Loading documents preview...
Nama : Tri Nofiatun NIM : 103611024 Tugas Evaluasi Pembelajaran Oleh : Joko Budi Poernomo M.Pd EVALUASI BAB 6: 1. Rumus-rumus reliabilitas dapat digunakan untuk mencari reliabilitas angket. Uji reliabilitas angket menggunakan rumus Alpha yaitu rumus untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0 misalnya angket. Rumus Alpha
adalah
sebagai berikut:
r11 =[
π πβ1
1β Ξ£ ππ 2
][
π12
]
contoh mencari reliabilitas angket: misalkan kita membuat 5 item pertanyaan angket untuk 10 responden dengan data hasil kuesioner atau angket sebagai berikut: Jumlah angket
No
total
Total
responden
1
2
3
4
5
1
4
4
3
4
4
19
361
2
3
3
4
4
4
18
324
3
2
2
2
2
4
12
144
4
3
4
4
4
4
19
361
5
3
4
4
4
5
20
400
6
4
3
3
4
4
18
324
7
2
3
3
4
5
17
289
8
4
4
4
2
4
18
324
9
4
4
4
2
4
18
324
10
4
4
4
4
4
20
400
Jumlah
33
35
35
34
42
179
3251
115
127
127
124
178
115
Jumlah kuadrat
a. Menghitung total varian butir ( Ξ£ππ 2 ) 2
Item 1 : ππ =
115 β 10
33 2 10
= 0,61
kuadrat
2
Item 2 : ππ = 2
Item 3 : ππ = 2
Item 4 : ππ = 2
Item 5 : ππ =
127 β
35 2 10
10 127 β
35 2 10
10 124 β
34 2 10
10 178 β
42 2 10
10
= 0,45 = 0,45 = 0,84 = 0,16
Sehingga total varian butir: Ξ£ππ 2 = 0,61 + 0,45 + 0,45 + 0,84 + 0,16 = 2,51 b. Menghitung total varian ( ππ‘ 2 ) 2
ππ‘ =
3251 β
179 2 10
10
= 4,69
c. Menghitung koefisien Cronbach Alpha :
r11 =[ =[
1β Ξ£ ππ 2
π
][
πβ1 5
π12
1β 2,51
5β1
][
4,61
]
]
= 0,581023 (dibulatkan 0.58) 2. Salah satu penyebab perbedaan hasil-hasil perhitungan reliabilitas dengan berbagai rumus adalah jumlah butir soal yang di ujikan. 3. Tabel analisis item tes: Nomor Item
Nomor Subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
2
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
3
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
5
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
6
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
1
7
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
8
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
Perhitungan reliabilitas dengan belah dua ganjil-genap sebagai berikut: Nomor Item
Nomor Subjek
Skor total
1,3,5,7,9,
2,4,6,8,10
11
,12
Ganjil
Genap
1 2 3 4 5 6 7 8
9
10
11
12
1
1 1 0 1 1 1 0 1
1
1
0
1
9
3
6
2
1 1 0 1 1 0 0 1
0
0
1
0
6
3
3
3
1 0 0 0 0 0 0 1
0
1
0
1
4
1
3
4
1 1 1 1 1 1 1 1
1
1
1
1
12
6
6
5
1 0 1 1 1 1 0 1
1
1
1
1
10
5
5
6
0 0 0 1 0 0 0 1
1
0
0
1
4
1
3
7
1 1 0 1 1 0 0 1
0
0
0
1
6
2
4
8
1 1 0 1 1 1 0 1
1
1
0
1
9
3
6
Tabel persiapan perhitungan reliabilitas dengan belah dua ganjil-genap adalah sebagai berikut: Item Ganjil
Item Genap
(1,3,5,7,9,11)
(2,4,6,8,10,12)
(X)
(Y)
1
3
2
Nomor
π2
π2
XY
6
9
36
18
3
3
9
9
9
3
1
3
1
9
3
4
6
6
36
36
36
5
5
5
25
25
25
6
1
3
1
9
3
7
2
4
4
16
8
8
3
6
9
36
18
JUMLAH
Ξ£π = 24
Ξ£π = 36
Subjek
Ξ£π 2 =
Ξ£π = 24
Ξ£π 2 = 94
(Ξ£π)2 = 576
Ξ£π = 36
Ξ£π 2 = 176
(Ξ£π)2 = 1296
94
Ξ£π 2 = 176
Ξ£ππ = 120
Ξ£ππ = 120 Kemudian kita hitung rumus korelasi Products momen dengan angka kasar :
rxy =
πΞ£ππβ Ξ£π (Ξ£π) {πΞ£π 2 β
Ξ£π)2 {πΞ£π 2 β(Ξ£π)2 }
rxy = rxy = rxy = rxy =
8.120β24.36 8.94β576 {8.176β1296} 960β864 752β576 {1408β1296} 96 176 {112} 96 140,399
= 0,6837
Kemudian di masukan dalam rumus Spearman - Brown r11 =
2ππ₯π¦ (1+ππ₯π¦ )
= =
2(0,6837) (1+0,6837) 1,3674 1,6837
= 0.8121 EVALUASI BAB 7:
1. Kriteria untuk menentukan jawaban siswa pada soal pandangan dan sikap dalam ranah afektif adalah pada soal pandangan siswa di tuntut mengungkapkan ekspresi, perasaan dan pendapat pribadi terhadap hal-hal yang relatif sederhana tetapi bukan fakta. Sementara pada soal sikap atau nilai siswa di tanya mengenai responsnya yang melibatkan sikap atau nilai yang mendalam di sanubarinya dan guru meminta dia untuk mempertahankan pendapatnya. 2. Contoh butir soal untuk bidang studi fisika yang mengukur 6 jenis ranah kognitif: 1) Pengetahuan (mengingat) Pernyataan hukum III Newton adalah: a. Besar gaya berbanding lurus terhadap massa dan percepatan benda. b. Setiap aksinya terdapat reaksi yang sama besar dan arah berlawanan. c. Setiap aksi terdapat reaksi yang arah dan besarnya sama. d. Besar gaya yang menyebabkan sama dengan besar gaya yang diakibatkan 2) Pemahaman (menjelaskan) Sebutkan hal-hal apa saja yang mempengaruhi luas keping sejajar! 3) Penerapan/aplikasi
Sebuah benda terletak di muka sebuah lensa yang mempunyai jarak fokus 10 cm. Bayangan yang terjadi ternyata tegak, dan tingginya dua kali tinggi benda itu. Jarak antara benda dengan lensa adalah: a. 3,3 cm b. 5 cm c. 10 cm d. 15 cm e. 30 cm 4) Analisis Sebuah sumber daya 120 V, 60 Hz dihubungkan pada resistor non-induktif 800 Ξ© dan dengan kapasitor secara seri. Tegangan pada hambatan itu ternyata 102 V. a. Tentukan tegangan pada kapasitor itu? b. Berapakah reaktansi kapasitor itu? 5) Sintesis Soal sintesis juga bisa sama dengan soal analisis tergantung dari si pembuat soal (guru). Sebuah sumber daya 120 V, 60 Hz dihubungkan pada resistor non-induktif 800 Ξ© dan dengan kapasitor secara seri. Tegangan pada hambatan itu ternyata 102 V. c. Tentukan tegangan pada kapasitor itu? d. Berapakah reaktansi kapasitor itu? 6) Evaluasi B A
C Dari gambar di atas di manakah letak energi kinetik maksimal, energi potensial maksimal dan energi mekanik maksimal. Jelaskan! 3. langkah-langkah dalam menilai ranah psikomotor: 1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. 2) Sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Menurut Leighbody langkah-langkah dalam menilai ranah psikomotor adalah: 1) Kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja 2) Kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pekerjaan. 3) Kecepatan mengerjakan tugas. 4) Kemampuan membaca gambar dan atau simbol 5) Keserasian bentuk dengan yang di harapkan dan atau ukuran yang telah di tentukan.
EVALUASI BAB 8: 1. Pokok Bahasan : TIU : memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan. a. Perumusan TIK pada kurikulum tahun 1975 1. mendeskripsikan besaran pokok dan besaran turunan beserta satuannya. 2. Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya 3. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan b. Perumusan TIK pada kurikulum tahun 1984 1) Siswa mampu mendeskripsikan untuk selanjutnya dapat menerangkan kepada kawan-kawan sekelasnya tentang besaran pokok dan besaran turunan beserta satuannya. 2) Siswa mampu mendeskripsikan untuk selanjutnya menerangkan kepada kawan-kawan sekelasnya tentang suhu dan pengukurannya 3) Siswa dapat menjelaskan prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan melalui eksperimen. 2. menyuruh siswa untuk memahami TIK sebelum pelajaran dimulai, adalah kewajiban guru yang sudah mengikuti pembaharuan. a. Kebaikan dan kesulitan melaksanakan kewajiban Kebaikan Siswa
dapat
Kesulitan mengetahui
belajarnya.
arah Peserta
didik
memiliki
kemampuan yang berbeda
Guru mengetahui batas-batas tugas Keanekaragaman Peserta didik dan
wewenangnya
mengajarkan dalam hal IQ, EQ, dan SQ
suatu bahan.
menharuskan guru lebih berhatihati.
Guru mempunyai patokan dalam Guru dan peserta didik harus mengadakan penilaian kemajuan komunikatif belajar siswa.
b. Cara guru
dalam
menyampaikan ilmu.
melaksanakan kewajiban tersebut dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya adalah: 1. Guru menggunakan metode, model dan media yang tepat dalam mengajar. 2. Guru mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran agar waktu dalam mengajar tidak molor.
EVALUASI BAB 9: 1. Keuntungan dan kerugian tes buatan guru dan tes standar ditinjau dari guru, siswa dan pengelola: a. Tes buatan guru Keuntungan
Kerugian
Memperoleh suatu nilai
ο· Sistem
Siswa
skoringnya
kemungkinan adanya unsur subjektif. ο· Menentukan seberapa baik siswa
menguasai
ο· Guru
bahan
pelajaran Guru
masih
sukar
mengevaluasi
bahwa
tesnya masih belum
ο· Menentukan apakah suatu
sempurna.
tujuan telah tercapai ο· Keterampilan guru dalam menyusun
tes
akan
meningkat. Pengelola
ο·
ο·. ο·
b. Tes standar Keuntungan
Kerugian
ο· Membandingkan
ο· Hanya
menguji
siswa
dengan
prestasi Siswa
belajar
dengan pembawaan
pendekatan
individu.
linguistik dan logis
ο· Sistem
skoringnya
matematika.
sangat objektif. ο· Mempelajari Guru
ο· Tidak mengetahui
perkembangan siswa
suatu tujuan yang
dalam suatu periode
telah di capai.
waktu tertentu ο· Membandingkan prestasi
siswa
antara kelompok. ο· Untuk Pengelola
membuat
dapat
mengetahui apakah suatu tujuan sudah terpenuhi. ο· Hanya sedikit butir
perbandingan tentang
ο· Tidak
prestasi
belajar siswa ο· Sebagai ilustrasi
tes
untuk
setiap
keterampilan atau topik.
2. Melihat kondisi pendidikan di Indonesia sekarang ini, tidak mungkin dirintis adanya tes standar karena tes standar memiliki beberapa kekurangan serta kelemahan karena tes standar hanya menguji siswa dengan menggunakan pendekatan linguistik dan logis matematika sehingga siswa yang lemah dalam kedua jenis kecerdasan di atas cenderung tidak berhasil dengan baik bila harus menjalani tes standar sebagi satusatunya alat penilaian prestasi di sekolah. Sehingga hanya akan merugikan para peserta didik yang lemah di kedua kecerdasan tersebut jika di gunakan sebagai satusatunya alat penilaian.
EVALUASI BAB 10: 1. Fungsi tes yang paling mudah terpenuhi adalah fungsi untuk kelas karena akan mudah terlaksana.
2. Karena TIK-TIK tersebut merupakan acuan materi yang harus dikuasai oleh peserta didik, maka soal-soal yang di tulis harus sesuai dengan TIK-TIK tersebut agar siswa tidak kesulitan dalam mengerjakan soal-soal tersebut. 3. Apakah lembar jawaban merupakan sesuatu yang mutlak perlu?jelaskan jawaban saudara! Lembar jawaban merupakan sesuatu yang mutlak perlu jika soal dalam bentuk tulisan (tes
bentuk
tulis)
karena
lembar
jawaban
tes
merupakan
salah
satu
komponen/kelengkapan sebuah tes. 4. Sebab tiap nomor soal uraian mempunyai bobot sendiri adalah untuk membedakan tingkat kesukaran soal misalnya sukar, sedang dan mudah, sehingga memberikan skor secara adil kepada peserta didik berdasarkan kemampuannya masing-masing dalam menjawab soal-soal yang berbeda tingkat kesukarannya.
EVALUASI BAB 11: 1. Perbandingan jumlah butir soal antara bentuk objektif dan bentuk uraian biasanya 8:1, artinya untuk tes bahasa Indonesia soal pilihan ganda akan lebih banyak karena tes objektif dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari bentuk soal esay, maka soal bentuk objektif misalnya berjumlah 40 soal maka soal bentuk esay hanya berjumlah 5 soal. 2. Akibat banyak digunakannya tes bentuk objektif walaupun penyusunnya belum ahli adalah kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka, banyak kesempatan
untuk
main
untung-untungan,
soal-soalnya
cenderung
untuk
mengungkapkan ingatan. 3. Rumus menghitung skor dengan denda: a. Kebaikannya: mengantisipasi siswa yang memperoleh nilai tinggi namun diragukan kemungkinan adanya unsur tebakan dalam menjawab soal. b. Keburukannya : siswa yang memperoleh nilai tinggi akan merasa dirugikan karena skor yang di peroleh akan di kurangi misalnya yang awalnya dapat 8 karena adanya denda skornya menjadi 7, menggunakan skor dengan denda memungkinkan seorang siswa memperoleh skor negatif. 4. Sebab banyaknya pasangan jawab pada tes bentuk menjodohkan tidak boleh sama dengan banyaknya soal yaitu jumlah pilihan jawaban lebih banyak di bandingkan jumlah persoalan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi
informasi berdasarkan hubungan yang sederhana dan kemampuan mengidentifikasi menghubungkan antara dua hal. 5. βSebaiknya tes jangan diambil dari buku atau catatanβ di ubah menjadi pertanyaan : βsebaiknya kalimat.....tes jawaban diambil....buku atau catatanβ, dalam Bentuk soal isian tersebut kurang baik karena pada bagian yang di hilangkan/yang harus di isi oleh murid merupakan kata penghubung bukan pengertian. EVALUASI BAB 12: 1. Untuk memperoleh dua tes yang paralel, yang harus sama adalah materi yang di cakup, tabel spesifikasi dan taraf kesukaran soal. 2. Seorang penilai akan menyusun tes untuk 3 bab dari materi yang sudah diajarkan. ο Bab I : berbobot dua kali Bab 2, aspek yang diukur, seperlima hafalan, seperlima pengertian, dan tiga perlima aplikasi. ο Bab 2 : berbobot setengah dari bab 3, aspek yang diukur hanya pengertian dan aplikasi dengan bobot yang sama. ο Bab 3 : berbobot dua kali bab 2, aspek yang diukur hanya ingatan dan aplikasi dengan imbangan 1:3 Bantulah untuk menyusun tabel spesifikasinya! Misal Bab II berbobot 2 = 2/100 x 100% = 20% Maka Bab I berbobot 2 x Bab 2 = 2x2 = 4 =4/100 x 100% = 40% Maka Bab III berbobot 2 x Bab 2= 2x2 = 4 = 4/100 x 100% = 40% Kemudian kita misalkan akan membuat 40 soal maka langkah-langkah menyusun tabel spesifikasinya adalah sebagai berikut: Tabel spesifikasi untuk penyusunan tes fisika dasar Ingatan (I) BAB I 40% BAB II 20% BAB III 40% Jumlah 100%
Pemahaman (P)
Aplikasi (A)
Jumlah Butir Soal
A
B
C
...
D
E
F
...
G
H
I
...
...
BAB I : ingatan (hafalan) 20%, pemahaman (pengertian) 20%, Aplikasi 60% ο· Sel A = 20/100 x 16 = 3,2 (dibulatkan 3 soal ) ο· Sel B = 20/100 x 16 = 3,2 (dibulatkan 3 soal) ο· Sel C = 60/100 x 16 = 9,6 (dibulatkan 10 soal) BAB II : Ingatan (hafalan) 50%, Aplikasi 60% ο· Sel D = 0 ο· Sel E = 50/100 x 8 = 4 soal ο· Sel F = 50/100 x 8 = 4soal BAB III : Ingatan (hafalan) 25%, Aplikasi 75 % ο· Sel G = 25/100 x 16 = 4 soal ο· Sel H = 0 ο· Sel I = 75/100 x 16 = 12 soal. Kemudian setelah itu kita isikan hasil perhitungan di atas pada tabel spesifikasi di bawah ini: Ingatan (I) BAB I 40% BAB II 20% BAB III 40% Jumlah 100%
Pemahaman (P)
Aplikasi (A)
Jumlah butir soal
3
3
10
16
0
4
4
8
4
0
12
16
-
-
-
40
3. Agar di ketahui bahwa bahasanya cukup mudah di pahami maka penyusun tes harus bertanya kepada testee atau yang di uji dalam hal ini adalah peserta didik karena peserta didiklah yang akan mengerjakan soal.
EVALUASI BAB 13: 1. Tiga buah soal, pola jawabannya adalah sebagai berikut: No. Soal
Pilihan jawaban
Kelompok pemilih
1.
2.
3.
A
b *)
c
D
O
5
5
0
Atas
0
10
Bawah
1
12
3
4
0
Atas
2
20
0*)
3
5
Bawah
6
3
5
6
10
*)
Atas
15
10
5
0
0
Bawah
6
16
8
0
0
*) kunci jawaban
Penilaian terhadap butir-butir soal di atas adalah: Pilihan jawaban
Kelompok No. Soal
1.
jmlh
pemilih
A
B
c
D
O
Atas
0
10*)
5
5
0
20
Bawah
1
12
3
4
0
20
jumlah
1
22
8
9
0
40
Dari pola jawaban soal ini dapat dicari: 1. P =
22 40
= 0,55 (soal sedang)
2. D = PA β PB = 3. Distraktor :
10 20
22 40
β
12 20
= 0,1(baik)
x 100% = 55% (semua distraktor baik karena sudah dipilih oleh
lebih dari 5% pengikut tes). 4. Omit : sudah baik karena omit 0% Pilihan jawaban
Kelompok
No. soal
2.
A
B
c
D
O
Atas
2
20
0*)
3
5
30
Bawah
6
3
5
6
10
30
jumlah
8
23
5
9
15
60
Dari pola jawaban soal ini dapat dicari: 1. P =
5 60
Jumlah
pemilih
= 0,08 (soal sukar)
2. D = PA β PB =
0 30
β
5 30
= -0,16(tidak baik, jadi butir soal ini sebaiknya di buang
saja) 5
3. Distraktor :
x 100% = 8,33% (semua distraktor baik karena sudah dipilih oleh
60
lebih dari 5% pengikut tes). 15
4. Omit : No soal
60
x 100% = 25% (tidak baik karena lebih dari 10% pengikut tes). Pilihan jawaban
Kelompok
3.
Jumlah
pemilih
A
B
c
D
O
Atas
15*)
10
5
0
0
30
Bawah
6
16
8
0
0
30
jumlah
21
26
13
0
0
60
Dari pola jawaban soal ini dapat dicari: 1. P =
21 60
= 0,35 (soal sedang)
2. D = PA β PB = 3. Distraktor :
15 30
21 60
β
6 30
= 0,3(cukup)
x 100% = 35% (semua distraktor baik karena sudah dipilih oleh
lebih dari 5% pengikut tes). 4. Omit : sudah baik karena omit 0% 2. Matrik jawaban siswa sebagai berikut: Nomor soal
Nomor siswa dan kode
Skor yang
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dipero leh
1.
A
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
4
2.
B
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
5
3.
C
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
7
4.
D
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
5.
E
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
6.
F
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
8
7.
G
0
1
1
1
0
0
1
1
0
0
5
8.
H
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
8
4
7
4
4
6
5
2
7
4
5
Jumlah
Kemudian untuk mencari nilai P dan D setiap butir soal adalah sebagai berikut:
P=
B JS 4
5
Soal no 1, P = 8 = 0.5
Soal no 6, P = 8 = 0,625
7
2
Soal no 2, P = 8 = 0,875
Soal no 7, P = 8 = 0,25
4
7
Soal no 3, P = 8 = 0,5
Soal no 8, P = 8 = 0,875
4
4
Soal no 4, P = = 0,5
Soal no 9, P = = 0,5
8
8
6
5
Soal no 5, P = 8 = 0,75 D=
BA JA
-
BB JB
Soal no 10, P = 8 = 0,625
= PA β PB
Untuk mencari nilai D (daya pembeda) dari tabel di atas kita di buat urutan penyebarannya dari skor yang paling tinggi ke skor yang paling rendah sebagai berikut: Kelompok Atas ( JA )
ο·
Kelompok Bawah ( JB )
10
5
8
5
8
4
7
1
4 ORANG
4 ORANG
Soal no 1 : JA = 4 BA = 3
JB = 4 PA = 0,75
BB = 1
PB = 0,25
Maka D = PA β PB = 0,75 β 0,25 = 0,5
ο·
Soal no 2: JA = 4 BA = 3
JB = 4 PA = 0,75
BB = 4
PB = 1
Maka D = PA β PB = 0,75 β 1 = - 0.25
ο·
Soal no 3: JA = 4 BA = 3
JB = 4 PA = 0,75
BB = 1
PB =0,25
Maka D = PA β PB = 0,75 β 0,25 = 0,5
ο·
Soal no 4: JA = 4 BA = 3
JB = 4 PA = 0,75
BB = 1
PB =0,25
Maka D = PA β PB = 0,75 β 0,25 = 0,5
ο·
Soal no 5: JA = 4 BA = 4
JB = 4 PA = 1
BB = 2
PB = 0,5
Maka D = PA β PB = 1- 0,5 = 0,5
ο·
Soal no 6: JA = 4 BA = 4
JB = 4 PA = 1
BB = 1
PB = 0,25
Maka D = PA β PB = 1- 0,25 = 0,75
ο·
Soal no 7: JA = 4 BA = 1
JB = 4 PA = 0,25
BB = 1
PB = 0,25
Maka D = PA β PB = 0,25 β 0,25 = 0
ο·
Soal no 8: JA = 4 BA = 4
JB = 4 PA = 1
BB = 3
PB = 0,75
Maka D = PA β PB = 1- 0,75 = 0,25
ο·
Soal no 9: JA = 4 BA = 4
JB = 4 PA = 1
BB = 0
PB = 0
Maka D = PA β PB = 1- 0 = 1
ο·
Soal no 10: JA = 4 BA = 4
JB = 4 PA = 1
BB = 1
PB = 0,25
Maka D = PA β PB = 1- 0,25 = 0,75
EVALUASI BAB 14: 1. Jika soal terdiri dari bentuk benar-salah sebanyak 50 buah atau lebih sebaiknya dibuatkan lembar jawaban tes. Sebab soal dalam bentuk benar salah testee (tercoba) di minta melingkari huruf B atau S maka diperlukan lembar jawaban tes yang berbentuk urutan nomor serta huruf di mana kita menghendaki untuk melingkari. 2. Soal bentuk isian tidak dapat dibuatkan kunci skoring dengan melubangi kertas karena sebelum menyusun tes isian di tentukan terlebih dahulu pokok-pokok jawaban yang kita kehendaki. Dalam tes bentuk isian tidak ada jawaban yang pasti, jawaban yang diperoleh akan sangat beraneka ragam berbeda dari siswa satu dengan siswa yang lain jadi ada cara-cara tersendiri dalam mengoreksi tes bentuk isian bukan dengan melubangi kertas.
3. Kelemahan pada waktu mengoreksi soal bentuk uraian penilai membaca tiap-tiap satu soal untuk seluruh siswa adalah pelaksanaannya terlalu berat dan memakan banyak waktu. 4. Untuk siswa yang kurang cerdas, mempunyai kesempatan pula untuk memperoleh nilai baik, yaitu apabila guru menggunakan norma kelompok dalam penilainnya jelaskan bilamana siswa tersebut mendapat nilai tinggi? Bila siswa tersebut mendapat nilai tinggi maka nilai tersebut tidak bisa di jadikan untuk nilai akhir atau di jadikan patokan prestasi siswa tersebut. Karena terkadang dalam suatu kelompok hanya ada beberapa orang yang paham dan bisa sementara yang lainnya hanya sebagai peserta pasif, namun nilai yang di ambil adalah nilai kelompok bukan nilai per siswa maka akan merugikan siswa yang pandai atau siswa yang aktif dalam kelompok tersebut. EVALUASI BAB 15: 1. Penyebaran skor nilai matematika Skor
Orang
9
3
8,5
2
8
5
7,5
6
7
5
6,5
3
6
12
5,5
8
5
5
4
3 52
Skor-skor di atas merupakan skor mentah dalam bentuk desimal agar lebih mudah dalam perhitungan kita rubah dulu dalam bentuk puluhan sebagai berikut: 90, 90, 90, 85, 85, 80, 80, 80, 80, 80, 75, 75, 75, 75, 75, 75, 70, 70, 70, 70, 70, 65, 65, 65, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 55, 55, 55, 55, 55, 55, 55, 55, 50, 50, 50, 50, 50, 40, 40, 40. Penyelesaian: (menggunakan Penilaian Acuan Norma/PAN) 1. Penyusunan distribusi frekuensi
a) Menyusun skor terkecil sampai yang terbesar 40, 40, 40, 50, 50, 50, 50, 50, 55, 55, 55, 55, 55, 55, 55, 55, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 65, 65, 65, 70, 70, 70, 70, 70, 75, 75, 75, 75, 75, 75, 80, 80, 80, 80, 80, 85, 85, 90, 90, 90. b) Mencari Range (R) R = nilai maksimum β nilai minimumnya = 90 β 40 = 50 c) Mencari banyak interval kelas (k) k = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 52 = 1 + 3,3 (1,716) = 6,663 (di bulatkan 7) d) Mencari panjang interval kelas (i) i=
R k
=
50 6,663
= 7,5 (di bulatkan 8)
e) Menyusun daftar distribusi frekuensi Kelas interval
Frekuensi (f)
40 β 47
3
48 β 55
13
56 β 63
12
64 β 71
8
72 β 79
6
80 β 87
7
88 β 95
3
2. Menghitung rata-rata ( mean) Kelas interval
Frekuensi (f)
X
Fx
40 β 47
3
43,5
130,5
48 β 55
13
51,5
669,5
56 β 63
12
59,5
714
64 β 71
8
67,5
540
72 β 79
6
75,5
453
80 β 87
7
83,5
584,5
88 β 95
3
91,5
274,5
Jumlah
Ξ£ 52
Ξ£ 3366
X=
Ξ£ πΉπ₯ π
=
3366 52
= 64,730
3. Menghitung standar deviasi Kelas
F(
2
2
Frekuensi (f)
xβ²
40 β 47
3
+3
9
9
27
48 β 55
13
+2
26
4
52
56 β 63
12
+1
12
1
12
64 β 71
8
0
0
0
0
72 β 79
6
-1
-6
1
6
80 β 87
7
-2
-14
4
28
88 β 95
3
-3
-9
9
27
Jumlah
Ξ£ 52
interval
SD = i =8
Ξ£π π₯β²2 π 152 52
β(
Ξ£ππ₯ β² π
xβ²
xβ² )
Ξ£ 18
F(x β² )
Ξ£ 152
)2
18
β ( 52 )2
= 8 2,923 β ( 0,346)2 = 8 2,923 β 0,119 = 8 2,804 = 8 ( 1,674 ) = 13,392 Setelah kita menghitung mean (rata-rata) dan standar deviasi selanjutnya kita menyusun pedoman stanine, dan standar enam. a. Tentukan berdasarkan Stanine , berapa orang siswa yang termasuk ke dalam klasifikasi rata-rata? Skor mentah dari tabel di atas: Langkah-langkah menentukan skala stanine: 1. Mengubah skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala sembilan dengan rumus sebagai berikut: a. Mean + 1,75 SD ke atas = 9 = 64,73 + 1,75 ( 13,39) = 64,73 + 23,43 = 88,16 b. Mean + 1,25 SD ke atas = 8
= 64,73 + 1,25 ( 13,39) = 64,73 + 16,74 = 81,47 c. Mean + 0,75 SD ke atas = 7 = 64,73 + 0,75 ( 13,39) = 64,73 + 10,04 = 74,77 d. Mean + 0,25 SD ke atas = 6 = 64,73 + 0,25 ( 13,39) = 64,73 + 3,35 = 68,08 e. Mean - 0,25 SD ke atas = 5 = 64,73 - 0,25 ( 13,39) = 64,73 - 3,35 = 61,38 f. Mean - 0,75 SD ke atas = 4 = 64,73 - 0,75 ( 13,39) = 64,73 β 10,04 = 54,69 g. Mean - 1,25 SD ke atas = 3 = 64,73 - 1,25 ( 13,39) = 64,73 β 16,74 = 47,99 h. Mean - 1,75 SD ke atas = 2 = 64,73 - 1,75 ( 13,39) = 64,73 - 23,43 = 41,3 i.
Mean - 1,75 SD ke bawah = 1 = 64,73 - 1,75 ( 13,39) = 64,73 - 23,43 = 41,3
2. Membuat tabel konversi Skor mentah
Skala sembilan
88 ke atas
9
81-87
8
75-80
7
69-74
6
62-68
5
55-61
4
48-54
3
42-47
2
41 ke bawah
1
3. Mengkonversi skor-skor mentah menjadi nilai standar berskala sembilan. No
Skor
urut
mentah
1
Skala 9
No urut
Skor mentah
Skala 9
90
9
27
60
4
2
90
9
28
60
4
3
90
9
29
60
4
4
85
8
30
60
4
5
85
8
31
60
4
6
80
7
32
60
4
7
80
7
33
60
4
8
80
7
34
60
4
9
80
7
35
60
4
10
80
7
36
60
4
11
75
7
37
55
4
12
75
7
38
55
4
13
75
7
39
55
4
14
75
7
40
55
4
15
75
7
41
55
4
16
75
7
42
55
4
17
70
6
43
55
4
18
70
6
44
55
4
19
70
6
45
50
3
20
70
6
46
50
3
21
70
6
47
50
3
22
65
5
48
50
3
23
65
5
49
50
3
24
65
5
50
40
1
25
60
4
51
40
1
26
60
4
52
40
1
Yang bertanda warna ungu muda di atas adalah siswa-siswa yang tergolong dalam klasifikasi rata-rata yang di hitung berdasarkan stainine yaitu ada 26 siswa.
b. Berdasarkan standar 6 berapakah orang yang memperoleh nilai 9? Standar enam hampir sama dengan standar sembilan hanya saja nilainya hanya berkisar 4-6 saja. Di atas kita telah menghitung mean dan standar deviasi kemudian langkah berikutnya adalah Mengubah skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala enam dengan rumus sebagai berikut: 1.
Mean + 1,25 SD ke atas = 9 = 64,73 + 1,25 ( 13,39) = 64,73 + 16,74 = 81,47
2. Mean + 0,75 SD ke atas = 8 = 64,73 + 0,75 ( 13,39) = 64,73 + 10,04 = 74,77 3. Mean + 0,25 SD ke atas = 7 = 64,73 + 0,25 ( 13,39) = 64,73 + 3,35 = 68,08 4. Mean - 0,25 SD ke atas = 6 = 64,73 - 0,25 ( 13,39) = 64,73 - 3,35 = 61,38 5. Mean - 0,75 SD ke atas = 5 = 64,73 - 0,75 ( 13,39) = 64,73 β 10,04 = 54,69 6. Mean - 1,25 SD ke atas = 4 = 64,73 - 1,25 ( 13,39) = 64,73 β 16,74 = 47,99 Membuat tabel konversi : Skor mentah
Skala enam
81 ke atas
9
75 β 80
8
68 β 74
7
62 β 67
6
55 β 61
5
48 β 54
4
Berdasar perhitungan di atas maka berdasar standar enam yang memperoleh nilai 9 ada 5 orang
2. Masalah yang segera timbul dalam distribusi nilai ini adalah apabila terdapat pemusatan skor, yakni banyak siswa yang memiliki skor yang sama. Apa yang di maksud dengan β masalahβ ini? Masalah yang di maksud adalah adanya siswa yang memiliki rangking/kedudukan sama dikarenakan memiliki skor yang sama. 3. Tentukan dengan nilai staninesa, standar enam dan standar lima berdasarkan presentase yang ada bagi skor-skor di bawah ini: 76765848435267678966 67657849367768765876 87676753 487865767658 Perhatikan langkah-langkah yang harus di ambil sebelum menentukan persentase bagi tiap nilai: Langkah pertama kita rubah skor-skor di atas dalam bentuk puluhan sebagai berikut: 70, 60, 70, 60, 50, 80, 40, 80, 40, 30, 50, 20, 60, 70, 60, 70, 80, 90, 60, 60 60, 70, 60, 50, 70, 80, 40, 90, 30, 60, 70, 70, 60, 80, 70, 60, 50, 80, 70, 60 80, 70, 60, 70, 60, 70, 50, 30, 40, 80, 70, 80, 60, 50, 70, 60, 70, 60, 50, 80 1. Staninesa Penyelesaian: (menggunakan Penilaian Acuan Norma/PAN) 1. Penyusunan distribusi frekuensi a. Menyusun skor terkecil sampai yang terbesar 20, 30, 30, 30, 40, 40, 40, 40, 50, 50, 50, 50, 50, 50, 50, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 70, 70, 70, 70, 70, 70, 70, 70, 70, 70, 70, 70, 70, 70, 70, 70, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 90, 90. b. Mencari Range (R) R = nilai maksimum β nilai minimumnya = 90 β 20 = 70 c. Mencari banyak interval kelas (k) k = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 60 = 1 + 3,3 (1,78) = 6,87 (di bulatkan 7) d. Mencari panjang interval kelas (i) i=
R k
=
70 6,87
= 10,18 (di bulatkan 11)
e. Menyusun daftar distribusi frekuensi Kelas interval
Frekuensi (f)
20 β 30
4
31 β 41
4
42 β 52
7
53 β 63
17
64 β 74
16
75 β 85
10
86 β 96
2
2. Menghitung rata-rata ( mean) Kelas interval
Frekuensi (f)
X
Fx
20 β 30
4
25
100
31 β 41
4
36
144
42 β 52
7
47
329
53 β 63
17
58
986
64 β 74
16
69
1104
75 β 85
10
80
800
86 β 96
2
91
182
Jumlah
Ξ£ 60
X=
Ξ£ πΉπ₯ π
=
3645 60
Ξ£ 3645
= 60,75
3. Menghitung standar deviasi Kelas
F(
2
2
Frekuensi (f)
xβ²
20 β 30
4
+3
12
9
36
31 β 41
4
+2
8
4
16
42 β 52
7
+1
7
1
7
53 β 63
17
0
0
0
0
64 β 74
16
-1
-16
1
16
75 β 85
10
-2
-20
4
40
86 β 96
2
-3
-6
9
18
Jumlah
Ξ£ 60
interval
xβ² )
Ξ£ -15
xβ²
F(x β² )
Ξ£ 133
SD = i
Ξ£π π₯β²2 π 133
=8
60
β(
β(
Ξ£ππ₯ β² π
)2
β15 2 ) 60
= 8 2,23 β ( β0,25)2 = 8 2,23 β 0,0625 = 8 2,168 = 8 ( 1,472 ) = 11,78 Setelah kita menghitung mean (rata-rata) dan standar deviasi selanjutnya kita menyusun pedoman stanine. Langkah-langkah menentukan skala stanine: 4. Mengubah skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala sembilan dengan rumus sebagai berikut: a. Mean + 1,75 SD ke atas = 9 = 60,75 + 1,75 ( 11,78) = 60,75 + 20,62 = 81,37 b. Mean + 1,25 SD ke atas = 8 = 60,75 + 1,25 ( 11,78) = 60,75 + 14,73 = 75,48 c. Mean + 0,75 SD ke atas = 7 = 60,75 + 0,75 ( 11,78) = 60,75 + 8,84 = 69,59 d. Mean + 0,25 SD ke atas = 6 = 60,75 + 0,25 ( 11,78) = 60,75 + 2,95 = 63,7 e. Mean - 0,25 SD ke atas = 5 = 60,75 - 0,25 ( 11,78) = 60,75 - 2,95 = 57,8 f. Mean - 0,75 SD ke atas = 4 = 60,75 - 0,75 ( 11,78) = 60,75 β 8,84 = 51,91 g. Mean - 1,25 SD ke atas = 3 = 60,75 - 1,25 ( 11,78)
= 60,75 β 14,73 = 46,02 h. Mean - 1,75 SD ke atas = 2 = 60,75 - 1,75 ( 11,78) = 60,75 - 20,62 = 40,13 i.
Mean - 1,75 SD ke bawah = 1
= 60,75 - 1,75 ( 13,39) = 60,75 - 20,62 = 40,13 5. tabel konversi Skor mentah
Skala sembilan
81 ke atas
9
75 β 80
8
70 β 74
7
64 β 69
6
58 β 63
5
52 β 57
4
46 β 51
3
40 β 47
2
40 ke bawah
1
6. Mengkonversi skor-skor mentah menjadi nilai standar berskala sembilan. No
Skor
urut
mentah
1
Skala 9
No urut
Skor mentah
Skala 9
90
9
31
60
5
2
90
9
32
60
5
3
80
8
33
60
5
4
80
8
34
60
5
5
80
8
35
60
5
6
80
8
36
60
5
7
80
8
37
60
5
8
80
8
38
60
5
9
80
8
39
60
5
10
80
8
40
60
5
11
80
8
41
60
5
12
80
8
42
60
5
13
70
7
43
60
5
14
70
7
44
60
5
15
70
7
45
60
5
16
70
7
46
50
3
17
70
7.
47
50
3
18
70
7
48
50
3
19
70
7
49
50
3
20
70
7
50
50
3
21
70
7
51
50
3
22
70
7
52
50
3
23
70
7
53
40
2
24
70
7
54
40
2
25
70
7
55
40
2
26
70
7
56
40
2
27
70
7
57
30
1
28
70
7
58
30
1
29
60
5
59
30
1
30
60
5
60
20
1
Dari tabel di atas dapat di ketahui sebagai berikut; Skala sembilan
Jumlah siswa
9
2 orang
8
10 orang
7
16 orang
6
0
5
17 orang
4
0
3
7 orang
2
4 orang
1
4
0rang
2. Standar Enam Dari standar enam kita telah menghitung nilai mean dan standar deviasi maka selanjutnya kita mengubah skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala enam dengan rumus sebagai berikut: a. Mean + 1,25 SD ke atas = 9
= 60,75 + 1,25 ( 11,78) = 60,75 + 14,73 = 75,48 b. Mean + 0,75 SD ke atas = 8 = 60,75 + 0,75 ( 11,78) = 60,75 + 8,84 = 69,59 c. Mean + 0,25 SD ke atas = 7 = 60,75 + 0,25 ( 11,78) = 60,75 + 2,95 = 63,7 d. Mean - 0,25 SD ke atas = 6 = 60,75 - 0,25 ( 11,78) = 60,75 - 2,95 = 57,8 e. Mean - 0,75 SD ke atas = 5 = 60,75 - 0,75 ( 11,78) = 60,75 β 8,84 = 51,91 f. Mean - 1,25 SD ke atas = 4 = 60,75 - 1,25 ( 11,78) = 60,75 β 14,73 = 46,02 Membuat tabel konversi : Skor mentah
Skala sembilan
Jumlah siswa
76 ke atas
9
12 orang
70 β 75
8
16 orang
64 β 69
7
-
58 β 63
6
17 orang
52 β 57
5
-
46 β 51
4
7 orang
Jadi, dengan menggunakan standar enam siswa yang memiliki skor 3 dan 4 menjadi tidak memperoleh nilai. 3. Standar Lima Misalkan kita gunakan skor maksimum berdasarkan kunci jawaban = 90, kita gunakan Pedoman Acuan Penilaian (PAP). Pedoman konversi yang di gunakan dalam mengubah skor mentah menjadi skor standar pada norma absolut skala lima adalah: Tingkat penguasaan
Skor standar
90% - 100%
A
80% - 89%
B
70% - 79%
C
60% - 69%
D
59%
F
Berdasarkan kunci jawaban skor maksimum = 90, maka: Penguasaan 90% = 0,90 x 90 = 81 Penguasaan 80% = 0,80 x 90 = 72 Penguasaan 70% = 0,70 x 90 = 63 Penguasaan 60% = 0,60 x 90 =54 Dengan demikian di peroleh tabel konversi sebagai berikut: Skor mentah
Skor standar
80 β 90
A
72 β 79
B
63 β 71
C
54 β 62
D
> 53
F
Berdasarkan tabel di atas untuk 6o orang siswa tersebut, jadi: Siswa yang memperoleh skor 80 dan 90 berarti nilainya A (12 orang) Siswa yang memperoleh skor 70 berarti nilainya C (16 0rang) Siswa yang memperoleh skor 60 berarti nilainya D (17 orang) Siswa yang memperoleh skor 20, 30, 40 dan 50 berarti nilainya F atau tidak lulus (15 orang) EVALUASI BAB 16: 1. Cara βcara yang digunakan untuk menentukan kedudukan siswa selalu mendapatkan siswa dengan nomor satu: a. karena seperti di contohkan dalam buku evaluasi karya suharsimi ari kunto hal. 270, bahwa tini yang memiliki kedudukan nomor satu karena memiliki jumlah nilai paling banyak sementara ani memiliki nilai paling sedikit memiliki kedudukan paling bawah. Setelah di hitung dengan z-score ketentuannya lain bahwa tini justru memperoleh kedudukan paling bawah dan ani memiliki kedudukan paling atas. Jadi dengan z-score tidak selalu siswa dengan nomor satu juga akan memperoleh kedudukan atas.
b. Jika dibandingkan dengan standar penilaian standar yang di gunakan adalah standar relatif karena kedudukan seorang siswa selalu di bandingkan dengan kawan-kawannya dalam kelompok. 2. Dengan menggunakan simple rank, akan selalu ada anak nomor ke-1 dimana anak yang memperoleh nomor ke-1 adalah anak yang memperoleh skor tertinggi, sementara untuk anak yang memiliki nomor ke-n misalnya tidak selalu ada nomor ke3 jika nilai di urutkan dari tertinggi sampai nilai terendah bilamana anak ada yang memiliki skor sama, maka akan memiliki nomor urut/ranking sama. Sehingga ada nomor-nomor urut/ranking yang ke-n digunakan sebagai nomor urut. Karena nomor urut di ambil dari penjumlahan nilai yang sama di bagi dengan banyaknya nilai yang sama nah inilah yang di gunakan sebagai nomor urut berikutnya. 3. Menurut saya yang lebih baik adalah menentukan ranking untuk satu kelas, karena dalam satu kelas bidang studi yang ditempuh sama dan tingkat kesulitannya pun sama jadi lebih mudah untuk melihat siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai dan dalam memberikan ranking dari siswa yang nilainya paling tinggi sampai yang nilainya paling rendah. Namun untuk ranking kelas-kelas paralel setingkat misalnya kita membuat ranking untuk kelas Ipa dan Ips tentu saja bidang studinya berbeda dan tingkat kesulitannya pun berbeda untuk kelas Ipa tingkat kesulitannya lebih tinggi. Jadi jika di buat ranking paralel kemungkinan siswa yang memperoleh ranking di kelas belum tentu memperoleh ranking 1 di kelas paralel tentunya merugikan siswa tersebut. 4. Nilai empat orang siswa sebagai berikut: Sita : 8 ,7, 9, 6, 9 Narti : 7 ,8 ,8 , 8 , 8 Tono : 9, 9, 9, 6, 6 Liza : 7, 7, 7, 9, 9 Untuk mencari siswa yang menduduki ranking teratas adalah sebagai berikut: Nilai untuk bidang studi dari 4 orang siswa Bidang studi
A
B
C
D
E
Jumlah
Nomor
sita
8
7
9
6
9
39
I
Narti
7
8
8
8
8
39
I
Nama Siswa
Tono
9
9
9
6
6
39
I
Liza
7
7
7
9
9
39
I
SD
0,96
0,96
0,96
1,5
1,41
Melihat keadaan nilai empat siswa tersebut, tampak bahwa jumlah seluruh nilai untuk ke empat siswa tersebut sama maka untuk menentukan siswa yang menduduki ranking teratas adalah dengan menggunakan z-score sebagai berikut: X NILAI A =
31
X NILAI B =
31
X NILAI C =
33
4 4
= 7,75
X NILAI D =
29
= 7,75
X NILAI E =
32
4 4
= 7,25 =8
= 8,25
4
Kemudian kita mencari nilai Z: Z=
XβM SD
β» Sita : ZA=
ZB=
ZC=
8β7,75 0,96
7β7,75 0,96
9β8,25 0,96
= 0,26
ZD=
= - 0,78
ZE=
6β7,25 1,5
9β8 1,41
= 0,83
= 0,71
= 0,78
β» Narti ZA=
ZB=
ZC=
7β7,75 0,96
8β7,75 0,96
8β8,25 0,96
8β7,25
= -0.78
ZD=
= 0,26
Z E = 1,41 = 0
1,5
= 0,5
8β8
= β0,26
β» Tono ZA=
ZB=
9β7,75 0,96
8β7,75 0,96
6β7,25
= 1,30
ZD=
= 1,30
Z E = 1,41 = β1,41
1,5
6β8
= β0,83
ZC=
9β8,25 0,96
= 0,78
β» Liza ZA=
ZB=
ZC=
7β7,75
7β7,75 0,96
7β8,25 0,96
9β7,25
= -0,78
ZD=
= β0,78
Z E = 1,41 = 0,71
0,96
1,5
= 1,16
9β8
= β1,30
Tabel z-score untuk 5 bidang studi dari 4 orang siswa Bidang Studi A
B
C
D
E
Jumlah
Nama
No mor
Sita
0,26
-0,78
0,78
-0,83
0,71
0,14
II
Narti
-0,78
0,26
-0,26
0,5
0
-0,28
III
Tono
1,30
1,30
0,78
-0,83
-1,41
1,14
I
Liza
-0,78
-0,78
-1,30
1,16
0,71
-0,99
IV
Jumlah
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Diketahui yang semula jumlah skor empat siswa tersebut sama setelah di hitung dengan z-score nampak bahwa siswa yang memiliki kedudukan teratas atau nomor satu adalah Tono dengan jumlah 1,14.
EVALUASI BAB 17: 1. Saya setuju bahwa fungsi instruksional dalam penilaian juga berfungdi paedagogis (berfungsi mendidik) karena secara instruksional pemberian nilai akhir berfungsi memberikan umpan balik yang mencerminkan seberapa jauh peserta didik telah dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam program pengajaran. 2. Yang digunakan adalah standar relatif karena nilai usaha ini seorang siswa tetap dibandingkan dengan siswa yang lainnya. 3. Menurut saya adanya tiga kolom dalam nilai yaitu prestasi, rata-rata kelas dan usaha di dalam rapor cara ini sudah baik karena dengan di tampilkannya ketiga kolom
tersebut akan lebih memudahkan siswa dan orang tua mengenai prestasi-prestasi peserta didik dalam berbagai bidang studi, dan adanya rata-rata kelas akan nampak terlihat bahwa bidang studi tertentu yang rata-ratanya rendah dan usaha setiap siswa tertentu berbeda biasanya dengan simbol A,B,C sehingga dapat memotivasi siswa. 4. Nilai tugas perlu dipertimbangkan dalam menentukan nilai akhir dan tidak bisa di jadikan patokan sebagai nilai yang valid. Karena biasanya tugas yang di berikan terhadap peserta didik sebagai tugas individu namun tetap dikerjakan secara berkelompok lebih parahnya lagi terkadang ada sejumlah peserta didik yang malas hanya copy paste atau menjiplak jawaban teman sehingga siap jadi atau instan. EVALUASI BAB 18: 1. Rapor yang pada umumnya di gunakan di Indonesia adalah rapor/laporan lengkap dimana laporan ini tidak hanya berisi prestasi atau nilai siswa saja Namun juga berisi aspek-aspek pribadi yang lain misalnya kejujuran, kebersihan, kerajinan, sikap sosial, kebiasaan bekerja, kepercayaan terhadap diri sendiri, disiplin, ketelitian dan lain sebagainya. 2. Jika ingin membandingkan prestasi seluruh siswa untuk satu bidang studi yang tampak adalah ranking, karena dari satu bidang studi tersebut akan nampak urutan nilai dari yang tertinggi sampai nilai yang terendah untuk seluruh siswa jadi akan nampak jelas anak yang tergolong pandai pada bidang studi tersebut yang berada di ranking teratas atau pada urutan teratas. 3. Jika ingin membandingkan prestasi seorang siswa untuk berbagai bidang studi, yang tampak adalah profil, karena dengan profil prestasi belajar ini akan nampak jelas nilai seorang siswa pada berbagai bidang studi yang di gambarkan dengan bentuk grafik atau diagram batang sehingga dapat melukiskan prestasi belajar peserta didik dalam beberapa aspek psikologi dari suatu bidang studi. 4. Sebab laporan dengan profil lebih jelas daripada dengan angka adalah karena dengan menggunakan profil prestasi belajar akan nampak lebih jelas tingkat penguasaan materi setiap siswa untuk berbagai bidang studi, karena tingkat prestasi siswa disajikan dalam bentuk grafik atau diagram sehingga mudah di baca.
5. Profil prestasi belajar 10 orang siswa dalam berbagai bidang studi: Nama siswa
Mapel
mea
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
n
6
6
8
7
8
8
7
6
7
7
7
Matematika
6
4
6
5
4
4
3
4
5
5
4,6
Ipa
7
6
7
6
7
6
7
6
7
6
6,5
Ips
6
8
7
6
6
6
8
8
8
8
7,1
6
5
7
6
6
5
7
6
7
5
6
Bahasa Indonesia
Bahasa Daerah
Mencari mean:
Mencari presentase, misalkan nilai maksimum adalah 10: 70
X Bahasa Indonesia : 10 = 7 46
X Matematika : 10 = 4,6 65
70 10 46 10 65
X IPA : 10 = 6,5
10
71
71
X IPS : 10 = 7,1
10 60
X Bahasa Daerah : 10 = 6,0
60 10
π₯ 100% = 70% x 100%= 46% π₯ 100% = 65% π₯ 100% = 71% π₯ 100% = 60%
Profil prestasi belajar siswa dalam bentuk diagram batang. Mean: 10.00 9.50 9.00 8.50 8.00 7.50 7.00 6.50 6.00 5.50 5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50
Series 3 Series 2 Series 1
Atau dengan cara lain yaitu: Bidang Studi Bahasa Tingkat
Indonesia
Matematika IPA
IPS
Bahasa Daerah
Penguasaan 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10
EVALUASI BAB 19: 1. Menurut saya kebijaksanaan sekolah dapat dijadikan objek atau sasaran evaluasi program karena kebijaksanaan sekolah juga akan berpengaruh terhadap lengkap atau tidaknya sarana prasarana yang digunakan dalam pembelajaran. Salah satu pertanyaan yang tepat adalah apakah kebijaksanaan sekolah juga berpengaruh terhadap evaluasi program?. 2. Seandainya saya berstatus sebagai Kepala Sekolah: a. Pimpinan sekolah dapat melalui forum rapat bersama para guru dalam menyebarkan pengetahuan dan keterampilan tentang evaluasi program. b. Untuk dapat melakukan evaluasi program meski hanya sederhana yaitu dengan cara
guru
menyusun
rencana
evaluasi
sekaligus
menyusun
instrumen
pengumpulan data. c. Staf pimpinan mengadakan evaluasi terhadap program yang telah disusun dengan cara membuat acuan singkat dan sederhana yang disusun dalam bentuk pertanyaan melalui angket dan lain sebagainya, dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan memperoleh umpan terhadap apa yang dilakukan.
3. Saya setuju apabila program sekolah dievaluasi oleh evaluator luar karena evaluator luar tidak mempunyai data sekolah secara lengkap, maka penilaian akan bersifat objektif. Yang saya usulkan sebagai evaluatornya adalah guru-guru dari sekolah lain. Evaluasi bisa di laksanakan oleh evaluator luar pada saat ujian akhir semester.