Buku_reslawati-kasus-kasus_aktual_kehidupan_keagamaan_di_indonesia.pdf

  • Uploaded by: Agus Sanusi
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Buku_reslawati-kasus-kasus_aktual_kehidupan_keagamaan_di_indonesia.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 64,037
  • Pages: 319
Loading documents preview...
Editor: Reslawati

KASUS-KASUS AKTUAL KEHIDUPAN KEAGAMAAN DI INDONESIA

KEMENTERIAN AGAMA RI Kementerian Agama RI BADAN LITBANG Badan Litbang dan Diklat DAN DIKLAT Puslitbang Kehidupan Keagamaan PUSLITBANG KEHIDUPAN KEAGAMAAN Jakarta, 2015 TAHUN 2015 Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

i

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia ISBN : 978-602-8739-45-0 xxii + 297 hlm; 14,8 x 21 cm. Cetakan Pertama November 2015

Hak cipta pada Penerbit Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotocopy tanpa izin sah dari penerbit. Penulis:

Agus Mulyono, Zaenal Abidin, Ahsanul Khalikin, Akmal Salim Ruhana, Suhanah, Wakhid Sugiyarto

Editor: Reslawati

Desain cover dan Layout oleh : Suka, SE

Penerbit: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI Jl. M. H. Thamrin No.6 Jakarta 10340 Telp./Fax. (021) 3920425 - 3920421 http://puslitbang1.kemenag.go.id

ii

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Kata Pengantar Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya terwujud penerbitan, buku Hasil Penelitian Kasus-Kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia pada tahun 2015. Penerbitan buku ini merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama pada tahun 2014. Tulisan dalam buku yang sedang pembaca pegang, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hasil penelitian pada Tahun 2014. Dari hasil penelitin Tahun 2014 tersebut, di edit sehingga menjadi sebuah buku yang diterbitkan di tahun 2015. Dalam buku ini memuat 6 (enam) naskah yang merupakan kajian di Bidang Aliran Keagamaan pada Puslitbang Kehidupan dengan judul: 1. Kristenisasi Berbalut Gelar Budaya di Sentul Kabupaten Bogor. 2. Eksistensi Agama Yahudi di Kota Manado. 3. Jilbab dan Peci di Larang di Bali: Memunculkan Berbagai Tanggapan 4. Menangkis ISIS, Menebar Syiar: Dinamika Penolakan Gerakan ISIS di Ciputat, Kota Tangerang Selatan. 5. Gempar Cirebon: Kaharuddin Ajarkan Ajaran Menyimpang di Yayasan Almagfurullah Dituduh Sesat 6. Heboh Syiah di Balai Karimun: Tuntutan Fatwa Sesat Madzab Syi’ah Oleh Sekte Salafi Kami berharap penerbitan buku hasil penelitian yang banyak menyampaikan informasi dan fakta ini, dapat memberikan informasi yang sangat berharga dalam kehidupan keagamaan di Indonesia. Buku hasil penelitian ini Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

iii

diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan dan pertimbangan bagi semua pihak terkait informasi tentang kehidupan keagamaan di Indonesia. Dengan selesainya penerbitan buku ini, kami mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada: 1. Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI yang telah memberikan arahan dan sekaligus memberikan sambutan pada buku ini. 2. Azyumardi Azra, guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan prolog pada buku ini. 3. Para peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan, yang telah menyumbangkan naskah hasil penelitian untuk di edit dan diselaraskan menjadi buku yang enak dibaca. 4. Kepada tim kegiatan dan semua pihak yang telah berkontribusi bagi terbitnya buku ini. Apabila dalam penerbitan buku ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan, baik substansi maupun teknisnya, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami berharap masukan dan saran untuk penyempurnaan dan perbaikan buku ini serta semoga bermanfaat. Jakarta, November 2015 Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan

H. Muharam Marzuki, Ph.D NIP. 19630204 199403 1 002

iv

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Sambutan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya terwujud buku Kasus-Kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia pada Tahun 2015 ini. Penelitian ini sangat penting artinya bagi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, sebagai sebuah studi yang mengungkapkan berbagai kasus kehidupan keagamaan dari berbagai daerah. Penelitian ini bertujuan ingin memperoleh gambaran (descriptif)yang

lebih jelas (deskriptif) tentang kasus-kasus kehidupan keagamaan di dalam masyarakat.

aktual

Buku ini menggambarkan adanya perbedaan penafsiran, pandangan tentang memahami keyakinan dan agama umat beragama lain yang mengakibatkan terganggunya hubungan sosial dan keagamaan dalam kehidupan di masyarakat. Di satu pihak kehidupan beragama merupakan hak asasi yang harus dilindungi oleh negara berupa perlindungan kebebasan berkeyakinan menurut agamanya masing-masing. Disisi lain, kehidupan beragama juga harus terjamin ketentraman dan keamaanannya. Untuk itu negara harus hadir dalam setiap perselisihan umat beragama melalui berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan. Hak beragama warganegara telah diatur dalam UUD 1945, Konstusi dan peraturan lainnya, seperti UU No.1/PNPS/1965, UU tentang HAM, dan lain-lain. Negara juga memfasilitasi berbagai dialog internal maupun antarumat beragama, memberikan bantuan dan dorongan untuk dapat menjalin hubungan harmonis antar tokoh dan pemuka agama. Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

v

Penelitian ini diselenggarakan di berbagai wilayah di Indonesia dengan berbagai kasuistik. Fokus kajian tersebut berdasarakan judul adalah: a) Kristenisasi Berbalut Gelar Budaya di Sentul Kabupaten Bogor Oleh Agus Mulyono; b) Eksistensi Agama Yahudi di Kota Manado Oleh Zaenal Abidin; c) Jilbab dan Peci di larang di Bali: Memunculkan Berbagai Tanggapan Oleh Ahsanul Khalikin; d) Menangkis ISIS, Menebar Syiar: Dinamika Penolakan Gerakan ISIS di Ciputat, Kota Tangerang Selatan Oleh Akmal Salim Ruhanah; e) Gempar Cirebon: Kaharuddin Ajarkan Ajaran Menyimpang di Yayasan Almagfurullah Oleh Suhana dan Heboh Syiah di Balai Karimun: Tuntutan Fatwa Sesat Mazhab Syiah Oleh Sekte Salafi Oleh Wakhid Sugiyarto. Akhirnya, saya berharap buku ini dapat dibaca oleh publik, terutama pihak-pihak yang terkait serta berkepentingan terhadap buku ini. Jakarta, November 2015 Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan

Prof. H. Abd. Rahman Mas’ud, Ph.D NIP. 196004 198903 1 005

vi

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

PROLOG Prof. Azyumardi Azra, CBE Guru Besar Sejarah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Kehidupan keagamaan yang beragam di Indonesia umumnya penuh kedamaian dan harmoni. Indonesia bahkan sering dikutip kalangan asing sebagai negara di mana hubungan intra dan antaragama dapat menjadi contoh bagi negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim. Meski demikian, kasus-kasus intoleransi intra dan antaragama bukan tidak terjadi di Indonesia. Belakangan ini, kalangan pengamat dan peneliti baik dalam maupun luar negeri sering menyatakan tentang terjadinya peningkatan intoleransi baik intra maupun antaragama. Penulis pengantar ini berpendapat, kejadian-kejadian intoleransi agama itu itu lebih bersifat kasuistik daripada merupakan gejala umum. Buku Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia ini memperkuat argumen penulis pengantar ini. Karya yang berasal dari penelitian lapangan ini menunjukkan masih terdapat kalangan umat beragama yang tidak sensitif dan tidak toleran dalam kaitan kerukunan antar agama misalnya dalam kegiatan evangelisasi atau penyebaran agama maupun terhadap pemakaian simbol-simbol agama seperti jilbab atau peci. Juga ada kasus-kasus intoleransi intra agama semacam konflik aliran Sunni tertentu dalam hal ini Salafi dengan pengikut Syiah. Kasus-kasus yang diungkap dalam buku ini hanya beberapa contoh saja, hemat penulis kasus-kasus intoleransi yang diungkap buku ini maupun yang aktual tapi tidak Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

vii

tercakup dalam buku ini, pada dasarnya tetap menjadi tiang yang kukuh meski perlu tetap diperkukuh dari waktu ke waktu, sehingga tiang itu tidak rapuh nantinya. Gangguan terhadap Toleransi dan Kerukunan Tidak ragu lagi, toleransi dan kerukunan antar agama atau persisnya antarumat beragama, sering terganggu karena usaha penyebaran agama yang agresif. Penyebaran agama tidak terlarang di tanah air. Meski demikian, pemerintah telah menetapkan agar penyebaran agama tidak menjadikan individu dan masyarakat yang telah memeluk agama tertentu sebagai target pengalihan agama, apalagi secara agresif dengan menggunakan cara-cara yang tidak pantas; menggunakan segala cara dan bahkan tipu daya. Jika ini terjadi, tidak bisa lain, ketegangan dan bahkan konflik sulit dielakkan; dan tidak jarang membuat sulit aparat keamanan. Argumen yang tidak baru ini sesuai belaka dengan analisis dan kesimpulan policy briefing International Crisis Group (ICG) yang diumumkan beberapa tahun lalu (24/11/2010). Bertajuk ‘Indonesia: “Christianisation” and Intolerance’, ICG menyimpulkan, serangkaian kejadian yang melibatkan penggunaan kekerasan antarumat beragama di Bekasi terkait kasus gereja dan jemaat Kristen HKBP sejak 2008 dan meningkat pada pertengahan 2010, merupakan backlash (reaksi balik) kalangan umat Islam terhadap evangelisasi gereja Prostestan fundamentalis yang terus meningkat di Jawa Barat, khususnya di Bekasi. Ketakutan dan kemarahan kalangan Islam, memberikan justifikasi kepada kelompok-kelompok yang disebut ICG sebagai ‘fundamentalis’ untuk melakukan

viii

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

mobilisasi massa (Muslim) dan melakukan kekerasan terhadap gereja atau jemaat denominasi Kristen tertentu. Seperti dilaporkan ICG, Jawa Barat merupakan wilayah yang sangat cepat pertumbuhannya bagi Kristen evangelis. Mengutip keterangan seorang petinggi PGI, laporan ICG menyebut organisasi-organisasi besar evangelis dengan dukungan dana asing menjadikan Jawa Barat dan Banten sebagai target; sebab, jika Kristenisasi sukses di kedua provinsi ini, mereka mendapatkan pijakan lebih kuat di ibukota negara, Jakarta. Pertumbuhan itu juga terkait dengan dana besar khususnya dari AS bagi organisasi dan gereja evangelis guna melakukan evangelisasi di Jakarta dan sekitarnya Propinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten. Laporan ICG juga menyebut beberapa organisasi evangelis yang sangat aktif di wilayah ini. Ada ‘Joshua Project’ yang menjadikan suku Sunda sebagai target khusus, karena penduduk Kristennya kurang dua persen. Kemudian, Lampstad (Beja Kabuhangan), didirikan seorang misionaris Amerika pada 1969, yang memusatkan misinya pada ‘evangelisme dan penanaman gereja di antara orang-orang Sunda Jawa Barat’. Selanjutnya Partners International, berpusat di Spokane, Washington, yang dengan mitra lokalnya, mendukung Visi Indonesia 1:1:1, yaitu satu gereja di satu desa dalam satu generasi. Untuk mencapai tujuan ini, Partners International bekerja melalui Evangelical Theological Seminary of Indonesia (ETSI) yang memiliki sekitar 30 cabang di seluruh Indonesia. Lalu ada pula organisasi Campus Crusade for Christ yang berbasis di Orlando, Florida, dengan cabang lokalnya, Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI). Lembaga ini pernah menimbulkan kehebohan ketika dalam kegiatan Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

ix

pelatihan mereka pada Desember 2006 di Batu, Malang, seorang pendeta meletakkan al-Qur’an di lantai dan meminta peserta pelatihan mengelilinginya untuk mengusir ‘roh jahat’ di dalamnya. Pendeta dan beberapa peserta pelatihan tersebut kemudian ditahan Polri atas alasan penodaan (blasphemy) terhadap al-Qur’an dan Islam. Menurut laporan ICG, LPMI juga aktif di wilayah Jawa Barat. Organisasi-organisasi evangelis yang komite mengkristenkan orang-orang Islam mendirikan apa yang disebut laporan ICG sebagai ‘shops’ (‘toko’), termasuk di Bekasi. Di wilayah Bekasi ada Yayasan Mahanaim yang disebut-sebut terkaya dan teraktif. Ada pula Yayasan Bethmidrash Talmiddin pimpinan seorang Kristen yang awalnya Muslim, yang mewajibkan setiap tamatan sekolahnya mengkristenkan sedikitnya lima Muslim. Dalam evangelisasinya Yayasan ini menggunakan kaligrafi Arab pada sampul buklet, seolah-olah isinya tentang Islam. Pendekatan dan cara-cara tidak fair yang banyak sekali macamnya bisa diduga menimbulkan kegusaran umat Muslimin, sehingga mendorong organisasi dan kelompok Islam melakukan apa yang disebut laporan ICG sebagai ‘fight back’ (perlawanan balik). Di antaranya yang paling aktif adalah DDII, KOMPAK, FUI, FPI, Forum Anti Pemurtadan Bekasi (FAPB), GP, Persis dan banyak lagi. Dengan perkembangan ini, tidak heran kalau tensi dan ketegangan antara kedua pihak meningkat, yang bahkan menjadi kekerasan. Seperti disimpulkan ICG, ‘Kristenisasi memiliki potensi mendorong peningkatan ekstrimisme; dan menyatukan [apa yang disebut ICG sebagai] ‘non-violent and violent Islamists’.

x

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Karena itu, jika toleransi dan kerukunan antarumat beragama dapat terjaga di Indonesia, patut penyiaran agama dilakukan dengan tetap mempertimbangkan sensitivitas agama dan sosial; tidak dengan cara-cara yang menimbulkan keberatan, kegusaran dan bahkan kemarahan pihak lain. Meski kemarahan itu punya dasar, tetapi tetap saja tidak ada justifikasi untuk terjerumus ke dalam kekerasan; cara-cara damai tetap harus ditempuh. Dialog Intra dan Antaragama Dialog antaragama bukan hal baru di Indonesia, walau momentumnya baru meningkat khususnya sejak awal 1970an, ketika pemerintahan Soeharto ingin menciptakan stabilitas keamanan dan politik bagi terselenggaranya pembangunan nasional. Selama berabad-abad kaum Muslimin Indonesia hidup damai dengan berbagai komunitas non Muslim. Ketegangan dan gangguan bisa terjadi suatu waktu di daerah dan lokasi tertentu. Tetapi jelas, gangguan dan bahkan kekerasan antaragama tidak pernah menyebar ke daerahdaerah lain, sehingga konflik dan kekerasan antaragama dalam skala luas tidak pernah terjadi di tanah air. Bagaimanapun potensi ketegangan dan konflik antar (dan juga intra) agama tetap ada. Dalam beberapa bulan terakhir kasus penolakan pembangunan gereja di Bekasi dan kekerasan terhadap warga Ahmadiyah sering diangkat media dalam dan luar negeri. Al-Jazeera TV misalnya dalam sebuah wawancara dengan penulis pengantar ini mengungkapkan kecemasannya tentang masa depan kerukunan dan harmoni antara agama di Indonesia. Bagi saya, kasus-kasus ‘terpencil’ (isolated cases) itu mesti dicermati, meski tak perlu Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

xi

menyimpulkan secara ngebyah uyah bahwa toleransi antaragama di Indonesia telah pudar. Pada saat yang sama orang tidak perlu memendam exaggerated fear—ketakutan berlebihan, seolah tiada lagi masa depan kerukunan agama di negeri ini. Bagi saya, Indonesia tetap merupakan negeri di mana toleransi dan kerukunan antar dan intraagama terus bertahan. Meski demikian, kerukunan umat beragama mesti tidak dianggap telah selesai. Berbarengan dengan berlanjutnya disorientasi dan disrupsi sosial dan inkonsistensi aparat keamanan dan pemerintah dalam mencegah konflik antar umat beragama, potensi ketidak rukunan itu tetap ada. Paling jelas, ketegangan dan konflik itu terlihat terutama menyangkut pembangunan rumah ibadah. Terdapat kecenderungan kuat, kelompok minoritas sulit membangun rumah ibadah masing-masing di wilayah mayoritas umat beragama tertentu. Hal ini misalnya terlihat dalam kesulitan non Muslim, khususnya Kristiani membangun gereja di lingkungan perkampungan dan kawasan mayoritas Muslim. Begitu juga sebaliknya; kaum Muslimin juga menghadapi kesulitan yang sama ketika ingin membangun masjid atau mushallah di wilayah-wilayah di mana mereka minoritas. Gejala ini merupakan refleksi kecemasan psikologis keagamaan. Dalam perspektif mayoritas, kehadiran kelompok umat beragama lain yang secara simbolik tercermin dengan rumah ibadahnya, dipandang bukan hanya menimbulkan disrupsi dan intrusi sosial, tetapi sekaligus menciptakan gangguan psikologis keagamaan. Ketakutan-ketakutan keagamaan seperti ini tidak selalu terungkapkan, namun bisa dirasakan masing-masing komunitas umat beragama.

xii

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Ketakutan dan kecurigaan timbal balik di antara komunitas umat beragama berbeda merupakan potensi laten yang terus bertahan di dalam psike mereka masing-masing. Suasana psikologi yang tidak kondusif ini harus diatasi, jika kerukunan antarumat beragama berbeda dapat dipertahankan dan diperkuat. Maka, pendekatan dan cara yang harus ditempuh adalah dialog antar (dan juga intra) agama yang jujur, terus terang dan berani. Bagi saya kesempatan ini datang sehari ketika menjadi nara sumber dalam Kongres XIV The Southeast Asia Major Superiors (SEAMS), sebuah ordo para pastur, bruder dan suster Katolik (Agustus 2010). Mereka ingin berdialog secara terus terang, seperti mereka katakan dalam surat kepada saya: “Sebagai tokoh Muslim, (kami ingin tahu bagaimana) biasanya kami ini (pastor, bruder dan suster) dikenali dan dikritik. Apa yang biasanya ada di dalam pikiran dan hati orang Muslim bila mendengar tentang kami dengan identitas seperti itu, dan bila berjumpa dengan kami dalam bermasyarakat dan berbangsa”; bagaimana sesungguhnya perspektif dan ‘hambatan’ kaum Muslimin dalam dialog antar agama? Meresponi permintaan ini, jelas Islam sangat menganjur dialog antar (dan intra) agama dalam rangka membangun bumi Allah dan kemanusiaan lebih baik. Selanjutnya bagi saya, jika mau terus terang, terdapat kecurigaan kaum Muslimin, bahwa banyak kalangan dan denominasi Kristiani selalu berusaha mengkristenkan umat Islam dengan berbagai cara, termasuk yang tidak fair, memanfaatkan keterbelakangan dan kefakiran komunitas Muslim. Sebaliknya, umat Kristiani terus curiga, umat Islam selalu berusaha menjadikan Indonesia sebagai negara Islam Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

xiii

dan menerapkan ‘syari’ah’ yang mengancam eksistensi mereka. Kecurigaan timbal balik ini tidak mudah dilenyapkan, karena telah bertahan begitu lama. Tetapi, kecurigaankecurigaan itu bisa dikurangi jika tidak dapat dihilangkan sama sekali, dengan mengembangkan keterbukaan dan praksis keagamaan yang senantiasa mempertimbangkan sensitivitas masing-masing umat beragama. Jika ini bisa dilakukan, niscaya umat beragama Indonesia yang majemuk dapat terus memperkuat kerukunan dan harmoni, yang pasti merupakan kontribusi sangat penting bagi kemajuan dan kesejahteraan negara-bangsa Indonesia.

xiv

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

PRAKATA EDITOR Pembangunan bidang kehidupan beragama merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat yang dijamin oleh konstitusi. Negara dan pemerintah berkewajiban memberikan jaminan dan perlindungan atas hak setiap warganya untuk memeluk agama dan beribadah menurut agamanya masing-masing. Dengan demikian landasan pokok dalam pembangunan bidang agama yang harus dilakukan negara dan pemerintah meliputi aspek-aspek perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak beragama. Fenomena kehidupan keagamaan di masyarakat masih menunjukkan adanya kesenjangan antara lain meliputi nilainilai ajaran agama, sikap dan perilaku, perkembangan aliran sempalan. Kehidupan harmonis belum dapat terwujud, akibat munculnya ketegangan sosial yang sering melahirkan konflik internal dan antarumat beragama. Untuk memperbaiki pelayanan kehidupan beragama terus diupayakan, namun masih kurangnya fasilitas keagamaan dan dalam melaksanakan ajaran dan ritual keagamaan. Munculnya berbagai kasus keagamaan di Indonesia beberapa waktu belakangan ini telah menimbulkan keresahan di masyarakat, utamanya dalam enam wilayah penelitian yang dilakukan dalam buku ini. Berbagai tindakan yang mengatas namakan agama dengan dalih kebebasan berekspresi. Padahal sesungguhnya Undang-undang Dasar Tahun 1945 menjamin setiap kebebasan berekspresi bagi seluruh rakyat Indonesia Namun itu bukan berarti bebas tanpa batas dan melanggar kebebasan orang lain. Pelarangan, pembiaran, kekerasan atas nama agama senantiasa menjadi Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

xv

alat ampuh dilakukan untuk melegitimasi kebebasan berekspresi dan kebebasan beragama yang pada akhirnya harus berhadapan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tindak kekerasan atas nama agama dimulai dari pemahaman dan persepsi yang berbeda dalam menafsirkan tekstualitas sebuah kitab suci ataupun memahami sesuatu terkait persoalan keagamaan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya faktor internal dan eksternal. Faktor internal dimaksud antara lain adalah adanya perbedaan paradigma pemikiran yang dipergunakan dalam menafsirkan ajaran agama, kejumudan pemikiran dan pengamalan agama (kemapanan), perbedaan dalam penafsiran terhadap pokokpokok ajaran agama, dan ketidakpuasan terhadap meanstreim pemikiran keagamaan dan dalam pengelolaan umat beragama. Akhirnya pemikiran alternatif, paham alternatif, aliran alternatif dan gerakan keagamaan alternatif menjadi niscaya untuk terjadi. Sedangkan faktor eksternal adalah pengaruh pemikiran dari luar seperti perkembangan pemikiran dalam mamahami teks-teks agama dan cara merespon realitas kehidupan sosial kemasyarakatan dan kehidupan sosial keagamaan yang berkembang dewasa ini. Atas dasar hal tersebut diatas, Puslitbang Kehidupan Keagamaan telah melakukan penelitian di berbagai wilayah di Indonesia pada Tahun 2014. Diantara hasil penelitian KasusKasus Aktual Kehidupan Keagamaan tersebut, sebagian berada dalam tangan para pembaca saat ini. Hasil penelitian tersebut telah dipertanggung jawabkan secara akademik oleh para peneliti pada acara seminar hasil penelitian Kasus-Kasus Aktual Keagamaan di Indonesia. Peserta seminar telah memberikan kontribusi pemikirannya untuk perbaikanxvi

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

perbaikan hasil penelitian tersebut. Setelah seminar, para peneliti memperbaiki sesuai masukan dari seminar dan setelah itu membuat laporan hasil penelitian masing-masing. Selanjutnya penyusun, mengkompilasinya dalam bentuk satu laporan akhir penelitian sebagai bentuk pertanggung jawaban akademik dan administrasi. Hasil laporan akhir inilah yang editor edit dalam bentuk naskah hingga hadir menjadi buku ditangan Bapak/Ibu sekarang dengan judul: Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia” Kenapa judul ini akhirnya yang diangkat? Judul ini merupakan benang merah dari keseluruhan isi dalam naskahnaskah yang diedit. Dimana hasil penelitian saudara Agus Mulyono mengungkapkan bahwa agama ternodai lantaran adanya kepentingan kelompok missionaris Kristen tertentu yang ingin mengajak orang diluar agama mereka untuk meyakini Kristus sebagai juru selamat. Kegiatan missionari ini berbalut seni budaya yang diadakan bersamaan dengan acara car free day di Monas. Sedangkan tulisan ZaenalAbidin dan Nuhrison M Nuh menceritakan keberadaan agama Yahudi yang ada di Indonesia, khususnya di Kota Manado. Umat Yahudi yangtersebar sebanyak 500 orang di berbagai wilayah di Indonesia, bertahan dalam identitas agama Kristen atau Katolik secara administrative di negeri ini. Namun demikian, mereka tetap beribadah dalam ritual agama Yahudi. Bagi Yahudi yang telah beragama Islam, mereka hanya mempunyai hubungan keetnisan saja. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahsanul Khalikin, dimana di negara yang menjujung kekebasan beragama dan dilindungi oleh UUD 1945 dalam melaksanakan ajaran agama dan keyakinannya, ternodai oleh oknum-oknum pengajar di beberapa sekolah-sekolah di Bali Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

xvii

yang melarang mengenakan jilbab bagi siswi yang beragama Islam serta pelarangan menggunakan busana yang berbau Islam. Pelarangan dilakukan dengan dasar akan terjadi Islamisasi di Bali. Ketidakpahaman kelompok di luar Islam khususnya yang beragama Hindu di Bali atas kewajiban muslimah mejalankan ajaran agamanya untuk memakai jilbab telah dipolitisir oknum tertentu menjadi sikap yang tidak bersahabat hingga menimbulkan reaksi dari berabagai pihak tertentu dan membuat umat Islam di Bali terlanjur tersakiti. Walaupun demikian masyarakat kelas bawah tidak menunjukan reaksi apa-apa atas kejadian tersebut. Begitupula dengan hasil penelitian yang diungkapkan Suhanah, dimana Kaharuddin selaku mursyid di Yayasan Al Magfurullah telah mengajarkan pada murid-muridnya agar meyakini dirinya sebagai nabi, bahkan sebagai Tuhan. Agar santrinya selalu mengingat dirinya, maka setiap santri jika melakukan sholat wajib meletakan foto kaharuddin di depan sajadahnya. Dengan ajaran seperti ini, beberapa muridnya yang senior keluar dari yayasan tersebut. Padahal diketahui murid-murid yang keluar tersebut adalah yang ikut denganya dari awal berdirinya pengajian hingga menjadi yayasan seperti sekarang ini. Sedangkan hasil penelitian Wakhid Sugiyarto, mengungkapkan adanya keresahan masyarakat di Balai Karimun Prov. Riau tentang adanya ajaran Syiah yang dianggap sesat. Hal ini dihembuskan oleh kelompok Salafi yang selalu tidak menginginkan adanya ajaran Syiah di Karimun. Penyebab keresahan bukan semata-mata adanya komunitas Syi’ah, tetapi juga ada unsur pemisahan masyarakat Karimun dengan guru agama Sayyid Agil Alatas yang selama ini menjadi gurunya masyarakat Karimun. xviii

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Kelompok Salafi melakukan kegiatan Road show dialog, tabligh akbar dan unjuk rasa merupakan kelanjutan road show di beberapa tempat seperti di Batam dan Pangkal Pinang, serta beberapa kota lainya di seluruh Indonesia, guna mensosialisasikan bahwa Syiah merupakan ajaran sesat dan bukan bagian dari agama Islam. Dari realitas hasil penelitian tersebut, kiranya bangunan agama yang menginginkan satu kesatuan dan harmonisasi dalam kehidupan keagamaan di negeri ini sebagai penyanggah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terlihat buram dikarenakan sikap dan tingkah laku segelintir oknum, kelompok yang berkepentingan berdasarkan keinginan kelompoknya saja. Hal ini membuat dan menambah catatan tersendiri dalam perjalanan keagamaan bangsa Indonesia. Jika hal-hal tersebut dapat diatasi dengan saling menghormati dan menghargai satu sama lain, maka agama sebagai penyanggah bangunan kebangsaan negeri ini dapat menopang laju pembangunan manusia berkeadilan dan bermartabat dalam mental spiritual keagamaan. Jika agamanya kokoh, maka bangsa ini akan kokoh pula. Oleh karena itu, saatnya kini kita menatap realitas perbedaan diantara kita dengan berjiwa besar. Baik itu perbedaan agama, perbedaan paham keagamaan diinternal umat beragama. Dengan saling menghargai dan menghormati atas perbedaan tersebut, kita berharap terjalin harmonisasi dalam kehidupan dimasyarakat. Begitu indahnya jika kita mampu tetap berbeda namun selalu dalam kebersamaan, dengan membangun keharmonisasian dalam keberagamaan melalui cara-cara dialog keakraban.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

xix

Demikianlah, prakata singkat ini, diharapkan dapat bermanfaat untuk kepentingan pembacaan hasil-hasil penelitian Kasu-Kasus Keagaman Aktual di Indonesia, yang dihimpun dari hasil penelitian di berbagai wilayah di Indonesia yang dilakukan oleh Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada, Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan yang telah menghantarkan karya ini dan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama, yang telah membaca buku ini. Kepada Azyumardi Azra yang telah, memberikan prolog, serta para peneliti yang sudah menyumbangkan naskahnya untuk di edit. Semoga karya ini menjadi pelajaran, harapan dan solusi keagamaan dimasa mendatang bagi kita semua.

Jakarta, September 2015 Editor

Reslawati

xx

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KEPALA PUSLITBANG KEHIDUPAN KEAGAMAAN .......................................

iii

SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG DAN DIKLAT .............................................................................

v

PROLOG ...........................................................................

vii

PRAKATA EDITOR ........................................................

xv

DAFTAR ISI ....................................................................

xxi

1. Kristenisasi Berbalut Gelar Budaya di Sentul Kabupaten Bogor Agus Mulyono .......................................................

1

2. Eksistensi Agama Yahudi di Kota Manado Zaenal Abidin .........................................................

19

3. Jilbab dan Peci di Larang di Bali: Memunculkan Berbagai Tanggapan Ahsanul Khalikin ....................................................

67

4. Menangkis ISIS, Menebar Syiar: Dinamika Penolakan Gerakan ISIS di Ciputat, Kota Tangerang Selatan Akmal Salim Ruhana .............................................. 129 5. Gempar Cirebon: Kaharuddin Ajarkan Ajaran Menyimpang di Yayasan Almagfurullah di Tuduh Sesat Suhanah .................................................................. 165 6. Heboh Syiah di Balai Karimun: Tuntutan Fatwa Sesat Mazhab Syiah Oleh Sekte Salafi Wakhid Sugiyarto.................................................... 195 Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

xxi

xxii

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

1

KRISTENISASI BERBALUT GELAR BUDAYA DI SENTUL KABUPATEN BOGOR

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

1

Pendahuluan

Bangsa Indonesia terdiri dari suku bangsa dan agama. Di dalam kehidupan bermasyarakat nampak terjalin hubungan harmonisasi di antara umat beragama. Namun harmonisasi yang tampak tersebut bukan berarti tidak ada riak-riak. Adanya perbedaan kepentingan dapat berpotensi menimbulkan konflik di kalangan umat beragama. Hal ini dapat merugikan umat beragama lain, yang berakibat terganggunya hubungan di antara umat beragama. Hal tersebut sering terjadi dalam kegiatan penyiaran/ penyebarluasan ajaran suatu agama. Baru-baru ini di Solo terdapat acara Car Free Day dimanfaatkan oleh oknum kelompok agama tertentu dengan memasang spanduk dan sejenisnya untuk promosi agama tertentu. Pada hal kegiatan semacam itu dilarang oleh Walikota Solo. Begitu juga di wilayah pengungsian Gunung Kelud, anak-anak pengungsi diajak bernyanyi lagu kerohanian Tuhan Yesus. Pada hal anak-anak tersebut memakai jilbab yang mengindikasikan beragama Islam. Aktivitas keagamaan seperti itu apabila dibiarkan, perlahan dapat mengganggu kerukunan antarumat beragama. Kejadian berikutnya terjadi di Sentul, Bogor. Pada tanggal 2 November 2014, terjadi mobilisasi warga muslim sebanyak 7 bus. Warga yang berangkat diinformasikan untuk diajak jalan-jalan ke Jakarta dalam rangka menghadiri gelar budaya di Tugu Monas. Kegiatan tersebut disinyalir didanai oleh seorang warga Sentul City, upaya kristenisasi terhadap warga yang ikut berangkat, sehingga mengakibatkan adanya reaksi dari kalangan tokoh/pemuka agama Islam setempat. Kegiatan gelar budaya tersebut bertepatan dengan acara Car Free Day. 2

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Dari deskripsi di atas, maka Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama telah melakukan penelitian terkait keikutsertaan warga Sentul, Bogor sebanyak 7 bus dalam kegiatan “gelar budaya” di Monas pada tanggal 2 November 2014. Adapun hasil penelitian ini menjadi bahan masukan bagi Menteri Agama untuk menyusun langkah-langka penanganan dan merumuskan kebijakan terkait kasus tersebut. Penelitian tersebut bersifat kasuistik, dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan wawancara kepada narasumber atau informan yang dianggap mengetahui persoalan terkait masalah tersebut (key person), telaah dokumentasi, berita dari internet (you tube) dan foto-foto yang terkait. Warga Ke Monas

Kejadian ini bermula dari seorang warga Tampak Siring Penahanan Sentul City, Klaster 15, No. 19, Sentul bernama Tina, menyuruh pembantu rumah tangganya yang bernama Asih, untuk mengumpulkan orang-orang Karang Tengah, Sumur Batu dan Bojong Koneng sebanyak-banyaknya untuk diajak ke Tugu Monas, dalam acara Gelar Budaya pada tanggal 2 November 2014. Atas permintaan Tina, Asih mengajak Eti dan Abid untuk membantu pelaksanaan kegiatan tersebut.

Warga yang ikut, sebagian besar ibu-ibu rumah tangga. Juga anak-anak, remaja dan Bapak-bapak. Rata-rata yang ikut dalam rombongan berpendidikan SD. Walau hanya

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

3

berpendidikan SD, namun rata-rata warga mempunyai tingkat fanatisme terhadap agama Islam yang relatif tinggi. Tina menyiapkan seluruh biaya Bus yang akan membawa rombongan. Setiap bus disediakan tarif sewa Rp.1.900.000,-. Asih dengan inisiatif sendiri menarik dana sebesar Rp. 10.000,- kepada setiap warga yang ikut. Namun sebagian mereka ada yang tidak memberikan iuran. Dana yang terkumpul digunakan oleh Asih untuk menyiapkan makanan ringan, minuman, obat-obatan, pita, gelang, peniti dsb. Pita dan gelang di dibuat sebagai tanda rombongan agar tidak hilang. Rombongan warga sebanyak 7 bus diperkirakan berjumlah 350 orang. Mereka berangkat jam 06.00 pagi. Sebelum berangkat, setiap rombongan bus membaca do’a dengan cara Islam, agar selamat di jalan sampai pulang ke rumah. Doa dipimpin oleh ketua rombongan bus masingmasing. Setiap anggota diberi tanda gelang dan pita warna pink sebagai tanda anggota rombongan, agar mereka mudah di koordinasikan dan tidak terpisah dari rombongan serta tidak hilang. Ketika rombongan mulai berangkat, 2 bus terakhir yang akan berangkat (salah satunya rombongan Asih) ditahan keberangkatannya oleh beberapa orang di antaranya Ujang, Mukhlis dan Mukhtar untuk dimintai keterangan tentang acara di Monas. Di jawab oleh Asih hanya untuk jalanjalan. Mereka berpesan kepada Asih agar berhati-hati, dan jika mendapatkan informasi yang aneh dan mencurigakan dimohon untuk memberi kabar ataupun memfotonya. Rombongan yang berangkat tersebut, diberangkatkan dengan menggunakan 7 bus yang bertuliskan Kementerian 4

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Perdagangan. Setelah sampai di Monas, 7 bus tersebut di parkir di gedung Kementerian Perdagangan. Karena jumlah rombongan banyak, maka di area Monas mereka tidak dapat selalu bersama-sama. Mereka menyebar sesuai keinginan masing-masing. Mereka duduk-duduk di rumput, ditikar yang mereka sewa. Anak-anak ada yang menyewa sepeda, dll. Mereka makan dan minum dari bawaan masing-masing. Sedangkan Asih mendekati sebuah stand panggung hiburan, dimana seorang biduan sedang menyanyikan lagu “satu nusa satu bangsa”. Selesai bernyanyi, biduan tersebut bersama beberapa orang yang ada di panggung menyebarkan/melemparkan kaos-kaos berlogo gambar mahkota bertulisan “His Kingdom Be Establised”, serta gambar lainnya. Selain itu, ada beberapa panggung lainnya, di antaranya “panggung merubah nasib”. Di atas panggung tersebut ada pembicara yang mengatakan “siapa yang ingin merubah nasib, keluarkan dompet.” kemudian para peserta mengeluarkan dompet. Pembicara selanjutnya mengucapkan “Tuhan Yesus…, dan sebagainya, Asih tidak mau mendengarkan lagi). Atas peristiwa itu sejenak Asih teringat peristiwa di Ancol tanggal 17 Agustus 2014 yang ketika itu dia juga ikut, sehingga ia berpaling dan tidak melihatnya lebih lanjut. Selama di Monas, Asih tidak bertemu dengan Tina. Pada waktu akan pulang, Abid (orang yang membantu Asih mengumpulkan warga) melihat ada anggota yang mendapatkan kaos sebanyak 3 buah. Setelah diamati lalu Abid membuangnya, sehingga ketika Bus pulang tidak membawa barang-barang yang aneh dan langsung pulang ke rumah masing-masing. Menurut Abid, kaos-kaos tersebut menunjukkan simbol yang menurutnya bukan Islam, maka Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

5

dibuang. Adapun gelang dan pita warna pink dibuat oleh Asih dkk dirumahnya sebagai tanda anggota dari Desa Karang Tengah Blok Dukuh. Setelah rombongan sampai ruko Jungle, mereka dicegat oleh 15 orang, di antaranya ada security dan pada umumnya pakai topi haji, bersorban dan baju koko. Orangorang tersebut ada yang menanyakan “habis dari Monas ngapain?”Ada juga yang memfoto-foto. Dan di jawab bu Eti kalau mereka “habis jalan-jalan dan makan-makan.” Kemudian Eti langsung beranjak pulang. Ibu Asih juga ditanya Mukti Ali sambil ditunjukkan foto-foto yang diperoleh di Monas dari Maliki, kawan yang berada di Jakarta. Namun Ibu Asih tidak mengenal foto-foto yang ditujukkan tersebut. Selanjutnya terjadi beberapa pertanyaan oleh Maliki kepada Ibu Asih. Diantaranya, sudah berapa lama bu Asih kerja di rumah Tina? Dan di jawab Asih, “sudah 2 tahun bekerja di Tina”. Sudah dikasih air apa?. Apa sudah pernah diajak ke gereja? Apa sudah menginjak gereja?” Kemudian semua pertanyaan tersebut di jawab Asih dengan perkataan, “belum pernah”. Kemudian Asih bersumpah “jika dirinya pernah ke gereja, maka biarlah kakinya patah”. Reaksi Tokoh Masyarakat dan Penanganan Aparat

Menurut Mukti Ali, sebelum rombongan berangkat ke Monas, ada pengarahan kepada rombongan tersebut bahwa mereka berangkat dalam rangka tasyakuran Jokowi atau ulang tahun Bos. Untuk mengecek kejadian di Monas, Mukti Ali meminta bantuan Maliki yang berdomisili di Jakarta untuk mengecek kegiatan di Monas.

6

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Menurut Maliki, rombongan dari Sentul belum ada tapi sudah banyak rombongan dari berbagai lokasi. Mereka mengenakan jilbab. Mereka dibagi kaos dengan ada mahkota. Ada juga tulisan spanduk yang berbunyi: jika galau, belum dapat kerja, masalah keluarga, datang ke sini, rubah nasibmu. Ada juga syal berlogo antara lain ada tulisan: pengabdian, berani, lemah lembut, tahan uji, penguasaan diri. Pada saat mereka datang di stand “Rubah Nasibmu”, ditanya: siapa namamu; kamu suka sholat; mau kamu merubah nasib; ayo ikuti..., Tuhan Yesus berkati kami dan doa-doa lainnya. Mukti Ali menyampaikan, Tahun 2008 kegiatan hampir serupa terjadi di Sentul. Ada upaya-upaya pengkristenan yang dihadiri sebanyak 4000 orang dari Bogor atau sentul dan sekitarnya. Dalam kegiatan tersebut disertai juga minyak baptis. Dengan kejadian itu, pihak pengelola Sentul City merasa bersalah telah mengizinkan acara tersebut. Dari peristiwa itu, kemudian lahirlah Piagam Sentul City agar peristiwa tersebut tidak akan terulang kembali. Menurut pengakuan Asih, ia terjebak karena dia tidak mengetahui apa-apa. Karena kecewa, Asih memutuskan keluar sebagai pembantu Tina. Asih mengungkapkan kepada Mukti Ali bahwa ketika kegiatan di Monas, ia melihat orangorang ikut kegiatan pemberkatan. Kemudian Mukti Ali meyampaikan kepada Asih, bahwa hal itu merupakan pengkristenan. Kemudian Asih dan 100 orang disyahadatkan kembalik oleh seorang Habib/ustadz. Berdasarkan informasi dari Mukti Ali, sesungguhnya di Sentul City, ada warga dari kelompok Kristen, Katolik, Saksi Yehova, yang pada mulanya mereka adalah pendatang.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

7

Informasi Warga Yang Ke Monas dan Penanganan Kasus

Atas kejadian tersebut, Mukti Ali beserta beberapa tokoh ulama setempat dan beberapa korban diantaranya, Ahmad dan S. Aisyah berinisiatif untuk audiensi ke Polsek. Warga banyak yang mau ikut, namun saat ditemui ke Polsek, Kepala Polsek tidak berada di tempat. Kemudian pertemuan diarahkan ke Polres Bogor. Dari hasil pertemuan tersebut, menurut Polres laporan tersebut tidak cukup kesaksiannya, dimana saat Ahmad ditanya apakah mengenal Mukti Ali?”, lalu dijawab “tak kenal...” padahal mereka sesama orang Sentul. Selang sehari tanggal 5 November 2014 setelah Isya’ diadakan acara di Kecamatan dengan menghadirkan Muspika, Danramil, Kapolsek, Camat, untuk mendengarkan BAP yang dibuat oleh Polres dengan harapan kasus tersebut dapat selesai saat itu juga. Namun hingga penelitian dilaksanakan kasus tersebut belum ada penanganan lebih lanjut. Menurut penjelasan Dwiyono salah seorang warga setempat, bahwa di Klaster Koneng, Kec. Babakan, terdiri dari dua desa yaitu Desa Bojong Koneng dan Desa Sumur Batu. Di Desa Bojong Koneng hanya ada 1 Rt, terdiri dari 260 kaveling, yang ditempati 163 KK. Muslim 60%, selebihnya Kristen, Katolik, Buddha, Hindu. Tina sendiri beragama Kristen. Dwiyono juga menyampaikan bahwa, ketika Mukti Ali ke Polres dinilai Polres kesaksiannya tidak cukup sehingga kasus ini tidak bisa dilanjutkan untuk diproses. Lebihlanjut Dwiyono mengatakan bahwa Tina mempunyai 5 orang anak, ia berasal dari Surabaya dan suaminya dari Tasikmalaya dan ia juga yang mengajak ke Monas lewat pembantunya. Menurut kesaksian penduduk setempat, sampai saat di Sentul International Convention Center (SICC) masih diadakan kebaktian. Tiap sabtu dan minggu dilakukan penyiaran/door to 8

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

door tentang agama Kristen. Dengan adanya kasus tersebut dapat dikatakan ada Indikasi upaya Kristenisasi di Sentul City. Mukti Ali juga menuturkan bahwa, menurut mantan misionaris (Arimatea) mengatakan bahwa, Yesus akan datang sebelum tahun 2020. Selanjutnya Muchlis, Ujang, Muchtar serta beberapa yang lain menceritakan bahwa sebelum rombongan berangkat, telah diberikan isyarat agar hati-hati kalau ada acara pengkristenan. Namun saat itu dijawab Asih tidak, hanya sekedar jalan-jalan. Hal itu disampaikan Muchlis setelah tahu bahwa Tina beragama Kristen. Menurut teman Muchlis yang bernama Maliki (kawan di Jakarta) disuruh Mukti Ali dan Muchtar menyaksikan acara di Monas. Dalam acara tersebut tangan Maliki dicap berlogo burung merpati, tongkat dan mahkota (tapi tidak ada fotonya). Di arena Monas juga ada pembagian kipas tangan bergambar presiden Jokowi dan wapres Yusuf Kalla. Rombongan bus tersebut ada yang mendapatkan pembagian shal, kalung berlambang burung merpati dan gelang. Di Monas tersebut ada orang-orang yang mengaku sakit perut, sakit gigi dan sakit-sakit lainnya, lalu setelah dido’akan dengan kata-kata “semoga Tuhan memberkati”, maka mereka mengaku sembuh. Muchlis dkk. Sangat menentang upaya Kristenisasi, karena merasa selama ini para ustad telah berusaha menanamkan aqidah umat. Namun tiba-tiba ada semacam hama (pengkristenan), sehingga seolah-olah usahanya sia-sia. Menurut Muchlis, orang berani mati, jika bicara soal aqidah. Lain lagi keterangan Abdul Kodir, mereka merasa dibohongi. Menurutnya panitia menyampaikan bahwa Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

9

kegiatan tersebut hanya untuk diajak hadir pada acara ulang tahun seorang pengusaha dan akan dicarikan pekerjaan bagi yang ikut. Jika tidak ikut warga akan merasa menyesal nantinya, demikian ditegaskan Tina, selaku perwakilan koordinator kegiatan kepada rombongan. Adapun mereka yang ikut pergi ke Monas, rata-rata berpendidikan SD, pengalaman kurang dalam hal berpergian, perekonomiannya lemah, kurang memperoleh siraman rohani agama Islam, lantaran kesibukan mereka. Dikarenakan warga yang diajak ke Monas tersebut diduga telah diberikan pengajaran agama Kristen/pengkristenisasian, maka para ulama setempat menyampaikan agar orang-orang yang ikut datang ke Monas tersebut, memperbaiki syahadat mereka kembali. Para ulama berharap agar kasus tersebut hanya terjadi di Sentul saja dan tidak melebar ke daerah lainnya. Mereka juga berharap, agar pemerintah menangkal upaya Kristenisasi, dengan cara membuat peraturan berikut hukumannya. Agar masingmasing umat tidak mengajak-ajak umat lain yang sudah beragama tertentu untuk ikut keagamanya. Anggota rombongan lainnya seperti Irwan dan Oyah menceritakan, bahwa mereka ikut acara di Ancol tersebut dengan motivasi ikut jalan-jalan, rekreasi, sehingga bersedia membayar 10 ribu. Menurutnya ketika sampai di Ancol, ada panggung kecil. Di panggung tersebut seorang perempuan beragama Kristen sedang menceritakan tentang kehidupan Yesus, menyanyi-nyanyi kerohanian, doa dan setelah itu makan-makan. Adapun doanya, “Tuhan…, selamatkanlah negeri kami, selamatkanlah kami”. Selain itu ada juga stand bertuliskan, “ingin mengubah nasib.” Sesorang sambil 10

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

memeluk salah seorang pengunjung sambil mengucapkan sesuatu buang sial dari dirimu dengan mengucapkan “Tuhan selamatkanlah saya, atas nama Tuhan Yesus”. Lalu pengunjung tersebut diberi minum. Kemudian Irwan, Oyoh dan pengunjung lainnya dibagikan susu, baju/kaos dengan logo His be Establesed dengan di atasnya terdapat Mahkota Raja+Salib dan juga di atasnya terdapat tongkat. Menurut Ujang, anggota yang ikut ke Monas. Menurutnya rombongan yang ikut ke Jakarta umumnya pembantu rumah tangga, remaja usia 15-18 tahun. Dan berjumlah 100 orang. Ujang juga menyatakan bahwa warga yang ikut kegiatan tersebut merasa menyesal. Menurutnya lagi, tidak ada anggota rombongan yang berangkat ke monas yang berpindah ke agama Kristen. Ada informasi bahwa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di Salatiga, dibalik kegiatan tersebut. Menurut beberapa warga yang ikut ke Monas sempat ditanyai Dwiyono. Mereka mengaku melihat hiburan dan rekreasi. Warga yang ikut ke Monas mengaku membawa makanan dan uang saku sendiri. Mereka umumnya dari Karang Tengah. Menurut alasan mereka, ingin memecahkan rekor MURI dengan cara pengerahan massa sebanyakbanyaknya. Kejadian seperti di Sentul City ini pernah ada di Taman Budaya Sentul Bogor 3 tahun yang lalu. Dimana dari pihak Kristen melakukan pembagian sembako kepada umat Islam. Izin awal kegiatan tersebut ke pengelola Taman Budaya bukan untuk acara bagi-bagi sembako, lalu pihak pengelola memberi izin. Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

11

Ketika dikonfirmasi ke Tina dan Hani (suaminya). Mereka menjelaskan bahwa di Agama Kristen ada kewajiban persepuluhan yaitu, mengeluarkan 1/10 dari penghasilan untuk kepentingan Agama Kristen. Sedangkan untuk acara di Monas dimaksudkan untuk amal pribadi, dengan mengajak orangorang Sentul menggunakan 8 bus yang semula rencana 10 bus dan setiap bus dibayar 1,9 juta rupiah. Mengenai pembagian macam-macam di Monas beliau tidak tahu menahu. Menurut Tina, ia mengajak warga ke Monas atas ajakan teman-temanya dari mulut ke mulut (3 orang). Katanya untuk mengejar rekor MURI (banyakbanyakan ikat kepala) dalam acara gelar budaya rakyat, yang akan dihadiri Jokowi, Jayasuprana dll. Selain itu juga untuk mencapai rekor cap tangan terbanyak di kain putih. Tina menjelaskan bahwa di Monas ada beberapa stand, antara lain stand Buddha, alasannya ada patung Buddha disana. Stand muslim, karena mereka berkerudung, mungkin juga ada stand Kristen. Barang-barang seperti kalung ada gambar merpati merupakan sumbangan/sponsor dari Unicef sebagai lambang perdamaian dunia. Di sana juga ada stand bakso, supermi, ramalan nasib, dsb. Menurut Tina, ia tidak tahu kalau hal itu ada kaitannya dengan Kristenisasi. Tina bermaksud berbuat amal, tapi secara kebetulan di Monas ada acara-acara seperti itu dan dia tidak mengetahui. Tina merasa bahwa sebagai orang yang mempunyai latarbelakang sebagai anak yang dibuang dan tidak mengetahui siapa orang tuanya yang sebenarnya, merasa ada keberpihakan kepada mereka yang ekonominya lemah. Dari penjelasan Tina tersebut dapat diduga bahwa ada kemungkinan, kebaikan Tina tersebut disalahgunakan dengan alasan mengejar rekor MURI. Atas kejadian penyalahgunaan 12

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

kebaikan tersebut, Tina akan lebih hati-hati jika diajak temannya ke kegiatan seperti itu. Dia akan menanyakan panitianya siapa, apa acaranya dsb Tina kemudian menceritakan latarbelakang kehidupannya. Tina merupakan anak yang dibuang oleh orang tuanya di tempat sampah ketika masih ada ari-arinya dan ditemukan oleh pemulung. Lalu dijual ke agen penjual bayi. Kemudian dibeli saat berumur 5 hari pada tahun 1978 dengan harga 250.000 oleh Eni asal Surabaya. Setelah umur 6 tahun, Eni mempunyai anak kandung sehingga ada perlakuan yang berbeda dengan dirinya sebagai anak angkat.Tina dibesarkan di Surabaya, diasuh oleh Mamah (ibu asuhnya sekarang) sampai usia 17 tahun. Dia sekolah hanya sampai kelas 1 SMA. Lalu dengan ibunya pindah ke Tasikmalaya kemudian kawin dengan Hani asal Tasik, yang sama-sama etnis Tionghoa.. Sedangkan Hani, sebagai suaminya mengaku jarang ke gereja Jakarta Praise Community Church (JPCC). Sebelum di JPCC, Hani dahulu ikut GKI di Tasikmalaya. Setelah di Bogor/Sentul ikut Gereja JPCC (gereja para artis a.l. Agnes Monica). Menurut mereka GKI lebih seperti Katolik. JPCC ikut kelompok JKI (Jemaat Kristen Indonesia). Pindah ke JPCC karena alasan domisili dan kebutuhan anak-anak. Sebab anakanaknya 5 orang masih kecil. Ketika Tina mendapatkan informasi dari pembantunya bahwa kegiatan di Monas tersebut diduga berindikasi Kristenisasi, Tina dan keluarganya menjadi ketakutan kalau bakal ada kerusuhan dari masyarakat. Atas saran suaminya Tina mendatangi Mukti Ali dengan niat minta maaf, jika dianggap salah. Namun disayangkan tidak ketemu Mukti Ali, alasannya sedang ada tamu. Sehingga diminta datang lagi hari Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

13

Kamis. Belum sempat ketemu Mukti Ali, pada malamnya Tina sudah keburu dijemput Polres jam 12 malam untuk dimintai keterangannya. Proses penjemputan Tina berawal dari Polres menerima laporan dari warga tentang adanya pembagian kaos, kalung, gelang, syal dsb, yang mengarah ke Kristenisasi. Sebanyak 5 orang polisi datang ke rumah Tina. Karena penjelasan Tina berbeda dengan laporan saksi korban, maka Tina diajak ke Polres ditanya-tanya lagi langsung oleh Kapolres setempat. Tina tetap memberikan jawaban sama seperti jawaban di rumahnya. Lalu malam itu pula Polres menyimpulkan adanya kesalahpahaman. Atas kejadian tersebut suaminya menyarankan agar 1/10 tersebut diserahkan ke panti asuhan, panti jompo dsb., jadi salurannya jelas. Pada hari berikutnya Ubin dan Umar menjelaskan yang ikut kebanyakan adalah anak-anak seperti anak pak Rw seorang perempuan yang berumur 11 tahun. Di sana mereka diajak jalan-jalan. Namun ada juga yang tidak ikut ke Monas karena harus membayar 8.000. Kebanyakan mereka yang ikut tidak mau ditanya karena tidak mau berurusan dengan polisi. Menurut Ubin (ketu RW 12 Dukuh), bahwa kasus 2 November 2014 ini merupakan yang ke dua kalinya. Kepergian sebagian warga tidak diketahui oleh Ketua RW yang bersangkutan. Dia tahunya acara jalan-jalan ke Monas dikoordinir oleh Asih. Warga RW 12 Dukuh yang ikut sekitar 20 orang dan laki-lakinya hanya beberapa orang. Pada kejadian kegiatan tanggal 17 Agustus 2014 yang lalu di Ancol, Umar warga setempat diajak Asih, tapi tidak mau, alasannya dia ingin ikut kalau sekeluarga, saat itu anak-anak sedang sekolah dan ada acara.

14

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Dalam pengamatan penulis, bahwa pelaksanaan kegiatan “gelar budaya” dalam rangka memperoleh gelar/rekor MURI terbanyak yang mengikutsertakan para warga Sentul dan bertepatan dengan acara Car Free Day pada tanggal 2 November 2014 di Monas, diindikasi ada nuansa penyebaran agama tertentu kepada umat agama lain. Kesimpulan

Para pemuka agama Islam Kp. Karang Tengah, Babakan Madang, Sentul, Bogor, yang dimotori oleh Mukti Ali Abdul Goni (Pimpinan Pesantren Bina Ummat di Babakan Madang, Sentul, Bogor), mensinyalir adanya indikasi upaya Kristenisasi terhadap warga muslim Karang Tengah, Sumur Batu dan Bojong Koneng, Sentul.

Pelakunya Tina, seorang warga Tampak Sirang, Penahanan Sentul City. Dimana Tina memfasilitasi warga jalan-jalan ke Monas, Jakarta, naik bus gratis menghadiri acara “gelar budaya” yang terselubung modus-modus upaya Kristenisasi. Hal itu terindikasi di Monas ada kegiatan pembagian kaos bergambar mahkota, ada tulisan “His Kingdom Be Establised”, gambar burung merpati dan tongkat. Atas peristiwa tersebut maka Mukti Ali bersama beberapa pemuka agama Islam yang semula berniat ingin audiensi dengan Polsek, kemudian diarahkan Polsek agar ke Polres Bogor. Polres Kabupaten Bogor dalam menindaklanjuti laporan Mukti Ali melalui BAP menyatakan bahwa laporan tersebut tidak cukup bukti dan merupakan “ada kesalahfahaman” semata. Pihak Kepolisian dalam menangani

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

15

perkara tersebut lebih mengedepankan legal formal dengan alat bukti-bukti yang kuat. Serangkaian aktivitas yang mengarah pada pembagian kaos dengan gambar/logo tertentu, adanya panggung/stand “Merubah Nasib” yang diisi mengajak kepada agama Kristen, maka diindikasikan adanya upaya Kristenisasi oleh oknum tertentu dengan memanfaatkan momen acara “Gelar Budaya” dengan dalih untuk memecahkan rekor MURI pada acara Care Free Day di Monas. Kegiatan yang cenderung berupa penyiaran agama dengan modus-modus seperti itu berarti tidak mengindahkan “Pedoman Penyiaran Agama” yang ditetapkan dalam SK Menag No. 70 Tahun 1978 point pertama dan “Tata Cara Penyiaran Agama” sebagaimana ditetapkan dalam SKB Menag dan Mendagri No. 1 Tahun 1979 Pasal 4. Acara “Gelar Budaya” pada tanggal 2 November 2014 yang melibatkan warga Sentul di Monas tersebut ada korelasinya dengan acara Car Free Day yang dilaksanakan pada hari itu juga.Setelah di kris cek melalui video You Tube terlihat adanya kesamaan aksesoris yang dibagikan Tina dengan aksesoris yang ada di you tube. Video di you tube yang disampaikan oleh seorang repoter TV swasta tersebut mengungkapkan bahwa adanya upaya Kristenisasi di Monas , dengan membagi-bagikan aksesoris berupa baju kaos, pin bergambar burung merpati, dll, serta seorang nenek berjilbab disuruh meminta pertolongan kepada Tuhan Yesus Kristus oleh seorang perempuan bertopi putih, berbaju dan celana hitam agar keluar dari kesusahan hidupnya.

16

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Rekomendasi Dari deskripsi diatas dapat direkomendasikan hal-hal berikut: Dimohon kepada Menteri Agama berkenan menginstruksikan kepada Direktur Jenderal Bimas terkait untuk mewaspadai kegiatan oknum jemaat yang tidak sesuai dengan regulasi yang telah diatur dalam SK Menag No. 70 Tahun 1978 danSKB Menag dan Mendagri No.1 Tahun 1979 di atas agar tidak terulang kembali. Bercermin dari kasus penyiaran agama tersebut, diperlukan adanya undang-undang yang mengatur hubungan antarumat beragama termasuk yang mengatur tentang tatacara penyiaran agama atau undang-undang perlindungan umat beragama, disertai dengan sanksi hukum bagi pihak yang melanggar untuk menimbulkan efek jera. Perlu dilakukan sosialisasi yang terus menerus Surat Keputusan (SK) Menag No. 70 Tahun 1978 dan SKB Menag dan Mendagri No.1 Tahun 1979 tentang pedoman penyiaran agama dan tata cara penyiaran agama yang lebih intensif. Pimpinan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor dan daerah lainnya agar bersinergi dengan para pemuka/tokoh masing-masing agama, untuk mewaspadai serta menangkal kemungkinan timbul kasus serupa di kemudian hari karena dapat menyebabkan timbulnya konflik di kalangan umat beragama.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

17

DAFTAR BACAAN Bungin, Burhan, Sosiologi Komunikasi, Jakarta, Kencana Prenada Media Grup, 2006. Ibadat

di Indonesia, Puslitbang Kementerian Agama, 2011.

Kehidupan

Keagamaan

Kompilasi Kebijakan dan Peraturan Perundang-undangan Kerukunan Umat Beragama, Edisi ke-11, Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2009. Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002. Martono, Nanang, Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011. Ranjabar, Jacobus, Sistem Sosial Budaya Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta 2006.

18

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

2

EKSISTENSI AGAMA YAHUDI DI KOTA MANADO

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

19

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang penduduknya sangat majemuk dilihat dari suku, budaya, dan agama. Beberapa agama dunia bisa hidup berdampingan dan berkembang di negara ini. Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi hak asasi manusia, kebebasan beragama, dan memberikan perlindungan terhadap semua pemeluk agama dalam mengamalkan dan menjalankan ajaran agamanya, sebagaimana diatur dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Mengenai hak asasi manusia, pada Pasal 28E ayat 1 UUD 1945 disebutkan bahwa setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali. Pada ayat (2) disebutkan: setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya. Sedangkan pada Pasal 28I ayat (2) disebutkan: setiap orang bebas dari perlakuan diskriminatif atas Dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. Berkaitan dengan kebebasan beragama, UUD 1945 Pasal 29 ayat (2) menyebutkan: negara menjamin Kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Untuk itu semua agama yang hidup dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dijamin dan dilindungi eksistensinya, tanpa membedakan apakah ia merupakan agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia, atau dianut oleh minoritas penduduk Indonesia. 20

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Berdasarkan Penetapan Presiden RI Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, dalam Penjelasan Pasal 1 alinea 1, 2 dan 3 disebutkan: Dengan kata-kata “Dimuka Umum” dimaksudkan apa yang diartikan dengan kata itu dalam Kitab Undangundang Hukum Pidana. Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk Indonesia ialah = Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Kong Tju (Confusius). Hal ini dapat dibuktikan dalam sejarah perkembangan agama-agama di Indonesia. Karena 6 macam agama ini adalah agama-agama yang dipeluk hampir seluruh penduduk Indonesia, maka kecuali mereka mendapat jaminan seperti yang diberikan oleh Pasal 29 ayat (2) UUD juga mereka mendapat bantuan-bantuan dan perlindungan seperti yang diberikan oleh Pasal ini. Ini tidak berarti bahwa agama-agama lain, misalnya: Yahudi, Zarazustrian, Shinto, Thaoism dilarang di Indonesia. Mereka mendapat jaminan penuh seperti yang diberikan oleh Pasal 29 ayat (2) dan mereka dibiarkan apa adanya, asal tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam peraturan ini atau peraturan perundangan lain. Dengan menggunakan penjelasan yang di muat dalam peraturan perundangan ini, maka agama diluar 6 agama yang banyak dipeluk penduduk Indonesia juga semua mendapat jaminan penuh termasuk agama Yahudi. Berdasarkan fakta bahwa agama Yahudi/Yudaisme merupakan salah satu dari banyak agama yang tumbuh dan berkembang di dunia internasional, dan juga di Indonesia.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

21

Studi mengenai eksistensi agama Yahudi/Yudaisme di Indonesia belum banyak dilakukan oleh para sarjana. Hal ini mungkin karena keberadaan pemeluknya belum banyak diketahui orang, dan belum ada kasus yang mencuat kepermukaan. Sepanjang penelusuran yang dilakukan belum ditemukan hasil penelitian dan buku yang berkaitan dengan keberadaan agama Yahudi di Indonesia, yang ada berupa tulisan dan berita ringkas yang terdapat didalam internet. Oleh karena itu Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, menganggap penting untuk melakukan penelitian tentang agama Yahudi dalam rangka menggali informasi yang lebih lengkap dari lapangan. Berdasarkan berbagai persoalan yang mengemuka di atas, maka Puslitbang Kehidupan Keagamaan pada tahun anggaran 2014 telah melakukan penelitian mengenai Eksistensi Agama Yahudi/Yudaisme di Manado. Adapun permasalahan pokok yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana eksistensi agama Yahudi di Manado. Adapun sub masalah dalam penelitian dilihat dari tiga aspek yaitu: Bagaimana keberadaan agama Yahudi di Manado, dilihat dari sejarah, pokok-pokok keyakinan, ajaran, kelompok pengikutnya, dan persebarannya di Sulawesi Utara; Bagaimana ringkas kebijakan negara dalam hal pemberian, pelayanan dan jaminan hak-hak sipil kepada pemeluk agama Yahudi sebagai warganegara; Bagaimana relasi sosial pengikut agama Yahudi/Yudaisme dengan masyarakat di sekitarnya. Sedangkan tujuan penelitian untuk: mengetahui sejarah, pokok-pokok keyakinan, ajaran, kelompok pengikut dan persebaran agama Yahudi/Yudaisme; mengetahui ringkas 22

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

kebijakan negara dalam pemenuhan hak-hak sipil dari pemeluk agama Yahudi/Yudaisme; mengetahui relasi sosial pemeluk agama Yahudi/Yudaisme dengan masyarakat di sekitarnya; Hasil penelitian yang berupa data dan informasi ini diharapkan dapat digunakan oleh Kementerian Agama RI, dalam merumuskan kebijakan yang terkait dengan pelayanan terhadap agama Yahudi. Juga terkait dengan upaya memberikan ruang bagi pengamalan agama Yahudi/Yudaisme dan pelayanan terhadap pemeluknya. Kementerian Dalam Negeri RI, hak-hak sipilnya termasuk pelayanan administrasi kependudukan, sehingga negara tetap dapat melindungi hakhak kewarganegaraan seluruh warga negara tanpa tekanan dan pertimbangan yang segregatif. Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap makna yang terkandung dalam judul penelitian maka perlu dibuat batasan oprasional konsep dalam kajian ini, seperti beberapa istilah berikut: Eksistensi

Secara etimologis, kata eksistensi berasal dari bahasa Latin existere, dari ex artinya keluar, dan sitere artinya membuat berdiri. Artinya apa yang ada, apa yang memiliki aktualitas, apa yang dialami. Konsep ini menekankan bahwa sesuatu itu ada. Dalam kamus Bahasa Indonesia, eksistensi berarti hal berada atau keberadaan. Arti ini memiliki tiga unsur utama. Eksistensi dalam artian yang khusus bukanlah hanya keberadaan kita yang sekarang ini, melainkan sebuah usaha yang menjadikan kita ada dan eksis. Eksistensi bukanlah Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

23

didapatkan dengan pasif, namun eksistensi diraih denga usaha positif. (Abdul Halim Wicaksono, Imtaq.com, catatanku, 23 Februari 2013). Suatu agama diangap eksis kalau dia mempunyai aktivitas, dan keberadaannya tidak dipermasalahkan oleh masyarakat maupun pemerintah (tidak mengalami hambatan). Pelayanan

Secara etimologis kata pelayanan berarti “usaha melayani kebutuhan orang lain”. Pelayanan pada dasarnya merupakan kegiatan yang ditawarkan kepada konsumen atau pelanggan yang dilayani yang bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki. Norman menyatakan karakteristik pelayanan sebagai berikut: (a) pelayanan bersifat tidak dapat diraba, (b) pelayanan pada kenyataannya terdiri dari tindakan nyata, (c) kegiatan produksi dan komsumsi dalam pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata. Pelayanan merupakan kegiatan utama pada orang yang bergerak di bidang jasa, baik itu orang yang bersifat komersial ataupun yang bersifat non komersial. Dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan antara pelayanan yang dilakukan oleh pihak swasta dengan apa yang dilaksanakan oleh pemerintah. Kegiatan pelayanan yang bersifat komersial melaksanakan kegiatan dengan berlandaskan mencari keuntungan, sedangkan pelayanan yang bersifat non komersial kegiatannya lebih tertuju pada pemberian layanan pada masyarakat (layanan publik atau umum) yang sifatnya tidak mencari keuntungan akan tetapi berorientasi pada pengabdian. Dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya 24

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di Pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Febri Galih:2012> eprint.uny.ac.id. Bab 2, Kajian Pustaka). Bentuk pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat dapat dibedakan dalam beberapa jenis pelayanan, yaitu: pelayanan administrasi, barang dan jasa. Pelayanan administrasi hasilnya berupa berbagai bentuk dokumen resmi yang diperlukan publik, seperti status kewarganegaraan dan kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumen tersebut diantaranya adalah: Kartu Tanda Penduduk (KTP), Akta Kelahiran, Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK), Surat Izin Mengemudi (SIM), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), sertifikat kepemilikan/penguasaan tanah, paspor dan sebagainya. (www.Annethira.com, Pengertian Pelayanan,htm, diunduh tanggal 28 Februari 2014). Pelayanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelayanan publik yang bersifat administrasi, yang diberikan oleh pemerintah terhadap penganut agama Yahudi/Yudaisme, yang berkaitan dengan KTP, akte kelahiran, akte perkawinan, dan pendidikan keagamaan. Agama Menurut Antropolog dan Sosiolog terdapat beberapa definisi tentang agama. Menurut EB Tylor (1832–1917), agama adalah kepercayaan terhadap wujud spiritual (a belief in spiritual being). Agama digambarkan sebagai kepercayaan

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

25

kepada adanya ruh ghaib yang berpikir, bertindak dan merasakan sama dengan manusia. Lucien Levy-Bruhl (1857–1945) agama adalah pandangan dan jalan hidup masyarakat primitif. Agama sebagaimana halnya magik, menurutnya tidak logis dan tidak rasional, sehingga tidak akan pernah mampu mengantarkan kehidupan kepada kemajuan. Kelompok ini berpandangan positivisme yang anti agama wahyu. Agama bangsa primitif dinilai primitif dan tidak logis oleh masyarakat modern. Berkaitan dengan agama James George Frazer (18541941) mengatakan yang dimaksud dengan agama adalah ketergantungan atau kepercayaan kepada kekuatan supernatural. Agama menekankan bahwa gejala alam dikuasai oleh kekuatan supernatural. Karena itu prilaku orang beragama adalah berdoa, memohon belas kasihan, berharap dengan sepenuh hati, kepada kekuatan supernatural itu. Sedangkan agama menurut Radcliffe Brown (1881–1955) adalah ekspresi dalam satu atau lain bentuk tentang kesadaran terhadap ketergantungan kepada suatu kekuatan diluar diri kita yang dapat dinamakan dengan kekuatan spiritual atau moral. Menurut Clifford Geertz agama adalah : “(1) sebuah sistem simbol yang berlaku untuk (2) menetapkan Suasana hati dan motivasi-motivasi yang kuat, yang meresap, dan yang tahan lama dalam diri manusia dengan (3) merumuskan konsep-konsep mengenai suatu tatanan umum eksistensi dan (4) membungkus konsep-konsep ini dengan semacam pancaran faktualitas, sehingga (5) Suasana hati dan motivasimotivasi itu tampak khas dan realistik”. (Geertz 2003:5)

26

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Sedangkan pendapat para sosiolog tentang agama dapat dikemukakan sebagai berikut: (a) Emile Durkheim (1885–1917) mengemukakan esensi agama sebagai kehendak masyarakat itu sendiri. Karena itu agama agama adalah ciptaan masyarakat, bahkan yang dipercayai sebagai Tuhan sebenarnya adalah masyarakat itu sendiri. (b) Sigmund Freud (1856–1939) mengatakan agama adalah ilusi manusia di satu segi dan dari segi lain agama juga berfungsi untuk menimbulkan berbagai penyakit jiwa akibat banyak keinginan bawah sadar manusia yang dilarang oleh agama. (c) Karl Mark (1818–1883) lebih parah lagi, mengatakan bahwa agama sebagai alat bagi kelas borjuis untuk memeras kelas proletar (Bustanuddin: 2006, hal 119–144). Dari uraian diatas nampak adanya keragaman tentang definisi agama, ada yang bersifat positif, ada pula yang bersifat negatif. Tetapi untuk kepentingan penelitian ini maka agama yang dimaksud adalah: “sistem keyakinan yang dianut dan diwujudkan dalam tindakan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasikan dan memberi respon terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai sesuatu yang suci dan ghaib”. (Abdurrahman Mas’ud, 2009). Adapun agama yang menjadi sasaran dalam penelitian ini dibatasi pada agama Yahudi/Yudaisme. Keberadaan pengikut agama Yahudi/Yudaisme dapat dilihat sebagai subaltern. Konsep subaltern dalam kajian post kolonial disebut sebuah komunitas yang hadir di ruang publik tapi tidak pernah diakui. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Rajanit Guha, sejarawan India yang menolak sejarah India dihistorisasi dengan gaya kolonial dan mengeluarkan peran masyarakat kelas bawah India. Padahal, mereka komunitas terbesar dari sejarah itu. Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

27

Konsep ini kemudian diperluas oleh seorang feminis post kolonial, Gayatri C Spivak, dalam tulisannnya Can Subaltern Speaks: Speculation on Widow Sacrifice (1985), yang memasukkan para janda miskin dalam kasta Hindu India sebagai subaltern. Dalam tradisi India kelas menengah bawah, para janda dianggap memiliki sikap mulia jika bunuh diri dan mengikuti kematian suaminya daripada hidup dengan terus menanggung derita. Dalam perspektif postkolonial, subaltern dianggap komunitas yang eksis di ruang publik, tetapi bukan saja tidak diperhatikan, tapi juga tidak pernah dianggap penting. Level sosial politik mereka dijebloskan didasar terendah, menyebabkan suara mereka tidak pernah terdengar. Akhirnya, tidak ada mulut yang menyuarakan kepentingan mereka dan tidak ada telinga yang sudi mendengarkan. Dalam konteks agama Yahudi/Yudaisme, hal ini terjadi karena subaltern dipandang sebagai kelompok yang dianggap sebagai bukan agama atau agama yang belum diakui oleh pemerintah. Cara pandang seperti ini merupakan upaya untuk mendeligitimasi eksistensi agama-agama ini, sehingga mereka tidak dilayani. Persoalannya adalah bagaimana posisi individu dan komunitas pengikut agama Yahudi/Yudaisme dalam statusnya sebagai warga negara diperlakukan. Hal ini terkait dengan kebijakan sebuah negara mengenai status kewarganegaraan masyarakatnya. Setiap negara mempunyai metode dan pendekatan yang berbeda dalam mengelola keragaman budaya dan etnis. Dalam kaitan ini, Hikmat Budiman (2005) menyebutkan sejumlah tipologi pendekatan yang sudah banyak dilakukan sejumlah negara. Pertama, pendekatan yang didasarkan pada prinsip nasionalitas ius solis dan civic concept of citizenship. Pendekatan ini 28

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

mengesampingkan pengakuan atas keberadaan suku bahasa atau agama minoritas dalam sebuah negara. Kebijakan ini dilakukan dengan melakukan pemisahan yang ketat antara ruang privat dan publik. Negara yang memberlakukan kebijakan demikian adalah Prancis. Konkretnya, warga Prancis, apapun latar belakang etnis, agama ras dan sebagainya, dilindungi secara individual semata karena warga negara, tapi tidak secara kolektif sebagai kelompok minoritas. Konstitusi Perancis juga tidak pernah merujuk soal identitas kultural. Kedua, kebijakan yang dilandasi prinsip nasionalitas ius sanguinis, kewarganegaraan berdasar darah atau asal-usul etnis. Kalau kita lahir dalam negara yang mengikuti prinsip ini, tapi kita tidak memiliki asal-usul etnis yang sama dengan etnis pendiri negara atau pemilik negara tersebut, maka kita tidak akan bisa menjadi warga negara sepenuhnya. Sebaliknya, meskipun kita tinggal di negeri lain, lahir dan menggunakan bahasa lain, tidak menguasai bahasa negara tersebut, tapi kita memiliki asal-usul etnis yang sama dengan pendiri negara tersebut, maka kapanpun kita bisa mengajukan permohonan sebagai warga negara. Jepang dan Jerman adalah dua negara yang hingga kini memberlakukan prinsip tersebut. Ketiga, kebijakan yang didasarkan pada model multikulturalisme. Berbeda dengan Prancis yang meletakkan kebijakan publiknya pada satuan individual, model kebijakan multikulturalisme justru mengakui hak warganya dalam status kolektif dalam kelompok-kelompok etnis. Dengan kata lain, kebijakan ini menggeser penekanan hak semata-mata pada level individual, menjadi bagian dari kolektivitas, sehingga identitas atau asal-usul kultural warga tidak diabaikan. Umumnya kebijakan demikian diambil oleh Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

29

negara-negara yang menghadapi masalah populasi penduduk asli (indegenious people) atau imigran yang datang dari berbagai negara. Dalam kaitan dengan komunitas penganut agama diluar agama yang enam (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu), perspektif multikulturalisme lebih menjanjikan untuk melihat dan memperlakukan komunitas penganut agama di luar agama yang enam secara adil. Bikhu Parekh (1999), proponen teori multikulturalisme, memberi tiga kerangka dasar untuk menjadikan multikulturalisme sebagai perspektif dalam melihat kehidupan manusia. Pertama, manusia senantiasa terikat secara kultural (culturally embedded) yang mempengaruhi sistem pemaknaan dan tingkah laku. Tapi ini tidak berarti manusia sepenuhnya terbelenggu dan tidak bisa mengembangkan pemikiran kritis, mengevaluasi nilai dan sistem makna. Kedua, budaya yang berbeda merepresentasi sistem makna dan visi kehidupan yang baik, yang berlainan. Karena masing-masing menyadari keterbatasannya untuk menangkap totalitas eksistensi manusia, maka ia membutuhkan budaya-budaya lain yang membantu untuk memahami diri dan lingkungannya secara lebih baik. Ketiga, setiap budaya (dan sistem keyakinannya) secara internal bersifat plural, dan merefleksikan dialog yang kontinum diantara tradisi dan pemikiran yang berbeda. Karena itu, identitas budaya pada dasarnya plural, cair dan terbuka. Setiap budaya membawa bagian-bagian dari budaya lain di dalam dirinya dan tidak pernah benar-benar suigeneris. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, dimana peneliti menggali informasi sedalam-dalamnya, karena belum banyak informasi yang dimilik tentang keberadaan agama tersebut. Dalam menggambarkan realitas sosial, penelitian ini 30

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

bersifat deskriptif analitik, sehingga data yang dipaparkan betul-betul merupakan serangkaian fenomena dan kenyataan yang memiliki hubungan langsung dengan keberadaan agama Yahudi/Yudaisme. Pengumpulan data dilakukan melalui tiga cara yaitu: (a) kajian pustaka dengan mempelajari beberapa dokumen dan literaratur yang terkait dengan agama Yahudi/Yudaisme; (b) wawancara mendalam dengan pimpinan agama, penganut agama Yahudi/Yudaisme, Kanwil Kementerian Agama, pemerintah daerah, dan masyarakat sekitar tempat ibadah; (c) observasi lapangan, terutama meninjau tempat ibadah dan pelaksanaan ibadah agama Yahudi. Dalam penelitian ini yang menjadi sasaran penelitian adalah agama Yahudi/Yudaisme di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Dipilihnya daerah tersebut sebagai sasaran penelitian dengan pertimbangan: (a) terdapat penganutnya di daerah tersebut; (b) agama Yahudi dapat hidup di daerah Manado; dan (c) mempunyai dinamika yang diliput oleh beberapa media massa. Sejarah Agama Yahudi di Manado

Menurut Yacoov Baruch keturunan Yahudi datang ke Indonesia sebelum Perang Dunia II. Rombongan yang datang ke Indonesia dari Belanda pada tahun 1800-1930 merupakan keturunan Yahudi dari Belanda, Polandia, Portugis, Jerman dan Belgia (pegawai dan tentara) dan dari Irak (pedagang dan pengusaha). Sesama penganut Yahudi yang datang ke Manado biasanya saling mengenal, karena datangnya secara rombongan.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

31

Secara etnis sebagian besar penganut Yahudi masih mempunyai keturunan darah Yahudi. Para etnis Yahudi tersebut beradaptasi dengan masyarakat Minahasa menikah dan berketurunan. Mereka ada yang memeluk agama lain seperti Islam dan Kristen. Jumlah orang Yahudi di Indonesia sebelum Perang Dunia II (PD II) lebih kurang 2.000 orang, namun setelah PD II banyak yang pulang ke Belanda, dan bermigrasi menuju Amerika Serikat, Australia, dan Israel. Sebagai bukti adanya pemeluk agama Yahudi di Indonesia di Surabaya terdapat bangunan Sinagog yang didirikan oleh penganut agama Yahudi keturunan Irak, namun sayangnya Sinagog tersebut sekarang sudah dirubuhkan rata dengan tanah. Penggusuran Sinagog di Surabaya bukan karena ada permasalahan dengan masyarakat atau ada larangan dari pemerintah daerah, namun murni terkait dengan kepemilikan tanah yang telah dijual oleh pihak keluarga (pembagian waris). Di Kota Manado pernah juga ada bangunan Sinagog yang terletak di Jl. Garuda, tetapi dihancurkan oleh Jepang pada waktu PD II. Bukti keberadaan orang Yahudi di Indonesia antara lain adalah pemakaman di Jl. Otista, di Mangga Dua, Petamburan ada 8 makam orang Yahudi, dan di Pemakaman Karet, semua di Jakarta. Demikian juga di daerah-daerah yang masih terdapat pemakaman warga Belanda bisa di jadikan bukti bahwa para penganut Yahudi pernah tinggal dan tersebar di Indonesia. Keturunan Yahudi yang berasal dari Spanyol dan Portugis masuk ke Talaud dan Manado pada tahun 1514M, melalui Maluku/Ternate, Timor dan Manado Tua. Yahudi Portugis datang ke Maluku, Manado dan Talaud pada saat itu sebagai awak kapal Espedisi Dagang Vasco Da Gama, yang 32

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

sebenarnya sedang membantu orang Yahudi Portugis untuk keluar dari Spayol akibat inkuisisi, agar mereka mendapatkan tempat baru. Kemudian Belanda (VOC) mengambil alih wilayah dagang tersebut dan menetap disana dan kemudian kawin campur dengan penduduk lokal. Diperkirakan 80% anggota VOC adalah keturunan Yahudi. Secara politis mereka harus memeluk agama Katolik dan Krsiten, sampai Pemerintah Belanda memberikan ijin praktek Judaism pada abad 1800-1900. (Wawancara dengan Benjamin Meijer-Pemimpin UIJC, 29 Nov 2014) Bukti lain di Talaud adalah kuburan di dalam Goa yang penuh tulang belulang terletak di Desa Niampak dan Narohan, Kec. Beo, Kab. Talaud. Tengkorak tersebut dilihat dari postur tubuhnya tinggi-besar dimana tengkorak kepala mirip orang Yahudi, dimana sekarang tengkorak dan tulang belulang tersebut sering dipamerkan oleh Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Talaud (selesai pameran tengkorak dikembalikan ke Goa). Bukti sejarah sampai sekarang juga bisa dilihat atas penggunaan nama-nama fam masyarakat Sangihe Talaud, seperti: Love menjadi Loope, Lumire, Willehima, Masone dan Sarah. (Wawancara dengan Yobbi Ensel, 11 Oktober 2014) Komunitas Yahudi di Manado

Penganut Yahudi di Manado bisa dikelompokan menjadi 2, yaitu: pertama, Yahudi aliran Orthodox yang dipimpin oleh Yacoov Baruch, yaitu pelaksanaan ajarannya sangat ketat mengikuti ajaran yang berlaku tanpa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi. Sebagai contoh, pelaksananaan tempat ibadah hari Sabat tidak boleh lebih dari 30 mil dari Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

33

tempat tinggal (atau tidak boleh melakukan perjalanan lebih dari 30 mil) atau tidak boleh melewati batas kota. Hari Sabat prinsipnya tidak boleh melakukan sejumlah pekerjaan, termasuk memasak dan segala keperluan untuk Sabat dilaksanakan pada hari Jumat (18 menit sebelum matahari terbenam adalah saat terakhir untuk menyalakan lilin sebagai pertanda dibukanya Sabat). Penganut agama Yahudi Orthodok di bawah bimbingan Yaacov Baruch di Indonesia saat ini berjumlah sebanyak 30 orang yang berdarah ibu Yahudi. Umatnya tersebar di Jakarta, Surabaya dan Manado (7-8 orang), dari beberapa daerah datang ke Sinagog Beth Hasem di Minahasa. Komunitas Yahudi di Manado secara umum belum membentuk suatu organisasi/lembaga keagamaan yang mapan, selain suatu Yayasan, yang mengelola Sinagog Beth Hasem di Kab. Minahasa. Kedua, komunitas Yahudi gabungan aliran Orthodox dan Liberal (aliran Liberal terdiri dari tiga aliran, yaitu Conservative, Reform dan Recontructionist) yang tergabung dalam wadah The United Indonesia Jewish Community/UIJC). Komunitas di Manado melaksanakan ibadah hari Sabat di rumah salah satu anggota dan masih menabung untuk dapat memiliki rumah ibadah sendiri. Pemeluk agama Yahudi yang tergabung di bawah payung UIJC tidak hanya keturunan darah/DNA, melalui ibu atau ayah, bukan keturunan darahpun bisa bergabung dengan syarat mereka melaksanakan pembelajaran selama beberapa tahun kemudian melakukan konversi serta menerapkan semua ajaran Yudaisme. UIJC menganut kebebasan beribadah atau ketaatan disesuaikan dengan situasi dan kondisi (kemapuan) dan pemahaman masing-masing umat, karena 34

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

masih dalam tahap penjangkauan dan paguyuban keturunan Yahudi yang baru meninggalkan agama dan ibadah lamanya dan masih dalam proses belajar. (Wawancara dengan Yobbi Ensel, 10 Oktober 2014 dan Benjamin Meijer-Pemimpin UIJC, 29 November 2014) Pada awalnya tahun 2001-2003 umat Yahudi di Kota Manado melaksanaan ibadah secara bersama-sama di rumah keluarga Bollegraaf Jl. Garuda, Kota Manado. Namun kemudian terjadi perbedaan tujuan, sehingga terbagi menjadi dua kelompok dan hanya berkomunikasi jika ada sesuatu hal yang perlu dibicarakan bersama. Dua kelompok tersebut melaksanakan ibadahnya masing-masing, yang pertama di Sinagog Beth Hasem (rumah Tuhan), Kelurahan Watu Lambot, Kecamatan Tondano Barat, Kabupaten Minahasa di bawah bimbingan Yaacov Baruch dan yang kedua di rumah Yobbi Ensel Jl. 14 Februari 14 Lingkungan II Teling Atas, Kota Manado. Ibadah hari Sabat di rumah Yobbi Ensel di Jl. 14 Februari 14 Lingkungan II Teling Atas, Kota Manado, dilaksanakan setiap hari Sabtu antara pukul 10.00-11.00 WITA. Kelompok jamaah yang biasa melaksanakan ibadah tidak seluruhnya bisa hadir, anggota jamaahnya terdiri dari dewasa 17 orang (laki-laki 9 orang dan perempuan 8 orang) dan anakanak sebanyak 5 orang. Selain itu masih ada kelompok lain yang melaksanakan peribadatannya sendiri. Adanya berbagai kelompok ini karena tidak terakomodirnya terkait beberapa hal yang secara prinsip berbeda, sehingga akhirnya membuat komunitas sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan masingmasing. Menurut Yacoov Baruch sebagai sesama penganut Yahudi di Manado, masing–masing pihak harus duduk Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

35

bersama bersama untuk tujuan bersama yang luhur tanpa perlu ada perselisihan. Masing-masing komunitas perlu membuka hati, untuk berkomunikasi, dan Kanwil Kemenag Prov. Sulut dan Badan Litbang dan Diklat dapat melakukan fasilitasi/mediasi untuk hal ini sekaligus melakukan pembinaan. Gambar 1: Yacoov Baruch Ketua Yayasan Pengelola Sinagog Beth Hasem

Pembangunan Sinagog dilakukan pada tahun 2004 yang asalnya merupakan rumah dari keluarga Yacoov Baruch dibeli oleh J.P Van Der Stoop, warga negara Belanda. Bangunan rumah direnovasi menjadi bangunan Sinagog, luas tanah 400m2 dan luas bangunan 70m2. Kondisi bangunan Sinagog pada tahun 2009 sudah mulai rusak, karena pada tahun 2010 akan ada event internasional Asia Pacific Conference on Health Law di Manado, maka Sinagog direnovasi dengan anggaran dibantu oleh Pemda. Dimana pembangunan atap oleh Pemprov Sulut dan Pemkab Minahasa membantu bagian interior, halaman dengan batu paving, serta pagar.

36

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Pengelolaan Sinagog Beth Hasem (rumah Tuhan) oleh suatu Yayasan yang berdiri tahun 2004, dengan alamat Kelurahan Watu Lambot, Kecamatan Tondano Barat, Kabupaten Minahasa. Ketua Yayasan adalah Yacoov Baruch, sedangkan sekretaris dan bendahara adalah orang dari luar Manado. Rumah ibadat umat Yahudi dalam bahasa Yunani “Sinagogue” dan dalam bahasa Ibrani “Bet Knesset”, yang artinya merupakan tempat berkumpul dan dan belajar orang Yahudi. Gambar 2: Sinagog Beth Hasem Kelurahan Watu Lambot, Kecamatan Tondano Barat, Kabupaten Minahasa

Menurut, Reginald Tanalisan (mantan anggota DPRD Prov. Maluku Utara), pelaksanaan konversi di Manado telah dilakukan pada tanggal 28 Januari 2014. Dimana basis agama Yahudi adalah keluarga, namun penerimaan kepercayaan maupun keputusan untuk konversi haruslah secara individual. Ketaatan beragama standar tradisional tertinggi di Manado adalah Yahudi yang Orthodok, namun ada afiliasi dengan Yahudi Liberal (Conservative an Reform).

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

37

Menurut Yobbi Ensel sejak tanggal 28 Oktober 2010, di Indonesia sudah berdiri forum komunitas orang Yahudi dalam wadah United Indonesian Jewish Community (UIJC), dengan Ketua Benjamin Meijer Verbrugge/Pengusaha Kopi dan Wakil Ketua Yokhanan Elias. Menurut Ketua UIJC Benjamin Meijer, UIJC saat ini membantu lebih dari 500 keturunan Yahudi Indonesia yang mau kembali kepada iman Yahudi, berdasar kitab Suci Taurat. Saat ini keanggotannya sudah mendekati sebanyak 300 orang yang tersebar di 11 kehilot (kelompok/komunitas) di seluruh Indonesia yang telah mempraktekkan Judaism secara murni di bawah beberapa rabbimentor. UIJC sebagai wadah masih dalam bentuk forum/paguyuban dan belum berbadan hukum, sehingga belum memiliki AD/ART, dimana kepengurusannya berdasar penunjukkan oleh anggota. Benjamin Meijer, sebagai seseorang dari keluarga Yahudi Jerman dan Belgia. Benjamin ditunjuk oleh anggota UIJC yang tersebar di seluruh Indonesia, karena dianggap mempunyai kemampuan berbahasa Inggris dengan baik dan sebagai pemimpin perusahaan kopi imternasional. Benjamin juga memiliki hubungan internasional dengan beberapa rabbimentor, badan emisari Yahudi dari aliran Orthodok, maupun beberapa cabang aliran Yudaisme. Dengan jaringan yang dimilikinya, Benjamin dapat melakukan lobi kepada berbagai pihak untuk membantu, membantu dan mengsupervisi komunitas Yahudi Indonesia. (Wawancara dengan Yobbi Ensel, 10 Oktober 2014 dan Benjamin Meijer, 29 November 2014)

38

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Gambar 3: Peneliti dengan Benjamin Meijer Verbrugge Ketua United Indonesian Jewish Community (UIJC)

Berikut ini adalah Jumlah Kehilot/Kelompok Jemaah UIJC dan jumlah anggota yang aktif beribadah yang tersebar di seluruh Indonesia, baik yang sudah konversi maupun yang belum (diluar kelompok Surabaya, Medan, Bandung/Cirebon): Tabel 1: KEHILOT BRIT BERACHA INDONESIA

NO

NAMA

3

BBI BEIT TEFILA BB INDONESI A BB MAGELAN G

4

BBI TELING

1

2

5 6

BB BEIT YSRAEL BB AMBOINA

M ADULTS

F ADULTS

CHILD REN

SUB TOTAL

LAMPUNG SOUTH SUMATRA

5

2

4

11

JAKARTA

10

10

10

30

5

3

1

9

8

6

2

16

6

9

3

18

3

10

1

14

LOCATION

MAGELANG, CENTRAL JAVA MENADO, NORTH SULAWESI MENADO, NORTH SULAWESI AMBON, MALUKU

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

39

7

8

9 10 11

12

BB MAHANAI M BB HAMAQO M BB HAMAQO M BB YEHUDA BB EBEN HAEZER BB MANOKW ARI

TIMIKA, PAPUA

16

20

12

48

TIMIKA, PAPUA

6

5

14

25

14

22

35

71

5

4

4

13

2

1

1

4

1

1

81

93

JAYAPURA, PAPUA BONGGO SARMI, PAPUA BONGGO SARMI, PAPUA MANOKWARI, PAPUA

Total

2 87

261

Sumber: UIJC

Pokok-pokok Ajaran Agama Yahudi

Kitab suci agama Yahudi adalah Tanakh. Tanakh terdiri dari 3 (tiga) bagian, yaitu: pertama, Torah/Taurat (tertulis), yaitu lima kitab berisi perintah Tuhan yang diterima oleh Nabi Musa yang diyakini juga oleh umat Krsitiani; kedua, Kitab Nevi’im (kitab para nabi), dan ketiga adalah Kitab Ketuvim (kitab tulisan-tulisan lain/syair) yang berisi tulisan-tulisan kebijaksanaan maupun puji-pujian bagi Tuhan. Selain itu, agama Yahudi juga memegang Kitab Talmud, atau disebut juga dengan Torah/Taurat Lisan, yang merupakan kompilasi penjelasan berikut pelaksanaan Taurat Tertulis. Inti yang hendak disampaikan oleh 613 perintahperintah yang terkandung dalam Kitab Torah adalah agar umat Yahudi menjaga kekudusan dirinya, melalui berbagai tindakan sehari-hari (konsepnya adalah memisahkan antara yang kudus dengan yang tidak kudus). Oleh karena itu

40

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

banyak larangannya yang terkait dengan pencampuran dua hal yang berbeda. Beberapa contoh perintah yang tertuang dalam Kitab Suci Torah, sehubungan dengan pemisahan ini antara lain adalah pakaian/baju tidak boleh terdiri dari 2 jenis bahan (antara bahan hidup dengan bahan mati). Dalam bercocok tanam dalam lahan yang sama tidak boleh ditanam 2 bibit/tanaman yang berbeda. Perintah-perintah lain yang mengatur hubungan antar manusia, antara lain adalah larangan menerapkan bunga terhadap pinjaman (prakteknya seperti Bank Syariah). Tidak tertinggal adalah perintah yang mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya, yaitu sembahyang dilakukan setiap hari sebanyak 3 kali (pagi, siang dan petang). Penetapan hari-hari raya dan melakukan perjalanan ke tanah suci Israel sebanyak 3 kali dalam 1 tahun pada hari raya yang telah ditentukan bagi yang mampu. Menurut Yobbi Ensel, ada 3 kelompok aturan yang harus ditaati bagi penganut agama Yahudi, yaitu: pertama, Peraturan: diantaranya kapan waktu melaksanakan ibadah; kedua, Hukum: antara lain tata cara mengadili dan menghakimi; ketiga, Ketetapan: contohnya penetapan tentang makanan yang kosher (boleh dimakan) dan yang tidak kosher (yang persyaratannya berbeda dan lebih banyak daripada peraturan tentang halal/haram); peraturan pembuatan tallit gadol yang benangnya harus berwarna putih kebiruan (khusus dibuat di Israel). Hukum makanan dalam agama Yahudi ada 3 hal (darat, air dan udara), yaitu: pertama, Berdasarkan jenisnya ada dalam Kitab Imamat bab 11 ayat 1-46, yang melarang Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

41

konsumsi hewan yang tidak berkuku belah dan memamah biak (kelinci, anjing, musang, bahkan termasuk babi walaupun berkuku belah namun tidak memamah biak). Kedua, ikan yang diperbolehkan adalah ikan yang bersisik dan bersirip (emas, kakap, bawal), yang dilarang mahkluk lainnya yang tidak bersisik dan bersirip (udang, belut, lele, cumi), karena merupakan mahluk air. Ketiga, burung yang dilarang adalah burung pemangsa (elang, rajawali, layang-layang, undak, kelelawar), yang diperbolehkan adalah burung yang bukan pemangsa seperti ayam, bebek, merpati dan puyuh. Torah memberikan garis besar peraturan, sementara Talmud mengatur secara lebih rinci penerapan ketaatan terhadap peraturan tersebut. Misalnya, Talmud menentukan apa definisi “kosher” bagi anggur/wine, dan konsumsinya yang terbatas demi menjaga integritas kehendak bebas (free will). Kitab dalam agama Yahudi juga dilengkapi dengan: Kabalah/kitab mistik terdiri dari 3 kitab, yaitu: Zohar (hubungan manusia dengan Tuhan), Yetsifa (tentang penciptaan) dan Bahir (mukzijat yang terjadi secara mistik). Kitab ini berupaya menyingkapkan rahasia-rahasia mistis dari konsep-konsep dalam Tanakh, misalnya konsep pasangan jiwa. Konsep ini berkata bahwa awal mulanya adalah satu jiwa yang dibelah dua kemudian masing-masing belahan tersebut “dilahirkan” secara terpisah dalam seorang laki-laki dan seorang perempuan. Dalam menjalani hidup, kedua belahan jiwa tersebut berjuang untuk saling menemukan, dan berhasil tidaknya perjuangan mereka untuk bertemu tergantung pada kebaikan/perbuatan baik mereka (dalam Islam dikenal dengan “pahala”). dan

Agama Yahudi adalah agama berbasis rumah/keluarga bukanlah agama misi. Sebagiamana diungkapkan

42

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

sebelumnya, ibadah dilaksanakan pada setiap hari Sabat (yang jatuh pada hari Sabtu), dan apabila anggota tidak bisa datang ke Sinagog bisa melaksanakan ibadah di rumah masingmasing. Agama Yahudi diturunkan secara matrilineal (dari pihak ibu), yang artinya apabila seorang perempuan menganut agama Yahudi dan melahirkan seorang anak, maka secara otomatis anaknya tersebut menganut agama Yahudi. Namun bagi yang bukan keturunan darah juga diperbolehkan menjadi penganut agama Yahudi, tergantung kepada panggilan spiritual mereka masing-masing. Proses untuk menjadi penganut Yahudi bagi yang diluar keturunan memerlukan waktu lama (bertahun-tahun), karena sesungguhnya bukan merupakan hal yang lumrah. Secara sejarah Al kitab, ada beberapa tokoh Al kitab yang bukan keturunan Yahudi namun memilih untuk memeluk agama Yahudi, dan yang pertama melakukannya adalah Ruth yang juga menikahi seorang Yahudi. Keturunan Ruth menghasilkan Raja Daud yang memerintah di Kerajaan Yehuda selama 8 tahun (1010-1002 SM) dan Kerajaan Israel selama 32 tahun (1002-970 SM). Menurut Yacoov Baruch, untuk menjadi penganut agama Yahudi membutuhkan waktu yang lama. Ketika orang mau masuk agama Yahudi, tidak akan langsung diterima, harus ditolak dulu sebanyak tiga kali dan secara tradisi penolakan ini mengimitasi tiga kali penolakan kepada Ruth oleh mertuanya, ketika menyatakan keinginan untuk mengikuti ajaran Yahudi. Tujuan penolakan adalah untuk melihat motivasi dan kesungguhan hati dari orang tersebut. Setelah dilakukan penolakan pertama dan kedua tidak boleh hari lusa langsung mengajukan lagi, prosesnya harus diuji oleh Rabbi/lembaga yang resmi. Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

43

Seringkali proses konversi dipersulit untuk menguji keseriusan orang tersebut untuk memeluk agama Yahudi. Karena tidak lazim didunia ini ada orang ingin menjadi penganut Yahudi, kalau bukan keturunan darah (sangat berat menjadi penganut Yahudi, mengingat banyaknya sentimen anti-Yahudi di dunia). Konversi masuk agama Yahudi bisa melalui lembaga/rabbi yang ada di Israel, maupun lembaga yang diakui dan ditunjuk yang berada antara lain di Amerika Serikat, Australia dan Singapura, dan belum bisa dilakukan oleh rabbi di Indonesia karena belum ada yang memenuhi kualifikasi. Prosesi terakhir orang untuk masuk menganut agama Yahudi sesudah menjalani proses belajar adalah yang laki-laki harus disunat (khitan) dan setiap orang menyelamkan diri (baptis) ke dalam air hidup/mengalir misalnya di sungai atau laut. Pokok-pokok yang diyakini umat Yahudi ada 3, yaitu: pertama, Tuhan itu ada, yaitu Tuhan Yang Maha Esa (tauhid) tidak beranak dan tidak diperanakkan (oleh orang Kristiani ditafsirkan sebagai Yesus); kedua, percaya kepada Musa sebagai utusan Tuhan; dan ketiga, percaya akan datangnya yang diurapi/Mesias (utusan Tuhan). Prinsip keimanan/keyakinan agama Yahudi sebanyak 13 (tiga belas), sebagaimana yang dirumuskan oleh Maimonedes, yaitu: (1) meyakini keberadaan sang pencipta/kausa prima; (2) percaya kepada satu Tuhan Yang Maha Esa; (3) Tuhan tidak memilki bentuk fisik; (4) Tuhan kekal; (5) setiap doa hanya boleh ditujukan kepada Tuhan; (6) setiap perkataan para nabi adalah benar; (7) nubuat/perkataan Nabi Musa adalah benar dan Nabi Musa adalah nabi yang terbesar; (8) Torah yang tertulis dan lisan diberikan kepada 44

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Musa; (9) kelak tidak akan ada lagi Torah lain; (10) Tuhan mengetahui segala pikiran dan perbuatan manusia; (11) Tuhan akan membalas perbuatan baik dengan kebaikan dan kejahatan dengan hukuman; (12) Mesias akan datang ke bumi; (13) Orang yang sudah mati akan dibangkitkan.(Wawancara dengan Yaacov Baruch, 9 Oktober 2014) Upacara Ritual

Upacara yang berkaitan dengan siklus kehidupan menurut pemeluk agama Yahudi, pertama, kelahiran: bagi lakilaki dilakukan sunat/khitan; kedua, pernikahan, dan ketiga adalah pelayanan bagi kematian. Yobbi Ensel sendiri yang memperoleh gelar pemimpin spiritual sudah menikahkan sebanyak tiga orang dengan prosesi secara Yahudi. Namun untuk memperoleh surat resmi dari Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Menado, pasangan yang dinikahkan diberikan surat nikah yang dikeluarkan oleh Gereja atas bantuan seorang pendeta yang bersimpati kepada komunitas Yahudi di Manado. Pernikahan dilakukan melaui dua proses yaitu kidusin/pertunangan dan lisuin/nikah penuh, namun kedua proses tersebut biasanya dijadikan dalam satu paket. Prosesi kidusin adalah memasukan cincin ke telunjuk kanan calon istri (sebagai tanda sudah diperoleh dengan resmi). Dalam prosesi lisuin kedua mempelai berdiri dibawah kain jubah yang dibuat seperti kanopi. Pemimpin jemaat menguduskan dengan membaca berkat dan setelah itu diberi minuman anggur/wine7 berkat dari pemimpin jemaat dan para tetua (sheva brakha), dimana korumnya yang disaksikan oleh 10 orang dewasa laki-laki dan perempuan. Setelah itu dibacakan Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

45

ketuba (kontrak nikah) yang nantinya sebagai syarat yang harus dilampirkan ke Dinas Dukcapil, untuk pencatatan perkawinan. Ketiga, ketika Yonatan Hati ayah dari Yobbi Ensel meninggal pada tanggal 2 Mei 2011 pemakaman dilakukan dengan prosesi secara Yahudi. Setelah seseorang meninggal, jenazahnya harus segera dimakamkan pada hari itu, tidak boleh menunda pemakaman (supaya rohnya cepat kembali). Selain hari Sabat yang merupakan hari raya terpenting setiap minggunya, hari raya besar dalam agama Yahudi Berdasarkan penanggalan Ibrani adalah sebagai berikut: a. Rosh Hashanah, yaitu tahun baru Yahudi, yang memperingati hari penciptaan Adam (yaitu hari ke-6 dalam kisah penciptaan) dan menjadi patokan perhitungan penanggalan tahun Yahudi (tahun ini memasuki tahun 5775); b. Yom Kippur, yaitu hari pendamaian dan merupakan hari puasa mulai dari petang hari sampai petang hari berikutnya. Pada hari ini tidak diperkenankan melakukan kerja, dan semata-mata fokus untuk mendamaikan diri dengan sesama dan Tuhan; c. Sukkot, yaitu hari raya panen musim gugur selama 7 hari yang merayakan berkat Tuhan yang berkelanjutan. Salah satu perayaannya adalah dengan tinggal di pondok/kemah sementara beratapkan daun untuk memperingati masa di mana Tuhan menjadi satu-satunya sumber perlindungan dan penghidupan bagi bangsa Yahudi selama berkelana di gurun sesudah keluar dari Mesir; d. Pesakh, yang dilanjutkan dengan hari raya roti tidak beragi (hari raya selama 7 hari) untuk memperingati keluarnya 46

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

bangsa Yahudi dari Mesir. Hari raya ini tidak ada hubungannya dengan hari raya dalam agama Kristen yang disebut dengan hari Paskah yang merayakan bangkitnya Yesus dari kematian; e. Shavuot, yaitu merayakan panen musim semi dan turunnya Torah kepada Nabi Musa di Gunung Sinai. Dua hari raya lain untuk memperingati kejadian bersejarah, yaitu: (1) Hari Raya Purim yang didahului oleh puasa selama satu hari sebelum hari raya. Hari ini merupakan peringatan atas kejadian yang diceritakan dalam Kitab Esther; (2) Hari Raya Hannukah, hari raya selama 8 hari yang memperingati pentahbisan atau pengudusan ulang Bait Suci. Praktek beribadah pada hari Sabat adalah sebagai berikut: a. Jamaah laki-laki semua menggunakan baju putih dan celana hitam semua memakai atribut Yahudi dan menutup kepala (kippah atau kopyah/topi), bagi wanita yang sudah menikah menutup rambut di kepala dan memakai rok bebas; b. Diawali dengan barekhu (panggilan ibadah); c. Membaca doa/dilantunkan dengan gerakan/goyangan badan kepala dan badan naik turun, masing-masing jamaah memegang buku pedoman doa-doa dalam bahasa Ibrani, dan sudah ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia selama 15 menit, terus duduk dengan tetap membaca buku doa 5 menit, kemudian berdiri lagi 10 menit; d. Tetap berdiri imam ibadah membaca doa dan jamaah dengan membaca amen; Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

47

e. Kemudian imam ibadah membaca buku doa lagi dengan dilantunkan selama 10 menit; f. Rabbi mengeluarkan Torah dimana pada tanggal 11 Oktober 2014 dibacakan pada Bab II ayat 1 s.d 13, dalam bahasa Ibrani dan diterjemahkan dengan bahasa Indonesia selama 15 menit, isinya tentang penjelasan Kulhamut tentang Hari Raya Pondok Daun. Dimana pembahasan Torah oleh Rabbi akan selesai dibaca dalam kurun waktu 1 tahun hitungan tahun Ibrani, dan pada awal tahun kembali pada bab awal. g. Rabbi membacakan doa dan terakhir salam-salaman antar jamaah. Pelaksanaan ibadah Sabat biasanya sampai sore hari karena juga diisi dengan acara debat untuk membahas isi Torah materi yang disampaikan oleh Rabbi. Pembagian tugas dalam pelaksanaan ibadah Sabat adalah: Rabbi (mengajarkan Torah); kakan (yang memimpin ibadah); sanat yang mempersiapkan kelengkapan ibadah; bareku/panggilan ibadah hal ini tidak dilakukan kalau jamaahnya kurang dari 10 orang. Praktek beribadah puasa dalam agama Yahudi, yaitu tidak boleh makan, minum, mandi, menggunakan parfum/deodorant, tidak memakai bahan dari kulit, tidak boleh bekerja (mengendarai kendaraan, menggunakan HP, elektronik, dll). Selama 1 tahun ada 3 hari puasa, yaitu: (1) Puasa Hari Raya Perdamaian (24-25 jam); (2) Puasa Tisha B’Av (25 jam); dan (3) Puasa Ester (12 jam). Penggunaan kippah bagi umat Yahudi secara filosofi adalah di depan Tuhan manusia tidak ada apa-apanya, sehingga setiap masuk rumah ibadat wajib pakai kippah, juga aurat (pusar di atas dan pusar dibawah). Orang Yahudi yang 48

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

religius selalu menggunakan kippah untuk menghormati Tuhan, karena dimana-mana ada Tuhan. Setelah nabi Musa (nabi yang paling besar) banyak nabi yang lahir, tetapi yang diakui dalam agama Yahudi antara lain Yehoshua pengganti Musa, Samuel, Yoel, Hosea, Amos, Yonah/Yunus, Elia, Elisa, Gideon, Deborah, Yehezkiel, Yeremia dan Yesaya, dan nabi terakhir adalah Maleakhi. Agama Yahudi tidak mengakui Yesus/Isa maupun Muhammad sebagai nabi. Istilah atau kata-kata penting agama Yahudi dan yang mirip dengan agama Islam, yaitu: shema/adzan, barekhu/ikomah, kippah/kopyah/peci/topi, tallit kecil (kain kecil warna putih yang diikatkan di bagian pinggang), tallit gadol adalah sorban besar warna putih (digunakan pada waktu sembahyang pagi, untuk siang dan sore tidak menggunakan), tefilin (torah kecil diikat dikepala dan dibalutkan di tangan). Gambar 4: Pelaksanaan ibadah hari Sabat di Jl. 14 Februari 14 Lingkungan II Teling Atas, Kota Manado

Aktifitas/Lembaga Keagamaan

Kelompok Yobbi Ensel sampai saat ini adalah kelompok yang berdiri sendiri di bawah supervisi UIJC. Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

49

Kelompok ini bukan jemaat gereja, dan tidak berada dibawah pengaruh gereja atau aliran agama manapun. Akan tetapi untuk melakukan pernikahan umatnya, Yobbi Ensel meminjam Surat Nikah Gereja dari Gereja Pimpinan Rohul Kudus (Yahwee) pimpinan Dr. Yohan Mawati, yang tergabung dalam Sinode AM Gereja Rohul Kudus yang Menyebut Nama Tuhan Allah pimpinan Tomy Ayawaila. Meskipun demikian seluruh upacara pernikahan dilakukan secara Tradisi Orthodox. Peminjaman Sertifikat Nikah Kristen semata-mata hanya untuk proses pencatatan ke kantor dinas kependudukan dan catatan sipil ini dilakukan karena Judaism belum diterima sebagai agama resmi Negara. (Wawancara dengan Yobbi Ensel, 10 Oktober 2014 dan Benjamin Meijer, 29 November 2014) Istilah Bait Suci yang ada di Yerusalem, merupakan tempat suci yang terletak diatas tembok ratapan, dimana dalam keyakinan Yahudi bangunan Bait Suci sudah tidak ada (runtuh). Diyakini bahwa Mesias akan datang ke bumi di Bait Suci dan Bait Suci tersebut akan dibangun kembali, sehingga bisa digunakan untuk beribadah kembali. Menurut Yobbi Ensel umat Yahudi wajib mengeluarkan minimal persepuluhan (seperti pada agama Kristiani), akan tetapi dalam pelaksanaan mereka menggunakan istilah sedekah dimana hukumnya mengikat namun tidak ditentukan persennya. Sedekah yang terkumpul akan dipergunakan untuk kepentingan janda tua, miskin dan bangsa lain (goyim). Sedekah=tzadik (kebenaran), dimana betuknya tidak harus berupa uang, tetapi bisa juga berupa (tenaga dan fikiran). Dana yang sudah terkumpul peruntukannya adalah 25% di setor ke reform, 25% ke ortodok dan 50% untuk operasional. 50

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Untuk menjadi penganut agama Yahudi, harus mengikuti pendidikan dan sekarang bisa melalui pendidikan jarak jauh (melalui email/internet), dan disupervisi oleh salah satu perwakilan Beith Dinh yang ada di Indonesia (Ketua UIJC). Konversi di Manado dilaksanakan pada tanggal 28 Januari 2014 oleh 2 orang Rabbi Reform Steven Jules Peskind, anggota CCAR-Central Conference of American Rabbis (http://www.ccarnet.org/about-us/) dengan dua saksi Rabbi Conservative Jonathan Ginsburg dan Ketua UIJC – Benjamin Meijer Verbrugge sebagai Alumi Para Rabbi dari Rodfei Kodesh Jewish Learning Institute Chicago, Amerika Serikat. Dalam proses konversi yang lalu, Yobbi Ensel mendapatkan nama Ibrani Semayah. Untuk bisa mengikuti konversi, 15 orang anggota jemaat ini berasal dari keturunan Yahudi, mereka harus mengikuti belajar jarak jauh teori sebanyak 16 sesi selama 1 tahun dan tugas praktek selama 1 tahun dan 2 kali tatap muka dengan beth dinh dan rabbimentor. Tata cara mikveh/baptis secara Yahudi adalah sebagai berikut: harus dilaksanakan ditempat yang halal seperti di laut Manado dengan cara mikveh/baptis celup 3 kali dan mengucapkan doa/bracha Yahudi 3 kali. Karena persyaratan kerabbian yang ada, Yobbi Ensel sebenarnya belum menjadi Rabbi penuh. Sebelum menjadi Rabbi harus mengikuti pendidikan di sekolah Rabbinis (sekolah Rabbi), dan untuk bisa menjadi Rabbi penuh harus sekolah ke Yeshiva, Israel. Menurut Benjamin Meijer, Yobbi Ensel menerima sertifikasi sebagai Layman/Spritual Leader atau setara Rabbi bagi komunitasnya. Pendidikan kerabbian komunitas Yobbi Ensel diperoleh melalui pendidikan Spritual Leadership dari perwakilan International Secular and Humanistic Judaism (ISHJ) di Malaysia. Yobbi Ensel menerima bahan studi Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

51

Spiritual Leader melalui Benjamin Meijer-Ketua UIJC, yang mengatur segala proses pendidikan dan sertifikasi dari Secular Humanistic Judaism Timur Jauh Malaysia. Menurut Benjamin Meijer, pada akhir Desember 2010, President ISHJ, Almarhum Marvin Rosenblum memberi kuasa penuh kepada Edgar Pinto Xavier (keturunan India) di Malaysia untuk melakukan Leadership Training bagi komunitas Yahudi di Indonesia, meskipun kemudian statusnya harus ditingkatkan ke lembaga pendidikan di ISHJ Timura Israel. Melalui badan ini, pada bulan Oktober 2011, di Indonesia pernah dilantik 3 orang Rabbi Cultural Judaism, yaitu: (1) Benjamin Meijer (Ketua UIJC-Lampung); (2) Yokhanan Elias (Wakil UIJC-Jakarta) dan (3) Yobbi Ensel (Manado). Menurut Ketua UIJC-Benjamin Meijer, kepemimpinan Yobbi Ensel di kehilot Teling masih dalam supervisinya. Sementara Kerabbian penuh sedang dikerjakan Benjamin Meijer dan wakilnya Yokhanan Elias, yang kemudian menyelesaikan Studi Para Rabbi (Laymen) melalui Rodfei Kodesh Jewish Learning Institute Chicago dan memperoleh Smicha/Pentahbisan dari Rabbi Dr. Jonathan Ginsburg dan Rabbi Steven Jules Peskind pada tanggal 1 Februari 2014 di Jakarta. Saat ini mereka berdua sedang mengerjakan studi Rabbinic dan Talmudic pada Yeshiva Baal Kore dan Ham Sefer (Aliran Orthodox), USA sementara Benjamin Meijer pada waktu yang dekat akan menyelesaikan program kerabbian penuh berikut mengikuti Smicha (Pentahbisan) di Rabbinical Seminary International tanggal 1-2 Juli 2015 di New York, USA, sehingga untuk hal-hal yang lebih besar, Benjamin dan Yokhanan mengambil prosedur kerja UIJC di setiap kehilot/kelompok di seluruh Indonesia.

52

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Gambar 5: Peneliti dengan Jamaah di Jl. 14 Februari 14 Lingkungan II Teling Atas, Kota Manado

Interaksi dan Relasi Sosial

Pada tanggal 9 Oktober 2014 Yacoov Baruch menyampaikan permasalah umat Yahudi kepada Kasubag Hukum dan KUB, Kanwil Kemenag Prov. Sulut bahwa di Manado ada denominasi gereja yang 100% doktrinnya Kristen percaya kepada Yesus dengan membawa simbol-simbol agama Yahudi (bendera Israel) untuk mencari pengikut (termasuk Gereja Rohul Kudus). Hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi/merusak citra agama Yahudi, dimana kaum awam banyak yang tidak mengetahui bahwa dalam agama Yahudi tidak ada perintah menyebarkan ajarannya kepada orang diluar keturunan darah Yahudi.

Banyak gereja yang menggunakan simbol dan atribut Yahudi (gaya pakaian, bendera Israel dan bahasa Ibrani). Demikian juga pada waktu peneliti sedang berada di lokasi penelitian, dirumah-rumah penduduk di Manado ada yang mengibarkan bendera Israel. Pada waktu penelitian berlangsung antara 7 s.d. 14 Oktober 2014 umat Yahudi memperingati Hari Raya Pondok Daun. Pada waktu yang sama gereja Kristen ada yang ikut merayakan hari raya umat Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

53

Yahudi tersebut. Kegiatan semacam ini menurut Yacoov merupakan tindakan yang sifatnya provokatif, yang berimbas negatif kepada umat Yahudi. Menurut Yobbi Ensel masyarakat pada umumnya orang Islam alergi terhadap Zionis Yahudi, namun demikian karena Yobbi pergaulannya luas mereka dapat diterima oleh masyarakat Manado. Yobbi sebagai pimpinan salah satu kelompok Yahudi di Manado, merupakan mantan anak nakal di lingkungan Teling Atas. Sekarang kalau ada anak-anak nakal di lingkungan Teling Atas, nasehat Yobbi bisa diterima oleh mereka. Demikian juga kalau pada malam hari ada patroli polisi ke lingkungan Teling Atas, kalau berpapasan akan menyapa bagaimana kondisi keamanan Pak Yahudi. Penganut Yahudi di Teling Atas bisa diterima oleh masyarakat, karena umatnya bisa membawa diri, misalnya ikut silaturahmi/halal bihalal pada waktu Idul Fitri, pada waktu Idul Fitri dan Natal juga berpartisipasi ikut bikin lampion, bergaul dengan pengurus gereja dan masjid, serta tidak bikin batu sandungan di lingkungan. Yeyasa Lumano (66 tahun), menyatakan bahwa sudah aktif beribadah secara agama Yahudi selama 13 tahun, sejak di Sinagog Jl. Garuda, Manado. Merupakan keturunan ibu Belanda berdarah Yahudi sebagai tenaga kesehatan kelahiran 13 April 1921 dan pada umur 26 tahun meninggal dunia di Semarang dikubur di pemakaman warga Belanda di Semarang. Pengelolaan pemakaman warga Belanda yang rapi dan adanya denah yang lengkap jenazah bisa digali dan dipindahkan ke Manado. Jenazah pada waktu dibongkar dalam kondisi yang masih utuh (tengkorak, rambut dan paku peti jenazahnya) yang konon letak pemakaman terendam air laut, sehingga kondisinya bisa demikian. Selama 13 tahun 54

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

melaksanakan ibadah Yahudi di Manado tidak pernah ada masalah, walaupun orang Manado mengetahui kalau kami beribadah secara Yahudi. Adanya klaim bahwa kami bukan keturunan Yahudi, hal itu tidak berdasar. Menurut Sya’ban Mauluddin (Kepala Kanwil Kemenag Prov. Sulut), Pemprov Sulut dan FKUB Sulut tidak pernah membahas keberadaan agama Yahudi. Kendala yang dihadapi oleh Kanwil Kemenag adalah bahwa KTP para penganut Yahudi tersebut, masih menggunakan agama orang tuanya. Menurutnya sejak datang ke Manado pada tahun 1985 sudah ada bangunan Sinagog, dan umat Kristiani di Manado tidak mempermasalahkan. Pada waktu ada kunjungan Interfaith Dialog dari Jerman mereka tidak diberi tahu kalau ada bangunan Sinagog di Minahasa, karena di khawatir beritanya akan mencuat. Pengalaman Yacoov Baruch, pada waktu jalan-jalan dengan istri di Plaza Indonesia Jakarta pada tahun 2011 pada waktu istrinya hamil tua dengan menggunakan simbol-simbol Yahudi berupa kippah. Tiba-tiba diserang/dikeroyok oleh 5 orang tidak dikenal sempat terkena pukulan, namun cepat dilerai oleh petugas satpam. Alasan para penyerang adalah di Jakarta tidak boleh orang menggunakan kippah sebagai simbol orang Yahudi. Menurut Arifin Lahabu, (warga muslim Lingkungan I Teling Atas), tidak mengerti/tahu kalau Yobbi Ensel seorang penganut agama Yahudi, tahunya penganut agama Katolik karena sering melihat menggunakan tutup kepala/kippah seperti orang Katolik. Demikian juga tetangga di Teling Atas juga banyak yang tidak mengetahui terkait penganut Yahudi. Toleransi masyarakat Teling Atas sangat tinggi, sehingga bisa bersatu padu dimana urusan agama terserah masing-masing Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

55

penganutnya. Contohnya di lingkungan Teling Atas ada aliran agama Kristen yang cara beribadahnya beryanyi dan bergoyang-goyang, tetapi tidak dipermasalahkan oleh warga. Menurut John Tilaar (Kepala Kankemenag Minahasa Utara), bangunan tugu manorah cabang 7 yang merupakan lambang suci peribadatan Yahudi setinggi 19 meter (bangunan manorah tertinggi di dunia) terletak di Gunung Klabat, Kec. Airmadidi, Kab. Minahasa Utara, yang dikenal sebagai daerah Pariwisata Kaki Dian. Seharusnya manorah cabang 7 hanya boleh ada di Bait Suci/Israel dan diluar itu harusnya bercabang 9 (sembilan). Pembangunan tugu menorah tersebut, terinspirasi oleh pengalaman kunjungan Bupati Foni Panambunan dan para pejabat Pemkab Minahasa Utara ke Israel pada waktu itu, melihat manorah yang terdapat di depan gedung Knesset di Israel dikunjungi oleh banyak orang. Sepulang kunjungan dari Israel mulai dilakukan pembangunan tugu menorah di Minahasa Utara yang diharapkan akan menjadi suatu tempat wisata rohani yang akan banyak mendatangkan wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri akan berkunjung ke Minahasa Utara. Hal ini sesuai dengan visi Kabupaten Minahasa Utara, sebagai “Kabupaten Tujuan Wisata Tahun 2015”, tujuan dan ikon tugu manorah, murni program untuk menarik wisatawan. Saat ini pengelolaan tugu manorah dilakukan oleh PD Gunung Klabat, dimana rata-rata pengunjungnya setiap hari kerja sebanyak 50 orang dan akhir pekan (Sabtu dan Minggu) bisa mencapai sebanyak 200 orang. Bangunan manorah sebenarnya merupakan bangunan simbol untuk penganut agama Yahudi, namun juga diakui 56

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

oleh umat Kristiani. Kabupaten Minahasa Utara mempunyai motto, “pakatuan wo pakalo birau” yang artinya sampai tua baku-baku (saling) bae dan baku-baku sayang. Pembangunan manorah, merupakan inspirasi (Bupati Minahasa Utara) pada waktu itu dan merupakan tugu Manorah cabang 7 paling tinggi di dunia. Gambar 6: Tugu Manorah di Daerah Pariwisata Kaki Dian Gunung Klabat, Kec. Airmadidi, Kab. Minahasa Utara

Pelayanan Hak-hak Sipil

Menurut Al Harun, (Sekretaris Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kota Manado), sampai saat ini di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Manado belum pernah ada masyarakat yang mengurus pencatatan/akta surat-surat berdasarkan agama Yahudi. Seandainya nanti ada yang mengurus surat-surat (KTP, akta, dll) terkait dengan pemeluk agama Yahudi, maka harus ada penetapan dari Pengadilan Negeri (PN), dan Kantor Dinas Dukcapil yang akan mengesahkan. Namun kalau tidak ada penetapan dari PN, maka pihak Dinas Dukcapil belum berani Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

57

memberinya, karena ada resiko-resiko yang harus ditanggung. Pengesahan surat di Kantor Dinas Dukcapil dalam pelayanan diluar 6 agama yang ada di Indonesia memerlukan penetapan dari PN. Pengurusan surat ke Kantor Dinas Dukcapil akan lancar dan mudah saja namun semua harus dilengkapi data pendukung, misalkan ada pernyataan dari Rabbi Yahudi maka akan diterima. Namun demikian kalau perkawinan menurut Nasrani penganut tersebut harus sudah pernah di baptis yang secara formal harus dilakukan. Dalam rangkaian perkawinan di gereja harus ada peryataan didepan jamaah gereja dan tidak ada unsur paksaan. Misalkan dalam perkawinan terjadi tarik menarik antara 2 calon pengantin, maka harus memilih salah satu gereja, di KTP sama-sama Kristen tetapi dalam pelaksanaan perkawinan harus memilih di salah satu gereja. Demikian juga perkawinan antara agama Katolik dengan Kristen, harus memilih 1 gereja/agama. Menurut Jansje A.H. Rumondor. (Kasubag Hukum dan KUB, Kanwil Kemenag Prov. Sulut), permasalahan yang dialami oleh umat Yahudi di Manado adalah terkait dengan penulisan kolom agama dalam KTP sampai saat ini belum ada yang tertulis agama Yahudi dan terkait dengan IMB rumah ibadat (Sinagog) yang ada di Kab. Minahasa belum terlayani. Menurut tetangga/teman yang tinggal di sekitar Sinagog di Minahasa, mereka merasa tidak terganggu walaupun mengetahui Sinagog merupakan rumah ibadat umat Yahudi. Demikian juga terkait umat Yahudi yang ada di Manado tidak pernah ada gesekan, karena umatnya tidak menonjolkan diri sehingga tidak pernah bermasalah. Juga agama Yahudi tidak pernah ada pemikiran untuk menyebarkan agamanya kepada orang lain. 58

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Menurut Lilie Rasmana (Kepala Kankemenag Kota Manado), ibu Yobbi Ensel mengatakan bahwa dia tidak beragama Yahudi, namun masih beragama Kristen tetapi cara beribadahnya sedikit berbeda. Perbedaan tata cara beribadah dilihat dari kerukunan tidak pernah terjadi permasalahan mungkin masih menganggap sama dengan Kristen. Menurut para pengurus FKUB Kota Manado ada perbedaan kecil tidak dijadikan masalah (atau biasa-biasa saja). Masyarakat Manado didalam satu rumah/keluarga berbeda agama biasa-biasa saja dan tidak saling mengganggu. Kehidupan keagamaan di Manado toleransinya tinggi seperti pengalaman pada waktu Hari Raya Idul Fitri sebagai pejabat di Kankemenag semua tetangga di Teling Atas setelah salat Ied datang kerumah antri untuk silaturahhmi dari seluruh pemeluk agama datang sampai pukul 22.00 WITA. Pada waktu upacara konversi penganut agama Yahudi di Kota Manado pada tanggal 28 Januari 2014, dengan kedatangan 2 Rabbi dari Amerika Serikat dan penganut Yahudi di baptis dengan upacara pencelupan di Laut Manado tidak pernah di muat beritanya di media massa. Seandainya ada masyarakat yang melaporkan keberadaan penganut/ibadat Agama Yahudi di Kota Manado, sebagai pejabat akan membolehkan asal tidak mengganggu. Menurut UU semua agama berhak hidup di Indonesia, yang penting tidak melanggar aturan, namun yang difasilitasi pemerintah hanya 6 agama. Kalau ada masalah agama di Kota Manado pasti saya sebagai orang Kemenang akan tahu, hidup beda agama biasa-biasa saja.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

59

Kesimpulan

Mengetahui kehadiran orang Yahudi ke Manado dari sumber tertulis sulit didapatkan, bukti secara fisik dapat diketahui dari beberapa pekuburan warga Belanda berdarah Yahudi di Kota Manado. Di Kabupaten Talaud juga konon di duga ada bukti pekuburan keturunan Spayol dan Portugis berdarah Yahudi, dan penggunaan nama-nama fam oleh penduduk Sangihe Talaud. Demikian juga terdapat beberapa keluarga keturunan Belanda berdarah Yahudi yang silsilahnya masih jelas. Setelah Perang Dunia II dalam pendudukan Jepang keturunan Yahudi menemui banyak masalah, sehingga banyak yang bermigrasi ke beberapa negara seperti Amerika Serikat, Australia atau Israel. Pokok-pokok keyakinan umat Yahudi adalah percaya terhadap Tuhan Yang Esa, Nabi Musa sebagai nabi utusan Tuhan paling besar, dan menyakini akan datangnya kembali Mesias ke bumi. Keturunan dalam agama Yahudi berdasarkan matrilineal (keturunan darah dari ibu). Agama Yahudi bukan agama misi, dan penganutnya melaksanakan ibadah 3 kali dalam sehari (pagi, siang dan petang), kebaktian dilaksanakan secara berjamaah pada hari Sabat (Sabtu). Kitab suci agama Yahudi ada tiga, yaitu Torah/Taurat (perintah Tuhan yang diterima oleh Nabi Musa, Talmut (perkataan dan perbuatan Nabi Musa), dan Tanach (sama dengan Kitab Perjanian Lama 40 kitab, dan di Kristiani 66 kitab). Penganut agama Yahudi di Manado dapat dikelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu Yahudi Ortodok (menekankan kepada keturunan darah dari ibu dan 60

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

pelaksanaan ajaran yang sangat ketat) dan Yahudi Reform (tidak harus keturunan darah dari ibu/bisa dengan konversi) dan pelaksanaan ibadah menyesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat. Satu-satunya rumah ibadat (Sinagog) Beth Hasem terdapat di Minahasa memperoleh perhatian dari pemerintah dan di kenal masyarakat, Sinagog ini tidak digunakan untuk ibadat Sabat secara rutin. Pemeluk agama Yahudi di Manado kurang lebih 30 orang dimana di antara mereka tidak terjalin komunikasi, yang masing-masing kelompok mempunyai pimpinan. Keberadaan pemeluk agama Yahudi di Kota Manado sampai saat ini belum, atau dalam perspektif postkolonial, subaltern dianggap komunitas yang eksis di ruang publik, tetapi bukan saja tidak diperhatikan, tapi juga tidak pernah dianggap penting. Hak-hak sipil terkait pencatuman kolom agama di KTP dan pencatatan/akta (kelahiran, perkawinan dan kematian) di Kantor Dinas Dukcapil Kota Manado, sampai saat ini belum dapat dilayani. Keberadaan Sinagog Beth Hasem di Kab. Minahasa, sampai saat ini belum mempunyai IMB. Beberapa kelompok dalam melaksanakan ibadah hari Sabat di lakukan di rumah-rumah pemimpinnya, dengan menggunakan izin operasional dari salah satu sinoda gereja. Kehidupan masyarakat Sulawesi Utara yang multikultur dengan kentalnya toleransi antara umat beragama, menjadikan perbedaan-perbedaan yang terkait dengan keyakinan agama tidak menjadi masalah. Keberadaan umat Yahudi di Kota Manado dan Sinagog Beth Hasem di Kab. Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

61

Minahasa, sampai saat bisa diterima masyarakat maupun pemerintah daerah dengan baik, dan tidak ada protes dari masyarakat.

Rekomendasi

Untuk mengetahui sejarah agama Yahudi masuk ke Sulawei Utara, Puslitbang Kehidupan Keagamaan perlu melakukankan studi literatur dan sosio historis yang lebih mendalam. Para penganut agama Yahudi yang hidup di Indonesia saat ini agar menelusuri silsilah keturunan sebagai orang Yahudi baik dari darah ibu maupun ayah. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu memberi jaminan dan perlindungan hak-hak sipil terhadap penganut agama Yahudi sebagai warga negara. Jumlah penganut agama Yahudi sangat sedikit namun harus tetap dapat beribadat dan menjalankan keyakinannya. Para pemeluk agama Yahudi memerlukan adanya pimpinan/pemuka agama yang memiliki kemampuan berbahasa Ibrani dan mengikuti pendidikan Rabbinik secara formal (kontinyu), sehingga menghasilkan Rabbi yang dapat dijadikan rujukan oleh pemeluknya. Dua kelompok penganut agama Yahudi yang ada di Kota Manado agar menjalin komunikasi. Kalau memungkinkan bersatu dengan menghilangkan sifat ego masing-masing kelompok. Untuk itu perlu di bentuk wadah komunikasi. Pemprov Sulut dan Pemkot Kota Manado, demikian juga Kanwil Kemenag Prov. Sulut dan Kankemenag Kota Manado, perlu mendata jumlah penganut agama Yahudi. 62

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Karena belum ada data/bukti administrasi tentang jumlah pemeluk agama Yahudi, maka memerlukan pendekatan yang lebih arif dalam melakukan pembinaan. Agama Yahudi bukan merupakan agama misi, sehingga tidak nampak di masyarakat. Namun dengan andanya gereja, warga dan rumah tempat tinggal yang menggunakan simbol-simbol agama Yahudi atau bendera Israel, maka diperlukan adanya pembinaan kepada umat Kristen, sehingga akan terhindar dari hal-hal yang dapat mengganggu kerukunan antar umat beragama yang sekarang sudah kondusif.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

63

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Bustanuddin, Agama dalam Kehidupan Manusia: Pengantar Antropologi Agama, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,, 2006 Budiman, Hikmat, Hak Minoritas: Dilema Multikulturalisme di Indonesia, Jakarta, Interseksi Foundation, 2005. Budiman Hikmat (ed), Hak Minoritas: Ethnos, Demos, dan Batasbatas Multikulturalisme, Jakarta, Interseksi Foundation, 2010. Geertz, Clifford, Abangan, Santri dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1981). Mas’ud, Abdurrahman : “Menyikapi Keberadaan Aliran Sempalan, (Dialog)” Jurnal Penelitian dan Kajian Keagamaan, No 32, 2009. Parekh, Bikhu, Rethinking Multiculturalism: Cultural Diversity and Political Theory, (London: Macmillan, 2000) Noorsalim, Mashudi, M. Nurkhoiron, Ridwan al-Makassary (ed), Hak Minoritas, Multikulturalisme dan Dilema Negara Bangsa, Jakarta, Interseksi Foundation, 2007. Rumadi dkk, Islam, Konstitusi dan Hak asasi Manusia: Problematika Hak Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Indonesia, Jakarta: the WAHID Institute, 2009. Saidi, Anas (Ed.), Abdul Aziz dkk : Menekuk Agama, Membangun Tahta (Kebijakan Agama Orde Baru), Cet. 1, Penerbit Desantara, 2004.

64

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Suaedy, Ahmad dkk, Politisasi Agama dan Konflik Komunal, Beberapa isu Penting, Jakarta, the Wahid Institute, 2007. Spivak, Gayatri C, Can Subaltern Speaks: Speculation on Widow Sacrifice (1985). Wach, Joachim, Sociology of Religion, Chicago, 1943. Media Sosial: Hanya Satu Komunitas Yahudi di Indonesia Yang diakui Israel dan Amerika: Berita Manado.com. 11 Juli 2013. Minahasa Keturunan Israel: Solusinews. Blogspot.com/2013/05. Yahudi di Indonesia Ingin Jadi Agama Resmi: Berita Manado.Com, 15 Maret 2011. Menorah Yahudi Terpancang di Manado: Posted by KabarNet pada 27/11/2010. Di Manado Terdapat Tugu Menorah Zionist Yahudi Terbesar di Dunia: indoking.blogspot.com/2012/08. Kisah Orang Indonesia Keturunan www.tempo.co/../17/118361732.

Yahudi.

Komunitas Yahudi di Manado Kian Eksis. www.Jpnn.com/read/2011/03/15/86708., di unduh tanggal 30 September 2014.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

65

66

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

3

JILBAB DAN PECI DILARANG DI BALI: memunculkan berbagai tanggapan

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

67

PENDAHULUAN Agama mengandung nilai-nilai bagi kehidupan umatnya di masyarakat. Kesetiaan penganut kepada ajaran agama pada umumnya lebih kuat daripada kesetiaan warga kepada aturan-aturan yang dibuat manusia dengan pertimbangan manfaat, pencegahan kemudaratan dan sejenisnya. Agama dapat memberikan ketahanan dalam jiwa penganutnya terhadap ujian, bencana, kehilangan barang atau orang yang dicintai dan yang membuat orang mengalami halhal yang tidak biasa dialaminya. Agama juga menjadi sumber referensi penganutnya ketika mengambil keputusan yang sulit dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan bersama. Agama dapat membentuk falsafah hidup, nilai-nilai dasar dalam melihat dunia. Dalam hal pelaksanaan ajaran agama, bagi banyak wanita berjilbab/berhijab adalah melaksanakan perintah agama. Dimana menjalankan perintah agama adalah hak mendasar dan dijamin dalam Undang-undang Dasar 1945. Seluruh rakyat Indonesia bebas menjalankan perintah agamanya di seluruh wilayah Republik ini. Walaupun demikian, masih saja terjadi beberapa kasus pelarangan mengekspresikan kebebasan menjalankan ajaran agamanya, misalnya kasus pelarangan penggunaan jilbab, kerudung dan peci di Bali, baik di sekolah ataupun di tempat kerja. Diantaranya adalah pelarangan karyawan Hypermart dan PT Jasamarga Bali Tol, untuk menggunakan kerudung dan peci yang dianggap sebagai simbol agama Islam. Meskipun sebenarnya peci adalah termasuk pakaian dan simbol nasional bangsa ini. Pelarangan terhadap karyawan 68

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

menggunakan kerudung dan peci di Hypermart Bali dan PT Jasamarga Bali Tol disebabkan oleh instruksi dari The Hindu Center of Indonesia yang dipimpin oleh Arya Wedakarna. Pelarangan yang diminta oleh The Hindu Center of Indonesia bisa bermakna bahwa wilayah Bali hanyalah untuk orang yang beragama Hindu. Bagi yang beragama lain tidak boleh datang, karena tidak boleh menjalankan perintah agamanya di tempat umum. Tindakan ini adalah tindakan berlebihan yang dilakukan oleh oknum tertentu dalam negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Bahkan di negara-negara yang bukan berpenduduk muslim masyarakat bisa mengenakan jilbab dan hijab tanpa harus mengalami pelarangan. Umat Hindu di Bali seyogyanya bangga berada ditengah-tengah mayoritas muslim Indonesia, karena hak beribadahnya dijamin. Namun sebaliknya, dalam pelaksanaan menjalankan ajaran agama di Bali, warga harus mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh Pemda Prov. Bali dalam pelaksanaan ibadah agama Hindu, terkait ibadah hari raya Nyepi. Dimana semua layanan publik dihentikan karena adanya hari raya tersebut. Bisa dibayangkan jika penduduk muslim negeri ini meminta semua layanan restoran dan rumah makan untuk wajib tutup saat bulan puasa. Jika mengambil analog pelaksanaan peraturan mematuhi hai raya Nyepi, masyarakat, utamanya non muslim bisa dipidana jika membuka restoran selama bulan puasa karena tidak The Hindu Center of Indonesia dapat memicu tindakan pembalasan dan bisa mengancam integrasi bangsa. Kasus ini sudah mendapat tanggapan langsung dari Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama, Ida Bagus Yudha Triguna. Beliau menyampaikan bahwa yang terjadi di Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

69

lapangan, umat Hindu Bali tetap menghormati kehidupan beragama yang lain. Tentunya ketidakharmonisan ini berdampak bagi masyarakat muslim Bali pada khususnya, dan warga muslim bangsa Indonesia pada umumnya. Dengan kejadian tersebut Puslitbang Kehidupan Keagamaan telah mendapatkan informasi yang akurat dengan mengirimkan peneliti kelokasi kejadian untuk menelusuri kasus tersebut. Dari deskripsi diatas, permasalahan yang digali dalam penelitian tersebut sebagai berikut: bagaimana kronologis penyebab dilarangnya pelajar muslimah menggunakan jilbab di sekolah-sekolah Bali, dan karyawan menggunakan kerudung dan peci di Hypermart Bali dan PT Jasamarga Bali Tol; bagaimana tanggapan beberapa pihak (masyarakat, pemuka agama) terhadap dilarangnya pelajar muslimah menggunakan jilbab di sekolah-sekolah Bali, dan karyawan menggunakan kerudung, peci di Hypermart Bali dan PT Jasamarga Bali Tol; bagaimana upaya penyelesaian kasus tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penyebab dilarangnya pelajar muslimah menggunakan jilbab di sekolahsekolah, karyawan menggunakan kerudung di Bali dan peci di Hypermart dan PT Jasamarga Bali Tol; mengetahui Respon pemuka agama terhadap dilarangnya pelajar muslimah menggunakan jilbab di sekolah-sekolah, dan karyawan menggunakan kerudung dan peci di Hypermart di Bali dan PT Jasamarga Bali Tol. Mengetahui upaya penyelesaian kasus-kasus tersebut. Hasil penelitian dapat digunakan untuk masyarakat, Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Kementerian Agama, Kemendagri, pihak sekolah atau lembaga yang terkait lainnya yang membutuhkan untuk kepentingannya. 70

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Agar penelitian ini dipahami dengan tepat, maka beberapa konsep batasan operasional di bawah ini penting dikemukakan:

Respon/Reaksi Respon adalah reaksi yang dinyatakan dalam bentuk ucapan, sikap (kejiwaan) dan tindakan oleh seseorang atau sekelompok orang akibat yang muncul dari stimulan yang datang dalam bentuk informasi, ucapan atau tindakan yang dilakukan oleh orang atau kelompok lain.

Pemuka/Tokoh Agama Pemuka agama adalah orang yang terkemuka dan ternama dalam bidang agama dan diteladani oleh pendukungnya. Di kalangan umat Islam sering disebut dengan ulama, kyai, ustadz, mufti, dan sebagainya. Dikalangan Kristen sering disebut pendeta, di Katolik sering disebut pastur, romo, di kalangan Hindu sering disebut Pedande dan di Buddha sering disebut dengan Biksu, di Khonghucu disebut haksu. Pemuka agama yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tokoh komunitas umat beragama baik yang memimpin Ormas keagamaan maupun yang tidak memimpin Ormas keagamaan yang diakui dan atau dihormati oleh masyarakat setempat sebagai panutan. Pendapat lain mengatakan bahwa pemuka agama bisa diartikan sebagai ulama, pendeta, bhiksu dan lain sebagainya yang memiliki kontribusi dalam agama Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

71

tersebut, sehingga banyak dijadikan rujukan, panutan dan teladan bagi masyarakat ataupun pemeluk agama tersebut.

Pelarangan Larang /la·rang /v, melarang /me·la·rang/v memerintahkan supaya tidak melakukan sesuatu; tidak memperbolehkan berbuat sesuatu: tiada seorang pun berani ~ aku berjalan di sini; Pelarangan /pe·la·rang·an/ n 1 perihal melarang; 2 proses, cara, perbuatan melarang; 3 cak barang yg tidak diperbolehkan (diperkenankan). Simbol Agama Menurut Clifford Geertz, simbol adalah memuat makna dari hakikat dunia dan nilai-nilai diperlukan untuk hidup di masyarakat. Agama sebagai sistem kebudayaan secara definitif dapat dijelaskan oleh Geertz, sebagai suatu sistem simbol yang bertujuan untuk menciptakan Perasaan dan motivasi yang kuat, mudah menyebar, dan tidak mudah hilang pada diri seseorang dengan cara membentuk konsepsi tentang sebuah tatanan umum eksistensi dan melekatkan konsepsi ini kepada pancaran-pancaran faktual, dan pada akhirnya perasaan dan motivasi ini akan terlihat sebagai suatu realitas yang unik. Jilbab Ada beberapa pendapat dikalangan ulama tentang definisi jilbab. Ibnu Rajab mengatakan jilbab itu mala-ah (kain 72

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

yang menutupi seluruh tubuh dari kepala sampai kaki yang dipakai melapisi baju bagian dalamnya, seperti jas hujan). Pendapat ini juga dipilih oleh al-Baghawi dalam tafsirnya dan al-Albani. Ada juga yang berpendapat jilbab itu sama dengan khimar alias kerudung sebagaimana disebutkan oleh anNawawi, Ibnu Hajar, dll. As-Sindi mengatakan, “Jilbab adalah kain yang digunakan oleh seorang perempuan untuk menutupi kepala, dada, dan punggung ketika keluar rumah”. Syarat jilbab: Syaikh Muhammad Nashiruddin alAlbani, seorang tokoh besar modern dalam bidang hadits, telah melakukan penelitian terhadap ayat-ayat al-Qur‘an dan Sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta atsar-atsar para ulama terdahulu mengenai masalah yang penting ini. Beliau mengatakan bahwa seorang wanita hanya diperbolehkan keluar dari rumahnya (begitu pun apabila di dalam rumahnya terdapat laki-laki yang bukan mahramnya) dengan mengenakan jilbab, yaitu berbagai jenis pakaian yang telah memenuhi syarat-syarat berikut ini: pertama, menutupi seluruh tubuh kecuali bagian yang dikecualikan. Syarat ini tercantum dalam firman Allah ta‘ala, surat An-Nuur, ayat 31 “Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung (khimar) ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

73

laki-laki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayanpelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.’” (Qs An Nuur: 31). Kedua, bukan untuk berhias. Ketiga dan keempat, bahannya tebal, tidak transparan, dan tidak menampakkan lekuk tubuh. Kelima, tidak ditaburi wewangian atau parfum. Keenam, tidak menyerupai pakaian laki-laki. Ketujuh, tidak menyerupai pakaian wanita kafir. Kedelapan, bukan merupakan pakaian yang mengundang sensasi di masyarakat (pakaian syuhrah). Adapun istilah lain dalam memahami tulisan ini, agar pembaca mempunyai persepsi yang sama, maka ada beberapa kata yang harus didefinisikan secara konseptual, seperti istilah konflik sosial yang mengandung suatu rangkaian fenomena pertentangan dan pertikaian antar pribadi dari konflik kelas (kelompok) sampai pada pertentangan dan peperangan dengan skala global. Lewis Coser menyebutkan bahwa tidak ada teori konflik sosial yang mampu merangkum seluruh fenomena tersebut. Konflik adalah suatu perjuangan terhadap nilai dan pengakuan terhadap status yang sulit diperoleh (langka), kemudian kekuasaan dan sumber-sumber pertentangan dinetralisir atau dilangsungkan atau dieliminir saingansaingannya.

74

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Mengutip George Simmel: menyatakan bahwa ungkapan permusuhan di dalam konflik membantu fungsifungsi positif, sepanjang konflik itu dapat mempertahankan perpecahan kelompok dengan cara yang menarik orang-orang yang sedang mengalami konflik. Jadi konflik itu dipahami sebagai suatu alat yang berfungsi untuk menjaga kelompok sepanjang dapat mengatur sistem-sistem hubungan. Asumsi dasar tentang teori konflik, antara lain :1) Setiap masyarakat dalam setiap waktu diatur oleh beberapa proses perubahan-perubahan sosial yang tidak dapat dihindari, 2) Setiap masyarakat dalam setiap waktu menunjukkan adanya konflik memberikan adanya suatu sumbangan disintegrasi dan perubahan, dan 3) Setiap masyarakat didasarkan atas tekanan para anggotanya oleh pihak yang lain. Faktor-faktor yang dapat mempertajam konflik itu antara lain : 1. Konflik ideologis yang bersifat intrinsik yang muncul dari adanya kebencian yang dalam terhadap nilai-nilai kelompok lain. 2. Sistem stratifikasi sosial dan menguatnya stabilitas status berubahnya yang cenderung memperkuat hubungan antara individu dan kelompok yang semula berstatus tinggi sekarang berstatus terkecil. 3. Persaingan meraih kekuasaan politik yang makin tajam dalam rangka mengisi kekosongan pemerintahan setelah ditinggalkan penjajah. Hal ini meningkatkan perbedaan keagamaan dengan signifikansi politik.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

75

Adanya pengkambinghitaman terhadap mereka yang memicu ketegangan yang disebabkan oleh berubahnya sistem sosial yang cepat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan fenomenologis naturalistik. Pemilihan pendekatan ini didasarkan atas pertimbangan bahwa data yang hendak dicari adalah data yang menggambarkan akar terjadinya pelarangan bagi muslim menggunakan jilbab di sekolahsekolah di Bali, dan karyawan menggunakan kerudung dan peci di Hypermart di Bali dan PT Jasamarga Bali Tol. Untuk mengetahui secara rinci mengenai berbagai peristiwa fenomena pelarangan pelajar muslim menggunakan jilbab di sekolah-sekolah, karyawan menggunakan kerudung dan peci di Hypermart dan PT Jasamarga Bali Tol di Bali, maka penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian adalah data subyek (self-report data), yaitu jenis data penelitian yang berupa pendapat, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian. Sumber data terdiri dari data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Pengumpulan data dalam penelitian ini ada tiga tahap. Pada tahap pertama: dilakukan orientasi dimana peneliti perlu mengumpulkan data secara umum dan lus tentang hal-hal yang menonjol, menarik, penting, dan berguna untuk di teliti. Tahap kedua, peneliti mengadakan eksplorasi pengumpulan data yang dilakukan lebih terarah sesuai dengan fokus penelitian serta mengetahui sumber data atau informan yang kompeten dan mempunyai pengetahuan yang cukup banyak tentang hal yang akan di teliti. Dalam hal ini 76

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

peneliti menggunakan snowball sampling. Tahap ketiga, peneliti melakukan penelitian terfokus yaitu mengembangkan penelitian eksploratif kepada fokus penelitian yaitu faktor dan penyebab terjadinya pelarangan pelajar muslim menggunakan jilbab di sekolah dan karyawan menggunakan kerudung dan peci di Hypermart dan PT Jasamarga Bali Tol. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam (indept interview); observasi lapangan; dan studi dokumentasi. Peneliti mengumpulkan data primer melalui wawancara mendalam kepada beberapa pemuka agama, unsur pejabat Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi dan Kota Denpasar untuk mengetahui kondisi realita masyarakat setempat. Selain itu pula data sekunder menjadi dokumen pendukung terutama hasil temuan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), hasil monitoring yang dilakukan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali, serta beberapa dokumen lainnya yang terkait dengan kasus yang telah terjadi. Penelitian ini dianalisis dengan cara membahas dan menerangkan hasil temuan lapangan tentang berbagai gejala atau kasus yang dapat diuraikan dengan menggunakan keterangan-keterangan yang tidak dapat diukur dengan angka-angka tetapi memerlukan penjabaran dan uraian yang jelas. Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar Provinsi Bali. Waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penelitian selama 7 (tujuh) hari, efektif dari 14–20 Oktober 2014. Pemilihan Kota Denpasar sebagai daerah sasaran penelitian berdasarkan pada dua hal, yaitu : (i) terjadinya kasus pelarangan pelajar muslim menggunakan jilbab di sekolahKasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

77

sekolah Bali, dan pekerja di Hypermart Kota Denpasar (ii) karakteristik penduduk yang relatif heterogen suku, agama, dan (ii) geografis masyarakatnya wilayah perkotaan. Selayang Pandang Provinsi Bali

Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal dengan sebutan Pulau Dewata (Paradise Island). Terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok, beribukota Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau ini. Provinsi Bali mempunyai luas wilayah mencapai 5.636,66 km2 atau 0,29 % dari luas seluruh wilayah Indonesia. Selain wilayahnya yang terdiri atas satu pulau utama yaitu P. Bali, terdapat pulau-pulau kecil seperti: P. Nusa Penida, P. Nusa Ceningan, P. Nusa Lembongan dan P. Menjangan. Secara geografis Provinsi Bali merupakan sebuah pulau yang di tengahnya terdapat bentangan pegunungan memanjang dari Barat ke Timur. Bentangan pegunungan di atas secara geografis membagi wilayah Provinsi Bali menjadi dua bagian, yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Selain pegunungan, keadaan alamnya diwarnai oleh adanya 4 buah danau yaitu: Danau Beratan, Danau Buyan, Danau Tamblingan dan Danau Batur. Danau-danau ini merupakan aset pariwisata, selain pantai Sanur dan Kuta yang terkenal dengan keindahannya. Kondisi alamnya juga didukung oleh kawasan hutan di daerah pegunungan yang membentang dari Barat sampai bagian Timur wilayah Bali, yang berfungsi sebagai pelindung erosi dan banjir. (BPS, Bali dalam Angka, 2013, hal. 3 - 4). 78

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Sebagaimana layaknya provinsi lain di Indonesia. Provinsi Bali juga memiliki struktur pemerintahan dimulai dari

gubernur

hingga

camat.

Secara

administratif,

pemerintahan hampir sama dengan provinsi lain. Tetapi mulai dari kepala desa hingga struktur terbawah, agak berbeda dengan daerah lain. Jika dalam struktur pemerintahan umumnya, terdiri dari kepala desa/lurah, kepala dusun/kepala lingkungan, ketua RW kemudian ketua RT. Di Bali struktur administratifnya

adalah

kepala

desa/lurah,

kepala

dusun/kepala lingkungan, dan yang terbawah adalah kelian banjar. Banjar mirip dengan kampung, bisa terdiri dari 50-200 KK (kepala keluarga), keanggotaannya biasanya bersifat turun temurun. Untuk struktur pemerintahan adat, tiap desa di Bali dipimpin oleh bendesa adat (kelian desa). Kedudukannya hampir setara dengan kepala desa/lurah, hanya saja bendesa adat adalah pemimpin adat yang bertugas untuk menjalankan awig-awig (undang-undang adat) di desa bersangkutan. Di bawah bendesa adat, ada kelian adat/kelian banjar. Di beberapa banjar di Bali, jabatan antara kelian banjar dan kelian adat biasanya dirangkap oleh satu orang, namun ada juga yang membedakannya. Dalam satu desa administratif bisa terdapat beberapa desa adat. Maksudnya adalah desa A bisa terdiri dari desa adat B, desa adat C, dan desa adat D. Hal ini kaitannya dengan historis. Desa adat sudah ada sejak zaman kearajaan, setelah berakhirnya era kerajaan, maka pemerintah republik membentuk desa administratif. Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

79

Secara administratif Provinsi Bali terbagi menjadi 8 kabupaten, 1 kota, 57 kecamatan, 715 desa/kelurahan. 1.482 Desa Pekraman dan 3.625 Banjar Pekraman. Luas wilayah msing-masing kabupaten beragam. Kabupaten Buleleng memiliki wilayah paling luas, yakni 1.365,88 km², kemudian Kabupaten Jembrana 841,80 km², Kabupaten Karangasem 839,54 km², Kabupaten Tabanan 839,33 km², Kabupaten Bangli 520,81 km², Kabupaten Badung 418,52 km², Kabupaten Gianyar 368,00 km², Kabupaten Klungkung 315,00 km² dan Kota Denpasar memiliki wilayah paling sempit yakni 127,78 km² (BPS, Bali dalam Angka, 2013, hal. 5). Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2012 Provinsi Bali berpenduduk mencapai 3.686.665 jiwa, terdiri dari laki-laki sejumlah 1.850.073 jiwa (50,18%), dan perempuan 1.836.592 jiwa (49,82%). Jumlah penduduk tahun 2011 ini naik 3,19% dari sebelumnya 3.572.831 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut, Kabupaten Buleleng merupakan daerah yang berpenduduk terbesar dengan jumlah penduduk mencapai 693.625 jiwa atau (18,81%) dari seluruh penduduk Bali. Sedangkan wilayah yang terpadat penduduknya adalah di Kota Denpasar yaitu mencapai 654 jiwa per-km². Ini merupakan angka kepadatan penduduk paling tinggi dibanding dengan kabupaten-kabupaten lain di Provinsi Bali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini:

80

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, Tahun 2012 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah Jembrana 137.376 137.772 275.148 Tabanan 220.002 221.898 441.900 Badung 210.786 209.289 420.075 Gianyar 230.389 227.793 458.182 Klungkung 94.008 96.859 190.867 Bangli 108.143 108.661 216.804 Karangasem 229.206 227.998 457.204 Buleleng 346.283 347.342 693.625 Denpasar 273.880 258.980 532.860 Jumlah 1.850.073 1.836.592 3.686.665 Sumber: Bali dalam Angka, Badan Pusat Statistik (BPS) Prov. Bali, 2013, hal.29).

Persebaran penduduk di setiap kecamatan terlihat kurang merata. Sebagian besar penduduk terdapat di Kecamatan Denpasar Selatan, berjumlah 244.851 jiwa (31,05%) dari jumlah penduduk Kota Denpasar. Kemudian 229.432 jiwa (29,09%) penduduk berada di Kecamatan Denpasar Barat, 175.899 jiwa (22,31%) di Kecamatan Denpasar Utara dan 138.404 jiwa (17,55%) selebihnya terdapat di Kecamatan Denpasar Timur (Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2011, hal 29). Apabila umur 5 s/d 24 tahun dikategorikan sebagai usia sekolah, maka sebanyak 267.552 jiwa (33,93%) merupakan penduduk usia sekolah. Apabila umur 15 s/d 49 tahun dikategorikan sebagai usia kerja/produktif maka sebagian besar penduduk yakni 499.490 jiwa (63,34%) merupakan penduduk produktif (Diolah dari data Badan Pusat Statistik Kota Denpasar 2013, hal.33). Kota Denpasar sebagai daerah terbuka di samping merupakan Ibukota Provinsi Bali, berpenduduk dari latarbelakang suku dan etnis. Suku Bali yang merupakan Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

81

penduduk asli Kota Denpasar dan Provinsi Bali, menempati posisi jumlah terbesar. Berdasarkan keterangan dari beberapa kalangan terutama penduduk asal Bali. Jumlah suku Bali mencapai 60% dari jumlah penduduk Kota Denpasar. Sedangkan 30% sisanya terdiri atas suku Jawa, Sasak, Flores, Timor, Bugis, Ambon, Madura, Minang, Sunda dan suku-suku lain di Indonesia. Sebagai daerah wisata, di Kota Denpasar terdapat pula penduduk asing. Tanpa dirinci asal kewarganegaraan penduduk asing dimaksud. Tercatat jumlah mereka tidak kurang dari 2.009 jiwa, terdiri atas 1.027 laki-laki dan 982 perempuan (Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2011, hal. 34). Berdasarkan catatan Kantor Tenaga Kerja Kota Denpasar tentang Warga Negara Asing yang memohon izin kerja di Denpasar tahun 2010, mereka antara lain berasal dari: Taiwan, Jepang, Perancis, Belanda, Jerman, Cina, Swiss, Kanada dan New Zealand (Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2013, hal. 45). Kehidupan Budaya, Pendidikan, Ekonomi dan Politik

Di Provinsi Bali khususnya Kota Denpasar terasa sangat kental dengan nuansa budaya dan adat Bali-nya. Justru kehidupan masyarakat Bali yang hingga saat sekarang masih tetap konsisten mengaktualkan adat/budaya Bali dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mewarisi secara turuntemurun dari nenek-moyang mereka. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan masyarakat luar Bali khususnya para turis asing untuk mengunjungi Bali, sehingga Bali terkenal di seluruh dunia sebagai daerah wisata.

82

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Kekhasan adat dan budaya Bali ini menjadikan Bali berbeda dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Di antara kekhasan dimaksud misalnya: seni ukir khas Bali, tari Kecak, wayang Bali, perkumpulan/organisasi pengairan sawah disebut subak, adanya semacam “pemerintahan adat” yang disebut ”banjar”. Begitu juga dengan tradisi penamaan kepada anak dilakukan menurut urutan lahir , seperti anak I diberi nama Putu/Gede, anak II Made, anak III Komang/Nyoman, anak IV Ketut, anak V kembali lagi ke nama I. Selain itu, masyarakat Bali memiliki kearifan lokal antara lain “menyama braya” yang berarti kebersamaan, hidup bersama/berdampingan, atau dalam istilah umum “gotongroyong”. Langgengnya budaya Bali dalam kehidupan masyarakat di atas tidak terlepas dari peran Pemerintah Provinsi Bali dalam mengupayakan pembangunan bidang budaya dengan pembinaan secara berjenjang melalui banjar maupun lembaga dan organisasi kesenian. Pembinaan dilakukan dengan mengadakan pesta kesenian tingkat kabupaten/kota hingga tingkat provinsi. Pengembangan seni budaya tersebut diarahkan untuk menunjang aktivitas hiburan dan pariwisata. Hingga kini tercatat ada 384 organisasi kesenian di Kota Denpasar (Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2013, hal.193). Di bidang pendidikan di Kota Denpasar terdapat sarana pendidikan mulai tingkat Taman Kanak-kanak (TK) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT). Jumlah TK negeri 1 buah dan TK swasta 214 buah. Jumlah Sekolah Dasar (SD) negeri 171 buah, SD swasta 51 buah. Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 54 buah, jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) negeri 14 buah dan SLTA swasta 48 buah. Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

83

Sedangkan jumlah Perguruan Tinggi (PT) negeri dan swasta sebanyak 24 buah (Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2011, hal. 55-85). Terdapatnya sekolah-sekolah swasta mulai dari jenjang pendidikan terendah hingga perguruan tinggi di atas, mengIndikasikan tingginya kepedulian masyarakat terhadap pendidikan bagi para generasi penerus mereka. Di bidang ekonomi, kehidupan perekonomian di Kota Denpasar diwarnai oleh ragam pekerjaan penduduk dalam berbagai sektor. Sebagian besar penduduk bekerja di sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai 43,26 % dari jumlah penduduk Kota Denpasar. Jumlah tersebut jauh melebihi jumlah penduduk Provinsi Bali yang bekerja di sektor yang sama, yakni hanya mencapai 26,24 %. Jumlah terbesar kedua yaitu sektor jasa yang mencapai 24,45 %, lalu penduduk yang bekerja di sektor industri sebanyak 13,94 %. Kemudian berturut-turut penduduk yang bekerja di sektor angkutan dan komunikasi sebanyak 8,23 %, sektor keuangan 4,93 %, sektor bangunan/konstruksi 4,21 %, sektor pertanian 0,88 % dan sektor listrik, gas dan air minum 0.09 % (Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2011, hal.42). Penduduk Kota Denpasar yang bekerja di sektor pertanian tersebut jauh lebih sedikit dibanding dengan kabupaten-kabupaten lain di Provinsi Bali yang seluruhnya mencapai sekitar 30,87 % dari jumlah penduduk Provinsi Bali. Kehidupan politik masyarakat terlihat dari antara lain keberadaan partai-partai politik di Kota Denpasar. Pada periode Pemilu 2009 dan Pemilu sebelumnya, terdapat paling tidak 6 partai politik yang memiliki perwakilan di DPRD Kota Denpasar. Ke 6 partai politik dimaksud yaitu: PDIP, Partai

84

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Golkar, Partai Demokrat, Partai Gabungan, Amanat Bangkit Sejahtera dan Partai Indonesia Raya. Partai PDIP pada Pemilu 2009 dan Pemilu sebelumnya memperoleh suara terbanyak, ditandai oleh jumlah anggota di DPRD Kota Denpasar mayoritas yakni 17 wakil pada Pemilu 2009 dan 24 wakil pada Pemilu sebelumnya. Partai Golkar dan Partai Demokrat pada Pemilu 2009 menempati urutan kedua dengan jumlah anggota di DPRD Kota Denpasar masing-masing 19 wakil. Pada Pemilu sebelumnya Partai Demoktar menempati posisi ketiga dengan jumlah wakil di DPRD Kota Denpasar hanya 4 orang. Sedangkan Partai Amanat Bangkit Sejahtera pada Pemilu 2009 tidak ada wakilnya di DPRD Kota Denpasar. Berbeda dengan Partai Indonesia Raya yang pada Pemilu 2009 memiliki wakil di DPRD sedangkan pada Pemilu sebelumnya tak memiliki wakil di DPRD Kota Denpasar (Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2013, hal. 21). Kehidupan Keagamaan

Kehidupan keagamaan dalam keseharian masyarakat Provinsi Bali pada umumnya dan khususnya Kota Denpasar, terlihat dominan diwarnai upacara-upacara keagamaan umat Hindu. Upacara keagamaan dimaksud antara lain: penempatan sesaji di tempat-tempat tertentu seperti di depan pintu pagar rumah, di perempatan jalan, di bawah pohon yang mereka anggap keramat dan di tempat pemujaan manifest di tiap rumah mereka. Kegiatan sesaji tersebut dapat kita saksikan setiap hari di berbagai tempat. Selain itu ada upacara keagamaan (Hindu)

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

85

yang mereka lakukan pada momen-momen tertentu seperti pada waktu Bulan Purnama dan Bulan Tilem setiap bulan. Keadaan demikian dapat dimaklumi karena selain dalam kepercayaan umat Hindu di Bali sarat dengan upacara keagamaan, sebagian besar penduduk Provinsi Bali beragama Hindu. Demikian pula penduduk Kota Denpasar, mayoritas juga beragama Hindu. Mereka pada umumnya terdiri atas orang-orang Bali yang merupakan penduduk asli Pulau Bali. Berdasarkan data Sensus Penduduk Tahun 2010 di atas, terdata jumlah penduduk Kota Denpasar mencapai 788.589 jiwa. Dilihat dari segi agama, jumlah umat Hindu menempati posisi mayoritas yakni 538.166 jiwa (68,24 %) dari jumlah penduduk Kota Denpasar. Jumlah umat Islam menempati posisi terbesar kedua yakni 195.045 jiwa (24,73 %). Posisi ketiga yaitu umat Kristen dengan jumlah 25.272 jiwa (3,20 %), selanjutnya berturut-turut umat Katolik dengan jumlah 17.249 jiwa (2,19 %), umat Buddha 12.704 jiwa (1,61 %) dan Khonghucu 153 jiwa (0,03 %) (Kantor Kementerian Agama Kota Denpasar, Januari 2012, hal. 14). Masing-masing umat beragama di atas tersebar di 4 kecamatan di Kota Denpasar, dengan rincian: Umat Hindu sebagian besar terkosentrasi di Kecamatan Denpasar Selatan dengan jumlah 170.725 jiwa dan Denpasar Barat 143.548 jiwa. Umat Islam sebagian besar terkosentrasi di Kecamatan Denpasar Barat dengan jumlah 70.455 jiwa dan Denpasar Selatan 54.013 jiwa. Umat Kristen terkosentrasi di Kecamatan Denpasar Selatan dengan jumlah 10.094 jiwa dan Denpasar Barat 7.367 jiwa, umat Katolik di Kecamatan Denpasar Selatan 5.692 jiwa dan Denpasar Timur 5.427 jiwa, umat Buddha di Kecamatan Denpasar Selatan 4.263 jiwa dan Denpasar Barat 4.165 jiwa, sedangkan umat Khonghucu sebagian besar 86

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

terkosentrasi di Kecamatan Denpasar Selatan dengan jumlah 64 jiwa (Kantor Kementerian Agama Kota Denpasar, Januari 2012, hal.14). Untuk keperluan peribadatan, masing-masing agama memiliki rumah ibadat yang jumlahnya secara proporsional relatif sejalan dengan jumlah pemeluk masing-masing agama. Umat Hindu memiliki rumah ibadat/bangunan suci berupa: Kahyangan Tiga 105 buah, Kahyangan lainnya 105 buah, Swagina 75 buah dan Kahyangan Jagad 1 buah. Umat Islam memiliki masjid 26 buah dan mushalla 80 buah. Umat Kristen memiliki gereja 67 buah, umat Katolik memiliki gereja 4 buah dan kapel 1 buah, umat Buddha memiliki vihara 7 buah dan cetya 3 buah, sedangkan umat Khonghucu memiliki Klenteng 1 buah (Kantor Kementerian Agama Kota Denpasar, Januari 2012, hal. 15). Untuk pembinaan rohani, masing-masing agama memiliki tenaga rohaniawan yakni: Hindu 1.658 orang terdiri atas pendeta dan pemangku; Islam 180 orang, terdiri atas ulama, khatib dan mubaligh; Kristen 68 orang pendeta; Katolik 25 orang, terdiri atas pastor, uskup dan suster; dan Buddha 34 orang terdiri atas bikkhu dan upakara (Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2011, hal. 199-200). Untuk peningkatan pendidikan dan pengetahuan agama, masing-masing agama memiliki sarana pendidikan berupa sekolah agama. Umat Hindu memiliki 187 TK Hindu, 233 SD Hindu, 44 SMP Hindu, 1 IHDN dan 1 UNHI. Umat Islam memiliki 17 RA, 7 MI, 4 MTs., 2 MA, 22 Madrasah Diniyah dan 8 Pondok Pesantren. Umat Kristen memiliki 2 TK, 2 SD, 3 SMP dan 2 SMA. Umat Katolik memiliki 2 TK, 3 SD, 3 SMP dan 2 SMA (Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2011, hal. 78-82). Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

87

Selain itu, umat Hindu memiliki lembaga pendidikan: Pratama Widya Pasraman, Adi Widya Pasraman, Madyama Widya Pasraman, Utama Widya Pasraman dan Pesantian yang seluruhnya berjumlah 166 buah dikelola swasta. Umat Islam memiliki TPQ, TK Islam dan Majelis Taklim seluruhnya berjumlah 117 buah. Umat Buddha memiliki Sekolah Minggu Buddha sebanyak 5 buah dan umat Khonghucu memiliki Sekolah Minggu Khonghucu 1 buah (Kantor Kementerian Agama Kota Denpasar, Januari 2012, hal. 13-14). Dalam upaya koordinasi kegiatan keagamaan maupun kegiatan sosial bernuansa agama, masing-masing kelompok agama memiliki lembaga atau organisasi keagamaan, antara lain: Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Denpasar, Gerakan Muda Budhis Indonesia (GEMA BUDHI), Perhimpunan Pemuda Hindu, Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI), Nahdlatul Ulama (NU) Cabang Kota Denpasar, Muslimat NU Kota Denpasar, Pengajian alHidayah, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikata Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Aisyiyah Kota Denpasar, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), PD Wanita Islam, Majelis Dakwah Islamiyah (MDI), Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kota Denpasar, serta Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren (Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Denpasar, Data-Data Lengkap Ormas Umum, Ormas Keagamaan, Yayasan, LSM, Paguyuban, Aliran Kepercayaan, 2011). Dinamika kehidupan keagamaan masyarakat selain diwarnai oleh kegiatan keagamaan masing-masing umat beragama, juga diwarnai pula oleh kebijakan pemerintah Provinsi Bali dan Walikota Denpasar terkait dengan fungsinya

88

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

dalam memberikan pelayanan keagamaan masyarakat.

di bidang

kehidupan

Kebijakan dimaksud antara lain dimanifestasikan dalam berbagai peraturan seperti: Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (PBM) Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 yang berisi pedoman tentang Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan FKUB dan Pendirian Rumah Ibadat, Peraturan Gubernur Bali Nomor 32 Tahun 2008 tentang FKUB, Keputusan Gubernur Bali Nomor 1047/01-D/HK/2008 tentang Pembentukan dan Susunan Keanggotaan FKUB Provinsi Bali, serta Peraturan Walikota Denpasar Nomor 8 Tahun 2009 tentang FKUB Kota Denpasar. Secara administratif Kota Denpasar terbagi menjadi 4 kecamatan, 43 kelurahan/desa. Keempat kecamatan dimaksud yaitu: (1) Kecamatan Denpasar Selatan terdiri atas 10 kelurahan/desa, (2) Kecamatan Denpasar Timur terdiri atas 11 kelurahan/desa, (3) Kecamatan Denpasar Barat terdiri atas 11 kelurahan/desa dan (4) Kecamatan Denpasar Utara terdiri atas 11 kelurahan/desa (Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2013, hal 1). Berbeda dengan wilayah-wilayah lain di Indonesia, di Kota Denpasar dan seluruh wilayah Provinsi Bali di samping terdapat pemerintahan desa/kelurahan terdapat pula banjar. Di Kecamatan Denpasar Selatan selain terdapat 10 desa dinas/kelurahan, terdapat pula 11 desa adat, 106 banjar dinas dan 90 banjar adat. Di Denpasar Timur selain 11 desa dinas/kelurahan terdapat pula 12 desa adat, 87 banjar dinas dan 97 banjar adat. Di Denpasar Barat selain terdapat 11 desa dinas/kelurahan Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

89

terdapat pula 2 desa adat, 112 banjar dinas dan 106 banjar adat. Sedangkan di Denpasar Utara selain terdapat 11 desa dinas/kelurahan terdapat pula 10 desa adat, 102 banjar dinas dan 99 banjar adat. Dengan demikian di wilayah Kota Denpasar selain secara nasional terdapat 43 pemerintahan desa/kelurahan yang disebut desa dinas, terdapat pemerintahan adat yang jenis dan jumlahnya jauh lebih banyak dibanding dengan pemerintahan desa/kelurahan. Jenis-jenis pemerintahan adat dimaksud yaitu: desa adat 35 buah, banjar dinas 407 buah dan banjar adat 392 buah (Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2013, hal. 17). Sebagian besar yakni sekitar 10.136 ha wilayah Kota Denpasar terdiri atas tanah kering, sekitar 2.632 ha berupa persawahan dan selebihnya terdiri atas antara lain tambak, kolam, tebat dan empang (Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2011, hal.1).

90

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Potret Pelarangan Jilbab Profil Siswi dan Kepala Sekolah di SMAN Denpasar Anita Whardani biasa dipanggil Anita, merupakan siswi yang dilarang mengenakan Jilbab di SMA N 2 Denpasar. Lahir di Denpasar tanggal, 04 April 1996. Anak ke 3 dari 3 bersaudara dari pasangan Parwoto dan Ni Made Sulastri. Tinggal di Jalan Juwet Sari Gang Jalas Veva 24 Denpasar Selatan, Bali. Anita bersekolah di SD Muhammadiyah 1 Denpasar (2002-2008), SMP Muhammadiyah 1 Denpasar (2008-2011) dan sekarang duduk di kelas XII IPA-I di SMAN 2 Denpasar (20112014). Aktif diberbagai organisasi, yaitu di Palang Merah Remaja (PMR) SMAN 2 Denpasar, Remaja Islam SMAN 2 Denpasar (RISMANDA), Solidaritas Peduli Jilbab (SPJ) Denpasar, dan Pengurus Daerah Pelajar Islam Indonesia (PII) Denpasar. Selain aktif berorganisasi Anita juga memiliki hobi membaca novel biografi, mengoleksi buku sejarah Islam dan buku-buku keislaman lainnya dan menyukai traveling. Sedangkan Kepala Sekolah SMAN 2 Denpasar yang dituntut Anita bernama Ketut Sunarta. Lahir, 31 Desember 1955. Pendidikan terakhir S2 jurusan Filsafat dan Humainiora. Merupakan guru bahasa Inggris merangkap Kepala Sekolah SMAN 2 Denpasar, mulai bertugas 1 maret 1980. Kronologis Kejadian di SMAN 2 Denpasar Bermula pada tahun 2011, Anita Whardani memasuki masa pendidikannya di bangku SMA. waktu itu Anita Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

91

diterima di SMAN 2 Denpasar. SMAN 2 Denpasar merupakan salah satu sekolah terfavorit di Denpasar. Anita merupakan siswi lulusan SMP Muhammadiyah 1 Denpasar. Dia adalah siswi yang menggunakan jilbab. Sebelum mendaftar ke SMA, Anita sudah tahu bahwa di SMAN 2 Denpasar akan mengalami kesulitan untuk mengenakan jilbab. Informasi tersebut dia dapat dari guru SMP-nya. Sebenarnya ia ragu untuk mendaftarkan dirinya ke SMAN 2 Denpasar. Namun karena dorongan dan permintaan dari kedua orang tuanya, akhirnya Anita memilih untuk menuruti keinginan orang tuanya, dia pun mendaftar juga ke sekolah favorit tersebut. Ketika mendaftar ulang pada bulan Juli 2011, ada seorang petugas dari sekolah yang melihat ijazah SMP Anita mengenakan jilbab. Lalu petugas tersebut memberitahu Anita agar tidak mengenakan jilbabnya saat masuk sekolah nanti. Anita belum mengenal siapa nama dan jabatan petugas tersebut. Ketika itu juga, Anita sempat sontak mengalami keguncangan bathin saat mendengar hal itu. Ketika Masa Orientasi Siswa (MOS) selama satu minggu dari tanggal 18–23 Juli 2011, Anita tidak mengenakan jilbabnya. Saat kegiatan tersebut, Anita melihat dua orang peserta MOS yang mengenakan jilbab. Di saat itu juga, terlihat satu orang kakak kelasnya yang juga mengenakan jilbab. Kemudian harapan untuk dapat berjilbab pun kembali muncul pada diri Anita. Pada tanggal 25 Juli 2011, Anita memulai sekolah perdananya tanpa mengenakan jilbab. Ketika Anita masuk sekolah, sudah tidak ada lagi kakak kelasnya yang memakai jilbab begitu pula teman seangkatannya. 92

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Setahun sebelum Anita masuk SMAN 2 Denpasar, ada seorang siswi yang bernama Ria Putri Lestari (Putri). Dia merupakan siswi SMAN2 Denpasar angkatan 2007-2010. Putri dapat mengenakan jilbabnya selama bersekolah di SMAN 2 Denpasar lantaran kepala sekolahnya I Gst. Raka. Ketika itu kepala sekolah mengabulkan permohonan Ria Putri Lestari untuk mengenakan jilbab. Ria Lestari saat itu didampingi Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PW PII) Bali untuk dapat mengenakan jilbabnya selama Ria Putri Lestari menjadi siswi di SMAN 2 Denpasar. Kepala Sekolah mengizinkan dan memiliki kebijakan bahwa tidak ada larangan bagi pelajar muslimah menggunakan jilbab bahkan difasilitasi seragam muslimahnya selama beliau menjabat sebagai kepala sekolah SMAN 2 Denpasar. Di tahun 2008 terjadi pergantian Kepala Sekolah dari I Gst. Gde. Raka ke Ketut Sunarta, yang saat ini menjabat sebagai Kepala Sekolah SMAN 2 Denpasar. Pergantian kepala sekolah ini tidak mempengaruhi perizinan Putri untuk mengenakan jilbabnya saat bersekolah. Putri tetap mengenakan jilbabnya hingga ia lulus dari SMAN 2 Denpasar. Anita dan Putri sebenarnya sudah saling mengenal, mereka sama-sama merupakan anggota Pelajar Islam Indonesia (PII) Denpasar. Hanya saja mereka berbeda angkatan. Setelah Putri lulus sekolah, setahun kemudian Anita masuk di sekolah tersebut. Karena melihat kakak seniornya pernah memakai jilbab, akhirnya Anita pun terdorong untuk mencari informasi ke berbagai pihak bagaimana agar bisa mengenakan jilbab di SMAN 2 Denpasar.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

93

Kepala sekolah baru Ketut Sunarta telah membuat kebijakan larangan penggunaan jilbab ketika Kegiatan belajar mengajar. Namun kebijakan tersebut tidak tertulis dan tidak ada klausal larangan secara langsung di dalam aturan sekolah (Keputusan Kepala SMAN 2 Denpasar Nomor: 421/959/SMAN 2. Tanggal 14 Juni 2012). Pada bulan April 2012, Anita berkonsultasi dengan guru Bidang Kesiswaan (BK), Ni Made Mahyuni. Diskusi ini Anita awali dengan pertanyaan seputar nilai dan jurusan yang kelak akan Anita ambil untuk program kelas XI dan kuliah nanti. Setelah itu Anita membuka diskusi tentang perizinan berjilbab di SMAN 2 Denpasar. Di saat yang bersamaan, di rungan itu juga ada guru BK lainnya yaitu I Wayan Dira. Ni Made Mahyuni memberikan cerita dan pandangannya tentang orang berjilbab. Beliau mengatakan, “bahwa yang Islam tidak mesti berjilbab. Dia buktikan dengan cerita tentang temannya yang dulu kuliah tapi akhirnya setelah menikah baru dipakai, ada nada yang tidak baik juga yang berjilbab itu”. Kemudian I Wayan Dira, pun menceritakan tentang saudaranya yang muslim. Pandangan mereka seolah-olah hanya mengurungkan niat Anita mengenakan jilbabnya di sekolah. Kemudian Anita pun mempertanyakan terkait perizinan kakak kelas seniornya, Ria Putri Lestari yang dapat mengenakan jilbab selama tiga tahun bersekolah di SMAN 2 Denpasar. Kedua Guru BK tersebut membenarkan apa yang disampaikan oleh Anita. Kemudian Ni Made Mahyuni mencoba untuk menerangkan aturan sekolah kepada Anita dan menyerankan kepada Anita agar ‘menurut’ saja terhadap aturan sekolah. Melihat keinginan yang kuat dalam diri siswinya itu, Ni Made Mahyuni pun seolah tidak ingin 94

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

mematahkan harapan siswinya. Beliau pun menganjurkan Anita agar menemui Kepala Sekolah. “mungkin saja kepala sekolah mau mengizinkanya”, kata kedua guru tersebut. Pada hari Sabtu, 09 Juni 2012, Anita ditemani Bapaknya (Parwoto) dan Guru BK I Ni Made Mahyuni menemui kepala sekolah. Pertemuan ini merupakan i’tikad baik dari Anita dan orang tuanya untuk meminta izin (secara baik-baik) kepada Kepala Sekolah SMAN 2 Denpasar, agar Anita diperbolehkan mengenakan jilbab ketika bersekolah. Pertemuan tersebut berlangsung hampir satu jam. Dialog antar kepala sekolah, Anita dan Parwoto pun terjadi. Ni Made Wahyuni juga ikut berdialog meski tak terlalu banyak mengeluarkan suaranya. Anita juga sudah tidak ingat apa yang dibicarakan oleh Made Wahyuni. Dalam dialog itu, Sunarta menjelaskan tentang peraturan sekolah. Beliau menyatakan tidak bisa mengubah peraturan tersebut seenaknya karena peraturan itu dibuat dan disepakati secara bersama-sama. “Peraturan sekolah tidak bisa diganggu oleh pihak luar (pemerintah). Ini sudah menjadi otonomi sekolah”, kata beliau. Terkait keinginan Anita untuk berjilbab di SMAN 2 Denpasar, Anita disarankan untuk bersekolah di sekolah lain saja jika ingin tetap mengenakan jilbabnya. Beliau juga mengatakan bahwa tidak melarang namun beliau juga tidak memberi izin Anita untuk berjilbab di sekolah. Anita menjelaskan tentang perintah menutup aurat dalam agama Islam. Beliau pun memuji Anita karena diusianya yang masih muda itu, ia sudah memiliki keimanan yang kuat. Selain itu, Anita juga menegaskan bahwa peraturan sekolah terkait tentang pelarangan berjilbab itu tidak pernah ada. Anita menyebutkan pula tentang UUD 1945 Pasal 29 tentang Agama. Lantas beliau menyarankan Anita untuk Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

95

mendirikan sekolah sendiri. Beliau tidak ingin murid di SMAN 2 Denpasar tidak seragam karena ada satu yang berjilbab. Lalu Anita juga menceritakan tentang fakta kakak kelasnya dulu yang bernama Ria Putri Lestari yang bisa menggunakan jilbab di sekolah itu. Kemudian Anita mempertanyakan mengapa dirinya sekarang tidak dibolehkan menggunakan jilbab di sekolah. Beliau malah bilang kalau “Saat itu peraturan sekolah tidak ditegakkan dengan baik”. Anita bingung, sebenarnya peraturan mana yang dimaksud Kepala Sekolah. Karena di dalam peraturan sekolah jelas-jelas tidak ada larangan berjilbab. Lalu Kepala Sekolah juga menjelaskan, “Ini kan bukan sekolah Islam, bukan juga Hindu saja, lebih baik jangan ada yang berbeda-beda (symbol-simbol agama) seperti itu, biar seragam saja”. Kemudian Kepala Sekolah melanjutkan dialognya bersama Bapaknya Anita. Mereka berbincang berdua. Anita tidak terlalu memperhatikan dan mendengarkan pembicaraan mereka. Namun Anita mendengar dan mengingat sedikit perkataan Kepala Sekolah kepada Bapaknya, bahwa “Orang beriman tidak mesti menunjukkan keimanannya dengan berjilbab, masih banyak cara lain”. Tidak hanya bingung dengan perkataan Kepala Sekolah, Anita pun semakin dibuat bingung oleh sikap Bapaknya. Ia terheran-heran mengapa tiba-tiba Bapaknya pada saat itu justru tidak cukup mampu untuk membelanya. Ini juga menjadi salah satu tameng Kepala Sekolah untuk semakin tidak memberinya izin berjilbab. Anita sudah meminta dukungan penuh dari Bapaknya, dan Bapaknya pun berkomitmen untuk membantu anaknya dalam memperjuangkan haknya mengenakan jilbab di sekolah.

96

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Kecewa dengan keputusan pihak sekolah, Anita pun menangis. Perasaan kesal, sedih dan kecewa tercampur di sana. Ia pun sangat kaget ketika Kepala Sekolah mengatakan bahwa dia (Anita) itu tidak dewasa. Selama dialog ini berlangsung. Saat perbincangan terjadi, di luar ruangan ada Bapak Rahmat Bayu (Sekretaris/Asisten Kepsek) yang sedang menunggu/mengawal Kepsek. Kesimpulan dari dialog ini ditutup dengan penegasan bahwa aturan mengenai larangan menggunakan jilbab sudah diatur sejak dahulu oleh Komite Sekolah, guru-guru dan wali murid. Siswa SMAN 2 Denpasar harusnya menaati peraturan sekolah. Dari pihak orang tua Anita pun akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan lagi kasus ini karena khawatir anaknya hanya akan menjadi korban kebijakan sekolah (disuruh pindah secara paksa atau dikeluarkan dari sekolah). Perjuangan tetap berlanjut, pada tanggal 23 Juni 2012, PW PII Bali menyelenggarakan diskusi akbar di masjid Baitul Makmur Denpasar terkait kasus pelarangan jilbab di SMAN 2 Denpasar. Diskusi ini membahas strategi agar pelarangan jilbab di sekolah negeri tidak berlanjut. Ketua Panitia Diskusi/Tim ini bernama Mohammad David Yusanto (Ketua III Bidang Eksternal PW PII Bali) dan Devi Yulianti Anwar sebagai sekretaris Tim dengan dimoderatori oleh Fathima Az zahra. Diskusi itu dihadiri oleh PII, KAMMI Denpasar, Puskomda, Ketua DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) Provinsi Bali, KB PII dan undangan individu, serta beberapa tamu tak diundang (Intelijen) dari Kesbangpol/Kepolisian Denpasar/Bali.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

97

Penyelenggaraan diskusi ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan dari PW PII Bali akan respond dan penilaian dari Ormas Islam lainnya terhadap pandangan PW PII Bali atas kasus ini. Adapun pandangan dari PW PII Bali yang disepakati dalam rapat intern PW PII Bali adalah: 1) meminta izin kembali kepada sekolah namun ada pendampingan dari PW PII dan MUI Bali; 2) Melayangkan pengaduan ke Disdikbud dan Kemenag Wilayah Bali; 3) Isu ini tidak dibawa ke ranah nasional. Diskusi ini berjalan lancar, walaupun ada beberapa pandangan yang berbeda antar peserta. Namun bagaimanapun kesepakatan bersama harus tetap dijadikan target sebagai hasil dari diskusi ini. Adapun pandangan umum dari diskusi tersebut yang disepakati bersama oleh seluruh peserta antara lain: 1) Kembali melakukan pendekatan dan perizinan kembali kepada Kepala Sekolah dengan pendampingan, 2) Melakukan pendekatan dan membawa kasus ini ke Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Disdikpora, dan instansi pemerintah lainnya yang terkait tentang pendidikan, 3) tidak memblow-up kasus ini ke ranah nasional. Namun anehnya beberapa hari setelah diskusi akbar ini, berita larangan berjilbab ini sudah menyebar di media online nasional, diantaranya link ini: http://www.arrahmah.com/ read/2012/07/06/21454-sman-2Denpasar-larang-siswi-muslimah-berkerudung.html, http://www.republika.co.id/ berita/dunia-islam/islamnusantara/12/06/23/m621zi-wah-ada-sekolah-negeri-di-balilarang-jilbab, http://archive.kaskus.co.id/thread/15113165/protes-pelajar-

98

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

islam-indonesia-pii-di-pulau-dewata dan masih banyak lagi link media online yang mengangkat isu ini. Pada Juli 2012 saat awal masuk kelas XI, Anita mendapat informasi dari PW PII Bali bahwa ada keluarga besar PII Bali bernama Zarina sebagai salah satu anggota Komite Sekolah SMAN 2 Denpasar. Anita menemui Zarina dengan harapan dapat membantu pelobian ke pihak sekolah agar dapat mengizinkan Anita untuk mengenakan jilbab. Zarina pernah menelpon Wakasek Sarana dan Prasarana (Desak Nyoman Rai Kartini), sangat dekat dengan Kepala Sekolah dan memiliki pengaruh besar di SMAN 2 Denpasar. Beliau mencoba untuk melobi Wakasek untuk mengizinkan Anita memakai jilbab. Namun dalam pembicaraan melalui telepon tersebut Zarina mendapat respon negative. Awal Juli 2012 saat masuk sekolah, pihak SMAN 2 Denpasar pernah mengadakan rapat besar di aula sekolah yang dihadiri oleh Komite Sekolah, Kepala Sekolah, Guruguru dan Karyawan, seluruh murid di pulangkan di hari itu. Bagi Anita rapat di aula sekolah merupakan hal yang tidak biasa dikarenakan rapat sekolah biasanya dilaksanakan di ruang guru atau Tri Mandala. Selang beberapa hari kemudian setelah rapat besar itu, Zarina menyampaikan kepada Devi Yulianti Anwar (PW PII Bali) bahwa salah satu agenda rapat adalah membahas tentang jilbab yang ingin dikenakan oleh Anita. Ketika itu Wakasek Urusan Sarana dan Prasarana (Desak Nyoman Rai Kartini) adalah guru yang sangat keras menolak ada murid berjilbab di sekolah, dengan alasan demi keseragaman siswa.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

99

Dalam rapat tersebut, Zarina sudah berupaya untuk membela hak Anita dan murid/siswi muslim lainnya untuk memakai jilbab. Namun semua peserta rapat tidak ada yang mendukungnya. Peserta rapat setuju dengan penolakan Desak Nyoman Rai Kartini. Dalam rapat tersebut, ada juga beberapa guru muslim namun tidak ada satupun yang berkomentar mengenai aturan larangan berjilbab, semuanya terdiam. Dampak dari larangan berjilbab ini membuat para murid muslimah tidak ada yang berani membela haknya, hanya Anita saja yang berani melakukan gerakan perlawanan hingga sejauh ini membuat gempar para guru SMAN 2 Denpasar. Ada beberapa muslimah kawan Anita mengaku biasanya berjilbab tetapi tidak berani memakai jilbab di sekolah, mereka hanya akan memakai jilbab di sekolah jika perjuangan Anita berhasil dan sebagaian lainnya akan memakai jilbab setelah lulus sekolah saja daripada harus menghadapi masalah dengan pihak sekolah. Setelah liburan Idul Adha, 31 Oktober 2012, Anita datang ke kantor LBH FKPPI Provinsi Bali untuk konsultasi. Advokat dari LBH FKPPI bernama R. Haryo Christayuda, menyarankan agar Anita kembali memakai seragam muslimah untuk mengetahui respon para guru. Anita pun nekad melakukan hal itu ke sekolah pada hari Rabu, 21 November 2012. Hari itu, mata pelajaran jam pertama adalah pelajaran bahasa Bali. Ternyata, guru bahasa Bali hari itu tidak hadir sehingga menyebabkan proses belajar mengajar tidak efektif alias jam kosong. Tiba-tiba Kepala Sekolah masuk ke kelas Anita untuk member nasihat kepada seluruh murid dan bertanya kepada Anita “kok bajunya seperti itu”, Anita diam saja tidak menjawab. Lalu Kepala Sekolah menyuruh Anita datang ke 100

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

ruangan Kepala Sekolah. Pada pertemuan kedua ini Kepala Sekolah menegaskan “Kalau pakai jilbab kelihatan atau tidak logo OSIS SMA-nya? Kelihatan atau tidak emblem SMAN 2 nya?” lagilagi beliau menyarankan untuk pindah sekolah saja kalau Anita tetap ingin berjilbab. Anita diminta untuk bertahan saja (tidak memakai jilbab), kalau tetap ingin bersekolah di SMAN 2 Denpasar. Anita menjawab “Kan bisa dinaikin sedikit Pak kerudungnya jadi masih kelihatan logonya”. Kepala Sekolah tetap tidak mengizinkan. Lalu tiba-tiba Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan Ida Bagus Sueta Manuaba, masuk ruangan. Beliau menanyakan keperluan Anita di ruang Kepsek. Bincangbincang kecil terjadi antara Kepsek dan Wakasek. Setelah itu mereka bertiga (Kepsek, Wakasek, dan Anita) sempat memperbincangkan soal Ria Putri Lestari. Anehnya, Sueta Manuaba justru mengatakan bahwa “Putri, dulu sekolah engga pakai jilbab, dia baru pakai jilbab setelah lulus SMAN 2 Denpasar”. Anita tahu Sueta sedang berbohong. Sunarta pun mengiyakan kalau Putri tidak berjilbab ketika sekolah. Suasana hati Anita ketika itu sangat kesal, karena Anita sangat kenal dengan Ria Putri Lestari, tetapi mengapa mereka berbicara yang tidak benar tentang Putri? Berkali-kali Anita sarankan untuk pindah sekolah saja kalau memang tetap ingin memakai jilbab dan diminta untuk segera memutuskan pilihan. Setelah perbincangan ini mereka malah mengajak Anita bercanda soal siapa yang akan Anita pilih menjadi Kepala Sekolah seandainya dia disuruh memilih. Anita menjadi kesal, ada-ada saja sikap Kepsek dan Wakasek. Tepat pukul 08.30 waktu Denpasar, Anita minta undur diri dari perbincangan itu karena ada pelajaran selanjutnya. Ketika Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

101

Anita masuk kelas lagi, Anita mendapatkan respon yang biasa-biasa saja dari para guru yang mengajar di kelasnya hingga pelajaran usai. Guru-guru tersebut tidak ada yang mempertanyakan tentang seragam dan jilbab yang ia kenakan. Keesokan harinya, tanggal 22 November 2012, Anita dan perwakilan PW PII Bali (Devi Yulianti Anwar dan Riza Arfian Bahasuan) kembali mendatangi LBH FKPPI untuk konsultasi hokum. Kemudian advokad dari LBH tersebut merencanakan untuk mengirimkan surat ke SMAN 2 Denpasar dan ke Disdikpora Kota Denpasar untuk mengkonfirmasi aturan seragam berjilbab. Namun seiring waktu berjalan tidak ada kelanjutannya hingga waktu itu, dikarenakan tidak ada komunikasi lebih lanjut. Selama Anita mengikuti ekstra kurikuler, ketika duduk di kelas XI, Anita selalu memakai jilbab. Teman-temannya tidak ada yang mempermasalahkan hal itu. Anita pernah mendapat informasi dari temannya bahwa ada pihak sekolah (guru) yang bertanya ke salah satu temannya terkait siapakah yang memakai jilbab di PMR?. Selain itu, pada tanggal 8 Desember 2012, sekolah menyelenggarakan kegiatan lombalomba. Dalam kesempatan itu, Anita mengenakan jilbabnya di sekolah. Seorang guru yang bernama Ni Putu Suka Putrini, pun menegur Anita. Beliau mengatakan “Pindah sekolah saja kalau mau memakai jilbab! Kasihan peraturan sekolah tidak ditaati”. Selain itu, juga beberapa kegiatan sekolah yang pernah Anita ikuti dengan mengenakan jilbab namun pada saat itu guruguru tidak ada yang menegurnya. Pada tanggal 25 Mei 2013, pengurus PW PII Bali (Devi Yulianti Anwar, Fathima Az zahra, Mohammad David 102

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Yusanto dan Anita Whardani) ditemani Alumni PII Bali yakni Muhammad Thaufeil, menemui Nilman Nabi di rumahnya. Beliau adalah seorang anggota DPRD Kota Denpasar yang berasal dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Kunjungan mereka ke sana bertujuan untuk berdiskusi terkait larangan memakai jilbab di sekolah negeri yang ada di Bali. “Kasus ini memang berat sebab umat Islam di Bali minoritas, apalagi pasca bom Bali, hubungan antar umat sempat terganggu dan kini sedang kembali merajut harmonisasi, jadi kasus ini jangan langsung ditanggapi secara frontal, harus hati-hati. Gunakan dulu jalur diplomasi”, tanggapan beliau. Beliau berjanji akan datang ke SMAN 2 Denpasar pasca ulangan umum yang selesai di bulan Juni 2013. Namun, ulangan umum selesai, komunikasi antara PW PII Bali dan Hilmun pun terputus. Pada tanggal 14 September 2013, PW PII Bali (Mohammad David Yusanto dan Firdaus Salam Isnanto) menghadiri acara FKUB. Keduanya memanfaatkan momentum itu dengan membawa kasus pelarangan jilbab di SMAN 2 Denpasar. Ketua FKUB Ida Bagus Gede Wiyana mengaku tidak tahu kalau ada larangan pemakaian jilbab di sekolah. Beliau menyarankan agar melaporkan kasus tersebut ke Ombudsman dikarenakan kasus ini terkait dengan sistem pendidikan, FKUB tidak memiliki wewenang di ranah tersebut. Namun, jauh sebelum adanya masukan dari FKUB agar melaporkan kasus ini ke Ombudsman RI. Sebenarnya pada bulan Agustus 2012, salah satu personil PW PII Bali (Fathima Az Zahra) sudah pernah mencoba untuk melaporkan kasus tersebut ke Ombudsman RI secara online. Namun niat tersebut tidak jadi karena ternyata bahan-bahan yang dibutuhkan untuk laporan kasus belum lengkap. Selain itu, ia Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

103

merasakan masih ragu dan takut jika apa yang ia lakukan ini ternyata bisa jadi merupakan tindakan yang diambil secara gegabah. Saat itu juga, ia merasakan kekhawatiran yang amat mendalam. Kemungkinan akan berdampak buruk yang bisa saja menimpa Anita. Dapat mengganggu keharmonisan antar umat Islam dan Hindu di Bali, yang sempat “retak” pasca bom Bali 1 dan 2. Walaupun ia dan teman-temannya juga tidak pernah menghendaki hal itu terjadi. Anita dan temantemannya juga tidak ingin dengan adanya kejadian ini dapat menimbulkan konflik SARA di di Bali. Mereka hanya ingin diperbolehkan mengenakan jilbab di sekolah negeri ketika pelajar muslimah mengenyam pendidikan. Setelah semua usaha dilakukan, Anita bingung harus berbuat apa lagi, apalagi tidak ada yang bisa membantu perjuangan mereka dengan serius. Sehingga PW PII Bali dan Anita hanya bisa sekedar sharing dengan rekan-rekannya. Sejak Oktober November 2013, penanganan kasus ini pun hilang, karena tidak berdaya untuk melanjutkannya. Pada tanggal 23 November 2013, pukul 17.00 WITA, Helmi Al Djufri, seorang pengurus Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia (PJMI) yang juga menjabat sebagai salah satu pimpinan Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) mengumpulkan kembali Tim Pendamping Advokasi untuk kasus Anita di Masjid Agung Sudirman Denpasar. Tujuannya adalah untuk meneruskan kasus tersebut hingga tuntas. Mereka pun membentuk sebuah Tim Advokasi. Tim Advokasi ini dipimpin oleh Helmi Al Djufri, dan Mohammad David Yusanto sebagai Koordinator Tim Lapangan.

104

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Keberatan Penggunaan Kerudung dan Peci Bagi Karyawan Hypermart Bali.

Selain kasus di SMAN 2, adalagi kasus yang sama dilakukan oleh The Hindu Center of Indonesia, setelah mereka melakukan survey pada Sabtu, 19 Juli 2014 ke Hypermart Bali. Mereka mengirim surat kepada pihak Hypermar Bali yang ditandatangani President The Hindu Center Of Indonesia pada tanggal 22 Juli 2014, nomor surat; 034/Bali/P-THCI/VII/2014 perihal surat keberatan atas kebijakan menggunakan busana muslim untuk pegawai di instansi swasta Hypermart Bali. Begitu juga dengan Aliansi Hindu Muda Indonesia, mengirim surat kepada pihak Kapolda Bali yang ditanda tangani Koordinatornya, dengan nomor surat: 16/AS/VII/2014, tanggal 22 Juli 2014 perihal Permohonan izin aksi simpatik dan damai “tolak kebijakan aturan busana muslim untuk pegawai Hindu di perusahaan Hypermart, Smartfren dan Hoka-Hoka Bento. Sementara pihak Hypermart Bali melakukan surat balasan kepada pihak The Hindu Center of Indonesia yang pada pokoknya menyambut baik dan berterima kasih atas masukan yang diberikan dan dalam tindakannya telah menghentikan pemakaian kerudung dan peci di Hypermart Bali Galeria. The Hindu Center of Indonesia mengirima surat keberatan kepada Hypermart Bali yang didasari dari hasil survey Tim Hukum The Hindu Center of Indonesia pada hari Sabtu, 19 Juli 2014. Informasi yang didapatkan dari HRD Office Mulyadi. Beliau memberikan keterangan bahwa: kebijakan perusahaan untuk seluruh staf dan pegawai Hypermart Bali menggunakan busana muslim merupakan program kantor yang tidak dipaksakan. Namun difungsikan sebagai bentuk keseragaman. Penggunaan atribut yang sangat simpel yaitu Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

105

hanya kerudung pada wanita dan peci nasional pada laki-laki. Segala bentuk atribut adalah bentuk penyemarakan dan menyambut bulan suci Ramadhan. Setelah ramadhan akan kembali menyesuaikan, tidak ada unsur paksaan dalam penggunaan atribut yang dikenakan oleh staf dan pegawai. Presentasi jumlah pegawai Hindu yang terdapat disana sebanyak 40% dan 60% muslim. Hal ini dinilai membuat citra yang tidak baik untuk Bali mengingat citra Bali dikenal sebagai pulau Dewata dan pulau seribu Pura. Untuk itu kami menghimbau agar pihak Hypermart Bali dengan segera menghentikan kebijakan perusahaan tersebut dan saat ini kami sedang mempertimbangkan untuk menindaklanjuti permasalahan ini ke ranah hukum dan ke depan kami berharap agar Hypermart Bali yang lebih menghargai Budaya Hindu Bali. Surat tersebut ditandatangani oleh President The Hindu Center of Indonesia Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna, pada tanggal 22 Juli 2014 dan suratnya ditembuskan kepada Gubernur Provinsi Bali, Bupati Badung, Bendesa Adat setempat, Direktur Hypermart Jakarta (surat terlampir). Menanggapi The Hindu Center of Indonesia tentang keberatan pemakaian busana muslim (kerudung dan peci nasional) bagi kasir Hypermart Mall Bali Galeria pihak Hypermart menyambut baik dan berterima kasih atas masukan yang diberikan. Sebagai tindak lanjut mapa per tanggal 23 Juli 2014 pihak Hypermart telah menghentikan pemakaian kerudung dan peci di Hypermart Bali Galeria dan juga pihak Hypermart mohon maap jika telah membuat citra yang kurang baik bagi budaya Bali. Surat tanggapan tersebut ditandatangani oleh Mulyadi M selaku Dept. Manager Personalia dan Bagus Dharma 106

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Wijaya selaku Store Manager. Tembusan surat tersebut ditembuskan kepada HRD Hypermart Head Office, Regional Manager Hypermart Indonesia Timur, Pimpinan Mall Bali Galeria. The Hindu Center of Indonesia mengadakan undangan silaturrahmi yang ditujukan kepada Pimpinan Hypermart Bali, Smarfriend, Hoka-Hoka Bento dan Amanusa yang bermaksud mengadakan silaturrahmi dengan tujuan untuk menghindari permasalahan yang sama terjadi di masa yang akan datang dan untuk mendengar masukan dari tokoh-tokoh Hindu demi terciptanya komunikasi dua arah. Undangan tersebut dilaksanakan pada hari Rabu, 6 Agustus 2014 pukul 11.00-12.00 WITA, bertempat di kantor The Hindu Center of Indonesia Jalan Beliton No. 4 Denpasar, kawasan Puputan Badung yang dihadiri delegasi The Hindu Center of Indonesia dan sejumlah organisasi seperti misalnya Ikatan Pekerja Wanita Hindu, Parisada Hindu Dharma Indonesia (diwakili Swastika). U Undangan silaturrahmi ini juga dihadiri Budayawan, Cendekiawan Muda Hindu, Mahasiswa dan kalangan pers dalam hal ini Balipost. Surat tersebut ditulis tanggal 4 Agustus 2014 dan ditandatangani oleh Sekretaris The Hindu Center of Indonesia, Jenny Andayani. Tembusan surat tersebut dikirim ke President The Hindu Center of Indonesia (surat undangan terlampir). Dalam undangan tersebut pihak Hypermart Bali dihadiri oleh empat orang yaitu Bagus Dharma Wijaya (Top General Manager), I Wayan Wirata (Depart. Manager), Aris (Divisi Manager), dan Widi (Personalia Manager).

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

107

Dalam kesempatan tersebut pihak Hypermart mengucapkan terima kasih atas koreksi yang diberikan dan memohon maaf telah mengganggu citra Budaya Bali. Sejumlah organisasi dan undangan yang hadir dalam silaturrahmi tersebut menyampaikan bahwa, untuk perayaan atau event keagamaan nasional agar tidak menggunakan busana yang bisa berkonotasi agama. Contohnya tidak menggunakan kerudung atau peci. Hanya diizinkan dalam bentuk dekorasi, seperti penggunaan gambar dekorasi buah kurma, pemasangan lampion, penggunaan pohon natal, dan lain sebagainya, asalkan tidak menggunakan busana yang bisa mencederai agama tertentu. Pihak Hypermart diharapkan berkomitmen dan benar-benar melaksanakan kesepakatan tersebut dan bukan hanya sebatas wacana. Keberatan Penggunaan Kerudung dan Peci di PT Jasamarga Bali Tol. Hal yang serupa juga The Hindu Center of Indonesia bermaksud melayangkan surat kepada pihak Pimpinan PT. Jasamarga Bali Tol (JBT) pada tanggal 15 Juli 2014 dengan nomor: 029/Bali/P-THCI/VII/2014 perihal: Surat keberatan atas kebijakan menggunakan busana muslim untuk petugas Tol di Bali.

Pihak PT Jasamarga Bali Tol yang ditandatangani Manager Regional I – Bali PT Jalan tol Lingkar luar Jakarta dan Public Relations Office PT Jasamarga Bali Tol merespon kepada pihak The Hindu Center of Indonesia pada tanggal 16 Juli 2014, dalam suratnya nomor: 373.00/JBT/AA.HM.01 perihal; Pencabutan imbauan pengenaan peci dan kerudung bagi petugas operasional gerbang Tol. 108

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Menurut pihak PT Jasamarga Tol Bali bahwa kebijakan maupun imbauan tersebut sudah mereka cabut dan tidak diberlakukan lagi sejak tanggal 15 Juli 2014. Lebih jelasnya imbauan pencabutan pengenaan kerudung dan peci itu dimuat dalam press release Jasamarga Bali Tol. Sehubungan dengan adanya keresahan di masyarakat dan keberatan dari berbagai pihak terkait pengenaan kerudung dan peci bagi petugas gerbang tol di jalan Tol Bali Mandara, dengan ini mereka sampaikan hal-hal sebagai berikut: a. Jalan Tol Bali Mandara dibangun dengan melibatkan tokoh-tokoh agama dan masyarakat serta memperhatikan kearifan lokal, antara lain: 1)

Upacara meracu sebelum pelaksanaan pembangunan jalan tol dipimpin oleh Pendeta Hindu,

2)

Selama konstruksi, mereka juga membangun Palinggih dan Melasti/Penganyutan di Jalan Pelabuhan Benoa, Palinggih di Bundaran Ngurah Rai, Dermaga Jeti, perbaikan Pura dan jalan aksesnya di off ramp Nusa Dua,

3)

Upacara Melaspas dan Tawur Gentuh seusai pembangunan jalan tol yang dipimpin tiga Pendeta Hindu Bali,

4)

Gerbang Tol mengadopsi budaya Bali dan didesain oleh Desain Komite yang terdiri dari para pakar, budayawan, serta arsitek Bali.

b. Untuk pengoperasian Jalan Tol Bali Mandara, PT Jasamarga Bali Tol mengontrakkan kepada PT Jalantol Lingkar luar Jakarta, yang bertanggung jawab dalam hal Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

109

pengoperasian dan pemeliharaan jalan tol, dengan komposisi petugas operasional 80% orang Bali, 20% non Bali. c. Pada bulan puasa tahun ini, PT Jalan tol Lingkar luar Jakarta (PT JLJ) membagikan secara gratis peci, kerudung, takjil, makan sahur dan buka puasa kepada petugas operasional gerbang tol, baik yang puasa maupun yang yang tidak berpuasa serta menghimbau petugas operasional gerbang tol untuk mengenakan kerudung (bukan jilbab) dan peci. d. PT JLJ juga mengimbau mengenakan pakaian adat Bali pada hari Raya Galungan dan Kuningan, serta pada bulan Purnama bagi petugas operasional gerbang tol. e. Namun pemakaian peci dan kerudung tersebut mendapatkan reaksi keberatan dari masyarakat Bali. Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ini kami dari PT Jalan tol Lingkar luar Jakarta dan PT Jasamarga Bali Tol, mohon maaf yang sebesar-besarnya. f. PT Jasamarga Bali Tol telah memerintahkan PT Jalantol Lingkar luar Jakarta untuk mencabut imbauan tersebut dan sudah dicabut dan diberlakukan mulai 15 Juli 2014, serta meminta untuk tidak memberikan imbauan yang sama di masa-masa yang akan datang. g. Kami menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya atas koreksi dan kontrol social dari masyarakat Bali, khususnya pemeluk agama Hindu, terkait imbauan pengenaan kerudung (bukan jilbab) dan peci bagi petugas operasional gerbang tol. Koreksi dan kontrol sosial ini kami terima sebagai wujud kecintaan masyarakat Bali kepada kami. 110

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

h. PT Jalantol Lingkar luar Jakarta dan PT Jasamarga Bali Tol selama ini tidak pernah memperlakukan secara diskriminatif terhadap seluruh karyawan, dan kebijakan ini berlaku juga untuk masa-masa yang akan datang. Tanggapan Berbagai Pihak

Menurut Syamsul Bahri, seorang tokoh agama Islam di Bali, bahwa berdasarkan fakta kejadian. Ketika Pelajar Islam Indonesia (PII) Bali yang ada di sekolah-sekolah melihat ada tanda-tanda bahwa beberapa lembaga pendidikan dengan berdalih otonomi daerah, mau mencoba menerapkan kemauan Peraturan Daerah (Perda) Bali. Kemudian bereaksi bahwa bangsa ini bukan bangsa Bali melainkan bangsa Indonesia. Sehingga harus berlaku juga hukum yang berlaku di negara. Pada awalnya sempat terjadi gesekan. Bahkan dalam buku saku pelajar ada aturan tidak boleh pelajar muslim menggunakan jilbab, pada masa waktu itu kurang lebih 8 atau 5 tahun yang silam. Kemudian pelajar bereaksi besar kepada Gubernur, Pemerintah Pusat, menyinggung masalah Piagam Jakarta dan sebagainya. Setelah kejadian tersebut maka terjadilah cooling down, dan suasana kembali tenang. Kejadian tersebut sesungguhnya reaksi atas akumulasi dan benturan politik. Ditambah lagi “masyarakat Bali” mulai mengalami kecemburuan sosial terhadap pendatang yang mengalami kemajuan sangat pesat di Bali ketimbang orang Bali sendiri. Para pendatang yang mereka lihat seolah-olah semuannya muslim, sekalipun bukan muslim. Dalam mainset mereka adalah muslim yang menguasai ekonomi kerakyatan di Bali. Para pemilik hotel di Bali yang berasal dari luar Bali, Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

111

mereka anggap adalah muslim. Padahal sedikit sekali pemilik hotel yang muslim, 90% pemiliknya adalah suku Tionghoa (Cina), Cina Jakarta, Sumatera, Manado, dan lain sebagainya. Isu tersebut dihembuskan oleh orang-orang yang tidak betanggung jawab. Ditambah lagi setelah terjadinya kasus bom 1 dan 2 yang membawa isu agama, membuat menjadi semakin parah. Semenjak kejadian bom Bali tersebut, jika terjadi kejahatan maka yang dituduh pelakunya adalah umat Islam contoh terjadi pencurian di mall, maka yang dituduh orang Islam, padahal itu tidak benar. Kondisi seperti ini relative lama untuk dilakukan pemulihan. Baru-baru ini Shri I Gusti Ngurah Arya Wedhakarna, Seorang Rektor Universitas Mahendradata Bali memanfaatkan moment ini untuk kepentingan Pemilu legislative (unsur DPD wilayah Bali) guna mencari dukungan massa orang Bali. Isu yang diangkat membuat dirinya mendapatkan dukungan massa sehingga berhasil mendulang suara terbanyak untuk wilayah Bali. Isu yang diangkat adalah: “wsapadai, Bali akan tenggelam. Tahukah setiap jengkal tanah di Bali sudah bukan jadi milik tanah adat lagi. Mereka datang jual sate beli tanah, kita jual tanah beli sate”. Selain kasus pelarangan jilbab di SMA N 2, kasus yang sama terulang lagi di Bali. Dimana terjadinya di bulan puasa (Ramadhan) 1435 H. bermula adanya surat edaran dari PT Jasa tol Lingkar luar Jakarta dan PT Jasamarga Tol Bali, yang isinya memerintahkan agara seluruh karyawan harus memakai busana muslim dan peci selama bulan puasa. Bagaimana mungkin orang Hindu harus pakai kerudung. Tidak pantas selama bulan puasa mereka menggunakan kerudung dan peci, hal tersebut diungkapkan seorang informan. 112

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Saat peneliti di lapangan, kasus ini sudah dianggap tidak ada masalah lagi. Informasi lainnya berkembang adalah adanya Islamisasi di Bali, hal ini dibuktikan dengan adanya surat edaran penggunaan busana muslim oleh PT Jasa Tol Lingkar luar Jakarta dan PT Jasamarga Tol Bali tersebut. Menurut informan perkataan itu bisa juga ada benarnya karena adanya surat edaran dari PT Jastol Lingkar luar Jakarta yang menghimbau karyawannya menggunakan busana kerudung dan peci. Adanya kasus ini mengakibatkan Ida Bagus Yudha Triguna selaku Dirjen Bimbingan Masyarakat Hindu, bersurat ke Kanwil Kemenag Provinsi Bali. Melihat situasi ini agar dapat dikendalikan. Sebagai orang Hindu posisi beliau serba salah. Jika berpihak kepada orang Islam, umat Hindu akan marah, jika memihak pada umat Hindu maka umat Islam merasa dirugikan. Persoalan tersebut, agar tidak berdampak pada hubungan disharmonisasi antarumat beragama di Bali, yang bisa saja berdampak keluar Bali. Ketua Majelis Ulama Indonesia Provinsi Bali, M. Taufiq Asádi bepandangan bahwa permasalahan jilbab, asal usulnya terjadi di beberapa sekolah negeri. Siswa-siswa yang beragama Islam memakai jilbab, rupanya dari pimpinan sekolah kurang berkenan. Diadakan dialog-dialog yang akhirnya masuk di surat kabar. Terjadi juga dialog di sekolah dengan Pendais Kanwil Kemenag Provinsi Bali. Sekarang persoalan ini sudah redah, sebab masalah jilbab sudah ada aturan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 45 Tahun 2014 tentang Pakaian Seragam Sekolah Peserta Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jadi masalahnya hak seseorang yang Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

113

beragama untuk melaksanakan ajaran agamanya sesuai yang diyakini. Seharusnya pihak sekolah melindungi siswa yang mau melaksanakan ajaran agamanya sesuai dengan keyakinan. Kasus sebelumnya saat menjelang hari raya Idul Fitri, ada perusahaan menyuruh orang memakai jilbab (kerudung dan peci) untuk membuat situasi penghormatan. Jika ditujukan kepada orang Islam itu sudah benar, namun jika ditujukan juga pada non Islam maka itu tidak dibenarkan. Kepada orang Islam saja, sifatnya kita hanya mendorong, tidak boleh memaksa, sebab dari aspek diskusi hukum ada yang mengatakan wajib dan sunnah. Menurut M. Taufiq Asadi berbusana muslimah itu sunnah. Dengan adanya perbedaan pendapat tersebut harus diciptakan kondisi yang kondusif dan lebih terarah, agar seseorang dapat melaksanakan ajaran agama dan keyakinannya dengan ada kepastian. Karena keyakinan itulah yang menjadi kekuatan imannya. Adapun Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 45 Tahun 2014 tentang Pakaian Seragam Sekolah Peserta Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Disebutkan pada bagian lampiran bahwa Pakaian Seragam Khas Muslimah salah satu unsurnya menggunakan jilbab putih. Keputusan ini menjadi solusi penyelesaian permasalahan sebelumnya. Lebih lanjut Ketua MUI Prov. Bali mengungkapkan bahwa dalam berkeyakinan tetap pada prinsif “lakum dinukum waliyadin”. Menurut ajaran Islam, tidak perlu memaksakan keyakinan kita kepada orang lain,begitu juga sebaliknya. Jika orang lain ingin mencontoh kita silahkan saja. Peraturan Islam silahkan diberlakukan bagi orang Islam saja, namun jika ada orang lain ingin ikut peraturan agama Islam silahkan saja, 114

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

namun tetap dalam prinsip “lakum dinukum waliyadin”. Prinsip ini harus tetap dijaga oleh umat Islam, sehingga tidak ada unsur pemaksaan kepada siapapun baik langsung atau tidak langsung. Begitu juga pada umat Hindu di Bali tidak boleh melarang orang ingin melaksanakan ajaran agamanya. Apalagi melaksanakan ajaran ini dilindungi oleh undangundang dinegara ini. Beliau mencntohkan seperti ketika dulu Umar Bin Khattab sangat benci sama Islam dan Nabi Muhammad saw. Kemudian Umar masuk Islam. Begitupula Abdul Muthalib, orang yang cinta Nabi Muhammad saw. Beliau disuruh mengucapkan syahadat tidak mau. Jadi ada yang membenci tapi akhirnya masuk Islam, ada yang sudah bagus tapi tidak mau masuk Islam, itu semua adalah hak prerogratif Allah swt unuk membolak-balikkan hati manusia. Menurut Ahmad Baros, seorang wartawan Republika Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Barat mengungkapkan bahwa kasus jilbab, kerudung dan peci berbeda, mengutip beberapa sumber tokoh-tokoh agama terutama MUI. Kasus jilbab di Bali adanya kesadaran umat Islam untuk mengenakan pakaian muslim. Sedangkan kasus kerudung dan peci adalah sifatnya kebijakan perusahaan untuk karyawan menggunakan kerudung dalam rangka menyambut bulan suci ramadhan. Kasus kerudung dan peci bukan keyakinan agama, tapi hanya budaya perayaan hari-hari besar keagamaan, sama barangkali seperti kebijakan perusahaan bersangkutan dalam rangka menghadapi hari-hari besar agama lain di Indonesia. Lebihlanjut Ahmad Baros menyampaikan bahw kasus jilbab adalah dimana orang-orang sadar mau menggunakan jilbab kemudian dihalangi baik oleh peraturan yang dibuatbuat atau dibuat ataupun karena orang-orangnya ingin Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

115

menghalangi. Kalau kasus kerudung dan peci dihalangi merupakan kaitannya dengan kebudayaan. Beliau sepakat dengan tokoh-tokoh agama tidak perlu diadvokasi, karena tidak ada kaitannya dengan hak asasi manusia. Orang ingin menjalankan ajaran agamanya namun dihalang-halangi. Namun dari The Hindu Cinter of Indonesia menganggap kasus ini adalah satu kebijakan yang berbau agama tertentu yaitu Islam, dan ini tidak boleh ada di lembaga-lembaga publik, itu merupakan pemikiran mereka dan keliru. Sesungguhnya kasus jilbab di Bali sudah terjadi sejak tahun 1990, dan terjadi pada anak sekolah di Kuta pada zaman Orde Baru, sampai kemudian keluar Surat Edaran (SE) Dirjen Dikdasmen. Kasus seperti ini yang menjadi sasaran anak-anak Pelajar Islam Indonesia (PII), sebagai dasar untuk memperjuangkan kasus jilbab waktu itu. Saat itu, Ahmad Baros masih sebagai wartawan Kompas. Beliau ikut bicara dengan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Badung Wayan Rite (waktu itu Denpasar dengan Badung belum pisah). Menurut Wayan Rite saat itu bahwa tidak ada larangan itu, sampai akhirnya anak-anak sekolah bisa memakai jilbab. Kemudian muncul kasus kedua pada tahun 2003 kasus anak SMPN 1 Denpasar, Ayahnya seorang pengacara. Waktu itu Ahmad Baso sedang melaksanakan ibadah haji. Beliau ditelpon dan menjawab tidak bisa membantu. Orang tua tersebut terus melakukan upaya memperjuangkan anaknya. Setelah mengalami berbagai perjuangan, akhirnya mengambil keputusan mengeluarkan anaknya dari sekolah SMPN 1 Denpasar. Kasus ketiga terjadi pada Wiwin, siswi SMAN 5 Denpasar, namun dia bertahan, sehingga dibolehkan pakai 116

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

jilbab sampai selesai. Bersamaan dengan kasus tersebut banyak yang tidak terdeteksi bagi siswi-siswi yang mau memakai jilbab dihalangi pihak sekolah. Kasus keempat adalah kasus siswi berjilbab di SMAN 2 Denpasar. Sejak tahun 2013 yang bersangkutan mau memakai jilbab, namun dihalangi pihak sekolah. Orang tuanya mengalah, kemudian di Advokasi Pengurus Besar Pelajar Islam. Kasus kelima, terjadi bulan Februari-Maret 2014 bisa menggunakan jilbabnya. Sampai akhirnya perjuangan itu terbitlah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 tentang Pakaian Seragam Sekolah Bagi Peserta Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Kasus terakhir terjadi pada anak SD Muhammadiyah 3 Denpasar. Namanya Fitratunnisa. Ia siswi berprestasi, juara 2 Porseni Pelajar se-Provinsi Bali dibidang Pancak silat. Dia sengaja tidak mencari sekolah jalur akademik, melainkan jalur prestasi. Melalui jalur prestasi waktu dia di tes tapak suci silatnya, oleh pihak yang mengetesnya, ia diterima masuk SMPN 7 Denpasar. Secara administrasi nilainyapun lulus. Begitu keluar ijasahnya, foto copy ijasahnya menggunakan jilbab, besok harinya pengumuman dinyatakan tidak lulus. Sempat Ahmad Baso ikut membantu mengadvokasinya. Namun orang tuanya tidak mau repot, akhirnya dia masuk ke SMP Muhammadiyah. Jadi memang masih ada pihak-pihak sekolah setengah hati memberlakukan peraturan bagi anak-anak yang berjilbab dengan tidak berjilbab disekolah. Lebih lanjut Ahmad Baso mengungkapkan bahwa baru ada 2 sekolah yang tidak mempersoalkan siswa mengenakan Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

117

jilbab, yakni SMKN Singaraja dan SMPN 2 Singaraja. Di beberapa daerah lainnya termasuk Kota Denpasar, belum ada yang sepenuh hati mengijinkan anak sekolahnya menggunakan jilbab. Jika ada yang memakai jilbab, mereka akan menasehatinya “agar siswa mengikuti kebanyakan siswa yang lain”. Menurut Ahmad Baso menyebutkan bahwa para guru tidak dilarang, masih bisa bebas mengenakan jilbab. Tapi jika yang mengenakan siswi, maka mereka disuruh menggunakan pakaian seragam pada umumnya. Pernah beliau wawancara dengan murid di SMPN 7 Denpasar, dijawab murid “kalau mau pakai jilbab disuruh cari saja sekolah lain”, nasihat seperti itu tetap ada saja. Kejadian-kejadian seperti ini menurut Ahmad Baso ada semacam “Islam mofebia”, semacam ada kekhawatiran. Ada beberapa persi pandangan (pemikiran-pemikiran) dikalangan kelompok umat Hindu, ada kelompok yang memang bisa hidup toleran, tapi di dalam kehidupan yang sifatnya di luar lembaga formal. Ada yang boleh diluar sekolah menerim. Beliau berpendapat kenapa di sekolah anakanak dilarang berjilbab padahal ini hak asasi manusia. Namun beliau juga berpendapat bahwa ada juga yang sepenuh hati membolehkan siswa berjilbab, namun orang tersebut tidak punya jabatan. Menurut Ahmad Baso, ada 3 klasifikasi dalam pandangan umat Hindu dalam memandang orang berjilbab, yaitu: Pertama; sudah sangat menyatu dan menerima perbedaan-perbedaan dengan ikhlas. Kedua; ada yang diplomasinya menerima tapi dalam praktik beda. Ketiga; menganjurkan jangan menggunakan jilbab di sekolah, cari saja sekolah lain. 118

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Kelompok pertama biasanya sudah lama berteman dengan orang-orang muslim, karena hubungan darah, mungkin keluarganya ada yang masuk Islam, atau dia pernah tinggal di lingkungan muslim misalnya di pulau Jawa. Yang kedua biasanya kalangan birokrasi/pejabat kalau dilihat pekerjaannya, di satu sisi dia harus mengikuti atasannya. Sisi lain dia menghadapi tekanan yang beragam dari masyarakat. Yang ketiga biasanya kelompok-kelompok penggiat atau kelompok radikal, kalau boleh dikatakan seperti kelompoknya Arya Widhakarna yang menamakan The Hindu Center of Indonesia. Ketika Ahmad Baso mewawancarai Widhakarna, pendapatnya berbeda ketika dia bicara dengan wartawan lain yang mewawancarainya. Misalnya ketika ditanyakan tentang kasus penggunaan jilbab di SMAN 2 Denpasar. Menurutnya boleh-boleh saja (hak asasi manusia) untuk menggunakan jilbab, asal jangan minta mushalla di sekolahnya. Begitu juga jangan perusahaan BUMN memaksakan orang yang beragama non muslim untuk menggunakan kerudung dan peci. Widhakarna sepertinya tidak paham kalau kerudung dan peci itu adalah budaya nasionaldi Indonesia, namun itu dianggap nya murni identitas muslim. Ada kekhawatiran dalam dirinya akan terjadi Islamisasi di Bali jika dibolehkan karyawan memakai kerudung dan peci. Ahmad Baso lebihlanjut menyampaikan bahwa Arya Widhakarna adalah orang yang sedang mencari jati diri, bagaimana dia bisa eksis, dia mencari isu-isu apa yang bisa membuat dia menjadi diakui, di dalam teori konflik; orang yang bisa memenej konflik itulah yang lebih dominan. Dia menciptakan konflik dengan isu-isu SARA, isu ekonomi syariah, isu lebelisasi halal, isu jilbab, isu masjid, banyak isuKasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

119

lainnya yang dilontarkan Widhakarna. Misalnya; orang Bali jangan jual tanah kepada orang Islam, karena nanti di mana-mana berdiri masjid, intinya ingin menghentikan. Jika dia sadar sebenarnya pertumbuhan Islam bukanlah rekayasa manusia, melainkan Ruhnya yang bergerak, dimana-mana bumi ini tidak ada yang mengingkarinya. Persoalan orangnya tidak baik, itu urusan lain lagi. Jadi Widhakarna menggunakan isu-isu SARA itulah untuk memposisikan dirinya di masyarakat. Jika ada masyarakat yang terpengaruh maka berakibat fatal, walaupun banyak juga yang tidak setuju dengan Widhakarna. Widhakarna menggunakan media-media lokal, dimana dia membeli iklan, tapi dia buat seakan-akan wawancara, jadi berita iklan dengan cara bayar. Widhakarna membeli slotnya di TV, terutama di TV Bali. Dia mengajak dosen Mahendradata yang merupakan kakak iparnya sebagai narasumber yang juga diwawancarai dalam acara tersebut. Pengaruh media di masyarakat sangat kuat. Biasanya yang tersentuh masyarakat kalangan bawah. Bagi masyarakat dikalangan berpendidikan yang mengerti, tidak akan merespon hal seperti itu. Selain pemuka agama Islam dan wartawan yang peneliti wawancarai, peneliti juga mewawancarai beberapa masyarakat di Bali. Masyarakat beragam pendapatnya dalam menyikapi yang dilakukan Arya Widhakarnya dengan lembaganya The Hindu Center of Indonesia terhadap persoalan Pelarangan penggunaan kerudung dan peci bagi karyawan perusahaan Hypermar Mall Galaria Bali dan PT Jasamarga Tol Bali. Tidak semua masyarakat mengikuti Widhakarna, bahkan tidak sempat muncul pro dan kontra yang terjadi di kalangan masyarakat dengan adanya kasus tersebut. Namun, orang120

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

orang Islam terlanjur merasa sakit hati terutama isu Bank Syari’ah. Isu Bank Syari’ah sebenarnya masalah persaingan bisnis saja, sebenarnya orang mau pilih Bank Syariah atau Bank Konvensional. Tapi karena semangatnya menolak Bank Syari’ah adalah dalam kaitan seakan-akan menghambat terhadap Islam, akhirnya semangat orang Islam bangkit, walaupun informan tahu banyak orang Islam manabung di bank konvensional. Tapi karena semangatnya bermusuhan dengan Islam, secara tersirat orang Islam bangkit semangat perlawanan. Persoalan kerudung semua orang tahu bukan ajaran Islam melainkan budaya nasional atau budaya melayu, tapi karena semangatnya untuk melawan Islam, maka walaupun itu bukan ketentuan dari Islam, orang semangatnya melawan. Yang tidak ikut-ikutan memakai jilbab seperti Ibu-ibu di rumah juga melawan dalam bentuk mereflisikan kata-katanya dengan kekecewaan. Tanggapan Pemerintah

Menurut I Wayan Susilo, Kepala Bidang Pendidikan Menengah Disdikpora Provinsi Bali, telah dilakukan sosialisasi Peraturan Mendikbut RI Nomor 45 Tahun 2014 tentang Pakaian Seragam Sekolah Bagi Peserta Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah melalui rapat dengan pihak Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten/Kota se Provinsi Bali. Polemik penggunaan jilbab ini sudah lama selesai dan tidak dipermasalahkan lagi, apalagi setelah diterbitkannya Peraturan Menteri dimaksud.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

121

Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali telah melakukan monitoring dibeberapa wilayah di Bali terkait kasus tersebut sebagai berikut; di SMPN 1 Semarapura Kabupaten Kelungkung yang terdiri dari multi agama (Hindu, Islam, Kristen, Katolik, Buddha) dan mayoritas beragama Hindu. Disekolah ini tidak pernah mempermasalahkan tentang atribut agama. Selama ini hubungan antara siswa, guru, komite sangat solid serta hidup berdampingan dan senantiasa rukun. Di SMAN 1 dan SMPN 1 Tabanan Kabupaten Tabanan tidak ada pelarangan terhadap siswi yang menggunakan jilbab dan pembelajaran berjalan kondusif. Di SMPN 1 Singaraja, SMPN 2 Singaraja, SMPN 3 Singaraja, SMKN 3 Singaraja Kabupaten Buleleng tidak pernah melakukan pelarangan terhadap penggunaan jilbab dan di sekolah juga menyiapkan sarana dan prasarana ibadah seperti mushalla, meskipun di sekolah tersebut mayoritas beragama Hindu. Menurut Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Denpasar informasi pelarangan jilbab tahun 2012, di SMPN 10 Denpasar dan SMAN 2 Denpasar yang dilansir oleh media massa telah diklarifikasi, bahwa berita tersebut tidak benar. Informasi dari Waka Humas SMPN 10 Denpasar bahwa antar siswa yang berbeda agama hubungannya sangat kondusif. Untuk pemberian materi agama di sekolah dilimpahkan sepenuhnya kepada guru agama untuk mengatur jadwal masing-masing serta tidak ada pelarangan menggunakan jilbab di sekolah. Berdasarkan informasi Wakil Kepala Humas SMAN 2 Denpasar menjelaskan bahwa kerukunan antara siswa yang berbeda agama sampai saat ini terjaga dengan baik. Walaupun pernah dilansir di media massa yang menyatakan bahwa 122

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

pelarangan penggunaan jilbab bagi siswa di sekolah ini. Sesungguhnya berita tersebut tidak benar. Untuk penggunaan pakaian seragam bagi siswa SMAN 2 Denpasar mengacu kepada kebijakan Diknas dan hari-hari tertentu mengikuti Maskot Kota Denpasar (pakaian pendek). SMAN 2 Denpasar memiliki tata tertib termasuk diantaranya perihal pakaian dan perhiasan yang merupakan kompilasi dan buah pikiran dari siswa pada tahun 2008 dan pihak sekolah hanya menyarankan kepada semua siswa untuk mematuhi aturan tersebut. Di SMPN 1 Abiansemal, SMPN 1 Kuta Utara, SMAN 1 Abiansemal dan SMAN 1 Kuta Utara, Kabupaten Badung, seragam sekolah yang digunakan di masing-masing sekolah mengacu pada seragam nasional yang dikeluarkan oleh Kemendikbud. Pada prinsipnya tidak ada pelarangan bagi siswi di sekolah tersebut untuk menggunakan jilbab dan toleransi agama berjalan baik dan rukun. Tanggapan Tim Advokasi: Dampak Peraturan Sekolah ‘Larang Berjilbab’ Terhadap Pelajar Muslim Lainnya

Menurut Tim Advokasi Pembelaan Hak Pelajar Muslim di Bali, sejak diberlakukannya larangan tidak tertulis maupun tertulis mengenai penggunaan jilbab/seragam muslimah di SMAN 2 Denpasar oleh Kepala Sekolah membuat bathin serta psikologis siswi muslim tertekan karena harus melanggar salah satu kewajiban syaria’at Islam, yaitu menggunakan jilbab dan seragam/busana yang menutupi (aurat) tubuhnya. Hal ini merupakan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia dalam menjalankan kewajiban agamanya, dan haknya mendapatkan pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan sebagaimana amanah UUD 1945 Pasal 31. Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

123

Lebihlanjut tim advokasi mengungkapkan bahwa larangan penggunaan jilbab di sekolah merupakan tindakan pelecehan terhadap ajaran Agama Islam. Hal ini memiliki dampak negatif besar terhadap pecahnya persatuan bangsa Indonesia yang Berdasarkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, dan Pancasila. Larangan tersebut dapat menimbulkan disintegrasi bangsa, konflik berlatar belakang Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA). Maka disadari atau tidak, pendidikan di sekolah yang seharusnya mengajarkan semangat persatuan, kebersamaan, tanggung jawab, gotong royong, integritas, serta meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah jauh melenceng dari subtansi dan cita-cita pendidikan itu sendiri. Pelarangan menggunakan jilbab di sekolah oleh Kepala Sekolah secara lisan maupun tertulis merupakan penyalahgunaan wewenang dan pelakunya dapat dikenai hukuman pidana. Pelanggaran lainnya yang berkaitan dengan larangan penggunaan jilbab tersebut merupakan bentuk diskriminatif terhadap siswi muslim oleh pihak sekolah. Sehingga proses penyelenggaraan pendidikan dengan tujuan pendidikan menjadi tidak sejalan bahkan bertentangan dengan cita-cita pendidikan nasional. Pemerintah Daerah Kota Denpasar dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Denpasar jika membiarkan kasus tersebut berlanjut atau tidak ikut menyelesaikannya, maka akan dikenakan tuntutan pelanggaran karena tidak 124

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

menjalankan amanah Undang-undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (3) dan (5), Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB IV Bagian Keempat Pasal 10, Pasal 11 ayat (1).

Upaya Yang Pernah Dilakukan.

Dari kasus-kasus yang terjadi diatas, telah dilakukan beberapa upaya, diantaranya: Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Bali pernah melibatkan pengurus FKUB, tokoh-tokoh agama, dan diselesaikan dengan damai demi menjaga keharmonisan yang sudah terbangun dengan baik selama ini dan persoalan ini sudah mereda. Beberapa pihak sudah disurati oleh Kementerian Agama seperti surat kabar setempat dan sudah dimuat, mengirim surat ke MUI pusat, sudah dilakukan dialog dengan beberapa kepala sekolah, pihak Pendais Kanwil Kemenag Provinsi Bali. Pada intinya adalah kepada sekolah-sekolah supaya anak-anak diberikan kebebasan sesuai dengan agama dan peraturan yang ada yakni Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di atas yang harus menjadi pegangan.

Kesimpulan

Sesungguhnya kasus pelarangan memakai jilbab di sekolah-sekolah di Prov. Bali sudah berlangsung lama, sejak tahun 1990 dan terjadi pada anak sekolah di Kuta Bali, hingga keluar Surat Edaran (SE) Dirjen Dikdasmen Tahun 2014. Dengan adanya kasus pelarangan berjilbab bagi siswi di Bali, Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

125

mengakibatkan Pelajar Islam Indonesia menjadikan momentum perjuangan mereka untuk membela hak asasi manusia, terutama bagi muslimah yang ingin memakai jilbab. Berbagai pihak seperti MUI Prov. Bali, instansi pemerintah, masyarakat muslim khususnya berharap pihak sekolah terutama sekolah negeri, harus mentaati aturan yang sudah ada yakni peraturan Mendikbud RI Nomor 45 Tahun 2014. Bila terjadi sesuatu harus tetap dikembalikan keaturan tersebut. Menyikapi penggunaan jilbab di sekolah, dan kerudung dan peci di Hypermart Bali dan PT Jasamarga Tol Bali, masyarakat Bali punya pandangan berda-beda, terdapat ada 3 kelompok, pertama; yang setuju, kedua; setengah hati dan ketiga; menentang. Yang menentang diantaranya kelompokkelompok yang dianggap keras seperti Arya Wedhakarna. Saat ini,kasus pelarangan memakai jilbab, kerudung dan peci dianggap sudah mereda. Di sekolah-sekolah saat ini anak-anak diberikan kebebasan sesuai dengan agamanya. Adapun Surat Keputusan Mendikbut RI Nomor 45 Tahun 2014 harus menjadi pegangan semua pihak.

Rekomendasi

Pemerintah Prov. Bali harus memfasilitasi, mendorong masyarakat dan sekolah-sekolah untuk melaksanakan pasal 29 Undang-undang Dasar 1945. Karena itu pemerintah harus memberikan kesempatan kepada siswa pertama, untuk bisa melaksanakan ajaran agamanya dengan baik di sekolah, kedua

126

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

pemerintah harus mendorong tumbuhnya kegiatan-kegiatan yang sifatnya ekstrakurikuler selain intrakurikuler yang berkaitan dengan pembinaan agama. Mendikbud harus tegas memberikan peringatan kepada sekolah-sekolah bila ada pelarangan kepada pelajar yang ingin menggunakan jilbab di sekolah. Masyarakat ataupun siswa dapat melakukan pengaduan ke Ombusdman sebagai kontrol sosial dimasyarakat.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

127

Daftar Pustaka Khalikin, Ahsanul & Ekawati, Infiltrasi Ajaran Agama Kristen Terhadap Masyarakat Islam Di Kampung Lio, Kota Depok, 2013. Bali Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2013 Http://Kbbi.Web.Id/Laranghttp://Kbbi.Web.Id/Laranghttp://N ews.Fimadani.Com/Read/2014/08/12/Hypermart- BaliResmi-Larang-Karyawati-Berjilbab/14 Agustus 2014 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali, Laporan Tahunan, 2012. Kanwil Kementerian Agama Prov. Bali, Hasil Monitoring Isu Pelarangan Penggunaan Kerudung dan Jilbab, 2014 Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Rekomendasi Penyelesaian Kasus Pelarangan Hak Anak, 2014

128

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

4

MENANGKIS ISIS, MENEBAR SYIAR: DINAMIKA PENOLAKAN GERAKAN ISIS DI CIPUTAT, KOTA TANGERANG SELATAN

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

129

PENDAHULUAN

“Gawat! Gerakan ISIS Sudah Masuk Tangsel. ISIS Deklarasi di UIN, Rektorat Serukan Kewaspadaan. Beredar Pamflet Ajakan Menjadi Budak Seks ISIS di UIN Syarif Hidayatullah.” Berita-berita di media ini menyentak pembaca, kelompok ISIS yang diberitakan sangat sadis dan menakutkan itu seakan telah ada di sekitar kita. Bahkan ia telah menyelinap ke dalam lingkungan akademis yang dikenal moderat sekalipun. Meski judul-judul berita itu terkesan bombastis dan genit, secara nyata ancaman gerakan ini memang ada. Dikabarkan, sejumlah simpatisan gerakan ISIS telah mendeklarasikan dukungan terbuka terhadap kelompok pengusung khilafah Islam yang menggunakan cara-cara kekerasan. Para pendukung berasal dari orang-orang yang sejak awal telah mempunyai cita-cita untuk mendirikan kepemimpinan Islam (kekhalifahan) secara global. Para penolak ISIS juga banyak. Mereka umumnya berasal dari sebagian besar umat Islam, termasuk para pemimpin dunia Islam. Alasan penolakan yang paling menonjol dari hampir semua kelompok Islam adalah cara yang dipergunakan ISIS yang jauh dari ajaran Islam, yakni kekerasan. Selain itu, banyak ulama tidak setuju dengan cita-cita pendirian kekhalifahan Islam karena saat ini hal tersebut dianggap tidak realistis, bahkan tidak ada justifikasinya dalam ajaran Islam. Bahwa soal kekhalifahan itu termasuk hal yang ijtihadiyah, agama tidak pernah menetapkan bentuk khilafah tertentu.

130

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Meski berjumlah sedikit, namun yang telah berbaiat terhadap Abu Bakar al Baghdadi berasal dari sejumlah negara, termasuk Indonesia. Mereka terus melakukan agitasi dan ajakan terbuka bagi pengakuan kekhalifahan yang mereka yakini ini. Adanya media sosial youtube dan media internet secara umum, telah menyebabkan gerakan dan ajakan kelompok ini tersebar secara luas dan massif. Tak heran jika kemudian sejumlah dukungan datang dari berbagai pelosok dunia, termasuk Indonesia. Teridentifikasi beberapa Deklarasi dukungan terhadap gerakan ISIS muncul di sejumlah tempat. Di Indonesia, dalam catatan Densus 88 Mabes Polri, ada sedikitnya 16 simpatisan ISIS di Indonesia dan bahkan ada yang sudah melakukan Deklarasi dukungan secara terbuka. Dari sejumlah itu termasuk diantaranya NTB, Poso, dan Ciputat. Khusus tentang Ciputat, dukungan dan Deklarasi terhadap ISIS telah dilakukan dalam acara Multaqod Da’wiy yang diselenggarakan oleh FAKSI (Forum Aktivis Syariat Islam) yang bertempat di Masjid Fathullah UIN Jakarta pada 8 Februari 2014. Selain itu, Deklarasi dukungan terhadap ISIS juga dilakukan di Wisma Syahida, Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 6 Juli 2014. Beberapa hari kemudian, beredar broadcast (penyebaran informasi via telepon genggam) yang berisi gambar-pamflet yang pada intinya menawarkan dan mengajak menjadi budak seks untuk memotivasi para mujahid ISIS yang sedang berjuang. Ajakan kepada para ukhti (perempuan) ini secara terbuka menyebutkan sekretariat pendaftarannya di Masjid Fathullah Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

131

(masjid milik UIN). Lagi-lagi, kampus UIN Jakarta dan Ciputat dikesankan menjadi salah satu basis gerakan ini. Lebih-lebih, Bahrumsyah, sosok orang Indonesia di sarang ISIS yang membuat video ajakan gabung ISIS via youtube, pernah kuliah di kampus Islam ini. Kajian ini akan mencoba menyuguhkan ragam respon atas Deklarasi dukungan terhadap ISIS, bukan soal kiprah ISIS atau profil ISIS itu sendiri. Hal-hal yang disebut belakangan sudah banyak diulas banyak tulisan lain. Salahsatunya penelitian pendahuluan yang dilakukan Joko Tri Haryanto yang mengkaji gerakan pendukung ISIS di Surakarta. Fact finding dan analisis awal Joko ini menemukan bahwa gerakan ISIS mendapatkan banyak dukungan di berbagai daerah dalam bentuk yang beragam, mulai dari konvoi sampai baiat kepada ISIS. Di Surakarta sendiri, gerakan ini sudah mulai tampak eksis terlihat dari berbagai simbol, identitas, dan asesoris lainnya yang banyak ditemukan di kota ini. Keberadaan simbol-simbol ISIS dalam bentuk mural, grafiti, coretan tembok tersebut terdapat di wilayah Surakarta dengan persebaran meliputi wilayah Kota Surakarta, Kabupaten Sukoharjo, dan Kabupaten Karanganyar. Ketiga wilayah tersebut mempunyai titik temu, bahwa perkembangan ISIS tidak dapat dilepaskan dari keberadaan Jamaah Anshorut Tauhid (JAT). Kajian lain terkait ISIS dilakukan M. Zaki Mubarak. Dalam pengamatanya, di Indonesia respon atau dukungan gerakan radikal terhadap ISIS sangat cepat. Sejumlah kelompok Islam menyatakan bai’atnya kepada amir ISIS. Sepekan setelah 132

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Deklarasi ISIS, banyak kelompok di Indonesia menyatakan baiatnya, seperti di Ciputat, Solo, Jakarta, Mantani, dan Bima. Beberapa aktivis yang berperan penting dalam aksi dukungan itu berasal dari organisasi Jamaah Anshorut Tauhid (JAT), Salafi Jihadis Aman Abdurrahman, dan beberapa kelompok kecil yang lain. Abu Bakar Baasyir yang sedang ditahan di LP Nusakambangan juga memberikan baiat-nya kepada kekhilafahan Islam bentukan ISIS. Namun ungkapnya, tidak semua gerakan Islam garis keras memberikan dukungan. Hizbut Tahrir misalnya, meski menginginkan kekhilafahan Islam, tetapi menolak mengakui Deklarasi kekhilafahan Islam al Baghdadi. Beberapa aktivis JAT juga menyatakan penolakan dengan memisahkan diri dan membentuk organisasi baru bernama Jamaah Anshorus Syariah (JAS). Penolakan yang sama dinyatakan oleh pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Selain itu, banyak kajian dan analisa peneliti asing terkait gerakan ISIS, baik dalam perspektif keamanan internasional, hubungan antarnegara, pertahanan dan ketahanan Negara bangsa, pelanggaran hak asasi manusia, dinamika gerakan sosial keagamaan, hingga cara pandang konspiratif tentang ‘siapa sebenarnya’ di balik gerakan ISIS. Angle yang berbeda atau distingsi kajian ini adalah soal dinamika respon terhadap ISIS dan lokus kajian ini yang mengusik kepenasaranan penulis. Bahwa kajian ini hendak memotret fenomena respon terhadap gerakan ISIS di Ciputat, Tangerang Selatan. Adapun dinamika respon atau sikap dan lokus di “Ciputat” cukup memancing tanya. Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

133

Ciputat selama ini dikenal di dunia intelektual sebagai ikon progresivitas paham keagamaan, atau bahkan ada yang menghakiminya sebagai basis liberalisme pemikiran Islam (ada madzhab Ciputat?). Adanya Deklarasi para pendukung ISIS, yang notabene literalis-radikalis, di Ciputat menjadi kontras dengan kesan umum itu. Sesuatu yang kiranya menarik dikaji. Apa, siapa, dan bagaimana bentuk dukungan terhadap gerakan ISIS di Ciputat, Tangerang Selatan? Bagaimana respon masyarakat terhadap dukungan itu? Dan, faktor apa saja yang mendorong dukungan dan penolakan terhadap gerakan ISIS di Ciputat, Tangerang Selatan? Kajian “pendahuluan” ini akan mencoba menjawabnya. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, kajian ini menjaring data dan informasi melalui studi pustaka, observasi, dan wawancara. Selain sejumlah buku dan dokumen terkait, dimanfaatkan pula informasi dunia maya yang sangat kaya soal isu yang sedang menyita perhatian publik ini. Observasi dilakukan dengan mengunjungi langsung lokasi Deklarasi, kampus II UIN, dan objek lain yang diperlukan, seperti geliat kehidupan Kampus dan masyarakat sekitarnya, termasuk masjid UIN yang disebut “sekretariat ISIS”. Sementara itu, wawancara dilakukan dengan pimpinan kampus UIN Jakarta, Kepala KUA Kecamatan Ciputat, anggota Muspika, aktivis dakwah, aktivis diskusi agama, dan warga sekitar. Dianalisis dengan Analisis Data Kualitatif, di mana data dikumpulkan, lalu dikelompokkan dan dipilah serta disuguhkan sesuai kebutuhan.

134

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Teori gerakan sosial (social movement theory) dipakai untuk memahami gerakan yang diperankan ISIS atau para pendukung ISIS. Lalu, terhadap realitas gerakan ISIS dan gerakan dukungan dan penolakan ISIS, dilakukan pembacaan dengan Analisis Wacana Kritis. Analisis ini berupaya memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial, dalam hal ini realitas adanya pengaruh ISIS serta dukungan dan penolakannya) yang kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkannya. Sekilas Tentang ISIS

ISIS adalah kelompok gerilyawan Islam Irak dan Suriah yang terbentuk akibat invasi-tak-sempurna Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003. Setelah dikuasai dan diduduki, Irak terkesan dibiarkan tanpa rencana penataan kembali negara itu. Ekonomi Irak lumpuh, infrastruktur pemerintahan hancur, dan pemerintahan kosong karena Saddam Hussein ditangkap. Maka bermunculanlah kekuatan-kekuatan sipil yang kala itu kaum mayoritas Syiah mengambil alih kekuasaan dan dalam tingkat tertentu merepresi golongan Sunni. Kalangan Sunni yang minoritas dibantu kelompok Al Qaeda melawan, sehingga memunculkan pemberontakan dan bahkan perang saudara. ISIS menjadi salah satu kelompok militan Sunni yang cikal bakalnya berasal dari Al-Qaeda di Irak.

Sejak 2006, ISIS merupakan organisasi bersenjata terkuat di Irak, menguasai wilayah yang cukup luas. Dari waktu ke waktu, pasukan ISIS menaklukkan kelompok lain di Irak, Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

135

termasuk kota-kota inti. Bahkan ISIS telah menguasai wilayah seluas 400.000 km2, yang meliputi wilayah di Irak dan Suriah. Untuk sementara, Kota Raqqah yang berada di Suriah ditetapkan sebagai ibu kota negara. Inilah peta wilayah kekuasaan ISIS di Irak: Gambar 1. Peta Kekuasaan ISIS di Iraq dan Suriah

Daerah kekuasaan ISIS yang disimbolkan dengan warna merah di atas terbagi menjadi 16 wilayah administrasi. Di Irak kekuasaannya meliputi: wilayah Selatan, wilayah Diyala, wilayah Baghdad, wilayah Kirkuk, wilayah Salahuddin, wilayah Anbar, wilayah Ninewa. Adapun daerah kekuasaan ISIS di Suriah meliputi: wilayah Al Barakah (Hasaka), wilayah Al Kheir (Deir al Zour), wilayah Al Raqqah, wilayah Al Badiya, wilayah Halab (Aleppo), wilayah Idlib, wilayah Hama, wilayah Damaskus, dan wilayah Pesisir (Al Sahel). Pada 29 Juni 2014, ISIS mengumumkan pembentukan organisasi baru yang mereka namakan “Khilafah Islamiyah”, sekaligus mendeklarasikan Abu Bakar al-Baghdadi yang diklaim sebagai Khalifahnya dan meminta pembai’atan dari semua umat Islam. Dan berdatanganlah respon dan dukungan 136

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

dari beberapa kelompok radikal di beberapa negara, bahkan berupa dukungan dalam bentuk deklarasi dan baiat kepada sang khalifah. Di Indonesia, sebagaimana ditengarai Zaki Mubarok, dukungan kelompok garis keras terhadap ISIS sangat cepat. Seminggu setelah ISIS mendeklarasikan khilafah Islamiyah pada 29 Juni 2014, ratusan orang dengan bendera FAKSI menyatakan baiatnya kepada kekhilafahan ISIS. Sebagian besar peserta berasal dari beberapa daerah di Jawa Barat, Banten, Lampung dan Riau. Lalu, tidak berapa lama, sejumlah Ormas Islam di Solo, Jakarta, Mantani, dan Bima juga menyatakan baiatnya. Adanya dukungan massif beberapa kelompok Islam di Indonesia ini, menurut Zaki, karena mereka memiliki akar ideologis yang tidak begitu beda, yakni pembentukan kekhilafahan Islam. Dukungan kian massif setelah ada tayangan di youtube bertajuk “Join the Ranks” yang berisi ajakan dan seruan untuk berjihad yang disampaikan oleh Abu Muhammad Al-Indonesi. Meski dukungan mengalir, ternyata tidak semua gerakan Islam garis keras memberikan dukungan. Bahkan Hizbut Tahrir Indonesia yang telah lama mempromosikan khilafah Islam justeru menolak mengakui kekhilafahan al Baghdadi ini dengan dalih belum tercukupinya persyaratan sebagai khalifah. Dalam catatan Kepolisian RI, dukungan terhadap ISIS di Indonesia cukup luas. Catatan ini membuat peta simpatisan ISIS di Indonesia yang meliputi: Medan, Jakarta, Banjarmasin, Mantani, Nusakambangan, Sukoharjo, Karanganyar, Malang, Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

137

Lamongan, Kediri, Lumajang, Poso, Bima, Makassar, Ambon, dan Lampung. Bentuk simpati atau dukungan itu antara lain diwujudkan mulai dari bentuk mural, grafiti bendera ISIS hingga Deklarasi terbuka bahkan pembaiatan kepada ISIS. Diantara aktivitas dukungan terhadap ISIS di Indonesia itu adalah sebagai berikut: Tabel 1. Titik-titik Lokasi Deklarasi Dukungan terhadap Gerakan ISIS No 1

Waktu Sabtu, 8 Februari 2014

2

Sabtu, 15 Februari 2014

3 4

Minggu, 22 Juni 2014 Minggu, 2 Maret 2014

5

Minggu, 16 Maret 2014

6

Minggu, 6 Juli 2014

7

Senin, 7 Juli 2014

8

Selasa, 15 Juli 2014

9

Minggu, 2014

3

Agustus

Keterangan Di Masjid Fathullah UIN Jakarta di Ciputat oleh FAKSI Di Mesjid Muhammad Ramadhan Mantani oleh Kongres Umat Islam Mantani (KUIB), sekaligus pembentukan panitia bersama Oleh Jemaah Tauhid wal Jihad (TWJ) di Mantani Oleh Jemaah Tauhid wal Jihad di Masjid Istiqomah, Bima, NTB Deklarasi dukungan di Bundaran HI oleh gabungan aktivis Islam Di Wisma Syahida Kampus II UIN Jakarta di Ciputat oleh FAKSI Oleh DPW Liga Muslim Indonesia di Sumatera Utara Oleh Forum Pendukung Daulah Islamiyah (FPDI) di Masjid Baitul Makmur, Solo Baru, Sukoharjo Di Masjid Muhajirin Pekayon Jaya Mantani Barat

Dukungan Terhadap ISIS di Ciputat

Hampir dapat dipastikan, media memiliki peranan penting dalam men-zoom-in pemberitaan terkait ISIS di Ciputat, Tangerang Selatan ini. Masyarakat sekitar “TKP” tidak selalu mengerti tentang apa yang terjadi di lingkungannya jika tidak 138

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

diberitahu media. Selain media elektronik dan cetak yang kemudian memberitakan, yang lebih cepat dan massive adalah pemberitaan di dunia maya termasuk media sosial. Ada dua kasus terkait ISIS yang terjadi di Ciputat, Tangerang Selatan. Keduanya berupa acara deklarasi dukungan dan baiat terhadap ISIS, yang dilakukan oleh FAKSI. Di samping itu, ada juga heboh penyebaran broadcast berisi gambar-pamflet yang berisi ajakan menjadi budak seks bagi para mujahid ISIS yang sedang berjuang, yang mengaitkannya dengan Masjid Fathullah UIN di Ciputat. Kasus pertama terjadi pada Sabtu malam Minggu, 8 Februari 2014. Aktivitas sore jelang malam hari itu di Masjid Fathullah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, berjalan seperti biasa. Setelah shalat maghrib berjamaah, digelar pengajian baca kitab (qiraatul kutub) dan penjelasannya dengan menghadirkan pembicara seorang dosen dari kampus. Pesertanya adalah jamaah shalat maghrib yang terdiri atas mahasiswa UIN dan masyarakat umum, baik yang merupakan jemaah tetap tetangga masjid maupun musafir (orang yang dalam perjalanan) yang ikut melaksanakan shalat maghrib di masjid kampus ini. Acara pengajian dan shalat Isya berjamaah kira-kira hingga jam setengah delapan malam. Setelah itu, diadakan pengajian atau pertemuan bulanan yang bertajuk Multaqod Da’wiy. Pertemuan rutin ini diselengarakan oleh FAKSI (Forum Aktivis Syariat Islam), yang merupakan organisasi kumpulan para aktivis Islam di sekitar Jakarta. Acara Multaqod Da’wiy keenam yang diikuti hampir 500 orang ini, mengangkat tema “Support & Solidarity for ISIS”. Acara dimulai dengan ceramah dari para pembicara, yakni: M Fachry (Pemred Al-Mustaqbal Channel), Said Sungkar (Alumnus Jihad Afghan), Halawi Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

139

Ma’mun (Pakar Aqidah Tauhid), Abu Shalih At-Tamrowi (Pemerhati Daulah Islam), dan dipandu oleh moderator Bachrum, ketua FAKSI Jakarta. Setelah itu, acara di akhir, atas aspirasi dari peserta pertemuan agar ada deklarasi mendukung ISIS, FAKSI memfasilitasi dengan dilakukan pembacaan pernyataan dukungan terhadap ISIS. Sebagaimana tema pertemuan ini. Abu Shalih At-Tamrowi, dari The Sharia Institute (TSI) membacakan teks dukungan untuk ISIS. Adapun para peserta berbaris rapi dengan sahutan-sahutan takbir dan kalimat penyemangat lainnya, sambil membentangkan spanduk bertuliskan “Indonesia Support Islamic State ISIS (Islamic State of Iraq And Sham),” dan sejumlah bendera ISIS di sekitarnya. Selengkapnya teks deklarasi berbahasa Arab yang dibacakan Abu Shalih dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: Naskah Deklarasi Dukungan kepada ISIS

.

140

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Terjemahnya: Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta Alam, shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. wa ba’du. Demi Allah, sungguh kami dan seluruh kaum muslimin berbahagia dengan Daulah Islam Iraq dan Syam (ISIS) yang insya Allah akan menjadi cikal bakal khilafah Islamiyyah ‘ala minhaajin nubuwwah yang diharapkan oleh (kaum Muslimin, red.) di Timur dan Barat. Kami mengajak seluruh umat Islam untuk mendukung dan menolong daulah ini beserta amirnya, Amirul Mu’minin Abu Bakar Al-Baghdadi Al-Qurosiy -semoga Allah menjaganya dan menolongnya-. Dan kami para pemuda tauhid dan penolong Agama Allah di Jakarta-Indonesia, di Bagian Timur Islam, mendukung daulah ini dan berharap menjadi tentaranya. Bahkan seandainya jika amir daulah Islam (ISIS) meminta kami untuk berbai’at kepadanya sementara kami berada di negeri kami, niscaya kami segera membai’atnya!!! Semoga melalui tangan-tangan tentara daulah Islam Allah membebaskan negeri-negeri Islam dari cengkeraman para thaghut dan bala tentaranya. Allahumma Amiin.. Allahu Akbar!!!

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

141

Inti dari deklarasi dukungan di atas adalah pengakuan atas eksistensi Daulah Khilafah Islam ala minhajin nubuwwah ISIS dengan pimpinan atau khalifahnya Abu Bakar Al Baghdadi. Selain itu, menyatakan kesediaan berbaiat kepada ISIS dan sekaligus mengajak kepada kaum muslimin untuk juga mendukung dan berbaiat mengikuti langkah mereka. Dalam acara ini juga dilakukan penggalangan dana untuk solidaritas dunia Islam, membantu perjuangan di Suriah, terkumpul sebesar Rp 41.996.900,Gambar 2. Suasana Deklarasi Dukungan terhadap ISIS oleh FAKSI 8 Februari 2014

Kasus kedua merupakan lanjutan dari yang pertama. Kali ini pertemuan Multaqod Da’wiy ketujuh, yang diselenggarakan FAKSI pada 6 Juli 2014, di Auditorium Syahida Inn, Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Kertamukti, Ciputat. Pesertanya cukup banyak, terdiri dari Bapak-bapak, Ibu-ibu, bahkan anak-anak kecil. Kali ini tidak hanya dari Jabodetabek, namun ditambah dari Banten, Sukabumi, Cianjur, Lampung, Riau dan Batam. Acara dimulai pukul 14.30 dengan pemutaran video penaklukan wilayah di Irak dan Suriah serta pesan-pesan 142

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

mujahidin Daulah Islamiyyah, termasuk video pendeklarasian kembali Khilafah Islamiyyah. Selepas ashar, acara inti dimulai, yakni ceramah dari M. Fachry (pimred Al-Mustaqbal Channel) dan Fauzan al Anshari. Pembahasan pada intinya menangkis keraguan-keraguan tentang kekhalifahan ISIS dan meneguhkan kebenarannya. Setelah itu, acara puncak berupa prosesi baiat kepada Abu Bakar al Baghdadi. Isi baiat itu selengkapnya adalah; “Saya berbaiat kepada amirul mukminin Abu Bakar al Baghdadi al Quraysi, untuk mendengar dan taat, pada kondisi susah dan mudah, pada kondisi giat dan malas, dan walaupun kami ditelantarkan. Dan saya, tidak akan merampas kekuasaan dari pemiliknya kecuali saya melihat kekafiran yang nyata, yang saya memiliki dalil yang nyata di dalamnya dari Allah.” Acara deklarasi dalam Multaqod Da’wiy ke-7 ini secara lengkap bahkan telah diunggah oleh aktivis FAKSI ke laman youtube, sehingga semakin banyak orang bisa melihat dan berpotensi mendapat pengaruh dari deklarasi dukungan terbuka ini. Kedua acara deklarasi di atas diselenggarakan oleh Forum Aktivis Syariat Islam (FAKSI), dan diikuti peserta dari berbagai daerah di Jabodetabek bahkan dari luar kota. Kedua lokasi acara, Masjid Fathullah dan Syahida Inn, keduanya merupakan fasilitas milik UIN Jakarta yang dapat disewakan ke pihak luar.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

143

Gambar 3. Suasana Multaqod Da’wiy ke-7 oleh FAKSI pada 6 Juli 2014

Mengiringi dua kasus di atas, di Ciputat juga ada heboh peredaran broadcast yang berisi ajakan kepada para ukhti (perempuan) untuk menjadi budak seks bagi para mujahidin yang sedang berjuang dengan iming-iming Gambar4. balasan surga. Terlihat ada foto perempuan Pamflet Budak Seks berhijab namun dalam pose seksi serta foto jejeran perempuan berhijab yang sedang ISIS menunjukkan auratnya, dan suasana para pejuang ISIS yang sedang mengibarkan bendera. Tak tanggung-tanggung, di dalam broadcast ini juga dituliskan, “Hubungi Sekretariat ISIS Indonesia (Masjid Fathullah, UIN, Ciputat – Jakarta) atau Simpatisansimpatisannya (FAKSI, FPI, PKS dan HIZBUT TAHRIR)” Sang pembuat pamflet seperti sedang menegaskan keberadaan ISIS, dengan menyebut “sekretariat ISIS” serta menunjukkan anasir pendukung gerakan ini. Pamflet-digital yang tak jelas pembuatnya ini beredar secara cepat dari HP ke HP dan menjadi kehebohan tersendiri mengiringi isu deklarasi terhadap ISIS ini. Bantahan dari pihak-pihak yang disebut nama lembaganya pun bermunculan, terutama dari pihak 144

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Kampus UIN Jakarta yang bertubi-tubi mendapat noda dari kasus-kasus deklarasi dukungan ISIS ini. Pimpinan kampus membuat press release menanggapi fitnah ini. Respon terhadap ISIS dan Pendukungnya

Kemunculan ISIS di Irak dan Suriah serta efek rambatnya ke berbagai negara, termasuk Indonesia, respon pun segera bermunculan. Ada yang mendukung dan menolak. Dukungan utamanya datang dari kelompok-kelompok gerakan Islam yang merindukan kekhalifahan atau keamiran global. Kelompokkelompok itu telah mendeklarasikan dukungannya dan berbaiat terhadap ISIS. Sedangkan penolakan dari kelompok Islam pada umumnya dan kelompok gerakan yang tidak setuju dengan cara kekerasan yang ISIS gunakan dalam perjuangan kekhalifahannya. Penolakan misalnya dilakukan oleh Persatuan Ulama Muslim se-Dunia (IUMS) yang dipimpin oleh Syaikh Yusuf alQardhawi. Lembaga ini mengeluarkan pernyataan bahwa deklarasi khilafah oleh ISIS untuk wilayah cukup luas di Iraq dan Suriah tidak sah secara Islam dan tidak membantu kejayaan Islam. Khilafah yang diharapkan muncul harus Berdasarkan pada manhaj Nabi Muhammad SAW dan syura. Apa yang dilakukan oleh ISIS justru mengakibatkan banyak bahaya bagi kaum Sunni Irak dan juga revolusi di Suriah. IUMS juga menyatakan bahwa deklarasi ini terjadi karena ISIS kurang menguasai fiqh waqi’ (memahami realitas), bahkan terkesan meruntuhkan revolusi rakyat yang dilakukan oleh suku-suku Sunni dan kelompok-kelompok revolusi yang lain di Irak. Penolakan juga datang dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), yang selama ini mengkampanyekan dan menawarkan Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

145

“Khalifah dan Syariah sebagai Solusi”. Dalam rilisnya, HTI menolak ISIS terkait 4 hal. Pertama, khilafah ISIS dinilai HTI tak memiliki wilayah otonom. Wilayah kekuasaan khilafah yang dideklarasikan oleh ISIS adalah sebagian wilayah Iraq dan sebagian wilayah Suriah. Menurut HTI, wilayah itu sebenarnya masih merupakan kewenangan Irak dan Suriah. Kedua, faktor keamanan Khilafah ISIS belum memenuhi, dimana sepenuhnya harus berada di tangan umat Islam. HTI melihat khilafah ISIS masih harus berhadapan dengan penguasa yang dianggap sah menguasai wilayah itu, yakni pemerintah Irak dan Suriah. Ketiga, khilafah ISIS belum menerapkan syariat Islam secara kaffah. Dan keempat, Khalifah ISIS belum memenuhi syarat khalifah. Bagi HTI, ada tujuh syarat pengangkatan seorang khalifah, yaitu: muslim, baligh, laki-laki, merdeka, berakal, mampu, dan adil (tidak fasik). Abu Bakar Al Baghdadi, khalifah ISIS, dinilai belum memenuhi syarat ini. Catatan penting HTI, “boleh tidak setuju dengan ISIS, tetapi tidak boleh menolak ide khilafah”.

Gambar 5 . Spanduk HTI di sekitar Fathullah “Tolak ISIS bukan Tolak Khilafah”

Sementara itu, beberapa lembaga yang disebutkan di dalam “pamflet fitnah” tentang Budak Seks ISIS, menolak ISIS secara tegas. Front Pembela Islam (FPI) menyatakan tidak mendukung ISIS dan melarang anggotanya menjadi anggota 146

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

ISIS. Habib Rizieq Shihab melarang pengurus, anggota dan simpatisan FPI di seluruh Indonesia tidak mendukung ISIS karena ISIS telah melakukan perbuatan yang biadab yaitu memusuhi dan membunuh sesama muslim yang tidak sepaham madzhab dengannya. Sementara PKS melalui juru bicaranya menyatakan ketidak setujuannya dengan gerakan ISIS dan mengajak pemerintah dan MUI untuk mewaspadai ISIS. Ia memandang kemampuan ISIS setingkat di atas Al Qaedah. Muhammadiyah dalam keterangan persnya hari Sabtu 2 Juli 2014 menyatakan bahwa Muhammadiyah mengutuk keras aksi kekerasan dan teror yang dilakukan ISIS karena bertentangan dengan ajaran Islam. Ia berdalih bahwa ISIS hanya berkedok Islam untuk tujuan keji politiknya. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan bahwa gerakan ISIS atau Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) bertentangan dengan Dasar Negara Pancasila. Gerakan ini merupakan paham radikal yang menggunakan kekerasan demi perjuangan mereka. Ideologi ISIS bertentangan dengan Pancasila yang menganggap Pancasila sebagai thogut (berhala) yang harus diperangi itu sudah amat kelewat batas. Selanjutnya Menteri Agama menyebutkan bahwa warga negara Indonesia yang bersumpah dan berjanji setia kepada negara asing atau bagian dari negara asing itu dapat kehilangan kewarganegaraannya sebagaimana diatur dalam Pasal 23 huruf (f) Undang-Undang No 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI yang berbunyi: “Warga Negara Indonesia kehilangan kewarganegaraannya jika (f) yang bersangkutan secara sukarela mengangkat sumpah atau

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

147

menyatakan janji setia kepada negara asing atau bagian dari negara asing tersebut”. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat dengan tegas menolak ISIS. MUI Pusat menilai, ISIS merupakan gerakan radikal yang mengatasnamakan Islam. Tetapi tidak mengedepankan Islam yang rahmatan lil'alamin atau rahmat bagi seluruh alam semesta. Sebaliknya, ISIS menggunakan pendekatan kekerasan, pemaksaan kehendak, pembunuhan orang tak berdosa, penghancuran tempat suci, serta ingin meruntuhkan negara yang sudah berdiri. Dikatakan Ketua MUI Pusat, Din Syamsuddin, ''Ormas-Ormas dan lembaga lembaga Islam di Indonesia menolak keberadaan gerakan ISIS di Indonesia yang amat potensial memecah-belah persatuan umat Islam dan menggoyahkan NKRI Berdasarkan Pancasila.'' Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) juga telah mengeluarkan pernyataan penolakan atas ISIS. Dalam salah satu butir poin-poin sikap MIUMI dikatakan: “Bahwa pengangkatan pemimpin ISIS menjadi Khalifah tidak melalui prosedur musyawarah yang benar, yaitu ketidak jelasan identitas para Ahli Syura yang mengangkatnya maupun identitas pemimpin yang diangkatnya sebagai Khalifah dan Imam tertinggi Daulah Islamiyah itu sendiri. Dengan demikian pembai’atan itu itu sendiri tidak benar secara syar’i”. Dalam butir lain, MIUMI juga menyebutkan sejumlah ulama dunia yang menolak ISIS, diantaranya Ittihad ‘Aalamy li ‘ulama al Muslimin (Persatuan ulama dunia Islam) yang 148

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

dipimpin oleh Syekh Yusuf Qardhawi, Rabithah ulama Muslimin Ikatan Ulama Islam sedunia, Syekh Abdullah bin Muhammad bin Sulaiman Al Muhaisini, Ketua Rabithah Ulama Syam Syekh Usamah Rifa’i dan Syekh Abdul Muhsin bin Al ‘Abbad.

Respon dan Sikap Kampus dan Masyarakat

Pihak yang paling kencang merespon dalam dua kasus deklarasi dukungan ISIS di Ciputat adalah pihak kampus. Kampus UIN merasa kecolongan dengan pendomplengan yang dilakukan pendukung ISIS, yang melakukan deklarasi di Masjid Fathullah dan Wisma Syahida, dua fasilitas umum milik UIN. Ada kesan UIN memfasilitasi atau mengizinkan bahkan mendukung acara tersebut. Dalam kasus acara di Fathullah, pihak pengurus masjid (sebagai yang mewakili pihak kampus) tidak tahu jika acara pengajian yang terkesan biasa itu ternyata digunakan untuk memberikan dukungan bahkan baiat terhadap gerakan ISIS. Demikian halnya dalam kasus acara kedua, Wisma Syahida yang biasa disewakan untuk kegiatan umum melakukan acara resepsi perkawinan, seminar atau diskusi, ternyata disewa oleh atas nama FAKSI untuk acara Deklarasi yang kemudian menggemparkan publik tersebut. Kedua acara ini diselenggarakan oleh FAKSI. Mereka adalah gabungan aktivis pro penegakan syariat dari berbagai daerah, terutama Jabodetabek. Unsur utama kelompok ini adalah anggota Jemaah Anshorut Tauhid (JAT) pimpinan Abu Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

149

Bakar Baasyir. Bahkan Abu Bakar Baasyir sendiri yang saat ini berada di Nusakambangan, mendukung ISIS dan melakukan baiat serupa. Masjid Fathullah sendiri terbuka digunakan oleh pihak lain untuk kegiatan pengajian atau kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya, dengan prosedur perizinan tertentu. Dengan terjadinya kasus ini, pihak kampus melakukan serangkaian upaya untuk meresponi dan menegaskan sikapnya. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Sudarnoto Hakim, mengadakan rapat koordinasi dengan seluruh Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, para Ketua UKM, DEMA, SEMA, Pengurus Masjid Fathullah, pengurus asrama dan Mahad, serta Pembina Lembaga Kemahasiswaan pada 7 Agustus 2014. Rapat menghasilkan “Seruan No. Un.01/WR.III/HK.00.7/1585/2014” kepada pihak terkait kegiatan kemahasiswaan agar melakukan pemantauan kegiatan kampus agar tidak tersusupi gerakan ISIS; menjaga agar Mahasiswa tidak terpengaruh gerakan ini; pengetatan izin penggunaan fasilitas dan area kampus hanya boleh digunakan lembaga resmi di bawah UIN Syarif Hidayatullah; adapun untuk kegiatan luar diatur lebih ketat perizinannya, dan ajakan untuk bersama membendung pengaruh gerakan ISIS. Selain itu, pada 7 Agustus 2014, pengurus Badan Urusan Peribadatan dan Dakwah (BUPERDA) Masjid Fathullah juga mengadakan rapat yang menghasilkan 4 butir hasil rapat, yakni: menegaskan bahwa Masjid Fathullah tidak terkait dengan organisasi manapun, masjid hanya dipergunakan untuk kegiatan intern masjid, pengedaran selebaran, buletin, brosur, dll. termasuk pemasangan spanduk harus melalui dan 150

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

seizin pengurus masjid. Hal-hal ‘pengetatan’ ini sebagai antisipasi agar tidak lagi terjadi penggunaan masjid untuk kegiatan serupa deklarasi ISIS dimaksud.1 Kampus UIN juga mengadakan Press release ke media agar diketahui publik. Rentetan kejadian dua kali deklarasi dan heboh broadcast berisi tawaran budak seks ISIS mengharuskan UIN menegaskan posisinya. Berikut naskah lengkap press release yang disampaikan Sudarnoto A. Hakim kepada media menanggapi ISIS dan deklarasi dukungan beberapa pihak, termasuk digunakannya sarana prasarana Kampus UIN Jakarta untuk kegiatan ini. PRESS RELEASE UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Terkait dengan pemberitaan tentang fenomena kemunculan ISIS dan UIN sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi Islam yang telah menjadi korban image negatif serta dalam rangka ikut serta memperkokoh komitmen kebangsaan dan melindungi khususnya generasi muda muslim calon intelektual dan pemimpin umat, kami menyampaikan beberapa hal berikut: Dalam catatan almustaqbal.net diketahui bahwa kegiatan Multaqod Da’wiy yang rutin bulanan itu sebelumnya pernah juga menggunakan masjid Fathullah. Multaqod Da’wiy keempat yang diselenggarakan FAKSI pada tanggal 8 Juni 2013 juga bertempat di Masjid Fathullah ini. Dari observasi peneliti, sebagai yang juga alumni kampus UIN dan sering mendatangi masjid ini, dari dulu masjid ini memang biasa digunakan untuk kegiatan pengajian-pengajian umum terbuka, termasuk kelompok-kelompok gerakan dakwah berhaluan kanan—misalnya diindikasikan dengan jamaah perempuannya berjilbab besar atau bahkan cadar. Namun sejauh itu belum pernah ada masalah karena sifatnya pun terbuka. 1

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

151

1. Syahida Inn adalah gedung, seperti hotel pada umumnya yang digunakan untuk umum melalui mekanisme penyewaan. Selama ini, Syahida Inn digunakan untuk acara pernikahan dan pesta lainnya. Kelompok radikal itu telah menyewa salah satu ruangan yang ternyata digunakan untuk mendeklarasikan dukungan terhadap ISIS sekaligus pembaiatan kepada al-Baghdadi oleh sekelompok garis keras mengatasnamakan Penegak Syariat Islam yg berasal dari berbagai daerah. Tapi dengan disebarkannya secara meluas video di Youtube acara deklarasi tersebut, kelompok yang tak berhati dan berakal sehat ini telah dengan sengaja membangun image negatif tehadap UIN sebagai Perguruan Tinggi Islam Negeri yang berkualitas dan bermartabat, sekaligus memecah belah umat Islam. 2. Upaya jahat kelompok ini juga dilakukan secara terang-terangan. Antara lain dengan disebarkannya lowongan budak seks pemuas birahi mujahidin agar mujadihin bersemangat memerangi kafir. Dalam pamflet itu disebutkan agar “ukhti” yang mau melamar pemuas seks kelompok jihadis bisa menghubungi sekretariat ISIS Indonesia yaitu Mesjid Fathullah UIN Jakarta. Pamflet ini jelas sekali menggambarkan: a. Niat busuk dan jahat kelompok jihadis; b. Rendahnya moral dan martabat kelompok jihadis karena telah merendahkan martabat perempuan, merendahkan fungsi masjid, dan menghina umat Islam dan ajaran Islam 152

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

c. Memecah dan membenturkan umat, dan d. Bentuk teror tahap awal kelompok jihadis yang dimaksudkan menciptakan keresahan di kalangan masyarakat. 3. Bahrumsyah yang selama ini disebut-sebut sebagai tokoh provokator dalam Video Youtube, setelah dicek, benar penah kuliah di Fakultas Dakwah selama 3 semester, kemudian drop out. 4. UIN Jakarta sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi Islam Negeri, sejak berdirinya tetap berkomitmen untuk mendidik anak-anak bangsa menjadi kader Islam, umat dan bangsa membangun Islam sebagai ajaran mulia dari Allah swt untuk rahmat bagi seluruh umat manusia di mana pun. Karena itu kami menilai gerakan ISIS yang sudah berkembang di Indonesia adalah gerakan yang bertentangan dengan prinsip ajaran agama, prinsip kemanusiaan dan falsafah bangsa. Hal ini juga sekaligus semakin memperteguh tekad kami untk mengintensifkan pembinaan khususnya mahasiswa agar mereka menjadi kader intelektual sebagaimana visi misi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Karena itu jika kemudian ditemukan ada mahasiswa atau civitas akademika yang terlibat dalam gerakan ISIS dan gerakan lain yang bertentangan dengan ideologi bangsa akan kami proses sesuai dengan ketentuan dan hukum yang berlaku.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

153

5. Menyerukan kepada masyarakat luas terutama para pelajar, mahasiswa dan generasi muda pada umumnya untuk tidak terpengaruh, terprovokasi dan apalagi mengikuti ajakan kelompok jihadis untuk berjuang menegakkan Negara Islam di mana pun dan kelompok apapun yang mengusung cita-cita politis yang bertentangan dengan ideologi bangsa. 6. Menyerukan kepada pemerintah untuk tidak sekedar mencermati fenomena kemunculan ISIS di Indonesia, tapi juga sekaligus melakukan langkah-langkah penting: a. Agar ISIS tidak berkembang di Indonesia b. Melindungi masyarakat luas secara maksimal agar mereka tidak terpengaruh oleh ISIS dan gerakan lain yang bertentangan dengan ideologi dan falsafah bangsa c. Menjamin terbangunnya stabilitas sosial politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pasca pilpres 7. Kepada elite politik juga diserukan agar tetap menahan diri mendahulukan kepentingan bangsa dalam menghadapi sengketa pilpres. Pertentangan politik bisa menjadi amunisi dan peluang besar muncul dan berkembangnya gerakan ISIS dan sejenisnya. 8. Mendukung upaya-upaya MUI, para Ulama, Ormas-ormas Islam dan kekuatan civil society lainnya untuk memberikan pencerahan dan pembinaan kepada umat dan masyarakat pada 154

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

umumnya melalui terintegrasi.

program-program

yang

Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menarik mencermati butir-butir rilis tersebut. Selain menegaskan penolakan atas gerakan ISIS dan deklarasi dukungan sejumlah pihak. Pihak kampus dengan tegas dan massif ‘menyerang balik’ stigmatisasi yang dilakukan pihak tertentu yang menjadikan UIN sebagai korban image negatif. Pengetatan fasilitas kampus, dan ajakan untuk melawan ideologi ISIS dan gerakan-gerakan serupa yang anti Pancasila juga tampak dari butir rilis tersebut.2 Yang pasti, pihak kampus semakin berupaya keras menguatkan pembinaan wawasan kebangsaan dan keagamaan terhadap mahasiswanya. Selain sikap resmi kampus UIN Jakarta, sejumlah pihak kampus juga turut memperkuat penolakan atas gerakan ISIS yang notabene mendompleng kampus Islam moderat ini. Sunandar Ibnu Nur, dosen Fakultas Dakwah yang pernah mengajar Bahrumsyah (orang Indonesia yang sudah berada di lingkaran ISIS), mengatakan bahwa pemikiran Bahrumsyah 2

Menurut Sdr. MH, aktivis HAM yang alumni UIN, menurutnya bahwa

sebenarnya UIN sudah lama ingin membatasi gerak kelompok-kelompok yang terkesan anti-NKRI dan memerjuangkan negara Islam atau khalifah (seperti HTI) namun tak cukup landasan di atas kebebasan berekspresi di era demokratisasi ini. Dengan adanya kasus deklarasi ISIS yang mengusung kekhalifahan ini, pihak kampus terkesan, menurut MH, seperti mendapat momentum atas keinginannya itu. Pendapat pribadi MH itu dalam tingkat tertentu ada benarnya, hal itu misalnya terindikasi kuat di butir 5 Press Release tersebut.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

155

tidak didapatkan dari meja kuliah tetapi dari luar kampus. Dikatakannya, “kami tidak pernah mengajarkan mahasiswa untuk mempunyai pola pikir mendukung gerakan kelompok radikal seperti ISIS, kami tentu hanya mengajarkan segala sesuatu yang sifatnya keilmuan”. Seperti merasa tertuduh, Ketua Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Syahid UIN Jakarta, Widy Widagdo, juga meluruskan berita yang menyebut-nyebut Bahrumsyah anggota organisasi dakwah intra kampus ini. Dikatakannya, “Bahrumsyah bukan anggota LDK Syahid,” seraya menegaskan bahwa LDK Syahid tidak mendukung gerakan ISIS, bahkan menyebutnya sebagai gerakan yang tidak sesuai syariat. Demikian halnya organisasi mahasiswa ekstra kampus seperti HMI, IMM, PMII, dan KAMMI, menolak keras dan tidak mendukung gerakan ISIS ini. Adapun elemen masyarakat Ciputat yang lebih luas, bahkan tidak terlalu tahu atau terganggu dengan apa yang menjadi bahan diskusi kalangan pemerhati keagamaan ini. Kepala KUA Ciputat, misalnya, merasa tidak terlalu signifikan isu ISIS ini di masyarakat Ciputat. Sementara beberapa mantan aktivis pergerakan mahasiswa juga merasa tidak terlalu mengkhawatirkan gerakan ISIS dan pendukungnya ini, karena ideologi semacam ISIS itu tidak mainstream di kalangan mahasiswa Ciputat yang berpikiran terbuka. Dari berbagai respon dan sikap penolakan yang tegas dari elemen-elemen kampus dan masyarakat Ciputat ini, tampak bahwa pengaruh gerakan pendukung ISIS tidak cukup efektif mewarnai masyarakat Ciputat. Acara-acara yang diadakan oleh kelompok FAKSI diketahui berasal dari daerahdaerah lain.

156

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Membaca Pertarungan Ideologi dan Wacana

Dilihat dari gambaran masuk dan berkembangnya pengaruh gerakan ISIS yang dikonter oleh gerakan penolakan yang cukup massif, dapat dibaca sebagai pertarungan sebuah ideologi dan pengaruh. Ideologi Islam global dalam bentuk daulah Islamiyah atau kekhalifahan, tengah bertarung dengan ideologi Islam rahmatan lil alamin. Lalu, wacana tegaknya kekhalifahan yang diusung ISIS, dengan serangkaian deklarasi dukungan dan publikasi yang memadai (melalui media maya), telah melahirkan sejumlah penolakan dengan berbagai argumentasi yang mematahkannya. Pertarungan ideologi dan wacana ini dapat dianalisis dalam kerangka analisis wacana kritis, dimana dalam teks berupa realitas sosial gerakan dukungan ISIS ini terkandung maksud tertentu di belakangnya, yakni memenangkan pertarungan ideologi berpemerintahan (khilafah). Hal itu dengan serempak dikritisi atau dikonter dengan pemikiranpemikiran Islam rahmatan lil alamin, serta pernyataan penolakan. Jika digambarkan, proses ideologisasi dan pewacanaan yang menjadi latar tujuan dari aktivitas deklarasi dukungan ISIS dan berbagai publikasi itu adalah sebagai berikut: Upaya mempengaruhi/ ideologisasi masyarakat untuk agar mendukung penegakan syariat/daulah/ khilafah ISIS

Deklaras i dukunga

n thd ISIS

Ekspose dukungan sebagai pewacanaan/ agitprop bahwa ISIS benar dan banyak pendukungny a

Kontra-ideologi (dengan Islam rahmatan lil alamin)

Kontra-wacana dengan pernyataan penolakan yang massif

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

157

Adapun gambaran aksi-reaksi, wacana-kontrawacana tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 2. Wacana-kontrawacana Pendukung dan Penolak ISIS Pendukung Gerakan ISIS

Penolak Gerakan ISIS

ISIS telah menyatakan “Khalifah/ Daulah Islamiyah” telah tegak dengan mengangkat Abu Bakar Al Baghdadi sebagai khalifahnya.

HT/HTI yang meyakini khilafah sebagai solusi justeru menolak, karena tidak terpenuhinya persyaratan dalam pengangkatan khalifah. Demikian juga MUI, MIUMI, MMI dan anasir Islam lain menolak keabsahan kekhalifahan itu. Pernyataan penolakan dari berbagai elemen umat beragama (Islam) yang pada intinya menyatakan tidak perlu baiat terhadap ISIS/Al Baghdadi. Penguatan Islam rahmatan lil alamin terus dilakukan. Sejumlah Press release dan pernyataan-pernyataan terbuka dari banyak tokoh yang menolak ISIS. Hal ini dimaksudkan menutup/mengimbangi wacana ISIS itu besar pendukungnya. Secara faktual pendukung gerakan ISIS pun tidaklah banyak, bahkan di kalangan gerakan Islam sendiri tidak bulat mendukung. FPI, MMI, bahkan JAT sendiri pecah. Pemerintah (Kemenag, Polhukam, DPR, dll) serta Ormas Islam serempak menolak ISIS dan melakukan edukasi publik (seminar, press release, pembinaan umat) untuk menegaskan penolakan terhadap gerakan ISIS, dan menjaga umat agar tidak terpengaruh gerakan tersebut.

Deklarasi dukungan terbuka terhadap ISIS dan proses pembaiatan. Secara simbolik, hendak menyatakan bahwa kekhalifahan telah tegak. Penyebaran berita-berita dan unggahan video yang mengesankan pendukung deklarasi ini banyak dan berharap mempengaruhi psikologi publik agar meyakini kebenaran ISIS.

Kegiatan Deklarasi, demonstrasi, dan agitasi oleh FAKSI dkk di beberapa titik dan hendak mempengaruhi atau mengajak muslimin lainnya untuk melakukan dukungan dan baiat ISIS. ....dlsb.

Dari analisis di atas dan memperhatikan perkembangan isu ini dalam beberapa waktu kemudian, tampak bahwa konter ideologi dan konter wacana yang dilakukan berbagai pihak terhadap kelompok pendukung ISIS cukup efektif. FAKSI, dkk. seperti kembali tiarap dan proses ideologisasi ISIS dan wacana khilafah ataupun daulah tidak lagi berkembang.

158

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Kesimpulan

Dukungan terhadap gerakan ISIS di Ciputat, Tangerang Selatan, dilakukan dalam bentuk deklarasi terbuka dukungan dan baiat terhadap kepemimpinan khalifah Abu Bakar Al Baghdadi, pimpinan ISIS. Selain itu, dukungan berupa penggalangan dana perjuangan juga dilakukan. Sejauh ini deklarasi dukungan tersebut dilakukan dalam acara Multaqod Da’wiy yang diselenggarakan oleh organisasi yang menamakan diri FAKSI (Forum Aktivis Syariat Islam), sebuah organisasi yang keanggotaannya terbuka, yang terdiri atas sejumlah aktivis Islam dari berbagai daerah (kebanyakan dari luar Ciputat) yang mengharapkan penegakan syariat Islam. Unsur utama yang menggerakkan kelompok ini, sebagaimana gerakan serupa di beberapa daerah lainnya, adalah kelompok Jamaah Anshorut Tauhid. Dukungan terhadap gerakan ini sedikit dan terbatas pada kelompok kecil, yang bahkan kelompok yang juga meyakini khilafah sebagai solusi umat juga menolak gerakan ISIS ini. Respon sebaliknya terhadap gerakan ini adalah berbagai pernyataan penolakan yang cukup massif dan luas dilakukan oleh berbagai pihak. Berbagai Ormas Islam, termasuk HTI, MMI, dan HTI, dan Kampus UIN Jakarta menolak ajakan gerakan mendukung ISIS ini. Adapun masyarakat muslim Ciputat dan sekitarnya tidak terlalu terpengaruh dengan gerakan ini. Faktor yang mendorong dukungan terhadap gerakan ISIS adalah kondisi sosiopolitik global yang mentransfer semangat perjuangan daulah Islamiyah. Ditambah konteks lokal Indonesia yang sedang memperhadapkan dua kubu dalam peralihan kepemimpinan nasional. Lemahnya deteksi dan

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

159

tindakan keamanan atas gerakan-gerakan yang terindikasi merongrong NKRI. Adapun penolakan terhadap gerakan ISIS didorong oleh pemahaman yang memadai tentang konteks global dan lokal tentang gerakan keagamaan, masih kuatnya Islam moderat di Indonesia, dan kekompakan Ormas Islam dan Pemerintah dalam menghadapi ancaman dan memelihara kondusivitas kehidupan beragama di Indonesia. Rekomendasi

Dari kajian diatas dapat direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut:

Pertama, ideologisasi Islam rahmatan lil alamin perlu diperkuat dan dimassifkan, terutama pada kalangan muda yang tengah bergairah dalam beragama. Pengajian dan pengkajian Islam yang berbasiskan pada ajaran Islam yang moderattawassuth perlu secara sistematis masuk kedalam kurikulum dan praktik pendidikan di berbagai tingkatan. Dalam hal ini Litbang Kementerian Agama dan Ditjen Pendis dapat berperan menyusun kurikulum, buku, ataupun modul pengembangan Islam rahmatan lil alamin tersebut. Berbagai Ormas keagamaan menjadi partner dalam program tersebut. Kedua, wacana keagamaan di Indonesia harus banyak diisi dengan pandangan Islam yang sejuk, moderat, dan mendukung pada NKRI. Dalam kaitan ini, berbagai laman internet bernuansa dukungan terhadap ISIS dan gerakan radikal lainnya perlu ditangani serius oleh Kementerian Agama dan Kemenkominfo. Laman seperti almustaqbal.net, shoutussalam.com, arrahmah.com, dan banyak lainnya., yang

160

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

banyak memuat konten Islam radikal yang mendukung gerakan ISIS, perlu segera diblokir. Searah dengan itu, perlu dibuat program pengembangan konten Islam rahmatan lil alamin yang sejuk dan mendorong pada edukasi publik. Kementerian Agama dapat membuat program pengembangan konten Islam moderat dengan memberdayakan santri-santri pesantren, misalnya. Ketiga, memperkuat regulasi tentang pemeliharaan keamanan negara dan pengaturan kehidupan beragama yang seimbang dan harmonis dalam semangat keagamaan dan kebangsaan.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

161

Daftar Pustaka

Gesagt,Kurz,videografisnya,http://internasional.kompas.com/read /2014/08/05/09525751/Bagaimana.ISIS.Terbentuk, diunduh pada 21 November 2014. Haryanto, Joko Tri, “Perkembangan Gerakan ISIS di Surakarta (Sebuah Fact Finding dan Analisis Awal),” laporan hasil penelitian pada Balai Litbang Agama Semarang, 2014. Mubarak, M. Zaki, “Dari NII ke ISIS: Gerakan Islam Radikal di Indonesia Kontemporer,” makalah dipresentasikan untuk Diksusi CRCS, 4 September 2014. Diunduh dari http://www.csrc.or.id/berita-284-dari-nii-ke-isis-gerakanislam-radikal-di-indonesia-kontemporer.html, diakses pada 21 November 2014. Paparan Polri pada “Silaturahim dan Seminar Nasional terkait dengan Fenomena Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) bagi NKRI dan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin” yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama pada 9 Agustus 2014 di Auditorium HM Rasjidi, Kantor Kementerian Agama Jl. MH Thamrin 6, Jakarta. Laman internet: http://shoutussalam.com/2014/02/aktivis-islam-di-jakartaDeklarasikan-dukungan-untuk-isis-kami-siap-berbaiat-padaamirul-mukminin-syaikh-abu-bakar-al-baghdadi/, diunduh pada 21 November 2014. http://al-mustaqbal.net/1000-lebih-kaum-musliminmenghadiri-acara-multaqad-dawi-ke-7-faksi-menyambut-

162

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

lahirnya-peradaban-islam-baru-khilafah-ala-minhajinnubuwwah/, diunduh pada 22 November 2014. http://www.bersamadakwah.com/2014/07/yusuf-qardhawikhilafah-ala-isis-tidak.html www.republika.or.id, dirilis pada 8 Agustus 2014. http://nasional.kompas.com/read/2014/08/01/15015151/Mente ri.Agama.Ideologi.ISIS.Bertentangan dengan.Pancasila, diakses pada 21Agustus 2014 http://nasional.kompas.com/read/2014/08/06/08585651/Pemu da.Muhammadiyah.Cabut.Kewarganegaraan. WNI.Pendukung.ISIS?utm_campaign=related_left&utm_med ium=bp&utm_source=news . http://www.bringislam.web.id/2014/08/inilah-sikap-resmimiumi-terhadap.html# ixzz3K5tUKrPK, diakses pada 22 November 2014. http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/14/08/05/n9 tve6-ini-alasan-baasyir-dukung-perjuangan-isis.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

163

164

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

5

GEMPAR CIREBON: KAHARUDIN AJARKAN AJARAN MENYIMPANG DI YAYASAN ALMAGFURULLAH DITUDUH SESAT

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

165

Pendahuluan

Dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010 - 2014, dinyatakan bahwa pembangunan bidang agama merupakan pemenuhan salah satu hak dasar rakyat yang dijamin konstitusi, sebagaimana dinyatakan pada Pasal 28 dan 29 Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan bidang agama merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan Indonesia damai, adil, demokratis dan sejahtera. Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 yang mengamanatkan agar pembangunan bidang agama diarahkan pada pencapaian sasaran pokok, yaitu terwujudnya masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab. (Kementerian Agama Badan Litbang dan Diklat , 2010 : 1). Pembangunan bidang agama dapat dikatakan mencapai hasil yang cukup baik, tetapi masih terdapat sejumlah permasalahan yang membutuhkan penanganan yang lebih serius dan terprogram. Permasalahan yang dihadapi antara lain: masih terdapat kesenjangan pemahaman keagamaan dan harmonisasi sosial serta kerukunan dikalangan umat beragama belum optimal. Fenomena munculnya berbagai pemikiran, paham, aliran dan gerakan keagamaan di Indonesia beberapa tahun terakhir ini, di satu sisi dapat dinilai positif, sebagai salah satu indikator kebebasan beragama di negeri ini yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Namun di sisi lain, 166

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

kebebasan dalam mengekspresikan kebebasan beragama tersebut seringkali menimbulkan keresahan masyarakat, yang pada akhirnya berhadapan dengan Peraturan Perundangundangan yang berlaku yaitu Penetapan Presiden RI Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama. Perkembangan kehidupan keagamaan tersebut antara lain disebabkan karena faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain disebabkan karena adanya perbedaan penafsiran terhadap pokok-pokok ajaran agama, paradigma pemikiran yang dipergunakan dalam menafsirkan, penekanan pengamalan agama secara eksklusif yang hanya mengakui paham mereka saja yang benar, sedangkan paham lainnya dianggap sesat dan kafir. Sedangkan faktor eksternal adalah pengaruh pemikiran dari luar seperti pemikiran yang dianggap liberal dalam mamahami teks-teks agama, maupun cara merespon terhadap realitas kehidupan yang berkembang dewasa ini. Dalam realitasnya, perbedaan tersebut telah menimbulkan berbagai aliran dan paham keagamaan. Aliranaliran tersebut ada yang masih dapat ditolerir oleh kelompok mainstream, dan ada pula yang dianggap menyimpang bahkan sesat. Seperti, Yayasan al Maghfurullah yang ada di Kabupaten Cirebon. Sebagaimana diketahui bahwa sejumlah mantan pengikut Al Maghfurullah melaporkan Kaharudin ke MUI dan Ormas Islam, dengan tudingan mengajarkan aliran sesat, seperti: melarang pengikutnya untuk melakukan silaturrahim kepada orang tuanya dan pengakuan Kaharudin sebagai sosok suci, bahkan menganggap dirinya sebagai Tuhan. Sejumlah massa dari berbagai Ormas Islam pada selasa 25 Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

167

Pebruari 2014 mendesak MUI untuk mengeluarkan fatwa yang menegaskan bahwa Yayasan Al Maghfurullah merupakan aliran sesat. Kaharudin merupakan pimpinan dari Al Maghfurullah yang ada di Kabupaten Cirebon. Pada tanggal 27 April 2014, Kaharudin dipanggil Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Cirebon, selain meminta klarifikasi secara personal, juga mengkonfrontir Kaharudin dengan sejumlah mantan pengikutnya. (Wawancara dengan Danus dan Faturrahman, 9 -10-2014). Kedatangan Kaharudin di Kantor MUI Kabupaten Cirebonpun sempat disambut emosi para mantan pengikut dan sejumlah aktifis yang menunggu di halaman Kantor tersebut. Namun berkat pengawalan ketat polisi, emosi massa dapat diredam dan dikendalikan. Puluhan polisi berdatangan terlebih dahulu dengan menggunakan dua mobil untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Ketua Bidang Hukum dan perundang-undangan MUI Kabupaten Cirebon KH. Mukhlisin Munzari mengatakan bahwa Kaharudin datang dengan ditemani sekitar tujuh orang pengikutnya. Dalam klarifikasinya, mereka mengakui sebagian hal yang dituduhkan para mantan pengikutnya, dan membantah sebagian tuduhan lainnya. Semua hasil klarifikasi dan konfrontasi antara Kaharudin dan mantan pengikutnya akan menjadi bahan rapat MUI untuk menentukan fatwa yang akan dikeluarkan. Berdasarkan keterangan yang berhasil dikumpulkan MUI, Kaharudin hampir dipastikan melakukan penyimpangan dalam cara mengajarkan syariat Islam kepada pengikutnya. Namun terkait isi dari ajaran tersebut, MUI masih belum menemukan hal-hal yang menyimpang. Menurut Mukhlisin, satu poin krusial yang bisa menjadi Dasar bagi MUI untuk memfatwakan Al Maghfurullah 168

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

sebagai aliran yang menyimpang adalah larangan dari Kaharudin terhadap pengikutnya untuk menemui orang tua. Namun sejauh ini Kaharudin membantah adanya larangan itu, bahkan ia mengaku selalu mengingatkan untuk bersilaturahim kepada orang tuanya, akan tetapi pengikutnya sendiri yang tidak mau menemui orang tuanya. Salah seorang mantan pengikut Kaharudin, (Sri Miyati, 58 Tahun) mengatakan bahwa lima orang anaknya sudah mengikuti Aliran Kaharudin sejak tahun 2008 dan sejak itulah mereka tidak pernah mau datang menemui kedua orang tua mereka. Ketika ditanyakan, katanya tidak diperbolehkan oleh Kaharudin, karena menurutnya belum waktunya. Menurut Ibu Sri, dirinya juga sempat diajak oleh anak-anaknya untuk ikut dalam aliran ini, namun baru beberapa hari saja ia merasakan banyak penyimpangan. Salah satu penyimpangannya adalah ketika sepasang suami isteri hendak berhubungan intim, ia harus meminta izin terlebih dahulu pada Kaharudin. Akhirnya Sripun memutuskan untuk ke luar dari Al Maghfurllah dan berhasil mengajak empat anaknya ikut ke luar. Namun demikian masih ada anak ketiga dari Sri yang tidak mau ke luar dan masih setia mengikuti Kaharudin yaitu Alimi. Pada saat Kaharudin datang ke MUI, anak saya ikut mendampinginya, namun saat diajak pulang oleh saya, ia tidak mau sepertinya ia dihipnotis dan tidak mau mendengarkan kata-kata orang tua serta saudara-saudaranya itu. Sementara itu Ketua Aliansi Masyarakat Nahi Munkar (Almanar) Cirebon, Andi Mulya mendesak agar MUI tetap mengeluarkan fatwa sesat bagi Al Maghfurullah. Dalam hal

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

169

ini masalahnya keterangan belasan mantan pengikut lebih kuat dari pada bantahan Kaharudin. Menurut Andi, biarkan saja mereka membantah tuduhan itu, karena maling memang tetap tidak mau mengaku, yang jelas terbukti, adalah kesaksian sudah banyak. Kalau MUI memang tidak mau mengeluarkan fatwa sesat, kami tidak menjamin warga sekitar Yayasan Al Maghfurullah marah dan main hakim sendiri karena Kaharudin sudah lama meresahkan masyarakat. Terlebih lagi setelah banyak pengikutnya yang ke luar dan mengadukan ajarannya kepada masyarakat.( Enon/CNC). (sumber, CNC, Kabupaten Cirebon, Jumat, 28 Februari 2014). Selamet, Salah seorang santeri Al Maghfurullah menegaskan bahwa semua tuduhan yang ditujukan kepada gurunya itu hanyalah fitnah. Ia meyakinkan, selama menimba ilmu disini tidak pernah menemukan kejanggalan, terlebih kesesatan yang selama ini banyak dituduhkan. Pengajaran yang dilakukan di Yayasan ini seperti pengajian pada umumnya, semua tuduhan yang dilontarkan hanya fitnah. Hal yang sama juga disampaikan Yani (santri) yaitu isu adanya ajaran sesat berawal dari keluarnya beberapa orang pengurus dari Yayasan Al Maghfurullah. Mereka yang keluar karena adanya hutang piutang yang mengatasnamakan majelis, namun yang pada akhirnya diketahui sama guru, sehingga guru menegur yang pada akhirnya mereka ke luar. Isu pengakuan Kaharudin sebagai sosok suci dan bahkan menganggap dirinya sebagai Tuhan, Sugeng Prasojo (Sekretaris Yayasan Al Maghfurullah) menegaskan bahwa hal itu tidak pernah ditemukan secara fakta dalam lingkungan majelisnya. Jadi tuduhan bahwa gurunya mengaku Tuhan 170

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

adalah fitnah, majelis ini terbuka untuk umum dan semua orang boleh solat di masjid ini, warga setempatlah yang tidak mau datang kesini. Namun demikian apa yang dikatakan Sugeng itu bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh mantan pengikut Al-Maghfurullah dan masyarakat setempat. Menurut penuturan tetangga depan Yayasan Al-Maghfurullah bahwa tamu saya datang dari Jakarta mau membeli sapi, kemudian ingin melaksanakan sholat di Yayasan AlMaghfurullah, tetapi tidak diperbolehkan bahkan ditanyakan KTPnya. (Wawancara dengan Le, pedagang sapi, 9-10-2014). Selain itu pula salah seorang petani yang tinggal di daerah Klayan karena kesiangan untuk melakukan shalat Jum’at di Masjid lain karena jaraknya berjauhan ingin sholat Jum’at di Yayasan Al-Maghfurullah tetapi dilarangnya. Oleh karena itu berdasarkan informasi tersebut dapat dikatakan bahwa aktivitas keagamaan yang dilakukan Yayasan AlMaghfurullah bersifat tertutup. Selain itu Sugeng menjelaskan bahwa Kaharudin dan pengurus lainnya yang juga didampingi oleh beberapa santri telah menghadiri undangan MUI Kabupaten Cirebon terkait tuntutan dikeluarkannya fatwa sesat terhadap Yayasan Al Maghfurullah. Namun pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada hasil kajian MUI. Yayasan Al Maghfurullah memulai aktifitas keagamaanya dengan melakukan pengajian tengah malam, berupa ceramah dan tanya jawab. Kegiatan bertempat di desa Klayan Blok Al Hidayah Kebon Jero RW 3 RT 12 dan RW 4 RT Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

171

13 Kecamatan Gunungjati Kabupaten Cirebon. Pimpinannya bernama Kaharudin yang berasal dari Indramayu Kecamatan Haurgelis. Kaharudin pernah bergabung di Az-Zaitun Indramayu. Dari paparan tersebut diatas, peneliti telah melakukan pengumpulan data lapangan sesuai judul di atas. Sejalan dengan latar belakang diatas, permasalahn yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Profil Yayasan Al Maghfurullah; Bagaimana Aktifitas Keagamaannya; Kronologi Yayasan Al-Maghfurullah dianggap menyimpang; Bagaimana upaya penanganan pemerintah dan pihak terkait dalam penyelesaian Yayasan Al-Maghfurullah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berbagai informasi yang berkenaan dengan persoalanpersoalan Yayasan Al-Maghfurullah yaitu: Profil Yayasan Al Maghfurullah; Untuk mengetahui Aktifitas Keagamaannya; Kronologi Yayasan Al-Maghfurullah di anggap menyimpang; Untuk mengetahui penanganan pemerintah dan pihak terkait dalam upaya penyelesaian Yayasan Al-Maghfurullah. Sebagai bahan perumusan untuk kebijakan pimpinan Kementerian Agama dan pihak-pihak terkait, serta memperkaya referensi akademis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk studi kasus dengan pendekatan fenomenologis dalam arti berusaha memahami subyek dari sudut pandang mereka sendiri, memaknai berbagai fenomena sebagaimana dipahami dan dimaknai oleh para pelaku. 172

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Adapun data yang dihimpun adalah latar belakang

keberadaan Yayasan Al-Maghfurullah yang dianggap sesat; profil tokoh/pimpinan Yayasan Al-Maghfurullah; aktifitas keagamaan Yayasan Al-Maghfurullah yang dipermasalahkan; Keterkaitannya terhadap lembaga keagamaan lain; penanganan yang dilakukan aparatur pemerintah dan organisasi keagamaan terhadap Yayasan Al-Maghfurullah tersebut; metode pengajarannya. Sedangkan teknik pengumpulan datanya dengan cara kajian pustaka, wawancara mendalam serta pengamatan lapangan. Kajian pustaka dilakukan baik sebelum maupun sesudah pengumpulan data lapangan. Wawancara telah dilakukan dengan tokoh-tokoh yang terlibat antara lain : Pimpinan Yayasan Al-Maghfurullah, pengikutnya baik yang masih aktif maupun yang sudah keluar dari Yayasan, MUI Kab. Cirebon, masyarakat sekitar, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, Kepala KUA, Kepala Desa, MUI, FKUB, Polres, Polsek (Kepolisian), Kepala Dusun dan lainlainnya. Sedangkan pengamatan telah dilakukan secara langsung melihat Masjid dan rumah-rumah yang ada di Yayasan Al-Maghfurullah serta melakukan wawancara dengan tetangga terdekatnya mengenai bagaimana interaksi sosial mereka terhadap masyarakat. Semua informasi yang didapat kemudian diinventarisasi, seleksi dan koreksi, klasifikasi, komparasi, interpretasi, dan ditarik beberapa kesimpulan pokok yang bersifat umum dan menyeluruh. Penelitian tentang Yayasan Al-Maghfurullah ini dilaksanakan di Desa Klayan Kecamatan Gunungjati Kabupaten Cirebon. Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

173

Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian Puslitbang Kehidupan Keagamaan tentang kasus-kasus aktual kehidupan keagamaan telah banyak dilakukan, di antaranya adalah: Kasus Penyerangan Sunni-Syiah di Sampang tahun 2013, hasil penelitiannya adalah adanya Deklarasi damai antara kedua belah pihak disinyalir aktivitas itu hanya sebuah rekayasa yang dilakukan dengan mengatasnamakan sebagai wakil dari warga Sampang. Hal ini nampak dalam Deklarasi Damai tersebut tidak melibatkan tokoh agama setempat, aparat pemda setempat dan Kementerian Agama Kabupaten Sampang. Kasus Penyimpangan Tariqat At-Tijaniyah oleh Sumarna, 2012, hasil penelitian menyatakan bahwa Penyimpangan Aliran Tariqat At-Tijaniyah oleh Sumarna antara lain adalah: a) menggantikan shalat shubuh dengan shalat duha; b) meniadakan shalat Jum’at bagi dirinya sendiri, karena beragapan dirinya telah suci dan disucikan Allah; Sehingga dari peristiwa tersebut berakibat terjadinya suatu pembakaran rumah pengikut aliran At-Tijaniyah Sumarna dan terjadinya pembunuhan saudara Ustadz Edin (sepupu dari Sumarna). Selayang Pandang Kabupaten Cirebon Yayasan Al-Maghfurullah terletak di Desa Klayan Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon. Kecamatan Gunung Jati ini merupakan salah satu dari kelima belas kecamatan yang ada di Kabupaten Cirebon. Masyarakat kecamatan Gunungjati terdiri dari Suku Jawa, Sunda dan beberapa suku lainnya dengan mayoritas penduduknya 174

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

beragama Islam. Adapun jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Gunungjati adalah sebagai berikut: DATA JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN GUNUNGJATI KABUPATEN CIREBON TAHUN 2014 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

DESA / KECAMATAN PASINDANGAN ADI DHARMA KLAYAN JADIMULYA JATIMERTA ASTANA KALISAPU WANAKAYA GROGOL MERTASINGA SIRNABAYA SAMBENG MAYUNG BABADAN BUYUT JUMLAH

JUMLAH PENDUDUK PEREMPUAN LAKI-LAKI 2,724 2,934 3,183 3,170 4,992 4,978 3,662 3,397 2,267 2,205 2,414 2,444 2,090 2,080 2,822 2,703 2,348 2,355 3,484 3,355 2,273 2,634 1,827 2,027 1,679 1,867 1,914 1,995 3,345 3,363 41,024 41,507

Dengan melihat data tersebut di atas dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Gunungjati sekitar 82.531 orang yang terdiri dari 41.024 orang laki-laki dan 41.507 orang perempuan. Selanjutnya dapat dilihat Berdasarkan agama sebagai berikut:

jumlah

penduduk

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

175

DATA PEMELUK AGAMA KECAMATAN GUNUNGJATI KABUPATEN CIREBON TAHUN 2014 Jumlah pemeluk agama No

Desa / Kecamatan

Islam

Katoli k

Kristen Hindu Budha

Aliran Konghuc kepercaya hu an

1

PASINDANGAN 5,634

7

14

2

1

0

0

2

ADI DHARMA

6,058

111

156

17

11

0

0

3

KLAYAN

9,734

102

131

0

3

0

0

4

JADIMULYA

6,808

72

173

0

6

0

0

5

JATIMERTA

4,446

5

21

0

0

0

0

6

ASTANA

4,833

7

18

0

0

0

0

7

KALISAPU

4,170

0

0

0

0

0

0

8

WANAKAYA

5,525

0

0

0

0

0

0

9

GROGOL

4,684

5

12

0

2

0

0

10

MERTASINGA

6,827

0

6

6

0

0

0

11

SIRNABAYA

4,896

0

6

0

5

0

0

12

SAMBENG

3,854

0

0

0

0

0

0

13

MAYUNG

3,546

0

0

0

0

0

0

14

BABADAN

3,909

0

0

0

0

0

0

15

BUYUT

6,708

0

0

0

0

0

0

JUMLAH

81,632

309

537

25

28

0

0

Berdasarkan data tersebut di atas dapat dikatakan bahwa mayoritas pemeluk agama yang ada di Kecamatan Gunungjati adalah Islam dengan jumlahnya 81.632 orang. Sedangkan lainnya adalah pemeluk agama Katolik 309 orang; Kristen 537 orang; Hindu 25 orang; Buddha 28 orang, dan pemeluk agama Konghucu tidak terdata. Animo masyarakat yang ada di Kecamatan Gunungjati terhadap kegiatan keagamaan dan peribadatan cukup menggembirakan, terutama umat Islam. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya masjid, musholla dan majelis ta’lim 176

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

yang ada di setiap desa yang ada di Kecamatan Gunungjati. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain pengajian rutin majlis ta’lim, PHBI, kegiatan Ramadhan, TPQ serta kegiatan keagamaan lainnya. Adapun Jumlah tempat ibadat yang ada di Kecamatan Gunungjati adalah sebagai berikut: a) Masjid 33 buah; b) Langgar 125 buah; c) Mushollah 16 buah, dan tempat ibadat bagi agama lainnya tidak terlihat kecuali di Kota Cirebon. (Laporan Tahunan KUA Kecamatan Gunungjati 2014). Kaharudin dan Sepak Terjangnya Berdasarkan penuturan beberapa orang mantan pengikut Yayasan Al-Maghfurullah mengatakan bahwa Kaharudin yang disebut sebagai mursyid di Yayasan tersebut, berasal dari Indramayu. Kaharudin yang pernah mengenyam pendidikan SD dan diteruskan ke SMP persamaan dan SMA persamaan , ia pernah belajar di Az-Zaitun NII KW IX Indramayu selama lebih 20 tahun. Karena Kaharudin ingin belajar Tareqat Qadiriyah Wanaqsabandiyah, maka ia keluar dari Az-Zaitun dengan membawa uang sebanyak Rp. 40.000.000; Di Indramayu Kaharudin belajar Tarekat dengan gurunya yang bernama Syekh Muruddin selama 1 tahun. Setelah itu dia pergi ke Cirebon ke Desa Klayan sekitar pada tahun 2002. Dari uang 40.000.000 tersebut Kaharudin membeli sebuah rumah kecil di Villa Intan dengan ukuran 5x6 , dan membuka warung kecil-kecilan untuk isterinya berdagang. Sisa uangnya dijadikan modal untuk berdagang bunga di mall, namun usahanya ini tidak beruntung alias bangkrut sehingga Kaharudin tidak mempunyai pekerjaan dan bersama

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

177

isterinya berjualan di warung tersebut. (Wawancara dengan Danus dan Yopry, 8-10-2014). Menurut salah seorang pengikut Kaharudin yang masih aktif sampai sekarang menyatakan bahwa tempat tinggal Kaharudin bermula dari rumah ukuran 5x6 ini, di tahun 2002-2005, Kaharudin mengajak beberapa kenalannya untuk melakukan pengajian di rumahnya. Awalnya hanya dua orang yaitu Zakaria dan Danus yang tertarik mengaji bersama Kaharudin. Ketertarikan keduanya ini dikarenakan Kaharudin menyampaikan pengajarannya tentang tarekat, yang hakekat materinya tentang nafsu, dimana dikatakan bahwa kita tidak boleh mengumbar nafsu, harus hidup sederhana, bersikap disiplin dalam segala hal terutama sholat tepat waktu, istiqomah dan harus melaksanakan sholat sunat malam serta berzikir hingga menjelang shubuh. Dari kedua orang yang ikut pengajian inilah lama kelamaan mulai ada beberapa orang lagi hingga mencapai 13 orang yang ikut pengajian. Seiring waktu berjalan terus, orang yang ikut pengajian mulai bertambah menjadi sebanyak 25 orang. Semakin hari pengajian pimpinan Kaharudin ini semakin bertambah maka Kaharudin bersama jamaahnya mulai memikirkan tempat yang lebih luas dikarenakan rumah di villa intan tersebut sudah tidak muat untuk menampung orang-orang yang terus bertambah ingin belajar di pengajian ini. (Wawancara dengan Zakaria, 10-10-2014) Dalam pengajian di Villa Intan ini, Kaharudin menganjurkan jamaahnya untuk mengumpulkan sumbangan per-orang Rp. 500.000; jadi kalau suami isteri Rp. 1.000.000,-. dikali x 25 murid, jadi uang yang terkumpul sejumlah 25 juta. Dikarenakan uang hanya 25 juta, sehingga dikumpulkan lagi diantara jamaah, hingga uang terkumpul sebanyak 61 juta. 178

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Dengan uang 61 juta inilah, dibelikan tanah seluas 1.289 meter dan diniatkan untuk membangun masjid di Desa Klayan sebagai tempat pengajian dan aktivitas keagamaan yang diajarkan Kaharudin. Dikarenakan cara pengumpulkan dana diantara para jamaah tidak efektif hingga tahun 2007, maka Zakaria mendapatkan masukan dari seseorang bahwa untuk mengumpulkan dana pembangunan masjid disarankan pengajian ini membuat Yayasan, dengan Yayasan inilah maka dibuatkan proposal untuk mencari dana pembangunan masjid sesuai dengan tujuan yang diharapkan jamaah pengajian. Semenjak itulah mulai disusun kepengurusan Yayasan yang digerakan oleh Zakaria dan Danus atas perintah Kaharudin. Pada Tahun 2008 dengan akte notaris No. 01 yang ditandatangani oleh Ruli Mastuti, notaris Kabupaten Cirebon, pada tanggal 11 September tahun 2008, Yayasan tersebut diberi nama Al Maghfurllah, berkantor pusat di Jalan Soban, Blok Kebon Jero, Rt 15 Rw 04, Desa Klayan, Kec. Gunung Jati, Kab. Cirebon diatas tanah 1000 meter. Struktur Organisasi Yayasan Al Maghfurllah sebagai berikut: a.

b.

Pembina - Ketua Pembina - Pembina 1 - Pembina 2 Pengurus - Ketua Umum - Ketua 1 - Sekretaris Umum - Sekretaris 1 - Bendahara Umum - Bendahara 1 - Bendahara 2 - Bendahara 3

: Imandoyo : Rochjadi : Sukardi : Danus Puwanto : Yoprey Lesmana : Zakaria : Muhammad Masduki bin Darwan : Suharyono : Trisna Raharja : Samsuri : Nana Asnawi

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

179

c.

Pengawas - Ketua Pengawas - Pengawas 1 - Pengawas 2 - Pengawas 3 - Pengawas 4

: Iwan Hermawan : Aat Bhenardy : Mokhamad Nur : Puji Hartono : Sahrul Fathoni

Dari kepengurusan yang ada tersebut, ternyata Kaharudin tidak termasuk dalam struktur organisasi, baik sebagai pembina, pengurus ataupun pengawas. Kaharudin hanya selaku sebagai seorang Mursyid (guru) di al Magfurllah, namun pada pelaksanaan kegiatan sehari-harinya kedudukan mursyid ini lebih tinggi dari semua pengurus yang ada di dalam susunan organisasi tersebut. Dimana Kaharudin sebagai Mursyid (guru yang diakui oleh para jamaahnya sebagai pimpinan mereka). Sehingga kepengurusan yang ada hanya simbol-simbol saja karena semua aktifitas di Al Magfurllah, mulai dari pengajian sampai pembangunan sarana dan prasarana dan menunjuk siapapun bisa jadi pengurus atau yang dapat mewakili mursyid dalam bertindak ditentukan yang ditunjuk oleh Kaharudin selaku mursyid, karena Kaharudin berperan sebagai khalifah sesuai dengan perintah nasab ( Syeh Abdul Qadir Djaelani) sesuai hasil tawasulnya dengan nasab tersebut. (Hasil wawancara dengan Yopry, Danus dan diperkuat oleh Zakaria dan Sugeng ketika diwawancarai secara terpisah, tanggal 9-10-2014). Yayasan Al Magfurullah dan Aktivitasnya Dengan berdirinya Yayasan ini secara sah di notaris, maka niatan untuk membangun masjid di Desa klayan dengan tanah 1000 meter mulai dirancang. Pada awalnya lokasi 180

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

tersebut merupakan daerah terisolasi dan jauh dari pemukiman penduduk bahkan terkesan hutan dan tidak ada jalan, maka Danus dan Zakaria yang menguruk tanah selama 4 tahun untuk membuat jalan aspal yang tadinya setapak menuju ke lokasi masjid yang akan di bangun. Sementara itu, Kaharudin dan semua murid-muridnya mulai mencari dana dengan membuat proposal mohon bantuan dana untuk pembangunan masjid dan majelis taklim, melalui zakat, infak, shodakoh dan wakaf atas nama Yayasan Al Magfurllah. Ada juga program pembebasan tanah untuk kepentingan sarana pendidikan, pemberdayaan ekonomi umat, peduli yatim piatu dan kaum dhuafa keberbagai pihak, baik di jalan-jalan maupun ke rumah-rumah penduduk (dor to dor). Pencarian dana berkisar di kota Cirebon dan sekitarnya sampai ke Bandung dan Jakarta. Aktivitas Keagamaan Pengajian Dalam melakukan kegiatan pengajian di Yayasan al Magfurllah dibagi menjadi tiga kelas yaitu: kelas pertama, Malam jum’at pengajian untuk orang-orang lama, yang semangatnya lebih tinggi dan sudah lebih pandai atau sudah mengerti apa inti dan maksud yang diajarkan mursyidnya (Kaharudin); pengajian ini muridnya berjumlah sebanyak 15 orang. Kelas kedua, malam sabtu untuk pengajian orang-orang pertengahan artinya mereka yang mengikuti pengajian malam ini bukan orang baru dan juga bukan orang yang sudah lama ikut pengajian di Al Magfurllah dan mereka belum mencapai tingkatan tinggi dalam pengajaran pengajian yang diberikan Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

181

oleh Kaharudin, pengajian ini muridnya berjumlah sebanyak 30 orang. Kelas ketiga, malam minggu, pengajian untuk tingkatan pertama (orang-orang baru) maksudnya peserta pengajiannya mendapatkan materi yang bersifat umum dan pelajaran yang diajarkan untuk tingkatan ini ilmunya dibawah tingkatan ilmu pada malam sabtu (pertengahan). Kegiatan malam minggu ini diperuntukan bagi murid-murid baru, yang ikut dalam pengajian di al Magfurullah, dan jumlah muridnya sebanyak 20 orang. (Wawancara dengan Yopri, Danus dan Faturrahman, 9-10-2014). Dalam melakukan Pengajian tersebut, kitab yang dipakai oleh Kaharudin berpedoman pada Al Quran dan Kitab Munjiat. Metode yang digunakan dalam pengajian ini adalah ceramah, yaitu Kaharudin menyampaikan suatu materi pada saat pertemuan berlangsung, setelah materi disampaikan, kemudian dilakukan tanya jawab kepada murid-muridnya. Dalam pengajian ini materi yang disampaikan meliputi: penggalangan dana wajib dilakukan bagi setiap pengikut dan mengajarkan tentang hidup sederhana, bersikap disiplin, sholat tepat waktu, menahan hawa nafsu, taat pada pimpinan dan melakukan sholat sunat malam secara rutinitas, sehingga banyak orang yang tertarik mengikuti ajarannya. (Hasil wawancara dengan Alimi, 12-10-2014). Selain itu dalam pengajiannya juga, ada materi lain yang disampaikan oleh Kaharudin seperti: a) Kaharudin melarang pengikutnya untuk menemui orang tuanya yang tidak sepaham dengannya; ; b) Yayasan Al-Maghfurullah dalam melakukan aktivitasnya bersifat ekslusif; d) Orang yang 182

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

bukan pengikutnya tidak boleh bertemu dengan Kaharudin; e) Dalam pengajarannya Kaharudin mengaku Mahdi, Rasul dan Tuhan; f) Menganggap kafir kepada murid yang ke luar atau tidak sepaham dengan gurunya; g) Melarang muridnya melakukan sholat di tempat lainnya; h) Semua ibadah muridnya harus izin dengan gurunya; i) Bagi murid yang taat pada pimpinan, jaminannya surga, juga sebaliknya yang tidak taat sanksinya neraka; j) Mewajibkan murid dalam setiap sholatnya membayangkan dihadapannya wajah guru. (Hasil Wawancara dengan Faturrahman dan Yopri, 12-10-2014). Dengan melihat ajaran-ajaran yang disampaikan Kaharudin, dikorelasikan dengan Fatwa MUI Pusat, maka ada beberapa ajaran Kaharudin kepada muridnya terkatagori menyimpang seperti mengkafirkan orang muslim yang tidak sepaham dengannya Berikut sepuluh (10) kriteria paham dan aliran sesat yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat yaitu: a) Mengingkari salah satu dari rukun iman yang 6 (enam); b) Meyakini atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah; c) Meyakini turunnya wahyu setelah Al-Qur’an; d) Mengingkari otentisitas atau kebenaran isi Al-Qur’an; e) Menafsirkan Al-Qur’an tidak Berdasarkan pada kaidah-kaidah tafsir; f) Mengingkari Hadits Nabi sebagai nabi dan rasul akhir; g) Menghina atau melecehkan atau merendahkan para nabi dan rasul; h) Mengingkari Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul akhir; 1) Mengubah, menambah atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syari’ah seperti haji tidak ke Baitullah, shalat wajib tidak lima waktu; j) Mengkafirkan sesama muslim. (Kementerian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2011 : 12-13). Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

183

Ajaran Kaharudin Dituduh Sesat Yayasan Al Maghfurllah dengan mursyidnya Kaharudin dituduh telah mengajarkan ajaran sesat sejak tahun 2012, demikian diungkapkan oleh Bahruddin selaku Ketua Umum MUI kab. Cirebon. Dimana pada waktu itu, Faturrohman salah seorang mantan murid Kaharudin dari Yayasan Al Maghfurllah melaporkan kepada MUI pada tanggal 12 Oktober 2012 tentang ajaran gurunya yang bernama Kaharudin, yang telah mengajarkan ajaran tarekat qadariyah naqsabandiyah di Desa Klayan yang bertentangan dengan akidah dan syariat Islam. Adapun ajaran yang dianggap bertentangan tersebut antara lain: 1) Kaharudin mengaku sebagai Imam Mahdi; 2)Kaharudin mengaku sebagai Syeik Abdul Kadir Djaelani; 3) Ibadah murid harus seizin guru; 4) Murid dilarang berguru pada kiyai lain, dan 5) Murid dilarang membaca kitab-kitab lain tanpa seizin guru; 5) Memutuskan hubungan antara anak dengan orang tua yang tidak sepaham dengan gurunya; Terkait masalah memutuskan hubungan antara anak dengan orang tua yang tidak sepaham dengan gurunya adalah salah besar dan bertentangan dengan hukum Islam dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2 : 83) yang artinya bahwa ….dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat, kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil dari pada kamu dan kamu selalu berpaling. Selain itu juga tentang hubungan anak dengan orang tua harus baik walaupun berbeda aqidah. Begitu juga dalam Surat Lukman (31 :15) yang artinya adalah“ Dan jika keduanya memaksamu untuk 184

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepadaKulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. Dengan adanya pengaduan tersebut MUI berusaha untuk memanggil Kaharudin dan meminta klarifikasi tuduhan dari Faturrohman. Namun yang hadir hanya muridnya saja dan membantah semua tuduhan yang disampaikan oleh Faturrahman. Selain Faturrahman, beberapa murid lainnya ikut keluar dari Yayasan Al-Maghfurllah, tetapi dengan alasan berbeda-beda. Pada saat pertemuan dengan perwakilan dari Yayasan Al Magfurllah, MUI menyarankan untuk mengganti nama Yayasan Al Maghfurllah menjadi Yayasan Al Maghfurullah, karena tulisan Al-Magfurllah itu adalah salah, artinya Allah swt minta ampun. Tetapi kalau namanya diganti menjadi Al Magfurullah berarti Allah itu Pemberi Ampun. Saran tersebut diterima oleh perwakilan dari Yayasan Al Magfurllah. Setelah mendapatkan saran dari MUI, nama Yayasan Al Magfurllah diganti menjadi Al Maghfurullah dan istilah tersebut dipakai sampai sekarang. Pada saat kejadian ini, masyarakat tidak banyak mengetahui dan tidak terjadi gejolak apa-apa terhadap Kaharudin dan Yayasan Al Maghfurullah, sehingga Yayasan ini tetap melakukan aktifitasnya seperti biasanya hingga awal tahun 2014. Pada awal Februari tahun 2014, ada lagi seorang mantan pengikut Yayasan Al-Maghfurullah (Danus) keluar dari Yayasan Al Maghfurullah dengan alasan gurunya telah menyimpang dalam memberikan pengajaran kepada muridKasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

185

muridnya, bahwa Yayasan ini di duga sesat karena dari segi ajaran, dalam kesaksian pengikutnya berbeda-beda, hanya murid-muridnya saja yang mengetahui. Menurut penuturan Danus yang dianggap menyimpang antara lain adalah: a. memutuskan silaturrahmi dengan kedua orang tua; b. mengharuskan kepada muridnya ketika melakukan shalat, membayangkan seolah-olah di depannya ada mursyid atau gurunya (Kaharudin). c. Jangan melakukan shalat sunah sebelum mendapatkan perintah dari Kaharudin, walaupun shalat sunah itu dilaksanakan secara rutin. d. Dalam melaksanakan puasa baik wajib maupun sunah pada jam setengah enam sudah melakukan buka puasa, karena menerapkan prinsip fajar sidik. e. Kaharudin mengaku Imam Mahdi; f. Kaharudin mengaku Nabi; g. Kaharudin mengaku Tuhan. Sedangkan menurut penuturan mantan pengikut lainnya bahwa ajaran yang dianggap menyimpang adalah: a. Setiap murid diwajibkan dalam shalat dihadapannya seolah-olah ada Kaharudin ; b. Orang yang bukan muridnya tidak boleh bertemu dengan Kaharudin; c. hubungan dengan masyarakat sekitar di luar pengikutnya adalah haram; d. Orang yang sudah belajar dengan Kaharudin tidak boleh lagi belajar dengan guru lain. (Hasil wawancara dengan Rodja’i dan Syahbuddin, 13-10-2014). Dari uraian di atas dan penuturan mantan murid Kaharudin yang ke luar, maka kondisi tersebut telah meresahkan warga yang berada di sekitar Yayasan AlMaghfurullah. Akibatnya ratusan warga Desa Klayan Kecamatan Gunung Jati, Cirebon bersama sejumlah anggota Ormas Islam di Cirebon yang tergabung dalam ALMANAR (Aliansi Masyarakat Nahi Munkar) melakukan aksi 186

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

penutupan paksa terhadap aliran sesat yang berkedok Yayasan Al-Maghfurullah pada tanggal 3 Maret 2014. Dimana warga dan sejumlah Ormas Islam melakukan penggrebekan karena sudah geram mendengarkan laporan dari mantan pengikut Kaharudin. Untuk menghindari amukan massa, akhirnya Kaharudin diamankan Kapolres Cirebon. Alasan Pengikut Yang Masih Bertahan di Yayasan Sekalipun sudah banyak murid yang keluar dari Yayasan Al Maghfurullah, namun banyak juga yang masih bertahan. Alasan mereka masih bertahan adalah mereka merasa mempunyai ketenangan batin; yang tadinya sakitsakitan menjadi sembuh; pimpinan mengajarkan tentang kedisiplinan, Istiqomah, melaksanakan shalat tepat waktu, hidup sederhana, menahan hawa nafsu dan melaksanakan shalat sunat malam secara rutinitas. Selain itu pimpinan menerima orang dari berbagai keahlian seperti: pedagang, supir, PNS, Potografer, pembuat rotan, tukang parker dan sebagainya. (Hasil wawancara dengan Abdul Gani dan Sugeng). Setelah terjadinya penyerbuan, Kaharudin diamankan Kapolsek Kabupaten Cirebon dan dibawa ke Polres Kota Cirebon. Kaharudin berada di Polres dari jam 17.00 s/d 22.00. Karena tidak ada bukti-bukti untuk menahan maka Kaharudin di kembalikan ke Yayasan. Pada saat kejadian di Polres, MUI telah memanggil Kaharudin berhadapan dengan Faturrohman dan telah mengkaji hasil dari laporan para mantan muridnya, sehingga keluarlah Fatwa pada tanggal, 03 Maret 2014 tersebut, dengan nomor: 20/MUI/Kab., Cbn/III/2014. Adapun isi Keputusan Fatwa MUI Kab. Cirebon tersebut adalah: 1) Sanad dan Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

187

Matan/Wirid Thariqat Qadiriyah Naqsabandiyah Yayasan AlMaghfurullah Desa Klayan termasuk mu’tabarah yang sama dengan thariqat lainnya; 2) Guru/Mursyid Thariqat Qadiriyah Naqsabandiyah AlMaghfurullah tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh ahli thariqat seperti tercantum dalam kitab Tanwirul Qulub; 3) Guru/Mursyid Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an tidak menggunakan kaidahkaidah tafsir; 4) Guru/Mursyid Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Al-Maghfurullah desa Klayan, apabila mengaku Mahdi, Ghauts dan Rasul serta memandang kafir/murtad kepada murid yang keluar atau orang lain yang tidak sefaham dengan ajarannya adalah menyimpang dari aqidah Islamiyah; 5) Guru/Mursyid Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah Yayasan Al-Maghfurullah Desa Klayan, apabila mewajibkan murid dalam setiap shalatnya membayangkan wajah guru dengan memasang foto guru di depan sajadah dan melarang atau mengharamkan silaturrahim dengan orang tua atau orang lain yang tidak sepaham atau menentang ajarannya maka jelas bertentangan dengan syari’at Islam. Alasan murid-murid yang keluar dari Yayasan Al-Maghfurullah Banyak murid yang keluar dari Yayasan Al Maghfurullah dengan alasan sudah tidak tahan dengan penyimpangan yang dilakukan gurunya; semua ibadah yang dilakukan murid harus seizin dengan gurunya; melarang muridnya melaksanakan sholat di masjid lain; murid yang keluar dari Yayasan Al-Maghfurullah dianggap neraka; Adanya jaminan spiritual, kalau murid taat pada gurunya, jaminannya syurga; bagi murid yang tidak taat pada guru, sanksinya neraka dan 188

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

mendapatkan kecelakaan; pengikut Kaharudin tidak dibolehkan menemui kedua orang tuanya yang tidak sepaham dengannya. (Hasil wawancara dengan Masruri dan Danus, 13-10-2014). Dampak dari peristiwa penyerangan terhadap Yayasan AlMaghfurullah Dengan adanya penyerangan oleh massa terhadap Yayasan Al Maghfurullah beberapa waktu lalu,maka banyak asset milik Yayasan menjadi terbengkalai; pengikutnya menjadi terpecah belah; keberadaan guru (Kaharudin) disembunyikan; keluarnya fatwa MUI. Kab Cirebon yang menyatakan ajaran Kaharudin tidak sesuai dengan syariat Islam. Upaya Pemerintah Pemerintah dalam hal ini pejabat Kementerian Agama, aparat kepolisian dari Polsek Sumber, Polres Sumber, Polsek Gunung Jati dan Polres Cirebon bersama MUI Kabupaten Cirebon dalam penanganan Yayasan ini tidaklah mudah. Dimana kedua belah pihak merasa paling benar dan kekeh mempertahankan pendapatnya masing-masing. Keduanya berani bersumpah atas nama Allah SWT ketika dipertemukan dihadapan MUI. Ketika terjadi penyerangan dari masyarakat setempat dan Ormas Islam, Kaharudin diamankan Kapolsek dan dibawa ke Polresta (Wilayah hukum Kota Cirebon). Kemudian semua pengikutnya yang masih setia dikeluarkan dari rumah Yayasan Al-Maghfurullah. Setelah kejadian tersebut keberadaan Kaharudin dirahasiakan oleh pihak Yayasan Al Maghfurullah. Dan semua asset Yayasan Al Maghfurullah terbengkalai ditinggalkan begitu saja, hingga kini belum ada Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

189

upaya-upaya yang konkrit dalam penyelesaian asset tersebut. (Wawancara dengan Kapolsek, Kabupaten Cirebon 9/10/2014). Dengan melihat peristiwa tersebut, nampaknya hampir sama dengan apa yang tertera dalam buku panduan Penanganan Aliran dan Gerakan Keagamaan Bermasalah di Indonesia, dimana dalam kasus Yayasan Al-Maghfurullah ini belum ada pihak yang secara serius, konprehensif, sistemik dan berkesinambungan dalam menangani kasus seperti itu. Pihak pemerintah dan aparatnya juga nampak bingung dalam menanganinya. Di satu sisi, keresahan dan anarkisme massa sulit dibendung, di sisi lain bagaimanapun juga ada individuindividu pengikut ajaran menyimpang ini yang harus dilindungi hak hidupnya sebagai warga negara. Dengan demikian, hingga penelitian ini berjalan, pihak pemerintah belum bisa menyelesaikan peristiwa ini secara maksimal dan baru hanya sebatas pengamanan pengikut yang masih setia dan pimpinannya di keluarkan dari Yayasan Al Maghfurullah. Kesimpulan Kaharudin sebagai pimpinan Yayasan AlMaghfurullah sekaligus sebagai mursyid (guru) yang dalam prakteknya mengajarkan ajaran menyimpang. Yayasan AlMaghfurullah ini pada awalnya bergerak dalam bidang da’wah dan melakukan penggalangan dana. Dalam pengajiannya ia mengajarkan tentang hidup sederhana, bersikap disiplin, istiqomah, sholat tepat waktu, menahan hawa nafsu, taat pada pimpinan dan melakukan shalat sunat malam secara rutinitas, sehingga banyak orang yang tertarik mengikuti ajarannya. 190

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Pada awalnya ajaran yang disampaikan Kaharudin kepada pengikutnya adalah hal-hal yang baik-baik dan dapat menarik orang menjadi pengikutnya. Namun lama-kelamaan ajaran yang dikembangkannya ternyata ada penyimpangan antara lain: a) Kaharudin melarang pengikutnya untuk menemui orang tuanya yang tidak sepaham dengannya; b) Yayasan Al Maghfurullah dalam melakukan aktivitasnya bersikap ekslusif; d) Orang yang bukan pengikutnya tidak boleh bertemu dengan Kaharudin; e) Dalam pengajarannya, Kaharudin mengaku Mahdi, Rasul dan Tuhan; f) Menganggap kafir kepada murid yang ke luar atau tidak sepaham dengan gurunya; g) Melarang muridnya melakukan sholat di tempat lainnya; h) Semua ibadah muridnya harus izin dengan gurunya; i) Bagi murid yang taat pada pimpinan, jaminannya surga, juga sebaliknya yang tidak taat sanksinya neraka; j) Mewajibkan murid dalam setiap shalatnya membayangkan dihadapannya wajah guru. Penanganan yang dilakukan pemerintah terhadap Yayasan Al-Maghfurullah belum maksimal, baru sebatas pengamanan. Pimpinan dan para pengikutnya di keluarkan dari Yayasan, sedangkan assetnya dibiarkan terbengkalai begitu saja.

Rekomendasi Sebaiknya pihak pemerintah (Pejabat Kementerian Agama, aparat Kepolisian dari Polsek Sumber, Polres Sumber, Polsek Gunung Jati dan Polresta Cirebon) juga MUI Kabupaten Cirebon perlu melakukan mediasi kepada pihak Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

191

yang berkonflik antara pengikut yang masih setia pada Kaharudin dan yang sudah keluar. Selain itu pimpinan dan pengikut yang masih setia di Yayasan Al-Maghfurullah perlu diberikan pembinaan keagamaan yang berkesinambungan untuk kembali ke ajaran Islam yang benar; Fatwa MUI tentang Yayasan Al-Maghfurullah sudah tepat, yaitu mengambil jalan tengah, tetapi menimbulkan ketidak puasan dari pihak yang keluar dari Yayasan AlMaghfurullah. Oleh karena itu pihak pemerintah sebaiknya dalam mengeluarkan fatwa tersebut lebih diperjelas bahwa ajaran yang dibawa Kaharudin itu dalam prakteknya menyimpang; Pihak pemerintah sebaiknya memanfaatkan kembali asset yang ada untuk kepentingan umat Islam pada umumnya.

192

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA Kementerian Agama RI Badan Litbang Dan Diklat , Rencana Strategis, Jakarta 2010. Kementerian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Buku Panduan Penanganan Aliran dan Gerakan Keagamaan Bermasalah di Indonesia, Jakarta 2011. Gunung Jati, Cirebon Post, 2013. Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Kasus-kasus Keagamaan Aktual Kehidupan Keagamaan, 2012. Fatwa MUI Kabupaten Cirebon, 2014. ***

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

193

194

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

6

HEBOH SYIAH DI KARIMUN: TUNTUTAN FATWA SESAT MADZAB SYI’AH OLEH SEKTE SALAFI

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

195

Pendahuluan Mazhab Syi’ah di Indonesia tumbuh dimulai dari kampus-kampus, dan berkembang di pusat-pusat ilmu pengetahuan yang demokratis. Bersamaan dengan itu tumbuh pula gerakan Islam kampus, seperti; usrah, Lembaga Dakwah Kamus (LDK), Ikhwanul Muslimin Indonesia (IMI) dan sebagainya di tahun 1980-an. Gerakan keagamaan seperti ini terlihat di IAIN, termasuk IAIN (UIN) Jakarta dan IAIN (UIN) Yogya yang merupakan kiblat pemikiran keagamaan dan ilmu pengetahuan Islam di Indonesia. Karakter Syi’ah yang fenomenal ini menjadi daya tarik sendiri, dan banyak diminati Mahasiswa. Sebagian Mahasiswa bukan hanya tertarik, tetapi menjadi pengikut mazhab ini. Pada saat yang sama Indonesia di bawah rezim Orde Baru, sedang dililit ketidakadilan dan jarak sosial ekonomi yang semakin melebar. Mazhab Syiah seolah menawarkan model pembebasan yang dipandang lebih menjanjikan, yaitu perlawanan efektif seperti ditunjukkan revolusi Islam Iran. Itulah sebabnya gerakan Islam Syi’ah di Indonesia terus memperlihatkan geliatnya yang terus tumbuh pelan tapi pasti. Pertumbuhan madzhab Syi’ah yang tak terbendung ini memang perlu dicermati agar kita dapat menangkap sinyalsinyal perbedaan fiqih dengan lainya (mainstream) yang rawan konflik karena ketidak fahaman umat Islam dan agar kita tidak terjebak dalam pertikaian sesat menyesatkan sesama Islam. Rezim Orde Baru waspada terhadap fenomena ini karena terkait ekspor revolusi dan ideologi yang kemudian diwujudkan dalam bentuk pengawasan yang ketat terhadap aktifis Mahasiswa waktu itu. Para ulama hampir mirip rezim Orde Baru dalam menyikapinya, karena was-was dengan pertumbuhan 196

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

madzhab Syi’ah yang ajaranya dianggap menyimpang dan bertentangan dengan madzhab Suni. MUI Pusat menggelar seminar mewaspadai Syi’ah. Hasilnya menggegerkan kehidupan sosial keagamaan waktu itu (1984). Tanggapan datang dari berbagai arah dan dimuat di media, seperti Republika, Pelita, Tempo dan sebagainya. Rekomendasi yang disampaikan menghimbau umat Islam berhati-hati dengan perkembangan mazhab Syi’ah ini3. MUI juga meminta pemerintah agar membekukan semua lembaga dan Yayasan yang dikelola oleh komunitas madzhab Syi’ah. Hasil seminar tersebut menimbulkan gerakan anti Syi’ah. Hadirnya madzhab Syi’ah seakan mengancam NKRI dan keberadaan Suni. Namun disisi lain, kaum muda tidak mau lagi didekte para seniornya, termasuk oleh para ulama. Mereka mencari sendiri kebenaran ajaran, karena sumber informasi sudah begitu banyaknya. Jika dahulu sumber ilmu pengetahuan agama hanya pesantren, sekarang ada radio, televisi, media cetak, training kilat, pesantren kilat, dan Google yang dapat menjawab semua persoalan ajaran Syi’ah, seakan tidak satupun ajaran yang dapat diterima dan dapat dikerjasamakan. Padahal kita ketahui konflik Syi’ah Suni sudah terjadi dahulu. Semua kejadian di atas terjadi saat Kementerian Agama sedang membangun dan memperkuat teologi kerukunan yang sudah dimulai sejak jaman Menteri Agama Mukti Ali (19703Saat

ini bangsa Indonesia sedang menata sistem demokrasi menjadi pilihan

terbaik dalam mengelola Negara. Sementara itu rekomendasi MUI seperti di zaman Orde Baru, yaitu ingin menunjukan kebenaran Islam itu hanya satu, yaitu Ahlu Sunnah wal Jama’ah, hal ini pernah dilakukan Bani Umaiyah dan Bani Abbasiyah ketika menguasai panggung politik dunia selama 7 abad.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

197

an) Kini. FKUB yang dibidani oleh pemerintah untuk memfasilitasi umat beragama dalam menyelesaikan persoalan umat terus dibentuk di seluruh pelosok negeri, dialog multikultural intern dan antar umat beragama setiap tahun, menempatkan struktur FKUB di Sekretariat Jenderal Kementerian Agama. Di sisi lain, banyak diantara para pelaku dialog multirkultural, dialog antar dan intern umat beragama dan seterusnya, masih menghambat keberhasilan pembangunan teologi kerukunan. Sesungguhnya agama Islam mengajarkan bahwa perbedaan adalah rahmat. Perbedaan itu datang dari Tuhan, menentang perbedaan berarti menentang Tuhan. Perbedaan pemahaman agama para fuqaha, mufasir dan lainya juga wajar, karena perbedaan bawaan, ditempa pada kondisi sosial yang berbeda, dan dengan fasilitas atau sarana yang berbeda yang akhirnya melahirkan aliran, paham dan pemikiran keagamaan dalam Islam. Lebih populer disebut dengan madzhab (dalam fikih) dan firqah-firqah (dalam teologis). Satu hal bahwa semua sepakat, perbedaan memahami agama adalah rahmat (terlalu banyak yang dicontohkan para imam madzhab). Agar umat Islam selalu memiliki kepastian hukum menyelesaikan persoalan-persoalan baru dalam kehidupanya yang tidak tercantum secara eksplisit di al Qur’an dan al Hadits, maka pintu ijtihad dinyatakan masih terbuka. Hasil ijtihad adalah fatwa, yang memberi kepastian hukum dan membuat umat tenang, setidaknya untuk yang semadzhab. Fatwa tidak dapat mengikat semua intern umat Islam, kecuali sepaham denganya, apalgi jika fatwa hanya dimaknai sebagai himbauan. Di negara yang secara konstitusional bukan negara Islam, fatwa belum banyak 198

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

diadopsi pemerintah dan .posisinya belum memiliki otoritas dimata hukum. Persoalan fatwa keagamaan yang berkelindan dengan hukum positif seperti ini menjadi persoalan tersendiri bagi kita. Tetapi kuncinya, bahwa pemerintah harus tetap melindungi kebebasaan beragama, tidak boleh mengikuti siapapun yang tidak konstitusional, dan tunduk kepada siapapun yang ingin menghancurkan kebhinekaan. PasalPasal berkaitan dengan kebebasan beragama harus ditegakan. Karena itu menyusun fatwa harus mempertimbangkan berbagai aspek, sehingga fatwa menjadi berharga. Munculnya fatwa tanpa pertimbangan komprehensif, seperti; konstitusi, kemestian perbedaan memahami agama merupakan sebuah pilihan, dampak sosial, politik, kerukunan, kedamaian, dan ketenangan bermasyarakat. Jika fatwa menjadi kontraproduktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, memvonis sesat tanpa solusi, maka seakan terkesan yang berfatwa tidak bertanggungjawab dan lepas tangan setelah melempar bola api. Fatwa yang sekedar berfatwa, menghakimi tanpa solusi dapat menjadi pendorong kebencian kepada kelompok lain dan mendorong anarkhisme sosial. Hal ini terlihat, bahwa fatwa Ormas keagamaan berkaitan aliran keagamaan selama ini sengaja atau tidak, sebagian telah menjadi alat asing menghancurkan Indonesia dengan menyingkirkan kelompok yang berbeda. Fatwa tidak komprehensif, partisan, kurang adil, kurang bijaksana, tidak mempertimbangkan dampaknya dan kurang efektif, bahkan mendorong munculnya keresahan dan anarkhisme (terbalik). Tidak arif dan bijaksana jika berfatwa, sementara semua akibatnya itu urusan polisi dan pemerintah, karena pemerintah bukan pemadam kebakaran. Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

199

Kasus madzhab Syi’ah di Jawa Timur misalnya, merupakan antiklimaks hadirnya fatwa sesat Syi’ah. Dialog Kepala Badan Litbang dan Diklat bersama para peneliti dengan pengurus Ormas MUI Jawa Timur, temasuk ketuanya (A. Sommad), paska dikeluarkanya fatwa sesat Syi’ah tahun 2013, menjelaskan logika itu. Iapun menyatakan bahwa sebelumnya hampir semua organisasi keagamaan MUI Kabupaten/Kota di Jawa Timur setuju madzhab Syi’ah difatwa sesat. Mencermati perkembangan sosial keagamaan terkait dengan wacana penyesatan Syi’ah, perlu kiranya memperhatikan Yayasan Al Bayyinat Surabaya pimpinan Thahir Abdullah Al-Khaf (sekarang) sebagai gerakan anti Syi’ah di Indonesia. Thahir Abdullah Al-Khaf adalah anggota pimpinan Ormas keagamaan MUI dan NU Wilayah Jawa Timur. Keberadaannya di NU Wilayah dan MUI Wilayah menjamin bahwa dirinya bebas dari kepentingan pribadi atau mendapat pesan dari kelompok anti Syi’ah. Sebagai seorang tokoh NU seharusnya lebih bijaksana menyikapi keberadaan madzhab Ahlul Bait, apalagi MUI Pusat tidak pernah mengeluarkan fatwa sesat. MUI hanya membuat pernyataan agar masyarakat berhati-hati dengan perkembangan Syi’ah dan meminta pemerintah membekukan semua Yayasan dan lembaga yang dimiliki kaum Ahlul Bait. Sebagai ulama seharusnya penuh kearifan dalam menyikapi masalah Syi’ah ini tidak bersifat provokatif, memecah belah, dan adu domba. Seperti terjadi saat dialog Suni Syi’ah di IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2012, dimana hasil dialog tersebut berubah menjadi ajang penyesatan dan hampir terjadi anarkhisme.

200

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Gerakan penyesatan terhadap madzhab Syi’ah seperti di Jawa Timur terus terjadi di berbagai daerah,seperti; Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan dan sebagainya beberapa tahun terakhir, hanya saja belum sampai mengeluarkan fatwa sesat seperti MUI Kabupaten Sampang dan Jawa Timur. Para pecinta ukhuwah berharap besar agar para ulama lainya masih mempertimbangkan untuk tidak gampang berkesimpulan negative dan menanamkan rasa kebencian terhadap gerakan Syi’ah Kebencian terhadap Syiah semakin meluas ketika MUI Pusat melakukan seminar dan rakernas4 yang menghasilkan Rekomendasi agar umat Islam hati-hati terhadap perkembangan Syi’ah. Sementara oknum MUI Pusat juga menerbitkan buku “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia dan membagi-bagikan secara gratis pada event-event sosialisasi buku tersebut”. Besar sekali dana yang diperlukan, dari mana gerangan? As (AS) atau Amerika Serikat (AS yang lain)? Yayasan Al Bayyinat yang didirikan seolah hanya untuk menghalau Syi’ah. Mereka juga menerbitkan buku "Export Revolusi Syiah ke Indonesia". Buku ini untuk mengingatkan pemerintah akan bahayanya madzhab Syi’ah yang terus berkembang pesat di Indonesia. Banyak oknum merasa bahwa Syi’ah harus segera dibubarkan, sehingga madzhab Syi’ahpun terus disudutkan oleh ulama-ulama yang menganggap Syiah sesat. Abdul Sommad mengatakan bahwa “Syi’ah di masa depan akan 4Ormas

keagamaan MUI Pusat telah membantah menerbitkan buku

meresaahkan tersebut, tetapi tidak menarik dari peredaran. Dalam Rakernas MUI Agustus 2014, salah satu hasilnya, pada butir keenam, agar umat Islam berhati-hati terhadap perkembangan Ahmadiyah, Syi’ah Rafidhah, dan liberalis

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

201

merongrong NKRI dan melawan Suni yang mayoritas” dan Thahir Abdullah Al Kaf sendiri juga mengatakan bahwa “Indonesia adalah buminya Ahli Sunnah wal Jama’ah”. Pernyataan dua tokoh tersebut mengabaikan nilai Pancasila, UUD ’45, NKRI dan Kebhinekaan. Pernyataan tersebut berbau permusuhan, provokatif, adu domba dan anti kebhinekaan. Seringkali berbagai kalangan dalam menilai tentang Syiah melalui seminar, bedah buku dialog, tabligh akbar, khotbah jum’ah, diskusi-diskusi dan majelis taklim sering tidak menghadirkan akademisi Syi’ah. Bahkan beberapa pihak yang tidak menyukai Syiah mobilisasi gagasan dan kebencian dengan cara melakukan demonstrasi dengan mengerahkan semua elemen atau lembaga Islam yang ada atau didirikan untuk keperluan itu. Di Karimun terdapat 65 lembaga Islam yang bergabung. Masyarakat kebanyakan tidak paham dengan apa yang sesungguhnya terjadi terkait tentang Syiah, karena kegiatannya sangat terencana, terstruktur, sistematis dan massif (TSM), dalam rangka terbitnya fatwa sesat terhadap Syi’ah menjadi logis. Pemerintah Daerahpun turut serta dalam membubarkan dan melarang Syi’ah dan aktifitasnya. Seharusnya pemerintah netral. Kasus di Sampang misalnya, Bupati (Nur Cahyo waktu itu) menyatakan bahwa di Sampang tidak ada Syi’ah, yang ada adalah ajaran sesat yang meresahkan, sehingga harus dilarang. Jelas, sang bupati seakan-akan tidak tahu bahwa Tajul dan anggotanya bermadzhab Syi’ah. Bupati yang memihak kelompok anti Syi’ah ini ternyata berharap menang dalam Pilkada masa berikutnya tahun 2013 dan ternyata kalah. Kekalahan politik Nur Cahyo dalam pilkada sebagai icumbent harus dibaca sebagai salah satu faktor, bahwa rakyat 202

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Sampang kurang setuju dengan Bupati yang partisan, karena rakyat yang umumnya pernah menjadi santri dan sebagian besar dari kalangan Nahdiyin sesungguhnya sangat tahu bahwa Syi’ah dan NU hanya ada perbedaan sedikit. Kebanyakan tokoh agama dan akademisi menyatakan Syi’ah Indonesia tidak sesat, termasuk Sekjen Kemenag, Nur Syam. Menteri Agama di Muktamar Ahlul Bait Indonesia 14/11 2014; “Saya ucapkan selamat atas muktamar Ahlul Bait Indonesia ini, semoga menghasilkan banyak hal yang bermanfaat bagi Ahlul Bait, meneguhkan kebhinekaan dan kesatuan, Insya Allah”. Hal ini dapat bermakna sebagai perlindungan semua, termasuk madzhab Ahlul Bait. Sedangkan, Kyai Kharar yang karismatik dan masih paman Tajul Muluk menyatakan ajaran Tajul Muluk adalah ajaran sesat. Kyai Kharar jelas seakan-akan tidak tahu bahwa Tajul dan pendukungnya bermadzhab Syi’ah dan bahwa Syi’ah itu madzhab sah dalam Islam. Hal ini adalah karena beberapa buku Syi’ah dipelajari di pesantren yang ia asuh, misalnya Nailul Authar dan Subulussalam. Jadi bagaimana mungkin Kyai Kharar bisa mengatakan ajaran Tajul itu sesat?. Ada apa antara Tajul dengan Kyai Kharar? Masyarakat sendiri sebenarnya juga tidak tahu madzhabnya apa, kalaupun tahu hanya beberapa gelintir saja. Tajul merupakan korban, dan dipenjarakan atas putusan dan perintah pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung RI. Gerakan anti Syi’ah di Jawa Timur telah sukses dengan terbitnya fatwa sesat terhadap Syi’ah. Kasus seperti di Jawa Timur itu rupanya disusul oleh kelompok-kelompok anti Syi’ah di berbagai tempat lain. Salah satunya adalah di Kabupaten Balai Karimun. Pada akhir Mei 2014 terjadi Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

203

kegaduhan sosial keagamaan akibat ulah kelompok anti Syi’ah, meskipun hasil permintaan fatwa sesatnya terhadap Syi’ah masih menunggu keputusan MUI Provinsi Kepulauan Riau, tetapi arahnya jelas yaitu hadirnya fatwa sesat Syi’ah dan Pemerintah Daerah membubarkan semua aktifitas dan lembaga Syi’ah. Atas dasar kejadian itulah, Puslitbang Kehidupan Keagamaan telah melakukan penelitian dan telah memperoleh informasi dan data akurat tentang kasus di Kabupaten Karimun. Perbedaan adalah rahmat bagi umatnya. Sayang ajaran yang mulia itu baru sebatas slogan dan cita-cita. Realitasnya, umat Islam dan pemimpinya belum siap menerima perbedaan. Dimana berbagai intimidasi dan kekerasan terhadap komunitas madzhab Syi’ah. Sementara fakta sejarah menyebutkan bahwa madzhab Syi’ah pernah menjadi bagian penting dari Islam di Nusantara, sehingga begitu banyak tradisi Syi’ah yang sudah mendarah daging dalam kehidupan sosial umat Islam Indonesia yang mayoritas bermadzhab Syafi’i, termasuk di Karimun. Ribuan pengikut madzhab Syi’ah di Karimun saat ini dalam kondisi terintimidasi dan teraniaya secara sosiologis maupun psikhologis, akibat tuntutan fatwa sesat oleh berbagai elemen umat Islam dan permintaanya kepada Pemerintah Daerah agar bertindak cepat membubarkan lembaga-lembaga Syi’ah. Selama ini keberadaan lembaga-lembaga tersebut tidak dipermasalahkan dan hidup berdampingan dengan masyarakat muslim Suni, seperti terlihat dalam budaya Tabot (Tabuik) dan Asyura. Seiring waktu hingga muncul nama Abdul Wahab Sinambela dan Qomaruddin yang

204

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

memprovokasi kaum muslim Karimun bahwa Syi’ah adalah sesat dan harus dibubarkan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dijawab dalam penelitian yang sudah dilakukan terkait dengan Bagaimana dinamika umat Islam sebelum muncul keresahan atas keberadaan Syi’ah?; Bagaimana kronologi munculnya keresahan atas keberadaan Syi’ah?; Kelompok mana saja yang mendorong munculnya keresahan?; Bagaimana penanganan oleh Pemerintah Daerah dan tokoh agama? Adapun tujuan dilakukan penelitian tersebut guna menyiapkan bahan penyusunan kebijakan untuk pimpinan Kementerian Agama berkaitan dengan kehidupan keagamaan. Terutama kebijakan terhadap keberadaan paham-paham dan madzhab keagamaan dalam Islam. Secara khusus, penelitian ini bertujuan, Mendeskripsikan dinamika umat sebelum muncul keresahan atas keberadaan Syi’ah; Mendeskripsikan kronologi keresahan atas keberadaan Syi’ah; Mendeskripsikan kelompok yang mendorong terjadinya keresahan; Mendeskripsikan cara penanganan oleh Pemerintah Daerah dan tokoh agama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, data digali secara naturalistik dari para pemimpin Suni, Syi’ah, dan pemuka agama, bersifat kualitatif dan mendalam. Narasumber penelitian diutamakan dari para ulama Suni dan Syi’ah yang terlibat langsung dalam dialog, tokoh agama lain Islam dan pihak-pihak yang terlibat atas keberadaan komunitas madzhab Syi’ah di Karimun. Mengingat keberadaan mereka sudah lama di Kabupaten Karimun Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

205

Provinsi Riau Kepulauan. Kelompok-kelompok yang terlibat ketegangan dan keresahan; dampak psikhologi sosial kedua kelompok (Suni dan Syi’ah); pandangan tokoh Suni tentang madzhab Syi’ah dan sebaliknya; dan mendeskripsikan cara penanganan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, tokoh agama dan tokoh masyarakat. Data tersebut di-crosceck ke berbagai pihak terkait, sehingga didapatkan seperangkat pengetahuan tentang berbagai hal berkaitan dengan kegaduhan dan keresahan masyarakat muslim Kabupaten Karimun terhadap keberadaan komunitas madzhab Syi’ah, sesuai dengan masalah yang dicari jawabnya dalam penelitian ini, kemudian dianalisis secara teoritis. Data-data yang diperoleh itu diklasifikasi dan diinterpretasi (bukan ditranskrip) agar didapatkan deskripsi yang cukup dan memudahkan menyusun laporan. Penelitian ini melakukan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi, dan kajian dokumen.

Sekilas Munculnya Madzhab Sunnah dan Syi’ah (Ahlul Bait) Mencermati madzhab Suni dan Syi’ah, seperti mengajak kita untuk membuka sejarah Islam yang penuh luka dan berdarah. Kesedihan, kekecewaan, merindingkan bulu kuduk dan berbagai kecamuk dalam hati melihat pertarungan dan pertikaian hebat di zaman sahabat. Terbayang dalam rekontruksi pertikaian itu seperti nonton film dengan episode yang menegangkan, dan membakar emosi tiada akhir. Pertarungan kepentingan di zaman sahabat yang terus didaur ulang generasi penerus dan dikemas dengan berbagai dalil 206

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

dan pertumpahan darah selama berabad-abad, seolah melibatkan emosi kita dalam pertarungan atas nama jihad dan kesalahan berijtihad (pandangan Salafi Wahabi). Bagi Salafi Wahabi, pertarungan di zaman sahabat dimaknai sebagai kesalahan berijtihad, sehingga sedikitpun sahabat itu tidak boleh dikritik apalagi disalahkan umat Islam masa kini. Pernyataan yang sering terdengar adalah ”Apa yang sudah disumbangkan kita untuk Islam bisa-bisanya mengkritik para sahabat yang sudah berjasa sangat besar terhadap kejayaan Islam”, begitulah singkat cerita ceramah yang sering mengudara dari radio Rodja5. Dari banyak sumber sejarawan Suni maupun Syi’ah, apabila yang maksum hanya Nabi, maka mestinya sangat mungkin bahwa banyak sahabat yang salah setelah Nabi Besar SAW meninggal. Sementara bagi Syi’ah, pertarungan itu dimaknai sebagai pengkhianatan terhadap Nabi dan Ahlul Bait. Ancaman Umar yang akan membakar rumah Fatimah Az Zahra karena jadi tempat berkumpul Ali, Zubair, Salman, Giffari, Fatimah dan sebagainya setelah menolak bai’at kepada Abu bakar, tidak dimaknai apapun. Rumah Fatimah dicurigai akan menjadi pusat gerakan menentang pembai’atan khalifah Abu Bakar, dan memang Fatimah sampai meninggalnya tidak pernah berbai’at kepada Abu Bakar, karena merasa bahwa hak khalifah ada pada Ali. Oleh Ahlul Bait dimaknai sebagai pengkhianatan, karena kemudian Ali dibawa Umar CS ke hadapan Abu Bakar dan 5

Silahkan sering-sering dengarkan pengajian radio RODJA, Cilengsi Bogor,

antara jam 22.00 – 01.00, sesekali kita pasti akan ketemu penjelasan mengenai betapa marahnya kaum Suni menurutnya jika kita mengkritik para sahabat ini, Misalnya; “kita ini telah melakukan apa untuk Islam, sudah berani mengkritik sahabat yang dijamin masuk surga dan pembela Islam dalam seluruh hidupnya.”

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

207

dipaksa untuk berbai’at kepada Abu Bakar. Alipun menolak, sehingga Abu Bakarpun menangis dengan alasan penolakan ini akan berakibat perpecahan umat Islam. Dimana umat Islam baru dibangun susah payah oleh Nabi Besar SAW. Dan benar memang sejak saat inilah masyarakat muslim yang baru terbentuk itu segera terpolarisasi dalam posisi seperti berhadapan antara pendukung Umar ra dan Ali ra dan pendukungnya. Ali ra dan pendukungnya baru berbai’at kepada Abu Bakar setelah meninggalnya Fatimah, dan itu sudah sangat terlambat, karena umat Islam sudah terpolarasisasi antara pendukung Umar dan Ali. Fatimah sampai meninggalnya tidak berbai’at karena tidak rela jabatan khalifah dipegang Abu Bakar. Sebab menurutnya, jabatan khalifah adalah hak Ahlul Baitnya (Ali ra), sebagaimana wasiat di Gadhirkum, sepulang Nabi Besar SAW berhaji wada’ yang diikuti oleh sekitar 80.000 orang, ada yang mengatakan 120.000 orang. Tidak penting berapanya jama’ah yang mendengarkan pidato terakhir Nabi di Gadhirkum itu, yang jelas pasti puluhan ribu, dan itu sangat penting dalam khasanah Islam, karena ditulis banyak perawi hadits kalangan Suni maupun Ahlul Bait. Dari polarisasi sahabat itulah kemudian muncul benihbenih madzhab Ahlu Sunnah Wal Jama’ah (Suni) dan Ahlul Bait (Syi’ah). Madzhab Suni adalah mazhab yang mendasarkan ajaranya pada struktur keagamaan, sistem nilai afektif dan ritual-ritual praksisnya di atas nas-nas Al-Quran, Sunah Nabi saw, para sahabat, generasi tabiin dan tabiintabiin. Dengan istilah tersebut, penggunaan dan interpretasi nas-nas dimaknai secara umum, karena ketiadaan pembatasan jalur periwayatan nash yang disepakati secara ijma’ dan dianggap baku oleh para ulama mazhab Sunah. Mereka 208

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

umumnya memiliki metode verifikasi tertentu dan mendefinisikan nas-nas yang mereka dianggap otoritatif. Dari berbagai sumber sejarah, disebutkan istilah Ahlussunah wal Jamaah ini awalnya digunakan Muawiyah untuk membentengi fase konsolidasi kekuasaan. Setelah terbunuhnya Hasan bin Ali bin Abi Thalib (imam kedua kaum Syiah) oleh orang suruhan Mu’awiyah sendiri pada Rabiulawal 49 H. Wafatnya Nabi termulia SAW hingga naiknya Bani Umayyah kemudian Bani Abbasiyah ke tampuk kekuasaan, telah terjadi friksi politik dan keagamaan dalam pertikaian berdarah sehingga menyebabkan umat Islam fragmentasi dan tercerai-berai hingga kini. Mudah dimengerti bila fragmentasi masyarakat yang terjadi saat itu, mendorong otoritas kekuasaan (Mu’awiyah) berkonsolidasi politik menyentuh strata terbawah masyarakat secara efektif. Penggunaan istilah “Jamaah” digabungkan dengan Ahlussunah, sangat jelas sebagai propaganda kekuasaan. Dengan propaganda ini otoritas kekuasaan mampu menghegemoni rakyat dengan memanfaatkan ketakutan psikologis masal terhadap “Jamaah”. Siapapun yang berbeda dengan otoritas kekuasaan, apalagi sebagai antitesis dan melakukan perlawanan berarti berada di luar “Jamaah”, berarti melawan “Jamaah” dan berarti harus ditumpas. Dengan propaganda “berjama’ah” ini penguasa dengan mudah memetakan musuh-musuh politiknya, baik yang manifes maupun yang potensial. Semua kubu “politis” akan terdistribusi menjadi faksi-faksi berdasar istilah “jama’ah”. Dalam perspektif inilah memassalkan adagium Ahlussunah Wal Jamaah dapat dipahami sebagai metode propaganda untuk memperkuat dan mempertahankan Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

209

kekuasaan Mu’awiyah. Hal ini mengingatkan kita pada rezim zaman Orde Baru, dimana para Jurkam Golkar menjelang pemilu di kampung-kampung berkata; “pilihlah Golkar karena pendukungnya banyak, karena memilih partai yang kecil pendukungnya berarti mati”. Prakteknya, para pegawai negeri yang memilih partai non Golkar, akan dikucilkan, dimutasi, dipecat jabatanya atau dipecat-pensiunkan dini. Pendukungnya banyak dimaksud adalah jama’ah, karena Golkar pendukungnya besar dan dengan cara seperti itulah Mu’awiyah melakukan konsolidasi. Fakta sejarah akhirnya terlihat, betapa peraktek jihad ini benar-benar dilakukan, sehingga hampir seluruh turunan Ali dari Fatimah (Imama Syi’ah) tidak ada yang meninggal dengan wajar. Semuanya wafat dengan cara, kalau tidak diracun, ya dibantai atau dipenjarakan. Jadi kebencian Mu’awiyah dan Abbasiyah terhadap Ahlul Bait bukan omong kosong, dan itulah yang diwarisi oleh Wahabi yang mendasarkan ideologinya pada ajaran Ibnu Taimiyah, dan kemudian Muhammad bin Abdul Wahab. Madzhab Suni ini, dalam prinsip teologis (akidah), ushuluddin, prinsip jurisprudensi, metodologi Ushul-fiqh dan kitab-kitab kodifikasi fiqh Ahlussunah, merujuk pada teologi Syekh Abu al-Hasan al-Asy’ari dan Syekh Abu Mansur alMaturidi. Sementara secara fiqh mengikuti produk hukum Abu Hanifah (Imam Hanafi), Malik bin Anas (Imam Malik), Muhammad bin Idris As-Syafii (Imam Syafii), Ahmad bin Hambal (Imam Hambali). Karena itu mazhab Ahlussunah biasa disebut kaum Asy’ariyah atau al-Mazhabi Fiqh alArbaah (Hanafiyah, Malikiyah, Syafiiyah atau Hambaliyah), meskipun pernah muncul berbagai madzhab Suni di luar yang

210

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

empat, tetapi umumnya tenggelam ditelan waktu dan ditinggalkan para pengikutnya Sementara itu Syiah berarti pengikut, yang secara historis, istilah ini diartikan sebagai pecinta dan penolong. Dalam terminologis sejarah, konsep ini ditujukan untuk menyebut sekelompok umat Islam yang mendukung dan mengikuti kepemimpinan dan otoritas (imamah/wilayah) Ali bin Abi Thalib setelah wafatnya Nabi Besar SAW. Dari berbagai sumber sejarah Islam, para sejarawan besar Sunni menjelaskan bahwa Syiah pada awalnya adalah istilah yang digunakan untuk menyebut sekelompok sahabat Nabi Besar SAW yang mendukung dan mengikuti kepemimpinan Ali bin Abi Thalib, seperti; Abudzar al-Ghifari, Salman al-Farisi, Miqdad bin al-Aswad, Ammar bin Yassir, Abdullah bin Abbas, Bara’ bin Azzib, Ubay bin Kaab, Saad bin Ubadah, Uways al-Qarani, Khuzaimah, Jabir bin Abdillah alAnshori, Abu Musa al-Anshori, dan lain-lainnya. Karena alasan inilah banyak tokoh dan sejarawan Ahlussunah menyebut mereka ini sebagai generasi Syiah awal Berbeda dengan ulama dan sejarawan Sunni kontemporer seperti Ibn’ Taimiyah dan Rasyid Ridha –murid Muhammad Abduh- yang berpendapat Syiah muncul adalah kredo teologis ciptaan seorang legendaris Yahudi Yaman bernama Abdullah Ibn’ Saba’ berdasar riwayat tunggal yang dinisbahkan pada Saif bin Umar. Dengan modal informan satu orang inilah pandangan umum kaum Salafi-Wahabi dalam memahami mazhab Syi’ah dan membangun kebencian). Tentu saja, karena hanya berdasarkan satu sumber yang menurut banyak riwayat juga tidak tsiqah, maka oleh kalangan Ahlul Bait dianggap fiktif dan dha’if. Biarpun fiktif, karena terus diindoktrinasikan secara terus menerus, sementara sumber Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

211

lainya dibungkam penguasa (Mu’awiyah), sehingga seolah merupakan atau menjadi kebenaran. Tafsir sejarah memang dapat ditarik sesuai keinginan penguasa saat itu. Pengalaman sejarah Indonesia misalnya, buku Sejarah Nasional Indonesia tulisan Sartono Kartodirjo, Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosutanto tidak dapat digunakan lagi, karena sejarah itu ditulis menurut persepsi dan bias pemerintah Orde Baru. Sejumlah fakta historis yang memiliki kredibilitas dan obyektif, banyak ditemukan fakta dari peran sejarah generasi Syiah awal tersebut. Dalam kasus-kasus spesifik namun berimplikasi global adalah pembaiatan khalifah Abu Bakar dalam pertemuan yang melibatkan Sayidina Umar, Abu Ubaidah bin Jarrah, Baasyir bin Saad, Hubab bin Munzhir dan sejumlah orang suku Khazraj di Saqifah bani Saidah, pertikaian tentang “wilayah” Ali bin Abi Thalib (Imam Syiah pertama) yang mengkristalkan sahabat menjadi dua polarasi keagamaan, sosial dan politik’. Kemudian sengketa tanah Fadak antara Khalifah Abu Bakar dengan Fatimah az-Zahra binti Muhammad SAW, wafatnya Khalifah Usman bin Affan, perang Jamal-ShiffinNahrawan, syahidnya Ali bin Abi Thalib di Kufah, syahidnya Hasan bin Ali karena diracun, hingga peristiwa tragis dan memilukan yang menimpa Husain bin Ali, keluarga dan pengikutnya di gurun Karbala pada 10 Muharram 61 H, hingga syahid dan terbunuhnya para Imam Syiah berikutnya secara beruntun dari Ali bin Husain Zayn al-Abidin As-Sajjad sampai Abu Hujjah Hasan bin Ali al-Askari (imam kesebelas). Berbagai peristiwa menyedihkan dan mendirikan bulu roma ini, sehingga kaum Syiah memainkan kontribusi sejarah

212

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

sangat massif dan memberikan pola maupun definisi pemahaman bagi masyarakat non-Syiah terhadap Syiah. Prinsip-prinsip teologis kaum Syiah Berdasarkan pada ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan hadis/sunah Rasulullah SAW melalui jalur Ahlul Bait. Menurut Syi’ah rumusan teologisnya, yaitu Tauhid, al-Adalah (keadilan Ilahi), Nubuwah, Imamah dan Ma’ad. Dengan demikian Syiah diartikan adalah umat Islam yang mendasarkan pandangan hidupnya, standar nilai afektif dan sistem perilaku dan perikehidupannya pada risalah kerasulan (Nubuwah) Nabi Besar SAW melalui jalur 12 imam Ahlul Bait. Berbeda dengan gagasan Ahlussunah yang menerima teks-teks keagamaan dari seluruh sahabat Rasulullah SAW, Syiah hanya menerima dari 12 imam dari kalangan Ahlul Bait Nabi SAW dan sejumlah kecil sahabat Nabi SAW yang mereka yakini berintegrasi dan otoritatif. Sunni dan Syiah berbeda pandangan tentang siapa yang dimaksud Ahlul Bait. Sebagian ulama Sunni berpendapat Ahlul Bait adalah isteri-isteri Nabi SAW, dan sebagian lainnya menunjuk pada keluarga besar Nabi SAW termasuk isteri, anak, cucu, keponakan dan kekerabatan lainnya. Sebagian ulama yang terpengaruh oleh propaganda musuh-musuh Ahlul Bait Nabi SAW dan juga para Nawasib (pembenci Ahlul Bait) berdasar berbagai motivasi ideologis, orientasi politik, visi sektarian dan ide-ide profannya) menyebut kaum Syiah sebagai kaum Rafidhah. Dalam konteks ini, Rafidhah dimaknai sebagai kaum pembangkang atau kelompok pengingkar. Kaum Syiah disebut sebagai pembangkang atau pengingkar karena menolak mengakui otoritas dan legalitas para khalifah di luar Ahlul Bait Nabi SAW. Karena sudah dianggap Rafidah, jadi mereka menolak Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

213

mengikuti khilafah di luar Ahlul Bait Nabi SAW dan merasa tidak terikat dalam keputusan hukum apapun yang berhubungan dengan kekhalifahan itu. Sebab inilah orang menyebut kaum Syiah sebagai pembangkang atau pengingkar. Jadi orang-orang yang memusuhi Syiah disebut Nawasib (nasibi), dan pembangkang terhadap para khalifah mulai dari Abu Bakar, Umar bin al-Khattab, Usman bin Affan, Bani Umaiyah sampai Bani Abbasiyin, kecuali terhadap Ali, karena hanya pada Alilah semua bulat membai’at Ali sebagai khalifah, disebut oleh Suni sebagai Rafidhah (Rafidi). Keseluruhan struktur dan konsep keagamaan kaum Syiah berporos pada Imamah Ahlul Bait Nabi SAW. Yang berimplikasi logis pada keseluruhan aspek keagamaannya, termasuk, teologis, syariat dan fiqh. Fiqh merupakan derivasi akidah, sehingga kaum Syiah mengambil metodologi yurisprudensi dan hukum-hukum praksisnya dari nas-nas suci Al-Quran dan sunah-sunah Nabi SAW melalui jalur 12 Imam Ahlul Bait Nabi SAW. Sebagian besar hadis-hadis Nubuwah (kenabian) Rasulullah yang suci SAW yang menjadi rujukan teks keagamaan (nas) tertulis dalam kompilasi hadis Syiah. Secara historis kompilasi hadis-hadis dari jalur Ahlul Bait Nabi SAW dilakukan Imam Syiah keenam, yaitu Jakfar bin Muhammad al-Shadiq. Jakfar mengajarkan nas-nas suci Al-Quran dan hadis Rasul Allah SAW kepada para ulama dan pengikutnya (Syiahnya). Fiqh kaum Syiah ini dikenal masyarakat non-Syiah dengan sebutan Fiqh Jakfari, yang diambil dari nama Imam Jakfar al-Shadiq ini. Penggunaan sebutan ini tidak berarti bahwa hukum-hukum praktis (fiqh) Syiah bersumber dari Imam Jakfar al-Shadiq saja, namun artikulasi terminologis ini hanyalah lantaran pada zaman 214

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

imamah Jakfar bin Muhammad al-Shadiq inilah Imam Syiah dapat leluasa mengajarkan agama pada umat Islam. Pada saat itu, dinasti Umayyah sedang disibukkan mengatasi pemberontakan dan separatisme. Imam Jakfar-lah yang mengajarkan Islam pada masyarakat saat itu, sehingga masyarakat non-Syiah mengenalnya sebagai mazhab Jakfari, termasuk Imam Abu hanifah dan Imam Syafi’i sempat menjadi muridnya. Selain Imam Jakfar, Ahlul Bait semuanya mendapatkan tekanan opresif dari rezim penguasa (Bani Umayah dan Abbasiyah), kalau tidak dihukum mati atau diracun, atau kalau tidak dipenjara dipastikan dikenai tahanan rumah. Fakta-fakta politis-represif yang dialami para Imam Syiah seperti ini sangat banyak ditemukan dengan berbagai sumber sejarah Suni maupun Syi’ah. Salah satu sebab mengapa Fatimah, Ali, Zubair, Salman, Miqdad dan sebagainya tidak mau berbai’at kepada Abu Bakar, dan kemudian kaum Ahlul Bait tidak mau tunduk kepada khalifah Umaiyah dan Abasyah adalah teks riwayat yang tertulis di kitab As-Shahih Muslim jilid 2 halaman 362 berbunyi sebagai berikut: Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang menjadikan aku maulanya (pemimpinnya), maka Ali adalah maulanya (pemimpinnya). Ya Allah, bantulah mereka yang mentaatinya dan musuhilah mereka yang memusuhinya.” Hadis dengan redaksi tekstual tersebut tertulis di kitab-kitab Ahlussunah As-Shahih Muslim, kitab al-Musnad Ahmad bin Hanbal (Imam Hambali) dan Kitab al-Mustadrak al-Hakim. Berbagai Nas penunjukkan bahwa Ali bin Abi Thalib sebagai imam dan washy oleh Rasulullah SAW sebagaimana riwayat di atas menurut para peneliti hadis dan sejarawan dinilai otentik dan mutawatir karena bersumber Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

215

dari –setidaknya- 20 sahabat termasyhur. Sedangkan Wahabi hanya bersumber satu orang berkaitan dengan Abdullah bin Saba’, namun menyatakan bahwa Syi’ah adalah kreasi Abdullah bin Saba’. Jadi tidak ada yang perlu diperdebatkan oleh para pecinta dan pembenci Ahlul Bait, di mana keduanya merupakan produk sejarah yang tinggal diterima oleh umat Islam saat ini. Masihkah umat Islam terus gaduh, karena faktanya Suni tidak bisa hidup tanpa Ahlul Bait (Syi’ah), dan Ahlul Bait juga tidak dapat menjadi rujukan dan pilihan tanpa Suni. Selayang Pandang Kab. Balai Karimun Kabupaten Balai Karimun dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 53 Tahun 1999. Pada awal terbentuknya terdiri dari 3 (tiga) kecamatan yakni Kec. Karimun, Kec. Moro dan Kec. Kundur. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Balai Karimun nomor 16 tahun 2001, wilayah dimekarkan menjadi 8 (delapan) kecamatan, dan Berdasarkan Peraturan Daerah nomor 10 tahun 2004 dimekarkan lagi menjadi 9 (sembilan) kecamatan dan pada tahun 2013 dimekarkan menjadi 12 kecamatan dengan jumlah kelurahan sebanyak 28 kelurahan dan 42 desa, 389 RW (Rukun Warga) dan 1.345 RT (Rukun Tetangga). Dari 12 kecamatan tersebut adalah Kecamatan Karimun, Kundur, Moro, Meral, Tebing, Kundur Utara, Buru, Kundur Barat, Durai, Meral Barat, Ungar dan Kecamatan Belat. Pemekaran kecamatan dan kelurahan maupun desa di Kabupaten Balai Karimun belum menghasilkan pemerintahan yang baik seperti diharapkan semua pihak dan andalan APBD juga masih dari Pemerintah Pusat. 216

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Kabupaten Balai Karimun merupakan daerah kepulauan dengan luas 7.984 km2, terdiri dari daratan 1.524 km2 dan perairan 6.460 km2. Kabupaten Balai Karimun berbatasan utara dengan selat Malaka dan Singapura, selatan Kec. Kateman Kab. Indragiri Hilir. Sebelah barat Kec. Rangsang, Kab-Bengkalis dan Kec. Kuala Kampar Kab. Pelalawan, dan sebelah timur dengan Kota Batam. Sebagai daerah kepulauan, Kabupaten Balai Karimun memiliki 487 pulau dimana 3 (tiga) diantaranya pulau besar, yakni: pulau Karimun, pulau Kundur, dan pulau Sugi. Dari 487 pulau yang ada itu terdiri dari 73 pulau berpenghuni, 172 pulau tidak berpenghuni, 300 pulau benama, 95 pulau tidak bernama. Penduduk Kabupaten Karimun per April tahun 2006 sudah mencapai 205.438 jiwa, terdiri dari 105.484 jiwa laki-laki dan perempuan cendrung stabil selama 3 tahun terakhir, yaitu berkisar 51% dan 49%. Untuk lebih jelasnya dapat ditunjukkan pada tabel. Tabel Penduduk Kabupaten Karimun Tahun 2006 Kecamatan Karimun Tebing Meral Buru Moro Kundur Kundur Utara Kundur Barat Durai Total

2001 32.332 18.893 34.188 9.330 22.309 35.397 22.335 0 0 174.784

2002 2003 39.012 39.861 20.205 21.052 36.614 40.292 9.536 9.766 22.629 23.226 28.242 29.925 19.450 19.557 13.384 13.607 0 0 189.072 197.286

2004 2005 April 2006 40.560 41.501 41.613 21.913 40.438 22.742 39.814 22.524 40.714 9.880 9.942 9.923 23.663 31.904 17.988 30.411 14.233 32.070 19.732 19.975 14.290 13.724 17.975 14.290 0 6.131 6.157 199.697 204.451 205.438

Sementara itu data terakhir berkaitan dengan jumlah penduduk ini, Kabupaten Karimun pada tahun 2010 memiliki Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

217

penduduk sebanyak 282.981 jiwa, tetapi data lengkap per kecamatan tidak ditemukan. Kondisi Kehidupan Sosial Keagamaan Secara antropologis dan sosiologis, penduduk Karimun mayoritas muslim tradisional, disusul muslim modernis (Muhammadiyah, LDII, dan lain-lain. Kemudian Buddha, Kristen, Katolik, Khonghuchu, dan Hindu. Umat Islam menyebut dirinya sebagai muslim Ahlusunnah Wal Jama’ah. Peringatan berbagai hari besar Islam, Tahun Baru Hijriyah, Maulid Nabi, Nuzulul Qur’an, Isra’ Mi’raj, Nisfu Sya’ban, Idul Fitri, idul Adha dan utamanya Tabuik (Tabot) dan Asyura (10 Muharram) yang biasa dilakukan kaum Syi’ah, juga dilakukan di Karimun. Oleh karena itu secara antropologis, budaya muslim tradisional dengan komunitas madzhab Syi’ah sama, dapat saling memanfaatkan dalam event-event penting hari besar keagamaan Islam. (Dianalisis dari wawancara dengan Hakim Adnan, di masjid Fatimah Azahra, Sukasari, Meral, awal puasa, 12 Juli 2014). Komunitas muslim modernis jumlahnya tidak banyak, mungkin sekitar 20% dari umat Islam di Kabupaten Balai Karimun. Komunitas ini umumnya bernaung dalam Muhammadiyah atau simpatisanya. Namun masyarakat umumnya tidak peduli dengan kelompok tradisional atau modernis. Mereka memiliki tradisi Islam yang juga sama dilakukan oleh kaum Syi’ah dan sama-sama dipelihara yaitu “Asyura” yang disebut hari “Asan Usen” dan “Tabuik”. Di kalangan muslim modernis semua tradisi keagamaan itu sekedar tradisi, bukan sebagai ajaran sebagaimana 218

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

menurut komunitas muslim tradisional. Karena itu, masjid model tradisional dan modernis bukan persoalan, artinya bahwa kedua jenis paham keagamaan tidak peduli apakah masjidnya kaum modernis atau tradisional, masjidnya Muhammadiyah atau bukan, mereka dengan tenangnya melaksanakan shalat di masjid tersebut. Ketua Ormas MUI Kabupaten Balai Karimun, mengatakan bahwa antara Ahlussunah Wal Jam’ah dengan Ahli Sunnah hanya beda dalam tarawih, adzan jum’at dua kali dan qunut subuh. Dalam hal lain sama saja, terutama dalam tradisi keagamaan, siapapun dapat melaksanakan shalat di masjid manapun. (Dianalisis dari wawancara dengan Azhari Abbas, Ketua MUI dan mantan Ketua DPD Muhammadiyah, 12 Juli 2014). Di samping itu ada kelompok muslim lain meskipun jumlahnya sedikit tetapi eksis dan berkembang. Misalnya yang bernaung di Ormas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), dan Jama’ah Tabligh. Masjidnya hanya satu tetapi cukup ramai di bulan ramadhan. Keberadaanya tidak masalah dan hidup berdampingan dengan kelompok lainnya. Beberapa orang LDII menjadi anggota MUI Kabupaten Balai Karimun dan beberapa kecamatan. Masyarakat tidak mempersoalkanya, karena inklusif, apalagi menganggap yang lain najis, tidak ada lagi. LDII tumbuh sehat dari mereka yang tidak puas secara keagamaan, perlahan-lahan menyeberang ke LDII atau Syi’ah. (Dianalisis dari wawancara dengan Bustami Datuk Raja Marah (Ketua PD Muhammadiyah Kabupaten Karimun), 12 Juli 2014)

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

219

Pemeluk agama di setiap kecamatan adalah; Tabel Pemeluk agama perkecamatan di Kabupaten Karimun Kec. Karimun Kundur Moro Meral Tebing Kundur Utara Buru Kundur Barat Durai Meral Barat Ungar Belat Jumlah

Islam 50.107 32.270 19.337 34.685 24.781 12.008

Kristen 3.737 1.024 219 3.038 1.648 320

Katolik 1.043 349 133 590 965 37

Hindu 37 4 7 22 -

Buddha 8.514 3.831 1.121 11.095 1.583 1.562

Khong 141 272 1 432 82 5

Total 63.579 37.750 20.811 49.847 29.081 13.961

9.966 17.680

124 316

13 16

2 1

1.422 1.716

7 5

11.534 19.734

7.206 13.520

12 545

10 213

1

86 707

21

7.134 15.007

6.402 6.980 234.942

61 330 11.374

11 3.380

1 75

164 409 32.210

5 1.000

6.633 7.730 282.981

Data Keagamaan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karimun 2014

Table Rumah ibadah yang dimiliki umat beragama di Kabupaten Karimun Kec. Karimun Kundur Moro Meral Tebing K. Utara Buru K. Barat Durai M. Barat Ungar Belat Jumlah

Masjid 29 24 28 21 17 15 14 20 12 8 16 12 216

Mush 31 38 25 18 25 18 9 27 8 5 10 13 227

Gereja 2 +1 3+1 4+1 3 2+1 0 0 1 0 0 0 0 18

Kapel 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 2

Pura 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Viha 6 2 4 1 0 3 0 2 0 0 0 0 18

Cet 2 0 3 11 3 0 4 2 0 0 0 0 26

Klent 0 0 0 1 3 0 0 0 0 0 0 0 1

Data Keagamaan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karimun 2014

220

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Berkaitan dengan rumah ibadah ini, terdapat beberapa kasus yang mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan ibadah umat beragama yang bersangkutan. Keberadaan PBM No 9 dan 8 tahun 2006 yang dipegang secara kaku, kurang dipahami secara benar dan terkesan tidak ada kompromi telah menggangu dan menghambat umat beragama dalam beribadah. Setidaknya ada 6 rumah ibadah yang bermasalah dan sedang ditangani oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karimun. Pertama, kasus Gereja Betlehem yang menggunakan ruko sebagai tempat ibadah yang diprotes warga sekitarnya. Akhirnya Jemaat Gereja Betlehem untuk sementara dilarang untuk beribadah di tempat tersebut sampai ada izin. Tidak jelas ke mana mereka melaksanakan ritual ibadahnya. Kedua, kasus Gereja Metodist yang pendirian rumah ibadahnya di jalan Jenderal Sudirman tidak didukung oleh masyarakat sehingga batal dibangun. Ketiga, kasus Gereja Santo Yosef di jalan A. Yani, di mana volume gereja yang direnovasi tidak sesuai dengan peraturan daerah, sehingga perlu pendekatan terlebih dahulu dengan Pemerintah Daerah. Volume gereja yang direnovasi dipersoalkan Keempat, kasus Cetiya Samodra Bhakti di jalan Trikora, dimana pembangunan rumah ibadahnya belum mendapat dukungan dari masyarakat, sehingga untuk sementara ditunda sampai dilengkapi persyaratan sesuai dengan PBM No 9 & 8 Tahun 2006. Keenam, Vihara Bhakti Maitera di jalan Jend. Sudirman karena belum ada dukungan dari masyarakat, maka tidak jadi membangun rumah ibadah. Dan kasus ketujuh, adalah House of Restoration IFGF GISI, dimana telah terjadi penggunaan rumah toko untuk beribadah sehingga diprotes oleh warga Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

221

masyarakat sekitar. Untuk sementara dihentikan sampai ada izin penggunaan ruko sebagai rumah ibadah sementara. Dari masalah-masalah tersebut begitu terlihat bahwa apa yang ada dalam PBM No 9 & 8 Tahun 2006 telah dipergunakan sedemikian rupa yang cenderung menjadi harga mati bagi masyarakat sekitarnya. Membaca Fakta dan Realitas Komunitas Bermadzhab Syi’ah Diaspora Komunitas Bermadzhab Syi’ah Tragedi pembantaian Sayyid Hussain dan pengikutnya di Padang Karbala menyisakan Zaenal Abidin bin Hussain ra. yang dilarikan pengasuhnya dari medan pembantaian. Mereka yang tidak terbunuh ditangkap dan kemudian dikembalikan ke Madinah oleh Abu Yusuf bin Ziyad. Para pendukung Hussain yang lain di berbagai wilayah, pelan tapi pasti, mengkristal menjadi kelompok tersendiri yang dikenal dengan Ahlul Bait atau Syi’ah dan menjadi gerakan politik bawah tanah melawan kelaliman Umayyah dan Abbasiyah. Dalam sejarah panjangnya, para Ahlul Bait dikutuk dan dicela pemerintah Umaiyyah dan Abasiyah selama 7 abad dalam mimbar-mimbar jum’at di seluruh negeri. Kutukan hanya berhenti sejenak (2,5 tahun) saat Umar bin Abdul Azis dari bani Umaiyyah naik menjadi khalifah, tetapi pada massa Abbasiyah kembali diperlakukan serupa. Ahlul Bait dan pendukungnya (Syi'ah) terus dikejar-kejar penguasa kemanapun ia pergi, dan merekapun berlarian ke berbagai arah mata angin, ada yang ke sebelah utara dan timur, yang sekarang menjadi wilayah Suriah, Yordania, Palestina, Turki, Transaksonia, Bahrain, Qatar, Irak, Kurdi, Azerbaizan,

222

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Afganistan, Kuwait, Iran, Pakistan, India, Banglades, dan Asia Tenggara. Sementara yang ke selatan dipimpin Ahmad Muhajir sampai ke Yaman, Oman (Hadramaut), Etiopia, dan Somalia. Mereka kemudian menghentikan pelarianya di bukit-bukit yang terjal di Yaman itu. Setelah lama di perbukitan Yaman yang terjal itu, ia mematahkan pedangnya seraya mengatakan, bahwa mulai saat itu perjuangan harus diganti dengan pena dan memerintahkan semua pendukungnya agar secara lahir menganut mazhab Syafi'i, tetapi secara batiniyah tetap Syi’ah (bertaqiyyah). Dari Hadramaut ini menyebarlah madzhab Ahlul Bait/Syi’ah ke berbagai belahan bumi oleh kaum 'Alawiy dan keturunan Sayyid yang mencintai Islam, termasuk ke Nusantara. Jika catatan para ahli sejarah benar bahwa Islam masuk ke Indonesia sejak masa Bani Umaiyah, disebut dari Yaman, Gujarat dan Persia abad ketujuh, sepertinya benar bahwa pada awalnya yang datang ke Indonesia adalah Islam bermadzhab Syi’ah ini, dan bukan madzhab Syafi’i, karena Imam Syafi’i baru lahir pada 767 M/150H (abad ke 8) dan meninggal 820 M/204 H (abad 9). Sebagian sejarawan percaya bahwa Islam yang ke Indonesia awalnya adalah Islam madzhab Syi’ah, meskipun terjadi perdebatan tentangnya. Banyaknya tradisi Syi’ah yang bertahan jelas mengindikasikan bahwa Syi’ah pernah menjadi bagian penting dalam kehidupan sosial keagamaan kaum muslim di Nusantara dan bukan sekedar lewat 10 atau 50 tahun saja. Tidak mungkin ajarannya sampai memiliki tradisi yang mengakar, dapat bertahan dan mendarah daging hingga sekarang, jika ajarannya hanya dibawa oleh para mubaligh atau turis agamawan seperti model dakwah jama’ah tabligh, Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

223

yang mengembara dan menetap hanya beberapa hari di sebuah masjid atau mushala. Dapat diduga bahwa ajaran agama madzhab Syi’ah yang menjadi induk tradisi keagamaan yang khas di Asia Selatan dan Asia Tenggara ini pernah lama memegang peranan penting dalam kehidupan keagamaan. Komunitas madzhab Syi’ah/Ahul Bait dewasa ini dapat disaksikan di berbagai negara di seluruh dunia, utamanya di Timur Tengah dan sekitarnya. Ada yang mayoritas, dan minoritas. Negara-negara yang Syi’ahnya mayoritas (diatas 50%), adalah Irak, Bahrain, Yaman, Libanon, Qatar, Azerbaizan, Iran (Persia) dan Afganistan. Kemudian minoritas (di atas 10%) terdapat di AS (Arab Saudi), Yordania, Suriah, Turki, Mesir, Aljajair, Marokko, Sudan, Etiopia, Somalia, Yordania, Pakistan, India dan Asia Tengah. Sementara itu yang kurang dari 10% terdapat di Bangladesh, Malaysia, Indonesia, Filipina, dan negara-negara di Afrika yang belum disebut di atas. Tetapi harus kita ingat bahwa penduduk Islam di Pakistan, India, Bangladesh dan Asia Tenggara kira-kira merupakan 70% dari jumlah umat Islam di seluruh dunia. Jadi kemungkinan besar di Timur Tengah dan sekitarnya antara Suni dan Syi’ah ini jumlahnya sangat berimbang. AS dikenal sebagai tempat kelahiran kaum Wahabi, donatur utama Salafi Wahabi di Indonesia untuk menghalau Syi’ah. Komunitas Madzhab Syi’ah/Ahlul Bait di AS mencapai 20%. Semua orang yang pernah belajar aliran-aliran modern dalam Islam dan perbandingan madzhab di AS tahu bahwa AS berideologi Wahabi (sering disebut sekte dalam Suni yang lain) dan disebut sebagai markas AS besarnya anti Syi’ah di seluruh dunia.

224

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Ada informasi yang menyebutkan bahwa alumni Sekolah Tinggi yang ada di AS 95% adalah anti Syi’ah atau mengkafirkan Syi’ah. Sementara, pada akhir tahun 2013 Pemerintah AS melakukan tindakan yang mungkin membuat ”meriang” kalangan anti Syi’ah Indonesia (Salafi Wahabi), karena AS mengangkat seorang menteri bermadzhab Syi’ah bernama Mohammad Abu Ishaq sebagai Menteri Negara Urusan Dewan Permusyawaratan Negara. Komunit AS Madzhab Syi’ah di AS yang cukup besar berada di Madinah dan bagian timur lainya. Kemudian Dewan Syura AS yang memiliki anggota 60 ulama, di dalamnya terdapat 10 orang ulama bermadzhab Syi’ah. Itu artinya dewan ulama AS tidak keberatan dengan keberadaan madzhab Syi’ah atau Ahlul Baitdi AS. Di Indonesia, Syiah mungkin 1%-pun tidak ada, tetapi gaungnya membahana menakutkan kalangan anti Syi’ah, (seharusnya yang ketakutan itu Syi’ah karena sangat minor). Adanya fakta bahwa banyak kaum muslim yang menghendaki Syi’ah menyingkir dari Indonesia. Keberadaan komunitas bermadzhab Syi’ah dan perlakuan pemerintah AS terhadapnya di atas kiranya dapat menjadi rujukan umat Islam Indonesia, bagaimana semestinya menyikapi keberadaan saudaranya yang bermadzhab Syi’ah. Pengakuan Organisasi Islam Internasional Madzhab Syi’ah adalah produk sejarah dan diperkuat secara tidak sengaja oleh Bani Umaiyah dan bani Abasiyah. Perbedaan yang mengkristal antara madzhab Suni dan Syi’ah ini terus didaur ulang oleh kedua belah pihak dari generasi ke generasi. Tibalah saat kesadaran kedua belah pihak ini Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

225

muncul, karena ternyata memang tidak mungkin menyingkirkan salah satunya. Kesadaran itu sebenarnya sudah dimulai oleh para petinggi Ikhwanul Muslimin Mesir, seperti; Hasaan al Bana, Mahmud Syalthut, Ahmad Syaltut dan Syeikh-syeikh al Azhar Mesir. Belakangan bahkan muncul usaha pendekatan Suni Syi’ah di al Azhar yang dipelopori para Syeikh al Azhar serta cendikawan Mesir seperti Tarikh Ramadhan dan Yusuf Qardawi. Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 9 November 2006 (27 Ramadan 1425 H) melanjutkan perdamaian SuniSyi’ah, dengan menyepakati Risalah Amman yang dideklarasikan oleh Raja Abdullah II bin Al-Hussein dari Yordania bersama ulama dari seluruh dunia Islam yang berjumlah 200 ulama dari 50 negara. Sebagian isi Deklarasi itu adalah menyerukan toleransi dan persatuan umat Islam. Wakil resmi dari Indonesia, yaitu KH. Hasyim Muzadi, Dien Syamsuddin, Tuti Alawiyah dan Maftuh Basyuni. Proses penandatanganan terus berlanjut, hingga pada tahun 2011 sudah lebih dari 500 ulama dunia dari 150 negara. Dalam Risalah Amman itu terdapat fatwa dengan 3 Pasal yang menyangkut kriteria Muslim; takfir (pengkafiran) dalam Islam, dan Dasar-Dasar yang berkaitan dengan pengeluaran fatwa. Salah satu yang terpenting berkaitan Risalah Amman adalah pengakuan 8 (delapan) mazhab yaitu: Suni Maliki (Imam Malik bin Anas), Suni Hanafi (Imam Abu Hanifah), Suni Syafi’i (Imam Al Idris As-Syafi’i), Suni Hambali (Imam Ahmad bin Hambal), Suni Dzahiri (Imam Abu Daud AdDzahiri), Syi’ah Imamiyah (Imam Ja’far Ash-Shadiq), Syiah Zaidiyah (Imam Zaid bin Ali), dan Syi’ah Ibadiyah (Imam Jabir bin Zaid).

226

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Dalam Risalah ini disebutkan larangan penyebutan kafir pengikut ajaran Ashy`ari/ Maturidi, tasawuf, dan muslim yang diakui ajarannya. Jika ada muslim mengatakan bahwa salah satu madzhab yang disebut dalam Risalah Amman itu kafir, maka justru orang itu sendiri yang kafir. Deklarasi Amman ini diperkuat oleh putusan Rabithah Al-“Alam Al Islami, dan didukung oleh organisasi ParlemenParlemen Dunia Islam (PUIC), Majma’ Taqrif, Tajammu’ Ulama Al-Muslimun, Deklarasi Mekkah 14 – 15 Agustus 2012 dan KTT Luar Biasa OKI di Kota Makkah Al Mukarramah 2013. Oleh semua lembaga Islam internasional. Madzhab Syi’ah dipertegas sebagai bagian tak terpisahkan dari tubuh umat Islam sendiri. Jadi apalagi keberatan umat Islam untuk dapat menerima komunitas Syi’ah sebagai saudara seiman dan seagama. Tidak bisalah perbedaan pendapatan kurma dan gandum kemudian “meriang” dan tega menyesatkan komunitas Syi’ah yang faktual dan fenomenal itu. Salah Baca Tentang Para Sahabat Nabi Bagi umat Islam Indonesia, Risalah Amman mestinya harus dibaca bahwa apapun model rumusan teologi yang ada (rukun iman dan rukun Islamnya), fikih (apapun aturan dalam madzhabnya) dan tarekatnya (Qadariyah, Naqshabandiyah, Idrisiyah dan sebagainya) dari 8 madzhab itu harus diterima sebagai kenyataan, bukan malah membuat deklarsi atau fatwa tandingan. Namun demikian, jika kaum Syi’ah ingin rukun dan tidak dimusuhi, maka berhentilah menghujat Abu bakar, Umar, Usman dan Aisyah. Hasan Alaydrus sebagai petinggi Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

227

Ahlul Bait Indonesia (ABI) mengatakan “Jika masih ada orang mengaku Syi’ah yang menghujat Abu Bakar, Umar, Usman dan Aisyah, maka harus dipersalahkan, ditangkap dan dijewer agar berhenti menghujat, karena Ayatollah Al-Sistani, Ayatullah Komaeni, Ayatullah Khamenei dan ulama-ulama marja lainnya sudah berkali-kali mengingatkan agar para pendukung Syiah tidak lagi mencela tokoh-tokoh yang dihormati oleh Ahlus Sunnah. Pernyataan ini mestinya menjadi jaminan bahwa jika ingin rukun, maka kaum Syi’ah memang harus meninggalkan hal-hal atau kebiasaan yang menyinggung umat Islam yang berbeda, seperti menghujat Abu Bakar, Umar, Usman dan Aisyah. Banyak buku sejarah yang ditulis oleh sejarawan Suni, bahwa sembilan dari 10 khalifah Bani Ummaiyah adalah anti Ahlul Bait dan memerintahkan menghujat Ahlul Bait di mimbar-mimbar masjid di seluruh pelosok kekhalifahan Bani Umaiyah. Banyak sahabat Nabi setelah nabi meninggal menjadi pengkhianat dan perilakunya berubah seperti dinyatakan kaum salafi Wahabi. Misalnya, Khalid bin Walid membunuh sahabat nabi lainya kemudian menikahi isterinya, bahkan masa idahnya belum habis, yang menyebabkan ia dipecat oleh Umar bin Khatab sebagai panglima perang. Kemudian juga Muawiyah yang menyuruh sahabat lainya membunuh Sayyidina Hasan (diracun), anak Ali dan cucu kesayangan Nabi Muhammad dan Muawiyah mengangkat putra mahkota Yazid yang suka mabuk, dan menikahi kakaknya sendiri serta memerintahkan Jendral Yusuf bin Ziyad untuk menghabisi Husein dalam tragedi di Padang Karbala dan masih banyak sahabat nabi yang kemudian menjadi pengkhianat. 228

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Kalangan Suni Wahabi, masih saja mengatakan bahwa sahabat pada generasi pertama setelah nabi adalah generasi terbaik yang harus menjadi diteladani (generasi salafushalih), dan tidak boleh dikritik apalagi dihujat, sementara fakta sejarah dan realitasnya banyak sahabat yang kemudian menjadi berkhianat di zaman itu. Dengan demikian, kalangan anti Syi’ah sering salah membaca tentang para sahabat yang boleh dikritik atau dihujat. Pembelaan terhadap keberadaan sahabat yang dikritik dan dihujat tidak proporsional. Seolah-olah yang disebut para sahabat itu seolah semua orag yang pernah bertemu dengan Nabi SAW, tanpa melihat apakah dia musuh atau memang sahabat, termasuk yang masih mengikuti teladan Nabi Besar SAW maupun yang sudah berubah menjadi fasik dan khianat. Sampai kapankah kita akan terus menyaksikan pertarungan dan kekerasan antara Suni dan Syi’ah ini? Dengan Risalah Amman dan seterusnya yang mewakili ulama se dunia, mestinya juga mendorong Ormas Islam dan MUI tinggal mensosialisasikanya saja dengan catatan, agar terjadi ukhuwah Islamiyah yang semakin baik, bukan malah memperingatkan umat Islam atau memproduksi fatwa sesat seperti MUI di Jawa Timur. Bila perlu diwacanakan mendirikan dua Ormas keagamaan MUI Pusat, untuk Suni dan untuk Syi’ah. Jika tidak mungkin, bentuklah dua devisi fatwa di Ormas keagamaan MUI Pusat, provinsi dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia yang ada komunitas Syi’ahnya, yaitu devisi fatwa untuk Suni dan devisi fatwa madzhab Syi’ah. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, Abd A’la, dalam rapat di Kantor Kemenag Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

229

Kabupaten Sampang 12 Agustus 2012 menegaskan bahwa aliran Syiah yang dianut warga Sampang bukanlah aliran sesat. “Masalah keyakinan Syiah itu sudah clear, tidak sesat. Syiah bagian dari Islam. Menurut Abd A’la, jika Syiah dianggap sesat, maka sama artinya dengan tidak mengganggap negara Iran sebagai negara Islam. “Iran itu mayoritas Syiah dan dianggap negara Islam. Apa kita akan mengingkari hal itu?”.(Notulasi rapat Kepala Kantor, Kasi Urais Kementerian Agama Kabupaten Sampang, peneliti, Kesbangpol Kapolsek Sampang dengan para ulama Sampang, paska kekerasan terhadap komunitas Syiah Sampang yang kedua, 12 Agustus 2012).

Pengaruh Syi’ah dalam Tradisi Muslim Suni di Indonesia Seperti dijelaskan di kerangka teori, bahwa tidak mungkin suatu ajaran agama sampai meninggalkan tradisi yang bertahan dan merata di seluruh Nusantara yang luasnya seluas benua Eropa, jika tidak pernah mengusai kehidupan sosial keagamaan. Untuk dapat mengusai kehidupan sosial keagamaan masyarakat Nusantara yang sedemikian luas, tidak mungkin pula jika hanya dakwah sambil lalu seperti gaya jama’ah Tabligh, tapi pasti pernah berkuasa di mana tradisi Syi’ah itu bertahan. Dengan kekuasaan itulah, tradisi keagamaan masyarakat akan dipertahankan oleh para penguasa, sehingga secara antropologis semakin menguat. Tradisi-tradisi Syi’ah yang sudah melekat dan mendarah daging dalam kehidupan sosial keagamaan muslim di Indonesia, misalnya tradisi tabot (mengisahkan tragedi Karbala) dan peringatan Asyura yang 230

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

terdapat di berbagai wilayah Indonesia. Di Aceh disebut hari Asan Usen, ada grebeg Suro di Solo dan Yogyakarta, dan dipedasaan Jawa ada bubur Suro untuk Kanjeng Nabi Kasan Kusen, pantangan pesta di bulan muharam untuk menghormati bulan sahidnya Hussain di Karbala. Beberapa shalawat khas Syi'ah dan puji-pujian sebelum atau sesudah kumandang adzan merupakan tiruan pada tradisi Syi’ah yang masih dipelihara di pesantren-pesantren dan masjid-masjid di sebagian besar Jawa sampai hari ini. Kemudian adanya wirid-wirid tertentu yang dengan jelas menyebutkan lima keturunan Ahlul Bait sangat menjelaskan pengaruh Syi’ah. Agus Sunyoto, peneliti dari Lembaga Penerangan dan Laboratorium Islam (LPPI) pimpinan Saleh Al Jufri melakukan penelitian terhadap kuburan-kuburan orang alim di Jawa Timur. Hasilnya, ternyata kuburan itu adalah kuburan para alim bermadzhab Syi'ah, misalnya kuburan Maulana Malik Ibrahim di Gresik. Makam-makam itu biasanya bernisan, berkijing dan sering ada rumahnya (cungkup), atau setidaknya berpagar indah dari besi dan berpintu. Tradisi ini diikuti oleh umat Islam non Syi’ah, terutama dari kalangan bangsawan, para ailm dan elit-elit lokal muslim. Tradisi kuburan kaum Suni tidak seperti itu, terutama Wahabi yang hanya ada tanda saja, tidak ada nama seperti di kuburan-kuburan umat Islam di Indonesia. Karena itu patut diduga keras bahwa Islam madzhab Syi'ah pernah memegang peranan penting dalam kehidupan sosial politik dan keagamaan di Indonesia. Kemudian menurut Agus Sunyoto juga, sebagian besar dari wali yang sembilan itu bermadzhab Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

231

Syi'ah, kecuali Sunan Kalijaga (Agus Sunyoto, 1996; Nur Syam, 2005). Ada lagi tradisi yang dapat menjadi penanda pengaruh Syi’ah di Indonesia. Misalnya, tradisi tahlilan hari pertama sampai ketujuh, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 1.000 hari dan haul (mendak) setelah kematian seseorang, ternyata merupakan tradisi Syi’ah. Faisal Ismail (guru besar UIN Yogyakarta dan mantan Sekjen Kementerian Agama) mengatakan bahwa, jika orang menganggap bahwa tradisi peringatan daur hidup itu (7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, dan haul) merupakan tradisi Hindu adalah salah, sebab di Bali sampai hari ini tidak ada tradisi daur hidup seperti itu. Yang ada adalah tradisi membakar mayat (ngaben) sebagai tradisi termahal dalam agama Hindu (Faisal Ismail, 2013). Di kalangan NU setiap malam Jum'at dibacakan Yasinan dan Shalawat diba' (diba’an). Dalam shalawat disebutkan seluruh Imam dua belas Syi’ah, seperti pembaruan bai'at, dan kepatuhan pada dua belas Imam. Untuk memperkuat itu, ada juga kebiasaan orang-orang Indonesia yang menganut mazhab Syafi'i untuk menghormati, kadang-kadang secara berlebihan kepada keturunan Nabi yang mereka artikan sebagai Ahlul Bait. Misalnya, banyak para kyai pesantren Salafiah di Jawa jika bertemu dengan Sayyid (Ahlul Bait) yang ia kenal, akan salaman dan cium tangan. Tradisi tersebut lahir di Indonesia penganut Islam madzhab Syafi'i, yang di dalamnya banyak amalan dan tradisi Syi'ah. Oleh karena itu wajar jika Abdurrahman Wahid pernah menyatakan bahwa NU secara kultural adalah Syi'ah. Syi’ah 232

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

itu berimamah sementara NU tidak. Hal itu karena tradisi Islam madzhab Syafi'i di Indonesia dan Asia Selatan sangat kental diwarnai tradisi-tradisi Syi'ah dan semuanya tidak dikenal di Mesir dan sebagainya. Sebagai muslim bermadzhab Suni Syafi’i. Said Aqil Siraj (Ketua Umum PB NU) menyatakan pula bahwa semua amalan dan tradisi itu tidak ada dalam kitab-kitab klasik madzhab Suni, tetapi sangat banyak ditemukan dalam kitabkitab klasik kalangan madzhab Syi’ah. Dari adanya tradisi-tradisi itu, maka patut diduga jika tanggal merah sebagai tanda libur keagamaan umat Islam dalam penanggalan yang secara resmi digunakan oleh pemerintah Indonesia, hampir dipastikan bukan khas Suni. Karena tradisi memperingati seperti ini tidak ada di kalangan Suni di negara lain dan berbagai negara bermadzhab Suni, kecuali di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Sangat boleh jadi penanda hari libur hari besar keagamaan Islam itu, dipengaruhi oleh tradisi Syi’ah. Umat Islam dari madzhab Suni, terutama yang Salafi Wahabi akan sangat ganjil jika mengusulkan hari libur untuk melaksanakan tradisi-tradisi seperti itu, karena Wahabi adalah sekte Islam yang anti tradisi. Lihat saja semua situs kebesaran Islam satu-persatu mulai dihancurkan oleh Pemerintah AS. Di kalangan muslim tradisional (NU dkk) peringatan-peringatan hari besar Islam itu sudah mendarah daging, bahkan terkadang berlebihan, seperti dilakukan kalangan muslim NTB, Madura, Banjarmasin, Kabupaten Karimun, Bengkulu, Padang Pariaman, Aceh, Gayo, Osing (Gredoan di

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

233

Banyuwangi), Ternate, Grebeg Suro di Solo dan Yogyakarta dan sebagainya. Mereka merayakanya secara besar-besaran, sekian sapi harus dipotong untuk jamuan makan acara maulid nabi, dan seterusnya. Semua fakta antropolgis di atas haruslah dibaca bahwa komunitas muslim Suni Indonesia sangat mencintai Ahlul Bait, tentu saja termasuk yang bermadzhab Syi’ah, karena semua imam Syi’ah adalah Ahlul Bait, dan semua tarekatnya baik Suni maupun Syi’ah pasti ketemu pada Imam terakhir Imam Syi’ah dan terus bersambung kepada Husein atau Hasan, Ali dan Nabi Besar SAW, Jibril dan Allah SWT.

Kebenaran Paham Keagamaan Tidak Dapat Dimonopoli Jaminan konstitusi negara memperlihatkan sangat nyata, bahwa Indonesia bukan negara Islam, apalagi bermadzhab tertentu. Masyarakat muslim Indonesia secara umum tidak begitu mempersoalkan madzhab-madzhab, tahunya bahwa dirinya muslim. Istilah madzhab hanyalah kepentingan elit dan pejuang sektarian yang secara konstitusional tidak memiliki tempat di Indonesia. Pilar Bhineka Tunggal Ika jelas mematahkan gagasan atau ide para pejuang sektarian untuk mengklaim hanya madzhab tertentu yang boleh hidup, apalagi sekedar pernyataan pimpinan Al Bayinat Jawa Timur “Indonesia adalah buminya muslim Ahlu Sunnah wal Jamaa’ah”. Sementara kebebasan beragama dijamin Undang-Undang Dasar 1945 dalam Pasal 28E ayat 1 dan 2; “setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih 234

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

pendidikan dan pengajaran, pekerjaan, kewarganegaraan, tinggal di wilayah negara Indonesia dan meninggalkannya, serta berhak kembali”. Ayat (2) “setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya”. Pasal 28I ayat (2), “setiap orang bebas dari perlakuan diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif” dan Pasal 29 ayat (2) “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu”.6

Keberadaan Komunitas Syi’ah di Indonesia Madzhab Suni dan Syi’ah adalah produk sejarah yang muncul saat Islam mulai menjadi agama penting di abad ke-7 Masehi di Jazirah Arabia. Dan terus berkembang sesuai dengan alur sejarah, penuh luka, pertumpahan darah, pertikaian dan pengorbanan yang luar biasa. Sampailah pada suatu waktu madzhab Suni dan Syi’ah mengkristal menjadi ajaran yang dibedakan dalam pandangan politik dan merambat ke banyak hal, seperti dalam merumuskan rukun Iman dan rukun Islam, namun sama-sama tetap berdasarkan pada Qur’an dan Sunnah. Pada suatu waktu pula, mampu mendominasi entah berapa lama di Indonesia, sehingga begitu banyak tradisi Syi’ah yang eksis sampai hari ini. Faktanya tradisi Syi’ah hidup dalam kehidupan sosial keagamaan umat Islam di Nusantara. Perdebatan Islam yang datang awalnya 6

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

235

Syi’ah atau Sunipun seakan terjawab dengan adanya tradisi Syiah di Indonesia. Paska revolusi Islam Iran tahun 1979 yang dipimpin Ayatullah Komeini menjadi fenomena memukau semua pengamat sosial keagamaan di seluruh dunia. Ada apa gerangan dengan revolusi Islam Syi’ah Iran sehingga dapat menggulingkan raja Muhammad Sah Reza Pahlevi dengan pasukan rahasinya (Savak)?. Dari fenomena tersebut, Syi’ah atau madzhab Ahlul Bait mulai menjadi pilihan dan berkembang lagi di Indonesia. Revolusi Islam Iran inipun dielu-elukan oleh kalangan Islam politik di seluruh dunia Islam, menjadi sebuah alternatif yang diimpikan. Banyak lembaga berbentuk pesantren atau Yayasan didirikan di beberapa kota, terutama di Jawa, dan beberapa juga di luar Jawa. Buku-buku tentang Syi’ah membanjiri semua toko buku dan perpustakaan perguruan tinggi ternama di Indonesia yang diterbitkan para penerbit berindikasi Syi’ah. Bahkan terbantu pula oleh media massa, ceramahceramah agama dan lewat pendidikan dan pengkaderan di pesantren-pesantren, dan di majelis-majelis ta’lim. Cara bergeraknya tidak seragam, ada yang agresif dan ada juga yang lambat. Ada yang frontal (membuka front perang psikhologis dengan menghujat para sahabat) dan ada yang terkesan sangat intelektual dalam bentuk menerbitkan bukubuku dengan kualitas bahasa Indonesia, olah logika, olah silogisma, olah kata yang sangat bagus dan argumentasinya sangat filsafati, yang menjadikan orang harus merenung mendalam setelah membacanya. 236

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Membuat buku dengan berkualitas baik dari segi sampulnya, ilustrasi isinya, deskripsi, analisisnya, rujukannya yang berani dengan mengambil dari semua filosof yang dipandang berguna, dan tidak alergi terhadap rujukan Barat. Sehingga buku terbitan Syiah enak dibaca, renyah dan gurih untuk dinikmati, yang kiranya sulit ditemukan buku berkualitas seperti ini di kalangan Wahabi. Semua model dan tahapan gerakan itu menuju kepada titik yang sama, yaitu memperkenalkan kembali madzhab Syi’ah sebagai pilihan. Butuh dana besar untuk propaganda dan memperkenalkan revolusi ideologi dan madzhab Syi’ah di panggung politik dunia. Secara politis, Syi’ah umumnya dikenal sangat vokal mensikapi kekuatan Barat yang ingin menjadi penguasa dunia, menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum Muslimin. Iranpun berdiri paling perkasa dari negara Islam manapun, ketika ia telah di boikot Amerika dan Barat lainya selama lebih dari 30 tahun, tetapi tetap tegak dan disegani negara manapun. Malah ia mampu menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi canggih, termasuk pesawat drone tanpa awak. Inilah sistem imamah Syi’ah yag efektif mampu menggerakan semua potensi anak bangsa Iran menuju satu titik yaitu bahu membahu menghadapi boikot Barat. Kuncinya Imam atau para pemimpinya memang sangat dapat dipercaya. Kaum muda muslim Negara Islam lainya yang aktifis sering frustasi, karena sistem keagamaan dalam Suni tidak memungkinkan untuk seperti itu, karena tidak ada imam yang diikuti. Imam dalam konteks Suni hanyalah untuk memimpin shalat berjama’ah, bukan termasuk mengatur Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

237

negara. Itulah sebabnya Wilayatul Faqih dan imamah, menjadi kajian mendalam kalangan muda muslim aktifis di tahun 1980-an paska revolusi Iran itu. Syiah adalah mazhab yang sangat identik dengan perlawanan terhadap segala bentuk kebatilan, ketidak adilan dan segala macam model penindasan terhadap manusia, dan anti Israel. Respon Tokoh Islam Indonesia Tentang Syi’ah Din Syamsuddin (Ketua Umum PP Muhammadiyah) “Tidak ada beda Sunni dan Syi’ah. Dialog merupakan jalan yang paling baik dan tepat, guna mengatasi perbedaan aliran dalam keluarga besar sesama muslim” (republika.co.id)

Foto ini adalah kujungan para pegurus Ahlul Bait Indonesia (ABI) bersama Prof. Dr Din Syamsuddin (Ketua Umum PP Muhammadiyah) di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng Jakarta Pusat.

Dalam kunjungan ini, Din Syamsuddin kepada Ahlul Bait Indonesia berpesan; “Bersikaplah lebih sabar lagi dalam menghadapi cobaan di dalam negeri ini, yang selalu mendiskreditkan dan berupaya memberi label sesat kepada Syiah. Hadapilah dengan dialog dan pendekatan yang lebih intensif lagi. Umat Islam kita ini memang perlu lebih dibuka lagi wacana dan 238

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

wawasannya tentang keIslamannya terutama sejarah Islamnya. Karena itu saya menganjurkan untuk lebih sering lagi menggelar dialog dengan siapapun dan tentunya juga dengan sikap yang sabar.

Foto ini adalah kunjungan pengurus Ahlul Bait Indonesia (ABI) ke kantor PB NU yang diterima oleh Said Aqil Siraj, yang mengatakan bahwa madzhab Ahlul Bait atau Syi’ah tidak sesat.

Said Agil Siradj (Ketua Umum PB NU) “Ajaran syiah tidak sesat dan termasuk Islam seperti halnya sunni. Di Universitas di dunia manapun tidak ada yang menganggap Syiah sesat “(tempo.co.id) Habib Rizieq (Ketua FPI): Habieb Rizieq menyampaikan ceramah agama dengan judul “bahaya kaum Takfiri”, yaitu mewaspadai kaum yang suka mengkafirkan dan menyesatkan kelompok yang berbeda. Ceramahnya diudarakan langsung di Radio Silaturhami (Rasil), Mantani, Radio FPI Solo, dan TV Streaming FPI 1 Desember 2013. Radio Rasil sering dituduh Syi’ah oleh kalangan anti Syi’ah, faktanya radio Rasil sangat mencerahkan karena materi-materi keagamaanya sangat akademis dan memotivasi pendengar untuk belajar tanpa henti.7 Peneliti sangat sering mendengarkan siaran radio Rasil dan sekaligus radio Rodja secara bergantian. Hasilnya bak bumi dan langit cara penyampaian, 7

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

239

Ini adalah foto Habieb Rizeiq bersama Pengurus DPP Ahlul Bait Indonedia (ABI) di kantor Pusat FPI Petamburan Jakarta Pusat setelah selesai haul wafatnya ibunda Habieb Rizieq, Syarifah Sidah Alatas 1 Desember 2013.

Dalam ceramahnya, Habib Rizieq mengatakan; “Terkait meningkatnya eskalasi aksi pengkafiran oleh kelompok takfiri dan nashibi (anti Syi’ah) yang kian massif. Habib Rizieq mengingatkan bahwa sikap gemar mengkafirkan orang atau menyesatkan kelompok yang berbeda pandangan sebagaimana dilakukan kelompok takfiri, merupakan problem besar. Masalah serius dan sangat berbahaya bagi keutuhan dan ukhuwah umat Islam, hingga harus disikapi ekstra hatihati. Ulama-ulama besar Ahlusunnah wal Jama’ah sangat berhati-hati dalam masalah kafir-mengkafirkan ini, dan tidak semudah takfiri jaman sekarang yang dengan mudah suka mengkafirkan dan menyesatkan kelompok lain di luar kelompok mereka. Jadi, Jika ada sekelompok orang yang mudah mengkafirkan kelompok lain tapi memakai nama Ahlusunnah Wal Jama’ah, maka Ahlusunnah Wal-Jama’ah yang mana?” ujarnya mempertanyakan”.8 kebersahajaanya, kenetralanya, kadar kesantunan dan intelektualitasnya. Sayang Radio Rasil yang begitu bersahaja, santun, dan intelek itu karena membela madzhab Ahlul Bait, maka sering disebut sebagai Syi’ah juga. Lihat saja di semua blog internet, facebook dan twiter yang bicara radio Rasil Bekasi. 8 Sumber dari Ahlul Bait Indonesia (ABI), diunduh Agustus 2014

240

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Gambar ini adalah ilustrasi bagaimana mestinya Suni dan Syi’ah ingin saling mendekat dan faktanya dipotong oleh Zeonis dan Wahabi Takfiri.

KH. Alie Yafie KH. Alie Yafie (Ulama Besar Indonesia) mengatakan: “Tergabungnya Iran yang mayoritas bermazhab Syiah Imamiyah sebagai negara Islam dalam wadah OKI, berarti Iran diakui sebagai bagian dari Islam. Itu sudah cukup menjelaskan Syi’ah Iran adalah Islam. Kenyataannya seluruh dunia Islam, yang tergabung dalam 60 negara menerima Iran berideologi Syi’ah Imamiyah sebagai negara Islam.” (tempo interaktif). Buya Syafi’i Ma’arif Buya Syafii Ma’arif (Cendikiawan Muslim, Mantan Ketua PP Muhammadiyah):“Kalau Syiah dikalangan Mazhab Suni sering dianggap sebagai Mazhab kelima,” (okezone.com) Amin Rais Amin Rais (Mantan Ketua PP Muhammadiyah):“Sunnah dan Syi’ah adalah madzhab-madzhab yang legitimate dan sah saja dalam Islam “ (satuislam.wordpress.com) Marzuki Ali Marzuki Ali (Ketua DPR RI): “ Syi’ah itu mahzab yang diterima di negara manapun diseluruh dunia, dan tidak ada satupun negara yang menegaskan bahwa Islam Syi’ah adalah aliran sesat “(okezone.com) Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

241

Yusuf Kalla (Wakil Presiden terpilih 2014 – 2019) Jusuf Kalla (Mantan Wakil Presiden RI): “ Harus ada toleransi terhadap perbedaan karena perbedaan adalah rahmat ” (tempo.co) Azyumardi Azra Azyumardi Azra, (Cendikiawan Muslim, Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta): “Syiah adalah bagian integral dari umat Islam dan tidak ada perbedaan yang prinsipil dan fundamental dalam Syiah dan Sunni, kecuali masalah kepemimpinan politik. Fatwa haram atau sesat terhadap Syiah itu sangat tidak diperlukan, baik secara teologis, ibadah dan fiqh karena pertaruhannya adalah Ukhuwah Islamiyah di Indonesia,” (republika.co.id) Komaruddin Hidayat Komaruddin Hidayat (mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta): “Syiah merupakan bagian sejarah Islam dalam perebutan kekuasaan, dari masa sahabat, Karenanya akidahnya sama, Alqurannya, dan nabinya juga sama, kiblatnya sama, puasa dan haji ke Mekkah Al Mukaramah” (republika.co.id) Roma Irama Rhoma Irama (raja musik dangdut sekaligus Mubaligh): “Tuhan kita sama, nabi kita sama, kiblat kita sama, sholat kita sama, puasa kita sama, zakat kita sama, haji kita sama, kenapa harus saling mengkafirkan” (tempo.co)

242

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Slamet Effendy Yusuf Slamet Effendy Yusuf (Ketua PB NU): “ Caranya terus menjaga persamaan sesama Umat Islam, bukan mencari perbedaannya,”(republika.co.id) Muhammad Mahfud MD Muhammad Mahfud MD (mantan Ketua MK): “ Kalau saya mengatakan semua keyakinan itu tidak boleh diintervensi oleh negara. Keyakinan itu tak boleh diganggu orang lain, kecuali dia mengganggu keyakinan orang lain,” (Okezone.com) Umar Shihab Umar Shihab (Ketua MUI Pusat):“ Syiah bukan ajaran sesat, baik Sunni maupun Syiah tetap diakui Konferensi Ulama Islam International sebagai bagian dari Islam,” (rakyamerdekaonline.com) Buya Hamka Buya Hamka alm. (Mantan Ketua Umum MUI Pusat), mengutip pernyataan Imam Syafi’i “Jika saya dituduh Syiah karena mencintai keluarga Muhammad Saw, maka saksikanlah wahai Jin dan Manusia, bahwa saya ini orang Syiah. Jika dituduhkan kepada saya bahwa saya Syiah karena membela Imam Ali, saya bersaksi bahwa saya Syiah” (majalah. tempointeraktif. com) KH. Nur Iskandar SQ KH Nur Iskandar SQ (Ketua Dewan Syuro PPP):“ Kami sangat menghargai kaum Muslimin Syiah, ”(Inilah.com) Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

243

Abdul Muthi Abdul Muthi Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah menolak fatwa sesat terhadap Syiah dari lembaga keagamaan mana pun, termasuk Majelis Ulama Indonesia. Fatwa sesat MUI di sejumlah daerah, seperti Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, terbukti menjadi alat legitimisi kekerasaan terhadap pengikut Syiah dan memicu konflik horizontal antar umat Islam." Pernyataan Muthi ini menanggapi desakan Front Jihad Islam (FJI) agar MUI DIY mengeluarkan fatwa sesat terhadap Syiah di Yogyakarta sebagaimana di Jawa Timur. Asyhari Abta Asyhari Abta, Rois Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Daerah Istimewa Yogyakarta, menyatakan MUI DIY tidak perlu menggubris permintaan Front Jihad Islam (FJI). Kyai dari Pesantren Yayasan Ali Maksum, Krapyak, Yogyakarta ini menganggap fatwa sesat MUI itu malah memicu konflik antar kelompok berbeda paham agama, memperuncing perbedaan dan memicu tabrakan antar kelompok. Asyhari mengatakan sekalipun MUI DIY menemukan ada Indikasi penyimpangan upaya maksimal hanya perlu dilakukan dengan dialog dan nasehat. Penyesatan pada ajaran malah bisa mendorong tudingan sesat ke kelompok-kelompok lain. "Sesat atau tidak sesat itu keputusannya di Allah Subhanahu Wataala," ujar dia.

244

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Dalam foto ini nampak para Ustadz, Habaib dan Tokoh2 NU, Muhammadiyah, ABI, FPI, Mer-C sedang berfoto bersama Ulama Iran dalam sebuah kunjungan ke Iran beberapa tahun silam, dalam rangka Silaturrahim dan Ukhuwah Islamiyah.

Silaturrahmi antara Ketua Syura tertinggi Majma’ Jahani Taqrib Mazahib Islami dan Pensehat Antar bangsa Urusan Ahlusunnah Iran bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah berlangsung di Jakarta pada Senin lalu (20-022012). Dalam pertemuan ini, lebih 50 orang ulama dan tokoh Islam hadir yang membincangkan tentang perpaduan umat Islam dan menjawab persoalan tentang isu-isu terkini.

Dalam pertemuan ini, pengurus MUI, Junaidi, mengatakan bahwa konflik yang sering terjadi akhir-akhir ini berkaitan dengan Syi’ah, kondisi komunitas Ahlusunnah wal Jama’ah di Iran dan beberapa syubhat mengenai Syiah telah dijelaskan dengan jelas oleh para pemibcara yang kompeten dalam pertemuan ini. Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

245

Kedutaan Iran di Indonesia menganjurkan agar sering dialog, melakukan pendekatan pemikiran dan pemahaman madzhab Suni dan Syi’ah. Ketua Syura Tertinggi Majma’ Taqrib dan penasehat presiden Iran tentang Ahlusunnah Iran, Syeikh Mawlavi Ishaq Madani menjelaskan tentang kondisi Ahlusunnah Wal jama’ah di Iran dengan membandingkan situasi sebelum dan setelah revolusi Islam Iran. Dinyatakan dalam pertemuan itu bahwa kemajuan prasarana, pusat-pusat kajian agama, masjid dan madrasah Ahlusunnah di Iran berkembang pesat melebihi seratus persen setelah revolusi Islam. Kondisi Sunni di Iran sangat baik, dan tidak mengalami penindasan seperti yang dikhabarkan terus menerus oleh kalangan Salafi Wahabi di Indonesia. Kalangan Suni Iran juga masuk dalam majlis-majelis syura Islami yang dibentuk pemerintah Iran, Majelis Khubregan dan jabatan-jabatan penting lainya serta bebas mengamalkan ajaran mazhab Suni. Bahkan banyak madrasah di Iran yang mengajarkan perbandingan madzhab dalam arti yang sesungguhnya dari berbagai sudut pandang pemahaman para fuqaha. Fakta Keberadaan Komunitas Syi’ah di Balai Karimun Keberadaan madzhab Syi’ah di pulau Karimun sebenarnya sudah cukup lama, tetapi baru terlihat secara nyata sekitar tahun 1980-an. Pada hari ini pengikut Syi’ah di Karimun berjumlah sekitar 1.500 orang. Mereka bertebaran di tiga kecamatan yang ada di pulau Karimun. Awalnya komunitas Madzhab Syi’ah di Karimun tidak diketahui, karena memang tidak ada yang membicarakanya.

246

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Pada masa itu sampai hari ini dikenalah mubaligh dan guru agama bernama Sayyid Aqil Al Alatas sebagai guru ngaji dengan pengetahuan yang mendalam (alim). Banyak ustadzustadz di Kabupaten Karimun belajar mengaji dan ilmu pengetahuan agama Islam, yang dikenal sangat dalam, termasuk para pegawai di lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Balai Karimun. Sayyid Aqil Al Atas di samping dikenal seorang alim, juga dikenal memiliki karomah, sehingga banyaklah orang datang untuk sekedar silaturahmi, berobat batin yang gelisah atau orang yang sakit karena terkena guna-guna. Sayyid Aqil juga dikenal sebagai saudagar antar negara yang sejak tahun 1990-an kendali usahanya telah diserahkan kepada orangorang kepercayaanya. Jaringan perdagangan beliau sampai di Iran, Saudi Arabia, Qatar, Irak, Bahrain dan Yaman (Dianalisis dari wawancara dengan Syamsi, Adnan Hakim (Syi’ah) dan Endang Wahyu (Kasi Urais Kemenag Karimun) 13 Juli 2014). Sayyid Aqil (88 thn) kemudian memfokuskan diri ke bidang dakwah dengan pemahaman agama campuran Madzhab Syi’ah dan Suni, sambil mengobati orang yang datang secara supranatural. Mereka datang dari berbagai daerah baik di Riau kepulauan, Riau daratan maupun Jawa. Di kalangan pengamal tarekat, baik Suni maupun Syi’ah di Riau Kepulauan maupun Riau daratan nama Sayyid Aqil Al Atas ternyata juga tidak Asing, karena Sayyid Aqil merupakan guru mursyid dalam tarekat dengan maqam yang tinggi. Menurut informan, Sayyid ini juga sangat dikenal oleh almarhum Abdurrahman Wahid sebagai guru mursyid tarekat dan dikenal para mursyid di kalangan tarekat lainya. (Dianalisis dari wawancara dengan Hakim Adnan (Pengacara), Syamsi (polisi dari Polres Kabupaten Karimun, Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

247

Umar (Pengurus Ahlul Bait Indonesia/ABI) Kabupaten Karimun dan Endang Wahyu, 12 Juli 2014). Umat Islam di Kabupaten Balai Karimun selama ini umumnya tenang dan bahkan para ustadz di Karimun berguru kepada Sayid Agil Al Atas ini. Perilaku keagamaanyapun mengikuti ajaran Islam sebagaimana diajarkan oleh Sayid Aqil Al Atas itu sebagaimana juga sudah menjadi kebiasaa masyarakat muslim di Karimun, sehingga tidak ada yang ganjil. Puluhan masjid di pulau Karimun dan sekitarnya ternyata dibangun atas prakarsa dan banyak sumbangan dari Sayyid Aqil Al Atas. Sayyid Aqil Al Atas menjadi guru agama bagi banyak ustadz di Karimun tanpa menjelaskan bahwa dasarnya dari madzhab Syi’ah atau bukan. Semua mengalir begitu saja tanpa embel-embel madzhab yang sebenarnya juga tidak penting bagi masyarakat. Hal-hal yang kontroversial dan menjadi obor para pejuang sektarian tidak pernah disampaikan, sehingga tidak ada masalah apa-apa. Dengan cara seperti itulah ajaran Sayyid Al Atas diterima masyarakat Karimun. Menurut informan, komunitas Syi’ah tidak memiliki ruang untuk menyampaikan ajaran madzhab Syi’ah dan mengekspresikan paham keagamaanya, kecuali hanya dalam peringatan hari asyura saja. Kalaupun ada tidak disampaikan, karena masyarakat sebenarnya tidak membutuhkan madzhabmadzhab, tetapi yang dibutuhkan adalah pengetahuan agama Islam dan perakteknya. Diluar itu, tidak ada pembicaraan agama yang ditujukan kepada komunitas non Syi’ah. Sementara itu peringatan Asyura sendiri di Karimun bukanlah monopoli komunitas Syi’ah tetapi juga dilakukan non Syi’ah. Tetapi informan non Syi’ah mengatakan bahwa 248

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

tumbuh dan berkembangnya madzhab Syi’ah di Karimun ini adalah dengan mendakwahkan ajaranya dari rumah ke rumah oleh para da’i-da’i muda madzhab Syi’ah (Hasil wawancara dengan Kepala Kemenag, Kepala TU Kemenag dan Endang Sri Wahyu, Kasi Urais Kemenag Kabupaten Balai Karimun, 12 - 14 Juli 2014; Azhari Abbas, Ketua MUI, Bustami Datuk raja Marah (Ketua PD Muhammadiyah),12 Juli 2014; lihat pula berita media cetak 25 Mei 2014 terbitan Karimun dan Batam Pos). Beberapa aktivis dakwah madzhab Syi’ah ada diantaranya sekarang menjadi anggota Ormas keagamaan MUI. Salah satunya adalah Nasution yang bermadzhab Syi’ah menjadi Ketua Ormas keagamaan MUI Kecamatan Meral dan menjadi imam shalat selama bulan Ramadhan di masjid jami’ Kecamatan Meral. Nasution menjadi imam shalat isyak dan tarawih ini menurut Hanafi Hussain dan Hakim Adnan agak ganjil, karena dalam bab shalat di madzhab Syi’ah tidak ada yang disebut shalat tarawih. Madzhab Syi’ah hanya mengenal shalat malam, sementara itu shalat tarawih tidak dikenal. Informan mengatakan bahwa shalat tarawih itu adalah hasil ijtihadnya Umar bin Khatab yang disebutnya sebagai sebaikbaiknya bid’ah, apalagi shalat tarawih berjama’ah itu sangat jelas bukan ajaran Nabi Muhammad. Shalat sebagai ibadah adalah ajaran yang tatacara, dan waktunya telah ditentukan Nabi. Di luar itu tidak boleh menciptakan kreasi ibadah yang sudah ada aturan dan tuntunanya. Karena itu shalat tarawih berjama’ah secara dalil tidak ada tuntunanya. Informan tidak paham apa motif Nasution bersedia menjadi imam shalat tarawih di masjid jami’ itu, dan Sayyid Aqilpun tidak mempersoalkanya.(Hasil wawancara dengan Hakim Adnan (alumni pesantren Buntet Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

249

Cirebon dan seorang pengacara), Syamsu (polisi), Umar Shihab dan Tony Ardi (pengurus ABI Kab. Balai Karimun, 12 Juli 2014). Pada tahun 2000 ada pertemuan guru mursyid tarekat Qadariah Wa Naqsyabandiyah sekaligus acara suluk di Karimun. Mulailah beredar khabar bahwa Sayid Aqil Al Atas bermadzhab Syi’ah. Yang datang itu beragam baik dari Suni maupun Syi’ah dari Riau daratan dan Riau Kepulauan, Jambi, Sumatra Barat, Sumatra Selatan dan Sumatra Utara. Dari situlah para elit agama di Karimun mengetahui bahwa Sayyid Aqil maqamnya tinggi dalam tarekat Qadariah Wa Naqsyabandiyah. Beberapa waktu kemudian, beberapa ustadz di Karimun yang sedang dan pernah belajar kepadanya, bertanya kepada Sayyid Aqil, tentang kebenaran bahwa ia bermadzhab Syi’ah atau bukan. Jawaban Sayyid Aqil Al Atas, bahwa apa yang diajarkan selama ini adalah Islam yang Berdasarkan al Qur’an dan As Sunnah baik bersumber dari Suni maupun Ahlul Bait. Artinya dasar dalil pengetahuan agama yang disampaikan berasal dari Suni dan Syi’ah atau Ahlul Bait yang sahih dan mutawatir. Tidak mengkhususkan pada ajaran Syi’ah atau Suni, sebab Sayyid Aqil paham benar bahwa masyarakat tidak butuh madzhab, tidak mengerti madzhab dan bermadzhab tidak wajib. Karena itu, semua ajaran asal berdasarkan Qur’an dan hadits sahih, apalagi mutawatir akan disampaikan dan harapanya umatpun sami’na wa’ath’na. Menurutnya, hadits kutubussitta (Bukhari, dkk) ditulis dalam posisi tekanan penguasa, sehingga perawi-perawi dari Ahlul Bait yang dikenal sangat konsisten, sedikit ditemukan. Sayyid Aqil mencoba mengkombinasikan antara dalil dari dua kubu yang sama-sama ada. Menarik juga bahwa menurutnya, 250

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

jika kalangan Suni tidak mengenal imam dua belas dianggap tidak paham madzhab Ahlul Bait/Syi’ah, karena semua dalildalilnya itu sebagian juga ada di hadits-hadits kutubusitta yang sangat dibanggakan kalangan madzhab Suni. (Hasil wawancara dengan Hakim Adnan, 14 Juli 2014; Kutubusitta adalah untuk menyebut perawi hadits Bukhari, Muslim, Thurmudzi, Nasai, Abu Dawud, dan Ibnu Majah). Semua orang dan ustadz yang belajar dan pernah belajar kepada Sayyid Aqil itu akhirnya satu persatu mulai mundur teratur dan menjauhi. Sayyid Aqil yang sangat berjasa sebagai guru agama bagi para ustadz dan motivator pembangunan puluhan masjid di Kabupaten Karimun, mulai ditinggalkan dan diabaikan. Mereka mundur hanya karena tidak ingin dipandang sesat dan menjadi korban sebagaimana komunitas Syi’ah di berbagai tempat di Indonesia, karena image yang terus dibangun kalangan pejuang sektarian anti Syi’ah adalah bahwa madzhab Syi’ah sesat, tanpa pandang bulu. Istilah madzhab Syi’ah sendiri akhirnya baru dikenal masyarakat umum dan menakutkan bagi kalangan anti Syi’ah di Karimun, meskipun seringkali apa yang diajarkan di Karimun sama sekali tidak seperti yang dituduhkan di berbagai pengajian akbar, dan buku-buku yang selama ini menjadi argumen pemukul terhadap Syi’ah. Jika Syi’ah yang dimaksud adalah yang diajarkan Sayyid Aqil, maka kalangan anti Syi’ah salah menafsirkan, karena Sayyid Aqil tidak khusus mengajarkan ajaran madzhab Syi’ah, apalagi mengajarkan hal-hal yang selama ini tidak diterima kaum muslim, seperti imamah, nikah mut’ah dan sebagainya. Peraktek keagamaanya seperti diringkaskan umat Islam Karimun yaitu model keagamaan tradisional (orang Karimun menyebutnya ahlusunnah Wal Jama’ah). Tetapi jika dasar Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

251

tuduhan sesat terhadap Syi’ah menggunakan tuduhan sebagaimana dalam buku yang diciptakan oknum MUI dan sukarelawan anti Syi’ah, maka tuduhan itu terlalu dini, karena tuduhan dalam berbagai buku itu tidak satupun yang faktual di Karimun. Tuduhan dalam buku ciptaan oknum MUI Pusat menjadi fitnah di Karimun, dan ternyata hanya daur ulang dari semua tuduhan yang pernah ada, yang dalam ringkasnya di Karimun tidak pernah ada. Informasi dari berbagai kalangan yang pernah belajar kepada Sayid Aqil Al Atas selama mengajar hampir 45 tahun itu tidak pernah mengajarkan nikah mut’ah, menghujat para sahabat, mengajarkan rukun iman madzhab Syi’ah, apalagi al Qur’an yang berjumlah 17.000 ayat itu. Sayyid Aqil Al Atas sangat paham, bahwa tujuan dakwahnya adalah agar umat Islam Indonesia memahami agama dan melaksanakanya, bukan memahami madzhab (Dianalisis dari wawancara dengan Hakim Adnan, Umar Shihab, Kepala Kemenag Kabupaten Karimun, Endang Wahyu Kasi Urais Kemenag, 13 - 14 Agustus 2014). Berkaitan dengan jumlah ayat al Qur’an kalangan Syi’ah yang berjumlah 17.000 ayat itu, menarik untuk dicermati oleh kalangan pejuang sektarian anti Syi’ah di seluruh Indonesia. Ketika peneliti datang ke masjid Syi’ah yaitu msjid Fatimah Az Zahra di Sukasari Kecamatan Meral, salah seorang calon informan dan beberapa orang sedang membaca al Qur’an di siang hari bulan puasa itu. Sekitar 10 menit kemudian peneliti mengucapkan salam dan bersalaman. Peneliti memperhatikan secara cermat al Qur’an itu dan semua al Qur’an yang baru dibaca itu ternyata terbitan Kementerian Agama. Bahkan ada tafsir Kementerian 252

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Agama yang baru 22 jus berwarna coklat kemerahan, ada susunan pelajnah mushaf al Qur’an yang sudah sangat kita kenal, ada sambutan Menteri Agama, ada stempel Kementerian Agamanya dan tentu saja ayatnya tidak 17.000 ayat. Ketika peneliti sampaikan mengapa peneliti langsung ke mimbar untuk melihat al Qur’an itu, maka informanpun tertawa terbahak-bahak, sambil berkata bercanda; “Al Qur’anya lain ya pak”, “ayatnya 17.000 ya pak”? “sebabnya banyak kelompok anti Syiah menebarkan khabar bohong dan fitnah berkaitan dengan al Qur’an ini pak. Saya berharap sampai hari ini dan berani bertaruh, siapa yang dapat menemukan al Qur’an Syi’ah dengan jumlah ayat 17.000 yang menjadi salah satu dasar tuduhan sesat terhadap Syi’ah itu, tolong antar kesini dan perlihatkan kepada saya. Jika memang benar adanya, akan saya hadiahi mobil truk di sebelah masjid itu”. (Hasil wawancara dengan Hakim Adnan dan kawan-kawan di masjid Nainawa Sukasari Meral Karimun, 14 Juli 2014) Dapat dianalisis, bahwa berdasarkan fakta di Karimun, tidakah benar bahwa al Qur’an orang Syi’ah 17.000 ayat. Para pejuang sektarian yang mengatakan bahwa al Qur’anya komunitas madzhab Ahlul Bait berbeda dengan al Qur’an komunitas madzhab Suni telah menebar keresahan, dan mendorong kebencian terhadap Syi’ah atau Ahlul Bait. Apa sebenarnya latar belakang kebencian terhadap komunitas madzhab Syi’ah sehingga sebagian kaum madzhab Suni atau kelompok sektarian begitu resah atas keberadaan komunitas Syi’ah di Karimun. Para keompok anti Syi’ah secara langsung dan tidak langsung menjadi perpanjangan AS yang mendanai kegiatan besar-besaran hanya untuk mengutuk Syi’ah. Mereka Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

253

membuat buku yang isinya mendasarkan pada kitab-kitab Syi’ah klasik, dan bukan Berdasarkan fakta di lapangan. Mereka memalsukan buku-buku Suni klasik yang menjelaskan keistimewaan Ahlul Bait dalam berbagai hal. Bedah buku yang cenderung dianalisis sendiri tanpa melibatkan ahli Syi’ah yang bermadzhab Syi’ah, tabligh akbar yang lebih banyak caci maki dan kutukan terhadap Syi’ah dan menyebutnya Rafidah, membuat blok-blok anti Syi’ah di internet, dan demonstrasi anti Syi’ah serta tuntutan fatwa sesat terhadap Syi’ah, hanya para kelompok sektarian anti Syi’ah sendirilah yang maha tahu. (Dianalisis dari hasil wawancara dengan Hakim Adnan dan kawan-kawan, 14 Juli 214). Informanpun menjelaskan bahwa mendasarkan kajian pada kitab-kitab besar madzhab Syi’ah seperti Al Kahfi atau Al Nihal dan sebagainya, kemudian mengatakan bahwa madzhab Syi’ah atau dikenal madzhab Ahlul Bait itu sesat, padahal di kalangan Syi’ah sendiri banyak mengatakan bahwa tidak semua dalil dalam kitab-kitab besar madzhab Syi’ah itu sahih dan mutawatir. Ia menyebut bahwa dari 16.000 hadits dalam Al Kafi sekitar 58% adalah dhai’if atau maudhu’. Tetapi harap diperhatikan bahwa penulisnya sendiri Al Kaulani mengatakan di depanya bahwa jika hadits sesuai dengan makna dalam ayat-ayat al Qur’an, maka pakailah, jika tidak buang saja. Ini sebenarnya sama dengan pandangan kalangan Suni bahwa tidak semua dalil dalam kitab-kitab besar madzhab Suni itu sahih dan mutawatir. Baginya, yang sahihpun banyak bertentangan dengan al Qur’an dan akal sehat, sehingga harus disingkirkan dari dasar agama yang benar, apalagi yang dhaif dan maudu’. Bagi Syi’ah dan Ahlul Bait, kitab di seluruh 254

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

dunia yang mencapai tingkat kebenaran mutlak dan tidak dapat dikritik hanyalah Kitab Suci Al Qur’an, sementara itu kitab lainya apapun namanya masih sangat dapat dikritisi. Jika hadits sudah bertentangan dengan satu saja ayat al Qur’an dan tidak masuk akal, apapun dalil itu, siapapun perawinya, seperti apapun kalimatnya, dan kitab apapun itu dan sesahih apapun bahkan yang sangat mutawatir sekalipun dengan sendirinya harus dilikuidasi. (Dianalisis dari wawancara dengan Hanafi Hussain, 13 juli 2014). Wahabi dan orang-orang yang terinfeksi virus Nasibi tidak henti-hentinya menyebarkan syubhat untuk menyudutkan Ahlul Bait. Demi membela sahabat pujaan mereka [entah mungkin karena sikap ghuluw] mereka membuat syubhat membuat bantahan yang menunjuk kan rendahnya kualitas ilmu dan akal. Kebencian yang besar terhadap Syiah membuat mereka tidak bisa berpikir dengan objektif bahkan siapapun orangnya yang membela Ahlul Bait dan menyalahkan sahabat mereka tuduh sebagai Syiah. Keresahan Umat Atas Komunitas Bermadzhab Syi’ah Keresahan umat Islam atas keberadaan komunitas bermadzhab Syi’ah di Kabupaten Karimun menurut informan bukanlah kejadian yang datang secara tiba-tiba. Tetapi merupakan rentetan dari cerita panjang para penguasa anti Syi’ah, aktifitas kalangan Salafi takfiri dan anti Syi’ah sejak masa silam dan semakin menguat hari-hari ini. Jika di kalangan Kristen dikenal ada dosa waris, maka masalah Suni Syi’ah inilah analogi dosa waris yang terus dipelihara kalangan muslim dari generasi ke generasi.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

255

Sementara itu di kalangan yang suka keributan dan kekerasan. Setiap bayi lahir seolah menjadi martir baru, motivasi baru, anggota baru dan pengantin berdarah untuk melakukan balas dendam terhadap apa yang telah dilakukan oleh generasi sebelumnya, seperti dilakukan oleh Suni dan Syi’ah sejak tragedi Karbala dan kutukan Bani Umayah dan Abasyiah terhadap Ahlul Bait selama berabad-abad. Sebagian kalangan Suni dan Syi’ah terus mendaur ulang ketidakcocokanya dan seperti berebut hegemoni kebenaran madzhab di dunia Islam. Seolah tidak ada satupun yang dapat dikerjasamakan di antar ajaran dua madzhab besar ini. Pernyataan-pernyataan para ulama internasional kedua belah pihak yang mengajak ukhuwah Islamyiah seolah terbang dibawa angin begitu saja, terlindas oleh nafsu hegemonik. Sampai hari ini secara jumlah, komunitas bermadzhab Syi’ah tetap minoritas di dunia Islam, meskpun berimbang di dunia Arab. Para kelompok anti Syi’ah hari ini telah menjadi generasi penerus dari Bani Umayah dan Abasyiah yang terus mengutuk dan memburu Syi’ah di manapun berada, sehingga budaya taqiyah menjadi salah satu ajaran penting dalam Syi’ah. Menurut informan, persoalan madzhab Syi’ah menjadi mengemuka di Indonesia pada beberapa dasawarsa terakhir, terutama paska revolusi Iran 1979 dan meningkatnya gairah intelektual kalangan kampus di Indonesia sejak tahun 1980-an. Apalagi pada tahun 1980 itu bersamaan abad 1400 hijriyah yang dicanangkan sebagai abad kebangkitan kembali Islam sebagai pusat peradaban. Seolah-olah revolusi Islam Syi’ah di Iran menandai kebangkitan Islam itu.

256

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Majalah-majalah Islam kalangan Suni dan Koran berita umum sibuk mengulas fenomena revolusi Islam dan kebangkitan Islam yang bersamaan itu. Majalah-majalah Syi’ah seperti Yaum Al Quds membanjir ke kampus-kampus secara gratis untuk membangkitkan gairah kaum muda Islam Indonesia. Buku-buku hebat padat teori dan analisis tajam berkaitan dengan sosial keagamaan yang ditulis para cendekiawan Syi’ah membanjiri Indonesia dan menjadi obor dan ikon kebangkitan mempelajari Islam di kalangan Mahasiswa muslim. Bagi para aktifis Mahasiswa tahun 1980-an, pasti kenal buku Ali Syari’ati, Murtadha Muthahari, Sari’at Madhari, Fazlur Rahman, Sayyed Hussain Nasir dan sebagainya. Ajaran-ajaran Syi’ah yang tersirat dalam berbagai buku yang ditulis para cendekiawan muslim bermadzhab Syi’ah itu sangat mencerdaskan dan mencerahkan seolah menjadi alternatif penyelesaian persoalan-persoalan sosial keagamaan umat Islam saat itu, sehingga semakin akrablah dunia Mahasiswa waktu itu dengan istilah kaum mustadha’afin, sosial Islami, generasi Qur’ani dan berbagai wacana keagamaan yang hampir tidak pernah muncul di era sebelum tahun 1980-an. Bahkan sebelum tahun 1980-an itu, di banyak kampus besar, banyak Mahasiswa malu memperlihatkan identitasnya sebagai muslim, karena dicap kampungan dan sebagai kaum sarungan. Iranpun pada hari ini berdiri paling terdepan di antara semua negara Islam karena kemandirianya meskipun telah di embargo oleh Eropa dan Amerika sejak revolusi. Bangsa Iran tak bergeming, dan bahkan teknlogi canggih dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan berhasil dikuasai. Para pemimpinya menyatu dengan rakyat dalam kehidupan yang prihtin. Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

257

(Dianalisis dari hasil wawancara dengan Umar Sahab, di Sukasari, Karimun, 13 Juli 2014). Sementara itu kalangan agamawan muslim dan pemerintah Orde Baru berfikir politis berkaitan dengan membanjirnya buku-buku Syi’ah dan kejadian revolusi Islam Iran itu dan segera pasang kuda-kuda, karena ketakutan adanya berita ekspor madzhab Syi’ah dan ideologi Islam ke Indonesia. LPPI pimpina Amin Jamaluddin pernah melaksanakan seminar di Masjid Istiqlal pada tanggal 21 September 1997, yang salah satu Rekomendasinya adalah agar umat Islam Indonesia berhati-hati terhadap berkembanga madzhab Syi’ah di Indonesia. Alasan dari seminar itu adalah karena MUI, Kejaksaan Tingggi dam Departemen Agama belum paham siapa Syi’ah. Namun di kalangan Ormas keagamaan ternyata berbeda menyikapi keberadaan madzhab Syi’ah ini. NU dan Muhammadiyah misalnya, sebagai Ormas terbesar menyatakan bahwa Syi’ah tidak sesat, dan tidak perlu takut dengan perkembanganya. Amien Rais membuka konferensi BKPPI di Kota Qom, Iran, mengatakan bahwa “tradisi intelektual dan berfikir di Iran itu tidak pernah berhenti, di perpustakaan di Iran 80% lebih buku-bukunya itu karangan sunni. Jadi mengapa orang sunni Indonesia itu alergi kepada Syiah dan sementara sebagian Syiah juga alergi kepada Sunni” Yayasan Al Bayyinat Surabaya atas Rekomendasi hasil seminar LPPI ini dijadikan momentum untuk konsolidasi paham keagamaan dan politik untuk mendaur ulang kebencian terhadap Syi’ah. Kegiatan-kegiatan yang bersifat anti Syi’ahpun segera digelar secara bergelombang di berbagai daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta 258

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

dan sebagainya, baik dalam bentuk dialog Suni Syi’ah, seminar tentang Syi’ah, bedah buku, pengajian beragitasi anti Syi’ah. Mereka inilah yang menjadi pendorong munculnya berbagai kasus keresahan, kekerasan, pengusiran, dan konflikkonflik lainya sebagaimana telah menghiasi berita di berbagai media sejak munculnya fenomena Syi’ah di Indonesia, hingga hari ini.9 Bagi beberapa informan komunitas Syi’ah di Karimun, persoalan madzhab Syi’ah adalah persoalan lama yang sengaja dipelihara konfliktnya, karena ketakutan yang tidak beralasan. Dengan menganggap tidak ada Risalah Amman, komunitas anti Syi’ah terus mendaur ulang masalah yang menjadi dasar kesesatan Syi’ah dan berusaha memposisikan madzhab Syi’ah sebagai madzhab yang tidak sah untuk hidup di Indonesia, baik dilakukan melalui dunia maya maupun di dunia nyata. (Dianalisis dari hasil wawancara dengan Hakim Adnan (alumni pesantren Buntet Cirebon dan seorang pengacara), Syamsu (polisi), Umar Shihab dan Tony Ardi, 13 Juli 2014). Ketua MUI Jawa Timur dalam dialog dengan para peneliti Badan Litbang mengatakan bahwa tujuan fatwa sesat terhadap Syi’ah salah satunya adalah untuk menjaga NKRI dari rongrongan kaum Syi’ah; “masih kecil saja berani bertingkah apalagi jika besar, kita harus menolaknya karena kita ini mayoritas”. 10 Pernyataan ini ini sebenarnya masih menyisakan pertanyaan penting yaitu apakah yang dimaksud merongrong NKRI. Dengan pernyataan seperti itu, seakan 9Telah

banyak penelitian berkaitan dengan Syi’ah ini oleh para peneliti

Puslitbang Kehidupan Keagamaan dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam rentang waktu 1990-an sampai dengan hari ini. Dan kasus di Kabupaten Karimun ini menjdi salah satu deretan panjang dari kasus-kasus penindasan terhadap komunitas madzhab Syi’ah. 10

Lihat notulasi dialog, Maret 2013

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

259

MUI Jawa Timur sedang menjaga keutuhan NKRI. Sementara komunitas Syi’ah tidak. Padahal komunitas Syiah selama ini tidak pernah melakukan kegiatan subersif, menentang pemerintah, bahkan demo atau unjukrasapun tidak pernah dilakukan. Indonesia adalah Negara yang Berdasarkan pada Pancasila, UUD “45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, bukan Negara Islam Berdasarkan madzhab Suni apalagi Wahabi dan juga bukan Syiah. Jika MUI menyatakan bahwa empat pilar tegaknya Republik Indonesia harga mati, kiranya baru betul. Tetapi jika pernyataanya bahwa Syi’ah merongrong NKRI, sepertinya kurang tepat Beberapa informan menyatakan, bahwa para pengurus MUI Jawa Timur tidak sadar bahwa dirinya sedang mengidap Syi’ah fobia. Karena itu pertanyaanya adalah, apakah pernah ada komunitas madzhab Syi’ah memiliki kesetiaan ganda dalam suatu negara yang diperintah Suni dan apakah komunitas Syi’ah pernah memberontak pada negara yang diperintah oleh kaum Suni sejak negara-negara berpenduduk muslim lepas dari penjajahan, sehingga ia dapat mengatakan menjaga NKRI dari rongrongan kaum Syi’ah. Sementara jika ingin mencari Suni menindas Syi’ah akan dengan sangat mudah ditemukan dan daftarnya akan sangat panjang untuk diuraikan disini, seperti di Irak masa Saddam Hussain dan sebelumnya, Kesultanan Bahrain, Qatar, Oman, Pakistan, dan tentu saja juga Indonesia. Hal ini sama mudahnya menjelaskan betapa beberapa varian Suni memiliki kesetiaan ganda, pelaku pemberontakan dan terorisme, dalam kehidupan bernegara. Kasus di Mesir, Nigeria, Pakistan, Irak, Suriah, Libiya, Maroko, Aljazair, Indonesia dan sebagainya 260

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

jelas-jelas dilakukan oleh mereka yang menyatakan dirinya pengikut Ahlul Sunnah Wal Jama’ah. Ketika banyak informasi berkaitan dengan penindasan Syi’ah terhadap Suni, informan dimaksud tidak dapat menjelaskan, karena merasa itu tidak ada. Di Iran misalnya, ia malah menyuruh bertanya langsung ke beberapa pimpinan FPI yang pernah ke Iran untuk menelusuri bahwa Mahasiswa Indonesia kerjanya hanya makan dan tidur serta ingin membuktikan penindasan pemerintah Iran terhadap komunitas Suni. Hasil kunjunganya itu ternyata membuktikan bahwa semua informasi di tanah air mengenai penindasan pemerintah terhadap Suni tidak terbukt. Bahkan masjid Suni hampir ada diseluruh kota di Iran, meskipun jumlah umatnya hanya sedikit (Dianalisis dari wawancara Hakim Adnan dan U. Hussain, 14 Juli 2014). Informan melanjutkan argumenya, bahwa di Irak yang mayoritas bermadzhab Syi’ah (70%) ketika diperintah kaum Suni, tidak pernah memberontak kepada Sadam Hussein maupun pemerintah sebelumnya. Setelah demokrasi bergulir paska tergulingnya Sadam Husain oleh Amerika, komunitas Syi’ah mulai menjadi penguasa karena memang mayoritas, tetapi faktanya tidak melakukan penindasan seperti yang dilakukan Saddam Hussain. Justru kaum Suni varian Salafi Wahabi takfiri Irak tidak terima kenyataan ini, dan terjadilah bom-bom bunuh diri maupun pemberontakan yang berdarahdarah hingga sekarang. Jika mengamati dinamika politik keagamaan Timur Tengah, kebanyakan adalah kaum Suni (Salafi Takfiri) yang memiliki kesetiaan ganda dalam bernegara. Misalnya kaum Suni di Irak dan sebagian Suni di Suriah lebih taat kepada AS Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

261

dan Amerika Serikat yang mendanai untuk memberontak (bughat) dari pada kepada pemerintahanya sendiri. Kaum Suni di Irak dan Suriah benar-benar telah melakukan kesalahan yang luar biasa, sehingga negaranya hancur berkeping-keping. Itulah yang memang diinginkan Amerika dan Zeonisme, agar bangsa Arab tidak sempat memperkuat dirinya karena sibuk membenahi supra sturktur dan infra strukturnya. Sementara itu, Bashar Al Ashad yang bertahan hingga kini terus dihajar kaum pemberontak (bughat) Suni, meskipun negaranya hancur. Tetapi sekaligus membuktikan bahwa Bashar Al Ashad yang Syi’ah Alawi (faham Maliki, Hanafi dan Ahlil Bait) lebih dicintai sebagian besar rakyatnya yang mayoritas Suni dari pada para pemberontak yang semadzhab. Masyarakat Suriah tahu benar, bahwa pemberontak itu suruhan dan kaki tangan AS dan Amerika Serikat yang sangat ingin menghancurkan Suriah. Kaidah madzhab Suni, bahwa memberontak kepada pemerintahan yang sah adalah haram, hanyalah isapan jempol. Mereka tidak peduli, ada tangantangan jahil bermain dibelakangnya hanya untuk menghancurkan bangsa Arab. Dalam analisis politik, tinggal Suriah dan Iranlah yang terang-terangan menentang Israel, bukan Mesir, Yordania, apalagi AS yang dipuja seperti dewa oleh kaum Salafi Wahabi Indonesia. Apakah para teroris di seluruh dunia Islam melibatkan komunitas atau orang-orang Syi’ah? Bukankah mereka itu adalah kaum salafi takfiri yang memiliki paham keagamaan model khawarij? Jadi mengapa membenci kaum Syi’ah Hakim Adnan menyatakan bahwa, “Di dunia maya kalangan anti Syi’ah membuat ratusan situs atau bloknet anti Syi’ah, yang sangat bersemangat dalam 262

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

menjelaskan Syi’ah, yang penjelasanya sangat terlihat lebih banyak fitnah dari pada menjelaskan dan mencerahkan, tidak obyektif dan tendensius. Bagi pembaca yang biasa berfikir metodologis dan teoritis, maka akan segera mengatakan bahwa semua artikel atau penjelasanya itu tidak benar. Semua penjelasan hanya mendaur ulang dari berbagai sumber yang notabennya juga anti Syi’ah, seperti masalah imamiyah, rukun iman yang beda, nikah mut’ah, al AQur’an berjumlah 17.000 ayat dan sebagai tahrif, Syi’ah tidak mau memakai hadits dari Suni, suka menghujat para sahabat dan sebagainya, sebagaimana di tulis dalam buku-buku yang menjelaskan perbandingan madzhab tetapi ditulis ahli yang anti Syi’ah. Dari situs-situs itu para netter pejuang anti Syi’ah terus mendaur ulang artikel atau penjelasan itu-itu saja, sehingga segera terlihat bahwa tulisan itu tidak layak untuk dibaca. Penjelasan para aktivis anti Syi’ah umumnya tidak mau paham maksud dari Deklarasi Amman. Hal yang memperlihatkan ada sesuatu maksud tersembunyi dan hanya diketahui para pembenci Syi’ah. Dalam Deklarasi itu dijelaskan adanya delapan madzhab dalam Suni dan Syi’ah disepakati tidak saling mengkafirkan dan menumpahkan darahnya secara tidak sah, karena 8 madzhab itu masih saudara dalam Islam. (Transkrip hasil wawancara dengan Hakim Adnan dan Umar Shihab, 13 Juli 2014) Sebagian pernyataan Hakim Adnan di atas seolah mendapat pembenaran dari Umar Sihab (salah satu ketua MUI Pusat) dalam acara silaturahim DPP LDII Agustus 2014, bahwa madzhab yang disepakati dalam Deklarasi Amman itu harus diterima menjadi sebuah kenyataan bagi umat Islam di seluruh dunia agar terjadi ukuwah Islamiyah. Sebab tanpa Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

263

menerima kenyataan itu mustahil akan terjadi ukhuwah dieniyah atau ukhuwah Islamiyah. NU yang diwakili oleh Salmet Effendi Yusuf, mengatakan bahwa “Realitasnya, Syiah ada dan besar. Keberadaannya signifikan, bukan hanya di Indonesia, melainkan dunia. Jadi, saling meniadakan itu tidak mungkin. Sunni dan Syiah ada dan tidak boleh menegasi. Sama halnya seperti Kristen, ada Kristen Katolik ada Kristen Protestan. Dalam dunia nyata, Hakim Adnan menyatakan; “Para kelompok anti Syi’ah terus berusaha mendapatkan simpati umat Islam yang sebenarnya tidak mengerti madzhab yang dianut. Umat Islam mayoritas hanya tahu bahwa dirinya adalah Islam, tidak mengerti tentang madzhab. Modus untuk mendapatkan simpati itu dilakukan mulai seminar, penerbitan buku-buku anti Syi’ah yang tidak sesuai dengan fakta yang diamalkan oleh komunitas Syi’ah, bedah buku anti Syi’ah, pengajian akbar dengan tema penyesatan Syi’ah sampai dengan demonstrasi anti Syi’ah. Klimaksnya adalah Rekomendasi agar MUI menyusun fatwa sesat Syi’ah dan menyeret-nyeret pemerintah untuk ikut memproteksi kinerja dakwah para ulama yang telah gagal secara statistik selama ini. (Transkrip wawancara dengan Hakim Adnan, 14 Juli 2014)11

11

Lihat pula hasil penelitian Ahmad Rasidi dalam kasus Syi’ah di Bangil

Pasuruan, 2008, Imam Syaukani tentang kasus kekerasan terhadap komunitas Ahlul Bait di Bondowoso, 2009, Wakhid Sugiyarto tentang Ikatan Jama’ah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) di Bandung, 2003, Reslawati tentang Jaringan Kerja Syi’ah di Jabotabek, 2011 dan masih banyak lagi, dan yang paling aktual baca pula penelitian tentang kekerasan Syi’ah di Sampang Wakhid Sugiyarto dan Bashari A. Hakim, 2011 dan 2012, dan Ali Umaidi (Peneliti LIPI) tentang Kekerasan terhadap komunitas Syi’ah di Sampang, 2013.

264

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Hakim Adnanpun melanjutkan penjelasanya; “Masihkah kita terus berkelahi rebutan pepesan kosong? (tidak mungkin selesai), karena pernyataan Ayatullah Ali Kamenei “Suni tidak mungkin menyingkirkan Syi’ah dan Syi’ah tidak bisa hidup tanpa Suni”. Sebuah pernyataan sangat simbolis bahwa membangun kebersamaan Suni Syi’ah sangat penting untuk menghadapi Barat yang dikendalikan oleh Zionisme, bukan berkelahi sendiri yang tidak akan pernah dimenangkan. Justru dua-duanya akan kalah dan hancur dengan sendirinya sebelum perang peradaban dengan Barat dimulai. Hal ini dapat disaksikan di berbagai negara, seperti Nigeria, Libya, Mesir, Irak, Yaman, Pakistan, Afganistan dan Suriah yang umat Islamnya saling berkelahi sendiri dan negara itu hancur semua dan memerlukan beberapa generasi lagi untuk memperbaikinya agar kembali seperti semula. Negara-negara itu, mendekati situasi negara gagal, yang sangat merugikan warga negaranya. (Transkrip hasil wawancara dengan Hakim Adnan, 14 Juli 2014). Bedah buku juga menjadi metode efektif kalangan anti Syi’ah untuk mendiskritkan Syi’ah. Salah satu buku yang sekarang sering dibedah, termasuk di Pekanbaru, Batam dan Karimun dalam waktu yang hampir bersamaan (selang beberapa minggu) adalah buku yang diproduksi oleh oknum MUI Pusat yaitu “Mengawal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia” (MMPSI). Buku ini dikritik sangat keras oleh KH. Alawi Nurul Alam Al Bantani dari PB NU dengan judul “Kyai NU Meluruskan Fatwa-Fatwa Merah MUI dan DDII”. Dalam buku ini disebutkan, sebagai ulama, para penulis buku dari MUI Pusat sudah sangat paham siapa Suni dan siapa Syi’ah, apalagi semua ajaran dalam madzhab itu sudah mengkristal dalam kitab-kitab fikih klasik dan banyak Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

265

diantaranya diajarkan dipesantren-pesantren milik kaum Nahdhiyin. Menurut Alawi, mereka banyak menyembunyikan informasi kebenaran tentang ajaran-ajaran Syi’ah, dan secara general menyamakan seluruh Syi’ah dalam satu madzhab, padahal banyak sekte dalam Syi’ah, sebagaimana juga Suni. Tidak semua madzhab Syi’ah itu sesat, sebagaimana juga tidak semua Suni itu tidak sesat, misalnya sekte Salafi Wahabi12. Sekte Salafi telah dibahas tuntas oleh Alawi dan difatwa sesat oleh Majelis Persekutuan Ulama (MPU) Aceh tahun 2014. Analisis yang dapat dilakukan tentang MUI Pusat yang secara kelembagaan tidak mengakui menerbitkan buku yang meresahkan itu. Tetapi buku yang meresahkan itu tidak juga ditarik dari peredaran. Sepertinya buku ini malah terus dicetak dan dibedah diberbagai wilayah di Indonesia, yang katanya bertujuan untuk memberi pencerahan kepada masyarakat. Alih-alih memberi pencerahan kepada umat Islam, malah yang terjadi adalah penghakiman terhadap madzhab Syi’ah atau Ahlul Bait sebagai madzhab sesat. Dalam berbagai bedah buku itu, sering terjadi tidak ada perwakilan dari Syi’ah, sehingga tidak dapat mendudukan posisi madzhab Syi’ah dalam konstelasi dinamika umat Islam di seluruh dunia. Di samping itu juga telah mendorong muncul dan berkembangnya sikap anti Syi’ah. Argumenargumen anti Syi’ahnya memang sangat banyak karena 12

Lihat

Surat

permohonan

peninjauan

kembali

fatwa

Majelis

Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Nomor 09 Tahun 2014 tentang sesatnya pemahaman, pemikiran, pengamalan dan penyiaran agama Islam di Aceh, di mana dalam fatwa ini berisi tentang sesatnya paham Salafi Wahabi masyarakat Aceh.

266

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

yang meresahkan

diproduksi oleh ulama sektarian yang sudah ahli madzhab dan pekerjaan utama seumur hidupnya mungkin hanya mencari kelemahan dan menghujat Syi’ah. Tetapi jika dilihat tuduhanya, isinya hanyalah mengulangi kata-kata dan sederetan kalimat yang selama ini sudah beredar dan telah dibantah oleh komunitas Syi’ah karena tidak faktual, kecuali mendasarkan pada buku-buku yang oleh kalangan Syi’ah juga sudah dibantahnya. Dakwah dalam tabligh akbar yang penuh kemarahan dan membakar atau mendorong kebencian kepada umat beragama sangat sering dilakukan diseluruh even pengajian yang dilakukan para aktifis anti Syi’ah. Dakwahnya mendorong kebencian menjadi kontraproduktif dan menyisakan keresahan dan tidak merubah kondisi sosial umat Islam yang masih terpuruk (karena sibuk berkelahi, tidak sempat memberdayakan umat). Para elit tidak sadar sudah berdakwah untuk hal-hal yang menguras tenaga. Bukan memberdayakan umat seperti pesan Nabi Muhammad Saw. Dakwah yang berhasil adalah pesan agama Islam yang dapat memotivasi umatnya untuk bekerja dan belajar keras sebagaimana diperintahkan oleh agama Islam dan menginspirasi untuk mempelajari kitab-kitab dari berbagai madzhab, sehingga mereka dengan mata hatinya dapat memilih yang paling logis dan masuk akal. Bukan dengan beragumen yang penting beda. Apalagi telah diketahui bahwa para ahli anti Syi’ah telah melakukan pemalsuan kitab-kitab klasik kalangan Suni yang muktabar dan isinya dianggap berbau Ahlul Bait, sebagaimana telah dilacak oleh PB NU. Dimana, kitab-kitab yang dipalsukan dan telah berhasil dilacak oleh PB NU berjumlah puluhan dan semuanya kitab-kitab penting dan muktabar di kalangan Suni. Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

267

Bagi informan deskripsi di atas dianggap menjadi pembukaan umum dari munculnya keresahan umat Islam atas keberadaan madzhab Syi’ah di Karimun. Dalam kenyataanya memang hal-hal di atas mempertegas bahwa terjadinya keresahan, konflik anti Syi’ah dan bahkan pengusiran kaum Syi’ah tidak muncul tiba-tiba, tetapi telah ada serentetan desain anti Syi’ah yang terus dipelihara. Namun demikian menurut beberapa informan di Karimun, setidaknya ada beberapa pemicu langsung atas munculnya keresahan,. Pertama, adalah bedah buku yang aktual yang dilakukan oleh MUI Kota Pekanbaru, Kota Batam dan MUI Kabupaten Karimun awal 2014. MUI mencoba melakukan dialog Suni Syi’ah karena disediakan dana Tim MUI Pusat. Sementara MUI Kabupaten Karimun hanyalah menyediakan tempat saja. MUI Kabupaten Karimun tidak memiliki dana untuk penyelenggaraan dialog seperti itu. Dana dari MUI Pusat ini adalah untuk menopang agar tujuan pelaksanaan bedah buku dapat berhasil sukses. Dalam bukunya Alwi menyebutkan, bahwa konon Pemerintah Saudi menyediakan dana besar bagi kelompokkelompok anti Syi’ah di Indonesia. Mungkin juga termasuk dana menciptakan (mengarang) dan pencetakan buku “Mengawal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia”, sekaligus biaya dialog dan bedah buku. Buku yang diterbitkan itu tebalnya 152 halaman dan pernah dibedah di Kota Pekanbaru, Kota Batam dan tempat-tempat lain di Indonesia. MUI Kabupaten Karimun merasa perlu membedahnya juga agar umat Islam di Karimun mengetahui kesesatan madzhab Syi’ah, karena disediakan dana dan dibagi bukunya secara gratis. Buku ini tidak diperjulbelikan untuk umum, 268

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

tetapi dibagi tak terbatas secara gratis kepada umat Islam yang hadir dalam acara bedah buku, baik yang ada di dalam ruang acara bedah buku maupun pendengar di luar gedung di mana buku ini dibedah. Ketika buku ini dibedah di Kota Batam tidak ada wakil dari komunitas madzhab Syi’ah dan tetapi mendapat sambutan meriah dari umat Islam Batam yang digerakan dari radio Hang. Pengikut madzhab Syi’ah di Batam tidak berkutik ketika di hakimi secara in absentia di acara bedah buku itu, karena anggota tidak banyak seperti di Karimun. Paska bedah buku di Kota Batam tidak ada keresahan pada peserta yang sendirian. Di Kabupaten Karimun, acara bedah buku dan dialog tentang Syi’ah digelar di Gedung Nasional tanggal 25 Mei 2014. Dalam acara itu dihadirkan empat orang narasumber, yaitu; Misbah Munir dan Idrus Ramli sebagai pemuka Sunni dan Sayid Agil Al-Atas dan Husein Shihab dari Yayasan Nainawa yang merupakan pemuka Syiah. Antusias masyarakat cukup tinggi menghadiri dialog tersebut dan gedung yang menjadi tempat pelaksanaannya tidak muat, sehingga sebagain besar hadirin yang sebenarnya tidak diundang itu duduk didepan gedung dengan disediakan bangku tambahan dan disiapkan pengeras suara disambungkan dengan mic dari para pembicara. Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, Polers Karimun telah menyediakan alat metal detektor untuk mendeteksi ancaman bom, agar acara yang digelar itu benar-benar steril dan aman dari tindakan teror. Dialog yang dijaga ratusan polisi itu berakhir secara damai tanpa kesepakatan yang dapat memojokan satu diantara dua kelompok, dan bahkan sepakat dalam perbedaan Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

269

madzhab. Sebelum acara dialog dan bedah buku ditutup, panitia penyelenggara mengumumkan akan adanya tabligh akbar tetang madzhab Syi’ah dengan pembicara utama Abdul Wahab Sinambela. Abdul Wahab Sinambela dikenal sebagai tokoh anti Syi’ah berpaham Salafi Wahabi dari Batam, yang juga menjadi pembicara utama tablig akbar di Kota Pekanbaru dan Kota Batam beberapa waktu sebelumnya. Jadi, sepertinya semua agenda anti Syi’ah di Riau dan Kepulauan Riau ini terkait dengan peran Abdul Wahab Sinambela ini. Kedua, Tabligh Akbar. Setelah dialog dan bedah buku itu, pada malam harinya agar tidak kehilangan momentum, maka dilakukan tabligh Akbar di masjid jami’ An Nur Kabupaten Karimun yang pemberitahuanya umat Islam dilakukan menjelang penutupan acara dialog dan bedah buku pada siang harinya. Tabligh akbar ini menurut informan dihadiri oleh lebih dari 1.000 orang. Dalam tabligh akbar itu, para pembicara yang disebut oleh para informan sebagai Wahabi Takfiri berpidato berapiapi menyesatkan Syi’ah, yang salah satunya pembicara utamanya adalah Abdul Wahab Sinambela. Wahab Sinambela dalam tabligh akbar itu menyesalkan bahwa dialog dan bedah buku yang dilakukan di siang harinya di aula MUI Kabuapaten Karimun tidak sampai pada lahirnya Rekomendasikan bahwa madzhab Ahlul Bait adalah sesat, sehingga dinyatakan gagal mencapai tujuan. Karena tujuan dialog dan bedah buku MUI Pusat yang meresahkan masyarakat itu adalah untuk memperlihatkan betapa ajaran madzhab Syi’ah itu begitu sesatnya. Tetapi rupanya harapan itu tidak terpenuhi karena pembicara Syi’ah cukup piawai 270

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

menjelaskan ajaran madzhab Syi’ah dan membuat para hadirin menganguk-angguk, sebagai tanda setuju. Keinginan bahwa madzhab Syi’ah akan selesai dalam acara dialog dan bedah buku itu, ternyata tidak terjadi. Panitia penyelenggara tidak mungkin lagi menyusun Rekomendasi sesatnya madzhab Syi’ah kepada MUI Provinsi, karena penjelasan utusan dari Syi’ah cukup logis bagi pengunjung dan hadirinpun tak terpancing untuk melakukan anarkhisme.13 Dalam tablig akbar tersebut pembicara menyampaikan banyak dakwaan terhadap Syi’ah, seperti; 1. Rukun iman yang beda. Dalam Syi’ah rukun imannya adalah, nikah mut’ah, taqiyah, al Qur’an itu tahrif, Syi’ah memiliki al Qur’an sendiri yang disebut mushaf Fatimah, jumlah ayat al Qur’an Syi’ah 17.000. Imam Syi’ah maksum, suka menghujat para sahabat, kaum Syi’ah halal menikahi anak kecil, Aisyah isteri nabi adalah pelacur, dan banyak sekali lainya, yang siapapun mendengar akan merinding mendengarnya. Para peceramah dikenal sangat paham ajaran Islam, bahkan semua madzhab dan retorika dakwahnya sangat memukau. Sayang isinya menimbulkan kebencian kepada mazhab Syiah atau Ahlul Bait. Mereka terus mendaur ulang semua kajian dan tabligh akbar yang khusus menyesatkan Syi’ah. (Dinformasikan oleh hakim Adnan dan Umar Sahab, 14 Juli 2014). Dalam tabligh akabr itu mulai terdengar issu akan adanya unjuk rasa anti Syi’ah pada pagi dan siang harinya. Setiap penceramah mengatakan yel-yel anti Syi’ah, yang 13

Diolah dari hasil wawancara dengan Hakim Adnan, Nur Syamsu dan

Umar Sihab, 14 Juli 2014

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

271

selalu diikuti pekikan Allahu Akbar oleh sebagian pengunjung yang ternyata sebuah tim yang memang disiapkan untuk itu. Cara ini adalah untuk mengesankan bahwa seolah-olah ceramahnya berhasil mencapai tujuan, yaitu pengunjung setuju dengan substansi ceramah tersebut. Menurut para informan, tabligh akbar yang lazimnya adalah mencerahkan pengunjung agar memahami ajaran agama itu, ternyata malah membangun image bahwa madzhab Syi’ah itu sesat. Para penceramah menggiring pengunjung setuju dengan isi ceramahnya.Yel-yel anti Syi’ah dan pekikan Allahu Akbar mewarnai ceramahceramah dalam tabligh akbar itu. Merekapun sepakat harus melaksanakan agenda berikutnya untuk mematangkan kondisi sosial keagamaan anti Syi’ah, yaitu unjuk rasa anti Syi’ah dan tuntutan penyingkiran madzhab Syi’ah dari Karimun. Merekapun menyatakan bahwa Karimun telah menjadi poros baru bagi perkembangan Syi’ah setelah di Jawa. Ketiga, Unjuk rasa anti Syi’ah. Penyingkiran madzhab Syi’ah dengan acara dialog, bedah buku dan tabligh akbar hampir juga diikuti dengan kegiatan unjuk rasa anti Syi’ah. Menurut informan, media cetak lokal dan berbagai pihak di dunia maya, unjuk rasa diawali dari masjid Agung An Nur Kabupaten Karimun kemudian para pengunjuk rasa berjalan kaki menuju masjid Fatimah Az Zahra di Sukasari Kecamatan Meral. Unjuk rasa dikuti oleh beberapa elemen organisasi, seperti Laskar Melayu Bersatu (LMB) Kabupaten Karimun pimpinan Datuk Panglima Azman Zainal, bersama dengan 63 perwakilan organisasi keagamaan di Provinsi 272

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Kepulauan Riau. Unjuk rasa itu ijinya dilakukan oleh kelompok yang menamakan dirinya Forum Pembela Ahlusunnah Wal Jama’ah Kabupaten Karimun. Dalam unjuk rasa itu disampaikan orasi tentang sesatnya mdzhab Ahlul Bait atau Syi’ah, permintaan kepada MUI Provinsi dan MUI Pusat agar mengeluarkan fatwa sesat terhadap keberadaan madzhab Ahlul Bait atau Syi’ah, sebagaimana telah dilakukan oleh MUI Jawa Timur. Unjuk rasa juga menuntut kepada Pemerintah Daerah untuk membubarkan semua organisasi Syi’ah. Dalam situssitus di internet, ada surat terbuka permintaan dari Yayasan al Bayinat Surabaya paska dikeluarkanya fatwa sesat MUI Jawa Timur agar MUI Pusat segera memfatwa bahwa madzhab Syi’ah atau Ahlul Bait adalah sesat. Seluruh gelombang aktifitas anti Syi’ah di atas, baik di luar negeri, dan dalam negeri dalam berbagai bentuk itu menjadi kronologi munculnya keresahan umat Islam, termasuk di Kabupaten Karimun, yang sekaligus untuk melegitimasi pengusiran komunitas Syi’ah dan pra kondisi menuju satu tujuan yaitu logikalisasii fatwa sesat Syi’ah dan penyingkiran Syi’ah dari Indonesia. Sementara itu jika mengacu pada pernyataan Umar Shihab, maka Syi’ah itu jelas-jelas berhak hidup di Indonesia dan bukan ajaran sesat. Inilah pernyataan Umar Sihab; “Dalam Sunni dan Syiah memang ada sekte-sekte atau kelompok yang menyimpang, itu harus kalian jelaskan kepada umat, singkap kekeliruan-kekeliruan mereka dan sampaikan ajaran yang benar. Sunni dan Syiah bersaudara, sama-sama umat Islam, itulah prinsip yang dipegang oleh MUI. Jika ada yang memperselisihkan dan menabrakkan keduanya, mereka adalah penghasut dan pemecah belah Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

273

umat, mereka berhadapan dengan Allah swt yang menghendaki umat ini bersatu. Saya sudah tua, dan kiprah saya tidak lama lagi akan berakhir. Karenanya kalianlah yang saya harap untuk melanjutkan perjuangan untuk mempersatukan umat. Kembalilah ke tanah air, tunjukkan kiprah dan peran kalian. Semoga Allah swt mempersatukan umat Islam ini, sehingga bisa menjadi rahmat bagi sekalian alam.” Klarifikasi Beberapa Isu Penting Ikhtilaf Sunnah Syi’ah Rumusan Teologi (Rukun Iman dan Rukun Islam) Beda Dengan Fatwa MUI Pusat Madzhab Sunnah-Syi'ah memang beda rumusan rukun imanya dengan fatwa MUI Pusat. Madzhab Ahlul Bait, rukun imanya lima; Tauhid, bahwa Tuhan adalah Maha Esa; Al-‘Adl, bahwa Tuhan adalah Maha Adil; An-Nubuwwah, bahwa kepercayaan Syi'ah meyakini keberadaan para nabi sebagai pembawa berita dari Tuhan kepada umat manusia; Al-Imamah, bahwa Syiah meyakini adanya imam yang senantiasa memimpin umat sebagai penerus risalah kenabian; dan AlMa'ad, bahwa akan terjadi Hari Kebangkitan. Rukun Islam madzhab Syi’ah juga lima, yaitu salat, puasa, zakat, haji dan al wilayah. Rumusan rukun iman dan rukun Islam kedua madzhab memang beda, bukan berarti sesat, sebab keduanya sama-sama wajib diamalkan, kecuali “al Imamah dan al wilayah”. Fatwa MUI memandang sesat jika ada rukun iman berbeda dengan Suni, tidak dapat dialamatkan kepada Syi’ah, karena merumuskanya juga bendasarkan al Qur’an dan Sunnah. Persoalanya, hanya beda memilih prioritas. Apa yang 274

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

menurut Suni prioritas, oleh Syi’i tidak dan begitu pula sebaliknya. Semua rukun iman dan rukun Islam itu samasama dijalankan kedua belah pihak? Jadi memandang sesat madzhab Syi’ah hanya karena berbeda cara merumuskan prioritas menjadi tidak sesuai dengan definisi kebutuhan masing-asing. (Dianalisis dari wawancara dengan Hakim Adnan, Umar Shihab, dan Syamsi, 13 - 14 Agustus 2014). Masalah Imamah Menurut informan, masalah Imamah adalah prioritas sehingga masuk dalam rukun iman, dengan berbagai dalil dan argumen ilmiyahnya. Konsep imamah ini menemukan relevansinya, ketika umat Islam tercerai berai seperti sekarang. Dalam Syi’ah al wilayah (wilayatul fakih/imamah) adalah utama, sebab agama tidak dapat dipisahkan dengan negara, sebab ajaran Islam termasuk ajaran cara mengatur negara. Bagi Suni, imamah tidak penting, karena imam adalah imam salat. Jika dianalisis, rumusan imamah dan al wilayah yang bersifat ideologis ini penting bagi gerakan memperkuat jama’ah dan menggerakan potensi jama’ah secara maksimal dalam mengembangkan agama, itulah Syi’ah. Menurut informan, Abdul Wahab Sinambela dan Qomaruddin, sebenarnya tidak tahu (pura-pura-pen) mengapa Suni dan Syi’i beda dalam merumuskannya (tidak jujur). Hanya mengulang apa kata syeikh-syeikh Salafi lainya, tidak ada yang baru, sangat berbau Umaiyah dan Abbasiyah, belum tercerahkan, dan telitinya kurang, sehingga kearifanya juga kurang. (Diolah dari wawancara dengan Hakim Adnan, Syamsu, dan Umar. 12 -14 Juli 2014)

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

275

Konsep khilafah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) bagi informan, menyisakan persoalan besar, berkaitan siapa yang menjadi khalifah. Apakah HTI sudah memiliki khalifah, sehingga gerakanya di seluruh dunia tinggal mencari legitimasi. Atau khalifahnya ISIS (Al Bagdadi) yang kontroversial itu? Tetapi sungguh banyak dalil wajibnya imamah ini. Dalam kadar tertentu juga dianut LDII, MTA, JAT, NII, HTI, MMI dsb, bahwa memiliki imam itu wajib. Tidak sah Islamnya jika muslim hidup tanpa imam dan bila meninggal dalam keadaan kafir dan masuk neraka. Islam mengajarkan, jika dalam perjalanan ada 3 orang atau lebih, harus ada salah satu yang menjadi imam, yang disebut imam perjalanan, dan itulah yang diamalkan kaum Syi’i. Bagi komunitas Syi’i menjalani roda kehidupan adalah perjalanan jauh dan pelayaran melelahkan, hingga butuh nakoda (Imam) yang dapat menjadi pelita kehidupan, menjamin perjalanan dan pelayaran jauh itu (seperti bahtera nabi Nuh orang Syi’i menyebutnya) sampai tujuan. Kaum Syi’i tidak mau bepergian dalam kegelapan malam, atau berlayar tanpa nakhoda. Taqiyah, Sama dengan Kemunafikan ? Informan Suni maupun Syi’i, mengatakan, salah satu masalah yang dibahas dalam dialog, tabligh akbar dan unjuk rasa adalah masalah taqiyah yang disebutnya sebagai legalisasi kemunafikan. Sementara Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah) kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam keimanan (dia tidak berdosa).. Akan tetapi, orang yang melapangkan dadanya 276

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

untuk kekafiran maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar” (QS. An-Nahl, 16: 106) Ayat ini disebut salah satu landasan perlunya bertaqiyah. Taqiyah adalah melindungi diri dari orang kafir atau rezim kejam, seperti Umaiyah, Abbasiyah, dan mereka yang anti Syi’ah. Orang yang memegang teguh akidah dan tahu dirinya terancam, pasti akan menyembunyikan akidahnya. Perintah Ahmad Isa al Muhajir kepada pendukungnya bermadzhab yang aman dan hatinya tetap Syi’ah, itulah ringkas ayat taqiyah. Jika tidak taqiyah, Ahlul Bait dan pendukungnya pasti sudah habis, sebab perburuan Ahlul Bait berlanjut selama berabad-abad. Ijtihad Al Muhajir yang memerintahkan pendukungnya bertaqiyah adalah cerdas untuk keselamatan aqidah. Atau, cara menolong kaum lemah dan teraniaya yang tidak berdaya melawan penguasa zhalim, satu-satunya cara membentengi aqidah adalah taqiyah. Munafik adalah bersikap seperti mukmin, tetapi menyembunyikan kekafiran. Banyak ayat yang menjelaskan munafik dalam Al Qur'an karena terminologinya merujuk pada yang tidak beriman namun berpura-pura beriman. Informan Syi’i mempersilahkan melihat firman Allah; “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah", dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

277

mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti”. (QS. Al-Munafiqun, 63: 1-3) “Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman; Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta; Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan; Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar; Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaithan-syaithan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok"; Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terumbang-ambing dalam kesesatanya; Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapat petunjuk (QS. Al-Baqarah (2) : 12-20). Dalam hadit Shahih Bukhari ke-33: Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda, "Tandatanda orang munafik ada tiga: jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat" 278

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Hadits ini sangat populer, dan penting untuk mengingatkan umat Islam agar waspada terhadap kemunafikan. Munafik adalah menyembunyikan kekafiran dan menampakan keimanan agar mendapat keuntungan, sehingga hadits di atas tidak dapat dikenakan pada orang yang sedang mempertahanakan aqidah dari penguasa zhalim. Jadi arti tasiyah tidak sama dengan arti kemunafikan.

Nikah Mut’ah sebagai Legalisasi Pelacuran? Menurut informan, masalah mut’ah adalah masalah fiqih, yang dimaklumi, karena perbedaan di kalangan para fuqaha adalah lazim. Pembicara tabligh akbar menyatakan, nikah mut’ah dipandang sebagai sejelek-jeleknya ajaran, dan sebagai legalisasi pelacuran, mengakibatkan tidak saling mewarisi dan transaksi seksual seperti di pelacuran. Mereka mengatakan bahwa boleh saja nikah mut’ah dengan perempuan sudah bersuami, asal tidak diketahui suami, boleh menikah dengan anak kecil, sodomi dsb. Menurut informan, syarat rukun nikah dengan pernikahan umumnya (nikah daim) itu sama, hanya beda pada masalah ada waktu berakhirnya saja14. Jika selama mut’ah salah satu meninggal dan memiliki anak, salah satunya dan anaknya dapat warisan. Jadi nikah mut’ah semua jelas, diketahui keluarga dan lingkungan. Sementara pelacuran adalah laki-laki dan perempuan bertransaksi saling memuaskan sexual dan bersenang-senang, dan sangat mungkin tidak saling kenal, apalagi keluarga. Pelarangan 14

Ja’far Subhani, Syi’ah: Ajaran dan Prakteknya, Nur Al-Huda, Jakarta, 2012,

hal. 74 – 76.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

279

nikah mut’ah dilakukan Umar bin Khatab, sementara ayat mut’ah tidak dihapus. Di mana kaum Syiah merujuk pada QS. An-Nisa (4:24) sebagai alasan nikah mut’ah, sementara suni merujuk ayat ini sebagai ayat poligami. Jika ayat ini yang dipertentangkan tidak akan ketemu antara Syiah-Suni. Ini masalah fikih, bukan aqidah. Tetapi meskipun mut’ah boleh secara fikih dalam madzhab Syi’ah, di kalangan Syi’i Indonesia jarang terjadi, karena secara psikhologis, tidak familiar dengan tradisi. Sama dengan poligami yang di semua madzhab juga boleh, tetapi pelakunya juga tidak banyak. Malah mungkin lebih banyak orang berpoligami di kalangan Suni dibandingkan yang mut’ah di kalangan madzhab Ahlul Bait. Jadi nikah mut’ah itu dicatat dan diketahui semua orang, dan kedua keluarganya. Bagaimana dapat disebut sebagai legalisasi pelacuran? Informan Syi’ menyampaikan; “Dan harap dicatat baik-baik pak, di Karimun tidak ada yang nikah mut’ah. Jadi mereka bicara berbusa-busa dan berapi-api di tabligh akbar dan unjuk rasa tentang nikah mut’ah itu sebenarnya bicara pepesan kosong, sekedar mencari sesuatu yang hanya mereka sendiri yang tahu, karena bicara sesuatu yang tidak ada di Karimun. Aneh mereka ini, kok mau-maunya buang waktu, tenaga dan energinya hanya untuk pepesan kosong (malah menebar keresahan-pen). Masyarakat sendiri tahu, semua ceramahnya itu tidak faktual alias bohong”. (Diolah dari wawancara dengan Adnan Hakim dkk, 12 – 14 Juli 2014) Jumlah Ayat Al Qur’an 17.000? Mushaf Fatimah? Dalam masalah al-Qur’an, M. Abdurrahman menjelaskan bahwa menurutnya, Syi’ah mempercayai bahwa 280

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

al-Qur’an dewasa ini sudah diubah, tidak murni lagi (tahrif) dengan mengutip dari seorang ulama yang katanya Syi’ah bernama Al Kusyi. Katanya “Tidak sedikitpun isi kandungan di dalam al-Qur’an yang digunakan kaum Suni yang boleh dijadikan pegangan. Ia juga mengutip Al-Kafi yang kedudukanya setara dengan Bukhari Muslim di kalangan Suni, bahwa “Sesungguhnya al-Qur’an yang dibawa Jibril kepada Muhammad sebanyak 17.000 ayat yang disebut dengan mushaf Fatimah dan berbagai kutipan yang dinisbatkan kepada kitab dan ulama Syi’ah. Amin Jamaluddin juga menyatakan bahwa Syi’i telah mencela Al-Qur’an, karena Syi’i menyatakan al-Qur’an itu tahrif, sudah diubah lafaz dan maknanya. Menurutnya Umar juga telah membuang catatan al-Qur’an yang ditulis Ali dan seterusnya yang ceritanya semakin jauh ……. Pernyataan ini juga muncul dalam tabligh akbar dan unjuk rasa. Padahal, kaum Syi’i meyakini jika menyatakan al Qur’an mengalami perubahan adalah mengingkari al Qur’an dan jaminan Allah seperti firman Allah; “Sungguh Kamilah yang menurunkan al Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya” (QS. 15, Al-Hijr: 9) “Saya sendiri belum tahu seperti apa mushaf Fatimah 17.000 ayat itu”. (Diolah dari wawancara dengan Adnan Hakim, 12 Juli 2014). Ketika peneliti ke masjid Fatimah Az Zahra, informan sedang mengaji al Qur’an di siang hari bulan puasa. Setelah mengucap salam dan salaman, peneliti melangkah ke penyimpanan al Qur’an dan memperhatikan secara cermat, membuka-buka dan mengembalikan lagi. Semua al Qur’an yang ada di mimbar dan almari itu terbitan Kementerian Agama. Dari fakta tersebut menunjukkan bahwa al Qur’an

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

281

yang dipakai Syiah sama dengan yang dipakai umat Islam pada umumnya. Ada pelajnah mushaf al Qur’an yang sudah sangat kita kenal, ada sambutan Menteri Agama, stempel dan ternyata tidak 17.000 ayat. Apakah Salafi Takfiri masih mengatakan mereka bertaqiyah? Ketika peneliti ke mimbar dan mengambil al Qur’an serta memperhatikanya, informanpun tertawa, kemudian berkata seperti peneliti dan berkata: “Al Qur’annya beda ya pak”, “ayatnya 17.000 ya pak? namanya Mushaf Fatimah ya pak? sebab para Nawasadhi menebarkan khabar dusta, dan pesta fitnah berkaitan dengan al Qur’an ini pak, seperti di tabligh akbar di Karimun beberapa waktu yang lalu. Siapa yang dapat menemukan al Qur’an Syi’ah beda dengan Suni dan jumlah ayat 17.000 yang menjadi salah satu dasar tuduhan sesat terhadap Syi’ah itu akan saya hadiahi mobil truk di sebelah masjid itu, itu truk saya pak, baru 1 bulan dipakai”. (Hasil wawancara dengan Hakim Adnan dan kawan-kawan di masjid Fatimah Az Zahra Sukasari Meral Karimun, 12 Juli 2014). Menurut peneliti Senior Badan Litbang Kemenag, al Qur’an Mushaf Fatimah dan ayatnya 17.000 itu memang ada yang dikatakan akademisi Syi’ah sendiri. Al Qur’an ini adanya di sebuah perpustakaan di India. Pertanyaanya, apa ia al Qur’an sebagai pedoman kaum muslim dicetak secara terbatas, seperti selebaran gelap. Dulu ditahun 1980-an, ada selebaran gelap berseri namanya Ar Risalah dan Indonesia dipersimpangan jalan. Isinya menghujat orde Baru. Di kanan atas tertulis, hanya untuk kalangan sendiri. Informasi ini tidak dapat dipertanggungjawabkan di mana jelas-jelas mereka membaca al Qur’an terbitan Kementerian Agama. Lihat pula di dunia maya tentang “oleh282

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

oleh/cerita” para petinggi Ormas Islam Indonesia (FPI, PB NU, PP Muhammadiyah, Pimpinan MUI Pusat, para akademisi UIN Surabaya, UIN Jakarta, UIN Yogja, Amien Rais, dsb) yang pernah berangkat ke Iran untuk sebuah acara pelajar Indonesia di Iran dan melihat Syi’ah dari dekat atau acara lain (Silahkan cek di situs). al Qur’an di Iran persis al Qur’an terbitan Kementerian Agama. Bahkan kabar bahwa pelajar Indonesia kerjanya hanya makan dan tidur, makan indoktrinasi madzhab Syi’ah ternyata 100% tidak benar. Justru mereka menyesal, baru berkesempatan ke Iran ketika umur sudah uzur, melihat semangat intelektual bangsa Iran luar biasa, dan perpustakaanya juga luar biasa. Kitab Hadits Al Khafi Mutlak Sahih? Informanpun menjelaskan bahwa hanya mendasarkan kajian pada kitab besar madzhab Syi’ah seperti Al Kahfi atau lainya, kemudian mengatakan madzhab Ahlul Bait sesat adalah kecelakaan. Di kalangan Syi’i dinyatakan tidak semua dalil dalam kitab-kitab besar madzhab Syi’ah sahih dan mutawatir. Ia menyebut dari 16.000 hadits dalam Al Kafi hanya 5.000 yang sahih. Harap diperhatikan pula bahwa Al Kaulani mengatakan di depanya “jika hadits sesuai dengan makna dalam ayat-ayat al Qur’an, maka pakailah, jika tidak buang saja”. Menurutnya, yang sahihpun ada yang bertentangan dengan al Qur’an dan akal sehat, sehingga harus disingkirkan. Bagi Ahlul Bait, di dunia ini yang mencapai tingkat kebenaran mutlak dan tidak dapat dikritik hanya Kitab Suci Al Qur’an. Kitab lainya apapun namanya sangat dapat dikritisi. Jika sudah bertentangan dengan satu saja ayat dari al Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

283

Qur’an dan logika akal sehat, apapun dalil dan perawinya, seperti apapun kalimat dan kitabnya, sesahih apapun dan mutawatir sekalipun dengan sendirinya akan dilikuidasi. (Dianalisis dari hasil wawancara dengan Hakim Adnan dan kawan-kawan, 12 - 14 Juli 214).

Menghujat Sahabat Tuduhan menghujat para sahabat, tidak sesuai fakta, sebab kaum Syi’i di Karimun tidak menghujat sahabat-sahabat yang sangat dihormati kalangan Suni. Apalagi sudah ada fatwa dari semua imam marja Syi’i, baik di Iran, Yaman, Irak, AS, Lebanon, Suriah, Qatar dan Turki. Hasan Alaydrus petinggi Ahlul Bait Indonesia (ABI)- berkata “jika ada orang mengaku Syi’ah tetapi menghujat Sahabat adalah salah. Ayatullah Al-Sistani, Khomaeni, Ayatullah Khamenei dan ulama marja lainnya berkali-kali mengingatkan agar tidak mencela tokoh yang dihormati kaum Suni, karena itu bagian dari aqidahnya”. Tanpa pesan para ulama marja itupun, kaum Syi’ah di Karimun tidak pernah menghujat. Namun jika tidak menghujat dikatakan taqiyah. Kaum Syi’i kini hanya membaca sejarah yang ditulis sejarawan Suni maupun Syi’i dan memaparkan apa adanya, bukan menghujat. Menempatkan para sahabat yang memang sahabat atau menempatkanya sahabat yang berubah menjadi pengkhianat selagi memang berkhianat adalah adil dan proporsional. Pandangan bahwa semua sahabat adil, tidak tercela dan tidak boleh dikritik sampai meninggalnya jelas tidak sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan dahaga pencari kebenaran. 284

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Kelompok Pendorong Munculnya Keresahan Munculnya keresahan dan ketegangan atas keberadaan komunitas bermadzhab Syi’ah di Indonesia, termasuk di dalamnya di Kabupaten Karimun, sebenarnya juga tidak secara tiba-tiba. Banyak kelompok yang mesti bertanggungjawab terhadap kondisi seperti ini. Bagi kelompok-kelompok anti Syi’ah, maka pendorong terjadinya keresahan adalah keberadaan komunitas bermadzhab Syi’ah yang terus berkembang. Ketua MUI Karimun (Azhari Azhar) mengatakan bahwa setelah ada komunitas bermadzhab Syi’ah ini, saudara-saudaranya banyak yang masuk menjadi pendukung madzhab Syi’ah. Hubungan persaudaraan menjadi kurang nyaman karena perbedaan itu. Keluarga Azhari Azhar yang sebagian besar Suni ini merasa bahwa saudara-saudaranya yang sudah menganut Syi’ah jadi agak lain, terutama yang menimpa beberapa cucunya. Beberapa cucunya itu sekarang kelihatanya jarang shalat, dan jarang jum’atan, tidak mau shalat tarawih dan sering tidak dirumah karena belajar ngaji di Sukasari, dimana pusat Syi’ah berada di Karimun. Azhari Azhar melihat saudara-saudaranya dan keponakan maupun cucu-cucunya melaksanakan shalat dijamak dan diqhasar seenaknya tanpa uzur, dan shalat jum’at jarang dilakukan. Hal-hal inilah salah satu yang umat Islam Karimun resah dengan ajaran Islam baru seperti ini yang cenderung memudahkan dan tidak sesuai dengan kebiasaan. Iapun mengatakan, “Kita capek-capek membina umat agar Islamnya menjadi benar, api mereka datang dengan kemudahan-kemudahan yang mengakibatkan kemalasan beribadah”.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

285

MUI Kabupaten Karimun mewakili umat Islam mengharapkan agar MUI Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) segera mengeluarkan fatwa sesat terhadap aliran Syiah. Keberadaan kelompok Syiah di Karimun yang dianggap melenceng dari Islam dan telah meresahkan warga setempat. Azhari Azhar kemudian mengatakan, “beberapa waktu yang lalu, kita sempat ada dialog dengan kelompok Syiah di Karimun. Hasilnya bahwa kami tidak menghasilkan kesepakatan yang dapat menyatukan, karena kami tetap pada pendirian kami”. Keberadaan mereka cukup meresahkan masyarakat Karimun. Masyarakat jadi merasa tidak aman, karena ada yang berbeda dengan ajaran umat Islam secara umum.” Dikatakanya bahwa dialognya berjalan aman, tapi ada yang biasa, karena seolah-olah antara warga sana dengan Syiah bisa hidup tanpa masalah, padahal rukun Islam maupun rukun iman jelas berbeda. Kelompok Syiah sudah ada di Kepulauan Riau, terutama Kabupaten Karimun mencapai 1.500-an orang. Menurutnya keberadaan Syiah di Kepulauan Riau sudah sejak 20 tahun lalu, saat Provinsi Kepulauan Riau masih menginduk kepada Provinsi Riau. Dialog yang diadakan saat itu, menurutnya untuk meredam gejolak di masyarakat, dimana MUI berusaha mendekati Syi’ah secara persuasif dengan mengundang tokoh dan jemaah Syiah Karimun hadir dalam acara yang diisi oleh Idrus Ramli Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim. Idrus Ramli sebagai narasumber saat itu memberi pencerahan, dengan harapan kelompok itu kembali ke jalan yang benar. Sementara itu Kepala Kemenag yang pada waktu dilakukan dialog dan tabligh akbar malam harinya, tanggal 25 Mei 2014, ia sedang diklat di Jakarta, sehingga secara utuh 286

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

tidak mengetahui. Ia hanya mengetahui informasinya yang dipandangnya tidak sesuai dengan harapan. Harapanya dialog akan saling memahami jatidiri, dan saling mengakui. Sayang pada malam harinya terjadi tabligh akbar yang tema dan Suasana, maupun substansi isi tablig akbar malah memprovokasi masyarakat untuk membenci Syi’ah yang dalam perjalanan sejarah sudah menjadi bagian dari Islam. Ia juga menyayangkan adanya ketidakharmonisan dalam beragama ini. Sebagai pemerintah, harus tetap netral, artinya apapun kemauan masyarakat jika tidak sesuai dengan konstitusi, maka harus ditolak. Negara tidak bisa diatur oleh kelompok-kelompok kecil yang tidak memiliki hak seperti dilakukan oleh para pelaku atau panitia tabligh akbar. Karimun ini sebelumnya sangat aman dan kondusif, tidak ada keresahan antar kelompok dalam masyarakat. Komunitas Wonosari yang sudah ada sejak 20 tahun (tahun 1990-an) yang lalu dapat hidup tenang dan menjalankan ajaran agama yang ia pahami. Tetapi sekarang ini mereka terusik, karena setelah tabligh akbar itu, dilanjutkan dengan aksi unjuk rasa yang menuntut pembubaran Syi’ah dan pengusiran tokoh-tokh Syi’ah dari karimun, sebagaimana terlihat dalam ijin unjuk rasa yang disampaikan oleh Forum Pembela Ahlusunnah Wal Jamaah. Forum ini dipimpin oleh Husin Usman dan Abdul Madjid sebagai dewan Pembina dan Ketua Umum Eddy Ruzal (Ketua Forum Pemuda Baran). Unjuk rasa ini, didukung oleh MUI Karimun dalam bentuk pernyataan sikap menolak keberadaan Syi’ah di Karimun, akan meminta MUI Provinsi Kepri agar segera mengeluarkan fatwa sesat, dan meminta Pemda Kab. Karimun untuk menertibkan dan melarang keberadaan Syi’ah di Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

287

Karimun. Surat itu ditandatangani oleh Azhar Hasadiyim dan sekretarisnya Rasiyid Nur. Kemudian juga muncul selebaran yang mengatas namaakan pernyataan umat Islam Kab. Karimun, tertanggal 06 Juni 2014 dengan banyak tuntutan dan ditandatangani oleh Ormas-Ormas Islam dan majelis taklim di Karimun. Posisi sekarang, Pemerintah daerah Karimun tinggal menunggu keputusan MUI Provinsi Karimun. Jika diputus, maka Pemerintah Daerah akan segera bertindak sesuai dengan hukum. Tetapi menurut para informan dari Syi’ah kelompok yang membuat keresahan justru berasal dari jaringan kerja yang memang selama ini membangun kebencian terhadap madzhab Syi’ah. Kelompok yang secara umum paling terdepan dalam usaha menyingkirkan madzhab Syi’ah adalah YayasanAl Bayyinat ini dipimpin oleh Habib Achmad Zein Alkaf berpusat di Surabaya. Yayasan Albayyinat, adalah organisasi sosial keagamaan yang bergerak dalam bidang Dakwah Islammiyah Berdasarkan Aqidah Ahlussunah Wal Jamaah dan dibanggakan membantu pemerintah dalam mewaspadai gerakan dan ajaran Syiah (saat ini menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait).15 Penanganan Tuntutan Fatwa Sesat Syi’ah Terahadap adanya keresahan dan tuntutan fatwa sesat tentu saja memerlukan penanganan yang ekstra hati-hati, agar 15

Habib Achmad Zein Alkaf kelahiran Kudus, 1 November 1942 disamping

pimpinan juga anggota Komisi Fatwa MUI Jatim dan anggota Syuriah PWNU Jatim. Yayasan ini sudah berdiri sejak tahun 1980-an

288

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

persoalan tidak membesar seperti di Sampang. Tapi dapat dipercaya elit agama Karimun tidak sama dengan di Sampang, umat Islam Karimun juga berbeda karakternya dengan umat Islam Sampang. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun, posisinya menunggu keputusan dan perintah dari Gubernur Kepulauan Riau. Sementara itu MUI Karimun bersama semua majelis taklim tingkat RW di Karimun mendukung tuntutan fatwa sesat terhadap Syi’ah, meskipun dalam dialog Sunnah Syi’ah, sebenarnya tidak logis dapat melakukan rekomendasi fatwa sesat. Dalam dialog, tidak ada argumen yang dapat menggiring munculnya rekomendasi Syi’ah sesat itu, sehingga menjadi tidak logis pula mengajukan tuntutan fatwa sesat terhadap Syi’ah seperti dilakukan MUI Jawa Timur. Akankah kopi paste terhadap fatwa sesat MUI Jawa Timur? Bila hal ini terjadi, maka sangat disayangkan karena secara faktual ajaran Syi’ah tidak di Karimun, apalagi ajaran aqidah yang menyeleweng dari Sunnah. Sementara itu pihak keamanan, sebagaimana pengalaman peneliti, dari tiga kali ke sekretaria Syi’ah, dua kali kedatangan dua mobil pasukan brimob dan beberapa motor polisi berboncengan langsung parkir di samping masjid Fatimah Az Zahra. Pada saat itu peneliti dalam posisi sedang wawancara dengan beberapa informan, dan membuat peneliti kaget dan bingung. Tetapi informan segera menenangkan kami, bahwa memang pasti ada yang melapor bahwa kami kedatangan tamu, tetapi tidak apa. “Kedatangan Bapak resmi dari Kementerian Agama Jakarta. Jadi tenang saja”. Rupanya kedatangan peneliti ke sekretariat Syi’ah itu diketahui polisi juga meskipun peneliti tidak pernah melapor ke Polres. Brimop itu kemudian memotret kami yang sedang Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

289

wawancara, dan kemudian mendekat dan kami bertanya. Ada apa mas? Ia katakan jaga-jaga saja pak dan balik bertanya Bapak dari Jakarta ya? Kamipun jawab ia sedang ngobrolngobrol, berkaitan dengan masalah kemarin. Ternyata mereka mempersilahkan saja dan tidak ada masalah. Posisi terakhir adalah bahwa semua elemen birokrasi di Karimun sedang menunggu khabar baik atau buruk dari Provinsi. Sementara semua komunitas Syi’i dalam perlindungan polisi, bahkan sekretariat Syi’ah dironda oleh polisi pada siang dan malam hari, untuk menjaga kemungkinan buruk yang terjadi. Kesimpulan Dari deskripsi diatas, dapat disimpulkan bahwa madzhab Syi’ah memiliki pendukung cukup besar, terutama di dunia Arab, malah sebagian mayoritas, setidaknya minoritas diatas 15%. Di AS (Arab Saudi) yang mayoritas Wahabi terdapat 20% penduduk bermadzhab Syi’ah. Dewan Ulama AS beranggota 60 ulama, terdapat 10 ulama bermadzhab Syi’ah. Fenomena komunitas madzhab Syi’ah Indonesia, muncul paska revolusi Islam Iran, jumlahnya belum terdeteksi, tetapi mereka memiliki banyak Yayasan dan lembaga pendidikan, majelis taklim dan penerbitan. Di Karimun, madzhab Syi’ah muncul tahun 1980-an, tetapi baru marak tahun 2010, ketika muncul keresahan di kalangan elit lokal muslim Karimun, seperti keluarga Ketua MUI Karimun dan taklim Salafi yang kurang diminati, dibanding Sayid Aqil Alatas yang sudah malang melintang sebagai guru agama bagi masyarakat, ustadz dan para karyawan Kementerian Agama lebih dari 45 tahun. Begitu diketahui sebagai Syi’ah, nasib Sayyid Aqil mulai 290

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

ditinggalkan, sebab masyarakat tidak mau menjadi korban seperti di Sampang. Penyebab keresahan bukan semata-mata adanya komunitas Syi’ah, tetapi juga ada unsur pemisahan masyarakat Karimun dengan guru agama Sayyid Aqil Alatas yang selama ini menjadi gurunya masyarakat Karimun. Kegiatan Road show dialog, tabligh akbar dan unjuk rasa merupakan kelanjutan road show yang sama di Batam dan Pangkal Pinang, serta beberapa kota lainya di seluruh Indonesia. Pembagian secara gratis buku “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia” (MMPSI), karya oknum MUI Pusat, yang ternyata tidak diakui MUI Pusat sendiri ternyata juga membuat resah masyarakat, karena di Karimun tidak faktual. Seluruh agenda gerakan anti Syi’ah, jelasi bertentangan dengan realitas munculnya kesadaran para ulama yang dimulai Hasan al Bana, M. Syalthut, Muh. Qutub dan Seikh al Azhar lainya untuk pendekatan Sunnah Syi’ah; Deklarasi Amman, pada 9 November 2006, yang dibacakan Raja Abdullah II dan di tahun 2011 sudah ditanda tangani 500 ulama dari 150 negara mengakui 8 mazhab yaitu: madzhab Maliki, Hanafi, Syafi’i, Hambali, Dzahiri (Ad-Dzahiri), Syi’ah Imamiyah/Ja’fariyah (Ja’far Ash-Shadiq), Zaidiyah (Zaid bin Ali), dan Ibadiyah (Jabir bin Zaid).serta melarang mentakfirkan pendukung Asy’ari/Maturidi, tasawuf dan muslim yang diakui; Risalah Amman yang telah diperkuat oleh Rabithah Al‘Alam Al Islami, Parlemen Dunia Islam, Majma’ Taqrif, Tajammu’ Ulama Al-Muslimun, Deklarasi Mekah 14/15-82012, KTT Luar Biasa OKI Kota Makah 2013; Pembentukan pusat dialog Sunnah Syi’ah oleh Raja Abdullah (AS) pada 4 Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

291

Agustus 2012 sebagai kelanjutan rintisan Syeikh Azhar M. Syaltut tahun 50-an yaitu gerakan "al-Taqrib" (Mendekatkan Mazhab-madzhab); Teologi kerukunan yang dibangun bangsa Indonesia dan diproses dengan ribuan dialog antar dan intern beragama, dialog multikultural, mendirikan FKUB provinsi, Kabupaten/Kota, memiliki PKUB dsb, yang telah menghabiskan anggaran negara; Menteri Agama yang menyampaikan selamat bermuktamar kepada muktamirin Ahlul Bait Indonesia (ABI) 14 Nopember 2014 di Aula HM. Rasyidi Kementerian Agama Jl. Thamrin Jakarta, harus dibaca sebagai salah satu bentuk perlindungan negara. Salah satunya komunitas muslim bermadzhab Syi’ah, sehingga kaum beriman tidak selayaknya menjadikan madzhab Syi’ah sebagai medan jihad. Bagaimana tidak, Allah dan Nabinya, Kitab suci, kiblat dan masjidnya, puasa, haji, harus adil, dst, sama hanya beda sedikit-sedikit.

Rekomendasi Dari kesimpulan di atas, maka Rekomendasi yang dapat disampaikan adalah; Seluruh eksponen bangsa, terutama kaum muslim Indonesia hendaknya dapat menerima realitas munculnya kesadaran para ulama besar untuk saling mendekat antara dua komunitas besar, yaitu Sunnah dan Syi’ah. Umat Islam Indonesia hendaknya menghargai proses penguatan teologi kerukunan yang sudah dilakukan sejak tahun 1970-an, di mana Menteri Agama Mukti Ali. Umat Islam sebaiknya dapat menerima perbedaan bermadzhab yang ada di intrn agama Islam, seperti Syiah. 292

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

MUI hendaknya menjadi contoh/panutan dalam kehidupan beragama, jangan mentolerir MUI Provinsi dan MUI Kabupaten/Kota untuk membuat fatwa yang bertentangan dengan konstitusi dan lepas tangan setelah berfatwa, dan menyerahkan akibat fatwa kepada pemerintah atau aparat keamanan. Pemerintah hendaknya meminta MUI Pusat menarik buku “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia” (MMPSI), karya oknum MUI Pusat yang tidak diakui oleh MUI sendiri, seperti para pimpinan MUI Pusat yang tidak setuju penerbitan buku MMPSI (Sahal Magfudz, Din Syamsuddin, Umar Shihab, dsb). Pemerintah hendaknya dapat menjadwalkan dialog Sunnah – Syi’ah secara khusus dalam program dialog intern umat Islam, dan bila perlu ditayangkan televisi swasta. Biarlah kaum muslim menjadi hakim dari dialog dan perdebatan intelektual Sunnah Syi’ah untuk dirinya sendiri. Tidak jamanya klaim-klaim kebenaran dengan bahasa keras, memaksa atau kekerasan seperti di Sampang, tanpa fakta dan teladan yang baik kedua belah pihak.

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

293

DAFTAR PUSTAKA Aksanul Khalikin (Ed), Pemetaan Gerakan Salafi di Indonesia, Puslitbang Keagamaan, hal. 9 – 27, 2008, Agus Sunyoto, peneliti dari Lembaga Penerangan dan Laboratorium Islam (LPPI) pimpinan Saleh Al Jufri, Penelitian tentang Kuburan Orang Alim di Jawa Timur, 1985. Alawi Nurul Alam al Bantani, Kyai NU Meluruskan Fatwa-fatwa “Merah” MUI dan DDII, Pustaka Al Bantani bekerjasama dengan Pustaka Aura Semesta LTM PB NU, 64-65; Amin Jamaluddin, Agar Kita Tidak Menuduh Syi’ah, LPPI, Jakarta, 2014 As ad al-Qasim, al-Khilafah wa al-Imamah wa Atsaruha alMuasadihirah, Daar Ihya at-Turats, Qom-Iran, 1418 H.) Ayatullah Sayyid Muhammad al-Musawi, Madzhab Syi’ah: Kajian Al Qur’an dan Sunnah, terjemahan Tim Muthahari Press, cet kedua, Bandung, 2005, hal. 652 – 655; A. Syarafuddin Al-Musawi, “Dialog Suni Syi’ah”, Isu-isu Penting Ikhtilaf Suni Syi’ah, Mizan, Bandung, Cet. Ke II, 1999 BPS Kabupaten Karimun, Kabupaten Karimun Dalam Angka 2013 Hasil Rakernas MUI Agustus 2014.

294

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Ja’far Subhani, Syi’ah: Ajaran dan Prakteknya, Nur Al-Huda, Jakarta, 2012, hal. 74 – 76. Kitab at-tarikh Muhammad bin Jarir at-Thabari jilid 3, Kitab al-Kamil fi at-Tarikh Syekh Ibn’ Atsir jilid 2, Tarikh alYa’qubi jilid 2, Mark R. Woodward, Islam Jawa: Kesalehan Normatif Versus Kebatinan, terj. Hairus Salim), Cet ke 3, LKIS, Yogyakarta, 2006, hal. 89 - 91 MUI Jawa Timur, Fatwa MUI Jawa Timur terhadap Madzhab Syi’ah, 2013; Muhammad Hisyam (LIPI) Komentar dalam pembahasan Proposal Penelitian Kompetitif, 9 – 11 September 2014 Muhammad Sulthan Al-Ma’sumi Al-Khanjandi, “Perlukah Bermadzhab?, Penerbit Aras Sarana Widia, Jakarta, 1999, hal. 72 - 74 M. Abdurrahman, Prof. Dr. KH. MA, Antara Sunni dan Syi’ah: Studi Banding, Aspek Akidah, Ibadah dan Mu’amalah, Pustaka Nadwah, Jakarta, 2013, hal 50 – 52. M. Amin Jamaluddin, Agar Kita Tidak Menuduh Syi’ah, LPPI Jakarta, 2014, hal 122 Nashir Makarim Syirazi, Akidah Kami: Tinjauan Singkat Teologi Syi’ah Dua Belas Imam, Terjmh. Umar Shihab, Nur Al Huda, Jakarta, 2012, hal. 112-114 Nurul Alam al bantani, KH, Kyai NU Meluruskan Fatwa-fatwa “Merah” MUI dan DDII, Al Bantani, Bandung, 2014 O. Hasdiem tahun 1984, Tanggapan Hasil Seminar Syi’ah di Istiqlal, diunduh Agustus 2014

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

295

Rachmat Taufiq Hidayat, Endang Saifuddin Anshari, Thomas Djamaluddin dan Nia Kurnia, Almanak Alam Islami: Sumber Rujukan Keluarga Muslim Milenium Baru, Pustaka Jaya, Bandung, 2001 Rekomendasi seminar Syi’ah di Istiqlal atas kerjasama MUI dan LPPI, tahun 1984; Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial: Mengedepankan Islm sebagai Inspirasi Bukan Aspirasi, Kerjasama Yayasanan Khasa dan Mizan, Cet. I, Bandung, 2006, hal,79-83 Said Aqil Siroj, Kyai Menggugat: Mengadili Pemikiran Kang Said, Pustaka Ciganjur, Jakarta, 1999. 15–25; Sartono Kartodirjo, Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosutanto, Sejarah Nasional Indonesia III, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1976, hal. 125–129; Surat

permohonan peninjauan kembali fatwa Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Nomor 09 Tahun 2014 tentang sesatnya pemahaman, pemikiran, pengamalan dan penyiaran agama Islam di Aceh, di mana dalam fatwa ini berisi tentang sesatnya paham Salafi Wahabi yang meresahkan masyarakat Aceh.

Tim Ahlul Bait Indonesia, Buku Putih Madzhab Syi’ah Menurut Para Ulamanya yang Muktabar: Penjelasan Ringkas dan Lengkap untuk Kerukunan Umat, DPP Ahlul Bait Indonesia Cet. Ke v1, Jakarta, 2014. Tempo, 27 Agustus 2012, Masalah madzhab Syi’ah Sudah Selesai: Syi’ah Tidak Sesat.

296

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Wakhid Sugiyarto, Notulasi diskusi “Kajian Kebijakan” Kepala Badan Litbang, para peneliti dan Pengurus MUI Jwa Timur, Mei 2013; --------------------------, Makalah, Tanggapan terhadap Fatwa Sesat MUI Jawa Timur terhadap Madzhab Syi’ah, didiskusikan bersama Kepala Badan, para peneliti dan beberapa Utusan MUI Jawa Timur, Mei 2913 --------------------------, Penelitian Kekerasan terhadap Komunitas Madzhab Syi’ah di Kabupaten Sampang, Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Jakarta 2013 ----------------- dan Bashari A. Hakim, Kasus Kekerasan terhadap Komunitas Syi’ah di Sampang, Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2012; Yayasa Al Bayyinat, http://www.albayyinat.net/berita.html; ------------------------, Ekspor Ideologi Syi’ah, Surabaya, 2010, diunduh 10 September 2014. (fm/dw/LiputanIslam.com diunduh 7 Juni 2014) http://zaqiudin.blogspot.com/2010/06/ tanya-jawab-sejarahsyiah.html,diunduh, 9 Agustus 2014 http://albayyinat.wordpress.com/2011/05/17/pertemuan-ketuamui-dengan-pelajar-indonesia-di-iran-ketua-muisyiah-itu-sah-dan-benar-sebagai-mazhab-dalam-islam/, diunduh 11 Agustus 2014

Kasus-kasus Aktual Kehidupan Keagamaan di Indonesia

297

More Documents from "Agus Sanusi"