Tumor Otak: Referat

  • Uploaded by: goro
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tumor Otak: Referat as PDF for free.

More details

  • Words: 6,950
  • Pages: 38
Loading documents preview...
REFERAT

TUMOR OTAK

Pembimbing : dr. Ananda Setiabudi, SpS Disusun oleh: Delima Cheryka 030.10.072

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH PERIODE 10 OKTOBER – 12 NOVEMBER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena atas rahmatNya penulis dapat menyelesaikan referat ini. Referat ini disusun guna memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Saraf di RSUD Budhi Asih. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Ananda Setiabudi Sp.S, yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan referat ini. Tak lupa juga ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada rekan-rekan seperjuangan di kepaniteraan ini, serta kepada semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penulis. Dengan penuh kesadaran dari penulis, meskipun telah berupaya semaksimal mungkin untuk menyelesaikan referat ini, namun masih terdapat kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga referat ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua.

Jakarta,

Oktober 2016

Penulis

LEMBAR PERSETUJUAN REFERAT

Referat dibawah ini : Judul

: Tumor Otak

Penyusun

: Delima Cheryka, S.Ked

NIM

: 030.10.072

Universitas

: Fakultas Kedokteran Trisakti

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Syaraf Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih.

Jakarta,

Dr. Ananda Setiabudi, Sp.S

Oktober 2016

Delima Cheryka, S.Ked

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Tumor otak atau tumor intrakranial merupakan neoplasma atau proses desak

ruang (space occupying lession atau space taking lession) yang timbul di dalam rongga

tengkorak

baik

di

dalam

kompartemen

supratentorial

maupun

infratentorial Berdasarkan data statistik, angka insidensi tahunan tumor intrakranial di Amerika adalah 16,5 per 100.000 populasi per tahun, dimana separuhnya (17.030) adalah kasus tumor primer yang baru dan separuh sisanya (17.380) merupakan lesi-lesi metastasis. Di Indonesia dijumpai frekuensi tumor otak sebanyak 200220 kasus/tahun dimana 10% darinya adalah lesi metastasis. Insidensi tumor otak primer bervariasi sehubungan dengan kelompok umur penderita. Angka insidens ini mulai cenderung meningkat sejak kelompok usia dekade pertama yaitu dari 2/100.000 populasi/tahun pada kelompok umur 10 tahun menjadi 8/100.000 populasi/tahun pada kelompok usia 40 tahun; dan kemudian meningkat tajam menjadi 20/100.000 populasi/tahun pada kelompok usia 70 tahun untuk selanjutnya menurun lagi. Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor ke jaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari jaringan otak. Walaupun demikian ada beberapa jenis tumor yang mempunyai predileksi lokasi sehingga memberikan gejala yang spesifik dari tumor otak. Dengan pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi hampir pasti dapat dibedakan tumor benigna dan maligna.

Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding perempuan (39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai ≥60 tahun (31,85 persen); selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen) yang dioperasi dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Anatomi Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak atau

encephalon adalah sentral supervisori dari sistem syaraf/pusat supervisori dari system syaraf sentral vertebrata, yang terletak pada kepala.Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya. (8) Otak dapat dibagi ke dalam otak besar (cerebrum), batang otak(brainstem), dan otak kecil (cerebellum): (2)

Gambar 1. Bagian-bagian otak 1.

Cerebrum Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut

dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ juga ditentukan oleh kualitas bagian ini. Cerebrum secara

terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.  Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.(6)  Lobus Parietal merupakan bagian tengah otak, lobus parietalis membantu seseorang untuk mengidentifikasi objek dan memahami hubungan spasial (dimana tubuh seseorang dibandingkan dengan benda-benda di sekitar orang tersebut). Lobus parietalis juga terlibat dalam interpretasi rasa sakit dan sentuhan pada tubuh  Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara dan terlibat dalam memori,ucapan, dan indra penciuman.  Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata. Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga terdiri atas bagian kiri dan kanan yang disebut hemispherium Cerebri. Kedua bagian itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir rasional.

2.

Cerebellum Terletak dibawah Cerebrum dan dibelakang otak. Cerebellum

mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.(9) 3.

Batang otak (brainstem) Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga

kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya. Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur “perasaan teritorial” sebagai insting primitif. Contohnya anda akan merasa tidak nyaman atau terancam ketika orang yang tidak Anda kenal terlalu dekat dengan anda. Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:  Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.  Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga

sebaliknya. Medulla mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.  Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.

Gambar 2. Gambaran ptongan medial otak dan batang otak

Otak dilindungi oleh tulang tengkorak dan ditutupi oleh 3 membran yang disebut meningen.Otak juga dilindungi oleh cairan serebrospinal, yang diproduksi oleh pleksus khoroideus, yang masuk ke dalam 4ventrikel dan rongga antara meningen. Cairan serebrospinal membawa nutrient dari darah ke otak dan membawa kembali zat-zat yang tidak diperlukan lagi dari otak ke darah.Otak terdiri dari beberapa tipe sel, setiap tipe mempunyai fungsinya masing-masing. Ketika sel kehilangan kemampuan untuk mengontrol pertumbuhannya dan sel-sel diluar suatu massa jaringan disebut tumor.

2.2

Sirkulasi darah otak Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi

oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Dan dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk system anastomosis, yaitu sirkulus wilisi. Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis kira kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kisma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti

nukleus

kaudattus

dan

putamen

basal

ganglia,

kapsula

interna,korpus kolosum dan bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk kortes somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis, dan frontalis korteks serebri. Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk basilaris, arteri basilaris terus berjalan sampai

setinggi

otak

tengah,dan

disini

bercabang

menjadi

dua

membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata,pons, serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular. Sistim vena sentral terdiri atas: Aliran vena serebral eksternal atau superficial dan aliran vena serebral atau profunda. Kedua sistim vena ini mengalirkan darah ke dalam sinus venosus. Anastomose banyak terjadi antara dua kelompok ini melalui anyaman pembuluh didalam substansi sinusvenosus melalui ekstrakranial

vena

otak. Dari

emisries darah balik ini diteruskan ke vena

Gambar 3. Arteri pada daerah otak 2.3

Definisi Tumor Otak Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)

ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut

tumor

otak

primer

dan

bila

berasal

dari

organ-organ

lain

(metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder. (5) Tumor adalah adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel memiliki mekanisme perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis jika kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri.Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat

memicu

terjadinya

kanker.Tumor

otak

adalah

suatu

pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak merupakan penyakit yang menyerang otak manusia, yang merupakan pusat kendali dari tubuh manusia, sehingga tumor otak pada umumnya dapat mengganggu fungsi organ tubuh lain bahkan dapat menyebabkan kematian. Tumor otak dapat bersifat benigna dan maligna.Tumor intrakranial (termasuk lesi desak ruang) bersifat jinak maupun ganas, dan timbul dalam otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak berasal dari jaringan neuronal, jaringan otak

penyokong,

sistem

retikuloendotelial,

lapisan

otak dan

jaringan

perkembangan residual, atau dapat bermetastasis dari karsinoma sistemik. Metastasis otak ditandai oleh keganasan sistemik dari kanker paru, payudara, melanoma, limfoma dan kolon. Tumor otak dapat terjadi pada semua usia; dapat terjadi pada anak kurang dari 10 tahun, tetapi paling sering terjadi pada dewasa usia dekade

kelima

dan

enam.

Pasien yang

bertahan

ganas jumlahnya tidak berubah banyak selama 20 tahun terakhir

Gambar 4. Tumor otak primer

dari

tumor otak

2.4

Epidemiologi Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma

seluruh tubuh, dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di Amerika di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit Umum. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan.Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan puncak usia 40-65 tahun.(5) Tumor otak primer hanya 2 ± 3% dari seluruh jumlah kanker pada orang dewasa. Kira-kira 18.000 kasus baru pasien tumor otak dan dengan kematian 14.000. pada anak-anak tumor otak primer kira-kira 25% dari seluruh tumor. Tumor otak dapat terjadi pada setiap umur, dari penelitian, tumor otak sering terdapat pada anak-anak 3 ± 12 tahun dan pada dewasa sekitar 40 ± 70 tahun. (2) 2.4

Etiologi Kebanyakan tumor otak primer adalah tidak diketahui penyebabnya.

Pelbagai kemungkinan sebagai factor penyebab seperti merokok, pemakanan, pekerjaan dan penggunaan telefon gengam telah dilakukan penelitian dengan tiada bukti kausatif terkait tumor. Sesetangah tumor otak dikaitkan dengan kelainan genetic. (1) Hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti,walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu : 1.

Herediter Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpaipada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhanbaru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

2.

Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest ) Bangunan-bangunan

embrional

berkembang menjadi bangunan-

bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.

Perkembangan

abnormal

itu

dapat

terjadi

pada

kraniofaringioma, teratomaintrakranial dan kordoma. 3.

Radiasi Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu

terjadinya

suatu

glioma.

Pernah

dilaporkan

bahwa

meningiomaterjadi setelah timbulnya suatu radiasi. 4. Virus Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksivirus dalam

proses

terjadinya

neoplasma,

tetapi

hingga

saat

ini

belumditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat. 5. Substansi-substansi Karsinogenik Penyelidikan

tentang

substansi

karsinogen

sudah

lama

dan

luasdilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti

methylcholanthrone,

nitroso-ethyl-urea.

Ini

berdasarkan

percobaan yang dilakukan pada hewan. (5)

2.5

Klasifikasi Tumor Otak Tumor otak memiliki banyak klasifikasi, diantaranya : a. Klasifikasi tumor, terbagi dua yaitu : (2)

Tabel 1. Klasifikasi Tumor Otak Tumor Jinak (Benigna) Tumor Ganas (Maligna)  Tidak terdapat sel kanker  Mengandung sel kanker 

Biasanya dapat diangkat dan



Menganggu fungsi vital dan

tidak berulang

mengancam nyawa



Batas tegas





Bersifat tidak menginvasi ke jaringan

sekitar

dapatmenekan sensitive

dari

tapi

daerah

yang

otak

dan

mengakibatkangejala 



ke jaringan sekitar otak 

Seperti tanaman, tumor maligna mempunyai akar yang tumbuhke dalam jaringan otak yang sehat



Bila terletak di daerah vital dari otak dan menganggu fungsi

Tumbuh cepat dan menginvasi

Tumor

otak

maligna

bisa

encapsulated 

Contoh:

vital maka dapat dipikirkan

a. Astrocytoma (grade 2, 3, 4)

suatu keganasan.

b. Oligodendroglioma

Contoh:

c. Apendymoma

a. Acoustic neuroma b. Meningioma c. Pituitary adenoma d. Astrocytoma (grade I)

b. Klasifikasi tumor otak menurut lokasi, yaitu : 

Supratentorial, yaitu tumor yang terletak di atas tentorium serebelli



Infratentorial atau subtentorial, yaitu tumor yang terletak dibawah tentorium serebelli dalam fossa Kranni Posterior

Gambar 5. Letak tumor otak supratentorial dan infratentorial

Gambar 6. Klasifikasi tumor otak menurut lokasi

c. Klasifikasi tumor otak menurut WHO berdasarkan histopatologik :

d. Pembagian tumor menurut asal sel, yaitu 1. Tumor otak primer -

Tumor yang berasal dari jaringan otak

-

Diklasifikasikan berdasarkan tipe jaringan asal, yaitu : 1) Glioma 

Astrositoma, yaitu : Tumor otak yang berasal dari astrosit, yaitu sel kecil seperti bintang, pada orang dewasa terdapat pada secebrum dan pada anak-anak dapat terjadi di batang otak, serebrum dan serebellum. Merupakan 25% dari seluruh tumor otak



Pilositik

astrositoma,

yaitu

non-infiltrating

astrositoma,

berdiferensiasi, baik, jarang berubah, mampu diangkat semua dengan operasi. Pada anak banyak pada Cerebellum, dan pada orang dewasa banyak terdapat pada Korteks serebri. 

Glioblastoma Multiforme, yaitu tumor otak yang tumbuh cepat, berasal dari astrosit, astroblas, spongioblas. Banyak pada usia 45 – 55 tahun. Prognosis buruk



Ependimoma, berasal dari sel ependim yang ada di dinding ventrikel, dapat juga terjadi di Medulla spinalis. Bisa terdapat pada semua umur, terutama pada anak-anak dan dewasa



Oligodendroglioma, berasal dari sel yang menghasilkan myelin untuk melindungi saraf, yang bermula dari serebrum. Tumbuh lambat dan tidak menyebar ke jaringan otak disekeliling. Sering terjadi pada usia pertengahan pada dewasa tetapi bisa terdapat pada semua umur

2) Medulloblastoma, sebelumnya diduga berasal dari sel glia, tetapi pada penelitian disimpulkan bahwa tumor ini berasal dari sel saraf yang primitif yang secara normal tidak ada pada tubuh setelah lahir, kadang disebut Primitif Neuro Ektoderma Tumor (PNET). Sering terdapat di Serebellum. Sering terjadi pada anak-anak terutama anak laki-laki dan puncak berada pada 3 – 5 tahun. Cenderung metastasis relatif tinggi

3) Meningioma, berasal dari Meningen, bersifat jinak karena tumbuhnya sangat lambat dan otak mampu untuk menerima adanya meningioma, sering tumbuh sampai cukup besar baru memberikan gejala. Banyak terdapat pada wanita antara 30 – 50 tahun 4) Schwannoma, tumor jinak berasal dari sel Schwan, yang menghasilkan myelin yang melindungi saraf akustikus untuk pendengaran. Banyak pada orang dewasa, dan ternyata 2 kali lipat lebih banyak pada wanita daripada laki-laki 5) Craniopharingioma, tumor berasal dari kelenjar pituitary dekat hipotalamus, karena dapat menekan atau merusak hipotalamus dan dapat menyebabkan gangguan fungsi vital dan banyak terdapat pada anak-anak dan dewasa. 6) Germ Cell Tumor, berasal dari sel primitif sel kelamin atau dari germ sel, sering disebut Germinoma 7) Tumor Pineal, terjadi disekitar kelenjar pineal, yaitu suatu organ yang kecil di dekat pusat otak. Tumbuh lambat (Pineositoma), dapat tumbuh cepat (Pineoblastoma). Daerah pineal sulit dicapai dan sering tidak dapat diangkat 2. Tumor otak sekunder -

Tumor yang tumbuh ketika kanker menyebar dari tempat lain ke otak dan menyebabkan tumor otak

-

Tumor sekunder tidak sama dengan tumor otak primer, karena sel yang terdapat pada tumor otak sekunder mirip dengan sel asal tumor metastasis tersebut yang abnormal

-

Terapi tergantung pada asal tumor dan perluasan penyebaran tumor, umur, keadaan umum pasien, respon terhadap pengobatan sebelumnya

e. Pembagian stadium tumor otak, menurut diferensiasi tumor yang tampak secara mikroskopis :



Derajat I

: Sifat kurang agresif, tumbuh lambat, gambar sel

hampir normal, bila dilakukan operasi maka merupakan terapi yang efektif 

Derajat II : Relatif tumbuh lambat, ada sel yang abnormal di bawah mikroskop, menginvasi jaringan normal, dapat timbul kembali bila



diangkat Derajat III: Cenderung tumbuh lebih cepat, menginfiltrasi dan dapat



timbul kembali bila diangkat Derajat IV: Tumbuh sangat cepat, bersifat agresif, gambaran bizarre pada mikroskop

2.6

Gejala Klinis Tumor Otak Tumor otak menunjukkan manifestasi klinik yang tersebar. Tumor ini dapat

menyebabkan peningkatan TIK serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari tumor yang menggangu bagian spesifik dari otak. Gejala-gejala peningkatan TIK disebabkan oleh tekanan yang berangsurangsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah ganguan keseimbangan yang nyata antara otak, cairan serebrospinal dan darah serebral. Sebagai akibat pertumbuhan tumor, maka kompensasi penyesuaian diri dapat dilakukan melalui penekanan pada vena-vena intrakranial, melalui penurunan volume cairan serebrospinal ( Dengan meningkatkan absorbsi dan menurunkan produksi ), penurunan sedang pada aliran darah serebral dan menurunkan masa jaringan otak intraseluler dan ekstraseluler. Bila kompensasi ini semua gagal, maka pasien mengalami tanda dan gejala peningkatan TIK. Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit kapala, muntah, papiledema (“Choked disc” atau edema saraf optik), perubahan kepribadian dan adanya variasi penurunan fokal motorik, sensori dan disfiungsi saraf kranial. Gejala klinik pada tumor intrakranial dibagi dalam 3 kategori, yaitu : Gejala klinik umum, gejala klinik lokal, dan gejala lokal yang menyesatkan (False lokalizing features).

1.

Gejala Klinik Umum Gejala umum timbul karena peningkatan tekanan intrakranial atau akibat

infiltrasi difus dari tumor. Gejala yang paling sering adalah sakit kepala, perubahan status mental, kejang, nyeri kepala hebat, papil edema, mual dan muntah. Tumor maligna (ganas) menyebabkan gejala yang lebih progresif daripada tumor benigna (jinak). Tumor pada lobus temporal depan dan frontal dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran yang sangat besar tanpa menyebabkan defisit neurologis, dan pada mulanya hanya memberikan gejalagejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus parietal dan oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dulu baru kemudian memberikan gejala umum. a. Nyeri Kepala Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher. b. Perubahan Status Mental Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan tumor lobus frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma. c. Seizure Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada tumor di lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus parietal dan temporal. Tipe dari kejang dapat memberikan tanda lokasi dari tumor sebagai contohnya pada lesi parietal menyebabkan kejang parsial sederhana, di

mana dapat menjadi generalisata sekunder, lesi temporal medial menyebabkan kejang parsial kompleks dan sebagainya. (3) Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta meransang korteks motorik. Kejang yang sifatnya local sukar dibedakan kejang akibat lesi otak lainnya, sedangkan kejang yang sifatnya umum atau genera sukar dibedakan dengan kejang kerana epilepsy. Tapi bila kejang terjadi pertama kali pada usia dekade III dari kehidupan harus diwaspadai kemungkinan adanya tumor. (7) d. Edema Papil Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan teknik neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap. e. Muntah Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan adanya massa intrakranial. 2.

Gejala Klinik Lokal Manifestasi lokal terjadi pada tumor yeng menyebabkan destruksi parenkim,

infark atau edema. Juga akibat pelepasan faktor-faktor ke daerah sekitar tumor (contohnya : peroksidase, ion hydrogen, enzim proteolitik dan sitokin), semuanya dapat menyebabkan disfungsi fokal yang reversibel.  Tumor Kortikal Tumor lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang umum yang diikuti paralisis pos-iktal. Meningioma kompleks atau parasagital dan glioma frontal khusus berkaitan dengan kejang. Tanda lokal tumor frontal antara lain disartri, kelumpuhan kontralateral, dan afasia jika hemisfer dominant

dipengaruhi. Anosmia unilateral menunjukkan adanya tumor bulbus olfaktorius.

 Tumor Lobus Temporalis Gejala tumor lobus temporalis antara lain disfungsi traktus kortikospinal kontralateral, defisit lapangan pandang homonim, perubahan kepribadian, disfungsi memori dan kejang parsial kompleks. Tumor hemisfer dominan menyebabkan afasia, gangguan sensoris dan berkurangnya konsentrasi yang merupakan gejala utama tumor lobus parietal. Adapun gejala yang lain diantaranya disfungsi traktus kortikospinal kontralateral, hemianopsia/ quadrianopsia inferior homonim kontralateral dan simple motor atau kejang sensoris.  Tumor Lobus Oksipital Tumor lobus oksipital sering menyebabkan hemianopsia homonym yang kongruen. Kejang fokal lobus oksipital sering ditandai dengan persepsi kontralateral episodic terhadap cahaya senter, warna atau pada bentuk geometri.  Tumor pada Ventrikel Tiga dan Regio Pineal Tumor di dalam atau yang dekat dengan ventrikel tiga menghambat ventrikel atau aquaduktus dan menyebabkan hidrosepalus. Perubahan posisi dapat meningkatkan tekanan ventrikel sehingga terjadi sakit kepala berat pada daerah frontal dan verteks, muntah dan kadang-kadang pingsan. Hal ini juga menyebabkan gangguan ingatan, diabetes insipidus, amenorea, galaktorea dan gangguan pengecapan dan pengaturan suhu.  Tumor Batang Otak Terutama ditandai oleh disfungsi saraf kranialis, defek lapangan pandang, nistagmus, ataksia dan kelemahan ekstremitas. Kompresi pada ventrikel empat menyebabkan hidrosepalus obstruktif dan menimbulkan gejala-gejala umum.

 Tumor Serebellar Muntah berulang dan sakit kepala di bagian oksiput merupakan gejala yang sering ditemukan pada tumor serebellar. Pusing, vertigo dan nistagmus mungkin menonjol. 3.

Gejala Lokal yang Menyesatkan (False Localizing Features) Gejala lokal yang menyesatkan ini melibatkan neuroaksis kecil dari lokasi

tumor yang sebenarnya. Sering disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial, pergeseran dari struktur-struktur intrakranial atau iskemi. Kelumpuhan nervus VI berkembang ketika terjadi peningkatan tekanan intrakranial yang menyebabkan kompresi saraf. Tumor lobus frontal yang difus atau tumor pada korpus kallosum menyebabkan ataksia (frontal ataksia). 2.7

DIAGNOSA Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita

tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti. 

Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang Bagi seorang ahli bedah saraf dalam menegakkan diagnosis tumor otak adalah dengan mengetahui informasi jenis tumor, karakteristiknya, lokasinya,

batasnya,

hubungannya

dengan

sistem

ventrikel,

dan

hubungannya dengan struktur vital otak misalnya; sirrkulus willisi dan hipotalamus. Selain itu, juga diperlukan periksaan radiologis canggih yang invasive maupun non invasive. Pemeriksaan non invasive mencakup CTScan dan MRI bila perlu diberikan kontras agar dapat mengetahui batasbatas tumor. Pemeriksaan invasif seperti angiografi serebral yang dapat memberikan gambaran sistem pendarahan tumor, dan hubungannya dengan sistem pembuluh darah sirkulus willisi. Penegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti. Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di

atas. Misalnya; ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit lapangan pandang. Setelah diagnosa klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan yang spesifik untuk memperkuat diagnosa dan mengetahui letak tumor. -

Foto tulang tengkorak, dapat memperlihatkan defisit kalsium yang ada dalam beberapa tipe tumor. Dapat memperlihatkan perubahan dalam tulang yang disebabkan oleh sel tumor

-

Lumbal pungsi

-

EEG

-

Mielografi

-

Angiografi atau arteriografi

-

CT-Brain (Computerized Tomography Scanning Brain) CT Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasen yang diduga menderita tumor otak. Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi tumor yang berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranil. Gambaran CT Scan pada tumor otak, umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya tumor otak dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis tumor akan terlihat lebih nyata bila pada waktu pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian zat kontras.

-

MRI (Magnetic Resonance Imaging)

-

PET (Position Emission Tomography) Penilaian CT Scan pada tumor otak: Tanda proses desak ruang:



Pendorongan struktur garis tengah otak



Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel



Kelainan densitas pada lesi:



Hipodens



Hiperdens atau kombinasi



Kalsifikasi, perdarahan



Edema perifokal

2.8

Penanganan Tumor Otak Pemilihan tindakan penanganan yang dapat dilakukan pada penderita tumor

otak tergantung dari beberapa faktor, antara lain :  Kondisi umum penderita  Tersedianya alat yang lengkap  Pengertian penderita dan keluarga  Luasnya metastasis Adapun terapi dan modalitas penanganan terhadap tumor otak mencakup tindakan-tindakan: 

Terapi Kortikosteroid Biasanya deksametason diberikan 4 – 20 mg intravena setiap 6 jam untuk mengatasi edema vasogenik (akibat tumor) yang menyebabkan TTIK. Peranan nya masih kontroversial dalam terapi TTIK. Beberapa efek samping yang dapat timbul adalah berkaitan dengan penggunaan steroid lama seperti: penurunan kekebalan, supresi adrenal, hiperglikemia, hipokalemia, alkalosis metabolic, retensi cairan, penyembuhan luka yang



terlambat, psikosis, miopatia, ulserasi lambung, dan hipertensi. Terapi operatif Tindakan yang bertujuan untuk mendapatkan diagnosa pasti dan dekompresi internal, mengingat bahwa obat-obatan antiedema otak tidak dapat diberikan secara terus-menerus. Persiapan prabedah, penanganan pembiusan, teknik operasi dan penanganan pascabedah sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan penanganan operatif terhadap



tumor otak. Terapi konservatif o Radioterapi Tindakan ini untuk tumor-tumor susunan saraf pusat kebanyakan menggunakan sinar X dan sinar Gamma, disamping juga radiasi lainnya seperti: proton, partikel alfa, neutron, dan pimeson.

Keberhasilan terapi radiasi pada tumor ganas otak diperankan oleh beberapa faktor: 1. Terapi yang baik dan tidak melukai struktur kritis lainnya 2. Sensitivitas sel tumor dengan sel normal 3. Tipe sel yang disinar 4. Metastasis yang ada 5. Kemampuan sel normal untuk repopulasi, dan 6. Restrukturisasi dan reparasi sel kanker sewaktu interval antarfraksi radiasi. o Kemoterapi Peranan kemoterapi tunggal untuk tumor ganas otak masih belum mempunyai nilai keberhasilan yang bermakna sekali. Saat ini yang menjadi titik pusat perhatian modalitas terapi ini adalah tumortumor otak jenis astrositoma (Grade III dan IV) glioblastoma dan astrositoma anaplastik beserta variannya. Ada beberapa obat kemoterapi untuk tumor ganas otak yang saat ini beredar di kalangan medis yaitu: HU (hidroksiurea), 5-FU (5-Fluorourasil), PCV (prokarbazin, CCNU, Vincristine), Nitrous Urea (PCNU, BCNU/Karmustin, CCNU/lomustin, MTX (metotrksat), DAG (dianhidrogalaktitol) dan sebagainya. Potensi kemoterapi pada susunan saraf di samping didasarkan oleh farmakologi sendiri juga perlu dipertimbangkan aspek farmakokinetiknya (transportasi obat mencapai target) mengingat adanya sawar darah otak. Pemberian kemoterapi dapat dilakukan melalui intra-arterial (infuse, perfusi), melalui intratekal/intraventrikuler (punksi lumbal, punksi sisterna, via pudentz/omyama reservoir); atau intra tumoral. o Immunoterapi Yang mendasari modalitas terapi ini adalah anggapan bahwa tumbuhnya suatu tumor disebabkan oleh adanya gangguan fungsi immunologi tubuh sehingga diharapkan dengan melakukan restorasi sistem imun dapat menekan dapat menekan pertumbuhan tumor. 2.9

DIAGNOSIS BANDING

Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap proses desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas, sehingga agak sukar membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut : -

Abses intraserebral Epidural hematom Hipertensi intrakranial benigna Meningitis kronik

2.10 Prognosis Tumor Otak Prognosis tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di Negaranegara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahaun (10 years survival) berkisar 30-40%.

BAB III ASTROSITOMA dan MENINGIOMA 3.1

Astrositoma Astrositoma merupakan tumor susunan saraf pusat otak primer dengan

frekuensi kasus 17-30% dari semua glioma dan 11-13% dari seluruh tumor otak. Tumor ini berasal dari sel astrosit yang merupakan bagian dari jaringan penunjang otak. Sel ini dinamakan astrosit karena bentuknya yang menyerupai bintang. Astrocytomas berkembang dari sel glia yang berbentuk seperti bintang disebut astrosit, bagian dari jaringan yang mendukung otak. (9) Pada orang dewasa terdapat

pada serebrum dan pada anak-anak dapat terjadi di batang otak, serebrum dan serebellum.

Gambar 7. Astrositoma Ada berbagai jenis astrocytomas, dan lesi ini diklasifikasikan menjadi beberapa kategori sesuai dengan gambara sel di bawah mikroskop. Klasifikasi ini penting karena, gambaran astrocytoma yang akan sering memprediksi sifat dari sel serta prognosis pada pasien. Skema derajat berdasarkan karakteristik histopatologi telah yang telah ditemukan, termasuk system penilaian Bailey dan Cushing , nilai Kernohan I-IV, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kelas I-IV, dan Anne / Mayo St kelas 1-4. Kawasan tumor menunjukkan tingkat terbesar anaplasia digunakan untuk menentukan kelas histologis tumor. Praktek ini didasarkan pada asumsi bahwa bidang anaplasia terbesar menentukan perkembangan penyakit. Pada skema penilaian WHO diterima secara luas di mana bergantung pada penilaian atypia nuklir, aktivitas mitosis, selluler, proliferasi pembuluh darah, dan nekrosis. WHO grade I sesuai dengan astrocytoma pilocytic, WHO grade II sesuai dengan kelas rendah (difus ) astrocytoma, WHO kelas III sesuai dengan astrocytoma anaplastik, dan WHO kelas IV sesuai dengan glioblastoma (GBM). (9) Astrositoma sering menginfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista dalam berbagai ukuran. Walaupun menginfiltrasi bagian otak namun efeknya pada fungsi otak hanya sedikit sekali pada permulaan penyakit. Pada umumnya astrositoma tidak bersifat ganas, walaupun dapat mengalami perubahan

keganasan berupa glioblastoma, yaitu suatu astrositoma yang sangat ganas.tumortumor ini pada umumnya tumbuh lambat. Oleh karena itu penderita sering tidak datang berobat walaupun tumor sudah berjalan bertahun-tahun. Astrositoma derajat I memperlihatkan gambaran astrosit yang tidak banyak berbeda dengan astrosit normal, hanya saja jumlahnya berbeda, sehingga kepadatannya dalam suatu daerah menonjol. Astrositoma derajat II,III, dan IV secara berturut-turut memperlihatkan segi-segi keganasan yang meningkat. Astrositoma derajat III menggambarkan gambaran histologik yang sudah mitotik, infiltratif dan ekspansif sehingga banyak necrosis dan hemoragik terjadi. Apalagi astrositoma derajat IV, berbagai jenis sel dalam tahap mitosis dijumpai baik dalam formasi yang khas, maupun yang tersebar secara tidak teratur dengan banyak nekrosis dan hemoragi, maka astrositoma derajat III dan IV diberi nama tersendiri yaitu glioblastoma multiform. Sampai timbul gejala (missal: serangan epilepsy maupun nyeri kepala). Eksisi bedah lengkap pada umumnya tidak dapat dilakukan kerana tumor bersifat invasif tapi bersifat residif terhadap radiasi. Durasi gejala astrositoma Grade I rata-rata: 21 bulan sedangkan Grade II: 11 bulan. Walaupun sakit kepala dan muntah bukanlah merupakan keluhan yang tersering, namun 72% astrositoma serebrum mempunyai keluhan ini, dimana 11% diantaranya cenderung melibatkan nyeri sebelah saja (75% darinya ipsilateral terhadap tumor). Muntah dijumpai pada kira-kira 31% kasus. Gejala awal yang sering adalah kejang (40-75%), baik kejang umum maupun fokal. Kejang ini merupakan akibat insufisiensi aliran darah yang sesaat menimbulkan elektrik yang berlebihan. 19% penderita menunjukkan gejala paresis atau paralisa, 55% parese fasial dan 41% parese tungkai. Gambaran histopatologi pada low grade astrocytoma adalah memiliki gambaran sel multipolar dan multinuklear yang atipik. Sedangkan, gambaran CTScan yang merupakan suatu revolusi dalam mendiagnosis astrositoma dengan akurasi 100% pada low grade astrocytoma tergambar lesi yang hipodens dengan sedikit atau bahkan tidak terdapat massa tumor.

Gambar 8. Gambaran Histopatologi Low Grade Astrocytoma

Gambar 9. Gambaran CT-Scan Low Grade Astrocytoma Gradasi Astrositoma :  Grade I (Astrositoma Pilositik) Tumor ini tumbuh secara lambat dan sering berkista. Tumor ini sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda. Tumor ini merupakan tumor glial yang tersering pada anak, sekitar 10% melibatkan bagian serebral dan 85% mengenai serebellum. Lokasi yang paling sering dijumpai, pada: nervus optikus, kiasma optikum, hipotalamus, ganglia basalis, hemisfer serebri, serebellum, dan batang otak. Gambaran histologinya: berupa sel-sel bipolar dengan serat Rosenthal dan sel-sel multipolar yang tampak kehilangan teksturnya dengan mikro kista dan granular bodies.  Grade II (Astrositoma Difus) Karakteristik tumor ini adalah tumbuhnya lambat dan menginfiltrasi struktur otak di dekatnya. Sekitar 35% tumor otak astrositik adalah jenis

ini. Biasanya mengenai orang-orang usia dewasa muda dan cenderung untuk menjadi ganas ke arah astrositoma anaplastik da glioblastoma. Lokasi tumor ini bisa di mana saja, namun paling sering di daerah serebelar. Gambaran histopatologis tumor ini berupa fibrilasi yang berdiferensiasi baik atau gemistositik neoplastik astrosit. Terdapat varian histologis: astrositoma fibrilari, astrositoma gemistositik.  Grade III (Astrositoma Anaplastik) dan Grade IV (Glioblastoma Multiforme) Termasuk astrositoma maligna. Biasanya muncul secara sporadik tanpa kecenderungan familial maupun keterlibatan faktor lingkungan. Akan tetapi, keduanya dapat menjadi faktor penyulit pada beberapa kelainan genetic seperti neurofibromatosis tipe 1 dan 2, syndrome Li-Fraumeni, dan syndrome Turcot. Gambaran mikroskopis tumor ini; tampak adanya peningkatan selularitas, nukleus atipik, dan aktifitas mitosis yang meningkat dibandingkan dengan astrositoma difus (Grade II). Sedangkan pada glioblastoma multiforme, secara mikroskopik akan tampak bersifat anaplastik, seluler glioma berdiferensiasi buruk, dan juiga seringkali terlihat sel tumor astrosit pleomorfik dengan nukleus atipik dan aktifitas mitosis yang tinggi. Patofisiologi Tumor ini akan menyebabkan penekanan ke jaringan otak sekitarnya, invasi dan destruksi terhadap parenkim otak. Fungsi parenkim akan terganggu karena hipoksia arterial maupun vena, terjadi kompetisi pengambilan nutrisi, pelepasan produk metabolisme, serta adanya pengaruh pelepasan mediator radang sebagai akibat lanjut dari hal tersebut diatas. Efek massa yang ditimbulkan dapat menyebabkan gejala defisit neurologis fokal berupa kelemahan suatu sisi tubuh, gangguan sensorik, parese nervus kranialis atau bahkan kejang.

Astrocytoma low grade yang merupakan grade II klasifikasi WHO akan tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan bentuk yang maligna. Tumor doubling time untuk astrocytoma low grade kira-kira 4 kali lebih lambat

dibandingkan

dengan

astrocytoma

anaplastic

(grade

III

astrocytoma ). Sering diperlukan waktu beberapa tahun antara gejala awal hingga diagnosa low grade astrocytoma ditegakkan, interval ini kira-kira 3,5 tahun. Astrocytoma low grade ini seringkali disebut diffuse astrocytoma WHO grade II. Astrositoma memiliki banyak tipe dan menyerang berbagai umur di mana lesi massa ditemukan dimana saja dan dapat menimbulkan gejala dimana tumor tersebut berada. Jika tidak diobati dengan benar, astrositoma dapat menyebabkan kematian. Kematian terjadi karena herniasi tentorium dari desakan massa. Gejala-gejala klinik Kejang-kejang umum merupakan manifestasi utama yang seringkali dijumpai, walaupun secara retrospektif dapat djumpai gangguan-gangguan lain terlebih dahulu seperti kesulitan berbicara, perubahan sensibilitas, gangguan penglihatan atau motorik Pada tumor low grade astrositoma kejang-kejang dijumpai pada 80% kasus dibandingkan high grade sebesar 30%. Jika dibandingkan dengan astrocytoma anaplastic, gejala awal berupa kejang lebih jarang dijumpai. Gejala lainnya adalah meningginya tekanan intrakranial sebagai akibat pertumbuhan tumor yang dapat menyebabkan edema vasogenik. Penderita mengalami keluhan-keluhan sakit kepala yang progresif, nausea, muntah-muntah, mengantuk, dan gangguan penglihatan (edema papil pada pemeriksaan funduskopi, atau diplopia akibat kelumpuhan nervus abdusens). Gejala meningginya tekanan intracranial lainnya adalah terjadinya

hidrosefalus. Semakin bertumbuhnya tumor

gejala-gejala yang ditemukan sangat tergantung dari lokasi tumor tersebut. Tumor

supratentorial

dapat

menyebabkan

gangguan

motorik

atau

sensitifitas, hemianopsia, afasia atau kombinasi gejala-gejala. Sedangkan

tumor di fosa posterior dapat menimbulkan kombinasi dari gejala-gejala kelumpuhan saraf kranial, disfungsi serebeler dan gangguan kognitif. Penanganan Penanganan astrositoma ditujukan untuk menegakkan diagnose pasti dan

perbaikan

prognosa,

mengurangi-pemulihan

gejala

serta

memperpanjang harapan hidup. Radioterapi tampaknya cukup berperan bagi tumor-tumor ini, dimana banyak peneliti yang mengemukakan adanya harapan hidup yang lebih panjang pada penderita-penderita tumor yang pasca bedahnya diberikan radiasi . 3.2 bisa

Meningioma Tumor jinak yang berasal dari selaput yang membungkus otak (meningen), menyebabkan

berbagai

gejala

yang

pertumbuhannya. Masih belum bisa dipastikan

tergantung

kepada

lokasi

apa penyebab meningioma,

namun beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang jelek yang meyebabkan timbulnya meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningioma berisi kromosom 22 yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). Meningioma bersifat jinak karena tumbuhnya sangat lambat dan otak mampu untuk menerima adanya meningioma, sering tumbuh sampai cukup besar baru memberikan gejala. Banyak terdapat pada wanita antara 30 ±50 tahun. Tumor ini tumbuhnya lambat sehingga sering gejala klinisnya tidak begitu menonjol. Bisa terjadi kelemahan atau mati rasa, kejang, gangguan penciuman, penonjolan mata dan gangguan penglihatan. Pada penderita lanjut usia bisa menyebabkan hilang

ingatan

dan kesulitan dalam

berfikir,

mirip dengan yang

terjadi

pada Alzheimer.

penyakit

Gambar 10. Gambaran tumor meningioma pada lapisan meningien Epidemiologi Meningioma dapat dijumpai pada semua umur, namun paling banyak pada usia pertengahan. Meningioma intracranial merupakan 15–20% dari semua tumor primer di regio ini.Meningioma juga bisa timbul di sepanjang kanalis spinalis, danfrekuensinya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tumor lain yang tumbuh di regio ini. Di rongga kepala, meningioma banyak ditemukan padawanita dibanding pria (2 : 1), sedangkan pada kanalis spinalis lebih tinggi lagi (4 : 1). Meningioma pada bayi lebih banyak pada pria Gejala-gejala klinik Gejala pada pasien meningioma dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor :  Meningioma falx dan parasagittal : nyeri tungkai  Meningioma Convexitas : kejang, sakit kepala, defisit neurologis fokal, perubahan status mental  Meningioma Sphenoid : kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan pandang, kebutaan, dan penglihatan ganda.  Meningioma Olfactorius : kurangnya kepekaan penciuman, masalah visus.  Meningioma fossa posterior : nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme otot-otot wajah, berkurangnya pendengaran, gangguan menelan, gangguan gaya berjalan,  Meningioma suprasellar : pembengkakan diskus optikus, masalah visus

 Spinal meningioma : nyeri punggung, nyeri dada dan lengan  Meningioma Intraorbital : penurunan visus, penonjolan bola mata  Meningioma Intraventrikular : perubahan mental, sakit kepala, pusing Penyebab Faktor-faktor terpenting sebagai penyebab meningioma adalah trauma, kehamilan, dan virus. Pada penyelidikan dilaporkan 1/3 dari meningioma mengalami trauma. Pada beberapa kasus ada hubungan langsung antara tempat terjadinya trauma dengan tempat timbulnya tumor. Sehingga disimpulkan bahwa penyebab timbulnya meningioma adalah trauma. Beberapa penyelidikan berpendapat hanya sedikit bukti yang menunjukkan adanya hubungan antara meningioma dengan trauma. Dilaporkan juga bahwa meningioma ini sering timbul pada akhir kehamilan, mungkin hal ini dapat dijelaskan atas dasar adanya hidrasi otak yang meningkat pada saat itu. Teori lain menyatakan bahwa virus dapat juga sebagai penyebabnya. Pada

penyelidikan

dengan light

microscope ditemukan virus

like

inclusion bodies dalam nuclei dari meningioma. Tetapi penyelidikan ini kemudian dibantah bahwa pemeriksaan electron misroscope inclusion bodies ini adalah proyeksi cytoplasma yang berada dalam membran inti. Klasifikasi Meningioma menurut histologi Gambaran mikroskopik meningioma amat bervariasi, macam-macam klasifikasi diusulkan, namun Orville Bailey(1940) menganggap klasifikasi meningioma tidak diperlukan. Pandangan ini didasarkan secara biologis karma variasi-variasi histologis tersebut tidak banyak kaitannya dengan perangai biologi kelompok tumor ini. Gambaran

makroskopik

Meningioma

intrakranial

banyak

ditemukan di regio para-sagital, selanjutnya di daerah permukaan konveks lateral dan falx cerebri. Di kanalis spinalis meningioma lebih sering menempati regio torakal. Pertumbuhan tumor ini mengakibatkan tekanan

hebat pada jaringan sekitamya, namun jarang menyebar ke jaringan otak. Kadangkadang ditemukan fokus-fokus kalsifikasi kecil-kecil yang berasal dari psammoma bodies, bahkandapat ditemukan pembentukan jaringan tulang baru. Klasifikasi menurut Kernohan dan Sayre, yaitu (1) Meningioma meningotheliomatosa

(syncytial,

endothclimatous).

(2)

Meningioma

fibroblastik dan (3) Meningioma angioblastik.  Meningioma meningotheliomatosa Terdiri atas sel-sel uniform, berinti bulat atau oval, mengandung satu/dua nukleoii yang nyata, sedangkan membrane sel tidak jelas, sebagian dari kelompok-kelompok

sel

tersebut

tersusun

dalam

lobulus-lobulus

membentuk massa yang solid. Jaringan ikat pada batas-batas lobulus. Whorls dan psammomabodies juga merupakan gambaran khas tumor ini.  Meningioma ftbroblastik Terdiri atas sel-sel pipih yang membentuk berkas-berkas yang saling beranyaman, kadang-kadang dengan bagian-bagian menyerupai struktur palisade. Sel-sel tersebut mirip dengan fibroblast, namun inti sel identik dengan inti sel meningioma meningiomatosa. Adanya serabut retikulin yang berlebihan dan serabut kolagen yang menjadi pemisah antara sel pada meningioma tipe ini, merupakan tanda yang khas.  Meningioma angioblastik Terdiri atas sel-sel tersusun padat, batas-batas sitoplasma tidak jelas, inti sel tersusun rapat. Sel-sel tersebut umumnyamenempel pada dinding kapiler, namun kapiler-kapiler tersebutsebagian mengalami dilatasi, sebagian lagi kompresi, sehingga sukar untuk diidentifikasi Bailey dkk (1928) beranggapan bahwa sel-sel tumor ini berasal dari elemen dinding pembuluh darah. Beberapa penulis melaporkan bahwa meningioma angioblastik lebih sering kambuh. Terapi

Terapi operatif radikal yang maksimal merupakan penanganan terpilih untuk tumor ini, peranan radiasi untuk meningioma yang tidak berhasil diangkat seluruhnya masih belum terlalu jelas, mengingat secara umum meningioma merupakan tumor yang relatif radioresisten. Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada orang dewasa snrvivalnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan survival rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak lebih agresif, perubahan menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi sangat besar. Pada penyelidikan pengarang-pengarang barat lebih dari 10% meningioma akan mengalami keganasan dan kekambuhannya tinggi.

BAB IV KESIMPULAN Tumor otak termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara klinis sukar membedakan antara tumor otak yang benigna atau yang maligna,kerana gejala yang timbul ditentukan pula oleh lokasi tumor, kecepatan terjadi tekanan tinggi intrakranial dan efek masa tumor ke jaringan otak. Dipikirkan menderita tumor otak bila didapat adanya gangguan cerebral umum yang bersifat progresif, adanya gejala tekanan tinggi intrakranial dan adanya gejala sindrom otak yang spesifik Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini CT Scan berperan dalam diagnosa tumor otak, sedang diagnosa pasti tumor otak benigna atau maligna dengan pemeriksaan patologi-anatomi.(5)

Related Documents

Referat Tumor Otak
February 2021 1
Tumor Otak: Referat
February 2021 1
Referat Tumor Otak
February 2021 5
Askep Tumor Otak
February 2021 0
Crs Tumor Otak
February 2021 1
Abses Otak Referat
January 2021 0

More Documents from "Melati Pratiwi"

Tumor Otak: Referat
February 2021 1
Foro 3
February 2021 2
January 2021 5