8. Pembahasan Soal To Ke 8 Jiwa

  • Uploaded by: Anonymous Tz503PS
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 8. Pembahasan Soal To Ke 8 Jiwa as PDF for free.

More details

  • Words: 5,879
  • Pages: 26
Loading documents preview...
Soal 46 Seorang perempuan (27 tahun) dirawat di RS post operasi appendicitis. Berdasarkan pengkajian terdapat luka bekas operasi yang masih belum sembuh pada bagian perut pasien, terpasang infus, dan terpasang drain pada area perut. Pasien mengatakan sedih karena bagian perutnya sudah tidak sempurna lagi. Berdasarkan kasus, apakah diagnosis keperawatan yang tepat? a. Harga diri rendah situasional b. Gangguan citra tubuh c. Ketidakberdayaan d. Harga diri rendah kronik e. Keputusasaan Jawaban: B Pembahasan: "Data fokus pada kasus: terdapat luka bekas operasi yang masih belum sembuh pada bagian perut pasien, terpasang infus, dan terpasang drain pada area perut. Pasien mengatakan sedih karena bagian perutnya sudah tidak sempurna lagi. Diagnosis keperawatan pada kasus adalah Gangguan citra tubuh. Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas terhadap tubuhnya yang diakibatkan oleh perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan (Stuart, Keliat, & Pasaribu, 2016). Opsi (b) Tepat, karena pasien mengungkapkan ketidakpuasaannya terhadap hasil operasi yang ia jalani. Dibuktikan dengan data pasien terdapat luka bekas operasi yang masih belum sembuh pada bagian perut dan pasien mengatakan sedih karena bagian perutnya sudah tidak sempurna lagi Tinjauan opsi lain: Opsi (a) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat diangkatnya diagnosis harga diri rendah situasional Opsi (c) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat diangkatnya diagnosis ketidakberdayaan

Opsi (d) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat diangkatnya diagnosis harga diri rendah kronik, Opsi (e) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat diangkatnya diagnosis keputusasaan" Soal 47 Seorang laki-laki (28 tahun) dirawat di RSJ dengan keluhan saat masuk RS marahmarah, menghancurkan perabotan rumah tangga, tertawa sendiri, bicara sendiri, keluyuran, dan menyendiri. Berdasarkan pengkajian pasien mengatakan: "Saya tidak mau makan, karena jika saya makan makanannya rasa pasir". Klien mengatakan merasa tidak nyaman dan susah untuk makan karena semua makanan berasa pasir. Berdasarkan kasus, apakah diagnosis keperawatan yang tepat? a. Halusinasi pendengaran b. Halusinasi perabaan c. Halusinasi pengecapan d. Harga diri rendah kronik e. Waham somatik Jawaban: C Pembahasan: "Data fokus pada kasus: ""Saya tidak mau makan, karena jika saya makan makanannya rasa pasir"". Klien mengatakan merasa tidak nyaman dan susah untuk makan karena semua makanan berasa pasir. Diagnosis keperawatan pada kasus adalah halusinasi pengecapan. Halusinasi pengecapan adalah satu gejala gangguan jiwa yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa pengecapan pasien di sini merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat & Akemat, 2010). Dari pilihan jawaban: Opsi (a) Tidak tepat, karena tidak ada data yang menunjukkan klien mendengar suarasuara Opsi (b) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat diangkatnya diagnosis halusinasi perabaan Opsi (c) Tepat, karena klien merasakan stimulus pada lidah yang sebenarnya tidak ada

Opsi (d) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat diangkatnya diagnosis harga diri rendah kronik, Opsi (e) Tidak tepat, karena tidak ada data yang menunjukkan klien mengalami masalah waham" Soal 48 Seorang perempuan (18 tahun) dirawat di RS dengan keluhan batuk-batuk, badan lemas, pucat dan tidak selera makan. Pasien didiagnosis mengalami TB paru dan anemia. Berdasarkan pengkajian klien mengatakan bahwa penyakitnya ini menular, tidak akan ada yang mau dekat dengannya lagi. Pasien terlihat tidak bergairah, lesu, dan menolak interaksi dengan yang datang menjenguk. Berdasarkan kasus, apakah diagnosis keperawatan yang tepat? a. Harga diri rendah situasional b. Harga diri rendah kronik c. Gangguan citra tubuh d. Isolasi sosial e. Ketidakberdayaan Jawaban: A Pembahasan: "Data fokus pada kasus: klien mengatakan bahwa penyakitnya ini menular, tidak akan ada yang mau dekat dengannya lagi. Pasien terlihat tidak bergairah, lesu, dan menolak interaksi dengan yang datang menjenguk. Diagnosis keperawatan pada kasus adalah Harga diri rendah situasional. Harga diri rendah situasional adalah evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri sebagai respons terhadap situasi saat ini (SDKI, 2016). Opsi (a) Tepat, karena evaluasi negatif pada diri klien terjadi karena situasi saat ini yaitu memiliki penyakit TB Paru Opsi (b) Tidak tepat, karena evaluasi negatif pada diri klien karena situasi saat ini bukan berlangsung terus menerus Opsi (c) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat diangkatnya diagnosis gangguan citra tubuh.

Opsi (d) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat untuk diangkatnya diagnosis isolasi sosial. Opsi (e) Tidak tepat, karena tidak ada data penguat untuk diangkatnya diagnosis ketidakberdayaan." Soal 49 Seorang perempuan (24 tahun) merasa tidak mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapinya, apatis, menganggap tidak ada orang lain yang dapat membantunya, tidak melihat jalan keluar dari permasalahan yang dialaminya, merasa tidak ada lagi harapan dan merasa tidak mampu berpikir dengan baik. Berdasarkan kasus, apakah diagnosis keperawatan yang tepat? a. Risiko bunuh diri b. Halusinasi c. Keputusasaan d. Ketidakberdayaan e. Harga diri rendah situasional Jawaban: C Pembahasan: "Data fokus pada kasus: Merasa tidak mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapinya, apatis, menganggap tidak ada orang lain yang dapat membantunya, tidak melihat jalan keluar dari permasalahan yang dialaminya, merasa tidak ada lagi harapan dan merasa tidak mampu berpikir dengan baik. Keputusasaan adalah kondisi yang ditandai dengan individu memandang hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada alternatif atau pilihan lagi untuk permasalahannya dan tidak mampu memobilisasi energi demi kepentingannya sendiri (Stuart, Keliat, Pasaribu, 2016). Pada keputusasaan ini klien sudah mengarah kepada risiko bunuh diri. Dari tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh klien, maka masalah keperawatan pada klien adalah keputusasaan Dari pilihan jawaban: Opsi (a) Tidak tepat, karena tidak ada tanda gejala risiko bunuh diri pada klien. Opsi (b) Tidak tepat, karena tidak ada tanda gejala halusinasi pada klien

Opsi (c) Tepat, karena tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh klien merupakan tanda dan gejala masalah keputusasaan. Opsi (d) tidak tepat, karena pada kasus ini klien terlihat sudah menyerah dan tidak ada motivasi lagi. Opsi (e) Tidak tepat, karena tidak ada tanda gejala yang tepat menunjukkan klien mangalami masalah harga diri rendah situasional" Soal 50 Seorang perempuan (23 tahun) dirawat di RSJ karena keluyuran, tertawa sendiri, dan marah-marah. Dari hasil pengkajian: penampilan klien tampak kotor, sudah 1 minggu tidak pernah mandi, pakaian tidak diganti, tercium bau tidak sedap, BAK sembarangan dan ketika disuruh mandi klien menolak dan lebih memilih menyendiri. Berdasarkan kasus, apakah diagnosis keperawatan yang tepat? a. Risiko perilaku kekerasan b. Halusinasi c. Harga diri rendah kronik d. Isolasi sosial e. Defisit perawatan diri Jawaban: E Pembahasan: "Data fokus pada kasus: Penampilan klien tampak kotor, sudah 1 minggu tidak pernah mandi, pakaian tidak diganti, tercium bau tidak sedap, klien BAK sembarangan, dan ketika disuruh mandi klien menolak. Masalah keperawatan pada kasus adalah defisit perawatan diri. Defisit perawatan diri adalah tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri (SDKI, 2016). Dari pilihan jawaban: Opsi (a) Tidak tepat, karena tidak ada data tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang ditunjukkan oleh klien. Opsi (b) Tidak tepat, karena tidak ada data tanda dan gejala halusinasi yang ditunjukkan oleh klien.

Opsi (c) Tidak tepat, karena tidak ada data tanda dan gejala harga diri rendah kronik yang ditunjukkan oleh klien. Opsi (d) Tidak tepat, karena tidak ada data tanda dan gejala isolasi sosial yang ditunjukkan oleh klien. Opsi (e) tepat, karena tanda dan gejala yang muncul pada klien adalah defisit perawatan diri" Soal 51 Seorang perempuan (26 tahun) datang ke poliklinik RSJ. Klien mengatakan akhir-akhir ini ia merasa mengalami ketakutan yang berlebihan sejak mengalami kegagalan dalam wawancara pekerjaan. Klien mengatakan kecewa dengan dirinya dan saat ini tidak mau berinteraksi dengan orang lain karena takut akan membuat emosinya naik. Apakah respons marah yang ditunjukkan klien pada kasus tersebut? a. Amuk b. Asertif c. Frustasi d. Pasif e. Agresif Jawaban: C Pembahasan: "Data fokus pada kasus: Klien mengatakan akhir-akhir ini ia merasa mengalami ketakutan yang berlebihan sejak mengalami kegagalan dalam wawancara pekerjaan. Klien mengatakan kecewa dengan dirinya dan saat ini tidak mau berinteraksi dengan orang lain karena takut akan membuat emosinya naik. Respon marah yang ditunjukkan pasien pada kasus tersebut adalah frustasi (C). Respon frustasi adalah respons marah selanjutnya, biasanya terjadi karena gagal dalam mencapai tujuan dan tidak bisa menerima kenyataan. Dari pilihan jawaban: Opsi (a) Amuk (TIdak tepat), karena perilaku yang ditunjukkan klien pada kasus tidak melukai orang lain.

Opsi (b) Asertif (Tidak tepat), karena klien menunjukkan kecemasan yang berlebihan terhadap sesuatu. Opsi (c) Frustasi (tepat), karena respons yang ditunjukkan klien merupakan tanda dan gejala respons marah frustasi. Opsi (d) Pasif (Tidak tepat), karena klien mampu mengungkapkan masalah dan perasaan yang ia alami. Opsi (e) Agresif (Tidak tepat), karena ekspresi marah klien disertai dengan kecemasan yang berlebihan dan tidak ada tindakan yang mengancam" Soal 52 Seorang laki-laki (20 tahun) dirawat di RSJ sejak 3 hari yang lalu dikarenakan suka menyendiri di rumah dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain selain orang di rumahnya. Hasil pengkajian: klien merasa malu karena tidak lulus tes PLN 1 tahun yang lalu, merasa dirinya tidak berguna dan membuat malu keluarganya. Saat ini, klien terlihat murung dan sedih. Berdasarkan kasus, apakah diagnosis keperawatan yang tepat? a. Harga Diri rendah Kronik b. Isolasi Sosial c. Harga diri rendah situasional d. Risiko bunuh diri e. Waham Jawaban: A Pembahasan: "Data fokus pada kasus: klien merasa malu karena tidak lulus tes PLN 1 tahun yang lalu, merasa dirinya tidak berguna dan membuat malu keluarganya. Saat ini, klien terlihat murung dan sedih. Harga diri rendah kronik adalah Keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri negatif mengenai diri dan kemampuannya dalam waktu lama dan terus menerus yang berhubungan dengan perasaan tidak berharga,tidak berdaya,putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, serta tidak berarti (Stuart Keliat, & Padaribu, 2016., SDKI, 2016). Dari tanda gejala yang ditunjukkan klien mengalami rasa minder sudah sejak kelulusan SMA. Maka masalah keperawatan klien yang tepat adalah harga diri rendah kronik (A)

Dari pilihan jawaban: Opsi (a) Tepat, karena rasa minder yang dialami klien sudah berlangsung sejak 1 tahun., Opsi (b)Tidak tepat), karena klien masih mau berinteraksi dan menceitakan apa yang ia rasakan. Opsi (c) Tidak tepat, karena rasa minder yang dialami klien sudah berlangsung lama. Opsi (d) Tidak tepat, karena tidak ada isyarat, ancaman dan percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh klien. Opsi (e) Tidak tepat, karena tidak ada tanda dan gejala waham yang ditunjukkan oleh klien" Soal 53 Seorang laki-laki (37 tahun) dirawat di RSJ untuk pertama kalinya karena melempar tetangganya dengan batu 5 hari yang lalu. Dari hasil pengkajian: klien mengatakan tidak bisa mengendalikan emosinya dengan baik, wajah terlihat tegang, bicara ketus dan pandangan mata tajam. Klien mengatakan ia ingin mengetahui bagaimana cara meluapkan emosi dengan benar agar tidak sampai mencelakai orang lain. Berdasarkan kasus, apakah tindakan keperawatan yang tepat diberikan pada klien? a. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari b. Membina hubungan saling percaya c. Melatih cara mengontrol RPK dengan verbal/bicara baik-baik d. Melatih klien mengontrol RPK dengan tarik napas dalam dan pukul benda lunak e. Melatih klien mengontrol RPK dengan cara spiritual Jawaban: D Pembahasan: "Data fokus pada kasus: klien mengatakan tidak bisa mengendalikan emosinya dengan baik, wajah terlihat tegang, bicara ketus dan pandangan mata tajam. Klien mengatakan ia ingin mengetahui bagaimana cara meluapkan emosi dengan benar. Tindakan keperawatan untuk pasien RPK adalah: 1) Membina hubungan saling percaya, Menjelaskan tana dan gejala, penyebab dan akibat dari RPK yang dilakukan serta melatih klien mengontrol marah dengan fiisik 1: tarik napas dalam dan Fisik 2: pukul kasur dan bantal

2) Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 6 benar danmenjelaskan manfaat dari minum obet secara teratur serta kerugian jika putus obat 3) Melatih klien mengontrol marah dengan cara Verbal/Bicara yang baik 4) Melatih klien mengontrol marah dengan cara spiritual. Dari pilihan jawaban: Opsi (a) Tidak tepat, karena bukan merupakan tahapan tindakan pada klien dengan masalah RPK tetapi membuat jadwal selalu dilakukan setelah memberikan tindakan pada klien. Opsi (b) Tidak tepat, tindakan ini sudah pasti dilakukan untuk semua klien. Opsi (c)Tidak tepat, karena merupakan tindakan untuk mengajarkan bagaimana cara bicara yang baik. Opsi (d) Tepat, Dari data yang muncul menunjukkan bahwa klien membutuhkan tindakan untuk mengendalikan emosi agar tidak mencelakai orang lain. Adapun tindakan yang tepat adalah melatih klien mengontrol RPK dengan tarik napas dalam dan pukul benda lunak. Karena dengan 2 tindakan ini klien dapat meluapkan emosinya dengan benar. Opsi (e) Tidak tepat, karena bukan merupakan tindakan yang dipilih oleh klien untuk diajarkan." Soal 54 Seorang laki-laki (25 tahun) dibawa ke RSJ oleh keluarganya karena marah-marah, memukul ibunya, dan meresahkan warga sekitar. Saat ini, kondisi klien sudah tenang dan sudah kooperatif. Perawat berencana akan melibatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok. Apakah terapi aktivitas kelompok (TAK) yang tepat diberikan pada pasien? a. TAK Sosialisasi b. TAK Orientasi Realita c. TAK Stimulasi Persepsi d. TAK Stimulasi Sensori e. TAK Defisit Perawatan Diri Jawaban: C

Pembahasan: "Data fokus pada kasus: marah-marah, memukul ibunya, dan meresahkan warga sekitar. Saat ini, kondisi klien sudah tenang dan sudah kooperatif. Masalah keperawatan pada kasus adalah risiko perilaku kekerasan. Maka TAK yang tepat adalah TAK Stimulasi persepsi. TAK Stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman/kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Dari pilihan jawaban: Opsi (a) Tidak tepat, karena TAK sosialisasi diberikan pada klien dengan isolasi sosial dan harga diri rendah kronik Opsi (b) Tidak tepat, karena TAK Orientasi realita diberikan pada klien dengan waham, Opsi (c) Tepat, TAK Stimulasi persepsi, karena TAK untuk klien dengan RPK Opsi (d) Tidak tepat, karena TAK Stimulasi persepsi diberikan pada klien dengan kerusakan komunikasi verbal Opsi (e) Tidak tepat, karena TAK DPD diberikan untuk klien dengan DPD" Soal 55 Seorang laki-laki (23 tahun) dirawat di RSJ sejak 4 hari yang lalu. Dari hasil pengkajian: klien merasa tidak berharga, tidak berguna, dan merasa selalu membuat orang tuanya sedih. Ketika dikaji ternyata 3 bulan yang lalu klien gagal menikah. Klien mengatakan bisa melakukan pekerjaan rumah dengan baik tetapi sejak sakit klien tidak pernah melakukannya lagi. Berdasarkan kasus, apakah tindakan keperawatan yang tepat diberikan pada klien? a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien b. Melatih klien cara berkenalan c. Membantu klien memilih kemampuan yang akan dilatih d. Melatih kemampuan yang dipilih klien e. Membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan Jawaban: C

Pembahasan: "Data fokus pada kasus: Klien mengatakan bisa melakukan pekerjaan rumah dengan baik tetapi sejak sakit klien tidak pernah melakukannya lagi. Dari kata kunci terlihat bahwa klien sudah tahu kemampuan positif yang ia miliki dan menilai kemampuan yang ia miliki tersebut. Maka tindakan keperawatan yang tepat diberikan pada klien adalah Membantu klien memilih kemampuan yang akan dilatih (C) Strategi pelaksanaan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah kronik adalah: 1) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien, bantu klien menilai kemampuan, bantu klien untuk memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, bantu klien untuk memilih kegiatan yang dapat klien lakukan dengan mandiri atau dengan bantuan minimal, dan latih kemampuan pertama yang dipilih klien 2) Latih kemampuan kedua yang dipilih klien 3) Latih kemampuan ketiga yang dipilih klien 4) Latih kemampuan keempat yang dipilih klien

Pilihan lainnya: Opsi (a) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien (tidak tepat), karena sudah diidentifikasi. Opsi (b) Melatih klien cara berkenalan (tidak tepat), karena bukan merupakan SP untuk pasien dengan HDRK. Opsi (c) Membantu klien memilih kemampuan yang akan dilatih (tepat), karena klien belum memilih kemampuan yang mana akan dilatih., Opsi (d) Melatih kemampuan yang dipilih klien (tidak tepat), karena klien belum memilih kemampuan yang akan ia latih. Opsi (e) Membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan (tidak tepat), karena telah diajarkan oleh perawat dan klien sudah mampu menilai kemampuan yang ada pada dirinya" Soal 56

Seorang perempuan (40 tahun) ketika berada di UGD RS berteriak histeris karena kehilangan anaknya yang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas 1 minggu yang lalu dan secara berulang berucap “saya seharusnya tidak menyuruhnya pergi dari rumah pasti semua baik-baik saja”. Apakah fase kehilangan yang saat ini dialami klien? a. Anger b. Denial c. Depression d. Acceptance e. Bargaining Jawaban: E Pembahasan: "Berdasarkan kasus setelah perasaan marah dapat tersalurkan individu kemudian akan memasuki tahap Bargaining (tawar-manawar), ungkapan yang sering diucapkan adalah “....seandainya dia tidak melakukan hal tersebut mungkin semua tidak terjadi”...atau “misalkan dia tidak memilih ke tempat itu...pasti semua akan baik-baik saja” Tinjauan opsi lain: -Opsi Anger (marah) => tidak ada data yang menunjukkan reaksi kehilangan dengan menunjukkan perasaan marah pada diri sendiri/orang lain -Opsi Denial (menolak) => tidak ada data yang menunjukkan reaksi kehilangan berupa penolakan, tidak menerima/tidak percaya -Opsi Depression (Depresi) => tidak ada data yang menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau bicara/putus asa -Opsi Acceptance (penerimaan) => tidak ada data yang mendukung penerimaan terhadap kenyataan kehilangan mulai dirasakan, sehingga sesuatu yang hilang mulai dilepaskan

Yusuf, riskyfitryasari PK,Harik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika" Soal 57

Seorang laki-laki (32 tahun) masuk IGD RSJ diantar keluarganya. Keluarga mengatakan klien di rumah sering berkata kasar, memukul jika keinginannya tidak terpenuhi dan terjadi sejak di PHK 1 bulan yang lalu. Hasil pengkajian: mata klien tampak melotot, tangan mengepal, wajah tampak memerah. Apakah tindakan yang tepat dilakukan perawat pertama kali? a. Bina hubungan saling percaya b. Latih pasien secara fisik (tarik napas dalam dan pukul bantal dan kasur) c. Latih dengan 6 benar minum obat d. Latih dengan cara verbal e. Latih dengan cara spiritual (2 kegiatan) Jawaban: B "DS : -keluarga mengatakan klien dirumah sering berkata kasar, memukul jika keinginan tidak terpenuhi DO : -Mata tampak melotot -Tangan mengepal -Wajah tampak memerah diagnosis keperawatan : Risiko perilaku kekerasan Risiko perilaku kekerasan adalah berisiko membahayakan secara fisik, emosi dan/atau seksual pada diri sendiri atau orang lain (SDKI, 2016) Jawaban yang tepat: latih pasien secara fisik (tarik napas dalam dan pukul bantal dan kasur) (b) Dari hasil pengkajian, perawat telah mendapatkan masalah yang dialami klien. Maka tindakan keperawatan selanjutnya adalah perawat melatih cara mengontrol perilaku kekerasan klien secara fisik (tarik napas dalam dan pukul bantal dan kasur). Tindakan keperawatan pada pasien Risiko Perilaku Kekerasan yaitu :

1. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik : tarik napas dalam dan pukul bantal kasur 2. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan obat ( 6 benar obat, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat, akibat jika tidak diminum sesuai program, akibat putus obat) 3. Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal (3 cara, yaitu mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar) 4. Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual (2 kegiatan) Tinjauan opsi lain: -Opsi bina hubungan saling percaya (tidak tepat) karena masalah klien sudah terkaji oleh perawat -Opsi latih cara 6 benar minum obat (tidak tepat) karena tindakan ini dilakukan setelah pasien mampu mengontrol PK yaitu latihan dengan cara fisik secara mandiri. -Opsi latih dengan cara verbal (tidak tepat) karena tindakan ini dilakukan setelah pasien mampu mengontrol PK dengan 6 benar minum obat secara mandiri -Opsi latih dengan cara spiritual (tidak tepat) karena tindakan ini dilakukan bila pasien sudah mampu mengontrol PK dengan cara verbal secara mandiri.

Yuzuf, Risky Fitryasari PK, Harik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika." Soal 58 Seorang perempuan (27 tahun) datang ke poliklinik RSJ bersama keluarganya. Hasil pengkajian: klien sering dimarahi atasannya karena hasil kerjanya tidak maksimal sehingga menjadi bahan pembicaraan di tempat kerjanya. Padahal klien merasa telah melakukan pekerjaannya dengan baik. Klien tampak tidak bersemangat, acuh dengan penampilannya. Apakah masalah konsep diri yang dialami oleh pasien? a. Peran b. Ideal diri c. Harga diri d. Identitas diri

e. Gambaran diri Jawaban; A Pembahasan: "Peran merupakan posisi, sikap individu dalam masyarakat/kelompok sosial sesuai dengan diharapkan oleh masyarakat. Peran di sini yaitu sebagai sarana untuk berperan serta dalam kehidupan sosial dan menguji identitas seseorang. Data pada kasus di atas menunjukkan perilaku klien sesuai perannya, hal ini terlihat klien acuh dengan penampilan, tidak bersemangat, hasil kerjanya tidak maksimal sehingga ia sering dimarahi atasannya. Selain itu, sikap klien tersebut dan peran yang dijalaninya ia menjadi bahan ejekan di tempat kerjanya meskipun klien mengatakan ia telah melakukan pekerjaannya dengan baik. Tinjauan opsi lain: -Opsi ideal diri => tidak ada data yang menunjukkan persepsi individu tentang bagaimana berperilaku berdasarkan nilai yang diyakininya. Individu cenderung menyusun tujuannya sesuai dengan kemampuannya dan melahirkan harapannya terhadap diri sendiri saat berada di tengah masyakarat dengan norma tertentu. -Opsi harga diri => tidak ada data yang menunjukkan penilaian pribadi terhadap diri dan pencapaiannya disesuaikan dengan ideal dirinya -Opsi identitas diri => tidak ada data yang menunjukkan kesadaran tentang diri sendiri yang diperoleh individu dari penilaian dirinya sendiri, menyadari dirinya berbeda dengan orang lain -Opsi gambaran diri => data pada kasus tidak menunjukkan sikap/ penilaian individu baik disadari maupun tidak terhadap dirinya. Contoh : perasaan menarik/tidak, gemuk/tidak.

Yuzuf, Risky Fitryasari PK, Harik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika" Soal 59 Seorang laki-laki (30 tahun) dirawat di RSJ sejak 2 hari yang lalu. Hasil pengkajian: anak pasien satu-satunya meninggal dunia 1 tahun yang lalu. Pasien di PHK sejak delapan bulan yang lalu sehingga merasa diacuhkan dan kesepian. Disusul 2 minggu yang lalu pasien ditinggal istrinya untuk selamanya. Apakah faktor presipitasi dari kasus di atas? a. Anak satu-satunya meninggal dunia

b. PHK c. Kesepian d. Diacuhkan e. Ditinggal istrinya untuk selamanya Jawaban: E Pembahasan: "Faktor presipitasi adalah suatu stimulus/pencetus yang mengancam individu. Untuk acuan waktunya yaitu pencetus terjadinya masalah dalam waktu 6 bulan terakhir. Jawaban yang tepat: ditinggal istrinya untuk selamanya. Data di atas menunjukkan bahwa dua minggu yang lalu pasien ditinggal istrinya untuk selamanya. Tinjauan opsi lain: -Opsi anak satu-satunya meninggal dunia (tidak tepat), karena kejadian ini terjadi 1 tahun yang lalu -Opsi PHK (tidak tepat), karena kejadian ini terjadi 8 bulan yang lalu -Opsi kesepian (tidak tepat), karena ini bukan faktor pencetus melainkan perasaan pasien yang dikeluhkan dan merupakan dampak dari kejadian yang terjadi 8 bulan yang lalu -Opsi diacuhkan (tidak tepat) karena ini adalah perasaan yang dikeluhkan pasien yang merupakan dampak dari kejadian 8 bulan yang lalu." Soal 60 Seorang perempuan (40 tahun) datang ke poliklinik RSJ, keluarganya mengatakan pasien tidak mau bicara dan suka menyendiri sejak mengalami gagal ginjal 2 bulan yang lalu. Hasil pengkajian: pasien tampak pendiam, penampilan tidak rapi, kuku kotor, sesekali menggaruk-garuk kepala dan badannya." Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan pertama kali? a. Membina hubungan saling percaya b. Melatih cara berkenalan dengan satu orang

c. Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri d. Melatih pasien berdandan/berhias dengan baik e. Melatih makan dan minum secara mandiri Jawaban: C Pembahasan: "DS : -Keluarga mengatakan pasien tidak mau bicara dan suka menyendiri sejak mengalami gagal ginjal 2 bulan yang lalu DO : -Pasien tampak pendiam -Penampilan tidak rapi -Kuku kotor -Sesekali tampak mengaruk-garuk kepala dan badannya Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri Menurut Herdman dalam Nurhalimah (2016) defisit perawatan diri adalah suatu gangguan didalam melakukan aktivitas perawatan diri (kebersihan diri, berhias, makan dan minum, toileting). Tindakan keperawatan dengan defisit perawatan diri yaitu : 1. Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut dan potong kuku 2. Latih cara berdandan setelah kebersihan diri : sisiran, rias muka untuk wanita, sisiran, cukuran untuk pria 3. Latih cara makan dan minum yang baik 4. Latih elliminasi dan toeliting yang baik Jawaban yang tepat: melatih pasien cara perawatan kebersihan diri (c)

Hasil pengkajian perawat telah menemukan masalah yang dialami klien, maka tindakan keperawatan selanjutnya dengan pasien defisit perawatan diri yaitu latih pasien cara perawatan kebersihan diri.

Tinjauan opsi lain: - Opsi bina hubungan saling percaya (tidak tepat) karena perawat sudah mengetahui masalah pada klien. - Opsi melatih pasien cara berkenalan dengan satu orang (tidak tepat), karena latihan ini dilakukan pada pasien dengan isolasi sosial meskipun awal masuk ke RSJ dengan masalah keperawatan isolasi sosial, namun masalah yang dialami pasien saat ini adalah defisit perawatan diri. - Opsi melatih pasien berdandan/berhias dengan baik (tidak tepat), karena latihan ini dilakukan setelah pasien melakulan cara perawatan kebersihan diri secara mandiri - Opsi melatih makan dan minum secara mandiri (tidak tepat), tindakan ini dilakukan setelah pasien mampu berdandan/berhias dengan baik secara mandiri.

Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan : Kemenkes RI Soal 61 Seorang wanita (27 tahun) diantar ke RSJ. Keluarga mengatakan pasien suka mengamuk dan membanting barang-barang di sekitarnya. Hasil pengkajian: pandangan mata pasien tampak tajam, berbicara kasar, tangan mengepal. Apakah tindakan keperawatan yang tepat pertama kali dilakukan perawat? a. Bina hubungan saling percaya b. Latih cara tarik napas dalam, pukul bantal dan kasur c. Latih 6 benar minum obat d. Latih cara verbal e. Latih dengan spiritual Jawaban: B Pembahasan:

"DS : -Keluarga mengatakan pasien suka mengamuk dan membanting barang-barang di sekitarnya DO : -Pasien tampak pandangan matanya tajam -Berbicara kasar -Tangam mengepal Diagnosis keperawatan : Risiko perilaku kekerasan Risiko perilaku kekerasan yaitu berisko membahayakan secara fisik, emosi dan/atau seksual oada diri sendiri atau orang lain (SDKI, 2016) Tindakan keperawatan pada pasien Risiko Perilaku Kekerasan yaitu : 1. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik : tarik napas dalam dan pukul bantal kasur 2. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan obat ( 6 benar obat, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat, akibat jika tidak diminum sesuai program, akibat putus obat) 3. Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal (3 cara, yaitu mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar) 4. Latih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual (2 kegiatan)

Jawaban yang tepat: Latih cara tarik napas dalam, pukul bantal dan kasur (b) Hasil dari pengkajian bahwa klien mengalami risiko perilaku kekerasan, maka tindakan keperawatan selanjutnya yaitu melatih klien dengan cara tarik napas dalam dan pukul bantal dan kasur Tinjauan opsi lain: - Opsi bina hubunagn saling percaya (tidak tepat) karenaperawata sudah mengetahui masalah yang dialami klien saat ini.

- Opsi latih cara 6 benar minum obat (tidak tepat) karena tindakan ini dilakukan setelah pasien mampu mengontrol PK yaitu latihan dengan cara fisik secara mandiri. - Opsi latih dengan cara verbal =>tidak tepat karena tindakan ini dilakukan setelah pasien mampu mengontrol PK dengan 6 benar minum obat secara mandiri - Opsi latih dengan cara spiritual (tidak tepat) karena tindakan ini dilakukan bila pasien sudah mampu mengontrol PK dengan cara verbal secara mandiri. Soal 62 Seorang laki-laki (36 tahun) dirawat di RSJ dengan alasan selalu berteriak, merusak benda-benda di sekitarnya sejak 1 minggu lalu. Hasil pengkajian: pasien tampak menunjuk ke satu arah, tampak ketakutan, dan berkata “tolong saya, akan ada yang membunuh saya."Apakah tindakan keperawatan yang tepat pertama kali dilakukan perawat? a. Membina hubungan saling percaya b. Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus, perasaan, respons, dan upaya dilakukan pasien mengontrol halusinasi c. Melatih cara menghardik d. Melatih cara tarik napas dalam, pukul bantal dan kasur e.Melatih cara 6 benar minum obat Jawaban: B Pembahasan: "DS : -Tolong saya, akan ada yang membunuh saya DO : -Pasien tampak menunjuk ke satu arah -Tampak ketakutan Masalah keperawatan : Halusinasi penglihatan Halusinasi penglihatan adalah gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang menakutkan padahal tidak ada bayangan. Tindakan keperawatan dengan halusinasi yaitu :

a.Membina hubungan saling percaya b.*Megidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus, perasaan, respons dan upaya yang dilakukan pasien untuk mengontrol halusinasi* c.Melatih pasien cara menghardik d.Melatih cara 6 benar minum obat e.Melatih bercakap-cakap dengan orang lain f.Melatih dengan melakukan kegiatan dirumah (Nurhalimah, 2016)

Data pada kasus “tolong saya, akan ada yang membunuh saya”, ini menunjukkan bahwa pasien telah menggungkapkan perasaannya kepada perawat, hal ini berarti telah terbentuk rasa saling percaya antara pasien dan perawat. Maka tindakan keperawatan pertama kali dilakukan selanjutnya yaitu mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus, perasaan, respons, dan upaya dilakukan pasien mengontrol halusinasi, agar perawat dapat menggali lebih terkait keluhan yang dirasakan pasien.

Tinjauan opsi lain: -Opsi membina hubungan saling percaya (tidak tepat), karena sesuai data pada kasus sudah terbina hubungan saling percaya antara pasien dan perawat -Opsi melatih cara menghardik (tidak tepat), karena latihan ini dilakukan setelah perawat mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus, perasaan, respons, dan upaya dilakukan pasien mengontrol halusinasi -Opsi melatih cara tarik napas dalam, pukul bantal dan kasur (tidak tepat), karena latihan ini untuk perilaku kekerasan meski pasien awal masuk dengan PK tapi masalah keperawatan saat ini bukan PK tapi Halusinasi penglihatan -Melatih cara 6 benar minum obat (tidak tepat), karena tindakan ini dilakukan setelah pasien melakukan latihan tarik napas dalam, pukul bantal dan kasur secara mandiri

Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan : Kemenkes RI" Soal 63

Seorang perempuan (29 tahun) dirawat di RSJ dengan keluhan sering marah dan merusak barang-barang di sekitarnya. Setelah intervensi pertama selesai, perawat membuat kontrak waktu dengan pasien terkait latihan 6 benar minum obat besok jam 9 pagi di ruangan. Keesokan harinya perawat menemui pasien jam 10 pagi. Apakah prinsip etik yang dilanggar perawat? a. Autonomy b. Beneficience c. Justice d. Fidelity e. Veracity Jawaban: D

Pembahasan Data pada kasus di atas menunjukkan bahwa perawat membuat kontrak/perjanjian dengan pasien untuk latihan 6 benar minum obat besok jam sembilan pagi, ternyata perawat tidak menepati kontrak yang telah disepakati, hal ini terlihat perawat menemui pasien jam sepuluh pagi. Fidelity (menempati janji) merupakan prinsip yang menekankan kesetiaan perawat pada komitmennya, menempati janji terhadap klien/kekuarga (Utami,W., Ngesti, dkk 2016)Tinjauan opsi lain: -Autonomy (Otonomi) (tidak tepat), karena otonomi merupakan suatu prinsip dimana klien diberi kebebasan untuk mengatur sendiri sesuai hakikat manusia/ perawat menghargai hak-hak klien.Beneficience (Berbuat baik) (tidak tepat), pada prinsipnya perawat melakukan yang terbaik bagi klien sebagai bentuk wujud rasa kemanusiaan.-Justice (Keadilan) (tidak tepat) karena keadilan yang dimaksud yaitu perawat berlaku adil pada setiap klien sesuai dengan kebutuhannya.-Veracity (Kejujuran) (tidak tepat) karena prinsip etik kejujuran ini artinya perawat harus mengatakan yang sebenarnya dan tidak membohongi klien.Utami, W. Ngesti, dkk. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional. Jakarta Selatan : Kemenkes RI. Soal 64 Seorang perempuan (21 tahun) dibawa ke IGD RSJ. Keluarga mengatakan 2 hari yang lalu pasien meminum 1 gelas cairan pencuci piring. Hasil pengkajian: pasien merasa tidak berharga dan tidak memiliki masa depan, nada suara lemah, banyak menunduk.

Hal ini terjadi sejak pasien di DO dari kampusnya."Apakah masalah keperawatan yang tepat? a. Percobaan bunuh diri b. Risiko bunuh diri c. Isolasi sosial d. Harga diri rendah e. Halusinasi Jawaban: D "DS : -Keluarga mengatakan 2 hari yang lalu pasien menghabiskan 1 gelas berisi cairan pencuci piring -Pasien merasa tidak berharga dan tidak memiliki masa depan

DO : -Nada suara lemah -Banyak menunduk Masalah keperawatan : Harga diri rendah Harga diri rendah adalah suatu kondisi dimana individu menilai dirinya/kemampuan dirinya negatif. Tanda dan gejala ditandai hal negatif diri sendiri atau orang lain, perasaan tidak mampu, pandangan hidup pesimis, penolakan terhadap kemampuan diri, lebih banyak menundukkan kepala, nada suara lemah, bicara lambat, mengekspresikan tidak berdaya dan tidak berguna (Utami,W., Ngesti, dkk 2016).

Tinjauan opsi lain: -Opsi percobaan bunuh diri (tidak tepat) karena percobaan bunuh diri merupakan masalah keperawatan pasien ketika masuk RSJ bukan masalah keperawatan hasil pengkajian

-Opsi Risiko bunuh diri (tidak tepat) karena tidak ada data yang menunjukkan perilaku pasien untuk cenderung melakukan bunuh diri -Opsi isolasi sosial (tidak tepat) karena tidak ada data yang menunjukkan pasien suka menyendiri, kontak mata tidak ada, tidak ada menjalin komunikasi dengan orang lain -Opsi halusinasi (tidak tepat) karena tidak ada data yang menujukkan pasien mengalami gamgguan persepsi yang mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi

Utami, W. Ngesti, dkk. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional. Jakarta Selatan : Kemenkes RI." Soal 65 Seorang perempuan (28 tahun) dibawa ke RSJ karena tidak mau berinteraksi dengan siapapun. Keluarga mengatakan setelah gagal tes menjadi pramugari sebanyak 3 kali, klien selalu mengurung diri. Hasil pengkajian saat ini : klien tampak tidak ada kontak mata, afek tumpul, menyendiri, sulit diajak berinteraksi dan terlihat murung. Apakah diagnosis keperawatan yang tepat ? a. Halusinasi b. Harga diri rendah situasional c. Isolasi Sosial d. Defisit perawatan diri e. Resiko bunuh diri Jawaban: C Pembahasan: Data fokus masalah pada kasus : klien tampak tidak ada kontak mata, afek tumpul, menyendiri, sulit diajak berinteraksi dan terlihat murung. Maka diagnosis keperawatan yang tepat adalah Isolasi sosial. Opsi “Halusinasi” (Tidak tepat), karena tidak ada data tanda dan gejala halusinasi yang ditunjukkan oleh klien pada kasus. Opsi “Harga diri rendah situasional” (Tidak tepat), karena tidak ada keluhan klien yang menunjukkan klien mengalami masalah HDRS.Opsi “Defisit perawatan diri” (Tidak tepat), karena fokus utama masalah bukan DPD walaupun klien dengan gangguan jiwa rata-rata mempunyai masalah DPD.Opsi “Resiko bunuh diri” (Tidak tepat), karena tidak ada data yang menunjukkan untuk penegakan diagnosis resiko bunuh diri. Halusinasi Pendengaran, misalnya; mendengar suara-suara yang berbisik, melengking, mendesir, bising, atau kata-kata. Ada suara terdengar ditelinga, sehingga terlihat

bertengkar atau berbicara sendiri dengan suara tersebut. Mendengar suara yang berasal dari bagian atau dari dalam tubuh sendiri. Mendengar suara dari suatu tempat dekat atau jauh. Mendengar suara-suara yang menyuruh untuk melakukan sesuatu. Halusinasi penglihatan, misalnya; melihat sesuatu kejadian menakutkan atau mengerikan. Melihat kilatan cahaya, melihat sebuah bentuk tertentu, misal ular besar, bidadari, malaikat, hewan buas dan lain sebagainya. Halusinasi penciuman, misalnya; tampaknya merasa mencium bau sesuatu. Merasa mencium bau kemenyan, sampah, kotoran, wewangian disekitar kemanapun bergerak. Halusinasi pengecapan, misalnya; tampaknya merasa mengecap sesuatu. Merasa lidah terlalu pahit, panas, asam, asin atau manis. Halusinasi Perabaan, misalnya; seolah-olah merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari, atau ada sesuatu yang bergerak di kulitnya. 1. Assertif Fase ini bisa dibilang respon wajar dalam hal marah, karena merupakan ungkapan kekesalan, atau tidak setuju akan suatu hal. Marah dalam fase assertif tidak merugikan orang lain, hanya mengungkapkan perasaan dan menyatakan secara verbal, terkadang dalam bentuk non verbal. Bahkan sikap assertif bisa membuat perasaan lega kepada orang yang melakukannya. Malah terkadang setelah marah dalam fase ini, muncul motivasi sebagai respon dari kegagalan atau ketidaksetujuan akan sesuatu. Fase assertif adalah tingkatan marah (rentang respon marah) yang paling rendah, malah kadang susah dibedakan antara dia marah atau sekedar bersedih. 2. Frustasi Respon frustasi adalah respon marah selanjutnya, biasanya terjadi karena gagal dalam mencapai tujuan dan tidak bisa menerima kenyataan. Bedanya dengan assertif, orangorang yang mengalami frustasi memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi. Nampak ketegangan dalam dirinya dan sering menjauh dari keramaian. Kekecewaan yang dialami sangat membekas, ditampakkan dari mengurangi interaksi dengan orang lain dan lebih sering menyendiri. 3. Pasif Marah pasif adalah marah yang paling banyak dilakukan oleh perempuan, fase ini sangat berbeda dengan fase sebelumnya yang menunjukkan marah dengan nyata. Ini adalah jenis marah yang lebih banyak diam, tidak mengungkapkan amarah. Itulah kenapa saya mengatakan bahwa jenis marah ini paling banyak dilakukan oleh perempuan, suasana hati perempuan susah ditebak ketika diam, mereka marah tapi tidak ketahui alasannya dan apa yang harus dilakukan. Hanya duduk termenung, dengan muka masam tanpa kata-kata sedikitpun, laki-laki yang berada di posisi ini bingung harus bereaksi seperti apa. Kalau ada yang tidak setuju, Meski tidak mengungkapkan perasaannya, orang-orang yang marahnya pasif tidak boleh disepelekan. Perasaan marah yang dipendam bisa keluar kapan saja, bahkan bisa menjadi beban pikiran jika dibiarkan berlarut-larut.

Maka sebaiknya marah itu diekspresikan, dikeluarkan dengan wajar, jangan disimpan agar tidak menjadi penyakit hati. Sama halnya cinta, katakan bila memang suka, buang jauh-jauh jika memang tidak ada perasaan. 4. Agresif Perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol. Orang agresif biasanya tidak mau tahu pendapat orang lain. Marah diekspresikan dengan fisik dan nyata namun masih terkontrol, tapi mulai menggunakan kata-kata yang kasar bahkan hingga mengancam. Terkadang pada fase ini sudah ada gerakan seperti akan memukul seseorang namun tidak dilakukan, masih sebatas gertakan. Meski belum sampai melukai orang lain, agresif sudah termasuk fase maladaptif (tidak bisa beradaptasi terhadap keadaan) pada rentang respon marah. 5. Kekerasan/ Mengamuk Rasa marah yang kuat disertai dengan kehilangan kontrol diri, inilah tingkatan marah yang paling tinggi. Orang yang mengamuk tidak bisa lagi mengontrol emosi yang dia miliki, sebaliknya emosilah yang mengendalikan dirinya. Mengamuk menjadi salah satu diagnosa dalam ilmu kejiwaan, dimana orang yang marah hingga mengamuk tergolong sebagai gangguan kejiwaan. Bahkan ada yang namanya kegawatdaruratan psikiatri (kejiwaan), ini dikarenakan tindakan dilakukan bisa mengancam, menyakiti diri sendiri dan juga orang lain di sekitarnya. Sebaiknya kalau marah jangan sampai mengamuk, dan kalau ada yang ngamuk sebaiknya jangan didekati. semoga kita semua diberi kesabaran ketika menghadapi sebuah masalah, ataupun mengalami sebuah kegagalan. semoga jikapun marah, masih dalam tahap wajar tidak sampai mengamuk seperti yang dijelaskan pada rentang respon marah tadi.

Related Documents

Soal Sbk Kelas 8
February 2021 1
8
February 2021 3
8
February 2021 3
8 Sets Of 8 New
February 2021 4
8 Steps: To Planning A
January 2021 0

More Documents from "shanpiePL"