Buku Saku Pengobatan Hiv Untuk Odha Dan Komunitas

  • Uploaded by: Promosi Sehat
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Buku Saku Pengobatan Hiv Untuk Odha Dan Komunitas as PDF for free.

More details

  • Words: 5,443
  • Pages: 36
Loading documents preview...
616.979 2 Ind b

BUKU SAKU

PENGOBATAN HIV UNTUK ODHA DAN KOMUNITAS

616.979 2 Ind b

BUKU SAKU

PENGOBATAN HIV UNTUK ODHA DAN KOMUNITAS

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

1

2

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

KATA PENGANTAR Tahun 2103 Kementerian Kesehatan meluncurkan inisiatif penggunaan ARV untuk Pengobatan dan Pencegahan atau dikenal dengan SUFA (Strategic Use of ART), yang bertujuan meningkatkan cakupan tes HIV, meningkatkan cakupan ART serta meningkatkan retensi terhadap ART. ART merupakan salah satu upaya dalam mengurangi laju penularan di masyarakat. Dampak tersebut akan terwujud jika dapat menjangkau 80% ODHA yang memerlukan ART. Idealnya semua ODHA yang memenuhi syarat terapi ARV (ART) menjalankan pengobatan. Pada saat sekarang kesenjangan pemberian ART ini masih tinggi dengan berbagai alasan dan salah satunya karena masih kurangnya informasi yang benar tentang terapi ARV. Berdasarkan estimasi tahun 2012, sebanyak 178.631 ODHA memerlukan ART, namun hanya 139.623 yang masuk perawatan HIV dan diantaranya hanya 95.949 yang memenuhi syarat mendapatkan ART. Dari mereka yang memenuhi syarat ternyata hanya 71.760 yang pernah menerima ART dan hanya 37.166 orang yang masih bertahan mendapatkan ART. Oleh karena itu buku ini disusun bersama Kementerian Kesehatan bersama-sama KPAN dan komunitas dengan tujuan menjelaskan semua aspek penting terkait terapi antriretroviral (ART). Cocok dibaca bagi yang baru terdiagnosa HIV (+), bagi yang ingin memulai pengobatan serta mereka yang sudah menjalankan ART. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku saku ini, semoga buku ini bermanfaat dalam meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia. Jakarta, Oktober 2014 Direktur PPML,

dr. Slamet, MHP NIP 196304081990111001 Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

i

DAFTAR KONTRIBUTOR Caroline Thomas Bayu Prajanto Maulana Aries Setyawan Rika Loretta Harry Prabowo Putri Sindi Suhendro Sugiharto Aldo Glenn Nunuhitu Slamet Riyadi

KEMENTERIAN KESEHATAN Dr. Siti Nadia Tramizi, M. Epid Dr. Endang Budi Hastuti Dr. Indri Sukmaputri KPAN Setyo Warsono WHO Dr. Janto Lingga, SpP Yoana Anandita UNAIDS Elis Widen

ii

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

PENGHARGAAN Kami memberikan penghargaan WHO dan UNAIDS yang memberikan bantuan teknis. Kepada GWL-INA yang telah mengkoordinasikan pertemuan dan kegiatan di lapangan untuk mendapatkan masukan dari lapangan. Juga kepada Yayasan Spiritia, Indonesia AIDS Coalition (IAC), Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI), Organisasi Perubahan Sosial Indonesia (OPSI), Persaudaraan Korban Napza Indonesia (PKNI), Jaringan Aksi Perubahan Indonesia (JAPI), CHAI dan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang terlibat dalam memberikan masukan dan perbaikan dalam penyusunan buku ini.

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

iii

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 3TC : AIDS : ART : ARV : AZT : CD4 : CMV : EFV : FDC : FTC : GWL-INA : HAART : Hb : HIV : IAC : IO : IPPI IPT JAPI KPAN LPV/r LSL MAC NVP OAT ODHA OPSI PCP Penasun PKBI PMO PKNI PMS PPIA SGPT SUFA TB TDF UNAIDS VL WHO WPS iv

: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :

Lamivudine Acquired immuno deficiency syndrome Antiretroviral Therapy Antiretroviral Azidothymidine (juga dikenal zidovudine) CD4+ T Lymphocyte Cytomegalovirus/ Infeksi sitomegalovirus Efavirenz Fixed Dose Combination Emtricitabine Jaringan Gay Waria dan Lelaki Seks Lelaki Indonesia Highly Active Antiretroviral Therapy Hemoglobin Human Immunodeficiency Virus Indonesia AIDS Coalition Infeksi Oportunistik (Infeksi yang terjadi karena kelemahan pertahanan kekebalan tubuh) Ikatan Perempuan Positif Indonesia Isoniazid preventive therapy Jaringan Aksi Perubahan Indonesia Komisi Penanggulangan AIDS Indonesia Lopinavir/ritonavir Lelaki Seks Lelaki M. avium complex Nevirapine Obat Anti Tuberkulosis Orang Dengan HIV/AIDS Organisasi Perubahan Sosial Indonesia Pneumocystis carinii pneumonia/ Pneumonia pneumosistis jiroveci Pengguna Napza Suntik Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Pengawas Menelan Obat Persaudaraan Korban Napza Indonesia Penyakit Menular Seksual Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak Serum glutamic pyruvic transaminase Strategic Use of ART Tuberculosis Tenovofir disoproxil fumarate The Joint United Nations Programme on HIV and AIDS Viral Load World Health Organization Wanita Pekerja Seks

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

DAFTAR ISI Kata Pengantar .................................................................................... i Daftar Kontributor ............................................................................... ii Penghargaan ....................................................................................... iii Daftar istilah dan singkatan ................................................................ iv Daftar Isi .............................................................................................. v Latar Belakang ..................................................................................... 1 Apakah Pengobatan AIDS itu? ......................................................... 5 Bagaimana Terapi Itu Bekerja? ........................................................ 6 Apakah Manfaat ART? ...................................................................... 7 Apakah Indikasi untuk Memulai ART? ............................................. 8 Gejala klinis .................................................................................. 8 Jumlah CD4 .................................................................................. 9 Kriteria untuk mulai ART .............................................................. 9 Permenkes No 21 Tahun 2013 dan Surat Edaran Menkes No 129 tahun 2013 ................................................................................... 10 Apakah Kita Siap Mulai ART? ........................................................... 10 Dampak pada Hidup .................................................................... 11 Kepatuhan dan resistansi ............................................................. 11 Efek samping ................................................................................ 13 Mulai dengan Kombinasi Apa? .................................................... 13 Setelah Mulai ART ............................................................................ 16 Pemantauan efek samping ........................................................... 16 Tatalaksana efek samping dan toksisitas ARV .............................. 18 1. Mual dan muntah .................................................................... 18 2. Diare ......................................................................................... 19 3. Sakit kepala .............................................................................. 20 4. Masalah Kulit ........................................................................... 21 6. Demam .................................................................................... 22 7.Sulit Tidur ................................................................................. 23 Dampak terapi ................................................................................. 24 Bagaimana kita tahu bila ART tidak bermanfaat lagi? ..................... 26 Paduan ART Lini Kedua ................................................................ 29 Sepuluh Tips untuk Memakai ART ................................................... 30 Referensi ............................................................................................. 31 Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

v

vi

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

LATAR BELAKANG Terdapat banyak survei yang menunjukkan bahwa kebutuhan utama dari orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah pengobatan. Seperti telah kita ketahui, sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV. Tetapi sekarang ada obat baru yang dapat memperpanjang hidup dan/atau meningkatkan mutu hidup ODHA. Namun kita mungkin juga mendengar bahwa pengobatan ini sangat mahal, sulit dipakai, dan tidak mudah diperoleh. Ada efek samping yang cukup berat. Diperlukan banyak tes yang mahal dan yang tidak tersedia secara merata di Indonesia. Kita tidak tahu ke mana untuk mencari informasi yang benar mengenai pengobatan ini, dan siapa yang bisa membantu kita mengambil keputusan apakah kita sebaiknya mulai pengobatan tersebut. Buku ini ditulis untuk membantu menghadapi masalah ini. Sasaran buku ini adalah ODHA, serta pendampingnya yang akan memegang peranan penting dalam keberhasilan pengobatan ini.

Apakah Pengobatan AIDS itu? Kita sering mendengar bahwa ‘AIDS tidak dapat diobati.’ Ini sebetulnya salah! Sekarang sudah ada obat yang dapat menekan jumlah HIV, virus penyebab AIDS, di tubuh kita. Dengan penggunaan obat ini, ada harapan HIV tidak ditemukan lagi di dalam darah kita, walaupun masih ada virus di tempat persembunyian lain di tubuh kita. Tetapi, agar menjadi paling efektif, kita harus memakai sedikitnya tiga obat sekaligus, yang disebut sebagai kombinasi tiga obat. Kombinasi obat ini dikenal sebagai terapi antiretroviral atau ART. Terapi ini harus dipakai terus-menerus agar tetap efektif. ART tidak dapat memberantas HIV dari seluruh tubuh kita, jadi tidak dapat menyembuhkan kita dari infeksi HIV. Sebelumnya, ART sangat mahal dan sulit diperoleh di Indonesia. Namun sekarang, ART disediakan secara gratis oleh pemerintah melalui layanan kesehatan yang ditunjuk (RS dan Puskesmas), dan secara teoretis setiap orang dapat menjangkau ART di mana saja di negara ini. Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

1

Hasilnya, semakin banyak ODHA mempertimbangkan apakah sebaiknya mulai memakai ART, dan jika begitu, kapan sebaiknya pengobatan dimulai? Buku ini akan coba membantu kita mengambil keputusan tersebut.

Bagaimana Terapi Itu Bekerja? HIV melumpuhkan sistem kekebalan tubuh kita. Sistem ini diperlukan untuk melawan dan mengatasi infeksi yang menyerang tubuh kita. HIV terutama menyerang sel CD4 dalam sistem kekebalan tubuh. HIV ‘membajak’ sel CD4 ini dan memakainya sebagai pabrik untuk membuat virus baru dalam jumlah besar. Virus yang baru ini kemudian menyerang sel CD4 lain, dan semakin lama jumlah sel CD4 yang sehat semakin berkurang. Sistem kekebalan tubuh kita dirusak sehingga tubuh kita tidak mampu lagi melawan infeksi. Obat antiretroviral (ARV) membantu kita dengan menghambat proses pembuatan HIV dalam sel CD4, dengan demikian mengurangi jumlah virus yang tersedia untuk menularkan sel CD4 baru. Akibatnya sistem kekebalan tubuh kita dilindungi dari kerusakan dan mulai pulih kembali, seperti ditunjukkan oleh peningkatan dalam jumlah sel CD4 kita.

Apakah Manfaat ART? Ada beberapa manfaat yang didapat dari memakai ART, antara lain: 1. Menghambat perjalanan penyakit HIV »» Untuk orang yang belum mempunyai gejala AIDS, ART akan mengurangi kemungkinan menjadi sakit »» orang dengan gejala AIDS, memakai ART biasanya mengurangi atau menghilangkan gejala tersebut. ART juga mengurangi kemungkinan gejala tersebut timbul di masa depan

2

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

2. Meningkatkan jumlah sel CD4 »» Sel CD4 adalah sel dalam sistem kekebalan tubuh yang melawan infeksi. Pada orang HIV-negatif, jumlah CD4 biasanya antara 500 sampai 1.500. Setelah terinfeksi HIV, jumlah CD4 cenderung berangsurangsur menurun. Bila jumlah CD4 turun di bawah 200, maka kita lebih mudah terkena infeksi oportunistik, misalnya PCP (pneumonia) atau tokso (toksoplasma) »» Jika kita memakai ART maka diharapkan jumlah sel CD4 akan naik lagi sehingga dapat dipertahankan dalam jumlah yang lebih tinggi 3. Mengurangi jumlah virus dalam darah »» HIV sangat cepat menggandakan diri. Oleh karena itu, jumlah virus dalam darah dapat menjadi tinggi. Semakin banyak virus, semakin cepat perjalanan infeksi HIV. ART dapat menghambat penggandaan HIV, sehingga jumlah virus dalam darah kita tidak dapat diukur. Ini disebut sebagai tingkat tidak dideteksi »» Setelah kita mulai ART, jumlah virus dalam darah akan turun secara drastis. Setelah beberapa bulan diharapkan virus dalam darah menjadi tidak terdeteksi 4. Merasa lebih baik »» Kita akan merasa jauh lebih sehat secara fisik beberapa minggu setelah kita mulai ART. Nafsu makan akan muncul kembali dan berat badan kita akan mulai naik. Kita merasa lebih enak dan nyaman »» Walaupun begitu, tidak berarti kita tidak dapat menularkan ke orang lain. Kita harus tetap memakai kondom waktu berhubungan seks dan menghindari memakai jarum suntik secara bergantian jika kita memakai narkoba suntikan

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

3

Apakah Indikasi untuk Memulai ART? Gejala klinis Keputusan tentang kapan memulai ART biasanya didasari keadaan klinis kita. Kita sebaiknya diperiksa secara berkala oleh dokter yang berpengalaman dalam pengobatan HIV. Dia akan menilai kita berdasarkan riwayat infeksi oportunistik dan penyakit yang berhubungan dengan HIV yang lain di daerah kita. Dengan informasi ini, dia akan menentukan kita sampai ke stadium penyakit HIV yang mana. Kemenkes menetapkan empat stadium penyakit HIV, yaitu: • Stadium 1: Tanpa gejala • Stadium 2: Penyakit ringan • Stadium 3: Penyakit sedang • Stadium 4: Penyakit berat Jumlah CD4 Jumlah CD4 merupakan salah satu petunjuk penting untuk menentukan kapan harus mulai ART. ART sebaiknya dimulai sebelum jumlah CD4 turun di bawah 350. Perlu diingat bahwa, walaupun jumlah CD4 biasanya menurun kurang lebih rata-rata 50-60 sel per tahun, kadang kala jumlah ini dapat merosot lebih cepat. Lagi pula, jumlah CD4 dapat naik-turun; cara mengukur jumlah CD4 tidak begitu persis, dan ada perbedaan antara laboratorium yang mengukurnya, dan dengan waktu (pagi, siang, sore) pengambilan darah. Jumlah CD4 juga akan berubah tergantung pada kesehatan umum kita dan beberapa masalah lain. Oleh karena itu, jika kita memakai jumlah CD4 sebagai patokan, maka penting untuk memantau jumlah CD4 setiap enam bulan dan memperhatikan kecenderungan penurunan jumlah CD4, bukan angka saja.

4

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

Kriteria untuk mulai ART Kemenkes sudah menetapkan kriteria untuk mulai ART pada ODHA dewasa sebagaimana berikut: a. Tidak tersedia pemeriksaan CD4. Dalam hal tidak tersedia pemeriksaan CD4, maka penentuan mulai terapi ARV adalah didasarkan pada penilaian klinis (stadium 3 atau 4) b. Tersedia pemeriksaan CD4 Rekomendasi: • Mulai terapi ARV pada semua pasien dengan jumlah CD4 <350 sel/ mm3 tanpa memandang stadium klinisnya. • ARV dianjurkan pada semua pasien dengan TB aktif, ibu hamil dan koinfeksi Hepatitis B tanpa memandang jumlah CD4. Permenkes No 21 Tahun 2013 dan Surat Edaran Menkes No 129 tahun 2013 Sesuai dengan Permenkes no. 21 tahun 2013 dan Surat Edaran Menkes no. 129 tahun 2013, maka terapi ARV juga dapat diberikan berapapun jumlah CD4 kepada: • Ibu hamil HIV (+) • Pasien dengan koinfeksi HIV-TB • Pasien koinfeksi Hepatitis-HIV • Kelompok populasi berisiko tinggi yang HIV (+): »» Wanita Pekerja Seks (WPS) »» Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL), baik Gay, Waria dan LSL lain »» Pengguna Napza Suntik (Penasun) • ODHA yang pasangan tetapnya memiliki status HIV (-) (pasangan serodiskordan).

Apakah Kita Siap Mulai ART? Persyaratan yang paling penting untuk mulai ART adalah kesiapan kita. Ada banyak bukti bahwa ART akan lebih berhasil jika kita mempunyai banyak informasi tentang obat ARV dan efek sampingnya, dan tersedianya jaringan dukungan untuk membantu kita agar patuh pada pengobatan. Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

5

Yang tidak kalah penting adalah hubungan baik dengan dokter. ART bukan pengobatan yang menyembuhkan. ART dapat menekan jumlah virus sehingga tidak menimbulkan penyakit. Tetapi virus hanya ditekan selama kita meminum ARV secara teratur. Jika kita berhenti memakainya, penyakit akan mulai muncul lagi. Jadi sekali kita mulai memakai ART, kita seharusnya memakainya terus menerus seumur hidup agar kita tetap sehat. Dampak pada Hidup Kita sebaiknya juga mempertimbangkan dampak ART pada kehidupan kita. Beberapa tahun yang lalu, penggunaan ART berarti kita harus menelan lebih dari 20 pil per hari. Sekarang ART jauh lebih mudah. Namun kita masih harus menelan sedikitnya satu pil setiap 12 jam; kita tidak boleh lupa atau terlambat minum obat. Setiap hari dan untuk seumur hidup. Beberapa pil mungkin harus diminum dengan perut kosong, sedangkan yang lain harus diminum pada waktu makan. Ada jenis obat yang harus disimpan dalam lemari es. Ada yang harus diminum setiap delapan atau 12 jam, dan tidak boleh diminum terlambat. Beberapa orang menganggap bahwa hal ini berdampak negatif pada kehidupan – hidupnya menjadi dikuasai oleh ART. Apakah kita siap menerima ini? Mungkin sebaiknya kita membahas ini dengan seseorang yang dekat pada kita, yang dapat mengingatkan kita. Jika kita sering bepergian, kita juga harus mempertimbangkan bagaimana kita bisa merencanakan dan mengatur obat waktu kita jauh dari rumah.

6

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

Kepatuhan dan resistansi Kepatuhan pada jadwal pengobatan adalah sangat penting. Jika tingkat obat dalam darah kita menjadi terlalu rendah, maka virus di tubuh kita dapat menjadi kebal (resistan) terhadap obat ARV yang kita pakai. Bila hal ini terjadi, maka obat yang kita pakai menjadi tidak efektif terhadap jenis virus baru ini. Beberapa ahli menganggap bahwa bila kita lebih dari dua kali sebulan lupa minum obat, maka jenis virus yang resistan dapat muncul. Bila ini terjadi, terapi akan mulai gagal sehingga kita mungkin harus mengganti semua obat yang kita pakai. Obat baru ini kemungkinan lebih mahal atau lebih sulit diperoleh. Bagaimana bila kita memakai terlambat? Sulit memastikan kelonggaran, dan jangan panik bila kadang kala telat 1-2 jam. Tetapi bila hal ini sering terjadi, sebaiknya kita berintrospeksi untuk menentukan mengapa kita terlambat, dan mencari cara untuk menghadapinya agar tidak terjadi lagi, atau pun terjadi lebih sering. Untuk membantu agar tidak lupa minum obat, kita dapat mencoba kotak obat khusus, yang mempunyai tujuh ruang kecil, satu ruang untuk setiap hari. Kotak diisi pada awal minggu dan setiap hari kita diingatkan untuk minum obat. Kotak obat sekarang sudah tersedia di apotek di hampir semua kota besar di Indonesia.

Tetap bertahan pada tingkat kepatuhan yang tinggi ini membutuhkan disiplin pribadi yang tinggi, dan bantuan agar selalu ingat minum obat. Beberapa orang memakai jam weker. Yang lain menyetel alarm pada HP-nya. Tetapi yang paling penting adalah dukungan orang yang dekat dengan kita. Kita harus cari anggota keluarga, teman atau orang lain yang siap mengingatkan kita pada waktu kita harus minum obat. Ini dapat seseorang dalam rumah kita, atau mungkin ada teman yang siap mengingatkan kita melalui telepon, atau pun dengan SMS. Jika kita ragu apakah kita dapat mencapai tingkat kepatuhan itu, maka kita sebaiknya bicara dengan dokter tentang cara lain untuk membantu kita selalu patuh pada jadwal pengobatan. Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

7

Efek samping Yang sering mempengaruhi kepatuhan kita adalah efek samping obat. Sebagian besar obat dapat mengakibatkan efek samping pada beberapa orang, walaupun ini jarang menjadi berat. Kita harus ingat bahwa semua obat adalah racun. Efek samping paling cenderung muncul pada awal penggunaannya dan hilang sendiri setelah beberapa minggu. Tergantung pada jenis obat, terdapat efek samping seperti mual, muntah, diare, dan/atau sakit kepala yang berat. Ada jenis obat yang kadang kala mengakibatkan impian yang aneh. Selain itu ada juga efek samping yang biasanya hanya diketahui melalui tes laboratorium, termasuk gangguan fungsi hati atau ginjal, dan anemia. Beberapa efek samping dapat menjadi gawat jika tidak ditangani dengan tepat dan segera. Efek samping lain baru muncul setelah beberapa bulan atau pun beberapa tahun. Efek samping ini jelas mempengaruhi kehidupan kita. Namun sebaiknya kita tidak terlalu takut akan efek samping. Asal obat dipakai sesuai dengan dosis, sebagian besar orang hanya mengalami efek samping yang sangat ringan, bahkan tidak merasakan sama sekali. Mulai dengan Kombinasi Apa? Pada saat kita memutuskan untuk memulai terapi antiretroviral, bagian penting dari keputusan ini adalah obat apa yang akan kita pakai. Pertanyaan pertama adalah berapa banyak jenis obat yang sebaiknya kita pakai. Pada awal 1990-an, hanya sedikit jenis obat antiretroviral yang tersedia, dan saat itu sebagian besar dokter meresepkannya satu jenis obat saja. Ini disebut monoterapi. Pada 1995 diketahui bahwa kerugian dari monoterapi jauh lebih besar daripada manfaatnya: resistansi cepat terjadi, bukan hanya pada jenis obat yang dipakai tetapi juga pada semua obat lain sejenis. Monoterapi sekarang sangat tidak dianjurkan lagi. Kita tidak boleh memakai satu obat antiretroviral saja. Kemudian muncul pendekatan untuk memakai dua obat yang berbeda. Pendekatan ini lebih efektif, dan menawarkan manfaat untuk beberapa tahun pada beberapa kasus. Namun lambat laun virus di tubuh kita menjadi resistan terhadap kombinasi dua obat yang kita pakai, dan terapi menjadi gagal. Ini berarti dua obat tersebut tidak lagi efektif, dan hal ini akan menyulitkan pemilihan kombinasi lain yang dapat mengendalikan virus. Jadi, walaupun pilihan terapi kombinasi dua obat 8

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

lebih murah dalam jangka pendek, pendekatan ini bisa menjadi lebih berbahaya untuk jangka panjang. Karena itu, terapi dua obat sekarang tidak dianjurkan lagi. Pada umumnya, dokter mengusulkan mulai ART dengan kombinasi tiga obat, yang di negara maju disebut terapi antiretroviral yang sangat manjur (highly active antiretroviral therapy/HAART). Tabel 1. Paduan Lini Pertama yang direkomendasikan pada orang dewasa yang belum pernah mendapat terapi ARV Populasi

Paduan ART

ODHA dewasa yang belum pernah TDF atau AZT + 3TC atau FTC +EFV menggunakan ART sebelumnya atau NVP ODHA hamil

TDF atau AZT + 3TC atau FTC +EFV atau NVP

ODHA dengan koinfeksi HIV-TB

TDF atau AZT + 3TC atau FTC +EFV

ODHA dengan koinfeksi HIV-HBV

TDF + 3TC atau FTC +EFV

ODHA dengan pasangan HIV (-)

TDF + 3TC atau FTC +EFV

WPS, Penasun, LSL

TDF + 3TC atau FTC +EFV

Setelah Mulai ART Setelah kita mulai ART, dokter akan memantau dampak terapi tersebut. Pada awalnya, kita khawatir akan efek samping yang mungkin terjadi, tetapi kita juga ingin tahu apakah terapi ini berhasil. Pemantauan efek samping Pada minggu-minggu pertama, kita harus mengamati efek samping apa saja yang diakibatkan oleh obat. Bisa jadi efek samping yang berat bahkan mematikan, walaupun hal ini jarang terjadi. Kita mungkin mengalami gejala seperti mual, sakit kepala, atau ruam (gatal-gatal) pada kulit. Keluhan ini biasanya ringan dan cepat hilang sendiri tanpa pengobatan. Tetapi jika gejala ini tidak menghilang atau menjadi lebih berat, maka kita sebaiknya tidak menunggu terlalu lama untuk melapor ke dokter. Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

9

Tabel 2. Derajat Toksisitas Obat ARV Derajat

Keadaan

1

Reaksi Ringan

2

3

4

10

Tanda dan Gejala

Suatu perasaan tidak enak yang tidak menetap; tidak ada keterbatasan gerak Reaksi Sedang Sedikit ada keterbatasan bergerak kadang-kadang memerlukan sedikit bantuan dan perawatan Reaksi Berat Pasien tidak lagi bebas bergerak; biasanya perlu bantuan dan perawatan

Reaksi berat yang mengancam jiwa

Pasien terbaring tidak dapat bergerak; jelas memerlukan intervensi medis dan perawatan di rumah sakit

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

Tatalaksana Tidak perlu perubahan terapi

Tidak perlu intervensi medis, kalau perlu sangat minimal

Perlu intervensi medis atau perawatan di rumah sakit Substitusi obat penyebabnya tanpa menghentikan terapi ARV Segera hentikan terapi ARV dan tatalaksana kelainan yang ada dan terapi ARV kembali diberikan dengan mengganti paduan pada salah satu obat yang menjadi penyebabnya pada saat pasien sudah mulai tenang kembali

Tatalaksana efek samping dan toksisitas ARV 1. Mual dan muntah Penyebab: • Hampir semua ARV • Infeksi Oportunistik • Kehamilan Jika mual: • Hindari mencium bau yang tajam • Beristirahatlah sambil duduk atau tidur dengan miring • Jika mual terasa tambah parah, tarik nafas secara perlahan dan dalam • Tutup mata dan kendurkan perut. Kain basah yang diletakkan di dahi juga bisa membantu meredakannya Jika muntah, dapat mengkonsumsi: • Makanan kering seperti nasi, roti bakar dan biskuit sereal • Makanan dingin yang tidak berbau tajam misalnya es krim, susu sapi kental dan buah-buahan air, air sop, cairan elektrolit dan bungkahan es. Hubungi petugas kesehatan terlatih jika: • Mual berlangsung lebih dari 2 minggu • Lidah terasa kering • Muntah berlangsung lebih dari 1 hari • Air seni yang keluar berjumlah sedikit • Bagian putih mata menjadi kuning • Muntah disertai darah, tampak seperti serbuk kopi dan berbau seperti kotoran diare • Disertai dengan sakit perut yang parah

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

11

2. Diare Penyebab: • ARV (mis. lopinavir/ritonavir, ddI, abacavir) • Infeksi oportunistik (mis. kriptosporidium, CMV, giardia, salmonela, shigela) • Penggunaan antibiotik • Salah makan Untuk membantu mengatasi diare di rumah: • ODHA harus minum sesering mungkin dan dalam jumlah kecil (air, nasi sup, bubur) tapi tidak boleh makan makanan mentah. • Pastikan jumlah cairan yang diminum adalah sebanyak mungkin. • Harus dihindari minuman yang sangat manis, alkohol dan kopi. • Setelah mengalami diare, minum oralit. Ini bisa diperoleh di apotek atau dibuat sendiri dengan mencampur delapan sendok kecil gula dan setengah sendok kecil garam dengan satu liter air • Jika air kencing berwarna kuning gelap atau tidak bisa buang air kecil setiap empat jam, minumlah banyak air untuk menghindari dehidrasi. Pemeliharaan daerah rektum (sekitar dubur): • Setelah selesai buang air besar, bersihkan daerah dubur dengan tisu toilet. • Cuci daerah sekitar dubur dengan sabun dan air. • Jika terasa nyeri ketika buang air besar, gunakan jelly berminyak sekitar daerah dubur. Hubungi petugas kesehatan terlatih untuk keadaan berikut: • Darah di kotoran • Diare berlangsung lebih dari 5 hari • Jika anda menjadi lebih lemah • Jika terdapat perlukaan di sekitar daerah dubur

12

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

3. Sakit kepala Penyebab: • Umum untuk semua ARV • Infeksi oportunistik (mis. meningitis kriptokokus) Untuk nyeri kepala ringan: • Dapat berupa sakit kepala yang tegang yang biasanya timbul jika terdapat demam. • Pijatan pada kulit kepala dapat membantu menguranginya. • Bantulah orang sakit untuk dapat beristirahat dan santai. • Berikan parasetamol (500-1000mg setiap 4-6 jam), atau aspirin (500mg per tablet) atau ibuprofen (400 mg per tablet) pada malam hari. • Parasetamol jangan berikan lebih dari 4.000 mg per hari. Hubungi petugas kesehatan terlatih jika: • Sakit kepala menetap lebih dari 24 jam, meskipun sudah minum obat anti sakit kepala • Gangguan penglihatan, timbul muntah • Bicara cadel • Nyeri di leher dan/atau kaku kuduk • Kelemahan di satu sisi tubuh • Perubahan tingkah laku atau konsentrasi 4. Masalah Kulit Penyebab: • ARV (misalnya nevirapine, efavirenz, abacavir) • Interaksi antara sistem kekebalan dan HIV • Infeksi (misalnya bakteri, virus, dan jamur) • Alergi Kulit gatal Kulit yang gatal dapat disebabkan oleh infeksi atau reaksi tubuh terhadap pengobatan yang sedang digunakan. Kulit gatal sering dikaitkan dengan ruam kulit. Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

13

Beberapa hal berikut ini dapat digunakan untuk mengurangi rasa gatal: • Usahakan kulit dalam keadaan sejuk atau dengan mengipasinya. • Hindarilah penggunaan air hangat pada kulit • Hindarilah menggaruk, yang dapat menyebabkan kulit menjadi lebih gatal dan kadang-kadang infeksi • Gunakan lotion (seperti Calamine) • Daun teh yang direndam dalam air panas juga cukup baik untuk gatal. Hubungi petugas kesehatan terlatih jika kulit gatal tidak menghilang dalam beberapa hari. Atau jika timbul lepuh atau kulit mengelupas, atau jika masalah menjadi meluas dan berlanjut ke mata dan selaput lendir. Ruam dialami oleh 20% pengguna nevirapine (2% pengguna nevirapine mengalami sindrom Stevens Johnson), nevirapine harus dimulai 1 kali sehari pada 2 minggu pertama. Ruam berat akibat abacavir (sindrom Stevens Johnson) terjadi pada 5% pengguna. 5. Anemia Penyebab: • ARV (umumnya AZT atau Zidovudine) • Infeksi oportunistik (misalnya Mycobacterium Avium Complex) • HIV (jarang terjadi jika jumlah CD4 di atas 200) • Malaria Anemia dapat menyebabkan kelelahan dan penurunan konsentrasi, sesak napas, pusing, pucat, dan jantung berdebar-debar. Anemia dapat dicegah dengan tes darah (tes Hemoglobin) secara berkala dan dengan substitusi AZT dengan TDF. Hubungi dokter jika mengalami gejala yang terkait anemia di atas. 6. Demam Penyebab: • Umum untuk semua ARV • Sindrom pulih imun • Infeksi oportunistik (misalnya TB) • Penyakit lain (misalnya malaria, dll) 14

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

Demam (suhu tubuh yang tinggi) bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan tanda bahwa telah terjadi sesuatu yang salah di dalam tubuh dan dapat menunjukkan satu dari berbagai macam penyakit. Pada ODHA, demam sering datang dan pergi. Cara menurunkan demam • Hindari menggunakan baju atau selimut yang tidak perlu. • Mandi dengan air sejuk atau basahkan kulit dan biarkan kering sendiri (tanpa dilap dengan handuk). • Jika air kencing berwarna kuning gelap atau tidak dapat buang air setiap empat jam, minum banyak air untuk menghindari dehidrasi. • Berikan parasetamol 500 mg tablet: 2 tablet setiap 4 jam tetapi tidak boleh lebih dari 8 tablet per hari. Hubungi petugas kesehatan terlatih jika: • Curiga terhadap malaria (riwayat demam, tanpa ruam kulit yang baru, penyakit malaria sedang menyerang daerah Anda tinggal, tidak ada penyebab jelas lainnya) • Demam menetap lebih dari 7 hari • Demam diikuti oleh batuk, berat badan menurun, kuduk kaku, selaput putih mata berwarna kuning, diare, bernapas cepat dan terengahengah, radang pada kulit, muntah • Orang sakit tersebut sedang hamil atau baru saja melahirkan 7. Sulit Tidur Penyebab: • ART (terkait pada penggunaan efavirenz) • Depresi Pastikan orang sakit berada di lingkungan yang tenang sehingga mereka bisa tidur nyenyak. Sediakan minuman yang nyaman di malam hari. Teh kental, kopi atau minuman karbonasi harus dihindari pada sore hari. Jika timbul rasa sakit, berikan dosis ganda obat anti nyeri sebelum tidur (tapi ingat, jangan memberikan lebih dari 8 parasetamol 500 mg tablet per hari). Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

15

Hubungi petugas kesehatan terlatih jika: • Cemas dan mimpi buruk terkait dengan rasa nyeri • Jika dengan ART dan gejala ini berlangsung lebih dari 2 minggu sejak memulai pengobatan dengan ARV.

Dampak terapi Pasti kita dan dokter ingin mengetahui keberhasilan terapi. Cara terbaik untuk melakukan ini ialah memantau keadaan klinis kita. Tanda terbaik adalah peningkatan berat badan yang dipantau dan dicatat secara teratur dan berkala. Juga penurunan infeksi oportunistik adalah tanda jelas keberhasilan terapi. Sebagai tambahan ada manfaat jika bisa memantau jumlah CD4 atau limfosit total secara berkala, serta viral load, jika memungkinkan. Namun ART dapat dipantau secara efektif tanpa sarana tes ini. Tujuan utama ART adalah untuk menurunkan jumlah virus dalam darah sampai di bawah jumlah yang dapat dideteksi oleh tes viral load. Biasanya tingkat yang tidak terdeteksi ini akan dicapai dalam 16-30 minggu. Pada waktu yang sama, jumlah CD4 akan naik, biasanya 200–300. Jika terapi bekerja baik, viral load tetap tidak terdeteksi dan jumlah CD4 meningkat atau stabil. Jika mungkin, dokter kita ingin memantau viral load dan jumlah CD4 secara berkala. Jika perbaikan klinis dengan terapi cukup memuaskan, sebaiknya jumlah CD4 diukur setiap enam bulan – harus dicatat bahwa limfosit total tidak dapat dipakai untuk memantau terapi. Namun, jika dokter ragu tentang kepatuhan kita pada terapi, atau kemajuan klinis tidak memuaskan, dokter mungkin akan minta agar tes ini lebih sering dilakukan dan disertai tes viral load jika memungkinkan.

16

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

Minggu ke 2

Minggu ke 4

Minggu ke 8

Minggu ke 12

Minggu ke 24

Setiap 6 bulan

Tabel 3. Jadwal pemantauan klinis dan laboratoris yang dianjurkan selama pemberian paduan ARV Lini Pertama

Evaluasi klinis













Berat badan













Penggunaan obat lain













Cek kepatuhan pengobatan (adherence)













Evaluasi

Jika diperlukan (tergantung gejala)

Klinis

Laboratorium Jumlah CD4



Kadar Hb [a] SGPT Kreatinin [b] Viral load (PCR-RNA)[c]





















√ √

Keterangan: [a] Bagi pasien yang mendapat AZT: perlu di periksa kadar hemoglobin sebelum terapi AZT dan pada minggu ke 4, 8 dan 12, dan bila diperlukan (misal ada tanda dan gejala anemia atau adanya obat lain yang bisa menyebabkan anemia). [b] Pasien yang mendapat TDF, perlu pemeriksaan kreatinin serum pada awal, dan setiap 3 bulan pada tahun pertama kemudian jika stabil dapat dilakukan setiap 6 bulan. [c] Pengukuran viral load (HIV RNA) tidak dianjurkan sebagai kriteria untuk memulai terapi ARV, tetapi dapat dipakai sebagai data dasar dan selanjutnya, bila tersedia, dapat digunakan untuk memantau respon pengobatan. Dapat dipertimbangkan sebagai diagnosis dini adanya kegagalan terapi atau menilai adanya ketidaksesuaian antara hasil CD4 dan keadaan klinis dari pasien yang diduga mengalami kegagalan terapi ARV. Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

17

Bagaimana kita tahu bila ART tidak bermanfaat lagi? Viral load yang menjadi terdeteksi kembali atau jumlah CD4 yang turun merupakan tanda bahwa terapi tidak bekerja seperti yang diharapkan. Ini mungkin terjadi karena kita cenderung lupa minum obat – hanya kita yang tahu persis mengenai kepatuhan kita. Bila ini alasannya, maka kita dengan dokter harus mencari cara untuk meningkatkan kepatuhan kita. Jika tidak ada perbaikan, maka kita mungkin harus mengganti kombinasi obat, karena virus dalam tubuh kita telah resistan terhadap kombinasi yang kita pakai. Jika tidak mungkin mengukur viral load, maka jumlah CD4 dapat menjadi petunjuk keberhasilan terapi. Jika ada kecenderungan jumlah CD4 mulai menurun, ini merupakan petunjuk kegagalan terapi. Biasanya viral load lebih cepat menunjukkan kegagalan terapi, tetapi jumlah CD4 masih dapat dipakai untuk pemantauan. Bila tes CD4 tidak dapat dilakukan, maka pemantauan ART tergantung pada gejala klinis dan pemantauan berat badan. Jika berat badan menurun tanpa alasan yang jelas, ini mungkin menunjukkan kegagalan terapi. Kambuhnya gejala klinis tertentu seperti kandidiasis menunjukkan bahwa terapi tidak bekerja dengan baik. Namun jika ini terjadi dalam beberapa minggu setelah kita mulai ART, apalagi bila jumlah CD4 kita sangat rendah waktu kita mulai terapi, hal ini kemungkinan disebabkan pulihnya kembali sistem kekebalan kita. Tabel 4. Kriteria gagal pengobatan ARV Gagal Pengobatan

Indikator

Gagal Klinis

Timbulnya keadaan stadium 4 yang baru atau kambuh

Gagal Imunologis

• Jumlah CD4 menurun ke jumlah sebelum terapi atau • Penurunan jumlah CD4 50% dari nilai puncak dgn terapi (jika tahu) atau • Jumlah CD4 terus menerus kurang dari 100 sel/mm3

Gagal Virologis

Viral load >1.000 copies/ml

18

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

Bagan 1. Bagan Alur Tatalaksana Bila Ada Kecurigaan Gagal Terapi Suspek kegagalan klinis atau imunologis Tes viral load VL>1 000 copies/ml Intervensi untuk kepatuhan Ulangi VL (3-6 bulan)

VL<1 000 copies /ml

VL>1 000 copies /ml

Tidak diganti dengan lini kedua

Ganti dengan lini kedua

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

19

Paduan ART Lini Kedua Tabel 5. Paduan ART Lini Kedua berdasarkan Populasi Sasaran Populasi ODHA dewasa dan remaja (termasuk perempuan hamil)

ODHA dengan koinfeksi HIV-TB

Paduan ART Jika menggunakan d4T atau AZT pada paduan lini pertama

TDF + 3TC atau FTC +LPV/r

Jika menggunakan TDF pada paduan lini pertama

AZT + 3TC + LPV/r

Dianjurkan menggunakan paduan OAT tanpa rifampisin. Jika rifampisin perlu diberikan maka pilihan lain adalah menggunakan LPV/r dengan dosis 800mg/200mg dua kali sehari)

ODHA dengan koinfeksi HIV-HBV

AZT +TDF + 3TC atau FTC +LPV/r

Catatan: Dosis LPV/r (Lopinavir/ritonavir): 400mg/100mg 2 x sehari

20

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

Sepuluh Tips untuk Memakai ART 1. Carilah dokter yang kita anggap paling cocok. Bersikaplah jujur dengan dokter dan jika ada masalah dengan obat atau kepatuhan, maka kita sebaiknya membicarakan permasalahan secara terus terang. 2. Periksakan diri ke dokter sedikitnya setiap enam bulan sekali. Bisa lebih sering jika ada masalah, atau kita mengalami efek samping dari pengobatan. 3. Belajar mengenai HIV dan pengobatannya. Kita juga akan lebih memahami apa yang dibicarakan oleh dokter. 4. Minum obat sesuai dengan jadwal harian. Jangan mengurangi dosis dengan alasan ada efek samping. Jika kita tidak sanggup berdisiplin, maka sebaiknya kita berhenti minum semua obat dan mulai lagi setelah kita siap. 5. Memperoleh kotak obat dengan tujuh ruang kecil: satu untuk setiap hari dalam satu minggu. 6. Minta bantuan dari seseorang dalam keluarga atau teman dekat agar mengingatkan kita waktu harus minum obat. 7. Jangan sampai kehabisan obat. Jaga agar selalu ada persediaan obat untuk sedikitnya satu minggu. Hubungi dokter secepatnya jika hanya tinggal cukup untuk satu minggu. 8. Selalu membawa persediaan obat secukupnya waktu bepergian. Jangan memasukkan obat ke dalam koper jika naik pesawat – karena ada kemungkinan bagasi salah terkirim atau hilang. 9. Sebelum meminum obat apa pun, baik obat resep maupun tanpa resep, pastikan bahwa obat tersebut tidak berinteraksi dengan obat antiretroviralnya. 10. Ingat: tidak ada harapan tanpa perjuangan...

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

21

Referensi 1. Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai?. Yayasan Spiritia. 2. Perawatan AIDS di Luar Rumah Sakit. Yayasan Spiritia. 3. Caregiver Booklet Symptom Management and End Life Care: A guide for caregiver. WHO. Mei 2006. 4. A Guide for Patients, Family Members and Community Caregivers: Caregiver Booklet. WHO.

22

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

23

24

Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas

ISBN 978-602-235-677-6

9 786 022 35 677 6

Related Documents


More Documents from "Oktari Dwi Yanti"