 4,0 1,2 0,8

308,0 301,2 88,3 56,0

901,8

1,4

331,1

0,5

238,3

0,4

26,5

215,3 32,4 35,3 83,6 16,3 788,2 10,4 9.116,6

0,3 0,1 0,1 0,1 1,2 14,2

207,5 22,1 116,6 81,4 20,0 1.043,6 18,9 8.533,1

0,3 0,2 0,1 1,6 12,6

216,0 85,9 78,3 65,9 22,9 19,9 7.516,5

0,3 0,1 0,1 0,1 11,0

24,0 9,5 8,7 7,3 2,5 2,2 834,2

(*) Seperti yang telah disajikan kembali, lihat Laporan Keuangan Konsolidasian, Catatan 2p.i.

Beban Operasi, Pemeliharaan dan Jasa Telekomunikasi Beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi selama tiga tahun dari tahun 2008 sampai dengan 2010 sebagai berikut, untuk setiap item dinyatakan dalam persentase dari pendapatan usaha:

2008* 

Tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2009*  2010 

(Rp miliar)

%

(Rp miliar)

%

(Rp miliar)

%

2010 

(Rp miliar)

Beban Operasi, Pemeliharaan dan Jasa Telekomunikasi Operasi dan pemeliharaan Beban pemakaian frekuensi radio

5.988,9 2.400,3

9,3 3,7

7.447,4 2.784,6

11,0 4,1

8.835,7 2.892,3

12,9 4,2

980,6 321,0

Beban hak penyelenggaraan dan Kewajiban Pelayanan Universal

1.095,1

1,7

1.136,7

1,7

1.176,5

1,7

130,6

Beban pokok penjualan pesawat telepon, kartu SIM dan RUIM

1.101,6

1,7

1.142,0

1,7

1.067,3

1,6

118,5

Listrik, air dan gas Asuransi Sewa kendaraan dan fasilitas pendukung Sewa sirkit dan CPE Beban pokok jasa teknologi informatika Beban perjalanan dinas Lain-lain Jumlah

558,4 366,5 232,4 383,3 105,7 50,1 19,0 12.301,3

0,9 0,6 0,4 0,6 0,2 0,1 19,2

724,1 312,3 266,4 474,2 181,2 60,8 19,7 14.549,4

1,1 0,4 0,4 0,7 0,3 0,1 21,5

841,3 384,4 283,1 214,8 200,3 59,5 91,2 16.046,4

1,2 0,5 0,4 0,3 0,3 0,1 0,1 23,3

93,4 42,7 31,4 23,8 22,2 6,6 10,1 1.780,9

(*) Seperti yang telah disajikan kembali, lihat Laporan Keuangan Konsolidasian, Catatan 2p.i.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

109

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Beban Umum dan Administrasi Beban umum dan administrasi selama tiga tahun dari tahun 2008 sampai dengan 2010 sebagai berikut, untuk setiap item dinyatakan dalam persentase dari pendapatan usaha: Tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2008* 

2009* 

(Rp miliar)

%

(Rp miliar)

2010  %

2010 

(Rp miliar)

%

(US$ juta)

Beban Umum dan Administrasi Penyisihan piutang ragu-ragu dan persediaan usang Beban penagihan

398,0

0,6

583,9

0,9

717,8

1,1

141,8

0,2

220,6

0,3

Perjalanan dinas

238,3

0,4

223,2

0,3

Pelatihan, pendidikan dan rekrutmen

241,4

0,4

204,7

Keamanan dan screening

258,7

0,4

Jasa profesional

Sumbangan sosial dan umum

573,7

0,8

524,8

0,8

58,2

401,2

0,6

44,5

288,2

0,4

32,0

259,7

0,4

28,8

0,3

215,7

0,3

23,9

265,4

0,4

214,8

0,3

23,8

204,9

0,3

184,5

0,3

162,6

0,2

18,0

Rapat

88,0

0,1

76,4

0,1

79,6

0,1

8,8

Alat tulis dan cetak

72,0

0,1

64,6

0,1

64,3

0,1

7,2

Sewa kendaraan

87,0

0,2

66,2

0,1

50,9

0,1

5,7

Penelitian dan pengembangan

9,8

-

5,9

-

8,5

-

1,0

42,4

0,1

40,8

0,1

81,8

0,1

9,2

2.366,2

3,7

2.643,8

3,9

2.352,1

3,4

261,1

Lain-lain Jumlah

(*) Seperti yang telah disajikan kembali, lihat Laporan Keuangan Konsolidasian, Catatan 2p.i.

Beban Interkoneksi Beban interkoneksi selama tiga tahun dari tahun 2008 sampai dengan 2010 sebagai berikut, untuk setiap item dinyatakan dalam persentase dari pendapatan usaha: Tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2008* 

2009* 

(Rp miliar)

%

2010 

(Rp miliar)

%

2010 

(Rp miliar)

%

(US$ juta)

Beban Interkoneksi Interkoneksi domestik dan transit Interkoneksi internasional Jumlah

2.178,0

3,4

1.874,2

2,8

1.980,2

2,9

219,8

1.085,5 3.263,5

1,7 5,1

1.055,1 2.929,3

1,5 4,3

1.106,2 3.086,4

1,6 4,5

122,7 342,5

(*) Seperti yang telah disajikan kembali, lihat Laporan Keuangan Konsolidasian, Catatan 2p.i.

Beban Pemasaran Beban pemasaran selama tiga tahun dari tahun 2008 sampai dengan 2010 sebagai berikut, untuk setiap item dinyatakan dalam persentase dari pendapatan usaha: Tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2008*  (Rp miliar)

2009*  %

(Rp miliar)

2010  %

(Rp miliar)

2010  %

(US$ juta)

Beban Pemasaran Iklan dan promosi Edukasi pelanggan Lain-lain Jumlah

1.876,3

2,9

1.724,0

2,6

1.994,0

2,9

221,3

416,5

0,6

437,2

0,6

398,3

0,6

44,2

56,9

0,1

98,3

0,1

132,9

0,2

14,8

2.349,7

3,6

2.259,5

3,3

2.525,2

3,7

280,3

(*) Seperti yang telah disajikan kembali, lihat Laporan Keuangan Konsolidasian, Catatan 2p.i.

110

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Pembahasan dan Analisis Manajemen

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

HASIL USAHA

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN



Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009

A. Pendapatan Usaha

Pendapatan usaha meningkat sebesar Rp951,6 miliar, atau 1,4%, dari Rp67.677,6 miliar dalam tahun 2009 menjadi Rp68.629,2 miliar pada tahun 2010. Peningkatan pendapatan usaha pada tahun 2010 terutama disebabkan oleh peningkatan dari pendapatan data, internet dan jasa teknologi informatika, seluler serta jasa telekomunikasi lainnya yang diimbangi dengan penurunan pendapatan telepon tidak bergerak interkoneksi dan jaringan. Pendapatan dari telepon seluler yang merupakan komponen terbesar dari pendapatan usaha kami, mencatat sedikit peningkatan sebesar Rp601,1 miliar atau 2,1% pada tahun 2010.

1. Pendapatan Telepon Tidak Bergerak

Pendapatan telepon tidak bergerak menurun sebesar Rp1.346,3 miliar, atau 9,4%, dari Rp14.286,3 miliar pada 2009 menjadi Rp12.940,0 miliar pada 2010. Penurunan pada pendapatan telepon tidak bergerak terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan pemakaian sebesar Rp1.036,0 miliar atau 10,0% dari Rp10.322,5 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp9,286.5 miliar pada tahun 2010. Kemudian pendapatan dari abonemen bulanan turun sebesar Rp255,8 miliar, atau 7,3% pada tahun 2010.

miliar

pendapatan telepon seluler meningkat pada 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

LAMPIRAN

Penurunan pendapatan pemakaian terutama disebabkan penurunan pemakaian lokal sebesar 21,3% dari Rp2.492,7 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp1.962,8 billion pada tahun 2010, dan penurunan sebesar 12,5% pada pendapatan SLJJ dari Rp1.983,1 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp1.735,7 miliar pada tahun 2010.

2. Pendapatan Telepon Seluler

Pendapatan telepon seluler meningkat sebesar Rp601,1 miliar, atau 2,1%, dari Rp28.532,5 miliar pada 2009 menjadi Rp29.133,6 miliar pada 2010, terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan pemakaian, fitur dan pendapatan abonemen bulanan, diimbangi dengan penurunan substansial pada pendapatan jasa penyambungan sebesar Rp184,1 miliar atau 82,3% dari Rp223,8 miliar pada 2009 menjadi Rp39,7 miliar pada 2010.



Pendapatan pemakaian meningkat sebesar Rp622,3 miliar, atau 2,3% dari Rp27.402,1 miliar pada 2009 menjadi Rp28.024,4 miliar pada 2010. Peningkatan dalam pendapatan pemakaian sejalan dengan peningkatan jumlah pemakaian jaringan seluler Telkomsel sekitar 1,5% dari 133,8 juta menit pada tahun 2009 menjadi 135,8 juta menit pada tahun 2010.





601,1

DATA PERUSAHAAN

Pendapatan fitur meningkat sebesar Rp98,7 miliar, atau 20,4% dari Rp483,1 miliar pada 2009 menjadi Rp581,8 miliar pada 2010. Hal ini mencerminkan perpindahan preferensi pelanggan dalam pembelian fitur seluler tambahan. Pendapatan abonemen bulanan meningkat sebesar Rp64,2 miliar atau 15,2% dari Rp423,5 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp487,7 miliar pada tahun 2010. Peningkatan pendapatan abonemen bulanan terutama disebabkan peningkatan pelanggan Telkomsel sebesar 15,1% dari 81.6 juta pelanggan pada tahun 2009 menjadi 94,0 juta pelanggan pada tahun 2010. Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan jumlah pelanggan prabayar dan pascabayar yang tumbuh masing-masing sebesar 15,4% dan 5,0% pada tahun 2010.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

111

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

3. Pendapatan Interkoneksi





Pendapatan interkoneksi menurun sebesar Rp131,3 miliar, atau 3,4%, dari Rp3.866,7 miliar pada 2009 menjadi Rp3.735,4 miliar pada 2010. Penurunan pendapatan interkoneksi terutama disebabkan penurunan interkoneksi domestik dan transit.

Pendapatan interkoneksi domestik dan transit menurun sebesar Rp164,0 miliar, atau 7,0%, dari Rp2.338,0 miliar pada 2009 menjadi Rp2.174,0 miliar pada 2010, diimbangi dengan peningkatan pendapatan interkoneksi internasional turun sebesar Rp32,7 miliar, atau 2,1%, dari Rp1.528,7 miliar pada 2009 menjadi Rp1.561,4 miliar pada 2010.



Jumlah pendapatan interkoneksi mencapai kontribusi sebesar 5,4% dari pendapatan usaha konsolidasian untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2010 dibandingkan dengan 5,7% untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2009.

112

Pendapatan data, internet dan jasa teknologi informatika meningkat sebesar Rp1.289,5 miliar, atau 7,0%, dari Rp18.511,6 miliar pada 2009 menjadi Rp19.801,1 miliar pada 2010. Peningkatan pendapatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan layanan SMS, internet, komunikasi data dan jasa teknologi informatika.



Pendapatan layanan internet, komunikasi data dan teknologi informatika meningkat sebesar Rp507,7 miliar, atau 6,5% dari Rp7.789,8 miliar pada 2009 menjadi Rp8,297.5 miliar pada 2010 terutama karena peningkatan usaha pemasaran untuk mendorong peningkatan penjualan atas layanan data dan internet terutama terhadap pelanggan Speedy pada 2010. Pelanggan Speedy meningkat sebesar 44,0% dari sekitar 1,1 juta pelanggan pada 2009 menjadi sekitar 1,6 juta pelanggan pada 2010.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Pendapatan SMS meningkat sebesar Rp789,2 miliar atau 7,5% dari Rp10.499,4 miliar pada 2009 menjadi Rp11.288,6 miliar pada 2010.



Pendapatan jaringan menurun sebesar Rp159,8 miliar, atau 13,1% dari Rp1.218,0 miliar di 2009 menjadi Rp1.058,2 miliar pada 2010, terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan sewa transponder satelit.



Pendapatan sewa transponder satelit menurun sebesar Rp104,4 miliar, atau 22,0%, dari Rp475,0 miliar pada 2009 menjadi Rp370,6 miliar pada 2010 disebabkan penurunan tarif untuk penerimaan satelit stasiun bumi dan transponder. Pendapatan sewa sirkit menurun sebesar Rp55,4 miliar atau 7,5% dari Rp743,0 miliar pada 2009 menjadi Rp687,6 miliar pada 2010 juga disebabkan penurunan tarif sewa sirkit walaupun kapasitas transponder satelit yang digunakan maupun kapasitas sewa sirkit mengalami peningkatan pada tahun 2010.

6. Pendapatan Jasa Telekomunikasi Lainnya

4. Pendapatan Data, Internet dan Jasa Teknologi Informatika

TINJAUAN BISNIS TELKOM

5. Pendapatan Jaringan

P e n d a p a t a n i n te r ko n e k s i te rd i r i d a r i pendapatan interkoneksi dari sambungan telepon tidak bergerak dan pendapatan interkoneksi dari jaringan seluler Telkomsel. Pendapatan interkoneksi termasuk sambungan langsung internasional incoming dari layanan SLI (TIC-007).



TINJAUAN KINERJA SAHAM

Pada tahun 2010, pendapatan TELKOM dari jasa telekomunikasi lainnya meningkat sebesar Rp698.4 miliar, atau 55,3%, dari Rp1.262,5 miliar pada 2009 menjadi Rp1.960,9 miliar pada 2010. Peningkatan pendapatan ini terutama berasal dari peningkatan kompensasi KPU sebesar Rp294,6 miliar dari Rp47,8 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp342,4 miliar pada tahun 2010 serta pendapatan lainnya sebesar Rp291,7 miliar dari Rp153,6 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp445,3 miliar pada tahun 2010. Pada tahun 2009 proyek KPU baru dalam tahap praoperasi, sehingga pendapatan pada tahun tersebut adalah untuk bulan Oktober sampai dengan Desember 2009. Pada tahun 2010 proyek KPU sudah beroperasi penuh.

B. beban usaha

Jumlah beban usaha meningkat sebesar Rp1.248,2 miliar, atau 2,8% dari Rp44.889,9 miliar pada 2009 menjadi Rp46.138,1 miliar pada 2010. Kenaikan jumlah beban usaha terutama disebabkan oleh meningkatnya beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi, beban penyusutan dan amortisasi serta beban dan beban interkoneksi. Peningkatan ini terutama diimbangi dengan penurunan beban

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Pembahasan dan Analisis Manajemen

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Beban Penyusutan dan Amortisasi



Beban penyusutan dan amortisasi meningkat sebesar Rp636,7 miliar, atau 4,6%, dari Rp13.974,8 miliar pada 2009 menjadi Rp14.611,5 miliar pada 2010 yang terutama disebabkan peningkatan beban penyusutan Rp518,4 miliar atau 4,1%. Peningkatan beban penyusutan terutama disebabkan oleh peningkatan beban penyusutan fasilitas pendukung, BTS dan transportasi dikurangi dengan penurunan beban penyusutan untuk jaringan kabel, peralatan switching serta sewa pembiayaan. Beban amortisasi juga meningkat sebesar Rp118,3 miliar atau 8,4% terutama disebabkan peningkatan goodwill akibat dilaksanakannya beberapa akuisisi dan perolehan aset tidak berwujud.









Beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi meningkat sebesar Rp1.497,0 miliar, atau 10,3%, dari Rp14.549,4 miliar pada 2009 menjadi Rp16.046,4 miliar pada 2010. Peningkatan beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi terutama disebabkan oleh peningkatan pada beban operasi dan pemeliharaan sebesar Rp1.388,3 miliar atau 18,6% yang disebabkan oleh peningkatan beban yang berhubungan dengan peningkatan kapasitas stasiun transmisi dan penerimaan, switching dan peralatan jaringan pintar Telkomsel serta peningkatan dalam beban outsourcing. Peningkatan beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi lainnya terutama juga disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: • Beban listrik, gas dan air meningkat sebesar Rp117,2 miliar atau 16,2% dari Rp724,1 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp841,3 miliar pada tahun 2010, terutama disebabkan meningkatnya jumlah BTS seluler dan sambungan nirkabel tidak bergerak; • Beban pemakaian frekuensi radio meningkat sebesar Rp107,7 miliar atau 3,9% dari Rp2.784,6 miliar pada 2009 menjadi Rp2,892.3 miliar pada 2010, disebabkan oleh peningkatan jumlah total BTS (Flexi dan Telkomsel). BTS

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Beban asuransi meningkat sebesar Rp72,1 miliar atau 23,1%, dari Rp312,3 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp384,4 miliar pada tahun 2010; Beban sewa kendaraan dan fasilitas pendukung meningkat sebesar Rp16,7 miliar atau 6,3%.

Peningkatan di atas dikurangi dengan penurunan beban sewa sirkit dan CPE sebesar Rp259,4 miliar atau 54,7% serta beban pokok penjualan pesawat telepon, kartu SIM dan RUIM sebesar Rp74,7 miliar atau 6,5%.

3. Beban Umum dan Administrasi

Beban umum dan administrasi menurun sebesar Rp291,7 miliar, atau 11,0%, dari Rp2.643,8 miliar pada 2009 menjadi Rp2.352,1 miliar pada 2010, terutama disebabkan oleh penurunan beban penagihan sebesar Rp316,6 miliar, atau 44,1% dan penurunan pada beban keamanan dan screening sebesar Rp50,6 miliar atau 19,1%. Penurunan beban penagihan disebabkan karena ditahun 2010 TELKOM hanya menggunakan Finnet sebagai agen penagihan, sedangkan pada tahun 2009 menggunakan banyak agen penagihan.



Penurunan pada beban penagihan serta beban keamanan dan screening diimbangi dengan peningkatan beban sumbangan sosial dan umum sebesar Rp67,6 miliar, atau 30,6%, dan peningkatan beban perjalanan sebesar Rp36,5 miliar atau 16,4%.

2. Beban Operasi, Pemeliharaan dan Jasa Telekomunikasi

LAMPIRAN

Flexi tumbuh sebesar 1,8% dari 5.543 unit pada 2009 menjadi 5.641 unit pada 2010, sementara BTS Telkomsel tumbuh sebesar 18,0% dari 30.992 unit pada 2009 menjadi 36.557 unit pada 2010;

karyawan dan beban umum dan administrasi dengan persentase yang lebih kecil. Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut:

1.

DATA PERUSAHAAN

4. Beban Interkoneksi

Beban interkoneksi meningkat sebesar Rp157,1 miliar, atau 5,4%, dari Rp2.929,3 miliar tahun 2009 menjadi Rp3.086,4 miliar pada tahun 2010. Beban interkoneksi meningkat terutama disebabkan peningkatan beban interkoneksi domestik dan transit serta interkoneksi internasional.



Beban interkoneksi mencapai 4,5% dari pendapatan operasi konsolidasian untuk tahun 2010 dibandingkan dengan 4,3% untuk tahun 2009

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

113

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

5. Beban Pemasaran



114

Beban karyawan menurun sebesar Rp1.016,6 miliar, atau 11,9%, dari Rp8.533,1 miliar pada 2009 menjadi Rp7.516,5 miliar pada 2010. Penurunan beban karyawan ini terutama disebabkan oleh tidak adanya beban program pensiun dini dimana untuk tahun 2009 dikeluarkan sebesar Rp1.043,6 miliar sedangkan untuk tahun 2010 tidak ada karyawan yang ditawarkan untuk pensiun dini. Sebagai tambahan, beban gaji dan tunjangan menurun sebesar Rp281,2 miliar atau 9,2%, sejalan dengan penurunan jumlah karyawan di tahun 2010. Selain itu: • beban imbalan kesehatan pascakerja berkala bersih menurun sebesar Rp121,2 miliar, atau 19,4%, dari Rp625,8 miliar pada 2009 menjadi Rp504,6 miliar pada 2010, terutama disebabkan penurunan beban pensiun TELKOM sebesar Rp140,0 miliar diimbangi sebagian dengan peningkatan beban pensiun Telkomsel. Penurunan beban pensiun terutama disebabkan peningkatan imbal hasil pada aset program; • beban imbalan kesehatan pasca kerja berkala bersih menurun sebesar Rp92,8 miliar, atau 28,0% dari Rp331,1 miliar pada 2009 menjadi Rp238,3 miliar pada 2010, terutama disebabkan oleh peningkatan imbal hasil yang diharapkan dari aset program berdasarkan perhitungan aktuaria; dan • beban penghargaan masa kerja menurun sebesar Rp38,3 miliar atau 32,8% dari Rp116,6 miliar pada 2009 menjadi Rp78,3 miliar pada 2010. P e n u r u n a n d i a t a s d i ku ra n g i d e n g a n peningkatan beban-beban sebagai berikut: • beban cuti, insentif dan tunjangan lainnya meningkat sebesar Rp378,6 miliar atau 16,2%, dari Rp2.335,4 miliar pada 2009 menjadi Rp2.714,0 miliar pada 2010 disebabkan kenaikan insentif karyawan

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

TELKOM pada 2010 sejumlah Rp236,0 miliar dan juga dipengaruhi kenaikan gaji tahunan; dan

Beban pemasaran meningkat sebesar Rp265,7 miliar, atau 11,8%, dari Rp2.259,5 miliar pada 2009 menjadi Rp2.525,2 miliar pada 2010, terutama disebabkan oleh peningkatan beban iklan dan promosi sebesar Rp270,0 miliar atau 15,7%. Peningkatan beban iklan ini disebabkan promosi produk seluler serta produk broadband kami yaitu seperti Flash dan Speedy.



6. Beban Karyawan

TINJAUAN BISNIS TELKOM

pajak penghasilan (PPh) karyawan meningkat sebesar Rp121,2 miliar, atau 18,0%, dari Rp674,4 miliar pada 2009 menjadi Rp795,6 miliar pada 2010 disebabkan pembayaran pajak untuk program pensiun dini. Program pensiun dini dilaksanakan pada tahun 2009 akan tetapi pembayaran hak karyawan dilakukan pada tahun 2010. Karena itu pencatatan pemotongan pajak dicatat pada tahun 2010 yang menyebabkan peningkatan beban pajak penghasilan karyawan.

C. Laba Usaha dan Marjin Usaha

Sebagai hasil dari hal-hal yang dijelaskan di atas, laba usaha menurun sebesar Rp296,6 miliar, atau 1,3% dari Rp22.787,7 miliar pada 2009 menjadi Rp22.491,1 miliar pada 2010. Sementara itu, pendapatan usaha meningkat sebesar Rp951,6 miliar atau 1,4%. Marjin usaha TELKOM sedikit menurun dari 33,7% pada 2009 menjadi 32,8% pada 2010.

D. Penghasilan (Beban) Lain-Lain

Beban lain-lain meningkat sebesar Rp734,2 miliar, atau 215,6%, dari Rp340,6 miliar pada 2009 menjadi Rp1.074,8 miliar pada 2010, terutama disebabkan oleh menurunnya keuntungan selisih kurs sebesar Rp930,0 miliar, atau 95,6% dari Rp972,9 miliar pada 2009 menjadi sebesar Rp42,9 miliar pada 2010. Penurunan nilai tukar terutama disebabkan oleh apresiasi mata uang Yen Jepang sebagai hasil meningkatnya pembayaran biaya hutang dalam denominasi Yen, diimbangi dengan apresiasi Rupiah yang diakibatkan oleh laba translasi atas pinjaman dalam mata uang Dolar AS, juga diimbangi dengan penurunan beban bunga sebesar Rp168,0 miliar atau 8,0% dari Rp2.096,0 miliar pada 2009 menjadi Rp1.928,0 miliar pada 2010.

E. Laba Sebelum Pajak dan Marjin Laba Sebelum Pajak

Sebagai hasil dari hal-hal yang dijelaskan sebelumnya, laba sebelum pajak menurun sebesar Rp1.030,8 miliar, atau 4,6% dari Rp22.447,1 miliar pada 2009 menjadi Rp21.416,3 miliar pada 2010. Marjin laba sebelum pajak menurun dari 33,2% pada 2009 menjadi 31,2% pada 2010.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Pembahasan dan Analisis Manajemen

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

F. Beban Pajak Penghasilan

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN



Beban pajak penghasilan menurun sebesar Rp858,1 miliar, atau 13,4%, dari Rp6.404,1 miliar pada 2009 menjadi Rp5.546,0 miliar pada 2010, disebabkan karena penurunan tarif pajak pendapatan perusahaan yang dikenakan pada TELKOM yang sebelumnya 23,0% menjadi 20,0% pada akhir tahun 2010. Penurunan ini diterapkan pada badan usaha milik negara yang setidaknya 40,0% sahamnya dimiliki publik.

Hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan konsolidasian menurun sebesar Rp310,8 miliar, atau 6,7%, dari Rp4.644,1 miliar pada 2009 menjadi Rp4.333,3 miliar pada 2010.

H. Laba Bersih

Sebagai hasil dari hal-hal yang dijelaskan di atas, laba bersih Perusahaan meningkat sebesar Rp138,1 miliar, atau 1,2%, dari Rp11.398,9 miliar pada 2009 menjadi Rp11.537,0 miliar pada 2010. Margin Laba Bersih kami, kami tahun 2009 maupun 2010 tidak berubah yaitu tetap sebesar 16,8%

I. Ekuitas

Jumlah ekuitas meningkat sebesar Rp5.766,4 miliar, atau 14,9%, dari Rp38.652,3 miliar pada 2009 menjadi Rp44.418,7 miliar pada 2010. Peningkatan jumlah ekuitas terutama disebabkan oleh laba bersih sebesar Rp11.537,0 miliar pada 2010, dikurangi dengan dividen tunai sebesar Rp5.668,1 miliar. Sebagai hasilnya laba ditahan kami meningkat sebesar Rp5.777,7 miliar, atau 16,0% dari Rp36.129,7 miliar pada 31 Desember 2009 menjadi Rp41.907,4 miliar pada 31 Desember 2010.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008.

Pendapatan Usaha Pendapatan usaha meningkat sebesar Rp3.511,2 miliar, atau 5,5%, dari Rp64.166,4 miliar dalam tahun 2008 menjadi Rp67.677,6 miliar dalam tahun 2009. Peningkatan pendapatan usaha pada 2009 terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan seluler, data, internet dan jasa teknologi informatika serta jasa telekomunikasi lainnya dikurangi dengan penurunan pendapatan telepon tidak bergerak dan pendapatan interkoneksi.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

LAMPIRAN

Pendapatan Telepon Tidak Bergerak Pendapatan telepon tidak bergerak turun sebesar Rp2.422,3 miliar, atau 14,5%, dari Rp16.708,6 miliar pada 2008 menjadi Rp14.286,3 miliar pada 2009. Penurunan pendapatan sambungan telepon tidak bergerak terutama disebabkan oleh penurunan pada pendapatan pemakaian serta pendapatan abonemen bulanan. Pendapatan pemakaian turun sebesar Rp2.282,9 miliar, atau 18,1%, dari Rp12.605,4 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp10.322,5 miliar pada tahun 2009. Pendapatan abonemen bulanan menurun sebesar Rp158,0 miliar atau 4,3%, dari Rp3.664,8 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp3.506,8 miliar pada tahun 2009.

G. Hak Minoritas Atas Laba Bersih Anak Perusahaan KONSOLIDASIAN

DATA PERUSAHAAN



Pendapatan Telepon Seluler Pendapatan telepon seluler meningkat sebesar Rp2.003,4 miliar, atau 7,6%, dari Rp26.529,1 miliar pada 2008 menjadi Rp28.532,5 miliar pada 2009 terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan pemakaian dan abonemen bulanan. Pendapatan pemakaian meningkat sebesar Rp2.067,0 miliar, atau 8,2% dari Rp25.335,1 miliar pada 2008 menjadi Rp27.402,1 miliar pada 2009 dan pendapatan abonemen bulanan tercatat sebesar Rp237,4 miliar, atau 127,6%, dari Rp186,1 miliar pada 2008 menjadi Rp423,5 miliar pada 2009. Peningkatan pendapatan seluler terutama disebabkan oleh peningkatan pelanggan Telkomsel sebesar 25,0% dari 65,3 juta pelanggan pada tahun 2008 menjadi 81,6 juta pelanggan pada tahun 2009. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan pelanggan prabayar dan pascabayar secara berturut-turut sebesar 25,6% dan 4,9% pada tahun 2009. Peningkatan pendapatan pemakaian dan biaya abonemen bulanan diimbangi dengan penurunan pendapatan dari fitur Rp239,8 miliar, atau 33,2%, dari Rp722,9 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp483,1 miliar pada tahun 2009 dan penurunan pendapatan jasa penyambungan sebesar Rp61,2 miliar atau 21,5% dari Rp285,0 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp223,8 miliar pada tahun 2009. Sebagai hasil dari tingginya rata-rata pertumbuhan jumlah pelanggan pra bayar Telkomsel, proporsi pelanggan pra bayar terhadap jumlah pelanggan meningkat sebesar 97,0% pada tahun 2008 menjadi 97,5% pada tahun 2009. Dengan peningkatan jumlah pelanggan pra bayar terhadap persentase dari total pelanggan, ARPU campuran bulanan turun dari rata-rata Rp59.000 pada tahun 2008 menjadi rata-rata Rp48.000 pada tahun 2009.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

115

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

• Pendapatan Interkoneksi Pendapatan interkoneksi seluler menurun sebesar Rp495,8 miliar, atau 11,4% dari Rp4.362,5 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp3.866,7 miliar pada tahun 2009. Pendapatan interkoneksi terdiri dari pendapatan interkoneksi jaringan telepon tetap TELKOM dan pendapatan interkoneksi dari jaringan telepon seluler Telkomsel. Pendapatan interkoneksi termasuk panggilan yang diterima layanan SLI (TIC-007). Interkoneksi domestik dan transit menurun sebesar Rp403,4 miliar, atau 14,7% dari Rp2.741,4 miliar pada 2008 menjadi Rp2.338,0 miliar pada tahun 2009 terutama disebabkan penurunan pada pendapatan interkoneksi dari panggilan telepon tetap jauh ke telepon seluler. Pendapatan interkoneksi internasional menurun sebesar Rp92,4 miliar, atau 5,7% dari Rp1.621,1 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp1.528,7 miliar pada tahun 2009. Pendapatan interkoneksi berkontribusi sebesar 5,7% dari pendapatan usaha konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2009, dibanding dengan 6,8% untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2008.

116

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

• Pendapatan KSO (Kerja Sama Operasi) Tidak terdapat pendapatan KSO pada tahun 2007, 2008 atau 2009 sebagai akibat dari akuisisi KSO VII pada bulan Oktober 2006

• Pendapatan Data, Internet dan Jasa Teknologi Informatika Pendapatan data, internet dan jasa teknologi informatika meningkat sebesar Rp3.734,4 miliar, atau 25,3%, dari Rp14.768,2 miliar pada 2008 menjadi Rp18.511,6 miliar pada 2009. Peningkatan pendapatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan internet, komunikasi data dan pendapatan SMS. Pendapatan, komunikasi data internet dan jasa teknologi informatika meningkat sebesar Rp2,893,2 miliar, atau 59,1%, dari Rp4.896,6 miliar pada 2008 menjadi Rp7.789,8 miliar pada 2009 terutama karena peningkatan usaha pemasaran untuk mendorong peningkatan penjualan data dan layanan internet. Pelanggan Speedy tumbuh 77,5% dari 645,0 ribu pelanggan pada 2008 menjadi sekitar 1,1 juta pelanggan pada 2009. Sebagai tambahan, pendapatan SMS meningkat sebesar Rp845,8 miliar atau 8,8% dari Rp9.653,6 miliar pada 2008 menjadi Rp10.499,4 miliar pada 2009.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Pembahasan dan Analisis Manajemen

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

• Pendapatan Jaringan Pendapatan jaringan meningkat sebesar Rp138,5 miliar, atau 12,8%, dari Rp1.079,5 miliar di 2008 menjadi Rp1.218,0 miliar pada 2009 terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan sirkit sewa dan peningkatan pendapatan jasa sewa transponder satelit.

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN



Pendapatan transponder satelit meningkat sebesar Rp87,3 miliar, atau 22,5%, dari Rp387,7 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp475,0 miliar pada tahun 2009.

• Pendapatan Jasa Telekomunikasi Lainnya Pada 2009, pendapatan TELKOM dari jasa telekomunikasi lainnya meningkat sebesar Rp544,0 miliar, atau 75,7%, dari Rp718,5 miliar pada 2008 menjadi Rp1.262,5 miliar pada 2009. Peningkatan pendapatan jasa telekomunikasi lainnya terutama dari pendapatan penyewaan peralatan kepada pelanggan, perangkat yang digabung (bundled) dengan Flexi, layanan produk telepon nirkabel tidak bergerak kami, dan televisi berbayar.

Beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi meningkat sebesar Rp2.248,1 miliar, atau 18,3%, dari Rp12.301,3 miliar pada 2008 menjadi Rp14.549,4 miliar pada 2009. Peningkatan beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi terutama disebabkan oleh: • Peningkatan beban operasi dan pemeliharaan sebesar Rp1.458,5 miliar, atau 24,4%, dari Rp5.988,9 miliar pada 2008 menjadi Rp7.447,4 miliar pada 2009 yang disebabkan oleh peningkatan kapasitas jaringan Telkomsel yang sejalan dengan peningkatan jumlah pelanggan dari 65,3 juta pelanggan pada tahun 2008 menjadi 81,6 juta pelanggan pada tahun 2009. Telkomsel juga meningkatkan kapasitas stasiun pengirim dan penerima dan switching dan peralatan jaringan pintar. • Beban pemakaian frekuensi radio meningkat sebesar Rp384,3 miliar atau 16,0% dari Rp2.400,3 miliar pada 2008 menjadi Rp2.784,6 miliar pada 2009, disebabkan oleh kenaikan jumlah total BTS (Flexi dan Telkomsel). BTS Flexi tumbuh sebesar 36,7% dari 4.054 unit pada 2008 menjadi 5.543 unit pada 2009, sementara BTS Telkomsel tumbuh sebesar 15,3% dari 26.872 unit pada 2008 menjadi 30.992 unit pada 2009.



Beban Usaha Jumlah beban usaha meningkat sebesar Rp3.160,5 miliar, atau 7,6% dari Rp41.729,4 miliar pada 2008 menjadi Rp44.889,9 miliar pada 2009. Peningkatan jumlah beban usaha terutama disebabkan oleh meningkatnya beban penyusutan dan amortisasi, beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi, serta beban umum dan administrasi sebagaimana dijelaskan lebih lanjut di bawah ini:



1. Beban Penyusutan dan Amortisasi Beban penyusutan dan amortisasi meningkat sebesar Rp1.642,7 miliar, atau 13,3%, dari Rp12.332,1 miliar pada 2008 menjadi Rp13.974,8 miliar pada 2009. Peningkatan beban penyusutan dan amortisasi terutama disebabkan oleh peningkatan jumlah BTS Telkomsel sebanyak 4.120 unit pada tahun 2009, peningkatan kapasitas stasiun pengirim dan penerima dan switching serta peralatan jaringan pintar, dan peningkatan belanja modal untuk infrastruktur jaringan (jaringan transmisi, backbone dan jaringan akses).

Beban listrik, air dan gas meningkat sebesar Rp165,7 miliar atau 29,7% dari Rp558,4 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp724,1 miliar pada tahun 2009 terutama disebabkan meningkatnya jumlah BTS seluler dan telepon tidak bergerak nirkabel dan peningkatan tarif listrik; dan Beban pokok teknologi informatika naik sebesar Rp75,5 miliar atau 71,4%, dari Rp105,7 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp181,2 miliar pada tahun 2009, sebagai akibat dari meningkatnya beban perangkat keras integrasi sistem.

3. Beban Umum dan Administrasi

Beban umum dan administrasi meningkat sebesar Rp277,6 miliar, atau, 11,7%, dari Rp2.366,2 miliar pada 2008 menjadi Rp2.643,8 miliar pada 2009, yang disebabkan oleh: • Kenaikan penyisihan piutang ragu-ragu dan persediaan usang sebesar Rp175,7 miliar, atau 44,1%; • Kenaikan beban penagihan sebesar Rp133,9 miliar, atau 22,9%;



Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

LAMPIRAN

2. Beban Operasi, Pemeliharaan dan Jasa Telekomunikasi

Pendapatan sirkit sewa meningkat sebesar Rp51,2 miliar, atau 7,4%, dari Rp691,8 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp743,0 miliar pada tahun 2009.



DATA PERUSAHAAN

Peningkatan beban sumbangan sosial dan umum sebesar Rp78,8 miliar, atau 55,6%; dan

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

117

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010



LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

Beban pemasaran menurun sebesar Rp90,2miliar, atau 3,8% dari Rp2.349,7 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp2.259,5 miliar pada tahun 2009, terutama disebabkan oleh penurunan beban iklan sebesar Rp152,2 miliar atau 8,1%.

5. Beban Interkoneksi

Beban interkoneksi menurun sebesar Rp334,2 miliar atau 10,2% dari Rp3.263,5 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp2.929,3 miliar pada tahun 2009. Penurunan beban interkoneksi internasional terutama disebabkan penurunan interkoneksi domestik dan transit serta interkoneksi internasional.



Beban interkoneksi untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2009 mencapai 4,3% dari pendapatan operasi konsolidasian dibanding dengan 5,1% pada tahun yang berakhir 31 Desember 2008.

6. Beban Karyawan

118

Beban karyawan menurun sebesar Rp583,5 miliar, atau 6,4%, dari Rp9.116,6 miliar pada 2008 menjadi Rp8.533,1 miliar pada 2009. Penurunan beban karyawan ini terutama disebabkan oleh penurunan beban imbalan kesehatan pasca kerja berkala bersih dan pajak penghasilan karyawan. Penurunan beban karyawan dijelaskan sebagai berikut: • beban imbalan kesehatan pasca kerja berkala bersih menurun sebesar Rp570,7 miliar, atau 63,3%, dari Rp901,8 miliar pada 2008 menjadi Rp331,1 miliar pada 2009 terutama disebabkan penurunan beban bunga; • beban pajak penghasilan karyawan turun sebesar Rp454,0 miliar, atau 40,2%, dari Rp1.128,4 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp674,4 miliar pada tahun 2009 terutama

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

berasal dari penurunan tarif pajak serta turunnya jumlah karyawan dari 30.213 pada 31 Desember 2008 menjadi 28.750 pada 31 Desember 2009; dan

Penurunan dalam porsi yang lebih kecil pada profesional fee, beban kendaraan bermotor, perjalanan dan rapat

4. Beban Pemasaran

TINJAUAN KINERJA SAHAM



beban pensiun berkala bersih turun sebesar Rp80,7 miliar, atau 11,4% dari Rp706,5 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp625,8 miliar pada tahun 2009, terutama berasal dari peningkatan imbal hasil dari aset program berdasarkan perhitungan aktuaria;

Penurunan di atas diimbangi dengan kenaikan pada: • beban pensiun dini meningkat sebesar Rp255,4 miliar atau 32,4%, dari Rp788,2 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp1.043,6 miliar pada tahun 2009, sebagai akibat dari implementasi program pensiun dini pada tahun 2009; • beban gaji dan tunjangan lainnya terkait meningkat sebesar Rp99,9 miliar, atau 3,4%, dari Rp2.956,4 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp3.056,3 miliar pada tahun 2009, terutama berasal dari peningkatan standar gaji dan sebagian diimbangi oleh penurunan jumlah karyawan; • beban tunjangan cuti, insentif dan tunjangan lainnya meningkat sebesar Rp93,4 miliar, atau 4,2% dari Rp2.242,0 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp2.335,4 miliar pada tahun 2009, terutama berasal dari peningkatan insentif yang sejalan dengan peningkatan kinerja keuangan; dan • beban penghargaan masa kerja meningkat sebesar Rp81,3 miliar, atau 230,2%, dari Rp35,3 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp116,6 miliar pada tahun 2009, terutama karena Telkomsel mulai menyediakan tunjangan cuti besar pada tahun 2009 dimana tunjangan tersebut dibebankan sebagai biaya.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Pembahasan dan Analisis Manajemen

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

C. Laba Usaha dan Marjin Usaha

F. Beban Pajak Penghasilan





Sebagai hasil dari hal-hal yang dijelaskan di atas, laba usaha meningkat sebesar Rp350,7 miliar, atau 1,6%, dari Rp22.437,0 miliar pada 2008 menjadi Rp22.787,7 miliar pada 2009. Sementara itu, marjin pendapatan usaha meningkat sebesar Rp3.511,2 miliar atau 5,5%. Marjin operasi TELKOM menurun dari 35,0% pada 2008 menjadi 33,7% pada 2009.

D. Penghasilan (Beban) Lainlain

Beban lain-lain menurun sebesar Rp1,697,4 miliar, atau 83,3%, dari Rp2.038,2 miliar pada 2008 menjadi Rp340,6 miliar pada 2009, terutama disebabkan oleh peningkatan laba selisih kurs sebesar Rp2.586,7 miliar, atau 160,3%, dari rugi bersih sebesar Rp1.613,8 miliar pada tahun 2008 menjadi laba sebesar Rp972,9 miliar pada tahun 2009. Peningkatan laba dari selisih kurs disebabkan oleh apresiasi Rupiah, yang menghasilkan laba selisih kurs atas pinjaman Dolar kami, dan sebagian dikurangi oleh peningkatan sebesar Rp454,7 miliar, atau 27,7% pada beban bunga dari Rp1.641,3 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp2.096,0 miliar pada tahun 2009. Peningkatan beban bunga terutama disebabkan peningkatan pinjaman jangka pendek dan jangka menengah Telkomsel.

E. Laba Sebelum Pajak dan Marjin Laba Sebelum Pajak



Sebagai hasil dari hal-hal yang dijelaskan sebelumnya, laba sebelum pajak meningkat sebesar Rp2.048,1 miliar, atau 10,0%, dari Rp20.399,0 miliar pada 2008 menjadi Rp22.447,1 miliar pada 2009. Marjin laba sebelum pajak meningkat dari 31,8% 2008 menjadi 33,2% 2009.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Beban pajak penghasilan meningkat sebesar Rp730,5 miliar, atau 12,9%, dari Rp5.673,6 miliar pada 2008 menjadi Rp6.404,1 miliar pada 2009, sejalan dengan peningkatan laba sebelum pajak pada 2009.

G. Hak Minoritas Atas Laba Bersih Anak Perusahaan KONSOLIDASIAN

Hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan konsolidasian meningkat sebesar Rp590,5 miliar, atau 14,6%, dari Rp4.053,6 miliar pada 2008 menjadi Rp4.644,1 miliar pada 2009, terutama karena meningkatnya kinerja keuangan Telkomsel.

H. Laba Bersih

Sebagai hasil dari penjelasan di atas, laba bersih perusahaan meningkat sebesar Rp727,1 miliar, atau 6,8%, dari Rp10.671,8 miliar pada 2008 menjadi Rp11.398,9 miliar pada 2009. Marjin laba bersih naik dari 16,6% pada 2008 menjadi 16,8% pada 2009.

I. Ekuitas dan saldo laba ditahan

Jumlah ekuitas meningkat sebesar Rp4.742,4 miliar, atau 14,0%, dari Rp33.909,9 miliar pada 2008 menjadi Rp38.652,3 miliar pada 2009. Peningkatan jumlah ekuitas terutama disebabkan oleh laba bersih sebesar Rp11.398,9 miliar pada 2009, diimbangi dengan dividen tunai sebesar Rp5.840,7 miliar akuisisi 49% saham Infomedia sebesar Rp439,4 dan pembayaran dividen interim sebesar Rp524,1 miliar. Sebagai hasilnya saldo laba ditahan meningkat sebesar Rp5.033,9 miliar, dari Rp31.095,8 miliar per 31 Desember 2008 menjadi Rp36.129,7 miliar per 31 Desember 2009.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

119

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Tabel Hasil Operasi Berdasarkan Segmen Tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2008 

2009 

2010 

2010 

(Rp miliar)

(Rp miliar)

(Rp miliar)

(US$ juta)

Telepon Kabel Tidak Bergerak Hasil Segmen Pendapatan Usaha Eksternal Pendapatan Usaha Antar Segment

22.083,7

21.209,7

21.618,7

2.399,4

3.612,6

4.237,1

5.434,4

603,2

Jumlah Pendapatan Segmen

25.696,3

25.446,9

27.053,1

3.002,6

Beban segmen

(21.877,1)

(21.927,8)

(22.198,4)

(2.463,8)

3.819,2

3.519,0

4.854,7

538,8

(4.629,3)

(4.684,1)

(4.210,7)

(467,3)

(335,4)

(461,3)

(336,4)

(37,3)

3.488,0

3.431,0

2.951,5

327,6

208,6

208,6

174,0

19,3

3.696,6

3.639,6

3.125,6

346,9

(2.493,2)

(3.360,2)

(2.862,2)

(317,7)

1.203,4

279,4

263,3

29,2

(408,5)

(637,2)

(730,6)

(81,1)

-

-

(34,1)

(3,8)

38.209,1

42.633,3

43.591,8

4.838,2

2.034,1

1.763,8

1.930,9

214,3

40.243,2

44.397,1

45.522,7

5.052,5

(23.496,8)

(25.662,2)

(28.388,0)

(3.150,7)

Hasil segmen Penyusutan dan Amortisasi Beban Non-Kas lain-lain Telepon Nirkabel Tidak Bergerak Hasil Segmen Pendapatan Usaha Eksternal Pendapatan Usaha Antar Segment Jumlah Pendapatan Segmen Beban segmen Hasil segmen Penyusutan dan Amortisasi Beban Non-Kas lain-lain Seluler Hasil Segmen Pendapatan Usaha Eksternal Pendapatan Usaha Antar Segment Jumlah Pendapatan Segmen Beban segmen Hasil segmen

16.746,4

18.735,0

17.134,7

1.901,7

(7.254,3)

(8.622,6)

(9.636,5)

(1.069,5)

(54,9)

(108,3)

(148,1)

(16,4)

Pendapatan Usaha Eksternal

385,6

403,6

467,1

51,8

Pendapatan Usaha Antar Segment

346,2

325,3

744,7

82,6

731,8

728,9

1.211,8

134,5

(642,7)

(744,7)

(1.032,7)

(114,6)

89,1

(15,9)

179,1

19,9

(56,0)

(31,0)

(33,7)

(3,7)

-

(4,1)

(6,1)

(0,7)

Penyusutan dan Amortisasi Beban Non-Kas lain-lain Lain-lain Hasil Segmen

Jumlah Pendapatan Segmen Beban segmen Hasil segmen Penyusutan dan Amortisasi Beban Non-Kas lain-lain

120

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Pembahasan dan Analisis Manajemen

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

HASIL SEGMEN Tahun yang berakhir 31 Desember 2010 dibandingkan dengan tahun yang berakhir 31 Desember 2009

Segmen Telepon Kabel Tidak Bergerak Pendapatan segmen telepon kabel tidak bergerak meningkat sebesar Rp1.606,3 miliar atau 6,3% dari Rp25.446,9 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp27.053,1 miliar pada tahun 2010. Peningkatan pendapatan segmen ini terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan data dan internet sebesar Rp3.763,1 miliar atau 65,3% dari peningkatan pendapatan koneksi internet dari layanan broadband. Kontribusi kenaikan ini juga berasal dari pendapatan layanan jaringan sebesar Rp571,3 miliar, atau 13,7% dan pendapatan interkoneksi sebesar Rp308,2 miliar, atau 10,3%. Peningkatan pendapatan layanan pada segmen telepon kabel tidak bergerak ini diimbangi oleh penurunan pendapatan percakapan telepon kabel tidak bergerak sebesar Rp3.177,6 miliar, atau 28,9% terutama karena menurunnya volume panggilan.

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

pemasaran sebesar Rp46,6 miliar atau 15,4%. Penurunan beban segmen telepon nirkabel tidak bergerak diimbangi oleh kenaikan beban penyusutan sebesar Rp99,5 miliar, atau 15,8% dan beban umum dan administrasi sebesar Rp30,7miliar, atau 22,5%.

Segmen Seluler Pendapatan segmen seluler meningkat sebesar Rp1.125,6 miliar, atau 2,5% dari Rp44.397,1 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp45.522,7 miliar pada tahun 2010, terutama disebabkan karena peningkatan pendapatan percakapan seluler sebesar Rp2,035.1 miliar atau 6,7% sejalan dengan peningkatan jumlah pelanggan Telkomsel sebesar 15.1% dari 81.6 juta pelanggan pada tanggal 31 December 2009 menjadi 94.0 juta pelanggan pada tanggal 31 Desember 2010. Peningkatan ini diimbangi dengan penurunan pada pendapatan data dan internet sebesar Rp932,1 miliar, atau 8,5%.

Beban segmen telepon kabel tidak bergerak meningkat sebesar Rp270,6 miliar. atau 1,2% dari Rp21.927,8 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp22.198,4 miliar pada tahun 2010, terutama disebabkan karena peningkatan pada beban operasi dan pemeliharaan sebesar Rp991,8 miliar, atau 25,8% terutama disebabkan peningkatan beban kerjasama dan transmisi radio, layanan interkoneksi sebesar Rp810,4 miliar, atau 15,8% disebabkan karena peningkatan interkoneksi internasional dan beban marketing sebesar Rp103,3 miliar, atau 18,3%. Kenaikan dari beban segmen telepon tidak bergerak diimbangi dengan penurunan beban pegawai sebesar Rp848,9 miliar atau 13,2% terutama disebabkan karena tidak adanya beban pensiun dini pada 2010, beban penyusutan sebesar Rp459,4 miliar atau 13,7% dan beban umum dan administrasi sebesar Rp306,1 miliar atau 24,3%.

Beban segmen seluler meningkat sebesar Rp2.725,8 miliar atau 10,6%. dari Rp25.662,2 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp28.388,0 miliar pada tahun 2010, terutama karena meningkatnya beban operasi, pemeliharaan dan layanan telekomunikasi sebesar Rp1.082,2 miliar atau 10,5% terutama disebabkan peningkatan sewa peralatan radio carrier, antena dan menara; beban penyusutan sebesar Rp875,9 miliar atau 10,3%, beban interkoneksi sebesar Rp248,7 miliar atau 8,7%, beban pegawai sebesar Rp232,8 miliar atau Rp16,2%, beban amortisasi sebesar Rp137,9 miliar, atau 168,5% disebabkan karena amortisasi perangkat lunak; serta peningkatan beban pemasaran sebesar Rp214,7 miliar, atau 17,3% sejalan dengan peningkatan jumlah pelanggan seluler Telkomsel dan meningkatnya BTS Telkomsel dari 30.992 unit pada 2009 menjadi 36.557 unit pada 2010. Peningkatan segmen seluler diimbangi dengan penurunan dalam beban umum dan administrasi sebesar Rp66,5 miliar, atau 5,5%

Segmen Telepon Nirkabel Tidak Bergerak

Segmen Lain-lain

Pendapatan segmen telepon nirkabel tidak bergerak menurun sebesar Rp514,0 miliar atau 14,1% dari Rp3.639,6 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp3.125,6 miliar pada tahun 2010 yang disebabkan menurunnya pendapatan percakapan telepon nirkabel sebesar Rp567,6 miliar atau 22,8% dan pendapatan interkoneksi sebesar Rp66,9 miliar atau 18,1%. Penurunan ini diimbangi dengan kenaikan pendapatan data, internet dan layanan teknologi informatika sebesar Rp120,5 miliar atau 15,4%.

Pendapatan segmen lain-lain meningkat sebesar Rp482,9 miliar atau 66,3% dari Rp728,9 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp1.211,8 miliar pada tahun 2010 terutama disebabkan oleh peningkatan pada pendapatan call center sebesar Rp163,1 miliar atau 42,9% dan pendapatan layanan pengelolaan gedung dan properti sebesar Rp319,8 miliar atau 91,6%.

Beban segmen telepon nirkabel tidak bergerak menurun sebesar Rp497,9 miliar atau 14,8% dari Rp3.360,2 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp2.862,2 miliar pada tahun 2010, terutama karena menurunnya beban operasi dan pemeliharaan sebesar Rp385,4 miliar atau 22,6%, beban pegawai sebesar Rp130,0 miliar atau 46,0%, beban interkoneksi sebesar Rp66,2 miliar atau 21,9%dan beban

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Beban segmen lain-lain meningkat sebesar Rp288.0 miliar atau 38,7% dari Rp744.7 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp1.032,7 miliar pada tahun 2010, terutama karena meningkatnya beban operasi dan pemeliharaan sebesar Rp511,4 miliar atau 409,7%, dan beban umum dan administrasi sebesar Rp50,2 miliar atau 98,4%. Kenaikan beban segmen lain-lain diimbangi dengan penurunan beban pegawai sebesar Rp270,5 miliar atau 70,0%.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

121

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

Tahun yang berakhir 31 Desember 2009 dibandingkan dengan tahun yang berakhir 31 Desember 2008

Segmen Telepon Kabel Tidak Bergerak Pendapatan segmen telepon kabel tidak bergerak menurun sebesar Rp249,4 miliar atau 1,0% dari Rp25.696,3 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp25.446,9 miliar pada tahun 2009. Penurunan pendapatan segmen ini terutama disebabkan oleh turunnya pendapatan percakapan telepon tidak bergerak sebesar Rp2.189,6 miliar atau 16,6% terutama karena menurunnya volume panggilan dan pendapatan interkoneksi sebesar Rp50,6 miliar atau 1,7%. Penurunan ini diimbangi dengan peningkatan pendapatan data dan layanan internet sebesar Rp1.796,1 miliar, atau 45,3% terutama disebabkan karena meningkatnya pendapatan koneksi internet dari layanan akses broadband. Beban segmen telepon kabel tidak bergerak menurun sebesar Rp50,7 miliar atau 0,2% dari Rp21.877,1 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp21.927,8 miliar pada tahun 2009, terutama disebabkan karena peningkatan pada beban operasi dan pemeliharaan sebesar Rp545,8 miliar atau 16,5%, beban interkoneksi sebesar Rp89,8 miliar atau 1,8% serta beban umum dan administrasi sebesar Rp14,8 miliar atau 1,2%. Peningkatan ini diimbangi dengan penurunan dalam beban karyawan sebesar Rp713,8 miliar, atau 10,0%.

Segmen Telepon Nirkabel Tidak Bergerak Pendapatan segmen telepon nirkabel tidak bergerak menurun sebesar Rp57,1 miliar atau 1,5% dari Rp3.696,6 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp3.639,6 miliar pada tahun 2009 yang disebabkan oleh menurunnya pendapatan percakapan sebesar Rp275,1 miliar atau 10,0%, pendapatan interkoneksi sebesar Rp7,6 miliar, atau 2,0%. Penurunan ini diimbangi oleh kenaikan pendapatan data, internet dan layanan teknologi informatika sebesar Rp225,7 miliar atau 40,5%. Beban segmen telepon nirkabel tidak bergerak meningkat sebesar Rp866,9 miliar atau 34,8 % dari Rp2.493,2 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp3.360,2 miliar pada tahun 2009, terutama karena meningkatnya operasi dan pemeliharaan sebesar Rp799,6 miliar, atau 88,2%, beban penyusutan sebesar Rp222,6 miliar, atau 54,5% serta beban umum dan administrasi sebesar Rp30,9, atau 29,2%. Peningkatan ini diimbangi dengan penurunan beban pemasaran sebesar Rp49,0 miliar atau 14,0%, beban interkoneksi sebesar Rp97,1 miliar, atau 24,4% serta beban karyawan sebesar Rp40,0 miliar, atau 12,4%.

122

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Segmen Seluler Pendapatan segmen seluler meningkat sebesar Rp4.153,9 miliar atau 10,3% dari Rp40.243,2 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp44.397,1 miliar pada tahun 2009. Terutama disebabkan karena peningkatan pendapatan percakapan seluler sebesar Rp3.580,6 miliar, sejalan dengan peningkatan jumlah pelanggan Telkomsel sebesar 25,0% pada tahun 2009 dan peningkatan pendapatan data dan internet sebesar Rp795,2 miliar, atau 7,8%. Beban segmen seluler meningkat sebesar Rp2.165,4 miliar atau 9,2% dari Rp23.496,8 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp25.662,2 miliar pada tahun 2009, terutama karena meningkatnya beban penyusutan sebesar Rp1.276,6 miliar atau 17,6%, beban umum dan administrasi sebesar Rp241,5 miliar atau 25,2%, beban karyawan sebesar Rp58,3 miliar atau 4,2% serta beban operasi dan pemeliharaan sebesar Rp777,8 miliar atau 8,2%. Peningkatan beban ini sejalan dengan peningkatan jumlah pelanggan seluler Telkomsel dari 65,3 juta pelanggan pada tanggal 31 Desember 2008 menjadi 81,6 juta pelanggan pada tanggal 31 Desember 2009 serta meningkatnya BTS Telkomsel dari 26.872 unit pada tanggal 31 Desember 2008 menjadi 30.992 unit pada tanggal 31 Desember 2009. Peningkatan ini diimbangi dengan penurunan beban interkoneksi sebesar Rp231,0 miliar atau 7,5%, sejalan dengan penurunan sebesar Rp406,8 miliar, atau 12,2% pada beban interkoneksi.

Segmen Lain-lain Pendapatan segmen lain-lain menurun sebesar Rp2,9 miliar atau 0,4% dari Rp731,8 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp728,9 miliar pada tahun 2009, yang disebabkan oleh menurunnya pendapatan layanan call center Infomedia sebesar Rp13,8 miliar atau 3,5%. Penurunan pada segmen lain-lain ini diimbangi dengan kenaikan pendapatan layanan assistant directory, properti dan pendapatan lainnya sebesar Rp10,9 miliar, atau 3,2%. Beban segmen lain-lain meningkat sebesar Rp102,0 miliar atau 15,9% dari Rp642,7 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp744,7 miliar pada tahun 2009, terutama karena meningkatnya beban karyawan sebesar Rp112,0 miliar, atau 40,8% serta beban operasi dan pemeliharaan sebesar Rp53,5 miliar, atau 75,0%. Peningkatan segmen lain-lain diimbangi dengan penurunan beban pemasaran sebesar Rp28,6 miliar atau 15,8% dan beban penyusutan sebesar Rp25,3 miliar atau 45,6%.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Pembahasan dan Analisis Manajemen

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Ringkasan Perbedaan Signifikan antara Indonesia GAAP dan US GAAP Lihat Catatan 54 Laporan Keuangan Konsolidasian.

LIKUIDITAS DAN SUMBER PERMODALAN Kami memiliki kas dan setara kas sebesar Rp9.119,8 miliar pada 31 Desember 2010. Jumlah kas dan setara kas itu meningkat Rp1.314,3 miliar sejak 31 Desember 2009. Selama tahun 2010, arus kas terutama berasal dari kas yang dihasilkan dari kegiatan usaha yaitu sebesar Rp27.758,8 miliar, obligasi berdenominasi Rupiah sebesar Rp3,0 triliun dan pinjaman jangka panjang dari Japan Bank for International Cooperation sekitar US$59,9 juta. Arus kas ini dikompensasi oleh dana tunai yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha, termasuk, tapi tidak terbatas pada: • pembayaran beban usaha







pendanaan belanja modal untuk infrastruktur, termasuk jaringan utama atau backbone kami, jaringan utama yang berbasis Internet Protocol, regional-metro junction, satelit, infrastuktur bagi bisnis new wave, termasuk broadband and Metro-E, jaringan komunikasi data, aplikasi TI dan konten, layanan nodes dan kabel, infrastruktur untuk mengoptimalkan layanan telepon kabel tidak bergerak dan Flexi yang menjadi legacy kami, serta infrastuktur pendukung seperti p e ra n g ka t p e n d u ku n g d a n p u s a t l aya n a n bantuan; pembayaran kebutuhan layanan hutang terkait dengan hutang perusahaan yang masih ada, termasuk pinjaman penerusan, hutang jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun berjalan serta pinjaman jangka pendek kami; pembayaran bulanan yang bersifat tetap terhadap MGTI terkait dengan perjanjian mengenai KSO IV yang telah diubah dan disusun kembali, yang mulai berlaku pada Januari 2004 dan berakhir pada akhir tahun 2010; dan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN



DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

pembayaran bulanan yang bersifat tetap kepada PT Bukaka Singtel International (BSI) terkait dengan perjanjian mengenai KSO VII yang telah diubah dan disusun kembali, yang mulai berlaku pada Oktober 2006 dan berakhir pada akhir tahun 2010.

Pada tahun 2011, kami berharap likuiditas dan sumber permodalan kami, di luar dari kebutuhan modal kerja dan pembayaran dividen dan pajak, paling tidak akan terdiri dari belanja modal untuk infrastruktur, kebutuhan layanan hutang, pembayaran kontribusi untuk rencana pensiun dan rencana kesehatan pasca kerja, akuisisi potensial selama tahun itu untuk menambah bisnis dan potensi penawaran pensiun dini Telkom kepada karyawan terpilih. Kami menargetkan arus kas kami pada tahun 2011 terutama akan dikontribusikan oleh kas yang berasal dari kegiatan usaha, fasilitas pinjaman baru perbankan, dan jika diperlukan pendanaan oleh vendor serta penggunaan fasilitas kredit yang telah dimiliki. Pada tanggal 31 Desember 2010, kami masih mempunyai fasilitas pinjaman sebesar Rp4,0 triliun yang belum dimanfaatkan. Kami tidak menargetkan untuk memperoleh sumber pendanaan lain selama tahun 2011. Kemampuan kami untuk memperoleh fasilitas kredit dan mengakses pasar modal Indonesia akan sebagian tergantung pada kondisi pasar kredit dan finansial Indonesia dan global. Kami tidak dapat memastikan bahwa kami akan dapat memperoleh pendanaan tersebut sesuai dengan syarat dan kondisi yang kami harapkan. Pada tahun 2011, kami juga memproyeksikan tren penurunan akan masih terjadi di sisi pendapatan telepon kabel tidak bergerak, dan penyesuaian tertentu terhadap tarif interkoneksi yang mengacu pada rezim interkoneksi berbasis biaya dapat terus mengakibatkan penurunan pada sisi pendapatan interkoneksi, meskipun kami memprediksi penurunan itu sebagian akan dapat dikompensasikan oleh kenaikan di pos lainnya, seperti bisnis new wave kami. Lihat “Tinjauan Hasil Usaha”.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

123

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

ARUS KAS BERSIH Tabel berikut menyajikan informasi yang berhubungan dengan arus kas konsolidasi Perusahaan, seperti yang disajikan dalam (dan disiapkan dalam basis yang sama) pada Laporan Keuangan Konsolidasian TELKOM. Tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2008 

2009 

2010 

2010 

(Rp miliar)

(Rp miliar)

(Rp miliar)

(US$ juta)

Arus Kas Bersih Dari aktivitas operasi Dari kegiatan Investasi Dari kegiatan pendanaan Perubahan dalam kas da setara kas

24.553,9

29.811,6

27.758,8

3.080,9

(16.545,7)

(21.828,9)

(16.518,3)

(1.833,3)

(11.586,1)

(6.748,7)

(9.819,6)

(1.089,9)

(3.577,9)

1.234,0

1.420,9

157,7

Dampak perubahan kurs tukar mata uang asing terhadap kas dan setara kas

327,0

(318,5)

(106,6)

(11,8)

Kas dan setara kas, awal tahun

10.140,8

6.889,9

7.805,5

866,3

Kas dan setara kas, akhir tahun

6.889,9

7.805,5

9.119,8

1.012,2

(*) Sebagaimana disajikan kembali. Lihat catatan 2p laporan keuangan konsolidasian.

Kas dari Kegiatan Usaha Pada tahun 2010, kas yang berasal dari kegiatan usaha mencapai Rp27.758,8 miliar (US$3.080,9 juta) dibandingkan Rp29.811,6 miliar pada tahun 2009. Penurunan arus kas usaha kami mencerminkan kenaikan pembayaran beban usaha secara tunai yang terutama dikarenakan: • kenaikan sebesar Rp4.022,8 miliar, atau 19,1%, untuk pembayaran beban usaha secara tunai; • penurunan sebesar Rp1.559,3 miliar, atau 11,2%, pada penerimaan pendapatan usaha dari layanan telepon tidak bergerak secara tunai akibat turunnya jumlah pendapatan berdasarkan penggunaannya dan penurunan pada pendapatan biaya berlangganan bulanan; dan • penurunan sebesar Rp166,6 miliar, atau 4,4%, pada pendapatan interkoneksi, terutama dikarenakan penurunan layanan interkoneksi dan transit domestik. Kenaikan pembayaran beban usaha secara tunai tersebut serta penurunan pada sumber-sumber pendapatan usaha tertentu sebagian dikompensasi oleh penerimaan dari sumber pendapatan usaha lainnya, termasuk • kenaikan sebesar Rp2.634,8 miliar, atau 14,6%, pada penerimaan dari layanan data, internet dan teknologi informasi secara tunai akibat kenaikan pendapatan dari layanan SMS revenue, internet, komunikasi data dan teknologi informasi; dan

124

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010



kenaikan Rp463,9 miliar, atau 1,6%, dalam penerimaan pendapatan usaha dari layanan telepon seluler secara tunai, terutama akibat kenaikan biaya penggunaan, fitur, dan biaya berlangganan bulanan.

Selama tahun 2009, jumlah kas yang dikontribusikan oleh kegiatan usaha mencapai Rp29.811,6 miliar dibandingkan dengan Rp24.553,9 miliar pada tahun 2008. Arus kas usaha yang meningkat itu mencerminkan kenaikan kas dari kegiatan usaha. Kenaikan kas dari kegiatan usaha terutama terkait pada, • kenaikan sebesar Rp3.195,3 miliar, atau 21,5%, dalam penerimaan kas dari layanan data, internet dan teknologi informasi akibat kenaikan pendapatan layanan SMS, internet, komunikasi data dan teknologi informasi; • kenaikan sebesar Rp1.561,3 miliar, atau 5,8%, dalam penerimaan pendapatan dari layanan telepon seluler terutama terkait dengan kenaikan biaya penggunaan, dan biaya berlangganan bulanan; dan • penurunan sebesar Rp3.515,8 miliar, atau 41,1%, dalam jumlah pajak yang dibayar. Kenaikan penerimaan dan penurunan pajak penghasilan diimbangi sebagian oleh penurunan pada penerimaan di sumber-sumber pendapatan usaha lainnya, termasuk penurunan Rp2.031,2 miliar, atau 12,7%, pada penerimaan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Pembahasan dan Analisis Manajemen

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

pendapatan dari layanan telepon tidak bergerak dan penurunan sebesar Rp507,5 miliar, atau 11,8%, dalam pendapatan usaha dari interkoneksi.

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Arus Kas Bersih dari Kegiatan Investasi

miliar pada jumlah dividen kas yang dibayarkan kepada pemegang saham minoritas di anak-anak perusahaan. Hal ini diimbangi dengan penurunan sebesar Rp946,9 miliar dalam jumlah dividen kas dan hasil dari obligasi sebesar Rp2.990,8 miliar.

Arus kas bersih dari kegiatan investasi mencapai total Rp16.545,7 miliar, Rp21.828,9 miliar dan Rp16.518,3 miliar (US$1.833,3 juta) pada tahun 2008, 2009 dan 2010.

Pembayaran Kembali Kewajiban Hutang Tahun Berjalan

Kas bersih yang digunakan dalam kegiatan investasi terutama digunakan untuk belanja modal. Sejak tanggal 14 Mei 2004, kami juga telah menginvestasikan sebagai dari dana kami di instrumen reksadana berdenominasi Rupiah dan efek yang bisa diperdagangkan lainnya. Selain kas yang ada di tangan perusahaan dan disimpan di bank, kami juga menginvestasikan mayoritas dari kelebihan kas yang kami miliki dari waktu ke waktu di instrumen deposito berjangka. Pada tanggal 31 Desember 2010, investasi sementara di reksadana dan efek yang bisa diperdagangkan adalah sebesar Rp370,4 miliar (US$41,1 juta).

Sejak tanggal 31 Desember 2008, 2009 dan 2010, sekitar masing-masing 22,3%, 22,3% dan 14,7%, dari kewajiban hutang kami pada tahun berjalan untuk uang pinjaman (terdiri dari kewajiban hutang jangka panjang yang jatuh tempo tahun ini dan pinjaman jangka pendek) dalam mata uang asing, terutama Dollar AS, seperti misalnya jumlah arus kas kami dalam Rupiah yang digunakan untuk pembayaran kembali kewajiban jangka panjang kami sangat terpengaruh oleh penurunan apresiasi Rupiah terhadap Dollar AS selama tahun 2010, dibandingkan dengan apresiasi Rupiah selama tahun 2009 dan depresiasi mata uang itu selama tahun 2008.

Selama tahun 2010 dibandingkan dengan 2009, arus kas bersih yang digunakan pada kegiatan investasi menurun Rp5.310,6 miliar, atau 24,3%, terutama dikarenakan penurunan Rp5.527,6 miliar, atau 27,0%, di sisi kas keluar terkait akuisisi atas aset tetap.

Kami mencatatkan pembayaran kembali bersih atas hutang tahun berjalan untuk uang pinjaman sebesar Rp5.982,3 miliar pada tahun 2008, Rp7.180,9 miliar pada tahun 2009 dan Rp9.073,7 miliar US$1.007,1 juta) pada tahun 2010. Arus kas keluar pada tahun 2010 terutama digunakan untuk pembiayaan:

Pada tahun 2009 dibandingkan dengan 2008, arus kas bersih yang digunakan dalam kegiatan investasi meningkat sebesar Rp5.283,2 miliar, atau 31,9%, terutama akibat peningkatan sebesar Rp4.615,6 miliar atau 29,1% pada alokasi akuisisi atas aset tetap; peningkatan sebesar Rp600,2 miliar atau 100,0% dalam penarikan dana untuk akuisisi atas kepemilikan saham minoritas dan kenaikan sebesar Rp296,8 miliar atau 80,9% dalam kas yang digunakan untuk memperoleh aset tak berwujud.

• •

Arus Kas Bersih dari Kegiatan Pendanaan

Kekurangan modal kerja bersih, dihitung dari selisih antara aset lancar dan kewajiban lancar berjumlah Rp10.707,1 miliar pada tanggal 31 Desember 2009 dan Rp1.742,3 miliar (US$193,4 juta) pada 31 Desember 2010. Penurunan kekurangan modal kerja bersih terutama disebabkan oleh: • peningkatan kas dan setara kas sebesar Rp1.314,4 miliar; • peningkatan uang muka dan beban dibayar di muka sebesar Rp944,5 miliar; • peningkatan piutang dagang dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan pihak ke tiga sebesar Rp554,0 miliar;

Arus kas bersih dari kegiatan pendanaan mencapai Rp11.586,1 miliar, Rp6.748,7 miliar dan Rp9.819,6 miliar (US$1.089,9 juta) pada tahun 2008, 2009 dan 2010. Arus kas bersih dari kegiatan pendanaan dalam tiga tahun terakhir terdiri dari hasil pinjaman, pembayaran kembali hutang dan pembayaran dividen kas. Pada tahun 2010, arus kas yang digunakan dalam kegiatan pendanaan meningkat Rp3.070,9 miliar, atau 45,5%, akibat peningkatan sebesar Rp2.046,2 miliar untuk pembayaran kembali pinjaman jangka panjang, penurunan sebesar Rp4.696,3 miliar pada hasil pinjaman jangka panjang dan kenaikan Rp793,1

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini



pinjaman jangka pendek sebesar Rp151,1 miliar; pinjaman jangka panjang sebesar Rp8.715,8 miliar; dan kewajiban sewa modal sebesar Rp206,9 miliar.

Escrow Accounts Lihat Catatan 13 Laporan Keuangan Konsolidasian.

Modal Kerja

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

125

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

• • • •

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

penurunan hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun sebesar Rp2.412,6 miliar; penurunan hutang dagang dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan pihak ke tiga sebesar Rp2.287,3 miliar; penurunan kewajiban pajak sebesar Rp1.014,1 miliar; dan penurunan beban yang masih harus dibayar sebesar Rp709,7 miliar.

TELKOM berharap penurunan modal kerja bersih dapat dipenuhi dari berbagai sumber pendanaan termasuk penerimaan kas dari kegiatan operasional dan pinjaman bank. Lihat bagian Likuiditas dan Sumber Permodalan.

Aset Lancar A s e t l a n c a r b e r j u m l a h R p 1 6 .1 8 6 ,0 m i l i a r p a d a tanggal 31 Desember 2009 dan Rp18.730,6 miliar (US$2.078,9 juta) pada tanggal 31 Desember 2010 terjadi peningkatan sebesar Rp2.544,6 miliar atau 15,7%, yang disebabkan oleh: • peningkatan kas dan setara kas sebesar Rp1.314,4 miliar atau 16,8% dari Rp7.805,5 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp9.119,8 miliar pada tahun 2010; • peningkatan uang muka dan beban dibayar dimuka sebesar Rp944,5 atau 37,8% dari Rp2.496,5 miliar pada tahun2009 menjadi Rp3.441,0 miliar pada tahun 2010; • peningkatan piutang usaha sebesar Rp554,0 miliar atau 14,6%, dari Rp3.789,7 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp4.343,7 miliar pada tahun 2010; dan • peningkatan pajak dibayar dimuka sebesar Rp336,0 miliar atau 88,6%, dari Rp379,7 miliar pada 31 Desember 2009 menjadi Rp715,7 miliar pada 31 Desember 2010. Peningkatan tersebut di atas diimbangi dengan penurunan tagihan restitusi pajak sebesar Rp533,3 miliar atau 80,0% dari Rp666,4 miliar pada 31 Desember 2009 menjadi Rp133,1 miliar pada 31 Desember 2010 dan aset lancar lainnya sebesar Rp124,3 miliar atau 99,1%. Pada tanggal 31 Desember 2008, 2009, dan 2010 komposisi aset lancar terutama dalam mata uang asing masing-masing sebesar 21,2%, 17,9% dan 12,3%, terutama dalam Dolar AS, Euro dan Yen Jepang. Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing pada tahun-tahun tersebut mempengaruhi aset lancar perusahaan.

Piutang Untuk rincian piutang usaha lihat Catatan 5 Laporan Keuangan Konsolidasian.

126

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Deposito Berjangka Waktu Untuk rincian lihat Catatan 8 Laporan Keuangan Konsolidasian.

KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Pada tanggal 31 Desember 2009 dan pada tanggal 31 Desember 2010, saldo kewajiban jangka pendek masingmasing sebesar Rp26,893,1 miliar dan Rp20.472,9 miliar (US$2.272,2 juta) menunjukkan penurunan sebesar Rp6.420,2 miliar atau 23,9%, yang disebabkan oleh penurunan kewajiban jangka pendek dalam mata uang Rupiah. Penurunan ini berasal dari hutang usaha, hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun, hutang pajak dan beban yang masih harus dibayar. Hal ini diimbangi dengan peningkatan uang muka dari pelanggan dan pemasok.

Hutang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo dalam Satu Tahun Untuk rincian lihat catatan 18a Laporan Keuangan Konsolidasian.

Beban yang Masih Harus Dibayar Untuk rincian lihat catatan 15 Laporan Keuangan Konsolidasian.

STRUKTUR MODAL Struktur modal TELKOM per 31 Desember 2010 adalah sebagai berikut: Jumlah (Rp miliar)



Porsi (%)

Jangka Pendek

55,8

0,1%

Jangka Panjang

21,959,4

33,1%

Hutang

22.015,2

33,2%

Modal

44,418,7

69,8%

Jumlah Modal Yang Investasikan

66,433,9

100,0%

Aset lancar di tahun 2010 terjadi peningkatan sebesar Rp2.544,6 miliar atau 15,7% dibandingkan dengan tahun 2009.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Pembahasan dan Analisis Manajemen

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Kami melakukan pendekatan kualitatif untuk menentukan struktur permodalan dan tingkat hutang. Berdasarkan perjanjian sindikasi pinjaman hutang dengan BNI dan BRI per tanggal 16 Juni 2009, kami diminta untuk menjaga tingkat rasio hutang terhadap modal tidak lebih dari 2,0 dan debt service coverage ratio diatas 1,25 kali. Pada tanggal 31 Desember 2010. Rasio hutang terhadap modal (“DER”) TELKOM adalah 0,48% dan debt service coverage ratio adalah 4,96 kali, mengindikasikan kemampuan perusahaan yang tinggi dalam melunasi hutangnya. Tingkat hutang ditentukan pada strategi usaha saat ini dan masa depan. Untuk mendapatkan tingkat hutang yang optimal, kami juga mempertimbangkan tingkat rasio hutang dengan membandingkan sesama industri telekomunikasi di kawasan regional.

KEWAJIBAN Saldo hutang konsolidasian (terdiri dari hutang jangka panjang, hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun, hutang bank jangka pendek dan nilai perolehan penggabungan usaha yang ditangguhkan) pada tanggal 31 Desember 2008, 2009 dan 2010, tercantum pada tabel berikut: Tahun yang berakhir 31 Desember

Rupiah Indonesia Dolar AS(1) Yen Jepang(2) Euro(3) Jumlah

2008 

2009 

2010 

2010 

(Rp miliar)

(Rp miliar)

(Rp miliar)

(US$ juta)

14.642,4

18.606,6

17.092,8

1.896,0

4.209,4

2.455,2

3.229,3

358,2

1.489,3

1.177,2

1.191,4

132,2

-

-

-

-

20.341,1

22.238,9

21.513,5

2.386,4

(1)

Jumlah pada tanggal 31 Desember 2008, 2009 dan 2010, yang dijabarkan ke dalam Rupiah dengan kurs Rp10.950, Rp9.430 dan Rp9.015 = US$ 1, yaitu nilai jual Reuters untuk Dolar AS Serikat pada setiap tanggal tersebut. (2) Jumlah pada tanggal 31 Desember 2008, 2009 dan 2010 yang dijabarkan ke dalam Rupiah pada Rp121,2 Rp102,2 dan Rp110,8 = Yen 1, yaitu nilai jual Reuters untuk Yen Jepang pada setiap tanggal tersebut. (3) Jumlah pada tanggal 31 Desember 2008, 2009 dan 2010 yang dijabarkan ke dalam Rupiah pada Rp15,429,5 Rp13.590,5 dan Rp12.025,0 = Euro 1, yaitu nilai jual Reuters untuk Euro pada setiap tanggal tersebut.

Dari seluruh hutang pada tanggal 31 Desember 2010, pembayaran dijadwalkan akan dilakukan pada tahun 2011, 2012 dan 2013-2025 masing-masing sebesar Rp5.183,6 miliar, Rp3.967,8 miliar dan Rp12.362,1 miliar. Dari jumlah tersebut, Telkomsel dijadwalkan membayar Rp2.976,9 miliar pada tahun 2011, Rp1.991,4 miliar pada tahun 2012 dan Rp4.668,3 miliar pada tahun 2013-2015. Metra dijadwalkan membayar Rp58,8 miliar, Rp65,1 miliar dan Rp79,8 miliar masing-masing pada tahun 2011, 2012, dan 2013-2015. Untuk informasi lebih lengkap mengenai hutang TELKOM dan Telkomsel, lihat Catatan 17-22 Laporan Keuangan Konsolidasian. Dalam dua tahun terakhir, rasio hutang terhadap modal berada dibawah 0,6 dan rasio bunga (EBIT/interest expense) berada diantara 9,86 sampai 9,99 kali, yang mengindikasikan kemampuan perusahaan yang tinggi dalam melunasi hutangnya.

BELANJA MODAL Sampai dengan 31 Desember 2010, belanja modal TELKOM sebesar Rp12.650,8 miliar (US$1.404,1 juta), lebih kecil dari anggaran belanja modal sebesar Rp8.336,7 miliar. Hal ini terutama disebabkan oleh keputusan Telkomsel

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

untuk meningkatkan kembali anggaran belanja modal setelah melakukan penyesuaian ulang terhadap proyeksi pertumbuhan pasar seluler sampai tahun 2010. TELKOM mengelompokkan kategori belanja modal berikut ini untuk keperluan perencanaan, dengan tiap kategori menunjukkan hubungan dengan pendapatan dan beban: • Optimalisasi Legacy, terdiri dari telepon nirkabel tidak bergerak dan telepon kabel tidak bergerak. • New Wave, terdiri dari broadband, softswitch (teknologi berbasis NGN), komunikasi data dan TI, aplikasi dan konten. • Infrastruktur, terdiri dari transmisi backbone, Metro ethernet and Regional Metro Junction (“RMJ”), dan IP backbone serta satelit. • Unit pendukung, terdiri dari TELKOM unit pendukung, dan sistem pendukung. Dari jumlah Rp12.650,8 miliar tersebut, belanja modal Telkomsel sebesar Rp8.197,0 miliar (US$909,8 juta) untuk infrastruktur jaringan, sistem TI dan investasi lainnya dan serta belanja modal anak perusahaan lainnya sebesar Rp831,0 miliar (US$92,2 juta) ditahun 2010.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

127

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2008 (1)

2009 (1)

2010 (1)

2011 (2)

2012 (3)

(Rp miliar) (Rp miliar) (Rp miliar) (Rp miliar) (Rp miliar) TELKOM (Induk Perusahaan) Optimalisasi Bisnis Legacy

2.637,6

1.913,3

263,7

147,0

468,9

Bisnis New Wave infrastruktur (backbone, metro, RMJ, IP dan satelit) Pendukung Subtotal untuk TELKOM (Induk Perusahaan) Anak Perusahaan TELKOM Telkomsel Lainnya Subtotal untuk anak perusahaan Jumlah untuk TELKOM (konsolidasian)

1.560,2 1.689,1 199,8 6.086,7

1.311,5 2.207,9 218,9 5.651,6

1.313,1 1.861,5 184,5 3.622,8

3.023,0 3.094,0 511,0 6.775,0

2.332,3 3.307,5 328,6 6.437,3

15.915,0 242,6 16.157,6 22.244,3

12.672,6 836,4 13.509,0 19.160,6

8.197,0 831,0 9.028,0 12.650,8

8.204,0 2.850,0 11.054,0 17.829,0

11.943,1 2.236,8 14.179,9 20.617,2

(1) Jumlah untuk tahun 2008, 2009 dan 2010 adalah pengeluaran modal aktual berdasarkan barang yang diterima, (2) Jumlah untuk tahun 2011 adalah pengeluaran modal terencana yang tercakup dalam anggaran TELKOM dan dapat disesuaikan baik ke atas atau ke bawah, (3) Jumlah untuk tahun 2012 adalah pengeluaran modal yang diproyeksikan untuk tahun tersebut dan realisasi belanja modal dapat berbeda secara signifikan dengan proyeksinya.

Realisasi belanja modal masa yang akan datang mungkin berbeda dengan jumlah yang tercantum pada tabel di atas yang disebabkan oleh beberapa faktor termasuk di antaranya tapi tidak terbatas pada perekonomian Indonesia, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar, Euro dan mata uang lainnya, ketersediaan dari pemasok atau sumber pendanaan lainnya, masalah teknis atau lainnya dalam memperoleh atau instalasi peralatan yang mungkin terjadi dan apabila TELKOM memasuki lini bisnis baru. Pada tahun 2011, TELKOM dan anak-anak Perusahaan Konsolidasiannya berencana melakukan investasi untuk optimalisasi bisnis legacy, new wave, infrastruktur dan unit layanan pendukung dengan total mencapai Rp17.829,0 miliar.

Rencana Investasi untuk Optimalisasi Bisnis Legacy Rencana investasi pada optimalisasi bisnis legacy untuk tahun 2011 sebesar Rp147,0 miliar, yang akan dipergunakan untuk: • investasi dalam jaringan akses telepon nirkabel CDMA, termasuk MSC, BSC, BTS, menara BTS, layanan nilai tambah dan seluruh fasilitas pendukung yang berhubungan dengan jaringan akses telepon nirkabel tidak bergerak; dan • investasi dalam akses infrastruktur untuk jaringan telepon tidak bergerak termasuk pengembangan dan peningkatan kualitas kabel tembaga.

Rencana Investasi pada New Wave Rencana investasi pada New Wave untuk tahun 2011 sebesar Rp3.023,0 miliar, yang akan dipergunakan untuk: • investasi jaringan broadband, termasuk peningkatan kapasitas IP DSLAM, penyebaran Multi Service Access Network (“MSAN”), modernisasi jaringan

128

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

• •

akses dan memperluas kabel serat optik untuk remote IP DSLAM, jaringan optikal Gigabite-Passive (“GPON”), peningkatan kualitas jaringan akses, BRAS, serta penggantian dan perluasan jaringan broadband nirkabel; investasi komunikasi data, termasuk penyebaran akses VPN IP dan akses metro ethernet; dan investasi aplikasi dan konten, termasuk. Service Delivery Platform (“SDP”), layanan nilai tambah internet untuk layanan komersial seperti B2B e-commerce access, layanan NGN platform services serta konten dan aplikasi broadband.

Rencana Investasi pada Infrastruktur Rencana investasi pada infrastruktur untuk tahun 2011 sebesar Rp3.094,0 miliar, yang akan digunakan untuk investasi pada infrastruktur transmisi termasuk jaringan transmisi serat optik, perluasan jaringan transmisi backbone. Investasi dalam jumlah yang cukup besar juga dilakukan untuk investasi pada satelit TELKOM-3.

Rencana Investasi pada Unit Pendukung Rencana investasi pada unit pendukung untuk tahun 2011 sebesar Rp511,0 miliar yang akan dipergunakan untuk: • investasi pada sistem pendukung TI, termasuk investasi untuk menambah kemampuan di sistem billing, operation support system (“OSS”), dan customer care dan billing system (“CCBS”); • investasi fasilitas pendukung termasuk untuk pusat pelatihan, fasilitas demo produk dan bangunan; dan • investasi pada fasilitas pendukung lainnya te r m a s u k b a n g u n a n u n t u k p e ra l a t a n d a n pendukung, catu daya, alat pengukuran jaringan dan fasilitas kantor lainnya.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Pembahasan dan Analisis Manajemen

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Sumber-sumber Pendanaan Seperti halnya beberapa BUMN di Indonesia, TELKOM mengandalkan pendanaan dari Pemerintah dalam bentuk pinjaman penerusan dan Pola Bagi Hasil dengan investor untuk pendanaan investasi dalam aset tetap. Pada tahuntahun terakhir TELKOM mendanai investasinya dari arus kas yang berasal dari operasi dan pinjaman dari bank-bank komersial. Sebagai tambahan, TELKOM juga memenuhi sebagian kebutuhan pendanaannya dari pasar surat hutang dan perusahaan pendanaan. Sumber pendanaan pada tahun 2011 kami harapkan sebagian besar berasal dari kegiatan operasi perusahaan, pinjaman bank, perusahaan pendanaan serta pencairan fasilitas bank yang ada dan fasilitas pinjaman jangka menengah. Lihat “Likuiditas dan Sumber-sumber Pendanaan-Tinjauan Umum”.

Bagi Hasil Untuk rincian penjelasan lihat Catatan 45 Laporan Keuangan Konsolidasian.

KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN, PENGGUNAAN ESTIMASI DAN PERTIMBANGAN Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian TELKOM berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang direkonsiliasi dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Amerika Serikat (U.S. GAAP), mengharuskan manajemen untuk membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aset dan kewajiban dan pengungkapan aset dan kewajiban kontinjensi pada tanggal Laporan Keuangan Konsolidasian serta jumlah pendapatan dan beban yang dilaporkan selama periode pelaporan. Manajemen secara berkala mengevaluasi estimasi dan pertimbangan termasuk estimasi masa manfaat dan nilai tercatat aset tetap dan aset tidak berwujud, perhitungan atas cadangan piutang, beban pensiun dan imbalan pascakerja lain, pajak penghasilan dan kontinjensi hukum. Manajemen membuat estimasi dan pertimbangan berdasarkan pengalaman masa lalu dan faktor-faktor lain yang relevan. Untuk pembahasan yang lengkap atas penggunaan estimasi dan pertimbangan serta kebijakan akuntansi yang signifikan lainnya, lihat Catatan 2 pada Laporan Keuangan Konsolidasian. Realisasi dari estimasi tersebut dapat berbeda dengan asumsi dan kondisi yang berbeda. TELKOM percaya bahwa kebijakan akuntansi yang signifikan di bawah ini melibatkan pertimbangan dan kompleksitas yang lebih tinggi atau area dimana suatu asumsi dan estimasi menjadi signifikan terhadap Laporan Keuangan Konsolidasian.

Penyisihan piutang ragu-ragu Piutang usaha dan piutang lain-lain pada awalnya diakui sebesar nilai wajar dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi, setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu. Penyisihan piutang ragu-ragu

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

dibentuk berdasarkan evaluasi manajemen terhadap tingkat ketertagihan saldo piutang. Piutang dihapuskan pada periode ketika piutang tersebut dipastikan tidak dapat tertagih.

Nilai Tercatat Aset Tetap, Goodwill dan Aset Tidak Berwujud Lainnya TELKOM menggunakan estimasi masa manfaat aset tetap, goodwill (goodwill diamortisasi berdasarkan PSAK tapi tidak diamortisasi berdasarkan prinsip U.S GAAP), dan aset tidak berwujud lainnya untuk menentukan beban penyusutan dan amortisasi yang dicatat selama suatu periode laporan. Masa manfaat aset ditaksir pada saat perolehan aset dan berdasarkan pada pengalaman masa lalu untuk aset yang sejenis dengan mengantisipasi perubahan teknologi atau perubahan-perubahan lain dan dalam hal hak atas pengoperasian aset tidak berwujud selama sisa jangka waktu perjanjian KSO. Bila nilai tercatat suatu aset melebihi estimasi nilai yang dapat diperoleh kembali karena antara lain, perubahan teknologi, perubahan yang signifikan di bidang hukum dan bisnis, kompetisi yang tidak diperkirakan, perubahan kondisi industri atau kerusakan, maka masa manfaat aset tersebut diperpendek sehingga menyebabkan peningkatan beban penyusutan dan amortisasi pada masa mendatang atau menyebabkan pengakuan penurunan nilai aset. TELKOM mengkaji adanya penurunan nilai aset secara periodik, apabila terdapat kejadian yang mengindikasikan terjadinya penurunan nilai aset selama sisa masa manfaat aset. Penilaian atas waktu dan/atau jumlah penurunan nilai tersebut merupakan suatu pertimbangan yang signifikan. Di dalam menelaah penurunan nilai aset, TELKOM menggunakan proyeksi arus kas yang didiskontokan sebagai dasar bagi manajemen untuk mengestimasi operasi di masa datang. Estimasi terpenting yang digunakan TELKOM dalam memproyeksikan arus kas masa depan, adalah estimasi harga yang akan datang, jumlah jaringan akses yang akan dimiliki, serta tingkat diskonto yang digunakan untuk menghitung nilai kini dari arus kas masa depan yang diproyeksikan. Harga dari jasa yang dijual TELKOM dibebankan berdasarkan peraturan pemerintah. Jumlah jaringan akses yang dimiliki TELKOM di masa depan akan tergantung pada kemampuan TELKOM untuk menyediakan pendanaan guna membangun jaringan akses yang baru. TELKOM dan Anak Perusahaannya melakukan penelaahan dan evaluasi nilai sisa dan masa pakai aset tetap setidaknya setiap tahun keuangan berakhir. Jika nilai sisa dan masa pakai berbeda dari perkiraan sebelumnya, maka perubahan tersebut diperhitungkan sebagai perubahan estimasi akuntansi. TELKOM dan Anak Perusahaannya juga melakukan penelaahan dan evaluasi terhadap metode penyusutan yang digunakan setidaknya setiap akhir tahun keuangan. Bila ada perubahan yang signifikan dalam pola konsumsi untuk keuntungan ekonomi di masa

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

129

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

depan yang terdapat dalam aset, maka metode berubah dan perubahan itu diperhitungkan dalam perubahan estimasi akuntansi. Aset tidak berwujud terdiri dari aset tidak berwujud yang berasal dari anak perusahaan dan penggabungan usaha, (lihat Catatan 2j dan 3 dari Laporan Keuangan Konsolidasian TELKOM), lisensi dan perangkat lunak komputer. Aset tidak berwujud diakui jika kemungkinan besar akan memperoleh manfaat ekonomi pada masa yang akan datang dari aset tersebut dan biaya perolehannya dapat diukur secara andal. Aset tidak berwujud dicatat sebesar harga perolehan dikurangi dengan akumulasi amortisasi dan penurunan nilai, jika ada. Aset tidak berwujud diamortisasi selama umur manfaatnya. Perusahaan melakukan estimasi nilai yang dapat diperoleh kembali atas aset tidak berwujud pada tanggal neraca. Bila nilai tercatat suatu aset melebihi estimasi nilai yang dapat diperoleh kembali, nilai aset tersebut diturunkan menjadi sebesar estimasi nilai yang dapat diperoleh kembali. Pada tahun 2006, Telkomsel diberikan lisensi 3G. Telkomsel diharuskan membayar uang muka (up-front fee) dan iuran tahunan Biaya Hak Penggunaan (“BHP”) untuk sepuluh tahun ke depan setelah memperoleh lisensi 3G. Uang muka dicatat sebagai aset tidak berwujud dan diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus selama masa lisensi pengoperasian 3G (10 tahun). Amortisasi dimulai sejak aset tersebut siap untuk digunakan. Berdasarkan interpretasi manajemen Telkomsel terhadap ketentuan ijin tersebut dan konfirmasi tertulis dari Ditjen Postel, manajemen berkeyakinan bahwa ijin tersebut dapat dikembalikan setiap saat tanpa adanya kewajiban finansial untuk membayar sisa BHP. Berdasarkan fakta tersebut, manajemen Telkomsel berpendapat bahwa dalam memperoleh hak untuk menggunakan lisensi 3G tersebut dengan cara melakukan pembayaran secara tahunan. Oleh karena itu, Telkomsel mengakui BHP sebagai beban pada saat terjadinya.

Pensiun dan Manfaat Pensiun TELKOM mempunyai komitmen untuk membayar pensiun dan manfaat pensiun lainnya kepada para karyawan dan mantan karyawan yang telah mencapai usia 56 tahun. Biaya dan kewajiban bersih dari tunjangan dihitung sesuai dengan nilai saat ini dari estimasi manfaat atas layanan yang akan dibebankan di masa mendatang sebagai imbalan jasanya pada saat ini dan periode sebelumnya, dikurangi nilai wajar aset program pensiun dan disesuaikan dengan keuntungan atau kerugian aktuaria yang belum diakui dan beban pensiun masa lalu yang belum diakui, tergantung dari beberapa faktor yang ditentukan berdasarkan aktuaria dengan menggunakan sejumlah asumsi. Asumsi yang digunakan dalam menetapkan laba atau rugi aktuaria bersih untuk pensiun dan imbalan pascakerja termasuk tingkat pengembalian jangka panjang

130

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

yang diharapkan atas aset program pensiun dan tingkat diskonto. Dalam hal menghitung rencana imbalan kesehatan pascakerja, digunakan perkiraan tingkat pertumbuhan biaya kesehatan. Perubahan atas asumsi tersebut akan berdampak pada pencatatan laba atau rugi aktuaria bersih atas biaya pensiun dan imbalan pascakerja. TELKOM menggunakan informasi berupa imbal hasil jangka panjang aktual berupa data historis dan estimasi imbal hasil investasi jangka panjang masa depan dari referensi eksternal, ke dalam kondisi saat ini dan ekspektasi alokasi aset guna menetapkan ekspektasi imbal hasil pada aset-aset program pensiun. Pada setiap akhir tahun, TELKOM menetapkan tingkat diskonto yang tepat, guna merepresentasikan tingkat suku bunga yang seharusnya digunakan pada penentuan nilai kini dari arus kas masa depan yang diharapkan dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban pensiun dan manfaat pasca pensiun. TELKOM menggunakan imbal hasil dari Obligasi Pemerintah Indonesia mengingat tidak tersedianya pasar bagi obligasi korporasi berkualitas tinggi yang memiliki masa jatuh tempo yang mendekati masa jatuh tempo kewajiban tersebut. Per tanggal 31 Desember 2010, tingkat diskonto yang ditetapkan TELKOM adalah 9,5% per tahun. Akibat terbatasnya instrumen surat hutang berkualitas tinggi di Indonesia serta terbatasnya kemampuan untuk mengestimasi tingkat suku bunga, maka kami meyakini bahwa imbal hasil dari Obligasi Pemerintah Indonesia dapat merepresentasikan tingkat diskonto yang paling tepat untuk mengukur nilai kini dari kewajiban-kewajiban manfaat pada akhir tahun. Perubahan dari tingkat diskonto yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dari kondisi ekonomi Indonesia maupun akan mempengaruhi pengakuan kewajiban pensiun serta manfaat pasca pensiun yang sebagai konsekuensinya dapat secara signifikan mempengaruhi posisi finansial dan hasil usaha TELKOM. Perkiraan tingkat biaya kesehatan ditetapkan dengan cara membandingkan data masa lalu antara kenaikan biaya kesehatan aktual dengan tingkat inflasi pada umumnya dalam perekonomian Indonesia dan pola pemanfaatan fasilitas kesehatan. Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa biaya kesehatan aktual tumbuh rata-rata sebesar 6% di atas tingkat inflasi pada umumnya. Proyeksi biaya kesehatan TELKOM berturut-turut sebesar 8% pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2010. Lihat Catatan 42 Laporan Keuangan Konsolidasian. Pertumbuhan biaya kesehatan diasumsikan berdampak signifikan pada besarnya rencana biaya kesehatan. Perubahan satu persen dari tingkat pertumbuhan beban kesehatan, akan berdampak seperti pada tabel berikut:

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Pembahasan dan Analisis Manajemen

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Tabel Dampak Perubahan Satu Persen dari Tingkat Pertumbuhan Beban Kesehatan Rp (miliar) Kenaikan 1% Dampak pada beban jasa dan beban bunga Dampak pada akumulasi kewajiban imbalan kesehatan pascakerja

Penurunan 1%

160.838

(130.530)

1.570.565

(1.268.170)

Asumsi lainnya termasuk harapan hidup dari karyawan, tingkat pertumbuhan kompensasi dan sisa rata-rata masa kerja. Beban pensiun dini diakui pada saat TELKOM berkomitmen untuk memberi imbalan pensiun dini yang timbul sehubungan dengan tawaran yang diajukan TELKOM agar karyawan terdorong untuk melakukan pengunduran diri secara sukarela. TELKOM berkomitmen untuk melakukan pensiun dini jika dan hanya jika TELKOM telah memiliki rencana pensiun dini formal yang tidak dapat dibatalkan dan rencana tersebut tanpa kemungkinan yang realistis untuk ditarik.

Pajak Penghasilan TELKOM mengakui aset dan kewajiban pajak tangguhan yang berasal dari perbedaan aset dan kewajiban untuk pelaporan keuangan dan pengakuan jumlah untuk tujuan pajak penghasilan. Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk seluruh perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer pengurang pajak sepanjang laba kena pajak akan tersedia di masa yang akan datang sehingga perbedaan temporer tersebut dapat dimanfaatkan atau aset pajak tangguhan tersebut akan dapat direalisasikan pada masa yang akan datang. Berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia pada tanggal laporan tahunan ini, dividen yang didistribusikan oleh TELKOM kepada para pemegang saham dengan kepemilikan saham minimum 25% dan mempunyai bisnis selain dari holding company, maka tidak merupakan subyek pajak, karena laba penjualan saham sudah merupakan subyek pajak yang berlaku pada perhitungan pajak badan normal. Selama TELKOM berkomitmen untuk tetap melakukan investasi pada anak perusahaan dengan kepemilikan saham minimum sebesar 25% dan mempunyai bisnis lain selain daripada holding company, serta pembagian dividen dari perusahaan afiliasi kepada TELKOM sesuai dengan kriteria tersebut di atas, bukan merupakan objek pajak, maka TELKOM tidak perlu mencatat kewajiban pajak tangguhan terkait dengan laba ditahan dari perusahaan afiliasi tersebut.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Perubahan tujuan untuk mempertahankan investasi atau kondisi lainnya mungkin dapat menyebabkan TELKOM tidak dapat merealisasikan bagian dalam laba ditahan perusahaan afiliasi, yang memungkinkan TELKOM dapat menggunakan tingkat pajak 0% untuk pembagian dividen. Setiap perubahan di masa datang kepemilikan dapat berdampak pada pengakuan kewajiban pajak tangguhan dan akan dibebankan pada Laporan Laba Rugi Konsolidasian TELKOM. Pajak tangguhan dihitung dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku pada tanggal neraca konsolidasian. Apabila tarif pajak berubah, maka TELKOM akan menyesuaikan aset dan kewajiban pajak tangguhan yang dibebankan ke dalam beban pajak penghasilan pada periode perubahan untuk mencerminkan tarif pajak yang berlaku pada saat pengembalian pajak tangguhan.

Transaksi Sewa Sewa diklasifikasikan menjadi sewa pembiayaan (finance lease) atau operasi (operating lease) yang didasarkan pada substansinya dan bukan berdasarkan bentuk kontrak. Aset tetap yang berasal dari sewa pembiayaan diakui jika sewa pembiayaan mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang tidak terkait dengan kepemilikan. Aset tetap yang diperoleh melalui sewa pembiayaan dinyatakan dengan jumlah yang setara dengan nilai wajar aset yang disewakan atau, jika lebih rendah, nilai saat ini dari pembayaran sewa minimum. Jika terdapat penambahan beban langsung pada Perusahaan dan Anak Perusahaan maka penambahan tersebut diperlakukan sebagai aset. Pembayaran sewa minimum akan dialokasikan antara biaya pembiayaan dan pengurang kewajiban berjalan. Biaya pembiayaan akan dialokasikan terhadap masing-masing periode selama masa sewa agar dapat memberikan suku bunga berkala yang tetap atas saldo sisa kewajiban. Sewa kontinjensi akan diperlakukan sebagai beban dalam periode terjadinya beban tersebut.

Kontijensi Hukum Sampai dengan tanggal Laporan Tahunan ini, TELKOM terlibat dalam beberapa permasalahan hukum dan telah mengakui atas dasar estimasi, jumlah kemungkinan biaya penyelesaian dari kasus-kasus tersebut. Estimasi biaya tersebut berdasarkan konsultasi dengan konsultan hukum dan melalui penilaian strategi litigasi dan penyelesaian hukum. Meskipun TELKOM percaya bahwa pengakuan tersebut telah memadai, namun kejadian yang akan datang atau perubahan kondisi akan mengharuskan TELKOM melakukan penyesuaian yang akan dibebankan pada Laporan Laba Rugi Konsolidasian TELKOM di masa yang akan datang. Lihat Catatan 48 Laporan Keuangan Konsolidasian.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

131

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

Ringkasan Kebijakan Akuntansi Yang Signifikan Dan Beberapa Keputusan Akuntansi Yang Baru di Indonesia Ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan beberapa keputusan akuntansi yang baru dapat ditemukan pada Catatan 2 dan 54 Laporan Keuangan Konsolidasian TELKOM.

RISET DAN PENGEMBANGAN SERTA KEKAYAAN INTELEKTUAL Perusahaan melakukan investasi untuk meningkatkan produk dan layanan. Pengeluaran yang telah dilakukan mencapai sekitar Rp9,8 miliar, Rp5,9 miliar dan Rp8,5 miliar (US$1,0 juta) masing-masing untuk tahun 2008, 2009 dan 2010. Pada tahun 2010, pengeluaran dilakukan terkait dengan riset dan pengembangan video conferencing, SMS, sistem CMS, lab CDMA, sistem pengukuran dan pengembangan konten lainnya.

INFORMASI TREN Sejumlah perkembangan telah terjadi dan mungkin dapat berdampak secara material di masa yang akan datang terhadap hasil operasi, kondisi keuangan dan belanja modal. Lihat diskusi dalam “Pembahasan dan Analisa Manajemen-Tinjauan Hasil Usaha dibawah sub judul “Kenaikan Pendapatan Seluler dan Pelanggan dengan Penurunan ARPU”, “Penurunan Pendapatan Telepon Kabel Tidak Bergerak”, “Penurunan Pendapatan Interkoneksi” dan “Kenaikan Pendapatan Jasa Data, Internet dan Teknologi Informasi”. Pengembangan ini meliputi: • Pengembangan portofolio bisnis informasi, media dan edutainment. Sebagai tambahan, kenaikan pendapatan dari komunikasi data jasa teknologi informasi terutama berasal dari layanan broadband, sebagai bagian dari transformasi ke bisnis TIME, TELKOM terus mencari peluang untuk menambah pendapatan dengan perluasan ke industri yang sejenis. Lihat Strategi — ekspansi menuju pelayanan, Media, bisnis edutainment dan industri sejenis lainnya” serta “Faktor-Faktor Resiko—Resiko terkait TELKOM dan anak perusahaan —Kegagalan kami dalam mengantisipasi perubahan teknologi atau berhasil mempengaruhi transformasi bisnis dan organisasi dapat memberikan dampak negatif

132

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

terhadap usaha TELKOM. Dalam kaitannya dengan strategi ini TELKOM telah mendapatkan sejumlah bisnis terkait dalam beberapa tahun terakhir ini dan TELKOM berharap aktivitas akuisisi ini akan berlanjut pada masa yang akan datang; dan



Penurunan jumlah karyawan, TELKOM telah melakukan pengurangan jumlah karyawan dalam beberapa tahun terakhir. Pada periode tahun 2006 sampai 2010, jumlah karyawan (tidak termasuk karyawan anak perusahaan) berkurang dengan pertumbuhan rata-rata tahunan 4,8% dan jumlah karyawan pada tahun 2008, 2009 dan 2010 masing-masing sebanyak 30.213, 28.750 dan 26.847 karyawan. Kondisi ini menunjukkan keberhasilan dari program multi-exit khususnya program pensiun dini selama periode 2006 sampai dengan 2010. Program ini memungkinkan perusahaan untuk mengelola biaya karyawan. Perusahaan mengurangi jumlah karyawan untuk meningkatkan efisiensi sebagai upaya dari manajemen agar unggul dalam teknologi. Perusahaan akan melaksanakan upgrade infrastruktur dimasa yang akan datang termasuk integrasi dan perluasan jaringan NGN, yang akan meningkatkan efisiensi lebih lanjut termasuk beban operasi. Perusahaan merencanakan akan terus melanjutkan pengurangan pegawai dalam beberapa tahun mendatang.

TELKOM meyakini bahwa persaingan di antara para operator seluler akan berlanjut pada tahun 2011, namun demikian persaingan tidak akan seketat pada beberapa tahun terakhir yang menyebabkan pengurangan tarif secara signifikan dan kemungkinan terjadinya pengurangan belanja modal oleh banyak operator.

PENGATURAN TRANSAKSI DI LUAR NERACA Kewajiban dan komitmen TELKOM dijelaskan pada Catatan 47 dan 48 dari Laporan Keuangan Konsolidasian dan diringkas dalam Tabel Pengungkapan Kewajiban Kontraktual di bawah ini. Selain dari itu, pada 31 Desember 2010 perusahaan tidak mempunyai pengaturan transaksi di luar neraca yang kemungkinan mempunyai dampak material pada laporan keuangan konsolidasian baik di masa kini maupun yang akan datang terhadap kondisi keuangan, pendapatan atau beban, hasil usaha, likuiditas, belanja modal dan sumber-sumber pendanaan.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Pembahasan dan Analisis Manajemen

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

KEWAJIBAN KONTRAKTUAL Tabel berikut menyajikan informasi tentang kewajiban kontraktual pada tanggal 31 Desember 2010.

Pengungkapan Dalam Bentuk Tabel Untuk Kewajiban Kontraktual Jatuh Tempo Pembayaran Kewajiban Kontraktual

Jumlah

Kurang dari 1-3 tahun 1 tahun

3-5 tahun

Lebih dari 5 tahun

(Rp miliar) (Rp miliar) (Rp miliar) (Rp miliar) (Rp miliar) Hutang Jangka Pendek(1)(6)

55,8

55,8

-

-

-

21.247,2

5.000,3

7.767,9

4.711,5

3.767,0

Kewajiban Sewa Pembiayaan (3)

606,9

198,1

264,3

99,5

45,0

Bunga atas Hutang Jangka Pendek, Hutang Jangka Panjang dan Kewajiban Sewa Pembiayaan (7)

202,8

88,2

80,6

34,0

-

Hutang Jangka Panjang(2)(6)

Sewa Operasi(4)

257,9

66,9

134,2

28,5

28,2

7.712,4

7.712,4

-

-

-

105,2

105,2

-

-

-

30.188,3

13.226,9

8.247,1

4.873,6

3.840,2

Kewajiban Pengadaan yang Tidak Bersyarat(5) Nilai Perolehan Penggabungan Usaha yang Ditangguhkan(2) Jumlah

(1) Terkait dengan hutang jangka pendek yang diperoleh dari Bank Ekonomi CIMB Niaga, dan BSM, lihat Catatan 17 pada Laporan Keuangan Konsolidasian; (2) Lihat Catatan 18-22 pada Laporan Keuangan Konsolidasian; (3) Terkait dengan sewa pembiayaan untuk instalasi dan peralatan, kendaraan bermotor, perangkat pemrosesan dan perangkat kantor untuk jaringan telekomunikasi TELKOM Flexi; (4) Terkait dengan sewa atas komputer, kendaraan bermotor, tanah, bangunan, peralatan kantor dan sirkit; (5) Modal kerja yang disepakati di bawah Pengaturan kontraktual (6) Tidak termasuk komitmen kontraktual untuk suku bunga, (7) Lihat “Faktor-Faktor Risiko - Interests on shot-term loans, long term and capital lease.

Lihat catatan 47 laporan keuangan terkonsolidasi untuk detail lebih lanjut mengenai komitmen kontraktual. Sebagai tambahan atas kewajiban kontraktual di atas, pada tanggal 31 Desember 2010, TELKOM memiliki kewajiban jangka panjang untuk pensiun, imbalan kesehatan pascakerja dan penghargaan masa kerja. TELKOM mengalokasikan Rp990,7 miliar untuk imbalan kesehatan pascakerja Rp485,3 miliar untuk program pensiun manfaat pasti untuk 2010. Lihat catatan 40 dan 42 pada Laporan Keuangan Konsolidasian.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

133

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Informasi Tambahan Informasi Tambahan (Sesuai Ketentuan (Sesuai Ketentuan Peraturan Amerika Us-Sec)_ Serikat)

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

INFORMASI KEUANGAN Lihat “Laporan Keuangan Konsolidasian” yang terdapat dalam lampiran Laporan Tahunan ini.

FAKTOR – FAKTOR RISIKO

Risiko YANG TERKAIT DENGAN INDONESIA Risiko Politik Dan Sosial Peristiwa-Peristiwa Sosial Dan Politik Yang Terjadi Di Indonesia Dapat Berdampak Pada Usaha Kami Sejak rezim Presiden Soeharto jatuh pada tahun 1998, Indonesia telah mengalami perkembangan demokrasi yang telah membawa perubahan secara politik dan sosial. Perubahan politik di Indonesia ditandai dengan keberhasilan dilaksanakannya pemilihan umum langsung untuk memilih presiden, wakil presiden, pimpinan kepala daerah dan anggota parlemen pusat dan daerah (DPR dan DPRD) pada tahun 2004. Proses ini dengan sukses terulang pada tahun 2009 ketika presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali terpilih untuk kedua kalinya. Demikian pula pada tingkatan daerah, pemilihan kepala daerah dilakukan selama tahun 2010 tanpa terjadi insiden.

134

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN OPERASIONAL TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Sama halnya dengan perkembangan demokrasi, kebebasan dalam menyuarakan pendapat di depan umum telah berhasil merambah di masyarakat Indonesia. Beberapa permasalahan telah memicu kemarahan publik dan pada akhirnya terjadi demonstrasi di beberapa wilayah Indonesia, misalnya naiknya harga BBM di tahun 2001, 2003 dan 2005, kenaikan tarif listrik dan telepon di tahun 2003, demonstrasi menentang korupsi dan privatisasi aset negara. Isu permasalahan tenaga kerja juga telah mengemuka di Indonesia. Pada tahun 2003, pemerintah mengundangkan undang-undang hubungan industri yang memberi kesempatan pada para pekerja untuk membentuk serikat pekerja. Hal ini mendorong pergerakan kaum buruh jika mereka merasa ada kebijakan pemerintah yang dinilai tidak memihak kepada mereka. Indonesia juga telah melalui gejolak sosial di masa lalu yang berhubungan dengan isu separatisme khususnya di Aceh, Maluku dan Papua. Negara ini juga telah bersinggungan dengan konflik antar etnis yang terjadi, misalnya di Kalimantan dan juga konflik agama di Maluku dan Poso.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Dari tahun ke tahun, warga Indonesia menjadi lebih dewasa dalam masalah politik dan demokrasi, serta dalam mengekspresikan pendapat mereka di depan publik dan dalam mengatasi perbedaan etnik dan agama. Namun, perkembangan masalah politik dan sosial di Indonesia tidak dapat diprediksi dari kejadian di masa lalu dan tidak ada jaminan bahwa gangguan sosial dan sipil tidak akan terjadi di masa depan dalam cakupan yang lebih luas atau gejolak yang secara langsung maupun tidak langsung, tidak akan berdampak negatif dan material terhadap bisnis, kondisi keuangan dan hasil operasi serta prospek usaha di masa depan. Aksi Terorisme Di Indonesia Dapat Mengganggu Indonesia, Yang Kemudian Berpengaruh Pada Bisnis, Kondisi Keuangan Dan Hasil Operasi Kami, Serta Harga Efek Kami Di Pasar Dalam periode lima tahun terakhir, telah terjadi beberapa insiden teror di Indonesia diantaranya insiden pengeboman di Sulawesi Tengah pada bulan Mei 2005, insiden bom Bali pada bulan Oktober 2005 dan pengeboman JW Marriot dan Ritz Carlton Hotel pada bulan Juli 2009. Pihak kepolisian telah menangani beberapa insiden teror dalam beberapa tahun terakhir ini dan menangkap beberapa pelaku teror tersebut. Namun, insiden teror masih

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

dapat membayangi negatif dan memberikan dampak pada investasi dan tingkat kepercayaan investor serta kinerja ekonomi Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan kerugian material pada bisnis, kondisi keuangan dan hasil operasi serta prospek usaha dan harga pasar dari surat berharga kami pada pasar modal Indonesia. Walaupun pihak kepolisian terus meningkatkan kemampuan anti terorisnya, tidak ada jaminan bahwa kegiatan teroris tidak akan terjadi lagi di masa yang akan datang, atau apabila hal tersebut terjadi, hal tersebut tidak akan berdampak pada kegiatan bisnis atau harga pasar saham di pasar modal Indonesia.

Risiko Makro Ekonomi Perubahan Negatif Di Tingkat Global, Regional Atau Kegiatan Ekonomi Indonesia Dapat Berpengaruh Pada Bisnis Kami Perubahan di pada ekonomi Indonesia, regional dan global dapat mempengaruhi kinerja kami. Dua peristiwa signifikan yang mempengaruhi ekonomi Indonesia adalah krisis di tahun 1997 dan krisis ekonomi global tahun 2008. Krisis ekonomi tahun 1997 mempengaruhi seluruh kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia, krisis ekonomi di tahun 2008 yang muncul karena krisis kredit rumah di AS menekan ekonomi Indonesia walaupun tidak seburuk tahun 1997.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

135

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

Volatilitas ekonomi di masa lalu memiliki dampak material pada kualitas dan pertumbuhan bisnis di Indonesia selain faktor lain seperti depresiasi mata uang, perlambatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan suku bunga, kenaikan inflasi dan melemahnya daya beli masyarakat serta gejolak sosial. Selama tahun 2010, ekonomi Indonesia terbilang stabil seperti terlihat dari stabilitas nilai tukar Rupiah sekitar Rp9.000 per Dolar AS dan suku bunga SBI pada 6,5% per tahun, inflasi single digit dalam dua tahun terakhir dan pertumbuhan positif ekonomi. Namun, tetap tidak ada jaminan bahwa tidak akan terjadi lagi ketidakstabilan ekonomi di masa mendatang yang tidak akan mempengaruhi kinerja bisnis kami. Kondisi ekonomi yang merugikan dapat berakibat pada muramnya kegiatan ekonomi, berkurangnya pendapatan yang tersedia bagi konsumen untuk dibelanjakan dan mengurangi daya beli konsumen. Hal ini akan mengurangi permintaan akan layanan komunikasi termasuk layanan kami dan ini tentu saja dapat berpengaruh pada bisnis, kondisi finansial dan hasil usaha serta prospek keuangan. Tidak terdapat jaminan bahwa perbaikan kondisi ekonomi global dan kawasan regional akan terus berlanjut atau kondisi ekonomi yang buruk tidak akan terjadi lagi. Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Dapat Berdampak Kepada Bisnis Kami Mata uang fungsional yang kami gunakan di Indonesia adalah Rupiah. Salah satu penyebab besarnya dampak krisis ekonomi di Asia terhadap perekonomian di Indonesia adalah depresiasi dan volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap mata uang lainnya, seperti Dolar AS. Meskipun mata uang Rupiah terapresiasi secara signifikan dari tingkatan terendahnya sekitar Rp17.000 per Dolar AS yang tercatat pada tahun 1998, masih terbuka peluang bagi Rupiah untuk terapresiasi lagi ke di masa depan. Sejak tahun 2007 hingga 2010, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS berada di kisaran terendahnya dari Rp12.400 per Dolar AS ke Rp8.672 per Dolar AS. Akibatnya, kami membukukan rugi bersih nilai tukar sebesar Rp295 miliar dan Rp1.614 miliar pada tahun 2007 dan 2008, kemudian laba nilai tukar sebesar Rp973 miliar dan Rp42,9 miliar pada tahun 2009 dan 2010. Sejak Desember 2010, nilai tukar Rupiah/ Dolar AS berada di level Rp9.010 per Dolar AS. Meskipun nilai tukar Rupiah relatif stabil terhadap Dolar AS sepanjang tahun 2010, tren ini dapat berubah jika kondisi ekonomi global berubah. Saat Rupiah terdepresiasi terhadap mata uang lainnya pada tanggal 31 Desember 2010, kewajiban kami dalam denominasi Dolar AS hutang usaha, hutang pembelian (procurements payable), dan pinjaman dalam mata uang asing dan hutang obligasi seharusnya menjadi bertambah dalam rupiah. Daripada depresiasi mata uang Rupiah akan mengakibatkan kerugian

136

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

dalam penukaran mata uang asing, mempengaruhi pendapatan lain-lain dan laba bersih serta mengurangi jumlah dividen yang akan diterima oleh pemilik American Depository Shares kami. Kami tidak dapat menjamin akan mampu mengelola risiko akibat nilai tukar dengan baik di masa depan atau mencegah dampak risiko mata uang itu terhadap usaha kami. Selain itu, meskipun Rupiah telah bebas dipertukarkan dan dikirimkan dari waktu ke waktu, Bank Indonesia (bank sentral Indonesia) telah melakukan intervensi di pasar mata uang sebagai bagian dari pelaksanaan kebijakannya, baik dengan melepas Rupiah atau dengan menggunakan cadangan devisanya untuk membeli Rupiah. Kami tidak dapat meyakinkan Anda bahwa kebijakan nilai tukar mata uang mengambang yang diterapkan Bank Indonesia tidak akan berubah atau Pemerintah akan mengambil langkah untuk menstabilkan, menjaga atau menaikkan nilai tukar Rupiah dan jika salah satu dari langkah ini diterapkan, akan berhasil. Perubahan pada kebijakan nilai tukar mata uang mengambang dapat berdampak besar pada kenaikan suku bunga domestik, kurangnya likuiditas, pengetatan modal atau pasar, atau penahanan bantuan keuangan oleh lembaga pemberi pinjaman multinasional. Hal ini dapat mengakibatkan perlambatan kegiatan ekonomi, resesi ekonomi, kredit macet atau menurunnya penggunaan layanan oleh pelanggan kami, dan hasilnya, kami pun akan kesulitan mendanai belanja modal kami dan menerapkan strategi usaha kami. Akibat lainnya dapat berupa dampak material terhadap bisnis, kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek usaha. Penurunan Peningkatan Kredit Pemerintah Atau Perusahaan Di Indonesia Dapat Mempengaruhi Bisnis Kami Sampai dengan tanggal Laporan Tahunan, hutang jangka panjang berdenominasi mata uang asing Indonesia dinilai “Ba1” oleh Moody’s, “BB” oleh Standard & Poor’s dan “BB+” oleh Fitch Ratings (“Fitch”), dan hutang jangka pendek berdenominasi mata uang asingnya dinilai “B1/ NP” oleh Moody’s, “B” oleh Standard & Poor’s dan “B” oleh Fitch. Pada 24 Februari 2011, Fitch menaikkan penilaiannya atas rating hutang Indonesia dari stabil ke positif. Peringkat-peringkat ini menggambarkan kemampuan Pemerintah secara menyeluruh untuk membayar kewajiban-kewajibannya dan kesediaan untuk memenuhi komitmen finansialnya. Kami tidak bisa memastikan bahwa Moody, Standard & Poor, Fitch atau organisasi statistik lainnya tidak akan merubah/menurunkan rating kredit Indonesia atau Perusahaan di Indonesia, juga termasuk kami. Selain itu, krisis keuangan global telah mendorong peninjauan atas peraturan lembaga penilai rating kredit di Amerika Serikat dan di tempat lain. Peraturan organisasi penilai rating kredit yang berbeda, atau lebih ketat, atau faktor lainnya,

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

dapat menimbulkan perubahan, termasuk penurunan terhadap rating kami. Setiap penurunan tersebut bisa berdampak negatif terhadap likuiditas pasar finansial Indonesia, kemampuan Pemerintah dan Perusahaan di Indonesia, termasuk kami, untuk mengumpulkan tambahan dana dan tingkat suku bunga dan kondisi komersial lainnya dimana dana tambahan tersedia. Suku bunga atas hutang berdenominasi Rupiah dengan tingkat bunga mengambang juga akan meningkat. Peristiwa semacam itu bisa berdampak kurang baik secara material terhadap bisnis kami, kondisi finansial, hasil operasi dan prospek usaha.

Risiko Bencana Indonesia Rentan Terhadap Bencana Alam Dan Peristiwa-Peristiwa Di Luar Kendali Kami, Yang Berpengaruh Pada Bisnis Dan Hasil Usaha Kami Banyak daerah di Indonesia, termasuk daerah di mana kami beroperasi, rentan terhadap bencana alam seperti banjir, petir, angin ribut, gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, kebakaran dan juga kekeringan, pemadaman listik dan peristiwa lainnya yang berada di luar kendali Kami. Kepulauan Indonesia adalah salah satu daerah vulkanik paling aktif di dunia karena berada di zona konvergensi dari tiga lempeng litosfer utama yang sangat dipengaruhi oleh aktivitas seismik yang dapat menyebabkan gempa bumi, tsunami atau gelombang pasang destruktif. Dari waktu ke waktu, bencana alam telah menelan korban jiwa, merugikan atau membuat sejumlah besar masyarakat mengungsi dan merusak peralatan kami. Peristiwaperistiwa seperti ini telah terjadi di masa lalu, dan dapat terjadi lagi di masa depan, mengganggu kegiatan usaha kami, menyebabkan kerusakan pada peralatan dan memberikan pengaruh buruk terhadap kinerja finansial dan pendapatan operasional kami. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa bencana alam telah terjadi di Indonesia (selain tsunami di Asia pada tahun 2004), termasuk tsunami di Pangandaran, Jawa Barat pada tahun 2006 dan 2010, gempa bumi di Yogyakarta, Jawa Tengah pada tahun 2006, erupsi yang kemudian berkembang menjadi banjir lumpur panas di Jawa Timur di tahun 2006, gempa di Papua, Jawa Barat, Sulawesi dan Sumatera pada tahun 2009. Indonesia juga mengalami banjir yang signifikan di Jakarta pada bulan Februari 2007 dan Solo di Jawa Tengah pada bulan Januari 2008. Pada bulan Januari 2009, hujan lebat yang menyebabkan sebuah bendungan meledak tepat di luar Jakarta, membanjiri ratusan rumah di daerah padat penduduk, menelan korban jiwa sekitar 100 orang.

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Manajemen Krisis kami bekerjasama dengan karyawan dan mitra berhasil memulihkan layanan dengan cepat, gempa tersebut menyebabkan kerusakan parah terhadap aset kami. Ada sejumlah gempa bumi terdeteksi pada tahun 2010, walau tidak satupun yang memberikan risiko signifikan terhadap bisnis kami pada umumnya. Banjir bandang dan banjir yang lebih meluas terjadi secara rutin selama musim hujan dari bulan November sampai April. Kota-kota besar khususnya Jakarta, sering mengalami banjir setempat yang parah yang mengakibatkan gangguan besar, dan kadang-kadang menimbulkan korban jiwa. Runtuhnya sebuah bendungan di Danau Situ Gintung di pinggiran Jakarta pada tanggal 27 Maret 2009 mengakibatkan 98 orang meninggal dunia. Longsor terjadi secara rutin di daerah pedesaan selama musim hujan. Ada banyak gunung berapi di Indonesia yang dapat meletus tanpa peringatan. Pada bulan Oktober dan November 2010, Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus beberapa kali, menelan korban jiwa sekitar 140 orang, beberapa ratus ribu orang lainnya pada radius 20 km terpaksa mengungsi, menyebabkan kerusakan property sebesar miliaran dolar dan mengganggu perjalanan udara. Sejak April 2008, Gunung Soputan di Sulawesi utara, Gunung Egon di Pulau Flores, Nusa Tenggara, Gunung Ibu di Maluku Utara dan Anak Krakatau di Selat Sunda telah menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik. Gunung Sinabung 60 km (40 mil) barat daya dari pusat kota Sumatera Utara, Medan, meletus pada 29 Agustus 2010 setelah tidak beraktivitas selama 400 tahun. Abu dan asap asam dari gunung berapi telah menyelimuti pedesaan dan tanaman.

Perubahan di Indonesia secara regional dan global dapat mempengaruhi kinerja kami.

Pada tanggal 2 September 2009, gempa melanda sebagian wilayah Jawa Barat. Bencana tersebut menyebabkan kerusakan. Pada 30 September 2009 terjadi gempa di Sumatera Barat, yang mengganggu penyediaan layanan telekomunikasi di beberapa lokasi. Meskipun Tim

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

137

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

Meskipun kami telah menerapkan rencana kelanjutan usaha dan pemulihan bencana serta telah mengasuransikan aset kami untuk melindungi dari kerugian akibat bencana alam atau fenomena lainnya yang terjadi di luar kendali kami, tidak ada jaminan bahwa perlindungan asuransi akan cukup untuk menutupi potensi kerugian, di mana premi yang akan dibayarkan untuk polis asuransi tersebut ketika diperbaharui tidak akan naik secara substansial di masa depan, atau bencana alam tidak akan merusak operasional kami secara signifikan. Selain itu, gempa bumi, bencana geologis lainnya atau bencana akibat gangguan cuaca di kota besar di Indonesia dapat sangat mengganggu ekonomi Indonesia serta menurunkan kepercayaan investor. Beberapa peristiwa yang terjadi dapat secara material berdampak pada bisnis, kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek usaha kami. Akhirnya, kami juga tidak bisa meyakinkan Anda bahwa peristiwa geologis atau meteorologis di masa depan tidak akan berdampak besar pada perekonomian Indonesia. Gempa bumi besar, gangguan geologis atau bencana akibat gangguan cuaca di kota yang padat manapun dan pusat-pusat keuangan di Indonesia dapat sangat mengganggu ekonomi Indonesia dan menurunkan kepercayaan investor, sehingga berpengaruh pada bisnis, kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek usaha kami. Operasional Kami Dapat Terpengaruh Oleh Merebaknya Flu Burung, Virus Flu A (H1N1) Atau Epidemi Lainnya Selama tiga tahun terakhir, sebagian besar wilayah Asia menghadapi perebakan penyakit flu burung. Sejak 2 Juni 2010, Organisasi Kesehatan Dunia (“WHO”) mengumumkan 262 kasus kematian dari total 433 kasus yang dilaporkan ke WHO, yang hanya melaporkan kasus flu burung berdasarkan hasil tes laboratorium. Kementerian Kesehatan Indonesia melaporkan pada WHO bahwa terdapat 115 kematian dari total 141 kasus flu burung di Indonesia. Selain itu, WHO mengumumkan bahwa penularan penyakit flu burung dari orang ke orang telah terjadi di Sumatra, Indonesia. Menurut data Organisasi Pangan PBB, kasus flu burung ditemukan di 31 dari 33 propinsi yang ada di Indonesia dan upaya untuk mengendalikannya di Indonesia dinyatakan gagal, sehingga meningkatkan kemungkinan virus tersebut bermutasi ke bentuk yang lebih mematikan. Tidak ada vaksin flu burung yang efektif telah dikembangkan dan vaksin yang efektif tidak dapat ditemukan secepatnya untuk melindungi dari potensi pandemi flu burung. Pada bulan April 2009, virus flu A (H1N1) merebak, yang berasal dari Meksiko namun telah meluas ke seluruh dunia, termasuk ke Hong Kong, Indonesia, Jepang, Malaysia, Singapura dan negara lainnya di Asia. Virus flu A (H1N1) diyakini sangat menular dan tidak mudah dikendalikan.

138

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Merebaknya kasus flu burung, virus flu A (H1N1) atau epidemi sejenis, memaksa pemerintah negara yang terjangkit penyakit tersebut, termasuk Indonesia, untuk mengambil langkah dalam mengatasinya, karena dapat mengganggu ekonomi Indonesia dan negara lainnya serta menurunkan kepercayaan investor, sehingga berdampak secara material terhadap keuangan atau hasil operasi kami serta nilai pasar dari sekuritas. Ada pandangan bahwa penyebaran penyakit menular dapat berakibat buruk bagi kondisi ekonomi negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, serta berdampak secara material dan negatif terhadap kondisi keuangan atau hasil operasi kami serta nilai pasar dari sekuritas kami.

Risiko Lain-Lain Standar Akuntansi di Indonesia Berbeda Dengan Standar Akuntansi di AS Serta IFRS Dan Standar Keterbukaan Informasi Korporat Indonesia Berbeda Jauh Dengan Yang Diterapkan Di Negara Lain Kami mempersiapkan Laporan Keuangan Konsolidasian kami sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yang berbeda dalam beberapa aspek tertentu dari standar akuntansi yang berlaku umum di AS. Akibatnya, Laporan Keuangan Konsolidasian kami dan laba yang dilaporkan dapat sangat berbeda dengan laporan serupa yang diterbitkan sesuai dengan standar umum di AS. Penjelasan sejumlah perbedaan antara standar akuntansi umum di Indonesia dan AS, lihat Catatan 54 Laporan Keuangan Konsolidasian kami. Kemudian, informasi mengenai perusahaan publik di Indonesia, termasuk kami, juga lebih terbatas dibandingkan dengan informasi yang diterbitkan Perusahaan publik di negara lain dengan pasar modal yang lebih matang. Kami Berbadan Hukum Di Indonesia, Dan Tidak Mungkin Bagi Investor Untuk Menyampaikan Proses Panggilan, Atau Melaksanakan Keputusan, Atas Kami Dari Wilayah AS, Atau Melaksanakan Keputusan Pengadilan Asing Terhadap Kami Di Indonesia Kami berbentuk perseroan terbatas yang didirikan di Indonesia, beroperasi di wilayah hukum Indonesia yang terkait dengan Perusahaan modal asing, dan seluruh aset utama kami berlokasi di Indonesia. Selain itu, beberapa anggota Komisaris kami dan seluruh Direksi kami bertempat tinggal di Indonesia sedangkan sebagian besar aset mereka berada di luar AS. Oleh karenanya akan sulit bagi investor untuk mengajukan penyampaian panggilan, atau melaksanakan putusan terhadap kami, atau terhadap pihak lain yang ada di AS, atas keputusan dari pengadilan AS. Penasihat hukum Indonesia kami telah memberitahukan kami bahwa keputusan dari pengadilan AS, termasuk keputusan yang disampaikan berdasarkan ketentuan hak sesuai undang-undang sekuritas federal AS atau undang-

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

undang sekuritas dari negara bagian manapun di AS, tidak berlaku di pengadilan Indonesia, meskipun keputusan itu dapat diterima sebagai bukti yang tidak menentukan dalam pengajuan atas dasar klaim di pengadilan Indonesia. Terdapat keraguan apakah pengadilan Indonesia akan menyampaikan keputusan atas tindakan yang disidangkan di pengadilan Indonesia yang didasarkan pada ketentuan tanggung jawab perdata dalam undang-undang sekuritas federal AS atau undang-undang sekuritas negara bagian manapun di AS. Oleh karenanya, penuntut akan diminta menyampaikan tuntutannya terhadap kami atau para individu tersebut di pengadilan Indonesia. Kepentingan Pemegang Saham Pengendali Kami Dapat Berbeda Dengan Kepentingan Dari Pemegang Saham Lainnya Pemerintah menguasai 52,47% dari Saham Biasa yang diterbitkan dan beredar serta berwenang untuk menentukan hasil atas seluruh tindakan yang membutuhkan persetujuan para pemegang saham. Pemerintah juga memiliki satu saham Dwiwarna, yang memberinya hak suara khusus dan hak veto atas hal-hal tertentu, termasuk pemilihan dan pemberhentian dari anggota Direksi maupun Komisaris kami. Mereka juga dapat menggunakan kekuasaannya untuk menerbitkan saham baru, dan mengubah Anggaran Dasar Perusahaan atau mendorong aksi merger atau membubarkan kami, menaikkan atau menurunkan modal disetor atau mengurangi modal yang dikeluarkan, atau mengajukan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

veto atas langkah tersebut. Satu atau lebih langkah ini dapat berakibat pada penarikan saham yang didaftarkan dari bursa efek tertentu. Kemudian, melalui Menkominfo, Pemerintah dapat menggunakan posisinya sebagai regulator atas industri telekomunikasi Indonesia. Pada tanggal 31 Desember 2010, Pemerintah memiliki 14,29% saham di PT Indosat Tbk (“Indosat”), pesaing utama kami dalam melayani sambungan telepon tidak bergerak langsung internasional dan pesaing utama anak Perusahaan kami, Telkomsel, dalam melayani telepon seluler. Kepemilikan saham Pemerintah termasuk saham Seri A yang memiliki hak suara khusus dan hak veto atas hal-hal strategis dalam Anggaran Dasar Indosat, termasuk keputusan untuk pembubaran Perusahaan, likuidasi dan kebangkrutan, serta juga mengizinkan Pemerintah untuk mengajukan kandidat Direktur pada Direksi dan satu calon Komisaris pada Dewan Komisaris. Selain itu terdapat juga kasus dimana kepentingan Pemerintah berbenturan dengan kepentingan kami. Tidak ada kepastian bahwa Pemerintah tidak memberikan peluang kepada; atau berpihak saat menggunakan kekuasaannya sebagai regulator atas industri telekomunikasi Indonesia; Indosat atau penyedia telekomunikasi lainnya dimana mereka juga berkepentingan. Jika Pemerintah akan memprioritaskan bisnis Indosat dibandingkan kami atau akan meningkatkan kepemilikan sahamnya di Indosat, hal ini akan berdampak pada bisnis, kondisi keuangan, dan hasil operasi serta prospek usaha kami.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

139

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

RISIKO TERKAIT DEnGAN TELKOM DAN ANAK PERUSAHAAN Risiko Operasi Kegagalan Dalam Melanjutkan Operasi Jaringan Kami, Sistem Utama, Gateways Kepada Jaringan Kami Atau Jaringan Operator Lainnya Yang Berdampak Negatif Terhadap Bisnis, Kondisi Keuangan, Hasil Operasi Dan Prospek Usaha Kami Kami sangat bergantung pada operasi jaringan yang tidak terputus dalam memberikan layanan. Misalnya, kami tergantung pada akses terhadap sambungan telepon tidak bergerak kabel (“PSTN”) untuk menghentikan dan memulai sambungan telepon seluler kepada dan dari telepon tidak bergerak kabel, dan porsi trafik sambungan telepon jarak jauh internasional dan seluler kami yang besar dilakukan melalui PSTN. Kami juga bergantung pada akses terhadap sambungan telepon tidak bergerak nirkabel (“CDMA”), jaringan internet dan broadband serta jaringan seluler. Jaringan kami adalah jaringan yang terintegrasi termasuk jaringan akses tembaga, jaringan akses serat optik, BTS, perangkat switching, perangkat transmisi optik dan radio, jaringan IP core, satelit dan server aplikasi. Disamping itu, kami juga bergantung pada interkoneksi terhadap jaringan operator telekomunikasi lainnya untuk melayani sambungan dan data yang dikirimkan pelanggan kami kepada pelanggan operator di Indonesia dan luar negeri. Kami juga bergantung pada manajemen sistem informasi yang canggih secara teknologi dan sistem lainnya, seperti sistem pengaturan tagihan yang memungkinkan kami untuk melakukan kegiatan operasional kami. Jaringan kami, termasuk sistem informasi, teknologi informasi dan infrastruktur serta jaringan operator lainnya yang memungkinkan pelanggan kami melakukan interkoneksi, sangat rentan terhadap kerusakan atau gangguan dalam operasinya akibat berbagai hal seperti gempa bumi, kebakaran, banjir, listrik mati, kerusakan perangkat, penyimpangan perangkat lunak jaringan, gangguan kabel transmisi atau peristiwa serupa lainnya. Meskipun kami telah menerapkan Rencana Kelanjutan Bisnis yang komprehensif dan Rencana Pemulihan Bencana, kami tidak dapat menjamin bahwa rencana tersebut akan berhasil sebagian atau sepenuhnya jika bagian dari jaringan tersebut mengalami kerusakan atau gangguan yang parah. Kerusakan apapun yang berujung pada gangguan operasi kami atau penyediaan layanan kami, baik yang berasal dari gangguan operasional, bencana alam atau sebaliknya, dapat berdampak negatif bagi bisnis, kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek usaha kami.

140

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Jaringan Kami, Terutama Akses Kabel Jaringan Menghadapi Potensi Ancaman Keamanan, Seperti Pencurian Atau Perusakan Yang Dapat Memberikan Pengaruh Negatif Terhadap Hasil Operasional Kami Jaringan dan perlengkapan kami, terutama akses kabel jaringan menghadapi ancaman keamanan seperti pencurian atau perusakan. Tingkat ancaman cenderung berkurang pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2009 dan 2008 karena kami telah mengambil langkah pencegahan dan perbaikan untuk mengurangi risiko, termasuk mengembangkan kerjasama dengan polisi, terutama di area rawan tindak kriminal. Namun, tidak ada jaminan bahwa jaringan dan perlengkapan kami tidak akan rusak atau dicuri atau bahkan tidak membutuhkan waktu dan sumberdaya yang signifikan untuk dapat mengembalikan perlengkapan yang rusak atau dicuri, sehingga berdampak negatif bagi biaya dan hasil operasional. Kebocoran Pendapatan Dapat Terjadi Akibat Kelemahan Internal Atau Faktor Eksternal Dan Jika Terjadi, Hal Itu Dapat Berdampak Negatif Pada Hasil Usaha Kami Kebocoran pendapatan adalah risiko biasa bagi semua operator telekomunikasi. Kami berpotensi mengalami kebocoran pendapatan, atau kesulitan memperoleh pendapatan yang merupakan hak kami, akibat kelemahan pada transaksi, penundaan proses transaksi, pelanggan yang tidak jujur atau faktor lainnya. Kami telah mengambil langkah preventif untuk mengatasi potensi kebocoran pendapatan itu dengan meningkatkan fungsi pengendalian terhadap seluruh proses bisnis yang ada, dengan menerapkan metode penjaminan pendapatan, memberlakukan kebijakan dan prosedur yang tepat serta menerapkan aplikasi sistem informasi guna menekan kebocoran pendapatan. Sebaliknya, tidak ada jaminan bahwa di masa depan tidak terjadi kebocoran pendapatan yang signifikan atau kebocoran itu tidak akan berdampak negatif pada hasil usaha kami. Teknologi Baru Dapat Berdampak Negatif Pada Daya Saing Kami Industri telekomunikasi dicirikan oleh perubahan yang cepat dan signifikan pada sisi teknologi. Kami akan menghadapi peningkatan persaingan akibat teknologi yang tengah kami kembangkan saat ini atau yang akan dikembangkan di masa depan. Pengembangan atau aplikasi teknologi, layanan atau standar baru atau alternatif di masa depan mensyaratkan perubahan pada model bisnis kami, pengembangan produk, penyediaan layanan tambahan dan investasi baru yang substansial oleh kami. Produk dan layanan baru dapat bernilai

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

mahal untuk dikembangkan dan mendorong masuknya pesaing baru di pasar. Kami tidak dapat secara akurat memperkirakan bagaimana perkembangan perubahan teknologi di masa depan akan mempengaruhi operasi atau daya saing layanan kami. Selanjutnya, kami juga tidak dapat menjamin dapat mengintegrasikan teknologi baru ke dalam model bisnis yang ada secara efektif. Guna menjaga dan memperkuat pertumbuhan bisnis kami, saat ini TELKOM tengah melakukan transformasi untuk fokus ke bisnis TIME (Telecommunications, Information, Media dan Edutainment). Sebagai bagian dari langkah transformasi ke bisnis TIME, kami tengah berniat mengembangkan bisnis baru sehingga kami dapat menyediakan konten bagi pelanggan telekomunikasi kami. Kami juga belum memiliki pengalaman substansial sebagai penyedia konten dan ke depannya, kami dimungkinkan akan dapat kesulitan untuk mengelola pertumbuhan bisnis kami secara efektif. Kami tidak dapat meyakinkan teknologi kami tidak akan tertinggal, atau terlibat persaingan dengan teknologi baru di masa depan, atau kami dapat memperoleh teknologi baru yang diperlukan untuk bersaing dalam kondisi yang berbeda dengan persyaratan komersial tertentu. Kegagalan kami untuk bereaksi terhadap perubahan teknologi yang cepat dapat berdampak negatif bagi bisnis, kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek usaha kami. Satelit Kami Memiliki Masa Operasi Yang Terbatas Dan Dapat Rusak Atau Hancur Selama Masa Operasi Orbit. Kerugian Atau Kinerja Yang Berkurang Dari Satelit Kami, Baik Dikarenakan Kerusakan Perangkat Atau Dicabutnya Lisensi, Dapat Merugikan Kondisi Keuangan, Hasil Operasi Dan Kemampuan Untuk Memberikan Layanan Satelit TELKOM-1 dan TELKOM-2 kami memiliki masa operasi yang terbatas, saat ini diperkirakan akan berakhir masing-masing pada tahun 2015 dan 2020. Sejumlah faktor mempengaruhi masa operasi satelit tersebut, termasuk kualitas konstruksinya, ketahanan sistem, subsistem, dan komponen, cadangan bahan bakar di dalam, keakuratan peluncuran mereka ke orbit, risiko terhadap badai mikrometeorit, atau peristiwa alam lainnya di angkasa, benturan dengan pecahan orbit, atau cara pengawasan dan pengoperasian satelit tersebut. Kami saat ini menggunakan kapasitas transponder satelit pada satelit kami yang dikaitkan dengan banyak aspek dari bisnis kami, termasuk penyewaan kapasitas tersebut dan routing untuk layanan sambungan jarak jauh internasional dan seluler. Selain itu, peraturan yang dibuat Persatuan Telekomunikasi Internasional (“ITU”) menjelaskan bahwa sebuah slot satelit yang dirancang khusus telah disediakan untuk Indonesia, dan Pemerintah berhak untuk menentukan pihak mana

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

yang berwenang menggunakan slot tersebut. Saat ini kami memegang lisensi untuk menggunakan slot satelit khusus tersebut, jika satelit TELKOM-1 dan TELKOM-2 kami mengalami masalah teknis atau kerusakan, Pemerintah dapat menentukan bahwa kami telah gagal memanfaatkan slot yang ada dengan lisensi yang kami miliki, sehingga dapat mendorong Pemerintah untuk mencabut lisensi kami. Kami tidak dapat memberikan jaminan kepada anda bahwa kami dapat mempertahankan penggunaan slot satelit khusus tersebut dengan cara yang dianggap cukup oleh Pemerintah. Saat ini kami juga dalam proses mengembangkan satelit TELKOM-3, yang mempunyai usia operasi hingga 15 tahun dan kapasitas transponder yang lebih tinggi, yang dijadwalkan untuk diluncurkan pada tahun 2011. Apabila kami gagal untuk meluncurkan TELKOM-3, maka kami akan menyewa kapasitas transponder dari pihak ketiga yang dapat menambah biaya operasional kami. Kami mempertahankan asuransi in-orbit untuk satelit TELKOM-1 dan TELKOM-2 dengan syarat dan ketentuan yang sesuai dengan praktik dalam industri ini. Jika kerusakan atau kegagalan menyebabkan satelit kami tidak dapat digunakan dan kami gagal meluncurkan satelit TELKOM-3, kami mungkin akan memilih untuk menghentikan pengoperasian satelit kami atau menyewa kapasitas transponder dari pihak ketiga ketimbang meluncurkan satelit baru. Penghentian bisnis satelit tersebut dapat menaikkan beban usaha yang terkait dengan penyediaan layanan telekomunikasi kami yang lain, terutama di wilayah timur Indonesia yang saat ini sangat bergantung pada jangkauan satelit untuk menerima layanan telekomunikasi, serta dapat berdampak negatif bagi bisnis, kondisi keuangan dan hasil operasi kami. Kami Menghadapi Beberapa Risiko Terkait Layanan Internet Kami saat ini menyediakan beragam layanan internet, termasuk dial-up dan broadband internet access, dan aplikasi terkait Internet lainnya. Kami menghadapi berbagai risiko dalam memberikan layanan ini. Jaringan kami mungkin rentan terhadap akses ilegal, virus komputer, dan gangguan lainnya. Kami tidak dapat meyakinkan anda bahwa langkah-langkah pengamanan yang dilakukan tidak dapat dihentikan atau dengan kata lain gagal melindungi jaringan kami. Akses ilegal dapat mengganggu keamanan informasi rahasia yang disimpan pelanggan kami di sistem komputernya. Sedangkan menghilangkan virus komputer dan masalah pengamanan lainnya dapat mengakibatkan gangguan, penundaan atau penghentian sementara layanan kami, sehingga menyebabkan kami harus mengeluarkan biaya dan mengalihkan perhatian manajemen.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

141

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

Selain itu, karena kami menyediakan koneksi internet dan host website pelanggan serta mengembangkan konten dan aplikasi internet, kami dianggap memiliki keterkaitan dengan konten yang dialirkan melalui jaringan kami atau terpampang di website yang terdaftar di kami. Kami tidak dapat dan tidak melakukan pengawasan terhadap seluruh konten ini dan kami dapat menghadapi tuntutan hukum akibat keterkaitan dengan konten tersebut. Kasus serupa pernah terjadi sebelumnya, kasus semacam ini dapat menghabiskan biaya untuk dipertahankan dan mengalihkan perhatian manajemen, sekaligus merusak reputasi kami.

Risiko Keuangan Kami Menghadapi Risiko Suku Bunga Hutang kami termasuk pinjaman bank bermanfaat untuk mendanai operasi kami. Namun kami selalu berupaya untuk mengurangi potensi risiko terhadap suku bunga dengan melakukan kontrak swap suku bunga untuk melakukan swap atas suku bunga mengambang menjadi suku bunga tetap atas tenor pinjaman tertentu kami. Namun kebijakan lindung nilai (hedging) ini tidak cukup mengatasi risiko terhadap fluktuasi suku bunga dan hal ini dapat berdampak pada beban suku bunga yang besar dan berakibat buruk pada bisnis, kondisi keuangan dan hasil operasi kami. Kami Mungkin Tidak Berhasil Mengelola Risiko Nilai Tukar Mata Uang Asing Perubahan nilai tukar telah berpengaruh dan akan terus berpengaruh pada kondisi keuangan dan hasil operasi kami. Sebagian besar kewajiban hutang kami dalam denominasi Rupiah dan sebagian besar belanja modal kami dalam Dolar AS. Sebagian besar pendapatan kami juga dalam Rupiah dan hanya sebagian kecil dalam Dolar AS (yang antara lain didapat dari layanan internasional). Kami dapat menambah hutang jangka panjang kami dalam mata uang lain selain Rupiah, termasuk dalam Dolar AS, untuk mendanai belanja modal kami. Saat ini, kami menerapkan kebijakan lindung nilai (hedging) untuk melindungi usaha kami dari risiko nilai tukar mata uang yang berdasarkan net open position tahunan dari mata uang asing. Penerapan kebijakan lindung nilai tersebut dikaji tiap bulannya untuk mengantisipasi perubahan ekstrim pada nilai tukar mata uang. Meskipun nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS relatif stabil pada tahun 2010 pada tingkatan Rp9.010 per Dolar AS, kami tidak dapat memastikan Anda bahwa kami akan mampu mengelola risiko nilai tukar dengan sukses di masa depan atau bahwasannya usaha, kondisi keuangan atau hasil operasi kami tidak akan terpengaruh negatif akibat risiko nilai tukar yang kami alami.

142

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Kami Mungkin Tidak Mampu Membiayai Belanja Modal Yang Dibutuhkan Bagi Kami Untuk Tetap Kompetitif Di Industri Telekomunikasi Di Indonesia Industri layanan telekomunikasi adalah padat modal. Untuk menjadi kompetitif, kami harus secara terusmenerus mengembangkan, memodernisasi dan memperbaharui infrastruktur teknologi telekomunikasi, yang mencakup investasi modal substansial. Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2008, 2009 dan 2010, belanja modal konsolidasi masing-masing berjumlah Rp22.244,3 miliar, Rp19.160,6 miliar dan Rp12.650,8 miliar (US$1.404,1 juta). Selama tahun 2011, kami berniat untuk mengalokasikan dana sebesar Rp17.829,0 miliar untuk mengoptimalisasi bisnis legacy, new wave, infrastruktur dan program-program penunjang. Kemampuan kami untuk membiayai belanja modal di masa depan akan bergantung pada kinerja operasional masa depan, yang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi terbaru, tingkat suku bunga dan keuangan, bisnis serta faktor-faktor lainnya, banyak di antaranya diluar dari kendali dan bergantung pada kemampuan kami untuk mendapatkan tambahan pembiayaan eksternal. Kami tidak dapat memastikan kepada Anda bahwa pembiayaan tambahan akan tersedia bagi kami dalam ketentuan yang sesuai secara komersil, atau akan tersedia pembiayaan tambahan sama sekali. Selain itu, kami hanya bisa mendapatkan biaya tambahan yang sesuai dengan ketentuan perjanjian hutang kami. Oleh karenanya, kami tidak dapat memastikan Anda bahwa kami akan memiliki sumber modal yang cukup untuk mengembangkan atau memperluas teknologi infrastruktur telekomunikasi kami agar dapat berkompetisi di pasar telekomunikasi Indonesia. Kegagalan kami melakukan hal tersebut dapat memberi dampak yang merugikan secara material terhadap usaha kami, kondisi keuangan, kinerja operasional dan prospek usaha.

Risiko Hukum dan Kepatuhan Jika Kami Terbukti Melakukan Penetapan Harga Oleh Komisi Anti-Monopoli Indonesia Dan Tuduhan Class Action, Kami Dapat Dikenakan Kewajiban Yang Dapat Menurunkan Pendapatan Kami Dan Berdampak Negatif Pada Bisnis, Reputasi Dan Keuntungan Kami Pada tanggal 1 November 2007, Komite Pengawas Persaingan Usaha Indonesia (“KPPU”) menerbitkan keputusan mengenai investigasi awal terhadap kami, anak Perusahaan kami dengan kepemilikan saham mayoritas, Telkomsel, dan tujuh Perusahaan telekomunikasi lainnya atas tuduhan penetapan harga layanan SMS dan pelanggaran Pasal 5 Undang-Undang Anti-monopoli (“UU No.5 / 1999”). Pada tanggal 18 Juni 2008, KPPU menentukan bahwa Indosat, XL Axiata Tbk (“XL”), PT Bakrie Telecom Tbk (“Bakrie Telecom”), PT Mobile-8 Telecom Tbk (“Mobile-8”) dan PT Smart Telecom (“Smart Telecom”) bersama-sama melanggar

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Pasal 5 UU No.5 / 1999. Mobile-8 mengajukan banding atas putusan KPPU tersebut ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dimana XL, Indosat, PT Hutchison CP Telecommunication (“Hutchison”), Bakrie Telecom, Smart Telecom, PT Natrindo Telepon Seluler (“Natrindo”) dan Perusahaan kami dihadirkan sebagai turut tergugat dalam persidangan, sementara Telkomsel mengajukan banding atas putusan KPPU tersebut ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Pengadilan Negeri akan mempertimbangkan keberatan atas keputusan KPPU dengan berdasarkan pada pengkajian kembali atas keputusan KPPU dan berkas-berkas yang disampaikan oleh KPPU tetapi kami tidak dapat menjamin keputusan KPPU akan ditolak. Jika Pengadilan Negeri mengeluarkan putusan yang tidak menguntungkan kami, kami dapat dikenai denda, yang jumlahnya tergantung pada putusan Pengadilan Negeri, yang dapat memikul berdampak negatif pada bisnis, reputasi dan keuntungan kami. Sejumlah gugatan dihadapi Telkomsel dan Indosat selama tahun 2007 dan 2008 di Pengadilan Negeri Bekasi, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Pengadilan Negeri Tangerang, terkait dengan kepemilikan silang Temasek Holding terdahulu atas saham Telkomsel dan Indosat, sehingga diduga telah mengakibatkan penetapan harga atas layanan telekomunikasi yang merugikan masyarakat. Penuntut lalu mencabut gugatannya di Pengadilan Negeri Bekasi. Pada tanggal 27 Januari 2010, hakim memutuskan gugatan hukum yang class action didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak dapat diterima karena penggugat menolak membuktikan kecakapan hukumnya dan dua anggota penggugat itu dianggap tidak memenuhi syarat sebagai wakil penggugat. Gugatan class action di Pengadilan Tangerang berlanjut pada tanggal 3 Mei 2010, ketika tergugat menyampaikan pembelaannya. Berdasarkan informasi Perusahaan, pada tanggal 24 Mei 2010, hakim memutuskan bahwa gugatan class action yang didaftarkan di Pengadilan Negeri Tangerang tidak dapat diterima dengan alasan gugatan itu dianggap tidak serius dan penggugat gagal membuktikan kecakapan hukumnya sebagai wakil penggugat. Lihat Litigasi Material – Tata Kelola Perusahaan. Meskipun dugaan hukum dan class action tersebut tidak diterima oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat maupun Pengadilan Negeri Tangerang dan dicabutnya gugatan di Pengadilan Negeri Bekasi, kami tidak dapat meyakinkan bahwa pelanggan kami yang lain tidak akan mengajukan kasus serupa di masa depan. Jika Pengadilan Negeri dalam perkara class action baru, menerbitkan putusan yang berpihak pada penggugat, Hal tersebut dapat berdampak negatif bagi bisnis, reputasi dan keuntungan kami. Pernyataan Berisi Perkiraan Yang Mungkin Tidak Akurat Laporan Tahunan ini disertai pernyataan yang berisi tentang pengumuman tentang strategi TELKOM saat ini serta proyeksi kinerja operasional dan prospek usaha di masa depan. Penggunaan kata “percaya,”

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

“mengharapkan” “mengantisipasi,” “memperkirakan,” “memproyeksikan” dan kata yang serupa adalah untuk menunjukkan pernyataan yang sifatnya memperkirakan. Selain itu, seluruh pernyataan, kecuali pernyataan yang berisi perkiraan termasuk data historis, merupakan pernyataan yang sifatnya memperkirakan. Walau kami yakin ekspektasi yang terkandung di dalamnya adalah masuk akal, kami tidak dapat memberi jaminan perkiraan itu dapat terealisasi nantinya. Pernyataan semacam ini terkait dengan risiko dan situasi ketidakpastian, seperti dinamika ekonomi, situasi sosial dan politik di Indonesia dan risiko lain yang disebutkan dalam “Faktor Risiko”. Seluruh pernyataan yang sifatnya memperkirakan, baik tertulis atau pun diucapkan, oleh kami atau orang yang mewakili kami adalah terkait dengan risiko tersebut.

Risiko Regulasi Kami Beroperasi Di Area Hukum Dan Undang-Undang Yang Tengah Mengalami Perubahan Signifikan. Perubahan Ini Akan Menimbulkan Peningkatan Kompetisi, Berujung Pada Penurunan Margin Dan Pendapatan Operasional, Di Antaranya Akan Memberikan Efek Material Negatif Kepada Kami Reformasi perundang-undangan sektor telekomunikasi di Indonesia, yang diinisiasikan oleh Pemerintah pada tahun 1999, dalam cakupan tertentu telah menghasilkan liberalisasi dalam industri telekomunikasi, termasuk memfasilitasi pesaing baru dan perubahan untuk struktur kompetitif industri telekomunikasi. Namun, beberapa tahun terakhir, volume dan kompleksitas dari perubahan peraturan perundang-undangan telah menciptakan sebuah lingkungan perundangan yang kurang meyakinkan. Selain itu, seiring dengan reformasi sektor telekomunikasi di Indonesia yang berlanjut menuju perubahan, pesaing yang mungkin memiliki sumber daya yang lebih besar dari pada kami, dapat masuk di sektor telekomunikasi Indonesia dan bersaing dengan kami dalam menyediakan layanan telekomunikasi. Contohnya, sejak Januari 2007, Pemerintah, melalui Menkominfo, telah bertanggungjawab untuk mengatur tarif layanan interkoneksi. Menkominfo menetapkan tarif interkoneksi untuk penyedia layanan yang dominan atas dasar biaya, berdasarkan Dokumen Penawaran Interkoneksi (“DPI”) yang disampaikan setiap tahun oleh penyedia layanan yang dominan, adalah mereka yang mengendalikan paling sedikit 25% pangsa pasar, termasuk kami. Sebaliknya, operator telekomunikasi yang tidak termasuk sebagai operator dominan hanya harus memberitahukan Menkominfo terkait masalah tarif mereka dan dapat memberlakukan tarif tersebut untuk konsumennya tanpa harus mendapat persetujuan Menkominfo. Perbedaan perlakuan antara operator telekomunikasi dominan dan non-dominan dapat menciptakan peluang bagi pesaing baru dalam industri telekomunikasi, memberikan mereka fleksibilitas tinggi untuk membuat tarif murah dan menawarkan ketentuan

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

143

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

harga yang lebih rendah kepada konsumen mereka. Selain itu, DPI telah menurun dalam beberapa tahun terakhir dan kami berharap tren penurunan ini akan terus berlanjut. Setiap penurunan dalam jumlah biaya interkoneksi dapat mengurangi pendapatan dan biaya trafik antar operator kami. Di masa yang akan datang, pemerintah akan mengumumkan atau mengimplementasikan perubahan regulasi, seperti perubahan dalam peraturan interkoneksi atau tarif yang dapat berdampak negatif terhadap bisnis atau lisensi kami. Kami tidak bisa memastikan Anda bahwa kami akan dapat sukses bersaing dengan operator telekomunikasi dalam negeri dan asing atau bahwa perubahan peraturan, amandemen atau interpretasi hukum dan peraturan saat ini atau dimasa depan yang disusun oleh Pemerintah tidak akan memberikan dampak material negatif terhadap bisnis kami. Masuknya Operator Telekomunikasi Baru Ke Indonesia Sebagai Penyedia Layanan Sambungan Langsung Internasional Dapat Mengurangi Margin Usaha, Pangsa Pasar Dan Hasil Operasi Layanan Telekomunikasi Internasional Kami Perusahaan kami memiliki lisensi dan telah melayani layanan Sambungan Langsung Internasional (SLI) pada tahun 2004, dan memperoleh pangsa pasar yang signifikan pada akhir tahun 2006. Indosat, salah satu pesaing utama kami, memasuki pasar ini sebelum kami dan terus mempertahankan pangsa pasar yang besar untuk layanan SLI setelah mendapatkan lisensi SLI pada tanggal 14 September 2007. Pada tahun 2009, Bakrie telecom mulai melakukan layanan sambungan jarak jauh internasional dengan menggunakan kode akses 009. Operasi para operator yang sudah ada dan masuknya operator baru ke pasar SLI, termasuk layanan VoIP oleh operator tersebut, terus menjadi ancaman kompetensi bagi kami. Kami tidak dapat meyakinkan bahwa efek yang merugikan itu tidak akan berlangsung terus atau persaingan yang ketat itu tidak akan menggerus pangsa pasar kami atau mengurangi marjin usaha dan hasil operasi layanan telepon tidak bergerak kami. Kami menghadapi risiko terkait pembukaan kode sambungan langsung jarak jauh (SLJJ) Dalam upaya untuk meliberalisasi layanan SLJJ, Pemerintah telah menerbitkan peraturan yang mewajibkan masing-masing operator SLJJ untuk menerapkan kode akses tiga angka yang akan diputar oleh pelanggan untuk mengakses layanan SLJJ. Pada tahun 2005, Menkominfo mengumumkan kode akses tiga angka untuk sambungan SLJJ akan diterapkan secara bertahap dalam lima tahun dan memberikan kami kode akses SLJJ “017” untuk lima kota besar, termasuk Jakarta, dan mengizinkan kami memperluasnya ke kode area lainnya secara berkelanjutan dalam lima tahun.

144

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Indosat diberikan akses kode SLJJ “011”. Terkait dengan beberapa persyaratan, kami harus membuka kode akses SLJJ di seluruh area lainnya hingga 27 September 2011. Pada bulan Desember 2007, Pemerintah menerbitkan peraturan baru yang membuka kode akses SLJJ di kota pertama di Balikpapan pada bulan April 2008. Dengan penerapan itu, penduduk Balikpapan dapat memilih opsi “0”, “011” atau “017” untuk mengakses sambungan langsung jarak jauhnya. Pada bulan April 2008, kami dan Indosat sepakat membuka akses SLJJ dari pelanggan kami masingmasing di Balikpapan. Pembukaan kode akses SLJJ di kota lain sementara ini akan menunggu studi dari Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia. Penerapan kode akses SLJJ yang baru itu dapat meningkatkan persaingan karena menawarkan lebih banyak opsi pada pelanggan kami untuk mengakses layanan SLJJ. Selain itu, pembukaan kode akses SLJJ baru dapat mengakibatkan peningkatan persaingan dan kurangnya kerja sama di antara sesama operator di industri tersebut, yang dapat berdampak, antara lain, pada turunnya marjin dan pendapatan usaha, yang seluruhnya dapat berdampak negatif secara material pada kami. Kami tidak dapat menjamin kode akses kami akan tetap utuh atau dapat berhasil menaikkan pendapatan dari layanan SLJJ. Peraturan Baru Untuk Konfigurasi Menara BTS Dapat Menunda Pendirian Menara BTS Baru Atau Merubah Penempatan Menara Yang Ada Dan Mengurangi Posisi Kepemimpinan Kami Dengan Mewajibkan Kami Membagi Menara Dengan Pesaing Kami Pada tanggal 17 Maret 2008 dan 30 Maret 2009, pemerintah mengeluarkan peraturan terkait pembangunan, utilisasi dan pembagian menara BTS. Menyusul regulasi berdasarkan peraturan tersebut, pembangunan menara BTS memerlukan izin dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah memiliki hak untuk menentukan penempatan menara, lokasi dimana menara dapat dibangun, dan juga untuk menentukan biaya lisensi untuk membangun infrastruktur menara. Peraturan tersebut juga mewajibkan kami untuk membiarkan operator lain dapat meminjam ruang dan menggunakan menara telekomunikasi kami tanpa ada diskriminasi. Peraturan ini juga dapat berdampak negatif terhadap alokasi pembangunan atau rencana ekspansi dari menara BTS kami karena pengembangan menara baru kami akan lebih rumit. Peraturan ini juga berdampak buruk bagi menara BTS kami yang telah ada jika pemerintah membuat perubahan regulasi terhadap penempatan menara yang telah ada. Di sisi lain, persyaratan untuk membagi ruang dalam menara seluler kami (Telkomsel) dan menara telepon nirkabel tidak bergerak (TELKOMFlexi) juga akan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

merugikan kami sebagai pemimpin pasar dan mengizinkan pesaing kami untuk berkembang cepat, terutama di daerah perkotaan, dimana tempat ruang baru bagi menara tambahan akan sulit untuk didapatkan.

Risiko Kompetisi Terkait Dengan Telekomunikasi Tidak Bergerak Kami Kami dapat kehilangan pelanggan sambungan telepon kabel dan pendapatan yang diperoleh dari layanan suara kabel mungkin dapat terus menurun, sehingga dapat berpengaruh negatif secara material terhadap hasil operasional, kondisi keuangan dan prospek usaha kami Kami terus kehilangan pelanggan telepon kabel dan pendapatan dari layanan suara kabel yang kian menurun selama beberapa tahun terakhir akibat meningkatnya popularitas layanan suara bergerak dan komunikasi alternatif lainnya seperti VoIP. Tarif untuk layanan bergerak telah makin menurun dalam beberapa tahun ini, yang lebih lanjut mempercepat penggantian layanan suara kabel oleh layanan bergerak. Jumlah pelanggan kabel tidak bergerak menurun 2,9% pada akhir tahun 2009 dibandingkan dengan akhir tahun 2008 dan mengalami penurunan sebesar 0,9% pada akhir tahun 2010. Pendapatan dari layanan suara kabel juga turun 14,5% di tahun 2009 dibandingkan dengan tahun 2008 dan penurunan sebesar 9,4% pada tahun 2010. Persentase pendapatan berasal dari layanan suara kabel kami dari total pendapatan operational terus menurun dari 26,0% pada 2008 menjadi 21,1% pada 2009 dan 18,9% pada 2010. Kami telah mengambil berbagai langkah untuk menanggulangi dampak penurunan pelanggan telepon kabel dan menstabilisasi pendapatan kami dari layanan suara kabel. Namun, kami tidak dapat meyakinkan Anda bahwa kami akan berhasil dalam menanggulangi dampak negatif dari pergeseran layanan suara kabel oleh layanan suara bergerak dan komunikasi alternatif lainnya atau memperlambat penurunan pendapatan yang berasal dari layanan suara kabel. Migrasi dari layanan suara kabel ke layanan bergerak dan komunikasi alternatif lainnya yang mungkin kian berkembang di masa depan, sehingga akan mempengaruhi kinerja keuangan layanan suara kabel kami dan berdampak negatif secara material bagi hasil operasional, kondisi keuangan dan prospek menyeluruh dari usaha kami. Layanan telepon nirkabel tidak bergerak kami mengalami persaingan ketat Bisnis telepon nirkabel tidak bergerak kami menghadapi persaingan dengan meningkatnya jumlah operator, termasuk Indosat dan Bakrie Telecom, dan dari layanan seluler, SMS, VoIP, dan surat elektronik. Selain itu, saat ini tidak ada bandwidth frekuensi baru yang disediakan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

pemerintah untuk ekspansi bisnis telepon nirkabel tidak bergerak kami, dan di area padat penduduk, operasi telepon nirkabel tidak bergerak kami telah memanfaatkan seluruh bandwidth frekuensi yang ada. Persaingan di pasar telepon seluler dan nirkabel tidak bergerak tetap ketat, di mana tiap operator meluncurkan paket penawaran yang menarik dan kreatif. Menurunnya tarif rata-rata akibat tingginya persaingan di pasar seluler telah berdampak pada turunnya ARPU TELKOMFlexi, yang diikuti penurunan ARPU bulanan dari Rp38.000 pada tahun 2008, Rp22.000 pada tahun 2009, dan Rp15.000 pada tahun 2010. Kami telah mengambil langkah beragam untuk menanggulangi dampak kompetisi ketat dalam bisnis kabel tidak bergerak dan keterbatasan kapasitas bandwidth. Namun, kami tidak dapat meyakinkan Anda bahwa kami akan berhasil dalam mengatasi dampak negatif. Kompetisi mungkin akan berkembang lebih lanjut di masa depan, yang dapat berdampak pada kinerja keuangan dari layanan nirkabel tidak bergerak kami dan berdampak negatif terhadap hasil operasional, kondisi keuangan dan prospek usaha secara menyeluruh. Layanan Data Dan Internet Kami Menghadapi Peningkatan Persaingan, Dan Kami Dapat Mengalami Penurunan Marjin Dari Layanan Tersebut Akibat Tingginya Persaingan Layanan Data dan Internet kami mengalami peningkatan kompetisi dari operator data dan internet serta operator bergerak. Operator akses broadband nirkabel yang telah memiliki lisensi pada tahun 2009 dengan teknologi Wi-Max memulai bisnis tersebut di kuartal keempat tahun 2010 (contohnya First Media). Operator lainnya memperkirakan untuk mengoperasikan bisnisnya pada tahun 2011 dan akan berdampak negatif bagi layanan Speedy Broadband kami. Kepopuleran BlackBerry dan layanan telah meningkatkan jumlah pelanggan mobile broadband. Layanan ini juga memberikan dampak negatif bagi layanan data dan internet sebagai pilihan alternatif atau pergantian produk bagi konsumen kami. Kami telah mengambil bermacam langkah untuk menanggulangi kompetisi ketat dalam bisnis data dan internet. Kami tidak dapat memberikan jaminan kepada Anda bahwa kami akan sukses dalam mengatasi dampak negatif. Kompetisi akan lebih intensif di masa depan, yang akan berdampak negatif bagi hasil operasi, kondisi dan prospek usaha secara keseluruhan.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

145

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

Risiko Terkait Dengan Bisnis Seluler Kami (Telkomsel) Persaingan antar operator yang ada dan pemain baru di industri ini dapat berdampak negatif pada bisnis seluler kami Bisnis seluler di Indonesia sangat kompetitif. Persaingan antar penyedia layanan seluler di Indonesia terjadi dalam berbagai faktor, termasuk harga, kualitas jaringan dan jangkauan, ragam layanan, fitur yang ditawarkan serta layanan konsumen. Bisnis seluler kami yang dioperasikan oleh anak Perusahaan dengan kepemilikan mayoritas, Telkomsel, terutama bersaing dengan Indosat dan XL. Beberapa operator GSM dan CDMA juga menyediakan layanan seluler di Indonesia, termasuk Hutchison, Natrindo, Smart Telecom dan Bakrie Telecom. Selain penyedia layanan seluler, Menkominfo dapat menerbitkan lisensi bagi pemain seluler baru di masa depan, dan pemain baru yang akan masuk tersebut akan bersaing dengan kami. Kami meyakini bahwa persaingan bisnis layanan seluler akan terus meningkat. Adanya penyedia layanan seluler baru maupun yang ada saat ini akan menciptakan produk dan paket layanan yang lebih menarik, teknologi yang lebih canggih atau konvergensi dari beragam layanan telekomunikasi, sehingga berdampak pada tingginya tingkat pemutusan layanan, ARPU yang rendah atau penurunan, atau perlambatan pertumbuhan pada basis pelanggan seluler kami.

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

untuk menggunakan logo yang sama yaitu “smartfren.” Penyedia layanan seluler lainnya dapat juga melakukan konsolidasi yang sama di masa depan. Persaingan antar pemain berteknologi baru, masuknya pemain baru, pemain yang sudah ada, dan konsolidasi antar penyedia layanan dapat berdampak negatif pada posisi kami, bisnis layanan seluler, kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek usaha kami.

Kami menghadapi risiko pasar yang muncul akibat perubahan nilai tukar, suku bunga, dan harga saham.

Situasi bisnis seluler yang kompetitif ini dapat terkena dampak konsolidasi industri. Pada bulan Maret 2010, Smart Telecom dan Mobile-8 mengumumkan kerja sama mereka

146

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

pengungkapan KUANTITATIF DAN KUALITATIF atas RISIKO PASAR Umum

Kami menghadapi risiko pasar yang muncul akibat perubahan nilai tukar, suku bunga, dan harga saham, yang tentunya akan berdampak pada kami. Kami tidak secara umum melakukan lindung nilai atas kewajiban jangka panjang kami dalam mata uang asing tapi pada kewajiban kami pada tahun berjalan. Sejak tanggal 31 Desember 2010, deposito berjangka kami dalam mata uang asing mencapai 21,9% terhadap kewajiban lancar dalam mata uang asing. Potensi terhadap risiko suku bunga dikelola melalui kombinasi kewajiban dan aset tetap dan tidak tetap, termasuk aset dengan suku bunga tetap jangka pendek. Potensi risiko pasar itu berfluktuasi/berubahubah selama tahun 2008, 2009 dan 2010 seiring dengan ekonomi Indonesia yang terpengaruh oleh perubahan pada nilai tukar Dolar AS terhadap Rupiah dan suku bunga itu sendiri. Kami tidak dapat memperkirakan apakah kondisi itu akan berlanjut di 2011 atau seterusnya.

Risiko Nilai Tukar Potensi risiko terhadap fluktuasi nilai tukar terutama yang berasal dari kewajiban hutang dan piutang serta hutang jangka panjang yang tergambar melalui penarikan terjadwal dalam program pinjaman pemerintah. Kewajiban

Risiko Nilai Tukar

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

tersebut termasuk hutang dan piutang dalam denominasi mata uang Dolar AS, Yen Jepang, Euro, Dolar Singapura dan Poundsterling Inggris. Meningkatnya risiko nilai tukar mata uang asing terhadap kewajiban Perusahaan dan Anak Perusahaannya diharapkan dapat terkompensasi sebagian oleh deposito berjangka dan piutang dalam mata uang asing dengan memperhatikan kecenderungan perubahan pada nilai tukar di masa datang. Informasi mengenai instrumen dan transaksi yang sensitif terhadap nilai tukar mata uang asing, seperti kewajiban hutang dan deposito berjangka, piutang dan hutang dalam mata uang Dolar AS, Euro, Dolar Singapura, Poundsterling Inggris dan, Yen Jepang. Penjelasan lebih lanjut mengenai aset dan kewajiban kami dalam mata uang asing dapat ditemukan pada Catatan 49 di Laporan Keuangan Konsolidasian. Informasi yang disajikan dalam tabel berikut didasarkan pada asumsi kurs jual dan beli Dolar AS dan mata uang lainnya, yang dikutip dari Reuters pada tanggal 31 Desember 2010 untuk aset dan kewajiban moneter. Kurs beli dan jual posisi per 31 Desember 2010 masing-masing sebesar Rp9.005 dan Rp9.015 terhadap US$1. Namun kami yakin asumsi ini dan informasi yang digambarkan dalam tabel berikut mungkin dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk fluktuasi atau depresiasi Rupiah di masa depan.

Saldo per 31 Desember 2010

Jatuh Tempo

Mata Uang Setara Rp Asing (Dalam (Dalam Jutaan) Jutaan Rp) ASET Kas dan Setara Kas Dolar AS Euro Dolar Singapura Yen Jepang Ringgit Malaysia Dolar Hongkong Investasi sementara Dolar AS Piutang usaha Piutang usaha yang mempunyai hubungan istimewa Dolar AS Pihak Ketiga Dolar AS Euro Piutang lain-lain Dolar AS Pound Sterling Inggris Euro Aset lancar lainnya Dolar AS

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

2011

2012

Seterusnya

Nilai Wajar

2013 2014 2015 (Dalam Jutaan Rp)

138,07

1.242.392,0

1.242.392,0

-

-

-

-

-

1.242.392,0

12,54

150.121,0

150.121,0

-

-

-

-

-

150.121,0

2,82

19.799,0

19.799,0

-

-

-

-

-

19.799,0

0,39

43,0

43,0

-

-

-

-

-

43,0

0,03

100,0

100,0

-

-

-

-

-

100,0

2,00

2.317,0

2.317,0

8,84

79.566,0

79.566,0

-

-

-

-

-

79.566,0

3,16

28.434,0

28.434,0

-

-

-

-

-

28.434,0

79,19

712.758,0

712.758,0

-

-

-

-

-

712.758,0

0,12

1.408,0

1.408,0

0,48

4.331,0

4.331,0

-

-

-

-

-

4.331,0

0,01

121,0

121,0

-

-

-

-

-

121,0

-

43,0

43,0

-

-

-

-

-

43,0

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

2.317,0

1.408,0

-

-

Uang muka aset tak lancar lainnya Dolar AS Dolar Hongkong Rekening Escrow Dolar AS

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

2,73

24.577,0

24.577,0

0,27

311,0

311,0

-

-

-

4,61

41.552,0

41.552,0

24.577,0 311,0 -

-

-

-

-

-

41.552,0

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

147

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

KEWAJIBAN Piutang usaha yang mempunyai hubungan istimewa Dolar AS Pihak ketiga Dolar AS Euro

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

-

TINJAUAN BISNIS TELKOM

-

-

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

5,73

51.559,0

51.559,0

-

-

51.559,0

341,80

3.074.585,0

3.074.585,0

-

-

-

0,18

2.128,0

2.128,0

-

-

-

-

-

3.074.585,0

-

-

Dolar Singapura

0,24

1.645,0

1.645,0

-

-

-

2.128,0

-

-

1.645,0

Pound Sterling Inggris Dolar Australia Yen Jepang Franc Swiss Ringgit Malaysia Dolar Hongkong Hutang lain-lain Dolar AS Beban yang masih harus dibayar Dolar AS Yen Jepang Euro DolarSingapura Uang muka dari pelanggan dan pemasok Dolar AS Notes Dolar AS Hutang jangka panjang(1) Dolar AS Yen Jepang

0,04

613,0

613,0

-

-

-

0,05

453,0

453,0

-

-

0,73

81,0

81,0

-

-

-

-

-

-

15,0

15,0

-

-

-

-

-

15,0

0,56

1.624,0

1.624,0

-

-

-

-

-

1.624,0

0,01

17,0

17,0

-

-

-

-

-

17,0

0,07

588,0

588,0

-

-

-

-

-

588,0 357.343,0

613,0 453,0 81,0

39,72

357.343,0

357.343,0

-

-

-

-

-

38,35

4.250,0

4.250,0

-

-

-

-

-

0,85

10.136,0

10.136,0

10.136,0

1,38

9.657,0

9.657,0

9.657,0

0,90

8.114,0

8.114,0

30,54

275.348,0

316,95

2.854.261,7

10.750,57

1.191.377,8

-

4.250,0

-

-

-

-

8.114,0

113.169,0 124.548,5 37.630,5

-

-

-

275.584,0

697.352,0

420.109,1 420.109,1 420.109,1 366.107,7

530.474,6

2.983.706,3

85.098,4

85.098,4 85.098,4 85.098,4 85.098,4

765.885,8

1.225.660,0

(1) Hutang jangka panjang dalam tabel terdiri dari pinjaman dalam mata uang asing, pinjaman penerusan (two step loans), kewajiban penggabungan usaha, pinjaman bank jangka panjang, obligasi dan wesel yang masing-masing termasuk kewajiban yang jatuh tempo dalam satu tahun.

Risiko Suku Bunga Potensi risiko terhadap fluktuasi suku bunga terutama berasal dari perubahan suku bunga mengambang yang diterapkan atas hutang jangka panjang kami. Risiko ini berdampak pada pinjaman di bawah program pinjaman Pemerintah yang digunakan untuk mendanai belanja modal kami. Suku bunga yang dikenakan merujuk pada bunga untuk porsi Rupiah berdasarkan rata-rata suku bunga untuk enam bulan yang berlaku untuk Sertifikat Bank Indonesia yang bertenor tiga bulan plus 1% atau berdasarkan suku bunga mengambang yang ditawarkan bank plus 5,25% dan porsi non-Rupiah berdasarkan suku bunga mengambang yang dikenakan bank plus 0,5%. Aliran dana aktual dari instrumen hutang itu dalam denominasi Rupiah, Dolar AS, Euro dan Yen Jepang, seperti yang disajikan dalam tabel. Informasi yang disampaikan dalam tabel telah dihitung berdasarkan asumsi berikut: (i) suku bunga tetap untuk deposito berjangka Rupiah berdasarkan suku bunga rata-rata yang berlaku untuk

148

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

penempatan berjangka tiga bulan efektif sejak tanggal 31 Desember 2010 yang dikenakan oleh bank tempat deposito itu ditempatkan; (ii) suku bunga variabel untuk kewajiban jangka panjang dalam Rupiah terhitung sejak tanggal 31 Desember 2010 dan berdasarkan ketentuan suku bunga dalam kontrak yang dihitung dari suku bunga deposito tabungan rata-rata 3 bulan untuk masa enam bulan yang berlaku untuk sertifikat Bank Indonesia bertenor tiga bulan atau berdasarkan suku bunga rata-rata yang dikenakan bank; (iii) suku bunga tetap atas deposito dalam Dolar AS berdasarkan suku bunga rata-rata yang berlaku untuk penempatan tiga bulan yang dikenakan lembaga pemberi pinjaman manapun tempat deposito itu ditempatkan per 31 Desember 2010; dan (iv) nilai efek yang dapat dijual dihitung berdasarkan nilai efek itu per 31 Desember 2010. Namun, asumsi ini dapat berubah di masa depan. Asumsi ini berbeda dengan suku bunga yang digunakan dalam perhitungan laporan keuangan konsolidasi kami; karenanya, jumlah yang tertera di tabel dapat berbeda dengan jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan konsolidasi kami.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Risiko Suku Bunga Saldo per 31 Desember 2010 Mata Uang Asal Setara Rp (Dalam Jutaan) (Dalam Jutaan Rp)

Jatuh Tempo

Suku Bunga (%)

2011 

2012

2013

2014

Seterusnya

2015

Nilai Wajar

ASET Suku Bunga Tetap Kas dan Setara Kas Deposito Berjangka Rupiah Pokok Pinjaman Bunga Dolar AS Pokok Pinjaman Bunga Euro Pokok Pinjaman Bunga Dolar Hongkong Pokok Pinjaman Bunga Investasi Sementara Tersedia untuk Dijual Rupiah

6.853.796,90 -

6.853.797 -

-

6.853.797 -

-

-

-

-

-

6.853.797 -

110,63 -

995.299 -

-

995.299 -

-

-

-

-

-

995.299 -

9,60 -

114.777 -

-

114.777 -

-

-

-

-

-

114.777 -

2.00 -

2.317 -

-

2.317 -

-

-

-

-

-

2.317 -

290.867,00

290.867

-

290.867

-

-

-

-

-

290.867

8,84

79.566

-

79.566

-

-

-

-

-

79.566

55.831,00

55.831

6-15,3

55.831

-

-

-

-

-

55.831

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

13.964.029,80 1.3964.030 2.267.896,32 2.267.896

9,0-14,0

4.160.712 3.338.703 648.959 808.293

3.238.470 444.011

2.117.134 195.555

632.868 73.487

476.143 97.591

14.038.154 -

Dolar AS KEWAJIBAN Hutang jangka pendek Suku Bunga Variable Rupiah Pokok Pinjaman Bunga Suku Bunga Tetap Rupiah Pokok Pinjaman Bunga Hutang jangka panjang(1) Suku Bunga Variable Rupiah Pokok Pinjaman Bunga Dolar AS Pokok Pinjaman Bunga Suku Bunga Tetap Rupiah Pokok Pinjaman Bunga Dolar AS Pokok Pinjaman Bunga Yen Jepang Pokok Pinjaman Bunga Capital Lease Rupiah Pokok Pinjaman Bunga Dolar AS Pokok Pinjaman Bunga

172,22 8,31

1.549.492 74.944

1,14-6,67

472.744 19.150

320.426 24.249

179.522 12.783

141.891 9.175

141.891 6.030

293.017 3.557

1.574.829 -

3.067.443,36 2.449.608,82

3.067.443 2.449.609

9,6-10,2

49.243 304.517

10.400 302.420

7.800 300.275

299.970

1.005.000 275.850

1.995.000 966.577

3.207.818 -

175,28 30,09

1.580.119 271.269

4-6,67

337.777 76.513

224.231 63.147

278.218 48.589

278.218 33.695

224.217 18.439

237.458 30.886

1.684.461 -

10.750,57 2.377,47

1.191.378 263.471

3,1

85.099 35.243

85.098 32.540

85.098 29.887

85.098 27.249

85.098 25.716

765.887 112.836

1.225.660 -

589.655,43 201.714,25

589.655 201.714

8,5-26

186.873 87.428

147.573 50.886

110.671 29.423

83.732 14.642

15.811 7.855

44.995 11.480

589.655 201.714

1,92 0,12

17.274 1.091

4,5-8,3

11.189 767

4.648 277

1.437 47

-

-

-

17.274 1.091

(1) Hutang jangka panjang terdiri dari pinjaman yang dikenakan bunga; yaitu pinjaman penerusan (two step loans), wesel bayar dan obligasi, nilai perolehan penggabungan usaha yang ditangguhkan dan hutang bank jangka panjang, masing-masing termasuk kewajiban yang jatuh tempo.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

149

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

Risiko Harga Saham Investasi jangka panjang kami terutama terdiri dari kepemilikan saham minoritas di Perusahaan swasta Indonesia. Kinerja keuangan Perusahaan ini dapat dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi dan sosial, seperti kegiatan ekonomi, fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap mata uang lainnya, inflasi dan suku bunga.

RANGKUMAN PERBEDAAN SIGNIFIKAN ANTARA PRAKTIK TATA KELOLA PERUSAHAAN INDONESIA DAN STANDAR TATA KELOLA PERUSAHAAN berdasarkan NYSE Berikut ini diuraikan secara ringkas rangkuman umum mengenai perbedaan signifikan antara praktik tata kelola Perusahaan di Indonesia dan yang disyaratkan oleh standar pencatatan New York Stock Exchange (“NYSE”) untuk Perusahaan Amerika yang tercatat di NYSE.

Tinjauan Hukum Indonesia Perusahaan publik Indonesia diwajibkan untuk mematuhi dan memenuhi praktik tata kelola Perusahaan yang telah berlaku. Persyaratan dan standar praktik tata kelola Perusahaan untuk Perusahaan publik diatur oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas (“UUPT”) No.40

150

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

tahun 2007; Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal (“UUPM”); Undang-Undang No.19 tahun 2003 mengenai Badan Usaha Milik Negara; Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No.KEP-117/M. MBU/2002 mengenai Pelaksanaan Praktik Tata Kelola Perusahaan; Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal Indonesia Lembaga Keuangan (Peraturan Bapepam-LK); dan peraturan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia (“BEI”). Selain persyaratan berdasarkan undang-undang tersebut, Anggaran Dasar Perusahaan publik umumnya menyertakan ketentuan-ketentuan yang mengatur praktik tata kelola Perusahaan. Seperti halnya undang-undang Amerika Serikat, undangundang Indonesia mengharuskan Perusahaan publik mematuhi dan memenuhi standar praktik tata kelola Perusahaan yang lebih ketat dari yang diterapkan pada Perusahaan milik swasta. Perlu diperhatikan bahwa di Indonesia, istilah “Perusahaan publik” belum tentu merujuk pada Perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek. Sesuai UUPM, Perusahaan yang tidak tercatat dapat dianggap Perusahaan publik dan tunduk pada undangundang dan peraturan yang mengatur Perusahaan publik, apabila Perusahaan tersebut memenuhi atau melampaui persyaratan modal dan persyaratan pemegang saham yang berlaku untuk Perusahaan terbuka.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Pada tanggal 30 November 2004, Pemerintah membentuk Komite Nasional Kebijakan Governance (“KNKG”) berdasarkan peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.KEP-49/M.EKONOM/1/2004, yang dibentuk untuk merevitalisasi Komite Nasional Tata Kelola Perusahaan (“KNTKP”) yang didirikan pada tahun 1999. Tujuan dari KNKG adalah meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan tata kelola Perusahaan di Indonesia dan untuk memberi saran kepada Pemerintah tentang hal-hal yang terkait dengan tata kelola, baik di sektor korporasi dan publik. KNKG merumuskan Kode Tata Kelola Perusahaan 2006 (”Kode”) yang merekomendasikan standar tata kelola Perusahaan yang lebih ketat untuk PerusahaanPerusahaan Indonesia, seperti pembentukan Komite Audit Independen, Komite Nominasi dan Remunerasi oleh Dewan Komisaris, serta peningkatan lingkup kewajiban pengungkapan Perusahaan-Perusahaan Indonesia. Meskipun KNKG merekomendasikan agar Kode diterapkan oleh Pemerintah sebagai dasar reformasi hukum, namun sampai dengan tanggal laporan tahunan ini, Pemerintah belum menerbitkan peraturan yang sepenuhnya melaksanakan ketentuanketentuan tersebut.

Komposisi Direksi dan Komisaris Independen Standar pencatatan NYSE mensyaratkan bahwa Direksi Perusahaan publik yang tercatat di Amerika Serikat harus terdiri dari mayoritas Direktur Independen dan bahwa komite tertentu harus terdiri dari para Direktur Independen. Seorang Direktur memenuhi syarat sebagai independen hanya apabila dewan dengan tegas memutuskan bahwa Direktur tidak memiliki hubungan material dengan Perusahaan, baik secara langsung atau tidak langsung. Tidak seperti halnya Perusahaan yang didirikan di Amerika Serikat, manajemen Perusahaan Indonesia terdiri dari dua lembaga dengan status yang sama, yaitu Dewan Komisaris dan Direksi. Pada umumnya Direksi bertanggung jawab atas kegiatan bisnis rutin Perusahaan dan diberi wewenang untuk bertindak untuk dan atas nama Perusahaan, sementara Dewan Komisaris memiliki wewenang dan tanggung jawab mengawasi Direksi dan berdasarkan UUPT Indonesia diberi mandat untuk memberikan saran kepada Direksi. UUPT mengharuskan Dewan Komisaris Perusahaan publik memiliki setidaknya dua anggota. Meskipun UUPT tidak mengatur mengenai komposisi Dewan Komisaris, namun Peraturan Pencatatan No.1A yang dikeluarkan oleh

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

BEI menyatakan bahwa sekurang-kurangnya 30% dari anggota Dewan Komisaris Perusahaan publik (seperti TELKOM) harus independen. Mengenai Direksi, dalam UUPT diatur bahwa Direksi memiliki wewenang untuk mengelola operasi rutin Perusahaan dan setidaknya dua anggota, yang masingmasing harus memenuhi persyaratan kualifikasi minimum yang ditetapkan dalam UUPT. Menurut Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No.KEP-117/M.MBU/2002 menyatakan sekurang-kurangnya 20% anggota Direksi harus merupakan anggota yang tidak terafiliasi. Dengan adanya perbedaan antara peran anggota Direksi di Perusahaan Indonesia dan mitranya di Perusahaan Amerika Serikat, undang-undang Indonesia tidak mengharuskan independensi anggota Direksi tertentu juga tidak mengharuskan dibentuknya komite tertentu yang sepenuhnya beranggotakan Direktur Independen.

Komite-Komite Standar pencatatan NYSE mensyaratkan bahwa Perusahaan yang tercatat di Amerika Serikat harus memiliki Komite Audit, Komite Tata Kelola Perusahaan dan Komite Kompensasi. Masing-masing komite tersebut harus terdiri atas Direktur Independen dan mendapatkan pengakuan tertulis yang membahas hal-hal spesifik yang terdapat pada standar pencatatan. UUPT tidak mengharuskan Perusahaan publik Indonesia membentuk setiap komite yang ditetapkan dalam standar pencatatan NYSE. Namun, Peraturan Bapepam-LK No.IX.I.5 dan Peraturan Pencatatan No.1A yang dikeluarkan oleh BEI mengharuskan Dewan Komisaris Perusahaan terbuka (seperti TELKOM) membentuk komite yang akan mengawasi proses audit Perusahaan (komite ini harus diketuai oleh anggota Dewan Komisaris Independen). TELKOM memiliki Komite Audit yang terdiri dari enam anggota: dua Komisaris Independen dan empat anggota yang tidak berafiliasi dengan TELKOM. Peraturan pencatatan NYSE yang diterapkan sesuai Peraturan 10A-3 berdasarkan Exchange Act mengharuskan emiten swasta asing dengan saham yang tercatat di NYSE memiliki Komite Audit yang terdiri dari para Direktur Independen. Namun, sesuai Peraturan tersebut, emiten swasta asing dikecualikan dari persyaratan independensi apabila (i) pemerintah atau bursa efek negara asal mengharuskan Perusahaan memiliki Komite Audit; (ii) Komite Audit terpisah dari Direksi dan memiliki anggota dari dalam maupun dari luar Direksi; (iii) anggota Komite Audit tidak dipilih oleh manajemen dan tidak ada pejabat eksekutif Perusahaan yang menjadi anggota Komite Audit; (iv) pemerintah atau

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

151

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

bursa efek negara asal memiliki persyaratan untuk Komite Audit yang independen dari manajemen Perusahaan; dan (v) Komite Audit bertanggung jawab atas penunjukan, retensi dan pengawasan pekerjaan auditor eksternal. TELKOM dikecualikan dari hal ini sebagaimana ditetapkan dalam Seksi 303A Penegasan Tertulis Tahunan yang diajukan ke NYSE. Standar pencatatan NYSE dan perjanjian Komite Audit TELKOM bersama-sama bertujuan untuk menetapkan sistem pengawasan akuntansi Perusahaan yang independen dari manajemen dan memastikan independensi auditor. Namun, tidak seperti persyaratan yang ditetapkan dalam standar pencatatan NYSE, Komite Audit TELKOM tidak memiliki tanggung jawab langsung atas penunjukan, kompensasi dan retensi auditor eksternal TELKOM. Komite Audit TELKOM hanya dapat merekomendasikan penunjukan auditor eksternal kepada Dewan Komisaris dan keputusan Dewan Komisaris harus mendapat persetujuan dari pemegang saham. Dewan Komisaris TELKOM memiliki Komite Nominasi dan Remunerasi, Komite tersebut diberi tugas untuk merumuskan kriteria pemilihan dan prosedur pencalonan untuk Dewan Komisaris dan Direksi serta sistem remunerasi untuk Dewan Komisaris dan Direksi.

Keterbukaan Berkenaan Dengan Tata Kelola Perusahaan Standar pencatatan NYSE mengharuskan Perusahaan Amerika Serikat untuk mengambil dan menempatkan pada website mereka, pedoman pelaksanaan tata kelola Perusahaan. Pedoman tersebut, antara lain, harus mencantumkan: standar kualifikasi Direktur, tanggung jawab Direktur, hubungan Direktur dengan manajemen dan penasihat independen, kompensasi Direktur, orientasi dan pendidikan yang berkelanjutan bagi Direktur, suksesi manajemen serta evaluasi kinerja tahunan. Selain itu, CEO Perusahaan Amerika Serikat harus menyatakan kepada NYSE setiap tahunnya bahwa ia tidak menemukan adanya pelanggaran apapun oleh Perusahaan terhadap standar pencatatan tata kelola Perusahaan NYSE. Sertifikasi harus diungkapkan dalam

152

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

laporan tahunan Perusahaan kepada para pemegang saham. Tidak ada persyaratan pengungkapan dalam undang-undang yang berlaku di Indonesia yang mirip dengan standar pencatatan NYSE yang diuraikan di atas. Namun, UUPM pada umumnya mengharuskan Perusahaan publik Indonesia mengungkapkan jenis informasi tertentu kepada para pemegang saham dan Bapepam-LK, khususnya informasi yang berkenaan dengan perubahan kepemilikan saham Perusahaan publik dan fakta material yang bisa mempengaruhi keputusan para pemegang saham dalam mempertahankan kepemilikan sahamnya di Perusahaan publik tersebut.

Kode Etik dan Perilaku Bisnis Standar pencatatan NYSE mengharuskan setiap Perusahaan yang tercatat di Amerika Serikat untuk mengambil dan menempatkan di website Perusahaannya, kode etik dan perilaku bisnis bagi Direksi, pejabat dan karyawannya. Tidak ada persyaratan serupa berdasarkan undang-undang yang berlaku di Indonesia. Namun, Perusahaan diharuskan menyampaikan laporan berkala ke SEC, termasuk TELKOM, harus mengungkapkan dalam laporan tahunan tentang penerapan peraturan etika untuk pejabat keuangan senior Perusahaan. Meskipun persyaratan mengenai isi peraturan etika sesuai peraturan SEC tidak identik dengan yang ditetapkan dalam standar pencatatan NYSE, namun terdapat kemiripan yang signifikan. Berdasarkan peraturan SEC, kode etika harus dirancang untuk mendorong: (a) perbuatan yang jujur dan etis, termasuk penanganan benturan kepentingan antara hubungan pribadi dan profesional; (b) pengungkapan yang lengkap, wajar, tepat dan tepat waktu dalam laporan dan dokumen yang diajukan kepada atau diserahkan kepada SEC; (c) kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku; (d) mempercepat pelaporan internal mengenai pelanggaran terhadap peraturan; dan (e) pertanggungjawaban atas kepatuhan terhadap peraturan. Selanjutnya, para pemegang saham harus diberikan akses ke salinan fisik atau elektronik dari kode tersebut. Lihat “Tata Kelola Perusahaan - Budaya Korporasi Dan Etika Bisnis - Kode Etik”.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

PENGENDALIAN NILAI TUKAR Informasi Nilai Tukar

Tabel berikut memuat nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS berdasarkan nilai tukar tengah pada akhir setiap bulan untuk jangka waktu yang bersangkutan. Nilai tukar tengah Rupiah dihitung berdasarkan kurs jual dan beli Bank Indonesia.

Informasi Nilai Tukar Tahun

Pada Akhir Periode

Rata-rata(1)

Tertinggi(2)

Terendah(2)

(Rp Per US$1) 2006 

9.020

9.167

9.795

8.720

Kuartal Pertama

9.075

9.304

9.795

9.030

Kuartal Kedua

9.300

9.107

9.520

8.720

Kuartal Ketiga

9.235

9.121

9.245

9.030

Kuartal Keempat

9.020

9.134

9.228

9.020

9.419

9.136

9.479

8.672

9.118

9.099

9.225

8.950

2007  Kuartal Pertama

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

masing – masing sebesar Rp10.850 dan Rp10.950 per Dolar AS untuk posisi 31 Desember 2008, Rp9.420 dan Rp9.430 per Dolar AS posisi 31 Desember 2009, Rp9.005 dan Rp9.015 per Dolar AS posisi 31 Desember 2010. Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasi dinyatakan dalam Rupiah. Pencantuman konversi Rupiah ke dalam Dolar AS semata-mata demi kemudahan bagi pembaca dan menggunakan kurs ratarata beli dan jual Rp9.010 per Dolar AS seperti yang dipublikasikan oleh Reuters pada tanggal 31 Desember 2010. Pada tanggal 31 Maret 2011, kurs beli dan jual Dolar AS berdasarkan Reuters masing-masing sebesar Rp8.715 dan Rp8.716 per Dolar AS.

Kuartal Kedua

9.054

8.973

9.120

8.672

Kuartal Ketiga

9.137

9.246

9.479

8.990

Valuta Asing

Kuartal Keempat

9.419

9.234

9.434

9.045

10.950

9.680

12.400

9.051 9.051

Kontrol Valuta Asing di Indonesia dihapuskan pada tahun 1971. Indonesia menerapkan sistem nilai tukar mata uang asing liberal yang memungkinkan aliran bebas valuta asing. Transaksi modal termasuk pengiriman modal, laba, deviden dan bunga, bebas dari pengendalian nilai tukar. Namun demikian, beberapa peraturan mempunyai dampak terhadap sistem nilai tukar. Misalnya, hanya bank yang diberi wewenang untuk melakukan transaksi atas valuta asing dan melaksanakan transaksi pertukaran terkait dengan impor dan ekspor barang. Selain itu, bank-bank Indonesia (termasuk cabang bank asing di Indonesia) diharuskan melapor ke Bank Indonesia untuk setiap transfer dana yang melebihi US$10.000. Sebagai Perusahaan milik Negara dan berdasarkan ketetapan Ketua Tim Koordinasi Pinjaman Komersial Luar Negeri (“PKLN”), diharuskan mendapatkan persetujuan dari PKLN sebelum mendapatkan pinjaman komersial asing dan harus menyerahkan laporan berkala kepada PKLN selama jangka waktu pinjaman.

2008  Kuartal Pertama

9.217

9.260

9.486

Kuartal Kedua

9.225

9.264

9.376

9.179

Kuartal Ketiga

9.378

9.290

9.470

9.063

Kuartal Keempat

10.950

11.023

12.400

9.555

2009 

9.400

10.398

12.065

9.293 10.863

11.575

11.631

12.065

Kuartal Kedua

Kuartal Pertama

10.225

10.531

11.620

9.985

Kuartal Ketiga

9.681

10.002

10.255

9.580

9.400

9.471

9.685

9.293

8.991

9.085

9.413

8.888

9.115

9.261

9.413

9.070

Kuartal Keempat 2010  Kuartal Pertama Kuartal Kedua

9.083

9.118

9.373

9.001

Kuartal Ketiga

8.924

9.001

9.094

8.924

Kuartal Keempat

8.991

8.963

9.050

8.888 8.924

September

8.924

8.976

9.034

Oktober

8.928

8.928

8.947

8.913

November

9.013

8.938

9.033

8.888

Desember

8.991

9.023

9.050

8.978 8.976

2011  Januari

9.057

9.037

9.088

Pebruary

8.823

8.913

9.042

8.823

Maret

8.708

8.772

8.824

8.708

(1) Rata-rata dari nilai tukar tengah yang diumumkan oleh Bank Indonesia yang berlaku untuk jangka waktu yang bersangkutan. (2) Nilai atas dan bawah ditentukan berdasarkan nilai tukar tengah harian yang diumumkan oleh Bank Indonesia selama jangka waktu yang berlaku. Sumber: Bank Indonesia

Nilai tukar yang digunakan untuk translasi aset dan kewajiban moneter yang berdenominasi mata uang asing adalah nilai beli dan jual yang dipublikasikan oleh Reuters pada tahun 2008, 2009 dan 2010. Nilai beli dan jual yang dipublikasikan oleh Reuters untuk aset dan kewajiban moneter

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Bank Indonesia berwenang menerbitkan mata uang Rupiah dan bertanggung jawab untuk mempertahankan stabilitas Rupiah. Sebelum tanggal 14 Agustus 1997, Bank Indonesia mempertahankan stabilitas Rupiah melalui kebijakan batas atas dan bawah nilai tukar yang

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

153

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

merupakan dasar bagi Bank Indonesia untuk memasuki pasar valuta asing dan membeli atau menjual Rupiah, apabila diperlukan ketika perdagangan dalam Rupiah melampaui harga jual dan beli yang diumumkan oleh Bank Indonesia setiap harinya. Pada tanggal 14 Agustus 1997, Bank Indonesia mengakhiri kebijakan batas atas dan bawah nilai tukar yang secara efektif membebaskan Rupiah mengambang terhadap mata uang lain. Sejak tanggal itu, Rupiah mengalami depresiasi signifikan terhadap beberapa mata uang dunia.

berbisnis tetap atau menjalankan bisnis atau melakukan kegiatan melalui badan usaha tetap di Indonesia selama tahun pajak Indonesia tempat badan usaha bukan Indonesia tersebut menerima penghasilan sehubungan dengan kepemilikan atau pelepasan Saham Biasa atau ADS. Dalam menentukan kedudukan perorangan atau badan, yang dipertimbangkan adalah ketentuan-ketentuan dari perjanjian pajak berganda yang berlaku, Indonesia merupakan salah satu pihak yang berpartisipasi.

Selama 25 tahun terakhir, Rupiah telah mengalami devaluasi tiga kali terhadap Dolar AS. Depresiasi ini terjadi pada bulan November 1978, sewaktu nilai tukar disesuaikan kembali dari Rp415 menjadi Rp623 terhadap Dolar AS; pada bulan Maret 1983, sewaktu nilai tukar naik dari Rp703 menjadi Rp970 terhadap Dolar AS; dan pada bulan September 1986, nilai tukar bergerak turun dari Rp1.134 menjadi Rp1.644 terhadap Dolar AS. Pada saat terjadi devaluasi pada tahun 1986 dan 14 Agustus 1997, nilai Rupiah secara bertahap disesuaikan ke bawah terhadap Dolar AS sebesar kurang lebih 4% setiap tahunnya. Sejak kebijakan mengambang bebas diberlakukan pada bulan Agustus 1997, fluktuasi Rupiah terjadi secara signifikan. Selama tahun 2010, nilai tukar rata-rata Rupiah terhadap Dolar AS adalah sebesar Rp9.085 dengan nilai tertinggi dan terendah, masingmasing sebesar Rp9.413 dan Rp8.888.

Berikut ini adalah ikhtisar pajak penghasilan Indonesia dan Amerika Serikat yang berisi uraian mengenai konsekuensi pajak Indonesia dan US Federal terhadap pembelian, kepemilikan dan penjualan ADS atau Saham Biasa. Para investor harus berkonsultasi dengan penasihat pajak mereka mengenai konsekuensi pajak Indonesia dan US Federal terhadap pembelian, kepemilikan dan penjualan ADS atau Saham Biasa.

Dividen yang diumumkan oleh Perusahaan berasal dari laba ditahan dan dibagikan kepada pemegang saham bukan Warga Negara Indonesia terkait dengan Saham Biasa atau ADS terkena kewajiban pemotongan pajak penghasilan di Indonesia yang, pada tanggal laporan tahunan ini, dikenakan tarif sebesar 20% atas jumlah pembagian (dalam hal dividen tunai) atau atas bagian proporsional dari para pemegang saham dari nilai pembagian. Tarif yang lebih rendah yang ditetapkan berdasarkan perjanjian penghindaran pajak berganda dapat diberlakukan dengan ketentuan bahwa penerima adalah pemilik manfaat dari dividen dan telah menyerahkan kepada Perusahaan (dengan salinan yang ditembuskan kepada Kantor Pelayanan Pajak Indonesia tempat Perusahaan terdaftar) Surat Keterangan Domisili Pajak yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang atau pihak yang ditetapkannya, dari yurisdiksi tempat pemegang saham bukan Warga Negara Indonesia berkedudukan (Surat Keterangan Domisili). Indonesia telah mengadakan perjanjian penghindaran pajak berganda dengan sejumlah negara termasuk Australia, Belgia, Kanada, Perancis, Jerman, Jepang, Malaysia, Belanda, Singapura, Swedia, Swiss, Inggris dan AS. Berdasarkan perjanjian penghindaran pajak berganda antara AS-Indonesia, pengenaan potongan pajak penghasilan atas dividen, bagi pemegang saham yang tidak memiliki hak suara lebih dari 25% dikurangi menjadi 15%.

Perpajakan Indonesia

Capital Gains

Berikut ini adalah ikhtisar konsekuensi pajak Indonesia atas kepemilikan dan pelepasan Saham Biasa atau ADS kepada perorangan bukan Warga Negara Indonesia atau Perusahaan asing yang memiliki Saham Biasa atau ADS (Pemegang bukan Warga Negara Indonesia). Sebagaimana yang digunakan dalam kalimat sebelumnya, “perorangan bukan Warga Negara Indonesia ”adalah Warga Negara Asing yang secara fisik tidak berada di Indonesia selamalamanya 183 hari atau lebih selama jangka waktu dua belas bulan, selama jangka waktu tersebut perorangan bukan Warga Negara Indonesia menerima penghasilan sehubungan dengan kepemilikan atau pelepasan Saham Biasa atau ADS dan “Perusahaan asing” adalah badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan, berkedudukan atau terorganisasi berdasarkan hukum yurisdiksi selain Indonesia dan tidak memiliki tempat

Penjualan atau pengalihan Saham Biasa melalui BEI merupakan subyek pemotongan pajak penghasilan yang bersifat final dengan tarif 0,1% dari nilai transaksi. Pialang yang melakukan transaksi diwajibkan memotong pajak tersebut. Kepemilikan saham pihak pendiri atau penjualan atau pengalihan saham pihak pendiri melalui BEI, berdasarkan peraturan pajak Indonesia yang berlaku saat ini, dapat terkena tambahan pajak penghasilan yang bersifat final 0,5%.

PERPAJAKAN

154

TINJAUAN KINERJA SAHAM

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Dividen

Dengan diberlakukannya peraturan pelaksanaan, perkiraan penghasilan bersih yang diterima atau masih akan diterima dari penjualan aset bergerak di Indonesia, yang mencakup Saham Biasa yang tidak tercatat di Bursa Efek Indonesia atau ADS, oleh pemegang saham bukan Warga Negara Indonesia (kecuali penjualan aset berdasarkan Pasal 4 ayat

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

(2) Undang-undang Pajak Penghasilan Indonesia) dapat terkena pemotongan pajak penghasilan di Indonesia dengan tarif 20%. Pada 1999, Departemen Keuangan mengeluarkan keputusan yang menyatakan perkiraan penghasilan bersih untuk penjualan saham yang diterima oleh wajib pajak bukan penduduk di Perusahaan non-publik sebesar 25% dari harga jual, yang menghasilkan tarif pemotongan pajak penghasilan efektif sebesar 5% dari harga penjualan. Pajak ini merupakan pemotongan pajak penghasilan yang bersifat final dan kewajiban membayar terletak di pihak pembeli (apabila merupakan wajib pajak Indonesia) atau Perusahaan (apabila pembeli adalah wajib pajak bukan penduduk). Pembebasan dari pemotongan pajak penghasilan atas penghasilan dari penjualan saham di Perusahaan non-publik dapat diberikan kepada penjual saham yang bukan Warga Negara Indonesia tergantung ketentuan dari perjanjian penghindaran pajak berganda yang bersangkutan. Agar mendapat manfaat dari pembebasan berdasarkan perjanjian penghindaran pajak berganda yang bersangkutan, penjual bukan penduduk harus menyerahkan Surat Keterangan Domisili Pajak kepada pembeli atau Perusahaan dan kepada Kantor Pajak Indonesia yang memiliki yurisdiksi atas pembeli atau Perusahaan (apabila pembeli adalah wajib pajak bukan penduduk). Dalam hal pembeli atau pialang Indonesia, berdasarkan undang-undang pajak Indonesia, diharuskan memotong pajak atas pembayaran harga beli untuk Saham Biasa atau ADS, maka pembayaran tersebut dapat dibebaskan dari pemotongan pajak penghasilan Indonesia atau pajak penghasilan Indonesia lainnya berdasarkan perjanjian penghindaran pajak berganda yang berlaku, Indonesia merupakan salah satu pihak (termasuk perjanjian penghindaran pajak berganda AS-Indonesia). Namun, kecuali untuk penjualan atau pengalihan saham di Perusahaan non-publik, peraturan pajak saat ini di Indonesia tidak menetapkan prosedur khusus untuk meniadakan kewajiban pembeli atau pialang Indonesia untuk memotong pajak dari hasil penjualan tersebut. Agar dapat memperoleh manfaat dari perjanjian penghindaran pajak berganda, pemegang saham bukan warga negara Indonesia mungkin dapat meminta pengembalian dari Kantor Pajak Indonesia dengan mengajukan permohonan tertentu yang disertai dengan Surat Keterangan Domisili yang dikeluarkan oleh pihak perpajakan yang berwenang atau pihak yang ditunjuknya, dari yurisdiksi tempat Pemegang saham bukan Warga Negara Indonesia berkedudukan.

Meterai Sejumlah dokumen yang disiapkan dalam transaksi Saham Biasa di Indonesia, yang dokumennya akan digunakan sebagai bukti di Indonesia, diharuskan bermeterai Rp6.000. Pada Umumnya meterai terhutang pada saat dokumen ditandatangani.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Pertimbangan Tertentu Mengenai Pajak Penghasilan Federal Amerika Serikat Menurut persyaratan-persyaratan terkait praktik menurut Internal Revenue Service, saran pajak apapun dalam komunikasi ini (termasuk lampiran-lampiran apapun) tidak dimaksud untuk digunakan, dan tidak dapat dipakai untuk tujuan (i) menghindari denda yang dikenakan oleh U.S. Internal Revenue Code, atau (ii) mempromosikan, memasarkan atau merekomendasikan hal-hal terkait perpajakan kepada orang lain. Di bawah ini adalah ikhtisar beberapa konsekuensi pajak penghasilan AS yang berhubungan dengan akuisisi, kepemilikan dan pengalihan ADS atau Saham Biasa oleh pemegang saham warga Amerika (seperti keterangan di bawah) yang memegang ADS atau Saham Biasa mereka sebagai capital asset (umumnya, properti yang dimiliki sebagai investasi) di bawah seksi 1221. Internal Revenue Code (“Tax Code”) Ikhtisar ini berdasarkan hukum federal AS tentang pajak penghasilan yang berlaku, yang dapat diartikan secara berbeda atau dapat berubah, kemungkinan dengan dampak retroaktif. Ringkasan berikut tidak mendiskusikan semua aspek pajak penghasilan federal AS yang mungkin penting bagi investor tertentu dalam kaitan dengan situasi investasi individual, termasuk investor yang terkena aturan pajak khusus (misalnya institusi keuangan, Perusahaan asuransi, broker-dealers, kemitraan dan mitra mereka, serta organisasi yang mendapat keringanan pajak (termasuk yayasan pribadi) pemegang saham yang non-AS, investor yang akan memegang ADS atau Saham Biasa sebagai bagian dari straddle, lindung nilai, konversi, penjualan konstruktif atau transaksi terpadu lain untuk tujuan pajak penghasilan AS, atau para investor yang memiliki mata uang selain Dolar AS, mereka mungkin tunduk pada aturan pajak yang sangat berbeda dengan apa yang diringkas di bawah ini. Di samping itu, ringkasan berikut tidak membahas konsekuensi perpajakan non-AS tingkat negara bagian, lokal atau negara. Tiap pemegang saham diminta untuk berkonsultasi dengan penasehat pajak mereka berkenaan dengan konsekuensi pajak penghasilan dan pajak lainnya baik perpajakan lokal, negara bagian, federal di AS maupun non-AS berkaitan dengan investasi mereka pada ADS atau Saham Biasa. Untuk keperluan rangkuman berikut, seorang pemegang saham AS adalah pemilik ADS atau Saham Biasa yang untuk keperluan pajak federal AS, (i) seorang warga negara atau penduduk AS, (ii) sebuah Perusahaan atau entitas lain yang diperlakukan sebagai Perusahaan untuk keperluan pajak penghasilan federal AS, didirikan atau dijalankan di bawah hukum AS atau salah satu negara bagian atau sub divisi politik, (iii) suatu badan hukum yang

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

155

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

didirikan dan dibentuk berdasarkan lain yurisdiksi apabila diberlakukan seperti badan hukum AS sesuai Tax Code, (iv) suatu estate yang penghasilannya tercakup dalam pendapatan kotor untuk keperluan pajak penghasilan AS tanpa memperdulikan dari mana sumbernya atau (v) suatu perserikatan (A) yang administrasinya tunduk pada pengawasan utama pengadilan AS dan yang mempunyai satu atau lebih orang AS yang mempunyai wewenang untuk mengendalikan semua keputusan penting perserikatan tersebut atau (B) yang sebaliknya dipilih untuk diperlakukan sebagai orang AS dibawah peraturan pajak. Jika suatu kemitraan adalah pemilik ADS atau Saham Biasa, perlakuan pajak dari kemitraan secara umum akan tergantung pada status kemitraan dan kegiatannya. Untuk keperluan pajak penghasilan di federal AS, orang AS pemegang ADS akan diperlakukan sebagai pemilik bersangkutan Saham Biasa yang diwakili oleh ADS.

Perihal Klasifikasi Ambang PFIC Suatu Perusahaan non AS seperti TELKOM akan diperlakukan sebagai Perusahaan investasi asing pasif (suatu “PFIC”), untuk keperluan pajak penghasilan federal AS, jika 75% atau lebih dari pendapatan kotornya terdiri dari tipe tertentu penghasilan pasif atau 50% atau lebih asetnya adalah pasif. Berdasarkan pendapatan dan aset Perusahaan kini, TELKOM meyakini bahwa TELKOM tidak harus diklasifikasikan sebagai PFIC. Oleh karena status PFIC ditentukan oleh fakta intensif yang dibuat secara tahunan, tidak ada jaminan bahwa Perusahaan tidak atau tidak akan diklasifikasikan sebagai PFIC. Diskusi di bawah ini tentang “Dividen” dan “Penjualan atau pengalihan lainnya atas ADS atau Saham Biasa” ditulis dengan dasar bahwa Perusahaan tidak akan diklasifikasikan sebagai PFIC untuk keperluan pajak penghasilan federal AS.

Dividen Setiap pembagian tunai yang dibayar oleh Perusahaan dari keuntungan dan laba sebagaimana ditentukan oleh prinsip-prinsip pajak penghasilan federal AS, akan dikenakan pajak sebagai penghasilan dividen dan akan dimasukkan dalam penghasilan kotor pemegang saham AS pada saat diterima. Penerima penghasilan dividen yang bukan Perusahaan pada umumnya akan dikenakan pajak penghasilan dividen dari suatu “Perusahaan asing yang memenuhi persyaratan” dengan tingkat pajak federal pada maksimum 15% pajak federal AS dibandingkan tingkat pajak marjinal yang diterapkan pada penghasilan biasa mengingat terpenuhinya persyaratan periode kepemilikan tertentu. Perlu dicatat bahwa terhitung sejak tanggal 1 Januari 2011, dividen dari sebuah Perusahaan asing yang memenuhi syarat akan diperlakukan sebagai pendapatan biasa dengan tarif pajak maksimum sebesar 39,6% untuk Perusahaan non-penerima dividen setelah akhir 2010. Suatu Perusahaan non-AS (yang bukan

156

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

PFIC) pada umumnya dianggap sebagai Perusahaan asing yang memenuhi persyaratan (i) jika ia memenuhi syarat untuk menerima manfaat suatu perjanjian pajak lengkap dengan AS yang ditentukan memuaskan oleh Secretary of Treasury AS untuk tujuan perjanjian ini dan yang mencakup program pertukaran informasi atau (ii) berkenaan dengan dividen apapun yang dibayar oleh Perusahaan atas saham (atau ADS yang didukung oleh saham tersebut) yang siap diperdagangkan di suatu bursa efek yang mapan di AS. Saat ini terdapat suatu perjanjian pajak yang berlaku antara AS dan Indonesia yang telah ditentukan oleh Secretary of Treasury sesuai untuk tujuan ini dan Perusahaan yakin dapat memenuhi syarat untuk mendapatkan manfaat-manfaat perjanjian tersebut. Di samping itu, oleh karena ADS tercatat di NYSE, suatu bursa efek yang terkemuka di AS, maka ADS tersebut dianggap mudah diperdagangkan di NYSE. Jumlah pembagian tunai dalam Rupiah harus sama dengan nilai Dolar AS sebagaimana Rupiah pada tanggal kuitansi distribusi, tanpa memperhatikan apakah Rupiah sudah ditukar ke dalam Dolar AS pada saat itu. Keuntungan atau kerugian, jika ada, diakui pada kesempatan berikutnya baik penjualan, konversi atau pengalihan lain Rupiah pada umumnya merupakan sumber pendapatan atau kerugian biasa. Dividen yang diterima dari ADS atau Saham Biasa secara umum tidak akan memenuhi pengurangan dividen yang diterima yang diperbolehkan untuk Perusahaan. Dividen secara umum diperlakukan sebagai pendapatan dari sumber-sumber asing untuk keperluan kredit pajak asing AS. Pemegang saham AS mungkin memenuhi syarat, dengan sejumlah pembatasan yang rumit, untuk mengajukan klaim kredit pajak asing berkenaan dengan pemotongan pajak asing yang dikenakan atas dividen yang diterima karena ADS atau Saham Biasa. Pemegang saham AS yang memilih tidak mengajukan klaim kredit pajak asing untuk pajak asing yang dipotong, mungkin saja mengajukan klaim pengurangan, untuk keperluan pajak penghasilan federal AS, berkenaan dengan pemotongan tersebut, tetapi hanya dalam satu tahun yang pemegang saham memilih melakukannya untuk semua pajak penghasilan asing yang dikreditkan

Penjualan atau Pengalihan Lainnya atas ADS atau Saham Biasa Pemegang saham AS secara umum mengetahui keuntungan atau kerugian modal dari penjualan atau pengalihan lainnya atas ADS atau Saham Biasa dalam jumlah yang sama dengan selisih antara jumlah yang terealisasi pada saat pengalihan terjadi dengan basis pajak yang telah disesuaikan bagi pemegang saham untuk ADS atau Saham Biasa tersebut. Suatu keuntungan ataupun kerugian modal bersifat jangka panjang apabila ADS atau Saham Biasa telah dimiliki selama lebih dari satu tahun dan umumnya akan menjadi sumber keuntungan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

atau kerugian AS untuk keperluan kredit pajak asing AS. Pengurangan dari kerugian modal harus memenuhi kriteria tertentu.

Konsekuensi Perusahaan Investasi Asing Pasif (PIAP) Jika Perusahaan diklasifikasikan sebagai PIAP pada suatu tahun pajak, pemegang saham AS tunduk pada aturan-aturan khusus yang umumnya dimaksudkan untuk mengurangi atau menghapuskan manfaat penangguhan pajak penghasilan federal AS yang oleh pemegang saham AS dapat diperoleh dari investasinya di suatu Perusahaan non-AS yang tidak membagikan semua labanya pada basis saat ini. Dalam kejadian seperti ini, pemegang saham AS mungkin tunduk pada tingkat pajak penghasilan biasa atas (i) keuntungan yang diakui pada penjualan ADS atau Saham Biasa dan (ii) kelebihan distribusi yang dibayarkan karena ADS atau Saham Biasa (umumnya merupakan pembagian yang melebihi 125% dari rata-rata pembagian tahunan yang TELKOM bayarkan selama tiga tahun pajak sebelumnya). Di samping itu, pemegang saham AS akan dikenakan bunga atas keuntungan atau pembagian berlebih tersebut. Akhirnya tingkat maksimum 15% terhadap dividen Perusahaan tidak akan dikenakan jika Perusahaan merupakan atau dikategorikan sebagai PIAP. Setiap pemegang saham AS didorong untuk berkonsultasi dengan penasihat pajaknya berkenaan dengan potensi konsekuensi pajak atas kepemilikan jika Perusahaan diklasifikasikan sebagai PIAP, demikian juga pilihan-pilihan tertentu yang mungkin tersedia untuk mengurangi konsekuensi tersebut.

Cadangan Pajak Penghasilan dan Persyaratan Pelaporan Informasi

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

korporasi. Pelaporan informasi pada umumnya berlaku terhadap pembayaran dividen dan hasil dari penjualan atau pelunasan Saham Biasa yang didapat dalam wilayah AS atau oleh pembayar pajak AS atau pihak AS yang bertindak sebagai perantara pemegang Saham Biasa (selain “penerima yang dibebaskan,” termasuk Perusahaan, penerima pembayaran yang bukan orang AS yang dapat memperlihatkan sertifikasi yang dibutuhkan dan beberapa orang tertentu lainnya). Suatu pihak pembayar pajak akan diwajibkan untuk menahan cadangan pajak penghasilan dari setiap pembayaran dividen, atau hasil dari penjualan atau pelunasan dari ADS atau Saham Biasa dalam teritori AS atau oleh pembayar AS atau perantara AS kepada pemegang saham, selain penerima yang dikecualikan, jika pemegang saham tersebut gagal untuk memberikan nomor pokok wajib pajak yang benar atau tidak dapat memenuhi pengecualian dari kewajiban pajak penghasilan. Tarif pajak penghasilan adalah 28% sampai dengan tahun 2010. Cadangan pajak penghasilan bukanlah pajak tambahan dan mungkin saja dikembalikan kepada kewajiban pajak pendapatan Negara AS bagi pemegang saham AS atau, apabila dalam hal melebihi kewajibannya, maka akan dikembalikan oleh Kantor Pajak AS atau Internal Revenue Service (“IRS”) apabila klaim untuk pengembalian uang telah disampaikan kepada IRS. Salinan dari informasi pajak atau klaim untuk pengembalian uang dari pembayaran pajak yang disampaikan oleh pemegang saham non-AS kepada IRS mungkin disediakan oleh IRS, berdasarkan perjanjian tertentu atau perjanjian lainnya untuk pertukaran informasi, bagi otoritas perpajakan dari Negara tempat pemegang saham non-AS bertempat tinggal.

Cadangan pajak penghasilan dan persyaratan pelaporan informasi AS pada umumnya berlaku untuk beberapa pembayaran kepada beberapa pemegang saham non-

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

157

IKHTISAR DAN LAPORAN KEPADA IKHTISAR DAN KAMI LAPORAN KEPADA PENCAPAIAN PEMEGANG SAHAM PENCAPAIAN KAMI PEMEGANG SAHAM TAHUN 2010 TAHUN 2010

PROFIL TELKOM PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TINJAUAN SUMBERDAYA MANUSIA TINJAUAN TELKOM-JEMBATAN KINERJA SAHAM TELKOM-JEMBATAN KINERJA SAHAM PERUBAHAN PERUBAHAN

TINJAUAN BISNIS TINJAUAN TELKOMBISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TINJAUAN INDUSTRI DI TELEKOMUNIKASI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA INDONESIA

Tata Kelola Perusahaan

KONSEP DAN LANDASAN Konsep penerapan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik (“Good Corporate Governance” atau “GCG”) dalam organisasi Perusahaan berlandaskan pada komitmen untuk menciptakan Perusahaan yang transparan, akuntabel, dan terpercaya melalui manajemen bisnis yang dapat dipertanggung jawabkan. Penerapan praktik-praktik GCG merupakan salah satu langkah penting bagi TELKOM untuk meningkatkan dan memaksimalkan nilai Perusahaan, mendorong pengelolaan Perusahaan yang profesional, transparan dan efisien dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggungjawab dan adil sehingga dapat memenuhi kewajiban secara baik kepada Pemegang Saham, Dewan Komisaris, mitra bisnis serta pemangku kepentingan. Lebih lanjut, Dewan Komisaris, Direksi, manajemen dan karyawan berkomitmen untuk menerapkan praktekpraktek GCG dalam pengelolaan kegiatan usaha TELKOM. Kesadaran akan pentingnya GCG bagi TELKOM adalah karena keinginan untuk menegakkan integritas dalam menjalankan bisnis yang sehat dan berkesinambungan.

158

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Bagi kami, komitmen terhadap penerapan instrumen ini tidak hanya mewakili kewajiban untuk mematuhi peraturan yang berlaku di pasar modal namun diyakini sebagai kunci sukses dalam upaya pencapaian kinerja usaha yang efektif, efisien serta berkelanjutan yang sangat diperlukan dalam memenangi persaingan pasar. Selama 2010, sebagai langkah implementasi kebijakan transformasi TELKOM di bidang GCG, kami melalui sub-Direktorat Business Effectiveness telah melakukan desain ulang proses dalam rangka penyelarasan dengan perubahan bisnis Perusahaan. Pelaksanaannya bahkan menjadi bagian dari budaya Perusahaan sehingga tercermin pada sikap dan tingkah laku sehari-hari tidak hanya di tingkatan Komisaris, Direksi dan manajemen namun hingga ke tingkatan karyawan agar tercipta keselarasan guna mencapai visi, misi dan tujuan Perusahaan yang akan melindungi kepentingan para pemegang saham dan pemangku kepentingan dalam jangka panjang. Kami juga mengkomunikasikan dan melakukan sosialisasi, pelatihan serta memetakan akuntabilitas dan tanggung jawab untuk memastikan setiap

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

karyawan memahami dan mengetahui tugas, fungsi dan tanggung jawabnya sesuai perubahan bisnis dan organisasi dalam Perusahaan.

(“SOA”) serta peraturan yang masih berlaku lainnya. Peraturan ketentuan dalam SOA yang relevan dengan bisnis TELKOM di antaranya:

TELKOM berusaha keras menjadi pemimpin dalam tata kelola Perusahaan diantara perusahaan-perusahaan di Indonesia dan telah memenangkan beberapa penghargaan prestisius terkait Tata Kelola Perusahaan yang baik.

(i)

Selain itu, sebagai Perusahaan publik yang patuh pada peraturan otoritas pasar modal, baik Bapepam-LK maupun SEC, TELKOM menerapkan dan menjunjung tinggi kebijakan serta nilai-nilai yang terkandung dalam praktik tata kelola Perusahaan. Konsistensi dalam penerapannya mengacu pada Praktik-praktik Terbaik Internasional serta Pedoman Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (“KNKG”) di Indonesia. Sebagai Perusahaan yang sahamnya terdaftar berdasarkan Section 12 Exchange Act di SEC, TELKOM berkewajiban untuk mematuhi peraturan dan ketentuan yang dimuat dalam Sarbanes Oxley Act Tahun 2002

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

SOA Seksi 404 yang mensyaratkan manajemen T E L KO M u n t u k b e r t a n g g u n g j a w a b a t a s dilakukannya dan dipeliharanya pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan yang memadai sehingga memastikan kehandalan pelaporan keuangan TELKOM dan persiapan penerbitan laporan keuangan yang selaras dengan PSAK. Sejauh ini TELKOM beserta anak Perusahaan telah berkomitmen untuk melakukan kajian dan audit menyeluruh untuk menjamin rancangan dan implementasi ICOFR yang efektif dan terintegrasi dalam laporan keuangan Perusahaan.

(ii) SOA Seksi 302 yang menghendaki tanggung jawab dari pihak manajemen TELKOM terhadap pembuatan, pemeliharaan dan evaluasi terhadap efektivitas prosedur dan pengendalian pengungkapan untuk memastikan kesesuaian informasi yang diungkapkan dalam laporan dengan Exchange Act dan telah dicatat, diproses,

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

159

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

dirangkum dan dilaporkan dalam periode waktu yang tersedia untuk kemudian diakumulasikan dan dikomunikasikan kepada manajemen Perusahaan, termasuk Direktur Utama dan Direktur Keuangan, untuk kepentingan pengambilan keputusan terkait dengan pengungkapan yang diperlukan. Penjelasan lebih lanjut mengenai hasil kajian manajemen terhadap prosedur dan pengendalian pengungkapan ICOFR dan pengungkapan terkait dapat dilihat pada seksi “Prosedur dan Pengendalian”. Kami juga mematuhi dan tunduk terhadap ketentuan yang berlaku di BapepamLK dan NYSE mengenai independensi anggota Komite Audit.

KERANGKA dan struktur TATA KELOLA PERUSAHAAN Seiring perjalanan waktu kami berupaya untuk terus menerus meningkatkan kualitas praktek GCG dengan senantiasa memperbaiki struktur (organ) GCG dan proses GCG, serta memastikan terimplementasinya prinsip GCG yang terintegrasi dengan budaya The Telkom Way melalui peningkatan peran dan tanggung jawab baik di tingkatan Dewan Komisaris, Direksi, Senior Leaders maupun karyawan yang semakin baik dan efektif, juga berupaya untuk terus menerus meningkatkan kualitas tata kelola terutama berkaitan dengan proses komunikasi dan pengungkapan Perusahaan, pengukuran dan pertanggung jawaban kinerja, serta pengelolaan audit Perusahaan (baik audit internal maupun eksternal). Tekad kami untuk menjalankan GCG tertuang dalam kerangka kerja yang diatur sesuai kebijakan penerapan GCG yaitu Keputusan Direksi No.29 Tahun 2007. Dalam kerangka kerja tersebut terintegrasi beberapa sistem pengelolaan yang menjadi prasyarat atau bagian yang tidak dapat dipisahkan dari penerapan GCG di Perusahaan, tidak lain adalah untuk menjamin dan memastikan

Kerangka Tata Kelola Perusahaan yang Baik

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

dicapainya penerapan GCG yang efektif sampai pada tingkat operasional yaitu dijalankannya transaksi internal maupun eksternal yang beretika dan sesuai dengan praktik tata kelola Perusahaan yang baik dan benar. Adapun sistem pengelolaan yang kami maksud diatas meliputi empat pilar utama yang kami pandang sebagai pondasi bagi kokohnya penerapan GCG di Perusahaan meliputi: • Pelaksanaan etika bisnis yang didalamnya memuat tata nilai budaya Perusahaan yang setiap tahun dikomunikasikan dan disurvei pemahamannya kepada karyawan; • Pengelolaan kebijakan dan prosedur kerja yang efektif atau sesuai dengan tuntutan bisnis, sebagai pedoman pengelolaan Perusahaan dan menjadi panduan bekerja untuk karyawan; • Penerapan manajemen risiko secara terpadu berbasis COSO Enterprises Risk Management; • Pengawasan internal dan penerapan pengendalian internal berbasis COSO Internal Control utamanya pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Disamping empat pilar utama diatas, maka kami mensyaratkan untuk menguatkan elemen-elemen organisasi lainnya yang kami pandang sangat penting perannya guna terwujudnya praktek nyata penerapan GCG baik ditingkat entitas maupun transaksional yaitu: • Kepemimpinan yang efektif dimana setiap individu pemimpin harus dapat menjadi panutan bagi karyawan dan lingkungan kerjanya; • Kejelasan tugas dan tanggung jawab bagi setiap unit kerja dan karyawan untuk memastikan akuntabilitas pekerjaan dan memastikan diterapkannya pemisahan tugas (”segregation of duty”) guna menghindari potensi kecurangan; • Pemberdayaan keahlian dan kompetensi SDM untuk memastikan setiap karyawan dan unit kerja memiliki kemampuan untuk mengerjakan tugas secara profesional; • Penerapan sistem pengelolaan kinerja organisasi, unit dan karyawan yang terintegrasi untuk memastikan pengukuran pencapaian kinerja/ tujuan Perusahaan dan akuntabilitas; • Penerapan sistem penghargaan individu, kelompok dan unit yang beragam, yaitu memberikan insentif bagi pelaksanaan kinerja/prestasi terbaik, yang diimbangi dengan penegakan hukum atas pelanggaran yang terjadi. Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan GCG, kami senantiasa memperbaiki struktur maupun prosedur pelaksanaannya dan memastikan penerapan prinsip

160

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi dan kewajaran di setiap lini Perusahaan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas, fungsi serta tanggung jawab baik di tingkatan Komisaris, Direksi, manajemen maupun karyawan TELKOM.

c.

Secara internal, kebijakan tentang GCG tertuang dalam kerangka kerja yang diatur sesuai kebijakan penerapan GCG yaitu Keputusan Direksi No.29 Tahun 2007. Dalam kerangka kerja tersebut terintegrasi beberapa sistem pengelolaan yang menjadi prasyarat atau bagian yang tidak dapat dipisahkan dari penerapan GCG di Perusahaan, tidak lain adalah untuk menjamin dan memastikan dicapainya penerapan GCG yang efektif sampai pada tingkat operasional yaitu dijalankannya transaksi internal maupun eksternal yang beretika dan sesuai dengan praktik tata kelola Perusahaan yang baik dan benar. Setiap tahun kami mengevaluasi efektifitas dari pelaksanaan kebijakan GCG. Evaluasi tersebut dilakukan secara independen dan menyeluruh untuk menjaga integritas dimata otoritas dan publik.

Selain itu, RUPS juga berwenang untuk mengesahkan laporan tahunan Perusahaan.

Struktur tata kelola Perusahaan terdiri atas:

• • • • • •

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS); Dewan Komisaris; Direksi; Komite-komite di bawah Dewan Komisaris; Komite-komite di bawah Direksi; Sekretaris Perusahaan dan unit-unit kerja yang menjalankan fungsi sekretaris Perusahaan.

d. e.

Menilai kinerja Perusahaan untuk tahun buku yang ditelaah; Penentuan dan persetujuan terhadap penggunaan laba Perusahaan termasuk dividen; Perubahan anggaran dasar.

Pemerintah Republik Indonesia sebagai pemegang saham pengendali yang memiliki saham Dwiwarna seri A berkewajiban untuk memperhatikan tanggung jawabnya saat menggunakan haknya untuk mempengaruhi keputusan manajemen Perusahaan, baik saat menggunakan hak suara maupun dalam hal lainnya. Pemerintah memiliki hak khusus yang dapat digunakan ketika memberikan persetujuan terhadap rencana penggabungan usaha, akuisisi, divestasi atau likuidasi berdasarkan keputusan RUPST dan RUPSLB. Mekanisme penggunaan hak suara oleh para pemegang saham saat penyelenggaraan RUPST maupun RUPSLB telah diatur sedemikian rupa sehingga pemegang saham dapat menggunakan hak suaranya secara langsung maupun melalui kuasa hukumnya.

Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”) Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”) baik RUPS Tahunan (“RUPST”) maupun RUPS Luar Biasa (“RUPSLB”) bertindak sebagai lembaga yang memiliki wewenang tertinggi dalam organisasi tata kelola Perusahaan sekaligus merupakan forum utama bagi para pemegang saham untuk menggunakan hak dan wewenangnya terhadap manajemen Perusahaan. RUPST wajib diselenggarakan setahun sekali sedangkan RUPSLB dapat dilaksanakan setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Dalam RUPST dan RUPSLB, pemegang saham berhak memperoleh perlakuan yang sama dan kedudukan yang seimbang, terutama dalam menyuarakan pendapatnya dan berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan penting dan strategis terkait dengan: a. Pengangkatan dan pemberhentian Dewan Komisaris dan Direksi TELKOM; b. Penetapan jumlah remunerasi dan tunjangan Komisaris dan Direksi TELKOM;

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Kami berupaya untuk memastikan terimplementasinya prinsip GCG yang terintegrasi dengan budaya The Telkom Way.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

161

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Pada tahun 2010, TELKOM telah menyelenggarakan RUPST pada tanggal 11 Juni 2010 yang dihadiri oleh pemegang saham pengendali dan pemegang Saham Biasa yang mewakili 15.951.818.939 saham atau setara dengan 81,1% dari seluruh pemegang saham TELKOM dengan hak suara yang sah. Agenda RUPST dan resolusi yang diambil adalah sebagai berikut : Agenda RUPST

Keputusan

Agenda 1

Menyetujui Laporan Tahunan Perseroan termasuk menyetujui Laporan Pelaksanaan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris Perseroan Tahun Buku 2009.

Agenda 2

M engesahkan Laporan Keuangan Perseroan (Konsolidasian) Tahun Buku 2009 dan Laporan Tahunan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Perseroan Tahun Buku 2009

Agenda 3

Menyetujui penetapan penggunaan laba bersih Perseroan Tahun Buku 2009 untuk Dividen tunai sebesar 50% dari laba bersih dan sisanya harus dibukukan sebagai Laba Ditahan yang akan digunakan untuk pengembangan usaha Perseroan. Menyetujui penetapan besaran Dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan untuk Tahun Buku 2010, dengan alokasi Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan masing-masing sebesar 0,25% dan 0,79% dari laba bersih Perseroan Tahun Buku 2009.

Agenda 4

Menyetujui gaji bagi Dewan Direksi dan honorarium Dewan Komisaris untuk tahun 2010 termasuk tantiem untuk Tahun Buku 2009.

Agenda 5

Menyetujui penunjukan Perusahaan Akuntan Publik Tanudireja, Wibisana & Rekan (anggota jaringan global PwC) untuk melakukan audit yang terintegrasi Perusahaan untuk Laporan Keuangan Konsolidasi Tahun Buku 2010 serta penunjukan ulang Perusahaan Akuntan Publik, Abdi Ichjar, BAP & Rekan untuk melakukan audit ketersediaan dana bagi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan untuk Tahun Buku 2010.

Agenda 6

Mengesahkan amandemen peraturan Anggaran Dasar Perusahaan

Agenda 7

Mengesahkan perubahan rencana perusahaan untuk saham yang ditarik kembali sebagai hasil pembelian saham kembali I melalui III, untuk penempatan pasar, pembatalan, konversi saham dan pendanaan.

Pada tahun 2010, TELKOM telah menyelenggarakan RUPSLB sebanyak 2 (dua) kali, yaitu: RUPSLB pada tanggal 11 Juni 2010 yang dihadiri oleh pemegang saham pengendali dan pemegang Saham Biasa yang mewakili 16.006.572.644 saham atau setara dengan 81,4% dari seluruh pemegang saham TELKOM dengan hak suara yang sah, dengan pembahasan satu agenda dan keputusan sebagai berikut: Agenda RUPSLB Agenda 1

162

Keputusan Menyetujui: a. Bpk. Tanri Abeng selaku Komisaris Utama; b. Bpk. Arif Arryman selaku Komisaris Independen; c. Bpk. P Sartono selaku Komisaris Independen; d. Bpk. Rinaldi Firmansyah selaku Direktur Utama; e. Bpk. Arief Yahya selaku Direktur Enterprise & Wholesale; dilanjutkan sementara untuk tetap menjalankan tugas dan kewajibannya masing-masing sebagai Komisaris Utama, Komisaris Independen, Direktur Utama dan Direktur Enterprise & Wholesale Perseroan sampai dengan ditetapkan susunan secara definitif dalam Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan pada kesempatan pertama berikutnya.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

RUPSLB pada tanggal 17 Desember 2010 yang dihadiri oleh pemegang saham pengendali dan pemegang Saham Biasa yang mewakili 16.727.350.672 saham atau setara dengan 84,7% dari seluruh pemegang saham TELKOM dengan hak suara yang sah, dengan pembahasan dua agenda dan keputusan sebagai berikut:

Agenda RUPSLB Agenda 1

Keputusan (1) Menyetujui pengangkatan kembali anggota Direksi Perseroan, yaitu sebagai berikut: 1. Bpk. Rinaldi Firmansyah, sebagai Direktur Utama; 2. Bpk. Arief Yahya, sebagai Direktur Enterprise & Wholesale. dengan masa jabatan terhitung sejak ditutupnya rapat ini dan berakhir pada penutupan RUPST yang ke-5 setelah pengangkatannya yaitu penutupan RUPST yang diadakan pada tahun 2015, dan dihitung sebagai masa jabatan kedua. (2) Menyetujui pengangkatan anggota Dewan Komisaris Perseroan yang baru, yaitu sebagai berikut: a. Bpk. Jusman Syafii Djamal, sebagai Komisaris Utama; b. Bpk. Rudiantara, sebagai Komisaris Independen; c. Bpk. Johnny Swandi Sjam, sebagai Komisaris Independen. dengan masa jabatan terhitung sejak 1 Januari 2011 dan berakhir pada penutupan RUPST yang ke-5 setelah pengangkatannya, yaitu penutupan RUPST yang diadakan pada tahun 2015. Dengan memperhatikan keputusan RUPST yang diadakan pada bulan Juni 2010, maka Bpk. Tanri Abeng dan Bpk. P Sartono akan tetap menjalankan tugasnya masing-masing sebagai Komisaris Utama dan Komisaris Independen sampai mulai berlakunya masa jabatan anggota Dewan Komisaris yang baru diangkat.

Agenda 2







Menyetujui penyesuaian masa jabatan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang masih menjabat, sehingga: 1. Masa jabatan anggota Direksi Perseroan yang diangkat dalam RUPSLB tanggal 28 Februari 2007, yaitu Bpk. Sudiro Asno (Direktur Keuangan), Bpk. Faisal Syam (Direktur Human Capital & General Affair), Bpk. I Nyoman Gede Wiryanata (Direktur Konsumer), Bpk. Ermady Dahlan (Direktur Network & Solution), Bpk. Prasetio (Direktur Compliance & Risk Management), Bpk. Indra Utoyo (Direktur Information Technology & Supply), yang seharusnya berakhir pada tanggal 28 Februari 2012 menjadi berakhir pada penutupan RUPS Tahunan yang diselenggarakan pada tahun 2012. 2. Masa jabatan anggota Dewan Komisaris yang diangkat dalam RUPST tanggal 29 Juni 2007, yaitu Bpk. Mahmuddin Yasin yang seharusnya berakhir pada tanggal 29 Juni 2012 menjadi berakhir pada penutupan RUPST yang diselenggarakan pada tahun 2012. 3. Masa jabatan anggota Dewan Komisaris yang diangkat dalam RUPSLB tanggal 19 September 2008, yaitu Bpk. Bobby A.A Nazief yang seharusnya berakhir pada tanggal 19 September 2013 menjadi berakhir pada penutupan RUPST yang diselenggarakan pada tahun 2013.

Dewan Komisaris Lingkup dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Dewan Komisaris TELKOM memiliki wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Melakukan pengawasan terhadap pengelolaan Perusahaan yang dijalankan oleh Direksi, termasuk perencanaan dan pengembangan, operasi dan anggaran, kepatuhan terhadap Anggaran Dasar Perusahaan dan pelaksanaan mandat dan keputusan RUPST dan RUPSLB. Dewan Komisaris tidak berwenang untuk menjalankan maupun mengelola Perusahaan, kecuali dalam situasi apabila seluruh anggota Direksi diberhentikan sementara karena suatu sebab; 2. Memberikan saran dan pendapat kepada RUPST mengenai pelaporan keuangan tahunan, rencana pengembangan perusahaan, penunjukan Kantor Akuntan Publik sebagai auditor dan hal-hal penting serta strategis lainnya terkait dengan aksi Perusahaan; 3. Melakukan evaluasi atas rencana kerja dan anggaran Perusahaan, mengikuti perkembangan Perusahaan, dan melakukan koordinasi dengan pihak Direksi jika ada gejala yang menunjukkan Perusahaan sedang dalam masalah

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

4.

sehingga Direksi dapat segera mengumumkannya kepada para pemegang saham dan memberikan rekomendasi untuk langkah-langkah perbaikan yang harus ditempuh; Memastikan program pelaksanaan tata kelola Perusahaan telah diterapkan dan dipelihara dengan baik sesuai peraturan yang berlaku.

Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris TELKOM harus sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan, keputusan RUPS dan semua peraturan dan perundangundangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris dibantu oleh Sekretaris Dewan Komisaris serta Komite-komite berikut ini: 1. Komite Audit; 2. Komite Nominasi dan Remunerasi; dan 3. Komite Evaluasi dan Pengawasan Rencana dan Risiko. Jika dipandang perlu, Dewan Komisaris diperbolehkan untuk meminta masukan dan bantuan dari penasihat profesional.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

163

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Selama 2010, Dewan Komisaris telah melakukan pengawasan terhadap: 1. Rencana Jangka Panjang Perseroan atau Corporate Strategic Scenario Tahun 2010—2014 (RJPP/CSS 2009-2013), melalui Keputusan Dewan Komisaris No. 04/KEP/DK/2009/RHS tanggal 28 Mei 2009 tentang Pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Perseroan (RKAP) tahun 2010 melalui Keputusan Dewan Komisaris No. 10/KEP/DK/2009/RHS tanggal 10 Desember 2009. 2. Pelaksanaan pengawasan tersebut mencakup antara lain: a. Pemantauan atas pelaksanaan RKAP tahun 2010 melalui rapat gabungan Dewan Komisaris dan Direksi; b. Kinerja Keuangan Perseroan; dan c. Kinerja Non-Keuangan Perseroan yang meliputi kinerja manajemen dan operasional.

Struktur Dewan Komisaris Struktur Dewan Komisaris TELKOM terdiri dari Komisaris Utama yang memimpin dewan dan empat Komisaris, dua di antaranya merupakan Komisaris independen. Profil anggota Dewan Komisaris terdapat pada halaman 20-21. Masa jabatannya adalah lima tahun sejak terpilih menjadi Komisaris. Jajaran Dewan Komisaris TELKOM hingga 31 Desember 2010 beserta penugasannya dapat dijabarkan sebagai berikut: Komisaris

Penugasan dan Kegiatan Terkait

Tanri Abeng (Komisaris Utama)

Selain menjabat sebagai Komisaris Utama, beliau juga mengetuai Komite Nominasi dan Remunerasi.

P. Sartono (Komisaris Independen)

Beliau merupakan anggota Komite Audit dan Komite Evaluasi dan Monitoring Perencanaan dan Risiko (KEMPR), serta menjabat sebagai Sekretaris Komite Nominasi dan Remunerasi.

Arif Arryman (Komisaris Independen)

Beliau juga menjabat sebagai Ketua Komite Audit dan anggota Komite Evaluasi dan Monitoring Perencanaan dan Risiko (KEMPR).

Mahmuddin Yasin (Komisaris)

Beliau merupakan Ketua Komite Evaluasi dan Monitoring Perencanaan dan Risiko (KEMPR) dan menjabat anggota Komite Nominasi dan Remunerasi.

Bobby A.A. Nazief (Komisaris)

Beliau juga merupakan wakil ketua Komite Evaluasi dan Monitoring Perencanaan dan Risiko (KEMPR) dan merupakan salah satu anggota Komite Audit.

Dewan Komisaris dibantu oleh seorang Sekretaris Dewan Komisaris, yakni Yuki Indrayadi, yang bertanggung jawab untuk memastikan pelaksanaan tugas-tugas Dewan Komisaris telah sesuai dengan Anggaran Dasar dan peraturan perundangan yang berlaku. Yuki Indrayadi telah menjabat Sekretaris Dewan Komisaris TELKOM sejak 1 Oktober 2008. Pemegang gelar sarjana di bidang Teknik Industri dari Institut Teknologi Bandung (ITB), gelar Master dan Doctor of Philosophy (Ph.D.) bidang Teknik dari Katholieke Universiteit Leuven, Belgia, ini mempunyai pengalaman di pasar modal dan perencanaan korporat. Alamat resmi Dewan Komisaris TELKOM adalah Gedung Grha Citra Caraka, Lantai 5, Jalan Gatot Subroto Kav. 52, Jakarta 12710, Indonesia. Pada tanggal 17 Desember 2010, TELKOM menyelenggarakan RUPSLB yang menghasilkan keputusan, yaitu: a. Pengangkatan Bpk. Jusman Syafii Djamal sebagai Komisaris Utama. b. Pengangkatan Bpk. Rudiantara sebagai Komisaris Independen.

164

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

c.

Pengangkatan Bpk. Johnny Swandi Sjam sebagai Komisaris Independen.

Komisaris Independen Jumlah dan komposisi Anggota Dewan Komisaris TELKOM telah memenuhi ketentuan Perundangundangan dan Peraturan Pasar Modal, dengan jumlah anggota Dewan Komisaris TELKOM pada saat ini adalah lima orang, dimana 40% dari komposisi tersebut adalah Komisaris Independen. Hal ini untuk menjaga independensi fungsi pengawasan Dewan Komisaris dan menjamin terlaksananya mekanisme check and balance. Jumlah 40% tersebut juga telah melewati batas minimum jumlah Komisaris Independen yang ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia yaitu 30%. Tugas utama Komisaris Independen, selain melakukan pengawasan juga memperjuangkan kepentingan pemegang saham minoritas.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Remunerasi dan Prosedur Penetapan Remunerasi Dewan Komisaris Pemberian remunerasi bagi anggota Dewan Komisaris dihitung berdasarkan formula yang juga dipakai untuk penentuan gaji Direksi. Sesuai ketentuan Peraturan Menteri BUMN PER-02/MBU/2009, RUPS dapat menetapkan penghasilan dengan jenis dan/atau besaran tertentu yang berbeda dengan yang diatur dalam Peraturan Menteri ini. Nilai yang dibayarkan mengacu pada persentase gaji Direktur Utama sesuai dengan Surat Edaran Menteri Negara BUMN No. S326/SMBU/2002 tertanggal 3 Mei 2002 dan disetujui oleh RUPST. Setiap anggota komisaris berhak menerima sejumlah kompensasi yang diberikan secara bulanan dan tunjangan. Mereka juga berhak mendapatkan tantiem berdasarkan kinerja dan pencapaian Perusahaan, dengan besaran yang ditentukan dalam RUPST. Komisaris juga berhak mendapatkan tunjangan pada saat mereka telah berhenti dari posisinya. Prosedur standar penetapan remunerasi Dewan Komisaris di tetapkan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.

Dewan Komisaris meminta Komite Nominasi dan Remunerasi untuk menyusun rancangan usulan remunerasi Dewan Komisaris; Komite Nominasi dan Remunerasi meminta pihak independen untuk menyusun rancangan remunerasi Dewan Komisaris; Komite Nominasi dan Remunerasi mengusulkan kepada Dewan Komisaris mengenai remunerasi Dewan Komisaris; Dewan Komisaris mengusulkan remunerasi bagi anggota Dewan Komisaris kepada RUPST; RUPST menetapkan remunerasi bagi anggota Dewan Komisaris.

Kompensasi Setiap anggota Komisaris berhak atas sejumlah kompensasi bulanan (honor), bonus dan tunjangan-tunjangan lainnya. Bonus yang mereka dapatkan berdasarkan kinerja dan pencapaian Perusahaan yang besarannya ditentukan oleh pemegang saham dalam RUPST.

Tabel Remunerasi Dewan Komisaris di Tahun 2010 (Dalam Jutaan Rp) Komisaris

Honor

Tunjangan

Tanri Abeng

900,0

2.402,9

767,3

3.600,0

7.670,2

Arif Arryman

607,5

2.162,6

4.125,6

-

6.895,7

P. Sartono

810,0

2.162,6

596,3

3.240,0

6.808,9

Mahmuddin Yasin

810,0

2.162,6

672,9

-

3.645,5

Bobby A.A. Nazief

810,0

2.162,6

640,6

-

3.613,2

Rapat Dewan Komisaris Dewan Komisaris menyelenggarakan rapat sekurangkurangnya setiap bulan sekali atau pada setiap waktu jika dianggap perlu oleh salah satu atau lebih anggota Dewan Komisaris, atau atas permintaan tertulis dari salah satu atau lebih pemegang saham yang memiliki sedikitnya sepersepuluh saham TELKOM yang beredar dengan hak suara yang sah. Mekanisme pengambilan keputusan dalam rapat Dewan Komisaris berdasarkan atas musyawarah untuk mufakat. Apabila mufakat tidak dapat tercapai, pengambilan keputusan didasarkan pada suara mayoritas anggota Dewan Komisaris yang hadir atau yang mewakili pada rapat. Apabila jumlah

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Tunjangan Lainnya Yang Dibayar

Tunjangan Lainnya Yang Masih Harus Dibayar

Jumlah

suara berimbang, maka keputusan yang diajukan harus ditolak. Kuorum untuk seluruh rapat Dewan Komisaris adalah lebih dari separuh jumlah anggota Dewan Komisaris yang hadir atau diwakili kuasa yang diberikan kepada salah satu Komisaris yang hadir pada rapat tersebut. Selama tahun 2010, Dewan Komisaris telah menyelenggarakan rapat sebanyak 14 kali yang dihadiri oleh seluruh jajaran Komisaris. Dewan Komisaris juga menyelenggarakan rapat gabungan antara Dewan Komisaris dan Direksi sebanyak sekali dalam tiap dua minggu.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

165

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

Tabel Kehadiran Rapat Dewan Komisaris Dewan Komisaris

Jabatan

Rapat yang Dihadiri

Tanri Abeng

Komisaris Utama

14 dari 14

P. Sartono

14 dari 14

Mahmuddin Yasin

Komisaris Independen Komisaris Independen Komisaris

Bobby A.A. Nazief

Komisaris

13 dari 14

Arif Arryman *

8 dari 14 13 dari 14

(*) sampai dengan tanggal 7 September 2010

Tabel Kehadiran Rapat Gabungan Dewan Komisaris dan Direksi Nama

Jabatan

17 dari 17

P. Sartono

Komisaris Independen

17 dari 17

Arif Arryman *

Komisaris Independen

12 dari 17

Mahmuddin Yasin

Komisaris

16 dari 17

Bobby A.A. Nazief

Komisaris

16 dari 17

Rinaldi Firmansyah

Direktur Utama/CEO

16 dari 17

Arief Yahya

Direktur Enterprise & Wholesale

15 dari 17

Sudiro Asno

Direktur Keuangan

15 dari 17

Faisal Syam

Direktur Human Capital & General Affair

17 dari 17

Ermady Dahlan

Direktur Network & Solution

14 dari 17

I Nyoman G. Wiryanata

Direktur Konsumer

17 dari 17

Prasetio

Direktur Compliance & Risk Management

16 dari 17

Indra Utoyo

Direktur IT, Solution & Supply

16 dari 17

(*) sampai dengan tanggal 7 September 2010

Per tanggal 31 Desember 2010, struktur Direksi TELKOM terdiri dari delapan Direktur.

166

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Lingkup dan Tanggung Jawab Direksi Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, secara garis besar tanggung jawab utama Direksi TELKOM adalah memimpin dan mengelola operasional Perusahaan serta mengendalikan dan mengelola aset-aset TELKOM dengan pengawasan dari Dewan Komisaris. Direksi juga berhak untuk mengambil tindakan untuk dan atas nama Perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan atas hal atau kejadian apapun, dengan pihak lain.

Rapat yang Dihadiri

Komisaris Utama

TINJAUAN BISNIS TELKOM

Direksi

a.

Tanri Abeng

TINJAUAN KINERJA SAHAM

b.

c.

Direktur Utama Lingkup dan Tanggung Jawab: 1. Memimpin dan mengelola Perusahaan sejalan dengan tujuan dan target Perusahaan; 2. Memperbaiki tingkat efisiensi dan efektivitas Perusahaan; 3. Mempertahankan dan mengelola, serta menjaga aset-aset Perusahaan; dan 4. Bertanggung jawab terhadap manajemen dan kepemilikan, termasuk kesepakatan dengan pihak ketiga. Direktur Keuangan Lingkup dan Tanggung Jawab: 1. Menerapkan fungsi korporat terkait dengan Direktorat Keuangan; dan 2. Bertanggung jawab melaksanakan fungsi keuangan terpusat, termasuk mengelola fungsi operasi keuangan di seluruh unit usaha Perusahaan, melalui finance billing and collection center, serta memastikan pengendalian seluruh kegiatan investasi anak Perusahaan. Direktur Human Capital & General Affairs Lingkup dan Tanggung Jawab: 1. Mengelola Direktorat Human Capital & General Affairs; dan 2. Mengelola sumber daya manusia di seluruh unit usaha melalui Human Resources Center dan memastikan pengendalian di unit usaha Corporate Services lainnya, Support Services serta Enterprise Service, termasuk Human Resources Center (“HR Center”), Learning Center (“LC”), Management Consultant Center (“MCC”), Community Development Center (“CDC”) serta dana pensiun dan lembaga lainnya.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

d.

e.

f.

g.

h.

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Direktur Network & Solution Lingkup dan Tanggung Jawab: 1. Mengelola operasional dan infrastruktur dan layanan di sektor jaringan dan solusi; dan 2. Mengelola unit usaha lain, termasuk Divisi Infratel, dan layanan pendukung seperti Maintenance Service Center (“MSC”), Supply Center (“SUC”) dan Divisi Access (“DIVA”). Direktur Konsumer Lingkup dan Tanggung Jawab: 1. Melaksanakan fungsi manajemen penyediaan jalur pengiriman dan layanan konsumen bagi bisnis konsumen; dan 2. Mengelola jalur pengiriman dan layanan konsumen bagi bisnis, termasuk unit lain seperti Divisi TELKOMFlexi (“DTF”) dan Divisi Consumer Service (“DCS“). Direktur Enterprise & Wholesale Lingkup dan Tanggung Jawab: 1. Menerapkan fungsi manajemen di sektor delivery channel dan layanan konsumen di Direktorat Enterprise & Wholesale; dan 2. Melaksanakan delivery channel dan layanan ko n s u m e n u n t u k ko r p o rat d a n b i s n i s wholesale, yang termasuk unit-unit seperti Divisi Enterprise Service (“DIVES”) dan Divisi Carrier and Interconnection Services (“CIS”) dan Divisi Business Service (“DBS“). Direktur Information Technology, Solution & Supply Lingkup dan Tanggung Jawab: 1. Bertanggung jawab terhadap teknologi informasi dan supply management di Direktorat Information Technology, Solution & Supply; 2. Mengelola Information Service Center, Supply Center dan Divisi Multimedia; dan 3. Mengelola layanan pendukung Research & D eve l o p m e n t C e n t e r ( “ R D C ” ) d a n Information Service Center (“ISC“). Direktur Compliance & Risk Management Lingkup dan Tanggung Jawab: 1. Mengelola kepatuhan, pelaksanaan hukum d a n m a n a j e m e n r i s i ko d i D i r e k t o ra t Compliance & Risk Management; dan 2. Mengelola unit legal & Compliance dan Manajemen Resiko Perusahaan.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Struktur Direksi Direksi diangkat dan diberhentikan berdasarkan keputusan dalam RUPS. Untuk dapat dipilih, calon Direktur harus diajukan oleh pemerintah sebagai pemegang saham Dwiwarna Seri A. Setiap Direktur TELKOM memiliki masa jabatan selama lima tahun yang dimulai sejak tanggal pengangkatan, kecuali jika masa jabatan akhir jatuh bukan pada hari kerja. Jika hal itu terjadi, maka masa akhir jabatan jatuh pada hari berikutnya. Pemegang saham dalam RUPST atau RUPSLB berhak untuk memberhentikan anggota Direksi pada setiap saat sebelum masa jabatannya berakhir. Per tanggal 31 Desember 2010, struktur Direksi TELKOM terdiri dari delapan Direktur, yaitu: a. Rinaldi Firmansyah, Direktur Utama (“CEO”); b. Sudiro Asno, Direktur Keuangan (“CFO”); c. Faisal Syam, Direktur Human Capital & General Affairs; d. I Nyoman G Wiryanata, Direktur Konsumer; e. Ermady Dahlan, Direktur Network & Solution (Pejabat pelaksana “COO”); f. Arief Yahya, Direktur Enterprise & Wholesale; g. Indra Utoyo, Direktur IT, Solution & Supply (“CIO”); dan h. Prasetio, Direktur Compliance & Risk Management.

Gaji dan Tunjangan Direksi Setiap direktur berhak atas gaji bulanan dan tunjangan lain (termasuk tunjangan pensiun). Di samping itu Direktur juga mendapatkan bagian tantiem atas kinerja dan pencapaian Perusahaan yang besarannya ditentukan oleh pemegang saham dalam RUPST. Bonus dan insentif dianggarkan setiap tahun berdasarkan rekomendasi Direksi dengan persetujuan dari Dewan Komisaris sebelum diusulkan kepada pemegang saham dalam RUPST. • Gaji Komite Nominasi dan Remunerasi bertanggung jawab membuat formula gaji Direksi. Formula yang selanjutnya akan dibahas dalam rapat gabungan antara Direksi dan Dewan Komisaris untuk mendapatkan persetujuan. Formula yang telah ditelaah oleh Komite Nominasi dan Remunerasi dan disetujui oleh rapat gabungan Direksi dan Dewan Komisaris tersebut kemudian diajukan kepada RUPST untuk mendapatkan persetujuan.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

167

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010



LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Prosedur Penentuan Gaji, Tunjangan dan Fasilitas Direksi Berdasarkan keputusan RUPST pada tanggal 9 Mei 2003, Dewan Komisaris ditugaskan untuk menentukan besarnya tunjangan dan fasilitas bagi Direksi dengan mengacu pada hasil telaah konsultan independen. Setelah hasil telaah independen tersebut dibahas dan disetujui oleh Direksi dan Dewan Komisaris, Dewan Komisaris menyusun formula yang berlaku sejak 1 Januari 2003. Besarnya tunjangan dan gaji Direksi yang ditentukan oleh Dewan Komisaris tersebut kemudian dilaporkan kepada pemegang saham Dwiwarna dalam RUPST pada tanggal 30 Juli 2005. Penentuan tunjangan dan fasilitas bagi Direksi berlaku sejak tahun fiskal 2003 dan akan diajukan kembali untuk tahun fiskal 2010.

Sedangkan untuk pengukuran kinerja Direksi dan manajemen lainnya mengacu pada evaluasi kinerja yang efektif yang dilakukan secara komprehensif, berjenjang dan berkala yang diatur berdasarkan Keputusan Dewan Komisaris. Sesuai peraturan yang berlaku, maka gaji, tunjangan, dan fasilitas bagi anggota Direksi dilaporkan kepada otoritas pasar modal dan Pemegang Saham Dwiwarna.

Tabel Remunerasi Direksi di Tahun 2010 (Dalam Jutaan Rp) Direksi

Gaji

Tunjangan

Jumlah

Rinaldi Firmansyah

1.800,0

4.955, 8

981,6

7.737,4

Faisal Syam

1.620,0

4.460,2

837,2

6.917,4

Sudiro Asno

1.620,0

4.460,2

1.109,3

7.189,5

Ermady Dahlan

1.620,0

4.460,2

835,3

6.915,5

I Nyoman G. Wiryanata

1.620,0

4.460,2

1.332,1

7.412,3

Arief Yahya

1.620,0

4.460,2

1.236,2

7.316,4

Indra Utoyo

1.620,0

4.460,2

780,6

6.860,8

Prasetio

1.620,0

4.460,2

875,7

6.955,9

Kepemilikan Saham Setiap anggota Direktur dan Dewan Komisaris secara individual memiliki kurang dari satu persen saham Perusahaan. Hanya 2 direktur yang memiliki Saham Biasa Perusahaan. Posisi per tanggal 31 Desember 2010, Ermady Dahlan memiliki 17.604 saham dan Indra Utoyo memiliki 5.508 saham.

Rapat Direksi Rapat Direksi dipimpin oleh Direktur Utama namun kedudukannya dapat digantikan oleh Wakil Direktur apabila Direktur Utama berhalangan hadir karena alasan apapun. Apabila Wakil Direktur Utama berhalangan hadir, karena alasan apapun, maka rapat Direksi akan dipimpin oleh salah satu anggota Direksi yang ditunjuk oleh rapat Direksi.

168

Tunjangan Lainnya

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Rapat Direksi dapat diadakan setiap waktu bilamana dianggap perlu atas permintaan satu atau lebih anggota Direksi atau atas permintaan Dewan Komisaris atau atas permintaan tertulis dari satu atau lebih pemegang saham yang memiliki sedikitnya sepersepuluh atau lebih dari jumlah Saham Biasa yang beredar. Pengambilan keputusan rapat Direksi berdasarkan atas musyawarah untuk mufakat. Apabila mufakat tidak tercapai, maka pengambilan keputusan akan dilaksanakan berdasarkan atas pengambilan suara mayoritas dari anggota Direksi yang hadir. Kuorum rapat Direksi adalah apabila lebih dari setengah dari anggota Direksi hadir atau diwakili dengan sah secara hukum dalam rapat tersebut. Setiap anggota Direksi yang hadir memiliki satu suara (dan satu suara untuk setiap Direktur lainnya yang diwakili).

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Pada tahun 2010, Rapat Direksi dilaksanakan sebanyak 46 kali.

Tabel Kehadiran Rapat Direksi Direksi

Jabatan

Rinaldi Firmansyah

Rapat yang Dihadiri

Direktur Utama/CEO

45 dari 46

Arief Yahya

Direktur Enterprise & Wholesale

45 dari 46

Sudiro Asno

Direktur Keuangan

41 dari 46

Faisal Syam

Direktur Human Capital & General Affair

41 dari 46

Ermady Dahlan

Direktur Network & Solution

41 dari 46

I Nyoman G. Wiryanata

Direktur Konsumer

44 dari 46

Prasetio

Direktur Compliance & Risk Management

45 dari 46

Indra Utoyo

Direktur IT, Solution & Supply

43 dari 46

Program Pelatihan Peningkatan Kompetensi Dewan Komisaris dan Direksi Sepanjang tahun 2010, Kami melaksanakan beberapa program pelatihan bagi Dewan Komisaris dan Direksi untuk peningkatan kompetensi Dewan Komisaris dan Direksi.

Peningkatan Kompetensi Dewan Komisaris Nama Tanri Abeng

Program Daiwa Investment Conference, Communic Asia

Tanggal

Lokasi

10-12 Maret 2010 16-17 Juni 2010

Tokyo, Jepang Singapura

Arif Arryman

-

-

-

P. Sartono

-

-

-

Mahmuddin Yasin

-

-

-

Bobby A.A. Nazief

-

-

-

Program

Tanggal

Lokasi

Peningkatan Kompetensi Direksi Nama Rinaldi Firmansyah Arief Yahya

Benchmark

-

-

11-17 April, 2010

Korea Selatan

Ermady Dahlan

Benchmark

11-17 April 2010

Korea Selatan

Faisal Syam

WACE International Conference

3-5 Februari 2010

Hong Kong

The Second International Business Conference: Managing By Values

3-6 Mei 2010

Kanada

The 35th International Congress on Assessment Center Methods

19-24 Oktober 2010

Singapura

I Nyoman G. Wiryanata

Benchmark Pricing and IPTV Implementation in Singtel

18 – 22 Mei 2010

Malaysia

Communic Asia

Juni 18 2010

Singapura

Indra Utoyo

SAP Annual Seminar: Sapphire Now

17-19 Mei, 2010

Jerman

Telco IT Conference

16 November 2010

Hong Kong

Telco 2.0

10-11 November 2010

Inggris

Prasetio

Sudiro Asno

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Training Executive

19-21 Mei 2010

Korea Selatan

RMA/Wharton Advanced Risk Management Session II

15 – 23 Februari 2010

Amerika Serikat

Benchmark

25 – 29 April 2010

Taiwan

BNY Mellon – IFRS Disclosure and Presentation Requirements

11 – 12 Januari 2010

Amerika Serikat

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

169

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

KOMITE DI BAWAH DEWAN KOMISARIS Komite Audit

Komite Audit menjalankan tugas berdasarkan mandat Audit Committee Charter (yang telah diamandemen dengan Keputusan Dewan Komisaris No.20KEP/DK/2006 tanggal 11 September 2006). Audit Committee Charter dievaluasi secara berkala dan apabila diperlukan dilakukan amandemen untuk memastikan kepatuhan Perusahaan terhadap peraturan Bapepam-LK dan SEC serta peraturan terkait lainnya. Selama tahun 2010, Perusahaan tidak melakukan perubahan atas Audit Committee Charter tersebut. A u d i t C o m m i t t e e C h a r t e r s e c a ra g a r i s b e s a r memuat tujuan, fungsi dan tanggung jawab Komite A u d i t . B e rd a s a r k a n C h a r t e r i n i Ko m i te A u d i t bertanggungjawab untuk: a. Mengawasi proses pelaporan keuangan Perusahaan atas nama Dewan Komisaris; b. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris untuk penunjukan auditor eksternal; c. Mendiskusikan dengan auditor internal dan eksternal semua lingkup pekerjaan serta rencana audit mereka; d. Mendiskusikan Laporan Keuangan Konsolidasian TELKOM serta efektifitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan (”ICOFR”); e. Mengadakan rapat secara berkala dengan auditor internal dan eksternal, tanpa kehadiran manajemen, masing-masing untuk membahas hasil evaluasi dan hasil audit mereka atas pengendalian internal TELKOM serta kualitas laporan keuangan TELKOM secara keseluruhan; dan f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisaris, khususnya dalam bidang yang terkait dengan akuntansi dan keuangan, serta kewajiban lain yang diharuskan oleh SOA. Komite Audit dapat menunjuk konsultan independen atau penasehat profesional untuk membantu pelaksanaan tugasnya. Selain itu, Komite Audit juga menerima dan menangani pengaduan.

Independensi Komite Audit P e rat u ra n B a p e p a m - L K te n t a n g Ko m i te Au d i t mensyaratkan bahwa Komite Audit sedikitnya terdiri dari tiga orang anggota, satu diantaranya adalah Komisaris Independen yang bertindak sebagai ketua, sementara dua anggota lainnya harus merupakan pihak yang independen, minimal salah satu diantaranya harus memiliki keahlian (dalam konteks Item 16A dari Form 20-F) dalam bidang

170

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

akuntansi dan/atau keuangan. Agar memenuhi syarat independensi sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia, anggota eksternal Komite Audit: a. Bukan pejabat eksekutif Kantor Akuntan Publik yang memberikan layanan audit dan/atau layanan non-audit kepada Perusahaan dalam jangka waktu enam bulan terakhir sebelum penunjukannya sebagai anggota Komite Audit; b. Bukan sebagai pejabat eksekutif Perusahaan dalam jangka waktu enam bulan terakhir sebelum penunjukannya sebagai anggota Komite Audit; c. Tidak boleh terafiliasi dengan pemegang saham mayoritas; d. Tidak boleh mempunyai hubungan keluarga dengan Dewan Komisaris atau Direksi; e. Tidak boleh memiliki, secara langsung maupun tidak langsung saham TELKOM; dan f. Tidak boleh memiliki hubungan bisnis apapun yang terkait dengan bisnis Perusahaan. Selama 2010 terjadi perubahan komposisi anggota Komite Audit sebagai berikut: • Sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan BapepamLK tentang Komite Audit yang membatasi masa jabatan anggota Komite Audit, M. Ghazali Latief mengakhiri masa tugas sebagai anggota Komite Audit per tanggal 1 Maret 2010, • Masa tugas Jarot Kristiono sebagai anggota Komite Audit tidak diperpanjang dan berakhir per tanggal 19 Agustus 2010; dan • P. Sartono (Komisaris Independen) diangkat sebagai Ketua Komite Audit menggantikan Arif Arryman (Komisaris Independen) yang meninggal dunia pada tanggal 7 September 2010. Agus Yulianto bergabung menjadi anggota Komite Audit mulai tanggal 1 November 2010. Pada 31 Desember 2010, Komite Audit terdiri dari lima anggota: • P. Sartono (Komisaris Independen - Ketua); • Salam (Sekretaris); • Bobby A.A. Nazief (Komisaris); • Sahat Pardede; dan • Agus Yulianto. Berdasarkan keputusan RUPSLB pada tanggal 17 Desember 2010, masa jabatan P. Sartono sebagai Komisaris Independen berakhir pada tanggal 1 Januari 2011. Kemudian, RUPSLB mengangkat Rudiantara dan Johnny Swandi Sjam sebagai Komisaris Independen S aat ini, Komite Audit terdiri dari enam anggota: • Rudiantara (Komisaris Independen - Ketua); • Salam (Sekretaris); • Johnny Swandi Sjam (Komisaris Independen);

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

• Bobby A.A. Nazief (Komisaris); • Sahat Pardede, dan • Agus Yulianto. Di bawah ini adalah profil ringkas dan tugas dari masingmasing anggota Komite Audit: Rudiantara - Ketua/Komisaris Independen Rudiantara sebagai Ketua Komite Audit bertanggung jawab untuk mengarahkan, mengkoordinasikan dan memonitor pelaksanaan tugas tiap anggota Komite Audit. Salam - Sekretaris/Anggota S alam adalah Akuntan Publik Bersertifikat dan berpengalaman dalam bidang auditing, akuntansi, dan keuangan. Antara tahun 1974 dan 1989, beliau adalah pegawai Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Beliau juga pernah menjabat sebagai AV P D i v i s i Pe n g e m b a n g a n Us a h a P T R a j awa l i Wirabhakti Utama, Kepala Corporate Control Unit PT Pabrik Rokok Cap Bentoel dan Direktur Keuangan PT Telekomindo Primakarya. Beliau meraih gelar sarjana bidang akuntansi dari Institut Ilmu Keuangan Jakarta. Salam bertugas untuk memfasilitasi pelaksanaan tugas anggota Komite Audit, melakukan korespondensi, menyiapkan dokumentasi, menyiapkan laporan tahunan Komite Audit, dan mengkoordinasikan proses seleksi auditor independen. Johnny Swandi Sjam - Anggota/Komisaris Independen Johnny Swandi Sjam bertugas melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap tata kelola Perusahaan dan memantau peraturan pasar modal dan perundangan lainnya yang terkait dengan operasi Perusahaan. Bobby A.A. Nazief - Anggota/Komisaris B obby A.A. Nazief bertugas untuk mengawasi dan memantau teknologi informasi Perusahaan. Sahat Pardede - Anggota Sahat Pardede adalah Akuntan Publik Bersertifikat dan Managing Partner di Kantor Akuntan Publik Ghazali, Sahat & Rekan. Beliau mempunyai pengalaman yang luas dan keahlian di bidang audit dan memiliki pengetahuan luas dalam bidang akuntansi keuangan dan pengendalian internal sesuai dengan SOA Seksi 404. Pada tahun 1981 hingga 2000, beliau adalah pegawai Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Beliau meraih gelar sarjana bidang akuntansi dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (“STAN”), Jakarta dan meraih gelar Master bidang Business Administration dari Universitas Saint Mary di Halifax, Kanada.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Tugas utama Sahat Pardede adalah mengawasi dan memantau proses integrated audit serta proses konsolidasi laporan keuangan termasuk penerapan standar akuntansi keuangan, dan efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan (ICOFR). Agus Yulianto - Anggota Agus Yulianto adalah Akuntan Publik Bersertifikat dan berpengalaman dalam bidang audit, akuntansi, dan keuangan. Antara tahun 1983–1999, beliau adalah pegawai Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Beliau juga pernah bekerja sebagai konsultan senior pada Jakarta Inisiatif Task Force, procurement audit specialist untuk proyek-proyek yang didanai Bank Dunia. Sebelum ditunjuk sebagai anggota Komite Audit, beliau bekerja di Kantor Akuntan Publik HLB Hadori Sugiarto Adi & Rekan sebagai Ketua Tim Financial Management Specialist untuk sebuah proyek di Aceh yang dikelola oleh Bank Dunia dan didanai Multi Donor Fund. Beliau meraih gelar sarjana bidang akuntansi dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Jakarta dan meraih gelar Master bidang akuntansi dari Universitas Case Western Reserve, Cleveland, Ohio, Amerika Serikat. Agus Yulianto bertugas untuk mengawasi dan memantau efektivitas manajemen risiko (khususnya risiko-risiko pelaporan keuangan) yang dilaksanakan Direksi, memantau kemungkinan terjadinya kecurangan dan/atau penyimpangan yang berpotensi merugikan Perusahaan, dan penanganan pengaduan.

Ahli Keuangan Komite Audit Dewan Komisaris telah menetapkan Sahat Pardede, selaku anggota Independen Komite Audit Perusahaan, memenuhi kualifikasi sebagai Ahli Keuangan Komite Audit seperti yang diuraikan pada item 16A Form 20-F. Sahat Perdede telah menjadi anggota Komite Audit sejak Februari 2004. Sebelum penunjukannya sebagai anggota Komite Audit, dan sampai saat ini, beliau masih berpraktek sebagai Akuntan Publik Bersertifikat di Indonesia yang menyediakan layanan audit dan layanan keuangan lainnya kepada sejumlah Perusahaan swasta dan lembaga publik. Beliau merupakan Akuntan Publik Bersertifikat dan juga anggota Institut Akuntan Publik Indonesia.

Pengecualian dari Standar Pencatatan di Amerika Serikat untuk Komite Audit Sesuai dengan UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Perusahaan memiliki struktur dua dewan (Two Tiers board structure) yang terdiri dari Dewan Komisaris dan Direksi. Fungsi manajemen eksekutif dilaksanakan oleh Direksi sedangkan tugas utama Dewan Komisaris

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

171

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

adalah untuk mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam menjalankan operasi dan manajemen Perusahaan serta memberikan saran kepada Direksi. Peraturan Bapepam-LK No.IX.1.5 dan Peraturan Pencatatan No.1A yang dikeluarkan oleh BEI mengharuskan Dewan Komisaris perusahaan publik yang tercatat di BEI (seperti TELKOM) untuk membentuk Komite audit yang paling sedikit terdiri dari tiga anggota, satu diantaranya adalah komisaris independen yang bertindak sebagai ketua Komite audit, sementara dua anggota lainnya harus merupakan pihak yang independen, minimal salah satu diantaranya harus memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan/atau keuangan. Standar pencatatan NYSE yang ditetapkan berdasarkan Peraturan 10A-3 dari Exchange Act mengharuskan emiten swasta asing yang sahamnya tercatat di NYSE memiliki Komite Audit yang terdiri dari para direktur independen. Walaupun demikian, berdasarkan Peraturan 10A-3(c)(3), emiten swasta asing dapat dikecualikan dari persyaratan independensi ini apabila (i) pemerintah atau bursa efek negara asal mengharuskan Perusahaan memiliki Komite Audit; (ii) Komite Audit terpisah dari Direksi dan memiliki anggota baik dari dalam maupun luar dewan komisaris; (iii) anggota Komite Audit tidak dipilih oleh manajemen dan tidak ada pejabat eksekutif Perusahaan yang menjadi anggota Komite Audit; (iv) pemerintah atau bursa efek negara asal memiliki persyaratan untuk Komite Audit yang independen dari manajemen Perusahaan; dan (v) Komite Audit bertanggung jawab atas penunjukan, retensi dan pengawasan pekerjaan Auditor Independen. Kami memiliki Komite Audit yang terdiri dari enam anggota, dua Komisaris Independen, satu Komisaris dan tiga anggota eksternal independen yang tidak terafiliasi dengan TELKOM.

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

pada pengecualian umum berdasarkan peraturan 10A3(c)(3) mengenai komposisi anggota Komite Audit. Kami yakin bahwa acuan pada pengecualian umum tersebut tidak akan memberikan dampak sebaliknya secara material pada kemampuan Komite Audit untuk bertindak independen. Kami juga yakin bahwa maksud dari pembatasan bahwa tiap anggota Komite Audit merupakan Direktur Independen adalah untuk memastikan bahwa Komite Audit bebas dari pengaruh manajemen dan dapat menyediakan forum yang terpisah dari manajemen sehingga Auditor dan pihak-pihak berkepentingan lainnya dapat melakukan pembahasan masalah secara lugas. Peraturan Komite Audit yang dikeluarkan oleh Bapepam-LK mensyaratkan bahwa setiap anggota Komite Audit harus independen. Peraturan Komite Audit yang dikeluarkan Bapepam-LK juga mensyaratkan bahwa paling sedikit dua anggota Komite Audit, yaitu anggota eksternal independen, tidak hanya independen terhadap manajemen tetapi juga terhadap Dewan Komisaris dan Direksi serta Perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, kami yakin bahwa standar yang ditetapkan dalam peraturan Komite Audit yang dikeluarkan Bapepam-LK cukup efektif dalam memastikan kemampuan Komite Audit untuk bertindak independen. Pengecualian tersebut diatas telah kami laporkan dalam Annual Written Conformation yang disampaikan kepada NYSE. Namun, tidak seperti persyaratan yang ditetapkan dalam standar pencatatan NYSE, berdasarkan ketentuan yang berlaku bagi Komite Audit di Indonesia, Komite Audit TELKOM tidak mempunyai tanggung jawab langsung atas penunjukan, kompensasi dan retensi dari Auditor Eksternal. Komite Audit TELKOM hanya dapat merekomendasikan penunjukan Auditor Eksternal kepada Dewan Komisaris dan keputusan Dewan Komisaris harus mendapatkan persetujuan pemegang saham.

Tidak semua anggota Komite Audit TELKOM merupakan Direktur Independen seperti yang dipersyaratkan dalam Peraturan 10A-3 dari Exchange Act. TELKOM mengacu

172

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Laporan Komite Audit Berikut ini adalah laporan kegiatan Komite Audit untuk tahun buku 2010:

Independensi Auditor

Komite Audit telah menelaah dan membahas dengan Auditor Independen (KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan, member firm of Pw C global network ”PwC”) yang bertanggung jawab untuk memberikan pendapat mengenai kesesuaian Laporan Keuangan Konsolidasian dan daftar-daftar terkait dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan Amerika Serikat dan pendapat mengenai efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan, tidak hanya penilaian terhadap kualitas tetapi juga akseptabilitas dari prinsip akuntansi yang diterapkan Perusahaan dan hal-hal yang menurut standar auditing mengenai komunikasi dengan Komite Audit, standar dari Public Company Accounting Oversight Board (“PCAOB”), Peraturan Bapepam-LK dan SEC serta peraturan lain yang berlaku, harus didiskusikan dengan Komite Audit. Selain itu, Komite Audit juga telah mendiskusikan dengan akuntan perusahaan mengenai independensi Kantor Akuntan Publik terhadap Manajemen Perusahaan dan terhadap Perusahaan sendiri termasuk hal-hal yang tercantum dalam surat PwC, seperti yang diwajibkan menurut Peraturan PCAOB 3526, communication with Audit Committee Concerning Independence dan mempertimbangkan pengaruh dari layanan-layanan non-audit dari Kantor Akuntan Publik. Komite Audit telah menerima surat dari PwC yang memberikan penjelasan, seperti yang diwajibkan menurut peraturan PCAOB 3526, mengenai semua hubungan antara PwC dengan Perusahaan yang menurut pertimbangan profesional mereka dapat dianggap mengganggu independensi. PwC telah mendiskusikan independensinya dengan Komite Audit dan telah memberikan informasi melalui suratnya bahwa, menurut pertimbangan profesional mereka, PwC adalah independen terhadap Perusahaan.

Berdasarkan hasil tinjauan dan pembahasan tersebut, Komite Audit merekomendasikan kepada Dewan Komisaris, dan Dewan Komisaris telah menyetujui agar Laporan Keuangan Konsolidasian setelah audit dan daftar-daftar terkait serta evaluasi manajemen terhadap efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan Perusahaan untuk disertakan ke dalam Annual Report in Form 20-F yang akan dilaporkan Perusahaan kepada Bapepam-LK dan SEC.

Whistleblower a.

Komite telah menyusun prosedur untuk menerima dan menangani pengaduan yang berkaitan dengan masalah akuntansi, pengendalian internal dan audit, termasuk prosedur untuk menjaga kerahasiaan, dan pengaduan tanpa nama yang disampaikan karyawan berkaitan dengan masalah akuntansi dan audit sesuai dengan peraturan 10A-3(b)(3) dari Exchange Act.

b.

Berkaitan dengan manajemen risiko perusahaan, Komite Audit juga mengawasi dan memonitor risiko kecurangan dan risiko pelaporan keuangan yang berdampak material pada laporan keuangan.

Sepanjang 2010, Komite Audit telah mengadakan 30 kali rapat. Rapat ini diselenggarakan sesuai dengan persyaratan perjanjian Komite Audit dan bertujuan untuk memfasilitasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab bagi tiap anggota dan Komite Audit. Jumlah pertemuan dan tingkat kehadiran anggota Komite Audit adalah sebagai berikut: Tabel Jumlah Rapat Komite Audit Nama

Integrated Audit a.

b.

Komite Audit telah menelaah laporan manajemen mengenai evaluasi manajemen terhadap efektifitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan Perusahaan dan laporan PwC mengenai efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Komite Audit juga telah membahas significant deficiencies yang diidentifikasi selama proses evaluasi dan proses audit dengan manajemen dan PwC serta rencana manajemen untuk meremediasi kelemahan-kelemahan pengendalian internal atas pelaporan keuangan tersebut. Komite Audit telah membahas dengan internal auditor Perusahaan dan PwC mengenai seluruh lingkup dan rencana audit mereka. Komite Audit telah mengadakan rapat-rapat dengan internal auditor dan PwC, tanpa kehadiran manajemen, untuk membahas hasil pemeriksaan dan hasil evaluasi mereka terhadap pengendalian internal atas pelaporan keuangan serta kualitas laporan keuangan Perusahaan secara keseluruhan.

Komite Audit juga telah menelaah dan mendiskusikan Laporan Keuangan Konsolidasian setelah audit dan daftardaftar terkait dalam Laporan Tahunan (Form 20-F) dengan manajemen Perusahaan. Diskusi ini mencakup kualitas dan akseptabilitas prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan Perusahaan, kelayakan penilaian akuntansi yang signifikan, dan kecukupan keterbukaan dalam Laporan Keuangan Konsolidasian. Manajemen telah mengkonfirmasikan kepada Komite Audit bahwa Laporan Keuangan Konsolidasian tersebut : (i) merupakan tanggung jawab manajemen dan telah disajikan dengan penuh integritas serta obyektif; dan (ii) telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Jumlah Rapat

Arif Arryman

Tingkat Kehadiran

Persentase Kehadiran

17

14

82%

Salam

30

30

100%

P. Sartono

30

25

83%

Bobby A.A. Nazief

30

24

80%

M. Ghazali Latief

2

2

100%

Sahat Pardede

30

30

100%

Jarot Kristiono

15

14

93%

Agus Yulianto

7

7

100%

Catatan : 1. M. Ghazali Latief sampai dengan 28 Februari 2010; 2. Jarot Kristiono sampai dengan 19 Agustus 2010; 3. Arif Arryman sampai dengan 3 September 2010; 4. Agus Yulianto mulai dari 1 November 2010.

Jakarta, 28 Maret 2011

Rudiantara Ketua Komite Audit

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

173

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

Komite Nominasi dan Remunerasi Komite Nominasi dan Remunerasi dibentuk berdasarkan Keputusan Dewan Komisaris No.003/KEP/DK/2005 tertanggal 21 April 2005 tentang Pembentukan Komite Nominasi dan Remunerasi. Tujuan pembentukan Komite Nominasi dan Remunerasi adalah untuk melaksanakan, mengatur dan menegakkan prinsip-prinsip tata kelola Perusahaan yang baik sejalan dengan proses pencalonan posisi strategis dalam manajemen dan menetapkan besaran remunerasi bagi Direksi. Komite Nominasi dan Remunerasi ini bertugas untuk: • Mengembangkan sistem nominasi dan pemilihan bagi posisi strategis dalam Perusahaan dengan memperhatikan prinsip-prinsip tata kelola Perusahaan yang baik. antara lain transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, kewajaran dan independensi; • Membantu Dewan Komisaris dalam memilih kandidat bagi posisi strategis di Perusahaan, yaitu satu level di bawah Direktur, sebagaimana juga Direktur dan Komisaris pada anak Perusahaan yang terkonsolidasi dengan kontribusi mencapai 30% atau lebih terhadap pendapatan konsolidasian Perusahaan, seperti Telkomsel. Khusus untuk Telkomsel, rekomendasi Komite disampaikan kepada pemegang saham Seri A Dwiwarna; dan • Merumuskan sistem remunerasi bagi Direksi berdasarkan perhitungan kewajaran dan kinerjanya.

Independensi Komite Nominasi dan Remunerasi U ntuk menjaga independensi dalam pelaksanaan tugasnya, anggota Komite Nominasi dan Remunerasi tidak mempunyai hubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan Perusahaan. P ada 31 Desember 2010, Komite Nominasi dan Remunerasi terdiri dari tiga anggota: • Tanri Abeng - Ketua/Komisaris Tanri Abeng merupakan Ketua Komite Nominasi dan Remunerasi dan bertanggung jawab terhadap pemberian arahan dan koordinasi pelaksanaan tugas Komite. • P. Sartono – Sekretaris/Komisaris Independen P. Sartono merupakan Sekretaris sekaligus anggota Komite, bertanggung jawab untuk menyiapkan dan mengelola dokumentasi Komite, serta

174

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

mengkoordinasikan isu-isu terkait dengan nominasi dan remunerasi dengan pihak manajemen dan pihak eksternal yang independen.



Mahmuddin Yasin – Komisaris Mahmuddin Yasin merupakan salah satu anggota Komite dan bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan masukan yang berasal dari pemegang saham pengendali terkait dengan nominasi dan remunerasi.

Mengikuti perubahan dalam komposisi Dewan Komisaris kami per tanggal 1 Januari 2011, Dewan Komisaris melalui surat ketetapan No.03/KEP/DK/2011 tanggal 14 Januari 2011, menetapkan komposisi Komite Nominasi dan Remunerasi baru sebagai berikut: • Jusman Syafii Djamal - Ketua/Komisaris Jusman Syafii Djamal merupakan ketua Komite Nominasi dan Remunerasi dan bertanggung jawab terhadap pemberian arahan dan koordinasi pelaksanaan tugas Komite. • Mahmuddin Yasin - Komisaris Mahmuddin Yasin merupakan anggota Komite dan bertanggung untuk mengkoordinasikan masukan yang berasal dari pemegang saham pengendali terkait dengan isu nominasi dan remunerasi. • Bobby A.A. Nazief - Komisaris Bobby A.A. Nazief merupakan anggota Komite dan bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan masukan yang berasal dari pihak yang berhubungan dengan pemegang saham pengendali terkait dengan isu nominasi dan remunerasi • Rudiantara - Komisaris Independen Rudiantara adalah anggota Komite dan bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan isu nominasi dan remunerasi dengan pihak manajemen dan pihak eksternal yang independen. • Johnny Swandi Sjam - Komisaris Independen Johnny Swandi Sjam adalah anggota Komite d a n j u g a m e m i l i k i t a n g g u n g j awa b u n t u k mengkoordinasikan isu nominasi dan remunerasi dengan pihak manajemen dan pihak eksternal yang independen. • Yuki Indrayadi - Sekretaris/Sekretaris Dewan Komisaris Yuki Indrayadi adalah sekretaris merangkap sebagai anggota Komite dan bertanggung jawab untuk mempersiapkan dan mengelola administrasi dan dokumentasi Komite.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Laporan Komite Nominasi dan Remunerasi Berikut ini adalah laporan kegiatan Komite Nominasi dan Remunerasi untuk tahun buku 2010:

Komite Nominasi Komite ini bertugas sesuai dengan Keputusan Dewan Komisaris No. 07/KEP/DK/2010tertanggal 30 April 2010 terkait dengan penunjukan posisi strategis di Perusahaan, yaitu: 1.

2.

Mengisi posisi yang berada setingkat di bawah Direksi perusahaan atau Direksi pada anak perusahaan, Direksi harus berkonsultasi dengan Dewan Komisaris; Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan, untuk mengisi posisi Direksi dan Dewan Komisaris dalam anak perusahaan yang terkonsolidasi yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan konsolidasi sebesar 30% atau lebih, Direksi Perusahaan harus mendapatkan persetujuan dari Dewan Komisaris.

Sepanjang tahun 2010, Komite telah menyampaikan masukan terkait dengan usulan pencalonan beberapa posisi strategis, yaitu: EGM Divisi Consumer Service bagian barat, EGM Divisi Consumer Service bagian timur, EGM Divisi Business Service, EGM Divisi Multimedia, EGM Divisi CIS dan Divisi TELKOMFlexi. Komite juga memberikan masukan atas kandidat Komisaris dan Direksi PT Telekomunikasi Indonesia International (TII), Komisaris PT Multimedia Nusantara (Metra) dan menyetujui penunjukan Komisaris Telkomsel.

Selain itu, Komite ini juga membantu BOC dalam memformulasikan besaran remunerasi yang diajukan bagi Direktur dan Komisaris Perusahaan, yang diajukan kepada pemegang saham mayoritas pada penyelenggaraan RUPST di tahun 2010 Selama tahun 2010, Komite Nominasi dan Remunerasi telah menyelenggarakan rapat sebanyak 12 kali. Tabel Jumlah Rapat Komite Nominasi dan Remunerasi Nama

Jumlah Rapat

Tingkat Kehadiran

Prosentase Kehadiran

Tanri Abeng

12

12

100%

P. Sartono

12

12

100%

Mahmuddin Yasin

12

9

75%

Jakarta, 28 Maret 2011

Jusman Syafii Djamal Ketua Komite Nominasi dan Remunerasi

Remunerasi Pada tahun 2010, Komite membantu Dewan Komisaris dalam merumuskan ulang ketentuan mengenai tunjangan diluar gaji dan bonus serta fasilitas untuk Direksi kami. Perumusan ulang ketetapan ini kemudian disahkan oleh Dewan Komisaris melalui ketetapan Dewan Komisaris No.09/KEP/DK/2010 tertanggal 6 Mei 2010.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

175

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

Komite Evaluasi dan Monitoring Perencanaan dan Risiko Komite Evaluasi dan Monitoring Perencanaan dan Risiko atau “KEMPR” (sebelumnya Komite Pengkajian Perencanaan dan Risiko) dibentuk dengan mengacu pada Keputusan Dewan Komisaris No.02/KEP/DK/2009/RHS tanggal 26 Februari 2009 yang merupakan perubahan terhadap Keputusan Dewan Komisaris No.06/KEP/ DK/2006 tanggal 19 Mei 2006. Tujuan pembentukan KEMPR di antaranya untuk melakukan tinjauan atas rencana jangka panjang Perusahaan serta rencana kerja anggaran tahunan Perusahaan dan menyampaikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris. Komite ini juga bertanggung jawab terhadap pemantauan pelaksanaan rencana bisnis Perusahaan. Komite ini juga bertugas memberikan hasil tinjauan yang komprehensif dan masukan yang penting guna memenuhi tanggung jawabnya dalam membantu Dewan Komisaris dalam meninjau dan memantau proses pelaksanaan bisnis Perusahaan, penganggaran belanja modal, serta penerapan manajemen risiko Perusahaan. Lingkup tugas dari KEMPR adalah untuk: • Menyampaikan laporan evaluasi atas Rencana Jangka Panjang Perusahaan atau Corporate Strategic Scenario (“CSS”) dan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (“RKAP”) yang diajukan oleh Direksi sesuai jadwal yang ditentukan dari Dewan Komisaris; • Menyampaikan laporan evaluasi kepada Dewan Komisaris terkait dengan pelaksanaan CSS dan RKAP serta penerapan manajemen risiko Perusahaan; • M e m b e r i k a n re ko m e n d a s i ke p a d a D ewa n Komisaris dalam memberikan persetujuan CSS dan RKAP; • M e m b e r i ka n re ko m e n d a s i te r ka i t d e n g a n pelaksanaan manajemen risiko dan • Menjaga kerahasiaan Perusahaan sesuai peraturan yang berlaku. Dalam tahun 2010, KEMPR mengalami beberapa kali perubahan susunan keanggotaan. Pada tanggal 25 Februari 2010, berdasarkan Keputusan Dewan Komisaris No.05/ KEP/DK/2010, Komisaris Bobby A.A. Nazief menggantikan Komisaris Mahmuddin Yasin sebagai Ketua KEMPR, Komisaris Mahmuddin Yasin menjadi Wakil Ketua KEMPR, dan Komisaris independen P. Sartono tidak lagi menjadi anggota KEMPR. Selanjutnya, terhitung sejak tanggal 1 Mei 2010, berdasarkan Keputusan Dewan Komisaris No.08/KEP/DK/2010, Sdri. Rama Kumala Sari tidak lagi menjadi anggota KEMPR. Pada tanggal 14 Oktober 2010, berdasarkan Keputusan Dewan Komisaris No.19/KEP/DK/2010, Komisaris independen P. Sartono diangkat kembali menjadi anggota KEMPR untuk menggantikan Komisaris independen Arif Arryman yang

176

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

meninggal dunia pada tanggal 7 September 2010. Dengan demikian, pada akhir tahun 2010 susunan keanggotaan KEMPR terdiri dari 6 (enam) anggota sebagai berikut:



Bobby A.A. Nazief - Ketua/Anggota Beliau sebagai Ketua KEMPR dan bertanggung jawab untuk memberikan arahan, mengkoordinasikan dan memonitor pelaksanaan tugas dari seluruh anggota Komite. • Mahmuddin Yasin– Wakil Ketua/Anggota Beliau sebagai Wakil Ketua KEMPR yang bersama d e n g a n Ke t u a K E M P R , b e r t a n g g u n g j awa b memberikan arahan, mengkoordinasikan dan memonitor pelaksanaan tugas anggota Komite. • Ario Guntoro – Sekretaris/Anggota Lingkup tugas mencakup mengkoordinasikan pelaksanaan seluruh tugas Komite dan penjadwalan pelaksanaan kerja Komite, serta melakukan evaluasi dan pemantauan terhadap pencapaian Corporate Strategic Scenario (“CSS”) dan capital expenditure. Ario Guntoro merupakan seorang profesional dengan pengalaman luas di bidang keuangan, investasi, dan perbankan. Setelah berkecimpung di sektor perbankan swasta nasional mulai dari 1994 hingga 1999, sebagai corporate officer hingga Brand Manager, beliau bekerja untuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) mulai dari 1999 hingga 2004, dengan jabatan terakhir Assistant Vice President Divisi HIPA, dan sebelum bergabung ke dalam KEMPR pada tahun 2004 beliau penasihat khusus PT (Persero) PPA. Ario Guntoro meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1993.



P. Sartono - Anggota Bertanggung jawab melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap tata kelola Perusahaan dan pemantauan terhadap kepatuhan pada peraturan yang berkaitan dengan kegiatan usaha Perusahaan, khususnya dalam pelaksanaan program kerja Perusahaan dan penyusunan rencana jangka panjang Perusahaan. • Adam Wirahadi – Anggota Tugas utama Adam Wirahadi adalah untuk melakukan pemantauan terhadap implementasi tata kelola Perusahaan yang baik, termasuk kepatuhan dengan legal dan regulasi, menilai dampak dari regulasi terhadap aktivitas Perusahaan dan mengawasi penerapan manajemen risiko Perusahaan dan meninjau aspek kepatuhan dari hasil kerja dan keputusan Dewan Komisaris. Sebelum bergabung dengan KEMPR pada tahun 2003, yang bersangkutan bekerja di Kementerian Keuangan Republik Indonesia mulai dari 1999-2000 dan pada tahun 2001-2003 menjadi peneliti/analis di sebuah NGO dan konsultan lingkungan usaha, staf ahli DPR-RI pada tahun 2001-2002, dan anggota tim penyusun RUU pada Kementerian Perdagangan pada tahun 2001 dan Kementerian Pemberdayaan Aparat

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Negara pada tahun 2003. Adam Wirahadi meraih gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi (1998) dan Hukum (2007) dari Universitas Indonesia. • Widuri Meintari Kusumawati - Anggota Tugas utamanya adalah melakukan penilaian terhadap usulan RKAP yang diajukan manajemen dan memantau pencapaiannya di samping memantau pertumbuhan usaha Anak Perusahaan. Sebelum bergabung dengan KEMPR pada tahun 2004, Widuri M Kusumawati bekerja di Kementerian Keuangan (2000-2003) dan di sebuah bank swasta dalam negeri (2003-2004). Widuri M Kusumawati merupakan lulusan dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 2000 dengan menyandang gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi. S eluruh anggota Komite Evaluasi dan Monitoring Perencanaan dan Risiko (kecuali Mahmuddin Yasin, Bobby A.A. Nazief, Arif Arryman dan P. Sartono) merupakan anggota eksternal dan bersifat independen.

Laporan Komite Evaluasi dan Monitoring Perencanaan Risiko Sepanjang 2010, KEMPR melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap implementasi CSS periode berjalan, implementasi RKAP 2010, implementasi anggaran belanja modal (capex) dalam RKAP 2010, analisa investasi pada anak perusahaan dan implementasi manajemen risiko perusahaan. Selain itu, KEMPR juga melakukan evaluasi atas usulan CSS tahun 2011-2014 dan usulan RKAP tahun 2011. Kegiatan Komite Perencanaan dan Evaluasi Risiko dan Pengawasan dalam tahun 2010: 1. Corporate Strategic Scenario (“CSS”) KEMPR memantau implementasi Rencana Jangka Panjang Perusahaan (“RJPP”)/CSS periode 2010-2014 khususnya yang terkait dengan tahun berjalan dan melakukan evaluasi atas usulan CSS untuk periode 2011-2015 yang menjadi dasar bagi pengembangan Corporate Annual Message (“CAM”) pada tahun 2011 dan RKAP tahun 2011.



2.

Dalam CSS periode 2011-2015 digunakan TIME (Telecommunication, Information, Media, Edutainment) sebagai portofolio usaha perusahaan. Dibandingkan CSS periode sebelumnya, dalam CSS 2011-2015 telah dilakukan penyesuaian terhadap 10 inisiatif strategis dengan menambah portofolio bisnis TELKOM berdasarkan produk, segmen dan geografi. Pada tahap implementasi, KEMPR melakukan penelaahan dan pemantauan terhadap program transformasi perusahaan berdasarkan laporan dan rapat dengan Tim Transformasi TELKOM. Annual Business Budget Plan Dalam menjalankan RKAP 2010, Dewan Komisaris menginstruksikan kepada Direksi untuk menerapkan langkah-langkah penting, antara lain: • mempertahankan posisi daya saing produk-produk utama Perusahaan dibandingkan dengan pesaing yang antara lain ditunjukkan dengan konsistensi untuk mempertahankan pangsa pasar dan pangsa pendapatan; • mengendalikan pertumbuhan beban operasional dengan melakukan program cost competitiveness; • mengambil langkah-langkah yang terbaik di bidang keuangan dengan tetap mempertahankan asas kehati-hatian untuk meminimalkan risiko; • memprioritaskan pengeluaran belanja modal (capex) tahun 2010 untuk ekspansi bisnis new wave.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN



Dalam melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan RKAP tahun 2010, KEMPR antara lain memantau upaya TELKOM dalam melakukan akselerasi peningkatan pendapatan dari bisnis new wave dan mempertahankan kinerja bisnis legacy.

3.

Memantau Penerapan Enterprise Risk Management (“Manajemen Risiko Perusahaan”) KEMPR bertugas melakukan pemantauan terhadap penerapan ERM pada tahun 2010 termasuk mengenai penanganan terhadap risiko-risiko yang berdampak signifikan terhadap RKAP 2010 dan rencana mitigasinya, termasuk telah dilakukannya pemantauan risiko regulasi.



4.

Tindakan Direksi yang memerlukan persetujuan dari Dewan Komisaris. Selama tahun 2010, KEMPR melakukan kajian terhadap tindakan Direksi yang membutuhkan persetujuan Dewan Komisaris antara lain sebagai berikut: • Usulan akuisisi 75% saham PT Admedika; • Usulan pendanaan proyek Melon; • Usulan persetujuan divestasi 40% saham Patrakom; • Usulan pelaksanaan put option 20% saham Sigma; • Usulan penerbitan obligasi TELKOM tahun 2010; • Usulan persetujuan perubahan pinjaman pemegang saham menjadi equity (debt to equity swap) PT TELKOM Indonesia Internasional; • Usulan pinjaman perbankan yang akan dipergunakan untuk pinjaman pemegang saham; • Usulan pemberian pinjaman pemegang saham untuk PT Graha Sarana Duta dan PT Dayamitra (Mitratel); • Usulan equity call kepada Indonusa untuk pengembangan bisnis TELKOM Vision.

Selama tahun 2010, Komite Evaluasi dan Monitoring Perencanaan dan Risiko mengadakan rapat sebanyak 81 kali.

Tabel Jumlah Rapat Komite Evaluasi dan Monitoring Perencanaan Risiko Nama

Jumlah rapat(*) CSS RKAP ERM CA

Bobby A.A. Nazief Mahmuddin Yasin Arif Arryman

6

37

8

5

1

8

0

0

1

1

0

P. Sartono

8

42

Ario Guntoro

11

Adam Wirahadi Widuri Meintari Rama Kumala Sari

Jumlah kehadiran

Prosentase Kehadiran

56

69%

(**)

11%

1

3

4%

6

8

64

79%

51

9

10

81

100%

11

51

9

10

81

100%

11

33

9

9

62

77%

1

5

2

3

11

14%

9

(*) Angka ini menunjukkan jumlah item agenda yang dibahas dalam rapat KEMPR selama tahun 2010, terkait dengan perbedaan cara penghitungan jumlah rapat yang dibuat Komite. Jumlah rapat tersebut diluar pelaksanaan 3 kali rapat internal. (**) Terdapat Surat Kuasa sebanyak 12 kali atas ketidakhadiran Wakil Ketua.

Jakarta, 28 Maret 2011

Bobby A.A. Nazief Ketua KEMPR

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

177

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

Komite-komite di bawah Direksi Direksi secara kolektif bertanggung jawab pada seluruh kegiatan operasi, termasuk membuat struktur pengendalian internal, memastikan implementasi fungsi audit internal pada seluruh aktivitas manajemen dan mengambil tindakan yang didasarkan pada temuan audit internal dan kesesuaiannya dengan kebijakan dan petunjuk Dewan Komisaris. Dalam pelaksanaannya, Direksi dibantu oleh beberapa Komite eksekutif. Komite Eksekutif dibentuk oleh Direksi dan diperlukan untuk menentukan atau menyetujui kebijakan yang meliputi inisiatif bisnis. Direksi telah membentuk delapan Komite eksekutif. Kewenangan Anggota Komite Eksekutif melekat pada posisi (ex officio) dan tidak dapat didelegasikan. Komite Eksekutif memiliki hak-hak dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Mengambil keputusan terhadap perjanjian transaksi atau inisiatif bisnis untuk mempercepat proses pengambilan keputusan sejalan dengan tata kelola Perusahaan yang baik dan prinsip kehati-hatian dan 2. Mengembangkan strategi, arahan dan kebijakan yang terkait dengan bisnis dan manajemen risiko. Ketua, wakil ketua dan anggota Komite Eksekutif tidak independen, namun merupakan karyawan TELKOM. Dalam pelaksanaan tugasnya Komite Eksekutif dapat memanggil sumber-sumber yang independen untuk membantu mereka dalam melaksanakan tugasnya.

3.

4.

TINJAUAN KINERJA SAHAM

Komite Eksekutif yang berhubungan dengan penerapan tat kelola perusahaan yang baik adalah: 1. Komite Etika & SDM adalah Komite Eksekutif yang mempunyai kewenangan untuk menyetujui dan menetapkan kebijakan di bidang Sumber Daya Manusia (SDM), penerapan dan penegakan Tata Kelola Perusahaan, etika Perusahaan dan disiplin pegawai. Komite ini diketuai oleh Direktur Utama dan beranggotakan Direktur HCGA, Direktur Keuangan, Direktur Compliance & Risk Management dan VP HR Policy atau VP Organizational Development; 2. Komite Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) adalah Komite Eksekutif yang mempunyai kewenangan untuk menyetujui dan menetapkan kebijakan/ kegiatan operasional terkait CSR;

178

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Komite Regulasi adalah Komite Eksekutif yang mempunyai kewenangan untuk menyetujui dan menetapkan rancangan/usulan regulasi dan posisi Perusahaan atas isu regulasi; Komite Pengelolaan Anak Perusahaan adalah Komite Eksekutif yang mempunyai kewenangan untuk: a. Memberikan persetujuan atau menetapkan rencana strategis, arah dan kebijakan yang terkait dengan pengelolaan bisnis dan pengelolaan risiko di anak Perusahaan; b. Memberikan persetujuan transaksional dan atau inisiatif-inisiatif bisnis yang terkait dengan anak Perusahaan, dalam rangka percepatan proses pengambilan keputusan dengan menerapkan tata kelola Perusahaan yang baik dan prinsip kehati-hatian; c. Memberikan persetujuan atas usulan tindakan Direksi anak Perusahaan yang berdasarkan ketentuan Anggaran Dasar anak Perusahaan harus mendapat persetujuan tertulis terlebih

d.

e.

Komite-komite yang membantu Direksi Komite Eksekutif adalah Komite yang dibentuk oleh Direksi melalui Keputusan Direksi, yang diberikan kewenangan untuk menyetujui dan menetapkan kebijakan dan kegiatan operasional yang memerlukan persetujuan 2 (dua) Direktur atau lebih, atau yang merupakan eskalasi dari satu atau beberapa Direktur.

TINJAUAN BISNIS TELKOM

f.

g.

dahulu dari Perusahaan sebagai pemegang saham Anak Perusahaan; Memberikan persetujuan atas rencana aksi korporasi yang akan dijalankan di anak Perusahaan, seperti penambahan dan pengurangan modal (emisi saham baru/ capital injection/equity call/divestasi) di Anak Perusahaan, merger & akuisisi; Memberikan persetujuan atas usulan agenda RUPS anak Perusahaan yang diajukan secara tertulis oleh Direksi, Dewan Komisaris atau pemegang saham yang berdasarkan ketentuan Anggaran Dasar anak Perusahaan berhak mengajukan agenda RUPS anak Perusahaan yang akan dibahas dalam RUPS Anak Perusahaan; Memberikan persetujuan atas rencana keputusan RUPS Anak Perusahaan yang akan disampaikan oleh wakil/kuasa Perusahaan sebagai pemegang saham dalam RUPS Anak Perusahaan, termasuk menetapkan penggunaan laba bersih Anak Perusahaan, menetapkan komponen dan besaran remunerasi dan/atau kompensasi yang diberikan kepada anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris Anak Perusahaan, yang berdasarkan ketentuan Anggaran Dasar anak Perusahaan memerlukan persetujuan Perusahaan sebagai pemegang saham; dan Melakukan uji kepatutan dan kelayakan terhadap calon anggota Direksi dan/atau calon anggota Dewan Komisaris Anak Perusahaan yang berasal dari luar Perusahaan.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

5.

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Komite Risiko, Kepatuhan dan Penjaminan Pendapatan adalah Komite Eksekutif yang mempunyai kewenangan untuk menyetujui dan menetapkan kebijakan/inisiatif pengelolaan risiko antara lain: a. Menetapkan profil risiko dan risk appetite Perusahaan; b. Menetapkan kebijakan pengelolaan risiko dan kepatuhan; c. Mengeliminasi proses bisnis yang tidak efisien, penguatan pengendalian internal dan mitigasi risiko; d. Mengawasi efektivitas proses revenue assurance; dan e. Merekomendasikan pencegahan maupun perbaikan potensi kebocoran pada siklus pendapatan.

Komite eksekutif lainnya yang tidak terkait langsung dengan penerapan GCG adalah Komite Costing, Tariff, Pricing & Marketing, Komite Treasury, Keuangan dan Akuntansi (disingkat Komite Treasury & Keuangan) dan Komite Produk, Infrastruktur dan Investasi (disingkat Komite Investasi).

Investor Relations Dipimpin oleh seorang Vice President yang bertanggungjawab langsung pada Direktur Keuangan, Investor Relations bertanggungjawab atas kesiapan penyajian informasi pada proses inter relasi antara Perusahaan dengan pemegang saham sesuai dengan aturan tata hubungan yang ditentukan, serta terpeliharanya mekanisme umpan balik yang sistematis kepada Manajemen agar mampu merespon dinamika pemegang saham dan pasar modal secara tepat dan efektif. Aktivitas utama yang dimiliki Vice President Investor Relations adalah sebagai berikut: a. M e n g a r a h k a n , m e n y e l e n g g a r a k a n d a n mengendalikan proses administratif, pemenuhan permintaan informasi (untuk laporan tahunan, siaran pers dan filing) melalui media on-line, merancang detail rapat dan presentasi, diseminasi pernyataan; b. Mengkoordinasikan penyelenggaraan Shareholder Relation, yang mencakup tugas-tugas merespon permintaan informasi dari pemegang saham; c. M e n g k o o r d i n a s i k a n p r o g r a m p e m b i n a a n hubungan dengan investor yang mencakup tugas mengidentifikasi target interaksi, program

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

d

e. f.

g.

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

pendekatan ke seluruh investor, dan kegiatan lain yang terkait dengan mengembangkan minat investor secara intensif; M e n g ko o rd i n a s i p ro g ra m p e n g e m b a n g a n informasi, yang mencakup tugas pengembangan platform informasi, pengelolaan umpan balik, pengolahan informasi strategis yang terkait dengan fluktuasi dan tren harga saham dan kegiatan lainnya berterkaitan dengan peningkatan nilai informasi yang dapat diperoleh Perusahaan; Mengkoordinasi penyelenggaraan rapat tahunan dan Conference Calls; Mengkoordinasikan penyelenggaraan media komunikasi dalam penyelenggaraan laporan berkala dan penyediaan siaran berita (keterbukaan), penyediaan dokumen filing, pengelolaan website dan kegiatan lain yang terkait dengan proses penyajian informasi yang dibutuhkan oleh investor dan komunitas pasar modal; dan Memberikan rekomendasi/saran kepada Dewan Direksi untuk hal-hal yang terkait dengan aksi korporasi dalam merespon berbagai informasi investor dan hal-hal yang berhubungan dengan pasar modal.

Vice President Investor Relations dijabat oleh Agus Murdiyatno. Agus Murdiyatno, 41 tahun, bergabung dengan TELKOM sebagai Direktur dan Chief Operating Officer PT Sigma Cipta Caraka pada bulan Juni 2009. Pada 1 November 2009, beliau ditunjuk sebagai VP Investor Relations/Corporate Secretary. Beliau memulai karirnya sebagai auditor keuangan pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia pada tahun 1990. Pada tahun 1996, beliau bergabung dengan Coopers & Lybrand’s Jakarta Office sebagai Senior Information Systems Auditor. Pada tahun 1997, beliau bergabung dengan Excelcom, Perusahaan seluler terkemuka di Jakarta, sebagai Revenue Assurance Manager and Information Systems Audit Manager. Pada 1998, beliau bergabung dengan KPMG, beliau bertanggung jawab untuk mengelola risiko teknologi dan layanan audit internal. Pada tahun 2003, beliau memulai karir konsultannya saat bergabung dengan Divisi Konsultan Manajemen Ernst & Young, beliau dipromosikan sebagai Direktur Eksekutif Business Risk Services pada tahun 2006. Beliau memperoleh gelar sarjana akuntansi dari Sekolah Tinggi Akuntasi Negara, Jakarta, dan juga memiliki sertifikasi sebagai Certified Information Systems Auditor dan Certified Internal Auditor.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

179

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

T ELKOM sangat memberi perhatian pada dua prinsip penting tata kelola Perusahaan, akuntabilitas dan transparansi. Melalui unit IR dan unit Pemasaran, TELKOM secara berkelanjutan berupaya untuk memastikan bahwa informasi yang dikeluarkan diupayakan akurat, jelas, tepat dan menyeluruh dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan integritas pasar dan kepercayaan para pemangku kepentingan. Pengungkapan informasi Perusahaan dapat diakses melalui website TELKOM http://www.telkom.co.id atau silahkan hubungi kami di: Investor Relations Grha Citra Caraka Lt.5 Jl. Gatot Subroto Kav.52 Jakarta 12710 Telp : 62-21-5215109 Fax : 62-21-5220500 E-mail : [email protected] Di bawah ini daftar aktivitas keterbukaan dan koordinasi kami selama tahun fiskal 2010: Aktivitas Transparansi Informasi Conference Call*

Jumlah Aktivitas

Tanggal

4

4 April, 9 April, 5 Agustus, 4 Nopember

161

6,8,11,12,13,14,27,28,29 Januari, 3,4,5,8,10,11,12,16,18,22,25 Februari, 1,10,22,24,25 Maret, 14,15,19,21,22,23,29 April, 3, 5,6,7,17,19,20,26,27 Mei, 2,3,4,16,17,18,23,24,25,30 Juni, 1,2,7,16,19,21,22 Juli, 2,11,13,18,19,25,26 Agustus, 1,2,3,22,23,27,29,30 September, 7, 13,14,21,22,27 Oktober, 5,11,12,23,24 November, 15,22,23 Desember

Paparan Publik

2

4 Agustus, 10 November

Rapat Umum Pemegang Saham

2

11 Juni, 17 Desember

26

1 Maret, 7,8,12,13,16,30 April, 12,31 Mei, 8,15,18,23 Juni, 1, 30 Juli, 3,4,10 Agustus, 29 Oktober, 1,10,16 Nopember, 2,2,21, 21 Desember

Konferensi Investor

3

10-11 Maret, 10-11 Mei, 10 November

Roadshow

7

19–20 January, 25–26 Feb, 1-3Maret, 2629 April, 26-30 Juli, 16-19 November, 30 November

Kunjungan Investor

2

12 Januari, 15 Juli

12 Mei, 27 Mei, 15 Juni, 16 November, 2 Desember, 21 Desember 2010

Pertemuan Analis/Investor

Siaran Pers

Pengumuman Koran: a.

Rapat Umum Pemegang Saham

6

b.

Laporan Keuangan

2

9 April, 31 Juli 2010

c.

Dividen

2

18 Juni, 3 Desember 2010

d.

Edaran

-

(*) Conference Call adalah forum pertemuan antara Direksi TELKOM dengan para Investor dalam dan luar negeri, untuk membahas hasil laporan keuangan triwulanan melalui media elektronik, yaitu teleconference. Conference Call biasanya dilakukan bersamaan dengan diterbitkannya laporan triwulanan dalam bentuk Info Memo.

Tugas dan peran Sekretaris Perusahaan dipandang sangat strategis untuk menjamin implementasi tata kelola Perusahaan yang baik di dalam Perusahaan maupun dalam grup usaha (subsidiary governance). Berdasarkan Keputusan Direksi No.05/2009 tanggal 4 Maret 2009 dan Keputusan Direksi No.26/10 tanggal 27 Juli 2010, tugas dan peran Sekretaris Perusahaan dilakukan oleh beberapa unit kerja, yaitu:

180

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

No.

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

Tugas & Peran Sekretaris Perusahaan

LAMPIRAN

Penanggungjawab

1 Tata kelola Perusahaan

 

 

 

a. Komunikasi, koordinasi dengan divisi-divisi terkait, implementasi, pemantauan, penilaian dan penelaahan tata kelola di Perusahaan.

Head of Corporate Affairs

b. Menumbuhkan kepercayaan yang luas atas kemampuan manajemen dalam mengelola Perusahaan dan membangun nilai jangka panjang bagi pemangku kepentingan.

 

c. Memfasilitasi dan membangun efektivitas hubungan Komisaris dan Direksi dengan memperhatikan permasalahan keagenan (agency problem) dan tetap mengedepankan hubungan check and balances.

 

d. Memastikan dikelolanya hubungan kontrak antara pemilik dan pengelola serta charter Komisaris dan Direksi untuk memastikan tindakan pengendalian yang efektif terhadap keputusan yang tidak secara eksplisit dinyatakan dalam kontrak dan dalam kondisi tertentu diperlukan untuk menjamin kelangsungan Perusahaan.

 

e. Menyeimbangkan kompetensi dan kecukupan informasi kepada Komisaris dan Direksi untuk mencegah terjadinya gap kompetensi dan asymmetric information antara Komisaris dan Direksi.

 

f. Mengelola dan memastikan bahwa Laporan Tahunan Perusahaan (Annual Report) telah mencantumkan penerapan GCG di lingkungan Perusahaan.

Subdit Investor Relation - DITKUG

g. CSR

Unit CDC

 

Mengkoordinasikan penyelenggaraan aktivitas Perusahaan yang terkait dengan program tanggung jawab sosial Perusahaan (CSR). h. Corporate philosophy

 

i.

 

Subdit Organizational Development – DIT HCGA

Mensosialisasikan dan monitor implementasi Corporate Philosophy, Corporate Value, Sistem, Etika Bisnis dan Budaya Perusahaan.

 

Kebijakan tata kelola perusahaan yang baik

Subdit Business Effectiveness – DIT CRM

Menyusun kebijakan berikut kerangka kerja pengelolaan tata kelola perusahaan yang baik di Perusahaan termasuk kebijakan tata kelola perusahaan yang baik dalam ruang lingkup Group Usaha (subsidiary governance).

 

2 BoD Administration & Corporate Office

 

 

Membantu Direksi dalam berbagai kegiatan, informasi, dan dokumentasi antara lain :

Sub Unit Corporate Office Support – Unit Corporate Affairs  

a. Menyiapkan Daftar Khusus, berkaitan dengan Direksi dan keluarganya serta Komisaris dan keluarganya baik dalam Perusahaan maupun afiliasinya yang mencakup kepemilikan saham, hubungan bisnis dan peranan lain yang menimbulkan benturan kepentingan dengan kepentingan Perusahaan. b. Membuat Daftar Pemegang Saham.

 

c. Menghadiri Rapat Direksi dan membuat risalah rapat. d. Penyelenggaraan RUPS 3

 

4

Sinergi dan Koordinasi a. Komunikasi dan sinergi dengan Sekretaris Perusahaan Group mengenai informasi dan hal-hal yang berkaitan visi, misi dan pengelolaan tata kelola TELKOMGroup.

Subunit Business Portofolio Synergy – Unit SICP

b. Komunikasi dan sinergi program dalam ruang lingkup TELKOMGroup.

PMO

Legal / Regulatory Compliance. a. Kepatuhan atas ketentuan keuangan dan pasar modal:

 

 

• Mengingatkan dan memberi masukan kepada Direksi agar Perusahaan selalu mematuhi dan menjalankan peraturan-peraturan pasar modal serta berpegang teguh pada Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan.

Subdit Investor Relations - DITKUG

 

• Mengikuti perkembangan Pasar Modal, khususnya peraturanperaturan yang berlaku di bidang Pasar Modal serta praktik-praktik internasional berkaitan dengan tata kelola perusahaan yang baik.

 

• Sebagai penghubung atau contact person antara Perusahaan dengan Bapepam-LK dan BEI, dimana saham Perseroan tercatat dan pemangku kepentingan.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

 

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

181

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

No.

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

TINJAUAN KINERJA SAHAM

Tugas & Peran Sekretaris Perusahaan b. Kepatuhan atas ketentuan regulasi:

 

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Penanggungjawab Subunit Regulatory Management – Unit Corporate Communication

• Mengingatkan dan memberi masukan kepada Direksi agar Perusahaan selalu mematuhi dan menjalankan ketentuan sesuai regulasi.

 

• Mengikuti perkembangan industri, khususnya peraturan-peraturan yang berlaku dan akan berlaku bagi Perusahaan.

 

c. Kepatuhan atas ketentuan perseroan dan legal.

Subdit Legal & Compliance – DIT CRM

• Mengikuti perkembangan peraturan yang berlaku dan memastikan bahwa perseroaan selalu mematuhi peraturan perundangundangan.

5

Communication / Disclosure (Liaison Officer) a. Komunikasi dengan Otoritas Keuangan, Investor dan Pasar Modal:

 

• Mengelola komunikasi dua arah serta memelihara hubungan baik dengan Bapepam-LK dan BEI.

Subdit Investor Relations - DITKUG  

• Menyiapkan dan mengkomunikasikan informasi yang akurat, lengkap, dan tepat waktu mengenai kinerja dan prospek Perusahaan kepada masyarakat pasar modal, serta pemangku kepentingan dengan bekerjasama dengan divisi terkait.

 

• Memberikan pelayanan kepada Pemegang Saham atas informasi yang berkaitan dengan kondisi Perusahaan (contoh : press release, temu wartawan, media, analisis dampak makro terhadap kinerja Perusahaan).

 

• Mempublikasikan aksi korporasi Perusahaan secara taktis, strategis dan tepat waktu.

 

Subunit Public & Marketing Communication – Unit Corporate Communication

b. Komunikasi Publik, Pelanggan dan internal: • Menentukan kriteria mengenai jenis dan materi informasi yang dapat disampaikan kepada pemangku kepentingan, termasuk informasi yang dapat disampaikan sebagai public document.

   

• Merevisi tampilan dan tata kelola media internal Perusahaan dan menjalin hubungan baik dengan pemangku kepentingan melalui penyelenggaraan event penting.

 

• Memelihara dan memutakhirkan informasi tentang Perusahaan yang disampaikan kepada pemangku kepentingan, baik dalam website, buletin, atau media informasi lainnya.

 

TATA KELOLA AUDIT Unit Internal Audit

Unit Internal Audit (”IA”) berperan dalam menjalankan fungsi pengendalian atas aktivitas bisnis Perusahaan. Untuk tujuan itu, seperti diatur dalam peraturan pasar modal yang berlaku, IA bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama.

Piagam Internal Audit Guna menguatkan peran dan tanggung jawab tersebut, Piagam Internal Audit (IA Charter) telah mendeskripsikannya secara jelas yang berisi visi, misi, struktur, status, tugas dan tanggung jawab dan wewenang IA, persyaratan auditor dan persetujuan Direktur Utama termasuk Komite Audit atas isi Piagam Audit, dengan berpedoman pada Standar Profesi Internal Audit Internasional yaitu The International Standards for the Professional Practice of Internal Auditing yang dikeluarkan oleh Institut Internal Auditor (“IIA”).

182

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Sebagai perwujudan komitmen terhadap Piagam IA tersebut, selama tahun 2010, IA melakukan penataan atas posisinya sejalan dengan konstelasi organisasi Perusahaan dan meningkatkan peran serta IA dalam mengawal bisnis Perusahaan.

Tugas dan tanggung jawab Internal Audit Penguatan posisi IA merupakan aktivitas strategis dalam rangka memformulasikan kontribusi peran IA terhadap penyelenggaraan bisnis Perusahaan. Aktivitas ini dilakukan melalui perumusan ulang organisasi IA sejalan dengan peran IA dalam rangka pengawalan terhadap bisnis Perusahaan, sesuai dengan fungsi utama IA sebagai pemberi jaminan (assurance) dan layanan konsultansi internal (internal consulting services). Adapun strategi dan tujuan IA diterjemahkan dalam program kegiatan audit/non audit tahun 2010 sebagai perwujudan pemahaman IA terhadap arah bisnis Perusahaan. Perumusan di atas secara garis besar tertuang di dalam Master Plan IA 2009-2014.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Aktivitas IA diarahkan pada komitmen bahwa misi IA dapat terselenggara secara metodologis, yang berarti tahapan kegiatan audit dan konsultasi internal yang meliputi persiapan, pelaksanaan dan pemantauan hasil tindak lanjut merupakan proses yang terstandarisasi dan terukur. Untuk tujuan ini, pada tahap persiapan audit, metodologi audit berbasis risiko menjadi pedoman utama yang menekankan bahwa penentuan auditable units didasarkan pada tingkat risiko pada proses bisnis unit, makin tinggi risiko makin tinggi keharusan untuk diaudit. Oleh karena itu, pada setiap perencanaan audit, hal pertama yang diperhatikan adalah tingkat risiko dari sasaran audit tersebut, baik didasarkan kepada risiko pencatatan yang telah dipetakan oleh Perusahaan maupun penilaian profesional oleh IA sendiri. Guna memfasilitasi paradigma audit berbasis risiko tersebut, IA sejak awal tahun 2009 telah dilengkapi dengan sebuah alat manajemen yaitu Sistem Manajemen Audit (AMS) yang merupakan sebuah sistem aplikasi untuk mendokumentasikan pelaksanaan audit berbasis risiko secara online. Peningkatan peran serta IA dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas assurance atas operasional Perusahaan melalui aktivitas audit maupun non audit. Audit dilakukan untuk memastikan bahwa risiko-risiko bisnis yang mungkin terjadi dapat segera diatasi melalui pengendalian internal yang efektif. Jika ditemukan ketidakefektifan pada pengendalian suatu proses bisnis dan atau risiko yang di luar kendali, maka dilakukan substantive test, yaitu pengujian lanjut objek audit guna mendalami akar permasalahannya. Dengan alasan itu, pada tahun 2010, audit yang dilakukan mencakup area-area bisnis yang berisiko tinggi seperti proses penerbitan laporan keuangan per triwulan dan periode akhir tahun, proses keterbukaan (disclosure) informasi Perusahaan yang dipersyaratkan otoritas pasar modal per triwulan maupun akhir tahun (Annual Report), penjaminan pendapatan, proses pengelolaan atas kesiapan dan kualitas infrastruktur, proses pengawalan terhadap sinergi audit di TELKOMGroup. Disamping itu sebagai konsekuensi TELKOM mencatatkan sahamnya di BEI maupun NYSE, secara konsisten dan periodik, IA melakukan pengujian dan pengawalan terhadap efektivitas dan kecukupan pelaksanaan pengendalian internal atas pelaporan keuangan (Internal Control over Financial Reporting/ICOFR). TELKOM telah menjalani audit ICOFR ini sejak 2006. Berbagai tantangan diatasi dalam rangka menghilangkan penilaian kelemahan material yang terjadi atas pelaporan keuangan 2008 dan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

mempertahankannya sampai dengan tahun 2010 ini. Di samping itu, IA memiliki peran penting dalam mekanisme pengadu yang merupakan domain Komite Audit dan Executive Investigative Committee (“EIC”), dimana kepala IA ditunjuk sebagai sekretaris EIC. Mekanisme pengadu berfungsi untuk mengakomodasi setiap pengungkapan ‘pengaduan’ oleh karyawan untuk diteruskan kepada manajemen. Pada gilirannya, jika Komite Audit dan EIC menilai bahwa umpan balik pengadu perlu diselidiki lebih lanjut, IA akan mengambil tindakan untuk menindaklanjuti sebagai bagian dari tugas audit. Dalam rangka mendukung penyelenggaraan audit dan menumbuhkan kesadaran terhadap pentingnya melakukan pengendalian internal bagi para unit bisnis, setiap triwulan, unit bisnis melakukan Control Self Assessment (“CSA”) terhadap pengendalian internal yang menjadi tanggung jawabnya. Secara periodik, IA melakukan evaluasi terhadap hasil CSA tersebut untuk mengukur tingkat kecukupannya. Tahap selanjutnya adalah kegiatan layanan konsultasi internal. Pada tahun 2010, layanan konsultansi internal diarahkan pada penyelenggaraan operasional Perusahaan yang dapat dikelompokkan menjadi pengelolaan infrastruktur (alat produksi) dan produk, perdagangan dan operasi pendukung, termasuk Manajemen Risiko Perusahaan (“ERM”), identifikasi Risiko Pelaporan Keuangan Group (Group Financial Reporting Risk/ GFRR) dan pengelolaan Sumber Daya Manusia (Human Capital Management). Aktivitas konsultasi internal ini lebih merupakan solusi pencegahan sebagai antisipasi agar penyelenggaraan bisnis tetap pada arah yang tepat dan mengindahkan rambu-rambu peraturan yang berlaku. Hasil-hasil kegiatan di atas dilaporkan kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada Komite Audit yang kemudian hasil-hasil itu pun akan diinformasikan kepada auditee untuk ditindaklanjuti dan dilakukan perbaikan terhadap proses bisnisnya. Untuk memastikan bahwa hasil audit dan konsultasi internal memperoleh respon yang memadai dari auditee, maka dilakukan upaya pengawasan tindak lanjut. Tindak lanjut di lapangan dilakukan oleh auditee yang kemudian dimonitor oleh IA. Untuk hal ini, tindak lanjut dibatasi pada area-area proses bisnis yang signifikan dengan target waktu penyelesaian yang disepakati bersama.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

183

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Selama tahun 2010, fokus lain IA adalah pengawasan tindak lanjut atas kelemahan-kelemahan yang ditemukan oleh External Auditor pada tahun 2009. Aktivitas pengawasan telah didokumentasikan dengan baik. Untuk memberdayakan sumber daya manusia IA, program yang dilakukan adalah pada tataran penyiapan dan pemeliharaan tenaga auditor yang memiliki kompetensi untuk dapat berperan sesuai dengan lingkup kegiatan IA, mengikuti perkembangan bisnis Perusahaan. Peningkatan kompetensi yang penting pada tahun 2010 diantaranya adalah dengan melibatkan tenaga auditor secara intens dalam persiapan adopsi secara penuh Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) di TELKOM pada tahun 2011 melalui pelatihan, pemagangan, seminar dan workshop dan pembelajaran yang berkelanjutan. Sejak tahun 2007, IA dipimpin oleh Tjatur Purwadi, SE, MM, karyawan perseroan yang telah meniti karir panjang pada bidang teknis operasional. Kemudian yang bersangkutan ikut aktif menyusun dan membenahi sistem akuntansi perseroan sehingga mengantarkannya pada posisi Wakil Presiden Keuangan dan Kebijakan Logistik sebelum memangku jabatan Kepala IA.

Struktur Internal Audit Berikut adalah bagan struktur Internal Audit TELKOM: Head of Internal Audit AVP Administration & Support

VP Product Owner Audit

VP Delivery Channel Audit

VP Corporate Office & Shared Services Audit

AVP Infrastructure Audit

AVP Consumer Audit

AVP Financial Statement Audit

AVP Network Operation, Service & Tarif Audit

AVP Enterprise Wholesale Audit

AVP ICoFRt Audit AVP Shared Service Audit

VP General Services

AVP QA & System Development General Audit AVP QA & System Development IT Audit AVP QA & System Development Subsidiary Audit

KA KA KA KA KA KA KA KA

184

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Representative Representative Representative Representative Representative Representative Representative Representative

Office Office Office Office Office Office Office Office

I II.1 II.2 III IV V VI VII

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Independensi Auditor Laporan Keuangan Perusahaan untuk tahun buku 2010 sudah diaudit oleh PwC. Penunjukan auditor independen untuk tahun buku 2010 dilakukan sesuai prosedur penunjukan yang tepat dengan memperhatikan independensi dan kualifikasi auditor independen. Tabel berikut menyajikan ringkasan tagihan yang disampaikan PwC untuk tahun 2008, 2009 dan 2010, berturut-turut: Tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2008 

2009 

2010 

(Dalam jutaan Rp) 51.000 

49.640 

41.872 

Biaya yang terkait Audit







Biaya Layanan Perpajakan*



332*

398

Semua biaya lainnya



500 

400 

Biaya Audit

(*) Tagihan yang dibayar atas jasa kepatuhan pajak untuk TII yang diberikan PwC, belum termasuk PPN 10%.

Biaya dan Jasa Auditor Eksternal •



Biaya Jasa Perpajakan PwC tidak melaksanakan layanan terkait dengan kepatuhan, saran atau perencanaan perpajakan untuk TELKOM pada tahun 2008. Semua Biaya Lain-lain PwC tidak melaksanakan jasa non-audit pada tahun 2008.

Kebijakan dan Prosedur Pre-Approval Komite Audit TELKOM menerapkan kebijakan dan prosedur PreApproval yang mensyaratkan bahwa semua jasa nonaudit yang akan diberikan oleh Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk sebagai Auditor Independen, sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian Komite Audit, harus mendapat persetujuan lebih dulu dari Komite Audit. Berdasarkan perjanjian tersebut, jasa non-audit mungkin dapat diperkenankan untuk dilaksanakan oleh Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk sebagai Auditor Independen dengan ketentuan bahwa: (i) Direksi harus menyampaikan kepada Komite Audit (melalui Dewan Komisaris) uraian jasa non-audit yang akan dilaksanakan oleh Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk sebagai Auditor Independen; dan (ii) Komite Audit akan memutuskan apakah jasa non-audit yang diajukan akan mempengaruhi independensi Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk sebagai Auditor Independen atau akan menimbulkan benturan kepentingan.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Konsisten dengan Section 10(i) (1) (B) dari Exchange Act paragraf (c) (7) (i) (C) dari Rule 2-01 Regulation S-X Audit Committee Charter memberikan pengecualian untuk persyaratan Pre-Approval atas jasa non-audit yang diperkenankan (i) jika jumlah seluruh biaya jasa non-audit tersebut tidak lebih dari lima persen dari jumlah biaya audit yang dibayarkan oleh TELKOM kepada Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk sebagai Auditor Independen pada tahun buku, ketika jasa tersebut diberikan (ii) jasa yang diajukan tersebut tidak dianggap sebagai jasa non-audit pada saat kontrak untuk melaksanakannya ditandatangani, dan (iii) pelaksanaan jasa non-audit diketahui dengan tepat waktu dan disetujui sebelum penyelesaian audit oleh seorang anggota Komite Audit yang telah mendapat pelimpahan wewenang untuk memberikan pre-Approval dari Komite Audit atau langsung oleh Komite Audit.

Komunikasi dan Keterbukaan Informasi Sesuai prinsip transparansi dan keadilan tata kelola Perusahaan yang baik, TELKOM mengelola komunikasi dan pengungkapan Perusahaan sesuai Kebijakan Direksi Nomor 13 tahun 2009 yang dirancang berdasarkan ketentuan Sarbanes Oxley Act (SOA) section 302. Kebijakan ini berisi prosedur pengendalian keterbukaan Perusahaan (disclosure control procedure) bertujuan agar Perusahaan mampu memberikan keyakinan bahwa seluruh informasi yang diungkapkan kepada para pemegang saham, pemangku kepentingan dan otoritas pasar modal telah dikumpulkan, diperiksa, dicatat, diproses, diikhtisarkan, dan disampaikan secara akurat, tepat waktu, memenuhi prinsip perlakuan seimbang dan adil, prinsip kehati-hatian dan prinsip keterbukaan penuh sesuai dengan peraturan pasar modal. Praktek-praktek yang diterapkan untuk komunikasi dan pengungkapan meliputi: a. L a p o r a n Ta h u n a n / A n n u a l R e p o r t ( y a n g disampaikan kepada Bapepam dan US SEC); b. Annual Securities on Form-10; c. Semi Annual Report on Form-8; d. Surat Edaran Kepada Pemegang Saham (sirkular) dalam rangka corporate actions seperti merger dan akuisisi, Pemecahan Saham, Pembelian Kembali Saham, penawaran tender, stock option, divestasi, leverage buy out, dan corporate actions lainnya; e. Laporan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham; f. Laporan Pelaksanaan paparan publik; g. Presentasi Direksi dalam rangka Roadshow, Rapat Analis (inisiatif internal), Konferensi Investor (permintaan eksternal), Materi Paparan Publik (permintaan eksternal);

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

185

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

h. i. j. k. l. m. n. o. p.

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

Info Memo; Profil Perusahaan; Siaran Pers yang berkaitan dengan investor relations; Siaran Pers yang tidak berkaitan dengan investor relations; Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum; Surat Pemberitahuan Pemantauan Pemeringkatan; Ringkasan Keuangan Perusahaan, Ikhtisar Laporan Keuangan; Website Perusahaan; Majalah Internal TELKOM;

Proses utama yang dilakukan TELKOM sesuai prosedur pengungkapan meliputi: • Proses Representasi: merancang dan menjalankan proses representasi; • Pembentukan Komite Pengungkapan: membentuk Komite Pengungkapan yang diketuai oleh Direktur Keuangan dengan anggota para senior leader Perusahaan yang menentukan jenis pengungkapan yaitu kompleks atau non kompleks; • Diskusi dan Analisis Manajemen: melakukan penelaahan, persetujuan dan penilaian kecukupan informasi dan memastikan bahwa semua informasi yang material telah diungkapkan secara lengkap, akurat, konsisten dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Mekanisme penelaahan dilakukan dengan menggunakan jenjang sub-representasi karena tiap pihak yang terlibat dalam proses penyusunan dan bekerja sama untuk melakukan tinjauan pengungkapan secara bersama-sama bertanggung jawab kepada certifying officer/ approver untuk memastikan bahwa semua informasi yang material telah diungkapkan oleh Perusahaan akurat, lengkap, dan patuh terhadap regulasi eksternal maupun internal Perusahaan dan wajib menyediakan dokumentasi yang jelas dan lengkap serta tetap memperhatikan efektivitas dan efisiensi sebagai bukti pelaksanaan proses penyusunan dan tinjaun pengungkapan; • Penelaahan oleh eksternal/spesialis: untuk pengungkapan tertentu, konsultan akan mengevaluasi kecukupan ketentuan sesuai dengan persyaratan ketentuan pengungkapan, hal ini mengingat TELKOM merupakan Perusahaan multilisting di mana masingmasing bursa efek memiliki ketentuannya sendirisendiri; • Proses/Protokol untuk Penelahan Direksi: melakukan evaluasi pengungkapan oleh Direksi terkait sebelum proses penandatanganan/sertifikasi oleh Direktur Utama dan Direktur Keuangan;

186

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010





TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Internal Audit: melakukan audit secara berkala atas implementasi kebijakan dan penerapan pengungkapan Perusahaan mengacu pada ketentuan SOA 302 oleh Internal Auditor; dan Hubungan dengan Proses Section 404: senantiasa menyelaraskan proses pengendalian internal dengan perancangan dan penerapan SOX 404 berikut tindak lanjut defisiensi bilamana akan berdampak pada kehandalan pengungkapan.

Kepada pemangku kepentingan dan investor publik, TELKOM menyampaikan keterbukaan informasi Perusahaan yang terbarukan antara lain melalui: • Info Memo (quarterly); • Presentasi Direksi; • Press Release; • Jawaban pertanyaan DPR dalam rangka dengar pendapat (Hearing); • Press Conference; • Wawancara dengan pihak media. Sebagai Perusahaan yang mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek di Amerika Serikat (New York Stock Exchange - NYSE), TELKOM wajib tunduk pada peraturan otoritas pasar modal Amerika Serikat di mana salah satunya adalah Securities Exchange Act tahun 1934 (“Peraturan Pasar Modal“) yang mewajibkan Perseroan membuat Laporan Tahunan Form 20-F yang ditujukan kepada US SEC. Sedangkan dalam kaitan dengan pencatatan di Bursa Efek London (London Stock Exchange-LSE) serta terdaftar namun tidak tercatat pada Bursa Efek di Jepang. Perseroan wajib menyampaikan keterbukaan informasi, yang antara lain terdiri dari: • Annual Report; • Half Yearly Report; • Semi Annual Report on Form-10; • Annual Securities on Form-8. Kepada publik, Telkom menyampaikan informasi Perusahaan melalui website Perusahaan (www.telkom.co.id) dan khusus karyawan dan keluarganya informasi Perusahaan disampaikan melalui penerbitan majalah internal.

SISTEM PENGELOLAAN KINERJA Dalam mewujudkan komitmen penerapan tata kelola perusahaan yang baik khususnya penerapan prinsip akuntabilitas, TELKOM mengelola pertanggungjawaban kinerja karyawan dalam sebuah Sistem Manajemen Performansi Karyawan sesuai yang diatur pada kebijakan Perusahaan KD.66/2006. Sesuai dengan maksud dan tujuan kebijakan ini, maka azas obyektif adil dan transparan diterapkan mengacu pada pedoman pengukuran dan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

penilaian kinerja yang bertanggung jawab dalam mekanisme kontrak manajemen, penetapan indikator kinerja sesuai ruang lingkup tugas dan peran unit dan individu di organisasi dan penetapan target yang disepakati mengacu pada target kinerja Perusahaan yang telah ditetapkan dalam rencana Perusahaan.

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Pada tahun 2011 sistem ini tetap dipertahankan dan terus disempurnakan kualitasnya dari waktu ke waktu.

PENGENDALIAN INTERNAL TELKOM merancang dan menerapkan pengendalian internal berbasis kerangka kerja COSO Internal Control. Perancangan dan penerapan pengendalian internal kami mengacu pada konsep utama kerangka kerja COSO Internal Control yaitu: a. Pengendalian internal adalah suatu proses, maka dalam penerapannya TELKOM merancang prosedur panduan kerja yang didalamnya memuat pengendalian internal; b. Pengendalian internal dipengaruhi oleh manusia, maka dalam penerapannya kami memahami bukan seberapa baik atau lengkap proses telah dirancang di Perusahaan melainkan yang lebih penting adalah apakah proses tersebut telah dijalankan oleh karyawan; c. Pengendalian internal bukan sebuah nilai yang absolut sifatnya melainkan harus kami pahami bahwa Perusahaan menjalankan pengendalian internal dengan maksud untuk dapat memberikan keyakinan yang memadai terkait dimilikinya cara untuk menjamin tercapainya tujuan; dan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

LAMPIRAN

d.

Pengendalian internal adalah salah satu komponen penggerak tercapainya tujuan Perusahaan dan bukan proses yang berbeda atau berseberangan atau saling tumpang tindih dengan proses mengelola Perusahaan.



Penerapan pengendalian internal di TELKOM secara riil adalah bersamaan waktunya dengan penerapan ketentuan Sarbanes Oxley Act (SOA) Section 404 yaitu pengendalian internal atas pelaporan keuangan (internal control over financial reporting atau ICOFR) yaitu sejak tahun 2002. Secara fokus pengendalian internal yang diterapkan dalam prosedur operasional adalah untuk memastikan tercapainya kehandalan laporan keuangan Perusahaan yang bebas salah saji dan bebas kesalahan, namun demikian mengingat ICOFR dirancang dan diterapkan berbasis risiko dimana risiko dimaksud tidak semata-mata risiko kuantitatif keuangan atas kehandalan laporan keuangan melainkan termasuk risiko kualitatif terkait dengan risiko strategis, risiko bisnis dan

Target kinerja disusun berdasarkan rencana Perusahaan dan diturunkan secara berjenjang ditingkat unit, sub unit sampai dengan karyawan dengan memperhatikan prinsip Specific, Measurable, Achievable, Realistic, dan Time Related (SMART), sedangkan evaluasinya dilakukan secara berkala (harian, mingguan, bulanan, triwulan, tahunan) sesuai indikator kinerja yang diukur dalam mekanisme penelaahan manajemen, yang didukung beberapa aplikasi secara online. Penerapan kontrak manajemen ditetapkan dengan basis balanced scorecard yang digunakan untuk menilai pertanggungjawaban kinerja Direksi, pemimpin tertinggi, pemimpin senior/unit dan karyawan dan selanjutnya menjadi acuan penetapan remunerasi, evaluasi kontrak manajemen dilakukan setiap triwulan yang pencapaiannya diukur melalui aplikasi pedoman kinerja.

DATA PERUSAHAAN

risiko operasional lainnya.

Aktivitas pengendalian internal di tahun 2010 tetap mengacu kepada kerangka kerja COSO Internal Control dan lebih dititikberatkan pada pemeliharaan rancangan untuk memastikan hasil rancangan tetap sesuai dengan perubahan industri dan transformasi organisasi yang berlangsung di tahun 2010.

Budaya Korporasi dan Etika Bisnis Untuk mengantisipasi tantangan pada lingkungan bisnis dan menjaga keunggulan kompetitif, kami mulai melakukan proses perubahan. Kami mungkin salah satu pelaku perubahan tunggal terbesar dalam sejarah industri telekomunikasi. Perubahan kami menyentuh empat aspek operasi: transformasi bisnis, transformasi infrastruktur, transformasi organisasi, dan transformasi sumber daya manusia dan budaya. Transformasi budaya dimulai dengan perubahan identitas brand, yang dicapai melalui perubahan logo. Perubahan ini sejalan dengan perkembangan portofolio bisnis kami TIME. Pernyataan brand positioning TELKOM dalam transformasi ini adalah “Life Confident”, yang ditunjukkan melalui brand values (Expertise, Empowering, Assured, Progressive and Heart) dan semboyan kami “the world in your hand”. Saat ini The Telkom Way merupakan budaya Perusahaan kami yang memiliki harapan mampu memadukan seluruh elemen Perusahaan untuk dapat memberikan value terbaik kepada setiap pemangku kepentingan.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

187

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

“The Telkom Way”, ditetapkan sebagai cara bekerja insan TELKOM (as the way TELKOM work). Rumusan budaya korporasi terdiri dari: • Basic Belief: Committed 2 U. Makna singkatnya adalah komitmen Perusahaan dan seluruh jajaran nya untuk selalu memberikan yang terbaik kepada pemangku kepentingan dengan berpegang pada 7 norma etika, yaitu: Kejujuran, Transparansi, Komitmen, Kerjasama, Disiplin, Peduli dan Tanggung Jawab; • Corporate Values: TELKOM’s 5C. Merupakan nilai-nilai utama yang dianut oleh insan TELKOM dan merupakan manifestasi dari basic beliefs. Nilai-nilai tersebut adalah Commitment to the long term, Customer first, Caring Meritocracy, Co- cre at i on of w i n -w i n p art n er sh ip s, d a n Collaborative innovation; dan • Key Behaviour: 15 Key Behaviours. Standar budaya yang dapat diamati berupa perilaku teladan, yang setidaknya harus dimiliki setiap insan TELKOM.

Kode Etik TELKOM memiliki kode etik sejalan dengan ketentuan SOA bagian 406. Kode Etik kami berlaku pada Presiden Direktur, Direktur Keuangan (posisi yang setara dengan Chief Executive Officer dan Chief Financial Officer), Komisaris, Direktur dan pejabat kunci lainnya serta seluruh karyawan. Informasi tentang kode etik terdapat pada website kami http://www.telkom.co.id/about-telkom/business-ethics. Setiap perubahan dan pengesampingan terhadap kode etik juga akan diinformasikan melalui website.

KEPATUHAN Komitmen TELKOM untuk menyelenggarakan bisnis sesuai standar tertinggi tata kelola perusahaan yang baik dan kepatuhan dikelola oleh unit Legal & Compliance dibawah Direktur Compliance & Risk Management. Melalui unit tersebut Perusahaan berupaya untuk mengendalikan dan memastikan kebijakan, keputusan Perusahaan dan seluruh aktivitas bisnis sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan baik yang berlaku di internal Perusahaan maupun undang-undang/regulasi eksternal yang harus dipatuhi Perusahaan termasuk pemenuhan aspek legal atas hubungan Perusahaan dengan pihak lain. S e c a ra p ro a kt i f T E L KO M m e n j a l a n ka n p ra kt i k kepatuhan sampai pada tingkat unit bisnis atau tingkat transaksional yang terus dipelihara sampai dengan saat ini. Beberapa aktivitas yang dilakukan selama tahun 2010 antara lain adalah: • Melakukan dukungan aktivitas bisnis melalui legal advisory kepada unit bisnis dengan menyampaikan kajian hukum (Legal Opinion) atas rencana tindakan

188

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

dan permasalahan yang telah terjadi terkait dengan kesesuaian hukum atau ketentuan yang berlaku. (Legal Advisory);



• •



Melakukan evaluasi kajian risiko dan legal (risk & legal review) atas rencana inisiatif bisnis, kebijakan dan rencana kerjasama yang akan dilakukan oleh Perusahaan. (Legal Review atas inisiatif Bisnis & Policy). Penyelesaian kasus litigasi dan non litigasi (litigation); Menyelenggarakan layanan data kepada pihak eksternal sebagai bentuk kewajiban operator telekomunikasi untuk menyediakan data kepada Aparat Penegak Hukum; Mendokumentasikan dan berbagi pengetahuan atas pembelajaran terjadinya kasus litigasi sebagai referensi untuk tidak terulang kembali berupa TELKOM Lesson Learnt Book.

KONTRAK MATERIAL Pada 2010, TELKOM dan Telkomsel tidak mengajukan kontrak material baru atau mengubah kontrak material yang sudah ada, di luar kontrak yang sudah dimasukkan atau diubah dalam kegiatan usaha biasa.

KASUS HUKUM MATERIAL Dalam melaksanakan kegiatan usahanya, Perusahaan dan anak Perusahaan telah menjadi tergugat dalam berbagai kasus hukum yang terkait dengan perselisihan tanah, praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, dan praktik kartel SMS. Berdasarkan estimasi manajemen mengenai kemungkinan hasil penyelesaian dari kasus-kasus tersebut, Perusahaan dan anak Perusahaan mencadangkan sebesar Rp63.795 juta pada tanggal 31 Desember 2010. Berikut disampaikan penjelasan tentang kasuskasus yang sedang dihadapi oleh TELKOM dan atau karyawannya. 1. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (“KPPU”) melalui suratnya pada tanggal 5 Desember 2007 memberitahu Telkomsel bahwa berdasarkan hasil penyelidikan kasus No.07/KPPU-L/2007 tanggal 19 November 2007 berkaitan dengan transaksi kepemilikan silang oleh Temasek Holdings dan praktik monopoli oleh Telkomsel, sesuai dengan peraturan yang berlaku mengenai pelanggaran Undang-Undang No.5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, menyatakan antara lain: • Telkomsel tidak terbukti melanggar pasal 25.1.b Undang-Undang tersebut.; • Telkomsel telah melanggar pasal 17.1 UndangUndang tersebut;

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN







Memerintahkan Temasek Holdings dan Perusahaan afiliasinya untuk melepaskan kepemilikannya di Indosat atau Telkomsel dengan syarat-syarat sebagai berikut: • Maksimum kepemilikan untuk masingmasing pembeli adalah 5% • Pembeli tidak memiliki hubungan dengan Temasek Holdings • Telkomsel diharuskan membayar denda sebesar Rp25 miliar dan memerintahkan Telkomsel untuk menghentikan praktik pengenaan tarif yang tinggi dan menurunkan tarif paling sedikit sebesar 15% dari tarif yang berlaku. Pada tanggal 9 Mei 2008, Pengadilan Negeri telah mengumumkan keputusannya dan menyimpulkan antara lain sebagai berikut; • Telkomsel tidak terbukti melanggar pasal 25.1.b Undang-Undang tersebut; • Telkomsel telah melanggar pasal 17.1 UndangUndang tersebut; • Memerintahkan Temasek Holdings dan Perusahaan afiliasinya yang terkait untuk melepaskan kepemilikannya di Indosat atau Telkomsel atau mengurangi kepemilikannya menjadi 50% pada masing-masing Perusahaan dalam batas waktu dua belas bulan sejak tanggal keputusan ini final dan mengikat secara hukum dengan syarat-syarat sebagai berikut: • Maksimum persentase kepemilikan untuk masing-masing pembeli adalah 10%, • Pembeli tidak memiliki hubungan dengan Temasek Holdings. • Telkomsel diharuskan membayar denda sebesar Rp15 miliar; dan • P e n g a d i l a n N e g e r i t i d a k m e n ye t u j u i keputusan KPPU mengenai perintah untuk menurunkan tarif tersebut karena KPPU tidak memiliki kewenangan untuk menentukan tarif tersebut. Pada tanggal 22 Mei 2008, Telkomsel telah mengajukan keberatan hukum kepada Mahkamah Agung (“MA”). Pada tanggal 9 September 2008, MA mencabut keputusan Pengadilan Negeri yang memerintahkan Temasek Holdings dan Perusahaan afiliasinya yang terkait untuk melepaskan salah satu kepemilikannya di Indosat atau Telkomsel. Pada tanggal 14 Mei 2009, Telkomsel mengajukan peninjauan kembali ke MA atas keputusan tersebut. Pada 5 Mei 2010, MA mengumumkan penolakannya atas peninjauan kembali tersebut. Pada 7 Januari 2011, Telkomsel membayar penalti atas kasus KPPU sebesar Rp15 miliar.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

2.

Pelanggan tertentu Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata (dahulu Excelcomindo Pratama) yang berdomisili di Bekasi, Tangerang, dan berbagai wilayah lainnya, diwakili oleh penasehat Hukum, telah mengajukan gugatan hukum class action ke pengadilan Negeri terhadap Telkomsel, TELKOM, Indosat, Pemerintah, Temasek Holdings, dan Perusahaan terafiliasi tertentu (“Pihak Tergugat”). Pihak Tergugat didakwa telah menerapkan tarif yang terlalu tinggi dari tarif sewajarnya, yang berpotensi merugikan pelanggan tersebut.



Pada tanggal 8 Juli 2008, gugatan hukum class action ke Pengadilan Negeri Bekasi terhadap Telkomsel, telah ditolak dan kasus tersebut telah ditutup.



Pada tanggal 14 Agustus 2008, berdasarkan keputusan pengadilan, gugatan hukum class action di Tangerang dan wilayah lainnya dikonsolidasi menjadi satu kasus, untuk diajukan ke Pengadilan Negeri Tangerang. Pelanggan di berbagai wilayah lainnya keberatan atas keputusan tersebut dan mengajukan keberatan hukum ke MA. Pada tanggal 21 Januari 2009, dalam keputusannya No.01K/Pdt. Sus/2009, MA menyetujui tuntutan para pelanggan, oleh karena itu, gugatan hukum class action diproses secara terpisah di pengadilan masing-masing. Berdasarkan ketetapan MA tersebut, pengesahan ini dianggap telah dieksekusi dan pada tanggal 6 Oktober 2009 Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memutuskan bahwa pemeriksaan terhadap kasus ini dapat dilanjutkan.



Pada 27 Januari 2010, class action yang diajukan pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat ditolak dengan alasan bahwa tuntutan class action tersebut tidak sah dan tidak dapat diterima secara hukum. Tidak ada gugatan banding yang diajukan oleh para pelanggan. Pada 24 Mei 2010, kasus class action diajukan kepada Pengadilan Negeri Tangerang juga ditolak dengan alasan yang sama dan tidak ada gugatan banding dari para pelanggan.



Manajemen berkeyakinan bahwa Telkomsel telah mengenakan tarif sesuai dengan peraturan, sehingga gugatan tersebut tidak mempunyai dasar yang kuat. Namun demikian, Telkomsel tidak dapat memprediksi putusan kasus tersebut atau memperkirakan dengan perhitungan yang wajar batasan pengaruhnya terhadap laporan keuangan berdasarkan perkembangan terakhir dari kasus tersebut.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

189

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

3.



LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

Perusahaan, Telkomsel dan beserta tujuh operator telekomunikasi lainnya sedang diperiksa oleh KPPU dengan tuduhan melakukan praktik kartel SMS. Sebagai hasil dari pemeriksaan tersebut pada tanggal 17 Juni 2008, KPPU menyatakan bahwa TELKOM, Telkomsel, dan beberapa operator lainnya terbukti melanggar pasal 5 UndangUndang No.5 tahun 1999 dan menjatuhkan denda kepada Perusahaan dan Telkomsel masing-masing sebesar Rp18 miliar dan Rp25 miliar. Sehubungan dengan Keputusan KPPU pada tanggal 17 Juni 2008, Perusahaan dan Telkomsel telah mengajukan keberatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan Pengadilan Negeri Bandung, masing-masing pada tanggal 19 Juli 2008 dan 11 Juli 2008. Sampai dengan tanggal penerbitan laporan tahunan ini, belum terdapat keputusan atas pengajuan keberatan tersebut.

d.

e.

f.

g.

Kami yakin bahwa hasil dari investigasi atau putusan pengadilan dari kasus ini tidak akan memberi dampak material terhadap kondisi finansial kami. Lihat Catatan 48 Laporan Keuangan Konsolidasian kami untuk rincian lebih lanjut.

kejadian setelah tanggal neraca a.

b.

c.

190

Pada tanggal 6 Januari 2011, Telkomsel menerima pemberitahuan dari Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat bahwa serikat pekerja Telkomsel (“SEPAKAT”) telah mengajukan gugatan terhadap Telkomsel melalui Pengadilan sehubungan dengan perselisihan tertentu dengan Telkomsel terkait pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama (“PKB”). Informasi tersebut umumnya dipersyaratkan oleh PSAK 57: Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi, dan Aktiva Kontinjensi, untuk tidak diungkapkan karena hal ini dapat menimbulkan prasangka terlalu dini terhadap hasil dari gugatan tersebut. Manajemen Telkomsel berkeyakinan bahwa Telkomsel telah melaksanakan PKB tersebut secara memadai dan gugatan tersebut akan berhasil ditolak oleh Telkomsel. Pada tanggal 7 Januari 2011, Telkomsel membayar denda atas kasus KPPU (Catatan 48c) sebesar Rp15 miliar. Pada tanggal 10 Januari 2011, Perusahaan melakukan pembayaran dividen kas interim sebesar Rp250.085 juta (Catatan 39).

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

h.

i.

j.

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Pada tanggal 21 Januari 2011, Telkomsel telah melunasi saldo hutang jangka menengah dari BNI dan BCA yang diperoleh pada tahun 2008 masing-masing sebesar Rp400 miliar dan Rp200 miliar (Catatan 21). P a d a t a n g g a l 27 J a n u a r i 2 0 1 1 , Te l ko m s e l menandatangani perjanjian pembangunan Soft HLR (Soft HLR Roll Out Agreement) dengan PT Nokia Siemens Networks dan Nokia Siemens Networks Oy dan perjanjian jasa teknik Soft HLR (Soft HLR Technical Support Agreement) dengan PT Nokia Siemens Networks. Pada tanggal 28 Januari 2011, Telkomsel menarik fasilitas dari Finnish Export Credit Ltd. sebesar US$56, 83 juta (setara dengan Rp514,74 miliar). (Catatan 21) Pada tanggal 24 Januari 2011 dan 25 Februari 2011, Perusahaan dan INTI menandatangani perjanjian Surat Pesanan Perjanjian Pengadaan dan Pemasangan Modernisasi Jaringan Kabel Tembaga Melalui Optimalisasi Aset Jaringan Kabel Tembaga dengan Pola Trade In/Trade Off masing-masing untuk STO Cengkareng, S TO G a n d a r i a , d a n S TO I n j o k o s e b e s a r R p 9 6 .0 3 6 j u t a d a n u n t u k STO S e m a n g g i sebesar Rp44.338 juta. Pada tanggal 4 Februari 2011, Telkomsel telah melunasi saldo hutang jangka menengah dari BRI yang diperoleh pada tahun 2008 sebesar Rp200 miliar (Catatan 21). Pada tanggal 23 Februari 2011, Telkomsel m e n e r i m a S u r a t Ta g i h a n P a j a k a t a s keterlambatan pembayaran pajak penghasilan pasal 25 untuk tahun fiskal 2010 dengan denda sebesar Rp8 miliar. Pada tanggal 8 Maret 2011, berdasarkan RUPS s i r ku l e r I n d o n u s a , p a ra p e m e g a n g sa ha m I n d o n u s a m e n ye t u j u i p e n g a l i h a n h u t a n g sebesar Rp174.842 juta (debt to equity swap) menjadi modal ditempatkan dan disetor penuh menjadi Rp548.537 juta, sehingga kepemilikan Perusahaan di Indonusa meningkat menjadi 99,46%.

KETERSEDIAAN DOKUMEN TELKOM menyampaikan laporan, termasuk laporan tahunan dalam Form 20-F dan informasi lain di SEC berdasarkan peraturan dan regulasi SEC yang berlaku untuk emiten swasta asing. Seluruh bahan yang dilaporkan TELKOM sebagai exhibit pada laporan tahunan pada Form 20-F

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

kepada US Securities and Exchange Commission dapat dibaca di kantor Investor Relation Perusahaan. Alamat kantor kami terdapat pada halaman 180.

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR Anggaran Dasar Perusahaan (“Anggaran Dasar”) telah didaftarkan sesuai Undang-undang Perseroan Terbatas No.1 Tahun 1995 dan telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri No.C2-7468.HT.01.04.TH.97 tahun 1997. Sehubungan dengan diterbitkannya Undang-Undang Perseroan Terbatas (“UUPT”) No.40 Tahun 2007 yang mencabut Undang-undang Perseroan Terbatas No.1 Tahun 1995, Perseroan telah menyesuaikan Anggaran Dasarnya dan telah disetujui oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan HAM No: AHU.46312.AH.01.02 Tahun 2008 tanggal 31 Juli 2008 dan telah didaftarkan pada Berita Negara Republik Indonesia No.84 tanggal 17 Oktober 2008, Lampiran Berita Negara No.20155. Perubahan Anggaran Dasar terakhir adalah dalam rangka penyesuaian dengan Peraturan Bapepam-LK IX.J.1 tentang Pokok-Pokok Anggaran Dasar Perseroan Yang Melakukan Penawaran Efek Bersifat Ekuitas dan Peraturan Bapepam-LK IX.E.2 tentang Transaksi Material dan perubahan Kegiatan Usaha Utama, sebagaimana telah disetujui dalam RUPST pada tanggal 11 Juni 2010 berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan RUPST No.37 tanggal 24 Juni 2010 yang dibuat oleh Notaris Dr.A. Partomuan Pohan S.H., LLM. Perubahan Anggaran dimaksud telah diterima oleh Menteri Hukum dan HAM RI sesuai surat No.AHU-AH.01.10-18476 tanggal 22 Juli 2010 tentang Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Perseroan dan keputusan Menteri Hukum dan HAM RI No.AHU-35876.AH.01.02.Tahun 2010 tanggal 19 Juli 2010 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan. Sesuai Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah menyelenggarakan jaringan dan layanan telekomunikasi, informatika serta optimalisasi sumber daya Perusahaan, dengan memperhatikan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, Perusahaan menjalankan kegiatan usaha yang meliputi: Usaha Utama: 1. Merencanakan, membangun, menyediakan, mengembangkan, mengoperasikan, memasarkan atau menjual, menyewakan dan memelihara jaringan telekomunikasi dan informatika dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

2.

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Merencanakan, mengembangkan, menyediakan, memasarkan atau menjual dan meningkatkan layanan telekomunikasi dan informatika dengan memperhatikan perundang-undangan yang berlaku.

Usaha Penunjang: a. Menyediakan layanan transaksi pembayaran dan pengiriman uang melalui jaringan telekomunikasi dan informatika; b. Menjalankan kegiatan dan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya yang dimiliki Perusahaan, antara lain pemanfaatan aset tetap dan aset bergerak, fasilitas sistem informasi, fasilitas pendidikan dan pelatihan, dan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan. Sesuai UU PT, TELKOM memiliki Dewan Komisaris dan Direksi. Dewan Komisaris dan Direksi tersebut terpisah dan tidak ada individu yang dapat menjadi anggota keduanya. Setiap Direktur menerima bonus apabila TELKOM melampaui target keuangan dan operasional tertentu yang jumlahnya ditentukan oleh para pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”). Lihat “Tata Kelola Perusahaan”. Dalam Anggaran Dasar dinyatakan bahwa setiap transaksi yang melibatkan benturan kepentingan antara Perusahaan dan Direksi, Dewan Komisaris dan pemegang sahamnya harus mendapat persetujuan dalam RUPS, suatu persetujuan memerlukan lebih dari lima puluh persen suara pemegang saham independen. Direksi bertanggung jawab memimpin dan mengelola Perusahaan sesuai maksud dan tujuan Perusahaan, mengendalikan, menjaga dan mengelola aset Perusahaan. Anggaran Dasar tidak mencantumkan persyaratan apapun bagi Direksi untuk (i) pensiun pada usia tertentu atau (ii) memiliki suatu atau sejumlah tertentu saham Perusahaan. Hak, preferensi dan batasan yang menyertai setiap jenis saham Perusahaan adalah sebagai berikut: • h a k a t a s d i v i d e n . D i v i d e n h a r u s d i b aya r sesuai kondisi keuangan TELKOM dan sesuai keputusan para pemegang saham dalam RUPST, yang juga menentukan besaran dan waktu pembayaran dividen; • hak suara. Setiap pemegang saham mempunyai hak satu suara pada RUPS; • hak mendapatkan bagian atas laba Perusahaan. Lihat hak atas dividen; • hak mendapatkan bagian atas kelebihan pada saat likuidasi. Para pemegang saham berhak atas kelebihan pada saat likuidasi sesuai proporsi kepemilikan sahamnya dengan ketentuan nilai nominal Saham Biasa yang dimiliki sudah disetor penuh;

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

191

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010









LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

ketentuan pembelian kembali. Tidak ada ketentuan mengenai pembelian kembali saham dalam Anggaran Dasar. Namun, sesuai Pasal 30 UU PT, TELKOM dapat membeli kembali maksimum 10% dari saham yang telah ditempatkan dan beredar; ketentuan dana cadangan. Laba ditahan hingga minimum 20% dari modal yang ditempatkan Perusahaan, harus disisihkan untuk menutup kemungkinan kerugian yang diderita Perusahaan. Apabila jumlah dana cadangan lebih besar 20% dari modal yang ditempatkan Perusahaan, maka RUPS dapat memberi wewenang kepada Perusahaan untuk menggunakan kelebihan dana tersebut sebagai dividen; kewajiban untuk peningkatan modal dari waktu ke waktu. Para pemegang saham Perusahaan dapat diminta untuk membeli saham baru di Perusahaan dari waktu ke waktu. Hak tersebut harus ditawarkan kepada para pemegang saham sebelum ditawarkan kepada pihak ketiga dan dapat dialihkan atas opsi pemegang saham. Direksi TELKOM diberi wewenang untuk menawarkan saham baru kepada pihak ketiga dalam hal pemegang saham yang ada tidak dapat atau tidak bersedia membeli saham baru tersebut dan ketentuan yang membedakan antara pemegang saham yang ada atau calon pemegang saham yang disebabkan karena pemegang saham tersebut memiliki jumlah saham ya n g s u b s t a n s i a l . A n g g a ra n D a s a r t i d a k mencantumkan ketentuan tersebut.

Untuk mngubah hak para pemegang saham, diperlukan perubahan terhadap ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar yang terkait. Setiap perubahan Anggaran Dasar memerlukan persetujuan dari pemegang saham “Seri A” Dwiwarna dan pemegang saham lain atau kuasanya yang secara bersama mewakili sekurang-kurangnya dua pertiga dari seluruh suara yang hadir pada RUPS. RUPS hanya boleh diadakan setelah Perusahaan menyampaikan pemberitahuan seperti yang disyaratkan. Pemberitahuan harus diumumkan sekurang-kurangnya dalam dua surat kabar dalam bahasa Indonesia dan satu surat kabar dalam bahasa Inggris yang memiliki peredaran luas di Indonesia. Jangka waktu pemberitahuan akan diadakannya RUPS Tahunan dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar

192

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Biasa (“RUPSLB”) adalah 14 hari (tidak termasuk tanggal panggilan dan tanggal rapat). Kuorum untuk RUPST dan RUPSLB adalah para pemegang saham yang mewakili lebih dari 50% modal saham beredar dari Perusahaan. Dalam hal kuorum tidak tercapai, harus diadakan rapat berikutnya, tanpa harus menyampaikan pemberitahuan. Pada RUPS dan RUPSLB, kuorum untuk rapat adalah para pemegang saham yang mewakili sepertiga (1/3) modal saham yang beredar dari Perusahaan. Dalam hal kuorum tidak tercapai pada rapat kedua, maka RUPST dan RUPSLB dapat diadakan, suatu kuorum untuk rapat tersebut akan ditentukan oleh Ketua Bapepam-LK sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Para pemegang saham dapat memberikan suara melalui kuasa. Seluruh keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Apabila musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan mayoritas, kecuali Anggaran Dasar mensyaratkan mayoritas yang lebih besar. Anggaran Dasar tidak mencantumkan batasan apapun atas hak setiap orang untuk memiliki saham Perusahaan. Peraturan pasar modal Indonesia tidak mencantumkan batasan apapun atas hak setiap orang, baik warga negara Indonesia atau warga negara asing, untuk memiliki saham di suatu Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Dalam hal akan dilakukan pengambilalihan, maka pengambilalihan tersebut harus mendapat persetujuan dari pemegang Saham Seri A Dwiwarna dan mayoritas yang mewakili setidaknya tiga per empat (3/4) dari seluruh saham pada rapat umum pemegang saham yang harus dihadiri oleh pemegang saham Seri A Dwiwarna. Tidak ada ketentuan lain dalam Anggaran Dasar yang berdampak memperlambat, menangguhkan atau mencegah perubahan kendali atas TELKOM. Setiap anggota Direktur dan Komisaris memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan kepada Bapepam-LK berkenaan dengan kepemilikan saham serta perubahan kepemilikan saham di Perusahaan dan kewajiban ini juga berlaku untuk para pemegang saham yang memiliki kepemilikan 5% atau lebih atas modal yang disetor dari Perusahaan. TELKOM yakin bahwa Anggaran Dasar tidak berbeda signifikan dari yang umum berlaku di Indonesia untuk Perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. TELKOM juga yakin

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

bahwa ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Dasar yang terkait dengan perubahan modal TELKOM tidak lebih ketat dari yang disyaratkan oleh hukum Indonesia.

Konsistensi Penerapan tata kelola perusahaan yang baik

1) Menjamin Tata Kelola Transformasi TIME

Sesuai visi ”To Become a Leading TIME Player in the Region”, TELKOM menyikapi perubahan industri global, regional dan nasional yang terjadi pada bisnis telekomunikasi dengan melakukan pendefinisian kembali bisnisnya menjadi Telecommunication, Information, Media dan Edutainment (TIME) dari yang semula dianggap sebagai pengelola layanan telekomunikasi berbasis jaringan semata.



(iii)

(iv)

Sejak dicanangkan pada bulan Oktober 2009 dan penerapannya secara bertahap berlangsung sejak tahun 2010, transformasi organisasi secara menyeluruh terus bergulir meliputi transformasi portofolio bisnis TIME, organisasi, infrastruktur dan budaya. Langkah ini ditempuh untuk memastikan perseroan dikelola sesuai dengan tuntutan bisnisnya dan tetap terpeliharanya competitive sustainable growth untuk menjamin kelangsungan hidup Perusahaan.



Sesuai transformasi portofolio bisnis TIME, maka perubahan dilakukan secara fundamental dari bisnis telekomunikasi menuju ke bisnis TIME yang semula lebih dikelola oleh TELKOM sebagai induk Perusahaan maka di masa depan bisnis akan lebih banyak melibatkan anak Perusahaan dalam ruang lingkup TELKOMGroup.



(ii)

Tahun 2010, saat yang bersamaan Perusahaan melakukan transformasi disatu sisi dan disisi lain tetap pada komitmennya untuk mempertahankan bahkan meningkatkan praktek tata kelola yang telah berlangsung baik selama ini. Perusahaan memandang pencapaian kinerja dan tata kelola harus terjadi seimbang, seiring dan saling mendukung satu sama lain. Untuk mewujudkan keseimbangan kinerja dan tata kelola dimaksud, beberapa aktivitas yang dilakukan bersamaan waktunya dengan transformasi TIME diantaranya adalah: (i) M e m b a n g u n p e n e r a p a n t a t a k e l o l a perusahaan yang baik dalam ruang lingkup group usaha (TELKOMGroup) mengingat

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

(v)

(vi)

(vii)

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

portofolio bisnis TIME di masa depan akan lebih banyak dikelola secara group sehingga kemungkinan transaksi antara induk dan antar anak Perusahaan akan semakin tinggi, dan Perusahaan perlu meningkatkan pengelolaan GCG dalam ruang lingkup grup dengan tetap memegang prinsip anak Perusahaan sebagai perseroan yang independen; Membangun visi, budaya dan etika bisnis group untuk kesamaan pandang serta meningkatkan komitmen dan awareness sinergi grup; Merancang perencanaan dengan strategi inisiatif yang sesuai dengan portofolio bisnis TIME; Menata ulang organisasi sesuai portofolio bisnis TIME melalui transformasi organisasi; Menata ulang bisnis proses dan pengendalian i n te r n a l s e l a ra s d e n g a n t ra n s fo r m a s i organisasi yang tengah berlangsung agar tata kelola ditingkat transaksional dapat terpelihara; Menata ulang penerapan dan sertifikasi sistem manajemen mutu berbasis ISO untuk memastikan disiplin proses dan tertib dokumen yang telah berlangsung selama ini guna mendukung tata kelola organisasi; Membangun sistem kepemimpinan dan mengembangkan kompetensi karyawan yang sesuai dengan portofolio bisnis TIME.

2) Penerapan Budaya Perusahaan dan Etika Bisnis The Telkom Way

TELKOM senantiasa membangun sistem dan budaya Perusahaan yang terintegrasi sebagai pendekatan pengelolaan bisnis yang komprehensif untuk mencapai keunggulan kinerja Perusahaan (be profitable), kepatuhan (obey the law), menjalankan bisnis yang beretika (be ethical) dan membentuk kesadaran Perusahaan dan karyawan yang memiliki kepekaan tanggung jawab sosial kepada masyarakat sebagai wujud menjadi warga negara yang baik. Lebih dari itu sistem dan budaya dibangun adalah untuk mewujudkan cita-cita agar TELKOM terus maju, dicintai pelanggannya, kompetitif di industrinya dan dapat menjadi panutan Perusahaan. Sistem dan budaya merupakan keping mata uang yang tidak terpisahkan, budaya Perusahaan akan terbentuk karena kami memiliki dan menjalankan sistem secara konsisten atau sebaliknya sistem dirancang tidak akan memiliki makna tanpa disertai nilai-nilai moral yang mendasari perilaku karyawan dalam bekerja.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

193

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA



Tradisi membangun sistem dan budaya budaya telah kami terapkan dalam setiap era kepemimpinan TELKOM, dan terakhir sejak tahun 2009 kami melakukan transformasi budaya baru Perusahaan yang disebut dengan “The Telkom Way”. Langkah ini dilakukan untuk memastikan budaya Perusahaan tetap sesuai dengan tuntutan dan perubahan lingkungan bisnis yang terjadi dan mampu mengantisipasi perkembangan industri di masa depan.



Dalam proses perancangan 5C Corporate Values telah dipastikan bahwa tata nilai tersebut tidak bertolak belakang dengan tata nilai yang telah terlebih dahulu ditetapkan dalam kebijakan Perusahaan terkait dengan prinsip-prinsip GCG, etika bisnis, code of integrity, diyakinkan juga bahwa 5C Corporate Values bahkan saling mendukung dan memiliki makna yang saling melengkapi untuk menjadi pedoman perilaku karyawan.



Budaya Perusahaan The Telkom Way memiliki lima nilai perusahaan yaitu: Commitment to the long term, Customer first, Caring-meritocracy, Cocreation of win-win partnership, dan Collaborative innovation yang selanjutnya kami sebut dengan istilah 5C.: • Commitment to Long Term - Melakukan sesuatu tidak hanya untuk keuntungan saat ini saja tapi juga untuk masa mendatang; • Customer First - Selalu mengutamakan p e l a n g g a n te r l e b i h d a h u l u te r m a s u k pelanggan internal; Caring Meritocracy - Memberikan pembinaan • melalui rewards dan consequences yang sesuai dengan kinerja dan perilaku; • Co-creation of Win-win Partnerships Memperlakukan mitra bisnis sebagai rekanan yang setara; • Collaborative Innovation - Menghilangkan i n te r n a l s i l o s d i d a l a m T E L KO M d a n TELKOMGroup serta terbuka terhadap ideide dari manapun sumbernya.



Pada tahun 2010, secara berjenjang The Telkom Way disosialisasikan kepada para top leader dan senior leader Perusahaan yang pada akhirnya diteruskan kepada seluruh karyawan secara lengkap. Transformasi budaya The Telkom Way dilakukan dalam berbagai kegiatan dengan menggunakan pendekatan empat kuadran transformasi budaya pada umumnya yaitu: understanding and conviction, formal processes and system, skills and capabilities dan role modeling.



Kami berkeyakinan bahwa budaya baru yang telah ditemukan kembali ini akan mampu membawa Perusahaan sukses menuju masa depan.

Melakukan sesuatu tidak hanya untuk keuntungan saat ini saja tetapi juga masa mendatang

Commitment to Long Term

Selalu mengutamakan customer terlebih dahulu termasuk customer internal



Penerapan Etika Bisnis



Etika bisnis diterapkan mengacu pada kebijakan Perusahaan KD 05/2005 dan KD.43/2006. Dalam penerapannya kami selalu mengingatkan kembali kepada karyawan mengenai tata nilai dan etika bisnis melalui survei kepada seluruh karyawan yang memuat kuesioner dan studi kasus terkait pemahaman terhadap: tata kelola perusahaan yang baik, Etika Bisnis, Fakta Integritas, Fraud, Manajemen Risiko, Pengendalian Internal (SOA), Whistleblowing, Pelarangan Gratifikasi, Tata Kelola TI, Menjaga Keamanan Informasi dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan praktek tata kelola Perusahaan.

5



Customer First

Memberikan pembinaan melalui rewards dan consequences yang sesuai dengan kinerja dan perilaku

Corporate Values

Caring Meritocracy

Memperlakukan mitra bisnis sebagai rekanan yang setara

Co-creation of win-win partnership

Collaborative Innovation

Menghilangkan internal silos di dalam TELKOM dan TELKOMGroup serta terbuka terhadap ide-ide dari manapun sumbernya

194

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN



INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Survei kami lakukan secara online melalui media portal/intranet Perusahaan dan diakhiri dengan pengungkapan persetujuan karyawan untuk bersedia menjalankan etika bisnis Perusahaan.



Metode ini kami pandang lebih efektif dan lebih mudah kami terapkan untuk dapat menjangkau seluruh karyawan diseluruh lokasi kerja. Terkait dengan prinsip kehati-hatian, kami melakukan survei dua kali dalam setahun kepada karyawan yang pekerjaannya sangat dekat dengan risiko pelanggaran. Hal ini berbeda dengan karyawan secara umum yang hanya mendapat survei sekali dalam setahun. Berdasarkan hasil survei etika bisnis yang kami laksanakan pada tahun 2010 diperoleh potret tingkat pemahaman etika bisnis oleh karyawan dalam ruang lingkup TELKOMGroup adalah rata-rata 74,9 poin dari skala 100.



Pemahaman dan penerapan etika bisnis berikut hasil survei yang dilakukan merupakan salah satu bagian yang diaudit pada proses audit SOA 404 baik oleh internal maupun eksternal terkait dengan penerapan lingkungan pengendalian sesuai kerangka kerja COSO pengendalian internal pada audit tingkat entitas.

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

S e j a k t a h u n 2 0 0 6 , T E L KO M m e n e ra p k a n manajemen risiko mengacu pada kerangka kerja COSO Enterprise Risk Management dan dalam penerapannya manajemen risiko adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari penerapan GCG dan pengendalian internal. dengan kerangka kerja berbasis COSO Enterprise Risk Management. Sesuai visinya: ”Menjadikan pengelolaan risiko s e b a g a i B U DAYA YA N G M E L E K AT d a l a m pelaksanaan proses bisnis dan operasional” maka tahapan manajemen risiko dibangun meliputi tahapan: • 2008 : menjadikan pengelolaan risiko dan kepatuhan sebagai kebutuhan dalam setiap proses; • 2009 : memastikan penerapan pengelolaan risiko dan kepatuhan secara disiplin; • 2010 : menjadikan pengelolaan risiko dan kepatuhan sebagai budaya yang melekat; • 2011 : memastikan pengelolaan risiko dan kepatuhan berjalan cukup efektif; • 2012 : menjadi panutan dalam pengelolaan risiko dan kepatuhan di BUMN/industri telekomunikasi.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

LAMPIRAN



Upaya integrasi manajemen risiko melekat dengan proses bisnis dan operasional



Beberapa langkah strategis dilakukan Perusahaan untuk mengintegrasikan risiko sampai pada t i n g k a t t ra n s a k s i o n a l ( p ro s e s b i s n i s d a n operasional) meliputi: • Membangun visi pengelolaan risiko; • Penciptaan iklim Perusahaan yang mendukung mendukung penerapan manajemen risiko; • Menyusun kebijakan manajemen risiko sebagai pedoman pengelolaan risiko di Perusahaan; • Mengembangkan kompetensi dan proses pembelajaran manajemen risiko secara berkesinambungan; • Menetapkan risk register dan secara berkala melakukan penilaian tingkat risiko dan rencana mitigasi yang diperlukan untuk mengendalikan risiko sesuai risk register; • Menentukan skala prioritas penanganan risiko dan alternatif rencana mitigasi dengan mempertimbangkan tingkat cost and benefit; • Mengembangkan sistem informasi manajemen risiko dan melakukan komunikasi kepada seluruh unit di Perusahaan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan kualitas pengendalian atas risiko; dan • Melakukan pengawasan implementasi program mitigasi dan dampaknya terhadap perubahan tingkat risiko secara berkala untuk memastikan tingkat risiko dapat dikendalikan.



Tahun 2010 penerapan manajemen risiko diarahkan untuk menjadi bagian yang turut mendukung pengelolaan bisnis dan menjadi partner strategis unit bisnis, untuk itu Perusahaan melalui Direktorat Compliance & Risk Management selalu berupaya untuk berada di depan dalam mengawal bisnis korporasi yang bergerak dinamis dan terus berbenah diri meningkatkan kapabilitas dan profesionalitas agar dapat berkontribusi terbaik menuju tercapainya pengelolaan korporasi yang berbasis manajemen risiko yang modern.



Beberapa aktivitas yang dilakukan pada tahun 2010 antara lain: a. Menjadikan manajemen resiko menjadi salah satu indikator kinerja utama Perusahaan yang kinerjanya dinilai dan menjadi indikator KM (Kontrak Manajemen); b. Melakukan penilaian risiko, menyusun profil risiko tahun 2011 dan selanjutnya faktor-faktor risiko yang teridentifikasi menjadi masukan dan pertimbangan dalam menyusun perencanaan Perusahaan tahun 2011;

3) Penerapan Manajemen Risiko

DATA PERUSAHAAN

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

195

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

c.

d.

e.

f.

196

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

Melakukan pengukuran/penilaian risiko unit berupa indeks manajemen risiko setiap triwulan dan membuat hasilnya menjadi bagian dari indikator kinerja unit yang dijaminkan dalam kontrak Nilai Kinerja Unit (NKU); Meningkatkan kemampuan pengelolaan risiko unit melalui asistensi penyusunan registrasi risiko dan penilaian risiko unit atau proyek baru; Melakukan pengawasan, pelaporan dan peringatan dini dengan menyajikan perubahan kondisi risiko kepada manajemen yang disampaikan setiap triwulan sebagai masukan Rapat Direksi dan Rapat Komite Evaluasi dan Monitoring Perencanaan dan Risiko; Melakukan pengembangan sistem aplikasi risiko yaitu: Aplikasi Enterprise Risk Management (ERM) Online, Aplikasi Revenue Assurance (TRUST), Aplikasi Fraud Management System (FRAMES), Aplikasi Security and Safety Portal/Dashboard.



Manajemen kelangsungan usaha



Manajemen kelangsungan usaha merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam mengelola risiko di Perusahaan. Dalam menjamin kelangsungan usaha, TELKOM menyusun sistem perencanaan pemulihan bencana untuk memastikan tetap terpeliharanya bisnis dan operasional bahkan di saat terjadi bencana. Menyikapi dan mengantisipasi bencana alam yang sering terjadi.



Pada tahun 2010 kami menata ulang dan menyempurnakan tim penanggulangan bencana (crisis management team) yang memiliki tugas utama adalah mengamankan aset Perusahaan sekaligus menjamin kelangsungan bisnis dan operasional. Penataan tim berikut prosedur penanggulangan bencana dilakukan mengingat terjadi perubahan organisasi sehingga komando dan pengelolaan tugas harus disesuaikan kembali di tingkat lokal, regional dan nasional.



Tahun 2010 juga telah dilakukan penilaian implementasi manajemen kelangsungan bisnis pada Divisi TELKOMFlexi, Divisi Infratel serta telah dilakukan simulasi evakuasi.



Menjamin kelangsungan pendapatan Revenue Assurance



Menjamin kelangsungan pendapatan Perusahaan merupakan salah satu perhatian utama Perusahaan. TELKOM senantiasa memastikan tidak terjadi kebocoran pendapatan melalui penyediaan, p e n g e m b a n g a n d a n p e n g e n d a l i a n s e c a ra kesisteman proses revenue assurance. Dalam

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

bisnis kami, terdapat beberapa faktor baik internal maupun eksternal yang mengancam kelangsungan pendapatan melalui kebocoran yang dapat terjadi sejak awal transaksi sampai dengan pendapatan tercatat. Melalui kebijakan internal KD.08/2009 Perusahaan mengelola kelangsungan pendapatan untuk meminimalkan risiko kebocoran pendapatan dengan mengelola kelompok pendapatan dari berbagai sektor, termasuk pengembangan produk, pre-sales/sales, peraturan yang mengikat, jaringan, perantara, peringkat tagihan, penagihan dan penerapan akuntansi yang benar.

Tahun 2010 fokus perhatian kami ditujukan pada pemantauan dan pemeriksaan terhadap potensi kebocoran dan kecurangan khususnya kecurangan terkait dengan layanan dan pendapatan Sambungan Langsung Internasional (SLI). Dengan menggunakan tools aplikasi FRAMES potensi kecurangan tersebut berhasil diidentifikasi dan diantisipasi.



Pengelolaan kecurangan



Mendukung jaminan kelangsungan pendapatan (revenue assurance) dan secara umum menjamin kelangsungan usaha, Perusahaan mengelola p e n ce g a h a n ke c u ra n g a n s e s u a i ke b i j a ka n Perusahaan yang terbarukan yaitu KD.43/2008 dan pedoman penilaian risiko kecurangan yaitu KR.03/2007 dan merupakan kelengkapan dari kebijakan Perusahaan terkait dengan Etika Bisnis, GCG, Gratifikasi, BOD charter, pakta integritas dan kebijakan whistleblower.



Untuk memberikan jaminan pelaksanaan bilamana terjadi kecurangan maka kami menyusun kebijakan Perusahaan KD 41/2008 tentang peraturan disiplin dan KD 22/2008 tentang pedoman penindakan sebagai acuan pengambilan keputusan oleh Komite Investigasi.



Tahun 2010, khususnya terkait dengan upaya menghindari risiko penyimpangan keuangan, maka secara berkelanjutan kami melakukan penilaian risiko kecurangan atas perancangan proses bisnis yang berkaitan dengan pengendalian internal atas pelaporan keuangan (SOA 404).

4) Pengendalian dan Prosedur Pengendalian dan Prosedur Pengungkapan Di bawah pengawasan dan peran serta manajemen Perusahaan, termasuk Direktur Utama dan Direktur Keuangan, manajemen melakukan evaluasi terhadap efektivitas pengendalian dan prosedur pengungkapan Perusahaan sebagaimana dipersyaratkan dalam Rules 13a-15(e) dan 15d-15(e) Securities Exchange Act tahun 1934 (selanjutnya

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

disebut ìExchangeActî), pada tanggal 31 Desember 2010. Berdasarkan evaluasi ini, Direktur Utama dan Direktur Keuangan Perusahaan menyimpulkan bahwa, pada tanggal 31 Desember 2010, pengendalian dan prosedur pengungkapan Perusahaan adalah efektif. Pengendalian dan prosedur pengungkapan Perusahaan termasuk, tanpa dibatasi, pengendalian dan prosedur yang dirancang untuk memastikan bahwa informasi yang dipersyaratkan untuk diungkapkan di dalam laporan yang disampaikan atau diajukan berdasarkan Exchange Act telah dicatat, diproses, dirangkum dan dilaporkan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan sesuai ketentuan dan format SEC, dan bahwa informasi tersebut dikumpulkan dan disampaikan kepada manajemen Perusahaan, termasuk Direktur Utama dan Direktur Keuangan, sebagaimana layaknya, untuk memungkinkan pengambilan keputusan yang tepat waktu atas pengungkapan yang dipersyaratkan.



Laporan Tahunan Manajemen Mengenai Pengendalian Internal Atas Pelaporan Keuangan Manajemen Perusahaan bertanggung jawab untuk menyelenggarakan dan melaksanakan pengendalian internal atas pelaporan keuangan secara memadai, sebagaimana didefinisikan dalam Exchange Act Rules 13a-15(f) dan 15d-15(f). Pengendalian internal atas pelaporan keuangan adalah suatu proses yang dirancang oleh, atau di bawah pengawasan Direktur Utama dan Direktur Keuangan, dan dilakukan oleh dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya untuk memberikan keyakinan yang memadai mengenai keandalan pelaporan keuangan dan penyusunan laporan keuangan Konsolidasian untuk keperluan eksternal sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pengendalian internal atas pelaporan keuangan Perusahaan termasuk kebijakan dan prosedur yang: (1) berkaitan dengan pengelolaan pencatatan secara rinci, akurat, dan wajar yang mencerminkan transaksi dan pelepasan aset perusahaan; (2) memberikan keyakinan yang memadai bahwa transaksi dicatat secara semestinya untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan konsolidasian berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan bahwa pendapatan dan biaya perusahaan diterima dan dikeluarkan hanya berdasarkan kewenangan manajemen dan direksi perusahaan; dan (3) memberikan keyakinan yang memadai mengenai pencegahan atau deteksi secara tepat waktu dalam hal perolehan, penggunaan atau pelepasan aset perusahaan yang tidak sah yang dapat memberikan dampak material terhadap Laporan Keuangan Konsolidasian.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN



Karena keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya, pengendalian internal atas pelaporan keuangan mungkin tidak dapat mencegah atau mendeteksi terjadinya salah saji. Di samping itu, proyeksi atas evaluasi efektivitas pada masa mendatang mengandung risiko bahwa pengendalian mungkin menjadi tidak memadai karena perubahan kondisi, atau karena tingkat kepatuhan terhadap kebijakan atau prosedur mungkin menurun. Manajemen Perusahaan telah melakukan penilaian atas efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2010.



Dalam melakukan penilaian ini , Manajemen menggunakan kriteria dalam Internal Control Integrated Framework yang di terbitkan oleh Committee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO). Berdasarkan hasil penilaian ini, manajemen menyimpulkan bahwa pada tanggal 31 Desember 2010, pengendalian internal atas pelaporan keuangan Perusahaan telah efektif.



Laporan Atestasi Kantor Akuntan Publik Efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2010 telah diaudit oleh KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan, kantor akuntan publik independen dan terdaftar sebagaimana dinyatakan dalam laporan mereka pada halaman F3 dan F4.





Perubahan pada Pengendalian Internal Atas Pelaporan Keuangan Tidak ada perubahan signifikan terhadap pengendalian internal atas pelaporan keuangan Perusahaan selama tahun buku terakhir yang dapat mempengaruhi secara material atau berpotensi mempengaruhi secara material pengendalian internal atas pelaporan keuangan Perusahaan. Perusahaan berkomitmen untuk terus melakukan perbaikan atas proses pengendalian internal, menelaah secara terperinci serta memantau prosedur dan pengendalian atas pelaporan keuangan untuk menjamin kepatuhan terhadap persyaratan fakta Sarbanes-Oxley dan peraturan terkait yang dikeluarkan oleh SEC. Perusahaan akan mencurahkan segenap sumber daya untuk meningkatkan pengendalian internal atas pelaporan keuangan secara berkesinambungan.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

197

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

TINJAUAN KINERJA SAHAM

5) Penerapan Pakta Integritas





Melalui kebijakan Perusahaan KD.36/2009 TELKOM menerapkan Pakta Integritas sebagai penguatan kebijakan Perusahaan yang telah ada untuk mewujudkan praktek GCG di Perusahaan. Perancangan kebijakan Pakta Integritas lebih difokuskan pada upaya Perusahaan mencegah tindakan memperkaya diri atau pihak lain yang merugikan keuangan Perusahaan.

b.

c.

Meskipun dalam pelaksanaannya Perusahaan telah menerapkan praktek GCG, namun masih dipandang perlu untuk memberikan atensi khusus pada areaarea tertentu yang dapat mencegah potensi kerugian keuangan Perusahaan. Beberapa area yang telah diterapkan dan diperkuat kembali meliputi: code of integrity, etika bisnis, menghindari benturan kepentingan/konflik kepentingan, larangan melakukan gratifikasi, larangan melakukan transaksi oleh orang dalam (insider trading), menjaga kerahasiaan informasi, pencegahan atas tindakan memperkaya diri atau pihak lain yang merugikan keuangan Perusahaan pada area pengadaan dan kemitraan, integritas layanan dan integritas pelaporan keuangan Perusahaan.

d.



198

Komite Audit akan menindaklanjuti pengaduan yang berasal dari karyawan grup TELKOM dan dari pihak ketiga yang berkaitan dengan: a. Akuntansi dan Audit. Permasalahan akuntansi dan pengendalian internal atas pelaporan keuangan yang berpotensi mengakibatkan

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

salah saji material dalam laporan keuangan serta permasalahan audit terutama yang menyangkut independensi auditor independen; Pelanggaran Peraturan. Pelanggaran peraturan pasar modal dan peraturan perundangan yang berkaitan dengan operasi TELKOM maupun pelanggaran terhadap peraturan internal yang berpotensi mengakibatkan kerugian bagi TELKOM; Kecurangan dan/atau dugaan korupsi. Kecurangan dan/atau dugaan korupsi yang dilakukan oleh pejabat dan/atau karyawan TELKOM; Kode Etik. Perilaku Direksi dan Manajemen yang tidak terpuji yang berpotensi m e n ce m a r ka n re p u t a s i T E L KO M at a u mengakibatkan kerugian bagi TELKOM. Perilaku Direksi dan Manajemen yang tidak terpuji meliputi antara lain: tidak



TELKOM juga telah membangun suatu mekanisme kerja antara Komite Audit dengan Internal Audit dan Komite Investigasi termasuk protokol d e n g a n Te l ko m s e l u n t u k m e n i n d a k l a n j u t i pengaduan-pengaduan yang diterima. Selain itu, whistleblower program juga telah disosialisasikan dan hasil survei internal yang dilakukan pada tahun 2010 menunjukkan bahwa eksistensi whistleblower program ini telah dipahami oleh sekitar 95% karyawan.



Selama tahun 2010, Komite Audit menindaklanjuti 20 pengaduan yang memenuhi syarat dengan kategori pengaduan sebagai berikut: akuntansi dan auditing, pelanggaran peraturan, kecurangan dan/atau temuan korupsi dan kode etik. Dari 20 pengaduan yang masuk, 12 pengaduan telah di investigasi dan selesai sementara 8 masih dalam diproses.



Sampai dengan akhir Desember 2010 status tindak lanjut pengaduan yang memenuhi syarat dengan kategori pengaduan sebagai berikut:



Karyawan grup TELKOM ataupun pihak ketiga dapat menyampaikan pengaduan mengenai permasalahan akuntansi dan auditing, pelanggaran peraturan, dugaan kecurangan dan/atau dugaan korupsi, dan pelanggaran

Selama tahun 2010, beberapa aktivitas dilakukan untuk menguatkan praktek GCG terkait Pakta Integritas yaitu sosialisasi dengan unit pengelola pengadaan dan kemitraan dan integrasi code of integrity dengan etika bisnis serta sosialisasi melalui pengembangan survei etika bisnis tahun 2010 yang telah mengkomunikasikan prinsip dan pokok-pokok pikiran pakta integritas.

S e b a g a i b a g i a n d a r i e n t i t y l eve l co n t r o l , sejak tahun 2006 TELKOM telah menerapkan whistleblower program yang dirancang untuk menerima, menelaah, dan menindaklanjuti pengaduan dari karyawan grup TELKOM dan dari pihak ketiga dengan tetap menjaga kerahasiaan pelapor. Penerapan whistleblower program yang dikelola oleh Komite Audit ditetapkan dengan Keputusan Dewan Komisaris dan diratifikasi dengan Keputusan Direksi.

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

jujur, potensi benturan kepentingan atau memberikan informasi yang menyesatkan kepada publik.

6) Penerapan Whistleblower Program

TINJAUAN BISNIS TELKOM

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

kode etik langsung kepada Komisaris Utama atau kepada Ketua Komite Audit PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. melalui email, fax atau surat dengan alamat: Email : Fax : Surat :



[email protected] (021 527 1800) Komite Audit PT Telkom Indonesia Tbk, Gedung Grha Citra Caraka, Lt. 5, Jln. Gatot Subroto Kav. 52, Jakarta 12710

Pengaduan harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Disampaikan melalui email, fax atau surat. b. Memberikan informasi mengenai permasalahan akuntansi dan auditing, pelanggaran peraturan, dugaan kecurangan dan/atau dugaan korupsi, dan pelanggaran kode etik. c. Informasi yang dilaporkan harus didukung dengan bukti-bukti yang cukup dan dapat diandalkan sebagai data awal untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Penanganan pengaduan untuk memenuhi Peraturan Bapepam Nomor: IX.1.5 dan Sarbanes-Oxley Act of 2002 Section 301 tentang Public Company Audit Committee harus ditempatkan dalam kerangka peningkatan GCG. Karena itu, penetapan atas syarat pengaduan diperlukan untuk menjaga agar para pelapor menyampaikan pengaduan dengan penuh rasa tanggung jawab dan bukan bersifat fitnah yang dapat mencemarkan nama baik atau reputasi seseorang.

7) Pengelolaan Proses Berbasis ISO

Sejak tahun 1996/97 secara konsisten TELKOM telah menerapkan sistem manajemen mutu berbasis ISO dan mengintegrasikannya dengan kriteria keunggulan kinerja berbasis Malcolm Baldrige sejak tahun 2001. Penerapan Sistem manajemen mutu berbasis ISO dan Malcolm Baldrige tidak lain adalah untuk membangun proses tata kelola dan kinerja melalui proses disiplin dan pendokumentasian yang baik yang dijalankan untuk mencapai keunggulan Perusahaan berbasis proses kinerja.



Sertifikasi penerapan ISO yang telah diperoleh adalah ISO 9000: 2008 (sistem manajemen mutu - peningkatan kepuasan pelanggan) sejak tahun 1996/1997, ISO 9004:2000 (sistem manajemen mutu - peningkatan kinerja) sejak tahun 2007, ISO 27000:2005 (sistem manajemen mutu keamanan informasi) sejak tahun 2009.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini



DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Pada tahun 2010, Perusahaan menata dan membangun kembali ruang lingkup penerapan ISO dan Malcolm Baldrige selaras dengan transformasi organisasi yang sedang berlangsung. Secara bertahap dilakukan pengawasan dan proses sertifikasi kembali atas ISO untuk unit: DCS, DIVES, DTF dan DIVA dan penilaian unit berbasis Malcolm Baldrige untuk unit: NETRE, UNER dan UNES.

8) Penerapan Tata Kelola Perencanaan Perusahaan

Sistem perencanaan Perusahaan dilaksanakan oleh jajaran TELKOM sebagaimana tertuang dalam Keputusan Direksi Nomor 74 tahun 2006. Sistem perencanaan Perusahaan ini disusun untuk memberikan pedoman pada unit-unit kerja di TELKOM dalam menyusun perencanaan Perusahaan, dengan tujuan: agar perencanaan Perusahaan dapat dilakukan secara sistematis, l e b i h m u d a h , ce p a t , te ra t u r, te r i n te g ra s i , sesuai visi dan misi Perusahaan, serta dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya; memudahkan dalam melakukan evaluasi dan pengendalian pada saat pelaksanaannya.



Model perencanaan Perusahaan terdiri dari 3 (tiga) tahapan: pertama, penyelarasan harapan pemangku kepentingan, kedua, perumusan strategi Perusahaan dan ketiga, pengembangan perencanaan bisnis.



Pertama, penyelarasan harapan pemangku kepentingan



Tahapan pertama dalam penyusunan rencana strategis Perusahaan ini dilakukan dengan mengidentifikasi pemangku kepentingan utama dan menganalisa harapan setiap pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan utama TELKOM terdiri dari pemegang saham, pelanggan karyawan, masyarakat, pemerintah dan rekan bisnis. Analisis atas harapan pemangku kepentingan utama tersebut memberikan informasi yang digunakan dalam proses perencanaan strategis yang akan menentukan strategi dan sasaran Perusahaan. Harapan tersebut berkaitan dengan: Pemegang saham: pendapatan, profitabilitas, pertumbuhan, portofolio bisnis; Pelanggan: produk, time to market, pengiriman, kualitas, jasa, harga, penggunaan, ketersediaan; Karyawan: keamanan kerja, remunerasi, keterlibatan, loyalitas; kepedulian terhadap lingkungan; rekan bisnis: kepatuhan terhadap regulasi dan pajak. Harapan-harapan

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

199

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

tersebut memerlukan penyelarasan agar seimbang dan tidak menimbulkan benturan kepentingan satu dengan yang lainnya.

200

TINJAUAN KINERJA SAHAM

5. 6.

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Penyusunan rancangan akhir CSS oleh SICP dan KPPR; Persetujuan Direksi dan Dewan Komisaris.



Kedua, perumusan strategi perusahaan



Ketiga, pengembangan perencanaan bisnis



Perumusan strategi Perusahaan dimulai dengan penetapan visi dan misi Perusahaan yang mengacu pada harapan-harapan pemangku kepentingan, analisa kemampuan internal Perusahaan dan faktorfaktor eksternal. Setelah visi dan misi Perusahaan ditetapkan, langkah berikutnya adalah pemetaan sasaran strategis sebagaimana dituangkan dalam Corporate Strategy Scenario (CSS). CSS ini merupakan hierarki perencanaan tertinggi yang digunakan sebagai acuan utama dalam menyusun perencanaan Perusahaan. CSS disusun berdasarkan masukan/usulan dari Direktorat dengan arahan Direksi dan Dewan Komisaris. CSS diharapkan memenuhi persyaratan dan kondisi tertentu antara lain kuantitatif, dapat diukur, realistis, dapat dipahami, menantang, hirarkis dan dapat diperoleh. Dalam penentuan CSS ini digunakan beberapa rujukan antara lain: 1. Analisa strength, weakness, opportunity d a n t h r e a t ( A n a l i s a SWOT ) u n t u k mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal Perusahaan, peluang bisnis serta tantangan persaingan; 2. Portofolio bisnis (portofolio perusahaan, portofolio produk, Boston Window); 3. Pangsa pasar/cakupan, kekuatan merk/ modal.



CSS dijabarkan dalam bentuk perencanaan bisnis untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Perencanaan jangka panjang memuat sasaran dan rencana kerja Perusahaan lima tahun mendatang yang selanjutnya digunakan dalam penyusunan sasaran dan rencana kerja Perusahaan tahunan. Perencanaan jangka pendek memuat sasaran dan rencana kerja Perusahaan tahunan yang selanjutnya digunakan untuk penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).



Rumusan strategi jangka panjang TELKOM yang dikenal sebagai CSS, menetapkan kebijakan, program dan proyeksi keuangan dalam kurun waktu 5 tahun mendatang. Setiap tahun, TELKOM mengkaji kembali CSS berdasarkan faktor-faktor perubahan internal dan eksternal dan menuangkannya dalam Corporate Annual Message (CAM).



Mekanisme penyusunan CSS dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut: 1. Penyusunan rancangan strategi yang dipersiapkan oleh Direksi; 2. Penelahan intensif oleh Dewan Komisaris dan Komite Perencanaan dan Pengelolaan Resiko (KPPR); 3. Pembahasan antara KPPR dengan tim teknis manajemen yang diwakili oleh Unit Strategic Investment and Corporate Planning (SICP); 4. Pembahasan antara Direksi dan Dewan Komisaris;

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010



Dokumen yang dihasilkan dalam proses perencanaan Perusahaan yang dimiliki TELKOM, meliputi: 1. CSS, adalah dokumen utama rencana Perusahaan yang berisi visi, misi, sasaran, strategi korporasi, strategi inisiatif, kebijakan dan program utama yang disusun dalam waktu lima tahun kedepan; 2. Group Business Plan (GBP) atau Master Plan (MP), merupakan rencana jangka panjang Perusahaan di tingkat Direktorat yang merupakan penjabaran dari CSS; 3. Corporate Annual Message (CAM), yaitu arahan Dirut mengenai program prioritas satu tahun anggaran mendatang yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan rencana kerja dalam kerangka waktu satu tahun mendatang; 4. Rencana Kerja Manajerial (RKM), adalah re n c a n a ke r j a ya n g d i s u s u n s e b a g a i penjabaran Corporate Annual Message (CAM) yang akan dipakai dalam penyusunan RKAP dan disusun dalam kurun waktu satu tahun anggaran; 5. Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP), adalah program-program kerja dan anggaran Perusahaan yang disusun dalam kerangka waktu satu tahun mendatang; dan 6. Re n c a n a Ke r j a d a n A n g g a ra n ( R KA ) , merupakan program-program kerja dan anggaran yang disusun dalam kerangka waktu satu tahun anggaran oleh Direktorat operasi, unit fungsional korporasi, unit co r p o ra te s u p p o r t , u n i t b i s n i s , a n a k Perusahaan dan yayasan.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN





INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

GCG dapat menjamin dan memastikan keseluruhan proses, dari kegiatan manajemen stratejik yang baik hingga pemberian nilai tambah yang berkesinambungan bagi Perusahaan, serta tidak bertentangan dengan kepentingan seluruh pemangku kepentingan. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, GCG merupakan sebuah hubungan yang tidak hanya antara pemegang saham (pemilik) dengan pihak manajemen saja, tetapi juga antara Perusahaan dengan pemangku kepentingan lainnya. Di sisi lain, manajemen stratejik merupakan proses penetapan visi, misi dan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran, serta pengalokasian sumber daya untuk penerapan kebijakan dan perencanaan pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu GCG dan manajemen stratejik saling te r k a i t d a n m e l e n g k a p i s a t u s a m a lain. GCG sangat dibutuhkan dalam proses manajemen stratejik untuk mencapai tujuan organisasi serta pengawasan kinerja organisasi yang memperhatikan kepentingan seluruh pemangku kepentingan. Manajemen stratejik merupakan sistem yang digunakan untuk menerjemahkan visi menjadi strategi Perusahaan sesuai fungsi-fungsi organisasional yang ada. Oleh karena itu dapat diartikan bahwa hubungan antara tata kelola Perusahaan dan strategi Perusahaan terletak pada legitimasi dan kepercayaan dalam menyampaikan pesan kepada pemangku kepentingan bahwa apapun bentuk kegiatan dan hasil yang telah dicapai Perusahaan pada masa lampau, telah dilakukan melalui proses yang wajar dan pada tingkat optimal. Apapun yang dilakukan oleh Perusahaan pada masa sekarang juga sesuai dengan peraturan yang berlaku, nilai-nilai dan ekspektasi seluruh pihak. Mekanisme perumusan nilai-nilai Perusahaan yang akan dicapai pada masa yang akan datang juga dilakukan dengan cara yang baik dan beretika sesuai dengan kepentingan terbaik seluruh pemangku kepentingan. Legitimasi dan hubungan yang baik akan menarik kepercayaan dari investor, kreditor, rekan stratejik dan masyarakat luas yang sangat diperlukan untuk merumuskan nilai-nilai Perusahaan. Dengan kata lain tanpa GCG, strategi Perusahaan tidak akan berarti dan tidak berkesinambungan.

9) Penerapan Tata kelola TI

Sebagai Perusahaan yang bergerak dalam bisnis informasi, TELKOM senantiasa berusaha untuk memanfaatkan seluas mungkin penggunaan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

teknologi dalam pengelolaan Perusahaan. Pada tahun 2009 hampir seluruh titik dalam value-chain Perusahaan telah terintegrasi dalam jaringan teknologi informasi. Selain untuk pengoperasian jaringan seluruh infrastruktur alat produksi, semua aspek penting dalam manajemen Perusahaan seperti keuangan, logistik, sumber daya manusia termasuk juga pelayanan kepada karyawan, pelanggan, pemasok dan pemangku kepentingan lainnya telah memanfaatkan jaringan teknologi informasi TELKOM.

Manajemen TELKOM yakin bahwa penerapan Te k n o l o g i I n f o r m a s i ( T I ) s e c a r a l u a s d a l a m P e r u s a h a a n a k a n s e c a ra l a n g s u n g m e n i n g k a t k a n p e n e r a p a n Ta t a K e l o l a Perusahaan menjadi lebih baik lagi, karena di samping akan mendorong terselenggaranya prinsip pokok transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, kemandirian dan kewajaran juga akan memudahkan sosialisasi, pengawasan dan penegakannya (enforcement).



Pembentukan Pengendalian Umum TI dan Pengendalian Aplikasi melalui penilaian risiko telah memberikan kontribusi terhadap pemanfaatan TI sebagai faktor pendukung dan instrumen yang memfasilitasi usaha TELKOM, pada saat ini maupun di masa mendatang.



Kerangka kerja pengelolaan tata kelola IT mengacu pada COBIT (Control Objectives for Information and related Technologies) yang dituangkan sebagai kebijakan Keamanan Sistem Informasi (KD 57/Tahun 2008) meliputi: • Informasi, sistem pengolahan data/informasi, jaringan dan sarana penunjang merupakan aset informasi yang sangat penting bagi Perusahaan; • Penerapan sistem keamanan informasi untuk menjamin integritas aset dan informasi, sehingga dapat menjaga nilai kompetitif, arus kas, profitabilitas, kepatuhan hukum dan citra komersil perusahaan; • Penerapan sistem keamanan informasi meliputi penilaian risiko, penilaian keamanan, kepatuhan pada peraturan dan hukum, dan kebutuhan bisnis; dan • Keberhasilan penerapan sistem keamanan informasi dapat dicapai dengan menerapkan pemahaman yang sama, pengendalian, pengawasan dan evaluasi terhadap implementasi kebijakan.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

201

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010





LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

Beberapa contoh praktek tata kelola TI dalam operasi kami adalah: a. User Access Review, dalam level operasional, maka hak akses oleh setiap user pada setiap aplikasi sistem informasi ditetapkan sesuai kewenangannya yang tercantum pada Distinct Job Manual (DJM) dan setiap perubahan yang terjadi karena adanya perubahan aplikasi, perubahan organisasi, mutasi karyawan, pensiun karyawan dan lain sebagainya maka secara berkala dievaluasi untuk memastikan keamanannya; b. Password Management, untuk menjamin tidak terjadi penyalahgunaan aplikasi di tingkatan operasional, secara berkala penggantian password harus dilakukan dengan standar ketentuan password, dan penyalahgunaan password merupakan pelanggaran atas disiplin pegawai yang mendasar dan akan dikenai sanksi sebagaimana diatur dalam kebijakan Perusahaan (KR 30/Tahun 2007); c. Au d i t Lo g /Au d i t Tra i l , d a l a m o p e ra s i pengelolaan TI, maka setiap aplikasi harus memiliki kemampuan untuk menyimpan setiap transaksi atau kejadian. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin akuntabilitas sistem informasi, sehingga setiap kejadian dapat dilacak dan urutan kejadiannya dapat dibuktikan untuk keperluan pendeteksian/ pemeriksaan atas kecurangan, pencegahan atas kejadian yang tidak diinginkan, perbaikan atas kesalahan dan untuk umpan balik/ masukan untuk peningkatan sistem; dan d. End User Computing, dalam tingkatan operasional penggunaan aplikasi i n d e p e n d e n ya n g a d a p a d a m a s i n g masing pengguna komputer harus dikelola dan diatur sesuai standar end user computing yang telah ditetapkan oleh Perusahaan. Pada tahun 2010, TELKOM meraih penghargaan BUMN Award sebagai the best of IT BUMN yang dinilai dari aspek pelanggan, relasi dan jaringan.

10) Penerapan e-procurement

202

Sebagai wujud komitmen penerapan GCG dan Pakta Integritas, TELKOM secara konsisten mengelola proses pengadaan dan kemitraan dengan berbasis prinsip transparansi,

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

akuntabilitas dan kesetaraan. Sejak tahun 2004 proses pengadaan telah diselenggarakan secara elektronik dengan sistem e-auction melalui aplikasi JALINTRADE. Melalui penerapan aplikasi tersebut keseluruhan proses tender dan negosiasi telah berbasis komputer sehingga berlangsung adil dan transparan.

Kami terus meningkatkan kualitas dari e-procurement. Beberapa manfaat yang telah diperoleh antara lain: kecepatan proses tender, penetapan calon peserta tender secara elektronik sesuai persyaratan yang ditentukan, pemilihan pemenang secara elektronik, dan manfaat lainnya terkait dengan kualitas proses yang semakin baik, kewajaran harga, keadilan, transparansi dan mencegah terjadinya intervensi.



Pada tahun 2010 kami telah melakukan 780 proses e-auction yang meliputi pengadaan atas barang dan jasa.

11) Pengembangan kompetensi SDM

Sesuai kerangka kerja GCG yang kami rumuskan, kompetensi dan kemampuan SDM merupakan salah satu elemen penting yang harus diperhatikan Perusahaan untuk dapat mewujudkan praktek GCG. Sebaik apapun kebijakan dan proses yang telah dirancang tidak akan membuahkan hasil maksimal jika manusia yang menjalankan aktivitas tersebut tidak cukup profesional.



TELKOM mengelola SDM berbasis kompetensi (human capital based). Dalam implementasinya selaras dengan transformasi TIME yang berlangsung pada tahun 2010, kebijakan dan master plan SDM senantiasa disesuaikan agar pengelolaan SDM selaras dengan pengelolaan bisnis. Beberapa aktivitas yang dilakukan antara lain: a. Mengevaluasi dan merevisi direktori kompetensi sesuai portofolio bisnis TIME; b. Menyesuaikan tingkat kemampuan dari setiap kompetensi selaras dengan transformasi organisasi; c. Melaksanakan kompetensi penilaian; d. Mengembangkan kebijakan dan proses SDM sesuai portofolio bisnis TIME terkait dengan perencanaan SDM; dan, perekrutan dan seleksi, pengukuran kinerja SDM, remunerasi, pengembangan kompetensi, pengembangan karir dan program pensiun.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

12) Pengelolaan Pengetahuan



Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge Management) yang kami terapkan sejak tahun 2004, yang kemudian didukung dengan kebijakan Perusahaan Nomor KD.27/PS100/COPF0033000/2007 tanggal 22 Mei 2007 tentang Knowledge Management (KM) TELKOM, bertujuan untuk meningkatkan kinerja Perusahaan. Hal ini mengingat kompetisi yang terjadi pada industri informasi dan telekomunikasi lebih mengarah kepada pengelolaan sumber daya manusia secara optimal melalui penggalian potensi kreativitas dan inovasi perorangan, kelompok, unit dan organisasi. Saat ini, seluruh karyawan memperoleh kesempatan yang luas untuk menyampaikan ide, pengalaman, pengetahuan dan pembelajaran dalam bentuk tulisan yang dikelola Perusahaan dalam sistem pengelolaan pengetahuan yang kami sebut KAMPIUN. Setiap karyawan dapat berbagi pengetahuan dengan koleganya dengan cara mengunggah atau mengunduh melalui sistem, dimana dengan cara tersebut diharapkan dapat menjadi solusi atas beranekaragam permasalahan pekerjaan. KAMPIUN juga merupakan bank data (repository) pengetahuan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan karyawan yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan produktivitas dan kualitas pekerjaan.



Dapat kami katakan bahwa kami adalah pelopor atas aplikasi pengelolaan pengetahuan di Indonesia dan kami berusaha untuk terus meningkatkan penggunaan aplikasi tersebut.



Sejak pencanangan “Transforming to be Knowledge Enterprise Model” oleh Direktur Utama pada tahun 2008, secara terintegrasi penerapan pengetahuan telah mendukung eksekusi proses bisnis di setiap lini organisasi. Hasilnya TELKOM memperoleh penghargaan sebagai pemenang dalam Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) tingkat nasional dan menjadi finalis di tingkat regional Asia.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN



Mengacu pada kerangka kerja pengetahuan dalam perusahaan yang digagas TELEOS dalam Most Admired Knowledge Enterprise, TELKOM kemudian memperkokoh manajemen pengetahuan dengan lebih bertumpu pada kekuatan kepemimpinan dan budaya Perusahaan. Penguatan kepemimpinan dan budaya dimaksud meliputi beberapa area yaitu budaya inovasi, modal intelektual, berbagi pengetahuan, pembelajaran organisasi dan pengetahuan pelanggan.



Dalam kerangka kerja MAKE (Most Admired Knowledge Enterprise), peran pemimpin senior dalam mendukung pencapaian kinerja Perusahaan sangat penting, yaitu dengan menciptakan iklim dan budaya berbagi pengetahuan yang kolaboratif dan kondusif dalam upaya pencapaian pertumbuhan bisnis yang kesinambungan.



Pada tahun 2010, TELKOM tengah mengembangkan Corporate University yaitu institusi pendidikan yang dirancang untuk membantu Perusahaan mencapai visi dan misi melalui pengelolaan manajemen pengetahuan dengan metode pembelajaran yang lebih fokus dalam mendukung kebutuhan bisnis dan pengembangan kompetensi karyawan.



Disamping itu, kami juga melakukan penyempurnaan atau peningkatan atas kualitas portal internal sebagai sarana untuk berbagi informasi dan pengetahuan yang terkait dengan seluruh kegiatan Perusahaan meliputi: aktivitas Perusahaan, kebijakan, program kerja dan laporan terkini Perusahaan yang diperbaharui secara real time dan secara online dapat diakses oleh seluruh karyawan.

13) Perlindungan Konsumen

Sejalan dengan misi kami untuk memberikan layanan yang terbaik, nyaman, produk berkualitas dan harga yang bersaing, kami perlu menjaga komunikasi dengan para pelanggan. Kami menyadari komunikasi yang lancar dan proaktif berperan penting bagi kelangsungan bisnis Perusahaan di samping memastikan kualitas yang sesuai dengan standar.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

203

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SUMBERDAYA MANUSIA TELKOM-JEMBATAN PERUBAHAN

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA



Dalam rangka memastikan pemenuhan standar layanan purna jual, TELKOM berkomitmen untuk menerapkan kompensasi yang adil melalui pemberlakuan SLG (“Service Level Guarantee”, Garansi Purna Jual). Komitmen kami ini dikukuhkan dalam KD DIRJASA No.C.tel.1758/YN000/JAS-53/04 tahun 2004 dan KD ND.C000 No.C.Tel.18/4N000/KNS-24/06 tahun 2006.



Terkait perlindungan konsumen dan calon pelanggan, TELKOM memberikan jaminan layanan melalui berbagai upaya, antara lain: 1. Menjamin kualitas dan keamanan produk dan layanan dengan memastikan kesesuaian proses pengambilan keputusan dalam peluncuran produk dan layanan terhadap standar pengembangan produk dan layanan (STARPRO) dan analisis 8 IC (Internal Capabilities) yang dilakukan sebelum produk dan layanan tersebut diluncurkan kepada pelanggan dan masyarakat; 2. Memegang prinsip untuk memastikan produk dan layanan yang dihasilkan bernilai tinggi dan mampu menciptakan manfaat yang sebesar-besarnya serta mendorong perekonomian; 3. Selalu menjaga kode etik dalam penjualan produk (penjualan langsung) dan promosi; 4. Menerapkan praktik periklanan yang beretika dengan mempertimbangkan peraturan pada kode etik periklanan di Indonesia; 5. Memastikan bahwa produk dan layanan purna jual dapat secara mudah tersedia bagi publik; 6. Mendukung penerapan prinsip-prinsip dan praktek persaingan yang sehat; dan 7. Selalu berorientasi pada kepuasan pelanggan.

14) Hubungan Dengan Pemangku Kepentingan

TELKOM menetapkan tata nilai dan budaya melalui pendekatan nilai-nilai pemangku kepentingan yang menjadi pusat inspirasi termasuk norma dan prinsip-prinsip tata kelola Perusahaan. Berikut nilai-nilai pemangku kepentingan yang diidentifikasi:

Tabel Nilai Pemangku Kepentingan Pemangku Kepentingan

Nilai Pemangku Kepentingan

Pelanggan

• Tingkat kepuasan produk dan layanan

 

• Akurasi dan transparansi penagihan dan operasi

 

• Jaminan kelangsungan produk dan layanan Pemegang Saham

• Selalu memberikan dividen kepada pemegang saham

 

• Tren harga saham terus naik • Selalu beradaptasi dengan lingkungan baru

204

 

• Memenangkan pasar dan selalu siap berkompetisi

 

• Kelangsungan pertumbuhan kinerja keuangan

 

• Jaminan tata kelola ekspansi bisnis

 

• Praktek manajemen kelas dunia Karyawan

• Kesejahteraan karyawan

 

• Tempat berkarir yang baik Pemerintah

• Kepatuhan pada aturan pemerintah

 

• Transparansi dan kepatuhan pajak

 

• Menjadi contoh bagi BUMN-BUMN

 

• Turut serta meningkatkan PDB Pesaing

• Persaingan bisnis yang adil

 

• Kemitraan bisnis yang saling membangun

 

• Membagi sumber daya untuk menekan biaya Investor & Komunitas Keuangan

• Transparansi pelaporan Perusahaan

 

• Laporan keuangan Perusahaan yang andal Masyarakat

• Lapangan kerja

 

• Multiplier effect ekonomi

 

• Memberikan dampak positif bagi masyarakat luas

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Evaluasi GCG Untuk mengetahui pencapaian kinerja GCG, setiap tahun Perusahaan dinilai oleh IICG (The Indonesian Institutes for Corporate Governance) yaitu lembaga independen pemeringkat GCG di Indonesia. Selama bulan April-November 2010 IICG melakukan riset dan pemeringkatan Corporate Governance Perception Index (CGPI) terhadap Perusahaan publik (emiten), BUMN dan Perusahaan lain diluar kategori emiten dan BUMN, dan akhirnya menetapkan peringkat beberapa Perusahaan (termasuk TELKOM dalam hal ini). Hasilnya, TELKOM kembali memperoleh predikat terbaik sebagai: The Most Trusted Company 2010 sesuai tema penilaian GCG tahun 2010 yaitu “ GCG sebagai Budaya”. Penilaian CGPI meliputi empat tahap dengan bobot nilai yang berbeda: 1. Self assessment, Perusahaan diminta untuk mengisi kuesioner sesuai tema penilaian GCG; 2. Observasi dokumen, Perusahaan menyampaikan kebijakan, prosedur dan bukti-bukti lain yang menunjukkan penerapan GCG di Perusahaan; 3. Penilaian makalah dan presentasi, Perusahaan menyusun makalah yang menjelaskan kegiatan Perusahaan dalam menerapkan GCG sesuai tema penilaian dan mempresentasikan makalahnya kepada dewan juri; 4. Pengamatan Dewan Juri mengunjungi TELKOM untuk melakukan tanya jawab, pengamatan dan peninjauan lokasi untuk menelaah kepastian penerapan GCG di Perusahaan mengacu pada hasil self assessment, pengamatan dokumen dan makalah.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

TELKOM juga seringkali terpilih oleh lembaga-lembaga pemeringkat GCG sebagai nominasi untuk diamati karena dipandang sebagai salah satu benchmark atau panutan bagi perusahaan lain. Beberapa pencapaian atas evaluasi tersebut antara lain adalah: a. Penghargaan yang diterima dari Majalah Finance Asia pada 21 Juli 2010, yaitu dalam kategori “Best Managed Company”, “Best Corporate Governance”, “Best Investor Relation”, “Best Corporate Social Responsibility”, dan “Most Committee to a Strong Dividend Policy”; b. Penghargaan yang diterima dari Majalah Business Review dan Indonesian Institute Corporate Directorship (IICD) dalam kategori “The Best GCG Non Financial Sector”; c. Penghargaan yang diterima dari ajang penghargaan BUMN Award dengan peringkat “GCG BUMN terbaik kedua”; d. Penghargaan yang diterima dari ajang penghargaan Corporate Governance Award dengan peringkat sebagai “The Best Right of Shareholders”; e. Penghargaan tertinggi yaitu: “Indonesia Most Trusted Companies” atas hasil penilaian GCG oleh lembaga independen Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) dan Majalah Swa dengan peringkat: “Sangat Terpercaya”.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

205

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SDM - JEMBATAN PERUBAHAN

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Strategi dan kebijakan TELKOM mengenai tanggung jawab sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility atau “CSR”) terintegrasi dalam satu Keputusan Direksi No.41 /PR000/SDM-20/2006. Keputusan ini menjadi landasan bagi pengelolaan CSR di TELKOM, yang memastikan bahwa implementasinya sejalan dengan visi dan misi Perusahaan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya UndangUndang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 yang mengatur Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, dan konsisten dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. TELKOM telah mengklasifikasikan program CSR dalam tujuh pilar program, yaitu: a. Pendidikan adalah kegiatan yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan baik ke a h l i a n , p e n g e t a h u a n d a n p r i l a k u b a g i p e m a n g k u ke p e n t i n g a n ( m a sya ra k a t d a n ke l u a rg a b e s a r TELKOMGroup). Beberapa kegiatan diantaranya: Bagimu Guru Ku Persembahkan, i-CHAT, dan TELKOMIndigo;

206

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

b.

Kesehatan adalah kegiatan yang bertujuan meningkatkan kualitas kesehatan pemangku kepentingan. Salah satu kegiatannya adalah “Bantuan Kesehatan Masyarakat” pada Program Bina Lingkungan;

c.

Kebudayaan dan Peradaban adalah kegiatan kepedulian untuk melestarikan dan membina budaya, seni, olah raga, agama, dan kegiatan kemasyarakatan lainnya dalam upaya mendukung Perusahaan mengimplementasikan nilai-nilai Good Corporate Citizenship. Salah satu kegiatannya adalah “Bantuan Sarana Ibadah” pada Program Bina Lingkungan;

d.

Kemitraan adalah kegiatan yang mempererat jalinan kemitraan dengan pihak ketiga baik di bidang produk maupun lainnya yang berkaitan maupun tidak berkaitan dengan bisnis utama TELKOM dan bertujuan untuk memberikan manfaat bagi semua pihak. Salah satu kegiatannya adalah “Program Kemitraan” dengan Usaha Kecil dan Mikro;

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

e.

f.

g.

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

TINJAUAN DAN PROSPEK OPERASI DAN KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI KETENTUAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Layanan Umum adalah kegiatan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang sarana dan prasarana telekomunikasi. Salah satu kegiatannya adalah “Mudik Asyik” dan “Bantuan Sarana Umum” pada Program Bina Lingkungan; Lingkungan adalah kepedulian untuk meningkatkan kualitas lingkungan internal maupun eksternal Perusahaan agar terjadi hubungan yang harmonis antara Perusahaan dengan lingkungannya. Salah satu kegiatannya adalah “Bantuan Pelestarian Alam” pada Program Bina Lingkungan; dan Bantuan kemanusiaan dan bencana alam adalah kegiatan untuk memberikan bantuan dalam penanggulangan bencana alam dan bencana kemanusiaan. Salah satu kegiatannya adalah “ B a n t u a n B e n c a n a A l a m ” p a d a P r o g ra m B i n a L i n g ku n g a n .

Dari tujuh pilar tersebut, implementasi CSR difokuskan pada program pendidikan teknologi informasi dan komunikasi. Namun demikian, program CSR di bidang

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

kesehatan masyarakat, kebudayaan, kemitraan, bantuan kemanusiaan, layanan umum, dan pelestarian lingkungan tetap dilaksanakan. Kami akan terus melanjutkan upaya untuk memenuhi tanggung jawab terhadap para pemangku kepentingan guna mencapai masa depan yang lebih baik.

Bagimu Guru Ku Persembahkan Kegiatan CSR Perusahaan turut menciptakan generasi melalui program “Bagimu Guru Ku Persembahkan”. Program yang telah berjalan selama 4 tahun ini merupakan salah satu upaya kami dalam membangun dan menciptakan dunia pendidikan yang bermutu. Para peserta berharap program “Bagimu Guru Ku Persembahkan” sebuah kerjasama TELKOM dengan Harian Umum Republika dapat terus berjalan dan tidak berhenti pada tahun ini. Membangun pendidikan yang bermutu merupakan tugas mulia seorang guru, harapan itu ditaruh di pundak para pendidik. Sebaliknya, kepada seluruh peserta, TELKOM mengharapkan peserta pelatihan dapat menyerap semua materi yang disampaikan, karena

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

207

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SDM - JEMBATAN PERUBAHAN

seorang guru adalah tokoh panutan. Seorang guru harus bisa memberikan inspirasi baik kepada murid dan lainnya didalam lingkungan mereka. “Bagimu Guru Ku Persembahkan” adalah wujud kepedulian TELKOM yang bersifat mendasar terhadap dunia pendidikan. Oleh karena itu, CSR fokus terhadap dunia pendidikan dan guru sebagai urat nadinya. Ada tiga tujuan dari program “Bagimu Guru Ku Persembahkan”, yaitu: a. Memberikan pengetahuan baru kepada para guru, yang diharapkan akan berdampak baik untuk peningkatan pendidikan di Indonesia; b. Memperluas penyebaran area pelatihan di secondary city; c. Memaksimalkan komunitas guru yang sudah mengikuti pelatihan. Selama tahun 2010 program “Bagimu Guru Ku Persembahkan” telah diikuti oleh 445 peserta. Pelatihan dilaksanakan di 7 tempat: Bekasi, Kuningan, Klaten, Bandung, Kebumen, Serang dan Kudus. Pelatihan dikemas secara interaktif yang bertujuan agar para guru dapat melakukan tanya jawab langsung dengan pemberi materi.

Komunitas Digital Indonesia (Indigo) TELKOM mencanangkan perubahan arah bisnis, dari semula menggarap infocomm, meluas menjadi TIME. Perubahan ini juga divisualisasikan dalam sebuah logo baru yang berkesan lebih dinamis , ramah, dan modern. Perluasan bisnis ini diikuti oleh penguatan strategi bisnis TELKOM ke arah pengembangan konten digital kreatif melalui fasilitasi dan kerjasama dengan mitra dan komunitas kreatif seIndonesia. Strategi dan komitmen ini dijalankan melalui platform program yang disebut Indigo. Indigo adalah program TELKOMGroup untuk menumbuhkan kreativitas digital melalui kerjasama dengan berbagai komunitas. Pengembangan industri kreatif adalah bagian dari strategi jangka panjang kami untuk membangun dan mendinamiskan ekosistem industri komunikasi digital infrastruktur, layanan, aplikasi, dan konten. Prakarsa strategis Indigo diluncurkan pada tahun 2007 sebagai fasilitas bagi komunitas kreatif Indonesia yang memanfaatkan teknologi digital untuk membangun industri sehat yang akan meningkatkan ekonomi bangsa. Melalui Indigo, TELKOM memposisikan dirinya sebagai penyedia sarana dan fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku industri kreatif, sehingga dapat bersama-sama menumbuhkan pasar bagi karya kreatif digital di Indonesia.

208

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Indigo Awards TELKOMGroup menggelar Indigo Award sebagai sebuah acara tahunan yang ditujukan sebagai apresiasi bagi industri musik digital anak negeri yang dinilai berhasil dan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Acara puncak penghargaan Indigo Awards 2010 diselenggarakan pada 8 Desember 2010 di Jakarta Convention Centre, Jakarta. Indigo Awards 2010 disiarkan secara langsung di ANTV yang dimeriahkan oleh artis-artis terkenal seperti Afgan, Ungu, Tompi, Wali Band. Tema Indigo Awards tahun 2010 adalah “Ketika Kreasi Bersimfoni”. Melalui kegiatan ini TELKOMGroup ingin menunjukkan kepeduliannya dalam mengapresiasi karya anak negeri dengan memperhatikan Intellectual Property Right (“IPR”) atau Hak Kekayaan Intelektual, yang dalam media digital dapat dilindungi dengan teknologi Digital Right Mechanism (“DRM”). Indigo Music Awards diberikan kepada para individu di industri musik Indonesia yang berperan dalam menggerakkan tumbuhnya bisnis digital dalam negeri. Penjurian dilakukan dengan melihat apresiasi masyarakat melalui penggunaan Ring Back Tone (“RBT”) dan full track download, kualitas karya musik, serta popularitas airplay di media TV maupun radio. Sementara untuk penilaian Indigo Awards tahun ini dilakukan oleh jurijuri seperti: Bens Leo, Deni Sakrie, Tompi, dan lain-lain. Penilaian dari dewan juri ini kemudian menempatkan nominator di berbagai kategori musik yang akan dipilih melalui SMS oleh masyarakat. Dari ratusan karya yang masuk, tim juri akan memilih 18 karya terbaik yang terbagi dalam berbagai kategori musik. Hal yang membedakan Indigo Music Awards dari penghargaan serupa lainnya adalah adanya pengkategorian Best Digital Talent dan Best Social Media.

TELKOM telah mengklasifikasikan program CSR dalam pilar program.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Daftar Pemenang Indigo Awards 2010 untuk kategori musik adalah sebagai berikut: No. Kategori

Pemenang

1 Best Male Artist

Afgan Syah Reza

2 Best Female Artist

Agnes Monica

3 Best Band/ Duo

Ungu

4 Best New Artist

Killing Me Inside

5 Best Jazz

Java Jazz

6 Best RAP/RnB/Hip Hop

Bondan & Fade 2 Black

7 Best Dangdut

Ridho Roma

8 Best Indie

Killing Me Inside

9 Artist of The Year

Agnes Monica

10 Song of The Year 11 Best Social Media Artist

Karna Ku Sanggup/Andy Riyanto/ Agnes Monica Sherina

12 Best Digital Video Talent

Sinta Jojo

13 Best Label

Nagaswara

14 Most Innovative Label

Falcon

15

Lifetime Achievement Award

Bimbo

16

Best Digital Music Male Artist

Anang

17

Best Digital Music Female Bunga Citra Lestari Artist

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Program Indigo Fellowship bertujuan mendukung pengembangan digitalpreneur yang akan menumbuhkan industri kreatif nasional melalui diseminasi, seleksi, dan inkubasi pada berbagai tingkatan awal bisnis, sekaligus memastikan terjadinya kaitan dan kesesuaian ke dalam kerangka kerja pertumbuhan industri kreatif ICT, yang diharapkan akan dapat bersinergi menjadi bisnis kreatif yang memajukan ekonomi bangsa. Tema yang diusung dalam program Indigo Fellowship 2010 adalah ”Digitalpreneur for National Character Building”. Melalui program Indigo Fellowship, diharapkan akan lahir para pemain baru dalam bisnis kreatif digital, yang kemudian dapat tumbuh berkembang lebih cemerlang. Program ini menggabungkan pengembangan ide kreatif, serta pengembangan karya kreatif. Kategori Kompetisi Indigo Fellowship 2010 karya kreatif terdiri dari: 1. Consumer Content & Application, adalah karya

2.

18 Best Digital Music Band/Duo Wali

Indigo Fellowship 2010 Setelah sukses menggelar kompetisi Indigo Fellowship yang pertama pada tahun 2009, TELKOMGroup kembali menggelar program Indigo Fellowship 2010. Sejak diluncurkannya program ini oleh Direktur IT & Supply TELKOM, Indra Utoyo pada 26 Mei 2010 Program Indigo Fellowship ramai diminati publik, khususnya para insan kreatif digital di tanah air. Dibandingkan tahun lalu, program ini telah meningkat, baik dari sisi jumlah peserta maupun kualitas karya yang diikutsertakan.

DATA PERUSAHAAN

3.

4.

digital baik berupa konten atau aplikasi yang ditujukan atau bermanfaat khususnya bagi masyarakat ritel/end consumer. Enterprise Content & Application adalah karya digital dalam bentuk aplikasi atau konten digital yang ditujukan/bermanfaat khususnya bagi pelanggan Perusahaan. Small & Medium Company Content & Application adalah karya digital dalam bentuk aplikasi atau konten yang ditujukan atau bermanfaat khususnya bagi pelanggan Usaha Kecil Menengah (UKM). Rural/Maritime Content & Application adalah karya digital dalam bentuk aplikasi atau konten ya n g ditujukan/bermanfaat buat pengembangan masyarakat pedesaan atau masyarakat p e s i s i r pantai.

Sekaligus merayakan HUT TELKOM yang ke 154, pada tanggal 8 Desember 2010, para pemenang dalam setiap kategori Indigo diumumkan. Selain Indigo Fellowship, disampaikan juga penghargaan Indigo Fellows, penghargaan TESCA (TELKOM Smart Campus Awards), serta penyerahan anugerah kepada insan musik yang berprestasi, yang seluruhnya dikemas dalam acara Indigo Awards 2010.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

209

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SDM - JEMBATAN PERUBAHAN

Daftar Pemenang Indigo Fellowship sebagai berikut: Kategori

Consumer C&A

Enterprise C&A

No.

Nama

1

Aswin Utomo

AdaDiskon

2

Adhicipta R Wirawan

Animo

3

Wisnu

Ngomik

4

Vincentius Hening

Football Saga

1

David Santoso

Bee, Software ERP Cross platform

2

Setiabudi

Meta Care, Healthcare Management System Solution

3

Eka Djatnika

Simzaki, Sistem Aplikasi Pengelola Zakat

1

M Ali Fauzi

Paddy, Marketing Information Center berbasis SMS untuk pemasaran Padi di Jawa Timur

2

Andri Yadi

Port map, Port Management Portal

1

Lelya Kertopati Kenzari

HiQuMMS, High Quality Multimedia System

2

Jonatan Sofian

Smart Sisfo Kampus

3

Hanif Dinada

Infokes, Informasi dan Monitoring Kesehatan

4

Lelya Kertopati Kenzari

i-So ComMIIT, Intelligent Solution for Comprehensive Medical Information System

5

Ketut Kartika

Dimata Hanoman, Online Hotel Reservation & Management System

6

Virgo Lazarus Pehulisa Tarigan

Score V, Balanced Scorecard Execution Software

Rural C&A

SME C&A

Karya

Indigo Fellows 2010 Sebagai rangkaian dari Indigo Awards, TELKOMGroup bekerjasama dengan Majalah Warta Ekonomi memberikan penghargaan Indigo Fellows yang ditujukan kepada tokohtokoh yang memiliki semangat, kreativitas, originalitas, dan memberikan dampak bisnis serta sosial yang signifikan terhadap perkembangan industri kreatif berbasis digital di Indonesia. Penghargaan ini merupakan wujud kepedulian kami dan Majalah Warta Ekonomi dalam meningkatkan dinamika industri kreatif di Indonesia, memberikan stimulus kepada masyarakat untuk mengembangkan kreasi dan prestasi industri kreatif, memberikan kesadaran tentang hak atas kekayaan intelektual (HAKI) sebagai kunci pengembangan nilai tambah industri kreatif, serta menyusun tolok ukur industri kreatif berbasis digital untuk memacu wirausaha meningkatkan kinerja mereka. Tahun 2010 ini adalah tahun kedua penganugerahan Indigo Fellows.

210

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Setelah memperhatikan dan menimbang hasil diskusi dengan para finalis Indigo Fellows 2010, Dewan Juri, yang terdiri atas Richard Mengko; Harjanto Prabowo, Rektor Universitas Bina Nusantara; Indra Utoyo, Direktur IT Solution & Supply TELKOM; Irfan Tachrir, VP International Roaming Synergy & Partnership Telkomsel; serta Sapto Anggoro, Direktur Detik.com, mengumumkan nama-nama berikut sebagai pemenang Indigo Fellows 2010: 1. Tokoh Digital Creator adalah Oskar Riandi 2. Tokoh Digitalpreneur adalah Adi Sasongko 3. Tokoh Digital Academic adalah Dimitri Mahayana 4. Tokoh Digital Creative Promoter adalah Itoc Tochija 5. Tokoh Digital Community Fellow adalah Hari Sungkari 6. Young Inspiring Creator adalah Adi Panuntun.

I Can Hear and Talk (i-CHAT) Aplikasi dan portal i-CHAT merupakan salah satu wujud komitmen CSR TELKOM dan bagian dari program Bagimu Guru Ku Persembahkan yang bertujuan membantu meningkatkan kemampuan para guru di Indonesia. Aplikasi i-CHAT sendiri telah diluncurkan oleh Direktur utama TELKOM, Rinaldi Firmansyah pada bulan April 2010. Gagasan menciptakan teknologi ditujukan untuk kalangan berkebutuhan khusus tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi (“TIK”) mampu memberikan manfaat besar bagi seluruh umat manusia, baik mereka yang normal maupun berkebutuhan khusus. Manfaat tersebut tentu saja diharapkan dapat membuat kualitas hidup dan kehidupan manusia Indonesia menjadi lebih baik. Pengembangan aplikasi dan portal i-CHAT yang dilakukan oleh Research Development Center (“RDC”) TELKOM, didorong oleh semangat untuk mempercepat dan memperluas partisipasi masyarakat dalam ikut mengatasi permasalahan kalangan tunarungu, khususnya terkait kemampuan berbahasa mereka. Sejak pertama kali diluncurkan hingga saat ini rangkaian implementasi dan sosialisasi aplikasi ini terus dilakukan yang dibagi menjadi beberapa tahap. Tahap pertama dilakukan di Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya dan Denpasar. Selanjutnya Tahap kedua berlangsung di Medan, Palembang, Balikpapan dan Makassar. Terdapat sekitar 69 Sekolah Luar Biasa (SLB) tahap I dan 17 SLB pada tahap II yang sudah mengimplementasikan dan mengikuti kegiatan sosialisasi

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

i-CHAT ini. Rencananya, mulai Februari 2011 implementasi dan sosialisasi akan dimulai lagi dengan target bisa menembus lebih banyak kota lagi di seluruh Indonesia.

bersama. Ini merupakan kegiatan mudik gratis tahunan yang diselenggarakan oleh TELKOM dan anak-anak Perusahaannya.

Untuk mengetahui efektivitas pemakaian aplikasi ini, telah dilakukan survei untuk mengetahui apakah aplikasi ini bermanfaat. Berdasarkan hasil survei yang kami lakukan melalui telepon terhadap 40 guru, diketahui bahwa aplikasi ini hasilnya efektif sebagai sarana pembelajaran yang bisa lebih meningkatkan motivasi siswa. Mereka menjadi lebih tertarik pada proses pembelajaran karena dilakukan lebih menarik dan lebih visual. Untuk mengetahui lebih jauh pemakaian aplikasi ini di sekolahsekolah yang telah mengimplementasikannya, ke depan Tim Aplikasi i-CHAT akan mengunjungi SLB-SLB tersebut, sehingga dapat diketahui dengan jelas bagaimana efektivitas aplikasi ini di sekolah-sekolah tersebut.

Seperti pada kegiatan serupa tahun lalu, mudik gratis ini digelar secara serentak di Jakarta dan Surabaya. TELKOMGroup menyediakan 125 bus, 85 di antaranya diberangkatkan dari Parkir Timur Senayan, Jakarta. Sedangkan sisanya diberangkatkan dari Surabaya. Program tahunan Mudik Bersama TELKOMGroup memberikan kesempatan kepada pelanggan dan mitra kerja TELKOMGroup untuk mudik secara gratis tetapi tetap nyaman.

Speedy Tour d’Indonesia Sebagai bagian dari program CSR, TELKOM berinisiatif menyelenggarakan lomba balap sepeda ‘Speedy Tour D’Indonesia’. Speedy Tour D’Indonesia yang diselenggarakan bersama dengan PBISSI, organisasi yang bertanggung jawab mengembangkan olah raga bersepeda di Indonesia. Dengan perjalanan antara Jakarta sampai dengan Denpasar, rute perjalanan terdiri dari 8 tahap yaitu: Jawa Barat, Bandung menuju Cirebon; Jawa Tengah menuju Pekalongan, Semarang, dan Jogjakarta; Jawa Timur, dari Madiun menuju Surabaya, dan Bali, dari Gilimanuk menuju Denpasar. Speedy Tour D’Indonesia merupakan agenda dari Union Sycliste Internationale (“UCI”) dan merupakan tur bersepeda terbesar di Indonesia. Pada tahun ketiganya, Speedy Tour D’Indonesia merupakan bagian dari komitmen kami untuk mendorong perkembangan olahraga di Indonesia, khususnya bersepeda. Speedy Tour D’Indonesia pada tahun 2010 diselenggarakan sejak tanggal 24 Oktober 2010 hingga 3 Nopember 2010 yang menempuh jarak 1.423,3 km. Speedy Tour D’Indonesia 2010 diikuti oleh 19 tim dari 8 negara peserta yaitu Indonesia, Malaysia, Iran, Singapura, Australia, Filipina, Sri langka dan Belanda.

Mudik Asik Tahun 2010 sebanyak lebih dari 4.000 anggota keluarga mitra kerja, front liner, gerai pinggir j a l a n T E L KO M G ro u p, m e l a ku ka n m u d i k g ra t i s

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Program mudik gratis bersama selain sebagai apresiasi kepada pelanggan dan mitra kerja sekaligus merupakan solusi terhadap imbauan pemerintah agar masyarakat tidak mudik menggunakan sepeda motor karena selain melelahkan juga rawan kecelakaan. Tujuan mudik meliputi kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, termasuk Cirebon, Tasikmalaya, Kebumen, Jogjakarta, Solo, Semarang, Malang dan Surabaya dan bahkan beberapa kotakota di Sumatera. Peserta Mudik Bersama TELKOMGroup terdiri dari para dari sales force, gerai lepas/gerai pinggir jalan, petugas warung TELKOM dan Warung Internet, front liner TELKOMVision dan Infomedia, front liner Plasa TELKOM. Selain memperoleh fasilitas mudik gratis menggunakan bus ber-AC setiap pemudik juga memperoleh paket tas berisi kaos, topi, kartu isi ulang Flexi, payung, kipas serta minuman dan makanan ringan. Melalui program “Mudik Bersama TELKOMGroup 2010” ini, TELKOM benar-benar ingin memanjakan para pelanggan dan mitra kerjanya untuk mudik secara aman dan nyaman.

POSKO TELKOM Peduli dan TELKOMGroup 2010 Selain Mudik Bersama, kepedulian TELKOMGroup kepada para pemudik juga ditunjukkan dengan pendirian “POSKO TELKOM Peduli dan TELKOMGroup 2010” di jalur-jalur padat pemudik maupun di lokasi-lokasi strategis seperti di bandara, terminal, stasiun pelabuhan dan tempat-tempat wisata. Terdapat 6 Posko TELKOM dan 4 Posko TELKOMGroup (Telkomsel, TELKOMVision/

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

211

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SDM - JEMBATAN PERUBAHAN

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

YesTV, Flexi, Infomedia dan Speedy). Selain itu, secara mandiri Telkomsel menggelar 802 Posko Telkomsel Siaga di seluruh Indonesia.

Melalui Mudik Bersama TELKOMGroup 2010 ini, TELKOM berharap bisa terus menjalin silaturahmi baik dengan pelanggan, mitra kerja dan dengan masyarakat luas.

Lokasi “POSKO TELKOM Peduli dan TELKOMGroup 2010” antara lain di Pelabuhan Bakauheni, Pelabuhan Merak, Rest Area Km 57 Jalan Toll Cikampek, Masjid Baitul Amanah Rajapolah, Masjid Darusallam Indramayu, Kampung Kopi Banaran, Masjid Fairus Batang, SPBU Margasana Purwokerto, RM Duta 1 Madiun dan Pantai Pasir Putih Situbondo.



Sesuai dengan tema yang diusung, yakni “Mudik Asik Bersama TELKOMGroup” berbagai langkah penyempurnaan dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan. Diantaranya menjalin kerjasama dengan Yamaha untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pemudik yang menggunakan sepeda motor Yamaha. Diharapkan dengan kerjasama tersebut, keselamatan pemudik yang menggunakan sepeda motor semakin meningkat.



“POSKO TELKOM Peduli dan TELKOMGroup 2010” memiliki berbagai fasilitas yang akan meningkatkan kenyamanan para pemudik, seperti toilet, tempat sholat, tempat istirahat ber-AC, relaksasi dan pijat refleksi, pengecekan kendaraan dan perlengkapan P3K. Selain fasilitas tersebut, pemudik juga dapat memperoleh berbagai layanan TELKOMGroup, seperti kartu isi ulang dan kartu perdana Flexi dan Telkomsel serta fasilitas lain seperti peta mudik, Info Mudik (nomor telepon layanan umum: Pos Polisi, Rumah Sakit, Rumah Makan, Rumah Ibadah dan POM Bensin) dan Info tentang situasi jalan/ kota terdekat (lalu lintas, bencana, dan keributan).

212

TINJAUAN KINERJA SAHAM

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010









Posko Area Jawa Barat Lokasi Posko: Masjid Baitul Amanah Raja Polah Tasikmalaya dan Rumah Makan Kalijaga Cirebon. Posko Area Jawa Tengah Lokasi posko: SPBU Margasana Jl. Rawalo Purwokerto, Masjid Al Fairus Pekalongan, dan Taman Rekreasi Kopi Banaran. Posko Area Jawa Timur Lokasi Posko: Rumah Makan Duta Ngawi Jl. Raya Ngawi solo Km 7 Ngawi dan Rumah Makan Surya Jl. Raya Pasir Putih Situbondo. Rest Area Lokasi: Rest Area Cikampek KM 57 dan Pelabuhan Bakaheuni, Lampung.

Standar Layanan Umum • • • • • • • •

Ruang istirahat ber-AC; Kursi pijat elektrik; Cek tekanan darah digital; P3K; Handuk hangat; Penyediaan ta’jil dan air minum; Cek dan isi tekanan ban; dan Tempat sholat dan toilet (bergabung dengan fasilitas Masjid Itjeu).

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Santri Indigo TELKOM bekerjasama dengan Harian Umum Republika menggelar Program CSR Santri Indigo Tahap II. Kali ini Santri Indigo yang dikemas dalam sebuah pelatihan Internet “Wahana Syiar Digital”. Pelatihan diikuti oleh 377 peserta santri dan didampingi para ustadz dari berbagai pondok pesantren. CSR Santri Indigo ini mendorong umat Muslim, khususnya para santri dan ustadz agar berdakwah di internet. Maka dari itu para santri dilatih membuat web blog, diajarkan teknik menulis yang baik dan benar, diberi wawasan teknologi informasi, dan berbagai motivasi dengan para pakar. Pelatihan internet mendatangkan pengajar dari kalangan birokrat, pakar informasi, akademisi, profesional, dan praktisi media, antara lain: Asep Nurzaman (KaBiro Republika Jatim), Diki Chandra (Bupati Garut), Dr. Basyir Akhmad (Walikota Pekalongan), Ibu Suaida Lubis (Akademisi & Penggiat Remaja), Indra Utoyo (Direktur IT & Suplay TELKOM), Ramaditya Adikara (Jurnalist & Game Music Composer) dan Selamat Ginting (Republika). TELKOM berharap pengetahuan yang diperoleh dari pelatihan ini bisa ditularkan ke komunitas pesantren lainnya. Para peserta juga bisa mengakses bermacam konten (permainan, edukasi, musik dan animasi) melalui website Indigo di www.pasarkreasi. com serta bergabung dalam komunitas Indigo. Selain itu, TELKOM juga memberikan penghargaan Indigo Fellowship dan Indigopreneur untuk anggota komunitas yang berprestasi setahun sekali.

PENCAPAIAN CSR a.

b.

c.

Program pembangunan pusat pelatihan Internet yang disebut Broadband Learning Center (“BLC”) di pulau-pulau terluar Indonesia, seperti Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur; Program Education for Tomorrow (“E4T”) memberikan pendidikan teknologi informasi kepada ratusan ribu pelajar di seluruh Indonesia; dan Selama tahun 2010 TELKOM telah menyalurkan bantuan melalui Program Kemitraan dengan total dana sebesar Rp283,8 miliar diseluruh propinsi Indonesia dengan jumlah mitra binaan sebanyak 9.918 mitra. Sementara itu melalui Program Bina Lingkungan jumlah dana yang telah disalurkan TELKOM sebesar Rp27,4 miliar dengan jumlah obyek bantuan sebanyak 1.444 obyek bantuan.

Rp

27,4

miliar

Total dana yang disalurkan TELKOM melalui Program Bina Lingkungan di tahun 2010.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

213

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SDM - JEMBATAN PERUBAHAN

Pelatihan dilaksanakan di enam tempat, yaitu: 1. Yogyakarta, di Pondok Pesantren Krapyak 2. Bekasi, di Pondok Pesantren At – Taqwa Putra Pusat 3. Pekalongan, di Pondok Pesantren Modern Alquran Buarant 4. Ponorogo, di Pondok Modern Darussalam Gontor 5. Purwokerto, di Pondok Pesantren Al – Ittihaad 6. Garut, di Pondok Pesantren Keresek Cibatu.

Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara kami memiliki komitmen untuk menjalankan peran Good Corporate Citizenship melalui penyelenggaraan Program Kemitraan dengan usaha kecil dan Program Bina Lingkungan. Program Kemitraan dengan usaha kecil bertujuan untuk mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi, terciptanya lapangan kerja serta kesempatan berusaha untuk masyarakat. Sedangkan Program Bina Lingkungan mempunyai tujuan utama untuk memberdayakan dan mengembangkan kondisi sosial masyarakat dan lingkungan di sekitar wilayah usaha Perusahaan. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (“PKBL”) merupakan pelaksanaan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-05/MBU/2007

214

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

Tabel Penyaluran Bantuan Dana Program Kemitraan tahun 2010 Penyaluran Pinjaman

Jumlah

Sektor Perdagangan

138.921.520.000

Sektor Jasa

60.476.245.000

Sektor Industri Sektor Pertanian Sektor Peternakan

46.609.600.000 15.858.600.000 9.176.150.000

Sektor Perikanan

7.026.600.000

Sektor Lainnya

3.962.000.000

Sektor Perkebunan Jumlah Pinjaman Reguler

1.742.400.000 283.773.115.000

Pada tahun 2010, Program Kemitraan mengeluarkan biaya sebesar Rp283,8 miliar kepada 9.918 mitra binaan diseluruh propinsi yang ada di Indonesia. Pada waktu yang bersamaan, kami mengalokasikan dana sebesar Rp27,4 miliar melalui Program Bina Lingkungan bagi 1.444 lembaga yang membutuhkan bantuan.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Tabel Penyaluran Bantuan Dana Program Bina Lingkungan 2010 Penyaluran Program Bina Lingkungan

Jumlah

Bantuan Pendidikan dan atau Pelatihan

9.892.225.274

Bantuan Sarana Ibadah

5.549.181.980

Pengembangan Prasana dan Sarana Umum

3.490.150.000

Bantuan Peningkatan Kesehatan

2.750.968.750

Pelestarian Lingkungan

2.021.018.000

BUMN Peduli

2.000.000.000

Bantuan Korban Bencana Alam

1.726.869.298

Jumlah Bantuan Bina Lingkungan

27.430.413.302

Jumlah Objek Bantuan Tahun 2010 Lokasi

Obyek Bantuan BBA

CD Pusat

BPP

BKM

BSU

Total

BSI

BPA

BBP

95

179

60

82

169

14

1

600

CD Area Sumatera

-

40

14

13

45

9

-

121

CD Area DKI Jakarta

-

24

6

23

26

7

-

86

CD Area Jawa Barat & Banten

-

53

27

11

41

7

-

139

CD Area Jawa Tengah & DIY

-

73

10

46

38

2

-

169

CD Area Jawa Timur

-

35

21

7

32

13

-

108

CD Area Kalimantan

-

40

4

22

28

7

-

101

CD Area Kawasan Timur Indonesia

-

34

6

28

47

5

-

120

95

478

148

232

426

64

1

1.444

Total Keterangan: BBA

: Bantuan kepada Korban Bencana Alam

BPP

: Bantuan Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan Masyarakat

BKM

: Bantuan Peningkatan Kesehatan Masyarakat

BSU

: Bantuan Pengembangan Prasarana dan Sarana Umum Masyarakat

BSI

: Bantuan Peningkatan Kegiatan Keagamaan dan Sarana Ibadah Masyarakat

BPA

: Bantuan Pelestarian Alam

BBP

: Bantuan BUMN Peduli

CD

: Community Development

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

215

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SDM - JEMBATAN PERUBAHAN

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Data Perusahaan

Jajaran Manajemen Senior Eddy Kurnia Head of Corporate Affair

Johni Girsang VP Product Owner Audit IA

Teddy Tedja Permana VP Legal & Compliance

Tjatur Purwadi Head of Internal Audit

Mohammad Nuhin VP Delivery Channel Audit

Michael Gatut Awantoro VP Business Effectiveness

David Burke EVP Strategic Investment & Corporate Planning

David Bangun VP Infrastructure & Service Planning

Ikhsan OVP Risk Management

Honesti Basyir VP Strategic Business Development

Anie Sulistiani Soendjojo VP Network Operation

Eddie Wibawa VP Business Portfolio & Synergy Budhi Santoso VP Business Performance Evaluation Ahmad Kordinal VP Corporate Office Support Agina Siti Fatimah VP Public and Marketing Communication Herdy Rosadi Harman VP Regulatory Management

216

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Syarif Syarial Ahmad VP Wholesale Budi Siswanto VP Enterprise Arko Maryono VP Business Development Sutoto VP Supply Planning & Control Judi Rifajantoro VP IT Strategy & Governance Judi Achmadi VP Service Strategy and Tariff

Djaka Sundan VP Organization Development Wien Aswantoro Waluyo VP Industrial Relation Sofyan Rohidi VP HR Policy Martinus Wisnu Adji VP Financial & Logistic Policy Teguh Wahyono VP Management Accounting Ofan Sofwan VP Treasury Management Sunarto VP Financial Accounting

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

Agus Murdiyatno VP Investor Relation Syamsul Bahri VP Asset Management Teni Agustini VP Commerce and Customer Care Arief Musta’in VP Product Management Tri Djatmiko EGM Divisi Consumer Service Barat Sukardi Silalahi EGM Divisi Consumer Service Timur Slamet Riyadi EGM Divisi Business Service Abdus Somad Arief EGM Divisi Enterprise Service S.P. Natigor Sitorus Acting EGM Divisi Carrier & Interconnection Service

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Edy Irianto EGM Divisi Telecommunication Infrastucture Muhammad Awaluddin EGM Divisi Access Joddy Hernady EGM Divisi Multimedia Mas’ud Khamid EGM Divisi TELKOMFlexi Otong Iip SGM Finance Billing and Collection Center Nilawati Djuanda SGM Maintenance Service Center

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Alini Gilang SGM HR Center Tonda Priyanto SGM Learning Center R. Gatot Rustamadji SGM Community Development Center Deddy Kurniadi Head of Management Consulting Center Freddy Triany Project Management Office Coordinator

Mustapa Wangsaatmadja SGM Research & Development Center Halim Sulasmono SGM Information System Center Sri Heribowo G Iman Tidarto SGM Supply Center

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

217

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

ALAMAT KANTOR PUSAT

GKP TELKOM Jl. Japati No. 1 Bandung 40133 Tel. : (62-22) 452 1108, 452 7252 Fax. : (62-22) 720 3247 INVESTOR RELATIONS Gedung Grha Citra Caraka, lantai 5 Jl. Jend. Gatot Subroto No. 52 Jakarta 12710 Tel. : (62-21) 521 5109 Fax. : (62-21) 522 0500 DIVISI CONSUMER SERVICE REGION BARAT Gedung Grha Citra Caraka, lantai 10 Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 52 Jakarta 12710 Tel. : (62-21) 521 5100 Fax. : (62-21) 526 5400 DIVISI CONSUMER SERVICE REGION TIMUR Jl. Ketintang No. 156 Surabaya 60231 Tel. : (62-31) 828 6000, 828 6250 Fax. : (62-31) 828 6080 Divisi Business Service Jl. Letjend S. Parman Kav. 8, lantai 2 Jakarta Barat 11440 Tel. : (62-21) 564 6500, 565 1700 Fax. : (62-21) 565 2800 Divisi AccesS Gedung Grha Citra Caraka, lantai 7 Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 52 Jakarta 12710 Tel. : (62–21) 529 0348, 520 3939 Fax. : (62–21) 522 1300 Divisi Infratel Gedung Grha Citra Caraka, lantai M Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 52 Jakarta 12710 Tel. : (62-21) 522 1500 Fax. : (62-21) 522 9600 Divisi Enterprise Services Gedung Chase Plaza, lantai 22 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 21 Jakarta 12910 Tel. : (62-21) 386 6600 Fax. : (62-21) 386 8400

218

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN KINERJA USAHA

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Unit Corporate Customer Menara Multimedia, Lantai 2 Jl. Kebon Sirih Kav. 10-12 Jakarta Pusat 10110 Tel. : (62-21) 386 6006 Fax. : (62-21) 380 5800

Management Consulting Center Jl. Cisanggarung No. 2 Bandung 40115 Tel. : (62-22) 452 1620, 452 1549 Fax. : (62-22) 721 7473

Divisi Multimedia Menara Multimedia, lantai 17 Jl. Kebon Sirih No. 12 Jakarta Pusat 10110 Tel. : (62-21) 386 0500 Fax. : (62-21) 386 0300

TELKOM Community Development Center GKP TELKOM, lantai 8 Jl. Japati No. 1 Bandung 40133 Tel. : (62-22) 452 8219 Fax. : (62-22) 452 8206

Divisi TelkomFlexi Grha Flexi Jl. Kebon Sirih Raya No. 36 Jakarta Pusat 10110 Tel. : (62-21) 344 7070 Fax. : (62-21) 344 0707 Maintenance Service Center GKP TELKOM, lantai 4 Jl. Japati No. 1 Bandung 40133 Tel. : (62-22) 452 4120, 452 4129 Fax. : (62-22) 452 4125 TELKOM Learning Center Jl. Gegerkalong Hilir No. 47 Bandung 40152 Tel. : (62-22) 201 4508, 201 4441 Fax. : (62-22) 201 4429 TELKOM Supply Center GKP TELKOM, lantai 6 Jl. Japati No. 1 Bandung 40133 Tel. : (62-22) 452 6170 Fax. : (62-22) 720 6583 Research and Development Center Jl. Gegerkalong Hilir No. 47 Bandung 40152 Tel. : (62-22) 457 4784 Fax. : (62-22) 457 1171, 201 3505 Information System Center GKP TELKOM, lantai 4 Jl. Japati No. 1 Bandung 40133 Tel. : (62-22) 452 4228 Fax. : (62-22) 720 1890 Divisi Carrier and Interconnection Services Menara Jamsostek, lantai 10 Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 38 Jakarta 12710 Tel. : (62-21) 5291 7007 Fax. : (62-21) 5289 2080

Assessment Service Center GKP TELKOM, lantai 3 Jl. Japati No. 1 Bandung 40133 Tel. : (62-22) 452 3359, 452 3360 Fax. : (62-22) 452 3344 , 452 3355

Anak Perusahaan

Pt Telekomunikasi Seluler Wisma Mulia, Lantai 15 Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 42 Jakarta 12710 Tel. : (62-21) 524 0811 ext. 11520/11556 Fax. : (62-21) 529 06123 Pt Infomedia Nusantara Jl. R.S. Fatmawati Kav. 77-81 Jakarta Selatan 12150 Tel. : (62-21) 720 1221 Fax. : (62-21) 720 1226 Pt Indonusa Telemedia Gedung TELKOMVision, lantai 3 Jl. Prof. Dr. Supomo No. 139, Tebet Jakarta Selatan 12810 Tel. : (62-21) 829 8800, 831 2200 Fax. : (62-21) 831 7400 PT GrAha Sarana Duta Gedung Menara Multi Media Jl. Kebon Sirih No. 10-12 Jakarta Pusat 10110 Tel. : (62-21) 380 0900/901 Fax. : (62-21) 3483 0655 Pt Telekomunikasi Indonesia International Menara Jamsostek, lantai 24 Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 38 Jakarta 12710 Tel. : (62-21) 2995 2300 Fax. : (62-21) 5296 2358

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TINJAUAN KINERJA KEUANGAN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Pt Multimedia Nusantara The East Tower, lantai 37 Jl. Lingkar Mega Kuningan Kav E3.2 No. 1 Jakarta Selatan 12950 Tel. : (62-21) 521 0123 Fax. : (62-21) 521 0124

Pt Patra Telekomunikasi Indonesia Jl. Pringgodani 2 No. 33 Alternatif Cibubur Depok 16954 Tel. : (62-21) 845 4040 Fax. : (62-21) 845 7610

Pt Dayamitra Telekomunikasi Gedung Grha Pratama, lantai 5 Jl. M.T. Haryono Kav.15 Jakarta 12810 Tel. : (62-21) 8370 9592/93 Fax. : (62-21) 8370 9591

Pt Pembangunan Telekomunikasi Indonesia Jl. Mangga No. 4 Bandung 40114 Tel. : (62-22) 721 6282 Fax. : (62-22) 720 2596

Pt Pramindo Ikat Nusantara Plaza Kuningan Gedung Annex, lantai 7 Suite 702 Jl. HR. Rasuna Said Kav. C11-C14 Jakarta Selatan 12940 Tel. : (62-21) 520 2560 Fax. : (62-21) 5292 0156

Pt Sigma Citra Caraka Menara DEA I, lantai 8 Kawasan Mega Kuningan Jl. Mega Kuningan Barat IX Kav. E43 No. 1 Tel. : (62-21) 576 2150 Fax. : (62-21) 576 2155.

Perusahaan Assosiasi

Ariawest International Finance B.V Equity Trust Co. Nv. Strawinskylaan 3105, Atrium 7th Floor 1077 ZX Amsterdam The Netherlands Tel. : (31-20) 406 44 65 Fax. : (31-20) 642 76 75

Pt Batam Bintan Telekomunikasi Wisma Indocement, lantai 2 Jl. Jendral Sudirman Kav.70-71 Jakarta 12910 Tel. : (62-21) 251 2147 Fax. : (62-21) 251 0484/0436 Jl. Markisah, Batamindo Industrial Park Mukakuning- Batam 29433 Tel. : (62-778) 612 300 Fax. : (62-778) 612 200 Pt Citra Sari Makmur Chase Plaza, lantai 16 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 21 Jakarta 12910 Tel. : (62-21) 520 8311, 570 0194 Fax. : (62-21) 570 4656 Pt Finnet Indonesia Menara Bidakara, lantai 21 Jl. Gatot Subroto Kav. 71-73 Jakarta 12870 Tel. : (62-21) 829 9999 Fax. : (62-21) 828 1999 Pt Pasifik Satelit Nusantara Gedung Kantor Taman A9 Unit C3 - C4 Jl. Mega Kuningan Raya Lot 8/9 No. 9 Jakarta 12950 Tel. : (62-21) 576 2292 Fax. : (62-21) 576 2290

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Pt Balebat Dedikasi Prima Jl. Veteran II No. 17 Teluk Pinang Ciawi Bogor 16720 Tel. : (62-251) 824 3338 Fax. : (62-251) 824 2552, 824 7761 SCICOM BHD Business Office Scicom (MSC) Berhad Menara TA One, 25th Floor 22, Jalan P. Ramlee 50250 Kuala Lumpur, Malaysia Tel. : (60-3) 2162 1088 Fax. : (60-3) 2164 9820 Pt Administrasi Medika Gedung Arthaloka Lantai 15 Jl. Jend. Sudirman Kav.2 Jakarta 10220 Tel : (62-21) 579 33299 Fax : (62-21) 579 33266

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Badan Pendukung Pasar Modal dan Profesi KUSTODIAN (Biro Administrasi Efek) PT Datindo Entrycom Wisma Sudirman – Puri Datindo Jl. Jenderal Sudirman Kav. 34-35 Jakarta 10220 Tel. : (62-21) 5709009 Fax. : (62-21) 5708914 Kustodian sentral Pt Kustodian SENTRAL Efek Indonesia Gedung Jakarta Stock Exchange Menara 1, lantai 5 Jl. Jenderal Sudirman, Kav.52-53 Jakarta, 12190 Tel. : (62-21) 5299 1004, 5299 1005, 5299 1006 Fax. : (62-21) 5299 1129, 5299 1199 Agen Pemeringkat PT Pefindo Setiabudi Atrium, lantai 8 Suite 809-810 Jl. H.R. Rasuna Said, Kav 62 Jakarta 12920 Tel. : (62-21) 521 0077 Fax. : (62-21) 521 0078 Custodian Bank of ADS The Bank of New York Mellon Depositary Receipts 101 Barclay Street 22nd Floor West New York, NY 10286 Tel. : (1-212) 815 8162 Fax. : (1-212) 571 3050 Auditor Eksternal KAP TANUDIREDJA, WIBISANA & REKAN, Anggota Jaringan Global PwC (“PwC”) Plaza 89 Jl. H.R. Rasuna Said, Kav X-7 No. 6 Jakarta 12940 Tel. : (62-21) 521 2901 Fax. : (62-21) 5290 5555/5050

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

219

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

TINJAUAN KINERJA SDM

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN KINERJA USAHA

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Lampiran

DAFTAR ISTILAH 3G I st i l a h u m u m u n t u k te k n o l o g i telekomunikasi seluler generasi ketiga. 3G menawarkan sambungan ke telepon seluler dan layanan bergerak lainnya dengan kecepatan tinggi, yang memungkinkan video conference dan aplikasi lainnya dapat mengakses Internet melalui sambungan broadband. ADS American Depositary Share (yang juga dikenal dengan “ ADR “), adalah sertifikat yang diperdagangkan di pasar sekuritas Amerika Serikat (seperti New York Stock Exchange) yang mewakili sejumlah saham asing tertentu. Satu ADS TELKOM mewakili 40 saham Seri B TELKOM. ARPU Average Revenue Per User (yang dikenal dengan “ARPU”) adalah ukuran yang digunakan perusahaan p e nye d i a j a s a te l e ko m u n i k a s i dan jaringan yang menyatakan seberapa besar uang yang dihasilkan

220

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

perusahaan dari rata-rata pengguna. ARPU diperoleh dengan membagi total pendapatan dengan jumlah pelanggan atau pengguna layanan tersebut. ATM A s y n c h r o n o u s Tr a n s f e r M o d e adalah mode transfer yang disusun dalam bentuk sel-sel. Maksud asynchronous adalah pengulangan sel yang mengandung informasi dari pengguna, tidak perlu secara periodik. B2B Business- to-Business Electronic Commerce adalah suatu lingkungan aplikasi yang secara teknologi mampu memfasilitasi pertukaran informasi bisnis dan otomatisasi transaksi komersial yang didesain untuk mengotomatisasi dan mengoptimalkan interaksi antar mitra bisnis.

Backbone Jaringan telekomunikasi utama yang terdiri dari fasilitas switching dan transmisi yang menghubungkan beberapa node akses jaringan. Link transmisi antara node dan fasilitas switching itu termasuk gelombang mikro, kabel bawah laut, satelit, serat optik dan teknologi transmisi lainnya. Bandwidth Broadband, merujuk pada kapasitas link komunikasi. Bapepam-LK Merujuk pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. BEI Merujuk pada Bursa Efek Indonesia. BRTI Merujuk pada Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

BSC Base Station Controller (BSC) adalah perangkat yang bertanggungjawab melakukan pengalokasian sinyal radio ke mobile station, melakukan administrasi frekuensi dan mengatur serah terima antar BTS-BTS yang berada di bawah kendalinya. BSS Base Station Subsystem (BSS) adalah bagian jaringan telepon seluler yang bertanggungjawab menangani lalu lintas trafik dan sinyal antara telepon bergerak dengan network switching subsystem (NSS). BSS terdiri dari dua bagian yakni Base Transceiver Station (BTS) dan Base Station Controller (BSC). BTS B a s e Tr a n s c e i v e r S t a t i o n merujuk pada perangkat yang memancarkan dan menerima sinyal telefoni radio ke dan dari sistem telekomunikasi lain.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

C Band C Band adalah bagian dari spektrum elektromagnet gelombang mikro pada kisaran frekuensi jelajah antara 4 sampai dengan 8 GHz. C Band merupakan pita frekuensi pertama yang diperuntukkan bagi komunikasi komersial antara bumi dan satelit. Pada umumnya satelit C Band menggunakan 3,7 GHz-4,2 GHz untuk downlink (dari satelit ke bumi) dan 5,925 GHz-6,425 GHz untuk uplink (dari bumi ke satelit). CBHRM Competency Based Human Resource Management (CBHRM) merujuk pada pola pendekatan di dalam sistem pengelolaan sumber daya manusia dengan mendasarkan pada keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan tertentu secara efektif.

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

CDMA Code Division Multiple Access adalah teknologi jaringan spektrum luas broadband. DCS Digital Communication System adalah sistem telepon seluler bergerak yang menggunakan teknologi GSM yang beroperasi dalam bandwidth 1800 MHz. Departemen Perhubungan Merujuk pada Departemen Perhubungan. Lihat Depkominfo. Depkeu Merujuk pada Departemen Keuangan. Depkominfo Merujuk pada Departemen Komunikasi dan Informasi, yang pada bulan Februari tahun 2005 menerima pengalihan tanggung jawab atas regulasi telekomunikasi dari Departemen Perhubungan.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

221

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

Dial-Up Istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada akses Internet dengan menggunakan jalur telepon tetap atau telepon bergerak Ditjen HAKI Merujuk kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Ditjen Postel Merujuk pada Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi. Downlink Merujuk pada sinyal radio frekuensi (RF) yang dipancarkan satelit ke stasiun bumi. Drop-WIRE Adalah kabel yang menghubungkan lokasi pelanggan dengan titik distribusi. DSL Digital Subscriber Line adalah teknologi yang memungkinkan penggabungan beberapa layanan, yaitu suara, data dan gambar bergerak untuk dikirimkan melalui jaringan telepon tembaga dan jalur pelanggan. DTH Pemancaran satelit secara Direct-toHome atau DTH adalah pemancaran sinyal televisi dari satelit geostasioner berdaya pancar kuat ke antena piringan kecil dan penerima satelit di rumah-rumah penduduk di bumi. Dual band Mengacu pada kemampuan jaringan s e l u l e r b e rg e ra k d a n te l e p o n genggam seluler bergerak untuk dapat beroperasi di dua frekuensi, seperti frekuensi GSM 900 dan frekuensi GSM 1800. e-business Merujuk pada solusi bisnis elektronik yang mencakup layanan pembayaran elektronik, pusat data internet dan konten serta solusi aplikasi.

222

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

SDM - JEMBATAN PERUBAHAN

TINJAUAN KINERJA SAHAM

Erlang Merujuk pada satuan pengukuran trafik telepon yang sama dengan percakapan satu jam. Telepon Nirkabel Tidak Bergerak Mengacu pada Link Transmisi nirkabel lokal yang menggunakan teknologi seluler, gelombang mikro, atau radio untuk menghubungkan pelanggan di lokasi tetap ke sentral telepon lokal. Frame Relay Packet-switching protocol (pesan dibagi menjadi paket-paket sebelum dikirim) untuk menghubungkan perangkat pada jaringan komputer yang membentang pada daerah geografis yang relatif luas. FTTx (Fiber to the X) adalah terminologi generik untuk arsitektur jaringan broadband yang menggunakan serat optik untuk mengganti seluruh atau sebagian jaringan tembaga yang biasa digunakan pada sambungan akhir ke pelanggan. Terminologi generik ini digunakan sebagai generalisasi beberapa konfigurasi penggelaran serat optic seperti: fiber to the home (FTTH), fiber to the node (FTTN), fiber to the building (FTTB). FWA Fixed Wireless Access (telepon nirkabel tidak bergerak) merujuk pada link transmisi nirkabel lokal yang menggunakan teknologi seluler, gelombang mikro atau radio untuk menghubungkan link pelanggan di lokasi yang tetap ke sentral lokal. FWL Fixed Wire Line merujuk sambungan telepon kabel tidak bergerak yang menghubungkan pelanggan di lokasi tetap ke sentral telepon lokal, biasanya menggunakan nomor telepon individual.

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Gateway Peralatan yang berfungsi sebagai jembatan antara jaringan berbasis paket (IP) menuju jaringan berbasis sirkuit (PSTN). GPRS General Packet Radio Service adalah teknologi penghubung data yang memungkinkan informasi dikirim dan diterima pada jaringan bergerak dan hanya menggunakan jaringan bila terdapat data yang harus dikirim. GSM Global System for Mobile Telecommunication adalah standar Eropa untuk telepon seluler digital. HSPA High Speed Packet Access adalah s e k u m p u l a n p ro to ko l te l e fo n i bergerak yang memperpanjang dan memperbaiki kinerja protokol UMTS yang ada saat ini. Standar selanjutnya, Akses Paket berkecepatan tinggi yang telah ditingkatkan, Evolved High Speed Packet Access (HSPA+), adalah standar broadband nirkabel dalam 3GPP release 7. HSPA ini menggunakan arsitektur IP-centric yang lebih sederhana untuk jaringan bergerak yang melalui sebagian besar dari peralatan legacy. HSPA+ memberikan kecepatan puncak 42 Mbits/detik untuk downlink dan 22 Mbits/detik untuk uplink. Instalasi Luar Adalah peralatan dan fasilitas yang digunakan untuk menghubungkan lokasi pelanggan dengan sentra telepon lokal. INSYNC2014 I N SY N C 2 0 1 4 ya n g m e r u p a ka n singkatan dari Indonesia Synchronized 2014, rencana induk kami di bidang infrastruktur, layanan dan operasi yang menyediakan peningkatan solusi teknologi dalam pemenuhan kebutuhan gaya hidup khususnya kualitas layanan multimedia dengan

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

harga yang bersaing. Mengacu pada master plan ini, kami telah meluncurkan berbagai layanan dan infrastruktur telekomunikasi yang berbasis teknologi NGN. IP Internet Protocol, suatu metode atau protokol tempat data yang dikirim dari satu komputer ke komputer lainnya melalui internet. IP Core Blok data yang digunakan dalam pembuatan field programmable gate array (FPGA) atau applicationspecific integrated circuit (ASIC) untuk suatu produk. IP DSLAM Internet Protocol Digital Subscriber Line Access Multiplexer. S e b u a h DS L A M m e m fa s i l i t a s i sambungan telepon untuk m e m b u a t ko n e k s i ya n g l e b i h cepat ke internet. DSLAM adalah perangkat jaringan yang terletak di dekat lokasi pelanggan, yang menghubungkan sambungan pelanggan digital kepada backbone internet berkecepatan tinggi dengan menggunakan teknik multiplexing. ISDN Integrated Services Digital Network adalah jaringan yang menyediakan konektivitas digital end-to-end dan memungkinkan terwujudnya transmisi suara, data dan video dalam waktu bersama menghasilkan konektivitas internet kecepatan tinggi. Jaringan Data Paket/PDN Jaringan data paket adalah jaringan komunikasi digital yang memecah dan menggabungkan data untuk dikirimkan dalam b e n t u k s e g m e n - s e g m e n ya n g dinamakan paket yang selanjutnya diarahkan secara terpisah.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Jaringan Pintar Jaringan telekomunikasi yang tidak bergantung pada layanan dimana fungsi logika dikeluarkan dari switch dan ditempatkan dalam node komputer yang didistribusikan di seluruh jaringan. Dengan demikian tersedia sarana untuk mengembangkan dan mengontrol layanan dengan lebih efisien sehingga layanan telefoni baru atau yang canggih dengan cepat dapat diperkenalkan. Kapasitas Sentral Lokal Merujuk pada jumlah sambungan keseluruhan di sentral lokal yang terhubung dan tersedia untuk hubungan ke instalasi luar. Kbps Kilobits per second adalah ukuran kecepatan transmisi sinyal digital yang dinyatakan dalam ribuan bit per detik. KPU Kewajiban Pelayanan Universal adalah kewajiban layanan yang disyaratkan oleh Pemerintah pada seluruh penyedia layanan telekomunikasi untuk tujuan penyediaan layanan umum di Indonesia. KSO Kerja Sama Operasi atau Pola Kerja Sama Operasi adalah jenis pola bangun, operasi dan transfer yang unik dengan konsorsium mitra tempat konsorsium melakukan investasi dan mengoperasikan fasilitas TELKOM di divisi regional. Mitra konsorsium tempat TELKOM sebelumnya menjadi mitra yang dimiliki oleh operator internasional dan Perusahaan domestik swasta atau, disisi lain TELKOM telah meng akuisisi mitra konsorsium. Lambda Lambda menunjukkan panjang gelombang apapun,terutama dalam fisika, teknik elektronik, dan matematika.

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

LAN Local Area Network adalah jaringan komputer yang saling berhubungan satu sama lain untuk memungkinkan berbagi informasi. Biasanya, LAN mencakup lokasi terbatas, contohnya dalam sebuah gedung. Link E1 E1 adalah satuan transmisi backbone yang beroperasi pada 2 pasang kabel yg terpisah, biasanya berupa sepasang kabel yang paling terikat. Kecepatan data link E1 adalah 2.048 Mbit / s (full duplex) yang dibagi menjadi 32 selot waktu. LIS Lines In Service, merujuk pada sambungan yang menghasilkan pendapatan yang terhubung ke p e l a n g g a n , te r m a s u k te l e p o n berbayar, tetapi tidak termasuk pelanggan telepon seluler bergerak atau sambungan yang digunakan dalam lingkup internal kami. LSE M e r u j u k p a d a Lo n d o n S t o c k Exchange. Lisensi Modern Lisensi operasi, disebutkan dalam Undang-Undang Telekomunikasi, yang menggantikan lisensi operasi yang saat ada ini untuk layanan telekomunikasi dasar. Mbps Megabyte per second adalah ukuran kecepatan transmisi sinyal digital yang dinyatakan dalam jutaan bit per detik. Meneg BUMN Meneg BUMN adalah singkatan dari Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara yang sekarang berubah menjadi Menteri BUMN.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

223

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

Metro Ethernet Jembatan atau penghubung antar lokasi yang terpisah jauh s e c a ra g e o g ra f i . J a r i n g a n i n i menghubungkan LAN pelanggan di beberapa lokasi yang berbeda. MHz Megahertz adalah satuan ukuran frekuensi. 1 MHz sama dengan satu juta siklus per detik. MMS Multimedia Messaging Services, l a ya n a n ya n g m e m u n g k i n k a n pelanggan mengirimkan pesan multimedia ke pelanggan penerima. MSAN Multi Service Access Network atau Jaringan Layanan Multi Akses merupakan generasi ketiga dari teknologi Optical Access Network (OAN) dan merupakan platform single yang mampu mendukung teknologi akses tradisional yang sudah digelar secara luas. Selain mampu mendukung teknologi baru, MSAN berfungsi sebagai pintu gerbang menuju inti NGN. MSAN memungkinkan TELKOM memberikan layanan triple play yaitu menyalurkan layanan akses internet kecepatan tinggi (HSIA), layanan paket suara dan layanan IPTV secara bersamaan melalui infrastruktur yang sama. NGN Next Generation Network adalah istilah umum yang merujuk pada jaringan berbasis paket yang mampu m e nye d i a ka n l aya n a n - l aya n a n termasuk layanan telekomunikasi, dan dapat memanfaatkan berbagai tingkatan broadband, teknologi t ra n s p o r ya n g m e m u n g k i n ka n penerapan kualitas layanan, dan dalam fungsi-fungsi terkait layanan yang terpisah dari teknologi terkait transport utama. NGN memungkinkan dalam suatu jaringan membawa berbagai tipe informasi dan layanan (suara, data, dan berbagai jenis media seperti video) yang dikemas menjadi paket-paket seperti dalam teknolgi internet. NGN umumnya dibangun mengelilingi protokol internet.

224

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

SDM - JEMBATAN PERUBAHAN

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Node b BTS untuk jaringan 3G W-CDMA/ UMTS.

Periode KSO Merujuk pada masa yang tercantum pada Perjanjian KSO.

NSS Network Switching Subsystem adalah bagian utama dari sistem GSM. NSS menangani fungsi switching, mobility management dan mengatur komunikasi antara telepon bergerak jaringan telepon lain.

Pola Bagi Hasil atau PBH Jenis skema pola bangun, operasi, dan transfer antara TELKOM dan P e r u s a h a a n swa s t a d o m e s t i k . Berdasarkan skema ini, Perusahaan swasta melakukan investasi pada f a s i l i t a s t e l e ko m u n i k a s i ya n g dioperasikan oleh TELKOM.

NYSE Merujuk pada New York Stock Exchange. OLO Other Licensed Operator (OLO) yang merujuk pada operator selain TELKOM. Panggilan Lokal Panggilan di antara pelanggan di wilayah penomoran yang sama tanpa diperlukan nomor kode wilayah. Pendapatan Minimum TELKOM Pendapatan minimum yang didapat setiap bulannya dari pembayaran setiap unit KSO kepada TELKOM sesuai dengan Perjanjian KSO. Pemanfaatan Kapasitas Merujuk pada rasio sambungan terpakai terhadap kapasitas sentral lokal atau sambungan terpasang. Pemerintah Merujuk pada Pemerintah Republik Indonesia. Penyewaan Jaringan Adalah jalur transmisi telekomunikasi khusus yang menghubungkan satu titik yang tetap ke titik lainnya, disewakan oleh operator untuk penggunaan yang ekslusif. Perjanjian KSO Merujuk pada perjanjian, yang diubah dari waktu ke waktu, yang mengatur operasi jaringan di wilayah KSO yang bersangkutan untuk periode KSO.

Pulsa Satuan dalam perhitungan biaya telepon. PPLT Merujuk pada program penyediaan dan pengembangan layanan telekomunikasi yang didirikan oleh TELKOM untuk menyediakan infrastruktur telekomunikasi di daerah tertentu yang tidak terdapat layanan telekomunikasi. Program Pensiun Iuran Pasti Merujuk pada tipe rencana pensiun yaitu program pensiun dengan jumlah kontribusi tahunan Perusahaan sudah ditentukan. Para peserta program memiliki rekening pribadi dan manfaat yang didapat tiap peserta berdasarkan jumlah yang disetorkan ke rekening tersebut (melalui kontribusi Perusahaan dan jika mungkin kontribusi peserta) ditambah keuntungan investasi dari dana di rekening tersebut. Hanya bagian kontribusi Perusahaan saja yang tetap, sedangkan bagian keuntungan investasi berfluktuasi. Program Pensiun Manfaat Pasti Jenis rencana program pensiun yang di dalamnya Perusahaan menjanjikan manfaat bulanan kepada pensiunan mengacu pada rumus berdasarkan sejarah penghasilan pegawai, masa kerja dan usia dan tidak berdasarkan ke u n t u n g a n i nve s t a s i . “ P a s t i ” mengandung arti bahwa rumus perhitungan kontribusi Perusahaan dapat diketahui sejak awal.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

PSTN P u b l i c S w i t c h e d Te l e p h o n e Network adalah jaringan telepon yang dioperasikan dan dipelihara oleh TELKOM dan unit KSO untuk dan atas nama TELKOM.

Seluler Tidak Bergerak M e r u j u k p a d a te k n o l o g i t i d a k bergerak nirkabel yang menggunakan konfigurasi jaringan seluler biasa untuk menghubungkan pelanggan yang berada di lokasi tetap ke sentral lokal.

RAS Remote Access Services adalah paduan perangkat keras dan perangkat lunak yang memungkinkan akses jarak jauh terhadap alat atau informasi yang tersimpan di jaringan perangkat TI. Server RAS adalah komputer khusus yang menggabungkan berbagai saluran komunikasi.

Sentral Jarak Jauh/Trunk Exchange Adalah switch yang berfungsi menghubungkan satu switch telepon ke switch telepon lainnya, yang bisa berupa switch lokal atau trunk.

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

internasional tanpa bantuan atau c a m p u r t a n g a n o p e ra to r d a r i suatu terminal telepon. SLJJ Merujuk pada Sambungan Langsung Jarak Jauh.

DPI Dokumen Penawaran Interkoneksi adalah istilah regulasi yang mencakup semua fasilitas, termasuk tarif interkoneksi, fasilitas teknik, dan persoalan administrasi yang ditawarkan oleh sebuah operator telekomunikasi lainnya untuk akses interkoneksi. RSA Merujuk pada perjanjian Pola Bagi Hasil. RUIM Removable User Identity Module adalah smart card (kartu cerdas) yang dirancang untuk disisipkan ke dalam telepon nirkabel tetap yang secara unik mengidentifikasi jaringan CDMA berlangganan dan yang mengandung data yang terkait dengan pelanggan seperti nomor telepon, rincian layanan dan memori untuk menyimpan pesan. Sambungan Terpasang Merujuk pada sambungan yang t e r p a s a n g s e c a ra l e n g k a p ke titik distribusi dan siap untuk disambungkan ke pelanggan.

SMS Short Messaging Service (Layanan Pesan Singkat), yaitu teknologi yang memungkinkan pertukaran pesan teks antara telepon seluler bergerak dan antara telepon nirkabel tidak

Serat Optik Merujuk pada kabel yang menggunakan serat optik dan teknologi laser, dimana berkas cahaya yang dimodulasikan merupakan data yang ditransmisi melalui filamen kaca tipis.

bergerak dapat terwujud. SOA The Sarbanes–Oxley Act (SOA) 2002, yang juga dikenal sebagai ‘ P u b l i c C o m p a ny A c c o u n t i n g Reform and Investor Protection

SIM atau SIM card Subscriber Identity Module adalah smart card yang dirancang untuk disisipkan ke dalam telepon seluler yang secara unik mengidentifikasi langganan jaringan GSM dan yang berisi data yang terkait dengan pelanggan seperti nomor telepon, rincian layanan dan memori untuk menyimpan pesan.

Act’ dan ‘Corporate and Auditing Accountability and Responsibility Act’ dan biasa disebut sebagai S a r b a n e s – O x l e y , S a r b ox a t a u S OA a d a l a h u n d a n g - u n d a n g f e d e ra l A m e r i k a S e r i k a t ya n g ditetapkan pada tanggal 30 Juli 2002. Undang-undang ini dinamakan demikian merujuk pada pengusulnya yakni Senator Paul Sarbanes dan Michael G. Oxley.

Sirkit Sewa Jalur transmisi telekomunikasi k h u s u s ya n g m e n g h u b u n g ka n satu titik tidak bergerak ke titik tidak bergerak lain, yang disewa dari operator untuk penggunaan eksklusif.

Softswitch Peralatan sentral di dalam jaringan telepon yang menghubungkan panggilan dari satu telepon ke telepon lainnya melalui peranti lunak yang menjalankan komputer. Sebelumnya, tugas ini dijalankan oleh

Sistem Duopoli Sistem yang hanya mengizinkan dua operator nasional, yang di Indonesia adalah TELKOM dan Indosat, untuk menyediakan layanan telekomunikasi sambungan telepon tidak bergerak termasuk sambungan langsung jarak jauh dan internasional.

mesin dengan papan sambungan yang digunakan sebagai penghubung antar panggilan. Stasiun Bumi Adalah antena serta perangkat terkait yang digunakan untuk menerima atau memancarkan sinyal telekomunikasi melalui satelit.

Sambungan Tidak Bergerak Merujuk pada sambungan tidak bergerak nirkabel dan sambungan tidak bergerak nirkabel.

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

SLI Merujuk pada Sambungan Langsung Internasional (SLI) adalah layanan yang memungkinkan pelanggan melakukan panggilan

STM-1 STM 1 (Synchronous Transport Module-level 1) adalah SDH ITU-T standar transmisi jaringan serat optik.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

225

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

STM-1 memiliki kecepatan 155,52 Mbit / s. Tingkat lainnya adalah STM-4, STM-16 dan STM-64. Switch Adalah perangkat mekanik, listrik atau elektronik yang membuka atau menutup sirkit, menyambung atau memutus sambungan listrik, atau memilih sambungan atau sirkit, yang digunakan untuk mengarahkan trafik dalam jaringan telekomunikasi. T.I.M.E T. I . M . E a d a l a h s i n g k a t a n d a r i Telecomunication, Information, Media dan Edutainment. Tingkat Pemutusan Pengukuran dari jumlah pelanggan yang tidak menggunakan produk dan layanan TELKOM dalam waktu yang ditentukan. Titik Distribusi Adalah titik interkoneksi antara dropwire dan kabel kedua yang menuju ke lemari dan atau sentra lokal. Transmisi Gelombang Mikro Transmisi yang terdiri dari gelombang elektromagnetik dalam spektrum frekuensi radio di atas 890 juta siklus per detik dan di bawah 20 miliar siklus per detik. Transponder Satelit Perangkat penyiaran radio yang dipasang pada satelit yang menerima sinyal dari bumi dan memperkuat serta memancarkannya kembali ke bumi.

226

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

SDM - JEMBATAN PERUBAHAN

TINJAUAN KINERJA SAHAM

UMTS Universal Mobile Telephone System adalah salah satu dari sistem telepon bergerak generasi ketiga (3G) yang dikembangkan dalam kerangka kerja IMT-2000 ITU. Unit KSO Merujuk pada divisi regional yang sebelumnya dikelola dan dioperasikan TELKOM sesuai dengan Perjanjian KSO. VoIP Vo i c e ov e r I n t e r n e t P r o t o c o l adalah cara mengirim informasi suara dengan menggunakan Protokol Internet. VPN Virtual Private Network adalah koneksi jaringan pribadi yang a m a n , ya n g d i b a n g u n d i a t a s infrastruktur yang dapat diakses oleh umum, seperti Internet atau jaringan telepon umum. VPN biasanya menggunakan kombinasi enkripsi, sertifikat digital, otentikasi pengguna yang ketat dan kontrol akses tertentu untuk memberikan keamanan pada trafik yang dibawanya. Biasanya menyediakan konektivitas untuk banyak mesin di balik gateway atau firewall.

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

sekuritas data, L2TP dan IPSec. Kecepatannya tergantung dengan kebutuhan pelanggan mulai dari 64 kbps hingga 2 Mbps. VSAT Ve r y S m a l l A p e r t u r e Te r m i n a l adalah antena yang relatif kecil, biasanya berdiameter 1,5 sampai 3,0 meter, yang ditempatkan di tempat pengguna dan digunakan untuk komunikasi dua-arah melalui satelit. WAP Wi re l e ss A p p l i c at i o n P roto co l adalah standar umum dan terbuka untuk jaringan komunikasi yang memungkinkan pengguna telepon seluler mengakses dan berinteraksi dengan layanan informasi mobile seperti e-mail, website, informasi keuangan, perbankan online, informasi dan hiburan (infotainment), permainan dan pembayaran mikro. Wi-Max Atau Worldwide Interoperability for Microwave Access adalah teknologi telekomunikasi yang menyediakan transmisi data secara nirkabel dengan menggunakan berbagai metode transmisi dari sambungan point-topoint ke akses internet portable.

VPN Frame Relay Layanan VPN yang menggunakan jaringan kerangka penyiaran. VPN IP Layanan komunikasi data any to any connection berbasis IP Multi Protocol Label Switching (MPLS). Layanan ini terhubung dengan sistem

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Referensi Silang PERATURAN 20-F Item  

   

Hal-hal yang di persyaratkan dalam Form 20-F

ITEM 1.

 

Identitas Direksi, Manajemen Senior dan Penasihat

ITEM 2.

 

Statistik Penawaran dan Perkiraan Jadwal

ITEM 3.

 

Informasi Utama

 

3. A. Data Keuangan Tertentu

 

Nomor Halaman

Item  

   

Hal-hal yang di persyaratkan dalam Form 20-F

N/A

 

6.

D. Karyawan

 

6.

E. Kepemilikan Saham

N/A

ITEM 7.

 

Pemegang Saham Mayoritas dan Transaksi Pihak Terkait

 

7.

106110

A. Pemegang Saham Mayoritas

 

7.

B. Transaksi Pihak Terkait

3. B. Kapitalisasi dan Hutang

N/A

 

7.

 

C. Alasan Penawaran dan 3. Penggunaan Hasil Penawaran

N/A

C. Kepentingan dari Ahli dan Penasehat Hukum

ITEM 8.

 

Informasi Keuangan

 

3. D. Faktor Risiko

 

8.

ITEM 4.

 

A. Laporan Konsolidasi dan Informasi Keuangan Lainnya

A. Sejarah dan 4. Pengembangan Perusahaan

 

8.

B. Perubahan Signifikan

 

26, 27

 

4. B. Tinjauan Bisnis

 

4.

 

4. D. Aset Tetap

Informasi Tentang Perusahaan

C. Struktur Bisnis dan Organisasi

  4-8,

134-150  

ITEM 9.

60-85

A. Rincian Penawaran dan Pencatatan

28-31

9.

B. Rencana Distribusi

N/A

 

5.

C. Riset dan Pengembangan, Kekayaan Intelektual

 

5. D. Informasi Tren

132

 

E. Pengaturan Transaksi di 5. Luar Neraca

132

10. E. Perpajakan

 

F. Pengungkapan Dalam Bentuk 5. Tabel untuk Kewajiban Kontraktual

 

A. Direksi dan Manajemen 6. Senior

 

6. B. Kompensasi

 

6. C. Tata Kelola Pengurus

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

166-167, 16-17, 24-25 165 185-205

50

Informasi Tambahan 10. A. Kapital Saham

 

N/A

F. Pengeluaran dan Penerbitan

B. Likuiditas dan Sumber Permodalan

Direktur, Manajemen Senior dan Karyawan

50-51

9.

5.

 

190  

N/A

 

ITEM 6.

134,   F1-F173

E. Dilusi

5. A. Tinjauan Hasil Usaha

132

   

9.

 

132

N/A  

N/A

 

123-131

59  

C. Pasar

ITEM 5.

ITEM 10.

52-57  

D. Menjual Pemegang Saham

Tinjauan dan Prospek Operasi dan Keuangan

102-122

   

9.

Komentar Staff yang belum selesai

 

168  

9.

ITEM 4A.

N/A

40-47  

Penawaran dan Pencatatan 9.

85

Nomor   Halaman

N/A

10. B. Memorandum dan Anggaran Dasar

191

10. C. Kontrak Material

188

10. D. Pengendalian Nilai Tukar

153 154-157

10. F. Agen Pembayar Dan Dividen

N/A

10. G. Laporan dari Ahli

N/A

10. H. Ketersediaan Dokumen

190

10. I. Informasi Anak Perusahaan

N/A

ITEM 11.

Pengungkapan Kualitatif dan Kuantatif tentang Risiko Pasar

147-150

ITEM 12.

Diskripsi dari Sekuritas Selain Sekuritas Ekuitas

N/A

ITEM 13.

Wanprestasi, Keterlambatan dan Penundaan Pembayaran Dividen

N/A

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

227

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SDM - JEMBATAN PERUBAHAN

Item  

   

Hal-hal yang di persyaratkan dalam Form 20-F

ITEM 14.

 

Modifikasi Material terhadap Hak Pemegang Saham dan Penggunaan

ITEM 15.

 

Prosedur dan Kendali

ITEM 16.

 

Cadangan

 

16. A. Ahli Keuangan Komite Audit

171

 

16. B. Kode Etik

188

   

C. Layanan dan Biaya Akuntan Utama 16. D. Pengecualian dari Standar Pencatatan untuk Komite Audit  16. E. Pembelian Sekuritas Ekuitas oleh Penerbit dan Pembelian Terafiliasi  16. F. Perubahan Akuntan Publik  16. G. Tata Kelola Perusahaan

ITEM 17.

228

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Nomor Halaman

N/A 196-197  

185 171-172

59

N/A 158-205

Laporan Keuangan

N/A

ITEM 18.

Laporan Keuangan

FS

ITEM 19.

Lampiran

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

TINJAUAN KINERJA SAHAM

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Referensi SILANG Peraturan Bapepam-LK No.X.K.6 Berdasarkan peraturan Bapepam-LK Nomor X.K.6, kami wajib menyampaikan Laporan Tahunan sesuai dengan bentuk dan isi yang ditetapkan dalam peraturan tersebut. Bagian ini memberikan referensi silang antara Laporan Tahunan ini dan Peraturan Bapepam-LK Nomor X.K.6 untuk menunjukkan kepatuhan terhadap persyaratan-persyaratan tersebut.

No

Hal yang Dipersyaratkan dalam Peraturan BAPEPAM-LK No.X.K.6

Hlmn

1

Ikhtisar Keuangan Penting (perbandingan selama lima tahun buku).

4-12

2

4

Informasi harga saham tertinggi, terendah, dan penutupan, serta jumlah 11, 54-55 saham yang diperdagangkan untuk setiap masa triwulan dalam dua tahun buku terakhir. Harga saham sebelum perubahan permodalan terakhir wajib disesuaikan 54-55 dalam hal terjadi antara lain karena pemecahan saham, dividen saham, dan saham bonus. Laporan Dewan Komisaris 12-15

5

Laporan Direksi

6

Profil Perusahaan

3

18-23

Seksi dimana Keterangan Terdapat Ikhtisar Keuangan Ikhtisar Saham (Harga Saham per Kuartal) Ikhtisar Saham (Harga Saham per Kuartal) Laporan Kepada Pemegang Saham (Laporan Komisaris Utama) Laporan Kepada Pemegang Saham (Laporan Direktur Utama)

a. Nama dan alamat Perusahaan

218-219

Alamat Perusahaan

b. Riwayat singkat Perusahaan

26-27

Tentang TELKOM

c. Bidang dan kegiatan usaha Perusahaan meliputi jenis produk dan atau layanan yang dihasilkan d. Struktur organisasi dalam bentuk bagan

32-34

Produk dan Layanan

28-29

Struktur Bisnis dan Organisasi

e. Visi dan Misi Perusahaan

27

Visi, Misi, Tujuan, Inisiatif Strategis

f. Nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat anggota Dewan Komisaris

16-17

Profil Komisaris

g. Nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat anggota Dewan Direksi

24-25

Profil Direksi

h. Jumlah karyawan dan deskripsi pengembangan kompetensinya

40-47

SDM Kami: Sumber Daya Terbaik TELKOM

a. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih

52-53

b. Direktur dan komisaris yang memiliki saham

168

52-53

10

c. Kelompok pemegang saham masyarakat, yaitu kelompok saham yang masing-masing memiliki kurang dari 5% Nama anak Perusahaan dan Perusahaan asosiasi, persentase kepemilikan saham, bidang usaha, dan status operasi Perusahaan tersebut. Kronologis pencatatan saham dan perubahan jumlah saham dari awal pencatatan hingga akhir tahun buku serta nama Bursa Efek dimana saham Perusahaan dicatatkan Kronologis pencatatan efek lainnya dan peringkat efek

Ikhtisar Saham (Komposisi Pemegang Saham) Ikhtisar Saham (Komposisi Pemegang Saham); Struktur GCG (J. Kepemilikan Saham) Ikhtisar Saham (Komposisi Pemegang Saham) Struktur Bisnis dan Organisasi

N/A

11

Nama dan alamat Perusahaan pemeringkat efek

219

12

Nama dan alamat lembaga dan atau profesi penunjang pasar modal

219

13

15

Penghargaan dan sertifikasi yang diterima Perusahaan baik yang berskala 38-39 nasional maupun internasional Nama dan alamat anak Perusahaan dan atau kantor cabang atau kantor 218-219 perwakilan Analisis dan Pembahasan Manajemen 102-103

16

Tata kelola Perusahaan

7

8 9

14

Uraian tentang nama pemegang saham dan persentase kepemilikannya

3031 11, 54-55

Ikhtisar Saham Ikhtisar Saham (Pasar) Tentang TELKOM Alamat Perusahaan (Badan Pendukung Pasar Modal dan Profesi) Alamat Perusahaan (Badan Pendukung Pasar Modal dan Profesi) Penghargaan di Tahun 2008 Alamat Perusahaan Pembahasan dan Analisis Manajemen

a. Dewan Komisaris

Uraian pelaksanaan tugas Dewan Komisaris

163-164

Struktur GCG (B. Dewan Komisaris)



•   Pengungkapan prosedur penetapan dan besarnya remunerasi

165

Struktur GCG (I. Kompensasi)



•  Anggota Dewan Komisaris

28-29



•   Frekuensi pertemuan dan tingkat kehadiran Dewan Komisaris

165-166

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Struktur GCG (H. Rapat Dewan Komisaris dan Direksi)

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

229

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

No

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SDM - JEMBATAN PERUBAHAN

TINJAUAN KINERJA SAHAM

Hal yang Dipersyaratkan dalam Peraturan BAPEPAM-LK No.X.K.6

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Hlmn

Seksi dimana Keterangan Terdapat

• Ruang lingkup pekerjaan dan tanggung jawab masing-masing anggota direksi • Pengungkapan prosedur penetapan dan besarnya remunerasi anggota direksi • Frekuensi pertemuan dan tingkat kehadiran anggota direksi

166-167

Struktur GCG (D. Direksi dan Manajemen Senior) Struktur GCG (I. Kompensasi)

• Program pelatihan dalam rangka meningkatkan kompetensi direksi

169

b. Direksi

167-168 168-169

Struktur GCG (H. Rapat Dewan Komisaris dan Direksi) Struktur GCG (K. Program Pelatihan Peningkatan Kompetensi Dewan Komisaris dan Direksi)

c. Komite Audit • Nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat anggota komite audit 170-171

• Uraian tugas dan tanggung jawab

170

• Frekuensi pertemuan dan tingkat kehadiran setiap anggota komite audit • Laporan singkat pelaksana kegiatan komite audit

173

Struktur GCG (C.Komite-Komite di Bawah Dewan Komisaris) Laporan Komite Audit Struktur GCG (C.Komite-Komite di Bawah Dewan Komisaris) Laporan Komite Audit

173

Laporan Komite Audit

• Komite Nominasi dan Remunerasi

174-175

• Komite Pengkajian Risiko dan Perencanaan

176-177

Struktur GCG (C.Komite-Komite di Bawah Dewan Komisaris) Laporan Komite Nominasi dan Remunerasi Struktur GCG (C.Komite-Komite di Bawah Dewan Komisaris) Laporan Komite Pengkajian Risiko dan Perencanaan

d. Komite-komite lain yang dimiliki oleh Perusahaan:

e. Uraian tugas dan fungsi sekretaris Perusahaan; • Nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat sekretaris Perusahaan 179

Struktur GCG (F. Unit Pendukung Direksi)

• Uraian pelaksanaan tugas sekretaris Perusahaan

Struktur GCG (F. Unit Pendukung Direksi)

f. Uraian mengenai sistem pengendalian internal yang diterapkan oleh Perusahaan dan uraian mengenai pelaksanaan pengawasan internal g. Uraian mengenai aktivitas dan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan tanggung jawab sosial Perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan h. Perkara penting yang sedang dihadapi oleh Perusahaan i. Penjelasan mengenai risiko-risiko yang dihadapi Perusahaan serta upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengelola risiko tersebut

230

196-197

206-207, Pengendalian dan Prosedur 214-215 Perubahan pada Pengendalian Internal atas Pelaporan Keuangan 188-190 Konsep CSR TELKOM

134-146, 195-196 206-207, 214-215

Informasi Keuangan Tambahan (Kasus Hukum Material) Informasi Keuangan Tambahan Faktor-faktor Risiko Tata Kelola Perusahaan 180, 218- Alamat Perusahaan 219

17

j. Penjelasan tentang tempat/alamat yang dapat dihubungi pemegang saham atau masyarakat untuk memperoleh informasi mengenai Perusahaan Tanggung jawab direksi atas laporan keuangan

232

18

Laporan keuangan yang telah diaudit

FS

19

Tanda tangan anggota direksi dan anggota dewan komisaris

231

(*)

Obligasi ini ditawarkan dengan nilai 100% dari jumlah pokok, berjangka waktu lima tahun yang memberikan bunga obligasi dengan tingkat bunga tetap sebesar 17% per tahun. Bunga obligasi dibayarkan setiap tiga bulan sesuai dengan Tanggal Pembayaran Bunga. Pembayaran Bunga Obligasi pertama akan dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2002 sedangkan Pembayaran Obligasi terakhir telah dilakukan pada tanggal 16 Juli 2007 yang juga merupakan Tanggal Pelunasan Pokok Obligasi.

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Laporan Keuangan/Pernyataan Direksi Laporan Keuangan/Tanggung Jawab Manajemen

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

Halaman ini sengaja Dikosongkan

IKHTISAR DAN PENCAPAIAN KAMI TAHUN 2010

LAPORAN KEPADA PEMEGANG SAHAM

PROFIL TELKOM

SDM - JEMBATAN PERUBAHAN

TINJAUAN KINERJA SAHAM

TINJAUAN BISNIS TELKOM

TINJAUAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Laporan Keuangan Tanggung jawab Manajemen Atas laporan tahunan Laporan Tahunan 2010 Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk telah ditandatangani oleh Dewan Komisaris dan Direksi.

232

DEWAN KOMISARIS

DIREKSI

Jusman Syafii Djamal

Rinaldi Firmansyah

Komisaris Utama

Direktur Utama/ CEO

Bobby A.A. Nazief

Sudiro Asno

Ermady Dahlan

Komisaris

Direktur Keuangan/ CFO

Direktur Network & Solution/ COO

Mahmuddin Yasin

Faisal Syam

Prasetio

Komisaris

Direktur Human Capital & General Affairs

Direktur Compliance & Risk Management

Rudiantara

Arief Yahya

I Nyoman G Wiryanata

Komisaris Independen

Direktur Enterprise & Wholesale

Direktur Konsumer

Johnny Swandi Sjam

Indra Utoyo

Komisaris Independen

Direktur IT, Solution & Supply/ CIO

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

Masa Depan Anda di Mulai Hari Ini

INFORMASI TAMBAHAN (SESUAI PERSYARATAN US-SEC)

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

DATA PERUSAHAAN

LAMPIRAN

Laporan Tahunan PT Telkom Indonesia, Tbk. 2010

233

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008

Daftar Isi

Halaman

Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Konsolidasian Neraca Konsolidasian ………………………………………………………………………………..

1-3

Laporan Laba Rugi Konsolidasian …………………………………………………………………..

4

Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasian ………………………………………………………….

5-7

Laporan Arus Kas Konsolidasian...…………………………………………………………………..

8-9

Catatan Atas Laporan Keuangan Konsolidasian …………………………………………………….

10-173

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah)

Catatan

2010

2009*

ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas Penyertaan sementara Piutang usaha

2c,2e,4,43 2c,2f,43 2c,2g,2s, 5,35,43

9.119.849 370.433

7.805.460 359.507

780.043

604.768

3.563.666

3.184.916

90.140

128.025

515.536 3.441.031 133.056 715.698 1.175

435.244 2.496.539 666.351 379.732 125.482

18.730.627

16.186.024

253.850

151.553

75.832.408 988

76.419.897 497

3.052.695

2.488.842

1.784.525 41.662 61.692

2.428.280 44.114 94.953

Jumlah Aset Tidak Lancar

81.027.820

81.628.136

JUMLAH ASET

99.758.447

97.814.160

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar Rp151.266 juta di tahun 2010 dan Rp93.483 juta di tahun 2009 Pihak ketiga - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar Rp1.294.078 juta di tahun 2010 dan Rp1.180.067 juta di tahun 2009 Piutang lain-lain - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar Rp6.304 juta di tahun 2010 dan Rp9.517 juta di tahun 2009 2c,2g,43 Persediaan - setelah dikurangi penyisihan persediaan usang sebesar Rp83.286 juta di tahun 2010 dan Rp72.174 juta di tahun 2009 2h,6,35 Uang muka dan beban dibayar di muka 2c,2i,7,43 Tagihan restitusi pajak 2r,37 Pajak dibayar di muka 2r,37 Aset lancar lainnya 2c,8,43 Jumlah Aset Lancar ASET TIDAK LANCAR Penyertaan jangka panjang - bersih Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp83.712.378 juta di tahun 2010 dan Rp72.716.079 juta di tahun 2009 Pensiun dibayar di muka Uang muka dan aset tidak lancar lainnya

2f,9 2k,2l,2p,3, 10,17,18, 21,45 2c,2q,40,43 2c,2k,2n,11, 27,43,47

Goodwill dan aset tidak berwujud lainnya setelah dikurangi akumulasi amortisasi sebesar Rp9.094.032 juta di tahun 2010 dan Rp7.570.659 juta di tahun 2009 Rekening escrow Aset pajak tangguhan - bersih

2d,2j,3,12,53 2c,13,43 2r,37

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian.

1

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah)

Catatan

2010

2009*

KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Hutang usaha Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pihak ketiga Hutang lain-lain Hutang pajak Hutang dividen Beban yang masih harus dibayar

2c,2p,14,43 1.153.874 6.356.921 20.953 735.690 255.545

1.759.468 8.038.586 3.162 1.749.789 405.175

2c,17,43

3.409.260 2.681.483 499.705 55.831

4.118.994 2.946.532 111.356 43.850

2c,2l,2p,18,43

5.303.636

7.716.213

20.472.898

26.893.125

2r,37 2p 2c,2q,41,43 2c,2q,42,43 2c,2q,40,43

4.073.814 312.029 242.149 1.050.030 536.990

3.220.510 393.078 212.518 1.801.776 808.317

2l,2p,10,18

408.867

541.575

2c,18,19,43 2c,18,20,43 2c,18,21,43

2.741.303 3.249.379 10.256.205

3.094.110 68.777 11.086.688

-

108.079

Jumlah Kewajiban Jangka Panjang

22.870.766

21.335.428

JUMLAH KEWAJIBAN

43.343.664

48.228.553

11.996.041

10.933.347

2r,37 2u 2c,2p,15,33, 40,43 2p,16

Pendapatan diterima di muka Uang muka pelanggan dan pemasok Hutang bank jangka pendek Hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun Jumlah Kewajiban Jangka Pendek KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Kewajiban pajak tangguhan - bersih Pendapatan diterima di muka Kewajiban penghargaan masa kerja Kewajiban imbalan kesehatan pasca kerja Kewajiban pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya Hutang jangka panjang - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Kewajiban sewa pembiayaan Pinjaman penerusan - pihak yang mempunyai hubungan istimewa Obligasi dan wesel bayar Hutang bank Nilai perolehan penggabungan usaha yang ditangguhkan

HAK MINORITAS

18,22

23

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian.

2

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah)

Catatan EKUITAS Modal saham - nilai nominal Rp250 per saham untuk saham Seri A Dwiwarna dan saham Seri B Modal dasar - 1 saham Seri A Dwiwarna dan 79.999.999.999 saham Seri B Modal ditempatkan dan disetor penuh 1 saham Seri A Dwiwarna dan 20.159.999.279 saham Seri B Tambahan modal disetor Modal saham yang diperoleh kembali 490.574.500 lembar saham di tahun 2010 dan 2009 Selisih transaksi restrukturisasi dan transaksi lainnya entitas sepengendali Selisih transaksi perubahan ekuitas perusahaan asosiasi Laba belum direalisasi atas kepemilikan efek yang tersedia untuk dijual Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan Selisih transaksi akuisisi kepemilikan minoritas pada anak perusahaan Saldo laba Ditentukan penggunaannya Belum ditentukan penggunaannya

2010

2009*

1c,24 2t,25

5.040.000 1.073.333

5.040.000 1.073.333

2t,26

(4.264.073)

(4.264.073)

2d,27 2f

478.000 385.595

478.000 385.595

2f 2f

49.695 233.378

18.136 230.995

1d,2d

(484.629)

(439.444)

15.336.746 26.570.697

15.336.746 20.792.972

Jumlah Ekuitas

44.418.742

38.652.260

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS

99.758.447

97.814.160

2p,2s

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p dan 2s

Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian.

3

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASIAN TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali data per saham dan per ADS) Catatan PENDAPATAN USAHA Telepon Tidak bergerak Seluler Interkoneksi Data, internet, dan jasa teknologi informatika Jaringan Jasa telekomunikasi lainnya

Karyawan

2c,2p,29,43 2p,30 2c,2p,31,43 2p,32

2k,2l,2p,10, 11,12,53 2c,2p,2q,15,33, 40,41,42,43

Operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi Umum dan administrasi Interkoneksi Pemasaran

2c,2p,34,43 2g,2h,2p,5, 6,35,53 2c,2p,36,43 2p

Jumlah Beban Usaha LABA USAHA (BEBAN) PENGHASILAN LAIN-LAIN Pendapatan bunga Bagian (rugi) laba bersih perusahaan asosiasi Beban bunga Laba (rugi) selisih kurs - bersih Lain-lain - bersih

2c,43 2f,9 2c,2p,43 2o 2p

Beban lain-lain - bersih

2008*

(BEBAN) MANFAAT PAJAK Pajak kini Pajak tangguhan

14.286.212 28.532.530 3.866.642 18.511.587 1.218.013 1.262.534

16.708.647 26.529.098 4.362.566 14.768.183 1.079.475 718.460

68.629.181

67.677.518

64.166.429

14.611.458

13.974.804

12.332.076

7.516.470

8.533.157

9.116.634

16.046.414

14.549.413

12.301.277

2.352.146 3.086.355 2.525.218

2.643.788 2.929.260 2.259.460

2.366.185 3.263.560 2.349.729

46.138.061

44.889.882

41.729.461

22.491.120

22.787.636

22.436.968

421.354 (13.622) (1.928.035) 42.948 402.586

462.169 (29.715) (2.095.978) 972.947 349.962

671.834 20.471 (1.641.285) (1.613.759) 524.742

(340.615)

(2.037.997)

21.416.351

22.447.021

20.398.971

(4.669.394) (876.645)

(6.029.701) (374.422)

(5.823.558) 150.016

(5.546.039)

(6.404.123)

(5.673.542)

15.870.312

16.042.898

14.725.429

(4.333.313)

(4.644.072)

(4.053.643)

11.536.999

11.398.826

10.671.786

586,54

579,52

540,38

23.461,60

23.180,80

21.615,20

2p,2r,37

LABA SEBELUM HAK MINORITAS ATAS LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN YANG DIKONSOLIDASI HAK MINORITAS ATAS LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN YANG DIKONSOLIDASI - Bersih

12.940.007 29.133.595 3.735.376 19.801.097 1.058.159 1.960.947

(1.074.769)

LABA SEBELUM PAJAK

23

LABA BERSIH LABA PER SAHAM DASAR Laba bersih per saham Laba bersih per ADS (40 saham Seri B per ADS)

2009*

2p,28

Jumlah Pendapatan Usaha BEBAN USAHA Penyusutan dan amortisasi

2010

2v,38

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian.

4

2u,39

2u,39

Dividen interim

-

-

-

1.073.333

-

-

-

-

-

-

-

1.073.333

-

1.073.333

Tambahan modal disetor

(4.264.073)

-

-

-

-

-

-

(4.264.073)

-

(4.264.073)

478.000

-

-

-

-

-

-

-

478.000

-

478.000

Selisih transaksi restrukturisasi dan transaksi Modal saham lainnya yang diperoleh entitas kembali sepengendali

385.595

-

-

-

-

-

-

-

385.595

-

385.595

Selisih transaksi perubahan ekuitas perusahaan asosiasi

49.695

-

-

-

-

-

-

31.559

18.136

-

18.136

Laba belum direalisasi ata s kepemilikan efek yang tersedia untuk dijual

233.378

-

-

-

-

1.822

561

-

230.995

-

230.995

Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan

(484.629)

-

-

-

(45.185)

-

-

-

(439.444)

-

(439.444)

Selisih transaksi akuisisi kepemilikan minoritas pada anak perusahaan

5

15.336.746

-

-

-

-

-

-

15.336.746

-

15.336.746

-

26.570.697

11.536.999

(526.157 )

(5.141.880 )

-

-

-

-

20.701.735

(91.237)

20.792.972

Belum ditentukan penggunaannya*

Saldo laba Ditentukan penggunaannya

Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian.

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p dan 2s

5.040.000

1d,2d

Dividen kas

-

Saldo, 31 Desember 2010

1d,2b

Akuisisi 20% kepemilikan Sigma

-

-

2f,9

Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan anak perusahaan

-

5.040.000

-

5.040.000

Laba bersih tahun berjalan

2f

Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan perusahaan asosiasi

2s

Catatan

Laba belum direalisasi atas kepemilikan efek yang tersedia untuk dijual

Saldo, 1 Januari 2010 setelah penyesuaian

Penyesuaian sehubungan dengan penerapan PSAK No.55 (Revisi 2006)

Saldo, 1 Januari 2010 dinyatakan kembali

Uraian

Modal saham

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASIAN TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah)

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

44.418.742

11.536.999

(526.157)

(5.141.880)

(45.185)

1.822

561

31.559

38.561.023

(91.237)

38.652.260

Jumlah ekuitas

-

-

5.040.000

1d,2d

27 2u,39

39 2u,39

Laba bersih tahun berjalandinyatakan kembali

Saldo, 31 Desember 2009 dinyatakan kembali

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

-

-

1d,2b

(4.264.073)

-

-

-

-

-

-

-

(4.264.073)

478.000

-

-

118.000 -

-

-

-

-

360.000

385.595

-

-

-

-

-

-

-

385.595

Selisih transaksi perubahan ekuitas perusahaan asosiasi

18.136

-

-

-

-

-

37.202

(19.066)

Laba (rugi) belum direalisasi ata s kepemilikan efek yang tersedia untuk dijual

230.995

-

-

-

-

(579)

(6.745)

-

238.319

Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan

-

-

-

-

(439.444)

-

-

-

(439.444)

Selisih transaksi akuisisi kepemilikan minoritas pada anak perusahaan

6

15.336.746

-

4.778.761 -

-

-

-

-

-

10.557.985

20.792.972

11.398.826

(4.778.761) (524.190)

(5.840.708)

-

38.652.260

11.398.826

(524.190)

118.000 (5.840.708)

(439.444)

(579)

(6.745)

-

37.202

33.909.898

Jumlah ekuitas

-

20.537.805

Belum ditentukan penggunaannya*

Saldo laba Ditentukan penggunaannya

Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian.

1.073.333

-

-

-

-

-

-

1.073.333

2f,9

5.040.000 -

Catatan

Tambahan modal disetor

2f

Saldo, 1 Januari 2009 dinyatakan kembali Laba belum direalisasi atas kepemilikan efek yang tersedia untuk dijual Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan perusahaan asosiasi Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan anak perusahaan Akuisisi 49% kepemilikan Infomedia Kompensasi atas terminasi dini Hak eksklusif Dividen kas Penentuan penyisihan cadangan umum Dividen interim

Uraian

Modal saham

Selisih transaksi restrukturisasi dan transaksi Modal saham lainnya yang diperoleh entitas kembali sepengendali

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASIAN (lanjutan) TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah)

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

Laba bersih tahun berjalan dinyatakan kembali Saldo, 31 Desember 2008 dinyatakan kembali 1.073.333

5.040.000

(4.264.073)

-

(2.087.462)

-

-

-

-

-

-

(2.176.611)

-

(2.176.611)

Modal saham yang diperoleh kembali

360.000

-

-

-

-

90.000

-

-

-

270.000

-

270.000

Selisih transaksi restrukturisasi dan transaksi lainnya entitas sepengendali

385.595

-

-

-

-

-

-

-

-

385.595

-

385.595

Selisih transaksi perubahan ekuitas perusahaan asosiasi

(19.066)

-

-

-

-

-

-

-

(30.303)

11.237

-

11.237

(Rugi) laba belum direalisasi atas kepemilikan efek yang tersedia untuk dijual

238.319

-

-

-

-

-

(185)

8.487

-

230.017

-

230.017

Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan

10.557.985

7

-

-

3.857.106

-

-

-

-

-

6.700.879

-

6.700.879

20.537.805

10.671.786

-

(3.857.106 )

(8.034.515 )

-

-

-

-

21.757.640

(456.489 )

22.214.129

Belum ditentukan penggunaannya*

Saldo laba Ditentukan penggunaannya

Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian.

-

-

-

-

-

-

-

-

-

2t

Modal saham yang diperoleh kembali - harga perolehan

-

2u

-

-

-

-

1.073.333

5.040.000 -

-

-

1.073.333

5.040.000

Penentuan penyisihan cadangan umum

Dividen kas

1d, 2b 27

2f

Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan anak perusahaan

Kompensasi atas terminasi dini hak eksklusif

2f

Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan perusahaan asosiasi

2p

Catatan

Penyesuaian sehubungan dengan Penerapan PPSAK 1 “Pencabutan PSAK 35 (Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi)” Saldo, 1 Januari 2008 dinyatakan kembali Rugi belum direalisasi atas kepemilikan efek yang tersedia untuk dijual

Saldo, 1 Januari 2008 - yang dinyatakan sebelumnya

Uraian

Tambahan modal disetor

Modal saham

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASIAN (lanjutan) TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah)

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

33.909.898

10.671.786

(2.087.462)

-

(8.034.515)

90.000

(185)

8.487

(30.303)

33.292.090

(456.489)

33.748.579

Jumlah ekuitas

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah)

2010 ARUS KAS DARI KEGIATAN OPERASI Penerimaan kas dari pendapatan usaha Telepon Tidak bergerak Seluler Interkoneksi Data, internet, dan jasa teknologi informatika Jasa lainnya

2009*

2008*

12.384.188 28.904.281 3.630.369 20.670.321 2.607.353

13.943.529 28.440.414 3.796.937 18.035.563 2.418.830

15.974.740 26.879.096 4.304.420 14.840.296 1.522.208

68.196.512 (25.079.528) (9.167.438) 386.290

66.635.273 (21.056.721) (9.333.153) (32.519)

63.520.760 (20.552.718) (9.031.855) (1.168)

Kas yang dihasilkan dari operasi

34.335.836

36.212.880

33.935.019

Penerimaan bunga Pembayaran bunga Pembayaran pajak penghasilan Penerimaan tagihan restitusi pajak

419.576 (1.826.045) (5.829.422) 658.818

471.965 (2.185.799) (5.035.463) 348.021

659.450 (1.489.248) (8.551.296) -

27.758.763

29.811.604

26.304

24.820

Jumlah penerimaan kas dari pendapatan usaha Pembayaran kas untuk beban usaha Pembayaran kas kepada karyawan Penerimaan (pengembalian) kas dari (kepada) pelanggan

Arus kas bersih yang dihasilkan dari kegiatan operasi ARUS KAS DARI KEGIATAN INVESTASI Hasil dari penjualan penyertaan sementara dan pencairan deposito berjangka yang jatuh tempo Pembelian penyertaan sementara dan penempatan deposito berjangka Hasil dari penjualan aset tetap Hasil dari klaim asuransi Pembelian aset tetap (Kenaikan) penurunan uang muka pembelian aset tetap Penurunan (kenaikan) uang muka, aset lainnya, dan rekening escrow Pembayaran atas transaksi penggabungan usaha, setelah dikurangi kas yang diperoleh Pembelian aset tidak berwujud Pembelian kepemilikan minoritas pada anak perusahaan Penerimaan dividen kas Pembelian penyertaan jangka panjang Arus kas bersih yang digunakan untuk kegiatan investasi

(5.671) 11.702 (14.951.864) (641.166)

28.676

(80.081) 12.465 (20.479.460) 74.850

(158.582) 3.598 11.159 (15.863.840) 224.291

88.438

(101.432)

(112.127)

(116.503) (723.130) (95.576) 4.520 (115.358)

(663.702) (600.154) 2.575 (18.760)

(287.403) (366.887) 3.637 (28.249)

(16.518.304)

(21.828.879)

(16.545.727)

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian.

8

24.553.925

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN (lanjutan) TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah)

ARUS KAS DARI KEGIATAN PENDANAAN Pembayaran dividen kas Pembayaran dividen kas kepada pemegang saham minoritas anak perusahaan Hasil dari pinjaman jangka pendek Pembayaran pinjaman jangka pendek Hasil wesel jangka menengah Pembayaran wesel jangka menengah Hasil dari pinjaman jangka panjang Pembayaran pinjaman jangka panjang Hasil dari obligasi Pembayaran untuk pembelian kembali saham yang telah diterbitkan Hasil dari wesel bayar Pembayaran wesel bayar Pembayaran hutang sewa pembiayaan Arus kas bersih yang digunakan untuk kegiatan pendanaan KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN SETARA KAS DAMPAK PERUBAHAN KURS TERHADAP KAS DAN SETARA KAS

2010

2009*

2008*

(5.417.952)

(6.364.898)

(8.033.511)

(3.624.089) 163.133 (151.077) 35.000 (4.250) 4.840.252 (8.715.798) 2.990.759

(2.831.023) 117.673 (118.529) 70.000 9.536.558 (6.669.574)

(3.732.401) 54.235 (582.195) 8.433.000 (4.865.401)

291.058 (19.741) (206.873)

(123.927) (364.974)

(2.087.462) (200.813) (571.516)

(9.819.578)

(6.748.694)

(11.586.064)

1.420.881

1.234.031

(3.577.866)

(106.492)

(318.516)

327.020

KAS DAN SETARA KAS PADA AWAL TAHUN

7.805.460

6.889.945

10.140.791

KAS DAN SETARA KAS PADA AKHIR TAHUN

9.119.849

7.805.460

6.889.945

4.827.292 57.522

7.334.958 38.388

9.919.055 693.341

INFORMASI TAMBAHAN ARUS KAS Aktivitas investasi dan pendanaan yang tidak mempengaruhi arus kas: Akuisisi aset tetap yang dibiayai dengan hutang usaha Akuisisi aset tetap melalui sewa pembiayaan * Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian.

9

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

1. UMUM a. Pendirian dan informasi umum Perusahaan Perseroan (Persero) P.T. Telekomunikasi Indonesia Tbk (“Perusahaan”) pada mulanya merupakan bagian dari “Post en Telegraafdienst”, yang didirikan pada tahun 1884 berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 7 tanggal 27 Maret 1884 dan diumumkan dalam Berita Negara Hindia Belanda No. 52 tanggal 3 April 1884. Pada tahun 1991, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991, status Perusahaan diubah menjadi perseroan terbatas milik negara (“Persero”). Perusahaan didirikan berdasarkan akta notaris Imas Fatimah, S.H. No. 128 tanggal 24 September 1991. Akta pendirian tersebut telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-6870.HT.01.01.Th.1991 tanggal 19 November 1991 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 5 tanggal 17 Januari 1992, Tambahan No. 210. Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali diubah, perubahan terakhir dalam rangka penyesuaian dengan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Indonesia (“BAPEPAM-LK”) No. IX.J.1 tentang Pokok-Pokok Anggaran Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik dan Peraturan BAPEPAM-LK No. IX.E.2 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama, serta dalam rangka penambahan maksud dan tujuan Perusahaan, berdasarkan akta notaris A. Partomuan Pohan, S.H., LLM. No. 37 tanggal 24 Juni 2010 dan pemberitahuan atas perubahan tersebut telah diterima oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (“Menkumham”) berdasarkan Surat No. AHU-35876.AH.01.02. tahun 2010 tanggal 19 Juli 2010. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah menyelenggarakan jaringan dan jasa telekomunikasi, informatika, serta optimalisasi sumber daya Perusahaan, dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, Perusahaan menjalankan kegiatan yang meliputi: a. Usaha utama: i. Merencanakan, membangun, menyediakan, mengembangkan, mengoperasikan, memasarkan atau menjual, menyewakan, dan memelihara jaringan telekomunikasi dan informatika dengan memperhatikan perundangan-undangan yang berlaku. ii. Merencanakan, mengembangkan, menyediakan, memasarkan atau menjual, dan meningkatkan layanan jasa telekomunikasi dan informatika dengan memperhatikan perundang-undangan yang berlaku. b. Usaha penunjang: i. Menyediakan jasa transaksi pembayaran dan pengiriman uang melalui jaringan telekomunikasi dan informatika. ii. Menjalankan kegiatan dan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya yang dimiliki Perusahaan, antara lain pemanfaatan aktiva tetap dan aktiva bergerak, fasilitas sistem informasi, fasilitas pendidikan dan pelatihan, dan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan. Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Jalan Japati No. 1, Bandung, Jawa Barat.

10

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

1. UMUM (lanjutan) a. Pendirian dan informasi umum (lanjutan) Pada tahun 1999, Pemerintah Republik Indonesia (“Pemerintah”) menerbitkan Undang-Undang No. 36 mengenai Telekomunikasi, yang berlaku efektif pada bulan September 2000. Undang-Undang ini menyatakan bahwa kegiatan telekomunikasi meliputi: (1) (2) (3)

Jaringan telekomunikasi, Jasa telekomunikasi, serta Telekomunikasi khusus.

Badan Usaha Milik Negara (“BUMN”), Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Swasta, dan Koperasi diizinkan untuk menyelenggarakan jaringan dan jasa telekomunikasi. Sedangkan telekomunikasi khusus dapat diselenggarakan oleh perseorangan, Instansi Pemerintah, dan badan hukum selain penyelenggara jaringan dan jasa telekomunikasi. Undang-Undang Telekomunikasi ini melarang kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat, dan diharapkan dapat membuka jalan menuju liberalisasi pasar. Sehubungan dengan Undang-Undang ini, telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 52 tahun 2000 yang mengatur mengenai pembebanan biaya interkoneksi kepada penyelenggara jaringan telekomunikasi asal sehubungan dengan penyelenggaraan jasa telekomunikasi melalui dua penyelenggara jaringan telekomunikasi atau lebih. Berdasarkan siaran pers Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi (“DJPT”) No. 05/HMS/JP/VIII/2000 tanggal 1 Agustus 2000 dan ralat atas siaran pers tersebut, No. 1718/UM/VIII/2000 tanggal 2 Agustus 2000, masa hak eksklusif yang diberikan kepada Perusahaan untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi jaringan tetap lokal dan SLJJ telah dipersingkat masing-masing dari masa berakhir periode pada Desember 2010 menjadi Agustus 2002 dan dari Desember 2005 menjadi Agustus 2003. Sebagai gantinya, Pemerintah diharuskan membayar kompensasi kepada Perusahaan (Catatan 11 dan 27). Sesuai siaran pers Menteri Koordinator Perekonomian Republik Indonesia pada tanggal 31 Juli 2002, ditetapkan bahwa sejak tanggal 1 Agustus 2002, Pemerintah mengakhiri hak eksklusif Perusahaan sebagai penyelenggara jaringan jasa lokal dan SLJJ. Pada tanggal 1 Agustus 2002, PT Indonesian Satellite Corporation Tbk (“Indosat”) diberikan lisensi untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi lokal dan SLJJ.

11

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

1. UMUM (lanjutan) a. Pendirian dan informasi umum (lanjutan) Perusahaan menerima beberapa izin telekomunikasi dari Pemerintah Indonesia yang berlaku untuk periode yang tidak terbatas selama Perusahaan tunduk pada undang-undang dan peraturan telekomunikasi yang berlaku dan melakukan kewajiban sebagaimana tercantum dalam izin-izin tersebut. Untuk setiap izin, evaluasi dilakukan setiap tahun dan evaluasi secara menyeluruh dilakukan setiap 5 (lima) tahun. Perusahaan wajib menyampaikan laporan atas penyelenggaraan jasa berdasarkan izin-izin tersebut diatas setiap tahun kepada Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi. Laporan tersebut meliputi beberapa informasi seperti kemajuan pengembangan jaringan, pencapaian standar kualitas jasa, jumlah pelanggan, pembayaran izin, dan kontribusi pelayanan universal, sementara untuk Internet Teleponi untuk Keperluan Publik (“ITKP”) terdapat tambahan informasi yang dipersyaratkan seperti kinerja operasi, segmen pelanggan, lalu lintas, dan pendapatan kotor. Rincian izin-izin tersebut adalah sebagai berikut:

Izin Izin penyelenggaraan jaringan tetap lokal dan jasa teleponi dasar Izin penyelenggaraan jaringan tetap sambungan langsung jarak jauh dan jasa teleponi dasar Izin penyelenggaraan jaringan tetap sambungan internasional dan jasa teleponi dasar Izin penyelenggaraan jaringan tetap tertutup Izin penyelenggaraan jasa internet teleponi untuk keperluan publik

No izin 381/KEP/ M.KOMINFO/ 10/2010 382/KEP/ M.KOMINFO/ 10/2010

Jaringan tetap sambungan langsung jarak jauh dan jasa teleponi dasar

28 Oktober 2010

383/KEP/ M.KOMINFO/ 10/2010

Jaringan tetap sambungan internasional dan jasa teleponi dasar

28 Oktober 2010

398/KEP/ M.KOMINFO/ 11/2010 384/KEP/DJPT /M.KOMINFO/ 11/2010

Jaringan tetap tertutup

12 November 2010

ITKP

29 November 2010

12

Jenis jasa Jaringan tetap lokal dan jasa teleponi dasar

Tanggal penetapan/ perpanjangan 28 Oktober 2010

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

1.

UMUM (lanjutan) b. Dewan Komisaris, Direksi, Komite Audit, Corporate Secretary, dan karyawan Perusahaan 1. Dewan Komisaris dan Direksi Berdasarkan keputusan-keputusan yang dibuat pada (i) Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (“RUPST”) Perusahaan yang dinyatakan dalam akta notaris No. 22 tanggal 12 Juni 2009 oleh Dr. A. Partomuan Pohan, S.H., LLM.; (ii) Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (“RUPSLB”) Perusahaan yang dinyatakan dalam akta notaris No. 18 tanggal 11 Juni 2010 oleh notaris yang sama; dan (iii) RUPSLB yang dinyatakan dalam akta notaris No. 33 tanggal 17 Desember 2010 oleh notaris yang sama, susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 masing-masing adalah sebagai berikut: 2010 Komisaris Utama Komisaris Komisaris Komisaris Independen Komisaris Independen Direktur Utama Wakil Direktur Utama/Chief Operating Officer (“COO”) Direktur Keuangan Direktur Jaringan dan Solusi Direktur Enterprise dan Wholesale Direktur Konsumer Direktur Compliance dan Risk Management Direktur Teknologi Informasi Direktur Human Capital dan General Affairs (“HCGA”)

2009

Tanri Abeng Bobby A.A Nazief Mahmuddin Yasin Arif Arryman* Petrus Sartono Rinaldi Firmansyah

Tanri Abeng Bobby A.A Nazief Mahmuddin Yasin Arif Arryman Petrus Sartono Rinaldi Firmansyah

** (lihat Catatan di bawah) Sudiro Asno Ermady Dahlan

** (lihat Catatan di bawah) Sudiro Asno Ermady Dahlan

Arief Yahya I Nyoman Gede Wiryanata

Arief Yahya I Nyoman Gede Wiryanata

Prasetio Indra Utoyo

Prasetio Indra Utoyo

Faisal Syam

Faisal Syam

* Meninggal dunia pada tanggal 7 September 2010, jabatan tidak terisi pada tanggal 31 Desember 2010 **COO dirangkap oleh Direktur Jaringan dan Solusi di tahun 2010 dan 2009 Berdasarkan RUPSLB Perusahaan, pada tanggal 17 Desember 2010, para pemegang saham Perusahaan setuju antara lain untuk: 1. mengangkat kembali Rinaldi Firmansyah sebagai Direktur Utama dan Arief Yahya sebagai Direktur Enterprise dan Wholesale dengan masa jabatan terhitung sejak ditutupnya RUPSLB dan berakhir pada tanggal RUPST Perusahaan 2015; 2. mengangkat Jusman Syafii Djamal sebagai Komisaris Utama, Rudiantara sebagai Komisaris Independen, dan Johnny Swandi Sjam sebagai Komisaris Independen dengan masa jabatan terhitung sejak 1 Januari 2011 dan berakhir pada tanggal RUPST Perusahaan 2015.

13

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

1.

UMUM (lanjutan) b. Dewan Komisaris, Direksi, Komite Audit, Corporate Secretary, dan karyawan Perusahaan (lanjutan) 2. Komite Audit dan Corporate Secretary Susunan Komite Audit dan Corporate Secretary Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, adalah sebagai berikut: 2010 Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Corporate Secretary

Petrus Sartono Salam Bobby A.A. Nazief Agus Yulianto Sahat Pardede Agus Murdiyatno

2009 Arif Arryman Salam Bobby A.A. Nazief Petrus Sartono Sahat Pardede Jarot Kristiono Mohammad Ghazali Latief Agus Murdiyatno

3. Karyawan Jumlah karyawan Perusahaan dan anak perusahaan per tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 masing-masing adalah 26.847 orang dan 28.750 orang (diaudit). c.

Penawaran umum efek Perusahaan Jumlah saham Perusahaan sesaat sebelum penawaran umum perdana (“Initial Public Offering” atau “IPO”) adalah 8.400.000.000, yang terdiri dari 8.399.999.999 saham Seri B dan 1 saham Seri A Dwiwarna yang seluruhnya dimiliki oleh Pemerintah. Pada tanggal 14 November 1995, Pemerintah menjual saham Perusahaan yang terdiri dari 933.333.000 saham baru Seri B dan 233.334.000 saham Seri B milik Pemerintah kepada masyarakat melalui IPO di Bursa Efek Indonesia (“BEI”) (dahulu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya), dan penawaran dan pencatatan di Bursa Efek New York (“NYSE”) dan Bursa Efek London (“LSE”) atas 700.000.000 saham Seri B milik Pemerintah dalam bentuk American Depositary Shares (“ADS”). Terdapat 35.000.000 ADS dan masing-masing ADS mewakili 20 saham Seri B pada saat itu. Pada bulan Desember 1996, Pemerintah menjual saham Perusahaan sebanyak 388.000.000 saham Seri B dan selanjutnya pada tahun 1997, Pemerintah membagikan 2.670.300 saham Seri B sebagai insentif bagi para pemegang saham Perusahaan yang tidak menjual sahamnya selama satu tahun terhitung sejak tanggal IPO. Pada bulan Mei 1999, Pemerintah kembali menjual 898.000.000 saham Seri B.

14

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

1.

UMUM (lanjutan) c.

Penawaran umum efek Perusahaan (lanjutan) Untuk memenuhi ketentuan Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, pada RUPST Perusahaan tanggal 16 April 1999, para pemegang saham Perusahaan memutuskan untuk meningkatkan modal ditempatkan yang berasal dari kapitalisasi sebagian tambahan modal disetor melalui pembagian saham bonus sejumlah 746.666.640 lembar saham. Pembagian saham bonus kepada para pemegang saham Perusahaan dilakukan pada bulan Agustus 1999. Pada tanggal 16 Agustus 2007, Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas telah diamandemen dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang berlaku efektif pada tanggal yang sama. Pemberlakuan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tidak berdampak terhadap penawaran umum efek Perusahaan. Perusahaan telah memenuhi ketentuan Undang-Undang tersebut. Pada bulan Desember 2001, Pemerintah menjual 1.200.000.000 saham atau 11,9% dari jumlah saham Seri B yang beredar. Pada bulan Juli 2002, Pemerintah kembali menjual 312.000.000 saham atau 3,1% dari jumlah saham Seri B yang beredar. Berdasarkan hasil RUPST Perusahaan yang dinyatakan dalam akta notaris A. Partomuan Pohan, S.H., LLM. No. 26 tanggal 30 Juli 2004, para pemegang saham Perusahaan menyetujui pemecahan saham Perusahaan untuk Seri A Dwiwarna dan Seri B dari 1 menjadi 2. Untuk 1 saham Seri A Dwiwarna dengan nilai nominal Rp500 dipecah menjadi 1 saham Seri A Dwiwarna dengan nilai nominal Rp250 dan 1 saham Seri B dengan nilai nominal Rp250. Jumlah modal saham dasar Perusahaan setelah pemecahan meningkat dari 1 saham Seri A Dwiwarna dan 39.999.999.999 saham Seri B menjadi 1 saham Seri A Dwiwarna dan 79.999.999.999 saham Seri B, dan jumlah modal saham ditempatkan Perusahaan meningkat dari 1 saham Seri A Dwiwarna dan 10.079.999.639 saham Seri B menjadi 1 saham Seri A Dwiwarna dan 20.159.999.279 saham Seri B. Setelah pemecahan saham, setiap ADS mewakili 40 saham Seri B. Berdasarkan keputusan RUPSLB Perusahaan tanggal 21 Desember 2005, RUPST Perusahaan tanggal 29 Juni 2007, dan RUPST Perusahaan tanggal 20 Juni 2008, para pemegang saham Perusahaan menyetujui masing-masing rencana tahap I, II, dan III untuk pembelian kembali saham Seri B (Catatan 26). Pada tanggal 31 Desember 2010, seluruh saham Seri B Perusahaan telah dicatatkan pada BEI dan 59.874.266 ADS telah dicatatkan pada NYSE dan LSE (Catatan 24). Pada tanggal 31 Desember 2010, obligasi Perusahaan yang masih terhutang yang merupakan obligasi Rupiah kedua dan diterbitkan pada tanggal 25 Juni 2010 masing-masing sebesar Rp1.005.000 juta untuk Seri A yang berjangka waktu 5 (lima) tahun dan Rp1.995.000 juta untuk Seri B yang berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun dan dicatatkan di BEI (Catatan 20a).

15

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

1.

UMUM (lanjutan) d.

Anak perusahaan Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, Perusahaan mengkonsolidasi laporan keuangan anak perusahaan yang dimiliki secara langsung maupun tidak langsung sehubungan dengan kepemilikan mayoritas (Catatan 2b dan 2d): (i) Anak perusahaan dengan kepemilikan langsung:

Anak perusahaan/ domisili

Jenis usaha/ tanggal pendirian atau akuisisi oleh Perusahaan

Tanggal operasi komersial

Persentase hak kepemilikan 2010

Jumlah aset sebelum eliminasi

2009

2010

2009

PT Telekomunikasi Selular (”Telkomsel”), Jakarta, Indonesia

Telekomunikasi operator fasilitas telekomunikasi dan jasa telepon seluler menggunakan teknologi Global System for Mobile Communication (“GSM”)/26 Mei 1995

1995

65

65

57.343.376

59.227.177

PT Multimedia Nusantara (”Metra”), Jakarta, Indonesia

Jasa jaringan telekomunikasi & multimedia/ 9 Mei 2003

1998

100

100

1.872.689

1.536.361

PT Telekomunikasi Indonesia International (”TII”), Jakarta, Indonesia

Telekomunikasi/ 31 Juli 2003

1995

100

100

1.757.023

1.373.824

PT Pramindo Ikat Nusantara (”Pramindo”), Jakarta, Indonesia

Jasa dan pembangunan telekomunikasi/ 15 Agustus 2002

1995

100

100

1.199.394

1.117.061

PT Infomedia Nusantara (“Infomedia”), Jakarta, Indonesia

Jasa data dan informasi menyediakan jasa informasi telekomunikasi dan jasa informasi lainnya dalam bentuk cetak dan media elektronik, dan jasa call center/ 22 September 1999

1984

100 (termasuk melalui 49% kepemilikan oleh Metra)

100 (termasuk melalui 49% kepemilikan oleh Metra)

648.695

578.591

PT Dayamitra Telekomunikasi (”Dayamitra”), Jakarta, Indonesia

Telekomunikasi/ 17 Mei 2001

1995

100

100

433.835

381.326

PT Indonusa Telemedia (”Indonusa”), Jakarta, Indonesia

TV berlangganan dan jasa konten/ 7 Mei 1997

1997

100 (termasuk melalui 0,80% kepemilikan oleh Metra)

100 (termasuk melalui 1,25% kepemilikan oleh Metra)

343.192

201.759

PT Graha Sarana Duta (”GSD”), Jakarta, Indonesia

Penyewaan kantor dan manajemen gedung dan jasa pemeliharaan, konsultan sipil, dan pengembang/ 25 April 2001

1982

99,99

99,99

263.057

178.841

16

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

1.

UMUM (lanjutan) d.

Anak perusahaan (lanjutan) (i) Anak perusahaan dengan kepemilikan langsung: (lanjutan)

Jenis usaha/ tanggal pendirian atau akuisisi oleh Perusahaan

Tanggal operasi komersial

PT Napsindo Telekomunikasi Primatel menyediakan Network Internasional Access Point (NAP), (“Napsindo”), Voice Over Data (VOD), Jakarta, Indonesia dan jasa terkait lainnya/ 29 Desember 1998

1999; berhenti beroperasi pada tanggal 13 Januari 2006

Anak perusahaan/ domisili

Persentase hak kepemilikan 2010

Jumlah aset sebelum eliminasi

2009 60

2010 60

4.910

2009 4.910

(ii) Anak perusahaan dengan kepemilikan tidak langsung:

Anak perusahaan/ domisili

Jenis usaha/ tanggal pendirian atau akuisisi oleh anak perusahaan

Tanggal operasi komersial

Persentase hak kepemilikan

Jumlah aset sebelum eliminasi

2010

2009

2010

2009

PT Sigma Cipta Caraka (“Sigma”), Tangerang, Indonesia

Jasa teknologi informatika implementasi dan integrasi sistem, outsourcing, dan pemeliharaan lisensi dan peranti lunak/ 1 Mei 1987

1988

100 (melalui 100% kepemilikan oleh Metra)

80 (melalui 80% kepemilikan oleh Metra)

503.476

460.560

PT Telekomunikasi Indonesia International Pte. Ltd., Singapura

Telekomunikasi/ 6 Desember 2007

2008

100 (melalui 100% kepemilikan oleh TII)

100 (melalui 100% kepemilikan oleh TII)

256.294

188.796

PT Balebat Dedikasi Prima (“Balebat”), Bogor, Indonesia

Percetakan/ 1 Oktober 2003

2000

65 (melalui 65% kepemilikan oleh Infomedia)

65 (melalui 65% kepemilikan oleh Infomedia)

86.068

76.440

PT Finnet Indonesia (”Finnet”), Jakarta, Indonesia

Data dan komunikasi perbankan/ 31 Oktober 2005

2006

60 (melalui 60% kepemilikan oleh Metra)

60 (melalui 60% kepemilikan oleh Metra)

71.922

49.992

PT Administrasi Medika (“Ad Medika”), Jakarta, Indonesia

Jasa administrasi asuransi kesehatan/ 25 Februari 2010

2010

75 (melalui 75% kepemilikan oleh Metra)

-

59.970

-

PT Metra-Net (”Metra-Net”), Jakarta, Indonesia

Jasa portal multimedia/ 17 April 2009

2009

100 (melalui 100% kepemilikan oleh Metra)

100 (melalui 100% kepemilikan oleh Metra)

42.031

6.198

Telkomsel Finance B.V., (”TFBV”), Amsterdam, The Netherlands

Keuangan - didirikan pada tahun 2005 dengan tujuan untuk meminjam, meminjamkan, dan mengumpulkan dana, termasuk menerbitkan obligasi, wesel bayar, atau instrumen hutang/ 7 Februari 2005

2005

65 (melalui 100% kepemilikan oleh Telkomsel)

65 (melalui 100% kepemilikan oleh Telkomsel)

7.687

8.465

17

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

1.

UMUM (lanjutan) d.

Anak perusahaan (lanjutan) (ii) Anak perusahaan dengan kepemilikan tidak langsung: (lanjutan)

Anak perusahaan/ domisili

Jenis usaha/ tanggal pendirian atau akuisisi oleh anak perusahaan

PT Telekomunikasi Indonesia International Ltd., Hongkong

Telekomunikasi/ 8 Desember 2010

Aria West International Finance B.V. (“AWI BV”), The Netherlands

Didirikan untuk memberikan jasa di bidang perdagangan dan keuangan/ 3 Juni 1996

Telekomunikasi Selular Finance Limited (“TSFL”), Mauritius

Keuangan didirikan untuk mengumpulkan dana untuk pengembangan bisnis Telkomsel melalui penerbitan saham debenture, obligasi, hipotek, atau surat berharga lainnya/22 April 2002

Tanggal operasi komersial

Persentase hak kepemilikan 2010

2010

100 (melalui 100% kepemilikan oleh TII)

1996; berhenti beroperasi pada tanggal 31 Juli 2003

100 (melalui 100% kepemilikan oleh TII)

2002

65 (melalui 100% kepemilikan oleh Telkomsel)

Jumlah aset sebelum eliminasi

2009

2010 -

2009

2.640

-

100 (melalui 100% kepemilikan oleh TII)

311

623

65 (melalui 100% kepemilikan oleh Telkomsel)

65

24

(a) Telkomsel Pada tanggal 14 Februari 2006, Telkomsel mendapatkan lisensi International Mobile Telecommunications-2000 (“IMT-2000”) atau 3rd Generation Technology (“3G”) pada pita frekuensi 2,1 Gigahertz (“GHz”) untuk periode 10 tahun berdasarkan Surat Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (“Menkominfo”) No. 19/KEP/M.KOMINFO/2/2006. Lisensi dapat diperpanjang setelah melalui proses evaluasi (Catatan 12.iii dan 47c.i). Penyediaan layanan 3G secara komersial telah dimulai sejak September 2006. Berdasarkan Surat Keputusan Menkominfo No. 101/KEP/M.KOMINFO/10/2006 tanggal 11 Oktober 2006, lisensi operasi Telkomsel diperbaharui dengan memberikan hak kepada Telkomsel untuk menyediakan: (i) Layanan telekomunikasi bergerak dengan pita frekuensi radio di 900 Megahertz (“MHz”) dan 1800 MHz; (ii) Layanan telekomunikasi bergerak IMT-2000 dengan pita frekuensi radio di 2,1 GHz (3G); dan (iii) Layanan telekomunikasi dasar. Lisensi tersebut di atas mengatur tentang hak dan kewajiban Telkomsel, termasuk sanksisanksi yang relevan. Lisensi tersebut memiliki masa berlaku tidak terbatas, yang akan dievaluasi secara tahunan.

18

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

1.

UMUM (lanjutan) d. Anak perusahaan (lanjutan) (a) Telkomsel (lanjutan) Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi No. 213/DIRJEN/2008 tanggal 4 Agustus 2008, Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (“Depkominfo”) melalui DJPT memberikan Telkomsel izin prinsip untuk menyediakan Jasa Teleponi Internet (Voice over Internet Protocol atau “VoIP”), dengan masa berlaku satu tahun bergantung pada uji layak operasi. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi No. 226/DIRJEN/2009 tanggal 24 September 2009, Telkomsel mendapatkan lisensi operasi untuk menyediakan jasa VoIP di beberapa daerah. Lisensi tersebut memiliki masa berlaku tidak terbatas, yang akan dievaluasi setiap tahun atau setiap lima tahun. Berdasarkan Surat Bank Indonesia (“BI”) No. 10/632/DASP tanggal 12 Agustus 2008, pada tanggal 12 Agustus 2008 Telkomsel terdaftar sebagai penyedia jasa pengiriman uang dengan nomor registrasi 10/12/DASP/10 untuk menyediakan jasa pengiriman uang. Berdasarkan Surat Keputusan Menkominfo No. 268/KEP/M.KOMINFO/9/2009 tanggal 1 September 2009, Pemerintah memberikan Telkomsel tambahan lisensi IMT-2000 pada pita frekuensi 2,1 Gigahertz (“GHz”) untuk periode 10 tahun sejak tanggal surat keputusan (Catatan 12iii dan 47c.i). Berdasarkan Surat Keputusan Menkominfo No 39/KEP/M.KOMINFO/01/2010 dan No. 41/KEP/M.KOMINFO/01/2010, masing-masing pada tanggal 25 Januari 2010 dan 28 Januari 2010, Pemerintah memberikan Telkomsel lisensi operasi untuk menyediakan jaringan tetap lokal dalam program Kewajiban Pelayanan Universal (“KPU”). Lisensi berlaku sampai dengan berakhirnya masa perjanjian, dapat diperpanjang tergantung hasil evaluasi (Catatan 46h). Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi No. 213/DIRJEN//2010 tanggal 17 Juni 2010, yang menggantikan Surat Keputusan No. 38/DIRJEN/2004, Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui DJPT memberikan Telkomsel lisensi operasi untuk menyediakan jasa internet. Lisensi tersebut memiliki masa berlaku tidak terbatas, yang akan dievaluasi setiap tahun atau setiap lima tahun. (b) Metra Berdasarkan RUPS Sirkuler Metra pada tanggal 23 Maret 2009 yang dinyatakan dalam akta notaris Sutjipto, S.H., M.Kn. No. 64 tanggal 16 April 2009, para pemegang saham Metra menyetujui peningkatan modal ditempatkan dan disetor penuh dari Rp418.850 juta menjadi Rp485.679 juta dengan nilai nominal sebesar Rp10.000 per saham, melalui konversi hutang menjadi penambahan modal disetor (debt to equity swap) sebesar Rp34.829 juta dan setoran tunai sebesar Rp32.000 juta. Selain itu, para pemegang saham Metra juga menyetujui pendirian anak perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa portal multimedia dan konten. Pada tanggal 29 Mei 2009, Metra telah menandatangani Conditional Sales Purchase Agreement (“CSPA”) dengan PT Elnusa Tbk (“Elnusa”) untuk transaksi akuisisi 49% saham Infomedia dari Elnusa (Catatan 1d.d).

19

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

1.

UMUM (lanjutan) d. Anak perusahaan (lanjutan) (b) Metra (lanjutan) Berdasarkan RUPS Sirkuler Metra pada tanggal 24 Juni 2009 yang dinyatakan dalam akta notaris Wahyu Nurani, S.H. No. 8 tanggal 24 Juli 2009, para pemegang saham Metra menyetujui: (1) peningkatan modal dasar perseroan dari Rp1.000.000 juta menjadi Rp2.000.000 juta yang terbagi atas 200.000.000 lembar saham, dan (2) penambahan modal ditempatkan dari Rp485.679 juta menjadi Rp1.084.179 juta dengan nilai nominal sebesar Rp10.000 per saham yang akan ditempatkan dan disetor penuh oleh Perusahaan. Pada tanggal 30 Juni 2009, berdasarkan akta notaris Sjaaf De Carya Siregar, S.H. No. 25 tanggal 30 Juni 2009, Metra telah menandatangani Sales Purchase Agreement (“SPA”) Saham untuk melakukan pembelian 205.800.000 lembar saham Infomedia atau 49% dari total kepemilikan dengan nilai transaksi sebesar Rp598.000 juta dari Elnusa. Pada tanggal 1 Juli 2009, Metra melakukan pembayaran nilai transaksi untuk pembelian 49% saham Infomedia dari Elnusa sebesar Rp598.000 juta (Catatan 1d.d). Pada tanggal transaksi, Perusahaan merupakan pemegang saham mayoritas Infomedia, sehingga transaksi ini merupakan akuisisi kepemilikan minoritas pada anak perusahaan. Selisih antara nilai pembelian dengan nilai kepemilikan minoritas sebesar Rp439.444 juta dan dicatat sebagai “Selisih Transaksi Akuisisi Kepemilikan Minoritas pada Anak Perusahaan” pada akun ekuitas (Catatan 2d). Pada tanggal 25 Januari 2010, Metra telah menandatangani CSPA dengan para pemegang saham Administrasi Medika (“Ad Medika”) untuk membeli 75% saham beredar Ad Medika (Catatan 3). Selanjutnya pada tanggal 25 Februari 2010, Metra menandatangani SPA dengan para pemegang saham Ad Medika atas transaksi pembelian saham tersebut sebesar Rp130.077 juta. Pada tanggal 2 Februari 2010, berdasarkan akta notaris Myra Yuwono, S.H. No. 1 tanggal 2 Februari 2010, para pemegang saham Metra menyetujui penambahan modal ditempatkan dari Rp1.084.179 juta menjadi Rp1.101.179 juta dengan mengeluarkan tambahan 1.700.000 saham baru dengan nilai nominal sebesar Rp10.000 per saham yang akan ditempatkan dan disetor penuh oleh Perusahaan untuk keperluan penambahan modal ditempatkan pada Metra-Net. Pada tanggal 4 Maret 2010, berdasarkan akta notaris Myra Yuwono, S.H. No. 5 tanggal 4 Maret 2010, para pemegang saham Metra menyetujui penambahan modal ditempatkan dari Rp1.101.179 juta menjadi Rp1.233.179 juta dengan mengeluarkan tambahan 13.200.000 saham baru dengan nilai nominal sebesar Rp10.000 per saham yang akan ditempatkan dan disetor penuh oleh Perusahaan untuk keperluan akuisisi Ad Medika (Catatan 3). Pada tanggal 22 Juni 2010, berdasarkan akta notaris Myra Yuwono, S.H. No. 20 tanggal 22 Juni 2010, para pemegang saham Metra menyetujui penambahan modal ditempatkan dari Rp1.233.179 juta menjadi Rp1.284.179 juta dengan mengeluarkan tambahan 5.100.000 saham baru dengan nilai nominal sebesar Rp10.000 per saham yang akan ditempatkan dan disetor penuh oleh Perusahaan untuk keperluan pembentukan perusahaan patungan bersama SK Telecom (Catatan 9ii).

20

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

1.

UMUM (lanjutan) d. Anak perusahaan (lanjutan) (b) Metra (lanjutan) Pada tanggal 30 Agustus 2010, berdasarkan akta notaris Myra Yuwono, S.H. No. 59 tanggal 30 Agustus 2010, para pemegang saham Metra menyetujui penambahan modal ditempatkan dari Rp1.284.179 juta menjadi Rp1.327.179 juta dengan mengeluarkan 4.300.000 saham baru dengan nilai nominal sebesar Rp10.000 per saham yang akan ditempatkan dan disetor penuh oleh Perusahaan untuk keperluan penambahan modal ditempatkan pada Metra-Net. Pada tanggal 31 Agustus 2010, berdasarkan akta notaris Myra Yuwono, S.H. No. 60 tanggal 31 Agustus 2010, para pemegang saham Metra menyetujui penambahan modal ditempatkan dari Rp1.327.179 juta menjadi Rp1.422.901 juta dengan mengeluarkan 9.572.206 saham baru dengan nilai nominal sebesar Rp10.000 per saham yang akan ditempatkan dan disetor penuh oleh Perusahaan untuk keperluan melakukan eksekusi put option 20% saham Sigma yang dimiliki oleh PT Sigma Citra Harmoni (“SCH”). (c) TII Pada tanggal 1 Juni 2009, berdasarkan Amandemen Ketiga dan Pengalihan terhadap Perjanjian Pengadaan & Pemasangan Proyek Batam Singapore Cable System (“BSCS”), Perusahaan mengalihkan seluruh hak dan kewajibannya dalam Proyek BSCS kepada TII. Pada tanggal 22 Oktober 2009, berdasarkan Notice of Assignment Acceptance kepada Komite Manajemen Asia America Gateway (“AAG”) dan anggota konsorsium AAG, Perusahaan mengalihkan seluruh hak dan kewajibannya dalam konsorsium AAG kepada TII. Berdasarkan RUPS Sirkuler TII pada tanggal 22 Desember 2009, para pemegang saham TII menyetujui pengakuan hutang yang timbul dari pengalihan proyek pembangunan infrastruktur internasional (on going project) Perusahaan kepada TII yang terdiri dari proyek BSCS dan AAG sebesar Rp463.105 juta. Berdasarkan RUPS Sirkuler TII pada tanggal 22 Desember 2009, yang dinyatakan dalam akta notaris Siti Safarijah, S.H. No. 12 tanggal 21 Januari 2010, yang kemudian ditegaskan kembali melalui Perjanjian Pengakuan Hutang dan Konversi Hutang Menjadi Penyertaan Saham antara Perusahaan dan TII pada tanggal 23 Desember 2009, para pemegang saham TII menyetujui: (1) penambahan modal ditempatkan sebesar Rp593.191 juta dengan mengeluarkan 5.203.427 saham baru; (2) pengeluaran keseluruhan saham baru yang akan ditempatkan dan disetor penuh oleh Perusahaan melalui konversi hutang menjadi penambahan modal disetor (debt to equity swap) sebesar Rp463.105 juta dan setoran tunai sebesar Rp130.086 juta; dan (3) peningkatan modal dasar dari Rp308.306 juta yang terbagi atas 2.704.440 lembar saham dengan nilai nominal Rp114.000 menjadi Rp2.052.000 juta yang terbagi atas 18.000.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp114.000. Pada tanggal 28 Desember 2009, Perusahaan telah melakukan pembayaran untuk peningkatan modal kepada TII sebesar Rp130.086 juta. Berdasarkan RUPS Sirkuler TII pada tanggal 11 Januari 2010, para pemegang saham TII menyetujui keikutsertaan TII dalam konsorsium Kabel Laut South East Asia-Japan Cable System (SJC) dan peningkatan kapasitas ke Amerika Serikat dengan jumlah investasi sebesar US$45,2 juta. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2010, tidak ada pembayaran yang dilakukan TII kepada konsorsium.

21

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

1.

UMUM (lanjutan) d. Anak perusahaan (lanjutan) (c) TII (lanjutan) Berdasarkan RUPS Sirkuler TII pada tanggal 10 November 2010, yang dinyatakan dalam akta notaris Siti Safarijah, S.H. No. 28 tanggal 30 November 2010, para pemegang saham TII menyetujui konversi hutang sebesar Rp164.708 juta menjadi saham ditempatkan dan disetor penuh (debt to equity swap) sehingga menjadi Rp1.066.205 juta. (d) Infomedia Berdasarkan RUPS Sirkuler Infomedia pada tanggal 5 Juni 2009 yang dinyatakan dalam akta notaris Sjaaf De Carya Siregar, S.H. No. 10 tanggal 5 Juni 2009, para pemegang saham Infomedia menyetujui: (1) kapitalisasi bagian saldo laba ditahan perseroan dalam bentuk pembagian dividen saham; (2) peningkatan modal dasar perseroan dari Rp100.000 juta menjadi Rp500.000 juta yang terbagi atas 1.000.000.000 lembar saham; dan (3) peningkatan modal disetor perseroan dari Rp40.000 juta menjadi Rp210.000 juta yang terbagi atas 420.000.000 lembar saham. Berdasarkan SPA antara Elnusa dan Metra pada tanggal 30 Juni 2009 yang dinyatakan dalam akta notaris Sjaaf De Carya Siregar, S.H. No. 25 tanggal 30 Juni 2009, para pihak menyetujui pemindahan hak atas saham milik Elnusa sejumlah 205.800.000 lembar saham kepada Metra (Catatan 1d.b). (e) Indonusa Pada tanggal 10 Desember 2010, berdasarkan akta notaris Dr. A. Partomuan, S.H. No. 6 tanggal 6 Januari 2011, para pemegang saham Indonusa menyetujui penambahan modal ditempatkan dan disetor penuh dari 481.426.353 lembar saham menjadi 753.426.353 lembar saham dengan mengeluarkan tambahan 272.000.000 saham baru dengan nilai nominal sebesar Rp500 per saham yang disetor penuh oleh Perusahaan.

e. Kewenangan penerbitan laporan keuangan konsolidasian Laporan keuangan konsolidasian telah disetujui untuk diterbitkan oleh Direksi pada tanggal 29 Maret 2011.

22

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

2.

IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN Laporan keuangan konsolidasian Perusahaan dan anak perusahaan disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (“GAAP Indonesia”) dan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) No.VIII.G.7 tentang “Pedoman Penyajian Laporan Keuangan”, dan Surat Edaran No. SE-02/PM/2002 tentang “Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Telekomunikasi”. GAAP Indonesia berbeda dalam beberapa hal secara signifikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Amerika Serikat (“U.S. GAAP”). Informasi terkait dengan sifat dan pengaruh perbedaan-perbedaan tersebut dijelaskan pada Catatan 54. a.

Dasar penyusunan laporan keuangan Laporan keuangan konsolidasian, kecuali untuk laporan arus kas konsolidasian, disusun dengan dasar akrual. Laporan keuangan konsolidasian juga disusun dengan dasar harga perolehan, kecuali beberapa akun tertentu yang dicatat berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut. Laporan arus kas konsolidasian disusun dengan menggunakan metode langsung dan menyajikan perubahan kas dan setara kas dari kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan. Angka-angka dalam laporan keuangan konsolidasian ini disajikan dalam dan dibulatkan menjadi jutaan Rupiah (“Rp”), kecuali dinyatakan lain.

b. Prinsip konsolidasi Laporan keuangan konsolidasian meliputi laporan keuangan Perusahaan dan anak perusahaannya dimana Perusahaan, baik secara langsung ataupun tidak langsung, memiliki kepemilikan saham dengan hak suara lebih dari 50% dan memiliki kemampuan mengendalikan entitas, atau Perusahaan memiliki kemampuan mengendalikan entitas walaupun penyertaan sahamnya lebih kecil atau sama dengan 50%. Anak perusahaan dikonsolidasi sejak tanggal ketika Perusahaan memperoleh pengendalian secara efektif dan tidak dikonsolidasikan lagi sejak tanggal pelepasannya. Seluruh saldo dan transaksi antarperusahaan yang signifikan telah dieliminasi pada laporan keuangan konsolidasian. c.

Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa Perusahaan dan anak perusahaan melakukan transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Definisi pihak yang memiliki hubungan istimewa yang digunakan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (“PSAK”) 7, mengenai “Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa”. Pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan istimewa adalah bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional.

d.

Akuisisi anak perusahaan Akuisisi anak perusahaan dari pihak ketiga dicatat dengan metode pembelian. Harga perolehan akuisisi dialokasikan ke dalam aset dan kewajiban yang teridentifikasi dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal transaksi. Selisih harga perolehan dari bagian kepemilikan Perusahaan atas nilai wajar aset dan kewajiban yang teridentifikasi dicatat sebagai goodwill, dan diamortisasi dengan metode garis lurus selama jangka waktu yang pada umumnya diperkirakan tidak lebih dari lima tahun, periode yang lebih panjang dari lima tahun diperkenankan apabila tidak lebih dari dua puluh tahun.

23

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

2.

IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) d.

Akuisisi anak perusahaan (lanjutan) Perusahaan secara berkesinambungan mengevaluasi apakah terdapat suatu kejadian atau telah terjadi perubahan kondisi yang mengharuskan adanya perubahan terhadap estimasi sisa masa manfaat aset tidak berwujud dan goodwill, atau adanya indikasi penurunan nilai (“impairment”). Jika terdapat indikasi impairment, nilai aset tidak berwujud dan goodwill yang dapat terpulihkan (recoverable) ditentukan berdasarkan nilai diskonto dari estimasi arus kas masa depan dengan menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak yang mencerminkan penilaian pasar terhadap nilai waktu dari uang (time value of money) dan risiko spesifik dari aset terkait. Akuisisi dengan entitas sepengendali dicatat dengan menggunakan nilai buku seperti metode penyatuan kepemilikan (carryover basis). Selisih harga pengalihan yang dibayar atau diterima dengan nilai buku historis terkait, setelah memperhitungkan dampak pajak penghasilan (“PPh”) yang berlaku, diakui secara langsung di ekuitas dan disajikan sebagai “Selisih transaksi restrukturisasi dan transaksi lainnya entitas sepengendali” pada bagian ekuitas. Saldo “Selisih transaksi restrukturisasi dan transaksi lainnya entitas sepengendali” dibebankan ke laporan laba rugi konsolidasian ketika tidak terdapat lagi hubungan sepengendali antara pihakpihak yang bertransaksi. Selisih yang timbul dari jumlah bayar dengan nilai tercatat hak minoritas yang didebitkan, diakui secara langsung di ekuitas dan disajikan sebagai “Selisih Transaksi Akuisisi Kepemilikan Minoritas pada Anak Perusahaan” (Catatan 1d.b).

e.

Kas dan setara kas Kas dan setara kas terdiri dari kas dan bank, dan semua deposito berjangka yang tidak dibatasi penggunaannya, yang jatuh tempo dalam tiga bulan atau kurang sejak tanggal penempatan.

f.

Penyertaan i.

Deposito berjangka Deposito berjangka yang jatuh temponya lebih dari tiga bulan tetapi tidak lebih dari satu tahun disajikan sebagai penyertaan sementara.

ii.

Penyertaan pada efek Penyertaan pada efek yang tersedia untuk dijual (available-for-sale) dan efek untuk diperdagangkan dinyatakan sebesar nilai wajarnya. Laba atau rugi yang belum direalisasi atas efek yang tersedia untuk dijual tidak diakui pada laporan laba rugi tahun berjalan, tetapi dilaporkan sebagai komponen terpisah pada bagian ekuitas hingga terealisasi. Laba atau rugi yang telah direalisasi atas efek yang tersedia untuk dijual dicatat pada laporan laba rugi konsolidasian dan dihitung berdasarkan metode identifikasi khusus. Penurunan nilai efek yang tersedia untuk dijual di bawah harga perolehannya yang bersifat non-temporer dan dibebankan ke laporan laba rugi konsolidasian. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar efek untuk diperdagangkan disajikan dalam laporan laba rugi di dalam (beban) penghasilan lain-lain dalam periode timbulnya keuntungan atau kerugian tersebut.

24

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

2.

IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) f.

Penyertaan (lanjutan) iii. Penyertaan pada perusahaan asosiasi Penyertaan pada perusahaan-perusahaan di mana Perusahaan memiliki 20% sampai dengan 50% hak suara, dan dimana Perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan tetapi bukan dalam bentuk kendali atas kebijakan keuangan dan operasi, dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. Berdasarkan metode ini, Perusahaan mengakui bagian atas laba atau rugi perusahaan asosiasi secara proporsional sejak tanggal pengaruh signifikan dimiliki hingga tanggal berakhirnya pengaruh signifikan tersebut. Ketika bagian Perusahaan atas rugi melebihi nilai tercatat dari perusahaan asosiasi, nilai tercatat penyertaan diturunkan hingga nihil dan pengakuan kerugian lebih lanjut dihentikan kecuali apabila Perusahaan menjamin kewajiban perusahaan asosiasi atau mempunyai komitmen untuk menyediakan dukungan keuangan kepada perusahaan asosiasi. Penyertaan pada joint venture dicatat dengan menggunakan metode ekuitas dimana bagian partisipasi pada suatu joint venture pada awalnya dibukukan sebesar biaya perolehan dan selanjutnya disesuaikan terhadap perubahan dalam bagian venturer atas aset bersih dari joint venture yang terjadi setelah perolehan. Secara berkesinambungan, sekurang-kurangnya di setiap akhir tahun, Perusahaan dan anak perusahaan mengevaluasi nilai tercatat penyertaannya pada perusahaan asosiasi terhadap kemungkinan penurunan nilai. Faktor-faktor yang dipertimbangkan untuk menentukan adanya indikasi penurunan nilai selain penurunan nilai sementara adalah pencapaian tujuan dan tahapan rencana usaha termasuk proyeksi arus kas dan hasil dari aktivitas pendanaan yang direncanakan, kondisi keuangan dan prospek bisnis dari setiap perusahaan asosiasi, nilai wajar penyertaan dibandingkan dengan nilai tercatat penyertaan, lamanya nilai wajar penyertaan berada di bawah nilai tercatat penyertaan, dan faktor-faktor relevan lainnya. Penurunan nilai yang harus diakui diukur berdasarkan selisih lebih antara nilai tercatat penyertaan dengan nilai wajarnya. Nilai wajar ditentukan berdasarkan nilai terendah antara harga kuotasi pasar (jika ada) dan nilai diskonto arus kas, atau teknik penilaian lain yang tepat. Perubahan nilai penyertaan yang disebabkan oleh terjadinya perubahan nilai ekuitas perusahaan asosiasi yang timbul dari transaksi ekuitas antara perusahaan asosiasi dengan pihak lain diakui sebagai bagian dari ekuitas dalam akun “Selisih transaksi perubahan ekuitas perusahaan asosiasi”. Selisih yang sebelumnya langsung dikreditkan ke ekuitas sebagai dampak transaksi ekuitas di perusahaan asosiasi, dilaporkan dalam laporan laba rugi konsolidasian saat penyertaan dijual sesuai persentase kepemilikan yang dijual. Mata uang fungsional PT Pasifik Satelit Nusantara (“PSN”) dan PT Citra Sari Makmur (“CSM”) adalah Dolar Amerika Serikat (“Dolar A.S.”) dan mata uang fungsional Scicom (MSC) Berhad adalah Ringgit Malaysia (“RM”). Untuk tujuan pelaporan investasi tersebut dengan metode ekuitas, aset dan kewajiban kedua perusahaan ini pada tanggal neraca masing-masing dijabarkan ke dalam Rupiah dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut, sedangkan pendapatan dan beban dijabarkan ke dalam Rupiah dengan menggunakan kurs rata-rata selama tahun tersebut. Selisih kurs akibat penjabaran diakui dan dilaporkan sebagai “Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan” dalam bagian ekuitas.

25

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

2.

IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) g. Piutang usaha dan piutang lain-lain Piutang usaha dan piutang lain-lain pada awalnya diakui sebesar nilai wajar dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi, setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu. Penyisihan piutang ragu-ragu dibentuk berdasarkan evaluasi manajemen terhadap tingkat ketertagihan saldo piutang. Piutang dihapuskan dalam periode ketika piutang tersebut dipastikan tidak dapat ditagih. h. Persediaan Sejak 1 Januari 2009, Perusahaan dan anak perusahaan telah mengadopsi PSAK 14 (Revisi 2008) “Persediaan”, yang efektif untuk periode pelaporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2009 dan diterapkan secara prospektif. Persediaan terdiri dari komponen dan modul, yang kemudian dibebankan atau dialihkan ke aset tetap pada saat pemakaian. Persediaan juga termasuk kartu Subscriber Identification Module (“SIM”), kartu Removable User Identity Module (“RUIM”), pesawat telepon, set top box, modem wireless broadband dan vaucer prabayar yang dibebankan pada saat penjualan. Persediaan diakui sebesar nilai yang lebih rendah antara harga perolehan dan nilai realisasi bersih. Harga perolehan ditentukan dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang untuk komponen, kartu SIM, kartu RUIM, dan vaucer prabayar dan metode identifikasi khusus untuk persediaan modul. Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya perolehan menjadi nilai realisasi bersih dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi bersih, harus diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut. Penyisihan untuk persediaan usang ditentukan berdasarkan estimasi penggunaan setiap jenis persediaan pada masa depan. i.

Beban dibayar di muka Beban dibayar di muka diamortisasi sesuai masa manfaatnya dengan menggunakan metode garis lurus.

j.

Aset tidak berwujud Aset tidak berwujud terdiri dari aset tidak berwujud yang berasal dari akuisisi anak perusahaan/bisnis, lisensi, dan peranti lunak komputer. Aset tidak berwujud diakui jika Perusahaan dan anak perusahaan kemungkinan besar akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset tidak berwujud tersebut dan biaya aset tersebut dapat diukur dengan andal. Aset tidak berwujud dicatat berdasarkan harga perolehan dikurangi akumulasi amortisasi dan penurunan nilai, jika ada. Aset tidak berwujud diamortisasi berdasarkan estimasi masa manfaat. Perusahaan dan anak perusahaan harus mengestimasi nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset tidak berwujud. Apabila nilai tercatat aset tidak berwujud melebihi estimasi nilai yang dapat diperoleh kembali, maka nilai tercatat aset tersebut diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali. Aset tidak berwujud, disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan estimasi masa manfaat aset tidak berwujud sebagai berikut: Tahun Lisensi 10 Aset tidak berwujud lainnya 2-10 26

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

2.

IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) j.

Aset tidak berwujud (lanjutan) Pada tahun 2006, Telkomsel diberikan lisensi pengoperasian seluler bergerak 3G (Catatan 12.iii). Telkomsel diharuskan membayar uang muka (up-front fee) dan iuran tahunan biaya hak penggunaan (“BHP”) selama sepuluh tahun (Catatan 43a.ii dan 47c.i). Uang muka (up-front fee) dicatat sebagai aset tidak berwujud dan diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus selama masa lisensi pengoperasian seluler bergerak 3G (10 tahun). Amortisasi dimulai pada tahun 2006, sejak aset terkait dengan pengoperasian tersebut tersedia untuk digunakan. Berdasarkan interpretasi manajemen terhadap ketentuan lisensi tersebut dan konfirmasi tertulis dari DJPT, lisensi tersebut dapat dikembalikan setiap saat tanpa adanya kewajiban finansial untuk membayar sisa iuran tahunan BHP. Oleh karena itu, Telkomsel mengakui iuran tahunan BHP sebagai beban pada saat terjadinya. Manajemen melakukan evaluasi atas keberlangsungan penggunaan lisensi tersebut setiap tahun.

k.

Aset tetap - perolehan langsung Biaya perolehan aset tetap terdiri dari: (a) harga perolehan, (b) biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisinya, dan (c) estimasi biaya awal pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Setiap bagian aset tetap yang memiliki harga perolehan cukup signifikan terhadap biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah. Nilai residu dan masa manfaat aset tetap harus direview minimum setiap akhir tahun buku. Aset tetap yang diperoleh secara langsung diakui berdasarkan harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai. Aset tetap, kecuali tanah, disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan estimasi masa manfaat aset tetap sebagai berikut: Tahun Bangunan 20-40 Prasarana bangunan 3-7 Peralatan sentral telepon 5-15 Peralatan telegraf, teleks, dan komunikasi data 5-15 Peralatan dan instalasi transmisi 5-25 Satelit, stasiun bumi, dan peralatannya 3-20 Jaringan kabel 5-25 Catu daya 3-10 Peralatan pengolahan data 3-10 Peralatan telekomunikasi lainnya 5 Peralatan kantor 2-5 Kendaraan 5-8 Peralatan lainnya 5

27

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

2.

IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) k.

Aset tetap - perolehan langsung (lanjutan) Terkait dengan PSAK 16R, sejak 1 Januari 2010, Perusahaan telah mengubah estimasi masa manfaat instalasi bangunan dan bangunan kantor (merupakan bagian dari bangunan) dari 20 tahun menjadi 40 tahun, Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) / Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO) (merupakan bagian dari peralatan dan instalasi transmisi) dari 20 tahun menjadi 25 tahun, dan antena dan tower (merupakan bagian dari peralatan dan instalasi transmisi; dan satelit, stasiun bumi dan peralatannya) dari 15 tahun menjadi 20 tahun, berdasarkan review masa manfaat di industri telekomunikasi yang sejenis dengan Perusahaan dan ekspektasi penggunaan berdasarkan spesifikasi teknis. Pengaruh atas perubahan estimasi manfaat tersebut diperhitungkan secara prospektif dan menghasilkan pengurangan dalam beban yang dicatat pada laporan laba rugi konsolidasian tahun 2010 (Catatan 10d.iii). Perusahaan dan anak perusahaan secara periodik menelaah kemungkinan terjadinya penurunan nilai aset tetap, dimana terdapat kejadian dan kondisi yang mengindikasikan bahwa nilai tercatat aset tetap tidak dapat diperoleh kembali. Bila nilai tercatat suatu aset melebihi estimasi nilai yang dapat diperoleh kembali, nilai aset tersebut diturunkan menjadi sebesar estimasi nilai yang dapat diperoleh kembali, yang ditentukan berdasarkan nilai tertinggi antara harga jual bersih atau nilai pakai. Suku cadang dan peralatan pemeliharaan dicatat sebagai persediaan dan diakui sebagai bagian dari laba atau rugi pada saat dikonsumsi. Suku cadang utama dan suku cadang siap pakai yang diperkirakan dapat digunakan lebih dari 12 bulan dicatat sebagai bagian aset tetap. Apabila aset tetap tidak digunakan lagi atau dijual, maka harga perolehan dan akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari laporan keuangan konsolidasian, dan laba atau rugi yang timbul dari pelepasan atau penjualan aset tetap diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian. Peranti keras komputer tertentu tidak dapat dioperasikan tanpa ketersediaan peranti lunak komputer tertentu. Dalam kondisi tersebut, peranti lunak komputer dicatat sebagai bagian dari peranti keras komputer. Jika peranti lunak komputer berdiri sendiri dari peranti keras komputernya, peranti lunak komputer tersebut harus dicatat sebagai bagian dari aset tidak berwujud. Biaya pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laporan laba rugi pada saat terjadinya. Pemugaran dan penambahan yang signifikan dikapitalisasi. Aset dalam pembangunan diakui sebesar harga perolehan hingga pembangunan selesai, yang kemudian direklasifikasi secara spesifik menjadi aset tetap yang terkait. Selama masa pembangunan, biaya pinjaman, yang termasuk di dalamnya beban bunga dan selisih kurs yang timbul untuk membiayai pembangunan aset, dikapitalisasi secara proporsional terhadap rata-rata nilai akumulasi pengeluaran selama periode tersebut. Kapitalisasi biaya pinjaman dihentikan ketika pembangunan selesai dan aset tetap siap untuk digunakan. Peralatan yang untuk sementara tidak digunakan direklasifikasi sebagai peralatan yang tidak digunakan dalam operasi dan disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus selama taksiran masa manfaatnya.

28

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

2.

IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) l.

Aset tetap sewa pembiayaan Klasifikasi sewa sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi didasarkan pada substansi dan bukan pada bentuk kontraknya. Aset sewa pembiayaan diakui hanya jika sewa tersebut mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Sewa pembiayaan diakui sebagai aset dan kewajiban pada neraca sebesar nilai wajar aset sewa atau jika lebih rendah, nilai kini pembayaran sewa minimum. Biaya langsung awal yang dikeluarkan perusahaan dan anak perusahaan ditambahkan ke dalam jumlah yang diakui sebagai aset. Pembayaran sewa minimum harus dipisahkan antara bagian yang merupakan beban keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan kewajiban. Beban keuangan harus dialokasikan ke setiap periode selama masa sewa sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu tingkat suku bunga periodik yang konstan atas saldo kewajiban. Sewa kontinjen dibebankan pada periode terjadinya. Aset sewa pembiayaan disusutkan dengan metode yang sama selama jangka waktu yang lebih pendek antara periode masa sewa dan umur manfaat ekonomisnya. Perjanjian sewa yang tidak memenuhi kriteria di atas, diklasifikasikan sebagai sewa operasi dimana pembayarannya diakui sebagai beban dengan dasar garis lurus selama masa sewa.

m. Kerja Sama Operasi (“KSO”) Pendapatan dari KSO mencakup amortisasi pendapatan dari pembayaran para mitra KSO yang ditangguhkan, Pendapatan Minimum Telkom (“Minimum Telkom Revenue” atau “MTR”) dan bagian Perusahaan atas Pendapatan KSO yang Harus Dibagi (“Distributable KSO Revenues” atau “DKSOR”). Kompensasi yang diterima dari mitra KSO dicatat sebagai pendapatan dari pembayaran para mitra KSO yang ditangguhkan, setelah dikurangi dengan seluruh beban langsung yang berkaitan dengan perjanjian KSO dan diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus sesuai dengan masa KSO yaitu 15 tahun sejak tanggal 1 Januari 1996. MTR diakui setiap bulan berdasarkan perhitungan jumlah MTR yang diperjanjikan untuk tahun berjalan. Bagian Perusahaan atas DKSOR diakui berdasarkan persentase bagian Perusahaan atas pendapatan KSO, setelah dikurangi MTR dan beban operasi Unit KSO, sesuai dengan perjanjian KSO. Berdasarkan PSAK 39, “Akuntansi Kerja Sama Operasi”, aset yang dibangun oleh mitra KSO dalam rangka KSO dicatat dalam pembukuan mitra KSO yang mengoperasikan aset tersebut dan akan dialihkan kepada Perusahaan pada akhir masa KSO atau saat penghentian perjanjian KSO. n. Beban tangguhan - hak atas tanah Biaya yang terjadi sehubungan dengan pengurusan dan perpanjangan masa hak atas tanah ditangguhkan dan diamortisasi dengan metode garis lurus selama periode hak atas tanah tersebut.

29

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

2.

IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) o.

Penjabaran valuta asing Mata uang fungsional Perusahaan dan anak perusahaan adalah Rupiah dan pembukuan Perusahaan dan anak perusahaan diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi-transaksi dalam valuta asing dijabarkan ke dalam Rupiah dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggal neraca konsolidasian, aset dan kewajiban moneter dalam valuta asing dijabarkan ke dalam Rupiah dengan menggunakan kurs beli dan jual yang diterbitkan oleh Reuters pada tanggal neraca konsolidasian dengan rincian sebagai berikut: Perusahaan dan anak perusahaan 2010 Beli Dolar Amerika Serikat (“US$”) 1 Euro1 Yen1

9.005 12.011 110,68

2009 Jual

Beli

9.015 12.025 110,82

9.420 13.574 102,05

Jual 9.430 13.591 102,20

Laba atau rugi selisih kurs yang timbul, baik yang telah maupun yang belum direalisasi, dikreditkan atau dibebankan dalam laporan laba rugi konsolidasian, kecuali untuk selisih kurs yang timbul dari pinjaman selama pembangunan suatu aset tertentu yang memenuhi syarat untuk dikapitalisasi, dimana pinjaman dapat diatribusikan terhadap pembangunan aset tersebut (Catatan 2k). p. Pengakuan pendapatan dan beban i.

Penerapan PPSAK 1 “Pencabutan PSAK 35 (Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi)” Pada bulan Juni 2009, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia (DSAK) menerbitkan Pernyataan Pencabutan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (“PPSAK 1”), efektif sejak periode pelaporan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2010. PPSAK 1, antara lain, mencabut PSAK 35 "Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi". Perusahaan dan anak perusahaan mengadopsi PPSAK 1 sejak 1 Januari 2010 dan menerapkan secara retrospektif. Dampak dari penerapan tersebut termasuk: • • • •

penyajian pendapatan interkoneksi dari penyajian neto menjadi bruto, reklasifikasi panggilan keluar (outgoing calls) kepada operator lain dari pendapatan interkoneksi ke pendapatan telepon, penangguhan pendapatan dari instalasi dan sambungan termasuk biaya tambahan dan diakui sebagai pendapatan sepanjang estimasi periode hubungan dengan pelanggan (Catatan 2p.ii dan 2p.iii), dan pencatatan perjanjian Pola Bagi Hasil (“PBH”) dengan cara yang sama dengan sewa pembiayaan, dimana aset dan kewajiban PBH disajikan pada neraca konsolidasian masing-masing sebagai “Aset tetap” dan “Kewajiban sewa pembiayaan PBH”. Semua pendapatan yang dihasilkan dari PBH diakui sebagai bagian pendapatan yang berasal dari operasi, sementara sebagian dari pendapatan yang merupakan bagian mitra usaha dicatat sebagai beban bunga dan disajikan sebagai pengurang atas kewajiban PBH.

30

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) p. Pengakuan pendapatan dan beban (lanjutan) i. Penerapan PPSAK 1 “Pencabutan PSAK 35 (Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi)” (lanjutan) Sebagai akibat dari perubahan penyajian tersebut, maka laporan keuangan konsolidasian komparatif telah dinyatakan kembali sebagai berikut: Sebelum dinyatakan kembali NERACA KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2009: Aset Tidak Lancar Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban Jangka Panjang Ekuitas

Dinyatakan kembali

Setelah dinyatakan kembali

81.373.582 (26.717.414) (20.919.098) (38.989.747)

254.554 (175.711) (416.330) 337.487

81.628.136 (26.893.125) (21.335.428) (38.652.260)

LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASIAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2009: Pendapatan Usaha 64.596.635 Beban Usaha (41.993.494) Beban Lain-Lain (253.853) Laba Sebelum Pajak 22.349.288 Beban Pajak (6.373.076) Laba Bersih 11.332.140 Laba Per Saham Dasar Laba bersih per saham 576,13 Laba bersih per ADS (40 saham Seri B per ADS) 23.045,20

3.080.883 (2.896.388) (86.762) 97.733 (31.047) 66.686

67.677.518 (44.889.882) (340.615) 22.447.021 (6.404.123) 11.398.826

LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2009: Arus kas bersih yang dihasilkan dari kegiatan operasi Arus kas bersih yang digunakan untuk kegiatan pendanaan

3,39

579,52

135,6

23.180,80

29.715.574

96.030

29.811.604

(6.652.664)

(96.030)

(6.748.694)

3.476.645 (3.347.152) (43.330) 86.163 (33.847) 52.316

64.166.429 (41.729.461) (2.037.997) 20.398.971 (5.673.542) 10.671.786

LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASIAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2008: Pendapatan Usaha 60.689.784 Beban Usaha (38.382.309) Beban Lain-Lain (1.994.667) Laba Sebelum Pajak 20.312.808 Beban Pajak (5.639.695) Laba Bersih 10.619.470 Laba Per Saham Dasar Laba bersih per saham 537,73 Laba bersih per ADS (40 saham Seri B per ADS) 21.509,20

31

2,65

540,38

106,00

21.615,20

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) p. Pengakuan pendapatan dan beban (lanjutan) i. Penerapan Pernyataan Pencabutan Standar Akuntansi Keuangan (“PPSAK”) 1 (lanjutan) Sebelum dinyatakan kembali LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2008: Arus kas bersih yang dihasilkan dari kegiatan operasi Arus kas bersih yang digunakan untuk kegiatan pendanaan

ii.

Setelah dinyatakan kembali

Dinyatakan kembali

24.316.297

237.628

24.553.925

(11.348.436)

(237.628)

(11.586.064)

Pendapatan sambungan telepon tidak bergerak Pendapatan dari instalasi sambungan telepon tidak bergerak ditangguhkan termasuk biaya tambahan dan diakui sebagai pendapatan sepanjang estimasi periode hubungan dengan pelanggan. Pendapatan dari pemakaian telepon diakui pada saat pelanggan memakai telepon tersebut. Biaya abonemen bulanan diakui sebagai pendapatan pada saat pelanggan berlangganan.

iii.

Pendapatan telepon seluler dan jaringan tetap nirkabel Pendapatan dari jasa pasca bayar, yang terdiri dari pendapatan penggunaan dan biaya abonemen bulanan diakui sebagai berikut: •

Pendapatan dari jasa instalasi sambungan telepon ditangguhkan termasuk biaya tambahan dan diakui sebagai pendapatan sepanjang estimasi periode hubungan dengan pelanggan



Pendapatan pulsa dan biaya pemakaian atas jasa nilai tambah diakui berdasarkan penggunaan pelanggan.



Biaya abonemen berlangganan.

bulanan

diakui

sebagai

pendapatan

pada

saat

pelanggan

Pendapatan dari jasa prabayar, yang terdiri dari penjualan kartu perdana (yang berisi kartu SIM untuk telepon seluler atau kartu RUIM untuk telepon nirkabel dan vaucer perdana) dan vaucer isi ulang diakui sebagai berikut: •

Penjualan kartu SIM dan RUIM diakui sebagai pendapatan pada saat kartu perdana tersebut diserahkan kepada distributor, penyalur, atau langsung kepada pelanggan.



Penjualan vaucer pulsa isi ulang (baik digabungkan dalam paket perdana ataupun dijual secara terpisah) diakui pertama kali sebagai pendapatan diterima di muka dan secara proporsional diakui sebagai pendapatan berdasarkan jangka waktu dan jumlah panggilan yang berhasil dilakukan dan pemakaian jasa nilai tambah oleh pelanggan atau pada saat sisa pulsa pada vaucer prabayar telah habis masa berlakunya.



Potongan promosi yang belum digunakan disajikan sebagai pengurang pendapatan diterima di muka.

Pendapatan dalam rangka KPU diakui saat akses telekomunikasi siap dan jasa tersebut diserahkan.

32

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

2.

IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) p. Pengakuan pendapatan dan beban (lanjutan) iv.

Pendapatan interkoneksi Pendapatan dari interkoneksi jaringan dengan penyelenggara telekomunikasi dalam negeri dan internasional diakui pada saat terjadinya berdasarkan perjanjian. Pendapatan interkoneksi terdiri dari pendapatan yang berasal dari panggilan pelanggan operator lain kepada pelanggan operator Perusahaan dan anak perusahaan (incoming) serta panggilan antar pelanggan operator lain yang melalui jaringan Perusahaan dan anak perusahaan (transit).

v.

Pendapatan data, internet, dan jasa teknologi informatika Pendapatan dari komunikasi data dan internet diakui berdasarkan pemakaian. Pendapatan dari penjualan, instalasi dan implementasi peranti lunak dan perangkat keras komputer, jasa pemasangan jaringan data komputer, dan instalasi diakui pada saat penyerahan barang kepada pelanggan atau instalasi perangkat. Pendapatan dari jasa pengembangan peranti lunak komputer diakui berdasarkan metode persentase penyelesaian.

vi.

Pendapatan jaringan Pendapatan dari jaringan terdiri dari pendapatan dari sewa sirkit dan transponder satelit yang diakui pada periode saat jasa diberikan.

vii. Pendapatan jasa telekomunikasi lainnya Pendapatan jasa telekomunikasi lainnya terdiri dari pendapatan PBH dan penjualan jasa atau barang telekomunikasi lainnya. PBH dicatat sama seperti sewa pembiayaan, dimana aset dan kewajiban PBH disajikan pada neraca konsolidasian. Semua pendapatan yang dihasilkan dari perjanjian PBH diakui sebagai bagian pendapatan yang berasal dari operasi, sementara pendapatan yang merupakan bagian mitra usaha dicatat sebagai beban bunga dan pengurang kewajiban PBH. Pendapatan jasa atau barang telekomunikasi lainnya diakui pada saat jasa dan atau barang diserahkan kepada pelanggan. viii. Beban Beban diakui berdasarkan metode akrual.

33

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

2.

IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) q. Imbalan kerja i.

Pensiun dan imbalan kesehatan pasca kerja Kewajiban bersih Perusahaan berkaitan dengan pensiun dan imbalan kesehatan pasca kerja dihitung sebesar nilai kini dari estimasi imbalan yang akan diperoleh karyawan di masa depan sehubungan dengan jasa di masa sekarang dan masa lalu, dikurangi dengan nilai wajar dari aset program pensiun setelah disesuaikan dengan laba atau rugi aktuaria yang tidak diakui, dan biaya jasa lalu yang tidak diakui. Perhitungan dilakukan oleh aktuaris independen dengan menggunakan metode projected unit credit. Nilai kini kewajiban imbalan pasti ditentukan dengan mendiskontokan estimasi arus kas keluar di masa depan dengan menggunakan tingkat bunga obligasi pemerintah dengan pertimbangan saat ini tidak ada pasar aktif untuk obligasi korporat berkualitas tinggi dengan waktu jatuh tempo yang kurang lebih sama dengan waktu jatuh tempo kewajiban yang bersangkutan. Laba atau rugi aktuaria yang timbul dari adanya penyesuaian yang dibuat berdasarkan pengalaman dan perubahan asumsi aktuaria, yang melebihi nilai tertinggi antara 10% dari nilai kini dari kewajiban imbalan pasti atau 10% dari nilai wajar aset program, dibebankan atau dikreditkan terhadap laporan laba rugi konsolidasian selama sisa masa kerja rata-rata karyawan yang bersangkutan. Biaya jasa lalu diakui jika telah menjadi hak (vested) atau diamortisasi selama periode vesting. Untuk program iuran pasti, Perusahaan membayar iuran secara rutin yang merupakan biaya bersih berkala untuk tahun iuran tersebut terutang dan dicatat sebagai biaya karyawan.

ii.

Penghargaan masa kerja (“Long Service Awards” atau “LSA”) dan cuti masa kerja (“Long Service Leave” atau “LSL”) Anak perusahaan memberikan penghargaan dalam bentuk uang tunai atau sejumlah hari cuti tertentu kepada karyawan yang telah memenuhi syarat masa kerja tertentu. LSA diberikan saat karyawan mencapai kelipatan tahun tertentu atau saat pemutusan hubungan kerja. LSL dalam bentuk sejumlah hari cuti atau uang tunai, tergantung persetujuan manajemen, diberikan kepada karyawan yang memenuhi syarat masa kerja dan dengan usia minimum tertentu. Laba atau rugi aktuaria yang muncul dari penyesuaian yang dibuat berdasarkan pengalaman dan asumsi aktuarial, dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian. Kewajiban sehubungan dengan LSA dan LSL dihitung oleh aktuaris independen dengan menggunakan metode projected unit credit.

iii.

Pensiun dini (“Pendi”) Beban Pendi diakui pada saat Perusahaan berkomitmen untuk memberi imbalan Pendi yang timbul sehubungan dengan tawaran yang diajukan Perusahaan agar karyawan terdorong untuk melakukan pengunduran diri secara sukarela. Perusahaan dianggap berkomitmen untuk melakukan Pendi jika, dan hanya jika, Perusahaan telah memiliki rencana Pendi formal yang tidak dapat dibatalkan.

34

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) q. Imbalan kerja (lanjutan) iv.

Masa persiapan pensiun (“MPP”) Karyawan Perusahaan memperoleh manfaat selama MPP, dimana karyawan mulai tidak aktif selama 6 bulan sebelum memasuki masa pensiun pada usia 56 tahun. Selama masa MPP, karyawan masih akan menerima manfaat yang diberikan kepada karyawan aktif, termasuk, tetapi tidak terbatas pada gaji rutin, fasilitas kesehatan, libur tahunan, bonus, dan tunjangan lainnya. Manfaat yang diberikan kepada karyawan yang memasuki MPP dihitung oleh aktuaris independen dengan menggunakan metode projected unit credit.

v.

Imbalan pasca kerja lainnya Karyawan memperoleh tunjangan persiapan pensiun dan tunjangan fasilitas perumahan terakhir pada saat memasuki masa pensiun pada usia 56 tahun. Manfaat tersebut dihitung oleh aktuaris independen dengan menggunakan metode projected unit credit.

Laba atau rugi kurtailmen diakui apabila terdapat komitmen untuk melakukan pengurangan jumlah karyawan dalam jumlah yang material yang ditanggung oleh suatu program atau apabila terdapat perubahan ketentuan-ketentuan pada suatu program imbalan pasti, dimana bagian yang material dari jasa yang diberikan karyawan pada masa depan tidak lagi memberikan imbalan, atau memberikan imbalan yang lebih rendah. Laba atau rugi penyelesaian diakui apabila terdapat transaksi yang menghapuskan semua kewajiban hukum atau konstruktif atas sebagian atau seluruh imbalan dalam program manfaat pasti. r.

Pajak Penghasilan (“PPh”) Perusahaan dan anak perusahaan mengakui aset dan kewajiban pajak tangguhan yang berasal dari perbedaan temporer aset dan kewajiban untuk tujuan akuntansi dan tujuan pajak pada setiap tanggal pelaporan. Perusahaan dan anak perusahaan juga mengakui aset pajak tangguhan yang berasal dari manfaat pajak pada masa depan, seperti kompensasi rugi fiskal, jika kemungkinan realisasi manfaat tersebut di masa depan cukup besar (probable). Aset pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan dihitung dengan menggunakan tarif dan ketentuan pajak yang telah ditetapkan pada setiap tanggal pelaporan yang diharapkan tetap berlaku terhadap laba kena pajak untuk tahun-tahun dimana perbedaan temporer tersebut terpulihkan atau direalisasi. PPh dibebankan atau dikreditkan ke dalam laporan laba rugi konsolidasian, kecuali apabila pajak tersebut berkaitan dengan pos-pos yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas, misalnya selisih nilai transaksi restrukturisasi dan transaksi lainnya entitas sepengendali dan efek penyesuaian penjabaran mata uang asing untuk penyertaan tertentu di perusahaan asosiasi, dalam hal mana PPh-nya juga dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas. Aset dan kewajiban pajak kini dihitung sebesar jumlah yang diharapkan dapat diperoleh atau dibayar dengan menggunakan tarif dan ketentuan pajak yang telah ditetapkan pada setiap tanggal pelaporan. Perubahan terhadap kewajiban perpajakan dicatat pada saat diterimanya surat ketetapan pajak, atau apabila dilakukan banding, ketika hasil banding sudah diputuskan. Aset dan kewajban pajak tangguhan disajikan saling hapus di neraca konsolidasian, kecuali aset dan kewajiban pajak tangguhan untuk entitas yang berbeda, sesuai dengan penyajian aset dan kewajiban pajak kini.

35

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) s. Instrumen keuangan Pada tahun 2006, DSAK menerbitkan PSAK 50 (Revisi 2006) ”Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan” dan PSAK 55 (Revisi 2006) ”Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”. Kedua pernyataan ini menggantikan PSAK 50 ”Akuntansi Investasi Efek Tertentu” dan PSAK 55 ”Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai”. Kedua pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang mencakup periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2010. Penerapan standar-standar tersebut tidak mengakibatkan dampak yang material terhadap hasil usaha dari Perusahaan dan anak perusahaan. Sesuai dengan ketentuan transisi PSAK No. 55 (Revisi 2006), dampak yang berasal dari perhitungan ulang atas cadangan kerugian penurunan nilai sebesar Rp91.237 juta telah disesuaikan ke saldo laba per 1 Januari 2010. Dalam rangka penerapan PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006), Perusahaan dan anak perusahaan mengklasifikasikan instrumen keuangan dalam bentuk aset keuangan dan kewajiban keuangan. i.

Aset keuangan Perusahaan dan anak perusahaan mengklasifikasikan aset keuangannya sebagai (i) aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, (ii) pinjaman yang diberikan dan piutang, (iii) aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo, atau (iv) aset keuangan tersedia untuk dijual. Klasifikasi ini tergantung dari tujuan perolehan aset keuangan tersebut. Manajemen menentukan klasifikasi aset keuangan tersebut pada saat awal pengakuannya. a.

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi adalah aset keuangan yang diperdagangkan. Aset keuangan diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang diperdagangkan jika perolehannya ditujukan untuk dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat dan terdapat bukti adanya kecenderungan untuk mengambil keuntungan dalam jangka pendek. Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi terdiri dari surat berharga yang diperdagangkan yang dicatat sebagai penyertaan sementara.

b.

Pinjaman yang diberikan dan piutang Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Pinjaman yang diberikan dan piutang meliputi, antara lain, piutang usaha, piutang lainlain, aset keuangan lancar lainnya, dan aset keuangan tidak lancar lainnya.

c.

Aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo Investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, serta Manajemen mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo, kecuali: a) investasi yang pada saat pengakuan awal ditetapkan Perusahaan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi; b) investasi yang ditetapkan oleh Perusahaan dalam kelompok tersedia untuk dijual; dan c) investasi yang memiliki definisi pinjaman yang diberikan dan piutang. 36

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) s. Instrumen keuangan (lanjutan) i.

Aset keuangan (lanjutan) c.

Aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo (lanjutan) Pada saat pengakuan awal, aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo diakui pada nilai wajarnya ditambah biaya transaksi dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif. Tidak ada aset keuangan yang diklasifikasi sebagai kelompok dimiliki hingga jatuh tempo pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009.

d.

Aset keuangan tersedia untuk dijual Investasi dalam kelompok tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non-derivatif yang ditujukan untuk dimiliki sampai periode yang tidak ditentukan, yang mana dapat dijual dalam rangka pemenuhan likuiditas atau perubahan suku bunga, valuta asing atau yang tidak diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi yang diklasifikasikan dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo atau aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Aset keuangan tersedia untuk dijual terdiri dari surat berharga yang tersedia untuk dijual yang dicatat sebagai penyertaan sementara.

Perusahaan dan anak perusahaan menggunakan akuntansi tanggal penyelesaian untuk penjualan dan pembelian reguler aset keuangan. ii.

Kewajiban keuangan Perusahaan dan anak perusahaan mengklasifikasikan kewajiban keuangannya sebagai (i) kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi atau (ii) kewajiban keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi. a.

Kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi Kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi adalah kewajiban keuangan yang diperdagangkan. Kewajiban keuangan diklasifikasikan sebagai kewajiban keuangan yang diperdagangkan jika perolehannya ditujukan untuk dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat dan terdapat bukti adanya kecenderungan untuk mengambil keuntungan jangka pendek. Tidak ada kewajiban keuangan yang diklasifikasikan sebagai kewajiban keuangan yang diperdagangkan pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009.

b.

Kewajiban keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi Kewajiban keuangan yang tidak diklasifikasikan sebagai kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi diklasifikasikan dalam kategori ini dan diukur pada biaya perolehan diamortisasi. Kewajiban keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi antara lain hutang usaha, hutang lain-lain, biaya yang masih harus dibayar, pinjaman, obligasi, dan wesel bayar.

37

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan) t.

Modal saham yang diperoleh kembali Saham diperoleh kembali dicatat dengan menggunakan nilai perolehannya sebagai “Modal Saham yang Diperoleh Kembali” dan disajikan sebagai pengurang ekuitas pemegang saham. Harga pokok dari penjualan saham yang diperoleh kembali dicatat dengan menggunakan metode ratarata tertimbang. Selisih antara harga perolehan kembali dan harga jual kembali saham dicatat sebagai “Tambahan Modal Disetor”.

u. Dividen Pembagian dividen kepada para pemegang saham Perusahaan diakui sebagai kewajiban dalam laporan keuangan konsolidasian pada periode ketika dividen tersebut disetujui oleh para pemegang saham Perusahaan. Untuk dividen interim, Perusahaan mengakui sebagai kewajiban berdasarkan keputusan Rapat Direksi dengan persetujuan Rapat Komisaris. v.

Laba per saham dan laba per ADS Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar selama tahun tersebut. Laba bersih per ADS dihitung dengan mengalikan laba per saham dasar dengan 40, yaitu jumlah saham per ADS.

w. Informasi segmen Informasi segmen Perusahaan dan anak perusahaan disajikan menurut segmen usaha. Segmen usaha adalah unit yang dapat dibedakan (distinguishable unit) yang menghasilkan suatu produk atau jasa yang berbeda dan dikelola secara terpisah. Informasi segmen usaha konsisten dengan informasi operasi yang secara rutin dilaporkan kepada tingkat pengambil keputusan operasional tertinggi di Perusahaan. x. Penggunaan taksiran Penyusunan laporan keuangan konsolidasian mengharuskan manajemen untuk membuat taksiran dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aset dan kewajiban dan pengungkapan aset dan kewajiban kontinjensi pada tanggal laporan keuangan konsolidasian serta jumlah pendapatan dan beban yang dilaporkan selama periode pelaporan. Pos-pos signifikan yang terkait dengan taksiran dan asumsi antara lain termasuk, nilai tercatat aset tetap dan aset tidak berwujud, penyisihan untuk piutang, dan kewajiban yang berhubungan dengan imbalan karyawan. Hasil aktual dapat berbeda dari taksiran tersebut. Dalam menentukan beberapa taksiran, manajemen menggunakan tenaga ahli pihak ketiga sebagaimana dipersyaratkan. Dalam menggunakan tenaga ahli untuk membantu dengan model dan perhitungan, manajemen mereview asumsi dasar dan menilai perhitungan yang terkait kewajaran dalam konteks keadaan Perusahaan.

38

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

3.

AKUISISI AD MEDIKA Pada tanggal 25 Januari 2010, Metra telah menandatangani CSPA dengan para pemegang saham Ad Medika, Ravi Varma Kanason, Sofian Susantio, Arthur Tahya (PT Swadayanusa Kencana Raharja), dan Shia Kok Fat, yang masing-masing merupakan pihak ketiga, untuk membeli 75% saham beredar Ad Medika. Selanjutnya pada tanggal 25 Februari 2010, Metra menandatangani SPA dengan para pemegang saham Ad Medika atas transaksi pembelian saham tersebut dengan harga perolehan sebesar Rp130.077 juta (termasuk biaya konsultan akusisi) (Catatan 1d.b). Ad Medika adalah perusahaan yang bergerak di bidang electronic health care network. Ad Medika merupakan perusahaan pengelola administrasi layanan kesehatan terbesar di Indonesia. Melalui akuisisi ini, Perusahaan memulai untuk menyediakan jasa Insure Net sebagai cikal bakal program ehealth nasional. Akuisisi Ad Medika dicatat dengan menggunakan metode pembelian, dimana harga perolehan dialokasikan ke nilai wajar aset yang diperoleh dan kewajiban yang ditanggung. Alokasi harga perolehan adalah sebagai berikut: Rp Aset dan kewajiban yang berasal dari akuisisi adalah sebagai berikut: Aset lancar Aset tetap Aset tidak berwujud Kewajiban jangka pendek Kewajiban jangka panjang Kewajiban pajak tangguhan Hak minoritas

26.404 17.110 45.591 (22.057) (8.143) (9.919) (4.145)

Nilai wajar aset bersih yang diakuisisi Goodwill

44.841 85.236

Jumlah harga perolehan Dikurangi: Kas dan setara kas pada anak perusahaan yang diakuisisi

130.077

Arus kas keluar akibat akuisisi

116.503

(13.574)

Metra memperoleh kendali atas Ad Medika pada tanggal 25 Februari 2010 dan penilaian dilakukan oleh penilai independen dengan menggunakan saldo neraca pada tanggal 28 Februari 2010, sebagai tanggal neraca terdekat. Hasil usaha konsolidasian Perusahaan meliputi hasil usaha Ad Medika terhitung sejak 1 Maret 2010. Aset tidak berwujud yang diperoleh termasuk kontrak perjanjian dan hubungan dengan konsumen, hubungan baik dengan pelanggan, merek dagang, dan kontrak perjanjian untuk tidak berkompetisi (Catatan 12).

39

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

4.

KAS DAN SETARA KAS 2010 Kas Bank Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Rupiah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (“Bank Mandiri”) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (“BNI”) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (“BRI”) PT Bank Syariah Mandiri (“BSM”) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (“BTN”) PT Bank Pos Nusantara Mata uang asing Bank Mandiri BNI BRI BSM Sub-jumlah Pihak ketiga Rupiah ABN AMRO Bank (“AAB”) Deutsche Bank AG (“DB”) PT Bank Internasional Indonesia Tbk (“BII”) PT Bank Ekonomi Raharja Tbk (”Bank Ekonomi”) PT Bank Central Asia Tbk (“BCA”) PT Bank CIMB Niaga Tbk (“Bank CIMB Niaga”) PT Bank Permata Tbk PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur PT Bank Bukopin Tbk (“Bank Bukopin”) PT Bank Perkreditan Rakyat Karyajatnika Sadaya PT Bank ICB Bumiputera Tbk (“Bank Bumiputera”) Lain-lain (masing-masing di bawah Rp1 miliar) Mata uang asing The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd. (“HSBC”) Bank Ekonomi DB Citibank, N.A. (“Citibank”) Lain-lain (masing-masing di bawah Rp1 miliar) Sub-jumlah Jumlah bank

40

2009 4.213

6.730

439.348 198.680 6.405 999 450 -

200.611 146.575 15.096 46 5.581 7

645.882

367.916

169.132 57.005 891 165

81.131 35.942 377 242

227.193

117.692

873.075

485.608

99.287 27.556 21.245 15.018 12.076 8.369 7.753 2.607 2.529 1.326 1.169 2.272

97.176 14.858 136 29.940 8.196 5.570 321 1.004 3.830 560 776 2.030

201.207

164.397

38.490 17.035 8.758 8.513 2.369

19.980 5.789 10.265 8.874 1.313

75.165

46.221

276.372

210.618

1.149.447

696.226

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

4.

KAS DAN SETARA KAS (lanjutan) 2010 Deposito berjangka Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Rupiah BRI Bank Mandiri BNI BTN BSM Mata uang asing BRI BNI Bank Mandiri Sub-jumlah Pihak ketiga Rupiah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (“Bank Jabar”) PT Bank Mega Tbk (“Bank Mega”) Bank Bukopin Bank CIMB Niaga PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk PT Pan Indonesia Bank Tbk BII PT Bank UOB Buana Tbk PT Bank Yudha Bhakti PT Bank Muamalat Indonesia PT Bank Danamon Indonesia Tbk (“Bank Danamon”) PT Bank Capital Indonesia Tbk Bank Bumiputera PT Bank Syariah Mega Indonesia (“Bank Syariah Mega”) DB BCA PT Bank OCBC NISP Tbk (“OCBC NISP”) Bank Ekonomi

41

2009

2.223.735 1.556.289 1.428.191 330.000 -

1.400.220 344.309 832.161 270.000 3.000

5.538.215

2.849.690

635.899 393.946 2.317

557.664 1.065.477 -

1.032.162

1.623.141

6.570.377

4.472.831

495.560 176.850 173.755 165.117 116.000 95.000 30.000 25.000 10.500 10.000

390.560 100.500 237.980 116.817 24.000 395.300 2.500 127.000

10.000 6.000 1.000

40.000 2.000

500 300 -

2.500 10.100 660.700 30.000 9.000

1.315.582

2.148.957

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

4.

KAS DAN SETARA KAS (lanjutan) 2010 Deposito berjangka (lanjutan) Pihak ketiga (lanjutan) Mata uang asing BCA Bank Ekonomi Bank Bukopin

2009

64.921 14.408 901

480.716 -

80.230

480.716

1.395.812

2.629.673

Jumlah deposito berjangka

7.966.189

7.102.504

Jumlah

9.119.849

7.805.460

Sub-jumlah

Tingkat suku bunga deposito berjangka per tahun adalah sebagai berikut: 2010 Rupiah Mata uang asing

4,00% - 9,50% 0,05% - 4,00%

2009 4,00 % - 13,50% 0,05% - 4,75%

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa dimana Perusahaan dan anak perusahaan melakukan penempatan dananya merupakan bank milik negara. Perusahaan dan anak perusahaan menempatkan sebagian besar kas dan setara kasnya di bank-bank tersebut karena mereka memiliki jaringan cabang yang luas di Indonesia dan secara keuangan dianggap aman karena dimiliki oleh negara. Lihat Catatan 43 untuk rincian transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. 5.

PIUTANG USAHA Piutang usaha sehubungan dengan jasa yang diberikan kepada pelanggan retail dan non-retail, dengan rincian sebagai berikut: a.

Berdasarkan pelanggan (i) Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 2010 Instansi Pemerintah CSM Indosat PT Patra Telekomunikasi Indonesia (“Patrakom”) PT Graha Informatika Nusantara (“Gratika”) PSN Koperasi Pegawai Telkom (“Kopegtel”) PT Aplikanusa Lintasarta (“Lintasarta”) Lain-lain (masing-masing di bawah Rp1 miliar) Jumlah Penyisihan piutang ragu-ragu Jumlah bersih

2009

759.450 91.366 33.451 24.279 6.170 5.098 3.049 1.461 6.985

553.656 57.797 48.067 17.869 3.122 2.784 2.792 5.993 6.171

931.309 (151.266)

698.251 (93.483)

780.043

604.768

Piutang usaha dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa tertentu disajikan bersih setelah memperhitungkan kewajiban Perusahaan dan anak perusahaan kepada pihak yang sama berdasarkan hak untuk melakukan saling hapus yang disepakati oleh kedua belah pihak. 42

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

5.

PIUTANG USAHA (lanjutan) a.

Berdasarkan pelanggan (lanjutan) (ii) Pihak ketiga 2010 Pelanggan individual dan bisnis Penyelenggara jasa telekomunikasi internasional luar negeri Jumlah Penyisihan piutang ragu-ragu Jumlah bersih

b.

2009

4.480.869

3.997.063

376.875

367.920

4.857.744 (1.294.078)

4.364.983 (1.180.067)

3.563.666

3.184.916

Berdasarkan umur (i) Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 2010 Sampai dengan 6 bulan 7 sampai dengan 12 bulan Lebih dari 12 bulan Jumlah Penyisihan piutang ragu-ragu Jumlah bersih

2009

559.699 157.534 214.076

416.630 71.069 210.552

931.309 (151.266)

698.251 (93.483)

780.043

604.768

(ii) Pihak ketiga 2010 Sampai dengan 3 bulan Lebih dari 3 bulan Jumlah Penyisihan piutang ragu-ragu Jumlah bersih c.

2009

3.148.973 1.708.771

3.031.085 1.333.898

4.857.744 (1.294.078)

4.364.983 (1.180.067)

3.563.666

3.184.916

Berdasarkan mata uang (i) Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 2010 Rupiah Dolar A.S. Jumlah Penyisihan piutang ragu-ragu Jumlah bersih

43

2009

902.875 28.434

672.053 26.198

931.309 (151.266)

698.251 (93.483)

780.043

604.768

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

5.

PIUTANG USAHA (lanjutan) c.

Berdasarkan mata uang (lanjutan) (ii) Pihak ketiga 2010 Rupiah Dolar A.S. Euro Dolar Singapura Jumlah Penyisihan piutang ragu-ragu Jumlah bersih

d.

2009

4.143.578 712.758 1.408 -

3.737.492 627.487 4

4.857.744 (1.294.078)

4.364.983 (1.180.067)

3.563.666

3.184.916

Mutasi penyisihan piutang ragu-ragu 2010 Saldo awal Penyesuaian sehubungan dengan penerapan PSAK No.55 (Revisi 2006) (Catatan 2s) Penambahan (Catatan 35) Penghapusbukuan piutang tak tertagih

1.273.550

Saldo akhir

1.445.344

91.237 509.415 (428.858)

2009 1.203.905 561.162 (491.517) 1.273.550

2008 1.100.456 387.155 (283.706) 1.203.905

Penghapusbukuan piutang tak tertagih merupakan penghapusbukuan piutang usaha pihak ketiga. Manajemen berpendapat bahwa saldo penyisihan piutang ragu-ragu cukup untuk menutup kerugian atas tidak tertagihnya piutang. Piutang usaha tertentu anak perusahaan telah dijaminkan dalam beberapa perjanjian pinjaman (Catatan 17 dan 21). Lihat Catatan 43 untuk rincian transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

44

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

6.

PERSEDIAAN 2010

2009

Modul Komponen Kartu SIM, kartu RUIM, set top box, dan vaucer prabayar

292.924 158.479 147.419

233.819 162.032 111.567

Jumlah

598.822

507.418

Penyisihan persediaan usang Modul Komponen Kartu SIM, kartu RUIM, set top box, dan vaucer prabayar

(76.264) (6.937) (85)

(65.369) (6.795) (10)

Jumlah

(83.286)

(72.174)

Jumlah bersih

515.536

435.244

Mutasi penyisihan persediaan usang adalah sebagai berikut: 2010

2009

2008

Saldo awal Penambahan (Catatan 35) Penghapusbukuan persediaan

72.174 15.345 (4.233)

64.849 12.542 (5.217)

54.701 10.795 (647)

Saldo akhir

83.286

72.174

64.849

Komponen dan modul terdiri dari pesawat telepon, kabel, suku cadang instalasi transmisi, dan persediaan suku cadang lainnya. Manajemen berpendapat bahwa saldo penyisihan cukup untuk menutup kerugian akibat dari penurunan nilai persediaan karena usang. Persediaan tertentu anak perusahaan telah dijaminkan dalam beberapa perjanjian pinjaman (Catatan 17 dan 21). Pada 31 Desember 2010 dan 2009, modul dan komponen yang dimiliki oleh Perusahaan telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran, pencurian, dan risiko lain. Total nilai pertanggungan pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp128.367 juta dan Rp89.184 juta (Catatan 43d.vii). Modul dan komponen yang dimiliki oleh anak perusahaan tertentu telah diasuransikan terhadap semua risiko industri dan risiko kehilangan pada saat pengiriman dengan total nilai pertanggungan pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp15.406 juta dan Rp10.000 juta. Manajemen berkeyakinan bahwa nilai pertanggungan asuransi tersebut memadai untuk menutup kemungkinan kerugian atas persediaan tertentu yang mungkin dialami Perusahaan.

45

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

7.

UANG MUKA DAN BEBAN DIBAYAR DI MUKA 2010

2009

Izin penggunaan frekuensi (Catatan 47c.i dan 47c.iii) Sewa Gaji Uang muka Biaya penerbitan buku petunjuk telepon Asuransi Lain-lain

2.393.639 741.200 141.712 66.127 29.558 1.513 67.282

1.723.010 380.589 338.492 3.868 1.671 3.769 45.140

Jumlah

3.441.031

2.496.539

Lihat Catatan 43 untuk rincian transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

8.

ASET LANCAR LAINNYA Aset lancar lainnya pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, terdiri dari deposito berjangka yang dibatasi penggunaannya sebagai berikut: 2010

BNI Perusahaan TII Metra Bank Mandiri Perusahaan Metra BRI Metra Bank Ekonomi Metra

2009

Mata uang

Mata uang asal (dalam jutaan)

Rp US$ US$ Rp

-

593

0,102 0,569 -

102.575 962 5.356 -

Rp Rp

-

235

-

3.793 12.305

347

-

347

-

-

144

Rp

-

Rp

-

Jumlah

Mata uang asal (dalam jutaan)

Setara Rupiah

Setara Rupiah

1.175

125.482

Deposito berjangka yang dibatasi penggunaannya merupakan deposito berjangka milik Perusahaan dan anak perusahaan yang dijadikan jaminan untuk garansi bank kepada beberapa bank. Lihat Catatan 43 untuk rincian transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

46

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

9.

PENYERTAAN JANGKA PANJANG 2010

Persentase kepemilikan Penyertaan jangka panjang pada perusahaan asosiasi: Scicom (MSC) Berhad (“Scicom”) PT Melon Indonesia (“Melon”) Patrakom CSM PSN Penyertaan jangka panjang lainnya: Bridge Mobile Pte. Ltd. (“BMPL”) PT Batam Bintan Telekomunikasi (“BBT”) PT Pembangunan Telekomunikasi Indonesia (“Bangtelindo”)

29,71 51,00 40,00 25,00 22,38

Saldo awal

Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan

Bagian (rugi) laba

Penambahan

49.721 36.409 44.277 -

64.358 51.000 -

(4.920) 124 3.659 (12.485) -

130.407

115.358

(13.622)

10,00

20.360

-

5,00

587

2,11

Saldo akhir

(541) 108.618 51.124 40.068 1.102 32.894 561

232.704

-

-

20.360

-

-

-

587

199

-

-

-

199

21.146

-

-

-

21.146

151.553

115.358

561

253.850

(13.622) 2009

Persentase kepemilikan Penyertaan jangka panjang pada perusahaan asosiasi: CSM Patrakom PSN Penyertaan jangka panjang lainnya: Scicom BMPL BBT Bangtelindo

25,00 40,00 22,38

15,86 10,00 5,00 2,11

Saldo awal

Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan

Bagian (rugi) laba

Penambahan

Saldo akhir

84.197 32.949 -

-

(33.175) 3.460 -

(6.745) -

44.277 36.409 -

117.146

-

(29.715)

(6.745)

80.686

30.961 20.360 587 199

18.760 -

52.107

18.760

169.253

18.760

(29.715)

-

49.721 20.360 587 199

-

70.867

(6.745) 151.553

i. Scicom Scicom bergerak dalam bidang penyediaan jasa call center di Malaysia. Pada tanggal 3 Februari 2010, TII melakukan tambahan pembelian saham Scicom sejumlah 3.042.400 lembar saham dengan nilai transaksi sebesar US$0,42 juta (setara dengan Rp3.905 juta). Sebagai akibatnya, tingkat kepemilikan TII di Scicom meningkat menjadi 17,01%.

47

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

9.

PENYERTAAN JANGKA PANJANG (lanjutan) i. Scicom (lanjutan) Pada tanggal 6 Mei dan 16 Juni 2010, TII melakukan tambahan pembelian saham Scicom masingmasing sejumlah 4.870.000 dan 30.000.000 lembar saham dengan nilai transaksi masing-masing sebesar US$0,76 juta (setara dengan Rp6.897 juta) dan US$5,79 juta (setara dengan Rp53.556 juta). Sebagai akibatnya, tingkat kepemilikan TII di Scicom meningkat menjadi 29,85%. Pada tanggal 11 Agustus 2010, berdasarkan keputusan RUPS Sirkuler Scicom, para pemegang saham Scicom menyetujui penambahan modal disetor sejumlah 1.260.000 lembar saham dengan nilai sebesar RM126.000 (setara dengan Rp356 juta). Penambahan modal disetor ini mengakibatkan kepemilikan TII di Scicom terdilusi menjadi 29,71%. ii. Melon Pada tanggal 16 Agustus 2010, Metra membentuk perusahaan patungan bersama SK Telecom bernama PT Melon Indonesia (“Melon”) dengan kepemilikan 51% (Catatan 1d.b). Metra tidak memiliki kemampuan mengendalikan Melon dan mencatat Melon dengan menggunakan metode ekuitas. Melon bergerak dalam bidang penyediaan jasa Digital Content Exchange Hub (“DCEH”). DCEH adalah jenis koneksi baru untuk mendistribusikan konten digital, berupa file musik, permainan dan klip video yang dapat diakses oleh konsumen, toko musik online, dan operator telepon berbasis kabel dan seluler. iii. Patrakom Patrakom bergerak dalam bidang penyediaan jasa sistem komunikasi satelit, jasa-jasa dan sarana terkait untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri perminyakan. iv. CSM CSM bergerak dalam bidang penyediaan Sistem Komunikasi Stasiun Bumi Mikro (“Very Small Aperture Terminal” atau “VSAT”), jasa aplikasi jaringan, dan jasa konsultasi mengenai teknologi telekomunikasi dan sarana lain yang terkait. v. PSN PSN bergerak dalam bidang penyewaan transponder satelit dan penyelenggaraan jasa komunikasi berbasis satelit di wilayah Asia Pasifik. Bagian rugi Perusahaan dari PSN telah melebihi nilai penyertaannya sejak 2001, oleh karena itu nilai penyertaannya telah menjadi Rp nihil. vi. BMPL BMPL (Singapore), suatu perusahaan asosiasi dari Telkomsel, bergerak dalam penyediaan jasa seluler regional di wilayah Asia Pasifik. Pada 31 Desember 2010 dan 2009, kontribusi Telkomsel sebesar US$2.200.000 (setara dengan Rp20.360 juta) mencerminkan 10% kepemilikan. vii. BBT BBT bergerak dalam bidang penyelenggaraan jasa telekomunikasi tidak bergerak di Kawasan Industri Batamindo di Muka Kuning, Pulau Batam serta di Bintan Beach International Resort dan Kawasan Industri Bintan di Pulau Bintan. viii.Bangtelindo Bangtelindo terutama bergerak dalam bidang penyediaan jasa konsultasi untuk pemasangan dan pemeliharaan sarana telekomunikasi. 48

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

10. ASET TETAP 1 Januari 2010* Harga perolehan: Aset tetap pemilikan langsung Tanah Bangunan Prasarana bangunan Peralatan sentral telepon Peralatan telegraf, teleks, dan komunikasi data Peralatan dan instalasi transmisi Satelit, stasiun bumi, dan peralatannya Jaringan kabel Catu daya Peralatan pengolahan data Peralatan telekomunikasi lainnya Peralatan kantor Kendaraan Peralatan lainnya Aset dalam pembangunan: Bangunan Prasarana bangunan Peralatan sentral telepon Peralatan dan instalasi transmisi Satelit, stasiun bumi, dan peralatannya Jaringan kabel Catu daya Peralatan pengolahan data Aset sewa pembiayaan Peralatan dan instalasi transmisi Peralatan pengolahan data Peralatan kantor Kendaraan Aset customer premise equipment (“CPE”) Aset PBH: Tanah Peralatan sentral telepon Peralatan dan instalasi transmisi Jaringan kabel Peralatan telekomunikasi lainnya Jumlah

Akusisi Ad Medika

Penambahan

Pengurangan

Reklasifikasi

31 Desember 2010

781.275 2.978.417 526.770 28.948.306

8.104 6.307 31 -

34.642 75.255 74.277 121.488

(701) (29.892)

(8.104) 144.534 1.085.011

815.917 3.203.812 601.078 30.124.913

20.716 67.228.748

-

2.120.862

(959) (812.180)

5.461.497

19.757 73.998.927

6.795.379 23.621.586 7.368.721 7.602.865 476.705 576.098 110.216 103.310

1.185 1.045 438 -

41.242 1.166.157 176.926 157.904 16.988 69.578 3.223 4.000

(248.929) (16.041) (615.396) (8.259) (846) -

85.505 2.273 738.714 749.774 5.031 885

6.922.126 24.541.087 8.268.320 7.896.332 493.693 643.493 113.031 108.195

89.926 466 48.588 358.562

-

126.440 91.421 1.035.446 5.537.094

-

(158.078) (1.083.991) (5.606.953)

58.288 91.887 43 288.703

-

68.559 4.492 726.252 777.145

-

(42.324) (828) (738.155) (725.036)

26.235 6.520 40.264 68.117

288.766 260.782 247.897 61.220

-

2.542 42.977 12.003 -

10.801 (6.039) (14.365) -

302.109 297.720 25.299 53.052

21.778

-

-

-

1.267 92.990 43.383 406.570 3.638

-

-

-

149.135.976

17.110

12.486.913

2.856 52.167 16.008

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

49

(220.236) (8.168)

(1.961.607)

-

21.778

(8.976) (15.682) (9.050) (50)

1.267 84.014 27.701 397.520 3.588

(133.606)

159.544.786

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

10. ASET TETAP (lanjutan) 1 Januari 2010* Akumulasi penyusutan dan penurunan nilai: Aset tetap pemilikan langsung Bangunan Prasarana bangunan Peralatan sentral telepon Peralatan telegraf, teleks, dan komunikasi data Peralatan dan instalasi transmisi Satelit, stasiun bumi, dan peralatannya Jaringan kabel Catu daya Peralatan pengolahan data Peralatan telekomunikasi lainnya Peralatan kantor Kendaraan Peralatan lainnya Aset sewa pembiayaan Peralatan dan instalasi transmisi Peralatan pengolahan data Peralatan kantor Kendaraan Aset CPE Aset PBH: Tanah Peralatan sentral telepon Peralatan dan instalasi transmisi Jaringan kabel Peralatan telekomunikasi lainnya Jumlah Nilai Buku Bersih

Akuisisi Ad Medika

Penambahan

Pengurangan

Reklasifikasi

31 Desember 2010

1.485.234 381.536 18.425.673

-

97.475 60.528 2.524.695

(151) (29.892)

(5.296) 565 (8.558)

1.577.262 442.629 20.911.918

17.391 24.794.959 3.136.685 14.688.600 2.932.127 5.094.420 351.875 465.291 94.693 87.228

-

742 6.321.602 475.860 1.109.526 937.712 1.315.718 14.594 43.169 5.507 5.361

(959) (812.916) (248.928) (11.995) (615.394) (8.025) (622) -

(114.375) 7.500 (20.022) (2.213) 23.544 (352) 8.922 37 724

17.174 30.189.270 3.620.045 15.529.176 3.855.631 5.818.288 366.117 509.357 99.615 93.313

227.193 116.540 201.039 29.133 4.545

-

21.177 52.835 29.275 16.176 2.273

(220.236) (5.268) -

2.575 1.245 (5.568) -

250.945 170.620 4.510 40.041 6.818

981 29.759 26.396 122.085 2.696

-

64 6.976 5.582 37.194 250

(7.061) (10.135) (5.088) (50)

1.045 29.674 21.843 154.191 2.896

72.716.079

-

13.084.291

(133.606)

83.712.378

76.419.897

(1.954.386)

75.832.408

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

50

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

10. ASET TETAP (lanjutan) 1 Januari 2009* Harga perolehan: Aset tetap pemilikan langsung Tanah Bangunan Prasarana bangunan Peralatan sentral telepon Peralatan telegraf, teleks, dan komunikasi data Peralatan dan instalasi transmisi Satelit, stasiun bumi, dan peralatannya Jaringan kabel Catu daya Peralatan pengolahan data Peralatan telekomunikasi lainnya Peralatan kantor Kendaraan Peralatan lainnya Aset dalam pembangunan: Bangunan Prasarana bangunan Peralatan sentral telepon Peralatan dan instalasi transmisi Satelit, stasiun bumi, dan peralatannya Jaringan kabel Catu daya Peralatan pengolahan data Aset sewa pembiayaan Peralatan dan instalasi transmisi Peralatan pengolahan data Peralatan kantor Kendaraan Aset customer premise equipment (“CPE”) Aset PBH*: Tanah Bangunan Peralatan sentral telepon Peralatan dan instalasi transmisi Jaringan kabel Peralatan telekomunikasi lainnya Jumlah

Penambahan

684.768 2.721.804 460.836 26.356.172 139.165 56.572.954 6.502.198 21.857.982 5.838.258 7.184.767 545.194 678.640 127.274 105.386

59.887 48.130 65.934 83.741 2.165.254 369.718 1.848.996 311.784 257.806 26.524 58.794 1.576 10.033

60.099 17.155 1.173.830 384 13.131 427.698

215.868 466 2.539.676 7.681.570 18.119 14.565 1.285.359 830.352

284.978 236.240 437.705 56.998

3.788 30.027 4.211 362

23.307

-

1.313 338 152.776 100.072 461.315 10.547

-

133.233.284

17.932.540

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

51

Pengurangan

(3.810) (36.713) (10.540) (407) (4.822) (14.364) (536) (8.574) (117) -

Reklasifikasi

2.508.393 (118.449) 8.527.253 (65.997) (84.985) 1.223.501 174.656 (94.477) (152.762) (18.517) (12.109)

781.275 2.978.417 526.770 28.948.306 20.716 67.228.748 6.795.379 23.621.586 7.368.721 7.602.865 476.705 576.098 110.216 103.310

(186.041) (2.508.243) (8.496.838) (18.119) (12.093) (1.246.323) (1.242.042)

89.926 466 48.588 358.562 2.856 52.167 16.008

(5.485) 3.987

288.766 260.782 247.897 61.220

-

(1.529)

21.778

-

(46) (338) (59.786) (56.689) (54.745) (6.909)

1.267 92.990 43.383 406.570 3.638

(1.755.819)

149.135.976

(194.019) (127)

(274.029)

36.620 212.293

31 Desember 2009*

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

10. ASET TETAP (lanjutan) 1 Januari 2009* Akumulasi penyusutan dan penurunan nilai: Aset tetap pemilikan langsung Bangunan Prasarana bangunan Peralatan sentral telepon Peralatan telegraf, teleks, dan komunikasi data Peralatan dan instalasi transmisi Satelit, stasiun bumi, dan peralatannya Jaringan kabel Catu daya Peralatan pengolahan data Peralatan telekomunikasi lainnya Peralatan kantor Kendaraan Peralatan lainnya Aset sewa pembiayaan Peralatan dan instalasi transmisi Peralatan pengolahan data Peralatan kantor Kendaraan Aset CPE Aset PBH*: Tanah Bangunan Peralatan sentral telepon Peralatan dan instalasi transmisi Jaringan kabel Peralatan telekomunikasi lainnya Jumlah Nilai Buku Bersih

Penambahan

Pengurangan

Reklasifikasi

31 Desember 2009*

1.351.589 323.910 15.926.334 135.327 19.220.612 2.732.847 13.506.314 2.333.053 4.588.877 462.208 561.073 108.049 94.866

146.061 57.318 2.605.313 543 5.894.350 474.600 1.302.959 686.487 1.032.723 11.132 49.202 5.902 4.492

(3.810) (14.585) (10.538) (390) (3.983) (14.325) (536) (5.680) (63) -

(8.606) 308 (105.974) (118.479) (305.418) (60.224) (120.283) (83.430) (512.855) (120.929) (139.304) (19.195) (12.130)

1.485.234 381.536 18.425.673 17.391 24.794.959 3.136.685 14.688.600 2.932.127 5.094.420 351.875 465.291 94.693 87.228

207.323 60.162 290.717 11.640 2.432

19.870 54.262 103.929 17.713 2.392

(194.018) (48) -

2.116 411 (172) (279)

227.193 116.540 201.039 29.133 4.545

926 61 69.899 53.282 116.234 9.305

64 20 11.014 8.674 39.594 279

(9) (81) (51.154) (35.560) (33.743) (6.888)

981 29.759 26.396 122.085 2.696

62.167.040

12.528.893

(1.731.878)

72.716.079

71.066.244

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

52

(247.976)

76.419.897

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

10. ASET TETAP (lanjutan) a. Laba (rugi) dari pelepasan atau penjualan aset tetap 2010 Hasil penjualan aset tetap Nilai buku bersih Laba (rugi) dari pelepasan atau penjualan aset tetap

2009

2008

11.702 (7.221)

12.465 (26.053)

3.598 (19.257)

4.481

(13.588)

(15.659)

b. Perjanjian kepemilikan aset KSO (i) Sehubungan dengan perubahan dan pernyataan kembali perjanjian KSO VII dengan PT Bukaka Singtel International (“BSI”), hak kepemilikan secara legal atas aset tetap di KSO VII yang telah diakuisisi tetap berada di BSI sampai akhir masa KSO yaitu pada tanggal 31 Desember 2010. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, nilai buku aset tetap ini masing-masing sebesar Rp710.484 juta dan Rp818.138 juta. (ii) Sehubungan dengan perubahan dan pernyataan kembali perjanjian KSO IV dengan PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia (“MGTI”), hak kepemilikan secara legal atas aset tetap di KSO IV yang telah diakuisisi tetap berada di MGTI sampai akhir masa KSO yaitu pada tanggal 31 Desember 2010. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, nilai buku bersih aset tetap ini masing-masing sebesar Rp161.212 juta dan Rp263.462 juta. c. Penurunan nilai aset dan klaim terkait (i) Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, Perusahaan mengoperasikan dua satelit, Telkom-1 dan Telkom-2, terutama sebagai backbone hubungan transmisi untuk jaringan milik Perusahaan sendiri serta untuk penyediaan jasa up-linking dan down-linking satelit stasiun bumi untuk para pengguna domestik dan internasional. Pada tanggal 31 Desember 2010, tidak ada kejadian atau perubahan keadaan yang mengindikasikan bahwa nilai tercatat satelit Perusahaan kemungkinan tidak dapat terpulihkan. (ii) Pada tanggal 7 April 2010, terjadi gempa bumi di Nangroe Aceh Darussalam dan sekitarnya, dan proses klaim asuransi penggantian aset tetap telah dibuat. Secara berangsur-angsur gedung dan perangkat-perangkat yang terkena dampak telah beroperasi kembali sejak April 2010. (iii) Pada tanggal 16 Juni 2010, terjadi gempa bumi di kepulauan Papua dan sekitarnya, dan proses klaim asuransi penggantian aset tetap telah dibuat. Secara berangsur-angsur gedung dan perangkat-perangkat yang terkena dampak telah beroperasi kembali sejak Juni 2010. d. Lain-lain (i) Tidak ada bunga pinjaman yang dikapitalisasi ke aset dalam pembangunan untuk tahun 2010, 2009, dan 2008. (ii) Tidak ada rugi selisih kurs yang dikapitalisasi ke aset dalam pembangunan untuk tahun 2010, 2009, dan 2008. (iii) Pada tahun 2010, masa manfaat instalasi bangunan dan bangunan kantor, SKKL/SKSO, dan Antena dan Tower Perusahaan mengalami perubahan dan diperhitungkan secara prospektif. Dampak dari perubahan penyusutan tersebut adalah pengurangan jumlah beban penyusutan sebesar Rp126.025 juta yang diakui pada laporan laba rugi konsolidasian tahun 2010 (Catatan 2k). 53

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

10. ASET TETAP (lanjutan) d. Lain-lain (lanjutan) (iv) Pada bulan Agustus 2010, Telkomsel memutuskan untuk mengganti peralatan tertentu (bagian dari prasarana) dengan nilai tercatat bersih sebesar Rp55.328 juta (pada 31 Agustus 2010) dan merencanakan pengggunaan peralatan tersebut sampai dengan September 2010. Oleh karena itu, Telkomsel mengubah masa manfaat peralatan tersebut. Dampak percepatan penyusutan tersebut adalah tambahan beban penyusutan sebesar Rp51.827 juta yang dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian tahun 2010. Peralatan dengan harga perolehan sebesar Rp643.556 juta ini selanjutnya dihentikan pengakuannya pada bulan November 2010. Pada saat penghentian pengakuannya peralatan tersebut telah disusutkan sepenuhnya. (v) Pada bulan April 2010, peralatan tertentu Telkomsel dengan harga perolehan Rp774.046 juta dihentikan pengakuannya. Pada saat penghentian pengakuannya peralatan tersebut telah disusutkan sepenuhnya. (vi) Pada bulan Desember 2009, Telkomsel memutuskan untuk mengganti peranti lunak dan peralatan tertentu (bagian dari prasarana dan peralatan penunjang) dengan nilai tercatat bersih sebesar Rp1.163.657 juta (pada 31 Desember 2009) dan merencanakan pengggunaan peranti lunak dan peralatan tersebut sampai dengan Juni 2011. Oleh karena itu, Telkomsel mengubah masa manfaat peralatan tersebut. Dampak percepatan penyusutan tersebut adalah tambahan beban penyusutan sebesar Rp27.653 juta yang dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian tahun 2009. (vii) Pada tahun 2009, masa manfaat peralatan tertentu Telkomsel (bagian dari peralatan penunjang) mengalami perubahan dari 10 tahun menjadi 5 tahun agar mencerminkan masa manfaat aset saat ini. Dampak percepatan penyusutan tersebut adalah tambahan beban penyusutan sebesar Rp82.288 juta yang dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian tahun 2009. (viii)Perusahaan dan anak perusahaan memiliki beberapa bidang tanah yang terletak di berbagai daerah di Indonesia dengan status Hak Guna Bangunan (“HGB”) berjangka waktu 15-45 tahun yang akan habis masa berlakunya antara tahun 2011 hingga 2052. Manajemen berkeyakinan bahwa tidak akan terdapat kesulitan untuk memperpanjang hak atas tanah pada saat berakhirnya hak tersebut. (ix) Perusahaan diberikan hak untuk menggunakan beberapa bidang tanah tertentu oleh Depkominfo (dahulu Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Republik Indonesia (“DPPT”)) dimana hak kepemilikan secara hukum atas beberapa bidang tanah tersebut tercatat atas nama DPPT dan Departemen Perhubungan Republik Indonesia. Sehubungan dengan pengalihan hak kepemilikan secara hukum atas tanah tersebut kepada Perusahaan masih dalam proses, besaran jumlah pengalihan tersebut belum dapat ditentukan. (x) Pada tanggal 31 Desember 2010, aset tetap milik Perusahaan dan anak perusahaan kecuali tanah, senilai Rp73.121.200 juta diasuransikan kepada PT Asuransi Jasa Indonesia (“Jasindo”), PT Asuransi Ramayana Tbk, PT Sarana Janesia Utama, PT Asuransi Wahana Tata, PT Asuransi Ekspor Indonesia, PT Asuransi Sinar Mas, PT Asuransi Central Asia, PT Asuransi Allianz Utama Indonesia, HSBC Insurance (Singapore) Pte, Ltd, PT Asuransi Astra Buana, dan PT Asuransi Mitra Maparya terhadap risiko kebakaran, pencurian, gempa bumi, dan risiko lainnya dengan nilai maksimum klaim kerugian sebesar Rp852.355 juta, US$13,48 juta, EUR0,22 juta, dan SGD9,42 juta, dan basis kerugian pertama Rp6.230.408 juta termasuk pemulihan kegiatan usaha sebesar Rp324.000 juta dengan Automatic Reinstatement of Loss Clause. Di samping itu, Telkom-1 dan Telkom-2 diasuransikan terpisah dengan nilai pertanggungan masing-masing sebesar US$22,91 juta dan US$43,00 juta. Manajemen berkeyakinan bahwa nilai pertanggungan asuransi tersebut memadai untuk menutupi kemungkinan kerugian atas aset yang dipertanggungkan. 54

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

10. ASET TETAP (lanjutan) d. Lain-lain (lanjutan) (xi) Pada tanggal 31 Desember 2010, tingkat penyelesaian aset dalam pembangunan sekitar 63,32% dari nilai kontrak dengan perkiraan tanggal penyelesaian antara Januari 2011 dan Desember 2011. Manajemen berkeyakinan bahwa tidak terdapat hambatan yang dapat mempengaruhi penyelesaian aset dalam pembangunan. (xii)Aset tetap tertentu anak perusahaan telah dijaminkan dalam beberapa perjanjian pinjaman (Catatan 17 dan 21). (xiii)Perusahaan dan anak perusahaan memiliki komitmen berkaitan dengan sewa pembiayaan untuk aset tetap PBH, peralatan dan instalasi transmisi, peralatan pengolahan data, peralatan kantor, kendaraan, dan Aset CPE dengan hak opsi untuk membeli aset-aset pembiayaan tertentu pada akhir masa sewa pembiayaan. Pembayaran sewa pembiayaan minimum di masa depan untuk aset sewa pembiayaan pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut: Tahun

2010

2010 2011 2012 2013 2014 Selanjutnya

2009*

286.257 203.383 141.579 98.374 80.141

355.798 244.965 186.792 128.907 89.607 76.178

Jumlah pembayaran minimum sewa pembiayaan Bunga

809.734 (202.805)

1.082.247 (301.594)

Nilai kini bersih atas pembayaran minimum sewa pembiayaan Bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun (Catatan 18a)

606.929 (198.062)

780.653 (239.078)

408.867

541.575

Bagian jangka panjang (Catatan 18b) * Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

11. UANG MUKA DAN ASET TIDAK LANCAR LAINNYA Uang muka dan aset tidak lancar lainnya pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 terdiri dari: Uang muka pembelian aset tetap Sewa dibayar di muka - setelah dikurangi bagian jangka pendek (Catatan 7) Beban tangguhan Kas yang dibatasi penggunaannya Setoran jaminan Peralatan yang tidak digunakan dalam operasi - bersih Lain-lain Jumlah * Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

55

2010 1.334.639

2009* 693.473

1.052.331 447.174 101.534 62.469 29.675 24.873 3.052.695

987.179 459.234 222.485 37.207 68.573 20.691 2.488.842

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

11. UANG MUKA DAN ASET TIDAK LANCAR LAINNYA (lanjutan) Beban tangguhan mencerminkan beban PBH tangguhan, beban tangguhan Hak Penggunaan yang Tidak Dapat Dibatalkan (Indefeasible Right of Use atau “IRU”), dan biaya hak atas tanah tangguhan. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, beban amortisasi untuk beban tangguhan masing-masing sebesar Rp18.638 juta dan Rp18.418 juta. Pada tanggal 31 Desember 2010, kas yang dibatasi penggunaannya merupakan deposito berjangka dengan jangka waktu lebih dari satu tahun yang dijaminkan untuk garansi bank yang diantaranya untuk kontrak KPU (Catatan 46h). Pada tanggal 31 Desember 2009, kas yang dibatasi penggunaannya merupakan kas yang diterima dari Pemerintah sebagai pembayaran kompensasi terminasi dini hak eksklusif untuk pendanaan pembangunan infrastruktur yang telah ditentukan (Catatan 1a dan 27) dan deposito berjangka dengan jangka waktu lebih dari satu tahun yang dijaminkan untuk garansi bank. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, peralatan yang tidak digunakan dalam operasi merupakan Base Transceiver Station (BTS) dan peralatan lainnya milik Perusahaan dan Telkomsel yang untuk sementara tidak digunakan dalam operasi tetapi direncanakan akan dipasang kembali. Beban penyusutan Telkomsel yang dibebankan ke laporan laba rugi konsolidasian untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2010 dan 2009 adalah masing-masing sebesar Rp303 juta dan Rp37.035 juta. Lihat Catatan 43 untuk rincian transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

12. GOODWILL DAN ASET TIDAK BERWUJUD LAINNYA (i) Perubahan nilai tercatat goodwill dan aset tidak berwujud lainnya untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut:

Goodwill Nilai tercatat bruto: Saldo, 31 Desember 2009 Penambahan: Peranti lunak Perusahaan Peranti lunak anak perusahaan Lisensi anak perusahaan Akuisisi Ad Medika Reklasifikasi Saldo, 31 Desember 2010 Akumulasi amortisasi: Saldo, 31 Desember 2009 Beban amortisasi tahun berjalan Reklasifikasi Saldo, 31 Desember 2010

Aset tidak berwujud lainnya

Lisensi

Jumlah

106.544

9.085.534

806.861

9.998.939

85.236 -

174.286 543.276 45.591 25.661

5.568 -

174.286 543.276 5.568 130.827 25.661

191.780

9.874.348

812.429

10.878.557

(21.373) (7.877) -

(7.385.950) (1.413.765) (15.147)

(163.336) (86.584) -

(7.570.659) (1.508.226) (15.147)

(29.250)

(8.814.862)

(249.920)

(9.094.032)

Nilai Buku Bersih

162.530

1.059.486

562.509

1.784.525

Rata-rata tertimbang jangka waktu amortisasi

20 tahun

6,99 tahun

9,38 tahun

56

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

12. GOODWILL DAN ASET TIDAK BERWUJUD LAINNYA (lanjutan) Aset tidak berwujud lainnya

Goodwill Nilai tercatat bruto: Saldo, 31 Desember 2008 Penambahan: Peranti lunak Perusahaan Wireless broadband Perusahaan 3G Telkomsel (Catatan 1d.a) Peranti lunak Sigma Pengurangan Reklasifikasi Saldo, 31 Desember 2009 Akumulasi amortisasi: Saldo, 31 Desember 2008 Beban amortisasi tahun berjalan Pengurangan Reklasifikasi Saldo, 31 Desember 2009 Nilai Buku Bersih Rata-rata tertimbang jangka waktu amortisasi

106.544 -

8.969.599 281.759 11.082 (119.840) (57.066)

Lisensi 436.000 50.861 320.000 -

Jumlah 9.512.143 281.759 50.861 320.000 11.082 (119.840) (57.066)

106.544

9.085.534

806.861

9.998.939

(17.048) (4.325) -

(6.202.180) (1.327.904) 119.093 25.041

(105.107) (58.229) -

(6.324.335) (1.390.458) 119.093 25.041

(21.373)

(7.385.950)

(163.336)

(7.570.659)

85.171

1.699.584

643.525

2.428.280

20 tahun

6,84 tahun

9,63 tahun

(ii) Goodwill timbul dari akuisisi Sigma tahun 2008, Indonusa tahun 2008, dan Ad Medika tahun 2010 (Catatan 3). Sejak 1 Januari 2009, Perusahaan telah mengubah estimasi masa manfaat goodwill dari 5 tahun menjadi 20 tahun (Catatan 2d). Perusahaan memperhitungkan secara prospektif pengaruh atas perubahan estimasi manfaat tersebut pada laporan laba rugi konsolidasian tahun 2009. Aset tidak berwujud lainnya juga termasuk akuisisi Dayamitra, Pramindo, TII, KSO IV, dan KSO VII, dan merupakan hak untuk mengoperasikan bisnis di wilayah KSO. (iii) Beban dibayar di muka yang dibayar Telkomsel di bulan Februari 2006 untuk lisensi 3G sebesar Rp436.000 juta diakui sebagai aset tidak berwujud dan diamortisasi selama masa manfaat lisensi 3G. Pada tahun 2009, Telkomsel mendapatkan tambahan lisensi 3G senilai Rp320.000 juta yang dicatat sebagai aset tidak berwujud dan diamortisasi selama masa manfaat lisensi yaitu 10 tahun (Catatan 1d.a, 2j, 43a.ii, dan 47c.i). (iv) Pada tahun 2009, Perusahaan mendapatkan lisensi sebagai penyelenggara jaringan lokal tetap berbasis paket switched yang menggunakan pita frekuensi radio 2,3 GHz untuk keperluan layanan pita lebar nirkabel (wireless broadband). Biaya izin awal dicatat sebagai aset tidak berwujud dan diamortisasi selama masa manfaat lisensi yaitu 10 tahun. (v)

Sejak 1 Januari 2009, Perusahaan telah mengubah estimasi masa manfaat peranti lunak dari 510 tahun menjadi 3-5 tahun. Perusahaan memperhitungkan secara prospektif pengaruh atas perubahan estimasi manfaat tersebut pada laporan laba rugi konsolidasian tahun 2009.

(vi) Estimasi beban amortisasi tahunan aset tidak berwujud lainnya sejak 1 Januari 2011 adalah kurang lebih sebesar Rp479.650 juta. (vii) Pada tanggal 31 Desember 2010, terdapat indikasi penurunan nilai untuk aset tidak berwujud lainnya, tetapi berdasarkan evaluasi Perusahaan, nilai yang dapat diperoleh kembali lebih tinggi daripada nilai bukunya. 57

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

13. REKENING ESCROW Rekening escrow pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 terdiri dari: Bank Mandiri Lain-lain (masing-masing di bawah Rp1 miliar)

2010 41.552 110

2009 44.004 110

41.662

44.114

Rekening escrow pada Bank Mandiri dibentuk sehubungan dengan Perjanjian Konsorsium Konstruksi dan Pemeliharaan (Construction and Maintenance Agreement atau ”C&MA”) Palapa Ring sebagai setoran awal 5% dari nilai ikatan (Catatan 47c.ii). Lihat Catatan 43 untuk rincian transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

14. HUTANG USAHA 2010 Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pembelian peralatan, barang, dan jasa Beban pemakaian frekuensi radio, beban hak penyelenggaraan dan Kewajiban Pelayanan Universal Hutang kepada penyelenggara telekomunikasi lainnya Jumlah Pihak ketiga Pembelian peralatan, barang, dan jasa Hutang kepada penyelenggara telekomunikasi lainnya Jumlah Jumlah

2009*

556.433

214.484

393.686 203.755

1.274.933 270.051

1.153.874

1.759.468

6.269.253 87.668

7.989.931 48.655

6.356.921

8.038.586

7.510.795

9.798.054

Hutang usaha berdasarkan mata uang adalah sebagai berikut: 2010

2009*

Rupiah Dolar A.S. Euro Dolar Singapura Ringgit Malaysia Lain-lain

4.378.075 3.126.144 2.128 1.645 1.624 1.179

5.209.474 4.332.095 243.667 10.377 1.501 940

Jumlah

7.510.795

9.798.054

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

Lihat Catatan 43 untuk rincian transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

58

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

15. BEBAN YANG MASIH HARUS DIBAYAR 2010

2009*

Operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi Gaji dan tunjangan Umum, administrasi, dan pemasaran Bunga dan beban bank Program pensiun dini (“Pendi”) (Catatan 33)

1.773.794 894.733 514.367 226.366 -

1.519.993 743.097 596.512 215.753 1.043.639

Jumlah

3.409.260

4.118.994

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

Beban yang masih harus dibayar untuk Pendi 2009, timbul dari Keputusan Direktur HCGA No. SK.704/PS940/HRC-60/2009 dan No. SK.18/PS940/HRC-60/2010 tentang Penetapan Peserta Pensiun Dini Tahun Anggaran 2009 masing-masing pada tanggal 23 Desember 2009 dan 15 Januari 2010 dan sebagaimana dikomunikasikan kepada seluruh karyawan pada tanggal 23 Oktober 2009. Perusahaan telah mengakui kewajiban berdasarkan jumlah karyawan yang berhak, berdasarkan tingkat jabatan, dan yang mendaftar. Akrualisasi manfaat Pendi pada tanggal 31 Desember 2009 sebesar Rp1.028.639 juta dibebankan ke laporan laba rugi konsolidasian tahun 2009 (Catatan 33). Berdasarkan keputusan Dewan Komisaris Infomedia No.IN/DEKOM/74000/09012 tanggal 23 Desember 2009 tentang Program Pensiun Dini, Infomedia telah mengakui kewajiban berdasarkan jumlah karyawan yang berhak, berdasarkan tingkat jabatan dan yang diharapkan mendaftar. Akrualisasi manfaat Pendi pada tanggal 31 Desember 2009 sebesar Rp15.000 juta dan telah dibebankan di laporan laba rugi konsolidasian (Catatan 33). Lihat Catatan 43 untuk rincian transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. 16. PENDAPATAN DITERIMA DI MUKA 2010

2009

Kartu pulsa prabayar Jasa telekomunikasi lainnya Lain-lain

2.419.099 131.220 131.164

2.702.183 122.122 122.227

Jumlah

2.681.483

2.946.532

2010

2009

17. HUTANG BANK JANGKA PENDEK Kreditur

Mata uang

Bank CIMB Niaga Bank Ekonomi PT Bank Syariah Mandiri (“BSM”)

Rp Rp Rp

Jumlah

35.359 16.472 4.000

9.000

55.831

43.850

Lihat Catatan 43 untuk rincian transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

59

12.200 22.650

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

17. HUTANG BANK JANGKA PENDEK (lanjutan)

Peminjam

Mata uang

Total fasilitas (dalam jutaan)

Jadwal pembayaran

Periode pembayaran bunga

Tingkat suku bunga per tahun

Bank CIMB Niaga 25 April 2005a

Balebat

Rp

12.000

29 Mei 2011

Bulanan

11,50%

29 April 2008a

Balebat

Rp

5.000

29 Mei 2011

Bulanan

11,50%

29 April 2008a

Balebat

Rp

500

29 Mei 2011

Bulanan

11,50%

GSD

Rp

19.000

18 Januari 2011

Bulanan

10,25%

Infomedia

Rp

28.000

14 Mei 2011

Bulanan

12,50%

0,55

13 Juni 2011

Bulanan

6,00%

18 Oktober 2005b 14 Mei 2010 Bank Ekonomi 11 Februari 2009c

Sigma

US$

7 Agustus 2009 d

Sigma

Rp

35.000

1 Juli 2011

Bulanan

10,50%

PT Bank Syariah Mandiri (“BSM”) 20 Agustus 2009

Balebat

Rp

15.000

20 Agustus 2010

Bulanan

15,30%

Balebat

Rp

15.000

30 Agustus 2011

Bulanan

14,00%

1 September 2010

Jaminan Aset tetap (Catatan 10), persediaan (Catatan 6), dan piutang usaha (Catatan 5) Aset tetap (Catatan 10), persediaan (Catatan 6), dan piutang usaha (Catatan 5) Aset tetap (Catatan 10), persediaan (Catatan 6), dan piutang usaha (Catatan 5) Aset tetap (Catatan 10) Piutang usaha (Catatan 5)

Piutang usaha (Catatan 5) Piutang usaha (Catatan 5) dan aset tetap (Catatan 10)

Aset tetap (Catatan 10), persediaan (Catatan 6), piutang usaha (Catatan 5), asuransi, dan letter of comfort Aset tetap (Catatan 10), persediaan (Catatan 6), dan piutang usaha (Catatan 5)

Fasilitas hutang bank yang diperoleh anak perusahaan tersebut digunakan untuk keperluan modal kerja. a

Berdasarkan amandemen terakhir pada tanggal 24 Mei 2010 Berdasarkan amandemen terakhir pada tanggal 8 Desember 2010 c Berdasarkan amandemen terakhir pada tanggal 1 Juli 2010 d Berdasarkan amandemen terakhir pada tanggal 1 Juli 2010 b

60

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

18. JATUH TEMPO HUTANG JANGKA PANJANG a. Bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Catatan Hutang bank Pinjaman penerusan (two-step loans) Hutang sewa pembiayaan Obligasi dan wesel bayar Nilai perolehan penggabungan usaha yang ditangguhkan

2010

2009*

21 19 10 20

4.478.247 395.363 198.062 126.719

5.826.347 423.983 239.078 5.518

22

105.245

1.221.287

5.303.636

7.716.213

Jumlah * Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

b. Bagian jangka panjang (Dalam miliaran Rupiah) Catatan Hutang bank Obligasi dan wesel bayar Pinjaman penerusan (two-step loans) Hutang sewa pembiayaan

21 20 19 10

Jumlah

Jumlah

2012

2013

2014

2015

Selanjutnya

10.256,2 3.421,5 3.407,1 2.267,2 756,3 3.249,4 160,0 59,4 30,0 1.005,0 2.741,3 408,9

397,3 152,2

322,6 112,1

325,2 83,8

404,1 1.995,0

327,8 15,8

1.368,4 45,0

16.655,8 4.131,0 3.901,2 2.706,2 2.104,9

3.812,5

19. PINJAMAN PENERUSAN (TWO-STEP LOANS) Pinjaman penerusan adalah pinjaman tanpa jaminan yang diperoleh Pemerintah yang kemudian diteruskan kepada Perusahaan. Pinjaman yang diperoleh hingga bulan Juli 1994 dicatat dan terhutang dalam Rupiah berdasarkan kurs pada tanggal penarikan pinjaman. Pinjaman yang diperoleh setelah bulan Juli 1994 terhutang dalam valuta asalnya dan keuntungan atau kerugian selisih kurs yang terjadi ditanggung oleh Perusahaan. 2010

2009

Saldo terhutang

Kreditur Bank luar negeri

Mata uang Yen US$ Rp

Mata uang asal (dalam jutaan) 10.750,57 120,76 -

Jumlah Bagian yang akan jatuh tempo dalam satu tahun (Catatan 18a)

Setara Rupiah 1.191.378 1.088.639 856.649 3.136.666 (395.363)

Bagian jangka panjang (Catatan 18b)

2.741.303

61

Saldo terhutang Mata uang asal (dalam jutaan) 11.518,46 139,64 -

Setara Rupiah 1.177.186 1.316.827 1.024.080 3.518.093 (423.983) 3.094.110

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

19. PINJAMAN PENERUSAN (TWO-STEP LOANS) (lanjutan)

Kreditur

Mata uang

Bank luar negeri

US$ Rp Yen

Periode pembayaran bunga

Jadwal pembayaran Semesteran Semesteran Semesteran

Tingkat suku bunga per tahun

Semesteran Semesteran Semesteran

4%-6,67% 7,57% 3,10%

Pinjaman tersebut ditujukan untuk membiayai pengembangan infrastruktur dan sarana penunjang telekomunikasi. Pinjaman ini akan dilunasi dalam angsuran semesteran dan jatuh tempo pada berbagai tanggal sampai dengan tahun 2024. Sejak 2008, Perusahaan telah menggunakan seluruh fasilitas pinjaman penerusan dan periode penarikan pinjaman penerusan tersebut telah berakhir. Perusahaan diharuskan untuk mempertahankan rasio-rasio keuangan sebagai berikut: a. Rasio projected net revenue to projected debt service harus melebihi masing-masing 1,5:1 dan 1,2:1 untuk pinjaman penerusan yang berasal dari Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (“ADB”). b. Pendanaan dari sumber internal (laba sebelum penyusutan dan beban bunga) harus melebihi masing-masing 50% dan 20% dari rata-rata jumlah pengeluaran barang modal tahunan untuk pinjaman yang masing-masing berasal dari Bank Dunia dan ADB. Pada tanggal 31 Desember 2010, Perusahaan memenuhi ketentuan mengenai rasio-rasio tersebut di atas. Lihat Catatan 43 untuk rincian transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. 20. OBLIGASI DAN WESEL BAYAR 2010

2009

Saldo terhutang

Obligasi dan wesel bayar

Mata uang

Obligasi Seri A Seri B Wesel bayar jangka menengah (Medium Term Notes atau “MTN”) Metra Sigma Finnet Promes PT. ZTE Indonesia (“ZTE”) Huawei Tech

Mata uang asal (dalam jutaan)

Saldo terhutang

Setara Rupiah

Mata uang asal (dalam jutaan)

Setara Rupiah

Rp Rp

-

1.005.000 1.995.000

-

-

Rp Rp Rp

-

47.000 30.000 23.750

-

30.000 30.000 10.000

7,08 23,46

63.824 211.524

0,46 -

4.295 -

US$ US$

Jumlah Yang akan jatuh tempo dalam satu tahun (Catatan 18a)

3.376.098 (126.719)

74.295 (5.518)

Bagian jangka panjang (Catatan 18b)

3.249.379

68.777

62

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

20. OBLIGASI DAN WESEL BAYAR (lanjutan) a. Hutang obligasi Pokok hutang

Penerbit

Seri A Seri B

1.005.000 1.995.000

Perusahaan Perusahaan

Total

3.000.000

Obligasi

Tempat pencatatan BEI BEI

Tanggal terbit 25 Juni 2010 25 Juni 2010

Jatuh tempo 6 Juli 2015 6 Juli 2020

Periode pembayaran bunga

Tingkat bunga per tahun

Kuartalan Kuartalan

9,60% 10,20%

Obligasi tersebut dijamin dengan seluruh aset yang dimiliki perusahaan. Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi obligasi ini adalah PT Bahana Securities, PT Danareksa Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas. Sedangkan bertindak sebagai Wali Amanat adalah PT CIMB Niaga Tbk. Perusahaan menerima hasil penerbitan obligasi ini pada tanggal 6 Juli 2010. Dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum obligasi setelah dikurangi biaya-biaya emisi, seluruhnya akan dipergunakan untuk meningkatkan belanja modal yang meliputi: wave broadband (pita lebar, softswitching, datakom, teknologi informasi dan lainnya), infrastruktur (backbone, metro network, regional metro junction, internet protocol, dan system satelit), dan optimisasi legacy dan fasilitas penunjang (fixed wireline dan wireless). Pada tanggal 31 Desember 2010, peringkat obligasi yang diberikan oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) adalah idAAA (stable outlook). Berdasarkan perjanjian perwaliamanatan, Perusahaan diharuskan untuk pembatasan, termasuk mempertahankan rasio-rasio keuangan sebagai berikut: 1. Rasio debt to equity tidak lebih dari 2:1. 2. Rasio EBITDA terhadap beban bunga tidak kurang dari 5:1 3. Rasio debt service coverage sebesar 125%

menaati

semua

Pada tanggal 31 Desember 2010, Perusahaan memenuhi ketentuan mengenai rasio-rasio tersebut di atas. b. MTN MTN

Metra Tahap 1 Tahap 2 Sigma Finnet Tahap 1 Tahap 2

Pokok hutang

Tanggal terbit

Jatuh tempo

Periode pembayaran bunga

30.000 20.000 30.000

9 Juni 2009 1 Februari 2010 16 Oktober 2009

19 Juni 2012 2 Februari 2013 17 November 2014

Kuartalan Kuartalan Semesteran

10.000 15.000

16 Oktober 2009 18 Maret 2010

17 November 2012 24 Maret 2013

Bulanan Bulanan

Bertindak sebagai Arranger atas MTN adalah PT Bahana Securities, Bank Mega bertindak sebagai Wali Amanat, dan KSEI bertindak sebagai Agen Pembayar dan Jasa Penitipan Kolektif (Kustodian).

63

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

20. OBLIGASI DAN WESEL BAYAR (lanjutan) b. MTN (lanjutan) i. Metra Dana yang diperoleh dari penerbitan MTN tersebut digunakan untuk mengembangkan usaha dan modal kerja. Bunga MTN dihitung dengan menggunakan tingkat bunga mengambang untuk tahun pertama masing-masing sebesar 15,05% dan 12,01% untuk tahap pertama dan tahap kedua. Untuk tahun kedua dan ketiga, tingkat bunga tahap pertama dan tahap kedua adalah sebesar tingkat pengembalian rata-rata (yield) dari tiga Surat Utang Negara yang memiliki sisa jangka waktu yang sama dengan waktu MTN tahun kedua dan ketiga ditambah dengan premi sebesar 4,02%. Pelunasan pokok secara bertahap sebesar 10%, 20%, dan 70% pada ulang tahun pertama, kedua, dan ketiga Tanggal Penerbitan. Metra memberikan jaminan dengan nilai minimal 40% dari nilai Pokok MTN yang masih terhutang. Maksimal 60% nilai pokok MTN yang masih terhutang tidak dijamin dan setiap saat diperlakukan sama (pari passu) dengan kewajiban Metra lainnya yang tidak dijamin. Metra dapat membeli kembali seluruh atau sebagian MTN pada saat kapanpun sebelum tanggal jatuh tempo MTN. Berdasarkan perjanjian perwaliamanatan MTN, Metra diharuskan untuk menaati semua pembatasan, termasuk mempertahankan rasio-rasio keuangan sebagai berikut: 1. Debt to Equity maksimal 1,5:1 (satu koma lima berbanding satu); 2. EBITDA to Interest Ratio minimum 2,5. Pada tanggal 31 Desember 2010, Metra memenuhi ketentuan mengenai rasio-rasio tersebut di atas. ii. Sigma Dana yang diperoleh dari penerbitan MTN tersebut digunakan untuk mengembangkan usaha. Bunga MTN untuk tahun pertama sebesar 14,5% dan untuk tahun kedua sampai dengan tahun kelima terhitung sejak Tanggal Penerbitan adalah rata-rata suku bunga SBI berjangka waktu satu bulan ditambah premi 800 basis poin, yang dihitung berdasarkan tingkat rata-rata suku bunga SBI berjangka waktu satu bulan selama 6 bulan terakhir pada saat penetapan bunga MTN. MTN tidak dijamin dengan jaminan khusus, tetapi dijamin dengan seluruh harta kekayaan Sigma baik barang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang telah ada maupun yang akan ada dikemudian hari menjadi jaminan bagi pemegang MTN pari passu tanpa preferen dengan hakhak kreditur lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan perjanjian perwaliamanatan MTN, Sigma diharuskan untuk menaati semua pembatasan, termasuk mempertahankan rasio-rasio keuangan sebagai berikut: 1. Debt to Equity maksimal 2,5:1 (dua koma lima berbanding satu); 2. Hutang yang dibiayai dan EBITDA maksimal lima kali di tahun 2009, tiga setengah kali di tahun 2010 dan dua setengah kali di tahun 2011. Pada tanggal 31 Desember 2010, Sigma memenuhi ketentuan mengenai rasio-rasio tersebut di atas.

64

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

20. OBLIGASI DAN WESEL BAYAR (lanjutan) b. MTN (lanjutan) iii.Finnet Dana yang diperoleh dari penerbitan MTN tersebut digunakan untuk investasi perangkat keras dan lunak, pembangunan proyek, dan pembayaran bridging loan untuk pelaksanaan proyek. Pelunasan pokok MTN tahap pertama masing-masing 1% pada setiap bulan ke-7 sampai ke-12, masing-masing 2% pada setiap bulan ke-13 sampai bulan ke-35, sisa pokok sebesar 48% pada tanggal 17 November 2012. Pelunasan pokok MTN tahap kedua masing-masing 2% pada setiap bulan-bulan berikutnya sampai bulan ke-35, sisa pokok sebesar 30% pada tanggal 24 Maret 2013. Bunga MTN sebesar 16,25% per tahun. MTN tidak dijamin dengan jaminan khusus, tetapi dijamin dengan seluruh harta kekayaan Finnet baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak, baik yang telah ada maupun yang akan ada dikemudian hari menjadi jaminan bagi pemegang MTN pari passu tanpa preferen dengan hak-hak kreditur Finnet lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Finnet dapat membeli kembali seluruh atau sebagian MTN pada saat kapanpun sebelum tanggal jatuh tempo MTN. Berdasarkan perjanjian perwaliamanatan MTN, Finnet diharuskan untuk menaati semua pembatasan, termasuk mempertahankan rasio-rasio keuangan sebagai berikut: 1. Debt to Equity maksimal 2,5:1 (dua koma lima berbanding satu)(hanya jika MTN diberikan oleh Finnet kepada pihak ketiga); 2. EBITDA to Interest Ratio minimum 2,5. Pada tanggal 31 Desember 2010, Finnet memenuhi ketentuan mengenai rasio-rasio tersebut di atas. Lihat Catatan 43 untuk rincian transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. c. Promes

Pemasok PT ZTE Indonesia (“ZTE”)

PT Huawei Tech Investment (“Huawei Tech”)

Mata uang

Pokok pinjaman (dalam jutaan)

Tanggal perjanjian

Tanggal pembayaran

Semesteran 10 Juni 201025 Mei 2013 Semesteran 19 Sept 201023 Juni 2013

US$

100

20 Agustus 2009

US$

300

19 Juni 2009

Periode pembayaran bunga

Tingkat bunga per tahun

Semesteran

6 bln LIBOR+2,5%

Semesteran

6 bln LIBOR+2,5%

Berdasarkan perjanjian antara Perusahaan dengan ZTE dan Huawei Tech (Agreement of Frame Supply and Deferred Payment Arrangement), Promes yang dikeluarkan Perusahaan kepada ZTE dan Huawei Tech tersebut merupakan fasilitas pembiayaan pemasok tanpa jaminan untuk pembayaran 85% dari nilai berita acara serah terima proyek-proyek dengan ZTE dan Huawei Tech.

65

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

21. HUTANG BANK 2010

2009

Saldo terhutang

Kreditur

Mata uang asal (dalam jutaan)

Mata uang

The Export-Import Bank of Korea (“Korea Eximbank”) Bank Mandiri BCA Citibank BNI Bank CIMB Niaga Bank Bukopin BRI Bank Ekonomi Sindikasi bank PT ANZ Panin Bank (“ANZ Panin”) BII PT Bank OCBC Indonesia (“OCBC Indonesia”) OCBC NISP ABN Amro Bank N.V., Stockholm (“AAB Stockholm”) dan Standard Chartered Bank Industrial and Commercial Bank of China Limited (“ICBC”) Bank of China (“BoC”) Finnish Export Credit Ltd Japan Bank for International Cooperation (“JBIC”) BTN PT Bank Index Selindo (“Bank Index”)

US$ Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

Saldo terhutang

Setara Rupiah

11,76 -

105.989 3.075.556 2.755.556

-

US$

Mata uang asal (dalam jutaan)

Setara Rupiah

35 -

332.605 3.330.000 2.600.000 200.000 1.550.000 25.301 857 2.200.000 74.272 5.100.000 1.000.000 500.000

177.600 444.000

-

-

54,18

487.106

-

-

US$ US$ US$

46,36 17,68 16,58

416.783 158.959 149.062

-

-

US$ Rp Rp

53,90 -

485.907 7.084 502

-

-

Rp Rp

Jumlah Biaya perolehan pinjaman yang belum diamortisasi

1.150.000 24.215 822.000 79.378 4.500.000

14.839.697

16.913.035

(105.245)

-

14.734.452

16.913.035

Hutang bank yang akan jatuh tempo dalam satu tahun (Catatan 18a)

(4.478.247)

(5.826.347 )

Bagian jangka panjang (Catatan 18b)

10.256.205

11.086.688

Lihat Catatan 43 untuk rincian transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

Peminjam The Export-Import Bank of Korea (“Korea Eximbank”) 27 Agustus 2003a Perusahaan

Mata uang

US$

Total fasilitas (dalam jutaan)

124

Jadwal pembayaran

Periode pembayaran bunga

Semesteran Semesteran (30 Desember 200630 Juni 2011)

66

Tingkat suku bunga per tahun

5,68%

Jaminan

Tidak ada

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

21. HUTANG BANK (lanjutan)

Peminjam Bank Mandiri 15 Juni 2007b&c

Mata uang

Total Fasilitas (dalam jutaan)

Telkomsel

Rp

700.000

Telkomsel

Rp

750.000

23 Desember 2008b Telkomsel

Rp

1.300.000

3 Juli 2009 b

Telkomsel

Rp

2.000.000

5 Juli 2010 b

Telkomsel

Rp

3.000.000

BCA 14 Juli 2008 b

Telkomsel

Rp

1.000.000

3 Juli 2009 b

Telkomsel

Rp

2.000.000

5 Juli 2010 b

Telkomsel

Rp

2.000.000

TII

Rp

200.000

Telkomsel

Rp

500.000

Rp

750.000

24 Oktober 2007b

16 Desember 2010 Citibank 24 Oktober 2007 b

BNI b 24 Oktober 2007 Telkomsel

Jadwal pembayaran

Periode pembayaran bunga

Semesteran (30 Januari 200830 Januari 2010) Semesteran (30 April 200830 April 2010) Semesteran (30 Juli 200930 Juli 2011) Semesteran (9 Januari 20109 Januari 2014) Semesteran (7 Januari 20127 Januari 2016)

Tingkat suku bunga per tahun

Kuartalan

3 bulan JIBOR +1,25%

Tidak ada

Kuartalan

3 bulan JIBOR +1,17%

Tidak ada

Bulanan

3 bulan JIBOR +2,25%

Tidak ada

Kuartalan

3 bulan JIBOR +1,50%

Tidak ada

Kuartalan

3 bulan JIBOR +1,20%

Tidak ada

Kuartalan

1 bulan JIBOR +1,50%

Tidak ada

Kuartalan

3 bulan JIBOR +1,50%

Tidak ada

Kuartalan

3 bulan JIBOR +1,20%

Tidak ada

Kuartalan

3 bulan JIBOR +1,25%

Tidak ada

Semesteran (25 Desember 200825 Desember 2010)

Kuartalan

3 bulan JIBOR +1,09%

Tidak ada

Semesteran (30 April 200830 April 2010) Semesteran (21 Januari 200921 Januari 2011) Semesteran (3 Januari 20113 Januari 2015) Semesteran

Kuartalan

3 bulan JIBOR +1,17%

Tidak ada

Kuartalan

1 bulan JIBOR +1,50%

Tidak ada

Kuartalan

3 bulan JIBOR +3,00%

Tidak ada

Kuartalan

3 bulan JIBOR +1,25%

Tidak ada

Aset tetap (Catatan 10), persediaan (Catatan 6), dan piutang usaha (Catatan 5) Aset tetap (Catatan 10)

Semesteran (21 Januari 200921 Januari 2011) Semesteran (9 Januari 20109 Januari 2014) Semesteran (7 Januari 20127 Januari 2016) Semesteran

14 Juli 2008 b

Telkomsel

Rp

2.000.000

3 Juli 2009 b

Telkomsel

Rp

750.000

Rp

1.000.000

Balebat

Rp

2.200

Bulanan (29 Desember 200428 Juni 2010)

Bulanan

14%

21 Maret 2007

GSD

Rp

20.000

Bulanan

13%

23 November 2007

GSD

Rp

8.000

Kuartalan (April 2007Juli 2015) Bulanan (23 Desember 200723 November 2012)

Bulanan

11%

13 Oktober 2010 h Perusahaan Bank CIMB Niaga 28 Desember 2004d

Jaminan

67

Aset tetap (Catatan 10)

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

21. HUTANG BANK (lanjutan)

Peminjam Bank CIMB Niaga (lanjutan) 28 Juli 2009e Balebat

Mata uang

Total fasilitas (dalam jutaan)

Jadwal pembayaran

Periode pembayaran bunga

Tingkat suku bunga per tahun

Rp

2.743

Bulanan ( Maret 2010Februari 2015)

Bulanan

11,50%

Jaminan Aset tetap (Catatan 10), persediaan (Catatan 6), dan piutang usaha (Catatan 5) Aset tetap (Catatan 10), persediaan (Catatan 6), dan piutang usaha (Catatan 5)

24 Mei 2010

Balebat

Rp

3.000

Bulanan (9 Juni 20108 Juni 2015)

Bulanan

11,50%

Bank Bukopin 11 Mei 2005

Infomedia

Rp

5.300

Bulanan ( Mei 2005Desember 2010)

Bulanan

15%

Aset tetap (Catatan 10)

BRI 24 Oktober 2007b

Telkomsel

Rp

2.000.000

Kuartalan

3 bulan JIBOR +1,17%

Tidak ada

Telkomsel

Rp

Kuartalan

1 bulan JIBOR +1,50%

Tidak ada

2 September 2009b Telkomsel

Rp

Kuartalan

3 bulan JIBOR +1,50%

Tidak ada

13 Oktober 2010 h Perusahaan

Rp

Kuartalan

3 bulan JIBOR +1,25%

Tidak ada

28 Juli 2008 b

Bank Ekonomi 7 Desember 2006f

Semesteran (25 Desember 200825 Desember 2010) 1.000.000 Semesteran (4 Februari 20094 Februari 2011) 800.000 Semesteran (8 Maret 20108 Maret 2014) 3.000.000 Semesteran

Sigma

Rp

14.000

Bulanan (12 Desember 200612 Desember 2012)

Bulanan

10,50%

Aset tetap (Catatan 10) dan piutang usaha (Catatan 5)

Sigma

Rp

13.000

Bulanan (Januari 2008Desember 2012)

Bulanan

10,50%

10 September 2008 f

Sigma

Rp

33.000

Bulanan (April 2009Maret 2015

Bulanan

10,50%

7 Agustus 2009 f&g

Sigma

Rp

35.000

Bulanan

10,50%

Aset tetap (Catatan 10) dan piutang usaha (Catatan 5) Aset tetap (Catatan 10) dan piutang usaha (Catatan 5) Aset tetap (Catatan 10) dan piutang usaha (Catatan 5)

7 Agustus 2009 f

Sigma

Rp

20.000

Bulanan

10,50%

9 Maret 2007

f

Bulanan beberapa cicilan (4 September 200925 Agustus 2013) Bulanan beberapa cicilan (19 November 20094 Agustus 2014)

68

Aset tetap (Catatan 10) dan piutang usaha (Catatan 5)

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

21. HUTANG BANK (lanjutan)

Peminjam

Mata uang

Total fasilitas (dalam jutaan)

Perusahaan

Rp

2.400.000

Perusahaan

Rp

2.700.000

PT ANZ Panin Bank (“ANZ Panin”) 4 September 2009 b Telkomsel

Rp

1.000.000

BII 15 September 2009 b Telkomsel

Rp

PT Bank OCBC Indonesia (“OCBC Indonesia”) 2 November 2009 b Telkomsel OCBC NISP 2 November 2009 b

Sindikasi bank 29 Juli 2008 h (BNI, BRI, dan Bank Jabar) 16 Juni 2009 h (BNI dan BRI)

Telkomsel

Jadwal pembayaran

Semesteran (25 Februari 201028 Juli 2013) Semesteran (25 Januari 201115 Juni 2014)

Periode pembayaran bunga

Tingkat suku bunga per tahun

Jaminan

Kuartalan

3 bulan JIBOR +1,20%

Tidak ada

Kuartalan

3 bulan JIBOR +2,45%

Tidak ada

Semesteran (8 Maret 20108 Maret 2014)

Kuartalan

3 bulan JIBOR +1,75%

Tidak ada

500.000

Semesteran (29 Maret 201029 Maret 2014)

Kuartalan

3 bulan JIBOR +2,06%

Tidak ada

Rp

200.000

Semesteran (2 November 20102 November 2014)

Kuartalan

3 bulan JIBOR +3,00%

Tidak ada

Rp

500.000

Semesteran (2 November 20102 November 2014)

Kuartalan

3 bulan JIBOR +3,00%

Tidak ada

ABN Amro Bank N.V., Stockholm (“AAB Stockholm”) dan Standard Chartered Bank b&i 30 Desember 2009 Telkomsel

US$

318

Semesteran (April 2011Oktober 2016)

Semesteran 6 bulan LIBOR +0,82%

Tidak ada

Industrial and Commercial Bank of China Limited (“ICBC”) 30 Desember 2009b&j Telkomsel

US$

266

Semesteran (April 2011Oktober 2016)

Semesteran 6 bulan LIBOR +1,20%

Tidak ada

Bank of China (“BoC”) 30 Desember 2009 b Telkomsel

US$

100

Semesteran Semesteran 6 bulan LIBOR (30 Juni 2012+2,55% 30 Desember 2017)

Tidak ada

Finnish Export Credit Ltd 2 Maret 2010 b&k

US$

264

Telkomsel

Semesteran (Januari 2011Juli 2015)

69

Semesteran

CIRR+2,50%

Tidak ada

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

21. HUTANG BANK (lanjutan)

Peminjam

Mata uang

Total fasilitas (dalam jutaan)

Jadwal pembayaran

Periode pembayaran bunga

Japan Bank for International Cooperation (“JBIC”) 26 Maret 2010 l&m Perusahaan

US$

59,89

Semesteran (26 Oktober 201026 April 2015)

BTN 10 September 2009 Ad Medika

Rp

9.500

Bulanan (10 September 200910 September 2014)

Bank Index 12 Mei 2010

Standard Chartered Bank 6 Desember 2010

Balebat

TII

Rp

US$

Tingkat suku bunga per tahun

Jaminan

Semesteran

4,56% dan 6 bulan LIBOR +0,70%

Tidak ada

Bulanan

13,50%

Aset tetap (Catatan 10) dan piutang usaha (Catatan 5)

590

Bulanan (September 2010Agustus 2012)

Bulanan

14,00%

Aset tetap (Catatan 10)

8

Bulanan

Bulanan

2,00%

Tidak ada

Fasilitas hutang bank yang diperoleh Perusahaan dan anak perusahaan tersebut digunakan untuk keperluan modal kerja. a

Fasilitas pinjaman yang diperoleh Perusahaan tersebut digunakan untuk membiayai pengadaan Code Division Multiple Access (“CDMA”) dari konsorsium Samsung. b Telkomsel tidak memberikan jaminan apa pun atas setiap pinjaman atau fasilitas kredit lainnya. Persyaratan dari berbagai pinjaman antara Telkomsel dengan krediturnya dan penyedia dana, mengharuskan ketaatan terhadap sejumlah jaminan dan larangan termasuk persyaratan keuangan dan lainnya, diantaranya pembatasan atas jumlah dividen dan bentuk distribusi laba lainnya yang dapat berdampak buruk pada kemampuan Telkomsel untuk memenuhi persyaratan dari fasilitasfasilitas tersebut. Persyaratan dari perjanjian yang relevan juga meliputi klausul gagal bayar dan gagal bayar silang. Pada tanggal 31 Desember 2010, Telkomsel memenuhi persyaratan tersebut di atas. c Berdasarkan amandemen terakhir pada tanggal 24 Juli 2007. d Berdasarkan amandemen terakhir pada tanggal 28 Juli 2009. e Berdasarkan amandemen terakhir pada tanggal 24 Mei 2010. f Fasilitas-fasilitas pinjaman tersebut memuat beberapa pembatasan tertentu yang mewajibkan Sigma untuk mendapatkan izin tertulis dari Bank Ekonomi sebelum menjadi penjamin atas hutang pihak ketiga, menjaminkan tanah ke bank lain atau pihak ketiga, menyewakan tanah ke pihak ketiga, menarik dana fasilitas kredit melebih batas maksimum, mengubah status hukum Sigma, membayar atau menyatakan dividen, dan membayar piutang pemegang saham. Pada tanggal 31 Desember 2010, Sigma memenuhi persyaratan tersebut di atas. g Berdasarkan amandemen terakhir pada tanggal 17 September 2009.

70

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

21. HUTANG BANK (lanjutan) h

Sebagaimana dinyatakan dalam perjanjian, Perusahaan diharuskan untuk mentaati semua persyaratan atau batasan termasuk mempertahankan rasio-rasio keuangan dimana Perusahaan telah mentaatinya pada tanggal 31 Desember 2010, sebagai berikut:

1. Rasio hutang terhadap ekuitas tidak boleh melebihi 2:1. 2. Rasio debt service coverage harus melebihi dari 125%. i Sehubungan dengan perjanjian kemitraan dengan PT Ericsson Indonesia (“Ericsson Indonesia”) dan Ericsson AB (Catatan 47a.ii), Telkomsel mengadakan perjanjian EKN-Backed Facility (“fasilitas”) dengan ABN Amro Bank N.V. cabang Stockholm (sebagai “the original lender”), Standard Chartered Bank (sebagai “the original lender”, “the arranger”, “the facility agent” dan “the EKN agent”), ABN Amro Bank N.V., Hong Kong (sebagai “the arranger”) untuk pengadaan peralatan telekomunikasi dan jasa dari Ericsson. Fasilitas tersebut terdiri dari fasilitas 1, 2, dan 3 masing-masing sebesar US$117 juta, US$106 juta, dan US$95juta. j Sehubungan dengan perjanjian kemitraan dengan Huawei International Pte.Ltd. (“Huawei International”) dan PT Huawei Tech Investment (“Huawei Tech”) (Catatan 47a.ii), Telkomsel mengadakan perjanjian Sinosure-Backed Facility dengan ICBC untuk pengadaan peralatan telekomunikasi dan jasa dari Huawei. Fasilitas tersebut terdiri dari fasilitas 1 dan 2 masing-masing sebesar US$166 juta dan US$100 juta, termasuk premi sebesar US$16 juta. k Sehubungan dengan perjanjian kemitraan dengan Nokia Siemens Networks Oy, PT Nokia Siemens Networks dan Nokia Siemens Networks GmbH & Co. KG (Catatan 47a.ii), Telkomsel menandatangani perjanjian Finnvera-backed facility dengan Finnish Export Credit Ltd (“FEC”) (sebagai “the original lender”), Citibank, N.A., cabang Jakarta dan Credit Suisse AG, Zurich (sebagai “the arrangers”), The Hongkong and Shanghai Banking Corporation (“HSBC”) limited (sebagai “the arranger” and “the FEC counterparty”), and HSBC Bank Plc (sebagai “the agent”) untuk pengadaan peralatan dan jasa Nokia Siemens Networks. Fasilitas tersebut terdiri dari fasilitas 1 dan 2 masingmasing sebesar US$127 juta dan US$137 juta, termasuk premi sebesar US$14 juta. l Sehubungan dengan perjanjian dengan Konsorsium NSW-Fujitsu, Perusahaan menandatangani perjanjian pinjaman dengan JBIC, the international arm of Japan Finance Corporation, untuk pengadaan peralatan telekomunikasi dan jasa dari Konsorsium NSW-Fujitsu. Fasilitas tersebut terdiri dari fasilitas A dan B masing-masing sebesar US$36 juta dan US$24 juta. m Sebagaimana dinyatakan dalam perjanjian, Perusahaan diharuskan untuk mentaati semua persyaratan atau batasan termasuk mempertahankan rasio-rasio keuangan dimana Perusahaan telah mentaatinya pada tanggal 31 Desember 2010, sebagai berikut: 1. Rasio hutang terhadap ekuitas tidak boleh melebihi 2:1. 2. Rasio debt service coverage harus melebihi dari 150%.

71

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

22. NILAI PEROLEHAN PENGGABUNGAN USAHA YANG DITANGGUHKAN Nilai perolehan yang ditangguhkan merupakan kewajiban Perusahaan kepada Pemegang Saham Penjual MGTI atas akuisisi Perusahaan terhadap KSO IV, dan ke BSI atas akuisisi Perusahaan terhadap KSO VII, dengan penjelasan sebagai berikut: 2010 Transaksi KSO IV MGTI Dikurangi diskonto Transaksi KSO VII BSI Dikurangi diskonto Jumlah Bagian yang akan jatuh tempo dalam satu tahun setelah dikurangi diskonto (Catatan 18a) Bagian jangka panjang - setelah dikurangi diskonto (Catatan 18b)

2009

61.552 -

835.298 (33.876)

61.552

801.422

43.693 43.693

568.524 (40.580) 527.944

105.245

1.329.366

(105.245)

(1.221.287)

-

108.079

a. Transaksi KSO IV Nilai perolehan penggabungan usaha yang ditangguhkan yang berasal dari transaksi KSO IV merupakan saldo yang berasal dari akuisisi KSO IV oleh Perusahaan, berdasarkan amandemen dan pernyataan kembali perjanjian KSO yang dilakukan oleh Perusahaan dan MGTI pada tanggal 20 Januari 2004. Berdasarkan perjanjian, Perusahaan memperoleh hak secara hukum untuk dapat mengendalikan kebijakan keuangan dan operasional di KSO IV, Perusahaan menyetujui untuk membayar MGTI dengan nilai total pembelian berkisar US$390,7 juta (setara dengan Rp3.285.362 juta) yang merupakan nilai kini dari pembayaran bulanan dalam jumlah tetap (seluruhnya sebesar US$517,1 juta), yang harus dibayar kepada MGTI sejak Februari 2004 sampai dengan Januari 2011 dengan tingkat diskonto 8,3%, ditambah dengan biaya langsung dari penggabungan usaha. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, saldo pembayaran bulanan yang masih harus dibayar kepada MGTI, sebelum dikurangi diskonto yang belum diamortisasi, masing-masing sebesar US$6,83 juta (setara dengan Rp61.552 juta) dan US$88,58 juta (setara dengan Rp835.298 juta). b. Transaksi KSO VII Nilai perolehan penggabungan usaha yang ditangguhkan yang berasal dari transaksi KSO VII merupakan saldo yang berasal dari akuisisi KSO VII oleh Perusahaan, berdasarkan amandemen dan pernyataan kembali perjanjian KSO yang dilakukan oleh Perusahaan dan BSI pada tanggal 19 Oktober 2006. Berdasarkan perjanjian, Perusahaan memperoleh hak secara hukum untuk dapat mengendalikan kebijakan keuangan dan operasional di KSO VII, Perusahaan menyetujui untuk membayar BSI dengan nilai total pembelian berkisar Rp1.770.925 juta yang merupakan nilai kini dari pembayaran bulanan dalam jumlah tetap (seluruhnya sebesar Rp2.359.230 juta), yang harus dibayar kepada BSI sejak Oktober 2006 sampai dengan Januari 2011 dengan tingkat diskonto 15%, ditambah dengan biaya langsung dari penggabungan usaha. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, saldo pembayaran bulanan yang masih harus dibayar kepada BSI, sebelum dikurangi diskonto yang belum diamortisasi, masing-masing sebesar Rp43.693 juta dan Rp568.524 juta.

72

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

23. HAK MINORITAS 2010

2009

Hak minoritas atas aset bersih anak perusahaan: Telkomsel Metra Infomedia

11.970.890 17.311 7.840

10.868.407 57.670 7.270

Jumlah

11.996.041

10.933.347

2010

2009

2008

Hak minoritas atas laba anak perusahaan: Telkomsel Metra Infomedia

4.326.410 5.935 968

4.605.610 1.128 37.334

3.997.135 1.903 54.605

Jumlah

4.333.313

4.644.072

4.053.643

24. MODAL SAHAM 2010 Keterangan

Jumlah saham

Saham Seri A Dwiwarna Pemerintah Saham Seri B Pemerintah The Bank of New York Mellon Corporation Direksi (Catatan 1b): Ermady Dahlan Indra Utoyo Masyarakat (masing-masing di bawah 5%) Jumlah Modal saham yang diperoleh kembali (Catatan 26) Jumlah

73

Persentase kepemilikan

Jumlah modal disetor

1

-

-

10.320.470.711 2.394.970.656

52,47 12,18

2.580.118 598.743

17.604 5.508 6.953.960.300

35,35

4 1 1.738.490

19.669.424.780

100,00

4.917.356

490.574.500

-

122.644

20.159.999.280

100,00

5.040.000

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

24. MODAL SAHAM (lanjutan) 2009 Keterangan

Jumlah saham

Saham Seri A Dwiwarna Pemerintah Saham Seri B Pemerintah The Bank of New York Mellon Corporation Direksi (Catatan 1b): Ermady Dahlan Indra Utoyo Masyarakat (masing-masing di bawah 5%) Jumlah Modal saham yang diperoleh kembali (Catatan 26) Jumlah

Persentase kepemilikan

Jumlah modal disetor

1

-

-

10.320.470.711 1.788.730.056

52,47 9,09

2.580.118 447.183

17.604 5.508 7.560.200.900

38,44

4 1 1.890.050

19.669.424.780

100,00

4.917.356

490.574.500

-

122.644

20.159.999.280

100,00

5.040.000

Perusahaan hanya menerbitkan 1 saham Seri A Dwiwarna yang dimiliki oleh Pemerintah dan tidak dapat dialihkan kepada siapapun, dan mempunyai hak veto dalam RUPS Perusahaan berkaitan dengan pengangkatan dan penggantian Dewan Komisaris dan Direksi, penerbitan saham baru, serta perubahan Anggaran Dasar Perusahaan. Saham Seri B memberikan hak yang sama dan sederajat dalam segala hal kepada seluruh pemegang Saham Seri B.

25. TAMBAHAN MODAL DISETOR 2010

2009

Hasil penjualan 933.333.000 saham di atas nilai nominal melalui IPO pada tahun 1995 Kapitalisasi menjadi 746.666.640 saham Seri B pada tahun 1999

1.446.666 (373.333)

1.446.666 (373.333)

Jumlah

1.073.333

1.073.333

74

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

26. MODAL SAHAM YANG DIPEROLEH KEMBALI Perusahaan telah melakukan pembelian kembali saham Seri B tahap I, II, dan III berdasarkan keputusan RUPST Perusahaan (Catatan 1c), dan pada saat kondisi pasar berpotensi krisis berdasarkan Ketentuan BAPEPAM-LK No. XI.B.3 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM-LK No. Kep-401/BL/2008 tanggal 9 Oktober 2008. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, Perusahaan telah membeli kembali masingmasing 490.574.500 saham dari modal saham Seri B yang ditempatkan dan beredar, masingmasing setara dengan 2,43% dari modal saham Seri B yang ditempatkan dan beredar, dengan total pembelian masing-masing sebesar Rp4.264.073 juta hingga 2010 dan 2009 (sudah termasuk biaya jasa perantara dan kustodian). Perusahaan merencanakan untuk mempertahankan, menjual, atau menggunakan saham yang diperoleh kembali untuk tujuan lain sesuai dengan ketentuan BAPEPAM-LK No. XI.B.2 dan UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Berdasarkan keputusan RUPST Perusahaan tanggal 11 Juni 2010, para pemegang saham Perusahaan menyetujui perubahan rencana Perusahaan atas penggunaan saham yang diperoleh kembali dari hasil pembelian kembali saham tahap I, II, dan III, sebagai berikut: (i) dijual baik di bursa efek maupun di luar bursa efek; (ii) ditarik kembali dengan cara pengurangan modal; (iii) pelaksanaan konversi efek bersifat ekuitas; dan (iv) untuk keperluan pendanaan.

27. SELISIH TRANSAKSI SEPENGENDALI

RESTRUKTURISASI

DAN

TRANSAKSI

LAINNYA

ENTITAS

Saldo akun ini berjumlah Rp478.000 juta berasal dari terminasi dini hak eksklusif Perusahaan sebagai penyelenggara layanan sambungan tidak bergerak lokal dan jarak jauh dalam negeri. Seperti dijelaskan pada Catatan 1a, pada tanggal 15 Desember 2005, Perusahaan menandatangani Perjanjian Pelaksanaan Kompensasi Terminasi Dini Hak Eksklusifitas dengan Menkominfo - DJPT dan amandemennya pada tanggal 18 Oktober 2006. Berdasarkan perjanjian ini, Pemerintah menyetujui untuk membayar sebesar Rp478.000 juta, bersih setelah pajak, kepada Perusahaan secara bertahap selama lima tahun. Selain itu, Perusahaan diwajibkan oleh Pemerintah untuk menggunakan dana kompensasi ini untuk pembangunan infrastruktur telekomunikasi. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, akumulasi pembangunan infrastruktur yang terkait masing-masing sebesar Rp537.304 juta dan Rp416.773 juta. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, Perusahaan telah menerima pembayaran dengan total masing-masing sejumlah Rp478.000 juta terkait dengan kompensasi atas terminasi dini dari hak eksklusif yang dibayarkan tahunan oleh Pemerintah sejak 2005 sampai dengan 2008 masing-masing sebesar Rp90.000 juta dan terakhir pada tanggal 25 Agustus 2009 sebesar Rp118.000 juta. Perusahaan mencatat jumlah ini sebagai “Selisih transaksi restrukturisasi dan transaksi lainnya entitas sepengendali” sebagai bagian dari ekuitas. Jumlah ini dicatat sebagai bagian dari ekuitas karena Pemerintah merupakan pemegang saham mayoritas dan pengendali atas Perusahaan.

75

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

28. PENDAPATAN TELEPON

Tidak bergerak Pendapatan pemakaian Pendapatan abonemen bulanan Pendapatan instalasi Lain-lain Jumlah Seluler Pendapatan pemakaian Fitur Pendapatan abonemen bulanan Pendapatan jasa sambungan Jumlah Jumlah Pendapatan Telepon

2010

2009*

2008*

9.286.537 3.250.988 179.296 223.186

10.322.462 3.506.804 186.075 270.871

12.605.443 3.664.786 197.676 240.742

12.940.007

14.286.212

16.708.647

28.024.449 581.773 487.691 39.682

27.402.079 483.095 423.511 223.845

25.335.085 722.927 186.134 284.952

29.133.595

28.532.530

26.529.098

42.073.602

42.818.742

43.237.745

2009*

2008*

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

29. PENDAPATAN INTERKONEKSI 2010 Interkoneksi domestik dan transit Interkoneksi internasional

2.173.953 1.561.423

2.337.961 1.528.681

2.741.459 1.621.107

Jumlah

3.735.376

3.866.642

4.362.566

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

Berdasarkan Peraturan Menkominfo No. 08/Per/M.KOMINFO/02/2006, menetapkan bahwa implementasi tarif interkoneksi berbasis alokasi biaya mulai diterapkan tanggal 1 Januari 2007 (Catatan 46). Lihat Catatan 43 untuk rincian transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

30. PENDAPATAN DATA, INTERNET, DAN JASA TEKNOLOGI INFORMATIKA 2010

2009*

2008*

Short Messaging Service (“SMS”) Internet, komunikasi data, dan jasa teknologi informatika VoIP e-Business

11.288.633 8.297.486 196.506 18.472

10.499.400 7.789.752 185.704 36.731

9.653.649 4.896.573 180.458 37.503

Jumlah

19.801.097

18.511.587

14.768.183

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

76

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

31. PENDAPATAN JARINGAN 2010 Sewa sirkit Sewa transponder satelit Jumlah

2009

2008

687.546 370.613

743.005 475.008

691.765 387.710

1.058.159

1.218.013

1.079.475

Lihat Catatan 43 untuk rincian transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

32. PENDAPATAN JASA TELEKOMUNIKASI LAINNYA 2010 Customer Premise Equipment (“CPE”) dan terminal Kompensasi Pelayanan Universal (KPU) Directory assistance Lain-lain Jumlah

2009*

2008*

851.250 342.374 321.994 445.329

721.051 47.788 340.087 153.608

380.462 333.602 4.396

1.960.947

1.262.534

718.460

2010

2009

2008

2.775.106 2.714.035 795.547 504.612

3.056.273 2.335.409 674.426 625.776

2.956.440 2.241.970 1.128.437 706.453

238.254 216.038 85.921 78.323 65.876 22.920 19.838 7.516.470

331.056 207.494 22.120 116.562 81.468 20.028 1.043.639 18.906 8.533.157

901.797 215.320 32.368 35.300 83.569 16.318 788.205 10.457 9.116.634

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

33. BEBAN USAHA - KARYAWAN

Gaji dan tunjangan Cuti, insentif, dan tunjangan lainnya PPh karyawan Beban pensiun berkala bersih (Catatan 40a) Beban imbalan kesehatan pasca kerja berkala bersih (Catatan 42) Perumahan Asuransi Beban LSA (Catatan 41) Beban imbalan pasca kerja lainnya (Catatan 40b) Imbalan karyawan lainnya (Catatan 40c) Program Pendi (Catatan 15) Lain-lain Jumlah

77

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

34. BEBAN USAHA - OPERASI, PEMELIHARAAN, DAN JASA TELEKOMUNIKASI

Operasi dan pemeliharaan Beban pemakaian frekuensi radio (Catatan 43a.ii dan 47c.iii) Beban hak penyelenggaraan dan Kewajiban Pelayanan Universal (Catatan 43a.ii dan 43a.iii) Beban pokok penjualan telepon, set top box, kartu SIM, dan RUIM Listrik, gas, dan air Asuransi Sewa kendaraan dan fasilitas pendukung Sewa sirkit dan CPE Beban pokok jasa teknologi informatika Perjalanan Lain-lain Jumlah

2010 8.835.656

2009* 7.447.352

2008* 5.988.882

2.892.282

2.784.639

2.400.290

1.176.510

1.136.751

1.095.077

1.067.307 841.260 384.380 283.055 214.826 200.309 59.533 91.296 16.046.414

1.141.960 724.069 312.317 266.399 474.196 181.237 60.815 19.678 14.549.413

1.101.548 558.375 366.547 232.367 383.340 105.740 50.139 18.972 12.301.277

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

Lihat Catatan 43 untuk rincian transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

35. BEBAN USAHA - UMUM DAN ADMINISTRASI 2010 Penyisihan piutang ragu-ragu dan persediaan usang (Catatan 5d dan 6) Beban penagihan Sumbangan sosial dan umum Perjalanan Pelatihan, pendidikan, dan rekruitmen Keamanan dan screening Jasa profesional Rapat Alat tulis dan cetakan Sewa kendaraan Penelitian dan pengembangan Lain-lain Jumlah

2009

2008

524.760 401.239 288.247 259.707 215.698 214.787 162.561 79.620 64.287 50.888 8.463 81.889

573.704 717.844 220.582 223.153 204.734 265.385 184.546 76.413 64.644 66.170 5.867 40.746

397.950 583.871 141.850 238.282 241.425 258.750 204.854 88.029 71.965 87.001 9.753 42.455

2.352.146

2.643.788

2.366.185

2010 1.980.205 1.106.150 3.086.355

2009* 1.874.155 1.055.105 2.929.260

2008* 2.178.078 1.085.482 3.263.560

36. BEBAN USAHA - INTERKONEKSI

Interkoneksi domestik dan transit Interkoneksi internasional Jumlah * Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

Lihat Catatan 43 untuk rincian transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

78

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

37. PERPAJAKAN a.

Tagihan restitusi pajak 2010 Anak perusahaan PPh badan PPh Pasal 23 - Penyerahan jasa Pasal 26 - PPh pribadi luar negeri Pajak Pertambahan Nilai (”PPN”)

b.

2009

15.433

449.902

8.073 109.550 133.056

213 216.236 666.351

Pajak dibayar di muka 2010 Perusahaan PPh badan Anak perusahaan PPh badan PPN PPh Pasal 23 - Penyerahan jasa Pasal 26 - PPh pribadi luar negeri

c.

2009 -

255.168

666.467 47.023

85.069 36.551

2.208 -

2.473 471

715.698 715.698

124.564 379.732

Hutang pajak 2010 Perusahaan PPh Pasal 4 (2) - Pajak final Pasal 21 - PPh pribadi Pasal 22 - Penyerahan barang dan impor Pasal 23 - Penyerahan jasa Pasal 25 - Angsuran PPh badan Pasal 26 - PPh pribadi luar negeri Pasal 29 - Kurang bayar PPh badan PPN Anak perusahaan PPh Pasal 4 (2) - Pajak final Pasal 21 - PPh pribadi Pasal 22 - Penyerahan barang dan impor Pasal 23 - Penyerahan jasa Pasal 25 - Angsuran PPh badan Pasal 26 - PPh pribadi luar negeri Pasal 29 - Kurang bayar PPh badan PPN

79

2009

6.979 66.642 11.391 32.385 707 9.225 13.434 140.763

6.121 51.377 2.863 17.260 45.953 35.018 27.232 170.899 356.723

15.081 35.822 2 42.763 405.478 18.348 15.867 61.566 594.927 735.690

16.349 28.285 2 34.089 317.087 45.491 781.696 170.067 1.393.066 1.749.789

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

37. PERPAJAKAN (lanjutan) d.

Komponen beban (manfaat) pajak adalah sebagai berikut: 2010

Kini Perusahaan Anak perusahaan

Tangguhan Perusahaan Anak perusahaan

2009*

2008*

558.313 4.111.081

1.018.661 5.011.040

1.371.171 4.452.387

4.669.394

6.029.701

5.823.558

669.869 206.776

234.046 140.376

(200.308) 50.292

876.645

374.422

(150.016)

5.546.039

6.404.123

5.673.542

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

e. PPh badan dihitung untuk masing-masing perusahaan sebagai entitas yang terpisah (laporan keuangan konsolidasian tidak berlaku untuk perhitungan PPh badan di Indonesia). Rekonsiliasi antara laba sebelum pajak konsolidasian dengan laba kena pajak Perusahaan dan beban PPh konsolidasian adalah sebagai berikut: Laba sebelum pajak konsolidasian Penambahan kembali eliminasi konsolidasian Laba konsolidasian sebelum pajak dan eliminasi Dikurangi: laba sebelum pajak anak perusahaan Laba sebelum pajak Perusahaan Dikurangi: penghasilan yang telah dikenakan pajak final Pajak dihitung dengan tarif yang berlaku Penghasilan tidak kena pajak Beban yang tidak dapat dikurangkan secara pajak Kewajiban (aset) pajak tangguhan yang tidak dapat digunakan - bersih Efek penurunan tarif di masa depan terhadap kewajiban pajak tangguhan Perusahaan - bersih Beban PPh badan PPh ditanggung Pemerintah Beban PPh final Jumlah beban PPh - Perusahaan Beban PPh - anak perusahaan Efek penurunan tarif di masa depan terhadap kewajiban pajak tangguhan anak perusahaan - bersih Jumlah beban PPh konsolidasian * Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

80

2010 21.416.351 8.210.268 29.626.619 (16.932.220) 12.694.399

2009* 22.447.021 8.471.650 30.918.671 (18.302.111) 12.616.560

2008* 20.398.971 7.622.667 28.021.638 (16.219.919) 11.801.719

(632.679) 12.061.720 2.412.344 (1.640.289) 282.901

(656.472) 11.960.088 2.750.820 (1.941.645) 459.351

(740.407) 11.061.312 2.765.328 (1.910.785) 390.575

111.975

10.966

14.287

-

42.577

(183.204)

1.166.931 61.251 1.228.182 4.317.857

1.322.069 (142.779) 73.417 1.252.707 5.151.416

1.076.201 94.662 1.170.863 4.916.493

5.546.039

6.404.123

(413.814) 5.673.542

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

37. PERPAJAKAN (lanjutan) e.

(lanjutan) Rekonsiliasi antara laba sebelum pajak Perusahaan dengan estimasi laba kena pajak untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 adalah sebagai berikut: Laba sebelum pajak Perusahaan Dikurangi: penghasilan yang telah dikenakan pajak final Perbedaan temporer: Amortisasi aset tidak berwujud Penyusutan aset tetap Penyisihan piutang ragu-ragu Penyisihan beban karyawan Sewa pembiayaan (Keuntungan) kerugian selisih kurs atas nilai perolehan penggabungan usaha yang ditangguhkan Penyisihan persediaan usang Amortisasi hak atas tanah Penghapusan persediaan Laba atas penjualan aset tetap Penghapusan piutang Beban pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya berkala bersih Pembayaran nilai perolehan penggabungan usaha yang ditangguhkan Penyisihan beban Pendi Pendapatan instalasi tangguhan Penyisihan lain-lain Jumlah perbedaan temporer Perbedaan tetap: Beban imbalan kesehatan pasca kerja berkala bersih Amortisasi diskonto wesel bayar Restitusi pajak - bersih Bagian laba bersih perusahaan asosiasi dan anak perusahaan Kompensasi terminasi dini hak eksklusifitas (Catatan 27) Lain-lain Jumlah perbedaan tetap Laba kena pajak Beban Pajak kini PPh ditanggung Pemerintah (Catatan 27) Beban Pajak final Jumlah beban pajak kini - Perusahaan Beban pajak kini - anak perusahaan Jumlah pajak kini

2010 12.694.399

2009* 12.616.560

2008* 11.801.719

(632.679) 12.061.720

(656.472) 11.960.088

(740.407) 11.061.312

1.010.850 (797.667) 325.728 5.064 (28.895)

1.055.716 (372.240) 410.341 6.609 (33.874)

847.193 51.233 285.661 (241.304) (179.474)

(31.229) 15.331 (4.353) (6.785) (331.044) (337.233)

(155.860) 12.047 (4.084) (8.842) (20.658) (367.292)

252.457 10.163 (3.837) (6.824) (7.282) (323.234)

(298.779)

(344.072)

(267.999)

(1.204.178) (1.028.639) (87.284) (31.061) (2.830.174)

(1.163.695) 240.433 (92.959) 53.635 (784.795)

(958.050) 788.206 (64.536) (91.818) 90.555

318.439 520 (6.906)

891.404 8.277 (3.577)

(8.201.443)

(8.441.933)

(7.643.138)

1.198.389 (6.746.235) 2.485.311 497.062 61.251 558.313 4.111.081 4.669.394

620.779 1.064.345 (6.444.756) 4.730.537 1.088.023 (142.779) 73.417 1.018.661 5.011.040 6.029.701

701.252 (6.045.782) 5.106.085 1.276.509 94.662 1.371.171 4.452.387 5.823.558

229.174 27.645

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

Surat Pemberitahuan (“SPT”) Tahunan PPh Badan untuk tahun fiskal 2010 akan dilaporkan berdasarkan peraturan yang berlaku. Jumlah PPh badan untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2009 dan 2008 telah sesuai dengan yang dilaporkan dalam SPT Tahunan. 81

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

37. PERPAJAKAN (lanjutan) f.

Pemeriksaan pajak (i) Perusahaan Direktorat Jenderal Pajak (“DJP”) telah melakukan pemeriksaan pajak terhadap lebih bayar pajak penghasilan badan Perusahaan sebesar Rp255 miliar yang dilaporkan pada tahun fiskal 2008. Pada tanggal 16 Juni 2010, DJP menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (“SKPLB”) pajak penghasilan badan sebesar Rp228 miliar. Selisih antara SKPLB dengan tagihan restitusi pajak Perusahaan sebesar Rp27 miliar telah dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian tahun berjalan. Perusahaan menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (“SKPKB”) PPN sebesar Rp1,69 miliar termasuk denda pajak sebesar Rp0,5 miliar yang dikompensasikan dengan SKPLB PPh badan. Dengan demikian Perusahaan menerima pengembalian dari DJP sebesar Rp226,5 miliar. Pada tanggal 9 Juli 2010, Perusahaan telah menerima pengembalian atas SKPLB pajak penghasilan badan tahun fiskal 2008. Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasian ini, pemeriksaan pelaksanaan pemungutan atas PPh pihak ketiga (withholding tax) untuk tahun fiskal 2008 masih dalam proses. (ii) Telkomsel Sehubungan dengan pengajuan keberatannya pada Pengadilan Pajak pada tanggal 23 Februari 2009 untuk penolakan keberatan PPN yang meliputi tahun 2004 dan 2005 oleh Otoritas Pajak sebesar Rp215 miliar, Telkomsel mengakuinya sebagai tagihan retitusi pajak. Berdasarkan keputusan Pengadilan Pajak pada bulan Maret 2010, keberatan Telkomsel atas PPN diterima dan selanjutnya Telkomsel menerima pengembalian sebesar Rp215 miliar di bulan Juni 2010 termasuk bunga sebesar Rp103 miliar. Pada tanggal 10 Agustus 2010, Otoritas Pajak mengajukan uji materi kepada Mahkamah Agung (“MA”) atas keputusan Pengadilan Pajak. Pada tanggal 24 September 2010 Telkomsel mengajukan kontra memori kepada MA. Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasian ini, pengajuan kontra memori tersebut masih dalam proses. Pada tanggal 25 Februari 2009, Otoritas Pajak mengajukan uji materi kepada MA, atas keputusan Pengadilan Pajak yang menerima keberatan Telkomsel untuk withholding tax untuk tahun fiskal 2002 sebesar Rp115 miliar. Pada tanggal 3 April 2009, Telkomsel mengajukan kontra memori kepada MA. Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasian ini, uji materi tersebut masih dalam proses.

82

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

37. PERPAJAKAN (lanjutan) f.

Pemeriksaan pajak (lanjutan) (ii) Telkomsel (lanjutan) Pada tanggal 12 Februari 2009, Telkomsel menerima Surat Tagihan Pajak (“STP”) atas kurang bayar PPh pasal 25 untuk periode Desember 2008 sebesar Rp429 miliar (termasuk denda sebesar Rp8 miliar). Pada tanggal 3 Maret 2009, Telkomsel mengajukan keberatan dan memohon Otoritas Pajak untuk membatalkan STP tersebut. Pada tanggal 28 April 2009, Otoritas Pajak menolak keberatan yang diajukan. Oleh karena itu pada tanggal 28 Mei 2009, Telkomsel mengajukan banding ke Pengadilan Pajak atas penolakan Otoritas Pajak. Pada bulan Agustus 2009, Telkomsel membayar sebagian dari denda tersebut sebesar Rp4,2 miliar. Pada tanggal 21 Desember 2009, Pengadilan Pajak menyetujui permohonan banding Telkomsel dan meminta Otoritas Pajak untuk membatalkan STP. Pada tanggal 29 Desember 2009, berdasarkan hasil pemeriksaan pajak, Telkomsel menerima Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (“SKPLB”) untuk tahun pajak 2008 sebesar Rp439 miliar. Bagian yang ditolak oleh Otoritas Pajak sebesar Rp3 miliar dibebankan ke dalam laporan laba rugi konsolidasian tahun 2009. Pada tanggal 28 Januari dan 12 Februari 2010, Telkomsel menerima tagihan atas restitusi pajak masing-masing sebesar Rp439 miliar dan Rp4,2 miliar. Pada tanggal 21 April 2010, Telkomsel menerima pemberitahuan dari Pengadilan Pajak tentang pengajuan banding Otoritas Pajak kepada MA terkait putusan Pengadilan Pajak mengenai pembatalan STP atas kurang bayar PPh pasal 25 untuk periode Desember 2008. Pada bulan Mei 2010, Telkomsel mengajukan kontra memori kepada MA. Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasian ini, kontra memori tersebut masih dalam proses. Pada tahun 2010, Telkomsel diperiksa atas kurang bayar PPh badan, withholding tax, dan PPN, untuk tahun fiskal 2006 sebesar Rp212 miliar (termasuk denda Rp69 miliar). Pada tanggal 23 Desember 2010, Telkomsel mengajukan keberatan kepada DJP atas kurang bayar potongan PPh dan PPN sebesar Rp116 miliar (termasuk denda Rp38 miliar) dan dicatat sebagai tagihan restitusi pajak. Bagian yang diterima sebesar Rp50 miliar telah diakui dan dibebankan pada laporan keuangan konsolidasian tahun 2008 sementara bagian sisanya sebesar Rp46 miliar dibebankan pada laporan keuangan konsolidasian tahun 2010. Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasian ini, proses keberatan tersebut masih dalam proses. Pada bulan Oktober dan November 2010, Telkomsel menerima STP atas kurang bayar PPh pasal 25 untuk tahun fiskal 2010 sebesar Rp229 miliar (termasuk denda Rp11 miliar). STP tersebut telah dibayar pada bulan November dan Desember 2010. Pembayaran pokok sebesar Rp218 miliar diperhitungkan sebagai pembayaran di muka dalam menghitung PPh badan tahun 2010 yang pada akhirnya menghasilkan lebih bayar Rp600 miliar. Kelebihan bayar dan denda diakui sebagai pajak dibayar di muka pada 31 Desember 2010. Melalui suratnya di bulan November 2010, Telkomsel meminta Otoritas Pajak untuk membatalkan STP tersebut. Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan ini, permintaan pembatalan masih dalam proses.

83

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

37. PERPAJAKAN (lanjutan) g. Aset dan kewajiban pajak tangguhan Rincian aset dan kewajiban pajak tangguhan Perusahaan dan anak perusahaan adalah sebagai berikut:

31 Desember 2009* Perusahaan Aset pajak tangguhan: Nilai perolehan penggabungan usaha yang ditangguhkan Penyisihan piutang ragu-ragu Beban pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya berkala bersih Beban yang masih harus dibayar Beban Pendi Penyisihan beban karyawan Penyisihan persediaan usang Pendapatan sambungan tangguhan

(Dibebankan) dikreditkan ke laporan laba rugi konsolidasian

Akuisisi Ad Medika

31 Desember 2010

335.409 268.427

(308.852) 18.172

-

26.557 286.599

160.310 36.239 257.160 84.719 17.672 128.113

(74.695) (30.458) (257.160) 1.277 2.774 (21.821)

-

85.615 5.781

1.288.049

(670.763)

Kewajiban pajak tangguhan: Perbedaan nilai buku aset tetap menurut akuntansi dan pajak Hak atas tanah Sewa pembiayaan Aset tidak berwujud

(1.650.200) (5.807) (31.587) (271.202)

( 243.024) (1.088) (7.707) 252.712

Jumlah kewajiban pajak tangguhan

(1.958.796)

Kewajiban pajak tangguhan Perusahaan - bersih Kewajiban pajak tangguhan anak perusahaan - bersih

(670.747) (2.549.763)

(669.870) (173.515)

(9.919)

(1.340.617) (2.733.197)

Jumlah kewajiban pajak tangguhan - bersih

(3.220.510)

(843.385)

(9.919)

(4.073.814)

Jumlah aset pajak tangguhan

Jumlah aset pajak tangguhan - bersih

94.953

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

84

893

(33.261)

-

85.996 20.446 106.292 617.286

-

(1.893.224) (6.895) (39.294) (18.490)

-

(1.957.903)

-

61.692

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

37. PERPAJAKAN (lanjutan) g. Aset dan kewajiban pajak tangguhan (lanjutan) (Dibebankan) dikreditkan ke laporan laba rugi konsolidasian*

31 Desember 2008** Perusahaan Aset pajak tangguhan: Nilai perolehan penggabungan usaha yang ditangguhkan Penyisihan piutang ragu-ragu Beban pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya berkala bersih Beban yang masih harus dibayar Beban Pendi Penyisihan beban karyawan Penyisihan persediaan usang Pendapatan sambungan tangguhan Jumlah aset pajak tangguhan

31 Desember 2009**

698.048 259.195 275.741 31.877 220.698 93.035 16.201 169.515

(362.639) 9.232 (115.431) 4.362 36.462 (8.316) 1.471 (41.402)

335.409 268.427 160.310 36.239 257.160 84.719 17.672 128.113

1.764.310

(476.261)

1.288.049

Kewajiban pajak tangguhan: Perbedaan nilai buku aset tetap menurut akuntansi dan pajak Hak atas tanah Sewa pembiayaan Aset tidak berwujud

(1.570.559) (4.922) (51.612) (573.918)

(79.641) (885) 20.025 302.716

(1.650.200) (5.807) (31.587) (271.202)

Jumlah kewajiban pajak tangguhan

(2.201.011)

242.215

(1.958.796)

Kewajiban pajak tangguhan Perusahaan - bersih Kewajiban pajak tangguhan anak perusahaan - bersih

(436.701) (2.314.434)

(234.046) (235.329)

(670.747) (2.549.763)

Jumlah kewajiban pajak tangguhan - bersih

(2.751.135)

(469.375)

(3.220.510)

Jumlah aset pajak tangguhan - bersih

-

94.953

94.953

** Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p * Termasuk penyesuaian akibat perubahan tarif pajak (Catatan 37h)

Realisasi dari aset pajak tangguhan tersebut tergantung kepada kemampuan menghasilkan laba di masa depan. Meskipun tidak ada jaminan atas realisasi tersebut, Perusahaan dan anak perusahaan yakin bahwa kemungkinan besar aset pajak tangguhan tersebut akan terealisasi melalui pengurangan atas laba fiskal masa depan. Jumlah aset pajak tangguhan tersebut dipertimbangkan dapat direalisasi, namun bisa berkurang jika laba fiskal di masa depan lebih kecil dari pada yang diestimasikan. h.

Administrasi Berdasarkan peraturan perpajakan Indonesia, Perusahaan dan tiap anak perusahaan melaporkan pajak terutang berdasarkan perhitungan sendiri (self-assessment). DJP dapat menetapkan dan mengubah kewajiban pajak dalam batas waktu sepuluh tahun sejak tanggal terhutangnya pajak, atau akhir tahun 2013, mana yang lebih awal. Ketentuan baru yang diberlakukan terhadap tahun fiskal 2008 dan tahun-tahun selanjutnya menentukan bahwa DJP dapat menetapkan dan mengubah kewajiban pajak tersebut dalam batas waktu lima tahun sejak saat terhutangnya pajak. Pada tanggal 23 September 2008, Presiden Republik Indonesia dan Menkumham telah menandatangani dan mengundangkan Undang-Undang Pajak No. 36 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Pajak No. 7 tahun 1983 tentang PPh. Peraturan ini mengatur pengenaan tarif tunggal untuk perhitungan pajak badan sebesar 28% di tahun 2009 (dimana sebelumnya dihitung dengan tarif progresif dari 10% sampai 30%), dan 25% di tahun 2010. Pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Perusahaan dan anak perusahaan telah menghitung efek dari perubahan tarif atas perhitungan aset dan kewajiban pajak tangguhannya sesuai dengan estimasi realisasinya. 85

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

37. PERPAJAKAN (lanjutan) h.

Administrasi (lanjutan) Selain perubahan tarif, dalam Undang-Undang Pajak No. 36 tahun 2008 juga diatur pengurangan tarif sebesar 5% dari tarif tertinggi diberikan kepada perusahaan yang memenuhi syarat, yang tercatat dan memperdagangkan sahamnya di BEI yang memenuhi persyaratan bahwa paling sedikit 40% dari jumlah seluruh saham yang disetor dan diperdagangkan di BEI dan saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh 300 pemegang saham yang kepemilikannya masing-masing tidak boleh melebihi dari 5%. Ketentuan tersebut harus dipenuhi oleh perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa dalam waktu paling singkat 6 bulan dalam jangka waktu satu tahun fiskal. Perusahaan telah memenuhi seluruh kriteria yang dipersyaratkan, maka perhitungan beban dan kewajiban pajak penghasilan Perusahaan periode 31 Desember 2010 dan 2009, telah memperhitungkan penurunan tarif pajak sebesar 5%. Tidak ada pemeriksaan pajak yang dilakukan untuk tahun fiskal 2003, 2005, 2006, 2007, dan 2009 bagi Perusahaan. Pemeriksaan pajak telah diselesaikan untuk tahun-tahun fiskal lainnya. Tidak ada pemeriksaan pajak yang dilakukan untuk tahun fiskal 2003, 2007, dan 2009 bagi Telkomsel. Pemeriksaan pajak telah diselesaikan untuk tahun-tahun fiskal lainnya. Pada tahun 2008, DJP telah mengeluarkan program sunset policy berupa pemberian kesempatan kepada wajib pajak untuk melakukan pembetulan SPT Tahunan tahun-tahun sebelumnya yang masih kurang bayar dengan imbalan dibebaskan dari sanksi administrasi dan tidak dilakukan pemeriksaan atas tahun fiskal tersebut, kecuali jika ditemukan bukti baru yang mengharuskan DJP melakukan pemeriksaan dan penyidikan. Perusahaan dan Telkomsel telah memanfaatkan program sunset policy tersebut melalui pembetulan SPT. Perusahaan menyetor pajak kurang bayar untuk tahun fiskal 2003, 2005, dan 2006 masing-masing sebesar Rp1,9 miliar, Rp2,8 miliar, dan Rp2,4 miliar, dan Telkomsel untuk tahun fiskal 2003 sebesar Rp1,9 miliar. Selain itu, Perusahaan mendapatkan sertifikat dari DJP berupa pembebasan pemeriksaan pajak untuk tahun fiskal 2007, 2008, dan 2009 kecuali jika Perusahaan melaporkan SPT Tahunan Lebih Bayar, maka pemeriksaan akan dilakukan.

38. LABA BERSIH PER SAHAM DASAR Laba bersih per saham dasar dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar masing-masing sejumlah 19.669.424.780, 19.669.424.780, dan 19.748.574.254 pada tahun 2010, 2009, dan 2008. Laba bersih per saham dasar masing-masing sejumlah Rp586,54, Rp579,52, dan Rp540,38 (nilai penuh) untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008. Perusahaan tidak memiliki saham biasa yang berpotensi dilusi.

86

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

39. DIVIDEN KAS DAN CADANGAN UMUM Berdasarkan hasil RUPST Perusahaan yang dinyatakan dalam akta notaris A. Partomuan Pohan, S.H., LLM. No. 22 tertanggal 12 Juni 2009, para pemegang saham Perusahaan menyetujui pembagian dividen kas untuk 2008 sebesar Rp5.840.708 juta atau Rp296,94 per lembar saham dan menetapkan cadangan umum sebesar Rp4.778.761 juta. Berdasarkan hasil RUPST Perusahaan yang dinyatakan dalam akta notaris A. Partomuan Pohan, S.H., LLM. No. 17 tertanggal 11 Juni 2010, para pemegang saham Perusahaan menyetujui pembagian dividen kas untuk 2009 sebesar Rp5.666.070 juta atau Rp288,06 per lembar saham (Rp524.190 juta atau Rp26,65 per lembar saham dibagikan sebagai dividen kas interim di bulan November 2009). Pada tanggal 1 Desember 2010, Perusahaan memutuskan untuk membagikan dividen kas interim tahun buku 2010 sebesar Rp526.157 juta atau Rp26,75 per lembar saham kepada pemegang saham Perusahaan. Pada tanggal 30 Desember 2010, Perusahaan telah melakukan pembayaran dividen kas interim sebesar Rp276.072 juta (Catatan 51c).

40. PENSIUN DAN IMBALAN PASCA KERJA LAINNYA 2010 Beban manfaat pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya yang masih harus dibayar Pensiun Perusahaan Telkomsel Beban manfaat pensiun yang masih harus dibayar Imbalan pasca kerja lainnya Kewajiban pensiun berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan Beban manfaat pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya yang masih harus dibayar Beban manfaat pensiun dibayar di muka

2009

2008

61.044 147.889

410.209 112.991

775.657 92.427

208.933 240.627

523.200 209.183

868.084 210.345

87.430

75.934

63.369

536.990

808.317

1.141.798

988

497

97

Beban pensiun berkala bersih Perusahaan Telkomsel Infomedia

430.170 74.966 (524)

570.608 54.695 473

643.618 62.019 816

Beban pensiun berkala bersih (Catatan 33)

504.612

625.776

706.453

Beban imbalan pasca kerja lainnya (Catatan 33)

65.876

81.468

83.569

Imbalan karyawan lainnya (Catatan 33)

22.920

20.028

16.318

87

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

40. PENSIUN DAN IMBALAN PASCA KERJA LAINNYA (lanjutan) a.

Pensiun 1. Perusahaan Perusahaan menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti dan program pensiun iuran pasti. Program pensiun manfaat pasti diselenggarakan bagi karyawan tetap yang mulai bekerja sebelum 1 Juli 2002. Manfaat pensiun yang dibayar dihitung berdasarkan gaji pokok pada saat mulai pensiun dan masa kerja karyawan. Program pensiun ini dikelola oleh Dana Pensiun Telkom (“Dapen”). Karyawan yang ikut serta dalam program pensiun ini membayar kontribusi 18% (sebelum Maret 2003: 8,4%) dari gaji pokok ke dana pensiun. Pembayaran kontribusi Perusahaan ke dana pensiun untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 adalah masing-masing sebesar Rp485.254 juta, Rp889.061 juta, dan Rp889.061 juta. Program pensiun iuran pasti diselenggarakan bagi karyawan tetap yang mulai bekerja pada atau setelah tanggal 1 Juli 2002. Program ini dikelola oleh suatu Dana Pensiun Lembaga Keuangan (“DPLK”). Kontribusi Perusahaan kepada DPLK dihitung berdasarkan persentase tertentu dari gaji karyawan yang untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 masing-masing adalah sebesar Rp4.396 juta, Rp3.841 juta, dan Rp3.001 juta. Tabel berikut ini menyajikan perubahan kewajiban manfaat pensiun, perubahan aset program pensiun, status pendanaan program pensiun, dan nilai bersih yang tercatat pada neraca konsolidasian Perusahaan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 untuk program pensiun manfaat pasti: 2010

2009

2008

9.516.975 284.090 1.154.174 44.476 1.207.375 (453.651) -

10.727.812 282.134 1.076.969 44.593 (2.168.267) (446.266) -

Perubahan kewajiban manfaat pensiun Kewajiban manfaat pensiun pada awal tahun Beban jasa Beban bunga Kontribusi peserta program pensiun Rugi (laba) aktuaria Perkiraan pembayaran pensiun Perubahan manfaat

11.753.439 330.734 1.199.971 42.371 1.174.236 (916.148) 434.975

Kewajiban manfaat pensiun pada akhir tahun

14.019.578

11.753.439

9.516.975

12.300.181

8.713.418

9.034.392

1.030.829 889.061 44.476 2.027.628 (405.231)

930.835 889.061 44.593 (1.773.654) (411.809)

Perubahan aset program pensiun Nilai wajar aset program pensiun pada awal tahun Perkiraan pengembalian atas aset program pensiun Kontribusi pemberi kerja Kontribusi peserta program pensiun Laba (rugi) aktuaria Perkiraan pembayaran pensiun

1.286.718 485.254 42.371 1.603.747 (620.583)

Nilai wajar aset program pensiun pada akhir tahun

15.097.688

12.300.181

8.713.418

Status pendanaan Beban jasa lalu yang belum diakui Laba aktuaria bersih yang belum diakui

1.078.110 1.399.299 (2.538.453)

546.742 1.276.398 (2.233.349)

(803.557) 1.497.719 (1.469.819)

(61.044)

(410.209)

(775.657)

Beban manfaat pensiun yang masih harus dibayar

88

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

40. PENSIUN DAN IMBALAN PASCA KERJA LAINNYA (lanjutan) a.

Pensiun (lanjutan) 1. Perusahaan (lanjutan) Pada tahun 2007, Perusahaan memberlakukan uniformulation manfaat pensiun yang sama bagi peserta sebelum 20 April 1992 dengan peserta sejak 20 April 1992 yang mulai diterapkan bagi karyawan yang akan pensiun terhitung 1 Februari 2009. Perubahan manfaat ini berdampak adanya penambahan kewajiban Perusahaan sebesar Rp698.583 juta yang akan diamortisasi selama 9,9 tahun hingga 2016. Pada tahun 2010, Perusahaan menggantikan uniformulation dengan Manfaat Pensiun Sekaligus (“MPS”). MPS diberikan bagi karyawan yang telah mencapai usia pensiun, kematian, atau cacat sejak 1 Februari 2009. Perubahan manfaat ini berdampak adanya penambahan kewajiban Perusahaan sebesar Rp434.975 juta yang akan diamortisasi selama 8,63 tahun hingga 2018. Hasil aktual aset program adalah Rp2.890.465 juta, Rp3.058.457 juta, dan (Rp842.819) juta masing-masing untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008. Mutasi beban manfaat pensiun yang masih harus dibayar selama tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 adalah sebagai berikut: 2010 Beban manfaat pensiun yang masih harus dibayar pada awal tahun Beban pensiun berkala bersih dikurangi jumlah yang dibebankan kepada anak perusahaan Dibebankan kepada anak perusahaan berdasarkan perjanjian Kontribusi pemberi kerja Beban manfaat pensiun yang masih harus dibayar pada akhir tahun

2009

2008

410.209

775.657

1.054.097

430.170

570.608

643.618

1.484 (780.819)

1.425 (937.481)

1.460 (923.518)

61.044

410.209

775.657

Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, aset program pensiun sebagian besar terdiri dari obligasi Pemerintah dan obligasi korporasi. Pada tanggal 31 Desember 2010, aset program pensiun termasuk penempatan pada saham Seri B dan obligasi yang diterbitkan Perusahaan masing-masing dengan nilai wajar Rp268.801 juta dan Rp155.700 juta yang merupakan 1,78% dan 1,03% dari keseluruhan aset program Dapen pada tahun tersebut. Pada tanggal 31 Desember 2009, aset program pensiun termasuk penempatan pada saham Seri B sebesar Rp355.371 juta yang merupakan 2,89% dari keseluruhan aset program Dapen pada tahun tersebut.

89

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

40. PENSIUN DAN IMBALAN PASCA KERJA LAINNYA (lanjutan) a.

Pensiun (lanjutan) 1. Perusahaan (lanjutan) Penilaian aktuaria atas program pensiun manfaat pasti dan imbalan pasca kerja lainnya (Catatan 40b) dilakukan berdasarkan perhitungan pada tanggal 31 Desember 2010, 2009, dan 2008, pada laporan tertanggal 15 Maret 2011, 30 Maret 2010, dan 31 Maret 2009 oleh PT Towers Watson Purbajaga (“TWP”) (dahulu PT Watson Wyatt Purbajaga), aktuaris independen yang berasosiasi dengan Towers Watson (“TW”) (dahulu Watson Wyatt Worldwide). Asumsi dasar aktuaria yang digunakan oleh aktuaris independen pada tanggal 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 adalah sebagai berikut: 2010 Tingkat diskonto Taksiran tingkat pengembalian jangka panjang aset program pensiun Tingkat kenaikan kompensasi

2009

2008

9,5%

10,75%

12%

9,7% 8%

10,5% 8%

11,5% 8%

Komponen beban pensiun berkala bersih yang diakui adalah sebagai berikut:

Beban jasa Beban bunga Perkiraan pengembalian aset atas program pensiun Amortisasi beban jasa lalu Laba aktuaria yang diakui Beban pensiun berkala bersih Dibebankan kepada anak perusahaan berdasarkan perjanjian

2010

2009

2008

330.734 1.199.971

284.090 1.154.174

282.134 1.076.969

(1.286.718) 312.074 (124.407)

(1.030.829) 221.321 (56.723)

431.654 (1.484)

Beban pensiun berkala bersih dikurangi jumlah yang dibebankan kepada anak perusahaan (Catatan 33)

430.170

572.033 (1.425)

570.608

(930.835) 221.321 (4.511) 645.078 (1.460)

643.618

2. Telkomsel Telkomsel menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti bagi para karyawannya. Berdasarkan program ini, para karyawan berhak atas manfaat pensiun berdasarkan gaji dasar terakhir atau gaji bersih yang diterima dan masa kerja karyawan. Program pensiun ini dikelola oleh PT Asuransi Jiwasraya (“Jiwasraya”), perusahaan asuransi jiwa milik negara, di bawah suatu kontrak asuransi anuitas. Sampai dengan tahun 2004, kontribusi karyawan terhadap program ini adalah sebesar 5% dari gaji pokok bulanan dan kontribusi atas sisa jumlah yang diperlukan untuk mendanai program tersebut ditanggung oleh Telkomsel. Mulai tahun 2005, kontribusi ditanggung sepenuhnya oleh Telkomsel. Kontribusi Telkomsel ke Jiwasraya berjumlah Rp40.067 juta, Rp34.131 juta, dan Rp33.663 juta masing-masing untuk 2010, 2009, dan 2008.

90

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

40. PENSIUN DAN IMBALAN PASCA KERJA LAINNYA (lanjutan) a.

Pensiun (lanjutan) 2. Telkomsel (lanjutan) Rekonsiliasi antara program pensiun yang tidak didanai dan jumlah kewajiban yang disajikan di neraca konsolidasian pada tanggal 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 adalah sebagai berikut: 2010

2009

2008

Kewajiban manfaat pensiun Nilai wajar aset program pensiun

(662.802) 245.985

(399.400) 154.091

(284.324) 129.091

Yang tidak dilakukan pendanaan Komponen yang tidak diakui di neraca konsolidasian: Beban jasa lalu yang belum diakui Rugi aktuaria bersih yang belum diakui

(416.817)

(245.309)

(155.233)

639 268.289

754 131.564

869 61.937

(147.889)

(112.991)

(92.427)

Beban manfaat pensiun yang masih harus dibayar

Komponen beban pensiun berkala bersih adalah sebagai berikut: 2010 Beban jasa Beban bunga Perkiraan pengembalian aset program pensiun Amortisasi beban jasa lalu Rugi aktuaria yang diakui Beban pensiun berkala bersih (Catatan 33)

2009

2008

43.507 41.914 (16.156) 115 5.586

33.948 34.084 (15.456) 115 2.004

37.295 30.573 (11.267) 115 5.303

74.966

54.695

62.019

Beban pensiun berkala bersih untuk program pensiun dihitung berdasarkan perhitungan aktuaria pada tanggal 31 Desember 2010, 2009, dan 2008, dengan laporan tertanggal masing-masing 23 Februari 2011, 8 Februari 2010, dan 12 Februari 2009 yang dilakukan oleh TWP, aktuaris independen yang berasosiasi dengan TW. Asumsi dasar aktuaris independen berdasarkan pengukuran pada tanggal 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 untuk setiap tahunnya adalah sebagai berikut: 2010 Tingkat diskonto Taksiran tingkat pengembalian jangka panjang aset program pensiun Tingkat kenaikan kompensasi

91

2009

2008

9%

10,5%

12%

9% 8%

10,5% 8%

12% 9%

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

40. PENSIUN DAN IMBALAN PASCA KERJA LAINNYA (lanjutan) a.

Pensiun (lanjutan) 3. Infomedia Infomedia menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti bagi karyawannya. Rekonsiliasi antara status pendanaan program pensiun dengan jumlah yang diakui dalam neraca konsolidasian pada tanggal 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 adalah sebagai berikut: 2010 Kewajiban manfaat pensiun Nilai wajar aset program pensiun

2009

(8.208) 9.196

2008

(7.013) 7.510

(5.119) 5.216

Status pendanaan

988

497

97

Beban manfaat pensiun dibayar di muka

988

497

97

(Pendapatan) beban pensiun berkala bersih Infomedia adalah sebesar (Rp524) juta, Rp473 juta, dan Rp816 juta masing-masing untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 (Catatan 33). b. Imbalan pasca kerja lainnya Perusahaan memberikan imbalan pasca kerja lainnya dalam bentuk uang tunai yang dibayarkan pada saat karyawan pensiun atau saat pemutusan hubungan kerja. Imbalan pasca kerja lainnya tersebut adalah Biaya Fasilitas Perumahan Terakhir (BFPT) dan Biaya Perjalanan Pensiun dan Purnabhakti (BPP). Mutasi imbalan pasca kerja lainnya untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008: 2010

2009

2008

Beban imbalan pasca kerja lainnya yang masih harus dibayar pada awal tahun Beban imbalan pasca kerja lainnya Pembayaran manfaat oleh Perusahaan

209.183 65.876 (34.432)

210.345 81.468 (82.630)

195.061 83.569 (68.285)

Jumlah beban imbalan pasca kerja lainnya yang masih harus dibayar pada akhir tahun

240.627

209.183

210.345

Komponen beban imbalan pasca 31 Desember 2010, 2009, dan 2008:

kerja

lainnya

untuk

2010

tahun-tahun 2009

yang

berakhir 2008

Beban jasa Beban bunga Amortisasi beban jasa lalu Rugi aktuaria yang diakui

18.690 35.900 6.826 4.460

21.729 46.159 6.826 6.754

22.625 41.934 6.826 12.184

Jumlah beban imbalan pasca kerja lainnya - bersih (Catatan 33)

65.876

81.468

83.569

92

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

40. PENSIUN DAN IMBALAN PASCA KERJA LAINNYA (lanjutan) c.

Kewajiban pensiun berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan Berdasarkan Undang-Undang No. 13 tahun 2003 mengenai ketenagakerjaan, Perusahaan dan anak perusahaan diharuskan untuk memberikan manfaat pensiun minimum, jika belum dipenuhi oleh program pensiun yang diselenggarakan, kepada para karyawannya yang mencapai usia pensiun. Jumlah tercatat kewajiban tambahan ini pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp87.430 juta dan Rp75.934 juta. Beban pensiun yang dibebankan adalah sebesar Rp22.920 juta, Rp20.028 juta, dan Rp16.318 juta masing-masing untuk tahuntahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 (Catatan 33).

41. PENGHARGAAN MASA KERJA (“LONG SERVICE AWARDS” ATAU “LSA”) Telkomsel memberikan penghargaan dalam bentuk uang tunai atau sejumlah hari cuti tertentu kepada karyawan yang telah memenuhi syarat masa kerja tertentu, termasuk LSA dan LSL. LSA diberikan saat karyawan mencapai kelipatan tahun tertentu atau saat pemutusan hubungan kerja. LSL dalam bentuk sejumlah hari cuti atau uang tunai, tergantung persetujuan manajemen, diberikan kepada karyawan yang memenuhi syarat masa kerja dan dengan usia minimum tertentu. Kewajiban yang timbul sehubungan dengan penghargaan ini ditentukan berdasarkan perhitungan aktuaria dengan menggunakan metode Projected Unit Credit, sebesar Rp242.149 juta dan Rp212.518 juta masing-masing pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 (Catatan 43). Manfaat yang dibebankan adalah sebesar Rp78.323 juta, Rp116.562 juta, dan Rp35.300 juta masing-masing untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 (Catatan 33).

42. IMBALAN KESEHATAN PASCA KERJA Perusahaan menyelenggarakan program imbalan kesehatan pasca kerja untuk semua karyawannya yang sudah bekerja sebelum tanggal 1 November 1995 dengan masa kerja 20 tahun atau lebih pada saat pensiun, dan anggota keluarganya yang memenuhi syarat. Ketentuan untuk masa kerja selama 20 tahun ini tidak berlaku bagi karyawan yang memasuki masa pensiun sebelum tanggal 3 Juni 1995. Program ini tidak berlaku bagi karyawan yang mulai bekerja pada Perusahaan sejak tanggal 1 November 1995. Program jaminan kesehatan pasca kerja tersebut dikelola oleh Yayasan Kesehatan Pegawai Telkom (“Yakes”). Program imbalan kesehatan pasca kerja iuran pasti diselenggarakan bagi karyawan tetap yang mulai bekerja pada atau setelah tanggal 1 November 1995 atau karyawan dengan masa kerja kurang dari 20 tahun pada saat pensiun. Kontribusi pembayaran Perusahaan untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 masing-masing adalah sebesar Rp20.117 juta, Rp22.757 juta, dan Rp24.024 juta.

93

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

42. IMBALAN KESEHATAN PASCA KERJA (lanjutan) Tabel berikut ini menyajikan mutasi kewajiban imbalan kesehatan pasca kerja, perubahan aset program imbalan kesehatan pasca kerja, status pendanaan program imbalan kesehatan pasca kerja, dan jumlah bersih yang diakui dalam neraca konsolidasian Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2010, 2009, dan 2008: 2010

2009

2008

Perubahan kewajiban imbalan kesehatan pasca kerja Kewajiban imbalan kesehatan pasca kerja pada awal tahun Beban jasa Beban bunga Rugi (laba) aktuaria Perkiraan pembayaran imbalan kesehatan pasca kerja

7.165.974 83.921 744.551 1.034.589 (287.924)

5.855.224 72.007 686.767 816.312 (264.336)

8.925.612 143.981 903.498 (3.895.872) (221.995)

Kewajiban imbalan kesehatan pasca kerja pada akhir tahun

8.741.111

7.165.974

5.855.224

Perubahan aset program Nilai wajar aset program pada awal tahun Perkiraan pengembalian aset program Kontribusi pemberi kerja Laba (rugi) aktuaria Perkiraan pembayaran imbalan kesehatan pasca kerja

6.022.263 589.530 990.688 690.497 (287.924)

4.018.693 410.378 1.100.523 757.005 (264.336)

3.376.172 343.366 1.100.839 (579.689) (221.995)

Nilai wajar aset program pada akhir tahun

8.005.054

Status pendanaan Laba aktuaria bersih yang belum diakui Beban imbalan kesehatan pasca kerja yang masih harus dibayar

6.022.263

4.018.693

(736.057) (313.973)

(1.143.711) (658.065)

(1.836.531) (734.189)

(1.050.030)

(1.801.776)

(2.570.720)

Hasil aktual aset program adalah Rp1.280.027 juta, Rp1.167.384 juta, dan (Rp236.324) juta masingmasing untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008. Komponen beban imbalan kesehatan pasca kerja berkala bersih adalah sebagai berikut: 2010 Beban jasa Beban bunga Perkiraan pengembalian atas aset program (Laba) rugi aktuaria yang diakui Beban imbalan kesehatan pasca kerja berkala bersih Jumlah yang dibebankan ke anak perusahaan berdasarkan perjanjian Jumlah beban imbalan kesehatan pasca kerja berkala bersih dikurangi jumlah yang dibebankan kepada anak perusahaan (Catatan 33)

2009

2008

83.921 744.551 (589.530) -

72.007 686.767 (410.378) (16.817)

143.981 903.498 (343.366) 198.523

238.942

331.579

902.636

(688)

238.254

(523)

331.056

(839)

901.797

Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, aset program meliputi saham Seri B yang diterbitkan oleh Perusahaan dengan nilai wajar masing-masing sebesar Rp34.419 juta dan Rp85.343 juta.

94

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

42. IMBALAN KESEHATAN PASCA KERJA (lanjutan) Mutasi beban imbalan kesehatan pasca kerja yang masih harus dibayar untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 adalah sebagai berikut:

Beban imbalan kesehatan pasca kerja yang masih harus dibayar pada awal tahun Beban imbalan kesehatan pasca kerja berkala bersih dikurangi jumlah yang dibebankan kepada anak perusahaan (Catatan 33) Jumlah yang dibebankan kepada anak perusahaan berdasarkan perjanjian Kontribusi pemberi kerja Beban imbalan kesehatan pasca kerja yang masih harus dibayar pada akhir tahun

2010

2009

2008

1.801.776

2.570.720

2.768.923

238.254

331.056

901.797

688 (990.688) 1.050.030

523 (1.100.523)

839 (1.100.839)

1.801.776

2.570.720

Penilaian aktuaria untuk program imbalan kesehatan pasca kerja dilakukan berdasarkan pengukuran pada tanggal 31 Desember 2010, 2009, dan 2008, pada laporan masing-masing tertanggal 15 Maret 2011, 30 Maret 2010, dan 31 Maret 2009 oleh TWP, aktuaris independen yang berasosiasi dengan TW. Asumsi dasar yang digunakan oleh aktuaris independen pada tanggal 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 adalah sebagai berikut: 2010 Tingkat diskonto Taksiran tingkat pengembalian jangka panjang aset program Tingkat pertumbuhan beban kesehatan untuk tahun depan Tingkat pertumbuhan akhir beban kesehatan Tahun tercapainya tingkat pertumbuhan akhir

2009

2008

9,5%

10,75%

12%

8,21%

9,25%

9,25%

8% 8% 2011

10% 8% 2012

12% 8% 2011

Peningkatan 1% pada perkiraan pertumbuhan beban kesehatan akan memberikan dampak sebagai berikut: 2010 Beban jasa dan beban bunga Akumulasi kewajiban imbalan kesehatan pasca kerja

95

1.021.352 10.311.676

2009

2008

968.212 8.294.707

879.993 6.721.722

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

43. TRANSAKSI DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA Dalam kegiatan usahanya, Perusahaan dan anak perusahaan melakukan transaksi dengan pihakpihak yang mempunyai hubungan istimewa. Kebijakan Perusahaan mengatur bahwa penetapan harga atas transaksi-transaksi tersebut sama dengan transaksi-transaksi yang dilakukan dengan pihak ketiga. Berikut adalah perjanjian/transaksi signifikan dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa: a.

Pemerintah i.

Perusahaan memperoleh pinjaman penerusan dari Pemerintah, pemegang saham mayoritas Perusahaan (Catatan 19). Beban bunga atas pinjaman penerusan masing-masing berjumlah Rp163.209 juta, Rp247.944 juta, dan Rp172.895 juta untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008. Beban bunga atas pinjaman penerusan mencerminkan 8,5%, 11,8%, dan 10,5% dari jumlah beban bunga pada masing-masing tahun.

ii.

Perusahaan dan anak perusahaan membayar beban hak penyelenggaraan untuk jasa telekomunikasi yang diberikan dan beban pemakaian frekuensi radio kepada Depkominfo. Beban hak penyelenggaraan berjumlah Rp341.981 juta, Rp327.132 juta , dan Rp632.522 juta untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 (Catatan 34), yang mencerminkan 0,7%, 0,7%, dan 1,5% dari jumlah beban usaha pada masing-masing tahun. Beban pemakaian frekuensi radio berjumlah Rp2.892.282 juta, Rp2.784.639 juta, dan Rp2.400.290 juta untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 (Catatan 34), yang mencerminkan 6,3%, 6,2%, dan 5,8% dari jumlah beban usaha pada masing-masing tahun. Telkomsel membayar up front fee untuk lisensi 3G sebesar Rp756.000 juta dan mencatat sebagai aset tidak berwujud (Catatan 12.iii).

iii.

Mulai tahun 2005, Perusahaan dan anak perusahaan membayar beban KPU kepada Depkominfo sesuai dengan Peraturan Menkominfo No. 15/Per/M.KOMINFO/9/2005 tanggal 30 September 2005. Beban KPU adalah sebesar Rp834.529 juta, Rp809.619 juta, dan Rp462.555 juta untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 (Catatan 34) yang mencerminkan 1,8 %, 1,8%, dan 1,1% dari jumlah beban usaha pada masing-masing tahun.

96

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

43. TRANSAKSI DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA (lanjutan) b.

Remunerasi Komisaris dan Direktur i. Perusahaan dan anak perusahaan memberikan honor dan fasilitas untuk keperluan tugas operasional Dewan Komisaris. Jumlah tunjangan tersebut adalah Rp53.311 juta, Rp52.255 juta, dan Rp53.590 juta masing-masing untuk tahun 2010, 2009, dan 2008, yang mencerminkan 0,1% dari jumlah beban usaha pada masing-masing tahun. ii. Perusahaan dan anak perusahaan memberikan gaji dan fasilitas untuk keperluan tugas operasional Direksi. Jumlah tunjangan tersebut adalah Rp165.790 juta, Rp139.923 juta, dan Rp123.273 juta masing-masing untuk tahun 2010, 2009, dan 2008, yang mencerminkan 0,4%, 0,3%, dan 0,3% dari jumlah beban usaha pada masing-masing tahun.

c.

Indosat Perusahaan memperlakukan Indosat sebagai pihak yang mempunyai hubungan istimewa karena Pemerintah masih memiliki pengaruh signifikan atas kebijakan keuangan dan operasi Indosat terkait dengan hak untuk menunjuk satu Direktur dan satu Komisaris. Perusahaan mengadakan perjanjian dengan telekomunikasi internasional kepada masyarakat.

Indosat

untuk

menyelenggarakan

jasa

Hal-hal pokok dalam perjanjian tersebut adalah sebagai berikut: i.

ii. iii.

iv.

Perusahaan menyediakan jaringan lokal bagi pelanggan untuk melakukan atau menerima panggilan telepon internasional. Indosat menyediakan jaringan internasional bagi pelanggan, kecuali pelanggan di daerah perbatasan tertentu, sebagaimana ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi Republik Indonesia. Jasa telekomunikasi internasional mencakup telepon, teleks, telegram, Sambungan Komunikasi Data Paket (SKDP), televisi, teleprinter, Alternate Voice/Data Telecommunications (AVD), hotline, dan teleconferencing. Perusahaan dan Indosat bertanggung jawab atas sarana telekomunikasi masing-masing. Pembuatan kuitansi tagihan dan penagihan kepada pelanggan, kecuali untuk sirkit langganan dan telepon umum yang berada di sentral gerbang internasional, dilakukan oleh Perusahaan. Perusahaan menerima kompensasi untuk jasa yang disebutkan dalam butir pertama di atas berdasarkan tarif interkoneksi yang ditetapkan oleh Menteri Perhubungan (“Menhub”).

Perusahaan juga mengadakan perjanjian interkoneksi dengan Indosat antara jaringan telepon tidak bergerak (“Public Switched Telephone Network” atau “PSTN”) milik Perusahaan dan jaringan telekomunikasi bergerak seluler GSM milik Indosat dalam rangka penyelenggaraan jasa Indosat Multimedia Mobile serta penyelesaian hak dan kewajiban interkoneksi terkait. Perusahaan juga mengadakan perjanjian dengan Indosat untuk interkoneksi jaringan telekomunikasi bergerak seluler GSM milik Indosat dengan PSTN Perusahaan, yang memungkinkan pelanggan masing-masing perusahaan untuk melakukan panggilan domestik antara jaringan telekomunikasi bergerak seluler GSM milik Indosat dan jaringan tidak bergerak Perusahaan, serta memungkinkan pelanggan Indosat untuk mengakses jasa SLI Perusahaan dengan menekan “007”.

97

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

43. TRANSAKSI DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA (lanjutan) c.

Indosat (lanjutan) Perusahaan selama ini menangani pembuatan kuitansi tagihan dan melakukan penagihan kepada pelanggan untuk Indosat. Indosat secara bertahap akan mengambil alih kegiatan tersebut dan melakukan sendiri penerbitan kuitansi tagihan dan melakukan penagihan secara langsung. Perusahaan menerima kompensasi dari Indosat yang dihitung sebesar 1% dari jumlah yang ditagih oleh Perusahaan terhitung sejak tanggal 1 Januari 1995, ditambah dengan beban pemrosesan tagihan yang ditetapkan sebesar jumlah tertentu untuk setiap data (record). Pada tanggal 11 Desember 2008, Perusahaan dan Indosat sepakat untuk memberlakukan tarif biaya layanan SLI, besaran tarif tersebut telah memperhitungkan besaran kompensasi penerbitan kuitansi tagihan dan penagihan. Kesepakatan ini berlaku efektif mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2010, dan dapat diberlakukan sampai ada Berita Acara Kesepakatan baru. Pada tanggal 28 Desember 2006, Perusahaan dan Indosat menandatangani amandemen atas perjanjian kerja sama interkoneksi untuk jaringan tidak bergerak (lokal, SLJJ, dan internasional) dan jaringan bergerak dalam rangka implementasi kewajiban tarif berbasis biaya berdasarkan Peraturan Menkominfo No. 8 tahun 2006 (Catatan 46). Amandemen ini berlaku efektif mulai 1 Januari 2007. Telkomsel juga mengadakan perjanjian dengan Indosat untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional kepada pelanggan jaringan bergerak seluler GSM. Hal-hal pokok dalam perjanjian tersebut adalah sebagai berikut: i. Jaringan telekomunikasi bergerak seluler GSM milik Telkomsel dihubungkan dengan gerbang pertukaran internasional milik Indosat agar dapat melakukan atau menerima panggilan internasional. ii. Jaringan telekomunikasi bergerak seluler GSM milik Telkomsel dan milik Indosat telah dihubungkan untuk memungkinkan komunikasi antar jaringan oleh pelanggan dari kedua belah pihak. iii. Atas interkoneksi ini, Indosat berhak atas sebagian pendapatan Telkomsel sebagai kompensasi atas jasa interkoneksi. iv. Peralatan interkoneksi yang dipasang oleh salah satu pihak di lokasi milik pihak lain tetap merupakan milik pihak pemasang peralatan tersebut. Beban yang timbul sehubungan dengan pengadaan peralatan, instalasi dan pemeliharaan ditanggung oleh Telkomsel. Pendapatan interkoneksi Perusahaan dan anak perusahaan dari Indosat untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 masing-masing sebesar Rp912.472 juta, Rp1.119.556 juta, dan Rp1.424.488 juta, yang mencerminkan masing-masing 1,3%, 1,7%, dan 2,2% dari jumlah pendapatan usaha pada masing-masing tahun. Beban interkoneksi Perusahaan dan anak perusahaan dari Indosat untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 masing-masing sebesar Rp905.353 juta, Rp1.049.970 juta, dan Rp1.439.444 juta, yang mencerminkan masing-masing 2,0%, 2,3%, dan 3,5% dari jumlah beban usaha pada masing-masing tahun. Telkomsel juga mengadakan perjanjian atas penggunaan fasilitas telekomunikasi Indosat. Perjanjian yang dibuat tahun 1997 dan berlaku selama sebelas tahun tersebut, dapat diubah berdasarkan tinjauan tahunan dan kesepakatan bersama kedua belah pihak. Pada tahun 2009, perjanjian tersebut diperpanjang untuk 5 (lima) tahun sampai dengan 1 April 2014. Beban atas penggunaan fasilitas tersebut untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 masing-masing sebesar Rp3.446 juta, Rp10.927 juta, dan Rp21.922 juta yang mencerminkan 0,01%, 0,02%, dan 0,05% dari jumlah beban usaha pada masing-masing tahun. 98

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

43. TRANSAKSI DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA (lanjutan) c.

Indosat (lanjutan) Perjanjian lainnya antara Telkomsel dan Indosat adalah sebagai berikut: i. Perjanjian Pembangunan dan Pemeliharaan Sistem Kabel Jakarta-Surabaya (“J-S Cable System”) Pada tanggal 10 Oktober 1996, Telkomsel, Lintasarta, PT Satelit Palapa Indonesia (“Satelindo”), dan Indosat (“Pihak-pihak”) mengadakan perjanjian pembangunan dan pemeliharaan Sistem Kabel J-S dan berlaku selama 25 tahun. Pembangunan sistem kabel selesai pada tahun 1998. Berdasarkan perjanjian, Telkomsel menanggung 19,325% dari jumlah biaya pembangunan. Beban operasi dan pemeliharaan dibagi berdasarkan formula yang telah disetujui bersama. Bagian Telkomsel dalam beban operasi dan pemeliharaan dari sistem kabel adalah sebesar Rp562 juta, Rp1.223 juta, dan Rp467 juta masing-masing untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008. ii. Perjanjian IRU (IRU Agreement) Pada tanggal 21 September 2000, Telkomsel mengadakan perjanjian dengan Indosat mengenai penggunaan SEA-ME-WE 3 dan Tail Link di Jakarta dan Medan. Berdasarkan perjanjian, Telkomsel diberikan hak yang tidak dapat dibatalkan untuk menggunakan kapasitas tertentu dari jaringan tersebut mulai tanggal 21 September 2000 hingga 20 September 2015 sebagai imbalan atas pembayaran di muka sejumlah US$2,7 juta (Catatan 11). Sebagai tambahan pembayaran di muka, Telkomsel juga dikenakan beban operasi dan pemeliharaan tahunan sebesar US$0,1 juta. Pada tahun 1994, Perusahaan mengalihkan hak penggunaan sebidang tanah di Jakarta yang dimiliki Perusahaan kepada Satelindo, yang sebelumnya disewakan kepada Telekomindo. Berdasarkan perjanjian pengalihan, Satelindo diberi hak untuk menggunakan tanah tersebut selama 30 tahun dan dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh hak mendirikan bangunan di atasnya. Hak kepemilikan atas tanah tersebut tetap berada pada Perusahaan. Satelindo setuju untuk membayar sejumlah Rp43.023 juta kepada Perusahaan untuk hak penggunaan tanah selama 30 tahun. Satelindo telah membayar sejumlah Rp17.210 juta pada tahun 1994 sementara sisanya sebesar Rp25.813 juta belum dibayar karena Hak Pengelolaan Lahan (HPL) tidak dapat diperoleh sebagaimana disebutkan dalam perjanjian. Pada tahun 2000, Perusahaan dan Satelindo menyetujui alternatif penyelesaian dengan memperhitungkan pembayaran Satelindo di atas sebagai beban sewa sampai tahun 2006. Pada tahun 2001, Satelindo melakukan pembayaran tambahan sejumlah Rp59.860 juta sebagai beban sewa sampai tahun 2024. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, pembayaran di muka dari Satelindo ini disajikan di neraca konsolidasian sebagai “Uang muka pelanggan dan pemasok” . Perusahaan menyediakan layanan sirkit langganan kepada Indosat dan anak perusahaan, yaitu PT Indosat Mega Media, Lintasarta, dan PT Sistelindo Mitralintas. Saluran ini dapat digunakan perusahaan-perusahaan tersebut untuk hubungan telepon, telegraf, data, teleks, faksimili, atau jasa telekomunikasi lainnya. Pendapatan yang diperoleh dari transaksi tersebut untuk tahuntahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 masing-masing sebesar Rp132.092 juta, Rp137.154 juta, dan Rp171.730 juta yang mencerminkan 0,2%, 0,2%, dan 0,3% dari jumlah pendapatan usaha pada masing-masing tahun.

99

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

43. TRANSAKSI DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA (lanjutan) c.

Indosat (lanjutan) Lintasarta menggunakan transponder satelit atau kanal frekuensi satelit telekomunikasi Perusahaan. Pendapatan yang diperoleh dari transaksi tersebut untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 sebesar Rp26.461 juta, Rp30.118 juta, dan Rp21.815 juta yang mencerminkan kurang dari 0,1% dari jumlah pendapatan usaha pada masing-masing tahun. Telkomsel mengadakan perjanjian dengan Lintasarta (berlaku sampai dengan 31 Oktober 2010) dan PT Artajasa Pembayaran Elektronis (“Artajasa”) (berlaku sampai dengan bulan Mei 2008) (39,8% sahamnya dimiliki oleh anak perusahaan Indosat) untuk pemakaian sistem jaringan komunikasi data. Beban pemakaian untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 masing-masing sebesar Rp37.702 juta, Rp36.434 juta, dan Rp33.706 juta yang mencerminkan 0,1% dari jumlah beban usaha pada masing-masing tahun.

d.

Lain-lain Transaksi dengan seluruh BUMN diperlakukan sebagai transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, yaitu: (i)

Perusahaan menyediakan jasa telekomunikasi kepada Instansi Pemerintah di Indonesia, yang diperlakukan sebagaimana layaknya transaksi dengan pihak ketiga.

(ii)

Perusahaan mengadakan perjanjian dengan Instansi Pemerintah dan perusahaan asosiasi yaitu CSM, Patrakom, dan PSN untuk penggunaan transponder satelit atau kanal frekuensi satelit telekomunikasi Perusahaan. Pendapatan yang diperoleh dari transaksi tersebut untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 masingmasing sebesar Rp123.631 juta, Rp140.107 juta, dan Rp110.692 juta yang mencerminkan 0,2% dari jumlah pendapatan usaha pada masing-masing tahun.

(iii) Perusahaan menyediakan layanan sirkit langganan kepada perusahaan asosiasi, yaitu CSM, Patrakom, PSN, dan Gratika. Sirkit langganan ini dapat digunakan perusahaan asosiasi tersebut untuk hubungan telepon, telegraf, data, teleks, faksimili, dan jasa telekomunikasi lainnya. Pendapatan yang diperoleh dari transaksi tersebut untuk tahuntahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 masing-masing sebesar Rp43.252 juta, Rp39.972 juta, dan Rp62.530 juta yang mencerminkan 0,1% dari jumlah pendapatan usaha pada masing-masing tahun. (iv)

Perusahaan membeli aset tetap termasuk jasa pembangunan dan instalasi dari sejumlah pihak yang mempunyai hubungan istimewa meliputi, diantaranya, PT Industri Telekomunikasi Indonesia (“INTI”) dan Kopegtel. Pembelian yang dilakukan dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa tersebut pada tahun 2010, 2009, dan 2008 masingmasing sebesar Rp141.464 juta, Rp340.568 juta, dan Rp624.160 juta yang mencerminkan 0,9%, 1,7%, dan 3,9% dari jumlah pembelian aset tetap pada masing-masing tahun.

(v)

INTI juga merupakan kontraktor dan pemasok utama yang menyediakan peralatan, termasuk jasa konstruksi dan instalasi bagi Telkomsel. Pembelian dari INTI pada tahun 2010, 2009, dan 2008 masing-masing sebesar Rp133.037 juta, Rp103.822 juta, dan Rp124.929 juta yang mencerminkan 0,9%, 0,5%, dan 0,8% dari jumlah pembelian aset tetap pada masing-masing tahun.

100

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

43. TRANSAKSI DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA (lanjutan) d. Lain-lain (lanjutan) (vi) Telkomsel mengadakan perjanjian dengan PSN untuk sewa jaringan transmisi PSN. Berdasarkan perjanjian yang dibuat tanggal 14 Maret 2001, jangka waktu sewa minimum adalah 2 tahun sejak pengoperasian jaringan transmisi dan dapat diperpanjang sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Perjanjian ini telah diperpanjang hingga 13 Maret 2011. Beban sewa untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 masing-masing sebesar Rp176.278 juta, Rp204.075 juta, dan Rp139.449 juta yang mencerminkan 0,4%, 0,5%, dan 0,3% dari jumlah beban usaha pada masing-masing tahun. (vii) Perusahaan dan anak perusahaan mengasuransikan aset tetap, persediaan, dan menyelenggarakan jaminan sosial tenaga kerja bagi karyawannya pada Jasindo, PT Asuransi Tenaga Kerja, dan Jiwasraya yang merupakan perusahaan asuransi milik negara. Premi asuransi tersebut untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 masing-masing sebesar Rp391.494 juta, Rp313.433 juta, dan Rp335.350 juta yang mencerminkan 0,8%, 0,7%, dan 0,8% dari jumlah beban usaha pada masingmasing tahun. (viii) Perusahaan dan anak perusahaan mempunyai rekening giro dan deposito berjangka pada beberapa bank milik negara. Di samping itu, beberapa bank tersebut ditunjuk sebagai agen penagihan Perusahaan. Jumlah penempatan Perusahaan pada bank milik negara dalam bentuk rekening giro dan deposito berjangka, dan reksa dana masing-masing berjumlah Rp7.887.533 juta dan Rp5.627.600 juta pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, yang masing-masing mencerminkan 7,9% dan 5,8% dari jumlah aset pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009. Pendapatan bunga yang diakui untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 masing-masing sebesar Rp202.478 juta, Rp195.266 juta, dan Rp310.561 juta yang mencerminkan 48,1%, 42,2%, dan 46% dari jumlah pendapatan bunga pada masing-masing tahun. (ix)

Perusahaan dan anak perusahaan melakukan pinjaman dari beberapa bank milik negara. Beban bunga dari pinjaman tersebut untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 masing-masing sebesar Rp888.946 juta, Rp1.047.067 juta, dan Rp710.338 juta, yang mencerminkan 46,1%, 50,0%, dan 43,3% dari jumlah beban bunga pada masing-masing tahun.

(x)

Perusahaan menyewa bangunan, menyewa mobil, membeli barang dan jasa pembangunan, dan menggunakan jasa pemeliharaan dan kebersihan dari Kopegtel dan PT Sandhy Putra Makmur (“SPM”), anak perusahaan dari Yayasan Sandikara Putra Telkom - yayasan yang dikelola oleh Dharma Wanita Telkom. Beban yang timbul dari transaksi tersebut berjumlah Rp607.875 juta, Rp478.807 juta, dan Rp456.577 juta masingmasing untuk tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2010, 2009, dan 2008, yang mencerminkan 1,3%, 1,1%, dan 1,1% dari jumlah beban usaha pada masing-masing tahun.

(xi)

Perusahaan dan anak perusahaan menerima pendapatan interkoneksi bersih dari PSN, dengan jumlah keseluruhan sebesar Rp4.900 juta, Rp5.127 juta, dan Rp6.896 juta masing-masing untuk tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2010, 2009, dan 2008, yang mencerminkan 0,01%, kurang dari 0,01%, dan 0,01% dari jumlah pendapatan usaha pada masing-masing tahun. Dan membayar beban interkoneksi dari PSN, dengan jumlah keseluruhan sebesar Rp4.921 juta, Rp5.248 juta, dan Rp8.806 juta masing-masing untuk tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2010, 2009, dan 2008, yang mencerminkan 0,01%, 0,01%, dan 0,02% dari jumlah beban usaha pada masing-masing tahun. 101

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

43. TRANSAKSI DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA (lanjutan) d. Lain-lain (lanjutan) (xii) Perusahaan mengadakan perjanjian dengan Kopegtel, sehubungan PBH. Pada tahun 2010, 2009, dan 2008, bagian dari pendapatan yang harus dibagikan kepada Kopegtel adalah masing-masing sebesar Rp796 juta, Rp3.837 juta, dan Rp11.868 juta, yang mencerminkan kurang dari 0,01%, 0,01%, dan 0,02% dari jumlah pendapatan usaha pada masing-masing tahun. (xiii) Telkomsel mengadakan perjanjian sewa menyewa dengan Patrakom dan CSM sehubungan dengan penggunaan jaringan transmisi mereka untuk jangka waktu 3 tahun dan dapat diperpanjang. Beban sewa untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 adalah sebesar Rp195.401 juta, Rp228.921 juta, dan Rp158.288 juta, yang mencerminkan 0,4%, 0,5%, dan 0,4% dari jumlah beban usaha pada masing-masing tahun. (xiv) Koperasi Pegawai Telkomsel (“Kisel”) adalah koperasi yang didirikan oleh karyawan Telkomsel, bergerak dalam jasa penyewaan mobil, pencetakan dan distribusi tagihan pelanggan, penagihan, dan jasa-jasa lainnya yang bermanfaat bagi Telkomsel. Untuk jasa-jasa ini, Kisel membebankan Telkomsel masing-masing sebesar Rp634.234 juta, Rp586.545 juta, dan Rp542.342 juta untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008, yang mencerminkan 1,4%, 1,3%, dan 1,3% dari beban usaha pada masing-masing tahun. Telkomsel juga mengadakan perjanjian penyaluran dengan Kisel untuk pendistribusian kartu SIM dan vaucer pulsa isi ulang. Jumlah kartu SIM dan vaucer pulsa isi ulang yang dijual ke Kisel sebesar Rp2.154.842 juta, Rp2.229.207 juta, dan Rp2.086.739 juta pada tahun 2010, 2009, dan 2008, yang mencerminkan 3,1%, 3,3%, dan 3,3% dari pendapatan usaha pada masing-masing tahun. (xv) Telkomsel mengadakan perjanjian pengadaan dengan Gratika, yang merupakan anak perusahaan dari Dapen untuk instalasi dan pemeliharaan peralatan. Jumlah pengadaan untuk instalasi peralatan sebesar Rp28.938 juta, Rp56.744 juta, dan Rp40.629 juta masing-masing untuk tahun 2010, 2009, dan 2008, yang mencerminkan 0,19%, 0,28%, dan 0,26% dari jumlah pembelian aset tetap pada masing-masing tahun. Jumlah pengadaan untuk pemeliharaan peralatan sebesar Rp25.651 juta, Rp51.992 juta, dan Rp34.570 juta masing-masing untuk tahun 2010, 2009, dan 2008, yang mencerminkan 0,06%, 0,12%, dan 0,08% dari jumlah beban usaha pada masing-masing tahun.

102

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

43. TRANSAKSI DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA (lanjutan) Saldo akun dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah sebagai berikut: 2010 % terhadap jumlah aset

Jumlah a. Kas dan setara kas (Catatan 4)

2009*

Jumlah

% terhadap jumlah aset

7.443.452

7,46

4.958.439

5,08

b. Penyertaan sementara

300.977

0,30

276.523

0,28

c. Piutang usaha - bersih (Catatan 5)

780.043

0,78

604.768

0,62

13.978 1.888 784 32 305

0,01 0,00 0,00 0,00 0,00

9.065 4.688 278 3.829 217

0,01 0,01 0,00 0,00 0,00

16.987

0,01

18.077

0,02

2.401.386

2,41

1.733.277

1,78

593 347 235

0,00 0,00 0,00

108.893 347 16.098

0,11 0,00 0,02

1.175

0,00

125.338

0,13

988

0,00

497

0,00

94.544 5.020

0,09 0,01

98.107 124.378

0,10 0,13

813

0,00

813

0,00

100.377

0,10

223.298

0,23

41.552

0,04

44.004

0,05

d. Piutang lain-lain Bank milik negara (bunga) Patrakom Instansi Pemerintah Kopegtel Lainnya Jumlah e. Uang Muka dan beban dibayar di muka (Catatan 7) f.

Aset lancar lainnya (Catatan 8) BNI BRI Bank Mandiri Jumlah

g. Pensiun dibayar di muka (Catatan 40) h. Uang muka dan aset tidak lancar lainnya (Catatan 11) BNI Bank Mandiri Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) Jumlah i.

Rekening escrow (Catatan 13)

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

103

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

43. TRANSAKSI DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA (lanjutan) 2010

Jumlah j.

Hutang usaha (Catatan 14) Instansi Pemerintah BUMN Kopegtel Indosat Yakes Gratika INTI SPM Patrakom PSN CSM Lain-lain Jumlah

k. Beban yang masih harus dibayar (Catatan 15) Karyawan Instansi Pemerintah dan bank milik negara PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Persero) Jumlah l.

n. Kewajiban imbalan kesehatan pasca kerja (Catatan 42) o. Kewajiban pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya (Catatan 40) p. Pinjaman penerusan (Catatan 19) q. Obligasi dan wesel bayar (Catatan 20) r.

Jumlah

% terhadap jumlah kewajiban

400.238 287.433 140.311 62.369 60.562 33.515 13.917 12.446 837 551 141.695

0,92 0,67 0,32 0,14 0,14 0,08 0,03 0,03 0,00 0,00 0,33

1.280.700 1.032 132.652 63.233 38.095 8.138 13.459 12.829 690 1 1.012 207.627

2,66 0,00 0,28 0,13 0,08 0,02 0,03 0,03 0,00 0,00 0,00 0,43

1.153.874

2,66

1.759.468

3,66

894.733

2,07

1.786.736

3,71

65.522 22.649

0,15 0,05

368.860 22.802

0,76 0,05

982.904

2,27

2.178.398

4,52

4.000

0,01

9.000

0,02

242.149

0,56

212.518

0,44

1.050.030

2,42

1.801.776

3,74

536.990

1,24

808.317

1,68

3.136.666

7,24

3.518.093

7,31

Hutang bank jangka pendek (Catatan 17) BSM

m. Kewajiban LSA (Catatan 41)

2009* % terhadap jumlah kewajiban

100.750

0,23

70.000

0,15

Hutang bank jangka panjang (Catatan 21) BNI Bank Mandiri BRI BTN

3.748.871 3.073.387 2.197.000 7.084

8,65 7,09 5,07 0,02

4.450.000 3.330.000 3.700.000 -

9,24 6,92 7,68 -

Jumlah

9.026.342

20,83

11.480.000

23,84

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

104

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

44. INFORMASI SEGMEN Perusahaan dan anak perusahaan memiliki tiga segmen usaha utama yang beroperasi di Indonesia, yaitu sambungan kabel tidak bergerak, sambungan nirkabel tidak bergerak, dan seluler. Segmen sambungan kabel tidak bergerak menyediakan jasa telepon lokal, SLJJ, dan internasional, dan jasa telekomunikasi lainnya (termasuk di antaranya sirkit langganan, teleks, transponder, satelit, dan VSAT), serta jasa pendukungnya. Segmen sambungan nirkabel tidak bergerak menyediakan jasa telekomunikasi berbasis CDMA yang menawarkan pelanggannya kemampuan untuk menggunakan pesawat telepon nirkabel dengan area terbatas (dalam kode wilayah lokal). Segmen seluler menyediakan jasa telekomunikasi dasar, khususnya jasa telekomunikasi seluler bergerak. Segmen usaha yang secara individu tidak melebihi 10% dari pendapatan usaha Perusahaan disajikan sebagai “Lain-lain”, yang terdiri dari usaha layanan informasi teknologi, buku petunjuk telepon, dan pengelolaan gedung. Pendapatan dan beban segmen meliputi transaksi antar segmen usaha dan dinilai sebesar nilai pasar. 2010 Sambungan kabel tidak bergerak Hasil segmen Pendapatan usaha eksternal Pendapatan antar segmen

21.618.690 5.434.424

Sambungan nirkabel tidak bergerak 2.951.526 174.039

Seluler 43.591.845 1.930.867

Lain-lain 467.120 744.666

Jumlah sebelum eliminasi

Jumlah konsolidasian

Eliminasi

68.629.181 8.283.996

(8.283.996)

68.629.181 -

Jumlah pendapatan segmen

27.053.114

3.125.565

45.522.712

1.211.786

76.913.177

(8.283.996)

68.629.181

Beban usaha eksternal Beban usaha antar segmen

(18.231.340) (3.967.060)

(2.739.185) (123.053)

(24.165.450) (4.222.555)

(1.002.086) (30.630)

(46.138.061) (8.343.298)

8.343.298

(46.138.061) -

Beban usaha segmen

(22.198.400)

(2.862.238)

(28.388.005)

(1.032.716)

(54.481.359)

8.343.298

(46.138.061)

Hasil segmen

4.854.714

263.327

17.134.707

179.070

22.431.818

59.302

-

22.491.120

Beban bunga Pendapatan bunga Keuntungan selisih kurs - bersih Penghasilan lain-lain - bersih Beban PPh Bagian rugi bersih perusahaan asosiasi

(1.928.035) 421.354 42.948 402.586 (5.546.039) (13.622)

Laba sebelum hak minoritas Hak minoritas yang tidak dapat dialokasi

15.870.312 (4.333.313)

Laba bersih

11.536.999

Informasi lain Aset segmen Investasi pada perusahaan asosiasi

38.649.848 233.491

5.261.757 -

57.651.867 20.359

917.308 -

102.480.780 253.850

(2.976.183) -

99.504.597 253.850

(23.466.203)

(348.345)

(46.319.847)

2.976.183

(43.343.664)

Jumlah aset konsolidasian Jumlah kewajiban konsolidasian

99.758.447 (21.678.515)

(826.784)

Pembelian barang modal

(4.052.463)

(146.983)

(8.197.813)

(89.654)

(12.486.913)

-

(12.486.913)

Penyusutan dan amortisasi

(4.210.658)

(730.606)

(9.636.506)

(33.688)

(14.611.458)

-

(14.611.458)

(336.440)

(34.098)

(148.087)

(6.135)

(524.760)

-

(524.760)

Beban non-kas lain-lain

105

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

44. INFORMASI SEGMEN (lanjutan) 2009* Sambungan kabel tidak bergerak Hasil segmen Pendapatan usaha eksternal Pendapatan antar segmen

21.209.704 4.237.148

Sambungan nirkabel tidak bergerak 3.430.951 208.603

Seluler 42.633.298 1.763.827

Lain-lain 403.565 325.312

Jumlah sebelum eliminasi

Jumlah konsolidasian

Eliminasi

67.677.518 6.534.890

(6.534.890)

67.677.518 -

Jumlah pendapatan segmen

25.446.852

3.639.554

44.397.125

728.877

74.212.408

(6.534.890)

67.677.518

Beban usaha eksternal Beban usaha antar segmen

(19.232.762) (2.695.053)

(3.204.090) (156.069)

(21.741.165) (3.920.993)

(711.865) (32.872)

(44.889.882) (6.804.987)

6.804.987

(44.889.882) -

Beban usaha segmen

(21.927.815)

(3.360.159)

(25.662.158)

(744.737)

(51.694.869)

6.804.987

(44.889.882)

18.734.967

(15.860)

22.517.539

Hasil segmen

3.519.037

279.395

270.097

-

22.787.636

Beban bunga Pendapatan bunga Kerugian selisih kurs - bersih Penghasilan lain-lain - bersih Beban PPh Bagian rugi bersih perusahaan asosiasi

(2.095.978) 462.169 972.947 349.962 (6.404.123) (29.715)

Laba sebelum hak minoritas Hak minoritas yang tidak dapat dialokasi

16.042.898 (4.644.072)

Laba bersih

11.398.826

Informasi lain Aset segmen Investasi pada perusahaan asosiasi

34.859.128 131.193

5.833.554 -

59.506.768 20.360

760.507 -

100.959.957 151.553

(3.297.350) -

Jumlah aset konsolidasian Jumlah kewajiban konsolidasian

97.662.607 151.553 97.814.160

(20.739.038)

(2.034.217)

(28.469.997)

(281.061)

(51.524.313)

3.295.760

(48.228.553)

Pembelian barang modal

(3.615.766)

(1.612.519)

(12.663.266)

(40.989)

(17.932.540)

-

(17.932.540)

Penyusutan dan amortisasi

(4.684.050)

(637.165)

(8.622.621)

(30.968)

(13.974.804)

-

(13.974.804)

(108.255)

(4.129)

(573.704)

-

(573.704)

Beban non-kas lain-lain

(461.320)

-

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p 2008* Sambungan kabel tidak bergerak Hasil segmen Pendapatan usaha eksternal Pendapatan antar segmen

22.083.700 3.612.574

Sambungan nirkabel tidak bergerak 3.488.038 208.588

Seluler 38.209.079 2.034.123

Lain-lain 385.612 346.159

Jumlah sebelum eliminasi

Eliminasi

64.166.429 6.201.444

(6.201.444)

Jumlah konsolidasian 64.166.429 -

Jumlah pendapatan segmen

25.696.274

3.696.626

40.243.202

731.771

70.367.873

(6.201.444)

64.166.429

Beban usaha eksternal Beban usaha antar segmen

(19.167.678) (2.709.424)

(2.311.002) (182.212)

(19.640.472) (3.856.322)

(610.309) (32.395)

(41.729.461) (6.780.353)

6.780.353

(41.729.461) -

Beban usaha segmen

(21.877.102)

(2.493.214)

(23.496.794)

(642.704)

(48.509.814)

6.780.353

(41.729.461)

3.819.172

1.203.412

16.746.408

89.067

21.858.059

Hasil segmen

578.909

22.436.968

Beban bunga Pendapatan bunga Kerugian selisih kurs - bersih Penghasilan lain-lain - bersih Beban PPh Bagian laba bersih perusahaan asosiasi

(1.641.285) 671.834 (1.613.759) 524.742 (5.673.542) 20.471

Laba sebelum hak minoritas Hak minoritas yang tidak dapat dialokasi

14.725.429 (4.053.643)

Laba bersih

10.671.786

Informasi lain

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

106

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

44. INFORMASI SEGMEN (lanjutan) 2008* Sambungan kabel tidak bergerak

Informasi lain Aset segmen Investasi pada perusahaan asosiasi

Sambungan nirkabel tidak bergerak

Seluler

Jumlah sebelum eliminasi

Lain-lain

Jumlah konsolidasian

Eliminasi

33.698.251 148.893

7.505.027 -

56.721.046 20.360

760.356 -

98.684.680 169.253

(7.597.683) -

91.086.997 169.253

(23.271.975)

(1.925.062)

(29.708.639)

(341.793)

(55.247.469)

7.584.897

(47.662.572)

Pembelian barang modal

(4.364.760)

(1.937.644)

(15.370.866)

(62.478)

(21.735.748)

-

(21.735.748)

Penyusutan dan amortisasi

(4.629.334)

(408.467)

(7.254.318)

(55.952)

(12.348.071)

15.995

(12.332.076)

(390.240)

-

(390.240)

Jumlah aset konsolidasian Jumlah kewajiban konsolidasian

91.256.250

Beban non-kas lain-lain

(335.370)

-

(54.870)

-

* Dinyatakan kembali, lihat Catatan 2p

45. POLA BAGI HASIL (“PBH”) Perusahaan mengadakan perjanjian dengan beberapa mitra usaha secara terpisah berdasarkan perjanjian PBH yang dimaksudkan untuk membangun sambungan tidak bergerak, instalasi telepon umum kartu (termasuk pemeliharaannya), data dan jaringan internet, dan fasilitas pendukung telekomunikasi terkait. Pada tanggal 31 Desember 2010, Perusahaan memiliki 17 perjanjian PBH dengan 15 mitra usaha. Lokasi PBH paling banyak berada di Pekanbaru, Jawa Timur, Kalimantan, Makassar, Pare-pare, Manado, Denpasar, Mataram dan Kupang dengan periode penyelenggaraan antara 80 sampai dengan 148 bulan. Berdasarkan perjanjian PBH, mitra usaha menanggung biaya yang dikeluarkan dalam pembangunan sarana telekomunikasi. Setelah pembangunan selesai, Perusahaan mengelola dan mengoperasikan sarana telekomunikasi tersebut dan menanggung beban perbaikan dan pemeliharaan selama periode bagi hasil. Secara hukum, mitra usaha berhak atas aset tetap yang dibangun mitra usaha selama periode bagi hasil. Pada akhir setiap masa bagi hasil, mitra usaha akan mengalihkan kepemilikan atas sarana telekomunikasi tersebut kepada Perusahaan pada harga nominal tertentu. Pada umumnya pendapatan yang diperoleh dari pelanggan untuk biaya instalasi sambungan telepon menjadi hak mitra usaha sepenuhnya. Pendapatan dari pulsa telepon outgoing dan biaya bulanan pelanggan dibagi antara mitra usaha dan Perusahaan berdasarkan rasio tertentu yang telah disepakati. Pada tahun 2009, Perusahaan melakukan amandemen atas beberapa perjanjian PBH dengan memperpanjang periode PBH serta rasio PBH antara Perusahaan dengan mitra usaha. Nilai buku bersih aset tetap PBH yang telah dialihkan menjadi aset tetap Perusahaan (Catatan 2p.i) pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 masing-masing adalah sebesar Rp11.424 juta dan Rp51.078 juta (Catatan 10).

107

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

46. TARIF JASA TELEKOMUNIKASI Berdasarkan UU No. 36 tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 52 tahun 2000, tarif penggunaan jaringan dan jasa telekomunikasi ditentukan oleh penyelenggara berdasarkan kategori tarif, struktur dan dengan mengacu pada formula batasan tarif jasa telekomunikasi tidak bergerak yang ditentukan oleh Pemerintah. a.

Tarif telepon tidak bergerak Pemerintah telah mengeluarkan formula penyesuaian tarif baru yang diatur dalam Peraturan Menkominfo No. 15/Per/M.KOMINFO/4/2008 tanggal 30 April 2008 tentang Tata Cara Perhitungan Tarif Jasa Teleponi Dasar Yang Disalurkan Melalui Jaringan Tetap. Berdasarkan Peraturan tersebut, struktur tarif jasa teleponi dasar yang disalurkan melalui jaringan tetap terdiri dari: • Biaya sambungan • Biaya berlangganan bulanan • Biaya penggunaaan • Biaya fasilitas tambahan Berdasarkan Peraturan tersebut, Perusahaan menyesuaikan tarif yang berlaku sejak 1 Agustus 2008 sebagai berikut: • Tarif lokal mengalami penurunan berkisar dari 2,5% hingga kenaikan 8,9%, tergantung pada penggunaan jasa dan segmen pelanggan • Tarif SLJJ mengalami penurunan rata-rata berkisar dari 36,9% hingga kenaikan rata-rata 13,7%, tergantung pada penggunaan jasa dan segmen pelanggan • Tarif SMS mengalami penurunan rata-rata berkisar dari 42,8% hingga 49,7%, tergantung pada penggunaan jasa dan segmen pelanggan.

b.

Tarif telepon seluler Pada tanggal 7 April 2008, Menkominfo menerbitkan Peraturan Menteri No. 09/PER/M.KOMINFO/04/2008 tentang ”Tatacara Penetapan Tarif Jasa Telekomunikasi yang Disalurkan Melalui Jaringan Bergerak Selular” yang memberikan pedoman untuk menentukan tarif seluler dengan formula yang terdiri dari unsur biaya elemen jaringan dan biaya aktivitas layanan retail. Peraturan ini menggantikan peraturan sebelumnya No. 12/PER/M.KOMINFO/02/2006. Berdasarkan Peraturan Menteri No. 09/PER/M.KOMINFO/04/2008 tanggal 7 April 2008 bahwa tarif seluler terdiri dari: • Tarif jasa teleponi dasar • Tarif jelajah • Tarif jasa multimedia, dengan struktur sebagai berikut: • Biaya sambungan • Biaya berlangganan bulanan • Biaya penggunaan • Biaya fasilitas tambahan. Tarif dihitung berdasarkan jenis formula yang terdiri dari : • Biaya elemen jaringan (network element cost); • Biaya aktivitas layanan retail ditambah margin (retail services activity cost plus margin).

108

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

46. TARIF JASA TELEKOMUNIKASI (lanjutan) b.

Tarif telepon seluler (lanjutan) Biaya elemen jaringan dihitung dengan menggunakan Metode Long Run Incremental Cost (LRIC) Bottom Up. Penyelenggara dapat melakukan de-average biaya pengunaan jasa teleponi dasar dan menerapkan sistem pentarifan bundling, tidak melebihi jumlah dari tarif pungut dihitung dengan menggunakan metode tersebut di atas.

c. Tarif interkoneksi Pada tanggal 28 Desember 2006, Perusahaan dan seluruh penyelenggara jaringan menandatangani amandemen atas perjanjian kerja sama interkoneksi untuk jaringan tidak bergerak (lokal, SLJJ, dan internasional) dan bergerak dalam rangka implementasi kewajiban tarif berbasis biaya berdasarkan Peraturan Menkominfo No. 08/Per/M.KOMINFO/02/2006. Amandemen ini berlaku efektif mulai 1 Januari 2007. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi No. 205 tahun 2008 tanggal 11 April 2008, yang berlaku untuk periode satu tahun, tentang persetujuan terhadap Dokumen Penawaran Interkoneksi (“DPI”) milik penyelenggara jaringan telekomunikasi dengan pendapatan usaha (Operating Revenues) 25% atau lebih dari total pendapatan usaha seluruh penyelenggaraan telekomunikasi dalam segmentasi layanannya, adalah sebagai berikut : (1) Sambungan tidak bergerak a. Tarif layanan terminasi lokal dari jaringan tetap lokal sebesar Rp73/menit. b. Tarif layanan terminasi lokal dari jaringan tetap domestik (panggilan lokal) sebesar Rp73/menit. c. Tarif layanan terminasi lokal dari jaringan tetap domestik (panggilan jarak jauh) sebesar Rp203/menit. d. Tarif layanan terminasi jarak jauh dari jaringan tetap domestik sebesar Rp560/menit. e. Tarif layanan terminasi lokal dari jaringan bergerak seluler sebesar Rp203/menit. f. Tarif layanan terminasi lokal dari jaringan bergerak satelit sebesar Rp204/menit. g. Tarif layanan terminasi jarak jauh dari jaringan bergerak seluler sebesar Rp626/menit. h. Tarif layanan terminasi jarak jauh dari jaringan bergerak satelit sebesar Rp613/menit. i. Tarif layanan terminasi domestik dari jaringan internasional sebesar Rp612/menit. j. Tarif layanan originasi internasional dari jaringan tetap domestik ke penyelenggara jaringan tetap internasional sebesar Rp612/menit k. Tarif layanan originasi lokal untuk panggilan jarak jauh dari jaringan tetap domestik ke penyelenggara jasa SLJJ sebesar Rp203/menit. l. Tarif layanan transit lokal sebesar Rp69/menit. m. Tarif layanan transit jarak jauh sebesar Rp295/menit. n. Tarif layanan transit internasional sebesar Rp316/menit.

109

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

46. TARIF JASA TELEKOMUNIKASI (lanjutan) c. Tarif interkoneksi (lanjutan) (2) Seluler a. b. c. d. e.

Tarif layanan terminasi lokal dan originasi lokal sebesar Rp261/menit. Tarif layanan terminasi jarak jauh dan originasi jarak jauh sebesar Rp380/menit. Tarif layanan terminasi jarak jauh dari jaringan bergerak seluler sebesar Rp493/menit. Tarif layanan terminasi jarak jauh dari jaringan satelit sebesar Rp501/menit. Tarif layanan terminasi internasional dan originasi internasional sebesar Rp498/menit.

Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasian ini, penyelesaian DPI baru masih dalam proses. Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), dalam suratnya No. 227/BRTI/XII/2010 tanggal 31 Desember 2010, memutuskan untuk menerapkan tarif interkoneksi baru efektif sejak tanggal 1 Januari 2011 untuk seluler, satelit, dan PSTN domestik dan efektif sejak tanggal 1 Juli 2011 untuk akses nirkabel tidak bergerak dengan mobilitas terbatas. Berdasarkan Peraturan Menkominfo No. 14/PER/M.KOMINFO/02/2009 tanggal 25 Februari 2009, interkoneksi antar operator diselesaikan melalui proses kliring trafik telekomunikasi. Fungsi kliring ditangani secara bersama-sama oleh operator-operator dibawah pengawasan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia. Pada tanggal 2 Maret 2009, 12 penyelenggara telekomunikasi dan PT Pratama Jaringan Nusantara (“PJN”) menandatangani perjanjian pengoperasian Sistem Kliring Trafik Telekomunikasi (“SKTT”). PJN ditetapkan untuk mengadakan proses kliring interkoneksi suara dengan syarat-syarat sebagai berikut: • Tarif sebesar Rp0,4 per data percakapan (call data record), • Untuk mendukung proses tersebut, PJN harus menyediakan SKTT dalam jangka waktu 6 bulan. Perjanjian tersebut berlaku selama sepuluh tahun, dapat diperpanjang berdasarkan perjanjian dari kedua belah pihak atau dapat dihentikan sebelum periode tersebut, tergantung pada antara lain, kemampuan PJN untuk: • Menyediakan sistem dalam periode yang disebutkan di atas, • Mengubah Anggaran Dasarnya sesuai dengan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dalam jangka waktu satu bulan. Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasian ini, pengoperasian kliring interkoneksi suara oleh PJN belum diterapkan. d. Tarif interkoneksi VoIP Sebelumnya, berdasarkan Keputusan Menhub No. KM. 23 tahun 2002, beban akses dan beban sewa jaringan untuk penyediaan layanan VoIP harus disepakati antara operator jaringan dan operator VoIP. Pada tanggal 11 Maret 2004, Menhub menerbitkan Keputusan No. 31 tahun 2004 yang menentukan bahwa tarif beban interkoneksi untuk VoIP akan ditetapkan oleh Menhub. Saat ini, Menkominfo belum menetapkan tarif beban interkoneksi VoIP yang baru. Sampai dengan ditetapkannya tarif yang baru tersebut, Perusahaan masih akan tetap menerima jumlah per menit yang telah disepakati untuk panggilan yang berasal dari atau diakhiri di jaringan sambungan tidak bergerak milik Perusahaan.

110

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

46. TARIF JASA TELEKOMUNIKASI (lanjutan) e. Tarif sewa jaringan Melalui Peraturan Menkominfo No. 03/PER/M.KOMINFO/1/2007 tanggal 26 Januari 2007 tentang Sewa Jaringan, pemerintah mengatur bentuk, jenis, struktur tarif, dan formula tarif layanan untuk sewa jaringan. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Menkominfo tersebut, maka Pemerintah mengeluarkan Keputusan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi melalui Kepdirjen Postel No. 115/Dirjen/2008 tanggal 24 Maret 2008 tentang Persetujuan Terhadap Dokumen Jenis Layanan Sewa Jaringan, Besaran Tarif sewa Jaringan, Kapasitas Tersedia Layanan Sewa Jaringan, Kualitas Layanan Sewa Jaringan, dan Prosedur Penyediaan Layanan Sewa Jaringan Tahun 2008 Milik Penyelenggara Dominan Layanan Sewa Jaringan, sebagai persetujuan atas usulan Perusahaan. Perusahaan mengeluarkan tarif sewa jaringan yang mulai berlaku tanggal 21 Januari 2010, berupa: • Besaran biaya aktivasi sewa jaringan mulai Rp2.400.000. • Besaran tarif pemakaian bulanan untuk end to end lokal (di bawah 25km) bervariasi mulai Rp3.800.000 hingga Rp74.400.000 tergantung pada besaran kapasitas, dan pemakaian bulanan end to end jarak jauh (di atas 25 km) mulai Rp7.100.000 hingga Rp519.700.000 tergantung pada kapasitas. • Besaran tarif pemakaian bulanan untuk point to point lokal (di bawah 25 km) bervariasi mulai Rp1.500.000 hingga Rp37.200.000 tergantung pada besaran kapasitas, dan pemakaian bulanan point to point jarak jauh (di atas 25km) mulai Rp4.800.000 hingga Rp482.500.000 tergantung pada kapasitas. f. Tarif warung telekomunikasi (“wartel”) Menhub menerbitkan Keputusan Menteri No. KM. 46 tahun 2002 tanggal 7 Agustus 2002 mengenai penyelenggaraan wartel yang digantikan oleh Peraturan Menkominfo No. PM.05/PER/M.KOMINFO/I/2006 tanggal 30 Januari 2006 dimana Perusahaan berhak memperoleh maksimum 70% dari tarif dasar wartel atas percakapan dalam negeri dan maksimum 92% dari tarif dasar wartel atas percakapan internasional. g. Tarif jasa lainnya Tarif sewa satelit dan jasa teleponi dan multimedia lainnya ditentukan oleh penyedia layanan dengan memperhitungkan berbagai pengeluaran dan harga pasar. Pemerintah hanya menetapkan formula tarif untuk layanan teleponi dasar. Tidak ada aturan untuk tarif atas jasajasa lainnya. Pada tanggal 27 September 2010, Perusahaan menurunkan tarif jasa internet rata-rata 22% tergantung paket berlangganan yang diikuti konsumen.

111

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

46. TARIF JASA TELEKOMUNIKASI (lanjutan) h. Kewajiban Pelayanan Universal (“KPU”) Menkominfo menerbitkan Peraturan No. 15/PER/M.KOMINFO/9/2005 tanggal 30 September 2005, yang mengatur kebijakan program KPU dan mengharuskan penyelenggara telekomunikasi untuk memberikan kontribusi sebesar 0,75% dari pendapatan kotornya (dengan mempertimbangkan piutang tak tertagih dan beban interkoneksi) untuk pengembangan KPU. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2009 tanggal 16 Januari 2009, besaran kontribusi diubah menjadi 1,25% dari pendapatan kotornya (dengan mempertimbangkan piutang tak tertagih dan/atau beban interkoneksi dan/atau beban sambungan). Berdasarkan Surat Keputusan Menkominfo No. 32/PER/M.KOMINFO/10/2008 tanggal 10 Oktober 2008 yang menggantikan Surat Keputusan Menkominfo No. 11/PER/M.KOMINFO/04/2007 tanggal 13 April 2007 dan Surat Keputusan Menkominfo No. 38/Per/M.KOMINFO/9/2007 tanggal 20 September 2007, yang antara lain mengatur bahwa, dalam menyediakan akses dan layanan telekomunikasi di daerah terpencil (Program KPU), penyelenggara ditentukan melalui serangkaian proses seleksi oleh Balai Telekomunikasi dan Informatika Pedesaan (“BTIP”) yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menkominfo No. 35/PER/M.KOMINFO/11/2006 tanggal 30 November 2006. Pada tanggal 16 Januari 2009 dan 23 Januari 2009, Telkomsel ditunjuk sebagai pemenang tender oleh Pemerintah melalui BTIP, untuk menyediakan serta mengoperasikan akses dan layanan telekomunikasi di daerah terpencil (Program KPU) senilai Rp1,66 triliun, yang meliputi seluruh wilayah Indonesia kecuali Sulawesi, Maluku, dan Papua. Telkomsel juga akan mendapatkan lisensi jaringan tetap lokal dan hak untuk menggunakan frekuensi radio pada pita frekuensi 2.390 MHz-2.400 MHz. Selanjutnya, perjanjian-perjanjian tersebut telah diubah dan perubahan terakhir pada tanggal 2 Juni 2010, meliputi, antara lain, untuk mengubah harga menjadi Rp1,758 triliun. Pada bulan Januari 2010, Telkomsel memperoleh lisensi operasi dari kementerian untuk menyediakan jasa jaringan tetap lokal dalam program KPU (Catatan 1d.a). Pada tahun 2010 dan 2009, Telkomsel menerima pembayaran bertahap dari BTIP sebesar Rp260,98 miliar dan Rp47,79 miliar dari keseluruhan jumlah pendapatan yang diakui pada masing-masing tahun. Pada tanggal 12 Maret 2010, Perusahaan ditunjuk sebagai pemenang tender oleh Pemerintah melalui BTIP, untuk menyediakan pusat layanan jasa akses internet KPU kecamatan senilai Rp322.355 juta, yang meliputi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Pada tanggal 23 Desember 2010, Perusahaan ditunjuk sebagai pemenang tender oleh Pemerintah melalui BTIP, untuk menyediakan pusat layanan jasa akses internet KPU kecamatan yang bersifat bergerak senilai Rp527.630 juta, yang meliputi Jambi, Riau, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Papua, dan Irian Jaya Barat.

112

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

47. IKATAN a.

Pembelian barang modal Pada tanggal 31 Desember 2010, jumlah ikatan pembelian barang modal berdasarkan kontrak, terutama sehubungan dengan pengadaan dan instalasi peralatan sentral telepon, peralatan transmisi, dan jaringan kabel, adalah sebagai berikut: Jumlah dalam mata uang asing Mata uang (dalam jutaan) Setara Rupiah Rupiah Dolar A.S. Euro

461 1

Jumlah

3.546.741 4.150.207 15.490 7.712.438

Jumlah di atas termasuk perjanjian-perjanjian signifikan berikut: (i) Perusahaan Pihak yang terkait dengan kontrak

Tanggal perjanjian

Bagian yang signifikan dari perjanjian

Perusahaan dan Konsorsium G-Pas

18 April 2008

Perjanjian Pengadaan dan Instalasi Outside Plant Fiber Optik 2008 paket-8 Divre VII

Rp192.189 juta

Nilai ikatan pada tanggal 31 Desember 2010 Rp62.111 juta

Perusahaan dan PT Konsorsium JemboKarteksi-Tridayasa

18 April 2008

Rp241.347 juta

Rp31.226 juta

Perusahaan dan Konsorsium G-Pas

18 April 2008

Rp93.233 juta

Rp8.096 juta

Perusahaan dan PT Brimbun Raya Indah

18 April 2008

Rp170.248 juta

Rp3.834 juta

Perusahaan dan PT Datacraft Indonesia

4 Desember 2008

Perjanjian Pengadaan dan Instalasi Outside Plant Fiber Optik 2008 paket-9 Netre Sumbagut Area Perjanjian Pengadaan dan Instalasi Outside Plant Fiber Optik 2008 paket-10 Netre Sumbagsel Area Perjanjian Pengadaan dan Instalasi Outside Plant Fiber Optik paket-12 Netre Jakarta dan Jawa Barat Perjanjian Pengadaan dan Instalasi Tera Router 2008 di Divre I, Divre II, dan Divre V

Rp216.437 juta

Rp17.246 juta

Perusahaan dan ISS Reshetnev

2 Maret 2009

Perjanjian Pengadaan Satelit Telkom-3

US$178,9 juta

US$116,5 juta

Perusahaan dan APT Satellite Company Limited

23 Maret 2009

Perjanjian Kerjasama Posisi Orbit 142E Derajat (142E Degree Orbital Position Cooperation Agreement)

US$18,5 juta

US$13,3 juta

113

Jumlah nilai Kontrak

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

47. IKATAN (lanjutan) a.

Pembelian barang modal (lanjutan) (i) Perusahaan (lanjutan) Pihak yang terkait dengan kontrak

Perusahaan dan Konsorsium Sansaine Huawei

Tanggal perjanjian

Bagian yang signifikan dari perjanjian

Jumlah nilai kontrak

Nilai ikatan pada tanggal 31 Desember 2010

Perjanjian Kerjasama Pengadaan dan Instalasi MSAN ALU dan Akses Sekunder 2008 paket-3

US$12,3 juta dan Rp101.098 juta

US$6,2 juta dan Rp31.083 juta

Perjanjian Kerjasama Pengadaan dan Instalasi MSAN ALU dan Akses Sekunder 2008 paket-1 Perjanjian Kerjasama Pengadaan dan Instalasi MSAN ALU dan Akses Sekunder 2008 paket-2 Perjanjian Pengadaan Roll Out Infusion PL 2009 Perjanjian Kerjasama Pengadaan dan Instalasi Kabel Serat Optik Akses dan RMJ Tahun 2009 Lokasi Jawa Tengah & Jawa Timur Paket-1 Perjanjian Kerjasama Pengadaan dan Instalasi Softswitch dan MSAN Modernisasi Divre I, Divre II, Divre III dan Divre IV Kontrak untuk Pengadaan dan Instalasi Proyek Palapa Ring Mataram-Kupang Cable System Project (MKCS) Perjanjian Pengadaan dan Instalasi Kabel Serat Optik Akses Divre VI Kalimantan

US$15,2 juta dan Rp119.276 juta

US$9,4 juta dan Rp62.951 juta

US$33,7 juta dan Rp147.799 juta

US$20,5 juta dan Rp79.937 juta

Rp104.890 juta

Rp33.187 juta

Rp76.802juta

Rp14.193 juta

US$20,0 juta dan Rp83.050 juta

US$5,8 juta dan Rp58.760 juta

US$54,5 juta dan Rp117.841 juta

US$45,2 juta dan Rp108.276 juta

Rp105.841 juta

Rp48.914 juta

Perjanjian Kerjasama untuk Pengadaan dan Instalasi Perluasan Kapasitas Ring JASUKA Backbone 2009 Perjanjian Kerjasama Pengadaan dan Instalasi Improvement & Upgrade Jawa Backbone 2009 Perjanjian Harga Satuan Pengadaan dan Instalasi Insert Card IP-DSLAM

US$15,0 juta dan Rp204.390 juta

Rp905 juta

Rp85.767. juta

Rp28.399 juta

Rp105.461 juta

Rp47.388 juta

Perjanjian Pengadaan dan Instalasi Insert Card IPDSLAM

Rp70.076 juta

Rp55.538 juta

27 Mei 2009

a.

15 Juni 2009

b.

Perusahaan dan Konsorsium ZTE

2 Juni 2009

Perusahaan dan PT Aldomaru Perusahaan dan PT Dharma Kumala Utama

11 Juni 2009

Perusahaan dan Konsorsium Sansaine Huawei

3 Agustus 2009

Perusahaan dan Konsorsium Sansaine Huawei

24 November 2009

Perusahaan dan Konsorsium TekkenDMT

25 November 2009

Perusahaan dan Konsorsium NEC NSN

16 Desember 2009

Perusahaan dan ZTE

21 Desember 2009

Perusahaan dan ZTE

29 April 2010

Perusahaan dan PT Huawei

16 April 2010

29 Juli 2009

114

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

47. IKATAN (lanjutan) a.

Pembelian barang modal (lanjutan) (ii) Telkomsel Pada bulan Agustus 2007, berdasarkan surat dari Ericsson AB dan PT Ericsson Indonesia dan Nokia Siemens Networks (yang saat ini mewakili Nokia Corporation, PT Nokia Networks, dan Siemens AG), perusahaan-perusahaan tersebut menyetujui untuk: • •

memperpanjang masa berlakunya perjanjian pemeliharaan dan pengadaan peralatan serta jasa terkait yang diadakan pada bulan Agustus 2004 sampai dengan perjanjian yang baru antara Telkomsel dan perusahaan-perusahaan lainnya ini telah dibuat dan sebelum tanggal berlakunya perjanjian yang baru secara efektif, secara retroaktif berlaku harga berdasarkan perjanjian yang baru (penyesuaian harga retroaktif) terhadap PO untuk pengadaan peralatan dan jasa BSS yang dikeluarkan oleh Telkomsel setelah 1 Juli 2007 dengan menggunakan daftar harga sebelumnya.

Selanjutnya, pada tanggal 17 April 2008, Telkomsel, PT Ericsson Indonesia, Ericsson AB, PT Nokia Siemens Networks, Nokia Siemens Networks Oy, dan Nokia Siemens Network GmbH & Co. KG menandatangani perjanjian pembangunan jaringan kombinasi 2G dan 3G (Combined 2G and 3G CS Core Network Rollout Agreements). Perjanjian ini berlaku paling lambat sampai dengan: • •

tiga tahun setelah tanggal efektifnya (17 April 2008, kecuali untuk beberapa PO tertentu yang dikeluarkan pada bulan Agustus 2007 yang dimulai pada tanggal 15 Agustus 2007); atau tanggal PO terakhir sesuai perjanjian berakhir berkaitan dengan PO yang dikeluarkan sebelum berakhirnya perjanjian dalam periode tiga tahun.

Untuk penyediaan jasa telekomunikasi berteknologi 3G, pada bulan September dan Oktober 2006, Telkomsel mengadakan perjanjian dengan Nokia Corporation dan PT Nokia Networks, Ericsson AB dan PT Ericsson Indonesia; serta Siemens Network GmbH & Co. KG, untuk pembangunan jaringan (Rollout Agreement) dan PT Nokia Networks, PT Ericsson Indonesia dan Siemens Network GmbH & Co. KG untuk perawatan dan pengoperasian jaringan (Managed Operations Agreement and Technical Support Agreement). Perjanjian tersebut berlaku efektif pada saat tanggal pelaksanaan oleh semua pihak terkait (tanggal efektif) sampai dengan tanggal yang paling akhir antara 31 Desember 2008 atau tanggal PO terakhir sesuai perjanjian berakhir berkaitan dengan PO yang dikeluarkan sebelum 31 Desember 2008, dengan ketentuan bahwa pemasok dapat memenuhi persyaratan yang disebutkan dalam PO. Berdasarkan surat dari Telkomsel, Perjanjian Perawatan dan Pengoperasian dengan perusahaan-perusahaan tersebut berakhir pada tanggal 30 Juni 2008.

115

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

47. IKATAN (lanjutan) a. Pembelian barang modal (lanjutan) (ii) Telkomsel (lanjutan) Pada tanggal 17 April 2008, Telkomsel, PT Ericsson Indonesia, dan PT Nokia Siemens Networks menandatangani TSA untuk dukungan teknik untuk Jaringan Kombinasi 2G dan 3G (Combined 2G and 3G CS Core Network). Perjanjian ini dimulai pada saat: • •

berkaitan hanya dengan proyek bulan Agustus 2007 saja, pada tanggal jasa pengalihan (transition-out) telah diselesaikan sesuai dengan Perjanjian Pengoperasian Jaringan 3G (3G Managed Operations Agreement); untuk proyek-proyek yang lain, pada Tanggal Efektif;

dan berlanjut sampai dengan tanggal yang paling akhir antara: • •

tiga tahun setelah tanggal efektifnya; dan tanggal PO terakhir sesuai perjanjian berakhir berkaitan dengan PO yang dikeluarkan sebelum berakhirnya perjanjian dalam periode tiga tahun.

Pada 2008, Telkomsel mengadakan perjanjian uji-coba jaringan (Network Trial Agreements atau NTA) 2G BSS dan 3G UTRAN dengan PT Alcatel-Lucent Indonesia, PT ZTE Indonesia, dan PT Huawei Tech Investment sebagai peserta uji-coba (“Trial Participants”). Perjanjian tersebut antara lain berisi: • •

Penyediaan rancangan, pasokan, pengiriman, instalasi, integrasi, dan pengawasan pelaksanaan dari 2G GSM BSS dan 3G UMTS radio access network dan jasa teknik untuk penyediaan sub-sistem dan jaringan tersebut oleh peserta uji-coba. Berdasarkan keputusan Telkomsel, peserta uji-coba harus mengalihkan kepemilikan kepada Telkomsel atas 2G GSM BSS dan 3G UMTS radio access network tertentu.

Sehubungan dengan berakhirnya periode uji-coba perjanjian uji-coba jaringan (Network Trial Agreements atau NTA) 2G BSS dan 3G UTRAN dengan PT Alcatel-Lucent Indonesia, berdasarkan Perjanjian Penyelesaian pada tanggal 5 Februari 2010, Telkomsel setuju untuk memberi kompensasi kepada PT Alcatel-Lucent Indonesia sebesar US$7,2 juta (setara dengan Rp67,68 miliar) dan Rp18,4 miliar telah dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian tahun 2009. Pada bulan Maret dan Juni 2009, Telkomsel, PT Ericsson Indonesia, Ericsson AB, PT Nokia Siemens Networks, Nokia Siemens Networks Oy, Huawei International Pte. Ltd., PT Huawei Tech Investment, dan PT ZTE Indonesia menandatangani perjanjian pembangunan jaringan 2G BSS dan 3G UTRAN Rollout (2G BSS and 3G UTRAN Rollout Agreements) sebagai provisi dari 2G GSM BSS dan 3G UMTS Radio Access Network). Berdasarkan perjanjian tersebut, pemasok harus menyediakan peralatan dan jasa terkait, termasuk antara lain: • berpartisipasi dalam proses Perencanaan Bersama (Joint Planning), • menyediakan Pekerjaan SITAC dan CME, • menyediakan Lisensi peranti lunak.

116

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

47. IKATAN (lanjutan) a. Pembelian barang modal (lanjutan) (ii) Telkomsel (lanjutan) Provisi peralatan dan jasa harus selaras dengan perjanjian lain seperti perjanjian pembangunan jaringan kombinasi 2G dan 3G (Combined 2G BSS and 3G CS Core Network Rollout and Technical Support Agreements) tanggal 17 April 2008. Selama berlakunya perjanjian tersebut, pemasok (kecuali Huawei International Pte. Ltd., PT Huawei Tech Investment, dan PT ZTE Indonesia) setuju untuk menyediakan vaucer, peralatan gratis, dan insentif komersial lainnya pada Telkomsel. Sebagian dari vaucer sebesar US$170,05 juta (setara dengan Rp1.172 miliar); disediakan pemasok sebagai penyesuaian harga yang tercantum dalam PO yang terbit sejak 1 Juli 2007. Perjanjian ini berlaku paling lambat sampai dengan: • tiga tahun setelah tanggal efektifnya; dan • tanggal PO terakhir sesuai perjanjian berakhir berkaitan dengan PO yang dikeluarkan sebelum berakhirnya perjanjian dalam periode tiga tahun. Telkomsel dapat memperpanjang perjanjian untuk periode sampai dengan 12 bulan. Pada tanggal 3 Februari 2010, Telkomsel menandatangani perjanjian untuk pemeliharaan dan pengadaan peralatan dan jasa terkait: • Next Generation Convergence IP RAN Rollout and Technical Support dengan PT Packet Systems Indonesia dan PT Huawei Tech Investment; dan • Next Generation Convergence Core Transport Rollout and Technical Support dengan PT Datacraft Indonesia dan PT Huawei Tech Investment. Perjanjian tersebut berlaku sejak tanggal efektif dan paling lambat sampai dengan: • Tanggal dimana tiga tahun setelah tanggal efektifnya; dan • Tanggal dimana PO terakhir sesuai perjanjian berakhir atau kadaluarsa berkaitan dengan PO yang diterbitkan sebelum berakhirnya perjanjian dalam periode tiga tahun. Telkomsel dapat memperpanjang perjanjian tersebut untuk periode tidak lebih dari dua tahun.

117

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

47. IKATAN (lanjutan) a. Pembelian barang modal (lanjutan) (ii) Telkomsel (lanjutan) Pada tanggal 8 Februari 2010, Telkomsel menandatangani Perjanjian Online Charging System and Service Control Points System Solution Development dengan Amdocs Software Solutions Limited Liability Company dan PT Application Solutions. Amandemen terakhir dibuat pada tanggal 30 September 2010. Perjanjian berlaku sejak tanggal efektif dan paling lambat sampai dengan: • Tanggal dimana lima tahun setelah tanggal efektifnya; dan • Tanggal dimana PO terakhir sesuai perjanjian berakhir atau kadaluarsa berkaitan dengan PO yang diterbitkan sebelum berakhirnya perjanjian dalam periode lima tahun. Telkomsel dapat memperpanjang perjanjian tersebut untuk periode tidak lebih dari tiga tahun. b. Perjanjian pinjaman dan fasilitas kredit lainnya (i) Perusahaan memiliki fasilitas bank garansi, sebesar Rp190.000 juta dan Rp60.000 juta masing-masing dari BNI dan Bank Mandiri. Fasilitas-fasilitas ini akan berakhir masing-masing pada tanggal 31 Maret 2010 dan 23 Desember 2011. Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasian ini, perpanjangan fasilitas bank garansi dari BNI masih dalam proses. Atas fasilitas-fasilitas ini, sampai dengan tanggal 31 Desember 2010, Perusahaan telah menggunakan fasilitas bank garansi masing-masing dari BNI sebesar Rp129.905 juta dan US$0,22 juta (setara dengan Rp2.020 juta) dan dari Bank Mandiri sebesar Rp46.224 juta dan US$0,05 juta (setara dengan Rp458 juta) untuk jaminan penawaran, pelaksanaan (performance bond), setoran jaminan, dan uang muka berbagai proyek Telkom. (ii) Telkomsel memiliki fasilitas jaminan dan bank garansi, fasilitas standby letter of credit, dan fasilitas nilai tukar mata uang asing sebesar US$3 juta dari SCB, Jakarta. Fasilitas-fasilitas ini akan berakhir pada tanggal 31 Juli 2011. Atas fasilitas-fasilitas ini, sampai dengan tanggal 31 Desember 2010, Telkomsel telah menggunakan fasilitas bank garansi sebesar Rp20.000 juta (setara dengan US$2,2 juta) untuk jaminan pelaksanaan (performance bond) 3G (Catatan 47c.i). Bank garansi tersebut berakhir pada 24 Maret 2010 dan selanjutnya telah diperpanjang sampai dengan 24 Maret 2012.

118

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

47. IKATAN (lanjutan) c. Lainnya (i) Lisensi 3G Mengacu pada Surat Keputusan Menkominfo No. 07/PER/M.KOMINFO/2/2006 dan No. 268/KEP/M.KOMINFO/9/2009, (Catatan 1d.a dan 2j), Telkomsel diharuskan antara lain untuk: 1. Membayar iuran tahunan BHP yang dihitung berdasarkan formula tertentu selama jangka waktu lisensi (10 tahun). BHP tahun kelima untuk perolehan lisensi pertama dibayar pada bulan Februari 2010 dan tahun kedua untuk lisensi tambahan pada bulan September 2010 (Catatan 12iii). Komitmen yang timbul dari BHP pada tanggal 31 Desember 2010 dan sampai dengan berakhirnya lisensi dengan menggunakan formula yang ditetapkan dalam Surat Keputusan adalah sebagai berikut: Tarif penggunaan frekuensi radio Tahun Kurs BI (%) Indeks (pengali) Lisensi sebelumnya Lisensi tambahan 1 20% x HL 100% x HL 2 R1 I1 = (1 + R1) 40% x I1 x HL 100% x I1 x HL 3 R2 I2 = I1(1 + R2) 60% x I2 x HL 100% x I2 x HL 4 R3 I3 = I2(1 + R3) 100% x I3 x HL 100% x I3 x HL 5 R4 I4 = I3(1 + R4) 130% x I4 x HL 100% x I4 x HL 6 R5 I5 = I4(1 + R5) 130% x I5 x HL 100% x I5 x HL 7 R6 I6 = I5(1 + R6) 130% x I6 x HL 100% x I6 x HL 8 R7 I7 = I6(1 + R7) 130% x I7 x HL 100% x I7 x HL 9 R8 I8 = I7(1 + R8) 130% x I8 x HL 100% x I8 x HL 10 R9 I9 = I8(1 + R9) 130% x I9 x HL 100% x I9 x HL Catatan: Ri = tingkat bunga rata-rata BI tahun sebelumnya Harga Lelang (HL) = Rp160.000 juta Indeks = penyesuaian atas harga tender untuk tahun berjalan

BHP terhutang pada saat diterimanya Surat Pemberitahuan Pembayaran dari DJPT. 2. Menyediakan akses roaming untuk operator 3G lainnya. 3. Berkontribusi pada pengembangan Kewajiban Pelayanan Universal. 4. Membangun jaringan 3G yang meliputi setidaknya sejumlah propinsi berikut: Tahun

Jumlah minimum provinsi

1 2 3 4 5 6

2 5 8 10 12 14

5. Menerbitkan jaminan pelaksanaan (performance bond) setiap tahun dengan jumlah mana yang lebih tinggi antara Rp20.000 juta atau 5% dari biaya tahunan untuk dibayarkan pada tahun berikutnya. Performance bond ini akan dicairkan oleh Pemerintah jika Telkomsel tidak mampu untuk memenuhi seluruh persyaratan yang ditetapkan dalam Surat Keputusan tersebut di atas atau saat lisensi dibatalkan atau berakhir, atau jika Telkomsel memutuskan untuk mengembalikan lisensi secara sukarela.

119

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

47. IKATAN (lanjutan) c. Lainnya (lanjutan) (ii) Konsorsium Palapa Ring Pada tanggal 10 November 2007, Perusahaan masuk kedalam Konsorsium Palapa Ring dengan menandatangi C&MA dengan 5 perusahaan lainnya. Konsorsium ini dibuat untuk membangun jaringan serat optik di 32 kota di kawasan Indonesia Timur dengan total investasi awal sekitar Rp2.070.336 juta. Melalui konsorsium ini Perusahaan akan memperoleh bandwidth sebesar 4 lambda dari total kapasitas sebesar 8,44 lambda (Catatan 13). Pada tahun 2008, 2 perusahaan mengundurkan diri, sehingga jumlah anggota Konsorsium Palapa Ring menjadi 4 termasuk Perusahaan. (iii) Pemakaian frekuensi radio Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 76 tanggal 15 Desember 2010 yang menggantikan Peraturan Pemerintah No. 7 tanggal 16 Januari 2009, biaya penggunaan frekuensi radio tahunan untuk pita frekuensi 800MHz, 900MHz, dan 1800MHz ditentukan menggunakan formula sebagai berikut: NxKxlxCxB Catatan: N = faktor normalisasi menggunakan indeks harga konsumen, dapat disesuaikan tergantung dari target penerimaan negara bukan pajak K = faktor penyesuaian dengan mempertimbangkan nilai ekonomi pita frekuensi l = harga dasar C = populasi penduduk (dalam ribuan) B = lebar pita

Biaya selama 5 tahun ditentukan dengan menggunkan formula sebagai berikut: Tahun 1 2 3 4 5

Formula Y1 = X + {(20% x ∆) -Ζ} Y2 = X + (40% x ∆) Y3 = X + (60% x ∆) Y4 = X + (80% x ∆) Y5 = X + (100% x ∆)

Catatan: Yn = biaya penggunaan frekuensi untuk tiap tahun X = biaya penggunaan frekuensi untuk periode 1 Januari 2009 sampai dengan 31 Desember 2009 ∆ = (N x K x l x C x B) - X Ζ = sisa biaya penggunaan frekuensi radio tahunan berdasarkan peraturan sebelumnya pada tanggal 15 Desember 2010

Sebagai penerapan atas Peraturan Pemerintah tersebut diatas, pada tanggal 15 Desember 2010, dalam Surat Keputusan No. 456A/KEP/M.KOMINFO/12/2010, Menkominfo menentukan bahwa biaya penggunaan frekuensi radio tahunan Telkomsel tahun pertama (Y1) untuk pita frekuensi 900MHz dan 1800MHz adalah sebesar Rp716 miliar dan dibayar pada tanggal 30 Desember 2010. Berdasarkan surat keputusan yang sama di atas dan Surat Keputusan No. 5039/T/DJPT.4/KOMINFO/12/2010 pada tanggal 16 Desember 2010, Menkominfo menentukan bahwa biaya penggunaan frekuensi radio tahunan Perusahaan tahun pertama (Y1) untuk pita frekuensi 800MHz adalah sebesar Rp51,7 miliar dan dibayar pada tanggal 27 Desember 2010.

120

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

47. IKATAN (lanjutan) c. Lainnya (lanjutan) (iii) Pemakaian frekuensi radio (lanjutan) Sebelum penerbitan Peraturan Pemerintah tersebut diatas, sesuai dengan perundangundangan dan peraturan telekomunikasi yang berlaku, operator diwajibkan untuk mendaftarkan stasiun radionya kepada DJPT untuk mendapatkan lisensi penggunaan frekuensi, kecuali stasiun radio yang menggunakan pita frekuensi 2.1 GHz (Catatan 47c.i). Biaya pemakaian frekuensi radio tersebut terhutang pada saat diterimanya Surat Pemberitahuan Pembayaran dari DJPT. Biaya ditentukan berdasarkan jumlah carrier (“TX”) untuk Telkom dan transceivers (“TRX”) untuk Telkomsel yang terdaftar dari stasiun radio, dengan biaya berkisar dari Rp0,07 juta hingga Rp17,55 juta untuk tiap TX dan dari Rp3,4 juta hingga Rp15,9 juta untuk tiap TRX (Catatan 7). (iv) Apple, Inc Pada tanggal 9 Januari 2009, Telkomsel menandatangani perjanjian dengan Apple, Inc untuk pembelian produk iPhone dan pemasaran kepada para pelanggan bekerjasama dengan pihak ketiga (PT Trikomsel OKE), serta penyediaan layanan jaringannya. Jumlah minimum kumulatif iPhone yang harus dibeli pada 31 Desember 2009, 2010, dan 2011 masing-masing sebesar 125.000, 300.000, dan 500.000 unit. (v) Sewa Operasi

Sewa operasi

Pembayaran sewa minimum Jumlah Kurang dari 1-5 1 tahun tahun 257.915 66.887 162.784

Lebih dari 5 tahun 28.244

Sewa operasi merupakan perjanjian sewa kantor beberapa anak perusahaan yang tidak dapat dibatalkan.

48. KONTINJENSI a. Dalam melaksanakan kegiatan usahanya, Perusahaan dan anak perusahaan telah menjadi tergugat dalam berbagai kasus hukum yang terkait dengan perselisihan tanah, praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, dan praktik kartel SMS. Berdasarkan estimasi manajemen mengenai kemungkinan hasil penyelesaian dari kasus-kasus tersebut, Perusahaan dan anak perusahaan mencadangkan sebesar Rp63.795 juta pada tanggal 31 Desember 2010. b. Pada tanggal 2 Januari 2006, Kantor Kejaksaan Agung mengadakan suatu pemeriksaan terhadap pelanggaran atas penyalahgunaan fasilitas telekomunikasi dalam hubungannya dengan penyediaan jasa VoIP, dimana satu mantan karyawan dan empat karyawan Perusahaan di KSO VII dijadikan tersangka. Hasil dari pemeriksaan tersebut, satu mantan karyawan dan dua karyawan Perusahaan didakwa di Pengadilan Negeri Makassar, dan dua karyawan lainnya didakwa di Pengadilan Negeri Denpasar untuk pelanggaran korupsi yang mereka lakukan di KSO VII.

121

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

48. KONTINJENSI (lanjutan) b.

(lanjutan) Pada tanggal 29 Januari 2008, Pengadilan Negeri Makassar telah menyatakan bahwa para terdakwa tidak bersalah. Jaksa penuntut umum telah mengajukan kasasi kepada MA terhadap penetapan Pengadilan Negeri tersebut. Pada tanggal 4 Mei 2010, Perusahaan menerima keputusan MA yang menyatakan bahwa para terdakwa bersalah dan menjatuhkan hukuman berupa penjara selama enam tahun, denda Rp500 juta, dan uang pengganti sebesar Rp30.115 juta secara tanggung renteng. Para terdakwa mengajukan peninjauan kembali ke MA atas keputusan tersebut. Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasian ini, belum terdapat keputusan atas peninjauan kembali tersebut. Pada tanggal 3 Maret 2008, Pengadilan Negeri Denpasar menyatakan bahwa para terdakwa bersalah dan menjatuhkan masing-masing tersangka hukuman berupa penjara selama satu tahun enam bulan dan satu tahun serta denda masing-masing Rp50 juta. Para terdakwa telah mengajukan keberatan kepada Pengadilan Tinggi Bali terhadap penetapan Pengadilan Negeri tersebut. Pada tanggal 5 November 2008, Pengadilan Tinggi Bali menyatakan bahwa para terdakwa bersalah. Pada tanggal 16 Januari 2009, salah seorang terdakwa di Pengadilan Tinggi Bali mengajukan kasasi ke MA. Pada tanggal 22 Maret 2010, MA menyatakan bahwa para terdakwa tidak bersalah. Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasian ini, Kantor Kejaksaan Agung sedang meninjau hasil keputusan tersebut untuk menentukan tindakan pembelaan selanjutnya termasuk opsi untuk uji materiil oleh MA.

c.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (“KPPU”) melalui suratnya tanggal 5 Desember 2007, memberitahukan Telkomsel bahwa berdasarkan hasil penyelidikan kasus No. 07/KPPU-L/2007 tanggal 19 November 2007 berkaitan dengan transaksi kepemilikan silang oleh Temasek Holdings dan praktik monopoli oleh Telkomsel, sesuai dengan peraturan yang berlaku mengenai pelanggaran Undang-Undang No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, menyatakan antara lain: • Telkomsel tidak terbukti melanggar pasal 25.1.b Undang-Undang tersebut, • Telkomsel telah melanggar pasal 17.1 Undang-Undang tersebut, • Memerintahkan Temasek Holdings dan perusahaan afiliasinya yang terkait untuk melepaskan kepemilikannya di Indosat atau Telkomsel dengan syarat-syarat sebagai berikut:  Jumlah maksimum persentase kepemilikan untuk masing-masing pembeli adalah 5%,  Pembeli tidak memiliki hubungan dengan Temasek Holdings. • Telkomsel diharuskan membayar denda sebesar Rp25.000 juta dan memerintahkan Telkomsel untuk menghentikan praktik pengenaan tarif yang tinggi dan menurunkan tarif paling sedikit sebesar 15% dari tarif yang berlaku. Pada tanggal 9 Mei 2008, Pengadilan Negeri telah mengumumkan keputusannya dan menyimpulkan antara lain sebagai berikut: • Telkomsel tidak terbukti melanggar pasal 25.1.b Undang-Undang tersebut, • Telkomsel telah melanggar pasal 17.1 Undang-Undang tersebut, • Memerintahkan Temasek Holdings dan perusahaan afiliasinya yang terkait untuk melepaskan salah satu kepemilikannya di Indosat atau Telkomsel atau mengurangi kepemilikannya menjadi 50% pada masing-masing perusahaan dalam batas waktu dua belas bulan dari tanggal keputusan ini telah menjadi final dan mengikat secara hukum syaratsyarat sebagai berikut:  Jumlah maksimum persentase kepemilikan untuk masing-masing pembeli adalah 10%,  Pembeli tidak memiliki hubungan dengan Temasek Holdings. • Telkomsel diharuskan membayar denda sebesar Rp15 miliar, • Pengadilan Negeri tidak menyetujui keputusan KPPU mengenai perintah untuk menurunkan tarif tersebut karena KPPU tidak memiliki kewenangan untuk menentukan tarif tersebut.

122

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

48. KONTINJENSI (lanjutan) c. (lanjutan) Pada tanggal 22 Mei 2008, Telkomsel telah mengajukan kasasi kepada MA. Pada tanggal 9 September 2008, MA mencabut keputusan Pengadilan Negeri yang memerintahkan Temasek Holdings dan perusahaan afiliasinya yang terkait untuk melepaskan salah satu kepemilikannya di Indosat atau Telkomsel. Pada tanggal 14 Mei 2009, Telkomsel mengajukan peninjauan kembali ke MA atas keputusan tersebut. Pada tanggal 5 Mei 2010, MA mengumumkan penolakannya atas pengajuan peninjauan kembali tersebut. Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasian ini, Telkomsel belum menerima keputusan resmi dari MA, tetapi selanjutnya telah membayar denda atas kasus KPPU tersebut (Catatan 51b). d. Pelanggan tertentu Telkomsel, Indosat, dan PT XL Axiata Tbk (dahulu PT Excelcomindo Pratama Tbk) yang berdomisili di Bekasi, Tangerang, dan berbagai wilayah lainnya, yang diwakili oleh Penasehat Hukum, mengajukan gugatan perwakilan kelompok (class-action) ke pengadilan untuk menggugat Telkomsel, Perusahaan, Indosat, Pemerintah, Temasek Holdings, dan perusahaanperusahaan afiliasinya (”Para Pihak”). Para pihak digugat melakukan praktik pengenaan tarif tinggi yang berpotensi merugikan para pelanggan tersebut. Pada tanggal 8 Juli 2008, gugatan perwakilan kelompok (class-action) ke Pengadilan Negeri Bekasi untuk menggugat Telkomsel oleh beberapa pelanggan tertentu, telah ditolak dan kasus tersebut telah ditutup. Pada tanggal 14 Agustus 2008, berdasarkan keputusan pengadilan, gugatan perwakilan kelompok (class-action) di Tangerang dan wilayah lainnya dikonsolidasi menjadi satu kasus. Pelanggan di berbagai wilayah lainnya keberatan atas keputusan tersebut dan mengajukan keberatan hukum ke MA. Pada tanggal 21 Januari 2009, dalam keputusannya No. 01K/Pdt.Sus/2009, MA menyetujui tuntutan para pelanggan, oleh karena itu, gugatan perwakilan kelompok (class-action) diproses secara terpisah pada masing-masing pengadilan. Pada tanggal 27 Januari 2010, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memutuskan menolak gugatan perwakilan kelompok (class-action) oleh beberapa pelanggan tertentu di berbagai wilayah lainnya. Pada tanggal 24 Mei 2010, gugatan perwakilan kelompok (class-action) ke Pengadilan Negeri Tangerang untuk menggugat Para Pihak oleh beberapa pelanggan tertentu, telah ditolak dan kasus tersebut telah ditutup. Manajemen berkeyakinan bahwa Telkomsel telah mengenakan tarif sesuai dengan peraturan, sehingga gugatan tersebut tidak mempunyai dasar yang kuat. Namun, Telkomsel tidak dapat memperkirakan hasil dari kasus tersebut, atau memperkirakan berbagai dampak yang mungkin terhadap laporan keuangan atas status gugatan hukum yang diberikan saat ini.

123

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

48. KONTINJENSI (lanjutan) e. Perusahaan, Telkomsel, beserta tujuh operator telekomunikasi domestik lainnya sedang diperiksa oleh KPPU dengan tuduhan melakukan praktik kartel SMS. Hasil dari pemeriksaan tersebut pada tanggal 17 Juni 2008, KPPU menyatakan bahwa Perusahaan, Telkomsel, dan beberapa operator lainnya terbukti melanggar pasal 5 Undang-Undang No. 5 tahun 1999 dan menjatuhkan denda kepada Perusahaan dan Telkomsel masing-masing sebesar Rp18.000 juta dan Rp25.000 juta. Sehubungan dengan Keputusan KPPU tanggal 17 Juni 2008, Perusahaan dan Telkomsel telah mengajukan keberatan masing-masing ke Pengadilan Negeri Bandung dan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, masing-masing pada tanggal 14 Juli 2008 dan 11 Juli 2008. Manajemen berkeyakinan bahwa tidak ada praktik kartel yang dilakukan yang mengakibatkan pelanggaran terhadap Undang-Undang yang berlaku. Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasian ini, belum terdapat keputusan atas pengajuan keberatan tersebut. Atas kasus-kasus tersebut di atas, Perusahaan dan anak perusahaan berpendapat bahwa hasil dari kelanjutan pemeriksaan atau keputusan pengadilan tersebut tidak akan membawa dampak material terhadap keuangan Perusahaan dan anak perusahaan. 49. ASET DAN KEWAJIBAN MONETER DALAM VALUTA ASING Saldo aset dan kewajiban moneter dalam valuta asing adalah sebagai berikut: 2010 Valuta asing (dalam jutaan) Aset Kas dan setara kas Dolar A.S. Euro Dolar Singapura Dolar Hongkong Ringgit Malaysia Yen Jepang Investasi sementara Dolar A.S. Piutang usaha Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Dolar A.S. Pihak ketiga Dolar A.S. Euro Dolar Singapura Piutang lain-lain Dolar A.S. Pound sterling Inggris Euro Dolar Singapura Aset lancar lainnya Dolar A.S. Uang muka dan aset tidak lancar lainnya Dolar A.S. Dolar Hongkong Rekening escrow Dolar A.S.

2009 Setara Rupiah

Valuta asing (dalam jutaan)

Setara Rupiah

138,07 12,54 2,82 2,00 0,03 0,39

1.242.392 150.121 19.799 2.317 100 43

185,71 38,35 0,24 0,03 0,22

1.747.751 518.321 1.599 95 22

8,84

79.566

7,52

70.834

3,16

28.434

2,78

26.198

79,19 0,12 -

712.758 1.408 -

66,64 0,00

627.487 4

0,48 0,01 0,00 -

4.331 121 43 -

0,64 0,06 0,01 0,01

5.994 916 198 90

-

-

0,67

6.318

2,73 0,27

24.577 311

2,55 -

23.935 -

4,61

41.552

4,67

44.004

Jumlah aset

2.307.873

124

3.073.766

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

49. ASET DAN KEWAJIBAN MONETER DALAM VALUTA ASING (lanjutan) 2010 Valuta asing (dalam jutaan) Kewajiban Hutang usaha Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Dolar A.S. Pihak ketiga Dolar A.S. Euro Dolar Singapura Ringgit Malaysia Pound sterling Inggris Dolar Australia Yen Jepang Franc Swiss Dolar Hongkong Hutang lain-lain Dolar A.S. Biaya yang masih harus dibayar Dolar A.S. Euro Dolar Singapura Yen Jepang Uang muka pelanggan dan pemasok Dolar A.S. Hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun Dolar A.S. Yen Jepang Wesel bayar Dolar A.S. Hutang jangka panjang Dolar A.S. Yen Jepang

2009 Setara Rupiah

Valuta asing (dalam jutaan)

Setara Rupiah

5,73

51.559

6,81

63.981

341,80 0,18 0,24 0,56 0,04 0,05 0,73 0,00 0,01

3.074.585 2.128 1.645 1.624 613 453 81 15 17

453,80 18,04 1,55 0,55 0,06 0,51 0,00 -

4.268.114 243.667 10.377 1.501 873 52 15 -

0,07

588

0,05

515

39,72 0,85 1,38 38,35

357.343 10.136 9.657 4.250

10,55 41,09

99.468 4.199

0,90

8.114

1,14

10.748

78,11 767,90

703.474 85.099

125,33 767,90

1.181.835 78.479

30,54

275.348

0,46

4.295

240,76 9.982,67

2.168.061 1.106.279

140,71 10.750,57

1.326.872 1.098.707

Jumlah kewajiban

7.861.069

8.393.698

Kewajiban bersih

(5.553.196)

(5.319.932)

Pada tanggal 31 Desember 2010 saldo kewajiban moneter bersih Perusahaan dan anak perusahaan dalam valuta asing sebesar US$500,55 juta dan JPY10.789,26 juta. Pada tanggal 31 Desember 2009 saldo kewajiban moneter bersih Perusahaan dan anak perusahaan dalam valuta asing sebesar US$467,67 juta dan JPY11.559,85 juta. Aktivitas Perusahaan dan anak perusahaan membuka kemungkinan terhadap berbagai risiko keuangan termasuk dampak perubahan harga pasar surat hutang dan efek, nilai tukar mata uang asing, dan tingkat bunga. Jika Perusahaan dan anak perusahaan melaporkan aset dan kewajiban dalam mata uang asing pada tanggal 31 Desember 2010 menggunakan kurs tanggal 29 Maret 2011, keuntungan selisih kurs yang belum terealisasi bertambah sebesar Rp186.833 juta.

125

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

50. ASET DAN KEWAJIBAN KEUANGAN 1. Manajemen risiko keuangan Aktivitas Perusahaan dan anak perusahaan mengandung berbagai macam risiko keuangan, seperti risiko pasar (termasuk risiko nilai tukar mata uang asing dan risiko tingkat suku bunga), risiko kredit dan risiko likuiditas. Secara keseluruhan, program manajemen risiko keuangan Perusahaan dan anak perusahaan bertujuan untuk meminimalkan kerugian atas nilai aset dan kewajiban yang dapat timbul dari pergerakan nilai tukar mata uang asing dan pergerakan tingkat suku bunga. Manajemen mempunyai kebijakan tertulis untuk manajemen risiko valuta asing yang sebagian besar melalui penempatan deposito berjangka dan lindung nilai untuk mengantisipasi risiko fluktuasi valuta asing untuk jangka waktu 3 sampai dengan 12 bulan. Fungsi manajemen risiko keuangan dijalankan oleh unit Treasury Management di bawah kebijakan-kebijakan yang disetujui oleh Direksi. Unit Treasury Management mengidentifikasi, mengevaluasi, dan melakukan aktivitas lindung nilai risiko-risiko keuangan. a. Risiko nilai tukar mata uang asing Perusahaan dan anak perusahaan mempunyai saldo piutang, hutang, dan kewajiban dalam mata uang asing yang diantaranya adalah Dolar Amerika Serikat, Yen Jepang, Euro, Dolar Singapura dan Poundsterling Inggris. Risiko kenaikan nilai tukar mata uang asing terhadap kewajiban Perusahaan dan anak perusahaan diharapkan dapat dikompensasi dengan deposito berjangka dan piutang dalam mata uang asing yang ditetapkan minimal 25% dari kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 (satu) tahun dengan memperhatikan kecenderungan perubahan nilai tukar di masa yang akan datang. b. Risiko tingkat suku bunga Pergerakan tingkat suku bunga diawasi untuk meminimalisasi dampak negatif terhadap posisi keuangan. Pinjaman dalam berbagai tingkat suku bunga menyebabkan Perusahaan dan anak perusahaan terpapar risiko tingkat suku bunga (Catatan 17,19, 20, dan 21). Untuk mengukur risiko pasar atas pergerakan suku bunga, Perusahaan dan anak perusahaan melakukan analisa pada pergerakan marjin suku bunga dan pada profil jatuh tempo aset dan kewajiban keuangan berdasarkan jadwal perubahan suku bunga.

126

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

50. ASET DAN KEWAJIBAN KEUANGAN (lanjutan) 1. Manajemen risiko keuangan (lanjutan) b. Risiko tingkat suku bunga (lanjutan) Tabel di bawah ini menggambarkan detail jatuh tempo aset dan kewajiban keuangan Perusahaan dan anak perusahaan yang dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. 31 Desember 2010 Satu tahun atau kurang

c.

Lebih dari satu tahun

Tidak dikenakan bunga

Jumlah

Aset Kas dan setara kas Penyertaan sementara Aset lancar lainnya Aset tidak lancar lainnya

9.115.636 254.600 1.175 -

101.534

4.213 115.833 62.469

9.119.849 370.433 1.175 164.003

Jumlah aset keuangan

9.371.411

101.534

182.515

9.655.460

Kewajiban Hutang bank jangka pendek Pinjaman penerusan Obligasi dan wesel bayar Nilai perolehan penggabungan usaha yang ditangguhkan Hutang bank

55.831 856.649 352.348

2.280.017 3.023.750

-

55.831 3.136.666 3.376.098

105.245 14.429.414

305.038

-

105.245 14.734.452

Jumlah kewajiban keuangan

15.799.487

5.608.805

-

21.408.292

Jumlah gap repricing suku bunga

(6.428.076 )

(5.507.271)

(11.935.347)

Risiko kredit Perusahaan dan anak perusahaan terpapar risiko kredit terutama dari piutang usaha dan piutang lain-lain. Risiko kredit dikendalikan dengan pengawasan terus menerus atas saldo dan penagihan piutang usaha dan piutang lain-lain. Tabel di bawah ini menggambarkan eksposur maksimum risiko kredit dan konsentrasi risiko yang dimiliki Perusahaan dan anak perusahaan: Konsentrasi Risiko Kredit Korporasi Piutang usaha Piutang lain-lain

Lain-lain

Eksposur maksimum

2.491.996 80.036

3.297.057 16.408

5.789.053 96.444

2.572.032

3.313.465

5.885.497

Manajemen yakin akan kemampuannya untuk mengawasi dan mempertahankan eksposur risiko kredit yang minimal, dimana Perusahaan dan anak perusahaan telah menyediakan provisi yang memadai untuk menutupi kerugian yang timbul dari piutang yang tidak tertagih berdasarkan data kerugian historis.

127

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

50. ASET DAN KEWAJIBAN KEUANGAN (lanjutan) 1. Manajemen risiko keuangan (lanjutan) d. Risiko likuiditas Risiko likuiditas timbul apabila Perusahaan dan anak perusahaan mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban keuangan ketika kewajiban keuangan tersebut jatuh tempo. Manajemen risiko likuiditas berarti menjaga kecukupan saldo kas dan setara kas dalam upaya pemenuhan kewajiban keuangan Perusahaan dan anak perusahaan. Perusahaan dan anak perusahaan secara terus menerus melakukan analisa untuk mengawasi rasio-rasio likuiditas neraca, seperti antara lain, rasio likuiditas, rasio debt equity terhadap persyaratanpersyaratan yang diharuskan perjanjian hutang. 2. Nilai wajar aset dan kewajiban keuangan Nilai wajar adalah suatu jumlah dimana aset dapat ditukar, atau kewajiban dapat diselesaikan dengan transaksi arms-length. Tabel di bawah ini menggambarkan nilai tercatat dan nilai wajar dari aset dan kewajiban keuangan yang tidak disajikan di neraca konsolidasian Perusahaan dan anak perusahaan pada nilai wajarnya: 31 Desember 2010 Nilai Buku Pinjaman penerusan Obligasi dan wesel bayar Hutang bank

3.136.666 3.376.098 14.734.452

Nilai Wajar 3.227.778 3.511.423 14.886.475

Perusahaan dan anak perusahaan memperhitungkan nilai wajar dari aset dan kewajiban keuangan jangka pendek mendekati nilai tercatatnya, sebagai dampak dari pendiskontoannya yang tidak signifikan. Nilai wajar dari kewajiban keuangan jangka panjang diestimasikan pada nilai kini arus kas masa depan dari tiap kewajiban pada tingkat bunga yang saat ini ditawarkan oleh bank kepada Perusahaan dan anak perusahaan untuk hutang dengan jatuh tempo sejenis, kecuali untuk obligasi yang didasarkan pada harga pasar. 51. PERISTIWA SETELAH TANGGAL NERACA a. Pada tanggal 6 Januari 2011, Telkomsel menerima pemberitahuan dari Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat bahwa serikat pekerja Telkomsel (“SEPAKAT”) telah mengajukan gugatan terhadap Telkomsel melalui Pengadilan sehubungan dengan perselisihan tertentu dengan Telkomsel terkait pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama (“PKB”). Informasi tersebut umumnya dipersyaratkan oleh PSAK 57: Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi, untuk tidak diungkapkan karena hal ini dapat menimbulkan prasangka terlalu dini terhadap hasil dari gugatan tersebut. Manajemen Telkomsel berkeyakinan bahwa Telkomsel telah melaksanakan PKB tersebut secara memadai dan gugatan tersebut akan berhasil ditolak oleh Telkomsel. b. Pada tanggal 7 Januari 2011, Telkomsel membayar denda atas kasus KPPU sebesar Rp15 miliar (Catatan 48c). c.

Pada tanggal 10 Januari 2011, Perusahaan melakukan pembayaran dividen kas interim sebesar Rp250.085 juta (Catatan 39).

d. Pada tanggal 21 Januari 2011, Telkomsel telah melunasi saldo hutang jangka menengah dari BNI dan BCA yang diperoleh pada tahun 2008 masing-masing sebesar Rp400 miliar dan Rp200 miliar (Catatan 21). 128

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

51. PERISTIWA SETELAH TANGGAL NERACA (lanjutan) e. Pada tanggal 27 Januari 2011, Telkomsel menandatangani perjanjian pembangunan Soft HLR (Soft HLR Roll Out Agreement) dengan PT Nokia Siemens Networks dan Nokia Siemens Networks Oy dan perjanjian jasa teknik Soft HLR (Soft HLR Technical Support Agreement) dengan PT Nokia Siemens Networks. f.

Pada tanggal 28 Januari 2011, Telkomsel menarik fasilitas dari Finnish Export Credit Ltd. sebesar US$56, 83 juta (setara dengan Rp514,74 miliar).

g. Pada tanggal 24 Januari 2011 dan 25 Februari 2011, Perusahaan dan INTI menandatangani perjanjian surat pesanan Perjanjian Pengadaan dan Instalasi Modernisasi Jaringan Kabel Tembaga Melalui Optimalisasi Aset Jaringan Kabel Tembaga dengan Pola Trade In/Trade Off masing-masing untuk STO Cengkareng, STO Gandaria, dan STO Injoko sebesar Rp96.036 juta dan untuk STO Semanggi sebesar Rp44.338 juta. h. Pada tanggal 4 Februari 2011, Telkomsel telah melunasi saldo hutang jangka menengah dari BRI yang diperoleh pada tahun 2008 sebesar Rp200 miliar (Catatan 21). i.

Pada tanggal 23 Februari 2011, Telkomsel menerima Surat Tagihan Pajak atas keterlambatan pembayaran pajak penghasilan pasal 25 untuk tahun fiskal 2010 dengan denda sebesar Rp8 miliar.

j.

Pada tanggal 8 Maret 2011, berdasarkan RUPS Sirkuler Indonusa yang dinyatakan dalam akta notaris Dr. A. Partomuan Pohan, S.H., LLM. No. 18 tanggal 14 Maret 2011, para pemegang saham Indonusa menyetujui konversi hutang sebesar Rp174.824 juta menjadi saham ditempatkan dan disetor penuh (debt to equity swap) sehingga menjadi Rp551.537 juta.

52. STANDAR AKUNTANSI BARU DI INDONESIA Standar Akuntansi Baru di Indonesia yang relevan terhadap Perusahaan dan anak perusahaan adalah sebagai berikut: (i)

PSAK 1 (Revisi 2009), “Penyajian Laporan Keuangan” Pada bulan Desember 2009, DSAK mengeluarkan PSAK 1 (Revisi 2009), “Penyajian Laporan Keuangan” yang menggantikan PSAK 1 (1998), “Penyajian Laporan Keuangan”. PSAK 1 (Revisi 2009) menentukan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan umum, agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain. PSAK 1 (Revisi 2009) mengatur persyaratan bagi penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, persyaratan minimum isi laporan keuangan dan mengharuskan Perusahaan dan anak perusahaan untuk menerbitkan laporan keuangan yang lengkap yang terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi Komprehensif, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, Catatan atas Laporan Keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya, Laporan Posisi Keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. PSAK 1 (Revisi 2009) berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011. PSAK 1 (Revisi 2009), “Penyajian Laporan Keuangan” diperkirakan akan memiliki dampak yang signifikan terhadap penyajian laporan keuangan konsolidasian dan pengungkapan yang terkait.

129

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

52. STANDAR AKUNTANSI BARU DI INDONESIA (lanjutan) (ii)

PSAK 5 (Revisi 2009), “Segmen Operasi” Pada bulan Desember 2009, DSAK mengeluarkan PSAK 5 (Revisi 2009), “Segmen Operasi” yang menggantikan PSAK 5 (Revisi 2000), “Pelaporan Segmen”. PSAK 5 (Revisi 2009) mengharuskan Perusahaan dan anak perusahaannya untuk mengungkapkan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan keuangan konsolidasian untuk mengevaluasi sifat dan dampak keuangan dari aktivitas bisnis. PSAK 5 (Revisi 2009) memperluas definisi segmen operasi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi dan melaporkan segmen operasi. PSAK 5 (Revisi 2009) berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Perusahaan dan anak perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan PSAK 5 (Revisi 2009), “Segmen Operasi” terhadap laporan keuangan konsolidasian.

(iii)

PSAK 48 (Revisi 2009), “Penurunan Nilai Aset” Pada bulan Desember 2009, DSAK mengeluarkan PSAK 48 (Revisi 2009), ”Penurunan Nilai Aset” yang menggantikan PSAK 48, ”Penurunan Nilai Aset”. PSAK 48 (Revisi 2009) memberikan pedoman untuk mengidentifikasikan unit penghasil kas dan mengukur penurunan nilai aset. Suatu rugi penurunan nilai harus dicatat untuk suatu unit penghasil kas ketika jumlah terpulihkan dari unit tersebut lebih kecil dari nilai tercatatnya. Rugi penurunan nilai harus dialokasikan untuk mengurangi jumlah tercatat atas setiap goodwill yang dialokasikan ke unit penghasil kas tersebut dan ke aset lain dari unit tersebut dibagi pro rata atas dasar jumlah tercatat setiap aset di dalam unit tersebut. PSAK 48 (Revisi 2009) mengharuskan perusahaan dan anak perusahaan untuk menilai pada setiap akhir periode pelaporan apakah terdapat indikasi-indikasi yang menunjukkan bahwa suatu aset mengalami penurunan nilai dan rugi penurunan nilai yang diakui pada periode sebelumnya untuk aset lain selain goodwill sudah tidak terdapat lagi. PSAK 48 (Revisi 2009) berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011 dan diterapkan secara prospektif. Perusahaan dan anak perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan PSAK 48 (Revisi 2009), “Penurunan Nilai Aset” terhadap laporan keuangan konsolidasian.

(iv)

ISAK 10 (Revisi 2009), “Program Loyalitas Pelanggan” Pada Desember 2009, DSAK mengeluarkan ISAK 10 (Revisi 2009), “Program Loyalitas Pelanggan”. ISAK 10 (Revisi 2009) memberikan pedoman untuk mencatat dan mengukur penghargaan kredit kepada pelanggan. ISAK 10 (Revisi 2009) mengharuskan imbalan tersebut diidentifikasi secara terpisah dan diukur dengan mengacu pada nilai wajarnya. ISAK 10 (Revisi 2009) berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Perusahaan dan anak perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan ISAK 10 (Revisi 2009), “Program Loyalitas Pelanggan” terhadap laporan keuangan konsolidasian.

(v)

PSAK 7 (Revisi 2010), “Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi” Pada Februari 2010, DSAK mengeluarkan PSAK 7 (Revisi 2010), “Pengungkapan Pihakpihak Berelasi” yang menggantikan PSAK 7, “Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa”. PSAK 7 (Revisi 2010) memberikan pedoman pengungkapan hubungan, transaksi dan saldo pihak-pihak berelasi, termasuk komitmen dalam laporan keuangan konsolidasian. PSAK 7 (Revisi 2010) berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Perusahaan dan anak perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan PSAK 7 (Revisi 2010), “Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi” terhadap laporan keuangan konsolidasian. 130

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

52. STANDAR AKUNTANSI BARU DI INDONESIA (lanjutan) (vi)

PSAK 19 (Revisi 2010), “Aset Takberwujud” Pada Februari 2010, DSAK mengeluarkan PSAK 19 (Revisi 2010), “Aset Takberwujud” yang menggantikan PSAK 19 (Revisi 2000), “Aset Tidak Berwujud”. PSAK 19 (Revisi 2010) memberikan pedoman untuk mengakui dan mengukur jumlah tercatat aset takberwujud, serta menentukan pengungkapan yang disyaratkan tentang aset takberwujud. PSAK 19 (Revisi 2010) berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Perusahaan dan anak perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan PSAK 19 (Revisi 2009), “Aset Takberwujud” terhadap laporan keuangan konsolidasian.

(vii)

PSAK 22 (Revisi 2010), “Kombinasi Bisnis” Pada Januari 2010, DSAK mengeluarkan PSAK 22 (Revisi 2010), “Kombinasi Bisnis” yang menggantikan PSAK 22, “Akuntansi Penggabungan Usaha”. PSAK 22 (Revisi 2010) memberikan pedoman untuk mengakui dan mengukur aset teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil-alih dan kepentingan non-pengendali dari pihak yang diakuisisi, serta goodwill yang diperoleh dari kombinasi bisnis dalam laporan keuangan. PSAK 22 (Revisi 2010) berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Perusahaan dan anak perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan PSAK 22 (Revisi 2010), “Kombinasi Bisnis” terhadap laporan keuangan konsolidasian.

(viii)

PSAK 23 (Revisi 2010), “Pendapatan” Pada Februari 2010, DSAK mengeluarkan PSAK 23 (Revisi 2010), “Pendapatan” yang menggantikan PSAK 23, “Pendapatan”. PSAK 23 (Revisi 2010) mengatur perlakuan akuntansi atas pendapatan yang timbul dari transaksi dan kejadian tertentu. PSAK 23 (Revisi 2010) berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Perusahaan dan anak perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan PSAK 23 (Revisi 2010), “Pendapatan” terhadap laporan keuangan konsolidasian.

53. REKLASIFIKASI AKUN Beberapa akun tertentu dalam laporan keuangan konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2009 dan 2008 telah direklasifikasi agar sesuai dengan penyajian akun pada laporan keuangan konsolidasian untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2010, dengan rincian reklasifikasi akun yang signifikan adalah sebagai berikut : Sebelum reklasifikasi

Reklasifikasi

Setelah reklasifikasi

LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASIAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2009: Beban Usaha Penyusutan dan amortisasi Umum dan administrasi

(12.565.928) (4.052.664)

(1.408.876) 1.408.876

(13.974.804) (2.643.788)

LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASIAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2008: Beban Usaha Penyusutan dan amortisasi Umum dan administrasi

(11.069.575) (3.628.686)

(1.262.501) 1.262.501

(12.332.076) (2.366.185)

131

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP Laporan keuangan konsolidasian Perusahaan dan anak perusahaan, disusun berdasarkan GAAP Indonesia, yang berbeda secara signifikan dalam hal-hal tertentu dengan U.S. GAAP. Laporan arus kas konsolidasian beserta rekonsiliasi pada Catatan 55 disusun sesuai dengan Statement of Financial Accounting Standard (“SFAS”) 95, “Statement of Cash Flows” (“SFAS 95”, kini Accounting Standard Codification (“ASC”) 230 “Statement of Cash Flow”). Uraian perbedaanperbedaan dan pengaruhnya terhadap laba bersih dan ekuitas adalah sebagai berikut: (1)

Penjelasan perbedaan antara GAAP Indonesia dan U.S. GAAP a.

Imbalan pemutusan kontrak kerja secara sukarela Berdasarkan GAAP Indonesia, imbalan pemutusan kontrak kerja secara sukarela diakui sebagai kewajiban apabila Perusahaan telah menunjukkan komitmen untuk memberikan imbalan pemutusan kontrak kerja atas penawaran yang diberikan untuk mendorong minat karyawan untuk mengundurkan diri secara sukarela. Berdasarkan U.S. GAAP, imbalan pemutusan kontrak kerja secara sukarela diakui sebagai kewajiban apabila karyawan telah menerima tawaran pemutusan kontrak kerja dan jumlah imbalan dapat diestimasi dengan andal.

b.

Kapitalisasi selisih kurs ke aset dalam konstruksi Berdasarkan GAAP Indonesia, laba atau rugi selisih kurs yang timbul dari pinjaman yang digunakan untuk membiayai pembangunan aset yang memenuhi syarat dikapitalisasi sebagai bagian dari harga perolehan dari suatu aset yang memenuhi syarat tersebut. Kapitalisasi laba rugi selisih kurs dihentikan pada saat pembangunan secara substansial telah selesai dan aset yang dibangun siap digunakan. Berdasarkan U.S. GAAP, laba rugi selisih kurs langsung dikreditkan dan dibebankan pada laba atau rugi konsolidasian pada saat terjadinya.

c.

Instrumen derivatif melekat Perusahaan dan anak perusahaan melakukan perjanjian dengan pemasok yang mengharuskan pembayaran dengan menggunakan berbagai mata uang yang berbeda dengan mata uang fungsional dari kedua belah pihak. Berdasarkan GAAP Indonesia, perjanjian yang mengharuskan pembayaran dalam mata uang asing yang berbeda dengan mata uang fungsional salah satu pihak atau pihak yang terkait dengan perjanjian dianggap tidak mengandung instrumen derivatif mata uang asing melekat jika mata uang tersebut lazim digunakan dalam transaksi bisnis lokal. Berdasarkan U.S. GAAP, tidak terdapat pengecualian yang sama dengan kondisi di atas untuk derivatif valuta asing sehubungan dengan kontrak yang didenominasi dalam mata uang yang lazim digunakan dalam transaksi bisnis lokal. Derivatif melekat harus diakui kecuali pembayaran kontrak utama atas harga barang atau jasa secara rutin didenominasi dalam mata uang yang lazim digunakan dalam perdagangan internasional. Jika kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka derivatif valuta asing melekat harus diakui secara terpisah. 132

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (1)

Penjelasan perbedaan antara GAAP Indonesia dan U.S. GAAP (lanjutan)

d.

Kapitalisasi biaya bunga ke aset dalam konstruksi Sebelum tahun 2010, berdasarkan GAAP Indonesia, aset tertentu yang memenuhi syarat atas kapitalisasi biaya bunga adalah aset yang membutuhkan waktu minimum 12 bulan untuk siap digunakan atau dijual. Apabila pinjaman digunakan secara khusus untuk memperoleh suatu aset tertentu, maka jumlah biaya bunga yang dikapitalisasi adalah seluruh biaya bunga yang timbul selama periode konstruksi tersebut dikurangi dengan pendapatan yang diperoleh dari investasi sementara atas dana hasil pinjaman tersebut. Efektif sejak 1 Januari 2010, berdasarkan PSAK 26 (revisi 2008), tidak ada lagi batasan waktu 12 bulan dimana bunga dapat dikapitalisasi. Perusahaan menerapkan kriteria baru ini secara prospektif. Berdasarkan U.S. GAAP, tidak ada batasan jangka waktu minimum pembangunan (misalnya minimum 12 bulan masa konstruksi) dimana biaya bunga dapat dikapitalisasi. Jumlah beban bunga yang dikapitalisasi ke aset yang memenuhi syarat adalah beban bunga selama masa konstruksi yang secara teoritis dapat dihindari apabila pengeluaran untuk aset tersebut tidak dilakukan. Beban bunga tersebut tidak harus berasal dari pinjaman yang digunakan secara khusus untuk memperoleh suatu aset tertentu. Jumlah beban bunga yang dikapitalisasi selama suatu periode ditentukan dengan menghitung tingkat bunga dikalikan dengan rata-rata akumulasi pengeluaran untuk aset tersebut selama periode tersebut. Pendapatan bunga yang timbul dari pinjaman yang tidak digunakan diakui langsung sebagai pendapatan pada laporan laba rugi konsolidasian. Oleh karena itu, sejak 1 Januari 2010 tidak terdapat perbedaan antara GAAP Indonesia dan U.S. GAAP. Penyesuaian U.S. GAAP terkait dengan kapitalisasi biaya bunga ke aset dalam konstruksi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 disebabkan oleh perbedaan pada tahun-tahun sebelumnya.

e.

PBH Sebelum tahun 2010, berdasarkan GAAP Indonesia sebelumnya, aset tetap yang dibangun oleh mitra usaha berdasarkan perjanjian PBH diakui sebagai aset tetap PBH oleh pihak yang akan menerima pengalihan kepemilikan aset tetap tersebut pada akhir masa bagi hasil, dengan akun tandingan pendapatan tangguhan. Aset tetap tersebut disusutkan selama masa manfaatnya, sedangkan pendapatan tangguhan diamortisasi selama masa bagi hasil. Perusahaan mencatat bagiannya atas pendapatan yang diperoleh setelah dikurangi bagian mitra usaha. Efektif sejak 1 Januari 2010, dengan penerapan PPSAK 1 (Catatan 2p), PBH dicatat sama dengan sewa pembiayaan, dimana aset tetap dan kewajiban PBH disajikan pada neraca konsolidasian.

133

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (1)

Penjelasan perbedaan antara GAAP Indonesia dan U.S. GAAP (lanjutan)

e.

PBH (lanjutan) Berdasarkan U.S. GAAP, PBH dicatat sama seperti sewa pembiayaan, dimana aset tetap dan kewajiban PBH disajikan pada neraca konsolidasian. Semua pendapatan yang dihasilkan dari perjanjian PBH diakui sebagai bagian pendapatan yang berasal dari operasi, sementara pendapatan yang merupakan bagian mitra usaha dicatat sebagai beban bunga dan pengurang kewajiban PBH. Oleh karena itu, tidak terdapat lagi perbedaan antara GAAP Indonesia dan U.S. GAAP.

f.

Imbalan kerja Perusahaan dan anak perusahaan menerapkan PSAK 24 (Revisi 2004) dalam mencatat biaya manfaat pensiun, imbalan kesehatan pasca kerja dan imbalan pasca kerja lainnya untuk tujuan pelaporan keuangan berdasarkan GAAP Indonesia. Perbedaan perlakuan akuntansi untuk manfaat pensiun, imbalan kesehatan pasca kerja dan imbalan pasca kerja lainnya antara GAAP Indonesia dan U.S. GAAP adalah sebagai berikut: i.

Biaya jasa lalu Berdasarkan GAAP Indonesia, beban jasa lalu langsung diakui apabila karyawan telah berhak (vested) atau diamortisasi dengan menggunakan garis lurus selama periode ratarata sampai dengan karyawan berhak memperoleh manfaat. Amortisasi dicatat sebagai komponen beban manfaat berkala bersih pada laporan laba rugi konsolidasian tahun berjalan. Berdasarkan U.S. GAAP, biaya jasa lalu (vested and non-vested benefits) ditangguhkan dan diamortisasi secara sistematis selama estimasi sisa masa kerja karyawan aktif dan jumlah yang diakui dibebankan ke laporan laba rugi konsolidasian.

ii. Kewajiban transisi untuk manfaat pensiun dan imbalan kesehatan pasca kerja Berdasarkan GAAP Indonesia, kewajiban transisi diakui pada tanggal 1 Januari 2004, pada saat penerapan PSAK 24 (Revisi 2004). Berdasarkan U.S. GAAP, kewajiban transisi yang timbul dari penerapan SFAS 87 ”Employers’ Accounting for Pensions” pada tanggal 1 Januari 1992 dan SFAS 106 ”Employers’ Accounting for Postretirement Benefits Other Than Pensions” pada tanggal 1 Januari 1995 (keduanya kini ASC 715 “Compensation Retirement Benefits”), ditangguhkan; kewajiban dari penerapan SFAS 87 dan SFAS 106 kemudian diamortisasi secara sistematis masing-masing selama estimasi sisa masa kerja untuk karyawan aktif dan 20 tahun. Lebih lanjut, perbedaan tanggal penerapan menyebabkan perbedaan yang signifikan pada akumulasi laba rugi aktuaria yang belum diakui.

134

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (1) Penjelasan perbedaan antara GAAP Indonesia dan U.S. GAAP (lanjutan) f.

Imbalan kerja (lanjutan) Pada bulan September 2006, Financial Accounting Standard Board (“FASB”) mengeluarkan SFAS 158 ”Employers’ Accounting for Defined Benefit Pension and Other Postretirement Plans - an amendment of FASB Statement No. 87, 88, 106 (kini ASC 715 “Compensation Retirement Benefits”) and 132R” (“SFAS 158”). SFAS 158 mensyaratkan pengakuan status pendanaan di neraca. Rugi aktuarial yang belum diakui, beban jasa lalu, dan kewajiban transisi diakui pada saldo akumulasi laba komprehensif lainnya bersih setelah pajak. Selanjutnya saldo tersebut akan diamortisasi dan dilaporkan sebagai komponen beban imbalan berkala bersih dalam laporan laba rugi konsolidasian sesuai dengan SFAS 87, SFAS 106, dan SFAS 112.

g.

Bagian laba atau rugi bersih perusahaan asosiasi Perusahaan dan anak perusahaan mencatat bagian atas laba atau rugi perusahaan asosiasi berdasarkan laporan keuangan perusahaan asosiasi yang telah disusun berdasarkan GAAP Indonesia. Untuk tujuan pelaporan keuangan yang didasarkan pada U.S. GAAP, Perusahaan dan anak perusahaan mengakui pengaruh perbedaan antara U.S. GAAP dan GAAP Indonesia di tingkat perusahaan asosiasi pada akun investasi dan bagian laba atau rugi dan laba atau rugi komprehensif lainnya atas perusahaan asosiasi tersebut.

h.

Hak atas tanah Di Indonesia, hak kepemilikan atas tanah ada pada Negara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Agraria No. 5 tahun 1960. Penggunaan atas tanah dilakukan melalui hak atas tanah, dimana pemegang hak menikmati penggunaan penuh atas tanah untuk masa yang telah ditentukan, dan dapat diperpanjang. Hak atas tanah pada umumnya dapat diperdagangkan dengan bebas dan dapat diagunkan sebagai jaminan atas pinjaman. Berdasarkan GAAP Indonesia, kepemilikan tanah tidak disusutkan kecuali jika diperkirakan bahwa kecil kemungkinan pemegang hak dapat memperoleh perpanjangan atau pembaharuan atas hak tersebut. Berdasarkan U.S. GAAP, harga atas tanah diamortisasi selama masa manfaat, yaitu masa kontrak penggunaan hak atas tanah, yang berkisar dari 15 sampai 45 tahun.

i.

Pengakuan pendapatan Sebelum tahun 2010, berdasarkan GAAP Indonesia, pendapatan koneksi seluler, dan jaringan tetap nirkabel diakui pada saat sambungan terjadi (untuk jasa pasca bayar). Penjualan kartu perdana (starter pack) diakui sebagai pendapatan pada saat pengiriman kepada distributor, penyalur, atau pelanggan (untuk jasa pra bayar). Pendapatan dari instalasi sambungan telepon tidak bergerak diakui pada saat instalasi.

135

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (1) Penjelasan perbedaan antara GAAP Indonesia dan U.S. GAAP (lanjutan) i.

Pengakuan pendapatan (lanjutan) Sejak 1 Januari 2010, dengan implementasi PPSAK 1 (Catatan 2p), pendapatan dari instalasi sambungan telepon tidak bergerak, dari koneksi seluler, jaringan tetap nirkabel, dan biaya tambahan sampai dengan, tetapi tidak melebihi pendapatannya, ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan sepanjang estimasi periode hubungan dengan pelanggan. Berdasarkan U.S. GAAP, pendapatan dari pemasangan sambungan baru dan biaya tambahan terkait, namun tidak melebihi pendapatan sambungan baru, ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan sepanjang estimasi periode hubungan dengan pelanggan. Oleh karena itu, tidak terdapat lagi perbedaan antara GAAP Indonesia dan U.S. GAAP.

j.

Amortisasi goodwill Berdasarkan GAAP Indonesia, periode amortisasi goodwill tidak lebih dari 5 tahun, namun periode amortisasi lebih panjang diperbolehkan, sepanjang tidak lebih dari 20 tahun, apabila terdapat dasar yang tepat. Berdasarkan U.S. GAAP, goodwill tidak diamortisasi, melainkan diuji setiap tahun apakah telah mengalami penurunan nilai.

k.

Sewa pembiayaan Sebelum tahun 2008, berdasarkan GAAP Indonesia, aset sewa pembiayaan dikapitalisasi hanya jika semua kriteria berikut terpenuhi: (a) penyewa memiliki hak opsi untuk membeli aset yang disewa pada akhir masa sewa dengan harga yang telah disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa, (b) jumlah pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa ditambah nilai sisa mencakup harga perolehan aset yang disewakan beserta bunganya, dan (c) masa sewa minimum 2 tahun. Efektif sejak 1 Januari 2008, berdasarkan PSAK 30R, sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset, jika tidak, sewa tersebut diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Perusahaan telah menerapkan kriteria baru tersebut secara prospektif untuk sewa baru yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2008. Berdasarkan U.S. GAAP, aset sewa pembiayaan dikapitalisasi jika salah satu kriteria berikut terpenuhi: (a) terdapat pengalihan kepemilikan secara otomatis pada akhir periode sewa, (b) perjanjian sewa memberikan hak opsi untuk membeli, (c) masa sewa mencakup 75% atau lebih dari masa manfaat ekonomis aset, dan (d) nilai kini seluruh pembayaran sewa pembiayaan mencapai minimum 90% dari nilai wajar aset.

136

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (1)

Penjelasan perbedaan antara GAAP Indonesia dan U.S. GAAP (lanjutan) k.

Sewa pembiayaan (lanjutan) Meskipun GAAP Indonesia kurang mengatur ketentuan rinci atas kriteria sewa dibandingkan US GAAP, berdasarkan penilaian perusahaan, terdapat perlakuan klasifikasi sewa yang sama, sepanjang hal tersebut material. Pengaruh dari penerapan PSAK 30R pada sewa pembiayaan dicatat dalam laporan laba rugi konsolidasian tahun 2008 karena pengaruh pada tahun-tahun sebelumnya tidak signifikan. Oleh karena itu, perbedaan sebelumnya antara prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan U.S. GAAP dieliminasi sebagaimana disajikan dalam ikhtisar penyesuaian terhadap laba bersih konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008.

l.

Akuisisi Dayamitra Pada tanggal 17 Mei 2001, Perusahaan memperoleh 90,32% kepemilikan di Dayamitra dan sekaligus memperoleh opsi beli (call option) untuk membeli sisa kepemilikan sebesar 9,68% dengan harga yang telah ditentukan pada tanggal yang telah disepakati. Berdasarkan U.S. GAAP, Perusahaan mengkonsolidasi 100% kepemilikan Dayamitra. Berdasarkan GAAP Indonesia, Perusahaan mencatat sisa kepemilikan 9,68% di Dayamitra sebagai kepemilikan minoritas dan mulai mengkonsolidasi 9,68% kepemilikan yang tersisa tersebut pada tanggal 14 Desember 2004, pada tanggal eksekusi opsi tersebut. Perbedaan waktu pengakuan kepemilikan 9,68% mengakibatkan adanya perbedaan pengakuan atas jumlah aset tidak berwujud dan beban amortisasi.

m.

Kewajiban yang timbul dari penghentian penggunaan aset (Assets retirement obligations) Sebelum tahun 2008, berdasarkan GAAP Indonesia, kewajiban yang timbul sehubungan dengan penghentian suatu aset tetap yang berasal dari pengadaan, konstruksi, pembangunan, dan/atau dalam kegiatan normal aset tersebut, dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian periode berjalan pada saat terjadinya. Berdasarkan GAAP Indonesia yang telah direvisi, efektif sejak 1 Januari 2008, kewajiban yang timbul dari penghentian penggunaan aset diakui sebagai kewajiban dan jumlah yang sama dikapitalisasi ke aset terkait dan disusutkan selama masa manfaat aset tersebut. GAAP Indonesia, dalam hal tertentu berbeda dengan ketentuan U.S. GAAP khususnya dalam menentukan nilai kini kewajiban dan beban. Namun, karena dampaknya tidak signifikan terhadap periode-periode sebelumnya, akumulasi efek perbedaan tersebut dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian tahun 2008.

n.

Pajak tangguhan Berdasarkan GAAP Indonesia, Perusahaan dan anak perusahaan tidak melakukan pengakuan pajak tangguhan atas beda temporer antara nilai tercatat dan dasar pengenaan pajak investasi yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas apabila perbedaan tersebut tidak akan terpulihkan pada masa depan. Untuk tujuan pelaporan keuangan, aset dan kewajiban pajak tangguhan disajikan sebagai akun-akun tidak lancar. 137

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (1) Penjelasan perbedaan antara GAAP Indonesia dan U.S. GAAP (lanjutan) n.

Pajak tangguhan (lanjutan) Berdasarkan U.S. GAAP, Perusahaan mengakui pajak tangguhan atas seluruh beda temporer antara nilai tercatat dan dasar pengenaan pajak investasi yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. Untuk tujuan pelaporan keuangan, aset dan kewajiban pajak tangguhan disajikan sebagai akun-akun lancar dan tidak lancar berdasarkan realisasi yang diharapkan dari aset dan kewajiban yang terkait.

o.

Penurunan nilai aset Berdasarkan GAAP Indonesia, kerugian penurunan nilai aset diakui apabila nilai tercatat suatu aset atau unit penghasil kas dimana aset tersebut berada melebihi nilai yang dapat dipulihkan (recoverable amount). Nilai aset tetap yang dapat dipulihkan adalah nilai yang lebih besar antara harga jual bersih dengan nilai pakainya (value in use). Dalam menentukan nilai pakai, taksiran arus kas di masa depan (future cash flow) didiskontokan menjadi nilai kini dengan menggunakan tarif diskonto sebelum pajak yang mencerminkan taksiran sekarang mengenai nilai waktu uang dan risiko spesifik yang terkait dengan aset tersebut. Kerugian penurunan nilai aset dapat dipulihkan hanya jika terjadi perubahan dalam taksiran yang digunakan dalam menentukan nilai aset yang dapat dipulihkan. Pemulihan penurunan nilai aset tidak boleh dilakukan melebihi nilai tercatat yang seharusnya diakui, bersih setelah dikurangi penyusutan, seandainya pada tahun sebelumnya tidak ada pengakuan rugi penurunan nilai aset. Berdasarkan U.S. GAAP, kerugian penurunan nilai aset diakui apabila jumlah arus kas di masa depan yang diharapkan dari aset yang bersangkutan (tanpa didiskontokan dan biaya bunga) lebih kecil dari nilai tercatat aset yang bersangkutan. Aset yang mengalami penurunan nilai diturunkan nilainya menjadi nilai wajar yang didasarkan pada harga kuotasi pasar di pasar aktif atau nilai diskonto taksiran arus kas di masa depan. Pemulihan kerugian penurunan nilai aset sebelumnya tidak diperkenankan. Pada tanggal 31 Desember 2010, tidak terdapat rugi penurunan nilai aset yang diakui baik berdasarkan GAAP Indonesia dan U.S. GAAP.

p.

Laba (rugi) pelepasan aset tetap Berdasarkan GAAP Indonesia, Perusahaan dan anak perusahaan mengklasifikasikan laba (rugi) pelepasan aset tetap sebagai bagian dari pendapatan (beban) lain-lain dan tidak diperhitungkan dalam menentukan laba usaha. Berdasarkan U.S. GAAP, laba (rugi) pelepasan aset tetap diklasifikasikan sebagai bagian dari beban usaha dan oleh karena itu diperhitungkan dalam menentukan laba usaha. Untuk periode-periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, 2009, dan 2008, laba usaha akan menjadi lebih tinggi (rendah) masing-masing sebesar Rp4.481 juta, (Rp13.588) juta, dan (Rp15.659) juta, dan pendapatan (beban) lain-lain akan menjadi lebih (tinggi) rendah sebesar jumlah yang sama terkait dengan diperhitungkannya laba (rugi) pelepasan aset tetap dalam menentukan laba usaha. 138

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (1) Penjelasan perbedaan antara GAAP Indonesia dan U.S. GAAP (lanjutan) q.

Efek tersedia untuk dijual Berdasarkan GAAP Indonesia, efek tersedia untuk dijual dicatat sebesar nilai wajarnya dan perubahan nilai wajar diakui sebagai “Laba (rugi) belum direalisasi atas pemilikan efek yang tersedia untuk dijual” pada ekuitas. Berdasarkan U.S. GAAP, efek tersedia untuk dijual dicatat sebesar nilai wajarnya dan laba atau rugi yang belum direalisasikan dilaporkan sebagai komponen dalam akumulasi laba komprehensif lainnya pada bagian ekuitas.

r.

Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan konsolidasian Berdasarkan GAAP Indonesia, investasi pada perusahaan asing dengan menggunakan metode ekuitas dilaporkan dengan menjabarkan aset dan kewajiban perusahaan asing tersebut dengan menggunakan nilai tukar yang berlaku pada tanggal neraca. Pendapatan dan beban dijabarkan dengan menggunakan nilai tukar pada tanggal transaksi atau rata-rata nilai tukar pada tahun berjalan untuk tujuan kepraktisan. Hasil dari penjabaran tersebut dilaporkan sebagai bagian dari “Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan konsolidasian” pada bagian ekuitas. Berdasarkan U.S. GAAP, selisih penjabaran tersebut dilaporkan dalam akumulasi laba komprehensif lainnya pada bagian ekuitas.

s.

Amandemen dan pernyataan kembali KSO VII Perusahaan telah mencatat amandemen dan pernyataan kembali atas perjanjian KSO VII sebagai sebuah penyatuan usaha dengan menggunakan metode pembelian. Berdasarkan GAAP Indonesia, selisih lebih harga perolehan atas kepemilikan Perusahaan atas nilai wajar aset teridentifikasi yang diperoleh dan kewajiban yang diakui dicatat sebagai goodwill. Setelah melakukan alokasi atas harga perolehan terhadap semua aset dan kewajiban yang teridentifikasi, nilai sisa yang didapat dialokasikan sebagai aset tidak berwujud yang merupakan hak untuk mengoperasikan bisnis di wilayah KSO VII, dan diamortisasi selama sisa masa perjanjian KSO VII yaitu 4,3 tahun. Oleh karena itu, tidak ada pengakuan goodwill berdasarkan GAAP Indonesia. Untuk tujuan pelaporan keuangan yang didasarkan pada U.S. GAAP, hak untuk mengoperasikan bisnis di wilayah KSO VII merupakan hak yang diperoleh kembali dan diakui oleh Perusahaan sebagai sebuah aset tidak berwujud terpisah berdasarkan Emerging Issues Task Force (“EITF”) 04-1 “Accounting for Preexisting Relationships between the Parties to a Business Combination” (kini ASC 805 “Business Combination”). Aset tidak berwujud dinilai secara langsung untuk menentukan nilai wajarnya sesuai dengan persyaratan dalam EITF Topic No. D-108 “Use of the Residual Method to Value Acquired Assets Other Than Goodwill”. Selisih nilai pembelian atas nilai bersih yang dialokasikan atas aset yang diakuisisi dan kewajiban sebesar Rp61.386 juta diakui sebagai goodwill.

139

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (1) Penjelasan perbedaan antara GAAP Indonesia dan U.S. GAAP (lanjutan) t.

Pengukuran nilai wajar Berdasarkan GAAP Indonesia, tidak ada standar akuntansi yang secara khusus menentukan pengukuran nilai wajar. Namun dalam hal tertentu terdapat beberapa standar akuntansi yang mensyaratkan atau mengijinkan pengukuran dengan menggunakan nilai wajar sebagai dasar pengukuran. Bukti nilai wajar yang paling andal adalah harga yang digunakan pada suatu kontrak penjualan yang mengikat dalam suatu transaksi normal. Jika tidak terdapat kontrak penjualan yang mengikat, nilai wajar didasarkan pada informasi yang paling andal yang merefleksikan suatu jumlah yang dapat diperoleh Perusahaan pada akhir periode pelaporan. Basis pengukuran yang digunakan untuk menentukan nilai wajar harus diungkapkan. Berdasarkan U.S. GAAP, informasi terkait dengan hirarki nilai wajar harus diungkapkan, dengan melakukan pemisahan terhadap pengukuran nilai wajar yang menggunakan informasi harga kuotasi di pasar aktif untuk aset atau kewajiban yang identik (Level 1), informasi signifikan lainnya yang dapat diobservasi (Level 2) dan informasi signifikan lainnya yang tidak dapat diobservasi (Level 3).

u.

Penyajian Kepemilikan Non-pengendali

Berdasarkan GAAP Indonesia, kepemilikan non-pengendali disajikan dalam neraca konsolidasian diantara bagian kewajiban dan ekuitas. Berdasarkan U.S. GAAP, kepemilikan non-pengendali harus disajikan sesuai dengan FAS 160, “Kepemilikan Non-pengendali dalam Laporan Keuangan Konsolidasi – Amandemen atas ARB No.51” (kini ASC 810 “Consolidation”) yang efektif untuk laporan keuangan yang dimulai atau setelah 15 Desember 2008. FAS 160 harus diterapkan secara prospektif. Berdasarkan FAS 160, kepemilikan non-pengendali disajikan sebagai bagian ekuitas dalam neraca konsolidasian, secara terpisah dari ekuitas induk. Arus kas untuk akuisisi kepemilikan non-pengendali di anak perusahaan dilaporkan sebagai arus kas pendanaan sesuai dengan FAS 160, “Kepemilikan Non-pengendali dalam Laporan Keuangan Konsolidasi – Amandemen atas ARB No.51 (kini ASC 810 “Consolidation”).

140

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan)

(2) a. Berikut adalah ikhtisar penyesuaian yang signifikan terhadap laba bersih konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 yang diperlukan seandainya U.S. GAAP diterapkan sebagai pengganti GAAP Indonesia, dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian: Catatan Laba bersih menurut laporan laba rugi konsolidasian yang disusun berdasarkan GAAP Indonesia

2010

11.536.999

Penyesuaian ke U.S. GAAP kenaikan (penurunan) disebabkan oleh: Imbalan atas pemutusan kontrak kerja secara sukarela (a) Pembalikan penyusutan atas kapitalisasi selisih kurs (b) Laba selisih kurs - setelah dikurangi penyusutan masing-masing sebesar Rp74.757 juta, Rp(2.265) juta, dan Rp12.540 juta, atas kontrakkontrak yang mengandung instrumen derivatif valuta asing melekat di tahun 2010, 2009, dan 2008 (c) Kapitalisasi beban bunga atas aset dalam pembangunan setelah dikurangi penyusutan masing-masing sebesar Rp48.612 juta, Rp45.661 juta, dan Rp42.072 juta di tahun 2010, 2009, dan 2008 (d)

2008

11.398.826

10.671.786

(69.927)

(679.940)

749.867

44.002

50.690

72.598

335.615

2.005.729

(48.612)

141

2009

(2.726)

(627.432)

12.504

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (2)

(lanjutan) a. (lanjutan) Catatan Penyesuaian ke U.S. GAAP kenaikan (penurunan) disebabkan oleh: (lanjutan) Pendapatan PBH (e) Pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya (f) Imbalan kesehatan pasca kerja (f) Bagian rugi bersih perusahaan asosiasi (g) Amortisasi hak atas tanah (h) Pengakuan pendapatan (i) Amortisasi goodwill (j) Sewa pembiayaan (k) Penyesuaian konsolidasian Dayamitra (l) Asset retirement obligations (m) Amandemen dan pernyataan kembali KSO VII (s) Penyesuaian sehubungan dengan penerapan PSAK No. 55 (Revisi 2006) Pajak tangguhan: Pajak tangguhan atas penyertaan yang dicatat dengan metode ekuitas dan selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan (n) Pengaruh Pajak tangguhan terhadap penyesuaian ke U.S. GAAP

2010

2009

-

2008

77.768

32.272

(162.608) (24.325)

(123.854) (41.043)

(95.819) (94.359)

(286) (36.216) 7.877 18.669

(327) (34.619) 4.325 13.222

(366) (31.266) 17.048 11.628

12.498 -

10.244 -

11.387 25.735

16.269

16.269

16.269

-

-

(91.237)

2.661

(9.145)

(5.503)

(36.477)

(366.670)

(1.604)

Kepentingan non-pengendali

(32.097) (20.025)

919.923 (226.356)

92.959 109.479

Penyesuaian bersih

(52.122)

693.567

202.438

Laba bersih berdasarkan U.S. GAAP diatribusikan kepada Perusahaan

11.484.877

12.092.393

10.874.224

Laba bersih per saham berdasarkan U.S.GAAP - dalam Rupiah penuh

583,89

614,78

550,63

Laba bersih per ADS berdasarkan U.S. GAAP - dalam Rupiah penuh (40 saham Seri B per ADS)

23.355,80

24.591,25

22.025,34

142

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (2)

(lanjutan) b. Berikut adalah ikhtisar penyesuaian yang signifikan terhadap ekuitas konsolidasian pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 yang diperlukan seandainya U.S. GAAP diterapkan, sebagai pengganti GAAP Indonesia, dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian: Catatan Ekuitas menurut neraca konsolidasian yang disusun berdasarkan GAAP Indonesia Penyesuaian ke U.S. GAAP - kenaikan (penurunan) disebabkan oleh: Imbalan atas pemutusan kontrak kerja secara sukarela (a) Pembalikan penyusutan atas kapitalisasi selisih kurs (b) Laba selisih kurs - setelah dikurangi penyusutan, atas kontrakkontrak yang mengandung instrumen derivatif valuta asing melekat (c) Kapitalisasi beban bunga atas aset dalam pembangunan - setelah dikurangi penyusutan (d) Pendapatan PBH (e) Pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya (f) Imbalan kesehatan pasca kerja (f) Bagian rugi bersih perusahaan asosiasi (g) Amortisasi hak atas tanah (h) Pengakuan pendapatan (i) Amortisasi goodwill (j) Sewa pembiayaan (k) Penyesuaian konsolidasian Dayamitra (l) Assets retirement obligations (m) Amandemen dan pernyataan kembali KSO VII (s) Pajak tangguhan: Pajak tangguhan atas penyertaan yang dicatat dengan metode ekuitas dan selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan (n) Pengaruh Pajak tangguhan terhadap penyesuaian ke U.S. GAAP Jumlah penyesuaian U.S. GAAP Kepentingan non-pengendali Penyesuaian bersih Ekuitas pemegang saham berdasarkan U.S. GAAP

143

2010

2009

44.418.742

38.652.260

-

69.927

(143.132)

(187.134)

1.771.068

1.435.453

243.601 110.040 708.907 313.973

292.213 110.040 701.026 658.066

(20.147) (223.528) 123.187 (45.885)

(19.861) (187.312) 115.310 (64.554)

-

(12.498) -

69.143

52.874

34.234

32.169

(632.081) 2.309.380 (118.982) 2.190.398 46.609.140

(552.983) 2.442.736 (133.697) 2.309.039 40.961.299

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (2)

(lanjutan) c. Perubahan ekuitas dan kepentingan non-pengendali berdasarkan U.S. GAAP untuk tahuntahun yang berakhir 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 adalah sebagai berikut: Ekuitas pemegang saham, awal tahun Perubahan selama tahun berjalan: Laba bersih berdasarkan U.S. GAAP Dividen Akumulasi laba komprehensif lainnya, bersih setelah pajak Kompensasi terminasi dini hak eksklusifitas Modal saham yang diperoleh kembali Dampak akuisisi kepemilikan non-pengendali Ekuitas pemegang saham, akhir tahun

2010 40.961.299

2009 34.727.287

2008 29.817.813

11.484.877 (5.668.037)

12.092.393 (6.364.898)

10.874.224 (8.034.515)

(123.814) (45.185) 46.609.140

832.469 118.000 (443.952) 40.961.299

4.067.227 90.000 (2.087.462) 34.727.287

2010 Kepentingan non-pengendali, awal tahun Perubahan selama tahun berjalan: Laba bersih berdasarkan U.S. GAAP yang dapat diatribusikan ke kepentingan non-pengendali Laba komprehensif lainnya

2009

2008

9.604.847

9.322.907

4.353.338 (34.741)

4.870.428 (18.234)

3.944.164 12.401

4.318.597 (46.770) (3.223.849)

4.852.194 (156.202) (3.233.795)

3.956.565 57.776 (3.732.401)

12.115.022

11.067.044

9.604.847

11.067.044

Jumlah laba komprehensif Dampak akuisisi Distribusi Kepentingan non-pengendali, akhir tahun

d. Ikhtisar neraca konsolidasian berdasarkan U.S. GAAP adalah sebagai berikut: 2010

Neraca konsolidasian Aset lancar Aset tidak lancar Jumlah aset Kewajiban jangka pendek Kewajiban jangka panjang Jumlah kewajiban Ekuitas Kepentingan non-pengendali Ekuitas pemegang saham Jumlah kewajiban dan ekuitas

144

2009

19.892.923 83.866.294 103.759.217

18.380.615 83.100.462 101.481.077

20.545.598 24.489.457 45.035.055

26.930.694 22.522.040 49.452.734

12.115.022 46.609.140 103.759.217

11.067.044 40.961.299 101.481.077

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3) Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC a. PPh (i) Rekonsiliasi antara perkiraan penyisihan PPh berdasarkan U.S. GAAP dengan penyisihan PPh aktual berdasarkan U.S. GAAP adalah sebagai berikut: 2010

2009

2008

Laba sebelum pajak konsolidasian berdasarkan U.S. GAAP

21.509.308

23.742.758

20.499.040

PPh berdasarkan U.S. GAAP menurut tarif pajak yang berlaku

5.150.305

6.416.251

5.917.643

37.530

61.637

240.999

69.670 1.494 40.035 24.442

76.903 1.301 54.299 43.473

106.924 (9.738) 50.733 39.450

(112.976)

(122.776)

(167.603)

369.355

248.848

(637.543) 139.786

429.550

363.685

(236.992)

5.579.855

6.779.936

Pengaruh beban yang tidak dapat dikurangkan (pendapatan yang bukan merupakan objek pajak) berdasarkan tarif pajak yang berlaku : Beban imbalan kesehatan pasca kerja berkala bersih Amortisasi diskonto wesel bayar dan biaya pinjaman lainnya Denda pajak Imbalan kerja karyawan Perbedaan tetap atas Unit KSO Pendapatan yang telah dikenakan PPh final Efek penurunan tarif di masa datang terhadap kewajiban pajak tangguhan Perusahaan dan anak perusahaan - bersih Lainnya Jumlah Beban penyisihan PPh berdasarkan U.S. GAAP

145

5.680.651

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) a. PPh (lanjutan) (ii) Pajak tangguhan 2010 Aset pajak tangguhan Lancar Penyisihan piutang ragu-ragu Penyisihan persediaan usang Rugi fiskal yang dapat dikompensasikan Beban yang masih harus dibayar Nilai perolehan penggabungan usaha tangguhan Pendapatan sambungan telepon tangguhan Lain-lain

Tidak Lancar Penyertaan jangka panjang Nilai perolehan penggabungan usaha tangguhan Beban pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya yang masih harus dibayar Pendapatan sambungan telepon tangguhan Lain-lain

Total aset pajak tangguhan (sebelum offset) Kewajiban pajak tangguhan Lancar Beban dibayar di muka Tidak lancar Aset tetap Aset tidak berwujud

Jumlah kewajiban pajak tangguhan (sebelum offset)

146

2009

349.077 20.753 21.624 98.337

308.261 18.061 17.316 362.973

26.558 28.285 830

335.409 29.844 114

545.464

1.071.978

29.639

27.575

-

3.125

17.431 78.008 21.577

77.829 98.269 25.384

146.655

232.182

692.119

1.304.160

(41.382)

(29.661)

(5.187.106) (44.288)

(4.598.590) (292.969)

(5.231.394)

(4.891.559)

(5.272.776)

(4.921.220)

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) a. PPh (lanjutan) (ii) Pajak tangguhan (lanjutan) 2010 Kewajiban pajak tangguhan bersih - disajikan setelah offset dalam neraca konsolidasian adalah sebagai berikut: Aset pajak tangguhan - lancar Kewajiban pajak tangguhan - lancar Aset pajak tangguhan - tidak lancar Kewajiban pajak tangguhan - tidak lancar

504.082 5.465 (5.090.204)

2009

1.052.605 (10.288) 53.346 (4.712.723)

Untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2010 dan 2009, Perusahaan dan anak perusahaan mengadopsi SFAS 158 (kini ASC 715 “Compensation Retirement Benefits”) dan mengakui secara langsung aset pajak tangguhan yang berasal dari kewajiban masa transisi, biaya jasa lalu dan rugi aktuaria masing-masing sebesar Rp115.148 juta dan Rp169.346 juta, langsung pada akumulasi laba komprehensif lainnya. Aset pajak tangguhan dari nilai perolehan penggabungan usaha tangguhan berasal dari pengurangan pajak yang dapat diklaim atas pembayaran tetap bulanan kepada MGTI dan BSI untuk perhitungan PPh badan. (iii) Akuntansi untuk ketidakpastian PPh Perusahan dan anak perusahaan menerapkan FASB Interpretation 48 “Uncertainty in Income Tax: an Interpretation of SFAS 109” (“FIN 48”, kini ASC 740 “Income Taxes”) yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2007. FIN 48 mengatur penentuan apakah suatu manfaat pajak yang diklaim atau diharapkan akan diklaim dalam pelaporan pajak harus diakui dalam Laporan Keuangan. Berdasarkan FIN 48, manfaat pajak dari suatu ketidakpastian posisi pajak diakui apabila besar kemungkinan terjadi, berdasarkan pertimbangan seluruh aspek teknis dari posisi pajak tersebut, bahwa posisi tersebut akan dapat dipertahankan dalam audit pajak oleh DJP. Jumlah manfaat pajak yang diakui adalah jumlah terbesar dari manfaat pajak tersebut yang mempunyai kemungkinan dapat direalisasikan lebih besar daripada lima puluh persen dalam putusan final perpajakan. Berdasarkan analisis atas seluruh posisi pajak Perusahaan dan anak perusahaan yang terkait PPh yang diatur oleh SFAS 109 (kini ASC 740 “Income Taxes”), Perusahaan dan anak perusahaan menyimpulkan bahwa tidak terdapat dampak yang material terhadap laporan keuangan konsolidasian untuk tahun-tahun fiskal yang belum diaudit, serta pengakuan atas manfaat pajak yang tidak diakui tidak akan berdampak material terhadap tingkat pajak efektif untuk tahun-tahun tersebut. Perusahaan dan anak perusahaan berpendapat bahwa posisi saat ini untuk tidak mengakui manfaat pajak tidak akan berubah secara signifikan dalam 12 bulan ke depan. 147

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) a. PPh (lanjutan) (iii) Akuntansi untuk ketidakpastian PPh (lanjutan) Perusahaan dan anak perusahaan mencatat bunga dan denda untuk PPh kurang bayar, jika ada, masing-masing sebagai beban bunga dan beban lain-lain dalam laporan keuangan konsolidasian. Tidak ada pemeriksaan pajak yang dilakukan untuk tahun fiskal 2003, 2005, 2006, 2007, dan 2009 bagi Perusahaan. Pemeriksaan pajak telah selesai dilakukan untuk seluruh tahun fiskal lainnya. Tidak ada pemeriksaan pajak yang dilakukan untuk tahun fiskal 2003, 2007, dan 2009 bagi Telkomsel. Pemeriksaan pajak telah selesai dilakukan untuk seluruh tahun fiskal lainnya. b. Nilai wajar instrumen keuangan Metode dan asumsi berikut digunakan dalam menentukan taksiran nilai wajar tiap kelompok instrumen keuangan: (i) Kas dan setara kas dan penyertaan sementara Nilai tercatat akun ini mendekati nilai wajarnya karena jangka waktu instrumen yang singkat. (ii) Hutang bank jangka pendek Nilai tercatat akun ini mendekati nilai wajarnya karena jangka waktu instrumen kewajiban yang singkat. (iii) Instrumen derivatif melekat Piutang dan hutang derivatif terdiri atas derivatif melekat yang diakui berdasarkan U.S. GAAP. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan model internal. Model ini menekankan pada penggunaan input nilai pasar yang dapat diobservasi yang meliputi harga forward dan spot mata uang. (iv) Hutang jangka panjang Nilai wajar hutang jangka panjang diestimasi dengan mendiskontokan arus kas mendatang masing-masing instrumen menggunakan tingkat bunga terkini yang ditawarkan oleh bank-bank kreditur Perusahaan dan anak perusahaan untuk instrumen hutang serupa dengan jangka waktu yang setara.

148

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) b. Nilai wajar instrumen keuangan (lanjutan) (v) Estimasi nilai wajar aset dan kewajiban keuangan Perusahaan dan anak perusahaan adalah sebagai berikut: Nilai Nilai tercatat wajar 2010 Kas dan setara kas Penyertaan sementara Piutang derivatif Hutang derivatif Hutang bank jangka pendek Hutang jangka panjang: Nilai perolehan penggabungan usaha tangguhan Pinjaman penerusan Obligasi dan wesel bayar Hutang bank 2009 Kas dan setara kas Penyertaan sementara Piutang derivatif Hutang derivatif Hutang bank jangka pendek Hutang jangka panjang: Nilai perolehan penggabungan usaha tangguhan Pinjaman penerusan Wesel bayar Hutang bank

9.119.849 370.433 552.553 2.467 55.831

9.119.849 370.433 552.553 2.467 55.831

105.246 3.136.666 3.376.098 14.734.452

105.246 3.227.778 3.511.423 14.886.475

7.805.460 359.507 1.036.326 873 43.850

7.805.460 359.507 1.036.326 873 43.850

1.329.366 3.518.093 74.295 16.913.035

1.323.347 3.429.058 74.123 15.972.615

Metode dan asumsi yang digunakan dalam menentukan taksiran nilai wajar pada dasarnya mengandung unsur pertimbangan dan memiliki berbagai keterbatasan, termasuk hal-hal sebagai berikut: a. Nilai wajar yang disajikan tidak mempertimbangkan dampak fluktuasi nilai tukar mata uang di masa depan. b. Taksiran nilai wajar belum tentu mengindikasikan jumlah yang akan dicatat oleh Perusahaan dan anak perusahaan pada saat pelepasan/penghentian aset dan kewajiban keuangan.

149

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) c.

Laba komprehensif 2010 Laba bersih berdasarkan U.S. GAAP Diatribusikan kepada Perusahaan Diatribusikan kepada kepentingan non-pengendali Laba (rugi) yang belum direalisasi atas pemilikan efek yang tersedia untuk dijual Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan perusahaan asosiasi, bersih setelah pajak masing-masing sebesar Rp596 juta, Rp(13.747) juta, dan Rp2.491 juta untuk tahun 2010, 2009, dan 2008 Rugi aktuaria yang belum diakui, beban jasa lalu, kewajiban transisi, bersih setelah pajak

2009

2008

11.484.877

12.092.393

10.874.224

4.353.338

4.870.428

3.944.164

31.559

37.202

(30.303)

1.787

6.423

5.811

770.610

4.104.117

(191.901)

Laba komprehensif

15.679.660

17.777.056

18.898.013

Laba komprehensif diatribusikan kepada: Kepentingan non-pengendali Perusahaan

4.318.597 11.361.063

4.852.194 12.924.862

3.956.565 14.941.448

Jumlah

15.679.660

17.777.056

18.898.013

Komponen akumulasi laba komprehensif lainnya yang diatribusikan kepada pemegang saham adalah sebagai berikut: 2010 Laba (rugi) yang belum direalisasi atas pemilikan efek yang tersedia untuk dijual Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan perusahaan asosiasi Penyesuaian atas adopsi SFAS 158 (kini ASC 715 “Compensation Retirement Benefits”): Kewajiban transisi Biaya jasa lalu Rugi aktuaria

150

2009

2008

49.695

18.136

(19.066)

175.033

173.246

166.823

(99.201) (1.216.176) 604.324

(123.748) (1.145.607) 715.467

(152.587) (1.363.318) 173.173

(486.325)

(362.506)

(1.194.975)

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) d. Imbalan kerja (i) Perusahaan a. Analisa terhadap beban imbalan berkala bersih adalah sebagai berikut: Pensiun 2010 Komponen beban imbalan berkala bersih Beban jasa

2009

Kesehatan 2008

2010

2009

2008

330.734

284.090

282.134

83.921

72.007

143.981

1.199.971

1.154.174

1.076.969

744.551

686.767

903.498

Taksiran pengembalian aset program

(1.286.718)

(1.030.829)

(589.530)

(410.378)

(343.366)

Amortisasi beban (laba) jasa lalu

333.978

283.564

283.564

-

(99)

(367)

15.907

(1.243)

-

-

-

Beban bunga

Rugi aktuaria yang diakui Amortisasi kewajiban transisi Beban imbalan berkala bersih Jumlah yang dibebankan ke anak perusahaan berdasarkan perjanjian

Jumlah beban imbalan berkala bersih setelah dikurangi jumlah yang dibebankan kepada anak perusahaan

(930.835)

268.924

-

5.721

28.634

24.325

24.325

24.325

593.872

695.477

740.466

263.267

372.622

996.995

(1.484)

(1.425)

592.388

694.052

151

(1.460)

739.006

(688)

(523)

262.579

372.099

(839)

996.156

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) d. Imbalan kerja (lanjutan) (i) Perusahaan (lanjutan) b. Tabel berikut ini menyajikan perubahan kewajiban imbalan, perubahan aset program, dan bagian lancar dan tidak lancar dari aset dan kewajiban yang diakui dalam neraca konsolidasian Perusahaan berdasarkan U.S. GAAP pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009: Pensiun 2010

2009

Perubahan kewajiban imbalan Kewajiban imbalan pada awal tahun Beban jasa Beban bunga Kontribusi peserta program Rugi aktuaria Pembayaran imbalan Dampak perubahan imbalan

11.753.439 330.734 1.199.971 42.371 1.174.236 (916.148) 434.975

Kewajiban imbalan pada akhir tahun Perubahan aset program Nilai wajar aset program pada awal tahun Pengembalian aktual aset program Kontribusi pemberi kerja Kontribusi peserta program Pembayaran imbalan

Kesehatan 2010

2009

9.516.974 284.090 1.154.174 44.476 1.207.376 (453.651) -

7.165.974 83.921 744.551 1.034.589 (287.924) -

5.855.223 72.007 686.767 816.313 (264.336) -

14.019.578

11.753.439

8.741.111

7.165.974

12.300.181

8.713.418

6.022.263

4.018.692

3.058.457 889.061 44.476 (405.231)

1.280.027 990.688 (287.924)

1.167.384 1.100.523 (264.336)

2.890.465 485.254 42.371 (620.583)

Nilai wajar aset program pada akhir tahun

15.097.688

12.300.181

8.005.054

6.022.263

Status pendanaan pada akhir tahun

1.078.110

546.742

(736.057)

(1.143.711)

Jumlah yang diakui dalam neraca konsolidasian: Pensiun 2010 Aset - tidak lancar Kewajiban - lancar Kewajiban – tidak lancar

1.588.974 (36.884) (473.980)

152

Kesehatan

2009 1.003.634 (37.038) (419.854 )

2010 (736.057)

2009 (1.143.711)

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) d. Imbalan kerja (lanjutan) (i) Perusahaan (lanjutan) c. Tanggal pengukuran yang digunakan dalam menentukan manfaat pensiun dan imbalan kesehatan adalah 31 Desember untuk setiap tahunnya. d. Asumsi yang digunakan oleh aktuaris independen dalam menentukan kewajiban imbalan untuk masing-masing program pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut: Pensiun 2010 Tingkat diskonto Tingkat kenaikan kompensasi

Kesehatan

2009 9,5% 8%

2010

10,75% 8%

2009 9,5% -

10,75% -

e. Asumsi yang digunakan oleh aktuaris independen dalam menentukan beban imbalan berkala bersih masing-masing program untuk tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember Desember 2010, 2009, dan 2008 adalah sebagai berikut: Pensiun 2010

2009

Kesehatan 2008

2010

2009

2008

Tingkat diskonto

9,5%

10,75%

12%

9,5%

10,75%

12%

Taksiran tingkat pengembalian jangka panjang aset program

9,7%

10,50%

11,5%

8,21%

9,25%

9,25%

8%

8%

8%

-

-

-

Tingkat kenaikan kompensasi

f. Taksiran tingkat pertumbuhan beban kesehatan pada tanggal 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 adalah sebagai berikut: 2010 Taksiran tingkat pertumbuhan beban kesehatan untuk tahun depan Tingkat pertumbuhan akhir beban kesehatan Tahun tercapainya tingkat pertumbuhan akhir

153

2009

2008

8%

10%

12%

8%

8%

8%

2011

2012

2011

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) d. Imbalan kerja (lanjutan) (i) Perusahaan (lanjutan) g. Penilaian aktuaria untuk program pensiun imbalan pasti dan program imbalan kesehatan pasca kerja pada tanggal 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 dilakukan masing-masing pada tanggal 15 Maret 2011, 22 Januari 2010, dan 31 Maret 2009 oleh aktuaris independen. Tingkat diskonto ditentukan berdasarkan kisaran suku bunga obligasi pemerintah. Asumsi tingkat pertumbuhan kompensasi ditetapkan berdasarkan tingkat inflasi jangka panjang dengan kisaran antara 4% dan 6%. Tingkat pengembalian jangka panjang yang diharapkan atas aset program Dapen dan Yakes masing-masing sebesar 9,7% dan 8,21%, yang mana untuk tahun 2011 mencerminkan tingkat ratarata pengembalian yang diharapkan atas dana yang telah atau akan diinvestasikan, untuk menghasilkan manfaat yang termasuk di dalam proyeksi kewajiban imbalan. Dalam penentuan asumsi tingkat pengembalian jangka panjang, Dapen dan Yakes mempertimbangkan komposisi aset dalam investasi program, tingkat pengembalian historis atas aset program, informasi pasar terkini atas tingkat pengembalian jangka panjang dan alokasi aset kini dalam kategori aset. Alokasi target ditentukan berdasarkan strategi portofolio Dapen dan Yakes. Pengembalian jangka panjang yang diharapkan atas aset program ditentukan berdasarkan tingkat pengembalian rata-rata yang diharapkan dapat diperoleh melalui aset program yang mempertimbangkan portofolio aset dan tingkat pengembalian atas aset secara individual. Dapen dan Yakes menentukan tingkat pengembalian atas saham bursa sebesar 13% dengan mempertimbangkan tingkat pengembalian historis selama 10 tahun terakhir. Asumsi tingkat pengembalian atas obligasi Pemerintah adalah sebesar 8% yang ditentukan berdasarkan tingkat pengembalian rata-rata saat ini atas obligasi Pemerintah yang akan jatuh tempo dalam waktu rata-rata 5 (lima) tahun. Tingkat pengembalian atas obligasi korporasi adalah sebesar 8,5% yang ditentukan dengan menggunakan kurva obligasi Pemerintah dengan tambahan sebesar 2% untuk mengakomodasi tingkat risiko yang lebih tinggi. Tingkat pengembalian jangka panjang reksa dana ditentukan berdasarkan tingkat pengembalian dari aset terkait masing-masing sebesar 13,25% dan 8,5% untuk Dapen dan Yakes.

154

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) d. Imbalan kerja (lanjutan) (i) Perusahaan (lanjutan) g. (lanjutan) Asumsi tingkat pertumbuhan beban kesehatan mempunyai dampak yang signifikan terhadap jumlah yang dilaporkan untuk program imbalan kesehatan. Perubahan sebesar satu persen pada asumsi tingkat pertumbuhan beban kesehatan pasca kerja akan memberikan dampak sebagai berikut:

1-persen kenaikan Pengaruh terhadap keseluruhan komponen beban jasa dan bunga Pengaruh terhadap kewajiban imbalan kesehatan pasca kerja

1-persen penurunan

160.838

(130.530)

1.570.565

(1.268.170)

h. Strategi portofolio Dapen menekankan pada tingkat pengembalian optimum yang ditetapkan secara tahunan dengan mempertimbangkan risiko keuangan, operasional dan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. Aset dialokasikan berdasarkan risiko jangka panjang dan taksiran pengembalian. Dapen menerapkan diversifikasi dan pengendalian risiko untuk meminimalkan konsentrasi risiko. Tabel dibawah ini menunjukkan alokasi aset yang ditetapkan oleh Dapen: Jenis Investasi

Proporsi

Kas dan setara kas Efek berpendapatan tetap Properti Saham bursa Saham non-publik

Dari

Sampai

1% 50% 0% 10% 0%

20% 80% 15% 40% 5%

Target alokasi di atas akan bervariasi sepanjang waktu dan dapat berubah jika ada perubahan yang signifikan pada kondisi perekonomian. Strategi investasi Dapen secara keseluruhan adalah untuk memperoleh suatu gabungan aset yang memungkinkan Dapen untuk memenuhi proyeksi pembayaran manfaat pensiun dengan mempertimbangkan risiko dan pengembalian. Tidak terdapat konsentrasi risiko yang signifikan dalam hal sektor, industri, geografi, atau nama-nama perusahaan. 155

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) d. Imbalan kerja (lanjutan) (i) Perusahaan (lanjutan) i. Nilai wajar aset program Dapen pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 berdasarkan kategori aset adalah sebagai berikut: 2010

Kelompok Kas dan setara kas

Kategori aset Deposito rupiah Deposits on Call Sub-jumlah

Efek berpendapatan tetap

Properti

Saham bursa

Saham non-publik

Lainnya Jumlah

Surat berharga Pemerintah Indonesia Obligasi Korporasi Reksa dana pendapatan tetap Reksa dana campuran Efek beragun aset dari KIK EBA Reksa dana penyertaan terbatas (”RDPT”) berbasis hutang

Jumlah

Harga kuotasi di pasar aktif untuk aset yang identik (level 1)

Input signifikan yang dapat diobservasi (level 2)

Input signifikan yang tidak dapat diobservasi (level 3)

945.900 114.212

945.900 114.212

-

-

1.060.112

1.060.112

-

-

5.851.615 2.813.802

-

5.851.615 2.760.027

53.775

4.694

4.694

-

-

52.630

52.630

-

-

69.121

-

69.121

-

51.044

-

-

51.044

Sub-jumlah Tanah dan Bangunan Sub-jumlah

8.842.906

57.324

8.680.763

104.819

76.856 76.856

-

-

76.856 76.856

Saham bursa Reksa dana saham

3.674.856

3.674.856

-

-

1.010.753

1.010.753

-

-

Sub-jumlah

4.685.609

4.685.609

-

-

102.984

-

-

102.984

65.857 168.841

-

-

65.857 168.841

263.364 263.364 15.097.688

5.803.045

263.364 263.364 8.944.127

350.516

Penyertaan saham RDPT berbasis saham non-publik Sub-jumlah Lainnya Sub-jumlah

156

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) d. Imbalan kerja (lanjutan) (i) Perusahaan (lanjutan) i. (lanjutan) 2009

Kelompok Kas dan setara kas

Efek berpendapatan tetap

Properti

Saham bursa

Kategori aset

Input signifikan yang dapat diobservasi (level 2)

Input signifikan yang tidak dapat diobservasi (level 3)

Deposito rupiah Deposits on Call

479.000 170.625

479.000 170.625

-

-

Sub-jumlah

649.625

649.625

-

-

5.164.538 2.562.811

-

5.164.538 2.369.707

193.104

4.215

4.215

-

-

4.467

4.467

-

-

5.000 7.741.031

8.682

5.000 7.539.245

193.104

64.995 64.995

-

-

64.995 64.995

2.739.200

2.739.200

-

-

806.108 3.545.308

806.108 3.545.308

-

-

110.967 110.967

-

-

110.967 110.967

188.255 188.255 12.300.181

188.255 188.255 4.391.870

7.539.245

369.066

Surat berharga Pemerintah Obligasi Korporasi Reksa dana pendapatan tetap Reksa dana campuran Efek beragun aset dari KIK EBA Sub-jumlah Tanah dan Bangunan Sub-jumlah

Saham bursa Reksa dana saham Sub-jumlah

Saham non-publik

Penyertaan saham Sub-jumlah

Lainnya

Lainnya Sub-jumlah

Jumlah

Jumlah

Harga kuotasi di pasar aktif untuk aset yang identik (level 1)

Kas dan setara kas termasuk deposito berjangka dan deposit on call dalam mata uang Rupiah. Aset tersebut dinilai dengan menggunakan nilai nominalnya yang mencerminkan nilai wajarnya, sehingga diklasifikasikan dalam level 1 pada hirarki nilai wajar.

157

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) d. Imbalan kerja (lanjutan) (i) Perusahaan (lanjutan) i. (lanjutan) Efek berpendapatan tetap termasuk surat berharga pemerintah, obligasi, dan reksa dana tertentu. Jika tersedia, nilai wajar dari efek berpendapatan tetap didasari oleh harga yang bisa diobservasi untuk aset sejenis atau yang bisa diperbandingkan. Perusahaan melakukan perhitungan internal untuk mengukur nilai wajar obligasi tertentu yang nilai pasarnya tidak tersedia dengan menyesuaikan premi risiko kreditnya. Aset tersebut diklasifikasikan dalam level 1, 2, atau 3 pada hirarki nilai wajar. RDPT berbasis hutang adalah reksa dana yang diinvestasikan pada surat berharga hutang yang diterbitkan oleh perusahaan infrastruktur. Penilaian atas investasi ini membutuhkan pertimbangan yang signifikan dari manajemen mengingat tidak adanya harga kuotasi pasar, kurangnya tingkat likuiditas, dan sifat jangka panjang dari aset. Karena investasi tersebut memiliki batasan-batasan dalam hal penjualan (seperti batasan transfer dan batasan periode awal) dan aktivitas yang bisa diobservasi untuk investasi tersebut terbatas, maka investasi ini diklasifikasikan dalam level 3 pada hirarki nilai wajar. Investasi pada properti menunjukkan kepemilikan pada tanah dan bangunan. Nilai wajar investasi ditentukan dengan menggunakan pendekatan biaya dan mempertimbangkan estimasi harga pasar dari aset sejenis. Karena tidak adanya harga kuotasi pasar, kurangnya tingkat likuiditas, dan sifat jangka panjang dari aset maka investasi ini diklasifikasikan dalam level 3 pada hirarki nilai wajar. Saham bursa adalah investasi pada saham biasa perusahaan domestik yang terdaftar di BEI dan reksa dana tertentu. Investasi tersebut dinilai dengan menggunakan harga kuotasi pasar dan diklasifikasikan dalam level 1 pada hirarki nilai wajar. Saham non-publik terdiri dari penyertaan saham langsung dan RDPT berbasis saham non-publik. Penyertaan saham langsung dilakukan pada beberapa perusahaan domestik yang bergerak dalam industri telekomunikasi, hotel, perbankan, dan properti. Nilai wajar dari penyertaan saham langsung dinilai dengan menggunakan teknik pendekatan pendapatan dan pasar yang melibatkan beberapa pertimbangan yang signifikan dari manajemen. RDPT berbasis saham non-publik adalah reksa dana yang diinvestasikan pada penyertaan saham di perusahaan pembangunan dermaga. Penilaian atas investasi ini membutuhkan pertimbangan yang signifikan dari manajemen mengingat tidak adanya harga kuotasi pasar, kurangnya tingkat likuiditas, dan sifat jangka panjang dari aset. Karena investasi tersebut memiliki batasanbatasan dalam hal penjualan (seperti batasan transfer dan batasan periode awal) dan aktivitas yang bisa diobservasi untuk investasi tersebut terbatas, maka investasi ini diklasifikasikan dalam level 3 pada hirarki nilai wajar.

158

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) d. Imbalan kerja (lanjutan) (i) Perusahaan (lanjutan) i. (lanjutan) Aset lainnya terutama terdiri dari kupon atas surat berharga. Kupon tersebut diklasifikasikan dalam level 1 atau 2 pada hirarki nilai wajar berdasarkan klasifikasi surat berharga tersebut. j. Mutasi selama periode berjalan atas nilai wajar aset program yang pengukurannya menggunakan input signifikan yang tidak dapat diobservasi dan RDPT berbasis saham non-publik yang informasi NAB per unit penyertaannya tidak tersedia untuk umum (level 3): 2010 Pengukuran nilai wajar menggunakan input signifikan yang tidak dapat diobservasi (level 3)

Obligasi Saldo awal per 31 Desember 2009 Pengembalian aktual aset program: Aset terjual selama periode berjalan Aset masih dimiliki pada tanggal pelaporan Pembelian Transfer keluar dari level 3 Saldo akhir per 31 Desember 2010

Penyertaan saham

Properti

Reksa dana

Jumlah

193.104

64.995

110.967

-

369.066

-

-

-

-

-

(89.329) -

5.068 6.793

(50.000)

76.856

53.775

159

(7.983) -

901 116.000

(91.343) 122.793

-

-

(50.000)

102.984

116.901

350.516

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) d. Imbalan kerja (lanjutan) (i) Perusahaan (lanjutan) j. (lanjutan) 2009 Pengukuran nilai wajar menggunakan input signifikan yang tidak dapat diobservasi (level 3) Obligasi Saldo awal per 31 Desember 2008 Pengembalian aktual aset program: Aset terjual selama periode berjalan Aset masih dimiliki pada Tanggal pelaporan Pembelian Saldo akhir per 31 Desember 2009

k.

Penyertaan saham

Properti

Jumlah

135.375

61.940

130.121

327.436

-

-

-

-

7.729 50.000

3.055 -

(19.154) -

193.104

64.995

110.967

(8.370) 50.000 369.066

Strategi portofolio Yakes menekankan pada tingkat pengembalian optimum yang ditetapkan secara tahunan dengan mempertimbangkan risiko keuangan, operasional dan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. Aset dialokasikan berdasarkan risiko jangka panjang dan taksiran pengembalian. Yakes menerapkan diversifikasi dan pengendalian risiko untuk meminimalkan konsentrasi risiko. Tabel dibawah ini menunjukkan alokasi aset yang ditetapkan oleh Yakes: Jenis Investasi

Proporsi

Kas dan setara kas Efek berpendapatan tetap Saham bursa Properti Saham non-publik

Dari

Sampai

1% 40% 10% 0% 0%

20% 85% 40% 15% 10%

Target alokasi di atas akan bervariasi sepanjang waktu dan dapat berubah jika ada perubahan yang signifikan pada kondisi perekonomian. Strategi investasi Yakes secara keseluruhan adalah untuk memperoleh suatu gabungan aset yang memungkinkan Yakes untuk memenuhi proyeksi pembayaran klaim biaya pengobatan dengan mempertimbangkan risiko dan pengembalian. Tidak terdapat konsentrasi risiko yang signifikan dalam hal sektor, industri, geografi, atau namanama perusahaan.

160

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) d. Imbalan kerja (lanjutan) (i) Perusahaan (lanjutan) l. Nilai wajar aset program Yakes pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 berdasarkan kategori aset adalah sebagai berikut: 2010

Kelompok Kas dan setara kas

Kategori aset Deposito rupiah Deposits on Call Sub-jumlah

Efek berpendapatan tetap

Saham bursa

Reksa dana pendapatan tetap Reksa dana terproteksi Reksa dana campuran RDPT berbasis hutang Sub-jumlah Saham bursa Reksa dana saham Reksa dana berbentuk KIK penyertaan terbatas berbasis saham Sub-jumlah

Saham non-publik

Lainnya Jumlah

Jumlah

Harga kuotasi di pasar aktif untuk aset yang identik (level 1)

Input signifikan yang dapat diobservasi (level 2)

Input signifikan yang tidak dapat diobservasi (level 3)

778.240 439.900

778.240 439.900

-

-

1.218.140

1.218.140

-

-

23.830

23.830

-

-

1.752.362

1.752.362

-

-

157.209

157.209

-

-

3.607.332 5.540.733

1.933.401

3.561.864 3.561.864

45.468 45.468

887.590

887.590

-

-

217.010

217.010

-

-

54.166

-

54.166

-

1.158.766

1.104.600

54.166

-

Penyertaan saham RDPT berbasis saham non-publik Sub-jumlah

6.405

-

-

6.405

65.857 72.262

-

-

65.857 72.262

Lainnya Sub-jumlah

15.152 15.152

15.152 15.152

-

-

8.005.053

4.271.293

3.616.030

117.730

161

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) d. Imbalan kerja (lanjutan) (i) Perusahaan (lanjutan) l. (lanjutan) 2009

Kelompok Kas dan setara kas

Efek berpendapatan tetap

Saham bursa

Kategori aset

Jumlah

Harga kuotasi di pasar aktif untuk aset yang identik (level 1)

Input signifikan yang dapat diobservasi (level 2)

Input signifikan yang tidak dapat diobservasi (level 3)

Deposito rupiah Deposits on Call

150.690 211.935

150.690 211.935

-

-

Sub-jumlah

362.625

362.625

-

-

1.628.273 848.642

-

1.628.273 822.383

26.259

65.047

65.047

-

-

1.536.682

1.536.682

-

-

213.092

213.092

-

-

372.867 4.664.603

372.867 2.187.688

2.450.656

26.259

Surat berharga Pemerintah Obligasi Korporasi Reksa dana pendapatan tetap Reksa dana terproteksi Reksa dana campuran Rekasa dana berbentuk KIK penyertaan berbasis hutang Sub-jumlah Saham bursa Reksa dana saham

737.960

737.960

-

-

227.890

227.890

-

-

Sub-jumlah

965.850

965.850

-

-

Saham non-publik

Penyertaan saham Sub-jumlah

5.207 5.207

-

-

5.207 5.207

Lainnya

Lainnya Sub-jumlah

23.978 23.978

23.978 23.978

-

-

6.022.263

3.540.141

2.450.656

31.466

Jumlah

162

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) d. Imbalan kerja (lanjutan) (i) Perusahaan (lanjutan) l. (lanjutan) Kas dan setara kas termasuk deposito berjangka dan deposit on call dalam mata uang Rupiah. Aset tersebut dinilai dengan menggunakan nilai nominalnya yang mencerminkan nilai wajarnya, sehingga diklasifikasikan dalam level 1 pada hirarki nilai wajar. Efek berpendapatan tetap terdiri dari surat berharga Pemerintah, obligasi Korporasi, dan reksa dana. Jika tersedia, nilai wajar dari efek berpendapatan tetap didasari oleh harga yang bisa diobservasi untuk aset sejenis atau yang bisa diperbandingkan. Aset tersebut diklasifikasikan dalam level 1 atau 2 pada hirarki nilai wajar. Perusahaan melakukan perhitungan internal untuk mengukur nilai wajar dari beberapa obligasi yang nilai pasarnya tidak tersedia dengan menyesuaikan premi risiko kredit masingmasing. Untuk itu obligasi tersebut diklasifikasikan dalam level 3 pada hirarki nilai wajar. RDPT berbasis hutang tertentu merupakan reksa dana yang diinvestasikan pada obligasi Korporasi dan Pemerintah. Penilaian atas investasi ini membutuhkan pertimbangan yang signifikan dari manajemen mengingat tidak adanya harga kuotasi pasar, kurangnya tingkat likuiditas, dan sifat jangka panjang dari aset. Karena investasi tersebut memiliki batasan-batasan dalam hal penjualan (seperti batasan transfer dan batasan periode awal) dan aktivitas yang bisa diobservasi untuk investasi tersebut terbatas, maka investasi ini diklasifikasikan dalam level 3 pada hirarki nilai wajar. Saham bursa adalah investasi pada saham biasa perusahaan domestik yang terdaftar di BEI dan reksa dana tertentu. Investasi tersebut dinilai dengan menggunakan harga kuotasi pasar dan diklasifikasikan dalam level 1 pada hirarki nilai wajar. Saham non-publik terdiri dari 100% penyertaan saham langsung pada perusahaan farmasi yang baru didirikan dan RDPT berbasis saham non-publik. Nilai wajar dari investasi ini dinilai dengan menggunakan pendekatan biaya. RDPT berbasis saham non-publik adalah reksa dana yang diinvestasikan pada penyertaan saham di perusahaan pembangunan dermaga. Penilaian atas investasi ini membutuhkan pertimbangan yang signifikan dari manajemen mengingat tidak adanya harga kuotasi pasar, kurangnya tingkat likuiditas, dan sifat jangka panjang dari aset. Karena investasi tersebut memiliki batasan-batasan dalam hal penjualan (seperti batasan transfer dan batasan periode awal) dan aktivitas yang bisa diobservasi untuk investasi tersebut terbatas, maka investasi ini diklasifikasikan dalam level 3 pada hirarki nilai wajar. Aset lainnya terutama terdiri dari kupon atas surat berharga. Kupon tersebut diklasifikasikan dalam level 1 pada hirarki nilai wajar berdasarkan klasifikasi surat berharga tersebut. 163

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) d. Imbalan kerja (lanjutan) (i) Perusahaan (lanjutan) m. Mutasi selama periode berjalan atas nilai wajar aset program yang pengukurannya menggunakan input signifikan yang tidak dapat diobservasi dan RDPT berbasis hutang dan saham non-publik yang informasi NAB per unit penyertaannya tidak tersedia untuk umum (level 3): 2010 Pengukuran nilai wajar menggunakan input signifikan yang tidak dapat diobservasi (level 3) Penyertaan saham

Obligasi Saldo awal per 31 Desember 2009 Pengembalian aktual aset program: Aset terjual selama periode berjalan Aset masih dimiliki pada tanggal pelaporan Pembelian (penjualan) Transfer ke dalam level 3

Reksa dana

Jumlah

26.259

5.207

31.466

-

-

-

(26.259) -

Saldo akhir per 31 Desember 2010

-

1.198 -

(143) 66.000 45.468

1.055 39.741 45.468

6.405

111.325

117.730

2009 Pengukuran nilai wajar menggunakan input signifikan yang tidak dapat diobservasi (level 3) Penyertaan saham

Obligasi Saldo awal per 31 Desember 2008 Pengembalian aktual aset program: Aset terjual selama periode berjalan Aset masih dimiliki pada tanggal pelaporan Pembelian Saldo akhir per 31 Desember 2009

164

Jumlah

-

-

-

-

-

-

2.259 24.000

208 4.999

2.467 28.999

26.259

5.207

31.466

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) d. Imbalan kerja (lanjutan) (i) Perusahaan (lanjutan) n. Taksiran kontribusi yang akan dibayarkan oleh Perusahaan di tahun 2011 untuk program pensiun imbalan pasti sebesar Rp192.807juta dan program imbalan kesehatan pasca kerja sebesar Rp360.000juta (ii) Telkomsel a. Program pensiun 2010

2009

2008

Beban jasa Beban bunga Taksiran tingkat pengembalian aset program Amortisasi beban jasa lalu Rugi aktuaria yang diakui Amortisasi kewajiban transisi

50.067 47.028

40.314 39.285

43.112 34.569

(19.113) 24 5.843 458

(18.433) 24 2.209 458

(13.568) 24 5.344 458

Beban pensiun berkala bersih

84.307

63.857

69.939

b. Tabel berikut ini menyajikan perubahan kewajiban, perubahan aset program dan bagian jangka pendek dan jangka panjang kewajiban yang diakui pada neraca Telkomsel berdasarkan U.S. GAAP pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009: 2010

2009

Perubahan kewajiban pensiun Kewajiban pada awal tahun Beban jasa Beban bunga Rugi aktuaria Pembayaran pensiun

451.480 50.067 47.028 180.935 (14.033)

330.958 40.314 39.285 42.031 (1.108)

Kewajiban pada akhir tahun

715.477

451.480

165

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) d. Imbalan kerja (lanjutan) (ii) Telkomsel (lanjutan) b. (lanjutan) 2010 Perubahan aset program pensiun Nilai wajar aset program pensiun pada awal tahun Pengembalian aktual atas aset program pensiun Kontribusi pemberi kerja Pembayaran Nilai wajar aset program pensiun pada akhir tahun Status pendanaan pada akhir tahun

2009

185.611

157.193

61.378 45.328 (14.033)

(11.586) 41.112 (1.108)

278.284

185.611

(437.193)

(265.869)

Jumlah yang diakui dalam neraca: 2010 Kewajiban - jangka pendek Kewajiban - jangka panjang c.

(6.518) (430.675)

2009 (6.817) (259.052)

Penilaian aktuaria untuk program pensiun dilakukan oleh aktuaris independen. Tanggal pengukuran yang digunakan untuk menentukan manfaat pensiun untuk program pensiun adalah tanggal 31 Desember setiap tahunnya.

166

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) d. Imbalan kerja (lanjutan) (ii) Telkomsel (lanjutan) d. Asumsi yang digunakan oleh aktuaris independen dalam menentukan kewajiban imbalan pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut: 2010 Tingkat diskonto Tingkat kenaikan kompensasi

2009 9% 8%

10,5% 8%

e. Asumsi yang digunakan oleh aktuaris independen dalam menentukan beban pensiun berkala bersih pada tanggal 31 Desember 2010, 2009, dan 2008 adalah sebagai berikut: 2010 Tingkat diskonto Taksiran tingkat pengembalian jangka panjang aset program pensiun Tingkat kenaikan kompensasi

2009

2008

9%

10,5%

12%

9% 8%

10,5% 8%

12% 9%

Program pensiun Telkomsel dikelola oleh Jiwasraya, perusahaan asuransi milik negara (Catatan 40a.2). (iii) Perkiraan pembayaran imbalan Perkiraan pembayaran imbalan oleh Perusahaan dan anak perusahaan adalah sebagai berikut: Pensiun

2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020

699.334 828.320 853.359 926.725 1.112.961 9.434.044

167

Kesehatan

263.475 219.103 228.683 238.997 250.742 1.503.062

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) d. Imbalan kerja (lanjutan) (iv) Jumlah yang diakui sebagai akumulasi laba komprehensif lainnya pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 terdiri dari: 2010 Imbalan kesehatan pasca kerja

Imbalan pasca kerja lainnya

2.536 1.598.800 (1.296.658)

97.299 268.320

22.767 133.133

99.835 1.621.567 (895.205)

304.678

365.619

155.900

826.197

Imbalan pensiun Kewajiban transisi Beban jasa lalu Rugi (laba) aktuaria Jumlah

Pajak tangguhan

Jumlah

634 405.391 (290.881) 115.144

Bersih setelah pajak 99.201 1.216.176 (604.324) 711.053

2009

Imbalan pensiun Kewajiban transisi Beban jasa lalu Rugi (laba) aktuaria Jumlah

Imbalan kesehatan pasca kerja

Imbalan pasca kerja lainnya

Pajak tangguhan

Jumlah

Bersih setelah pajak

2.832 1.497.817 (937.580)

121.624 (75.773)

29.659 84.655

124.456 1.527.476 (928.698)

708 381.869 (213.231)

123.748 1.145.607 (715.467)

563.069

45.851

114.314

723.234

169.346

553.888

Kewajiban transisi, beban jasa masa lalu dan rugi aktuaria bersih tercakup dalam akumulasi laba komprehensif lainnya pada tanggal 31 Desember 2010 dan diperkirakan diakui pada beban periodik bersih untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut: Pensiun

Imbalan kesehatan pasca kerja

Imbalan pasca kerja lainnya

Jumlah

Kewajiban transisi Beban jasa lalu Rugi (laba) aktuaria

298 333.994 (3.224)

24.325 -

6.892 11.957

24.623 340.886 8.733

Kotor sebelum pajak Pajak tangguhan

331.068 82.767

24.325 -

18.849 4.712

374.242 87.479

Bersih sesudah pajak

248.301

24.325

14.137

286.763

168

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) e.

Sewa operasi Untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, 2009, dan 2008, Perusahaan dan anak perusahaan mencatat beban sewa untuk tanah, bangunan, kendaraan, peralatan kantor, dan infrastruktur telekomunikasi masing-masing sejumlah Rp1.972.587 juta, Rp2.066.890 juta, dan Rp1.585.803 juta. Beberapa anak perusahaan melakukan perjanjian sewa kantor yang tidak dapat dibatalkan. Pembayaran sewa minimum per tahun untuk lima tahun ke depan sebesar Rp66.887 juta, Rp68.927 juta, Rp65.317 juta, Rp16.271 juta, dan Rp12.269 juta masing-masing untuk tahun 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015.

f.

Pengukuran nilai wajar Tabel di bawah menyajikan nilai tercatat dari instrumen keuangan yang diukur dengan nilai wajar dan RDPT berbasis hutang yang informasi NAB per unit penyertaannya tidak tersedia untuk umum: 31 Desember 2010 Pengukuran nilai wajar pada tanggal pelaporan menggunakan Harga kuotasi di pasar aktif untuk aset atau kewajiban yang identik (level 1)

Saldo

Aset Surat berharga Diperdagangkan Surat berharga tersedia untuk dijual Piutang derivatif Jumlah

Kewajiban Hutang derivatif Jumlah

Input signifikan lainnya yang dapat diobservasi (level 2)

Input signifikan yang tidak dapat diobservasi (level 3)

50

50

-

-

370.383 552.553

57.821 -

254.600 -

57.962 552.553

922.986

57.871

254.600

610.515

2.467

-

-

2.467

2.467

-

-

2.467

169

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) f.

Pengukuran nilai wajar (lanjutan) 31 Desember 2009 Pengukuran nilai wajar pada tanggal pelaporan menggunakan Harga kuotasi di pasar aktif untuk aset atau kewajiban yang identik (level 1)

Saldo Aset Surat berharga diperdagangkan Surat berharga tersedia untuk dijual Piutang derivatif Jumlah Kewajiban Hutang derivatif Jumlah

Input signifikan lainnya yang dapat diobservasi (level 2)

Input signifikan yang tidak dapat diobservasi (level 3)

53

53

-

-

359.454 1.036.326

104.816 -

254.638 -

1.036.326

1.395.833

104.869

254.638

1.036.326

873

-

-

873

873

-

-

873

Rekonsiliasi saldo awal dan akhir untuk instrumen keuangan yang diukur dengan nilai wajar menggunakan input signifikan yang tidak dapat diobservasi pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 adalah sebagai berikut: Level 3 2010 Piutang derivatif dan reksa dana Saldo 1 Januari Bagian dari laporan laba rugi konsolidasian Laba yang direalisasi Laba (rugi) yang belum direalisasi Penambahan aset Penambahan beban operasional dan pemeliharaan Transfer ke dalam (keluar) level 3 RDPT Saldo 31 Desember Hutang derivatif Saldo 1 Januari Bagian dari laporan laba rugi konsolidasian Rugi yang direalisasi Rugi (laba) yang belum direalisasi Penambahan (pengurangan) aset Penambahan (pengurangan) beban operasional dan pemeliharaan Saldo 31 Desember

170

Level 3 2009

1.036.326 (897.379) (483.773) 895.560 1.819 57.962

47.769 (889.125) 988.557 887.843 1.282 -

610.515

1.036.326

873

482.064

106 1.594 (179)

354.158 (481.191) (354.127)

73 2.467

(31) 873

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) f.

Pengukuran nilai wajar (lanjutan) Penyertaan sementara terutama terdiri dari saham, reksa dana serta obligasi Korporasi dan Pemerintah. Obligasi Korporasi dan Pemerintah dicatat pada nilai wajar menggunakan basis surat berharga sejenis pada tanggal neraca. Karena tidak aktif diperdagangkan di pasar yang aktif, surat berharga ini diklasifikasikan sebagai level 2. Saham dan reksa dana yang tersedia di pasar aktif dicatat pada nilai wajar menggunakan harga kuotasi pasar dan diklasifikasikan sebagai level 1. RDPT berbasis hutang adalah reksa dana yang diinvestasikan pada obligasi Korporasi dan Pemerintah. Penilaian atas investasi ini membutuhkan pertimbangan yang signifikan dari manajemen mengingat tidak adanya harga kuotasi pasar, kurangnya tingkat likuiditas, dan sifat jangka panjang dari aset. Karena investasi tersebut memiliki batasan-batasan dalam hal penjualan (seperti batasan transfer dan batasan periode awal) dan aktivitas yang bisa diobservasi untuk investasi tersebut terbatas, maka investasi ini diklasifikasikan dalam level 3 pada hirarki nilai wajar. Piutang dan hutang derivatif terdiri atas derivatif melekat yang diakui berdasarkan U.S. GAAP. Piutang dan hutang derivatif yang termasuk dalam level 3 meliputi kontrak pengadaan yang mengandung instrumen derivatif valuta asing melekat. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan model internal. Model ini menekankan pada penggunaan input nilai pasar yang dapat diobservasi yang meliputi harga forward dan spot mata uang. Pada tanggal neraca tidak terdapat aset dan kewajiban non-keuangan yang dicatat dengan menggunakan nilai wajar. Penyesuaian nilai wajar untuk aset dan kewajiban non-keuangan tersebut dilakukan hanya dalam kondisi tertentu (misalnya ketika terdapat bukti penurunan nilai).

g. Standar akuntansi baru di Amerika Serikat Pada bulan Oktober 2009, FASB mengeluarkan ASU 2009-13 “Revenue Recognition (Topic 605)” (“ASU 2009-13”). ASU 2009-13 memberikan pedoman akuntansi bagi multiple deliverable arrangement untuk memudahkan perusahaan dalam mencatat barang atau jasa secara terpisah bukan sebagai unit gabungan. ASU 2009-13 memberikan hirarki penentuan harga penjualan dari suatu penyerahan apakah menggunakan vendor specific objective evidence (VSOE) jika tersedia, bukti dari pihak ketiga jika VSOE tidak tersedia, atau menggunakan estimasi harga penjualan jika VSOE maupun bukti dari pihak ketiga tidak tersedia. ASU 2009-13 berlaku efektif untuk tahun fiskal yang dimulai pada atau setelah 15 Juni 2010 dan diterapkan secara prospektif.

171

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

54. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA GAAP INDONESIA DENGAN U.S. GAAP (lanjutan) (3)

Pengungkapan tambahan atas laporan keuangan konsolidasian yang dipersyaratkan oleh U.S. GAAP dan U.S. SEC (lanjutan) g.

Standar akuntansi baru di Amerika Serikat (lanjutan) Pada bulan Oktober 2009, FASB mengeluarkan ASU 2009-14, “Software (Certain Revenue Arrangements That Include Software Elements)” (“ASU 2009-14”). ASU 2009-14 memberikan pedoman akuntansi atas kontrak pendapatan yang terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak. ASU 2009-14 berlaku efektif untuk kontrak pendapatan yang terjadi atau diubah secara material untuk tahun fiskal yang dimulai pada atau setelah tanggal 15 Juni 2010 dan diterapkan secara prospektif. Penerapan dini ASU 2009-14 diperkenankan. Pada bulan Desember 2010, FASB mengeluarkan ASU 2010-28, “Intangibles – Goodwill and Other (Topic 350), When to Perform Step 2 of the Goodwill Impairment Test for Reporting Units with Zero or Negative Carrying Amounts (a consensus of the FASB Emerging Issues Task Force)”, (“ASU 2010-28”). ASU 2010-28 memodifikasi pengujian penurunan nilai goodwill untuk unit pelaporan dengan nilai tercatat 0 (nol) atau negatif yang terdapat dalam Topic 350, Intangibles – Goodwill and Other, yang mengharuskan entitas untuk mempertimbangkan kemungkinan adanya indikasi penurunan nilai goodwill untuk setiap unit pelaporan dengan nilai tercatat 0 (nol) atau negatif. Jika terdapat indikasi penurunan nilai, Tahap 2 pengujian penurunan nilai goodwill sebagaimana diatur dalam ASC 350-20-35, Intangibles – Goodwill and Other: Goodwill, harus dilakukan untuk mengukur jumlah kerugian penurunan nilai goodwill, jika ada. ASU 2010-28 berlaku efektif untuk laporan keuangan yang diterbitkan pada tahun-tahun fiskal dan periode-periode interim yang dimulai setelah 15 Desember 2010. Penerapan dini ASU 2010-28 tidak diperkenankan untuk perusahaan publik. Pada bulan Desember 2010, FASB mengeluarkan ASU 2010-29, “Business Combination (Topic 805), Disclosure of Supplementary Pro Forma Information for Business Combinations (a consensus of the FASB Emerging Issues Task Force)”, (“ASU 2010-29”). ASU 2010-29 menyatakan bahwa jika suatu entitas publik menyajikan laporan keuangan komparatif, entitas tersebut harus mengungkapkan pendapatan dan penghasilan dari entitas yang dikombinasikan seolah-olah penggabungan usaha yang terjadi selama tahun berjalan sudah terjadi pada awal periode laporan tahunan sebelumnya yang diperbandingkan. ASU 2010-29 juga mengharuskan pengungkapan pro forma tambahan berupa deskripsi sifat dan jumlah penyesuaian pro froma yang material dan tidak berulang yang secara langsung teratribusi terhadap kombinasi bisnis yang dilaporkan dalam pendapatan dan penghasilan pro forma. ASU 2010-29 berlaku efektif secara prospektif untuk kombinasi bisnis yang tanggal akuisisinya pada atau sesudah permulaan periode pelaporan tahunan pertama yang dimulai pada atau setelah 15 Desember 2010. Penerapan dini ASU 2010-29 diperkenankan. Perusahaan dan anak perusahaan sedang mengevaluasi dampak penerapan standar diatas terhadap laporan keuangan konsolidasian.

172

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan) 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010, 2009, DAN 2008 (Angka dalam tabel dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

55. REKONSILIASI LABA BERSIH KE KAS BERSIH YANG DIPEROLEH DARI KEGIATAN OPERASI Tabel berikut ini menyajikan rekonsiliasi dari laba bersih ke arus kas bersih yang dihasilkan dari kegiatan operasi berdasarkan SFAS 95: 2010

2009

2008

Laba bersih berdasarkan GAAP Indonesia Penyesuaian untuk merekonsiliasi laba bersih menjadi kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi: Penyusutan aset tetap (Laba)/rugi dari penyelesaian awal atas PBH Pendapatan bunga Beban bunga Rugi (laba) selisih kurs Bagian (laba) rugi bersih perusahaan asosiasi Rugi (laba) penjualan aset tetap Hasil dari klaim asuransi Amortisasi goodwill dan aset tidak berwujud lainnya Amortisasi pendapatan tangguhan Amortisasi beban tangguhan Penyisihan piutang ragu-ragu dan persediaan usang Beban PPh Hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan Perubahan aset dan kewajiban: Piutang usaha Piutang lain-lain Persediaan Pajak dibayar di muka Beban dibayar di muka Uang muka dan aset tidak lancar lainnya Hutang usaha Hutang lain-lain Hutang pajak Beban yang masih harus dibayar Pendapatan diterima di muka Uang muka pelanggan dan pemasok Beban pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya yang masih harus dibayar Beban LSA yang masih harus dibayar Beban imbalan kesehatan pasca kerja yang masih harus dibayar Pembayaran bunga Penerimaan bunga Pembayaran PPh Penerimaan tagihan restitusi pajak

11.536.999

11.398.826

10.671.786

13.084.594 (421.354) 1.928.035 109.485 13.622 (4.481) 1.508.226 (122.942) 18.638

12.565.928 (462.169) 2.095.978 (355.987) 29.715 13.588 1.390.458 (106.755) 24.755

11.069.575 16.465 (671.834) 1.641.285 775.525 (20.471) 15.659 (11.159) 1.243.641 (62.505) 21.751

524.760 5.546.039 4.333.313

573.704 6.404.123 4.644.072

398.797 5.673.542 4.053.643

(1.142.681) 35.313 (95.638) (10.201) (944.983) 96.402 220.356 17.852 (310.001) (742.106) (237.259) 388.349

(841.077) (19.150) 64.164 90.987 (621.988) (108.693) 258.382 (18.768) (93.679) 223.749 85.032 (29.775)

(480.629) (50.162) (307.207) (185.002) (448.289) (909.288) 448.113 (6.363) (293.068) 1.345.759 401.810 (230)

(272.386) 29.631

(333.481) 109.885

(226.035) 28.113

(751.746) (1.826.045) 419.576 (5.829.422) 658.818

(768.944) (2.185.799) 471.965 (5.035.463) 348.021

(198.203) (1.489.248) 659.450 (8.551.296) -

Jumlah penyesuaian

16.221.764

18.412.778

13.882.139

Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi

27.758.763

29.811.604

24.553.925

173

Halaman ini sengaja Dikosongkan

Related Documents

Telkom Annual Report 2010
February 2021 0
Annual Report
February 2021 0
Annual Report
February 2021 0
Shell Annual Report 2017
February 2021 0

More Documents from "Dahagam Saumith"

Telkom Annual Report 2010
February 2021 0