Baja-asd

  • Uploaded by: anon_622581829
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Baja-asd as PDF for free.

More details

  • Words: 27,238
  • Pages: 136
Loading documents preview...
KONSTRUKSI BAJA –ASD PPBBI-1983

Karyoto

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2011

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA | Konstruksi baja-ASD

i

Kata Pengantar Buku pegangan ini dibuat dengan maksud dapat dijadikan panduan bagi mahasiswa yang memprogram mata kuliah Konstruksi Baja I. Buku ini disusun dengan menggunakan Peraturan Pelaksanaan Bangunan Baja Indonesia tahun 1983 (PPBBI-1983). Adapun konsep analisis menggunakan metode tegangan yang diijinkan (Analysis Strength Design). Mudah-mudahan buku pegangan ini dapat memberikan kemudahan pada mahasiswa dan pembelajaran menjadi suasana yang menyenangkan.

Surabaya, 16 Desember 2011

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA | Konstruksi baja-ASD

i

Daftar Isi Kata pengantar Daftar isi I. Teknologi Baja II. Sambungan Tugas 1 III. Batang Tarik IV. Batang Tekan (kolom) Tugas 2 V. Balok VI. Stabilitas Pelat Tugas 3 VII. Balok-kolom Tugas 4 VIII. Balok Keran Tugas 5 IX. Konstruksi Jembatan Tugas 6 X.

Jembatan rangka Tugas 7

................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. ................................................. .................................................

i ii 1 11 38 39 41 54 55 61 74 75 86 87 98 100 112 113 127

Daftar Pustaka.

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA | Konstruksi baja -ASD

ii

I. TEKNOLOGI BAJA 1. Latar Belakang 1. Perkembangan teknologi baja 1777 – 1870 - Besi tuang 1855 - Bessemer 1870 - Penyempurnaan konvertor Bessemer 1890 - Baja konstruksi 2. Pembuatan baja Logam yang penting dalam lapangan teknik adalah besi, yang berarti: unsur besi murni (Fe) BJ=7,876, dan besi teknik BJ=7,85. Besi teknik terdiri dari besi mentah tidak dapat ditempa C >3,5% ; besi tuang yang tidak dapat ditempa C >2,3% ; dan baja yang dapat ditempa C < 1,7%. Baja adalah besi yang dapat ditempa, kadar zat-arangnya di bawah 1,7%. Baja dibuat dari besi mentah (yang diperoleh dari dapur tinggi) yang diproses melalui konventor atau dapur Siemens-Martin dalam pabrik baja. a. Dapur tinggi 1) Bahan-bahan Bahan dasar membuat besi mentah adalah biji besi yang prosentase besinya sebesar mungkin. Besi ini berupa Fe3O4 dan Fe2O3 atau karbonat besi FeCO3 yang dinamakan batu besi-spat. Batu ini berbentuk bongkah-bongkah yang tidak sama besarnya kemudian dimasukkan ke mesin pemecah batu sehingga mempunyai iukuran paling besar 60mm. Bahan tambahan yang diperlukan untuk mempersatukan abu kokas dan batu-batuan ikutan yang asam (SiO2) hingga menjadi terak, yang dengan mudah dapat dipisahkan dari besi mentah yang menjadi cair dipakai batu kapur (CaCO3). Apabila batu-batuan ikutan basa, dipakai bahan tambahan asam misalnya fluorid kalsium (CaFO2). 2) Kokas Kokas adalah bahan bakar yang dibuat dari dari batu bara dengan jalan menyuling-kering batu bara. Bagian yang terdiri dari gas, ter dan air dikeluarkan, yang tinggal hanyalah zat arang ( C ) dan abu, inilah yang dinamakan kokas. 3) Pembuatan Dapur tinggi terdiri dari dua bagian utama ialah pemrosesan dan cerobong yang mempunyai jarak kira-kira 30 m. Di dalam dapur tinggi terdapat 3 daerah ialah: dari muncung dapur ke bawah adalah daerah pemanas pendahuluan dengan suhu 2000-8000 C; bagian paling lebar adalah daerah reduksi dengan suhu 8000-14000C, dan daerah hentian ke muncung tiup dengan suhu paling tinggi 14000-16000C. Bahan dasar dimasukkan terlebih dahulu dikeringkan pada muncung dapur oleh gas dapur tinggi. Lebih ke bawah di dalam dapur dengan suhu 4000C, oksid-oksid besi yang tinggi mulai diubah menjadi oksid-oksid rendah oleh monoksid arang (CO) yang naik ke atas menurut rumus: Fe3O4+CO 3FeO+CO2 Fe2O3+3CO 3FeO+CO2

Konstruksi baja-ASD

Page 1

Perubahan dengan CO ini dinamakan reduksi tidak langsung, proses ini berlangsung terus di dalam seluruh daerah reduksi. Pada suhu 9000C batu kapur dan batu besi spat terurai menurut rumus: CaCO3 CaO+CO2 FeCO 3 FeO+CO2 Di dalam daerah lebur terjadi reduksi langsung oleh zat arang sendiri menurut rumus FeO+C Fe+CO Selanjutnya di dalam daerah lebur terjadi terak cair, yaitu dari batu kapur , batu ikutan dan abu kokas menurut rumus: CaO+SiO2 CaSiO2 (silikat kalsium) Bila biji mengandung mangaan (Mn) : MaO+SiO2 MnSiO2 (silikat mangaan) Sebagai hasil antaranya terjadi pula terak yang mengandung besi (FeSiO) , yang di bagian palin bawah dari daerah lebur dapat direduksi kembali oleh arang memijar menurut rumus: FeO+SiO2 FeSiO2 (terak besi) FeSiO2 FeO+SiO2 (penguraian) FeO+C Fe+CO (reduksi) Karena udara yang dimasukkan pada muncung-muncung tiap suhu 9000C, kokas yang terbakar menurut rumus C+O2 CO2 maka dihasilkan kalor yang diperlukan untuk dapat berlangsungnya proses. Tetapi dioksid arang (CO2) yang terjadi sebagian direduksi kembali oleh kokas memijar yang letaknya lebih tinggi: CO2+C 2 CO Dengan demikian selalu tersedia monoksid arang (CO) untuk reduksi tidak langsung. Kokass 58% diperlukan untuk memanaskan dan 42% untuk mereduksi. Proses dapur tinggi tidak diperoleh besi (Fe) yang murni secara kimia, karena zat arang ( C ) dengan mudah larut dalam besi didaerah lebur dan menjadi karbit-besi (Fe3C). Kadar zat arang di dalam besi mentah rata-rata 3,5-4% , jadi besi tidak dapat ditempa. Teknologi dapur tinggi selalu berkembang dari kapasitas produksi 700 ton perhari berkembang sampai kapasitas 1200 ton perhari. Penggunaan tenaga listrik juga digunakan pada daerah yang memghasilkan batu bara yang kurang baik mutunya. b. Konventor Bahan dasar baja adalah besi mentah dari dapur tinggi. Bahan campuran yang tidak berguna seperti zat arang, silisium dan manggan, yang tidak dapat dibuang dalam dapur tinggi harus dibakar menjadi terak melalui konventor. 1) Proses Bessemer Proses Bessemer digunakan untuk mengubah besi mentah kelabu menjadi besi yang dapat ditempa dengan pengaruh oksidasi dari aliran udara yang dihembuskan melalui logam yang sedang cair 2) Proses Thomas Perbaikan dari proses Bessemer dilakukan oleh seorang Inggris Thomas dan memberikan hasil yang memuaskan. Proses Thomas menggunakan konvertor yang bersifat basa, yaitu kapur dan oksid magnesium (CaO +MgO). Konstruksi baja-ASD

Page 2

c. Dapur Siemens-Martin Dapur Siemens-Martin ialah sebuah dapur nyala api. Pada dapur ini pencairan berada di dalam sebuah tungku yang terbuat dari batu tahan api, sedangkan pemanasan berlangsung dari atas oleh nyala gas. Muatan sebesar 60-100 ton akan memerlukan pemrosesan selama 7-9 jam. d. Dapur cawan Dapur cawan ialah sebuah dapur nyala api regenerator seperti dapur Siemens-Martin. Pencairan tidak di dalam tungku melainkan di dalam cawan-cawan yang berdiri di dalam dapur yang berderet. Cawan terbuat dari tanah liat tahan api dengan grafit. Banyaknya cawan 20-100 cawan dan setiap cawan berisi 30 kg baja. e. Dapur elektro Dapur elektro tidak memakai nyala api dan gas-gas pembakaran oksidasi terjadi dengan udara dan reduksi hanya dengan campuran campuran tambahan, terutama dengan bijih dan kulit besi. Kalor diadakan oleh busur cahaya, biasanya dengan 3 buah elektroda-arang untuk arus listrik putar, dapur ini isinya sampai 100 ton.

2. Baja struktural : 1. Baja karbon Baja karbon adalah baja yang terdiri dari a) karbon 1,7 ; b) mangan 1,65 ; c) silicon 0,6 ; d) tembaga 0,6 Baja karbon dibedakan menjadi : Baja karbon rendah < 0,15 % Baja karbon lunak 0,15 - 0,29 % Baja karbon sedang 0,30 - 0,59 % Baja karbon tinggi 0,60 - 1,70 % Baja struktural adalah baja karbon lunak 0,25 – 0,29 % Menaikkan karbon akan menaikkan tegangan leleh, ductility turun dan sukar dilas 2. Baja paduan rendah berkekuatan tinggi Baja karbon + (Vanadium + chrom + columbium + tembaga + mangan, molybdenum + nikel +phosphor) agar sifat mekanisme lebih baik Baja karbon menaikkan kekuatan dengan menaikkan karbon Baja paduan menaikkan kekuatan dengan memperbaiki mikro strukstur 3. Baja paduan Pendinginan dan pemanasan untuk menaikkan kekuatan Pendinginan dalam air (quenched) akan menghasilkan martensit yaitu mikrostruktur yang sangat keras, kuat dan getas Pemanasan (tempered) kembali akan menghasilkan pengurangan sedikit kekuatan dan kekerasan tetapi menaikkan keliatan dan daktilitas

Konstruksi baja-ASD

Page 3

Gambar 1.1: Proses produksi baja

Konstruksi baja-ASD

Page 4

3. Pengujian : 1. Percobaan statik a. Percobaan tarik

A-A

A

B

A

B

B-B

Gambar 1.2 : Benda uji untuk percobaan tarik

Dari percobaan tarik akan menghasilkan:

ζ

P ; A

δl 

P.L E.A

ε

δl ; L

ζ

ζu n

P = Beban pengujian A = Luas penampang benda uji (pot.A-A) L = Panjang benda uji  l = perpanjangan benda uji  = regangan u=

pengecilan perpanjangan

penampang benda uji = angka Poisson

E = modulus elastis/secan modulus baja (benda uji) Harga n berkisar sebagai berikut: 1) Beban diam/static n = 3 – 4 2) Beban dinamik : rantai keran, batang motor diesel n = 5 – 8 3) Beban dinamik : batang penggerak lokomotif n = 8 – 10 b. Percobaan tekan

ζ  ζ tk  ζ tekan

c. Percobaan geser

η  0,6.ζ

Gambar 1.3 : Percobaan geser Konstruksi baja-ASD

Page 5

d. Percobaan lengkung e. Percobaan puntir

M  ζ W M ζ  0,7.ζ W

ζl 

2. Percobaan dinamik a. Percobaan takik dari Charpy

Gambar 1.4 : Percobaan takik dari Charpy Benda di uji sampai patah. Kekenyalan takik BJ.37 = 9,5 kgm/cm2 b. Percobaan tahan lama dengan muatan berubah-ubah Digunakan mesin pukul +lengkung Ketahanan lama = 0,28 (batas muai +batas patah) c. Percobaan tahan lama statik Batang ditarik sampai patah tetapi beban tidak ditambah, terjadi peristiwa “merangkak” 3. Percobaan teknologi a. Kekerasan Brinell P Kekerasan Brinell (H):

H

2.P π.D.(D  D 2  d 2 )

d BJ.37 : ζ l  0,35 .H D Gambar 1.4 : Percobaan kekerasan Brinell b. Analisis teknologi 1. Analisis kimia 2. Analisis metalurgi 3. Analisis metalurgi dengan gelombang pendek (x , ρ , γ) 4. Analisis korosi kimia 5. Percobaan korosi 6. Analisis kimia elektro 6

Konstruksi baja-ASD

Page 6

4. Mutu baja struktural : 1. Mutu baja menurut ASTM Tabel 1.1 : Mutu baja menurut ASTM σy σu Jenis Kode ASTM (MPa) (MPa) Karbon A-36 250 400-550 Baja paduan rendah, A-242 275 415 berkekuatan tinggi A-440 290 435 A-441 315 460 345 485 Columbium-vanadium, A-572 baja paduan rendah, Mutu 42 290 415 berkekuatan tinggi Mutu 45 310 415 Mutu 50 345 450 Mutu 55 380 485 Baja paduan rendah A-588 berkekuatan tinggi Mutu 60 415 520 Mutu 65 450 550 Mutu 42 290 435 Mutu 46 315 460 Mutu 50 345 485

Tebal (mm) 203 102-203 38-102 19-38 19 ~ 152,4 ~ 50,8 ~ 50,8 ~ 38,1 ~ 31,8 ~ 31,8 127 – 203 102 – 127 ~ 102

Tegangan tarik (σ)= Mpa

Gambar diagram hasil pengujian tarik:

550 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 0

A-441

A-36

4

8 12 16 20 24 28 32 Regangan m/m x 10-5 (  )

Gambar 1.5 : Grafik tegangan - regangan

Konstruksi baja-ASD

Page 7

Tegangan tarik (σ)= Mpa

370

240 160

plastis

elastis Tangen modulus=Modulud elastis (E) 0

4

8

12

16

20

24

Regangan m/m x 10-5 (  )

28

32

Gambar 1.6 : Grafik tegangan – regangan BJ.37

.  tan  kg / cm 2 . . Modulus gelincir (G) = kg / cm 2 . Modulus elastic (E) =

Angka poisson  

l d

Angka pemuaian linier  t 

.L per Lo

0

C

2. Mutu baja menurut PPBBI-1983 Tabel 1.2 : Mutu Baja menurut PPBBI-1983 Tegangan leleh Tegangan dasar Macam baja (σy) (σ) Lama Baru Kg/cm2 MPa Kg/cm2 MPa St.33 St.37 St.44 St.52

BJ.33 BJ.37 BJ.44 BJ.52

2000 2400 2800 3600

Modulus elastisitas Modulus gelincir Angka perbandingan Poisson Koefisien pemuaian linier

200 240 280 360

1333 1600 1867 2400

133,3 160 186,7 240

= E = 2,1.106 MPa = G = 0,81.106 MPa = u = 0,30 = 12.10-6 per 0 C

Harga-harga yang tercantun dalam tabel 1.2. ini adalah untuk elemen-elemen yang tebalnya kurang dari 40 mm. Untuk elemen-elemen yang tebalnya lebih Konstruksi baja-ASD

Page 8

besar dari 40 mm, tetapi kurang dari 100 mm, harga-harga tersebut harus dikurangi 10%. Tegangan normal yang diijinkan untuk pembebanan tetap, besarnya sama dengan tegangan dasar. Tegangan geser yang diijinkan untuk pembebanan tetap, besarnya sama dengan 0,58 kali tegangan dasar (   0,58. ). Untuk tegangan kombinasi geser dan normal  i   Untuk tegangan sementara akibat beban sendiri, beban berguna, dan gaya gempa atau angin, tegangan dasar boleh dinaikkan sebesar 30%. Untuk suatu penampang dalam keadaan tegangan bidang atau ruang, tegangan idiil tidak boleh melebihi tegangan dasar. Untuk tegangan ruang, tegangan idiil dihitung dengan persamaan:

 i   x2   y2   z2   x y   y z   z x  3. xy2  3. yz2  3. zx2 Sedangkan untuk tegangan bidang dihitung dengan persamaan:

 i   x2   y2   x y  3. xy2 apabila  y  0

2 maka  i   x2  3. xy

2 apabila  y  0 dan  x  0 maka  i  3. xy

Terminologi elastik, plastik atau inelastik, srain hardening, modulus elastisitas, tegangan leleh, tegangan batas dan daktilitas, merupakan perilaku dan besaranbesaran yang umum dipakai dalam menentukan kekuatan dan perubahan bentuk struktur. Domain elastik, adalah domain dimana bahan atau struktur mempunyai kemampuan untuk kembali pada bentuk asalnya, setelah beban yang bekerja dihilangkan. Domain inelastic, adalah lawan domain elastic, yaitu bahan atau struktur tidak mempunyai kemampuan lagi untuk mengembalikan ke bantuk asalnya, sehingga terjadi perubahan bentuk permanent (residual deformation, sehingga terjadi sejumlah tegangan atau residual stress). Daktilitas, adalah kemampuan kemampuan bahan atau struktur untuk melakukan perubahan bentuk dalam domain inelastic yang dinyatakan dengan nilai perbandingan antara perubahan bentuk batas dengan perubahan bentuk pada saat keadaan leleh (inelastic) yang pertama kali dicapai.

Konstruksi baja-ASD

Page 9

5. Profil Baja dalam Perdagangan Profil baja dalam perdagangan antara lain bentuk siku, I , WF (wide flange), Lips chanel ( C ), pelat-pelat, batang-batang bulat dan lain-lainnya.

Gambar 1.7 : Baja profil bentuk siku, I atau WF, Kanal, Lips chanel ( C ) 6. Beban-beban dan Pengaruh Lingkungan pada Struktur Dalam pelajaran analisis struktur, beban-beban yang bekerja pada struktur selalu diberikan sebagai besaran yang diletahui. Dalam merencanakan struktur bangunan, beban-beban yang bekerja pada struktur yang akan dianalisis harus ditentukan oleh perencana. Di Indonesia, peraturan perencanaan untuk bangunan gedung memberikan berbagai spesifikasi beban rencana minimum, yang harus digunakan di dalam perencanaan bangunan, sehingga keselamatan publik dapat dijamin pada suatu tingkat keamanan tertentu. Ada tiga jenis beban dalam keadaan statik yang bekerja pada struktur yaitu : beban mati, beban, dan kejut. Sedangkan dampak lingkungan akan memberikan beban berupa : angin, hujan, gempa bumi, perubahan temperatur, penurunan pondasi, kesalahan pemasangan, toleransi konstruksi, tekanan tanah serta tekanan hidrostatik, yang dikonversikan menjadi beban-beban statik ekivalen yang bekerja pada struktur sebagai beban hidup, beban ini sering disebut sebagai beban sementara. 1. Beban mati Beban mati adalah beban yang tidak dapat dipindah-pindah sepanjang masa, dan melekat pada struktur yang mendukungnya. Beban ini sering disebut sebagai beban permanent atau beban sendiri, misalnya beban : komponen struktur, struktur sarana ducting dan plumbing, sarana elektrikal, sarana-sarana lain yang melekat pada struktur, penutup lantai dan atap, penutup langit-langit. Beban-beban ini umumnya ditentukan oleh fabrikan, maka kesalahan estimasi uang terjadi sangat kecil. 2. Beban hidup Beban-beban gravitasi yang berubah pada waktu-waktu tertentu, baik besarnya maupun tempatnya, disebut beban hidup. Beban hidup ialah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu bangunan gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lanati yang berasal dari barangbarang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gadung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam Konstruksi baja-ASD

Page 10

pembebanan lantai dan atap tersebut. Khusus pada atap ke dalam beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan, baik dari genangan maupun akibat tekanan jatuk (energi kinetic) butiran air. Ke dalam beban hidup tidak termasuk beban angn, beban gempa dan beban khusus. Contohnya adalah : beban berat sendiri manusia pemakai bangunan, perlengkapan gedung (furniture), peralatan yang dapat bergerak, dinding penyekat (patition walls), beban pemakai ruangan (buku, mobil, bahan-bahan yang tersimpan). Penentuan besanya beban ini mempunyai variasi kesalahan yang lebih besar dari beban mati. 3. Beban gempa Efek gempa bumi pada bangunan adalah berbentuk gaya inersia, akibat bekerjanya percepatan gempa terhadap massa bangunan (Hk.Newton). Beban yang diakibatkan oleh suatu gempa bumi bekerja pada arah horizontal dan kadang-kadang vertikal. Gaya gempa vertikal (menambah beban mati) umumnya baru akan berbahaya jika pusat gempa bumi (epicenter) terletak sangat dekat dengan lokasi bangunan. Benban akibat gempa bumi dapat diperhitungkan sebagai beban static (ekivalen), atau secara dinamik, sesuai dengan respons spectra atau rekaman gempa yang terjadi di daerah bangunan yang akan didirikan. Prediksi besar dan arah beban gempa sangat sulit ditentukan, sehingga perhitungan-perhitungan secara statistic perlu dilakukan. 4. Beban angin Beban angin ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban angina berbentuk tekanan (pressure) pada permukaan bangunan bagian luarnya, Tekanan ini dapat berupa tekanan tekan, tekanan hisap, sesuai arah angin yang bertiup. Jika pada beban gempa yang perlu diketahui adalah percepatannya, maka beban angina yang perlu diketahui adalah kecepatannya. Kecepaan angina tergantung pada keterbukaan area dan ketinggian dari permukaan bumi. Beban angin diperhitungkan secara static (ekivalen), penentuan besar dan arah angin pada bangunan mempunyai tingkat kesulitan yang sama dengan beban gempa. Sehingga kesalahan yang terjadi juga cukup bear. 5. Beban tekanan tanah dan air Pada struktur bangunan yang mempunyai dinding atau pelat lantai yang berada di bawah tanah, maka pada kondisi tertentu kan menerima beban tekanan tanah maupun tekanan hidrostatik, yang besarnya tergantung pada geometric bangunan dan hasil penyelidikan geoteknik yang akurat. 6. Beban-beban khusus Beban ini direncanakan pada bangunan khusus, misalnya: beban ledakan, dan tumbukan, beban jatuhnya beban dari angkasa, beban tekanan yang tinggi, dan lainnya. Bangunan ini misalnya bangunan: bendungan yang besar, pembangkit energi nuklir, pabrik bahan kimia yang berbahaya, dan sebagainya.

Konstruksi baja-ASD

Page 11

G. Pembebanan untuk Gedung 1. Beban sendiri : Beban sendiri dari bahan-bahan bangunan penting dan beberapa komponen gedung yang harus ditinjau di dalam menentukan beban mati dari suatu gedung dapat diambil sebagi berikut : a. Bahan bangunan Baja 7850 kg/m3 Besi tuang 7250 kg/m3 Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk) 1500 kg/m3 Batu karang (berat tumpuk) 700 kg/m3 Batu pecah 1450 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasangan batu merah 1700 kg/m3 Pasangan batu belah 2200 kg/m3 Pasir (kering udara sampai lembab) 1600 kg/m3 Pasir (jenuh air) 1800 kg/m3 Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai lembab) 1700 kg/m3 Tanah, lempung dan lanau (basah 2000 kg/m3 b. Komponen bangunan Dinding pasangan batu merah (satu batu) 450 kg/m2 Dinding pasangan batu merah (setengah batu) 250 kg/m2 Batako berlubang tebal 20 cm 200 kg/m2 Batako berlubang tebal 10 cm 120 kg/m2 Batako tanpa lubang tebal 15 cm 300 kg/m2 Batako tanpa lubang tebal 10 cm 200 kg/m2 Langit-langit dan dinding + rusuk, tanpa penggantung dan pengaku : - Dari asber semen tebal maksimum 4 mm 11 kg/m2 - Dari kaca tebal 3 - 4 mm 10 kg/m2 Penggantung langit-langit (dari kayu) bentangmaksimum 5 m dan jarak s.k.s minimum 80 cm 7 kg/m2 Penutup atap genting dengan reng dan usuk kayu, bidang atap 50 kg/m2 Penutup atap sirap dengan reng dan usuk kayu, bidang atap 40 kg/m2 Penutup atap seng gelombang (BWG24) tanpa gording 10 kg/m2 Penutup atap semen gelombang (tebal 5mm) 11 kg/m2 Lantai ubin semen Portland, teraso dan beton tanpa adukan per cm tebal 24 kg/m2 c. Beban hidup pada atap gedung Pada atap yang dapat dicapai dan dibebani orang minimum bidang datar 100 kg/m2 Pada atap yang tidak dapat dicapai dan dibebani orang, harus diambil yang paling menentukan antara dua macam beban sebagai berikut: Konstruksi baja-ASD

Page 12

1) Beban terbagi rata per m2 bidang datar berasal dari air hujan sebesar (400,8.) kg/m2 di mana  adalah sudut kemiringan atap, tidak perlu diambil lebih besar dari 20 kg/m2 dan tidak perlu ditinjau bila kemiringan lebih besar dari 500 2) Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam kebakaran dengan peralatannya sebesar minimum 100 kg d. Beban hidup pada lantai gedung Lantai untuk pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko buku, ruang alat-alat dan ruang mesin minimum 400 kg/m2 2. Beban angin a. Tekanan tiup 1). Tekanan tiup harus diambil minimum 25 kg/m2, kecuali ditentukan dalam b, c, d. 2). Tekanan tiup di laut dan tepi laut sampai 5 km dari pantai diambil minimum 40kg/m2, kecuali ditentukan dalam b, c, d. 3). Untuk daerah tertentu yang kecepatan-kecepatan angin besar, tekanan tiup (p) dihitung dengan rumus :

p

V .kg/m 2 16

v = kecepatan angin dalam m/detik

4). Untuk cerobong, tekanan tiup adalah (42,5+0,6.h), h adalah tinggi seluruhnya. 5). Apabila dapat dijamin gedung tersebut terlindung dari tiupan angin, maka angka-angka di atas dikalikan koefisien reduksi 0,5. b. Koefisien angin 1) Gedung tertutup a) Dinding vertikal : Pihak angin Di belakang angin Sejajar arah angin b) Atap segi tiga dengan kemiringan atap  : Di pihak angin :  < 650 Di belakang angin, untk semua 

+0,9 -0,4 -0,4

(0,02. – 0,4) -0,4

2) Gedung terbuka (tanpa dinding) Koefien angin diambil menurut keadaan yang paling bahaya antara keadaan I dan II pada tabel berikut:

Konstruksi baja-ASD

Page 13

Tabel 1.3 : Koefisien Angin pada Gedung Terbuka Kemiringan Bidang atap Bidang atap lain di pihak angin I 0 <  < 200 -1,2 -0,4 0  > 30 -0,8 -0,8 II  = 00 +1,2 +0,4 100 <  < 200 +0,8 0,0  = 300 +0,8 -0,4  > 300 +0,5 (-0,4 - /300)

Bangunan tertutup: Kemiringan  < 650 (0,02. – 0,4)

+0,9

- 0,4

-0,4

Bangunan terbuka: Keadaan I -1,2

Keadaan II -0,4

+0,8

Kemiringan 0 <  < 200

-0,8

-0,8

+0,5

(-0,4 - /300)

Kemiringan  > 300

Gambar 8: Gambar bangunan yang mendapat gaya angin

Konstruksi baja-ASD

Page 14

II. SAMBUNGAN A. U m u m 1. Sambungan adalah perencanaan untuk menyambung satu bagian profil ke bagian lainnya, yang menggunakan alat penyambung berupa paku keling, baut, dan las. 2. Direncanakan atas dasar beban kerja 3. Hanya satu macam alat penyambung 4. Pada batang utama minimum jumlah paku keling, baut, baut mutu tinggi =2buah, untuk sambungan las gaya minimum sebesar = 3 ton 5. Apabila titik berat gaya tidak berimpit diperhitungkan eksentrisitas. Kecuali profil siku/dobel siku yang tidak mengalami beban bolak-balik (berubah tanda)

B. Sambungan Dengan Baut 1. Tegangan ijin Tegangan geser ijin ( τ ) = 0,6 σ Tegangan tarik ijin ( σta ) = 0,7 σ Kombinasi tegangan ijin (σi) =

ζ 2  1,56.η 2  σ

Tegangan tumpu ijin (σtu) = 1,5. σ untuk s1  2 d (σtu) = 1,2. σ untuk 1,5.d  s1 < 2d

t = tebal pelat

s1

s

s1

Gambar 2.1 : Penampang sambungan baut 2. Daya Pikul Baut (N): a. Kekuatan geser Tampang satu (baut putus geser pada satu irisan) P P

N  4 .d 2n .η

Tampang dua (baut putus geser pada dua irisan) P/2 P

N  2. 4 .d 2n .η

P/2

Gambar 2.2: Kerusakan akibat geser

Konstruksi baja-ASD

Page 15

b. Kekuatan tumpu (pelat rusak ) P/2

t1 t2 t1

P P/2

N  d n .t.ζ tp t = harga terkecil antara t2 dan 2.t1

Gambar 2.3 : Kerusakan akibat tumpu 3. Jumlah baut maksimum satu baris = 5 buah

4. Jarak Baut Min 1,2 d ; mak 3 d atau 6 t

Min 1,2 d Mak 3 d atau 6 t

t

s1

s

s

s1 2,5 d  s  7d atau 14t 2,5 d  u  7d atau 14t 1,5 d  s1  3d atau 6t

s1 u u s1 s s s2 s2 s2 s2

s s2 s2

u u

2,5 d  u  7d atau 14t s2  7d-0,5u atau 14t-0,5u

Gambar 2.4 : Jarak baut

Konstruksi baja-ASD

Page 16

5. Tebal pelat (t) minimum berdasarkan diameter (d) baut Tabel 2.1 : Tebal pelat minimum Teriris kembar d (mm) 10,5 13,5 17 20 23 26

Teriris tunggal d (mm) 20 23 dan 26

Tebal pelat t (mm) 6 8 10 12 14 16

6. Baut Hitam

kepala

cincin mur

A325 +

A325 +

Tipe 3

A325 +

Tipe 2

+ simbul pabrik

Tipe 1

Gambar 2.5 : Baut hitam, dan tipe baut a. Mutu Pada kepala baut ditulis 4.6 ; 4.8 4.6 artinya tegangan leleh minimum = 4 . 6 . 100 = 2400 kg/cm2 4.8 artinya tegangan leleh minimum = 4 . 8 . 100 = 3200 kg/cm2 b.

Diameter nominal (kern)

dn Tak diulir penuh : d = dn

dk

dn Diulir penuh

d  ds 

dn  3.dk 4

Gambar 2.6 : Baut tak diulir, dan diulir penuh

Konstruksi baja-ASD

Page 17

Tabel 2.2 : Diameter baut Diameter nominal (dn) inch Mm 3/8 9,52 1/2 12,70 5/8 15,87 3/4 19,05 7/8 22,22 1 25,40 1 1/2 38,10

Tinggi mur mm 9 13 16 19 22 25 38

Diameter inti (dk) mm 7,49 9,99 12,92 15,80 18,61 21,34 32,68

Diameter terulir (d) mm 7,99 10,66 13,65 16,61 19,51 22,35 34,28

Keterangan

M10 M12 M16 M20 M22 M25 M38

7. Baut Mutu Tinggi a. Mutu Baut A325 dan A490 : Tipe 1. Baut baja karbon sedang ; Tipe 2. Baut baja karbon rendah; Tipe 3. Baut baja tahan karat b. Baut mutu tinggi tipe geser Kekuatan terhadap geser (Ng) =

F .n.No Φ

Kekuatan terhadap axial tarik (Nt) : Beban statis : Nt = 0,6.No ; Beban balak-balik : Nt = 0,5.No Kombinasi beban tarik dan geser : Ng =

F .n.(No  1,7.T) Φ

Yang mana : F = Faktor geser permukaan (lihat table di bawah)  = Faktor keamanan (= 1,4) No = Pembebanan awal (proof load) No  0,75.ζ e .A ef ζ e = tegangan leleh baut Ae = luas efektif baut ζ ta minimum baut  8000 kg/cm2 N = Jumlah bidang geser ; T = Gaya axial tarik Tabel 2.3 : Faktor geser permukaan baut mutu tinggi Keadaan permukaan F Bersih 0,35 Digalfanis 1,6-0,26 Dicat 0,07 - 0,10 Berkarat 0,45 – 0,70 Disemprot pasir 0,40 – 0,70 c. Baut mutu tinggi tipe tumpu Tegangan geser ijin (  ) = 0,6 

; Tegangan tarik ijin (  ta ) = 0,7 

Tegangan tumpu ijin (  tu ) : ;  tu = 1,2 .  untuk 1,5.d  s1  s2 d. Persyaratan pemasangan ring: ring harus dipasang pada bagian bawah kepala baut dan bagian bawah mur

 tu = 1,5 .  untuk s1  2d

Konstruksi baja-ASD

Page 18

C. Sambungan Dengan Paku Keling 1. Keuntungan dan kerugian paku keling a. Keuntungan: Paku keling dibentuk oleh sekelompok pekerja paling sedikit empat orang, seorang memanaskan, seorang memancang, seorang memasukkan paku keling ke dalam lobang, dan seorang lagi menahan alat pemancang. Pengerjaan yang kompak akan menghasilkan paku keling yang menutupi lubang dan setelah pendinginan akan menghasilkan tegangan tarikan tinggi. b. Kerugian: Akibat kemajuan di bidang teknik las dan baut bermutu tinggi, maka pemilihan paku keling sebagai bahan penyambung semakin kurang diminati. Beberapa pertimbangannya adalah: Tenaga kerja untuk pembuatan paku keling banyak, kerusakan paku keling sulit di betulkan dan memakan waktu, pekerjaan paku keling menimbulkan bunyi hiruk pikuk yang kurang disukai masyarakat kota. 1. Tegangan ijin Tegangan geser ijin ( τ ) = 0,8 σ Tegangan tarik ijin ( σta ) = 0,8 σ

 2  1,56. 2  σ Tegangan tumpu ijin ( σtu ) = 2. σ untuk s1  2 d ( σtu ) = 1,6. σ untuk 1,5.d  s1 < 2d Kombinasi tegangan ijin ( σi ) =

2. Cara perhitungan : Cara perhitungan sama dengan baut.

D. Normalisasi Simbul Paku keling dan Baut

Gambar 2.7: Normalisasi gambar baut, paku keling Konstruksi baja-ASD

Page 19

E. Contoh Perhitungan 1. Beban sentris a. Sambungan teriris tunggal Hitunglah jumlah baut (n), d=16mm, mutu baja BJ37 10 mm 3000 kg

12 mm 3000 kg

Kekuatan baut: Berdasarkan geser : Ng =

1 .3,14.1,6 2.(0,6.1600)  1930 kg 4

Berdasarkan tumpu : Ntu = 1,6.1.(1,5.1600) = 4080 kg Banyaknya baut (n) = 4000 : 1930 = 2,1 dibulatkan 3 baut b. Sambungan teriris ganda Hitunglah jumlah baut (n), d=16mm, mutu baja BJ37 6000 kg

6mm 12000 kg

6000 kg

10 mm 6 mm

Kekuatan baut:

1 4

2 Berdasarkan geser : Ng = 2.. .3,14.1,6 .(0,6.1600)  3860 kg

Berdasarkan tumpu : Ntu = 1,6.1.(1,5.1600) = 4080 kg Banyaknya baut (n) = 12000 : 3860 = 3,5 dibulatkan 4 baut c. Sambungan teriris ganda Hitunglah jumlah paku keling (n), d=17mm, mutu baja BJ37 6000 kg

6mm 12000 kg

6000 kg

10 mm 6 mm

Kekuatan baut:

1 4

2 Berdasarkan geser : Ng = 2. .3,14.1,7 .(0,8.1600)  5807 kg

Berdasarkan tumpu : Ntu = 1,7.1.(1,6.1600) = 4896 kg Banyaknya paku keling (n) = 12000 : 4896 = 2,5 dibulatkan 3 paku keling

Konstruksi baja-ASD

Page 20

2. Beban eksentris a. Pola pertama P

P

e k4 1

4

2

5

k1 r1

k5 x

r2 M r3

k2 3

r4 k6y r6

y6 k6

6 k3

x6

k6x

y

Gambar 2.8 : Pola pembebanan pada kelompok paku 1) Akibat M M = k1.r1+k2.r2+ …kn.rn

r1,r2 …. rn = jarak baut ke titik berat pola paku k1,k2..kn = gaya yang diterima paku M diterima oleh semua paku jadi:

r1.kn k1 k 2 kn rn   ........ dan r 2.kn r1 r 2 rn k2  rn r1.kn r 2.kn rn.kn M  .r1  .r 2  ........ .rn rn rn rn kn M  .(r12  r 2 2  ......rn 2 ) rn kn n M .rn M   ri 2 ..............kn  n rn i 1  ri 2 k1 

dan seterusnya

i 1

k6x

k6

Contoh:

M .r 6 (r1  r 2 2  ........r 6 2 ) k6 diuraikan menjadi k 6 x..dan...k 6 y

Paku ke 6 : k 6 

k 6x 

M . y6 n

(x i 1

2 i

 yi2 )

2

.....dan......k 6 y 

k6y

M .x 6 n

(x i 1

2 i

 yi2 )

2) Akibat P Beban diterima semua paku pada sumbu y. Gaya pada satu paku : ky 

k total  k 62x  (k 6 y  ky) 2 2

Konstruksi baja-ASD

P jumlah baut  N (kekuatan ijin satu paku)

Page 21

b. Pola kedua e

P

P

1

N1

2 3

N2 N3

M

h1 h2

4

N4 h3 h4

Gambar 2.9: Pola pembebanan pada kelompok paku

1) Akibat M

M  N1.h1  N 2.h 2  .........Nn.hn h1 h 2 hn Beban diterima semua paku :   ..... N1 N 2 Nn Nn Nn Nn N1  .h1 ; N 2  .h 2 .......Nn  .hn hn hn hn Nn Nn Nn M  h1. .h1  h 2. .h2  .......hn. .hn hn hn hn Nn 2 Nn n 2 M  (h1  h2 2  .....hn 2 )   hi hn hn i 1

Nn 

M .hn n

 hi 2

dan

N1 

i 1

M .h1 n

 hi

2

i 1

Tegangan tarik paku 1

satu baris dua baut

1 2

.N1   tarik Luas1 paku

2) Akibat P Beban diterima semua paku; Gaya pada satu paku:  

P   Apaku

Beban kombinasi:

 i   t2  3. 2

Konstruksi baja-ASD

 

Page 22

Contoh 2.1 : a. Sambungan pada profil siku dobel, menggunakan alat penyambung baut hitam diulir penuh Ø 22,22 mm (d=19,51 mm), jarak baut 2d, tebal pelat penyambung (t) = 8 mm, tegangan ijin baut (  ) = 1600 kg/ cm2. Rencanakan jumlah baut yang diperlukan! S2= 10 t

t=8mm

S1= 12 t

S3=15 t

Gambar 2.10 : Konstruksi sambungan Perencanaan : Digunakan baut hitam diulir penuh Ø 22,22 mm (d=19,51 mm) Kekuatan ijin baut geser ganda (Ng) = 2. .¼.π. 1,9512.(0,6.1600)= 5737 kg Kekuatan ijin tumpu (Ntp) = 1,951.0,8.(1,5.1600) = 3745 kg Gaya S1, Jumlah baut yang diperlukan (n) = 11000 : 3745 = 3 baut Gaya S2, Jumlah baut yang diperlukan (n) = 12000 : 3745 = 4 baut Gaya S3, Jumlah baut yang diperlukan (n) = 15000 : 3745 = 5 baut

b. Sambungan siku tunggal, menggunakan alat penyambung baut hitam diulir penuh Ø 22,22 mm (d=19,51 mm), tebal pelat penyambung (t) = 8 mm, tegangan ijin baut (  ) = 1600 kg/ cm2. Rencanakan jumlah baut yang diperlukan!

P=7000kg

30 60

60 30

Perencanaan : Digunakan baut hitam diulir penuh Ø 22,22 mm (d=19,51 mm) Kekuatan ijin baut geser tunggal (Ng) = 1. ¼. π. 1,9512. (0,6.1600)= 2868 kg Kekuatan ijin tumpu (Ntp) = 1,951.0,8. (1,5.1600) = 3745 kg Jumlah baut yang diperlukan (n) = 7000 : 2868 = 3 baut

Konstruksi baja-ASD

Page 23

Contoh 2.2 : y

30 30

Z S

e

20

x 87,5 75

75

75

Gambar 2.11 : Konstruksi sambungan Gaya aksial tarik S =15 ton Digunakan baut hitam tak diulir penuh Ø 15,87 mm, tebal pelat penyambung (t)= 8mm, tegangan ijin baut (  ) = 1600 kg/ cm2. Rencanakan jumlah baut yang diperlukan!

Perhitungan : Kekuatan ijin baut: Geser ganda (Ng) = 2. .¼.π. 1,5872.(0,6.1600)= 3798 kg Tumpu (Ntp) = 1,587.0,8.(1,5.1600) = 3047 kg Jumlah baut yang diperlukan (n) = 15500 : 3047 = 6 baut > 5 baut Baut disusun seperti pada gambar. Titik berat kelompok baut :

2.60  20 mm 6 2.75  1.150  1.225 x = 87,5 mm 6 y

Jarak garis gaya ke kelompok baut bawah = 30-16,9=13,1mm eksentrisitas (e) = 20 - 13,1 = 6,9 mm M = S.e = 15000 . 0,69 = 10750 kgcm

 x 2  2.8,75 2  2.1,25 2  1.6,25 2  1.13,75 2  379  y 2  2.4 2  4.2 2  48  x 2   y 2  427 Gaya pada baut terjauh :

M .y 10750.2   51 kg 2 2 ( x  y ) 427 M .x 10750.13,75 Ky    346 kg 2 2 ( x  y ) 427 Kx 

S juga mengakibatkan gaya geser Kx  15000 : 6  2500kg Kombinasi gaya pada baut (K):

K  (51  2500) 2  346 2 =2575 kg < 3047 kg …OK Konstruksi baja-ASD

Page 24

Contoh 2.3 : Rencanakan sambungan balok-kolom di bawah ini. Tegangan ijin baut (  ) = 1600 kg/ cm2. e

P= 7000 kg

P=7000kg

20 20 20 20 (b)

(a)

90.90.9

y

80

M

26,7

33,3 x

Gambar 2.12 : Sambungan balok-kolom, dan titik berat kelompok baut Perhitungan : c. Perencanaan baut a :

4.6  2,67cm y  12cm 9 M pada kelompok baut = 7000 . (4,5+2,67) = 50190 kgcm  x 2  5.2,67 2  4.3.332  79 Titik berat kelompok baut : x 

 y  2.6  2.12  2.3  2.9  x   y  79  540  619 2

2

2

2

2

2

 540

2

1). Gaya pada baut 1=K1 : 50190.2,67 Kx   217kg 619 51190.12 Ky1   973kg 619 Ky 2  7000 : 9  778kg K1  217 2  (973  778) 2  1765kg

2). Gaya pada baut 9 : 50190.3,33 Kx   271kg 619 50190.9 Ky1   732kg 619 Ky 2  7000 : 9  778kg

K 9  2712  (732  778) 2  1535kg Kekuatan ijin baut hitam tak diulir penuh Ø 15,87 mm : Geser ganda (Ng) = 2. .¼.π. 1,9052.(0,6.1600) = 2736 kg > K1 Tumpu (Ntp) = 1,905.0,8. (1,5.1600) = 3657 kg > K1 … OK Konstruksi baja-ASD

Page 25

b. Perencanaan baut b : P 60 60 60 60 40

N1 N2 N3 N4 N5

M

Gambar 2.13 : Pembebanan pada kelompok baut M = 5190 kgcm ; P = 7000 kg Gaya pada baut (N) =

M .h 50190.28  2  858kg 2 2 2 2 2 . h ( 4  10  16  22  28 ) 

Gaya ini ditahan oleh 2 baut Ø 15,87 mm , N satu baut = 429 kg Tegangan pada baut :   429 : ( 14 .3,14.1,5872 )  217 kg/cm2 harus < 0,7.1600 = 1120kg/cm2 P = 7000 kg ,   7000 : 10( 14 .3,14.1,587 2 )  355kg/cm2

 i  217 2  3.355 2  659 kg/cm2 < 1600 kg/cm2 Contoh 2.4 : Rencanakan sambung balok di bawah ini ( di titik C ). q = 1000 kg/m

A

C

B

2m

11 m

Gambar 2.14 : Pembebanan pada balok Perhitungan : Reaksi di A = Ra = Rb = 6500 kg Momen di C = MC = 6500.2 - ½.1000.22 = 11000 kgm Gaya lintang di C = Dc = 6500 – 1000.2 = 4500 kg

Mbadan 

30

19

550

Ibd .Mc  Iprofil

1 12

.1,9.(55  6) 3 .11000 99180

= 2254 kgm Mdaun = 11000 – 2254 = 8746 kgm

200

Gambar 2.15 : Penampang balok Konstruksi baja-ASD

Page 26

a. Pelat panyambung pada daun : S 30 M 550

S

200

Gambar 2.16 : Gaya yang bekerja pada daun Seluruh momen harus ditahan oleh pelat daun. S = 11000 : 0,55 = 20000 kg Ukuran luas pelat harus ≥ A daun = 3.20 = 60 cm2 Dicoba pelat 30x200 mm, Anetto = 3.(20-2.1,905) = 48,57 cm2

 tr 

20000  412 kg/cm2 < 0,75.1600 = 1200 cm2 …..OK 48,57

Kekuatan ijin baut hitam tak diulir penuh Ø 19,05 mm : Geser tunggal (Ng) = 1 .¼.π. 1,9052.(0,6.1600)= 2734 kg Tumpu (Ntp) = 1,905.3.(1,5.1600) = 13716 kg Banyaknya baut (n) = 20000 : (2. 2734) = 4 buah (satu deret 2 Ø 19,05) b. Pelat penyambung pada badan :

M

M D

D

ht

Gambar 2.17 : Gaya yang bekerja pada badan Ukuran pelat badan :

I b  121 .1,9.(55  6) 3  18628cm 4 1 I pelat badan = 2. 12 .t.ht 3  2. 121 .t.(40)3  10666.t.cm4 ≥ 18628 cm 4 t = 18628 : 10666 = 1,75 cm --- dipilih t = 18 mm ukuran pelat badan = 2 x 18 x 400 mm

Konstruksi baja-ASD

Page 27

Perencanaan kelompok baut : y e

Dc

50 1

4

150 x

2

5

150

Mbd 3

Dc = 6500 kg Mbd = 2254 kgm e = 100 mm M akibat Dc (Md): Md = 6500 . 0,10 = 650 kgm Mtotal = 2254 + 650 = 2904 kgm

6

50 50

100

50

Gambar 2.18 : Beban pada kelompok baut

Gaya pada baut : No. x y (cm) (cm) 1 -5 +15 2 -5 0 3 -5 -15 4 +5 +15 5 +5 0 6 +5 -15

x2

y2

25 25 25 25 25 25

225 0 225 225 0 225

Kx (kg) +4149 0 -4149 +4149 0 -4149

Ky1 (kg) -1383 -1383 -1383 +1383 +1383 +1383

Ky2 (kg) +1084 +1084 +1084 +1084 +1084 +1084

Σ(x 2  y 2 ) = 150 + 900 = 1050 Gaya maksimal pada baut terjauh (K6): Kmax = K6 = 4149 2  (1383  1084) 2 = 2471 kg Kekuatan ijin baut hitam tak diulir penuh Ø 19,05 mm : Geser ganda (Ng) = 2 .¼.π. 1,9052.(0,6.1600)= 5468 kg > K6 Tumpu (Ntp) = 1,905.3.(1,5.1600) = 13716 kg > K6

Konstruksi baja-ASD

… OK

Page 28

Contoh 2.5: Sambungan pelat direncanakan menggunakan baut mutu tinggi A325 dengan  leleh = 2400 kg/ cm2, sedangkan pelat penyambung menggunakan BJ.37 dengan  = 1600 kg/ cm2. Rencanakan beban P maksimal pada sambungan tersebut ! Pelat 250x9 mm Pelat 250x12 mm ½P P ½P

P

P

Gambar 2.19 : Sambungan baut mutu tinggi Perhitungan : a. Sambungann type geser : Kekuatan 1 baut menahan gaya geser :

Ng 

F



.n.No

dimana : F = 0,34

;

θ = 1,4

n = jumlah bidang geser = 2

No  0,75. .leleh.Ae

Ng = 2167 kg/cm2 1/4.3,14.(1,9) 2 P/6  1 baut = = 2167 kg/cm2 ---- P = 36845 kg 1/4.3,14.(1,9) 2

 1 baut =

b. Sambungan type tumpu Mutu baut A325  

 .leleh 1,5

= 3967 kg/cm2

Tegangan geser ijin = 0,6. 3967 = 2380 kg/cm2

P/6 = 2380 kg/cm2 ---1/4.3,14.(1,9) 2

P = 40467 kg

Tegangan tumpu ijin = 1,5. σ = 1,5 . 1600 = 2400 kg/cm2 (σ diambil harga terkecil σ baut dan σ pelat)

P/6 = 2400 kg/cm2 (2,1).(1,2)

----

P = 36288 kg

c. Kontrol terhadap kekuatan pelat : Kontol terhadap kekutan pelat : P = (25-3.2,1).(2,1).(0,75.1600) = 26928 kg Dari ke tiga keadaan tersebut di atas P ijin adalah P terkecil = 26928 kg

Konstruksi baja-ASD

Page 29

F. Sambungan dengan Las Listrik (Arch Welding) Sambungan las ada dua macam yaitu: 1. Las asetilin zat asam yang mempunyai panas 20000-25000 C 2. Las nyala listrik yang mmempunyai panas 35000 C Sambungan pada konstruksi baja yang diperkenankan adalah las listrik. b a

c

e

d

Gambar 2.20: Peralatan las listrik: a)batang las, b) tang las, c) kabel las, d) kabel benda kerja, e) pesawat las Terjadi panas pada batang las yang besarnya berbanding seharga dengan tenaga listrik : Tenaga listrik(W) = Kuat arus (A) x Tegangan(V) V antara 25 – 30 Volt terjadi sebelum pengapian V antara 70 – 80 Volt terjadi tegangan pengapian A antara 110 – 135 A untuk elektrode tipis A antara 260 A untuk elektrode tebal Elektrode Coating Terak pelindung Badan las

Busur listrik Gas pelindung

Logam dasar

Gambar 2.21 : Busur nyala las listrik Gunanya coating adalah: a) untuk melindungi logam yang meleleh dari pengaruh udara luar berupa terak dan gas pelindung b) menambah alloy dan bahan baker c) pengaruh energy dari busur listrik effektif 1. Mutu las tegantung dari : a) Teknik me las : posisi las, macam sambungan, electrode dll. b) Metalurgi : terlalu cepat didinginkan terjadi getas (brittle), terlalu perlahan terjadi kenyal (ductile), diperlukan coating. c) Pengaruh panas: Terlalu panas terjadi tegangan sekunder, pada pelat tebal kan cepat dingin sehingga diperlukan pemanasan.

Konstruksi baja-ASD

Page 30

2. Distorsi (gangguan) pada pekejaan las: a) Las jangan terlalu besar b) Kecepatan las terlalu besar c) Usahakan me las dekat dengan garis netral batang d) Atur letak las untuk memperkecil momen sekunder e) Lakukan persiapan pendahuluan (memberi zeeg) f) Dipasang jepitan g) Diadakan pemanasan 3.

Macam las dan sambungan a) Las tumpul

b) Las sudut

Gambar 2.22 : Macam-macam las 4. Cacat las under coating

under coating

slug inclusion luck of fusion

gas pocket incomplete penetration

Gambar 2.23 : Cacat pada las 5.

Peraturan sambungan las (PPBBI-1984):

a. U m u m : 1). Mengelas dalam sikap sukar, sedapat mungkin dihindari 2). Bertemunya kampuih-kampuh las, sedapat mungkin dihindari 3). Gambar dan keterangan harus lengkap, panjang las dan ukurannya 4). Harus las listrik b. Las tumpul 1). Tegangan ijin las tumpul = tegangan ijinpenampang batang 2). Kekuatan penampang las = kekuatan penampang batang Konstruksi baja-ASD

Page 31

c. Las sudut

a

a

kepala las

ekor las

L bruto a

Gambar 2.24 : Tebal las sudut (siku, cembung,cekung), dan panjang bruto 1). 2). 3). 4). 5).

Panjang las netto = Ln = L bruto – 3a a = tebal las Ln ≥ 40 mm atau 8 – 10 a Ln ≤ 40a apabila menerus dilakukan las terputus-putus Las terputus-putus : Las terputus-putus, dilarang untuk: adanya pengkaratan, adanya gaya getar

6). a ≤

1 2

.t. 2

a = tebal las ; t= tebal terkecil pelat yang akan di las

Ukuran tebal las (a), Ø electrode dan panjang las yang dihasilkan: Tebal las sudut (a) Ø Electrode Panjang las (mm) (mm) (mm) 2 2,5 150 3 3,25 250 4 4 230 5 5 230

Konstruksi baja-ASD

Page 32

Tabel gaya yang diijinkan untuk beberapa macam sambungan las:

P   A .(  90 0 )

P   A .(  90 0 )

P  0,58. A .(  0 0 )

P  0,58. A .(  0 0 )

P  0,91. A .(  79 0 )

P  0,71.. A .(  450 )

P  0,58. A .(  0 0 )

P  0,82. A .(  72 0 )

c 1,5c

P  0,89. A .(  77 0 )

P  1,2. A

Gambar 2.20 : Gaya yang diijinkan pada sambungan las Tegangan miring: Pr

P

Py

Gambar 2.25 : Distribusi gaya pada las

   c. c

bidang retak las

 = tegangan dasar

1 sin 2   3. cos 2 

Tegangan las  =

P  A

P = beban aksial A = luas netto penampang las

Tegangan kombinasi (  idiil ) =

Konstruksi baja-ASD

 2  3. 2  

Page 33

Contoh 2.6 : Beban P = 15 ton Tebal pelat = 8 mm Rencanakan tebal las (a)

P1 P3

80 P P2

40

Maksimum = 150 mm

Perhitungan : Tinggi las = 8mm Tebal las (a) = 0,707. 8 = 5,6 mm  ijin las = 0,58.1600 = 928 kg/cm2

Gambar 2.26 : Gaya pada sambungan las

Cara 1 :

40 5000 .15 = 5 ton , Ln.las = = 9,62 cm 120 928.0,56 80 10000 Las bawah : P2 = .15 = 10 ton , Ln.las = = 19,24 cm > 15 cm 120 928.0,56 Las atas : P1 =

Diperlukan las tegak ( P3): Kekuatan las = 12.0,56.928 = 6236 kg Sisanya ditahan P1 dan P2 = 15000-6236 = 8764 kg

40 2913 .8764= 2913 kg , Ln.las = = 5,6 cm 120 928.0,56 80 5827 Las bawah : P2 = . .8764= 5827 kg , Ln.las = = 11,3 cm 120 928.0,56 Las atas : P1 =

Lbr1 = 5,6 + 3. 0,56 = 8 cm Lbr2 = 11,3 + 3. 0,56 = 13 cm Cara 2 :

80 P 40

95

Beban P = 15 ton Tinggi las = 8mm Tebal las (a) = 0,707. 8 = 5,6 mm  ijin las = 0,58.1600 = 928 kg/cm2 Kekuatan las = 0,56. 928 = 524 kg Panjang las (Ln) : Ln = 15000 : 524 = 28,7 cm Lbr = 28,7 + 3.0,56 = 31 cm Dipasang=12+9,5+9,5=31 cm

Gambar 2.27 : Gaya pada sambungan las

Konstruksi baja-ASD

Page 34

Contoh 2.7 : Beban P = 10 ton Tebal pelat = 15 mm, rencanakan tebal las dan tinggi las yang diperlukan. 150

250

P

P

x y 300

x

x M

37,5 112,5

Gambar 2.28 : Gaya pada sambungan las

Perhitungan : Tebal las maksimum = 0,707 . 15 = 10,5 mm Tebal las dianggap 1 cm

2.15.7,5  30.0  3,75 cm 2.15  30 Ix  2.15.15 2  121 .1.30 3  9000 cm4

Titik berat las : x 

Iy  30.3,75 2  2. 121 .1.153  2.15.3,75 2  1400 cm4 I total = 9000 + 1400 = 2300 cm4 Momen pada titik berat las (M) = 10000 .(15 +25-3,75) =362500 kgcm Tegangan pad alas :

M . y 362500.15   523 kg/cm2 I 10400 M .x 362500.11,25 y    392 kg/cm2 I 10400 P 10000   167 kg/cm2 Akibat P :  y  Luas.las 30  30

x 

Tegangan total :   5232  (392  167) 2  765 kg/cm2 Tegangan ijin = 0,58. 1600 = 928 kg/cm2 Tebal las yang diperlukan (a) = 765 : 928 = 0,83 cm = 8,3 mm Tinggi las = 0,83 : 0,707 = 1,18 cm = 11,8 mm

Tinggi las Tebal las

Gambar 2.29 : Penampang las Konstruksi baja-ASD

Page 35

Contoh 2.8 : Konstruksi pada gambar di bawah ini, rencanakan tebal las (a) ! P= 15 ton

H 150 150.150.10 H 100

250

Gambar 2.30 : Gaya pada sambungan las Perhitungan : Momen pad alas (M) = 15000.10 = 150000 kgcm Gaya pad alas (H) = 150000 : 150 = 10000 kg Untuk tebal las (a) = 1 cm Akibat gaya H : Akibat gaya P :

10000  400 kg/cm2 25.1 15000 y   300 kg/cm2 2.25.1

x 

Tegangan total :   400  300  500 kg/cm2 Tebal las yang diperlukan (a) = 500 : 928 = 0,54 cm = 5,4 mm Tinggi las = 5,4 : 0,707 = 7,7mm 2

2

Contoh 2.9 : Konstruksi pada gambar di bawah ini, rencanakan tebal las (a) ! 80

P=2500kg

20

116 250

Gambar 2.31 : Gaya pada sambungan las Perhitungan : Momen pada alas (M) = 2500 . 8 = 20000 kgcm Untuk tebal las (a) = 1 cm : y1 

(25.12,5)2  11,6 cm, y2  25-11,6=13,4 cm 2.25  4

Luas las (A) = 2.25 + 2.2 = 54 cm4 1 Ix = 2.( 12 .1.253  25.0,9 2 )  2.(2.11,6 2 )  3182 cm4 Tegangan total =  

P M .y 2500 20000.13,4     130,6 kg/cm2 A I 54 3182

Tebal las yang diperlukan (a) = 130,6 : 928 = 0,15 cm = 1,5 mm Tinggi las = 1,5 : 0,707 = 0,22mm Konstruksi baja-ASD

Page 36

Contoh 2.10 : Gaya P = 10 ton Rencanakan tebal dan tingi las pada (a) dan (b) ! P

250 (a)

75.75.10 (b)

12

60

Gambar 2.32 : Gaya pada sambungan las Perhitungan : Las b : Titik berat las :

6.2.3  25.0  1 cm4 6.2  25 1 Ix  6.2.12,52  .1.253  3170 cm4 12 1 Iy  6.2.2 2  .2.6 3  25.12  110 cm4 12 x

x

x

50

250

10

I total = 3170 +110 = 3280 cm4

Gambar 2.33 : Penampang las Momen pad alas (M) = ½ .5000 . (5 + 1,2) = 31000 kgcm Untuk tebal las (a) = 1 cm Luas las (A) = 6.2 + 25 = 37 cm Tegangan total :  

5000 31000.12,5 31000.5 ( )( )  217 kg/cm2 37 3280 3280

Tebal las yang diperlukan (a) = 217 : 928 = 0,24 cm = 2,4 mm Tinggi las = 2,4 : 0,707 = 3,4mm Las a : Momen pada las (M) = 10000 . 6,2 = 62000 kg W las = 1/6. 1.252 = 104 cm3 Tegangan total :  

10000 62000. ( )  629 kg/cm2 2.25 104

Tebal las yang diperlukan (a) = 629 : 928 = 0,68 cm = 6,8 mm Tinggi las = 6,8 : 0,707 = 9,7m

Konstruksi baja-ASD

Page 37

TUGAS 1: 1. Rencanakan sambungan di bawah menggunakan: a. Baut hitam tidak diulir penuh. b. Paku keling c. Sambungan las.

ini

mutu

baja

BJ.37,

dengan

S1= 9500 kg

S2= 7000kg

S3=11000 kg

2. Rencanakan sambungan di bawah ini dengan menggunakan: a. Baut hitam tidak diulir penuh; b. Sambungan las. Mutu baja BJ.37!

P= 3000 kg

baut (a)

M = 1500 kgm las(b)

3. Rencanakan sambungan di bawah ini (titik C) dengan menggunakan: a. Baut hitam tidak diulir penuh; b. Sambungan las. Mutu baja BJ.37! q = 3000

A

Konstruksi baja-ASD

C 2 m

kg/m

B 11m

Page 38

III. BATANG TARIK A. Perencanaan Batang Tarik Batang tarik merupakan elemen yang paling sederhana perencanaannya dibandingkan dengan elemen-elemen lain. Sebab pada umumnya akibat beban sentris tegangan merata pada penampang (r) = N/A (3.1) Akan tetapi dalam beberapa kasus batang tarik juga menerima beban transfersal sehingga terjadi kombinasi lentur dan tarik. Juga terjadi peristiwa beban tidak sentris, sehinga eksentrisitas perlu diperhitungkan. Lubang-lubang pada batang tarik aakan mengakibatkan luas lubang berkurang, sehingga luas efektif adalah luas netto dan tegangan yang diijinkan untuk penampang yang berlubang adalah :  = 0,75.  (3.2) Akibat dari getaran-getaran dan untuk menghindari lendutan yang terlalu besar, pada umumnya kelangsingan () = L/imin dibatasi: Umtuk elemen-elemen utama   240 (3.3) Untuk elemen-elemen sekunder atau bracing   300 (3.4)

B. Pengurangan Luas Akibat Lubang Tegangan yang diijinkan () = N/Anetto Luas bersih penampang batang dihitung dengan: An = A - D A = luas penampang utuh; D = pengaruh adanya lubang Apabila lubang disusun berselang-seling, luas penampang untuk potongan kritis dihitung dengan rumus COCHRANE. Contoh 3.1 : 1 1 u N

N N

2

N u

3 1 s (b)

(a)

Gambar 3.1 : Elemen pelat yang berlubang Pada gambar (a): Potongan 1-1 : An = A - D = h.t - d.t = t.(h-d) Pada gambar (b): Potongan 1-3 : An = A- n.d.t = h.t - 2.d.t = t.(h-2d) Potongan 1-2-3 : An = A - n.d.t +  s2.t/4.u

Konstruksi baja-ASD

(3.5)

Page 39

Contoh 3.2 : Elemen pelat di bawah ini akan dihitung penampang kritisnya.

40

1 2

4x75

3

N

4 5 40 3x50

Gambar 3.2 : Elemen pelat berlubang Perhitungan: Potongan 1-3-5 : An = t (h - n.d) = 12.(380-3.20)=3840 mm Potongan 1-2-3-4-5: An= t (h - n.d+s/4.u)= 12.(380-5.20+4.50/4.75) = 3760mm Potongan 1-2-4-5 : An = t (h - n.d) = 12.(380-4.20+2.50/4.75) = 3800 mm Potongan kritis adalah 1-2-3-4-5 : An = 3760 mm Contoh 3.3 : Menghitung penampang kritis pada profil.

Gambar 3.4 : Lubang pada profil, dan profil yang di buka. Lubang pada profil, dihitung sama dengan pelat yang dibuka. Contoh 2.4 : Batang tarik panjang 1600 mm menerima beban aksial tarik = 4050 kg. Apabila digunakan mutu baja BJ.37 ( = 1600 kg/cm), rencanakan batang tersebut! Perhitungan: An = 4050: (0,7.1600) = 3,375 cm2. (penampang berlubang) i min = L :  mak = 160 : 240 = 0,67 cm Dipakai profil 40.40.5 2 A = 2 . 3,24 = 6,48 cm > 3,375 cm2 iy = 1,2 cm > 0,67 cm --- OK

Konstruksi baja-ASD

Page 40

IV. KOLOM A. Rumus Kolom : EULER Leonhard Euler (1759) seorang sarjana Swiss menulis persamaan lentur untuk momen sebagai berikut : EI.d2x/dy2 = - M (4.1) 2 2 EI.d x/dy = - N.x (4.2) Ncr Ncr +X roll dy

+dy/dx dx x

+Y

L

-dy/dx

(a)

sendi

(b)

Gambar 4.1 : Kolom ideal, (a) kasus umum n=1 ,dan (b) ragam tekuk kedua n=2 Tanda negatif (-M) dihasilkan dari +dx/dy di titik asal ke -dy/dx di x = L. Pemecahan persamaan diferensial dalam bentuk persamaan (4.2) adalah : x = A sin ky + b cos ky di mana k = (N/EI)1/2

(4.3) (4.4)

Dengan syarat batas x = 0 di y = 0, diperoleh B = 0 sehingga persamaan menjadi : x = A sin ky (4.5) Karena x = 0 di y = L, maka A = 0 atau sin ky = 0. Dengan A = 0 untuk memeriksa persamaan tersebut tidak untuk lentur, sehingga pemecahan harus ky = 0. Nilai kL harus sebagai berikut : kL =  , 2 , 3 ,......n umumnya k = n./L

(4.6)

Substitusikan persamaan (3.6) ke persamaan (3.4) akan diperoleh : N = (n2. 2 . EI)/L2

(4.7)

Harga : i2 = I/A dari I = i2. A sedangkan  l = N/A dan n = 1 maka :  l = (2 . E)/(L/i)2 , untuk  = L/i maka  l = (2 . E)/( )2

Konstruksi baja-ASD

Page 41

Untuk suatu mutu baja tertentu terdapat suatu harga kelangsingan g dimana di atas kelangsingan ini akan terjadi tekuk elastis. Jadi pada saat g terjadi leleh sehingga :  l = (2 . E)/( g)2

(4.8)

Percobaan membuktikan bahwa tekuk plastis tidak pernah tercapai tepat pada l karena adanya tegangan yang sudah ada sebelumnya (tegangan residu) yang besarnya = 0,3.  l . Dengan demikian rumus tekuk menjadi  l - 0,3.  l = (2 . E)/( g)2 atau : g =  .

E 0,7. l

(4.9)

Untuk mennghitung batang tekan digunakan rumus :

N   tk atau A

N 1 A. tk

(4.10)

ruas kiri dan kanan dikalikan dengan  l/ tk diperoleh persamaan :  l/ tk.N/A   tk atau  .N/A   l (untuk kondisi plastis) Untuk kondisi elastis faktor keamanan = 1,5

(4.11)



 .N/A   l /1,5 atau  .N/A   Untuk menghitung harga  digunakan ketentuan sebagai berikut:

s 

 g

yang mana g =  .

E 0,7. l

(4.12) (4.13)

hubungan dan s dan  adalah sesuai ketentuan di bawah ini: s  0,183 0,183 s  1 s  1

=1 =

1,41 1,593   s

 = 2,381. s

Contoh 4.1: Untuk mutu baja Fe 310 = BJ34 ,  = 50 berapa harga  ?

g  

 50 2,1.10 6 1,41   0,42 ;  =  1,2 = 118,74 ;  s   g 118,74 0,7.2100 1,593  0,42

Selanjutnya disusun tabel harga,  dan  pada mutu baja BJ.37

Konstruksi baja-ASD

Page 42

Tabel 4.1: Besaran  untuk mutu baja BJ 37.  1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,004 1,011 1,017 1,024 1,031 1,038 1,044 1,051 1,059 1,066 1,073 1,080 1,088 1,096 1,103 1,111 1,119 1,127 1,135 1,144

Konstruksi baja-ASD

 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80

 1,152 1,160 1,169 1,178 1,187 1,196 1,205 1,214 1,224 1,234 1,243 1,253 1,263 1,274 1,284 1,295 1,306 1,316 1,328 1,339 1,351 1,362 1,374 1,386 1,399 1,411 1,424 1,437 1,451 1,464 1,478 1,492 1,506 1,521 1,536 1,551 1,567 1,582 1,599 1,615

 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120

 1,632 1,649 1,667 1,685 1,703 1,722 1,741 1,760 1,780 1,801 1,822 1,843 1,865 1,887 1,910 1,934 1,958 1,983 2,008 2,035 2,061 2,089 2,117 2,146 2,176 2,206 2,238 2,270 2,304 2,338 2,374 2,400 2,421 2,443 2,464 2,486 2,507 2,529 2,550 2,571

 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160

 2,593 2,614 2,636 2,657 2,679 2,700 2,721 2,743 2,764 2,786 2,807 2,829 2,850 2,871 2,893 2,914 2,936 2,957 2,978 3,000 3,021 3,043 3,064 3,086 3,107 3,128 3,150 3,171 3,193 3,214 3,236 3,257 3,278 3,300 3,321 3,343 3,364 3,386 3,407 3,428

 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200

 3,450 3,471 3,493 3,514 3,536 3,557 3,578 3,600 3,621 3,643 3,664 3,686 3,707 3,728 3,750 3,771 3,793 3,814 3,836 3,857 3,878 3,900 3,921 3,943 3,964 3,986 4,007 4,028 4,050 4,071 4,093 4,114 4,136 4,157 4,178 4,200 4,221 4,243 4,264 4,286

Page 43

B. Panjang Tekuk Untuk memperoleh harga =Lk/i yang diperlukan adalah berapa panjang tekuknya (Lk=L.k), digunakan koefisien panjang tekuk (k) pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2 : Koefisien panjang tekuk

Untuk portal-portal digunakan nomogram koefisien panjang tekuk di bawah ini:

Gambar 4.2 : Nomogram panjang tekuk Nomogram di atas digunakan untuk menentukan panjang tekuk sebuah batang yang merupakan bagian dari portal kaku : Konstruksi baja-ASD

Page 44

Lk = K x L GA = (Ica/Lca) / (Iba/Lba) ; GB =  (Icb/Lcb)/(Ibb/Lbb) untuk ujung kolom berupa sendi G = 10 ; untuk ujung kolom berupa jepit G = 1. Pada batang-batang yang tersusun dan batang-batang prismatis dipergunakan kelangsingan idiil (i) dan panjang tekuk idiil (Lki). Kelangsingan batang tekan harus lebih kecil atau sama dengan 200.

C. Batang-batang Prismatis yang Tersusun dan Dihubungkan dengan Pelat melintang dengan Gaya sentris. Batang-batang yang disusun dari beberapa elemen yang disatukan pada seluruh panjangnya boleh dihitung sebagai batang tunggal. Pada batang tersusun pada tempat-tempat tertentu harus dihitung kekuatannya terhadap sumbu bahan dan sumbu bebas bahan (sumbu x dan y). y

y 1

y 1

x

x

1

x

x

1 a m=2 (a)

x

x

1 a m=2 (b)

1 a

a m=3 (c)

Gambar 4.3 : Penampang batang-batang tersusun Pada sumbu x, kelangsingannya (x) = Lkx/ix Pada sumbu y, dihitung kelangsingan idiil (iy) iy =

2y 

m 2 .1 2

y = Lky/iy dan l = Ll/imin

Konstruksi baja-ASD

(4.14) (4.15)

Page 45

a

Ll

dimana: m = jumlah batang tunggal yang membentuk batang tersusun lky = panjang tekuk batang tersusun pada arah tegak lurus sumbu y–y, dengan memperhatikan penopang-penopang samping yang ada dan keadaan ujung-ujung batang iy = jari-jari kelembaman dari batang tersusun terhadap sumbu y-y Ll= jarak antara tengah-tengah pelat kopel pada arah batang tekan imin = jari-jari kelembaman batang tunggal terhadap sumbu yang memberikan harga yang terkecil (sumbu l-l)

Gambar 4.4 : Sumbu, jarak punggung dan penempatan plat kopel pada batang tersusun Agar persamaan l = Ll/imin dapat digunakan; maka syarat yang harus dipenuhi adalah : - pelat kopel membagi sama panjang atau dianggap sama panjang; - jumlah pembagian minimal 3 (tiga); - hubungan pelat kopel harus kaku dan memenuhi persamaan :

Ip a

 10

Il Ll

(4.16)

Ip = 2 x 1/12.t.h3 (dua pelat kopel) I = I batang tunggal terhadap sumbu l-l a = jarak sumbu elemen batang tersusun Rumus tegangan pada batang tersusun menjadi :

x

N   A

dan

 iy

N   A

(4.17)

Untuk menjaga kestabilan elemen-elemen batang tersusun maka harga : x  1,2 l iy  1,2 l l  50 (4.18) Pada pelat kopel harus di hitung dengan adanya gaya lintang sebesar : D = 0,02.N (4.19) Anggapan-anggapan di atas hanya berlaku pada batang-batang yang menerima gaya sentris saja.

Konstruksi baja-ASD

Page 46

D. Batang-batang Prismatis Tersusun dengan Pelat kopel diagonal. Untuk menghitung kelangsingan batang pada batang-batang di bawah ini (Gamb. :3.6.a,b,c,d) berlaku rumus-rumus di atas dengan :

l  

A.L3d 2. Ad .Ll .a 2

(4.20)

yang mana : A = luas penampang batang tersusun Ad = luas penampang satu batang diagonal







Ll



Ll



Ll

Ll

Ll Ld Ll

Ld

Ld Ll

z=2 (a)

z=2 (b)

Ll

Ld

z=4 (c)

Ll

z=4 (d)

Ld

z=2 (e)

Gambar 4.5 : Batang tersusun yang dihubungkan dengan kopel diagonal Pada gambar 4.6.e berlaku rumus :

l  

A.L3d Aa  2 2. Ah .Ll 2. Ad .Ll .a

(4.21)

Dan gaya batang diagonal menjadi : S=

D n. sin 

(4.22)

n = jumlah batang diagonal pada suatu potongan memanjang

E. Batang Tersusun yang Tidak mempunyai Sumbu batang Kelangsingan idiil dihitung dengan rumus :

ix  2x 

m 2 l 2

(4.23)

iy  2y 

m 2 l 2

(4.24)

Konstruksi baja-ASD

Page 47

y

1

y m=2

y 1

m=2

1

m=2

1 b

a y (a)

m* = 2

m* = 2

a y (c)

y (b)

m* = 2

Gambar 4.6 : Batang tersusun yang tidak mempunyai sumbu batang

F. Batang-batang Tersusun yang Jarak antaranya sama dengan Pelat kopel Pada batang tersusun yang terdiri dari dua baja seperti pada gambar 3.8.a dan b, hanya perlu di hitung terhadap tekuk pada sumbu x-x. Jika batang terdiri dari dua batang siku tidak sama kaki (gambar 3.8.d), maka dipakai rumus pendekatan : ix = 0,87. io (4.25) Pada batang yang terdiri dua baja siku seperti pada gambar 3.8.c dan d, harus ditinjau terhadap sumbu bahan dan sumbu bebas bahan. Harga yi dapat diambil sama dengan y. 0

X

0

y

y

x

y 1

y

1

1 X X Y 1

x

x y 1

0 (a)

x x

1 0 (b)

y (c)

y (d)

Gambar 4.7 : Batang tersusun yang jarak antaranya sama dengan pelat kopel Selanjutnya pemeriksaan tegangan dapat menggunakan rumus-rumus sebelumnya.

G. Bangunan Rangka pada Batang Tekan Yang mendapat beban di antara titik simpul Beban yang bekerja di antara titik simpul akan menimbulkan momen pada batang. Rumus yang digunakan adalah :



N 2.M  ζ A 3.W

Konstruksi baja-ASD

(4.26)

Page 48

Contoh 4.2: Rencanakan batang tekan yang terpasang pada pelat pengikat tebal 10 mm, panjang tekuk terhadap sumbu x-x = 1.750 mm dan terhadap sumbu y-y = 2.000 mm. Gaya aksial tekan pada batang = 7000 kg, mutu baja BJ.37 ( = 1600 kg/cm2) Perhitungan: Rumus pendekatan: 1) Ix = 1,69.N.L2 = 1,69.7.1,75=36,23cm4 2) max = 200 ; imin = 175/200 =0,875 cm

Ly=1750mm

Lx=2000mm

dicoba: 60.60.6 Ix = 2. 22,8 = 45,6 cm4 (dua profil) Iy = 22,8 cm4 (satu profil) ix = 1,82 cm A = 2. 6,91 = 13,82 cm2 Tinjauan terhadap sumbu x-x: Lk = 175 cm x = 175 : 1,83 = 97 ; x= 1,956 x = (1,956.7000): 13,82 = 991 kg/cm2 < 1600 kg/cm2 --- OK

Gambar 4.8: Panjang teoritis

Tinjauan terhadap sumbu y-y: Iy = 2.Iy + 2.A.e2 Iy = 2 . 22,8 + 2 . 6,91 . 2,192 = 111,8 cm4 iy = 43,1 16,9 10 16,9 43,1

Gambar 4.9: Penampang profil

111,8 = 2,84 cm 13,82

y = 200 : 2,84 = 70,5 y = 1,478 y = (1,478 . 7000):13,82 = 749 kg/cm2 < 1600kg/cm2 Profil 60.60.6 --- OK

Agar dapat menjamin satu kesatuan diperlukan pemasangan pelat kopel (pengikat), yang dianjurkan jumlah lapangan ganjil. Jarak lapangan (L) = 50. iy = 50 . 1,82 = 95 cm Tiga lapangan , panjang tiap lapangan = L = 173 : 3 = 58,5 cm < 95 cm --- OK Penyelesaian di atas dapat pula dihitung dengan anggapan Lx= Ly= 2000 mm.

Konstruksi baja-ASD

Page 49

Contoh 4.3 : Contoh di atas, diubah seperti gambar di samping.

o 



o

o

Perhitungan: Tinjauan terhadap sumbu o-o: Lk = 175 cm Io = 2 . 22,8 + 2 . 6,91 . 2,194 = 111,8 cm4 io =



 o

Gambar: 4.10 Penampang proofil

111,8 = 2,84 cm 13,82

o = 175 : 2,84 = 61,6 o = 1,363 o = (1,363 . 7000):13,82 = 691 kg/cm2 <1600 kg/cm2 Tinjauan terhadap sumbu -: Lk = 200 cm i = 2,29 cm  = 200 : 2,29 = 87,3  = 1,761  = (1,761 . 7000):13,82 = 892 kg/cm2 <1600 kg/cm2

Tinjauan terhadap sumbu - : Lk = 200 cm I = 2 . 9,43 + 2 . 6,91 . 2,392= 97,86 cm4 i =

97,86 = 2,66 cm 13,82

 = 200 : 2,66 = 75 o = 1,536  = (1,536 . 7000):13,82 = 779 kg/cm2 < 1600 kg/cm2 ---- OK Profil 60.60.6 kuat Pemasangan pelat pengikat (kopel) maksimum = 50 . 1,17 = 58 cm Contoh 4.4 : Batang tekan 60.60.6 mendapat beban di tengah bentang sebesar 200 kg dan gaya aksial tekan (N) = 5000 kg, apabila mutu baja yang digunakan adalah BJ.37 (  = 1600 kg/cm2). Rencanakan profil tersebut ! P

1000 mm

1000 mm

Perhitungan : M = 1/4 . 200 . 2 = 100 kgm Wx = 2.Ix/(h-e) = = 9,287 cm Tinjauan terhadap sumbu x-x: Lk = 175 cm x = 175:1,83 = 97 ; x= 1,956 x =

 .P A



2.M 1,95 x7000 2 x1000  = 3.W 13,82 3x9,287

= 1426 kg/cm2 < =1600 kg/cm2 Gambar 4.11 : Batang tekan

Konstruksi baja-ASD

Page 50

Tinjauan terhadap sumbu y-y: Lk = 200 cm y = 200 : 2,66 = 97 ; y= 1,536 y =

1,536.5000 13,82

= 556 kg/cm2 <  =1600 kg/cm2

Contoh 4.5 : Kolom profil tunggal, tinggi = 9,00 m dengan kondisi ujung atas dapat bergerak dan ujung bawah terjepit. Pada sumbu lemah dipasang bracing. Beban tekan aksial yang bekerja (N) = 4000 kg, rencanakan kolom tersebut dengan menggunakan mutu baja BJ.37 ( =1600 kg/cm2). Perhitungan: Pendekatan : Ix = 1,69 x 4 x 92 = 548 cm4 max = 200 imin = 900/200 = 4,5 cm Dicoba profil WF.300.200 Ix= cm4; A= 73,38 cm2 ; ix = 12,5 cm; iy= 4,71 cm Pemeriksaan pada sumbu x-x : x = 2.900/12,5 = 144 ; x = 4,002 ; x = 219 kg/cm2 < 1600 kg/cm2 Pemeriksaan pada sumbu y-y : y = 900/4,71 = 191 ; y = 7,041 ; y = 384 kg/cm2 < 1600 kg/cm2 --- OK Contoh 4.6 : Kolom ganda tinggi = 9,00 m yang bersendi di kedua ujungnya. Beban tekan aksial tekan P = 3773 kg, menggunakan mutu baja BJ.37 (  =1600 kg/cm2). Rencanakan kolom tersebut! P 0,02xN 1800 1800 1800 9000 1800 1800 0,02xN

P Gambar 4.12 : Kolom profil ganda

Konstruksi baja-ASD

Page 51

Perhitungan : Pendekatan :

Ix = 1,69 . 3,773 . 92 = 1033 cm4 max = 200 ; imin = 900/200 = 4,5 cm

Dicoba profil ganda : 14 Ix = 2 . 605 = 1210 cm4 ; Iy = 62,4 cm4; A = 2 . 20,4 = 40,8 cm2 Pemeriksaan terhadap sumbu x-x : x = 900 : 2,84 = 115,2 ; y = 5,318 x = (1,538 x 3773): 40,8 = 492 kg/cm2 <1600 kg/cm2 Pemeriksaan terhadap sumbu y-y : Iy diambil = 1,1. Ix = 1,1 .1210 = 1331 cm4 Jarak titik berat profil =

1331  2 x62,4 = 5,44 cm 40,8

Dicoba jarak punggung = 10 cm Iy = 2.Iy + 2.A.e2 = 2 .{ 62,4 + 20,4.(5+1,75) 2 } = 1983 cm4 iy = = 6,97 cm ; y = 900 : 6,97 = 129 Pemasangan pelat kopel : Direncanakan 5 lapangan (ganjil) , jarak kopel = 900 : 5 = 180 cm ly  180 : 1,75 = 103

iy  129 2  1032  166 ;  iy  5,316 y = (5,316 . 3773): 40,8 = 492 kg/cm2

<1600 kg/cm2 ---- OK

Pemeriksaan pelat kopel : D = 0,02 . N = 0,02 x 3773 = 76 kkg L = 76 . 180 : 17 = 805 kg , satu pelat (setengahnya) = 805 : 2 = 402,5 kg M pada pelat = 402,5 . 17/2 = 3422 kgcm I pelat = 1/12 . 0,8 . 103 - 2.(1,4.0,8 ) . 2,52 = 52 cm4 pelat = (3422 .5) : 52 = 330 kg/cm2 <1600 kg/cm2 ---- OK Pemeriksaan baut pada pelat kopel :

L

25

1800

50

L

H 25

140

V 25 35

R

V = 402,5 : 2 = 202 kg ; H = 3422 : 5 = 685 kg R=

202 2  685 2

= 715 kg

Apabila digunakan baut 14, kekuatan ijinnya adalah : P ijin = 1/4. 3,14.1,42.(0,8.1600) = 1969 kg > R ---- OK P ijin = 1,4 . 0,8 . (0,6 . 1800) = 2867 kg > R ---- OK

60 100 60

Gambar 4.13 : Plat koppel Konstruksi baja-ASD

Page 52

Contoh 4.6 : Soal di atas, pelat kopel diganti dengan batang diagonal 8 x 40 mm a

Gaya aksial pada diagonal : S = D : (2.Sin α) = 47 kg Ld = a : Sin α = 210 cm

Ld

Id = 1/12 . 40 . 83 = 1707 cm4 ; id =

Ll

1707 = 2,31 cm 8 x 40

d = 210 : 2,31 = 91 y = 1,822 x = (1,822 . 47): 3,2 = 27 kg/cm2 <1600 kg/cm2 hy = 

A.Ld 3 2. Ad .Ll.a 2

40,8 x 213 = = 10 2 x3,2 x 24,6 x17 2

y = 900 : 6,97 = 129 iy =

2y  2hy =130

y = 3,262

iy = (3,262 x 3773):40,8 = 302 kg/cm2 <1600 kg/cm2 Pelat kopel kuat ! Gambar 4.13 : Pelat kopel diagonal

Konstruksi baja-ASD

Page 53

TUGAS 2: 1. Rencanakan batang 1 dan batang 2 kerangka atap baja di bawah ini dengan menggunakan profil baja siku dobel. Mutu baja yang digunakan BJ.37!

W W P

W P

W P

P

2,7m

1 2

0,3m

6 x 1,5m = 9 m Beban P = 150 kg Beban W = 100 kg

2. Konstruksi jembatan rangka di bawah ini menggunakan mutu baja BJ.37. d. Rencanakan batang 1 dan 2 di bawah ini dengan menggunakan baja kanal dobel! e. Rencanakan batang 4 dan 6 di bawah ini dengan menggunakan baja INP! f. Rencanakan batang 10 dan 11 di bawah ini dengan menggunakan baja kanal dobel! 2 1

4

10

5 11

3 6

7

9

5m

12 6 x 5m = 30 m

Beban P (terpusat) = 5 ton Beban q (merata) = 10 ton/m

Konstruksi baja-ASD

Page 54

BAB V. BALOK A. Pengaruh KIP pada Balok Balok adalah bagian dari konstruksi baja yang memikul beban lentur. Biasanya kontruksi ditinjau terhadap lenturan searah sehingga lenturan kesamping (KIP) tidak diperhitungkan. Lenturan ke samping terjadi karena kejadin-kejadian lateral buckling (perpindahan lateral) dan warping (deformasi aksial yang berlawanan pada bagian atas dan bawah). Akibat warping maka anggapan “penampang yang semula datar akan dianggap tetap datar selama pembebanan” tidak dapat dibenarkan.

Gambar 5.1: (a)Balok yang mendapat pembebanan , akan mengalami (b) lateral buckling dan (c) warping Besarnya Mkip pada balok adalah:

Mkip 

A B

(5.1)

  2 .E.Iy.G.J   ; adalah kekakuan balok terhadap lateral buckling A   2 L   2

  2 .E.Iy.G.J   ; adalah kontribusi warping terhadap torsional resistance B   2.L2   Konstruksi baja-ASD

Page 55

Iy = Momen perlawanan inersia terhadap sumbu lemah  2.

1 1 .ts.b 3  .ts.b 3 12 6

G = 0,4.E J = konstante puntir =

2 .b.ts 3 3

Jika balok mempunyai ukuran :

h / tb  75 L / h  1,25.b / ts

Maka harga B akan sangat kecil dan boleh diabaikan . Balok ini dinamakan balok yang penampangnya tidak berubah bentuk. Persamaan (5.1) ditulis menjadi:

Mkip 

 2 .E.Iy.G. j

L2 2.b.ts.(h / 2) 2 Wx   b.ts.h h/2 Mkip kip  Wx

kip 

 2 E.(1 / 6.ts.b 3 )(0,4.E )(2 / 3.b.ts 3 ) 2

L .b.ts.h

(5.2)

  .E.

b.ts L.h

0,4 0,66.E  L.h 9 b.ts

Untuk balok statis tertentu dengan beban terbagi merata q maksimum yang dapat dipikul balok (menurut Timochenco) adalah:

qkip  

E.Iy.G.J

(5.3)

L2

 = parameter yang tergantung titik tangkap muatan , bentang balok, dan G. J perbandingan dimensi E .I Pada balok yang tampangnya tidak berubah bentuk, pada perletakan pelat badan diberi pengaku samping dan titik tangkap muatan pada sayap atas. Besarnya  = 25,8

(a)

(b)

Gambar 5.2: Balok dengan pengaku samping (a), dan tanpa pengaku (b)

Konstruksi baja-ASD

Page 56

kip 

1 / 8.q.L2 Wx

kip 

1 / 8.25,8.L2 . E.(1 / 6.b 3 .ts )(0,4.E )(2 / 3.b.ts 3 )

kip 

0,68.E L.h b.ts

(5.4)

b.ts.h.L3

Pada balok statis tertentu dengan beban terpusat harga Q maksimum yang dipikul balok adalah:

Q 

E.Iy.G.J

(5.5)

L2

Pada balok yang tampangnya tidak berubah bentuk, titik tangkap beban pada bagian sayap atas , besarnya  = 14,8

kip 

1 / 4.Qkip.L2 Wx

kip 

1 / 4.14,8.L. E.(1 / 6.b 3 .ts )(0,4.E )(2 / 3.b.ts 3 )

kip 

0,78.E L.h b.ts

(5.6)

b.ts.h.L3

dari beberapa keadaan pembebanan harga kip yang paling kecil adalah akibat pembebanan momen. Maka yang menentukan adalah: kip 

0,66.E L.h b.ts

B. Tegangan KIP pada Balok Statis Taktentu Balok statis taktentu ditinjau pada penampang kritis yaitu di tengah-tengah. Beban pada balok adalah beban merata, besarnya momen adalah: Beban merata (q)

M2 M1 1/8.q.l2 ½.(M1+M2) Mv

Gambar 5.3: Pembebanan dan diagram momen pada balok statis taktentu

Konstruksi baja-ASD

Page 57

Mv  1 / 8.q.l 2 

M1  M 2 2

M1 adalah M terkecil dan M2 m terbesar dengan menyertakan tandanya. dengan menggunakan parameter:

* 

M1  M 2 2.Mjepi

Mjepit  1 / 12.q.l 2 (3  2.β * .) Mv  1/8.q.l 2  β * .1/12.q.l 2  1/8.q.l 2 . 3

(5.7)

pada muatan terbagi merata (menurut Timochenko) sebesar:

qkip  γ

E.Iy.G.J L2

(5.8)

dari hasil penelitian harga   (1  β*) substitusikan pers.5.8 dan pers.5.9 ke pers.5.7 hasilnya adalah:

E L.h b.ts adanya tegangan residu maka ζkip  0,7.ζ, , pers.4.10 menjadi: E 0,7.ζ,  0,22.(1 - β*)(3 - 2.β * .) L.h b.ts ζkip  0,22.(1 - β*)(3 - 2.β * .)

(5.9) (5.10)

(5.11)

Balok dalam keadaan elastis diperoleh rumus sebagai berikut:

L.h E  0,22.(1 - β*)(3 - 2.β * .) b.ts 0,7.ζ,

(5.12)

Analog dengan teori tekuk pada batang tekan batas kelangsingan KIP adalah:

L.h  250 b.ts Jadi pada balok statis taktentu dengan penampang tidak berubah bentuk, batasbatas tegangan maksimum untuk menjamin stabilitas balok terhadap KIP adalah:

L.h  250 ------------------ ζkip  0,7.ζ, b.ts L.h 0,22.E (2). 250.. ..(1 - β*)(3 - 2.β * .) b.ts 0,7.ζ, L.h  250 b.ts ζkip  ζ l  .0,3.ζ l 0,22.E (1 - β*)(3 - 2.β * .)  250 0,7.ζ l L.h 0,22.E 0,22.E .  .(1 - β*)(3 - 2.β * .) (3). ----- ζkip  (1 - β*)(3 - 2.β * .). L.h L.h b.ts b.ts b.ts (1).

(5.13)

(5.14)

(5.15)

Rumus tersebut dapat ditulis lebih sederhana dengan mengganti :

L.h  C1 b.ts (1  β*)(3  β*)

0,3.E  C3 ζl

Konstruksi baja-ASD

Page 58

Tegangan KIP persamaan di atas dengan memasukkan faktor keamanan 1,5, diperoleh tegangan ijin KIP sebagai berikut:

C1  250

ζkip  ζ

,

250C1C3 ,

C1  C3

ζkip  ζ -

ζkip 

,

dan disyaratkan pula :

(5.16)

C1 - 250 .0,3.ζ C2 - 250

(5.17)

C3 .0,7.ζ C1

(5.18)

ζkip  0,042.C1.C 3.

(tb)3 .ζ h

Sering kali harga β * 0 , maka balok dihitung sebagai balok statis tertertu, dan apabila β*1,3 , maka balok tidak perlu diperhitungkan terhadap KIP, karena instabilitas KIP dapat dicegah bebannya. C. Tegangan KIP pada Balok Statis Tertentu Batas kelangsingan balok statis taktentu berlaku pula untuk statis tertentu dengan memasukkan harga β * 0 pada pers. 5.12 maka akan diperoleh rumus KIP pada balok statis tertentu sebagai berikut: (5.19) C1  250 , ζkip  ζ

250C1C3 C1  C2

ζkip  ζ -

,

ζkip 

,

C1 - 250 .0,3.ζ C2 - 250

(5.20)

C1 .0,7.ζ C2

(5.21)

L.h b.ts yang mana : 0,66.E E C2   0,94 0,7.ζ l ζl C1 

ζkip  0,042.C1.C 2.

dan disyaratkan pula:

(tb)3 .ζ h

(5.22)

D. Balok yang Penampangnya dapat Berubah Bentuk Pada balok yang penampangnya dapat berubah bentuk, nilai sangat kecil sehingga boleh diabaikan. Maka pers. 4.1 akan menjadi:

 π 2 .E.Iy.h   Mkip   2 2.L  

2

(5.23)

Yang mana batang dapat melentur lateral pada sisi sayap atas dengan luas : A’ = Asayap + 1/6.Abadan , jadi Wx = A’.h

iy 

0,5.Iy L    dan λ  A' iy

π 2 .E.Iy.h π 2 .E ζkip   2 0,5.Iy 2 2. .λ y .A'.h λy A' Konstruksi baja-ASD

(5.24)

Page 59

ts hb2 hb1 hb

h

Gambar 5.4 : Daerah yang menahan KIP (diarsir) Jadi perhitungan tegangan KIP sama dengan perhitungan tegangan tekuk lateral dari sisi atas batang. hb1 = tinggi bagian badan yang mengalami tagangan tekan hb2 = 1/3.hb1 apabila penampang simetris maka : hb2 = 1/6.hb Tabel 5.1 : Batas lenturan maksimum arah vertikal No 1

2 3 4 5

6

7

Tipe elemen struktur Balok-balok pendukung lantai-lantai bangunan umum dan perumahan Balok kantilever seperti di atas Balok yang mendukung tembok pasangan batu Balok pendukung keran Balok pendukung atap

Gording bentang tunggal atau menerus

Lendutan maksimum

Beban Hidup Total

L/360



L/180



L/600



L/500



L/360



L/180



L/90



Gording (kantilever)

Konstruksi baja-ASD

Keterangan

Selain beban hidup, termasuk juga beban angin Selain beban hidup, termasuk juga beban angin Selain beban hidup, termasuk juga beban angin

Page 60

VI. STABILITAS PELAT

A. Pengaruh Lipat pada Elemen-elemen Pelat Pada semua penampang profil-profil, sebagian besar adalah terdiri dari elemen-elemen pelat (pelat badan, pelat daun). Apabila dikerjakan gaya-gaya yang cukup besar, maka akan menyebabkan terjadi peristiwa punuk (uitbulting) yang disebabkan oleh tegangan lengkung dan terjadi lipatan pada pelat badan yang disebabkan oleh tegangan geser. Sehingga efisiensi penampang lintang akanberkurang.Semua peristiwa di atas disebut peristiwa melipat (plooi).

Gambar 6.1 : Peristiwa melipat pada balok: (a) pada pelat daun (b) pada pelat badan Untuk menghindari melipat pada pelat, dibuat pembatasan-pembatasan pada tegangannya. Untuk melipat akibat lentur, tegangan kritis pelat adalah :

ζ kr  kd.ζ E

(6.1)

yang mana : kd = koefisien lipat yang tergantung pada : (a) macam pembebanan; (b) aspek ratio  = ap : bp (gambar 5.2), (c) kondisi perletakan keempat sisi pelat.  E = tegangan tekuk Euler untuk pelat =

 2 .E tp ( )2 2 12.(1   ) bp

E = modulus elastisitas baja = 2,1.10 6 kg/cm2  = angka pembanding Poison = 0,30 tp = tebal pelat bp = panjang sisi pelat yang dibebani jika diambil angka keamanan = 1,5 maka :

ζ pl 

π 2 .E tp ( )2 2 1,5.12.(1  π ) bp

Konstruksi baja-ASD

ζ pl  1,266.106.( ;

tp 2 ) kg/cm 2 bp

(6.2)

Page 61

jadi :  kr  kd. pl

(6.3)

Untuk lipat akibat geser, tegangan kritis adalah:  kr  kg. E yang mana : kg = koefisien lipat yang tergantung pada aspek rasio = ap : bp  E = tegangan tekuk Euler untuk pelat

(6.4)

jadi :  kr  kg. pl

(6.5) τ

σ1

σ1

σ1

σ1

bp σ2=θ σ1

ap

τ

σ2=θ σ1

σ2=θ σ1

τ

σ2=θ σ1 τ

θ>0

θ<0 (a)

(b)

Gambar 6.2 : Elemen pelat yang keempat sisinya berupa sendi (a) tegangan lentur (b) tegangan geser B. Beban Lentur pada Elemen Pelat Pada gambar 6.2 (a) elemen pelat yang pada keempat sisinya bersifat sendi mendapat tegangan normal pada sisi bp dan kedua sisi ap tidak dibebani. Tegangan tekan yang terjadi harus lebih kecil atau sama dengan tegangan kritis lipat yang ditentukan oleh persamaan berikut : (6.6)  kr  kd. pl

 kr  

(6.7)

yang mana kd diambil dari tabel di bawah ini :

Ψ=σ2/ σ1 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1 -1,2 -1,4 -1,6 -1,8 -2

≤ 0,2 25,0 27,5 30,0 32,5 35,0 38,0 42,0 45,0 48,0 52,0 55,0 60,0 65,0 70,0 75,0 80,0

Konstruksi baja-ASD

0,3 13,0 14,0 16,0 18,0 20,0 22,0 25,0 27,5 31,0 34,0 37,5 41,0 45,0 50,0 55,0 60,0

Tabel 6.1 : Harga kd  = ap :bp 0,4 0,5 0,6 8,0 6,2 5,2 9,0 6,8 5,8 11,0 7,7 6,5 12,5 8,8 7,3 14,0 10,1 8,4 15,0 11,7 9,8 18,0 12,8 11,0 19,0 14,8 13,2 240 17,6 16,0 26,0 21,0 19,6 29,0 25,3 24,2 33,0 29,0 28,0 37,0 34,0 33,0 42,0 40,0 40,0 48,0 47,0 47,0 54,0 54,0 54,0

0,7 4,5 5,1 5,7 6,4 7,4 8,7 10,2 12,3 15,4 19,2 23,8 28,0 33,0 40,0 47,0 54,0

0,8 4,2 4,7 5,2 5,9 6,8 8,2 9,7 12,0 15,2 19,1 23,8 28,0 33,0 40,0 47,0 54,0

≥0,9 4,0 4,5 5,0 5,7 6,6 7,8 9,5 11,9 15,1 19,1 23,8 28,0 33,0 40,0 47,0 54,0

Page 62

C. Beban Geser pada Elemen Pelat Jika keempat sisi pelat (gambar 6.2.b) hanya dibebani geser saja, tegangan geser pada pelat tidak boleh lebih besar daripada tegangan kritis yang dihitung dengan persamaan berikut :

 kr  kg. pl

(6.8)

yang mana : kg = 4 

5,35

2

kg = 5,35 

4

2

untuk  1 untuk  1

Tegangan yang terjadi juga harus memenuhi :  kr  0,58. 

(6.9)

D. Beban Normal dan Geser pada Elemen Pelat Pada elemen pelat yang dibebani tegangan normal pada dua sisi sejajar dan geser pada ke empat sisinya, maka lipatan akan terjadi pada kombinasi  kr dan  kr . Besarnya kombinasi ini tergantung dari nilai perbandingan



 ap dan   2 . 1 bp

Dari penyelidikan oleh Timochenko, diperoleh kombinasi tegangan kritis pada dan tertentu yang dapat dilukiskan secara grafis dengan sebagai sumbu-sumbu koordinat. Untuk  = -1 adalah lentur murni dan  = +1 adalah tekan uniform dinyatakan sebagai persamaan berikut :

(

 2  )  ( )2  kr  kr

1

(6.10)

Parabola ( ψ = +1)

1

  kr

lingkaran ( ψ = -1)

0,5

0

0,5

1

  kr

Gambar 6.6 : Kombinasi beban normat dan geser Selain pers.6.10, kombinasi beban normal dan geser juga harus memenuhi persamaaan :

ζ kr  kd.ζ pl

(6.11)

η kr  kg.ζ pl

(6.12)

Badan batang-batang profil I harus dianggap dibebani tekan saja jika perbandingan tegangan-tegangannya memenuhi persamaan : -0,5    +1 (6.13) Pada gelagar yang badannya mempunyai perbandingan tinggi/tebal kurang dari 60, ternyata bahaya lipat yang diakibatkan kombinasi beban lentur dan geser tidak akan terjadi, sehingga pemeriksaan terhadap bahaya lipat tidak diperlukan. Konstruksi baja-ASD

Page 63

E. Perbandingan Lebar dan Tebal Jika suatu gelagar profil I mendapat beban lentur, maka sayap akan tertekan merupakan komponen pelat yang paling kritis terhadap lipat. Untuk daerah Euler dengan faktor beban = 1,5 ,maka persyaratan untuk menjamin tekuk batang adalah sebagai berikut:  d  0,6  E (6.14) yang mana :  d = tegangan tekan maksimum suatu keamanan terhadap lipat yang sesuai diperoleh dengan mensyaratkan :  kr  0,6.  d (6.15) substitusikan ke pers.5.16 diperoleh :

kd. (

π 2 .E tp ( ) 2  0,6.  d 2 2 12.(1  μ ) bp

(6.16)

0,6.kd.π 2 .E bp 2 )  ζ d .12.(1  μ 2 ) tp

bp r  10 tp d

(6.17)

yang mana : ζ r  0,006.

π 2 .E .kd 12.(1  μ 2 )

(6.18)

Untuk pelat yang tidak diperkuat dan menerima beban uniform, kd = 0,43 sehingga:

r 

4000  3267 kg/cm 2 1,5

Untuk pelat yang diperkuat dan menerima beban tekan uniform, kd = 4 sehingga:

r 

46000  3066 kg/cm 2 1,5

dengan syarat bagi penguat :

b0  4,8 t0 b0 bp 2 6  2,8.  144 t0 tp 2

jika

bp  13 tp

jika

(6.19)

bp  60 tp

(6.20) jika

bp  60 , penguatan tepi tidak boleh dengan pelat. tp (6.21)

Untuk batang-batang berbentuk pipa persegi empat jika: 0    1 ,  r = 7667 kg/cm 2 Untuk batang-batang berbentuk pipa persegi empat jika: -0,5    0 ,  r =

Konstruksi baja-ASD

7667 kg/cm 2 1  0,8

Page 64

Gambar 6.7 : Penampang pelat yang tidak diperkuat

Gambar 6.8 : Penampang pelat yang diperkuat F. Pelat-pelat lainnya Pada pelat dengan dua sisi bersifat sendi sedang dua sisi lainnya bersifat lain, harga kd untuk  tertentu tercantum pada tabel 6.2. Tabel 6.2 : Harga kd σ1 Ψσ1

1

σ1

σ1

bp ψσ1 ψ=-1

2 ap= bp

σ1 ψ=0

kd 1 2 1 2 1 2 1 2

Konstruksi baja-ASD

kd

ψσ1 ψ=0

ψσ1 ψ=+1

kd

Kd

40

≥0,5

13,6

≥0,7

13,6

≥0,7

7,0

≥0,7

25

≥0,7

12,2

≥0,8

9,9

≥0,8

5,4

≥0,8

2,1

≥1,7

6,3

≥1,6

1,6

≥1,7

1,8

≥1,7

0,85

≥5

1,7

≥5

0,57

≥5

0,48

≥5

Page 65

G.Beban Terpusat pada Gelagar Apabila beban terpusat bekerja pada sayap, maka akan diteruskan ke badan. Hal ini akan menimbulkan tegangan yang besar dan menyebabkan lipatan pada badan.

Gambar 6.9.. Lipatan pada badan Badan profil I di tempat beban terpusat, tidak perlu diberi penguatan apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : P  tb(c'd ' ). (6.22) dan ditempat lain : P  tb.(c'5.d ' ). jika : c’  3,33 d’ P  tb.(0,54.c'7.d ' ). jika : 3,33.d’  c’  11,67.d’ P  tb.c’.  jika : c’ 11,67.d’

yang mana : P = beban terpusat pada gelagar tb = tebal badan c’ = panjang penyebaran daerah beban terpusat d’ = jarak dari akhir bagian lurus badan ke tepi luar sayap Pada perletakan, c’ tidak boleh kurang dari d’. Jika P dikerjakan melalui profil I yang tidak diperkuat, c’ tidak boleh lebih besar daripada ( 2.dI’+tI).

Gambar 6.10 : Penyebaran beban terpusat

Konstruksi baja-ASD

Page 66

H. Penguatan Pelat-pelat untuk Mengatasi Bahaya Lipat Apabila dari pemeriksaan dengan menggunakan rumus-rumus lipat, ternyata ada bahaya lipat. Maka pelat harus diganti dengan cara : mempertebal pelat atau memasang elemen-elemen pengaku. Elemen-elemen pengaku yang dibicarakan disini dipasang menempel pada bidang permukaan pelat atau dipasang pada bidang permukaannya ( Gambar.6.11). Elemen-elemen pelat pengaku lebih baik dipasang pada kedua bidang permukaan pelat itu. Elemen-elemen pengaku sebaiknya dibuat dari bahan yang mutunya sama dengan bahan pelat. Apabila pengaku dibuat dari bahan yang mutunya lebih rendah darai bahan pelat, maka harus dibuktikan bahwa tegangan yang terjadi dalam elemen pengaku itu tidak melampaui tegangan dasarnya.

Gambar 6.11 : Pemasangan elemen-elemen pengaku (a) dua bidang (b) satu bidang Besaran-besaran utama dari suatu elemen-elemen pengaku adalah sebagai berikut: A’ = luas penampang elemen pengaku yang tidak diperlemah

A' = perbandingan antara luas penampang elemen pengaku dengan penampang pelat bp.tp EI = kekakuan elemen pengaku I = momen kelembaman penampang elemen pengaku terhadap sumbu elemen yang diperkuat

  ( EI ) :

E.bp.tp 3 I  10,87. 2 12.(1   ) bp.tp 3

(6.23)

 = perbandingan antara kekakuan elemen dengan kekakuan pelat Konstruksi baja-ASD

Page 67

Apabila kekakuan elemen pengaku lebih besar atau sama dengan E.I bt , maka pemeriksaan terhadap bahaya lipat boleh dilakukan hanya pada bagian bidang pelat yang menentukan saja, dengan menganggap tepi pelat bersifat sendi. Kekakuan batas E.I bt adalah : EI = 0,092. Ebtp .bp.tp 3

(6.24)

Harga Ebtp , kd dan kg untuk beberapa penguat pelat dapat diperoleh dari tabel. I. Perencanaan Gelagar Pelat Untuk merencanakan konstruksi gelagar yang tidak tersedia dalam tabel profi I maupun WF, maka yang harus dilakukan adalah merencanakan gelagar buatan yang disebut gelagar pelat (gelagar buatan).

Gambar 6.12 : Penampang gelagar pelat (gelagar buatan) Untuk merencanakan gelagar pelat digunakan pendekatan-pendekatan sebagai berikut: Perbandingan luas badan dan luas sayap. A badan = hb.tb A sayap =



hb

A total = hb.tb +

dF   0  tb  2 dh hb

 hb diperoleh : tb =

 hb 2

jadi disain ekonomis apabila A sayap = A badan

(6.25)

Perbandingan hb/tb: Tabel 6.3 : Perbandingan hb/tb (a) hb/tb (b) hb/tb  l (MPa) a/h  1,5 a/h  1,5 248 322 333 290 282 309 310 266 298 (a) tanpa pengaku antara dan (b) dengan pengaku antara

Konstruksi baja-ASD

Page 68

Pendekatan disain tinggi gelagar Apabila :

f 

5.q.l 4 5 1 q.l 4 5  l2  . .  . . 384.EI 48 8 EI 24 E h

untuk :

f 1  dan E = 2,1.10 6 kg/cm 2 l 1500

1 L 11 1 untuk mutu baja BJ.37 , pendekatan h = L 12 untuk mutu baja BJ.34 , pendekatan h =

Sedangkan ratio lebar sayap dan tinggi gelaggar : 0,3 untuk gelagar pendek dan 0,2 untuk gelagar tinggi. Lebar pelat sebaiknya kelipatan dari 50 mm. Beban sendiri : Untuk jembatan jalan raya beban total = ( 1 +0,1.L ) t/m Untuk jembatan KA = (0,5 +0,8.L) t/m , untuk L10 m = (0,3 +0,1.L) t/m , untuk L  10 m Tebal pelat : pelat badan (tb) = 10-20 mm pelat sayap (ts) = 10-25 mm

AISC dan AREA

AASHTO

ts

bt

12.tw

18.tw a.

Di tumpuan

25.tw

a

b.

b

a+b= 18tw

Di antara/lapangan

Gambar 6.13 : Persyaratan pengaku pada gelagar

Konstruksi baja-ASD

Page 69

Contoh 6.1 : Balok A-B panjang 12 m menggunakan profil WF.600.300 dengan mutu baja BJ.37. Hitunglah stabilitas balok terhadap KIP dan lipat. q

A

B L=12m

1/2.L 3/8.L

Profil WF.600.300.14.23 h = 594 mm Ix = 137000 cm2 b = 302 mm Iy = 10600 cm2 tb = 14 mm Wx = 4620 cm2 ts = 23 mm ix = 24,9 cm 2 A = 222,4 cm  l = 2400 kg/cm2  = 1600 kg/cm2

1/8.q.l2

9/128.q.l2 1/16.q.l2

L/4

Gambar 6.12 : Balok statis taktentu Perhitungan : 1. Tinjauan terhadap KIP : q mak = 8.M/L2 = 8.W/L2 = 8 .1600 . 4620 .100 / 12002 = 4100 kg/m h/tb = 594/14 = 42 < 75 } Penampang tidak berubah L/h = 12000/594 = 20 > 1,25.b/ts = 1,25.302/23 = 16,4 } bentuk

0  1 / 8.q.l 2 M1 M2 L.h 1200.59,4 = = 0,75 ; C1    1026 β  2 b.ts 30,2.2,3 2.Mjepit  2.1 / 12.q.l E  C1 >C3 C3  (1   *)(3  2  *).0,21.  712 l C 712  kip = 3 .0,7.  .0,7.1600  777 kg/cm2 C1 1026 *

9 / 128.qmak.L2 9 / 128.4100.1200 2  mak =   898 kg/cm2 W 4620

 kip < mak perlu dipasang bracing, misalnya dipasang bracing di tengah bentang.

Bentang kiri : L = 600 cm h/tb = 594/14 = 42 < 75 } Penampang dapat berubah L/h = 600/594 = 10 > 1,25.b/ts = 1,25.302/23 = 16,4 } bentuk A’ = A sayap + 1/6.Abadan = 30,2.2,3 +1/6.1,4.(59,4-4,6) = 82,24 cm2 iy =

1 / 2.Iy 1 / 2.10600 = 8 cm ; A’ = L/iy = 600 : 8 = 75  A' 82,24

y = 1,536

kip =  tekan =  /y = 1600/1,536 = 1041 27 kg/cm2 <1600 kg/cm2 Stabilitas terhadap KIP terpenuhi !

Konstruksi baja-ASD

Page 70

Bentangan kanan :

 1 / 8.q.l 2  1 / 16..q.l 2 *  = 1,5 > 1,3  2.1 / 12.q.(1 / 2.l 2 ) 2.

Tidak perlu dikontrol terhadap KIP

Kontrol terhadap stabilitas lipat : Stabilitas lipat pada sayap :

r d

b/t < 10

r = 3267 kg/cm2

;

15,1/2,3 = 6,6 < 10

3267 = 19  OK 898

Stabilitas lipat pada badan : }  = a/h = 600/54,8 = 10,94 } kd = 23,8 (Tabel 6.1)  = -1  pl = 1,266.10.(1,4/54,8) = 828 kg/cm2  kr = 23,8 x 826 = 19658 kg/cm2 > 1600 kg/cm2 Stabilitas lipat pada badan terpenuhi ! Contoh 6.2 : Balok buatan untuk jembatan dengan pembebanan seperti pada gambar. Rencanakan balok tersebut dengan menggunakan mutu baja BJ.37 ! P = 6,2 ton q = 3,454 t/m 20 A

C 4m

D 4m

E 4m

F 4m

B 4m 10

1600

Bid.M

20 Bid.D

400

Gambar 6.13 : Pembebanan balok, diagram M dan D , penampang profil buatan. Perhitungan: M mak = 1/8 . 3,454 . 202 + 1/4 . 6,2 . 20 = 203,7 tm Pendekatan yang ekonomis : hb = 2000/12 = 160 cm a/hb > 1,5 , tb = 160 /322 = 0,5 cm } a/hb < 1,5 , tb = 260 : 333 = 0,49 cm } tb = 1 cm Ab = 160 x 1 = 160 cm 2.As = Ab = 160 cm2 ; As = 80 cm2  ts = 2 cm, bs = 40 cm 3 2 Ix = 1/12.1.160 + 2.80.81 = 1391093 cm4 Wx = 13911093 : 82 = 16964 cm3 x = M/W = 20370000 : 16964 = 1201 kg/cm2 < 1600 kg/cm2  OK

Konstruksi baja-ASD

Page 71

1. Pemeriksaan lipat pada lapangan DE a. Lipat pada sayap. bp/tp < 10

r d

20/2 = 10 

,  r = 3267 kg/cm2

3267 = 16,49  OK 1201

b. Lipat pada badan pada serat terluar badan = 81/82.1201 = 1187 kg/cm2  pl= 1,266 . 106 . (tb/hb) 2 = 1,266 . 106 . (1/160) 2 = 49,45 kg/cm2  = - 1 (lentur murni) dan  = a/h = 400/160 = 2,5 kd = 23,8 (Tabel 6.1)  kr = 23,8 . 49,45 = 1182 kg/cm2 <  mak = 1201 kg/cm2 pelat akan melipat pada = 1182 , untuk itu dapat diatasi dengan cara-cara : a).mempertebal pelat badan. b).memasang pengaku memanjang di tengah-tengah. c).memasang pengaku memanjang pada 1/3 hb. Cara a) : Mempertebal pelat badan tb = 12 mm  pl= 1,266 . 106 . (1,2/160) 2 = 71,21 kg/cm2  kr = 23,8 . 71,21 = 1694 kg/cm2 >  mak = 1201 kg/cm2 Stabilitas terhadap lipat terpenuhi ! Cara b) : Memasang pengaku memanjang di tengah-tengah. 1 20 800 2 800 20

Gambar 6.14 : Balok dengan pengaku memanjang di tengah-tengah a = 400 mm ; b = 80 mm  = 2/1 = 0 dan  = 400/80 = 5 kd = 7,8 (Tabel 6.1) 6 2  kr =7,8 . 1,266 . 10 . (1/80) = 1542 kg/cm2 >  mak = 1201 kg/cm2 Stabilitas terhadap lipat terpenuhi ! Cara c) : Memasang pengaku memanjang pada 1/3 hb. 1 2

20 160/3 1

320/3

2 20 (a) (b) Gambar 6.15 : Balok dengan pengaku memanjang di tengah-tengah

Konstruksi baja-ASD

Page 72

Daerah gambar (a): a = 400 mm ; b = 80/3 mm  = -801/-1201 = 0,7 dan  = 400/(80/3) = 15 kd = 4,75 6 2  kr = 4,75 . 1,266 . 10 . {1/(160/3)} = 8456 kg/cm2 >  mak = 1201 kg/cm2 Stabilitas terhadap lipat terpenuhi ! Daerah gambar (b) : a = 400 mm ; b = 5/6 x 160 mm  = +1201/-801 = - 1,49 dan  = 400/(2/3.160) = 3 kd = 36,5 (Tabel 6.1) 6 2 2  kr = 36,5 . 1,266 . 10 . {2/3.160)} = 2599 kg/cm >  mak = 1201 kg/cm2 Stabilitas terhadap lipat terpenuhi ! 2. Pemeriksaan lipat pada lapangan AC dan FB Tebal pelat badan = tb = 12 mm Akibat adanya gaya lintang = D mak = 37640 kg  = 400/160 = 2,5 > 1 kg = 5,35 

4

2

untuk  1

kg = 5,99

 kr = kg. pl = 5,99 x 71,21 = 426 kg/cm2  mak = D mak/Ab = 37640 / (1,2.60) = 146 kg/cm2 < 426 kg/cm2 Apabila dikombinasi dengan momen: Mc = 37,64 . 4 - 1/2 . 3,954 . 4 = 122,928 kgm  mak = 12292800 :16964 = 725 kg/cm2  tepi = 81/82 . 725 = 716 kg/cm2  = -1 dan  = 2,5 kd = 23,8 (Tabel 6.1)  kr = 23,8 . 71,21 = 1694 kg/cm2 > 1600 kg/cm2  kr = 5,99 . 71,21 = 426 kg/cm2 < 0,58 . 1600 = 928 kg/cm2 Kombinasi tegangan :

(

 mak 2  mak 2 ) ( ) 1  kr  kr

725 2 146 2 ( ) ( )  0,6  1 1600 426

 OK

3. Kontrol terhadap KIP : L = 400 cm h/tb = 160/1,2 = 133 > 75 } Penampang dapat berubah L/h = 400/160 = 2,5 < 1,25.40/20 = 25 } bentuk A’ = 40.2 +1/6.80.1,2 = 112 cm2 Iy = 1/12.2.403 + 1/12.160.1,23=21335 cm4 iy =

0,5.Iy = 9,75 cm A'

A’ = 400 : 9,75 = 41 y = 1,152 kip = 1600/1,152 = 1388 kg/cm2 <  mak Stabilitas terhadap KIP terpenuhi ! 4. Pemasangan pengaku : a. Pada tumpuan Dmak = 1/2 x 3,454 x 20 + 1/2 x 6,2 = 37,64 t Konstruksi baja-ASD

Page 73

A = 1,2 . 14,2 + 1,2 . 20 = 42 cm2 Iy = 1/12 . 1,2 . 203 + 1/12. 14,4. 1,23 = 804 cm4

12 100 12

iy =

804 = 4,4 cm 42

 = 160 : 4,4 = 37  = 1,119  = 1,119 . 37640) : 42 = 824 kg/cm2 < 1600 kg/cm2

100 12.tb 144

Gambar 6.16 : Pengaku pada tumpuan b. Pada lapangan Gaya pada pengaku = P = M/L P = 20370000 : 400 = 50925 kg A = 1,2 . 30 + 1,2 . 20 = 60 cm2 Iy = 1/12 . 1,2 . 203 + 1/12 . 30 .1,23 = 804 cm4

12

100 12 100

iy =

804 = 3,66 cm 60

 = 160 : 3,66 = 44  = 1,178  = (1,178 . 50925) : 60 = 1000 kg/cm2 <1600 kg/cm2

25.tb 300

Gambar 6.17 : Pengaku pada tumpuan

TUGAS 3:

1. Balok A-B panjang 12 m menggunakan profil WF.600.300 dengan mutu baja BJ.37. Hitunglah stabilitas balok terhadap KIP dan lipat.

q= 2t/m

12m

Konstruksi baja-ASD

Page 74

VII. BALOK KOLOM

A.Pendahuluan Balok-kolom adalah peristiwa yang terjadi pada batang yang menerima beban aksial dan momen lentur. Beberapa kegagalan yang akan terjadi pada balok-kolom adalah sebagai berikut: 1. Tarikan aksial dan lentur; kegagalan biasanya karena leleh. 2. Tekanan aksial dan lentur terhadap satu sumbu; kegagalan disebabkan oleh ketidak stabilan pada bidang lentur, tanpa terpuntir (misalnya balok-kolom dengan beban transversal yang tidak stabil terhadap tekuk puntir lateral). 3. Tekanan aksial dan lentur terhadap sumbu kuat; kegagalannya disebabkan oleh tekuk puntir lateral. 4. Tekanan aksial dan lentur biaksial (dua sumbu), penampang yang kuat terhadap puntir; kegagalannya disebabkan oleh ketidak stabilan pada arah utama (biasanya profil W) 5. .Tekanan aksial dan lentur biaksial (dua sumbu), penampang terbuka berdinding tipis (penampang yang lemah terhadap sumbu puntir); kegagalannya disebabkan oleh gabungan puntir dan lentur. 6. Tekanan aksial, lentur biaksial dan puntir; kegagalannya akan disebabkan oleh gabungan puntir dan lentur bila pusat geser tidak terletak pada bidang lentur. Oleh karena banyaknya ragam kegagalan, akan sulit untuk diwujutkan dalam cara perencanaan yang sederhana. Maka digunakan persamaan interaksi yang mendekati kelakuan yang sebenarnya. B.Persamaan Balok-kolom. Anggapan yang dipakai persamaan ini adalah material mempunyai hubungan tegangan-regangan bilinier dan balok-kolom runtuh apabila serat terluar penampang menerima beban terbesar mencapai tegangan leleh. M1

M2

N

N y x M1

M2

N.y

Momen primer Mi

Momen sekunder N.y

Gambar 7.1.Batang yang menerima beban M dan N Dari syarat keseimbangan, diperoleh persamaan: Mx = Mi + N.y = - E.I.

Konstruksi baja-ASD

d2y dx 2

(7.1)

Page 75

d2y + dx 2 d4y  dx 4

N Mi .y = EI EI 2 N d y 1 d 2 Mi   EI dx 2 EI dx 2

(7.2)

Mi adalah momen primer akibat beban luar. Dari persamaan (6.1) diperoleh:

Mx d4y d 2 Mx d2y = atau   EI dx 4 dx 2 dx 2 Substitusikan persamaan ini ke persamaan (6.2) diperoleh:

1 d 2 Mx N Mx 1 d 2 .Mi .  .   . EI dx 2 EI EI EI dx 2 N 2 Apabila k  ,maka persamaan mejadi: EI d 2 Mx d 2 Mi 2  k . Mx  dx 2 dx 2 

(7.3)

Persamaan differensial (7.3) ini ialah: Mx = A.sin kx + B.cos kx + f 1(x) (7.4) yang mana f 1(x) = harga Mx yang harus memenuhi persamaan (6.3). Momen maksimum akan diperoleh bila : d.Mx/dx = 0 = Ak.cos kx - Bk sin kx + d f 1(x)/dx (7.5) Pada umumnya beban terpusat, beban terbagi merata, momen lentur pada ujungujung batang atau kombinasinya akan diperoleh: d f 1(x)/dx = 0 Sehingga persamaan (7.5) menjadi : Ak cos kx = Bk sin kx tan kx =

A B

A

A

sinkx= cos kx =

kx B

A2  B 2 B

A2  B 2

Substitusikan nilai-nilai sin kx dan cos kx di atas ke persamaan (6.4) menghasilkan persamaan umum bagi momen maksimum pada batang.

Mxmak 

A2 A 2  B2



B2 A 2  B2

 f1(x)

 A 2  B2  f1(x)

(7.6)

Kasus 1 : M1  M2 Momen primer : Mi = M1 + (M2-M1) karena nilai d2Mi/dx = 0 , maka pada persamaan (6.4) diperoleh f 1(x) = 0 Momen maksimum pada persamaan (7.6) menjadi : Mx maksimum = Konstruksi baja-ASD

A2  B 2

Page 76

Konstante A dan B diperoleh dengan memasukkan syarat-syarat batas pada persamaan (7.4). Mx = A sin kx + B cos kx untuk x = 0, maka Mx = M1 dan B = Mi untuk x = L, maka Mx = M2 dan A =

M 2  M 1.Cos.kL Sin.kL

sehingga :

 M2  M1.Cos.kL  .Sin.kL  M1.Cos.kL Sin.kL  

Mx = 

Momen maksimum pada balok-kolom adalah : Mx mak = (

M2  M1.Cos.kL 2 )  M12 Sin.kL

1  2(M1/M2).Cos.kL  (M1/M2)2 = M2 Sin 2 .kL

(7.7)

Kasus 2 : M1 = M2 Dengan memasukkan M1 = M2 = M pada persamaan (6.7) diperoleh: Mx mak = M.

2.(1  Cos.kL) Sin 2 .kL

1 ) Cos.kL/2

= M.(

= M.

2.(1  Cos.kL) 1  Cos 2 kL

= M.Sec.kL/2 = M.Sec.(

π 2

N ) Ne

(7.8)

Gambar 7.2 : Kurva N/Ne dan Mmak/M Persamaan di atas ternyata dapat didekati dengan baik sekali oleh faktor 1/(1N/Ne) sehingga persamaan menjadi: Mmak =

1 N 1 Ne

.M --- Mmak =

Konstruksi baja-ASD

n .M n 1

Yang mana : n = Ne/N

(7.9)

Page 77

Pada persamaan (7.7) kasus M1  M2, merupakan rumus yang panjang dan tidak praktis. Maka untuk perencanaan, persamaan disederhanakan dengan konsep momen uniform ekivalen..

( M 1 / M 2) 2  2.( M 1 / M 2).Cos.kL  1 2.(1  Cos.kL)

Mek = M 2

(7.10)

Faktor ekivalen adalah :

Mek ( M 1 / M 2) 2  2.( M 1 / M 2).Cos.kL  1  M2 2.(1  Cos.kL) Pendekatan praktis oleh Masonet dan AISC diambil :  = 0,6 + 0,4.(M1/M2)  0,4 dengan M1  M2, momen maksimum menjadi :



(7.11) (7.12)

n .M 2 n 1

Mmak =  .

(7.13)

Persyaratan tegangan kini dapat ditulis menjadi:

 x .N A

 x.

n Mx . n  1 Wx



(7.14)

Pada ujung-ujung kolom menjadi :

N Mx  A Wx



(7.15)



(7.16)

Kontrol tekuk ke arah tegak sumbu y :

 y .N A

C.Pengaruh Beban lintang Rumus-rumus di atas diturunkan berdasarkan tanpa adanya beban lintang. Apabila balok-kolom mendapat beban lintang maka momen akibat beban lintang akan memperbesar tegangan yang timbul. M

M

N

N q

N

N Q

N

N L

Gambar 7.3 : Balok-kolom mendapat beban lintang Persyaratan tegangan menjadi:

 x .N A



n (β x .Mx2  MDx ) . n 1 Wx

Konstruksi baja-ASD



(7.17)

Page 78

Yang mana Mdx adalah momen lentur lapangan terbesar akibat beban lintang yang tegak lurus sumbu x, dengan anggapan kedua ujung kolom berupa sendi. Apabila Mdx berlawanan tanda dengan Mx2 dan Mdx  2.Mx2 maka Mdx tidak diperhitungkan. D.Pengaruh Tekuk Puntir pada Balok-kolom Balok-kolom yang menerima beban lentur ada kemungkinan akan tertekuk ke arah lateral dan terpuntir.

Gambar 7.4 : Pengaruh tekuk puntir Pengaruh ini diperhitungkan dengan mengalikan faktor  sehingga persamaan menjadi :

 x .N A

 x .N

 θ.β x .

n Mx . n  1 Wx

n βx.Mx 2  MDx .( ) A n 1 Wx yang mana :

θ

 θ.

5.ζ 3.Mx1 ζ kip .(8  ) M x2



(7.18)



(7.19)

 1

(7.20)

E.Balok-kolom yang Melentur Terhadap Sumbu x dan y. Pembebanan pada portal bangunan pada umumnya bersifat tiga dimensi, sehingga pembebanan akibat momen akan melentu terhadap sumbu x (akibat Mx) dan ke sumbu y (akibat My). Rumus-rumusnya menjadi sebagai berikut: Konstruksi baja-ASD

Page 79

Untuk balok-kolom yang tidak memikul beban lintang:

 MAK .N A

nx Mx ny My  β x .θθ .  βy. . nx  1 Wx ny  1 Wy



(7.21)



(7.22)



(7.23)



(7.24)

Pada ujung batang dikontrol dengan :

N Mx My  θ.  A Wx Wy Untuk balok-kolom yang memikul beban lintang:

 mak .N A

θ

nx (β x .Mx2  MDx) ny (β y .My2  MDy)  nx  1 Wx ny  1 Wy

dan

N (Mx2  MDx) (My2  MDy) θ  A Wx Wy

F.Balok-kolom pada Portal yang Bergoyang Pada bangunan portal yang bergoyang yang mana kedua ujung batang dapat bergeser maka rumus-rumus di atas perlu disesuaikan.

L

N H

N

H/2

 0  y1

N(  0

 y1 )

0  0  y1

L

L H/2

(a)

Menurut

(b)

dianggap ¼ curva sinus

( c ) momen lentur sekunder (anggapan)

Gambar 7.5 : Balok-kolom pada portal yang bergoyang AISC Commentary, harga  =0,85 dan harga

ini

dapat

dipertanggungjawabkan. Sehingga rumus-rumus di atas menjadi :

N nx Mx  0,85.θ, . A nx  1 Wx



(7.25)



(7.26)

dan

N Mx  θ. A Wx A.ζ Ex N Harga  Ex diperoleh dari Tabel.7.1 nx 

Konstruksi baja-ASD

Page 80

Tabel 7.1 : Harga tegangan Euler

Konstruksi baja-ASD

Page 81

Contoh 7.1 : Balok-kolom mendapat beban seperti pada gambar. Pada sumbu kuat (x-x) ujung atas dapat bergerak dan ujung bawah terjepit, pada sumbu lemah (y-y) ujung atas sendi (dipasang bracing) dan ujung bawah terjepit. Rencanakan balok-kolom ini apabila menggunakan mutu baja BJ.37. N H

N = 4000 kg H = 500 kg Tinggi kolom = 9 m Lkx = 2 x 9 = 18 m Lky = 9 m Mx1 = 0 Mx2 =500.9 = 4500 kgm

Mx1

9m

Mx2

Gambar 7.6 : Pembebanan pada balok-kolom

Perhitungan : Pendekatan :  mak = 200; imin = 1800 : 200 = 9 cm Dicoba profil : WF.300.200.8.12 A = 73,38 cm2 Wx = 771 cm3 Ix = 11300 cm4 3 b = 200 mm Wy = 160 cm Iy = 1600 cm4 h = 294 mm ix = 12,5 cm ts = 12 mm iy = 4,71 cm tb = 8 mm 2. Faktor KIP (  ) h/tb = 29,4/0,8 = 36,75 > 75 } Penampang tidak berubah L/h = 900/29,4 = 30,6 < 1,25.b/ts =1,25.200/12 = 20,8 } bentuk C1 = (L.h)/(b.ts) = (9000 .294):(200 . 1,2) = 1102,5 C2 = 0,63 . (E/) = 0,63. (2,1.106 : 1600) = 827  kip = C2/C1 . 0,7.  = (827/1102,5 ) . (0,7 x 1600) = 840 kg/cm2 =

5.ζ 5.1600 = 1,19  ζ.(8  3.Mx1/Mx2) 840.(8  3.0/4500)

3. Kontrol lipat a. Lipat pada sayap r = 3267 kg/cm2 d = N/A + M/W = 4000/72,38 + 450000/771 = 639 kg/cm2 bp/tp = 100/12 = 8,4 < 10.

Konstruksi baja-ASD

ζr 3267  10. = 21,8  OK ζd 639

Page 82

b. Lipat pada badan  pl = 1,266 . 106 . (tb/hb) 2 = 1,266 .106 . (0,8/29,4) 2 = 93 kg/cm2  1 = N/A+M/W = 55 + 584 = 639 kg/cm2  2 = N/A-M/W = 55 - 584 = -529 kg/cm2  = -529/584 = - 0,9 < -0,5  =  (tidak memakai pengaku) kd = 13,5 (Tabel 6.1) kg = 5,35 

4

2

untuk  1

kg = 5,35

 kr = 13,5 . 93 = 1255 kg/cm2 <  = 1600 kg/cm2  kr = 5,35 . 93 = 497 kg/cm2 <  = 928 kg/cm2  = H : Ab = 500 : (0,8 . 29,4) = 22 kg/cm2 Rumus kontrol :

(

ζ mak 2 η )  ( mak ) 2  1 ζ kr η kr

584 2 22 2 ( ) ( )  0,6  1  OK 1255 497 4. Faktor pembesaran momen = nx/(nx-1) x = 1800 : 12,5 = 144 < 200 ex = 1000 kg/cm2 (Tabel 7.1) nx = A. ex/N = 72,38. (1000 : 4000) = 19 nx/(nx-1) = 19/18 = 1,06 5. Faktor tekuk ( mak) Lky = 850 cm y = 850 : 4,71 = 181 > x = 144



 max = 6,323

6. Kontrol interaksi :

 .N

 0,85.θ,

nx Mx ζ nx  1 Wx

A 6,2323.4000 450000  0,85.1,19.1,06.  996kg/cm 2  1600kg/cm 2 72,38 771 Pada dasar kolom : d = N/A + Mx/Wx = 639 kg/cm2  = H / Ab = 22 kg/cm2 =

(639) 2  3(22) 2  641 kg/cm2 < 1600 kg/cm2

Profil WF.300.200 cukup aman !

Konstruksi baja-ASD

Page 83

Contoh 7.2 : Balok-kolom mendapat beban seperti pada gambar. Rencanakan balok-kolom C-E, apabila menggunakan mutu baja BJ.37! q = 2 t/m Nc= 1621 kg A

(I)

B C

(I)

(I)

1 t/m C

(I) (I)

6m

D (I)

Dc Mx1

1t/m 6m Mx2

E

F

E Ne= 1621 kg

6m

De

Gambar 7.7 : Portal dan pembebanan pada kolom C-E Perhitungan : Pendekatan :  mak = 200; imin = 600 : 200 = 3 cm Dicoba profil : WF.500.200.10.16 A = 114,2 cm2 Wx = 1910 cm3 b = 200 mm Wy = 214 cm3 h = 500 mm ix = 20,5 cm ts = 16 mm iy = 4,33 cm tb = 10 mm

Ix = 47800 cm4 Iy = 2140 cm4

1. Faktor KIP (  ) h/tb = 500/10 = 50 > 75 } Penampang dapat berubah L/h = 600/50 = 12 < 1,25.200/16 = 15 } bentuk A’ = A sayap + 1/6.Abadan = 20.1,6 +1/6.1.46,8 = 18,8 cm2 iy =

0,5.Iy  A'

0,5 x 2140 = 7,54 cm 18,8

A’ = L/iy = 600 : 7,54 = 80 y = 1,616 kip =  tekan =  /y = 1600/1,616 = 990 kg/cm2 =

5. 5.1600  = 1,24  (8  3.Mx1 / Mx2) 990 x(8  3x9284 / 18810)

2. Kontrol lipat : a. Lipat pada sayap r = 3267 kg/cm2 d = N/A + M/W = 1621/114,2 + 1881000/1910 = 1000 kg/cm2 bp/tp = 100/16 = 6,25 < 10.

Konstruksi baja-ASD

ζr = 18  OK ζd Page 84

b. Lipat pada badan  pl = 1,266 . 106 . (tb/hb) 2 = 1,266 . 106 . (1/50) 2 = 506 kg/cm2  1 = N/A+M/W = 1000 kg/cm2  2 = N/A-M/W = -985 kg/cm2  = -985/1000 = - 0,985 < -0,5  =  (tidak memakai pengaku) kd = 13,5 kg = 5,35  kr = 13,5 . 506 = 6831 kg/cm2 >  = 1600 kg/cm2  kr = 5,35 . 506 = 2707 kg/cm2 >  = 928 kg/cm2  = H : Ab = 4320 : (1 . 48) = 90 kg/cm2 Rumus kontrol :

1000 2 90 2 ( ) ( )  0,64  1  OK 1600 928 3. Faktor

 x = 0,85

4. Faktor pembesaran momen = nx/(nx-1) GB = 1 (jepit) GA =

Σ.(Ic/Lc) Σ.(Ib/Lb)

} k = 1,25

= (1/6 +1/6): 1/6 = 2

}

Lk = 1,25 x 6 = 7,5 m x = 750/20,5 = 36,6 ex = 15140 kg/cm2 nx = A. ex/N = 114,2 . (15140 : 1621) = 1067 nx/(nx-1) = 1 5. Faktor tekuk ( mak) Lky = 600 cm iy = 600 : 4,33 = 139 > x = 36,6



 max = 3,729

Mdx = 1/8 . 1000 . 62 = 4500 kgm 6. Kontrol interaksi :

 .N A

 θ.

nx βx.Mx  MDx ζ nx  1 Wx

3,729.1621 0,85.1881000  450000  1,24.1.  1383 kg/cm 2  1600 kg/cm 2 114,2 1910

N Mx  MDx  θ. ζ A Wx 1621 1881000  450000  1,24.  1524 kg/cm 2  1600 kg/cm 2 114,2 1910 Profil WF.500.200 cukup aman !

Konstruksi baja-ASD

Page 85

TUGAS 4: 1. Rencanakan kolom yang menahan balok keran, Mutu baja yang digunakan BJ37. N=20t P=30t H=3t

A 100cm B

70cm 400cm

C

Sumbu x-x

sumbu y-y

bidang M

2. Rencanakan kolom yang menahan balok keran, mutu baja yang digunakan BJ37. N=20t P=30t H=3t 100cm

400cm

Sumbu x-x

Konstruksi baja-ASD

sumbu y-y

Page 86

VIII. BALOK KERAN A. Pendahuluan Balok keran (Crane girder) banyak digunakan pada bangunan industri. Pada pembebanan yang kecil, balok keran dapat direncanakan dengan profil tunggal (contoh: WF). Sedangkan pada pembebanan yang besar digunakan balok gabungan (contoh: profil kanal+WF).

Balok penahan keran

Single girder

Double girder

Gambar 8.1.a : Bangunan industri, dan Crane girder

Konstruksi baja-ASD

Page 87

Gambar 8.1.b : Profil balok keran 1. Balok WF digunakan untuk bentang pendek dan beban ringan 2. Balok diperkuat dengan dengan pelat 3. Balok diperkuat dengan profil kanal, untuk kapasitas besar

B. Data Teknis Balok Keran

c

d

cabin a f

e

a. Potongan melintang bangunan

b

b. Tampak atas konstruksi keran Gambar 8.2 : Data teknis balok keran a = jarak antara as rel terhadap muka dinding atau kolom b = jasak as ke as roda keran c = jarak antara rel ke plafod bangunan d = jarak antara posisi teringgi “hook” terhadap plafond e = jarak antara muka kolom ke tempat operator (cabin) f = jarak antara rel sampai ke posisi terdekat “hook” (yang paling dekat rel)

Konstruksi baja-ASD

Page 88

C. Pembebanan 1. Beban sendiri keran Dimensi dan beban 5

Kapasitas keran (ton) 10 20 30

50

Untuk semua bentang d(mm) 1300 1680 2190 2900 3360 e(mm) 860 1070 1140 1370 1520 f(mm) 680 840 970 990 1220 Untuk bentang 12 m a(mm) 200 200 250 275 300 c(mm) 1800 2200 2300 2400 2500 b(mm) 3000 3000 3800 4000 4700 Berat sendiri :keran +takel (ton) 10 12 18 23 32 Berat takel (ton) 2 4 7 10 17 Berat roda maksimum (ton) 5,5 9 16 22 34 Untuk bentang 18 m a(mm) 225 225 250 275 300 c(mm) 1900 2200 2300 2400 2600 b(mm) 3600 3600 3800 4000 4800 Berat sendiri :keran +takel (ton) 14 17 23 29 40 Berat takel (ton) 2 4 7 10 17 Berat roda maksimum (ton) 7 10 11 24 37 Untuk bentang 24 m a(mm) 225 250 275 300 300 c(mm) 2000 2250 2300 2400 2600 b(mm) 4000 4100 4100 4300 5000 Berat sendiri :keran +takel (ton) 20 24 31 38 50 Berat takel (ton) 2 4 7 10 17 Berat roda maksimum (ton) 9 13 20 27 40 Data beban sendiri keran dapat disesuaikan dengan data dari pabrik keran. 2. Beban hidup keran Beban sendiri keran + muatan hidup yang harus diangkat, dalam posisi keran induk dan keran angkat (crab=takel) yang maksimum bagi struktur yang ditinjau adalah : a) Sebagai beban rencana diambil sama dengan beban keran dikalikan koofisien kejut, koofisien kejut  = (1+ k1.k2.v)  1,15 v = kecepatan angkat maksimum (m/detik) pada pengangkatan maksimum tidak perlu diambil lebih dari 1 m/detik k1 = koefisien yang bergantung pada kekakuan struktur keran induk, dimana untuk keran induk berupa struktur rangka, harga k1 = 0,6 k2 = koefisien yang tergantung pada sifat-sifat mesin angkat dari keran angkatnya, dan diambil sebagai berikut: - pada mesin listrik biasa atau mesin-mesin lain dengan sifat sejenis k2=1 - pada mesin dengan pembatas percepatan otomatis (rem) dengan alat cengkeran : k2 = 0,75 dengan alat kait : k2 = 0,50

Konstruksi baja-ASD

Page 89

Hz= 1/7 Rmak

Hz

Hx

Hx

Hx

Hx H=1/30.berat keran+bebannya

Alat penyambung ini menahan gaya rem memanjang (Hz) Hx= gaya rem melintang Hz= gaya rem memanjang

Gambar 8.3.a : Pembebanan pada konstruksi keran

Gambar 8.3.b : Perencanaan data konstruksi keran 3. Gaya rem memanjang keran induk Gaya rem memanjang keran induk adalah gaya yang bekerja horisontal memanjang di atas lintasan di tempat masing-masing roda keran yang di rem, besarnya = 1/7 reaksi maksimum yang terjadi pada masing-masing roda.

Konstruksi baja-ASD

Page 90

4. Gaya rem melintang keran angkat Gaya rem melintang keran angkat adalah gaya yang bekerja horisontal melintang di atas keran induk. Gaya rem ini dibagikan pada roda-roda keran induk pada masing-masing lintasannya. Besarnya gaya rem melintang = 1/15 berat keran angkat + beban kerja, untuk masing-masing lintasannya. D. Perencanaan Balok Keran

1. Data Perencanaan Bentang kuda-kuda : 16,000 m Panjang gudang : 40,000 m Tinggi kolom : 9,000 m Jarak kolom : 5,000 m Penutup atap : Seng gelombang Dinding : Pasangan batu bata Mutu baja : BJ.37 Tegangan dasar ( ) = 1600 kg/cm2 Peraturan muatan : PMI-1983 Peraturan perencanaan : PPBBI-1983 Tipe kuda-kuda : Portal gewel Data keran : Kapasitas keran : 20 t Berat takel :7t Berat sendiri keran : 16 t Berat sendiri rel (ditafsir) : 30 kg/m Jarak roda keran : 3,8 m 2. Bagian Konstruksi Keran 2,45m 3m

6m 50

50

1500

100

50

Gambar 2.23 : Bangunan konstruksi keran

Konstruksi baja-ASD

Page 91

3. Pembebanan Pada Balok Keran 1m

P=27t Q=16t

A

B

Ra

15 m

Rb

Gambar 2.24 : Pembebanan pada balok keran Ra =

16 14  27. = 33,2 t 2 15

; Rb = 9,8 t

Ra dipikul 2 roda keran masing-masing = 16,6 t Rb masing-masing = 4,9 t 4. Perhitungan Balok Keran a. Perhitungan momen 1) Beban mati 0,95 0,95

1,90

16,6t A

16,6t C

D

E

F

B

R Ra

3m

3m

Rb

Gambar 2.25 : Pembeban roda keran pada balok keran Ra = 16,6 .(3,95+0,15)/6 = 11,34 t Rb = 16,6.(4,85+2,05)/6 = 21,86 t Mc = 11,34 . 2,05 = 23,247 tm Md = 11,34 . 3 – 16,6 . 0,95 = 18,25 tm Me = 11,34 . 3,95 – 16,6 . 1,9 = 12,42 tm Mf = 21,86 . 0,15 = 3,279 tm Koefisien kejut = 1,15 ; M maksimal = 1,15 . 23,247 = 26,735 tm 2) Beban mati Beban mati ditafsir = 150 kg/m Beban rel = 30 kg/m Jumlah = 180 kg/m 2 M = 1/8 . 180 . 6 = 135 kgm = 0,135 tm 3) Beban hidup +mati M beban hidup+mati = 26,735 + 0,135 = 23,382 tm

Konstruksi baja-ASD

Page 92

b. Reaksi (Gaya lintang) 1) Beban hidup

16,6t

16,6t

A

B

Ra

3,8m

2,2m

Rb

Gambar 2.26 : Pembebanan roda keran pada gaya lintang maksimum Koefsisien kejut = 1,15 Ra = 1,15 ( 16,6 + 16,6.2,2/6) = 26,105 t 2) Beban mati Ra = ½ . 0,18 . 6 = 0,54 t 3) Gabungan 1)+2) : Ra = 26,105 + 0,54 = 26,645 t 4) Pada balok keran sebelah kanan: R = (4,9/16,6) (26,105)+0,54 = 8,25 t c. Beban gaya rem melintang 16,6t

16,6 t 0,9t

0,9t N=2,371t y

Gambar 2.27 : Kombinasi pembebanan pada balok keran Beban = 1/15.(Beban kapasitas keran+ tekel) = 1/15.(20+7) = 1,8 t ; untuk satu roda = ½ .1,8 = 0,9 t M =

0,9 .(23,247) = 1,261 tm 16,6

D = 0,9 +0,9.2,2/6 = 1,23 t d. Beban gaya rem memanjang Beban = 1/7 . Reaksi maksimum pada roda keran = 1/7 . 16,6 = 2,371 t M = 2,371 x (20 + 7,5 ) = 65,203 tcm = 0,652 tm

Konstruksi baja-ASD

Page 93

e. Analisis profil balok keran

Gambar 2.28 : Profil balok keran

L=6m Beban yang bekerja adalah : Mx = 26,735 +0,652 = 27,387 tm My = 1,261 tm Dx = 26,645 t ; Dy = 1,23 t N = 2,371 t

1) Direncanakan profil WF. 450.300.11.18 A = 157,4 cm2; b =300 mm; h =440 mm; tb =11 mm; ts =18mm Wx =2550 cm4 ; Wy =541 cm3 ; ix =18,9 cm; iy =7,18 cm ; g =124kg/m 2) Faktor KIP (  )

440  40  75 11 6000 1,25.300 L/h   13,64   21 440 18 h/tb 

Penampang tidak dapat berubah bentuk

600.440  489 300.11 0,63.10 6 C2   827 1600 827 2 ζkip  489 .0,7.1600 1894 kg/cm 5.1600 θ  0,53  1 0 1894. (8  3. ) 2738700 C1 

3) Kontrol lipat Kontrol lipat pada sayap:  r = 3267 kg/cm2

d 

2371 2738700   15  1074 = 1089 kg/cm2 157,4 2550

bs/ts = 150/1,8 = 8,9 < 10

3267  17,3 --- OK 1089

Kontrol lipat pada badan:

 pl  1,266.10 6.(

11 2 )  791 kg/cm2 440

 1 = 15 + 1074 = 1089 kg/cm2  2 = 15 – 1074 = - 1058 kg/cm2  1058   0,97 < - 0,5 ;    1089

 kr = 23,8 . 791 = 18892 kg/cm2

Konstruksi baja-ASD

> 1600 kg/cm2

Page 94

 kr = 5,35 . 791 = 4232 kg/cm2 > 928 kg/cm2  = 26635 : (1,1 . 41,8) = 580 kg/cm2

Rumus kontrol :

1089 2 580 2 ( ) ( ) = 0,93 < 1 1600 928

--- OK

4) Pada portal bergoyang  x  0,85 5) Faktor pembesaran momen (

nx ny ) dan ( ) nx  1 ny  1

Lkx = 600 cm x = Lkx/ix = 600 : 18,9 = 32

 x  1,081

nx = A . ex/F = 157,4. 20240/2371 = 1344 nx/(nx-1) = 1,0007 Lky = 600 cm y = Lky/iy = 600 : 7,18 = 84

 y  1,687

ny = A . ey/F = 157,4. 2937/2371 = 195 ny/(ny-1) = 1,005 6) Kontrol interaksi



1,687.2371 2738700 126100  0,85.1.1,0007.  0,85.1,005. 157,4 2550 541

= 25 + 914 + 199 = 1138 kg/cm2 < 1600kg/cm2



2371 2738700 126100  1.  157,4 2550 541 2

 2371   26645      3.   157,4   1,1.41,8 

= 1323 kg/cm2 < 1600kg/cm2

2

= 1005 kg/cm2 < 1600kg/cm2

--- OK

5. Analisis Balok Konsol 1. Beban pada balok konsol Salah satu roda keran tepat pada perletakan Beban hidup = 26,645 t Beban konsol = 0,15 t Total P = 26,645 + 0,15 = 26,8 t Konsol sebelah kanan = 8,25+0,15 = 8,4 t 2. Analisis profil balok konsol M = 26,8 x 0,5 = 13,4 tm D = 26,8 t

Konstruksi baja-ASD

Page 95

6. Pembebanan Portal a. Beban mati

b. Beban angin

c. Beban keran

Konstruksi baja-ASD

Page 96

7. Perhitungan Profil Kolom a. Pembebanan V= 27810+80.9=28530 kg 2740 kg + 5850 kgm

B 3m

+10340 kgm C +16460 kgm 6m

A

2740 kg

Gambar 2.35 : Pembebanan pada kolom b. Kolom direncanakan WF.500.200.11.19 Pendekatan : i min = 900 : 200 = 4.5 cm A=131,3 cm2; b=210 mm; h=506 mm; tb=11 mm; ts=19mm Ix=56500 cm4 ; Wx=2230 cm3 ; ix=20,7 cm; iy=4,33 cm ; g=80kg/m c. Faktor KIP (  ) Lky =300 cm (jarak lateral braching) h/tb = 506 :11 = 46 < 75 L/h = 300 : 50,6 = 5,92 < 1,25. 201/19 = 13,2 Katagori: penampang dapat berubah bentuk A’=A1+Ab/6 = 21.1,1+(50,6-2,2).0,7/6= 47,06 cm2 iA’=

 kip



0,5.Iy =5,2 cm ;  =300/5,2 = 58 , ’=1,317 A'  1600 : 1,317  1214 kg/cm2

5.1600  0,90 15138 1214.(8  3. ) 16015

----  = 1

d. Kontrol lipat Kontrol lipat pada sayap:  r = 3267 kg/cm2

d 

28530 1646000   218+739= 957 kg/cm2 131,3 2230

bs/ts = 10,5/1,1= 9,54 < 10

3267  17,4 --- OK 1077

Kontrol lipat pada badan:

1,1 2 )  598 kg/cm2 50,6  1 = 218 +739 = 957 kg/cm2 ;  2 = 218 – 718 = - 490 kg/cm2

 pl  1,266.10 6.(

Konstruksi baja-ASD

Page 97



 490  0,5 < -0,5 ;    957

 kr = 13,5 . 598 = 8073 kg/cm2 > 1600 kg/cm2  kr = 5,35 . 598 = 3199 kg/cm2 > 928 kg/cm2

 = 2740 : (1,1. 50,6) = 66 kg/cm2 957 2 66 2 ( ) ( ) = 0, 7 < 1 Rumus kontrol : 1600 928

--- OK

e. Pada portal bergoyang  x  0,85 f.

Faktor pembesaran momen (

nx ) nx  1

Gb= 10 (sendi) ; Ga= (Ic/h) : (Ib/L) = (1/9) : (0,5/16,72) = 3,72 Diperoleh harga k (koefisien tekuk) = 1,7 Lkx=1,7 . 9 = 15,3 m x=Lkx/ix=1530 : 20,7 = 74 ; ly = Lkly/iy = 300 : 4,43 = 68 x total = 74  68 101 < 200 ex = 2032 kg/cm2 nx = A . ex/F= 131,2. 2032/35656 = 7,49 ; nx/(nx-1) = 7,49/6,49 = 1,16 2

2

g. Faktor tekuk (maksimum) Lky = 300 cm y = 300 : 4,43 = 68 < x =74 yang menentukan mak= 1,507 h. Kontrol interaksi

1,507 . 28530 1646000 = 1457 kg/cm2 < 1600 kg/cm2  0,85.1.1,16. 131,3 1690 28530 1646000 = 1200 kg/cm2 < 1600 kg/cm2 --- OK   131,3 1690



Profil dapat digunakan

Konstruksi baja-ASD

Page 98

TUGAS 5: 1. Rencanakan konstruksi portal dengan data sebagai berikut: Panjang gudang : 40,000 m Jarak kolom : 5,000 m Penutup atap : Aluminium gelombang Dinding : Terbuka Mutu baja : BJ.37 Tegangan dasar ( ) = 1600 kg/cm2 Peraturan muatan : PMI-1983

3m

6m

100

1400

100

2. Rencanakan konstruksi portal dengan data sebagai berikut: Panjang gudang : 40,000 m Jarak kolom : 5,000 m Penutup atap : Seng gelombang Dinding : Pasangan batu bata (tertutup) Mutu baja : BJ.37 Tegangan dasar ( ) = 1600 kg/cm2 Data keran : Kapasitas keran : 15 t Berat takel :5t Berat sendiri keran : 10 t Berat sendiri rel (ditafsir) : 30 kg/m Jarak roda keran : 2,8 m 2,45m 3m

6m 75

75

Konstruksi baja-ASD

1400

100

75

Page 99

IX . KONSTRUKSI JEMBATAN

A. Istilah-istilah: 1. Jembatan untuk lalu lintas jalan raya yang melintasi sungai/lembah disebut jembatan jalan raya 2. Jembatan untuk lalu lintas jalan raya yang melintasi jalan raya disebut viaduct 3. Jembatan untuk lalu lintas air yang melintasi sungai/lembah disebut talang 4. Jembatan lalu lintas air yang memotong sungai disebut siphon 5. Jembatan lalu lintas jalan keret api melintasi sungai/lembah disebut jembatan kereta api

Diafragma

Sayap pondasi Pondasi

Gelagar utama

Sandaran

MAT

Pondasi

Gambar 9.1 : Tampak atas dan potongan melintang jembatan jalan raya, Jembatan balok dan beberapa macam jembatan kerangka

Konstruksi baja-ASD

Page 100

B. Konstruksi pada Jembatan 1. Bangunan atas yang meliputi gelagar jembatan 2. Gelagar jembatan dapat berupa gelagar tunggal,gelagar rangka, kabel (jembatan gantung) 3. Bangunan bawah yang meliputi pondasi, pier (tiang) 4. Bangunan bawah dapat berupa pondasi langsung, tak langsung (tiang pancang, sumuran ) C. Jembatan Jalan Raya 1. Peraturan pembebanan menggunakan : Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya (SNI.No: 1725-189 F) a. 1) 2) 3) 4) b. 1) 2) 3) 4) 5) 6) c. 1) 2) 3) 4)

Beban Primer: Beban mati Beban hidup Beban kejut Gaya akibat tekanan tanah Beban sekunder Beban angina Gaya akibat perbedaan suhu Gaya akibat rangkak dan susut Gaya rem dan traksi Gaya akibat gempa bumi Gaya akibat gesekan pada tumpuan bergerak Beban Khusus Gaya sentrifugal Gaya tumbuk pada jembatan layang Gaya dan beban selama pelaksanaan Gaya aliran air dan tumbukan benda-benda hanyutan

2. Persyaratan Pelaksanaan a. Beban Primer: 1) Beban mati : a) Beton bertulang /pratekan BJ = 2,5 t/m3 b) Beton biasa BJ = 2,2 t/m3 c) Perkerasan jalan beraspal BJ = 2-2,5 t/m3 d) Air BJ = 1 t/m3 e) Baja tuang BJ = 7,85 t/m3 2) Beban hidup : a) Beban “T” = beban terpusat yang digunakan untuk menghitung kekuatan lantai jembatan b) Beban “D” = beban jalur untuk menghitung kekuatan gelagar jembatan c) Lantai kendaraan dan jalur lalu lintas: Lebar jalur minimum = 2,75 m, maksimum = 3,5 m

Konstruksi baja-ASD

Page 101

Tabel 9.1 : Jumlah jalur lalu lintas Lebar lantai kendaraan Jumlah jalur lalu lintas 5,5 m – 8,25 m 8,25 m – 11,25 m 11,25 m – 15 m 15 m – 18,75 m 18,75 m – 22,5 m

2 3 4 5 6

Beban “T”

4,00

5,00

5t

20t

50

1,75

50

20t

50

12,5 2,75

2,75

Gambar 9.2 : Distribusi beban “T” Beban ”D” Beban garis = P = 12 ton Satu jalur Beban terbagi rata = q

q = 2,2 t/m q = 2,2 - 160,1 .(L-30) t/m

untuk L < 30 m untuk 30 < L < 60 m

q = 1,1.(1 +

untuk L > 60 m

30 L

) t/m

Untuk lebar jembatan > 5,5 m P/2 P

q/2 q

P/2 5,5 m

q/2

Gambar 9.3 : Distribusi beban “D” Konstruksi baja-ASD

Page 102

3) Muatan pada trotoir, kerb dan sandaran a) Muatan hidup pada trotoir = 500 kg/m2, pada gelagar = 60%x500kg/m2 b) Peninggian > 25 cm, dihitung adanya gaya sebesar 500 kg c) Tiang sandaran, dihitung adanya gaya 100kg/m pada ketinggian 90 cm 4) Kejut, beban “D” harus dikalikan dengan koofisien kejut (K)

K  1

20 50  L

L= panjang jembatan (m)

b. Muatan Sekunder 1) Angin a) Pada jembatan dinding penuh, luas terkena angina = 100%x1,5 tinggi gelagar b) Pada jembatan rangka = 30% x luas rangka W= 100 kg/m2 2m 1½.h

Gambar 9.4 : Distribusi beban angina 2) Gaya akibat perbedaan suhu Gaya akibat perbedaan suhu dihitung perbedaan suhu : Pada bangunan baja = 150C, pada bangunan beton = 100C 3) Gaya akibat rangkak dan susut Apabila tidak dihitung dengan ketentuan lain, senilai akibat turunnya suhu sebesar 150C 4) Gaya akibat rem dan traksi H = 5% x D (tanpa kejut) = horizontal terhadap arah sumbu horisontal 1,2 m permukaan jembatan

Gambar 9.5 : Distribusi beban rem dan traksi c. Muatan Khusus 1) Gaya akibat gempa bumi (K) K

. Titik berat konstruksi

Gambar 9.6 : Distribusi beban gempa bumi K = E x G. E = koeffien gempa G = berat mati Contoh : Surabaya pada daerah II , E = 0,14 Konstruksi baja-ASD

Page 103

2) Gaya akibat geseskan pada tumpuan bergerak a) Tumpuan roll 1 atau 2 rol , koefisien = 0,01 3 rol , koefisien = 0,05 b) Tumpuan gesekan Baja dengan campuran tembaga keras = 0,15 Baja dengan campuran baja/ baja tuang = 0,25 Hasil percobaan d. Muatan Kombinasi Tabel 9.2 : Muatan kombinasi Kombinasi muatan/gaya Tegangan yang diijinkan I. M+H+K.Ta+AH II. M+Ta+AH+F+A+SR+T III. (I)+R+F+A+SR+T IV. M+Ta+AH+Gb V. M+P (*) Khusus untuk bangunan logam

100 % 125 % 140 % 150 % 130 % (*)

M = Muatan mati H = Muatan hidup K = Kejut SR = Susut dan rangkak T = Suhu F = terkanan gesek dari tumpuan bergerak Ta = Tekanan tanah A = Muatan angina R = Gaya rem dan traksi AH = Aliran arus dan hanyutan Gb = Gempa bumi P = Gaya akibat pelaksanaan e. Syarat Ruang Bebas Tinggi minimum ruang bebas = 4,5 meter

Konstruksi baja-ASD

Page 104

D. Perencanaan Jembatan Komposit 1. Data Perencanaan Bentang Jarak gelagar utama Lebar trotoir Tebal pelat beton ζ baja  1200 kg/cm 2

= 22,00 m = 1,50 m = 1,00 m = 20 cm

ζ beton  60 kg/cm 2

25 100

5 x 1,50m = 7,50 m

100 25

Gambar 9.7 : Penampang melintang jembatan 2. Perhitungan trotoir a. Beban mati : pelat beton = 0,2 . 1 . 2,5 = 0,5 t/m beton tumbuk = 0,18 . 1 . 2,2 = 0,4 t/m Jumlah = 0,9 t/m

M D  12 . 0,9 .12  0,405 tm b. Beban hidup: q =1 . 0,5 = 0,5 t/m

M L  12 .0,5.12  0,250 tm c. Beban sandaran : sandaran = 0,16 . 0,1 . 1,25 . 2,5 = 0,05 t pipa sandaran = 2 . 2 . 0,15 = 0,06 t Jumlah = 0,11 t

MD  0,11.1  0,11 tm d. Beban horizontal : P = 0,2 t

M L  0,2.1  0,2 tm

e. Momen total ( M T ) = 0,405 + 0,25 + 0,11 + 0,2 = 0,965 tm f. Penulangan : h = 20-1,5-0,6 = 17,9 cm Ca = 4,291 ; 100nw = 6,822 A = 4,49 cm 2 penulangan  12 – 20 Tp = 0,898 cm 2 penulangan  6 – 20 3. Perhitungan Tiang Sandaran Jarak tiang = 2 m Gaya N = 0,1 t/m2 setinggi 90 cm M = 2 . 0,1 . 0,9 = 0,18 tm Penulangan :

Konstruksi baja-ASD

Page 105

4. Perhitungan Lantai Jembatan a. Beban mati: Plat beton = 0,20 . 1 . 2,5 = 0,50 t/m Aspal = 0,05 . 1 . 2,2 = 0,11 t/m Air hujan = 0,05 . 1 . 1 = 0,05 t/m Jumlah (q) = 0,66 t/m Mlx = Mtx = 0,01 . 0,66 . 1,5 2 = 0,149 tm b. Beban roda : P= 10 t 50

20 5 10 10 50

80

Beban titik pada pelat (PBI-1971,Ps.13.4.3) a

b Lx =1,5 m

sa Ly = 20 m

Gambar 9.8 : Distribusi beban titik pada lantai jembatan Ly/Lx = 20/1,5 = 13 > 2,5 Ly = r.Lx = 1.1,5 = 1,5 m < Ly = 20 m Sa = ¾.a + ¼.r.Lx + v = ¾.50 + ¼.1.150+0 = 75 cm untuk v=0 Sa= ¾.50 + ¼.1.50 +1 = 150 cm untuk v=1 c. Momen akibat roda q

A 35

o 80

B 35

Gambar 9.9 : Pembanan pada lantai akibat beban roda Mo = 5.(0,75)  12 .(1,25).0,4 2  2,75 tm Mlx = Mo : s = 2,75 : 0,75 = 3,666 tm Mtx = 3,666 : 3 = 1,222 tm Konstruksi baja-ASD

Page 106

Mly = MLx : (1  34..Lxa )  3,666 : (1 

4.0, 5 3.1, 5

)  2,56 tm

Mty = 0,1.(Mo/s) = 0,366 tm d. Penulangan : kerjakan sesuai dengan peraturan Konstruksi beton 5. Perhitungan Gelagar Jembatan a. Analisis statika 1) Beban primer a). Beban mati: Lantai beton = 0,2 . 1,5 . 2,5 = 0,75 t/m Gelagar jembatan + diafragma (ditafsir) = 0,75 t/m Jumlah = 1,5 t/m b). Beban aspal = 0,06 . 1,5 . 2,5 = 0,198 t/m c). Beban air hujan = 0,06 . 1,5 . 1 = 0,075 t/m d). Beban hidup (“D”) 12 t

1

2,75 2,75 7,5

2,2t/m

1

1

2,75 2,75 7,5

1

Gambar 9.10 : Dsitribusi beban “D” pada lebar jembatan Luas gambar = 5,5 + (1/2 . 2 ) = 6,5 P total = ( 212 ).6,5  28,364 t , 75 P satu balok = ( 287,,364 ).1,5 =5,68 t 5 2 p total = ( 22,,75 ).6,5  5,2 t/m

p satu balok = ( 57,,25 ).1,5 = 1,04 t/m 5) Koefisien kejut 20 K  1  5020 L  1  50  1,28

6) Momen total akibat beban primer (a). Beban mati : M = 18 .1,5.22 2  90,75 tm (b). Beban aspal :

M = 18 .0,198.22 2  11,979 tm

(c). Beban air hujan : M = 18 .0,075.22 2  4,538 tm (d). Beban hidup : M = 1,28.{( 18 .1,04.22 2 )  ( 14 .5,68.22)}  118,642 tm b. Analisis penampang 1) Dicoba profil WF.36” x 16,5 “

Konstruksi baja-ASD

Page 107

A = 911 mm B = 418 mm W = 342,3 kg/m Ar = 437 cm2 Ix = 623900 cm4 Wx = 13693,8 cm3 T1 = 19,43 mm T2 = 31 mm

t2

A t1

B

Gambar 9.11 : Profil gelagar jembatan 2) Lebar efektif plat beton bm

λ

418

1082 1500

λ

418

1082 1500

418

Gambar 9.12 : Lebar efektif plat lantai jembatan 2b = 150 -41,8 = 108,2 cm b/L =

108,2 / 2  0,025 < 0,05 22

; b=λ

; bm = 1,082 + 41,8 = 1,50 m

3) Penampang balok komposit a). Untuk n = 10 150 20 yc ys

91,1

Gambar 9.13 : Penampang balok komposit yc =

( 101 ).(3000)(10)  (437).(65,55) = 42,94 cm ( 101 ).(3000)  437

ys = 91,1 + 20 - 42,94 = 68,16 cm 1 Iv = ( 10 ).( 121 ).(150).(20) 3  (3000).(32,94) 2 +623900+(437).(22,61) 2 = = 1.182.813 cm4 b). Untuk n = 30 yc =

( 301 ).(3000)(10)  (437).(65,55) = 55,21 cm ( 301 ).(3000)  437

ys = 91,1 + 20 - 55,21 = 55,89 cm 1 Iv = ( 30 ).( 121 ).(150).(20) 3  (3000).(32,94) 2 +623900+(437).(22,61) 2 = = 878349 cm4 Konstruksi baja-ASD

Page 108

c. Tegangan yang terjadi 1) Akibat beban primer : sebelum beton mengeras :  s 9075 : 13693,8  0,663 t/cm2 = 663 kg/cm2 < 1600 kg/cm2 Setelah beton mengeras :

 s 0,663 

1197,9.(55,89) (11864,2  453,8).(68,16)  878349 1182813

= 1,45 kg/cm2 =1450 kg/cm2 < 1600 kg/cm2

 b

1197,9.(55,21) (11864,2  453,8).(42,94)  30.(878349) 10.(1182813)

= 0,0474 kg/cm2 = 47,4 kg/cm2 < 75 kg/cm2 d. Beban sekunder 1) Muatan angin P

P W=100kg/m2 A e

h

Gambar 9.14 : Distribusi beban angin pada gelagar jembatan h = 91,1 + 20 + 5 = 116,1 cm hw = (1,5).(1,16)+2 = 3,75 m e = ½.(3,75)-0,6816 = 1,194 m A = (3,75).(22).(0,1) = 8,25 t P = (8,25.1,194) : 1,75 = 5,629 t M = ¼.5,629.22 = 30,9595 tm

 s

3095,95.(68,16) = 0,1785 t/cm2 = 178,5 kg/cm2 1182813

 b

3095,95.(42,94) = 0,0113 t/cm2 = 11,3 kg/cm2 10.(1182813)

2) Muatan Rem dan Traksi R e

Gambar 9.15 : Distribusi beban rem dan traksi pada gelagar jembatan Konstruksi baja-ASD

Page 109

Gaya rem = 5% muatan D tanpa koefisien kejut R = 5%.(5,68+22.1,04) = 1,428 t e = 1,2 + 0,4294 = 1,6294 m M = 1,428 + 1,6294 = 2,327 tm

 s

232,7.(68,16) = 0,0135 t/cm2 = 13,5 kg/cm2 1182813

 b

232,7.(42,94) = 0,0009 t/cm2 = 9 kg/cm2 10.(1182813)

3) Akibat Rangkak dan Susut (SR)

 s E..t  (2,1.10 6 ).(1,1.10 6 ).(15) = 34,65 kg/cm2 4) Akibat Perbedaan suhu (T)

 s E..t  (2,1.10 6 ).(1,1.10 6 ).(15) = 34,65 kg/cm2 e. Muatan khusus Akibat gempa bumi K = E.G E = Koefisien gempa bumi = 0,1 G = muatan mati = (1,5+0,198).22 = 37,356 t K = 0,1 . 37,356 = 3,736 t ; A = 3000/10 + 437 = 737 cm2  s   b  3,736 : 737 = 0,0062 t/cm2 = 6,2 kg/cm2 f. Kombinasi beban I : M + H + K.Ta + AM < 100 % .σ  s = 1,45 + 0 + 0 = 1,45 t/cm2 < 1,6 t/cm2

 b = 0,0474 + 0 + 0 = 0,00474 t/cm2 < 0,075 t/cm2 I I : M + Ta + AH + F + A + SR < 125 % .σ  s = (0,663+0,077) + 0 + 0 +0,927 + 0,1785 + 0,03465 + 0,03465 = 1,005 t/cm2 < 2 t/cm2  b = 0,0474 + 0 + 0 +0,0127 + 0,01785 + 0,03465 + 0,03465 = 0,067 t/cm2 < 0,09375 t/cm2 III : (I) + R + F + A + SR + T < 140 % .σ  s = 1,45 + 0,0135 + 0,0127 + 0,1785 + 0,03465 + 0,03465 = 1,724 t/cm2 < 2,24 t/cm2  b = 0,0474 + 0,0009 + 0 + 0,0127 + 0,0113 + 0 = 0,0723 t/cm2 < 0,103 t/cm2 IV : M + Ta +AH + Gp < 150% .σ  s = 1,005 + 0 + 0 + 0,0102 = 1,01 t/cm2 < 2,4 t/cm2

 b = 0,0474 + 0 + 0 +0,0102 = 0,0176 t/cm2 < 0,112 t/cm2 V : M+P

< 130% .σ  s = 1,005 + 0 = 1,005 t/cm2 < 2,008 t/cm2

Konstruksi baja-ASD

Page 110

d. Penurunan 1) Akibat beban mati q = 1,5 . 0,198 = 1,698 t/m

f 

5.16,98.2200 4  0,04 cm 384.2,1.10 6.623900

2) Akibat beban hidup q = 1,04 + 0,075 = 1,115 t/m

; P = 5,68 t

5.11,15.2200 4 5680.2200 3 f    0,065 cm 384.2,1.10 6.623900 48.2,1.10 6.1182813 1 f ijin  .2200 = 2,2 cm < 0,0065 cm 1000 e. Penghubung geser Dipakai paku 3Ø25 tinggi 10 cm

159

100

100

159

100

Gambar 9.16 : Penempatan paku pada sayap gelagar jembatan H/d = 10/2,5 = 4 < 5,5 Qa = 10.d.H. 10.d .H .  b  10.2,5.10. 75  2165 kg Tiga paku = 3.2165 = 6492 kg Perhitungan gaya lintang: P(b.bergerak) q(b.bergerak) q (beban mati)

A

B C

D

E Garis pengaruh D (a) beban bergerak

(b)beban mati

Gambar 9.17 : Garis pengaruh D pada gelar jembatan Konstruksi baja-ASD

Page 111

Pembebanan : Beban mati q = 1,5+0,198+0,075 = 1,775 t/m Beban bergerak q = (1,04).(1,26) = 1,3104 t/m P = (5,2).(1,26) = 6,552 t Da = 6,552 +( ½ .22.1.1,3104) + (½.22.1,775) = 40,492 t Db = 0,875 +(6,552+ ½ .22.1.1,3104) + (½..0,75.22.1,775) = 32,99 t Dc = 0,750 +(6,552+ ½ .22.1.1,3104) + (½..0,50.22.1,775) = 25,488 t Dd = 17,986 t De = 10,4832 t Penempatan paku (jarak paku = s): Gaya geser = D.S/I I = 1182813 cm4 S = 1/10 .(150.20)(32,94) = 9882 cm3

Qa Qa.I T   D.S : I D.S D 6,492.1182813 T  777 tcm 9882

Jarak paku = s =

apabila

T

Qa.I S

s lapangan A-B = 777 : 40,492 = 19 cm s lapangan B-C = 777 : 32,990 = 23 cm s lapangan C-D = 777 : 25,488 = 30 cm s lapangan D-E = 777 : 17,986 = 43 cm

TUGAS 6: 1. Rencanakan konstruksi Jembatan Komposit dengan data sebagai berikut: Bentang = 20,00 m Lebar jalan = 8,00 m Lebar trotoir = 1,00 m Jarak gelagar utama = 1,50 m Tebal pelat beton = 20 cm ζ baja  1600 kg/cm 2

ζ beton  75 kg/cm 2

Konstruksi baja-ASD

Page 112

X. JEMBATAN RANGKA UMUM A. Jembatan Rangka Untuk Jalan Raya

Gambar 10.1 : Tampak samping jembatan rangka B. Contoh Perhitungan Gelagar

Rangka jembatan

Potongan

9m

Gelagar memanjang

Gelagar melintang

Ikatan angin

8 x 6 m = 48 m

Gambar 10.2a : Tampak samping, atas dan depan

Konstruksi baja-ASD

Page 113

Ikatan Angin atas Rangka jembatan

Trotoir

Tinggi bebas (min 4,5M)

Gelagar memanjang Lantai jembatan

Gelagar melintang Ikatan angin bawah 1,5

6m 9m

1,5

Gambar 10.2b : Potongan melintang jembatan 1. Perhitungan Gelagar memanjang a. Beban primer Beban mati: Lantai beton = 0,2 . 1,5 . 2,5 = 0,75 t/m Gelagar jembatan + diafragma (ditafsir) = 0,25 t/m Jumlah = 1,00 t/m Beban aspal = 0,06 . 1,5 . 2,5 = 0,198 t/m Beban air hujan = 0,06 . 1,5 . 1 = 0,075 t/m Beban hidup (“D”) 12 t

0,25 2,75 2,75 0,25 6,00

2,2t/m

0,25 2,75 2,75 0,25 6,00

Gambar 10.3 : Dsitribusi beban “D” pada lebar jembatan Luas gambar = 5,5 + (1/2 .0,5 ) = 5,75 P total = ( 212 ).5,75  25,09 t , 75 P satu balok = ( 256,09 ).1,5 = 6,273 t 2 p total = ( 22,,75 ).5,75  4,6 t/m

p satu balok = ( 46,6 ).1,5 = 1,15 t/m 2) Koefisien kejut

20 K  1  5020 L  1 56  1,36

Konstruksi baja-ASD

Page 114

3) Momen total akibat beban primer Beban mati : M = 18 .1.6 2  4,50 tm Beban aspal :

M = 18 .0,198.6 2  0,891 tm

Beban air hujan : M = 18 .0,075.6 2  0,338 tm Beban hidup : M = 1,36.{( 18 .1,15.6 2 )  ( 14 .6,273.6)}  19,835 tm 4) Analisis penampang a) Dicoba profil WF.400 x 200 A = 400 mm B = 200 mm W = 66 kg/m Ar = 84,12 cm2 Ix = 23700 cm4 Wx = 1190 cm3 t1 = 19,43 mm t2 = 31 mm

t2

A t1

B

Gambar 10.4 : Profil gelagar jembatan b) Lebar efektif plat beton bm

λ

200

1300

λ

200

1500

1300

200

1500

Gambar 10.5 : Lebar efektif plat lantai jembatan 2b = 150 – 20 = 130 cm b/L =

130 / 2  0,108 600

; λ = 0,89.b

bm = 20 + 2 (0,89. 65) = 135 m

Konstruksi baja-ASD

Page 115

c) Penampang balok komposit Untuk n = 10 135

yc

20

ys

40

Gambar 10.6 : Penampang balok komposit yc =

( 101 ).(2700)(10)  (84,12).(40) = 17,13 cm ( 101 ).(2700)  84,12

ys = 40 + 20 – 17,13 = 42,87 cm 1 Iv = ( 10 ).( 121 ).(135).(20) 3  (2700).(7,13) 2 +23700+(84,12).(22,87) 2 = 90222 cm4 Untuk n = 30 yc =

( 301 ).(2700)(10)  (84,12).(40) = 24,50 cm ( 301 ).(2700)  84,12

ys = 40 + 20 – 24,50 = 35,50 cm 1 Iv = ( 30 ).( 121 ).(135).(20) 3  (2700).(14,5) 2 +23700+(84,12).(15,5) 2 = 65831 cm4 d) Tegangan yang terjadi Akibat beban primer : sebelum beton mengeras :  s 4,500 : 1190  0,378 t/cm2 = 378 kg/cm2 < 1600 kg/cm2 Setelah beton mengeras :

 s 0,378 

89,1.(35,5) (1983,5  33,8).(42,87)  = 65831 9222

1,385

T/cm2<1600

kg/cm2

 b

89,1.(24,5) (1983,5  33,8).(17,13)  = 0,040 T/cm2 < 75 kg/cm2 30.(65831) 10.(90222)

2. Perhitungan Gelagar Melintang a. Beban primer P ½P

A

P

P

P

P ½P

B 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 9m

Gambar 10.7 : Distribusi beban pada gelagar melintang Konstruksi baja-ASD

Page 116

1) Beban mati: Lantai + Gelagar jembatan = 1 x 6 = 6 t Berat sendiri (ditafsir) = 0,5 t/m Ra = 3 x 6 + 4,5 x 0,5 = 20,25 t M = 20,25 x 4,5 - 6 x 6,75 – ½ x 1 x 6 = 45,543 tm 2) Beban aspal = 0,198 x 6 = 1,188 t Ra = 3 x 1,188 = 3,564 t M = 3,354 x 4,5 – 1,188 x 6,75 = 8,496 t 3) Beban air hujan = 0,075 x 6 = 0,45 t Ra = 3 x 0,45 = 1,350 t M = 1,350 x 4,5 – 0,45 x 6,75 = 3,038 t 4) Beban trotoir = 0,15 x 2,2 + 0,5 = 0,83 t/ m2 P trotoir = ½ x1,5 x 0,83 x 6 = 3,375 t P P

P P

A

B 1,5

6

1,5

9m

Gambar 10.8 : Distribusi beban trotoir pada gelagar melintang Ra = 2 . 3,735 = 7,470 t M = 7,470 . 4,5 – 3,735 . 7,5 = 5,603 t 5) Beban hidup (“D”) P P ½P

P ½P

A

B 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 9m

Gambar 10.9 : Dsitribusi beban “D” pada lebar jembatan 20 K  1  5020 L  1 59  1,34 Koefisien kejut = P = 1 . 6,273 + 1,15 . 6 = 13,173 t Ra = 2 . 13,173 = 26,346 t M = 1,34 ( 26,346 . 4,5 – 13,173 . 3 ) = 105,911 t

Konstruksi baja-ASD

Page 117

b. Analisis penampang 1) Dicoba profil WF.800 x 400 A = 800 mm B = 300 mm W = 210 kg/m Ar = 267,4 cm2 Ix = 292000 cm4 Wx = 7290 cm3 t1 = 14 mm t2 = 26 mm

t2 A t1

B

Gambar 10.10 : Profil gelagar jembatan 2) Lebar efektif plat beton bm

λ

300

5700 6000

λ

300

5700 6000

300

Gambar 10.11 : Lebar efektif plat lantai jembatan 2b = 600 – 30 = 570 cm b/L =

570 / 2  0,31 900

; λ = 0,15.L

bm = 30 + 2 (0,15 x 900) = 300 cm 3) Penampang balok komposit Untuk n = 10 300

yc

20

ys

80

Gambar 10.12 : Penampang balok komposit

( 101 ).(6000)(10)  (267,4).(60) yc = = 25,4 cm ; ( 101 ).(6000)  267,4

ys = 74,6 cm

1 Iv= ( 10 ).( 121 ).(300).(20) 3  (6000).(7,13) 2 +292000+(267,4).(34,6) 2 = 774416 cm4

Konstruksi baja-ASD

Page 118

Untuk n = 30

( 301 ).(6000)(10)  (267,4).(60) = 38,6 cm ; ( 301 ).(6000)  267,4

yc =

ys = 61,4 cm

1 Iv= ( 30 ).( 121 ).(300).(20) 3  (6000).(28,6) 2 +292000+(267,4).(21,4) 2 =584716 cm4

4) Tegangan yang terjadi Akibat beban primer : sebelum beton mengeras :

 s (4554,3  35,25) : 7290  0,630 t/cm2 = 630 kg/cm2 < 1600 kg/cm2

Setelah beton mengeras :

 s 0,630 

849,6.(61,4) (10575  303,8).(74,6)  584716 774416

= 1,767 kg/cm2 =1767 kg/cm2 < 1600 kg/cm2

 b

849,6.(38,6) (10575  303,8).(25,4)  30.(584176) 10.(774416)

= 0,002 + 0,036 = 0,038 kg/cm2 = 38 kg/cm2 < 75 kg/cm2 C. Perhitungan Kerangka Jembatan a1 d2

d1 v1 b1

a2 d3 v2

b2

a3 d4 v3

b3

v4 b4 8 x 6m = 48 m

6m

Model kerangka jembatan Jumlah panjang batang= 194 m

9m Ikatan angin atas Jumlah panjang batang= 144 m

Ikatan angin bawah Jumlah panjang batang= 136 m

Gambar 10.13 : Kerangka Jembatan

Konstruksi baja-ASD

Page 119

1. Pembebanan a. Beban mati Beban lantai + balok melintang + memanjang: Jumlah 7 titik = 20,25 . 7 = 141,750 t Beban trotoir + aspal + air: Jumlah 7 titik = (7,47+3,564+1,35) . 7 = 86,688 t Beban kerangka jembatan: Berat ditafsir = 194 . 0,2 . 120% = 46,560 t Ikatan angin atas + bawah : Berat ditafsir = ½ (280 . 0,02) . 120% = 3,360 t Jumlah = 278,358 t Eqivalen = qe = 278,358 : 48 = 5,799 t/m

b. Beban angin

w 200

6m

100 qw

9m

qw

Gambar 10.14 : Tekanan angina pada gelagar dan rangka jembatan

Tekanan angin = 100 kg/m2 1). Tekanan di atas lantai = 2 . 100 = 200 kg/m 2). Tekanan pada rangka jembatan = 30% .6 . 100 = 180 kg/m Beban pada rangka(qw ) = (200.2 + 180.3 ): 9 = 127 kg/m = 0,127 kg/m Beban gabungan : Eqivalen = qe = 278,358 : 48 Angin (qw) Beban merata pada rangka (q)

= 5,799 t/m = 0,127 t/m = 5,926 t/m

c. Beban hidup (“D”) 20 K  1  5020 L  1 98  1,205 Koefisien kejut = Beban titik (P) = 1,205 ( 25,09 : 2 ) = 15,12 t Beban merata (p) = 1,205 ( 4,46 : 2 ) = 2,69 t /m

Konstruksi baja-ASD

Page 120

2. Garis pengaruh pada kerangka: G

H a2 I a3 J d3 d4 v1 v2=0 v3 v4=0 b1 b2 b3 b4 C D E F 6m 6m 6m 6m 6m d1

A

a1

d2

6m B 6m

6m

6m

a1=a2 -1,5

a3 -2

+0,875 b1=b2

+1,875 b3=b4

+1 v1 v3

+1

d1 -1,238

+1,061 d2 -0,177 d3

+0,354 -0,884

+0,707 d4 -0,5304

Gambar 10.15 : Garis pengaruh pada rangka jembatan

Konstruksi baja-ASD

Page 121

a. Ordinat garis pengaruh 1) Batang a1 = a2 Gaya 1 t pada titik D → Ra = 36/48 = 0,75 t ∑ MD = 0 →Ra . 12 + a1 . 6 = 0 → a1 = -1,5 t (tekan) 2) Batang a3 Gaya 1 t pada titik F → Ra = 24/48 = 0,5 t ∑ MF = 0 →Ra . 24 + a1 . 6 = 0 → a1 = -2 t (tekan) 3) Batang b1=b2 Gaya 1 t pada titik G → Ra = 42/48 = 0,875 t ∑ MG = 0 →Ra . 6 - b1 . 6 = 0 → a1 = +0,875 t (tarik) 4) Batang b3=b4 Gaya 1 t pada titik I → Ra = 30/48 = 0,625 t ∑ MI = 0 →Ra . 18 - b3 . 6= 0 → a1 = +1,875 t (tarik) 5) Batang v1 Gaya 1 t pada titik C → v1 = + 1 t (tarik) 6) Batang v3 Gaya 1 t pada titik D → v3 = + 1 t (tarik) 7) Batang d1 Gaya 1 t pada titik C → Ra = 42/48 = 0,875 t ∑ MC = 0 →Ra . 6 + d1 . 6.0,707 = 0 → d1 = -1,24 t (tekan) 8) Batang d2 Gaya 1 t pada titik C → Ra = 42/48 = 0,875 t ∑ VG = 0 →Ra -1 + d2 . 0,707 = 0 → a1 = -0,177 t (tekan) d2 mendekati titik G Gaya 1 t pada titik D → Ra = 36/48 = 0,75 t ∑ VG = 0 →Ra + d2 . 0,707 = 0 → a1 = -1t (tarik) d2 menjauhi titik G 9) Batang d3 Gaya 1 t pada titik D → Ra = 36/48 = 0,75 t ∑ VD = 0 →Ra -1 + d2 . 0,707 = 0 → a1 = -0,177 t (tarik) d3 menjauhi titik D Gaya 1 t pada titik D → Ra = 30/48 = 0,625 t ∑ VD = 0 →Ra + d2 . 0,707 = 0 → a1 = -1t (tekan) d3 mendekati titik G 10) Batang d4 Perhitun Gaya 1 t pada titik I → Ra = 30/48 = 0,625 t ∑ VI = 0 →Ra -1 + d2 . 0,707 = 0 → a1 = -0,53047 t (tekan) d2 mendekati titik I Gaya 1 t pada titik F → Ra = 24/48 = 0,5 t ∑ VI = 0 →Ra + d2 . 0,707 = 0 → a1 = -1t (tarik) d4 menjauhi titik I

3. Perhitungan gaya-gaya batang Beban merata gabungan = q + p = 5,926 + 2,69 = 8,616 t/m Beban titik = 15,12 t a. Batang a1 = a2 Luas garis pengaruh = ½ . 48 . 1,5 = 36 S = -( 36 . 8,616) - (1,5 . 15,12) = - 332,856 t Konstruksi baja-ASD

Page 122

b. Batang a3 Luas garis pengaruh = ½ x 48 x 2 = 48 S = -( 48 . 8,616) - (2 . 15,12) = - 443,808 t c. Batang b1 = b2 Luas garis pengaruh = ½ . 48 . 0,875 = 21 S = ( 21 . 8,616) + (0,875 . 15,12) = + 194,166 t d. Batang b3 = b4 Luas garis pengaruh = ½ . 48 . 1,875 = 45 S = ( 45 . 8,616) + (1,875 . 15,12) = + 416,07 t e. Batang v1 = v3 Luas garis pengaruh = ½ . 12 . 1 = 6 S = ( 6 . 8,616) + (1 . 15,12) = + 66,816 t f. Batang d1 Luas garis pengaruh = ½ . 48 . 1,238 = 29,712 S = -( 29,712 . 8,616) - (1,238 . 15,12) = - 237,281 t g. Batang d2 Luas garis pengaruh (+) = ½ . 41,14 . 1,061 = 21,80 Luas garis pengaruh (-) = ½ . 6,86 . 0,177 = 0,606 S = ( 21,8 . 8,616) + (1,061 . 15,12) – (5,926 . 0,606) = + 206,953 t h. Batang d3 Luas garis pengaruh (-) = ½ . 33,74 . 0,884 = 14,94 Luas garis pengaruh (+) = ½ . 15,26 . 0,354 = 4,07 S = -( 14,94 . 8,616) - (0,884 . 15,12) + (5,926 . 4,07) = -118,004 t i. Batang d4 Luas garis pengaruh (+) = ½ . 27,43 . 0,7072 = 9,698 Luas garis pengaruh (-) = ½ . 20,57 . 0,5304 = 10,903 S1 = ( 9,698 . 8,616) + (0,7072 . 15,12) – (5,926 . 10,903) = + 31,639 t 4. Perhitungan penampang a. Batang a1 = a2 gaya batang S = - 332,856 t Digunakan ] [ 40 dengan pelat 12x350 mm

Pelat 12 x 350 mm

13,7 13,7

e

Gambar 10.16 : Penampang batang a1 = a2 Sumbu x-x : A total = 2 ( 91,5 + 1,2 x 35 ) = 267 cm2 Ix = 2 ( 20350 + 1/12 x 1,2 x 353 ) = 49275 cm4 ix = 13,5 cm , λx = 600 : 13,5 = 45 ; ωx = 1,22 σx = 332,856 . 1,22 : 267 = 1,521 t/cm2< σ

Konstruksi baja-ASD

Page 123

Sumbu y-y : Satu profil :

e

91,5.2,7  42(1,4  0,6)  21,6 cm 91,5  52

A total = 91,5 + 52 = 143,5 cm Iy = 846 + 91,5 (2,16-1,4) 2+1/12 . 35 . 1,23 + 42 (2,16-2) 2 = 904,96 cm4 iy = 2,6 cm dibuat 5 lapangan Lky = 120 cm ; λly = 47 Dua profil : Iy = 2 { 846 + 133,5 (2,16+13,7) 2 + 42 . (13,7+2)2 } = 89557 cm4 iy = 18,3 ; λ y = 600 : 18,3 = 33 λiy = 332  47 2  58 ωiy = 1,37 σy = 332,856 x 1,37 : 267 = 1,708 t/cm2 < σ

Kontrol pelat kopel (tebal 12 mm):

50 140 70

260 H

V 60

137

R

197

Gambar 10.17 : Penampang pelat kopel L = 0,02 . 332,856 = 6,66 t 2 T = 6,6 . 120 : 39,4 = 20,29 t T = 10,145 t M pelat = 10,145 . 39,4/2 = 199,9 tcm I pelat = 0,7 (1/12 . 1,2 . 523 ) = 6400 cm4 σ pelat = 199,9 . 26 : 6400 = 0,624 t/cm2< σ Baut pelat kopel Ø 22 : V = 6,66 : 4 = 2,54 t H = 199,9 . 15 : 2(72+212) = 4,284 t R = 2,54 2  4,284 2  4,981 t Kekuatan geser baut = ¼ . 3,14 . 2,2 . 0,8 . 1,867 = 5,675 t > R Kekuatan tumpu pelat = 2,2 . 1,2 . 1,6 . 1,867 = 7,886 t > R

Konstruksi baja-ASD

Page 124

b. Batang v1=v2=v3=v4 S = + 66,816 t Digunakan WF 250 x 250

Gambar 10.21 : Penampang batang v1=v2=v3 =v4 Tugas : Hitunglah kekuatan batang ini ! 5. Perhitungan portal akhir W

6m

9m

9m

Gambar 10.26 : Pembebanan pada portal akhir Tugas : Hitunglah kekuatan batang ini ! D. Perhitungan landasan 1. Landasa Gelinding (Roll) d3

d d1

d2

d 60

60

Gambar 10.27 : Landasan gelinding (Roll) a. Ukuran landasan P = 197 ton σ gelinding = 9500 kg/cm2 σ beton = 60 kg/cm2 σ baja = 1600 kg/cm2 Panjang landasan = lebar landasan ; Luas = A = L2 A = P : σ beton = 197000 : 60 = 3284 cm2 L=

3284 = 60 cm jadi ukuran landasan = 60 x 60 cm

Konstruksi baja-ASD

Page 125

b. Tebal Kursi (d)

3.P.L 3x197000x6 0 = 9,6 cm --- 10 cm  1/2. b.ζ t 60x1600 c. Ukuran Gelinding Rumus-rumus :   0,75.10 6.P.S / b γ = σ gelinding r = jari-jari gelinding 1 1 S  2.r d1 9500 = 0,75 . 106 . 197000/(60xd1) d1 = 27,28 cm --- 30 cm d2 = d1 + 2 . 2,5 = 35 cm ; d3 = 2,5 cm d  1/2.

2. Landasa Engsel (Sendi) d2 s1

d s5

d1

h s2

s4 60

s3 60

Gambar 10.28 : Landasan engsel (Sendi) a. Tebal Landasan ( s1 ) S1 = 10 cm disamakan dengan bantalan landasan roll b. Tebal penyangga ( s3, s4, s5 ) M = P/2 . L/4 = 1/8 . 197000 . 60 = 1477500 kgcm W = M/ σ = 1477500 / 1600 = 923,4 cm3

h/d 3 4 5 6

Tabel dari Muller Breslau b/h x s3 4 4,2 4,6 5

W 0,2222 x n x s3 x h2 0,2251 x n x s3 x h2 0,2286 x n x s3 x h2 0,2315 x n x s3 x h2

Dicoba h/d = 4 dan n = 3 S3 = 60/(4,2 . 3) = 4,76 cm --- s3 = 5 cm 923,4 = 0,2251 . 3 . 5 . h2 --- h = 16,94 cm --- h = 20 cm h/d = 4 diperoleh d = 5 cm s4 = 1/6 x h = 3,35 ---- s4 = 3,5 cm ; s5 = 1/9 . h = 2,22 ---- s5 = 2,5 cm c. Garis tengah engsel

d  2.(

0.8.P 0,8.197000 )  2( ) = 3,23 cm ζ.b 1600.60

minimum : d = 7 cm d1 = 7 + 2 . 2,5 = 12 cm Konstruksi baja-ASD

d2 = ¼.d = 2,5 cm

Page 126

TUGAS 7:

1. Rencanakan konstruksi Jembatan Rangka dengan data sebagai berikut:

6m

5 x 6 m = 30m

Bentang = 30,00 m Lebar jalan = 8,00 m Lebar trotoir = 1,00 m Tebal pelat beton = 20 cm 2 ζ baja  1600 kg/cm

Daftar Pustaka Anonim, 1983, Peraturan Pembebanan Untuk Gedung , Bandung: Yayasan DPMB --------, 1983, Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983, Bandung: Yayasan DPMB Bowles, Joseph.E, 1985, Structural Steel Design, Terjemahan: Pantur Silaban, Jakarta: Erlangga Burhan, Hanis, Konstruksi Baja, Bandung: ITB Burhan, Hanis, Las Dalam Konstruksi Baja, Bandung: ITB CRS & DO , 1972, Steel Design Manual, London: Crosby Lockwood Staples Kurniawan, C.Iscak & Wiryani, Perencanaan Bangunan Baja, Surabaya: Universitas Petra Salmon, C.G dan J.E.Johnson, 1986, Steel Structures Design and Behavior, Terjemahan: Wira.M, Jakarta: Erlangga

Konstruksi baja-ASD

Page 127

TABEL PROFIL :

Konstruksi baja-ASD

Page 128

Konstruksi baja-ASD

Page 129

Konstruksi baja-ASD

Page 130

Konstruksi baja-ASD

Page 131

Konstruksi baja-ASD

Page 132