Case Study Megacolon In Feline

  • Uploaded by: BSBISA
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Case Study Megacolon In Feline as PDF for free.

More details

  • Words: 3,841
  • Pages: 25
Loading documents preview...
“FELINE IDIOPATHIC MEGACOLON”

Oleh : Bayu Setiabudi, S. KH 1009005107/VZ

LABORATORIUM PENYAKIT DALAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTERAN HEWAN KLINIK HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

iv

Lembar Persetujuan Kasus

“FELINE IDIOPATHIC MEGACOLON”

Dosen Pembimbing Kelompok

drh. I Gede Soma, M. Kes NIP. 19661230 199403 1 002

Dosen Pembimbing Kasus

drh.Putu Ayu Sisyawati Putriningsih, M.Sc NIP. 19840510 200812 2 005

iv

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis mampu menyelesaikan penyusunan laporan koasistensi klinik hewan Laboratorium Penyakit Dalam yang berjudul “Feline Idiopathic Megacolon”. Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas bagi mahasiswa dalam menyelesaikan kegiatan program profesi dokter hewan (PPDH), bagian koasistensi Laboratorium Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada :

1. Bapak Dr. Drh. I Ketut Anom Dada, MS., sebagai Direktur Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. 2. Bapak drh. I Gede Soma, M.Kes sebagai dosen pembimbing kelompok (DPKL) bagian koasistensi klinik Laboratorium Penyakit Dalam, program PPDH Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. 3. Staff dosen Penyakit Dalam Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. 4. Ibu drh. Putu Ayu Sisyawati P, M.Sc, sebagai pembimbing kasus penyakit dalam. 5. Rekan-rekan kelompok PPDH VZ yang telah membantu dan memberikan dukungan sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan laporan ini.

Denpasar, 13 Agustus 2015 Penulis

iv

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................. LEMBAR PERSETUJUAN KASUS ................................................... KATA PENGANTAR ........................................................................... DAFTAR ISI ......................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................. DAFTAR GAMBAR ............................................................................

i ii iii iv v vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1.2 Tujuan ....................................................................................... 1.3 Manfaat .....................................................................................

1 2 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Feline Megacolon......................................................... 2.2 Etiologi ...................................................................................... 2.3 Tanda Klinis .............................................................................. 2.4 Diagnosa ................................................................................... 2.5 Prognosa .................................................................................... 2.6 Treatment ..................................................................................

3 3 4 4 5 5

BAB III REKAM MEDIK 3.1 Signalement ............................................................................... 3.2 Anamnesa ................................................................................... 3.3 Etiologi ....................................................................................... 3.4 Tanda Klinis .............................................................................. 3.5 Pemeriksaan Fisik ..................................................................... 3.6 Hasil Uji Laboratorium ............................................................. 3.7 Diagnosis ................................................................................... 3.8 Prognosa .................................................................................... 3.9 Treatment ..................................................................................

6 6 6 7 7 8 10 10 11

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi ..................................................................................... 4.2 Pembahasan ...............................................................................

12 14

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.2 Simpulan ................................................................................... 5.2 Saran .........................................................................................

17 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ LAMPIRAN ...........................................................................................

18 19

iv

DAFTAR TABEL Tabel

Halaman

1. Hasil Pemeriksaan Hematologi Rutin Kucing ................................ 2. Hasil Pemeriksaan Kimia Urin Kucing .......................................... 3. Evaluasi Treatment Kucing dengan Megakolon. ..............................

iv

8 8 11

DAFTAR GAMBAR Gambar

Halaman

1. Kucing menunjukkan kesulitan dalam mengeluarkan tinja (dyschezia). ................................................................................... 2. Hasil X-rays pada Kucing Kasus ..................................................

iv

7 9

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kucing merupakan salah satu hewan peliharaan yang di berbagai daerah banyak disukai dan banyak dipelihara oleh masyarakat. Kucing dipelihara oleh masyarakat karena beberapa alasan, misalnya kucing memiliki karakter dan sifat yang manja, lincah dan aktif sehingga banyak masyarakat yang merasa terhibur dengan memelihara kucing di rumahnya. Tidak terlepas dari hal itu, kucing juga rentan terhadap beberapa penyakit yang dapat menyebabkan gangguan fungsi di beberapa sistem tubuh salah satunya yaitu sistem pencernaan, adapun gangguan sistem pencernaan pada kucing yang dapat terjadi adalah abnormalitas dari dilatasi dan motilitas usus besar (kolon) atau disebut megacolon. Megacolon merupakan suatu kondisi abnormalitas dilatasi dari kolon dan rendahnya motilitas dari kolon, hal itu biasanya dihubungkan dengan adanya akumulasi dari material feses yang tidak dapat dikeluarkan. Megacolon dapat terjadi pada manusia dan hewan. Pada hewan, kasus ini jarang dilaporkan pada anjing, akan tetapi kasus ini paling sering dilaporkan terjadi pada kucing. Megacolon dapat terbentuk oleh beberapa penyebab, baik primer ataupun sekunder. Salah satu penyebab skunder adalah obstructive lessions, pada umumnya adalah fraktur tulang pelvis (Marthiensen, 1991; Roth, 1998). Pada studi sebelumnya, telah dilaporkan bahwa aganglionosis dapat terjadi pada jaringan kolon dari kucing. Dimana kucing tidak memiliki ganglia myenterik pada distal kolon hingga rektum yang menyebabkan perstaltik dari usus besar (kolon) terganggu (Holt dan Brockmann, 2003; Putih, 2002). Akan tetapi megakolon pada kucing paling sering diakibatkan oleh penyebab yang tidak jelas (idiopathic). Feline idiopathic megacolon merupakan penyakit yang disebabkan oleh konstipasi atau obstipasi yang terjadi dalam jangka waktu yang lama dan dipertimbangkan sebagai rendahnya fungsi dari kolon dengan penyebab yang tidak diketahui (Burrows, 19991; De Novo et al., 1992; Sherding, 1994;

iv

Washabau et al., 1996). Penanganan kasus megacolon pada kucing dapat dilakukan treatment sesuai dengan penyebab dan derjat keparahannya. Prosedur pemeriksaan lengkap dapat dipertimbangkan untuk dapat mendiagnosis penyebab kasus megacolon pada kucing.

iv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definis Feline Megacolon Feline megacolon adalah suatu ganguan fungsional yang didefinisikan sebagai gangguan gastroenterik yang relatif umum pada kucing dan keturunan jenis kucing tertentu seperti Siamnse (Washabau et al., 1996). Megacolon pada kucing merupakan rendahnya fungsi dari otot polos kolon, ditandai dengan sejarah sembelit kronis yang menyebabkan kolon melebar dan hipertrofi (Stedman, 2000). Megacolon dapat terjadi ketika gerakan material feses tertunda dan feses tetap berada di usus besar untuk waktu yang lama, sehingga usus besar terus mengabsorbsi air dari feses dan menjadikan feses kering dan keras serta sulit untuk dikeluarkan. Semakin banyak akumulasi feses pada kolon, menjadikan ukuran feses dalam kolon semakin meningkat yang berakibat pada bertambah besar ukuran dari kolon yang disebut sebagai megacolon (Plotnick, 2006). 2.2 Etiologi Sebagian besar kasus megacolon 62 % adalah idiopathic (mereka terjadi tanpa alasan yang jelas). Penyebab lainnya adalah penyempitan dan fraktur tulang pelvis 23 %, cedera neurologis 6 %, dan 5 % sebagai kondisi pada kucing jenis ras tertentu seperti Manx lahir dengan deformitas tulang belakang bagian sakral. Penyebab potensial lainnya termasuk kanker usus besar atau komplikasi yang terkait dengan operasi usus sebelumnya (Plotnick, 2006). Pada studi yang dilakukan oleh Washabau et al. (2002) menunjukkan bahwa feline idiopathic megacolon biasanya dikaitkan dengan gangguan utama pada sistem saraf dan degeneratif neuromuskuler. Studi ini menggunakan in vitro dengan pengukuran tegangan isometrik segmen otot polos kolon, hal itu mengungkapkan bahwa kucing dengan idiopathic megacolon terbentuk akibat kurangnya tegangan isometrik pada otot polos melingkar dan longitudinal dalam menanggapi neurotransmiter, membran depolarisasi, dan stimulasi medan listrik dibandingkan dengan kontrol yang sehat. Temuan ini dikaitkan dengan penurunan

iv

fosforilasi light-chain myosin yang menunjukkan gangguan mobilisasi kalsium intraseluler dan menandakan bahwa kucing dengan idiopathic megacolon rendahnya fungsi umum dari otot polos kolon. Sehingga motilitas kolon dapat ditambah dengan intervensi terapi yang dirancang untuk merangsang otot polos kolon (Washabau et al., 2002). 2.3 Tanda Klinis Kucing dengan megacolon dapat menunjukkan tanda klinis seperti sulit untuk buang air besar, buang air besar yang menyakitkan, darah dalam feses, feses keras dan kering atau tidak adanya defikasi adalah tanda-tanda umum dari megacolon. Paling sering, kucing memiliki riwayat kejadian berulang dari sembelit. Tanda-tanda sistemik lain dari penyakit dapat hadir sebagai akibat dari ketidakmampuan berkepanjangan untuk buang air besar, seperti anoreksia, lesu, penurunan berat badan, sakit perut dan muntah (Plotnick, 2006). 2.4 Diagnosa Diagnosis megacolon didasarkan pada riwayat medis dan pemeriksaan klinis dan dikonfirmasi dengan radiografi bagian abdomen. Hewan biasanya dengan sejarah lesu, nafsu makan berkurang dan kegagalan untuk buang air besar selama periode waktu yang panjang (Colin, 1995; Gattuso dan Kamm, 1997). Pemeriksaan

klinis

umum

mengungkapkan

dehidrasi,

sakit

perut

dan

limfadenopati mesenterika ringan (Washabau dan Hasler, 1996). Pemeriksaan lengkap neurologis harus dilakukan untuk mengidentifikasi neurologis penyebab sembelit, misalnya, cedera tulang belakang atau trauma saraf. Diagnostik juga harus mencakup temuan laboratorium untuk menyingkirkan setiap kelainan metabolik. Radiografi dapat mengkonfirmasi adanya kelainan dari usus besar dan juga dapat digunakan untuk menentukan apakah ada tulang panggul patah, massa atau deformitas tulang belakang. Mempertimbangkan bahwa diagnosis akhir dari megacolon biasanya dibuat dengan tidak termasuk semua penyebab lain dari sembelit dan/atau obstipasi, beberapa studi menekankan pentingnya diagnosis diferensial (Burrows, 1991; Washabau dan Hall, 1997).

iv

2.5 Prognosa Megacolon sering dapat dikontrol dengan terapi dengan laxative, pelunak feses, dan terapi diet, meskipun sejumlah besar kucing akan membutuhkan subtotal kolektomi untuk mencegah terjadinya kekambuhan sembelit/obstipasi. Kucing yang menanggapi manajemen medis mungkin masih memiliki tahap pertama dari sembelit/obstipasi yang masih baru terjadi megacolon, yang memerlukan terapi dietry fiber dan laxsative. Komplikasi pasca operasi yang signifikan terjadi pada hanya 2% dari kucing yang menjalani subtotal kolektomi dan

mungkin

termasuk

striktura

di

lokasi

bedah

dan

anastomosis

dehiscence/peritonitis. Umum, masalah post-operasi sementara meliputi tenesmus dan diare. Tenesmus biasanya sembuh dalam beberapa hari operasi. Diare biasanya sembuh dalam waktu 6 minggu operasi (80% dari kucing di satu penelitian), meskipun telah didokumentasikan untuk bertahan selama 6 bulan. Sejumlah kecil kucing dapat mengembangkan sembelit minggu ke bulan setelah operasi, tetapi ini biasanya merespon manajemen medis (Dimski, 1991; DeNovo et al., 1992; Rosin, 1993). 2.6 Treatment Penanganan kasus megocolon pada kucing dapat dilakukan secara konservatif dan surgical treatment. Penanganan secara konservatif dapat dilakukan beberapa tindakan dibawah ini : 1. Pelunak feses dan agen pelumas. 2. Membersihkan dengan enema. 3. Mengeluarkan tinja secara manual. 4. Modifikasi diet (diet serat meningkat). 5. Obat untuk meningkatkan motilitas usus besar. Ketika terapi konservatif tidak efektif tindakan operasi dapat dilakukan (Daniel, 2004). .

iv

BAB III REKAM MEDIK

3.1 Signalement Pada tanggal 28 Juli 2015 telah dilakukan pemeriksaan klinis terhadap kucing persia mix lokal berjenis kelamin betina bernama Momo. Kucing berwarna hitam-coklat tersebut berumur 2 tahun dengan berat badan 2,7 Kg. Pemilik Edward Emanuel Mango yang beralamat di Jln. Ida Bagus Oka, Gang Suli, No. 3, Denpasar.

3.2 Anamnesa Berdasarkan informasi pemilik, kucing beberapa kali terlihat kesulitan buang air besar, ketika bisa buang air besar kotoran keras dan kering. Kucing buang air besar dalam 6-7 hari hanya satu atau dua kali buang air besar. Kucing masih bisa kencing normal. Kucing pernah diberikan obat sembelit (dulcolax®), akan tetapi sembelit terulang kembali. Berselang 2 minggu kucing mengalami patah tulang femur dan dilakukan operasi, setelah 1,5 bulan kucing sudah dapat berjalan. Kucing masih mengalami kesusahan dalam buang air besar, nafsu makan berkurang dan minum sedikit-sedikit. Kucing diberikan pakan cat food, dipelihara di rumah dengan dikandangkan sesekali dilepas, pemilik juga memiliki satu kucing lokal yang dipelihara.

3.3 Etiologi Setelah melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium (feses, darah, urine) dan X-Ray dapat disimpulkan kucing lokal “Momo” menderita megacolon. Akan tetapi penyebab dari megacolon itu sendiri belum diketahui secara jelas atau idiopathic megacolon.

iv

3.4 Tanda Klinis Tanda klinis yang terlihat yaitu kucing menunjukkan kesulitan dalan pengeluaran feses, bagian abdomen sedikit membesar, sedikit lemas dan depresi. Tanda klinis yang terlihat pada saat kucing yang berada di kandang (Gambar 1).

Gambar 1. Kucing menunjukkan kesulitan dalam mengeluarkan tinja (dyschezia). 3.5 Pemeriksaan Fisik Berdasarkan anamnesa yang ada serta tanda klinis yang terlihat dari kucing kasus yang bernama Momo dengan riwayat konstipasi yang berulang serta berdampak akan terjadi obstipasi dan hasil akhir biasanya dapat terjadi megakolon. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada kasus ini untuk menentukan diagnosa dari kasus meliputi : pemeriksaan status present dan pemeriksaan fisik dari hewan kasus. Pada pemeriksan status present, kucing kasus terlebih dahulu dilakukan penimbangan berat bedan, hasil menunjukkan bahwa berat badan kucing 2,7 Kg. Setelah itu dilakukan pemeriksaan suhu, denyut jantung, pulsus dan respirasi berturut-turut diperoleh hasil sebagai berikut 38,1 0C, 124 x/menit, 120 x/menit, dan 48 x/menit. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik (hasil terlampir) menunjukkan bahwa kusing kasus hanya terdeteksi abnormalitas pada sistem pencernaan. Pada saat dilakukan

iv

palpasi transabdominal ditemukan adanya masa keras dan penuh yang berisi material feses. Pada pemeriksaan fisik juga ditekankan pada neurogical examination yang mengacu pada terjadinya konstipasi berulang. Pada neurogical examination pada pemeriksaan ini ditunjang dengan dilakukan spinal radiograph (lumbosakral) untuk menentukan terjadinya kelainan pada daerah vertebralis yang bisa mengakibatkan terjadinya konstipasi berulang atau obstipasi. Dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa hematologi rutin, kimia urin. Dilanjutkan dengan abdominal and pelvic radiograph untuk menentukan adanya abdominal neoplasm dan colonic neoplasm yang juga berdampak pada obstipasi berkepanjangan. Dilakukan digital rectal examination untuk menentukan adanya perineal ruptur, pelvic canal mass, colonic mass dan fraktur tulang pelvis yang juga berdampak pada konstipasi berulang pada kasus ini. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa kucing kasus hanya terjadi kelainan pada sistem pencernaan yang menyebabkan terjadinya konstipasi berulang (obstipasi) yang akan merujuk kepada kondisi abnormalitas dilatasi pada kolon atau yang disebut megakolon yang nanti akan didukung dengan hasil radipgraph atau x-rays.

3.6 Hasil Uji Laboratorium Uji laboratorium yang dilakukan untuk menentukan mendukung diagnosa pada kucing kasus meliputi pemeriksaan feses, pemeriksaan darah, pemeriksaan kimia urin dan dilakukan juga pemeriksaan dengan x-rays. Pemeriksaan feses dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat infestasi parasit cacing yang memperparah kondisi kucing, hasil yang diperoleh bahwa kucing negatif (-) akan infestasi parasit cacing. Pemeriksaan hematologi menunjukkan bahwa angka hematologi normal (Tabel 1). Pada pemeriksaan urinalysis menunjukkan hasil normal (Tabel 2). Pada pemeriksaan X-rays dilakukan beberapa tahapan, berhubungan dengan neurogical examination dilakukan

lumbosacral

spinal

radiographs

menunjukkan

tidak

adanya

abnormalitas pada hasil X-rays (Gambar 2.B), berhubungan dengan abdominal /pelvic

radiograph

untuk mengevaluasi

iv

adanya

kelainan tulang pelvis

menunjukkan hasil normal (Gambar 2.A), serta untuk melihat abnormalitas bagian abdominal masa yang dicurigai feses yang tertahan dikolon, X-rays menunjukkan hasil bahwa terjadi dilatasi dari kolon yang menyebabkan terjadinya megacolon (Gambar 2.C). Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Hematologi Rutin Kucing Hematologi Rutin

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

Keterangan

Hemoglobin Leukosit Eritrosit Trombosit Hematokrit MCV MCH MCHC LED HitunganJenis Leukosit Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil

12,9 12,80 8,36 132 38,24 46 15,4 33,8 -

8-15 5,5-19,5 5-10 300-800 24-45 39-55 12,5-17,5 30-36 -

Gr/dl 103/µl 106/µl 103/µl % fl pg gr/dl -

Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal

7,66 4,29 0,66 0,19

2,5-14 1,5-7 0-1,5 0-1

103/µl 103/µl 103/µl 103/µl

Normal Normal Normal Normal

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kimia Urine Kucing Kimia Urine Berat Jenis pH Leukosit Nitrit Protein Glukosa Keton Urobilinogen Bilirubin Eritosit

Hasil

Nilai Rujukan 1,036-1,060 5,0 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif

1,055 5,0 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif

iv

Satuan -

B

A

C

Gambar 2. Hasil X-rays pada Kucing Kasus. X-rays pada kucing kasus dengan posisi ventro-dorsal, menujukkan tulang pelvis normal dan terdapat material feses yang tertahan di kolon (A). Pada kucing kasus X-rays dengan posisi lateral recumbency, menujukkan tulang lumbalis dan sakrum normal (B). Pada kucing kasus X-rays dengan posisi lateral recumbency, terjadi dilatasi pada kolon dengan material feses yang penuh (C). 3.7 Diagnosa Berdasarkan anamnesa, pemerikssaan klinis, dan pemeriksaan laboratorium kucing kasus “Momo” didiagnosa menderita penyakit feline idiopathic megacolon first episode. 3.8 Prognosa Berdasarkan kondisi fisik kucing kasus, prognosa kucing “Momo” yang menderita idiopathic megacolon adalah fausta.

iv

3.9 Terapi Sesuai dengan diagnosis yang telah ditetapkan, kucing kasus yang mengalami megakolon dengan penyebab yang belum jelas dilakukan dengan treatment konservatif tahap pertama. Adapun treatment yang dilakukan yaitu mengeluarkan feses secara manual dari berbagai cara, mulai dari palpasi melalui abdomen hingga rectal digital manipulation yang dikombinasikan dengan pemberian laxative suppository yaitu natrium lauril sulfoasetat (microlax® tube 5 ml). Perubahan makanan ke makanan yang tinggi akan serat dengan pemberian pakan royal canine dan dikombinasikan dengan oat milk. Pemberian obat laxative yaitu bisacodyl (dulcolax® tab 5 mg) diberikan satu hari sekali satu tab. Pemberian agen prokinetik (cisapride® tab 5 mg) diberikan dua kali sehari ½ tab.

iv

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Berdasarkan

anamnesa,

pemeriksaan fisik

dan

laboratorium

yang

didapatkan, kucing didiagnosa menderita abnormalitas dilatasi pada kolon atau disebut sebagai megacolon. Kucing ditreatment dengan beberapa tindakan untuk memulihkan keadaan kucing menjadi normal kembali atau sehat. Adapun hasil treatmen kucing dengan mengacolon dapat dievaluasi selama satu minggu dengan beberapa treatmen yang telah dilakukan untuk mengatasi megacolon pada kucing kasus dan perkembangannya (Tabel 3). Tabel 3. Evaluasi Treatment Kucing dengan Megacolon No.

Evaluasi

1

Hari ke-1

Treatment

Kondisi Hewan

Pengeluaran feses secara

Hewan dapat mengeluarkan

manual dan dilakukan rectal

feses dengan konsistensi

digital manipulation serta

sedikit padat dan lengket.

dikombinasi dengan pemberian microlax® tube 5 ml. Pemberian air minum dengan sedikit paksaan.

2

Hari ke-2

Pemberian laxative bisacodyl

Hewan kadang-kadang

5 mg satu kali sehari.

terlihat dyschezia, hewan

Pemberian air minum sedikit

tidak terlihat depresi dan

paksaan.

sedikit aktif. Hewan tidak terlihat buang air besar hanya terlihat urinasi.

iv

3

4

5

6

Hari ke-3

Hari ke-4

Hari ke-5

Hari ke-6

Dietary fiber dengan

Nafsu makan hewan sedikit

pemberian pakan Royal

membaik meskipun dengan

canine dengan modifikasi oat

sedikit paksaan, hewan tidak

milk, serta diberikan air

terlihat lemas. Terlihat

minum dengan sedikit

urinasi tetapi belum terlihat

dipaksa.

defikasi.

Dietary fiber dengan

Nafsu makan hewan sedikit

pemberian pakan Royal

membaik meskipun dengan

canine dengan modifikasi oat

sedikit paksaan, hewan tidak

milk, serta diberikan air

terlihat lemas. Terlihat

minum dengan sedikit

urinasi tetapi belum terlihat

dipaksa.

defikasi.

Pemberian Laxative bisacodyl Nafsu makan hewan sedikit 5 mg. Dietary fiber dengan

membaik meskipun dengan

pemberian pakan Royal

sedikit paksaan, hewan tidak

canine dengan modifikasi oat

terlihat lemas. Terlihat

milk, serta diberikan air

urinasi tetapi belum terlihat

minum dengan sedikit

defikasi sedikit dengan masa

dipaksa.

feses sedikit padat.

Pemberian Laxative bisacodyl Nafsu makan hewan 5 mg. Dietary fiber dengan

membaik dan hewan tidak

pemberian pakan Royal

terlihat lemas. Terlihat

canine dengan modifikasi oat

urinasi tetapi defikasi belum

milk, serta diberikan air

terjadi.

minum dengan sedikit dipaksa.

iv

7

Hari ke-7

Pemberian colonic prokinetic

Hewan terlihat urinasi dan

agents Cisapride 5 mg.

defikasi dalam jumlah

Dietary fiber dengan

banyak dengan konsistensi

pemberian pakan Royal

sedikit padat dan berlendir.

canine dengan modifikasi oat milk, serta diberikan air minum dengan sedikit dipaksa.

4.2 Pembahasan Feline idiopathic megacolon umumnya ditandai dengan disfungsi kolon menyebabkan terjadinya dilatasi kolon dan tinja. Tanda-tanda klinis yang umum meliputi anoreksia, penurunan berat badan, muntah, dan dyschezia. Pemeriksaan fisik menunjukkan sejumlah besar kotoran sangat jelas teraba dalam usus besar. Investigasi diagnostik bertujuan mengetahui masalah mendasar yang dapat menyebabkan striktura kolon dan/atau obstruksi. Selanjutnya dilakukan, manajemen medis dengan manual evacuation material feses, dietary fiber dan pemberian obat pencahar, dan/atau agen promotility pilihan terakhir yang dapat dipilih. Feline

idiopathic

megacolon

biasanya

dikaitkan

dengan

ganguan

neurogenik primer dan degeneratif neuromuskuler. Studi yang dilakukan Washabau et al. (2002) menggunakan in vitro pengukuran tegangan isometrik segmen otot polos kolon mengungkapkan bahwa kucing dengan idiopathic megacolon terbentuk akibat kurangnya tegangan isometrik pada otot polos melingkar dan longitudinal dalam menanggapi neurotransmiter, membran depolarisasi, dan stimulasi medan listrik dibandingkan dengan kontrol kucing yang sehat. Temuan ini dikaitkan dengan penurunan fosforilasi myosin light-

iv

chain, menunjukkan gangguan mobilisasi kalsium intraseluler dan menandakan bahwa kucing dengan idiopatik megakolon adalah disfungsi umum otot polos kolon. Sehingga motilitas kolon dapat ditambah dengan intervensi terapi yang dirancang untuk merangsang otot polos kolon. Untuk mendiagnosa kucing dengan idiopathic megacolon, harus dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya, meliputi gangguan sistemik, penghalang mekanik, dan kelainan fungsional jelas. Penyebab metabolik sembelit, termasuk dehidrasi, hipokalemia, dan hiperkalsemia, dapat dideteksi pada beberapa kucing. Oleh karena itu, evaluasi menyeluruh harus mencakup tes hematologi, urinalisis dan X-Rays. Hematology test dilakukan bertujuan untuk mendeteksi kucing dengan electrolyte abnormalities (dehidrasi). Urine analisis dilakukan untuk mengetahui

apakah

terjadi

gangguan

terhadap

ginjal

(renal

fairule)

dipertimbangkan sebagai diagnosa banding akan kejadian megacolon pada kucing. Radiografi abdominal adalah penting untuk membantu mencirikan keparahan impaksi kolon dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor, termasuk benda asing, lesi massa, patah tulang panggul, striktur kolon, dan kelainan tulang belakang yang berhubungan dengan penyebab terjadinya megacolon pada kucing (Byers et al., 2006). Treatment yang telah dilakukan meliputi mengeluarkan feses secara manual dari berbagai cara, mulai dari palpasi melalui abdomen hingga rectal digital manipulation yang dikombinasikan dengan pemberian microlax® tube 5 ml. Pemberian suppository dilakukan bertujuan untuk mempermudah keluarnya feses yang telah tertahan di kolon mengingat kucing dengan keadaan tidak teranestesi. Treatment pertama dipilih karena untuk mengurangi adanya toksik dan inflamasi pada dinding kolon yang penuh dengan material feses, tindakan ini lebih mempercepat pengeluaran feses yang dikombinasikan dengan pemberian laxsative per-oral (Bisacodyl 5 mg). Perubahan makanan ke makanan yang tinggi akan

iv

serat dengan pemberian pakan royal canine dan dikombinasikan dengan oat milk. Dietary fiber dilakukan bertujuan untuk merubah atau menormalkan motilitas dari kolon. Pada teratment kasus megakolon pada kucing kasus, juga diberikan agen prokinetik cisapride tab 5 mg diberikan dua kali sehari setengah tab. Prokinetic agents (Cisapride®) diberikan setelah semua terapi telah dilakukan, mengingat bahwa agen prokinetik merupakan obat paling baik untuk kasus megacolon akan tetapi efek samping yang diketahui jika pemberian berulang-ulang dapat menyebabkan trauma pada myentric neuron pada usus besar (kolon). Prokinetic agents merupakan agonist serotonin 5-HT4 dengan beberapa aktivitas antagonis 5-HT3, menyebabkan peningkatkan asetilkolin release dari ujung saraf postganglionik dari plexus myenteric dan aksi penghambatan antagonist serotonin (5-HT3) pada plexus myenteric. Hal itu bertujuan untuk menghambat pemblokiran reseptor serotonin pada sistem saraf pusat dan saluran pencernaan,

sehingga

terjadi

peningkatan

motilitas

gastrointestinal

dan

peningkatan denyut jantung. (Byers et al., 2006). Pada kasus feline idiopathic megacolon hasil treatment terakhir menunjukkan bahwa hewan kasus belum terlihat adanya kejadian yang berulang, akan tetapi ketika terjadi kejadian yang berulang maka tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan pembedahan (subtotal colectomy).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

iv

5.1 Simpulan 1. Kucing persia mix lokal yang bernama momo didiagnosis idiopathic megacolon. 2. Penanganan konstipasi megacolon pada kucing dilakukan dengan terapi konservatif. 3. Evaluasi setelah terapi menunjukkan kucing belum terlihat adanya kekambuah yang akan menyebabkan megakolon. 5.2 Saran Ketika kucing telah diketahui mengalami sembelit atau konstipasi saran terbaik segera dilakukan penanganan secara medis yang diimbangi dengan terapi konservatif. Agar tidak sampai menimbulkan keadaan abnormalitas dilatasi dari saluran pencernaan khususnya pada kolon yang akan menyebabkan megakolon.

DATAR PUSTAKA

iv

Burrows CF. Constipation, obstipation, and megacolon. 1991. Consultations in Feline Internal Medicine, 2nd ed. Philadelphia, PA: WB Saunders;445450. Byers CG, Leasure CS, Sanders NA. 2006. Feline Idiopathic Megacolon. VCA Veterinary Referral Association, Inc. Gaithersbrug, Maryland. Colin D, Lebastard N. 1995. Pressure sore in patients with spinal cord injuries, Rev Pra, 45, 2023-8. Daniel AD. 2004. Megacolon. http://www.vetsurgerycentral.com/gimegacolon. htm. (Akses tanggal 10 September 2015). DeNovo RC, Bright RM. 1992. Chronic feline constipation/obstipation. In: Bonagura, JD, Kirk RW, eds. Current veterinary therapy XI: small animal practice. Philadelphia: WB Saunders;619-626. Dimski DS. 1991. Pathophysiology and treatment of constipation. Proceedings of the Ninth Annual Veterinary Medical Forum:153-155. Holt DE and Brockman D. 2003. Large intestine. Textbook of Small Animal Surgery (3rd edn). W B Saunders, Philadelphia: 665-682. Marthiensen DT. 1991. Megacolon secondary to pelvic fractures. Vet Surg 20:113. Plotnick A. 2006. Megacolon. http://manhattancats.com/Articles/megacolon.html. (Diakses 13 September 2015). Prokic B, Todorovi V, Mitrovi O, Vignjevi S, and Savi SV. 2009. Ethiopathogenesis, Diagnosis and Theraphy of Acquired Megacolon in Dogs.Acta Veterinaria (Beograd), Vol. 60, No. 2-3, 273-284. Rogers KS. 1998. Rectal hemorrhage associated with vascular octasia i a young dog. J Am Vet Med Assoc. 200:1349. Rosin E. 1993. Megacolon in cats; the role of colectomy. In: Leib MS, ed. Small animal practice. Philadelphia: WB Saunders, Vet Clin North Am;23(3);587-594. Sherding RG. Diseases of the intestine. 1994. The Cat: Diseases and Clinical Management, 2nd ed,Vol 2.New York, NY: Churchill Livingstone;:12111285. Stedman TL. 2000. Stedman's Medical Dictionary, ed 27. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins, pp:1080. Washabau RJ, Hasler AH. 1996. Constipation, obstipation, and megacolon. In: August JR, ed. Consultations in Feline Internal Medicine,3rd ed. Philadelphia, PA: WB Saunders: 104- 1 12.

iv

Washabau RJ, Stalis IH. 1996. Alterations in colonic smooth muscle function in cats with idiopathic megacolon. Am J Vet Res 57(4):580. Washabau RJ, Hall JA. 1997. Diagnosis and management of gastrointestinal motility disorders in dogs and cats, Compend Contin Educ Pract Vet, 19, 721-37. Washabau RJ, Holt DE, Brockman DJ. 2002. Mediation of acetylcholine and substance P induced contractions by myosin light chain phosphorylation in feline colonic smooth muscle. Am J Vet Res 63(7):1035. White RN. 2002. Surgical management of constipation, Journal of Feline Medicine and Surgery 4: 129-138.

iv

Related Documents

Case Study
January 2021 2
Case Study
February 2021 0
Case Study
February 2021 0
Case Study
January 2021 1
Case Study
January 2021 1

More Documents from "Rancho Raj"