Loading documents preview...
Neuritis Optik Narasumber: Dr. Andi A. Victor, Sp.M (K)
Neuritis Optik • Inflamasi pada nervus optik
Neuritis Optik Neuritis retrobulbar
Papilitis
Neuroretinitis
oMemiliki gambaran diskus optik pada awal penyakit karena proses patologis tidak mengikutsertakan papil optik. oMerupakan tipe tersering pada orang dewasa dan sering berkaitan dengan multipel sklerosis (MS)
oDitandai dengan hiperemia dan edema pada diskus yang berkaitan dengan perdarahan berbentuk api (flameshaped) didaerah peripapil. oMerupakan tipe tersering pada anakanak.
oDitandai dengan papilitis dengan gambaran macular star terdiri dari hard exudates. Lesi makula semakin jelas terlihat dalam beberapa hariminggu dan bertambah jelas bila edema pada diskus optik telah mereda. oNeuroretinitis merupakan tipe terjarang dan sering berkaitan dengan infeksi virus dan
Classification of optic neuritis Retrobulbar neuritis (normal disc)
•
Demyelination ( most common )
•
Sinus-related (ethmoiditis)
•
Lyme disease
Papillitis (hyperaemia and oedema)
•
Viral infections immunization in children (bilateral) Demyelination (uncommon)
•
Syphilis
• •
Neuroretinitis (papillitis, macular star)
•
Cat-scratch fever
•
Lyme disease •
Syphilis
Etiologi • Demielinisasi, merupakan penyebab tersering. • Parainfeksi, terjadi setelah infeksi virus atau imunisasi. • Infeksi, dapat berhubungan dengan sinus, atau berhubungan dengan cat-scratch fever, sifilis, penyakit Lyme, dan gondongan.
Epidemiologi • Wanita, usia 20-40 tahun. • Insidens neuritis optik • tertinggi: Amerika Utara dan Eropa bagian barat • terendah: daerah ekuator.
PATOFISIOLOGI • Dasar patologi inflamasi, demielinisasi dari saraf optik • Plak di otak dengan perivascular cuffing, edema pada selubung saraf yang bermielin, dan pemecahan mielin
• Inflamasi pada endotel pembuluh darah retina dapat mendahului demielinisasi • demielinisasi yang terjadi pada neuritis optik diperantarai oleh imun, tetapi mekanisme spesifik dan antigen targetnya belum diketahui • Aktivasi sistemik sel T pelepasan sitokin dan agenagen inflamasi yang lain. • Aktivasi sel Bmelawan protein dasar mielin
Tanda & Gejala Klinis • Gambaran akut: • Hilang penglihatan • Nyeri pada mata yang semakin memberat bila bola mata digerakkan • Defek pupil aferen • Defek lapang pandang skotoma sentral • Papilitis dengan hiperemia dan edema diskus optik • Fotopsia • Buta warna • Perdarahan peripapil
Swinging light test
normal
Skotoma sentral
Visual field defects Central scotoma
Altitudinal
Centrocaecal scotoma
Nerve fibre bundle
Tanda & Gejala Klinis • Gambaran kronik: • • • • •
Kehilangan penglihatan secara persisten.. Defek pupil aferen relatif Desaturasi warna, terutama warna merah. Fenomena Uhthoff Diskus optik terlihat mengecil dan pucat, terutama didaerah temporal. Pucatnya diskus meluas sampai batas diskus ke serat retina peripapil
Diagnosis Anamnesis • Pandangan berkabut atau visus yang kabur, kesulitan membaca, adanya bintik buta, perbedaan subjektif pada terangnya cahaya, persepsi warna yang terganggu, hilangnya persepsi dalam atau kaburnya visus untuk sementara. • Unilateral vs bilateral • Riwayat demam atau imunisasi sebelumnya anak, faktor risiko sklerosis multipel dewasa • Rasa sakit pada mata, terutama ketika mata bergerak
Diagnosis Pemeriksaan Fisis • Pemeriksaan visus • Pemeriksaan lapang pandang • Setelah 7 bulan, 51 % kasus memiliki lapangan pandang yang normal
• Refleks pupil. Defek aferen pupil terlihat dengan refleks cahaya langsung yang menurun atau hilang • Penglihatan warna
Diagnosis Pemeriksaan Penunjang • Funduskopi • Perubahan awal papilitis, normal • Papilitis yang mencapai perkembangan yang lengkap • Perubahan lanjut
• MRI (magnetic resonance imaging) • nervus optikus dan korteks serebri
• Pungsi lumbal dan pemeriksaan darah • melihat proses infeksi atau inflamasi
• Slit lamp
Diagnosis banding • iskemik otak neuropati • edema papil akut • hipertensi berat • toksik neuropati
Tatalaksana • The Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT) : • metilprednisolon 4 x 250 mg selama 3 hari dan dilanjutkan dengan prednison oral selama 14 hari
• Pada anak kebanyakan pulih sendiri
Prognosis • Rasa sakit hilang dalam beberapa hari • Pemulihan ketajaman penglihatan 92% pasien. • Jarang yang mengalami kehilangan penglihatan progresif
• Penglihatan tidak dapat sepenuhnya kembali normal
Multipel Sklerosis (MS) • Kelainan demielinisasi dari SSP yang bersifat kronik berulang. • Penyebabnya tidak diketahui. • Beberapa pasienpenyakit yang progresif, dgn periode relaps dan remisi. • Lesi biasanya timbul pada saat yang berlainan dan di lokasi yang tidak berhubungan di SSP . • Onsetnya terjadi pada dewasa muda • saraf optik dan kiasma optik, batang otak, pedunkuli serebeli, dan medula spinalis. • Penyakit ini jarang mengenai sistem saraf tepi.
Tanda dan Gejala • Neuritis optik • Lesi medula spinalis • • • • •
Kelemahan Kekakuan gangguan fungsi seksual dan sfingter spasme otot Gangguan sensorik trousers distribution
• Lesi batang otak • • • • •
Diplopia Nistagmus Ataksia Disartria disfagia.
• Lesi hemisfer • • • • • • •
hemiparesis Hemianopia disfasia. penurunan intelektual Depresi euforia, dimensia.
• Fenomena transien • • • •
Lhermitte sign sindrom transient disartria—disekuilibrium—diplopia spasme tonik Uhthoff’ phenomenon
Pemeriksaan Penunjang • Pungsi lumbal • peningkatan konsentrasi protein • konsentrasi gamma globulin yang tinggi (kadar IgG > 15% dari protein total) • pita oligoklonal, pada elektroforesa protein • limfositosis, leukositosis
• Pemeriksaan patologi sel otak • banyak area demielinisasi diselubung saraf
• Visual evoked response (VER) • penurunan amplitudo dengan peningkatan latensi yang jelas
• MRI • gambaran plak periventrikular dan korpus kalosum yang khas
Tatalaksana • Steroid!! • Metilprednisolon intravena 1 g/hari selama 3 hari • Prednison oral, 1 mg/kg/hari, selama 11 hari
Neuritis optik demielinatif idiopatik (idiopathic demyelinative optic neuritis) • Dekade ketiga atau keempat kehidupan • Wanita dibandingkan pria 3:1 • 13 – 85% kasus terkait dengan multipel sklerosis
Gambaran klinis • Kehilangan visus subakut • Terjadi lebih dari 2 – 7 hari, rata-rata visus >20/40 pada serangan pertama dan beberapa lebih buruk dari 20/200 • Penglihatan warna dan ketajaman kontras terganggu • > 90% kasus nyeri pada bagian mata, 50% dibangkitkan dengan pergerakan bola mata
Gambaran klinis • Skotoma sentral pada perimetri manual • Pada skotoma yang meluas hingga perifer harus dicurigai sebagai lesi kompresif
• Refleks cahaya pupil menurun relative afferent pupillary defect (RAPD) dapat (+) • Papilitis dengan hiperemia diskus optikus dan distensi vena besar • Margin diskus optikus yang buram dan pembesaran
Neuritis optik tipe yang lain
• Neuritis optik parainfeksius • Neuritis optik infeksius
Neuritis optik parainfeksius • Setelah infeksi viral: campak, mumps, cacar air, difteria, dan demam glandular. • Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) • Anak-anak lebih sering daripada dewasa • 1 – 3 minggu setelah infeksi viral kehilangan visus mendadak pada kedua mata • Gejala neurologis yang lain: sakit kepala, kejang, atau ataksia (meningoensefalitis) (+) • Oftalmoskop: papilitis bilateral, neuroretinitis atau diskus optikus yang normal • Biasanya, sembuh sendiri dengan visus kembali normal
Neuritis optik infeksius • Neuritis optik sinusitis: serangan unilateral terjadi berulang yang disertai dengan sakit kepala hebat dan sinusitis etmoidalis akut • Demam cat-scratch: infeksi sistemik swasirna dengan limfadenopati regional yang didahului oleh cakaran kucing • • • •
penyebannya Bartonella henselae, neuroretinitis unilateral maupun bilateral efektif dengan antibiotik rifampicin dan siprofloksasin pemulihan visus terjadi 1–4 minggu setelah terapi dimulai
• Sifilis: penyebab papilitis akut atau neuroretinitis pada stadium pertama dan kedua, dapat unilateral maupun bilateral, disertai vitritis ringan
Neuritis optik infeksius • Penyakit Lyme: infeksi spirochaeta penyebab neuroretinitis, dapat pula menyebabkan neuritis akut retrobulbar • seftriakson intravena 2 g per hari selama 14 hari.8
• Meningitis kriptokokus: pasien AIDS, kehilangan visus akut • Herpes zoster oftalmikus: vaskulitis maupun invasi neuron secara langsung, prognosis buruk • Neuromielitis optika (penyakit Devic’s): jarang, neuritis optik bilateral dan mielitis tranversa, pada beberapa kasus merupakan bentuk akut dan berat dari multipel sklerosis, 50% pasien meninggal dalam dekade pertama karena paraplegia, prognosis lebih baik pada pasien dengan multipel sklerosis