Keperawatan Maternitas “asuhan Keperawatan Vaginitis”: Ns.dilgu Meri M.kep

  • Uploaded by: akbar
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Keperawatan Maternitas “asuhan Keperawatan Vaginitis”: Ns.dilgu Meri M.kep as PDF for free.

More details

  • Words: 4,557
  • Pages: 48
Loading documents preview...
KEPERAWATAN MATERNITAS “ASUHAN KEPERAWATAN VAGINITIS”

DOSEN PENGAMPU :

Ns.Dilgu Meri M.Kep DISUSUN OLEH : KHOIRAHMAN NADIA AUFA RAFICA PUTRI CANTIKA YETRI MULIZA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-INSYIRAH TA.2018/2019

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran tuhan yang maha pemurah, karena berkat kemurahan-nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “KEPERAWATAN MATERNITAS ASUHAN KEPERAWATAN VAGINITIS”. Makalah ini dibuat dalam rangka memaparkan tentang tipe-tipe karater dan kepribadian yang sangat diperlukan dalam suatu harapan mendapat pengetahuan

khususmya

bagi

mahasiswa

yang

berada

di

program

study

“KEPERAWATAN MATERNITAS” umumnya untuk semua pembaca. Dalam proses pendalaman materi, tentunya kami ingin mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan.

Pekanbaru 30 oktober 2019

2

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar belakang Kesehatan reproduksi ialah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang

utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala hal yang berhubungan dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi. Alat reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi (Ratna, 2010). Vaginitis merupakan masalah ginekologis yang paling sering terjadi pada 90% wanita remaja di dunia, kondisi ini disebabkan oleh Vaginosis bakterial (50%), Candidiasis vulvovaginal (75%), Trikomoniasis (25%) (Kespro Info, 2009). Penelitianpenelitian sebelumnya telah melaporkan angka kejadian vaginitis di beberapa negara, diantaranya Thailand 33 %, Afrika-Amerika 22,7 %, London 21 %, Indonesia 17 %, Jepang 14 %,Swedia 14 %, dan Helsinki 12 % (Rukmana, 2010). B.

Rumusan masalah Dalam penyusunan laporan ini akan dibahas mengenai kasus

Katarak yang

meliputi tinjauan teori, pembahasan kasus klien dengan vaginitis dan analisa kesenjangan teori dankasus.

C.

Tujuan 1. Tujuanumum Untuk mengetahui konsep teori dan kasus mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan vaginitis serta kesenjangan antara teori dengan kasus tersebut. 2. Tujuankhusus a.

Untuk mengetahui definisi vaginitis

b.

Untuk mengetahui klasifikasi vaginitis

c.

Untuk mengetahui etiologivaginitis 3

d.

Untuk mengetahui manifestasi klinisvaginits

e.

Untuk mengetahui patofisiologi vaginitis

f.

Untuk mengetahui asuhan keperawatan vaginitis secarateori

g.

Untuk mengetahui asuhan keperawatan vaginitis secarakasus

h.

Untuk mengetahui kesenjangan antara asuhan keperawatan teori dengan asuhan keperawatan kasus yang di alamiklien

D.

Manfaat Manfaat penyusunan laporan ini sebagai tambahan pengetahuan mengenai konsep

teori, proses asuhan keperawatan dengan gangguan vaginitis agar dapat di aplikasikan dengan baik dilahan praktik maupun dimasyarakat untuk kedepannya.

4

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi Vaginitis adalah suatu keadaan pada lapisan vagina. Vulvitis adalah suatu peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita) (Purwoastuti, dkk,2015). Vaginitis adalah inflamasi vagina yang di cirikan oleh perubahan sekresi cairan vagina, yang dapat banyak, berbau, dan urulen, dan dapat diikuti oleh disuria dan pendarahan vagina. Sering terdapat gatal pada vulva, dan klien umumnya mengeluh ketidaknyamanan saat berkemih juga dispareunia. (Black and Hawks, 2009).

Klasifikasi dari vaginitis sesuai mikrooganisme penyebabnya antara lain: 1. Bakterialvaginosis Bakterial vaginosis merupakan penyebab tersering dari vaginitis (40-45%). Penyakit ini ditandai dengan perubahan secara kompleks baik jumlah dan fungsi dari flora normal. Jumlah dan konsentrasi hidrogen peroksida akan menurun sedangkan pertumbuhan dari mikroorganisme patogen (Gardnerella vaginalis, Mobiluncus sp, Mycoplasma hominis, Atopobium vaginae, dll) meningkat (Lamont et al., 2011). Vaginitis bakterial juga merupakan penyakit yang berhubungan dengan infeksi seksual seperti infeksi oleh karena Neisseria gonorrhoeae, Clamydia trachomatis, HIV dan virus herpes simplex tipe 2 (Sessa et al.,2013). 2. Candidiasis Kandidiasis vulvovaginalis adalah infeksi yeast pada vagina dan vulva yang disebabkan beberapa tipe Candida, yang paling sering yaitu

5

Candida albicans, dapat bersifat asimptomatis maupun simptomatis (Pudjiati, Soedamadi. 2009) 3. Trikomoniasis Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan parasit uniselluler Trichomonas vaginalis (T.vaginalis). Penyakit ini mempunyai hubungan dengan peningkatan serokonversi virus HIV pada wanita. T-vaginalis biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah, baik pada wanita maupun laki-laki. Parasit ini dapat ditemukan pada vagina, urethra, kantong kemih atau saluran parauretral (Van der Pol 2007).

Gambar 1. Vaginitis (Sumber: Linda j. Vorvicek. 2011 ) B. Anatomi fisiologis 1. Anatomi Organ reproduksi wanita terbagi atas organ genetalia eksterna dan organ genetalia interna. Organ genetalia eksterna dan vagina adalah bagian untuk senggama, sedangkan organ genetalia interna adalah bagian untuk ovulasi untuk pembuahan sel telur, transfortasi, imflamasi dan tumbuh kembang janin. (Prawiroharjo,2009).

6

Organ genitalia eksterna 1) Mons veneris : disebut juga gunung venus, merupakan bagian yang menonjol di bagian depan simfisis, terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat. Setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga (Black & Hawks, 2009). 2) Labia mayora : merupakan kelanjutan dari mons venseris, berbentuk lonjong. Kedua bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk perineum, permukaan ini terdiri dari: a) Bagian luar ; tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris (Black & Hawks,2009). b) Bagian dalam; tanpa rambut,merupakan selaput yang Mengadung kelenjar sebasea (lemak) (Black & Hawks, 2009). 3) Labia minora : merupakan lipatan di bagian dalam labia mayora, tanpa rambut. Dibagian atas klitoris, labia minora bertemu membentuk prepusium klitoris dan di bagian bawahnya bertemu membentuk prenulum klitoris, labia minora ini mengelilingi orifisium vagina (Corwin, E.2009). 4) Klitoris : merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif dan analog dengan penis pada laki-laki (Corwin, E.2009). 5) Vestibulum : merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh kedua bibir kecil, bagian atas klitoris, dan bagian belakang pertemuan kedua labia minora. Pada vestibulum terdapat muara urethra, dua lubang saluran kelenjar Bartholini dan dua lubang saluran kelenjar skene (Corwin, E. 2009). 6) Kelenjar Bartholini : kelenjar yang penting di daerah vulva dan vagina, karena dapat mengeluarkan lendir, pengeluaran lendir sangat meningkat saat hubungan seks (Corwin, E.2009). 7) Hymen (selaput dara) : merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina. Bersifat rapuh dan mudah robek, hymen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi (Corwin, E. 2009). 7

8) Bulbus Vestibuli sinistra et dekstra merupakan pengumpulan vena terletak di bawah selaput lendir vestibulum, dekat namus ossis pubis. Panjangnya 3-4 cm, lebarnya 1-2 cm dan tebalnya 0,5-1 cm. Bulbus vestibuli mengandung banyak pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskulus

iskio

kavernosus

dan

muskulus

konstriktor

vagina

(Prawirohardjo,2009). 9) Introitus Vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda- beda. Pada seorang Virgo selalu dilindungi oleh labia minora yang baru dapat dilihat jika bibir kecil ini dibuka. Introitus vagina ditutupi oleh selaput dara (himen). Himen ini mempunyai bentuk berbeda-beda, dan yang semilunar (bulan sabit) sampai yang berlubang-lubang atau yang bersekat (septum) (Prawirohardjo,2009). 10) Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnyarata-rata4 cm. Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis (Prawirohardjo, 2009). 

Organ genitalia interna 1) Liang senggama (vagina) : adalah liang atau saluran yang menghubungankan vulva dengan rahim. Terletak di antara saluran urinary dan liang dubur. Dibagian ujung atasnya terletak mulut rahim. Ukuran panjang dinding depan 8 cm dan dindingbelakang10 cm. 2) Rahim (Uterus) : adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim. Dalam keadaan tidak hamil, rahim terletak dalam rongga panggul kecil di antara kandung kemih dan dubur. Rahim berbentuk seperti bola lampu pijar atau buah pear, mempunyai rongga yang terdiri dari tiga bagian besar yaitu, badan rahim (korpkus uteri) berbentuk segitiga, leher rahim (serviks uteri) berbentuk silinder, dan rongga rahim (kavum uteri). Ukurannya kira-kira sebesar telur ayam kampong. Pada nulipara ukurannya 5,5-8 cm x 3,5-4 cm x 2-2,5 cm, multipara 9-9,5 cm x 5,5-6 cm x 3-3,5 cm. Beratnya 40-50 gram pada nulipara dan 60-70 gram pada multipara.

8

3) Saluran telur (tuba falopii) adalah

saluran

yang

keluar

dari

kornurahimkanandankiri,panjangnya12-13cm,diameter-8 mm

4) Indung telur (ovarium) : terdapat dua indung telur, masing- masing di kanan dan di kiri rahim, dilapisi mesovarium dan tergntung di belakang ligalatum. Bentuknya seperti buah almon, sebesar ibu jari tangan (jempol) berukuran 2,5-5 cm x 1,5-2 cm x 0,6-1 cm. Indung telur ini posisinya ditunjang oleh mesovarium, liga

ovarika,

dan

liga

infundibulopelvikum.

Organ tambahan 1) Payudara Payudara wanita yang disebut juga glandula mamaria adalah alat reproduksi wanita, setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum dan meluas setinggi antara costa kedua dan

keenam. D topang oleh

ligamentum suspensorium sehingga tetap stabil. Berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda), dari jaringan yang meluas ke ketiak atau axilla (di sebut cauda axillaris). 2). Panggul(pelvis) Panggul merupakan salah satu jalan lahir yang memiliki fungsi yang lebih dominan daripada jalan lahir (Ummi et all, 2011).

2. Fisiologi A. Menstruasi dansiklusnya Menstruasi atau haid merupakan pendarahan yang terjadi akibat lurunya dinding sebelah dalam rahim (endometrium) yang banyak mengandung pembuluh darah. Lapisan endometrium dipersiapkan untuk menerimah implantasi embrio. Jika tidak terjadi implantasi embrio lapisan ini akan luru, darah keluar melalui serviks dan vagina. Pendarahan ini terjadi secara periodik, jarak waktu antara menstruasi yang satu dengan menstruasi berikutnya dikenal dengan satu siklus menstruasi. (Riani, 2009).

9

B. Siklusmenstuasi 1. Fase menstruasi : selama 2 – 8hari. Terjadi bila ovum tidak dibuahi sperma, sehingga korpus loteum menghentikan produksi hormon ektrogen dan progesteron. Turunnya kadar ekstrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari endometrium disertai robek dan luruhnya endometrium, sehingga terjadi pendarahan. Fase mensturasi berlangsung kurang lebih 5 hari. Darah yang keluar selama mensturasi berkisar 50-150ml (Riani, 2009). 2. Fase pra-ovulasi (fasepoliferasi) Hormon pembebas gonadropin yang disekresikan oleh hipotalamus akan memicu hipopise untuk mensekresikan FSH. FSH memacu pematangan polikel dan merangsang polikel untuk mensekresikan hormon ekstrogen. Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali (poliferasi) dinding endometrium. Peningkatan kadar estrogen juga menyebabkan serviks (leher rahim). Untuk mengsekresikan lendir yang bersifat basa. Lendir ini berfungsi menetralkan suasana asam pada vagina sehingga mendukung kehidupan sperma. (Riani, 2009). 3. Faseovulasi Jika siklus mensturasi seorang perempuan 28 hari. Maka ovulasi terjadi pada hari ke 14. Peningkatan kadar ekstrogen menghambat sekresi FSH, kemudian hipofise mensekresikan LH. Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel peristiwa ini disebut ovulasi. (Riani, 2009). 4. Fase pasca ovulasi (fasesekresi) Berlangsung selama 14 hari sebelum mensturasi berikutnya. Walaupun panjang siklus mensturasi berbeda-beda, fase pasca-ovulasi ini selalu sama yaitu 14 hari sebelum mensturasi berikutnya. Follikel de Graff (follikel matang) yang Telah melepaskan oosit sekunsder atas berkerut dan menjadi korpus luteum. Korpus luteum menekresikan hormon progesteron dan masih mengekresikan hormon estrogen namun tidak sebanyak ketika berbentuk follikel. Progesteron mendukung kerja ekstogen untuk mempertebal dan menumbuhkan 10

pembuluh endometrium

darah untuk

pada

endometrium

menerima

imflantasi

serta

mempersiapkan

enbrio

jika

terjadi

pembuahan atau kehamilan. Jika tidak terjadi pembuahan korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan yang hanya sedikit mensekresikan hormon, sehingga kadar progesteron dan ekstrogen menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan terjadinya mensturasi demikian seterusnya. (Riani, 2009).

C. Etiologi a. Infeksi 1)

Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus). Chlamydia merupakan bakteri obligat intraselular, hanya dapat

berkembang biak di dalam sel eukariot hidup dengan membentuk semacam koloni atau mikrokoloni yang disebut Badan Inklusi (BI). Chlamydia

membelah

secara

benary

fision

dalam

badan

intrasitoplasma.(Purwoastuti&walyani,2015) Trachomatis berbeda dari kebanyakkan bakteri karena berkembang mengikuti suatu siklus pertumbuhan yang unik dalam dua bentuk yang berbeda, yaitu berupa Badan Inisial. Badan Elementer (BE) dan Badan Retikulat (BR) atau Badan Inisial. Badan elementer ukurannya lebih kecil (300 nm) terletak ekstraselular dan merupakan bentuk yang infeksius, sedangkan badan retikulat lebih besar (1 um), terletak intraselular dan tidak infeksius. Chlamydia trachomatis menyerang epitel silindris mukosa serviks. Tidak ada gejala-gejala yang khas membedakan servisitis karena C Trachomatis dan servisitis karena organisme lain. (Purwoastuti&walyani,2015)

11

2)

Jamur Kandidiasis (candidia albicans), trichomonas vaginalis, dan

vaginosis bakterial adalah penyebab vaginitis yang paling umum. Dimana Trichomonas vaginalis tidak memiliki stadium kista tetapi hanya ditemui dalam stadium Tropozoit Bentuknya oval atau piriformis, memiliki 4 buah flagel anterior, flagel ke 5 menjadi axonema dari membran bergelombang (membrana undulant), pada ujung pasterior terdapat axonema yang keluar dari badan yang diduga untuk melekatkan diri pada jaringan sehingga menimbulkan iritasi, memiliki 1 buah inti, memiliki sitostoma pada bagian anterior untuk mengambil makanan, perkembangbiakan dengan cara belah pasang.Penyebab lain meliputi perubahan flora. 3)

Protozoa (misalnya trichomonasvaginalis)

4)

Virus (misalnya virus papiloma manusia dan virusherpes)

b. Zat atau benda yang bersifatiritatif 1) Spermisida,

pelumas,

kondom,

diafragma,

penutup

serviks

danspons. Benda-benda yang dimasukkan secara sengaja atau tidak sengaja ke dalam vagina seperti tampon, obat atau alat kontrasepsi, rambut kemaluan, benang yang berasal dari selimut, celana dan lainnya dapat menyebabkan keputihan (Suryana, 2009). Masuknya benda asing ke vagina baik sengaja maupun tidak yang dapat melukai epitel vagina misal tampon kondom dan benang AKDR (Saifuddin,2006). 2) Pembilas vagina Untuk membersihkan vagina dengan air, sebaiknya dilakukan dengan menggunakan shower toilet. Cara membersihkan vagina dengan shower toilet adalah dengan menyemprot permukaan luar vagina pelan-pelan dan menggosoknya dengan tangan. Membilas vagina dengan cairan khusus boleh saja, tapi tidak dianjurkan, asal Jangan terlalu sering dan pilih yang tanpa parfum dengan ph-nya 12

netral agar tidak mempengaruhi phvagina. c. Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori, dan tidak menyerap keringat. Celana dalam yang paling baik dari katun, karena dapat menyerap keringat dengan sempurna. Celana dari bahan satin ataupun bahan sintetik lainnya, justru menyebabkan organ intim menjadi panas dan lembab. Bahan pakaian luar pun perlu diperhatikan seorang wanita. Bahan dari jeans memiliki pori-pori yang sangat rapat, sehingga tidak memungkinkan udara untuk mengalir secara leluasa. Kondisi yang lembab dan basah bisa menjadi tempat pertumbuhan jamur dan kuman yang dapat menimbulkan keputihan (Purwoastuti&walyani, 2015). d. Perubahanhormonal Kontrasepsi suntik Depo-provera adalah suatu senyawa obat yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi parenteral, dan mempunyai efek progesterone yang kuat dan sangat efektif. Mekanisme kerja kontrasepsi ini sama seperti kontrasepsi hormonal lainnya. Depoprovera sangat cocok untuk program post partum, hal tersebut karena tidak mengganggu laktasi. Kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestine ada dua macam yaitu: depo medroxy progesteron asetat (DMPA), mengandung 150 mg, yang diberikan Setiap 3 bulan satu kali, serta depo noretisteron enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg, diberikan setiap 2 bulan. Suntikan diberikan pada hari ketiga-kelima pasca pesalinan atau segera diberikan setelah keguguran dan masa interval sebelum hari kelima haid, disuntikan lewat intramuscular (Saifuddin,2006).

13

D. Patofisiologi Bila keseimbangan mikroorganisme berubah maka organisme yang berpotensi patogen, yang merupakan bagian flora normal, misalnya C. Albicans pada kasus infeksi monolia serta G. Vaginalis dan bakteri anaerob pada kasus vaginitis non spesifik berproliferasi sampai suatu konsentrasi yang berhubungan dengan gejala. Pada mekanisme lainyya, organisme ditularkan melalui hubungan seksual dan bukan merupakan bagian flora normal seperti trichomonas vaginalis dan nisseria gonorrhoea dapat menimbulkan gejala (Heneffer & Schust, 2008). Gejala yang timbul bila proses meningkatkan respon peradangan terhadap organisme yang menginfeksi dengan menarik leukosit serta melepaskan prostaglandin dan komponen respon peradangan lainnyya. Gejala ketidaknyamanan dan pruritus vagina berasal dari respon peradangan vagina lokal terhadap infeksi T. Vaginalis atau C. Albicans,Organisme tertentu yang menarik leukosit , termasuk T.Vaginalis , menghasilkan secret purulen. Diantara wanita dengan vaginitis non spesifik. Baunya disebabkan oleh terdapatnya amina dibentuk sebagai hasil metabolisme bakteri anaerob. Histamin dapat menimbulkan ketidaknyamanan oleh efek vasodilatasi local. Produk lainyya dapat merusak sel-sel epitel dengan cara sama dengan infeksi lainnya (Corwin, E.2009).

E. Manifestasiklinis Manifestasi vaginistis dicirikan dengan perubahan sekresi cairan vagina (lekorea) yang berjumlah banyak, berbau, dan bersifat purulen, kadang disertai dengan disuria dan perdarahan pada vagina. Wanita dengan vaginitis sering mengeluhkan gatal pada vulva, dan klien umumnya mengeluhkan ketidaknyamanan saat berkemih juga dispareunia (Black, J M dan Hawks, J H, 2014). Menurut Sinklair & Webb (1992) dalam Febri (2014), manifestasi yang terdapat pada vaginitis dibagi menjadi dua yaitu : a. Vaginitisakut Pada sekitar vagina akan didapatkan pruritus, terasa panas, eritema, edema, perdarahan, nyeri (mungkin sangat, menyebabkan tidak mampu 62

berjalan, duduk dan retensi urine akut), Ulserasi serta adanya vesikel. (Sinklair & Webb, 1992 dalam Febri, 2014). b. Vaginitis Kronik Jika vaginitis sudah dalam tahap kronik, didapatkan Inflamasi hebat dengan edema minimal, pruritus hebat dengan ekskoriasi, infeksi sekunder dengan daerah yang terserang : monpubis, perineum, paha yang berdekatan, anus, sekitar paha, lesi ulseratif disebabkan : granuloma, karsinoma, melanoma, dan hasil akhir mungkin berupa ekstruksi vulva (Sinklair & Webb, 1992 dalam Febri, 2014). F. Komplikasi Menurut ( Purwoastuti, E & Walyani E S. 2015) yaitu: a. Ketidaknyamanan yang tidak hilang b. Infeksi kulit (darigarukan) c. Komplikasi karena penyebab kondisi (seperti gonore dan infeksi kandida) Menurut Manuba (2007), komplikasi yang ditimbulkan pada ibu hamil Adalah: 1. Prematur rupturofmembran 2. Karioamnionitis 3. Persalinanprematur 4. Infeksi bayineonatus a. Sepsis b. Meningitis 5. Infekksi postpartum dalambentuk: a. Endometritispuerpalis Peningkatan konsentrasi flora anaerob, yang sebagian mungkin karena perubahan ph, bisa meningkatkan angka endometritis. b. Komplikasi infeksipuerpalis

63

G. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan preparatbasah Dilakukan dengan meneteskan satu atau dua tetes nacl 0,9% pada sekret vagina diatas objek glass kemudian ditutup dengan coverglass. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x untuk melihat Clue cells yang merupakan sel epitel vagina yang diselubungi dengan bakteri Sehingga tepinya tidak terlihat jelas. Pemeriksaan ini memilki sensivitas 60% dan spesifitas 98% (Srinivasan, 2008). 2. Whifftest Dinyatakan positif jika bau amis timbul setelah penambahan satu tetes KOH 10-20% pada sekret vagina. Bau amis muncul sebagai akibat pelepasan amin dan asam organik hasil dari bakteri anaerob (Srinivasan, 2008). 3. Teslakmus Kertas

lakmus

ditempatkan

pada

dinding

lateral

vagina.

Ditemukan kadar ph > 4,5 (Srinivasan, 2008). 4. Pewarnaan gram Ditemukan penurunan jumlah Lactobacillus dan peningkatan jumlah bakteri anaerob (Srinivasan, 2008). 5. Kultur vagina Kultur Gardnerella vaginalis kurang bermanfaat untuk diagnosis bakterial vaginosis karena bakteri ini ditemukan hampir 50% pada perempuan normal (Srinivasan, 2008). 6. Tes proline aminopeptidase yang dihasilkan oleh bakteri anaerob,karenalactobacillus tidak menghasilkan zat tersebut. (Srinivasan, 2008).

64

H. Penatalaksanaan a. Farmakologi 1. Vaginitis trichomonas Metronidazol per oral 2 x 500 mg selama 7 hari, sangat efektif untuk mengeradikasi T. Vaginalis dari semua bagian tubuh. Perempuan hamil dapat diterapi dengan metronidazol dosis tunggal. Semua pasangan seksual harus diterapi sebelum mereka melakukan hubungan kelamin (Price & Wilson,2005). Efek samping dari metronidazole mungkin termasuk mual, muntah, sakit kepala, insomnia, pusing, mengantuk, ruam, kering mulut, dan rasa logam (Schalkwyk & Yudin. 2015). 2) Vaginitis chlamidia Azythromycin 1 mg dosis tunggal, merupakan protocol pengobatan yang dianjurkan CDC untuk infeksi C. Trachomatis sangat manjur dan tidak diperlukan uji pascapengobatan (test of cure). Azythromicin adalah terapi yang lebih disarankan karena hanya sekali pemberian serta dapat diresepkan dan diminum langsung dibawah pengawasan disebagian klinik PMS (Price & Wilson, 2005). 3) Vaginosis bakteri Terapi lini pertama adalah metronidazol oral 500 mg dua kali sehari (Schalkwyk & Yudin. 2015).

I. Nonfarmakologi Tujuan dari perawatan dalam kondisi ini adalah untuk menghindari pertumbuhan berlebih dari kandida yang mengarah kedalam gejala. (Purwoastuti&walyani,2015) Diantaranya : a. Kapas atau uap air-wicking pakaian dalam dan pakaian longgar, menghindari stockingnilon. b. Perendaman dalam garam mandi, hindari sabun. c. Menggunakan pembersih non-sabun atau krim untukmrencuci. 65

d. Terapkan hidrokortison krim untuk mengurangi gatal dan mengobati sekunder dermtitis memengaruhivulva. e. Perlakukan dengan krim anti jamursebelum setiap periode menstruasi dan sebelum terapi antibiotik untuk mencegah kambuh. Sebuah perjalanan panjang sebuah antijamur topikal agen kadangkadang diperlakukan tetapi hal ini mungkin sendiri menyebabkan dermatitits atau hasil dalamnon-proliferasi. f. Anti jamur oral obat-obattan (itrakonazol atau flukonazol) dapat diambil secara teratur dan sebentar-sebentar (misalnya sekali sebulan). Dosis dan frekuensi yang cukup bervariasi tergantung pada keparahan gejala. g. Asam borat (boraks) 600mg sebagai supositoria pada malam hari dapat membantu untuk mengasamkan vagina dan mengurangi kehadiran (albicans dan non candidaalbicans).

66

BAB III PEMBAHASAN KASUS

A.

Pengkajian 1.

2.

Identitasklien Nama

: Ny.X

Umur

: 37tahun

Jeniskelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Marketing produk makanan

tanggalpengkajian

: 11 April 2016

Diagnosamedis

: Vaginitis

Keluhanutama Ny. X mengatakan, “gatal-gatal di daerah vagina dan sekitarnya.”

3.

Riwayatkesehatan a. Riwayat kesehatansekarang Ny. X mengatakan. “sudah seminggu gatal-gatal di daerah vagina dan sekitarnya, Gatal sangat mengganggu terutamapada malam hari. b. Riwayat kesehatanterdahulu Ny. X mengatakan, “pada awalnya gatal-gatal itu terasa ketika melakukan kegiatan fisik baik di saat di rumah maupun di tempat kerja sehingga banyak keringat. Kemudian setelah tiga hari keluar keputihan yang lebih banyak dari biasanya, berbau amis seperti susu basi.” Ny. X mencoba minum dan cebok dengan ramuan tradisional (daun sirih) tetapi tidak sembuh. c. Riwayat kesehatankeluarga Tidak terdapat data dalam kasus.

67

d. Riwayat Ginekologi danobstetri 1. Riwayatmenstruasi Ny. X menarche pada usia 13 tahun. Pola menstruasi 1 bulan sekali dengan

lama

5-7

hari.

Tidak

ada

keluhan

menjelang

atau

selamamenstruasi. 2. Riwayatobstrektif Ny. X memiliki dua anak. 3. Riwayatkontrasepsi Ny. X memakai alat kontrasepsi suntikan Depoprovera 3 bulan sekali. 4. Pola pemenuhan aktivitas Istirahat dan tidur : gatal-gatal sangat menganggu terutaa pada malam hari. 5. Riwayat Psikososial, spiritual, budaya Tidak terdapat data dalam kasus. 6. Pemeriksaanfisik a. Keadaan

Umum

Orientasi

:Baik

Kesadaran

: Compos Mentis(E4V5M6)

b. Tanda-tandavital TD

: 110/90 mmhg

Nadi

: 80x/menit

Suhu

: 37,70C

RR

: 28x/menit

c. Genital Tidak terdpat dalam kasus. 7. Pemeriksaanpenunjang 68

Tidak terdapat data dalam kasus. 8. Terapi yang diberikan Tidak terdapat data dalam kasus.

69

70

1.

Analisa data

Data

Etiologi

DS:

Masalah keperawatan Gangguan rasa nyaman

Klien mengatakan, “sudah seminggu

Aktifitas di dalam maupun diluar rumah yang memicu keringat

Gatal-gatal di

daerah

vagina

dan

Sekitarnya.” Klien

juga

Akumulasi keringat di area vagina mengatakan,

Keputihan yang

lebih

“keluar

banyak

dari

Biasanya, berbau amis seperti susu basi”

Meningkatkan kelembaban vagina Pemicu peningkatan perkembangbiakan Bakteri patogen (candida albican)

DO: -

RR: 28x/menit

Interaksi glikoprotein kandida dengan permukaan epitel Kandida mengeluarkan zat keratinolitik Hidrolisis fosfolipid membran sel epitel Kemotatik Neutrofil 64

Reaksi radang VAGINITIS Respon tubuh

Pelepasan mediator kimia (histamin, serontinin, dan endopeptidase) Aktivasi ujung saraf C praritoseptis

Menghantarkan inpuls sepanjang serabut saraf sensori Input eksitasi dilamina-1korna dorsalis Dipersepsikan gatal Gangguan rasa nyaman : gatal DS: Klien

mengatakan,”gatal

semakin

mengganggu pada malamhari” Klien

juga

Aktifitas di dalam maupun diluar rumah

Risiko infeksi

yang memicu keringat

mengatakan,”keluar Akumulasi keringat di area vagina 65

Keputihan yang

lebih

banyak

dari

Meningkatkan kelembaban vagina

Biasanya, berbau amis seperti susu basi” Pemicu peningkatan perkembangbiakan DO: -

Bakteri pathogen Suhu

: 37,70C

(candida albican) Interaksi glikoprotein kandida dengan permukaan epitel Kandida mengeluarkan zat keratinolitik Hidrolisis fosfolipid membran sel epitel Kemotatik Neutrofil Reaksi radang VAGINITIS Respon tubuh

Pelepasan mediator kimia (histamin, Serontinin, dan endopeptidase) Aktivasi ujung saraf C praritoseptis 66

67

Menghantarkan inpuls sepanjang serabut saraf sensori Input eksitasi dilamina-1korna dorsalis Dipersepsikan gatal GANGGUAN RASA NYAMAN : GATAL Hasrat untuk menggaruk Timbul robekan jaringan epidermiskulit Jaringan parut terbuka pada genital Resiko jalan masuknya patogenik Risiko infeksi

DS:

Aktifitas di dalam maupun diluar rumah

Klien mengatakan, “sudah seminggu gatal-gatal sekitarnya.”

di

daerah

vagina

Risiko kerusakan integritas kulit

yang memicu keringat

dan Akumulasi keringat di area vagina 68

Meningkatkan kelembaban vagina DO: Pemicu peningkatan perkembangbiakan bakteri patogen (candidaalbican)

Interaksi glikoprotein kandidadengan permukaanepitel Kandida mengeluarkan zat keratinolitik Hidrolisis fosfolipid membran sel epitel Kemotatik Neutrofil Reaksi radang VAGINITIS Respon tubuh

Pelepasan mediator kimia (histamin, serontinin, dan endopeptidase) Aktivasi ujung saraf C praritoseptis 69

Menghantarkan inpuls sepanjang serabut saraf sensori Input eksitasi dilamina-1korna dorsalis Dipersepsikan gatal Gangguan rasa nyaman : gatal Hasrat untuk menggaruk Resiko kerusakan integritas kulit

2.

Diagnosa keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gatal 2. Risiko Infeksi faktor risiko perubahan phsekresi 3. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik(menggaruk)

70

3.Rencana Asuhan Keperawatan

NO

1

Diagnosa Keperawatan Gangguan

NOC

rasa Setelah dilakukan tindakan

nyaman

keperawatan selama 4 x 24

berhubungan

jam diharapkan gangguan

dengangatal

rasa nyaman dapat teratasi.

NIC

Rasional

Pruritas Medications

Pruritus Medications

1. Tentukan penyebab dari gatal-

1. Menetahui

gatal

Penyebab

Dengan kriteria hasil:

awal terjadinya

gatal-gatal padakien

Comfort status : Physical 2. Anjurkan

klien

untuk

tidak 2. Mengurangi rasagatal-

71



Dapat

mengontrol

celana

dalam

berbahan sintesisnilon.

gejala 

Kesehatan fisik baik



Perawatan Kebersihan

Menggunakan

membaik

yang

penyebab

menjadi

utama

dari

klien

dan diri

Gatal

3. Mengurangi 3. Anjurkan

klien

untuk

menghindari lingkungan dengan

yang

keringat

berlebihan

pada

klien

cuaca yang panas.

4. Kolaborasi pemberiansalep.

4. Membantu

mengurangi

rasa gatal yang berlebih padaklien

5. Membantu klien dalam 5. Kolaborasi antihistamin

pemberian

mengurangi

penyebab

utama rasa gatal yang dirasakanberlebihan

2 Risiko

infeksi Setelah dilakukan tindakan

Infection protection :

Infection protection

72

Berhubungan

Keperawatan selama 4 x 24

1. Monitor tanda dan gejala infeksi.

faktor jam diharapkan risiko infeksi dapat teratasi. Resiko perubahan Dengan kriteria hasil: Ph sekresi Risk control Dengan

1. Untuk

menentukan

Pemeriksaan selanjutnya Pada klien

2. Mengetahui tanda dan 

2.Periksa

Cepat

Mukosa

mengidentifikasikan

dan

vagina

membran adanya

gejala yang lainnya dari pemeriksaan tersebut

kemerahan, ukuran, bau, dan

faktorresiko 

kulit

Dapat memonitor faktor

Jumlah cairan yang berlebih.

resikopersonal 3.Instruksikan Tissue

integrity

skin

pasien

meminum

and

muccusmembranes

Antibiotik yang diinstruksikan. 3. Membantu



Tidak terdapateritema



Tidak terdapatlesi

untuk

Mengurangi rasa gatal 4. Ajarkan klien dan keluargauntuk Menghindari infeksi.

Yang diarasakan klien 4. Menambah pengetahuan Pada klien dan keluarga Tentang menghindari dari 73

Infeksi

74

Perinealcare

Perineal care

1. Periksa kondisi perineum dari 1. Mengetahui

keadaan

keadaan patologi seperti infeksi,

patologi klien dari hasil

kerusakan kulit, dankemerahan.

pemeriksaan

pada

perineum 2. Bersihkan

bagian

perineum 2. Menhindari

secara teliti danmenyeluruh. 3. Tentukan

pemberian

infeksi padaklien

medikasi 3. Membantu

seperti jenis bakterial dan anti

penyebaran

proses

penyembuhan padaklien

fungi. 3 Risiko erusakan integritas

kulit keperawatan selama 4 x 24

berhubungan dengan

Setelah dilakukan tindakan

jam

diharapkan

dapat

(menggaruk)

kriteria hasil:

teratasi.

Cast care :maintenance

aresiko

faktor kerusakan integritas kulit

mekanik

Cast care :maintenance

Dengan

1. Monitor

tanda-tanda

infeksi

seperti bau, eritema, dandemam.

1. Dapat tindakan

Tissue integritas : skin and

menentukan pemeriksaan

selanjtnya padaklien

Mucous membranes

2. Mengetahuijaringan 2. Monitor

sirkulasi

dan

fungsi 75

Yang

mengalami

76



Tidak adalesi



Tidak adaeritema

Jaringan

yang

mengalami

Kerusakan pada klien

kerusakan.

3. Anjurkan

klien

untuk

tidak 3. Mencegah

menggaruk area yang mengalami

terinfeksi

gatal.

terjadi

area

yang

agar

tidak

gatal

yang

berlebihan padaklien

4. Ajarkan klien dan kelurga tentang perawatan vulvahygiene.

4. Menghindari penyebaran infeksi yang dapat terjadi pada

klien

dan

keluarganyaselanjutnya

Skin care

Skin care

1. Bantu klien untuk menghindari penggunaan sprei kasar.

berstekstur

1. Menghindari penyebaran infeksi yang lebih pada klien 77

2. Mencegah terjadinyaph

78

2.

Anjurkan

pada

membersihkan

klien

untuk

Yang berlebihan yang

dengan

sabun

dapat

antibacterial yang sesuai dengan ph normal(3,8-4,2). 3.

menimbulkan

infeksi pada klien 3. Mengurangi rasa gatal

Kolaborasi pemberian antibiotic

yang menjadi penyebab

topical.

utama pada klien

79

BAB V PENUTUP

A.

Kesimpulan Dari analisis kasus Ny. X, didapatkan bahwa Ny. X mengalami rasa gatalpada

area genitalia eksterna (luar), sehingga memunculkan masalah keperawatan yang lebih kompleks, oleh karena itu muncul beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan perawat dalam kasus tersebut. Dengan membuat kajian literartur kembali sebagai tolak ukur dalam membuat nursing care plan yang sesuai denganklien.

B.

Saran 1. Bagimasyarakat Diharapkan agar setiap perempuan bisa menjaga kebersihan pada area genitalia ekterna (luar). Menjaga personal higiene agar tidak terjadi infeksi pada area genitalia eksterna. 2. Bagimahasiswa Dapat memahami pengertian dan memahami model serta konsep dari “Vaginitis” serta memberikan dorongan, semangat, serta pemikiran- pemikiran yang baru bagi para pembaca. 3. Bagipendidikan Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam pembuatan asuhan keperawatan selanjutnya. 4. Bagikesehatan Diharapkan petugas kesehatan selalu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya sesuai dengan kemajuan IPTEK. Diharapkan juga sebagai petugas kesehatan agar jeli dalam mencari masalah yang sedang dihadapi oleh pasien dan mampu mencari solusi dalam menangani masalah tersebut

80

DAFTAR PUSTAKA

Black dan hawks. (2009). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan. Alih bahasa : Mulyanto, Etall. Ed.8. Buku 2. Singapore: Elsevier. Drif J Magouw, (ed). (2004). Clinical pelvic anatomy in clinical obsetric gynaecology. Saunders. Febri, Auliani A. (2014). Asuhan Keperawatan Vaginitis. Program Studi S1 Keperawatan

Sekolah

Tinggi

Ilmu

Kesehatan

Perintis.

Sumbar.

Https://books.google.co.id. Diakses 18 April 2016. Kurniawati, D dan Hanifah M (2009). Obgynacea (Obsetri dan Ginekologi). Yogyakarta : TOSCA Entreprise. Linda j.vorvick, MD, (2011). Medical Director. Medex northwest division of physician assistant studies, university of washington, school of medicine. Also reviewed by david zieve, MD, MHA, MEDICAL DIRECTOR, A. D. E.M., inc. Manuba, (2007). “Pengantar Kuliah Obstetri”. Jakarta: EGC. Price & Wilson. (2005). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa: Pendit, Brahm, dkk. Jakarta: EGC. Purwoastuti dan walyani, (2015). Panduan materi kesehatan reproduksi dan keluarga berencana. Yogyakarta : pustaka baru press.

81

82

83

84

85

86

87

88

Related Documents


More Documents from "rahmat ilham"

Contoh Cv Profesional
February 2021 1
Bab Ii
January 2021 2
Hayooo
February 2021 5
February 2021 4
Status Asmatikus
February 2021 0