Tulisannya Dewa Eka Prayoga

  • Uploaded by: Muhammad Zudin
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tulisannya Dewa Eka Prayoga as PDF for free.

More details

  • Words: 1,087
  • Pages: 5
Loading documents preview...
GARA-GARA ORANG INI, HIDUP SAYA BERUBAH BAGAIKAN BUMI DAN LANGIT!!!

"Kang, akang dimana? Saya boleh ketemu gak? Saya baru aja kena masalah..."

Itulah kali pertama Saya memberanikan diri untuk mengirim message kepada beliau setelah sebelumnya kenal di salah satu pelatihan di kota Bogor. Entah kenapa, tiba2 Saya kepikiran orang ini dan pengen curhat sama dia. Padahal sebelumnya gak terlalu akrab2 amat...

Ya, saat itu Saya baru saja menghadapi kenyataan bahwa Saya kena kasus penipuan. Alhasil, mental Saya ancur lebur dan stress berat mengingat total kerugian yang Saya alami lebih dari 7 miliar...

Bayangkan...

Jika seandainya Anda menjadi Saya, harus mengganti rugi uang investor sebanyak itu dan berhubungan dengan 645+ orang di Indonesia. Bahkan, setiap hari sejak kejadian itu handphone Saya tak berhenti berdering karena banyaknya teror dan ancaman dari mereka akan membawa kasus ini ke ranah hukum dan memenjarakan Saya jika uang mereka tak dikembalikan dalam waktu cepat. Dan gara-gara itu, Saya pun harus bolak balik kantor polisi selama 1 minggu untuk menuntaskan kasus ini.

Setelah permasalahan hukum selesai, Saya mencoba mencari solusi gimana caranya Saya bisa bangkit dan survive lagi. Karena setelah kejadian itu, semua aset Saya terpaksa dijual untuk mentutupi beberapa investor yang "brutal" mendatangi Saya dan mengancam akan mencemarkan nama baik Saya serta menggunakan kekerasan. Saat itu Saya hanya bisa pasrah.... T_T

Tapi sepasrah-pasrahnya orang bangkrut dan punya masalah, tetap aja hati gak bisa tenang. 3 bulan Saya gak bisa ngapa2in ibarat seekor kecoa yang terjungkil dan tidak bisa gerak. Terlebih, Saya ditinggal oleh 40 orang tim mediasi Saya dan mereka malah justru menikam Saya dari belakang dan tak mau tahu...

Untungnya, Saya punya kawan baru yang tulus membersamai Saya saat bangkrut. Dia adalah kang Rendy Saputra, CEO KeKe Busana dan Mentor http://bit.ly/gurudewa.

Ada banyak hal yang Saya syukuri karena sudah mengenal beliau, diantaranya:

1. MEYAKINKAN, Disaat yang Lain Meremehkan

Saat jatuh, Saya bingung mau berbuat apa. Saya blank, gak kebayang. Apalagi terus-terusan menerima ancaman, bahkan sampai ancaman pembakaran rumah dan hal2 horror lainnya.

Bayangin, pas kondisi begitu, boro2 bisa berpikir jernih, yang ada justru makin frustasi dengan keadaan. Sampai pada akhirnya Saya dipertemukan dalam sebuah mastermind di kota Bandung dan Saya mulai dapat ide mau ngapain.

Ya, saat itu Saya hanya bisa menjalankan apa yang Saya bisa. Apakah itu? Mengajar. Mengingat basic pendidikan Saya adalah guru, maka Saya ingin menjadi guru bisnis Saya untuk kawan2 UKM di Indonesia. Misinya sederhana, supaya kawan2 gak bernasib sama dengan Saya, rugi miliaran dan gagal terus2an....

Giliran Saya curhat di sesi mastermind untuk memutuskan jadi seorang business coach, salah satu kawan menyampaikan bahwa mentor Saya yang lainnya berkata padanya tentang Saya,

"Si Dewa itu gak pantes jadi Business Coach..."

Hanya 1 kalimat, tapi "nusuk" di hati Saya. Satu2nya harapan Saya ketika itu pun hampir pupus gara2 kalimat tersebut. Sampai pada akhirnya Saya curhat ke kang Rendy di salah satu warteg di Bandung sembari diajak makan malam. Sambil menahan air mata, Saya berkata:

"Kang, katanya Saya gak pantes jadi Business Coach... Kayanya gak jadi deh"

Sambil mengelus2 pundak, kang Rendy berkata sembari meyakinkan Saya,

"Wa, kamu gak usah dengerin apa kata mereka. Lanjutin aja! Kamu punya potensi. Kawan2 UKM butuh bantuan orang yang tulus kaya kamu.. Kakak percaya kamu bisa..."

Sejak tepukan pundak itulah, karir business coach Saya dimulai, hingga saat ini... Gara2 orang ini.

2. MEMBERSAMAI, Disaat yang Lain Menjauhi

Ya, disaat yang lain meninggalkan Saya, justru dia malah mendekat dan membersamai Saya. Saya bahkan sering diajak jalan ke Bogor untuk melihat dia bagaimana proses konsultasi bisnis terjadi.

Dan selama perjalanan Bandung-Bogor, seperti biasa, Saya cuma diam dan bingung mau ngomong apa. Gilirang ngomong, pasti ujung2nya ngeluh. Sampai ketika itu kang Rendy kembali memotivasi Saya sambil nyetir,

"Wa, kamu lihat tuh jalan di jalur puncak ini. Di depan penuh banget sama kabut. Jarak pandang kita paling cuma 100 meter. Gak keliatan. Gak kebayang di depan ada mobil atau enggak. Tapi kita yakin, kalau kita jalan terus, kita pasti nyampe ke Bogor. Yakin!"

Sambil Saya mikir maksudnya apa, kang Rendy melanjutkan,

"Nah ini sama kaya jalan hidupmu, Wa.... Kamu mungkin sekarang gak kebayang gimana cara beresin tuh 7 miliar dari mana. Tapi kamu mesti yakin, masalahnya pasti selesai. Tugasmu cuma jalanin aja, entar juga beres...."

Bayangin kalau Anda jadi Saya...

Disaat Saya kehilangan semuanya dan dijauhi banyak orang, kang Rendy kok malah mau-maunya membersamainya Saya yang jelas2 saat itu gak punya apa2, selain keluhan demi keluhan yang keluar dari mulut Saya... T_T

3. MENYUNTIKKAN ENERGI, Disaat yang Lain Mencaci Maki

Kalau Anda tahu bagaimana rasanya dituduh dan disalahkan, itulah yang Saya alami ketika itu. SMS dan sosial media penuh dengan hujatan. Saya seperti biang masalah karena telah meraibkan uang mereka. Padahal jelas2, Saya pun adalah korban. Tapi mereka tidak mau tahu akan hal itu. Cacian dan makian terus berdatangan, seolah tiada akhir...

Lagi2, selain keluarga, tak ada satu orangpun yang mau support dan memberikan motivasi. Hampir semua dari mereka justru menyalahkan bahkan "mensyukuri" (syukur lo! syukurin.... Sukurin...!!)

Untungnya, kang Rendy selalu menyuntikkan energi di setiap sesi pertemuan kami. Bahkan Saya pun diajak untuk ikut kelas mentoringnya saat itu,

"Tapi kang, kelas akang kan harus bayar. Saya kan gak punya uang untuk bayar investasinya..."

Tanpa pikir panjang, kang Rendy langsung bilang,

"Halah, udah.... Kamu ikut aja. Ikuti kelas mentoring kakak setiap Selasa malam jam 7 di ruang audi inspira. Kakak tunggu..."

Ya Allah... Ternyata itu cara dia untuk bisa mengenalkan Saya dengan kawan2 peserta lainnya, agar Saya mempunyai kawan baru, dan tetap terjaga energi positifnya.

Masih banyak episode yang tak terceritakan selama kang Rendy membersamai Saya saat jatuh. Alhasil, gara2 Allah perkenalkan Saya dengannya, hidup Saya berubah bagaikan bumi dan langit.

Mungkin jika saat itu Saya sudah nyerah, gak akan ada yang namanya Billionaire Coach yang sudah membantu ribuan pengusaha di kelas seminar dan trainingnya di Indonesia...

Mungkin jika saat itu Saya sudah pasrah, gak akan ada buku2 bisnis yang dipasarkan oleh Billionaire Store yang sudah mencerahkan puluhan ribu pengusaha di Indonesia hingga saat ini...

Mungkin jika saat itu mental Saya tidak berubah, gak akan ada yang namanya Dewa Eka Prayoga yang komitmen berbagi dengan kawan2 di Indonesia melalui grup Jago Jualan ini...

Terimakasih kang Rendy karena udah membersamai Saya dari dulu hingga kini.. Semoga Allah permudah urusan engkau dan Allah cahayai hidupmu dengan keberkahan. Aamiin....

Dan untuk kawan2 yang baca status panjang Saya ini, semoga Allah pertemukan Anda dengan orang2 yang tulus membersamai Anda untuk lebih baik lagi dan lebih dekat dengan-Nya. Aamiin...

Gak perlu dishare, kecuali perlu...

Semoga bermanfaat.

P.S.

Mau belajar dari beliau langsung? Silakan daftar di sekolah bisnis onlinenya disini >> http://bit.ly/gurudewa. Nyesel, uang kembali.

Related Documents


More Documents from "nirma ayu"

Hizib Siti Mariam.pdf
February 2021 1
Asma Raja Daud.docx
January 2021 2
Asma Bahroini.pdf
February 2021 0